Anda di halaman 1dari 25

KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS V MI


MUHAMMADIYAH SELO KULON PROGO

Chafidhatul Ulum

MI Muhammadiyah Selo, Kulon Progo


Email: chafikiya@yahoo.com

ABSTRAK
Keterampilan sosial peserta didik mempunyai peran yang sangat
penting dalam sebuah pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana keterampilan sosial peserta didik dalam
pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo.
Jenis metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertama, implementasi pembelajaran tematik
dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu yaitu tahap perencanaan yang
meliputi mengambil tema dari Kemendikbud RI, mengecek/ melihat
SKL, KI, KD, melakukan Pemetaan KI,KD, membuat jaringan tema,
menyusun silabus, dan merancang RPP, tahap pelaksanaan meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan tahap
evaluasi. Kedua, keterampilan sosial peserta didik meliputi keterampilan
bekerja sama dengan orang lain, keterampilan mengontrol diri dan
keterampilan berbagi pikiran dan pengalaman dengan orang lain. Ketiga,
faktor pendukung pengembangan keterampilan sosial peserta didik
adalah guru, peserta didik, dan lingkungan. Faktor penghambatnya yaitu
belum terpenuhinya sarana prasarana madrasah, dan distribusi sumber
belajar terlambat. Keempat, dampak pengembangan keterampilan sosial
peserta didik yaitu sikap disiplin, tanggung jawab, dan peduli terhadap
orang lain.

Kata Kunci: Keterampilan Sosial, Peserta Didik, Pembelajaran


Tematik.

AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam


Volume 10, Nomor 02, Desember 2018; P-ISSN: 2085-0034, E-ISSN: 2549-3388
Chafidhatul Ulum

ABSTRACT
Learners’ social skill has an important role in learning process. This
research aims to describe learners’ social skill in thematic learning
in Grade V of MI Muhammadyah Selo, KulonProgo. This research is
qualitative descriptive. The results of study indicate that, first, the
implementation of thematic learning in Grade V is conducted through
three steps. The first step is planning consisting of taking theme from
the Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia;
checking SKL, KI, and KD; mapping the KI and KD; making theme
network; arranging syllabus; and designing RPP. The second step is
implementation consisting of introduction, main activities, and closing.
Meanwhile, the last step is evaluation. Second, learners’ social skill
consists of: skill of collaborating with others, self-control skill, and
skill of sharing thoughts and experience with others. Third, supporting
factors for developing learners’ social skill are teacher and environment.
Meanwhile, the obstacle is that Madrasah’s facilities and infrastructure
have not been provided well, so the distribution of learning source takes
long time. Fourth, the impact of the development of learners’ social skill,
namely discipline, responsibility, and caring for others.

Keywords: Social Skill, Learners’, Thematic Learning

A. PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 disusun untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan pada
kurikulum sebelumnya. Dalam Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) Kurikulum
2013 meliputi pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, dan keseimbangan
antara soft skill dan hard skill yang mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif
(pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotorik (keterampilan) secara
terpadu. Kurikulum 2013 untuk SD/MI menggunakan pendekatan tematik terpadu
dari kelas satu sampai kelas enam. Hal tersebut didasarkan pada tahap perkembangan
anak usia SD/MI yaitu pada tahap operasional konkret, terpadu, dan hierarki.
Menurut Kurikulum 2013 dalam pembelajaran tematik, guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar. Guru diharapkan menjadi fasilitator, pembimbing, konsultan,
dan mitra belajar daripada sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang

112 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

menyebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.1
Sebagai respon terhadap tugas utama guru tersebut di atas, maka diperlukan
pendidikan yang manusiawi, yaitu pendidikan yang ujungnya adalah sebagai proses
pembudayaan yang didalamnya terbangun karakter kemanusiaan yang terampil
dalam kehidupan bermasyarakat seperti saling menghargai antar sesama manusia
sebagai makhluk Tuhan. Sebagaimana dinyatakan oleh Zamroni sebagai berikut:2
Humanisasi pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang manusiawi
merupakan suatu upaya menjadikan pendidikan sebagai proses pembudayaan. Oleh
karena itu, tujuan pendidikan tiada lain adalah untuk mengembangkan jasmani,
mensucikan rohani dan menumbuhkan akal. Sehubungan dengan itu, maka hasil
pendidikan mencakup 2 level: individu dan kelompok. Pada level individu, hasil
pendidikan adalah terwujudnya individu yang memiliki akal yang cerdas, jasmani
yang sehat dan kuat, serta rohani yang suci, sehingga menjadi warga negara yang
baik dan keberadaannya akan bermanfaat tidak saja bagi diri pribadi tetapi juga
bagi lingkungan, masyarakat bangsa dan negara. Pada level kelompok, maka hasil
pendidikan adalah ummatan washaton, khaira ummah.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat diketahui bahwa keberhasilan suatu
pendidikan tidak hanya diukur dari pencapaian kognitif saja, tetapi yang lebih
penting juga adalah segi afektif dan psikomotorik. Sikap saling menghormati dan
menghargai dalam interaksi sosial baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah
seharusnya juga perlu mendapatkan perhatian. Oleh karenanya, keterampilan sosial
sangat perlu ditanamkan di dalam diri peserta didik di sekolah.
Dalam sebuah penelitian di Harvard University, ditemukan bahwa kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis
(hard skill), akan tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengolah diri dan orang
lain (soft skill). Bahkan kesuksesan hanya ditentukan 20% dari hard skill dan sisanya

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
hlm. 2.
2. Zamroni, Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi menuju Era Globalisasi)
(Jakarta: PSAP, 2007), hlm. 185-186.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 113


Chafidhatul Ulum

80% dari soft skill.3 Oleh karena itu, dalam Kurikulum 2013 proses pembelajaran
dengan pendekatan tematik terpadu akan menumbuhkembangkan keterampilan
sosial peserta didik, sehingga dapat berkembang secara optimal.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melalui akalnya menciptakan pengetahuan
sebagai alat untuk beradaptasi dengan lingkungan. Keterampilan berpikir dan
berdaya nalar, keterampilan hidup bersama, keterampilan bekerja, dan keterampilan
pengendalian diri (emosi, perasaan) merupakan keterampilan dasar untuk bertahan
dan menjalani kehidupan. Keterampilan tersebut dimiliki semua orang, hanya dalam
pengembangannya masing-masing individu berbeda. Usaha untuk mengembangkan
keterampilan sosial secara optimal dan efektif dilakukan melalui proses pendidikan.
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan sosial
yang serasi dan memuaskan berbagai pihak, dalam bentuk penyesuaian terhadap
lingkungan sosial dan keterampilan memecahkan masalah sosial. Dalam keterampilan
sosial tercakup kemampuan mengendalikan diri, adaptasi, toleransi, berkomunikasi,
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Cartledge dan Milburn menyatakan
bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena
memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negatif,
karena itu keterampilan sosial merupakan kompetensi yang sangat penting untuk
dimiliki setiap orang termasuk di dalamnya peserta didik, agar dapat memelihara
3 hubungan sosial secara positif dengan keluarga, teman sebaya, masyarakat dan
lingkungan yang lebih luas.4
Rosalina, dkk (dalam jurnal pendidikan dan pembelajaran) menyatakan bahwa
dengan mengaplikasikan pembelajaran tematik dapat mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik. Hal ini, penting untuk mengaplikasikan pembelajaran tematik pada
proses pembelajaran. Karena pembelajaran tematik berorientasi pada keterampilan
sosial yang membawa anak untuk lebih kreatif, berani berbicara, mengungkapkan
setiap permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif.5

3. Hardi Utomo, “Kontribusi soft skill dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan,” Jurnal
Among Makarti, Vol. 3, No. 5 Juli 2010.
4. Enok Maryani, “Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Siswa,” Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 1, April 2019, hlm. 8.
5. Rossi Rosalina, Marzuki, dan Mastar Asran, “Aplikasi Pembelajaran Tematik dalam
Pengembangan Keterampilan Sosial dan Manajemen Perilaku Diri di Kelas I,” Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 8, Agustus 2015, http://jurnal.untan.ac.id/
index.php/jpdpb/article/view/11110/10559. hlm. 1 - 5

114 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

Keterampilan sosial merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran.


Karena, keterampilan sosial adalah salah satu modal peserta didik untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan sosial
maka dia tidak akan bisa membawa diri dalam lingkungannya. Sebaliknya, jika
seseorang memiliki keterampilan sosial yang tinggi dia akan mampu bekerja sama
dengan orang lain. Selain itu seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang
tinggi juga akan memiliki rasa empati terhadap sesama dan bisa menemukan jalan
keluar (solusi) atas permasalahan yang dihadapi.
Fenomena yang ada selama ini keterampilan sosial yang dimiliki oleh masyarakat
pada umumnya masih rendah. Hal ini diperkuat dari data yang diperoleh dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam jangka waktu tahun 2011 sampai 2017
KPAI telah menerima 26 ribu kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Salah satu
contohnya adalah kasus bullying yang terjadi di Thamrin City seperti yang dilansir
oleh detiknews 4 Oktober 2017. Selain hal itu masih banyak deretan masalah sosial
yang terjadi, seperti perkelahian pelajar, narkoba dan minuman keras, kecurangan
dalam ujian, korupsi, pornografi, dan berbagai tindakan tidak baik lainnya. Berbagai
permasalahan sosial tersebut terjadi sebagai bentuk lemahnya keterampilan sosial
dalam lingkup individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah, bahwa MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo adalah salah satu madrasah yang telah menerapkan
pembelajaran tematik dengan mengacu pada Kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran
2016/2017. Pembelajaran tematik dilaksanakan secara bertahap setiap tahun
pelajaran. Pada tahun pelajaran 2016/2017 kurikulum 2013 diterapkan di kelas I dan
IV, kemudian tahun pelajaran 2017/2018 untuk kelas I, II, IV, dan V. Dan pada tahun
pelajaran 2018/2019 pembelajaran tematik dengan mengacu pada Kurikulum 2013
sudah diterapkan pada semua kelas yaitu dari kelas satu sampai dengan kelas enam.6
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo, pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan
sudah mengarah pada tuntasnya kegiatan pembelajaran tematik dan mengarahkan
pada pengembangan keterampilan sosial peserta didik. Dalam proses pembelajaran
tematik di kelas terlihat kerjasama yang baik diantara peserta didik. Selain itu juga
tampak peserta didik mampu menyampaikan pendapatnya, mampu melibatkan diri

6. Hasil wawancara dengan Bapak Suryono,S.Pd.I Kepala MI Muhammadiyah Selo Kulon


Progo tanggal 8 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 115


Chafidhatul Ulum

dalam kelompok kerjanya serta berani mengajukan pertanyaan ketika ada hal yang
kurang dipahami oleh peserta didik.
Selain itu guru sudah memahami bagaimana cara menstimulus peserta didik agar
mau mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran sehingga dapat mendorong
peserta didik untuk berpikir dan mengungkapkan pendapatnya. Selain itu dalam
proses pembelajaran guru menggunakan berbagai metode yang bisa mengembangkan
keterampilan sosial peserta didik. Guru menggunakan strategi cooperatif learning
dalam proses pembelajaran supaya semua peserta didik dapat terlibat aktif setiap
proses pembelajaran.
Dari uraian di atas terlihat bahwa MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo
merupakan salah satu lembaga yang siap melaksanakan kebijakan Kurikulum
2013, dengan mengimplementasikan pembelajaran tematik untuk mengembangkan
keterampilan sosial peserta didik. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran pada sekolah/ madrasah dalam mengimplementasikan pembelajaran
tematik untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Oleh karena itu
peneliti terdorong untuk membuat penelitian tentang “Keterampilan Sosial Peserta
Didik Dalam Pembelajaran Tematik Di Kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo“. Peneliti beranggapan bahwa peserta didik kelas V MI berada pada tahap
operasional konkret yang membutuhkan pengalaman riil. Pendidikan pada usia ini
menjadi kesempatan yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan sosial
peserta didik sebagai bekal ketika dewasa nanti.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, seperti
perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain secara holisitik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.7 Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Subjek penelitian yang dipilih peneliti dengan menggunakan purposive sampling
yaitu kepala, guru kelas, dan peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo. Tahapan dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

7. Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2009), hlm. 26.

116 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Implementasi Pembelajaran Tematik
Inovasi pendidikan di bidang kurikulum diharapkan secara periodik dapat
dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan
membelajarkan materi kepada peserta didik. Pembelajaran yang dimaksud
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bersifat perbaikan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik. Mulai tahun pelajaran
2013/2014 implementasi Kurikulum 2013 dengan pendekatan pembelajaran
tematik mulai disosialisasikan oleh pemerintah bagi guru kelas I -VI oleh
pemerintah. Akan tetapi pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan pendekatan tematik
di MI belum bisa dilaksanakan sepenuhnya.
Implementasi Kurikulum 2013 dengan pendekatan tematik di MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo dilaksanakan secara bertahap dalam setiap
kelas. Hasil wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 8 Agustus 2018
yang mengatakan bahwa implementasi kurikulum 2013 di MI Muhammadiyah
Selo Kulon Progo sudah dimulai sejak tahun pelajaran 2016/2017 untuk kelas
I dan IV, tahun pelajaran 2017/2018 untuk kelas I,II dan IV,V,dan untuk tahun
pelajaran 2018/2019 sudah dilaksanakan semua kelas mulai dari kelas I sampai
VI.8
Selain itu kepala madrasah juga menyatakan bahwa dalam mengimplementasi-
kan Kurikulum 2013, MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo menggunakan
pendekatan tematik, tetapi untuk mata pelajaran Matematika dan Penjasorkes
kelas IV sampai dengan kelas VI berdiri sendiri tidak masuk dalam pembelajaran
tematik. Kepala madrasah juga menyatakan bahwa pembelajaran tematik
diterapkan di madrasah ini agar peserta didik memiliki sikap dan keterampilan
yang bagus.9
Selaras dengan kebijakan pemerintah Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016
tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa
prinsip pembelajaran tematik salah satunya yaitu peningkatan dan keseimbangan

8. Hasil wawancara dengan Bapak Suryono,S.Pd.I Kepala MI Muhammadiyah Selo Kulon


Progo tanggal 8 Agustus 2018.
9. Hasil wawancara dengan Bapak Suryono,S.Pd.I Kepala MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo tanggal 8 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 117


Chafidhatul Ulum

antara keterampilan fisikal (hardskill) dan keterampilan mental (softskill).10


Selain itu dalam Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Kurikulum 2013 juga menyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik terpadu, kecuali untuk mata
pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan sebagai
mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, VI.11
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan menerapkan
pembelajaran tematik dalam proses pembelajarannya. Meskipun hal ini dilakukan
secara bertahap, mulai tahun pelajaran 2016/2017. Dan pada tahun pelajaran
2018/2019 madrasah ini telah mengimplementasikan kurikulum 2013 secara
keseluruhan dari kelas I - VI. Proses implementasikan pembelajaran tematik
tersebut meliputi 3 tahapan, yaitu:
Pertama, tahap perencanaan pembelajaran tematik. Tahap perencanaan
dalam mengimplemetasikan pembelajaran tematik yang telah dilaksananakan
oleh guru kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo adalah mengambil tema
dari Kemendikbud RI, mengecek/ melihat Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), melakukan Pemetaan KI,KD,
membuat jaringan tema, menyusun silabus, dan merancang RPP. Meskipun
demikian ada dua bagian yang masih perlu disempurnakan diantaranya pada proses
menetapkan tema guru masih mengambil/ meniru tema yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tanpa ada upaya dari guru untuk
mengkreasikan. Dalam proses ini guru perlu mengkreasikan tema supaya bisa
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan peserta didik. Hal lain yang masih
perlu disempurnakan juga adalah proses mengecek SKL,KI, dan KD. Sementara
dalam proses ini guru harus menganalisis SKL,KI, dan KD, tidak hanya sekedar
mengecek apa yang sudah ada, sehingga guru bisa sepenuhnya mengetahui apa
saja yang harus dilakukan dalam pembelajaran supaya bisa memenuhi standar
kompetensi kelulusan secara maksimal.

10. Salinan Lampiran Peraturan Menetri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. hlm 2.
11. Salinan Lampiran Peraturan Menetri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pada Kurikulum
2013 Pendidikan Dasar dan Menengah, hlm. 3.

118 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

Kedua, tahap pelaksanaan pembelajaran tematik. Dalam tahap pelaksanaan


ini meliputi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan oleh guru kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo yaitu, mengucapkan salam, mengajak peserta
didik untuk berdoa bersama-sama, dan menanyakan kabar peserta didik pada hari
itu sebagai upaya untuk menyiapkan fisik dan psikis peserta didik. Selain itu guru
juga melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi hari itu dengan pengalaman
peserta didik, dan selalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru memiliki kemampuan untuk
membuka pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran tematik.
Sementara itu untuk kegiatan inti dalam pembelajaran tematik di kelas V
MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo. Dalam kegiatan pembelajaran tematik
di kelas guru menggunakan pendekatan saintifik yaitu, mengamati, menanya,
mencoba/ mengasosiasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Sementara itu dalam
kegiatan pembelajaran tematik tersebut guru memanfaatkan lingkungan sekitar
madrasah sebagai sarana pembelajaran. Strategi yang digunakan oleh guru adalah
cooperative learning sebagai upaya guru untuk mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik. Dan dalam pelaksanaan kegiatan penutup guru membuat
rangkuman dengan melibatkan peserta didik dengan bertanya kepada peserta didik
apa saja yang telah dipelajari hari itu, dan menyimpulkannya. Akan tetapi guru
tidak memberikan tindak lanjut kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Ketiga, tahap evaluasi pembelajaran tematik. Tahap evaluasi dilaksanakan
dengan menilai tiga aspek yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek
keterampilan. Penilain aspek sikap dilaksanakan guru dengan teknik observasi.
Sedangkan untuk aspek pengetahuan dilakukan dengan tes tertulis, lisan maupun
penugasan. Dan untuk aspek keterampilan dilakukan dengan praktik, portofolio,
dan produk.
Adapun dari implementasi pembelajaran tematik di atas dapat dinyatakan
bahwa kelebihan yang dimiliki oleh guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo adalah guru memiliki keterampilan dalam membuka dan menutup
pelajaran, keterampilan mengadakan variasi dengan menggunakan metode dan
media pembelajaran keterampilan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar, dan keterampilan untuk membimbing diskusi kelompok. Sedangkan
kelemahan guru yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran tidak semuanya dibuat

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 119


Chafidhatul Ulum

oleh guru itu sendiri sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran terkadang guru
tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, guru tidak selalu mendokumentasikan
hasil penilaiannya terhadap peserta didik terutama penilaian pada aspek sikap.
2. Keterampilan Sosial Peserta Didik
a. Keterampilan Bekerja Sama
Keterampilan bekerja sama sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat baik saat ini maupun masa depan. Hal ini karena keterampilan
bekerja sama sangat menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial seseorang
termasuk peserta didik dalam proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran.
Apalagi dalam proses pembelajaran tematik yang mengacu pada kurikulum
2013, kemampuan bekerja sama dari peserta didik sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan kompetensi sikapnya.
Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran
tematik yang dilaksanakan di kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo menunjukkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran tematik guru
selalu membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Selain itu juga
menunjukkan bahwa keterampilan bekerja sama diantara peserta didik sangat
baik. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran tematik berlangsung dan guru
meminta peserta didik untuk melaksanakan diskusi kelompok semua peserta
didik langsung berkumpul menurut kelompoknya masing-masing. Dalam
setiap kelompok tersebut terlihat setiap peserta didik mempunyai peran masing-
masing dalam kelompoknya.12
Saat observasi pembelajaran tanggal 7 Agustus 2018 Tema Udara Bersih
Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih Pembelajaran
ke-2 terlihat kegiatan diskusi kelompok yang semua anggota kelompoknya
aktif. Saat itu guru memberi tugas pada setiap kelompok untuk membuat
pertanyaan dengan kata tanya apa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa.
Dalam kelompoknya masing-masing terlihat peserta didik membagi tugas
siapa yang membuat pertanyaan dengan kata tanya apa, siapa yang membuat
pertanyaan dengan kata tanya di mana dan sebagainya. Karena satu kelompok

12. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik
Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih
Pembelajaran 3 di Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 8 Agustus 2018.

120 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

hanya terdiri dari 4 peserta didik sementara kata tanya yang dipakai untuk
membuat kalimat tanya yang ada 5 maka dalam kelompok itu sepakat untuk
yang 1 kata tanya dikerjakan bersama. Dalam setiap kelompok juga terlihat jika
ada peserta didik yang kesulitan dalam membuat kalimat tanya yang menjadi
bagiannya, peserta didik yang lain berusaha membantu.13
Kerja sama yang lain yang ditunjukkan oleh peserta didik saat proses
pembelajaran tematik berlangsung diantaranya adalah adanya pembagian
tugas dalam setiap kelompok. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
menunjukkan ketika guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok, setelah
peserta didik duduk bersama dengan kelompoknya mereka selalu membagi
tugas siapa yang menjadi sekretaris untuk menulis hasil diskusi kelompoknya.
Selain itu juga dibagi tugas siapa nanti yang bertugas untuk mewakili kelompok
membacakan hasil diskusinya.14 Jadi setiap anggota kelompok terlibat aktif
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kerja sama yang lain
yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam pembelajaran tematik adalah
mereka berdiskusi, bermusyawarah dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru.
Akan tetapi dalam kegiatan kelompok tersebut juga terlihat perilaku
“mendominasi” dari salah satu peserta didik. Hal ini ditunjukkan dari sikap
salah seorang peserta didik yang bernama Nadif Tian Ardiansyah yang selalu
menyuruh temannya untuk menuruti kemauannya. Terlihat ketika dalam
kelompok tersebut ada pembagian tugas dalam membuat kalimat tanya
dengan kata tanya apa, mengapa, di mana, bagaimana, kapan dan Nadif Tian
Ardiansyah mendapat bagian untuk membuat kalimat tanya dengan kata tanya
bagaimana Nadif Tian Ardiansyah langsung menyuruh Evan Nur Hidayanto
untuk mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.15

13. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik Tema
Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih Pembelajaran
ke-2 di Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 7 Agustus 2018;Dokumentasi RPP
Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih
Pembelajaran 2.
14. Ibid.
15. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik
Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih
Pembelajaran ke-2 di Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 7 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 121


Chafidhatul Ulum

Dari hasil observasi lain menunjukkan adanya interaksi antara guru dengan
peserta didik dan peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Hal
ini terlihat ketika proses pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah
Selo Kulon Progo antara guru dan peserta didik selalu berkomunikasi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan interaksi antar peserta
didik dalam setiap pembelajaran guru selalu meminta peserta didik untuk
berdiskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok tersebut dapat dilihat adanya
interaksi diantara peserta didik. Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Ketika sedang berdiskusi
terlihat peserta didik yang berperan sebagai sekretaris menulis setiap usulan yang
disampaikan oleh teman. Sementara teman yang lain mendengarkan usulan itu
dan kemudian mendiskusikannya bersama-sama. Hal ini menunjukkan adanya
sikap menghargai pendapat orang lain.16
Dari aktivitas diskusi kelompok juga diketahui bahwa adanya kontak
mata diantara peserta didik ketika sedang berbicara. Ketika ada teman
atau kelompok yang lain yang sedang presentasi di depan kelompok lain
menyimak apa yang menjadi hasil diskusinya. Saat guru memberikan tugas
untuk melakukan wawancara dengan nara sumber dalam hal ini warga yang
memproduksi gula jawa dan growol terlihat semua peserta didik antusias
dan memerankan tugasnya masing-masing secara bersama-sama. Ada yang
bertugas menulis hasil wawancara, dan ada yang bertugas bertanya kepada
nara sumber. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mampu melibatkan
diri dalam kelompoknya. Dari tugas wawancara tersebut tampak ketika peserta
didik mengajukan pertanyaan kepada nara sumber (pembuat gula jawa)
menatap mata nara sumbernya. Hal ini menunjukkan adanya kontak mata
dalam komunikasi mereka.17
Sementara itu dari hasil observasi yang lain menunjukkan bahwa peserta
didik di kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo mempunyai tingkat
toleransi yang tinggi. Hal ini terlihat dari aktivitas kelompok yang menunjukkan

16. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik
Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih
Pembelajaran 3 di Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 8 Agustus 2018;Dokumentasi
RPP Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih
Pembelajaran 3.
17. Ibid.

122 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

adanya toleransi dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas kelompoknya,


yaitu dengan memberi bantuan teman yang kesulitan dalam menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok tersebut. Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara
bersama salah satu peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo yang mengatakan bahwa sikap yang dilakukan oleh peserta didik ketika
melihat orang lain dalam kesulitan peserta didik itu membantu dan menolong
temannya.18 Dengan membantu dan menolong teman yang kesulitan tersebut
menunjukkan bahwa peserta didik memiliki rasa kepedulian sosial terhadap
peserta didik yang lain.
Hasil observasi keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran
di kelas V tanggal 14 Agustus 2018 menunjukkan bahwa saat pembelajaran
berlangsung tiba-tiba ada salah seorang peserta didik yang bernama Hafidz
Iskandar Firmansyah berkata “ Eh, gambarnya kayak bapaknya Evan ya?”.
Karena kebetulan gambar yang ada pada Buku Siswa tersebut memiliki
kemiripan dengan ayah dari peserta didik yang diejek tersebut. Mendengar
hal tersebut Evan langsung menangis karena memang di kelas itu Evan
terkenal anak yang “cengeng”. Dengan reaksi Evan yang menangis tadi tidak
membuat Hafidz berhenti untuk mengejeknya justru Hafidz semakin semangat
untuk mengejek Evan lagi dengan berkata “Halah, kayak gitu aja nangis!huh,
cengeng!”. Melihat hal tersebut guru langsung menasehati Hafidz untuk
segera minta maaf dan tidak boleh mengulanginya lagi.19 Peristiwa tersebut
menunjukkan bahwa ada perilaku “menggoda” dari salah satu peserta didik
dengan mengejek temannya.
Senada dengan yang dijelaskan oleh Daniel Goleman bahwa setiap individu
mempunyai pembawaan yang integral, seperti kerja sama, empati, dan sifat
mementingkan kepentingan orang lain.20 Sementara itu Eggen dan Kauchack
dalam Trianto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi

18. Hasil wawancara dengan Hafidz Iskandar Firmansyah Peserta Didik Kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo 18 Agustus 2018.
19. “Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 14 Agustus 2018.
20. Muhaimin Akhmad Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak (Yogyakarta:
Katahati, 2014), hlm. 43-44.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 123


Chafidhatul Ulum

untuk mencapai tujuan bersama.21 Adapun tujuan pembelajaran kooperatif


mencakup tiga hal, yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.22 Selain itu dengan belajar
kooperatif akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang
cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.23
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bekerja
sama peserta didik dalam pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah
Selo Kulon Progo meliputi adanya diskusi untuk menyelesaikan masalah,
pembagian tugas dalam kelompok, kemampuan peserta didik dalam melibatkan
diri dalam kelompok, menghargai pendapat teman, membantu teman yang
kesulitan, memperhatikan teman yang sedang berbicara, dan adanya kontak
mata saat berbicara dengan orang lain. Akan tetapi dalam aktivitas kelompok
tersebut juga ada sikap “mendominasi/ berkuasa” dari salah seorang peserta
didik, dan juga perilaku “menggoda” dengan mengejek temannya.
b. Keterampilan Mengontrol Diri
Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan ini
banyak diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol diri.
Kemampuan untuk mengontrol diri merupakan salah satu bentuk kecerdasan
moral. Kontrol diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan
dirinya sendiri agar tidak merugikan orang lain. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran di kelas kontrol diri atau pengendalian diri sangat diperlukan
baik oleh guru maupun peserta didik. Karena dengan pengendalian diri yang
baik akan menciptakan suasana kondusif dalam suatu proses pembelajaran.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap keterampilan sosial
peserta didik dalam pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah
Selo Kulon Progo menunjukkan peserta didik bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat saat observasi
pada tanggal 15 Agustus 2018, ketika guru meminta salah satu peserta didik
untuk memimpin musyawarah di kelas sebagai salah satu tugas yang diberikan
guru. Saat itu guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin jalannya

21. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Prenada Media


Group, 2011), hlm. 58.
22. Ibid., hlm. 59.
23. Ibid., hlm. 56.

124 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

musyawarah tentang cara menjaga kebersihan lingkungan kelas tanpa menunjuk


salah satu nama peserta didik.
Saat itu terlihat kelas menjadi hening beberapa menit karena tidak ada
satupun peserta didik yang maju untuk memimpin musyawarah. Peserta didik
hanya saling pandang. Setelah guru menyampaikan kembali “ayo siapa yang
mau memimpin musyawarah?”, Hafidz kemudian berdiri dan maju di depan
kelas melaksanakan tugas dari guru untuk memimpin jalannya musyawarah
hari itu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tanggung jawab dari peserta didik
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.24 Hal ini juga dipertegas
dengan hasil wawancara dengan Hafidz Iskandar Firmansyah peserta didik
kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo yang menyatakan bahwa ketika
peserta didik tersebut diberi tugas langsung dikerjakannya.25
Selain itu dari hasil observasi juga menunjukkan bahwa sebagian besar
peserta didik mematuhi aturan yang telah dibuat oleh guru. Salah satu aturan
yang dibuat oleh guru yaitu semua peserta didik harus mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru baik di madrasah atau di rumah. Setiap dilakukan observasi
oleh peneliti semua peserta didik antusias mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru, akan tetapi ketika ada tugas yang harus dikerjakan di rumah ada
beberapa peserta didik yang tidak mengerjakan tugas tersebut.
Sementara itu dari hasil observasi yang lain yang berkaitan dengan
keterampilan mengontrol diri menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
didik tidak bisa mengatur waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru. Terbukti ketika guru memberikan tugas dan harus diselesaikan
dalam tenggang waktu tertentu, lima dari delapan peserta didik tidak bisa
menyelesaikan tugas tepat waktu. Dengan kata lain hanya ada tiga peserta
didik yang mampu menyelesaikan tugas sesuai waktu yang telah ditetapkan
oleh guru.
Senada dengan yang dijelaskan oleh Golfried dan Merbaum bahwa kontrol
diri adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur,
dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah
konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu

24. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo tanggal 15 Agustus 2018.
25. Hasil wawancara dengan Hafidz Iskandar Firmansyah Peserta Didik Kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo 18 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 125


Chafidhatul Ulum

yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah


disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.26
Selain itu John Jarolimek juga menyatakan bahwa Learning self-control and
self direction meliputi mematuhi peraturan, tanggung jawab, dan tepat waktu.27
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengontrol
diri peserta didik dalam pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah
Selo Kulon Progo meliputi mematuhi peraturan yang dibuat guru, tanggung
jawab, dan tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam aspek kepatuhan
terhadap aturan dan kedisiplinan waktu dalam menyelesaikan tugas, masih ada
beberapa peserta didik yang perlu bimbingan, karena ada empat dari delapan
peserta didik sering kehabisan waktu dalam menyelesaikan tugas. Oleh karena
itu guru perlu lebih memaksimalkan usahanya untuk melatih kedisplinan dan
kepatuhan peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Keterampilan Berbagi Pikiran dan Pengalaman dengan Orang Lain
Kunci utama dalam sebuah interaksi adalah adanya komunikasi. Banyak
hal yang terjadi dalam interaksi tersebut. Dalam sebuah pembelajaran misalnya
mereka saling berbagi cerita, saling bertukar pikiran, pengalaman, saling
mengekspresikan dan juga saling bertukar pendapat. Setiap orang pasti punya
pengalaman hidup yang berharga. Baik itu pengalaman yang menyenangkan
ataupun pengalaman yang menyedihkan. Dengan berbagi pengalaman kepada
orang lain pikiran kita akan menjadi terbuka.
Dari hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 6 Agustus
2018 menunjukkan bahwa keterampilan berbagi pikiran dan pengalaman
peserta didik dalam pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah
Selo cukup baik. Hal ini terbukti ketika proses pembelajaran tematik di kelas
guru meminta beberapa peserta didik untuk menceritakan apa yang mereka
amati didepan kelas. Dengan antusias peserta didik maju di depan kelas dan
menceritakan hasil pengamatannya.28

26. M. Nur dan Rini, Teori-Teori Psikologi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 22.
27. Enok Maryani, “Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Siswa,” Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 1, April 2019, hlm. 13.
28. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 6 Agustus 2018.

126 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

Selain itu dari hasil observasi yang sama juga menunjukkan bahwa peserta
didik berani menyampaikan pendapatnya. Bukti dari pernyataan tersebut adalah
ketika guru meminta peserta didik menyampaikan hasil diskusi kelompoknya,
semua peserta didik bersedia menjadi wakil dari kelompoknya masing-masing
untuk menyampaikan pendapatnya. Ketika guru meminta wakil dari masing-
masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya terlihat ada salah satu
peserta didik yang berani mengkritik atau menyanggah hasil diskusi kelompok
lain.29 Dari hal itu menunjukkan bahwa peserta didik berani menyampaikan
pendapatnya.
Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara dengan Rahsti Cahya
Ramadhani peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo
yang menunjukkan keterampilan sosial peserta didik aspek keberanian dalam
mengajukan pertanyaan menunjukkan adanya keberanian dari peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan kepada orang lain atas apa yang mereka belum
pahami.30
Pernyataan tersebut di atas terbukti dari hasil observasi yang menunjukkan
bahwa peserta didik berani mengajukan pertanyaan kepada orang lain. Ketika
guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk wawancara kepada
narasumber dalam hal ini warga sekitar madrasah tentang kegiatan ekonomi
masyarakat, dengan semangat peserta didik segera melaksanakan tugas
tersebut. Secara bergantian dalam kelompoknya setiap peserta didik bertanya
tentang apa yang ingin mereka ketahui sesuai dengan apa yang telah ada dalam
daftar pertanyaan mereka.31 Dalam mengajukan pertanyaan kepada narasumber
dilakukan dengan tegas tanpa ada rasa ragu-ragu dari peserta didik.
Sementara itu keterampilan sosial peserta didik jika dilihat dari aspek
mengklarifikasi jawaban dari hasil observasi saat pembelajaran tematik
menunjukkan bahwa hanya ada beberapa peserta didik yang mau dan berani
mengklarifikasi atau menawarkan untuk menjelaskan tentang permasalahan

29. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 7 Agustus 2018.
30. Hasil wawancara dengan Rahsti Cahya Ramadhani peserta didik kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo pada tanggal 18 Agustus 2018.
31. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo tanggal 8 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 127


Chafidhatul Ulum

yang mereka hadapi. Dari beberapa kali observasi peneliti hanya melihat satu
peserta didik yang berani atau mau mengklarifikasi pendapat atau jawabannya.32
Selaras dengan yang dijelaskan oleh John Jarolimek bahwa keterampilan
sosial aspek sharing ideas an experience with others meliputi berani
menyampaikan pendapat, berani mengajukan pertanyaan, dan menawarkan
untuk menjelaskan atau mengklarifikasi.33 Sementara itu menurut Gresham,
Sugai, dan Horner bahwa akademic skills meliputi mencermati pemahaman
orang dan mengajukan pertanyaan yang sesuai, menjaga keterangan dengan
jarak yang tepat, dan meminta arahan atau bantuan. Untuk assertion skills
meliputi mencermati pemahaman seseorang dan mengajukan pertanyaan,
menawarkan untuk menjelaskan atau mengklarifikasi.34
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan keterampilan sosial
peserta didik meliputi adanya keterlibatan peserta didik dalam kelompok,
menghargai pendapat teman, menawarkan bantuan kepada orang lain,
memperhatikan teman yang berbicara, dan adanya kontak mata saat berbicara.
Selain itu juga adanya tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, mematuhi
peraturan yang ada, berani menyampaikan pendapat dan berani mengajukan
pertanyaan kepada orang lain. Sedangkan kelemahan keterampilan sosial peserta
didik diantaranya adalah adanya sikap “mendominasi” dalam kelompok, dan
sikap “menggoda” teman yang lain serta kemampuan dalam mengatur waktu.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan antara
keterampilan sosial peserta didik dengan keterampilan guru dalam mengajar.
Ketika perencanakan pembelajaran belum sepenuhnya dirancang sendiri oleh
guru, tujuan yang dirumuskan dalam pemilihan model pembelajaran yang
ditentukan belum semuanya mengarah pada pengembangan keterampilan
sosial peserta didik. Ketika pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru
mengarah pada student center hal itu dapat mengembangkan keterampilan sosial
peserta didik dengan menggunakan strategi pembelajaran cooperatif learning.
Penilaian hasil pembelajaran peserta didik yang belum didokumentasikan

32. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 7 Agustus 2018.
33. Enok Maryani, “Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Siswa,” Jurnal Penelitian. Vol. 9, No. 1, April 2019, hlm 13.
34. Smith dan Bremer, “Teaching Social Skill,” International Center on Secondary Education
and Transition Information Brief, Vol. 3, No. 5, Oktober 2004, hlm. 1.

128 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

secara keseluruhan mengakibatkan guru tidak bisa mengetahui perkembangan


keterampilan sosial peserta didik secara terperinci dan jelas.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Keterampilan Sosial
Peserta Didik
a. Faktor Pendukung
Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh beberapa
faktor. Faktor yang menjadi penentu keberhasilan suatu proses pembelajaran
diantaranya adalah guru, peserta didik, dan lingkungan. Dari faktor-
faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil yang dicapai dari sebuah proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo diketahui bahwa guru tersebut mulai mengajar sejak tahun
1999.35 Itu berarti guru kelas V di MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo telah
berpengalaman dalam mengajar. Sembilan belas tahun adalah waktu yang
cukup lama untuk bisa mengetahui dan memahami karakteristik peserta didik.
Sehingga bisa dipastikan dengan bekal pengalaman yang cukup lama tersebut
guru mempunyai kemampuan yang cukup dalam mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik. Selain itu dari hasil wawancara juga diketahui bahwa guru
kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo merupakan lulusan S-1 PGMI
di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.36 Hal tersebut menunjukkan bahwa ijazah
yang dimiliki oleh guru kelas V sudah linier dengan tugasnya sebagai guru
kelas, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan maksimal. Sebagian
besar guru-guru di MI berijazah PAI sementara mereka harus melaksanakan
tugas sebagai guru kelas. Hal itu menyebabkan mereka kurang menguasai
dengan apa yang mereka ajarkan.
Dari hasil dokumentasi dan wawancara yang lain juga diketahui bahwa
guru kelas V MI Muhammadiyah Selo telah bersertifikat pendidik sejak 2010.37
Dengan kata lain guru tersebut sudah profesional. Sementara itu dalam rangka
mengimplementasikan Kurikulum 2013 semua guru di madrasah ibtidaiyah

35. Hasil wawancara dengan Ibu Puji Astuti,S.Pd.I guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo tanggal 16 Agustus 2018.
36. Ibid.; Dokumentasi Ijazah Terakhir Guru Kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo
tanggal 16 Agustus 2018.
37. Ibid.; Dokumentasi Sertifikat Pendidik Guru Kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo tanggal 16 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 129


Chafidhatul Ulum

se-Kulon Progo telah mendapatkan bimbingan teknis tentang implementasi


pembelajaran tematik kurikulum 2013 pada tahun 2014 yang lalu.38 Sementara
itu dari hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik di Kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal
ini ditunjukkan dari antusiaisme peserta didik dalam mengikuti pelajaran di
kelas. Terlihat keseriusan peserta didik dalam belajar dan menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru.39
Selain dari dua faktor tersebut lingkungan juga sangat berpengaruh
dalam pengembangan keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran.
Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara dengan dengan guru kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo yang menyatakan bahwa lingkungan
madrasah mendukung untuk mengembangkan keterampilan peserta didik
dalam proses pembelajaran.40 Dari hasil observasi juga menunjukkan bahwa
lingkungan MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo kondusif untuk proses
pembelajaran.41
Senada dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 bab VI pasal 29 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
menyatakan bahwa pendidik pada SD/MI , atau bentuk lain yang sederajat
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1); latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/
MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan sertifikat profesi guru untuk SD/
MI.42
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan
keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran tematik di kelas V MI
Muhammadiyah Selo Kulon Progo yang menjadi faktor pendukung diantaranya
adalah guru, peserta didik, dan lingkungan. Dari faktor guru yaitu kualifikasi
sudah terpenuhi dan revelan dengan tugas, berpengalaman dalam mengajar,

38. Hasil wawancara dengan Ibu Puji Astuti,S.Pd.I guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo tanggal 16 Agustus 2018.
39. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik
Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan Sub Tema Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih
Pembelajaran 3 di Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 8 Agustus 2018.
40. Hasil wawancara dengan Ibu Puji Astuti,S.Pd.I guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo tanggal 16 Agustus 2018.
41. Hasil Observasi Lokasi MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo tanggal 21 Agustus 2018.
42. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasioanal Pendidikan.

130 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

dan professional. Sementara dari faktor peserta didik dan lingkungan adalah
adanya motivasi belajar yang tinggi, dan lingkungan yang kondusif.
b. Faktor Penghambat
Selain faktor-faktor pendukung yang telah diuraikan di atas, tentunya
ada juga faktor-faktor yang menghambat atau menghalangi pengembangan
keterampilan peserta didik dalam pembelajaran tematik. Adapun yang menjadi
faktor penghambat dalam pengembangan keterampilan peserta didik dalam
pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo akan
diuraikan dibawah ini.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo menunjukkan hambatan atau kendala yang dihadapi dalam
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran
tematik. adalah kurangnya sarana prasarana atau media pembelajaran yang
mendukung, salah satu contohnya ketika saya membutuhkan proyektor untuk
memutarkan video pembelajaran bagi anak-anak harus bergantian dengan guru
yang lain karena madrasah hanya memiliki satu LCD. Selain itu juga distribusi
sumber belajar yang agak lamban, dan adanya revisi Buku Guru dan Buku
Siswa setiap tahun”.43
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 Bab XII Pasal 45 tentang Sarana dan Prasana Pendidikan berbunyi
setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.44
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor
penghambat dalam mengembangkan keterampilan peserta didik dalam
pembelajaran tematik di kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo adalah
kurangnya sarana prasana yang mendukung bagi terlaksananya pengembangan
keterampilan sosial peserta didik. Salah satu contohnya adalah kurangnya media
pembelajaran proyektor yang dapat menunjang proses pembelajaran. Faktor

43. Hasil wawancara dengan Ibu Puji Astuti,S.Pd.I guru kelas V MI Muhammadiyah Selo
Kulon Progo tanggal 9 Agustus 2018.
44. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab XII Pasal 45
tentang Sarana dan Prasana Pendidikan.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 131


Chafidhatul Ulum

penghambat yang lain adalah distribusi sumber belajar yang agak lambat, dan
adanya revisi Buku Guru dan Buku Siswa setiap tahun.
4. Dampak Pengembangan Keterampilan Sosial Peserta Didik
Keterampilan sosial merupakan modal utama seseorang untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dengan memiliki keterampilan
sosial yang baik, seseorang akan mampu berinteraksi dengan keluarga, teman, dan
lingkungan sosialnya. Oleh karena itu keterampilan sosial memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan seseorang. Karena dengan keterampilan sosial
yang baik seseorang dapat berperan dan membawa dirinya dalam lingkungan
kehidupan sosial mereka.
Dampak dari pengembangan keterampilan sosial yang dilaksanakan di
MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo muncul dalam sikap peserta didik yang
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
Pertama, disiplin. Pada dasarnya manusia hidup di dunia memerlukan suatu
norma aturan sebagai pedoman dan arahan untuk jalan kehidupan, demikian pula
di madrasah perlu adanya tata tertib untuk berlangsungnya proses belajar yang
tinggi maka dia harus mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi. Oleh karena
itu seorang peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di madrasah tidak akan
lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di madrasahnya.
Sikap disiplin peserta didik sebagai dampak pengembangan keterampilan
sosial di MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo di antaranya adalah disiplin
dalam berpakaian, disiplin waktu, dan disiplin dalam belajar. Dari hasil observasi
menunjukkan bahwa semua peserta didik berpakaian seragam sesuai jadwal
pemakaiannya. Tidak ada satu pun peserta didik yang memakai seragam tidak
sesuai jadwal. Sikap disiplin lain yang ditunjukkan oleh peserta didik adalah
disiplin waktu. Semua peserta didik kelas V datang ke madrasah tepat waktu.
Sebelum pukul 07.00 WIB mereka sudah berada di madrasah.45 Adapun yang
dilakukan guru melatih sikap disiplin ini adalah dengan membuat daftar urutan
kedatangan peserta didik. Dan bagi peserta didik yang datang urutan nomor 1
mendapatkan tambahan bintang dari guru.
Kedua, tanggung jawab. Setiap peserta didik harus menanamkan rasa
tanggung jawab pada diri masing-masing. Wujud dari bentuk sikap tanggung

45. Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo tanggal 8
Agustus 2018.

132 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

jawab peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo berdasarkan


hasil observasi yang dilaksanakan peneliti diantaranya yaitu setiap peserta didik
melaksanakan jadwal piket untuk membersihkan kelas. Hal ini terlihat dari adanya
pembagian tugas dalam piket tersebut, ada yang bertugas menyapu lantai dan ada
yang bertugas menghapus papan tulis.
Selain itu peserta didik juga mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
saat proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan tugas untuk
dikerjakan, peserta didik langsung mengerjakannya. Bentuk tanggung jawab yang
lain yang dilaksanakan oleh peserta didik sebagai damapak dari pengembangan
keterampilan sosial adalah selalu mengikuti upacara bendera yang dilaksanakan di
madrasah.46 Saat upacara berlangsung tidak ada satupun peserta didik yang tidak
mengikuti upacara, semua peserta didik mengikuti upacara bendera di halaman
madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan sosial
memberikan kontribusi positif terhadap pelaksanaan tanggung jawab peserta
didik di MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo.
Ketiga, peduli terhadap teman. Sebagai manusia kita harus peduli terhadap
sesama manusia karena selain makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk
sosial yang memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan
membangun kepedulian terhadap orang lain kita bisa memiliki kemampuan untuk
berempati kepada orang lain, turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti tanggal 8 Agustus 2018
menunjukkan bahwa peserta didik memiliki sikap peduli terhadap teman. Hal ini
terbukti dari sikap peserta didik ketika ada salah satu teman di kelasnya yang
selama 3 hari tidak masuk sekolah karena sakit, mereka kemudian mengambil
sikap mengumpulkan dana untuk menjenguk temannya tersebut.47 Selain hal itu
sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik sebagai bentuk kepedulian terhadap
teman adalah dengan memberikan pinjaman pensil dan penggaris saat proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan ada salah satu peserta didik yang
tidak membawa penggaris, sementara saat pelaksanaan pembelajaran tersebut
membutuhkan penggaris.

46. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di
Kelas V MI Muhammadiyah Selo tanggal 6 Agustus 2018.
47. Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik MI Muhammadiyah Selo Kulon Progo tanggal
30 Agustus 2018.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 133


Chafidhatul Ulum

D. SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran
tematik di kelas V dilaksanakan dengan melalui tiga tahapan yaitu: pertama, tahap
perencanaan yang meliputi mengambil tema dari Kemendikbud RI, mengecek/
melihat Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi
Dasar (KD), melakukan Pemetaan KI,KD, membuat jaringan tema, menyusun silabus,
dan merancang RPP. Kedua, tahap pelaksanaan meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan ketiga, tahap evaluasi yang meliputi penilain
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.
Keterampilan sosial peserta didik di kelas V MI Muhammadiyah Selo Kulon
Progo yang sudah ditumbuhkan yaitu: pertama keterampilan bekerja sama dengan
orang lain meliputi keterlibatan peserta didik dalam kelompok, menghargai pendapat
teman, menawarkan bantuan kepada orang lain, memperhatikan teman yang
berbicara, dan adanya kontak mata saat berbicara. Kedua, keterampilan mengontrol
diri meliputi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan mematuhi peraturan
yang ada. Ketiga, keterampilan berbagi pikiran dan pengalaman dengan orang lain
meliputi berani menyampaikan pendapat dan berani mengajukan pertanyaan kepada
orang lain.
Faktor pendukung dalam pengembangan keterampilan sosial peserta didik dalam
pembelajaran kelas V adalah guru, peserta didik, dan lingkungan. Faktor guru meliputi
kualifikasi S1 yang revelan dengan tugasnya, berpengalaman dalam mengajar, dan
profesional. Faktor pendukung dari peserta didik dan lingkungan yaitu motivasi
belajar yang tinggi, dan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran. Faktor
penghambatnya yaitu kurangnya sarana prasana yang mendukung bagi terlaksananya
pengembangan keterampilan sosial peserta didik, distribusi sumber belajar yang
terlambat, dan masih adanya revisi sumber belajar dalam setiap tahunnya. Dampak
dari pengembangan keterampilan sosial peserta didik diantaranya adalah munculnya
sikap disiplin, tanggung jawab, dan peduli terhadap teman dari peserta didik.
Agar pelaksanaan pengembangan keterampilan sosial peserta didik dapat berjalan
dengan maksimal sebaiknya guru lebih kreatif dalam merencanakan dan melaksanaan
kegiatan pembelajaran. Selain itu kepala madrasah hendaknya terus melakukan
pembinaan, pengawasan, dan evaluasi bagi guru dalam mengelola pembelajaran
dengan cara mengadakan pertemuan rutin dengan guru untuk membahas pelaksanaan
pembelajaran di kelas.

134 AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018


Keterampilan Sosial Peserta Didik dalam Pembelajaran Tematik di Kelas V

E. DAFTAR PUSTAKA
Azzet, Muhaimin Akhmad. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak.
Yogyakarta: Katahati, 2014.
Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Maryani, Enok. “Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Siswa.” Jurnal Penelitian 9, no. 1 (April 2019).
Nur, M, dan Rini. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Peraturan Menetri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016.
Peraturan Menetri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pada Kurikulum 2013
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016.
Rosalina, Rossi, Marzuki, dan Mastar Asran. “Aplikasi Pembelajaran Tematik dalam
Pengembangan Keterampilan Sosial dan Manajemen Perilaku Diri di Kelas
I.” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 4, no. 8 (Agustus 2015). http://
jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/11110/10559.
Smith, dan Bremer. “Teaching Social Skill.” International Center on Secondary
Education and Transition Information Brief 3, no. 5 (2004).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
2005.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media
Group, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
2005.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab XII Pasal
45 tentang Sarana dan Prasana Pendidikan, 2003.
Utomo, Hardi. “Kontribusi soft skill dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan.”
Jurnal Among Makarti 3, no. 5 (2010).
Zamroni. Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi menuju Era
Globalisasi). Jakarta: PSAP, 2007.

AL-BIDAYAH, Volume 10, Nomor 02, Desember 2018 135

Anda mungkin juga menyukai