Anda di halaman 1dari 97

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP MODERN


AL-RIFA’IE

SKRIPSI :

OLEH :

DIMAS FAJAR TRIS TIAWAN

NPM. 21901011334

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP MODERN

AL-RIFA’IE

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program
Sudi Pendidikkan Agam Islam

Oleh:
Dimas Fajar Tris Tiawan
NPM. 21901011334

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAM ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKKAN AGAMA ISLAM
2023

ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang disusun oleh Dimas Fajar Tris Tiawan ini


Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing untuk diuji

Malang, 02 September 2023


Pembimbing 1,

Dr. Moh. Muslim, M.Ag.


NPP. 161109198132132

Malang, 02 September 2023


Pembimbing 2,

Ari Kusuma Sulyandari, M.Pd.


NPP. 171101199032278

iii
PENGESAHAN
TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Dimas Fajar Tris Tiawan ini telah diujikan


di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang
dan diterima untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Satu (S1)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Malang, 02 September 2023

Dewan Penguji,

Ketua, Sekertaris,

Dr. Moh. Muslim, M.Ag. Ari Kusuma Sulyandari, M.Pd.


NPP. 161109198132132 NPP. 171101199032278

Penguji Utama,

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Prodi PAI Dekan Fakultas Agama Islam

Muhammad Sulistiono, M.Pd. Drs. H. Anwar Sa’dullah, M.PdI


NPP. 132112198232126 NPP. 1910200036

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dimas Fajar Tris Tiawan

NPM : 21901011334

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Penelitian : Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan

Akhlak Siswa di SMP MODERN AL- RIFA’IE

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi/falsifikasi/fabrikasi baik sebagian atau
seluruhnya.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi/falsifikasi/fabrikasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 02 September
2023
Yang membuat pernyataan,

Dimas Fajar Tris Tiawan

NPM. 21901011334

v
ABSTRAK

Tiawan, Dimas Fajar Tris. 2023. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembentukan Akhlak Siswa di SMP MODERN AL-RIFA’IE. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas
Islam Malang. Pembimbing 1: Dr. Moh. Muslim, M.Ag. Pembimbing 2: Ari
Kusuma Sulyandari, M.Pd.

Kata Kunci :
Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau
seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus
terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana
sebaiknya akhlak itu, disusun oleh manusia di dalam sistem idenya. Akhlak atau
sistem prilaku dapat dididikan atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya dua
pendekatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif meliputi
reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Pengecekan keabsahan data
dengan melibatkan orang lain, perpanjang waktu dan triangulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan
agama islam dalam pembentukan akhlak di SMP Modern Al-Rifa’ie kecamatan
Gondanglegi kabupaten Malang, dengan fokus penelitian yang terdiri atas: 1)
Bagaimana perencanaan guru PAI dalam pembentukan akhlak di SMP Modern
Al-Rifa’ie ; 2) Bagaimana pelaksanaan guru PAI dalam pembentukan akhlak di
SMP Modern Al-Rifa’ie ; 3) Bagaimana hasil guru PAI dalam pembentukan
akhlak di SMP Modern Al-Rifa’ie.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam melakukan pembinaan
akhlak peserta didik, guru menggunakan pendekatan individual dan kelompok.
Pendekatan secara individual dengan menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik.
Sedangkan pendekatan kelompok dengan adanya shalat berjama’ah, peringatan-
peringatan Hari Besar Islam, kultum ramadhan, serta peraturan tentang
kedisiplinan dan tata tertib sekolah (2) Metode yang digunakan dalam pembinaan
akhlak peserta didik yaitu dengan menggunakan metode keteladanan, pembiasaan,
cerita, nasehat, dan ganjaran (3) Dari hasil pembentukan akhlak siswa ini sudah
ada perkembangan yang dialami oleh siswa berkat program-progam yang
dilakukan oleh guru yang ada disekolah serta adanya pengawasan dari guru
sekolah dan juga pengawasan dari pengurus yang ada diasrama.

vi
MOTTO

‫إذا صدق العزم وضح السبيل‬


“Jika ada kemauan yang sungguh-sungguh,
pasti terbukalah jalannya”

ALLAH Memberikan Apa Yang Kita Butuhkan


Bukan Apa Yang Kita Inginkan.
Maka Belajarlah Terus Untuk Bersyukur Dan
Bersabar
(Tere Liye)

vii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan basmallah dan hamdallah, rasa syukur kepada sang khalik
Allah SWT atas segala nikmat dan kesehatan yang telah diberikan sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat serta salam kami haturkan
kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini penulis persembahkan
untuk:

Terimakasih tak terhingga kepada kedua orang tua Ayah Sutrino Ibu Suyatin yang
telah mendidik, membimbing, mengawasi, menasehati, memfasilitasi, mendoakan
dan meridhoi setiap langkah dan perjuanganku, serta telah mencurahkan daya dan
upayanya demi pendidikanku, begitupun dengan tetesan keringat yang telah
menghidupi saya dan adik-adik, semoga karya kecil ini bisa membuat beliau
berdua tersenyum bahagia dan mampu mewujudkan sedikit dari banyaknya
harapanku.

Teruntuk saudara-saudara dan semua keluarga terimakasih telah memotivasi dan


memberikan semangat pada setiap langkah dan prosesku dalam menuntut ilmu,
semoga skripsi ini bisa memotivasi adik-adik dan saudara-saudaraku yang besar
harapan ingin merasakan bangku perkuliahan, semoga Allah selalu memudahkan
harapan besar kalian semua agar menjadi manusia yang bermanfaat dan barokah
dunia dan akhirat.

Dan untuk seluruh teman- teman, hanya do’a dan harapan yang terucap pada
benak ini, semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan kalian,
Jazakumullah khoiron kastiron. Semoga segala harapan dan cita-cita senantiasa
Allah wujudkan dan ridhoi disetiap langkah dan perjuangan kita sebagai hamba
Allah yang dapat bermanfaat bagi agama, umat, bangsa dan negara. Aamiin.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

‫ َرِض ْيُت ِباِهللا َر َّبا‬.‫َر ِّب اْش َـرْح ِلي َص ـْد ِر ْي َو َيِّسْر ِلي َأْمِـرْي َو اْح ُلْل ُع ْقـَد ًة ِم ْن ِلَس ـاِني َيْفَقـُه َقـْو ِلي‬
‫ َر ِّب ِزْد ِني ِع ْلًم ا َو اْر ُز ْقِنْي َفْهًم ا َو اْج َع ْلِنْي ِم َن الَّصاِلِح ْيَن‬.‫َو ِباِاْل ْس َالِم ِد ْيَنا َو ِبُمَحَّمٍد َنِبًّيا َو َر ُسْو ًال‬.
Segala puji syukur bagi Allah SWT, Yang Maha Kuasa atas segala

berkah, rahmat, kasih sayang dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan

lahiriyyah dan bathiniyyah serta inspirsi yang terbaik, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SMP AL-RIFA’IE.” Dengan lancar.

Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari masa jahiliyyah menuju

masa yang bergelimang ilmu yaitu agama islam, sekaligus beliau yang telah

menjadi inspirator bagi umat Muslim di Alam Semesta.

Penulis skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam Universitas

Islam Malang sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan

mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama di bangku

kuliah.

Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain hanya ungkapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayah Sutrino Ibu Suyatin beserta segenap keluarga

ix
yang tiada henti-hentinya mengiringi do’a, kasih sayang dan memberikan

motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Maskuri, M.Si selaku Rektor Universitas Malang.

3. Bapak Drs. Anwar Sa’dullah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Malang.

4. Bapak Moh. Sulistiono, S.PdI, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam Universitas Islam Malang.

5. Bapak Dr. Drs. Rosichin Mansur, M.Pd. dan Ibu Ika Anggraheni, S.Pd, M.Pd.

selaku dosen yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyusun skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen Universitas Islam Malang yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis selama 4 tahun.

7. Segenap teman fillah, teman seperjuangan serta seluruh santri Yayasan Pondok

Modern Al-Rifa’ie yang selalu mendo’akan dan mensuport hari-hari di

Pesantren.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Begitu juga penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat kontruktif demi

penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap

sungguh dengan rahmat dan Izin-NYA mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

x
Malang, 05 Juli 2023
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Halaman Judul
Halaman Persetujuan Pembimbing
Halaman Pengesahan
Halaman Pernyataan Keaslian
Abstrak
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Kata Pengantar........................................................................................................ix
Daftar Isi.................................................................................................................xi
Daftar Tabel..........................................................................................................xiii
Daftar Lampiran....................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Konteks Penelitian.......................................................................................1
B. Fokus Penelitian...........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
E. Definisi Operasional.....................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................9
A. Peran Guru....................................................................................................9
1. Pengertian Peran........................................................................................9
2. Pengertian Peran Guru PAI......................................................................10
B. Pembentukan Akhlak .................................................................................15
1. Pengertian Akhlak.......................................................................................15
2. Metode Pembinaan Akhlak.........................................................................17
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.........................18
4. Pendidikan Akhlak......................................................................................20
5. Karakteristik Akhlak dalam Ajaran Islam..................................................22
6. Indikator Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela............................................23

xi
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................26
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................26
B. Kehadiran Peneliti......................................................................................27
C. Lokasi Penelitian........................................................................................28
D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................30
E. Teknik Analisis Data..................................................................................34
F. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................................36
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN..............................39
A. Paparan Data..............................................................................................39
1. Perencanaan Guru PAI dalam Pembentukan Akhlak Siswa..................39
2. Pelaksanaan Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Siswa......................46
3. Hasil Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak............................................56
B. Temuan Peneliti.........................................................................................60
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................62
A. Perencanaan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlak
di SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang......................................62
B. Pelaksanaan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak di
SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang .........................................64
C. Hasil Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak di SMP
Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang ..................................................70
BAB VI PENUTUP...............................................................................................74
A. Kesimpulan................................................................................................74
B. Saran...........................................................................................................75
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................76
RIWAYAT HIDUP PENULIS..............................................................................77

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pengertian Akhlak secara etimologis berasal dari kata khuluq dan

jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara

etimologis, akhlak berarti character, disposition, dan moral constitution.

Al-Ghazali berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriah yang

disebut dengan khalq, dan citra batiniah yang disebut dengan khulq. Khalq

merupakan citra fisik manusia, sedang khulq merupakan citra psikis

manusia. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

kondisi lahir dan bathin manusia. Keinginan, minat, kecendrungan, dan

pikiran manusia adakalanya terwujud dalam suatu tingkah laku nyata,

namun ada juga yang hanya terpendam di dalam batin dan tidak

teraktualisasi dalam suatu tingkah laku nyata(Muhaimin, 2005). Maka

dari pengertian diatas akhlak ialah segala tingkah laku seseorang yang

lahir dari dalam bathin seseorang. Atau untuk lebih mudah dipahami

akhlak adalah wujud baik, buruk tingkah laku seseorang, yang berawal

dari suatu keinginan dari dalam diri seseorang.

Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau

seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu

harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan

bagaimana sebaiknya akhlak itu, disusun oleh manusia di dalam sistem


idenya. Akhlak atau sistem prilaku dapat dididikan atau diteruskan melalui

sekurang-kurangnya dua pendekatan.

Melalui pembiasaan yang dilakukan dan sikap yang terus dilihat

serta ditiru akan mempengaruhi perkembangan akhlak seorang anak, baik

akhlakul karimah ataupun akhlak mazmumah. Pada hakikatnya fitrah

manusia adalah selalu cenderung berbuat baik, akan tetapi itu kembali lagi

bagaimana lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memberikan

didikan akhlaknya. Dalam kehidupan sehari-hari seorang anak yang

berakhlak baik akan disegani dan juga mendapat penilaian baik dimata

semua orang, akan tetapi seorang anak juga bisa dicela, dan dijauhi apabila

akhlak mereka buruk serta merugikan orang lain

Ada beberapa faktor penyebab timbulnya akhlak, baik akhlakul

karimah ataupun mazmumah yaitu bersumber dari tiga pusat pendidikan

yaitu sekolah, masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu upaya untuk

mengatasinya merupakan tanggung jawab bersama dari kedua orang tua,

guru disekolah dan masyarakat. Pendidikan Islam di sini diartikan sebagai

upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab

terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi

yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana

hakikat kejadiannya. Jadi, dalam pengertian ini, pendidikan Islam tidak

dibatasi oleh institusi (kelembagaan) ataupun pada lapangan pendidikan

tertentu. Pendidikan Islam diartikan dalam ruang lingkup yang

luas(Jalaluddin, 2004). Jadi yang dimaksud bertanggung jawab dalam

penjelasan diatas adalah orang tua. Sedangkan guru dan pendidik lainnya
hanya sebagai penyambung dari tanggung jawab orang tua yang juga

berperan sebagai pembina, pembimbing, pengembang serta pengarah

potensi yang dimiliki anak agar mereka menjadi pengabdi Allah yang taat

dan setia, sesuai dengan hakikat penciptaan manusia dan juga dapat

berperan sebagai khalifah Allah dalam kehidupan di dunia. Fungsi dan

peran kedua orang tua sebagai teladan yang terdekat kepada anak telah

diakui dalam pendidikan Islam. Jadi baik buruknya sikap kedua orang tua

akan ikut mempengaruhi sikap keagamaan pada anak. Begitu juga guru,

segala gerak-gerik ataupun sikap seorang guru secara tidak langsung akan

di contoh oleh siswa.

Salah satunya yang berperan dalam membina akhlak siswa di

sekolah adalah guru pendidikan agama, guru pendidikan agama Islam

adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan

jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan

sehingga dia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik

sebagai khalifah fil al-ardh maupun khalifah fi’abd) sesuai dengan nilai-

nilai ajaran agama Islam. Maka guru pendidikan agama Islam adalah guru

yang berperan penting dalam pembentukan akhlak peserta didik.

Bagaimana guru tersebut mengajar, memberi nasehat, memberi motivasi,

dan segala yang dilakukan ketika dikelas akan secara langsung dilihat oleh

peserta didik.

