Anda di halaman 1dari 76

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN

ANAK DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :
Istiqomah Afriyani
NIM : 11160510000013

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023 / 1444 H
i

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN


ANAK DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh :
Istiqomah Afriyani
11160510000013

Pembimbing

Ade Masturi, M.A.


NIP: 197506062007101001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023 / 1444 H
i
ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Komunikasi Interpersonal Orangtua Dengan Anak Dalam


Penanaman Nilai-Nilai Akhlak telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Agustus
2023. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 22 Agustus 2023

Tim Penguji Munaqasah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Yopi Kusmiati , S.Sos.I. , M.Si. Ellya Pratiwi, S.Sos., M.A

NIP. 19801217 200312 2 002 NIDN. 0429019302

Penguji I Penguji II

Kalsum Minangsih, MA. Dra. Rochimah Imawati, M.Si

NIP. 19770424 200710 2 002 NIP. 19661203 201411 2 001

Dosen Pembimbing

Ade Masturi, M.A.

NIP: 197506062007101001
iv

ABSTRAK

Istiqomah Afriyani
Komuikasi Interpesonal Orangtua Dengan Anak dalam Penanaman Nilai-
Nilai Akhlak.
Dalam komunikasi dengan adanya komunikasi yang berjalan dengan baik
dan harmonis merupakan keadaan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga.
Pada umumnya proses pembelajaran merupakan suatu komunikasi tatap muka
dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara orangtua
dengan anak termasuk komunikasi kelompok, orangtua bisa mengubahnya
menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode komunikasi dua
arah atau dialog, dimana orangtua menjadi komunikator dan anak menjadi
komunikan. penanaman nilai-nilai akhlak pada anak usia dini dapat membantu
anak membangun hubungan yang sehat dengan Tuhan dan mengembangkan rasa
keterhubungan spiritual yang mendalam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul pertanyaan pertama
yaitu bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dalam menanamkan nilai-
nilai akhlak kepada anak. Dan yang kedua, yaitu cara orangtua memberikan
contoh teladan dalam menjalankan nilai-nilai akhlak kepada anak

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kemudian, teknik


pengumpulan data pada penelitian ini melalui observasi langsung, wawancara,
dam dokumentasi. Teori yang digunakan dalam peneliti ini adalah Teori
komunikasi interpersonal yang dimana ketika orangtua dan anak melakukan
suatu komunikasi adanya harapan dari tujuan yang tetuya akan merubah pola
pikir dan perilaku menjadi ke arah yang lebih bermanfaat untuk kedepannya.

Hasil penelitian ini yaitu orangtua menggunakan komunikasi verbal


dengan berbicara menggunakan bahasa yang mudah dipahami, mendengarkan
dan merespon rasa ingin tahu anak, serta menanyakan keseharian atau aktivitas
anak. Selain itu, menjadi teladan yang baik bagi anak juga merupakan strategi
yang sering digunakan oleh orangtua. Dalam upaya meningkatkan komunikasi,
orangtua perlu terus berusaha dan konsisten dalam menerapkan cara yang mereka
temukan. Bersikap sabar dan memberikan contoh yang baik kepada anak juga
merupakan hal yang penting dalam proses ini

Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Orangtua,


Anak Usia Dini, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

iv
v

ABSTRACT

Istiqomah Afriyani
Interpersonal Communication Strategies of Parents with Children in Instilling
Moral Values.

In communication, the presence of well-functioning and harmonious


interactions is a desirable state for every family. Generally, the learning process
involves face-to-face communication within relatively small groups. Although
communication between parents and children falls within the realm of group
communication, parents can transform it into interpersonal communication by
employing two-way communication methods or dialogues, wherein parents
become communicators and children become recipients. Instilling moral values
in early childhood can help children build a healthy relationship with the Divine
and develop a deep sense of spiritual connectedness.

Based on the aforementioned background, two primary questions arise:


the first pertains to the interpersonal communication strategies employed by
parents to instill moral values in their children, and the second concerns how
parents provide exemplary models in embodying these moral values to their
children.

This research employs a qualitative approach. The data collection


techniques encompass direct observation, interviews, and documentation. The
theoretical framework employed is the theory of interpersonal communication,
wherein when parents and children engage in communication, there is an
anticipation of a desired outcome that will transform thought patterns and
behaviors towards a more beneficial trajectory for the future.

This research indicate that parents utilize verbal communication


strategies by employing easily comprehensible language, listening to and
responding to their children's curiosity, and inquiring about their daily activities
or routines. Furthermore, being a positive role model for their children is a
strategy frequently employed by parents. To enhance the effectiveness of these
communication strategies, parents need to persistently endeavor and remain
consistent in applying the approaches they discover. Patience and providing
commendable examples to children also emerge as pivotal aspects within this
process.

Keywords: Communication, Interpersonal Communication, Parents, Early


Childhood, Instilling Moral Values

v
vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirobbil „Alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan
nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Komunikasi Interpersonal Orangtua Dengan Anak dalam Penanaman
Nilai-Nilai Akhlak” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
kepada Baginda besar Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan menuntun
umat-Nya ke jalan yang di Ridhai Allah SWT.
Terselesaikan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan baik secara
moril maupun materil yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu,
pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran Dekanat.
3. Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam serta Sekretaris Program
Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
4. Kalsum Minangsih, M.A. sebagai Dosen Penasihat Akademik KPI A
angkatan 2016 yang telah bersedia memberikan arahan, menuntun, dan
memperhatikan penulis dalam proses perkuliahan dari awal hingga tugas
takhir ini.
5. Ade Masturi, M.A. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang tiada hentinya
memberikan arahan dan saran sampai terselesaikannya skripsi ini dengan
baik.
6. Seluruh Dosen Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membagikan ilmunya dan membimbing penulis sehingga mampu mengikuti
perkuliahan dan bisa menyelesaikan skripsi ini hingga akhir dengan baik.

vi
iii

7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Serta
seluruh Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas
segala pelayanannya selama penulis kuliah hingga sampai penulisan skripsi
ini.
8. Kepada Seluruh narasumber penelitian atas ketersediaan waktunya telah
membantu penulis menjawab penelitian ini.
9. Kepada kedua orangtua saya yang sangat saya sayangi, Bapak Darmawan
dan Ibu Ely Rahmawati. yang selalu memberikan support lahir batin kepada
penulis, yang telah berdoa tak kenal waktu demi kelancaran urusan penulis,
yang selalu berusaha memenuhi segala macam kebutuhan penulis sehingga
membantu kelancaran kegiatan sehari-hari penulis. Terkhusus untuk Mama
terimakasih telah menjadi pembimbing pribadi penulis yang telah
memberikan banyak sekali masukan dalam menyelesaikan skripsi ini,
terkhusus untuk Papa terimaksih telah sabar dan tidak pernah bosan untuk
mengingatkan penulis agar selalu tahajjud dan baca Al Quran setiap harinya.
Terimakasih atas segala kasih sayang yang diberikan kepada penulis serta
doa yang tak putus. Ungkapan terimakasih ini tak mampu membalas semua
yang telah diberikan oleh Mama dan Papa. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan berkah serta kesehatan, Aamiin.
10. Untuk Kaka dan Adik serta keluarga besar penulis yang tidak ada hentinya
mendukung dan memberi masukan kepada penulis selama penulisan skripsi.
11. Sahabat seperjuangan KPI Angkatan 2016 khususnya KPI A yang telah
saling mendukung dan mendoakan serta membuat cerita dihidup penulis.
12. Teruntuk teman-teman semasa kuliah Elva, Fifi, Sari, Maya, Indah, Galen,
Nisrina, Sri terimakasih telah menemani dan mewarnai masa-masa kuliah
penulis. Terkhusus Maey yang sudah banyak menyemangati, membantu dan
direpotkan penulis.
13. Teruntuk teman-teman virtual penulis Alfi, Ayya, Kirana, Hasna, Isni, Dilla,
Mayang, Febrina, Ajrina, Della, Lui dan masih banyak lagi yang tidak bisa
penulis sebutkan semua. Terimakasih selalu memberi dukungan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Kepada para Aktor Thailand idola penulis Bright Vachirawit, Jeff Satur, Tay
Tawan, Dew Jirawat, Bible Sumettikul, Bas Asavapatr dll yang telah
menjadi inspirasi bagi penulis dan juga memberikan motivasi serta semangat
melalu karya dan tingkah laku mereka.

iii
iv

Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada


pihak-pihak yang telah mendukung hingga selesainya skripsi penulis. Penulis
juga memohon maaf kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan selama proses
penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar
penulis dapat melakukan penelitian yang lebih baik dimasa mendatang. Semoga
apa yang penulis tuliskan dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya.

Jakarta, 24 Juli 2023

Istiqomah Afriyani

iv
v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................6
F. Kajian Pustaka...........................................................................................7
G. Metode Penelitian....................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................16
A. Landasan Teori ..........................................................................................16
BAB III GAMBARAN UMUM ........................................................................32
A. Gambaran Umum Kelurahan Petukangan Utara .......................................32
B. Gambaran Umum RT 14 RW 03 ...............................................................33
C. Identifikasi Informan .................................................................................35
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ..............................................37
A. Komunikasi Interpersonal Orangtua Dengan Anak Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Akhlak. .........................................................................................37
B.Kendala Yang Dialami Orangtua Dalam Proses Penanaman Nilai-Nilai
Akhlak Pada Anak. .........................................................................................41
C. Cara yang Dilakukan Orangtua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Aklak
Pada Anak. ......................................................................................................43
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................46
A. Komunikasi Interpersonal Orangtua Dengan Anak Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Akhlak. .........................................................................................46

v
vi

B. Kendala Yang Dialami Orangtua Dalam Proses Penanaman Nilai-Nilai


Akhlak Pada Anak. .........................................................................................48
C. Cara yang Dilakukan Orangtua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Aklak
Pada Anak. ......................................................................................................49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................51
A. Kesimpulan ................................................................................................51
B. Saran ..........................................................................................................52
Daftar Pustaka ....................................................................................................53
Lampiran ............................................................................................................55

vi
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Lokasi Wilayah Petukangan Utara ............................................. 32


Gambar 3. 2 Suasana Wilayah RT 14 RW 03 .................................................. 34
Gambar 3. 3 Struktur Organisasi RT................................................................ 34

vii
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Penduduk RT 14 RW 03......................................................... 33


Tabel 4. 1 Komunikasi Interpersonal Yang Dilakukan
Orangtua……………………………………………………………...……….40
0

Tabel 4. 2 Kendala Yang Terjadi Pada Orangtua dalam Menanamkan Nilai-


Nilai Akhlak Pada Anak
433
Tabel 4. 3 Efektivitas Metode Yang Digunakan Orangtua dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak ......................................................................... 45

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak, komunikasi


merupakan bagian paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya
komunikasi yang berjalan dengan baik dan harmonis merupakan keadaan yang
sangat didambakan oleh setiap keluarga. Komunikasi merupakan aktivitas sosial
manusia. Sudah menjadi sifat manusia yakni selalu berusaha berhubungan
dengan sesamanya sebagai upaya untuk menghilangkan keterasingan mereka dan
untuk mengetahui apa yang terjadi di luar dirinya. (communication is human).1
Komunikasi terjadi apabila antar komunikator dan komunikan memiliki
kesamaan dalam memaknai pesan yang disampaikan.2

Jika ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan adalah bagian dari


komunikasi yaitu proses pengajaran yang melibatkan dua komponen yang terdiri
dari orangtua sebagai komunikator dan dari anak sebagai komunikan. Dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak orangtua harus memiliki cara
komunikasi yang tepat.

