Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN TEKNIK COMMON READING UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII A


SMPN 10 KOTA SUKABUMI TAHUN AJARAN 2019-2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Identifikasi Masalah
Belajar sepanjang hayat (life long learning) adalah proses dan aktivitas
yang harus terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia di tengah-tengah
lingkungan masyarakat yang selalu berubah-ubah. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,
tidak akan mungkin terjadi proses belajar.
Perilaku yang salah suai dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah seperti datang terlambat, berada di luar kelas pada saat
jam pelajaran dan tidak memperhatikan atau mengikuti pelajaran yangsedang
dipaparkan oleh guru merupakan indikator masalah bahwa peserta didik belum
memiliki motivasi belajar yang baik. peserta didik masih berada pada tahap
belajar dalam penenuhan kebutuhan dasar untuk mengikuti apa yang seharusnya
dilakukan pada jenjang umur yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru BK yang dilakukan di SMPN
10 KOTA SUKABUMI Bandung diketahui dari 32 peserta didik kelas VII A
terdapat 17 peserta didik yang memperoleh nilai mata pelajaran dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM), nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi
yang dimiliki, padahal peserta didik memiliki intelegensi tinggi yang dapat dilihat
dari hasil tes IQ. Hal tersebut terjadi karena rendahnya motivasi belajar peserta
didik sehingga peserta didik tidak dapat memperoleh hasil secara maksimal.
Rendahnya motivasi belajar peserta didik terjadi karena beberapa faktor,
diantaranya meliputi zonasi penerimaan peserta didik baru tingkat SMA, tidak ada
tantangan untuk masuk ke sekolah favorit di Kota Bandung, dan kurang dukungan
dari orang tua untuk belajar.
Peserta didik kelas VII A mengerjakan PR di sekolah merupakan bentuk
peserta didik tidak siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan

1
2

hasil wawancara diketahui peserta didik kelas VII A memiliki motivasi belajar
yang rendah. Motivasi belajar rendah ditandai dari kebiasaan mengerjakan PR
disekolah, mencontek pekerjaan teman, tidak antusias mengikuti pelajaran seperti
mengobrol sendiri dengan teman, bermain smartphone, dan melamun ketika KBM
berlangsung.
2. Analisis Masalah
Menurut Santrock (2007:177) remaja memiliki penghayatan mengenai
siapakah mereka dan apa yang membedakan dirinya dari orang lain. Fase
perkembangan remaja yang masih mencari jati diri dan sedang dipenuhi oleh
ambisi untuk mengeksplorasi bakat serta potensi yang dimilikinya cenderung akan
menghadapi beberapa masalah bila remaja tersebut menemukan kegagalan dalam
usaha yang dilakukannya. Sehingga menyebabkan remaja tersebut dapat
kehilangan arah dalam hidupnya dan melakukan penyesuaian yang kurang tepat
(maladapted).
Pada proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin terjadi proses
belajar. Maslow (Djamarah, 2002:114-115) sangat percaya bahwa perilaku
manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,
mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah
menurut Maslow yang mampu memotivasi perilaku individu.
Motivasi yang dimiliki oleh setiap individu tidak selamanya konstan atau
tetap pada kondisi tertentu, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dalam diri
maupun lingkungan. Penurunan motivasi peserta didik dapat disebabkan oleh
beberapa hal yang berasal dari berbagai sumber, baik dalam diri sendiri maupun
lingkungan disekeliling peserta didik.
3. Alternatif dan Prioritas Tindakan
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegrasi dalam
pelaksanaan pendidikan yang bermutu. Dalam PERMENDIKBUD No. 111 Tahun
2014, bimbingan dan konseling memandang bahwa setiap peserta didik/konseli
memiliki potensi untuk berkembang secara optimal. Perkembangan optimal bukan
sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang
3

dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan


peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan
bertanggungjawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan
yang dihadapinya.
Bimbingan dan konseling yang menyeluruh (komprehensif) dan bersifat
developmental dapat dilakukan dengan berbagai strategi layanan baik itu bimbingan
klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual, dan
dukungan sistem yang merupakan kerjasama (kolaborasi) antara konselor dengan
personel sekolah yang lainnya, bahkan dengan pihak orang tua dan masyarakat.
Setiap strategi memiliki fokus masalah yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik. Sehingga konselor harus memilih strategi layanan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang menjadi sering dilakukan
di sekolah adalah Bimbingan Kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan
strategi layanan yang dinilai efektif untuk menambah wawasan kepada peserta didik
yang memiliki permasalahan yang sama dan bersifat umum. Banyak teknik yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang disesuaikan
dengan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dan materi yang
disampaikan. Diantara banyak teknik yang ada, salah satu pendekatan kelompok yang
dikembangkan adalah Group Exercise (Latihan Kelompok).
Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan group exercise
adalah Common Reading yang dimaksudkan agar peserta didik dapat menemukan
sendiri nilai-nilai baru dalam pembelajaran melalui membacara cerita umum,
sajak, atau tayangan-tayangan yang menyampaikan materi sesuai dengan tema
yang dibutuhkan untuk membantu peserta didik mencapai salah satu indikator
perkembangan yang harus dimilikinya. Penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui metode/teknik yang tepat digunakan dalam layanan bimbingan
kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga peserta
didik mampu memaknai proses belajarnya dengan baik dan mencapai aktualisasi
diri yang optimal.
4

B. Sasaran Tindakan
Subjek penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling adalah peserta didik
kelas VII A SMPN 10 KOTA SUKABUMI Bandung berjumlah 30 orang yang
memiliki tugas perkembangan sebagai berikut:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya;
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis;
4. Mencapai kemandirian emosional;
5. Mencapai kemandirian ekonomi;
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua;
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa;
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah secara dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
penerapan Common Reading untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
kelas VII A SMPN 10 KOTA SUKABUMI Tahun Ajaran 2019-2020?” Dari
rumusan umum tersebut, dikembangkan menjadi dua pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Prosedur teknik common reading seperti apa yang tepat untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII A SMPN 10 KOTA
SUKABUMI Tahun Ajaran 2019-2020?
2. Apakah penerapan prosedur teknik common reading berdampak terhadap
motivasi belajar peserta didik kelas VII A SMPN 10 KOTA SUKABUMI
Tahun Ajaran 2019-2020?
5

D. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan
penerapan Common Reading untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
kelas VII A SMPN 10 KOTA SUKABUMI Tahun Ajaran 2019-2020”. Tujuan
umum tersebut dirinci menjadi tujuan khusus yaitu untuk mengetahui:
1. Mendeskripsikan prosedur teknik common reading yang tepat untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII A SMPN 10 KOTA
SUKABUMI Tahun Ajaran 2019-2020.
2. Menganalisis dampak dari penerapan prosedur teknik common reading
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VII A SMPN 10 KOTA
SUKABUMI Tahun Ajaran 2019-2020.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan secara umum adalah meningkatnya
motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelaran sehingga peserta didik
mampu memaknainya dengan positif dan mampu meangktualisasikan diri secara
optimal serta menjadi pribadi yang utuh. Adapun manfaat yang didapatkan oleh
peserta didik, konselor/guru BK sebagai peneliti, dan bagi lembaga (sekolah)
adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik (konseli)
a. Peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar sehingga
mampu meraih prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b. Peserta didik mampu memaknai makna belajar secara positif sehingga
bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
sungguh-sungguh.
2. Konselor/Guru BK
a. Konselor mampu meningkatkan kemampuan (skill) dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
b. Konselor lebih mengetahui karakteristik dan kebutuhan peserta didik
sehingga dapat lebih responsif terhadap indikator-indikator
permasalahan yang muncul dari perilaku peserta didik.
6

3. Sekolah
a. Proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih efektif.
b. Meningkatnya prestasi belajar peserta didik yang berdampak pada
meningkatnya kualitas pendidikan dan prestasi sekolah.
c. Tercapainya visi dan misi pendidikan yang diterapkan oleh sekolah.
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan
raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik
dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah
pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas-aktivitas belajar seseorang
itu disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan
yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu.
Pada proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin terjadi proses
belajar. Maslow (Hamzah, 2011) mengemukakan lima tingkatan atau hierarki
kebutuhan setiap individu, yaitu: (1) Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan yang harus
dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara
untuk bernapas, dan sebagainya; (2) Kebutuhan Rasa Aman: setelah kebutuhan
fisiologis seseorang telah dipuaskan, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan
akan keselamatan. Keselamatan itu, termasuk merasa aman dari setiap jenis
ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin; (3) kebutuhan akan Cinta
Kasih atau Kebutuhan Sosial: ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia.

Kebutuhan
Aktulisasi Diri

Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan Cinta Kasih dan


Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan Fisiologis

Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow


8

Cinta kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin disadari
melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam, tetapi juga
dicerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial;
(4) Kebutuhan akan Penghargaan: percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan
akan pengakuan orang lain; (5) Kebutuhan Aktualisasi Diri: kebutuhan tersebut
ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan keinginan
pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah terpenuhi individu ingi
mencapai secara penuh potensi yang dimilikinya. Kelima jenjang kebutuhan
tersebut dirumuskan dalam piramida kebutuhan sebagai berikut:
Pentingnya teori Maslow dalam pendidikan terdapat dalam hubungan
antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar adalah
kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis yang harus
terpenuhi. Sebaliknya kebutuhan tumbuh, sebagai misal kebutuhan untuk
mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai keindahan atau menumbuhkan
dan mengembangkan apresiasi (penghargaan) dari orang lain belum dapat
dipenuhi secara keseluruhan. Namun bila kebutuhan yang lebih dasar dapat
terpenuhi oleh individu maka semangat untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi akan besar. Semakin banyak individu dapat memenuhi kebutuhan dasar
mereka akan mengetahui dan memahami dunia di sekeliling mereka, begitupun
dengan motivasi belajar mereka dapat menjadi semakin besar dan kuat.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan membangkitkan motivasi tingkah laku
peserta didik dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan peserta didik yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sementara peserta didik yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik yang duduk dengan santainya
di kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikit pun
tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran cara mendengarkan penjelasan
guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Bila motivasi ekstrinsik yang diberikan itu dapat membantu peserta didik
keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan
dengan baik oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan
9

fungsi-fungsi memotivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan


iklim belajar yang kondusif bagi peserta didik.
Baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama berfungsi
sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu
dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis
dari dalam yang melahirkan hasrtat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan
yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun
penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam
belajar.
B. Teknik Common Reading
1. Hakikat Teknik Common Reading
Secara umum, tehnik-tehnik dalam bimbingan kelompok bermuara pada
dua sumber, yakni pada teori kepribadian dan dinamika kelompok. Menurut
Rochman Natawidjaja (Rusmana,2008:2) Tehnik-tehnik yang bermuara pada
teori kepribadian di antaranya adalah, tehnik asosiasi bebas, analisis mimpi, dan
insight and working trough (pendekatan psikoanalitik), tehnik penguatan kembali
(reinforcement), kontrak kontingensi, modeling, gladi perilaku atau behavioral
rehearsal, melatih (coaching) dan penataan kembali kognisi (pendekatan
behavioral), tehnik aktif direktif, membantah, membujuk, mengajar dan memberi
informasi, tugas-tugas pekerjaan rumah, permainan peran dan percontohan,
pengendalian operan terhadap pemikiran dan perasaan, latihan keterampilan dan
feed back. Sedangkan tehnik yang bermuara pada dinamika kelompok antara lain,
training group (pelatihan kelompok), encounter group (kelompok pertemuan), T-
Groups (kelompok T), Structured group (kelompok berstruktur), self-help group
(kelompok bantuan diri) dan group exercise (latihan kelompok).
Pada pelatihan kali ini akan difokuskan pada penggunaan teknik latihan
kelompok (group exercise) dalam proses bimbingan dan konseling. Istilah
“latihan” mengacu pada aktivitas yang harus dilakukan kelompok untuk mencapai
suatu tujuan khusus. Suatu latihan bisa saja berupa kegiatan sederhana
membentuk dyad-dyad dan mendiskusikan suatu topik atau kegiatan yang sedikit
rumit.
10

Menurut Rusmana (2008), ada tujuh tujuan penggunaan latihan dalam


kelompok, di antaranya: (a) mengembangkan diskusi dan partisipasi; (b)
memfokuskan kelompok; (c) mengangkat suatu focus; (d) memberi kesempatan
untuk pembelajaran eksperiensial; (e) memberi informasi yang berguna bagi
konseli; (f) memberikan kesenangan dan relaksasi; (g) meningkatkan level
kenyamanan.
Latihan bacaan umum (common reading) mensyaratkan peserta untuk
membaca cerita pendek, puisi atau dongeng. Bacaan-bacaan semacam itu
seringkali menyajikan tujuan dari pengembangan ide dan pemikiran serta
memperdalam fokus terhadap beberapa topik atau isu. Faktor penting yang harus
dipikirkan dalam melakukan latihan bacaan umum ini adalah tujuan kelompok.
Pastikan bahwa bahan bacaan akan dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran
yang berkenaan dengan tujuan tersebut. Pertimbangan lainnya adalah kapabilitas
intelektual anggota saat kita meminta mereka untuk membaca dan menanggapi
puisi ataupun saat kita meminta mereka menulis sajak.
Sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada, dewasa ini teknik
common reading juga dapat dilakukan dengan menayangkan video-video sebagai
bahan bacaan yang dianalisis oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Penayanagn video ini bertujuan untuk merangssang pemikiran
analisis dari peserta didik dengan audio-visual sehingga diharapkan peserta didik
dapat terlibat secara aktif dalam proses latihan kelompok (group exercise) yang
dilaksanakan.
2. Strategi Implementasi Teknik Common Reading
Pelaksanaan latihan kelompok menggunakan Metode Socratic (Socratic
method). Metode ini menggunakan empat langkah kegiatan yaitu; a) Eksperientasi
(Experience); b) Identifikasi (Identify); c)Analisis (Analize); d)Generalisasi
(Generalize).
1) Fase Eksperientasi (Experience) atau disebut juga fase action adalah fase
di mana konselor melaksanakan kegiatan konseling (do) yang diarahkan
pada upaya memfasilitasi individu untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan yang menjadi beban psikologisnya sesuai dengan skenario yang
telah ditetapkan sebelumnya
11

2) Fase Idetifikasi (Identify) adalah fase di mana konselor melaksanakan


proses identifikasi dan refleksi pengalaman selama proses latihan. Pada
fase ini konseli atau anggota kelompok diminta untuk bercermin atau
melihat (look) ke dalam dirinya apa kaitan antara proses permainan dengan
keadaan dirinya. Pada tahap ini konseli diajak untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan yang terkait dengan proses eksperientasi. Pikiran dan
perasaan yang diungkapkan oleh konseli merepresentasikan kondisi
psikologis dan permasalahan yang dihadapinya. Pada pase ini konseli
diajak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif apa yang terjadi
pada konseli (what happened) pasca melakukan proses latihan.
3) Fase analisis (analyze) adalah fase di mana konseli diajak untuk
merefleksikan (reflection) dan memikirkan (think) kaitan antara proses
konseling dengan kondisi psikologis yang sedang dihadapinya. Sehingga
dapat digunakan untuk membuat rencana perbaikan terhadap
kelemahankelemahan diri. Pada pase ini konselor mengajukan pertanyaan
eflektif tentang apa yang perlu dilakukan (so what) oleh konseli untuk
memperbaiki kelemahan yang dihadapinya setelah melakukan proses
latihan.
4) Fase generalisasi (Generalitation) adalah fase di mana konseli diajak
untuk membuat rencana (plan) perbaikan terhadap kelemahan yang
dihadapi oleh konseli. Rencana perbaikan dapat diwujudkan pada
kehidupan sehari-hari setelah proses latihan selesai.. Pada pase ini
konselor mengajukan pertanyaan reflektif tentang rencana tindakan dan
cara bagaimana konseli memperbaiki kelemahan yang dihadapinya.
12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
SMP Negeri 10 Kota Sukabumi merupakan peralihan nama sekolah yang
sebelumnya adalah Sekolah Teknik Negeri (ST) Kota Madya Sukabumi berdiri
tahun 1956 berlokasi di Jalan Lettu Bakri No. 19, di atas lahan 2.042 M 2. Pada
tahun 1994, pada lokasi yang sama, nama Sekolah Teknik Negeri (ST) II Kota
Madya Sukabumi diganti nama menjadi SMP Negeri 10 Kota Sukabumi.
1. Nama Sekolah : SMP NEGERI 10 KOTA SUKABUMI
2. No. Statistik Sekolah : 221026202001
3. NPSN : 20221600
4. Tipe Sekolah : A
5. Alamat Sekolah : Jalan Saniin No. 28
Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi
Propinsi Jawa Barat
6. Telepon/HP/Fax/e-mail : (0266)222204
7. Status Sekolah : Negeri
8. Akreditasi Sekolah : A

Pada tahun 2006 lokasi SMP Negeri 10 Kota Sukabumi dipindahkan ke lokasi
dan gedung baru yang terletak di Jalan San’in No. 28 dengan memiliki luas tanah
11. 385 M-2 dan tentunya dilengkapi dengan sarana prasarana pembelajaran yang
lebih presentatif dan lebih memadai. Penggunaan gedung baru tersebut diresmikan
oleh Bapak Gubernur Provinsi Jawa Barat pada tanggal 20 Maret 2006.
SMPN 10 KOTA Sukabumi kini menjadi sekolah yang mengalami
perkembangan cukup pesat. Keadaan tersebut dibuktikan dengan memiliki
beberapa program kegiatan, antara lain program sekolah sehat (UKS), sekolah
berbudaya lingkungan (SBL), dan sekolah unggulan olah raga.yang sekaligus
dapat melengkapi Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Negeri 10 Kota
Sukabumi yang diperkaya dengan Kurikulum Muatan Lokal yaitu Bahasa Sunda
dan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal wajib ditambah Seni
13

Tari ari Tradisional (khususnya Seni Tari Tradisional Jawa Barat) Seni Karawitan,
Seni Rupa sebagai muatan lokal pilihan.
B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah 30 orang peserta didik kelas VII A di SMPN 10
KOTA SUKABUMI Bandung Tahun Ajaran 2019-2020. Perubahan yang
diharapkan yakni :
1. Peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar sehingga
mampu meraih prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2. Peserta didik mampu memaknai makna belajar secara positif sehingga
bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
sungguh-sungguh.
C. Rencana Tindakan
Rencana penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dalam penelitian
ini merujuk pada tindakan praktis yang mengedepankan tindakan-tindakan nyata
untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Rencana Siklus I dijabarkan sebagai
berikut:
1. Masalah yang dihadapi oleh peserta didik adalah masih rendahnya
motivasi yang dimiliki dalam belajar sebagai bekal untuk
mengaktualisasikan diri sehingga peserta didik mengikuti proses
belajar hanya untuk memnuhi kebutuhan dasar, belum mencapai pada
kebutuhan perkembangan. Maka perlu adanya layanan untuk
meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses belajar sehingga
proses belajar dimaknai secara positif agar peserta didik mampu
belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Tindakan yang diberikan menggunakan teknik common reading
dengan menayangkan video tentang motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Diharapkan peserta didik dapat mengambil pembelajaran yang akan
merubah perilaku dalam kebiasaan belajar yang dilakukannya. Rincian
kegiatan dijabarkan sebagai berikut :
a. Tahap Awal
Guru pembimbing membuka pertemuan dengan mengucapkan
salam dan berdoa. Sebagai pembukaan layanan, guru pembimbing
14

menjelaskan tujuan dari kegiatandan menyiapkan materi dan


perlengkapan yang diperlukan.
b. Tahap Inti
Guru pembimbing memparakan materi Lilin harpan yang
ditayangkan di depan kelas. Saat memaparkan materi, guru
pembimbing pula bertanya jawab dengan pertanyaan analisis kepada
peserta didik untuk mengetahui pemahaman peserta didik untuk
memahami materi yag disampaikan.
c. Tahap Penutup
Peserta didik dibimbing guru pembimbing menyimpulkan
kegiatan yang telah dilakukan dan menutup pertemuan.
3. Melihat perubahan perilaku belajar peserta didik setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok terutama motivasi belajar yang ada pada
setiap peserta didik.
4. Melakukan refleksi berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan selama
layanan diberikan kepada peserta didik oleh observer untuk
merencankaan kemabli layanan yang akan diberikan pada siklus
selanjutnya.
D. Data dan Cara Pengambilan
Penelitian ini menggunakan beberapa instrument berupa angket yang akan
mengungkap tentang kondisi riil motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dan
pedoman observasi untuk menilai dan memberikan masukan tentang kesesuaian
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam,
yaitu kuantitatif untuk menganalisis tingkat pencapaian dan perubahan sikap
motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Teknik analisis kualitatif untuk
menganalisis data dari pedoman observasi yang dilakukan observer mengenai
kesesuaian pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.
15

F. Referensi
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (1992). Psikologi Belajar dan Mengajar. Cet 1. Bandung: Sinar
Baru.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2009). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.


Bandung:PT. Refika Aditama.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai


Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Rusmana, Nandang.(2008). Group exercise pelatihan tehnik-tehnik bimbingan


kelompok menggunakan latihan kelompok. Jurnal Seminar Lokakarya BK
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Slavin, Robert E. (2009). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Indeks.

Surya, Muhamad. (1996). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:


Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Taniredja, dkk. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


Sekolah Pascasarjana UPI dan Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung.


Rizqi Press.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:


Program Pascasarjana UPI dengan Remaja Rosdakarya.

Suherman, Uman. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizki


Press.

Anda mungkin juga menyukai