TESIS
YUSTINA MULIANI
1006745165
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
NPM : 1006745165
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI :
Ketua Sidang :
Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, PhD .................................................
Pembimbing :
Dr. Pinckey Triputra, Msc .................................................
Penguji Ahli :
Dr. Hifni Alifahmi, MSi ..................................................
Sekretaris Sidang :
Ir. Firman Kurniawan Sujono, MSi .................................................
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 3 Juli 2012
iii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan antara
Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah
yang Aman”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar master
dalam program studi Ilmu Komunikasi pada Program Pasca SarjanaUniversitas
Indonesia Jakarta.
iv
Yustina Muliani
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 3 Juli 201223 Juni 2011
Yang menyatakan
(Yustina Muliani)
vi
viii
ix
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Konseptualisasi Masalah 5
1.3Identifikasi Masalah 8
1.4Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian 9
1.4.1 Pembatasan Masalah 9
1.4.2 Tujuan Penelitian 11
1.5Signifikansi Penelitian 12
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan POM RI dalam rangka
Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
Nasional tahun 2008, diketahui bahwa 48,1% responden siswa SD sering atau
selalu (≥ 4 kali/minggu) jajan sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan
dalam waktu seminggu. Sebagian besar responden siswa SD (68,6%) biasa jajan
di kantin/warung sekolah sedangkan 28,1% responden siswa SD lainnya sering
jajan di penjaja PJAS di sekitar sekolahnya. Data-data ini semakin memperkuat
fakta bahwa jajan sudah sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa (Badan
POM RI, 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
komunikan yang menjadi khalayak sasaran tidak jelas dan terfokus, akibatnya
dapat menimbulkan zero feed back atau negatif feed back. (Denis & Windahl,
1996 : 14)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setelah mengidentifikasi siapa dan
bagaimana khalayak sasaran, maka komunikator, pesan, saluran komunikasi
sebagai wahana pesan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat menghasilkan
feed back positif atau efek tertentu (efek kognitif, afektif dan konatif) pada
komunikan.
Salah satu teori yang menjelaskan tentang kompetensi komunikator dalam
mengubah sikap komunikan adalah communication competency theory. Menurut
teori ini bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah
sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang
diinformasikan, keterampilan berkomunkasi dan motivasi komunikasi yang
dikemukakan oleh komunikator (Liliweri, 2011 : 173).
Adapun salah satu teori yang menjelaskan rancangan pesan dalam
mempengaruhi perubahan sikap (attitude) adalah reinforcement theory. Menurut
teori ini perubahan sikap komunikan merupakan hasil dari perubahan opini
(pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang menarik
perhatian komunikan (attention), pesan yang disampaikan sendiri harus lengkap
dan dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dan yang mudah dipahami
komunikan (comprehension) dan pesan yang disampaikan tidak bertentangan
dengan lingkungan sosial dan budaya komunikan (acceptance) (Liliweri, 2011 :
171).
Sedangkan teori umum bagi Social Change Campaign menjelaskanbahwa
sasaran akhir yaitu perubahan perilaku individu, dipengaruhi oleh perubahan
tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma
subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku.
Namun untuk mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan
kampanye (kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma
subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku)
maka aktivitas komunikasi kampanye mulai bergerak dari diseminasi pesan
Universitas Indonesia
melalui media cetak, televisi, radio, website poster, leaflet, buku (Liliweri, 2011 :
739).
Beranjak dari taktik promosi keamanan PJAS yang telah dilakukan pada
Gerakan Aksi Nasional PJAS ini, maka perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah Social Change Campaign ini dapat dikatakan berhasil, dilihat
Universitas Indonesia
dari dari efek atau dampak yang ditimbulkan yang terkait dengan kompetensi
Penyuluh Keamanan Pangan, pesan keamanan pangan dan diseminasi pesan
keamanan pangan melalui print ads (poster, komik), spoken and visual word
dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti penyuluhan interaktif, yang
dilakukan oleh Badan POM RI terhadap dampak sikap.
Hal penting dalam penelitian tesis ini, terutama sekali hendak mengetahui
apakah taktik promosi keamanan pangan mempunyai hubungan terhadap sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman. Adapun sikap dapat dipengaruhi variabel-
variabel berupa awareness (kesadaran) memilih PJAS yang aman setelah
mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, opini
terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS dan
opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,
memotivasi komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
yang orang lihat dan lakukan. Dalam fase ini berbagai alat komunikasi
dipertimbangkan meliputi interpersonal communication tactics merupakan
peluang tatap muka bagi keterlibatan dan interaksi personal, dan organizational
media tactics merupakan media yang dapat dikontrol organisasi, dan diperlukan
jika sasaran khalayak tersebar luas sehingga sulit dilakukan interaksi secara
personal, new media tactics adalah wahana komunikasi untuk mempresentasikan
informasi yang mempunyai nilai berita kepada berbagai audiens. (Smith, 2002 :
12).
Promosi keamanan PJAS merupakan salah satu taktik (cara memobilisasi
semua kekuatan untuk mengirimkan pesan mencapai publik yang luas) yang
dilakukan pada Social Change Campaign ini. Pada dasarnya tujuan promosi
keamanan PJAS adalah mempersuasi khalayak sasaran untuk mengubah
pengetahuan atau kesadaran, sikap komunitas sekolah yaitu siswa SD (sasaran
primer), kepala sekolah, guru pembimbing UKS, pengelola kantin sekolah,
penjaja PJAS, komite sekolah, dan masyarakat sekitarnya (sasaran sekunder) dan
mengubah perilaku komunitas sekolah dan masyarakat terhadap keamanan PJAS
yang dilakukan melalui kontak langsung maupun tanpa kontak langsung dengan
khalayak sasaran. Selain itu promosi keamanan PJAS juga dilakukan kepada
sasaran tersier yaitu seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di
pusat maupun daerah sehingga penanggulangan keamanan PJAS lebih
komprehensif, terpadu dan sistematis.
Universitas Indonesia
selalu Mencuci Tangan, Ayo Kenali Bahan Kimia Berbahaya pada Makanan dan
Minuman !, Pilihlah Tempat Jajan yang Bersih dan Makanan yang Aman, Bacalah
Label sebelum Membeli supaya Aman, Waspadalah terhadap 3 Bahaya pada
Pangan; untuk Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah Bahan
Tambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar Terhindar dari Bahaya,
Bacalah Label saat Membeli Makanan dan Minuman, Lima Kunci Keamanan
Pangan, Simpan Pangan dengan Benar, Terapkan Perilaku Kerja yang Baik,
Jagalah Kebersihan Tempat dan Peralatan di Kantin Sekolah!.; untuk Guru yaitu
Ayo Kita Tumbuhkan Sadar Keamanan Pangan pada Anak Didik Kita! dan
Panduan Sinergisme Peran Pemangku Kepentingan Terkait.
Sebagai narasumber/komunikator dalam kegiatan promosi keamanan
PJAS adalah petugas Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dari Badan POM RI dan
Balai Besar/Balai POM yang tersebar di 31 Ibu Kota Propinsi.
Universitas Indonesia
dan apakah taktik promosi keamanan PJAS perlu dimodifikasi atau tetap
dilanjutkan. Secara operasional evaluasi social change campaign dengan taktik
promosi keamanan PJAS adalah serangkaian kegiatan untuk membandingkan
realisasi masukan (input) , pencapaian keluaran (output), dan dampak (outcome)
dengan standar atau indikator yang telah direncanakan.
Hasil evaluasi ini diharapkan memberikan gambaran seberapa jauh social
change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS ini telah mencapai
tujuannya. Selain itu hasil evaluasi ini merupakan umpan balik atau masukan
untuk perbaikan atau peningkatan program Gerakan Aksi Nasional PJAS
Fokus evaluasi dapat dibagi menurut tahapannya yaitu evaluasi input,
evaluasi proses, evaluasi hasil (output) dan evaluasi dampak (outcomes) : (Badan
POM , 2012)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Smith, Laswell, & Casey, 1946 dalam Petty dan Caccioppo (1996:60)). Mereka
melakukan studi tentang efek sikap pada sumber (siapa yang mengatakan), pesan
(apa yang dikatakan), dan penerima (kepada siapa pesan disampaikan). Efek dari
saluran komunikasi dan lama retensi pesan dan perubahan sikap juga dipelajari.
1. Faktor pengirim
Komunikator (source) dalam suatu komunikasi persuasif dapat berupa
individu atau organisasi yang membagikan informasinya kepada orang lain
atau sekelompok orang. Hovland, Janis dan Kelley (1953) dalam Petty dan
Caccioppo (1996:61) berpendapat bahwa terdapatbeberapakomponen
komunikator yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sikap, yakni :
a. kredibilitas (communicatorcredibility)
Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas yang tinggi akan lebih
persuasive dibandingkan dengan komunikator yang memiliki kredibilitas
rendah jika pengukuran sikap segera dilakukan setelah pesan disampaikan
Aspek dari kredibilitas meliputi :
a.1 Keahlian (expertise)
Keahlian sangat penting dalam menginduksi perubahan sikap awal
komunikan terutama saat posisi yang diadvokasi agak berbeda dari
komunikan (Kelman dan Hovland (1953) dalam Petty dan Caccioppo
(1996:62)).
a.2 Layak dipercaya (trustworthiness)
Komunikator yang layak dipercaya merupakan determinan yang sangat
penting dalam perubahan sikap (Choo, 1964; Craig & McCann, 1978).
Andreoli dan Worchel (1978) menggagas bahwa sumber yang dapat
dipercaya lebih persuasive dibandingkan komunikator yang tidak
dipercaya. (Petty dan Caccioppo (1996:64).
Universitas Indonesia
2. Faktor Pesan
Beberapa syarat pesan yang menentukan keberhasilan komunikasi persuasif
antaralain, yakni :
a. Pesan yang dapat dipahami (message comprehensibility)
Agar sebuah pesan dapat mempersuasi khalayak maka menurut Hovland
(Petty and Cacioppo, 1996: 70), pesan tersebut harus diperhatikan dan
dipahami.
b. Jumlah argument (number of arguments)
Mayoritas komunikan akan merasa bosan dan berhenti menyimak, terutama jika
argumendalampesan tersebut terlalu panjang dan terlalu sering diulang (Petty dan
Cacioppo (1996 : 71; 1976b).Semakin banyak argumen dipresentasikan dalam
rentang waktu tertentu , semakin sedikit waktu yang dimiliki seseorang untuk
mengingat atau merekam tentang argumen tersebut ( Calder, 1978).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sikap defensif – yang dapat menurunkan efektivitas pesan akan timbul jika
terdapat keraguan tentang tindakan yang harus diambil berkaitan dengan
bahaya tersebut.(Petty dan Cacioppo, 1996 : 73).
e. Pesan Satu Sisi vs Pesan Dua Sisi (One sided versus Two sided Message)
Petty dan Cacioppo (1996 : 75) menemukan bahwa sebagian besar pengiklan
cenderung menggunakan pesan satu sisi yang efektif jika. Namun jika produk
tersebut kurang dikenal, atau khalayak telah memiliki pengetahuan tentang
kompetitor, maka pesan dua sisi akan lebih efektif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hall (1980) mengindikasikan bahwa isyarat suara non verbal yang dapat
digunakan komunikator, seperti nada suara, juga dapat mempengaruhi
kerentanan komunikan akan persuasi. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 79-80)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
laki. Akan tetapi, teori ini dibantah sendiri , Eagly karena penelitian lebih
jauh tidak mendukung (Eagly 1974; Chaiken dan Eagly, 1976). Saat ini
ada dua penjelasan yang dianggap sahih, yaitu
o Perbedaan gender dapat disebabkan oleh peran sosial yang dipelajari
oleh masing-masing pihak. Seorang wanita secara sosial diharapkan
bersikap koperatif dan menjaga harmoni sosial sehingga akan
memfasilitasi persetujuan terhadap pengaruh. Sedangkan pria
diharapkan dapat bersifat asertif dan mandiri sehingga akan
memfasilitasi penolakan terhadap pengaruh
o Perbedaan gender juga tampak dalam banyak studi tentag pengaruh
pesan persuasi, dimana pria memperlihatkan minat dan pengetahuan
yang lebih tinggi dari wanita.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
Universitas Indonesia
yaitu kampanye selalu berbasis lingkungan seperti peraturan dan perundangan yang
berlaku, struktur media massa dalam suatu negara, tujuan strategis bahwa kampanye
diorganisasikan untuk menggalang kemampuan berkomunikasi, secara langsung atau
dengan bantuan media untuk mendapatkan cara mengomunikasikan pesan sehingga dapat
mencapai sasaran, dan mempunyai dampak tertentu bagi khalayak sasaran yang telah
ditargetkan.
Social Change Campaigns atau Kampanye Perubahan Perilaku Individu sering
disebut public information atau public education campaign (kampanye pendidikan
publik). Tujuan kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang kurang berkenan
dan menganjurkan perilaku baru yang dianjurkan. Adapun tujuan dari Social Change
Campaigns adalah mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan
segala akibatnya, mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif,
mempengaruhi individu untuk menerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi
inti penggerak perubahan, mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang
dikehendaki dan menghasilkan perubahan perilaku individu yang tampil sebagai
pendukung utama suatu program. Adapun sebagai khalayak sasaran adalah segmen
individu dari populasi yang perilakunya akan diubah dengan strategi pemasaran sosial
dan saluran komunikasi yang digunakan print ads atau publisitas, surat kabar, majalah,
radio, televisi dan iklan. Perubahan sikap dan perilaku individual itu merupakan outcomes
dari kampanye yang sekaligus dapat menginisiasi perubahan sikap dan perilaku keluarga,
kelompok-kelompok dalam masyarakat dan bahkan masyarakat luas.
Seiring dengan semakin berkembangnya Social Change Campaigns dalam
beberapa dekade terakhir, maka pelbagai temuan kampanye telah mendorong
pengembangan konsep-konsep teoritis bagi kerjasama antar disiplin. Para peneliti
perubahan perilaku individu (Fishbein, Triandis, Kanfer, Becker, Middlestadt, & Eichler,
2001) sepakat bahwa terdapat sejumlah faktor yang telah terbukti mempengaruhi
perubahan perilaku individu. Peraga di bawah ini menawarkan teori umum bagi
kampanye perubahan yang dapat dijadikan dasar bagi kampanye perubahan perilaku
individu. Alur-alur proses kampanye sebagaimana terlihat dalam peraga ini
menggambarkan sasaran akhir (ultimate outcome) adalah perubahan perilaku individu.
Ternyata perubahan perilaku individu dipengaruhi oleh perubahan tingkat kesadaran,
sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku,
dan variabel lain yang berkaitan degan perilaku.
Dengan melihat sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye
maka aktivitas komunikasi kampanye diawali dari diseminasi pesan pada
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi
kita (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
kita terhadap sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat
memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu
6. Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Saliency
Adalah tingkat kepentingan suatu masalah. Betapa sering audiens
mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap suatu masalah, namun
masalah itu tidak dilihat sebagai masalah penting, hal itu karena kita tidak
mempunyai informasi tentang manakah isu yang menonjol.
d. Self Efficacy
Adalah keyakinan seseorang bahwa dia memiliki kemampuan atau
kompetensi untuk melakukan sesuatu, termasuk keyakinan bahwa seseorang
dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melancarkan kampanye. Kinerja
perilaku sering dipengaruhi oleh persepsi tentang efektivitas diri dan karena
itu variabel ini memiliki kapasitas untuk mempengaruhi hasil kampanye.
e. Norma sosial
Adalah standar tentang sikap dan perilaku yang dapat diterima seseorang
atau sekelompok orang. Kadang-kadang apa yang disebut norma merupakan
faktor yang paling penting untuk mencapai perubahan perilaku, hal ini karena
perilaku yang berubah itu selalu dikaitkan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Norma sosial menunjuk pada adanya harapan-harapan
mengenai tindakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, yang secara
umum maupun secara khusus ada pada kelompok dimana seseorang itu
berada. Apabila norma sosial lebih kuat pengaruhnya maka seseorang akan
bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh norma sosial daripada menurut
pada kehendak sikapnya.
f. Norma subyektif
Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan
orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Kalau
individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan
dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan
mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya.
Universitas Indonesia
g. Intensi berperilaku
Adalah kemungkinan seseorang akan menampilkan suatu tingkah laku.
Intensi dapat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu
untuk menampilkan tingkah laku; dan seberapa banyak usaha yang
direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut.
Universitas Indonesia
efektif mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan
sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan ini
dihasilkan melalui:
a. Perhatian (attention)
Konsep perhatian adalah proses psikis yang terjadi pada alam bawah sadar, yaitu
proses perubahan sebuah stimulus atau satu rangkaian stimulus menjadi jelas atau
nyata, sementara stimulus lainnya cenderung untuk menghilang atau memudar. Selain
itu, perhatian juga dapat merupakan suatu penyatuan serangkaian sensori saraf
(neural) dan sensori psikis yang difokuskan pada suatu stimulus khusus. (Kenneth,
1972 : 46). Sedangkan Shimp (1997 : 118) berpendapat perhatian berarti
berkonsentrasi pada dan mempertimbangkan suatu pesan yang dipaparkan
kepadanya. Faktor penentu yang mempengaruhi proses ini menurut Engel, Blackwell
dan Miniard (1990 : 367) terbagi menjadi dua kategori yaitu stimulus dan personal.
Faktor penentu stimulus mengacu pada karakteristik stimulus itu sendiri yaitu ukuran,
warna, intensitas, kontras, posisi, arah, gerakan, isolasi, novelty, perhatian sebagai
hasil pembelajaran, pembicara yang menarik dan perubahan adegan. Sementara
factor intern menurut Guarsa (1983 : 107) adalah motif, kesediaan dan harapan.
Perhatian menurut pendapat Shimp (1997 : 118) sangat selektif. Selektivitas
menjadi penting karena kapasitas proses informasi terbatas dan penggunaan secara
efektif dari kapasitas ini menuntut konsumen mengalokasikan energi mental hanya
pada pesan yang relevan dan diminati untuk tujuan saat ini.
Sutisna (2001 : 73) menemukan bahwa perhatian yang dilakukan oleh
seseorang dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Perhatian yang dilakukan
secara sengaja disebut Voluntary Attention. Kegiatan ini terjadi ketika seseorang
secara aktif mencari informasi yang mempunyai relevansi pribadi. Selective
Perception terjadi ketika seseorang melakukan Voluntary Attention, dimana pemirsa
memilih pesan yang menarik minat atau yang mereka setujui dan menyaring pesan
dengan cara tidak memperhatikan pesan-pesan yang tidak menarik dan tidak mereka
setujui (Moriarty, 1991 : 35). Akibatnya persepsi setiap orang terhadap suatu objek
akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi juga dikatakan memiliki sifat subyektif
(Sutisna, 2001 : 62).
Kemudian yang dimaksud dengan dengan perhatian secara tidak sengaja
(involuntary attention) adalah ketika kepada khalayak dipaparkan sesuatu yang
menarik, mengejutkan, menantang atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak
ada relevansinya dengan tujuan atau kepentingan seseorang (Sutisna, 2001:73).
Universitas Indonesia
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman merupakan proses dalam pikiran seseorang yang akan memberikan
arti pada stimulus tertentu. Pemahaman meliputi derajat kesesuaian antara arti yang
diharapkan dengan arti sesungguhnya sehingga jika secara mutlak tidak terdapat arti
yang terkandung dalam suatu stimulus maka dapat dikatakan tidak ada pemahaman
terhadap stimulus tersebut. Jika dapat terbentuk asosiasi antara stimulus dan kesan
samar-samar dari beberapa arti dan karakter maka pemahaman sebagian akan
terbentuk. Jika arti-arti yang telah diseleksi seluruhnya kurang tepat dan sama sekali
tidak berhubungan dengan konsep atau stimulus maka akan terjadi kesalahan
pemahaman atau pengertian. (Kenneth, 1972 : 46).
Memahami diartikan secara sederhana oleh Shimp (1997 : 122) sebagai mengerti
dan menciptakan arti dari stimuli dan simbol-simbol. Pemahaman yang merupakan
tahap ketiga dalam proses informasi, mengacu pada peneterjemahan stimulus. Ini
berarti tergantung bagaimana suatu stimulus dikategorisasikan dan dielaborasikan
yang kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada. Kategorisasi
stimulus melibatkan pengklasifikasian suatu stimulus dengan menggunakan konsep-
konsep yang tersimpan di dalam memori. Sementara pengelaborasian mengacu pada
penggabungan sejumlah informasi, antara yang baru dengan pengetahuan yang telah
tersimpan di dalam memori (Engel, Blackwell dan Miniard, 1990 : 376-377).
Pemahaman merupakan dasar dari penerimaan, walaupun kadangkala kesalahan
dalam pemahaman dapat merupakan kunci untuk mencapai penerimaan tersebut.
Untuk mencapai kesuksesan dalam pemahaman maka proses pemahaman
bergantung pada perhatian. Bila pada suatu tingkatan proses pemahaman, suatu
stimulus salah dimengerti, tidak lengkap dimengerti atau diabaikan maka proses
tersebut akan terhalang. Jika perhatian tertuju pada stimulus yang tidak relevan
atau mengganggu maka proses pemahaman akan menjadi lemah. Jika stimulus
tidak berkaitan dengan ketertarikan, nilai-nilai, kebutuhan, tujuan maupun motivasi
seseorang maka tidak ada landasan yang cukup untuk suatu usaha mencapai
pemahaman suatu materi. Sebaliknya, kita akan melakukan usaha yang keras untuk
memahami suatu materi bila materi tersebut tampak berhubungan dengan minat dan
kebutuhan kita. Pembentukan, pengelolaan dan penyusunan kata-kata serta
pembuatan model dan penyampaian pesan berhubungan langsung dengan
kemampuan untuk mencapai pemahaman. Demikian pula persepsi seseorang
mengenai sumber pesan juga mempengaruhi proses pemahaman.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa satu pesan utama di media apapun
secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Pendekatan Massa
Dilakukan untuk mengomunikasikan pesan-pesan keamanan
pangan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Yang termasuk saluran komunikasi secara massa ini adalah
pertemuan umum, pertunjukkan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media
cetak lainnya, pemutaran film, dll
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
media ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara
dan efek gerak serta mudah terlipat.
2. Media elektronika
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah:
Televisi: penyampaian pesan keamanan pangan dapat dalam bentuk
sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah keamanan
pangan.
Radio: penyampaian pesan keamanan pangan dalam bentuk tanya
jawab, sandiwara radio, ceramah tentang keamanan pangan.
Video: penyampaian pesan keamanan pangan dengan pemutaran video
yang berhubungan dengan keamanan pangan.
Film animasi: penyampaian pesan keamanan pangan dengan bantuan
media elektronika berupa LCD. Film animasi adalah film kartun
berupa rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolah-olah
hidup yang menggambarkan kejadian tertentu dengan suatu alur cerita
dan disertai dengan suara, bersifat menghibur namun bernuansa
edukatif, bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan
ringkas atas sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kegiatan
tertentu.
Seperti halnya dengan media cetak, media elektronik juga
mempunyai kelebihan yaitu sudah dikenal komunikan, mengikutsertakan
semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara
dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan,
jangkauan relatif lebih besar. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
Sedangkan kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit lebih rumit,
perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan
pengoperasian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Media
Visual Diam Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah
Film Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang
Televisi Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang
Obyek 3D Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah
Rekaman Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang
Audio
Pelajaran Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang
terprogram
Demonstrasi Rendah Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang
Buku Teks Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang
Sajikan lisan Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang
Universitas Indonesia
pengaruh psikologis pada siswa, contohnya visual diam, film, televisi, obyek 3 D,
rekaman audio, pelajaran terprogram, demonstrasi, bahan cetak, sajikan lisan. Itu semua
dapat dipandang sebagai media pembelajaran jika saluran komunikasi tersebut membawa
pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005). Berdasarkan klasifikasi media
menurut tujuan belajar maka pemilihan saluran komunikasi yang akan digunakan dalam
menyampaikan pesan keamanan PJAS, perlu mempertimbangkan aspek yang akan
dicapai. Jika mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan langsung (kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga komunitas sekolah tidak saja sadar, tahu, dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan keamanan pangan (Effendi, 1998)), pemasangan poster dan spanduk di
lingkungan sekolah, sehingga komunitas sekolah sering melihat dan membacanya yang
akan berdampak terjadinya perubahan pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu
diberikan contoh konkrit sehingga dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap siswa,
misalnya denganmemperlihatkan foto, slide atau pemutaran film. Jika mengembangkan
aspek keterampilan tertentu maka siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut(Notoadmodjo dkk., 1996 : 105).
Penyerapan suatu informasi dipengaruhi oleh panca indera. Setiap indera ternyata
berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagaimana gambaran berikut
:1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indera pencium, 11% melalui
pendengaran, 83% melalui penglihatan.Apa yang bisa kita ingat adalah 10% dari yang
kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat
dan dengar, 80% dari yang kita ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan.
Petty dan Cacioppo (1966) menyimpulkan bahwa kelebihan dan keterbatasan
unik dari masing-masing media menyebabkan tidak adanya media yang terbaik,
melainkan yang paling efektif. Karena hal ini tergantung pada banyak faktor , antara lain
khalayak yang ingin dijangkau, nilai-nilai, komprehensibilitas, relevansi pesan dan
karakteristik sumber. Untuk itu, Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo
(1996) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut :
1. Pesan yang kompleks dipahami lebih baik dalam bentuk media cetak dibanding
bentuk audio visual
2. Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih baik
dibanding media cetak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
menjadi setuju) dan perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif yaitu menjaga dan
meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.
Adapun dalam penelitian ini pesan PJAS yang diteliti adalah pesan PJAS yang
diperuntukkan bagi khalayak sasaran primer (siswa sekolah) dan pesan yang akan
dijadikan penilaian skor terhadap sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman
meliputi memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang
digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak
kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks,
rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).
Universitas Indonesia
remaja tentang HIV/AIDS. Dari keempat faktor yang berhubungan tersebut, maka
faktor keterpaparan majalah, keterpaparan poster dan tingkat pendidikan ayah
merupakan faktor yang paling dominan dan secara bersamaan berhubungan dengan
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
Universitas Indonesia
Penelitian ini didasarkan pada teori Belajar Sosial dari Bandura dan model Stimulus-
Organisme-Respons (S-O-R). Berdasarkan teori dan model tersebut hipotesis disusun,
bahwa makin tinggi pengenaan media massa terhadap wanita dari Pasangan Usia
Subur makin tinggi pengetahuan, tanggapan, kecenderungan perilaku dan sikap
mereka mengenai Keluarga Berencana.
Untuk mengetahui hipotesis tersebut, kuesioner dan wawancara disebar dan
dilakukan terhadap 100 orang wanita dari Pasangan Usia Subur di Kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hasil tersebut dianalisis secara komputerisasi
dengan mempergunakan program Statistical Analysis System (SAS) yang hasilnya
menunjukkan bahwa media massa berpengaruh.
4. Rumondang Pulungan : Studi mengenai pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di kecamatan Helvetia
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan
terhadap dokter kecil, baik dalam bentuk ceramah dengan leaflet maupun ceramah
dengan film terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap dokter kecil terhadap
PSN-DBD
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan
rancangan pre test- post test group design. Penelitian ini dilakukan di kecamatan
Helvetia dengan melibatkan 51 SDN dan swasta yang memiliki dokter kecil. Populasi
penelitian adalah seluruh dokter kecil yang terdapat pada siswa sekolah tersebut, yang
berjumlah 120 orang dan seluruhnya ditetapkan sebagai sampel, kemudian dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok ceramah dengan leaflet dan kelompok
ceramah dengan film. Untuk analisis data pre test dan post test dilakukan dengan uji
T test.
Hasil penelitan menunjukkan, bahwa pengetahuan dan sikap kedua kelompok dokter
kecil sebelum diberikan penyuluhan baik dengan metode ceramah dan leaflet maupun
dengan metode ceramah dan film adalah setara yaitu berpengetahuan sedang dan
bersikap negatif. Sesudah penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap
yang bermakna. Pengaruh dengan menggunakan metode ceramah dan film lebih
bermakna dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dokter kecil tentang PSN-
DBD dibandingkan dengan penyuluhan metode ceramah dan leaflet.
5. Efriza : Efektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan
pedagang tentang keamanan pangan
Universitas Indonesia
Dari berbagai penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa pajanan media komunikasi
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud
untuk menganalisis variabel-variabel selain pajanan media komunikasi yang dapat
mempengaruhi sikap sehingga dapat memberi masukan secara akademis mengenai
variabel-variabel lainnya yang dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur dalam
mengevaluasi outcomes sikap Social Change Campaign khususnya terhadap khalayak
sasaran siswa SD berdasarkan model Hierarki Belajar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Seorang Penyuluh Keamanan PJAS (petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan
petugas pusat Badan POM RI) dapat dipastikan mempunyai kompetensi pengetahuan dan
pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan, namun menurut
communication competencytheory bahwa agar dapat menghasilkan positif feedback dalam
arti khalayak sasaran (siswa sekolah) mengubah sikapnya maka seorang Penyuluh
Keamanan PJAS selain memiliki kompetensi dalam hal pengetahuan keamanan PJAS,
juga kompeten dalam hal keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikasi yang
mana dua kompetensi terakhir tidak dipersyaratkan dalam kompetensi inti Penyuluh
Keamanan Pangan berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010.
Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non
verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti siswa sekolah. Namun untuk dapat
mengubah sikap (dari tidak setuju dapat berubah menjadi setuju) siswa sekolah dalam
memilih PJAS yang aman, menurut reinforcementtheory maka pesan PJAS selain
bersifat comprehension artinyapesan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan
mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”) sehingga mempermudah komunikan
memahami pesan, juga bersifat attention artinya pesan yang dapat menarik dan
meningkatkan perhatian komunikan dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam
lingkungan sosial dan kultural komunikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sasaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan alat perantara yang
digunakan untuk menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah.
Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yang
aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin efektif
mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB IV
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk
masing-masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya
atas pernyataan tersebut.
Indikator memilih tempat membeli PJAS, akan diukur dengan 3 item
pertanyaan, indikator penjaja PJAS akan diukur melalui 2 pertanyaan,
indikator peralatan, wadah, tempat penjualan yang digunakan untuk
menyajikan dan menjual PJAS diukur melalui 4 item pertanyaan, indikator
kemasan PJAS diukur melalui 3 pertanyaan, indikator PJAS yang
menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks,
rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah) dan tidak kedaluwarsa diukur
melalui 4 pertanyaan. Makin tinggi nilai skor, makin postif sikap responden
untuk memilih PJAS yang aman.
Universitas Indonesia
yang aman, (2) Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang
Aman” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (3)
Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak
Sekolah” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (4)
Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” saya ........ untuk memilih
makanan/minuman jajanan yang aman.
Universitas Indonesia
Awareness yang diperoleh Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Interval
responden setelah Sembarangan”, saya ....... untuk memilih makanan
mengetahui/mengenal pesan menggugah kesadaran saya untuk memilih
keamanan PJAS yang makanan/minuman jajanan yang aman
didiseminasikan melalui Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih
saluran komunikasi (poster, Makanan yang aman” , saya ....... untuk memilih
komik, penyuluhan interaktif makanan/minuman jajanan yang aman
dan film) (X1) :
Untuk mengukur skor Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif
pernyataan responden “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” saya
mengenai kesadaran yang
........ untuk memilih makanan/minuman jajanan
diperoleh responden setelah
mengetahui/mengenal pesan yang aman
keamanan PJAS yang
didiseminasikan melalui Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan”
saluran komunikasi (poster, saya ....... untuk memilih makanan/minuman jajanan
komik, penyuluhan interaktif yang aman
dan film)
Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”
Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
Universitas Indonesia
Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
skor pernyataan responden
mengenai opini terhadap Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban
attention, comprehension terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
dan acceptance dari pesan Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan
Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
skor pernyataan responden
mengenai opini terhadap Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban
attention, comprehension terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
dan acceptance dari pesan Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan
Universitas Indonesia
Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
skor pernyataan responden
mengenai opini terhadap Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban
attention, comprehension terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
dan acceptance dari pesan Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik,
dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis (Ali dkk, 2011 : 34).
Dengan demikian diharapkan obyek penelitian dapat memahami dan
mencerna pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dengan baik.
Selain itu berdasarkan hasil survei pada Monitoring dan Verifikasi Profil PJAS
Nasional yang dilakukan oleh Badan POM tahun 2008 menunjukkan aktivitas
jajan siswa kelas 4,5, dan 6. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei, yang
menyebutkan bahwa sebanyak 48,1% responden siswa kelas 4,5 dan 6, sering atau
selalu (≥ 4 kali/minggu) sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan dalam
waktu seminggu.
Meskipun jumlah siswa SD yang menjadi khalayak sasaran primer
Gerakan Aksi Nasional PJAS dengan taktik promosi keamanan PJAS sejak tahun
2011 – 2014 sangat luas mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia, namun
untuk kepentingan penelitian ini, peneliti membatasi populasi yaitu pada siswa SD
yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran
komunikasi, di provinsi DKI Jakarta tahun 2011 berdasarkan Laporan Gerakan
Aksi Nasional PJAS tahun 2011. Karena penelitian ini bersifat sampling bukan
sensus, maka sebelum menentukan jumlah sampel yang representatif untuk
menggambarkan populasi, maka dibutuhkan kerangka sampel (sampling frame).
Kerangka sampel adalah suatu daftar dari elemen-elemen populasi (Vaus, 2002 :
70). Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah daftar nama siswa SD yang
telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran
komunikasi di provinsi DKI Jakarta tahun 2011.
Berikut adalah data jumlah siswa yang terpapar taktik promosi keamanan
PJAS di 11 SD di provinsi DKI Jakarta tahun 2011:
Universitas Indonesia
Total 265
Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas 4,5,6 yang
terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi dari
11 SD pada tabel 3.2 yang berjumlah 265 orang.
Sampel merupakan jumlah satuan yang dianalisis yang diambil dari
populasi, sehingga sampel adalah bagian dari dan merupakan representasi dari
populasi (Silalahi, 2009 : 257). Terdapat dua cara penarikan sampel yaitu
probabilty sampling dan non probability sampling. Probability sampling berarti
ketika semua anggota dalam sebuah populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk diambil sebagai sampel yang diteliti. Dalam non probability sampling,
kemungkinan anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel tidak
Universitas Indonesia
Jenis data yang dicari dalam penelitian ini meliputi data primer dengan
teknik pengumpulan melalui survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data
yang pokok. Ada tiga ciri utama penelitian survei yaitu data dikumpulkan dari
responden atau sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi,
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan umumnya unit analisisnya
individu. Metode survei merupakan metode pengumpulan data dengan
memperoleh data secara langsung dari sumber lapangan penelitian
Metode survei dipilih karena metode ini memiliki beberapa keunggulan.
Pertama, banyak informasi yang dapat diperoleh dari populasi yang luas. Populasi
yang luas atau besar dapat dikaji dengan biaya yang jauh lebih ringan dan waktu
yang jauh lebih cepat daripada jika dilakukan sensus, walaupun cenderung lebih
mahal daripada eksperimen lapangan. Kedua, informasi dari penelitian survei itu
akurat – tentu saja dalam batas galat penarikan sampel. Sedangkan kelemahan dari
metode survei antara lain informasi survei biasanya tidak menukik cukup dalam.
Survei mengutamakan ruang lingkup informasi yang luas tapi kedalamannya
kurang.
Pengumpulan data atau informasi serta fakta lapangan secara langsung, dilakukan
melalui kuesioner tertulis secara tatap muka antara peneliti dan responden. Teknik
Universitas Indonesia
ini dilakukan dengan cara peneliti menentukan jumlah responden yang akan
diteliti kemudian mendatangi lokasi penelitian dan mengumpulkan data yang
diperlukan dari para responden melalui kuesioner yang diisi oleh responden.
Survei (kuesioner) menanyakan responden yang berhubungan dengan perilaku
(behavior), sikap/kepercayaan/pendapat (attitudes/belief/opinions), karakteristik
(characteristics), harapan (expectations), klasifikasi-diri (self-classifications), dan
pengetahuan (knowledge) sekarang, atau masa lalu mengenai objek-objek.
(Silalahi, 2009 : 291-294).
Kuesioner dipilih karena penyusunan dan perumusan pertanyaannnya
dapat benar-benar dilakukan dengan teliti mengikuti suatu sistematika yang sesuai
dengan masalah yang diteliti. Kemudian data yang terkumpul setiap saat dapat
diperiksa kembali karena semua pertanyaan dan jawabannya tertulis. Selain itu,
denga waktu dan tenaga yang terbatas, maka penggunaan kuesioner merupakan
alternatif terbaik, sebab dapat diberikan kepada beberapa responden secara
serentak dan memerlukan waktu yang lebih pendek untuk menganalisa. Namun,
Koentjaraningrat (1994) menyebutkan bahwa kuesioner tetap memiliki beberapa
kekurangan yaitu kakunya kuesioner sehingga hanya sedikit memberikan
keleluasaan untuk mengubah pertanyaan agar cocok dengan alam pikiran dan
pengetahuan responden, dan juga sulit untuk mengharapkan hasil yang mendalam
karena kuesioner dimaksudkan untuk meneliti sejumlah besar responden.
Karenanya untuk meminimalkan kekurangan dari digunakannya kuesioner dalam
penelitian ini, maka peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk mengisi
kuesioner, dengan harapan responden dapat mengisi dengan tenang dan
tidak terburu-buru sehingga dapat menghindari kesalahpahaman dalam
menginterpretasikan pertanyaan
2. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya pada peneliti
apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti
3. Melakukan uji coba kuesioner kepada beberapa responden yang memiliki
kriteria yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan
dan instruksi dalam kuesioner sudah cukup dapat dipahami oleh responden
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hubungan yang terjadi. Oleh karena itu akan dilakukan analisis korelasi sederhana
dengan Product Moment Pearson. Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai
semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat,
sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah.
Nilai positif menunjukkan hubungan searah ( X naik, maka Y naik) dan nilai
negatif menunjukkan hubungan terbalik ( X naik, maka Y turun).
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektivitas sikap
memilih PJAS yang aman berdasarkan usia, kelas responden, jenis kelamin
responden, uang saku responden dan frekuensi jajan (karakteristik responden)
maka dilakukan crosstab (tabel silang).
Universitas Indonesia
sampel yang diteliti berjumlah 265 orang. Dengan demikian sampling error untuk
jumlah sampel sebesar 265 adalah 2.7 (dikalkulasi untuk tingkat kepercayaan
pada 95%) (Simmon, 1990 : 206).
Kedua, data karakteristik responden, hanya diambil pada siswa SD yang terpapar
taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi(sebagai
pilot project) yang berlokasi di provinsi DKI Jakarta, sehingga belum diperoleh
pemahaman komprehensif tentang pengaruh promosi keamanan pangan dengan
beragam saluran komunikasi terhadap sikap secara nasional.
Ketiga, studi disain penelitian menggunakan post campaign condition only
sehingga tidak ada kontrol terhadap validitas hasil. (Simmon, 1990 : 112).
Keempat, taktik promosi keamanan PJAS telah dimulai sejak 31 Januari 2011
sehingga ada kemungkinan ingatan responden sudah menurun dan mempengaruhi
responden ketika memberikan jawabannya.
Kelima, teknik pengumpulan data dengan kuesioner memiliki keterbatasan yaitu
tidak adanya kesempatan bagi responden untuk memberikan jawaban di luar
pilihan jawaban yang telah diberikan peneliti, sehingga ada kemungkinan tidak
mewakili keadaan yang sebenarnya.
Keenam, masih ada variabel-variabel lain yang sesungguhnya ikut berkontribusi
dalam mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman.
Universitas Indonesia
BAB V
Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini
yang dilakukan terhadap 30 orang responden :
Universitas Indonesia
Correlati ons
Universitas Indonesia
4. Variabel sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman
Dari output pada tabel 5.7di berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor
item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai sikap memilih Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman dengan skor total item. Nilai korelasi ini
kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien
korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30
yaitu0,306.Nilai korelasi untuk item pertanyaan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga
dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total
sehingga butir instrumen tersebut valid.
Universitas Indonesia
5.1.1.2AnalisisReliabilitas
Cronbach's
Alpha N of Items
,841 4
Item-Total Statistics
Dari output pada tabel 5.8 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelawareness
memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasisebesar 0,841.
Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat
disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
Universitas Indonesia
Cronbach's
Alpha N of Items
,850 6
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,804 6
Item-Total Statistics
Universitas Indonesia
Dari output pada tabel 5.11 berikut menunjukkan nilai cronbach’s alpha
variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan PJAS melaluiPenyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”
sebesar 0,877. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu
0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
Cronbach's
Alpha N of Items
,877 6
Item-Total Statistics
Dari output pada tabel 5.12 di bawah ini, menunjukkan nilai cronbach’s
alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari
pesan keamanan PJAS melaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan” sebesar
0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka
dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.
Universitas Indonesia
Cronbach's
Alpha N of Items
,804 6
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,793 3
Item-Total Statistics
Dari output pada tabel 5.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini
pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh
Keamanan Pangan sebesar 0,793. Karena nilai di atas standar yang telah
ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut
reliabel.
Universitas Indonesia
4. Variabel Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman
Cronbach's
Alpha N of Items
,917 16
Item-Total Statistics
Dari output pada tabel 5.14 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelsikap
memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) sebesar 0,917. Karena nilai di atas
standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen
variabel tersebut reliabel.
Universitas Indonesia
uang saku, (5) frekuensi jajan, (6) kenal terhadap poster PoMpi, komik PoMpi,
Penyuluhan Interatif Keamanan PJAS, film PoMpi, (7) tahu pesan memilih
makanan/minuman yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan
Interatif Keamanan PJAS, dan film PoMpi.
1. Usia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komposisi usia responden
sebagaimana tercantum dalam tabel, berikut :
Tabel 5.15 Usia
Dari tabel 5.15 diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah siswa SD yang
berusia 11 tahun dengan frekuensi 37,4% dari total responden sebanyak 265
responden, diikuti dengan kelompok berusia 10 tahun sebanyak 28,7%, kelompok
berusia 12 tahun sebanyak 18,5% dan kelompok berusia 9 tahun sebanyak 14,3%.
Sedangkan kelompok responden yang paling sedikit adalah kelompok berusia 13
tahun yaitu sebesar 1,1%. Siswa SD dengan usia 11 tahun mendominasi penelitian
ini.
2. Kelas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang
terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi,
apabila dilihat dari tingkatan kelas yang sedang ditempuh responden dapat
digambarkan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.16, 105 orang responden terbanyak adalah
siswa kelas 6 ( 39,6%) sedangkan responden siswa kelas 5 sebanyak 79 orang
(29,8%) dan 81 orang responden siswa kelas 4 (30,6%). Siswa kelas 6 memang
mendominasi penelitian ini karena memang siswa SD yang dipilih untuk
mengikuti pilot projecttaktik promosi keamanan pangan dalam Social Change
CampaignGerakan Aksi Nasional PJAS adalah mereka yang duduk di kelas 6.
3. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang
terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi,
apabila dilihat dari jenis kelaminresponden dapat dilihat pada tabel berikut :
Pada tabel 5.17 terungkap bahwa jumlah responden laki-laki dan perempuan
hampir seimbang banyaknya, yaitu perempuan sebanyak 55,1% dan laki-laki
sebanyak 44,9%.
Universitas Indonesia
4. Uang saku
Berdasarkan hasil penelitian terungkap besar uang saku responden per hari
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 5.18. Uang Saku
Pada tabel 5.18 dapat dilihat bahwa uang saku per hari yang diberikan kepada
responden terbanyak adalah di atas dari Rp 5000 dengan jumlah responden
mencapai 136 orang (51,3%), 94 orang responden (35,5%) menerima uang
sakuantara Rp 2600 sampai dengan Rp 5000, 34 orang responden (12,8%)
menerima uang saku antara Rp 1000 hingga Rp 2500 dan hanya 1 orang
responden (0,4%) yang tidak diberi uang saku.
5. Frekuensi Jajan
Pertanyaan ini untuk mengetahui kebiasaan jajan responden, dan berdasarkan
presentase jawaban responden yang dapat dilihat pada tabel 5.19, sebagian besar
responden mengaku jajan 1-3 kali dalam seminggu (57%). Sisanya responden
dengan frekuensi jajan ≥ 4 kali dalam seminggu (41,5%) sedangkan responden
yang tidak pernah jajan hanya 4 orang (1,5%). Dengan demikian dapat diperoleh
gambaran bahwa jajan sudah menjadi kebiasaan bagi para siswa SD.
Tabel 5.19 Frekuensi Jajan
Universitas Indonesia
7. Tahu pesan memilih PJAS yang aman dari Poster PoMpi, Komik PoMpi,
Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi
Pertanyaan ini untuk memastikan apakah responden mengetahui pesan
memilih PJAS yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan
Interaktif Keamanan PJAS dan film PoMpi.
Dari hasil kuesionermenunjukkan bahwa seluruh responden (100%)
mengetahui pesan keamanan PJAS dari masing-masing saluran komunikasi yaitu
dari poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film
PoMpi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
setelah mendapat diseminasi pesan memilih PJAS yang aman melalui poster
PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 16 item
pertanyaan tentang sikap memilih PJAS yang amanpada 265 responden
didapatkan sebagaimana pada tabel 5.26.
Berdasarkan tabel 5.26 berikut, menunjukkan bahwa mayoritas responden
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang
sikap memilih PJAS yang Aman dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item
indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini
berarti responden menyetujui bahwa sebelum jajan penting untuk memperhatikan
tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan, wadah, tempat penjualan yang
digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, tanggal kedaluwarsa, kemasan
PJAS dan PJAS yang menggunakan bahan yang aman.
Universitas Indonesia
Tabel 5.26 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman
Universitas Indonesia
(Sambungan Tabel 5.26) Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman
Universitas Indonesia
Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.27 dibawah ini bahwa sikap untuk memilih
PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori Efektif yaitu
sebanyak 98,9 %. Nilai kurang efektif sebanyak 1,1% dapat disebabkan karena
responden yang kurang mempunyai atensi terhadap taktik promosi keamanan
pangan di sekolahnya.
Dari output diperoleh hasil bahwa statistik Friedman (sama dengan Chi – Square)
adalah 13,644. Dengan probabilitas 0.003 atau lebih kecil dari 0,05, maka Ho
ditolak atau bisa disimpulkan bahwa jenis saluran komunikasi (poster, komik,
penyuluhan, film) memberikan hasil yang berbeda terhadap rata-rata antara opini
responden terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan
PJAS yang disampaikan melalui ke empat saluran komunikasi tersebut.
Dari hasil output yang tersaji di tabel 5.29, didapat korelasi yang signifikan
antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan
PJAS yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan interaktif, film
terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Terdapat hubungan yang sedang antara
opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS
yang disampaikan melalui poster, penyuluhan dan film terhadap sikap memilih
PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,40 – 0,599 dan hubungan yang
Dari tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman
berdasarkan usia terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektif dan efektif.
Mayoritas responden berada pada tingkat efektif dengan persentase tertinggi
berada pada usia 11 tahun, sedangkan pada tingkat kurang efektif, didominasi
oleh responden berusia 10 tahun.
Berdasarkan tabel di atas hasil skoring terhadap variabel sikap memilih PJAS
yang aman dengan tingkatan kelas responden menghasilkan dua kategori tingkat
sikap memilih PJAS yang aman, yaitu efektif dan kurang efektif. Mayoritas
responden, baik yang duduk di kelas 4,5 dan 6 SD berada pada tingkat efektif,
dengan presentase tertinggi berada pada kelas 6 akan tetapi 1,9% dari responden
kelas 4 SD berada pada tingkat sikap memilih PJAS yang aman, kurang efektif.
Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden
berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang
efektifdan efektif. Mayoritas respondenbaik laki-laki maupun perempuan berada
pada tingkat efektif sikap memilih PJAS yang aman, dengan skor tertinggi berada
pada responden perempuan. Dari chart tersebut juga terlihat bahwa sebagian kecil
responden laki-laki dan perempuan berada pada tingkat kurang efektif.
Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden
berdasarkan uang saku terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan
efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan uang
saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp 5000, lebih dari Rp 5000 serta seluruh
responden yang tidak diberi uang saku, memiliki kategori sikap memilih PJAS
yang aman pada tingkat efektif dengan skor tertinggi berada pada respnden
dengan uang saku lebih dari Rp 5000. Dari tabeltersebut juga terlihat bahwa
sebagian kecil responden dengan uang saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp
5000, lebih dari Rp 5000 berada pada tingkat kurang efektif.
Tabel 5.34 Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman
keamanan PJAS dan film PoMpi) akan memudahkan siswa untuk mempelajari
dan memahami pesan keamanan PJAS tersebut sehingga sampai memutuskan
untuk mengadopsinya.
Walaupun masing-masing saluran komunikasi memiliki jenis dan
karakteristik yang berbeda terhadap dampak kegiatan belajar/mengajar namun
masing-masing saluran komunikasi tersebut dapat menjadi wahana untuk
menggugah kesadaran siswa. Hal ini tercermin dari siswa yang membaca poster
PoMpi dan komik PoMpi, siswa yang menonton film PoMpi serta siswa yang
mengikuti penyuluhan interaktif Keamanan PJASdapattergugah kesadarannya
memilih PJAS yang aman. Hal ini terungkap dari tabel 5.20“Deskripsi Jawaban
Responden pada VariabelAwareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran
Komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS
dan film PoMpi)”.
Dalam social change campaign, setelah siswa tergugah kesadarannya
kemudian akan diikuti dengan perubahan sikap (Coffman, J.Lessons in Evaluating
Communications Campaign: Five Case Studies. Cambridge, MA : Harvard
Family Research Project, 2003).
Pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa awareness (kesadaran) siswa
SD memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi (poster
PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)
memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap siswa SD memilih PJAS
yang aman.Nilai koefisien beta yang dihasilkan melalui analisis SPSS didapatkan
nilai sebesar 0.108 dengan taraf signifikansi sebesar 0.037. Nilai koefisien beta
tersebut memberikan makna bahwa hubungan antara awareness (kesadaran) siswa
SD memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi (poster
PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)
dan sikap siswa SD memilih PJAS yang aman, lemah. Hasil penelitian ini secara
langsung telah mendukung konsep teori umum bagi Social Change
Campaignyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin khalayak sasaran
memiliki awareness (kesadaran) untuk memilih PJAS yang aman setelah
menggunakan saluran komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya
memilih PJAS yang aman.
siswa dapat mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang
aman.
Film Animasi PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan media audio
visual gerak merupakan media yang paling lengkap karena memiliki rangsangan
suara, visual, warna maupun gambar bergerak, karena menggunakan lebih banyak
panca indera dan lebih banyak menimbulkan daya tarik serta minat siswa
sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima. Film PoMpi dengan
durasi selama 30 menit , bersifat menghibur tetapi disisipi dengan pesan memilih
makanan/minuman yang aman yang bersifat edukatif. Diharapkan siswa dapat
memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi
sebanyak 50% dari film yang didengar dan dilihat (audio visual). Film mampu
mengungkapkan perasaan melalui gambar, musik dan kata-kata sehingga dapat
menimbulkan multiple effect (Depkes, 2002 dalam Rumondang, 2008) dengan
demikian dapat lebih menggugah emosi dan perasaan siswa dapat mendorong dan
mempengaruhi sikap siswa memilih PJAS yang aman.
Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, adalah metode ceramah dengan
media power point untuk menyampaikan pesan memilih PJAS yang aman.
Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, merupakan komunikasi tatap muka
antara Penyuluh Keamanan Pangan dengan siswa bertujuan untuk mempengaruhi
perubahan perilaku siswa meliputi perubahan pengetahuan dan sikap siswa,
pendapat dan perilaku siswa untuk memilih PJAS yang aman. Penyuluhan
interaktif merupakan saluran dalam proses komunikasi persuasif, dimana
memungkinkan Penyuluh Keamanan Pangan melihat dan mengkaji diri siswa
secara langsung, semua indera siswa berfungsi sehingga respon siswa atas pesan
keamanan PJAS yang disampaikan penyuluh dapat tersalurkan langsung sehingga
umpan balik atas pesan yang disampaikan penyuluh (perubahan sikap) terjadi
secara langsung juga.
Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan
kausalitas yang signifikan dan nilai korelasi antara attention, comprehension,
acceptance daripesan poster, komik, penyuluhan, film terhadap sikap (tabel
5.29). Pesan poster,penyuluhan dan film terhadap sikap masing-masing bernilai
positif sedang, sedangkan pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat. Nilai
sikap memilih PJAS yang efektif sedangkan untuk pendidikan, seluruh responden
kelas 5 dan 6 serta mayoritas responden kelas 4 memiliki tingkatan sikap memilih
PJAS yang efektif. Merujuk pada kurikulum SD/MI yang mana terdapat sekuensi
kesinambungan muatan keamanan pangan antar tingkat kelas maka secara
pengetahuan siswa kelas 6 akan lebih memahami tentang keamanan pangan
dibandingkan kelas 5 dan kelas 4. Semakin siswa mempunyai kepercayaan atau
pengetahuan yang positif terhadap keamanan pangan maka yang timbul adalah
perasaan positif dalam hal ini sikap memilih PJAS yang baik.
Secara keseluruhan, hal-hal diatas didukung pula oleh skor rata-rata tiap
variabel independen dan dependen, dimana keseluruhan nilai Mean pada setiap
variabel hampir mendekati nilai Mean maksimun pada variabel tersebut. Artinya
taktik program promosi yang dilakukan melalui beragam saluran komunikasi
menghasilkan tingkatan sikap memilih PJAS yang aman yang baik melalui
awareness responden yang baik untuk memilih PJAS yang aman; attention,
comprehension dan acceptance yag baik daripesan keamanan PJAS yang
disampaikan; pengetahuan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi
komunikasi yang baik dari Penyuluh Keamanan PJAS.
BAB VI
Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan kesimpulan
penelitian untuk menjawab perumusan masalah seperti yang disampaikan pada
bab pertama, implikasi hasil penelitian dan saran.
6.1 Kesimpulan
langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu
reinforcement theory, yang menjelaskan bahwa agar pesan dapat efektif
mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan
sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan
perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang bersifat attention, comprehension,
acceptance. Hasil penelitian juga bersifat positif, hubungannya berbanding lurus,
maksudnya semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran
komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini
khalayak sasaran maka akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih
PJAS yang aman.
Di samping itu, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian ini:
6.2.1 Praktis
6.2.2 Akademis
6.3 Saran
KEPUSTAKAAN
Buku
Azwar, Saifuddin, 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Beck, Andrew, Bennet, Peter& Wall, Peter, 2002, Comunication Studies The
Essential Introduction, Routledge, New York
Cutlip, Scott M., et al, 2006, Effective Public Relations. Trans Tri Wibowo. B.S,
KencanaPrenada Media Group, Jakarta
Depari, Edward dan Collin Mac Andrews, 1991, Peranan Komunikasi Massa
Dalam Pembangunan, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Engel, J.F., Blackwell, R.D & Miniard, P.W., 1990, Consumer Behavior, The
DrydenPress, United States of America
Griffin EM, 2002,A First Look At Communication Theory, Fifth Edition, Mc.
Graw Hill, Boston
Kang NE, Kim JH, Kim YS, Ha AW, 2010, Food Safety Kknowledge and
Practice by the Stages of Change Model in School Children. Nutr Res Pract
Kotler, Phillip & Ed L.R., 1989, Social Markting Strategies for Changing
Public Behaviour, The Free Press, New York
Lin W, Yang HC, Hang CM, Pan WH. 2007, Nutrition Knowledge, Attitude, and
Behavior of Taiwanese elementary school children. Asia Pac J Clin Nutr.
Lok KYW, Chung YW, Benzie IFF, Woo J, 2011, Synthetic Colourings of
some Snack Foods Consumed by Primary School Children Aged 8-9 years in
Hong Kong. Food Additives Contaminants.
Husby I, Heitmann BL, Jensen KO, 2008, Meals and snacks from the child’s
perspective: the contribution of qualitative methods to the development of
dietary interventions. Public Health Nutrition.
Moriarty, S.E, 1991, Creative Advertising Theory and Practice, Prentice Hall. Inc,
United State of America
Badan POM RI, 2010, Pedoman Sistem Sertifikasi Profesi PKP dan DFI,
DirektoratSurveilan danPenyuluhan Keamanan Pangan Deputi 3 Badan
POM RI, Jakarta
Petty, R.E & Cacioppo, J.T., 1996, Attitudes and Persuasion: Classic and
ContemporaryApproaches, Westview Press, Inc, United States of America
Priyatno, Duwi, 2010, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Media Kom,
Jakarta
---------------------, 2008, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Silalahi, Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung
Severin, Werner J., Tankard, James W., 2005, Teori Komunikasi : Sejarah,
Metode dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta : Prenada Media
Supranto, J., 2010, Analisis Multivariat : arti dan interpretasi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta
Laporan
Badan POM RI, 2008, Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan
JajananAnak Sekolah (PJAS) Nasional
Badan POM RI, 2012, Grand Disain Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS)
Tesis
Aci Debby Oktori Nasution, 2009, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak
Sekolahtentang Gizi dan Keamanan Pangan di lingkungan Kota dan
Kabupaten Bogor
Jurnal
Cho Hyunyi&T. Salmon, Charles, 2007, Unintended Effects of Health
CommunicationCampaigns, Journal of Communication, 293-317
Yasmin, Ghaida dan Mdanijah, Siti, 2010, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak
Sekolah terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi, Jurnal
Gizi dan Pangan,148-157
Ida Husby, Berit L Heitmann and Katherine O‟Doherty Jensen,2008, Meals and
Snacks from the childs perspective : the contribution of qualitative
methods to thedevelopment of dietary interventions, Journal of Public
Health Nutrition,739-747
http://www.t4cd.org/Resources/ICT_Resources/Projects/Pages/ICTProject_306.a
spxCatalog 2Wcom Early Warning System, Germany.
DAFTAR LAMPIRAN
10. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster
PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”
a. Ya
b. Tidak
11. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Komik
PoMpi “Memilih Makanan yang aman”
a. Ya
b. Tidak
12. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Penyuluhan
Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah”
a. Ya
b. Tidak
Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di
bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik,
Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah
ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:
1 = STS : Sangat Tidak Sadar
2 = T : Tidak Sadar
3 = R : Ragu-ragu
4 = S : Sadar
5 = SS : Sangat Sadar
Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah
ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:
1 = STS : Sangat Tidak Sadar
2 = T: Tidak Sadar
3 = R : Ragu-ragu
4 = S : Sadar
5 = SS : Sangat Sadar
Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah
ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Sikap 265 100,0% 0 ,0% 265 100,0%
Sikap
Kurang Ef ektif Ef ektif Total
Usia 9 tahun Count 1 37 38
% of Total ,4% 14,0% 14,3%
10 tahun Count 4 72 76
% of Total 1,5% 27,2% 28,7%
11 tahun Count 0 99 99
% of Total ,0% 37,4% 37,4%
12 tahun Count 0 49 49
% of Total ,0% 18,5% 18,5%
13 tahun Count 0 3 3
% of Total ,0% 1,1% 1,1%
Total Count 5 260 265
% of Total 1,9% 98,1% 100,0%
Chi-Square Tests
Universitas Indonesia
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Uang Saku * Sikap 265 100,0% 0 ,0% 265 100,0%
Sikap
Kurang Ef ektif Ef ektif Total
Uang Tidak diberi uang saku Count 0 1 1
Saku % of Total ,0% ,4% ,4%
Rp.1000 - Rp. 2500 Count 1 33 34
% of Total ,4% 12,5% 12,8%
Rp. 2600 - Rp. 5000 Count 2 92 94
% of Total ,8% 34,7% 35,5%
> Rp. 5000 Count 2 134 136
% of Total ,8% 50,6% 51,3%
Total Count 5 260 265
% of Total 1,9% 98,1% 100,0%
Chi-Square Tests
Universitas Indonesia