Anda di halaman 1dari 67

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Penerimaan Diri Pada Individu Biseksual

PROPOSAL

ALYA SHOFIYYAH ALIMBRAN 20200701130


ISYHA NOVITA AGUSTINA 20200701172
KIKI PUSPITASARI R. 20200701135
M. ANGGA FERIZWAN 20200701049
RIZKA BUNGA ISNAINI 20200701223
SALMA FATIN 20200701126

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKULTAS PSIKOLOGI

2022
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Penerimaan Diri Pada Individu Biseksual

Proposal

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas

Matakuliah Metodologi Penelitian II

ALYA SHOFIYYAH ALIMBRAN 20200701130


ISYHA NOVITA AGUSTINA 20200701172
KIKI PUSPITASARI R. 20200701135
M. ANGGA FERIZWAN 20200701049
RIZKA BUNGA ISNAINI 20200701223
SALMA FATIN 20200701126

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKULTAS PSIKOLOGI

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB II 4

KAJIAN PUSTAKA 4
2.1. Penerimaan Diri 4
2.1.1. Pengertian Penerimaan Diri 4
2.1.2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri 4
2.1.3. Faktor-Faktor Penerimaan Diri 5

2.2. Biseksual 6
2.2.1. Pengertian Biseksual 6
2.2.2. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Biseksual 7

2.3. Penelitian Yang Relevan 7

BAB III 8

METODE PENELITIAN 8
3.1. Metode Penelitian 9
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 9
3.3. Teknik Pengambilan Sampel 11
3.4. Teknik Pengumpulan Data 12
3.5. Teknik Analisis Data 12
3.6. Subjek Penelitian 14
3.7. Instrumen Penelitian 14
3.8. Keabsahan Data 15

i
BAB IV 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 17


4.1. Gambaran Subjek Penelitian 17
4.2. Hasil Penelitian 18
4.3. Pembahasan 27
4.4. Keterbatasan Penelitian 30
4.5. Keunikan Penelitian 30

BAB V 31

KESIMPULAN DAN SARAN 31


5.1. Kesimpulan 31
5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era sekarang ini, orang-orang mencari cara untuk dapat menunjukkan jati
dirinya masing-masing baik itu dari segi pola hidup sampai perilaku seksual yang
semakin menyimpang dari norma yang ada di masyarakat. Lingkungan sosial, keluarga,
dan pertemanan biasanya membimbing kepada norma-norma sosial yang berlaku dengan
tujuan untuk menghindari penolakan sosial terhadap aturan-aturan di dalam masyarakat.
Norma-norma yang berlaku dalam lingkungan menjadi suatu kebiasaan, terutama jika
didukung oleh lingkungan yang memberi contoh. Secara sadar maupun tidak sadar,
individu akan dapat meniru kebiasaan tersebut (Ahmadi, 2007)

Dalam lingkungan bermasyarakat terdapat penyimpangan norma, salah satunya


yaitu individu maupun sekelompok orang yang memiliki ketertarikan secara seksual dan
emosional terhadap sesama jenis atau yang disebut juga dengan homoseksual. Apabila
terjadi pada pria maka disebut gay dan pada wanita disebut lesbi, sedangkan individu
yang menyukai lawan jenis dan sesama jenis sekaligus disebut biseksual (Azizah, 2013).
Biseksual adalah salah satu orientasi seksual secara homoseksual dan heteroseksual
secara bersamaan, tetapi tidak semua individu biseksual digolongkan sebagai penyuka
laki-laki dan perempuan secara bersamaan, karena tiap individu biseksual memiliki
tingkat ketertarikan yang berbeda-beda (Sulistiana, 2016). Individu biseksual dapat
menjalani aktivitas seksual dengan dua jenis kelamin. Mereka juga dapat memiliki
ketertarikan secara emosional, psikologis, dan seksual kepada pria maupun wanita (Ihsan,
Puspita, & Faradillah, 2022).

Karakteristik biseksual yaitu memiliki ketertarikan dan hasrat seksual kepada


kedua jenis kelamin sekaligus. Menurut Crooks & Baur dalam (Ihsan, Puspita, &
Faradillah, 2022), individu dapat dikatakan biseksual jika telah melakukan hubungan
seksual dengan sesama jenis dan lawan jenis baik secara bersamaan dalam jeda waktu
yang singkat maupun dalam rentang waktu tertentu. Di Indonesia sendiri, biseksual
dianggap masih menjadi hal yang tabu, biseksual cenderung dinilai negatif oleh sebagian
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak menunjukan identitas yang
sebenarnya, sehingga komunitas biseksual harus menyembunyikan jati dirinya agar dapat
berinteraksi dengan masyarakat secara normal (Azizah, 2013).

1
Penerimaan diri sangat penting dimiliki oleh individu, karena dengan adanya hal
ini seseorang dapat memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang
dijalaninya. Individu dengan penerimaan diri yang baik adalah orang yang memiliki
penghargaan yang realistik terhadap potensi diri, menghargai diri sendiri dengan segala
kekurangan dan kelebihan tanpa memaksakan diri untuk menjadi orang lain yang bukan
dirinya. Menurut Hurlock (1999) Penerimaan diri menjadi salah satu faktor yang berperan
terhadap kebahagiaan, agar seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan
memiliki kesehatan mental yang baik pula. Konsep diri yang positif dapat dilihat dengan
adanya evaluasi diri dan penerimaan diri yang positif disertai dengan adanya self-esteem
yang tinggi. Sebaliknya, apabila individu memiliki konsep diri yang negatif, maka ia
cenderung memiliki rasa benci terhadap diri sendiri dan kurang bisa menerima dirinya
sendiri. Hal ini menyebabkan adanya perubahan sikap, perilaku, dan evaluasi diri yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri.

Corsini (2002) menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan pengenalan


kecakapan pribadi dan pencapaiannya, bersamaan dengan penerimaan terhadap
kekurangan dirinya. Sedangkan Jersild (Hurlock, 1999) berpendapat bahwa penerimaan
diri merupakan fase dimana individu memiliki kesadaran terhadap karakteristiknya
sehingga mampu untuk hidup dengan karakteristik tersebut.

Menurut bidang medis, biseksual merupakan sebuah orientasi seksual tersendiri.


Akan tetapi karena penerimaan lingkungan yang kurang, akhirnya membuat penyusunan
identitas biseksual yang rumit. Apabila individu biseksual memiliki penerimaan diri,
maka ia dapat menghargai dirinya sendiri walaupun lingkungan disekitarnya menganggap
hal tersebut negative (Azizah, 2013).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana penerimaan diri pada individu biseksual.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti


mengajukan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu bagaimanakah proses penerimaan
diri pada individu biseksual?

1.3 Tujuan Penelitian

2
Berdasarkan judul dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerimaan diri pada individu biseksual.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis


Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman dan wawasan dalam ilmu psikologi terutama dalam psikologi klinis yang
dimana dapat memberikan gambaran mengenai penerimaan diri pada individu
biseksual. Serta menambah pembahasan mengenai biseksual yang masih terbatas.

1.4.2 Manfaat Praktis


Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi pembelajaran untuk memahami
bagaimana individu biseksual berinteraksi di dalam lingkungannya dan mengetahui
sikap atau kepribadian yang dimiliki oleh individu biseksual dalam berinteraksi. Dan
bagaimana cara individu menanggapi stigma negatif dari orang-orang sekitarnya.
Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi individu dengan orientasi
biseksual sebagai pembelajaran, melalui gambaran pengalaman orang lain. Hal ini
dapat meningkatkan penerimaan diri sendiri, serta dapat memberikan pemahaman
terkait perbedaan orientasi seksual bagi orang lain.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penerimaan Diri

2.1.1 Pengertian Penerimaan Diri


Menurut Hurlock (1999) penerimaan diri adalah suatu tingkatan kesadaran
individu tentang karakteristik pribadinya dan mempunyai kemauan untuk hidup
dengan keadaan tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa individu memiliki
pengetahuan tentang dirinya sendiri sehingga ia dapat menerima segala bentuk
kelebihan maupun kelemahan yang dimiliki. Kemudian, Pannes (dalam Hurlock,
1974) menyatakan penerimaan diri adalah sejauh mana individu, setelah
mempertimbangkan karakteristik pribadinya, dapat diterima dan bersedia untuk
hidup dengan karakteristik tersebut. Sikap penerimaan diri tersebut dapat
ditunjukkan individu dengan mengembangkan diri menjadi lebih baik, serta dapat
menerima keadaan dirinya dengan segala keterbatasan tanpa menyalahkan orang
lain. Apabila seseorang memiliki penerimaan diri yang baik, maka ia dapat
mengetahui potensi yang dimiliki sehingga akan mudah baginya untuk mengatasi
dan mengelolanya.

Penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan untuk membuka jati diri dan
mengungkapkan segala bentuk pikiran, perasaan, dan reaksi orang sekitar. Menurut
(Hurlock, 1999), pandangan individu yang merasa puas akan dirinya sendiri dapat
membuat individu menerima dirinya secara akurat dan realistis serta tidak akan
memusuhi dirinya karena individu tersebut menganggap orang lain mampu
menerima dirinya. Sehingga dalam keadaan ini dapat membuat individu berbuat
yang terbaik untuk dirinya dan segala bentuk tantangan atau hambatan yang ia lalui
tidak dipersepsikan sebagai penderitaan melainkan bagian dari masalah yang harus
diatasi.

2.1.2 Aspek-Aspek Penerimaan Diri


Menurut Sheerer (1949), aspek-aspek penerimaan diri pada seseorang yaitu sebagai
berikut:
1) Perasaan sederajat. Individu merasa bahwa dirinya memiliki kekurangan dan
kelebihan selayaknya orang lain. Individu merasa bahwa dirinya adalah sosok

4
yang berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga hal
tersebut tidak membuat individu merasa sebagai orang yang menyimpang
dibandingkan dengan orang lain.
2) Percaya kemampuan diri. Individu yang percaya dengan kemampuan dirinya
akan lebih bersikap percaya diri, lebih suka membangun sikap baiknya dan
menyingkirkan keburukannya daripada ingin menjadi orang lain, dengan
demikian individu akan bangga menjadi dirinya sendiri.
3) Bertanggung jawab. Merupakan individu yang berani untuk bertanggung jawab
atas apa yang ia perbuat. Sifat ini dapat dilihat dari perilakunya yang siap untuk
menerima kritik dan menjadikannya sebagai masukan yang berharga untuk
pengembangan diri.
4) Orientasi keluar diri. Apabila seseorang memiliki orientasi diri cenderung keluar
diri daripada ke dalam diri, maka orang tersebut merasa tidak malu yang
membuat dirinya lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain demi
mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.
5) Berpendirian. Individu cenderung lebih mengikuti standarnya sendiri daripada
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang penuh tekanan. Individu yang
dapat menerima dirinya sendiri memiliki sikap dan percaya diri yang sesuai
dengan tindakannya sendiri daripada mengikuti konvensi dan standar dari orang
lain, serta memiliki aspirasi dan pengharapan terhadap diri sendiri.
6) Menyadari keterbatasan. Individu memiliki penilaian yang realistis mengenai
kelebihan dan kekurangan terhadap dirinya, mereka tidak menyalahkan diri
sendiri atas keterbatasannya dan menolak kelebihannya.
7) Menerima sifat kemanusiaan. Individu tidak menolak impuls dan emosi atau
perasaan bersalah. Individu dapat mengetahui perasaan marah, cemas, dan takut
tanpa harus menganggapnya sebagai sesuatu yang perlu untuk ditutupi.

Selain itu, faktor yang dapat menghambat penerimaan diri yaitu: konsep diri yang
negatif, kurang terbuka kepada perasaan-perasaan yang sebetulnya, kurangnya
keyakinan kepada diri sendiri, dan merasa rendah diri.

2.1.3 Faktor-Faktor Penerimaan Diri


Menurut Hurlock (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri
adalah: pemahaman diri, harapan yang realistis, tidak adanya hambatan-hambatan dari
lingkungan, tingkah laku sosial yang mendukung (dukungan sosial), tidak adanya

5
tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Hurlock (2013) juga menjelaskan bahwa tidak adanya tekanan emosi membuat
seseorang dapat melakukan yang terbaik dan dapat berpandangan keluar dan tidak
memiliki pandangan hanya ke dalam diri saja. Tanpa tekanan emosi juga dapat
membuat seseorang santai dan bahagia. Kondisi-kondisi ini memberikan sumbangan
positif bagi penilaian terhadap lingkungan sosial yang menjadi dasar terhadap
penilaian diri sendiri dan terhadap penerimaan diri.
Sheerer (dalam Paramita, 2012) juga menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah
sikap dalam menilai diri dan keadaanya secara objektif, menerima kelebihan dan
kelemahannya. Menerima diri berarti telah menyadari, memahami dan menerima apa
adanya dengan disertai keinginan dan kemampuan untuk selalu mengembangkan diri
sehingga dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Sheerer (dalam Wrastari, 2003) menambahkan seseorang yang dapat menerima
dirinya adalah jika seseorang tersebut mempunyai keyakinan untuk menghadapi
kehidupan, menganggap bahwa dirinya berharga dan sederajat dengan orang lain,
mampu bertanggung jawab terhadap perilakunya, mampu menerima pujian secara
objektif, dan tidak menyalahkan diri sendiri.

2.2 Biseksual

2.2.1 Pengertian Biseksual


Pengertian Biseksual secara Bahasa ialah “bi” yang diartikan sebagai dua,
sedangkan “seksual” diartikan sebagai persetubuhan antara laki-laki dan juga
perempuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka yang melakukan perilaku
biseksual adalah mereka yang tertarik pada laki-laki atau perempuan, tanpa
memandang jenis kelamin.

Misalkan seorang remaja pada masa perkembangannya terkadang mengalami


fase kebingungan apakah ia tertarik pada orang yang memiliki jenis kelamin yang
sama (homoseksual) atau tertarik pada orang yang berlainan jenis kelamin
(heteroseksual), bahkan beberapa mengalami ketertarian (biseksual).

Seorang pelaku biseksual biasanya menjalin hubungan asmara di batas waktu


tertentu dengan seseorang dari jenis kelamin yang sama kemudian pada waktu yang
berlainan pelaku biseksual akan menjalin hubungan yang serius dengan seseorang dari

6
jenis kelamin yang berbeda. Oleh karena itu, orang seperti ini bisa digolongkan
sebagai biseksual.

2.2.2 Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Biseksual

Pada masa perkembangan secara seksual, anak akan menyadari organ seksual
merupakan sumber kenikmatan yang ada dalam dirinya. Oedipus complex pada anak
laki laki dan Electra complex pada anak perempuan merupakan drama relasi segitiga
antara ayah dan ibu yang menentukan identitas seksual anak dimasa depan. Oleh
karena itu, anak harus menerima kenyataan pada ketidakmampuan untuk memiliki
ayah atau ibu, baik secara emosional maupun seksual. Apabila dalam keadaan tersebut
anak mengalami lingkungan yang tidak bersikap hangat maka anak berpeluang untuk
mengambil alih ciri hakikat identitas gender seperti anak laki-laki mengambil ciri
hakikat kewanitaan dari ibu dan anak perempuan mengambil alih ciri kelakiannya dari
ayah. Kinsey (Nugraha, 2007) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang mendorong
seseorang jadi biseksual yaitu;

a) Pengalaman seksual dalam persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang


terlalu dekat.
b) Bergabung dengan kelompok yang membentuk pergaulan biseksual.
c) Lingkungan yang biasanya bersifat memaksa
d) Mengalami kejadian buruk dan pengalaman traumatik pada individu.
Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh
individu, yang mengancam keselamatan dirinya (Lonergan, 1999)

2.3 Penelitian yang Relevan

Pada kajian pustaka yang relevan ini, peneliti menggunakan dua judul dari
penelitian terdahulu. Peneliti akan menjelaskan persamaan dan perbedaan dari penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Beberapa penelitian tersebut, yaitu:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Vanny Nurul A. (2014) dengan judul “Gambaran
Penerimaan Diri Pada Remaja Biseksual”
Dalam penelitian ini meneliti 4 remaja Biseksual, 3 subjek mampu menerima
keadaan awal mereka saat mengalami Biseksual. mereka mampu menerima
kualitas dan keterbatasan mereka sebagai remaja Biseksual. Sedangkan kurang 1

7
remaja lainnya kurang mampu menerima keadaan Biseksualnya. Ia merasa bahwa
keadaan Biseksual terjadi akibat kekerasan pada masa kecilnya yang membuat ia
sangat benci dengan perempuan sehingga ia mulai menyukai laki-laki, subjek
berpendapat bahwa apabila di masa kecilnya tidak terjadi kekerasan maka ia tidak
akan mengalami Biseksual seperti saat ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa penerimaan diri pada remaja Biseksual dapat tumbuh dengan mengetahui
cara menyikapi keadaan Biseksualnya dengan kelemahan dan kelebihan masing-
masing subjek. Mereka mampu menerima keadaan Biseksual mereka dengan baik,
namun mereka masih menutupi keadaan Biseksualnya dari masyarakat.
Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Vanny Nurul A. dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai penerimaan diri pada
individu Biseksual. Perbedaannya pada penelitian ini lebih memfokuskan pada
individu Biseksual secara umum dan subjek berusia 19-20 tahun kategori remaja
akhir/dewasa awal.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Ruth Intan Hatauruk (2019) dengan judul “Studi
deskriptif terhadap penerimaan diri pada pria homoseksual (Gay)”
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek Homoseksual
mengalami proses penerimaan diri berupa penolakan, seperti rasa bimbang dan
ragu-ragu. Mereka mulai dapat menerima orientasi homoseksualnya sebagai suatu
jalan hidup bagi subjek 1. Sedangkan, subjek 2 menganggap Homoseksual sebagai
pilihan hidup yang sesuai dengan keinginannya. Kedua subjek terbuka akan
orientasi seksualnya kepada orang lain (coming out), yaitu pada teman-teman
terdekat. Keputusan untuk terbuka kepada orang lain juga merupakan salah satu
tanda bahwa mereka dapat menerima dan mengakui diri sebagai seorang Gay.
Penerimaan diri yang baik pada kedua subjek terlihat pada harapan dan rencana
masa depan yang dimiliki mereka.
Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Ruth Intan Hatauruk dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai penerimaan diri pada
individu LGBT. Perbedaannya pada penelitian ini ingin mengetahui penerimaan
diri pada individu Biseksual, bukan Homoseksual.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena analisis data


dipaparkan secara verbal agar mendapatkan informasi secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Sugiyono (2017) metode penelitian kualitatif adalah suatu metode yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang bertujuan untuk meneliti kondisi objek
alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan pada pemahaman makna, dan mengkonstruksi fenomena dari
pada generalisasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
deskriptif. Studi kasus deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, dan sebagainya, pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moelong, 2006).
Penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
data hasil penelitian, seperti transkrip wawancara, cacatan lapangan atau observasi, dan
sebagainya (Creswell & Poth, 2018). Penelitian ini menggunakan metode wawancara
semiterstruktur yang termasuk dalam kategori in-depth interview agar dapat mengetahui
hal-hal yang lebih mendalam tentang penerimaan diri pada individu biseksual sesuai
dengan pengalaman atau proses yang dialami oleh subjek. Dalam metode ini penelitian
dilakukan secara mendalam terhadap suatu keadaan atau kondisi dengan cara sistematis
mulai dari melakukan wawancara, pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan
hasil.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian


Waktu penelitian merupakan waktu yang digunakan oleh peneliti untuk
melakukan serangkaian penelitian yang diawali dengan pengambilan data dan diakhiri
dengan penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2021), tidak ada waktu yang tepat
untuk dilakukannya penelitian atau berapa lama penelitian tersebut dilaksanakan,

9
tergantung pada sumber data dan tujuan penelitian itu sendiri. Dimulainya penelitian
dapat dilihat dari timeline yang diberikan kepada peneliti selama satu semester yaitu
dimulai pada bulan September 2022 sampai Januari 2023, maka waktu yang tepat
untuk dilaksanakan penelitian ini adalah pada saat itu juga atau pada saat peneliti telah
memiliki rancangan awal penelitian yang telah ditentukan (penentuan topik, metode
sampling, hingga teknik pengambilan data). Adapun tahap-tahap perincian kegiatan
yang akan dilakukan seperti yang dipaparkan pada tabel 1 berikut ini:

3.2.2 Tempat Penelitian


Tempat penelitian merupakan kegiatan menentukan tempat yang akan
digunakan untuk objek penelitian. Penentuan research setting sebaiknya dipilih yang
unik sesuai dengan fenomena yang ingin diteliti, kemudian tahap selanjutnya adalah
mempertimbangkan hal-hal seperti adanya berbagai aktivitas dan hubungan sosial
serta kejadian lainnya yang dapat memperkaya data menarik untuk peneliti (Chariri,
2009). Menurut peneliti, hal yang paling penting dalam penentuan tempat penelitian
adalah harus didasari oleh pertanyaan seperti mengapa peneliti memilih tempat
tersebut untuk dijadikan sebagai objek penelitian dan bagaimana peneliti akan
memperoleh data dari partisipan (apakah ada akses untuk peneliti). Tempat untuk
penelitian peneliti adalah kampus. Melakukan wawancara dan observasi melalui
media sosial untuk mencari partisipan yang akan diteliti lalu mengambil data secara
tatap muka. Peneliti bertemu secara langsung kepada partisipan di lapangan dan sebisa
mungkin peneliti memberikan rasa nyaman dan aman dalam proses pengambilan data.

10
3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling jenis purposive sampling dan snowball sampling. Peneliti
menggunakan teknik non-probability sampling karena tidak semua individu atau bagian
dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi subjek dalam
penelitian ini. Dalam jenis purposive sampling peneliti menentukan subjek dengan ciri-
ciri atau karakteristik khusus yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini bertujuan agar
karakteristik subjek sesuai dengan tujuan penelitian terutama terkait central phenomenon
(Adhandayani, 2020). Selain jenis purposive sampling jenis snowball sampling juga
digunakan dalam pengambilan sampel, yang mana subjek yang ada memberikan rujukan
untuk merekrut sampel yang diperlukan dalam studi penelitian. Berikut ini merupakan
alasan peneliti memilih menggunakan teknik sampling jenis purposive sampling dan
snowball sampling:

a) Karakteristik populasi harus sesuai dengan tujuan dari penelitian.


b) Sulitnya mendapatkan sampel
c) Karakteristik sampel yang peneliti tetapkan bersifat khusus, yakni voluntary
(bersifat sukarela atau berdasarkan keinginan), artinya tidak semua orang
mengalami biseksual yang dapat dijadikan sebagai sampel.
d) Saran atau rujukan dari orang lain memudahkan untuk menemukan subjek karena
berasal dari sumber yang dapat dipercaya.

Peneliti meyakini bahwa sampel dengan karakteristik yang dipilih tersebut paling
mengetahui tentang masalah yang akan peneliti teliti. Sehingga, penggunaan teknik
purposive sampling dan snowball sampling pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran penerimaan diri pada individu biseksual. Berdasarkan
alasan tersebut, peneliti memutuskan untuk memilih sampel yang memenuhi karakteristik
sebagai berikut:

a) Partisipan yang berdomisili di jakarta sehingga dapat dijangkau ketika


pelaksanaan pengambilan data dilakukan.
b) Partisipan merupakan individu biseksual yang telah berada pada tahap coming
out karena partisipan telah membuka diri kepada orang lain sebagai tahap setelah
partisipan menerima diri sebagai seorang biseksual
c) Kriteria informan berada pada rentang usia antara 19-30 tahun yang berada dalam
tahap perkembangan dewasa awal. Sehingga, informan diharapkan telah memiliki

11
pola pikir yang matang, mampu membentuk identitas diri sesuai dengan pilihan
dirinya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
observasi dan teknik wawancara. Berikut ini penjelasan mengenai teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti, sebagai berikut:

1) Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian yaitu wawancara semi terstruktur
yang termasuk dalam kategori in-depth interview yang bertujuan untuk dapat
memahami hal-hal yang lebih spesifik penerimaan diri pada individu biseksual
sesuai dengan pengalaman atau proses yang dialami oleh subjek penelitian
(Sugiyono, 2021). Ada beberapa ciri-ciri wawancara semi terstruktur, antara lain
yaitu: menggunakan pertanyaan terbuka, kecepatan wawancara dapat diprediksi,
memiliki fleksibilitas, dan memiliki pedoman wawancara. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan secara daring (virtual) menggunakan Google Meet.

2) Observasi
Menurut Herdiansyah (2010), observasi merupakan suatu proses melihat,
mengamati, dan mencermati sekaligus “merekam” perilaku secara teratur untuk
suatu tujuan tertentu. Sedangkan, Moleong (2011) mendefinisikan observasi
sebagai pengamatan dengan latar naluriah adalah yang dikehendaki dalam
penelitian kualitatif. Adapun dalam penelitian ini menggunakan observasi non
partisipan yaitu peneliti tidak terlibat dalam kegiatan sumber data yang diamati
(Herdiansyah, 2015).

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Analisis data yaitu
proses dan menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh peneliti melalui kegiatan
interview, observasi, dan catatan lainnya yang dimiliki peneliti, kemudian dianalisis
secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini,
Teknik analisis data yang digunakan peneliti terhadap data-data yang sudah diperoleh

12
yaitu dengan model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam
Emzir, 2012). Model interaktif digunakan dalam penelitian ini karena dapat
mempermudah peneliti dan pembaca untuk melihat data secara lebih sistematis. Ada tiga
macam tahapan dalam proses analisis data dengan model interaktif yaitu reduksi data,
data display, dan verifikasi kesimpulan.

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, penggolongan atau
penyederhanaan data mentah yang terjadi dalam proses pencatatan di lapangan
menjadi sebuah bentuk tulisan, dapat dikatakan membuang yang tidak perlu data
sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang
bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Data kualitatif dapat
direduksi melalui rangkuman, serta menjadikannya bagian dalam suatu pola. Data
yang didapat di lapangan berupa wawancara dan dokumentasi diubah menjadi
sebuah bentuk tulisan sesuai formatnya masing-masing.

2. Display Data
Display data merupakan suatu kumpulan informasi tersusun yang
memperoleh pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. yang dimana
menurut Miles & Huberman (1994) menjelaskan bahwa yang paling sering
digunakan dalam display data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Menyajikan data sendiri bertujuan untuk memahami apa yang
terjadi dan melakukan rencana kerja atau aktivitas selanjutnya berdasarkan apa
yang dipahami oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data-data yang telah
direduksi (dikategorikan) terkait dengan penerimaan diri pada individu biseksual
yang tujuannya agar makna dari peristiwa yang ditemukan dapat dipahami oleh
pembaca

3. Penarikan Kesimpulan
Tahapan ketiga dari analisis interaktif yaitu penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Pada tahapan ini dilakukan secara teliti dengan argumentasi dan
tinjauan dari temuan data yang ada. Makna muncul dari data yang sudah diuji
kepercayaanya, keekuatanya, konfirmabilitasnya dan validitasnya. Kesimpulan
terarah pada jawaban dari pertanyaan peneliti yang telah diajukan sebelumnya.
Terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan dalam verifikasi kesimpulan yang

13
Pertama menguraikan sub kategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengkodean
yang disertai dengan quote verbatim, wawancara. Kedua, menjelaskan hasil
penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan
hasil penelitian dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan yang
telah diajukan.

3.6 Subjek Penelitian

Moleong (2010) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yaitu orang


pada latar penelitian yang dapat memberikan informasi terkait dengan situasi serta
kondisi dari latar penelitian yang dipilih oleh peneliti.

Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan akses untuk dapat berinteraksi secara
langsung dengan calon subjek Setelah itu, peneliti mendapatkan dua subjek yang relevan
dengan karakteristik khusus yang sesuai dengan teknik sampling yang diambil peneliti.

Adapun subjek dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti terdiri dari 2 orang yang menjadi narasumber utama atau informan dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut:

No. Inisial Subjek Usia Subjek Jenis Kelamin Pekerjaan


1. MA 20 Perempuan Karyawan
2. RS 18 Perempuan Mahasiswa

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti dalam


pengumpulan data dalam proses penelitian. Instrumen berkaitan erat dengan metode yang
digunakan dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri, tetapi setelah fokus penelitian menjadi jelas, kemungkinan instrumen penelitian
tersebut dikembangkan secara sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Adapun
instrumen-instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Instrumen Pokok
Dalam penelitian kualitatif instrumen pengumpulan data yang utama
pada penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, karena peneliti dalam

14
penelitian ini bekerja penuh untuk mendapatkan juga mengolah data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Peneliti juga harus menjaga keakuratan data
yang diperoleh sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
2) Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam
mewawancarai subjek penelitian untuk menggali sebanyak- banyaknya tentang
apa, mengapa, dan bagaimana tentang masalah yang diberikan oleh peneliti.
Pedoman ini merupakan garis besar pertanyaan- pertanyaan yang akan diberikan
peneliti kepada subjek.
Jika selama wawancara subjek mengalami kesulitan dengan pertanyaan
tertentu yang diajukan oleh peneliti, maka mereka didorong untuk merefleksikan
dan menjelaskan kesulitan yang dihadapinya. Jika diperlukan subjek
diperkenankan menggunakan penjelasan secara tertulis untuk menguatkan
jawaban yang diberikan. Untuk memaksimalkan hasil wawancara peneliti
menggunakan alat perekam dalam pengambilan data berupa suara, tujuannya
untuk mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam mengingat informasi pada saat
wawancara berlangsung.
3) Instrumen Dokumen
Instrumen dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan dan
transkrip wawancara.

3.8 Keabsahan Data

Dalam menetapkan keabsahan data terdapat empat kriteria yang dapat


dilaksanakan dalam teknik pemeriksaan a) derajat kepercayaan (credibility), b)
keteralihan (transferability), c) kebergantungan (dependability), dan d) kepastian
(confirmability). Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dalam pengujian
credibilitas atau pemeriksaan keabsahan data. Teknik triangulasi merupakan Teknik
pengumpulan data data dan sumber yang telah ada. Bila penelitian melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji credibilitas data, yaitu mengecek credibilitas data denga berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data. Sugiyono (2012:327). Denzin (dalam
moleong, 2010) membedakan empat jenis triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

15
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber, yaitu membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini, penelitian melakukan
dua tahap wawancara, yaitu wawancara tahap pertama dan kedua. Dengan teknik
triangulasi sumber, peneliti dapat membandingkan hasil data dari wawancara pertama dan
kedua serta membandingkan antara perspektif atau pernyataan subjek dengan kondisi riil
yang diceritakan.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan data hasil penelitian tentang fenomena
yang telah dirumuskan pada bab 1. Hasil penelitian diperoleh dengan teknik wawancara
dan observasi secara online dan offline kepada narasumber. Penelitian ini berfokus pada
penerimaan diri individu Biseksual yang memutuskan untuk menyukai dua jenis kelamin
sekaligus dengan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi alami dan mendapatkan
pemahaman yang mendalam dari fenomena yang terjadi. Penelitian kualitatif adalah
upaya peneliti mengumpulkan data yang didasarkan pada latar alamiah. Tentu saja,
karena dilakukan secara alamiah atau natural, hasil penelitiannya pun juga ilmiah dan
dapat dipertanggungjawabkan (Williams, 1995).

4.1 Gambaran Subjek

Pada penelitian kualitatif ini peneliti melibatkan partisipan yang berasal dari
karyawan dan mahasiswa. Dalam penelitian ini menggunakan dua subjek penelitian
dengan inisial nama MA dan RS yang berjenis kelamin perempuan. Berikut adalah profil
dari kedua subjek penelitian tersebut:

1) Subjek penelitian yang pertama berinisial MA yang berjenis kelamin perempuan.


MA lahir dan tinggal di Bekasi, beragama Islam dan saat ini berusia 20 tahun
pada saat penelitian ini dilakukan. Kesibukan MA saat ini hanya bekerja sebagai
karyawan toko di daerah Bekasi. MA sedang menjalin hubungan sesama jenis, ia
memutuskan pacaran dengan sesame jenis karena MA lebih merasa nyaman dan
aman.
2) Subjek penelitian yang kedua berinisial RS yang berjenis kelamin perempuan. RS
lahir di padang dan sekarang tinggal di Jakarta, beragama Islam, dan saat ini RS
berusia 19 tahun pada saat penelitian ini dilakukan. Kesibukan RS saat ini sedang
menjalani kuliah jurusan smeter 1 di Universitas Negri daerah Jakarta. RS pernah
menjalin hubunga sesama jenis ketika ia masih duduk dibangku SMA, namun
hubungan tersebut dijalani secara virtual/Ldr.

17
4.2 Hasil Penelitian

Wawancara dilaksanakan menggunakan teknik purposive dan snowball sampling


terhadap dua orang narasumber dari karyawan dan mahasiswa. Dimana kriteria yang
ditentukan diantaranya yaitu individu Biseksual yang telah berada pada tahap coming out
dan berada pada rentang usia antara 19-30thn. Dua orang narasumber yang berhasil
diwawancarai yaitu berinisial MA dan RS.

Wawancara dilakukan dalam dua tahap yaitu wawancara pertama dilakukan


secara offline dan wawancara kedua dilakukan secara offline dan online (google meet).
Wawancara pertama dengan narasumber MA dilaksanakan pada Senin 24 Oktober 2022
pukul 14.00-15.00 selama 1 jam dan dengan narasumber RS dilaksanakan pada Sabtu 05
November 2022 pukul 09.00-10.00 selama 1 jam. Sedangkan untuk wawancara kedua
dengan narasumber MA dilaksanakan pada Sabtu 24 Desember 2022 pukul 17.00-18.30
selama 90menit dan dengan narasumber RS dilaksanakan pada Minggu 25 Desember
2022 pukul 16.00-16.35 selama 35 menit.

Untuk memperkuat hasil wawancara peneliti melakukan observasi selama


wawancara terhadap kedua narasumber. Semua data hasil penelitian diuraikan
berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Subjek MA
a) Awal kesadaran orientasi seksual
Saat SMP subjek sudah menyadari bahwa ia memiliki kecenderungan
suka dengan perempuan, subjek menyadarinya saat duduk di kelas 2 atau kelas
3 SMP. Pada saat itu subjek sering menonton Anime bertemakan Boys Love
(BL) sehingga subjek menyadari dan mencontohnya.

“Semenjak tau anime, oh ternyata cowok ama cowok bisa, cewek sama cewek
bisa, karena waktu SD udah tau gitu, cuman kayaknya aku mikir bisa sama
cewek itu dari SMP kelas 1, tapi belum berpacaran dan aku mulai berpacaran
tuh pas SMA.” (MA, W1, 24/10/2022, 3-8)

Saat pertama kali menjalin hubungan dengan perempuan subjek merasa


lebih nyaman dan gampang untuk intim dimanapun dia berada.

18
“Hem em he em, orang orang pada ngira kalau aku sama cowo kaya bisa
lebih manja, bisa dilindungi gitu tapi kalo sama cewe itu kaya gimana ya? e..
ck, kaya lebih gampang banget buat intim gitu loh dimanapun berada. kan
cewe sama cewe kan temenan jalan pegangan tangan biasa aja kan.” (MA,
W2, 24/12/2022, 59-67)

b) Alasan subjek menjadi biseksual


Saat subjek mengetahui bahwa sesama jenis boleh menjalani hubungan,
oleh karena itu subjek tertarik untuk mencobanya, namun akhirnya ia
keterusan sampai sekarang.

“Yahh, ke aku pengen nyoba aja sih, ehh boleh juga, coba dulu dehh ehh
ternyata keterusann sampe sekarang.” (MA, W1, 24/10/2022, 19-12)

Subjek menjadi individu biseksual atas kemauan sendiri, bukan karena


pengaruh dari lingkungan ataupun keluarga.

“Kemauan sendiri, gada yang sangkut pautin sih. (berdehem).” (MA, W2,
24/12/2022, 51-52)

Selain itu subjek menjadi individu biseksual karena adanya trauma masa
lalu, subjek pernah dilecehkan, dan subjek mendengar cerita dari temannya
yang memiliki pasangan temprament sehingga membuat dia memiliki
pandangan yang buruk terhadap laki-laki.

“Iyah, iya juga si sebenernya kalo untuk menjerumusi aku ke hal itu kenapa
aku bisa sama cewe ya karna diri aku mau. tapi kalo untuk pernah dilecehin
sama cowo, ya pernah. tapi gak sampe trauma banget. cuman ya kalo
misalnya pandanganku sekarang ke cowo yang begitu ya kurang ajar.
brengsek banget. ko lu nafsuan? gitu. jadi kalo aku takut sama cowo ya
takutnya gitu aja sih. sama cewe juga sama nafsuan jugak kan tergantung
pasanganya.” (MA, W2, 24/12/2022, 93-103)

“Iya he eh. trus juga sekalinya sama cowo, eh apasih, sering banget orang
cerita kalo cowonya gini kaya kasar, pokonya cowo yang aku percaya cuma

19
bapaku sama adiku doang. sisanya brengsek semua.” (MA, W2, 24/12/2022,
105-109)

c) Keputusan untuk coming out


Keputusan subjek untuk coming out, karena subjek sudah merasa
nyaman dengan keadaan dirinya yang sekarang tanpa memperdulikan
perkataan negative dari orang sekitar, dan pandangan orang lain terhadap
dirinnya

“Ada pastinya ada, cuman aku kayak yaudah, sampe ada yang bilang “ lu
ngapain si begini ada cowok juga ngapain suka sama cewek segala, kata aku
ko ngatur situ siapa? serah lu mau nerima gua apa nggak yah bodo amat,
lagian serah gua lah gua yang berhubungan ngapa lu yang ribet, jadi
terserah lu mau temanan ama gua yah weh nggak yaudah.” (MA, W1,
24/10/2022, 89-97)

Selain itu subjek mudah untuk coming out karena lingkungannya yang
mendukung, dan support yang banyak dari teman-temannya sehingga
membuat subjek merasa nyaman bercerita dan terbuka dengan keadaan dirinya
yang biseksual.

“Mungkin terlalu banyak support sih, dari sekitarku. karna gada yang
nentang. Temen temenku pada dukung nerima jadi yauda aku juga jadi
nyaman. Tapikan kalo misalkan dari lingkungan ku yang setuju, jadi aku
susah.” (MA, W2, 24/12/2022, 34-39)

d) Tanggapan orang saat coming out


Tanggapan keluarga (kakak dan adik kandung) tidak mempermasalahkan
akan hal itu selama subjek bahagia, namun orang tua subjek belum
mengetahui bahwa dirinya masuk dalam orietasi biseksual dan mungkin
tanggapan orang tuanya subjek jelas menentang akan hal itu jika
mengetahuinya.

“Udah tau cuman orang tua nggak, kaka kandung sama adek kandung udah
tau, dan tanggapan mereka juga terserah.” (MA, W1 24/10/2022, 24-36)

20
“Eee.. keluarga jelas menentanglah, cuma mereka kan gatau. Jadi aku kaya
bertopeng aja” (MA, W2, 24/12/2022, 161-163)

Selain itu tanggapan dan respon lingkungan subjek juga mendukung,


karena teman-teman tertarik dengan hal yang berbau LGBT dan berpandangan
bahwa hubungan tidak memandang gender.

“Emm… teman-teman terdekat ku dulu yang tau, karena mereka juga suka
sama hal-hal yang berbau LGBT, Pas mereka tau aku ke gitu “ohh lu sama
cewek ? ko bisa, kenapa ? cuman nanya-nanya kenapa, nggak kenapa-kenapa
cuman coba-coba ehh beneran sayang, teman-teman juga ohh yaudah selagi
lu bahagia mah cuman mereka nanggapinnya ke seakan-akan nggak bedain
gitu loh hubungan cowok sama cewek, kalau cowok kan wajar gini-gini,
nggak ke gitu tapi mereka ke hubungan pada umumnya gitu loh jadi nggak
memandang hubungan cowok sama ceweknya jadi yaudah, lu ngejalanin
hubungan sama orang ini sayang,udah padangan cowok ama cewek sama”
(MA, W1, 24/10/2022, 56-72)

“Hmmmm, semua temenku sih ya setuju setuju aja, kaya selagi lu bahagia ya
silahkan, gada yang kaya apaan sih begini? ngapain sih? tapi kalo misalnya
aku balik normal ya mereka seneng-seneng aja. jadi ya “terserah lu yang
penting gua dukung lu.” (MA, W2, 24/12/2022, 128-135)

e) Penerimaan diri
Subjek cukup cepat dalam menerima keadaan dirinya karena subjek
sudah mampu memahami bahwa dirinya termasuk dalam golongan biseksual
hal ini terbukti bahwa subjek sudah bisa terbuka ke lingkungan sekitarnya dan
subjek cenderung memiliki sifat yang cuek atau bodo amat sehingga ini
mempercepat proses penerimaan dirinya.

“Ada pastinya ada, cuman aku kayak yaudah, sampe ada yang bilang “ lu
ngapain si begini ada cowok juga ngapain suka sama cewek segala, kata aku
ko ngatur situ siapa? serah lu mau nerima gua apa nggak yah bodo amat,
lagian serah gua lah gua yang berhubungan ngapa lu yang ribet, jadi

21
terserah lu mau temanan ama gua yah weh nggak yaudah.” (MA, W1,
24/10/2022, 89-97)

“Iya bener, dan itu juga sebagai alasanku kalo ada yang cat calling. Mungkin
kaya misalnya ditempat kerjaku biasanya kan ada cowo yang goda godain
gitulah, aku cuma jawab “oh sorry gua lesbi”. Padahal aku ya suka cowo
juga tapi ya jadi kaya udah lu jauh jauh gitu geli.” (MA, W2, 24/12/202, 170-
176)

f) Rencana masa depan


Subjek memiliki rencana masa depan akan menikah dengan laki-laki,
namun masih ada keraguan dalam dirinya untuk menjalani hubungan
kedepannya akan seperti apa, karena subjek masih focus untuk mencapai karir
atau target dalam hidupnya.

“Pasti berhenti. Eee, Tapi berhentinya kapan aku masih belum tau karna
masih banyak hal yang pengen aku capai gitu. tapi untuk sementara yang
sekarang ini aku pengen sama cewe dlu aja sama cowonya nanti ajalah kalo
mau serius. biar langsung nikah ajalah. cuman ya, pasti susah sih. diantara
aku, sama pasanganku ceweku ini, kan berat lah masa ditinggal nikah. gabisa
dimiliki.” (MA, W2, 24/12/2022, 148-157)

2) Subjek RS
a) Awal kesadaran orientasi seksual
Saat SMA subjek sudah menyadari bahwa ia termasuk kedalam orientasi
biseksual, dan mulai tertarik terhadap sesama jenis sejak duduk dibangku
kelas 2 SMA.

“Kalau saya mengetahui jika saya menerima diri saya tuh pas kelas 11 sih,
kelas 2 SMA.” (RS, W1, 5/11/2022, 4-6)

Awalnya subjek hanya coba-coba berhubungan dengan sesama jenis, dan


merasa nyaman dengan hubungan tersebut, dan akhirnya subjek menyadari
bahwa dia sudah masuk dalam bagian dari biseksual.

22
“Menurut saya sejak pacaran sama dia sih. Jadi kayak saya menganggap dia
bukan sekedar sahabat doang, gitu. Karena dia.. terus saya orangnya juga
orang berpikiran terbuka gitu ya jadi saya langsung nyantol aja kepikiran
‘Oh, mungkin gua suka cewek cowok gitu’. Tapi ada kadang di satu sisi saya
juga ga terlalu peduli sih kayak ya udah, mau suka cewek, mau suka cowok,
mau suka apa ya terserah aja kayak saya orangnya terlalu let it flow gitu
lho.” (RS, W2, 25/12/2022, 210-219)

b) Alasan subjek menjadi biseksual


Faktor yang melatarbelakangi subjek menjadi individu biseksual, karena
subjek berfikir ternyata menyukai sesama jenis itu hal yang biasa karena
menurutnya hubungan tidak memandang gender. Namun subjek lebih prefer
ke cowok tapi dia juga bisa menerima perempuan.

“Faktor yang melatarbelakangi gak spesifik-spesifik banget sih kak, saya tuh
pernah pacaran sama cewek, ya gitu saya berfikir oh ternyata kita tuh bisa
suka sama cewek.” (RS, W1, 5/11/2022, 16-20)

“Kadang saya berfikir, saya itu panseksual yang sama sekali gak memandang
gender, ternyata saya masih prefer ke cowok, tapi saya juga bisa menerima
cewek juga sih.” (RS, W1, 5/11/2022, 23-26)

Subjek lebih merasa nyaman berhubungan dengan perempuan, dan mulai


tertarik untuk menjalani hubungan dengannya, subjek sering kali mengagumi
perempuan secara terang-terangan didepan orang sekitarnya.

“Iya karena saya nyaman. Saya kalo liat cowok masih ngakuin ya kayak
misalnya ada cowok ganteng lewat saya masih ngakuin ‘Oh, dia ganteng’ tapi
kayak yaudah dia ganteng gitu doang.” (RS, W2, 25/12/2022, 227-231)

“Iya, cewek kalau cantik saya akui cantik. Sebenernya orang-orang di sekitar
saya itu kayaknya juga curiga ya saya suka sesama gender, soalnya saya
kayak saya di Jakarta ini kayak terlalu terang-terangan gitu lho, kalo ada
cewek cantik saya ‘Ih cantik banget sih’ gitu atau kalau ada cewek cantik
lewat saya kayak yang ‘Eh cantik banget, naksir’ gitu. Tapi kayaknya mereka

23
tuh, entah mereka nganggep saya becandaan atau emang ga peduli tapi
menurut saya sebenarnya ngakuin kalau kita itu suka sesama gender tuh ga
seburuk itu juga.” (RS, W2, 25/12/2022, 234-245)

Selain itu faktor yang mempengaruhi subjek menjadi individu biseksual


karena dari orang tua subjek yang cenderung bersifat abusive, sehingga subjek
merasa takut untuk berhubungan dengan laki-laki.

“Nggak hehehe agak takut, saya orangnya tuh kalau ada cowok yang deketin
saya cari tau dulu motifnya apa, saya sebenernya agak benci sih sama cowok,
kayak gimana gitu yaa.” (RS, W1, 5/11/2022, 136-140)

“Kalau dibilang faktor sebenernya saya ragu juga ya, apakah itu sebenarnya
mempengaruhi atau engga. Tapi kalau dipikir-pikir lagi mungkin iya.” (RS,
W2, 25/12/2022, 166-169)

c) Keputusan untuk coming out


Keputusan subjek untuk coming out dilingkungan yang sekarang karena
dia merasa bahwa lingkungan yang sekarang pemikirannya sudah open
minded, berbanding terbalik dengan lingkungan tempat tinggalnya yang
cenderung masih menganggap hal itu tabu, sehingga subjek sulit untuk
coming out dengan lingkungannya, ditambah lagi orang tuanya yang strict
parent membuatnya semakin takut dan tidak nyaman untuk terbuka dengan
keadaan dirinya yang sekarang.

“Orang disekitar ada temen, tapi kalau keluarga nggak.” (RS, W1, 5/11/2022,
36-37)

“Iya tapi saya kan asal padang ya, tapi bukan temen yang dipadang, tapi
temen aku yang baru disini.” (RS, W1, 5/11/2022, 40-42)

“Tapi kan kita nggak tau masa depan kita kayak gimana ya… tapi kalau mau
ngasih tau orang tua kayaknya nggak sih, soalnya saya juga tinggalnya di
keluarga yang strict parents.”(RS, W1, 5/12/2022, 162-166)

24
“Kalau temen di sini ada, satu atau dua orang gitu yang saya rasa mungkin
dia orangnya open minded terus bisa nerima gitu.” (RS, W2, 25/12/2022, 119-
121)

Dalam lingkungan yang sekarang subjek merasa mudah untuk coming


out atau terbuka karena teman-temannya berpandangan bahwa hubungan tidak
selalu memandang gender.

“Kalau tentang orientasi seksual sejauh ini gak pernah dapet hate speech sih,
kayak orang yang saya kasih tau tuh langsung biasa aja gitu ‘Oh, oh’ gitu.
Gak seserem yang di bayangin juga.” (RS, W2, 25/12/2022, 137-140)

d) Tanggapan orang saat coming out


Tanggapan dan respon orang sekitar yang mengetahui bahwa subjek
termasuk dalam orietasi biseksual mereka menganggap bahwa orang yang
menyukai sesama jenis itu termasuk hal yang lumrah dan kemungkinan
mereka sudah sering menemukan orang yang sejenis.

“Eeemm… saya ceritanya milih juga ya, saya ngira ini orang kayaknya open
minded deh, terus saya coba cerita ke mereka dan responnya biasa aja sih,
katanya itu ya hal yang lumrah.” (RS, W1, 5/11/2022, 46-50)

“Mereka biasa aja sih, mungkin karena udah sering nemu orang yg sejenis
juga kali ya.” (RS, W2, 25/12/2022, 128-129)

e) Penerimaan diri
Dalam proses penerimaan diri subjek cukup bisa mengatasi keadaan
tersebut, walaupun awalnya subjek ada perasaan sulit untuk menerima bahwa
dia termasuk dalam biseksual.

“Tapi disini saya nggak ada trouble menerima diri sih, saya kayak tau kalau
orang tuh bisa suka sama yang segender, terus saya kayak ‘Oh mungkin saya
bagian dari ini’ terus saya juga gak langsung bisa nerima itu sih, saya juga
ngetes diri saya tapi ternyata ada perasaan tertarik sama cewek juga, tapi itu
lebih ke orang yang belum dikenal biasanya.” (RS, W1, 5/11/2022, 85-93)

25
Disini subjek lebih focus untuk mengatasi depresinya, karena dia sering
kali menyalahkan dirinya sendiri terhadap apa yang ia alami.

“Iya. Kalau orientasi seksual saya biasa aja, ga ada kepikiran kayak gitu
tapi kalau misalkan ga nerima diri sendiri itu ya pernah, tapi bukan karena
saya suka cewek tapi karena.. saya tuh pernah depresi jadi fokus saya tuh ke
nyalahin diri saya sendiri.” (RS, W2, 25/11/2022, 256-261)

f) Rencana masa depan


Rencana subjek kedepannya yaitu tidak ingin pulang kampung karena
merasa sudah nyaman dan banyak perubahan dalam diri subjek yang sekarang.

“Ee, saya sejauh ini misalkan bisa saya ga pengen balik ke sana (tertawa).”
(RS, W2, 25/12/2022, 268-269)

Subjek merasa lebih maju dilingkungan yang sekarang, lingkungan yang


dulu membuat subjek tertekan dan depresi sehingga ia tidak memikirkan
rencana masa depan jangka panjang karena subjek berfikir kemungkinan tidak
ada hari esok.

“(tertawa) ya karena nggak, nggak mau aja gitu. Saya mau punya hidup baru
disini. Ya tapi ya gitu ya, saya masih punya orang tua, saya harus balik lagi
kalau libur semester. Terus kalau untuk masa depan saya belum kepikiran sih,
tapi mungkin saya bisa berubah ya, saya gatau juga hehe. Soalnya kalau
boleh jujur ya, saya tuh ga yakin saya besok aja masih hidup apa engga, saya
ga yakin. Jadi kayak saya ga terlalu mikirin hari esok gitu (tertawa kecil), ga
ada rencana cadangan.” (RS, W2, 25/12/2022, 271-281)

“Iya, karena menurut saya, saya yang sekarang ini aja tuh udah lebih banyak
kemajuannya aja gitu loh.” (RS, W2, 25/12/2022, 285-287)

26
4.3 Pembahasan

1. Awal kesadaran orientasi seksual


Berdasarkan hasil penelitian pada subjek MA dapat diketahui bahwa
subjek pertama kali menyadari dirinya termasuk kedalam orientasi biseksual
ketika ia duduk dibangku SMP. Berawal dari MA suka menonton Anime Boys
Love, akhirnya subjek tertarik untuk mencoba berhubungan dengan sesama jenis.
Sementara itu pada subjek RS, subjek pertama kali menyadari bahwa ia termasuk
kedalam orientasi biseksual dan mulai tertarik pada sesama jenis yaitu sejak ia
duduk dibangku kelas 2 SMA. Raulin (2003) menjelaskan bahwa sebagian
individu menyadari orientasi seksualnya saat menginjak pubertas. Troiden (1979)
juga menjelaskan bahwa individu menyadari bahwa ia menyukai sesama jenis
pada tahap awal (sebelum usia 13 tahun) dan pada tahap akhir (sekitar usia 13-17
tahun).

2. Alasan menjadi biseksual


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada kedua subjek, dapat
dilihat alasan subjek menjadi biseksual pada subjek MA, yaitu sejak menonton
Anime Boys Love akhirnya subjek tertarik untuk mencoba berhubungan dengan
sesama jenis, namun akhirnya ia keterusan sampai sekarang. Faktor lainnya
subjek pernah dilecehkan oleh laki-laki yang membuatnya memiliki pandangan
yang buruk terhadap laki-laki. Sama hal nya dengan MA subjek RS pun awalnya
juga mencoba-coba dan berpikir bahwa sesama perempuan bisa saling menyukai
dan menjalin hubungan. Selain itu, faktor lain yang menjadi alasan subjek
memiliki orientasi biseksual karena RS memiliki orangtua yang bersikap abusive,
sehingga RS merasa takut untuk berhubungan dengan laki-laki. Hal ini sejalan
dengan pendapat Nugraha (2008), yang menyatakan bahwa biseksual terbentuk
karena adanya faktor pendorong dari luar individu yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan keturunan, bisa jadi karena lingkungan tempat tinggal, pola
asuh, pengalaman masa lalu yang dalam hal ini yaitu pelecehan seksual.

3. Keputusan untuk coming out


Menurut Troiden (dalam Eliason & Schope, 2007), tahap coming out
merupakan tahapan dimana individu dapat menerima dan menampilkan identitas
diri mereka.

27
Subjek MA memutuskan untuk coming out karena ia merasa nyaman
dengan keadaan dirinya dan tidak begitu memperdulikan perkataan negatif dari
orang lain. Subjek MA juga memutuskan untuk coming out karena lingkungan
yang mendukung dan mendapatkan banyak support dari teman-temanya. Hal ini
membuat subjek mudah memutuskan untuk coming out mengenai orientasi
seksualnya.
Keputusan subjek RS untuk coming out juga didasarkan pada
lingkunganya saat ini yang mendukung. RS merasa bahwa lingkungannya yang
sekarang sudah memiliki pemikiran yang terbuka namun, berbeda dengan
lingkungan tempat asalnya. Subjek memutuskan untuk tidak terbuka mengenai
orientasi seksualnya kepada orangtua dan lingkungan asalnya dikarenakan pola
asuh orangtua yang strict dan lingkungan yang masih memiliki pemikiran tabu
mengenai hal tersebut.

4. Tanggapan orang saat coming out


Berdasarkan hasil penelitian terhadap subjek MA terkait dengan
tanggapan keluarga saat mengetahui orientasi biseksual subjek, keluarga subjek
(kakak dan adik kandung) sudah mengetahui dan tidak mempermasalahkan akan
hal tersebut, namun orang tua subjek belum mengetahuinya, bahwa subjek masuk
dalam orientasi biseksual, dalam hal ini jika orang tua subjek mengetahui,
mereka jelas menentang.Tanggapan dan respon lingkungannya juga sangat
mendukung, mereka beranggapan bahwa hubungan tidak memandang gender
oleh karena itu subjek merasa nyaman untuk terbuka akan orientasi seksualnya,
dan teman-temannya mendukung selama hal itu membuat subjek bahagia.
Dan dari hasil penelitian subjek RS, keluarga tidak mengetahui akan
orietasi seksual subjek, karena subjek tidak berani untuk coming out kepada
keluarganya, yang dimana subjek berasal dari keluarga yang taat agama dan pasti
menentang hal tersebut jika mengetahuinya. Dilingkungan tempat tinggal subjek
yang lama, subjek tidak dapat terbuka akan orietasi seksual nya karena mereka
menganggap bahwa hal tersebut menyimpang dari ajaran agama sedangkan
tanggapan lingkungan subjek yang sekarang mereka menganggap hal tersebut hal
yang lumrah.
Meskipun lebih terbuka kepada lingkungan pertemanannya, namun
individu gay, lesbian, dan biseksual tetap merahasiakan identitas seksual mereka

28
dari keluarga (Galink, 2013). Hal ini dikarenakan melakukan coming out kepada
keluarga jauh lebih sulit daripada kepada teman.

5. Penerimaan diri
Sikap "penerimaan diri", menurut Chaplin (1999), adalah sikap di mana
seseorang pada dasarnya puas dengan dirinya sendiri, karakteristik dan
keterampilannya sendiri, serta memahami keterbatasannya sendiri. Kesehatan
psikologis individu, penerimaan orang lain, dan keinginan untuk membuka atau
mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan tanggapan kepada orang lain
semuanya terkait dengan kemampuan seseorang untuk merangkul diri sendiri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, subjek MA sudah mampu
memahami dan menerima keadaan dirinya sebagai biseksual, karena sifat cuek
dan bodo amat yang dimiliki subjek dan didukung oleh teman- teman sekitar
subjek yang open minded, membuat proses penerimaan diri subjek berjalan
mudah dan cepat. Sedangkan dalam proses penerimaan diri, subjek RS cukup
bisa mengatasi keadaan tersebut, walaupun awalnya subjek belum bisa menerima
dirinya bahwa ia termasuk dalam orietasi biseksual, namun disini subjek lebih
fokus untuk mengatasi depresinya, karena subjek yang suka menyalahkan dirinya
terhadap apa yang dia alami.
Jersild (dalam Sari & Nuryoto, 2002) menyatakan bahwa individu yang
memiliki penerimaan diri merupakan individu yang merasa mempunyai hak
untuk memiliki ide-ide, keinginan-keinginan, dan harapan-harapan tertentu untuk
masa depan.

6. Rencana masa depan


Untuk orientasi masa depan subjek MA berencana untuk menikah dengan
laki-laki akan tetapi masih ragu dalam memutuskan untuk menjalani hubungan
kedepanya, dikarenakan masih fokus untuk mencapai tujuan dan target dalam
hidupnya. Berbeda dengan subjek RS yang belum memiliki rencana untuk
kedepanya, sekarang ia lebih fokus untuk menjalani kehidupan saat ini karena
subjek memiliki riwayat depresi, oleh karena itu ia tidak memikirkan rencana
masa depan jangka panjang.

29
Dengan adanya penerimaan diri yang baik, maka individu akan memiliki
keyakinan pada standar dan prinsip dalam dirinya tanpa dipengaruhi oleh orang
lain (Jersild, dalam Sari & Nuryoto, 2002).

4.4 Keterbatasan Penelitian


Berdasarkan pengalaman peneliti pada penelitian ini, ada beberapa keterbatasan
yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang dapat untuk lebih diperhatikan lagi
bagi peneliti-peneliti selanjutnya, karena penelitian ini sendiri tentu memiliki kekurangan
yang perlu diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya. Terdapat beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Pada penelitian ini, terdapat kesulitan dalam mencari subjek dikarenakan


banyaknya induvidu biseksual yang belum mampu untuk membuka diri.
2. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan subjek melalui
wawancara terkadang tidak memberikan pendapat yang sebenarnya dan
memberikan informasi yang kurang lengkap. Hal ini terjadi karena kadang
perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman yang berbeda setiap subjek,
serta ada faktor lain seperti kejujuran dan keterbukaan subjek.

4.5 Keunikan Penelitian


Keunikan dalam penelitian yang kami teliti adalah hal yang berat ketika
seseorang mengakui dan menerima bahwa dirinya adalah biseksual. Dibutuhkan
keberanian yang luar biasa untuk melakukan hal itu. Individu harus benar-benar
mempersiapkan diri secara psikologis sebelum melakukannya. Bahkan setelah individu
mampu menguasai dirinya sendiri, individu harus siap menerima respon dari keluarga dan
kemungkinan konsekuensi atas pengakuannya, sehingga keluarga akhirnya tahu.
Keluarga dan masyarakat akan memberikan berbagai macam reaksi, baik yang
mendukung maupun menolak. Dilema dan konflik pasti akan dihadapi ketika seseorang
memutuskan untuk menjadi biseksual.

Oleh karena itu maka signifikansi dan keunikan penelitian dari penelitian yang
berjudul “penerimaan diri pada individu biseksual” ini berasal dari subjek yang teliti yaitu
dua orang perempuan biseksual sehingga penelitian ini bisa menjadi membandingkan,
apakah ada perbedaan pembentukan biseksual dilihat dari jenis kelamin seseorang pada
penelitian selanjutnya.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kedua subjek biseksual memiliki


kesamaan yaitu sama sama atas kemauan sendiri, bukan karena pengaruh dari lingkungan
maupun keluarga. Selain itu, adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
merupakan salah satu faktor subjek menjadi biseksual. Saat awal proses kesadaran diri,
subjek memiliki perasaan sulit untuk menerima bahwa dirinya termasuk adalam
biseksual. Kemudian, lama-kelamaan dalam proses kesadaran diri subjek cukup bisa
mengatasi keadaan dirinya karena subjek sudah mampu menyadari bahwa dirinya
termasuk golongan biseksual. Subjek sudah bisa lebih terbuka terhadap lingkungan
sekitar dan cenderung memiliki sifat yang cuek, hal ini mampu mempercepat proses
penerimaan dirinya. Subjek merasa perlu fokus untuk mengatasi depresinya karena sering
menyalahkan diri-sendiri terhadap apa yang sedang di alami. Kedua subjek juga
memberitahu orientasi seksual tersebut ke orang lain (coming out), yaitu teman-teman
terdekat. Keputusan untuk terbuka ke orang lain juga merupakan salah satu tanda bahwa
mereka dapat menerima dan mengakui sebagai seorang biseksual.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Praktis


1. Bagi orang yang memiliki orientasi seksual biseksual, agar dapat melihat kembali
keadaan lingkungan sekitar tempat mereka tinggal sehingga mampu menyesuaikan
tuntutan internal dan eksternal. Hal ini dikarenakan berguna untuk melanjutkan
proses hidup yang lebih positif dan produktif.
2. Bagi masyarakat, Pentingnya pemahaman terhadap keberagaman orientasi seksual
atau SOGI (Sexual Orientation & Gender Identity) diharapkan masyarakat
memiliki penerimaan yang baik terhadap individu dengan orientasi biseksual dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Bagi pembaca agar lebih menambah wawasan dan menambah keterbukaan
pemikiran dalam melihat sisi kemanusiaan yang dianggap marginal. Terutama pada
masalah moralitas dan pendapat. Sebagai makhluk sosial kita harus melihat seluruh

31
sisi ruangan tanpa memberikan pendapat yang kurang berkenan terhadap invidu
yang terlihat berbeda dari realitas sosial.

5.2.2 Saran Teoritis

Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah subjek dengan


latar belakang dan rentang usia yang beragam menggunakan wawancara yang lebih
mendalam, terutama dalam menggali perasaan-perasaan yang dimiliki subjek yang
akan bermanfaat sebagai konseling individu yang bingung terhadap orientasi
seksualnya. Selain itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan
subjek dan menjelaskan proses penerimaan diri pada informan yang tidak hanya
perempuan, tetapi juga laki-laki homoseksual dan transgender seksual agar dapat
memperluas gambaran mengenai penerimaan diri dalam ranah LGBT. Pada penelitian
selanjutnya juga dapat memberikan treatment atau interversi menggunakan metode
lain.

32
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, V. N. (2013). Gambaran Penerimaan Diri Pada Remaja Biseksual. Skripsi.


Malang: Universitas Brawijaya.

Chaplin , P. (1999). Kamus Psikologi. Jakarta: PT Grafindo.

Chariri, A. (2009). Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. (Unpublish


Discussion Paper). Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/577/

Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design:
Choosing Among Five Approaches 4th Edition. CA: Sage.

Galink. (2013). Seksualitas Rasa Rainbow Cake: Memahami Keberagaman Orientasi


Seksual Manusia. Yogyakarta: PKIB DIY.

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta:


Salemba Humanika.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hutauruk, R. I. (2019). Studi Deskriptif terhadap Penerimaan Diri Pria Homoseksual


(Gay). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Ihsan, A. A., Puspita, E. M., & Faradillah. (2022). Fenomena konformitas kelompok
biseksual pada mahasiswa. Cognicia, 10(1), 7-12.

Miles, M. B., & Huberman, A. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded


Sourcebook Second Edition. California: Sage Publications Inc.

Miranti, W., & Frieda. (2016). IDENTITAS DIRI WANITA BISEKSUAL: Studi
Fenomenologis pada Wanita Dewasa Awal. Jurnal Empati, 5(1), 167-171.

Moelong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nugraha, B. D. (2007). Mengenali biseksualitas nurani. Journal of Family Psychology,


22, 752-762.

Raulin, M. L. (2003). Abnormal Psychology. USA: Allyn & Bacon.

33
Sari, E., & Nuryoto, S. (2002). Penerimaan Diri pada Lanjut Usia Ditinjau dari
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi, 2, 73-88.

Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV


Alfabeta.

Sulistiana, S. (2016). Kejahatan dan penyimpangan seksual. Bandung: Penerbit Nuansa


Aulia.

Troiden, R. R. (1979). Becoming Homosexual: A Model of Gay Identity Acquisition.


Psychiatry, 362-373.

34
LAMPIRAN 1
Informed Consent

35
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth. Partisipan

di Tempat

Dengan Hormat,
Kami mahasiswa S1 program studi Psikologi Universitas Esa Unggul

Bermaksud akan melaksanakan penelitian yang berjudul“Penerimaan Diri Pada


Individu Biseksual”. Kami mengharapkan partisipasi saudara dalam penelitian yang
kami lakukan, keseluruhan informasi dari saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya
dan indentitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya semata-mata digunakan
untuk pengembangan ilmu dibidang psikologi dan tidak digunakan untuk maksud lain

Sehubungan dengan hal tersebut, maka kami meminta kesediaan saudara untuk
menandatangani kolom dibawah ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan
terimakasih.

Responden Peneliti Peneliti

36
LAMPIRAN 2
Verbatim Subjek

37
Wawancara 1
Subjek 1 (MA)

Senin, 24 Oktober 2022

Tempat: Ruang Kelas lantai 4 kampus Universitas Esa Unggul Harapan Indah Bekasi

Pukul: 14.00 WIB – 15.00 WIB

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1 Peneliti Sejak kapan sih kamu mengetahui


2 tentang LGBT?
3 Subjek Semenjak tau anime, oh ternyata cowok Pertama kali
4 ama cowok bisa, cewek sama cewek bisa, menyadari orientasi
5 karena waktu SD udah tau gitu, cuman seksual (3-8)
6 kayaknya aku mikir bisa sama cewek itu
7 dari SMP kelas 1, tapi belum berpacaran
8 dan aku mulai berpacaran tuh pas SMA.
9 Peneliti Jadi pas tau kamu bagian dari LGBT
10 itu pas SMA?
11 Subjek Bagian yah? Kalo bagian si iya SMA,
12 kalau menurut aku, aku mulai suka sama
13 cewek itu SMP
14 Peneliti Berarti kalo bisa dibilang, mulai
15 tertarik itu pas SMP yahh?
16 Subjek Yahh mulai tertariknya SMP.
17 Peneliti Jadi faktor yang melatarbelakangi
18 karena rasa ingin tau?
19 Subjek Yahh, ke aku pengen nyoba aja sih, ehh Alasan menjadi
20 boleh juga, coba dulu dehh ehh ternyata biseksual (19-21)
21 keterusan sampe sekarang.
22 Peneliti Terus berarti orang sekitar udah tau
23 yahh?

38
24 Subjek Udah tau cuman orang tua nggak, kakak Tanggapan keluarga
25 kandung sama adek kandung udah tau, dan (24-36)
26 tanggapan mereka juga terserah
27 Peneliti Ke tanggapan mereka yaudahlah itu
28 hidup kamu gitu?
29 Subjek Nahh iyaa, cuman awalnya mereka
30 mikirnya apa sih ke gitu, tapi kesini-kesini
31 yaudah, bodo amat selagi nggak terlalu
32 diumbar ke keluarga
33 Peneliti Tapi teman-teman kamu udah tau?
34 Subjek Teman-teman aku udah pada tau sih
35 Peneliti Berarti nggak ada yang ditutup-tutupi
36 yah kecuali sama keluarga?
37 Subjek Iya, kecuali yah kalau teman baru gitu, kan
38 kita liat-liat dulu nih orang bisa nerima
39 gua apa nggak, kalau nggak bisa nerima
40 yah ditutupin cuman yah paling aku suka
41 refleks sih kalau misalnya ada cowok
42 deketin atau orang asing ke deketin, “sorry
43 gua lesbi” yahh sebenarnya aku juga suka
44 cowok tapi yang masuk kriteria aku aja,
45 misal fisik ganteng boleh lahh, tapi kalau
46 cewek dia cantik aku lebih tertarik gitu
47 Peneliti Jadi bisa dibilang ke lebih tertarik sama
48 cewek yah?
49 Subjek Yah cewek, karena cowok gateng terlalu
50 biasa jadi ke ganteng yaudah gitu, tapi
51 kalau cewek cantik ko bisa cantik gitu
52 Peneliti Tadi kan udah ngebahas tentang orang-
53 orang sekitar yang tau jadi respon
54 meraka gimana sih waktu pertama kali
55 tau gitu?
56 Subjek Emm… teman-teman terdekat ku dulu yang Tanggapan
57 tau, karena mereka juga suka sama hal-hal lingkungan (56-72)

39
58 yang berbaur LGBT, Pas mereka tau aku
59 ke gitu “ ohh lu sama cewek ? Ko bisa,
60 kenapa ? Cuman nanya-nanya kenapa,
61 nggak kenapa-kenapa cuman coba-coba
62 ehh beneran sayang, teman-teman juga
63 ohh yaudah selagi lu bahagia mah cuman
64 mereka nanggapinnya ke seakan-akan
65 nggak bedain gitu loh hubungan cowok
66 sama cewek, kalau cowok kan wajar gini-
67 gini, nggak ke gitu tapi mereka ke
68 hubungan pada umumnya gitu loh jadi
69 nggak memandang hubungan cowok sama
70 ceweknya jadi yaudah, lu ngejalanin
71 hubungan sama orang ini sayang,udah
72 padangan cowok ama cewek sama
73 Peneliti Jadi mereka nggak mandang gender
74 atau apa gitu yah?
75 Subjek Iyaaa
76 Peneliti Jadi tergantung individu itu sendiri
77 yah?
78 Subjek Iyahhh bener, jadi ke cowok kasar, cowok
79 nggak boleh kasar sama cewek, tapi kan
80 cewek sama cewek bisa kasar yah jadi
81 mereka yah yaudah selagi aku
82 bahagia,paling kalau aku disakitin mereka
83 marah, marah juga
84 Peneliti Mereka ke supportif gitu yah?
85 Subjek Yahh teman-teman ku gitu semua
86 Peneliti Tapi kamu pernah ketemu nggak sih
87 sama orang yang punya pandangan
88 negatif gitu?
89 Subjek Ada pastinya ada, cuman aku kayak Penerimaan diri (89-
90 yaudah, sampe ada yang bilang “Lu 97)
91 ngapain si begini ada cowok juga ngapain

40
92 suka sama cewek segala, kata aku ko
93 ngatur situ siapa? Serah lu mau nerima
94 gua apa nggak yah bodo amat, lagian
95 serah gua lah gua yang berhubungan
96 ngapa lu yang ribet, jadi terserah lu mau
97 temanan ama gua yah weh nggak yaudah
98 Peneliti Berarti omongan negatif itu nggak ada
99 pengaruhnya gitu yah?
100 Subjek Iya nggak ada yang bikin aku ngedown
101 gitu loh, sebenarnya nggak baik juga sih
102 ke gini tapi yah gimana yah
103 Peneliti Yah sebenarnya bagus juga sih yah
104 omongan negatif itu nggak ada yang
105 sampai dimasukin ke hati
106 Subjek Iya dan ngapain juga dipikirin
107 Peneliti Oke kak, terima kasih atas waktunya
108 Subjek Sama-sama

41
Wawancara 2
Subjek 2 (MA)

Sabtu, 24 Desember 2022

Tempat : Halaman Universitas Esa Unggul

Pukul : 17.00 WIB – 18.30 WIB

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1 Peneliti Kamu anak keberapa dari berapa Latar Belakang


2 saudara ya? Keluarga (3-4, 6-9)
3 Subjek Kedua, perempuan sendiri. Tiga, adik dan
4 kaka ku cowo.
5 Peneliti Oh gitu..
6 Subjek Kakanya papaku itu Gay, hmm. Emang
7 mungkin keturunan kali ya? Lgbt gitu ya.
8 Nurun nya ke aku. Ada sih katanya faktor
9 trauma, juga bisa dari lingkungan.
10 Peneliti Berarti kamu faktornya itu dari
11 lingkungan ya.
12 Subjek Kalo dari lingkungan temen ku yang lesbi Latar Belakang
13 yang deket banget banget lingkungan main Lingkungan (12-14,
14 mah cuma aku sama temen ku itu juga. 18-24)
15 Peneliti Tapi ada gak sih pembahasan yang
16 bilangnya kalo kalian pengen berubah
17 gitu?
18 Subjek Ada lah pasti. heee, kemarin kaya bahas
19 “berarti lu kalo nikah mau ninggalin si
20 pacar lu gitu? aku tanya.” kata dia “ya
21 pasti ninggalin lah.” tapi gua udah
22 mutusin sama pacar gua buat bakal
23 mutusin kaya udah jalanin aja dulu yang di
24 depan kaya gimanapun udh jalanin aja.

42
25 Peneliti Aku mau tanya, coming out buat
26 terbuka sama temen kamu butuh waktu
27 lama nggak sih?
28 Subjek Ngga, sih. Hari itu pacaran, hari itu
29 ngomong ke temen.
30 Peneliti Sangat terbuka ya.
31 Subjek Iya aku sih terbuka aja, dan sadar.
32 Peneliti Apakah ada cara untuk kamu bisa
33 nerima diri?
34 Subjek Mungkin terlalu banyak support sih, dari Penerimaan
35 sekitarku. karna gada yang nentang. Diri/Coming In (34-
36 Temen temenku pada dukung nerima jadi 39)
37 yauda aku juga jadi nyaman. Tapikan kalo
38 misalkan dari lingkungan ku yang setuju,
39 jadi aku susah.
40 Peneliti Oke, pertanyaan selanjutnya sejak SMP
41 kamu sudah mulai tertarik dengan
42 sesama jenis, dan mulai berhubungan
43 itu SMA. Berarti kamu sudah sadar
44 bahwa kamu masuk dalam bagian
45 LGBT.
46 Subjek Iya, betul.
47 Peneliti Awalnya kamu coba-coba ya, kalo boleh
48 tau coba-coba itu karna kemauan
49 sendiri atau karna pengaruh dari temen,
50 keluarga?
51 Subjek Kemauan sendiri, gada yang sangkut Alasan Menjadi
52 pautin sih. (berdehem) Biseksual (51-52)
53 Peneliti kamu bilang lebih nyaman sama
54 perempuan ya?
55 Subjek Iyahhh
56 Peneliti kenapa tuh kalau boleh tau? kan
57 biasanya yang lain itu pada nyaman
58 sama cowo gitu kan?
59 Subjek Hem em he em, orang orang pada ngira Keinginan Seksual

43
60 kalau aku sama cowo kaya bisa lebih (59-67)
61 manja, bisa dilindingi gitu tapi kalo sama
62 cewe itu kaya gimana ya? e.. ck, kaya lebih
63 gampang banget buat intim gituloh
64 dimanapun berada. kan cewe sama cewe
65 kan temenan jalan pegangaan tangan
66 biasa aja kan.
67 Peneliti Kaya gak mikir aneh aneh gitu ya kalo
68 sama cewe..
68 Subjek Iya, bisa bawa kerumah juga Bisa tidur
69 bareng juga Iya dengan santai, kalo cewe
70 sama cowo kan kaya ngeri juga kalo
71 misalnya yah, pergaulan jaman sekarang
72 kan ya pasti mengarah kesana. Aku juga
73 sama cewe begitu kan. Kalo cowo kan
74 ngeri
75 Peneliti Iya bener-bener
76 Subjek Kelewatan dikit wah udah berisi, mending
77 sama cewe aja sih juga lebih masih bisa
78 bebas.
79 Peneliti Berarti kamu lebih merasa nyaman
80 sama cewe dimanapun, kemanapun?
81 Subjek iyaah, he eh. Tapi sekarang juga LDR sih.
82 Iyasih tapi kan lebih mending ya
83 perhatianya itu kan lebih mending peratian
84 ke cowo kaya lebih gitu loh.
85 Peneliti Maaf ka, sebelumnya. Kamu pernah
86 bilang ya, kamu pernah dilecehin sama
87 cowo ya?
88 Subjek Iya pernah sih.
89 Peneliti Apa itu yang membuat kamu, bukan
90 trauma ya, tapi apa itu yang membuat
91 kamu hm kaya mikirnya cowo itu kaya
92 cuma nafsu doang gitu?
93 Subjek Iyah, iya juga si sebenernya kalo untuk Latar Belakang

44
94 menjerumusi aku ke hal itu kenapa aku Masa Lalu (93-104,
95 bisa sama cewe ya karna diri aku mau. tapi 105-109)
96 kalo untuk pernah dilecehin sama cowo, ya
97 pernah. tapi gak sampe trauma banget.
98 cuman ya kalo misalnya pandanganku
99 sekarang ke cowo yang begitu ya kurang
100 ajar. brengsek banget. ko lu nafsuan? gitu.
101 jadi kalo aku takut sama cowo ya takutnya
102 gitu aja sih. sama cewe juga sama nafsuan
103 jugak kan tergantung pasanganya
104 Peneliti Tergantung pasanganya ya..
105 Subjek Iya he eh. trus juga sekalinya sama cowo,
106 eh apasih, sering banget orang cerita kalo
107 cowonya gini kaya kasar, pokonya cowo
108 yang aku percaya cuma bapaku sama
109 adiku doang. sisanya brengsek semua.
110 Peneliti Jadi bisa dibilang kamu ada ketakutan
111 tersendiri ya..
112 Subjek Iya bisa jadi, kalo sama cowo pas udah
113 mau serius aja. Agak lebay sih, kaya
114 bilangnya mau taaruf taaruf sok alim lu,
115 bukan masalah itu tapi kaya kalo misalnya
116 mau serius ya yauda gitu loh karna udah
117 yakin baru lu boleh megang megang gua
118 gituloh. tapi kalo sama cewe kan bebas ya
119 hehe.
120 Peneliti Iya ka,
121 Subjek He eh, agak sok alim ya tapi mau gimana.
122 pengen nya gitu kan. biar serius aja nanti.
123 tunggu udah mulai pas waktunya.
124 (berdeham)
125 Peneliti Reaksi orang orang disekitar kamu pas
126 pertama kalau tau kamu biseksual itu
127 gimana ?
128 Subjek Hmmmm, semua temenku sih ya setuju Tanggapan

45
129 setuju aja, kaya selagi lu bahagia ya Lingkungan (128-
130 silahkan, gada yang kaya apaan sih 135)
131 begini? ngapain sih? tapi kalo misalnya
132 aku balik normal ya mereka seneng-seneng
133 aja. jadi ya terserah lu yang penting gua
134 dukung lu
135 Peneliti Jadi pokonya yang terbaik buat kamu
136 ya.
137 Subjek Iya He eh.
138 Peneliti Tapi ada gak sih ka, perkataan
139 perkataan dari orang sekitar yang buat
140 kamu down, sedih, gitu gak?
141 Subjek Gada sih. Aku sih orangnya bodo amatan.
142 Terserah lu mau suka sama gua sukur
143 engga yauda. bodo amat siapa lu gitu.
144 Peneliti Kalo boleh tau harapan kamu buat
145 kedepanya gimana? tentang hubungan
146 itu kak, mau berhenti kah atau tetep
147 dilanjut?
148 Subjek Pasti berhenti. Eee, Tapi berhentinya Harapan Masa
149 kapan aku masih belum tau karna masih Depan (148-157)
150 banyak hal yang pengen aku capai gitu.
151 tapi untuk sementara yang sekarang ini
152 aku pengen sama cewe dlu aja sama
153 cowonya nanti ajalah kalo mau serius. biar
154 langsung nikah ajalah. cuman ya, pasti
155 susah sih. diantara aku, sama pasanganku
156 ceweku ini, kan berat lah masa ditinggal
157 nikah. gabisa dimiliki. (batuk)
158 Peneliti Kalo misalnya orang orang terdekat
159 kamu menentang hal itu? kamu
160 gimana?
161 Subjek Eee.. keluarga jelas menentanglah, Cuma Tanggapan
162 mereka kan gatau. Jadi aku kaya Keluarga (161-163)
163 bertopeng aja.

46
164 Peneliti Tapi kamu perna kepikiran kepikiran
165 perkataan itu gak ya? berarti kamu
166 kaya lebih udah lah ini pilihan aku.
167 Subjek Iya he ehm, lebih kaya bodo amat. He eh.
168 Peneliti Berarti sekarang lebih menerima diri
169 gitu kan? kaya yaudalah gitu kan. Penerimaan Diri
170 Subjek Iya bener, dan itu juga sebagai alasanku (170-176)
171 kalo ada yang cat calling. Mungkin kaya
172 misalnya ditempat kerjaku biasanya kan
173 ada cowo yang goda godain gitulah, aku
174 cuma jawab oh sorry gua lesbi. padahal
175 aku ya suka cowo juga tapi ya jadi kaya
176 udah lu jauh jauh gitu geli.
177 Peneliti Pertama kali kamu kasih tau itu siapa?
178 Subjek Eess, siapa yaa? temen ku pastinya. temen
179 deket. kaya aku jadian nih sama cewe.
180 terus pada jawab serius lu? ko bisa?
181 mereka sih no komen.
182 Peneliti Terus alasan kamu memberi tau
183 pertama kali ke temen kamu itu
184 kenapa? alasanya percaya buat cerita ke
185 temen kamu ini.
186 Subjek Ya dibilang percaya buat cerita karna ya,
187 cerita-cerita aja sih. biasa aja. gada yang
188 kaya harus dia orang yang bisa gua
189 percaya pasti jaga rahasia gua. gak gitu
190 sih.
191 Peneliti Karna emg udah temen ya jadi cerita-
192 cerita aja ya?
193 Subjek Iya percaya percaya aja.
194 Peneliti Oke ka, terima kasih atas waktunya yaa.
195 Subjek Sama-sama Kak.

47
Wawancara 1
Subjek 2 (RS)

Sabtu, 05 November 2022

Tempat : Halaman kampus subjek

Pukul : 09.00 WIB – 10.00 WIB

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema


1 Peneliti Jadi sejak kapan kamu mengetahui
2 bahwa kamu termasuk kedalam bagian
3 LGBT khususnya biseksual ?
4 Subjek Kalau saya mengetahui jika saya Pertama kali
5 menerima diri saya tuh pas kelas 11 sih, menyadari orientasi
6 kelas 2 SMA. seksual (4-6)
7 Peneliti Berarti pertama kali sadar kalau
8 bagian dari biseksual pas kelas 11 SMA
9 ya, pas udah sadar kalau kamu bagian
10 dari biseksual itu kamu langsung
11 menerima diri gitu ga sih?
12 Subjek Menerimanya itu kelas 11.
13 Peneliti Oh kelas 11, tapi ada gak faktor yang
14 melatarbelakangi kamu menjadi bagian
15 LGBT atau biseksual?
16 Subjek Faktor yang melatarbelakangi gak Alasan menjadi
17 spesifik-spesifik banget sih kak, saya tuh biseksual (16-20)
18 pernah pacaran sama cewek, ya gitu saya
19 berfikir oh ternyata kita tuh bisa suka
20 sama cewek.
21 Peneliti Kayak gak memandang gender atau
22 apa gitu ya
23 Subjek Kadang saya berfikir, saya itu panseksual
24 yang sama sekali gak memandang gender,

48
25 ternyata saya masih prefer ke cowok, tapi
26 saya juga bisa menerima cewek juga sih
27 Peneliti Jadi kayak gak ada faktor khusus yang
28 melatarbelakangi yaa..
29 Subjek Cuman karna saya pernah pacaran sama
30 cewek itu saya gamon hehe…
31 Peneliti Tapi pernah sama cowok juga gak?
32 Subjek Suka sama cowok pernah, tapi kalau
33 pacaran itu belum.
34 Peneliti Okey kalau gitu, kira-kira orang
35 disekitar kamu ada yang tau nggak?
36 Subjek Orang disekitar ada temen, tapi kalau Pengakuan awal
37 keluarga nggak. kepada lingkungan
38 Peneliti Temen kamu berarti mereka udah tau (36-37)
39 yaa
40 Subjek Iya tapi saya kan asal padang ya, tapi
41 bukan temen yang dipadang, tapi temen
42 aku yang baru disini.
43 Peneliti Oh temen baru yang disini.. terus
44 responnya mereka gimana kak pas tau
45 hal itu?
46 Subjek Eeemm… saya ceritanya milih juga ya, Tanggapan orang
47 saya ngira ini orang kayaknya open terdekat (46-50)
48 minded deh, terus saya coba cerita ke
49 mereka dan responnya biasa aja sih,
50 katanya itu ya hal yang lumrah.
51 Peneliti Berarti kayak ngga ngejudge gitu ya
52 Subjek Iya ngga sih
53 Peneliti Kalau misalnya ada kayak orang-orang
54 yang tau gitu terus mereka kasih kesan-
55 kesan negatif tentang kamu, kira-kira
56 respon kamu gimana?
57 Subjek Eemmm kalau saya lebih ke bodoamat sih
58 kak
59 Peneliti Emm gak peduli yaaa

49
60 Subjek Iya hehehe…. Soalnya saya dulu orang
61 yang cukup sensitive sama omongan
62 orang-orang gitu, tapi saya survive terus
63 sekarang saya lebih kayak bodoamat.
64 Peneliti Tapi sekarang masih berhubungan
65 sama cewek atau udah ngga?
66 Subjek Nggak sih, tapi saya itu kalau misalkan
67 saya udah temenan sama cewek itu saya
68 nganggep dia sebagai seseorang yang
69 bisa saya sukai lagi, jadi kadang saya tuh
70 random aja orang-orang stranger gitu,
71 kalau misalkan yang statusnya udah
72 temenan saya ga berani hahaha….
73 Peneliti Oalah iyaa hehehe… kalau sama
74 pacarnya itu berarti masih sampai
75 sekarang?
76 Subjek Bukan, kalau sekarang udah mantan sih,
77 tapi kalau contact-an masih sampai
78 sekarang.
79 Peneliti Itu pacarannya ketemu atau virtual aja
80 gitu?
81 Subjek Virtual sih tapi kadang ketemu, tapi
82 emang awal ketemunya virtual.
83 Peneliti Berarti sekarang kamu udah lebih
84 menerima diri gitu ya?
85 Subjek Tapi disini saya nggak ada trouble Penerimaan diri (85-
86 menerima diri sih, saya kayak tau kalau 93)
87 orang tuh bisa suka sama yang segender,
88 terus saya kayak “ oh mungkin saya
89 bagian dari ini” terus saya juga gak
langsung bisa nerima itu sih, saya juga
90 ngetes diri saya tapi ternyata ada
91 perasaan tertarik sama cewek juga, tapi
92 itu lebih ke orang yang belum dikenal
93 biasanya.

50
94 Peneliti Kalau yang bertemen malah nggak ya
95 Subjek Iyaa takut hehehe….
96 Peneliti Tapi tertariknya itu dalam hal yang
97 kayak ihh dia cantik atau gimana?
98 Subjek Kalau orang-orang kayak bilang ihh dia
99 cantik itu maksudnya kan mereka pengen
100 kayak dia kan, tapi kalau saya bilang ihh
101 dia cantik tapi pengen deket sama dia.
102 Peneliti Oh iyaiyaa, tapi kamu pernah kayak
103 down gitu gak sih pas awal-awal ?
104 Subjek Saya emang awalnya depresi sih, saya Keadaan diri subjek
105 pernah ke psikiater.. nah katanya sih (104-113)
106 depresi persisten, tapi abis kena diagnosa
107 itu saya nggak dilanjutin lagi sama orang
108 tua saya, karena orang tua saya gak
109 percaya, masa-masa SMA tuh masa-masa
110 survive saya sih, terus sekarang dapat
111 lingkungan yang baru, orang-orang yang
112 baru, jadi saya kayak lebih baik dari pada
113 sebelumnya.
114 Peneliti Seharusnya ada orang-orang disekitar
115 yang ngertiin yaa… berusaha kayak
116 support kamu, jadi lingkungannya
117 positif gitu
118 Subjek Iya kalau yang sekarang sih ada, kalau
119 dulu nggak. Nah dia ini yang support saat
120 saya lagi survive gitu. Tapi sekarang udah
121 putus, dia udah punya pacar juga. Jadi
122 sekarang kita temenan aja.
123 Peneliti Tapi untuk masalah seksualitasnya, ada
124 keinginan untuk sama cewek juga atau
125 ngga?
126 Subjek Kalau misalkan nih ketemuan paling Keinginan seksual
127 nakalnya tuh pengen pelukan doang, tapi (126-132)
128 kalau saya lihat yang kayak gitu tuh ada,

51
129 tapi bukan yang kayak cowok ya, kalau
130 cowok kan nafsunya tuh gitu, kalau cewek
131 tuh paling pengen pelukan doang, kadang
132 pengen jagain dia.
133 Peneliti Ohh oke oke hehe…tapi kalau misalkan
134 ada laki-laki yang deketin, kamu mau
135 ngga?
136 Subjek Nggak hehehe agak takut, saya orangnya
137 tuh kalau ada cowok yang deketin saya
138 cari tau dulu motifnya apa, saya
139 sebenernya agak benci sih sama cowok,
140 kayak gimana gitu yaa…
141 Peneliti Ohh berarti ada landasan trauma gitu
142 ya
143 Subjek Iya ada, tapi saya kalau ke lingkungan Menggali trauma
144 gak ada masalah sih, tapi kalau ada masa lalu (143-153)
145 orang lain yang ngebrukuk saya gak
146 selalu suka sama cowok, yaudah biasa
147 aja. Tapi misalkan ini orang kemungkinan
148 berhubungan dengan keluarga saya baru
149 saya takut. Tapi kalau disini di
150 lingkungan baru saya, saya anak rantau
151 yaudah saya gak terlalu takut, karena gak
152 ada kemungkinan ada yang kenal dengan
153 keluarga saya.
154 Peneliti Tapi nanti bakal ada rencana buat
155 ngasih tau orang tua nggak ?
156 Subjek Aku sih mikirnya kalau misalkan saya
157 ngasih tau ini 5 tahun 6 tahun
158 kedepannya, saya maunya sih married
159 free.
160 Peneliti Berarti tetep gak ada rencana buat
161 ngasih tau yaa…
162 Subjek Tapi kan kita nggak tau masa depan kita
163 kayak gimana ya… tapi kalau mau ngasih

52
164 tau orang tua kayaknya nggak sih,
165 soalnya saya juga tinggalnya di keluarga
166 yang strict parents.
167 Peneliti Tapi kamu lebih ke cewek ya
168 tertariknya?
169 Subjek Cowok sih, tapi anehnya saya gak pernah
170 berhubungan sama cowok hahaha
171 Peneliti Ada ketakutan ya kak atau gimana?
172 Subjek Iya, kadang saya suka sama orang tuh
173 saya doang yang suka, kalau misalkan
174 orang yang suka sama saya, saya jadi
175 curiga.
176 Peneliti Curiganya tuh maksudnya kayak
177 gimana?
178 Subjek Ga mungkin pasti ada motif lain.
179 Peneliti Ohh iya iya. Oke ka, terima kasih atas
180 waktunya yaa.
181 Subjek Sama-sama Kak.

53
Wawancara 2
Subjek 2 (RS)

Sabtu 25 Desember 2022

Tempat : Google Meeting

Pukul : 16.00 WIB – 16.35 WIB

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema


1 Peneliti Berdasarkan wawancara kemarin, kamu Latar belakang
2 bilang kalau kamu asalnya dari padang keluarga (4-23)
3 bukan?
4 Subjek Iya benar
5 Peneliti Itu tuh, dari sekeluarga emang tinggal
6 disitu?
7 Subjek Iya, tinggalnya disana. Di Jakarta ini baru 1
8 semester
9 Peneliti Hmm, jadi emang merantau disini ya?
10 Subjek Iya, benar
11 Peneliti Jadi, kecil sampe SMA juga di padang, gitu?
12 Subjek Iya
13 Peneliti Oh iya, kalau boleh tau kamu berapa
14 saudara?
15 Subjek Saya anak pertama dari empat bersaudara,
16 adik saya ada tiga.
17 Peneliti Oh, ada 3. Berarti kalau yang tiga lainnya
18 di?
19 Subjek Di Padang
20 Peneliti Berarti kamu anak perempuan sendiri apa
21 gimana?
22 Subjek Saya tuh bersaudara duanya cewek satunya
23 cowok.
24 Peneliti Terus kan kalau yang kita tahu ya, Padang

54
25 itu terkenal sama budayanya yang kental
26 gitu kan ya tentang agama. Kira-kira gimana
27 sih, ada kayak ajaran tertentu atau nilai-
28 nilai yang keluarga kamu tuh pegang banget,
29 gitu nggak?
30 Subjek Ya saya memang dibesarkan dengan keluarga
31 yang ketat agama sih, kak.
32 Peneliti Terus kira-kira ada pengalaman atau kayak
33 kamu ngerasa tertekan ga terkait ajaran-
34 ajaran itu?
35 Subjek Hmm, iya sih. Menurut saya kalau agama itu Ketidaknyamanan
36 balik ke kita masing-masing aja sih, ga perlu dengan nilai-nilai
37 dipaksa-paksain jadi ya mungkin saya ga dan budaya di
38 cocoknya dengan lingkungan lama saya itu ya tempat asal (35-
39 karena itu.. karena saya orangnya ga suka 40)
40 ditekan.
41 Peneliti Jadi, kalau di keluarga sendiri karena
42 terkenal sama budaya yang kental dan bikin
43 tertekan makanya kamu kurang nyaman
45 gitu ya?
46 Subjek Iya benar.
47 Peneliti Oke.. tadi kan kamu bilang kalau latar
48 belakang kamu kental sama budaya dan
49 agama-agama, nah kalau misalnya orang tua
50 kamu tahu kalau kamu suka sama sesama
51 jenis gitu..
52 Subjek Udah pernah dicurigain sih. Pengalaman masa
53 Peneliti Terus tanggapan mereka gimana? lalu (52-77)
54 Subjek Saya dianter ke psikiater. Tapi mungkin mereka
55 ngiranya habis keluar dari psikiater udah sehat
56 atau gimana. Jadi ya, saya pernah dianterin ke
57 psikiater karena satu dua hal terus balik dari
58 sana, ya.. saya act normal aja jadi sekarang
59 udah ngga lagi. Udah ga ada kecurigaan lagi.
60 Peneliti Jadi, pas dibawa ke psikiater waktu masih di

55
61 Padang ya?
62 Subjek Iya, waktu saya kelas 2 SMP.
63 Peneliti Ooh, kelas 2 SMP. Oke tadi kan katanya
64 kamu pernah dicurigain, maksudnya
65 dicurigain itu gimana?
66 Subjek Karena waktu itu saya di SMP kan emm, sering
67 masuk BK ya. Karena saya ketauan main hp di
68 kelas, terus dari ketauan main hp di kelas itu
69 kayak ada temen sekelas yang cepu, dia bilang
70 ke guru BK-nya kalau saya suka BL. Suka baca
71 BL, gitu. Jadi dari anggapan saya suka liat
72 cowok sama cowok gitu, mereka beranggapan
73 kalau saya eee, suka cewek gitu. Gatau, saya
74 juga kurang ngerti sih (tertawa) korelasinya.
75 Maksudnya kan saya suka cowok sama cowok
76 ya tapi kenapa dikira orientasi seksual saya
77 sukanya sama cewek.
78 Peneliti Cuman perkara kamu katanya suka nonton
79 BL gitu ya?
80 Subjek Iya. Tapi di umur saya yang 2 SMP itu saya
81 belum tahu kalau saya suka sesama gender.
82 Peneliti Belum notice, ya.
83 Subjek Iya, belum notice.
84 Peneliti Ee, terus tadi kan udah nanyain tentang
85 nilai-nilai yang mungkin ada di keluarga
86 kamu yang dari Padang itu. Kira-kira dari
87 pola asuh keluarga kamu yang religius
88 banget itu ada pengaruhnya gak ke diri
89 kamu sendiri?
90 Subjek Ada, ayah saya abusive. Pola asuh orang
91 Peneliti Bisa kamu ceritain lagi gak detailnya tua (90-96)
92 gimana?
93 Subjek (tertawa kecil) apaan ya, saya bingung juga
94 mau ceritain apa tapi ayah saya itu abusive
95 juga jadi kayak saya pernah di satu masa saya

56
96 benci cowok, kayak gitu deh.
97 Peneliti Em, apakah abusive itu berkaitan dengan..
98 Subjek Kalau dipiki-dipikir ya menurut saya enggak
99 berkaitan sih dengan orientasi seksual tapi itu
100 ninggalin trauma.
101 Peneliti Tapi dari perilaku abusive itu dari ajaran
102 yang religius gitu?
103 Subjek Hm, menurut saya lebih ke mental orang tua
104 saya sih. Yang religius itu sebenarnya kakek
105 nenek saya. Orang tua saya nggak terlalu
106 religius. Tapi ya, mungkin mereka ada satu dua
107 hal dari masa lalu jadi kayak ya, mentalnya
108 belum ini
109 Peneliti Jadi dari pola asuh orang tua kamu itu ngg..
110 mempengaruhi juga gitu ya.
111 Subjek Ya mempengaruhi mental saya.
112 Peneliti Terus kamu kan dari Padang merantau
113 kesini, nah kira-kira dari padang itu ada
114 temen deket gitu ga?
115 Subjek Ada, ada tapi dia ga tau sih. Saya biasanya Keputusan untuk
116 kalau cerita masalah orientasi seksual itu ke coming out (115-
117 temen online. 117, 119-121)
118 Peneliti Berarti temen sini juga ga ada yang tau?
119 Subjek Kalau temen di sini ada, satu atau dua orang
120 gitu yang saya rasa mungkin dia orangnya open
121 minded terus bisa nerima gitu.
122 Peneliti Berarti itu termasuk temen deket gitu?
123 Subjek Iya, kalau disini ya, kalau di lingkungan kuliah
124 ya.
125 Peneliti Terus tanggapan mereka waktu kamu ngasih
126 tau kalau orientasi seksual kamu itu
127 biseksual gimana?
128 Subjek Mereka biasa aja sih, mungkin karena udah Tanggapan
129 sering nemu orang yg sejenis juga kali ya. lingkungan (128-
130 Peneliti Ooh, gitu. Terus kira-kira kamu pernah gak 129)

57
131 dapet kayak perkataan-perkataan dari orang
132 sekitar yang bisa bikin kamu down atau
133 kepikiran atau sedih gitu?
134 Subjek Ini konteksnya masih ee tentang orientasi
135 seksual bukan kak?
136 Peneliti Iya.
137 Subjek Kalau tentang orientasi seksual sejauh ini gak
138 pernah dapet hate speech sih, kayak orang yang
139 saya kasih tau tuh langsung biasa aja gitu “Oh,
140 oh” gitu. Gak seserem yang di bayangin juga.
141 Peneliti Berarti sejauh ini belum pernah ketemu ya
142 sama orang yang ngejudge gitu waktu kamu
143 ngasih tau gitu, nggak ya?
144 Subjek Nggak. Karena juga saya selektif banget mau
145 ngasih tau ke siapa.
146 Peneliti Nah, dari antara semua orang yang kamu
147 kenal nih, yang paling berpengaruh dalam
148 hidup kamu itu lebih ke keluarga atau temen
149 sih?
150 Subjek Temen.
151 Peneliti Berarti untuk keluarga kamu memang
152 kurang terbuka gitu ya.
153 Subjek Iya saya ga nyaman, ya ga terbuka sih. Keterbukaan diri
154 Peneliti Waktu wawancara yang pertama itu kan kepada keluarga
155 kamu bilang kalau pernah benci sama cowok (153)
156 gara-gara pernah ada cowok yang
157 ngedeketin kamu bukan sih?
158 Subjek Oh, saya pernah.
159 Peneliti Terus, berarti itu juga salah satu trauma
160 kan.
161 Subjek Iya, saya merasa dimanipulasi gitu.
162 Peneliti Oh iya, sama yang kamu bilang tadi katanya
163 ayah kamu abusive gitu, nah berarti
164 faktornya ada di orang tua sama tadi temen
165 cowok?

58
166 Subjek Kalau dibilang faktor sebenernya saya ragu Faktor trauma
167 juga ya, apakah itu sebenarnya mempengaruhi masa lalu (166-
168 atau engga. Tapi kalau dipikir-pikir lagi 169)
169 mungkin iya.
170 Peneliti Nah itu, abusive itu berarti dalam artian
171 ayahmu, maaf, memperlakukan kamu kasar
172 atau dengan pernah pukulin kamu atau
173 dengan kata-kata atau gimana ya?
174 Subjek Pukul.
175 Peneliti Gimana sih kamu memandang orang-orang
176 di sekitar kamu, kayak keluarga atau temen-
177 temen kamu itu gimana?
178 Subjek Kalau keluarga saya baik sih, secara umum Cara pandang ke
179 baik, maksudnya kayak dulu ada beberapa hal keluarga &
180 yang bikin trauma gitu tapi belakangan ini lingkungan sekitar
181 udah lebih baik. tapi yang namanya trauma ya.. (178-186)
182 trauma ya jadi saya kayak gak bisa percaya
183 sama mereka lagi. Terus, kalau temen sejauh
184 ini juga baik-baik. Saya berteman dengan siapa
185 aja tapi kalo buat ceritain hal kayak gini gini
186 gitu milih-milih sih.
187 Peneliti Terus, kalo cara pandang kamu ke diri
188 kamu sendiri itu gimana?
189 Subjek (tertawa kecil) gimana ya bingung saya. Eee Cara pandang ke
190 saya orangnya bodo amatan ya, saya yang diri sendiri (189-
191 kayak gak peduli. Kalo menurut saya saya ga 194)
192 peduli tapi kadang ada beberapa temen saya
193 yang bilang kalau saya orangnya perhatian.
194 Jadi saya bingung hehe.
195 Peneliti Berarti kayak bertolak belakang ya dari
196 pandangan buat diri kamu sendiri sama
197 pandangan orang lain.
198 Subjek Iya, kadang apa yang saya pikir tentang diri
199 saya kata temen saya enggak, sebaliknya.
200 Peneliti Oh iya.. Nah, waktu kamu menyadari kalau

59
201 orientasi seksualmu berbeda itu kapan?
202 SMA bukan sih?
203 Subjek SMA iya, kelas 11.
204 Peneliti Boleh diceritain ga lebih rinci saat kamu
205 menyadari tentang orientasi seksual kamu
206 pada saat itu?
207 Subjek Ee, saya udah pernah cerita ngga sih kalau
208 saya punya mantan cewek?
209 Peneliti Ooh udah udah.
210 Subjek Menurut saya sejak pacaran sama dia sih. Jadi Pertama kali
211 kayak saya menganggap dia bukan sekedar menyadari
212 sahabat doang, gitu. Karena dia.. terus saya orientasi seksual
213 orangnya juga orang berpikiran terbuka gitu ya (210-219, 249-
214 jadi saya langsung nyantol aja kepikiran “Oh, 252)
215 mungkin gua suka cewek cowok gitu”. Tapi ada
216 kadang di satu sisi saya juga ga terlalu peduli
217 sih kayak ya udah, mau suka cewek, mau suka
218 cowok, mau suka apa ya terserah aja kayak
219 saya orangnya terlalu let it flow gitu lho.
220 Peneliti Oh iya-iya. Terus kamu ini tuh tertarik
221 karena pengen coba-coba ataukah ada
222 pengaruh dari luar gitu lingkungan kamu?
223 Subjek Awalnya pengen coba-coba (tertawa kecil)
224 Peneliti Terus kamu tertarik sama sesama jenis kan.
225 Subjek He em.
226 Peneliti Itu karena kamu nyaman?
227 Subjek Iya karena saya nyaman. Saya kalo liat cowok Alasan menjadi
228 masih ngakuin ya kayak misalnya ada cowok biseksual (227-
229 ganteng lewat saya masih ngakuin “Oh, dia 231, 234-245,
230 ganteng” tapi kayak yaudah dia ganteng gitu 166-169)
231 doang.
232 Peneliti Tapi itu berlaku ya kayak sama cewek juga
233 gitu?
234 Subjek Iya, cewek kalau cantik saya akui cantik.
235 Sebenernya orang-orang di sekitar saya itu

60
236 kayaknya juga curiga ya saya suka sesama
237 gender, soalnya saya kayak saya di Jakarta ini
238 kayak terlalu terang-terangan gitu lho, kalo ada
239 cewek cantik saya “Ih cantik banget sih” gitu
240 atau kalau ada cewek cantik lewat saya kayak
241 yang “Eh cantik banget, naksir” gitu. Tapi
242 kayaknya mereka tuh, entah mereka nganggep
243 saya becandaan atau emang ga peduli tapi
244 menurut saya sebenarnya ngakuin kalau kita itu
245 suka sesama gender tuh ga seburuk itu juga.
246 Peneliti Nah terus perasaan kamu saat kamu sadar
247 kalau “Oh, ternyata saya biseksual” itu
248 gimana pertama kali?
249 Subjek Biasa aja. Kalau orientasi seksual saya biasa
250 aja, kayak saya udah maklumin gitu loh kalau
251 ya
252 emang yang kayak gitu tuh ada di dunia ini.
253 Peneliti Berarti secara ga langsung ee kamu
254 bilangnya kamu bisa nerima diri sendiri
255 gitu?
256 Subjek Iya. Kalau orientasi seksual saya biasa aja, ga Penerimaan diri
257 ada kepikiran kayak gitu tapi kalau misalkan ga (256-261, 323-
258 nerima diri sendiri itu ya pernah, tapi bukan 324)
259 karena saya suka cewek tapi karena.. saya tuh
260 pernah depresi jadi fokus saya tuh ke nyalahin
261 diri saya sendiri.
262 Peneliti Berarti ga ada masalah ya sama orientasi
263 seksual
264 Subjek Iya, kalau orientasi seksual saya engga.
265 Peneliti Mengenai latar belakang keluarga kamu
266 yang juga strict mengenai LGBT, kira-kira
267 gimana rencana kamu untuk kedepannya?
268 Subjek Ee, saya sejauh ini misalkan bisa saya ga Rencana masa
269 pengen balik ke sana (tertawa) depan (268-281)
270 Peneliti Kenapa?

61
271 Subjek (tertawa) ya karena nggak, nggak mau aja gitu.
272 Saya mau punya hidup baru disini. Ya tapi ya
273 gitu ya, saya masih punya orang tua, saya
274 harus balik lagi kalau libur semester. Terus
275 kalau untuk masa depan saya belum kepikiran
276 sih, tapi mungkin saya bisa berubah ya, saya
277 gatau juga hehe. Soalnya kalau boleh jujur ya,
278 saya tuh ga yakin saya besok aja masih hidup
279 apa engga, saya ga yakin. Jadi kayak saya ga
280 terlalu mikirin hari esok gitu (tertawa kecil), ga
281 ada rencana cadangan.
282 Peneliti Berarti untuk saat ini lebih fokus ke sini aja
283 gitu, ga ada pikiran misalnya kedepannya
284 mau berubah atau gimana gitu belum ya.
285 Subjek Iya, karena menurut saya, saya yang sekarang
286 ini aja tuh udah lebih banyak kemajuannya aja
287 gitu loh.
288 Peneliti Gimana tuh kemajuannya?
289 Subjek (menunjukkan lengannya) nih ini ga ada, ga
290 ada bekas luka lagi kan, dulu saya rame nih
291 rame hehe.
292 Peneliti Berarti kamu merasa kalau diri kamu
293 sendiri yang saat ini itu udah..
294 Subjek Iya, udah jauh lebih baik gitu.
295 Peneliti Oh iya. Terus tadi kamu bilang kalau bisa ga
296 balik ke rumah, boleh kamu ceritain ga?
297 Soalnya kan biasanya anak rantau pengen
298 pulang gitu kan, kayak homesick gitu
299 biasanya
300 Subjek Emm, gimana ya. Menurut saya lingkungan
301 saya yang lama tuh ga cocok buat saya. Terus
302 kayak temen-temen saya disana juga orangnya
303 terlalu gimana ya, pokoknya saya kayak
304 ngerasa ga nyaman aja disana gitu. Karena
305 saya ngerasa ga cocok sama mindset mereka,

62
306 orang-orang yang seperti itu jadi kadang kayak
307 risik aja gitu. Ga nyaman. Bukan cuman
308 orientasi seksual doang tapi kayak dari segala
309 aspek mereka tuh orang terbelakang gitu lho
310 menurut saya. Pemikirannya ya maksudnya.
311 Peneliti Oke, berarti kayak merasa emang bukan
312 tempat kamu gitu ya. Bukan lingkungan
313 kamu banget.
314 Subjek He em. Saya tuh butuh orang-orang yang
315 pemikirannya luas, orang-orang yang kayak
316 bisa ngasih saya ilmu baru dari pengalaman
317 gitu lho. Saya orangnya suka berexperience
318 tapi kalo ketemu orang yang gitu-gitu doang
319 kayak ah ga suka.
320 Peneliti Berarti kamu intinya itu lebih menerima diri
321 kamu sendiri gitu, maksudnya ga ada
322 struggle.
323 Subjek Iya, kalau dalam penerimaan diri saya ga ada
324 struggle.
325 Peneliti Oke, udah semua sih. Makasih ya.
326 Subjek Sama-sama kak.

63

Anda mungkin juga menyukai