Kunci dari berkomunikasi adalah adanya timbal balik antara komunikator


dan komunikan. Jika ingin proses komunikasi tersebut berjalan dengan lancar
maka diperlukan cara yang tepat. Dengan menggunakan cara yang tepat orangtua
dapat tau apa saja yang harus dilakukan dalam menjalankan proses komunikasi
tersebut. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan kita harus bisa berkomunikasi
dengan baik terutama komunikasi antar orangtua dengan anak.

1
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2013), h. 36.
2
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Kominikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2004), h.
4.

1
2

Sebagai lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak, peran


orangtua dalam membentuk perilaku anak sangatlah besar. Berkomunikasi
dengan anak sangatlah sulit terutama pada anak usia dini. Berkomunikasi dengan
anak usia dini memerlukan komuikasi yang baik agar dapat diterima oleh anak
tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Deddy Mulyana, komunikasi adalah
situasi yang memungkinkan suatu sumber yang mentransmisikan suatu pesan
kepada seseorang penerima dengan didasari untuk mempengaruhi perilaku
penerima.3

Sudah seharusnya para orangtua menanamkan nilai-nilai agama kepada


anak-anaknya sejak saat dini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa nilai-nilai agama
merupakan hal yang penting dan harus ditanamkan sejak usia dini. Nilai agama
merupakan pondasi yang paling kokoh yang akan membentengi anak dari
berbagai persoalan yang akan dihadapinya saat dewasa nanti.

Dalam islam mengajarkan umat dalam mendidik dan berkomunikasi yang


baik di dalam suatu keluarga, antara anak dan orangtua begitu juga sebaliknya.
Peran orangtua dalam mendidik anak sangatlah diperlukan agar anak mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk menanamkan nilai-
nilai akhlak terhadap anak sangat diperlukan kesabaran yang besar dan harus
dilakukan secara terus menerus. Selain memberikan perintah orangtua juga harus
memberikan contoh kepada anaknya, karena dengan memberikan contoh anak
akan dapat lebih mudah memahaminya.

Zaman modern seperti sekarang ini hampir sebagian besar orangtua lebih
mementingkan pendidikan ilmu umum ketimbang ilmu agama dan moral bagi
anak-anaknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak yang mengalami masa
dewasa lebih awal. Peristiwa ini sudah banyak dijumpai karena didukung dengan
kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak diimbangi dengan

3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Risdakarya 2005)
3

pengawasan dari orangtua sehingga penggunaan teknologi tidak terkontrol yang


dapat mengakibatkan anak meniru apa yang mereka lihat.

Komunikasi merupakan aktivitas social manusia. Sudah menjadi sifat


manusia untuk berhubungan dengan sesamanya. Komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini
sudah sangat jelas bahwa komunikasi memerlukan lebih dari dua orang.
Komunikasi terjadi apabila antar komunikator dan komunikan memiliki
kesamaan dalam memaknai pesan yang disampaikan.4 Komunikasi tidak terbatas
pada kata-kata verbal saja. Tetapi juga terdapat adanya komunikasi non verbal.

Setiap orangtua memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan


anaknya, baik itu secara verbal ataupun non verbal. Biasanya orangtua kan
menggunakan cara komunikasi tatap muka dan bersifat mengajak. Cara ini
masuk kedalam jenis komunikasi yaitu Komunikasi Interpersonal. komunikasi
interpersonal merujuk pada interaksi langsung antara individu-individu dalam
suatu hubungan, dalam hal ini antara orangtua dan anak. Melalui komunikasi
yang baik, orangtua dapat mentransmisikan keyakinan, nilai-nilai, dan praktek
keagamaan kepada anak-anak mereka.

Penanaman nilai-nilai akhlak pada anak usia dini memiliki manfaat


jangka panjang. Dengan memiliki dasar keagamaan yang kuat, anak-anak dapat
mengembangkan pandangan hidup yang positif, menghadapi tantangan moral
dan etika dengan bijaksana, serta memahami peran agama dalam kehidupan
mereka. Selain itu, penanaman nilai-nilai akhla pada usia dini dapat membantu
anak membangun hubungan yang sehat dengan Tuhan dan mengembangkan rasa
keterhubungan spiritual yang mendalam.

Orangtua adalah orang yang menjadi panutan anaknya. Setiap anak,


mula-mula mengagumi kedua orangtuanya. Semua tingkah orangtuanya ditiru

4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003), h. 30
4

oleh anak. Karena itu peneladanan itu perlu. Orangtua adalah pendidik utama dan
pertama dalam hal penanaan keimanan bagi anaknya. Menanamkan nilai-nilai
akhlak sudah sepatutnya menjadi kewajiban bagi orangtua demi membentuk
kepribadian seorang anak. Dengan akhlak yang baik, terbentuklah nilai-nilai
agama dari usia dini yang akan menjadi benteng seorang anak hingga dewasa
nanti. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S At-Tahrim(66): 6 yang berbunyi

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا‬
َ ‫َّللاَ َما أَ َم‬
ََ‫ره ُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬ َّ َ‫َم ََل ِئ َكةٌ ِغ ََلظٌ ِشدَا ٌد ََل َي ْعصُون‬

Terjemahannya : “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu


dan keluarga mu dari api neraka yang bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.5

Ayat di atas menjelaskan bahwa tiap-tiap orang Islam wajib memelihara


dirinya dari api neraka, begitu juga keluarganya (anak-anaknya dan isterinya).
Oleh sebab itu wajib tiap-tiap bapak mendidik anaknya, supaya beriman teguh,
beramal salih dan berakhlak mulia.

Dalam konteks ini, komunikasi interpersonal orangtua melibatkan


berbagai pendekatan, seperti: Contoh teladan: Orangtua menjadi contoh yang
baik dalam menjalankan nilai-nilai akhlak sehingga anak dapat mengamati dan
meniru perilaku yang positif. Komunikasi terbuka: Orangtua perlu menciptakan
lingkungan yang mendukung untuk berbicara tentang agama, memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengajukan pertanyaan, dan menjawab dengan
penuh pengertian dan kejujuran. Pendidikan formal dan informal: Orangtua dapat
memanfaatkan waktu bersama anak untuk membaca buku-buku agama,

5
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil, 2005),h. 88
5

menceritakan kisah-kisah agama, serta mengajarkan doa dan praktik-praktik


keagamaan sehari-hari. Menggunakan bahasa yang sesuai: Orangtua perlu
menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh anak sesuai dengan usianya. Menggabungkan agama
dalam kehidupan sehari-hari: Orangtua dapat mengaitkan nilai-nilai akhlak
dengan aktivitas sehari-hari anak, seperti melalui doa sebelum makan, berbagi
dengan sesama, dan berperilaku baik. Mendukung pertumbuhan spiritual:
Orangtua dapat membantu anak mengembangkan hubungan pribadi dengan
Tuhan melalui ibadah, meditasi, atau refleksi spiritual. Penggunaan teknologi
yang bijak: Orangtua dapat memilih konten yang mendukung nilai-nilai akhlak
yang ingin diajarkan kepada anak dan mengawasi

Pada saat ini di kawasan RT 14 RW 03 Petukangan Utara Jakarta Selatan


ada beberapa ditemukan anak yang berbicara tidak pada usianya atau berbicara
kasar dan itu sama sekali tidak mencerminkan akhlak yang baik pada anak
tersebut. Masalah yang terjadi di daerah ini ialah bagaimana komunikasi
orangtua dan anak yang terjalin sehingga anak-anak berkomunikasi
menggunakan kata yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan akhlak seorang
anak terhadap orangtua.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik meneliti di daerah


tersebut. Selain dapat dijangkau oleh peneliti, kawasan tersebut merupakan
tempat tinggal peneliti. Peneliti menganggap hal ini perlu kiranya melakukan
penelitian untuk melihat lebih dalam tentang Komunikasi Interpersonal Orangtua
dengan Anak Dalam Penanaman Nilai-Nilai Akhlak.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penelitian ini berfokus kepada bagaimana komunikasi


interpersonal orangtua dengan anak usia dini (4-6 tahun) dalam
6

penanaman nilai-nilai akhlak di Jalan RT 14 RW 03 Petukangan Utara


Jakarta Selatan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka


rumusan masalah penelitian ini adalah:
a. Bagaimana komunikasi interpersonal orangtua dalam menanamkan nilai-
nilai akhlak kepada anak?
b. Faktor apa saja yanng menjadi kendala komunikasi interpersonal orang
tua dan anak dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut::
a. Mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang efektif yang dapat
diguunakan oleh orangtua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak
usia dini
b. Mengetahui faktor apa saja yanng menjadi penghambat komunikasi
interpersonal orang tua dan anak dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian
dapat menambah wawasan peneliti di bidang ilmu komunikasi,
khususnya komunikasi interpersonal serta menambah wawasan bagi
pembacanya. Juga menambah pengetahuan dan upaya orangtua dalam
memberikan nilai edukasi dan nilai keislaman terutama untuk
7

mengajarkan tentang nilai-nilai akhlak kepada anak dan berguna untuk


menjadi referensi mahasiswa yang melakukan penelitian terhadap
bagaimana parenting akhlak untuk anak usia dini.

b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh tahapan
penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas
wawasan dan juga untuk memperoleh pengetahuan mengenai penerapan
komunikasi antar pribadi dalam parenting akhlak pada anak sejak usia
dini. Penulis mengharapkan bagi orangtua yang membaca penelitian ini
dapat menjadi acuan untuk mengajarkan anak dalam penerapan akidah
Islam dengan menggunakan media

D. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan kajian terdahulu


sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari
kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta
sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal.
Setelah mengadakan tinjauan kajian terdahulu, maka penulis menemukan
beberapa skripsi yang berhubungan dengan judul yang penulis ambil. Penulis
akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu :

a. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuliddin, Adab dan Dakwah Jurusan


Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Negeri Parepare oleh
Sartika Tenri pada tahun 2020 dengan Judul “ Komunikasi Interpersonal
orangtua Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak Di Desa
Sappa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo “. Dalam penelitian tersebut,
penulis menjelaskan tentang komunikasi interpersonal orang tua dengan
anak dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada anak. Pembentukan akhlak
pada anak dapat dilakukan dengan cara berinteraksi melalui berbagai cara
seperti memberikan nasehat-nasehat, bimbingan, dan menjadikan diri para
8

orang tua tersebut sebagai contoh yang baik. Hasil dari penelitian tersebut
peneliti mengungkapkan dalam penanaman nilai akhlak anak, orang tua
melakukan komunikasi dengan cara menasehati, menjadikan diri sebagai
panutan, dan memberikan perhatian maupun kasih sayang kepada anaknya.
b. Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung oleh Indri Wisma Anugrah pada tahun 2019 dengan judul “
Strategi Komunikasi Interpersonal Dalam Membentuk Perilaku keagamaan
(Studi Kasus Pada Pemilik Dan Karyawan Toko Acronics Stationary
Sukarame Bandar Lampung)”. Hasil penelitian ini dilatar belakangi strategi
komunikasi bisa dikatakan berhasil apabila adanya perubahan perilaku
seorang sesuai dengan tujuan yang diharapkan strategi komunikasi bisa
berlangsung dalam dunia kerja.
c. Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden
Intan Lampung oleh Leo Candra Permana pada tahun 2017 dengan judul “
Metode orangtua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Pada Anak (Studi
Pada Keluarga Muslim Di Dusun 5 Pekon Way Petai Kecamatan
Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat)”. Penelitian ini sama-sama
membahas mengenai metode orangtua yang membahas bagaimana metode
orangtua dalam menanamkan nilai-nilai agama terhadap anak.
9

Tabel 1.1 Kajian Pustaka

No. Nama Judul Persamaan Peredaan

Peneliti Peneliti

1. Sartika Tenri Komunikasi Sama-sama Penelitian


2020 Institut Interpersonal membahas Sartika Tenri
Agama Islam orangtua komunikasi bertujuan
Negeri Terhadap interpersonal mengetahui
Parepare Penanaman Nilai- dan bagaimana
Nilai Akhlak menggunakan Orangtua
Pada Anak Di penelitian menanamkan
Desa Sappa kualitatif nilai-nilai
Kecamatan akhlak kepada
Belawa anak melalui
Kabupaten Wajo komunikasi
interpersonal,
sedangkan
penulis ingin
mengetahui
bagaimana
cara efektif
Orangtua
menanamkan
nilai-nilai
akhlak pada
anak usia dini

2. Indri Wisma Strategi Sama-sama Penelitian


Anugrah 2019 Komunikasi membahas Indri Wisma
10

Universitas Interpersonal tentang bertujuan


Islam Negeri Dalam bagaimana mengetahui
(UIN) Raden Membentuk strategi komunikasi
Intan Perilaku komunikasi interpersonal
Lampung keagamaan (Studi interpersonal dalam bentuk
Kasus Pada dalam perilaku
Pemilik Dan penanaman keagamaan,
Karyawan Toko nilai agama sedangkan
Acronics penelitian yang
Stationary akan dilakukan
Sukarame Bandar adalah
Lampung) "strategi
komunikasi
interpersonal
orangtua
dengan anak
dalam
penanaman
nilai-nilai
akhlak"

3. Leo Candra Metode orangtua Sama-sama Penelitian ini


Permana 2017 Dalam membahas menggunakan
Universitas Menanamkan mengenai upaya
Islam Negeri Nilai-Nilai bagaimana meningkatkan
(UIN) Raden Agama Pada metode menanamkan
Intan Anak (Studi Pada Orangtua nilai-nilai
Lampung Keluarga Muslim dalam agama pada
Di Dusun 5 menanamkan anak,
Pekon Way Petai nilai-nilai sedangkan
11

Kecamatan agama penulis


Sumberjaya terhadap anak. menggunakan
Kabupaten peran orangtua
Lampung Barat) dalam
menanamkan
nilai-nilai
akhlak pada
anak usia 4-6
tahun.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian yang


bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Menurut Moleong,
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.6

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian


yang mendiskripsikan Komunikasi Interpersonal orangtua terhadap Penanaman
Nilai-nilai Akhlak pada Anak di wilayah RT 14 RW 03, Petukangan Utara
Jakarta Selatan.

6
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelititan K
ualitatif. (Bandung: Remaja Rosda Karya,2007) h.4
12

2. Fokus Penelitian

Adapun penelitian ini berfokus pada komunikasi interpersonal orangtua


dalam menanamkan akhlak yang baik terhadap anak yang nantinya dapat ternilai
oleh kalangan masyarakat dan menjadi contoh untuk anak-anak yang lain.
Dimana penanaman nilai-nilai akhlak berupa: Akhlak kepada Allah SWT, akhlak
kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orangtua dengan anak usia dini nya dengan
rentang umur 4-6 tahun. Sedangkan, objek yang diteliti adalah komunikasi dari
orangtua kepada anak usia dini dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.

4. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data
yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah metode atau teknik untuk mengumpulkan data untuk


lebih memahami suatu proyek dari waktu ke waktu . Peneliti akan terjun
langsung ke lapangan dalam penelitian kualitatif bertujuan pengamatan
bagaimana perilaku apa saja aktivitas individu-individu pada tempat lokasi
penelitian juga melakukan wawancara agar mengerti bagaimana dari sisi
perspektifnya. Peneliti meneliti tentang komunikasi orangtua dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak usia dini. Yang akan diteliti adalah
orangtua yang memiliki anak usia dini di kawasan RT 14 RW 03 Petukangan
Utara Jakarta Selatan.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau
lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya. Dalam wawancara dapat
13

diketahui ekspresi muka, gerak-gerik tubuh yang dapat dilihat dengan pertanyaan
verbal 7 . Setelah peneliti melakukan obeservasi maka peneliti melakukan
wawancara atau Tanya jawab. Dimana peneliti mencari orang yang bisa dijadika
nara sumber. Sebagaimana didefinisikan Suharsimi Arikunto: Yaitu pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja
kreatifitas pewawancara yang sangat diperlukan bahkan hasil wawancara dengan
jenis pedoman ini lebih banyak, tergantung dari pewawancara sebagai
pengemudi jawaban responden. 8 Pada penelitian ini informan yang akan
diwawancarai adalah 3 warga yang yang tinggal di kawasan RT 14 RW 03 yang
memiliki anak usia dini.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi,


buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman
video, foto dan lain sebagainya. Perlu dicatat bahwa dokumen ditulis tidak untuk
tujuan penelitian, oleh sebab itu penggunaannya sangat selektif.9 Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi. Data tersebut
terkait dengan penelitian ini, baik didapat dari internet, dalam bentuk foto, surat-
surat, dan catatan lapangan adalah sebagai bukti konkrit bahwa peneliti telah
melakukan penelitian. Dokumentasi yang digunakan peneliti yakni berupa foto-
foto yang dilampirkan pada halaman lampiran.

7
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Cetakan ke-4, 2012), hlm.88
8
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Ilmiah suatu pendekatan Praktik. (Jakarta : Edisi II;
Cet. IX.Rineka Cipta. 1993), h. 197
9
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cetakan
ke-4, 2012), hlm.101
14

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menemukan dan mensistematisasikan informasi


yang diperoleh dari dokumen, wawancara, dan catatan lapangan untuk
mengkategorikannya, menempatkannya dalam kelompok informasi terkait,
menganalisis signifikansinya, mengidentifikasi informasi yang akan ditelusuri
lebih lanjut, dan membuatnya lebih mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang
lain. Teknik analisis yang digunakan :

a. Reduksi Data, Kumpulan data dari lapangan harus dicatat melalui cara yang
aman dan tepat .Reduksi data merupakan teknik rangkum, memilih hal paling
penting, fokus pada hal yang penting, dan mencari tema juga pola. Hasilnya ,
data sudah terkumpul akan memberikan informasi yang lebih detail dan
memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data di kemudian hari. Reduksi data
adalah proses mengekstrak, memodifikasi, mengatur, dan mengubah data mentah
muncul dari catatan lapangan. Hal ini dapat dilakukan melalui perkumpulan
ataupun pendistribusian data dengan fokus pada permasalahan yang berkaitan
dengan observasi, penelitian, dan dokumentasikan

b. Penyajian Data, Penyajian data ini sebagaimana berfungsi agar


pengelompokkan data menjadi seperti teks naratif atau bentuk tabel agar
memudahkan ditarikan kesimpulan. Dipenelitian ini, data yang disajikan dalam
bentuk konsep komunikasi interpersonal orangtua dengan anak usia dini.

c. Penarikan kesimpulan, Pada tahap ini peneliti menyimpulkan dari data-data


yang diperoleh dari lapangan untuk menjawab masalah yang ditemukan
dilapangan.
15

6. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni hinga Juli 2023. Serta
penelitian akan dilakukan diwilayah RT 14 RW 03 Petukangan Utara Jakarta
Selatan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal


dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua
orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian
komunikasi yang dipaparkan tersebut sifatnya dasariah, arti kata bahwa
komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua
pihak yang terlibat.10 Menurut Dedy Mulyana komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih mengenai
suatu pesan tertentu secara langsung, sehingga komunikan dapat
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan
dapat memberikan feeddback baik secara verbal maupun nonverbal. 11
Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal
Communication Book, komunikasi antarpribadi adalah suatu proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang ngan efek dan beberapa unpan balik (the process

10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Cet 21, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2007, h.9
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), 73.

16
17

of sending and receiving messeges between two person or among a small


group of person, with effect and some immediate feedback).
Komunikasi ini yang mempengaruhi elemen-elemen dan mempunyai
kesepakatan, perjanjian untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Harapan dari tujuan tentunya akan merubah pola pikiran dan perilaku
menjadi ke arah yang lebih bermanfaat untuk kedepannya. Kesepakatan
dalam komunikasi interpersonal yang di lakukan oleh dua orang atau
lebih secara tatap muka untuk mencapai kesepakatan yang akan di
peroleh untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut M. Hardjana (2003: 85) dalam bukunya Suranto
Aw mendefinisikan bahwa komunikasi interpersonal adalah interaksi
tatap muka antara dua orang atau beberapa orang, di mana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung pula.12
Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan secara
langsung atau tatap muka, yang dimana komunikasi tersebut melibatkan
dua orang atau lebih. Sehingga dengan komunikasi yang bersifat
langsung ini, komunikan dapat menerima pesan dan memberikan umpan
balik secara langsung.
Komunikasi interpersonal dilakukan secara langsung atau face to
face yang melibatkan lebih dari satu orang. Dalam penelitian ini
komunikasi interpersonal melibatkan antara orangtua dan murid yang
terlibat dalam proses penanaman nilai-nilai akhlak. Komunikasi
interpersonal merupakan jenis komunikasi yang paling efektif untuk
mengubah pendapat, perilaku dan sikap seseorang, karena komunikasi ini
bersifat dialogis. Dengan komunikasi yang bersifat dialogis dapat

12
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 3.
18

mengefektifkan proses pembelajaran, sehingga diharapkan terjadinya


feedback yang baik dari komunikan.

b. Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal

Secara teoritis komunikasi interpersonal di klasifikasikan menjadi


dua jenis menurut sifatnya, yaitu:
a. Komunikasi Diadik (dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut
Pace dapat dilakukan dalam tiga ko bentuk, yakni percakapan, dialog, dan
wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan
informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam,
dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni
adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada
posisi menjawab.13
b. Komunikasi Triadik (triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang
pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua
orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator maka ia
pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau
dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C juga secara
dialogis. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka
komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator hanya memusatkan
perhatiannya kepada komunikan, sehingga ia dapat mengusai frame of
reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung,
kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas tidaknya
proses komunikasi.14

13
Hafied Cangara,Op.Cit, h. 36-37
14
Onong Uchjana, Ilmu,Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:PT.Citra Aditya
Bakti,2003), h.62-63.
19

c. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal


Menurut Devito (Suranto, 2011: 82-84) menyatakan bahwa ada
lima aspek yang ada dalam komunikasi interpersonal, yaitu :
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan merupakan sikap yang dapat menerima masukan
dari orang lain, dan mau menyampaikan informasi penting kepada orang
lain. Artinya bahwa seorang individu harus mau membuka diri ketika
orang lain menginginkan informasi yang ia ketahui. Keterbukaan adalah
kesediaan membuka diri, jujur, dan tidak menyembunyikan informasi
yang sebenarnya. Dalam komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi
salah satu sikap positif, karena dengan keterbukaan maka Komunikasi
akan berlangsung secara dua arah, transparan, adil dan pelaku komunikasi
bisa menerima.
b. Empati (empathy)
Empati merupakan keahlian seorang individu guna ikut serta
merasakan kondisi orang disekitarnya, bisa memahami dan merasakan
tentang suatu hal yang dialami oleh orang lain, serta bisa mengerti akan
suatu persoalan dari sudut pandang orang lain. Pada mulanya, empati
merupakan suatu upaya seseorang untuk ikut merasakan apa yang sedang
di rasakan orang lain, serta dapat memahami tentang perilaku, sikap dan
pendapat dari orang lain.
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal bisa dikatakan efektif yaitu terdapat
adanya sikap mendukung (supportiveness). Artinya setiap pihak yang
melakukan komunikasi mempunyai komitmen guna mendukung
terjadinya keterbukan dalam interaksi. Oleh karena itu maka respon yang
relevan adalah yang bersifat lugas dan spontan, bukan respon yang
berkelit, pemaparannya bersifat bukan evaluatif , namun bersifat
deskriptif naratif, serta pengambilan keputusan menggunakan pola yang
20

bukan bersifat intervensi yang disebabkan oleh kepercayaan diri yang


berlebihan namun bersifat akomodatif.
d. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif (positiveness) menunjukkan perilaku dan sikap.
Pada bentuk perilaku, yaitu memilih tindakan harus signifikan dengan
tujuan komunikasi interpersonal. Sikap positif ditunjukkan dengan
beberapa sikap dan perilaku, antara lain: berpikiran positif terhadap orang
sekitar, menghargai orang sekitar, tidak curiga yang berlebihan, yakin
akan betapa penting peran orang sekeliling di dalam kehidupan kita,
memberikan penghargaan dan pujian, memiliki komitmen dalam
menjalin kerjasama. Dalam sikap, yaitu setiap orang yang melibatkan diri
dalam komunikasi interpersonal harus mempunyai perasaan dan pikiran
yang positif.
e. Kesetaraan (equality)
Kesetaraan (equality) adalah masing- masing pihak yang
mengakui samasama berharga dan bernilai sama- sama mempunyai
kepentingan, dan saling membutuhkan. Yang dimaksud dengan
kesetaraan adalah berupa kesadaran atau pengakuan, serta rela untuk
memposisikan diri seimbang dengan lawan komunikasi.

2. Orangtua

a. Pengertian Orangtua

Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan


ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang
dapat membentuk sebuah keluarga.

Orangtua menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono


adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia
untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang
21

dilahirkannya.15Dapat difahami juga bahwa orangtua adalah pihak yang


memegang peranan penting dalam mendidik anaknya, orangtua adalah
orang yang pertama kali dikenal anak dan sekaligus menyatakan diri
sebagai manusia sosial. Hal ini disebabkan pertama kali anak bergaul
adalah dengan orangtuanya.

Dapat difahami juga bahwa orangtua adalah pihak yang


memegang peranan penting dalam mendidik anaknya, orangtua adalah
orang yang pertama kali dikenal anak dan sekaligus menyatakan diri
sebagai manusia sosial. Hal ini disebabkan pertama kali anak bergaul
adalah dengan orangtuanya.

b. Peran Orangtua Terhadap Anak

Peran yang mendasar dari orangtua adalah memberikan rasa


memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan baik
diantara anggotanya. orangtua juga harus memberikan pengetahuan
kepada anak-anaknya dari sejak kecil sebagai bekalnya nanti untuk hidup
dimasa yang akan datang. Dengan demikian anak tidak lagi bergantung
pada orangtua dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dengan bekal
keterampilan yang ia miliki. Secara psikososiologis orangtua mempunyai
fungsi sebagai berikut.16

a. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya


sumberpemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis.

b. Sumber kasih sayang dan penerimaan.

c. Model pola prilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota
masyarakat yang baik.

15
Kartini Kartono, Peranan Orang Tua Memadu Anak. (Jakarta: Rajawali pers, 1985) h.
16
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) , h. 55
22

d. Pemberi bimbingan bagi pengembangan prilaku yang secara sosial


dianggap tepat serta pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan.

e. Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial


yang dibutuhkan untuk penyesuain diri, stimulator bagi pengembangan
kemampuan mencapai prestasi, baik disekolah maupun dimasyarakat.

f. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi.

g. Sumber persahabatan atau teman bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkan teman diluar rumah, atau apabila persahabatandiluar tidak
memungkinkan.

c. Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak

Orangtua memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas


pendidikan anak-anak sejak ia dilahirkan sampai dengan anak itu dewasa dan
karena anak-anak adalah amanah yang diletakkan oleh Allah ditangan
orangtuanya, mereka bertanggung jawab terhadap anak-anaknya yang dihadapan
Allah jika amanah itu dipelihara dengan baik dengan memberikan pendidikan
yang baik maka pahala akan diperolehnya, seperti yang di katakan Allah swt
dalam (Q.S. An-Nisa : 9) yaitu:

‫َّللا َو ْليَقُولُوا‬
َ َّ ‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُكوا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫قَوْ ًَل َس ِديدًا‬

Tejamahan : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya Meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar”17

17
Departemen Agama, al-Quran dan Tafsirnya,(Surabaya, Rema Rosdakarya, 2006), 9
23

“ Zakiyah Daradjat memberi pengertian bahwa tanggung Jawab


orangtua terhadap anak umumnya menyangkut masalah pembinaan
jiwa agama pada anak, atau dengan kata lain pembinaan pribadi anak
sedemikian rupa sehingga tindak -tanduknya atau tingkah lakunya
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama” 18

3. Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber
daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka.menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi,
selaras dan seimbang

Secara umum apa yang dimaksud dengan anak adalah keturunan


atau generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin atau
persetubuhan (sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan.
Kemudian di dalam hukum adat sebagaimana yang dinyatakan oleh
Soerojo Wignjodipoero yang dikutip oleh Tholib Setiadi, dinyatakan
bahwa: ” kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga
anak itu dipandang pula sebagai wadah di mana semua harapan orang
tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan,pula dipandang sebagai
pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu sudah tidak mampu lagi
secara fisik untuk mencari nafkah.19

18
Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. (Jakarta: Bulan Bintang, 1995),h. 87
19
Tholib Setiadi, Pokok-pokok Hukum Penitensier Indonesia. (Bandung: Alfabeta. 2010)
hal.173
24

b. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional, didefinisikan sebagai anak mulai
dari lahir hingga usia enam tahun, yang mencakup tahap taman kanak-
kanak. Namun, batasan yang diberlakukan oleh undang-undang ini
memiliki kelemahan yang signifikan, yang menyebabkan pelayanan
program perawatan, pengasuhan, pendidikan, dan pembelajaran tidak
selalu sesuai dengan perkembangan anak. Sebagai contohnya, anak usia
tujuh dan delapan tahun tidak termasuk dalam kategori anak usia dini
karena mereka dianggap telah masuk ke tingkat sekolah dasar. Sebagai
akibatnya, program-program untuk kelompok usia tersebut sering
diberikan dengan pendekatan seperti yang diberikan kepada orang
dewasa.

Kenyataan di lapangan menunjukkan anak usia dini dilatih supaya


mampu membaca, menulis, dan berhitung tanpa menggunakan metode
yang tepat serta tidak memperhatikan tahap perkembangan dantahap
kemampuan anak usia dini.
25

4. Komunikasi Orangtua dan Anak

Menurut Chen, kualitas hubungan orangtua-anak merefleksikan tingkatan


dalam hal kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan diri (trust),
afeksi positif (positive affect), dan ketanggapan (responsiveness) dalam
hubungan mereka. Kehangatan menjadi komponen mendasar dalam hubungan
orangtua dan anak yang dapat membuat anaknya merasa dicintai dan
mengembangkan rasa percaya diri. Anak memiliki rasa percaya dan menikmat
kesertaan mereka dalam aktivitas bersama orangtua. Kehangatan memberi
konteks bagi afeksi positif yang akan meningkatkan mood untuk peduli dan
tanggap terhadap satu sama lain.20

Menurut Hinde, relasi orangtua dan anak mengandung beberapa prinsip


pokok,yaitu:

a. Interaksi. orangtua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang menciptakan
suatu hubungan. Berbagai interaksi tersebut membentuk kenangan pada interaksi
di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di kemudian hari.

b. Konstribusi mutual. orangtua dan anak sama-sama memiliki sumbangan dan


peran dalam interaksi, demikian juga terhadap relasi keduanya.

c. Keunikan. Setiap relasi orangtua dan anak bersifat unik yang melibatkan dua
pihak, karenanya tidak dapat ditirukan dengan orangtua dan anak yang lain.

d. Pengharapan masa lalu. Interaksi orangtua dan anak yang telah terjadi
membentuk suatu cetakan pada pengharapan keduanya. orangtua akan memahami
bagaimana anaknya akan bertindak pada suatu situasi. Demikian pula sebaliknya
anak kepada orangtuanya.

20
Sri Lestari, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Pada Keluarga,
Jakarta, Kencana, 2012, h.8
26

e. Antisipasi masa depan. Karena relasi orangtua dan anak besifat kekal, masing-
masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam hubungan
keduanya.21

Komunikasi dalam keluarga dapat membuat anak merasakan


kepercayaan dan juga kehangatan. Komunikasi yang baik akan tercipta pola asuh
yang baik. keberhasilan dalam mendidik anak apabila anak dididik dengan
cintadan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagaisubjek yang harus
dibina, di didik, dibimbing dan diasuh dengan baik.

5. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

a. Pengertian Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

Penanaman nilai akhlak adalah upaya untuk membimbing individu dalam


memahami, mengalami, mengamalkan, dan menerapkan nilai-nilai akhlak yang
memiliki manfaat atau nilai yang berguna bagi manusia. Akhlak, menurut M. Ali,
merujuk pada kualitas dari tingkah laku, ucapan, dan sikap seseorang yang dapat
memiliki nilai tinggi atau rendah, baik dalam tindakan yang terlihat maupun yang
22
berasal dari pikiran dan hati. Sedangkan menurut Mukhtar Effendy
mengartikan nilai sebagai hal-hal yang bersifat abstrak dan mengandung manfaat
atau berguna bagi manusia.23

Proses penanaman nilai melibatkan usaha yang terus-menerus dalam


membimbing individu untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai ilmiah,
kewarganegaraan, dan sosial. Pentingnya pengalaman langsung yang dirasakan
dalam proses ini menunjukkan bahwa penanaman nilai tidak hanya berfokus pada
teori dan konsep semata, melainkan melibatkan interaksi dan pengalaman
langsung dalam kehidupan sehari-hari.

21
Sri Lestari, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Pada Keluarga, h.
9
22
M Ali Hasan, Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 1996), h.18
23
Muchtar Effendy, Ensiklopedia Agama dan Filsafat, (Palembang: Universitas Sriwijaya,
2001)h.894
27

Dengan kata lain, penanaman nilai akhlak merupakan usaha untuk


membentuk kepribadian seseorang dengan cara menghadapkan individu pada
pengalaman langsung yang memungkinkan mereka memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai akhlak yang bermanfaat dalam kehidupan mereka.

Penanaman nilai-nilai akhlak pada anak usia dini idealnya dilakukan


secara perlahan dan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing anak.
Penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut dapat dipahami oleh anak,
mengingat daya ingat anak berbeda-beda. Meskipun demikian, semua anak dapat
mengikuti proses penanaman nilai dengan pendekatan yang sama. Dalam
penanaman nilai-nilai akhlak, orangtua harus memulai dari hal-hal yang
sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak. Orangtua juga perlu
memberikan contoh-contoh positif melalui perilaku mereka sehari-hari. Dengan
cara ini, anak mampu membedakan perbuatan baik dan buruk serta mengenali
ucapan yang baik dan tidak baik.

Penanaman nilai-nilai akhlak pada anak usia dini bertujuan untuk


membentuk akhlak yang baik sejak usia dini. Hal ini akan membantu anak-anak
mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku yang diharapkan
dalam masyarakat. Dengan penanaman yang tepat, diharapkan anak-anak dapat
tumbuh menjadi individu yang memiliki akhlak yang baik dan mampu berperan
secara positif dalam lingkungan sosial mereka.

b. Nilai-Nilai Akhlak

Akhlak dalam ajaran Islam mencangkup dalam berbagai aspek, dimulai


akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama mahluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). Lebih lanjutnya dapat
disimak paparan berikut ini:

1. Akhlak Kepada Allah dan Rasul

Akhlak kepada Allah Swt merupakan salah satu sikap atau perbuatan
yang hendaknya dijalankan oleh setiap manusia sebagai seorang hamba. Hal ini
28

dilakukan sebagai pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Adapun berakhlak terhadap Allah Swt dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:

a. Aman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak
cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus mengingat
menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.

b. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa


hadir atau bersama manusia yang dimanpun manusia berada. Berkaitan
dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi manusia,
maka manusia harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu
dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengah-
setengah dan tidak dengan sikap sekedarnya saja.

c. Takwa, yaitu sikap sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia.
Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah,
dengan menjahui atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.
Takwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlaqul karimah).

d. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata
demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin,
tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusia akan mampu
mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinya dan karya lahirnya, baik
pribadi maupun sosial.

e. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh


harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong manusia
dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena manusia
mempercayai atau menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakal adalah
suatu kemestian.

f. Syukur, yaitu sikap rasa penuh terima kasih dan penghargaan, dalam hal
ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang
29

dianugerahkan Allah kepada manusia. Bersyukur sebenarnya sikap optimis


dalam hidup, senantiasa mengharap kepada Allah, karena bersyukur kepada
Allah hakikatnya bersyukur kepada diri sendiri, manfaat yang besar akan
kembali kepada yang bersangkutan.

g. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan
kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang
tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali
kepadanya-Nya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena
kesadaran aka nasal dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.

Sedangkan berakhlak kepada Rasul-Nya adalah sejauh mana manusia


mau mengikuti tuntutan beliau sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan
Sunnah. Semakin manusia mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan
mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya, berarti semakin kuat bukti
manusia berakhlak kepada Rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh
manusia dari al-Qur’an dan Sunnah berarti semakin tidak mengikuti tuntuntan
Nabi Saw yang berarti semakin tidak berakhlak kepada Rasulullah Saw. Akhlak
kepada Rasul yakni:

a. Membenarkan apa yang disampaikan (dikabarkannya)

b. Mengikuti syari’atnya

c. Mencintai Rasul Saw dan mengikuti jejak langkahnya

d. Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah

e. Mewarisi risalahnya24

Akhlak kepada Allah dan Rasul merupakan salah satu hak dan kewajiban
dalam kehidupan individu atau masyarakat kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Hak
dan kewajiban seorang hamba terlihat dalam pengaplikasian yang dilakukan.

24
Ihsan Sanusi dan Kasmuri Selamat, Akhlak Tasawuf Upaya Meraih Kehalusan Budi dan
Kedekatan Ilahi, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, h. 71-72
30

2. Akhlak Kepada Sesama Manusia


Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia sangat banyak, dan berikut
ini diantara nilai-nilai tesebut:
a. Silaturahmi, yaitu sikap menyambung rasa cinta kasih sesama manusia.
b. Persaudaraan (ukhuwwah), yaitu semangat persaudraan. Maksudnya manusia
itu harus saling menjaga dan tidak mudah menganggapnya dirinya yang paling
baik.
c. Persamaan, (musawwah), yaitu pandangan bahwa semua manusia itu sama
harkat dan martabat.
d. Adil, Yaitu wawasan seimbang dalam memandang, menilai, atau menyikapi
seseuatu atau seseorang.
e. Baik sangka, yaitu sikap penuh baik sangka kepada orang lain.
f. Rendah hati, yaitu sikap yang tumbuh karena kesadaran bahwa segala
kemulyaan hanya milik Allah.
g. Tepat janji (al-wafa), yaitu selalu menepati janji apabila membuat perjanjian
dengan orang lain.
h. Lapang dada (Insyrof), yaitu sikap penuh kesadaran menghargai pendapat
orang lain.
i. Dapat dipercaya, yaitu penampilan diri yang dapat dipercaya.
j. Perwira, yaitu sikap denga penuh harga diri, namun tidak sombong, tetap
rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap pemalas.
k. Hemat, yaitu sikap yang bisa meminit dan tidak kikir dalam menggunakan
harta.
l. Dermawan, yaitu sikap meiliki kesediaan yang besar dalam menolong sesama
manusia..25

3. Akhlak Kepada Lingkungan


Akhlak terhadap lingkungan adalah bagaimana kita berperilaku
dan bertindak terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita, termasuk
binatang, tumbuhan, dan benda tak bernyawa. Lingkungan mencakup

25
Ihsan Sanusi dan Kasmuri Selamat, Akhlak Tasawuf Upaya Meraih Kehalusan Budi dan
Kedekatan Ilahi, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, h. 73
31

semua hal yang ada di sekitar manusia. Pandangan Islam tentang akhlak
terhadap lingkungan berasal dari konsep kekhalifahan, di mana manusia
dianggap sebagai pengurus dan pemelihara alam.
Kekhalifahan memiliki arti pengayoman, pemeliharaan, dan
bimbingan terhadap semua mahluk agar mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam Islam, ditekankan bahwa manusia tidak boleh mengambil buah
yang belum matang atau memetik bunga sebelum mekar, karena tindakan
tersebut menghalangi mahluk lain untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini menunjukkan bahwa manusia harus menghormati proses alam dan
bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang dapat merusak
lingkungan. Pengrusakan lingkungan dianggap sebagai merusak diri
manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan ditunjukkan kepada
penciptaan suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap
membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan
polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu
sendiri yang menciptanya. Hal ini juga merupakan komunikasi secara
tidak langsung karena hal tersebut diketahui melalui ilmu-ilmu
pengetahuan keagamaan yang disampaikan melalui al-qur’an dan hadits.
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kelurahan Petukangan Utara

Gambar 3. 1 Lokasi Wilayah Petukangan Utara

Jalan Haji Radin terletak di kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan


Pesanggrahan, Ibu Kota Jakarta Selatan. Petukangan Utara adalah kelurahan di
kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jakarta, Indonesia. Kelurahan ini
memiliki kode pos 12260 dengan kode wilayah 31.71.040.005. Kelurahan ini
memiliki luas sekitar 299 hektar atau 2,99 km2. Sebagian besar wilayahnya
merupakan pemukiman penduduk. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan
Joglo di sebelah utara, Kelurahan Kreo (Kota Tangerang) di sebelah barat,
Kelurahan Ulujami di sebelah timur dan Kelurahan Petukangan Selatan di
sebelah selatan. Selain itu, Kelurahan ini juga berbatasan dengan Provinsi Banten
di sebelah barat. Wilayah ini memiliki 121 RT dan 11 RW.

Berdasarkan informasi pada buku berjudul 212 Asal-Usul Djakarta


Tempo Doeloe yang ditulis oleh Zaenuddin H.M., nama Petukangan berasal dari
kata "tukang", di mana pada dekade 1960-an kawasan tersebut banyak dihuni
oleh orang-orang yang bekerja sebagai tukang. Pada era tersebut banyak terdapat

32
33

pembuat mebel dan kusen dari kayu yang tumbuh di kawasan tersebut, seperti
pohon nangka, jati dan mahoni untuk membuat rumah khusus adat Betawi.
Pekerjaan tukang ini merupakan pekerjaan utama para penduduk. Mereka
membuka usaha tersebut di rumah maupun bangunan di tepi jalan raya.26

Demikian sejarah singkat Kelurahan Petukangan Utara Jakarta Selatan,


tentunya masih banyak yang perlu dilengkapi dan disempurnakan sehingga baku
dan menjadi sumber sejarah masa mendatang.

B. Gambaran Umum RT 14 RW 03

RT 14 RW 03 merupakan salah satu RT yang berada di kelurahan


Petukangan Utara Jakarta Selatan. Wilayah ini merupakan padat penduduk.
Wilayah RT 14 RW 03 memiliki 150 KK atau 564 jiwa, dari jumlah tersebut
penduduk laki-laki 275 jiwa dan penduduk wanita berjumlah 289 jiwa.

Tabel 3. 1 Data Penduduk RT 14 RW 03

No. Keterangan Jiwa

1. Jumlah 564

2. Laki-Laki 275

3. Perempuan 289

4. Kartu Keluarga 150

26
Zaenuddin H.M, 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe, (Jakata: Ufuk Pblishing
House,2012)
34

Gambar 3. 2 Suasana Wilayah RT 14 RW 03

Untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat di tingkat Rukun


Tentangga (RT) terbentuk susunan organisasi RT dengan perangkat sebagai
berikut:

STRUKTUR ORGANISASI RT

Ketua RT
Fajril Toyo Soemanjaya

Wakil Ketua RT
Oki

Bendahara
Hernawati

Dasawisma 1 Dasawisma 2 Dasawisma 3

Nia Daniyati Wella Masturoh

Gambar 3. 3 Struktur Organisasi RT


35

C. Identifikasi Informan

Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang optimal, maka peneliti


melibatkan empat informan yang berkaitan dalam penelitian ini, yakni :

1. Narasumber 1

Ibu Lusiana beliau adalah orangtua perempuan dari anak berinisial FA.
Ibu Lusiana adalah seorang ibu rumah tangga berusia 28 tahun asal Lebak yang
tinggal di Jakarta. FA adalah anak pertama dari pasangan Ibu Lusiana dan Bapak
Arham, FA berusia 5 tahun saat ini sedang berada di masa pendidikan Preschool.
Ibu Lusiana mengajarkan FA tentang nilai-nilai akhlak dengan komunikasi
verbal dan non verbal dibantu dengan suaminya dengan selalu mengajarkan
bertutur kata baik, mengajarkan ibadah dan berperilaku yang baik. FA selalu
mendapatkan bimbingan secara rutin karena sang ibu selalu berada di rumah
mendampinginya. Dengan mengikuti teladan ibundanya, akhlak pun terbentuk
dalam diri FA yang masih masuk kategori anak usai dini.

2. Narasumber 2

Ibu Anggi beliau adalah orangtua perempuan dari anak bernama AN. Ibu
Anggi seorang penjaga kantin di salah satu sekolah dasar berusia 42 tahun. AN
berjenis kelamin perempuan dan AN adalah anak pertama dari pasangan Ibu
Anggi dan Bapak Irwan, AN berusia 6 tahun, saat ini sedang berada di masa
pendidikan Taman Kanak-kanak. Ibu Anggi selalu mengajarkan ilmu agama dan
membekali anaknya dengan ilmu-ilmu Al-Quran agar anak-anaknya menjadi
lebih taat kepada Allah SWT dan patuh kepada orangtua. AN sedikit banyak
sudah memahami nilai-nilai akhlak apa saja karena Ibu Anggi selalu membekali
anak-anaknya dengan mencontohkan perilaku baik dan menanamkan niali-nilai
akhlak kepada anaknya.
36

3. Narasumber 3

Ibu Puspa Indah adalah orangtua perempuan dari anak bernama HV. Ibu
Puspa adalah seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun. HV adalaha anak
pertama dari pasangan Ibu Puspa dan Bapak Albert yang berjenis kelamin
perempuan. HV saat ini berusia 6 tahun sedang berada di masa pendidikan
Taman Kanak-Kanak. Selain mendapatkan pengetahuan nilai- nilai akhlak dari
rumah HV juga mendapatkannya dari sekolah. HV sudah cukup memahami apa
yang di anajrkan tentang nilai-nilai akhlak. HV termasuk anak yang cepat dalam
merespon apa yang diberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk.
BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Komunikasi Interpersonal Orangtua Dengan Anak Dalam Menanamkan


Nilai-Nilai Akhlak.

Komunikasi menjadi sarana atau perantara interaksi antara orangtua dan


anak, yang memiliki dampak pada tindakan, pandangan, dan perasaan keduanya.
Menurut narasumber, komunikasi yang mengandung perkataan buruk memiliki
konsekuensi yang signifikan dalam hubungan tersebut. Berikut ini beberapa
pendapat dari informan terkait penyebab anak berkata buruk:

“ biasanya sih bisa dari pengaruh lingkungan atau pergaulan sama teman-
temannya yang mungkin aja bisa jadi penyebab anak berkata buruk atau
tidak sopan”27

Sama dengan pemikiran di atas, informan lain berpendapat sebagai berikut:

“penyebab anak berbicara buruk bisa jadi faktor lingkungan yang biasa
berkata buruk juga, atau bisa juga dari pengaruh handphone yang makin
sulit dikontrol oleh orangtua”28

“ banyak sih faktornya bisa dari gadget atau dari lingkungannya juga
bisa”29

Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa


faktor yang dapat menyebabkan anak berkata buruk, diantarnya ialah pengaruh
lingkungan yang buruk di sekitar tempat bermain, seringnya anak menggunakan

27
Lusiana, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 12:20 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
28
Anggi, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 14:44 di Jl. Haju Radin RT 14 RW 03
29
Puspa Indah, 19 Juli 2023 pukul 17.25 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03

37
38

gadget dapat terpapar dengan konten yang mengandung bahasa kasar, dan
kurangnya perhatian orang tua juga menjadi faktor anak berkata buruk.

Untuk mencapai tujuan komunikasi, penting untuk mengetahui cara yang


akan menjadi panduan untuk langkah-langkah ke depan dan taktik operasional
dalam komunikasi. Cara ini akan menentukan audiens sasaran, langkah-langkah
yang akan diambil, dan bagaimana manfaat akan disampaikan dari perspektif
mereka. Selain itu, cara yang baiki juga berfokus pada cara mencapai audiens
yang lebih luas dengan lebih efisien.

Kemudian hasil wawancara terkait pertanyaan kedua adalah bagaimana


cara berkomunikasi dengan anak dalam sehari-hari sebagai berikut:

“Dengan mendengarkan dan merespon rasa ingin tahu anak, selalu


mengajak anak berbicara jika waktu luang dengan bahasa indonesia yang
baik dan tutur kata lembut.”30

Hampir sama dengan pemikiran di atas, informan lain juga berpendapat sebagai
berikut:

“Cara yang saya lakukan untuk berkomunikasi dengan anak biasanya


pakai cara seperti layaknya kita sebagai teman dan tentunya dengan
bahasa yang tidak baku atau tidak terlalu kaku”31

“Biasanya saya suka menanyakan bagaimana harinya atau apa saja yang
sudah ia lakukan biar ada rasa keterikatan yang kuat dan dia bisa paham
apa yang kita sampaikan”32

30
Lusiana, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 12:20 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
31
Anggi, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 14:44 di Jl. Haju Radin RT 14 RW 03
32
Puspa Indah, 19 Juli 2023 pukul 17.25 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
39

Semua informan meiliki pandangan yang hampir sama mengenai cara


berkomunikasi dengan anak mereka yaitu dengan mengajak anak untuk berbicara
santai dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa ada


beberapa cara yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi dengan anak agar
mereka dapat memahami apa yang kita sampaikan. Cara tersebut antara lain
adalah seperti mendengarkan dan merespon rasa ingin tau anak, berbicara dengan
anak dengan bahasa yang mudah dipahami, bersikap terbuka dan menjadi contoh
yang baik bagi anak.

Kemudian hasil wawancara terkait pertanyaan ketiga tentang bagaimana


metode yang dilakukan orangtua dalam proses penanaman niali-nilai akhlak pada
anak. Berikut menurut beberapa informan:

“Dengan memberikan contoh yang baik mulia dari berbicara sampai


sikap yang harus dilakukan, baik dengan teman ataupun dengan orang
yang lebih dewasa.”33

“Cara yang saya lakukan, saya selalu mendekatkan diri ke anak-anak saya
dengan Al-Quran. Karena kalau sudah dibekali dengan Al-Quran maka
anak-anak akan paham mana yang baik dan mana yang buruk dan saya
juga harus bisa memberikan contoh yang baik agar anak saya bisa tiru.”34

“Memberikan teladan yang baik kepada anak dan mengajak anak


beraktivitas bersama. Memberikan pembelajaran dengan cara yang
mudah dipahami, membiarkan anak bergaul dengan teman yang

33
Lusiana, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 12:20 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
34
Anggi, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 14:44 di Jl. Haju Radin RT 14 RW 03
40

berperilaku baik. Saya juga mengajarkan anak rasa takut kepada Allah
SWT dan harus selalu berbuat baik.”35

Kesimpulannya, dengan memberikan contoh yang baik dan menjadi


teladan yang baik serta mendekatkan anak-anak dengan Al-Quran menjadi
metode yang digunakan oleh orangtua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
kepada anak. Orangtua adalah contoh yang paling utama bagi anak-anak untuk
belajar memahami nilai-nilai akhlak. Oleh karean itu, penting bagi orangtua
untuk menjadi teladan yang baik dalam hal akhlak. Contohnya orangtua harus
bersikap jujur, hormat dan peduli kepada orang lain. Dengan menerapkan
metode-metode tersebut, orangtua dapat membantu anak-anak untuk tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

Peneliti memiliki 3 informan yang telah diamati dan diwawancarai, yaitu


informan 1 (Ibu Lusiana), Informan 2 (Ibu Anggi), Informan 3 (Ibu Puspa Indah).
untuk mengetahui lebih jelas terkaitkomunikasi interpersonal yang dilakukan
oleh orangtua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, peneliti
menyajikan tabel 4.1 Sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Komunikasi Interpersonal Yang Dilakukan Orangtua

No. Cara Yang Digunakan Diterapkan Oleh

1. Komunikasi Verbal (Berbicara dengan  Informan 1


bahasa yang mudah dipahami)
 Informan 2

 Informan 3

2. Mendengarkan dan menjawab apa yang  Informan 2


anak ingin ketahui

35
Puspa Indah, 19 Juli 2023 pukul 17.25 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
41

3. Menanyakan keseharian atau aktivitas  Informan 3


yang anak lakukan

4. Menjadi teladan yang baik  Informan 1

 Informan 2

 Informan 3

B. Kendala Yang Dialami Orangtua Dalam Proses Penanaman Nilai-Nilai


Akhlak Pada Anak.

Upaya penanaman nilai-nilai akhlak pada anak memang bukan


merupakan kegiatan yang mudah. Di dalam proses pelaksanaannya tentu tidak
selamanya berjalan lancar tetapi kadang terdapat kendala yang menjadikan
proses penanaman nilai-nilai akhlak kurang maksimal.

Pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa terkait


poin pertanyaan keempat tentang kendala dalam proses penanaman nilai-nilai
akhlak pada anak. Menurut beberapa informan sebagai berikut:

“Kendala sudah pasti ada, terkadang anak belum terlalu mengeri apa itu
perintah dan larangan sehingga belum tau apa yang seharusnya dikatakan
dan dilakukan itu baik atau buruk. Sebenarnya pun dari teknologi juga
bisa menajdi kendala biasanya anak-anak suka lupa waktu jika sudah
diberikan gadget”36

“Tentunya untuk kendala selalu ada, kita tidak bisa mengontrol mood
anak, sebagai orangtua sih saya harus bisa berpikir bagaimana cara saya
menyampaikan apa yang mau saya sampaikan sehingga anak bisa

36
Lusiana, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 12:20 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
42

menerima dengan baik. Bisa juga sih dari apa yang anak saya lihat dari
gadget itu juga bisa jadi peghambat”37

Pandangan kedua informan tersebut tidaklah ditemukan perbedaan.


Keduanya menjawab sama. Masih ada kendala yang dialami oleh orang tua
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. Memang dalam proses pengajaran atau
penanaman nilai akhlak pada anak tidak lah mudah, pasti akan ada kendala bagi
sebagian orang tua karena sifat anak yang berbeda-beda dan proses penangkapan
informasi yang berbeda juga.

Berbeda dengan informan yang lain, satu informan berpendapat sebagai berikut:

“Alhamdulillah tidak ada kendala karena anak-anak saya sangat penurut


dan selalu patuh dengan apa yang diajarkan oleh saya di rumah.”38

Kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara dengan informan terkait


kendala dalam proses penanaman nilai-nilai akhlak pada anak adalah bagi
sebagian orangtua pasti ada kendala karena setiap anak memiliki karakteristik
dan sifat yang berbeda. Akan tetapi ada juga orangtua yang tidak memiliki
kendala karena anak mereka dapat cepat mencerna apa yang diajarkan oleh
orangtua sehingga patuh dan menurut dengan perkataan orangtua.

Ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses penanaman nilai-nilai


akhlak pada anak, setiap orangtua memiliki kendala yang berbeda. Untuk
mengetahui lebih jelas apa saja kendala yang terjadi, maka peneliti menjelaskan
melalui tabel berikut ini:

37
Anggi, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 14:44 di Jl. Haju Radin RT 14 RW 03
38
Puspa Indah, 19 Juli 2023 pukul 17.25 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
43

Tabel 4. 2 Kendala Yang Terjadi Pada Orangtua dalam Menanamkan


Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak

No. Kendala Yang Terjadi Dihadapi oleh

1. Anak belum Mengerti apa yang  Informan 1


disampaikan orangtua
 Informan 2

2. Kondisi perasaan anak yang tidak bisa  Informan 2


dikontrol

3. Pengaruh teknologi odern atau gadget  Informan 1

 Informan 2

C. Cara yang Dilakukan Orangtua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Aklak


Pada Anak.

Penanaman nilai akhlak pada anak merupakan hal yang penting untuk
dilakukan oleh orangtua dan pendidik. Nilai-nilai akhlak yang baik akan
membantu anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, taat
beragama, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Pada wawancara yang peneliti lakukan ditemukan juga bahwa terkait


poin pertanyaan kelima apakah cara yang dilakukan sudah berhasil. Menurut
informan sebagai berikut:

“Sepertinya belum berhasil karena tidak mudah untuk mengontrol


perilaku anak ketika mereka sedang diluar rumah atau bermain dengan
teman sebaya sehingga terdapat perubahan sikap anak saat dirumah
dengan di luar rumah.”39

39
Lusiana, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 12:20 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
44

“Menurut saya cara yang saya lakukan sudah terbilang efektif karena
anak saya dapat mudah mencerna apa yang saya jelaskan dan dapat
melakukan apa yang saya ajarkan.”40

“Insya Allah akan efektif karena setiap harinya saya selalu bekali dengan
membaca Al-Quran dan mengingatkan selalu jika ingin berbuat sesuatu
yang tidak baik ada Allah yang selalu melihat kita, dan anak saya
merespon positif apa yang saya katakan.”41

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa cara yang


dilakukan oleh orangtua dalam penanaman nilai-nilai akhalak pada anak masih
bersifat relatif. Ada beberapa orangtua yang merasa bahwa cara yang mereka
lakukan sudah berhasil, namun ada juga orangtua yang merasa bahwa cara yang
mereka lakukan belum berhasil. Ada beberapa faktor yang dapat memperngaruhi
cara yang dilakukan orangtua, antar lain usia anak, kepribadian anak dan
lingkungan anak.

Penting bagi orangtua untuk terus berusaha untuk menemukan cara yang
baik untuk mencegah anak berkata buruk. Orangtua juga perlu bersabar dan
konsisten dalam menerapkan cara yang mereka temukan. Dengan usaha yang
gigih, orangtua dapat membantu anak-anak mereka untuk tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang baik dan santun. Untuk mengetahui apakah
metode yang dilakuka para orangtua sudah berhasil apa belum, peneliti
menjelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

40
Puspa Indah, 19 Juli 2023 pukul 17.25 di Jl. Haji Radin RT 14 RW 03
41
Anggi, Rabu, 19 Juli 2023 pukul 14:44 di Jl. Haju Radin RT 14 RW 03
45

Tabel 4. 3 Metode Yang Digunakan Orangtua dalam Menanamkan


Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak

No. Informan Berhasil Belum Berhasil

1. Informan 1 

2. Informan 2 

3. Informan 3 

Berdasarkan hasil observasi, komunikasi yang paling banyak digunakan


orangtua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak adalah dengan
berkomunikasi secara baik serta menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh anak. Orangtua juga harus bisa menjadi contoh yang baik
bagi anak.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Interpersonal Orangtua Dengan Anak Dalam Menanamkan


Nilai-Nilai Akhlak.

Komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya


secara praktis, maksudnya berbagai pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung situasi dan kondisi. Komunikasi mendefinisikan khalayak sasaran
seperti berbagai tindakan yang akan dilakukan, mengatakan bagaimana sasaran
mendapat manfaat berdasarkan sudut pandangannya dan bagaimana sasaran yang
lebih besar dapat dijangkau secara lebih efektif.1

Komunikasi interpersonal dilakukan secara langsung atau face to face yang


melibatkan lebih dari satu orang. Dalam penelitian ini komunikasi interpersonal
melibatkan antara orangtua dan murid yang terlibat dalam proses penanaman
nilai-nilai akhlak. Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang
paling efektif untuk mengubah pendapat, perilaku dan sikap seseorang, karena
komunikasi ini bersifat dialogis. Dengan komunikasi yang bersifat dialogis dapat
mengefektifkan proses pembelajaran, sehingga diharapkan terjadinya feedback
yang baik dari komunikan.
Komunikasi interpersonal pada dasarnya sangat penting dalam rangka
menjalin hubungan dalam proses kehidupan, komunikasi yang terjadi antara
orang tua dengan anaknya, suami dan istri, komunikasi dengan tetangga,
komunikasi antara guru dan murid, dokter dengan pasiennya dan sebagainya.2
Perkembangan karakter dan kebiasaan anak dipengaruhi oleh pengamatan dan
ket3urunan dari orangtua, termasuk perilaku, pola makan, kehalalan makanan,

1
Onong Uchjana Effendy, Dasar-Dasar Komunikasi (Jakarta: Remaja Rosdakarya,1993)
hlm. 301
2
Harjani Hefini, Komunikasi Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2017), h. 217
3

46
47

lingkungan, dan kebiasaan lainnya. Seiring karakter terbentuk, anak akan


mengalami berbagai emosi seperti kegembiraan, kemarahan, kesedihan, dan
kegembiraan.
Komunikasi interpersonal memerlukan sikap saling menghormati dan
kepercayaan antara orang tua dan anak, yang didasarkan pada kesamaan di antara
keduanya. Tujuan dari komunikasi interpersonal adalah menciptakan kedekatan
dan kenyamanan dalam berkomunikasi sehingga dapat diterima oleh lingkungan
sehari-hari. Bentuk komunikasi dapat bervariasi dalam makna tergantung pada
konteksnya. Masyarakat memahami bahwa penggunaan simbol-simbol dalam
komunikasi dapat memiliki interpretasi dan aplikasi yang berbeda.

Dalam konteks ini, orangtua berperan sebagai pengirim pesan


(komunikator) sementara anak berperan sebagai penerima pesan (komunikan).
Fokus utama dalam komunikasi antara orangtua dan anak terletak pada cara
orangtua menyampaikan pesan kepada anak. Penting untuk mencatat bahwa
dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, komunikasi antara orang tua
dan anak harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Bentuk-bentuk komunikasi
yang digunakan oleh orang tua untuk membangun hubungan yang baik dengan
anak menjadi kunci dalam proses ini agar nilai-nilai akhlak dapat ditanamkan
dengan lebih efektif. Kesabaran dalam artian tetap ada gerakan-gerakan yang
mendorong anak untuk proses penanaman nilai-nilai akhlak tersebut.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ar-Ra’d(13):24 yang berbunyi:

ِ ‫ع ق ْب َ ى الدَّ ار‬ َ ‫ع ل َي ْكُ ْم ب ِ َم ا‬


ُ ‫ص ب َ ْر ت ُ ْم ۚ ف َن ِ ْع َم‬ َ ‫س ََل ٌم‬
َ
Terjemahannya: “(sambil mengucapkan),”Selamat sejahtera atasmu karena
kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu”4

Ayat di atas menjelaskan tentang tempat terbaik yang diberikan kepada


orang-orang yang mampu sabar selama hidup di dunia. Malaikat-malaikat

4
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil, 2005), h. 252
48

mengucapkan selamat atas apa yang telah mereka peroleh dari Allah SWT. Anak
adalah ujian bagi setiap orang tua. Jika orang tua mampu bersabar dalam
mendidik anak, tentu akan ada balasan pahala dari Allah SWT.
Komunikasi interpersonal orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada anak merupakan hal yang sangat penting. Orang tua menggunakan
berbagai bentuk komunikasi, terutama melalui komunikasi verbal dengan
menggunakan kata-kata. Melalui nasehat dan nasihat mereka, orang tua berusaha
menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Selain
memberikan nasehat, orang tua juga mendukung pesan-pesan ini dengan
tindakan-tindakan nyata, menjadikan diri mereka sebagai contoh yang baik bagi
anak-anak. Tindakan-tindakan ini termasuk dalam komunikasi nonverbal, seperti
bahasa tubuh (ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan), isyarat, tindakan,
dan penggunaan objek-objek.

Cara yang dapat digunakan oleh orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada anak yaitu: Pertama, orang tua harus bisa bersikap terbuka dan jujur
tentang nilai-nilai akhlak yang mereka yakini dan orang tua juga harus bersedia
menjawab pertanyaan anak tentang nilai-nilai tersebut. Kedua, orang tua harus
bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka. Ketiga, orang tua harus meluangkan
waktu untuk mendengarkan anak mereka agar dapat menunjukkan bahwa
orangtua juga peduli dengan apa yang dipikirkan oleh anak mereka. Dengan
menggunakan strategi tersebut, orang tua dapat membantu anak-anak mereka
untuk mengembangkan nilai-nilai akhlak yang kuat dan menjadi pribadi yang
baik pada saat dewasa.

B. Kendala Yang Dialami Orangtua Dalam Proses Penanaman Nilai-Nilai


Akhlak Pada Anak.

Penanaman nilai-nilai akhlak pada anak idelanya dilakukan secara


perlahan atau menikuti karakteristik masing-masing anak, dan dapat dipahami
49

oleh anak karena daya ingat anak berbeda-beda namun semuanya bisa diikuti
denga satu hal yang sama. Tidak semua anak mempunya kemampuan menangkap
sesuatu dengan cepat oleh karena itu penanaman dari hal yang paling mendasar
adalah dengan pengucapan yang perilaku yang orang tua perlihatkan di depan
anak-anak, karena apapun yag orangtua ucapkan dan lakukan akan berdampak
pada anak nantinya.5

Dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada anak tidak selalu berjalan


dengan mulus pasti saja ada kendala atau tantangan yang terjadi pada setiap
proses yang dilakukan orangtua. Berikut ini merupakan hasil penelitian terkait
kendala yang dialami orangtua dalam proses penanaman nilai-nilai akhlak pada
anak. Dari hasil analisis peneliti, kendala yang dialami para orangtua dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak adalah dari faktor pemahaman anak
atau daya tangkap yang berbeda-beda. Tidak semua anak memiliki daya tangkap
yang cepat dalam memahami sesuatu. Selain itu faktor lainnya juga bisa terjadi
karena perasaan anak yang mudah berubah dan tidak bisa dikontrol oleh
orangtua. Pengaru teknologi modern atau gadget juga menjadi kendala dalam
proses penanaman nilai-nilai akhlak, karena dari gadget anak bisa mengakses
sesuatu yang bisa membuat mereka susah dalam menanamkan niali-nilai akhlak.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini, orang tua perlu memahami


pentingnya konsistensi, komunikasi yang efektif, dan kesabaran dalam proses
penanaman nilai-nilai akhlak. Selain itu, perlu juga memahami perkembangan
anak secara individu dan menciptakan lingkungan yang mendukung dan
konsisten dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan.

C. Cara yang Dilakukan Orangtua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Aklak


Pada Anak.

5
Umu Khalimatus Sa’diyah, “Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Melalui Pebiasaan Pada Anak
Didik TK Pertiwi Gunung Jaya Kecamatan Belik”, Jurnal Al-Athfal, Vol.1 No.1 (2021), 44
50

Penting bagi orangtua untuk terus berusaha untuk menemukan cara yang
paling efektif untuk mencegah anak berkata buruk. Orangtua juga perlu bersabar
dan konsisten dalam menerapkan cara yang mereka temukan. Dengan usaha yang
gigih, orangtua dapat membantu anak-anak mereka untuk tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang baik dan santun. Cara yang dilakukan
orangtua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak sangat penting untuk
membentuk karakter dan perilaku yang positif. Dari analisis yang peneliti
dapatkan efektivitas cara yang dilakukan oleh orangtua dalam penanaman nilai-
nilai akhlak pada anak masih bersifat relatif. Ada beberapa orangtua yang merasa
bahwa cara yang mereka lakukan sudah efektif, namun ada juga orangtua yang
merasa bahwa cara yang mereka lakukan belum efektif. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan cara yang dilakukan orangtua, antar lain
usia anak, kepribadian anak dan lingkungan anak.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi


interpersonal yang dilakukan orangtua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
pada anak adalah orangtua menggunakan komunikasi verbal dengan berbicara
menggunakan bahasa yang mudah dipahami, mendengarkan dan merespon rasa
ingin tahu anak, serta menanyakan keseharian atau aktivitas anak. Selain itu,
menjadi teladan yang baik bagi anak juga merupakan strategi yang sering
digunakan oleh orangtua.

Meskipun komunikasi ini telah diimplementasikan, masih terdapat


kendala yang dihadapi oleh orangtua dalam proses penanaman nilai-nilai akhlak
pada anak. Kendala tersebut meliputi anak yang belum sepenuhnya mengerti apa
yang disampaikan orangtua, kondisi perasaan anak yang tidak bisa dikontrol, dan
pengaruh teknologi modern atau gadget.

Cara yang dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak


pada anak masih bersifat relatif. Beberapa informan merasa cara yang mereka
lakukan sudah berhasil, sementara yang lainnya merasa bahwa cara tersebut
belum berhasil. Kendala ini dapat dipengaruhi oleh usia anak, kepribadian anak,
dan lingkungan anak.

Dalam upaya meningkatkan komunikasi dengan anak, orangtua perlu


terus berusaha dan konsisten dalam menerapkan cara yang mereka temukan.
Bersikap sabar dan memberikan contoh yang baik kepada anak juga merupakan
hal yang penting dalam proses ini.

51
52

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, peneliti mencoba memberikan masukan dan


saran kepada orang tua dalam menanampan nilai-nilai akhlak pada anak agar
terjalin komunikasi yang efektif.

Orang tua perlu terus berkomunikasi dengan anak secara aktif dan efektif.
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan dengarkan dengan penuh
perhatian apa yang ingin dikemukakan oleh anak. Orangtua juga harus menjadi
teladan yang baik bagi anak. Perilaku dan sikap orangtua akan memberikan
pengaruh besar pada pola perilaku anak.

Orangtua harus mengontrol dan membatasi penggunaan gadget oleh anak,


karena pengaruh teknologi modern dapat memberikan dampak negatif pada
perkembangan moral anak. Menciptakan lingkungan yang mendukung juga
dapat menjadi proses penanaman nilai-nilai akhlak, karena lingkungan keluarga
dan masyarakat yang positif akan memperkuat pengajaran nilai-nilai akhlak.
53

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Agama, D. (2005). Al-Quran dan Terjemamahannya. Syamil.
Agama, D. (2006). Al-Quran dan Tafsirnya. Surabaya: Rema Rosdakarya.
Arifin, A. (1984). Strategi Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkasan.
Bandung: Armico.
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arni, M. (2004). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Aw, S. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Kencana.
Cangara, H. (2013). Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Cet.2, D. P. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Daradjat. (1995). Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang.
Effendy, O. U. (1981). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: PT alumni.
Effendy, O. U. (1993). Dasar-Dasar Komunikasi . Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komuikasi Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Hefini, H. (2017). Komunikasi Islam. Jakarta: Prenadamedis Group.
J, M. L. (2007). Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Kartono, K. (1985). Peran Orang Tua Memandu Anak. Jakarta: Rajawali.
54

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan


Konflik Pada Keluarga. Jakarta: Kencana.
LN, S. Y. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M, J., & Syadily, H. (1990). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Individu hingga Massa. Jakarta: Kencana.
Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT> Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Risdakarya.
Sukandarrumidi. (2012). Metodologi Penelitian. Ypgyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press.
Tike, A. (n.d.). Dasar-Dasar Komunikasi.
Zulfa, U. (2019). Modul teknik Kilat Penyusunan Proposal Skripsi. Cilacap:
Ihya Media.

Jurnal
Rosalina, I. (2012). Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren
Kec Karangrejo Kabupaten Madetaan. Efektivitas Pemberdayaan
Masyarakat, 3.
Sa'diyah, U. K. (2021). Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Melalui Pebiasaan Pada
Anak Didik TK Pertiwi Gunung Jaya Kecamatan Belik. Al-Athfal, 44.
55

Lampiran

Dokumentasi setelah wawancara


56
57

Pedoman Wawancara Informan (Orang Tua)

Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Hari/tanggal :
Tempat :

No. Pertanyaan Jawaban

1. Identitas Informan (Nama, Usia,


Pekerjaan)

2. Bagaimana cara ibu


berkomunikasi dengan anak
dalam sehari2?

3. Bagaimana metode yang ibu


lakukan dalam proses
penanaman nilai2 akhlak pada
anak?

4. Menurut ibu apa penyebab


anak2 berkata buruk?

5. Dari metode yang ibu lakukan


apakah ada kendala dalam
prosesnya?
58

6. Apakah menurut ibu cara yang


ibu lakukan sudah efisien

Transkrip Wawancara Informan (Orang Tua)


Nama : Lusiana
Usia : 28 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hari/tanggal : Rabu, 19 Juli 2023
Tempat : Kediaman Ibu Lusiana (Jl. Haji Radin No 24E RT 14 RW 03

No. Pertanyaan Jawaban

1. Identitas Informan (Nama, Nama saya Lusiana, pekerjaan saya


Usia, Pekerjaan) ibu rumah tangga

2. Bagaimana cara ibu Biasanya sih cara yang saya


berkomunikasi dengan anak gunakan dengan mendengarkan dan
dalam sehari2? merespon rasa ingin tahu anak, dan
juga biasanya selalu mengajak anak
berbicara jika waktu luang dengan
bahasa indonesia yang baik dan
tutur kata lembut.

3. Bagaimana metode yang ibu Kalau untuk mengajarkan nilai-nilai


lakukan dalam proses akhlak sudah pasti dengan
memberikan contoh yang baik
59

penanaman nilai2 akhlak pada mulia dari berbicara sampai sikap


anak? yang harus dilakukan, baik dengan
teman ataupun dengan orang yang
lebih dewasa.

4. Menurut ibu apa penyebab Anak berbicara buruksih setau saya


anak2 berkata buruk? biasanya sih bisa dari pengaruh
lingkungan atau pergaulan sama
teman-temannya yang mungkin aja
bisa jadi penyebab anak berkata
buruk atau tidak sopan. Kita kan gak
tau kalau dia lagi main sama
temannya apakah temannya berkata
buruk atau tidak

5. Dari metode yang ibu lakukan Kendala sudah pasti ada ya mba,
apakah ada kendala dalam terkadang anak saya juga masih
prosesnya? belum terlalu mengeri apa itu
perintah dan larangan sehingga
belum tau apa yang seharusnya
dikatakan dan dilakukan itu baik
atau buruk. Sebenarnya pun dari
teknologi juga bisa menajdi kendala
biasanya anak-anak suka lupa
waktu jika sudah diberikan gadget.
Kalau sudah pegang hp kadang juga
suka gak nurut.

6. Apakah menurut ibu cara yang Kalau menurut saya sih dari usaha
ibu lakukan sudah efektif yang saya lakukan sepertinya belum
efektif karena tidak mudah untuk
60

mengontrol perilaku anak ketika


mereka sedang diluar rumah atau
bermain dengan teman sebaya
sehingga terdapat perubahan sikap
anak saat dirumah dengan di luar
rumah.

Transkrip Wawancara Informan (Orang Tua)


Nama : Anggi
Usia : 42Tahun
Pekerjaan : Penjaga Kantin Sekolah SD
Hari/tanggal : Rabu, 19 Juli 2023
Tempat : Kediaman Ibu Anggi (Jl. Haji Radin No 16 RT 14 RW 03

No. Pertanyaan Jawaban

1. Identitas Informan (Nama, Nama saya Anggi, Pekerjaan saya


Usia, Pekerjaan) penjaga kantin di sekolah SD

2. Bagaimana cara ibu Kalau untuk berkomunikasi dengan


berkomunikasi dengan anak anak sih biasanya saya suka
dalam sehari2? menanyakan bagaimana harinya
atau apa saja yang sudah ia lakukan
biar ada rasa keterikatan yang kuat
dan dia bisa paham apa yang kita
61

sampaikan. Biasanya anak akan


senang jika ditanyakan apa yang
habis mereka lakukan

3. Bagaimana metode yang ibu Tidak ada metode khusus biasanya


lakukan dalam proses cara yang saya lakukan untuk
penanaman nilai2 akhlak pada berkomunikasi dengan anak
anak? biasanya pakai cara seperti layaknya
kita sebagai teman dan tentunya
dengan bahasa yang tidak baku atau
tidak terlalu kaku

4. Menurut ibu apa penyebab Penyebab anak berbicara buruk bisa


anak2 berkata buruk? jadi faktor lingkungan yang biasa
berkata buruk juga, atau bisa juga
dari pengaruh handphone yang
makin sulit dikontrol oleh orangtua

5. Dari metode yang ibu lakukan Alhamdulillah tidak ada kendala


apakah ada kendala dalam karena anak-anak saya sangat
prosesnya? penurut dan selalu patuh dengan apa
yang diajarkan oleh saya di rumah.

6. Apakah menurut ibu cara yang Insya Allah akan efektif karena
ibu lakukan sudah efektif setiap harinya saya selalu bekali
dengan membaca Al-Quran dan
mengingatkan selalu jika ingin
berbuat sesuatu yang tidak baik ada
Allah yang selalu melihat kita, dan
anak saya merespon positif apa
yang saya katakan.
62

Transkrip Wawancara Informan (Orang Tua)


Nama : Puspa Indah
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hari/tanggal : Rabu, 19 Juli 2023
Tempat : Kediaman Ibu Puspa Indah (Jl. Haji Radin No 24B RT 14 RW
03

No. Pertanyaan Jawaban

1. Identitas Informan (Nama, Nama saya Puspa Indah, pekerjaan


Usia, Pekerjaan) saya ibu rumah tangga

2. Bagaimana cara ibu Cara yang saya lakukan untuk


berkomunikasi dengan anak berkomunikasi dengan anak
dalam sehari2? biasanya pakai cara seperti layaknya
kita sebagai teman dan tentunya
dengan bahasa yang tidak baku atau
tidak terlalu kaku

3. Bagaimana metode yang ibu Biasanya saya suka menanyakan


lakukan dalam proses bagaimana harinya atau apa saja
penanaman nilai2 akhlak pada yang sudah ia lakukan biar ada rasa
anak? keterikatan yang kuat dan dia bisa
paham apa yang kita sampaikan.

4. Menurut ibu apa penyebab Banyak sih faktornya bisa dari


anak2 berkata buruk? gadget atau bisa juga dari
lingkungannya
63

5. Dari metode yang ibu lakukan Tentunya untuk kendala selalu ada,
apakah ada kendala dalam kita tidak bisa mengontrol mood
prosesnya? anak, sebagai orangtua sih saya
harus bisa berpikir bagaimana cara
saya menyampaikan apa yang mau
saya sampaikan sehingga anak bisa
menerima dengan baik. Bisa juga
sih dari apa yang anak saya lihat dari
gadget itu juga bisa jadi peghambat

6. Apakah menurut ibu cara yang Menurut saya cara yang saya
ibu lakukan sudah efektif lakukan sudah terbilang efektif
karena anak saya dapat mudah
mencerna apa yang saya jelaskan
dan dapat melakukan apa yang saya
ajarkan.

Anda mungkin juga menyukai