Anda di halaman 1dari 7

PERAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KESIAPAN

SISWA KELAS XII IPA-3 SMA IT IHSANUL FIKRI MUNGKID MAGELANG


DALAM MELANJUTKAN PENDIDIKAN TINGKAT PERGURUAN TINGGI

Norma Salsabila Rahma Sari


UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Bandung, 21 Desember 2022

ABSTRAK

Siswa lulusan SMA IT Ihsanul Fikri kerap kali melanjutkan


pendidikan di tingkat perguruan tinggi bergengsi melalui jalur
SNMPTN, hal ini menjadi salah satu perhatian pihak eksternal dan
tentu sangat memotivasi para siswakelas XII yang akan segera
melanjutkan pendidikannya. Dengan penelitian deskriptif pendekatan
secara kualitatif terhadap sepuluh siswa yang diambil secara acak
dengan metode simple random sampling, diketahui sebelum siswa
memantapkan pilihannya untuk perguruan tinggi yang dituju terdapat
beberapa bimbingan yang dilalui para siswa, seperti pengenalan
terhadap kemampuan diri, minat dan bakat akan suatu hal agar setiap
siswa mampu melihat kekuatan maupun kelemahan yang ada pada
dirinya. Kemudian siswa juga diberikan wadah untuk mencurahkan
hambatan yang dialaminya baik secara eksternal maupun internal
dalam dirinya sehingga mampu bertindak dan tampil percaya diri
dalam menghadapi permasalahan. Dengan begitu siswa akan merasa
terbantu dan mampu berkonsentrasi dalam pembelajaran sehingga
nilai yang didapat pun memuaskan. Para siswa yang didaftarkan
mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) kemudian mendapatkan bimbingan kembali untuk
memantapkan pilihan terhadap perguruan tinggi yang diambil.
Sebelum melakukan konsultasi dengan para siswa, guru bimbingan
konseling melakukan survey terlebih dahulu mengenai potensi nilai
siswa untuk dapat diterima di perguruan tinggi terkait. Ketika nilai

1
siswa tersebut dirasa kurang memungkinkan untuk masuk dari grade
perguruan tinggi maka guru akan menyarankan siswa pada jurusan
senada di perguruan tinggi berbeda yang memiliki potensi besar bagi
siswa untuk dapat masuk. Setelah melalui berbagai bimbingan,
sebagian besar siswa pun mendapatkan perguruan tinggi yang
diharapkan dan hal tersebut juga tidak luput dari usaha dan doa yang
mengiringi para siswa.

Kata Kunci : Perguruan Tinggi, Bimbingan, Minat dan Bakat, Doa


dan Usaha.

Pendahuluan

SMA adalah sekolah menengah atas yang fokus mempersiapkan siswa untuk
studi lanjut melalui peminatan. (Depdiknas, 2009). Wujud dari peminatan yang utama
meliputi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Sosial (IPS) dan Bahasa yang diterapkan
pada siswa mulai kelas X SMA. Program peminatan ini menjadi upaya strategis untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar mampu menyalurkan bakat, minat dan
keterampilannya. Oleh karena itu sekolah sangat membutuhkan peran guru sebagai
konselor atau khususnya guru bimbingan konseling (BK) yang harus bisa mengarahkan
para siswa ke arah yang benar. Upaya yang harus dilakukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam pemilihan jurusan tertentu pada siswa SMA, antara lain mengukur dan
mengevaluasi keefektifan perencanaan jurusan, keefektifan penyampaian studi jurusan,
keberhasilan siswa dalam program peminatan, dan keterbatasan yang ditemui di jurusan.

Adapun SMA IT Ihsanul Fikri, salah satu sekolah menengah atas formal
lanjutan yang menawarkan pendidikan tiga tahun sesuai dengan kurikulum nasional
yang diperkaya dengan nilai-nilai Islam. Lembaga pendidikan ini berkomitmen untuk
membangun sistem pendidikan Islam yang terintegrasi untuk melahirkan generasi
terbaik umat Islam untuk mewujudkan keislaman yang mulia. Pada pelaksanaan
pembelajaran pun terdapat kelas peminatan diantaranya ilmu pengetahuan alam dan
ilmu sosial. Setiap kelas mendapatkan jam pelajaran bimbingan konseling yang sangat
dimanfaatkan para siswa untuk dapat mengembangkan pengenalan terhadap dirinya.
Karena selain pemberian motivasi dari guru bimbingan konseling, siswa juga mampu

2
berkonsultasi mengenai permasalahan yang sedang dialaminya sehingga mampu
diselesaikan dan tidak mengganggu proses pembelajaran. Nilai siswa yang didapat pada
raport sangat membantu dalam pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). Pada pemantapan akan pilihan perguruan tinggi siswa tentu sangat
bimbang hingga mem-butuhkan peran konselor untuk dilakukan konseling diperlukan.
Berdasarkan profil sekolah yang melampirkan lulusan beserta perguruan tinggi yang
berhasil dicapainya, hal tersebut sangat membanggakan karena sebagian besar termasuk
ke dalam perguruan tinggi bergengsi. Fenomena ini cukup menarik sehingga peneliti
berupaya untuk melakukan penelitian mengenai peran kegiatan bimbingan dan
konseling terhadap kesiapan siswa, terkhusus kelas XII IPA-3 SMA IT Ihsanul Fikri
Mungkid Magelang dalam melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Kerangka Teoritis

Program bimbingan dan konseling sekolah memiliki program tersendiri baik


program kegiatan pengabdian maupun program unit pendukung. Salah satunya adalah
program atau layanan konseling yang dilakukan secara berkelompok disebut dengan
program konseling (kurikulum konseling). Pada layanan kelompok ini siswa dibagi
berdasarkan kelas di sekolah dimana guru memberikan informasi kepada sekelompok
siswa untuk membantu mereka membuat rencana dan keputusan yang tepat dalam ranah
informasi baik pribadi, profesional maupun sosial (Aip Badrudjaman, 2010).

Bimbingan menjadi sangat penting bagi seseorang yang membutuhkan bantuan


dan harus dilakukan secara terus menerus serta berkesinambungan, karena hasil dari
konseling itu sendiri tidak terlihat dalam satu atau dua kali, tetapi harus sistematis dan
berorientasi pada tujuan, sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Bimbingan pada
hakekatnya adalah pendampingan untuk membantu individu mencapai perkembangan
yang optimal. Dalam konteks konseling tersebut, Shertzer dan Stone (1971)
mendefinisikan konseling sebagai suatu proses yang membantu individu untuk
memahami dirinya dan dunianya. Bimbingan juga berperan dalam membantu seseorang
untuk memahami diri dalam menghadapi lingkungannya sehingga mampu mengambil
peluang untuk mengemangkan dirinya. Artinya melalui pembinaan ini dapat
mengantarkan individu menuju kedewasaan dengan memberikan pengarahan yang

3
benar sesuai dengan norma dan aturan yang benar, sehingga anak tidak berakhir pada
jalan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi standar yang baik (Ahmad Susanto, 2011).

Adapun bimbingan juga seringkali dikaitkan dengan konseling secara etimologi


berarti memberi nasehat, memberi saran, berdiskusi melalui tukar pikiran dan konsultasi
sendiri juga merupakan bagian dari konsultasi baik sebagai layanan maupun sebagai
teknik serta kegiatan yang koheren terintegrasi dengan pengontrol. Namun, ada
perbedaan antara keduanya dimana konseling lebih identik dengan psikoterapi, yang
merupakan upaya untuk membantu dan bekerja dengan orang-orang dengan kesulitan
dan gangguan kesehatan mental yang serius (Dewa Ketut S, 2008).

Metode penelitian

Penelitian dilakukan di SMA IT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang pada guru


bimbingan konseling dan sepuluh orang siswa kelas XII IPA-3. Taknik pengambilan
responden yang digunakan pada penelitian ini yakni simple random sampling dimana
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi tersebut serta cara demikian dianggap homogen
(Sugiyono, 2011). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dilengkapi pendekatan
kualitatif, memaparkan beberapa hal terkait peran guru bimbingan konseling sebagai
konselor dalam kaitannya dengan kesiapan mahasiswa untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.

Penelitian deskriptif sendiri bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis,


faktual dan tepat fakta-fakta dan ciri-ciri populasi tertentu, atau berusaha
menggambarkan secara rinci fenomena sebagaimana adanya (A. Muri Yusuf, 2005).
Adapun penelitian kualitatif adalah pendekatan untuk mempelajari dan memahami
pentingnya individu atau kelompok dalam konteks masalah sosial yang dapat digunakan
untuk menginter-pretasikan, menyelidiki atau memasukkan keyakinan, sikap atau
perilaku orang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. (George et al, 2012)
Studi ini berfokus pada persepsi dan pengalaman para partisipan dan pada saat yang
sama, analisis data membangun secara induktif dari tema khusus ke tema umum setelah
itu peneliti melakukan interpretasi tentang makna data. Peneliti lebih memperhatikan

4
pendapat individu dan dituntut untuk mampu menginterpretasikan kompleksitas situasi
(Arikunto, 2006).

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap


sepuluh siswa kelas XII dan guru bimbingan konseling terkait, responden mengaku
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dua jam pelajaran setiap minggunya.
Bimbingan dan konseling yang dilakukan tidak hanya layanan untuk mengatas
permasalahan pribadi saja dimana siswa memerlukan layanan bimbingan yang ditangani
secara khusus, terlebih para siswa juga mendapatkan layanan belajar, layanan sosial,
bahkan layanan karir. Pada layanan sosial, seorang guru membantu peserta didik untuk
mampu melakukan interaksi sosial secara positif dan terampil sehingga mampu
menciptakan hubungan yang baik. Layanan belajar pun sangat diperlukan dalam
membantu siswa mengenali potensi dirinya sehingga mampu berkontribusi menunjang
kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas. Selanjutnya yakni layanan karir dimana
konselor membantu memberikan penilaian akan minat dan bakat siswa secara non-
kognitif sebagai bentuk persiapan siswa merencanakan karir kedepannya. Hal ini tentu
menjadi perhatian bagi seluruh siswa karena pelayanan bimbingan dan konseling dapat
dibilang cukup terpenuhi. Terbatasnya guru mata pelajaran bimbingan dan konseling
tidak menghalangi pelayanan yang dirasakan siswa karena guru lainnya pun turut
melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap para siswa, seperti guru wali kelas
maupun guru mata pelajaran lainnya sehingga guru mata pelajaran bimbingan konseling
lebih khusus pada jam formal dan bimbingan untuk memantapkan pilihan jurusannya di
perguruan tinggi.

Dari hal yang dipaparkan para siswa, mereka mengaku sangat terbantu dengan
adanya layanan yang diadakan di sekolah sehingga merasakan kedekatan dengan para
guru. Hubungannya yang seperti orang tua dan anak atau bahkan kakak dengan adik
bagaikan keluarga dalam sekolah. Hal tersebut diketahui karena alasan lain, yakni usia
para guru yang relatif masih muda sehingga pemikiran antar guru dan siswa yang
cenderung sefrekuensi. Layanan yang dilakukan di sekolah tersebut dapat dikatakan
cukup sukses pula dilihat dari prestasi para siswa yang tidak hanya perihal akademik,
tetapi juga dalam bidang non-akademik dimana hal ini dapat dilihat semangat siswa

5
dalam meraih prestasi. Banyaknya prestasi dan semnagta belajar siwa menjadi salah
satu kesempatan untuk mampu menunjang siswa mendaftarkan dirinya pada pendidikan
selanjutnya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Nantinya para siswa yang masuk dalam daftar jalur SNMPTN akan diberikan
bimbingan kembali mengenai jurusan dan kampus yang akan dipilihnya. Ketika dirasa
kurang memungkinkan bagi nilai siswa untuk masuk dalam jurusan dan kampus yang
diinginkannya maka pembimbing akan menyarankan ke jurusan sama dengan kampus
yang berbeda. Hal tersebut pembimbing lakukan dengan melakukan survey terlebih
dahulu untuk melihat grade yang sesuai dengan nilai siswa sehingga memiliki potensi
besar untuk diterima disana. Diskusi dan saran yang disampaikan pembimbing pun
didiskusikan juga dengan orang tua dan siswa sehingga tidak ada unsur pemaksaan bagi
siswa ketika nantinya mantap memilih jurusan dan kampus yang dituju.

Dokumentasi Tempat

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa responden menyatakan


menjalani layanan bimbingan dan konseling selama dua jam dalam seminggu. Hal ini
tentunya menjadi perhatian bagi seluruh siswa, karena layanan bimbingan konseling
dapat dikatakan cukup lengkap. Pelayanan yang dilaksanakan di sekolah juga dapat
dikatakan cukup berhasil dalam hal prestasi siswa, tidak hanya dalam bidang akademik
tetapi juga dalam bidang non akademik yang tercermin dari semangat siswa untuk
berprestasi sehingga mampu mendukung peluang pendidikan tinggi melalui jalur seleksi
nasional.

6
Daftar Pustaka

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Badrudjaman, Aip. 2010. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling,
Jakarta: PT. Indeks.

Depdikans. 2009. Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta 2008.

Ahmadi. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka


Publiaher.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Wingkel. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai