Anda di halaman 1dari 101

EFEK BIMBINGAN ROHANI ISLAM

PADA PENDERITA SKIZOFRENIA USIA LANJUT


DI RS. Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
( Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh :
Siti Indah Lucanti
NIM: 108052000028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Febuari 2013

(Siti Indah Lucanti)

ii
EFEK BIMBINGAN ROHANI ISLAM
PADA PENDERITA SKIZOFRENIA USIA LANJUT
DI RS. Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Siti Indah Lucanti


NIM :108052000028

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Daud Affendi, AM


NIP : 194905041977031001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

iv
ABSTRAK

Siti Indah Lucanti


Efek Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia Usia Lanjut Di
RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Kelompok Usia lanjut merupakan salah satu kelompok yang rentan
terkena gangguan kejiwaan mengingat kelompok ini secara alami telah banyak
mengalami berbagai penurunan secara fisik yang mengakibatkan mudah terkena
gangguan kesehatan hal ini biasanya dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Banyak
berbagai jenis gangguan kejiwaan salah satunya skizofrenia. Berbagai pendekatan
dapat dilakukan guna penyembuhan atau menjaga kesehatan jiwa salah satunya
pendekatan secara agama yang erat kaitannya dengan rohani. Mengingat hal
tersebut di atas kehidupan rohaniah bagi usia lanjut perlu pengamatan secara
intensif dan hal ini seharusnya menjadi perhatian penting bagi para pembimbing
rohani. Hal-hal tersebut di ataslah yang menjadi daya tarik penulis untuk
melakukan penelitian mengenai efek bimbingan rohani Islam pada penderita
skizofrenia usia lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini ialah
mengenai bagaimana efek bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia
khususnya pada kategori usia lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor dan
mengenai bagaimana faktor pendukung serta penghambatnya.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan berbagai teori mengenai efek
bimbingan rohani Islam dimana hal tersebut dapat di ketahui dengan
menggunakan pendekatan secara input, thruput, serta Output. Efek dapat di
kategorikan menjadi tiga yaitu bagi pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude),
prilaku nyata (Behavior). Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis
atau psikotik yang ditandai terutama mengenai realitas, prilaku menarik diri dari
interaksi sosial, adanya disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran
dan kognisi. Adapun yang menjadi kategori kelompok usia lanjut ialah berkisar
dari usia 60 tahun hingga tutup usia.
Subjek pada penelitian ini adalah pembimbing rohani Islam, perawat, dan
penderita skizofrenia. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dimana pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi yang kemudian data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif.
Hasil temuan dan analisis penulis bahwa Efek yang dihasilkan dari
kegiatan bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut ialah
perkembangan kemampuan untuk menghafal kembali surat-surat kitab suci Al-
Quran, menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial, kemampuan untuk
mengatasi permasalahan dalam diri dengan pendekatan kepada Allah SWT, serta
kemampuan adaptasi dengan lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya
perkembangan yang baik pada aspek pengetahuan (Knowledge), pembentukan
sikap (Attitude) ke arah yang positif serta prilaku nyata (Behavior).

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“GUNAKAN KETENANGAN

UNTUK MENERIMA HAL YANG TAK DAPAT BERUBAH

GUNAKAN KEBERANIAN

UNTUK MERUBAH HAL YANG DAPAT DIUBAH

GUNAKAN KEBIJAKSANAAN

UNTUK MENGETAHUI PERBEDAANNYA

KETIKA TIDAK ADA SATUPUN JALAN KELUAR

DOA MENGUBAH SEGALANYA”

Penulis persembahkan skripsi ini untuk :

1. Orang tua tercinta beserta kakak dan adik tersayang


2. Para penderita skizofrenia di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
3. Ahmad Syahrul beserta rekan-rekan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam

pemilik langit dan bumi yang maha luas kekuasaan dan ilmu-Nya yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Studi

Strata Satu (S1), Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta yang telah

berpengaruh dalam perjalanan hidup penulis, berkat doa dan dukungan baik moril

maupun materil dari merekalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Pada

kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Arief Subhan, M. A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam

3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam

4. DR. Suhaimi, M. Si selaku Penasehat Akademik Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam Periode 2008-2009.

5. Prof. H. Daud Affendi, AM selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan arahan dan sabar didalam membimbing

penulis

vii
6. Seluruh staf Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Tahun Ajaran 2008-2009.

7. Bpk. Suganda, S.KM, Bpk. Supendi, S.KM, Ibu Endang, A. MK, Ibu

Ratna Susilawati, S. KM, Ibu Sutini selaku Tim Bimbingan dan

Rohani Islam di RS. Dr. H. marzoeki Bogor.

8. Seluruh staf bagian DIKLAT, Ruang Saraswati serta Rehabilitasi

Psikososial di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

9. Ahmad Syahrul yang telah menemani dan setia mendengarkan suka

duka penulis.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam khususnya angkatan 2008-2009 yang telah memberikan

motivasi, inspirasi.

11. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunnan

tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar penulis dapat menyempurnakannya.

Akhir kata penulis hanya bisa memanjatkan doa dan memohon kehadirat-

Nya semoga segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan oleh semua

pihak dijadikan amalan baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Amien.

Ciputat, 5 Febuari 2013

(Penulis)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................7

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................8

E. Metodelogi Penelitian ........................................................................10

1. Pendekatan dan Metode Penelitian ...............................................10

2. Subjek dan Objek Penelitian .........................................................10

3. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................11

4. Sumber Data Penelitian .................................................................11

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................12

6. Analisa Data ..................................................................................13

7. Teknik Penulisan ...........................................................................13

F. Sistematika Penulisan .........................................................................14

ix
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Efek Bimbingan Rohani Islam ...........................................................16

1. Efek ................................................................................................16

a. Pengertian Efek ..........................................................................16

b. Jenis-Jenis Efek ........................................................................19

2. Bimbingan Rohani Islam ...............................................................20

a. Pengertian Bimbingan Rohani Islam .........................................20

b. Prinsip-Prinsip Bimbingan Rohani Islam ..................................24

c. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam ............................26

d. Metode Bimbingan Rohani Islam .............................................30

B. Usia Lanjut .........................................................................................32

1. Periode dan Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia ...................32

a. Periode Usia Lanjut ..................................................................32

b. Tugas Perkembangan Usia Lanjut ..........................................33

2. Lansia Dalam Keberagamaan .......................................................34

C. Skizofrenia .........................................................................................35

1. Pengertian Skizofrenia ................................................................35

2. Tipe-Tipe Skizofrenia ...................................................................36

3. Simtom Negatif dan Simtom Positif .............................................39

4. Skizofrenia Pada Usia Lanjut .......................................................43

BAB III GAMBARAN UMUM RSJ. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

A. Riwayat Pemakaian Nama Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor Dari Masa ke Masa ..................................................................46

B. Visi dan Misi RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor .............................47

x
C. Tujuan berdirinya RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.......................48

D. Pelayanan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ...............................49

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita

Skizofrenia Usia Lanjut Di. RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

.............................................................................................................54

B. Efek Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia Usia Lanjut

Di. RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ..............................................63

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Bimbingan

Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia Usia Lanjut Di. RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor .....................................................................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................70

B. Saran ...................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................73

LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak

terhindarkan. Pada awal kehidupan manusia, perubahan dari satu tahap ke

tahap lain bersifat evolusional menuju tahap kesempurnaan baik secara

emosional maupun dalam fungsi organ-organ tubuh. Sebaliknya, pada

kehidupan lanjut usia justru terjadi kemunduran sesuai dengan hukum alam.

Perubahan atau kemunduran tersebut sering dikenal dengan istilah menua

atau proses penuaan.

“Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi

secara perlahan dan bertahap serta pada waktu kompensasi terhadap

penurunan ini dapat dilakukan, hal tersebutlah dikenal sebagai senescence”.1

Golongan usia lanjut sering dipersepsikan sebagai usia yang tidak

produktif lagi, tidak bisa menghasilkan apa-apa lagi, hanya merepotkan

lingkungan terutama sanak-keluarganya, serta tidak banyak membantu bagi

kecukupan kebutuhan keluarga. Persepsi tersebut di atas dapat memberikan

pengaruh kurang baik bagi lansia maupun bagi sanak-keluarga, lingkungan

merasa dibebani dengan kehadiran lansia, apalagi dengan adanya penurunan

secara fisik yang semakin rentan dengan timbulnya berbagai macam penyakit,

1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (Jakarta: Erlangga. 1980) Edisi. Ke-5 , h. 148-149

1
2

pada akhirnya hal ini membuat lansia merasa tidak dibutuhkan dan timbullah

harga diri rendah (inferiority).

Seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tiker, PhD dan Elizabet B.

Hurlock bahwa menurutnya “...Periode usia lanjut ialah berkisar dari usia 60

tahun sampai tutup usia atau meninggal...”. 2

Memasuki usia 60 tahun kondisi fisik rata-rata sudah menurun.

Penurunan secara fisik dapat menjadikan seseorang mengalami penurunan

produktivitas sehingga dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya, seperti

menurunnya aktivitas pekerjaan yang kini harus disesuaikan dengan

kemampuan fisik yang tidak sama dengan kemampuan pada usia produktif.

Karena itulah di usia ini biasanya seseorang sudah mulai memasuki masa

pensiun dimana seseorang tersebut terlepas dari jabatan ataupun kekuasaannya

didalam pekerjaan yang sebelumnya.

Lazimnya manusia masih ingin memperoleh pengakuan kejayaan dan

prestasi masa lalu yang pernah dicapainya. Tetapi pada masa senja atau lansia

biasanya kejayaan itu akan lepas, baik karena pensiun ataupun tidak lagi

dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan sehingga pergeseran peran tersebut

biasanya akan berdampak kelompok lansia memiliki perasaan diasingkan

karena dipandang sudah tidak produktif lagi.

“Pergulatan antara kejayaan dan ketidakberdayaan diri merupakan situasi

batin yang dialami oleh usia senja (Lansia) hal tersebut sering dikenal dengan

2
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. (Jakarta Pusat: CV.
Pedoman Ilmu Jaya. 2006) Cet. Ke-4 , h. 380
3

gejala syndrom post power (sindroma kejayaan masa lampau) memang

merupakan gejala umum yang dialami oleh lanjut usia”. 3

Pada periode usia lanjut seseorang dituntut untuk dapat menyesuaikan

diri secara psikologis dengan berbagai pristiwa, seperti terlepasnya masa

kejayaan dan perasaan kesepian akibat kematian pendamping hidup

(suami/istri). Peristiwa-pristiwa ini dapat menjadi faktor yang dapat

menimbulkan gangguan pada jiwa kelompok usia lanjut.

“Jika penurunan secara fisik yang terjadi pada usia lanjut apabila
dibarengi dengan adanya tekanan secara psikis maka hal tersebut dapat
menimbulkan bahaya yang bersifat psikologis seperti perasaan rendah diri,
perasaan tak berguna, perasaan tidak enak akibat perubahan fisik, perubahan
pola hidup dan perasaan bersalah karena menganggu”.4

Fisik dan psikis merupakan kedua unsur yang saling memiliki

ketergantungan dan berhubungan satu sama lain, apabila salah satu unsur

mengalami gangguan maka unsur lainnya pun demikian baik fisik yang

mempengaruhi psikis ataupun sebaliknya.

“Keadaan sakit jiwa dapat terjadi karna disebabkan oleh adanya


kerusakan pada anggota tubuh seperti kerusakan pada otak, sentral saraf atau
anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya, serta dapat disebabkan
oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai
puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar atau dengan kata lain
disebabkan hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat
suasana lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya”.5

Menyangkut perihal tersebut di atas fisik dan psikis dalam hal ini

memiliki ketergantungan. Sebuah proses menua rata-rata secara fisik sudah

mulai mengalami penurunan fungsi dan secara psikologis kelompok usia

3
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 115
4
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, h. 169.
5
Zakiah Daradjat. Kesehatan Mental,( Jakarta: PT.Gunung Agung, 1990). Cet.12, hal.56
4

lanjut rentan terhadap gangguan-gangguan yang berakibat hilangnya

keseimbangan mental seperti harga diri rendah, perasaan kesepian, merasa

tidak lagi berguna atau tidak memiliki potensi lagi untuk dikembangkan.

Padahal setiap manusia terlepas dari usianya semua dibekali oleh Allah SWT

sebuah potensi yang besar dalam dirinya untuk dikembangkan.

“Manusia adalah makhluk yang exploratif dan potensial. Dikatakan


makhluk exploratif, manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai makhluk
potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan
yang dapat dikembangkan, selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk
yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang
secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya”.6

Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang berusia

lanjut pun memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan masih dapat

produktif walaupun kapasitasnya tidak sebesar usia mereka yang masih

produktif. Hal ini dikarenakan keadaan secara fisik pada usia lanjut

mengalami peurunan secara alami sehingga akan berpengaruh pada

produktivitas. Mengingat berbagai macam masalah dapat terjadi baik secara

fisik maupun psikis, mereka yang memasuki periode usia lanjut menjadi

kelompok orang yang rentan terhadap timbulnya gangguan kejiwaan.

