Anda di halaman 1dari 156

 

 
 

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO
PADA REMAJA DI SMA NEGERI I KARTASURA
KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
TAHUN 2013

SKRIPSI

INDRIYANI PRIHATININGSIH
NPM. 1106131642

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
KEKHUSUSAN KEBIDANAN KOMUNITAS
DEPOK 2013

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


 
 

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO
PADA REMAJA DI SMA NEGERI I KARTASURA
KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

INDRIYANI PRIHATININGSIH
NPM. 1106131642

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
KEKHUSUSAN KEBIDANAN KOMUNITAS
DEPOK 2013

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


MJRAT PERNYATAAN

Yang Bertandatangan dibawai ini, saya :

Nama : Indriyani Prihatiningsih

NPM : 1 06131642

Mahasiswa Program :S Ekstensi (Sarjana Kesehatan Masyarakat)

Peminatan : K ^bidanan Komunitas

Tahun Akademik :2C 12-2013

Menyatakan bahwa saya ticak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Skripsi saya yang berjudul:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN TEVTANG KESEHATAN REPRODUKSI
DAN SIKAP TERHAHAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO
PADA REMAJA DI SMA NEGERIIKARTASURA
KABUPATEN 8UKOHARJO JAWA TENGAH
TAHUN 2013

Apabila suatu saat nanti tei bukti saya melakukan plagiat maka saya akan
menerima sanksi yang telah di etapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

DeDok.28 Juni2013
METERAI
TEMPER

(Indriyani Prihatiningsih)

11
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
HALAMA> PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah $ aya nyatakan dengan benar.

Nama Indriyani Prihatiningsih


NPM 1106131642
Tanda Tantan
Tanggal 28 Juni 2013

in
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
HA AMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama Injdriyani Prihatiningsih
NPM : 1 )6131642
Program Studi : S jana Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : P garuh Pendidikan Kesehatan Terhadap
P getahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dan
S cap Terhadap Perilaku seksuaJ Berisiko Pada
R maja Di SMA Negeri I Kartasura Kabupaten
:oharjo Jawa Tengah Tahun 2013

Telah berhasil dipertahankan ihadapan Dewan Penguji dan terima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan
Komunitas Fakultas Kesehatar Masyarakat Universitas Indonesia

)EWAN PENGUJI

Pembimbing : dr. Adi Saso igko, M.A

Penguji : Dr. drg. Ell Nurlaela Hadi, M.Kes (_

Penguji : Fajar Hardiahto, SKM, M.Kes

Ditetapkan di : Depok

Tanggal 28 Juni20i:
IV
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi saya yang berjudul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi dan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Pada remaja Di SMA
Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2013.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir dan
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan
Komunitas pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan dalam proses
penulisan saya mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tanpa hal
tersebut tidaklah mungkin bagi saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Adi Sasongko, M.A selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan memberikan bimbingan serta petunjuk pikiran dalam penulisan skripsi
saya ini;
2. Kepala Sekolah SMA Negeri I Kartasura yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut;
3. Ibu Eni selaku guru Bimbingan Konseling (BK), yang telah memfasilitasi
penulis dalam pengambilan data dan pelaksanaan intervensi pendidikan
kesehatan ;
4. Budi Wicaksono, SE (suami tercinta) dan putra putri tersayang kami Andre
Adhitama, Rizky Ameliana dan Diva Ameliana, serta bapak, ibu yang telah
memberikan pengertian, dukungan dan pengorbanan serta doa tulus yang tak
ternilai;
5. Semua teman-teman angkatan IV peminatan kebidanan komunitas senasib
seperjuang yang selalu menemani, membantu serta memberikan motivasi, dan
dukungan dalam segala hal sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan
skripsi saya ini;

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
6. Terakhir kepada semua pihak yang telah membantu, yang mungkin namanya
tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dalam
bentuk apapun sehingga penulisan skripsi ini dapat saya selesaikan dengan
baik.

Akhir kata, saya berharap Allah, SWT berkenan membalas segala


kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, amin

Depok, 28 Juni 2013

Penulis

vi

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR tJNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika l|lniversitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Ir driyani Prihatiningsih


NPM :1106131642
Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Departemen/Peminatan : Kebidanan Komunitas
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu p< ngetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi dan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Pada remaja Di
SMA Negeri I Kartasura Tahun 2013
Beserta pangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta c an sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat d| : Depok Jawa Barat


Padatanggal : 28 Juni2013
Yang menyatakan

(Ind riyani Prihatiningsih)

vn
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Biodata/Identitas Peneliti
Nama : Indriyani Prihatinigsih
Tempat / Tanggal Lahir : Kendal / 13 Mei 1976
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa-Indonesia
Alamat Tempat Tinggal : Perum Pondok Baru Blok A3 No 16 Desa Gentan
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa
Tengah.
2. Riwayat Pendidikan Peneliti
- Sekolah Dasar Negeri (SDN) Banaran I tahun 1982-1988;
- Sekolah Menengah Pertama (SMP) Batik Surakarta tahun 1988-1991;
- Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Pemda Kendal tahun 1991-1993;
- Program Pendidikan Bidan, SPK PPNI Semarang tahun 1994-1995;
- Akademi Kebidanan Aisyiyah Surakarta 2001-2004;
- Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (Bidkom FKM-UI)
tahun 2011-2013.
3. Riwayat Pekerjaan Peneliti
- Bidan Pegawai tidak Tetap di Puskesmas I Kartasura Kabupaten
Sukoharjo tahun 1995-1998;
- Bidan Pelaksana di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan PKU
Muhammadiyah Kartasura tahun 1998-2004.
- Bidan Pegawai tidak Tetap di Puskesmas II Baki Kabupaten Sukoharjo
tahun 2004-2006;
- Pegawai Negeri Sipil tahun 2006 – sekarang :
¾ Sebagai bidan di Puskesmas Baki II Kabupaten Sukoharjo Jawa
Tenggah tahun 2006-2010;
¾ Sebagai staf Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010 –
sekarang.
viii

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Indriyani Prihatiningsih


Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Tentang Kesehatan Reproduksi Dan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Berisiko
Pada Remaja Di SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Tahun 2013.
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Hal ini
terbukti dengan munculnya beberapa perilaku seksual berisiko yang ditunjukkan
oleh remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
dan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko. Penelitian ini menggunakan
rancangan pre-experimental design (One Group Pretest-Postes Design). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan yang
diberikan dengan pengetahuan responden (p=0,000) dan ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko (p=0,000). Hal
ini membuktikan bahwa Ho ditolak, atau ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dan ada pengaruh
pendidikan kesehatan pada sikap terhadap perilku seksual berisiko.
Kata Kunci : Pendidikan Kesesehatan, Pengetahuan, sikap, Kespro, Remaja.

ABSTRACT

Name : Indriyani Prihatiningsih


Study Program : Bachelor of Public Health
Title : Effect of Health Education on Reproductive Health Knowledge
of and Attitudes Toward Risk Sexual Behavior In adolescents at SMA Negeri I
Kartasura Sukoharjo Central Java in 2013.
The purpose of this study was to investigate the effect of health education on
knowledge of adolescents about reproductive health and adolescents attitudes
toward risk of sexual behavior. This study uses the design of pre-experimental
design (One Group Pretest-Postes Design). The results showed that there was the
influence of health education given to the respondents' knowledge (p = 0.000) and
there is influence health education with the attitudes adolescents respond risk
sexual behavior (p = 0.000). It is proved that Ho is rejected, or no effect on the
level of knowledge of health education on reproductive health. Knowledge of
adolescents about reproductive health stillvery lacking. This is evident by the
emergence of several sexual risk behaviors indicated by the adolescents. And
there is the influence of health education on attitudes toward risk of sexual
behaviors.
Keywords : Health Education, Knowledge, attitudes, reproductive health,
adolescent

ix

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... viii
ABSTRAK.................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ……………………………....…………………………….... x
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN……………………....…………………....... 1
1.1 LatarBelakang……………….………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 4
1.3 Pertanyaan Penelitian....................................................... 5
1.4 Tujuan………………………………………………… 5
1.4.1 Tujuan Umum…………………………………............. 5
1.4.2 Tujuan Khusus…………………………………............ 5
1.5 Manfaat Penelitian............................................................ 5
1.6 Ruang Lingkup................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 7


2.1 Remaja..........................................................…………... 7
2.1.1 Pengertian Remaja........………………........................... 7
2.1.2 Perkembangan Fisik Remaja..……………………......... 8
2.1.3 Perkembangan Psikososial Remaja................................. 8
2.1.4 Perkembangan Emosi...................................................... 9
2.1.5 Perkembangan Seksual.................................................... 9
2.1.6 Perilaku Seksual Berisiko................................................ 10
2.2 Kesehatan Reproduksi.................................................... 12
2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi................................... 12
2.2.2 Masalah-masalah Kesehatan Reproduksi......................... 13
2.3 Pendidikan Kesehatan Reproduksi.................................. 16
2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan.................................... 16
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Kesehatan......................................................................... 17
2.3.3 Metode Pendidikan Kesehatan........................................ 17
2.4 Pengetahuan..................................................................... 18
2.5 Sikap................................................................................. 21
2.5.1 Pengertian Sikap............................................................... 21
2.5.2 Ciri-ciri Sikap................................................................... 22

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
2.5.3 Terbentuknya Sikap.......................................................... 23
2.5.4 Cara Pengukuran Sikap.................................................... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL, DAN 24


HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep........................................................... 24
3.2 Defenisi Operasional...................................................... 25
3.3 Hipotesis......................................................................... 29

BAB 4 METODO PENELITIAN......................................................... 30


4.1 Desain Penelitian.............................................................. 30
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................... 31
4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi........................................... 31
4.3.1 Kriteria inklusi................................................................. 31
4.3.2 Kriteria Eksklusi............................................................... 31
4.4 Populasi Dan Sampel........................................................ 31
4.4.1 Populasi............................................................................. 31
4.4.2 Sampel............................................................................... 31
4.5 Cara Pengambilanlan Data Data....................................... 32
4.5.1 Instrume Penelitian............................................................ 32
4.5.2 Proses Pengumpulan Data.................................................. 34
4.6 Pelaksanaan Penelitian........................................................ 34
4.7 Pengolahan Data............................................................... 36
4.8 Analisis Data..................................................................... 36
4.8.1 Analisis Univariat............................................................... 36
4.8.2 Analisis Bivariyat............................................................... 37
BAB 5 HASIL PENELITIAN.................................................................. 38
5.1 Gambaran Umum.............................................................. 38
5.2 Analisis Univariat............................................................. 39
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden................................. 39
5.2.1.1 Gambaran Jenis kelamin Responden................................ 39
5.2.1.2 Gambaran Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden... 40
5.2.1.3 Gambaran Tingkat Pekerjaan Orang Tua Responden...... 41
5.2.1.4 Gambaran Akses Informasi pada Responden................... 42
5.2.2 Gambaran Pengetahuan Terhadap Kesehatan
Reproduksi Dan Sikap Terhadap Perilaku Seksual
Berisiko............................................................................. 43
5.3 Analisis Bivariat............................................................... 45
5.3.1 Hubungan antara Pendidikan Kesehatan dengan
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi .................. 45
5.3.2 Hubungan antara Pendidikan Kesehatan dengan Sikap
Terhadap Perilaku Seksual Berisiko................................ 46
5.3.2 Hubungan antara Karakteristik Responden dengan
Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dan Sikap
Responden terhadap Perilaku seksual Berisiko................ 47
BAB 6 PEMBAHASAN........................................................................... 53
6.1 Keterbatasan Penelitian..................................................... 53

xi

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
6.2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Remaja............................................................ 53
6.3 Hubungan Antara Karakteristik Responden Dan Akses
Informasi Dengan Pengetahuan Dan Sikap Responden... 55
6.3.1 Jenis Kelamin Responden................................................. 56
6.3.2 Pendidikan Orang Tua..................................................... 57
6.3.3 Pekerjaan Orang Tua....................................................... 58
6.3.4 Akses Informasi............................................................... 59
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN............................................................ 61
7.1 Simpulan ......................................................................... 61
7.2 Saran................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Devinisi Operasional Penelitian Pengaruh Pendidikan


Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi dan Sikap Terhadap Perilaku Seksual
Berisiko Pada remaja Di SMA Negeri I Kartasura Tahun
2013.......................................................................................... 25
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabelitas Variabel Pengetahuan.... 33
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Dan Reliabelitas Variabel Sikap............... 34
Tabel 4.3 Tahapan Dalam Pelaksanaan Penelitian.................................. 35
Tabel 5.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden...................................... 39
Tabel 5.2 Gambaran Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden......... 40
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Orang
Tua.......................................................................................... 41
Tabel 5.4 Gambaran Jenis Pekerjaan Orang Tua Responden......... 41
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan Orang
Tua.......................................................................................... 42
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut akses Informasi...................... 43
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Terhadap Kesehatan Reproduksi
Dan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berisiko
Sebelum Intervensi................................................................ 43
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden Sesudah
Intervensi.................................................................................. 44
Tabel 5.9 Distribusi Rata-rata Pengetahuan Responden Menurut
Intervensi Pendidikan Kesehatan Reproduksi......................... 45
Tabel5.10 Distribusi Rata-Rata Sikap Responden Menurut Intervensi
Pendidikan Kesehatan Reproduksi.......................................... 46
Tabel 5.12 Distribusi Nilai Rata-Rata Pengetahuan Responden Menurut
Karakteristik............................................................................. 47
Tabel 5.13 Distribusi Nilai Rata-Rata Sikap Responden Menurut
Karakteristik.............................................................................. 50
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
xiii

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...................................................................24

Gambar 3.2 Kerangka Kerja......................................................................24

Gambar 4.1 Disain Penelitian....................................................................30

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
xiv

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dan Sikap Terhadap
Perilaku Seksual Berisiko
Lampiran 2 Out Put Hasil Olah Data

Lampiran 3 Materi Pendidikan Kesehatan reproduksi Remaja

Lampiran 4 Materi Infeksi Menular seksual (IMS) dan HIV/AIIDS

Lampiran 5 Soal Studi kasus

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

xv

 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Remaja dikenal dengan “adolencere” yang berasal dari bahasa latin
“adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa (Sarwono, 2009). Menurut World Health Organization (WHO),
Remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sedangkan menurut
Departemen kesehatan Republik Indonesia (2005) remaja merupakan suatu proses
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari
kanak-kanak ke dewasa muda.
Survei WHO tahun 2010, Kelompok usia remaja (10-19 tahun) menempati
seperlima jumlah penduduk di dunia, dan 83% diantaranya hidup di negara-negara
berkembang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), penduduk Indonesia
sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 jiwa adalah remaja. Di Provinsi Jawa
Tengah berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 usia remaja berjumlah 4,6 juta
jiwa atau 14,3% total penduduk di Jawa Tengah.
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan yang pesat, baik
pertumbuhan fisik maupun psikis. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang
ini menyebabkan remaja dimanapun dia tinggal mempunyai sifat yang khas yang
sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan,
serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pertimbangan yang matang. Keadaan ini sering membawa mereka kedalam
perilaku yang beresiko yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang
mungkin harus ditanggungnya seumur hidup (Depkes R.I, 2007).
Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis, pada
periode yang dikenal sebagai pubertas yang diiringi dengan perkembangan
seksual. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan terhadap masalah
perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan
penyalahgunaan narkoba yang akan membawa risiko terhadap penularan infeksi
menular seksual (IMS), Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (BKKBN, 2011).

  1  Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
2
   

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dari keseluruhan


remaja usia 10-24 tahun yang berstatus belum menikah yaitu sebanyak 63.048
(86,7%). Pada kelompok remaja laki-laki 3% dan perempuan 1,1% mengatakan
pernah melakukan hubungan seksual. Diketahui pula bahwa umur pertama
berhubungan seksual sudah terjadi pada usia yang sangat muda yaitu pada usia 8
tahun, terdapat 0,5% pada responden perempuan dan 0,1% pada responden laki-
laki. Penelitian lain pada remaja yang masih duduk di bangku sekolah
menunjukkan bahwamereka setuju terhadap hubungan seks karena alasan akan
menikah (laki-laki mencapai 72,5% dan perempuan sebanyak 27,9%). Mereka
yang setuju karena alasan saling mencintai: laki-laki mencapai 71,5% dan
perempuan sebanyak 28,5% (Sybonete Research, 2004). Ada 86% remaja, baik
laki-laki maupun perempuan, yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya masa
subur. Penelitian Sekarrini (2012) di Kabupaten Bogor pada responden murid
SMK Kesehatan sebanyak 68 responden yang dijadikan sampel, 25 responden
(22%) mengatakan telah melakukan hubungan seksual.
Pengetahuan remaja tentang risiko seks bebas masih sangat rendah, hal ini
ditunjukkan oleh meningkatnya kegiatan seks bebas pada remaja dan
meningkatnya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (Kurniawan 2009).
Minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja terjadi karena
akses remaja untuk mendapatkan informasi sangat terbatas. Orang tua yang
seharusnya menjadi agen sosialisasi yang utama dan pertama (primer) justru
enggan membicarakan persoalan yang berkaitan dengan seksualitas atau
kesehatan reproduksi secara transparan karena masih menganggap tabu atau masih
menganggap bahwa anaknya masih kecil dan belum layak untuk membicarakan
perihal seksual atau kesehatan reproduksi. Atau bahkan orang tua tidak banyak
yang mengetahui dan memahami secara baik perihal informasi kesehatan
reproduksi. Kondisi seperti ini yang kemudian menjadikan remaja mencari
informasi pada sumber lain yang justru tidak jarang memberikan pengetahuan
yang salah (Imron, 2011).
Riskesdas (2010) membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan reproduksi
pada remaja masih sangat kurang. Dari 63.048 responden yang dijadikan sampel
baru 25,1% kelompok remaja yang pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
3
   

reproduksi. Penyuluhan kesehatan reproduksi yang diberikan terendah di provinsi


Sulawesi Barat (8,9%) dan tertinggi atau terbaik Provinsi DI Yogyakarta (57,1%).
Berdasarkan tempat tinggal remaja yang tinggal diperkotaan cenderung
mendapatkan penyuluhan kesehatan. Berdasarkan status sosial ekonomi,
kelompok remaja dengan tingkat ekonomi teratas lebih banyak mendapatkan
penyuluhan kesehatan reproduksi dibandingkan pada remaja dengan sosial
ekonomi terendah.
Arus globalisasi yang begitu cepat berkembang membawa pengaruh
komunikasi dan informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan sehingga dapat
mempercepat perubahan perilaku. Perilaku hubungan seksual pranikah semakin
sering dipraktekkan di kalangan remaja, hal ini terbukti dari Temuan Polres
Kabupaten Sukoharjo tentang beredarnya vidio mesum dikalangan remaja di
kabupaten Sukoharjo yang disebarkan dan direkam oleh siswa SMA Bulu
Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan kamera telefon genggam yang
diperankan oleh temannya sendiri (KPPKBSukoharjo, 2012).
Pendidikan Kesehatan Reproduksi perlu diberikan karena kurangnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksinya. Pendidikan Kesehatan
Reprodusi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perubahan aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan seksualitas. Remaja perlu
mengetahui tentang kesehatan reproduksi agar mereka memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya
sehingga ia lebih bertanggung jawab terhadap proses reproduksinya (BKKBN
Jateng, 2008).
Penelitian Nydia (2012) membuktikan adanya peningkatan pengetahuan
yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja
siswa SMP Kristen Gergaji. Terutama pada topik anatomi dan fisiologi organ
reproduksi, cara pemeliharaan kesehatan reproduksi, serta penyakit menular
seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Beberapa penelitian lain diantaranya penelitian
Rachma (2009) dan Tahiruddin (2007) juga membuktikan adanya perubahan
tingkat pengetahuan pada remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan
reproduksi.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
4
   

Remaja sangat rentan atau sensitif terhadap hal-hal baru yang


memungkinkan terjadinya berbagai permasalahan termasuk hubungan seks
pranikah. Adanya budaya “coba-coba” dikalangan remaja adalah trend remaja
saat ini supaya kelihatan “wah” dikalangan remaja itu sendiri. Banyaknya
informasi yang berkonotasi pornografi yang bersumber dari berbagai media
seperti media cetak (koran, tabloid, majalah, dan lainnya) serta media elektronik
seperti internet, televisi, VCD/DVD porno dan lainnya, perlu disikapi dalam
menerima informasi tersebut khususnya para remaja yang masih rentan dan peka
terhadap “hal-hal baru”. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis terdorong
untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dan Sikap Terhadap Perilaku
Seksual Berisiko Pada Remaja Di SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo
Jawa Tengah Tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat menggambarkan kecenderungan remaja
berperilaku seksual bahkan melakukan hubungan seks pranikah. Meningkatnya
minat seks pranikah pada pada remaja dan kurangnya pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi. Serta kurangnya akses informasi tentang kesehatan
reproduksi yang diterima remaja, membuat remaja cenderung mencari informasi
tentang seksualitas dari sumber yang kurang tepat.
SMA Negeri I Kartasura merupakan salah satu SMA di Kabupaten
Sukoharjo. Para remaja di SMA ini tentu saja tidak luput dari arus informasi yang
semakin gencar tersebut. Beredarnya video porno yang disebarkan dan diperankan
oleh remaja di Kabupaten Sukoharjo juga di akses oleh remaja disekolah ini.
Diketahuinya seorang siswi yang mengalami kehamilan tidak diinginkan pada
awal tahun 2013 juga menunjukkan bahwa remaja disekolah ini juga rentan
terhadap perilaku seksual berisiko, untuk itu mereka perlu perhatian ekstra agar
para remaja tersebut tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan.
Melihat fenomena ini penulis terdorong untuk melakukan penelitian
tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pada Pengetahuan Remaja Tentang

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
5
   

Kesehatan Reproduksi Dan Sikap remaja Terhadap Perilaku seksual Berisiko Di


SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa Tenggah Tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.2 Adakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan remaja
tentangkesehatan reproduksi?

1.3.3 Adakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan sikap remaja terhadap


perilaku seksual berisiko?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran karakteristik remaja.
2. Membuktikan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
3. Membuktikan adanya pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi
terhadap sikap remaja pada perilaku seksual beresiko.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk membuat program dan
materi kesehatan reproduksi yang lebih efektif terhadap remaja untuk
mencegah terjadinya perilaku seksul berisiko pada remaja.
2. Bagi pemerintah dan kementrian terkait, sebagai bahan masukan untuk
dapat direncanakan kegiatan pendidikan kesehatan yang akan memberi
bekal pengetahuan dan pembentukan karakter remaja sehingga dapat
terhindar dari dampak pergaulan bebas remaja di era globalisasi.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas terkait sebagai bahan
masukan untuk merencanakan program dan metode pendidikan kesehatan

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
6
   

reproduksi yang lebih efektif terhadap remaja untuk mencegah terjadinya


perilaku seksual berisiko.
4. Bagi peneliti sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian
kwantitatif mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku seks berisiko.
5. Mendorong peneliti lain untuk meneliti secara lebih mendalam dan
menjadikan bahan pembanding dalam melakukan penelitian lebih lanjut
dalam konteks yang sama di wilayah lainnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada remaja di SMA Negeri I Kartasura, dan
akan dilaksanakan pada bulan april sampai dengan mei tahun 2013. Data yang
diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui
kuesionere yang harus diisi oleh responden. Penelitian ini ingin melihat adanya
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja pada
perilaku seksual berisiko. Rancangan penelitian yang dipilih adalah pre-
experimental design(One Group Pretest-Postes Design).

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
7
   

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja dikenal dengan “adolencere” yang berasal dari bahasa latin
“adolencere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran.
Bukan saja kesukaran pada diri individu yang bersangkutan, tetapi juga kesukaran
bagi, orang tua, masyarakat, dan bahkan sering kali bagi polisi. Hal ini disebabkan
karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan
pada situasi yang membingungkan. Disatu pihak ia masih anak-anak, tapi dilain
pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang
menimbulkan konflik seperti ini, sering menyebabkan perilaku-perilaku yang
aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan (Desmita 2008;
Sarwono 2009).
Menurut WHO, Remaja adalah populasi dengan periode usia 10 - 19
tahun. Sedangkan menurut Kementrian kesehatan, definisi remaja dapat ditinjau
dari beberapa sudut pandang. Secara kronologis remaja merupakan individu yang
berusia 10-19 tahun. Dalam hal fisik, periode remaja ditandai dengan adanya
perubahan ciri-ciri penampilan dan fungsi fisiologis, terutama yang berhubungan
dengan organ reproduksi, sedangkan dari sisi psikologis, masa remaja merupakan
saat individu mengalami perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial. Dan
moral, peralihan masa kanak-kanak menuju kedewasaan.
Imron (2012) berpendapat bahwa masa remaja sebagai masa ketika
perubahan fisik, mental dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan
karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual dan reproduksi.
Proses perubahan mental dan identitas usia dewasa berkembang pada masa ini.
Secara ekonomis, masa ini adalah masa transisi dari ketergantungan sosial-
ekonomi secara total kearah ketergantungan yang relatif lebih rendah.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
8
   

2.1.2 Perkembangan fisik remaja


Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
perubahan organ-organ reproduksi untuk mencapai kematangan, sehingga mampu
melangsungkan fungsi-fungsi reproduksinya. Perubahan ini ditandai dengan
munculnya tanda-tanda yaitu :
1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks, seperti :
a. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)
b. Terjadi mimpi basah pada remaja laki-laki.
2. Tanda-tanda seks sekunder, seperti :
a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun,
penis dan buah zakar bertambah besar, dada lebih lebar, badan
berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut sekitar kemaluan
dan ketiak.
b. Pada remaja perempuan terjadi perubahan seperti panggul lebih
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,
tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja berbeda antara remaja
perempuan dan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh produksi hormon yang berbeda.
Remaja perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling
cepat pada usia 12 tahun. Sedang pada remaja laki-laki, terjadinya pertumbuhan
pesat 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan remaja perempuan. Pertumbuhan
fisik anak remaja tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya.
Pertumbuhan remaja dipengaruhi 3 faktor, yaitu genetik, gizi dan variasi individu.

2.1.3 Perkembangan Psikososial Remaja


Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial
dan intelektual. Akibat perubahan tersebut, maka karakteristik psikososial remaja
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Remaja awal (10-13 tahun)
Pada masa ini remaja mulai cemas pada penampilannya, merasa bahwa kawan
lebih penting sehingga remaja sering menyesuaikan dengan mengikuti gaya
kawannya, terjadi perubahan hormonal pada remaja yang berdampak pada

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
9
   

emosi remaja yang mudah berubah-ubah (mudah marah, mudah tersinggung,


atau menjadi agresif) memiliki perilaku memberontak sehingga sering terjadi
konflik dengan lingkungannya.
2. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
Pada masa ini remaja mulai mencari identitas diri, mulai peduli terhadap daya
tarik seksual, mulai tertarik pada lawan jenis, mulai mengembangkan
kemampuan berfikir abstrak, serta mulai mengumpulkan pengalaman baru
walaupun berisiko (eksperimen merokok, minum alkohol dan seks bebas
mungkin NAPZA).
3. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
Pada masa ini remaja mengungkapkan kebebasan diri, lebih selektif dalam
mencari teman, dapat mewujudkan rasa cinta, belajar mencapai kemandirian
finansial maupun emosional, serta mampu berfikir abstrak.

2.1.4 Perkembangan Emosi


Pada remaja, kepekaan emosi biasanya meningkat, sehingga rangsangan
sedikit saja dapat menimbulkan luapan emosi yang besar, misalnya menjadi
mudah marah atau mudah menangis. Secara emosional remaja ingin diperlakukan
seperti orang dewasa, serta merasa senang bila dihargai. Keinginan remaja untuk
diakui sebagai orang dewasa sering menimbulkan konflik dengan lingkungan.
Konflik tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kecemasan dan
ketegangan.

2.1.5 Perkembangan Seksual


Kematangan seksual antara remaja pria dengan remaja wanita terjadi pada
usia yang berbeda. Coleman dan Hendry (1990) dan Walton (1994) dalam
Notoatmodjo (2011) mengatakan bahwa kematangan seksual pada remaja pria
biasanya terjadi pada usia 10 sampai dengan 13,5 tahun. Sedangkan pada remaja
putri terjadi pada usia 9 sampai dengan 15 tahun. Bagi anak laki-laki
perkembangan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai dari
tumbuhnya rambut pada kemaluan, perubahan suara menjadi lebih besar dan
berat, dan juga ejakulasi pertama melalui wet dreamatau mimpi basah. Sedangkan

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
10
   

remaja putri pubertas ditandai dengan menarche, perubahan pada dada (mammae),
tumbuhnya rambut kemaluan dan juga pembesaran panggul. Usia menarche
pertama pada seorang wanita sangat bervariasi dengan rentang umur 10 hingga
16,5 tahun.

2.1.5Perilaku Seksual Berisiko


Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Sedangkan perilaku seksual adalah perilaku yang didasari
oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual
melalui berbagai perilaku seksual (Imran, 2000).Jadi perilaku seksual remaja
dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh remaja yang berhubungan
dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya. Perkembangan perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh perkembangan
fisik, psikis, proses belajar, dan sosio kultural.
Terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada remaja
berpengaruh pada perkembangan jiwa anak menjadi dewasa (termasuk
perasaannya). Maka wajar bila pada saat ini, remaja mulai timbul rasa ketertarikan
pada lawan jenisnya (Imron, 2012). Pada masa remaja dikenal istilah pacaran
dalam hubungan dengan lawan jenisnya. Beberapa perilaku yang ditunjukkan
dalam proses berpacaran (bercinta) yaitu berkenalan (Knowing), berkencan
(dating), menyatakan cinta (stating), saling mencumbu dan membelai (tauching),
berciuman (kissing), saling berdekapan (petting), dan berhubungan seksual
(sexual intercourse) Sastriyani, dalam Imron (2012).
Perilaku seksual berisiko yaitu perilaku yang ditunjukkan dengan
hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, dilakukan diluar pernikahan, yang
berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, dan terjangkitnya
penyakit infeksi menular seksual, HIV/AIDS, infertilitas dan keganasan (Imron,
2012).Beberapa perilaku seksual berisiko diantaranya adalah:
a) Seks pranikah
Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan oleh remaja sebelum
menikah.Hal ini dapat berakibat, hilangnya keperawanan / keperjakaan, tertular

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
11
   

dan menularkan IMS/ISR, kehamilan tidak diinginkan (KTD) atau terpaksa


dikawinkan. Untuk menghindarikadaan ini maka yang harus dilakukan remaja
adalah :
- Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
- Memanfaatkan wawaktu luang dengan melakukan kegiatan positif
seperti olahraga, seni dan kegiatan keagamaan.
- Hindari perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dorongan seksual,
seperti meraba-raba tubuh pasangan, menonton gambar ataupun
vidio porno.
b) Penyimpangan perilaku seksual
Penyimpangan seksual yang sering terjadi di antaranya seperti
Homoseksual (gay atau lesbian) merupakan perilaku seksual dimana seseorang
tertarik pada jenis kelamin yang sama, banyak teori yang menyebutkan bahwa
penyebab dari homoseksualherediter/genetik, lingkungan atau gangguan
keseimbangan hormonal. Penyimpangan seksual berikutnya adalah pedophilia
yaitu perilaku menyimpang pada seoranga dewasa yang punya ketertarikan
seks pada anak-anak. Biasanya pelakunya adalah laki-laki.
Dampak dari perilaku seksual menyimpang pada masyarakat ini
mempengaruhisanksi sosial sampai kepada tindak kriminal sesuai dengan
hukum yang berlaku.
c) Kekerasan seksual
Beberapa remaja baik laki-laki maupun perempuan menghadapi ancaman
kekerasan seksual baik heteroseksual ataupun homoseksual yang biasanya
dilakukan oleh orang dewasa. Dalam hal pemerkosaan remaja hendaknya
dipersiapkan untuk tidak menyembunyikan peristwa tersebut agar dapat diambil
tindakan hukum terhadap pelaku, serta tindakan pencegahan dan penanggulangan
akibat perkosaan tersebut yaitu, pengobatan IMS, pemberian kontrasepsi darurat
untuk mencegah kehamilan. Remaja juga perlu mengenali tanda-tanda orang
dewasa yang akan melakukan tindakan kekerasan seksual tersebut.
Menurut Notoadmodjo (2011) perilaku seksual berisiko pada remaja akan
berdampak pada kesehatan reproduksinya. Beberapa dampak karena perilaku
seksual berisiko diantaranya adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD),

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
12
   

penyakit menular seksual dan dampak psikologis. Dampak psikologis yang paling
berat karena perilaku seksual berisiko ini adalah pihak perempuan, atau tepatnya
korban karena bila terjadi kehamilan, posisi perempuan adalah posisi terpojok dan
dilematis. Hal ini karena adanya pandangan masyarakat bila ada remaja putri yang
hamil maka ia adalah aib bagi keluarga dan disebut pendosa yang melanggar
norma sosial dan agama. Penghakiman sosial ini membuaat remaja putri bingung,
cemas dan depresi.

2.2 Kesehatan Reproduksi


2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan keadaaan sehat baik secara fisik, psikis
maupun sosial yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi
(Depkes, 2004), dan tidak hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta
prosesnya. Sedangkan Menurut Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan (International Conference on Population and Development)
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya tiadanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-
prosesnya.
Salah satu hal yang penting dalam kesehatan reproduksi adalah memahami
anatomi dan fungsi organ reproduksi yang merupakan bagian tubuh yang
berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. Organ reproduksi perempuan
terdiri dari bibir vagina, klitoris, mulut vagina, vagina, servik, uterus, tuba falopi
dan indung telur(ovarium). Sedangkan organ reproduksi laki-laki terdiri dari
penis, uretra, testis, vas deferens, kelenjar prostat dan kelenjar semilis. Pada
perempuan sel telur dihasilkan oleh indung telur sedangkan pada laki-laki sperma
diproduksi di testis. Bila sel telur matang bertemu denga sel sperma maka akan
terjadi kehamilan.
2.2.2 Masalah-Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja yang sering terjadi antara
lain adalah masalah hubungan seks pra nikah yang berakibat pada kehamilan yang

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
13
   

tidak diinginkan (KTD), aborsi, infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS
serta masalah kekerasan seksual yang dialami remaja (Depkes, 200).
a) Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (Anwanted pregnancy)
Anwanted pregnancy merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual
remaja. Adanya anggapan keliru pada remaja tentang terjadinya kehamilan,
mempengaruhi kejadian kehamilan yang tidak dikehendaki. Kehamilan yang
tidak dikehendaki memaksa remaja untuk menentukan dua pilihan yaitu antara
mempertahankan kehamilannya ataupun mengahiri kehamilannya (aborsi).
Dalam menentukan pilihan pada kehamilan yang tidak diinginkan dipengaruhi
oleh dua faktor yakni:
¾ Faktor internal yang meliputi : intensitas dan komitmen pasangan remaja
untuk menikah, sikap dan persepsi remaja terhadap janin yang
dikandungnya, kesiapan spikologis dan ekonomi untuk memasuki
kehidupan perkawinan.
¾ Faktor eksternal yang meliputi: sikap dan penerimaan orang tua dari kedua
belah pihak, penilaian masyarakat, nilai-nilai normatif, serta masadepan
yang mengikuti keputusan yang akan diambil.

Terlepas dari kedua pilihan diatas, keputusan yang diambil oleh remaja
mempunyai konsekwensi yang harus ditanggung oleh remaja. Banyak remaja
putri yang mengalami unwanted pregnancy terus melanjutkan kehamilannya.
Konsekuensi dari keputusan ini adalah melahirkan anak pada usia yang relatif
muda. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor
resiko kehamilan yang tidak jarang membawa pada kematian ibu. Terjadinya
perdarahan, anemia, dan partus lama merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada kehamilan remaja. Komplikasi ini sebenarnya bisa diatasi dengan ante
natal care (ANC), tapi karena remaja merasa malu dengan kehamilannya,
sarana pelayanan yang ada tidak dimanfaatkan. Selain komplikasi pada ibu,
kehamilan masa remaja juga dapat menyebabkan kejadian BBLR (Bayi Berat
Lahir Rendah) serta kematian perinatal.

Tidak sedikit pula remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan,


memutuskan untuk melakukan aborsi. Dari data yang tersedia 1.000.000

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
14
   

kebutuhan induksi haid (aborsi), sekitar 60% dilakukan oleh wanita yang tidak
menikah, termasuk remaja dan 70-80% dari angka tersebut melakukan aborsi
yang tidak aman (Notoatmodjo, 2007).
b) Aborsi
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan (sebelum usia 20 mg kehamilan), bukan semata untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil karena dalam keadaan darurat, tapi hanya
karena sang ibu tidak menghendaki kahamilan itu.
Didalam ilmu kedokteran aborsi atau abortus dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya
upaya-upaya dari luar (buatan) untuk mengahiri kehamilan tersebut.
2. Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat adanya upaya-upaya
tertentu untuk mengahiri proses kehamilan, atau sering disebut dengan
aborsi (abortus provokatus).

Abortus buatan atau sering disebut aborsi (abortus provokatus) dibagi menjadi 2
yaitu :

¾ Abortus provokatus terapetik atau abortus provokatus medisinilis, yaitu


aborsi yang dilakukan pada seorang wanita atas indikasi terapetik atau
medis.
¾ Abortus provokatus kriminalis yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja
dan bukan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu, adanya kecacatan
pada janin, atau gangguan mental yang berat.

Risiko yang dapat terjadi akibat aborsi yang tidak aman adalah kematian,
namun bila pasien selamat maka dapat terjadi cacat menetap atau gangguan organ
reproduksi yang serius.

c) Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS


Infeksi menular seksual adalah infeksi yang menyerang organ kelamin
seseorang dan sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
15
   

Jenis-jenis IMS diantaranya adalah:


1. Gonore
Penyakit gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrheae. Pada pria,
gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri saat berkemih (disuria), keluarnya
sekret kuning kehijauan, dan pembengkakan pada penis, sedangkan pada
wanita, 60% kasusnya tidak ada gejala, dan sisanya mengalami gejala seperti
keeputihan dan rasa nyeri didaerah pelvis. Penyakit ini termasuk penyakit yang
akut karena gejala timbul setelah 2-3 hari setelah kontak seksual.
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah ; penyakit radang
panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi pada mata bayi yang dilahirkan,
lahir muda, cacat pada bayi serta bayi lahir mati.
2. Sifilis
Penyakit yang dikenal dengan sebutan raja singa ini disebabkan oleh infeksi
Treponema pallidum. Masa inkubasi dari penyakit ini adalah 2-6 minggu, dan
dapat mencapai 13 minggu setelah masuknya kuman melalui hubungan seks.
Gejala pada tahap infeksi primer umumnya ringan, hanya berupa benjolan yang
tidak nyeri dan gejala seperti flu yang hilang tanpa diobati. Gejala sekunder
disebut pula masa laten, timbul gejala bercak-bercak kemerahan ditubuh. Masa
ini berlangsung 2-3 tahun. Dan selanjutnya disebut gejala tersier, biasanya pada
tahun kelima hingga tahun kesepuluh yang bermanifestasi pada kelainan
syaraf, pembuluh darah, dan jantung.
3. Herpes genetalis
Penyebab dari penyakit ini adalah virus herpes simplex. Gejala yang
ditimbulkan adalah munculnya bintil-bintil berair danberkelompok yang nyeri
disekitar alat kelamin, dan kemudian dapat pecah, mengering dan menghilang.
Bintil-bintil ini dapat kambuh kembali apabila faktor pencetus, dan umumnya
akan hilang timbul seumur hidup.
4. Trikomonas Vaginalis
Penyebab dari penyakit ini adalah sejenis protozoa trikomonas vaginalis,mas
inkubasi 3-28 hari. Gejala yang timbul adalah adanya keputihan encer,
berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, bibir kemaluan
bengkak, kemerahan, gatal dan tidak nyaman.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
16
   

5. HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virusadalah virus yang menyerang
kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin
banyak sehingga system kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit
yang masuk kedalam tubuh. Ketika individu tidak lagi memiliki sistem
kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat masuk kedalam tubuh. Fase akhir
dari HIV disebut dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), yang
merupakan kumpulan penyakit yang timbul akibat kekebalan tubuh yang
sangat rendah, seperti tuberkolosis, pneuomonia, dan infeksi jamur sistemik.

2.3 Pendidikan Kesehatan Reproduksi


2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada
bidang kesehatan. Pendidikan merupakan proses belajar dimana seseorang
dikatakan belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Bertitik
tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka pendidikan kesehatan juga
merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat untuk
meningkatkan kemampuannya secara optimal, dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan
menjadi mampu dan lain sebagainya(Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu proses mendidik
individu atau masyarakat agar dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengajarkan
individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat menumbuhkan perilaku hidup
sehat (Imron, 2011).
Ruang lingkup dari pendidikan kesehatan dapat dilihat dari beberapa
dimensi diantaranya adalah dimensi sasaran pendidikan dan dimensi tempat
pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pada dimensi sasaran pendidikan meliputi
pendidikan kesehatan individual, pendidikan kesehatan kelompok dan pendidikan
kesehatan masyarakat luas. Sedangkan untuk dimensi tempat pelaksanaan
pendidikan kesehatan meliputi, Pendidikan kesehatan di sekolah, pendidikan

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
17
   

kesehatan di rumah sakit, serta pendidikan kesehatan ditempat kerja


(Notoatmodjo, 2007)

2.3.2 Faaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan


Proses keberhasilan pendidikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain media atau alat bantu yang digunakan, faktor masukan
yang berupa sasaran dan metode pendidikan yang digunakan, faktor materi atau
pesan yang akan disampaikan, serta faktor pemberi informasi.
Faktor individual yang menjadi subyek sasaran juga dapat mempengaruhi
keberhasilan dari pendidikan kesehatan. Faktor individual ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, sasaran, kepercayaan serta adat istiadat. Lingkungan tempat
tinggal sasaran mempengaruhi pengetahuan sasaran tentang kesehatan reproduksi
(BKKBN, 2007).

2.3.3 Metode Pendidikan Kesehatan


Dalam memberikan pendidikan kesehatan harus dilihat siapa yang mejadi
sasaran dari pendidikan kesehatan. Dibawah ini diuraikan beberapa metode
pendidikan kesehatan baik individual ataupun kelompok (publik).
¾ Metode pendidikan individual (perorangan), sering digunakan untuk membina
perilaku baru, pada seseorang yang sudah mulai tertarik pada perubahan
perilaku atau inovasi.
¾ Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok , harus dilihat besarnya
kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formal . Untuk kelompok besar akan
berbeda metode yang digunakan dengan kelompok kecil.
1) Kelompok besar, yang dimaksud disini adalah apabila peserta
penyuluhan lebih dari 20 orang, maka metode yang baik dilakukan
untuk sasaran ini adalah ceramah dan seminar. Ceramah cocok
digunakan untuk sasaran dengan pendidikan rendah maupun tinggi
sedangkan seminar lebih cocok untuk sasaran dengan pendidikan
tinggi.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
18
   

2) Kelompok kecil, apabila sasaran kegiatan ini kurang dari 20 orang.


Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok,
curah pendapat (brain storming) Bola salju (snow bolling),
bermain peran (role play) dan simulasi.

2.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian, dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga dan indra
penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas
yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memenggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu
bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin c, jamban adalah tempat
buang air besar, demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes
agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur orang tahu
sesuatu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan seperti apa tanda-tanda
anak kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara
pelaksanaan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension), memahami suatu objek bukan hanya sekedar
tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar bisa menyebutkan tetapi orang
tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut. Misalnya seseorang yang memahami cara
pemberantasan demam berdarah maka dia tidak hanya bisa menyebutkan
3M (mengubur, menguras, dan menutup), tetapi juga harus dapat
menjelaskan kenapa harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-
tempat penampungan air.
c. Aplikasi (application), aplikasi diartikan apabila seseorang telah
memahami objek yang dimaksud, dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
19
   

Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, dia


harus bisa membuat rencana program kesehatan ditempat ia bekerja atau
dimana saja, orang yang telah paham tentang metode penelitian, ia akan
mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis), analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan, dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya dapat membedakan antara
nyamuk aedes agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow
chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis), sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang
untuk merangkum atau meletakkan satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengankata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan
kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca, didengar,
dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya
seorang ibu bisa menilai atau menentukan seorang anak menderita
malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga
berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan,


khususnya tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah :

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
20
   

1) Usia
Semakin bertambah usia seseorang, diasumsikan bertambah pula
pengetahuannya seiring dengan bertambahnya pengalaman dan kematangan
diri.
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan yang baik akan meningkatkan pengetahuan, dan juga memudahkan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi. Pendidikan dalam
hal ini dapat diperoleh secara folmal maupun non formal. Pendidikan non
formal diperoleh dari keluarga, organisasi dan masyarakat. Sedangkan
pendidikan formal diperoleh disekolah. Pendidikan di sekolah menjadi faktor
protektif terhadap inisiasi seksual dini, pernikahan dini, dan juga kehamilan
usia muda di banyak negara di dunia. Disisi lain pendidikan non formal yang
diperoleh melalui informasi dan komunikasi dengan orang tua juga
berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Orang
tua yang berpendidikan tinggi dapat menyampaikan informasi tentang
konsekuensi negatis hubungan seks sebelum menikah dengan lebih baik
dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah.
3) Kondisi sosial ekonomi seseorang mempunyai peran dalam meningkatkan
kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Remaja putri dengan status sosial
ekonomi yang rendah cenderung pernah melakukan seks sebelum menikah
dibandingkan dengan remaja berstatus sosial dan ekonomi lebih tinggi.
4) Lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya (peer group)
Pengaruh kelompok sebaya pada remaja dapat tercermin dalam sikap,
pembicaraan dan perilaku seseorang. Adanya dukungan dari pergaulan akan
memperbesar kesempatan remaja untuk mempelajari pola-pola perilaku dan
dengan demikian meningkatkan pengetahuan. Meskipun tidak selalu
memberikan dampak yang positif, pergaulan dengan kelompok sebaya juga
merupakan faktor protektif terhadap inisiasi seks dini.
5) Paparan informasi
Paparan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja dalam berbagai
hal, termasuk tentang kesehatan reproduksi. Informasi yang didapat remaja

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
21
   

dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber, seperti media massa,


konseling, penyuluhan, dan internet.

2.5 Sikap
2.5.1 Pengertian Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak
senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) seseorang terhadap sesuatu
(Sarwono, 2009). Menurut Sarwono sikap dinyatakan dalam tiga domain yang
sering disingkat menjadi ABC yaitu:
¾ Affect, adalah perasaan yang timbul seperti senang atau tidak senang
terhadap sesuatu.
¾ Behavior, adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu yang ditunjukkan
¾ dengan mendekat ataupun menghindar terhadap sesuatu.
¾ Cognition, adalah penilaian terhadap obyek sikap seperti menilai bagus
atau tidak bagus.
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang,
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Mucchielli
menguraikan sikap sebagai suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif
tetap terhadap kategori tertentu, obyek, orang atau situasi (Green,et.all,1980).
Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari tiga komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap obyek, artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat seseorang terhadap suatu obyek.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
22
   

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap obyek, artinya


bagaimana penilaian orang terhadap suatu obyek.
3) Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiriran,
keyakinan, dan emosional memegang peranan yang sangat penting.
Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada
perilaku atau perbuatan seseorang. Dengan mengetahui sikap seseorang, orang
akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang
bersangkutan (Walgito, 1999)

2.5.2 Ciri-Ciri Sikap


Menurut walgito (1999), sikap adalah sesuatu dalam diri manusia yang
dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walau demikian sikap
berbeda dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Oleh
karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain, ada ciri-
ciri dari sikap tersebut, antara lain :
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, ini berarti bahwa sikap terbentuk dalam
perkembangan individu yang bersangkutan. Sikap terbentuk atau dibentuk,
maka sikap bisa dipelajari dan sikap bisa berubah.
b. Sikap selalu berhubungan dengan objek tertentu melalui proses persepsi
terhadap objek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada
pada sekumpulan objek-objek.
d. Sikap bisa berlangsung lama atau sebentar, kalau suatu sikap sudah
terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan seseorang maka sikap
tersebut akan berlangsung lama dalam diri seseorang dan sulit untuk
dirubah. Dan sebaliknya bila sikap belum menetap dalam diri seseorang
maka sikap akan mudah berubah.
e. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, berarti sikap pada suatu
objek selalu disertai dengan perasaan positif ataupun negatif. Dan sikap

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
23
   

juga mengandung motivasi, yang berarti bahwa sikap mempunyai daya


dorong bagi individu untuk berperilaku tertentu terhadap suatu objek yang
dihadapi.

2.5.3 Terbentuknya Sikap

Menurut walgito (1999), secara garis besar perubahan sikap dapat


terbentuk karena dua faktor yaitu faktor internal atau faktor dalam diri seseorang
dan faktor dari luar diri seseorang atau faktor eksternal. Faktor dari luar
merupakan stimulus untuk membentuk sikap atau mengubah sikap. Dalam hal ini
bisa terjadi secara langsung yang berarti hubungan individu dengan individu yang
lain atau hubungan individu dengan kelompok. Ataupun dengan sengaja
memberikan sesuatudengan tujuan untuk membentuk ataupun mengubah sikap

2.5.4 Cara Pengukuran Sikap


Menurut beberapa ahli, sikap dapat diukur dengan menggunakan suatu alat
yang disebut skala sikap. Dari beberapa skala sikap, skala R. Likert (1932)
merupakan skala yang cukup banyak digunakan dalam penelitian (Sarwono,
2009). Skala Likert adalah suatu himpunan butir sikap yang kesemuanya
dipandang kira-kira sama dengan nilai sikap. Subyek menanggapi setiap butir
dengan menggunakan taraf (intensitas) kesetujuan atau ketidak setujuan
terhadapnya. Skala Likert sering digunakan karena mudah dilakukan dan
menghasilkan hal-hal yang kira-kira sama dengan skala interval.
Dengan menggunakan skala Likert maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator yang akan ditanyakan berupa pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan
dengan bentuk pertanyaan dan dukungan sikap. Dikategorikan dengan jawaban
sangat setuju, setuju, ragu-ragu (netral), tidak setuju dan sanggat tidak setuju.
Bobot jawaban pada pertanyaan atau pernyataan yang diberikan positif, jawaban
sangat setuju merupakan bobot yang paling tinggi sedangkan sangat tidak setuju
diberi bobot paling rendah, sebaliknya pada pernyataan negatif untuk jawaban
sanggat setuju diberi bobot paling rendah sedangkan sangat tidak setuju diberi
bobot paling tinggi.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
24
   

BAB 3
KERANGKA KONSEP, DIVINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep


Berdasarkan teori yang sudah dibahas pada bab sebelumnya maka
penulis menyusun kerangka konsep sebagai berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Pendidikan Kesehatan
Reproduksi remaja

Pengetahuan tentang
Karakteristik remaja kesehatan reproduksi

- Jenis kelamin
- Pendidikan orang tua Sikap terhadap
- Pekerjaan orang tua perilaku seksual
berisiko

Akses Informasi

Untuk memperjelas dan mempermudah jalannya penelitian maka penulis


menyusun kerangka kerja sebagai berikut.
Gambar 3.2
Kerangka Kerja Penelitian

Pre Test /Studi Post Test /Studi


awal akhir
- Pengetahuan - Pengetahuan
Diberikan
Remaja di tentang kesehatan
Intervensi tentang kesehatan
SMA Negeri I reproduksi Pendidikan reproduksi
Kartasura
- Sikap terhadap kesehatan - Sikap terhadap
perilaku seksual reproduksi
perilaku seksual
berisiko berisiko

minggu 1 minggu ke 2 - 4 minggu ke 5

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
25
   

A. Definisi Operasional
Variabel diatas dapat didefinisikan sebagai berikut :

Skala ukur
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukut Hasil ukur
A. Dependen
Pengetahuan tentang Wawasan ilmu yang Hasil jawaban Kuesioner Setiap jawaban benar dalam Nominal
Kesehatan reproduksi
dimiliki responden yang dari responden kuesioner akan mendapatkan
dapat dilihat dari jawaban dalam mengisi skor 1 lalu dijumlahkan,
yang benar tentang kuesioner jumlah skor dikategorikan
pertanyaan – pertanyaan menjadi 2 kelompok, yaitu :
sebagai berikut: 0 : Baik > Mean
a) Perkembangan 1 : Kurang < Mean
remaja
b) Organ reproduksi
c) Cara menjaga Kespro
d) Perilaku seksual
e) Infeksi Menular Seksual
(IMS)HIV/AIDS.

    Universitas Indonesia

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


26
   

Sikap terhadap Merupakan reaksi atau Hasil jawaban Kuesioner Menggunakan skala Likert Nominal
perilaku seksual respons yang masih dari responden • Pertanyaan positif skor
berisiko tertutup dari seseorang, dalam mengisi 5 = Sangat setuju
kuesioner 4 = Setuju
terhadap suatu stimulus
2 = Netral
atau objek.
1 = Tidak setuju
0 = Sangat tidak setuju
• Pertanyaan negatif skor
0 = Sangat setuju
1 = Setuju
2 = Netral
3 = Tidak setuju
4 = Sangat tidak setuju

Dikategorikan menjadi
2 kelompok, yaitu :
0: Baik > Median
1: Kurang < Median

    Universitas Indonesia

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


27
   

B. Independen
Pendidikan kesehatan Kegiatan penyampaian Hasil jawaban Kuesioner 0:ya Nominal
reproduksi pendidikan kesehatan dari responden 1: tidak
kepada remaja yang dalam mengisi
dilakukan dengan cara: kuesioner
ceramah dan diskusi
kelompok yang dilakukan
sebanyak 2 kali pada
remaja.

C. Karakteristik Remaja
1. Jenis Kelamin Status Kelamin yang Hasil jawaban Kuesioner 0. Laki-laki Nominal
ditandai dengan perbedaan dari responden 1.Perempuan
tanda-tanda seks sekunder dalam mengisi
dan biologis dari kuesioner
responden.

2. Pendidikan orang Jenjang pendidikan terakhir Hasil jawaban Kuesioner Dikeompokkan menjadi : Ordinal
tua (Susenas
yang pernah ditempuh dari responden 0 : Menengah atas, Jika tamat
2004)
secara formal oleh orangtua dalam mengisi SMA keatas
responden berdasarkan kuesioner 1 : Rendah,jika tidak pernah
ijazah terakhir sekolah/tidak tamat

    Universitas Indonesia

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


28
   

SD/MI,tamat SD/MI, tamat


SMP/MTs

3. Pekerjaan orang Status bekerja atau tidak Hasil jawaban Kuesioner Pekerjaan ayah : Nominal
tua
bekerja dari orang tua dari responden 0: Tetap
responden. dalam mengisi 1 : Tidak tetap
kuesioner
Pekerjaan ibu :
0: Bekerja
1 : Tidak bekerja
D. Akses Sumber informasi untuk Hasil jawaban Kuesioner 0: Terpapar Nominal
Informasi
mendapatkan serta dari responden 1: Tidak terpapar
memperoleh penjelasan dalam mengisi
mengenai kespro remaja kuesioner
yang bersumber dari: guru,
tenaga kesehatan, dan
orang tua.

    Universitas Indonesia

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


29
   

A. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pendidikan kesehatanyang diberikan terhadap tingkat
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
2. Ada pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan pada sikap remaja
terhadap perilaku seksual berisiko.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
30
   

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan pre-experimental design(One


Group Pretest-Postes Design). Peneliti menggunakan rancangan ini karena ingin
melihat adanya hasil perlakuan berupa pendidikan kesehatan dengan cara
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (Sugiyono,
2008).

Gambar 4.1

Disain Penelitian

Pretest Perlakuan Post test


O1 X O2

Keterangan :

O1 :Merupakan data awal yaitu data yang diukur sebelum diberikan perlakuan
dengan menggunakan kuesioner.

X : Perlakuan yang diberikan yaitu berupa pendidikan kesehatan kesehatan


reproduksi yang diberikan kepada remaja dan diberikan sebanyak 2 kali,
setiap pertemuan waktu yang diperlukan adalah 1 (satu) jam.

O2 : Merupakan data akhir atau data yang diambil setelah diberikan perlakuan
dengan menggunakan kuesioner.

Pendidikan kesehatan yang diberikan menggunakan metode ceramah, tanya jawab


dan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah dari soal yang penulis berikan
(studi kasus).

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
31
   

4.2 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri I Kartasura Kabupaten


Sukoharjo Jawa Tengah pada bulan April - Mei 2013, karena di sekolah ini belum
pernah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja dan sikap terhadap perilaku seksual berisiko, serta
pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja.

4.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


4.3.1 Kriteria Inklusi
9 Siswa kelas XI SMA Negeri I Kartasura
9 Hadir pada saat Pre test dan Post test dan mengikuti pendidikan
kesehatan yang dilakukan sebanyak 2 kali.
4.3.2 Kriteria Eksklusi
9 Tidak bersedia ikut dalam kegiatan penelitian.
9 Pernah mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam
6 bulan terakhir.
4.4 Populasi Dan Sampel

4.4.1 Popolasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:


obyek/subyek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2012). Popolasi pada penelitian ini adalah siswakelas XI SMA Negeri I Kartasura.

4.4.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, karena semua


populasi yang sesuai dengan kriteria insklusi maupun eksklusi diambil sebagai
sampel, yang terdiri dari 5 kelas dan setiap kelas berjumlah antara 30 sampai
dengan 35 siswa, sehingga total semua sampel 165. Namun pada kenyataannya
ada beberapa siswa yang tidak bisa mengikuti post test ataupun rangkaian
pendidikan kesehatan yang diberikan sehingga dianggap drop out sebanyak 12
siswa sehingga sampel akhir yang bisa diambil datanya adalah sebanyak 153
siswa.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
32
   

Minimal jumlah sampel berdasarkan literatur Lameshow (1997) dengan


rumus uji hipotesis dua proporsi :

/ ²
n=
²

Keterangan :

n = Estimasi jumlah sampel


/ = Standar deviasi normal = 1,96 denganderajat kepercayaan 95%
= Kekuatan uji (power of the test) = 90%
PI = Proporsi pengetahuan remaja dengan kategori baik
Di SMA Bina Bangsa Pulomerak Kota Cilegon53,7%
(Setiawaty, 2011)

P2 = Proporsi siswa yang diperkirakan pengetahuannya meningkat


sebesar 75%

Dari perhitungan besar sampel tersebut didapatkan jumlah sampel minimal


sebanyak 105 siswa.

4.5 Cara Pengumpulan Data


4.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini


adalah berupa kuesioner.Daftar pertanyaan yang akan dibagikan pada responden
sebelumnya dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas instrumen yang digunakan dengan menggunakan alpha cronbach. Uji
coba dilakukan kepada 20 responden remaja dari beberapa sekolah yaitu di SMA
Al Azar Solo Baru sebanyak 6 responden, dari SMA Negeri 7 Surakarta sebanyak
10 responden dan 4 responden berasal dari SMA Muhammadiyah 4 Surakarta..
Dengan asumsi 20 responden dirasa cukup untuk menggambarkan distribusi

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
33
   

normal. Dengan sampel 20 maka nilai r yang harus dipenuhi agar pertanyaan
dianggap valid adalah df = 20 -2 = 18. Maka nilai r dengan df 18 adalah 0,433

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas Variabel Pengetahuan

Pertanyaan Corrected item Cronbach Alpha Hasil


total corelation
B1 0,747 0,892 Valid
B2 0,598 Valid
B3 0,681 Valid
B4 0,691 Valid
B5 0,615 Valid
B6 0,714 Valid
B7 0,717 Valid
B8 0,664 Valid
B9 0,491 Valid
B10 0,450 Valid
B11 0,810 0,802 Valid
B12 0,608 Valid
B13 0,810 Valid
B14 0,474 Valid
B15 0,476 Valid
B16 0,441 Valid
B17 0,810 Valid
B18 0,511 Valid
B19 0,499 Valid
B20 0,810 Valid

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas dan
reliabelitas untuk variabel pengetahuan seluruh pertanyaan yang digunakan
memiliki nilai validitas yang lebih besar dari 0,433 sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua pertanyaan tentang pengetahuan dalam kuesioner ini adalah valid.
Sedangkan nilai reliabelitas dari kuesioner dilihat dari Cronbach alpha,
reliabel bila nilai r hitung > r tabel (0,433). Dilihat dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner yang akan digunakan
untuk penelitian memiliki nilai reabilitas lebih besar dari 0,433 dan ini berarti
semua pertanyaan yang ada di kuesioner ini reliabel.
Untuk variabel sikap hasil dari uji validitas dan reliabelitas, dari 10
pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner dapat kita lihat pada tabel dibawah
ini.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
34
   

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas Variabel Sikap

Pertanyaan Corrected item Cronbach Alpha Hasil


total corelation
C1 0,776 0,853 Valid
C2 0,653 Valid
C3 0,433 Valid
C4 0,752 Valid
C5 0,466 Valid
C6 0,686 Valid
C7 0,562 Valid
C8 0,459 Valid
C9 0,671 Valid
C10 0,474 Valid

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai r hitung dari uji validitas dan uji
reliabelitas lebih besar dari r tabel yaitu 0,433. Dengan demikian bisa disimpulkan
bahwa pertanyaan variabel sikap dalam kuesioner adalah valid dan reliabel.

4.5.2 Proses Pengambilan Data


Pengambilan data karakteristik anak, yang terdiri dari jenis kelamin,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan akses informasi dilakukan sebelum
diberikan perlakuan dengan cara mengisi kuesioner yang dibagikan oleh peneliti
dibantu oleh 1 orang mahasiswa FKM UI, guru kelas dan guru BK di sekolah
tersebut. Hal ini dilakukan agar apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti
oleh responden dapat langsung ditanyakan pada saat itu juga.
Pengambilan data mengenai pengetahuan dan sikap remaja dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

4.6 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental, dimana
pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan
intervensi/perlakuan. Remaja yang menjadi responden adalah remaja kelas XI di
SMA Negeri I Kartasura sebanyak 153 remaja. Dalam penelitian ini peneliti
dibantu oleh 1 orang mahasiswi FKM UI dan 1 orang guru BK pada sekolah
tersebut yang sebelumnya sudah mendapatkan pengarahan mengenai tujuan
penelitian. Pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap seperti ditunjukkan
dalam tabel berikut :

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
35
   

Tabel 4.3 Tahapan Dalam Pelaksanaan Penelitian


Tahap Waktu Kegiatan Uraian Kegiatan
I Minggu ke 1 Pengambilan data Responden mengisi kuesioner
bulan april awal (pretest) tentang pengetahuan dan sikap
secara bersamaan. Setelah
selesai kuesioner dikumpulkan
dan diperiksa kelengkapan
jawabannya.

II Minggu ke 3 Pemberian Diberikan pendidikan


bulan april 2013 intervensi kesehatan dengan materi
(perlakuan) tahap Kesehatan Reproduksi Remaja.
pertama Metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi dan tanya
jawab. Alat bantu yang
digunakan adalah LCD
proyektor.

III Minggu ke 4 Pemberian Diberikan pendidikan


bulan april 2013 intervensi kesehatan dengan materi
(perlakuan) tahap Infeksi Menular Seksual dan
kedua HIV/AIDS. Metode yang
digunakan adalah ceramah,
diskusi dan tanya jawab. Serta
remaja diminta untuk
menyelesaikan masalah dalam
studi kasus. Alat bantu yang
digunakan adalah LCD
proyektor.

IV Minggu ke 1 Pengambilan data Responden mengisi kembali


bulan mei 2013 akhir (postest) kuesioner tentang pengetahuan
dan sikap dengan kuesioner

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
36
   

yang sama seperti pada saat


pretest. Pengisian dilakukan
secara bersamaan oleh
responden. Setelah selesai
kuesioner dikumpulkan dan
diperiksa kelengkapan
jawabannya.

4.7 Pengolahan data


Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kembali kelengkapan data pada form
pemantauan kepatuhan, apakah terisi semua.
2. Koding, yaitu memberi tanda atau simbol berupa angka.
3. Entry, yaitu memasukkan data-data yang sudah dikumpulkan ke dalam
program komputer untuk proses analisis.
4. Cleaning, yaitu tahap pengecekan kembali data yang sudah dientry
apakah ada kesalahan atau tidak.
5. Tabulasi, Yaitu menyusun dan menghitung data hasil penelitian untuk
disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan dianalisis.

4.8 Analisis Data


4.8.1 Analisis Univariat
Dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel
sebagai berikut:
- Jenis kelamin
- Pendidikan orang tua
- Perjaan orang tua
- Akses informasi yang pernah diterima oleh remaja
- Skor pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan
- Skor sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
37
   

4.8.2 Analisis Bivariat


Analisis Bivariat digunakan untuk melihat adanya perbedaan
antara dua variabel. Uji Paired T-Testuntuk data dengan distribusi
normaldan uji Wilcoxon untuk data dengan distribusi tidak normal. Uji ini
dilakukan untuk data berpasangan atau dependen. Dimana subyek diukur
sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara pendidikan kesehatan
yang diberikan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
dan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko. Sedangkan untuk
melihat seberapa besar pengaruh karakteristik remaja dan akses informasi
dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap remaja
terhadap perilaku seksual berisiko sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan, dilakukan analisis dengan menggunakan uji T- Independen.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
38
   

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum


Pelaksanaan penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap terhadap perilaku seksual
berisiko dilakukan oleh peneliti selama 8 minggu. Sebelum dilakukan intervensi
pendidikan kesehatan pada responden sebelumnya peneliti melakukan koordinasi
untuk menentukan jadwal dengan guru Bimbingan Konseling (BK) dan
memberikan soal pretest dan postest kepada responden.
Tahap persiapan dilakukan pada minggu ke 3 dan ke 4 bulan maret tahun
2013 kegiatan pada tahap ini adalah mengurus perijinan dan melakukan
koordinasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK)untuk menentukan jadwal
penelitian karena waktu penelitian berdekatan dengan pelaksanaan ujian nasional
SMA.
Tahap Pretest dilakukan pada tanggal 3 April 2013 dengan cara
membagikan kuesioner kepada responden secara bersamaan yang dilakukan oleh
peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa FKM UI, guru kelas dan guru BK di
sekolah tersebut. Hal ini dilakukan agar apabila ada pertanyaan yang kurang
dimengerti oleh responden dapat langsung ditanyakan pada saat itu juga.
Intervensi pendidikan kesehatan reproduksi dilaksanakan 15 hari setelah
pengambilan data awal (pretest), dan dilaksanakan selama 2 minggu. Minggu
pertama pemberian intervensi ( tanggal 18, 19, 20, 22, 23 april 2013), materi yang
disampaikan adalah tentang kesehatan reproduksi remaja yang mencakup
pengertian remaja, perkembangan remaja, anatomi dan fisiologi organ reproduksi,
pengertian kesehatan reproduksi, masalah-masalah dalam kesehatan reproduksi
dan cara menjaga kesehatan reproduksi. Metode yang digunakan pada intervensi
pertama adalah dengan metode ceramah. Dalam penyampaian materi penulis juga
melibatkan responden dengan diskusi dan tanya jawab.
Minggu kedua pemberian intervensi diberikan pada tanggal 27, 29, 30
bulan april dan tanggal 1, 2 bulan mei tahun 2013. Materi yang disampaikan
adalah tentang infeksi menular seksual dan HIV/AIDS , yang meliputi jenis,

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
39
   

penyebab, gejala dan cara pencegahannya. Metode yang digunakan sama seperti
pada intervensi pertama yaitu ceramah, diskusi dan tanya jawab dan ditambah lagi
dengan studi kasus. Dalam memecahkan kasus yang diberikan (studi kasus),
responden dibagi dalam 4 kelompok dimana tiap kelompok beranggotakan antara
8-9 orang dan bagi kelompok yang mampu memecahkan masalah dalam soal yang
diberikan dengan baik maka akan diberikan hadiah.
Setelah dilakukan intervensi selanjutnya peneliti menilai kembali
pengetahuan dan sikap responden (posttest). Post test dilaksanakan satu minggu
setelah pemberian intervensi yang kedua pada kelompok terakhir yaitu pada
tanggal 8 mei 2013, dengan cara membagikan kuesioner kepada responden secara
bersamaan yang dilakukan oleh guru kelas dan guru BK di sekolah tersebut.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal postes adalah 20 menit.

5.2 Analisis Univariat


5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden

Analisis ini bertujuan untuk melihat gambaran dan distribusi frekuensi


jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua responden.

5.2.1.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden


Berikut ini gambaran jenis kelamin responden, yaitu:

Tabel 5.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden (N=153)

Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 61 39,9
Perempuan 92 60,1
Total 153 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa proporsi responden perempuan yaitu


sebesar 60,1% dan lebih tinggi dibandingkan kelompok responden laki-laki
sebesar 39,9%.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
40
   

5.2.1.2 Gambaran Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden


Berikut ini gambaran pendidikan orang tuaresponden, yaitu:

Tabel 5.2 Gambaran Pendidikan Orang Tua Responden


Variabel n %
Pendidikan Ayah
Tidak Tamat SD 3 2
Tamat SD 13 8,5
Tamat SMP 23 15
Tamat SMA 74 48,4
Tamat Akademi/PT 40 26,1
Total 153 100
Pendidikan Ibu
Tidak Tamat SD 3 2
Tamat SD 18 11,8
Tamat SMP 23 15
Tamat SMA 75 49
Tamat Akademi/PT 34 22,2
Total 153 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa proporsi responden dengan ayah


yang memiliki latar belakang pendidikan tamat SMA sebesar 48,4%, lebih tinggi
dari ayah yang tamat akademi/PT sebesar 26,1%, ayah yang tamat SMP sebesar
15%, ayah yang tamat SD sebesar 8,5%, dan tidak tamat SD sebesar 2%. Begitu
juga proporsi responden dengan ibu yang memiliki latar belakang pendidikan
tamat SMA sebesar 49%, lebih tinggi dari ibu yang tamat akademi/Perguruan
Tinggi (PT) sebesar 22,2%, ibu yang tamat SMP sebesar 15%, ibu yang tamat SD
sebesar 11,8%, dan tidak tamat SD sebesar 2%.Selanjutnya, pendidikan orang tua
responden diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu tinggi (akademi/PT),
menengah (tamat SMA), dan dasar (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,
tamat SMP). Berikut ini distribusi frekuensi tingkat pendidikan orang tua
responden:

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
41
   

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua

Variabel n %
Tingkat Pendidikan Ayah
Rendah 39 25,5
Menengah atas 114 74,5
Total 153 100
Tingkat Pendidikan Ibu
Rendah 44 28,8
Menengah atas 109 71,2
Total 153 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 153 responden terdapat 39 responden


(25,5%) yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan rendah dan sebagian
besar ayah responden memiliki tingkat pendidikan menengah atas yaitu sebesar
74,5%. Begitu juga sebagian besar ibu responden memiliki tingkat pendidikan
menengah atas yaitu sebesar 71,2% . Sedngkan responden yang memiliki ibu
dengan tingkat pendidikan rendah adalah sebanyak 44 responden (28,8%).

5.2.1.3 Gambaran Tingkat Pekerjaan Orang Tua Responden

Berikut ini gambaran jenis pekerjaan responden, yaitu:

Tabel 5.4 Gambaran Jenis Pekerjaan Orang Tua Responden

Ayah Ibu
Variabel
n % n %
Jenis pekerjaan
Tidak Bekerja 6 3,9 58 37,9
Petani 7 4,6 4 2,6
Buruh Tani 4 2,6 4 2,6
Buruh 18 11,8 11 7,2
Karyawan Swasta 43 28,1 25 16,3
PNS/Polri/TNI 36 23,5 21 13,7
Pedagang/Wiraswasta 39 25,5 30 19,6
Total 153 100 153 100

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
42
   

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa proporsi ayah responden yang bekerja
sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 28,1%, lebih tinggi dari ayah yang bekerja
sebagai wiraswasta/pedagang sebesar 25,5%, ayah yang bekerja sebagai
PNS/Polri/TNI sebesar 23,5%, ayah yang bekerja sebagai buruh sebesar 11,8%,
ayah yang bekerja sebagai petani sebesar 4,6%, ayah yang tidak bekerja sebesar
3,9%, dan ayah yang bekerja sebagai buruh tani sebesar 2,6%. Sedangkan
proporsi ibu responden yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebesar 37,9%,
lebih tinggi dari ibu yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta sebesar 19,6%,
ibu yang bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 16,3%, dan ibu yang bekerja
sebagai PNS/Polri/TNI sebesar 13,7%, ibu yang bekerja sebagai buruh sebesar
7,2%, dan ibu yang bekerja sebagai petani dan buruh tani masing-masing sebesar
2,6%. Selanjutnya, jenis pekerjaan orang tua responden diklasifikasikan menjadi
dua kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja. Berikut ini distribusi frekuensi
status pekerjaan orang tua responden:

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan Orang Tua

Variabel n %
Status Pekerjaan Ayah
Tetap 118 77,1
Tidak tetap 35 22,9
Total 153 100
Status Pekerjaan Ibu
Bekerja 95 62,1
Tidak bekerja 58 37,9
Total 153 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar ayah responden mempunyai
pekerjaan tetap yaitu sebesar 77,1%. Sedangkan sebagian besar ibu responden
juga bekerja yaitu sebesar 62,1%.

5.2.1.4 Gambaran Akses Informasi pada Responden

Sumber informasi untuk mendapatkan serta memperoleh penjelasan


mengenai kesehatan reproduksiremaja yang bersumber dari guru, tenaga
kesehatan, media cetak dan media elektronik diasumsikan memiliki pengaruh
terhadap pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi. Akses terhadap

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
43
   

informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu tidak pernah dan
pernah. Adapun distribusi frekuensi dari akses informasi pada responden adalah
sebagai berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Akses Informasi

Variabel n %
Akses Informasi
Terpapar 36 23,5
Tidak terpapar 117 76,5
Total 153 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum pernah


mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dari orang tua, guru,
ataupun petugas kesehatan yaitu sebesar 76,5% sedangkan responden yang tidak
pernah mendapatkan informasi sebesar 23,5%.

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Terhadap Kesehatan Reproduksi Dan Sikap


Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berisiko

Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan distribusi


frekuesnsi pengetahuan responden terhadap kesehatan reproduksi serta sikap
mereka terhadap perilaku seksual berisiko saat sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi. Berikut ini distribusi
frekuensi pengetahuan dan sikap responden:

Tabel 5.7Gambaran Pengetahuan Terhadap Kesehatan Reproduksi Dan


Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Sebelum Intervensi
Kesehatan (N=153)

Rata- Nilai Simpang


Variabel Min Maks
rata tengah baku
Pengetahuan (Skor benar) 11 31 22,6 22 3,8
Sikap (skor) 25 50 41,9 42 4,2

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa rata-rata responden mampu


menjawab benar pertanyaan pengetahuan adalah sebanyak 22,6 dari 32 skor total,
dimana rentang jawaban benar berkisar antara 11 sampai 31 jawaban benar.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
44
   

Sedangkan penilaian sikap responden terhadap perilaku seksual berisiko diketahui


rata-rata skor sebesar 41,9 dari 50 skor total, dimana rentang skor berkisar antara
25 sampai 50.

Selanjutnya peneliti memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan


kepada responden. Dan dilakukan pengukuran pengetahuan terhadap kesehatan
reproduksi serta sikap terhadap perilaku seksual berisiko kembali setelah
diberikan pendidikan kesehatan. Berikut ini distribusi pengetahuan dan sikap
responden:

Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden Sesudah Intervensi


(N=153)
Rata- Nilai Simpang
Variabel Min Maks
rata tengah baku
Pengetahuan (Skor benar) 20 32 28,3 28 2,3
Sikap (skor) 26 50 45,2 46 4,82

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa rata-rata responden mampu


menjawab benar pertanyaan pengetahuan adalah sebanyak 28,3 dari 32 skor total,
dimana rentang jawaban benar berkisar antara 20 sampai 32 jawaban benar.
Sedangkan penilaian sikap responden terhadap perilaku seksual berisiko diketahui
rata-rata skor sebesar 45,2 dari 50 skor total, dimana rentang skor berkisar antara
26 sampai 50.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pengetahuan


Tentang Kesehatan Reproduksi .
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
yang diberikan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Pengujian statistik menggunakan Paired-T-test karena data yang digunakan
merupakan pasangan data dengan distribusi normal, dengan alpha 5%. Berikut ini
hasil uji statistik:

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
45
   

Tabel 5.9 Distribusi Rata-rata Pengetahuan Responden Menurut Intervensi


Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Variabel Nilai Simpang Simpang P-value N


rata- baku Error
Rata
Pengetahuan
Sebelum Pendidikan Kespro 22,6 3,8 0,31 0,000* 153
Sesudah Pendidikan Kespro 28,3 2,3 0,19
*Signifikan dengan alpha 5%

Rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan


reproduksi sebesar 22,6 dengan standar deviasi 3,8 dari skor maksimal 32.
Sedangkan rata-rata pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan
kesehatan reproduksi sebesar 28,3 dengan standar deviasi 2,3 dari skor maksimal
32. Dari analisis tersebut dapat dilihat perbedaan rata-rata pengetahuan sebelum
dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar 5,7 dengan standar deviasi 2,3. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,000 maka Ho ditolak. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden antara sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil ini
mengidentifikasikan bahwa hipotesis penelitian diterima dimana hipotesis
penelitian adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap
tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi secara statistik
bermakna.

5.3.2 Hubungan antara Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap


Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berisiko

Analisis variabel sikap menggunakan uji statistik non parametrik


wilcoxon. Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
yang diberikan dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko. Pengujian
statistik menggunakan wilcoxondilakukan karena data yang akan diujikan
merupakan data berpasangan dengan distribusi tidak normal, dengan alpha 5%.
Berikut ini hasil uji statistik:

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
46
   

Tabel 5.10 Distribusi Rata-Rata Sikap Responden Menurut Intervensi


Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Variabel Mini Maksi Nilai Simpang N P-


mal mal rata- baku value
Rata
Sikap
Sebelum Pendidikan Kespro 25 50 41,96 4,27 153 0,000*
Sesudah Pendidikan Kespro 26 50 45,22 4,82
*Signifikan dengan alpha 5%

Rata-rata sikap responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan


reproduksi sebesar 41,96 dengan standar deviasi 4,27 dari skor maksimal 50.
Sedangkan rata-rata sikap responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan
reproduksi sebesar 45,22 dengan standar deviasi 4,82 dari skor maksimal 50. Dari
analisis tersebut dapat dilihat perbedaan rata-rata pengetahuan sebelum dan
sesudah pendidikan kesehatan sebesar 3,26 dengan standar deviasi 4,8. . Hasil uji
statistik diperoleh hasil yang signifikan (p = 0,000) yang berarti p-value< 0,5 dan
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap responden tentang perilaku seksual
berisiko antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi.
Hasil ini mengidentifikasikan bahwa hipotesis penelitian diterima dimana
hipotesis penelitian adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan
terhadap sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko dan secara statistik
bermakna.
.
5.3.2 Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Pengetahuan
tentang Kesehatan Reproduksi dan Sikap Responden terhadap
Perilaku seksual Berisiko
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
karakteristik individu dan akses informasi terhadap pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi dan sikap responden terhadap perilaku seksual berisiko
sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi. Pengujian statistik
menggunakan uji Tindependen dengan alpha 5%. Berikut ini hasil uji statistik:

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
47
   

Tabel 5.11 Distribusi Nilai Rata-Rata Pengetahuan Responden Menurut


Karakteristik

Karakteristik N Nilai Simpang T(t-test) P-Value


Rera-rata Baku
Jenis Kelamin
Laki-laki 61 22,22 4,25 0,54 0,366
Perempuan 92 22,84 3,61
Pendidikan Ayah
Menengah Atas 114 22,61 3,90 0,69 0,94
Rendah 39 22,56 3,86
Pendidikan Ibu
Menengah Atas 109 22,45 3,81 0,71 0,46
Rendah 44 22,9 4,05
Pekerjaan Ayah
Tetap 118 22,34 3,78 -1,491 0,13
Tidak tetap 35 23,45 4,13
Pekerjaan Ibu
Bekerja 95 23,04 3,80 1,81 0,72
Tidak bekerja 58 21,87 3,92
Akses Informasi
Terpapar 36 23,50 3,98 0,196 0,84
Tidak terpapar 117 22,32 4,37
*Signifikan dengan alpha 5%

Distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi menurut jenis kelamin


responden diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden laki-
laki sebesar 22,22 lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai rata-rata
pengetahuan kelompok responden perempuanyaitu sebesar 22,84. Hasil uji
statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
nilai rata-rata pengetahuan dari responden laki-laki dibandingkan dengan nilai
rata-rata dari responden perempuan, atau tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata
pengetahuan kesehatan reproduksi pada setiap kelompok responden laki-laki dan
perempuan.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
48
   

Distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi menurut pendidikan ayah


responden diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden
dengan ayah berpendidikan menengah atas sebesar 22,61 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden dengan
ayah berpendidikan rendah yaitu sebesar 22,56.Dari hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata
pengetahuan dari responden dengan ayah berpendidikan menengah atas
dibandingkan dengan nilai rata-ratar dari responden dengan ayah berpendidikan
rendah, atau tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan kesehatan
reproduksi yang bermakna pada setiap kelompok responden berdasarkan
pendidikan ayah.

Distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi menurut pendidikan ibu


diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden dengan ibu
berpendidikan menengah atas sebesar 22,45 lebih rendah bila dibandingkan
dengannilai rata-rata kelompok responden dengan ibu berpendidikan rendah yaitu
sebesar 22,9.Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata pengetahuan dari kelompok
responden dengan ibu berpendidikan menengah atas dibandingkan dengan nilai
rata-rata pengetahuan dari kelompok responden dengan ibu berpendidikan
rendah, atau tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan kesehatan
reproduksi yang bermakna pada setiap kelompok responden berdasarkan
pendidikan ibu.

Distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi menurut pekerjaan ayah


diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden dengan ayah
yang memiliki pekerjaan tetap memperoleh nilai rata-rata pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi sebesar 22,34 lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai
rata-rata pengetahuan dari kelompok responden dengan ayah yang tidak
mempunyai pekerjaan yaitu sebesar 23,45.Dari hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata
pengetahuan dari kelompok responden dengan ayah yang mempunyai pekerjaaan
tetap dibandingkan dengan nilai rata-rata pengetahuan dari kelompok responden

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
49
   

dengan ayah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, atau tidak terdapat perbedaan
nilai rata-rata pengetahuan kesehatan reproduksi yang bermakna pada setiap
kelompok responden berdasarkan pekerjaan ayah.

Distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi menurut pekerjaan ibu


diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden dengan ibu
bekerja memperoleh nilai rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sebesar 23,04 lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata pengetahuan
responden dengan ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar 21,87.Dari hasil uji
statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
nilai rata-rata pengetahuan dari kelompok responden dengan ibu bekerja
dibandingkan dengan nilai rata-rata pengetahuan dari kelompok responden dengan
ibu tidak bekerja bekerja, atau tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan
kesehatan reproduksi yang bermakna pada setiap kelompok responden
berdasarkan pekerjaan ibu.

Distribusi pengetahuan kesehatan reproduksi menurut akses informasi


diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan kelompok responden yang terpapar
informasi memperoleh nilai rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sebesar 23,50 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata dari kelompok
responden yang tidak terpapar informasiyaitu sebesar 22,32.Dari hasil uji statistik
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai
rata-rata pengetahuan dari responden yang terpapar informasi dibandingkan
dengan nilai rata-rata dari responden yang tidak terpapar informasi, atau tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan kesehatan reproduksi yang
bermakna pada setiap kelompok responden berdasarkan akses informasi.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
50
   

Tabel 5.12 Distribusi Nilai Rata-Rata Sikap Responden Menurut


Karakteristik

Karakteristik N Nilai Simpang T(t-test) P-Value


Rata-Rata Baku
Jenis Kelamin
Laki-laki 61 39,90 4,89 -5,462 <0,005*
Perempuan 92 43,32 3,15
Pendidikan Ayah
Menengah Atas 114 41,75 4,50 -1,02 0,30
Rendah 39 42,56 3,48
Pendidikan Ibu
Menengah Atas 109 42,12 4,49 0,76 0,44
Rendah 44 41,54 3,68
Pekerjaan Ayah
Tetap 118 42,04 4,48 0,43 0,66
Tidak tetap 35 41,68 3,51
Pekerjaan Ibu
Bekerja 95 42,36 4,03 1,51 0,13
Tidak bekerja 58 41,29 4,59
Akses Informasi
Terpapar 36 42,08 3,98 0,196 0,84
Tidak terpapar 117 41,92 4,37
*Signifikan dengan alpha 5%

Distribusi sikap terhadap perilaku seksual berisiko menurut jenis kelamin


responden diketahui bahwa nilai rata-rata sikap kelompok responden laki-laki
sebesar 39,90 lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai rata-rata sikap
kelompok responden perempuan yaitu sebesar 43,32. Hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata sikap
dari responden laki-laki dibandingkan dengan nilai rata-rata sikap dari responden
perempuan dengan p-value < 0,005, atau terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap
terhadap perilaku seksual berisiko yang bermakna pada setiap kelompok
responden laki-laki dan perempuan.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
51
   

Distribusi perbedaan nilai rata-rata sikap terhadap perilaku seksual


berisiko menurut pendidikan ayah responden diketahui bahwa nilai rata-rata sikap
kelompok responden dengan ayah berpendidikan menengah atas sebesar 41,75
lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai rata-rata sikap dari kelompok
responden dengan ayah berpendidikan rendah yaitu sebesar 42,56.Dari hasil uji
statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
nilai rata-rata sikap dari responden dengan ayah berpendidikan menengah atas
dibandingkan dengan nilai rata-rata sikap dari responden dengan ayah
berpendidikan rendah, atau tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap terhadap
perilaku seksual berisiko yang bermakna pada setiap kelompok responden
berdasarkan pendidikan ayah.

Distribusi sikap terhadap perilaku seksual berisiko menurut pendidikan ibu


diketahui bahwa nilai rata-rata sikap kelompok responden dengan ibu
berpendidikan menengah atas sebesar 42,12 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
nilai rata-rata sikap dari kelompok responden dengan ibu berpendidikan rendah
yaitu sebesar 41,54.Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata sikap dari kelompok responden
dengan ibu berpendidikan menengah atas dibandingkan dengan nilai rata-rata
sikap dari kelompok responden dengan ibu berpendidikan rendah, atau tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap terhadap perilaku seksual berisiko yang
bermakna pada setiap kelompok responden berdasarkan pendidikan ibu.

Distribusi sikap terhadap perilaku seksual berisiko menurut pekerjaan ayah


diketahui bahwa nilai rata-rata sikap kelompok responden dengan ayah yang
memiliki pekerjaan tetap sebesar 42,04 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
nilai rata-rata sikap dari kelompok responden dengan ayah yang tidak
mempunyai pekerjaan yaitu sebesar 41,68.Dari hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata
sikap dari kelompok responden dengan ayah yang mempunyai pekerjaaan tetap
dibandingkan dengan nilai rata-rata pengetahuan dari kelompok responden dengan
ayah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, atau tidak terdapat perbedaan nilai

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
52
   

rata-rata sikap terhadap perilaku seksual berisikoyang bermakna pada setiap


kelompok responden berdasarkan pekerjaan ayah.

Distribusi sikap terhadap perilaku seksual berisiko menurut pekerjaan ibu


diketahui bahwa nilai rata-rata sikap kelompok responden dengan ibu bekerja
memperoleh nilai rata-rata sikap sebesar 42,36 lebih tinggi bila dibandingkan
dengan nilai rata-rata sikap responden dengan ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar
41,29.Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara nilai rata-rata sikap dari kelompok responden dengan ibu
bekerja dibandingkan dengan nilai rata-rata sikap dari kelompok responden
dengan ibu tidak bekerja bekerja, atau tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata
sikap terhadap perilaku seksual berisiko yang bermakna pada setiap kelompok
responden berdasarkan pekerjaan ibu.

Distribusi sikap terhadap perilaku seksual berisiko menurut akses


informasi diketahui bahwa nilai rata-rata sikap kelompok responden yang terpapar
informasi memperoleh nilai rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sebesar 42,08 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata sikap dari
kelompok responden yang tidak terpapar informasi yaitu sebesar 41,92.Dari hasil
uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara nilai rata-rata sikap dari responden yang terpapar informasi dibandingkan
dengan nilai rata-rata sikap dari responden yang tidak terpapar informasi, atau
tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap terhadap perilaku seksual berisiko
yang bermakna pada setiap kelompok responden berdasarkan akses informasi.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
53
   

BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah one group pretest
dan posttestanpa menggunakan kelompok kontrol atau kelompok pembanding
yang diberikan intervensi dan yang tidak diberikan intervensi, sehingga sulit bagi
peneliti untuk memastikan apakah perubahan yang terjadi murni karena intervensi
yang diberikan ataukah oleh sebab lain.
Alat ukur yang digunakan juga dapat menimbulkan bias pada penelitian
ini, karena kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dipergunakan sebanyak
dua kali yaitu pada saat pretest dan digunakan lagi pada saat posttest sehingga
para obyek penelitian dapat mengingat kembali jawaban yang pernah dia jawab
dan menjawab kembali jawaban yang sama pada saat posttest. Selain itu
kemungkinan bias juga bisa terjadi karena kurangnya rasa percaya diri dari
responden sehingga dia mencontek jawaban dari temannya. Selain itu juga karena
keterbatasan waktu pada saat dilakukannya postest dapat menimbulkan bias pada
hasil penelitian ini.
Kendala yang dihadapidalam penelitian adalah padatnya agenda sekolah
sehingga dari segi waktu peneliti harus menyesuaikan dengan jadwal yang
disediakan oleh sekolah, sehingga kadang pemberian penkes diberikan pada
waktu-waktu yang kurang efektif untuk penyampaian penkes misalnya pada jam
akhir pelajaran yaitu jam 13.00-14.00 Wib. Untuk meminimalisir kendala yang
ada peneliti membuat yel-yel, memberikan ice breaking dan kuis berhadiah disela-
sela Pendidikan Kesehatan (Penkes) agar responden tetap bersemangat dan
berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh peneliti.

6.2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Remaja


Tentang Kesehatan Reproduksi Dan Sikap Remaja Terhadap Perilaku
Seksual Berisiko

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
54
   

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh pendidikan


kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi serta sikap
terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja di SMA Negeri I Kartasura. Selain
itu juga ingin diketahuinya informasi tentang karakteristik remaja di SMA Negeri
I Kartasura.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dari responden antara sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Setiawaty (2011) yang mengatakan bahwa terdapat peninggatan
pengetahuan pada remaja yang diberikan pendidikan kesehatan reproduksi.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sekarningsih (2001) juga mengatakan
bahwa ada perubahan nilai rata-rata skor pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR), setelah memperoleh bimbingan KRR. Penelitian yang dilakukan
oleh Benita (2012) juga menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan yang dilakukan
ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan remaja. Pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi sesudah diberikan intervensi berupa pendidikan
kesehatan ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan sebelum intervensi,
menurut J. Guilbert (Green, 1980) dalam pendidikan kesehatan tidak lepas dari
proses belajar, dimana output yang dikeluarkan merupakan hasil dari proses
belajar. Untuk didapatkan out put yang baik maka perlu ditunjang dengan input
berupa metode dan fasilitas.
Dari hasil penelitian diatas dapat diasumsikan bahwa pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh penulis berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
responden karena dalam memberikan pendidikan kesehatan penulis mampu
melibatkan responden, serta ditunjang dengan alat bantu pendidikan kesehatan
yang mendukung yaitu ICD proyektor dengan menyajikan gambar-gambar yang
menarik bagi remaja. Menurut Notoatmodjo (2011) alat peraga digunakan
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima
atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan dalam
menerima pesan maka semakin banyak pula pengertian atau pengetahuan yang
dapat diterima.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
55
   

Penelitian ini juga membuktikan bahwa ada pengaruh antara pendidikan


kesehatan yang diberikan pengan sikap responden terhadap perilaku seksual
berisiko. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa ada
peningkatan nilai rata-rata sikap tentang perilaku seksual berisiko yang bermakna
secara statistik pada responden antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi
berupa pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil ini sependapat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setiawaty (2011), dimana hasil penelitian menyimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifkan antara nilai sikap pretest dan posttes
responden.
Menurut walgito sikap dapat dibentuk sepanjang perkembangan individu.
Terbentuknya sikap yang ada pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri tentang
bagaimana individu menerima apakah sesuatu dari luar bisa diterima atau tidak.
Faktor selanjutnya adalah faktor eksternal atau faktor dari luar yang menjadi
stimulus untuk mengubah sikap. Pernyataan ini bisa diasumsikan bahwa sikap
seseorang dapat dirubah dengan memberikan stimulus. Dengan memberikan
stimulus berupa pendidikan kesehatan maka diharapkan akan terjadi perubahan
sikap pada remaja.
Dari pembahasan diatas dapat dinyatakan bahwa pendidikan kesehatan
yang diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan
dan sikap remaja di SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Pendidikan
kesehatan yang dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan studi
kasus dengan menggunakan alat bantu LCD proyektor dengan menyajikan banyak
gambar ternyata efektif untuk merubah pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi. Dengan bertambahnya pengetahuan maka akan mempengaruhi sikap
remaja terhadap perilaku seksual berisiko, dan bila sikap remaja terhadap perilaku
seksual baik maka diharapkan remaja juga berperilaku seksual yang baik pula dan
remaja diharapkan lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

6.3 Hubungan Antara Karakteristik Responden Dan Akses Informasi


Dengan Pengetahuan Dan Sikap Responden

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
56
   

Untuk melihat seberapa besar pengaruh karakteristik individu dan akses


informasi terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan sikap
terhadap perilaku seksual berisiko sebelum diberikan pendidikan kesehatan
reproduksi maka dilakukan uji t-independenhubungan dari masing-masing
variabel dibahas sebagai berikut.

6.3.1 Jenis kelamin


Dari hasil analisis distribusi berdasarkan jenis kelamin responden
didapatkan hasil bahwa proporsi responden perempuan lebih besar bila
dibandingkan kelompok responden laki-laki.Sedangkan distribusi pengetahuan
kesehatan reproduksi menurut jenis kelamin didapatkan hasil bahwa responden
laki-laki memiliki pengetahuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan
responden perempuan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini sependapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh sekarningsih (2001) yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan tingkat
pengetahuan mereka terhadap kesehatan reproduksi, namun berbeda dengan
penelitian setiawaty (2011) yang menyebutkan bahwa ada perbedaan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi antara responden laki-laki dan responden
perempuan.
Menurut Soetiningsih (2004) perkembangan jasmani pada perempuan
lebih cepat bila dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai hubungan yang erat antara kejadian haid pertama usia
11-13 tahun, sedang pada laki-laki ditandai dengan adanya mimpi basah pada usia
16-17 tahun, yang akan berpengaruh pada proses berfikir mereka. Hal ini akan
mendorong perempuan lebih banyak keingintahuannya mengenai kesehatan
reproduksi dan seksual tanpa melihat apakah informasi yang dia terima jelas dan
bertanggung jawab. Dari pernyataan diatas dapat diasumsikan bahwa walaupun
remaja perempuan lebih cepat matang kesehatan reproduksinya bila dibandingkan
dengan remaja laki-laki namun karena keingintahuan remaja perempuan yang
besar tentang kesehatan reproduksi sering membuat remaja perempuan mencari
informasi tanpa melihat sumber informasi yang dia peroleh, sehingga kadang
informasi yang diperoleh oleh remaja perempuan sering menyesatkan

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
57
   

pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi. Sebagai contoh remaja


perempuan beranggapan agar kesehatan organ intimnya terjaga dia harus rajin
mencuci organ intimnya dengan menggunakan cairan anti septik, dan informasi
ini remaja dapatkan melalui teman dan televisi. Padahal hal ini tidak benar karena
dengan rutin mencuci organ intim dengan cairan antiseptik justru akan merubah
kondisi di organ intim remaja yang akan berakibat pada terganggunya kesehatan
reproduksi.
Hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa sikap responden perempuan
lebih baik bila dibandingkan dengan responden laki-laki, perbedaan ini bermakna
secara statistik, yang berarti bahwa ada hubungan antara jenis kelamin responden
dengan sikap mereka terhadap perilaku seksual berisiko. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Sekarningsih (2001) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan
antara sikap seksual responden dengan jenis kelamin. Namun penelitian ini
sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh setiawaty (2011) yang
mengatakan bahwa ada hubungan antara sikap responden terhadap perilaku
seksual dengan jenis kelamin responden. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
berbeda dilihat dari aspek psikologis yang menentukan seseorang untuk bersikap
terhadap sesuatu. Pola berfikir perempuan lebih banyak dikuasai oleh perasaan,
sedangkan laki-laki berfikir lebih banyak secara logika. Pola pergaulan remaja
perempuan juga dapat mempengaruhi terbentuknya sikap mereka dibandingkan
dengan remaja laki-laki (Mappiare, 1982).

.6.2.3.2 Pendidikan Orang Tua


Pendidikan ayah dan ibu responden sebagian besar masuk dalam kategori
pendidikan menengah atas. Dari hasil analisis penelitian didapatkan bahwa tidak
ada hubungan antara pendidikan ayahdan pendidikan ibu responden dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi responden.Hal ini sependapat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sekarningsih (2001) yang mengatakan bahwa
tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua responden dengan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi. Namun dari literatur yang ada mengatakan bahwa
Tingkat pendidikan orang tua berhubungan dengan pengetahuan serta
kemampuannya di bidang ilmu pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
58
   

berpengaruh pada polanya dalam mendidik anak (Purwanto, 2000). Hal ini bisa
diasumsikan bahwa bila orang tua memiliki tingkat pendidikan tinggi diharapkan
juga memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi sehingga
dia akan mampu memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi dengan
baik kepada anaknya. Namun kadang walaupun orang tua memiliki pendidikan
tinggi, namun orang tua tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, dan pada kenyataannya banyak orang tua yang tidak mau
membicarakan tentang kesehatan reproduksi dan seksual kepada anaknya karena
orang tua masih menganggap tabu hal tersebut dan masih menganggap bahwa
anaknya masih kecil sehingga tidak layak untuk membicarakan hal tersebut.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna antara tingkat pendidikan orang tua dengan sikap responden terhadap
perilaku seksual berisiko. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekarningsih (2001) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan orang tua dengan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi.

6.2.3.3 Pekerjaan Orang Tua


Sebagian besar ayah responden mempunyai pekerjaan tetap, dan sebagian
besar ibu dari responden bekerja. Dari hasil analisis pada penelitian ini didapatkan
hasil bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ayahdan pekerjaan ibu dengan
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Hal ini sependapat dengan
penelitian yang dilakukan oleh sekarningsih (2001) yang mengatakan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pekerjaanorang tua dengan
pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Soetjiningsih (2004) berpendapat bahwa status ekonomi kemungkinan
besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa apabila kedua orang tua responden bekerja maka diharapkan
remaja dapat terpenuhi kebutuhannya dalam memperoleh pendidikan yang cukup,
dengan pendidikan yang cukup diharapkan pengetahuan remaja tentang
keesehatan reproduksi juga akan meningkat.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
59
   

Hasil analisis sikap remaja menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko dengan status pekerjaan ayah dan
status pekerjaan ibu . Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sekarningsih (2001) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara status
bekerja orang tua dengan sikap seksual remaja. Namun Bachtiar (2004)
berpendapat bahwa dengan perekonomian keluarga yang rendah remaja
cenderung melakukan seks pranikah agar pasangannya memenuhi segala sesuatu
yang ia butuhkan.
Dari pernyataan diatas dapat diasumsikan bahwa ekonomi yang bagus
dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja, karena dengan tingkat
ekonomi yang bagus maka akan membuka peluang bagi remaja untuk dapat
memperoleh pendidikan dengan baik pula. Namun kadang tingkat ekonomi yang
bagus/ tinggi mengharuskan orang tua untuk sibuk bekerja sehingga waktu orang
tua untuk anaknya sangat terbatas dan tidak ada kesempatan bagi remaja untuk
berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat memicu remaja untuk
mencari informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual tanpa
mempertimbangkan sumber informasi yang dia butuhkan. Keadaan ini dapat
menyesatkan pengetahuan remaja yang akan berdampak pada sikap remaja
terhadap perilaku seksualnya.

6.2.4 Akses Informasi


Sebagian besar responden belum pernah mendapatkan informasi
mengenai kesehatan reproduksi dari sumber yang terpercaya seperti dari guru,
orang tua ataupun dari tenaga kesehatan. Dari tinjauan pustaka disebutkan bahwa
paparan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja dalam berbagai hal.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa bila remaja mendapatkan informasi yang baik
dari sumber yang bertanggung jawab maka akan mempengaruhi pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi dan sikapnya terhadap perilaku seksual
berisiko.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang bermakna antara responden yang
pernah terpapar akses informasi ataupun remaja yang belum pernah terpapar

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
60
   

informasi. Hasil ini sependapat dengan penelitian yang dilakukanoleh Setiawaty


(2011) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara akses informasi dengan pengetahuan remaja. Penelitian yang sama
oleh Benita (2012) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara akses
informasi dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap
terhadap perilaku seksual berisiko yang bermakna antara responden yang pernah
terpapar akses informasi ataupun remaja yang belum pernah terpapar informasi.
Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawaty (2011)
dan Sekarningsih (2001) yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap
seksual antara remaja yang pernah terpapar informasi dan yang belum pernah
terpapar informasi. Teori Rosenberg (lih. Secord & Bachman. 1964) dikenal
dengan teori affective-cognitive consistency dalam hal sikap. Teori ini
memusatkan perhatian pada hubungan komponen kognitif dan komponen afektif.
Karena hubungan antara komponen kognitif dan afektif konsisten, maka bila
komponen afektifnya berubah komponen kognitif juga berubah. Demikian pula
bila komponen kognitif berubah maka komponen afektif juga dapat berubah
(Walgito, 1999). Dari pernyataan diatas dapat diasumsikan bahwa bila kita
merubah komponen kognitif (pengetahuan) dari seseorang dengan memberikan
pendidikan kesehatan diharapkan komponen afektif (sikap) seseorang juga akan
ikut berubah pula.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
61
   

BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan
1. Sebagian besar responden adalah perempuan, Tingkat pendidikan ayah
responden sebagian besar masuk dalam kategori pendidikan menengah atas,
begitu juga dengan tingkat pendidikan ibu sebagian besar masuk dalam
kategori menengah atas.Status pekerjaan ayah responden sebagian besar adalah
bekerja, begitu juga dengan status pekerjaan ibu. Sebagian besar responden
belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.
2. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuanremaja tentang kesehatan reproduksi yang ditunjukkan
dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pengetahuan responden antara
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dibandingkan dengan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan.
3. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
yang diberikan terhadap sikap remaja pada perilaku seksual berisiko, yang
ditunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata sikap responden antara sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dibandingkan dengan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.

7.2. Saran
1. Saran bagi sekolah
a. Penetapan kurikulum atau muatan lokal tentang pendidikan kesehatan
reproduksi remaja yang komperhensif sangatlah penting ditanamkan
sejak dini. Karena pendidikan kesehatan reproduksi yang komperhensif
sudah mencakup secara keseluruhan mulai dari perubahan pada remaja,
seksualitas, perilaku seksual, cara memelihara kesehatan reproduksi,
infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta cara penularan dan
pencegahannya, sehingga remaja bisa lebih bertanggung jawab dengan
pilihan-pilihan yang akan diambilnya.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
62
   

b. Melakukan kerjasama lintas sektor terkait seperti puskesmas, dinas


kesehatan atau LSM agar dapat membantu dalam memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
c. Melakukan kontrol tentang penyebaran media pornografi baik melalui
media cetak maupun media elektronik seperti internet yang saat ini bisa
diakses dengan mudah oleh remaja melalui telefon genggam,
khususnya saat remaja berada di sekolah.

2. Saran bagi Pemerintah dan Kementrian terkait

Penetapan kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang


komperhensif sangatlah penting ditanamkan sejak dini. Karena pendidikan
kesehatan reproduksi yang komperhensif sudah mencakup secara keseluruhan
mulai dari perubahan pada remaja, seksualitas, perilaku seksual, cara memelihara
kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta cara penularan
dan pencegahannya, sehingga remaja bisa lebih bertanggung jawab dengan
pilihan-pilihan yang akan diambilnya.

3. Saran bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas


Dinas Kesehatan diharapkan membuat perencanaan untuk memberikan
pelatihan bagi petugas puskesmas agar petugas puskesmas mampu menjadi
fasilitator dalam pelayanan kesehatan reproduksi remaja, termasuk mampu
menyampaikan materi pendidikan kesehatan reproduksi remaja di semua sekolah
di wilayah kerjanya. Dengan adanya dana bantuan operasional kesehatan (BOK),
diharapkan puskesmas bersedia untuk membuat kegiatan perencanaan dalam
rangka memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada seluruh remaja yang
berada di wilayah kerja puskesmas. Pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan
akan lebih efektif bila dilakukan di sekolah. Karena pada tatanan sekolah waktu
dimana remaja berkumpul sudah jelas, ada fasilitas gedung dan terkoordinir. Bila
ada keterbatasan sumber daya dari puskesmas, diharapkan puskesmas dapat
mencari bantuan dari Dinas Kesehatan ataupun LSM yang peduli dengan
permasalahan remaja untuk menjadi narasumber dalam penyampaian pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
63
   

4. Saran bagi peneliti lain


Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku
seksual berisiko, dengan menggunakan metode penelitian eksperimen lain
dengan menggunakan kelompok kontrol. Adapun hal yang diteliti selain
pengulangan dari penelitian ini adalah tentang pengambilan keputusan seksual
pada remaja.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
64
   

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010.


Riset Kesehatan Dasar . Kementrian Kesehatan RI.
Bachtiar, A. (2004). Cinta Remaja: Mengungkap Pola Dan Perilaku Cinta
Remaja. Yogyakarta : Sarjana Yogyakarta.
BKKBN Jateng. (2007). Remaja Hari Ini Adalah Pemimpin Masa Depan.
semarang: BKKBN Jateng.
BKKBN Jateng. (2008). Buku Pedoman Konseling KRR. Semarang: BKKBN
Jateng.
Dahlan, M. S. (2001). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan
Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR). Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pelaksanaan kegiatan Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi Untuk Petugas Kesehatan
di Tingkat dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fedyani ,A & Martua.(1999). Seksualitas Remaja dalam Seri Kesehatan
Reproduksi Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta. Pustaka Sinar harapan.
Green at all.(1980). Health Education Planning, Diagnostik Approach. The John
Hopkind University, My Field Publising CO
Guarsa, D,S& Yulia,D,S. (1991). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hastuti, Sri H. 2008. Skripsi. Perilaku Aborsi Dikalangan Mahasiswa. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Imron, A. (2011). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Jateng, B. (2008). Membantu Remaja Memahami Dirinya. Semarang: BKKBN
Jateng.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
65
   

Kementrian Kesehatan RI. 1998. Penatalaksanaan klinik Pascaabortus dan


komplikasinya.
Kencana, B & Hastutik. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Kespro Dengan Sikap Terhadap seks
Pranikah.http://ejournal.dinkesjatengprov.go.id
Kurniawan, Teguh. 2009. Skripsi. Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dan
Konsep Diri Dengan Intensi Perilaku Seks Pada Remaja. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Mappiare. Andi, 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasiol
Nanik, L.P & Basuki,H. (2011). Hubungan Karakteristik Remaja Terkait Risiko
Penularan HIV-AIDS Dan Perilaku Seks Tidak Aman di Indonesia.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 14 No. 4.
Nanik, L.P & Basuki,H. (2011). Analisis Hubungan Pengetahuan Pencegahan
HIV/AIDS dan Perilaku Seks tidak Aman Pada remaja Usia 15-24 Tahun
di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem kesehatan, Vol. 14 no 2.
Notoadmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat ilmu Dan Seniedisi Revisi 2011.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursanti, J, F. (2011) Skripsi. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perubahan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (PHBS) Santri Putra Pondok Pesantren Mambaus Sholikhin
Kabupaten Blitar Tahun 2011. Universitas Indonesia.
Purwanto, Ngalim (2000). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sarwono, S. W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers.
Sekarningsih, Dwiati. (2001). Tesis. Pengaruh Pembimbingan terhadap
Pengetahuan Dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Pada
Siswa SMU Santo Fransiskus Asisi di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan
Tahun 1999. Universitas Indonesia

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
66
   

Sekarrini, Loveria. (2011). Skripsi. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan


Perilaku Seksual Remaja Di SMK Kesehatan Di Kabupaten Bogor Tahun
2011. Universitas Indonesia.
Setiawati, Sri. (2011). Tesis. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Oleh
Pendidik Sebaya Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dan Sikap
Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Kecamatan
Pulomerak Kota Cilegon Banten Tahun 2011. Universitas Indonesia
Singh, S. 2010, "Global consequences of unsafe abortion", Women's Health, vol.
6, no. 6, pp. 849-60.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sutarmo. 2012. Seperti Gunung Es. Januari 20, 2013
http://www.kppkb.sukoharjokab.go.id
Sutiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta.
Sagung Seto
Walgito, B. (1999). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta.
http://sosbud.kompasiana.comAborsi dan Pergaulan Bebas Remaja yang
Mengkwatirkan. diakses tanggal 16 oktober 2012.
http://www.idai.or.id/remaja/Overview Adolescent Health Problems And
Services.diakses tanggal 16 desember 2012.
http://www.idai.or.id/remaja/artikel. Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Aspek
Sosial. diakses tanggal 16 maret 2013.
http://jateng.bps.go.id. diakses tanggal 6 maret 2013.
http://sp2010.bps.go.id/ di akses tanggal 6 maret 2013.
http://www.kesrepro.info/Devinisi Kesehatan Reproduksi Remaja/ diakses tanggal
8 maret 2013.

    Universitas Indonesia
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
LAMPIRAN OUTPUT

ANALISIS UNIVARIAT

1. Gambaran Karakteristik Responden

jk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lk 61 39,9 39,9 39,9
pr 92 60,1 60,1 100,0

Total 153 100,0 100,0

Pekerjaan ayah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tetap 118 77,1 77,1 77,1
tidak tetap 35 22,9 22,9 100,0

Total 153 100,0 100,0


pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid bekerja 95 62,1 62,1 62,1


tdk bekerja 58 37,9 37,9 100,0
Total 153 100,0 100,0

pddkan ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid menegah atas 114 74,5 74,5 74,5
rendah 39 25,5 25,5 100,0
Total 153 100,0 100,0

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


pddkan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid menegah atas 109 71,2 71,2 71,2
rendah 44 28,8 28,8 100,0

Total 153 100,0 100,0

terpapar

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid terpapar 36 23,5 23,5 23,5
tidak terpapar 117 76,5 76,5 100,0
Total 153 100,0 100,0

2. Skor pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi pendidikan


kesehatan reproduksi

pengetahuan sebelum

N Valid 153
Missing 0
Mean 22,6013
Std. Error of Mean ,31384
Median 22,0000
Mode 21,00
Std. Deviation 3,88204
Skewness -,250
Std. Error of Skewness ,196
Range 20,00
Minimum 11,00
Maximum 31,00

ktgrk peng sebelum


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 83 54,2 54,2 54,2


kurang 70 45,8 45,8 100,0
Total 153 100,0 100,0

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


jumlah pengetahuan sesudah penkes

N Valid 153
Missing 0
Mean 28,3268
Std. Error of Mean ,19293
Median 28,0000
Mode 27,00
Std. Deviation 2,38645
Skewness -,291
Std. Error of Skewness ,196
Range 12,00
Minimum 20,00
Maximum 32,00

ktgrkpengsudah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 96 62,7 62,7 62,7
kurang 57 37,3 37,3 100,0
Total 153 100,0 100,0

Totalsikap blm
N Valid 153
Missing 0
Mean 41,9608
Std. Error of Mean ,34548
Median 42,0000
Mode 45,00
Std. Deviation 4,27336
Skewness -,622
Std. Error of Skewness ,196
Range 25,00
Minimum 25,00
Maximum 50,00

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


kategoriksikap seblm

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 88 57,5 57,5 57,5
kurang 65 42,5 42,5 100,0

Total 153 100,0 100,0

Statistics
total sikap sesudah
N Valid 153
Missing 0
Mean 45,2288
Std. Error of Mean ,39032
Median 46,0000
Mode 50,00
Std. Deviation 4,82796
Skewness -1,672
Std. Error of Skewness ,196
Range 24,00
Minimum 26,00
Maximum 50,00

kategorik sikap sesudah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sikap baik 92 60,1 60,1 60,1
sikap kurang 61 39,9 39,9 100,0

Total 153 100,0 100,0

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


ANALISIS BIVARIAT

1. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


BIVARIAT T-TEST

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 pengetahuan sebelum 22,6013 153 3,88204 ,31384
jumlah pengetahuan 28,3268 153 2,38645 ,19293

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 pengetahuan sebelum & 153 ,447 ,000
jumlah pengetahuan sudah

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Std. Error Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 pengetahuan -5,72549 3,53411 ,28572 -6,28998 -5,16100 -20,039 152 ,000
sebelum -
jumlah
pengetahuan
sudah

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Uji wilcoxon

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Totalsikap 1 153 41,9608 4,27336 25,00 50,00
total sikap 2 153 45,2288 4,82796 26,00 50,00

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
total sikap 2– totalsikap1 Negative Ranks 41 54,10 2218,00
b
Positive Ranks 103 79,83 8222,00
c
Ties 9

Total 153
a. total sikap 2< totalsikap1
b. total sikap 2> totalsikap1
c. total sikap 2 = totalsikap1

Test Statisticsb

total sikap 2– totalsikap1


a
Z -5,995
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

T-Test Independen
Group Statistics
jk N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pengetahuan sebelum lk 61 22,2295 4,25203 ,54442

pr 92 22,8478 3,61904 ,37731

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Penget Equal variances assumed ,501 ,480 -,964 151 ,336 -,61832 ,64113 -1,88506 ,64843
seblm Equal variances not -,933 114,122 ,353 -,61832 ,66238 -1,93048 ,69385
assumed

Group Statistics
jk N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

totalsikap1 lk 61 39,9016 4,89798 ,62712


pr 92 43,3261 3,15570 ,32900

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

totalskp Equal variances 14,012 ,000 -5,262 151 ,000 -3,42445 ,65077 -4,71024 -2,13866
assumed
Equal variances not -4,836 92,931 ,000 -3,42445 ,70818 -4,83078 -2,01812
assumed

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Group Statistics
kerjaayah
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pengetahuan tetap 118 22,3475 3,78566 ,34850
tidak tetap 35 23,4571 4,13267 ,69855

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Sig. 95% Confidence

(2- Interval of the


tailed Mean Std. Error Difference
F Sig. t df ) Difference Difference Lower Upper
Penget Equal variances assumed 1,058 ,305 -1,491 151 ,138 -1,10969 ,74420 -2,58008 ,36071
seblm Equal variances not -1,421 52,093 ,161 -1,10969 ,78066 -2,67612 ,45675
assumed

Group Statistics
kerjaayah
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
sikap tetap 118 42,0424 4,48434 ,41282

tidak tetap 35 41,6857 3,51276 ,59377

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper


sikap Equal variances assumed 1,662 ,199 ,432 151 ,666 ,35666 ,82472 -1,27282 1,98613

Equal variances not ,493 70,057 ,623 ,35666 ,72317 -1,08564 1,79896
assumed

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


pekerjaan ibu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pengetahuan sebelum bekerja 95 23,0421 3,80625 ,39051


tdk bekerja 58 21,8793 3,92954 ,51597

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Pengeta Equal variances assumed ,000 ,996 ,069 151 ,945 ,04993 ,72252 -1,37762 1,47748
huan
sebelu Equal variances not ,069 66,451 ,945 ,04993 ,71885 -1,38511 1,48498
m assumed

Group Statistics
pekerjaan ibu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
totalsikap bekerja 95 42,3684 4,03193 ,41367
tdk bekerja 58 41,2931 4,59980 ,60398

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
totalsik Equal variances assumed 2,970 ,087 1,517 151 ,131 1,07532 ,70907 -,32567 2,47630
ap
Equal variances not 1,469 108,536 ,145 1,07532 ,73206 -,37568 2,52631
assumed

Group Statistics
pddkan ayah N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pengetahuan sebelum menegah atas 114 22,6140 3,90486 ,36572
rendah 39 22,5641 3,86479 ,61886

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Pengeta Equal variances assumed ,000 ,996 ,069 151 ,945 ,04993 ,72252 -1,37762 1,47748
huan
sebelu Equal variances not ,069 66,451 ,945 ,04993 ,71885 -1,38511 1,48498
m assumed

Group Statistics
pddkan ayah N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
totalsikap menegah atas 114 41,7544 4,50675 ,42210
Rendah 39 42,5641 3,48527 ,55809

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
totalsik Equal variances assumed 2,511 ,115 -1,022 151 ,309 -,80972 ,79263 -2,37579 ,75635
ap
Equal variances not -1,157 84,599 ,250 -,80972 ,69974 -2,20107 ,58164
assumed

Group Statistics
pddkan ibu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pengetahuan sebelum menegah atas 109 22,4587 3,81889 ,36578
rendah 44 22,9545 4,05746 ,61169

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
penget Equal variances assumed ,581 ,447 -,714 151 ,476 -,49583 ,69449 -1,86801 ,87635
ahuan
sebelu Equal variances not -,696 75,412 ,489 -,49583 ,71271 -1,91550 ,92384
m assumed

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Group Statistics
pddkan ibu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
totalsikap menegah atas 109 42,1284 4,49300 ,43035
rendah 44 41,5455 3,68816 ,55601

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
totalsik Equal variances assumed 1,159 ,283 ,763 151 ,447 ,58299 ,76432 -,92715 2,09312
ap
Equal variances not ,829 96,206 ,409 ,58299 ,70310 -,81262 1,97859
assumed

Group Statistics
terpapar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
totalsikap terpapar 36 42,0833 3,98121 ,66353
tidak terpapar 117 41,9231 4,37500 ,40447

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
totalsik Equal variances assumed ,387 ,535 ,196 151 ,845 ,16026 ,81705 -1,45407 1,77458
ap
Equal variances not ,206 63,209 ,837 ,16026 ,77709 -1,39254 1,71305
assumed

Group Statistics
terpapar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pengetahuan sebelum terpapar 36 23,5000 3,85079 ,64180
tidak terpapar 117 22,3248 3,86592 ,35740

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
totalsik Equal variances assumed ,095 ,758 1,596 151 ,112 1,17521 ,73614 -,27925 2,62968
ap
Equal variances not 1,600 58,380 ,115 1,17521 ,73460 -,29505 2,64548
assumed

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Lampiran I

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP
TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO

No. Kode................................................(diisi oleh peneliti)

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada


jawaban yang anda anggap benar, tepat dan sesuai.
2. Tidak perlu mencantumkan nama ataupun identitas anda.
3. Isilah kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya, sebab jawaban anda terjamin
kerahasiaannya.
4. Jawaban anda hanya akan digunakan untuk kepentingan ilmiah saja dan tidak
akan disebarluaskan kemanapun.
5. Tidak dibenarkan bertanya kepada teman, bila ada yang tidak jelas silahkan
bertanya pada orang yang membagikan kuesioner ini.

A. DATA UMUM
1. Jenis kelamin
a) Laki-laki b) Perempuan
2. Sosial ekonomi
2.1 Pekerjaan ayah
a) Tidak bekerja
b) Petani
c) Buruh tani
d) Buruh
e) Pegawai swasta
f) PNS/POLRI/TNI
g) Wiraswasta/dagang
h) Lain-lain, sebutkan.................................


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
2.2 Pekerjaan ibu
a) Tidak bekerja
b) Petani
c) Buruh tani
d) Buruh
e) Pegawai swasta
f) PNS/POLRI/TNI
g) Wiraswasta/dagang
h) Lain-lain, sebutkan.................................
2.3 Pendidikan ayah
a) Tidak Tamat SD
b) Tamat SD/Sederajat
c) SLTP/Sederajat
d) SLTA/Sederajat
e) Akademi/PT
2.4 Pendidikan ibu
a) Tidak tamat SD
b) Tamat SD/Sederajat
c) SLTP/Sederajat
d) SLTA/Sederajat
e) Akademi/PT

3. Sumber informasi responden tentang kesehatan reproduksi (Jawaban bisa lebih


dari satu)
a) Orangtua
b) Kakak/saudara
c) Guru
d) Teman sebaya
e) Petugas kesehatan
f) Media cetak
g) Media elektronik


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
B. KUESIONERE PENGETAHUAN RESPONDEN

Petunjuk :

¾ Berilah tanda silang (X) pada kode jawaban yang anda anggap benar.
¾ Jawaban bisa lebih dari satu

1. Bila seorang anak laki-laki mejadi remaja, biasa disebut dengan aqil balik atau
puber, ia akan mengalami perubahan pada tubuh, apa saja perubahan tersebut?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
a. Badan mulai berotot
b. Suara menjadi besar
c. Mimpi basah
d. Tulang jakun menonjol
e. Tidak tahu
2. Kalau seorang anak perempuan menjadi remaja ia juga mengalami perubahan
pada tubuh, apa saja perubahan tersebut? (Jawaban bisa lebih dari satu)
a. Tumbuh rambut disekitar alat kelamin dan ketiak
b. Payudara membesar
c. Pinggul membesar
d. Mulai haid
e. Tidak tahu
3. Organ reproduksi pada laki-laki adalah :
a. Indung telur, rahim, leher rahim, vagina
b. Jakun, otot pada dada, kumis
c. Testis, skrotum, Vas deferens, prostat, penis
d. Tidak tahu
4. Bagaimanakah cara memelihara kesehatan organ reproduksi?
a. Menggunakan antiseptik pembilas vagina
b. Menggunakan celana dalam dengan bahan yang menyerap keringat, sunat
pada laki-laki.
c. Menggunakan celana yang ketat
d. Setelah selesai buang air kecil dan buang air besar tidak perlu dibersihkan
dan dikeringkan


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
5. Apakah wanita dapat hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
6. Bagaimana cara menghindari kehamilan yang paling tepat dilakukan oleh
remaja?
a. Tidak melakukan hubungan seksual
b. Menggunakan metode kontrasepsi
c. Tidak tahu
7. Melakukan ciuman bibir bisa menyebabkan tertularnya penyakit:
a. Alergi
b. Sariawan
c. TBC dan Hepatitis B
d. Tidak tahu
8. Apa sajakahjenis Infeksi Menular seksual, atau infeksi kelamin yang anda
ketahui? (Jawaban bisa lebih dari satu)
a. Gonore/kencing nanah
b. Sifilis
c. Herpes genetalis
d. Trikomonas Vaginalis
e. Tidak tahu
9. Untuk mengurangi risiko tertular Infeksi menular seksual pada remaja adalah?
a. Tidak melakukan hubungan seksual
b. Melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
c. Mencuci alat kelamin dengan menggunakan sabun/ cairan disinfektan
d. Mengkonsumsi antibiotik, tanpa pengawasan dokter
e. Tidak tahu
10. Virus HIV dapat ditularkan melalui ?
a. Makan sepiring dengan penderita HIV/AIDS
b. Gigitan nyamuk
c. Hubungan seksual
d. Bersalaman dengan penderita HIV/AIDS


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
Pertanyaan No 11 sampai dengan 20 Pilihlah Betul atau Salah dengan
memberikan tanda silang (X)

NO PERTANYAAN B S

11 Sperma dihasilkan dari tempurung lutut remaja laki-


laki.
12 Hamil dan melahirkan pada usia remaja, merupakan
salah satu faktor risiko kehamilan yang tidak jarang
dapat menimbulkan kematian pada ibu.
13 Aborsi merupakan tindakan yang paling tepat untuk
melindungi remaja dari ancaman kehamilan yang
tidak diinginkan.
14 Jamu peluruh untuk tujuan pengguguran kandungan,
boleh digunakan.
15 Infeksi menular seksual ditularkan melalui, makanan,
minuman, dan pakaian.
16 Jika penyakit kelamin tidak diobati dapat
menimbulkan risiko infeksi menahun pada organ
reproduksi dan menyebabkan kemandulan
17 Tanda-tanda seks primer pada remaja putri adalah
terjadinya menstrulasi/haid.
18 Jika sperma tidak dikeluarkan maka akan keluar
dengan sendirinya melalui mimpi.
19 Tanda-tanda seks sekunder pada laki-laki adalah
terjadinya mimpi basah
20 HIV/AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu ke
anaknya


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
C. Kuesioner Sikap
Petunjuk :
1. Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan
pendapat saudara .
2. Berilah tanda (V) pada salah satu pilihan yang tertera dibelakang peryataan
untuk menunjukkan jawaban yang saudara pilih.
Pilihan jawaban adalah :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak setuju

NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1 Pendidikan seks justru mendorong
seseorang untuk melakukan hubungan
seks sebelum menikah.
2 Menjaga kesehatan reproduksi remaja
adalah tugas dari remaja itu sendiri.
3 Saya tidak khawatir tertular Infeksi
Menular seksual dan HIV jika
menggunakan barang (misalnya pakaian
dalam, gunting kuku, atau pisau cukur)
milik teman saya.
4 Saya tidak merasa cemas jika harus
bersentuhan, bersalaman atau berpelukan
dengan penderita HIV/AIDS.
5 Menurut saya jasa tindik anting juga
dapat menularkan HIV.
6 Pendidikan seksual penting untuk saya
ketahui .
7 Bagi saya seorang pria boleh saja


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
mempunyai banyak pasangan/pacar
secara bersamaan.
8 Seorang wanita atau pria boleh
melakukan hubungan seksual sebelum
menikah asal suka sama suka, saling
cinta, dan akan menikah.
9 Menurut saya bila seorang wanita hamil
sebelum menikah, maka dia boleh
melakukan aborsi dengan alasan biar
tidak di keluarkan dari sekolah.
10 Melakukan hubungan seks semasa remaja
akibat pengaruh VCD porno adalah
perbuatan yang merugikan diri sendiri.


 
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
IMS
&
HIV/AIDS

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


IMS
Infeksi Menular Seksual
(Penyakit Kelamin)

Yang sering:
1. Gonore/kencingg nanah
2. Sifilis
p
3. Herpes g
genetalis
4. Trikomonas Vaginalis

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PENYAKIT KELAMIN

Gonore/
Gonore/kencing
/kencing
g
nanah

Penyebab
™ Bakteri (Neisseria
gonorrheae)
C
Cara P
Penularan
l
™ Melalui hubungan
seksual Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
Akibat Lanjut

‐ Radang panggul
‐ Kemandulan
‐ Cacat pada bayi yg  
dilahirkan

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


SIFILIS
∗ Penyebab : infeksi Treponema pallidum
y p p
∗ Menular melalui hubungan seksual
∗ Timbul 2‐6 minggu, setelah masuknya kuman melalui 
hubungan seksual
∗ Pada tahun ke 5 sampai tahun ke 10 dapat menimbulkan 
kelainan syaraf pada penderitanya
∗ Cacat pada anak yang dilahirkan

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


SIFILIS TAHAP AWAL

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


SIFILIS TAHAP II

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Sifilis pada bayi

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Trikomonas Vaginalis

™ Penyebab Protozoa
™ Timbul 3-
3-26 hr
setelah kontak
seksual
™ Gejala
G j l Keputihan,
K ih
gatal, panas

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Herpes Ginitalis

‰ Disebabkan oleh Virus 
Herpes simplek
‰ Melalui hubungan seksual
‰ Tidak bisa sembuh 
‰ Hilang
Hilang‐timbul seumur 
timbul seumur 
Hidup

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Fakta IMS
∗ Memiliki banyak pasangan = beresiko
tinggi untk terinfeksi
∗ Dapat
D t terinfeksi
t i f k i berulangkali
b l k li
∗ Terinfeksi oleh beberapa IMS pada
waktu yang bersamaan
∗ Antibiotik tidak dapat melndungi anda
dari IMS dan HIV

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Apa Bahaya IMS
∗ Kebanyakan
y IMS peyebab
p y kita sakit
∗ Beberapa IMS peyebab kemandulan
∗ Beberapa
p IMS peyebab
p y keguguran
g g
∗ IMS dapat penyebab kanker leher rahim
∗ IMS dapat menlar ke bayi
∗ IMS penyebab rentan terhadap HIV/AIDS
∗ Beberapa IMS tidak bisa sembuh
∗ IMS seperti HIV/AIDS & Hepatiis B dapat
menyebabkan kematian

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Tanda Khas IMS

∗ Keluar cairan dari alat kelamin secara abnormal 


(berbau dan berwarna)
∗ Sakit/panas sewaku buang air kecil
∗ Gatal‐gatal
G l l di sekitar
di  ki alatl kelamin
k l i
∗ Nyeri di perut bawah atau sekitar alat kelamin.
∗ Luka di mulut atau alat kelamin dengan pembesaran
getah bening

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


HIV / AIDS

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Human
Immunodeficiency
Virus

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


∗ HIV adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan
i b lk AIDS

∗ Terdapat
d d l
dalam cairan
i tubuh
b h yang telah
l h
terinfeksi teruama di dalam darah, air mani atau
cairan vagina

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Apakah itu AIDS
∗ Acquired (ditularkan dari orang ke orang)
∗ Immune (Sistem kekebalan tubuh)
∗ Deficiency (Tidak berfungsi dengan baik)
∗ Syndrome (Kumpulan tanda/gejala)

AIDS adalah :
p g j y g y g
Kumpulan gejala yang disebabkan oleh HIV yang 
menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan 
tubuh

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PERKEMBANGAN
DARI HIV MENJADI AIDS
Terrtular

Periode
Jendela HIV + AIDS

3 - 6 BULAN 3 - 10 TAHUN 1 - 2 TAHUN

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Berhubungan Seks

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


20

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Tranfusi Darah

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PENULARAN DARI IBU KE JANIN ATAU BAYI 
MELALUI ASI

Istri
Tertular
HIV !

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Berciuman???
Bila keduanya ada luka terbuka
di bagian mulut maka ada kemungkinan terjadi
penularan HIV

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PENCEGAHAN PRIMER (PRIMARY PREVENTION)

( S
(ABSTINENSI),
S ), ( e Faithfull),
(Be a t u ),
artinya absen seks artinya bersikap
atau tidak melakukan saling setia
g seks bagi
hubungan g B p
kepada satu
orang yang belum A pasangan seks
menikah (tidak berganti-
Konsep gganti))
ABCD
(Condom),
artinya mencegah (Drug No),
D
penularan HIV dengan C artinya
ti dil
dilarang
memakai kondom. bila menggunakan
salah satu pasangan Narkoba suntik
telah terinfeksi HIV

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Pencegahan Khusus
∗ Konseling dan Tes HIV sukarela bagi yang 
beresiko
∗ Hindari pemakaian peralatan tajam secara
bergantian (jarum suntik, jarum tato, jarum
tindik, pisau cukur)
∗ Kewaspadaan universal bagi petugas
* APD (sarung tangan, jubah, masker)
* Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
* Disfeksi dengan larutan klorin
g
* Penanganan limbah

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


HIV Tidak Menular Melalui :

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Terima kasih

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


KASUS I

Pada suatu waktu kamu diajak belajar bersama dirumah pacarmu, kamu setuju
karena mengira dirumah pacarmu pasti ada orang tuanya. Namun sesampainya
dirumah pacarmu ternyata rumah sepi. Dan disitu pacarmu mulai merayumu,
ingin menciummu dan mengajak kamu pada kegiatan seksual yang lebih lanjut,
dengan alasan dia sangat mencintaimu, dan dia minta kamu untuk membuktikan
cintamu juga, dia juga mengatakan bahwa dia ingin bukti cintamu sekali ini saja
dan tidak akan mengulanginya lagi, dia juga meyakinkanmu bahwa kamu tidak
perlu khawatir hamil karena kalian hanya melakukan sekali ini saja dan dia
jugamengatakan kalau kamu tidak mau berarti kamu tidak mencintainya, dia juga
mengancam apabila kamu tidak mau maka lebih baik putus. Padahal kamu sangat-
sangat mencintainya, dan kamu sangat takut bila diputuskannya. Apabila terjadi
hal demikian maka apa yang akan kamu lakukan. Sebutkan alasannya.

KASUS II

Apabila sahabatmu, menceritakan bahwa dia hamil dan ingin menggugurkan


kandungannya karena dia takut dikeluarkan dari sekolah dan dia memintamu
untuk mengantarkannya kedukun aborsi. Dan dia juga memohon padamu untuk
tidak menceritakan kepada siapapun dan dia berjanji kepadamu bahwa ini hanya
akan terjadi sekali ini saja, kedepan dia berjanji akan jadi remaja yang baik.
Sebagai sahabat kamu sangat kasihan melihat sahabatmu itu kamu
membayangkan kalau sampai sekolah tahu bahwa sahabatmu hamil maka pasti
sahabatmu akan dikeluarkan dari sekolah dan itu berarti kamu akan kehilangan
sahabat baik di sekolahmu. Bagaimana pendapatmu, dan apa yang akan kamu
lakukan. Sebutkan alasannya.

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


KASUS III

Pada suatu hari kamu diajak oleh temanmu kesebuah pesta, dan sesampainya di
pesta itu ternyata kamu mendapati semua yang hadir sedang asyik mabuk-
mabukan dan mengkonsumsi narkoba, dan disana kamu ditawari untuk
mencobanya sedikit, dan kamu sudah berusaha menolaknya, namun temanmu
tetap memaksamu dan mengatakan bahwa kamu tidak gaul. Dan kamu tetap
menolaknya namun temanmu tidak mau menyerah juga dia mengatakan kalau
kamu tidak mau minum alkohol atau narkoba ya gak papa tapi kamu ditawarinya
rokok dan dia bilang kalau kamu tetap gak mau merokok berarti kamu banci.
Maka apa yang akan kamu lakukan. Sebutkan alasannya

KASUS IV

Pada suatu hari kamu berkenalan dengan seseorang, dan dari perkenalan itu kamu
menjadi dekat, dan bersahabat dengan orang tersebut karena kamu beranggapan
orang tersebut mengerti dan dapat selalu mendengarkan kamu dan dia selalu bisa
memberi solusi atas semua permasalahanmu. Bahkan sampai akhirnya kamu
menganggap dia seperti saudaramu sendiri, kamu sering makan satu piring dengan
dia, kamu juga minum satu gelas dengan dia. Namun beberapa waktu kemudian
kamu mengetahui bahwa seseorang yang sudah kamu anggap sebagai saudara
adalah pengidap HIV + . maka tindakan apa yang akan kamu lakukan. Dan apa
alasannya.

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PENDIDIKAN KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA

KARTASURA, APRIL 2013

OLEH
INDRIYANI PRIHATININGSIH
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
INDONESIA

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
REMAJA PENGERTIAN

USIA 10 19 TH
USIA 10-19 TH

Merupakan masa
peralihan ( transisi ) dari
anak-anak ke masa
dewasa. Pada masa ini 
remaja menghadapi
permasalahan yang sangat
kompleks dan sulit
ditanggulangi sendiri.
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
PERKEMBANGAN 
FISIK REMAJA
FISIK REMAJA

• PRIMER
Perempuan
y Haid/ 
Munculnya /
Menstrulasi

Laki-laki
Mimpi basah

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


SEKUNDER
PERUBAHAN YG TERJADI

¾ Suara menjadi besar ¾ pinggul membesar


¾ Tulang
g jakun
j m
menonjol
j /melebar
¾ penis dan buah zakar ¾ pertumbuhan rahim
bertambah besar dan vagina
¾ dada lebih lebar ¾ payudara membesar
¾ badan berotot,
berotot ¾ tumbuh rambut di
¾ tumbuhnya kumis sekitar kemaluan dan
¾ jambang dan rambut ketiak.
sekitar kemaluan dan
ketiak

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


ALAT REPRODUKSI LAKI LAKI
ALAT REPRODUKSI LAKI LAKI

™Penis
™Skrotum/Testis
™ Vas deferens
™prostat

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


ALAT REPRODUKSI WANITA
ALAT REPRODUKSI WANITA

ƒ Indung telur
ƒ Rahim
ƒ Leher Rahim
ƒ Vagina

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


KESPRO

Kesehatan reproduksi adalah suatu


keadaan kesehatan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan sosial dan
bukan semata
semata-mata
mata terbebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan system
reproduksi fungsi serta prosesnya.

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Kesehatan Reproduksi
p Sangat
g Pentingg
Informasi global yg 1. Secara komulatif
mudah di akses kebiasaan-kebiasaan
kebiasaan kebiasaan
sehingga memancing tsb akan
remaja untuk mempercepat awal
mengadopsinya sexual aktif
2. Kebiasaan
berperilaku sex
yang
y g beresiko
karena remaja tidak
memiliki
pengetahuan
p g yang
y g
akurat mengenai
Kespro &
Sexualitas serta tdk
memiliki akses
informasi yg tepat
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
FAKTA

Kejadian PMS yang pada usia 13 – 18 tahun


meningkat
i k t dalam
d l 3 tahun
t h terakhir.
t khi

Peningkatan
P i k t kasus
k penyalahgunaan
l h NAPZA
pada penduduk usia 16 – 18 tahun

Kurangnya pengetahuan tentang KRR pada


kelompok usia 16-17
16 17 tahun.
tahun

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


MASALAH-MASALAH  KESEHATAN REPRODUKSI 
MASALAH MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI
PADA REMAJA

11.Kehamilan
Kehamilan tidak diinginkan
2.Aborsi
3 Penyakit menular sexual
3.Penyakit
4.Pelecehan dan kekerasan sexual
5P
5.Penyalah
l h gunaan NAPZA

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Kehamilan
Aborsi...?
Lanjutkan ...?

Terjadi bila sel telur 
Terjadi bila sel telur
matang bertemu 
Bila tjd pd
dengan sperma  Remaja

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Bila
Kehamilan Bila
Dilanjutkan diaborsi

Akan berisiko terhadap


Remaja Resiko
1. Organ reproduksi 1. Perdarahan
belum sempurnaÆ 2. Cacat menetap pada
Persalinan Lama organ reproduksi
2. Menyebabkan 3. Kemandulan
Perdarahan
e da a a
4 Kematian
4. K i
3. Bisa menyebabkan
Kematian
4. Bayi yang dilahirkan
kurang gizi (BBLR)
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN DAMPAKNYA

• Bila dibiarkan bisa membuat remaja berfikir ingin 
Berfant melakukan hal yang sedang dibayangkan
melakukan hal yang sedang dibayangkan
asi
• Membuat perasaan eksotisme, tenang, nyaman
Pegangan  • Membuat remaja ingin melakukan aktifitas seksual yang 
tangan lebih

• Membuat jantung berdebar & membuat ingin melakukan  
aktifitas seksual yang lebih
aktifitas seksual yang lebih
Ciuman • Ciuman bibir bisa menularkan penyakit TBC & Hepatitis B

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


TIPS
REMAJA
PACARA
N?

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


KEBERHASILAN REMAJA 
MENJAGA KESEHATAN
MENJAGA KESEHATAN 
REPRODUKSI

Ketaatan DUKUNGAN
beribadah KELUARGA

Pergaulan Dukungan
dari guru

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


TIPS KEBERSIHAN DIRI

1. Sebaiknya
Sebaiknya pakaian dalam diganti 2 kali sehari
pakaian dalam diganti 2 kali sehari
2. Pakailah handuk yg bersih, kering, tdk 
lembab dan tdk bau.
3 Perangkat sholat hrs rajin dicuci&dijemur
3. P k t h l th ji di i&dij
4. Membersihkan organ reproduksi luar dr dpn 
ke blkg menggunakan air bersih & 
dikeringkan dgn handuk /tissue.
5. Tidak blh mencuci vagina dgn pembilas 
wanita.
6. Jgn memakai pantyliner dlm wkt yg lama
7. Pakai pemblut saat mens&diganti paling lm 4 
jam/stlh buang air
jam/stlh buang air
8. Bg laki-laki hrs disunat.
Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
BILA SDH TERJADI
MASALAH PADA
REMAJA (KtD)

1. Tdk menghakimi
2. Bersikap bersahabat dgn
r m j yg b
remaja bermash
rm sh
3. Memberikan konseling dgn
teman sebaya
4. Solusi ssi dgn kebutuhan dan
kondisi individu
5 Bila masalah serius dibr jln
5.
keluar yg terbaik, bila perlu
konsulkan dgn Sp.OG,
Psikolog atau Psikiater.
Psikolog, Psikiater

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
Lampiran

Pelaksaan Pendidikan Kesehatan Minggu 1

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
PRLAKSANAAN PENKES MINGGU KE 2

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013
 

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PRETEST PENELITIAN

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013


PROSES DISKUSI DAN MENJAWAB SOAL STUDI KASUS

Pengaruh pendidikan..., Indriyani Prihatiningsih. FKM UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai