Abstrak
Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup
secara layak dalam kehidupannya. Dengan demikian melalui pendidikan
siswa diharapkan dapat mengembangkan setiap ranah dalam hasil belajar.
Tiga ranah hasil belajar, diantaranya ranah pengetahuan (kognitif), ranah
keterampilan (psikomotor) dan ranah nilai-nilai agama dan moral (afektif).
Ranah-ranah tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam suatu hasil dari
proses belajar. Ketiga ranah dari hasil belajar tersebut sudah seharusnya
menjadi perhatian para pendidik disetiap jenjang pendidikan baik dari
tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas bahkan ditingkat Universitas. Namun, kecenderungan yang terlihat
dari tiap-tiap jenjang pendidikan tersebut bahwa pendidik hanya menilai
hasil belajar ataupun prestasi belajar hanya dari ranah kognitif
(pengetahuan) dan ranah keterampilan (psikomotor) saja, sedangkan ranah
sikap (afektif) sedikit dibelakangi. Hal ini memberikan dampak bagi para
lulusan dari jenjang pendidikan hanya menguasai teori, sedangkan dalam
hal bersikap didalam masyarakat masih sangat lemah. Mereka tidak dapat
memposisikan diri sebagai mana yang diminta dari norma-norma didalam
masyarakat yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak
anak-anak bangsa. Oleh karena itu ranah afektif sudah sangat perlu
menjadi pusat perhatian didalam suatu proses pendidikan.
Abstract
Education is an effort to foster the development of students as individual
beings and social beings, so that students can live properly in their lives.
Thus through education students are expected to be able to develop every
domain in learning outcomes. Three domains of learning outcomes,
including the domain of knowledge (cognitive), the domain of skills
(psychomotor) and the realm of religious and moral values (affective).
These domains can be used as benchmarks in a result of the learning
process. These three domains of learning outcomes should be of concern to
A. PENDAHULUAN
Sebagai mana kita pahami bersama, manusia sebagai makhluk sosial
selalu melakukan interaksi dengan orang lain. Namun, dalam interaksi
tersebut juga perlu suatu kemampuan yang harus dimiliki agar interaksi
yang tercipta senantiasa kondusif. Dalam mengembangkan kemampuan
tersebut, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup
secara layak dalam kehidupannya. Dengan demikian melalui pendidikan
siswa diharapkan dapat mengembangkan setiap ranah dalam hasil belajar.
Tiga ranah hasil belajar, diantaranya ranah pengetahuan (kognitif), ranah
keterampilan (psikomotor) dan ranah nilai-nilai agama dan moral (afektif).
Ranah-ranah tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam suatu hasil dari
proses belajar.
Ketiga ranah dari hasil belajar tersebut sudah seharusnya menjadi
perhatian para pendidik disetiap jenjang pendidikan baik dari tingkat
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas
bahkan ditingkat Universitas. Namun, kecenderungan yang terlihat dari
tiap-tiap jenjang pendidikan tersebut bahwa pendidik hanya menilai hasil
belajar ataupun prestasi belajar hanya dari ranah kognitif (pengetahuan) dan
ranah keterampilan (psikomotor) saja, sedangkan ranah sikap (afektif)
B. PEMBAHASAN
1. Konsep Belajar
Belajar merupakan suatu hal sering kita dengar bahkan kita lakukan.
Namun, dalam hal ini tidak semua orang paham akan makna dari belajar itu
sendiri. Belajar merupakan suatu proses interaksi seseorang dengan
lingkungan sehingga mengalami perubahan tingkah laku dari diri seseorang
tersebut. Andi (2013:54) mendefinisikan belajar adalah suatu proses tidak
terlihat yang dilakukan dalam mental seseorang dalam interaksinya dengan
lingkungan sekitar, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, baik
perubahan pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor yang bersifat
positif. Perubahan positif yang dimaksud adalah suatu hasil dari proses
belajar itu sendiri yang memberikan atau memuculkan hal-hal yang dapat
berguna baik bagi diri individu itu sendiri bahkan bagi orang lain.
Berkenaan dengan definisi belajar, Gagne memberikan dua definisi
dalam Slameto (2010:13), menyatakan bahwa : (1) belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku; (2) belajar adalah pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Gagne mengungkapkan pula
bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5
kategori dalam Slameto (2010:14), yang disebut “The domains of learning”
yaitu:
a. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam mengembangkan keterampilan motorik yang sangat
diperlukan adalah koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya
melempar bola, main tenis, menulis, dan sebagainya.
2. Teori-Teori Belajar
Dalam memahami konsep belajar terdapat beberapa teori yang
menjelaskan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dapat menunjang
hasil dari belajar itu sendiri. Berikut adalah beberapa kelompok teori yang
memberikan pendangan khusus tentang belajar, yaitu:
a) Behaviorisme
Dapat dipahami dalam teori behaviorisme meyakinkan bahwa
manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian didalam
Dari gambar diatas, dapat kita pahami bersama suatu hasil belajar
harus dimulai dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah terlebih
dahulu barulah kemudian meningkat ke kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi.
2) Ranah Psikomotor.
Dalam ranah psikomotor, ada lima (5) perilaku belajar,
diantarnya:
a) Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu.
b) Partisipasi, mencakup kesediaan atau memiliki rasa partisipasi dalam
suatu kegiatan tertentu.
c) Penilaian, mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai dan
dapat menentukan sikap.
d) Organisasi, mencakup kemampuan suatu sistem nilai sebagai pedoman
hidup.
Dari gambar 3.2 dapat kita pahami bahwa peserta didik yang belajar
akan memberikan suatu kepekaan terhadap hal-hal yang dapat dihayati
nilai-nilainya sehingga nilai tersebut dapat dijadikan sebagai suatu
pegangan hidup.
c. Proses Remedial
Kegiatan lanjutan yang dikenal dengan proses remedial tidak hanya
dilihat dari hasil ranah kognitif atau psikomotor. Ranah afektif juga dapat
dijadikan suatu pedoman oleh pendidik dalam melakukan suatu proses
remedial terhadap para peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa dalam
mengembangkan ranah afektif didalam suatu proses belajar bisa dimulai
dari interaksi proses bahkan pada proses penilaian peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
B. Uno, Hamzah. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta:
Bumi Aksara