Anda di halaman 1dari 99

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA PADA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(Penelitian di SMAN 1 Garut)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Sidang Munaqosah Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Yuni Tri Lestari Surachman


NIM : 24062118051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (S1)


FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS GARUT
2022 M/1443 H
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yuni Tri lestari Surachman

NPM : 24062118051

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Kp.Lemahsari Ds.Situjaya Kec.Karangpawitan Garut

Menyatakan dengan sunggunya bahwa skripsi yang berjudul

“Implementasi Moderasi Beragama Pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 1 Garut” adalah hasil karya sendiri.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya

siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil

karya sendiri.

Garut, 01 Maret 2022

Yang Menyatakan,

Yuni Tri Lestari Surachman

i
LEMBAR PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA
PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Penelitian di SMA Negeri 1 Garut)

Oleh:
Yuni Tri Lestari Surachman

NPM:
24062118051

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada Sidang Munaqosah sesuai dengan ketentuan yang
elah ditetapkan oleh Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut.

Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Iman Saifullah.,M.Pd.I Dr. Nenden Munawaroh, M.Pd.I.


NIDN. 0405068002 NIDN. 0421117901

Mengetahui,

Ketua Program Studi PAI,

Dr. Nenden Munawaroh, M.Pd.I.


NIDN. 0421117901

ii
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA
PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian di SMAN Negeri 1 Garut)

Oleh :

Yuni Tri Lestari Surachman

NPM : 24062118051

Telah dipertanggungjawabkan pada Ujian Munaqosah Program Studi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut.

Pada tanggal …………………………

Menyetujui,

Ketua, Sekretaris,

Penguji I, Penguji II,

Mengetahui,
Dekan FPIK, Ketua Program Studi PAI,

iii
MOTTO

ۚ ‫ص لِ ُح وا ب َ يْ َه أ َ َخ َو يْ كُ ْم‬
ْ َ ‫“ إ ِ و َّ َم ا ا لْ ُم ْؤ ِم ى ُو َن إ ِ ْخ َو ة ٌ ف َأ‬

” ‫َّللا َ ل َ ع َ ل َّ كُ ْم ت ُ ْر َح ُم و َن‬
َّ ‫َو ا ت َّق ُوا‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada

Allah agar kamu mendapat rahmat”.

(QS. Al Hujurat :10)

iv
ABSTRAK

Yuni Tri Lestari Surachman: Implementasi Moderasi Beragama


Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(Penelitian di SMAN 1 Garut)

Latar belakang penelitian ini adalah implementasi moderasi beragama


pada pembelajaran pendidikan agama islam. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
mempengaruhi sikap moderasi beragama khususnya di SMA Negeri 1 Garut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan


pendekatan kualitatif deskriptif. Dimana dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara Observasi, Wawancara dan Dokumentasi,

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi moderasi

beragama pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Garut

sudah berjalan dengan baik. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Sekolah

SMA Negeri 1 Garut yang menyatakan bahwa SMA Negeri 1 Garut merupakan

sekolah percontohan anti kekerasan, yang mana merupakan salah satu dimensi

dari moderasi beragama. Begitu pula dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam dibuktikan dengan adanya RPP yang berkaitan dengan moderasi beragama,

seperti materi di kelas XI yaitu materi Musyawarah Untuk Mufakat, materi

Demokrasi, Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Lalu di kelas XII adapula

materi mengenai Persatuan dan Kerukunan.

Kata Kunci: Moderasi Beragama, Pendidikan Agama Islam.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penyusun ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada kita semua. Salawat serta salam

semoga selalu tercurah limpahkan kepada jungjunan Nabi Muhammad Shalallahu

„Alaihi Wa Salam, beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan

tabiatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya, Aamiin. Atas berkat

rahmat dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Moderasi Beragama Pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 1 Garut”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) Fakultas Pendidikan Agama Islam dan Keguruan (FPIK)

Universitas Garut. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masing

sangat banyak kekurangan, kesulitan dan hambatan.

Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

yang setulus-tulusnya pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Ahmad Syarif Munawi, S.E., M.E, M.SE. Selaku Ketua Yayasan

Universitas Garut.

2. Bapak Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M. Eng. Selaku Rektor Universitas

Garut.

vi
3. Ibu Dr. Hj. Hilda Ainissyifa, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Pendidikan

Islam dan Keguruan Universitas Garut.

4. Bapak Iman Saifullah, M.Pd.I., Selaku Wakil Rektor bagian

Kemahasiswaan sekaligus sebagai pembimbing 1 yang telah membekali

dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir

penulisan skripsi, serta mencurahkan perhatian, bimbingan, do‟a dan

kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.

5. Ibu Dr. Nenden Munawaroh, M.Pd.I., selaku Ketua Program studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan

Universitas Garut sekaligus sebagai pembimbing 2 yang telah membekali

dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir

penulisan skripsi, serta mencurahkan perhatian, bimbingan, do‟a dan

kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.

6. Seluruh Dosen-dosen dan staf Civitas Akademik Fakultas Pendidikan

Islam dan Keguruan Universitas Garut yang tidak bisa saya sebutkan satu-

persatu.

7. Bapak Drs. Sumpena Permana Putra, SH, M.MPd., selaku Kepala Sekolah

SMA Negeri 1 Garut.

8. Ibu Dr. Hj. Neneng Napisah, M.Si. M.Ag., selaku Guru Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 1 Garut.

9. KEMENRISTEKDIKTI yang telah mendanai penelitian ini sehingga

proses penelitian berlangsung dengan lancar.

10. Kepada Bapak H. Undang Ridwan S.TP., M.M., dan Hj. Ibu Elly Amiyati

AS. Yang mana merupakan kedua orang tua saya, tak ada kata yang pantas

vii
saya ucapkan selain beribu-ribu kata terimakasih karena telah mendoakan,

mendidik, meyanyangi serta memberikan dorongan sampai sejauh ini,

semoga Allah selalu melindungi dan memberkahi.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan PAI B angkatan 2018 yang selalu

besama-sama, tempat saling berbagi, selalu mengisi hari-hari perkuliahan

dengan penuh keceriaan, dan akan tetap menjadi keluarga kedua.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan dorongan, doa dan saran.

Semoga segala bimbingan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan

kepada penulis selama ini mempunyai nilai ibadah dihadapan Allah SWT. Akhir

kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat membuka dan menambah

wawasan bagi kita semua.

Garut, 01 Maret 2022

Penulis,

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
MOTTO.................................................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Identifikasi masalah .................................................................................. 7
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.5. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8
1.6. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 9
1.6.1. Moderasi Beragama .......................................................................... 9
1.6.2. Konsep Pendidikan Agama Islam ................................................... 11
1.7. Penelitian Terdahulu............................................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................... 19
2.1. Pengertian Moderasi Beragama .............................................................. 19
2.2. Pengertian Toleransi ............................................................................... 21
2.3. Pengertian Anti Kekerasan ..................................................................... 25
2.4. Pengertian Komitmen Kebangsaan ........................................................ 26
2.5. Pengetian Akomodatif ............................................................................ 26
2.6. Pengertian Pendidikan Agama Islam...................................................... 27
2.7. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................................... 28
2.8. Unsur-Unsur Pendidikan ........................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 33
3.1. Metode Penelitian ................................................................................... 33

ix
3.2. Sumber dan Jenis data ............................................................................ 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 35
3.4. Teknik Analis Data ................................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 39
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ................................................................. 39
4.1.1. Tujuan Pendidikan Menengah......................................................... 39
4.1.2. Visi dan Misi ................................................................................... 39
4.1.3. Strategi Sekolah .................................................................................. 40
4.1.4. Tujuan SMA Negeri 1 Garut ........................................................... 41
4.1.5. Kerangka Dasar ............................................................................... 42
4.1.6. Prinsip Pengembangan Kurikulum di SMA Negeri 1 Garut ........... 44
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................... 53
4.2.1. Implementasi Moderasi Beragama di SMA Negeri 1 Garut. .......... 54
4.2.2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Garut. .. 59
4.2.3. Implementasi Moderasi Beragama Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Garut. ....................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 68
5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................................. 68
5.2. Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 73
Lampiran I ......................................................................................................... 73
Lampiran II ........................................................................................................ 75
Lampiran III....................................................................................................... 76
Lampiran IV ...................................................................................................... 78
Lampiran V ........................................................................................................ 79
Lampiran VI ...................................................................................................... 86

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 13

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa,

dan agama yang mana diakui oleh dunia keeradaannyadi Indonesia ada 6 agama

yang memiliki penganut paling banyak, Indonesia juga memiliki sratusan bahkan

ribuan suku, bahasa dan aksara daerah, serta kepercayaan adat istiadat yang ada di

indonesia (Lukman, 2020:2).

Selain suku, budaya, bahasa dan agama saat ini perbedaan ras, gender

bahkan warna kulit menjadi salah satu faktor yang sering menjadi bahan

perbincangan yang hangat dibicarakan. Walaupun demikian sebagai warga

Indonesia yang memiliki tanggung jawab menjaga kedaulatan Indonesia hal

tersebut tidak boleh menjadi celah pertikaian diantara setiap individu.

Di Indonesia, perbedaan pandangan dan kepentingan sudah menjadi hal

yang lumrah namun tetap harus terjaga, sehingga semua aspirasi dapat tersalurkan

dengan baik. Demikian juga halnya dalam beragama, kita dijamin kemerdekaan

umat beragama dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan

kepercayaan dan keyakinan masing-masing (Lukman, 2020:5).

Keberagaman yang ada di Indonesia termasuk keberagaman beragam jelas

yang dapat kita hindari, karena nyatanya meyakini sebuah kepercayaan

merupakan fitrah manusia yang lahir dengan sendirinya. Meyakini kepercayaan

atau agama tertentu menjadi hak periogatif setiap orang, artinya bahwa setiap

individu berhak memiliki kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan yang

diyakini. Setiap individu juga berhak menerima agama sesuai dengan


2

kecenderungan yang ada di dalam hatinya atau dengan kata lain, agama yang

dianut oleh setiap orang adalah berdasarkan suatu keputusan dan kemantapan

hatinya sendiri tanpa adanya unsur paksaan dari orang lain kepadanya.

Setiap individu memiliki kepercayaannya masing masing dengan cara yang

berbeda, yang mana mereka dilahirkan ke muka bumi tanpa adanya beban yang

harus dipikulnya, setiap kepercayaan datang dari orang tua yang melahirkan kita,

namun hal tesebut dikembalikan kembali kepada individu tersebut ketika sudah

memiliki pemahaman mengenai kepercayaan.

Ajaran Agama Islam jelas tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.

Maka dari itu pendidikan Islam merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal.

Dan karena ajaran Agama Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku

pribadi masyarakat, yang mengharapkan kesejahteraan bersama, maka pendidikan

Islam yaitu pendidikan yang ditujukan untuk individu juga ditujukan untuk

masyarakat secara umum. Nabi dan Rasul merupakan manusia pertama yang

bertugas menyi‟arkan sebuah ilmu, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah

sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka. Maka ilmu merupakan hal yang

sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu sebagaimana dikatakan pada

sebuah hadits:

‫ َّ َه ْي أ َ َزادَُُ َوا فَعَلَ ْ٘ َِ تاِل ِع ْل ِن‬،‫خ َسٍَ فَعَلَ ْ٘ َِ تِ ْال ِع ْل ِن‬ٙ‫ا‬


ِ َ‫ َّ َه ْي أ َ َزاد‬،‫َه ْي أ َ َزادَ الدُّ ًَْ٘ا فَعَلَ ْ٘ َِ تِاْل ِع ْل ِن‬

"Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia

menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai

ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat),

hendaklah ia menguasai ilmu." (HR. Ahmad).


3

Dalam hadits tesebut dijelaskan bahwa setiap apa apa yang kita lakukan

maka harus desertai dengat ilmunya, termasuk ketika kita memilih salah satu

kepercayaan yang akan kita anut harus sesuai dengan ilmu yang kita miliki.

Seseorang yang memilih kepercayaan oleh dirinya pribadi dan bukan atas dasar

turunan harus sudah paham betul mengapa dirinya memilih kepercayaan tesebut.

Maka dalam pendidikan agama islam harus ditanamkan keyakinan terhadap

pluralitas agama (perbedaan agama, bukan pluralisme meyakini kebenaran semua

agama) di dunia yang merupakan sunnatullah. Hal ini yang seharusnya menjadi

asas amr ma‟ruf nahi munkar, maka sangat jelas tujuannya yaitu untuk melakukan

perintah Allah, bukan untuk benar-benar berhasil menghilangkan semua

kemungkaran dari muka bumi yang justru dalam prosesnya sering melanggar

prinsip-prinsipnya.

Seperti terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 143 telah di

jelaskan bahwa Allah SWT telah berfirman :

َ‫صْ ُل َعلَ ْ٘ ُك ْن َش ِِ٘دًا ۗ َّ َها َجعَ ْلٌَا ْٱل ِق ْثلَح‬


ُ ‫ٱلس‬ ِ ٌَّ‫ش َِدَآ َء َعلَٔ ٱل‬
َّ َ‫اس ََّٗكُْى‬ ُ ‫ْا‬ ً ‫َّ َك َٰرَ ِل َك َجعَ ْل ٌََٰ ُك ْن أ ُ َّهحً َّ َص‬
۟ ًُْ‫طا ِلّر َ ُك‬

َّ َٓ‫٘سج ً إِ ََّّل َعلَٔ ٱلَّرِٗيَ َُد‬


ۗ ُ‫ٱَّلل‬ َ ِ‫َد لَ َكث‬
ْ ً‫ة َعلَ َٰٔ َع ِقثَْ٘ َِ ۚ َّإِى كَا‬
ُ ‫صْ َل ِه َّوي ٌَٗقَ ِل‬
ُ ‫ٱلس‬ َ ‫ٱلَّرِٔ ُك‬
َّ ‫ٌد َعلَ ْ٘ َِا ٓ إِ ََّّل ِلٌَ ْعلَ َن َهي َٗرَّثِ ُع‬

ٌ ‫اس لَ َس ُء‬
‫ّف َّز ِح٘ ٌن‬ َ َّ ‫ُض٘ َع إِٗ َٰ َوٌَ ُك ْن ۚ إِ َّى‬
ِ ٌَّ‫ٱَّلل تِٱل‬ َّ َ‫َّ َها َكاى‬
ِ ٘‫ٱَّللُ ِل‬

Artinya : “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami
tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-
orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia.” (QS. Al Baqarah : 143)
4

Moderasi beragama merupakan kondisi sadar yang mana bersikap

menghargai kepercayaan orang lain secara adil dan seimbang, agar terhindar dari

perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.

