Anda di halaman 1dari 165

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI KEAMANAN PANGAN


DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN JAJANAN ANAK
SEKOLAH YANG AMAN

TESIS

YUSTINA MULIANI
1006745165

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM PASCA SARJANA
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
JAKARTA
2012

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Yustina Muliani

NPM : 1006745165

Tanda Tangan :

Tanggal : 3 Juli 2012

ii

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh:

Nama : Yustina Muliani


NPM : 1006745165
Judul : HUBUNGANANTARA PROMOSI KEAMANAN
PANGAN DENGAN SIKAP MEMILIH PANGAN
JAJANAN ANAKSEKOLAH YANG AMAN

Tesis ini berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan unutk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pasca
Sarjana, FakultasIlmu Sosial danIlmu Politik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI :

Ketua Sidang :
Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, PhD .................................................

Pembimbing :
Dr. Pinckey Triputra, Msc .................................................

Penguji Ahli :
Dr. Hifni Alifahmi, MSi ..................................................

Sekretaris Sidang :
Ir. Firman Kurniawan Sujono, MSi .................................................

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 3 Juli 2012

iii

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan antara
Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah
yang Aman”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar master
dalam program studi Ilmu Komunikasi pada Program Pasca SarjanaUniversitas
Indonesia Jakarta.

Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikandorongan,


bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulismenyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Pinckey Triputra M.Sc. selaku pembimbing yang telahmemberikan


pengetahuan dan bimbingannya yang sangatbermanfaat bagi penyusunan tesis
ini.
2. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Magister
IlmuKomunikasi UI.
3. Seluruh Kepala Sekolah, guru dan siswa dari 11 SD yang tidak dapat saya
sebutkan satu-satu dimana telah menerima dan membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
4. Badan POM RI yang telah memberikan dukungan materiil dalam
melaksanakan pendidikan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai.
5. Orang tuaku yang selalu mendoakan, suamiku Wimpy dan anak-anak
tersayang Wendy dan Wilson serta seluruh keluarga yang senantiasa
mendoakan, menghibur, mendampingi dan memberikan dukungan moril yang
sangat berarti sehingga tesis ini dapat diselesaikantepat waktu.
6. Sahabat dan teman-temanku yang tidak mungkin saya sebutkansatu persatu,
atas segala dukungan, bantuan dan sarannya sehinggatesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.

iv

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


7. Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya tesis ini,terima kasih atas
dukungan dan doanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan,oleh


karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
menyempurnakanpenulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis inidapat
berguna bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2012

Yustina Muliani

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Yustina Muliani


NPM : 1006745165
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Departemen : Pascasarjana
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Hubungan antara
Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah
yang Aman” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkal data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya ini tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 3 Juli 201223 Juni 2011

Yang menyatakan

(Yustina Muliani)

vi

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Yustina Muliani


Program Studi : Manajemen Komunikasi
Judul : Hubungan antara Promosi Keamanan Pangan dengan Sikap
Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman

Tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang masih


rendah dan tingginya persentase Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan akibat
PJAS di lingkungan SD, merupakan masalah serius karena terkait dengan
pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Social Change Campaign–
GerakanAksiNasional dengan taktik promosi keamanan PJAS menggunakan
model proses komunikasiS-M-C-R-E. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuiapakahtaktikpromosikeamananpanganyang dilakukanpadasiswa SD
(R) mempunyaihubunganterhadapsikapmemilih PJAS yang aman (E) yang
terkaitdenganvariable kompetensiPenyuluh (S), pesan yang bersifatattention,
comprehension, acceptance (M) dankesadaranmemilih PJAS yang
amansetelahmendapatdiseminasipesanmelaluiberagamsalurankomunikasi (C).
Atas dasar ini diajukan model teoritis yaitucommunication competency theory,
reinforcement theorydan teoriumumbagiSocial Change Campaigndan 3 hipotesis
untuk diuji dengan metode analisis multivariate.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
taktikpromosikeamananpanganmempengaruhisikapmemilih PJAS yang
amandanketiga variable tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi
outcomes sikap dari suatu Social Change Campaign karena ketiga variabel
tersebut berpengaruh signifikan terhadap sikap.

Kata Kunci : sikap, promosi keamanan pangan, siswa SD

viii

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


ABSTRACT

Nama : Yustina Muliani


Program Studi : Communication Management
Judul : The relationship between the Food Safety Promotion to Attitude
Of Choosing Food Consumed by School Children

Low safety level of food consumed by school children and high


percentage of food poisoning outbreak among elementary school children are
serious problems since they are related to the human resources development in
Indonesia. Social Change Campaign – National Act Movement through promotion
strategy of the food consumed by school children was conducted by using S-M-C-
R-E as communication process model. This study was aimed to analyze whether
the promotion strategy for the food safety, which was addressed to the elementary
schoolchildren (R), had association with attitude to choose safe food consumed by
school children (E) which was related to educator competence variable (S), to
message with such characteristic as attention, comprehension, acceptance (M),
and to awareness in choosing safe food consumed by school children after
receiving message which has been disseminated via various communication
channels (E). Based on these problems, it was proposed a theoretical model, i.e.
communication competency theory, reinforcement theory, and general theory for
Social Change Campaign; and also three hypotheses to be tested by using
multivariate analysis method.
The study results showed that food safety promotion strategy influenced
the attitude to choose safe food consumed by school children and those three
variables could be used as criteria or standard in evaluating outcomes from a
Social Change Campaign since those three variables have significant impact to
attitude changes

Keywords: attitude, food safety promotion, school children

ix

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Konseptualisasi Masalah 5
1.3Identifikasi Masalah 8
1.4Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian 9
1.4.1 Pembatasan Masalah 9
1.4.2 Tujuan Penelitian 11
1.5Signifikansi Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Gerakan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah 13
2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah 13
2.3 Evaluasi Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS 15
2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif 17
2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland 28

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN


3.1 Kajian Teori 30

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign 30
3.1.2 Reinforcement Theory 38
3.1.3 Communication CompetencyTheory 42
3.1.4 Promosi Keamanan Pangan 43
3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan 44
3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan 45
3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan 46
3.1.5 Promosi Keamanan PJAS di Sekolah 53
3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah 53
3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah 55
3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS 55
3.1.6 Hasil Studi Terdahulu 56
3.2 Aplikasi Teori- Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap 60
3.2.1 Aplikasi TeoriUmum bagiSocialChangeCampaign,
Communication Competency Theory dan Reinforcement Theory 60
3.2.2 Saluran Komunikasi 61
3.2.3 Penyuluh Keamanan PJAS 62
3.2.4 Pesan Keamanan PJAS 63
3.2.5 Sikap Memilih PJAS yang Aman 63
3.2.6 Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang
Amansetelah MenggunakanSaluran Komunikasi terhadap
Sikap MemilihPJAS yang Aman 63
3.2.7 Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS
melaluiBeragam SaluranKomunikasiterhadap Sikap
Memilih PJAS yang Aman 64
3.2.8 Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh
PJAS terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman 65
3.3. Hipotesis Teoritis 65

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian 67
4.2 Jenis Penelitian 67

xi

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian 69
4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran 69
4.3.2Hipotesis Penelitian 76
4.4 Populasi dan sampel 77
4.5 Metode Pengumpulan Data 80
4.6 Rencana Analisis 82
4.6.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas 82
4.6.2 Analisis Univariate 83
4.6.3 Analisis Bivariate 83
4.6.4 Analisis Multivariate 84
4.7 Keterbatasan Metode Penelitian 84

BAB V ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI

5.1 Analisis Data 86


5.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas 86
5.1.1.1 Analisis Validitas 86
5.1.1.2 Analisis Reliabilitas 94
5.1.2 Analisis Univariate 98
5.1.2.1 Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden 98
5.1.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian 102
5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman 114
5.1.2.4 Analisis Repeated Measure ANOVA 114
5.1.3 Analisis Bivariate 116
5.1.3.1Analisis Korelasi Sederhana 116
5.1.3.2Analisis Tabulasi Silang 117
5.1.4 Analisis Multivariate 121
5.2 Diskusi dan Interpretasi 125
5.2.1Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan
SaluranKomunikasi terhadap Sikap 125

xii

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


5.2.2 Pengaruhopini terhadapattention,comprehension,acceptance
dari pesan keamananPJAS melaluiberagam saluran komunikasi
(poster, komik, penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap 128
5.2.3Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan,Keterampilan
Berkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari
PenyuluhKeamananPJAS terhadap Sikap 132
5.2.4Efektivitas sikap 134

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 136


6.1.1 Pengaruh Awareness(kesadaran) setelah Menggunakan Saluran
Komunikasi terhadap Sikap 136
6.1.2 PengaruhOpini terhadapAttention, Comprehension, Acceptance
dari Pesan KeamananPJASmelalui Beragam Saluran Komunikasi
(poster,komik,penyuluhaninteraktif, film) terhadap Sikap 136
6.1.3 Pengaruh Opiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan
Berkomunikasi,Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan
PJASterhadap Sikap 137
6.2 Implikasi Hasil Penelitian 138
6.2.1Implikasi Praktis 138
6.2.2Implikasi Akademis 139
6.3 Saran 139

DAFTAR PUSTAKA 141

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Profil PJAS Tahun 2008-2011 3


Gambar 1.2 Data KLB di Sekolah Tahun 2007-2011 4
Gambar 1.3 Data KLB Keracunan Pangan berdasarkan Jenis
PanganPenyebabnya (tahun 2006-2011) 4
Gambar 3.1Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu 32
Gambar 3.2 Teori Penguatan 42
Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual 66
Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian 77

xiv

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar 52


Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran 72
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11SD yang Terpapar
Taktik PromosiKeamanan PJAS dengan Beragam Saluran
Komunikasi di Provinsi DKI Jakarta 79
Tabel 5.1 Output Bivariate CorrelationAwarenessMemilih PJAS
yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 87
Tabel 5.2 Output Bivariate CorrelationOpiniterhadap Attention,
Comprehension,AcceptancedariPesan Keamanan PJAS
melaluiPoster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” 88
Tabel 5.3 OutputBivariate CorrelationOpini terhadap Attention,
Comprehension,Acceptance dariPesan Keamanan PJAS
melalui Komik PoMpi“Memilih Makanan Aman” 89
Tabel 5.4OutputBivariate CorrelationOpini terhadapAttention,
Comprehension,Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS
melalui Penyuluhan Interaktif“Keamanan Pangan” 90
Tabel 5.5 Output Bivariate Correlation Opiniterhadap Attention,
Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan
PJAS melalui Film PoMpi “AkibatSalah Makan” 91
Tabel 5.6 Output Bivariate Correlation OpiniterhadapPengetahuan,
KeterampilanBerkomunikasi, MemotivasiKomunikasidari
PenyuluhKeamanan Pangan 92
Tabel 5.7 Output BivariateCorrelationSikap Memilih
PJAS yang Aman 93
Tabel 5.8 Output Reliabilitas AwarenessMemilih PJAS
yang Aman setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 94
Tabel 5.9 Output Reliabilitas Opini terhadap Attention,
Comprehension,Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS
melalui Poster PoMpi “HindariJajan Sembarangan” 95

xv

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


Tabel 5.10Output Reliabilitas Opiniterhadap Attention, Comprehension,
Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Komik
PoMpi “Memilih Makanan Aman” 95
Tabel 5.11 Output Reliabilitas Opini terhadapAttention, Comprehension,
Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS melalui Penyuluhan
Interaktif “Keamanan Pangan” 96
Tabel 5.12 Output ReliabilitasOpini terhadap Attention,Comprehension,
Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS melalui Film PoMpi
“Akibat Salah Makan” 97
Tabel 5.13 Output ReliabilitasOpiniterhadap Pengetahuan, Keterampilan
Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh
Keamanan Pangan 97
Tabel 5.14 Output Reliabilitas SikapMemilih PJAS yang Aman 98
Tabel 5.15 Usia 99
Tabel 5.16 Kelas 100
Tabel 5.17 Jenis Kelamin 100
Tabel 5.18.Uang Saku 101
Tabel 5.19 Frekuensi Jajan 101
Tabel 5.20 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel Awareness
(kesadaran)setelah Menggunakan Saluran Komunikasi 103
Tabel 5.21 DeskripsiJawaban Responden padaVariabelOpini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan
Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Poster 105
Tabel 5.22 Deskripsi Jawaban Responden padaVariabel Opini
terhadap Attention, Comprehension, Acceptancedari Pesan
Keamanan PJASyang Disampaikan melalui Komik 106
Tabel 5.23 Deskripsi Jawaban Respondenpada Variabel Opini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptancedari Pesan
KeamananPJASyangDisampaikan melalui Penyuluhan
Interaktif Keamanan PJAS 107

xvi

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


Tabel 5.24 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini
terhadapAttention, Comprehension, Acceptance dari Pesan
Keamanan PJAS yang Disampaikan melalui Film 109
Tabel 5.25 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini
terhadapPengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,
Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS 110
Tabel 5.26 DeskripsiJawaban Responden pada Variabel
Sikap Memilih PJASyang Aman 112
Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman 114
Tabel 5.28 Rata-rata opini responden terhadap Attention,
Comprehension, Acceptancedari Pesan Keamanan PJAS
melalui (1) Poster PoMpi, (2) Komik PoMpi, (3) Penyuluhan
Interaktif KeamananPJASdan (4) Film PoMpi 115
Tabel 5.29 Korelasi Opini Pesan Poster, Pesan Komik,
Pesan Penyuluhan danPesan Film Terhadap Sikap 116
Tabel 5.30 Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman 117
Tabel 5.31 Kelas Responden dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman 118
Tabel 5.32 Jenis Kelamin Respondendengan SikapMemilih PJAS
yang Aman 119
Tabel 5.33 Uang Saku Responden dengan Sikap Memilih PJAS
yang Aman 119
Tabel 5.34 Frekuensi Jajan Responden denganSikap MemilihPJAS
yang Aman 120
Tabel 5.35 Metode Regresi Enter 121
Tabel 5.36 Rangkuman Regresi 122
Tabel 5.37 Anova 122
Tabel 5.38 Koefisien Beta 123

xvii

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada Konferensi Internasional FAO/WHO tahun 1992 tentang gizi,
dideklarasikan bahwa masalah keamanan pangan telah menjadi keprihatinan
dunia. Ratusan juta manusia di dunia menderita penyakit menular maupun tidak
menular karena pangan tercemar dan bahwa memperoleh pangan yang cukup,
bergizi dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman. Sedangkan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa
keamanan pangan merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap
produk pangan yang akan diedarkan ataupun dikonsumsi masyarakat. Kurangnya
perhatian terhadap keamanan pangan dapat menimbulkan dampak seperti
gangguan kesehatan mulai dari keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses
penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Oleh karena itu keamanan pangan di
sepanjang rantai pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsinya.
Tantangan keamanan pangan semakin kompleks di mana ruang lingkup
pengawasan keamanan pangan di Indonesia sangat luas. Tantangan keamanan
pangan seperti keragaman jenis produk pangan serta luasnya area pengawasan,
keterbatasan dana, dan pengetahuan produsen dan konsumen tentang keamanan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


2

pangan yang kurang, mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu sehingga


koordinasi dan kerjasama lintas sektor terkait termasuk dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan pangan sebagai
komponen penting untuk menjamin keamanan suplai pangan dan menentukan
risiko kesehatan pada level nasional. Permasalahan keamanan pangan yang masih
dijumpai di Indonesia adalah keamanan dan mutu mikrobiologis tidak memenuhi
syarat karena kondisi higiene dan sanitasi yang buruk, penyalahgunaan bahan
berbahaya dilarang untuk pangan, pencemaran logam berat, pestisida serta
penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan.
Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah
merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Pembentukan kualitas SDM sejak
masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya saat mereka mencapai usia
produktif. Pangan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam
memberikan asupan gizi bagi anak-anak usia sekolah.
Akan tetapi peranan strategis ini tidak diimbangi dengan mutu dan
keamanan pangan jajanan yang baik. Berdasarkan data pengawasan PJAS yang
dilakukan BPOM RI cq Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2011 menunjukkan
bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia
berbahaya, Bahan Tambahan Pangan (BTP) melebihi batas aman serta akibat
cemaran mikrobiologi (gambar 1.1).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


5

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan POM RI dalam rangka
Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
Nasional tahun 2008, diketahui bahwa 48,1% responden siswa SD sering atau
selalu (≥ 4 kali/minggu) jajan sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan
dalam waktu seminggu. Sebagian besar responden siswa SD (68,6%) biasa jajan
di kantin/warung sekolah sedangkan 28,1% responden siswa SD lainnya sering
jajan di penjaja PJAS di sekitar sekolahnya. Data-data ini semakin memperkuat
fakta bahwa jajan sudah sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa (Badan
POM RI, 2008).

1.2 Konseptualisasi Masalah


WHO (2003) menyederhanakan tujuan promosi keamanan pangan di
sekolah menjadi dua yang terdiri atas : 1) tujuan umum (goal) yang merupakan
pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai; dan 2) tujuan khusus
(objective) yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan atau kesadaran, sikap
dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan
yang ada. Dalam hal ini promosi keamanan PJAS memiliki tujuan khusus
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok sasaran terhadap
keamanan PJAS.
Dalam suatu komunikasi kampanye dapat memiliki efek yang berbeda –
khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku. Efek tersebut dapat muncul di
tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari efek saluran komunikasi
(Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi yang direncanakan,
diawali dan terutama berpengaruh pada informasi (pengetahuan), kemudian sikap
dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah perilaku. Menurut Ray, M.L
(1973, 149) dalam “The Marketing Communication and the Hirerarchy of Effect”
menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye persuasif maka subyek
diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan belajar mengenai suatu ide
atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang favorit, kemudian diadaptasi
menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut dinamakan Hierarki Belajar.
Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan sikap manusia merupakan
akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini mempunyai urutan yang relatif
tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama pada level perubahan kognitif.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


6

Artinya, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman.


Ini mengindikasikan bahwa audiens meletakkan keputusannya pada pesan yang
rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki
kompetensi. Selanjutnya memasuki level afektif meliputi sikap, evaluasi dan
perasaan. Terakhir adalah level konatif meliputi maksud dan perilaku aktual.
(Denis & Windahl, 1996 : 190)
Promosi keamanan PJAS merupakan suatu proses komunikasi antara
komunikator kepada komunikan yang dilakukan secara intensif dalam jangka
waktu tertentu, secara berencana dan berkesinambungan, yang menurut Hovland
dan Janis (1959) meliputi isi pesan, identitas sumber, jenis saluran, predisposisi
terhadap pesan (misalnya, dalam situasi manakah suatu pesan diterima), proses
mediasi internal (perhatian, pemahaman dan penerimaan) sehingga dapat
menghasilkan efek komunikasi dapat diamati (perubahan opini, persepsi,
memengaruhi, dan tindakan).
Efek atau dampak merupakan respon atau reaksi setelah proses
komunikasi tersebut berlangsung yang bisa menimbulkan feedback berupa
berbentuk positif atau sebaliknya negatif. Hal tersebut tergantung dari korelasi
logis dari bauran komunikasi tersebut, misalnya berhasil atau tidaknya
komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui saluran
yang dipilih dan diseleksi dan apakah pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan sebagaimana yang
diinginkan komunikator. Bila komunikatornya kurang menguasai tehnik
berkomunikasi (suatu cara, kiat atau seni dalam penyampaian pesan melalui
kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga
menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikannya), sehingga pesan kurang
dimengerti atau tidak pas dalam proses penyampaiannya; bila pesan yang
disampaikan tidak mempunyai arti dan manfaat bagi khalayak sasaran dan tidak
memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi publik serta tidak
disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempunyai persamaan
arti antara komunikator dengan komunikannya, serta bila saluran komunikasi
yang digunakan untuk berkampanye kurang tepat bagi khalayak sasarannya tidak
tepat dan efektif dalam menyampaikan pesan yang dimaksud; begitu juga

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


7

komunikan yang menjadi khalayak sasaran tidak jelas dan terfokus, akibatnya
dapat menimbulkan zero feed back atau negatif feed back. (Denis & Windahl,
1996 : 14)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setelah mengidentifikasi siapa dan
bagaimana khalayak sasaran, maka komunikator, pesan, saluran komunikasi
sebagai wahana pesan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat menghasilkan
feed back positif atau efek tertentu (efek kognitif, afektif dan konatif) pada
komunikan.
Salah satu teori yang menjelaskan tentang kompetensi komunikator dalam
mengubah sikap komunikan adalah communication competency theory. Menurut
teori ini bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah
sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang
diinformasikan, keterampilan berkomunkasi dan motivasi komunikasi yang
dikemukakan oleh komunikator (Liliweri, 2011 : 173).
Adapun salah satu teori yang menjelaskan rancangan pesan dalam
mempengaruhi perubahan sikap (attitude) adalah reinforcement theory. Menurut
teori ini perubahan sikap komunikan merupakan hasil dari perubahan opini
(pendapat) komunikan, dan perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang menarik
perhatian komunikan (attention), pesan yang disampaikan sendiri harus lengkap
dan dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dan yang mudah dipahami
komunikan (comprehension) dan pesan yang disampaikan tidak bertentangan
dengan lingkungan sosial dan budaya komunikan (acceptance) (Liliweri, 2011 :
171).
Sedangkan teori umum bagi Social Change Campaign menjelaskanbahwa
sasaran akhir yaitu perubahan perilaku individu, dipengaruhi oleh perubahan
tingkat kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma
subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku.
Namun untuk mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan
kampanye (kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma
subyektif, maksud perilaku dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku)
maka aktivitas komunikasi kampanye mulai bergerak dari diseminasi pesan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


8

melalui media cetak, televisi, radio, website poster, leaflet, buku (Liliweri, 2011 :
739).

1.3 Identifikasi Masalah


Gerakan Aksi Nasional PJAS terus berlanjut di tahun 2012. Gerakan ini
merupakan Social Change Campaign dengan menggunakan taktik promosi
keamanan PJAS yang mana menurut WHO (2003) mempunyai tujuan khusus
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku untuk mengatasi masalah keamanan
pangan yang ada (Notoatmodjo dkk, 1996 : 102).
Metode Social Change Campaign yang dilakukan Badan POM RI dalam
Gerakan Aksi Nasional PJAS ini dilakukan secara berencana, sistematis,
memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu dengan
menggunakan model proses komunikasi S-M-C-R-E “who says what to whom
with what effect?” (Smith, Laswell, & Casey, 1946 pada Petty & Cacioppo, 1996
: 60)

Source : Penyuluh Keamanan Pangan


Message : Pesan Keamanan Pangan
Channel : Print ads (majalah Keamanan Pangan, tabloid Nova, surat kabar
Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik, poster, leaflet), television and
radio ads (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat di radio dan stasiun TV),
website (www.klubpompi.com), Spoken and visual word dalam bentuk film,
media pertemuan seperti seminar, ceramah, penyuluhan, festival (pameran dan
lomba dan demo koki cilik).

Receiver : Sasaran primer, sekunder dan tersier

Efek : Pengetahuan baru, perubahan sikap dan perilaku terhadap


memilih dan menyediakan PJAS yang aman

Beranjak dari taktik promosi keamanan PJAS yang telah dilakukan pada
Gerakan Aksi Nasional PJAS ini, maka perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah Social Change Campaign ini dapat dikatakan berhasil, dilihat

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


9

dari dari efek atau dampak yang ditimbulkan yang terkait dengan kompetensi
Penyuluh Keamanan Pangan, pesan keamanan pangan dan diseminasi pesan
keamanan pangan melalui print ads (poster, komik), spoken and visual word
dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti penyuluhan interaktif, yang
dilakukan oleh Badan POM RI terhadap dampak sikap.
Hal penting dalam penelitian tesis ini, terutama sekali hendak mengetahui
apakah taktik promosi keamanan pangan mempunyai hubungan terhadap sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman. Adapun sikap dapat dipengaruhi variabel-
variabel berupa awareness (kesadaran) memilih PJAS yang aman setelah
mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, opini
terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS dan
opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,
memotivasi komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS.

1.4 Pembatasan Masalah dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi diri pada communication competency theory ,


reinforcementtheory dan teori umum Social Change Campaign yang
mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini hendak mengevaluasi outcomes
“sikap” dari Social Change Campaign pada siswa SD pada 3 (tiga) aspek sebagai
berikut :

1. Awareness/kesadaran memilih PJAS yang aman setelah mendapat diseminasi


pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi, dapat mempengaruhi
sikap khalayak sasaran.
2. Opini khalayak sasaran terhadap pesan keamanan PJAS yakni bersifat
attention artinya pesan yang dapat menarik dan meningkatkan perhatian
khalayak sasaran dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam
lingkungan sosial dan budaya khalayak sasaran, dapat mempengaruhi sikap
khalayak sasaran.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


10

3. Opini khalayak sasaran terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS yakni


komunikator yang mempunyai kompetensi (mempunyai pengetahuan tentang
apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi
komunikan) dapat mempengaruhi sikap khalayak sasaran.

Khalayak sasaran yang menjadi responden penelitian ini adalah siswa SD


sebagai sasaran primer. Pada penelitian ini yang akan didiseminasikan adalah
pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi melalui saluran
komunikasi poster, komik, penyuluhan interaktif, dan film animasi. Penelitian
terbatas pada evaluasi outcomes “sikap” dikarenakan bahwa menurut Lawrence
Green (1980) kegiatan promosi keamanan pangan sebagai pendekatan efek
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing
factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang, faktor pemungkin
(enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana dan fasilitas yang mendukung
terjadinya perubahan perilaku serta faktor penguat (reinforcing factor) yang
merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku. Badan POM
RI melalui Gerakan Aksi Nasional PJAS yang dicanangkan oleh Wakil Presiden
pada tanggal 31 Januari 2011 baru akan memulai pelaksanaan pengembangan
fasilitas PJAS dalam hal penyediaan dan perbaikan infrastruktur di sekolah-
sekolah di tahun 2012 sehingga peneliti belum dapat meneliti terhadap efek
perilaku dikarenakan belum adanya enabling factor yang memadai.
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan permasalahan
penelitian untuk kepentingan tesis ini adalah :
1. Apakah awareness/kesadaran siswa SD memilih PJAS yang amansetelah
mendapat diseminasi pesan keamanan PJAS melalui saluran komunikasi
(poster, komik, penyuluhan interaktif dan film) mempengaruhi sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan
dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS?
2. Apakah opini siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran
komunikasi mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


11

sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan


Aksi Nasional PJAS?
3. Apakah opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh
Keamanan PJAS mempengaruhi sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS?

1.4.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan (eksplanasi)
variabel-variabel yang mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebagai
outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional
PJAS. Berikut ini adalah rinciannya:

1. Untuk menjelaskan pengaruh awareness memilih PJAS yang amansetelah


menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS
yang aman sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change
Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS.
2. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap attention, comprehension,
acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam
saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS
3. Untuk menjelaskan pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang
diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS
4. Untuk mengetahui efektivitas sikap memilih PJAS yang aman dari siswa
SD sebagai outcomesSocial Change Campaign Gerakan Aksi Nasional
PJAS

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


12

1.5 Signifikansi Penelitian


Dalam konteks Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS yang
menjadi objek penelitian ini adalah siswa SD maka variabel-variabel seperti
awareness / kesadaran siswa SD setelah menggunakan saluran komunikasi, opini
siswa SD terhadap attention, comprehension, acceptance pesan keamanan PJAS
yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasidan opini siswa SD
terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan terhadap sikap siswa SD untuk
memilih PJAS yang aman, menjadi hal penting yang perlu ditelaah dalam
kaitannya dengan tercapainya outcomes “sikap” Social Change Campaign
Gerakan Aksi Nasional PJAS karena hal ini menunjukkan efektivitas kampanye
tersebut (dari segi tingkat ketercapaian sikap memilih PJAS yang aman). Hasil
penelitian berupa studi eksplanatif mengenai Social Change Campaign dalam
konteks hubungan awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran
komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan
keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini
terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi
komunikasi) dari penyuluh keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD untuk
memilih PJAS yang aman, diharapkan dapat memberikan signifikansi sebagai
berikut :

1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah dan melengkapi


perbendaharaan literatur dan wawasan tentang variabel-variabel yang
menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomesSocial Change
Campaign secara empiris, khususnya untuk khalayak sasaran siswa SD
melalui beragam saluran komunikasi(utamanya saluran personal yaitu
penyuluhan intensif dan saluran non personal yaitu print ad, audio visual)
dalam diseminasi pesan keamanan pangan dikaitkan dengan perubahan
sikap tertentu.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi
Badan POM RI dalam memahami efektivitas Gerakan Aksi Nasional PJAS
yang ditujukan pada siswa SD

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerakan Aksi Nasional PJAS


Gerakan ini diprakarsai oleh Badan POM RI dan telah dicanangkan oleh
Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2011 adalah
merupakan gerakan untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi
melalui peran serta aktif yang lebih terpadu dari seluruh kementerian, lembaga
pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun daerah serta pemberdayaan
komunitas sekolah. Aksi ini diharapkan menjadi wahana untuk menggalang
komitmen dari stakeholder untuk bersama-sama meningkatkan keamanan PJAS.
Gerakan Aksi Nasional ini merupakan Social Change Campaign yaitu
jenis kampanye publik yang menjual ide atau gagasan perubahan sosial, yang
ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan
perilaku publik yang terkait. Gerakan ini, memiliki tujuan utama yaitu
pemberdayaan komunitas sekolah untuk menjaga keamanan, mutu, dan gizi PJAS
melalui perubahan sikap, perilaku serta tindakan komunitas sekolah untuk
memilih dan menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi. Rencana Aksi
Nasional dilaksanakan melalui penerapan pada lima sasaran utama, yaitu
perkuatan program PJAS, peningkatan awareness komunitas PJAS, peningkatan
kapasitas sumber daya PJAS, modeling dan replikasi kantin sekolah dan
optimalisasi Manajemen Aksi Nasional PJAS (Badan POM RI, 2012).

2.2 Promosi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (Promosi Keamanan


PJAS)
Untuk mendukung kesuksesan suatu social change campaign maka perlu
diterapkan perencanaan strategi dari kampanye public relationsyang terdiri dari 9
(sembilan tahapan yang dikelompokkan dalam 4 (empat) fase yaitu fase formative
research, strategi, taktis dan evaluative research. Fase ketiga yaitufase taktik
merupakan elemen yang tampak dari perencanaan strategi, elemen tersebut adalah

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


14

yang orang lihat dan lakukan. Dalam fase ini berbagai alat komunikasi
dipertimbangkan meliputi interpersonal communication tactics merupakan
peluang tatap muka bagi keterlibatan dan interaksi personal, dan organizational
media tactics merupakan media yang dapat dikontrol organisasi, dan diperlukan
jika sasaran khalayak tersebar luas sehingga sulit dilakukan interaksi secara
personal, new media tactics adalah wahana komunikasi untuk mempresentasikan
informasi yang mempunyai nilai berita kepada berbagai audiens. (Smith, 2002 :
12).
Promosi keamanan PJAS merupakan salah satu taktik (cara memobilisasi
semua kekuatan untuk mengirimkan pesan mencapai publik yang luas) yang
dilakukan pada Social Change Campaign ini. Pada dasarnya tujuan promosi
keamanan PJAS adalah mempersuasi khalayak sasaran untuk mengubah
pengetahuan atau kesadaran, sikap komunitas sekolah yaitu siswa SD (sasaran
primer), kepala sekolah, guru pembimbing UKS, pengelola kantin sekolah,
penjaja PJAS, komite sekolah, dan masyarakat sekitarnya (sasaran sekunder) dan
mengubah perilaku komunitas sekolah dan masyarakat terhadap keamanan PJAS
yang dilakukan melalui kontak langsung maupun tanpa kontak langsung dengan
khalayak sasaran. Selain itu promosi keamanan PJAS juga dilakukan kepada
sasaran tersier yaitu seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di
pusat maupun daerah sehingga penanggulangan keamanan PJAS lebih
komprehensif, terpadu dan sistematis.

Aktivitas diseminasi pesan keamanan pangan yang dilakukan dalam


promosi keamanan PJAS adalah melalui print ads (majalah Keamanan Pangan,
tabloid Nova, surat kabar Kompas, Warta Kota dan Rakyat Merdeka, komik,
poster, leaflet), television and radio ads (talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat
di radio dan stasiun TV), website (www.klubpompi.com), spoken and visual word
dalam bentuk film animasi, media pertemuan seperti seminar, ceramah,
penyuluhan, festival (pameran, lomba koki cilik dan pentas seni).
Adapun penyajian pesan telah disesuaikan dengan karakteristik khalayak
sasaran yang terdiri dari sasaran primer, sekunder dan tersier sehingga pesan yang
disampaikan mudah diterima dan dipahami. Khususnya untuk siswa SD (sasaran
primer) beberapa tema pesan yang disampaikan yaitu Jagalah Kesehatan dengan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


15

selalu Mencuci Tangan, Ayo Kenali Bahan Kimia Berbahaya pada Makanan dan
Minuman !, Pilihlah Tempat Jajan yang Bersih dan Makanan yang Aman, Bacalah
Label sebelum Membeli supaya Aman, Waspadalah terhadap 3 Bahaya pada
Pangan; untuk Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah Bahan
Tambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar Terhindar dari Bahaya,
Bacalah Label saat Membeli Makanan dan Minuman, Lima Kunci Keamanan
Pangan, Simpan Pangan dengan Benar, Terapkan Perilaku Kerja yang Baik,
Jagalah Kebersihan Tempat dan Peralatan di Kantin Sekolah!.; untuk Guru yaitu
Ayo Kita Tumbuhkan Sadar Keamanan Pangan pada Anak Didik Kita! dan
Panduan Sinergisme Peran Pemangku Kepentingan Terkait.
Sebagai narasumber/komunikator dalam kegiatan promosi keamanan
PJAS adalah petugas Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dari Badan POM RI dan
Balai Besar/Balai POM yang tersebar di 31 Ibu Kota Propinsi.

2.3 Evaluasi Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS


Berbicara mengenai evaluasi, maka tidak dapat dipisahkan dari penilaian.
Evaluasi dapat memberikan penilaian (assessment) terhadap efek atau dampak
sebuah Social Change Campaign dengan taktikpromosi keamanan PJAS.
Terutama sekali evaluasi dapat memberikan informasi praktis yang berguna
tentang apa yang berjalan dan apa yang tidak, dalam sebuah upaya komunikasi
untuk mempengaruhi perubahan sosial.
Pada dasarnya evaluasi adalah segala bentuk penelitian yang dirancang
untuk menentukan tingkat efektivitas atau apa yang telah dilakukan dalam sebuah
program, strategi, aktivitas secara spesifik dengan mengukur outputs dan atau
outcomes(berupa pengukuran ilmiah terhadap peningkatan kesadaran, atau
perubahan opini, sikap dan perilaku) dari program berdasarkan seperangkat
sasaran (objectives) yang telah ditetapkan sebelumnya. (Cutlip, 2006 : 419).
Evaluasi social change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS
adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi, mengkaji, yang memungkinkan untuk
menentukan tingkatanyangtelahdicapaisesuaidengantujuanyangtelahdinyatakan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


16

dan apakah taktik promosi keamanan PJAS perlu dimodifikasi atau tetap
dilanjutkan. Secara operasional evaluasi social change campaign dengan taktik
promosi keamanan PJAS adalah serangkaian kegiatan untuk membandingkan
realisasi masukan (input) , pencapaian keluaran (output), dan dampak (outcome)
dengan standar atau indikator yang telah direncanakan.
Hasil evaluasi ini diharapkan memberikan gambaran seberapa jauh social
change campaign dengan taktik promosi keamanan PJAS ini telah mencapai
tujuannya. Selain itu hasil evaluasi ini merupakan umpan balik atau masukan
untuk perbaikan atau peningkatan program Gerakan Aksi Nasional PJAS
Fokus evaluasi dapat dibagi menurut tahapannya yaitu evaluasi input,
evaluasi proses, evaluasi hasil (output) dan evaluasi dampak (outcomes) : (Badan
POM , 2012)

Evaluasi input meliputi :


a. Jumlah siswa yang mengikuti program bimbingan teknis / pelatihan /
penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
b. Jumlah guru yang mengikuti program bimbingan teknis/ pelatihan /
penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
c. Jumlah pengelola kantin yang mengikuti yang mengikuti program
bimbingan teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi
Promosi Keamanan PJAS
d. Jumlah penjaja PJAS yang mengikuti yang mengikuti program bimbingan
teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi
Promosi Keamanan PJAS
e. Biaya yang dikeluarkan untuk program bimbingan teknis / pelatihan/
penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
f. Jumlah dan jenis media yang diproduksi dan digunakan untuk program
bimbingan teknis / pelatihan / penyuluhan / sosialisasi / pendistribusian
materi Promosi Keamanan PJAS
g. Sarana dan prasarana mendukung program bimbingan teknis / pelatihan /
penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


17

Evaluasi Proses meliputi:

a. Frekuensi rapat membahas program bimbingan teknis / pelatihan /


penyuluhan / sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi Keamanan PJAS
b. Frekuensi supervisi dan bimbingan dari petugas BPOM, Balai Besar/Balai
POM Provinsi terhadap yang mengikuti program bimbingan
teknis/pelatihan/penyuluhan/sosialisasi/ pendistribusian materi Promosi
Keamanan PJAS
c. Banyaknya poster, selebaran, leaflet tentang informasi keamanan PJAS
yang didistribusikan
d. Dikeluarkan kebijakan kantin dan pedagang PJAS harus menyediakan
makanan yang aman

Evaluasi Ouput meliputi:


a. Menurunnya persentase PJAS yang tidak memenuhi syarat
b. Meningkatnya opini publik positif yang ditulis di media
c. Meningkatnya publisitas yang diperoleh dari media
d. Meningkatnya persentase khalayak yang dijangkau pesan
e. Program sinergisme dengan pemangku kepentingan terkait

Evaluasi Outcome meliputi :


a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan PJAS dari
komunitas sekolah (sasaran primer dan sekunder)
b. Menurunnya angka absensi dari siswa karena sakit
c. Menurunnya persentase KLB siswa karena keracunan PJAS
d. Meningkatnya persentase social involvement

2.4 Determinan perubahan sikap dalam komunikasi persuasif

Hovland dan koleganya mempelajari komunikasi dan perubahan sikap melalui


pertanyaan“siapa mengatakan apa kepada siapa dan efek apa yang diharapkan?”

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


18

(Smith, Laswell, & Casey, 1946 dalam Petty dan Caccioppo (1996:60)). Mereka
melakukan studi tentang efek sikap pada sumber (siapa yang mengatakan), pesan
(apa yang dikatakan), dan penerima (kepada siapa pesan disampaikan). Efek dari
saluran komunikasi dan lama retensi pesan dan perubahan sikap juga dipelajari.

1. Faktor pengirim
Komunikator (source) dalam suatu komunikasi persuasif dapat berupa
individu atau organisasi yang membagikan informasinya kepada orang lain
atau sekelompok orang. Hovland, Janis dan Kelley (1953) dalam Petty dan
Caccioppo (1996:61) berpendapat bahwa terdapatbeberapakomponen
komunikator yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sikap, yakni :
a. kredibilitas (communicatorcredibility)
Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas yang tinggi akan lebih
persuasive dibandingkan dengan komunikator yang memiliki kredibilitas
rendah jika pengukuran sikap segera dilakukan setelah pesan disampaikan
Aspek dari kredibilitas meliputi :
a.1 Keahlian (expertise)
Keahlian sangat penting dalam menginduksi perubahan sikap awal
komunikan terutama saat posisi yang diadvokasi agak berbeda dari
komunikan (Kelman dan Hovland (1953) dalam Petty dan Caccioppo
(1996:62)).
a.2 Layak dipercaya (trustworthiness)
Komunikator yang layak dipercaya merupakan determinan yang sangat
penting dalam perubahan sikap (Choo, 1964; Craig & McCann, 1978).
Andreoli dan Worchel (1978) menggagas bahwa sumber yang dapat
dipercaya lebih persuasive dibandingkan komunikator yang tidak
dipercaya. (Petty dan Caccioppo (1996:64).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


19

b. Atraktif (communicator attractiveness)


Chaiken (1979) menemukan bahwa komunikator dengan postur tubuh
secara fisik menarik dan berpenampilan gaya bahasa menarik akan lebih
mempersuasi dibandingkan komunikator dengan postur tubuh secara fisik
tidak menarik dan berpenampilan gaya bahasa tidak menarik. (Petty dan
Caccioppo (1996:67)
c. Kesamaan komunikator dengan komunikan (communicator similarity)
Komunikator mungkin dapat disukai oleh komunikan bila terdapat
kesamaan (Byrne, 1971 : Rokeach, 1960), berpenampilan fisik menarik
(Berscheid and Walters, 1974), dan familiar (Sherif & Sherif, 1953;
Zajonc, 1968) dapat meningkatkan persuasive dan disukai komunikan.
Brock (1965) menyimpulkan bahwa semakin banyak kesamaan antara
komunikator dengan komunikan, maka semakin besar penerimaan dan
dampak persuasi pesan
d. Kekuasaan (communicator power).
Kelman (1958) mengemukakan, bahwa masyarakat memberikan
persetujuan publik lebih besar kepada komunikator yang memiliki
kekuasaan dibandingkan kepada komunikator yang tidak memiliki
kekuasaan

2. Faktor Pesan
Beberapa syarat pesan yang menentukan keberhasilan komunikasi persuasif
antaralain, yakni :
a. Pesan yang dapat dipahami (message comprehensibility)
Agar sebuah pesan dapat mempersuasi khalayak maka menurut Hovland
(Petty and Cacioppo, 1996: 70), pesan tersebut harus diperhatikan dan
dipahami.
b. Jumlah argument (number of arguments)
Mayoritas komunikan akan merasa bosan dan berhenti menyimak, terutama jika
argumendalampesan tersebut terlalu panjang dan terlalu sering diulang (Petty dan
Cacioppo (1996 : 71; 1976b).Semakin banyak argumen dipresentasikan dalam
rentang waktu tertentu , semakin sedikit waktu yang dimiliki seseorang untuk
mengingat atau merekam tentang argumen tersebut ( Calder, 1978).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


20

Beberapaargumenakan menjadilebih kuat, lebihmeyakinkan,dan lebih


berpengaruhdaripada yang lain,dan memberikan kepada seseorang beberapa
argumenyang sangat meyakinkanmungkin dapat mempromosikan
perubahansikap yang lebihdari sekedar menyediakanargumen inibersama
dengansejumlah argumen yang jauh lebih lemah. (Anderson, 1974). (Petty dan
Cacioppo, 1996 : 71-72)

c. Imbalan Pesan (Rewards within the Message)


Argumen dalam pesan diasumsikan dapat memotivasi perubahan sikap
melalui insentif yang dikandungnya. Semakin banyak argument dalam pesan
akan lebih mempengaruhi perubahan sikap. Imbalan (reward) lebih
berpengaruh, jika diterapkan segera dibandingkan setelah adanya penundaan.
Pesan yang persuasif lebih efektif saat argument dalam pesan dipisahkan dari
kesimpulan, sedikit, dibandingkan banyak, dari materi yang netral (Weiss,
Buchnan, & Pasamanick , 1965 dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 72)).

d. Pendekatan Fear Appeals (The arousal and Reductional of Fear)


Leventahl (1970) menemukan bahwa pesan berkategori high fear umumnya
lebih efektif dibanding pesan berkategori moderate atau low fear. Pesan
berkategori fear arousing efektif menginduksi perubahan sikap terutama jika
memenuhi kondisi sebagai berikut:
o Pesan menyediakan argument kuat untuk kemungkinan
komunikanmenderitabeberapakonsekuensiyang sangat negatif
o Argument tersebut menjelaskan kosnekuensi negatif akan timbul jika
tindakan yang direkomendasikan tidak diterima
o Pesan memberikanjaminanyang kuat bahwapenerapanrekomendasiefektif
menghilangkankonsekuensinegatif.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


21

Sikap defensif – yang dapat menurunkan efektivitas pesan akan timbul jika
terdapat keraguan tentang tindakan yang harus diambil berkaitan dengan
bahaya tersebut.(Petty dan Cacioppo, 1996 : 73).

e. Pesan Satu Sisi vs Pesan Dua Sisi (One sided versus Two sided Message)

Hovland, Lumsdaine dan Sheffield (1949) menemukan tidak terdapat


perbedaan efektivitas menyolok antara pesan satu sisi dengan pesan dua sisi,
namun mereka menemukan beberapa hal menarik, antara lain :
o Orang yang secara pribadi setuju dengan pendapat yang terkandung dalam
pesan, akan lebih mudah terpengaruh oleh pesan satu sisi. Sedangkan
mereka yang tidak setuju akan memperlihatkan efek sebaliknya
o Orang yang telah terpapar oleh pesan satu sisi akan lebih mudah
terpengaruh oleh pesan lain yang melawan pesan pertama
(counterpropaganda)
o Orang yang telah terpapar oleh pesan dua sisi cenderung memperlihatkan
penolakan terhadap pesan counterpropaganda

Petty dan Cacioppo (1996 : 75) menemukan bahwa sebagian besar pengiklan
cenderung menggunakan pesan satu sisi yang efektif jika. Namun jika produk
tersebut kurang dikenal, atau khalayak telah memiliki pengetahuan tentang
kompetitor, maka pesan dua sisi akan lebih efektif.

f. Penarikan Kesimpulan (Conclusion – drawing)


Penarikan kesimpulan dalam komunikasipersuasifbiasanyabermanfaat
ataudiperlukan bagi komunikan untukmemahami dan mengingatsepenuhnya
argumen pesan danadvokasi (Hovland dan Mandell, 1952; Thistlethwaite, de
Haan,danKamenetzky,1955). Sehubungan dengan penerjemahan konklusi, Mc Guire
(1969) dalam Petty dan Cacioppo (1996 : 77) memberikan pernyataan, bahwa
dalam situasi tertentu, seseorang dapat saja lebih terpersuasi jika komunikan
sendiri menarik kesimpulan dibanding, jika komunikator yang menarik
kesimpulan. Akan tetapi yang kerap menjadi masalah adalahkomunikan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


22

tidak memiliki cukup intelegensi atau motivasi untuk menarik kesimpulan


sehingga terjadi kesalahan penarikan kesimpulan yang serius.

g. Pengulangan Pesan (Message Repetition)


Teori Pembelajaran Pesan (Message Learning Approach) yakin bahwa
pengulangan pesan akan meningkatkan perhatian pemirsa, pemahaman dan
pengingatan mereka terhadap isi pesan. Wilson dan Miller (1968) dalam Petty
dan Cacioppo, 1996 : 79) membuktikan bahwa presentasi yang disampaikan
sebanyak 3 kali, memberikan pemahaman dan pengingatan lebih baik lagi
bagi pemirsa dibandingkan presentasi yang hanya disampaikan hanya satu
kali. Temuan Wilson dan Miller didukung Moriarty (1991 : 38-39), bahwa
suatu pesan harus diulang sekurangnya tiga kali sebelum dapat menembus
wilayah persepsi dan terekam dalam ingatan. Namun demikian beberapa
penelitian memperlihatkan pula bahwa walaupun pengulangan akan
meningkatkan ingatan khalayak, akan tetapi hal ini juga akan menurunkan
efektivitasnya dalam perubahan sikap (Cacioppo dan Petty, 1979, 1980; Gorn
dan Goldberg, 1980; Miller, 1976).

h. Gaya Presentasi (Style of Presentation)


Hemsley dan Doob (1978) menemukan bahwa komunikator yang melihat
komunikan dinilai lebih kredibel dan lebih meyakinkan daripada komunikator
yang menatap jauh ketika mereka berbicara. Tingkatdan
kefasihanberbicarajuga telahditunjukkan untukmempengaruhi
penilaianmasyarakat terhadapkredibilitaspembicaradankerentanan mereka
terhadappersuasi. Lind dan O‟Barr (1979) melaporkan bahwa komunikator
yang menggunakan gaya powerful berbicara di depan lebih persuasif daripada
komunikator yang menggunakan gaya powerless. Miller et all (1976)
melaporkan bahwa komunikan lebih rentan terhadap persuasi ketika
komunikator memberikan pesan dengan kecepatan tinggi, bukan pada
kecepatan normal berbicara. Komunikator dengan gaya powerful dan cepat
dianggap lebih memiliki pengetahuan tentang topik dan karenanya lebih
kredibel.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


23

Hall (1980) mengindikasikan bahwa isyarat suara non verbal yang dapat
digunakan komunikator, seperti nada suara, juga dapat mempengaruhi
kerentanan komunikan akan persuasi. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 79-80)

3. Faktor Penerima (Recipient Factor)


a. Intelegensia
McGuire (1968) mengajukan model perubahan sikap , yang ditentukan
oleh 2 hal, yaitu :
1. Penerimaan terhadap argumen dan advokasi yang terkandung dalam
pesan, meliputi proses perhatian , pemahaman dan pengingatan
2. Penyerapan terhadap pengaruh

McGuire menemukan bahwa faktor-faktor komunikan kerap memiliki


pengaruh yang berlawanan terhadap kedua hal di atas. Sebagai contoh,
khalayak yang lebih cerdas mampu memahami dan mengingat lebih
banyak argumen dibanding khalayak yang kurang cerdas. Seharusnya akan
meningkatkan perubahan sikap dalam kelompok khalayak yang lebih cerdas.
Namunternyata kecerdasan juga membuat khalayak lebih sulit dipengaruhi
karena mereka lebih percaya terhadap kemampuan kritis mereka. Lebih jauh , hal
ini menyebabkan mereka lebih yakin tentang sikap awal yang telah
merekaambil.Keyakinan ini cenderung akanmenurunkantingkat perubahansikap.
Eagly dan Warren (1976) meneliti tentang pengaruh relatif komponen tingkat
kecerdasan (pemahaman terhadap iklan) dan tingkat pengaruh (penerimaan
terhadap iklan) terhadap perubahan sikap. Tingkat kecerdasan (kemampuan
verbal) subyek diukur lalu diterjemahkan dalam bentuk pesan yang sederhana
atau kompleks. Mereka berpendapat bahwa khalayak yang cerdas akan
mampu memahami dan mengingat pesan yang kompleks dibanding
khlayak yang kurang cerdas, namun kurang menunjukkan persetujuan
terhadap pengaruh yang diberikan. Disisi lain khalayak yang kurang
cerdas, kurang mampu memahami dan mengingat pesan yang

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


24

kompleks tetapi akan menunjukkan penerimaan yang baik terhadap


pengaruh yang diberikan. (Petty dan Cacioppo, 1996 : 80-82)

b. Harga Diri (Self Esteem)


McGuire‟s (1968) menggagas model kepribadian dan persuasif yang dapat
diterapkan juga pada hubungan antara harga diri dan perubahan sikap. Harga diri
merujuk pada nilai, penghargaan maupun penghormatan terhadap
seseorang. Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa kurang percaya diri,
memandang diri sendiri kurang mampu dan kurang bahagia dibanding
orang dengan harga diri yang tinggi. McGuire berasumsi bahwa orang
dengan harga diri rendah akan lebih mudah dipengaruhi (susceptible to
influence). Di samping itu harga diri positif berkaitan dengan kecerdasan
danminat seseorang sedangkan harga diri negatif berkaitan dengan penyerapan .
Nisbett dan Gordon menemukan hubungan antara harga diri (rendah-
sedang-tinggi) dan perubahan sikap tergantung pada seberapa menarik dan
sulituntuk memahami pesan itu. Ketika pesan itu sederhana, komunikan dengan
harga diri sedang yang paling menunjukkan perubahan sikap. Tapi ketika
pesan kompleks, komunikan dengan harga diri tinggi yang paling
menampilkan perubahan sikap. Namun demikian perbedaan menyolok
ditemukan antara model McGuire dengan hasil observasi Nisbett dan
Gordon (1967), dimana komunikan dengan harga diri sedang adalah yang
terpersuasi paling menonjol (bahkan dibandingkan dengan orang yang
memiliki harga diri rendah)

c. Perbedaan Jenis Kelamin (Sex Differences)


Beberapa penelitian tentang gender menunjukkan bahwa perempuan lebih
dipersuasi dibanding laki-laki (Cooper, 1979; Eagly, 1978). Eagly
berpendapat bahwa perempuan memiliki kemampua verbal lebih baik
daripada laki-laki, sehingga dapat memahami argumen pesan dengan lebih
baik. Oleh karena itu perempuan menunjukkan persuasi lebih tinggi dari laki-

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


25

laki. Akan tetapi, teori ini dibantah sendiri , Eagly karena penelitian lebih
jauh tidak mendukung (Eagly 1974; Chaiken dan Eagly, 1976). Saat ini
ada dua penjelasan yang dianggap sahih, yaitu
o Perbedaan gender dapat disebabkan oleh peran sosial yang dipelajari
oleh masing-masing pihak. Seorang wanita secara sosial diharapkan
bersikap koperatif dan menjaga harmoni sosial sehingga akan
memfasilitasi persetujuan terhadap pengaruh. Sedangkan pria
diharapkan dapat bersifat asertif dan mandiri sehingga akan
memfasilitasi penolakan terhadap pengaruh
o Perbedaan gender juga tampak dalam banyak studi tentag pengaruh
pesan persuasi, dimana pria memperlihatkan minat dan pengetahuan
yang lebih tinggi dari wanita.

Perbedaan gender secara sederhana memperihatkan fakta, bahwa lebih


mudah untuk mempersuasi seseorang yang hanya memiliki sedikit minat
ataupun pengetahuan tentang isu yang dibawakan oleh pesan. (Petty dan
Cacioppo, 1996 : 83).

4. Faktor Saluran (Channel Factors)


Hovlanddan koleganyajelas menunjukkanbahwa komunikasimassadapat
mendidik danmempengaruhikomunikan.Efeksikapdari berbagai mediadi
manakomunikasidapat ditransmisikanseperti mediacetak : surat kabar, majalah
dan buku; mediaaudio : radio, telepon dan rekaman; dan mediaaudio visual :
televisi, filmdan video recordings. Saluran ini merupakanmedia massa, yang
mana efek nya dapat dibandingkan dengankomunikasitatapmuka.

a. Saluran Personal vs Media Massa (Face to face vs Mass Media Appeals)


Media massa dianggap sebagai sarana untuk menjangkau sejumlah besar
orang (yang berbeda-beda) secara cepat dan efisien (Weiss, 1969 : 70).
Dampakyang lebih besar darisaluran personal telah ditemukanberulang kali

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


26

(Berelson, Lazarsfeld, & McPhee, 1954; Katz & Lazarsfeld, 1955).


Argumenpersuasifyang menghasilkanperubahan sikaptidak harusberasal
daribeberapa jeniskomunikasi verbal atau tulisan formal. Burnstein dan Vinokur
(1975, 1977) menganalisa perubahan sikap berasal dari kelompok diskusi.
Argumenyang dihasilkanoleh orang-orangdalam kelompok diskusi dipelajarioleh
dandapat mengubah sikaporang laindalam kelompok
diskusi.Karenaorangseringdibujuk olehargumenbahwa orang laindalam diskusi
kelompokmenghasilkan, fenomena menarik dapat terjadisebagai akibat
daridiskusi tatap muka. Sikapmasyarakat setelahdiskusi
kelompokseringkali lebihekstrim dibandingkansikapmerekasebelumdiskusi.
Kebanyakan anggotakelompok berada disisi yang sama dari suatu masalah,
dananggota kelompok dapat memiliki alasanyang berbeda untukmendukung
suatu sisimasalah.Selama diskusikebanyakananggotakelompok akan
mendengarargumendisisi mereka sendiridari suatu masalah dan bahwa ini
tidak mereka pertimbangkan sebelumnya (Burnstein & Sentis, 1981).
Saluran personal umumnya memilikidampaklebih darimedia
komunikasi,puluhan miliardolar dihabiskansetiap tahun
padakomunikasipersuasifyang disampaikan melaluimedia massa.
(McGuire, 1978). Saluran media massa merupakan saluran yang popular
karena saluranini digunakansebagai sarana yangterorganisiruntuk
mencapaisejumlah besarjenisberagam orangdengan cepat dan efisien. (Weiss,
1969 : 70). Bahkankampanyeyang berhasilmeyakinkanmasing-
masing1.000 orangdengan siapaiaberbicaraakanmenyedihkan karena di
balikkampanyeyang meyakinkansatu persen dariwaktuperdana televisi
audiens (Bauer, 1964).

b. Atribut Saluran Komunikasi (Channel Attribute)


Komunikasipersuasif menjadi paling efektif biladisesuaikan
denganatributkhusus darisaluran yang digunakannya (Klapper,
1960).Media cetakmenyediakan catatanpermanen sehingga orangdapat
membacanya dan kembali membacanya saat mereka inginkan.Mediaaudio
visualdan audio

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


28

menjangkau khalayak yanglebih besar, lebihberagam dibandingkanmedia


cetak,dan komunikasimelaluiaudio visualatau audio dapat segera sampai
ke penerima sedangkanmedia cetak harus menunggu (Weiss, 1969).Media
audio visualadalah salurankomunikasiyang sangat potensial yang mana
orangdapatmelihat dan mendengar(Bradack, Konsky,
&Davis,1976;Frandsen, 1963), dan masyarakat cenderung lebihkritisdan
menganggapkurang validmateri yangditulisdibandingkanmateri yang
disajikanpadaaudio atauvideo tape(Carver, 1935; Maier&Thurber, 1968).
Di sisilain,isyaratnon verballebihjelas dalamaudio visualdibandingkan
komunikasi dan audio dibandingkan dengan pesantercetak (Wright, 1980).

Keuntunganunik danketerbatasan yang terkait dengansetiap


saluranmenunjukkanbahwa tidak ada bentuksalah satutransmisiyang
terbaikmelainkan bahwasaluranyang paling efektiftergantung pada
berbagaifaktor.Sebagai contoh, hal ini menunjukkan bahwa:
o Pesan kompleksdipahamicetak yang lebih baikdaripadadalam
bentukaudio visualatau audio.
o Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih
baik dibandingkan media cetak (Chaiken &Eagly, 1976).

Maka kemudianbahwapesanmudahdipahami dalam rekaman videoharus


lebih menimbulkanperubahansikapdibandingkanbila dicetak. Namun,
media cetak mungkin yang palingefektif menimbulkan perubahan sikap
bilapesankompleks, karena secara substansial pesandapat lebih
dipahamiketika disajikandi cetakdaripadabentukaudio visualatau
audio.Selanjutnya,presentasiaudio atauaudiovisualyang tidak mudah
dipahami dapat membuat lebihfrustasi dan tidak menyenangkanuntuk
diikutidibandingkanmembaca handout presentasinya. (Petty dan Cacioppo,
1996: 86-87).

2.5 Penelitian Persuasi Carl Hovland

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


29

Penelitian Carl Hovland mengenai proses perubahan sikap meliputi : (Rogers,


1997 : 380-381)
a. Komunikator dengan kredibilitas tinggi menyebabkan perubahan sikap
lebih cepat setelah aksi komunikasi, tetapi a sleeper effect terjadi di mana
komunikator tersebut dilupakan setelah jangka waktu.
b. Fear appeals (rasa takut) yang ringan menyebabkan perubahan sikap
yang lebih dibanding fear appeals (rasa takut) yang kuat. Propagandis
sering menggunakan fear appeals (rasa takut). Hovland membuktikan
bahwa efek dari fear appeals (rasa takut) yang kuat yang digunakan
komunikator dapat mengganggu upaya persuasi.
c. Pesan satu pesan menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap
khalayak dengan pendidikan dan / atau intelijen lebih rendah, sementara
pesan dua sisi menyebabkan perubahan sikap yang lebih terhadap
khalayak sasaran yang lebih terdidik dan / atau cerdas. Hovland dan
temuan rekan-rekannya mengenai efek kuat dari dua jenis sisi pesan
bertentangan dengan strategi propaganda Nazi tidak pernah menyebutkan
sisi yang berlawanan dari sebuah argumen (Janis 1968, p 528).
d. Menyatakan kesimpulan pada pesan lebih mempengaruhi perubahan sikap
dari menyatakan kesimpulan secara implisit. Di sini tampak bahwa
kejelasan di awal pesan dapat lebih mempersuasif pesan.
e. Individu yang merasa secara sosial tidak memadai dan memiliki harga diri
rendah akan mengalami perubahan sikap yang lebih dibandingkan individu
yang agresif . Konsepdiri yang kuatdapat memberikanresistensi
terhadappesan persuasif.
f. Pesertaaktif dalam prosespersuasi(sepertidengan membacapesan dengan
suara kerasataumempresentasikansudut pandang tertentu) lebih memiliki
perubahansikap daripadapesertalebih pasif.Seperti dalam
studiKurtLewinroti manis, individu yang terlibatdalam proses
komunikasilebih mungkin untukmengubah sikapmereka (danperilaku).
g. Individu yang sangat tertarikke dalam kelompok memilikiperubahan sikap
yang kurang terhadap isu yangbertentangan
denganstandarkelompok.Temuan ini mirip dengangeneralisasidari

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


30

penelitiandinamika kelompokyang mana kohesi


kelompokmendorongindividu-individu darianggotakelompokagar sesuai
dengannormakelompok.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


31

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kajian Teori


Kerangka berpikir yang melandasi penulisan tesis ini adalah konsep-konsep teori
yang dianggap berhubungan dengan judul dan topik pembuatan tesis yakni terdiri
dari Teori Umum bagi Social Change Campaignadalah bahwa untuk mencapai
sasaranjangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye (kesadaran, sikap,
penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku
dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku) maka aktivitas komunikasi kampanye
diawali dari diseminasi pesan melalui saluran komunikasi yaitu saluran personal
(penyuluhan interaktif) dan non personal (media cetak, televisi, radio, website poster,
leaflet, buku),Communication CompetencyTheory yaitu teori yang menjelaskan tentang
kompetensikomunikator dalam mengubah sikap komunikan, dan Reinforcement Theory
yaitu teori yang menjelaskan penyusunan pesan yang bersifat attention,
comprehension dan acceptance dapat menghasilkan perubahan sikap (attitude).

3.1.1 Teori umum bagi Social Change Campaign


Pada umumnya semua jenis atau bentuk kampanye komunikasi publik
(SocialChange Campaign) selalu memanfaatkan saluran komunikasi sebagai wahana
yangdigunakan untuk menyalurkan pesan yang telah ditata dengan baik kepada khalayak
sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Jenis kampanye ini bertujuan
mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan segala akibatnya,
mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif, mempengaruhi individu
untukmenerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi inti penggerak perubahan,
mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang dikehendaki dan
menghasilkan perubahan individu yang tampil sebagai pendukung program.
Rogers dan Storey (Grossberg, 1988, Synder, 2002, Klingemann & Rommele,
2002) mendasarkan definisi kampanye pada dua hal yaitu pertama, bahwa
kampanyemerupakan wujud tindakan komunikasi dan kedua, adalah dapat mencapai
keseluruhan proses dan fenomena praktek kampanye yang terjadi di lapangan.
Kampanye mencakup empat elemen yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan,

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


32

yaitu kampanye selalu berbasis lingkungan seperti peraturan dan perundangan yang
berlaku, struktur media massa dalam suatu negara, tujuan strategis bahwa kampanye
diorganisasikan untuk menggalang kemampuan berkomunikasi, secara langsung atau
dengan bantuan media untuk mendapatkan cara mengomunikasikan pesan sehingga dapat
mencapai sasaran, dan mempunyai dampak tertentu bagi khalayak sasaran yang telah
ditargetkan.
Social Change Campaigns atau Kampanye Perubahan Perilaku Individu sering
disebut public information atau public education campaign (kampanye pendidikan
publik). Tujuan kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang kurang berkenan
dan menganjurkan perilaku baru yang dianjurkan. Adapun tujuan dari Social Change
Campaigns adalah mempengaruhi keyakinan dan pengetahuan tentang perilaku dan
segala akibatnya, mempengaruhi sikap untuk mendukung perilaku persuasif,
mempengaruhi individu untuk menerima norma sosial dan selanjutnya individu menjadi
inti penggerak perubahan, mempengaruhi individu untuk menampilkan perilaku yang
dikehendaki dan menghasilkan perubahan perilaku individu yang tampil sebagai
pendukung utama suatu program. Adapun sebagai khalayak sasaran adalah segmen
individu dari populasi yang perilakunya akan diubah dengan strategi pemasaran sosial
dan saluran komunikasi yang digunakan print ads atau publisitas, surat kabar, majalah,
radio, televisi dan iklan. Perubahan sikap dan perilaku individual itu merupakan outcomes
dari kampanye yang sekaligus dapat menginisiasi perubahan sikap dan perilaku keluarga,
kelompok-kelompok dalam masyarakat dan bahkan masyarakat luas.
Seiring dengan semakin berkembangnya Social Change Campaigns dalam
beberapa dekade terakhir, maka pelbagai temuan kampanye telah mendorong
pengembangan konsep-konsep teoritis bagi kerjasama antar disiplin. Para peneliti
perubahan perilaku individu (Fishbein, Triandis, Kanfer, Becker, Middlestadt, & Eichler,
2001) sepakat bahwa terdapat sejumlah faktor yang telah terbukti mempengaruhi
perubahan perilaku individu. Peraga di bawah ini menawarkan teori umum bagi
kampanye perubahan yang dapat dijadikan dasar bagi kampanye perubahan perilaku
individu. Alur-alur proses kampanye sebagaimana terlihat dalam peraga ini
menggambarkan sasaran akhir (ultimate outcome) adalah perubahan perilaku individu.
Ternyata perubahan perilaku individu dipengaruhi oleh perubahan tingkat kesadaran,
sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud perilaku,
dan variabel lain yang berkaitan degan perilaku.
Dengan melihat sasaran jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye
maka aktivitas komunikasi kampanye diawali dari diseminasi pesan pada

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


33

salurankomunikasi : print ads, TV ads, radio, websites, billboard, poster, leaflet,


brosur. Seluruh kegiatan awal komunikasi kampanye tetap berbasis pada
pendekatan community based dan aktivitas lain yang sejenis. (Liliweri, 2011 :
676-678, 683-684,738-740).

Gambar 3.1 Teori Umum Bagi Kampanye Perubahan Perilaku Individu

Activities Short Terms and Intermediate Ultimate Outcomes


Outcomes
Message dissemination
Community based ---------Awareness-----------
outreachPrints ads, Tv ads, Individual Behavior
Websites, Billboard, ------------Attitude----------- Changes
Transit Poster, -----------Saliance------------
Other activity
Brochures, Leaflet, ---------Self Efficacy--------
Pamphlet
--------Social Norms--------
------Subjective Norms------
Sumber : Liliweri, 2011 ----Behavioral Intention---- : 739
Other variable
Saluran komunikasi yang digunakan
that affect or
untuk
----moderate behavioral---
mendiseminasikan pesan antara
komunikator dengan komunikannya, dapat digolongkan sebagai berikut :
(Ardianto, 2009 : 73-75)

1. Media umum seperti surat menyurat, telepon, facsmile, dan telegraf


2. Media massa, seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, buletin
dan media elektronik, yaitu televisi, radio dan film
3. Media khusus, seperti iklan, logo nama perusahaan atau produk yang
merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersil yang
efektif dan maskot
4. Media internal, adalah media yang dipergunakan untuk kepentingan
kalangan terbatas dan non komersial, serta lazim digunakan dalam
aktivitas public relation yaitu
a. House journal seperti majalah bulanan, profile perusahaan, laporan
tahunan perusahaan, prospectus, buletin dan tabloid

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


34

b. Printed material seperti barang cetakan untuk publikasi dan


promosi
c. Spoken and visual word seperti audio visual, video tape record,
slide film, broad casting media, perlengkapan radio dan televisi
d. Media pertemuan seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi,
pameran, acara khusus, sponsorship dan gathering meet

Sasaran jangka pendek dan sasaran antara yang memediasi ultimate


outcomes (perubahan perilaku individu)meliputi :
a. Kesadaran
Adalah kemampuanuntuk melihat, merasakan, atau menjadisadar terhadap
suatu peristiwa, objekatau polasensorik. Dalamtingkat kesadaran, data
yangmasuk akaldapat dikonfirmasikantanpaharusmenyiratkanpemahaman.
b. Sikap
Menurut Sarwono (2003) adalah kecenderungan/ kesiapan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap
rangsangan positif maupun negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang
sering dipakai berupa teori rangsang balas (stimulus-response theory) atau
teori penguat (reinforcement theory) ini dapat digunakan untuk menerangkan
berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk
berperilaku. Menurut Moriarty (1991:45), sikap berakar pada psikis seseorang
dan berkaitan dengan banyak nilai-nilai serta opini sedangkan Allen, Guy
dan Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial
atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang
telah terkondisikan.
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu
dalam interaksi sosial terjadi hubungan antara individu dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis yang ada di sekelilingnya.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain (Azwar, 2005 : 24-
25)

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


35

1. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi
kita (significant others) akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
kita terhadap sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat
memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual yang disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu
6. Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


36

semacam penyaluran frustasi atas pengalihan bentuk mekanisme


pertahanan ego

Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku


orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar,
2005).
Sikap seseorang sangat menentukan bagaimana tindakan seseorang.
Terdapat suatu spekulasi bahwa sikap seseorang terhadap suatu hal dapat
diketahui, maka dapat diduga bentuk tindakan apa yanga akan dilakukan oleh
seseorang itu. Tentu saja tidak tertutup kemungkinan bahwa ternyata tindakan
yang dilaksanakan tidak sejalan dengan sikap yang telah diambilnya. Terdapat
tiga jenis ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya yaitu : (1) ketidaksesuaian antara sikap seseorang
dengan informasi mengenai kenyataan yang terjadi, (2) ketidaksesuaian antara
sikap seseorang dengan sikap panutannya, dan (3) ketidaksesuaian antara
sikap seseorang dengan tindakan seseorang itu sendiri (Taryoto, 1991 pada
Aci, 2009 ).
Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan
yaitu setuju atau tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu obyek maka
arahnya positif dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif.
Sikap memiliki intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu
sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama
memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu sama intensitasnya. Sikap
juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan
sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap dimaksud.
Sehubungan dengan keberlangsungan perubahan sikap, Petty dan
Cacioppo (1996:87-89) mengetengahkan beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu ingatan terhadap pesan. Menurut Moriarty (1991: 38), ingatan manusia
tersimpan dalam bentuk fragment dan traces. Untuk membangkitkan ingatan
ini suatu pesan menggunakan cue berupa kalimat atau gambar yang berfungsi
sebagai pengingat. Hal lain yang memudahkan dalam mengingat pesan adalah
pengulangan.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


37

Hovland (1949) dalam Petty dan Cacioppo (1996:87) menyatakan bahwa,


jika perubahan sikap diukur segera setelah komunikasi dilakukan maka
perubahan sikap tersebut merupakan hasil dari perhatian, pemahaman dan
penerimaan atas argument dan penjelasan dalam pesan. Lebih jauh perubahan
sikap berlangsung selama pesan tersebut dapat diingat. Jika seseorang telah
melupakan isi pesan tersebut, hampir dipastikan ia akan kembali ke sikap
awalnya. Hovland juga menemukan bahwa sebagaian besar orang tetap ingat
akan substansi dalam pesan walaupun argumennya terlupakan. Jika
pengingatan akan substansi pesan lebih penting daripada argumen pesan,
maka perubahan sikap akan bertahan lama.
Watts dan Mc Guire (1964) dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89
melakukan penelitian terhadap sejumlah mahasiswa dan menemukan bahwa
perubahan sikap dan retensi akan isi pesan akan maksimal segera setelah
komunikasi persuasif dilakukan. Namun, perubahan sikap dan pengingatan
tersebut akan menurun seiring dengan waktu.
Studi lain menemukan bahwa penurunan dalam perubahan sikap dan
retensi akan isi pesan, tidak berjalan bersamaan. Pada awalnya perubahan
sikap dan retensi berkorelasi, namun selanjutnya hubungan ini terputus dan
bahkan cenderung berlawanan setelah waktu tertentu (Cacioppo and Petty,
1979, Iinsko, Lind and LaTour, 1976 dalam Petty dan Cacioppo, 1996 : 89)).
Penemuan lebih lanjut menunjukkan bahwa perubahan sikap lebih banyak
disebabkankarena khalayak mengingat substansi pesan, atau bahkan tafsiran
mereka sendiri tentang pesan, dibanding argumen spesifik yang terkandung
dalam pesan (Greenwald, 1968; Petty, 1977 dalam Petty dan Cacioppo, 1996 :
89)).
Untuk melihat bagaimana sebuah pesan dapat mempengaruhi perubahan
sikap, Hovland, dkk (S. Amvar, 1989 : 65 pada Regina, 2003) menguraikan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi persuasive yaitu perhatian
(attention), pemahaman (comprehension), penerimaan (acceptance). Proses ini
dipengaruhi oleh faktor komunikator (source), pesan (message), penerima
(receipt) dan saluran (channel).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


38

c. Saliency
Adalah tingkat kepentingan suatu masalah. Betapa sering audiens
mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap suatu masalah, namun
masalah itu tidak dilihat sebagai masalah penting, hal itu karena kita tidak
mempunyai informasi tentang manakah isu yang menonjol.

d. Self Efficacy
Adalah keyakinan seseorang bahwa dia memiliki kemampuan atau
kompetensi untuk melakukan sesuatu, termasuk keyakinan bahwa seseorang
dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melancarkan kampanye. Kinerja
perilaku sering dipengaruhi oleh persepsi tentang efektivitas diri dan karena
itu variabel ini memiliki kapasitas untuk mempengaruhi hasil kampanye.

e. Norma sosial
Adalah standar tentang sikap dan perilaku yang dapat diterima seseorang
atau sekelompok orang. Kadang-kadang apa yang disebut norma merupakan
faktor yang paling penting untuk mencapai perubahan perilaku, hal ini karena
perilaku yang berubah itu selalu dikaitkan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Norma sosial menunjuk pada adanya harapan-harapan
mengenai tindakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, yang secara
umum maupun secara khusus ada pada kelompok dimana seseorang itu
berada. Apabila norma sosial lebih kuat pengaruhnya maka seseorang akan
bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh norma sosial daripada menurut
pada kehendak sikapnya.

f. Norma subyektif
Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan
orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Kalau
individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan
dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan
mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


39

g. Intensi berperilaku
Adalah kemungkinan seseorang akan menampilkan suatu tingkah laku.
Intensi dapat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu
untuk menampilkan tingkah laku; dan seberapa banyak usaha yang
direncanakan atau dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut.

h. Variabel lain yang mempengaruhi perilaku moderat


Pandangan mengenai akibat atau konsekuensi dari perilaku yang akan
menunjuk pada adanya sanksi atau penghargaan atau suatu perilaku yang
dilakukan (Taryoto, 1991 pada Aci, 2009).

Sedangkan ultimate outcome adalah perubahan perilaku individu dimana seorang


individu akan melakukan suatu perbuatan atau bersikap dalam suatu cara
berkaitan dengan obyek yang disikapi.

3.1.2 Reinforcement Theory


Agar suatu kampanye berjalan efektif maka langkah ke 4 adalah
diperlukan adanya perencanaan. Namun perencanaan dimaksud disini difokuskan
pada perencanaan pesan kampanye komunikasi. Mengingat tujuan kampanye
adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, dan sosial, maka dalam
merencanakan pesan komunikasi yang efektif hendaknya mengacu pada tujuan
kampanye tersebut. Misalkan suatu pesan ditujukan untuk sekedar merubah
pengetahuan komunikan, maka pesan tersebut hanya diisi informasi-informasi
baru yang belum pernah didengar atau dilihat oleh komunikan di masa lalu.
Berbeda dengan pesan yang ditujukan untuk mengubah sikap, maka pesan
komunikasi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menggugah
emosi atau perasaan komunikan. Demikian pula dengan pesan yang ditujukan untuk
mengubah perilaku maupun sosial, maka terdapat perbedaan dalam merancang isi
pesan. Sekali lagi yang perlu ditekankan disini adalah bahwa perencanaan pesan harus
disesuaikan dengan tujuan kampanye.
Hovland, Janis dan Kelly pada tahun 1967 memperkenalkan suatu teori yang
dikenal sebagai Teori Penguatan (Reinforcement Theory) (Elliot, R.M., Lindzey,
G.,MacCorquodale, K., (Eds), Theories of Attitude Change, p 12-63). Agar pesan dapat

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


40

efektif mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan
sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan ini
dihasilkan melalui:

a. Perhatian (attention)
Konsep perhatian adalah proses psikis yang terjadi pada alam bawah sadar, yaitu
proses perubahan sebuah stimulus atau satu rangkaian stimulus menjadi jelas atau
nyata, sementara stimulus lainnya cenderung untuk menghilang atau memudar. Selain
itu, perhatian juga dapat merupakan suatu penyatuan serangkaian sensori saraf
(neural) dan sensori psikis yang difokuskan pada suatu stimulus khusus. (Kenneth,
1972 : 46). Sedangkan Shimp (1997 : 118) berpendapat perhatian berarti
berkonsentrasi pada dan mempertimbangkan suatu pesan yang dipaparkan
kepadanya. Faktor penentu yang mempengaruhi proses ini menurut Engel, Blackwell
dan Miniard (1990 : 367) terbagi menjadi dua kategori yaitu stimulus dan personal.
Faktor penentu stimulus mengacu pada karakteristik stimulus itu sendiri yaitu ukuran,
warna, intensitas, kontras, posisi, arah, gerakan, isolasi, novelty, perhatian sebagai
hasil pembelajaran, pembicara yang menarik dan perubahan adegan. Sementara
factor intern menurut Guarsa (1983 : 107) adalah motif, kesediaan dan harapan.
Perhatian menurut pendapat Shimp (1997 : 118) sangat selektif. Selektivitas
menjadi penting karena kapasitas proses informasi terbatas dan penggunaan secara
efektif dari kapasitas ini menuntut konsumen mengalokasikan energi mental hanya
pada pesan yang relevan dan diminati untuk tujuan saat ini.
Sutisna (2001 : 73) menemukan bahwa perhatian yang dilakukan oleh
seseorang dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Perhatian yang dilakukan
secara sengaja disebut Voluntary Attention. Kegiatan ini terjadi ketika seseorang
secara aktif mencari informasi yang mempunyai relevansi pribadi. Selective
Perception terjadi ketika seseorang melakukan Voluntary Attention, dimana pemirsa
memilih pesan yang menarik minat atau yang mereka setujui dan menyaring pesan
dengan cara tidak memperhatikan pesan-pesan yang tidak menarik dan tidak mereka
setujui (Moriarty, 1991 : 35). Akibatnya persepsi setiap orang terhadap suatu objek
akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi juga dikatakan memiliki sifat subyektif
(Sutisna, 2001 : 62).
Kemudian yang dimaksud dengan dengan perhatian secara tidak sengaja
(involuntary attention) adalah ketika kepada khalayak dipaparkan sesuatu yang
menarik, mengejutkan, menantang atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak
ada relevansinya dengan tujuan atau kepentingan seseorang (Sutisna, 2001:73).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


41

b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman merupakan proses dalam pikiran seseorang yang akan memberikan
arti pada stimulus tertentu. Pemahaman meliputi derajat kesesuaian antara arti yang
diharapkan dengan arti sesungguhnya sehingga jika secara mutlak tidak terdapat arti
yang terkandung dalam suatu stimulus maka dapat dikatakan tidak ada pemahaman
terhadap stimulus tersebut. Jika dapat terbentuk asosiasi antara stimulus dan kesan
samar-samar dari beberapa arti dan karakter maka pemahaman sebagian akan
terbentuk. Jika arti-arti yang telah diseleksi seluruhnya kurang tepat dan sama sekali
tidak berhubungan dengan konsep atau stimulus maka akan terjadi kesalahan
pemahaman atau pengertian. (Kenneth, 1972 : 46).
Memahami diartikan secara sederhana oleh Shimp (1997 : 122) sebagai mengerti
dan menciptakan arti dari stimuli dan simbol-simbol. Pemahaman yang merupakan
tahap ketiga dalam proses informasi, mengacu pada peneterjemahan stimulus. Ini
berarti tergantung bagaimana suatu stimulus dikategorisasikan dan dielaborasikan
yang kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada. Kategorisasi
stimulus melibatkan pengklasifikasian suatu stimulus dengan menggunakan konsep-
konsep yang tersimpan di dalam memori. Sementara pengelaborasian mengacu pada
penggabungan sejumlah informasi, antara yang baru dengan pengetahuan yang telah
tersimpan di dalam memori (Engel, Blackwell dan Miniard, 1990 : 376-377).
Pemahaman merupakan dasar dari penerimaan, walaupun kadangkala kesalahan
dalam pemahaman dapat merupakan kunci untuk mencapai penerimaan tersebut.
Untuk mencapai kesuksesan dalam pemahaman maka proses pemahaman
bergantung pada perhatian. Bila pada suatu tingkatan proses pemahaman, suatu
stimulus salah dimengerti, tidak lengkap dimengerti atau diabaikan maka proses
tersebut akan terhalang. Jika perhatian tertuju pada stimulus yang tidak relevan
atau mengganggu maka proses pemahaman akan menjadi lemah. Jika stimulus
tidak berkaitan dengan ketertarikan, nilai-nilai, kebutuhan, tujuan maupun motivasi
seseorang maka tidak ada landasan yang cukup untuk suatu usaha mencapai
pemahaman suatu materi. Sebaliknya, kita akan melakukan usaha yang keras untuk
memahami suatu materi bila materi tersebut tampak berhubungan dengan minat dan
kebutuhan kita. Pembentukan, pengelolaan dan penyusunan kata-kata serta
pembuatan model dan penyampaian pesan berhubungan langsung dengan
kemampuan untuk mencapai pemahaman. Demikian pula persepsi seseorang
mengenai sumber pesan juga mempengaruhi proses pemahaman.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


42

Berkaitan dengan hal pemahaman, Sumarsono (1995 : 7) menemukan bahwa


dalam prosesnya, pemahaman dipengaruhi oleh dua hal yaitu latar pengalaman
seseorang dan kerangka acuan yang dimilikinya. Proses pemahaman ini akan
menghasilkan pesan yang berhasil ditangkap atau persepsi tentang sesuatu.
Kata pemahaman menurut Shimp (1997 : 122) dapat digunakan bergantian
dengan persepsi, kedua kata tersebut berarti interpretasi. Persepsi dirumuskan oleh
Desiderato dalam Rahmat (2000 : 51) sebagai pengalaman tentang obyek peristwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi, sedang
stimuli atau stimulus adalah bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat
mempengaruhi tanggapan individu. Menurut Moriarty (1991 : 32) persepsi adalah
proses dimana penerima memperoleh pesan, menginterpretasikannya dan
menyimpannya di dalam ingatan. Sementara interpretasi merupakan tahapan ketika
kita mulai menafsirkan stimulus yang kita perhatikan. Penafsiran atau interpretasi
adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses
komunikasi (Mulyana,2000). Proses penafsiran inilah yang memberi makna dalam
persepsi yaitu setelah rangkaian seleksi dan penyusunan, kita akan
mengidentifikasikan atau menarik kesimpulan dari stimulus yang diterima (Hadju,
1992 : 22 dalam Regina, 2003).

c. Penerimaan (acceptance) (Kenneth, 1972 : 46)


Penerimaan merupakan suatu proses mempercayai suatu klaim. Menerima suatu
klaim berarti memperoleh sebuah pengetahuan baru. Proses penerimaan melibatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari penambahan suatu bagian
pengetahuan terhadap struktur kognitif seseorang, walaupun dapat saja terjadi
penerimaan suatu informasi atau data tanpa melakukan suatu apapun terhadap data
tersebut. Proses penerimaan lain yang dapat terjadi adalah menerima suatu informasi
tanpa secara sengaja memasukkannya ke dalam struktur kognitif. Penerimaan dapat
pula merupakan perubahan dalam arti, kepercayaan, sikap, nilai, aksi, respon
emosional maupun perubahan lainnya, termasuk proses pemantapan unsur-unsur
tersebut (arti, kepercayaan, sikap, nilai, dan seterusnya) dari kondisi sebelumnya.
Terdapat berbagai jenis penerimaan yang seringkali diperlukan untuk menentukan
jenis penerimaan yang muncul.

Gambar 3.2 Teori Penguatan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


43

Komunikator menyusun pesan yang


dapat menarik dan meningkatkan
perhatian dari komunikan.
 Attention
 Comprehansive
 Acceptance Komunikator menyusun pesan yang
lengkap agar mempermudah
komunikan memahami pesan

Komunikator menyusun pesan dapat


berterima oleh komunikan

sumber Liliweri, 2011 : 172

3.1.3 Communication CompetencyTheory

Kampanye merupakan kegiatan komunikasi publik yang dilakukan secara


berencana yang bertujuan untuk mempersuasi khalayak sasaran untuk
mengerti, memahami, dan melakukan perubahan sikap dan perilaku demi
kesejahteraan hidup. Agar suatu kampanye komunikasi berjalan efektif maka
salah satu langkah yang perlu direncanakan dalam strategi kampanye adalah
langkah ke 6 yaitu messenger / komunikator. Pesan-pesan yang sama dapat
membawa dampak yang berbeda, tergantung dari siapa yang mengomunikasikan
pesan itu (Liliweri, 2011 : 677).
Spitzberg & Cupach (1989) memperkenalkan Communication
Competency Theory, yang mana dikatakan bahwa komunikasi akan efektif dalam
arti komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator mempunyai
pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan berkomunikasi dan
motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan
komunikator atas suatu topik makin lengkap, komunikator makin terampil
berkomunikasi (berinteraksi dengan komunikan secara efektif) dan dapat
menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan mengubah sikap komunikan
(Liliweri, 2011 : 173).

3.1.4 Promosi Keamanan Pangan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


44

Promosi keamanan pangan merupakan taktik yang digunakan dalam social


change campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS ini. Keamanan pangan menurut
UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal 1 ayat 4 adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
cemaran kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia. Promosi keamanan pangan adalah merupakan
revitalisasi dari pendidikan dan penyuluhan keamanan pangan. Promosi
keamanan pangan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan keamanan
pangan untuk “memasarkan” atau “menjual” atau “memperkenalkan” pesan-
pesan keamanan pangan atau “upaya-upaya” keamanan pangan sehingga
masyarakat “menerima” atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku keamanan
pangan) atau “mengenal” pesan-pesan keamanan pangan tersebut yang akhirnya
masyarakat mau berperilaku keamanan pangan dan mengintervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan
terjadinya perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi keamanan
pangan (Notoatmodjo, 2011 : 24).
Promosi keamanan pangan merupakan kegiatan sistematis mengatasi
masalah dan meningkatkan keamanan pangan melalui aktivitas pendidikan,
penyuluhan, advokasi untuk pengembangan kebijakan dan fasilitasi lingkungan
(Notoadmodjo dkk., 1996 : 21).
Promosi keamanan pangan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku keamanan
pangan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan
perilaku tersebut. Dengan demikian kegiatan promosi keamanan pangan harus
disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri).
Menurut Lawrence Green (1980) perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni :
(Notoatmodjo, 2011 : 27)
1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan dan
sikap seseorang
2. Faktor pemungkin (enabling factors) yang meliputi sarana, prasarana, dan
fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


45

3. Faktor penguat (reinforcing factor) merupakan faktor penguat bagi


seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-
undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.
Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi
keamanan pangan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada 3
faktor tersebut: (Notoatmodjo, 2011 : 29)

1. Kegiatan promosi keamanan pangan untuk faktor predisposisi adalah


dalam bentuk pemberian informasi atau pesan keamanan pangan.
Tujuan kegiatan ini memberikan peningkatan atau meningkatkan
pengetahuan dan sikap tentang keamanan pangan yang diperlukan oleh
seseorang atau masyarakat sehingga memudahkan terjadinya perilaku
keamanan pangan pada mereka.
2. Kegiatan promosi keamanan pangan yang ditujukan kepada faktor
pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian
atau pengembangan masyarakat. Dengan kegiatan ini diharapkan
masyarakat mampu untuk memfasilitasi diri mereka atau masyarakat
sendiri untuk berperilaku keamanan pangan.
3. Kegiatan promosi keamaan pangan yang ditujukan kepada faktor penguat
adalah pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun
informal.

3.1.4.1 Penyuluh Keamanan Pangan


Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah Pegawai Negeri Sipil yang
mempunyai kualifikasi penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan
diberikan kewenangan untuk melakukan penyuluhan, kompeten di bidang
keamanan pangan (berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010, dalam hal Disain Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) / Good Manufacturing Product
(GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) &/ Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP), Disain Lengkap Persiapan HACCP,
Disain dan dokumentasi 7 prinsip HACCP, Perencanaan Sistem Penerapan
Manajemen, Penerapan CPPOB / GMP dan SSOP &/ HACCP) dan diberikan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


46

kewenangan untuk melakukan penyuluhan keamanan pangan pada industri


pangan termasuk masyarakat (Badan POM, 2010 : 7).

3.1.4.2 Pesan Keamanan Pangan


Adalah informasi tentang keamanan pangan yang dipublikasikan atau
dipromosikan untuk menciptakan kesadaran, pengertian, pemahaman,
memotivasi, mendidik, mencari dukungan dan mendorong khalayak sasaran
bertindak sesuai dengan program rencana suatu Kampanye Keamanan Pangan.
Agar pesan keamanan pangan efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Command attention
Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi
desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
khalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
b. Clarify the message
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan
diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
c. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, jujur, dan terjangkau. Misalnya mencuci
tangan menggunakan sabun dapat mencegah penyakit diare, dengan demikian
harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat
tinggalnya.
d. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya khalayak
sasaran termotivasi memilih PJAS yang aman karena mereka akan memperoleh
keuntungan terhindar dari keracunan akibat pangan.

e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa satu pesan utama di media apapun
secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


47

f. Cater to the heart and head


Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus
menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. “Ayo, peduli jajanan sehat” adalah contoh ungkapan yang
memotivasi kearah suatu tindakan.

Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan keamanan


pangan dalam berkampanye, menurut Wilbur Schramm (The Process dan
Effects of Mass Communication) adalah pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu
menarik perhatian, pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah
dipahami dan dimengerti oleh khalayak sasaran, pesan menimbulkan kebutuhan
pribadi dari khalayak sasaran dan pesan merupakan kebutuhan yang dapat
dipenuhi, sesuai dengan situasi dan kondisi dari khalayak sasaran.
Pesan keamanan pangan tidak dapat disampaikan secara menyeluruh,
tetapi harus disampaikan secara bertahap, sesuai dengan tujuan pesan yang ingin
disampaikan, meliputi :
Tahap I : Untuk menimbulkan kesadaran khalayak sasaran terhadap keamanan
pangan
Tahap II : Untuk memotivasi perilaku
Tahap III : Untuk menguatkan dan memantapkan perilaku yang telah terbentuk

3.1.4.3 Saluran Komunikasi Promosi Keamanan Pangan


Adalah saluran (“medium”) untuk menyampaikan informasi /pesan dari
Penyuluh Keamanan Pangan (komunikator) kepada khalayak sasaran
(komunikan). Diseminasi pesan dapat dilakukan melalui :
a. Saluran personal: langsung (tatap muka) melalui pertemuan tatap muka,
diskusi panel, rapat, penyuluhan, pameran
b. Saluran non personal: media massa yang bersifat periodik yaitu media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid, buletin, komik, leaflet, brosur), media

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


48

elektronik (televisi,radio, film), media display (billboard, rambu, poster), dan


media online (internet).

Pemilihan jenis saluran komunikasi yang digunakan apakah akan


menggunakan media praktek, poster, buklet, brosur, atau film ini akan
berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam menggunakan media, misalnya
brosur atau buklet kurang tepat digunakan, untuk khalayak yang terbatas
kemampuan membacanya, untuk khalayak ini, film, poster tunggal atau poster seri
akan lebih tepat. Selain itu, pilihan jenis saluran komunikasi juga tergantung pada
tujuan/fungsi penggunaan saluran komunikasi tersebut, misalnya: buklet biasanya
bersifat informasional dan instruksional, komik biasanya bersifat cerita untuk
bahan diskusi kasus, film bisa bersifat dokumenter maupun kasus yang
menggugah, dan sebagainya.
Cara kerja saluran komunikasi menyangkut karakteristik saluran
komunikasi tersebut baik berdasarkan jenis/format maupun tujuan/fungsi
saluran komunikasinya. Misal: poster digunakan untuk diskusi kelompok; film
ditayangkan sebagai pengantar diskusi kelompok; buklet digunakan sebagai bahan
bacaan untuk dibawa pulang; drama dilanjutkan dengan diskusi refleksi, dan
sebagainya.
Selain itu juga perlu diperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata
ruang yang tepat dalam menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan slide,
film dan „dongeng dijital‟ dapat disajikan dengan menggunakan layar untuk
semua peserta dalam sebuah kelas belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster
serial atau komik foto (fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan
dalam kelompok-kelompok kecil.
Dari segi teknologi, penyampaian pesan harus mempertimbangkan jumlah dan
keberadaan khalayak sasaran. Dengan pertimbangan itu, maka akan dapat
ditentukan jenis saluran komunikasi yang sesuai untuk menyebarkan pesan
komunikasi. Misalkan khalayak sasaran yang dituju jumlahnya banyak dan
berada di tempat yang saling berjauhan satu dengan lainnya, agar komunikasi
berjalan efektif dan efisien, sebagaimana yang disarankan Wilbur Schramm, maka
saluran komunikasi yang digunakan adalah gabungan saluran media massa

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


49

dengan saluran personal. Pemilihan saluran komunikasi ini pada dasarnya


bergantung pada tujuan komunikasi yang hendak dicapai, pesan yang akan
disampaikan, dan teknik komunikasi yang akan digunakan dalam menyampaikan
pesan. (Denis&Windahl, 1996 : 185-186)

Penggolongan saluran komunikasi dapat ditinjau dari berbagai aspek :


(Notoatmodjo, 2011 : 286-293).

a. Berdasarkan Teknik Komunikasi


Penyuluhan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Penyuluhan dibedakan menjadi:
1. Penyuluhan langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
2. Penyuluhan tidak langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb.

b. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai


1. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan
rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
2. Pendekatan Kelompok
Dilakukan pada dua jenis sasaran yaitu sasaran kelompok kecil
(sekitar 10-15 orang) dan sasaran kelompok besar (15-40 orang). Pada
kelompok kecil, promosi keamanan pangan dapat dilakukan dengan teknik
diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, atau teknik lain yang

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


50

sesuai. Komunikasi kelompok kecil adalah aktivitas penyuluhan melalui


tatap muka serta dilengkapi dengan alat bantu atau media. Sedangkan pada
kelompok besar, promosi keamanan pangan dapat dilakukan dengan
teknik ceramah dan seminar.

3. Pendekatan Massa
Dilakukan untuk mengomunikasikan pesan-pesan keamanan
pangan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Yang termasuk saluran komunikasi secara massa ini adalah
pertemuan umum, pertunjukkan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media
cetak lainnya, pemutaran film, dll

c. Berdasarkan indera penerima


1. Dengan melihat/memperhatikan
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,
seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan
Koran Dinding, Pemutaran Film.
2. Dengan mendengar
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya : penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dll.
3. Dengan kombinasi
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui demonstrasi cara
(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).

d. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya :


1. Bahan bacaan : modul, buku rujukan, folder, leaflet, majalah, buletin
2. Bahan peragaan : poster tunggal dan seri, flipchart transparan, slide,
film dan sebagainya
e. Berdasarkan cara produksi :
1. Media cetak
Media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual umumnya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Yang termasuk media ini adalah :

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


51

 Flip chart ( lembar balik ) ialah media penyampaian pesan atau


informasi
keamanan pangan dalam bentuk lembar balik . Biasanya dalam bentuk
buku gambar dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan
dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang
berkaitan dengan gambar tersebut .
 Booklet ialah pesan-pesan keamanan pangan dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
 Poster ialah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar
dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya
tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang
lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang
mudah dilihat dan banyak dilalui orang, misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lan-lain. Gambar dalam
poster berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto.
 Leaflet adalah selebaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat
singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan terlipat
 Komik adalah buku cerita yang dilengkapi oleh gambar maupun teks
wacana, secara langsung akan mengarahkan pembacanya mendapat dua
pemahaman, yakni yang diperoleh melalui visual – gambar-gambar dan
verbal-teks wacana
 Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
 Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan
suatu masalah keamanan pangan
 Foto dikemas dalam bentuk album sehingga merupakan foto-foto yang
isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain

Adapun kelebihan media cetak adalah tahan lama, mencakup


banyak orang, biaya tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana,
dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman, setiap
saat dapat dibaca atau diulang-ulang, meningkatkan gairah belajar. Namun

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


52

media ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara
dan efek gerak serta mudah terlipat.

2. Media elektronika
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah:
 Televisi: penyampaian pesan keamanan pangan dapat dalam bentuk
sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah keamanan
pangan.
 Radio: penyampaian pesan keamanan pangan dalam bentuk tanya
jawab, sandiwara radio, ceramah tentang keamanan pangan.
 Video: penyampaian pesan keamanan pangan dengan pemutaran video
yang berhubungan dengan keamanan pangan.
 Film animasi: penyampaian pesan keamanan pangan dengan bantuan
media elektronika berupa LCD. Film animasi adalah film kartun
berupa rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolah-olah
hidup yang menggambarkan kejadian tertentu dengan suatu alur cerita
dan disertai dengan suara, bersifat menghibur namun bernuansa
edukatif, bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan
ringkas atas sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kegiatan
tertentu.
Seperti halnya dengan media cetak, media elektronik juga
mempunyai kelebihan yaitu sudah dikenal komunikan, mengikutsertakan
semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara
dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan,
jangkauan relatif lebih besar. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
Sedangkan kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit lebih rumit,
perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan
pengoperasian.

3. Media luar ruang

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


53

Media ini menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui


media cetak dan elektronika secara statis, misalnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner, TV layar lebar. Adapun kelebihannya adalah sebagai informasi
umum dan hiburan, mengikutsertakan panca indera, lebih mudah dipahami, lebih
menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat
dikendalikan, jangkaun relatif lebih besar, dapat menjadi tempat bertanya lebih
detail, dapat menggunakan semua panca indera secara langsung, sedangkan
kelemahannya adalah biaya lebih tinggi, rumit, ada yang memerlukan listrik, ada
yang memerlukan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan dalam
mengoperasikan.

f. Berdasarkan tingkat intensitas penerimaan pengetahuan yang diperoleh


Media promosi untuk menyampaikan informasi dapat dikelompokkan
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima
atau ditangkap oleh panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar Dale (Notoatmodjo, 2011)
membagi alat peraga tersebut atas sebelas macam dan sekaligus menggambarkan
tingkat intensitas tiap media tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurut dari
intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar media tersebut adalah
sebagai berikut: 1) Kata-kata; 2) tulisan: 3) Rekaman, radio; 4) Film: 5) Televisi;
6) Pameran; 7) Fieldtrip; 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda Tiruan; 11)
Benda Asli.

g. Berdasarkan karakteristik media


Tiap media promosi mempunyai kelebihan dan kelemahannya sendiri.
Tidak ada satu media yang dapat mengatasi media lainnya dalam segala aspek
sehingga dapat menggantikan segala bentuk media yang lain. Karena itu
perlu dipahami ciri atau karakterisitik masing - masing media. Berikut
adalah karakteristik dari beberapa jenis media menurut kelebihan dan
kekurangannya terhadap tujuan belajar meliputi info faktual, pengenalan visual,
prinsip konsep, prosedur, sikap dan keterampilan (Kemp,1975).

Tabel 3.1 Klasifikasi Media Menurut Tujuan Belajar

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


54

Tujuan Info Pengenalan Prinsip Prosedur Keterampilan Sikap


belajar Aktual Visual Konsep

Media
Visual Diam Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah
Film Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang
Televisi Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang
Obyek 3D Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah
Rekaman Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang
Audio
Pelajaran Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang
terprogram
Demonstrasi Rendah Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang
Buku Teks Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang
Sajikan lisan Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang

(sumber Miarso, 1986 : 56)

3.1.5 Promosi Keamanan PJAS di Sekolah


Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS yang diprakarsai oleh
Badan POM RI dengan target sasaran komunitas SD/MI di 33 propinsi, bertujuan untuk
mengubah perilaku individu melalui promosi perilaku yang mengarah pada perbaikan
tindakan individu demi meningkatkan kemandirian individu, komunitas sekolah dan
masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi.
Adapun target Gerakan Aksi Nasional ini yang dilaksanakan oleh Badan POM dan lintas
sektor dalam kurun waktu empat tahun (2011-2014) adalah 10% dari jumlah total SD/MI
seluruh Indonesia (178.369 SD/MI). Dengan demikian promosi keamanan PJAS akan
dilakukan sekurangnya pada 18.000 SD/MI selama empat tahun atau sekitar 4500 SD/MI
per tahun.
Walaupun target sasaran Gerakan Aksi Nasional PJAS ini adalah komunitas
sekolah, namun pada penelitian ini, peneliti memfokuskan khalayak sasaran yang diteliti
yaitu pada sasaran primer yaitu siswa Sekolah .

3.1.5.1 Saluran Komunikasi di Sekolah


Adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
pesan, yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan
dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar, membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


55

pengaruh psikologis pada siswa, contohnya visual diam, film, televisi, obyek 3 D,
rekaman audio, pelajaran terprogram, demonstrasi, bahan cetak, sajikan lisan. Itu semua
dapat dipandang sebagai media pembelajaran jika saluran komunikasi tersebut membawa
pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005). Berdasarkan klasifikasi media
menurut tujuan belajar maka pemilihan saluran komunikasi yang akan digunakan dalam
menyampaikan pesan keamanan PJAS, perlu mempertimbangkan aspek yang akan
dicapai. Jika mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan langsung (kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga komunitas sekolah tidak saja sadar, tahu, dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan keamanan pangan (Effendi, 1998)), pemasangan poster dan spanduk di
lingkungan sekolah, sehingga komunitas sekolah sering melihat dan membacanya yang
akan berdampak terjadinya perubahan pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu
diberikan contoh konkrit sehingga dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap siswa,
misalnya denganmemperlihatkan foto, slide atau pemutaran film. Jika mengembangkan
aspek keterampilan tertentu maka siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut(Notoadmodjo dkk., 1996 : 105).
Penyerapan suatu informasi dipengaruhi oleh panca indera. Setiap indera ternyata
berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagaimana gambaran berikut
:1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indera pencium, 11% melalui
pendengaran, 83% melalui penglihatan.Apa yang bisa kita ingat adalah 10% dari yang
kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat
dan dengar, 80% dari yang kita ucapkan, 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan.
Petty dan Cacioppo (1966) menyimpulkan bahwa kelebihan dan keterbatasan
unik dari masing-masing media menyebabkan tidak adanya media yang terbaik,
melainkan yang paling efektif. Karena hal ini tergantung pada banyak faktor , antara lain
khalayak yang ingin dijangkau, nilai-nilai, komprehensibilitas, relevansi pesan dan
karakteristik sumber. Untuk itu, Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo
(1996) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut :
1. Pesan yang kompleks dipahami lebih baik dalam bentuk media cetak dibanding
bentuk audio visual
2. Media audio visual menghasilkan penyerapan terhadap isi pesan lebih baik
dibanding media cetak.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


56

Dengan demikian pesan yang sederhana akan menghasilkan perubahan sikap


lebih besar dalam bentuk audio visual dibanding dalam bentuk tercetak. Sedangkan jika
pesan tersebut kompleks, maka media cetak akan menjadi lebih efektif karena secara
substansial pesan tersebut akan lebih mudah dipahami jika dalam bentuk tercetak.
Klapper (1960) menyatakan bahwa komunikasi persuasif akan sangat efektif jika
dirancang dan disesuaikan dengan kelebihan-kelebihan istimewa saluran media yang
digunakan untuk menghantarkan komunikasi tersebut (Petty and Cacioppo, 1996 : 86).
Untuk memperoleh positif feedback berupa pengetahuan, sikap dan perilaku dari
khalayak sasaran maka Badan POM RI menggunakan beragam saluran komunikasi dalam
menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu penyuluhan interaktif (saluran komunikasi
personal) dan media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film) (saluran
komunikasi non personal)

3.1.5.2 Penyuluh Keamanan PJAS di Sekolah


Penyuluh Keamanan PJAS adalah petugas daerah dari Balai Besar/Balai POM di
30 Ibu Kota Propinsi dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai pengetahuan
dan pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan yaitu - Jagalah
kesehatan dengan selalu mencuci tangan, Ayo kenali bahan kimia berbahaya pada
makanan dan minuman !, Pilihlah tempat jajan yang bersih dan makanan yang aman,
Bacalah label sebelum membeli supaya aman, waspadalah terhadap 3 (tiga) bahaya pada
pangan; kepada Pengelola Kantin dan Pedagang PJAS yaitu Gunakanlah
BahanTambahan Pangan dengan Takaran yang Benar, Agar terhindar dari bahaya,
bacalah label saat membeli makanan dan minuman, Lima Kunci Keamanan Pangan,
Simpan pangan dengan benar, Terapkan perilaku kerja yang baik , Jagalah kebersihan
tempat dan peralatan di kantin sekolah !; Ayo kita tumbuhkan sadar keamanan pangan
pada anak didik kita !.

3.1.5.3 Pesan Keamanan PJAS


Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non
verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masing-masing khalayak sasaran dari
komunitas sekolah. Pesan keamanan PJAS tersebut bertujuan untuk menciptakan
kesadaran, pengertian, pemahaman, memotivasi, membujuk/mendidik, mencari dukungan
dan mendorong komunitas sekolah bertindak sesuai dengan Program Rencana Social
Change Campaign - Gerakan Aksi Nasional PJAS dan diharapkan dapat mengubah
secara pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), sikap (dari tidak setuju dapat berubah

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


57

menjadi setuju) dan perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif yaitu menjaga dan
meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.
Adapun dalam penelitian ini pesan PJAS yang diteliti adalah pesan PJAS yang
diperuntukkan bagi khalayak sasaran primer (siswa sekolah) dan pesan yang akan
dijadikan penilaian skor terhadap sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman
meliputi memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang
digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak
kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks,
rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).

3.1.6 Hasil Studi Terdahulu


Studi terdahulu yang membahas pengaruh penggunaan saluran komunikasi
terhadap pengetahuan dan sikap antara lain yang dilakukan oleh Helrina (tesis
pascasarjana kekhususan Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia, 2000), M.I
Murniati (tesis pascasarjana kekhususan Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia,
2004), Mastoni Sani (tesis pascasarjana Ilmu Komunikasi Massa, Universitas Indonesia,
1991), Rumondang Pulungan (tesis pascasarjana kekhususan Administrasi dan Kebijakan
Komunitas/Epidemiologi, 2008) dan Efriza (tesis pasca sarjana Magister Profesi, Institut
Pertanian Bogor).

1. Helrina : Hubungan antara keterpaparan media komunikasi massa dengan


pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMUN 2 Sinjai dan SMUN Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan
Tujuan penelitian untuk melihat gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di
Kabupaten Sinjai dan hubungannya dengan keterpaparan informasi dari berbagai
media komunikasi massa (televisi, radio, VCD/LD, film, majalah, koran, buku dan
poster). Keterpaparan pada media komunikasi massa ini bersifat umum dan tidak
secara khusus memuat pesan-pesan tentang HIV/AIDS.
Penelitian ini menggunakan desian Cross Sectional Study dengan menggunakan data
primer. Responden berjumlah 400 orang yang diperoleh berdasarkan hasil
perhitungan yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi tingkat
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang cukup dan kurang sama besar yaitu
50% dengan keterpaparan yang paling sering dengan media radio, televisi dan buku.
Secara statistic diperoleh hubungan yang bermakna antara keterpaparan majalah,
poster, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


58

remaja tentang HIV/AIDS. Dari keempat faktor yang berhubungan tersebut, maka
faktor keterpaparan majalah, keterpaparan poster dan tingkat pendidikan ayah
merupakan faktor yang paling dominan dan secara bersamaan berhubungan dengan
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.

2. M.I Murniati : Hubungan pajanan media komunikasi massa dengan pengetahuan


remaja tentang pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS Di SMAN 81 dan SMKN 51
Kodya Jakarta Timur
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan
pajanan media komunikasi massa (pajanan media elektronik dan pajanan media
cetak) dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51
Kodya Jakarta Timur Tahun 2004. Variabel yang diteliti adalah: pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS, pajanan media komunikasi masa, informasi dari guru sekolah,
informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dan teman/kelompok
sebaya, informasi dari tetangga dan informasi dari narasumber.
Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data dianalisis dengan
analisa univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis univariat didapatkan
remaja dengan pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS 49% sedangkan remaja yang
pengetahuannya baik tentang HIV/AIDS 51%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pajanan media komunikasi massa dengan pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS, sedangkan informasi dari guru sekolah, informasi dari orang
tua/anggota keluarga lain, informasi dari teman/kelompok sebaya, informasi dari
tetangga serta informasi dari narasumber bukan merupakan perancu bagi hubungan
tersebut.
3. Mastoni Sani : Peranan media massa dalam pembentukan sikap kemandirian
berkeluarga berencana: Suatu studi terhadap wanita dari Pasangan Usia Subur (PUS)
di Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh media massa terhadap sikap
kemandirian dari wanita. Pasangan Usia Subur dalam berkeluarga berencana atau KB
Mandiri. Dari analisis ini diharapkan diketahui bagaimana korelasi antara pengenaan
media massa dan tingkat pengetahuan wanita dari PUS mengenai KB Mandiri,
tanggapan dari wanita PUS mengenai KB Mandiri, kecenderungan perilaku wanita
dari PUS untuk melaksanakan KB Mandiri serta pembentukan sikap kemandirian
berkeluarga berencana.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


59

Penelitian ini didasarkan pada teori Belajar Sosial dari Bandura dan model Stimulus-
Organisme-Respons (S-O-R). Berdasarkan teori dan model tersebut hipotesis disusun,
bahwa makin tinggi pengenaan media massa terhadap wanita dari Pasangan Usia
Subur makin tinggi pengetahuan, tanggapan, kecenderungan perilaku dan sikap
mereka mengenai Keluarga Berencana.
Untuk mengetahui hipotesis tersebut, kuesioner dan wawancara disebar dan
dilakukan terhadap 100 orang wanita dari Pasangan Usia Subur di Kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hasil tersebut dianalisis secara komputerisasi
dengan mempergunakan program Statistical Analysis System (SAS) yang hasilnya
menunjukkan bahwa media massa berpengaruh.
4. Rumondang Pulungan : Studi mengenai pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di kecamatan Helvetia
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh metode penyuluhan yang dilakukan
terhadap dokter kecil, baik dalam bentuk ceramah dengan leaflet maupun ceramah
dengan film terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap dokter kecil terhadap
PSN-DBD
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan
rancangan pre test- post test group design. Penelitian ini dilakukan di kecamatan
Helvetia dengan melibatkan 51 SDN dan swasta yang memiliki dokter kecil. Populasi
penelitian adalah seluruh dokter kecil yang terdapat pada siswa sekolah tersebut, yang
berjumlah 120 orang dan seluruhnya ditetapkan sebagai sampel, kemudian dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok ceramah dengan leaflet dan kelompok
ceramah dengan film. Untuk analisis data pre test dan post test dilakukan dengan uji
T test.
Hasil penelitan menunjukkan, bahwa pengetahuan dan sikap kedua kelompok dokter
kecil sebelum diberikan penyuluhan baik dengan metode ceramah dan leaflet maupun
dengan metode ceramah dan film adalah setara yaitu berpengetahuan sedang dan
bersikap negatif. Sesudah penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap
yang bermakna. Pengaruh dengan menggunakan metode ceramah dan film lebih
bermakna dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dokter kecil tentang PSN-
DBD dibandingkan dengan penyuluhan metode ceramah dan leaflet.
5. Efriza : Efektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan
pedagang tentang keamanan pangan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


60

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas media promosi dalam


meningkatkan pengetahuan, siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap siswa-siswa
kelas 5, guru sekolah, penjaja PJAS, kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian
dimulai pada bulan Maret 2008 dan berakhir bulan Juni 2008, di wilayah SDN
wilayah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat kriteria A dan B. Pemilihan daerah
tersebut di samping faktor jarak dan biaya, dan telah mendapat intervensi Promosi
Keamanan PJAS. Populasi penelitian ini adalah komunitas sekolah di 3 SDN kriteria
A dan 3 SDN kriteria B, wilayah kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dan sebagai
responden adalah 192 orang siswa kelas 5, guru sekolah 30 orang dan pedagang 18
orang.
Hasil penelitan menunjukkan, bahwa media promosi poster lebih efektif
meningkatkan pengetahuan siswa daripada media promosi leaflet atau komik.
Persentase selisih skor siswa yang menggunakan poster 12.38 pada sekolah kriteria A
dan 19.04 untuk sekolah kriteria B, untuk media promosi komik 5,43 untuk sekolah
kriteria A dan 12.14 untuk sekolah kriteria B. Sedangkan untuk media promosi
leaflet, 11.48 untuk sekolah kriteria A dan 3.65 untuk sekolah kriteria B. Untuk
menyampaikan pesan kepada siswa perlu diperhatikan media yang dipakai, media
poster ternyata lebih efektif dipakai menyampaikan pesan kepada siswa.
Untuk guru dan pedagang, selisih skor sebelum dan sesudah diberikan media
promosi, tidak menampakkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan penelitian ini
pengetahuan guru dan pedagang tentang keamanan pangan pada sekolah contoh
cukup bagus. Guru dan pedagang menunjukkan sikap yang positif terhadap media
promosi yang digunakan untuk menyampaikan pesan keamanan pangan.

Dari berbagai penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa pajanan media komunikasi
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud
untuk menganalisis variabel-variabel selain pajanan media komunikasi yang dapat
mempengaruhi sikap sehingga dapat memberi masukan secara akademis mengenai
variabel-variabel lainnya yang dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur dalam
mengevaluasi outcomes sikap Social Change Campaign khususnya terhadap khalayak
sasaran siswa SD berdasarkan model Hierarki Belajar.

3.2 Aplikasi Teori-Teori yang Berkaitan dengan Perubahan Sikap

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


61

3.2.1 Aplikasi Teori umum bagi Social Change Campaign, Communication


Competency Theory dan Reinforcement Theory

Pada hakikatnya Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional


PJASbertujuan untuk mengubah perilaku individu melalui promosi perilaku yang
mengarah pada perbaikan tindakan individu demi meningkatkan kemandirian individu,
komunitas sekolah dan masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan keamanan, mutu
dan gizi PJAS. Namun dari sumber-sumber penelitian dan pengalaman praktis dapat
terungkap bahwa peranan informasi yang disampaikan melalui saluran komunikasi (prints
ads, television ads, websites, billboards, transit poster, brochures, phamphlets) sangat
penting bagi upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran individu apalagi jika
individu bersedia mengadopsi perilaku tertentu meskipun harus diakui bahwa beberapa
jenis perilaku tertentu tidak dengan sendirinya mengalami perubahan yang bersumber
dari kampanye. Contoh kasus ini adalah kasus kampanye anti rokok namun di pihak lain
ternyata kampanye tersebut tidak berhasil mengurangi jumlah perokok, padahal target
audiens telah mengetahui informasi tentang risiko kanker. Akibatnya adalah sebagian
besar kampanye hanya bertujuan menyebarkan informasi untuk menggugah kesadaran
individu, kelompok, dan masyarakat namun sering kali dianggap gagal untuk mengubah
perilaku individu. Berdasarkan teori umum bagi Social Change Campaign
menggambarkan bahwa sasaran akhir (ultimate outcome) berupa perubahan perilaku
individu, dipengaruhi oleh sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat
kesadaran, sikap, penonjolan perubahan tertentu, norma sosial, norma subyektif, maksud
perilaku, dan variabel lain yang berkaitan dengan perilaku. Untuk mencapai sasaran
jangka pendek dan sasaran antara dari tujuan kampanye tersebut maka diperlukan
aktivitas komunikasi kampanye yang dimulai dari diseminasi pesan melalui media cetak,
televisi, radio, websites, billboard, poster, brosur dan pamflet.
Sosial Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS menimbulkan
ketertarikan bagi peneliti untuk mengetahui apakah penggunaan saluran komunikasi
personal yaitu penyuluhan interaktif dan non personal yaitu media cetak (poster, komik) ,
media eletronika (film) yang memiliki karakteristik media menurut tujuan belajar
(Kemp, 1975) terhadap sikap yaitu “sedang” untuk penyuluhan interaktif, film dan
”rendah” untuk poster dan komik dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS dapat
mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu kesadaran dan sikap khalayak sasaran
primer (siswa sekolah) untuk memilih PJAS yang aman.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


62

Seorang Penyuluh Keamanan PJAS (petugas daerah Balai Besar/Balai POM dan
petugas pusat Badan POM RI) dapat dipastikan mempunyai kompetensi pengetahuan dan
pemahaman terkait pesan keamanan PJAS yang akan didiseminasikan, namun menurut
communication competencytheory bahwa agar dapat menghasilkan positif feedback dalam
arti khalayak sasaran (siswa sekolah) mengubah sikapnya maka seorang Penyuluh
Keamanan PJAS selain memiliki kompetensi dalam hal pengetahuan keamanan PJAS,
juga kompeten dalam hal keterampilan berkomunikasi dan memotivasi komunikasi yang
mana dua kompetensi terakhir tidak dipersyaratkan dalam kompetensi inti Penyuluh
Keamanan Pangan berdasarkan SS-PKP-PAN-1002-2010.
Pesan keamanan PJAS telah didisain menggunakan bahasa (verbal dan non
verbal) yang mudah dipahami dan dimengerti siswa sekolah. Namun untuk dapat
mengubah sikap (dari tidak setuju dapat berubah menjadi setuju) siswa sekolah dalam
memilih PJAS yang aman, menurut reinforcementtheory maka pesan PJAS selain
bersifat comprehension artinyapesan lengkap (terdapat jawaban terhadap pertanyaan
mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”) sehingga mempermudah komunikan
memahami pesan, juga bersifat attention artinya pesan yang dapat menarik dan
meningkatkan perhatian komunikan dan acceptance artinya pesan dapat diterima dalam
lingkungan sosial dan kultural komunikan.

3.2.2 Saluran Komunikasi


Definisi konseptual dari saluran komunikasi adalah alat perantara yang
digunakan dalam menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah.
Adapun Badan POM RI menggunakan beragam saluran komunikasi (various-
channel) yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS yaitu
saluran komunikasi personal yaitu penyuluhan interaktif dan saluran komunikasi
non personal yaitu media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film).
Adapun saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan
keamanan pangan tersebut menurut teori umum bagi Social Change Campaign
dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan tingkat
kesadaran dan sikap siswa sekolah dalam memilih PJAS yang aman.
Secara karakteristik media menurut tujuan belajar (Kemp, 1975) maka
masing-masing media memiliki karakteristik sikap yaitu sedang untuk penyuluhan
interaktif, film dan rendah untuk poster, komik.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


63

Adapun definisi konseptual dari penyuluhan interaktif, poster, komik, film


adalah sebagai berikut :
Penyuluhan interaktif sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar
(Notoatmodjo, 2010, : 288). Penyuluhan interaktif dilakukan oleh Penyuluh
Keamanan PJAS dengan menggunakan alat bantu transparansi atau powerpoint
slide untuk menjelaskan materi “Sehat dari Diri Sendiri, 3 Bahaya Keamanan
Pangan dan Kantin Sehat”.
Poster “Hindari Jajan Sembarangan” merupakan sehelai kertas berisikan
foto-foto sebagai ilustrasi dan visualisasi contoh yang benar dan contoh yang
salah, menggunakan warna kontras dengan sedikit kata-kata. Poster biasanya
ditempelkan pada majalah dinding sekolah.
Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman” merupakan suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar yang tidak bergerak yang disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk jalinan cerita bercerita tentang pengalaman siswa
sekolah bernama PoMpi dan teman-temannya akibat jajan sembarangan.
Film PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan rangkaian gambar-gambar
bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton siswa sekolah mengandung unsur
cahaya, suara dan durasi waktu 30 menit bersifat menghibur namun bernuansa
edukatif, menggunakan warna, gerakan, efek musik, pergerakan/perubahan,
humor, kejutan, perubahan adegan, ilustrasi verbal dan visual yang menarik
berkisah tentang Ucup dan Ito (teman PoMpi) yang menderita diare akibat jajan
sembarangan.

3.2.3 Penyuluh Keamanan PJAS


Mempunyai definisi konseptual sebagai berikut petugas daerah Balai
Besar/Balai POM dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi
penyuluh, kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk
melakukan penyuluhan keamanan pangan pada komunitas sekolah.

3.2.4 Pesan Keamanan PJAS

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


64

Mempunyai definisi konseptual sebagai informasi mengenai “Memilih


PJAS yang Aman” yang dipublikasikan atau dipromosikan disampaikan kepada
komunitas sekolah melalui beragam saluran komunikasi untuk diketahui,
dipahami, dan dimengerti yang sekaligus diterima oleh publiknya (Ruslan, 2008 :
29).

3.2.5 Sikap Memilih PJAS yang Aman


Definisi konseptual dari sikap adalah predisposisi mental individual untuk
mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang disukai atau yang
tidak disukai (Liliweri, 2011 : 165). Sikap yang ingin diteliti dalam penelitian ini
adalah memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan wadah yang
digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS, PJAS yang tidak
kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin,
boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah).

3.2.6 Hubungan antara Awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman


setelah menggunakan saluran komunikasi terhadap Sikap Memilih
PJAS yang Aman
Saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan
keamanan PJAS yaitu saluran personal yaitu penyuluhan interaktif dan saluran
non personal yaitu media cetak (poster, komik) dan media elektronika (film).
Adapun menurut teori umum bagi Social Change Campaign dinyatakan bahwa
saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan keamanan PJAS
tersebut dapat mencapai sasaran jangka pendek dan antara yaitu perubahan
tingkat kesadaran dan sikap siswa sekolah untuk memilih PJAS yang aman
(Liliweri, 2011 : 173).
Adapun secara karakteristik media menurut tujuan belajar (Kemp, 1975)
maka masing-masing media memiliki karakteristik sikap yaitu “sedang” untuk
penyuluhan interaktif, film dan ” rendah” untuk poster, komik (Miarso, 1986 :
56).
Awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan
saluran komunikasi didefinisikan secara konseptual sebagai kesadaran khalayak

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


65

sasaran untuk memilih PJAS yang aman setelah menggunakan alat perantara yang
digunakan untuk menyalurkan pesan keamanan PJAS kepada komunitas sekolah.
Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yang
aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin efektif
mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.

3.2.7 Hubungan antara Opini terhadap Pesan Keamanan PJAS melalui


Beragam saluran komunikasi terhadap Sikap Memilih PJAS yang
Aman

Reinforcementtheory menyatakan bahwa perubahan sikap merupakan


perubahan opini komunikan dan perubahan itu dihasilkan melalui pesan yang
disusun sedemikian rupa sehingga pesan tersebut bersifat attention,
comprehension dan acceptance (Hovland, Janis dan Kelly : 1967).
Definisi konseptual pesan yang bersifat attention adalah pesan yang memiliki
keterkaitandengan sesuatu yang dibutuhkan khalayak sasaran sekaligus
memberikan cara-cara untuk mendapatkan kebutuhan tersebut dan meningkatkan
perhatian khalayak sasaran, misalnya menarik dari sisi visual, ukuran, bentuk,
warna, gambar/foto, tata letak, tokoh cerita, alur cerita dan lain sebagainya.
Definisi konseptual pesan yang bersifat comprehension yaitu pesan yang
menggunakan bahasa yang digunakan mengandung pengertian denotatif
(mengandung makna seperti yang tercantum dalam kamus), tidak menimbulkan
persepsi yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis serta lengkap
(terdapat jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih PJAS yang aman”)
sehingga mempermudah komunikan memahami pesan.
Definisi konseptual pesan yang bersifat acceptance yaitu pesan yang diterima
dalam lingkungan sosial dan kultural komunikan.
Opini terhadap pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi
didefinisikan secara konseptual sebagai opini khalayak sasaran terhadap attention,
comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan
melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan
film). Semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


66

bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak sasaran,


maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman

3.2.8 Hubungan antara Opini terhadap Kompetensi Penyuluh PJAS


terhadap Sikap Memilih PJAS yang Aman

Menurut Spitzberg & Cupach (1989) melalui Communication Competency


Theory dikatakan bahwa komunikasi akan efektif dalam arti komunikan akan mengubah
sikapnya apabila komunikator mempunyai pengetahuan tentang apa yang
diinformasikan (keamanan PJAS), keterampilan berkomunikasi dan motivasi komunikasi
yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator atas suatu topik
makin lengkap, komunikator makin terampil berkomunikasi (berinteraksi dengan
komunikan secara efektif) dan dapat menjelaskan motivasi komunikasi, maka akan
mengubah sikap komunikan (Liliweri, 2011 : 173).
Opini terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan PJAS didefinisikan secara konseptual
sebagai opini khalayak sasaran terhadap kompetensi petugas daerah Balai Besar/Balai
POM dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi penyuluh,
kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk melakukan
penyuluhan keamanan PJAS pada komunitas sekolah. Semakin Penyuluh Keamanan
PJAS mempunyai pengetahuan, mampu berinteraksi aktif dan mampu memotivasi peserta
penyuluhan menurut opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi
sikap nya memilih PJAS yang aman

3.3. Hipotesis Teoritis

Berdasarkan penjelasan kajian teori, dan konseptualisasi permasalahan di


atas, maka
hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh secara positif antara awareness/kesadaran memilih


PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi terhadap sikap
siswa SD memilih PJAS yang aman sebagai outcomes yang diharapkan
dari Social Change Campaign Gerakan Aksi Nasional PJAS

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


67

2. Terdapat pengaruh secara positif antara opini terhadap attention,


comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS melalui beragam
saluran komunikasi terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS
3. Terdapat pengaruh secara positif antara opini terhadap pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh
Keamanan PJAS terhadap sikap siswa SD memilih PJAS yang aman
sebagai outcomes yang diharapkan dari Social Change Campaign Gerakan
Aksi Nasional PJAS

Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual

Awareness memilih PJAS yang


amansetelah menggunakan saluran
komunikasi
Opini terhadap attention, comprehension, Sikap memilih
acceptance daripesan keamanan PJAS PJAS yang aman
melalui beragam saluran komunikasi

Opini terhadap pengetahuan, keterampilan


berkomunikasi, memotivasi komunikasi
dari Penyuluh Keamanan PJAS

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


68

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian


Paradigma dapat diartikan sebagai sudut pandang dalam melihat suatu
fenomena atau gejala sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis.
Paradigma positivis menempatkan ilmu sosial sebagai metode yang terorganisir
untuk mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan empiris. Tujuannya
adalah untuk, secara probabilistik, menemukan atau memperoleh konfirmasi
tentang hubungan sebab-akibat yang bisa digunakan memprediksi pola-pola
umum gejala sosial tertentu.
Paradigma positivis digunakan dalam penelitian ini karena berangkat dari
teori yang diposisikan sebagai suatu realita yang memerlukan konfirmasi
mengenai hukum sebab-akibat yang bisa dipergunakan untuk memprediksi. Selain
itu paradigma positivis juga dipilih dengan pertimbangan sifatnya yang lebih
mementingkan obyektivitas daripada subyektivitas.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan perspektif yang menggambarkan atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasi. Peneliti
menggunakan data kuantitatif dan melakukan pengukuran secara obyektif. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian kuantitatif adalah dalam bentuk angka-angka.
Penelitian kuantitatif berguna untuk menggeneralisasi hasil temuan penelitian
pada populasi.

4.2 Jenis Penelitian


Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif.
Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menggunakan data yang sama,
dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis. Penelitian eksplanatif mengumpulkan informasi mengenai
topik yang telah diketahui dan memiliki gambaran yang lebih jelas. Penelitian
jenis ini bertujuan menjelaskan secara akurat sebuah teori dan implementasinya

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


69

dalam kehidupan nyata. Penelitian eksplanatif digunakan karena memiliki


kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau
beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial (Burhan
Bungin, 2006:38). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh awareness
memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini
terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui
beragam saluran komunikasi, opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan
PJAS, terhadap sikap memilih PJAS yang aman (dalam konteks Survey Gerakan
Aksi Nasional PJAS)
Tujuannya adalah untuk menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta dan hubungan-hubungan antar variabel yang diselidiki.
Desain pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah post
treatment research, artinya penelitian dilakukan setelah responden menerima
terpaan taktik promosi keamanan PJAS. Peneliti memilih desain penelitian ini
karena cara ini tetap dapat melihat terjadinya hubungan pengaruh antar variabel
dengan metode statistik tertentu. Berdasarkan pemilihan desain penelitian, peneliti
tidak menggunakan quasi-experimental research yaitu meneliti sampel yang
sama dua kali pada waktu berbeda (pre-and-post treatment research design) untuk
membuktikan terjadinya hubungan kausal. Dari aspek waktu, penelitian ini
bersifat crosssectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu
(one shot). Peneliti melakukan pengamatan pada bulan Februari 2012 yakni ketika
taktik promosi keamanan PJAS telah berlangsung 1 tahun maka temuannya tidak
dapat meliputi perubahan sosial secara luas
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan positivisme (klasik atau objektif) artinya pengujian
hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive methode : survey eksplanatif
dengan analisis kuantitatif. Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk menguji
suatu kerangka teori mengenai pola hubungan serangkaian variabel yang
mempengaruhi variabel tertentu

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


70

4.3 Operasionalisasi Konsep, Pengukuran dan Hipotesis Penelitian


Penelitian kuantitatif dalam bentuk studi hubungan korelasional ini
digunakan untuk menjelaskan proses yang bersifat kausal antara 3 variabel bebas
(independen) dan 1 variabel terikat (dependen). Sesuai dengan kerangka pikir
yang dibuat, maka variabel terikat (dependen) yang diteliti adalah sikap
sedangkan variabel bebas (independen) yang diteliti adalah awareness (kesadaran)
memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi, opini
terhadap attention, compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang
disampaikan melalui beragam saluran komunikasi, opini terhadap pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh
Keamanan PJAS.

4.3.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran


Pada penelitian ini akan diteliti beberapa konsep, yaitu awareness
(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention,
compehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran
komunikasi, opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,
memotivasi komunikasi (kompetensi) dari Penyuluh Keamanan PJAS.

a. Sikap memilih PJAS yang aman (variabel dependen)


Sikap memilih PJAS yang aman didefinisikan sebagai predisposisi mental
individual untuk mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang
disukai atau yang tidak disukai. Konsep ini akan diukur melalui sejumlah
indikator yaitu memilih tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan dan
wadah yang digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, kemasan PJAS,
PJAS yang tidak kedaluwarsa dan menggunakan bahan yang aman ( tidak
menggunakan formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah)
Definisi operasional :
“Skor yang diperoleh responden sebagai derajat penerimaan atau penolakan
atas pernyataan mengenai memilih PJAS yang aman”.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap memilih PJAS yang
aman terdiri dari 16 item pernyataan yang menggunakan 5 skala Likert mulai

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


71

dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk
masing-masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya
atas pernyataan tersebut.
Indikator memilih tempat membeli PJAS, akan diukur dengan 3 item
pertanyaan, indikator penjaja PJAS akan diukur melalui 2 pertanyaan,
indikator peralatan, wadah, tempat penjualan yang digunakan untuk
menyajikan dan menjual PJAS diukur melalui 4 item pertanyaan, indikator
kemasan PJAS diukur melalui 3 pertanyaan, indikator PJAS yang
menggunakan bahan yang aman (tidak menggunakan formalin, boraks,
rhodamin B, methanyl yellow dan air mentah) dan tidak kedaluwarsa diukur
melalui 4 pertanyaan. Makin tinggi nilai skor, makin postif sikap responden
untuk memilih PJAS yang aman.

b. Awareness (kesadaran) memilih PJAS yang amansetelah menggunakan


saluran komunikasi (variabel independen)
Awareness (kesadaran) memilih PJAS yang amansetelah menggunakan
saluran komunikasi didefinisikan sebagai kesadaran khalayak sasaran
untuk memilih PJAS yang aman setelah mengetahui/mengenal pesan
keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi (poster,
komik, penyuluhan interaktif dan film) kepada komunitas sekolah.
Secara operasional didefinsikan sebagai :
“Skor kesadaran yang diperoleh responden setelah mengetahui/mengenal
pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan melalui saluran komunikasi
(poster, komik, penyuluhan interaktif dan film)”.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur Awareness (kesadaran)
setelah mengetahui/mengenal pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan
melalui saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif dan film)
ini terdiri dari 4 item pertanyaan yang menggunakan 5 skala Likert, mulai dari
skala 1 (sangat tidak sadar) hingga skala 5 (sangat sadar). Untuk masing-
masing pernyataan responden diminta untuk menyatakan pendapatnya atas
pernyataan-pernyataan (1) Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari
Jajan Sembarangan” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


72

yang aman, (2) Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang
Aman” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (3)
Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak
Sekolah” saya ........ untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman, (4)
Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan” saya ........ untuk memilih
makanan/minuman jajanan yang aman.

c. Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan


PJAS (variabel independen)
Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan
PJAS didefinisikan sebagai sebagai opini khalayak sasaran terhadap attention,
comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS.
Secara operasional didefinisikan sebagai :
“Skor yang diperoleh responden atas opini terhadap attention,
comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS”.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur Opini terhadap
attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS terdiri dari 6
item pertanyaan yang menggunakan skala Likert, mulai dari skala 1 (sangat
tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan
responden diminta untuk menyatakan opininya atas pernyataan (1) menarik ,
(2) meningkatkan perhatian, (3) kelengkapan terhadap pesan yang
disampaikan, (4) pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, (5) dapat
diterima di lingkungan sosial, (6) dapat diterima di budaya.

d. Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi


komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS (variabel independen)
Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi
komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS didefiniskan sebagai opini
khalayak sasaran terhadap kompetensi petugas daerah Balai Besar/Balai POM
dan petugas pusat Badan POM RI yang mempunyai kualifikasi penyuluh,
kompeten di bidang keamanan pangan dan diberi kewenangan untuk
melakukan penyuluhan keamanan PJAS pada komunitas sekolah.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


73

Secara operasional didefinisikan sebagai :


“Skor yang diperoleh responden atas opini terhadap kompetensi
(pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi)
Penyuluh Keamanan PJAS”.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur opini terhadap kompetensi
Penyuluh Keamanan PJAS ini terdiri dari 3 item pertanyaan yang
menggunakan skala Likert mulai dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga
skala 5 (sangat setuju). Untuk masing-masing pernyataan responden diminta
untuk menyatakan opininya atas (1) pengetahuan, (2) keterampilan
berkomunikasi, (3) memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan.
Berikut ini adalah tabel operasionalisasi konsep dan pengukuran dari
variabel hipotesis penelitian yang diukur:

Tabel 4.1 Operasionalisasi Konsep dan Pengukuran


Variabel Indikator Skala

Awareness yang diperoleh Setelah saya membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Interval
responden setelah Sembarangan”, saya ....... untuk memilih makanan
mengetahui/mengenal pesan menggugah kesadaran saya untuk memilih
keamanan PJAS yang makanan/minuman jajanan yang aman
didiseminasikan melalui Setelah membaca Komik PoMpi “Memilih
saluran komunikasi (poster, Makanan yang aman” , saya ....... untuk memilih
komik, penyuluhan interaktif makanan/minuman jajanan yang aman
dan film) (X1) :
Untuk mengukur skor Setelah mengikuti Penyuluhan Interaktif
pernyataan responden “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah” saya
mengenai kesadaran yang
........ untuk memilih makanan/minuman jajanan
diperoleh responden setelah
mengetahui/mengenal pesan yang aman
keamanan PJAS yang
didiseminasikan melalui Setelah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan”
saluran komunikasi (poster, saya ....... untuk memilih makanan/minuman jajanan
komik, penyuluhan interaktif yang aman
dan film)
Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


74

skor pernyataan responden Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban


mengenai opini terhadap terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
attention, comprehension Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
dan acceptance dari pesan
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di


lingkungan sosial saya

Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya


saya

Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
skor pernyataan responden
mengenai opini terhadap Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban
attention, comprehension terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
dan acceptance dari pesan Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di


lingkungan sosial saya

Penyuluhan Interaktif “Keamanan PJAS”

Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
skor pernyataan responden
mengenai opini terhadap Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban
attention, comprehension terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
dan acceptance dari pesan Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di


lingkungan sosial saya

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


75

Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya


saya

Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

Opini terhadap attention, Pesan yang disampaikan menarik perhatian saya Interval
comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS Pesan yang disampaikan meningkatkan perhatian
(X2) : Untuk mengukur saya
skor pernyataan responden
mengenai opini terhadap Pesan yang disampaikan lengkap (terdapat jawaban
attention, comprehension terhadap pertanyaan mengapa kita “Memilih
dan acceptance dari pesan Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)
keamanan PJAS Pesan yang disampaikan mempermudah saya
memahami pesan

Pesan yang disampaikan dapat diterima di


lingkungan sosial saya

Pesan yang disampaikan dapat diterima di budaya


saya

Opini terhadap kompetensi Penyuluh mempunyai pengetahuan tentang Interval


(pengetahuan, keterampilan bagaimana memilih makanan / minuman jajanan
berkomunikasi, memotivasi yang aman
komunikasi) dari Penyuluh
Keamanan Pangan Penyuluh mampu berinteraksi aktif dengan peserta
(X3) : penyuluhan
untuk mengukur skor
pernyataan responden Penyuluh mampu memotivasi saya untuk memilih
mengenai opini terhadap makanan/minuman jajanan yang aman
kompetensi (pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi,
memotivasi komunikasi)
dari Penyuluh Keamanan
Pangan
Sikap memilih PJAS yang Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang terlindung Interval
aman (Y) : dari debu/asap kendaran bermotor
untuk mengukur skor
pernyataan responden Sebelum jajan penting memperhatikan kebersihan
terhadap sikap memilih tempat jajan
PJAS yang aman yaitu
memilih tempat membeli Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang jauh dari
PJAS, penjaja PJAS, tumpukan sampah
peralatan, wadah, tempat
penjualan yang digunakan Sebelum jajan penting untuk memperhatikan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


76

untuk menyajikan dan kebersihan penjaja makanan/minuman jajanan


menjual PJAS, kemasan
PJAS, PJAS yang tidak Membeli makanan/minuman jajanan dari penjaja
kedaluwarsa dan yang tidak langsung menyentuh makanan/minuman
menggunakan bahan yang dengan tangan
aman ( tidak menggunakan
formalin, boraks, rhodamin Sebelum jajan penting untuk memperhatikan
B, methanyl yellow dan air kebersihan peralatan yang digunakan penjaja untuk
mentah) mengambil makanan jajanan

Membeli makanan/minuman jajanan yang disajikan


menggunakan peralatan makan/minum
(piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih

Sebelum jajan penting memperhatikan tanggal


kedaluwarsa pada kemasan

Sebelum jajan, penting untuk memperhatikan


kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja untuk
penyajian dan makan ,dll)

Sebelum jajan penting untuk memperhatikan


kebersihan wadah untuk menjual
makanan/minuman jajanan

Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas


dengan kemasan dalam kondisi baik (plastik snack
tidak bocor/kaleng minuman tidak penyok/berkarat)

Membeli makanan jajanan yang tidak dibungkus


dengan kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong
kresek hitam

Membeli makanan/minuman jajanan yang dikemas


dengan kemasan yang bersih

Membeli makanan/minuman jajanan yang tidak


mengandung formalin, boraks, rhodamin B,
methanyl yellow

Membeli minuman yang dibuat dari air matang

Membeli es campur yang menggunakan es batu dari


air matang

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


77

4.3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap
suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang
dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang
dinyatakan dalam hipotesis tertentu.
Sesuai dengan permasalahan dari hipotesis penelitian dan tujuan penelitian ini
maka hipotesis yang akan dibuktikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin khalayak sasaran memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS
yang aman setelah menggunakansaluran komunikasi, maka akan semakin
efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang aman.
2. Semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi
bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini khalayak
sasaran, maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih PJAS
yang aman.
3. Semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan, mampu
berinteraksi aktif dan mampu memotivasi peserta penyuluhan menurut
opini khalayak sasaran, maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap
nya memilih PJAS yang aman.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


78

Gambar 4.1 Kerangka Hipotesis Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Awareness memilih PJAS yang


amansetelah menggunakan saluran
komunikasi

Opini terhadap attention, comprehension,


acceptance daripesan keamanan PJAS Sikap memilih
melalui beragam saluran komunikasi PJAS yang aman

Opini terhadap pengetahuan,


keterampilan berkomunikasi, memotivasi
komunikasi dari Penyuluh Keamanan
PJAS

4.4 Populasi dan sampel

Populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan elemen yang memiliki


karakteristik-karakteristik tertentu dalam suatu lingkungan (pada Malhotra, 1999 :
328). Dalam rangka menjelaskan populasi sebuah penelitian, peneliti harus
membuat definisi yang spesifik berdasarkan unit yang akan dijadikan sampel
(individu, bisnis, komersial dan lain-lain), lokasi geografis, dan batasan waktu
(Neuman, 2006).
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu (siswa SD kelas 4,5,
dan6) dan level analisis pada level mikro (individu). Menurut Jean Piaget
seorang ahli psikologi kogntif, pada usia 7-11 tahun, anak secara perkembangan
intelek/kognitif telah mencapai tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak
mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang
rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi atau
menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris
dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka
sudah menguji coba suatu permasalahan. Sedangkan pada usia 11 tahun ke atas,
anak telah mencapai tahap operasional formal (11 tahun ke atas) yang mana pada

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


79

tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik,
dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis (Ali dkk, 2011 : 34).
Dengan demikian diharapkan obyek penelitian dapat memahami dan
mencerna pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dengan baik.
Selain itu berdasarkan hasil survei pada Monitoring dan Verifikasi Profil PJAS
Nasional yang dilakukan oleh Badan POM tahun 2008 menunjukkan aktivitas
jajan siswa kelas 4,5, dan 6. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei, yang
menyebutkan bahwa sebanyak 48,1% responden siswa kelas 4,5 dan 6, sering atau
selalu (≥ 4 kali/minggu) sedangkan 50,8% lainnya kadang-kadang jajan dalam
waktu seminggu.
Meskipun jumlah siswa SD yang menjadi khalayak sasaran primer
Gerakan Aksi Nasional PJAS dengan taktik promosi keamanan PJAS sejak tahun
2011 – 2014 sangat luas mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia, namun
untuk kepentingan penelitian ini, peneliti membatasi populasi yaitu pada siswa SD
yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran
komunikasi, di provinsi DKI Jakarta tahun 2011 berdasarkan Laporan Gerakan
Aksi Nasional PJAS tahun 2011. Karena penelitian ini bersifat sampling bukan
sensus, maka sebelum menentukan jumlah sampel yang representatif untuk
menggambarkan populasi, maka dibutuhkan kerangka sampel (sampling frame).
Kerangka sampel adalah suatu daftar dari elemen-elemen populasi (Vaus, 2002 :
70). Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah daftar nama siswa SD yang
telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran
komunikasi di provinsi DKI Jakarta tahun 2011.

Berikut adalah data jumlah siswa yang terpapar taktik promosi keamanan
PJAS di 11 SD di provinsi DKI Jakarta tahun 2011:

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


80

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa di 11 SD yang Terpapar Taktik


Promosi Keamanan PJAS dengan Beragam Saluran Komunikasi di
Provinsi DKI Jakarta

No Nama SD Jumlah Siswa (orang)


Kelas4+5+6
1 SDN Johar Baru 01 Pagi 10
2 SDN Johar Baru 09 Pagi 8

3 SDN Johar Baru 10 Pagi, 16

4 SDN Johar Baru 31 Pagi 10

5 SDN Kramat 06 Pagi 10

6 SDN Kramat 07 Petang 9

7 SDN Kramat 08 Pagi 10

8 SDN Cempaka Putih Barat 09 Pagi 8

9 SDN Cempaka Putih Timur 02 Petang 9

10 SDN Rawasari 01 Pagi 8

11 SDN Pondok Pinang 03 Pg 157

Total 265

Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas 4,5,6 yang
terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran komunikasi dari
11 SD pada tabel 3.2 yang berjumlah 265 orang.
Sampel merupakan jumlah satuan yang dianalisis yang diambil dari
populasi, sehingga sampel adalah bagian dari dan merupakan representasi dari
populasi (Silalahi, 2009 : 257). Terdapat dua cara penarikan sampel yaitu
probabilty sampling dan non probability sampling. Probability sampling berarti
ketika semua anggota dalam sebuah populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk diambil sebagai sampel yang diteliti. Dalam non probability sampling,
kemungkinan anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel tidak

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


81

diketahui.Probability sampling biasanya dipakai untuk penelitian eksplanatif,


dengan tujuan memprediksi atau menggeneralisasi temuan pada populasi.
Namun, sehubungan dengan terbatasnya jumlah SD dan siswa SD di
Propinsi DKI Jakarta yang telah terpapar taktik promosi keamanan PJAS dengan
beragam saluran komunikasi terbatas maka penelitian ini menggunakan penarikan
sampel secara purposive sample yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu dan sampling jenuh dimana semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Dengan demikian sampel pada penelitian ini adalah
seluruh responden (siswa kelas 4,5,6) yang terpapar taktik promosi keamanan
PJAS dengan beragam saluran komunikasi tersebut di 11 SD pada tabel 4.2 yaitu
berjumlah 265 orang.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dicari dalam penelitian ini meliputi data primer dengan
teknik pengumpulan melalui survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data
yang pokok. Ada tiga ciri utama penelitian survei yaitu data dikumpulkan dari
responden atau sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi,
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan umumnya unit analisisnya
individu. Metode survei merupakan metode pengumpulan data dengan
memperoleh data secara langsung dari sumber lapangan penelitian
Metode survei dipilih karena metode ini memiliki beberapa keunggulan.
Pertama, banyak informasi yang dapat diperoleh dari populasi yang luas. Populasi
yang luas atau besar dapat dikaji dengan biaya yang jauh lebih ringan dan waktu
yang jauh lebih cepat daripada jika dilakukan sensus, walaupun cenderung lebih
mahal daripada eksperimen lapangan. Kedua, informasi dari penelitian survei itu
akurat – tentu saja dalam batas galat penarikan sampel. Sedangkan kelemahan dari
metode survei antara lain informasi survei biasanya tidak menukik cukup dalam.
Survei mengutamakan ruang lingkup informasi yang luas tapi kedalamannya
kurang.
Pengumpulan data atau informasi serta fakta lapangan secara langsung, dilakukan
melalui kuesioner tertulis secara tatap muka antara peneliti dan responden. Teknik

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


82

ini dilakukan dengan cara peneliti menentukan jumlah responden yang akan
diteliti kemudian mendatangi lokasi penelitian dan mengumpulkan data yang
diperlukan dari para responden melalui kuesioner yang diisi oleh responden.
Survei (kuesioner) menanyakan responden yang berhubungan dengan perilaku
(behavior), sikap/kepercayaan/pendapat (attitudes/belief/opinions), karakteristik
(characteristics), harapan (expectations), klasifikasi-diri (self-classifications), dan
pengetahuan (knowledge) sekarang, atau masa lalu mengenai objek-objek.
(Silalahi, 2009 : 291-294).
Kuesioner dipilih karena penyusunan dan perumusan pertanyaannnya
dapat benar-benar dilakukan dengan teliti mengikuti suatu sistematika yang sesuai
dengan masalah yang diteliti. Kemudian data yang terkumpul setiap saat dapat
diperiksa kembali karena semua pertanyaan dan jawabannya tertulis. Selain itu,
denga waktu dan tenaga yang terbatas, maka penggunaan kuesioner merupakan
alternatif terbaik, sebab dapat diberikan kepada beberapa responden secara
serentak dan memerlukan waktu yang lebih pendek untuk menganalisa. Namun,
Koentjaraningrat (1994) menyebutkan bahwa kuesioner tetap memiliki beberapa
kekurangan yaitu kakunya kuesioner sehingga hanya sedikit memberikan
keleluasaan untuk mengubah pertanyaan agar cocok dengan alam pikiran dan
pengetahuan responden, dan juga sulit untuk mengharapkan hasil yang mendalam
karena kuesioner dimaksudkan untuk meneliti sejumlah besar responden.
Karenanya untuk meminimalkan kekurangan dari digunakannya kuesioner dalam
penelitian ini, maka peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk mengisi
kuesioner, dengan harapan responden dapat mengisi dengan tenang dan
tidak terburu-buru sehingga dapat menghindari kesalahpahaman dalam
menginterpretasikan pertanyaan
2. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya pada peneliti
apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti
3. Melakukan uji coba kuesioner kepada beberapa responden yang memiliki
kriteria yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan
dan instruksi dalam kuesioner sudah cukup dapat dipahami oleh responden

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


83

Kuesioner akan berisikan sejumlah pertanyaan yang ditarik dari


operasionalisasi variabel. Jumlah pertanyaan akan disesuaikan dengan banyaknya
indikator, dengan satu bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan tertutup. Hal ini untuk
memastikan bahwa jawaban yang diberikan responden sesuai dengan kerangka
pemikiran dan relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner dengan bentuk
pertanyaan tertutup juga memungkinkan agar jawaban yang sesuai dengan suatu
pertanyaan lebih diserahkan kepada responden, bukan kepada peneliti.

4.6 Rencana Analisis


Setelah data diperoleh melalui instrumen kuesioner, selanjutnya data
tersebut akan dikelompokkan, diolah dan dianalisis dengan teknik statistik tertentu
yang sesuai dengan keperluan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan.

4.6.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas


Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas sering digunakan untuk mengukur
ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner
tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang
digunakan adalah uji validitas item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya
korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan
dengan cara mengkorelasikan antar skor item dengan skor total item. Dari hasil
suatu perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan
untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu
item layak digunakan atau tidak.
Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0.05
artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap total.
Menurut Azwar (1999) jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien
korelasi bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0.3 daya pembedanya
dianggap memuaskan. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Bivariate Pearson.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


84

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur apakah


alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsiten jika
pengukuran tersebut diulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cronbach‟s alpha yang sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala.
Menurut Sekaran (1992) reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik,
sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik. (Priyatno, 2010 : 90).

4.6.2 Analisis Univariate


Distribusi frekuensi data responden digunakan untuk mengolah data
responden agar diperoleh gambaran umum mengenai profil responden meliputi
usia, kelas, jenis kelain, besar uang jajan/hari dan frekuensi jajan dalam seminggu
yang dinyatakan dalam persentase. Sedangkan distribusi frekuensi variabel
penelitian digunakan untuk mengolah data variabel independen dan dependen agar
dapat diperoleh gambaran umum mengenai frekuensi untuk tiap-tiap indikator
penelitian dari masing-masing variabel.
Sedangkan untuk mengetahui bagaimana efektivitas sikap memilih PJAS
yang aman secara keseluruhan maka seluruh pertanyaan tentang sikap memilih
PJAS yang aman, kemudian dikonversi dari skala interval ke dalam skala ordinal
untuk mendapatkan kategorisasi dari efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang
aman.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata opini responden
terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS
yang disampaikan melalui 4 (empat) saluran komunikasi meliputi poster PoMpi,
komik PoMpi, penyuluhan interaktif dan film PoMpi, maka peneliti menggunakan
tehnik pengujian repeated measureANOVA. (Hidayat T.,Ishadah N., 2011 : 118)

4.6.3 Analisis Bivariate


Selain itu peneliti bermaksud untuk melihat bagaimana karakteristik
hubungan statistical significance (signifikansi < 0.05) dan kekuatan hubungan
khususnya hubungan masing-masing saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan keamanan PJAS yang bersifat attention, comprehension,
acceptance terhadap sikap memilih PJAS yang aman serta mengetahui arah

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


85

hubungan yang terjadi. Oleh karena itu akan dilakukan analisis korelasi sederhana
dengan Product Moment Pearson. Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai
semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat,
sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah.
Nilai positif menunjukkan hubungan searah ( X naik, maka Y naik) dan nilai
negatif menunjukkan hubungan terbalik ( X naik, maka Y turun).
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektivitas sikap
memilih PJAS yang aman berdasarkan usia, kelas responden, jenis kelamin
responden, uang saku responden dan frekuensi jajan (karakteristik responden)
maka dilakukan crosstab (tabel silang).

4.6.4 Analisis Multivariate


Untuk menguji hipotesis penelitian maka dilakukan pengujian model
statistik dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression
Analysis), untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen (awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan
saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension, acceptance
daripesan keamanan PJAS, opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS) terhadap
variabel dependen (Sikap memilih PJAS yang aman). Dan untuk mengetahui
bagaimana arah dan besar kekuatan hubungan antara masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen tersebut. Data penelitian akan diolah
menggunakan peranti lunak SPSS for windows.

4.7 Keterbatasan Metode Penelitian

Pada saat pelaksanaan survei, terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya:


Pertama, dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya sehinga lokasi penelitian
hanya dilaksanakan di provinsi DKI Jakarta yang mana untuk provinsi DKI
Jakarta, Social Change Campaign – Gerakan Aksi Nasional PJAS yang
menggunakan taktik promosi keamanan PJAS dengan beragam saluran
komunikasi baru dilaksanakan di beberapa SD di provinsi DKI Jakarta (sebagai
pilot project) dan kepada perwakilan siswa SD kelas 4,5 dan 6 sehingga total

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


86

sampel yang diteliti berjumlah 265 orang. Dengan demikian sampling error untuk
jumlah sampel sebesar 265 adalah 2.7 (dikalkulasi untuk tingkat kepercayaan
pada 95%) (Simmon, 1990 : 206).
Kedua, data karakteristik responden, hanya diambil pada siswa SD yang terpapar
taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi(sebagai
pilot project) yang berlokasi di provinsi DKI Jakarta, sehingga belum diperoleh
pemahaman komprehensif tentang pengaruh promosi keamanan pangan dengan
beragam saluran komunikasi terhadap sikap secara nasional.
Ketiga, studi disain penelitian menggunakan post campaign condition only
sehingga tidak ada kontrol terhadap validitas hasil. (Simmon, 1990 : 112).
Keempat, taktik promosi keamanan PJAS telah dimulai sejak 31 Januari 2011
sehingga ada kemungkinan ingatan responden sudah menurun dan mempengaruhi
responden ketika memberikan jawabannya.
Kelima, teknik pengumpulan data dengan kuesioner memiliki keterbatasan yaitu
tidak adanya kesempatan bagi responden untuk memberikan jawaban di luar
pilihan jawaban yang telah diberikan peneliti, sehingga ada kemungkinan tidak
mewakili keadaan yang sebenarnya.
Keenam, masih ada variabel-variabel lain yang sesungguhnya ikut berkontribusi
dalam mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


87

BAB V

ANALISIS DATA, DISKUSI DAN INTERPRETASI

5.1 Analisis Data

5.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap


instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dan
konsistensiinstumen dalam mengukur awareness memilih PJAS yang aman
setelah menggunakan saluran komunikasi yang memiliki 4 indikator, opini
terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS
melalui beragam salurankomunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film)
yang memiliki 6 indikator dan opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan yang
memiliki 3 indikator dan sikap memilih PJAS yang aman yang memiliki 16
indikator.

5.1.1.1 Analisis Validitas

Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini
yang dilakukan terhadap 30 orang responden :

1. Variabel awarenessmemilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran


komunikasi
Dari output pada tabel 5.1berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor item
pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai awareness memilih PJAS yang
aman setelah menggunakan saluran komunikasidengan skor total item. Nilai
korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi
koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data
(n) = 30 yaitu 0,306. Nilai korelasi untuk item pertanyaan 1,2,3,4 pada kuesioner
lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi
dengan skor total sehingga butir instrumen tersebut valid.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


92

Tabel 5.5Output Bivariate Correlation


Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan
Keamanan PJASmelaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan”

Correlati ons

Item No 1 Item No 2 Item No 3 Item No 4 Item No 5 Item No 6 Skor Tot al


Item No 1 Pearson Correlation 1 ,397* ,247 ,569** ,122 ,288 ,607**
Sig. (2-tailed) ,030 ,189 ,001 ,520 ,123 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
Item No 2 Pearson Correlation ,397* 1 ,279 ,675** ,595** ,535** ,824**
Sig. (2-tailed) ,030 ,136 ,000 ,001 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
Item No 3 Pearson Correlation ,247 ,279 1 ,386* ,340 ,477** ,622**
Sig. (2-tailed) ,189 ,136 ,035 ,066 ,008 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
Item No 4 Pearson Correlation ,569** ,675** ,386* 1 ,375* ,288 ,771**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,035 ,041 ,123 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
Item No 5 Pearson Correlation ,122 ,595** ,340 ,375* 1 ,543** ,708**
Sig. (2-tailed) ,520 ,001 ,066 ,041 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
Item No 6 Pearson Correlation ,288 ,535** ,477** ,288 ,543** 1 ,733**
Sig. (2-tailed) ,123 ,002 ,008 ,123 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
Skor Tot al Pearson Correlation ,607** ,824** ,622** ,771** ,708** ,733** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed).
**. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).

3. Variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,


memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan
Dari output pada tabel 5.6di bawah dapat diketahui nilai korelasi antara skor
item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai opini terhadap pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan
Pangan dengan skor total item. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan
nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05
dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30 yaitu 0,306. Nilai korelasi untuk item
pertanyaan 1,2,3 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga dapat disimpulkan
bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total sehingga butir instrumen
tersebut valid.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


93

Tabel 5.6Output Bivariate Correlation


Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi
Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan

Cor relati ons

Item No 1 Item No 2 Item No 3 Skor Tot al


Item No 1 Pearson Correlation 1 ,471* * ,200 ,727* *
Sig. (2-tailed) ,009 ,289 ,000
N 30 30 30 30
Item No 2 Pearson Correlation ,471* * 1 ,471* * ,844* *
Sig. (2-tailed) ,009 ,009 ,000
N 30 30 30 30
Item No 3 Pearson Correlation ,200 ,471* * 1 ,727* *
Sig. (2-tailed) ,289 ,009 ,000
N 30 30 30 30
Skor Tot al Pearson Correlation ,727* * ,844* * ,727* * 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30
* *. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).

4. Variabel sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman
Dari output pada tabel 5.7di berikutdapat diketahui nilai korelasi antara skor
item pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai sikap memilih Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman dengan skor total item. Nilai korelasi ini
kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel pada uji signifikansi koefisien
korelasi pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi untuk jumlah data (n) = 30
yaitu0,306.Nilai korelasi untuk item pertanyaan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 pada kuesioner lebih dari 0,306 sehingga
dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi dengan skor total
sehingga butir instrumen tersebut valid.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


95

5.1.1.2AnalisisReliabilitas

Berikut ini merupakan hasil pengujian reliabilitasinstrumen dalam penelitian ini


yang dilakukan terhadap 30 orang responden :

1. Variabel awareness memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran


komunikasi

Tabel 5.8Output Reliabilitas


AwarenessMemilih PJAS yang Aman setelah Menggunakan
Saluran Komunikasi

Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,841 4

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 13,33 1,609 ,701 ,789
Item No 2 13,23 1,771 ,650 ,810
Item No 3 13,30 1,872 ,577 ,840
Item No 4 13,23 1,633 ,783 ,752

Dari output pada tabel 5.8 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelawareness
memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasisebesar 0,841.
Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat
disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

2. Variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan


keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik,
penyuluhan interaktif, film)

a. Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


96

Tabel 5.9Output Reliabilitas


Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan
PJASmelalui Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,850 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 21,86 3,827 ,603 ,831
Item No 2 21,73 3,494 ,757 ,801
Item No 3 21,76 4,098 ,410 ,866
Item No 4 21,83 3,368 ,740 ,803
Item No 5 21,93 3,772 ,565 ,838
Item No 6 21,87 3,706 ,765 ,804

Dari output pada tabel 5.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha


variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan PJAS melaluiPoster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”
sebesar 0,850. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu
0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

b. Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Tabel 5.10Output Reliabilitas


Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan
Keamanan PJASmelalui Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”
Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,804 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 21,77 3,271 ,567 ,773
Item No 2 21,71 2,863 ,815 ,713
Item No 3 21,61 3,599 ,325 ,826
Item No 4 21,74 3,123 ,647 ,754
Item No 5 21,84 3,270 ,415 ,815
Item No 6 21,87 3,292 ,708 ,750

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


97

Dari output pada tabel 5.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha


variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan PJAS melaluiKomik PoMpi “Memilih Makanan Aman” sebesar
0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka
dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

c. Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”

Dari output pada tabel 5.11 berikut menunjukkan nilai cronbach’s alpha
variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan PJAS melaluiPenyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”
sebesar 0,877. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu
0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

Tabel 5.11Output Reliabilitas


Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan
Keamanan PJASmelalui Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan”
Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,877 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 22,21 4,073 ,653 ,861
Item No 2 22,14 3,862 ,751 ,845
Item No 3 21,94 4,238 ,558 ,877
Item No 4 22,17 3,886 ,748 ,845
Item No 5 22,21 3,839 ,669 ,860
Item No 6 22,20 4,028 ,733 ,849

d. Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

Dari output pada tabel 5.12 di bawah ini, menunjukkan nilai cronbach’s
alpha variabelopini terhadap attention, comprehension, acceptance dari
pesan keamanan PJAS melaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan” sebesar
0,804. Karena nilai di atas standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka
dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut reliabel.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


98

Tabel 5.12Output ReliabilitasOpini terhadap Attention, Comprehension,


Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS
MelaluiFilm PoMpi “Akibat Salah Makan”
Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,804 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 22,17 3,583 ,427 ,802
Item No 2 22,07 3,091 ,710 ,738
Item No 3 21,97 3,489 ,463 ,795
Item No 4 22,17 3,238 ,645 ,755
Item No 5 22,17 3,224 ,542 ,779
Item No 6 22,13 3,361 ,598 ,766

3. Variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,


memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan

Tabel 5.13Output Reliabilitas


Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi
Komunikasi dari Penyuluh Keamanan Pangan
Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,793 3

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 8,87 ,740 ,694 ,652
Item No 2 8,93 ,754 ,708 ,640
Item No 3 8,80 ,855 ,513 ,844

Dari output pada tabel 5.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelopini
pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh
Keamanan Pangan sebesar 0,793. Karena nilai di atas standar yang telah
ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen variabel tersebut
reliabel.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


99

4. Variabel Sikap Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman

Tabel 5.14Output Reliabilitas


Sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman

Reliabi lity Statisti cs

Cronbach's
Alpha N of Items
,917 16

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Tot al Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Delet ed
Item No 1 66,72 29,436 ,377 ,919
Item No 2 66,59 27,837 ,678 ,910
Item No 3 66,65 27,200 ,806 ,907
Item No 4 66,60 27,766 ,713 ,909
Item No 5 66,62 27,251 ,794 ,907
Item No 6 66,85 27,785 ,401 ,924
Item No 7 66,65 27,586 ,728 ,909
Item No 8 66,79 27,732 ,745 ,909
Item No 9 66,79 27,884 ,713 ,909
Item No 10 66,65 28,083 ,629 ,912
Item No 11 66,72 29,629 ,290 ,922
Item No 12 66,62 28,713 ,505 ,915
Item No 13 66,65 27,614 ,722 ,909
Item No 14 66,52 28,424 ,574 ,913
Item No 15 66,65 27,724 ,700 ,910
Item No 16 66,72 27,905 ,678 ,910

Dari output pada tabel 5.14 menunjukkan nilai cronbach’s alpha variabelsikap
memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) sebesar 0,917. Karena nilai di atas
standar yang telah ditetapkan yaitu 0,600 maka dapat disimpulkan instrumen
variabel tersebut reliabel.

5.1.2 Analisa Univariate

5.1.2.1Analisa Distribusi Frekuensi Data Responden

Analisa distribusi frekuensi dilakukan terhadap data responden untuk


memperoleh gambaran umum mengenai (1) usia, (2) kelas, (3) jenis kelamin, (4)

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


100

uang saku, (5) frekuensi jajan, (6) kenal terhadap poster PoMpi, komik PoMpi,
Penyuluhan Interatif Keamanan PJAS, film PoMpi, (7) tahu pesan memilih
makanan/minuman yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan
Interatif Keamanan PJAS, dan film PoMpi.

1. Usia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komposisi usia responden
sebagaimana tercantum dalam tabel, berikut :
Tabel 5.15 Usia

Frequency Valid Percent


Valid 9 tahun 38 14,3
10 tahun 76 28,7
11 tahun 99 37,4
12 tahun 49 18,5
13 tahun 3 1,1
Total 265 100,0

Dari tabel 5.15 diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah siswa SD yang
berusia 11 tahun dengan frekuensi 37,4% dari total responden sebanyak 265
responden, diikuti dengan kelompok berusia 10 tahun sebanyak 28,7%, kelompok
berusia 12 tahun sebanyak 18,5% dan kelompok berusia 9 tahun sebanyak 14,3%.
Sedangkan kelompok responden yang paling sedikit adalah kelompok berusia 13
tahun yaitu sebesar 1,1%. Siswa SD dengan usia 11 tahun mendominasi penelitian
ini.
2. Kelas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang
terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi,
apabila dilihat dari tingkatan kelas yang sedang ditempuh responden dapat
digambarkan sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


101

Tabel 5.16 Kelas


Frequency Valid Percent
Valid Kelas 4 81 30,6
Kelas 5 79 29,8
Kelas 6 105 39,6
Total 265 100,0

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.16, 105 orang responden terbanyak adalah
siswa kelas 6 ( 39,6%) sedangkan responden siswa kelas 5 sebanyak 79 orang
(29,8%) dan 81 orang responden siswa kelas 4 (30,6%). Siswa kelas 6 memang
mendominasi penelitian ini karena memang siswa SD yang dipilih untuk
mengikuti pilot projecttaktik promosi keamanan pangan dalam Social Change
CampaignGerakan Aksi Nasional PJAS adalah mereka yang duduk di kelas 6.

3. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 265 responden yang
terpapar taktik promosi keamanan pangan dengan beragam saluran komunikasi,
apabila dilihat dari jenis kelaminresponden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.17 Jenis Kelamin

Frequency Valid Percent


Valid Laki-laki 119 44,9
Perempuan 146 55,1
Total 265 100,0

Pada tabel 5.17 terungkap bahwa jumlah responden laki-laki dan perempuan
hampir seimbang banyaknya, yaitu perempuan sebanyak 55,1% dan laki-laki
sebanyak 44,9%.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


102

4. Uang saku
Berdasarkan hasil penelitian terungkap besar uang saku responden per hari
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 5.18. Uang Saku

Frequency Valid Percent


Valid Tidak diberi uang saku 1 0,4
Rp 1000 – Rp 2500 34 12,8
Rp 2600 – Rp 5000 94 35,5
 Rp 5000 136 51,3
Total 265 100,0

Pada tabel 5.18 dapat dilihat bahwa uang saku per hari yang diberikan kepada
responden terbanyak adalah di atas dari Rp 5000 dengan jumlah responden
mencapai 136 orang (51,3%), 94 orang responden (35,5%) menerima uang
sakuantara Rp 2600 sampai dengan Rp 5000, 34 orang responden (12,8%)
menerima uang saku antara Rp 1000 hingga Rp 2500 dan hanya 1 orang
responden (0,4%) yang tidak diberi uang saku.

5. Frekuensi Jajan
Pertanyaan ini untuk mengetahui kebiasaan jajan responden, dan berdasarkan
presentase jawaban responden yang dapat dilihat pada tabel 5.19, sebagian besar
responden mengaku jajan 1-3 kali dalam seminggu (57%). Sisanya responden
dengan frekuensi jajan ≥ 4 kali dalam seminggu (41,5%) sedangkan responden
yang tidak pernah jajan hanya 4 orang (1,5%). Dengan demikian dapat diperoleh
gambaran bahwa jajan sudah menjadi kebiasaan bagi para siswa SD.
Tabel 5.19 Frekuensi Jajan

Frequency Valid Percent


Valid Sering atau selalu (=> 4 kali/seminggu) 110 41,5
Kadang-kadang (1-3 kali seminggu) 151 57,0
Tidak pernah jajan 4 1,5
Total 265 100,0

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


103

6. Kenal dengan Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan


PJAS dan Film PoMpi
Pertanyaan ini untuk memastikan bahwa seluruhresponden pernah membaca
posterPoMpi, komik PoMpi, mengikuti Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS
dan menonton film PoMpi
Dari kuesioner menunjukkan bahwa semua responden (100%) telah terpapar
taktik promosi keamanan pangan dengan beragam salurankomunikasi (poster
PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”, Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”,
Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan melihat Film PoMpi “Akibat Salah
Makan”).

7. Tahu pesan memilih PJAS yang aman dari Poster PoMpi, Komik PoMpi,
Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi
Pertanyaan ini untuk memastikan apakah responden mengetahui pesan
memilih PJAS yang aman dari poster PoMpi, komik PoMpi, Penyuluhan
Interaktif Keamanan PJAS dan film PoMpi.
Dari hasil kuesionermenunjukkan bahwa seluruh responden (100%)
mengetahui pesan keamanan PJAS dari masing-masing saluran komunikasi yaitu
dari poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film
PoMpi.

5.1.2.2 Analisa Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Pada bagian berikut akan disajikan analisis deskriptif untuk memberikan


gambaran mengenai variabel(1) awareness (kesadaran) setelah menggunakan
saluran komunikasi, (2) opini terhadap attention, compehension, acceptance dari
pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi, (3) opini terhadap
pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh
Keamanan PJAS dan (4) sikap memilih PJAS yang aman.
Hasil dari skor masing-masing item dalam keseluruhan variabel penelitian dibuat
distribusi frekuensi untuk tiap-tiap indikator penelitian sebagai manadisajikan
berikut ini :

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


104

1. Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi


Pertanyaan-pertanyaan mengenai awareness (kesadaran) setelah
menggunakan saluran komunikasididesain untuk mengetahui apakah setelah
responden membaca poster PoMpi, Komik PoMpi, mengikuti Penyuluhan
Interaktif Keamanan PJAS dan menonton Film PoMpi, dapat menggugah
kesadaran responden untuk memilih PJAS yang aman. Pada variabel awareness
(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi, jawaban responden
terhadap 4 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan
munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat
tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 4 item pertanyaan tentang awareness
(kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi pada 265 responden
didapatkan sebagaimana pada tabel 5.20.
Tabel 5.20Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Awareness
(kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % F % f %
1 Awareness setelah 4 1,5 8 3,0 7 2,6 118 44,5 128 48,3 4,35 265
membaca poster
2 Awareness setelah 2 0,8 6 2,3 9 3,4 106 40,0 142 53,6 4,43 265
membaca komik
3 Awareness setelah 1 0,4 4 1,5 9 3,4 110 41,5 141 53,2 4,46 265
membaca
penyuluhan
4 Awareness setelah 2 0,8 4 1,5 14 5,3 104 39,2 141 53,2 4,43 265
membaca film
Total skor mean 4,40

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden


menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang
awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi dan skor rata-
rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari
kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden merasa tergugah kesadarannya

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


105

setelah mendapat diseminasi pesan memilih PJAS yang aman melalui poster
PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi.

2. Opini terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan


PJAS melalui Beragam Saluran Komunikasi
Pertanyaan-pertanyaanmengenai opini terhadap attention, comprehension,
acceptance dari pesan keamanan PJASdidesain untuk mengetahui bagaimana
opini responden terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan
keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam salurankomunikasi (poster
PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS dan Film PoMpi).

a. Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance


dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster ,
jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah
bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5
berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga
sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention,
comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang
disampaikan melalui poster pada 265 responden didapatkan
sebagaimana pada tabel 5.21.
Berdasarkan tabel 5.21 berikut di bawah, menunjukkan bahwa
mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension,
acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui poster
dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada
sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden
berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada poster PoMpi bersifat
attention, comprehension, acceptance.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


106

Tabel 5.21Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap


Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS
yang Disampaikan melalui Poster

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
1 Pesan menarik 4 1,5 8 3,0 7 2,6 118 44,5 128 48,3 4,35 265
perhatian
2 Pesan 2 0,8 6 2,3 9 3,4 106 40,0 142 53,6 4,43 265
meningkakan
perhatian
3 Pesan lengkap 1 0,4 4 1,5 9 3,4 110 41,5 141 53,2 4,46 265
4 Pesan mudah 2 0,8 4 1,5 14 5,3 104 39,2 141 53,2 4,43 265
dipahami
5 Pesan dapat 1 0,4 4 1,5 15 5,7 119 44,9 126 47,5 4,38 265
diterima di
lingkungan sosial
6 Pesan dapat 2 0,8 5 1,9 14 5,3 116 43,8 128 48,3 4,37 265
diterima di
budaya
Total skor mean 4,40

b. Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari


pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik PoMpi ,
jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal
ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi
kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Dari 6 item
pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari
pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik PoMpi pada 265
responden didapatkan sebagaimana pada tabel 5.22
Berdasarkan tabel 5.22 berikut di bawah, menunjukkan bahwa
mayoritas responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


107

semua item pertanyaan tentang opini terhadap attention, comprehension,


acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui komik
dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator ini berada pada
sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini berarti responden
berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada komik PoMpi bersifat
attention, comprehension, acceptance.

Tabel 5.22Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap


Attention, Compehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang
Disampaikan melalui Komik

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
1 Pesan menarik 1 0,4 6 2,3 3 1,1 132 49,8 123 46,4 4,40 265
perhatian
2 Pesan 2 0,8 1 0,4 21 7,9 119 44,9 122 46,0 4,35 265
meningkakan
perhatian
3 Pesan lengkap 1 0,4 2 0,8 12 4,5 100 37,7 117 44,2 4,49 265
4 Pesan mudah 2 0.8 20 7,5 117 44,2 126 47,5 4,38 265
dipahami
5 Pesan dapat 1 0,4 3 1,1 15 5,7 124 46,8 128 48,3 4,37 265
diterima di
lingkungan sosial
6 Pesan dapat 2 0,8 2 0,8 15 5,7 128 48,3 118 44,5 4,35 265
diterima di budaya
Total skor mean 4,39

c. Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari


pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif
keamanan PJAS , jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator
adalah bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5
berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga sangat

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


108

setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention,


comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan
melalui penyuluhan interaktif keamanan PJAS pada 265 responden didapatkan
sebagaimana pada tabel 54.23.

Tabel 5.23Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention,


Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang
Disampaikanmelalui Penyuluhan Interaktif Keamanan PJAS

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
1 Pesan menarik 3 1,1 3 1,1 7 2,6 123 46,4 129 48,7 4,40 265
perhatian
2 Pesan 2 0,8 2 0,8 12 4,5 117 44,2 132 49,8 4,42 265
meningkakan
perhatian
3 Pesan lengkap 3 1,1 13 4,9 92 34,7 157 59,2 4,52 265
4 Pesan mudah 1 0,4 18 6,8 114 43,0 132 49,8 4,42 265
dipahami
5 Pesan dapat 2 0,8 3 1,1 17 6,4 112 42,3 109 41,1 4,38 265
diterima di
lingkungan sosial
6 Pesan dapat 2 0,8 1 0,4 16 6,0 109 41,1 137 51,7 4,43 265
diterima di
budaya
Total skor mean 4,43

Berdasarkan tabel 5.23, menunjukkan bahwa mayoritas responden


menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan
tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptancedaripesan
keamanan PJAS yang disampaikan melalui penyuluhan interaktif
keamanan PJAS dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item indikator
ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini
berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS pada

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


109

penyuluhan interaktif keamanan PJAS bersifat attention, comprehension,


acceptance.

d. Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

Pada variabel opini terhadap attention, comprehension, acceptance


dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui film PoMpi,
jawabanresponden terhadap 6 item pengukuran indikator adalah
bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skor jawaban 1 – 5
berdasarkan proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hingga
sangat setuju. Dari 6 item pertanyaan tentang opini terhadap attention,
comprehension, acceptance dari pesan keamanan PJAS yang
disampaikan melalui film PoMpi pada 265 responden didapatkan
sebagaimana pada tabel 5.24

Berdasarkan tabel 5.24 di bawah ini, menunjukkan bahwa mayoritas


responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan
tentang opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan keamanan
PJAS yang disampaikan melalui film PoMpi dan skor rata-rata yang diberikan
pada tiap item indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan
tertinggi 5. Hal ini berarti responden berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS
pada film PoMpi bersifat attention, comprehension, acceptance.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


110

Tabel 5.24Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap Attention,


Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang
Disampaikanmelalui Film

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
1 Pesan menarik 4 1,5 8 3,0 7 2,6 118 44,5 128 48,3 4,35 265
perhatian
2 Pesan 2 0,8 6 2,3 9 3,4 106 40,0 142 53,6 4,43 265
meningkakan
perhatian
3 Pesan lengkap 1 0,4 4 1,5 9 3,4 110 41,5 141 53,2 4,46 265
4 Pesan mudah 2 0,8 4 1,5 14 5,3 104 39,2 141 53,2 4,43 265
dipahami
5 Pesan dapat 1 0,4 4 1,5 15 5,7 119 44,9 126 47,5 4,38 265
diterima di
lingkungan sosial
6 Pesan dapat 0,8 5 1,9 13 4,9 114 43,0 131 49,4 4,38 265
diterima di
lingkungan sosial
Total skor mean 4,41

3. Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi


Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

Pertanyaan-pertanyaan mengenai opini terhadap pengetahuan,


keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan
PJAS didisain untuk mengetahui bagaimana opini responden terhadap
pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh
Keamanan PJAS. Pada variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS, jawaban
responden terhadap 3 item pengukuran indikator adalah bervariasi. Hal ini
dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan proporsi kumulatif
jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 3 item pertanyaan tentang

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


111

opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi


dari Penyuluh Keamanan PJAS pada 265 responden didapatkan sebagaimana
pada tabel 5.25

Tabel 5.25Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Opini terhadap


Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari
Penyuluh Keamanan PJAS

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
1 Penyuluh 2 0,8 1 0,4 8 3,0 113 42,6 141 53,2 4,47 265
Mempunyai
Pengetahuan
2 Penyuluh 2 0,8 2 0,8 18 6,8 108 40,8 135 50,9 4,40 265
Berinteraksi
3 Penyuluh 4 1,5 13 4,9 92 34,7 156 58,9 4,51 265
Memotivasi
Total skor mean 4,46

Berdasarkan tabel 5.25, menunjukkan bahwa mayoritas responden


menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang
opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi
dari Penyuluh Keamanan PJAS dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item
indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini
berarti responden berpendapat bahwa Penyuluh Keamanan PJASmempunyai
pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman,
mampu berinteraksi aktif dengan responden dan mampu memotivasi responden
untuk memilih makanan/minuman jajanan yang aman.