Peneliti mengambil penelitian ini karena peneliti melakukan PPL

( praktik pengalaman lapangan) di SMP Modern Al-Rifa’ie ini yang

melihat sebagian besar akhlak siswa sangat mencerminkan akhlakul


karimah yang diajarkan oleh Islam. Peran orang tua dan guru Pendidikan

Agama Islam sangat diperlukan dalam pembinaan akhlak terhadap siswa.

Keberadaan anak di sekolah waktunya sangat terbatas, anak lebih banyak

berada di lingkungan orang tuanya dari pada lingkungan sekolah. Apabila

orang tua kurang memperhatikan sikap dan tingkah laku anaknya di

rumah, maka teori-teori pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah

tidak dapat dilaksanakan dalam kehidupan praktis di lingkungan

rumah(Hasibuan, 1994).

Pembinaan akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam

tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang diketahui bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Disamping itu,

banyaknya tindak kriminal yang dilakukan para remaja dan seringnya

terjadi tawuran antar pelajar disinyalir sebagai akibat dari tidak

berhasilnya pembinaan akhlak dan budi pekerti para murid. Kegagalan

pembinaan akhlak akan menimbulkan masalah yang sangat besar, bukan

saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga masa yang akan datang.

SMP Modern Al-Rifa’ie merupakan salah satu madrasah swasta

yang beralamat di Jl. Raya Ketawan No 2. Madrasah ini juga adalah salah

satu madrasah yang berada dalam naungan Yayasan Pondok Pesantren

Modern Al-Rifa’ie. Peneliti saat melakukan observasi pendahuluan di

SMP Modern Al-Rifa’ie menemukan fenomena-fenomena yang membuat


peneliti ingin lebih tau bagaimana peran seorang guru dalam mendidik

siswa. Disini peneliti melihat bahwa adanya siswa yang merunduk ketika

ada seorang guru yang melewatinya, dan tidak jarang juga siswa bercium

tangan antara siswa putra dan guru putra begitu juga sebaliknya. Peneliti

juga melihat siswa pada saat diluar kelas pun entah itu dikantin,di area

sekolah,lapangan, dan juga masjid mereka menerapkan akhlak yang telah

diajarkan seperti bagaimana berbicara dengan kakak kelas,guru, dan teman

sebaya, siswa cukup menggunakan kata yang sopan saat diluar kelas sekali

pun. Kemudian disini juga peneliti melihat siswa yang ada di SMP

Modern Al-Rifa’ie ini melaksanakan agenda sholat dhuha rutinan dalam

menerapi akhlak siswa di sekolah tidak jarang juga diberikan sosialisasi

dan juga penghargaan kepada siswa perihal akhlakul karimah yang

ditanamkan dalam diri siswa. Karena saya ingin mengatahui lebih lanjut,

maka dari itu saya melakukan wanwancara singkat oleh salah satu siswa

disana mengapa akhlak siswa disini bisa dibilang cukup baik. Dia

memberikan jawaban kepada peniliti dengan “adanya peran guru

Pendidikan agama islam”

Oleh sebab itu penelliti tertarik ingin melakukan penelitian

kualitatif dengan judul penelitian“PERAN GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK DI SMP

MODERN AL-RIFA’IE” Membimbing akhlak pada diri anak menjadi

hal yang harus diperhatikan orang tua, guru dan masyarakat guna

menghasilkan generasi penerus bangsa yang berakhlak dan berilmu

pengetahuan.
B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada konteks diatas maka penelitian ini di fokuskan pada :

1. Bagaimana perencanaan guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang?

2. Bagaimana pelaksanaan guru PAI dalam pembinaaan akhlak siswa di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ?

3. Bagaimana hasil guru PAI dalam pembinaaan akhlak siswa di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan oleh peneliti setelah melakukan proses

penelitian adalah:

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan guru PAI dalam pembentuka

akhlak di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan guru PAI dalam pembentukan

akhlak di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

3. Untuk mendeskripsikan hasil guru PAI dalam pembentukan akhlak di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

D. Kegunaan Penelitian
Dari rumusan dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi Lembaga, kampus serta

penulis sendiri.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan aacuan

secara teoritis terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

strategi pembelajaran khususnya berkaitan dengan peran guru dalam

pembentukan karakter akhlak siswa.

2. Secara praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada :

a. Guru

Diharapkan dapat memberi sumbangan untuk membangkitkan

siswa ber akhlakul karimah dan dapat juga digunakan untuk bahan

pengembangan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa siswa agar

lebih baik lagi dan dapat pula digunakan untuk meningkatkan

keprofesionalitasan.

b. Siswa

Dapat dijadikan siswa agar menghasilkan motivasi belajar siswa

dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah yang sesuai

diharapkan oleh guru.

c. Peneliti selanjutnya
Nantinya, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk

penelitian yang akan datang, dengan rumusan masalah yang lebih

mendalam dan lebih luas mengenai masalah-masalah yang terkait

dalam penelitian ini.

E. Definisi Operasional

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Peran merupakan suatu fungsi yang dibawakan oleh seseorang

ketika menduduki jabatan tertentu. Peran guru Pendidikan agama islam

adalah seperangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang

dalam memberikan ilmu pengetahuan agama islam kepada siswa di

sekolah.

2. Pembentukan Akhlak

Akhlak merupakan tingkah laku seseorang yang di dorong oleh suatu

keinginan dalam diri untuk melakukan perbuatan baik maupun buruk.

Jadi, peran guru Pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak

siswa adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh guru

Pendidikan agama islam dalam upaya untuk menanamkan nilai-nilai

keagamaan terhadap siswa sehingga siswa dapat memahami islam

yang sesungguhnya terutama dalam berakhlaku karimah.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Guru PAI

1. Pengertrian Peran

Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan. Peran

disefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan

oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial dalam

organisasi. Peran menurut terminology adalah seperangkat tingkah

yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat.

Dalam bahasa inggris peran disebut “role” yang definisinya adalah

“person’s task or duty in undertaking”. Artinya “tugas atau kewajiban

seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”. Peran diartikan sebagai

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan

tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa(Syamsir,

2014).

Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu

lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu

lembaga/organisasi biasanya diaturdalam suatu ketetapan yang

merupakan fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam

yaitu peran yang diharapkan (expected role) dan peran yang dilakukan

(actual role). Dalam melaksanakan peran yang diembannya, terdapat

faktor pendukung dan penghambat.


Peran juga bisa diartikan sebagai fungsi yang dilakukan oleh

seseorang ketika menduduki jabatan tertentu sebagaimana Peran

menurut Koentrajaraningrat, berarti tingkahlaku individu yang

memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran

menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang

memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem. Menurut

Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia

terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran

menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis

kedudukan (status), apabila seseorang melaksankan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan

suatu peranan.

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

pengertian peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh

banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang

memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal hal diatas

dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan media online

terutama pada media yang penulis teliti yaitu sripoku.com, peran tidak

berarti sebagai hak dan kewajiban individu melainkan merupakan

tugas dan wewenang media itu sendiri.

2. Pengertian Peran Guru PAI

Pengertian guru sampai sekarang masih terus di perdebatkan. Ada

yang menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang profesinya


mengajar orang lain. Ada yang menyatakan bahwa guru adalah orang

memengaruhi orang lain. Bahkan, ada yang cukup rancu dalam bahasa

masyarakat, yaitu perdebatan antara usatadz dan guru. Ustadz adalah

pengajar ngaji di madrasah. Sedangkan, guru adalah pengajar di

sekolah umum. Saya kaget dengan dua istilah ini, mengapa sampai di

beda bedakan. Kata kawan saya, dikotomi ini adalah pekerjaan

penjajah dulu. Ya, itu jawaban paling mudah. Kita salahkan saja orang

lain. Memang, menyalahkan orang lain lebih mudah dan enak rasanya.

Saya tidak ingin pusing dengan perbedaan tentang pengertian guru.

Saya akan memutuskan bahwa istilah yang tepat untuk menyebut guru

adalah mu’alim.Arti asli kata ini dalam bahasa arab adalah menandai.

Ternyata, ketika di telusuri, pekerjaan guru secara psikologis adalah

mengubah perilaku murid. Pada dasarnya, mengubah prilaku murid

adalah memberi tanda, yaitu tanda perubahan. Adapun ustadz, arti

aslinya adalah orang yang bersurban.orang sumatra barat,

menerjemahkan ustadz dengan tuan (Asril, 2011).

Dari uraian diatas, dapat difahami bahwa guru adalah seseorang yang

memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mendidik dan mengajar

peserta didik dan menjadikanya dari yang tidak faham menjadi faham,

dari yang tidak tahu menjadi tahu, selain itu istilah guru selalu identik

dengan orang yang yang bekerja disuatu instansi lembaga pendidikan,

baik formal atau nonformal.


Demikian beberapa pengertian guru menurut beberapa teori,

adapun pengertian pendidikan agama islam itu sendiri peneliti

mengutip dari beberapa sumber buku berikut:

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terrencana dalam

mempersiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al

Quran dan Al Hadits, melalui kegiata bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dengan hubunganya dengan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud

kesatuan dan persatuan (Abdul, 2012).

Jadi Guru PAI adalah guru yang mengajarkan Al Quran Hadits,

Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih atau tergabung

menjadi satu kesatuan yaitu Pendidikan Agama Islam di sekolah atau

madrasah yang bertujuan untuk menjadikan anak didik menjadi

beriman dan bertakwa kepada allah swt dan berprilaku baik dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Peran Guru PAI Dalam Proses Pembelajaran Akhlak

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya

secara optimal (Sanusi, 2015).


Peran guru dalam proses pembelajaran sangat banyak, namun

dalam kajian buku yang peneliti kutip ini dikemukakan yang paling

dominan antara lain, yaitu sebagai demonstrator, sebagai pengelola

kelas, sebagai mediator, sebagai motivator, dan sebagai evaluator.

Peranan guru pendidikan agama Islam adalah seperangkat tingkah

laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam memberikan ilmu

pengetahuan agama Islam kepada siswa di sekolah.

Seiring dengan peran dan tugas diatas, bahwa guru harus kreatif,

profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai:

1) Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.

2) Teman bisa menjadi tempat mengadu dan mencurahkan perasaan

isi hati peserta didik.

3) Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, melayani

peserta didik, sesuai dengan minat kemampuan dan bakatnya.

4) Memberikan sumbangan dan pemikian kepada oran tua untuk

memahami permasalahan yang sedang dihadapi anak dan

mencarikan solusinya.

5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

6) Membiasakan peserta didik bersilaturahmi dengan orang lain

secara wajar.

7) Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik

dalam linkunganya.

8) Mengembangkan kreatifitas

9) Menjadi pembantu jika diperlukan (Asril, 2011).


Proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai

tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu

yang terjadi dalam kelas untuk membantu perkembangan siswa.

Penyampaian materi hanyalah merupakan salaha satu dari berbagai

dari kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam

segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara terperinci tugas

guru berpusat pada:

a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

b) Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman

belajar yang memadai.

c) Membantu perkembangn siswa seperti aspek sikap, nilai-nilai

dan penyesuaian diri.

10) Pembentukan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam

Islam. Oleh karena itu, pembentukan akhlak merupakan suatu yang

sangat penting dilakukan terutama dalam dunia pendidikan, karena

salah satu faktor utama pembentukan akhlak adalah pendidikan itu

adalah pendidikan itu Membiasakan peserta didik bersilaturahmi

dengan orang lain secara wajar.

11) Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik

dalam linkunganya.

12) Mengembangkan kreatifitas

13) Menjadi pembantu jika diperlukan (Asril, 2011).


Proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing, dan mmeberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai

tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu

yang terjadi dalam kelas untuk membantu perkembangan siswa.

Penyampaian materi hanyalah merupakan salaha satu dari berbagai

dari kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam

segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara terperinci tugas

guru berpusat pada:

d) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

e) Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman

belajar yang memadai.

f) Membantu perkembangn siswa seperti aspek sikap, nilai-nilai

dan penyesuaian diri.

Pembentukan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama

dalam Islam. Oleh karena itu, pembentukan akhlak merupakan

suatu yang sangat penting dilakukan terutama dalam dunia

pendidikan, karena salah satu faktor utama pembentukan

akhlak adalah pendidikan itu Pembentukan Akhlak

B. Pembentukan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak atau tingkah laku tidak terlepas dari kehidupan manusia.

Ada akhlak yang disebut dengan akhlakul karimah atau akhlak terpuji

dan ada pula akhlak tercela atau akhlak yang buruk. Setiap manusia
berperangai baik atau buruk tergantung dirinya sendiri, karena yang

menggerakkan ke semua itu adalah diri sendiri dan benar-benar berasal

dari hati nurani tanpa ada pemikiran yang matang.

Betapa besar perhatian umat Islam terhadap pembentukan akhlak

yang luhur pada umatnya, karenanya tidak hanya menjelaskan hal ini

secara global, namun Islam juga menerangkannya secara detail. Islam

telah memaparkan bagaimana akhlak seorang muslim kepada

Rabbnya, keluarganya, tetangganya, bahkan kepada hewan dan

tetumbuhan sekalipun (Zaen, 2004).

Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khilqun atau Khulqun

yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana yang telah

disebutkan diatas. Dengan demikian pengertian akhlak secara

kebahasaan berarti budi pekerti, kebiasaan, perangai, muru’ah atau

segala sesuatu yang menjadi tabiat. Sedangkan secara istilah, kita dapat

merujuk pada pendapat para ahli diantaranya yaitu ibnu maskawaih

yang mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan.(Abudin, 2015)

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa

motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang

untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan

bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan

adanya tujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi


belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai. upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan

bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar

berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan

diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi

kehidupan siswa.

2. Metode Pembinaan Akhlak

Pembinanaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam

islam. Hal in dapat dilihat dalam salah satu misi kerasulan yang utama

yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia. Menurut Muhammad Al

Ghozali dalam bukunya yangg berjudul Akhlak seorang muslim,

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat

pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus

didahulukan daipada pembinaan fisik. Karena dari jiwa yang baik

inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik pula sehingga pada

tahap selanjutnya akan mempermudah mengasilkan kebaikan dan

kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.

