Anda di halaman 1dari 107

METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN

AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN


LARANGAN TANGERANG

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:
FITRIYANI
NIM: 103052028657

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2008 M.
METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN
AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN
LARANGAN TANGERANG

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:
FITRIYANI
NIM: 103052028657

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H./2008 M.
METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN
AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN
LARANGAN TANGERANG

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I.)

Disusun oleh:

FITRIYANI
NIM: 103052028657

Di bawah bimbingan:

Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum.


NIP: 150 096 770

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./ 2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN

AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN

TANGERANG telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 November 2008.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Sosial Islam (S. Sos. I.) pada Program Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 27 November 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Study Rizal, L.K, M.Ag. Dra. Nasichah, M.A.


NIP. 150 262 876 NIP. 150 276 298

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag.


NIP. 150 244 766 NIP. 150 268 782

Pembimbing,

Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum


NIP. 150 096 770
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 November 2008

Fitriyani
ABSTRAK

Fitriyani
Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti
Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang.

Akhlak menempati posisi yang penting dalam ajaran Islam. Oleh karena itu,
Seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membina akhlak sesuai dengan
ajaran Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah. Orangtua bertanggungjawab
terhadap anak-anaknya untuk mewujudkan hal itu dengan memberikan pendidikan
yang sesuai dengan masa perkembangannya sehingga mereka siap dan mampu
menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Akan
tetapi kematian salah seorang atau kedua orangtua akan memberikan dampak
tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak. Islam mengajarkan pemeluknya
agar peduli terhadap fenomena seperti ini Dalam melakukan usaha ini, agama
Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada suatu
organisasi sosial kemasyarakatan, seperti yang dilakukan oleh panti asuhan
Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode bimbingan
islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan
Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan
cara observasi, wawancara mendalam, dan kepustakaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan secara
singkat hasil penelitian tersebut. Program pembinaan akhlak terhadap anak asuh di
panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) merupakan
upaya membentuk anak asuhnya agar memiliki akhlakul karimah yang dilakukan
dengan beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan formal,
keterampilan, dan kerohanian. Metode bimbingan Islam yang digunakan di panti
asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dilakukan
dengan dua metode yaitu individual dan kelompok. Bimbingan Islam melalui
metode individual dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan
observasi kegiatan. Sedangkan bimbingan Islam melalui metode kelompok
dilakukan dengan menggunakan teknik ceramah, dialog atau tanya jawab dan
pembagian kelompok.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya

tulis ini, sehingga terlaksana sesuai dengan harapan. Shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita

sebagai umatnya mampu dalam mengenal, mencari, dan menegakkan syariat

Islam.

Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami

berbagai halangan dan rintangan, akan tetapi dengan bantuan dan partisipasi dari

berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Murodi, M.A selaku Dekan Fakutas Dakwah dan

Komunikasi beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, dan

Administrasi.

2. Bapak Dr. M. Luthfi, M.A selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam yang telah memberikan dorongan moril kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nasicha, M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan

skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah mentransfer ilmu

dan pengetahuan kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan selama

perkuliahan dapat berguna.

6. Seluruh Pimpinan, Staff Pengajar, dan Seluruh Pengurus Panti Asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang telah

memperlancar proses penulisan skripsi ini. Bpk. KH. Noval Djamhuri,

Bpk. KH. Rahmani, Bpk M. Sirri, Bpk. Ahmad Yani, Ibu Yos, Ersya

Udiantara, serta para responden yang bersedia meluangkan waktu untuk

penulis dalam mempercepat proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ayahanda Saridjan dan Ibunda tercinta Suhaemi yang telah mencurahkan

kasih dan sayangnya kepada penulis yang sangat menantikan moment

seperti ini. “Pak, Mah…saat ini hanya inilah yang dapat ku

persembahkan”.

8. Keluarga besar Bapak. Saridjan yang telah memberikan penulis inspirasi

dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih sekali penulis

ucapkan kepada semua Aa dan teteh serta semua keponakan, khususnya

Taufan yang telah memberikan tumpangan mengetik. “Terima kasih ya

semuanya”.

9. Sahabat-sahabat “kepompong” yang selalu mengisi hari-hari penulis. Vina

yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk tegar menjalani


hidup. Diah yang telah memberikan dorongan penuh kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Iin dan Wati yang selalu setia mendengarkan

dan menemani penulis dalam kisah bahagia maupun sedih. Juga kepada

teman-teman kelas Bimbingan dan Penyuluhan Islam yakni Samsul,

Taher, Pizaro, Abhel dan seluruh teman-teman kelas yang telah

memberikan pengalaman berharga pada penulis dalam proses

pendewasaan diri.

10. Kakanda Ahmad Ru`yat Ibnu Shaleh (Ablenk) yang telah hadir menemani

hari-hari penulis disaat penulis menantikan sosok motivator seperti Kanda.

“Terimakasih Kanda...telah menjadi motivator hidupku”.

11. Keluarga Besar Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam terutama K

Hafidz, K Decky, dan K Oji yang telah memberikan pengalaman

berharganya selama mengadakan pembinaan di LAPAS Tangerang dan

secara tidak langsung telah membantu dan memberikan motivasi hingga

tersusunnya skripsi ini.

12. Dan semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung atau

tidak hingga tersusunnya karya ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri, semoga semua

bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan

pahala yang setimpal dari-Nya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.


Jakarta, 27 november
2008

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 7
D. Tinjauan Pustaka....................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian............................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI


A. Metode Bimbingan Islam .......................................................... 17
1. Pengertian Metode ............................................................. 17
2. Pengertian Bimbingan ........................................................ 17
3. Pengertian Islam ................................................................ 19
4. Metode Bimbingan Islam .................................................... 21
B. Pembinaan Akhlak.................................................................... 24
1. Pengertian Pembinaan......................................................... 24
2. Pengertian Akhlak............................................................... 25
3. Proses Pembinaan Akhlak ................................................... 26
C. Yatim........................................................................................ 28
1. Pengertian Yatim ............................................................... 28
2. Pola Pembinaan Anak Yatim Menurut Ajaran Islam ........... 29
3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim.............................. 32

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAKIIN


A. Sejarah dan Perkembangan ....................................................... 35
B. Visi dan Misi ............................................................................ 37
C. Letak Geografis ........................................................................ 37
D. Struktur Organisasi ................................................................... 38
E. Sarana dan Prasarana ............................................................... 39
F. Kondisi Umum Anak Asuh ...................................................... 40
1. Latar Belakang Keluarga Anak Asuh .................................. 40
2. Kegiatan Harian Anak Asuh ............................................... 42

BAB IV METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN


YAKIIN
A. Deskripsi Informan ................................................................... 44
B. Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan
YAKIIN ................................................................................... 51
C. Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak
Yatim di Panti Asuhan YAKIIN ............................................... 59
D. Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak
Yatim Melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN....... 65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 68
B. Saran ........................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah anak asuh berdasarkan jenis kelamin ................................ 41


2. Table 2 Jumlah anak asuh berdasarkan usia................................................ 41
3. Table 3 Jumlah anak asuh berdasarkan status ............................................ 41
4. Table 4 Jumlah anak asuh berdasarkan tingkat pendidikan ......................... 41
5. Table 5 Jadwal kegiatan harian anak asuh .................................................. 43
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam menempatkan akhlak dalam posisi yang sangat penting,

karena akhlak merupakan salah satu ajaran pokok dalam Islam selain aqidah

dan syariah. Akhlak juga merupakan ajaran yang membina mental dan jiwa

manusia untuk mencapai hakekat kemanusiaan yang tinggi. Untuk

menunjukan pentingnya akhlak bagi kehidupan manusia, Allah mengutus

Nabi Muhammad SAW dan menjadikannya suri tauladan yang baik bagi umat

manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qu`an surat al-Ahzab/33:

21, berbunyi:

    ⌧ 


*(☺,- #$%&'() !" 
 .0 12  ⌧
1789( 3 456
=>?@ %;1,<⌧  1⌧ :6
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”1

Berdasarkan hal tersebut, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk

membangun akhlak yang baik. Sebagaimana akhlak yang telah diwujudkan

oleh para Rasul dan Nabi, serta para Sahabat yang mulia dan para tokoh imam

(terdahulu).

Dan dalam hal ini kita harus bertumpu pada sumber-sumber yang juga

menjadi tumpuan para pendahulu dan pemimpin kita dalam membentuk

1
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2006), h. 420.
akhlak. Sumber-sumber itu adalah al-Qur`an dan al-Sunah, dan cukup dengan

keduanya. Hanya saja hal yang membantu dalam pembentukan akhlak

berdasarkan al-Qur`an dan al-Sunah adalah pandangan Islam yang terwujud

dalam akhlak seorang yang telah mewujudkan Islam secara Amaliyah yaitu

Rasulullah SAW. 2

Orangtua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk mengarahkan

dan membentuk akhlak yang baik terhadap anak-anak mereka. Sebab anak

merupakan amanat Allah sebagai generasi penerus keluarga, sehingga mereka

harus dipersiapkan menjadi muslim yang mampu menunaikan tugasnya

sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini.

Hati anak-anak itu masih suci, bersih, dan belum tergores oleh apapun.

Pada prinsipnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, oleh karena itu akhlak

seorang anak tergantung pendidikan yang diajarkan orangtuanya. Ia menerima

setiap goresan, dan cenderung kemana ia diarahkan. Jika ia dibiasakan dan

diajari kebajikan, maka ia akan berperilaku dengan penuh kebajikan dan

berbahagia di dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya, jika ia dibiasakan dan

diajari keburukan, maka ia akan berperangai buruk. Rosulullah bersabda

dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari

hadits Abu Hurairah, berbunyi:

ِ‫َاﻥ‬$'َُ ْ‫دَاﻥِِ اَو‬$َ#ُ ُ!‫آُُْ َْﻝُْدٍ ُْﻝَ ُ ََىﻝَِْْةِ َ َُِبُ َُْ ﻝَُُِ ََ ََا‬

(+ !‫َﻥِِ )روا‬$)َ(ُ ُ‫اَو‬

2
Umar Sulaiman al-Asyqar, I am a Moslem, (Jakarta: Mirqat, 2007), h. 16.
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah
yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”3

Oleh karena itu, Ajaran agama perlu ditanamkan sejak kecil kepada

anak-anak sehingga mereka selalu menerapkan nilai-nilai agama dalam setiap

langkah hidupnya. Nilai-nilai agama tersebut akan menjadi pengendali dalam

menghadapi segala keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul dalam

dirinya sehingga membentuk akhlak.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa orangtua mempunyai peranan

yang besar dalam tanggung jawabnya membina akhlak anak-anaknya. Akan

tetapi apabila salah satu dari orang tua mereka atau keduanya meninggal dunia

yang menjadikannya yatim atau piatu, hal itu dapat berpengaruh pada

pembentukan akhlak anak tersebut yang dampaknya adalah kurangnya kasih

sayang, motivasi, bimbingan, arahan dan perhatian serta materi atau nafkah

dari orang tua yang layaknya mereka atau seorang dapatkan.

Menjadi yatim adalah suatu nasib, atau suatu fakta yang tak mungkin

dapat dihindari, namun bersikap positif terhadap anak-anak yatim dengan

menyantuni serta memperhatikan nasib anak yatim merupakan suatu hal

bijaksana yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya. Anak yatim

mendapat porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam sangat

menganjurkan untuk berbuat baik kepada anak yatim dan melarang keras

untuk berbuat zhalim kepada mereka.4

3
Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Sejarah Mukhtarul Ahaadits, Hadits-Hadits Pilihan (Berikut
Penjelasannya), (Bandung: Sinar Baru, 1993), h. 670.

4
M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2001), h. 148.
Pada umumnya kematian salah seorang atau kedua orangtua akan

memberikan dampak tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak, lebih-

lebih bila anak itu berusia balita atau (menjelang) remaja, suatu tahapan usia

yang dianggap rawan dalam perkembangan kepribadian. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang dikemukakan oleh Hanna Djumhana Bastaman bahwa:

“…kematian ayah, ibu atau keduanya dengan sendirinya akan

memberi pengaruh terhadap keluarga secara keseluruhan dan juga

terhadap anak-anak yang ditinggalkan. Kematian senantiasa

menimbulkan suasana murung (depresi) pada keluarga dan anggota-

anggotanya…”5

Suasana perasaan itu bisa berlangsung dalam jangka waktu yang wajar

dan juga bisa bertahan dalam waktu yang lama. Makin berlarut-larut suasana

murung dan berkabung itu makin besar pula kemungkinan timbulnya dampak

negatif pada keluarga tersebut. Kematian ayah sebagai pelindung dan pencari

nafkah keluarga, demikian pula kematian ibu sebagai sumber kasih sayang,

apalagi kematian keduanya, jelas akan menimbulkan guncangan pada anak-

anak yang ditinggalkan. Anak-anak akan merasa kehilangan tokoh panutan

atau cerminan nilai-nilai hidup yang menjadi tauladan, pengarah, dan

pembentuk akhlak mereka. Mereka pun akan mengalami frustasi atas beberapa

kebutuhan, menghayati rasa tak aman, hampa dan kehilangan kasih sayang

dan bahkan pula akan merasa terpencil dan terkucil dari sanak saudara dan

masyarakat yang bersikap acuh tak acuh atau bahkan mengejeknya.

5
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997), h. 172.
Dalam kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya pembinaan akhlak kepada

anak yatim melalui kegiatan metode pembinaan keagamaan yang intensif.

Pembinaan akhlak itu sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk

membangun dan meyempurnakan perangai dari yang tidak baik menjadi baik,

dan dari yang baik menjadi lebih baik. Salah satu upaya pembinaan akhlak

terhadap anak yatim dapat dilakukan melalui bimbingan Islam yang

operasionalnya dilakukan melalui pendidikan agama. Karena pada dasarnya

setiap manusia mempunyai fitrah yang sama sejak lahir yaitu mempunyai

potensi untuk menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Hanya saja untuk

mencapainya diperlukan pengarahan yang lebih intensif, tidak terkecuali bagi

nak yatim yang notabenya mereka kehilangan sosok pembimbing yaitu

orangtuanya.

Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli

terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam

merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus

saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim.

Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan

jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga

memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan

bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama,

ibadah, dan sebagainya), serta menyelenggarakan pendidikan (dan

ketrampilan) bagi mereka.6

6
Ibid., h. 173.
Dalam melakukan usaha-usaha ini, agama Islam tidak hanya

menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada suatu kelembagaan

atau organisasi. Pada saat ini organisasi sosial kemasyarakatan yang dilatar

belakangi keagamaan tumbuh menjamur dalam berbagai bentuk, seperti panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam (YAKIIN) Tangerang.

Panti asuhan mempunyai banyak aktivitas dan kegiatan dalam membina

yatim piatu yang diasuhnya dengan berbagai bentuknya berupa bimbingan.

Bimbingan tersebut sangat berhubungan dengan prilaku keagamaan seperti

sikap dan tingkah laku, dimana semua itu sangat berpengaruh dalam

membentuk akhlak anak yatim.

Bertitik tolak dari uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk

melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul: ”METODE

BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM

DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada latar

belakang masalah diatas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti

untuk lebih terarah yaitu hanya mengenai metode bimbingan Islam dalam

pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalahannya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk program pembinaan akhlak anak yatim di panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)?

b. Metode apa saja yang digunakan dalam bimbingan Islam di panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)?

c. Apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam

pembinaan akhlak anak yatim melalui bimbingan Islam di panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui program pembinaan akhlak terhadap anak yatim di

panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

b. Untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai metode bimbingan

Islam yang diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat

Islam Indonesia (YAKIIN).

c. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelaksanaan pembinaan

akhlak anak yatim melalui bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

2. Manfaat Penelitan

Sesuai dengan tujuan diatas maka manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis: selain untuk memenuhi persyaratan mencapai

Gelar Sarjana, hasil penelitian ini di harapkan juga dapat menambah

literatur dalam khasanah keilmuan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam.

b. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

atau acuan bagi pihak panti asuhan atau elemen lainnya terutama

dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap yatim

agar mempunyai akhlak terpuji melalui metode bimbingan Islam yang

diterapkan pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN).