Toleransi terhadap agama lain bukan merupakan hal baru dalam Islam.

Sejarah mecatat, sejak masa Nabi Muhammad, masa sahabat, dan masa ulama

mujtahid, umat Islam telah akrab dengan toleransi sesuai kondisi sosio-

kulturalnya.

Hal ini sangat diperlukan sebagai strategi kebudayaan dalam merawat

Indonesia. Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak awal para pendiri bangsa

Indonesia sudah berhasil mewariskan suatu bentuk kesepakatan dalam berbangsa

dan bernegara, yaitu dengan adanya Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang nyata berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa

dan budaya.

Indonesia disepakati bukan negara agama namun juga tidak memisahkan

agama dari kehidupan sehari-hari warganya. Nilai-nilai agama harus tetap dijaga,

dipadupadankan dengan nilai-nilai kearifan lokal, beberapa hukum agama

dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya berjalin berkelindan dengan

rukun dan damai.

Walaupun demikian saat ini kembali bermunculan masyarakat yang

menganggap Pancasila bukan merupakan asas dalam bernegara. Banyak yang

ingin memecah belah Negara Indonesia dengan membuat siaran kebencian dengan

tujuan merubah Indonesia menjadi Negara Islam.

Di Kabupaten Garut marak kembali kelompok yang menginginkan

Indonesia berubah menjadi Negara Islam Indonesia dimana sangat bertentangan


5

dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI,

Undang Undang Dasar 1945. Hal ini jelas memicu keresahan warga dengan

adanya tindakan radikalisme dan intoleran seperti mengkafirkan seseorang yang

bukan dari golongannya.

Adapula kesalahpahaman sering terjadi menanggapi toleransi. Tidak sedikit

masyarakat yang menyimpulkan bahwa seseorang yang semiliki sikap toleran

khususnya dalam beragama berarti tidak teguh pendiriannya, tidak serius, atau

tidak sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran agamanya. Toleransi

disalahpahami sebagai kompromi keyakinan teologis beragama dengan memeluk

agama lain.

Seseorang yang toleran seringkali dianggap tidak paripurna dalam

beragama, karena dianggap tidak menjadikan keseluruhan ajaran agama sebagai

jalan hidup, serta tidak menjadikan laku pemimpin agamanya sebagai teladan

dalam seluruh aspek kehidupan. Umat beragama yang toleran juga sering

dianggap tidak sensitif, tidak memiliki kepedulian atau tidak memberikan

pembelaan ketika misalnya, simbol-simbol agamanya direndahkan (Lukman,

2020:13).

Maka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai moderasi

beragama meniscayakan adanya keterbukaan dan kerjasama dari setiap individu

dan kolompok yang ada. Hal ini ditujukan agar setiap pemeluk agama, suku, etnis,

budaya dan pilihan politiknya saling mendengarkan satu sama lain, serta saling

belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan pemahaman

keagamaan.
6

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa SMAN 1 Garut merupakan

salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri unggulan di Kabupaten Garut yang

memiliki cukup banyak siswa beragama Non-Islam. Dengan mayoritas siswa

beragama Islam SMAN 1 Garut berhasil menciptakan lingkungan yang

menanamkan nilai-nilai moderasi beragama pada siswa dengan terjadinya

pembelajaran yang tertib dan aman. SMAN 1 Garut pun merupakan sekolah

percontohan anti kekerasan di Kabupaten Garut, yang mana anti kekerasan adalah

salah satu point penting dalam moderasi beragama.

Sekolah merupakan salah satu tempat siswa menghabiskan waktu paling

banyak dalam setiap harinya, dimana siswa diharuskan bersosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya. SMAN 1 Garut merupakan salah satu sekolah yang

memiliki jam belajar full day school, artinya siswa akan bertemu dan

berkomunikasi dengan siswa lainnya baik dalam kegiatan belajar mengajar,

ekstrakurikuler dan kegiatan lainnya tanpa membedakan suku, ras, dan agama.

Salah satu Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Garut yaitu Ibu Dr.

Hj. Neneng Napisah, M.Si. M.Ag. dalam wawancaranya beliau menyatakan

bahwa sikap moderasi beragama ini memang sangat penting untuk ditanamkam

dalam diri setiap siswa mengingat semakin maraknya sikap tidak toleransi di

kalangan masyarakat. Maka pembelajaran pendidikan agama islam menjadi salah

satu peranan penting dalam penanaman sikap modersi beragama pada siswa, hal

ini dibuktikan dengan adanya materi “Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa”

di kelas 11, “Ayat-ayat Al-Qur‟an tentang Toleransi”, “Persatuan dan Kerukunan”

di kelas 12.
7

Maka berdasarkan latar belakang diatas , penulis mengadakan penelitian

mengenai pentingnya pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dalam

pembentukan karakter sikap toleransi pada siswa agar menjadi insan kamil

berkarakter yang menegakkan nilai-nilai Pancasila untuk persatuan bangsa.

Paparan tersebut menjadi alasan penting untuk dikaji mengenai

“IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA PADA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Penelitian di SMAN 1 Garut)”

1.2.Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya pemahaman yang jauh dari kata toleransi.

2. Masih adanya kelompok yang menolak Nilai Pancasila di Indonesia.

3. Pemikiran moderasi beragama yang terkadang dianggap menyimpang

oleh sekelompok orang.

4. Masuknya faham Islam yang radikal dan intoleran di Kabupaten

Garut.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Moderasi Beragama di SMAN 1 Garut.

2. Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Garut.

3. Bagaimana Implementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Garut.


8

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Moderasi Beragama di SMAN 1 Garut.

2. Untuk mengetahui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1

Garut.

3. Untuk mengetahui Implementasi Moderasi Beragama pada

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Garut.

1.5.Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan

khususnya memberi informasi mengenai pengaruh pembelajaran Pendidikan

Agama Islam terhadap sikap moderasi beragama siswa. Kemudian juga

dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian, untuk

menambah referensi terhadap kajian metode pendidikan yang efektif

sebagai bahan acuan dan referensi pada penelitian sejenis dimasa yang akan

datang.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti
9

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman peneliti khususnya mengenai pentingnya peranan

pembelajaran pendidikan agama islam dalam pemahaman moderasi

beragama.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru

mengenai pentingnya sikap moderasi beragama untuk ditanamkan

dalam dirinya juga pada diri peserta didik.

c. Bagi Siswa

1. Penelitian ini diharapkan memberikan pengertian mengenai

pentingnya moderasi beragama kepada siswa.

2. Memberikan kesadaran serta menanamkan moderasi beragama

pada siswa melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

1.6. Kerangka Pemikiran

1.6.1. Moderasi Beragama

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa moderat adalah sebuah kata sifat

yang berasal dari kata moderation yang artinya tidak berlebih lebihan atau berarti

sedang. Dalam bahasa Indonesia, kata ini kemudian diserap menjadi kata

moderasi, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI ) didefinisikan

sebagai pengurangan kekerasan, atau penghindaran keekstreman.

Dalam KBBI juga dijelaskan bahwa kata moderasi berasal dari dari bahasa

latin moderio, yang artinya kesedangan (tidak berlebihan dan tidak kekurangan).
10

Maka, ketika kata moderasi disandingkan dengan kata beragama menjadi

moderasi beragama, istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi

kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama (Lukman,

2020:15).

Menurut KH. Ma‟ruf Amin moderasi adalah kunci terciptanya toleransi dan

kerukunan baik tingkat lokal, nasional, maupun global.

Moderasi Islam atau sering juga disebut dengan Islam moderat merupakan

terjemahandari kata wasathiyyah al-Islamiyyah. Kata wasata pada mulanya

semakna tawazun, I‟tidal, ta‟adul atau al-istiqomah yang artinya seimbang,

moderat, mengambil posisi tengah, tidak ekstrim baik kanan ataupun kiri

(Lukman, 2020:16).

Sesuai dengan Qs. Al-Kafirun ayat 6 telah di jelaskan bahwa Allah SWT

telah berfirman :

َ ‫لَ ُك ْن ِد ٌُْٗ ُك ْن َّ ِل‬


‫ٖ ِدٗ ِْي‬

Artinya : “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (Qs. Al-Kafirun: 6)

Dalam Pancasila yang mana menjadi falsafah bangsa yang dituangkan dalam

mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45), yang berbunyi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


11

Undang-Undang Dasar 1945 menjamin semua agama untuk berkembang.

Setiap masyarakat serta penganut agama mempunyai posisi yang sama di mata

negara. Apapun agama yang menjadi kepercayaannya, mereka adalah bagian dari

bangsa Indonesia. Mereka adalah saudara sebangsa yang juga punya hak untuk

menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah menurut keyakinan dan agama masing-

masing.

Maka dari itu diperlukannya norma dan etika untuk menghormati serta

menjaga kerukunan beragama. Kerukunan hidup beragama ini dibingkai oleh

persatuan dan kesatuan antar seluruh masyarakat bangsa Indonesia. Kita ingin

memotivasi bahwa menjaga kerukunan hidup beragama adalah kewajiban seluruh

masyarakat Indonesia. Kita harus bersinergi satu sama lain dalam rangka

mewujudkan suasana yang tenteram, sejuk dan harmonis. .

Di era perkembangan zaman saat ini perlunya menanakan nilai moderasi

beragama pada siswa agar menghasilkan generasi yang baik dan menjadi generasi

yang moderat, hal ini pun diperlukan mengingat sering terjadinya tindakan

kekerasan yang dilakukan dengan melibatkan anak dalam aksi radikal atau

ekstrem, sehingga siswa menjadi korban yang akhirnya berdampak pada karakter

siswa yang liberal.

1.6.2. Konsep Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya konsep pendidikan Agama Islam sudah mencakup seluruh

tujuan pendidikan. Secara universal Allah SWT menyerukan kepada seluruh umat

manusia agar masuk ke dalam Islam secarah kaffah (menyeluruh). Artinya bahwa

ajaran agama Islam tidak hanya meliputi satu aspek saja, akan tetapi meliputi

seluruh aspek kehidupan manusia yang tujuannya demi memiliki kebahagiaan


12

hidup di dunia dan di akhirat kelak. Konsep dalam pendidikan agama islam

terbagi menjadi 2, yaitu diantaranya :

1. Konsep Pendidikan Islam tentang Aktualisasi Diri

Ketika Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk menyembah-

Nya, Allah memberikan bekal kemampuan kepada manusia untuk membedakan

mana yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain bahwa Allah SWT memberikan

manusia kebebasan untuk memilih serta menjelaskan konsekuensi akan apa yang

telah menjadi pilihannya yang mana akan dirasakan manusia di akhirat

kelak. Allah SWT.

Allah menjadikan penghambaan dan ketaatan manusia kepada-Nya

sebagai tujuan tertinggi. Hanya itulah yang menjadi tolak ukur aktualisasi diri

dalam Islam.

2. Konsep Pendidikan Islam tentang Perkembangan Pendidikan

Islam meletakkan segala sesuatu dalam posisi alamiah dan memandang

seluruh aspek perkembangannya sebagai sarana untuk mewujudkan penghambaan

dan ketaatan kepada Allah SWT serta menjadikannya sebagai keadilan dan syariat

Allah dalam kehidupan sehari-hari. Maka dengan demikian pendidikan Islam

mencakup pemeliharaan seluruh aspek perkembangan, baik itu aspek material,

spiritual, intelektual, perilaku sosial, dan apresiasi.

Dari uraian tersebut maka dapat ditarik suatu kerangka pemikiran, yang

mana dapat digambarkan sebagai berikut :


13

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA


PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian di SMAN 1 Garut)

Pembelajaran Pendidikan Agama


Moderasi Beragama Islam
1. Toleransi 1. Aqidah
2. Anti Kekerasan 2. Ibadah
3. Komitmen kebangsaan 3. Syariah
4. Akomodatif 4. Akhlak
(Lukman Hakim, 2020)
(Nurbaeti, 2018)

Moderasi Beragama Siswa Di SMAN 1 Garut

Gambar 1.1.
Kerangka Pemikiran
14

1.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini merupakan salah satu sumber acuan penulis untuk

melakukan sebuah penelitian khususnya mengenai implementasi moderasi

beragama pada pembelajaran pendidikan agama islam yang mana bertujuan untuk

memperkaya teori , menjadi bahan kajian dan mempermudah penelitian.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa jurnal dan skripsi yang

relevan dengan penelitian terkait Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Terhadap Sikap moderasi beragama Siswa.

a. Penelitian 1 – Anjeli Aliya Purnama Sari

Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Anjeli Aliya Purnama

Sari pada tahun 2021 dengan mengambil judul “Penerapan Nilai-Nilai

Moderasi Beragama Pada Pendidikan Anak Usia Dini Melalui

Pendidikan Agama Islam”. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa nilai

moderasi beragama harus ditanamkan sejak taman kanak-kanak, dimana

pada masa yang disebut the golden age merupakan masa keemasan yang

sangat baik untuk ditanamkan sebuah pendidikan serta membentuk karakter

dan kepribadian anak. Dikatakan bahwa toleransi terhadap anak usia dini

telah dinyatakan secara jelas dalam STPPA (Standar Tingkat Pencapaian

Perkembangan Anak). Mengacu pada STPPA tersebut, perkembangan anak

dalam kaitannya dengan proses mengenal dan belajar toleransi terdapat di

dalam aspek Nilai Agama dan Moral (NAM) dan Sosial-Emosional.

Kompetensi dasar Sikap sosial pada anak usia dini sesuai dengan

kurikulum 2013 menyatakan bahwa anak didik PAUD mampu

menunjukkan perilaku yang mencerminkan sikap menghargai dan toleran


15

kepada orang lain. Namun pada kenyataan dilapangan masih ada beberapa

lembaga sekolah yang mengajarkan anak untuk bermain sesuatu yang

sebenarnya tidak sesuai dengan norma bermasyarakat contohnya dalam

permainan tepuk anak soleh, sering kali seorang guru beranggapan bahwa

hal tesebut baik dilakukan untuk memperdalam kecintaan anak pada

keagamaan tapi tanpa di sadari hal tersebut mengakibatkan anak tumbuh

menjadi orang yang intoleransi. Karena di dalam tepuk itu ada kata-kata

yang mengungkapkan “Islam-islam yes, kafir-kafir no”. Maka pendidikan

toleransi sangat dibutuhkan oleh segala kalangan bahkan dari pendidikan di

Taman Kanak-kanak.

Terkadang kita sering melupakan hal hal seperti itu karna merasa hal

tersebut sudah lumrah dan tidak akan menjadikan anak memiliki prilaku

yang intoren, namun kenyataannya justru bibit awal tumbuhnya sikap

intoleran dalam diri seseorang berasal dari hal al kecil yang ditanamkan

sendari kecil.

Peserta didik merupakan bagian dari sekolah yang memiliki peranan

penting, yang mana sekolah memiliki tanggung jawab untuk mendidik

siswanya agar memiliki pribadi yang sesuai dengan apa yang menjadi

harapan. Termasuk menanamkan nilai nilai moderasi beragama pada siswa.

b. Penelitian 2 – Tri Indah Yani

Penelitian terdahulu kedua yang dilakukan oleh Tri Indah Yani pada

tahun 2020 dengan mengambil judul “Pendidikan Toleransi Beragama

Berbasis Multikultural di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan


16

(PU HUA School) Purwakerto Kabupaten Banyumas”. Berdasarkan

hasil penelitian yang Tri Indah Yani mengenai pendidikan toleransi

berbasis multikultural di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan ( Pu Hua

School) Purwokerto yang mana merupakan sekolah berbasis multikultural

yang mempunyai peserta didik dan warga sekolah dengan kondisi latar

belakang berbeda baik dari segi agama, suku, ras dan budaya. Dimana

keberagaman tersebut merupakan sebuah prinsip yang diterapkan bahwa

sekolah merupakan tempat belajar yang tidak memandang latar belakang

seseorang. Selain itu, perbedaan yang terjadi tidak menjadi alasan untuk

tidak saling hidup berdampingan dan membaur satu sama lain mengingat

manusia merupakan makhluk sosial yang mau tidak mau membutuhkan

orang lain. Adapun konsep pendidikan toleransi beragama berbasis

multikultural di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan ( Pu Hua School)

adalah dengan menjunjung visi nasionalisme, menyadari bahwa indonesia

merdeka bukan hanya karna perjuangan satu orang saja melainkan

perjuangan berbagai tokoh dengan latar belakang agama dan keyakinan

yang berbeda.

Adapun konsep yang lain adalah dengan mengambil sisi keberagaman.

Dimana kondisi warga sekolah yang ada berasal dari latar belakang yang

berbeda. Dengan adanya konsep tersebut tujuan yang diharapkan adalah

warga sekolah yang tak terkecuali adalah peserta didik mampu menjadi

pribadi yang mudah menerima perbedaan, menghargai dan menghormati

satu sama lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan.


17

Saat ini sudah bermunculan sekolah yang berbasis multikultural yang

mana bertujuan untuk menanamkan sikap moderan kepada siswa demi

terwujudnya kedamaian antar siswa serta seluruh bagian masyarakat

khususnya yang berada dilingkungan sekolah. Begitupula dengan SMA

Negeri 1 Garut, walaupun tidak dejelaskan secara gamblang namun dalam

penanamannya SMA Negeri 1 Garut merupakan sekolah yang sudah

menerapkan sikap yang moderat kepada seluruh elemen yang ada di

sekolah.

c. Penelitian 3 – Muhammad Iqbal

Penelitian terdahulu ketiga yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal

pada tahun 2019 dengan mengambil judul “Pendidikan Agama Islam

Berwasasan Multikultural Dalam Menanamkan Toleransi Beragama

Siswa Di Smpn 1 Sumber, Kabupaten Probolinggo”. Permasalahan yang

dibahas pada penelitian ini adalah tantangan untuk menanamkan toleransi

beragama siswa yang sudah terbangun melalui pendidikan di sekolah,

terutama melalui pengembangan pendidikan agama islam yang berwawasan

multikultural di SMP Negeri 1 Sumber. Tujuan penelitiannya yaitu untuk

mengetahui corak pengembangan pendidikan agama islam berwawasan

multikultural, mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat, juga

mengetahui sejauh mana pengembangan pembelajaran PAI berwawasan

multikultural dalam menanamkan toleransi beragama di kalangan siswa.


18

Pembelajaran pendidikan Agama Islam yang mana merupakan

bagian dari hal terpenting dalam memberikan sebuah pemahaman beragama

kepada siswa.

Seringkali pemahaman beragama di dapat dari sumber yang tidak

tentu kebenarannya, hal seperti ini yang dikhawatirkan akan merusak

sebuah sikap siswa yang tentunya akan merusak baik dirinya maupun

lingkungan disekitarnya.

Pemahaman agama yang kurang namun sikap menggebu yang

dimiliki manusia terkadang menjadi hal yang disayangkan ketika justru

yang dilakukan bukanlah mendalami agama dengan baik melainkan

melakukan yang yang melebih lebihkan. Maka peranan pendidikan agama

Islam khususnya di sekolah diharapkan mampu memberikan pemahaman

terutama mengenai sikap saling menghormati dan menghargai setiap

keyakinan yang ada.


19

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Moderasi Beragama

Pada dasarnya moderasi berawal dari pada bahasa latin yaitu moderation

artinya ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga

menyiratkan pengendalian pribadi (dari kecenderungan perilaku yang

berkelebihan dan kekurangan). Termaktub pada Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) pengertian kata moderasi, diantaranya: 1. pengurangan kekerasan, dan 2.

penghindaran keekstriman. Dengan asumsi jika orang itu bersikap moderat,

kalimat tersebut menyiratkan bahwa individu itu bersikap wajar, biasa-biasa saja,

dan tidak keterlaluan (Lukman, 2020:15).

Secara istilah dari pada kata moderat (al wasatiyah) menunjukkan 3 maksud

lebih spesifiknya: a) mengandung makna kebaikan dan pemerataan; b)

menyiratkan bermakna keseimbangan dalam segala hal. Tindakan yang bersifat

menyeimbangi terjaga dari tindakan yang berlebihan sehingga sesuatu itu tidak

wajar (ekstrem kiri/ifrath) dan deduksi atau pengurangan dari kebiasaan (ekstrem

kanan/tafrith). Ketiga, mempunyai arti penting di tengah atau di antara 2

penghujung ataupun berada di tengah diantara dua hal (Purwanto, 2019:113).

Moderasi beragama merupakan cara menekuni dan mengamalkan ajaran

agama dengan cara yang adil dan disesuaikan, untuk menjauhkan diri dari

tindakan yang memungkinkan keterlaluan atau berlebih pada saat

melaksanakannya. Moderasi beragama bukan bermaknakan memoderasikan

agama, karena agama itu sendirinya telah mengandung aturan

keseimbangan/moderasi, yakni pemeraataan dan keseimbangan tertentu. Sehingga


20

itu sama sekali bukan agama dengan asumsi bahwa itu memberikan pelajaran

kehancuran di dunia ini, dalam bentuk kezaliman dan kemarahan yang buruk.

Satu diantara yang ada bahwa prinsip dasar moderasi beragama yakni selalu

selalu menjaga sifat keseimbangan antara 2 unsur, contohnya keseimbangan

antara akal dan wahyu, antara jiwa dan raga, antara wewenang dan kemestian,

antara keharusan dan kesukarelaan antara kepentingan individual dan

kemaslahatan komunal, antara teks agama dan ijtihad para ulama agama, antara

pikiran ideal dan faktual, serta keseimbangan antara masa lampau dan masa yang

akan datang, begitu juga seterusnya.

Dalam buku Islam Nusantara dijelaskan bahwa metode dakwah pada masa

sekarang yang prinsipnya sama dengan strategi dakwah pada masa Walisongo,

kendatipun strateginya harus dilakukan secara bertahap sesuai berbagai yang di

hadapi dari zaman ke zaman dengan tetap mengingat aturan syar‟iat. Secara

jelasnya strategi itu dapat diterapkan dengan cara sebagai berikut:

a. Bercermah dengan memberikan sejumlah hikmah, mau‟izhah husanah dan

berdiskusi secara beretika

b. Berpikiran terbuka terhadap budaya yang tiada bertetangan dengan agama.

c. Pemberian keteladan dengan al akhlak al karimah.

d. Berfokus kepada mashlahah „ammah (kemamfaatan umum) daripada

mashlahah khasshah (kemamfaatan yang besifat khusus).

e. Beraturan irtikab akhaff ad dhararain (mengambil resiko terkecil).

f. Beraturan dar‟ al mafasid muqoddam „ala jalb al mashalih (menolak

kerusakan diprioritaskan daripada menghasilkan kemaslahatan)

(Amin, 2018:23).
21

Sehubungan dengan nilai nilai yang seharunya diciptakan untuk menekan

kuantitas daripada intoleransi, sehingga perlu ditumbuhkan nilai-nilai al wasatiyah

seperti halnya yang tertuang dalam QS. Al Baqarah ayat 143. Kata al wasatiyah

diambil dari dasar kata yang awalnya bermakna : “pertengahan antara 2 batas,

atau dengan pemerataan atau standar atau normal”. Moderasi beragama tidak

dapat digambarkan dalam struktur selain setelah tergabung pada satu kesatuan 4

komponen dasar, yaitu kejujuran, penerimaan, simpati serta keluwesan (Haryani,

2019:147).

Jadi moderasi beragama bisa diartikan sebagai cara pandang, tindakan, dan

akhlak yang pada umumnya selalu mengambil posisi sentral atau berada di

tengah-tengah, konsisten bertindak sewajarnya, dan tidak keterlaluan dalam

beragama (Lukman, 2020:17).

Adapun indikator moderasi beragama ialah Toleransi, Anti Kekerasan,

Komitmen Kebangsaan dan Perilaku Akomodatif terhadap budaya lingkungan. Ke

4 indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kekokohan

moderasi beragama yang diterapkam seorang individu di Indonesia, dan seberapa

besar keharmonisan yang dimilikinya (Lukman, 2020:43).

2.2. Pengertian Toleransi

Toleransi berawal dari bahasa latin yaitu “tolerantia” dimana menyiratkan

kelonggaran, kelembutan, keringanan dan kesabaran. Secara istilah, ungkapan

“tolerantia” sangat terkenal di daerah dataran Eropa, khususnya selama Revolusi

Prancis. Hak ini terkait dengan moto kebebasan, persamaan dan persaudaraan

yang merpakan inti dari Revolusi Prancis.


22

Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah kata “tolerance” sehingga

menyiratkan tindakan yang membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan

orang lain tanpa memerlukan dukungan yang ada. Sementara itu dalam bahasa

Arab istilah ini menyinggung kata “tasamuh” yang saling menerima atau saling

mempermudah.

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dinyatakan bahwasannya arti

dari ungkapan kata “toleransi” ialah sifat atau sikap toleran (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1991:1065). Kata toleran

dicirikan sebagai “bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,

mengizinkan) pendirian (pendapat, pandangan, keyakinan, kecenderungan,

kelakuan, dan lain sebagainya) yang unik atau bertentangan dengan posisi atau

pandangan sendiri.

Toleransi untuk agama lain yang tercipta di masyarakat sangatlah

berkembang hal ini merupakan kebutuhan akan landasan antara keselarasan antar

umat beragama di tengah mayoritas. Bahkan Islam pun mendidik untuk

berperilaku yang dapat diterima oleh semua orang tanpa menuntut terhadap

indivdu yang seagama atau tidak, dan terhadap individu shaleh atau sebaliknya.

Konsep kerukunan hidup beragama pertama kali digagas pada pemerintahan

Orde Baru dengan munculnya trilogi kerukurnan umat beragama, diantaranya:

1. Keharmonisasian intern diantara individu-individu umat beragama.

2. Keharmonisasian dalam umat beragama yang berbeda-beda.

3. Keharmonisan antara umat beragama dan otoritas publik.


23

Ketenteraman hidup umat beragama yaitu perihal hubungan sesama umat

beragama yang berdasarkan kepada rasa toleransi, menghormati, pengertian,

menghargai berbagai perbedaan dalam pengamalan ajaran agama yang

diyakininya, dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara di dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan

kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (Saefullah , 2021 :25).

Keharmonisasian intern umat beragama yaitu kerukunan yang terjadi

sesama intrakomunitas. Misalnya antar sesama umat Islam dalam berorganisasi

(Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Persatuan Umat Islam)

(Saefullah , 2021 :25).

Diantara Kerukunan umat beragama yang berbeda-beda seperti kerukunan

antara umat Islam dengan Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan lain lain

(Saefullah , 2021 :26).

Pada kerukunan umat beragama dengan otoritas publik yakni kerukunan

antara umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan lainnya dengan

otoritas publik, baik pemerintah pusat maupun pemrintah daerah (Saefullah , 2021

:26).

Pada masa pemerintahan era reformasi, dukungan terhadap kerukunan

umat beragama menjadi kewajiban bersama antarumat beragama, serta otoritas

publik (Saefullah , 2021 :26).


24

Allah menyebutkan orang-orang mukmin itu bersaudara, dan

memerintahkannya untuk melaksanaan perbaikan hubungan jikalau seandainya

terjadi kesalahpahaman diantara mereka, seperti dalam QS. Al Baqarah ayat 213:

َ ‫ث َّللاَّ ُ ال ٌ َّ ث ِ ٘ ّ ِ ٘ َي ُه ث َ ش ِّ ِس ٗ َي َّ ُه ٌ ْ ِر ِز ٗ َي َّ أ َ ً ْ َز َل َه ع َ ِ ُ نُ ال ْ ِك ر‬
‫َاب‬ َ َ ‫اح د َ ج ً ف َ ث َ ع‬ِ َّ ً ‫اس أ ُ َّه ح‬ ُ َّ ٌ ‫ك َا َى ال‬
ُ
‫ف ف ِ ٘ َِ إ ِ ََّّل ا ل َّ ِر ٗ َي أ ّذ ُْ ٍ ُ ِه ْي ت َ ع ْ ِد َه ا‬ َ َ ‫اس ف ِ ٘ َو ا ا ْخ ر َل َ ف ُ ْا ف ِ ٘ َِ ۚ َّ َه ا ا ْخ ر َل‬ ِ َّ ٌ ‫ق ِ لِ ٘ َ ْح ك ُ نَ ت َ ٘ ْ َي ال‬ ّ ‫ح‬ َ ْ ‫ت ِ ال‬
ّ ‫خ ت َ غ ْ ٘ ًا ت َ ٘ ْ ٌ َ ِ ُ نْ ۖ ف َ َِ د َٓ َّللاَّ ُ ا ل َّ ِر ٗ َي آ َه ٌ ُ ْا لِ َو ا ا ْخ ر َل َ ف ُ ْا ف ِ ٘ َِ ِه َي ال ْ َح‬
ۗ َِ ِ ً ْ ‫ق ِ ت ِ ئ ِ ذ‬ ُ ‫ج ا َء ذ ْ ِ ُ ن ُ ال ْ ث َ ٘ ّ ِ ٌ َا‬
َ
‫ط ُه ضْ ر َ قِ ٘ ٍن‬ٍ ‫ص َس ا‬ ِ َٰٔ َ ‫َّ َّللاَّ ُ ٗ َ ِْ ِد ٕ َه ْي ٗ َ ش َا ءُ إ ِ ل‬

Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,
yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena
dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus. (QS. Al Baqarah: 213)

KH. Abdurrahman Wahid pun dalam bukunya membahas mengenai

semangat toleransi dalam sejarah Indonesia yang terlihat dalam sikap umat agama

lain terhadap keberadaan agama Islam. Di pulau Jawa, misalanya kerajaan

Majapahit sebagai kerajaan Hindu Buddha memberikan tempat tinggal kepada

para penyebar agama Islam (Wahid , 2010 :21).

Maka dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah kesolidaritasan untuk

mencapai keharmonisasian sehingga dengan tegas tidak mengampuni perbuatan

kekejaman atau ketidak adilan yang mengancam kepada martabat manusia.

Toleransi sebenarnya terdapat dalam jalan hidup untuk menjalani kebahagiaan

bersama antar indivudu, tanpa sengaja mengabaikan penderitaan dan kesengsaraan

orang lain (Wahid , 2010 : 119).


25

2.3. Pengertian Anti Kekerasan

Radikalisme atau kebrutalan dalam makna moderasi beragama dianggap

sebagai filosofi (berupa ide atau gagasan) dan kepahaman yang perlu dilakukan

untuk perubahan pada kerangka sosial dan politik dengan melibatkan cara-cara

yang ganas atau terlu keterlaluan dengan mengatas namakan agama, baik

dilakukan secara lisan, fisik dan mental seseorang. Inti dari tindakan radikal ialah

cara pandang dan aktivitas seseorang secara khusus atau perkumpulan yang

melibatkan cara-cara kejam dalam menyelesaikan perubahan yang ideal (Lukman,

2020:45).

Radikalisme dan kebiadaban tentu bukan bagian dari substansi ajaran agama

manapun. Oleh karena itu pemahaman ekstrem tidak akan selalu bisa

mempengaruhi umat beragama di sebagian besar wilayah, dengan berasalan

bahwa subtansi dari agama sejatinya adalah menjaga harga diri dan ketenangan

umat manusia yang nilainya pasti diakui oleh sebagian besar umat kebanyakan.

Mereka yang memperjuangkan perspektif dan paham ekstrem dalam beragama

biasanya berkelompok dalam minoritas yang minim, menjauhi diskusi debat

maupun percakapan rasional, dan lebih cenderung untuk memilih perkembangan

dan aktivitas ekstrem (Lukman, 2020:50).

Untuk mencegah hal ini, persatuan dari kelompok beragama moderat harus

didorong, rasa individualis kelompok harus dihindari. Maka dalam moderasi

beragama, radikalisme atau kekerasan menjadi salah satu hal yang sangat

dihindari demi terwujudnya keutuhan bangsa, negara dan agama.


26

2.4. Pengertian Komitmen Kebangsaan

Komitme kebangsaan menjadi penanda vital untuk melihat sejauh mana cara

pandang, perilaku dan praktik beragama seseorang mempengaruhi pada kesetiaan

terhadap kesepakatan publik yang mendasar, terutama terkait dengan pengakuan

Pancasila sebagai falsafah negara. Sebagai ciri dari bagian komitmen kebangsaan

adalah pengakuan terhadap standar acuan berbangsa dan bernegara yang

tercantum dalam Undang Undang 1945 dan pedoman di bawahnya (Lukman,

2020:43).

Komitmen kebangsaan ini sangat esensial untuk diisi sebagai komponen

dari moderasi beragama sebab contonya yang sering dikatakan Mentri Agama

tahun 2019 Lukman Hakim Saifuddin, dalam sudut pandang moderasi baragama,

mengamalkan ajaran agama adalah sama dengan menyelesaikan komitmen

sebagai warga, sebagaimana melaksanakan kewajiban sebagai warga adalah

bentuk pengamalan ajaran agama (Lukman, 2020:43).

Berkaitan dengan berbangsa dan bernegara, visi moderasi beragama juga

penting dengan alasan bahwa seperti yang di bahas sebelumnya salah satu

komponen moderasi beragama adalah adanya ketanggung jawaban publik, tidak

memaksa secara berlebihan kepada satu agama menjadi filosofi negara, namun

tidak menghilangkan jiwa dan kualitas mendalam dari spiritual pada sistem

keyakinan bergara secara umum.

2.5. Pengetian Akomodatif

Sikap berupa tindakan agama yang akomodatif kepada budaya sekitar dapat

dimanfaatkan untuk melihat kemampuan kesediaan untuk mengakui praktik


27

amaliah keagamaan yang mewajibkan budaya sekitar dan adat istiadat lingkungan.

Kebanyakan orang moderat seringkali akan lebih siap untuk menoleransi adat

istiadat dan budaya lingkungan dalam perilaku keagaamaan mereka, selama

mereka tidak bergelumul bertentangan dengan ajaran-ajaran agama. Lagi-lagi adat

istiadat keberagamaan yang tidak fleksibel, antara lain dicirikan oleh dengan

kemampuan dalam mengakui pengamalan dan prilaku beragama yang tidak hanya

menggaris bawahi kepastian standarisasi yang normatif, tetapi juga dapat

mengakui praktik beragama dalam landasan keutamaan, selama praktik tersebut

tidak bertolak belakang dengan hal yang mendasar pada ajaran agama. Kemudian

lagi, ada juga kelompok yang cenderung tidak memberikan kemudahan terhadap

tadat istiadat dan kebudayaan, sebab mempraktikan adat dan budaya pada agama

akan dianggap sebagai demonstrasi yang mencemari kemurnian agama.

2.6. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan bimbingan yang sadar dari guru kepada siswa pada

peningkatan fisik dan ruh siswa menuju kepada kerakter yang lebih baik atau

menjadi versi terbaik, yang umunya mengacu pada pengambangan pribadi yang

sempurna. Individu yang ideal ialah individu yang memilki etika moral sempurna.

Yang terlihat dan sesuai dengan misi visi kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu

menyempurnakan akhlaq yang mulia bagi seluruh umat manusia.

Termaktub dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem

Pendidikan Nasional dalam Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa :

“Pendidikan berfungsi untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
28

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”

Islam adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada tauhid, berbeda dengan

monoteisme. Ketauhid atau keesaan Tuhan diketahui manusia mengingat pesan

dari Tuhan sendiri melalui firman yang disampaikan kepada para utusan-Nya.

Kenudian monoteisme sendiri muncul dari dinamisme, animisme, politeisme dan

akhirnya monoteisme setelah melalui perjalanaan panjang dalam tauhid (Hamzah

2017:27).

Pendidikan agama Islam merupakan pendamping dan kontribusi bagi siswa

untuk nantinya setelah menyelesaikan pendidikan, mereka mendapatkan apa yang

terkandung dalam Islma secara komprehensif, memahami makna, maksud serta

tujuannya dan pada akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupannya serta

menjadikan ajaran-ajaran Islam itu sebagai dasar hidupnya sehingga dapat

mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (Darajat 2009:88).

Tujuan pendidikan Islam saat ini adalah untuk membimbing, mengarahkan,

dan menginstruksikan individu agar paham dan berkonsentrasi kepada ajaran

agama Islam. Mereka diandalkan untuk mempunyai secara kecerdasan berpikir

(IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ) untuk

menghadapi alam semesta kehidupan dan pencapaian masa depan.

2.7. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut Jalaluddin tujuan dibalik pendidikan Islam harus dibentuk dari

kualitas filosofis yang terkandung dalam cara berpikir pada pendidikan Islam.

Menurutnya tujuan dari pendidikann Islam secara sederhana yaitu setara dengan
29

tujuan Islam itu sendiri, dan tujuan pendidikan Islam oleh para ahli pendidikan

Islam misalnya Al-Barasy menurut Imam Syafe‟i (2015; 156) :

1. Membingkai perilaku yang baik. Dengan tujuan tersebut, umat Islam

sepakat bahwa inti ajaran islam adalah menjaga orang yang mulia, seperti

misi kerasulan Muhammad SAW.

2. Merencanakan siswa untuk kehidupan di dunia ini dan di akhirat kelak.

3. Kesiapan siswa untuk dunia usaha (mencari resezki) yang sudah ahli.

4. Mengembangkan kepribadian yang logis sehingga siswa dapat terus belajar

dan medalami ilmu pengetahuan.

5. Mempersapkan siswa yang ahli di bidang teknik dan pertukangan.

Selain itu, para ahli lainnya juga mengembangkan tujuan pendidikan Islam

dari Al-Qur‟an kedalam 4 bagian, yaitu :

1. Mengenalkan siswa dengan meposisikan mereka sebagai makhluk ciptaan

Tuhan dan kewajiban mereka dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menghadirkan siswa sebagai makhluk sosial serta kewajibannya kepada

masyarakat dalam situasi dan kondisi sehari-hari.

3. Kenalkan siswa dengan alam semesta dan segala isinya. Ini memberikan

pemahaman tentang bagaimana mereka membentuk dan mengembangkan

serta memanfaatkan alam.

4. Memperkenalkan keberadaan alam maya (ghaib) kepada siswa.

Bashori Muchsin dan Moh. Sultthon, menekankan lagi bahwa tujuan umum

daripada pendidikan Islam yang bermanfaat secara universal harus sesuai dengan
30

perspektif manusia., tujuan umum ini menggabungkan akalnya, perasaannya,

ilmunya dan kebudayaannya, berhak menjadi pemimpin di muka bumi ini.

Sehingga tujuan umum ini meliputi pengertian, pemahaman, penghayatan, dan

ketrampilan berbuat. Oleh sebab itu, ada tujuan umum untuk tingkat pendidikan

permulaan, menengah,lanjutan, dan perguruan tinggi. Ada juga untuk pendidikan

pesekolahan umum, kejuruan, lembaga-lembaga pendidikan dan sebagainya.

Terlepas dari tujuan tersebut, ada 8 jenis tujuan khas/khusus:

1. Memperkenalkan siswa mengenai aqidah Islam, dasar-dasar agama, cara-

cara beribadat dengan baik dan benar yang sesuai dengan syari‟at Islam.

2. Menumbuhkan kesadaran yang sungguh-sungguh kepada siswa untuk

agamanya termasuk standar dan dasar akhlak yang baik.

3. Menanamkan keyakinan kepada Allah pencipta alam semesta ini, malaikat,

rasul-rasul, dan kitab-kitabnya.

4. Mendorong siswa untuk memperluas khazanah mengenai adab, keagamaan,

dan syariat Islam dan berusaha untuk mengamalkan dengan penuh suka rela

secara efektif.

5. Menanamkan rasa sayang dan penghargaan kepada Al-Qur`an; membaca,

pahami, dan mengimplementasikan.

6. Mengembangkan rasa senang kepada sejarah dan kebudayaan Islam.

7. Mengembangkan inspirasi, pemikiran positif, keyakinan diri, dan

kewajiban.

8. Mengajarkan naluri, insipirasi, dan keinginan generasi muda dan

menumbuhkan mereka supaya berkualitas dan kepercayaan diri yang baik.


31

2.8. Unsur-Unsur Pendidikan

Jalannya proses pendidikan dalam sebuah pembelajar dibangun dengan

melibatkan suatu unsur yang satu sama lainnya saling terhubung. Unsur-unsur

yang membangun pendidikan diantaranya :

1. Siswa

Siswa memiliki berstatus dengan menjadi subjekk didik. Pandangan saat

ini secara umum cenderung menyebut demikian oleh karena siswa adalah subjek

atau pribadi yang langsung, yang ingin diakui keberadaannya. Karakteristik dari

peserta didik diantaranya : a) orang yang mempunyai segudang potensi fisik dan

psikis yang luar biasa, sehingga merupakan individu yang unik. b) individu yang

sedang berkembang. c) individu yang sedang membutuhkan arahan individual dan

perlakuan manusiawi. d) orang yang bisa mandiri.

2. Pendidik

Pendidik adalah seseorang yang berkewajiban dalam aplikasi pendidikan

dengan sasaran 3 lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jadi,

seorang guru harus mempunyai pribadi yang bersifat baik, berwibawa, memiliki

kepercayaan, kasih sayang persahabatan dan kepasitas dalam mengelola

pembelajaran.

3. Interaksi Edukatif antara guru dan siswa

Interaksi edukati adalah korespondensi timbal balik antara siswa dan guru

yang berpusat kepada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pencapaian tujuan guru secara ideal melalui proses korespondensi intensif dengan

memanipulasi isi, metode dan media pendidikan.


32

4. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan apa yang hendak di sampaikan oleh pendidik ke

kelas. Bahan ajar ini telah diatur di dalam kurikulum pendidikan sekolah yang

sudah ditetapkan sebelumnya sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Bahan ajar

ini mencakup materi inti dan lokal.

5. Metode dan Alat Pendidikan

Alat dan metode dicirikan sebagai semua yang dicapai atau dilakukan

dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk menentukan media dan

metode pendidikan yang ideal adalah dengan melihat kesesuiannya dengan tujuan

yang hendak digapai, kesesuaian dengan peserta didik, kesesuaiannya dengan

kampuan pendidik sebagai pengguna, kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi

saat digunakannya media.

6. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pada sistem pendidikan adalah suasana yang digunakan selama

berlangsungnya proses belajar mengajar, terutama dalam 3 lingkungan yang

esensial yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

7. Evaluasi Pendidikan

Evaluasi artinya penilaian terhadap pencapaian siswa dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan pada sesuatu yang telah ditentukan.


33

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai sebuah cara yang dilakukan

untuk mendapatkan sebuah hasil yang diinginkan dari sebuah penelitian . metode

penelitian dapat diartikan pula sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehinga pada gilirannya penelitian tersebut dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, serta mengantisipasi permasalahan di bidang

pendidikan (Sugiyono, 2019)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.

Penelitian deskriptif ini berpusat untuk meneliti mengenai permasalahan actual

yang sedang terjadi saat ini. Dengan penelitian deskriptif, peneliti berusaha

mendeskripsikan sebuah peristiwa tanpa melebih lebihkan atau bahkan

mengurangi hasil dari penelitian yang artinya penelitian desktiptif ini dituangkan

sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi dilapangan.

Pendekatan kualitatif ini memusatkan analisisnya pada data deskriptif

yang mana berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

diamati. Penelitian dengan metode kualitatif ini digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah, menggunakan analisis induktif dan hasil penelitiannya

lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2019).


34

3.2. Sumber dan Jenis data

Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini mengguakan subjek

dan objek penelitian, yang diuraikan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data Primer disini adalah data yang penulis ambil dari buku buku

yang membahas tentang moderasi beragama yang diterbitkan oleh

Kementrian Agama Republik Indonesia.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku atau karya

ilmiah lainya yang isinya dapat melengkapi data yang diperlukan oleh

penulis.

Data pada penelitian kualitatif dinyatakan sebagaimana adanya

(natural setting) dan tidak dirubah dalam bentuk simbol atau bilangan dan

analisisnya dilakukan secara kualitatif.

Menurut Sugiyono (2019) data sekunder artinya Penelitian tidak

menggunakan angka dalam mengumpulkan dan menganalisis data, namun

memberikan penafsiran hasil dari penelitian di lapangan secara nyata tanpa

adanya penambahan atau pengurangan.


35

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2019) Dalam sebuah penelitian pengumpulan data

merupakan teknik paling strategis, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam pengumpulan data setiap peneliti berhak memilih teknik yang akan

digunakan sesuai dengan tujuan dari penelitiannya, hal tesebut dilakukan demi

tercapainya sebuah hasil yang ingin didapatkan oleh peneliti.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulkan data,

yang mana setiap teknik penelitian punya fungsi yang berbeda. Teknik yang paling

tepat digunakan adalah yang sesuai dengan tujuan penelitian, jenis data serta

keadaan sumber informasi penelitian.

Pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan

nggunakan beberapa teknis, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumen Merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental. Dokumen

berbentuk tulisan misalnya seperti catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,

biografi, peraturan, kebijakan Dokemen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lai-lain. Dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
36

Menurut Sugiyono (2019) Studi dokemen merupakan perlengkapan

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam sebuah penelitian

kualitatif

b. Wawancara

Menurut Sugiyono (2019) Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalah.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan sebuah hasil secara

langsung dan terpercaya dari sumber yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

c. Observasi

Observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para

ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Observasi dilakukan dengan turun kelapangan dengan tujuan

mendapatkan data faktual yang diperlukan untuk mendukung hasil dari sebuah

penelitian.

3.4. Teknik Analis Data

Menurut Sugiyono (2019) Dalam analisis data kualitatif, analisis data ialah

proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil
37

wawancara, catatan lapangan dan bahan bahan lain yang sesuai dengan penelitian,

sehingga mudah dipahami dan tentunya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono (2019), langkah langkah

dalam melakukan analisis isi adalah sebagai berikut:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan sebuah

gambaran yang lebih luas, jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Dalam Penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif.

c. Consuling Drawing Verification (Penarikan kesimpulan dan Verifikasi)

Kesimpulan merupakan bagian akhir dari sebuah penelitian, namun

juga tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan.

Dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal, tetepi tidak menutup kemungkinan pula mungkin

juga tidak dapat menjawab, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa
38

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitataif masih besifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.


39

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Tempat penelitian oleh penulis adalah di SMAN 1 Garut Jalan Merdeka No.

91, Jayaraga, Kec. Tarogong Kidul, Kab. Garut.

4.1.1. Tujuan Pendidikan Menengah

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut dengan memiliki keseimbangan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang terpadu dalam kehidupan sehari-hari.

4.1.2. Visi dan Misi

a. Visi

“TERWUJUDNYA LAYANAN PRIMA PENDIDIKAN DAN

PEMBELAJARAN MENUJU SUKSES INSAN BERKARAKTER YANG MAMPU

BERSAING SECARA GLOBAL”

b. Misi

Untuk mencapai VISI tersebut, SMA Negeri 1 Garut mengembangkan misi

sebagai berikut:

1. Meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

2. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Meningkatkan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.


40

5. Menciptakan generasi bangsa yang mampu berkontrisbusi dalam

masyarakat yang beragam dalam kehidupan lokal dan global.

6. Meningkatkan wahana lingkungan hidup yang refresentatif.

4.1.3. Strategi Sekolah

Adapun strategi SMA Negeri 1 Garut untuk mencapai misi tersebut, yaitu:

1. Penataan kelembagaan:

a. Musyawarah kelembagaan.

b. Penataan sistem organisasi sekolah.

c. Penataan manajemen sekolah.

d. Menjalin dan memperluas kemitraan.

2. Peningkatan mutu kelembagaan:

a. Peningkatan sarana prasarana:

1) Penataan sarana prasarana dan penataan lingkungan sekolah yang

representatif.

2) Penataan sarana prasarana laboratorium, multi media dan

perpustakaan berbasis IT.

3) Peningkatan pemanfaatan sarana prasarana Gedung Olah Raga

(GOR) untuk meningkatkan prestasi non akademis.

b. Peningkatan mutu akademik:

1) Melaksanakan KBM berbasis IT.

2) Melaksanakan pengayaan dan pendalaman materi pelajaran.

3) Pembinaan Olimpiade Sains Nasional (OSN).

4) Melaksanakan bimbingan karya ilmiah bagi siswa.


41

3. Peningkatan kualitas profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

a. Pendidik:

1) Memberdayakan kelompok guru mata pelajaran (MGMP).

2) Memfasilitasi penyelesaian Program S-2 bagi setiap guru.

3) Melaksanakan kerjasama dengan fasilitator guru mata pelajaran.

4) Pembinaan guru dalam keterampilan IT dan Bahasa Inggris.

b. Tenaga Kependidikan:

1) Meningkatkan pelayanan administrasi dan keuangan berbasis IT.

2) Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis IT.

3) Pembinaan tenaga kependidikan dalam keterampilan IT dan

Bahasa Inggris.

4.1.4. Tujuan SMA Negeri 1 Garut

Setiap sekolah memiliki sebuah tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan

bagian dari tujuan pendidikan nasional, adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sama halnya dengan SMA Negeri 1 Garut

pun memiliki sebuah tujuan yang mana tujuan pendidikan SMA Negeri 1 Garut

Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai.

2. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan effisien, sesuai

dengan tuntutan Kurikulum 2013 dengan menerapkan pembelajaran


42

saintifik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan

serta melakukan penilaian autentik.

3. Meningkatkan kinerja masing-masing komponen penting sekolah (Kepala

sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dan komite

sekolah) untuk bersama-sama melakukan kegiatan yang inovatif sesuai

dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing.

4. Meningkatkan program ekstrakurikuler dengan mewajibkan kegiatan

kepramukaan bagi seluruh warga di lingkungan sekolah, melalui kegiatan

Gugus Depan, MPLS, dan Kegiatan Akhir Pekan.

5. Mewujudkan peningkatkan kualitas lulusan yang memiliki sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang seimbang, serta terus meningkatkan

jumlah lulusan sekolah yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

6. Menyusun serta melaksanakan tata tertib sekolah dengan segala ketentuan

yang mengatur operasional warga di sekolah.

7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan sekolah baik

itu tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik melalui

berbagai kegiatan dan pembiasaan di lingkungan sekolah.

8. Mempertahankan predikat sekolah sebagai peraih sertifikat ISO.

4.1.5. Kerangka Dasar

1. Prinsip Penyusunan Kurikulum di SMA Negeri 1 Garut

Penyusunan Kurikulum SMA Negeri 1 Garut mengacu pada prinsip

penyusunan sebagai berikut:


43

a) Kurikulum harus bisa menyebabkan adanya peningkatan iman, takwa, dan

akhlak mulia

b) Kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan kompetensi masa depan yaitu

kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, toleran

dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas

dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan

bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan

c) Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan potensi,

kecerdasan, dan minat sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik

d) Kurikulum perlu memuat keragaman yang sesuai dengan karakteristik

daerah untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan

pengembangan daerah

e) Kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah

dan kepentingan nasional

f) Kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik

memasuki dunia kerja

g) Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga tetap relevan dan

konstekstual dengan perubahan

h) Muatan kurikulum semua mata pelajaran ikut mendukung peningkatan

agama peserta didik

i) Kurikulum harus bisa menciptakan individu yang mandiri dan mampu

bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku

dan bangsa lain


44

j) Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan

peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan

dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI)

k) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik social

budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya

l) Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang

berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan jender

m) Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan

pendidikan

4.1.6. Prinsip Pengembangan Kurikulum di SMA Negeri 1 Garut

Pengembangan Kurikulum SMA Negeri 1 Garut mengacu kepada

karakteristik Kurikulum 2013 dan prinsip pengembangan KTSP sebagai berikut:

1. Karakteristik Kurikulum 2013:

a) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual

dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan

intelektual dan psikomotorik.

b) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar terencana yang mana peserta didik harus mampu

membagikan pengetahuan yang di dapatkannya di sekolah kepada

lingkungan masyarakat.
45

c) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah maupun di

lingkungan masyarakat.

d) Memberi waktu yang cukup leluasa kepada peserta didik untuk

mengembangkan berbagai minat, bakat, sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang

dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

f) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing

elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti.

g) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar

mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan

vertikal).

2. Prinsip Pengembangan kurikulum;

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum SMA Negeri 1 Garut dikembangkan sesuai dengan visi,

misi dan tujuan sekolah yaitu:


46

a. “TERWUJUDNYA LAYANAN PRIMA PENDIDIKAN DAN

PEMBELAJARAN MENUJU SUKES INSAN BERKARAKTER

YANG MAMPU BERSAING SECARA GLOBAL”

b. Menanamkan kedisiplinan melalui budaya bersih, budaya tertib,

dan budaya kerja

c. Menumbuhkan penghayatan terhadap budaya dan seni daerah

sehingga menjadi salah satu sumber kearifan berperilaku dan

bermasyarakat

d. Menumbuhkan inovasi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat

menunjang pengembangan profesionalisme melalui pembiasaan

dan kreativitas

e. Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai,

f. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan effisien,

dengan menerapkan pendekatan saintifik yang mencakup domain

sikap, pengetahuan, dan keterampilan

g. Meningkatkan program ekstrakurikuler agar lebih efektif dan

effisien sesuai dengan bakat dan minat peserta didik sebagai salah

satu sarana pengembangan diri peserta didik;

h. Mewujudkan peningkatan kualitas dan jumlah tamatan yang

melanjutkan ke perguruan tinggi;

i. Menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang

mengatur operasional warga sekolah

j. Meningkatkan daya saing melalui kegiatan olimpiade dan kegiatan

perlombaan lainnya
47

b) Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keberagaman

karakteristik peserta didik, keungulan lokal dan potensi daerah, jenjang

serta jenis pendidikan, tanpa adanya sebuah perbedaan baik itu agama,

suku, budaya dan adat istiadat serta status sosial ekonomi dan gender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan

lokal, dan pengembangan diri secara terpadu dan menyeluruh.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni

Kurikulum SMA Negeri 1 Garut dikembangkan atas dasar

kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara

dinamis. Oleh karena itu semangat dan isi kurikulum harus dapat

mendorong peserta didik untuk terus mengembangkan dirinya sesuai

dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik serta mengikuti dan

memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

dengan tepat.

Untuk memenuhi hal tersebut maka di SMA Negeri 1 Garut

ditambahkan pendidikan yang mana berbasis keunggulan lokal dan budaya

yang ada di Kabupaten Garut yaitu berupa seni dan budaya Batik Garutan,

dan karya tulis sebagai bekal dasar pengetahuan dan keterampilan di

perguruan tinggi nantinya.


48

d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjalin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan yang mana harus sesuai dengan rea lita yang ada,

termasuk didalamnya kehidupan bermasyarakat dan dunia kerja. Oleh

karena itu kurikulum SMA Negeri 1 Garut dikembangkan untuk

meningkatkan keterampilan pribadi, keterampilan berfikir, keterampilan

sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional yang

diwujudkan dalam berbagai kegiatan, baik itu kegiatan intra maupun

kegiatan ekstrakurikuler antara lain PMR, KIR, Rohis, Keputrian dan

lainnya.

e) Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,

bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan

disajikan harus sesuai dan dapat berjalan secara berkesinambungan antar

semua jenjang tingkatan, serta kerjasama dengan perguruan tinggi

terdekat.

f) Belajar Sepanjang Hayat

Kurikulum SMA Negeri 1 Garut diarahkan kepada proses

pengembangan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara

unsur-unsur pendidikan formal, informal dan non formal, dengan


49

memperhatikan kondisi dan lingkungan yang selalu berkembang serta arah

pengembangan manusia seutuhnya dengan memperhatikan dan

mengintegrasikan karakter bangsa.