Perhatian islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat

dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat dalam seluruh aspek

ajaran Islam. Pembinaan akhlak dalam Islam jua terinteggrasai dengan

pelaksanaan rukun Islam, karena didalamna terkandung konsep


pembinaan akhlak. Dalam tahap- tahap tertentu, pembinaan akhlak

khususnya akhlak lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan

dengan lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Apabila pembinaan

ini telah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa

lagi sebagai paksaan.

Selain itu dalam prmbinaan akhlak juga dapat diterapkan dengan

melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat ditentukan hanya

dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk

menerima keutamaan itu tidak cukup hanya dengan seorang guru

kerjakan ini dan jangan kerjakan itu, menanamkan sopan santun

memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang

lestari.

Pembinaan akhlak yang efektif dapat dilakukan dengan

memperlihatkan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina, misalnya

pada masa anak-anak lebih menyukai kepada hal yang bersifat

rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam

bentuk permainan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Disebutkan bahwa ada tiga aliran sebagai faktor yang

memperngaruhi pembentukan akhlak yaitu aliran nativisme, aliran

empirisme dan aliran konvergensi.

Menurut aliran nativisme faktor yan paling berpengaruh dalam

proses pembentukan akhlak adalah pembawaan dari dalam yang

bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika


seseorang suda memiliki pembawaan atau kecenderungan yang baik,

maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik dan sebaliknhya.

Selanjutnya menurut aliran empirsme bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari

luar, yaitu lingkungan sosial, termaksuk pembinaan dan pendidikan

yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepda

anak itu baik, maka baik lah anak itu. Demikian juga sebaliknya aliran

ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oeh

dunia pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan dalam aliran konvergensi berpendapat bahwa

pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu pembawaan

si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang

dibuat secara khusus atau melalui interaksi dan ,lingkungan sosial.

Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri

yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melauli berbagai

metode.

Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan

dalam pebuatan. Sikap sesoan boleh jadi idak digambarkan dalam

pebuaan atau tidak tercermin dalam kehidupan tetapi hanya terjadi

kontradikasi antara sikap dan tingkah laku.

Pada intinya, hal ini meliputi kesanggupan untuk melakukan

perbuatan yang tertuju pada suatu pemuasan dorongan nafsu atau

dorongan batin yang telah dimiliki sejak lahir.


Manusia memiliki sifat ingin tau, sebab ia datang ke dunia ini

dengan serba tidak tau, apabila sreoang tidak mengetahui suatu hal dan

ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan

kepadanya, mereka senang hatinya.

Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan akal,

mempengaruhi perringatan batin hati nurani, dan menyingkirkan hasrat

baik lainya. Perasaan yang hebat dapat menimbulkan gerak nafsu dan

sebaliknya, nafsu juga dapat menimbulkan akhlak baik dan akhlak

buruk yang hebat, adakalanya kemampuan berfikir dikesampingkan.

Lingkungan dapat memainkan peran dan pendukung terhadap

proses perkembangan kecedasan, sehingga manusia dapat mencapai

taraf yang setinggi-tinggginya dan sebaliknya juga dapat merupakan

penghambat yan menyekat perkembangan, sehingga seseorang tidak

dapat mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi (Abdullah,

2007).

4. Pendidikan Akhlak

Pekataan akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari ‘khuluqun’

yang menuut logat diartikan budi pekerti , perangai, tingkah laku atau

tabiat (ya’kub), Rumusan pengertian akhlak timbul sebagai media

yang memungkinkan adanya hubunan baik antara kholik dan makluk

serta antara makluk dan makhluk.

Atas dasar itu akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan baik dan

buruk, menerangkan apa yang harus dilakukan oleh setengah manusia

kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju manusia dalam


perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang

harus diperbuat.

Sesungguhnya pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh

Ibn Miskawai dan dikutip oleh abudin nata, merupakan upaya ke arah

terwujud nya sikap batin yang mampu mendorong secara sepontan

lahirnya perbuatan–perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam

pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan

yang muncul merujuk pada Al-Quran dan Sunah sebagai sumber

tertinggi ajaran islam.

Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber

lainnya pembuatan di mana pebuatan itu lahir dengan mudah tanpa

memikirkan untung dan rugi. Orang yang beraglak baik akan

melakukan kebaikan secara sepontan tanpa pamrih apapun. Demikian

juga orang yang berahlak buruk,melakukan keburakan secara sepontan

tanpa memikirkan akibat bagi dirinya maupun yang di jahati.Akhlak

mengandung beberapa arti ,diantaranya:

a. Tabiat,yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa

dikehendaki dan tanpa di upayakan

b. Adat, yaitu sifat dalam diri yang di upayakan manusian melalui latihan,

yakni berdasarkan keinginan.

c. Watak, cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal

yang diupayakan hingga menjadi adat (Abdul, 2012).

Pendidikan ahklak bisa dikatakan sebagai pendididkan moral

dalam diskursus pendidikan islam. Setelah lebih dalam terhadap


konsep ahklak yang telah dirumuskan oleh para tokoh pedidikan islam

masa lalu seperti Ibnu miskawaih ,al-qobisi, ibnu sina, al-ghazali, dan

al-zamuji, menunjukan bahwa tujuan puncak pendididkan akhlak

adalah terbentuknya karakter positif dalam prilaku anak didik.

Karakter positif ini tiada lain adalah penjelmaan siat-sifat mulia tuhan

dalam kehidupan manusia.

5. Karateristik Akhlak Dalam Ajaran Islam

Islam memiliki dasar-dasar konseptual tentang akhlak yang

kompehensif dan menjadi karakteristik yang khas. Diantaranya yaitu:

1.Akhlak meliputi hal-hal yang bersifat umum dan terperinci.

2. Akhlak bersifat menyeluruh

3. Akhlak sebagai buah dari iman

4. Akhlak menjaga konsisitensi dengan tujuan (Hidayat, 2003).

Didalam Al Quran ada ajaran yang dijelaskan secara umum, akan

tetapi juga ada juga yang diterangkan secara mendetail. Dalam konsep

islam, akhlak meliputi seluruh kehidupan mislim, baik beribadah

secara khusus, kepada Allah maupun dengan hubunganya dengan

sesama makhluk, seperti akhlak dalam mengelola sumber daya alam,

menata ekonomi, menata politik kehidupan bernegara, kehidupan

bermasyarakan dan keluarga.

Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan dengan masalah

keimanan. Jika iman dapat diibaratkan sebagai akar buah pohon,

sedangkan ibadah merupakan batang, ranting dan daunnya, maka

akhlak adalah buahnya. Imam yang kuat akan termanifestasikan oleh


ibadah yang diatur dan membuahkan Akhlakul Karimah. Lemahnya

Iman dapat terdeteksi melalui indikator tidak tertibnya ibadah dan sulit

membuahkan Akhlakul Karimah.

Akhlak tidak membenarkan cara-cara mencapai tujuan yang

bertentangan denga syariat sekalipun, dengan maksud untuk mencapai

tujuan yang baik. Hal tersebut dipandang bertentangan dengan

prinsipprinsip Akhlakul Karimah yang senantiasa menjaga konsisitensi

cara mencapai tujuan tertentu dengan tujuan itu sendiri.

6. Indikator Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela

a) Baik dan buruk menurut agama

Penting direnungi manusia dalam menjalani kehidupan ini,

sesuatu yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut

Allah, begitu pula sebaliknya sesuatu yang baik menurut Allah

belum tentu baik menurut manusia. Allah SWT berfirman:

‫ِا ِذ‬ ‫ِا ِب ِه‬


‫َو اَل َتْس َتِو ى اَحْلَس َنُة َو اَل الَّس ِّيَئُةۗ ْد َفْع اَّلْيِت َي َاْح َسُن َف َذا اَّل ْي‬
‫َبْيَنَك َو َبْيَنهٗ َعَد اَو ٌة َك َاَّنهٗ َو ٌّيِل ِمَح ْيٌم َو َم ا ُيَلّٰق ىَه ٓا ِااَّل اَّلِذْيَن َص َبُر ْو ۚا َو َم ا‬
‫ُيَلّٰق ىَه ٓا ِااَّل ُذْو َح ٍّظ َعِظ ْيٍم‬
Artinya

34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan

itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu

dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang

sangat setia

35. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada

orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada

orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.


Indikator utama dai pebuatan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan yang diperintahkan Allah dan Rasulullah yang

termuat dalam Al Qur‟an dan Assunah.

2. Perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan

akhirat.

3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia

dimata Allah dan sesama manusia

4. Perbuatan yang menjadi bagian dari tujuan syariat islam

yaitu memlihara agama Allah, akal, jiwa, keturunan, dan

harta kekayaan

Sedangkan indikator perbuatan yang buruk adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan yang didorongkan hawa nafsu dari syetan

2. Perbuatan yang membahayakan dan merugikan didunia dan akhirat

3. Perbuatan yang menyimpang dari ajaran islam

4. Perbuatan yang menimbulkan pemusuhan dan kebencian (Saebani,

2003).

Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang

lain untuk mencapai tingkat kemanusian yang lebih tinggi.Ini artinya

bahwa setiap pendidik/guru bertanggungjawab terhadap perkembangan

peserta didiknya. Pendidik/guru pada dasarnya memiliki peran yang

sangat fital dalam proses pembelajaran, baik tidaknya kualitas

pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya.

Pendidik yang memiliki kualitas tinggi dapat menciptakan dan

mendesain materi pembelajaran yang lebih dinamis dan konstruktif.


Mereka juga akan mampu mengatasi kelemahan materi dan subyek

didiknya dengan menciptakan suasana miliu yang kondusif dan strategi

mengajar yang efektif dan dinamis.

Pada dasarnya tugas pendidik adalah mendidik dengan

mengupayakanpengembangan seluruh potensi peserta didik, baik

aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Potensi peserta didik ini

harus berkembang secara seimbang dan terintegrasi dalam diri peserta

didik.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran atau deskripsi yang objektif, fakta yang akurat dan

sistematis mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membina

akhlak siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya

(Ahmadi, 2014). Kemudian penelitian kualitatif juga dapat diartikan

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang

orang melalui tulisan atau kata-kata yang diucapkan dan perilaku yang

dapat diamati(Salim dan Syahrum, 2016). Nah, dalam penelitian ini,

peneliti akan mendeskripsikan bagaimana peranan guru Pendidikan

Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang.

Dalam sebuah penelitian kualitatif, peneliti wajib hadir dilapangan

karena peneliti merupakan instrumen utama yang memang memiliki

keharusan hadir secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan data.

Seorang peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul,

pencatat, perekam, pengamat, penganalisis, penafsir, dan pelapor hasil data


yang telah diperoleh sesuai dengan kejadian yang terjadi di lapangan.

Peneliti melakukan observasi secara langsung ke SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang untuk mengumpulkan, mencari masalah, informasi,

data, dan memecahkan masalah yang diteliti.

Oleh sebab itu, peneliti diharuskan melakukan survei secara

langsung ke lapangan untuk meneliti obyek penelitiannya agar penelitian

kualitatifnya dapat membuahkan hasil yang baik. Sebagai wawancara

peneliti akan mewawancarai kepala sekolah, guru dan siswa. Untuk

mengumpulkan data dari sumber yang ada di lapangan. Peneliti

memanfaatkan buku tulis, bolpoin sebagai alat pencatat data, serta media

perekam suara jika di perlukan

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil lokasi di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang terletak di Jl. Raya Ketawang no 2 56196

Merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di

Kabupaten Malang, provinsi Jawa Timur. Adapun Nomor pokok sekolah

nasional (NPSN) untuk SMP Modern Al-Rifai’ie Gondanglegi Mallang ini

adalah 69820144. Sekolah ini menyediakan berbagai fasilitas penunjang

pendidikan bagi anak didiknya. Terdapat guru-guru dengan kualitas

terbaik yang kompeten dibidangnya, kegiatan penunjang pembelajaran

seperti ekstrakurikuler (ekskul), organisasi siswa, komunitas belajar, tim

olahraga, dan perpustakaan sehingga siswa dapat belajar secara maksimal.

Proses belajar dat senyaman mungkin bagi murid dan siswa.


Alasan peneliti meneliti di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi

Malang adalah selain Alasan peneliti meneliti di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang merupakan tempat yang cukup strategis Adapun

beberapa hal yang dilakukan beberapa guru dalam membiasakan ber

akhlakul karimah sehingga peneliti tertarik untuk memilih SMP Modern

Al-Rifa’ie sebagai tempat penelitian.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif sebuah ungkapan secara

lisan atau kata-kata dalam tulisan yang dicermati serta benda-benda yang

diamati secara detail agar dapat menginterpresentasikan maksud tersirat

dari data-data yang telah diperoleh tersebut. Peneliti mengamati serta

mencermati data yang berupa tulisan dan segala ucapan dari informan

secara detail dan mendalam terkait Peran Guru dalam Pembentukan

Akhlak di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang. Peneliti mencari

dan mengumpulkan sumber data dengan lengkap, yaitu meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data-data dalam bentuk

sikap, ungkapan lisan dari subjek (informan) terkait dengan variabel

penelitian, Data primer didapatkan dengan melibatkan partisipasi aktif dari

peneliti. Biasanya, data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei,

observasi, eksperimen, kuesioner, wawancara pribadi dan media lain yang

digunakan untuk memperoleh data lapangan, Data primer adalah data

pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti melalui upaya pengambilan

data di lapangan langsung. Karena hal inilah data primer disebut sebagai

data pertama atau data mentah dan data lebih valid dan akurat.
Data sekunder merupakan data-data berupa gambar, foto, video,

tabel, gambar, diagram, notulen rapat, chatting, dan lain-lain yang dapat

mendukung kelengkapan data primer dalam penelitian, Proses

pengumpulan data sekunder lebih cenderung mudah dan cepat dilakukan.

Peneliti bisa mendapatkan berbagai data sekunder dengan memanfaatkan

sumber publikasi pemerintah, situs, buku, artikel jurnal, catatan internal

organisasi dan lain sebagainya, Data sekunder merupakan berbagai

informasi yang telah ada sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan

oleh peneliti yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian.

Data sekunder ini biasanya bisa didapatkan melalui buku, publikasi

pemerintah, catatan internal organisasi, laporan, jurnal, hingga berbagai

situs yang berkaitan dengan informasi yang sedang dicari, data yang

kurang valid dan kurang akurat.

Berbagai data primer dan sekunder dikumpulkan oleh peneliti,

meliputi ungkapan verbal, tingkah laku ataupun bahasa tubuh dari

informan, berkas berkas, dokumen-dokumen, foto-foto, rekaman video,

rekaman audio, dan lain lain untuk memperkuat hasil temuan

penelitiannya. Data primer yang dikumpulkan peneliti berupa penjelasan

lisan dari subjek penelitian, yaitu bersama kepala sekolah, guru mata

pelajaran PAI, wali murid/walisantri, dan siswa di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondanglegi Malang. Selain itu, untuk memperkuat data primer

peneliti juga mengumpulkan data sekunder berupa, foto, gambar, dan

berkas berkas terkait Peran Guru PAI Dalam Pembentukan Akhlak Di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.


D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian ini, peneliti akan melakukan pngumpulan

data dengan cara peneliti akan dating ke lapangan yaitu melihat peristiwa

yang ada dilokasi. Hal ini sesuai dengan teori nya (Sugiyono, 2018)

mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari sebuah

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Peneliti melakukan pengumpulan

data menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai

berikut:

1.Wawancara/Interview

Teknik wawancara atau interview adalah, “pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab lisan secara sepihak,

berhadapan muka dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan”.Jenis

wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan oleh

pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan

terperinci

2.Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana

peliniti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman


wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang

akan ditanyakan, namu untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam

tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara

tidak terstruktur (Sugiyono, 2018).

Dalam hal ini pewawancara (interview) melakukan wawancara

langsung dengan terwawancara (informan) yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang mendalam dengan alat bantu seperti Hp

untuk merekam percakapan antara pewawancara dan terwawancara.

Adapun terwawancara (informan) yang dimaksudkan disini ialah, guru

PAI sebanyak 1 orang, kepala sekolah SMP Modern Al Rifa’ie

Gondanglegi Malang dan beberapa siswa SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang. Peneliti melakukan wawancara tidak tersturuktur,

yaitu tanpa menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis melainkan hanya menanyakan garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk

mengetahui bagaimana peran guru PAI dalam membina akhlak siswa,

bagaimana akhlak siswa, dan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

penghambat pembinaan akhlak siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang.

Dari penjelasan diatas, dalam melakukan penelitian penulis

menggunakan dua jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktr. Hal ini dilakukan agar dalam menghimpun

bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara


lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah

ditentukan dapat menghasilkan data yang benar.

2. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dengan tidak

ikut serta dalam suatu kegiatan yang ingin diteliti, melainkan

peneliti hanya menjadi penonton atau mengamati apa-apa saja yang

menjadi objek penelitian. Hal ini sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh (Sugiyono, 2018) observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi juga tidak

terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.

Melalui kegiatan observasi peneliti dapat belajar tentang perilaku

dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dalam penelitian ini

yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk

mengetahui kondisi yang sebenarnya para pedagang mikro di

Kecamatan Menteng untuk menerapkan pencatatan menerapkan

metode Laba Kotor sampai pembuatan laporan keuangan bulanan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa

metode observasi merupakan suatu metode untuk mengamati

tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual yang

memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses.

Pelaksanaanya observasi terdapat tiga jenis :


1) Pengamatan langsung(direct observation),yakni

pengamatan yang dilakukan tanpa perantara(secara

langsung)

2) Pengamatan tidak langsung,yakni pengamatan yang

dilakukan terhadap suatu objek melalui perantara suatu alat

atau cara,baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya

maupun buatan.

3) Partisipasi,yakni pengamatan yang dilakukan dengan cara

ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek

yang diteliti.

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dengan tidak

ikut serta dalam suatu kegiatan yang ingin diteliti, melainkan

peneliti hanya menjadi penonton atau mengamati apa-apa saja yang

menjadi objek penelitian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa observasi

adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala atau fenomena yang

diselidiki. Peneliti menggunakan jenis observasi langsung ke SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang. Teknik ini digunakan

peneliti untuk memperoleh data primer dari proses pembentukan

akhlak siswa. Observasi yang dilakukan peneliti adalah untuk

mengetahui akhlak siswa secara umum maupun secara individu.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah,“mencari data mengenai hal-hal atau

peneliti menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya”. Berdasarkan kutipan di atas bahwa yang dimaksud

dengan dokumentasi adalah metode pengukur data yang digunakan

dalam suatu penelitian dengan cara mencatat beberapa masalah

yang sudah didokumentasikan. Karena dengan metode observasi

dan interview tidak semua data diperoleh seperti akhlak siswa.

Maka dengan menggunakan metode dokumentasi ini peneliti dapat

memperoleh dokumen tentang akhlak siswa.

Pada intinya, metode dokumenter adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagaian besar data

yang tersedia biasanya adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,

kenang-kenangan, laporan dan sebagainya. Adapun sifat utama

dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi

peluang bagi peneliti untuk hal-hal yang telah silam.

Adapaun dokumen yang peneliti dapatkan dalam penelitian

ini mencakup profil sekolah, sejarah sekolah, data guru, sturuktur

organisasi sekolah, data siswa, kegiatan ektrakurikuler sekolah,

photo-photo, tata tertib sekolah dandokumen-dokumen lainnya

yang menjadi penguat dan pelengkap data hasil wawancara dan

observasi yang dibutuhkan. Dokumentasi peneliti gunakan untuk

memperoleh data untuk menguatkan sumber yang ada melalui


pemeriksaan data di sekolah seperti Rapor, buku konseling,

keaktifan dan hal lain yang berhubungan dengan akhlak.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data secara

induktif, yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian

dianalisis dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat

umum.

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah penuh.

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, teknik analisa data adalah suatu

usaha untuk memproses data yang telah dikumpulkan oleh peneliti baik

dengan alat pengumpul data yang berupa interview, observasi maupun

dokumentasi.
Adapun Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Penelitian membuat catatan data yang dikumpulkan melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi yang merupakan catatan

lapangan. Semua data merupakan hasil data mentah yang diperoleh

peneliti. Semua data tersebut terfokus pada tujuan peneliti.

2. Reduksi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari beberapa sumber, yakni dari observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Setelah dipelajari dan dicermati, peneliti memilih data

yang penting, membuat kategori dan membuang yang tidak terpakai.

Ini merupakan proses penyelesaian dan memfokuskan data yang

diperoleh peneliti.

3. Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajiannya

dengan uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori yang bersifat

naratif. Pada Langkah ini, peneliti berusaha Menyusun data yang

relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan

memiliki makna tertentu.

4. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir adalah dengan menarik kesimpulan atau verifikasi.

Analisis ini menggunakan ketiga komponen yang tersedia, yaitu data

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penarikan kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru


yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa suatu objek

yang sebelumnya gelap menjadi terang setelah diteliti.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik penjamin keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data

yang dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Teknik penjamin keabsahan data merupakan suatu langkah untuk

mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang

tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Penulis

akan menguji kredibilitas data pada penelitian kualitatif dengan

menggunakan uji kredibiltas triangulasi, triangulasi adalah pengujian

krebilitas yang diartikan sebagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu.Triangulasi dalam suatu penelitian dapat diartikan sebagai

pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, berbagai

metode dan berbagai waktu. Trianggulasi juga merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data itu untuk keperluan pengecekanatau sebagai pembanding terhadap

data itu. Dengan membandingkan berbagai sumber, metode dan waktu,

maka keabsahan data akan semakin lebih kuat keabsahannya

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa kalibrasi dalam

penelitian ini menggunakan triangulasi. Teknik pengumpulan data dengan

gambar sebagai berikut:

Observasi Wawancara
Dokumentasi

Gambar 1.triangulasi Teknik dan tringulasi sumber

Menguji readibilitas data dengan tringulasi teknik yaitu mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Sedangkan

tringulasi sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa narasumber.

Pengujian kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi yaitu

dengan cara triangulasi teknik dan triangulasi sumber data, triangulasi

teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik

yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama

melalui sumber yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan triangulasi teknik

pengumpulkan data adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan

mengecek data dengan narasumber menggunakan teknik wawancara

kepada Guru PAI, Kepala sekolah dan siswa, kemudian dicek dengan
observasi langsung ke SMP Modern Al-Rifa’ie untuk memastikan data

yang diperoleh sudah benar dan valid adanya.


BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

Dalam Temuan penelitian ini akan disajikan atau akan di jelaskan dari

hasil wawancara (wawancara dengan waka kurikulum, guru PAI dan siswa

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang), observasi dan data

dokumentasi. Penyajian data disini merupakan pengungkapan data yang

diperoleh dari hasil penelitian di lapangan yang sesuai dengan judul penelitian

yang berfokus pada Peran Guru PAI di Dalam Pembentukan Akhlak di SMP

Modern Alrifa’ie Gondanglegi Malang. Berikut penjelasan mengenai paparan

data yang telah disusun oleh peneliti.

1. Perencanaan guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa

Untuk mengetahui sejauh mana guru PAI dalam pembentukan akhak siswa

di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang. Maka dari itu, peneliti

melakukan wawancara kepada salah satu guru PAI, yaitu Ustad Abdul Haris

S.Pd. dan juga Waka Kurikulum Bapak Shofiyullah S.Pd.

Dalam perencanaan untuk membentuk akhlak siswa seorang guru akan

menyiapkan beberapa hal. Seperti observasi peneliti lakukan pada sekolah

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ini, bahwasanya guru memiliki

perencanaan berupa modul ajar dan media pembelajaran berupa materi yang

akan disampaikan kepada siswa di kelas.

Dari observasi yang peneliti lakukan bahwa seorang guru PAI juga

memiliki perencanaan ketika saat ingin memulai perlajaran dibuka dengan


memberikan salam terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pembacaan

doa awal pembelajaran. Dan tidak jarang juga guru tersebut menanyakan

materi yang telah disampaikan di pertemuan sebelumnya. Seperti berkas RPP

guru PAI yang saya lihat bahwasanya guru disini telah melakukan apa yang

telah direncanakan.

Tidak hanya itu saja seorang guru PAI di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang ini sering menegur siswa didalam kelas apabila keadaan

kelas belum kondusif untuk memulai pembelajaran tersebut, maka dari itu

perencanaan awal yang dilakukan oleh guru sangat dimaksimalkan supaya

bisa memudahkan siwa dalam menerima pelajaran tersebut.

4.1 Rencana pembelajaran guru PAI

Dari keterangan diatas bahwasanya guru di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang mempunyai sebuah perencanaan saat pembelajaran


Pendidikan Agama Islam. Pada tanggal 15 Agustus 2023, peneliti datang

kesekolah pada pukul 09.00 WIB. Peneliti langsung menuju ruang guru untuk

menemui Ustad Abdul Haris S.Pd. dan melakukan wawancara. Peneliti

langsung melakukan wawancara tentang persiapan guru PAI di dalam proses

pembelajaran dalam rangka meningkatkan akhlak siswa.

Berdasarakan dari hasil wawancara dengan guru PAI. Ustad Abdul Haris S.Pd.

mengatakan :

“ yang saya lakukan dalam perencanaan siswa untuk pembentukan akhlak


dengan menyiapkan modul ajar dan juga media pembelajaran yang akan
dilakukan kepada siswa, kemudian menyamakan pengajaran dengan
guru putri supaya persiapan yang dilakukan bisa sama dan sejalan karena
perencanaan tersebut bisa menjadi tolak ukur seorang guru dalam
pembinaan akhlak”

Dari penyataan diatas bahwasanya seorang guru PAI menyiapkan

perencanaan dan juga media pembelajaran supaya siswa dapat memahami

materi yang disampaikan seorang guru, serta guru PAI di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondanglegi Malang ini berbeda dengan sekolah lainnya. Karena

disini pengajar putra dan putri dibedakan yang memang sudah ditetapkan oleh

pengasuh Yayasan Pondok Modern Al-Rifa’ie 2 Gondanglegi Malang. Disini

juga sekolah selalu menyelenggarakan musyawarah kerja yang diadakan pada

setiap awal tahun pelajaran. Didalam forum tersebut seluruh guru putra dan

putri berkumpul diaula SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang untuk

meyiapkan dan merencanakan modul ajar dalam setiap mata pelajaran masing-

masing.
4.2 Perencanaan oleh jajaran pendidik dalam musyawarah kerja

Kemudian diperkuat oleh pernyataan bapak Shofiyullah S.Pd. selaku

Waka Kesiswaan di sekolah, beliau mengatakan :

“untuk disekolah kami mempunyai program musyawarah kerja mas untuk


menata kembali perencanaan yang dilakukan oleh guru-guru diawal tahun
pembelajaran”.

Dilihat dari observasi peneliti bahwasanya perencanaan ini memang benar-

benar dilaksanakan sebaik mungkin supaya bisa menjadikan siswa di SMP

Modern Al-Rifa’ie ini bisa menjadi lebih baik khususnya perihal tentang

akhlak dan perilaku siswa. Dan peneliti juga melihat di sekolah ini melakukan

pembiasaan yang baik terhadap siswa ketika memulai dan mengakhiri

pembelajaran dikelas, seperti mengodusifkan kelas supaya tidak ramai,

melakukan doa awal pembelajaran bersama, serta mengakhiri pembelajaran

dengan berdoa.

Perencanaan seperti ini memang sebuah anjuran yang dilakukan oleh guru

di sekolah ini karena sesuatu yang diawali dengan kegiatan yang positif maka

akan mendapatkan hasil yang positif juga, seperti perubahan akhlak siswa

yang mulai signifikan dengan akhlak-akhlak atau perilaku-perilaku yang

positif.
Seperti yang dikatakan Ustad Abdul Haris S.Pd.beliau menyatakan:

“saya melakukan pembiasaan seperti ini ditujukan untuk siswa agar bisa
lebih memahami bagaimana akhlak yang baik dan buruk, serta para siswa
disini bisa mengamalkan dan mempraktekan akhlak yang sudah diajarkan
dan dicontohkan”

Begitu ujar guru PAI yakni, Ustad Abdul Haris S.Pd. karena Pendidikan

akhlak ini tidak hanya diajarkan didalam kelas melainkan juga diluar kelas,

karena lingkungan sekolah juga mempengaruhi terhadap perkembangan

akhlak siswa yang di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ini.

Bapak Shofiyullah juga mengatakan :

“kami melakukan pembiasaan seperti ini untuk melatih siswa


bertanggujawab dan berakhlak yang baik supaya ilmu yang diberikan oleh
guru-guru disekolah bisa bermanfaat untuk mereka”.

Sebagaimana penulis yang disampaikan bahwa Pendidikan Agama Islam

bisa dijadikan pupuk jiwa anak untuk menanamkan akhlak yang baik sesuai

dengan ajaran agama Islam yang telah diterapkan di Pendidikan agama islam.

Jadi keberhasilan dari pembinaan akhlak dapat dilihat dari perubahan tingkah

laku siswa. Sehingga dapat dilihat, bahwa terealisasinya sebuah pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah dapat dikurangi bila

pembinaan akhlak yang ada dilembaga benar-benar mampu memberikan suatu

dampak positif bagi peserta didik.

Adapun hasil observasi yang dilakukan peniliti bahwasanya guru-guru

yang ada disekolah SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ini

melakukan perencanaan di awal tahun dengan melakukan musyawarah kerja

antar seluruh pendidik di sekolah menjadi landasan standart yang dilakukan


seorang guru untuk mendapatkan pencapaian, dan bisa menjadi tolak ukur

dalam mewujudkan siswa yang memiliki akhlakul karimah.

Perencanaan guru dalam pembentukan akhlak siswa tidak dilakukan

sendiri akan tetapi semua guru ikut serta dalam pembentukan akhlak siswa.

Untuk menjadikan siswa berakhlak baik seperti yang dipaparkan :

“banyak yang dilakukan sekolah ini dalam rangka pembentukan akhlak,


karena mengingat Lembaga ini yang berada dilingkungan pondok
pesantren jadi insyaalah banyak peran seorang guru dari unit dan assatidz
dari pondok yang membantu untuk pembentukan akhlak siswa dan juga
santri. Dan disini juga dari sekolah dan juga pondok memberikan
materi kediniyahan yang mencakup semua pembelajaran agama islam
mulai dari akhlak,fiqh,alqur’an, dsb. Yang mana insyaallah akhlak siswa bisa
baik, ya walaupun ada saja beberapa siswa yang masih berproses dalam
membentuk akhlak yang baik”

Begitu yang disampaikan oleh Pak Shofiyullah S.Pd. selaku Waka

Kesiswaan, Melihat penyampaian diatas bahwasanya untuk perencanaan

dalam pembentukan akhlak siswa dilakukan sebaik mungkin karena kondisi

sekolah yang berada di daerah Pondok Pesantren, maka dari itu seluruh

pengajar maupun assatidz ikut dalam pembentukan akhlak siswa. Oleh karena

itu guru di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang khususnya guru PAI

bukan hanya pengajar saja, melainkan juga sebagai pendidik yang mempunyai

peranan penting dalam pembentukan akhlak siswa.


4.3 perencanaan yang dilakukan oleh sesama guru mapel PAI

Tidak hanya itu saja, peneliti juga menanyakan waktu dan tempat tentang

perencanaan pembelajaran dalam pembentukan akhlak siswa ini. Kemudian

Ustad Abdul Haris S.Pd. menyampaikan :

“kalau perencanaan pembelajaran akhlak siswa biasanya saya


menggunakan perencanaan dari tahun ke tahun, karena saya disini sudah
jalan 4 tahun sebagai guru PAI disini mas. Mungkin hanya bebera saja
untuk evaluasi yang kurang dengan beberapa guru sebelumnya, dan juga
tidak sedikit banyak seorang guru yang mungkin baru masuk di
Lembaga ini. Untuk itu biasanya kami menyamakan suara
didalam forum maupun diluar forum”.

Begitu jawaban yang diulaskan oleh guru PAI. Dan dari sini bisa

dikatakan bahwa untuk perencanaan tersebut sudah ada dan dibuat sesuai

dengan apa yang diinginkan, akan tetapi ada beberapa perencanaan yang perlu

dievaluasi.

Adapun penemuan penelitan di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi

Malang dengan perencanaan guru dalam pembentukan akhlak siswa. Dalam

hasil wawancara dan observasi saya dalam penelitian di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondangelegi Malang.


Dalam perencanaan guru PAI untuk pembentukan akhlak di SMP Modern

Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ada beberapa perencanaan yang harus

dilakukan terlebih dahulu agar pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan

dengan efektif dan sesuai dengan capaian pembelajaran. Diantaranya dengan

menyiapkan modul ajar dan juga media pembelajaran yang sesuai, serta

melakukan musyawarah kerja diawal tahun ajaran dengan tujuan agar setiap

pengajar punya pencapaian terhadap perencanaan tersebut.

2. Pelaksanaan guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa

Dalam pelaksanaan pembinaan akhlak peserta didik tentunya ada beberapa

faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya faktor dari luar dirinya termasuk

didalamnya seperti lingkungan sekolah,lingkungan pesantren, dan keluarga.

Faktor yang kedua dari dalam dirinya diantaranya minat, dorongan, serta

minat. Dan tidak hanya itu peneliti juga melakukan observasi tentang

pelaksanaan guru di SMP Modern Al-Rifa’ie dalam pembentukan akhlak

dengan berbagai macam program yang dilakukan. Untuk observasi peneliti

mengamati beberapa program harian yang dilakukan oleh guru khususnya

Waka kesiswaan beliau selalu stand by didepan Gedung sekolah untuk

memantau keterlambatan siswa dan tidak sedikit dari mereka harus menerima

ganjarannya, dan guru-guru beserta guru piket sekolah selalu mengecek

kelengkapan atribut sekolah mereka.


4.4 Konsekuensi kepada siswa yang terlambat

Tidak hanya itu saja peneliti juga mengamati ada nya infaq jumat serta

pemberian shodaqoh berupa snack atau makanan ringan pada hari jumat

supaya menunjang kesadaran siswa untuk saling memberi dan khususnya

untuk berakhlakul karimah. Maka dari itu peneliti mengajukan pertanyaan

tentang progam apa saja yang dilakukan guru PAI dalam pembinaan akhlak

siswa.

Berikut pernyataan guru PAI mengenai pertanyaan tersebut

“untuk program sendiri kita ada program harian, program mingguan,


program tahunan. Ada mata pelajaran kediniyahan yang dimasukkan
kedalam kegiatan belajar mengajar(KBM) jam pelajaran formal karena
satu lingkup dengan pondok Al-Rifa’ie supaya bisa lebih mengasah
kemampuan siswa dalam hal apapun tidak hanya berakhlak baik.
Program harian misalnya setiap pagi diadakan doa Bersama dan melakukan
sholat dhuha berjamaah di masjid, karena dalam sholat dhuha kami tidak
jarang memberikan nasihat-nasihat perihal akhlak yang baik serta bisa
dibuat terapi kepada siswa. Kemudian untuk mingguan ada sholat jumat
berjamaah bersama seluruh guru putra dan siswa serta biasanya ada infaq
jumat yang dilakukan dan ada konsumsi setiap jumat yang akan
dibagikan oleh anggota osis siswa SMP itu sendiri. Kemudian untuk
program tahunan kita diisi dengan peringatan hari-hari besar seperti
isra’ mi’raj, maulid nabi, serta kajian di bulan Ramadhan. Kami juga akan
memberikan reward setiap satu semester untuk menunjang akhlak siswa dari
segi apapun entah dari kedisiplinan, prestasi, dll”.

Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sekolahpun

sudah mempersiapkan beberapa program keagamaan dimana untuk


mendukung dalam pembentukan akhlak peserta didiknya. Yaitu dengan

adanya program harian, mingguan, dan tahunan. Seperti berdoa,sholat

dhuha,sholat jumat,infaq, dan lainnya. Semua program-program tersebut

diharapkan dapat untuk mrningkatkan akhlak peserta didiknya menjadi lebih

baik.

Diperkuat oleh pernyataan bapak Shofiyullah selaku Waka kesiswaan

menyatakan :

“kami selaku guru waka disekolah ini sangat mendukung program yang
dilakukan guru-guru asalkan itu berupa program positif, karena untuk
seusia smp ini memang butuhnya keterbiasaan baik supaya ketika mereka
sudah lulus kelak bisa tetap melakukan program-program positif yang
mereka pernah lakukan di sekolah ini”.

4.5 Masjid tempat praktik dilaksanakannya program keagamaan

Peneliti melihat bahaswanya program harian,mingguan, tahunan yang

dilakukan guru memberikan proses yang baik dalam pembentukan akhlak.

Dan bisa dilihat dari keseharian siswa di sekolah, di kantin, dan dilapangan.

Seperti yang dijelaskan oleh ustadz Abdul Haris S.Pd. selaku guru PAI

melontarkan :
“kami melakukan program-program seperti itu karena kami ingin melatih
siswa untuk lebih baik kedepannya, tidak mungkin mereka di SMP terus
karena mereka juga butuh Pendidikan yang lebih tinggi, oleh karena itu
selagi masih menginjak SMP kami selaku guru disini ingin membiasahkan
akhlak-akhlak baik melalui program tersebut yang setidaknya bisa
menjadikan kebiasaan baik buat mereka kelak”.

Kemudian Bapak Shofiyullah S.Pd. selaku Waka Kesiswaan juga memberikan

penyataan :

“alhamdulillah mas akhlak siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie ini mulai


meningkat karena program-program yang dilakukan seperti sholat
dhuha,infaq juma’at, dsb. Itu bisa menjadi kebiasaan yang baik buat
mereka, dan tidak jarang juga kepala sekolah kami sering mendampingi
siswa dalam berdoa pagi serta memberikan reward kepada siswa yang
teladan dan disiplin”.

4.6 Program sholat dhuha yang dilakukan siswa setiap pagi bersama
pendidik

Langakah-langkah yang dilakukan oleh guru PAI dalam usaha pembinaan

akhlak peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang,

diantaranya:

a. Melalui kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM)

Melalui Proses Belajar Mengajar (PBM) di dalam kelas, pesan-pesan

nasehat baik dapat mudah disampaikan secara langsung untuk menguatkan

sikap dan tingkah laku peserta didik dalam menanamkan serta menetapkan
jiwa keagamaan dengan harapan agar peserta didik memiliki rasa keimanan

terhadap agama. Untuk memantapkan pengetahuan peserta didik terhadap

materi-materi yang telah disampaikan di kelas, peserta didik diberi tugas dan

disesuaikan dengan pelajaran yang telah dibahas, misalnya menghafal surat-

surat pendek, praktik shalat berjamaah, shalat wajib, dan shalat sunnah. Tugas

tersebut diberikan untuk melatih keterampilan dalam melaksanakan ibadah.

b. Melalui kegiatan yang bersifat keagamaan

Kegiatan yang bersifat keagamaan diantaranya seperti diadakannya sholat

dhuha, sholat jum’at. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menambah

pengetahuan tentang agama, mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT dan meningkatkan akhlak yang lebih baik.

4.7 Tempat kelas peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie

Menurut hasil dari observasi yang peneliti lakukan yaitu dengan adanya

beberapa kegiatan agama tersebut, diharapkan dapat membina akhlak peserta

didik. Karena dengan adanya kegiatan tersebut, peserta didik dapat


memanfaatkan waktunya dengan baik dan tidak dapat bermain-main sesuatu

yang tidak ada manfaatnya.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ustad Abdul Haris S.Pd., beliau

mengatakan:

“Kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekolah itu sangat membantu


mendorong akhlak yang baik pada peserta didik, terutama kegiatan yang
bersifat agama, seperti kegiatan pada hari-hari besar”.

Kegiatan untuk menambah kesibukan pada peserta didik dengan

mengadakan peringatan hari-hari besar Islam seperti peringatan Isro’ Mi’raj,

Maulid Nabi Muhammad Saw, memeriahkan bulan ramadhan dengan kegiatan

yang bermanfaat, misalnya kultum di bulan ramadhan, buka bersama, dan

halal bihalal. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mewujudkan terciptanya

akhlak yang baik pada peserta didik karena di dalam kegiatan tersebut juga di

isi dengan sentuhan-sentuhan rohani yang diharapkan dapat merubah sikap

peserta didik.

Peneliti juga mendapatkan informasi dari salah satu siswa kelas 9

“saya senang sekali kak dengan program yang dibuat guru-guru disini dari
kegiatan sholat dhuha,infaq jumat, menyapa guru ketika berpapasan,
bersalaman dengan guru, dan dll. Karena itu bisa membuat kita terbiasa
dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bisa dijadikan perbuatan jangka
Panjang juga buat kami sebagai siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie ini”.

Hubungan sekolah dengan para wali peserta didik sangat membantu

terwujudnya moralitas yang baik pada anak didik, hal ini dapat diwujudkan

dengan mengadakan pertemuan yang bertujuan untuk menampung saran baik

yang datang dari wali murid atau dari sekolah yang dilaksanakan bersamaan

dengan penerimaan siswa baru atau pada saat pembagian raport hasil sumatif.

Hubungan wali murid dengan sekolah dimaksudkan untuk membantu


kelancaran proses pendidikan yang secara otomatis mencakup pembinaan

akhlak peserta didik agar orang tua peserta didik dapat mengetahui

perkembangan anak-anaknya baik di sekolah maupun di lingkungan pesantren

terutama yang berkaitan dengan akhlak peserta didik.

Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain

untuk mencapai tingkat kemanusian yang lebih tinggi. Ini artinya bahwa setiap

pendidik/guru bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya.

Pendidik/guru pada dasarnya memiliki peran yang sangat fital dalam proses

pembelajaran, baik tidaknya kualitas pembelajaran salah satunya dipengaruhi

oleh kualitas pendidiknya. Pendidik yang memiliki kualitas tinggi dapat

menciptakan dan mendesain materi pembelajaran yang lebih dinamis dan

konstruktif. Mereka juga akan mampu mengatasi kelemahan materi dan

subyek didiknya dengan menciptakan suasana miliu yang kondusif dan

strategi mengajar yang efektif dan dinamis.

Lingkungan memang sangat mempengaruhi watak dan karakter seseorang.

Anak itu akan mudah tumbuh karakternya dari lingkungan, terutama

lingkungan keluarga yang nantinya akan mengarahkan langkah anak-anaknya.

Ketidak harmonisan dalam keluarga juga dapat mempengaruhi perubahan

tingkah laku seorang anak karena apabila di dalam keluarga sering terjadi

pertengkaran antara orang tua, anak akan mendapat dampak negatifnya seperti

timbulnya penyakit Broken Home pada anak, yaitu salah satu penyakit dimana

anak selalu tidak kerasan berada di rumah yang membuat anak mencari

pelampiasan di luar rumah seperti bergaul dengan teman-temannya yang

secara tidak langsung memberikan pengaruh bagi perkembangan mental anak.


Maka anak mudah berperangai jelek, murung, sedih yang berkepanjangan, dan

malu baik di rumah maupun di sekolah, karena beranggapan sudah tidak

adanya perhatian lagi dari kedua orang tua.

Oleh karena itu, untuk terwujudnya tujuan guru PAI dalam pembinaan

akhlak peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang, maka

yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan interaksi yang baik antara

pihak sekolah, peserta didik, dan wali muridnya sehingga mudahnya

pengontrolan pada peserta didik di sekolah.

Guru yang bertanggung jawab di sekolah dalam melakukan pembinaan

akhlak peserta didik melalui beberapa metode. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh guru PAI, yaitu Ustad Abdul Haris S.Pd. mengatakan:

“Metode yang dilakukan dalam pembinaan akhlak peserta didik yaitu


dengan melalui metode teladan karena tingkah laku seorang guru akan
ditiru oleh peserta didiknya Kedua, metode pembiasaan, yaitu
membiasakan berperilaku baik. Ketiga, metode nasehat. Keempat, metode
ganjaran, misalnya memberikan hadiah kepada siswanya, kalau ganjaran
bagi siswa yang melanggar peraturan dengan bentuk hukuman. Kadang saya
juga menambahkan dengan metode cerita yang bertemakan islami agar
peserta didik dapat menirukan tokoh-tokoh islami yang berteladan baik”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Shofiyullah S.Pd.:

“Metode dalam pembinaan akhlak peseta didik yaitu dengan metode


pembiasaan, keteladanan, nasehat, ganjaran, dll bahkan apabila
memungkinkan pihak sekolah memanggil orang tua peserta didik dan
peserta didiknya tersebut ke kantor guna kelancaran pembinaan akhlak,
agar peserta didik jera untuk berbuat jelek, dan cenderung dalam
hidupnya senantiasa berbuat hal baik”.
4.7 Metode pembinaan yang dilakukan guru didalam kelas

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru-guru khusunya

guru PAI SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam pembinaan

akhlak peserta didik menggunakan beberapa metode diantaranya adalah:

a). Metode keteladan, yang mana guru dituntut untuk berperilaku baik

karena tingkah laku guru akan ditiru oleh peserta didiknya.

b). Metode pembiasaan, yang mana peserta didik dibiasakan berperilaku

baik karena kebiasaan yang baik dapat menjadikan pribadi yang berakhlak

baik.

c). Metode cerita, yaitu memberikan cerita yang bertemakan islami agar

peserta didik dapat menirukan tokoh-tokoh islami yang berteladan baik.

d). Metode nasehat, yaitu memberi nasehat terhadap peserta didik secara

terus menerus agar peserta didik dapat berusaha mengubah akhlaknya

menjadi berakhlak yang baik.

e). Metode ganjaran, yaitu memberikan hadiah kepada peserta didiknya,

kalau ganjaran bagi siswa yang melanggar peraturan dengan bentuk

hukuman.

Data diatas juga didukung oleh hasil wawancara kepada peserta didik:
“Bapak guru disini senantiasa memberikan pengarahan untuk berakhlak
baik dan juga harus menjauhi akhlak tercela, bahkan apabila ada peserta
didik yang melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan etika keislaman
dan melanggar peraturan-peraturan sekolah bapak guru memberikan
hukuman”.

Diperkuat lagi dengan pernyataan peserta didik lainnya bahwa:

“Bapak guru biasanya diawal ataupun diakhir pembelajaran senantiasa


memberikan nasehat yang sangat bermanfaat bagi kami, sehingga kami
senantiasa berbuat kebaikan dan menghindari perbuatan yang tercela”.

Untuk pembentukkan akhlak ini bahwasanya yang berperan penting adalah

dari guru PAI itu sendiri, akan tetapi untuk pelaksanaanya tetap dibantu oleh

guru-guru yang lain khususnya dari Waka kesiswaan. Seperti obseravasi saya

dilapangan seorang guru waka kesiswaan akan siap sedia berada di depan

gedung sekolah SMP untuk memberikan ganjaran kepada siswa yang

terlambat dan siswa yang tidak menggunakan atribut sekolah lengkap.

Seperti yang diucapkan oleh bapak Shofiyulloh S.Pd, :

“kami selaku waka kesiswaan di sekolah ini setiap pagi selalu


mengondisikan siswa terutama siswa SMP untuk berangkat ke sekolah
tepat waktu, dan tidak sedikit juga siswa yang terlambat karena mungkin
keteledoran siswa tersebut. Dan penangan yang kami ambil untuk siswa
yang terlambat ini dengan menyuruh siswa untuk jalan jongkok
mengelilingi lapangan yang berada didepan gedung sekolah”.

Seperti yang dijelaskan oleh bapak Shofiyullah S.Pd. diatas bahwasanya

dari progam-program sekolah selalu memberikan nasihat-nasihat kepada siswa

agar selalu berbuat baik, dan semua guru juga ikut serta dalam menjalani

ketertiban ini, akan tetapi masih banyak siswa yang belum bisa memahami

dan belum melakukan nya dengan baik bahkan masih ada siswa yang

melanggar peraturan tersebut.


Bentuk pembinaan akhlak peserta didik menurut wawancara peneliti

dengan guru PAI ialah:

“Bentuk pembinaan akhlak peserta didik disekolah ini ada yang bersifat
langsung juga ada yang tidak langsung. Bentuk yang secara langsung
misalnya setiap peserta didik yang keluar masuk dari sekolah selalu
diawasi oleh guru piket. Disini guru piket bertanggung jawab mengenai
kedisiplinan peserta didik dan mengawasi maupun menegur ketika ada
peserta didik yang bajunya tidak dimasukkan dan lainnya, itu merupakan
cotoh kecil dalam pembinaan akhlak peserta didik yang tidak tertulis.
Adapun bentuk pembinaan akhlak peserta didik yang tertulis yaitu
pembinaan di dalam kelas, melelui pelajaran agama islam di kelas, dan
pelajaran PKN yang mengandung nilai-nilai kebaikan”.

Berikut wawancara dengan mengenai pelaksanaan guru PAI dalam pembinaan

akhlak peserta didik:

“Memang cakupan pembinaan akhlak itu sangat luas. Komponen yang


terkait dari pihak guru sistem juga mengenai tata tertib, semuanya
ditujukan untuk pembinaan akhlak, agar akhlak peserta didik dapat terbentuk
dengan baik. Pelaksanaan dalam pembinaan akhlaku di sekolah ini adalah
dengan dijalankannya tata tertib yang dilakukan dengan konsisten. Seperti
disiplin masuk kelas, tata cara berpakaian, potongan rambut harus rapi, dan
juga tata tertib atau perilaku di dalam kelas dan juga interaksi dengan guru-
guru. Jadi intinya apabila peraturan-peraturan yang ada disekolah dilakukan
secara konsisten pasti itu akhlak peserta didik akan terbentuk dengan
baik”.

Hal senada juga diungkapkan oleh guru PAI yaitu Ustad Abdul Haris

S.Pd. Beliau mengatakan:

“Selama ini kita disiplinkan peserta didik misalnya apabila rambut panjang
harus dipotong, apabila bertemu guru harus menyapa, bersalaman dan
memberi salam, mungkin sekolah lain itu menganggap hal-hal yang
semacam itu hal kecil, tapi sekolah ini menganggap bahwa hal-hal
tersebutlah yang sangat mudah dilakukan dalam rangka pembinaan akhlak
peserta didik, dan sekolah kami juga mengharuskan anak didiknya tahu
sopan santun kepada siapapun dan menghaluskan atau melembutkan
hatinya. Dengan semua itu kita berharap semoga dari hal yang kecil
tersebut lambat laun akan menjadikan pengaruh dalam pembinaan akhlak
peserta didik di sekolah ini”.

Hal di atas dipertegas oleh guru PAI bahwa yang paling penting dalam

pelaksanaan pembentukan akhlak peserta didik ada beberapa hal, yaitu:


1). Memberikan contoh yang baik dengan perilaku yang nyata.

2). Mengingatkan kepada anak-anak yang berbuat salah atau berperilaku

menyimpang dari agama, lewat upacara atau ketika mengajar di kelas

maupun di luar kelas.

3). Melalui pelajaran dalam kelas dengan cerita yang bernafaskan Islami.

4). Mengenalkan anak didik dengan agama melalui pengajaran Al-Qur’an

dengan membiasakannya membaca setiap hari.

5). Mengenalkan perintah shalat dan memberikan pelajaran tentang shalat.

6). Mengajarkan sopan santun atau akhlak yang baik kepada orang yang lebih

tua terutama kepada orang tua, guru, serta teman-temannya.

3. Hasil guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa

Hasil pembentukan akhlak siswa bisa lihat dari perubahan sikap dan

tingkah laku yang dialami siswa selama masa Pendidikan di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondanglegi Malang. Memang susah untuk mengidentifikasikan

perubahan sikap dan tingkah laku tersebut sehingga dapat dikatakan sebagai

akhlak karimah. Akan tetapi, sedikit bisa digambarkan perubanhan sikap dan

perilaku siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang seperti yang

dikatakan guru PAI sebagai berikut:

“alhamdulillah untuk Pendidikan akhlak yang kami lakukan berdampak


positif bagi peserta didik, ya walaupun masih banyak peserta didik yang
masih belum bisa menerapkan akhlak tersebut”

Dari penjelasan guru PAI diatas peneliti menyimpulkan bahwasanya

seluruh guru di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang khususnya guru

PAI telah melakukan upaya untuk membentuk akhlak siswa agar mejadi lebih

baik dengan metode-metode yang dilakukan.


Begitu juga penyataan yang disampaikan oleh Waka Kesiswaan :

“untuk hasil bisa dikatakan berhasil karena banyak dari siswa


alhamdulillah sudah memiliki tingkah laku yang baik mulai dari,
merunduk ketika ada guru yang lewat, menyapa guru, dan menyalimi
guru tersebut. Ada rasa senang dalam diri saya walapun ada saja beberapa
siswa yang belum bisa melakukan akhlak baik tersebut tapi tidak apa-apa
akan kami upayakan semaksimal mungkin”

Dengan melalukan observasi di sekolah, peneliti melihat beberapa perilaku

peserta didik yang bisa dibilang cukup baik, dari beberapa yang peneliti amati

dilapangan adalah sebagai berikut :

a. Bertutur kata jujur dan sopan kepada guru dan teman

Berutur kata jujur dan sopan kepada guru dan teman akan menjadi

kewajiban bagi siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang. Hal

ini dapat dilihat dari komunikasi keseharian mereka selama berada di

lingkungan sekolah

b. Bertanggung jawab

Bentuk pertanggungjawaban siswa SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi

Malang adalah menaati segala peraturan serta konsekuensi ketika

melanggarnya dan selalu mengerjakan segala tugas yang diberikan oleh pihak

guru atau pihak sekolah lainnya. Juga bertanggung jawab atas tugasnya selama

di organisasi sekolah baik itu pramuka ataupun ekstra kurikuler yang lainnya.

c. Kebiasaan 5S

Dengan pelaksanaan pembentukan akhlak Membiasakan siswa untuk 5S

( Senyum, sapa, salam, sopan, dan santun). Apabila siswa bertemu dengan

guru atau staf di sekolah mereka awali dengan 5S tersebut. Namanya hasil

tentu beragam, ada yang dikatakan bisa sukses ada mungkin sekian persen

yang tidak sukses permasalahan tetap ada karena memang latar belakang anak
itu beda-beda mungkin di sekolah di biasakan seperti ini, diajar ini, tapi kalau

lingkungan di rumah tidak mendukung kadang hasilnya kurang maksimal

mungkin, memang kegagalan tetap ada satu atau dua orang anak yang tetap

tidak bisa berakhlak baik karena pembentukkan akhlak tidak hanya dari

sekolah.

Dampak positif tidak dari sekolah dan pesantren saja melainkan walikamar

juga ikut serta dalam membina akhlak karena peserta didik lebih lama

berinteraksi dengan walikamar yang ada diasrama. Seperti yang dipaparkan

oleh Ustadz Abdul Haris S.Pd., beliau mengatakan:

“untuk masa pembelajaran disekolah karena sekolah SMP Al-Rifa’ie ini


berada dilingkunga pondok pesantren yang mana wali kamar atau
pengurus di pesantren itu pada hakekatnya adalah ikut mendukung. Karena
apa? Walaupun sekolah itu mempunyai program untuk meningkatkan
akhlak peserta didiknya tapi tanpa didukung oleh wali kamar atau
pengurus di pesantren dan lingkung tidak bisa berhasil. Saya yakin
bahwa Ketika diasrama saat diluar jam sekolah ini siswa akan diajari lebih
banyak akhlak oleh ustad yang ada diasrama Oleh karena itu,
kesinambungan itu menentukan sekali dalam rangka menciptakan anak
yang sholih yang mempunyai akhlak yang baik”

Dalam kejadian yang ada dilapangan bahwasanya untuk mengamati atau

melakukan pengawasan terhadap akhlak peserta didik ini dilakukan oleh guru-

guru yang ada disekolah hanya dari masuk sekolah hingga pulang, akan tetapi

tidak hanya itu saja karena sekolah yang ada dibawah naungan Yayasan

pondok Modern Al-Rifa’ie 2 ini menyediakan asrama untuk peserta didik nya,

maka dari itu untuk mengawasi akhlak siswa yaitu dengan saling ber

konfirmasi dengan wali kamar yang berada diasrama, karena para walikamar

yang mengawasi peserta didiknya selama 24 jam.

Seperti yang disampaikan oleh Ustad Abdul Haris S.Pd. :


“jadi kami melakukan pengawasan disaat KBM di sekolah berlangsung,
untuk diluar KBM kami serahkan pengawasan terhadap pengurus yang ada
di asrama mas”.

Dari penjelasan diatas untuk guru-guru di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang ini hanya melakukan pengawasan disaat proses belajar

mengajar saja. Akan tetapi pengawasan tersebut akan dilakukan oleh

pemgurus asrama yang ada dipondok, maka dari itu pentingnya komunikasi

antara guru dan juga walikamar guna melakukan pengawasan terhadap akhlak

siswa.

Begitu pula yang disampaikan oleh Bapak Shofiyullah S.Pd :

“untuk pengawasan peserta didik disini kami hanya melakukan pengwasan


dari jam 07.00 awal masuk kelas sampai jam 12.30 dimana anak-anak
sudah pulang sekolah atau Kembali ke asramanya masing-masing, untuk
selebihnya kami menyerahkan pengawasan kepada ustad yang berada
diasramanya siswa-siswa ini kareana beliau yang selalu bersama-sama
dengan anak kamarnya”.

Dari observasi peneliti bahwasanya untuk hasil penelitian akhlak siswa

bisa di dapatkan dari kegiatan sehari-hari siswa disekolah, entah dari

pembelajaran di dalam kelas maupun ketika diluar kelas, dan guru-guru

mendapatkan hasil yang tertulis melalui hasil rapot siswa.

Guru PAI juga menyampaikan :

“untuk hasil akhlak siswa yang kami dapatkan kami melihat akhlak siswa
langsung melalui kegiatan siswa di dalam kelas dan diluar kelas, dan kami
bisa melihat hasil rapot semester untuk mengetahui lebih pasti dengan data
tersebut”.
4.8 Pemberian apresiasi kepada siswa teladan

Berdasarkan penyataan-pernyataan yang telah disampaikan, maka hasil

tersebut dapat diketahui melalui raport peserta didik yang diperoleh setiap

akhir semester. Selain melalui raport hasil pembinaan akhlak juga bisa

diketahui melalui perilaku siswa setiap harinya.

Begitu juga yang disampaikan oleh guru yang lain bahwasanya :

“alhamdulillah untuk ahlak siswa kami biasanya mengawasi langsung


dengan tingkah dan perilaku siswa sehari-hari disekolah karena itu juga
bisa menjadi sesuatu yang dibilang nyata karena kami melihat nya
sendiri gitu loh mas”.

Dari beberapa hasil yang disampaikan oleh narasumber bahwasanya

peneliti melakukan observasi dengan pendekatan kepada peserta didik serta

sering mengawasi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar dengan

kasus perihal akhlak.

B. Temuan Penelitian
No Fokus Temuan
1 Perencanaan Guru PAI dalam a. Dalam melakukan pembinaan akhlak
Pembentukan Akhlak di SMP peserta didik, guru menggunakan
Modern Al-Rifa’ie pendekatan individual dan kelompok.
Gondanglegi Malang Pendekatan secara individual dengan
menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik.
Sedangkan pendekatan kelompok dengan
adanya shalat berjama’ah, peringatan-
peringatan Hari Besar Islam, kultum
ramadhan, serta peraturan tentang
kedisiplinan dan tata tertib sekolah.
b. Sekolah mempersiapkan beberapa
program pendukung dalam pembinaan
akhlak peserta didik yaitu dengan adanya
pelajaran diniyah yang dimasukkan
kejadwal mengajar (pembinaan ibadah
peserta didik). Ada juga program harian,
mingguan dan tahunan. Program harian
misalnya setiap pagi jam pertama berdo’a
kemudian ada sholat duha, Kemudian
yang mingguan itu ada sholat jum’at, ada
infaq berkah jum’at, ada konsumsi berkah
setiap jumat. Kemudian setiap satu tahun
sekolah mengadakan reward untuk siswa,
peringatan hari-hari besar Islam dan ada
program keagamaan lainnya.
2 Pelaksanaan Guru PAI dalam a. Metode yang digunakan dalam
Pembentukan Akhlak di SMP pembinaan akhlak peserta didik yaitu
Modern Al-Rifa’ie dengan menggunakan metode
Gondanglegi Malang keteladanan, pembiasaan, cerita, nasehat,
dan ganjaran.
b. Pelaksanaan pembinaan akhlak peserta
didik dilakukan secara langsung dan tak
langsung. Bentuk pembinaan secara tak
langsung/tidak tertulis misalnya selalu
berpakaian rapi, berperilaku sopan santun
kepada orang yang lebih tua, mematuhi
tata tertib sekolah, dll. Sedangkan bentuk
pembinaan secara langsung/terrulis yaitu
dengan pembinaan di dalam kelas,
melelui pelajaran agama islam di kelas,
dan pelajaran yang mengandung nilai-
nilai kebaikan.
3 Hasil Guru PAI dalam a. Dalam hasil guru dalam pembentukan
Pembentukan Akhlak di SMP akhlak siswa ini sudah ada perkembangan
Modern Al-Rifa’ie yang dialami oleh siswa berkat program-
Gondanglegi Malang progam yang dilakukan oleh guru yang
ada disekolah serta adanya pengawasan
dari guru sekolah dan juga pengawasan
dari pengurus yang ada diasrama. Dan
sudah ada beberapa akhlak baik yang
diterapkan oleh siswa seperti: berkata
jujur dan sopan kepada guru dan teman,
bertanggungjawab, dan kebiasaan 5S
(senyum,sapa,salam,sopan dan santun)
b Hasil guru yang didapatkan melalui
raport peserta didik yang didapatkan
ketika akhir semester dan juga
pengawasan yang dilakukan sehari-hari.
BAB V

PEMBAHASAN

` Dalam bab IV telah dipaparkan data dan temuan penelitian. Sehingga pada

bab ini temuan itu akan dianalisis untuk merekonstrukisakan konsep yang

didasarkan pada informasi empiris baik observasi, wawancara dan

dokumentasi. Adapun bagian-bagian yang dibahas pada bab ini disesuaikan

dengan fokus penelitian meliputi: (1) Bagaimana perencanaan guru PAI dalam

pembentukan akhlak siswa kelas di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondangelgi kota

Malang; (2) Bagaimana Pelaksanaan guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa

kelas di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang; (3) Bagaimana Hasil

guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa kelas di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang.

Hasil penelitian telah peneliti paparkan di bab sebelumnya. Agar hasil

penelitian tersebut dapat digunakan sebagai hasil temuan, Sesuai dengan fokus

Peran Guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa kelas di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondanglegi Malang, Berikut adalah pembahasan dari hasil temuan

penelitain yang peneliti dapatkan.

A. Perencanaan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan

Akhlak di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

Dari temuan penelitian sebelumnya dapat dikemukakan bahwa secara

umum perencanaan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik dengan

menggunakan pendekatan individual dan kelompok, hal ini dapat dilihat dari

beberapa karakteristik pembinaannya, yaitu:


1) Guru dalam menentukan pendekatan berdasarkan dengan melihat situasi

dan kondisi yang dihadapi oleh peserta didik

Guru sering diibaratkan dengan jiwa tubuh pendidikan. Pendidikan tidak

akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun model kurikulum dan

paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada akhirnya yang menentukan

tercapai tidaknya program tersebut. Penggunaan pendekatan yang tepat dapat

mempengaruhi keberhasilan dalam pembinaan akhlak peserta didik.

Dengan beberapa pendekatan tersebut, pembinaan akhlak peserta didik

akan berhasil dan terbentuklah peserta didik yang senantiasa menjalankan

perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2) Guru selalu mengedepankan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait

dengan pembinaan akhlak peserta didik.

Kerjasama pihak sekolah, orang tua, dan pengurus yang ada dipondok

dalam pembinaan akhlak peserta didik sangat menentukan keberhasilannya.

Mengingat komite sekolah atau orang tua berperan penting dalam membantu

menetapkan visi, misi, dan standart layanan sekolah sebagaimana menurut

Satori yang dikutip oleh Baharudin dan Moh. Makin yang menyatakan bahwa:

“Komite sekolah membantu menetapkan visi, misi, layanan masyarakat, dan

menjamin mutu sekolah, memelihara, mengembangkan potensi” (Hakim,

2010).

3) Guru senantiasa melihat keadaan dan kemampuan peserta didik, dan

berupaya untuk meningkatkan akhlak peserta didik.

Strategi guru dalam pembinaan akhlak peserta didik sebagaimana menurut

Muchtar, tugas pendidik di sekolah adalah:


1) Perencana yaitu mempersiapkan program dan fasilitas pengajar

serta mental untuk mengajar

2) Pelaksana yaitu pemimpin dalam proses pembelajaran

3) Penilaian yaitu mengumpulkan data, mengaplikasi, menganalisa,

dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar

4) Pembimbing yaitu membimbing, menggali, serta mengembangkan

potensi murid atau peserta didik ke arah yang lebih baik (Muchtar,

2005).

Perencanaan dilakukan agar setiap kegiatan memiliki tujuan yang jelas dan

ada cara yang paling tepat dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Prinsip

utama setiap perencanaan adalah bahwa ia ditujukan untuk pencapaian tujuan.

Merumuskan perencanaan (Planning) sangatlah penting, karena merupakan

fungsi dasar dari manajemen.

Kita mengenal apa yang disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating,

and Controling). Hal tersebut memperlihatkan bahwa perencanaan menduduki

urutan pertama. Artinya sebelum Organizing (peraturan), Actuating

(pelaksanaan), dan Controlling (pengawasan) dilakukan, orang harus terlebih

dahulu membuat Planning (perencanaan). Bahkan ketiga hal itupun harus juga

direncanakan (Wulandari, 2006).

Tujuan akhlak ialah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang

tinggi dan sempurna, membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Akhlak

hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak-tanduk yang baik

terhadap sesama manusia, sesama makhluk hidup, dan terhadap Tuhan.

Pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan


perangai manusia yang baik dan jahat, agar manusia dapat memegang teguh

perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai yang jahat

(Mary’ari, 1990).

Pemilihan program untuk mencapai tujuan juga harus direncanakan sebaik

mungkin agar antar keduanya saling berkaitan dan jelas arahnya yang ingin

dicapai. Program untuk mencapai tujuan dalam pembinaan akhlakul karimah

peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang yaitu dengan

adanya program-program rutin yang dilakukan guru juga diikuti oleh peserta

didiknya, karena Lembaga sekolah memiliki beberapa program

harian,mingguan, dan tahunan. Program tersebut terwujud dalam berbagai

kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas iman dan taqwa peserta

didik guna menjadikan mereka memiliki akhlak yang baik atau berakhlakul

karimah.

Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, suatu

perbuatan disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, yaitu:

a) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau suatu perbuatan hanya

dilakukan sesekali saja maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada

suatu saat, orang yang jarang berdermaa tiba-tiba memberikan uang

kepada orang lain karena alas an tertentu. Dengan demikian ini ia tidak

dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan karena hal ini tidak

melekat dalam jiwanya.

b) Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih

dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan


itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirpikirkan dan

dipertimbangkan secara matang, tidak disebut akhlak (Mujieb, 2009).

Dalam perencanaan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam

yang ada di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ini telah

menerapkan sesuatu yang dibuat seperti melakukan pendekatan individu atau

pendekatan kelompok yang bisa berdampak positif untuk akhlak siswa di

sekolah oleh karena itu tugas guru tersebut harus dilaksanakan secara

maksimal untuk menghasilkan siswa yang berakhlak baik yang sesuai dengan

visi dan misi yang telah dibentuk oleh SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi

Malang.

B. Pelaksanaan Guru Pendidikan Agama Islaam dalam Pembinaan Akhlak

di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

Dari temuan penelitian sebelumnya dapat dikemukakan bahwa guru dalam

pembinaan akhlak peserta didik juga menggunakan metode pada saat

berlangsungnya suatu pembinaan. Pembinaan akhlak merupakan suatu usaha

yang dilakukan untuk meningkatkan sikap dan keterampilan anak yang sesuai

dengan akhlak Islami. Tujuan pembinaan akhlak peserta didik yaitu

memberikan bimbingan, pengawasan, dan pengajaran akhlak pada peserta

didik. Dengan demikian siswa akan paham dan mengerti bahwa perbuatan

yang baiklah yang harus mereka kerjakan.

Metode-metode yang digunakan guru dalam pembinaan akhlak peserta

didik, diantaranya:

a) Metode Uswah (Teladan)


Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung

nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani

adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-

Ahzab ayat 21:

‫َّلَقْد َك اَن َلُك ْم ىِف َرُس وِل ٱلَّلِه ُأْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ن َك اَن َيْر ُج و۟ا ٱلَّلَه َو ٱْلَيْو َم ٱْل َءاِخ َر َو َذَك َر ٱلَّلَه َك ِثًريا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

Dia banyak menyebut Allah”. (QS. AlAhzab: 21)

b) Metode Ta’widiyah (Pembiasaan)

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum, seperti sediakala,

sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Imam Ahmad dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat

Imam alGhazali: “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya,

hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan dianjarkan sesuatu

kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan

tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”. Dalam

ilmu jiwa perkembangan, “dikenal teori konvergensi”, dimana pribadi dapat

dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada

padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan

potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik.

Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang

berakhlakul mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah


terbiasa dalam keadaan berwudhu, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan

bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca Al’Qur’an dan Asma’ul husna

shalat berjamaah di masjid, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan

dengan tangan kanan, dll.

Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan

akhlak peserta didik dan anak didik.

c) Metode Mau’izah (Nasehat)

Kata Mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang

terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.

Allah berfirman dalm QS. Al-Baqarah ayat 232:

ۗ ‫َو ِإَذا َطَّلْق ُتُم ٱلِّنَس ٓاَء َفَبَلْغَن َأَج َلُه َّن َفاَل َتْع ُض ُلوُه َّن َأن َينِكْح َن َأْز َٰو َجُه َّن ِإَذا َتَٰر َض ْو ۟ا َبْيَنُه م ِب ٱْلَم ْع ُر وِف‬

‫ِم ِخ َٰذ ِل‬ ‫ِم ِب ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِبِه‬ ‫َٰذ ِل‬


‫َك ُيوَعُظ ۦ َم ن َك اَن نُك ْم ُيْؤ ُن ٱلَّل َو ٱْلَيْو ٱْل َءا ِر ۗ ُك ْم َأْز َك ٰى َلُك ْم َو َأْطَه ُر ۗ َو ٱلَّل ُه َيْع َلُم َو َأنُتْم‬

‫اَل َتْع َلُم وَن‬

“Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah

kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila

telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang

dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari

kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 232)

“Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah nasehat dengan argumen

logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat


dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma‟ruf nahi mungkar”, nasehat

tentang amal ibadah, dan lain-lain”.

Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan

terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka

nasehat hanya akan menjadi lips-servise.

d) Metode Qishash (Cerita)

Qishash dalam pendidikan mengandung arti suatu cara dalam

menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang

bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya

rekaan saja. “Dalam pendidikan Islam, cerita yang bersumber dari Al-Qur’an

dan Hadits merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya

cerita dalam Al-Qur’an dan Hadits selalu memikat, menyentuh perasaan, dan

mendidik perasaan keimanan”, contoh QS. Yusuf, QS. Bani Israil, dan lain-

lain.

“Aplikasi metode qishash ini, diantaranya adalah memperdengarkan

casset, video, dan cerita-cerita tertulis atau bergambar”. Pendidik harus

membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan

tentang hikmah qishash dalam meningkatkan akhlak mulia.

e) Metode Amtsal (Perumpamaan)

Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam

Al-Qur‟an dan Hadits untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman

dalam QS. Al-Baqarah ayat 17:


‫َمَثُلُه ْم َك َم َثِل ٱَّلِذ ى ٱْس َتْو َقَد َناًر ا َفَلَّم ٓا َأَض ٓاَءْت َم ا َحْو َل ۥُه َذَه َب ٱلَّلُه ِبُنوِر ِه ْم َو َتَر َك ُه ْم ىِف ُظُلَٰم ٍت اَّل ُيْبِص ُر ون‬

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api

itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan

membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”. (QS. Al-Baqarah: 17)

Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-

petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikan yang bersemi

dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat

tersebut di atas.

Dalam beberapa literatur Islam, “ditemukan banyak sekali perumpaan,

seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang

tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti

gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo, dan lain-

lain”.

f) Metode Tsawab (Ganjaran)

Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan

Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai: “hadiah,

hukuman”.Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah

dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan

Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan

hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.

Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah

“memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan maaf atas kesalahan

mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda,


menyambutnya dengan ramah, dan lain-lain”. Aplikasi metode ganjaran yang

berbentuk hukuman, diantaranya, “pandangan yang sinis, memuji orang lain

dihadapannya, tidak memperdulikannya, memberikan ancaman yang positif

dan menjewernya sebagai alternatif terakhir”.

Namun di negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak

didik dapat berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang

Perlindungan Anak. Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga

anak didiknya yang datang terlambat, orang tua siswanya meleporkannya ke

polisi, dan sang guru masuk sel. Oleh karena itu, perlu pula dibuat Undang-

Undang Perlindungan Guru sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya

lebih aman dan nyaman.

Dan selanjutnya agar akhlak generasi muda semakin baik, dan akhlak

mulia dapat pula terwujud, maka orang tua, guru, pemimpin formal dan non-

formal mengaplikasikan metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu,

dalam proses pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan formal maupun

kehidupan rumah tangga.

Pelaksanaan yang dilakukan oleh guru SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang dalam melakukan pembentukan akhlak siswa dengan

menerapkan beberapa metode keteladanan, pembiasaan, cerita, nasehat, dan

ganjaran. Dengan tujuan agar dapat mendapatkan hasil yang positif terhadap

siswa, serta guru melakukan metode ini dengan maksimal.

Dalam pelaksanaan ini juga seorang guru melakukan bentuk pembinaan

secara tak langsung/tidak tertulis misalnya selalu berpakaian rapi, berperilaku

sopan santun kepada orang yang lebih tua, mematuhi tata tertib dll. Sedangkan
bentuk pembinaan secara langsung/terrulis yaitu dengan pembinaan di dalam

kelas, melelui pelajaran agama islam di kelas, dan pelajaran yang mengandung

nilai-nilai kebaikan.

C. Hasil Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

Dari berbagai proses yang dilakukan dalam memberikan pendidikan dan

penanaman nilai karakter disiplin bagi peserta didik, pastinya ada tujuan yang

ingin dicapai sebagai hasil dari pelaksanaan tersebut. Namun tidak semua

program yang telah dijalankan SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

berjalan sesuai apa yang diharapkan. Tetapi paling tidak, ada karakter disiplin

minimal yang telah peserta didik tunjukkan dalam sikap dan perilaku sehari-

hari sebagai wujud dari terinternalisasinya nilai-nilai karakter disiplin pada

diri peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang, hal itu

dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara peneliti kepada peserta

didik yang menurut peneliti sudah mencerminkan kegiatan yang berkarakter

disiplin.

Nilai karakter disiplin yang tercermin pada peserta didik, seperti datang ke

Madrasah tepat waktu, dan bersalaman kepada guru dan kemudian masuk ke

dalam kelas masing-masing. Melakukan program pembiasaan seperti 5S

(senyum, salam, sapa, sopan, dan santun), dan sholat berjama’ah. Namun yang

perlu diperhatikan dan dipahami jangan sampai nilai karakter disiplin minimal

yang menjadi fokus pendidik

kepada peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

tidak mengabaikan nilai-nilai karakter disiplin yang lain. Sebisa mungkin ke


semua nilai karakter disiplin bangsa diintegrasikan ke seluruh aspek

pembelajaran serta administrasinya.

Berdasarkan program dan metode yang diterapkan oleh guru PAI di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang maka hasil yang didapatkan dalam

pembinaan akhlak peserta didik menghasilkan dampak positif bagi sekolah,

orang tua, masyarakat, khususnya peserta didik. Karena dengan dilakukannya

pembinaan kesadaran peserta didik dalam berakhlak baik semakin meningkat.

Beberapa dampak positif tersebut, diantaranya :

a. Bertutur kata jujur dan sopan kepada guru dan teman

Sekolah berperan penting dalam membentuk siswa berperilaku baik

berdasarkan aturan dan nilai-nilai konvensional seperti bertemu guru,

berbicara dengan guru, berpakaian dll. Dan Sangat penting untuk

menanamkan amalan pada setiap orang, apalagi saat masih duduk di bangku

sekolah.

Maka dari itu bimbingan mengenai tata krama apa saja yang harus dipatuhi

seorang anak-anak terutama siswa di sekolah haruslah diajarkan sedini

mungkin dan dipatuhi dengan baik.

b. Bertanggung jawab

Memiliki rasa bertanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di

sekolah. Untuk belajar diperlukan tanggung jawab pribadi yang besar.

Dengan kata lain, tanggung jawab belajar merupakan suatu kewajiban yang

dimiliki oleh siswa untuk melaksanakan tugasnya yaitu belajar yang

merupakan suatu proses usaha berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu


untuk mendapatkan kecakapan atau tingkah laku yang baru dengan menerima

segala konsekuensi dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

Bagi siswa yang memiliki tanggung jawab belajar akan memberi manfaat

untuk: (1) lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar

individual maupun kelompok. (2) dapat mengembangkan kemandirian siswa

diluar pengawasan guru. (3) dapat membina tanggung jawab dan disiplin

siswa, dan (4) dapat mengembangkan kreativitas siswa (Zain, 2010).

c. Kebiasaan 5S

Kebiasaan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun)ini merupakan

bentuk upaya yang dilakukan dalam penanaman Pendidikan karakter dan budi

pekerti di lingkungan sekolah. (1) senyum; gerak tawa tanpa suara yang

tercermin pada bibir yang mengembang sedikit. (2) salam; pernyataan hormat,

selamat, sejahtera, damai, tentram. Yang digunakan untuk

mengkomunikasikan rasa hormat kita atas kehadiran orang lain. (3) sapa;

perilaku sederhana memiliki kata-kata untuk menegur. (4) sopan; rasa hornat,

takzim, dan tertib menurut adab yang kita lakukan terhadap orang lain. (5)

santun; sangat sopan, lemah lembut berbudi Bahasa, suka menolong,

berakhlak mulia.

Keberhasilan seseorang dalam proses belajar mengajar paling banyak di

ukur dengan alat ukur tes belajar, yang diberikan di akhir pembelajaran atau di

akhir semester. Hasil belajar yang dapat dihasilkan oleh siswa tergantung pada

proses belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan atau prestasi siswa yang

siswa capai setelah melalui proses belajar mengajar. hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya (Sudjana, 2011).

Hasil belajar merupakan suatu bukti bahwa seseorang telah belajar, yang

dilihat dari perubahan tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu

menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2014). Hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang yang

menerima pembelajaran, dari kondisi tidak tahu dan tidak mengerti akan

sesuatu, karena ia belajar sehingga menghasilkan pengetahuan dan mengerti

tentang hal yang ia pelajari.

Penerapan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru dan juga staf di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang tentang upaya yang dilakukan ini

juga mendapatkan beberapa hasil guru PAI dalam pembinaan akhlak ini

seperti perkembangan akhlak dengan melalui program-program dan metode

yang dilakukan oleh guru. Serta guru bisa mendapatkan hasil tertulis melalui

hasil rapot siswa yang ada di setiap semester dan juga untuk hasil tidak tertulis

bisa didapatkan dari pengamatan guru terhadap siswa di kegiatan sekolah

sehari-hari.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan hasil penelitian tentang Startegi Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut::

1. Dari Perencananaan guru PAI dalam pembinaan Akhlak peserta didik di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dengan menggunakan

pendekatan individual dan kelompok. Selain itu, sekolah juga

mempersiapkan beberapa program pendukung untuk membina akhlak

peserta didik. program pendukung dalam pembinaan akhlak peserta didik

yaitu dengan adanya mata pelajaran kediniyahan yang dimasukkan

kejadwal mengajar, ada juga program harian, mingguan dan tahunan.

2. Perencananaan guru PAI dalam pembinaan Akhlak peserta didik di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dengan menggunakan pendekatan

individual dan kelompok. Selain itu, sekolah juga mempersiapkan

beberapa program pendukung untuk membina akhlak peserta didik.

program pendukung dalam pembinaan akhlak peserta didik yaitu dengan

adanya mata pelajaran kediniyahan yang dimasukkan kejadwal mengajar,

ada juga program harian, mingguan dan tahunan.

3. Hasil dari guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dengan cara mengawasi kegiatan

peserta didik saat didalam kelas maupun diluar kelas dan itu berada

dilingkungan sekolah, seluruh jajaran guru juga tidak segan untuk


memberikan ganjaran kepada peserta didik apabila kurang dalam

berakhlak yang baik. Dan juga hasil dari pengawasan bisa didapatkan dari

hasil rapot peserta didik di akhir semester..

B. Saran

Penelitian ini memang masih jauh dari kata baik, untuk itu penulis

memberikan saran kepada peneliti selanjutnya, pengelola

pendidikan, pengajar dan santri yang berkaitan dengan tema

penelitian ini, yakni:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar mampu melakukan penelitian lebih dalam dan berbobot

lagi tentang tema yang berkaitan pada lembaga pendidikan lain

untuk lebih menguasai materi yang dibahas didalamnya.

2. Bagi Pengajar

Agar mampu meningkatkan pelaksanaan pembelajaran wujud

dari kurikulum itu sendiri untuk menciptakan pembelajaran yang

unik, menarik sehingga tujuan dari agama, lembaga pendidikan dan

para orang tua dapat dijalankan sebagaimana mestinya.

3. Bagi Siswa

Agar tidak pernah bahkan pantang menyerah menghadapi

apaun dalam belajar, karena tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat

kecuali ilmu sesat dan sirik, sehingga tugas kita sebagai manusia
pembelajar harus ditegakkan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Rulam. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.
Asril, Zainal. (2011). Micro Teaching. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Pt Bumi Aksara
Hidayat, Nur. (2003). Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: PT Ombak
Lexy J Moleong. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. (2012). Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Pt Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda
karya
Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mujib, Abdul. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Nasution. (2000). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara
Nata, Abuddin. (2010). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
Saebani, Ahmad, Abdul Hamid. (2003). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia
Salim dan Syahrum. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Citapustaka Media.
Sanusi, Syamsu. (2015). Strategi Pembelajaran. Meningkatkan Kompetensi
Guru. Cet. 1. Makassar: Aksara Timur
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cet.
16.Bandung: Alfabeta
Yatimin, M. Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Amzah As Marat
Zaen ,Muhammad. (2014). Barometer Akhlak Mulia. t.cet. Bandung:
Pustaka Setia
RIWAYAT HIDUP

Dimas Fajar Tris Tiawan merupakan nama penulis


skripsi ini, dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal
28 februar 2001, merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Dan bertempat tinggal di Dusun
salamrejo RT 01 RW 04 desa Sumbergondo
kecamatan Glenmore kabupaten Banyuwangi
provinsi Jawa Timur. Penulis menempuh
pendidikan dimulai taman kanak-kanak di TK
Prasanti Nilayam Bali (tamat pada tahun 2005),
kemudian melanjutkan di MI Raudlatul
Musytarsyidin Bali (tamat pada tahun 2013), tamat
dari sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan
menegah di SMP Firdaus Jembrana Bali (tamat pada tahun 2016), kemudian
dilanjutkan di SMA Modern Al-Rifa’ie Malang.(tamat pada tahun 2019). Dan
melanjutkan di Universitas Islam Malang Fakultas Agama Islam pada Progam
Studi Pendidikan Agama Islam. Peneliti menyelesaikan Pendidikan strata satu
(S1) pada tahun 2023.
Setelah lulus SMA peneliti melanjutkan pengabdian di Yayasan Pondok
Modern Al-Rifa’ie 2 Gondanglegi Malang, berkat petunjuk dan pertolongan Allah
SWT, usaha disertai doa dalam menjalani akademik di perguruan tinggi
Universitas Islam Malang, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan mengabdi di Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

Anda mungkin juga menyukai