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menjadikan sumber bacaannya

sebagai acuan dalam menentukan judul. Beberapa sumber tersebut di peroleh

dari kutipan- kutipan sebagai berikut:

1. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah bernama Nurjanah/

NIM: 9953017561/ tahun 2006, berjudul: Penerapan Fungsi Manajemen

Rumah Asuh Darul Ikhlas dalam Usaha Meningkatkan Kualitas

Kepribadian Anak-Anak Yatim.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana

perencanaan, pengorganisasian serta pengawasan rumah asuh darul

ikhlas dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak yatim.

2. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

bernama Siti Muchlisoh/ NIM: 102052025665/ tahun 2006, berjudul:


Upaya Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Konsep Diri Anak

Yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih Tangerang.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana cara yang

ditempuh agar anak asuh di panti asuhan putera asih mempunyai konsep

diri yang positif sehingga mereka semua dapat bersikap dan berprilaku

secara positif.

3. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

bernama Lisa Nurcahyani/ NIM: 103052028665/ tahun 2007, berjudul:

Metode Bimbingan Islam dalam Mengembangkan Kreativitas Anak

Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana metode

bimbingan yang dilakukan yayasan bina anak pertiwi dalam

mengembangkan kreativitas anak jalanan.

Beberapa referensi tersebut menginspirasikan penulis untuk menentukan

judul dalam menyusun skripsi ini. Walaupun sekilas terlihat kemiripan dengan

judul skripsi diatas namun apabila diperhatikan antara beberapa judul tersebut

terdapat perbedaan.

Subyek penelitian pada skripsi ini adalah para pengurus panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) beserta anak

asuhnya. Sedangkan obyek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

Berdasarkan beberapa kutipan diatas maka peneliti berusaha

menampilkan hal-hal yang belum diangkat oleh sumber diatas dengan


menelaah metode bimbingan Islam dam pembinaan akhlak anak yatim sebagai

rumusan masalahnya.

E Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian maka

metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh

mardalis bahwa:7

”Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskriptifkan apa-


apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya
mendeskriptifkan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini bertujuan memperoleh
informasi-informasi mengenai kedaan saat ini, dan melihat kaitan
antara variabel-variabel yang diteliti.”

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti

yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.8 Dalam hal ini penulis melakukan

observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang

diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh.

2. Penetapan Lokasi dan waktu penelitian.

Penelitian ini bertempat di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang, Jalan Pesantren Rt.001/07

7
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bina Aksara,
2002), h. 24.
8
Lexy J Maleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,
2000), h. 3.
No.36 Kreo Selatan – Larangan Tangerang 15156. Dimulai pada Tanggal

14 September 2007 s/d 5 Februari 2008.

Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada

alasan-alasan sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, karena terletak di wilayah

Tangerang yang mudah dijangkau dan lebih hemat biaya transportasi

b. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai upaya dan

metode bimbingan yang dilakukan panti asuhan (YAKIIN) dalam

membina akhlak anak yatim.

c. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

merupakan salah satu panti asuhan yang mengkombinasikan sistem

pendidikan umum dengan sistem klasikal pesantren dalam upaya

membina akhlak anak asuhnya

3. Subyek dan Obyek Penelitian.

a. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian adalah nara

sumber yang dapat memberikan informasi yaitu pendiri dan para

pengasuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN) Tangerang

b. Obyek Penelitian

Sedangkan yang menjadi obyek penelitian adalah bagaimana metode

bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang.

4. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam

penelitian untuk memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat

memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini.9 Untuk menetapkan sumber data, penulis

mengklasifikasikannya berdasarkan jenis data yang dibutuhkan

(dikumpulkan).

Untuk data primer penulis menghimpunnya dari nara sumber yang

dapat memberikan informasi yaitu salah satu pendiri dan 3 orang

pengasuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN) yang disajikan sebagai subyek penelitian, kemudian data

sekunder didapatkan dari beberapa anak yatim yang mengetahui dan

mendapatkan pembinaan akhlak di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang. Selain itu, penulis juga

mengumpulkannya dari buku-buku dan berbagai literatur yang

berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis susun.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hal

yang diperoleh keseluruhan, teknik pengumpulan data yang digunakan

sebagai pendukung penelitian ini adalah dengan beberapa instrumen

penelitian berikut ini:.

a. Observasi dan alat observasi

9
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Peneliyian Psikolog, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 1998), h. 29.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan

pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam

hubungan tersebut.10 Dalam melakukan hal ini, penulis dibantu dengan

alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis.

b. Wawancara dan pedoman wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan

responden (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu. Artinya adalah orang yang diwawancarai itu mengemukakan isi

hatinya, pandangan-pandangannya, pendapatnya, dan lain-lain

sedemikian rupa sehingga pewawancara dapat lebih mengenalnya.11

Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu

menyusun pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat

wawancara berlangsung. Selain itu, penulis juga menggunakan tape

recorder untuk merekam hasil-hasil yang diperlukan, dan juga

mencatat informasi yang didapatkan ketika itu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Untuk melengkapi

data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dalam

10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1983), h. 122.
11
Fred N Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press, 2000), h. 770.
penelitian, peneliti mengumpulkan dokumentasi berupa catatan

lapangan, biografi atau dokumen yang ada pada panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.12

Dalam pembahasan setelah penulis mendapatkan data-data dan

informasi yang dibutuhkan, maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Data dan informasi yang didapatkan melalui observasi, yakni penulis

mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat fenomena yang

muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek tersebut.

b. Data atau informasi yang didapatkan melalui wawancara, yakni adanya

percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancarai, dengan

maksud agar yang diwawancarai tersebut dapat mengemukakan isi

hatinya, pandangannya, dan lain sebagainya.

c. Data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni penulis mencari data

mengenai hal-hal yang berupa catatan transkip, buku dan sebagainya.


12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta: Alfabeta,
2006), h. 275.
7. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan dan transliterasi skripsi ini menggunakan

buku “Pedoman Penulisan Karya ilmiah ( Skripsi, Tesis. Dan Disertasi)”

yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center For Quality Development and Assurance), 2007. Selain

itu, penulis mengunakan buku-buku yang berhubungan dengan Metode

Penelitian dan Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia.

F. Sistemtika Penulisan

Dalam penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik

dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai

bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam

bahasan.

Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN terdiri atas: Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI terdiri atas: Metode Bimbingan Islam

(Pengertian Metode, Pengertian Bimbingan, Pengertian Islam,

Metode Bimbingan Islam), Pembinaan Akhlak (Pengertian

Pembinaan, Pengertian Akhlak, Proses Pembinaan Akhlak), dan

Yatim (Pengertian Yatim, Pola Pembinaan Anak Yatim Menurut

Ajaran Islam, Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim).


BAB III. GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAKIIN terdiri atas:

Sejarah dan Perkembangan, Visi dan Misi, Letak Geografis,

Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Kondisi Umum Anak

Asuh (Latar Belakang Keluarga Anak Asuh dan Kegiatan Harian

Anak Asuh).

BAB IV METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN

YAKIIN terdiri atas: Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di

Panti Asuhan YAKIIN, Metode Bimbingan Islam dalam

Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN,

Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim

melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN.

BABV PENUTUP terdiri atas: Kesimpulan dan Saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Bimbingan Islam

1. Pengertian Metode

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai

cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

dengan yang dikehendakinya; cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

dikehendaki.3

Sedangkan menurut M. Arifin, metode secara harfiah adalah “Jalan

yang harus dilalui“ untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari kata

“meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Namun

pengertian hakekat dari “metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.4

Jadi, metode dapat dipahami bahwa metode adalah cara yang

dilakukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan

yang dikehendaki.

2. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance

berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukan,

3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 740.
4
M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Trayon Press, 1998), h. 43.
membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya,

maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau

tuntunan.5

Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya

agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan

hidup.6

Menurut I Djumhur dan M Surya, dalam bukunya Bimbingan dan

Penyuluhan di Sekolah, membatasi pengertian bimbingan sebagai berikut:

”Suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan


sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya
(Self Understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (Self
Acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (Self
Direction), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (Self
Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam
menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga, maupun
dengan masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang yang
memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang
tersebut.”7

Adapun bimbingan juga dapat mengembangkan kemampuan

individu, sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Rachman

Natawidjaja dalam buku Hallen A, yang merumuskan bimbingan sebagai

berikut:

”Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada


individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
5
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 2.
6
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Offset, 1995), h. 4.
7
I Djumhur dan M Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1975), h. 28.
individu dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta
kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap
kebahagiaan hidup dan memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu
mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial.”8

Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan

Konseling, Hallen memberikan definisi bahwa:

”Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus-


menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada
individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan
menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam
suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga
individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi
lingkungannya….”9

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian

bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang berkesinambungan

dan sistematis kepada individu atau sekumpulan individu dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan dan

kemandirian sehingga ia dapat memperoleh kebahagiaan hidup dan

memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat

umumnya.

3. Pengertian Islam

8
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, h. 5.
9
Ibid., h. 9.
Dalam Ensiklopedi Islam, kata Islam didefinisikan sebagai agama

samawi (langit) yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusan-

utusannya, yaitu Muhammad Saw, yang ajaran-ajarannya terdpat dalam

kitab suci al-Qur`an dan sunah dalam bentuk perintah-perintah, larangan-

larangan dan petunjuk-petunjukuntuk kebaikan manusia, baik di dunia

maupun di akhirat.10

Menurut Harun Nasuton, ”Islam adalah agama yang ajaran-

ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad

sebagai Rasul”. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang

bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari

kehidupan manusia. Sumber dar ajaran-ajarannya yang mengambil

berbagai aspek itu adalah al-Qur`an dan hadits.11

Sedangkan pengertian Islam menurut Syekh Mahmud Syaltut yang

dikutip oleh Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya yang berjudul

Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem

Islam, Islam adalah agama Allah yang diperintahkan untuk mengajarkan

pokok-pokok dan peraturan-peraturan kepada Nabi Muhammad saw dan

menugaskan untuk menyampaikan agama itu kepada seluruh manusia, lalu

mengajak mereka untuk memeluknya.12

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwasanya Islam

merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah SWT, melalui


10
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtar Van Hoeve), h. 246.
11
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UII Press, 1985), h.
24.
12
H. Endang Saefuddin Anshari, M.A, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang
Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 40.
Nabi Muhammad SAW, yang membawa konsep berbagi segi kehidupan

manusia berdasarkan al-Qur`an dan hadits.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka

metode bimbingan Islam adalah usaha pemberian bantuan secara

berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur`an dan

sunah kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya

secara optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga mereka

dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

4. Metode Bimbingan Islam

Dalam penerapannya, bimbingan memiliki beberapa metode.

Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga

diperoleh hasil yang memuaskan. Pada penulisan ini metode bimbingan

Islam dilihat sebagai proses komunikasi, karena di dalamnya suatu

interaksi komunikasi antara pembimbing dengan klien, dalam hal ini yaitu

anak yatim.

Dalam hal ini metode bimbingan dapat diklasifikasikan

berdasarkan segi komunikasi, metode tersebut terdiri dari metode

komunikasi langsung yang disingkat menjadi metode langsung dan metode

komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.13

a. Metode Langsung (Metode Komunikasi Langsung) adalah metode

dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka)

dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi

menjadi:

13
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 2.
1) Metode Individual

Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal

ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:

a) Pecakapan Pribadi

Yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap

muka dengan pihak yang dibimbing.

b) Kunjungan Rumah (home visit)

Yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya

tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati

rumah klien dan lingkungannya.

c) Kunjungan dan Obsevasi Kerja

Yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan

percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan

lingkungannya.

2) Metode Kelompok

Yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan

klien dalam kelompok. Hal ini dapat dijadikan dengan

menggunakan beberapa tekhnik:

a) Diskusi Kelompok

Yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara

mengadakan diskusi dengan atau bersama kelompok klien yang

mempunyai masalah yang sama.

b) Karya Wisata
Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan secara

langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai

forumnya.

c) Sosiodrama

Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara

bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya

masalah secara sosiologis.

d) Psikodrama

Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara

bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya

masalah psikologis.

e) Group Teaching

Pemberian Bimbingan kelompok dengan memberi materi

bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok

yang telah disiapkan.

b. Metode Tidak Langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah

metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi massa.

Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan

massal.

1) Metode Individual

a) Melalui surat-menyurat

b) Melalui telepon dan sebagainya

2) Metode Kelompok / massal

a) Melalui papan bimbingan


b) Melalui surat kabar atau majalah

c) Melalui brosur

d) Melalui radio (media radio)

e) Melalui televisi

B. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan

Kata pembinaan berasal dari bahasa arab “bina” artinya bangunan.

Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-”

dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti pembaruan,

penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.14

Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu:

1. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus


untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,
mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai
tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial
masyarakat.15
2. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis,
meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah,
mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan
manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala
daya dan dana yang dimiliki.16

14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), h. 117.
15
Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada
Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h. 8.
16
Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga
Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h. 3.
Pengertian pembinaan hampir sama dengan pengertian bimbingan.

Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi

jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi

hidupnya di masa kini dan masa mendatang.17 Dan juga dapat disebut

sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk

menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh

kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.18

Persamaan antara dua pengertian tersebut yaitu sama-sama

berusaha membentuk manusia untuk menjadi yang lebih baik dan dapat

beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, sehingga dapat

melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan tepat, benar dan

berjalan dengan lancar.

Jadi, pembinaan dapat dipahami sebagai suatu upaya pendaya

gunan anak yatim secara berkesinambungan dalam mengembangkan

kemampuan mereka agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

kemanfaatan sosial.

2. Akhlak

Dalam Ensiklopedi Islam, akhlak adalah suatu keadaan yang

melekat pada jiwa manusia, yang dari adanya lahir perbuatan yang mudah,

tanpa melaui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Kata akhlak

17
HM. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 18.
18
Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Semarang: Toha Putra, 1977), h.
8
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-Khulq, yang secara

etimologis berarti tabiat atau budi pekerti.19

Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari

karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang

menjadi istimewa. Karakteristik ini membentuk kerangka psikologi

seseorang dan membuatnya berprilaku sesuai dengan dirinya dan nilai

yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.20

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat, akhlak adalah kelakuan

yang timbul dari perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan

dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak

yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana

yang baik dan mana yang buruk.21

Sehingga dapat diartikan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang

melekat pada jiwa manusia yang membentuk karakteristik individu dalam

bertindak.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka pembinaan akhlak

adalah suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna

terhadap anak yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.

3. Proses Pembinaan Akhlak

19
Ensiklopedi Islam, h. 102.
20
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 26.
21
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV.
Ruhana, 1995), h. 50.
Akhlak adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang

dalam bertindak. Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya

hubungan baik antara hamba dan Allah (habluminallah) dan antar sesama

manusia (habluminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan

keturunan atau secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang

panjang, yaitu melalui proses pembinaan akhlak.

Dengan demikian dalam proses pembinaan akhlak dibutuhkan

kerja keras dan kesabaran orangtua selaku pendidik. Dan arti sebuah

pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang

baik sebagai watak seorang anak. Maka dari itu, proses pembinaanitu

harus diberikan sejak anak masih kecil.20

Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka pembinaan

akhlak adalah melalui pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan

berlangsung secara terus menerus, karena kepribadian manusia itu pada

dasarnya dapat terbentuk melalui pembiasaan. Dalam tahap-tahap tertentu,

pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan cara paksaan yang lama-

kelamaan tidak lagi terasa terpaksa.

Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat

dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran

Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat

dengan mengerjakan amal shalih dan perbuatan terpuji. Karena itu,

seorang ang mengaku beriman tentu harus mempunyai akhlak yang baik

sebagai manifestasi dari keimanannya. Penerapan nilai-nilai akhlak dalam

20
Nur Mahmud Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-
Bayan, 1999), h. 178.
keluarga sebagai lingkungan terdekat anak, lingkungan sekolah sebagai

pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan lingkungan masyarakat turut

berperan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan akhlak

pada anak.

Adapun bentuk-bentuk pembinaan akhlak itu diantaranya: (1)

pembinaan budi pekerti dan sopan santun, (2) pembinaan sikap jujur, (3)

pembinaan untuk menjaga rahasia, (4) pembinaan menjaga kepercayaan,

(5) pembinaan menjauhi sifat dengki.21

C. Yatim

1. Pengertian Yatim
Secara etimologis, yatim berasal dari bahasa arab yaitu yatamaa-

yatiimu- yatiiman, yang artinya menyendiri.22 Sedangkan dalam kamus al-

Munjid, yatim berarti anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia belum

sampai kepada batas orang dewasa.23

Sedangkan pengertian yatim secara terminologi dalam kamus

bahasa indonesia adalah anak yang tidak beribu atau tidak berbapak (atau

tidak beribu-bapak), tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak

yang bapaknya meninggal.24

21
Ibid., h.179
22
Muhammad bin Abi Bakar bin Abd. Qodir Ar-Razi, Muhtarus Shihab, h. 741.
23
Luis Al-Ma`luf, Al-Munjid fil Lughat Wal-A`lam, (Beirut-Libanon: Dar El- Masyrek,
1986), h. 923.
24
Poerwandarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985),
h. 1152.
Pengertian tersebut dipertegas dalam kamus istilah fiqih bahwa

yatim adalah anak laki-laki atau perempuan yang ditinggal mati ayahnya

sebelum akil baliqh (dewasa). Sedangkan piatu adalah anak yang tidak

hanya yatim, namun juga tidak ada yang memeliharanya.25

Jadi anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya,

sedangkan ia belum berada dalam usia baliqh, dan belum dapat mengurus

dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, baligh merupakan batas usia dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Untuk mengetahui tanda-tanda baligh

dan batas umur seorang anak yang disebut yatim, penulis mengemukakan

sebagai berikut, yaitu: berumur 15 tahun, keluar mani, dan haid bagi anak

perempuan.26

2. Pola Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Yatim Menurut Ajaran Islam

Adapun beberapa hal pokok dalam pembinaan akhlak terhadap

anak yatim yang penulis dapat kemukakan diantaranya:

a. Menjamin makan dan minumnya


Makan dan minum merupakan kebutuhan pokok yang

dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmaniahnya. Di

dalam hadits nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai balasan bagi

orang yang memberi makan dan minum anak yatim, yang diriwayatkan

oleh Thabrani dari Abi Darda berbunyi:

67ِ8ُ‫َ اَنْ اَﺕ‬4ْ1ِ َ ُُ‫َ وَاََُْ رَأْﺱ‬+ْ1َِ1ْ‫ِ اﻝ‬+َْ‫ اِر‬: َ,ََ)َ َ‫َ وَﺕُ ْرِك‬,ُ-َْ.
َ,ََ)َ َ‫َ َوﺕُ ْرِك‬,ُ-َْ. َ4ْ1َِ َ,ََِ9 ْ4ِ َُ(َْ9َ‫وَا‬
(‫ ا < اﻝ ّرداء‬4 <‫اﻥ‬-ّ‫)روا! اﻝ‬

25
M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 425.
26
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 316.
“Apakah engkau menyukai supaya lunak hatimu dan engkau
memperoleh keinginanmu, kasihilah anak-anak yatim dan usaplah
kepalanya dan beri makanlah dia daripada makananmu, nanti hatimu
akan lunak dan akan engkau capai kehendakmu.” 27

Hadits di atas bahwa orang yang suka berbuat baik kepada

anak-anak yatim, mengasihinya, mengusap kepalanya dengan maksud

menyantuni dan memberi makan, minum, dan pakaian, maka nanti hati

orang itu akan menjadi lunak, mau menerima nasehat dan sebagainya,

serta apa yang dicita-citakannya insya Allah tercapai. Demikian janji

Allah terhadap orang yang mengasihi anak yatim.

b. Memelihara hartanya
Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat oleh bapaknya
kemudian ia (bapaknya) meninggalkan harta warisan untuk anak
tersebut. Harta yang diwarisi itu baik banyak atau sedikit, haruslah
dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal
ini dilakukan apabila keadaan anak yatim tersebut masih kecil atau
sudah dewasa namun belum dapat mengurus sendiri hartanya. Adapun
orang yang ikut mengurus nya boleh mempergunakan hartanya dengan
maksud yang baik dan wajar. Firman Allah dalam al-Qur`an surat al-
An`aam/6: 152, berbunyi:
F .D15E AB6
KLD JB GH,IH5
... *&')6" M,N
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
maksud yang lebih baik (bermanfaat)…”28

c. Memberi Kasih Sayang


Sebagaimana kita ketahui sejak seorang anak menjadi yatim
piatu, mereka tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya lagi.
Oleh karena itu, patutlah kita menyayangi mereka seperti anak sendiri,
27
As-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil
Muhammadiyah, h. 52.
28
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2006), h. 149.
sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada. Hal ini dilakukan
agar mereka tetap dapat merasakan kebahagiaan dan tidak putus asa
dalam menjalani hidupnya.
Pemberian kasih sayang tersebut dapat diwujudkan dengan
memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan mereka. Selain itu
kasih sayang dapat ditunjukan dengan memperlakukan mereka
dengan baik. Bila mereka melakukan kesalahan maka hendaklah
ditegur dengan lembut dan wajar, jangan langsung memarahinya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT surat adh-Dhuha/93: 9, yakni “Fa
ammaal yatiima falaa taqhar“ (“Maka terhadap anak yatim janganlah
kamu berlaku sewenang-wenang.”)29
d. Memberi Pendidikan
Selain memberikan nafkah dan memberikan kasih sayang
kepada anak yatim piatu, kita selaku pengganti orang tua mereka juga
wajib memberikan pendidikan kepada mereka yang berorientasi
kepada akhlak, diantaranya mengajarkan tata cara melaksanakan
shalat, dan pendidikan akhlak lainnya. Sebagaimana Sabda nabi
Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut:

ْ+ُ‫َ وَه‬#ْ1ََ ْ+ُ‫ُِْْه‬Cَ‫َ وا‬4ْ1ِِ‫ِ ﺱ‬Bْ-َ‫ْ أَ َْءُ ﺱ‬+ُ‫ْ ِﻝ'@َةِ وَه‬+ُ‫وْاأَوْ?َدَآ‬6ُ


(‫)روا! ا  دوّود‬. ِBِ‫َﺝ‬Fَ(ْ‫ْ ِىﻝ‬+ُ#َْ1َ ‫َ وََُْا‬4ْ1ِِ‫َِ ﺱ‬Dَ ُ‫اَ َْء‬
“Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika
mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila mereka
meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan
pisahkanlah tempat tidur mereka.”30

Hadits di atas menerangkan bahwa perintah ini ditujukan kepada


para wali dari anak-anak termasuk kepada anak yatim piatu untuk
mengajarkan mereka tata cara melaksanakan shalat ketika mereka
berumur tujuh tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka terbiasa dan
senang melaksanakan shalat. Setelah berumur sepuluh tahun, ketika
mereka mendekati masa baligh atau telah baligh, apabila mereka

29
Ibid., h. 596.
30
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 188.
meninggalkan shalat, hendaklah para wali memukul mereka. Perintah
kepada wali ini dimaksudkan sebagai pendidikan dan pengajaran bagi
anak-anak agar senantiasa memelihara perintah allah, bergaul antara
sesama makhluk menurut perintah Allah, dan menjauhi larangan
Allah.
3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim
Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan dikasihi serta
disayangi, terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab
mereka telah kehilangan kasih sayang dari bapaknya yang telah
meninggal, sedangkan mereka butuh bimbingan dan pengawasan untuk
kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang.
Agama Islam sebagai agama pembawa rahmat, membimbing
manusia dengan ajaran rahmat-Nya yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Diantaranya adalah ajaran yang memerintahkan
manusia sebagai makhluk sosial untuk peduli terhadap fenomena
lingkungannya terutama yang menyangkut anak yatim, sebagaimana yang
difirmankan Allah SWT, dalam al-Qur`an surat al-Baqarah/2: 220,
berbunyi:
=* ((OPQR'S6…
K(A⌧X WQ . T(☺UVH5
6 . #; 1(8 YZ[
… P]8_` QN\,2!F
“…Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim.
Katakanlah, mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika
kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu...”31

Ayat tadi memberi pengarahan kepada orang yang mengurus anak-


anak yatim, supaya ia bergaul dengan mereka secara patut dengan cara
mendidik mereka dengan baik, dan menjaga serta mengembangkan harta
benda mereka. Mereka adalah saudara-saudaranya seagama. Sebagai
saudara, ia berhak bergaul dengan sesama saudaranya dengan cara yang
patut dan mengandung kebajikan.

31
Departemen Agama RI, h. 35.
Allah memerintahkan umat Islam untuk memperhatikan dan
memelihara anak yatim, agar mereka tetap dapat merasakan kebahagiaan
hidup seperti layaknya anak-anak lainnya yang masih mempunyai orang
tua. Islam sangat besar perhatiannya terhadap anak yatim, sehingga nabi
Muhammad SAW sendiri mengatakan bahwa orang yang memelihara anak
yatim akan masuk surga bersama beliau, sebagaimana sabdanya yang
diriwayatkan oleh Hakim dari Anas yang berbunyi:
.ٍGَ(ْ1َِ ْ‫ٍ اَو‬+ْ1َِ َ‫َ اِﻝ‬4ََْ‫ْ ا‬4َ ،َ4ْ1ِ‫َﺕ‬#َ‫ِ آ‬Gَ)ْ‫ُ اَذَا وَهَُ ِىﻝ‬Jُْ‫آ‬

(L‫ اﻥ‬4 +1M8‫)روا! اﻝ‬


“Orang yang paling baik terhadap anak yatim laki-laki atau
perempuan, maka saya dengan orang itu di kemudian hari di dalam surga
seperti begini ( seperti anak jari tengah dan telunjuk).” 32

Dalam menyantuni anak yatim bukan hanya memenuhi kebutuhan


jasmaniah saja namun juga kebutuhan-kebutuhan lainya seperti ruhaniah,
sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Allah telah memperingati orang
yang tidak mau membantu kehidupan anak yatim padahal dia mampu
untuk melakukannya, dan itulah mereka yang Allah sebut sebagai
pendusta agama. Bahkan Allah mengecam keras terhadap orang yang
berusaha menghabiskan harta anak yatim dengan memasukan mereka ke
dalam api yang menyala-nyala.
Islam menyadari betapa beratnya menyantuni anak yatim, namun lebih

berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat membiarkan mereka hidup

terlantar tanpa ada yang memperhatikan. Oleh karena itu, menyantuni anak

yatim merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam dan masyarakat

pada umumnya.

32
As-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil
Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma`arif, 1996), h. 734.
BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN

YAYASAN KESEJAHTERAAN UMAT ISLAM INDONESIA (YAKIIN)

A. Sejarah dan Perkembangan

Awal terbentuknya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) didahului oleh berdirinya pondok pesantren al-Ma`mur

pada tahun 1966 dimana lembaga ini merupakan pondok pesantren pertama

yang berada di Tangerang. Namun, melihat kondisi masyarakat sekitar maka

dikembangkan sebuah rumah asuh yang diperuntukkan bagi warga kurang

mampu terutama kaum dhuafa dan anak yatim piatu. Rumah asuh ini diberi

nama Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

Nama YAKIIN pada panti asuhan ini terinspirasi oleh keinginan

pendirinya KH. Djamhuri, HM.BA untuk dapat melaksanakan salah satu

usaha dalam kesejahteraan sosial khususnya terhadap umat Islam. Usaha

tersebut beliau wujudkan dalam bentuk penampungan dan pembinaan

terhadap anak-anak yatim piatu dari keluarga kurang mampu. Disamping itu,

panti asuhan ini didirikan dengan tujuan membantu pemerintah dalam

menangani permasalahan sosial khususnya kemiskinan. Setelah KH.

Djamhuri, HM.BA meninggal dunia, panti asuhan ini dipimpin oleh anaknya

yaitu KH. Naufal Djamhuri.

Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

didirikan pada tanggal 17 Januari 1976 diprakarsai oleh keluarga besar KH.
Djamhuri, HM.BA. Panti asuhan ini merupakan perwujudan rasa cinta beliau

yang tulus dan suci terhadap anak-anak yatim. Berdirinya panti asuhan ini

berawal dari keprihatinan beliau dengan banyaknya anak-anak yatim yang

tidak mampu dan tidak dapat hidup layak di masyarakat, sehingga beliau

tergerak hatinya untuk mendirikan panti asuhan yang layak dihuni oleh anak-

anak tersebut.22

Dalam mengemban amanah ini, beliau jalankan dengan penuh rasa

ikhlas. Sehingga atas jasanya tersebut beliau mendapatkan penghargaan pada

tanggal 6 Agustus 1987 di Bandung. Penghargaan tersebut diberikan oleh

Gubernur Jawa Barat yaitu Yogie. S.M kepada KH. Naufal Djamhuri atas

jasa-jasanya dalam pembangunan kesejahteraan sosial di wilayah Tangerang.

Sejak berdirinya pada tahun 1976 hingga sekarang, Panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) telah berhasil

mendidik dan membina anak didik kurang lebih 500 orang anak. Mereka rata-

rata menjalani pembinaan dipanti asuhan ini selama 7 tahun sampai pada

akhirnya mereka siap kembali ke masyarakat dengan mengamalkan

pendidikan yang mereka dapatkan serta menjadi anggota masyarakat yang

baik. Dari segi pendidikan formal, beberapa anak asuh telah berhasil

memperoleh gelar sarjana, bekerja sebagai pegawai dan pendidik di

lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Selama 31 tahun berdiri dalam pembinaan anak asuh, tentunya

bangunan yang dihuni mengalami perbaikan dan perombakan. Hal ini sudah

pasti membutuhkan bantuan baik berupa uang dan materi lainnya. Dalam
22
Wawancara Pribadi dengan KH Rahmani, Pendiri Panti Asuhan YAKIIN. Tangerang.
14 September 2007.
pembangunannya, lembaga ini memperoleh bantuan dari pemerintah dan

lembaga sosial lainnya, sebagai contoh Yayasan Dharmais memberikan

bantuan sebanyak 3 kali dalam setahun.23

B. Visi dan Misi

Setiap lembaga atau suatu organisasi memiliki visi dan misi guna

mencapai keberhasilan. Begitu pula panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang di dalamnya memiliki beberapa

program pembinaan terhadap anak asuhnya.

Adapun visi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) adalah menghasilkan generasi muslim yang menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan

serta mempunyai akhlakul karimah24. Dan adapun misinya adalah

1. Menampung dan memenuhi segala kebutuhan anak yang kurang

mampu khususnya anak yatim.

2. Memberikan pendidikan yang layak agar mereka mampu menghadapi

tantangan di masa yang akan datang.

3. Memberikan pembinaan keagamaan yang berkesinambungan dan

sistematis agar mereka menjadi muslim yang berkualitas. 25

23
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
24
Wawancara Pribadi dengan Ersya Udiyantara, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang
Kesantrian. Tangerang. 19 September 2007.
25
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Djamhuri, Pengurus Panti Asuhan
YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007.
C. Letak Geografis

Letak geografis merupakan penentu keberhasilan dalam suatu

lembaga. Dengan letak yang strategis, suatu lembaga akan lebih mudah

mengembangkan visi dan misi yang terbentuk dalam kegiatan sehari-hari.

Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) terletak

di daerah Kelurahan Kreo Selatan Kecamatan Larangan Kabupaten

Tangerang, bertempat di Jalan Pesantren Rt.001/07 No.36. Lokasi panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berdekatan

dengan perbatasan Jakarta Selatan-Tangerang.26

D. Struktur Organisasi

Dalam suatu organisasi penting sekali adanya pengaturan tugas.

Pengaturan tugas tersebut dimaksudkan guna tercapainya tujuan yang

diinginkan. Begitupun dengan panti asuhan ini yang tentunya perlu dibentuk

sebuah struktur organisasi untuk mengurus segala kebutuhan panti asuhan. Hal

ini dilakukan agar suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada ahlinya sehingga

pekerjaan tidak menumpuk pada satu orang dalam satu waktu.

Adapun struktur organisasi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat

Islam Indonesia (YAKIIN) adalah sebagai berikut: Bapak KH. Naufal

Djamhuri sebagai ketua yang memiliki kewenangan penuh di panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Sebagai pemegang

wewenang kebijakan dibantu oleh Bapak Drs. H. Aminullah, MPd. Sebagai

wakil ketua. Sedangkan bagian Sekretaris yang memiliki tugas sebagai

26
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
pengatur administrasi kesekretariatan dipegang oleh Ibu Yusroh Djamhuri.

Pemegang administasi keuangan dipercayakan kepada Bapak Drs. Basuni,

MZ. yang bertugas mengatur sirkulasi keuangan panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dan dibawah pengurus inti

adalah anggota sebagai komunitas yang diasuh di panti asuhan Yayasan


27
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Adapun bentuk struktur

terlampir.

E. Sarana dan Prasarana

Sebagai panti asuhan yang cukup baik dan punya perhatian terhadap

usaha pembinaan anak-anak yatim piatu dan kurang mampu, maka untuk

memenuhi kebutuhan anak asuhnya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) melengkapinya dengan berbagai sarana dan

prasarana. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN) memiliki berbagai bangunan fisik yang cukup representatif berdiri

di atas tanah seluas kurang lebih 2.15 m2 dan sampai sekarang terus berupaya

dan memperluas dan mengembangkan berbagai sarana dan prasarananya.

Adapun sarana dan prasarana yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN), diantaranya adalah:

1. Gedung asrama terdiri dari asrama putra dan putri yang dilengkapi

dengan tempat tidur dan lemari pakaian.

2. Sebuah bangunan masjid berkapasitas kurang lebih 500 orang jamaah.

3. Ruang sekretariat Panti Asuhan YAKIIN.

27
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
4. Ruang bimbingan.

5. Ruang perpustakaan.

6. Ruang komputer.

7. Ruang aula serbaguna.

8. Dapur umum.

9. Lapangan.28

F. Kondisi Umum Anak Asuh di Panti Asuhan YAKIIN

1. Latar belakang keluarga anak asuh

Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN) diprioritaskan untuk anak yatim piatu yang kurang mampu.

Dan mayoritas anak asuh di panti asuhan ini berasal dari keluarga yang

berada di daerah Tangerang. Anak asuh di panti asuhan ini bukan hanya

dari anak-anak yang tidak mempunyai orang tua, walaupun hanya salah

satunya saja yang tidak ada. Akan tetapi banyak pula dari anak asuh di

panti asuhan ini yang berasal dari keluarga yang masih utuh dalam artian

masih ada orang tua. Di antara mereka adalah anak asuh anak asuh yang

berasal dari keluarga yang tidak mampu atau pra sejahtera. Jumlah anak

asuh secara keseluruhan pada saat ini berjumlah 64 orang.

Tabel data anak asuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat

Islam Indonesia (YAKIIN). 29

28
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
29
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 29 orang

2 Perempuan 35 orang

Jumlah 64 orang

No Usia Jumlah

1 6-10 tahun 6 orang

2 11-15 tahun 38 orang

3 16 tahun keatas 20 orang

Jumlah 64 orang

No Status Jumlah

1 Dhuafa 39 orang

2 Yatim 19 orang

3 Piatu 2 orang

4 Yatim Piatu 3 orang

Jumlah 64 orang

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 MI 6 orang

2 MTS 27 orang

3 MA 31 orang

Jumlah 64 orang
Sejak awal berdirinya panti asuhan ini tidak mendapat banyak

hambatan dalam mencari anak asuh. Memang keberadaan panti asuhan ini

sangat diharapkan oleh masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan

khawatiran yang cukup besar dari para orang tua terhadap anak-anak

mereka karena mereka tidak dapat memberikan pendidikan dan kehidupan

yang layaknya anak-anak mereka dapatkan. Sehingga masyarakat di

daerah sekitar panti asuhan khususnya keluarga pra sejahtera memberikan

kepercayaan kepada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) ini untuk dapat mengasuh dan membina anak-anak

mereka agar mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak.

Sehingga anak-anak mereka dapat kembali ke masyarakat dan mempunyai

kehidupan yang lebih baik.

2. Kegiatan harian anak asuh

Anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) ini mempunyai jadwal yang mereka lakukan setiap

harinya. Jadwal ini bersifat mengikat namun sewaktu-waktu dapat berubah

sesuai dengan kondisi anak. Jadwal ini diberlakukan sebagai acuan agar

anak-anak lebih terarah. Sehingga apabila anak asuh tersebut tidak

melakukan jadwal tersebut tanpa izin maka akan dikenakan sangsi berupa

teguran ataupun hukuman. Karena pada dasarnya selalu ada sangsi yang

berlaku pada setiap pelanggaran. Seluruh kegiatan anak asuh di panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

terangkum dalam sebuah table berikut:


JADWAL KEGIATAN HARIAN ANAK ASUH

PANTI ASUHAN YAKIIN30

No. Waktu Kegiatan Ket


1. 04.30-05.00 Shalat subuh berjamaah* di masjid
2. 05.00-05.30 Membaca yasin dan shalawat * di masjid
3. 05.30-06.00 Pengajian kitab kuning di aula
Ziarah makam (Hari jum`at) di makam pon-pes
al-Ma`mur
Muhadatsah (Hari minggu) di aula
4. 06.00-07.00 Piket dan Sarapan* di kamar masing-masing
5. 07.15-12.15 Sekolah di sekolah yang berada
di dalam panti asuhan
Olahraga, paskibra Lapangan dan aula
dan marawis
(Hari minggu)
6. 12.30-13.00 Shalat dzuhur berjamaah* di masjid
7. 13.00-15.00 Istirahat dan makan siang* di kamar masing-masing
8. 15.00-15.45 Shalat ashar berjamaah dan di masjid
Membaca QS. Al-Waqiah*
9. 16.00-17.00 Sekolah diniyah di sekolah
Bimbingan kelompok di aula
(Hari sabtu)
10. 17.00-17.30 Piket dan makan sore* di kamar masing-masing
11. 18.00-18.30 Shalat magrib berjamaah* di masjid
12. 18.30-19.30 Membaca ratib dan al-Qur`an di masjid
Membaca yasin dan tahlil di masjid
(Hari kamis)
13. 19.30-20.00 Shalat isya berjamaah* di masjid
14. 20.00-21.00 Belajar malam di sekolah
20.00-20.30 Membaca diba`i (Hari rabu) di masjid
20.00-21.30 Qiroah (Hari sabtu) di aula
20.00-22.00 Muhadharah (Hari minggu) di aula
15. 21.00-21.30 Mufrodat di aula
16. 22.00-04.00 Tidur di kamar masing-masing
*, Ket: Dilakukan setiap hari

30
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
BAB IV

METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

A. Deskripsi Informan

Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang metode bimbingan

Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang, terlebih dahulu

penulis akan mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Penulis

membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis. Pertama, informan sebagai

pengurus panti asuhan yang terdiri dari salah seorang pendiri, dua orang

sebagai pengurus dan satu orang sebagai kepala bidang bimbingan. Kedua,

informan anak yang terdiri dari lima orang anak yang menjadi anak asuh di

panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

tersebut.

1. Informan pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN)

a) Pengurus I

Informan pertama adalah salah seorang pendiri panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Beliau

bernama KH. Rahmani, HM, lahir di Tangerang tanggal 19 Maret

1936. Anak dari pasangan Bapak H. Marzuki dan Ibu Hj. Ruwi. Sejak

kecil beliau bersekolah di Roudhotul Mu`alimin Mampang. Saat ini

beliau bersama keluarga bertempat tinggal di Jalan pesantren Rt. 01/07

No. 52 Kreo Selatan Larangan Tangerang.


b) Pengurus II

Informan kedua adalah salah seorang pengurus di panti asuhan

Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bidang

pendidikan. Beliau bernama Muhammad Sirri Djamhuri, S.Pd.I, lahir

di Tangerang tanggal 27 November 1975. Beliau adalah putra ke 10

dari pasangan salah satu pendiri panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Bapak. Djamhuri. HM.BA dan

Ibu Masnun. Sejak kecil ia menyelesaikankan pendidikannya di

pondok pesantren al- Ma`mur, bahkan tidak hanya hanya pesantren

tersebut, beliau juga pernah hijrah ke beberapa pesantren untuk

menambah pengetahuan dan pengalamannya di bidang agama,

diantaranya yaitu di pondok pesantren gontor. Setelah menyelesaikan

pendidikannya, beliau mengajar di lembaga yang didirikan

keluarganya yaitu pondok pesantren al-Ma`mur sejak tahun 2002.

Selain sebagai pengajar beliau juga merangkap sebagai pimpinan

Pondok Pesantren al- Ma`mur, kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah al-

Ma`mur dan pengurus panti asuhan YAKIIN sampai saat ini. Bahkan

tahun ajaran ini beliau dipercayakan lagi untuk memegang jabatan

kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Ia bertempat tinggal di jalan

pesantren. Dan untuk menunjang kegiatannya yang cukup padat di

yayasan tersebut, beliau bermukim di sekitar yayasan yang beralamat

di Jalan Pesantren Rt. 01/07 No. 36 Kreo Selatan Larangan Tangerang.


c) Pengurus III

Informan ketiga bernama Ersha Udiantara. Salah satu pengurus

panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

bidang kesantrian. Ia dilahirkan di Tangerang tanggal 8 April 1989. Ia

adalah putra pertama dari pasangan Bapak. Muhammad Pasha dan Ibu

Eryani. Masa kecilnya di habiskan di Tangerang, yang beralamat di Jl.

Karyawan I No. 79 Rt. 02/03 Karang Tengah Ciledug. Ia menamatkan

pendidikannya di SDN Karang tengah 2 dan melanjutkan

pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah

di Yayasan al-Ma`mur. Setelah meyelesaikan pendidikannya, ia pun

mengajar di yayasan al-Ma`mur dan turut menjadi pengurus di panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

Selain kegiatannya tersebut, ia pun melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi yaitu di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sampai saat ini.

d) Staff Bidang Bimbingan

Sebagai informan keempat adalah Bapak Ahmad Yani. S.Pd.I,

yang menjabat sebagai pengajar dan wakil kepala sekolah Madrasah

Aliyah al- Ma`mur bidang kurikulum sejak tahun 1985. Selain

memegang jabatan tersebut, beliau juga bertanggung jawab sebagai

kordinator kegiatan bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bersama tiga pendidik

lainnya yaitu Niswan, S.Pd.I, Mulham, S.Ag dan Abu Sofyan, S.Pd.I.

Selain mengajar di yayasan al-Ma`mur, beliau juga mengajar di


madrasah ibtidaiyah MANBAUL KHOIR sejak tahun 2005. Beliau

dilahirkan di Tangerang tanggal 6 November 1966. Anak ke ke 3 dari

putra pasangan Bapak. Muhammad Nur dan Ibu. Fatimah ini sejak

kecil menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren al- Ma`mur

dan menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Universitas Gunung Jati

Bandung.

2. Informan anak asuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat

Islam Indonesia (YAKIIN)

a) Anak asuh I

Nama lengkapnya adalah Arif Ma`ruf dan biasa di panggil

dengan sebutan Arif. Ia lahir di Jakarta tanggal 21 Februari 1987. Anak

ke 7 dari 7 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak.

Abdul Aziz dan alm. Ibu. Mai Tufah. Sejak usianya 4 bulan, ia sudah

ditinggal mati oleh ibunya. Setelah itu, ia diasuh oleh ayahnnya sampai

usianya mencapai sekitar sebelas tahun, karena ayahnyapun meninggal

dunia. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama kakak pertamanya di

Jl. Kostrad raya Gg. Duku Jakarta Selatan. Sebelum meninggal dunia,

ayahnya mengamanatkan kepada kakak pertamanya untuk melanjutkan

pendidikan Arif ke pondok pesantren. Akhirnya setelah lulus

pendidikan dasar di SDN 04 Petukangan Utara, ia melanjutkan

pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah di pondok pesantren

al- Musyarafah Jakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke

jenjang Madrasah Aliyah di pondok pesantren al-Ma`mur dan

bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam


Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-

Ma`mur .

b) Anak asuh II

Nama lengkapnya adalah Iis Nurhayati dan biasa dipanggil

dengan sebutan Iis. Ia lahir di Serang tanggal 14 Oktober 1992. Anak

ke 7 dari 8 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Adep

Nurdin dan Ibu. Nemsih. Sejak usianya sekitar 3 tahun, ia sudah

ditinggal mati oleh ayahnya. Saat itu perasaan kehilangan sosok

seorang ayah belum ia rasakan. Namun setelah ia beranjak dewasa

barulah ia merasakan kehilangan sosok yang sangat ia butuhkan

sebagai seorang ayah. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh ibunya dan

bertempat tinggal di Jl. Sawah luhur kp. Simpang tiga Rt. 01/02

Kasemen Serang-Banten. Akhirnya berkat informasi Ustadz. Zabidin,

setelah lulus pendidikan dasar di SDN Harjamukti Serang, ia

melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiayah dan

Madrasah Aliyah di pondok pesantren al- Ma`mur dan bermukim di

panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

yang merupakan naungan dari yayasan al-Ma`mur. Selama ia tinggal

di yayasan, banyak hal yang ia dapatkan. Selain banyak teman,

pengetahuan keagamaannyapun semakin bertambah. Walaupun hidup

serba kekurangan namun ia tetap sabar, ikhlas serta tabah menghadapi

cobaan yang menghampirinya. Karena ia yakin bahwa semua ini pasti

ada hikmahnya.
c) Anak asuh III

Nama lengkapnya Nurhayati dan biasa dipanggil dengan sebutan

Nur. Ia lahir di Tangerang tanggal 5 Juni 1991. Anak ke 1 dari 2

bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Sakian dan Ibu.

Anah. Sejak umur 10 tahun, ia sudah ditinggal mati oleh ayah tercinta.

