Anda di halaman 1dari 139

PERAN MAHASISWA DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT: STUDI PADA PROGRAM


PEJUANG MUDA KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

SKRIPSI

Oleh:

Hayu Fitri Nanda Rohmatin Hasanah


NIM. 180210201051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PERAN MAHASISWA DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT: STUDI PADA PROGRAM
PEJUANG MUDA KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (S-1) dan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:

Hayu Fitri Nanda Rohmatin Hasanah


NIM. 180210201051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
i
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Ibu Kasiyani, ibu kandung yang super kuat berjuang seorang diri
2. Bapak Kastani, ayah kandung yang mengajari kuat
3. Mas Hendri Agung Yuliarto, anak sulung yang sangat bertanggungjawab
4. Mas Hengki Ahmad Dwi Oktiarto, anak kedua yang mengajari cara menjadi
perempuan kuat
5. Harta Irfana Jaya Romadhona, anak bungsu shaleh dunia akhirat
6. Prof. Dr. H. A. T. Hendrawijaya, S. H., M. Kes, Guru Besar yang selalu sabar
menghadapi kekurangan
7. Fuad Hasan, S. Pd., M. Pd, Dosen yang selalu menuntun saya sejak
mahasiswa baru sampai sekarang
8. Lutfi Ariefianto, S. Pd., M. Pd, selaku Penguji Utama dan pengarah
mahasiswa
9. Irliana Faiqotul Himmah, S. Pd., M. Pd, selaku Penguji Anggota dan
supporter mahasiswa
10. Seluruh dosen Program Studi S-1 Pendidikan Luar Sekolah yang telah
memberikan banyak ilmu akademik dan kehidupan
11. Seluruh guru yang sudah menyalurkan ilmunya kepada saya sampai saat ini
12. Almamater Universitas Jember

ii
MOTTO

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena di
dalam mencoba, itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil”

(Buya Hamka)

https://m.merdeka.com/jabar/7-kata-kata-bijak-buya-hamka-yang-menginspirasi-
kln.html?page=2

iii
SKRIPSI

PERAN MAHASISWA DALAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT: STUDI PADA PROGRAM
PEJUANG MUDA KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Oleh:

Hayu Fitri Nanda Rohmatin Hasanah


NIM. 180210201051

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Prof. Dr. H. A. T. Hendrawijaya, S. H., M. Kes.


Dosen Pembimbing Anggota : Fuad Hasan, S. Pd., M. Pd.

vi
RINGKASAN

PERAN MAHASISWA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT:


STUDI PADA PROGRAM PEJUANG MUDA KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW; Hayu Fitri Nanda Rohmatin Hasanah, 180210201051, 121
halaman, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat studi
pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow.
Salah satu problematika kemiskinan disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan. Peran serta mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa sekaligus
seseorang dengan potensi yang mumpuni dibutuhkan untuk berkontribusi melalui
aksi pemberdayaan masyarakat sebagai alternatif solusi. Mahasiswa bukan hanya
sebagai agen perubahan namun juga sebagai agen pemberdayaan. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongodow. Manfaat penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi,
tambahan wawasan, pengembangan pengetahuan serta bahan pertimbangan dalam
menentukan peran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada program
pemberdayaan masyarakat.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menentukan lokasi penelitian menggunakan
purposive area sehingga dipilih Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi
Sulawesi Utara. Penentuan informan menggunakan purposive sampling dan
penggalian data dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Sedangkan teknik keabsahan data peneliti menggunakan
perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, serta triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Terakhir, untuk teknik analisis data, peneliti menggunakan
analisis interaktif Miles and Hubberman meliputi reduksi data, pengajian data atau
data display, dan verifikasi data atau conclusion drawing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat pada program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow
meliputi peran fasilitatif dan peran pendidikan. Mahasiswa berperan dengan baik
meskipun hanya di awal kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS). Indikator peran fasilitatif meliputi pemberian
fasilitasi kebutuhan dan memberikan dukungan kepada Penerima Manfaat (PM).
Hasil peran fasilitatif menunjukkan bahwa mahasiswa sudah berperan aktif
melayani kebutuhan Penerima Manfaat (PM) yang mengeluhkan ketidakcairan
bantuan sosial disebabkan oleh ketidaksamaan data. Pemberian dukungan,
mahasiswa berperan memberikan motivasi atau dorongan agar Penerima Manfaat
(PM) lebih percaya diri menyelesaikan setiap permasalahan secara mandiri.
Selanjutnya peran pendidikan, indikator peran pendidikan meliputi membangun

viii
kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan Penerima
Manfaat (PM). Pertama membangun kesadaran, tahap ini Penerima Manfaat (PM)
mulai diajak berfikir jangka panjang. Mahasiswa memberikan penjelasan
bahwasanya permasalahan yang timbul bukan disebabkan oleh faktor eksternal
akan tetapi permasalahan disebabkan oleh ketidaksamaan data Penerima Manfaat
(PM). Bukan karena siapapun termasuk Dinas Sosial maupun Pendamping. Kedua
memberikan pemahaman, tahap ini Penerima Manfaat (PM) masih diajak
melakukan proses berfikir. Mahasiswa berperan menunjukkan letak permasalahan
dan menjelaskan kepada Penerima Manfaat (PM) bahwasanya yang dimaksud
dengan data yang tidak sama itu terletak pada bagian mana. Output pemberian
pemahaman nantinya Penerima Manfaat (PM) semakin sadar dan open minded
untuk berubah menjadi seseorang yang belajar lebih mandiri menyelesaikan setiap
persoalan. Ketiga adalah menambah pengetahuan, tahap ini Penerima Manfaat
(PM) masuk pada tahap kemandirian secara fisik melalui upaya menambah
pengetahuan. Penerima Manfaat (PM) diajak berfikir, mencari solusi, dan
bergerak menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Mahasiswa berperan
menjelaskan terkait prosedur atau langkah yang harus ditempuh untuk
menyamakan seluruh data mulai dari Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
Keluarga (KK), dan Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS). Peran yang dilakukan
mahasiswa secara tidak langsung adalah ajakan untuk berfikir. Seluruh peran
mahasiswa dilakukan secara bertahap mulai dari proses penyadaran,
pengkapasitasan, hingga menuju kemandirian secara fisik untuk bergerak dan
menyelesaikan permasalahan data secara mandiri.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow telah dilakukan dengan baik, meskipun peran tersebut hanya
dilakukan saat awal-awal kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS). Hal ini disebabkan adanya beragam kendala
meliputi target data yang harus dicapai mahasiswa, keterbatasan pendampingan,
tenaga, waktu, akses, transportasi, kondisi etnografi, dan cuaca. Terakhir, saran
peneliti mengenai fokus kajian peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat
kepada peneliti selanjutnya yaitu dapat meneliti dampak program pejuang muda
atau dampak pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan validasi
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) khususnya Program Studi Pendidikan Luar Sekolah agar lebih
aktif melibatkan dan bekerjasama dengan mahasiswa dalam setiap upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat sektor pendidikan, bagi Penggerak Pemberdayaan agar
tidak sebatas pada level menjalankan tugas kerja akan tetapi lebih proaktif,
berjiwa sosial, dan memiliki tanggungjawab mengentaskan masalah kemiskinan
melalui program-program pemberdayaan yang sesuai kebutuhan, sedangkan bagi
masyarakat luas agar lebih antusias, membuka diri, sadar, terlibat aktif, mau
menerima perubahan, serta lebih produktif dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidup.

ix
PRAKATA

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat, petunjuk,
dan hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi
dengan judul “Peran Mahasiswa Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Pada
Program Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan studi
Strata-1 pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan dalam penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Dr. Ir. Iwan Taruna, M. Eng. selaku Rektor Universitas Jember;
2. Prof. Dr. Bambang Soepeno, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
3. Lutfi Ariefianto, S.Pd., M. Pd. selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah sekaligus Dosen Penguji I yang telah
mendukung keputusan saya berkali-kali;
4. Irliana Faiqotul Himmah, S. Pd., M. Pd. selaku Dosen Penguji II dan salah
satu dosen yang banyak memberikan kebebasan berkarya kepada
mahasiswa;
5. Prof Dr.A. T. Hendra Wijaya S. H., M. Kes. selaku Dosen Pembimbing
utama sekaligus Guru Besar yang sabar menghadapi banyaknya
kekurangan saya;
6. Fuad Hasan, S.Pd., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Anggota sekaligus
penuntun saya dari jaman mahasiswa baru sampai saat ini;
7. Ibu Kasiyani selaku surga yang istiqomah mendoakan dan
memperjuangkan segala rintangan demi pendidikan saya sampai saat ini;
8. Bapak Kastani selaku ayah kandung;
9. Mas Hendri Agung Yuliarto selaku motivator hidup, pengganti sosok
ayah, dan pejuang besar dibalik pendidikan adik-adiknya;

x
10. Mas Hengki Ahmad Dwi Oktiarto, selaku motivator religius dan
penyokong kekuatan hati;
11. Harta Irfana Jaya Romadhona, selaku adik yang menginspirasi. Semoga
semakin menginspirasi dan menjadi anak shaleh kebanggaan keluarga
dunia akhirat;
12. Alips Fauldahlia, Erna Ayu Ratna Dila, Adinda Ayu, Dina Permata, Umi
Nadhirotul Laili, Yesi Novia, dan Lisa Nur Aqmarina selaku support
system selama perkuliahan;
13. Ukhti Sanya, Ukhti Puji, Ukhti Dila, Ukhti Rafika, Ukhti Ida, dan semua
keluarga besar masjid Al-Hikmah dan Lembaga Dakwah Kampus pada
masanya;
14. Teman-teman Program Studi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2018;
15. Drs. Abdul Haris Bambela, M. Si, Bapak Arfan Lundeto, dan Bapak
Salvio Sugeha selaku support system selama saya melakukan penelitian
skripsi sekaligus menjalankan program Pejuang Muda;
16. Tim Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow ada Muhammad Afif
Nuruddin, Athiya Shinta, Dian Hidayati, Jihan Callista, Muthia Dwi,
Raihanah Sadaika, dan Cindy Priskilla;
17. Semua pihak yang telah membantu proses skripsi ini saya ucapkan
terimakasih semua.
Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis berharap dan membuka ruang
seluas-luasnya terhadap kritik dan saran dari semua pihak. Penulis mengharapkan,
semoga skripsi ini minimal dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

Jember, 20 Januari 2022


Yang Menyatakan,

Hayu Fitri Nanda Rohmatin Hasanah


NIM. 180210201051

xi
DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN.................................................................................................. ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
PENGAJUAN ........................................................................................................ v
RINGKASAN ..................................................................................................... viii
PRAKATA ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Peran Mahasiswa ................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Peran Mahasiswa ........................................................... 7
2.1.2 Tugas dan Fungsi Mahasiswa .......................................................... 9
2.1.3 Aspek-Aspek Peran ........................................................................ 12
2.2 Pemberdayaan Masyarakat ................................................................ 16
2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 16
2.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat................................................ 17
2.2.3 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ............................................. 19
2.2.4 Strategi Pemberdayaan Masyarakat ............................................... 23

xii
2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 24
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 28
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................ 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 29
3.2.1 Tempat Penelitian .......................................................................... 29
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 29
3.3 Teknik Penentuan Informan .............................................................. 30
3.4 Rancangan Penelitian .......................................................................... 31
3.5 Teknik Alat dan Perolehan Data ........................................................ 33
3.5.1 Observasi........................................................................................ 33
3.5.2 Wawancara ..................................................................................... 34
3.5.3 Dokumentasi .................................................................................. 34
3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................. 35
3.6.1 Perpanjangan Pengamatan ............................................................. 35
3.6.2 Meningkatkan Ketekunan .............................................................. 36
3.6.3 Triangulasi ..................................................................................... 36
3.7 Teknik Analisis dan Penyajian Data .................................................. 38
3.7.1 Pengumpulan Data ......................................................................... 38
3.7.2 Reduksi Data .................................................................................. 38
3.7.3 Penyajian Data (Data Display)....................................................... 39
3.7.4 Verifikasi Data (Conclusion Drawing) .......................................... 39
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40
4.1 Data Pendukung .................................................................................. 40
4.1.1 Sejarah Program Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow40
4.1.2 Struktur Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow ............ 44
4.1.3 Data Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow .................. 45
4.1.4 Data Penerima Manfaat Batuan Sosial Kabupaten Bolaang
Mongondow ............................................................................................ 46
4.1.5 Pelaksanaan Program Pejuang Muda di Kabupaten Bolaang
Mongondow ............................................................................................ 47

xiii
4.2 Paparan Data Peran Mahasiswa ........................................................ 52
4.3 Temuan Hasil Penelitian Peran Mahasiswa ...................................... 63
4.3.1 Peran Fasilitatif .............................................................................. 63
4.3.2 Peran Pendidikan ........................................................................... 65
4.4 Analisis Data Penelitian Peran Mahasiswa ....................................... 67
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 74
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 74
5.2 Saran ..................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN PENELITIAN ............................................................................... 81

xiv
DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 24


4.1 Data Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow ........................... 45
4.2 Data Penerima Manfaat Bantuan Sosial. ................................................. 46

xv
DAFTAR GAMBAR

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 32


3.2 Triangulasi Sumber .................................................................................... 37
4.1 Struktur Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow........................ 44

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Matriks Penelitian ……………………………………….…… 80


Lampiran 2. Instrumen Penelitian ………………………………..………… 82
a. Pedoman Observasi………………………………………… 82
b. Pedoman Wawancara ............................................................ 83
c. Pedoman Dokumentasi .......................................................... 85
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara.................................................... 87
Lampiran 4. Transkrip Wawancara................................................................. 90
Lampiran 5. Data Informan Penelitian............................................................ 96
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian.................................................................... 97
Lampiran 7. Surat Pernyataan Dinas Sosial Bolaang Mongondow................. 98
Lampiran 8. Dokumentasi............................................................................... 99
Lampiran 9. Biodata Peneliti........................................................................... 121

xvii
BAB 1. PENDAHULUAN

Peneliti akan menguraikan tentang 1.1 Latar Belakang, 1.2 Rumusan


Masalah, 1.3 Tujuan Penelitian dan 1.4 Manfaat Penelitian.

1.1 Latar Belakang


Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data yang mengejutkan dimana
terjadi peningkatan kemiskinan di Indonesia sebanyak 1,12 juta jiwa periode
maret 2020 sampai maret 2021. Artinya bahwa saat ini Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat ada sebanyak 27,54 juta jiwa penduduk miskin yang tersebar di
514 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Salah satu kabupaten tersebut adalah
kabupaten Bolaang Mongondow yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara.
Terakhir ini, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara mengonfirmasi
bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow berada di prosentase kemiskinan sebesar
19,08% yang tersebar di 15 kecamatan, 2 kelurahan, dan 200 desa (BPS, 2021)
Kemiskinan adalah masalah global. Indonesia merupakan negara
berkembang yang sudah akrab dengan angka dan kata kemiskinan. Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan menjelaskan bahwa kemiskinan diartikan sebagai
permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah
penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh, dalam
rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara
layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Menurut (Suparlan, 1994), kemiskinan berpengaruh pada hampir keseluruhan
aspek-aspek kehidupan manusia khususnya sektor pendidikan. Tingkat pendidikan
memengaruhi pergerakan angka kemiskinan, semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan (Susanto,
2016).
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 dan Pasal 34 memberikan amanah
bahwa negara bertanggungjawab melindungi bangsa Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

1
2

Indonesia (Kemenkeu, 2019). Sesuai mandat tersebut, salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberikan bantuan sosial. Namun
demikian, pemberian bantuan sosial tidak cukup mampu mengurangi angka
kemiskinan dan ketimpangan (Effendy, 1993). Problematika kemiskinan yang
kian melonjak, secepatnya membutuhkan solusi nyata. Perlu adanya langkah lain
yang membuat masyarakat lebih mandiri atau tidak bergantung dengan bantuan
sosial yakni melalui sinergi program pemberdayaan masyarakat (Kemenkopukm,
2021).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Pasal 4 (b)
menjelaskan program penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan berbasis
pemberdayaan masyarakat guna mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok miskin untuk terlibat dalam pembangunan didasarkan pada
prinsip-prinsip pemberdayaan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 12 Tentang Desa menjelaskan bahwa pemberdayaan
masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Masalah kemiskinan membutuhkan upaya multisektor yang melibatkan
berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, daerah, maupun
masyarakat luas (TNP2K, 2019). Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat
(Sofiyah, 2019). Selama angka kemiskinan masih akrab dengan lingkungan
sekitar, peran serta mahasiswa masih dibutuhkan untuk berkontribusi dan
bekerjasama mencari solusi. Kompleksifitas masalah sosial dan kesempatan
menjadi tantangan sekaligus peluang mahasiswa untuk lebih aktif berperan dan
menghasilkan dampak konkret di masyarakat.
Menurut (Willis, 2013) mahasiswa memiliki usia berkisar antara 18-25
tahun sehingga mahasiswa merupakan bagian dari pemuda. Pemuda merupakan
generasi yang sangat berpengaruh untuk proses pembangunan bangsa (Lingga,
2019). Berdasarkan data statistik pendidikan tinggi yang dikeluarkan oleh
3

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2020, Indonesia tergolong negara


yang tinggi akan kuantitas mahasiswa Strata-1 yakni sebanyak 7.113.663 jiwa
atau sebesar 83,856% yang tersebar di 4.593 perguruan tinggi seluruh Indonesia
(SPT, 2020).
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 13 Ayat 3,
mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan
akhlak mulia serta bertanggungjawab sesuai dengan budaya akademik. Mahasiswa
merupakan pewaris generasi yang seharusnya berjiwa membangun, bertingkah
laku baik, memiliki nilai-nilai luhur, cinta tanah air, memiliki visi dan tujuan
positif (Lingga, 2019). Lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2009 Tentang Kepemudaan, menjelaskan bahwa pemuda berperan aktif sebagai
kontrol sosial, kekuatan moral, dan agen perubahan dalam segala aspek
pembangunan nasional.
Cahyono (2019) lebih jauh menambahkan, mahasiswa bukan hanya sekedar
agen perubahan tapi juga sebagai agen pemberdayaan yang berfungsi sebagai
kontrol sosial dan kontrol masyarakat. Mahasiswa bukan sebagai pengamat dalam
peran namun dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat karena mahasiswa
merupakan bagian dari masyarakat. Pentingnya peran mahasiswa juga sering
terdengar ditelinga, “Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa” dan “Pemuda
harapan bangsa”. Wujud konkret peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat diantaranya sebagai kontributor ide, fasilitator atau pendamping
masyarakat, dan sebagai advokat berbagai kepentingan rakyat (Afnan, 2017).
Mahasiswa sebagai tombak negara memiliki kekuatan besar untuk
memajukan bangsa. Selaras dengan sumber dari Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Arfan Lundeto selaku Kepala Seksi
Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow menjelaskan bahwa
dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pengetahuan,
kemampuan, dan kesadaran masyarakat seharusnya menggandeng mahasiswa
sebagai tonggak bangsa. Mahasiswa mempunyai tempat khusus di hati masyarakat
karena dinilai memiliki pengetahuan, ide, dan kreatifitas lebih mumpuni sebagai
generasi penerus bangsa.
4

Pejuang Muda merupakan laboratorium sosial yang komprehensif bagi


mahasiswa dalam rangka menerapkan ilmu dan pengetahuan serta memberi
dampak sosial secara konkret melalui proses belajar dari masyarakat. Mahasiswa
diberikan akses seluas-luasnya untuk kolaborasi dengan berbagai pihak pemangku
kebijakan setempat yang fokus berhubungan dengan kepentingan sosial daerah
(Kemendikbud, 2021). Program pejuang muda memberikan kebebasan kepada
mahasiswa untuk melakukan upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan di penempatan. Hal ini disebabkan adanya beragam kendala seperti
capaian target minimal data, waktu, tenaga, kondisi etnografi, akses, cuaca,
transportasi, dan pendampingan yang terbatas.
Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Peran Mahasiswa Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Pada Program
Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow”. Adapun yang menjadi objek
penelitian merupakan mahasiswa yang kemudian disebut sebagai Pejuang Muda
Kabupaten Bolaang Mongondow.

1.2 Rumusan Masalah


Menurut Sugiyono (2021), rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan
yang akan dicari jawabannya melalui aksi pengumpulan data. Peneliti akan sangat
terbantu dengan adanya rumusan masalah, sebab rumusan masalah termasuk salah
satu langkah dalam mencapai tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan, maka dapat ditarik
rumusan masalah dalam penelitian yaitu bagaimana peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow?

1.3 Tujuan Penelitian


Penting untuk merumuskan tujuan penelitian. Penetapan tujuan merupakan
salah satu kompas untuk memperoleh data yang spesifik, jelas, terarah, dan
terukur. Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan, maka dapat
disimpulkan tujuan penelitian ini adalah guna mengetahui peran mahasiswa dalam
5

pemberdayaan masyarakat pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang


Mongondow.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian biasanya dilakukan untuk memberikan benefit value melalui dua
arah. Manfaat penelitian menjadi salah satu pertimbangan bahwa suatu penelitian
akan memberikan dampak nyata baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan program, terlebih untuk
kepentingan peningkatan program dan/atau ilmu pengetahuan. Penelitian ini
harapannya dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Berikut dua manfaat
dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis secara umum digunakan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Adapun penelitian ini diharapkan dapat
menjadi rujukan keilmuan bidang pendidikan, sosial, dan budaya mengenai peran
mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat, sumbangsih informasi, menambah
wawasan, pengembangan pengetahuan, serta bahan pertimbangan dalam
menentukan peran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada program
pemberdayaan masyarakat. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi bahan
tambahan untuk penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Secara praktis, peneliti mendapatkan pengalaman berkehidupan sosial,
mengetahui fakta dan data secara langsung mengenai peran mahasiswa
dalam rangka memberdayakan masyarakat. Selanjutnya tentu menjadi
pengalaman baru peneliti bahwasanya sebesar apapun potensi dan tekad
mahasiswa tetap membutuhkan campur tangan pemangku kebijakan,
serta dapat menjadi sumbang pemikiran mengenai peran mahasiswa
dalam sektor pendidikan, sosial, dan budaya yang kesemua itu dibalut
dalam satu program berupa pemberdayaan.
6

b. Bagi Peneliti Lain


Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain diharapkan dapat memberikan
kontribusi sebagai dasar penelitian lanjutan, referensi tambahan, dan
bahan kajian untuk menetapkan fokus penelitian ilmiah yang selaras
dengan peran mahasiswa dalam upaya memberdayakan masyarakat
melalui aksi-aksi kecil berdampak nyata.
c. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penelitian ini dapat mengukir sejarah tambahan bagi ragam penelitian di
perguruan tinggi. Pasalnya penelitian dengan lokasi, sosial, budaya, dan
program pejuang muda belum pernah ada sebelumnya.
d. Bagi Penggerak Pemberdayaan
Penggerak pemberdayaan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai pijakan data primer dan/atau sekunder baik saat perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, maupun upaya peningkatan program yang
berkelanjutan, sesuai kebutuhan, serta sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan strategi baru yang tepat sasaran.
e. Bagi Masyarakat
Adapun manfaat praktis penelitian ini bagi masyarakat luas adalah
mampu menggugah kesadaran, memberikan pemahaman,
membangkitkan motivasi, kontribusi, kerjasama, dan keterlibatan yang
proaktif oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memberdayakan
masyarakat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 ini, peneliti akan menguraikan tinjauan pustaka tentang 2.1 Peran
Mahasiswa, 2.2 Pemberdayaan Masyarakat, dan 2.3 Penelitian Terdahulu.

2.1 Peran Mahasiswa


2.1.1 Pengertian Peran Mahasiswa
Peran adalah kumpulan perilaku yang dilakukan oleh seseorang. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2021) peran diartikan sebagai seperangkat
tingkah laku seseorang yang memiliki kedudukan di masyarakat. Menurut
Suhardono (1994) dalam bukunya berjudul Teori Peran, peran ialah batasan yang
dirancang oleh aktor lain yang kebetulan sama-sama berada dalam satu unjuk
peran (role performance). Ditinjau dari segi ilmu sosial, peran yang dimaksud
merupakan peran sebagai suatu fungsi yang dimiliki oleh seseorang saat
menduduki suatu posisi struktur sosial.
Teori peran merupakan suatu teori yang sering digunakan dalam ilmu
sosiologi, antropologi, dan psikologi (Pratiwi, 2018). Istilah peran biasa
digunakan dalam ilmu teater, dimana seorang aktor harus berperilaku sesuai
dengan tokoh yang didapatkan. Peran ibaratnya seorang aktor yang sudah
ditentukan posisinya guna berperilaku dan menciptakan kondisi yang sesuai
dengan peranan tersebut. Demikian posisi aktor dalam terater adalah sama dengan
posisi seseorang dalam masyarakat.
Peran adalah status seseorang guna menjalankan tugas dan kewajiban
sehingga peran berjalan sesuai dengan kedudukan yang didapatkan (Kurniawan,
2011). Lebih lanjut (Anggraini, 2019) menyatakan peran adalah susunan sifat
yang muncul sebab kedudukan, sehingga konsep peran menjadi manajemen
kegiatan yang diperoleh dalam suatu jabatan. Kesempatan dan peran yang
diberikan kepada seseorang berpengaruh pada perilaku yang dilakukan untuk
kepentingan masyarakat.
Tidak semua pemuda mampu berstatus sebagai mahasiswa. Secara
etimologis, mahasiswa terdiri dari dua kata diantaranya “maha” berarti besar.

7
8

Sedangkan “siswa” artinya murid, pelajar dan/atau pembelajar (Sarah, 2018)


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 13 Ayat 2
Tentang Pendidikan Tinggi menjelaskan makna mahasiswa sebagai seseorang
yang secara aktif mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran,
pencarian kebenaran ilmiah dan/atau penguasaan, pengembangan, dan
pengalaman suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk menjadi
ilmuan, intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang berbudaya.
Hartaji (2009) menambahkan makna mahasiswa diartikan sebagai seseorang
yang terdaftar dan sedang menempuh pendidikan guna mendapatkan ilmu di salah
satu perguruan tinggi meliputi akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas. Generasi penerus bangsa, demikian sebutan mahasiswa di lingkungan
masyarakat. Mahasiswa dipercaya memiliki hati nurani, ide kreatif dan inovatif,
mental daya saing, mempersatukan, menyampaikan, dan melakukan perubahan
untuk menorehkan catatan sejarah perubahan baik bangsa Indonesia (Pintek,
2020).
Masyarakat menilai mahasiswa sebagai calon intelektual dan cendikiawan
muda yang syarat akan beragam predikat (Caly, 2012). Mahasiswa merupakan
seseorang yang mampu menempatkan diri sebagai orang yang profesional dan
proporsional di lingkungan masyarakat maupun dunia pendidikan (Cahyono,
2019). Pandangan positif yang lahir dari masyarakat merupakan tantangan baru
untuk pemuda yang berstatus sebagai mahasiswa. Harapan masyarakat terhadap
pemuda sangat tinggi, terlebih ketika sudah dinyatakan lulus dari bangku
perkuliahan. Masyarakat berharap ilmu yang ditimba selama perkuliahan dapat
diaplikasikan secara konkret di lingkungan masyarakat dengan
mempertimbangkan kebutuhan. Ilmu akan lebih bermanfaat apabila digunakan
untuk kepentingan banyak orang. Dasar itulah mahasiswa dianggap sebagai
perpanjangan tangan rakyat kepada pemangku kebijakan. Besar harapan
masyarakat kepada calon pemimpin bangsa bernama mahasiswa.
Mahasiswa adalah ungkapan terminologi yang melekat kuat pada diri
pemuda sebab pemuda dinilai memiliki semangat membara, apalagi bila ditambah
dengan percikan api motivasi maka masa-masa muda inilah disebut sebagai masa
9

golden age guna mempersiapkan kehidupan yang lebih jauh lagi (Rusyadi, 2016).
Ide dan pemikiran cerdas mahasiswa mampu merubah paradigma yang
berkembang dan menjadikannya lebih terarah sesuai dengan kepentingan serta
tujuan bersama (Cahyono, 2019).
Dari beberapa paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori peran
merupakan teori yang membahas tentang posisi dan perilaku seseorang yang erat
kaitannya dengan orang lain. Sedangkan peran adalah tugas dan tanggungjawab
yang dimiliki oleh seseorang guna menyelesaikan visi misi tertentu. Setiap
manusia memiliki peranan terbaik sesuai dengan kategori dan posisi yang sudah
ditetapkan. Maksudnya adalah tidak ada peran yang tidak penting, setiap peran
yang dimiliki seseorang akan berdampak konkret untuk orang lain apabila
dilaksanakan dan didukung faktor-faktor tertentu secara maksimal.
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan mengenai peran
mahasiswa, dapat disimpulkan bahwasanya peran mahasiswa adalah status emas.
Arti dari status emas adalah mahasiswa beruntung berhasil menyandang status,
memiliki kedudukan, dan mendapatkan banyak kepercayaan dari masyarakat luas,
ditambah dengan potensi internal dan faktor pendukung yang dimiliki semakin
menambah kesan positif. Pendangan tersebut menambah kekuatan istilah
“mahasiswa itu berperan bukan baperan”.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Mahasiswa
Semua mahasiswa adalah pemuda, tidak semua pemuda adalah mahasiswa.
Seperti itulah kelebihan yang dimiliki oleh seorang mahasiswa, mempunyai peran,
fungsi, dan kesempatan yang lebih luas dari pemuda. Berapa banyak pemuda yang
bercita-cita menjadi mahasiswa namun tidak terwujud. Masyarakat meletakkan
kepercayaan lebih lebih tinggi kepada mahasiswa karena masyarakat percaya
bahwa perubahan ada karena ide dan inovasi mahasiswa dalam rangka
menyelesaikan masalah sosial diberbagai wilayah sesuai dengan kebutuhan
mereka. Suatu kebanggaan tersendiri sebagai seorang pemuda yang berhasil
menyandang status sebagai mahasiswa karena dinilai mempunyai semangat dan
etos kerja membara dalam melakukan suatu perubahan (Author, 2021).
10

Negara di masa depan bergantung pada kualitas pemuda saat ini. Masa
depan bangsa berada di tangan generasi muda, karena demikian mahasiswa wajib
mempunyai usaha dan sadar dengan tugas dan tanggungjawab. Menurut Cahyono
(2019), tugas mahasiswa meliputi agen perubahan (agent of change), kontrol
sosial (social control), suri tauladan (moral force), dan generasi penerus yang
tannguh (iron stock). Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing tugas
mahasiswa menurut Cahyono (2019) diantaranya yaitu:
a. Agent of Change (Agen Perubahan)
Saat muncul kata “agen perubahan”, tentu harapan semua orang termasuk
masyarakat adalah perubahan menuju hal-hal yang lebih baik. Demikian pula
mahasiswa, melalui tugas sebagai agen perubahan termasuk didalamnya agen
pemberdayaan, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan tugas secara jelas
dan terarah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sinergi dan kolaborasi antara
ide dan action akan menghasilkan perubahan berdampak konkret di
masyarakat. Perubahan besar dimulai dari perubahan kecil yang konsisten
sehingga peran yang dilakukan mahasiswa tidak harus berupa peran besar dan
dikenal oleh masyarakat. Peran-peran kecil yang diperhatikan dan diselesaikan
dengan baik akan berdampak besar terhadap masalah sosial.
b. Social Control (Kontrol Sosial)
Kontrol sosial lebih dapat diartikan bahwa mahasiswa bertugas menjadi
pelindung masyarakat. Mahasiswa memiliki potensi internal yang besar,
peluang dan kesempatan yang besar pula. Bekal ini merupakan modal awal
mahasiswa menjadi garda terdepan di masyarakat. Apabila ada satu atau lebih
permasalahan sosial hendaknya seorang mahasiswa bergerak aktif mencari akar
dan solusi permasalahan tersebut. Mahasiswa adalah penyerap aspirasi
masyarakat. Mahasiswa itu membela dan menyampaikan kebutuhan
masyarakat. Apabila ada kebijakan atau program yang menyimpang dan
kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat bahkan sama sekali bukan untuk
rakyat, disini letak peran kontrol sosial mahasiswa sebagai pelindung
masyarakat.
11

c. Moral Force (Suri Tauladan)


Suri tauladan identik dengan sikap dan perilaku baik. Setiap orang akan
dilihat dan dinilai oleh orang lain termasuk seorang mahasiswa. Sebagai
generasi penerus bangsa, tingkah laku yang kecil maupun besar akan selalu
diamati oleh masyarakat sehingga tidak jarang saat di bangku perkuliahan,
mahasiswa diberikan contoh secara langsung oleh pendidik mengenai akhlak
yang baik serta cara berperilaku di lingkungan masyarakat. Secara pengalaman,
mahasiswa memiliki pengalaman lebih pendek daripada masyarakat maka
perlu diperhatikan sebanyak apapun ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa tetap
memiliki kewajiban berperilaku baik kepada seluruh lapisan masyarakat.
Masyarakat tidak membutuhkan mahasiswa yang cukup banyak ilmu tanpa
adanya sikap dan perilaku baik. Akhlak kepada orang yang lebih tua adalah
yang utama karena hal tersebut merupakan bekal mahasiswa menambah
kepercayaan dan mendapatkan penilaian positif di masyarakat.
d. Iron Stock (Generasi Penerus yang Tangguh)
Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Tingkat keberhasilan
pembangunan suatu bangsa terletak pada bagaimana kualitas pemuda saat ini.
Indonesia sedang berada di masa-masa bonus demografi. Artinya bahwa
Indonesia berada di suatu kondisi angka penduduk produktif lebih tinggi
diiringi dengan persaingan yang tinggi pula. Usia-usia produktif saling
berusaha mendapatkan keberuntungan. Peluang bonus demografi seharusnya
lebih membuat mahasiswa sadar akan tugas dan tanggungjawab saat ini
sehingga di masa mendatang akan terbiasa dengan tugas dan tanggungjawab
lain yang lebih besar. Kepentingan masyarakat adalah yang utama.
Ibaratnya mahasiswa adalah otak sedangkan masyarakat adalah tubuh.
Gerakan dan perilaku yang dihasilkan oleh seseorang merupakan manifestasi dari
otak. Mahasiswa merupakan pelopor masyarakat, acuan ini berdasarkan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, ilmu dan pengetahuan, pola fikir, serta
menyesuaikan dengan aturan yang berlaku di wilayah masing-masing mengingat
setiap wilayah memiliki pola pandang dan sudut berfikir yang berbeda.
12

Keberadaan ragam tugas mahasiswa menjadi bukti bahwa masyarakat


mempunyai harapan besar kepada mahasiswa. Secara ilmu pengetahuan, potensi,
ide, inovasi, dan kemampuan mencetuskan perubahan ada di sosok pemuda
bernama mahasiswa. Hal lumrah apabila setiap kali mahasiswa turun lapangan
atau berhadapan langsung dengan masyarakat melaksanakan program maupun
sekedar berkunjung studi lapang, antusiasme masyarakat terlihat dari cara mereka
menyambut dan memperlakukan mahasiswa selama di tempat tersebut. Saat ini
giliran mahasiswa yang harus bergerak meletakkan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi, problematika sosial masyarakat yang beragam sudah menanti
untuk dicari solusi.
Pada Penelitian ini tidak membahas tugas dan fungsi mahasiswa selama
berlangsungnya program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow.
Akan tetapi meskipun demikian, secara tidak langsung mahasiswa atau Pejuang
Muda Kabupaten Bolaang Mongondow juga menjalankan tugas dan fungsinya
selama melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Pasalnya saat mahasiswa
turun lapangan, tugas sebagai agen perubahan, kontrol sosial, suri tauladan, dan
generasi penerus yang tangguh melekat kuat dan dikantongi selama identitas
mahasiswa masih disandangnya. Hal ini juga berkaitan dengan kegiatan verifikasi
dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang bersinggungan
langsung dengan Penerima Manfaat (PM) selaku sasaran program. Secara
otomatis tugas dan fungsi sebagai mahasiswa menjadi bekal utama.
2.1.3 Aspek-Aspek Peran
Seseorang yang sedang menjalankan kewajiban sesuai dengan kedudukan
saat ini artinya orang tersebut sedang melakukan suatu peran. Antara peran dan
status tidak dapat dipisahkan sebab keduanya saling berkaitan, tidak ada peran
tanpa status dan tidak ada status tanpa peran (Anggraini, 2019). Aziz (2009)
dalam bukunya Metodologi Pengembangan Masyarakat membagi peran menjadi
empat diantaranya sebagai berikut:
13

a. Peran fasilitatif
Peran fasilitatif merupakan kontribusi yang dilakukan oleh pemegang
peran dengan cara memfasilitasi kebutuhan masyarakat, memberikan
dukungan, inisiatif, semangat, stimulus, motivasi, inspirasi, dan energi yang
bertujuan untuk menciptakan perubahan perilaku dan mindset masyarakat.
Peran fasilitatif yang dilakukan oleh mahasiswa selama program pejuang
muda di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah dengan cara memfasilitasi
kebutuhan dan memberikan dukungan kepada Penerima Manfaat (PM).
Fasilitasi kebutuhan yang dimaksudkan adalah apabila Penerima Manfaat (PM)
mengeluhkan permasalahan ketidakcairan bantuan sosial kepada Pejuang Muda
atau mahasiswa maka peran mahasiswa yakni melayani apa yang disampaikan
Penerima Manfaat (PM). Sedangkan dukungan yang dilakukan mahasiswa
berupa pemberian semangat dorongan rasa percaya diri kepada Penerima
Manfaat (PM).
Seringkali Penerima Manfaat (PM) tidak mengetahui sebab munculnya
masalah yang sedang dihadapi sehingga perkara-perkara demikian menjadi
penambah angka ketergantungan. Harapannya dengan peran fasilitatif yang
diberikan oleh mahasiswa, Penerima Manfaat (PM) secara mandiri mampu
menggali, menemukan, dan mencari solusi atas permasalahan yang sedang
dihadapi sehingga melalui proses berfikir. Harapannya melalui proses berfikir
tersebut Penerima Manfaat (PM) mampu meningkatkan taraf hidup yang lebih
baik atau minimal tidak bergantung dengan orang lain termasuk adanya
bantuan sosial.
b. Peran pendidikan
Paradigma generasi muda dewasa ini menyebutkan bahwa peran
pendidikan memiliki kontribusi yang sangat penting guna meningkatkan
kualitas diri seseorang dan/atau masyarakat. Pendidikan adalah investasi
jangka panjang karena melaui pendidikan seseorang sedang melakukan proses
berfikir, dari proses itulah perlahan seseorang akan mengalami perubahan
mindset dan perilaku. Peran pendidikan dalam pemberdayaan masyarakat
14

meliputi membangun kesadaran, menambah pengetahuan, dan memberikan


pemahaman (Aziz, 2009).
Ada keterkaitan antara peran fasilitatif dengan peran pendidikan. peran
fasilitatif, mahasiswa lebih memberikan keleluasaan Penerima Manfaat (PM)
untuk bertanya dan mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi.
Sedangkan di peran pendidikan, setelah Penerima Manfaat (PM) bertanya dan
menjelaskan masalahnya, disitu momentum mahasiswa berperan membangun
kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan.
Pertama adalah membangun kesadaran, mahasiswa menjelaskan bahwa
saat ada masalah ketidakcairan bantuan sosial, masalah tersebut ada pada
Penerima Manfaat (PM) itu sendiri, bukan karena faktor eksternal meliputi
Dinas Sosial maupun Pendamping yang bersangkutan. Kedua adalah
memberikan pemahaman, mahasiswa berperan menunjukkan letak
permasalahan yang berdampak pada ketidakcairan bantuan sosial Penerima
Manfaat (PM). Mahasiswa menjelaskan bahwa masalah tersebut seharusnya
dapat diselesaikan secara mandiri oleh Penerima Manfaat (PM) tanpa harus
menunggu dan bergantung pada orang lain maupun Pendamping. Ketiga adalah
menambah pengetahuan, mahasiswa berperan menjelaskan kepada Penerima
Manfaat (PM) terkait prosedur atau langkah yang harus dilakukan agar masalah
dapat terlesaikan.
c. Peran perwakilan
Peran perwakilan berfungsi saat adanya proses negosiasi (Aziz, 2009).
Peran perwakilan dibutuhkan apabila terjadi perbedaan pendapat maupun
keputusan yang dinilai kurang baik dan berindikasi memunculkan konflik
antar berbagai pihak. Tidak dipungkiri bahwa setiap orang memiliki sudut
pandang dan cara berfikir yang berbeda. Meskipun semua orang tidak
mengharapkan konflik, peran perwakilan tetap mempunyai kedudukan
penting, hal ini sebagai bentuk antisipasi timbulnya masalah sosial baru.
15

d. Peran keterampilan teknik


Peran keterampilan teknik merupakan salah satu peran yang berfungsi
untuk menerapkan dan mengembangkan keterampilan yang ada di masyarakat.
Keterampilan dalam hal ini dapat diartikan secara luas. Seseorang yang mampu
menggali, menemukan, mencari solusi, dan menyelesaikan masalah secara
mandiri juga termasuk kategori keterampilan. Hal-hal kecil yang bersifat
menyelesaikan masalah adalah suatu bentuk keterampilan.
Empat indikator peran menurut Aziz (2009) ini adalah peran yang saling
melengkapi dimana fungsi antara peran satu dengan peran yang lainnya seperti
mata rantai. Peran fasilitatif, peran pendidikan, peran perwakilan, dan peran
keterampilan memiliki persamaan yakni menjawab sama-sama digunakan untuk
menjawab kebutuhan masyarakat, sedangkan perbedaanya terletak pada
spesifikasi kebutuhan yang sesuai dengan keadaan masing-masing individu di
masyarakat.
Sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mahasiswa selama program
Pejuang Muda khususnya Pejuang Muda kabupaten Bolaang Mongondow
Provinsi Sulawesi Utara, penelitian ini menggunakan teori peran Aziz (2009)
meliputi peran fasilitatif dan peran pendidikan. Kedua peran tersebut dipilih oleh
peneliti berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti di lapangan terutama
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang sudah ditetapkan program.
Peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat studi kasus pada
program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow ini berbeda dengan
konsep awal yang disampaikan saat pembekalan sehingga mahasiswa diberikan
kebebasan untuk melakukan pemberdayaan dalam bentuk apapun sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Khusus di Kabupaten Bolaang Mongondow, bentuk
pemberdayaan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah memberikan fasilitasi
kebutuhan mengenai permasalahan data, memberikan dukungan, membangun
kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan Penerima
Manfaat (PM) melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS). Hasil yang diharapkan adalah Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) dapat lebih mandiri secara fisik dalam artian mampu menggali,
16

menemukan, mengetahui, mencari solusi, dan menyelesaikan permasalahan data


bantuan sosial melalui proses berfikir dan aksi.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat


2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan terjemahan kata dari bahasa Inggris
“empowerment”. Awalan “em” dapat diartikan sebagai kekuatan dalam diri
manusia atau sumber kreatifitas, sedangkan “power” adalah kekuatan, berbuat,
mencapai, dan melakukan (Febriansyah, 2021). Pemberdayaan berasal dari kata
“daya” dengan awalan kata “ber” sehingga membentuk kata “berdaya” yang
artinya memiliki daya. Sedangkan kata tunggal “daya” berarti kekuatan (Risyanti
& Roesmidi, 2006). Pemberdayaan mulai berkembang sejak abad pertengahan dan
terus berkembang pada akhir tahun 70-an sampai dengan awal 90-an di negara
Eropa (Sumardi, 2019). Era globalisasi, istilah pemberdayaan sudah tidak asing di
telinga lapisan masyarakat karena upaya pemberdayaan sampai saat ini masih
terus digencarkan guna memberikan kekuatan kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 12 Tentang
Desa, pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Secara makro, pemberdayaan artinya upaya mengurangi ketidakmerataan melalui
strategi perluasan kemampuan manusia salah satunya melalui pendidikan
(Purbantara, 2019). Penelitian ini akan berfokus pada pemberdayaan skala mikro
melalui pemberian fasilitasi kebutuhan, pemberian dukungan, membangun
kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan tentang
masalah ketidakcairan bantuan sosial yang disebabkan oleh data melalui kegiatan
verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
17

Pemberdayaan masyarakat bukan model tunggal (Kemendesa, 2019).