Berdasarkan pendekatan yang dikemukakan Robert H. Thouless bahwa

menurutnya, “...menghilangkan berbagai kecemasan batin atau traumatis

history yang mempengaruhi jiwa di usia lanjut perlu adanya bimbingan dan

penyuluhan...”.7

6
Jalaludin, Psikologi Agama, h. 85-86
7
Ibid, h. 114
5

Oleh karena itu bimbingan ataupun penyuluhan yang terkait dengan

agama ataupun dari segi spiritual akan menjadi penting bagi kehidupan usia

lanjut mengingat usia lanjut merupakan kelompok yang rentan terhadap

timbulnya gangguan kejiwaan.

“Secara psikologis agama bisa menentramkan, menenangkan dan

membahagiakan kehidupan jiwa seseorang, agama bisa menangkal berbagai

penyakit kejiwaan, seperti sombong, iri hati, putus asa, kepribadian ganda

(split personality), dan sebagainya”.8

Mengenai ketentraman hati manusia, di dalam ajaran agama Islam telah

dijelaskan dalam firman Allah SWT untuk senantiasa berbuat amalan sholeh,

mengingat dan selalu beriman kepada Allah SWT karena dengan begitu hati

akan menjadi tentram.

Hal ini telah tersirat dalam QS. AR Ra’d ayat 28-29 yang berbunyi :

Surat Ar-Ra’d (13):28-29:


    
           

        

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”.9

8
M Syukur, Pengantar Studi Islam. (Semarang: Pustaka Uun. 2010) Cet. Ke-1 Edisi. 1, h.
28
9
Ahmad Hatta, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Ababun Nuzul dan
Terjemahan, (Jakarta : Maqfirah Pustaka,2009) h. 252-253
6

Oleh karena itu, menyangkut hal tersebut diatas maka rohaniah seseorang

dari kebutuhan yang bersifat spritual yaitu yang berupa hubungan manusia

dengan Tuhan perlu mendapatkan perhatian di dalam kehidupan mereka.

Kehidupan rohaniah bagi usia lanjut perlu pengamatan secara intensif

dan hal ini seharusnya menjadi salah satu perhatian penting bagi para

pembimbing rohani. Bimbingan rohani khususnya rohani Islam kini sudah

menjadi sebuah layanan yang diberikan di berbagai tempat seperti

perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain.

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi yang berada di jalan Dr. Sumeru

Bogor dahulunya terkenal dengan sebutan Rumah Sakit Jiwa Bogor. Banyak

layanan yang disediakan di Rumah Sakit ini, salah satunya adalah layanan

bimbingan rohani Islam. Rumah Sakit ini didirikan oleh Pemerintah

Indonesia, yang menangani penderita skizofrenia dengan visi yaitu

“terwujudnya Rumah Sakit mandiri melalui profesionalisme dan pelayanan

yang bermutu dengan mengutamakan kepuasan pelanggan dan terjangkau oleh

rakyat miskin”.

Sesuai dengan visi yakni mengutamakan pelayanan mutu, maka perlu

diketahui sejauh mana efek dari bimbingan rohani Islam pada penderita

skizofrenia usia lanjut di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Oleh karena itu, dalam pembuatan skripsi ini penulis mengangkat judul

mengenai “Efek Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia

Usia Lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.


7

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah penelitian ini difokuskan untuk melihat efek

bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut di RS. Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana efek bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia

usia lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor?

b. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan

bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut di RS.

Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana efek bimbingan rohani Islam pada

penderita skizofrenia usia lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan

pendukung dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam pada penderita

skizofrenia di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Sebagai kegiatan untuk memperluas pengetahuan peneliti

mengenai efek bimbingan rohani Islam pada penderita Skizofrenia usia


8

lanjut serta sebagai bahan informasi akademik dalam pelaksanaan

penelitian berikutnya secara lebih mendalam.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu RS. Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan

bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut.

2. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pembanding bagi

lembaga-lembaga lain dalam melakukan kajian tentang skizofrenia.

D. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Setelah mengadakan survei ke perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan beberapa skripsi sebagai inspirasi

penulis penelitian yang membahas tentang:

1. Pelaksanaaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia di Madani Mental Healty

Care Jakarta. Nurkholisoh. NIM 104052001991. Bimbingan dan

Penyuluhan Islam tahun 1429H./2009M. Skripsi ini memberi kesimpulan

bahwa pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia yang diterapkan di

lembaga ini adalah dengan menggunakan terapi medik-psikiatrik, terapi

psikososial, terapi psikoreligius, dan terapi pilihan.

2. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Panti Rehabilitasi

Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Reninta Latifa. NIM 105052001764.

Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 1431H./2010M. Skripsi ini

memberikan kesimpulan bahwa proses bimbingan Islam dapat

memberikan manfaat pada penderita skizofrenia untuk kembali menjadi


9

warga masyarakat yang berguna sehingga dapat hidup berdampingan

secara wajar sebagai mahluk sosial lainnya.

3. Efektifitas Konseling Agama Terhadap Jama’ah Di Majelis Rasulullah

Masjid Al Munawar Pancoran Jakarta Selatan. NIM 105052001757.

Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 1430H/2009. Skripsi ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan

memberikan kesimpulan bahwa konseling yang dilakukan terhadap

jama’ah di Majelis Rasulullah Masjid Al-Munawarah Pancoran Jakarta

Selatan ini secara kelompok dan individu telah berjalan efektif dan banyak

memberikan manfaat bagi jama’ahnya.

Berdasarkan survey dan data tersebut di atas, maka dalam penelitian

ini, penulisi akan membahas tentang efek bimbingan rohasi Islam pada

penderita skizofrenia usia lanjut di Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor. Pada dasarnya penelitian ini secara prinsip dan teknis sama dengan

penelitian sebelumnya namun jika dilihat dari objek dan lokasi penelitian

memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu

dari hasil survey tidak ditemukan judul yang sama dengan judul skripsi

penulis.
10

E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

“Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh), dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau
hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan”.10

Pada hakekatnya penelitian kualitatif ini mengamati orang dalam

lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

fenomena yang terjadi di sekitar mereka serta untuk mengetahui aktivitas

yang sedang mereka lakukan ataupun sebagai upaya untuk memahami dan

menafsirkan makna suatu pristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam

situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

Untuk itu penulis pada penelitian ini terjun langsung kelapangan

guna mengamati situasi, orang-orang atau prilaku yang berkaitan erat

dengan tujuan penelitian yaitu guna mengetahui mengenai efek bimbingan

rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah lima orang petugas bimbingan rohani

Islam, empat penderita skizofrenia usia lanjut dan satu orang perawat.

10
Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. ke-13 .h. 3
11

b. Objek penelitian ini adalah efek bimbingan rohani Islam pada

penderita skizofrenia usia lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan subjek yang digunakan

yaitu purposive sampling dan yang dimaksudkan disini adalah “teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya

orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti”.11

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi, yang

beralamat di Jl. Dr. Sumeru No.114 Bogor yang dilakukan sejak Juni 2012

sampai dengan Januari 2013.

4. Sumber Data Penelitian

a. Data primer, yaitu data yang berasal langsung dari sumbernya, baik dari

pembimbing rohani Islam, para penderita skizofrenia usia lanjut,

perawat atau pun dokter yang menanganinya sebagai penunjang

kelengkapan data dengan cara observasi ataupun wawancara.

b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung, berupa catatan riwayat pasien

ataupun data mengenai riwayat pembimbing rohani Islam, serta

dokumen-dokumen yang dapat menunjang kelengkapan data untuk

penelitian.

11
Sugiyono. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, ( Bandung: CV
AFABETA, 2009).Cet, ke-6, h. 218-219
12

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Esterberg mengemukakan bahwa “wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu”.12

Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan wawancara

langsung yaitu dengan bertukar informasi melalui tanya jawab

kepada pembimbing rohani Islam, para penderita skizofrenia usia lanjut

yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan dapat

memberikan informasi atau keterangan sesuai dengan tujuan penelitian

serta perawat pendamping yang menangani penderita skizofrenia.

b. Observasi

Berdasarkan pemahaman dari Marsall bahwa melalui observasi

peneliti dapat mengetahui mengenai prilaku dan makna dari prilaku

tersebut.13

Pada penelitian ini pengumpulan data akan dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi dimana penulis dapat mempelajari

tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut atau situasi tertentu

12
Ibid, h. 231
13
Ibid, h. 226
13

yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian pada saat kegiatan

bimbingan rohani Islam tersebut dilakukan terhadap penderita

skizofrenia kategori usia lanjut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk

mencari keterangan dan bacaan yang dibutuhkan mengenai masalah

yang terkait dengan penelitian berupa catatan formal, foto ataupun

buku-buku yang berkaitan dengan subjek atau objek penelitian.

6. Analisis Data

Pada bagian analisis data penulis akan menyajikan data dengan

terlebih dahulu mengelola data melalui proses secara sistematis yaitu

dengan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi

ataupun dokumentasi dengan melakukan pencarian penemuan-penemuan

yang penting dan berkaitan dengan tujuan penelitian dari hasil temuan data

di lapangan. Hasil temuan tersebut akan diolah menjadi data yang dapat

dengan mudah dipahami dan diinformasikan berupa kata-kata tertulis atau

lisan. Oleh karena itu di dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis

deskriptif.

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pedoman

penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang diterbitkan

oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.


14

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistem penulisan pada skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya

dalam lima Bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

kepustakaan, metodologi penelitian dan sistem penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Bab ini mengandung landasan teoritis, yang mencakup

pengertian dari efek, jenis-jenis efek pengertian bimbingan

rohani Islam, fungsi dan tujuan bimbingan rohani Islam,

metode bimbingan rohani Islam, periode dan tugas

perkembangan usia lanjut, lansia dalam keberagamaan,

pengertian skizofrenia, tipe-tipe skizofrenia, simtom negatif

dan positif serta skizofrenia di usia lanjut.

BAB III : GAMBARAN UMUM RS. H. MARZOEKI MAHDI

Bab ini meliputi riwayat RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Dari Masa ke Masa, Visi dan Misi, Tujuan berdirinya RS.

Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor serta Pelayanan di RS. Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor.

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini meliputi hasil temuan berupa identifikasi subjek

serta objek dan analisis data mengenai efek bimbingan

rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut di RS.


15

Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor serta faktor pendukung dan

penghambat dalam kegiatan bimbingan rohani Islam.

BAB V : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil

keseluruhan temuan dan analisis yang dilakukan oleh

penulis.

Daftar pustaka : Terdiri dari 29 buku, Artikel (Media Internet)

dan Al-Quran.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. EFEK BIMBINGAN ROHANI ISLAM

1. Efek

a. Pengertian Efek

Berangkat dari permasalahan atau fokus kajian pada penelitian ini,

diperlukan tinjauan secara teoritis dari pengertian mengenai efek. Hal

ini digunakan untuk menelaah permasalahan mengenai efek dari

kegiatan bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut.

Berdasarkan pemahaman dari David Barlo bahwa menurutnya

“...efek merupakan sebuah perubahan yang dapat diklasifikasikan

kedalam tiga kategori yaitu perubahan dalam pengetahuan

(Knowledge), sikap (Attitude), dan prilaku nyata (Behavior)...”.1

Efek dapat teramati dengan ditunjukan adanya perubahan sikap,

perubahan tersebut diawali dengan perubahan pengetahuan.

Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap adalah adanya

perubahan internal yang diorganisir dalam bentuk prinsip sebagai hasil

evaluasi dan dilakukan terhadap suatu objek baik yang terdapat di

dalam maupun di luar dirinya. Dalam banyak hal, terutama yang

berkaitan dengan kepercayaan ideologi bahwa seseorang dapat berubah

sikap karena melihat bahwa apa yang tadinya dipercaya bisa menjadi

1
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi, ( Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1993).Cet, ke-1, h. 75

16
18

“Proses cybernatic yaitu input yang diberikan kearah subjek


sasaran baik dari segi kognisi, konasi ataupun emosi subjek sasaran
melalui proses belajar sehingga timbul pengertian, kesadaran, dan
penghayatan yang merupakan truput sedang tingkah laku yang berubah
merupakan output. Antara output dan input terjadi interaksi yang
disebut feedback (umpan balik) maka dari sinilah suatu efek kegiatan
tersebut dapat teramati dengan melihat output dan feedback yang
dihasilkan”.3

“Dalam komunikasi, umpan balik dapat diartikan sebagai respons,


peneguhan, dan servomekanisme internal sebagai respons. Umpan balik
adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi
tahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada
sumber untuk menentukan perilaku selanjutnya”.4
“Cybernatic merupakan cabang dari teori sistem yang
memfokuskan diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol.
Dengan menekankan pada kekuatan-kekuatan yang tidak terbatas,
cybernatic menantang pendekatan linier yang menyatakan bahwa satu
hal dapat menyebabkan hal lainnya. Konsep cybernatic ini
mengarahkan bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama
lainnya”.5
Proses cybernatic dapat digunakan guna melihat efek yang

dihasilkan dari suatu kegiatan bimbingan rohani Islam, di dalam proses

tersebut terdapat input, thruput dan output. Kegiatan bimbingan rohani

Islam tidak terlepas dari adanya kegiatan dakwah. Bila di telusuri dalam

konteks dakwah bahwa input, thruput dan output dipandang sebagai

berikut :

3
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.
18

Dani Tri Wahyudi, “Sistem dan Teori Komunikasi Massa”. Artikel Diakses Pada 11
4

April 2013 dari http:/ www.81tn.com/sistem-dan-teori-komunikasi-massa.html

Andi Mujahidin dkk, “Komunikasi Tanpa Batas.” Artikel Diakses Pada 28 Juni 2012
5

dari http:/ www.andimujahidin.net/?p=253


19

“Input adalah sikap, kepribadian, dan motivasi dakwah yang


diberikan oleh juru dakwah atau penerang agama. Thruput adalah
proses penerimaan terhadap pengaruh juru dakwah atau penerang
agama, sedangkan output adalah perubahan sikap dan tingkah laku
berupa pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama”.6

Jadi, dapat disimpulkan bahwa efek merupakan suatu perubahan

yang dapat terjadi pada pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude), dan

prilaku nyata (Behavior) sebagai hasil evaluasi dan dilakukan terhadap

suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya serta

merupakan suatu hasil dari adanya input dan output.

b. Jenis-jenis efek

Menurut Berelson jenis efek yang timbul dapat bervariasi dan

berubah-ubah baik menurut jenis salurannya, persoalannya, jenis

orangnya, serta jenis kondisinya. Efek tersebut dapat dilihat dari

beberapa perspektif seperti7 :

1. Efek jangka panjang dan jangka pendek

2. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan

3. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan

4. Efek langsung dan dan efek tidak lansung

5. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja

6. Efek besar dan efek kecil

6
Ibid. 20
7
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. h. 45
20

2. Bimbingan Rohani Islam

a. Pengertian Bimbingan Rohani Islam

Bimbingan tidak hanya sebatas upaya memberikan informasi

ataupun wawasan sesuai dengan kebutuhan atau permasalahannya.

Akan tetapi juga merupakan upaya untuk memberi jalan, menunjukan,

menuntun seseorang ataupun kelompok orang kearah tujuan yang

bermanfaat. Terkait dengan hal tersebut di atas dapat diperhatikan

penjelasan berikut:

“Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari


bahasa Inggris “guidance”. Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk
noun (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya
menunjukan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang
benar. Jadi kata “guidance” berarti pemberian petunjuk, pemberian
bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan”. 8

Oleh sebab itu di sini dapat dijelaskan bahwa bimbingan

adalah sebagai upaya untuk memberikan tuntunan, arahan, atau

petunjuk yang disesuaikan dengan kebutuhan ataupun

permasalahannya.

Adapun Bagi W. S. Winkel, bimbingan berarti pemberian


bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan
secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup. Menurutnya, “...Bantuan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya.
Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri
masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk
menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak....”.9

8
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam (Jakarta: AMZAH, 2010), h.3-4
9
Ibid, h. 7
21

Dari pendapat W. S. Winkel tersebut dapat dipahami bahwa

bimbingan bukanlah suatu bantuan secara finansial melainkan bersifat

psikis sebagai upaya pemberian bantuan, arahan, atau tuntunan untuk

memenuhi kebutuhan secara psikis serta sebagai upaya menggali

potensi yang dimiliki seseorang ataupun kelompok untuk dapat

memecahkan masalahnya sendiri.

Pada saat ini berbagai jenis bimbingan dengan mengacu pada

kebutuhan hidup manusia, seperti adanya bimbingan karier, bimbingan

belajar dan salah satunya kini telah ada layanan bimbingan rohani

khususnya rohani Islam yang menjadi pokok bahasan di dalam

penelitian ini. Berangkat dari fokus kajian inilah penulis akan menelaah

dari perspektif atau teori mengenai rohaniah.

“Rohani berasal dari bahasa arab “ruh” yang berarti jiwa. Bila

ditelusuri dari kamus bahasa Indonesia kata rohani memiliki arti yaitu

sesuatu bertalian bukan jasmaniah”.10

Di dalam konteks pemahaman penulis mengenai ruh, ruh berarti

suatu hal yang tidak berbentuk atau tidak bersifat jasmaniah, akan tetapi

ruh adalah penggerak jasmaniah.

Berdasarkan pemahaman dari Al-Kindi, sebagai filsuf muslim


pertama yang membahas hakikat ruh. “...Ruh adalah suatu wujud
sederhana dan zatnya terpancar dari zat sang pencipta, persis
sebagaimana sinar terpancar dari matahari. Ruh bersifat spiritual,
ketuhanan, terpisah dan berbeda dari tubuh...”.11

10
Dep Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 1990), h. 850
11
Rafy Sapury, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2009), h. 315-316
22

Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruh merupakan suatu

zat yang bersifat spiritual, ketuhanan, terpisah dan berbeda dari tubuh

sebagai penggerak yang erat kaitannya hubungan manusia dengan

Tuhannya.

Mengingat bahwa ruh bersifat spiritual maka hal ini sangat erat

kaitannya dengan Tuhan. Berdasarkan hal tersebut maka peran agama

didalam diri seseorang akan memiliki keterkaitan pula bagi kehidupan

seseorang karena agama merupakan ikatan manusia dengan Tuhannya.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada agama Islam,

dimana Islam memiliki arti yaitu sebagai suatu agama yang berasal dari

wahyu Tuhan. Konsep atau doktrin ajarannya murni berasal dari firman

(wahyu) Tuhan, yang diturunkan melalui utusan-Nya yang sangat

terpercaya (Rasul). Ajarannya berlaku secara universal bagi seluruh

manusia, dalam ajarannya sudah tercakup segala aspek kehidupan yang

mengatur hubungan manusia dengan makhluk yang lainnya (flora dan

fauna). Sehingga agama Islam disebut pula sebagai agama yang

mengandung dan membawa “rahmat” bagi alam semesta (rahmat lil

alamin).

Seperti yang dikemukakan oleh A. Gaffar Ismail bahwa agama


Islam adalah “...ajaran yang berisi kelengkapan dari pelajaran-pelajaran
meliputi kepercayaan, tata tertib pergaulan hidup, tata tertib penghidupan
pribadi, seremoni peribadatan, peraturan-peraturan Tuhan, bangunan budi
pekerti yang utama, dan menjelaskan rahasia penghidupan yang kedua
(akhirat)…”.12

12
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan (Komseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta,2008), h. 13
23

Berdasarkan teori mengenai Islam yang telah dikemukakan oleh

A. Gaffar Ismail, dapat dijelaskan di sini bahwa di dalam ajaran Islam

banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang baik, berguna untuk

kebaikan di dunia ataupun akhirat. Maka dapat dikatakan bahwa Islam

merupakan agama yang membawa ajaran-ajaran yang bersumber

langsung dari Tuhan yang erat kaitannya mengenai peraturan-peraturan

bagi kehidupan manusia di dunia untuk mencapai kebaikan dunia dan

akhirat serta menjelaskan rahasia penghidupan di akhirat kelak.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

mengingat rohani erat kaitannya hubungan manusia dengan Tuhan. Maka

bimbingan rohani Islam merupakan sebuah kegiatan pemberian bantuan

yang bersifat psikis guna menuntun, mengarahkan dapat berupa nasehat

yang baik dengan pendekatan agama dan sesuai dengan kebutuhan

ataupun permasalahan dari individu ataupun kelompok.

Terkait dengan nasehat agama bila ditelusuri menurut

pandangan psikologi nasehat agama ibarat sebuah bimbingan

(guidance).13 Dalam ajaran Islam pun Allah SWT mengajarkan untuk

saling nasehat menasehati seperti yang tersirat dalam firman Allah SWT :

QS. Al-„Ashr ayat 3

           
 

13
Zakiah Daradjat, Psikotrapi Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang,2002), h. 5
24

Artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.14

Berdasarkan isi ayat tersebut di atas maka dapat dipahami

bahwa di dalam ajaran Islam setiap umat manusia dianjurkan untuk

saling nasehat menasehati sebagai amalan soleh dan upaya mencapai

kebenaran serta menetapi kesabaran. Oleh karena itu nasehat agama

ibarat sebagai bimbingan.

b. Prinsip-Prinsip Bimbingan Rohani Islam

Bimbingan rohani Islam erat kaitannya dengan pengamalan

ajaran-ajaran yang langsung bersumber dari Tuhan (Al-Quran).

Dalam pelaksanaannya para pembimbing hendaklah berpegang teguh

pada prinsip, dimana bimbingan rohani Islam harus dilakukan dengan

benar berdasarkan ajaran agama yang sesuai dengan ajaran yang

bersumber dari wahyu Tuhan.

“Adapun prinsip dari bimbingan rohani Islam yakni di dalam


pelayanan bimbingan rohani Islam perbedaan dari latar belakang
sosial diakui perbedaannya akan tetapi hal itu tidak dijadikan
persoalan, pembimbing harus memandang sama bahwa semua adalah
makhluk ciptaan Tuhan. Pada perinsipnya pelaksanaan bimbingan
merupakan upaya pengembangan potensi disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki peserta, ranah pelayanannya berhubungan
pada mental/spiritual. Pembimbing hendaklah memandang secara utuh
kekurangan, kelebihan serta problematika dari peserta sehingga dapat
memberikan pelayanan yang tepat”15.

14
Ahmad Hatta, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Ababun Nuzul dan
Terjemahan. h. 601

15
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan (Komseling) Islam. h.10 9
25

Di dalam konteks ini dapat dipahami bahwa setiap manusia

memiliki keunikan sendiri yaitu dengan adanya kekurangan,

kelebihan, problematika yang berbeda-beda akan tetapi perbedaan

tersebut tidaklah dipandang sebuah persoalan di dalam proses

membimbing melainkan pembimbing harus mampu menghargai dan

memandang bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk kearah

yang lebih baik. Dengan begitu pelaksanaan bimbingan rohani Islam

tersebut dapat terlaksana sesuai dengan prinsipnya.

Terkait dengan hal tersebut di atas Allah SWT telah berfirman

dalam QS. Al-Qamar Ayat 49 yang berbunyi :

Artinya : “Sesungguhnya kami menciptakan sesuatu menurut

ukuran”.16

Maka dapat dipahami di sini bahwa Allah SWT telah

menciptakan sesuatu menurut ukurannya. Ayat ini menerangkan

bahwa seluruh makhluk yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, diciptakan

Nya menurut kehendak dan ketentuan Nya disesuaikan dengan

hukum-hukum yang ditetapkan Nya untuk alam semesta ini. Maka

setiap manusia telah diciptakan oleh Allah SWT atas dasar kehendak

dan ketentuan-Nya.

16
Ahmad Hatta, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Ababun Nuzul dan
Terjemahan, h. 601
26

Allah SWT menciptakan manusia dengan ukuran-Nya,

walaupun terdapat perbedaan tidaklah dijadikan sebuah persoalan

melainkan memandang bahwa setiap individu memiliki hak dan

kemerdekaan pribadi.

c. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam

1. Fungsi Bimbingan Rohani Islam

Keberhasilan suatu kegiatan bimbingan tentulah didasarkan

bagaimana kegiatan tersebut telah terlaksana sesuai fungsinya,

mengingat bahwa bimbingan rohani Islam merupakan kegiatan

yang erat kaitannya dengan pengamalan ajaran-ajaran yang

bersumber langsung dari Tuhan (Al-Quran). Oleh karena itu dalam

pelaksanaannya fungsi bimbingan menjadi perhatian penting bagi

para pembimbing rohani Islam.

“ Fungsi dari bimbingan rohani Islam yaitu sebagai sumber


yang memberikan pemahaman, sebagai upaya memelihara dan
membantu mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang
memberikan arahan sesuai ajaran Islam (Al-Quran) dalam
memelihara diri sehingga terhindar dapat terhindar dari masalah,
sumber yang dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan
manusia dengan Tuhan”. 17

Adapun fungsi lain dari bimbingan rohani Islam ialah sebagai

remedial/rehabilitatif, edukatif/pengembangan serta preventif

(pencegahan) berikut penjelasannya:

17
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan (Komseling) Islam. h.105-106
27

1) Fungsi remedial/rehabilitasi

Secara historis bimbingan lebih banyak memberikan

penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi oleh

psikologi klinik dan psikiatri. Peranan remedial berfokus pada

masalah :

a) penyesuaian diri;

b) menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi;

c) mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan

emosional.

2) Fungsi edukatif/pengembangan

Fungsi ini berfokus pada masalah :

a) membantu membangkitkan keterampilan-keterampilan

dalam kehidupan;

b) mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup;

c) membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi

dalam kehidupan;

d) untuk keperluan jangka pendek, bimbingan membantu

individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih

tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan

keterampilan komunikasi antarpribadi, memutuskan arah

hidup, menghadapi kesepian, dan semacamnya.


28

3) Fungsi preventif (pencegahan)

Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif

untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami berbagai

macam masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya

preventif meliputi pengembangan berbagai strategi dan program

yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan

menghindari resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.18

2. Tujuan Bimbingan Rohani Islam

Dalam melaksanakan bimbingan rohani Islam terhadap

individu ataupun kelompok agar mendapatkan hasil yang sesuai

dengan apa yang diharapkan, maka perlu diperhatikan terlebih

dahulu tujuan dari pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani Islam

tersebut.

“Tujuan bimbingan Rohani Islam adalah untuk

mengembangkan diri seseorang ataupun kelompok secara optimal

dan sebagai upaya membantu seseorang atau kelompok di dalam

mengatasi permasalahannya”.19

Menyangkut tujuan tersebut di atas, pada dasarnya manusia

memiliki modal potensi dari Tuhan yang dapat dikembangkan

secara optimal bahkan untuk dapat mengatasi problematika di

dalam kehidupannya.

18
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam. h. 49-50
19
Prayitno, Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta,
1999), Cet. Ke-1, h. 144
29

Hanya saja manusia merupakan makhluk sosial, karena untuk

tumbuh dan berkembang secara optimal manusia memerlukan

bantuan dari luar dirinya salah satunya membutuhkan suatu

bimbingan, arahan ataupun tuntunan. Mengingat bahwa bimbingan

rohani Islam erat kaitannya dengan rohaniah seseorang, dimana

rohaniah erat kaitannya antara manusia dengan Tuhan.

Maka adapun tujuan dari bimbingan rohani Islam ialah “suatu


kegiatan bimbingan yang dapat memberikan pemahaman mengenai
ajaran-ajaran keislaman sesuai dengan ketentuan Al-Quran dan As.
Sunnah, membantu memecahkan masalah yang timbul dari efek
interaksi sosial atau pun efek penyakit fisik yang dideritanya
sehingga menimbulkan gangguan secara psikis”.20

Di samping tujuan sebagaimana tersebut di atas, bimbingan

rohani Islam juga memiliki tujuan yang secara rinci dapat

disebutkan sebagai berikut:

a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan

kebersihan jiwa dan mental.

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan

tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri

sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun

lingkungan sosial dan alam sekitar.

c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu

sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi,

kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.

20
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan (Komseling) Islam. h. 97-99
30

d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat

taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya,

serta ketabahan menerima ujian-Nya.

e. Untuk menghasilkan potensi alamiah, sehingga dengan potensi

itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan

baik dan benar.21

Dapat ditarik kesimpulan di sini bahwa tujuan dari

pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani Islam ialah sebagai upaya

untuk membantu serta menuntun seseorang di dalam mengatasi

atau memecahkan masalahnya. Selain itu juga sebagai upaya

memberikan wawasan baru kepada seseorang ataupun kelompok

hal ini disesuaikan pada kepentingannya dan melalui pendekatan

keislaman yang bersumber langsung dari Allah SWT ( Al-Quran).

d. Metode Bimbingan Rohani Islam

Ketepatan penggunaan metode dalam memberikan bimbingan

merupakan salah satu upaya agar tujuan bimbingan dapat tercapai

dengan baik.

“Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani, yang

terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos”

berarti jalan. Bila dihubungkan maka bisa diartikan “ jalan yang harus

dilalui.22

21
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam. h. 43
22
Ibid, h. 120
31

Dengan demikian maka metode dapat diartikan sebagai suatu

cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.

Adapun metode bimbingan Islam dapat dikelompokkan menjadi

2 (dua), yaitu:

1. Metode Langsung (Metode Komunikasi Langsung)

Metode langsung adalah metode dimana pembimbing

melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang

yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi 2 (dua),

yaitu

1) Metode Individual

Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan yang dibimbing. Hal ini

dapat dilakukan pada saat percakapan pribadi, kunjungan

kerumah (home visit), dan observasi.

2) Metode kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan

kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok,

karya wisata, sosiodrama, psikodrama, group theacing.

2. Metode Tidak Langsung (Metode Komunikasi Tidak Langsung).

Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang

dilakukan melalui media massa. Hal ini dapat dilakukan secara

individual maupun kelompok. Metode yang digunakan yaitu:


32

1) Metode Individual

Dapat dilakukan dengan cara melalui surat-menyurat,

telepon, fax, dan e-mail.

2) Metode Kelompok

Dapat dilakukan dengan cara melalui papan bimbingan,

surat kabar atau majalah, brosur, radio, dan televisi.23

Dari kedua metode tersebut dapat dijelaskan bahwa

bimbingan harus dilaksanakan dengan tepat sesuai target sasaran,

tujuan serta keterjangkauannya. Metode bimbingan secara tidak

langsung dapat dilaksanakan apabila keterjangkauan dengan

metode secara langsung tidak memungkinkan.

B. LANJUT USIA

1. Periode dan Tugas Perkembangan Pada Lansia

a. Periode Lanjut Usia

Masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam rentang

kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu

diperhatikan dalam memasuki masa lanjut usia misalnya

mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Perubahan fisik ke arah

penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indikator utama yang

tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan periode-periode

lain.

23
Ainur Rahim faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII press,
2001), cet, ke-2, h. 56-57.
33

Adapun periode usia lanjut yang dikemukakan oleh “Harvey A.

Tiker, PhD dan Elizabet B. Hurlock berkisar dari usia 60 Tahun

hingga meninggal dunia”.24

Pada usia 60 tahun rata-rata seseorang telah mengalami

penurunan secara fisik dan mengalami suatu proses alami yaitu yang

sering dikenal dengan istilah menua.

b. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Setiap periode kehidupan seseorang memiliki tugas

perkembangan yang berbeda-beda. Tugas perkembangan merupakan

tugas yang seharusnya dapat terpenuhi oleh seseorang dalam

kehidupannya.

Tugas perkembangan untuk periode usia lanjut dapat

dikemukakan seperti tersebut di bawah ini yaitu :

1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan

2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

4. Menjalin hubungan dengan orang-orang yang seusianya

5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan

harmonis.25

24
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. (Jakarta Pusat: CV.
Pedoman Ilmu Jaya. 2006) Cet. Ke-4, h. 148-149
34

Atas dasar pemahaman mengenai tugas perkembangan tersebut

maka tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dapat tercapai pada

periode usia lanjut ialah kemampuan diri untuk melakukan

penyesuaian secara psikis saat memasuki proses menua ketika

bergesernya peran sosial, penurunan fisik, kesiapan dalam

menghadapi kematian dan kondisi-kondisi yang tidak seperti masa

sebelumnya.

2. Lansia Dalam Keberagamaan

Dari berbagai latar belakang yang menjadi penyebab

kecenderungan sikap keagamaan pada usia lanjut, M. Argyle, Elie A.

Cohen dan Robert H. Thoules mengemukakan bahwa ciri-ciri

keberagamaan di antaranya sebagai berikut26 :

a. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat

keagamaan.

b. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan

akhirat secara lebih sungguh-sungguh.

c. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling

cinta antara sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.

d. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia selanjutnya.

25
Zahrotun Nihayah, dkk, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Tinjauan Psikologi Barat dan
Psikologi Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet, ke-1, h. 126.
26
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 112-113.
35

e. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan

pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya

kehidupan abadi (akhirat).

Dari ciri-ciri seperti dikemukakan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pada usia lanjut kecenderungan keagamaan rata-

rata sudah mulai memiliki ketetapan dalam keimanan tidak ada lagi

rasa keraguan dalam beragama, sebagian tujuan hidupnya merupakan

tujuan pada kebaikan untuk kehidupan di akhirat, tidak lagi hanya

bersifat duniawi dengan lebih memiliki keinginan melakukan

pendekatan-pendekatan kepada Tuhan serta nilai-nilai spiritual

semakin mendapatkan tempat dan lebih menguat pada diri manula.

C. SKIZOFRENIA

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan kejiwaan yang biasa

kita kenal dengan istilah kegilaan atau gila. Istilah skizofrenia pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1911 oleh seorang ahli psikiatri berkebangsaan

di Swiss yang bernama Euge Bleuner.

“Skizofrenia adalah kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang

ditandai terutama mengenai realitas, perilaku menarik diri dari interaksi

sosial, adanya disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran

dan kognisi”.27

27
Sutardjo A. Wiramihardja,Psi. Psikologi Abnormal, h. 134.
36

Mengacu dari pengertian skizofrenia tersebut, di sini dapat dijelaskan

bahwa jenis gangguan kejiwaan skizofrenia ini dapat berdampak adanya

gangguan mengenai realitas, biasanya cenderung menunjukan prilaku

menarik diri dari lingkungan dan kurangnya kemampuan di dalam

berinteraksi sosial.

Skizofrenia merupakan jenis gangguan kejiwaan yang dapat

mengakibatkan seseorang mengalami gangguan pada pandangan mengenai

realitas, persepsi, ataupun yang berkenaan dengan kognitif.

2. Tipe-Tipe Skizofrenia

a. Skizofrenia Tipe Paranoid

Suatu ketakutan seperti akan dibunuh oleh seseorang, disakiti

ataupun ketakutan pada situasi tertentu akan tetapi pada kenyataannya

tidak demikian. Keadaan yang demikian merupakan salah satu contoh

skizofrenia tipe paranoid.

Adapun ciri utama skizofrenia tipe ini adalah “adanya halusinasi,

kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, penderita juga

mungkin mempunyai tingkah laku superior memimpin dan interaksi

interpersonal yang kaku”.28

Ciri-ciri tersebut di atas merupakan salah satu indikasi bahwa

seseorang tersebut dapat digolongkan pada skizofrenia pada tipe

paranoid.

28
Iman Setiadi Arif, SKIZOFRENIA Memahami Dinamika Keluarga Pasien, (Bandung:
PT. Ravika Aditama, 2006), h. 20
37

Adapun tipe skizofrenia paranoid ini sering muncul ketika

“memasuki usia 30 tahun”.29

Biasanya memasuki usia 30 tahun merupakan usia rentan

seseorang mudah mengalami skizofrenia pada tipe ini apalagi jika

seseorang tersebut mengalami stres ataupun tekanan psikis lainnya.

b. Skizofrenia Tipe Disorganized

Skizofrenia tipe disorganized biasanya muncul pada usia muda

dan lebih awal dibandingkan dengan gangguan-gangguan skizofrenia

lainnya, biasanya individu mengalami kehati-hatian yang berlebihan

mengenai hal-hal sepele dan terlalu dikuasai oleh fantasi-fantasinya.

“Adapun ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah tingkah

laku kacau dan pembicaraan yang kacau desertai kekonyolan dan

tertawa yang tidak erat berkaitan dengan isi pembicaraan”.30

Bila diamati dari ciri-ciri pada tipe ini bahwa ada kecenderungan

mereka yang masuk ke dalam tipe ini mungkin saja dapat menampilkan

emosi yang secara nyata sekali tidak berhubungan dengan apa yang

mereka katakan, atau apa yang terjadi di lingkungannya.

c. Skizofrenia Tipe Katatonik

Penarikan diri yang bersifat ekstrim terhadap lingkungannya

membuat seseorang tersebut tidak lagi mengenal duniannya merupakan

indikasi dari tipe ini.

29
W. E. Maramis. Ilmu Kedokteran Jiwa (Surabaya: Airlangga University Press, 1990), h.
226
30
Imam Setiadi Arif. SKIZOFRENIA Memahami Dinamika Keluarga Pasien , h. 21
38

“Adapun ciri utama skizofrenia tipe katonik adalah gangguan


pada psikomotor yang dapat meliputi ketidakbergerakan motorik (motor
immobility), aktivitas motorik berlebihan, negativism yang ekstrim,
mutism (sama sekali tidak mau bicara dan komunikasi), gerakan-
gerakan yang tidak terkendali, echolalia (mengulang ucapan orang lain)
atau echopraxia (mengikuti tingkah laku orang lain)”.31

Bila diamati dari ciri utamanya bahwa pada tipe ini bisa saja

seseorang tersebut mengalami ketidak bergerakan secara motorik

seperti tidak mau berbicara, bergerak atau sebaliknya pada tipe ini

seseorang mengalami gerakan-gerakan dari segi motoriknya secara

berlebih-lebihan.

Skizofrenia tipe ini biasanya muncul antara “umur 15-30 tahun,

dan bersifat akut dan sering didahului oleh stres emosional”.32

Memasuki masa remaja atau dewasa merupakan periode

transisional dan dalam kondisi demikian seseorang sangat rentan akan

terjadinya gangguan pada dirinya.

d. Skizofrenia Tipe Undifferentiated

Pada umumnya, gambaran ini terlihat pada pasien yang berada

pada proses yang sedang dalam keadaan melemah (breaking down) dan

menuju skizofrenia.

“Adapun ciri utama dari tipe ini ialah adanya kebingungan


(confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-berubah
(emotional tumoil), adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau
salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi,
depresi, dan sewaktu-waktu juga menunjukan ketakutan”.33

31
Ibid, h. 22
32
W. E. Maramis. Ilmu Kedokteran Jiwa , h. 224
33
Sutardjo A. Wiramiharja. Pengantar Psikologi Abnormal, h.146
39

Dengan melihat ciri utama dari tipe ini maka dapat diketahui

bahwa seseorang memiliki kecenderungan emosi yang berubah-ubah

dengan adanya gejala depresi dan autisme dan sewaktu-waktupun

menunjukan ketakutan.

e. Skizofrenia Tipe Residual

Skizofrenia tipe residual merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala

skizofrenia yang tidak begitu menonjol akan tetapi tipe ini seseorang

tersebut akan mengalami penarikan sosial.

“Tipe ini merupakan kategori yang digunakan bagi mereka yang

dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan

beberapa jenis gangguan itu seperti halusinasi”.34

Bila diamati dari cirinya pada tipe ini seseorang dapat dikatakan

telah terlepas dari skizofrenianya hanya saja masih memperlihatkan

beberapa jenis gangguan tersebut seperti masih adanya halusinasi

ataupun penarikan diri.

3. Simtom Negatif dan Simtom Positif

a. Simtom Negatif

Bagi Andreason, simtom negatif dimaksudkan kurangnya atau

tidak adanya perilaku yang biasanya ditampilkan oleh orang-orang

normal. Menurutnya, bahwa “Simtom negatif memiliki 3 tipe yang

diakui dalam DSM-IV sebagai inti dari skizofrenia adalah35:

1. Affectife Flattening

34
Ibid, h 149
35
Ibid, h. 136-137
40

Affectife Flattening adalah berbagai bentuk reduksi

(penurunan atau pengurangan), atau bahkan sama sekali

hilangnya respon-respon afektif terhadap lingkungan,

terganggunya dalam menampilkan reaksi-reaksi emosionalnya.

Sering juga disebut sebagai blunted affect. Orang dengan

blunted affect mungkin tidak melakukan kontak mata dengan

orang lain.

2.Alogia

Alogia atau kemiskinan bicara adalah pengurangan atau

penurunan (reduksi) berbicara. Penderita mungkin tidak

berinisiatif untuk berbicara dengan orang lain, dan jika ditanya

secara langsung, ia menjawabnya dengan singkat dengan isi

jawaban yang tidak berbobot. Kurang atau kerusakan dalam

berpikir, meskipun hal itu mungkin untuk sebagian disebabkan

oleh kurangnya motivasi berbicara.

3. Avolition

Avolution adalah ketidakmampuan untuk bertahan pada saat-

saat biasa, atas aktivitas yang mengarah pada pencapaian tujuan,

termasuk dalam bekerja, sekolah dan di rumah. Orang tersebut

bermasalah dalam menyelesaikan tugas-tugas dan adanya

disorganisasi dan ketidakpedulian nyata sekali secara penuh

tidak termotivasi. Dia hampir duduk sepanjang hari tanpa

melakukan apapun. Dia mungkin menarik diri dan terisolasi

secara sosial”.
41

b. Simtom Positif

Simtom positif merupakan sintom-sintom yang berupa

“tambahan” terhadap pola-pola perilaku orang-orang pada

umumnya, seperti lonjakan emosional yang kuat, agitasi motorik,

interpretasi kejadian-kejadian yang salah atau menyimpang. dan

delusional, yang disebut delusional interpretation. Kalau ia melihat

sesuatu kejadian nyata, ia tidak menginterpretasikan kejadian

tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya, orang

lewat di belakangnya dikatakan hantu yang lewat.

Berikut ini adalah concept review mengenai positif simtom

dikemukan Susan Nolen – Hoeksema36 :

1. Delusi

Delusi merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa

seorang individu meyakini suatu kebenaran, yang kemungkinan

besar bahkan hampir pasti, tidak mungkin. Tentu saja, banyak

orang terkadang memegang keyakinan besar bisa jadi salah,

seperti keyakinan pada lotre.

Terdapat empat delusi, yaitu delusi yang bersifat menyiksa

(persectory), referensi (referent), kebesaran (grandiose), dan

insersi pikiran.

1) Delusi penyiksaan (persectory delusion), merupakan

keyakinan yang salah bahwa dirinya atau orang yang

dicintainya telah disiksa, dikuntit, atau menjadi korban

36
Ibid, h.138-141
42

konspirasi orang-orang. Misalnya yakin bahwa agen-agen

inteligen dan polisi berkonspirasi untuk menangkap dirinya

dalam suatu operasi tiba-tiba.

2) Delusi grandiose (grandiose delusion), merupakan keyakinan

yang salah bahwa ia memiliki kekuatan, pengetahuan, atau

bakat yang besar, atau ia merupakan seseorang yang terkenal

dan orang yang kuat. Misalnya yakin bahwa seorang

pahlawan bereinkarnasi ke dalam diri seseorang atau dirinya

sendiri.

3) Delusi rujukan (delusion of reference), ialah yakin akan

kejadian-kejadian yang diarahkan pada dirinya. Misalnya,

meyakini penyiar berita memberitakan gerakan-gerakannya.

4) Delusi diawasi (delusion of being controlled), ialah meyakini

pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh

kekuatan eksternal. Misalnya yakin adanya makhluk asing

telah menguasai badannya dan mengendalikan pikirannya.

2. Halusinasi

Halusinasi adalah gejala dimana seseorang melihat

sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Adapun macam-macam halusinasi sebagai berikut:

1) Halusinasi Pendengaran

Dimana pada halusinasi ini orang mendengar suara-suara,

musik, dan lain-lain, yang sebenarnya tidak ada.


43

2) Halusinasi Perabaan

Halusinasi ini melibatkan persepsi bahwa sesuatu sedang

terjadi di luar tubuh seseorang. Misalnya hama atau binatang-

binatang kecil sedang merayap naik kembali kepada orang

tersebut.

3) Halusinasi Somatis

Halusinasi ini melibatkan persepsi bahwa sesuatu sedang

terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya cacing atau ulat

memakan usus orang tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dapat dipahami

bahwa simtom positif dan negatif ini merupakan upaya

penggolongan bertujuan guna mengetahui kurangnya atau tidak

adanya perilaku yang biasanya ditampilkan oleh orang-orang

normal pada seseorang yang diidentifikasi mengalami skizofrenia

dan guna mengetahui gejala tambahan yang tidak ada pada orang-

orang normal maka digolongkanlah menjadi simtom positif dan

negatif.

4. Skizofrenia Pada Usia Lanjut

Permasalahan yang di hadapi pada usia lanjut tidak hanya dihadapkan

pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja ataupun penurun secara fisik,

tapi juga permasalahan gangguan pada psikis atau kejiwaan dalam

menghadapi usia senja. Salah satu jenis gangguan jiwa yang mungkin

dialami oleh lansia ialah skizofrenia.


44

“Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat dialami manusia

sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika

muncul pada usia lanjut karena menyangkut perubahan pada segi fisik,

psikologis dan sosial-budaya”.37

Dapat dijelaskan di sini bahwa usia lanjut merupakan usia yang

biasanya sudah mengalami kemunduran atau perubahan secara fisik dalam

arti ini adalah suatu keadaan yang alami dikarenakan suatu perubahan sel-

sel tubuh bukan karena penyakit khusus tentu hal ini akan memberikan

perubahan pula pada psikologis usia lanjut dan dari segi sosial-budaya pun

akan mengalami perubahan, oleh karena itu usia lanjut merupakan usia

yang rentan terhadap gangguan kejiwaan bahkan dapat bertambah kronis

pada usia ini.

“Adapun gangguan skizofrenia pada lanjut usia ditandai oleh


gangguan pada alam pikiran sehingga seseorang memiliki pikiran yang
kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosi sehingga emosi
menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham
dan sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi,
waham dan gangguan kemampuan dalam menilai realita, sehingga
penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun orang dan pada
umumya, gangguan skizofrenia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia
paranoid, simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para
lansia dengan gangguan kejiwaan tersebut menjadi kurang terurus karena
perangainya dan tingkahlakunya yang tidak menyenangkan orang lain,
seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan.”.38

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa

secara umum jenis skizofrenia paranoid, simplek dan laten yang biasanya

banyak dialami pada usia lanjut, selain itu gangguan jiwa skizofrenia yang

Zainuddin Sri Kuntjoro, “Mengenal Gangguan Jiwa Pada lansia.” Artikel Diakses
37

Pada 14 Mei 2002 dari http://www. e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_etail. asp id: 181

38
Ibid
45

terjadi di usia lanjut merupakan proses skizofrenia yang dialami saat

sebelum memasuki usia lanjut dikarenakan tidak teratasi dengan baik.


BAB III

GAMBARAN UMUM RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI

A. Riwayat Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Dari Masa ke Masa

Dahulunya Rumah Sakit H. Dr. Marzoeki Mahdi ini pada tanggal 1 Juli

1882 diresmikan dengan nama Krankzinnigengestich te buitenzong oleh

Pemerintah Hindia Belanda, kemudian pada tahun 1945 Rumah Sakit tersebut

berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Bogor dengan direktur pribumi

pertama dr. H. Marzoeki mahdi, lalu di tahun 1978 Rumah Sakit Jiwa Bogor

ini mengalami perubahan nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor

berdasarkan SK Menkes No. 135/Menkes/SK/IV/78, setelah tahun 2002

Rumah Sakit Jiwa tersebut semakin memiliki banyak fungsi tidak hanya

melayani kesehatan jiwa melainkan telah tersedia pelayanan kesehatan umum

sehingga Rumah sakit Jiwa tersebut berubah nama menjad Rumah Sakit. H.

Dr. Marzoeki mahdi bogor berdasarkan SK Menkes No.

266/Menkes/SK/IV/2002 tanggal 10 April 2002. Walaupun dahulunya

Rumah Sakit ini lebih dikenal sebagai Rumah Sakit Jiwa Bogor dan kini

menjadi Rumah Sakit yang terbilang kini sudah menjadi Rumah Sakit Umum

akan tetapi di dalam Rumah Sakit ini tetap menyediakan pelayanan bagi

kesehatan jiwa dan menjadi instansi pemerintah yang menerapkan pada PPK-

BLU pada tahun 2007 berdasarkan SK Menkeu No. 279/KMK. 05/ 2007

tanggal 21 Juni 2007 dan ditetapkan menjadi 15 UPT Depkes dengan

menerapkan SK Menkes No. 756/ Menkes/SK/ IV/tanggal 26 Juli 2007.

46
47

Adapun Sebelum tahun 1942 pada masa Perang Dunia ke-II Kapasitas

400 ternyata tidak cukup, karena jumlah pasien yang dirawat terus meningkat

mencapai 2203.

Periode 1942-1945 RSJ Bogor sebagian dipakai untuk penampungan

tentara jepang dan sebagian dipakai untuk karantina penyakit menular.

Periode 1945-1950, tidak banyak perhatian terhadap RSJ Bogor. Periode

1950-1969 hanya sedikit perbaikan gedung dapat dilaksanakan, bahkan

proses pengrusakan lebih berjalan cepat dari pada perbaikannya.

Jumlah luas bangunan RSJ Bogor adalah sebagai berikut:

1) Luas bangsal dan kantor adalah 21.656,75 m2

2) Rumah Dinas 11.455 m2

Tanah RSJ yang sudah tersertifikasi adalah 61,632 hektar, sedangkan

yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah adalah 56.000 hektar. Hasil

pengukuran tanah RSJ Bogor yang terakhir menunjukan bahwa luas tanah de

fakto adalah 133,5601 hektar.

B. VISI DAN MISI RS. H. MARZOEKI MAHDI

1. Visi

Visi rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah :

“Terwujudnya rumah sakit mandiri melalui profesionalisme dan

pelayanan yang bermutu dengan mengutamakan kepuasaan pelanggan dan

terjangkau oleh rakyat miskin”.


48

2. Misi

Misi rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah:

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan keunggulan kesehatan jiwa

dan NAPZA.

b. Memberdayakan seluruh potensi yang ada di rumah sakit.

c. Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa menjadi pusat rujukan

nasional

d. Mengembangkan pendidikan kesehatan dan penelitian serta kemitraan

yang seluas-luasnya.

e. Mencapai kesejahteraan bersama.

C. Tujuan Berdirinya RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Tujuan didirikannya RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas,

dan penerapan praktek bisnis yang sehat demi:

1. Tercapainya jasa layanan kesehatan jiwa dengan kualitas prima.

2. Tercapainya produk unggulan dalam bidang kesehatan jiwa.

3. Tersedianya sumber daya manusia bidang kesehatan jiwa yang

profesional dan berkomitmen kegiatan rumah sakit jiwa Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor menyelenggarakan kegiatan :


49

a. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan

jiwa melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif serta pelayanan penunjang secara paripura.

b. Pengembangan pelayanana, pendidikan, dan penelitian

dibidang kesehatan jiwa umum pendukung pelayanan

kesehatan jiwa.

c. Pendidikan, penelitian dan usaha lain dalam bidang kesehatan.

D. PELAYANAN DI RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Pelayanan yang diberikan oleh RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

meliputi beberapa pelayanan, tetapi pelayanan utama (Core Bussiness) adalah

pelayanan kesehatan jiwa (psikiatri), sedangkan pelayanan umum (non

psikiatri) sebagai pelayanan penunjang. Walaupun demikian semua jenis

pelayanan yang diberikan sangat mendahulukan kualitas dan profesionalisme.

Adapun pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

meliputi :

1. Pelayanan Kesehatan Jiwa

a. Instalasi Gawat Darurat Psikiatri

Instalasi gawat darurat jiwa/psikiatri melayani pasien dengan

kegawat daruratan psikiatri, meliputi gangguan jiwa akut, over

dosis/intoksikasi napza. Pelayanan diberikan selama 24 jam oleh tim

kesehatan jiwa profesional dan terlatih.


50

b. Unit Rawat Jalan

Pelayanan di unit jalan psikiatri diberikan oleh dokter ahli

kedokteran jiwa/psikiatri. Pelayanan yang diberikan meliputi

konsultasi, farmakoterapi, psikoterapi, psikoedukasi, pemeriksaan

MMPI dan surat keterangan sehat jiwa dan bebas narkotika.

c. Unit Rawat Inap Psikitri

Pelayanan unit rawat inap psikiatri terdiri dari 13 ruangan, dengan

kapasitas 484 tempat tidur, yang terdiri dari:

1 Ruang PHCU (psychiatric high care unit) merupakan tempat untuk

pasien gangguan jiwa ankut (gaduh gelisah)

2 Ruangan intermadiate merupakan tempat perawatan peralihan dari

PUCH ke ruang pemulihan.

3 Ruang psiko geriatri merupakan tempat perawatan khusus untuk

pasien gangguan jiwa usia lanjut.

4 Ruang perawatan komorbiditas fisik merupakan tempat khusus untuk

pasien gangguan jiwa dengan penyakit fisik yang menyertai.

d. Kegiatan di ruang rawat inap psikiatri

1 Pemeriksaan rutin oleh dokter ruangan dan psikiater

2 Evaluasi psikologi

3 Psikotrapi dan psikodukasi

4 Terapi aktivitas kelompok

5 Kegiatan rehabilitasi

6 Konseling dan penyuluhan keluarga


51

e. Instalansi Napza

Pelayanan instalasi NAPZA dimulai sejak tahun 2001 dan menjadi

pusat rujukan pasien NAPZA di Bogor, pelayanan yang diberikan

meliputi:

1 Poliklinik VTC/CST HIV

2 Ruang Rehabilitasi

3 Ruang detoksifikasi

4 Ruang relaps

5 One stop service pelayanan HIV/AIDS ruang rawat (total care,

biasa dan semi intensif)

2. Pelayanan Umum

a. Instalasi Gawat Darurat Non Psikiatri

Pelayanan instalasi gawat darurat non psikiatri RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor dibangun pada tahun 2002, yang dilengkapi

dengan fasilitas penunjang laboraturium dan radiologi. Pelayanan di

instalasi gawat darurat berlangsung selama 24 jam, dengan pelayanan

yang prima.

b. Palayanan Di Instalasi Rawat Jalan Non Medis Terdiri Dari:

1 Poliklinik Umum

2 Poliklinik Penyakit Dalam

3 Poliklinik Kebidanan dan Kandungan

4 Poliklinik Bedah

5 Poliklinik Mata

6 Poliklinik THT
52

7 Poliklinik Endokrin

8 Poliklinik Jantung

9 Poliklinik Paru

10 Poliklinik Konsultasi Gizi

11 Poliklinik Geriatri

12 Poliklinik Neurologi

13 Poliklinik Kesehatan Anak

14 Poliklinik kulit dan Kelamin

15 Poliklinik Gigi

c. Instalasi Rawat Inap Umum/Non Psikiatri

Pelayanan rawat inap umum/ non psikiatri RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor berkapasitas 127 tempat tidur.

1 VIP : 3 tempat tidur

2 Ruang Kelas I Utama : 8 tempat tidur

3 Ruang Kelas I : 26 tempat tidur

4 Ruang Kelas II Plus : 17 tempat tidur

5 Ruang Kelas II : 12 tempat tidur

6 Ruang Kelas III : 47 tempat tidur

7 Ruang Perinatologi : 14 tempat tidur

3. Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan

Bagian pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Dr. H.Marzoeki

Mahdi Bogor, telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan 54 Institusi,

baik dari fakultas kedokteran, fakultas keperawatan, fakultas psikologi,


53

sarjana kesehatan masyarakat, akademik kebidanan. Mahasiswa-

mahasiswa tersebut berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Pelatihan-pelatihan dan seminar telah dilaksanakan oleh Bagian

Pendidikan dan Penelitian baik berupa pelatihan kedokteran (Psikiatri dan

Non Psikiatri), keperawatan dan psikologi.

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi juga menjadi lahan penelitian,

baik yang dilakukan oleh Karyawan maupun Mahasiswa.

4. Pelayanan Penunjang

a. Instalasi rehabilitasi medik

b. Laboraturium

c. Radiologi

d. EEG

e. Farmasi

f. Ambulance RS

g. Fasilitas Taman

h. Hemodialisa

i. Penunjang spesialistik endoscopy


BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia

Usia Lanjut Di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai proses pelaksanaan

bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut di RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor.

Guna mengetahui efek bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia

usia lanjut di RS. Dr. Marzoeki Mahdi Bogor, penulis terlebih dahulu

melakukan pengamatan melalui proses cybernatic yaitu dengan mengamati

input, truput ataupun output yang dihasilkan dari pelaksanaan bimbingan

rohani Islam tersebut, berikut adalah penjelasannya:

1. Input

Selama penelitian berlangsung penulis mengamati bahwa ada beberapa

input yang diberikan di dalam kegiatan bimbingan rohani Islam ini oleh tim

pembimbing rohani Islam yang beranggotakan lima orang diantaranya:

a. Bapak Suganda merupakan ketua bimbingan rohani Islam dan perawat

khusus bagi pasien jiwa rawat inap di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Semenjak tahun 2006 beliau telah menjadi ketua bimbingan rohani Islam

di bagian rehabilitasi psikososial.

b. Bapak M. Supendi merupakan ketua bagian rehabilitasi sosial dan

anggota dari tim bimbingan rohani Islam. Beliau menjadi ketua

rehabilitasi psikososial dan bergabung sebagai tim bimbingan rohani

Islam sejak tahun 2006, beliau menjadi anggota tim bimbingan rohani

54
55

Islam berdasarkan tugas pokok penanggung jawab dari program yang

diadakan pada bagian rehabilitasi psikososial.

c. Ibu Endang Sriyati merupakan anggota tim bimbingan rohani Islam dan

sebagai penanggung jawab program rehabilitasi psikososial sejak tahun

2006 sampai dengan saat ini.

d. Ibu Ratna Susilawati anggota tim bimbingan rohani Islam dan sebagai

penanggung jawab program rehabilitasi psikososial sejak tahun 2010

sampai dengan saat ini.

e. Ibu Yustini merupakan anggota tim bimbingan rohani Islam dan sebagai

penanggung jawab program rehabilitasi psikososial sejak tahun 2005

sampai dengan saat ini.

Input dari tim bimbingan rohani Islam tersebut diberikan ke arah subjek

sasaran secara umum yaitu para penderita skizofrenia dan khususnya ke

arah subjek penelitian yang penulis amati yaitu katagori usia lanjut

diantaranya:

a. Tn. M merupakan pasien jiwa rawat inap katagori usia lanjut di Ruang

Saraswati RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Beliau mengalami

skizofrenia tipe paranoid dan mengalami gangguan jiwa sebelum usia

lanjut karena sebelumnya beliau pernah menjadi pasien jiwa rawat inap

di Ruang Bratasena merupakan Ruangan untuk katagori usia dewasa.

b. Tn. S merupakan pasien jiwa rawat inap katagori usia lanjut di Ruang

Saraswati RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Beliau mengalami

skizofrenia tipe residual dan mengalami gangguan jiwa sebelum usia

lanjut beliau menjadi pasien jiwa di Rumah Sakit ini sejak Tahun 1998.
56

c. Ny. SP merupakan pasien jiwa rawat inap katagori usia lanjut di Ruang

Saraswati RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Beliau mengalami

skizofrenia tipe paranoid dan mengalami gangguan jiwa sebelum usia

lanjut.

d. Ny. W merupakan pasien jiwa rawat inap katagori usia lanjut di Ruang

Saraswati RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Beliau mengalami

skizofrenia tipe paranoid dan mengalami gangguan jiwa sejak tahun

1969.

Dalam proses pelaksanaannya kegiatan ini memiliki beberapa input yang

salah satunya ialah sebuah tujuan dari diadakannya kegiatan bimbingan

rohani Islam ini diantaranya :

1) Guna memenuhi kebutuhan spiritual

2) Menumbuhkan kemauan untuk berinteraksi sosial

3) Menumbuhkan kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan

kerohanian Islam

4) Menggali atau mengasah kembali potensi dasar atau pengetahuan yang

sudah dimiliki sebelum sakit

5) Menjadikan penderita skizofrenia mampu mengatasi masalahnya

melalui pendekatan kepada Tuhan. 1

1
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Suganda, SKM selaku ketua bimbingan rohani Islam.
Bogor, Tanggal 1 Agustus, 2012
57

Dari tujuan kegiatan bimbingan rohani Islam tersebut di atas dapat

teramati bahwa tujuan tersebut memberikan input ke arah kognitif yaitu

dengan menggali atau mengasah kembali potensi dasar atau pengetahuan

yang sudah di miliki seperti sebelum para penderita skizofrenia mengalami

sakit.

Sedangkan memberikan kebutuhan spiritual serta menjadikan para

penderita skizofrenia usia lanjut mampu mengatasi masalahnya melalui

pendekatan kepada Tuhan hal ini dapat menjadi input ke arah afektif para

peserta bimbingan, serta dengan menumbuhkan kemauan untuk berinteraksi

sosial dan berpartisipasi dalam kegiatan pun dapat menjadi input yang baik

ke arah psikomotorik subjek sasaran bimbingan.

Adapun dalam proses pelaksanaannya input yang diberikan berupa

kegiatan-kegiatan yang berkaitan mengenai spiritual diantaranya kegiatan

shalawatan, pengahafalan surat-surat pendek kitab suci Al-Quran,

pengiriman doa-doa kepada keluarga pasien yang telah wafat, taushiyah,

dan kegiatan tanya jawab interaktif antara pembimbing dengan pasien.

Materi yang diberikan pun ringan dan mudah dipahami hal ini

dikarenakan materi hanya sebatas dasar-dasar mengenai Islam, hal-hal yang

menyangkut dengan kehidupan sehari-hari seperti cara mengghadapi

musibah, cara bersyukur, mengajarkan cara bersikap (Attitude) yang baik

dan motivasi-motivasi yang dapat memberikan kekuatan bagi rohani para

peserta bimbingan. Di dalam membimbing pun para pembimbing memiliki

kepribadian yang menyenangkan, sabar, dan mampu memahami kondisi

kejiwaan peserta bimbingan.


58

2. Truput

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan truput yaitu sebuah

keberlangsungan proses dari input tersebut dengan melalui proses belajar

hingga menghasilkan suatu pengertian, kesadaran, penghayatan ataupun

pengamalan terhadap ajaran agama.

Maka pada bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai proses

jalannya kegiatan hingga menghasilkan pengertian, kesadaran, penghayatan

ataupun pengamalan terhadap ajaran agama para peserta bimbingan.

Bimbingan rohani Islam dilaksanakan 1 hari dalam 1 minggu, setiap

hari rabu, waktu bimbingan adalah 2 jam, yaitu pukul 09.00 WIB s/d pukul

11.00 WIB, dan bertempat di ruangan rehabilitasi sosial RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor.

Pembimbing mengadakan pertemuan secara keseluruhan, bimbingan

rohani Islam ini ditujukan hanya untuk pasien yang beragama Islam. Dalam

kegiatan ini, seluruh pasien skizofrenia yang beragama Islam di RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor dikumpulkan dalam 1 ruangan khusus yaitu ruang

rehabilitasi psikososial, dimana tempat ini merupakan tempat kegiatan baik

bimbingan rohani Islam ataupun terapi-terapi lainnya yang ada di RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor.

Dalam kegiatan bimbingan rohani Islam ini, seluruh penderita

skizofrenia (terlepas dari jenis kelamin dan kategori usianya) dikumpulkan

menjadi satu dan diperlakukan sama. Akan tetapi, penderita skizofrenia laki-

laki dan perempuan duduk secara terpisah meskipun masih dalam satu

ruangan yang sama selain itu pada kegiatan ini pasien penderita skizofrenia
59

didampingi oleh psikolog dan perawat berfungsi menjaga apabila ada pasien

skizofrenia mengalami serangan skizofrenianya datang disaat kegiatan

berlangsung maka akan ditangani oleh mereka.

Adapun pada prosesnya kegiatan bimbingan rohani Islam tersebut

memiliki beberapa tahapan kegiatan diantaranya pembacaan shalawat,

penghafalan surat-surat pendek kitab suci Al-qur’an, pengiriman doa-doa

kepada keluarga/saudara-saudara penderita yang sudah tiada (wafat),

tausiyah, tanya jawab interaktif pembimbing bersama para penderita

skizofrenia.

Dari proses bimbingan tersebut nampak adanya perubahan yang terjadi

pada aspek kognitif, afektif ataupun psikomotorik subjek. Dari hasil proses

belajar mereka di dalam kegiatan kini para subjek penelitian yaitu Tn. M,

Tn. S, Ny. SP dan Ny. W secara kognitif kemampuan hafalan atau daya

ingat mereka semakin bertambah yang pada awalnya mereka terbatah-batah

pada saat melantunkan ayat tersebut di depan teman-temannya kini sudah

mulai lancar dan kemampuan hafalannya mereka cukup baik ternyata sudah

menguasai banyak berbagai macam hafalan surat-surat pendek kitab suci

Al-Quran.

Dengan adanya kegiatan tausiyah mereka mendapatkan pengetahuan

ataupun pemahaman mengenai ajaran agama mereka sendiri seperti yang

dikatakan oleh salah satu subjek yaitu Ny. SP.


60

“Saya jadi tau tentang Islam bahwa sebagai umat Islam kita harus
mencintai agama kita sendiri dan Islam itu agama yang mengajarkan untuk
mendirikan sholat lima waktu isa, subuh, lohor (dzuhur), ashar dan magrib
kita harus menjalankannya dan Islam mengajarkan untuk menghargai agama
orang lain”2

Tidak hanya itu, para pembimbing sering memberikan berbagai

motivasi agar pasien memiliki sikap (Attitude) yang baik serta mampu

berinteraksi sosial. Kegiatan yang diberikan di antaranya bertukar

pengetahuan agama pada saat tanya jawab interaktif ataupun pada saat

tausiyah antara pembimbing dengan pasien. Pembimbing juga mendorong

pasien untuk terlibat dan termotivasi dalam membantu memecahkan

masalah diri dan masalah yang dihadapi temannya.

Di dalam prosesnya, pembimbing pun mengajarkan untuk berpakaian

muslim/muslimah, mengajarkan untuk bersikap baik ketika mengikuti

kegiatan dengan tidak menimbulkan kegaduhan, serta memberikan

penjelasan bahwa kegiatan bimbingan rohani yang diikuti pasien merupakan

tuntunan bukan tontonan sehingga tidak dibenarkan untuk bertepuk tangan

pada saat kegiatan. Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa

pembimbing tidak hanya memberikan pengetahuan (Kognitif) tetapi juga

berusaha mengubah sikap (Attitude) dari segi psikomotorik dengan terlebih

dahulu menimbulkan pengertian dan kesadaran pada para pasien.

2
Wawancara Pribadi Dengan Ny. Suparmi, Bogor, Tanggal 24 Oktober, 2012.
61

3. Output

Output pada penelitian ini merupakan suatu perubahan yang terjadi baik

secara kognitif, afektif ataupun psikomotorik dari hasil proses belajar yaitu

dari mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam tersebut.

Berdasarkan fakta di lapangan yang telah penulis temukan bahwa

output yang di tunjukan oleh keempat subjek penelitian yang dapat teramati

ialah adanya perubahan dari segi kognitif, kegiatan ini mampu mengasah

atau menggali potensi pengetahuan yang dimiliki para subjek, bahwa

ternyata walaupun mereka memiliki keterbatasan secara kejiwaan di

karenakan mereka mengalami skizofrenia, akan tetapi mereka memiliki

kemampuan yang baik dalam hal ini mengenai hafalan kitab suci Al-Quran

dan pengetahuan ataupun pemahaman mengenai agama mereka yaitu Islam.

Dengan adanya bimbingan ini kemampuan secara kognitif mereka

berubah dengan baik yang tadinya kemampuan daya ingat tentang hafalan

surat-surat pendek kitab suci Al-Quran mereka menurun dan masih terbatah-

batah kini mereka mampu menguasainya dan lancar pada saat melantunkan

ayat tersebut di depan teman-temannya serta secara pengetahuan yang

mereka miliki kini tergali kembali dan semakin memahaminya.

Secara afektif dengan adanya kegiatan ini kebutuhan spiritual mereka

cukup tepenuhi mereka dapat mengaktualisasi diri dan mendapatkan rasa

tenang serta senang dari adanya kegiatan ini seperti yang di katakan oleh

Ny. SP bahwa ia mengatakan “ saya senang mengikuti kegiatan ini, jadi

tambah pengetahuan dan hati saya jadi tenang”.3

3
Wawancara Pribadi Dengan Ny. Suparmi, Bogor, Tanggal 24 Oktober, 2012.
62

Adapun output lain dari kegiatan ini seperti yang dikemukakan oleh Bapak

Suganda selaku ketua dari kegiatan bimbingan rohani Islam

“Semakin hari para peserta bimbingan mampu beradaptasi dengan


lingkungan seperti kini mereka lebih rapih ketika datang pada kegiatan
bimbingan rohani Islam mereka berbusana muslim, laki-laki menggunakan
busana rapih dan menggunakan peci/kopeah sedangkan yang perempuan
kini sudah banyak yang menggunakan kerudung hal tersebut menjadi
sebuah kebiasaan sehingga tanpa disuruh lagi ketika ia akan datang pada
kegiatan tersebut mereka pun langsung menggunakan busana muslim”.4

Hal tersebut di atas menunjukan adanya sebuah perubahan ke arah

yang lebih baik secara kemampuan beradaptasi ataupun interaksi sosial.

“Setelah Tn. M nengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam kini Tn. M kini

telah mampu mengatasi halusinasinya dengan cara berdzikir dan berdoa

yang biasanya teriak-teriak ajah kalau sedang halusinasi”.5

Dengan demikian, dapat dikatakan di sini bahwa bimbingan rohani

Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut di RS. Dr. Marzoeki Mahdi

Bogor memberikan output yang memberikan perubahan yang cukup baik ke

arah kognitif, afektif ataupun psikomotorik keempat subjek.

4
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Suganda, SKM selaku ketua bimbingan rohani Islam.
Bogor, Tanggal 1 Agustus, 2012
5
Wawancara Pribadi dengan Fitri Kusmawati, SKM selaku Perawat jiwa usia lanjut.
Bogor, Tanggal 1 Agustus, 2012
63

B. Efek Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia Usia Lanjut Di

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan temuan dan analisis mengenai

efek bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia usia lanjut di RS. Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor. Setelah mengamati input, truput serta output pada

saat pelaksanaan bimbingan rohani Islam tersebut berlangsung, kini dapat

diketahui efek yang terjadi pada penderita skizofrenia usia lanjut dari kegiatan

tersebut.

Berdasarkan pemahaman dari David Barlo bahwa “efek merupakan

sebuah perubahan yang dapat diklasifikasikan kedalam tiga katagori yaitu

perubahan dalam pengetahuan (Knowlage), sikap (Attitude), dan prilaku nyata

(Behavior)”.6

Ketiga jenis perubahan tersebut di atas biasanya ditunjukan dengan

perubahan sikap, perubahan tersebut diawali dengan perubahan pengetahuan.

Dari input yang di berikan oleh tim pembimbing rohani Islam di RS. Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor berupa kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat dengan

spirutual seperti kegiatan shalawatan, penghafalan surat-surat pendek kitab suci

Al-Quran, pengiriman doa-doa kepada keluarga pasien yang telah wafat,

tausiyah dan tanya jawab interaktif antara pembimbing dan pasien mengenai

topik keislaman ataupun masalah pribadi yang sedang dihadapi.

6
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi, ( Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1993).Cet, ke-1, h. 75
64

Tidak hanya itu, input berupa motivasi guna menumbukan kemampuan

berinteraksi sosial pun turut diberikan. Para pasien khususnya subjek penelitian

yaitu Tn. M, Tn. S, Ny. SP dan Ny. W diberi bimbingan agar dapat beradaptasi

dengan lingkungan serta menggali potensi yang dimiliki. Para pembimbing

memberikan materi-materi yang ringan dan mudah dipahami oleh para peserta

bimbingan, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi pasien sehingga para

peserta dengan mudah mengikutinya.

Dengan adanya penyampaian materi yang ringan dan disesuaikan

dengan kondisi kejiwaan peserta bimbingan serta mengajarkan bagaimana

bersikap secara baik, sehingga hal tersebut menjadi upaya yang baik guna

menambah pengetahuan, pemahaman serta dapat menjadikan mereka sudah

mulai memiliki kemampuan yang baik secara bersikap (Attitude). Output atau

efek yang dihasilkan dari bimbingan rohani Islam ini cukup baik bagi kognitif,

afektif serta psikomotorik para subjek.

Secara kognitif mereka mampu menguasai kembali hafalan surat-surat

pendek kitab suci Al-Quran, mengingat bahwa usia lanjut telah mengalami

penurunan daya ingat, maka dengan bimbingan ini dapat membantu mereka

dalam mengingat dan melancarkan kembali hafalan mereka.

Pada kegiatan ini mereka pun mendapatkan pengetahuan mengenai

keislaman dan mereka mendapatkan pemecahan masalah bagi permasalahan

mereka baik yang menyangkut pribadi ataupun mengenai hal keagamaan.

Para subjek terlihat begitu antusias di dalam mengikuti kegiatan ini dan

nampak efek dari kegiatan ini secara afektif ada dari mereka yang merasa telah

mendapatkan rasa tenang dan senang karena mengikuti krgiatan ini seperti
65

yang di ucapkan oleh Ny. SP, menurutnya “saya senang mengikuti kegiatan ini,

jadi tambah pengetahuan dan hati saya jadi tenang”.7

Dari segi psikomotorik kegiatan ini memberikan efek yang baik.

Berdasarkan pengamatan penulis, para subjek mau bergerak dan aktif

bertanya, sangat antusias saat melantunkan ayat hafalan kitab suci Al-Quran

dalam kegiatan bimbingan. Tanpa diberi perintah mereka langsung bergerak

maju ke depan dan bersedia membagikan pengetahuannya kepada temannya

dan menyadari pentngnya tolong-menolong. Salah satunya adalah Ny. W yang

suka membantu pembimbing membagikan selembaran salawatan dan bersedia

maju di hadapan teman-temannya seperti yang di lakukan oleh Ny. W untuk

melantunkan hafalan surat pendek kitab suci Al-Quran.

Efek yang baik pun dirasakan oleh Tn. M yaitu dari hasil proses

bimbingan kini beliau telah mampu untuk mengatasi halusinasinya dengan

berdzikir dan berdoa hal ini di pertegas dari keterangan salah satu perawat.

“Setelah Tn. M nengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam kini Tn. M telah

mampu mengatasi halusinasinya dengan cara berdzikir dan berdoa yang

biasanya teriak-teriak ajah kalau sedang halusinasi”.8

Berdasarkan pengamatan dan analisis penulis yang telah diuraikan di

atas, dapat disimpulkan bahwa efek positif terlihat pada aspek kognitif, afektif

serta psikomotorik peserta bimbingan. Namun demikian, efek ini belumlah

terinternalisasi dalam keseharian keempat subjek. Mereka masih perlu

dibimbing lebih lanjut agar dapat pengamalan agama khususnya apa yang telah

7
Wawancara Pribadi Dengan Ny. Suparmi, Bogor, Tanggal 24 Oktober, 2012.
8
Wawancara Pribadi dengan Fitri Kusmawati, SKM selaku Perawat jiwa usia lanjut.
Bogor, Tanggal 1 Agustus, 2012
66

mereka dapatkan saat bimbingan dapat berjalan. Mengingat pada

kesehariannya subjek belum konsisten dalam menjalankan ibadah puasa dan

sholat pun sudah jarang dilakukan dan ini perlu motivasi dan bimbingan lebih

lanjut.

Mengingat bahwa bimbingan rohani Islam memiliki fungsi “untuk

remedial/rehabilitasi, edukatif/pengembangan dan preventif (pencegahan)”.9

Maka sangat baik diberikan bagi kebutuhan rohaniah penderita skizofrenia

selain sebagai pemenuhan kebutuhan secara spiritual kegiatan ini pun berfungsi

sebagai rehabilitasi, edukatif serta preventif.

Proses bimbingan rohani Islam disesuaikan berdasarkan ajaran yang

bersumber langsung dari firman Allah SWT yaitu Kitab Suci Al-Quran dimana

Kitab Suci Al-Quran di dalam ajaran Islam merupakan petunjuk atau sebagai

pembelajaran bagi umat manusia, hal ini diperkuat oleh QS. Yunus ayat 57

yang berbunyi :

Artinya : “wahai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman”.10

Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT telah

memberikan pelajaran (Al-Quran) sebagai petunjuk serta rahmat bagi umat

manusia dan penyembuh penyakit yang ada dalam dada.

9
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 49-50
10
Dr. Ahmad Hatta, MA, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Ababun Nuzul dan
Terjemahan, (Jakarta : Maqfirah Pustaka,2009) h. 215
67

Berdasarkan berbagai uraian tersebut di atas kegiatan bimbingan dan

mengarahkan seseorang dengan pendekatan kepada Tuhan dapat membantu

memecahkan masalah terkait dengan penyakit jiwa. Apabila kegiatan ini

terus dilakukan maka sangat baik karena dapat membantu pasien memenuhi

kebutuhan secara spritualnya serta menggembangkan kemampuan pasien

secara kognitif, afektif ataupun psikomotorik.

C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan

Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia Usia Lanjut Di RS.

Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Bedasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para anggota

bimbingan rohani Islam penulis menarik kesimpulan bahwa ditemukan

beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat didalam

kegiatan bimbingan diantaranya:

a. Faktor pendukung.

1. Sarana dan Pra-sarana

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa terdapat sarana dan

prasarana yang cukup memadai pada kegiatan bimbingan rohani

Islam di Rumah Sakit ini. Sarana dan pra-sarana tersebut antara lain

tersedianya ruang indoor yang dapat menampung semua peserta

bimbingan rohani Islam dan di fasilitasi dengan sound system,

pemutar video sebagai alat bantu di dalam proses bimbingan serta

adanya konsumsi setelah peserta mengikuti kegiatan bimbingan

rohani Islam.
68

2. Kerjasama yang terjalin baik di antara anggota tim bimbingan rohani

Islam.

Kerjasama yang ditunjukkan tim bimbingan rohani dimana mereka

berseda saling membantu satu sama lain menjadi faktor pendukung

lainnya. Keterampilan yang mereka miliki dalam membimbing dapat

berkembang karena adanya kesediaan untuk saling mengisi dan

memberi umpan balik.

3. Kemauan yang tinggi dari pasien.

Kemauan yang tinggi dari penderita skizofrenia untuk mengikuti

bimbingan rohani Islam dapat memudahkan para pembimbing untuk

memberikan bimbingan terhadap mereka

4. Tersedianya daya dukung pihak lain seperti psikolog dan perawat.

Ketersediaan tenaga pendukung dalam yang mendampingi pasien

yang mengikuti bimbingan rohani menjadi faktor pendukung

selanjutnya. Tenaga psikolog dan perawat dapat membantu

pembimbing ketika serangan skizofrenia pasien datang di saat

kegiatan berlangsung.

b. Faktor penghambat

1. Terbenturnya jadwal kegiatan bimbingan rohani Islam dengan

kebutuhan penelitian yang biasanya dilakukan oleh para mahasiswa/i

atau kegiatan pihak lain yang sedang melakukan penelitian di Rumah

Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tersebut.

Permasalahan jadwal seringkali menghambat pelaksanaan bimbingan

rohani. Jadwal yang sewaktu-waktu dapat berubah dan mengalami


69

penyesaian terkadang membuat beberapa penderita skizofrenia tidak

dapat menghadiri kegiatan bimbingan rohani Islam. Alasan yang

muncul adalah karena biasanya kondisi para penderita skizofrenia

khususnya katagori usia lanjut lebih mudah merasa letih setelah

mengikuti kegiatan sebelumnya atau karena jadwal bimbingan

rohani yang memang berbenturan dengan kegiatan lainnya.

2. Fluktuasi kesediaan dan keaktifan pasien dalam mengikuti kegiatan

bimbingan rohani.

Kondisi pasien yang seringkali mengalami penurunan keaktifan atau

kemauan untuk menghadiri kegiatan bimbingan rohani menjadi

faktor penghambat selanjutnya.

3. Keterbatasan bentuk dan variasi kegiatan bimbingan yang dapat

dilakukan.

Karena peserta bimbingan orang-orang yang mengalami gangguan

kejiwaan maka pembimbing mengalami kesulitan untuk berinovasi

mengenai kegiatan bimbingan karena peserta bimbingan memiliki

keterbatasan sehingga menghambat program-program berjalan

secara inovatif dan masih bersifat monoton.


70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil temuan dan analisis, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam pada penderita

skizofrenia usia lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi ini melalui berbagai

tahapan kegiatan diantaranya kegiatan shalawatan, penghafalan surat-surat

pendek kitab suci Al-Quran, pengiriman doa-doa, tausiyah, dan tanya

jawab interaktif, berbagai input seperti motivasi dan materi-materi

bimbingan yang ringan dan mudah dipahami diberikan para pembimbing

guna memenuhi kebutuhan spritual peserta bimbingan, menggali potensi

dasar peserta, mengatasi permaslahan dengan pendekatan kepada Tuhan,

menumbuhkan interaksi sosial dan partisipasi peserta dalam kegiatan.

Adapun kegiatan bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Dr.

Marzoeki Mahdi Bogor ini memberikan efek bagi para penderita

skizofrenia secara umum dan skizofrenia katagori usia lanjut khususnya

bagi para subjek penelitian. Efek yang dihasilkan dari kegiatan bimbingan

rohani Islam ini ialah adanya perkembangan kemampuan untuk menghafal

kembali surat-surat kitab suci Al-Quran, menumbuhkan kemampuan

berinteraksi sosial, kemampuan untuk mengatasi permasalahan dalam diri

dengan pendekatan kepada Allah SWT, serta kemampuan adaptasi dengan

lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan yang baik pada

aspek pengetahuan (Knowledge), pembentukan sikap (Attitude) ke arah

yang positif serta prilaku nyata (Behavior).

70
71

Faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan bimbingan

rohani Islam ini ialah sarana dan pra-sarana yang memadai, kerjasama tim

yang baik, kemauan yang tinggi dari penderita skizofrenia usia lanjut di

dalam mengikuti kegiatan serta daya dukung pihak lain seperti perawat

dan psikolog. Sedangkan faktor penghambatnya ialah terbenturnya jadwal

bimbingan dengan kegiatan lain, ketika tingkat keikutsertaan penderita

skizofrenia usia lanjut sedang menurun, dan pembimbing mengalami

kesulitan dalam berinovasi mengenai kegitan-kegiatan bimbingan

mengingat para peserta merupakan orang-orang yang memiliki

keterbatasan secara kejiwaan.

B. Saran

Dari pemaparan tersebut diatas, sebagai pelengkap dari penelitian

ini, maka pada bagian ini penulis akan memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Perlu diadakannya kegiatan konsultasi secara individual lebih

mendalam untuk upaya meningkatkan motivasi beragama dan

membantu di dalam memecahkan atau meringankan masalah dari

penderita skizofrenia secara individu, karena penulis menilai dan

mengamati bahwa tidak ada ruang bagi para penderita skizofrenia yang

mungkin tidak ingin mengutarakan masalahnya tersebut secara terbuka

untuk umum.
72

2. Perlu adanya program evaluasi dan follow-up sehingga kegiatan

tersebut dapat terpantau kemajuan ataupun kemundurannya serta

ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Bagi para pembimbing perlu adanya kunjungan kedalam ruangan

penderita skizofrenia untuk melihat perkembangan spiritual penderita

tersebut.
73

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Munir Samsul, Drs. M.A. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:
Amzah, 2010.
Andi, Mujahidin dkk, “Komunikasi Tanpa Batas.” Artikel Diakses Pada 28 Juni
2012 dari http:/ www.andimujahidin.net/?p=253
Arif, Setiadi Iman. M.Si.Psi. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien.
Bandung: PT. Ravika Aditama, 2006
Arifin, Muhamad. Prof. H. M. Ed. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi.
Jakarta: Bumi Aksara, 1997
Arifin, Zaenal Isep. Drs. H. M. Ag. Bimbingan Penyuluhan Islam Perkembangan
Dakwah Melalui Psikoterapi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.
Ke-7. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi. Ke-4.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Deradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
_ _ _ _. Kesehatan Mental. Cet. Ke-12. Jakarta: PT.Gunung Agung, 1990
Fakih, Rahim Ainur. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Cet. Ke-2.
Yogyakarta: UII Press, 2001
Hatta, Ahmad. Dr. MA, Tafsir Quran Pustaka Dilengkapi Dengan Ababun Nuzul
dan Terjemah., Jakarta : Maqfirah Pustaka. 2009.
Hawari, Dadang. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004.
_ _ _ _. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : FKUI,
2007.
Lidiawati, Irna Dr. MARS, dkk. Profile RS. H. Marzoeki Mahdi 128 Tahun 1882-
2010 Bogor: RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi, 2010.
Rukminto, Adi Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Kominitas. Jakarta : FE UI, 2003
Kuntjoro, Sri Zainudin, “Mengenal Gangguan Jiwa Pada Lansia.” Artikel
Diakses Pada 14 Mei 2002 dari http://www. e-
psikologi.com/epsi/lanjutusia_etail. asp id: 181.
Jalaludin. Prof. Dr. H. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Lutfi, Muhammad. Drs. MA. Dasar-Dasar Bimbingan dan (Konseling) Islam.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008.
Maramis. W. E. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press,
1990.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Cet. Ke-2. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2002.
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-13. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2000.
74

Nasuhi, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Jakarta: CeQDA (Center For Quality Development And Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2007.
Prayitno, Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Cet. Ke-4.
Jakarta : Rineka Cipta, 1999
Sabri, Alisuf Muhamad. Drs. Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. Cet.
Ke-4. Jakarta Pusat: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2006.
Sapury, Rafy. M.Si. Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Siregar, Agustina Karina, “Teori Komunikasi PP”. Artikel Diakses Pada 17
September 2012 dari http:/
www.slideshare.net/KarinaAgustinaSiregar/teori-komunikasi-pp
Sugiyono. Prof. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cet. Ke-6.
Bandung: CV AFABETA, 2009.
Suwarto. FX. Perilaku Organisasi . Cet. Ke-1. Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, 1999.
Syukur. Prof. Dr. H. M. MA. Pengantar Studi Islam. Semarang: Pustaka Uun,
2010.
Wahyudi Tri Dani, “Sistem dan Teori Komunikasi Massa”. Artikel Diakses Pada
11 April 2013 dari http:/ www.81tn.com/sistem-dan-teori-komunikasi-
massa.html.
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo, 2000.
Wiramiharja, Sutardjo A. Prof. Dr. Psi. Pengantar Psikologi Abnormal. Cet. Ke-1.
Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.
Zahrotun, Nihayah. Dra. dkk. S. Psi M.si. Psikologi Perkembangan Tinjauan
Psikologi Barat dan Psikologi Islam. Cet. Ke-1. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006.
LAMPIRAN
1. Gerbang utama pintu masuk RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

2. Kegiatan pembacaan shalawatan bersama 3. Kegiatan pembacaan shalawatan bersama


di kelompok perempuan di kelompok laki-laki
4.Kegiatan shalawatan 5. Kegiatan pengiriman doa-doa untuk saudara-
saudara pasien telah meninggal dunia yang di
pimpin oleh Bapak Supendi, SKM.

6. Kegitan pembacaan salawatan nampak- 6. Kegiatan bimbingan Rohani Islam yang-


Ny. SP sedang membaca selebaran shalawatan di dampingi oleh para perawat.
dengan sangat serius.
7. Kegiatan tausiyah dan tanya jwab interaktif 8. Kegiatan penghafalan surat pendek kitab
yang dipimpin oleh Bapak Suganda, SKM. suci Al-Quran nampak Tn. M sedang
melantunkan surat pendek yang ia hafal di
depan peserta bimbingan lainnya.

9. Kegiatan penghafalan surat pendek 10. Kegiatan penghafalan surat pendek kitab-
kitab suci Al-Quran. suci Al-Quran nampak Bapak Suganda, SKM
sedang membantu salah satu pasien dalam
proses menghafalkannya.
11. Kegiatan penghafalan surat pendek kitab 12. Kegiatan penghafalan surat pendek-
suci Al-Quran nampak Tn. S sedang melantunkan kitab suci Al-Quran.
hafalannya di depan peserta bimbingan lainnya.

13. Kegiatan doa bersama sebagai 14. Kegiatan tanya jawab interaktif di pimpin
penutup kegiatan bimbingan rohani Islam Bapak Suganda, SKM.
yang dipimpin oleh Bapak Suganda, SKM
15. Kegiatan Sidang Munaqasah Pada Hari Selasa Tanggal 19 Febuari 2013, pukul 11 s/d
selesai. Gambar dari sisi kiri foto adalah Bapak Sugiharto, MA selaku (Sekretaris
Sidang), Ibu Rini Laili Prihatini, M. Si (Ketua Sidang), Ibu Artiarini Puspita Anwar, M.
Psi (Penguji 2), Siti Indah Lucanti, Ibu Nasichah, MA (Penguji 1) dan Bapak Prof. Dr.
Daut Effendi, AM (Pembimbing).

16. Proses Sidang Munaqasah.


17. Proses Sidang Munaqasah.

18. Proses Sidang Munaqasah.

Anda mungkin juga menyukai