Saat itu ia sangat mengalami perasaan yang amat sedih karena harus

kehilangan sosok seorang ayah, padahal ia dan adiknya masih

membutuhkan biaya untuk pendidikan. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh

oleh ibunya dan bertempat tinggal di Jl. Raya Kresek kp. Sindang asih

Rt. 01/03 Balaraja-Tangerang. Awalnya ibunya bingung harus

melanjututkan sekolah anaknya karena ia tidak punya biaya yang

banyak. Namun berkat informasi tetangganya yang kebetulan

bersekolah di yayasan al-Ma`mur menyarankan ibnya untuk

menyekolahkan anaknya di yayasan tersebut. Tanpa pikir panjang,

setelah lulus pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah al-Khairiyah

Balaraja, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah

Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al- Ma`mur dan

bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-

Ma`mur.

d) Anak asuh IV

Nama lengkapnya Asep Saefuddin dan biasa dipanggil dengan

sebutan Asep. Ia lahir di Tangerang tanggal 6 September 1989. Anak

ke 3 dari 6 bersaudara ini merupakan anak pasangan Bapak. Daud


Nuhasan dan Ibu. Gusnawati. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan

ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga dan bertempat tinggal di Jl.

Sindang jaya Rt. 01/02 Kp. Cayur Pasar kemis-Tangerang. Setelah

menyelesaikan sekolah di SD Sindang sono III Pasar kemis, ia tidak

melanjutkan sekolah selama dua tahun karena tidak ada biaya. Selama

dua tahun iti ia hanya belajar mengaji di pengajian sekitar rumahnya.

Namun suatu ketika salah seorang keluarganya menginformasikan

suatu panti asuhan yang juga menampung anak yang kurang mampu

untuk di sekolahkan di yayasan al-Ma`mur. Dan tanpa pikir panjang,

setelah mendengar informasi tersebut, ia melanjutkan pendidikannya

ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di pondok

pesantren al-Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan

naungan dari yayasan al-Ma`mur.

e) Anak asuh V

Nama lengkapnya Indra Irawan dan biasa dipanggil dengan

sebutan Indra. Ia lahir di Tangerang tanggal 28 Maret 1992. Anak ke 4

dari 6 bersaudara ini merupakan anak pasangan Bapak. Daud Nuhasan

dan Ibu. Gusnawati. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya hanya

sebagai ibu rumah tangga dan bertempat tinggal di Jl. Sindang jaya Rt.

01/02 Kp. Cayur Pasar kemis-Tangerang. Mengikuti jejak kakaknya

yang telah terlebih dahulu melanjutkan pendidikannya di yayasan al-

Ma`mur, ia pun melanjutkan dari SD Sindang sono III ke ke jenjang

Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al-


Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat

Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-

Ma`mur.31

B. Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN

Sebagai lembaga sosial yang punya perhatian besar dalam usaha

pembinaan akhlak terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan visi dan

misinya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN) memerlukan pematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya.

Pematangan konsep dilakukan dengan menetapkan kegiatan yang tepat untuk

mencapai cita-cita bersama yang tersusun dalam suatu program.

Program adalah suatu rancangan kegiatan yang dilakukan dengan

sengaja untuk mencapai suatu keberhasilan dalam perencanaan kegiatan

bimbingan dan penyuluhan. Dengan demikian, program pembinaan akhlak

diartikan sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya

guna terhadap anak yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.

Dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga sosial yang


peduli terhadap anak yatim, panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat
Islam Indonesia (YAKIIN) berusaha menerapkan program pembinaannya
terhadap anak asuhnya melalui beberapa bidang, yaitu: pendidikan formal,
pelatihan keterampilan dan kerohanian.32
a. Bidang Pendidikan Formal

31
Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.
32
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Dzamhuri, Pengurus Panti Asuhan
YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007.
Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan teratur yang
sudah ditentukan oleh suatu lembaga tertentu. Dalam hal ini pendidikan
formal yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam
Indonesia (YAKIIN) adalah sistem pendidikan Madrasah di bawah
naungan Departemen Agama. Tujuan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan
Umat Islam Indonesia (YAKIIN) memberikan pendidikan dengan
menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Agama adalah
untuk memberikan pelajaran agama dan umum secara seimbang sehingga
terwujud timbal balik yang baik dalam upaya memanifestasikan IMTAQ
dan IPTEQ.
Lembaga pendidikan yang disediakan bagi anak asuh masih
dibawah naungan kepemimpinan yang sama dengan panti asuhan Yayasan
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Yayasan al-Ma`mur.
Adapun pendidikan formalnya, yaitu pendidikan dasar melalui Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Selanjutnya pendidikan menengah melalui Madrasah
Tsanawiyah (Mts), dan Madrasah Aliyah (MA) sebagai pendidikan tingkat
akhir.
1) Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Pendidikan Ibtidaiyah yang diberlakukan kepada anak asuh di


panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)
di bagi menjadi dua waktu, yaitu: kelas I dan II dimulai pukul 07.00
sampai dengan pukul 10.00, sedangkan kelas III sampai kelas VI
dimulai pukul 07.00 sampai pukul 12.00.
2) Madrasah Tsanawiyah (Mts)

Pendidikan Tsanawiyah yang diberlakukan kepada anak asuh di


panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)
dilakukan dalam satu waktu yang dimulai pada pukul 07.15 sampai
dengan pukul 12.15. Pendidikan Tsanawiyah tersebut tidak hanya
diperuntukan bagi anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan
Umat Islam Indonesia (YAKIIN) tapi juga bagi anak didik di Yayasan
al-Ma`mur.
3) Madrasah Aliyah (MA)
Pendidikan Aliyah yang diberlakukan kepada anak asuh di panti
asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) tidak
berbeda dengan Pendidikan Tsanawiyah, baik waktu maupun
pembagian kelas.
Pendidikan merupakan cara untuk mengembangkan nilai yang
ada pada anak atau individu untuk tumbuh dan berkembang sehingga
anak yatim yang diasuh di panti asuhan ini diharapkan bias menjadi
muslim yang tidak hanya berwawasan luas tapi juga mandiri serta
mempunyai akhlakul karimah.
b. Bidang Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan ditujukan sebagai bekal keahlian yang


diperlukan oleh para anak yatim agar mereka tidak berpangku tangan atau
menunggu belas kasihan para dermawan. Keterampilan ini berupa latihan-
latihan dan kursus-kursus kejuruan. Salah satu bentuk keterampilan
tersebut diantaranya yaitu latihan berpidato (muhadharah), marawis,
muhadatsah (percakapan bahasa arab), dan kursus komputer. Seluruh
kegiatan keterampilan ini dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai
jadwal yang telah ditentukan pihak pendidik (terlampir).
Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia
(YAKIIN) mengadakan muhadharah yang dilakukan secara bersama
antara anak asuh putra dan putri setiap hari minggu pada pukul 20.00
sampai dengan pukul 22.00. Hal ini dimaksudkan agar para anak asuh
tersebut mampu untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya dan dapat
terjun menjadi ulama di masyarakat.
Keterampilan seni marawis dan beberapa seni lainnya memberikan
kesempatan bagi anak asuh untuk mengembangkan bakat dan potensi diri
yang mereka miliki. Dengan keterampilan seni yang mereka miliki
diharapkan anak asuh memiliki orientasi yang lebih luas di bidang
kesenian tidak hanya pendidikan formal dan agama saja. Pelatihan
kesenian marawis ini rutin dilakukan pada hari minggu dengan waktu yang
tidak ditentukan.
Keterampilan di bidang bahasa juga diberikan kepada anak asuh
dalam pendidikan mereka sebagai bekal masa depannya. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan memberikan latihan muhadatsah atau
percakapan bahasa arab. Muhadatsah dilakukan setiap hari minggu pada
pukul 05.30 sampai dengan pukul 06.00. Keterampilan ini tentunya akan
menambah pengetahuan mereka dalam berbahasa asing yaitu bahasa arab.
Sadar dengan perkembangan zaman yang terus berkembang
dengan penemuan-penemuan baru dalam berbagai disiplin ilmu, panti
asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)
membekali anak asuh dengan keterampilan dalam menghadapi
perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin canggih yaitu
kursus komputer.
Pelatihan keterampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat
sebagai bekal masa depan bagi para anak asuh di panti asuhan Yayasan
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Namun dalam hal ini
bakat dan kesungguhan anak asuh akan menjadi pendukung keberhasilan
mereka. Dengan semua bentuk kegiatan pendidikan yang diterapkan di
panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini
diharapkan jiwa keberagamaan anak asuh akan terus tumbuh dan
berkembang. Sehingga dengan kemampuan agama yang dimilikinya
mereka tidak akan miskin iman serta dapat meneguhkan kepribadian Islam
yang sudah ditanamkannya sejak lama.
Peranan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam
Indonesia (YAKIIN) sebagai lembaga sosial dalam upayanya
menghasilkan muslim yang berkualitas dapat terwujud dengan
mengembangkan bakat anak asuhnya melalui pendidikan atau pelatihan.
Karena pada dasarnya pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk
mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
c. Bidang Kerohanian

Allah SWT, menunjukan hikmah-Nya dengan menciptakan


manusia dengan berbagai macam bentuk, keadaan dan dan tingkat
kehidupan, sehingga perlu adanya pemahaman pada diri hambanya agar
tidak mudah terjerumus oleh keadaan yang menyesatkan. Oleh karena itu,
untuk menjaga diri sesuai dengan fitrahnya perlu adanya upaya untuk
menjaga, membina dan mengembangkan diri dari mulai lahir hingga akhir
hayat. Dalam usaha membina anak asuhnya, panti asuhan Yayasan
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya melakukan
berbagai kegiatan dalam pembinaan akhlak.
Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya pembinaan akhlak
terhadap anak yatim tersebut, panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat
Islam Indonesia (YAKIIN) berusaha menerapkan berbagai kegiatan
kerohanian, diantaranya yaitu:
1) Perayaan Hari Besar Agama Islam

Dalam rangka meyiarkan ajaran agama Islam dan mengetahui

nilai sejarah yang terkandung didalamnya, maka panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bekerjasama dengan

yayasan al-Ma`mur dalam menyelenggarakan perayaan hari-hari besar

Islam. Perayaan hari besar Islam yang selalu diselenggarakan setiap

tahunnya diharapkan dapat menumbuhkan semangat jiwa

keberagamaan anak asuh, karena dalam perayaan tersebut anak asuh

selalu dilibatkan untuk menampilkan kemampuan mereka secara

langsung kepada masyarakat, seperti ceramah, qiro`atu al-Qu`an,

marawis dan lain sebagainya.

2) Pengajian Kitab Kuning

Pengajian kitab kuning merupakan pendidikan nonformal yang

diberikan kepada anak asuh di panti asuhan (YAKIIN) sebagai bekal

pemahaman agama mereka. Pengajian kitab kuning ini dilakukan

dengan metode klasikal pesantren yang di bagi dalam dua waktu yaitu
setiap pagi kecuali hari jum`at pada pukul 05.30 sampai dengan pukul

06.00 dan setiap sore hari kecuali hari sabtu dan minggu pada pukul

16.00 sampai dengan pukul 17.00.

Bentuk pendidikan ini dikelompokkan dalam 3 kelas sesuai

tingkatan dan kemampuan anak asuh yaitu kelas ibtida`, ula dan

wustho. Kelas ibtida`merupakan kelas dasar bagi pemula. Kelas `ula

merupakan kelas lanjutan, dan kelas wustha merupakan kelas teratas.

Materi-materi dalam pendidikan ini meliputi pendidikan agama,

seperti aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan lain sebagainya.

Pendidikan informal ini tidak memiliki kurikulum tertentu yang

dibakukan sebagai acuan pengajaran seperti pendidikan formal.

3) Shalat Berjamaah

Berdasarkan keutamaan serta manfaat yang terkandung dalam

shalat jamaah, maka para pengasuh mewajibkan anak asuhnya untuk

melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah. Bahkan para pengasuh

telah membuat peraturan serta memberikan hukuman bagi mereka

yang tidak mengikuti shalat berjamaah. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan kedisiplinan anak asuh dalam menjalankan

kewajibannya sebagai hamba Allah serta menumbuhkan keimanan

dan rasa persaudaraan antara anak asuh.

4) Qiro`atu al-Qu`an

Pembelajaran membaca al-Qur`an yang diberikan kepada anak

asuh bertujuan mengenalkan cara membaca al-Qur`an yang baik dan

benar. Bimbingan al-Qur`an yang diberikan berupa pengenalan huruf


hijaiyah dengan menggunakan metode iqra bagi yang belum bisa

membaca al-Qur`an. Adapun bagi anak asuh yang telah bisa membaca

al-Qur`an diberikan bimbingan dengan menerapkan ilmu tajwid dan

mengenalkan lagam lagu dalam al-Qur`an. Qiro`atu al-Qur`an

dilakukan setiap hari sabtu pada pukul 20.00 sampai dengan pukul

21.30.

5) Yasin dan Dzikir

Kegiatan yasin dan dzikir rutin dilakukan oleh anak asuh pada

dua waktu, yaitu setiap hari pada pukul 05.00 sampai dengan pukul

05.30 dan setiap hari kamis pada pukul 18.30 sampai dengan pukul

19.30. hal ini dimaksudkan agar anak asuh dapat mengamalkan ajaran

agama dan meningkatkan jiwa keberagamaannya.

Dengan berbagai bentuk kegiatan tersebut, peneliti menyimpulkan


bahwa panti asuhan (YAKIIN) telah menerapkan program pembinaan
akhlak terhadap anak yatim dengan mempertimbangkan tiga aspek yang
menjadi kebutuhan mereka yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek
kognitif yaitu panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia
(YAKIIN) berupaya memberikan dan mengembangkan kecerdasan anak
asuh dengan IPTEK. Aspek afektif yaitu panti asuhan Yayasan
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya menanamkan
nilai-nilai keagamaan kepada anak asuh dengan memberikan pembinaan
keimanan dan akhlak yang baik. Aspek psikomotorik yaitu panti asuhan
Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berupaya
mengembangkan bakat dan keterampilan anak asuh sehingga mereka
menjadi manusia yang produktif. Berdasarkan tiga aspek tersebut
diharapkan anak asuh dapat menjadi manusia yang memiliki kualitas yang
mempunyai akhlakul karikmah atau memiliki EQ dan IQ yang tinggi.
C. Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti

Asuhan YAKIIN

Metode bimbingan Islam adalah usaha pemberian bantuan secara

berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur`an dan sunah

kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara

optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga mereka dapat

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Metode bimbingan Islam yang diterapkan di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu menggunakan metode

langsung (metode komunikasi langsung), dimana pembimbing melakukan

komunikasi langsung atau tatap muka dengan orang yang dibimbingnya,

dalam hal ini yaitu anak yatim. Berikut beberapa metode bimbingan Islam

yang di terapkan pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN) dalam pembinaan akhlak, diantaranya yaitu:

1. Metode individual

Metode individual merupakan teknik pemberian bantuan yang

bersifat face to face relationship (hubungan empat mata) yang dilakukan

antar pembimbing dengan anak yatim dan masalah yang dihadapi biasanya

bersifat pribadi. Sehingga dalam proses bimbingan individual ini konselor

dituntut untuk bersifat penuh simpati (menunjukan sikap turut merasakan

apa yang sedang dirasakan oleh anak yatim) dan empati (berusaha

menempatkan diri dalam situasi diri anak yatim).

Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak yatim,

para pembimbing menggunakan metode langsung (directive), hal ini

dilakukan apabila anak tersebut tidak mau mengungkapkan


permasalahannya. Sehingga seorang pembimbing berperan aktif dalam

pelaksanaan bimbingan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Selain itu, pembimbing juga menggunakan metode tidak langsung (non

directive), dalam hal ini yaitu anak yatim berperan aktif dalam

pelaksanaan bimbingan. Pendekatan dilakukan ketika anak tersebut merasa

membutuhkan bimbingan dalam masalah yang dihadapinya.

Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam metode individual

yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN), diantaranya yaitu:

a) Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara seorang

pembimbing bidang kesantrian panti asuhan Yayasan Kesejahteraan

Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Ersya Udiantara dan anak

yatim untuk menggali informasi berkenaan dengan permasalahan anak

asuh tersebut. Wawancara dilakukan dalam waktu yang tidak

ditentukan, artinya teknik ini diberlakukan ketika seorang pembimbing

menemukan masalah pada anak yatim atau anak yatim tersebut

mengalami permasalahan dalam hidupnya. Dalam wawancara ini akan

dicari akar permasalahan yang terjadi pada anak yatim. Bahkan

wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan anak yatim tersebut di

panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

ini. Hal ini dilakukan agar pembimbing mengetahui sejak awal

kemungkinan terjadinya gejala gangguan kejiwaan pada anak yatim

berdasarkan data-data mereka. Jika permasalahaan anak asuh tersebut


menimbukan prilaku yang kurang baik sehingga mengganggu kegiatan

mereka di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN) maka pembimbing akan memberikan penanganan secara

khusus, baik melalui nasehat atau pemberian motivasi.

b) Observasi kegiatan

Observasi kegiatan dilakukan sebagai salah satu usaha yang

menunjang kegiatan bimbingan. Dalam hal ini, pembimbing

melakukan percakapan individual sekaligus mengamati pekerjaan anak

yatim di lingkungannya, baik di asrama maupun di sekolah.

Observasi kegiatan dilakukan oleh pembimbing secara terus

menerus. Pembimbing akan selalu memantau perkembangan setiap

kegiatan yang dilakukan oleh anak yatim tersebut. Apabila dalam hasil

evaluasi terlihat penurunan dalam setiap hasil kegiatan yang diikuti

oleh anak yatim tersebut, maka pembimbing akan melakukan

penanganan secara khusus, baik melalui teguran atau hukuman.33

2. Metode Kelompok

Bimbingan melalui metode kelompok ini merupakan komunikasi


langsung antara pembimbing dengan anak yatim dalam bentuk kelompok.
Metode kelompok ini di kordinatori oleh Ahmad Yani, S.Pd.I dan
beberapa pendidik lainnya yaitu Niswan, S.Pd.I, Mulham, S.Ag dan Abu
Sofyan, S.Pd.I. Metode kelompok ini dilakukan setiap sabtu sore pukul
16.00 sampai dengan pukul 17.00.Pendekatan kelompok ini dilakukan
dengan beberapa teknik berikut, yaitu:4
a) Metode Ceramah
33
Wawancara Pribadi dengan Ersya Udiantara, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang
Kesantrian. Tangerang. 19 September 2007.
4
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Yani, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang
Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Tangerang. 19 September 2007.
Ceramah merupakan satu tehnik pembinaan atau bimbingan
yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak
diwarnai oleh karaktristik dan gaya bicara seorang da’i atau
pembimbing.
Metode ceramah sama halnya dengan mau’idah hasanah atau
nasehat yang baik. Dari ceramah-ceramah yang selalu diikuti
kemudian dipahami menjadikan kita tahu hal-hal apa yang
diperbolehkan dan yang dilarang agama, dan ini merupakan satu cara
untuk bisa interospeksi diri.
Pada metode ini tak banyak anak yatim yang aktif, mereka
hanya mendengarkan penjelasan-penjelasan materi yang sedang
dijelaskan pembimbing. Adapun materi ceramah atau bimbingan yang
sering disampaikan dalam bimbingan ini adalah tentang keimanan,
akhlak dan muamalah, termasuk di dalamnya bimbingan orientasi
sekolah, bimbingan program studi, bimbingan belajar, bergaul dan
bermasyarakat.
b) Dialog atau Tanya Jawab

Untuk menghindari dan menghilangkan sikap pasif pada anak


yatim, dalam metode kelompok dilakukan teknik dialog atau tanya
jawab. Dialog atau tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari teknik
ceramah, teknik ini dilakukan setelah pembimbing memberikan
penjelasan terhadap materi yang disampaikan kemudian anak yatim
tersebut diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah
dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan sulit untuk dipahami.
Ataupun sebaliknya, pembimbing memberikan pertanyaan kepada
anak yatim tersebut seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya,
lalu diharapkan mereka dapat menjawab tanpa rasa malu dan takut
akan salah dari jawaban yang dilontarkan. Cara ini dapat menjadi
rangsangan untuk melatih mental anak yatim untuk berani berbicara
dan mengungkapkan pendapat didepan umum.
c) Metode Pembagian Kelompok
Selain metode ceramah dan tanya jawab pembimbing juga
menggunakan salah satu metode yang memerlukan peran aktif anak
asuh dengan melakukan pembagian kelompok. Metode dengan cara
seperti ini biasa disebut dengan bimbingan kelompok. Bimbingan
kelompok diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok-
kelompok dalam hal ini anak asuh agar kelompok itu menjadi besar,
kuat dan mandiri.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan
kelompok merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu
melalui kelompok dengan menumbuh kembangkan dinamika
kelompok (jiwa dan semangat kelompok) dalam proses bimbingannya.
Bimbingan kelompok mempunyai tujuan ganda yaitu
pengembangkan pribadi seluruh peserta bimbingan dalam memperoleh
kemampuan-kemampuan sosial dan memberikan berbagai
pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman, nilai, dan sikap, serta
berbagai alternatif solusi pemecahan masalah yang akan memperkaya
pengetahuan mereka dan bahkan mungkin dapat mereka praktikkan.
Berdasarkan kegiatan bimbingan kelompok yang penulis amati
dilapangan, pada dasarnya bimbingan kelompok yang terjadi dilakukan
dengan pola kelompok tugas. Dalam kelompok tugas, pemimpin
kelompok dalam hal ini yaitu pembimbing memgemukakan suatu topik
atau masalah yang sifatnya umum untuk dipecahkan atau dicari jalan
keluarnya secara bersama-sama dalam satu kelompok.
Permasalahan yang di jadikan topic adalah permasalahan yang

umumnya dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang

dikhawatirkan akan mengganggu perkembangannya dan akan

menyebabkan prilaku yang mengarah pada psikosis. Berikut

permasalahan yang di jadikan topik bahasan, yaitu:


a) Prilaku yang mengganggu perkembangannya, antara lain kurang

percaya diri, sulit konsentrasi dalam belajar, malas, dan lain

sebagainya.

b) Prilaku yang mengarah pada psikosis, antara lain stress, depresi,

dan lain sebagainya.

D. Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Melalui

Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN

1. Hambatan dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Melalui Bimbingan

Islam di Panti Asuhan YAKIIN

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuannya pasti mengalami

banyak hambatan, begitu juga yang dialami oleh panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Adapun hambatan yang

dihadapi oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia

(YAKIIN), yaitu:

a) Keadaan anak asuh yang datang dari berbagai latar belakang yang

berbeda terkadang membuat para pengasuh mendapat kesulitan dalam

menghadapi prilaku anak asuh yang sulit diberi pengarahan pada awal

mereka tinggal di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN).5

b) Kurangnya kesadaran pada diri anak asuh, keluarga maupun

masyarakat akan pentingnya bimbingan dan penyuluhan yang

5
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Dzamhuri, Pengurus Panti Asuhan
YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007.
diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam

Indonesia (YAKIIN).

c) Belum adanya tenaga pengajar professional yang memiliki spesialisasi

dalam bidang bimbingan dan penyuluhan.6

d) Kurangnya dana untuk memenuhi kebutuhan anak asuh, karena pada

dasarnya kegiatan yang dijalankan di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini tidak akan berjalan

sebagaimana mestinya tanpa adanya dana yang mencukupi.7

2. Solusi dalam Menghadapi Hambatan

Dalam menghadapi hambatan yang terjadi, maka ada beberapa

solusi yang dapat dijalankan sebagai tindakan perbaikan, yaitu:

a) Memberikan bimbingan Islam dengan metode individual melalui

teknik wawancara untuk menggali informasi berkenaan dengan

permasalahan anak asuh tersebut. Hal ini dimaksudkan agar apabila

anak asuh mengalami tekanan dalam kejiwaanya dapat ditangani

sesegera mungkin oleh pembimbing sehingga masalah tersebut tidak

akan mempengaruhi kepribadian mereka.

b) Memberikan seminar tentang pentingnya bimbingan dan penyuluhan

yang tidak hanya menyertakan anak asuh namun juga orangtua dan

masyarakat sekitar.

6
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Yani. Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang
Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Tangerang. 19 September 2007.
7
Wawancara Pribadi dengan KH. Rahmani. Pendiri Panti Ashan YAKIIN. Tangerang. 14
September 2007.
c) Meningkatkan kesejahteraan tenaga pengajar dan menghadirkan

tenaga professional yang memiliki spesialisasi psikologi anak agar

perkembangan anak asuh lebih terarah dengan baik.

d) Mencari sumber dana dari para dermawan di sekitar lingkungan panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) untuk

ikut peduli terhadap anak yatim, baik dana yang diperoleh dari donatur

tetap atau tidak tetap, lembaga-lembaga sosial maupun pemerintah.


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan penelitian penulis tentang metode bimbingan

Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN), maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Program pembinaan akhlak yang dilakukan oleh panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) terhadap anak asuhnya

melalui beberapa bidang, diantaranya yaitu: pendidikan formal, pelatihan

keterampilan dan kerohanian. Bidang pendidikan formal terdiri dari

madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTS), dan Madrasah

Aliyah (MA). Bidang Pelatihan Keterampilan, diantaranya yaitu latihan

berpidato (muhadharah), marawis, muhadatsah (percakapan bahasa arab),

dan kursus komputer. Sedangkan Bidang Kerohanian dilakukan dengan

berbagai kegiatan berikut, diantaranya perayaan hari besar agama aaislam,

pengajian kitab kuning, shalat berjamaah, qiro`atu al-Qur`an, serta yasin

dan dzikir.

a) Metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim dip anti

asuhan yayasan kesejahteraan umat islam Indonesia (YAKIIN)

dilakukan dengan metode individual melalui beberapa teknik, yaitu

wawancara dan observasi kegiatan. Sedangkan metode kelompok


dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu ceramah, dialog atau tanya

jawab dan pembagian kelompok.

B. SARAN

1. Dalam pelaksanaan bimbingan diharapkan seorang pembimbing harus

dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang

permasalahan yang di hadapi anak serta metode penanganannya dan panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) di

harapkan dapat menghadirkan tenaga professional yang memiliki

spesialisasi psikologi anak.

2. Sarana dan prasarana yang ada lebih dilengkapi lagi karena itu merupakan

aset yang sangat berharga bagi perkembangan panti asuhan Yayasan

Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

3. Demi tercapainya keberhasilan dalam membina anak asuhnya, Panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) harus

lebih meningkatkan lagi kegiatan yang bersifat mendidik dan produktif,

seperti membuka wartel atau koperasi yang dikelola oleh anak asuh

sehingga mereka dapat hidup lebih mandiri.

4. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

diharapkan dapat memberikan keterampilan kepada anak asuh dengan

keterampilan hasilnya dapat menjadi lahan usaha mereka sehingga

mereka tidak selalu mengandalkan bantuan dari panti asuhan dan tidak
menjadikan mereka manusia yang konsumtif. Keterampilan tersebut

misalnya menjahit, membuat hiasan, dan lain sebagainya


DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching, 2005.

Ahmad, Abu. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang: Toha Putra,


1977.

Al-Asyqar, Umar Sulaiman. I am a Moslem!. Jakarta: Mirqat, 2007

Al-Hasyimiy, As-Sayyid Ahmad. Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil


Muhammadiyah. Bandung: Al-Ma`arif, 1996.

Al-Ma`luf, Luis. Al-Munjid fil Lughat Wal-A`lam. Beirut-Libanon: Dar El-


Masyrek, 1986.

Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.

Anshari, Endang Saefuddin. Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang


Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema Insani, 2004.

Arifin, HM. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.


Jakarta: Bulan Bintang, 1985.

Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:


PT. Golden Trayon Press, 1998.

Ar-Razi, Muhammad bin Abi Bakar bin abd. Qodir. Muhtarus Shihab.

Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4. Membina


Keluarga Bahagia dan Sejahtera. Jakarta: BP-4, 1994.

Bastaman, Hanna Djumhana. Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 1997.

Darajat, Zakiyah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV.
Ruhana, 1995.

Departemen Agama RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya. Bandung: CV. Diponegoro,


2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka, 2002.
Djumhur, I dan Surya, M. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV.
Ilmu, 1975.

Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtar Van Hoeve.

Hafizh, Nur Mahmud Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung: Al-
Bayan, 1999.

Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Universitas


Gajah Mada Press, 2000.

Mahfuzh, M Jamaluddin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar, 2001.

Mahmud, Ali Abdul Halim. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani, 2004.

Maleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2000.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Bina


Aksara, 1990.

Mujieb, M. Abdul. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UII Press,
1985).

Poerwandari, E Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitan Psikolog: Lembaga


Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).
Jakarta: 1998.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,


1989.

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama. Pembinaan Rohani


pada Dharma Wanita. DEPAG, 1984.

Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Jakarta: Alfabeta,


2006.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta:


LP3ES, 1983.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Offset, 1995.


Adalah benar telah melakukan penelitian di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat

Islam Indonesia (YAKIIN) pada bulan September 2007 s/d Februari 2008, sehubungan

dengan skripsinya yang berjudul “Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan

Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang” guna

memperoleh gelar Strata Satu (S1).

Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan

YAKIIN Larangan Tangerang

Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan

YAKIIN Larangan Tangerang

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja

Lamaran Kerja Lamaran Kerja Lamaran Kerja


Hasil
Wawancara I

Nama : KH. Rohmani


Jabatan : Dewan Pendiri Panti Asuhan Yakiin
Tempat Wawancara : Rumah
Waktu Wawancara : 14 September 2007, Pukul 08.15-09.00

1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya panti asuhan YAKIIN?


Jawab: Pertama kali KH. Djamhuri membangun pesantren al-Ma`mur pada
tahun 1966. Selain beliau saya beserta warga di sini pun ikut serta
dalam pembangunan pondok pesantren tersebut. Setelah terbentuk
pesantren lalu KH. Djamhuri, HM.BA membangun pula Panti Asuhan
Yakiin pada tanggal 17 Agustus 1976. Namun setelah beliau
meninggal dunia kepengurusannya dilanjutkan oleh anaknya KH.
Naufal Djamhuri.
2. Apa yang menjadi filosofi YAKIIN sebagai nama panti asuhan ini?
Jawab: YAKIIN itu sendiri singkatan dari Yayasan Kesejahteraan Umat
Islam Indonesia. Pemberian nama panti asuhan ini dengan nama
YAKIIN diharapkan dapat merealisasikan tujuan kami dalam
mensejahterakan umat Islam khususnya anak yatim dan kurang
mampu. Panti asuhan ini bergerak dalam usaha membantu memenuhi
kebutuhan bagi anak yatim dan kurang mampu seperti makan,
pakaian, dan biaya sekolah dari ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah
yang di tanggung oleh panti asuhan.
3. Jelaskan visi dan misi dari panti asuhan YAKIIN?
Jawab: Visinya yaitu mempersiapkan mereka sebagai generasi penerus
bangsa yang berkualitas. Dan misinya yaitu meningkatkan derajat
anak yatim piatu dan mendidik mereka agar menjadi pemimpin umat
di masa depan.
4. Bagaimana kondisi fisik panti asuhan YAKIIN saat ini?
Jawab: Dari awal kami mendirikan panti asuhan ini adalah sebuah perjuangan
yang yang sangat sulit. Tapi kami merasa diringankan oleh bantuan
masyarakat sekitar. Perjuangan ini semakin kuat oleh dorongan
masyarakat yang menginginkan adanya sebuah lembaga pendidikan
yang dapat meringankan beban mereka khususnya mereka yang
memang kesulitan. Bantuan dari masyarakat bermaca-macam seperti
uang, bahan-bahan (kayu atau bambu) sampai tenaga. Sebelumnya
kondisi fisik bangunan ini mungkin agak sedikit kurang bagus karena
bangunan ini sudah berdiri sangat lama sekali. Tapi sekarang kondisi
bangunan sekarang sudah lebih bagus setelah mendapatkan bantuan
dari pemerintah walikota.
5. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Sarana yang ada yaitu bangunan sekolah (ibtidaiyah, tsanawiyah dan
aliyah) dan asrama panti asuhan beserta fasilitasnya.
6. Dari mana sumber dana yang diperoleh oleh panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Bantuan yang didapat diantaranya dari Depsos selama 1 kali dalam
setahun, Dharmais selama 3 kali dalam sebulan serta donatur tetap
dan tidak tetap.
7. Ada berapa anak yatim yang menjadi anak asuh di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Dalam tahun ini jumlah yang ada yaitu 65 orang. Namun setiap
tahunnya kami meluluskan kurang lebih 50 orang.
8. Bagaimana pelaksanaan program panti asuhan YAKIIN dalam membimbing
anak asuhnya agar memiliki akhlakul karimah?
Jawab: Program yang kami fasilitasi terhadap anak asuh panti asuhan
YAKIIN menekankan pada pendidikan agama seperti muhadharah,
pembacaan rawi , yasin dan lain-lain. Tujuannya agar apa yang dia
dapatkan di sini dapat diterapkan di kampungnya. Selain pendidikan
agama yang kami tekankan, kami juga menfasilitasi anak asuh panti
asuhan yakiin ini dengan pendidikan umum di sekolah. Tentu saja
kami berharap agar mereka pulang ke kampungnya jadi orang yang
berhasil.
9. Apa saja kendala yang dihadapi panti asuhan YAKIIN dalam membimbing
anak yatim sampai saat ini?
Jawab: Kendala sudah pasti ada. Kurang uang, beras, dan lain-lain. Sebagai
pengurus panti asuhan kami berusaha agar jangan sampai terjadi
kekurangan pangan karena mereka di sini makan sehari 3 kali (pagi,
siang, dan sore). Kalau sampai terjadi seperti itu kami menutupinya
dengan menggunakan uang pribadi pengurus.
10. Bagaimana tanggapan lingkungan terhadap panti asuhan Yayasan YAKIIN
ini?
Jawab: Ya mereka senang sekali. Pertama, harapan mereka sebagai orang tua
untuk menyekolahkan anaknya tanpa biaya bagi anak-anak yatim
piatu dan kurang mampu dapat terwujud. Kedua, yayasan ini
merupakan salah satu lembaga pendidikan pertama di tangerang
karena dulu lembaga pendidikan masih sangat sedikit sekali.

KH. Rahmani

interviewee
Hasil
Wawancara II

Nama : M. Sirri Dzamhuri


Jabatan : Bidang Pendidikan dan Penelitian
Tempat Wawancara : Rumah
Waktu Wawancara : 14 September 2007, Pukul 11.40-12.30

1. Apa motivasi dan misi bapak sebagai pengurus panti asuhan YAKIIN
terhadap anak yatim ?
Jawab: Motivasinya adalah ingin memberikan pembinaan keagamaan yang
berkesinambungan dan sistematis agar mereka menjadi muslim yang
berkualitas. Misinya yaitu menampung, mendidik dan mengasuh
anak yatim. Karena kebanyakan mereka yang disini adalah mereka
yang putus sekolah yang kita ambil, kita didik dan kita sekolahkan
dengan semua program panti asuhan disini yaitu mengikuti program
Yayasan al-Ma`mur. Selain nanti mereka punya ijazah formal dari
sekolah mereka juga mengerti tentang agama diantaranya dengan
pengkajian kitab kuning khususnya untuk bekal mereka di masa
depan. Selain itu boleh dikatakan mengurang tingkat kemiskinan
juga menjadi motivasi kami.
2. Apa saja program pembinaan akhlak yang diterapkan panti asuhan YAKIIN
terhadap anak yatim?
Jawab: Program pembinaan yang diberlakukan oleh panti asuhan YAKIIN
merujuk kepada pola ajaran Islam, yaitu memberikan pendidikan
formal, kerohanian dan pelatihan keterampilan. Pendidikan yang
diberikan tidak hanya pendidikan formal sekolah namun juga
pendidikan kerohanian merujuk kepada pola pesantren dengan
kegiatan-kegiatan keagamaannya diantaranya pengkajian kitab
kuning, muhadharah (latihan berpidato), berbahasa arab, dan lain
sebagainya.
3. Metode apa yang digunakan dalam proses bimbingan terhadap anak-anak
yatim?
Jawab: Metodenya yang ada di panti asuhan yakiin ini dibagi kepada dua
bentuk pendekatan yaitu Individual dan kelompok. Bimbingan
individual dilakukan dengan wawancara langsung dengan anak asuh
ketika mereka membutuhkan bimbingan atau ketika para pengasuh
merasa anak asuh tersebut perlu mendapatkan bimbingan. Sedangkan
kelompok biasa dilakukan dengan metode ceramah gitu terus tanya
jawab atau sering juga dilakukan pembagian kelompok semacam
diskusi memecahkan masalah-masalah yang biasa mererka hadapi.
Namun dalam membimbing anak asuhnya agar memiliki kepribadian
islam panti asuhan yakiin berupaya mengadakan kegiatan-kegiatan
yang mengarahkan mereka dalam membina akhlak juga keimanan,
diantaranya yaitu metode klasikal seperti diniyah yang mengkaji kitab
kuning. Jadi dalam kelas diniyah ada kelas yaitu ibtida`, awal dan
wustho. Ibtida` itu dasar, awal itu setaraf dengan tsanawiyah dan
wustho itu aliyah. Mereka yang masuk sekolah disini dari tsanawiyah,
mereka akan berada di sini selama empat tahun dengan satu tahunnya
sebagai pengabdian.
4. Apa harapan bapak terhadap anak-anak yatim di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Minimalnya mereka bisa terjun ke masyarakat. Siap menghadapi
kehidupan di masyarakat dan siap untuk berdakwah
5. Adakah waktu tertentu dalam memberikan bimbingan (konsultasi) tersebut?
Jawab: Kadang-kadang aja, kalau ada waktu panggil satu persatu
6. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi akhlak anak yatim
tersebut?
Jawab: Ya sangat ada. Dari sebelumnya mereka tidak tahu menjadi tahu.
Minimal mereka tahu tentang ibadah, dari mereka kosong tentang
ibadah sampai mereka tau tatacaranya dengan baik.
Selain itu pengaruhnya pun dapat dirasakan dari tingkah laku mereka
terhadap lingkungannya. Karena mereka disini pun telah
mendapatkan pelajaran mengenai akhlak diantaranya kitab akhlakul
banin yang menjelaskan tentang akhlak terhadap orang tua, keluarga,
masyarakat, dan lain-lain.
7. Sejauh mana tingkat keberhasilan bimbingan yang diberikan terhadap anak
yatim?
Jawab: Delapan puluh persen ada perubahan. Mendidik anak-anak itu tidak
mudah apalagi sampai merubah mereka agar menjadi lebih baik.
Tujuh puluh persen saja kita dapat merubah mereka, itu sudah
merupakan hal bagus. Namanya juga anak-anak wajar aja kalau ada
yang ngeyel atau bandel. Tapi dari mereka datang kesini sampai
mereka pulang lagi ke masyarakat, ya sudah alhamdulillah.
8. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak yatim?
Jawab: Segala sesuatu pasti ada kendalanya. Salah satu kendalanya yaitu
dalam mendidik anak-anak yang cukup sulit, mungkin karena mereka
memang dasarnya yang kita ambil disini dan dibawa oleh orang
tuanya memang sudah bandel. Mengurus anak-anak yatim itu susah,
lebih susah dari pada mengurusi anak yang orang mampu, kadang
mereka selalu ada saja yang melanggar peraturan yang ada. Mungkin
memang dengan kebandelan mereka kita di uji kesabarannya oleh
Allah karena mereka itukan anak-anak rosul.

M. Sirri Dzamhuri

interviewee
Hasil
Wawancara III

Nama : Ersya Udiantara


Jabatan : Ketua Bidang Pembinaan Anak Asuh
Tempat Wawancara : Kantor Panti Asuhan Yakiin
Waktu Wawancara : 19 September 2007, Pukul 13.15-13.50

1. Apa motivasi bapak sebagai pengurus panti asuhan YAKIIN terhadap anak
yatim?
Jawab: Motivasinya ialah bagaimana menjadikan anak yatim yang dididik di
panti asuhan ini sebagai bibit-bibit penerus bangsa. Menjadikan
mereka anak-anak yang pandai, sholeh-sholehah dan berakhlakul
karimah.
2. Apa saja program pembinaan yang diterapkan panti asuhan YAKIIN terhadap
anak yatim?
Jawab: Programnya diantaranya selain mengasuh dengan memenuhi segala
kebutuhannya, mereka juga dibekali dengan pendidikan formal dan
pendidikan kerohanian dan pelatihan keterampilan. Diantara kegiatan
pelatihan keterampilan tersebut yaitu: pelatihan pidato (muhadharah),
selain itu juga ada kaligrafi, marawis, dan muhadatsah (pelatihan
percakapan bahasa arab) serta komputer.
3. Metode apa yang digunakan dalam proses bimbingan terhadap anak yatim?
Jawab: Metode bimbingan yang dilakukan adalah dengan metode individual.
Metode ini diterapkan dengan beberapa teknik diantaranya
wawancara dan observasi kegiatan anak asuh. Bimbingan ini
dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan yaitu tergantung
permasalahn yang dihadapi anak asuh.
4. Apa harapan Bapak terhadap anak yatim di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Harapannya tentu saja agar mereka dapat menjadi manusia yang
berkualitas. Sesuai dengan visi kami yaitu menghasilkan generasi
muslim yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan serta berwawasan luas
sehingga mereka dapat mengamalkan dan mengajarkan kembali apa
yang mereka dapatkan di panti asuhan ini di lingkungan masyarakat.
5. Adakah waktu tertentu dalam memberikan bimbingan (konsultasi) tersebut?
Jawab: Kalau untuk bimbingan secara individual itu biasanya diadakan diluar
kegiatan mereka maksudnya dilakukan di waktu luang mereka tapi
tidak ada waktu khususnya. Namun lebih sering dilakukan di waktu
kegiatan mereka seperti saat setoran hafalan atau kegiatan lainnya
misalnya dengan menasehati mereka untuk rajin melakukan kegiatan
dan tidak melanggar peraturan yang ada. Jika mereka melanggar
peraturan maka mereka sesegera mungkin dipanggil ke kantor oleh
saya sendiri. Untuk bimbingan secara berkelompok rutinnya
dilakukan di setiap minggu sekali dengan waktu yang telah
ditentukan.
6. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi akhlak anak yatim
tersebut?
Jawab: Ya, sedikit banyak berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Mereka
jadi mengerti banyak hal yang tadinya mereka belum tahu terutama
masalah ibadah dan tatacaranya. Mereka pun jadi tahu bagaimana
seharusnya berakhlak terhadap orang-orang disekelilingnya seperti
keluarga, teman, pengurus panti asuhan dam masyarakat. Namun
seberapa besar pengaruhnya terhadap kepribadian mereka tergantung
dari seberapa besar kesungguhan mereka untuk menjadi lebih baik.
7. Sejauh mana tingkat keberhasilan bimbingan yang diberikan terhadap anak
yatim?
Jawab: Keberhasilannya cukup memuaskan juga karena kebanyakan dari
mereka yang masuk ke sini rata-rata memang pada dasarnya untuk
bidang agamanya masih nol maksudnya kurang bisa. Tapi
alhamdulillah setelah mereka masuk di sini dan mengikuti penidikan
yang ada, sedikit demi sedikit bertambah pengetahuan mereka di
bidang keagamaan khususnya tentang ibadah.
8. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak yatim?
Jawab: Kendalanya yang dihadapi itu dirasakan ketika menghadapi anak-
anak yang sulit diatur seperti bangun pagi. Kalau bangun pagi selalu
saja ada yang kesiangan namun itulah tugas kita mengurusi mereka.
Namun wajarlah dalam setiap organisas di pasti ada tingkat
kesulitannya. Diantara kendalanya seperti itu walaupun sudah ada
peraturan yang mengatur kelakuan dan keseharian mereka disini.

Ersya Udiantara

interviewee
Hasil
Wawancara IV

Nama : Ahmad Yani


Jabatan : Kepala Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Tempat Wawancara : Kantor Panti Asuhan Yakiin
Waktu Wawancara : 19 September 2007, Pukul 10.10-10.40

1. Apa motivasi bapak sebagai guru bimbingan dan penyuluhan terhadap anak
yatim khususnya anak yatim di panti asuhan YAKIIN?
Jawab: Motivasinya adalah menjadikan anak didik mengetahui tentang
pentingnya bimbingan yang ada di lingkungan sekolah dan mengerti
serta memahami masalah-masalah yang ada di sekolah dan
lingkungannya. Sehingga diharapkan dengan adanya bimbingan dan
penyuluhan ini anak didik mampu menyelesaikan masalahnya dengan
atau tanpa bantuan pihak sekolah. Masalah-masalah yang meeka
alami terlebih dahulu diselesaikan oleh pihak osis, apabila masalah
tersebut tidak terselesaikan di osis maka barulah kemudian masalah
tersebut di limpahkan pada pihak BP (bimbingan dan penyuluhan).
Sehingga boleh dikatakan bahwa BP membantu anak didik untuk
belajar menyelesaikan masalah-masalah mereka.
2. Metode apa saja yang dilakukan dalam melakukan bimbingan terhadap anak
yatim tersebut?
Jawab: Program bimbingan diantaranya bimbingan orientasi sekolah
(pengenalan sekolah), bimbingan program studi, bimbingan belajar,
bergaul dan bermasyarakat dan juga bimbingan orientasi siswa. Untuk
bimbingan orientasi sekolah dilakukan hanya sekali dalam setahun
yaitu pada awal tahun. Bimbingan ini dilakukan dengan metode
kelompok melalui teknik, diantaranya ceramah, Tanya jawab dan
pembagian kelompok.
Bimbingan orientasi siswa tersebut dilakukan agar siswa baru
mengetahui seluk-beluk sekolah mulai dari sejarah, para staff
pengajar, system belajar, sampai kepada peraturan-peraturannya, dan
lain sebagainya. Sedangkan bimbingan orientasi siswa dilakukan pada
awal semester kedua. Dalam bimbingan orientasi siswa tersebut
dilakukan dengan mengadakan pertemuan atau mengumpulkan
seluruh siswa untuk mengevaluasi semester yang lalu. Semua
program tersebut merupakan program yang dilakukan secara periodik.
Sedangkan program bimbingan yang rutin dilakukan yaitu setiap hari
sabtu. Bimbingan tersebut dilakukan pada hari sabtu pukul 16.00
sampai dengan pukul 17.00. bimbingan yang dilakukan dengan
pendekatan kelompok ini dikoordinatori oleh saya dan dibantu oleh
beberapa pembimbing lainnya. Bentuk bimbingan yang dilakukan
adalah bimbingan kelompok yaitu dengan mengumpulkan seluruh
siswa khususnya tingkat madrasah aliyah kedalam beberapa
kelompok dan masing-masing kelompok di pimpin oleh satu guru
pembimbing. Dengan dipimpin oleh guru pembimbing setiap
kelompok diberikan suatu masalah yang harus mereka pecahkan
bersama seperti masalah belajar, masalah hidup dan masalah-masalah
lainnya. Sehingga diharapkan nantinya mereka mampu memecahkan
masalahnya sendiri dan dapat bersikap mandiri serta tercipta akhlakul
karimah.
Namun bimbingan individu sendiri hanya dilakukan kadang-kadang
saja yaitu pada saat siswa mempunyai masalah. Apabila kita lihat ada
permasalahan yang dialami siswa, baik permasalahan di keluarga,
sekolah, atau pun prestasi belajarnya barulak kemudian siswa tersebut
kita panggil. Jadi bimbingan individu ini terjadi setelah ditemukan
suatu masalah.
3. Bagaimana perkembangan program bimbingan dan penyuluhan yang ada
sekarang?
Jawab: Perkembangan yang terjadi dengan adanya bimbingan tersebut cukup
lumayan bagus. Perkembangan tersebut dapat dilihat secara pertahun,
mudah-mudahan setiap tahunnya ada penyesuaian sehingga pada
tahun kemudian tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun sejauh ini alhamdulillah terus ada peningkatan. Apabila
terjadi lagi pelanggaran-pelanggaran yang lalu maka hukuman akan
tetap diberikan yaitu dengan dipanggil orang tuanya, kemudian
diskors dan yang terakhir dikeluarkan dari sekolah.
4. Bagaimana metode bimbingan yang diterapkan dalam membentuk akhlakul
karimah pada mereka?
Jawab: Metode yang dilakukan untuk membentuk akhlakul karimah pada anak
didik diantaranya yaitu mengadakan bimbingan kelompok yang rutin
pada setiap hari sabtu tersebut. Karena pada dasarnya metode yang
diterapkan dalam bimbingan tersebut selain bertujuan untuk
memperkenalkan siswa akan peranan bimbingan juga bertujuan
menciptakan akhlakul karimah pada siswa. Metode tersebut
diantaranya yaitu pemberian motivasi, diskusi, maupun ceramah,
sehingga meeka dapat menyelesaikan masalahnya dengan atau tanpa
bantuan BP.
5. Apa bapak berkeyakinan bahwa bimbingan yang diterapkan tersebut dapat
mempengaruhi akhlak mereka?
Jawab: Saya berkeyakinan program bimbingan yang telah diterapkan tersebut
dapat membentuk akhlakul karimah pada siswa. Dengan ini mereka
faham dengan masalah-masalah yang dihadapi dan bagaimana
mengatasinya. Dalam diri mereka akan tertanam kebiasaan-kebiasaan
baik, sehingga mereka tidak ragu lagi untuk membedakan yang baik
maupun yang buruk bagi mereka. Sehingga diharapkan mereka dapat
membudayakan hal-hal terkecil sekalipun dengan akhlak Islami.
Karena sesungguhnya Islam dinilai dari akhlaknya sehingga Nabi pun
diutus untuk memperbaiki akhlak.
6. Apa harapan bapak kedepan terhadap perkembangan program bimbingan dan
penyuluhan yang sudah ada?
Jawab: Harapan kedepan agar para pihak sekolah tanpa terkecuali turut
mendukung adanya bimbingan serta turut andil dalam program
tersebut. Tidak hanya pihak sekolah masyarakatpun berhak untuk
turut terlibat dalam program ini misalnya dengan melaporkan
tindakan siswa yang dirasa kurang baik.
7. Apasaja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan dan penyuluhan
selama ini?
Jawab: Kendala yang selama ini dihadapi diantaranya orang tua kurang
mengerti arti dan pentingnya bimbingan. Para orang tua mengira
anak-anak mereka dididik secara keras. Selain itu, kendala juga di
dapat dari pihak sekolah dalam artian ada sebagian guru yang kurang
antusias (acuh) atau kurang perhatian terhadap masalah-masalah
siswanya karena merasa bukan tugas mereka.

Ahmad Yani

interviewee
Hasil
Wawancara V

Nama : Iis Nurhayati


Usia : 15 Tahun
Tempat Wawancara : Kantor Panti Asuhan Yakiin
Waktu Wawancara : 20 Januari 2008, Pukul 10.10-10.40

1. Iis kelas berapa?


Jawab: Kelas 1 Aliyah
2. Sejak kapan menjadi yatim?
Jawab: Sejak masih kecil. Katanya sejak umur 2 atau 3 tahunan. Saya gak tahu
sih.
3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu?
Jawab: Ibu
4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?
Jawab: Kurang tahu ya. Waktu itu saya masih kecil jadi perasaannya biasa-
biasa aja tapi kalau sekarang sih sedih karena saya belum pernah
ngerasain kasih sayang dari bapak
5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?
Jawab: Main aja sama teman-teman, bercanda, kadang belajar bareng biar
sibuk, jadinya gak terlalu inget ya walaupun masih inget sih.
6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu?
Jawab: Biasa aja
7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?
Jawab: Pengurus panti yang menanggung seluruh kebutuhan kita kecuali jajan.
Jajan pakai uang sendiri.
8. Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Panti Asuhan Yakiin ini?
Jawab: Mengaji, shalat jamaah, piket, belajar bareng, shalawat, muhadharah
semacam ceramah gitu.
9. Apa yang didapatkan selama kamu dididik disini?
Jawab: Kebanyakannya sih agama, karena saya disini sekolahnya di madrasah
Aliyah beda dengan SMA.
10. Apakah manfaat yang kamu rasakan selama kamu dididik disini?
Jawab: Akhlak, tatacara shalat, membaca Al-Qur`an dengan tajwidnya dan
lain-lain. Selain kita mengerti tentang kebaikan seperti saling tolong-
menolong terhadap teman, menghargai karya orang lain. kita juga
dapat mengamalkan amar ma`ruf nahi munkar.
11. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Lumayan enak sih tinggal disini karena kita yang tinggal disini
dibiayai segala kebutuhannya. Saya senang tinggal disini selain punya
banyak teman, saya juga jadi tahu banyak hal atau pengalaman.
Yayasan ini cukup bagus karena yayasan ini sudah mau ngurusin kita
walaupun kadang-kadang yayasan ini kekurangan biaya.

Iis Nurhayati

interviewee
Hasil
Wawancara VI

Nama : Asep Saefuddin


Usia : 15 Tahun
Tempat Wawancara : Kantor Panti Asuhan Yakiin
Waktu Wawancara : 20 Januari 2008, Pukul 10.50-11.35

1. Sejak kapan kamu menjadi yatim?


Jawab: Sebenarnya saya masih ada orang tua. Bisa dibilang saya ini
dhuafalah
2. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu sebagai
dhuafa?
Jawab: Kalau dari pergaulan ya ada. Pergaulan saya sama teman-teman ada
juga dari orang yang mampu. Sebelumnya ada perasaan minder
karena orang lain mampu berkarya lebih banyak sedangkan kita hanya
bisa melihat atau berdiam diri. Tapi wajarlah kita kan diciptakan
berbeda-beda kemampuannya. Namun saya bersyukur dengan adanya
panti Asuhan ini karena sudah membiayai hidup saya sehingga
walaupun saya dhuafa tapi sekarang saya bisa seperti mereka.
Teman-teman disini sih gak pernah saling mengejek apalagi
menghina karena saya orang miskin. Kami hidup berkelompok di
yayasan ini, saling bantu dan saling berbagi rasalah susah senang
bersama.
3. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di panti asuhan
YAKIIN?
Jawab: Yayasan. Dari pertama saya masuk ke yayasan ini dari makan sampai
biaya sekolah kecuali uang jajan yang masih dari kita sendiri. Tapi
kadang-kadang uang jajan kita dapat dari santunan yang dibagi-
bagikan saat kita menghadiri undangan dari donatur. Selain itu juga
kita dapat sumbangan untuk anak yatim dari para orang tua.
4. Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Kalau kegiatan di sini penerapannya kebanyakan kegiatan agama.
Mengaji yang jadwalnya pagi, sore dan malam. Malamnya belajar
pelajaran sekolah dan sehari-harinya piket kamar. Selain itu juga ada
marawis dan komputer tapi waktu sekolah
5. Apa yang didapatkan selama kamu dididik di panti asuhan YAKIIN?
Jawab: Di sekolah kita dapat pelajaran umum dan agama, namanya juga
sekolah Aliyah. Pendalaman agama lebih dibanding SMA seperti ilmu
Fiqh, ilmu Aqidah, Ilmu Kitab, dan akhlak supaya kita tahu
bagaimana caranya berakhlak yang baik. Kalau umumnya sih ada
matematika, bahasa inggris, bahasa Indonesia, ya lumayan cukup
untuk bekal kita di masa depan.
6. Apakah manfaat yang kamu rasakan selama kamu dididik di panti asuhan
YAKIIN?
Jawab: Alhamdulillah, ada manfaatnya. Selain kita bisa mendapatkan
pelajaran umum dan agama secara mendalam. Kita juga dapat
menyeimbangkan keilmuan kita dengan kepribadian yang baik.
7. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di panti asuhan
YAKIIN?
Jawab: Ada. Saya bisa belajar hidup bersosialisasi dengan orang lain seperti
saudara, teman, para orang tua, ustadz dan pengurus yayasan. Dengan
akhlak yang diajarkan disini kami jadi merasa punya tanggung jawab
terhadap lingkungan untuk saling menghormati dan saling berbagi.
Namanya juga satu naungan.
8. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Menurut saya yayasan ini lumayan bagus karena ada kepedulian
terhadap orang yang mampu atau dhuafa dan anak-anak yatim. Saya
berfikir seandai ya kalau sampai sekarang saya tidak diberi naungan
oleh yayasan ini mungkin saya tidak bisa sekolah. Saat itu saya
nganggur kemudian saya di panggil oleh yayasan ini karena ada
penerimaan sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu.
Yayasan ini lumayan bagus tapi saya agak sedikit kecewa dengan
fasilitas yang kurang memadai terutama ruangan kamar yang sudah
lama sekali tidak direnovasi. Saya denger sih yayasan ini sudah tua
sekali. Kami ingin ada donator yang bersedia membantu tempat yang
kami naungi ini agar bisa lebih maju, dan sejahtera.

Asep saefuddin

interviewee
Hasil
Wawancara VII

Nama : Nurhayati
Usia : 16 Tahun
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : 23 Januari 2008, Pukul 09.10-09.50

1. Nur kelas berapa?


Jawab: Kelas 2 Aliyah
2. Sejak kapan jadi yatim?
Jawab: Saya menjadi yatim sejak kelas 4 SD
3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu?
Jawab: Ibu
4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?
Jawab: Yang jelas sedih lah, tapi dengan banyak main bareng teman dan
bercanda dengan mereka, saya jadi tidak terlalu larut dalam
kesedihan.
5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?
Jawab: Memperbanyak aktivitas agar tidak terlalu larut dalam kesedihan
karena mengingat orang yang saya sayangi telah meninggalkan saya.
6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu?
Jawab: Gak ya biasa aja.
7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?
Jawab: Yang menanggung biaya kehidupan saya ialah yayasan. Fasilitas yang
disediakan banyak diantaranya yaitu tempat tidur, makan, pendidikan
dan tempat ibadah.
8. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Banyak diantaranya mengkaji kitab-kitab, Al-Qur`an, muhadharah,
pramuka, paskibra di setiap minggunya dan ada juga kegiatan tabligh
akbar dan muharaman setiap setahun sekali.
9. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini?
Jawab: Manfaat yang saya rasakan yaitu saya jadi banyak wawasan, banyak
teman dan saya pun jadi tahu membedakan antara yang baik dan
buruk untuk saya.
10. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini?
Jawab: Ada, saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan berkelompok
yang saya jalani di panti asuhan ini membiasakan saya untuk saling
menghargai orang lain.
11. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Saya berterima kasih terhadap panti asuhan ini karena sudah mau
mengasuh kami tanpa pamrih. Saya berharap kedepannya panti
asuhan ini menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.

Nurhayati

interviewee
Hasil
Wawancara VIII

Nama : Indra Irawan


Usia : 15 Tahun
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : 23 Januari 2008, Pukul 10.00-10.40

1. Kamu kelas berapa?


Jawab: Saya kelas 1 Aliyah
2. Sejak kapan jadi yatim?
Jawab: Saya bukan termasuk kedalam status anak yatim, tetapi saya temasuk
kedalam status dhuafa
3. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu?
Jawab: Tidak. Kami disini hidup bekelompok. Apapun kami lakukan
bersama-sama jadi kami semua sudah merasa seperti saudara. Kami
dibiasakan untuk saling berbagi, saling menghormati dan menghargai
sehingga tidak ada lagi perasaan berbeda antara kami.
4. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di sini?
Jawab: Yang menanggung biaya kehidupan saya adalah pihak panti asuhan
yaitu Bapak Naufal Djamhuri dengan fasilitasnya seperti sarana
ibadah, sekolah, dan lain-lain..
5. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Kegiatan disini lumayan banyak juga diantaranya muhadharah,
qiroatul qur`an, marawis dan masih banyak lagi.
6. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini?
Jawab: Saya bisa mengetahui apa yang sebelumnya saya tidak ketahui.
7. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini?
Jawab: Ada, ya Alhamdulillah. Setiap tahunnya saya menjadi lebih baik dan
berakhlak mulia terhadap sesama.
8. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan ini?
Jawab: Panti asuhan ini cukup bagus karena sudah melakukan hal yang baik
dengan menampung anak-anak yatim dan kurang mampu untuk didik
dan disekolahkan. Harapan saya semoga yayasan yakiin ini terus maju
dan sejahtera agar bisa terus melakukan hal baik tersebut.

Indra irawan

interviewee
Hasil
Wawancara IX

Nama : Arif Ma`ruf


Usia : 17 Tahun
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : 23 Januari 2008, Pukul 10.50-11.35

1. Arif kelas berapa?


Jawab: Kelas 3 Aliyah
2. Sejak kapan jadi yatim piatu?
Jawab: Saya menjadi yatim sejak usia 6 tahun dan menjadi piatu semenjak
usia saya 4 bulan.
3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu?
Jawab: Saya diasuh oleh kakak saya yang pertama.
4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim piatu?
Jawab: Perasan saya sedih sekali dan merasa kehilangan orang yang selama
ini saya sayangi. Siapapun pasti akan merasakan hal yang sama kalau
orang yang kita sayangi pergi untuk selama-lamanya.
5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?
Jawab: Cara saya mengatasi keseduihan itu dengan cara berdo`a mudah-
mudahan kedua orang tua saya diterima disisi Allah SWT dan
diterima segala amal perbuatannya dan saya diberikan kesabaran
dalam menghadapi cobaan ini. Selain saya memperbanyak aktivitas
agar tidak terlalu larut dalam kesedihan karena mengingat orang yang
saya sayangi telah meninggalkan saya.
6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu?
Jawab: Gak ya biasa aja.
7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di sini?
Jawab: Pihak panti asuhan. Fasilitas yang disediakan banyak diantaranya
yaitu tempat tidur, makan, pendidikan dan tempat ibadah.
8. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Banyak diantaranya mengkaji kitab-kitab, Al-Qur`an dan Qiroah, lalu
muhadharah, muhadatsah, dan lan-lain. Selain itu setiap harinya kami
juga melakukan piket.
9. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini?
Jawab: Manfaat yang saya rasakan selama berada di sini yaitu saya senang
karena bisa mendapatkan banyak pengetahuan, pengalaman dan juga
teman. Dengan hal itu saya jadi bisa lebih dewasa lagi dalam berfikir.
10. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini?
Jawab: Ada, saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan yang saya jalani
di panti asuhan ini mendidik saya menjadi manusia yang mandiri.
11. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini?
Jawab: Saya berterima kasih terhadap panti asuhan ini karena sudah mau
mengasuh kami tanpa pamrih. Saya berharap kedepannya panti
asuhan ini menjadi lebih maju dan dimudahkan dalam segala
urusannya.

Arif Ma`ruf

interviewee

Anda mungkin juga menyukai