4. Sikap Memilih PJAS yang Aman


Pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap memilih PJAS yang aman didisain
untuk mengetahui bagaimana penilaian sikap responden untuk memilih PJAS
yang aman,jawaban responden terhadap 16 item pengukuran indikator adalah
bervariasi. Hal ini dijelaskan dengan munculnya skorjawaban 1 – 5 berdasarkan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


112

proporsi kumulatif jawaban sangat tidak setuju hinggasangat setuju. Dari 16 item
pertanyaan tentang sikap memilih PJAS yang amanpada 265 responden
didapatkan sebagaimana pada tabel 5.26.
Berdasarkan tabel 5.26 berikut, menunjukkan bahwa mayoritas responden
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap semua item pertanyaan tentang
sikap memilih PJAS yang Aman dan skor rata-rata yang diberikan pada tiap item
indikator ini berada pada sekitar angka 4 dari kemungkinan tertinggi 5. Hal ini
berarti responden menyetujui bahwa sebelum jajan penting untuk memperhatikan
tempat membeli PJAS, penjaja PJAS, peralatan, wadah, tempat penjualan yang
digunakan untuk menyajikan dan menjual PJAS, tanggal kedaluwarsa, kemasan
PJAS dan PJAS yang menggunakan bahan yang aman.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


113

Tabel 5.26 Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
1 Tempat jajan yang terlindung dari debu/asap 7 2,6 2 0,8 1 0,4 72 27,2 183 69,1 4,59 265
kendaran bermotor
2 Penting memperhatikan kebersihan tempat 1 0,4 1 0,4 3 1,1 77 29,1 183 69,1 4,66 265
jajan
3 Tempat jajan yang jauh dari tumpukan sampah 1 0,4 1 0,4 5 1,9 75 28,3 183 69,1 4,65 265
4 Penting untuk memperhatikan kebersihan 1 0,4 1 0,4 9 3,4 87 32,8 167 63,0 4,58 265
penjaja makanan/minuman jajanan
5 Penjaja yang tidak langsung menyentuh 7 2,6 1 0,4 14 5,3 80 30,2 163 61,5 4,48 265
makanan/minuman dengan tangan
6 Kebersihan peralatan yang digunakan penjaja 3 1,1 4 1,5 81 30,6 177 66,8 4,63 265
untuk mengambil makanan jajanan
7 Peralatan makan/minum 2 0,8 8 3,0 83 31,3 172 64,9 4,60 265
(piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih
8 Tanggal kedaluwarsa pada kemasan 3 1,1 1 0,4 7 2,6 73 27,5 181 68,3 4,62 265
9 Kebersihan tempat penjualan (gerobak, meja 4 1,5 2 0,8 9 3,4 74 27,9 176 66,4 4,57 265
untuk penyajian dan makan ,dll)
10 Kebersihan wadah untuk menjual 4 1,5 6 2,3 82 30,9 173 65,3 4,60 265
makanan/minuman jajanan
11 Kemasan dalam kondisi baik (plastik snack 1 0,4 6 2,3 6 2,3 86 32,5 166 62,6 4,55 265
tidak bocor/kaleng minuman tidak
penyok/berkarat)
12 Makanan jajanan yang tidak dibungkus dengan 10 3,8 5 1,9 15 5,7 78 29,4 157 59,2 4,38 265
kertas bekas bertinta/kertas koran/kantong
kresek hitam

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


114

(Sambungan Tabel 5.26) Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Item Petanyaan STS TS R S SS Mean N


f % f % f % f % f %
13 Membeli makanan/minuman 1 0,4 7 2,6 72 27,2 185 69,8 4,66 265
jajanan yang dikemas dengan
kemasan yang bersih
14 Membeli makanan/minuman 1 0,4 3 1,1 3 1,1 75 28,3 183 69,1 4,65 265
jajanan yang tidak mengandung
formalin, boraks, rhodamin B,
methanyl yellow
15 Membeli minuman yang dibuat dari 8 3,0 70 26,4 187 70,6 4,68 265
air matang
16 Membeli es campur yang 1 0,4 1 0,4 2 0,8 72 27,2 189 71,3 4,69 265
menggunakan es batu dari air
matang
Total skor mean 4,59

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


115

5.1.2.3 Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman

Seluruh pertanyaan tentang sikap untuk memilih PJAS yang aman


berjumlah 16 dan keseluruhan pertanyaan tersebut dijumlahkan. Berarti kita
memiliki skor terendah 0, yaitu jika responden tidak menjawab satu pun dari
pertanyaan yang diajukan, sedangkan nilai tertinggi adalah 81. Nilai skor ini
kemudian dikategorisasi menjadi 3 kelompok yaitu efektif – kurang efektif – tidak
efektif.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kategorisasi untuk efektivitas
sikap untuk memilih PJAS yang aman secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
 Kategori efektif : jika skor yang didapat adalah 55-81
 Kategori kurang efektif : jika skor adalah 28-54
 Kategori tidak efektif : jika skor yang didapat adalah 0-27

Hasilnya dapat dilihat pada tabel5.27 dibawah ini bahwa sikap untuk memilih
PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori Efektif yaitu
sebanyak 98,9 %. Nilai kurang efektif sebanyak 1,1% dapat disebabkan karena
responden yang kurang mempunyai atensi terhadap taktik promosi keamanan
pangan di sekolahnya.

Tabel 5.27Efektivitas Sikap untuk Memilih PJAS yang Aman

Frekuensi Valid Percent


Valid Kurang Efektif (Nilai Skor 28-54) 5 1,9
Efektif (Nilai Skor 55-81) 260 98,1
Total 265 100,0

5.1.2.4 Analisis Repeated MeasureANOVA

Disain analisis repeated measureANOVA memungkinkan peneliti untuk


mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata opini responden terhadap
Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan PJAS yang
disampaikan melalui 4 (empat) saluran komunikasi yaitu Poster PoMpi, Komik

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


117

Dari output diperoleh hasil bahwa statistik Friedman (sama dengan Chi – Square)
adalah 13,644. Dengan probabilitas 0.003 atau lebih kecil dari 0,05, maka Ho
ditolak atau bisa disimpulkan bahwa jenis saluran komunikasi (poster, komik,
penyuluhan, film) memberikan hasil yang berbeda terhadap rata-rata antara opini
responden terhadap Attention, Comprehension, Acceptance dari Pesan Keamanan
PJAS yang disampaikan melalui ke empat saluran komunikasi tersebut.

5.1.3 Analisa Bivariate

5.1.3.1 Analisis Korelasi Sederhana

Hasil analisis korelasi sederhana antara opini terhadap attention, comprehension,


acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui masing-masing
saluran komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 5.29 Korelasi Opini Pesan Poster, Pesan Komik, Pesan


Penyuluhan dan Pesan Film Terhadap Sikap

Pearson Sig (2-tailed)


Correlation
Sikap * Pesan Poster 0,520** 0,000
Sikap * Pesan Komik 0,629** 0,000
Sikap * Pesan Penyuluhan 0,511** 0,000
Sikap*Pesan Film 0,461** 0,000

** correlation is significant at the 0,01 level (2 tailed)

Dari hasil output yang tersaji di tabel 5.29, didapat korelasi yang signifikan
antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan
PJAS yang disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan interaktif, film
terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Terdapat hubungan yang sedang antara
opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS
yang disampaikan melalui poster, penyuluhan dan film terhadap sikap memilih
PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,40 – 0,599 dan hubungan yang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


118

kuat antara opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan


keamanan PJAS yang disampaikan melalui pesan komik terhadap sikap memilih
PJAS yang aman karena berada pada rentang 0,60 – 0,799. Sedangkan arah
hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti mengindikasikan adanya
hubungan kausalitas sebagai berikut semakin pesan yang disampaikan melalui
poster, komik, penyuluhan interaktif, film bersifat attention, comprehension,
acceptancemaka semakin meningkatkan sikap memilih PJAS yang aman.

5.1.3.2 Analisis Tabulasi Silang


Selain menganalisis data melalui tampilan tabel distribusi frekuensi seperti di atas,
dilakukan juga pengolahan data melalui tabulasi silang antar berbagai variabel
yang dianggap relevan dan menarik. Hal ini terutama dilakukan untuk dapat
melihat sebaran data secara lebih mendetail. Analisis tabel silang ini secara
khusus digunakan untuk melihat hubungan frekuensi antara variabel karakteristik
responden (usia, kelas, jenis kelamin, uang saku dan frekuensi jajan)dengan
variabel sikap memilih PJAS yang aman. Adapun hasilnya disajikan dalam tabel-
tabel berikut :
1. Usia dengan sikap memilih PJAS yang aman
Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini, dengan usia
responden yang terdiri dari 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun, dan 13 tahun,
dihasilkan tabelseperti dibawah ini.

Tabel 5.30Usia dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman


No Usia Kategori Sikap Jumlah
Kurang Efektif Efektif
n % n % n %
1 9 tahun 1 0,14 37 14,00 38 14,30
2 10 tahun 4 1,50 72 27,20 76 28,70
3 11 tahun 0 0,00 99 37,40 99 37,40
4 12 tahun 0 0,00 49 18,50 49 18,50
5 13 tahun 0 0,00 3 1,10 3 1,10
Total 265 100

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


119

Dari tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman
berdasarkan usia terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektif dan efektif.
Mayoritas responden berada pada tingkat efektif dengan persentase tertinggi
berada pada usia 11 tahun, sedangkan pada tingkat kurang efektif, didominasi
oleh responden berusia 10 tahun.

2. Kelas dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman


Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini, dengan kelas
responden yang terdiri dari kelas 4,5 dan 6 SD, di hasilkan tabelseperti dibawah
ini.
Tabel 5.31 Kelas dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Kelas Kategori Sikap Jumlah


Kurang Efektif Efektif
n % n % n %
1 4 5 1,90 76 28,70 81 30,60
2 5 0 0,00 79 29,80 79 29,80
3 6 0 0,00 105 39,60 105 39,60
Total 265 100

Berdasarkan tabel di atas hasil skoring terhadap variabel sikap memilih PJAS
yang aman dengan tingkatan kelas responden menghasilkan dua kategori tingkat
sikap memilih PJAS yang aman, yaitu efektif dan kurang efektif. Mayoritas
responden, baik yang duduk di kelas 4,5 dan 6 SD berada pada tingkat efektif,
dengan presentase tertinggi berada pada kelas 6 akan tetapi 1,9% dari responden
kelas 4 SD berada pada tingkat sikap memilih PJAS yang aman, kurang efektif.

3. Jenis Kelamin dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman


Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan jenis
kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dihasilkan tabelseperti dibawah
ini.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


120

Tabel 5.32 Jenis Kelamin dengan


Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Jenis Kategori Sikap Jumlah


Kelamin Kurang Efektif Efektif
n % n % n %
1 Laki-laki 3 1,10 116 43,80 119 44,90
2 Perempuan 2 0,80 144 54,30 146 55,10
Total 265 100

Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden
berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang
efektifdan efektif. Mayoritas respondenbaik laki-laki maupun perempuan berada
pada tingkat efektif sikap memilih PJAS yang aman, dengan skor tertinggi berada
pada responden perempuan. Dari chart tersebut juga terlihat bahwa sebagian kecil
responden laki-laki dan perempuan berada pada tingkat kurang efektif.

4. Uang Saku dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman


Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan uang
saku yang terdiri dari, tidak diberi uang saku, Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp
5000, lebih dari Rp 5000, di hasilkan tabelseperti dibawah ini.

Tabel 5.33 Uang Saku denganSikap Memilih PJAS yang Aman


No Uang saku Kategori Sikap Jumlah
Kurang Efektif Efektif
n % n % n %
1 Tidak diberi 0 0,00 1 0,40 1 0,40
2 Rp 1000 – Rp 2500 1 0,40 33 12,50 34 12,80
3 Rp 2600 – Rp 5000 2 0,80 92 34,70 94 35,50
4  Rp 5000 2 0,80 134 50,60 136 51,30
Total 265 100

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


121

Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden
berdasarkan uang saku terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan
efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan uang
saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp 5000, lebih dari Rp 5000 serta seluruh
responden yang tidak diberi uang saku, memiliki kategori sikap memilih PJAS
yang aman pada tingkat efektif dengan skor tertinggi berada pada respnden
dengan uang saku lebih dari Rp 5000. Dari tabeltersebut juga terlihat bahwa
sebagian kecil responden dengan uang saku Rp 1000 – Rp 2500, Rp 2600 – Rp
5000, lebih dari Rp 5000 berada pada tingkat kurang efektif.

5. Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman


Dari hasil crosstab antara kedua variabel dalam penelitian ini dengan
frekuensi jajan yang terdiri dari frekuensi jajan tidak pernah, kadang-kadang dan
selalu/sering, di hasilkan tabelseperti dibawah ini.

Tabel 5.34 Frekuensi Jajan dengan Sikap Memilih PJAS yang Aman

No Frekuensi Jajan Kategori Sikap Jumlah


Kurang Efektif Efektif
n % n % n %
1 Sering atau selalu 1 0,40 109 41,40 110 41,50
(=> 4 x/minggu)
2 Kadang-kadang 4 1,50 147 55,50 151 57,00
(1-3 x/minggu)
3 Tidak pernah 0 0,00 4 1,50 4 1,50
Total 265 100
Tabeldi atas menunjukkan bahwa sikap memilih PJAS yang aman responden
berdasarkan frekuensi jajan terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurang efektifdan
efektif. Berdasarkan data tabel terlihat bahwa mayoritas responden dengan
frekuensi jajan kadang-kadang (1-3 kali seminggu) dan sering atau selalu (=> 4
kali/seminggu) serta seluruh responden yang tidak pernah jajan memiliki kategori

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


124

Tabel 5.38Koefisien Beta


Model Koefisien Beta Signifikansi
1 (Constant)
Awareness setelah menggunakan saluran 0,108 ,037
komunikasi
Opini terhadap pesan keamanan PJAS 0,349 0,000
Opini terhadap Penyuluh Keamanan PJAS 0,331 0,000
Variabel dependen : Sikap memilih PJAS yang aman

Dari hasil pengamatan pada tabel Koefisien Betadapat disimpulkan bahwa


 Terdapat hubungan antara variabel awareness (kesadaran) setelah
menggunakan saluran komunikasiterhadap sikap untuk memilih PJAS
yang aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,108 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,037 memberikan makna bahwa awareness (kesadaran) setelah
menggunakan saluran komunikasi memberikan pengaruh secara signifikan
kepada sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta tersebut
beradadi bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa
pengaruh awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran
komunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang aman, lemah
 Terdapat hubungan antara variabel opini terhadap attention,
comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan
melalui beragam salurankomunikasi terhadap sikap memilih PJAS yang
aman. Nilai koefisien beta sebesar 0,349 dengan taraf signifikansi sebesar
0,000 memberikan makna bahwa opini terhadap attention, comprehension,
acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam
salurankomunikasi memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap
memilih PJAS. Nilai koefisien beta tersebut memiliki nilai berada di
bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa pengaruh opini
terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS
yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi terhadap sikap
memilih PJAS yang aman, lemah

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


125

 Terdapat hubungan antara opini terhadap pengetahuan, keterampilan


berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
terhadap sikap memilih PJAS yang aman. Nilai koefisien beta sebesar
0,331 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 memberikan makna bahwa
opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi
komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJASmemberikan pengaruh secara
signifikan kepada sikap untuk memilih PJAS. Nilai koefisien beta tersebut
berada di bawah 0,05 sehingga hasil ini memberikan makna bahwa
pengaruh opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi,
memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap sikap
memilih PJAS yang aman, lemah

Dengan demikian bila merujuk pada koefisien betayang dihasilkan,


mendukung hipotesa penelitian yang diajukan yaitusemakin khalayak sasaran
memiliki awareness / kesadaran memilih PJAS yangaman setelah menggunakan
saluran komunikasi, akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS
yang aman; semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran
komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini
khalayak sasaran maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya memilih
PJAS yang aman; semakin Penyuluh Keamanan PJAS mempunyai pengetahuan
tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan yang aman, mampu
berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan dan mampu memotivasi peserta
penyuluhan untuk memilih PJAS yang aman menurut opini khalayak sasaran,
maka akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS yang aman.
Dari masing-masing nilai koefisien beta, variabel yang paling berpengaruh
terhadap sikap memilih PJAS yangaman adalah opini terhadap attention,
comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui
beragam saluran komunikasi, kemudian variabel opini terhadap pengetahuan,
keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan
PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah
menggunakan saluran komunikasi.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


126

5.2 Diskusi dan Interpretasi


Suatu kampanye komunikasiSocial Change Campaigndapat memiliki
tingkatan efek yang berbeda – khususnya pada pengetahuan, sikap dan perilaku.
Efek tersebut dapat muncul di tingkatan dan urutan yang berbeda. Studi awal dari
efek saluran komunikasi ( Hovland dkk, 1949) menyimpulkan bahwa komunikasi
yang direncanakan, diawali dan terutama berpengaruh pada informasi
(pengetahuan), kemudian sikap dan terakhir dengan tingkatan yang kecil adalah
perilaku. Menurut Ray, M.L (1973, p.149) dalam “The Marketing Communication
and the Hirerarchy of Effect” menjelaskan bila subyek yang terpapar kampanye
persuasif maka subyek diasumsikan termotivasi dan tertarik dan melanjutkan
belajar mengenai suatu ide atau inovasi, kemudian mengembangkan sikap yang
favorit, kemudian diadaptasi menjadi perilaku. Model dasar hierarki efek tersebut
dinamakan Hierarki Belajar. Teori Hierarki Belajar berasumsi bahwa perubahan
sikap manusia merupakan akibat terpaan komunikasi, dan perubahan ini
mempunyai urutan yang relatif tetap, artinya perubahan sikap itu, pertama-tama
pada level perubahan kognitif. Artinya, audiens mengutamakan perhatian,
kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa audiens
meletakkan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif apalagi
disampaikan oleh komunikator yang memiliki kompetensi. Selanjutnya memasuki
level afektif meliputi sikap, evaluasi dan perasaan. Terakhir adalah level konatif
meliputi maksud dan perilaku aktual.

5.2.1 Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran


Komunikasi terhadap Sikap

DalamSocial Change Campaign, aktivitas kampanye diawali dengan diseminasi


pesan melalui beragam saluran komunikasi untuk mendiseminasikan pesan sosial.
Diseminasi pesan sosial tersebut bertujuan mengubah pengetahuan atau
kesadaran khalayak sasaran.Bagi khalayak sasaran siswa, social change
campaignini merupakan suatu proses kegiatan belajar/mengajar. Menurut
penelitian para ahli, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila
dibantu dengan sarana visual, di mana kurang lebih 75% sampai 87% dari

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


127

pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui indera penglihatan, sedangkan


13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2007dalam
Rumondang, 2008). Teori ini juga didukung oleh De Porter (2000) yang
mengungkapkan bahwa manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 50% dari
apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang dilihatnya
hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Elgar di mana alat peraga/media
pembelajaran disusun berdasarkan prinsip pengetahuan pada manusia diterima
melalui panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pulapengertian/pengetahuan yang diperoleh sehingga mempermudah
pemahaman.Kegiatan belajar melalui saluran komunikasi (media pembelajaran)
terjadi bila ada komunikasi antara siswa dengan komunikator (Penyuluh
Keamanan Pangan) melalui saluran komunikasi tersebut. Pesan yang
didiseminasikan melalui saluran komunikasi oleh komunikator akan dapat
dikomunikasikan kepada siswa apabila terdapat daerah lingkup pengalaman yang
sama antara komunikator dan siswa. Dan proses komunikasi berhasil setelah
terdapat umpan balik. Saluran komunikasi yang dirancang dengan baik dalam
batas tertentu dapat merangsang timbulnya “dialog internal” dalam diri siswa
yang belajar. Dengan demikian terjadi komunikasi antara siswa dengan saluran
komunikasi atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau
komunikator. Saluran komunikasi dikatakan berhasil menyampaikan pesan
informasi bila kemudian terjadi perubahan tingkah laku atau sikap pada diri siswa
sesuai dengan tujuan belajar.
Dengan demikian tidak ada satupun saluran komunikasi yang dapat mengatasi
saluran komunikasi lainnya dalam segala aspek sehingga dapat menggantikan
segala bentuk saluran komunikasi yang lain. Segala sesuatu yang aktif dan
bergerak akan sangat menarik minat dan perhatian anak Dengan
demikian,diseminasi pesan sosial keamanan PJAS ini dilakukan melalui beragam
saluran komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


128

keamanan PJAS dan film PoMpi) akan memudahkan siswa untuk mempelajari
dan memahami pesan keamanan PJAS tersebut sehingga sampai memutuskan
untuk mengadopsinya.
Walaupun masing-masing saluran komunikasi memiliki jenis dan
karakteristik yang berbeda terhadap dampak kegiatan belajar/mengajar namun
masing-masing saluran komunikasi tersebut dapat menjadi wahana untuk
menggugah kesadaran siswa. Hal ini tercermin dari siswa yang membaca poster
PoMpi dan komik PoMpi, siswa yang menonton film PoMpi serta siswa yang
mengikuti penyuluhan interaktif Keamanan PJASdapattergugah kesadarannya
memilih PJAS yang aman. Hal ini terungkap dari tabel 5.20“Deskripsi Jawaban
Responden pada VariabelAwareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran
Komunikasi (poster PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS
dan film PoMpi)”.
Dalam social change campaign, setelah siswa tergugah kesadarannya
kemudian akan diikuti dengan perubahan sikap (Coffman, J.Lessons in Evaluating
Communications Campaign: Five Case Studies. Cambridge, MA : Harvard
Family Research Project, 2003).
Pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa awareness (kesadaran) siswa
SD memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi (poster
PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)
memberikan pengaruh secara signifikan kepada sikap siswa SD memilih PJAS
yang aman.Nilai koefisien beta yang dihasilkan melalui analisis SPSS didapatkan
nilai sebesar 0.108 dengan taraf signifikansi sebesar 0.037. Nilai koefisien beta
tersebut memberikan makna bahwa hubungan antara awareness (kesadaran) siswa
SD memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran komunikasi (poster
PoMpi, komik PoMpi, penyuluhan interaktif keamanan PJAS dan film PoMpi)
dan sikap siswa SD memilih PJAS yang aman, lemah. Hasil penelitian ini secara
langsung telah mendukung konsep teori umum bagi Social Change
Campaignyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin khalayak sasaran
memiliki awareness (kesadaran) untuk memilih PJAS yang aman setelah
menggunakan saluran komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya
memilih PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


129

5.2.2Pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari


pesan keamanan PJAS melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik,
penyuluhan interaktif, film) terhadap Sikap
Setelah terjadi perubahan pada level kognitif dari pengetahuan dan
kesadaran khalayak sasaran, maka dengan terpaan komunikasi berupa pesan sosial
yang disusun dengan menarik dan meningkatkan perhatian khalayak sasaran,
pesan yang lengkap dan mempermudah khalayak sasaran memahami pesan dan
pesan dapat berterima oleh khalayak sasaran maka mempengaruhi level afektif
khalayak sasaran.Setelah siswa melihat, membaca, menonton, dan mendengar
pesan keamanan PJAS, lalu berpendapat bahwa pesan keamanan PJAS yang
disampaikan bersifat attention, comprehension, dan acceptanceakan
mempengaruhi level afektif siswa.
Opini siswaterhadapperhatian (attention), kelengkapan (comprehension),
dan keberterimaan (acceptance) dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasikan
melalui beragam saluran komunikasi tercermin dari tabel “Deskriptif Jawaban
Responden terhadap Opini terhadap Attention, Comprehension dan Acceptance
terhadap Pesan Keamanan PJAS” melalui Poster pada tabel 5.21; melalui Komik
pada tabel 5.22; melalui Penyuluhan Interaktif pada tabel 5.23; dan melalui Film
pada tabel 5.24, bahwa pesan yang disampaikan melalui poster, komik,
penyuluhan interaktif dan film menarik dan meningkatkan perhatian responden;
lengkap dan mudah dipahami oleh responden serta dapat diterima di lingkungan
sosial dan budaya responden.
Masing-masing pesan keamanan PJAS yang bersifat attention,
comprehension dan acceptancedan didiseminasikan melalui beragam media
pembelajaran yaitu penyuluhan interaktif keamanan PJAS , pemasangan poster,
membaca komik dan pemutaran film di lingkungan sekolah memilik karakteristik
yang berbeda-bedabaik berdasarkan jenis format, maupun tujuan/fungsi medianya
dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Dari hasil analisis repeated
measure ANOVA dapat terungkap bahwa pesan keamanan PJAS yang
disampaikan melalui poster, komik, penyuluhan dan film, berbeda signifikan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


130

terhadap rata-rata opini responden terhadap segi attention, comprehension, dan


acceptance nya.
Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan” merupakan media visual diam
berupa sehelai kertas yang memiliki rangsangan (daya tarik) visual berupa foto
dalam tata warna dengan sejumlah kata, tetapi tidak dapat menampilkan suara
maupun gerak, ditempelkan di papan pengumuman sekolah atau di kantin sekolah.
Pada saat membaca Poster PoMpi hanya mata yang berperan membaca informasi
yang disampaikan melalui kata-kata dan melihat foto untuk memvisualisasikan
informasi yang disampaikan. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan
memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi sebanyak 30% dari foto
yang dilihatnya dan 10% dari informasi yang dibacanya. Walaupun persentase
penyerapan materi pada media cetak tidak sebanyak media audio visual, namun
melalui media cetak, siswa dapat sering melihat dan membacanya dibandingkan
dengan menggunakan media audio visual, dengan demikian akan mempunyai
daya tinggal lama dalam ingatan siswa. Dengan semakin memahami pesan
memilih PJAS yang aman akan mempermudah pemahaman siswa, serta
mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang aman,
Komik PoMpi “Memilih Makanan yang Aman” merupakan media visual
diam berupa buku yang memiliki rangsangan (daya tarik) visual berupa rangkaian
gambar yang sederhana dalam tata warna sebagai ilustrasi untuk mendukung alur
cerita dalam komik tersebut, tetapi tidak disertai suara,dan dibagikan kepada
siswa. Pada saat membaca Komik PoMpi hanya mata yang berperan membaca
informasi yang disampaikan melalui alur cerita dan melihat rangkaian gambar
untuk memvisualisasikan cerita yang disampaikan. Diharapkan siswa dapat
memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi
sebanyak 30% dari rangkaian gambar yang dilihatnya dan 10% dari cerita yang
dibacanya. Walaupun persentase penyerapan materi pada media cetak tidak
sebanyak media audio visual, namun melalui media cetak, siswa dapat sering
melihat dan membacanya dibandingkan dengan menggunakan media audio visual,
dengan demikian akan mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan siswa.
Dengan semakin memahami pesan memilih PJAS yang aman akan mempermudah
pemahaman siswa, dan dengan cerita yang dapat menggugah emosi dan perasaan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


131

siswa dapat mendorong dan mempengaruhi siswa untuk memilih PJAS yang
aman.
Film Animasi PoMpi “Akibat Salah Makan” merupakan media audio
visual gerak merupakan media yang paling lengkap karena memiliki rangsangan
suara, visual, warna maupun gambar bergerak, karena menggunakan lebih banyak
panca indera dan lebih banyak menimbulkan daya tarik serta minat siswa
sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima. Film PoMpi dengan
durasi selama 30 menit , bersifat menghibur tetapi disisipi dengan pesan memilih
makanan/minuman yang aman yang bersifat edukatif. Diharapkan siswa dapat
memperoleh pengetahuan memilih PJAS yang aman melalui penyerapan materi
sebanyak 50% dari film yang didengar dan dilihat (audio visual). Film mampu
mengungkapkan perasaan melalui gambar, musik dan kata-kata sehingga dapat
menimbulkan multiple effect (Depkes, 2002 dalam Rumondang, 2008) dengan
demikian dapat lebih menggugah emosi dan perasaan siswa dapat mendorong dan
mempengaruhi sikap siswa memilih PJAS yang aman.
Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, adalah metode ceramah dengan
media power point untuk menyampaikan pesan memilih PJAS yang aman.
Penyuluhan interaktif keamanan PJAS, merupakan komunikasi tatap muka
antara Penyuluh Keamanan Pangan dengan siswa bertujuan untuk mempengaruhi
perubahan perilaku siswa meliputi perubahan pengetahuan dan sikap siswa,
pendapat dan perilaku siswa untuk memilih PJAS yang aman. Penyuluhan
interaktif merupakan saluran dalam proses komunikasi persuasif, dimana
memungkinkan Penyuluh Keamanan Pangan melihat dan mengkaji diri siswa
secara langsung, semua indera siswa berfungsi sehingga respon siswa atas pesan
keamanan PJAS yang disampaikan penyuluh dapat tersalurkan langsung sehingga
umpan balik atas pesan yang disampaikan penyuluh (perubahan sikap) terjadi
secara langsung juga.
Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan
kausalitas yang signifikan dan nilai korelasi antara attention, comprehension,
acceptance daripesan poster, komik, penyuluhan, film terhadap sikap (tabel
5.29). Pesan poster,penyuluhan dan film terhadap sikap masing-masing bernilai
positif sedang, sedangkan pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat. Nilai

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


132

positif menandakan adanya persetujuan/respon positif dari responden terhadap


pesan yang disampaikan, namun memang diperlukan pesan yang dapat
menggugah emosi dan perasaan responden untuk dapat menghasilkan hubungan
yang kuat dengan sikap.
Dalam hal ini komik adalah komunikasi yang dapat diulang-ulang untuk
pemahamannya sehingga lebih dapat menimbulkan respon dari yang
membacanya. Sesuatu yang diulang-ulang cenderung lebih tertanam pada jiwa
manusia (Sanyoto, 2006 dalam Rumondang, 2008). Selain itu khalayak sasaran
akan jauh lebih kritis menyikapi pesan tertulis, dibanding materi dalam audio
visual (Carver, 1935; Maier and Thurber, 1968) serta pesan yang kompleks
dipahami lebih baik oleh siswa dalam bentuk media cetak dibanding bentuk audio
visual (Chaiken and Eagly (1976) dalam Petty dan Cacioppo (1996)), dengan
demikian khalayak sasaran dapat lebih mengingat jumlah argumen pesan sehingga
pesan lebih persuasif (Petty dan Cacioppo (1996). Selain itu alur cerita pada
komik poMpi diindikasikan lebih menggugah emosi dan perasaan siswa
dibandingkan poster Pompi, film PoMpi dan penyuluhan interaktif PJAS. Karena
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan (Azwar, 2005 :
24-28).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa nilai koefisien beta
opini siswa SD terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan
keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam saluran komunikasiterhadap
sikap memilih PJAS yang aman sebesar 0,349 dengan taraf signifikansi sebesar
0.000. Hal ini memberi makna bahwa hubungan antara opini siswa SD terhadap
attention, comprehension dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang
didiseminasi melalui beragam saluran komunikasidan sikap siswa SD memilih
PJAS yang aman, lemah tetapiopini siswa SD terhadap attention, comprehension
dan acceptance dari pesan keamanan PJAS yang didiseminasi melalui beragam
saluran komunikasiberpengaruh positif signifikan terhadap sikap memilih PJAS
yang aman.
Hasil penelitian ini secara langsung telah mendukung
konsepreinforcementtheoryyang telah disampaikan sebelumnya bahwa semakin

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


133

pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran


komunikasibersifat attention, comprehension dan acceptancemenurut opini
khalayak sasaran maka akan semakin efektifmempengaruhi sikapnya untuk
memilih PJAS yang aman.

5.2.3 Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,


Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap Sikap
Selain kualitas pesan, ketepatan saluran komunikasi turut berperan kualitas
komunikator dalam mencapai sasaran jangka pendek dan sasaran antara Social
Change Campaigndalam tingkatan sikap. Khalayak sasaran akan mengubah
sikapnya kalau mempunyai opini bahwa komunikator mempunyai kompetensi
yaitu mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan
berkomunikasi dan memotivasi komunikasi.
Opini siswa SD terhadap kompetensi Penyuluh Keamanan Pangan
terungkap dari tabel 5.25“Deskripsi Jawaban Responden terhadap Opini terhadap
Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi Komunikasi dari
Penyuluh Keamanan PJAS”. Jika pengetahuan Penyuluh Keamanan Pangan
terhadap keamanan PJAS makin lengkap, Penyuluh Keamanan Pangan makin
terampil berkomunikasi dan memotivasi komunikasi maka akan mengubah sikap
siswa SD untuk memilih PJAS yang aman. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap
sikap siswa untuk memilih PJAS yang aman memiliki nilai koefisien beta sebesar
0, 331 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000. Nilai ini memberikan makna
bahwa hubungan opini siswa SD terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS terhadap
sikap untuk memilih PJAS yang aman, lemah namun opini siswa SD terhadap
pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh
Keamanan PJAS berpengaruh positif signifikan siswaterhadap sikap siswa untuk
memilih PJAS yang aman. Artinya semakin komunikator mempunyai
pengetahuan tentang topik yang disampaikan, mampu berinteraksi aktif dengan
khalayak sasaran dan mampu memotivasi khalayak sasaran menurut opini

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


134

khalayak sasaran akan semakin efektif mempengaruhi sikap khalayak sasaran


tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan proposisi yang dikemukakan Spitzberg
& Cupach (1989) melalui Communication Competency Theory.
Secara keseluruhan, promosi keamanan PJAS untuk faktor predisposisi
berupa pemberian informasi atau pesan keamanan PJAS yang dilakukan kepada
siswa SD dapat mempengaruhi sikap siswa SD untuk memilih PJAS yang aman
melalui awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman setelah
menggunakan saluran komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan
acceptance dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam
saluran komunikasi dan opini terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari Penyuluh Keamanan PJAS. Dengan
demikian awareness / kesadaran setelah menggunakan saluran komunikasi, opini
terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan sosial yang
disampaikan melalui beragam salurankomunikasi dan opini terhadap kompetensi
(pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi) dari
komunikator dapat menjadi tolak ukur dalam melakukan evaluasi outcomes Social
Change Campaign secara empiris.
Terkait dengan hasil uji regresi berganda, hal penting yang perlu dicermati
adalah angka koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi R2 hasil uji
regresi dari ketiga variabel independen tersebut dengan sikap memilih PJAS yang
aman adalah sebesar 0,425. Berarti 42,5% varian sikap memilih PJAS yang aman
dapat dijelaskan oleh awareness / kesadaran setelah menggunakan saluran
komunikasi, opini terhadap attention, comprehension dan acceptance dari pesan
sosial yang disampaikan melalui beragam saluran komunikasi dan opini terhadap
kompetensi (pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi)
dari komunikator, sedangkan selebihnya 57,5% dipengaruhi oleh variabel/faktor
lain yang belum tergali dalam penelitian ini (karakteristik psikografik,
karakteristik keluarga, kontak interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan
media exposure (frekuensi)).
Dalam kaitannya dengan variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap
memilih PJAS yang aman, maka berdasarkan nilai koefisien beta yang dihasilkan
dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah opini

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


135

terhadapattention, comprehension, acceptance daripesan keamanan PJAS yang


disampaikan melalui beragam saluran komunikasi kemudian variabel opini
terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari
Penyuluh Keamanan PJAS dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih
PJAS yang aman setelah menggunakan saluran komunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian, juga dapat dipahami, bahwa selain ketiga
variabel di atas, ada variabel lain yang dapat mempengaruhi sikap memilih PJAS
yang aman diantaranya karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak
interpersonal, konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi).

5.2.4 Efektivitas Sikap


Evaluasi terhadap efektivitas Social Change Campaign- Gerakan Aksi
Nasional PJAS sebuah kampanye komunikasi publik perlu dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana efektivitas kampanye tersebut. Terkait dengan
hasil perhitungan efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang aman pada tabel
5.27, dari seluruh responden (100%) yang terpapar taktik promosi keamanan
pangan dengan beragam saluran komunikasi, menunjukkan sikap untuk memilih
PJAS yang aman secara keseluruhan adalah berada pada kategori efektif yaitu
sebesar 98,9%. Hal tersebut mencerminkan pengaruh promosi keamanan dengan
beragam saluran komunikasi terhadap efektivitas sikap untuk memilih PJAS yang
aman. Adapun skor kurang efektifnya sikap memilih PJAS yang aman dapat
disebabkan karena kurang atensinya responden pada saat membaca poster, komik,
mengikuti penyuluhan interaktif dan melihat film.
Sebagai pelengkap penelitian, peneliti juga melakukan analisis tabulasi
silang beberapa karakter responden dengan tingkatan efektivitas sikap memilih
PJAS yang aman. Salah satu aspek karakter responden yang dicermati adalah soal
faktor kelas dan usia dan korelasinya dengan tingkatan efektivitas sikap memilih
PJAS yang aman. Dari data tabulasi silang antara kelasdan tingkatan efektivitas
sikap memilih PJAS (tabel 5.31) dan data tabulasi silang antara usia dantingkatan
efektivitas sikap memilih PJAS yang aman (tabel 5.30) menunjukkan bahwa
mayoritas responden kelas 6 SD berusia 11 tahun dan 12 tahun. Berdasarkan
kelompok usia, seluruh responden berusia 11, 12 dan 13 tahun memiliki tingkatan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


136

sikap memilih PJAS yang efektif sedangkan untuk pendidikan, seluruh responden
kelas 5 dan 6 serta mayoritas responden kelas 4 memiliki tingkatan sikap memilih
PJAS yang efektif. Merujuk pada kurikulum SD/MI yang mana terdapat sekuensi
kesinambungan muatan keamanan pangan antar tingkat kelas maka secara
pengetahuan siswa kelas 6 akan lebih memahami tentang keamanan pangan
dibandingkan kelas 5 dan kelas 4. Semakin siswa mempunyai kepercayaan atau
pengetahuan yang positif terhadap keamanan pangan maka yang timbul adalah
perasaan positif dalam hal ini sikap memilih PJAS yang baik.
Secara keseluruhan, hal-hal diatas didukung pula oleh skor rata-rata tiap
variabel independen dan dependen, dimana keseluruhan nilai Mean pada setiap
variabel hampir mendekati nilai Mean maksimun pada variabel tersebut. Artinya
taktik program promosi yang dilakukan melalui beragam saluran komunikasi
menghasilkan tingkatan sikap memilih PJAS yang aman yang baik melalui
awareness responden yang baik untuk memilih PJAS yang aman; attention,
comprehension dan acceptance yag baik daripesan keamanan PJAS yang
disampaikan; pengetahuan, keterampilan berkomunikasi dan memotivasi
komunikasi yang baik dari Penyuluh Keamanan PJAS.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


137

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan kesimpulan
penelitian untuk menjawab perumusan masalah seperti yang disampaikan pada
bab pertama, implikasi hasil penelitian dan saran.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Pengaruh Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran


Komunikasi terhadap Sikap

Awareness (kesadaran) setelah menggunakan saluran komunikasi


memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara
langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu
teori umum bagi Social Change Campaign yang menjelaskan bahwa penggunaan
saluran komunikasi dalam menyampaikan pesan sosial dapat mencapai sasaran
jangka pendek dan antara yaitu kesadaran dan sikap, dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara awareness (kesadaran) setelah menggunakan
saluran komunikasi dengan sikap. Hasil penelitian juga bersifat positif,
hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin khalayak sasaran memiliki
awareness / kesadaran memilih PJAS yang aman setelah menggunakan saluran
komunikasi akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih PJAS yang
aman.

6.1.2 Pengaruh opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari


pesan melalui beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan
interaktif, film) terhadap Sikap

Opini terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui


beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film)
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian ini secara

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


138

langsung telah mendukung konsep yang telah disampaikan pada literatur, yaitu
reinforcement theory, yang menjelaskan bahwa agar pesan dapat efektif
mempengaruhi perubahan sikap komunikan maka menurut teori ini, perubahan
sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan
perubahan ini dihasilkan melalui pesan yang bersifat attention, comprehension,
acceptance. Hasil penelitian juga bersifat positif, hubungannya berbanding lurus,
maksudnya semakin pesan yang disampaikan melalui beragam saluran
komunikasi bersifat attention, comprehension dan acceptance menurut opini
khalayak sasaran maka akan semakin efektif mempengaruhi sikapnya memilih
PJAS yang aman.

6.1.3 Pengaruh Opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi,


Memotivasi Komunikasi dari Penyuluh terhadap Sikap

Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi


komunikasi dari Penyuluh memberikan pengaruh secara signifikan terhadap sikap.
Hasil penelitian ini secara langsung telah mendukung konsep yang telah
disampaikan pada literatur, yaitu communication competency theory, yang
menjelaskan bahwa komunikan akan mengubah sikapnya apabila komunikator
mempunyai pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, keterampilan
berkomunikasi dan memotivasi komunikasi. Hasil penelitian juga bersifat positif,
hubungannya berbanding lurus, maksudnya semakin Penyuluh Keamanan PJAS
mempunyai pengetahuan tentang bagaimana memilih makanan/minuman jajanan
yang aman, mampu berinteraksi aktif dengan peserta penyuluhan dan mampu
memotivasi peserta penyuluhan untuk memilih PJAS yang aman menurut opini
khalayak sasaran akan semakin efektif mempengaruhi sikap nya memilih PJAS
yang aman.

Di samping itu, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian ini:

1. Awareness (kesadaran) setelah Menggunakan Saluran Komunikasi, opini


terhadap attention, comprehension, acceptance dari pesan melalui
beragam saluran komunikasi (poster, komik, penyuluhan interaktif, film),

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


139

opini terhadap Pengetahuan, Keterampilan Berkomunikasi, Memotivasi


Komunikasi dari Penyuluh dalam konteks Social Change Campaign,
dapat menjadi tolak ukur evaluasi outcomes sikap secara empiris,
2. Variabel yang paling berpengaruh terhadap sikap untuk memilih PJAS
yang aman, adalah opini terhadap attention, comprehension, acceptance
dari pesan keamanan PJAS yang disampaikan melalui beragam saluran
komunikasi, kemudian variabel opini terhadap pengetahuan, keterampilan
berkomunikasi, memotivasi komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS
dan variabel awareness / kesadaran untuk memilih PJAS yang aman
setelah menggunakan saluran komunikasi
3. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan adanya indikasi hubungan
kausalitas dan nilai korelasi antara attention, comprehension, acceptance
dari pesan poster terhadap sikap , dari pesan penyuluhan terhadap sikap
serta dari pesan film terhadap sikap masing-masing bernilai positif
sedang, sedangkan dari pesan komik terhadap sikap bernilai positif kuat

6.2 Implikasi Hasil Penelitian

6.2.1 Praktis

Perlu bagi Badan POM agar


1. Taktik promosi keamanan pangan perlu untuk menitikberatkan pada
peningkatan cakupan diseminasi pesan keamanan PJAS kepada khalayak
sasaran primer (siswa SD) melalui beragam saluran komunikasi (saluran
personal dan non personal) dengan demikian pada saat dilakukan kegiatan
penyuluhan keamanan PJAS kepada siswa SD harus selalu disertai dengan
pemberian produk informasi keamanan pangan untuk mendukung
efektivitas outcomes Gerakan Aksi Nasional PJAS yaitu sikap memilih
PJAS yang aman.
2. Perancangan, pesan kampanye Gerakan Aksi Nasional PJAS perlu
mengutamakan aspek cater to the heart and head selain attention,
comprehension, acceptance untuk mendukung efektivitas sikap memilih
PJAS yang aman.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


140

6.2.2 Akademis

Bagi akademik perlu mengembangkan model evaluasi outcomes Social


Change Campaign dengan menggunakan structural equation modeling
(SEM). Dengan demikian variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
sikap dapat diidentifikasi dan peneliti juga dapat mnegetahui bagaimana
keterkaitan timbal balik variabel sikap dengan variabel lain seperti
pengaruh kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, pribadi,
pengalaman dan lembaga pendidikan dan agama

6.3 Saran

Disarankan kepada penelitian yang akan datang :


1. Mengambil sampel siswa SD di luar provinsi DKI Jakarta menurut
wilayah, status dan akreditasi sekolah karena social change campaign –
Gerakan Aksi Nasonal PJAS dilakukan pada tingkat nasional. Jika
ditemukan hasil yang sama, maka penelitian ini bisadigeneralisasikan pada
siswa SD secara keseluruhan.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor lainnya di luar
penelitian ini yang dapat mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman
(karakteristik psikografik, karakteristik keluarga, kontak interpersonal,
konteks sosial, peraturan sekolah dan media exposure (frekuensi) sehingga
dapat dirancang taktik promosi keamanan pangan dengan intervensi
khusus bila diperlukan.
3. Untuk menggali faktor lain di luar hasil temuan dalam penelitian ini yang
mempengaruhi sikap memilih PJAS yang aman sebaiknya dilakukan
dengan beragam saluran komunikasi(dengan teknik kuesioner juga disertai
dengan wawancara mendalam dan observasi) agar responden dapat leluasa
mengomunikasikan respon atau sikapnya sehingga diperoleh hasil yang
optimal dan tidak bias.
4. Mengambil jumlah sampel dan lingkup yang lebih besar, bukan hanya
terbatas pada kalangan siswa SD saja namun juga komunitas sekolah
lainnya, diteliti terhadap sikap keamanaan pangan. Dengan demikian,

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


141

akan diperoleh gambaran keberhasilan taktik program promosi keamanan


pangan secara nasional dalam rangka Gerakan Aksi Nasional PJAS.
5. Melakukan penelitian terhadap ketepatgunaan saluran komunikasi yang
digunakan pada taktik promosi keamanan pangan terhadap perilaku
keamanan pangan.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


142

KEPUSTAKAAN

Buku
Azwar, Saifuddin, 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta

Ali, Asrori,Mohammad, 2011, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta


Didik, Bumi Aksara, Jakarta

Anonim, 2004, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Pusat Promosi


KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Jakarta

Ardianto, Elvinaro, 2009, Public Relations Praktis, Widya Padjajaran, Bandung

Beck, Andrew, Bennet, Peter& Wall, Peter, 2002, Comunication Studies The
Essential Introduction, Routledge, New York

Bungin, Burhan, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta

Cutlip, Scott M., et al, 2006, Effective Public Relations. Trans Tri Wibowo. B.S,
KencanaPrenada Media Group, Jakarta

Di Iorio, Colleen Konicki, 2005, Measurement in Health Behavior, John Wiley


& Sons, Inc, USA

Denis&Windahl Sven, McQuail, 1996, Communication Models, Longman


London & New York, New York

Depari, Edward dan Collin Mac Andrews, 1991, Peranan Komunikasi Massa
Dalam Pembangunan, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Pusat Promosi Kesehatan, 2004, Pengembangan Media Promosi Kesehatan,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Engel, J.F., Blackwell, R.D & Miniard, P.W., 1990, Consumer Behavior, The
DrydenPress, United States of America

Fisher, B.Aubrey, 1990, Teori-Teori Komunikasi Massa, Remadja Karya,


Bandung

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate denganSPSS, Badan


Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Griffin EM, 2002,A First Look At Communication Theory, Fifth Edition, Mc.
Graw Hill, Boston

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


143

Hidayat Taufik, Istiadah N, 2011, Mengolah Statistik Penelitian, Media Kita,


Jakarta

Kang NE, Kim JH, Kim YS, Ha AW, 2010, Food Safety Kknowledge and
Practice by the Stages of Change Model in School Children. Nutr Res Pract

Kenneth E., Andersen, 1972, Communication Theory, Practice, Menlo Park,


California

Kotler, Phillip & Ed L.R., 1989, Social Markting Strategies for Changing
Public Behaviour, The Free Press, New York

Liliweri, 1991, Memahami Peran Komunikasi Dalam Masyarakat, Citra Aditya


Bakti, Bandung

---------------, 2009, Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan, PT. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta
---------------, 2011, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Kencana Prenada
Media
Group, Jakarta

Lin W, Yang HC, Hang CM, Pan WH. 2007, Nutrition Knowledge, Attitude, and
Behavior of Taiwanese elementary school children. Asia Pac J Clin Nutr.

Lok KYW, Chung YW, Benzie IFF, Woo J, 2011, Synthetic Colourings of
some Snack Foods Consumed by Primary School Children Aged 8-9 years in
Hong Kong. Food Additives Contaminants.

Husby I, Heitmann BL, Jensen KO, 2008, Meals and snacks from the child’s
perspective: the contribution of qualitative methods to the development of
dietary interventions. Public Health Nutrition.

Malhotra, Naresh K, 1999, Marketing Research An Applied Orientation, Prentice


Hall, New Jersey.

M. Roger, Everett and Shoemaker , W. Flyod, 1971, Communication of


Innovation, Free Press, W. Flyod.

Miarso, Yusufhadi, 1986, Teknologi Komunikasi Pendidikan,


Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, CV. Rajawali, Jakarta.

Moriarty, S.E, 1991, Creative Advertising Theory and Practice, Prentice Hall. Inc,
United State of America

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


144

Neuman, William Lawrence, 2006, Social Research Methods:


Qualitative and Quantitative Approaches 6th Edition. Boston: Pearson
Education, Inc.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta


Notoatmodjo et all, 1996, Promosi Kesehatan di Sekolah, Pusat Promosi
Kesehatan,Departemen Kesehatan, Jakarta

Nasution, Zulkarimein, 1989, Prinsip - prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan, LP


FE UI,Jakarta

Badan POM RI, 2010, Pedoman Sistem Sertifikasi Profesi PKP dan DFI,
DirektoratSurveilan danPenyuluhan Keamanan Pangan Deputi 3 Badan
POM RI, Jakarta

Petty, R.E & Cacioppo, J.T., 1996, Attitudes and Persuasion: Classic and
ContemporaryApproaches, Westview Press, Inc, United States of America

Prastowo, Andi, 2011, Memahami Metode Penelitian, Ar Ruzz Media,


Yogyakarta

Priyatno, Duwi, 2010, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Media Kom,
Jakarta

Ruslan, Rosady, 2008, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta

---------------------, 2008, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta

Rachmat,Kriyantoro, 2010, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana


Prenada Media Group, Jakarta

Rakhmat,Jalaluddin, 2000,Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung

Ray, Michael L, 1973, The Marketing Communication and the Hierarchy of


Effects,Baverli Hills, CA.Sage, USA

Rice, Ronald E&Charles K Atkin (editor), 1990, Public Communication


Campaigns 2 ndedition, Sage Publication, USA

Rogers, Everett M. Rogers, 1997, A History ofCommunication Study 1 st


edition, Free Press, USA

Shimp, Terence A., 1997, Advertising, Promotion Management and

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


145

Supplemental Aspects of Integrated Marketing Communication, 4 th ed.,


The Dryden Press, Flarcourt Brace College Publisher, Orlando, Philadelphia

Simmons, Robert E., 1990, Communication Campaign Management: A


System Approach, White Plain, NY

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (Editor), 1995, Metode Penelitian


Survei, PT Pustaka LP3ES, Jakarta

Silalahi, Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung

Severin, Werner J., Tankard, James W., 2005, Teori Komunikasi : Sejarah,
Metode dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta : Prenada Media

Smith, Ronald D., 2002, Strategic Planning for Public Relations,


Lawrence Erlbaum Associates, Inc, New Jersey

Sugiyono, 2011, Statistika untuk Penelitian, PT. Alfabeta, Bandung


Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT. Remaja
Rosdakarya,Bandung

Supranto, J., 2010, Analisis Multivariat : arti dan interpretasi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta

World Health Organization, 1996,Food Safety Unit, Essential Safety


Requirements For street-vended foods

Laporan
Badan POM RI, 2008, Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan
JajananAnak Sekolah (PJAS) Nasional

Badan POM RI, 2012, Grand Disain Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS)

Tesis

Aci Debby Oktori Nasution, 2009, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak
Sekolahtentang Gizi dan Keamanan Pangan di lingkungan Kota dan
Kabupaten Bogor

Efriza, 2009, Efektivitas Media Promosi dalam Meningkatkan Pengetahuan


Siswa, Guru dan Pedagang tentang Keamanan Pangan

Helrina, 2000, Hubungan antara Keterpaparan Media Komunikasi


Massa dengan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMUN 2
Sinjaidan SMUN SinjaiSelatan

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


146

MI Murniati, 2004, Hubungan Pajanan Media Komunikasi Massa dengan


Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya
Jakarta Timur

Mastoni Sani, 1991, Peranan Media Massa dalam Pembentukan Sikap


KemandirianBerkeluarga Berencana

Regina Damayanti Darmadji, 2003, Pengaruh Iklan TV terhadap Pemahaman dan


Sikap

Rumondang Pulungan, 2008, Studi Mengenai Pengaruh Metode Penyuluhan


TerhadapPeningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil Terhadap PSN-
DBD

Jurnal
Cho Hyunyi&T. Salmon, Charles, 2007, Unintended Effects of Health
CommunicationCampaigns, Journal of Communication, 293-317

Chung, Sungeon& L. Fink, Edward, 2008, The Cognitive Dynamics of


Beliefs : The Effect of Information on Message Processing,Journal of
Communication, 477-503

Yasmin, Ghaida dan Mdanijah, Siti, 2010, Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak
Sekolah terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi, Jurnal
Gizi dan Pangan,148-157

Ida Husby, Berit L Heitmann and Katherine O‟Doherty Jensen,2008, Meals and
Snacks from the childs perspective : the contribution of qualitative
methods to thedevelopment of dietary interventions, Journal of Public
Health Nutrition,739-747

Artikel dari database internet


http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/
Story M, French S., 2004, Food advertising and marketing directed at
children and adolsecent in the US. Int J Behavioral Nutr Phys Activity.
2004;1:3 (http://www.ijbnpa.org/content/1/1/3).

http://www.t4cd.org/Resources/ICT_Resources/Projects/Pages/ICTProject_306.a
spxCatalog 2Wcom Early Warning System, Germany.

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


0

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penelitian

Lampiran II : Output Analisis Distribusi Frekuensi Data Responden

Lampiran III : Output Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Lampiran IV : Output Efektivitas Sikap Memilih PJAS yang Aman

Lampiran V : Output Analisis Repeated Measure ANOVA

Lampiran VI : Output Analisis Korelasi Sederhana

Lampiran VII : Output Analisis Tabulasi Silang

Lampiran VIII : Output Analisis Multivariate

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


5. Berapa kali kamu jajan makanan atau minuman dalam seminggu di
sekolah? (pilih salah satu dengan melingkari jawaban)
a. Sering atau selalu ( ≥ 4 kali/seminggu)
b. Kadang-kadang ( 1-3 kali/seminggu)
c. Tidak pernah jajan

Kenal terhadap Poster PoMpi, Komik PoMpi, Penyuluhan Interakrif


Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, Film PoMpi

6. Saya pernah membaca Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”


a. Ya
b. Tidak

7. Saya pernah membaca Komik PoMpi “Memilih Makanan yang aman”


a. Ya
b. Tidak

8. Saya pernah mengikuti Penyuluhan Interaktif “Keamanan Pangan


Jajanan Anak Sekolah”
a. Ya
b. Tidak

9. Saya pernah melihat Film PoMpi “Akibat Salah Makan”


a. Ya
b. Tidak

Tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster PoMpi,


Komik PoMpi, Penyuluhan Interakrif Keamanan Pangan Jajanan Anak
Sekolah, Film PoMpi

10. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Poster
PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”
a. Ya
b. Tidak

11. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Komik
PoMpi “Memilih Makanan yang aman”
a. Ya
b. Tidak

12. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Penyuluhan
Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah”
a. Ya
b. Tidak

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


13. Saya tahu pesan memilih makanan/minuman yang aman dari Film PoMpi
“Akibat Salah Makan”
a. Ya
b. Tidak

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


B. Awareness memilih PJAS yang amansetelah menggunakan saluran
komunikasi

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di
bawah ini yang sesuai dengan pilihan Adik,

1 = STS : Sangat Tidak Sadar


2 = T: Tidak Sadar
3 = R : Ragu-ragu
4 = S : Sadar
5 = SS : Sangat Sadar

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Sadar Sangat


Tidak Sadar ragu Sadar
Sadar

1 Setelah saya membaca Poster PoMpi


“Hindari Jajan Sembarangan” , saya
(sangat tidak sadar/tidak sadar/ragu-
ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih
makanan/minuman jajanan yang aman

2 Setelah saya membaca Komik PoMpi


“Memilih Makanan yang aman”, saya
(sangat tidak sadar /tidak sadar/ragu-
ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih
makanan/minuman jajanan yang aman

3 Setelah saya mengikuti Penyuluhan


Interaktif “Keamanan Pangan Jajanan
Anak Sekolah”, saya (sangat tidak sadar
/tidak sadar/ragu-ragu/sadar/sangat
sadar) untuk memilih
makanan/minuman jajanan yang aman

4 Setelah saya melihat Film PoMpi


“Akibat Salah Makan” saya (sangat
tidak sadar /tidak sadar/ragu-
ragu/sadar/sangat sadar) untuk memilih
makanan/minuman jajanan yang aman

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


C. Opini terhadap attention, comprehension, acceptance daripesan keamanan
PJAS

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah
ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:
1 = STS : Sangat Tidak Sadar
2 = T : Tidak Sadar
3 = R : Ragu-ragu
4 = S : Sadar
5 = SS : Sangat Sadar

Poster PoMpi “Hindari Jajan Sembarangan”

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat


Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik


perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan


perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap


(terdapat jawaban terhadap pertanyaan
mengapa kita “Memilih
Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


Komik PoMpi “Memilih Makanan Aman”

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat


Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik


perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan


perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap


(terdapat jawaban terhadap pertanyaan
mengapa kita “Memilih
Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


Penyuluhan Interaktif “Keamanan PJAS”

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat


Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik


perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan


perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap


(terdapat jawaban terhadap pertanyaan
mengapa kita “Memilih
Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


Film PoMpi “Akibat Salah Makan”

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat


Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

1 Pesan yang disampaikan menarik


perhatian saya

2 Pesan yang disampaikan meningkatkan


perhatian saya

3 Pesan yang disampaikan lengkap


(terdapat jawaban terhadap pertanyaan
mengapa kita “Memilih
Makanan/Minuman Jajanan yang aman”)

4 Pesan yang disampaikan mudah dipahami

5 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di lingkungan sosial saya

6 Pesan yang disampaikan dapat diterima


di budaya saya

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


D. Opini terhadap pengetahuan, keterampilan berkomunikasi, memotivasi
komunikasi dari Penyuluh Keamanan PJAS

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah
ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:
1 = STS : Sangat Tidak Sadar
2 = T: Tidak Sadar
3 = R : Ragu-ragu
4 = S : Sadar
5 = SS : Sangat Sadar

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat


Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

1 Kakak yang membawakan materi


powerpoint slide (penyuluh) mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana memilih
makanan / minuman jajanan yang aman

2 Kakak yang membawakan powerpoint


slide (penyuluh) mampu berinteraksi aktif
dengan peserta penyuluhan

3 Kakak yang membawakan powerpoint


slide (penyuluh) mampu memotivasi saya
untuk memilih makanan/minuman
jajanan yang aman

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


E. Sikap memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang aman

Berikan tanda silang (X) pada kolom di sebelah kanan setiap pernyataan di bawah
ini yang sesuai dengan pilihan Adik, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = STS : Sangat Tidak Sadar


2 = T: Tidak Sadar
3 = R : Ragu-ragu
4 = S : Sadar
5 = SS : Sangat Sadar

No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat


Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

1 Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang


terlindung dari debu/asap kendaran
bermotor

2 Sebelum jajan penting memperhatikan


kebersihan tempat jajan

3 Sebelum jajan, pilih tempat jajan yang


jauh dari tumpukan sampah

4 Sebelum jajan penting untuk


memperhatikan kebersihan penjaja
makanan/minuman jajanan

5 Membeli makanan/minuman jajanan dari


penjaja yang tidak langsung menyentuh
makanan/minuman dengan tangan

6 Sebelum jajan penting untuk


memperhatikan kebersihan peralatan
yang digunakan penjaja untuk mengambil
makanan jajanan

7 Membeli makanan/minuman jajanan


yang disajikan menggunakan peralatan
makan/minum
(piring/sendok/garpu/gelas) yang bersih

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


No Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat
Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju

8 Sebelum jajan penting memperhatikan


tanggal kedaluwarsa pada kemasan

9 Sebelum jajan, penting untuk


memperhatikan kebersihan tempat
penjualan (gerobak, meja,dll)

10 Sebelum jajan penting untuk


memperhatikan kebersihan wadah untuk
menjual makanan/minuman jajanan

11 Membeli makanan/minuman jajanan


yang dikemas dengan kemasan dalam
kondisi baik (plastik snack tidak
bocor/kaleng minuman tidak
penyok/berkarat)

12 Membeli makanan jajanan yang tidak


dibungkus dengan kertas bekas
bertinta/kertas koran/kantong kresek
hitam

13 Membeli makanan/minuman jajanan


yang dikemas dengan kemasan yang
bersih

14 Membeli makanan/minuman jajanan


yang tidak mengandung formalin, boraks,
rhodamin B, methanyl yellow

15 Membeli minuman yang dibuat dari air


matang

16 Membeli es campur yang menggunakan


es batu dari air matang

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Poster PoMpi

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Komik PoMpi

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Penyuluhan Interaktif

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0

Tahu pesan memilih PJAS yang Aman dari Fil m PoMpi

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 265 100,0 100,0 100,0

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


8

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Sikap 265 100,0% 0 ,0% 265 100,0%

Usia * Sikap Crosstabulation

Sikap
Kurang Ef ektif Ef ektif Total
Usia 9 tahun Count 1 37 38
% of Total ,4% 14,0% 14,3%
10 tahun Count 4 72 76
% of Total 1,5% 27,2% 28,7%
11 tahun Count 0 99 99
% of Total ,0% 37,4% 37,4%
12 tahun Count 0 49 49
% of Total ,0% 18,5% 18,5%
13 tahun Count 0 3 3
% of Total ,0% 1,1% 1,1%
Total Count 5 260 265
% of Total 1,9% 98,1% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 7,698a 4 ,103
Likelihood Ratio 9,018 4 ,061
Linear-by -Linear
3,691 1 ,055
Association
N of Valid Cases 265
a. 6 cells (60,0%) hav e expected count less t han 5. The
minimum expected count is ,06.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012


9

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Uang Saku * Sikap 265 100,0% 0 ,0% 265 100,0%

Uang Saku * Si kap Crosstabulation

Sikap
Kurang Ef ektif Ef ektif Total
Uang Tidak diberi uang saku Count 0 1 1
Saku % of Total ,0% ,4% ,4%
Rp.1000 - Rp. 2500 Count 1 33 34
% of Total ,4% 12,5% 12,8%
Rp. 2600 - Rp. 5000 Count 2 92 94
% of Total ,8% 34,7% 35,5%
> Rp. 5000 Count 2 134 136
% of Total ,8% 50,6% 51,3%
Total Count 5 260 265
% of Total 1,9% 98,1% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,380a 3 ,944
Likelihood Ratio ,379 3 ,945
Linear-by -Linear
,311 1 ,577
Association
N of Valid Cases 265
a. 5 cells (62,5%) hav e expected count less t han 5. The
minimum expected count is ,02.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Yustina Muliani, FISIP UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai