PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat, suatu budaya
tertentu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat tertentu (walau bagaimanapun kecilnya).
Dalam pengertian budaya, ada tiga elemen yaitu:1. Merupakanproduk budidaya
manusia, 2. Menentukan ciri seseorang, 3. Manusia tidak akan bisa dipisahkan dari
budayanya.
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-
hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.Konseling
meliputi dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan
potensi-potensi yang yang unik dari individu untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut .
Konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya
bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif.
Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan
melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya,
dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsive secara kultural. Dengan demikian,
maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor
dan klien
Keterampilan konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan keterampilan untuk
berhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Dengan
banyaknya berlatih untuk berhubungan dengan masyarakat luas, maka konselor akan
mendapatkan keterampilan (perilaku) yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk menunjang
pelaksanaan konseling lintas budaya dibutuhkan konselor yang mempunyai spesifikasi.
kompetensi kesadaran, pengetahuan dan keterampilan
B. Rumusan Masalah
1. Apa Standar Dan Dimensi Kompetensi Konseling Lintas Budaya Serta Kode Etik
Dan Kompetensi Konselor Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
Jelaslah bahwa kebutuhan konseling lintas Budaya diperlukan dan sangat penting terkait
penerapan etika dan kebutuhan kerja profesional konseling.
Sue & Sue (1990) mengorganisir karakteristik konselor dalam tiga dimensi :
a. Konselor yang berketarampilan budaya adalah seorang yang aktif berproses menjadi
sadar terhadap anggapan-anggapannya tentang tingkah laku manusia, nilai-nilai,
bias-bias, keterbatasan pribadi, dan sebagainya
b. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif memahami
pandangannya terhadap perbedaan budaya klien tampa penilaian yang negative
c. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif dalam proses
pengembangan dan menerapkan secara tepat, televan, dan sensitif menggunakan
strategi dan keterampilan intervensi sesuai dengan perbedaan budaya klien
Keyakinan dan sikap konselor terhadap ras dan etnis minoritas, kebutuhan meneliti bias-
bias dan steriotipe, pengembagan menuju orentasi positif multikulturalisasi, nilai-nilai dan
bias-bias konselor yang menghalangi efektifitas konseling lintas budaya
b. Pengetahuan
Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap cara
pandangnya sendiri, memiliki pengetahuan khusus tentang budaya kelompok partner
kerjannya, memahami pengaruh sosiopolotik
c. Keterampilan
2
Kompetensi-kompetensi konseling litas budaya : sebuah kerangka kerja konseptual.
Pembahasan kompetensi konselor lintas budaya dikembangkan atas kemungkinan 3
karakteristik X 3 dimensi sebagai dasar matrik pengembangan, dalam tiga karakteristik
tersebut memiliki tiga dimensi dengan demikian secara keseluruhan terdapat sembilan
kompetensi konselor litas budaya, untuk lebih jelas sebagai berikut :
2. Pengetahuan
Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan khusus tentang rasial, warisan budaya,
dan bagaimana hal tersebut secara pribadi dan secara profesional mempengaruhi
pengertian-pengertiannya, bias-bias normalitas-abnormalitas, serta proses konseling
Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana
tekanan, rasial, deskriminasi dan striotipe mempengaruhi pribadi dan kerjanya
Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dampak sosialnya berpengaruh pada
orang lain. Mereka tahu tentang perbedaan gaya komunikasi, bagaimana gayanya
bertentangan atau menunjang proses konselingnya, dan tahu bagaimana
mengantisifasi akibat-akibatnya pada orang lain
3. Keterampilan
Konselor lintas budaya mencari bidang pendidikan, konsultasi, dan pengalaman
pelatihan dalam memperkaya pemahamannya dan efektifitas kerjannya dalam
populasi budaya yang berbeda. Untuk mengenali keterbatasan kopetensinya mereka
harus: berkonsultasi, studi atau latihan lanjutan, menjadi lebih berkualifikasi, terlibat
dalam tiga aspek tersebut
Konselor lintas budaya secara konstan mencari pemahaman dirinya sebagai rasial,
berbudaya dan secara aktif mencari identitas non rasial
3
B. Pemahaman cara Pandang Terhadap Perbedaan Budaya Klien
2. Pengetahuan
Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan khusus dan informasi tentang
kelompok tertentu dari klien yang sedang dihadapinya
Konselor lintas budaya memahami bagaimana ras, budaya, etnis, berpengaruh pada
pembentukan pribadi, pemilihan pekerjaan, ganguan psikologis, ketepatan dan
ketidaktepatan pendekatan konseling
Konselor lintas budaya memahami dan memiliki pengetahuan tentang pengaruh
sosiopolitik yang berbenturan dengan kehidupan ras tertentu maupun etnis minoritas
3. Keterampilan
Konselor lintas budaya cukup mengenal riset yang relevan dan penemuan mutakhir
tentang kesehatan mental, gangguan mental pada berbagai ras dan etnis
Konselor lintas budaya aktif terlibat dengan individu dari minoritas tertentu diluar
seting konseling.
2. Pengetahuan
Konselor lintas budaya mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang jelas, eksplisit
tentang karakteristik umum konseling dan terapi dan bagaimana jika dia bertentangan
dengan nilai-nilai budaya dari berbagai kelompok minoritas
Konselor lintas budaya sadar akan hambatan secara lembaga yang menghambat para
kaum minoritas memanfaatkan layanan kesehatan mental
Konselor lintas budaya mempunyai pengetahuan tentang potensi bias alat-alat
pengukuran dan menggunakan prosedur, mengiterprestasi temuan berdasar budaya
dan karakteristik bahasa klien
4
Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan tentang struktur keluarga para
minoritas, herarki, nilai-nilai, dan keyakina
Konselor lintas budaya sadar akan relevansi perbedaan praktek-praktek pada tingkat
sosial dan komunitas tertentu yang memungkinkan mempengaruhi kesejahteraan
psikologis populasi yang mendapat pelayanan
3. Keterampilan
Konselor lintas budaya memiliki keterampilan dalam berbagai macam respon verbal
maupun nonverbal, mereka dapat mengirim dan menerima respon verbal maupun non
verbal secara akurat dan tepat. Dia juga dapat mengatisipasi akibat negatif
keterbatasan dan ketidaktepatan cara/gaya bantuannya
Konselor lintas budaya dapat melatih keterampilan intervesi secara lembaga atas
nama kliennya. Mereka dapat membnatu klien menentukan masalah mana yang
bersumber dari rasisme, atau bias-bias lain, sehingga klien secara tidak tepat
menyalahkan dirinya.
Konselor lintas budaya tidak menentang untuk mencari konsultasi secara tepat dengan
para penyembuh tradisional, para religius, para pemimpin agama, para praktisi, dalam
proses tretmennya pada klien yang berbeda budaya
Konselor lintas budaya bertanggung jawab atas interaksi dalam bahasa-bahasa yang
diminta klien; hal ini juga memungkinkan reveral ke pihak luar secara tepat.
Permasalahan yang sering muncul adalah konselor tidak memiliki kemampuan bahasa
sesuai dengan klien. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan :
a) mencari terjemah yang memiliki pengetahuan bahasa dan latar belakang profesi yang
tepat
b) Menunjuk konselor yang cakap dalam bahasa
c) Konselor lintas budaya memiliki keahlian dalam menggunakan intrumen testing dan
pengukuran tradisional
d) Konselor lintas budaya dapat menghadirkan dan juga menghilangkan bias, prasangka,
dan praktek-praktek diskriminasi
e) Konselor lintas budaya bertanggungjawab membelajarkan klien dalam proses
intervensi psikologi seperti tujuan, harapan, keabsahan, dan orentasi konselor.
1. Memiliki nilai, sikap. Ketrampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi
bimbingan dan konseling
2. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor.
1. Nilai, sikap, ketrampilan, pengetahuan dan wawasan yang harus dimiliki konselor :
2. Pengakuan Kewenangan
Pengakuan Keahlian
Kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yg diberikan kepadanya.
a. Catatan tentang diri klien spt; wawancara, testing, surat-menyurat, rekaman dan data
lain merupakan informasi yg bersifat rahasia dan hanya boleh dipergunakan untuk
kepentingan klien.
b. Penggunaan data/informasi dimungkinkan untuk keperluan riset atau pendidikan
calon konselor sepanjang identitas klien dirahasiakan
c. Penyampaian informasi ttg klien kepada keluarganya atau anggota profesi lain
membutuhkan persetujuan klien
d. Penggunaan informasi ttg Klien dalam rangka konsultasi dgn anggota profesi yang
sama atau yang lain dpt dibenarkan asalkan kepentingan klien dan tidak merugikan
klien.
6
e. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
2. Testing
Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya.
a. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas ttg sifat, atau ciri kepribadian
subyek untuk kepentingan pelayanan
b. Konselor wajib mmebrikan orientasi yg tepat pada klien dan orang tua mengenai
alasan digunakannya tes, arti dan kegunaannya.
c. Penggunaan satu jenis tes wajib mengikuti pedoman atau petunjuk yg berlaku bg tes
tsb.
d. Data hasil testing wajib diintegrasikan dgn informasi lain baik dari klien maupun
sumber lain
e. Hasil testing hanya dapat diberitahukan pada pihak lain sejauh ada hubungannya dgn
usaha bantuan kepada klien.
3. Riset
a. Dalam mempergunakan riset thdp manusia, wajib dihindari hal yang merugikan
subyek
b. Dalam melaporkan hasil riset, identitas klien sebagai subyek wajib dijaga
kerahasiannya.
C. PROSES PELAYANAN
1. Hubungan dalam Pemberian Pelayanan
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dlm hubungan antara klien
dgn konselor.
b. Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses
konseling belum mencapai hasil konkrit
c. Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan bila klien tidak memperoleh
manfaat dari hubungan tsb.
a. Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dengan klien bila dia menyadari tidak
dapat memberikan bantuan pada klien
b. Bila pengiriman ke ahli disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor
menyarankan kepada klien dengan bantuan konselor untuk berkonsultasi kepada
orang atau badan yang punya keahlian yg relevan.
c. Bila Konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirm ke ahli lain, namun klien
menolak pergi melakukannya, maka konselor mempertimbangkan apa baik dan
buruknya.
8
B. Keterikatan Kelambagaan
1. Setiap konselor yang bekerja dalam siuatu lembaga, selama pelayanan konseling tetap
menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.
2. Konselor wajib memepertanggungjawabkan pekerjaannya kpd atasannya, namun
berhak atas perlindungan dari lembaga tsb dalam menjalankan profesinya.
3. Konselor yang bekerja dalam suatu lembaga wajib mengetahu program kegiatan
lembaga tsb, dan pekrjaan konselor dianggap sebagai sumbangankhas dalam
mencapai tujuan lembaga tsb.
4. Jika Konselor tidak menemukan kecocokan mengenai ketentuan dan kebijaksanaan
lembaga tsb, maka konselor wajib mengundurkan diri dari lembaga tersebut.
1. Konselor yang praktek mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan
kelembagaan tertentu, tetap mentaati kode etik jabatan sebagai konselor dan berhak
mendapat perlindungan dari rekan seprofesi.
2. Konselor Privat wajib memperoleh izin praktik dari organisasi profesi yakni ABKIN
9
1. Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia
mentaati kode etik
2. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap pelanggaran terhadap kode etik
akan merugikan diri sendiri, klien, lembaga dan pihak lain yg terkait.
3. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan sangsi berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh ABKIN
10
3. Menunjukkan integritas dan 3.1 Menampilkan kepribadian dan
stabilitas kepribadian yang kuat perilaku yang terpuji (seperti
jujur, sabar, ramah, dan
konsisten )
1.5.Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kesehatan mental dalam upaya
pepelayanan bimbingan dan
konseling
11
2. Menguasai konsep dan praksis 2.1 Menguasai hakikat asesmen
asesmen untuk memahami
kondisi, masalah, dan 2.2 Memilih teknik asesmen yang
kebutuhan konseli sesuai dengan kebutuhan
pelayanan bimbingan dan
konseling
12
arah profesi bimbingan dan
konseling.
13
bimbingan dan
konseling.
14
profesi
konseling
konseling
15
15.2 Menginformasikan hasil
pepelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait
sesuai dengan prinsip dan asas
profesi bimbingan dan konseling.
2. . Mengimplementasikan 16.1 Bekerja sama dengan pihak-
kolaborasi intern dan pihak terkait di dalam tempat
antarprofesi bekerja (seperti guru, orang tua,
tenaga administrasi)
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Standar dan dimensi kompetensi konseling lintas budaya serta kode etik dan kompetensi
konselor Indonesia jelas bahwa kebutuhan konseling lintas Budaya diperlukan dan sangat
penting terkait penerapan etika dan kebutuhan kerja profesional konseling.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia Merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh
setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia
17
Daftar Pustaka
http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t60-info-kode-etik-konselor-
indonesiahttps://eko13.wordpress.com/2008/03/18/standar-kompetensi-konselor/
http://aaryant.blogspot.co.id/2011/10/etika-konseling-lintas-budaya.html?m=1
18