Pemahaman definisi pemberdayaan tentu berbeda satu dengan yang lain,
tergantung dari sudut pandang maupun konteks kelembagaan meliputi sosial,
budaya, dan politik. Perbedaan pemahaman mengenai makna pemberdayaan ini
diantaranya ada yang mengartikan sebagai mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan memperkuat posisi di lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan
penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Kemendesa, 2019).
Sesuai dengan penjelasan mengenai apa itu pemberdayaan, peneliti
menyimpulkan dalam skala kecil sudut pandang pendidikan, bahwasanya
pemberdayaan adalah upaya peningkatan skala pengetahuan dari tidak mengetahui
menjadi mengetahui, tidak mampu menjadi mampu, dan terbatas menjadi tidak
terbatas. Penelitian ini akan berfokus pada peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow
melalui sektor pendidikan dengan cara memberikan fasilitasi kebutuhan,
memberikan dukungan, membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan
menambah pengetahuan kepada Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial. Fokus
kajian ini merupakan hasil observasi awal peneliti yang menunjukkan bahwa
permasalahan di lapangan terletak pada keterbatasan pengetahuan. Penerima
Manfaat (PM) tidak mengetahui sebab utama atau akar masalah dan cara
menyelesaikan masalah tersebut yang berdampak pada ketidakcairan bantuan
sosial mereka. Sudut pandang Penerima Manfaat (PM) menilai bahwasanya
masalah itu muncul disebabkan oleh pihak Dinas Sosial maupun Pendamping
masing-masing wilayah. Padahal apabila Penerima Manfaat (PM) mengetahui
lebih jauh, permasalahan ketidakcairan bantuan sosial Penerima Manfaat (PM) ini
disebabkan ketidaksamaan data baik Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
Keluarga (KK), maupun Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS). Sudut pandang ini
yang harus diluruskan sekaligus memberikan penjelasan kepada Penerima
Manfaat (PM) mengenai solusi atas permasalahan.
2.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mencapai keadilan sosial.
Pemberdayaan merujuk pada upaya perbaikan mutu hidup manusia baik secara
18

sosial, budaya, mental, ekonomi, maupun fisik (Oktaviani, 2019). Tujuan utama
pemberdayaan adalah memberikan kekuatan kepada masyarakat khususnya
kelompok lemah yang identik dengan ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal seperti pengetahuan maupun kondisi eksternal seperti penilaian sosial
yang ada di masyarakat (Soekanto, 1987). Menurut Mardikanto (2013) terdapat
enam indikator tujuan pemberdayaan diantaranya sebagai berikut:
a. Perbaikan Kelembagaan (Better Institution)
Perbaikan kelembagaan bertujuan untuk memperbaiki suatu lembaga
agar memiliki jejaring kemitraan usaha yang lebih luas sehingga perbaikan
tersebut akan menghasilkan relasi yang bermanfaat baik untuk komponen
kelembagaan. Secara mikro, kelembagaan ini adalah seseorang. Apabila
seseorang memiliki relasi yang luas maka akan berdampak pada seluruh usaha
perbaikan termasuk komponen-komponen yang ada di dalam diri seseorang,
Secara luas, kelembagaan dapat diartikan sebagai seseorang, keluarga atau
masyarakat. Kelembagaan yang dimaksud menyesuaikan dengan sudut
pandang konteks yang sedang menjadi pembahasan.
b. Perbaikan usaha (Better Business)
Setelah perbaikan kelembagaan, harapannya ada pula perbaikan usaha
atau pendapatan yang dapat memberikan akses kesejahteraan bagi seseorang
atau masyarakat. Apabila pendapatan meningkat maka masyarakat akan dapat
memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder. Pemberdayaan dibutuhkan
karena adanya ketimpangan. Salah satu ketimpangan tersebut adalah
kemiskinan.
c. Perbaikan Lingkungan (Better Environment)
Apabila perbaikan pendapatan sudah dilakukan, harapan selanjutnya
adalah terjadi perbaikan pada lingkungan. Tingkat perbaikan satu dengan yang
lain saling berkaitan mulai dari lingkup terkecil ke terbesar. Lingkungan yang
baik akan melahirkan kehidupan dan sosial yang baik pula. Perbaikan
lingkungan bukan hanya bermanfaat untuk satu individu akan tetapi individu-
individu lain berbentuk masyarakat.
19

d. Perbaikan Kehidupan (Better Living)


Perbaikan kelembagaan, usaha atau pendapatan, dan lingkungan akan
bermuara pada perbaikan kehidupan yang bertujuan agar mutu kehidupan
keluarga dan masyarakat dapat meningkat seiring dengan meningkatnya
pendapatan dan lingkungan.
e. Perbaikan Masyarakat (Better Community)
Peningkatan taraf kehidupan seseorang didukung oleh upaya perbaikan
kelembagaan, usaha atau pendapatan, dan lingkungan. Semua komponen
tersebut akan menghasilkan kualitas hidup seseorang atau masyarakat yang
lebih baik. Perbaikan masyarakat adalah upaya pemberdayaan dengan
tingkatan yang lebih luas (Mardikanto & Poerwoko, 2013).
Payne (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa proses pemberdayaan pada
intinya bertujuan untuk membantu masyarakat mendapatkan daya atau kekuatan
dalam mengidentifikasi, menemukan, mencari, dan bergerak mengambil
keputusan yang akan dilakukan, termasuk mampu mengetahui resiko, dan cara
mengurangi hambatan pribadi maupun sosial saat pengambilan tindakan
(Prawirasworo, 2013). Masyarakat perlu diajak berubah melalui proses berfikir.
Masyarakat setidaknya sadar bahwa mereka harus mandiri melalui usaha
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri atas potensi internal yang
dimiliki. Tujuan pemberdayaan masyarakat dalam skala kecil yaitu usaha
memampukan dan memandirikan masyarakat yang berada pada kondisi
kemiskinan, kesenjangan, ketidakberdayaan, dan keterbelakangan agar berada
pada posisi taraf kehidupan yang seimbang antara pengeluaran dan pendapatan.
2.2.3 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan pemberdayaan masyarakat adalah langkah-langkah dalam upaya
memberdayakan masyarakat. Berikut merupakan alur pemberdayaan masyarakat
menurut Adi (2007) diantaranya sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan memiliki dua tahapan yakni persiapan sumber daya
manusia meliputi siapa saja yang akan terlibat selama program pemberdayaan
masyarakat. Kedua adalah persiapan lapangan atau sasaran. Antara sumber
20

daya, sasaran, dan kebutuhan diharapkan saling berkesinambungan agar


program yang akan dilaksanakan berdampak konkret untuk kemandirian
masyarakat.
b. Tahap Pengkajian (Asessment)
Tahap pengkajian disebut sebagai proses menemukenali masalah baik
yang dilakukan secara individu maupun kelompok dalam masyarakat.
Penggerak pemberdayaan bersama masyarakat berusaha mengidentifikasi
masalah, menemukan sumber daya, dan prioritas kebutuhan yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahapan ini penggerak pemberdayaan menempatkan diri sebagai agen
perubahan (exchange agent) (Zubaedi, 2013). Tahap perencanaan secara
partisipatif melibatkan masyarakat dalam setiap proses berfikir dan
menemukan solusi tepat sesuai dengan masalah. Pada tahap ini masyarakat
diberikan kebebasan berfikir dan mengemukakan solusi yang diperoleh,
kemudian hasil usulan dan musyawarah akan didiskusikan bersama sebagai
solusi alternatif program dan kegiatan.
d. Tahapan Perfomalisasi Rencana Aksi
Penggerak pemberdayaan bertugas membantu setiap kelompok dalam
merumuskan dan menentukan konsep program yang akan dilaksanakan.
Keterlibatan penggerak pemberdayaan adalah sebagai fasilitator kelompok
dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Selain itu, penggerak
pemberdayaan juga bertugas membantu masyarakat dalam memformalisasikan
gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis terutama apabila berkaitan dengan
dengan pembuatan rancangan proposal.
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Peran masyarakat ikut serta menentukan kelancaran pelaksanaan
program. Sebagai kader wilayah, masyarakat diharapkan dapat melanjutkan
dan mempertahankan keberlangsungan program yang telah dilaksanakan. Akan
lebih baik lagi apabila dikembangkan bersama masyarakat lain melalui aksi
kerjasama dan gotong-royong. Kerjasama dan koordinasi yang baik antara
21

penggerak pemberdayaan dan masyarakat merupakan hal penting karena untuk


meminimalisir ketidaksesuaian antara perencanaan dengan keadaan di
lapangan.
f. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dilakukan secara kolektif oleh
orang-orang yang terlibat dalam program pemberdayaan meliputi penggerak
pemberdayaan, masyarakat, penerima manfaat, stakeholder, maupun pihak lain
yang memiliki kepentingan didalam program tersebut. Proses pelibatan semua
pihak diharapkan dapat menghasilkan evaluasi yang komprehensif mulai dari
awal hingga pelaksanaan program. Selain itu, nilai positif lain saat masyarakat
dilibatkan dalam proses evaluasi adalah mereka merasa dihargai dan
bermanfaat untuk kepentingan banyak orang. Sejatinya orang dewasa
menyukai orang-orang yang menghargai dirinya. Ciri-ciri orang dewasa adalah
ingin dihargai sehingga melalui strategi pelibatan masyarakat perlahan orang
dewasa tersebut merasakan bahwa potensinya dibutuhkan banyak orang. Hal-
hal tersebut akhirnya memunculkan rasa percaya diri dalam jangka panjang.
g. Tahap Terminasi
Tahap terminasi termasuk kedalam langkah memutuskan hubungan
secara formal dengan objek atau sasaran. Terminasi merupakan tahapan
terakhir dalam pemberdayaan karena sasaran dianggap sudah mandiri atau bisa
juga disebabkan oleh faktor lain sehingga program pemberdayaan harus segera
diakhiri (Adi, 2007).
Tahapan pemberdayaan masyarakat dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan di lapangan. Apabila program sudah pernah dilaksanakan maka tahap
pemberdayaan tidak harus dimulai dari persiapan. Artinya bahwa pemberdayaan
dapat dimulai dari tahap evaluasi guna menemukan apa saja kendala dan
kekurangan program sebelumnya sehingga nantinya pada program selanjutnya
tidak melakukan kesalahan dan menemukan kendala yang sama. Harapannya
penggerak pemberdayaan bersama masyarakat mampu menemukenali kebutuhan
prioritas agar program yang dilaksanakan memiliki nilai kebermanfaatan dalam
jangka panjang.
22

Selain tahapan pemberdayaan menurut Adi (2007), adapula proses


pemberdayaan masyarakat menurut Wihantolo dan Dwijowijoto (2007) meliputi:
1) Tahap Penyadaran
Proses pemberdayaan tahap pertama yaitu menjelaskan kepada
masyarakat perihal hak menjadi mampu dan memberikan motivasi yang
bertujuan agar keluar dari kondisi miskin. Secara umum, tahap penyadaran
dilakukan secara pendampingan.
2) Tahap Pengkapasitasan
Tahap pengkapasitasan merupakan proses pemberdayaan kedua yang
bertujuan memampukan masyarakat yang kurang memiliki akses.
Pengkapasitasan yang dimaksud adalah keterampilan yang diberikan kepada
masyarakat agar mempunyai keberanian langkah mengambil peluang melalui
berbagai kegiatan yang bertujuan meningatkan lifeskill.
3) Tahap Pendayaan
Proses pemberdayaan yang terakhir menurut Wihantolo dan Dwijowijoto
(2007) adalah tahap pendayaan. Tahap pendayaan ini seorang penggerak
pemberdayaan bertugas memberikan peluang kepada masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat. Pendayaan
dilakukan dengan memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat
sesuai dengan kapasitas, kapabilitas, dan akomodasi aspirasi melalui kegiatan
partisipasi aktif dan berkelanjutan. Masyarakat di dampingi untuk melakukan
evaluasi diri terhadap hasil pelaksanaan pilihan sebelumnya.
Pada penelitian ini, peneliti hanya mengadopsi tahap pemberdayaan
menurut Wihantolo dan Dwijowito (2007) karena saat kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), mahasiswa cukup
melaksanakan peranannya sesuai dengan data di lapangan dan tujuan program
yang sudah ditetapkan secara nasional. Meskipun ada beberapa strategi dan
kebebasan yang diberikan kepada masing-masing wilayah penempatan,
mahasiswa membatasi perannya cukup pada batasan peran fasilitatif dan peran
pendidikan meliputi upaya memfasilitasi kebutuhan, memberikan dukungan,
membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan.
23

2.2.4 Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Hamid (2018) mengemukakan bahwa strategi pemberdayaan masyarakat
dapat diartikan sebagai beragam pendekatan. Pemberdayaan masyarakat
merupakan program yang mempunyai perencanaan matang, target, dan tujuan
jelas. Maka dari itu setiap tahapan pemberdayaan masyarakat memerlukan startegi
tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Strategi juga sering dipahami
dengan tindakan yang dilakukan demi mencapai tujuan program (Budiono, 2019).
Berikut adalah strategi pemberdayaan masyarakat menurut Mardikanto (2013)
diantaranya sebagai berikut:
a. Strategi sebagai suatu rencana. Artinya strategi adalah pedoman selama
melaksanakan program.
b. Strategi sebagai kegiatan. Strategi berarti upaya yang dilakukan oleh
perseorangan, kelompok, maupun instansi guna mencapai tujuan program yang
sudah ditetapkan.
c. Strategi sebagai suatu instrumen. Artinya bahwa strategi berfungsi sebagai
kontrol atau pedoman pelaksanaan yang bertujuan mengendalikan batasan
kegiatan agar tetap sesuai dengan tujuan awal.
d. Strategi sebagai sistem. Strategi merupakan satu kesatuan mulai perencanaan
hingga pelaksanaan yang terpadu dan menyeluruh. Strategi sebagai sistem
berfungsi sebagai alat menghadapi tantangan agar tetap sesuai dengan target
tujuan yang ditetapkan.
e. Strategi sebagai pola pikir. Maksudnya adalah suatu tindakan dilandasi oleh
pengetahuan yang kuat mengenai kondisi internal dan eksternal serta
kemampuan memilih alternatif terbaik dalam mengambil keputusan demi
memaksimalkan peluang yang ada (Bahri, 2019).
Salah satu penentu keberhasilan program adalah kesesuaian strategi (Eddy,
2016). Seseorang yang terlibat dalam program pemberdayaan dituntut mampu
menentukan strategi yang sesuai dengan pola, tujuan, dan kebutuhan. Strategi
yang baik adalah strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan mampu menjadi daya
tarik masyarakat untuk terlibat aktif dalam program pemberdayaan.
24

2.3 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan salah satu peta pendukung dari adanya
suatu penelitian. Selain itu penelitian terdahulu dapat memperbanyak referensi
teori yang digunakan oleh peneliti selama melakukan penelitian. Berikut
merupakan beberapa sumber penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi
penelitian dengan judul “Peran Mahasiswa Dalam Pemberdayaan Masyarakat:
Studi Pada Program Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow” diantaranya
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan


Penelitian Penelitian
1. Rajim Paris Peran Hasil penelitian Penelitian saat ini
dkk, 2021 Mahasiswa menunjukkan meneliti peran
Jurnal Vol: 1 dalam bahwa semua mahasiswa
No: VIII Pemberdayaan kegiatan dari selama program
Universitas Masyarakat di aspek pendidikan, pejuang muda
Islam Negeri Tengah keagamaan, dan berdasarkan
Sunan Gunung Pandemi sosial telah prespektif
Djati Bandung Melalui Aspek dilaksanakan dan pendidikan.
Pendidikan, berdampak baik. Sedangkan
Keagamaan, penelitian
dan Sosial terdahulu meneliti
peran mahasiswa
secara luas
selama pandemi
berlangsung dari
prespektif
pendidikan,
keagamaan, dan
sosial.
2. Dede Sofiyah, Peran Karang Hasil penelitian Penelitian
2019 Taruna dalam menunjukkan terdahulu
Skripsi Pemberdayaan bahwa peran memiliki empat
Universitas Masyarakat Karang Taruna fokus kajian
Islam Negeri Melalui dalam yakni peran
Walisongo Program pemberdayaan fasilitatif, peran
Semarang Kampung masyarakat pendidikan, peran
Domba (Studi melalui program negosiasi, dan
di Desa kampung domba peran perwakilan.
Sindangjawa merujuk kepada
25

Kecamatan empat tahapan Sedangkan


Dukupuntang meliputi peran penelitian saat ini
Kabupaten fasilitatif, peran hanya berfokus
Cirebon) pendidikan, peran pada 2 peran yaitu
perwakilan, dan peran fasilitatif
peran dan peran
keterampilan pendidikan serta
teknik. Hasilnya sudah ditentukan
masyarakat siapa saja orang-
mampu orang yang
berpartisipasi terlibat dalam
dengan kegiatan program.
yang dilakukan
karang taruna
melalui program
kampung domba,
tingkat
kesejahteraan
masyarakat
meningkat,
terbukanya
lapangan
pekerjaan bagi
para pemuda, dan
desa memiliki
identitas yang
baik.
3. Najib Ali, 2019 Peran Pemuda Hasil penelitian Perbedaan
Skripsi dalam menunjukkan penelitian
Universitas Pemberdayaan bahwa organisasi terdahulu dengan
Islam Negeri Masyarakat Karang Taruna penelitian saat ini
Sulthan Thaha (Studi Karang Panca Bakti Desa adalah objek,
Saifuddin Taruna Panca Kemingking program, dan
Jambi Bakti Desa dalam telah tempat penelitian.
Kemingking melaksanakan Penelitian
Dalam tugasnya sesuai terdahulu
Kecamatan dengan citra menggunakan
Taman Rajo kelembagaan dan karang taruna
Kabupaten melakukan sebagai objek dan
Muaro Jambi) kinerja Desa Kemingking
berdasarkan sebagai tempat
komposisinya. penelitian.
Sedangkan
penelitian saat ini
menggunakan
mahasiswa atau
26

Pejuang Muda
sebagai objek dan
Kabupaten
Bolaang
Mongondow
sebagai tempat
penelitian.
4. Ma’rifah Peranan Hasil penelitian Penelitian
Rahim, 2019 Pemuda menunjukkan terdahulu meneliti
Skripsi Karang Taruna bahwa peranan karang taruna dan
Universitas dalam pemuda karang peningkatan
Muhammadiya Meningkatkan taruna dalam kepedulian sosial.
h Makassar Kepedulian meningkatkan Sedangkan
Sosial kepedulian sosial penelitian saat ini
Masyarakat di masyarakat di meneliti
Desa Desa Maradekaya mahasiswa yang
Maradekaya Kecamatan disebut sebagai
Kecamatan Bajeng Pejuang Muda
Bajeng Kabupaten Gowa dan peran yang
Kabupaten sangat dilaksanakan
Gowa menunjukkan selama program
bahwa pemuda pejuang muda.
karang taruna
sudah berperan
dalam
mengadakan
beberapa kegiatan
sosial seperti
penataan dan
kebersihan
lingkungan
sekitar desa
melalui aksi
gotong-royong
serta apabila ada
bencana
mengadakan bakti
sosial bersama
masyarakat.
5. Sudirman Adi Peran Kaum Hasil penelitian Perbedaan
Putra, 2017 Muda dalam menunjukkan penelitian
Skripsi Pembangunan bahwa selama terdahulu dengan
Universitas di Desa didirikan penelitian
Islam Negeri Tanammawang organisasi sekarang adalah
Alauddin (Studi terhadap GENRETA telah studi kasus dan
Makassar Organisasi memberikan fokus kajian.
27

Kepemudaan banyak perubahan Penelitian


Generasi yang cukup terdahulu meneliti
Penerus Desa signifikan secara luas
Tanammawang terhadap kaum berkaitan dengan
di Desa muda di Desa pembangunan.
Tanammawang Tanammawang Sedangkan
Kecamatan karena telah penelitian saat ini
Montoramba mampu cukup pada salah
Kabupaten menyadarkan satu program
Jeneponto) akan pentingnya pembangunan
peran, sebagai yakni
tokoh penggerak, pemberdayaan
dan sebagai tokoh masyarakat dan
pembaharu guna peran mahasiswa
menunjang meliputi peran
pembangunan di fasilitatif dan
Desa peran pendidikan,
Tanammawang. tidak sampai
Hal ini dibuktikan melihat hasil
dengan partisipasi karena program
aktif dalam baru saja
berbagai kegiatan dilaksanakan.
diantaranya
harlah desa
Tanammawang,
peringatan hari
kartini,
Musabaqoh
Tilawati Qur’an
(MTQ), isra’
mi’raj,
penghijauan, dan
masih banyak
kegiatan lain.
Sumber data: Olahan penulisan pustaka
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini peneliti menguraikan metodologi penelitian yang meliputi 3.1 Jenis
dan Pendekatan Penelitian, 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian, 3.3 Teknik
Penentuan Informan, 3.4 Rancangan Penelitian, 3.5 Teknik Alat dan Perolehan
Data, 3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan 3.7 Teknik Analisis dan
Penyajian Data.

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif
merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan situasi
atau area populasi tertentu yang bersifat faktual, sistematis, dan akurat (Muslim,
2016). Pada umumnya, data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan
bentuk deskripsi dan gambaran dari serangkaian kata yang kemudian dihimpun
secara seksama dari hasil data objek yang bersangkutan dengan penelitian.
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang dilakukan
dengan menganalisis dan menginterpretasikan teks dan hasil penelitian dengan
tujuan menemukan makna dari suatu fenomena (Dukeshire & Thurlow, 2002).
Penelitian kualitatif disebut sebagai penelitian yang kaya akan data sebab
berkenaan dengan data yang bersifat naratif mulai dari mengumpulkan kemudian
menganalisis. Proses penggalian data dilakukan secara fokus dan mendalam oleh
isu atau masalah tertentu.
Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti untuk menggali data secara
mendalam dan memahami fenomena secara sentral (Sharan & Merriam, 2007).
Menurut Creswell, terdapat 5 macam penelitian metode kualitatif salah satunya
adalah studi kasus yang digunakan untuk eksplorasi secara mendalam terhadap
program, kejadian, proses, dan aktifitas (Sugiyono, 2021).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan pendekatan
kualitatif dimana proses pengumpulan data dan informasi diperoleh langsung dari
informan, mengamati secara langsung di lapangan (field research), dan

28
29

menggambarkan permasalahan yang ada sesuai dengan data yang ditemukan


(deskriptif). Mengingat data yang terkumpul masih bersifat umum maka perlu
dijelaskan lebih lanjut secara mendalam sesuai dengan situasi sosial di lapangan
(Sugiyono, 2010). Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan peran
mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat studi program pejuang muda
Kabupaten Bolaang Mongondow agar pembaca lebih mengetahui maksud, tujuan,
dan hasil penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penentuan tempat penelitian adalah salah satu hal penting yang
dimaksudkan untuk memperjelas fokus penelitian atau permasalahan yang akan
diteliti (Sugiyono, 2018). Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi
Utara merupakan tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Pemilihan
tempat dilakukan menggunakan teknik purposive area. Menurut Arikunto (2002),
teknik purposive area dipilih dengan mempertimbangan tujuan penelitian dan
beberapa pertimbangan lain misalnya peluang, kesempatan, kebutuhan
masyarakat, waktu, dan problematika sosial berupa kemiskinan Kabupaten
Bolaang Mongondow yang tergolong tinggi di wilayah Provinsi Sulawesi Utara,
sehingga problematika tersebut membutuhkan peran mahasiswa guna sedikit
meningkatkan status dari tidak berdaya menjadi berdaya secara pengetahuan.
Alasan tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana peran
mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda
Kabupaten Bolaang Mongondow.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dengan judul “Peran Mahasiswa Dalam Pemberdayaan
Masyarakat: Studi Pada Program Pejuang Muda Kabupaten Bolaang
Mongondow” membutuhkan waktu 5 bulan dimulai pada bulan September 2021
sampai dengan Januari 2022. Adapun rincian meliputi 1 bulan persiapan studi
pendahuluan dan penyusunan proposal, 2 bulan penelitian, dan 2 bulan
penyelesaian laporan penelitian.
30

3.3 Teknik Penentuan Informan


Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling sedangkan penggalian data menggunakan teknik snowball sampling.
Informan adalah seseorang yang bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai kondisi dan situasi latar belakang objek penelitian (Moleong, 2013).
Salah satu tingkat validitas data ditentukan oleh informan sebab informan
merupakan orang berkecimpung langsung, memahami, dan menguasai objek
penelitian yang sedang diteliti.
Menurut Sugiyono (2009), purposive sampling merupakan teknik penentuan
informan yang dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu kepada
informan yang dianggap dapat memberikan data yang valid sehingga bisa
dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan teknik
snowball sampling merupakan suatu teknik penggalian data untuk menemukan
informan-informan dan mengungkapkan hal spesifik dalam dunia sosial
(Suhardjo, 2008). Tentunya dalam suatu penelitian tidak dapat sembarang
memilih informan, perlu diperhatikan keterkaitan antara informan dengan tujuan
penelitian. Purposive sampling secara sederhana bertujuan untuk memudahkan
peneliti menggali data bukan sebaliknya (menyulitkan) hanya karena peneliti tidak
berhati-hati dalam menentukan seorang informan.
Penelitian ini menggali data seluas-luasnya terkait peran mahasiswa selama
menjalankan tugas pada program pejuang muda di Kabupaten Bolaang
Mongondow serta menggali data dari pihak Dinas Sosial Kabupaten Bolaang
Mongondow. Berikut merupakan informan kunci dan informan pendukung yang
terlibat langsung selama pelaksanaan program pejuang muda diantaranya:
a. Bapak Arfan Lundeto, Kepala Seksi Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten
Bolaang Mongondow selaku informan pendukung.
b. Bapak Salvio Sugeha, fasilitator program pejuang muda di Kabupaten Bolaang
Mongondow selaku informan pendukung.
c. Muhammad Afif Nuruddin, koordinator tim Pejuang Muda Kabupaten Bolaang
Mongondow selaku informan kunci.
31

d. Athiya Shinta Wulandari, anggota Pejuang Muda Kabupaten Bolaang


Mongondow selaku informan pendukung
e. Jihan Callista, anggota Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow selaku
informan pendukung.
Informan yang dipilih oleh peneliti merupakan seseorang yang menduduki
peranan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing. Peranan
antara satu informan dengan informan lain saling melengkapi. Informan dalam
penelitian ini merupakan pihak ditugaskan oleh Kementerian Sosial dan terlibat
langsung selama pelaksanaan program pejuang muda di Kabupaten Bolaang
Mongondow Provinsi Sulawesi Utara.

3.4 Rancangan Penelitian


Peneliti sebagai human instrument. Menurut Soegeng (2017), rancangan
penelitian atau desain penelitian merupakan tahapan penelitian yang sesuai
dengan tujuan, bersifat ekonomis, dan terstruktur untuk mendapatkan data-data
yang akurat. Rancangan penelitian bersifat mempermudah pembaca dalam
memahami road map penelitian melalui gambar yang ekonomis, sistematis, dan
terstruktur.
Tingkat akurasi data tergantung pada kemampuan peneliti, maka dari itu
peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
guna menggali data secara mendalam mengenai peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow. Desain penelitian deskriptif biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan melalui langkah mengumpulkan, menganalisis, dan
menyajikan data (Febriyan, 2021). Tiga langkah tersebut sangat menentukan
bagaimana kualitas penelitian dan tingkat akurasi data yang dihasilkan.
Rancangan penelitian ini meliputi inti latar belakang, rumusan masalah, variabel,
kajian teori, sumber informasi, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
32

Berikut merupakan rancangan penelitian dengan judul “Peran Mahasiswa


Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Pada Program Pejuang Muda Kabupaten
Bolaang Mongondow” diantaranya:

Latar Belakang:
1. Kemiskinan
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Kekurangan program-program pengentas kemiskinan melalui
pemberdayaan masyarakat
4. Mahasiswa dan urgensi mahasiswa dalam upaya pemberdayaan masyarakat
5. Program Pejuang Muda

Bagaimana peran mahasiswa dalam pemberdayaan


masyarakat: Studi pada program pejuang muda
Kabupaten Bolaang Mongondow?

1. Peran Mahasiswa
2. Pemberdayaan Masyarakat
3. Program Pejuang Muda

Teori Peran Aziz Muslim:


a. Peran Fasilitatif
b. Peran Pendidikan

Sumber Informasi

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data: Model Miles dan Huberman

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian


33

3.5 Teknik Alat dan Perolehan Data


Teknik pengumpulan data memiliki jenis yang beragam menyesuaikan
dengan tujuan dan data yang hendak dicapai. Selanjutnya dilihat dari segi cara,
perolehan data dapat dilakukan melalui observasi atau pengamatan, wawancara
(interview), kuisioner atau angket, dokumentasi, dan gabungan keempatnya
(Sugiyono, 2017). Perolehan data pada penelitian kualitatif dilakukan secara
alamiah atau natural setting, observasi kepada partisipan lebih intens dilakukan
guna mengumpulkan data baik primer maupun sekunder serta wawancara
mendalam (in dept interview). Adapun teknik perolehan data khusus penelitian ini
menggunakan tiga teknik meliputi observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi.
3.5.1 Observasi
Salah satu teknik pengumpulan data penelitian adalah observasi. Menurut
Widoyoko (2014), observasi diartikan sebagai metode pengumpulan data secara
sistematis terhadap berbagai unsur yang terlihat sebagai gejala pada objek
penelitian. Observasi atau pengamatan dan pencatatan dapat dilakukan
menggunakan dua cara meliputi pengamatan langsung dan tidak langsung
(Riyanto, 2010). Secara singkatnya, observasi merupakan cara mengumpulkan
data dengan sistematis melalui pengamatan langsung dan/atau tidak langsung.
Menurut Sugiyono (2021) terdapat tiga klasifikasi observasi diantaranya
observasi partisipatif (participant observation), observasi terus terang atau
tersamar (overt observation and covert observation), serta observasi tidak
berstruktur (unstructured observation). Penelitian ini menggunakan jenis
observasi partisipatif selama berlangsungnya program pejuang muda di
Kabupaten Bolaang Mongondow, kemudian mengamati dan menggali peran
mahasiswa secara langsung selama periode 28 Oktober 2021-20 Desember 2021.
Hasil pengamatan tersebut kemudian dideskripsikan oleh peneliti sesuai dengan
keadaan nyata di lapangan mengenai bagaimana peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow.
34

3.5.2 Wawancara
Esterberg (2002) mengibaratkan wawancara sebagai hatinya penelitian
sosial. Lebih lanjut dijelaskan wawancara adalah pertemuan antara dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab. Jadi dengan wawancara,
peneliti akan mendapatkan informasi yang lebih mendalam dengan
menginterpretasikan fenomena dan kondisi yang ada (Sugiyono, 2021). Hal ini
tidak ditemukan melalui observasi. Secara sederhana, wawancara adalah metode
pengumpulan data melalui proses tukar informasi secara mendalam. Esterberg
(2002) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur,
semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur. Peneliti
menyiapkan instrumen pedoman wawancara sebelum terjun melakukan
wawancara penelitian kepada informan kunci dan informan pendukung.
Terstruktur berarti disusun dan diatur rapi. Alasan menggunakan wawancara
terstruktur (Structured interview) adalah agar peneliti dapat mengumpulkan secara
pasti mengenai data yang akan digali sehingga instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis sebagai alternatif sudah disiapkan sebelumnya
(Esterberg, 2002).
3.5.3 Dokumentasi
Selain teknik observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Penelitian ini
juga menggunakan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Dokumentasi
artinya mencatat data-data yang ada (Riyanto, 2012). Metode dokumentasi
dilakukan peneliti dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis meliputi
dokumen, notulensi rapat, buku, majalah, catatan, dan lain sebagainya (Arikunto,
2006). Berdasarkan penjelasan ahli, maka dapat disimpulkan bahwa dokumentasi
merupakan metode pengumpulan data melalui penyelidikan benda-benda tertulis
kemudian mencatat semua hasil temuan. Hasil penelitian akan semakin kredibel
apabila didukung oleh foto (Sugiyono, 2019). Penelitian ini memanfaatkan
dokumentasi berupa kumpulan foto kegiatan mahasiswa selama program pejuang
muda di Kabupaten Bolaang Mongondow.
35

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Peneliti dan informan merupakan manusia yang rentan melakukan
kesalahan terlebih saat penelitian, sehingga perlu upaya meminimalisir kesalahan
tersebut dengan cara mengadakan pengecekan ulang data sebelum diproses dalam
bentuk laporan untuk menghasilkan laporan yang mudah dipahami, sistematis,
jelas, dan terarah.
Menurut Sugiyono (2013), uji keabsahan data penelitian kualitatif meliputi
uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas). Penelitian ini hanya
berfokus pada uji validitas internal dan reliabilitas. Validitas merupakan derajat
ketepatan antara data pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh
peneliti (Sugiyono, 2017). Data dikatakan valid apabila tidak adanya perbedaan
antara data yang dilaporkan peneliti dengan kenyataan di lapangan. Apabila ada
perbedaan data maka peneliti bertugas untuk mengecek ulang kepada informan
yang bersangkutan.
Menurut Moelong (2001), uji kredibilitas data terhadap hasil penelitian
kualitatif dapat dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, kecukupan referensi,
analisis kasus negatif, member check, dan uraian rinci. Adapun pemeriksaan
keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpanjangan
pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan triangulasi. Lebih lanjut dalam buku
Sugiyono (2021) berjudul Metode Penelitian Kualitatif edisi keempat
menjekaskan masing-masing uji kredibilitas data diantaranya sebagai berikut:
3.6.1 Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan maksudnya adalah peneliti kembali ke lapangan
guna melakukan pengamatan dan/atau wawancara dengan data yang pernah
maupun belum ditemui. Teknik perpanjangan pengamatan dilakukan dengan
membentuk kedekatan emosional antara peneliti dengan informan. Apabila
kedekatan emosional sudah terjalin, informan akan memberikan informasi secara
natural, terbuka, percaya kepada peneliti sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan, dan visi perpanjangan pengamatan dapat menghasilkan data yang
36

kredibel. Perpanjangan pengamatan dapat diakhiri apabila data sudah benar dan
kredibel. Khusus pada penelitian ini, peneliti akan mengonfirmasi ulang data
dan/atau memastikan kebenaran data yang dianggap bias dengan cara wawancara
lanjutan dengan informan secara online serta melakukan pengecekan ulang hasil
pengamatan peneliti terhadap keadaan nyata di lapangan.
3.6.2 Meningkatkan Ketekunan
Arti meningkatkan ketekunan yakni melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan dengan cara memeriksa ulang kebenaran data-data
yang diperoleh melalui deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati. Apabila perpanjangan pengamatan dilakukan dengan cara turun ke
lapangan guna memastikan kebenaran data, meningkatkan ketekunan cukup
memeriksa ulang data yang didapatkan secara deskriptif. Demikian pula yang
akan dilakukan pada penelitian ini, peneliti dengan berhati-hati akan memeriksa
ulang data dan mendeskripsikan hasil penelitian yang didapatkan secara lebih
teliti.
3.6.3 Triangulasi
Triangulasi merupakan upaya pengecekan keabsahan data dengan tiga cara
meliputi triangulasi sumber, cara, dan waktu. Stainback (2021) menjelaskan
bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti dan kekuatan data
terhadap apa yang sudah ditemukan.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan salah satu teknik pemeriksa keabsahan
data dengan mengecek ulang data yang telah diperoleh dari beberapa sumber.
Artinya bahwa setelah mendapatkan data kemudian di analisis, peneliti
melanjutkan lagi untuk memvalidasi data dengan cara mengecek ulang melalui
tiga sumber pengumpulan data yang sudah ditentukan. Gambaran triangulasi
sumber yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2 yaitu:
37

Kepala Seksi Jaminan Sosial Fasilitator Program

Mahasiswa atau Pejuang Muda

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber

Gambar triangulasi sumber tersebut merupakan alat bantu yang digunakan


peneliti dalam menjelaskan maksud dan arah penelitian ini. Pertama kali yang
dilakukan peneliti yaitu melakukan wawancara ke koordinator tim Pejuang Muda
selaku informan kunci, dilanjutkan ke informan pendukung meliputi anggota
Pejuang Muda, Kepala Seksi Jaminan Sosial, dan fasilitator program pejuang
muda Kabupaten Bolaang Mongondow. Langkah ini bertujuan untuk mencocokan
data yang diperoleh dari informan kunci dan informan pendukung.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik ditujukan untuk menguji kredibilitas data kepada
sumber yang sama namun dengan teknik berbeda. Artinya bahwa peneliti
mengungkapkan data tentang peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow, kemudian dicek menggunakan metode wawancara kepada
informan kunci dan informan pendukung, ditambah dengan dokumentasi yang
berhasil dikumpulkan sebelumnya.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas berdasarkan
waktu dan situasi yang berbeda. Perbedaan waktu saat wawancara, observasi,
maupun pengumpulan data lain akan mempengaruhi validitas data. Peneliti
secara penuh terlibat langsung dalam program. Hal ini menjadi kekuatan
peneliti dalam menggali dan mengamati peran mahasiswa secara langsung baik
saat pagi, siang, sore, dan malam hari.
38

Penelitian ini menggunakan perpanjangan pengamatan, meningkatkan


ketekunan, dan triangulasi (sumber dan teknik) sebagai uji keabsahan data
mengingat kebenaran data merupakan hal krusial yang menentukan kualitas
penelitian. Pemilihan teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini
berdasarkan pada aksi keterlibatan peneliti, waktu, akses, dan kondisi yang ada di
lapangan.

3.7 Teknik Analisis dan Penyajian Data


Menurut Bogdan (2021), analisis data adalah proses pencarian dan
penyusunan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti
merepresentasikan temuannya agar dapat dipahami oleh orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, memetakan kedalam unit-unit yang
akan dipelajari, serta membuat kesimpulan yang dapat disampaikan kepada orang
lain baik melalui laporan secara tertulis maupun lisan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif
model Milles dan Hubberman. Sugiyono (2021) yang mengatakan bahwa analisis
data dilakukan secara interaktif dan terus menerus sesuai dengan instrumen
wawancara yang sudah disiapkan, dapat pula diluar dari instrumen yang sudah
disiapkan. Hal ini tergantung pada peneliti dengan informan sehingga data yang
digali bisa didapatkan sampai tuntas dan jenuh. Berikut analisis data model Milles
dan Hubberman diantaranya sebagai berikut:
3.7.1 Pengumpulan Data
Setiap penelitian memerlukan proses analisis data. Penelitian kualitatif
biasanya menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi sebagai tahap awal menjelajahi situasi sosial atau objek yang diteliti
(Furqon, 2013). Perolehan data yang banyak dan beragam dari hasil pengumpulan
data nantinya akan masuk pada tahap selanjutnya yaitu reduksi data.
3.7.2 Reduksi Data
Reduksi data adalah proses berfikir (Sugiyono, 2015). Catatan secara teliti
dan rinci perlu menjadi perhatian serius sebelum mengolah data, mengingat
banyaknya jumlah data maka akan semakin kompleks dan lama pula proses
39

reduksi data. Reduksi sama dengan merangkum, memilih, dan memfokuskan pada
hal-hal pokok, kemudian memetakan data sesuai tema dan pola. Setelah proses
reduksi, data secara perlahan akan memberikan gambaran jelas dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya (Khadijah,
2021).
3.7.3 Penyajian Data (Data Display)
Setelah reduksi data, tahap selanjutnya adalah penyajian data. Penelitian
kualitatif lebih sering menyajikan data dengan teks bersifat naratif. Display data
memudahkan peneliti memahami fenomena atau situasi sosial yang terjadi
kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami
(Fadillah, 2017).
3.7.4 Verifikasi Data (Conclusion Drawing)
Tahap terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Penarikan kesimpulan dapat dikatakan final apabila ditahap awal sudah
didukung dengan data yang valid dan konsisten. Namun apabila masih ditemukan
data-data baru maka kesimpulan masih bersifat sementara dan akan berubah
sampai pada titik tidak ditemukannya lagi bukti-bukti pendukung baru.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 4 ini peneliti akan menguraikan tentang 4.1 Data Pendukung, 4.2
Paparan Data. 4.3 Temuan Hasil Penelitian, 4.4 Analisis Data Penelitian.

4.1 Data Pendukung


Data pendukung merupakan pelengkap hasil penelitian. Peneliti berhasil
mengumpulkan data pendukung melalui observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi yang berhasil peneliti dapatkan secara langsung di
lapangan selama berlangsungnya program pejuang muda di Kabupaten Bolaang
Mongondow Provinsi Sulawesi Utara.
4.1.1 Sejarah Program Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow
Program pejuang muda merupakan laboratorium sosial mahasiswa
Indonesia dalam rangka menerapkan ilmu pengetahuan, ide, kreatifitas, dan
inovasi dibidang pemberdayaan masyarakat. Sebagai generasi penerus bangsa,
peran aktif mahasiswa saat ini dapat dilihat melalui upaya belajar langsung dari
masyarakat, berkolaborasi dengan pemerintah daerah, pemuka masyarakat, tokoh
agama, serta stakeholders penggerak sosial setempat.
Program pejuang muda hadir untuk menjawab tantangan bahwasanya
menghasilkan dampak konkret di masyarakat membutuhkan kolaborasi seluruh
lapisan dan pemangku kepentingan dalam setiap program-program pengentas
kemiskinan. Mahasiswa yang dipandang memiliki potensi, energi, kreatifitas, dan
inovasi mumpuni saat ini diberikan kesempatan oleh Kementerian Sosial dan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui program
pejuang muda untuk menjawab permasalahan sosial di seluruh kabupaten/kota.
Program pejuang muda merupakan program nasional yang secara perdana
dilaksanakan di 514 kabupaten/kota dari Sabang sampai Merauke termasuk salah
satunya di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara yang
terkenal dengan banyaknya permasalahan data.
Sejarah program pejuang muda secara keseluruhan berangkat dari
keberadaan permasalahan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Demikian

40
41

pula di Kabupaten Bolaang Mongondow. Pemerintah daerah dibawah arahan


Menteri Sosial ibu Tri Rismaharini secara serentak mempunyai program
perbaikan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang bertujuan untuk
memperbaiki data, sasaran Penerima Manfaat (PM), dan angka kemiskinan. Visi
misi mulia program pejuang muda pada awalnya kurang dikenal orang pemerintah
daerah. Hal ini disebabkan oleh aksi sosialisasi dan persiapan yang kurang
mumpuni sehingga berdampak pula pada pertanyaan tugas, pokok, dan fungsi
mahasiswa. Pemberitahuan dari pusat yang sebatas surat tugas Pejuang Muda
untuk Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow berdampak pada kebutuhan
para pemangku kepentingan daerah yang ingin mendengarkan secara langsung
penjelasan dari mahasiswa mengenai maksud dan tujuan program pejuang muda.
Program pejuang muda di Kabupaten Bolaang mongondow berawal dari
arahan dan lokasi penempatan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Semua
mahasiswa wajib membuat surat pernyataan bersedia ditempatkan di seluruh
penjuru Indonesia mengingat tujuan program pejuang muda adalah memberikan
dampak konkret di seluruh kabupaten/kota. Ada 8 mahasiswa dari jawa yang
ditempatkan di Kabupaten Bolaang Mongondow. Identitas sebagai orang jawa
memberikan kesan positif bagi mahasiswa. Setelah diskusi panjang lebar dengan
orang Sulawesi Utara ternyata benar mereka sangat menjunjung tinggi dan segan
dengan orang jawa. Orang Sulawesi Utara memandang bahwa orang jawa identik
dengan tekun, rajin, ulet, dan pantang menyerah. Bahkan hasil diskusi peneliti
dengan salah satu stakeholder di Desa Inobonto, orang jawa yang menetap di
Sulawesi Utara memiliki kualitas hidup lebih tinggi dari orang lokal. Maka dari
itu, orang jawa ditempatkan satu atas lebih tinggi daripada mereka. ini merupakan
satu kelebihan yang dikantongi Pejuang Muda.
Keberadaan angka kemiskinan yang terus bertambah dan banyaknya
permasalahan data bantuan sosial, Kementerian Sosial mengarahkan mahasiswa
untuk melakukan kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) serta pemberdayaan masyarakat dengan mengangkat potensi lokal
sesuai kebutuhan. Meskipun sebenarnya bentuk pemberdayaan masyarakat lebih
diberikan kebebasan. Intinya peran pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
42

dapat memberikan sedikit perubahan dan sesuai dengan kebutuhan. Tujuan utama
dari arahan tersebut adalah untuk memperbaiki permasalahan data bantuan sosial
dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas kebutuhan
lokal.
Awal sosialisasi, program pejuang muda di Kabupaten Bolaang
Mongondow disampaikan pusat kepada koordinator kabupaten selaku fasilitator
program pejuang muda kemudian kepada Kepala Seksi Jaminan Sosial selaku
penanggungjawab program. Prosedur pemberitahuan program yang seharusnya
tingkat provinsi baru ke tingkat daerah ternyata tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan. Pihak penanggungjawab program di pusat meminta mahasiswa datang
langsung ke lokasi penempatan dan segera melaporkan kehadiran di Dinas Sosial
Kabupaten Bolaang Mongondow. Lepas dari segala kekurangan tersebut, Dinas
Sosial tetap menyambut baik mahasiswa dengan tangan terbuka. Visi misi mulia
membantu perbaikan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan
memberdayakan masyarakat khususnya Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial
Kabupaten Bolaang Mongondow direspon dengan baik oleh para pemangku
kepentingan. Terlebih lagi dengan satu kelebihan sebagai orang jawa, itu menjadi
faktor pendukung tersendiri untuk para Pejuang Muda selama menjalankan peran
memberdayakan masyarakat yang dikemas melalui kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Problematika data di Kabupaten Bolaang Mongondow menjadi penyebab
utama ketidakcairan bantuan sosial. upaya pemberdayaan masyarakat merupakan
pelengkap dari adanya bantuan sosial sehingga dengan keberadaan mahasiswa
selaku pemuda Indonesia diharapkan mampu membangun kesadaran, memberikan
pemahaman, dan menambah pengetahuan Penerima Manfaat (PM) bahwasanya
bantuan sosial bukan gaji bulanan sehingga menambah angka ketergantungan
namun suatu bentuk bantuan masyarakat yang diharapkan membawa masyarakat
kepada tingkat kemandirian. Urgensi tersebut membutuhkan campur tangan
mahasiswa melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) door to door ke rumah Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
43

Peran dan visi misi yang dibawa mahasiswa telah disambut baik oleh
seluruh pendamping program bantuan sosial dan Dinas Sosial Kabupaten Bolaang
Mongondow. Peran yang dilakukan juga sesuai dengan kebutuhan lokal ditambah
lagi dengan kelebihan Pejuang Muda sebagai orang jawa membuat para Pejuang
Muda dianggap sebagai tamu agung yang datang dan berusaha membantu
permasalahan lokal di Kabupaten Bolaang Mongondow. Angka 84.000 data
bermasalah diharapkan dapat berkurang setelah adanya peran fasilitatif meliputi
memfasilitasi kebutuhan dan memberikan dukungan, serta peran pendidikan
meliputi membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah
pengetahuan yang dilakukan oleh mahasiswa. Peran fasilitatif dan peran
pendidikan diharapkan dapat membantu keterbatasan pengetahuan masyarakat
mengenai tata letak permasalahan ketidakcairan bantuan sosial. Mahasiswa
sebagai orang yang netral dan dengan segala kelebihan harus berperan menjadi
penengah sekaligus edukator bagi Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial.
Anggapan bahwa masalah berada di Dinas Sosial harapannya mampu diluruskan
dengan cara memberikan edukasi dan dukungan selama kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Nilai positif dari program pejuang muda adalah kesesuaian tujuan yang
direncanakan dengan kebutuhan di daerah penempatan. Perbaikan data adalah
masalah penting yang harus segera diselesaikan. Saat di lapangan, kelebihan yang
dimiliki oleh mahasiswa atau Pejuang Muda berhasil dimanfaatkan dengan baik
oleh Penerima Manfaat (PM) melalui penyampaian keluh kesah masalah
ketidakcairan bantuan secara langsung. Akhirnya dengan demikian, peran
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) mulai dilakukan step by step. Keterbatasan
pengetahuan, angka ketergantungan, dan rendahnya tingkat keberanian
masyarakat menjadi alasan perlunya upaya fasilitasi kebutuhan, memberikan
dukungan, membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah
pengetahuan para Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial di Kabupaten Bolaang
Mongondow.
44

4.1.2 Struktur Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow


Adapun struktur mahasiswa atau Pejuang Muda Kabupaten Bolaang
Mongondow diantaranya sebagai berikut:

Penanggungjawab Program
Arfan Lundeto

Fasilitator
Salvio Sugeha

Koordinator Tim Pejuang


Muda
Muhammad Afif Nurruddin

Anggota Anggota Anggota


Athiya Shinta Wulandari Jihan Callista Dian Hidayati

Anggota Anggota Anggota


Muthia Dwi Candtika Raihanah Sadaika U. Cindy Priskila F.

Penerima Manfaat
Bantuan Sosial Kabupaten
Bolaang Mongondow

Gambar 4.1 Stuktur Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow

Sumber: Wawancara dengan Informan Kunci


45

4.1.3 Data Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow


Mahasiswa atau yang selanjutnya disebut sebagai Pejuang Muda Kabupaten
Bolaang Mongondow berjumlah 8 mahasiswa meliputi 4 mahasiswa Universitas
Jember, 1 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan 3 mahasiswa
Universitas Padjajaran. Adapun rincian Pejuang Muda Kabupaten Bolaang
Mongondow terdapat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow

No Nama TTL L/P Prodi Universitas


1. Muhammad Afif Bondowoso, L S1- Universitas
Nurruddin 10 Juli 2001 Teknologi Jember
Informasi
2. Dian Hidayati Lumajang, P S1- Universitas
26 Maret Pendidikan Jember
2002 Luar Sekolah
3. Cindy Priskila Lumajang, P S1- Universitas
Firhananto 20 November Administrasi Jember
1999 Bisnis
4. Hayu Fitri Tuban, 6 P S1- Universitas
Nanda Rohmatin Januari 2000 Pendidikan Jember
Hasanah Luar Sekolah
5. Athiya Shinta Gresik, 25 P S1- Universitas
Wulandari Januari 2003 Perbankan Muhammadiyah
Syariah Surabaya
6. Jihan Callista Bekasi, 9 P S1- Universitas
April 2001 Kesejahteraan Padjajaran
Sosial
7. Muthia Dwi Sumedang, P S1- Universitas
Candtika 23 Kesejahteraan Padjajaran
September Sosial
2001
8. Raihanah Bandung, 24 P S1- Universitas
Sadaika Umar April 2001 Kesejahteraan Padjajaran
Sosial
Sumber: Dokumentasi Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow
46

4.1.4 Data Penerima Manfaat Batuan Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow


Berikut merupakan jumlah data Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial
yang namanya tercantum di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Pejuang
Muda selama program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat
pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Data Penerima Manfaat Bantuan Sosial Kabupaten Bolaang


Mongondow
No Nama Kecamatan Jumlah

1. Dumoga Barat 1.211


2. Dumoga Tenggara 602
3. Dumoga Timur 864
4. Dumoga Utara 4
5. Dumoga Tengah 532
6. Dumoga 1.893
7. Sangtombolang 14
8. Bolaang 891
9. Bolaang Timur 866
10. Bilalang 1.123
Total 8.000
Sumber: Pusat Data dan Informasi (Pusat Datin)

Data tersebut merupakan data yang Pejuang Muda dapatkan dari Pusat Data
dan Informasi (Pusat Datin). Fungsi data tersebut tidak lain hanyalah untuk
mengecek kebenaran data meliputi nama, Nomor Induk Keluarga (NIK), dan
memastikan tidak ada data ganda. Data yang berhasil di verifikasi dan validasi
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) nantinya akan menjadi bahan evaluasi
dan perbaikan program-program berikutnya oleh Kementerian Sosial. Sedangkan
untuk penelitian ini, data Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial berfungsi
sebagai data pendukung bahwasanya mahasiswa sudah melakukan peran
memberdayakan masyarakat.
47

4.1.5 Pelaksanaan Program Pejuang Muda di Kabupaten Bolaang Mongondow


Program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow dilaksanakan
pada Kamis, 28 Oktober 2021 s/d Senin, 20 Desember 2021. Program dimulai
dengan pemberangkatan tim pertama dari wilayah Surabaya dan tim kedua dari
wilayah Jakarta. Program diawali dengan melakukan kunjungan ke Dinas Sosial
Kabupaten Bolaang Mongondow sampai akhirnya pada tanggal 20 Desember
2021 ditutup pula oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow.
Adapun pelaksanaan program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Pelaksanaan Program Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow

Hari, Tanggal Keterangan

Oktober
Kamis, 28 Oktober 2021 Pemberangkatan tim Pejuang Muda menuju
Kabupaten Bolaang Mongondow
Jum’at, 29 Oktober 2021 Kunjungan ke Dinas Sosial Kabupaten Bolaang
Mongondow
Sabtu, 30 Oktober 2021 Group discussion
Minggu, 31 Oktober 2021 Rapat dengan mentor, visitasi Pejuang Muda
Kabupaten Bolaang Mongondow X Kota
Kotamobagu, dan Kepala Dinas Kabupaten
Bolaang Mongondow
November
Senin, 1 November 2021 Kunjungan II ke Dinas Sosial melakukan diskusi
dengan Koordinator Kabupaten, Kepala Dinas,
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
Selasa, 2 November 2021 Diskusi tugas kelompok
Rabu, 3 November 2021 Diskusi internal & koordinasi
Kamis, 4 November 2021 Diskusi, kerja kelompok & pemetaan wilayah
sosial
48

Jum’at, 5 November 2021 Diskusi & mempelajari Data Terpadu


Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Dinas Sosial
Kabupaten Bolaang Mongondow
Sabtu, 6 November 2021 Diskusi dengan Koordinator Kabupaten, Kepala
Dinas, Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan
Sosial, dan seperangkat Dinas Sosial Kabupaten
Bolaang Mongondow
Minggu, 7 November 2021 Pertemuan seluruh Pendamping Program
Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Bolaang
Mongondow dan seluruh perangkat Dinas Sosial
di salah satu rumah Pendamping Program
Keluarga Harapan (PKH)
Senin, 8 November 2021 Evaluasi mingguan & usulan program
pemberdayaan masyarakat
Selasa, 9 November 2021 Rapat koordinasi & diskusi dengan Koordinator
Kabupaten
Rabu, 10 November 2021 Penaburan bunga dalam rangka hari pahlawan di
pelabuhan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow,
diskusi dengan Dinas Sosial, & pertemuan
kelompok penerima Program Keluarga Harapan
(PKH)
Kamis, 11 November 2021 Diskusi internal Pejuang Muda & rapat dengan
Kepala Seksi Jaminan Sosial, dan Koordinator
Kabupaten
Jum’at, 12 November 2021 Diskusi penyusunan dan pembagian proposal
proyek serta diskusi dengan Koordinator
Kabupaten
Sabtu, 13 November 2021 Diskusi internal Pejuang Muda
Minggu, 14 November 2021 Diskusi internal keberlanjutan proyek sosial
Senin, 15 November 2021 Breafing eksternal turun lapangan
Selasa, 16 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) day 1
Rabu, 17 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) day 2
Kamis, 18 November 2021 Diskusi internal Pejuang Muda, diskusi dengan
bapak Sofiyanto selaku Penggerak
Pemberdayaan sekaligus pendiri Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS) Morobayat, dan
49

diskusi dengan bapak Arfan Lundeto selaku


Kepala Seksi Jaminan Sosial
Jum’at, 19 November 2021 Penyelesaian proposal proyek
Sabtu, 20 November 2021 Diskusi internal Pejuang Muda
Minggu, 21 November 2021 Presentasi proposal proyek sosial Pejuang Muda
Kabupaten Bolaang Mongondow
Senin, 22 November 2021 Verivali dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Selasa, 23 November 2021 Verifikasi dan validiasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Kecamatan
Dumoga Tengah
Rabu, 24 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kamis, 25 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Jum’at, 26 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Kecamatan
Dumoga Tenggara
Sabtu, 27 November 2021 Monev dari Tim Keuangan Pusat Datin
mengenai bukti transportasi keberangkatan
Minggu, 28 November 2021 Diskusi internal Pejuang Muda
Senin, 29 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Selasa, 30 November 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Desember
Rabu, 1 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kamis, 2 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Jum’at, 3 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Sabtu, 4 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
50

Minggu, 5 Desember 2021 Rapat koordinasi Pejuang Muda Sulawesi Utara


bersama seluruh mentor
Senin, 6 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Selasa, 7 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Rabu, 8 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kamis, 9 Desember 2021 Diskusi internal Pejuang Muda Kabupaten
Bolaang Mongondow
Jum’at, 10 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Sabtu, 11 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Minggu, 12 Desember 2021 Diskusi internal Pejuang Muda & pembahasan
proposal
Senin, 13 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Selasa, 14 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Rabu, 15 Desember 2021 Verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kamis, 16 Desember 2021 Team Based Project: kunjungan ke Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS) Morobayat produksi
selai dan sambal
Jum’at, 17 Desember 2021 Rapat dan diskusi evaluasi finalisasi verifikasi
dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS)
Sabtu, 18 Desember 2021 Kunjungan II ke Lembaga Kesejahteraan Sosial
(LKS) Morobayat terkait tenunan
Minggu, 19 Desember 2021 Rapat finalisasi Surat Perintah Perjalanan Dinas
(SPPD)
Senin, 20 Desember 2021 Penutupan Pejuang Muda Kabupaten Bolaang
Mongondow
Sumber: Logbook Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow
51

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa selama program pejuang muda berlangsung


khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow, peran mahasiswa selain
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan validasi
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) juga belajar mengenai cara
memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal Kabupaten
Bolaang Mongondow. Namun secara keseluruhan dan menyesuaikan dengan
tujuan penelitian, peran mahasiswa di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah
melakukan pemberdayaan kepada Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial melalui
kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang
bertujuan untuk memfasilitasi kebutuhan Penerima Manfaat (PM), memberikan
dukungan, membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah
pengetahuan. Proses verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) dimulai dari kecamatan ujung barat yaitu Kecamatan Dumoga Barat,
Dumoga Tengah, Dumoga Utara, Dumoga Tenggara, Dumoga Timur, Dumoga,
Bilalang, Bolaang, Bolaang Timur, dan terakhir di Kecamatan Sangtombolang.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwasanya peran mahasiswa dalam
pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang
Mongondow meliputi peran fasilitatif dan peran pendidikan adalah peran yang
peneliti temukan di lapangan. Peran fasilitatif meliputi memfasilitasi kebutuhan
dan memberikan dukungan kepada Penerima Manfaat (PM). Sedangkan peran
pendidikan meliputi membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan
menambah pengetahuan. Semua peran dilakukan oleh mahasiswa saat turun ke
lapangan melakukan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS). Akan tetapi meskipun mahasiswa melaksanakan kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari awal sampai akhir
program. Namun peran fasilitatif dan peran pendidikan hanya dilaksanakan pada
saat awal-awal kegiatan saja. Hal ini disebabkan mahasiswa perlu mengejar target
minimal 20 data verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS), cuaca, etnografi, transportasi, dan pendampingan.
52

4.2 Paparan Data Peran Mahasiswa


Data utama adalah data yang berfungsi memberikan jawaban atas apa yang
menjadi tujuan penelitian. Sesuai dengan tujuan awal, peneliti memiliki fokus
penelitian untuk mengetahui peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat
studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow. Paparan data
penelitian ini merupakan hasil penelitian yang peneliti dapatkan secara langsung
melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) di Kabupaten Bolaang Mongodow bersama para Pejuang Muda dan
stakeholders yang berkesinambungan dengan program pejuang muda. Selanjutnya
hasil penelitian akan dideskripsikan secara rinci guna menjawab rumusan masalah
yang ada. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data peran mahasiswa
dalam pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten
Bolaang Mongondow, berikut adalah paparan data sub-fokus peran mahasiswa
dalam pemberdayaan masyarakat diantaranya sebagai berikut.
4.2.1 Peran Mahasiswa
Setelah peneliti melakukan penelitian pada program pejuang muda di
Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara melalui metode
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Peneliti berusaha
mengetahui bagaimana peran pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
mahasiswa selama program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow
melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) baik peran fasilitatif maupun peran pendidikan. Berikut paparan data
hasil penelitian fokus peran mahasiswa diantaranya:
a. Peran Fasilitatif
Peran fasilitatif dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
mahasiswa atau Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow ini guna
menjawab pertanyaan bagaimana peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow.
MAN (21 tahun) selaku informan kunci sekaligus koordinator tim Pejuang Muda
Bolaang Mongondow menyampaikan bahwasanya:
53

Pejuang Muda saat verifikasi data itu meminta KK, KTP, dan KKS.
Dari sana sering ada keluhan dari PM mengenai ketidakcairan bantuan
sosial maka kita menjelaskan bahwa permasalahan tersebut
sebenarnya ada di PM itu sendiri kemudian memberikan dukungan
kalau PM itu juga bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Harapannya seh PM bisa lebih percaya diri kalau ada permasalahan
seperti itu lagi.

Sesuai dengan pernyataan diatas, peran fasilitatif mahasiswa berupa


pemberian fasilitas kebutuhan kepada Penerima Manfaat (PM) dan memberikan
dukungan. Hal ini disebabkan banyaknya Penerima Manfaat (PM) yang
mengeluhkan masalah ketidakcairan bantuan sosial disebabkan oleh data,
sedangkan Penerima Manfaat (PM) yang bersangkutan tidak mengetahui apa yang
menyebabkan masalah itu muncul. ASW (19 tahun) selaku informan pendukung
menambahkan:

Aku itu mbak sebelum melakukan verifikasi data PM, aku kan minta
KK, KTP, sama KKS. Nah kalau ada PM yang bercerita mengenai
ketidakcairan bantuan sosial maka pertama yang aku lakukan itu
ngecek 3 data itu sudah sama atau belum. Ternyata rata-rata yang aku
temukan dan berdasarkan informasi yang aku dapat, PM di Bolaang
Mongondow ini bermasalah sama datanya dan mereka nggak tau
mbak. Setelah aku mendengarkan keluhan mereka, aku jelaskan
bahwa masalah itu ada karena datanya tidak padan. Terus aku juga
bilang sebenarnya ibu bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus
takut salah.

Kedua informan diatas memiliki jawaban yang sama bahwa mahasiswa


melakukan upaya fasilitasi kebutuhan dan memberikan dukungan kepada
Penerima Manfaat (PM) yang mengeluhkan masalah ketidakcairan bantuan sosial.
Mahasiswa berperan menjelaskan penyebab ketidakcairan bantuan sosial sehingga
Penerima Manfaat (PM) tidak hanya mengeluhkan masalah tanpa mengetahui
penyebabnya namun Penerima Manfaat (PM) juga diajak berfikir. JC (21 tahun)
selaku Pejuang Muda sekaligus informan pendukung memperkuat pernyataan
kedua informan diatas dengan menyatakan bahwa:

Nah waktu itu kan ada banyak PM nih mbak ngeluh ke aku kalau
bantuannya tu nggak cair. Berhubung waktu verifikasi data kita juga
minta KK, KTP, sama KKS kan. Itu aku jelaskan kalau
54

permasalahannya ada di data mereka sendiri terus mereka kan down


gitu ya mbak. Ya sekalian aku kasih dukungan kalau masalah itu bisa
segera diselesaikan oleh mereka sendiri sehingga bantuan sosial
selanjutnya biar segera cair.

Peran mahasiswa kaitannya dengan upaya fasilitasi kebutuhan dan


memberikan dukungan jelas dilakukan melalui kegiatan verifikasi dan validasi
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). AL (45 tahun) selaku
penanggungjawab program juga menyampaikan bahwa mahasiswa berusaha
melakukan peranan penting yakni upaya memberikan fasilitas kebutuhan dan
dukungan kepada Penerima Manaat (PM) karena:

Data DTKS di Bolaang Mongondow ini banyak yang bermasalah.


Lebih dari 84.000 jadi ketika ada keluhan dari masyarakat, Dorang
menjelaskan kalau bantuan so ndak cair itu bukan karena dinas sosial
atau siapapun tapi karena data mereka tidak padan. Itu Pejuang Muda
menjelaskan ke rumah-rumah itu. Sama itu juga yu, Dorang
memberikan dukungan kalau data itu bisa diselesaikan oleh
masyarakat itu sendiri dengan cara menyepadankan data ke
Disdukcapil.

Terakhir fasilitator program pejuang muda sekaligus informan pendukung


membenarkan pernyataan bahwa mahasiswa melakukan peran fasilitatif yakni
memfasilitasi kebutuhan Penerima Manfaat (PM) dan memberikan dukungan saat
Pejuang Muda melakukan kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Karena data bantuan sosial ini memang bermasalah, mahasiswa ngasih


tau jo ke PM kalau data mereka bermasalah dan harus segera
diselesaikan melalui Disdukcapil, menyepadankan. Dorang juga so
ngasih tau ke PM kalau semua masalah bantuan sosial yang tidak cair,
Dorang sendiri bisa menyelesaikan. Wahh PM itu suka sekali jo kalau
sudah disanjung bisa menyelesaikan masalah sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima informan, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa mahasiswa sudah melakukan peran fasilitatif dengan cara
memfasilitasi kebutuhan dan memberikan dukungan kepada Penerima Manfaat
(PM) yang memiliki masalah ketidakcairan bantuan sosial, serta mengeluhkan
55

masalahnya kepada mahasiswa saat melakukan kegiatan verifikasi dan validasi


Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Namun data yang peneliti dapatkan saat melakukan observasi partisipatif,
mahasiswa tidak konsisten melakukan peran fasilitatif. Sejauh kegiatan program
pejuang muda berlangsung, mahasiswa hanya melakukan peranan fasilitatif saat
awal-awal kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS). Hal ini dibenarkan oleh MAN (21 tahun) selaku informan kunci yang
menyatakan, “kita Pejuang Muda hanya melakukan peran fasilitatif di awal-awal
verifikasi data”. Pernyataan diatas selaras dengan ASW (19 tahun) yang
menambahkan, “Hanya diawal verifikasi data itu mbak soalnya kita kan ngejar
target data.”
Demikian juga JC (21 tahun), SS (40 tahun), dan AL (45 tahun) selaku
informan pendukung menyatakan hal yang sama bahwa mahasiswa hanya
melakukan peran fasilitatif di masa awal-awal kegiatan verifikasi dan validasi
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) berlangsung. Peneliti menemukan hal
yang sama dengan apa yang disampaikan oleh ASW (19 tahun). Peran fasilitatif
hanya dilaksanakan saat masa awal-awal program karena mahasiswa harus
mengejar target data yang diberikan oleh Kementerian Sosial yaitu 20 data dalam
1 hari. Selain itu kendala transportasi, cuaca, etnografi, pendampingan, dan akses
sangat berdampak pada peran mahasiswa sehingga hal inilah yang menjadi alasan
kuat peran mahasiswa hanya dilakukan saat awal-awal kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Meskipun demikian, terlepas dari segala kendala yang ada di lapangan
mahasiswa patut diberikan apresiasi karena sudah memberikan sedikit kontribusi
kepada masyarakat khususnya Penerima Manfaat (PM). Atas peran yang
dilakukan tersebut ada tahap penyadaran kepada Penerima Manfaat (PM) melalui
proses berfikir dan menemukan dimana akar masalah ketidakcairan bantuan sosial
yang disebabkan oleh ketidaksamaan data serta lebih percaya diri untuk
menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri tanpa takut salah apabila tanpa
didampingi oleh masing-masing pendamping wilayah. Peran fasilitatif mahasiswa
merupakan peran pemberdayaan dalam skala kecil karena batasan peran fasilitatif
56

mahasiswa cukup sampai tahap penyadaran atau lebih tepatnya memberikan


fasilitasi kebutuhan dan dukungan kepada Penerima Manfaat (PM). Indikator
peran fasilitatif yang diberikan kepada Penerima Manfaat (PM) bertujuan agar
Penerima Manfaat (PM) termotivasi keluar dari keterbatasan ruang dan
pengetahuan.
b. Peran Pendidikan
Peran pendidikan merupakan peran kedua yang dilakukan oleh mahasiswa
setelah peran fasilitatif dalam program pemberdayaan masyarakat studi pada
program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil dari penelitian
yang diperoleh oleh peneliti, peran pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa
meliputi upaya membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah
pengetahuan.
1) Membangun Kesadaran
Membangun kesadaran merupakan salah satu peran yang dilakukan
mahasiswa sebagai upaya memberdayakan masyarakat berdasarkan
prespektif pendidikan. MAN (21 tahun) menjelaskan bahwa:

Oke kalau membangun kesadaran itu kan kita ngasih tau bahwa
permasalahan ketidakcairan bantuan sosial disebabkan oleh data
mereka yang bermasalah, bukan seperti apa yang selama ini
difikirkan bahwa kesalahan ada di Dinas Sosial maupun
Pendamping.

Pernyataan MAN (21 tahun) selaku informan kunci diperkuat oleh


pernyataan ASW (19 tahun) selaku informan pendukung:

Peran kita dalam membangun kesadaran itu Pejuang Muda


ngasih tau mbak sebenarnya letak permasalahan ada di PM itu
sendiri. Anggapan mereka selama ini tidak cair itu bukan karena
orang lain namun disebabkan data mereka tidak padan. Itu
mereka kebanyakan nggak tau mbak.

JC (21 tahun) sebagai informan pendukung serta Pejuang Muda yang


juga ikut berperan aktif selama program berlangsung menambahkan:
57

Membangun kesadaran PM aku ngasih tau mbak di Kabupaten


Bolaang Mongondow sendiri banyak bantuan yang tidak cair
memang disebabkan data PM yang tidak sama. Aku ngasih tau
itu dulu ke PM sebab dari mereka tidak mengetahui akan hal itu.
Aku ngasih tau dulu dimana penyebab utama masalah
ketidakcairan bantuan sosial.

Kesimpulan dari ketiga pernyataan diatas adalah sama. Mahasiswa


melakukan usaha membangun kesadaran dengan memberikan penjelasan
kepada Penerima Manfaat (PM) bahwa timbulnya permasalahan karena
ketidaksamaan data yang mereka miliki. AL (45 tahun) menyatakan:

Usaha Dorang membangun kesadaran ke KPM itu Dorang


memberi tau ke KPM bahwa ketidakcairan bantuan itu karena
data dorang yang tidak padan. Masyarakat tidak mau tau itu
memang sehingga mereka menganggap masalah itu ada di Dinas
Sosial atau Pendamping mereka. Pejuang Muda ini turun door to
door waktu verivali data sekaligus memberi tahu letak pokok
permasalahan bantuan tidak cair agar KPM ini sadar bahwa itu
karena data mereka sendiri yang belum padan dan harus
dipadankan.

SS (40 tahun) selaku fasilitator program membenarkan adanya peran


membangun kesadaran oleh mahasiswa:

KPM itu memiliki banyak keterbatasan sehingga Dorang


Pejuang Muda ini membantu KPM untuk bangun dan sadar
bahwa masalah ketidakcairan bantuan so bukan salah siapa-
siapa memang karena data Dorang yang tidak padan. Ini yang
perlu diketahui oleh KPM.

Lagi-lagi tingkat kesadaran menjadi sasaran program pemberdayaan


sebab bentuk keterbatasan haruslah segera diatasi terutama keterbatasan
pengetahuan. Seseorang dikatakan berdaya karena orang tersebut mampu
dan mau. Usaha sadar dan mau meningkatkan kualitas hidup merupakan
modal besar masyarakat meninggalkan kondisi kemiskinan. Upaya
membangun kesadaran Penerima Manfaat (PM) merupakan peran lanjutan
dari peran fasilitatif berupa memfasilitasi kebutuhan dan memberikan
dukungan. Semua peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat studi
58

pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan


wujud dari proses pemberdayaan yang diselaraskan dengan tugas dan tujuan
program pejuang muda.
2) Memberikan Pemahaman
Selain metode wawancara mendalam dan dokumentasi, peneliti juga
menggunakan metode observasi partisipatif selama penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan, mahasiswa berperan penting dalam memberikan
pemahaman kepada Penerima Manfaat (PM). Peran mahasiswa dalam
memberikan pemahaman diwujudkan melalui usaha mengajak berfikir
menemukan dan menunjukkan letak atau akar permasalahan yang harus
diperbaiki. Kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) menjadi media mahasiswa dalam berperan memberikan
pemahaman. Selaras dengan informan kunci yang menyatakan,
“Pemahaman yang kita berikan tetap berhubungan dengan membangun
kesadaran. Jadi setelah KPM ini sadar bahwa masalah ada karena data tidak
padan, kita ngasih tau dimana letak data yang tidak padan”.
Tata letak permasalahan seringkali tidak disadari oleh Penerima
Manfaat (PM) bantuan sosial sehingga setiap mahasiswa dikeluhkan dengan
persoalan yang sama. Keterbatasan pengetahuan Penerima Manfaat (PM)
bantuan sosial menjadi akar bertambahnya masalah. Pasalnya selain kondisi
ketergantungan dengan bantuan sosial, Penerima Manfaat (PM) juga tidak
mengetahui permasalahan yang menyebabkan bantuan sosial tersebut tidak
cair. Secara jelas terlihat akan ada double ketimpangan apabila kedua
masalah tersebut dibiarkan tanpa ada langkah pemberdayaan. Hal ini yang
membuat mahasiswa berperan memberikan pemahaman kepada Penerima
Manfaat (PM). Minimal dengan upaya mengatasi satu masalah berupa
keterbatasan pengetahuan, step by step Penerima Manfaat (PM) mampu
berada pada kondisi sejahtera. Hal yang sama dilakukan oleh ASW (21
tahun) menambahkan:
59

Memberikan pemahaman ke PM itu aku ngasih tau dimana letak


masalahnya mbak. Kalau tadi kan sudah membangun kesadaran
bahwa masalah ada karena data tidak padan. Nah sekarang aku
kasih tau ke PM letak ketidaksepadanan data itu ada dimana.
Masalah yang sering aku temui itu nama antara KTP sama KKS
itu tidak padan mbak. Nah mereka enggak tau kalau itu menjadi
sebab ketidakcairan bantuan sosial.

Peneliti juga menemukan, antara data Kartu Tanda Penduduk (KTP)


dan Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) tidak sama. Setelah peneliti
mengonfirmasi ke Penerima Manfaat (PM) ternyata mereka tidak
mengetahui bahwa masalah tersebut menjadi penyebab ketidakcairan data.
JC (21 tahun) selaku informan pendukung kemudian membenarkan hal
tersebut dan memberikan pemahaman bahwasanya:

Aku sendiri ngasih tau dimana letak masalahnya mbak. Kalau


ini kan keluhan PM itu bantuan sosial tidak cair terus aku
jelaskan masalah itu ada di PM sendiri karena data mereka tidak
sama. Terus aku kasih tau letak ketidaksamaan itu. Ada yang
namanya berbeda antara KK sama KTP. Ada juga KTP sama
KKS. Banyak masalah mbak cuma mereka nggak sadar dan
nggak tau itu.

JC (21 tahun) menjelaskan bahwa mahasiswa memberikan


pemahaman mengenai tata letak permasalahan yang berdampak pada
bantuan sosial yang tidak cair. Penerima Manfaat (PM) kembali diajak
berfikir dan menemukan akar masalah. Berawal dari proses berfikir,
Penerima Manfaat (PM) akan sadar bahwasanya keterbatasan pengetahuan
berdampak luas terhadap kehidupan mereka. Demikian pula AL (45 tahun)
dan SS (40 tahun) memberikan penguatan melalui pernyataan:

Memang di Kabupaten Bolaang Mongondow ini banyak data


yang bermasalah dan Dorang KPM ini tidak tau. Dorang tidak
memahami letak masalahnya sehingga Pejuang Muda inilah
yang menjelaskan kalau ada salah satu data yang tidak padan itu
sangat berpengaruh ketidakcairan bantuan. KPM sudah
disampaikan. Data yang bermasalah di BolMong sendiri ada
sekitar 84.000 data tapi KPM tidak menyadari. Torang harus
memahami juga dengan pendidikan dan pengetahuan dorang
yang terbatas, wajar ini terjadi.
60

Pejuang Muda memberikan pemahaman ke KPM ini melalui


penjelasan letak permasalahan. Seperti yang tadi Torang
sampaikan KPM itu taunya kenapa bantuan Torang tidak cair
tapi belum bisa menemukan sendiri apa penyebab bantuan itu
tidak cair. Alhamdulillah ada Pejuang Muda ini yang
memberikan pemahaman kalau bantuan tidak cair coba cek
datanya sudah padan atau belum.

Kesimpulan dari seluruh pernyataan dari informan kunci, informan


pendukung, observasi partisipatif, dan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, mahasiswa melakukan peran pendidikan melalui upaya pemberian
pemahaman tata letak atau akar permasalahan ketidakcairan bantuan sosial
kepada Penerima Manfaat (PM). Keterbatasan pemahaman menjadi dinding
penghalang antara Penerima Manfaat (PM) dan permasalahan sehingga
secara konkret upaya memberikan pemahaman dirasa penting untuk
dilakukan meskipun hanya saat awal-awal kegiatan verifikasi dan validasi
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
3) Menambah Pengetahuan
Peran pendidikan yang ketiga adalah menambah pengetahuan. Baik
peran membangun kesadaran, memberikan pemahaman, maupun menambah
pengetahuan termasuk tahapan pemberdayaan khususnya tahap penyadaran.
Peran mahasiswa ibarat seperti tangga dimana setiap tangga harus dilewati
satu persatu mulai dari bawah keatas untuk mencapai puncak tujuan. Peran
menambah pengetahuan ini bertujuan agar Penerima Manfaat (PM) mandiri
secara fisik. Maksud dari mandiri secara fisik adalah Penerima Manfaat
(PM) mampu mengetahui dan bergerak menyelesaikan permasalahan yang
sedang mereka hadapi. MAN (21 tahun) menjelaskan bahwa peran
menambah pengetahuan dilakukan dengan:

Penambahan pengetahuan Pejuang Muda ke PM itu sederhana


saja. Kita ngasih tau kalau data tidak padan ya diurus ke
Disdukcapil kalau itu KTP atau KK. Sedangkan kalau KKS
yang bermasalah kita minta untuk dibetulkan ke bank dengan
didampingi oleh pendamping. Setelah itu baru ke Dinas Sosial
atau minta tolong bantuan Pendamping untuk melapor ke Dinas
Sosial.
61

Penjelasan mengenai siklus atau tahapan yang harus dilakukan


Penerima Manfaat (PM) merupakan ajakan proses sebagai bentuk
menambah pengetahuan. ASW (19 tahun) selaku informan pendukung
melengkapi:

Menambah pengetahuan yang aku lakukan itu menjelaskan ke


KPM mbak mengenai langkah yang harus dilakukan buat
menyamakan data itu. Kalau KTP sama KK ya ke Disdukcapil,
kalau KKS ya ke bank ditemani sama pendampingnya masing-
masing.

Kedua pernyataan diatas hasilnya selaras, peran menambah


pengetahuan dilakukan secara sederhana namun bersifat solutif. Seperti
yang disampaikan SS (40 tahun) selaku informan pedukung:

Dorang Pejuang Muda inikan selama verifali data door to door


ke rumah KPM juga memberikan penjelasan kalau ada masalah
data harus bagaimana dan cara menyelesaikannya seperti apa.
Menurut saya upaya menambah pengetahuan KPM ini sudah
sangat bagus dan meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
bantuan sosial dan cara penyelesaiannya.

Informasi sederhana yang disampaikan ke Penerima Manfaat (PM)


menambah kuat peran mahasiswa berupa menambah pengetahuan.
Meskipun terlihat tidak seberapa seperti yang disampaikan JC (21 tahun):

Aku tu mbak menambah pengetahuan ke PM mungkin tidak


seberapa. Aku Cuma ngasih tau ke KPM kalau datanya
bermasalah gitu segera diurus ke Disdukcapil kalau KK sama
KTP sedangkan kalau KKS segera ke bank minta bantuan
Pendamping. Kalau data sudah sama semua segera melapor ke
dinas sosial supaya update data.

Meskipun hanya sebatas peran kecil akan tetapi peranan kecil yang
dilakukan bersama akan berdampak luar biasa untuk perbaikan data dan
peningkatan pengetahuan Penerima Manfaat (PM). AL (45 tahun) menutup
dengan pernyataan:
62

Torang sangat berterimakasih ke Pejuang Muda, KPM di


Bolaang Mongondow ini jadi tau prosedur mengurus data yang
bermasalah. Seperti itulah, Torang sudah pernah memberitahu
karena ada mahasiswa dari jawa, mereka lebih antusias bercerita
mengenai keluhan mereka ke mahasiswa. Jadinya itu bisa
diingat-ingat KPM Bolmong kalau ada masalah data lagi mereka
lebih berpengalaman.

Berdasarkan seluruh paparan data dari informan kunci dan


pendukung, peran pendidikan mulai dari peran membangun kesadaran,
memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan dilaksanakan dengan
baik oleh mahasiswa meskipun hanya di awal-awal kegiatan verifikasi dan
valdiasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Secara garis besar, peran fasilitatif dan peran pendidikan berjalan dengan
baik sesuai dengan kebutuhan Penerima Manfaat (PM) namun hanya di awal-awal
kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Hal
ini disebabkan adanya beragam kendala seperti target minimal data yang harus
dicapai oleh mahasiswa, waktu, tenaga, kondisi etnografi, akses, cuaca,
transportasi, dan pendampingan. Peran mahasiswa diperkuat dengan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berhasil peneliti kumpulkan
bahwasanya keberagaman keterbatasan yang sudah dijelaskan merupakan kendala
tidak terduga selama di lapangan.
Peran mahasiswa dalam pemberdayaan studi pada program pejuang muda
Kabupaten Bolaang Mongondow termasuk peran pada tahap penyadaran dan
pengkapasitasan hingga berujuk pada bentuk kemandirian Penerima Manfaat
(PM) secara fisik. Pertama adalah memfasilitasi kebutuhan Penerima Manfaat
(PM), ini merupakan tahap paling dasar yang dilakukan oleh mahasiswa pasalnya
peran memberikan fasilitas kebutuhan adalah gerbang peran-peran selanjutnya.
Kedua adalah peran memberikan dukungan, Penerima Manfaat (PM) memiliki
keterbatasan pengetahuan sehingga mereka berada pada kondisi ketergantungan.
Tahap pemberian dukungan mahasiswa berperan memberikan motivasi atau
bentuk dorongan agar Penerima Manfaat (PM) lebih percaya diri menyelesaikan
setiap permasalahan secara mandiri. Hal tersebut telihat sepele akan tetapi bentuk
dorongan akan berpengaruh pada pola pikir dan psikis manusia.
63

Ketiga adalah membangun kesadaran, tidak bisa dipungkiri bahwasanya


dalam tahap ini Penerima Manfaat (PM) diajak berfikir jangka panjang.
Mahasiswa memberikan penjelasan bahwasanya permasalahan yang timbul bukan
disebabkan oleh faktor eksternal akan tetapi permasalahan yang timbul berasal
dari Penerima Manfaat (PM). Keempat adalah memberikan pemahaman, tahapan
ini Penerima Manfaat (PM) masih dalam proses berfikir. Mahasiswa berperan
menunjukkan letak permasalahan dan menjelaskan kepada Penerima Manfaat
(PM) bahwasanya yang dimaksud dengan data yang tidak sama itu terletak pada
bagian mana. Output pemberian pemahaman nantinya Penerima Manfaat semakin
sadar dan open minded untuk berubah menjadi seseorang yang lebih mandiri
menyelesaikan setiap persoalan. Terakhir adalah peran menambah pengetahuan.
Pada tahap ini Penerima Manfaat (PM) masuk pada tahap kemandirian melalui
upaya menambah pengetahuan. Penerima Manfaat (PM) diajak berfikir dan
bergerak menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Mahasiswa
berperan menjelaskan terkait prosedur atau langkah yang harus ditempuh agar
Penerima Manfaat (PM) keluar dari masalah.

4.3 Temuan Hasil Penelitian Peran Mahasiswa


4.3.1 Peran Mahasiswa dalam Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti menggali data
tentang bagaimana peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat selama
program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow. Sesuai dengan hasil
pengumpulan data melalui metode observasi partisipatif, wawancara mendalam,
dan dokumentasi. Berikut merupakan temuan hasil penelitian peran mahasiswa
dalam pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten
Bolaang Mongondow diantaranya:
a. Fasilitatif
Peran fasilitatif yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) yaitu memberikan fasilitas kebutuhan dan memberikan dukungan
kepada Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial. Mahasiswa memberikan fasilitas
64

kebutuhan kepada Penerima Manfaat (PM) dengan cara melayani Penerima


Manfaat (PM) yang memiliki keluhan ketidakcairan bantuan sosial yang
disebabkan oleh data. Peran fasilitatif mahasiswa berangkat dari Penerima
Manfaat (PM) yang mengeluhkan ketidakcairan bantuan sosial. Sebenarnya
masalah tersebut muncul karena satu atau lebih data dari Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), maupun Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) yang
tidak sama, akan tetapi Penerima Manfaat (PM) tidak mengetahui hal tersebut,
serta Penerima Manfaat (PM) tidak mempunyai keberanian mengambil langkah
mandiri menyelesaikan masalah tersebut. Arti lain Penerima Manfaat (PM) berada
pada tahap ketergantungan dan rasa khawatir dalam menyelesaikan masalah.
Ibaratnya harus ada konsultan, baru kemudian Penerima Manfaat (PM) berani
mengambil tindakan. Maka dari itu peran fasilitatif berupa pemberian fasilitas
kebutuhan dan dukungan sangat sesuai dengan kebutuhan Penerima Manfaat
(PM). Saat timbul masalah dan keluhan dari Penerima Manfaat (PM), disitulah
mahasiswa melakukan peranannya dalam memberdayakan masyarakat melalui
learning process berdasarkan prespektif pendidikan.
Peran fasilitatif berupa memberikan fasilitas kebutuhan dan dukungan
berhasil dilakukan oleh mahasiswa meskipun hanya saat awal-awal kegiatan
verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Selain
memfasilitasi kebutuhan Penerima Manfaat (PM), peran fasilitatif mahasiswa
secara tidak langsung juga membantu pihak Dinas Sosial Kabupaten Bolaang
Mongondow mengingat sebelum adanya Pejuang Muda tepatnya bulan Juli 2021
lalu Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow mendapatkan arahan dari
Kementerian Sosial untuk memperbaiki Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) di daerah Bolaang Mongondow. Namun karena kendala sumber daya
manusia dan banyaknya masalah data sehingga sampai Pejuang Muda ditugaskan,
masih ada 84.000 data Penerima Manfaat (PM) yang bermasalah.
Peran yang dilakukan mahasiswa merupakan peran yang tepat sasaran dan
sesuai kebutuhan pasalnya Penerima Manfaat (PM) tidak mengetahui dimana
letak atau akar masalah ketidakcairan bantuan sosial. Penerima Manfaat (PM)
hanya mengetahui bahwa bantuan mereka tidak cair. Padahal seharusnya apabila
65

Penerima Manfaat (PM) memahami permasalahan tersebut lebih jauh,


ketidakcairan bantuan sosial itu disebabkan oleh data Penerima Manfaat (PM)
yang tidak sama. Urgensi-urgensi yang ada membuat mahasiswa sadar bahwa
perannya dalam memberdayakan masyarakat sangatlah penting. Privilege
mahasiswa ditambah dengan jati diri sebagai orang jawa yang dipandang sopan
santun menjadi kelebihan tersendiri, apa yang disampaikan oleh mahasiswa
didengarkan dengan seksama oleh Penerima Manfaat (PM). Maka tidak heran
peran fasilitatif mahasiswa dimanfaatkan dengan baik oleh Penerima Manfaat
(PM).
Berdasarkan gambaran antusiasme, respon Penerima Manfaat (PM), hasil
observasi partisiptif, dan wawancara peneliti menunjukkan bahwa mahasiswa
berhasil melaksanakan peran dengan baik dalam memberikan fasilitas dan
dukungan kepada Penerima Manfaat (PM) dengan cara melayani ketika ada
Penerima Manfaat (PM) yang menyampaikan keluhan, kemudian ditambah
dengan memberikan dukungan moril bahwasanya masalah-masalah tersebut bisa
diselesaikan secara mandiri tanpa harus menunggu pendamping. Berawal dari
Penerima Manfaat (PM) yang tidak tau menjadi tau, tidak berani menjadi berani
berkat peran fasilitatif dari para Pejuang Muda. Ketiga metode pengumpulan data
mulai dari wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi partisipatif peneliti
menguatkan hasil peran fasilitatif. Mahasiswa berperan dalam memberdayakan
masyarakat melalui peran fasilitatif dengan baik, tepat sasaran, dan sesuai dengan
kebutuhan Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial meskipun hanya dilakukan saat
awal-awal kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS).
b. Peran Pendidikan
Kedua adalah peran pendidikan. Peran pendidikan yang dilakukan
mahasiswa yakni membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan
menambah pengetahuan. Ketiga peran tersebut sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial. Seluruh peranan yang dilakukan
oleh mahasiswa merupakan bentuk usaha menyadarkan dan memandirikan
Penerima Manfaat (PM) mulai dari menemukan sampai bergerak menyelesaikan
66

permasalahan secara mandiri. Hasil observasi partisipatif dan wawancara yang


dilakukan peneliti memperkuat peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow.
Keterbatasan pengetahuan dan gerakan menyelesaikan masalah secara mandiri
membuat peran membangun kesadaran, memberikan pemahaman, dan menambah
pengetahuan saling berkaitan.
Pertama adalah peran membangun kesadaran. Mahasiswa berperan
membangun kesadaran masyarakat melalui penjelasan bahwasanya masalah
bantuan sosial yang tidak cair bukan karena siapapun termasuk Dinas Sosial
maupun Pendamping. Masalah bantuan sosial yang tidak cair disebabkan oleh
ketidaksamaan data Penerima Manfaat (PM) meliputi yaitu Kartu Tanda
Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), maupun Kartu Kesejahteraan Sosial
(KKS). Biasanya disebabkan oleh ketidaksamaan nama atau nomor yang tertera
di salah satu data tersebut.
Kedua adalah memberikan pemahaman. Setelah menjelaskan bahwa
munculnya masalah tersebut karena adanya data yang tidak sama, mahasiswa
menunjukkan dimana tata letak atau akar permasalahan yang mengakibatkan
bantuan sosial Penerima Manfaat (PM) tidak cair. Saat kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), mahasiswa meminta tiga
data diantaranya Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan Kartu
Kesejahteraan Sosial (KKS). Antara tiga data tersebut mahasiswa menunjukkan
kepada Penerima Manfaat (PM) dimana letak ketidaksesuaian yang dimaksud.
Seringkali mahasiswa menemukan ketidaksesuaian antara Kartu Tanda Penduduk
(KTP) dengan Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) sehingga perlu dipahamkan
kepada Penerima Manfaat (PM). Hal ini bertujuan agar Penerima Manfaat (PM)
juga masuk dalam proses berfikir, dari proses berfikir tersebut ada upaya
pendidikan yang diberikan kepada Penerima Manfaat (PM).
Ketiga adalah menambah pengetahuan. Setelah Penerima Manfaat (PM)
mengetahui letak permasalahan ketidaksesuaian data, maka peran mahasiswa
selanjutnya adalah memberikan penjelasan kembali bahwa data tersebut dapat
disamakan melalui kantor Disdukcapil apabila data berkaitan dengan Kartu Tanda
67

Penduduk (KTP) atau Kartu keluarga (KK). Sedangkan apabila yang tidak sama
berada di Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) maka Penerima Manfaat (PM) dapat
meminta bantuan Pendamping masing-masing untuk melakukan pembaruan Kartu
Kesejahteraan Sosial (KKS) di bank yang bersangkutan. Terakhir apabila data
sudah sama, Penerima Manfaat bisa melakukan update data ke Dinas Sosial.
Seluruh rangkaian peran pendidikan mengajak Penerima Manfaat (PM)
untuk berfikir. Ini merupakan salah satu bukti bahwa peran mahasiswa telah
benar-benar dilaksanakan sesuai dengan fokus penelitian. Berdasarkan hasil
temuan penelitian, peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat selama
program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow terdiri dari dua peran
yaitu peran fasilitatif dan peran pendidikan. Hal ini diperkuat dengan hasil
observasi partisipatif peneliti menemukan baik peran fasilitatif maupun peran
pendidikan hanya dilakukan saat awal-awal kegiatan verifikasi dan validasi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Hal ini mempertimbangkan kondisi di
lapangan yang bersifat tentatif mulai dari etnografi, cuaca, akses jalan,
transportasi, pendampingan, dan target data yang harus dikantongi mahasiswa.
Secara umum, peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat sudah
dilakukan dengan baik, tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan Penerima
Manfaat (PM). Akan tetapi peran mahasiswa hanya dilakukan pada saat awal-awal
kegiatan verifikasi dan verifikasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
tepatnya di Kecamatan Dumoga Barat. Hal tersebut dikarenakan adanya beragam
kendala meliputi tenaga, waktu, pendampingan, cuaca, akses, transportasi, dan
kondisi etnografi sehingga belum menyeluruh di 10 kecamatan meliputi
Kecamatan Sangtombolang, Dumoga Utara, Dumoga Tengah, Dumoga Timur,
Dumoga Tenggara, Dumoga, Bolaang, Bolaang Timur, dan Bilalang.

4.4 Analisis Data Penelitian Peran Mahasiswa


Berdasarkan hasil penelitian peran mahasiswa dalam pemberdayaan
masyarakat studi pada program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow
melalui metode observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi pada 28
Oktober 2021 s/d 20 Desember 2021. Berikut akan diidentifikasi dan dianalisis
68

bagaimana peran mahasiswa sebagai upaya memberdayakan masyarakat melalui


kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
4.4.1 Peran Mahasiswa dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menurut pendapat Aziz (2009) terdapat empat peran yang dapat dilakukan
oleh mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat diantaranya peran fasilitatif,
peran pendidikan, peran perwakilan, dan peran keterampilan teknik. Akan tetapi
pada penelitian ini hanya berfokus pada kajian peran fasilitatif dan peran
pendidikan. Hasil penelitian dengan fokus kajian peran fasilitatif dan peran
pendidikan kemudian akan dianalisis sebagai berikut:
a. Peran Fasilitatif
Aziz (2019) mengemukakan peran fasilitatif merupakan usaha atau
kontribusi yang dilakukan oleh pemegang peran dengan cara memberikan fasilitas
kebutuhan masyarakat, memberikan dukungan, inisiatif, semangat, stimulus,
motivasi, inspirasi, dan energi yang bertujuan agar terjadi perubahan perilaku dan
mindset masyarakat. Pemegang peran dalam penelitian ini adalah mahasiswa atau
Pejuang Muda yang ditugaskan di Kabupaten Bolaang Mongondow dalam rangka
memberdayakan masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Aziz (2019) mengatakan bahwa peran fasilitatif terdiri dari memberikan
fasilitas kebutuhan, memberikan dukungan, inisiatif, semangat, stimulus,
motivasi, inspirasi, dan energi. Banyaknya peran yang dapat dilakukan menjadi
peluang sekaligus tantangan mahasiswa didalam melaksanakan peranan. Inti dari
semua peran fasilitatif menurut Aziz (2019) adalah sama yakni memberikan
kemudahan peneliti untuk memilih peranan yang akan diaplikasikan sebagai
bentuk memberdayakan masyarakat.
Hal yang tetap harus menjadi pertimbangan adalah urgensi peran. Antara
pelaku dan target harus seimbang dalam artian peranan yang dilakukan oleh
mahasiswa berangkat dari objek sasaran dan prioritas kebutuhan. Sedikit peran
yang berdampak jelas lebih baik dari banyak peran namun tidak tepat sasaran dan
kebutuhan. Alasan tersebut membuat penelitian ini cukup mengadopsi peran
fasilitatif berupa memfasilitasi kebutuhan dan memberikan dukungan kepada
69

Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial. Peran yang diharapkan dapat memberikan
dampak konkret untuk perubahan pola pikir dan pengetahuan.
Tidak ada peran yang salah dalam upaya memberdayakan masyarakat
asalkan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Demikian halnya dengan
peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat selama program pejuang muda
berlangsung di Kabupaten Bolaang Mongondow. Pemilihan dua fokus tersebut
mempertimbangkan sasaran program yaitu Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial
dan prioritas kebutuhan yaitu adanya keterbatasan pengetahuan dan keberanian.
Permasalahan data hingga berdampak pada ketidakcairan data ini menurut
sebagian orang merupakan hal biasa, namun menjadi masalah besar bagi mereka
para Penerima manfaat (PM) yang membutuhkan uluran tangan. Desakan
ekonomi dan keterbatasan pengetahuan semakin memperparah keadaan.
Keberanian Penerima Manfaat (PM) juga tidak setingkat pejabat membuat
Penerima Manfaat (PM) lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan sebab
mereka tidak mempunyai banyak akses pengetahuan.
Hasil observasi partisipatif penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa
memberikan fasilitas kebutuhan dan dukungan kepada Penerima Manfaat (PM)
dengan baik. apa yang menjadi kebutuhan Penerima Manfaat (PM) dilayani oleh
Pejuang Muda. Upaya fasilitasi kebutuhan dilakukan oleh mahasiswa melaui
kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Apabila ada Penerima Manfaat (PM) yang mengeluhkan ketidakcairan bantuan
sosial, mahasiswa mendengarkan dan memberikan penjelasn bahwasanya masalah
tersebut ada karena data Penerima Manfaat (PM) yang bersangkutan. Sedangkan
upaya memberikan dukungan diberikan mahasiswa setelah Penerima Manfaat
(PM) mengeluhkan permasalahannya. Pemberian dukungan bertujuan untuk
meningkatkan keberanian Penerima Manfaat (PM) dalam mengambil tindakan.
Selama ini Penerima Manfaat (PM) kurang percaya diri atau bahkan bisa
dikategotikan takut apabila ada masalah yang berhubungan dengan bantuan sosial.
Penerima Manfaat (PM) memerlukan seseorang sebagai konsultan untuk
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan.
70

Semua peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk


menciptakan perubahan perilaku dan mindset masyarakat (Aziz, 2019). Demikian
pula yang diharapkan Pejuang Muda Kabupaten Bolaang Mongondow. Peran
fasilitatif yang sudah diberikan harapannya dapat membuat Penerima Manfaat
(PM) lebih percaya diri dan mau bergerak secara mandiri apabila terjadi masalah
serupa.
b. Peran Pendidikan
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui observasi partisipatif,
wawancara, dan dokumentasi menghasilkan kesimpulan bahwa selain peran
fasilitatif, mahasiswa juga berperan aktif dalan peran pendidikan. Aziz (2019)
mengatakan bahwa peran pendidikan memiliki kontribusi yang sangat penting
guna meningkatkan kualitas diri seseorang dan/atau masyarakat. Seseorang yang
mampu meningkatkan kualitas diri secara tidak langsung juga berusaha
meningkatkan kesejahteraan hidup. Fokus peran pendidikan oleh mahasiswa
dalam pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda di Kabupaten
Bolaang Mongondow meliputi membangun kesadaran, menambah pengetahuan,
dan memberikan pemahaman.
Peran mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat studi pada program
pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki kesamaan pemikiran
dengan Aziz (2019). Hal serupa dilakukan oleh mahasiswa sebagai wujud
pemberdayaan masyarakat dari prespektif pendidikan. Pengetahuan memberikan
pengaruh pada kualitas hidup seseorang. Semakin seseorang mempunyai
pengetahuan, maka disana pula akan terjadi proses berfikir hingga berdampak
pada peningkatan kualitas diri. Peran pendidikan dalam penelitian ini diharapkan
mampu menghasilkan Penerima Manfaat (PM) yang mandiri, mampu berfikir,
menemukan, dan mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa berhasil melakukan
perannya dengan baik melalui upaya membangun kesadaran, memberikan
pemahaman, dan menambah pengetahuan. Tujuannya selaras dengan pendapat
Aziz (2019) yang menyebutkan bahwa peran pendidikan berfungsi meningkatkan
71

kualitas diri seseorang. Manusia yang mampu menyelesaikan permasalahannya


sendiri adalah manusia yang mandiri.
Pertama adalah peran membangun kesadaran. Seseorang yang sadar akan
menghasilkan keinginan untuk terus berkembang. Peran pendidikan diawali
dengan membangun kesadaran yang bertujuan mengajak Penerima Manfaat (PM)
untuk memulai proses berfikir. Peran mahasiswa dalam mengajak Penerima
Manfaat (PM) untuk sadar bahwa ketidakcairan bantuan sosial merupakan hasil
dari data mereka yang tidak sama. Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk
(KTP), dan Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) menjadi syarat wajib Penerima
Manfaat (PM) menerima bantuan sosial. apabila ada salah satu dari data tersebut
tidak sama tentu data masuk kategori bermasalah. Kesadaran tersebut yang perlu
dipahamkan kepada Penerima Manfaat (PM) sehingga pemberdayaan masyarakat
bermulai dari Penerima Manfaat (PM) yang diajak berfikir. Cara ini sekaligus
mematahkan anggapan Penerima Manfaat (PM) bahwa ketidakcairan data
disebabkan oleh pendamping maupun Dinas Sosial. Proses berfikir tersebut
diharapkan mampu berhasilkan perubahan mindset Penerima Manfaat (PM).
Kedua adalah peran memberikan pemahaman. Setelah membangun
kesadaran melalui proses berfikir, peran mahasiswa selanjutnya adalah
memberikan pemahaman. Upaya pemberian pemahaman dilakukan dengan cara
menunjukkan kepada Penerima Manfaat (PM) dimana letak akar permasalahan
sehingga berdampak pada ketidakcairan bantuan sosial. Mahasiswa kembali
mengajak Penerima Manfaat (PM) untuk berfikir dimana letak permasalahan.
Apakah karena nama yang tidak sama atau nomor di salah satu data yang tidak
sama. Mahasiswa bertugas menunjukkan sekaligus menjelaskan bahwa ketika ada
salah satu saja huruf atau nomor yang tidak sama antara Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), dan Kartu Kesejahteraan Ssosial (KKS) akan
berpengaruh pada bantuan sosial. Apabila Penerima Manfaat (PM) sudah
memahami dan mengetahui letak permasalahan, selanjutkan Penerima Manfaat
(PM) akan diajak berfikir kembali. Aziz (2019) kembali mengingatkan,
peningkatan kualitas seseorang berawal dari proses berfikir dan mindset.
72

Ketiga adalah peran menambah pengetahuan. Setelah mahasiswa


menyampaikan bahwa masalah berasal dari Penerima Manfaat (PM) sendiri dan
menunjukkan dimana letak permasalahan, sekarang mahasiswa menjelaskan lebih
lanjut mengenai prosedur atau langkah yang harus ditempuh untuk keluar dari
masalah tersebut. Mahasiswa menyampaikan bahwa apabila Penerima Manfaat
(PM) bermasalah pada Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
maka mereka harus ke Disdukcapil memperbarui data. Sedangkan apabila
bermasalah dengan Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) maka Penerima Manfaat
(PM) harus ke bank bersama pendamping masing-masing untuk memperbarui
Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS).
Secara keseluruhan dan berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa telah
melaksanakan peran fasilitatif dan peran pendidikan dengan baik. Mahasiswa
memberikan fasilitas kepada Penerima Manfaat (PM) yang bermasalah dengan
bantuan sosial yang tidak cair, kemudian memberikan dukungan agar Penerima
Manfaat (PM) mulai berani mengambil langkah dan bergerak menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. Selanjutnya mahasiswa mengajak Penerima Manfaat
(PM) untuk sama-sama berfikir. Masalah ketidakcairan bantuan sosial sebenarnya
muncul karena data Penerima Manfaat (PM) tidak sama baik salah satu dari dari
Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), maupun Kartu
Kesejahteraan Sosial. Penerima Manfaat (PM) kembali diajak berfikir. Hal ini
dilakukan mahasiswa agar Penerima Manfaat (PM) sadar dan tertarik mencari tau
bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.
Peran memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan sama-sama
mengajak Penerima Manfaat (PM) untuk berfikir menggali, menemukan, dan
mencari solusi. Pemberdayaan masyarakat ada karena proses berfikir. Perubahan
dari tidak sadar menjadi sadar, tidak berani menjadi berani, tidak paham menjadi
paham, dan terbatas menjadi tidak terbatas merupakan proses pemberdayaan.
Seluruh peran mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat pada program
pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow sesuai dengan proses
pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Wihantolo dan Dwijowito
(2007) pasalnya tahapan mahasiswa melakukan peran sebagai Pejuang Muda
73

dilakukan mulai dari upaya fasilitasi. Hal ini berarti mahasiswa membuka gerbang
pemberdayaan. Apabila gerbang tidak dibuka maka pintu-pintu di dalamnya tidak
akan pernah terbuka. Setelah memberikan fasilitas kebutuhan, mahasiswa
memberikan dukungan. Peran memberikan dukungan sesuai dengan proses
pemberdayaan tahap pertama menurut Wihantolo dan Dwijowito (2007) yakni
tahap penyadaran. Kemudian peran membangun kesadaran, pada tahap ini
Penerima Manfaat (PM) diajak berfikir agar tergugah dan sadar bahwasanya
segala masalah yang timbul berasal dari internal Penerima Manfaat (PM). Tahap
ini masuk kedalam proses pemberdayaan tahap kedua yaitu pengkapasitasan.
Lebih jauh lagi peran mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman.
Penerima Manfaat (PM) kembali diajak berfikir untuk menemukan letak
permasalahan ketidaksamaan data. Mahasiswa memberikan akses kepada
Penerima Manfaat (PM) agar lebih terampil menggal dan menemukan masalahnya
sendiri. Terakhir peran menambah pengetahuan termasuk kedalam tahap
pengkapasitasan menuju kemandirian secara fisik. Mahasiswa berperan
menjelaskan prosedur penyelesaian masalah yang berfungsi untuk road map
Penerima Manfaat (PM) dalam menyelesaikan masalah.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir atau bab 5 ini peneliti akan menguraikan tentang 5.1
Kesimpulan, dan 5.2 Saran.

5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran
mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat studi pada program pejuang muda
Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran
mahasiswa terdiri dari peran fasilitatif dan peran pendidikan. Mahasiswa telah
melaksanakan perannya dalam memberdayakan masyarakat dengan baik akan
tetapi peran tersebut hanya dilakukan saat awal-awal kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Hal tersebut dikarenakan
adanya beragam kendala meliputi keterbatasan pendampingan, target data yang
harus dicapai mahasiswa, tenaga, waktu, akses, transportasi, kondisi etnografi, dan
cuaca. Peran fasilitatif diwujudkan mahasiswa dengan berperan memfasilitasi
kebutuhan dan memberikan dukungan kepada Penerima Manfaat (PM).
Sedangkan peran pendidikan diwujudkan melalui upaya membangun kesadaran,
memberikan pemahaman, dan menambah pengetahuan. Seluruh peran mahasiswa
dilakukan secara bertahap mulai dari proses penyadaran, pengkapasitasan, hingga
menuju kemandirian secara fisik untuk bergerak dan menyelesaikan permasalahan
data secara mandiri.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan sependek pengetahuan peneliti, maka
berikut yang dapat peneliti sampaikan sebagai saran untuk beberapa pihak
diantaranya sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu dapat meneliti tentang dampak
program pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow atau dampak
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar program pemberdayaan yang dilakukan oleh

74
75

peneliti sekarang dapat lebih dikembangkan lagi. Kemudian pertimbangan tempat


khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow masih minim akan kegiatan-
kegiatan penelitian sehingga menjadi potensi dan peluang besar peneliti
selanjutnya untuk dapat menggali lebih dalam fokus kajian pemberdayaan
masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow.
5.2.2 Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Saran untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) khususnya
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah kedepan agar lebih aktif melibatkan dan
bekerjasama dengan mahasiswa dalam setiap upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat pada sektor pendidikan.
5.2.3 Bagi Penggerak Pemberdayaan
Saran untuk penggerak pemberdayaan agar tidak sebatas pada level
menjalankan tugas kerja akan tetapi lebih dari itu diantaranya proaktif, berjiwa
sosial, dan memiliki tanggungjawab mengentaskan masalah kemiskinan melalui
program-program pemberdayaan.
5.2.4 Bagi Masyarakat
Saran untuk masyarakat luas agar lebih antusias, membuka diri, sadar,
terlibat aktif, mau menerima perubahan, serta lebih produktif dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup. Program pemberdayaan sejatinya bertujuan
untuk membantu dan memberi daya kepada masyarakat sehingga dengan adanya
program-program pemberdayaan, masyarakat dapat memanfaatkan peluang
tersebut sebaik mungkin.
76

DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2007. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya


Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Afnan. 2017. Gambaran Resiliensi Remaja Keluarga TKI Tanpa Perilaku


Delikuen di Jawa Timur. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anggraini. 2019. Peran Guru Perempuan Dalam Pembentukan Karakter Anak di


TPA/MDA Masjid Taqwa Nagari Malai III Koto Kecamatan Sungai
Geringging. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Anita. 2020. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan


pembangunan pedesaan. Jurnal JIPS Vol. 4 No. 2 ISSN: 2579-5449, 30.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2006. Metodelogi Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz Muslim. 2009. Metodologi Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: Teras.

Badan Pusat Statistik. 2021. Kemiskinan dan Ketimpangan. Jakarta: Sub Bagian
Publikasi.

Bahri. 2019. Pengantar Kewirausahaan Untuk Mahasiswa, Wirausahawan &


Kalangan Umum. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Budiono. 2019. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Cahyono. 2019. Peran Mahasiswa di Masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal


Pengabdian Masyarakat Setiabudhi Vol. 1 No. 1 November.

Caly Sadli. 2012. Mahasiswa dan Menulis. https://researchgate.net [Diakses Pada


21 Januari 2022].

Dukeshire S., dan Thurlow J. 2002. Understanding the Link Between Research
and Policy. Rural Communities Impacting Policy.

Eddy. 2016. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap


Produktivitas Kerja Karyawan CV. Intaf Lumajang. AGORA Vol. 2 No.
1.

Effendy. 1993. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Esterberg, K, G. 2002. Qualitative Methods in Social Research. New York.


77

Fadillah. 2017. Metode Penelitian.


http://repository.unpas.ac.id/30173/5/BAB%20III%20METODE%20PEN
ELITIAN.pdf. [Diakses Pada 8 November 2021].

Febriyan G, E. 2021. Metode Penelitian.


https://eprints.uny.ac.id/52933/2/TAS%20BAB%20III%2013401241024.p
df. [Diakses Pada 8 November 2021].

Febriansyah. 2021. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Pendidikan


Nonformal di Desa Mattanete Bua Kecamatan Palakka Kabuoaten Bone
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Palangga Praja (PPJ).

Furqon A. 2013. Perancangan Aplikasi Sistem Informasi Penjualan Berbasis


Microsoft Access 2007 pada Toko Syafa Collection.
http://repository.amikom.ac.id/files/Publikasi_13.11.7308.pdf. [Diakses
Pada 8 November 2021].

Hartaji. 2009. Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa yang Berkuliah dengan


Jurusan Pilihan Orang tua. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma.

KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id


[Diakses Pada 21 Januari 2022].

Kemendikbud. 2021. Konsep Pejuang Muda. https://kemdikbud.go.id. [Diakses


Pada 21 Januari 2022]

Kemendesa. 2019. https://kemendesa.go.id [Diakses Pada 21 Januari 2022]

Kemenkeu. 2019. https://kemenkeu.go.id. [Diakses Pada 21 Januari 2022]

Kemenkopukm. 2021. https://kemenkopukm.go.id [Diakses Pada 21 Januari


2022]

Kementeraian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. 2021. Petunjuk


Teknis Pejuang Muda 2021. Jakarta: Tim Publikasi.

Kurniawan Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. Pustaka Cendekia


Utama.

Lingga. 2019. Studi Sifat dan Mekanisme Serat Bambu Tunggal dengan
Perlakuan Alkali NaOH Selama 2 Jam. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Mardikanto & Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam Prespektif


Publik. Bandung: Alfabeta.

Milles, B, M., dan Hubberman M. 1992. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru). Jakarta: UIP.
78

Moleong, L, J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Muslim, N. 2016. Metode Penelitian.


http://repository.iainkudus.ac.id/340/6/6.%20Bab%203.pdf. [Diakses Pada
26 Oktober 2021].

Najib, Ali. 2019. Peran Pemuda Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Larang
Taruna anca Bakti Desa Kemingking Dalam Kecamatan Taman Rajo
Kabupaten Muaro Jambi). Skripsi. Jambi: Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Nugroho, H. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Kesenjangan. Yogyakarta:


Aditya Media.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Oktaviani. 2019. Program Pengaruh Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga


Sehat Sejahtera Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga. Skripsi.
Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.

Pejuang Muda Kementerian Sosial. 2021. Pejuang Muda Kemensos.


https://pejuangmuda.kemensos.go.id/. [Diakses Pada 8 November 2021].

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009. Koordinasi


Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta.

Pintek. 2020. Peran dan Fungsi Mahasiswa dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. https://pintek.id. [Diakses Pada 21 Januari 2022].

Pratiwi, Tedjo. 2018. Peran Demokrasi, Pilkada Serentak Tahun 2018 Tantangan
dan Harapan. Skripsi. Semarang: Universitas 17 Agustus 1945.

Prawirasworo. 2013. Strategi Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan


Mangunharjo Melalui Program PNPM Mandiri. Universitas Diponegoro.

Pusat Data dan Teknologi Informasi Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Pusat
Data dan Informasi Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Tim
Publikasi.

Putra Sudirman Adi. 2017. Peran Kaum Muda Dalam Pembangunan di Desa
(Studi di Karang Taruna Desa Sepunggur Kecamatan Bathun II Babeko
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi). Skripsi. Makassar: Universitas Islam
Negeri Allauddin Makassar.

Rahim Ma’rifah. 2019. Peran Karang Taruna dalam Meningkatkan Kepedulian


Sosial Masyarakat di Desa Maradekaya Kecamatan Bajeng
79

Kabupaten Gowa. Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah


Makassar.

Rajim Paris, dkk. 2019. Peran Mahasiswa dalam Pemberdayaan Masuarakat di


Tengah Pandemi Melalui Aspek Pendidikan, Keagamaan, dan Sosial. 1
(VIII).

Risyanti & Roesmidi. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint


Jatinangor.

Riyanto, A. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Riyanto, B. 2012. Dasar-dasar Pembelanjaan. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE.

Rusyadi. 2016. Membentuk Generasi yang Kritis dan Nasionalis Melalui


Pembelajaran IPA. Seminar Internasional. Banjarmasin: Universitas
Lambung Mangkurat.

Sarah. 2018. Faktor-faktor Penghambat Mahasiswa untuk Berwirausaha (Studi


Kasus Mahasiswa Non-Rekayasa Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang).
Tesis. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Sharan B., dan Merriam. 2007. Qualitative Research Aguide to Design and
Implementation. https://ranahresearch.com/pengertian-metode-penelitian-
kualitatif/. [Diakses Pada 8 November 2021].

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: CV.


Rajawali.

Sofiyah. 2019. Perasaan Stres dan Relegiusitas Terhadap Intensi Bunuh Diri
Dewasa Awal. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Sofiyah Dede. 2019. Peran Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Masyarakat


Melalui Program Kampung Domba: Studi di Desa Sindangjawa
Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Skripsi. Semarang:
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

SPT. 2020. Statistik Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, dan Teknologi.

Sucahya, D, A., dan Hasyim, B, A. 2017. Studi kasus minat berkarir mahasiswa
prodi S1 Pendidikan Teknik Mesin UNESA. JPTM. 5 (3). 1-10.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sugiyono. 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


80

Suhardono Edy. 1994. Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Sumardi. 2019. Pengaruh Pemberdayaan, Kompetensi, dan Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja Dosen Universitas Wiralodra Indramayu. Jurnal
Investasi.

Suparlan. 1994. Kemiskinan di Perkotaan. Sinar Harapan.

Susanto Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Kencana.

TNP2K. 2019. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.


http://tnp2k.go.id [Diakses Pada 21 Januari 2022].

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014. Desa. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012. Pendidikan Tinggi.


Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009. Kepemudaan.


Jakarta.

Willis, Sofyan. 2013. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Wrihantolo & Dwijowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar


dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyaajat. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktek. Jakarta:


Pustaka Kencana Prenada Media Group.
81

LAMPIRAN PENELITIAN

Lampiran 1
MATRIK PENELITIAN
“PERAN MAHASISWA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: STUDI PADA PROGRAM PEJUANG MUDA
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW”
Judul Masalah Fokus Sub Fokus Sumber Data Metode Penelitian
Peran Mahasiswa Bagaimana peran a. Peran a. Peran Fasilitatif d. Subjek a. Jenis penelitian
dalam mahasiswa dalam mahasiswa b. Peran Pendidikan penelitian Penelitian
Pemberdayaan pemberdayaan atau Pejuang Peneliti deskriptif
Masyarakat: Studi masyarakat pada Muda kualitatif
Pada Program program pejuang e. Informan b. Teknik
Pejuang Muda muda Kabupaten - Bapak Arfan pengumpulan
Kabupaten Bolaang b. Pemberdayaan a. Penyadaran Lundeto, data
Bolaang Mongondow? Masyarakat b. Pengkapasitasan Kelapa Seksi a) Observasi
Mongondow c. Kemandirian Jaminan Sosial b) Wawancara
selaku mendalam
penanggungja c) Dokumentasi
wab program c. Analisis data
- Bapak Salvio a) Reduksi Data
Sugeha, b) Penyajian Data
Koordinator c) Verifikasi Data
Kabupaten
Bolaang
Mongondow
82

selaku
fasilitator
program
pejuang muda
- Tiga Pejuang
Muda atau
mahasiswa
yang bertugas
selama
program
pejuang muda
di Kabupaten
Bolaang
Mongondow
f. Studi
Kepustakaan
83

Lampiran 2. Instrumen Penelitian

2.A Pedoman Observasi

No Fokus Sub Fokus Data yang diraih Keterangan


1. Peran mahasiswa Fasilitatif 1. Kemampuan mahasiswa dalam memberikan
fasilitas kebutuhan dan memberikan dukungan
Pendidikan 2. Kemampuan mahasiswa dalam membangun
kesadaran
3. Kemampuan mahasiswa dalam memberikan
pemahaman
4. Kemampuan mahasiswa dalam menambah
pengetahuan
2. Pemberdayaan Pengkapasitasan 5. Pemberian akses
Masyarakat Kemandirian 6. Penyelesaian masalah
84

2.B Pedoman Wawancara

No Fokus Sub Fokus Data yang diraih Kisi-Kisi Pertanyaan Sumber Data
1. Peran Fasilitatif 1. Kemampuan 1. Mahasiswa dalam memfasilitasi Informan kunci
Mahasiswa mahasiswa dalam kebutuhan Penerima Manfaat (PM) dan informan
memberikan fasilitas mengenai permasalahan data bantuan pendukung
kebutuhan dan sosial dan memberikan dukungan
memberikan dukungan agar lebih percaya diri
Pendidikan 2. Mahasiswa dalam membangun
2. Kemampuan
kesadaran Penerima Manfaat (PM)
mahasiswa dalam
3. Mahasiswa dalam memberikan
membangun kesadaran
pemahaman mengenai permasalahan
3. Kemampuan
data bantuan sosial kepada Penerima
mahasiswa dalam
Manfaat (PM)
memberikan
4. Mahasiswa dalam menambah
pemahaman
pengetahuan mengenai prosedur
4. Kemampuan
penyelesaian masalah data yang
mahasiswa dalam
berdampak pada ketidakcairan
menambah
bantuan sosial Penerima Manfaat
pengetahuan
(PM)
85

2.C Pedoman Dokumentasi

Cek list data Keterangan


No Data yang diraih
Ada Tidak
1. Foto diskusi internal Pejuang Muda √
2. Foto rapat Pejuang Muda, stakeholders, dan Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow √
3. Breafing internal Pejuang Muda sebelum turun lapangan verifikasi & validasi Data Terpadu √
Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kabupaten Bolaang Mongondow
4. Breafing eksternal Pejuang Muda X Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow sebelum √
verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
5. Perizinan kegiatan di Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow √
6. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) √
di Desa Doloduo I
7. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) √
di Desa Doloduo II
8. Pejuang Muda koordinasi dengan stakeholders Desa Doloduo √
9. Pejuang Muda sedang melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial √
(DTKS) di Desa Ikhwan
10. Foto bersama stakeholders Kecamatan Dumoga Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow √
11. Koordinasi dengan Sangadi Desa Dondomon di Kecamatan Dumoga Utara Kabupetan √
Bolaang Mongondow
12. Pelaporan tim Pejuang Muda ke Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten Bolaang √
Mongondow
13. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) √
di Desa Dumoga
14. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) √
di Desa Kanaan
86

15. Pejuang Muda selesai melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial √
(DTKS) di Desa Mototabian Kecamatan Dumoga
16. Pejuang Muda melakukan perizinan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan √
Sosial (DTKS) di Kecamatan Bilalang
17. Pejuang Muda akan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di √
Desa Bilalang Baru
18. Pejuang Muda selesai melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial √
(DTKS) di Desa Bilalang Utara
19. Pejuang Muda bersama fasilitator program melakukan evaluasi √
20. Pejuang Muda, fasilitator program, stakeholders, bersama Bapak Camat Kecamatan √
Bolaang
21. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) √
di Desa Solimandungan I Kecamatan Bolaang
22. Koordinasi antara Pejuang Muda dengan perangkat Desa Solimandungan I √
23. Peneliti bersama salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Desa Solimandungan I √
Kecamatan Bolaang
24. Salah satu penerima manfaat bantuan sosial di Desa Langagon 1 Kecamatan Bolaang √
25. Pejuang Muda presentasi peran yang akan dilakukan selama verifikasi & validasi Data √
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Desa Langagon Kecamatan Bolaang
26. Pejuang Muda, Fasilitator Program, stakeholders, bersama Pak Camat di Kecamatan √
Bolaang Timur
27. Perizinan kegiatan di Kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang Mongondow √
28. Rapat terbuka bersama stakeholders di Kecamatan Sangtombolang √
29. Foto kunjungan Pejuang Muda ke Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Morobayat di √
Kecamatan Passi Barat
30. Pejuang Muda setiap kali berangkat menuju kecamatan yang akan diverifikasi & validasi √
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
87

31. Peneliti menggali informasi mengenai permasalahan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial √
(DTKS) bersama salah satu stakeholder Kecamatan Bolaang
32. Pejuang Muda, Kepala Seksi Jaminan Sosial, fasilitator program, stakeholders bersama √
masyarakat memberikan penjelasan dan prosedur mengenai permasalahan mengenai
bantuan sosial
33. Pejuang Muda bersama Penggerak Pemberdayaan di Kabupaten Bolaang Mongondow √
34. Peneliti bersama stakeholders di Kecamatan Dumoga Barat √
35. Peneliti bersama stakeholders di Kecamatan Bolaang Timur √
36. Evaluasi mingguan bersama Kepala Seksi Jaminan Sosial selaku Penanggungjawab √
program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow
37. Pejuang Muda berkunjung ke Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Morobayat untuk √
belajar mengenai pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal
38. Evaluasi Besar internal Pejuang Muda √
39. Foto evaluasi besar Pejuang Muda bersama Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow √
88

Lampiran 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Identitas Informan

Nama :

Usia :

Alamat :

Pekerjaan :

Hari/Tanggal :

Fokus Peran Mahasiswa


No Fokus Pertanyaan
1. Fasilitatif a. Apakah mahasiswa ada upaya memfasilitasi
kebutuhan dan memberikan dukungan kepada
Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial?
b. Kapan proses pemberian fasilitas kebutuhan
dan dukungan dilakukan?
c. Dimana saja proses pemberian fasilitas
kebutuhan dan dukungan dilakukan?
d. Bagaimana mahasiswa melakukan
peranannya dalam memfasilitasi kebutuhan
dan memberikan dukungan kepada Penerima
Manfaat (PM) selama kegiatan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) khususnya di Kabupaten Bolaang
Mongondow?
2. Pendidikan e. Apakah selama verifikasi dan validasi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS),
mahasiswa melakukan upaya membangun
kesadaran, memberikan pemahaman, dan
menambah pengetahuan Penerima Manfaat
(PM) bantuan sosial?
f. Kapan mahasiswa melakukan upaya
membangun kesadaran, memberikan
pemahaman, dan menambah pengetahuan
kepada Penerima Manfaat (PM) bantuan
sosial?
89

g. Bagaimana mahasiswa berperan dalam


membangun kesadaran Penerima Manfaat
(PM) bantuan sosial?
h. Bagaimana peran mahasiswa dalam
memberikan pemahaman kepada Penerima
Manfaat (PM) saat terjadi masalah
administrasi bantuan sosial?
i. Bagaimana mahasiswa berperan menambah
pengetahuan Penerima Manfaat (PM) apabila
ada keluhan mengenai ketidakcairan bantuan
sosial?
90

Lampiran 4

TRANSKRIP WAWANCARA
No Fokus Pertanyaan dan Hasil Wawancara
1. Fasilitatif P.1: Apakah mahasiswa ada upaya memfasilitasi
kebutuhan dan memberikan dukungan kepada
Penerima Manfaat (PM) bantuan sosial?
MAN: Iya ada.
ASW: Ada mbak.
JC: Iya mbak ada.
AL: Menurut torang ada.
SS: Iya dorang melakukan itu.
P.2: Kapan proses pemberian fasilitas kebutuhan
dan dukungan dilakukan?
MAN: Kita Pejuang Muda hanya di awal-awal
verifikasi data.
ASW: Hanya diawal verifikasi data itu mbak
soalnya kita kan ngejar target data.
JC: Kalau aku sendiri cuma diawal-awal verifikasi
data mbak karena aku kan juga ngejar target data.
AL: Dorang Pejuang Muda hanya melakukan itu
diawal verivali data saja.
SS: Awal-awal kegiatan verivali dorang itu.
P.3: Dimana saja proses pemberian fasilitas
kebutuhan dan dukungan dilakukan?
MAN: Kalau dimana saja tentu banyak. Secara
umumnya kita melakukan itu di Kecamatan
Dumoga Bersatu.
ASW: Aku kan awal-awal saja mbak melakukan
itu, ya waktu di Dumoga Bersatu itu yang datanya
banyak.
JC: Kalau aku sendiri waktu di Kecamatan
Dumoga Bersatu mbak. Soalnya kan memang kita
awal verifikasi data disana kemudian juga masih
melayani apa yang menjadi keluhan-keluhan PM.
AL: Dorang melakukan verivali data itu mulai dari
Kecamatan Dumoga Barat, jadi waktu awal-awal
Dorang verivali ya Dumoga Bersatu.
SS: Kecamatan Dumoga Bersatu, itu dorang awal-
awal verivali data.
P.4: Bagaimana mahasiswa melakukan peranannya
dalam memfasilitasi kebutuhan dan memberikan
dukungan kepada Penerima Manfaat (PM) selama
kegiatan verifikasi dan validasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) khususnya di
91

Kabupaten Bolaang Mongondow?


MAN: Pejuang Muda saat verifikasi data itu
meminta KK, KTP, dan KKS. Dari sana sering ada
keluhan dari PM mengenai ketidakcairan bantuan
sosial maka kita menjelaskan bahwa permasalahan
sebenarnya ada di PM itu sendiri kemudian
memberikan dukungan kalau PM itu juga bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Harapannya seh
PM bisa lebih percaya diri kalau ada permasalahan
seperti itu lagi.
ASW: Aku itu mbak sebelum melakukan verifikasi
data PM, aku kan minta KK, KTP, sama KKS. Nah
kalau ada PM yang bercerita mengenai
ketidakcairan bantuan sosial maka pertama yang
aku lakukan itu ngecek 3 data itu sudah sama atau
belum. Ternyata rata-rata yang aku temukan dan
berdasarkan informasi yang aku dapat, PM di
Bolaang Mongondow ini bermasalah sama datanya
dan mereka nggak tau mbak. Setelah aku
mendengarkan keluhan mereka, aku jelaskan bahwa
masalah itu ada karena datanya tidak padan. Terus
aku juga bilang sebenarnya ibu bisa menyelesaikan
masalah ini tanpa harus takut salah.
JC: Nah waktu itu kan ada banyak PM nih mbak
ngeluh ke aku kalau bantuannya tu nggak cair.
Berhubung waktu verifikasi data kita juga minta
KK, KTP, sama KKS kan. Itu aku jelaskan kalau
permasalahannya ada di data mereka sendiri terus
mereka kan down gitu ya mbak. Ya sekalian aku
kasih dukungan kalau masalah itu bisa segera
diselesaikan oleh mereka sendiri sehingga bantuan
sosial biar segera cair selanjutnya.
AL: Data DTKS di Bolaang Mongondow ini
banyak yang bermasalah. Lebih dari 84.000 jadi
ketika ada keluhan dari masyarakat, Dorang
menjelaskan kalau bantuan so ndak cair itu bukan
karena Dinas Sosial atau siapapun tapi karena data
mereka tidak padan. Itu Pejuang Muda menjelaskan
ke rumah-rumah itu. Sama itu juga yu, Dorang
memberikan dukungan kalau data itu bisa
diselesaikan oleh masyarakat itu sendiri dengan
cara menyepadankan data ke Disdukcapil.
SS: Karena data bantuan Sosial ini memang
bermasalah, mahasiswa ngasih tau jo ke PM kalau
data mereka bermasalah dan harus segera
diselesaikan melalui Disdukcapil, menyepadankan.
92

Dorang juga so ngasih tau ke PM kalau semua


masalah bantuan sosial yang tidak cair, Dorang
sendiri bisa menyelesaikan. Wahh PM itu suka
sekali jo kalau sudah disanjung bisa menyelesaikan
masalah sendiri.
2. Pendidikan P.5: Apakah selama verifikasi dan validasi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), mahasiswa
melakukan upaya membangun kesadaran,
memberikan pemahaman, dan menambah
pengetahuan Penerima Manfaat (PM) bantuan
sosial?
MAN: Iya.
ASW: Iya mbak.
JC: Iya mbak.
AL: Iya Dorang ada itu.
SS: So melakukan itu Dorang di awal-awal verifali.
P.6: Kapan mahasiswa melakukan upaya
membangun kesadaran, memberikan pemahaman,
dan menambah pengetahuan kepada Penerima
Manfaat (PM) bantuan sosial?
MAN: Hanya diawal kegiatan. Itu kan jadi satu
sama memfasilitasi kebutuhan sama memberi
dorongan warga.
ASW: Cuma diawal-awal mbak waktu ngasih
fasilitas kebutuhan sama dukungan PD ke PM itu.
JC: Diawal verifikasi doang mbak. Waktu kita
jawab keluhan sama ngasih dukungan ke PM.
AL: Saat Dorang verivali data di Dumoga Bersatu.
SS: Waktu awal-awal verifali data.
P.7: Bagaimana mahasiswa berperan dalam
membangun kesadaran Penerima Manfaat (PM)
bantuan sosial?
MAN: Oke kalau membangun kesadaran itu kan
kita ngasih tau bahwa permasalahan ketidakcairan
bantuan sosial disebabkan oleh data mereka yang
bermasalah, bukan seperti apa yang selama ini
fikirkan bahwa kesalahan ada di Dinas Sosial
maupun Pendamping.
ASW: Peran kita dalam membangun kesadaran itu
Pejuang Muda ngasih tau mbak sebenarnya letak
permasalahan ada di PM itu sendiri. Anggapan
mereka selama ini tidak cair itu bukan karena orang
lain namun disebabkan data mereka tidak padan. Itu
mereka kebanyakan nggak tau mbak.
JC: Membangun kesadaran PM aku ngasih tau
mbak di Kabupaten Bolaang Mongondow sendiri
93

banyak bantuan yang tidak cair memang disebabkan


data PM yang tidak sama. Aku ngasih tau itu dulu
ke PM sebab dari mereka tidak mengetahui akan hal
itu. Aku ngasih tau dulu dimana penyebab utama
masalah ketidakcairan data.
AL: Usaha dorang membangun kesadaran ke KPM
itu dorang memberi tau ke KPM bahwa
ketidakcairan bantuan itu karena data dorang yang
tidak padan. Masyarakat tidak mau tau itu memang
sehingga mereka menganggap masalah itu ada di
Dinas Sosial atau Pendamping mereka. Pejuang
Muda ini turun door to door waktu verivali data
sekalaligus memberi tahu letak pokok permasalahan
bantuan tidak cair agar KPM ini sadar bahwa itu
karena data mereka sendiri yang belum padan dan
harus dipadankan.
SS: KPM itu memiliki banyak keterbatasan
sehingga dorang Pejuang Muda ini membantu KPM
untuk bangun dan sadar bahwa masalah
ketidakcairan bantuan so bukan salah siapa-siapa
memang karena data dorang yang tidak padan. Ini
yang perlu diketahui oleh KPM.
P.8: Bagaimana peran mahasiswa dalam
memberikan pemahaman kepada Penerima Manfaat
(PM) saat terjadi masalah administrasi bantuan
sosial?
MAN: Pemahaman yang kita berikan tetap
berhubungan dengan membangun kesadaran. Jadi
setelah KPM ini sadar bahwa masalah ada karena
data tidak padan, kita ngasih tau dimana letak data
yang tidak padan.
ASW: Memberikan pemahaman ke PM itu aku
ngasih tau dimana letak masalahnya mbak. Kalau
tadi kan sudah membangun kesadaran bahwa
masalah ada karena tidak padan. Nah sekarang aku
kasih tau ke PM letak ketidaksepadanan data itu ada
dimana. Masalah yang sering aku temui itu nama
antara KTP sama KKS itu tidak padan mbak. Nah
mereka enggak tau kalau itu menjadi sebab
ketidakcairan bantuan sosial.
JC: Aku sendiri ngasih tau dimana letak
masalahnya mbak. Kalau ini kan keluhan PM itu
bantuan sosial tidak cair terus aku jelaskan maslaah
itu ada di PM sendiri karena data mereka tidak
sama. Terus aku kasih tau letak ketidaksamaan itu.
Ada yang namanya berbeda antara KK sama KTP.
94

Ada juga KTP sama KKS. Banyak masalah mbak


Cuma mereka nggak sadar dan nggak tau itu.
AL: Memang di Kabupaten Bolaang Mongondow
ini banyak data yang bermasalah dan Dorang KPM
ini tidak tau. Dorang tidak memahami letak
masalahnya sehingga Pejuang Muda inilah yang
menjelaskan kalau ada salah satu data yang tidak
padan itu sangat berpengaruh ketidakcairan
bantuan. KPM sudah disampaikan. Data yang
bermasalah di BolMong sendiri ada sekitar 84.000
data tapi KPM tidak menyadari. Torang harus
memahami juga dengan pendidikan dan
pengetahuan dorang yang terbatas, wajar ini terjadi.
SS: Pejuang Muda memberikan pemahaman ke
KPM ini melalui penjelasan letak permasalahan.
Seperti yang tadi Torang sampaikan KPM itu
taunya kenapa bantuan Torang tidak cair tapi belum
bisa menemukan sendiri apa penyebab bantuan itu
tidak cair. Alhamdulillah ada Pejuang Muda ini
yang memberikan pemahaman kalau bantuan tidak
cair coba cek datanya sudah padan atau belum.
P.9: Bagaimana mahasiswa berperan menambah
pengetahuan Penerima Manfaat (PM) apabila ada
keluhan mengenai ketidakcairan bantuan sosial?
MAN: Penambahan pengetahuan Pejuang Muda ke
PM itu sederhana saja. Kita ngasih tau kalau data
tidak padan ya diurus ke Disdukcapil kalau itu KTP
atau KK. Sedangkan kalau KKS yang bermasalah
kita minta untuk dibetulkan ke bank dengan
didampingi oleh pendamping. Setelah itu baru ke
Dinas Sosial atau minta tolong bantuan Pendamping
untuk melapor ke Dinas Sosial.
ASW: Menambah pengetahuan yang aku lakukan
itu menjelaskan ke KPM mbak mengenai langkah
yang harus dilakukan buat menyemakan data itu.
Kalau KTP sama KK ya ke Disdukcapil, kalau KKS
ya ke bank ditemani sama pendampingnya masing-
masing.
JC: Aku tu mbak menambah pengetahuan ke PM
mungkin tidak seberapa. Aku Cuma ngasih tau ke
KPM kalau datanya bermasalah gitu segera diurus
ke Disdukcapil kalau KK sama KTP sedangkan
kalau KKS segera ke bank minta bantuan
Pendamping. Kalau data sudah sama semua segera
melapor ke dinas sosial supaya update data.
95

AL: Torang sangat berterimakasih ke Pejuang


Muda, KPM di Bolaang Mongondow ini jadi tau
prosedur mengurus data yang bermasalah. Seperti
itulah, Torang sudah pernah memberitahu karena
ada mahasiswa dari jawa, mereka lebih antusias
bercerita mengenai keluhan mereka ke mahasiswa.
Jadinya itu bisa diingat-ingat KPM Bolmong kalau
ada masalah data lagi mereka lebih berpengalaman.
SS: Dorang Pejuang Muda inikan selama verifali
data door to door ke rumah KPM juga memberikan
penjelasan kalau ada masalah data harus bagaimana
dan cara menyelesaikannya seperti apa. Menurut
saya upaya menambah pengetahuan KPM ini sudah
sangat bagus dan meningkatkan pengetahuan
mereka mengenai bantuan sosial dan cara
penyelesaiannya.
96

Lampiran 5

DATA INFORMAN PENELITIAN


No Nama Inisial Umur Informan
1. Arfan Lundeto AL 45 Pendukung
2. Salvio Sugeha SS 40 Pendukung
3. Muhammad Afif Nurruddin MAN 21 Kunci
4. Athiya Shinta Wulandari ASW 19 Pendukung
5. Jihan Callista JC 21 Pendukung
97

Lampiran 6

SURAT IZIN PENELITIAN


98

Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN DINAS SOSIAL KABUPATEN BOLAANG


MONGONDOW
99

Lampiran 8

DOKUMENTASI

Gambar 1. Diskusi team based project pemberdayaan masyarakat

Gambar 2. Diskusi strategi verifikasi & validasi DTKS Kabupaten Bolaang


Mongondow
100

Gambar 3. Pertemuan Pejuang Muda, stakeholders, dan Dinas Sosial Kabupaten


Bolaang Mongondow

Gambar 4. Rapat terbatas dengan Dinas Sosial Kabupaten Bolaang Mongondow


mengenai proyek sosial pemberdayaan masyarakat
101

Gambar 5. Breafing internal Pejuang Muda sebelum turun lapangan verifikasi &
validasi DTKS di Kabupaten Bolaang Mongondow

Gambar 6. Breafing eksternal Pejuang Muda X Dinas Sosial Kabupaten Bolaang


Mongondow sebelum verifikasi & validasi DTKS
102

Gambar 7. Perizinan kegiatan di Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang


Mongondow

Gambar 8. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa


Doloduo I
103

Gambar 9. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa


Doloduo II

Gambar 10. Pejuang Muda koordinasi dengan stakeholders Desa Doloduo


104

Gambar 11. Pejuang Muda sedang melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa
Ikhwan

Gambar 12. Foto bersama stakeholders Kecamatan Dumoga Tengah


Kabupaten Bolaang Mongondow
105

Gambar 13. Koordinasi dengan Sangadi Desa Dondomon di Kecamatan Dumoga


Utara Kabupetan Bolaang Mongondow

Gambar 14. Pejuang Muda, Sangadi Desa Osion, stakeholders, dan Dinas Sosial
selesai melakukan evaluasi verifikasi & validasi DTKS di Kecamatan Dumoga
Utara
106

Gambar 15. Pelaporan tim Pejuang Muda ke Kecamatan Dumoga Timur


Kabupaten Bolaang Mongondow

Gambar 16. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa
Dumoga
107

Gambar 17. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi di Desa Kanaan

Gambar 18. Pejuang Muda selesai melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa
Mototabian Kecamatan Dumoga
108

Gambar 19. Pejuang Muda melakukan perizinan verifikasi & validasi DTKS di
Kecamatan Bilalang

Gambar 20. Pejuang Muda akan verifikasi & validasi DTKS di Desa Bilalang
Baru
109

Gambar 21. Pejuang Muda selesai melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa
Bilalang Utara

Gambar 22. Pejuang Muda bersama fasilitator program melakukan evaluasi


110

Gambar 23. Pejuang Muda, fasilitator program, stakeholders, bersama Bapak


Camat Kecamatan Bolaang

Gambar 24. Pejuang Muda melakukan verifikasi & validasi DTKS di Desa
Solimandungan I Kecamatan Bolaang
111

Gambar 25. Koordinasi antara Pejuang Muda dengan perangkat Desa


Solimandungan I

Gambar 26. Peneliti bersama salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di
Desa Solimandungan I Kecamatan Bolaang
112

Gambar 27. Salah satu Penerima Manfaat (KPM) bantuan sosial di Desa
Langagon 1 Kecamatan Bolaang

Gambar 28. Pejuang Muda presentasi peran yang akan dilakukan selama verifikasi
& validasi DTKS di Desa Langagon Kecamatan Bolaang
113

Gambar 30. Pejuang Muda, Fasilitator Program, stakeholders, bersama Bapak


Camat di Kecamatan Bolaang Timur

Gambar 31. Perizinan kegiatan di Kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang


Mongondow
114

Gambar 32. Rapat terbuka bersama stakeholders di Kecamatan Sangtombolang

Gambar 39. Pejuang Muda, Kepala Seksi Jaminan Sosial, fasilitator program,
stakeholders bersama masyarakat memberikan penjelasan dan prosedur mengenai
permasalahan mengenai bantuan sosial
115

Gambar 33. Kunjungan Pejuang Muda ke Lembaga Kesejahteraan Sosial


Morobayat (LKS) di Kecamatan Passi Barat

Gambar 34. Pejuang Muda setiap kali berangkat menuju kecamatan yang akan
diverifikasi & validasi DTKS
116

Gambar 35. Peneliti menggali informasi mengenai permasalahan DTKS bersama


salah satu stakeholder Kecamatan Bolaang

Gambar 36. Pejuang Muda bersama Penggerak Pemberdayaan di Kabupaten


Bolaang Mongondow
117

Gambar 37. Peneliti bersama stakeholders di Kecamatan Dumoga Barat

Gambar 38. Peneliti bersama stakeholders di Kecamatan Bolaang Timur


118

Gambar 41. Evaluasi mingguan bersama Kepala Seksi Jaminan Sosial selaku
penanggungjawab program pejuang muda Kabupaten Bolaang Mongondow

Gambar 42. Pejuang Muda belajar memanfaatkan kearifan lokal ke Lembaga


Kesejahteraan Sosial (LKS) Morobayat (Bahan tas dari serat daun nanas)
119

Gambar 43. Pejuang Muda berkunjung ke Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)


Morobayat untuk belajar mengenai pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal

Gambar 44. Evaluasi Besar internal Pejuang Muda


120

Gambar 45. Evaluasi besar, laporan kegiatan, sekaligus penutupan program


pejuang muda di Kabupaten Bolaang Mongondow
121

Lampiran 9

BIODATA PENELITI

Data Pribadi
Nama : Hayu Fitri Nanda Rohmatin Hasanah
NIM : 180210201051
Tempat dan Tanggal Lahir : Tuban, 06 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No. Hp : 085712912105
Email : hayufitri388@gmail.com
Alamat : Desa Pacing RT.01/RW.01 Kec. Parengan
Kab.Tuban
Alamat Sekarang : Jl. Jawa 7 No.72 RT.02/RW.024 Sumbersari
Jurusan : Ilmu Pendidikan (S1 Pendidikan Pendidikan Luar
Sekolah)
Instansi : Universitas Jember (UNEJ)

Pendidikan Formal
Institusi Jurusan Tahun Keterangan
SDN Pacing - 2005-2011 Lulus
SMPN 1 Parengan - 2011-2014 Lulus
SMKN 1 Singgahan Tata Busana 2014-2017 Lulus
Universitas Jember Pendidikan Luar 2018-Sekarang -
Sekolah

Anda mungkin juga menyukai