Oleh sebab itu di SMA Negeri 1 Garut dilaksanakan program

peduli lingkungan yang salah satunya untuk menumbuhkan sebuah

kepedulian terhadap hal yaang paling dekat dengan masyarakat di SMA

Negeri 1 Garut yang mana dilaksanakan melalui kerja sama dengan

berbagai instansi terkait, diantaranya Dinas Lingkungan Hidup.

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum SMA Negeri 1 Garut dikembangkan dengan

memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu

kurikulum SMA Negeri 1 Garut mengacu kepada visi pendidikan nasional

dan visi Kabupaten Garut untuk mempertahankan dan melestarikan

budaya Garut.

3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Garut dilaksanakan sebagai

berikut :

a. Didasarkan pada potensi, perkembangan, dan minat peserta didik

untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya sendiri. Dalam

hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang

bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan


50

dirinya secara bebas, dinamis, menyeluruh dan menyenangkan melalui

kegiatan Tatap Muka (TM), Penugasan Terstruktur (PT), dan Kegiatan

Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT), pengembangan diri baik melalui

Bimbingan Konseling (BK) maupun kegiatan ekstrakurikuler.

b. Menegakkan 4 (empat) pilar belajar yaitu :

- Belajar untuk memahami dan menghayati .

- Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.

- Belajar untuk kehidupan bersama dan berguna bagi orang lain, dan

- Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan.

c. Melalui bimbingan guru wali yang bekerja sama dengan guru mata

pelajaran dan BK secara terjadwal. Setiap guru wali memiliki peserta

didik sebagai peserta bimbingannya.

d. Setiap guru mata pelajaran memiliki jadwal konsultasi mata pelajaran

disesuaikan dengan minat peserta didik dan dilaksanakan dalam

suasana peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan

menghargai, akrab, terbuka dan hangat, dengan prinsip Tut wuri

handayani, Ing madya mangun karsa, Ing ngarsa sung tulada.

e. Menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber

belajar dan teknologi yang memadai, memanfaatkan lingkungan

sekitar sebagai sumber belajar dan fasilitas internet.

f. Mendayagunakan kondisi alam, sosial budaya serta kekayaan daerah

untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian

secara optimal.
51

4. Kelompok Mata Pelajaran

Sejak Tahun Pelajaran 2016-2017 SMA Negeri 1 Garut menggunakan

struktur kurikulum yang mengacu kepada Kurikulum 2013 untuk kelas X, XI

dan kelas XII yang mana sudah sesuai dengan Surat Edaran Menteri

Pendidikan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013, tanggal 8

November 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013.

Oleh sebab itu, kelompok mata pelajaran di SMA Negeri 1 Garut

mengikuti pola dan ketentuan Kurikulum 2013, yaitu adanya kelompok mata

Pelajaran Wajib A dan mata pelajaran Wajib B, Kelompok mata pelajaran

Peminatan, dan mata pelajaran Lintas Minat, yang mana semuanya

mengusung ke pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.

Adapun kelompok mata pelajarannya ialah :

kelompok Wajib A :

1. Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti

2. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Matematika

5. Sejarah Indonesia

6. Bahasa Inggris

Kelompok Wajib B :

1. Seni Budaya

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga Dan Kesehatan

3. Prakarya Dan Kewirausahaan


52

Kelompok Peminatan :

1. Peminatan Matematika Dan Sains

a) Matematika

b) Biologi

c) Fisika

d) Kimia

2. Peminatan Sosial

a) Geografi

b) Sejarah

c) Sosiologi Dan Antropologi

d) Ekonomi

3. Peminatan Bahasa

a) Bahasa Dan Sastra Indonesia

b) Bahasa Dan Sastra Inggris

c) Bahasa Dan Sastra Asing Lainnya

d) Antropologi

4. Mata Pelajaran Pilihan Dan Pendalaman

a) Pilihan Lintas Minat Dan Atau Pendalaman

Minat
53

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sejauh penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Implementasi

Moderasi Beragama Siswa di SMA Negeri 1 Garut cukup banyak nilai-nilai yang

diterapkan oleh sekolah khususnya dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam

hal ini tentunya membuat SMA Negeri 1 Garut menjadi salah satu sekolah

unggulan di Kabupaten Garut.

Mentri Agama pada tahun 2014-2019 yaitu Lukman Hakim Saifuddin dalam

berbagai kesempatan sering menjelaskan bahwa moderasi beragama merupakan

jelan tengah dalam keberagaman yang ada di Indonesia khususnya keberagaman

beragama. Maka mengingat mayoritas agama di Indonesia merupakan agama

Islam peranan pembelajaran pendidikan Agama Islam menjadi salah satu

pengaruh nyata untuk keseimbangan umat beragama.

Dalam Hadits Riwayat Muslim dan Abu Ya‟la dikatakan :

َ ُ‫ َّالَّرِٓ ًَ ْفضِٔ ِت َ٘ ِد ٍِ ََّل ُٗؤْ ِهي‬:‫ال‬


َّ‫ع ْثد ٌ َحرَّٔ ٗ ُِحة‬ َ َ‫صلَّٔ هللاُ َعلَْ٘ َِ َّ َصلَّ َن ق‬
َ ‫هللا‬
ِ ‫ْل‬ َ ‫ص‬ ُ ‫ٖ هللاُ َعٌَُْ أ َ َّى َز‬ ِ ‫َع ْي أًَ ٍَش َز‬
َ ‫ض‬
َ َ ْ َ ْ
ٔ‫ أخ َس َجَُ ُه ْض ِل ٌن َّ أتُْ َٗ ْعل‬- َِ ‫از ٍِ َها ٗ ُِحةُّ ِلٌَف ِض‬
ِ ‫ِل َج‬

Artinya : Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

“Demi (Allah) yang nyawaku di tangan - Nya, tidaklah beriman seorang hamba

sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”

(HR. Muslim dan Abu Ya‟la: 2967).

Setelah melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Garut, maka peneliti dapat

memaparkan data hasil penelitian dan analisis sebagai berikut :


54

4.2.1. Moderasi Beragama di SMA Negeri 1 Garut.

Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Garut mulai bulan Agustus

2021 sampai dengan bulan Maret 2022. Dengan observasi peneliti melakukan

penelitian yang berhubungan dengan “Implementasian Moderasi Beragama pada

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Garut”. Adapun yang

dijadikan responden adalah Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, dan

siswa.

Berdasarkan data yang penulis kumpulkan selama penelitian dari hasil

observasi dan wawancara, penulis menyajikan data beserta analisisnya sebagai

berikut.

Karena penelitian ini dilakukan dalam situasi sedang pandemi yang mana

proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Garut pun menjadi terbatas. Saat

penelitian SMA Negeri 1 Garut melaksanakan proses belajar mengajar dari pukul

07.00 hingga 12.00 WIB. Kegiatan dimulai dengan membaca do‟a pada awal

pembelajaran, tadarus Al Qu‟an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, ketika pulang

siswa menyanyikan mars SMA Negeri 1 Garut, lagu kebangsaan dan berdoa pada

akhir jam pelajaran.

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu siswa di SMA Negeri 1

Garut atas nama Nauqila Nazla H. Yang mana merupakan ketua kelas XI Mipa 9.

Menurutnya :

“Moderasi Beragama di SMA Negeri 1 Garut sudah di implementasikan

dengan baik. Baik di luar maupun di dalam kelaspun sisi toleransi siswa

sudah diterapkan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan sifat siswa yang
55

tidak membedakan siswa yang berbeda kepercayaan, saling menghargai

ketika ada perbedaan, siswa juga sebisa mungkin berusaha menghindari

perpecahan diantara sesama teman.”

Seperti yang dituturkan oleh Nauqila selaku siswa di SMAN Negeri 1

Garut bahwa moderasi beragama di kalangan siswa sudah terbangun dengan baik,

hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang menghargai siswa lainnya walaupun

berbeda keyakinan.

SMA Negeri 1 Garut di kenal sebagai salah satu sekolah unggulan yang

memiliki peminat cukup besar di Kabupaten Garut. Artinya setiap salah satu

tujuan sekolah siswa dari berbagai latar belakang agama, budaya, dan lainnya

untuk melanjutkan pendidikan setelah menengah pertama adalah SMA Negeri 1

Garut. Lalu siswa tersebutpun melanjutkan:

“Karna kami cukup banyak bertemu dengan siswa yang tidak satu

kepercayaan dengan kami, hasilnya kami tidak pernah mempermasalahkan

hal tersebut dalam sebuah pertemanan, kami sering melakukan kerja

kelompok, bermain bersama tanpa memperhatikan hal hal seperti itu”

Menurutnya siswa di sekolah sudah mampu beradaptasi dengan baik tanpa

melihat latar belakang seseorang, bahkan ketika ada sesuatu yang tidak di

harapkan terjadi mereka saling mengingatkan sebagaimana terusnya :

“Setiap siswa dikelas sering mengingatkan satu sama lain ketika ada hal

hal yang menyinggung siswa lainnya, ketika ada teman yang

tersingggungpun kami selalu berusaha untuk melerai mereka agar dapat

kembali berbaikan”
56

Mengingatkan sesama sudah menjadi suatu kewajiban dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara, ditambah sebagai umat beragama sudah sepatutnya

kita saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Siswa di SMA Negeri 1 Garut

sudah dapat merealisasikan hal tersebut dalam kehidupannya khususnya ketika

berada dilingkungan sekolah bahkah dengan teman yang berbeda keyakinan

sekalipun, hal ini dijelaskan kembali oleh Nauqila:

“Bahkan terkadang kami mengingatkan mengenai ibadah teman yang

berbeda agama, seperti saat di kelas tekadang teman yang beragama non

Islam mengigatkan kami bila sudah masuk waktu sholat”

Hal tersebut sangat membuktikan bahwa moderasi beragama di kalangan

siswa sudah sangat terbangun dengan baik. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut

salah satunya terbangun dari pembiasaan yang diberikan oleh sekolah dan guru

guru di SMA Negeri 1 Garut.

Sayapun melakukan wawancara dengan Bapak Drs. Sumpena Permana

Putra, SH, M.MPd. Selaku kepala sekolah, beliau menjelaskan:

“Berbicara mengenai kewajiban setiap guru di SMA Negeri 1 Garut

perihal pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan Moderasi

Beragama walaupun tidak secara eksplisit mewajibkan secara tertulis

namun karena moderasi beragama ini bagian dari pada pendidikan karakter

dan SMA Negeri 1 Garut yang mana merupakan sekolah ramah anak,

tentunya diutamakan tidak boleh ada bullying artinya yang kami

kedepankan adalah bagaimana peserta didik dapat saling menghargai,

meghormati, menyayangi, peduli terhadap sesama walaupun adanya


57

sebuah perbedaan namun tetap mengutamakan bagaimana harmonisasi,

interaksi dengan semua pihak yang ada di sekolah.”

(KPAI 2016) Menyebutkan bahwa kasus mengenai bullying terus

bertambah setiap waktu, angka pelaku bullying teridentifikasi lebih banyak dari

pada korban di tahun 2016. Artinya fenomena tersebut menjadi sesuatu yang

harus ditelusuri lebih jauh, yang salah satu penyebabnya adalah tidak dapatnya

siswa saling menghargai adanya sebuah perbedaan.

Hal tersebut dijelaskan secara gamblang oleh kepala sekolah yang mana

menegasan bahwa SMA Negeri 1 Garut sangat memperhatikan hal tersebut.

Beliau juga menggambarkan bahwa SMA Negeri 1 Garut sudah

mengimplementasikan moderasi beragama dengan baik, hal tersebut dilakukan

demi tercapainya sebuah tujuan, beliaupun menjelaskan:

“Kebijakan yang secara langsung melalui moderasi beragama tentunya

berfungsi dan memiliki tujuan untuk melahirkan peserta didik yang

berkarakter, atau sering kami sebut dengan P3K yaitu Penguatan

Pendidikan Karakter. Selain itu untuk menjalin harmonisasi antar

masyarakat di SMA Negeri 1 Garut.”

Implementasi moderasi beragama di SMA Negeri 1 Garut kembali

dikuatkan oleh Ibu Dr. Hj. Neneng Napisah, M.Si. M.Ag. selaku guru Pendidikan

Agama Islam dengan menjelaskan:

“Implementasi moderasi beragama di SMA Negeri 1 Garut jelas sudah

terealisasikan dengan baik, salah satunya hal ini dapat dilihat dari SMA

Negeri 1 Garut yang memiliki cukup banyak siswa dengan berbagai latar
58

belakang agama, walaupun yang beragama non Islam menjadi minoritas di

SMA Negeri 1 Garut, namun pada kenyataan dilapangan siswa mampu

bersikap moderat.”

Melihat situasi saat ini yang mana di Kabupaten Garut sendiri sedang

ramai isu radikal dan intoleran, namun ketika ada gesekan sebuah pebedaan di

SMA Negeri 1 Garut dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan sebuah

perbedaan, siswa sudah mampu menyikapinya dengan baik dak tidak ekstrim

bahkan jauh dari kata radikal. Selain itu beliaupun menjelaskan :

“SMA Negeri 1 Garut dapat diklaim sebagai sekolah percontohan anti

kekerasan salah satunya karna kami menerapkan sistem sekolah ramah

anak, yang mana sampai hari ini tidak pernah terjadi kekerasan di sekolah,

kasus bullying, atau bahkan tawuran pelajar.”

Hal tesebut dilakukan demi terwujudnya sistem pendidikan yang sinergis,

selain itu SMA Negeri 1 Garut pun melaksanakan kegiatan kebangsaan dengan

tujuan menanamkan kecintaan siswa terhadap Negara Kesatuan Republik

Indonesia, beliau kembali menjelaskan:

“Di SMA Negeri 1 Garut untuk memeriahkan hari kemedekaan Indonesia

kami mengadakan kegiatan seperti pesta rakyat yang bertujuan untuk

memupuk kecintaan siswa terhadap bangsa Indonesia dan selalu

mengingat perjuangan para tokoh pejuang kemedekaan Indonesia.”


59

4.2.2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Garut.

Dalam dunia pendidikan tugas guru bukan hanya mengajar dan memberi

ilmu pengetahuan saja kepada siswa tetapi lebih dari itu yakni membina

kepribadian akhlak siswa sehingga tercapailah kepribadian yang berakhlakul

karimah.

Diantara kepribadian baik yang hendak dibangun dalam diri peserta didik

adalah bertanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, juga memiliki sikap yang

moderat yang mana mampu menghormati dan menghargai satu sama lain.

Pembelajaran pendidikan agama Islam menjadi sebuah pondasi awal siswa

dalam memahami sebuah agama, yang mana pendidikan agama Islam ini

dijadikan salah satu tumpuan pemahaman siswa dalam menanggapi tantangan

beragama yang ada disekitarnya.

Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pengimplementasian moderasi

beragama tidak hanya sekedar menunggu bola, artinya tidak hanya duduk manis

dalam sebuah ruangan menunggu hasil dari prilaku siswa, namun guru harus

berupaya dalam memberikan arahan kepada siswa, Ibu Dr. Hj. Neneng Napisah,

M.Si. M.Ag. menjelaskan:

“Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Garut secara keseluruhan

sudah memenuhi standar yang kompetensi dan pastinya sesuai dengan RPP.

Dalam pembelajarannya guru Pendidikan Agama Islam harus mampu

mengarahkan siswa untuk menjaga keimanannya, hal tersebut di pelajari

oleh siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam.”


60

Nauqila sebagai salah satu siswa di SMA Negeri 1 Garut pun

menambahkan:

“Pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Garut sudah

cukup mememuhi harapan kami selaku siswa, pembawaan guru Pendidikan

Agama Islam di sini cukup menyenangkan dan pembelajarannyapun dapat

sangat mudah dipahami.”

Dalam pembelajaran diluar kelaspun walaupun tidak secara langsung

dinyatakan bahwa hal tersebut adalah bagian dari pembelajaran pendidikan

Agama Islam, hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Drs. Sumpena Permana Putra,

SH, M.MPd., selaku kepala sekolah :

“Di SMA Negeri 1 Garut ada kegiatan keagamaan yang mendukung

pembelajaran Pendidikan Agama Islam seperti adanya Rohis, Ikatan Remaja

Mesjid, lalu setiap hari besar agama Islam sering diadakan momentum yang

mana isinya adalah ucapan setia kawan.”

Seperti yang dijelaskan bahwa demi tercapainya sebuah keharmonisan di

lingkungan SMA Negeri 1 Garut, maka guru Pendidikan Agama Islam khususnya

bertugas memberikan sebuah arahan kepada seluruh siswanya untuk memiki sikap

yang menghargai bahkan menyayangi sesama manusia tanpa melihat latar

belakangnya. Lalu Ibu Neneng pun menambahkan :

“Untuk kegiatan keagamaan dalam pengimplementasian moderasi beragama

tentu ini berkaitan dengan pembudayaan nilai nilai religius di sekolah

dimana pembudayaan ini juga merupakan hidden curiculum, contoh

sederhananya adalah ketika dikelas memulai pembelajaran kami tidak


61

mengeraskan suara ketika berdoa, melainkan berdoa dalam hari menurut

kepercayaannya masing masing walaupun dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, hal tersebut dilakukan sebagai sebuah pembiasaan untuk

Siswa.”

Seperti yang kita ketahui keberagaman bukan menjadi sesuatu yang harus

kita jadikan sebuah halangan, bersikap adil, saling menghargai dan menghormati

dari hal yang paling kecil merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap manusia,

sebagaimana Allah SWT berfirman :

‫ب‬ ِ ‫ش َِدَا َء تِ ْال ِقض‬


ُ ‫ْظ ۖ َّ ََّل َٗج ِْس َهٌَّ ُك ْن َشٌَآ ُى قَ ْْ ٍم َعلَ َٰٔ أ َ ََّّل ذ َ ْع ِدلُْا ۚ ا ْع ِدلُْا ُ َُْ أ َ ْق َس‬ ِ َّ ِ َ‫َٗا أَُّٗ َِا الَّرِٗيَ آ َهٌُْا ُكًُْْا قَ َّْ ِاه٘ي‬
ُ ‫َّلل‬

‫٘س تِ َوا ذ َ ْع َولُْ َى‬ َ َّ ‫ِللر َّ ْق َْ َٰٓ ۖ َّاذَّقُْا‬


َ َّ ‫َّللا ۚ إِ َّى‬
ٌ ِ‫َّللا َخث‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS. Al Maidah:8)

Dalam pembelajaran pendidikan agama islam pastinya tidak terlepas dari

materi materi yang berhubungan dengan moderasi beragama, ibu Neneng selaku

guru Pendidikan Agama Islam meneruskan:

“Berkaitan dengan implmentasi moderasi beragama pada pembelajaran

pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Garut sudah menanamkan materi

yang pengamalannya dapat dilakukan secara langsung, karna Pendidikan

Agama Islam saat ini sudah include dengan Pendidikan Budi Pekerti.
62

Contoh materi yang disampaikan berkaitan dengan moderasi beragama di

kelas XI yaitu materi Musyawarah Untuk Mufakat, materi Demokrasi,

Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Lalu di kelas XII adapula

materi mengenai Persatuan dan Kerukunan.”

Sudah sangat jelas bahwa dalam pembelajarannya Pendidikan Agama Islam

memiliki peranan yang sangat penting untuk mencapai nilai nilai moderasi

beragama di lingkungan sekolah yang mana diharapkan mampu memabawa SMA

Negeri 1 Garut tetap berada dalam suasana yang harmonis.

4.2.3. Implementasi Moderasi Beragama Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam di SMA Negeri 1 Garut.

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki perbedaan dalam

berkeyakinan, yang mana dalam setiap perjalanannya pasti bertemu dengan

perselisihan yang harus diselesaikan dengan baik.

Implementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 1 Garut sejauh ini sudah terealisasikan dengan baik. Hal ini

dibuktikan sebagaimana hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam

yang mengatakan:

“Implementasian Moderasi Beragama di SMA Negeri 1 Garut sudah

berjalan dengan baik. Dalam pembelajarannya sudah sesuai dengan RPP

mengenai karakter yang harus diterapkan dalam pembelajaran terkait dengan

bagaimana cara menghormati sesama dan menghargai perbedaan.”

Selain itu bapak kepala sekolahpun menambahkan bahwa dalam

penerapannya seluruh guru dari setiap mata pelajaran diarahkan untuk


63

menanamkan sikap moderasi beragama pada siswa, sebagaimana dijelaskan oleh

beliau:

“Setiap guru kami arahkan untuk menanamkan sikap moderasi beragama

kepada siswa, terutama kepada guru Pendidikan Agama Islam dan guru PPKN

yang mana di dalamnya membahas mengenai moderasi beragama.

Dari hasil wawancara dengan siswa bahwa sikap siswa di SMA Negeri 1

Garut sudah moderat dan mampu menghargai satu sama lain juga menghindari

perpecahan, lalu berkaitan degnan pembelajaran pendidikan agama Islam Nauqila

melanjutkan:

“Pendidikan Agama Islam memiliki peranan penting dalam

keberlangsungan pengimplementasian moderasi beragama di SMA Negeri

1 Garut, guru beserta seluruh civitas akademik berusaha sebisa mungkin

memberikan arahan melalui berbagai kegiatan di sekolah seperti adanya

sholat dluha, sholat dzuhur berjamaah, untuk perempuan ada juga kegiatan

keputrian yang mana didalamnya membahas mengenai informasi

informasi keagamaan”

Ibu Neneng selaku guru pendidikan agama islam melanjutkan bahwa

kegiatan keagamaan diluar kelas tersebut memang tidak tercancum dalam tata

tertib secara khusus namun dalam pengamalannya guru menjadi salah satu tokoh

penting yang mendorong siswa, sebagaimana dijelaskan oleh beliau :

“Dalam pembelajarannya walaupun amalan ibadah tidak tercantum tata

tertib sekolah namun Guru pendidikan agama Islam bertugas untuk

mengakomodasi bagaimana pengamalan agama bukan hanya yang terdapat


64

dari materi yang disampaikan saja namun juga dari kegiatan kesehariannya

di sekolah.”

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa SMA Negeri 1 Garut merupakan

salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Garut yang memiliki banyak peminat

dari segala latar belakang yang berbeda, Bapak kepala sekolahpun menjelaskan:

“SMA Negeri 1 Garut merupakan sekolah umum yang artinya didalamnya

banyak tedapat berbagai kepercayaan, namun hal tersebut tidak

menjadikan siswa jauh dari sikap yang moderat, justru dilapangan mereka

mampu saling mendorong satu sama lain dan terhindar dari perilaku

bullying. Bahkan setiap siswa selalu saling mengingatkan bahkan dalam

hal beribadah.”

Melihat hal tersebut artinya siswa di SMA Negeri 1 Garut sudah memiliki

sikap toleransi yang cukup tinggi, siswa sudah mampu mengintegrasi dirinya

untuk saling menghormati, menghargai bahkan mengingatkan tanpa melihat siapa

diingatkannya. Lalu Ibu Dr. Hj. Neneng Napisah, M.Si. M.Ag. melanjutkan:

“Guru Pendidikan Agama Islam salah satunya memiliki tanggung jawab

untuk menciptakan kerukunan antar siswa dan menanamkan sikap

toleransi. Guru Pendidikan Agama Islam membebaskan siswanya yang

beragama non Islam untuk mengikuti atau tidak mengikuti pembelajaran

Pendidikan Agama Islam tanpa mengimpretasi siswanya, karna guru

Pendidikan Agama Islam sendiri tidak berkewajiban memberikan

pendidikan mengenai pendidikan agama Islam kepada siswa non Islam.”


65

Selain memberikan arahan mengenai toleransi guru pendidikan agama

Islam pun memiliki tanggung jawab dalam mengahadapi fenomena yang terjadi

diantara siswa, berdasarkan hal tersebut Ibu Dr. Hj. Neneng Napisah, M.Si. M.Ag.

melanjutkan:

“Dalam menyikapi polemik yang terjadi di antara siswa khususnya

mengenai keagamaan, guru Pendidikan Agama Islam bertugas untuk

memberikan sebuah pencerahan juga arahan, contoh mengenai boleh atau

tidaknya seorang muslim mengucapkan selamat hari raya natal, maka guru

pendidikan agama Islam akan menjelaskan mengenai pemahaman yang

memperbolehkan hal tersebut juga yang melarang.”

Membahas mengenai siswa yang memiliki sebuah kepribadian yang

berbeda, Ibu Neneng salaku guru Pendidikan Agama Islam meneruskan :

“Namun dibalik siswa yang memiliki sikap moderat, adapula beberapa

siswa yang masih tinggi egosentrisnya. Disanalah peranan seorang guru

memberikan sebuah pemahaman yang baik demi terjaganya ketetraman

sebagai bagian dari elemen penting yang ada di sekolah.”

Setiap orang memiliki pribadi yang berbeba beda maka tidak menutup

kemungkinan bahwa diantara siswa yang sudah bersikap moderat, adapula siswa

yang masih tidak dapat bersikap moderat. Namun untuk memenuhi sebuah

tanggung jawab sebagai seorang guru hal tersebut tidak boleh dijadikan sebuah

hambatan untuk terus memberikan arahan kepada siswa agar mampu menghargai

dan menghormati sesama yang merupakan bagian dari sikap moderat. Lalu beliau

melanjutkan:
66

“Membahas mengenai komitmen kebangsaan dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam, walaupun tidak dibahas secara tertulis dalam

pembelajaran, namun hal tesebut menjadi salah satu program guru

pendidikan Agama Islam untuk menyeimbangkan antara pendidikan

agama dan pendidikan kewarganegaraan.”

“Jas Merah” menjadi salah satu kalimat yang sudah tidak asing bagi kita,

yang artinya jangan melupakan sejarah. Indonesia dalam mencapai

kemerdekaannya dibantu oleh tokoh tokoh agama yang mana mereka memiliki

sikap toleransi yang tinggi. Maka kitapun selaku bagian dari bangsa Indonesia

sudah seharusnya ikut serta menjaga kedaulatan bangsa Indonesia. Lalu Nauqila

kembali meneruskan:

“Saya selaku siswa di SMA Negeri 1 Garut secara langsung merasa bahwa

kami diberikan sebuah arahan mengenai sikap saling menghargai antar

sesama, menghormati serta tidak membeda bedakan teman walapun

berbeda kepercayaan.”

Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi

Moderasi Beragama pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri

1 Garut sudah terealisasikan dengan sangat baik.

Moderasi beragama pun mengharuskan kita untuk dapat merangkul

sesama, mengayomi serta menemani sesame umat manusia. Maka prinsip dalam

mengembangkannya ialah dakwah kita dengan bil khikmah wal mauidhah

hasanah atau dengan cara-cara yang baik. Yang mana harus menjadikan bahasa

agama sebagai bahasa yang memanusiakan manusia. (Lukman 2020).


67

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai-nilai moderasi beragama yang

ditanamkan melalui pembelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhan

sukses mendidik siswa menjadi seseorang yang toleran, berkomitmen dalam

berkebangsaan, menghindari kekerasan, juga melestarikan budaya yang ada.

Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pengimplementasian nilai-

nilai moderasi beragama pada pembelajaran pendidikan Agama Islam.


68

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Implementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 1 Garut, dan berangkat dari rumusan masalah yang ada,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. SMA Negeri 1 Garut bedasarkan hasil wawancara dan observasi saat ini

sudah menerapkan moderasi beragama dengan baik, hal tersebut

dibuktikan dengan SMA Negeri 1 Garut yang ditetapkan sebagai sekolah

percontohan anti kekerasan yang mana merupakan salah satu indikator

dari moderasi bergama. Selain itu SMA Negeri 1 Garut pun sangat

memperhatikan hal hal sederhana dalam pengimplementasian moderasi

beragama seperti memberikan sebuah pembiasaan untuk memulai

pembelajaran dengan berdoa menurut kepercayaan masing masing tanpa

perlu mengeraskan suara.

2. Mengingat mayoritas siswa yang beragama Islam, Pendidikan Agama

Islam dalam mengimplementasikan Moderasi Beragama Di SMA Negeri 1

Garut diakui sangatlah penting hal tersebut dibuktikan dengan adanya RPP

yang membahas mengenai point point yang berhubungan dengan moderasi

beragama yang mana diantaranya di kelas XI yaitu materi Musyawarah

Untuk Mufakat, materi Demokrasi, Toleransi Sebagai Alat Pemersatu


69

Bangsa. Lalu di kelas XII adapula materi mengenai Persatuan dan

Kerukunan.

3. Implementasi moderasi beragama pada pembelajaran pendidikan agama

Islam di SMA Negeri 1 Garut sudah terpenuhi dengan baik, hal ini

dibuktikan dengan situasi dan kondisi saat ini bahwa di SMA Negeri 1

Garut yang menerapkan sistem sekolah ramah anak yang menghasilkan

lingkungan yang sangat harmonis, kompeten, terjaga hubungan antar siswa

yang berbeda keyakinan, hingga menjadi sekolah percontohan.

5.2. Saran

Adapun saran saran yang menurut peneliti dapat menjadi bahan

pertimbangan terhadap SMA Negeri 1 Garut dalam mengimplementasikan

Moderasi Bergama pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai lembaga pendidikan sekolah diharapkan untuk mempertahankan

dan mengembangkan mutu pendidikan terutama dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Siswa diharapkan dapat terfasilitasi baik secara

akademik maupun non akademik supaya kompetensi religius, kompetensi

kemanusiaan dan kompetensi sosialnya dapat lebih terkondisikan dan

selalu stabil lingkungannya.

2. Guru beserta seluruh civitas akademika di SMA Negeri 1 Garut

diharapkan terus meberikan dorongan, motivasi serta bimbingan tehadap

siswa dengan tujuan untuk menjaga siswa tetap dalam pola lingkungan

masyarakat yang baik.


70

3. Pengimplementasian moderasi beragama pada pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMA Negeri 1 Garut saat ini sudah berjalan dengan baik,

besar harapan kedepannya seluruh elemen di SMA Negeri 1 Garut dapat

pula mengimplementasikan moderasi beragama.


71

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al-Karim

Arifin. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara.

Daradjat, Zakiah dkk. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara.

Hamzah, Ali (2017). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Alfabeta.

Haryani, Elma (2019). Pendidikan Moderasi Beragama Untuk Generasi Milenia:

Studi Kasus „Lone Wolf‟ Pada Anak Di Medan. Jurnal Penelitian

Pendidikan Agama dan Keagamaan, 18(2), 2020, 145-158.

Harto, Kasinyo (2021). Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan Islam

Wasatiyah Upaya Memebangun Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik.

Semesta Aksara

Hurhadi, Zikri Fachrul dan Makbul A.H Din, M.Si. (2012). Metodologi Penelitian

Kualitatif Teori dan Paradigma. Alfabeta.

Kementrian Agama RI. (2020). Moderasi Beragama. Penerbit Balitbang Diklat

Kementrian Agama RI.

Lewis, Bernard et. al. (2002). Islam Liberalisme Demokrasi Membangun Sinerja

Warisan Sejarah, Doktrin, dan Konteks Global. Paramadina.

Muhammad, Husein dan Siti Aminah. (2017). Menangkal Siaran Kebencian

Perspektif Islam. Fahmina Institute.

Purwanto Yedi, Qowaid, Lisa‟diyah Ma‟rifataini, Ridwan Fauzi (2019).

Internalisasi Nilai Moderasi Melalui Pendidikan Agama Islam Di

Perguruan Tinggi Umum. Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan

Keagamaan, 17(2), 2019, 110-124

Ramayulis. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.


72

Saebani, Ahmad & Basri Hasan. 2016. Ilmu Pendidikan Islam (Jilid 2). CV

Pustaka Setia.

Saefullah, Ujang (2021). Komunikasi Lintas Budaya dan Agama. PT Remaja

Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Falah Production.

Sugiyono. (2019a). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2019b). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Tim PW LBM NU Jawa Timur. (2018). Islam Nusantara Manhaj Dakwah Islam

Aswaja di Nusantara. PW LTN NU Jawa Timur, PW LBM NU Jawa

Timur dan Universitas Negeri Malang.

Wahid, Abdurrahman dan Daisaku Ikeda. (2010). Dialog Peradaban untuk

Toleransi dan Perdamaian. PT Gramedia Pustaka Utama.


73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Dokumentasi

Wawancara dan Observasi

Sumber : Dokumentasi Pribadi 2022

Sumber : Dokumentasi Pribadi 2022


74

Sumber : Dokumentasi Pribadi 2022


75

Lampiran II

Surat Keputusan
76

Lampiran III

Surat Izin Penelitian


77
78

Lampiran IV

Surat dari Sekolah Penelitian


79

Lampiran V

Pedoman Wawancara

Instrumen Wawancara Penelitian Untuk Siswa

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA


PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian di SMAN 1 Garut)
No Instrumen Wawancara Keterangan
1. Pendidikan Agama Islam

a. Menurutmu apakah Pendidikan


Agama Islam sangat perlu untuk
dipelajari?
b. Menurutmu bagaimana guru PAI
dalam menyampaikan materinya?
Apakah menyenangkan atau
sebaliknya?
2. Moderasi Beragama

2.1. Toleransi
a. Bagaimana pandanganmu
mengenai siswa lain yang
berbeda agama?
b. Apa yang kamu lakukan ketika
berbeda pendapat dengan teman
yang berbeda agama denganmu?
c. Apa setiap siswa di kelas
berteman tanpa melihat agama,
suku, budaya, dll?

2.2. Anti Kekerasan


a. Apakah ketika terjadi perbedaan
pendapat siswa lainnya ikut
melerai untuk menghindari
kekerasan?
b. Apakah di kelasmu ada bagian
keamanan yang bertugas
menghindari keributan di kelas?

2.3. Komitmen Kebangsaan


a. Menurutmu sebagai siswa
80

bagaimana cara terbaik untuk


mempertahakan NKRI?
b. Apa menurutmu dalam pelajaran
PAI yang diajarkan gurumu
terdapat materi yang diajarkan
mengenai komitmen
kebangsaan?

2.4. Akomodatif
a. Apa hal yang menjadi kebiasaan
siswa di sekolah khususnya
dalam beribadah? misal terbiasa
melaksanakan sholat berjamaah
b. Apa yang biasanya kalian
lakukan ketika ada teman yang
kesulitan? Lalu bagaimana jika
teman tersebut berbeda
keyakinan denganmu?
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

3.1. Aqidah
a. Apa temanmu pernah mengajak
beribadah yang berbeda
keyakinan denganmu?
b. Bagaimana pendapatmu mengenai
hal tersebut?

3.2. Ibadah
a. Bagaimana menurutmu
mengenai tata cara ibadah yang
berbeda walaupun sama sama
beragama Islam?
b. Apa yang akan kamu lakukan
ketika ada temanmu yang dirasa
kurang tepat dalam tata cara
beribadah? Misal kurang
memperhatikan rukun sholat

3.3. Syariah
a. Bagaimana menurutmu
mengenai hukum menghargai
keyakinan orang lain?
b. Apakah dalam pembelajaran PAI
ada materi yang membahas
mengenai hukum menghargai
keyakinan orang lain?

3.4. Akhlak
81

a. Apakah ada kegiatan keagamaan


di SMAN 1 Garut yang
menurutmu dapat meningkatkan
akhlak?
b. Apakah menurutmu
ekstrakurikuler keagamaan dapat
membantu meningkatkan
akhlak?
82

Instrumen Wawancara Penelitian Untuk Guru PAI

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA


PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian di SMAN 1 Garut)
No Instrumen Wawancara Keterangan
1. Pendidikan Agama Islam

a. Bagaimana perencanaan guru PAI


dalam pelaksanaan moderasi
beragama di SMAN 1 Garut?
b. Apa saja materi yang disampaikan
kepada siswa mengenai moderasi
beragama?
c. Adakah hasil dari implementasi
moderasi beragama pada
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
2. Moderasi Beragama

2.1. Toleransi
a. Bagaimana strategi guru dalam
mendidik dan menciptakan
kerukunan antar umat beragama
di kelas maupun di luar kelas ?
b. Bagaimana sikap guru terhadap
murid yang berbeda agama?
c. Bagaimana cara guru
mengarahkan siswa agar
memiliki sikap toleransi antar
sesama?

2.2. Anti Kekerasan


a. Apakah dalam pembelajaran PAI
terdapat nilai nilai anti
kekerasan?
b. Apa adakah metode khusus yang
digunakan untuk menanamkan
nilai nilai anti kekerasan pada
siswa di SMAN 1 Garut?

2.3. Komitmen Kebangsaan


a. Bagaimana cara
mempertahankan nilai nilai
komitme kebangsaan pada
83

pembelajaran PAI di SMAN 1


Garut?
2.4. Akomodatif
a. Apakah ada kebiasaan yang
dilakukan dalam pembelajaran
PAI khususnya untuk
menanamkan nilai nilai
moderasi beragama pada siswa?
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

3.1. Aqidah
a. Bagaimana caranya untuk
memperkuat aqidah siswa
melalui pembelajaran PAI?
b. Apakah dalam pembelajaran PAI
ada materi yang khusus
membahas mengenai aqidah?

3.2. Ibadah
a. Apakah dalam pembelajaran
PAI ada materi yang khusus
membahas mengenai aqidah?
b. Bagaimana cara ibu/bapak
memastikan bahwa tata cara
ibadah siswa sudah baik?

3.3. Syariah
a. Apakah dalam pembelajaran PAI
ada materi yang khusus
membahas mengenai syariah
Islam?
b. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan pemahaman yang
baik mengenai syariah islam?
khususnya mengenai moderasi
beragama?

3.4. Akhlak
a. Bagaimana pendapat ibu/bapak
mengenai akhlak siswa saat ini,
khususnya di SMAN 1 Garut?
b. Apakah ada strategi khusus
dalam pembelajaran PAI agar
dapat meningkatkan akhlak
siswa?
84

Instrumen Wawancara Penelitian Untuk Kepala Sekolah

IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA


PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian di SMAN 1 Garut)

No Instrumen Wawancara Keterangan


1. Pendidikan Agama Islam

a. Apa setiap guru mempunyai


kewajiban yang sama dalam
pelaksanaan pendidikan yang
berkaitan dengan moderasi
beragama?
b. Apa fungsi dan tujuan penerapan
moderasi beragama di SMAN 1
Garut?
c. Apa saja kegiatan beragama di
SMAN 1 Garut yang menunjang
implementasi Moderasi
Beragama?
2. Moderasi Beragama

2.1. Toleransi
a. Bagaimana cara sekolah dalam
pembetukan sikap toleransi antar
umat beragama?
b. Apakah selama ini pendidikan
toleransi di SMAN 1 Garut sudah
terealisasikan?
c. Bagaimana hasil yang diperoleh
dari pendidikan toleransi di
SMAN 1 Garut?

2.2. Anti Kekerasan


a. Apakah ada peraturan atau tata
tetib yang mendukung terkait
anti kekerasan di sekolah?
b. Bagaimana SMAN 1 Garut dapat
menjadi sekolah percontohan
anti kekerasan di Kabupaten
Garut?

2.3. Komitmen Kebangsaan


a. Apakah di SMAN 1 Garut
mengadakan upacara pengibaran
85

bendera merah putih, pembacaan


UUD 45 serta Pancasila?
b. Apakah ketika kemerdekaan
Indonesia di lakukan perayaan di
SMAN 1 Garut ?
c. Apakah ada kegiatan khusus
yang dilakukan di SMAN 1
Garut sebagai upaya komitmen
kebangsaan?

2.4. Akomodatif
a. Apakah di SMAN 1 Garut ada
kebiasaan yang dilakukan,
seperti sholat dluha berjamaah
atau yang lainnya?
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

3.1. Aqidah
a. Apakah ada kegiatan khusus
yang dilakukan di SMAN 1
Garut yang berkaitan dengan
penguatan aqidah siswa?

3.2. Ibadah
a. Apakah sarana ibadah siswa di
SMAN 1 Garut sudah
terfasilitasi?

3.3. Syariah
a. Apa yang dilakukan ibu/bapak
ketika ada hal yang sudah keluar
dari syariah Islam di SMAN 1
Garut?

3.4. Akhlak
a. Apakah ada program unggulan
di SMAN 1 Garut yang
berkaitan dengan peningkatan
akhlak siswa?
86

Lampiran VI

Biodata Diri

Nama Lengkap : Yuni Tri Lestari Surachman

Tempat Tanggal Lahir : Garut, 06 Juni 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kp. Lemahsari RT/RW 02/03 Ds.

Situjaya Kec. Karangpawitan Kab.

Garut

Riwayat Pendidikan Formal

1. SDN Situjaya VI : 2006-2012

2. SMP IT Al Khoiriyyah Garut : 2012-2015

3. SMA Terpadu Riyadlul Ulum : 2015-2018

4. UNIGA (FPIK-PAI) : 2018-2022

Riwayat Pendidikan Non Formal

1. Pondok Pesantren Riyadlul Ulum : 2015-2018

Wadda‟wah Tasikmalaya

Riwayat Pengalaman Organisasi


1. UKM Jelaga : 2018-2020

2. UKM Rindu Aksara : 2018-2020

3. Himpunan Mahasiswa Jurusan PAI : 2019-2020

4. Badan Eksekutif Mahasiswa FPIK : 2020-2021


87

Anda mungkin juga menyukai