Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat, suatu budaya
tertentu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat tertentu (walau bagaimanapun kecilnya).
Dalam pengertian budaya, ada tiga elemen yaitu:1. Merupakanproduk budidaya
manusia, 2. Menentukan ciri seseorang, 3. Manusia tidak akan bisa dipisahkan dari
budayanya.
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-
hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu.Konseling
meliputi dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan
potensi-potensi yang yang unik dari individu untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut .
Konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya
bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif.
Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan
melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya,
dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsive secara kultural. Dengan demikian,
maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor
dan klien
Keterampilan konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan keterampilan untuk
berhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Dengan
banyaknya berlatih untuk berhubungan dengan masyarakat luas, maka konselor akan
mendapatkan keterampilan (perilaku) yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk menunjang
pelaksanaan konseling lintas budaya dibutuhkan konselor yang mempunyai spesifikasi.
kompetensi kesadaran, pengetahuan dan keterampilan

B. Rumusan Masalah

1. Apa Standar Dan Dimensi Kompetensi Konseling Lintas Budaya Serta Kode Etik
Dan Kompetensi Konselor Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

STANDAR DAN DIMENSI KOMPETENSI KONSELING LINTAS BUDAYA SERTA


KODE ETIK DAN KOMPETENSI KONSELOR INDONESIA

A. KOMPETENSI DAN STANDAR KONSELING LINTAS BUDAYA

Jelaslah bahwa kebutuhan konseling lintas Budaya diperlukan dan sangat penting terkait
penerapan etika dan kebutuhan kerja profesional konseling.

1. Kompetensi konseling Lintas Budaya

Sue & Sue (1990) mengorganisir karakteristik konselor dalam tiga dimensi :

a. Konselor yang berketarampilan budaya adalah seorang yang aktif berproses menjadi
sadar terhadap anggapan-anggapannya tentang tingkah laku manusia, nilai-nilai,
bias-bias, keterbatasan pribadi, dan sebagainya
b. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif memahami
pandangannya terhadap perbedaan budaya klien tampa penilaian yang negative
c. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif dalam proses
pengembangan dan menerapkan secara tepat, televan, dan sensitif menggunakan
strategi dan keterampilan intervensi sesuai dengan perbedaan budaya klien

2. Dimensi Kompetensi Kultural

Kompetensi konseling lintas budaya terbagai atas tiga dimensi yaitu :

a. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan dan sikap konselor terhadap ras dan etnis minoritas, kebutuhan meneliti bias-
bias dan steriotipe, pengembagan menuju orentasi positif multikulturalisasi, nilai-nilai dan
bias-bias konselor yang menghalangi efektifitas konseling lintas budaya

b. Pengetahuan

Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap cara
pandangnya sendiri, memiliki pengetahuan khusus tentang budaya kelompok partner
kerjannya, memahami pengaruh sosiopolotik

c. Keterampilan

Konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan keterampilannya untuk berhubungan


dengan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

2
Kompetensi-kompetensi konseling litas budaya : sebuah kerangka kerja konseptual.
Pembahasan kompetensi konselor lintas budaya dikembangkan atas kemungkinan 3
karakteristik X 3 dimensi sebagai dasar matrik pengembangan, dalam tiga karakteristik
tersebut memiliki tiga dimensi dengan demikian secara keseluruhan terdapat sembilan
kompetensi konselor litas budaya, untuk lebih jelas sebagai berikut :

A. Kesadaran Konselor Terhadap Asumsi-Asumsi, Nilai, Kebiasaan sendiri

1. Keyakinan dan sikap


 Konselor lintas budaya harus mengubah ketidaksadarannya menuju kesadaran
budaya serta cukup sensitif terhadap warisan budaya sendiri untuk menilai dan
menghormati perbedaan-perbedaan
 Konselor lintas budaya menyadari bagaimana latar belakang budaya dan
pengalaman, sikap, nilai-nilai, dan bias-bias berpengaruh pada proses psikologis
 Konselor lintas budaya dapat mengenali keterbatasan kompetensi kliennya
 Konselor lintas budaya menikmati perbedaan dirinya dengan klien mencakup ras,
etnis, budaya, maupun kepercayaan

2. Pengetahuan
 Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan khusus tentang rasial, warisan budaya,
dan bagaimana hal tersebut secara pribadi dan secara profesional mempengaruhi
pengertian-pengertiannya, bias-bias normalitas-abnormalitas, serta proses konseling
 Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana
tekanan, rasial, deskriminasi dan striotipe mempengaruhi pribadi dan kerjanya
 Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan dampak sosialnya berpengaruh pada
orang lain. Mereka tahu tentang perbedaan gaya komunikasi, bagaimana gayanya
bertentangan atau menunjang proses konselingnya, dan tahu bagaimana
mengantisifasi akibat-akibatnya pada orang lain

3. Keterampilan
 Konselor lintas budaya mencari bidang pendidikan, konsultasi, dan pengalaman
pelatihan dalam memperkaya pemahamannya dan efektifitas kerjannya dalam
populasi budaya yang berbeda. Untuk mengenali keterbatasan kopetensinya mereka
harus: berkonsultasi, studi atau latihan lanjutan, menjadi lebih berkualifikasi, terlibat
dalam tiga aspek tersebut
 Konselor lintas budaya secara konstan mencari pemahaman dirinya sebagai rasial,
berbudaya dan secara aktif mencari identitas non rasial

3
B. Pemahaman cara Pandang Terhadap Perbedaan Budaya Klien

1. Keyakinan dan sikap


 Konselor lintas budaya menyadari reaksi emosional negatifnya terhadap ras maupun
eknik lain yang terbukti murugikan proses konseling
 Konselor litas budaya menyadari streotipenya dan preconcelved Notions
mempengaruhi rasial dan kelompok minoritas lainnya

2. Pengetahuan
 Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan khusus dan informasi tentang
kelompok tertentu dari klien yang sedang dihadapinya
 Konselor lintas budaya memahami bagaimana ras, budaya, etnis, berpengaruh pada
pembentukan pribadi, pemilihan pekerjaan, ganguan psikologis, ketepatan dan
ketidaktepatan pendekatan konseling
 Konselor lintas budaya memahami dan memiliki pengetahuan tentang pengaruh
sosiopolitik yang berbenturan dengan kehidupan ras tertentu maupun etnis minoritas

3. Keterampilan
 Konselor lintas budaya cukup mengenal riset yang relevan dan penemuan mutakhir
tentang kesehatan mental, gangguan mental pada berbagai ras dan etnis
 Konselor lintas budaya aktif terlibat dengan individu dari minoritas tertentu diluar
seting konseling.

C. Pengembangan Strategi Intervensi dan Teknik-Teknik yang Tepat


1. Keyakinan dan sikap
 Konselor lintas budaya menghargai keagamaan dan keyakinan klien serta keyakinan
dan nilai-nilai fungsi-fungsi fisik dan mental
 Konselor lintas budaya menghormati praktek-praktek bantuan pribumi menghormati
jaringan bantuan intrinsik masyarakat minorita
 Konselor lintas budaya menghormati ke-dwibahasaan dan tidak memandang bahasa
lain sebagai halangan untuk konseling

2. Pengetahuan
 Konselor lintas budaya mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang jelas, eksplisit
tentang karakteristik umum konseling dan terapi dan bagaimana jika dia bertentangan
dengan nilai-nilai budaya dari berbagai kelompok minoritas
 Konselor lintas budaya sadar akan hambatan secara lembaga yang menghambat para
kaum minoritas memanfaatkan layanan kesehatan mental
 Konselor lintas budaya mempunyai pengetahuan tentang potensi bias alat-alat
pengukuran dan menggunakan prosedur, mengiterprestasi temuan berdasar budaya
dan karakteristik bahasa klien

4
 Konselor lintas budaya memiliki pengetahuan tentang struktur keluarga para
minoritas, herarki, nilai-nilai, dan keyakina
 Konselor lintas budaya sadar akan relevansi perbedaan praktek-praktek pada tingkat
sosial dan komunitas tertentu yang memungkinkan mempengaruhi kesejahteraan
psikologis populasi yang mendapat pelayanan

3. Keterampilan
 Konselor lintas budaya memiliki keterampilan dalam berbagai macam respon verbal
maupun nonverbal, mereka dapat mengirim dan menerima respon verbal maupun non
verbal secara akurat dan tepat. Dia juga dapat mengatisipasi akibat negatif
keterbatasan dan ketidaktepatan cara/gaya bantuannya
 Konselor lintas budaya dapat melatih keterampilan intervesi secara lembaga atas
nama kliennya. Mereka dapat membnatu klien menentukan masalah mana yang
bersumber dari rasisme, atau bias-bias lain, sehingga klien secara tidak tepat
menyalahkan dirinya.
 Konselor lintas budaya tidak menentang untuk mencari konsultasi secara tepat dengan
para penyembuh tradisional, para religius, para pemimpin agama, para praktisi, dalam
proses tretmennya pada klien yang berbeda budaya
 Konselor lintas budaya bertanggung jawab atas interaksi dalam bahasa-bahasa yang
diminta klien; hal ini juga memungkinkan reveral ke pihak luar secara tepat.
Permasalahan yang sering muncul adalah konselor tidak memiliki kemampuan bahasa
sesuai dengan klien. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan :
a) mencari terjemah yang memiliki pengetahuan bahasa dan latar belakang profesi yang
tepat
b) Menunjuk konselor yang cakap dalam bahasa
c) Konselor lintas budaya memiliki keahlian dalam menggunakan intrumen testing dan
pengukuran tradisional
d) Konselor lintas budaya dapat menghadirkan dan juga menghilangkan bias, prasangka,
dan praktek-praktek diskriminasi
e) Konselor lintas budaya bertanggungjawab membelajarkan klien dalam proses
intervensi psikologi seperti tujuan, harapan, keabsahan, dan orentasi konselor.

a. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia;Merupakan landasan moral dan


pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan
oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia

b. DASAR KODE ETIK PROFESI B-K


1. Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha
pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara
Indonesia yang bertanggung jawab
2. Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai
denagn norma-norma yang berlaku
5
II. KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELORA. KUALIFIKASI

1. Memiliki nilai, sikap. Ketrampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi
bimbingan dan konseling
2. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor.

1. Nilai, sikap, ketrampilan, pengetahuan dan wawasan yang harus dimiliki konselor :

a. Konselor wajib terus-menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya


b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati
janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat
c. Konselor wajib memeiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan
yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan seprofesi yang berhubungan dgn
pelaksanaan ketentuan tingkah laku profesional
d. Konselor wajib mengusahakan mutu kerja yang tinggi dan tidak mengutamakan
kepentingan pribadi termasuk material, finansial dan popularitas
e. Konselor wajib trampil dlm menggunakan tekhnik dan prosedur khusus dgn wawasan
luas dan kaidah-kaidah ilmiah

2. Pengakuan Kewenangan

 Pengakuan Keahlian
 Kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yg diberikan kepadanya.

B. INFORMASI, TESTING DAN RISET


1. Penyimpanan dan penggunaan Informasi

a. Catatan tentang diri klien spt; wawancara, testing, surat-menyurat, rekaman dan data
lain merupakan informasi yg bersifat rahasia dan hanya boleh dipergunakan untuk
kepentingan klien.
b. Penggunaan data/informasi dimungkinkan untuk keperluan riset atau pendidikan
calon konselor sepanjang identitas klien dirahasiakan
c. Penyampaian informasi ttg klien kepada keluarganya atau anggota profesi lain
membutuhkan persetujuan klien
d. Penggunaan informasi ttg Klien dalam rangka konsultasi dgn anggota profesi yang
sama atau yang lain dpt dibenarkan asalkan kepentingan klien dan tidak merugikan
klien.

6
e. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakannya.

2. Testing
Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya.

a. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas ttg sifat, atau ciri kepribadian
subyek untuk kepentingan pelayanan
b. Konselor wajib mmebrikan orientasi yg tepat pada klien dan orang tua mengenai
alasan digunakannya tes, arti dan kegunaannya.
c. Penggunaan satu jenis tes wajib mengikuti pedoman atau petunjuk yg berlaku bg tes
tsb.
d. Data hasil testing wajib diintegrasikan dgn informasi lain baik dari klien maupun
sumber lain
e. Hasil testing hanya dapat diberitahukan pada pihak lain sejauh ada hubungannya dgn
usaha bantuan kepada klien.

3. Riset

a. Dalam mempergunakan riset thdp manusia, wajib dihindari hal yang merugikan
subyek
b. Dalam melaporkan hasil riset, identitas klien sebagai subyek wajib dijaga
kerahasiannya.

C. PROSES PELAYANAN
1. Hubungan dalam Pemberian Pelayanan

a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dlm hubungan antara klien
dgn konselor.
b. Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses
konseling belum mencapai hasil konkrit
c. Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan bila klien tidak memperoleh
manfaat dari hubungan tsb.

2. Hubungan dengan Klien


7
a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepentingan kliennya diatas kepentingan pribadinya.
c. Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar suku, bangsa, warna
kulit, agama, atau status sosial tertentu.
d. Konselor tidak akan memaksa seseorang untuk memberi bantuan pada seseorang
tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memebri pelayanan kepada siapapun terlebih dalam keadaan darurat
atau banyak orang menghendakinya
f. Konselor wajib memberikan pelayan hingga tuntas sepanjang dikehendaki klien
g. Konselor wajib menjelaskan kepada klien sifat hubungan yg sedang dibina dan batas-
batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan profesional
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian terhadap klien
i. Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada sanak saudara, teman-
teman karibnya sepanjang hubunganya profesional.

D. KONSULTASI DAN HUBUNGAN DENGAN REKAN SEJAWAT


1. Konsultasi dengan Rekan Sejawat
Jikalau Konselor merasa ragu dalam pemberian pelayanan konseling, maka Ia wajib
berkonsultasi dengan rekan sejawat selingkungan profesi dengan seijin kliennya.
2. Alih Tangan kasus

a. Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dengan klien bila dia menyadari tidak
dapat memberikan bantuan pada klien
b. Bila pengiriman ke ahli disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor
menyarankan kepada klien dengan bantuan konselor untuk berkonsultasi kepada
orang atau badan yang punya keahlian yg relevan.
c. Bila Konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirm ke ahli lain, namun klien
menolak pergi melakukannya, maka konselor mempertimbangkan apa baik dan
buruknya.

III. HUBUNGAN KELEMBAGAAN


A. Prinsip Umum

1. Prinsip Umum dalam pelayanan individual, khususnya mengenai penyimpanan serta


penyebaran informasi klien dan hubungan kerahasiaan antara konselor dengan klien
berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan kelembagaan
2. Jika konselor bertindak sebagai konsultan di suatu lembaga,Sebagai konsultan,
konselor wajib tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi Bimbingan dan Konselor
tidak bekerja atas dasar komersial.

8
B. Keterikatan Kelambagaan

1. Setiap konselor yang bekerja dalam siuatu lembaga, selama pelayanan konseling tetap
menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.
2. Konselor wajib memepertanggungjawabkan pekerjaannya kpd atasannya, namun
berhak atas perlindungan dari lembaga tsb dalam menjalankan profesinya.
3. Konselor yang bekerja dalam suatu lembaga wajib mengetahu program kegiatan
lembaga tsb, dan pekrjaan konselor dianggap sebagai sumbangankhas dalam
mencapai tujuan lembaga tsb.
4. Jika Konselor tidak menemukan kecocokan mengenai ketentuan dan kebijaksanaan
lembaga tsb, maka konselor wajib mengundurkan diri dari lembaga tersebut.

IV. PRAKTEK MANDIRI DAN LAPORAN KEPADA PIHAK LAIN


A. Konselor Praktik Mandiri

1. Konselor yang praktek mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan
kelembagaan tertentu, tetap mentaati kode etik jabatan sebagai konselor dan berhak
mendapat perlindungan dari rekan seprofesi.
2. Konselor Privat wajib memperoleh izin praktik dari organisasi profesi yakni ABKIN

B. Laporan pada Pihak Lain


Jika Konselor perlu melaporkan sesuatu hal ttg klien pada pihak lain (spt: pimpinan
tempat dai bekerja), atau diminta oleh petugas suatu badan diluar profesinya, dan ia
wajib memberikan informasi tsb, maka dalam memberikan informasi itu ia wajib
bijaksana dgn berpedoman pada suatu pegangan bhw dgn berbuat begitu klien tetap
dilindungi dan tidak dirugikan.

V. KETAATAN PADA PROFESI


A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban

1. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Konselor wajib mengaitkannya dengan


tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi sesuai kode etik untuk kepentingan
dan kebahagiaan klien
2. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor untuk
maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang merugikan klien, atau
menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yg tidak wajar

B.Pelanggaran terhadap Kode Etik

9
1. Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia
mentaati kode etik
2. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap pelanggaran terhadap kode etik
akan merugikan diri sendiri, klien, lembaga dan pihak lain yg terkait.
3. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan sangsi berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh ABKIN

D. Rincian Kompetensi Konselor

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI


A. MEMILIKI SIKAP, NILAI, DAN DISPOSISI KEPRIBADIAN YANG
MENDUKUNG

1. Beriman dan bertaqwa 1.1 Menampilkan kepribadian yang


beriman dan bertakwa kepada
kepada Tuhan YME Tuhan Yang Maha Esa

1.2 Konsisten dalam menjalankan


kehidupan beragama dan toleran
terhadap pemeluk agama lain

1.3 Berakhlak mulia dan berbudi


pekerti luhur
2. Menghargai dan menjunjung 2.1 Mengaplikasikan pandangan
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, positif dan dinamis tentang
individualitas dan kebebasan manusia sebagai makhluk
untuk memilih spiritual, bermoral, sosial,
individual, dan berpotensi

2.2 Menghargai dan


mengembangkan potensi positif
konseli

2.3 Peduli terhadap kemaslahatan


konseli

2.4 Menjunjung tinggi harkat dan


martabat manusia sesuai
dengan hak asasinya.

2.5 Toleran terhadap permasalahan


orang lain

2.6 Bersikap demokratis.

10
3. Menunjukkan integritas dan 3.1 Menampilkan kepribadian dan
stabilitas kepribadian yang kuat perilaku yang terpuji (seperti
jujur, sabar, ramah, dan
konsisten )

3.2 Menampilkan emosi yang stabil.

3.3 Peka, bersikap empati, serta


menghormati keragaman dan
perubahan

3.4 Menampilkan toleransi tinggi


terhadap individu yang
menghadapi stres dan frustasi
4. Menampilkan kinerja berkualitas 4.1 Menampilkan tindakan yang
tinggi cerdas, kreatif, inovatif, dan
produktif

4.2 Bersemangat, berdisiplin, dan


mandiri

4.3 Berpenampilan menarik dan


menyenangkan

4.4 Berkomunikasi secara efektif


B. MEMAHAMI SECARA MENDALAM KONSELI YANG HENDAK
DILAYANI
1. Memahami perkembangan 1.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
fisiologis dan psikologis perilaku manusia dan
serta perilaku konseli perkembangan fisik dan
psikologis individu dalam upaya
pendidikan pada umumnya dan
dalam pepelayanan bimbingan
dan konseling

1.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah


kepribadian, individulaitas dan
perbedaan individu dalam upaya
pendidikan pada umumnya dan
dalam pepelayanan bimbingan
dan konseling.

1.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah


kegiatan belajar dalam upaya
pendidikan pada umumnya dan
dalam pepelayanan bimbingan
dan konseling.

1.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah


keberbakatan dalam upaya
pendidikan pada umumnya dan
dalam pepelayanan bimbingan
dan konseling.

1.5.Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kesehatan mental dalam upaya
pepelayanan bimbingan dan
konseling

11
2. Menguasai konsep dan praksis 2.1 Menguasai hakikat asesmen
asesmen untuk memahami
kondisi, masalah, dan 2.2 Memilih teknik asesmen yang
kebutuhan konseli sesuai dengan kebutuhan
pelayanan bimbingan dan
konseling

2.3 Menyusun dan mengembangkan


instrumen asesmen untuk
keperluan bimbingan dan
konseling

2.4 Mengadministrasikan asesmen


untuk mengungkapkan masalah-
masalah konseli.

2.5 Memilih dan


mengadministrasikan teknik
asesmen pengungkapan
kemampuan dasar dan
kecenderungan pribadi konseli.

2.6 Memilih dan


mengadministrasikan instrumen
untuk mengungkapkan kondisi
aktual konseli berkaitan dengan
lingkungan

2.7 Mengakses data dokumentasi


tentang konseli dalam
pepelayanan bimbingan dan
konseling

2.8 Menggunakan hasil asesmen


dalam pepelayanan bimbingan
dan konseling dengan tepat

2.9 Menampilkan tanggung jawab


profesional dalam praktik
asesmen
C. MENGUASASI LANDASAN DAN KERANGKA TEORETIK
BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Menguasai teori dan praksis 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan
pendidikan landasan keilmuannya

1.2 Menguasai konsep dasar dan


mengimplementasikan prinsip-
prinsip pendidikan dan proses
pembelajaran

1.3 Menguasai landasan budaya


dalam praksis pendidikan
2. Menguasai kerangka teoretik 2.1 Memahami dan mengaplikasikan
dan praksis bimbingan dan hakikat pepelayanan bimbingan
konseling dan konseling.

2.2 Memahami dan mengaplikasikan

12
arah profesi bimbingan dan
konseling.

2.3 Memahami dan mengaplikasikan


dasar-dasar pepelayanan
bimbingan dan konseling.

2.4 Memahami dan mengaplikasikan


pepelayanan bimbingan dan
konseling sesuai kondisi dan
tuntutan wilayah kerja.

2.5 Memahami dan mengaplikasikan


pendekatan /model/jenis
pepelayanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan
konseling.

2.6 Menguasai dan mampu


mengaplikasikan dalam praktik
format pepelayanan bimbingan
dan konseling.
3. Menguasai esensi pepelayanan 3.1 Menguasai esensi bimbingan
bimbingan dan konseling dalam dan konseling pada satuan jalur
jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan informal, formal dan
pendidikan non formal

3.2 Menguasai esensi bimbingan


dan konseling pada satuan jenis
pendidikan umum , kejuruan,
dan agama

3.3 Menguasai esensi bimbingan


dan konseling pada satuan
jenjang pendidikan usia dini,
dasar dan menengah
D. MENYELENGGARAKAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING YANG MEMANDIRIKAN
1. Merancang program Bimbingan 1.1 Menganalisis kebutuhan peserta
dan Konseling didik
2. Mengimplementasikan program
Bimbingan dan Konseling yang 1.2 Menyusun program bimbingan
komprehensif dan konseling yang
berkelanjutan berdasar
3. Menilai proses dan hasil kebutuhan peserta didik secara
kegiatan Bimbingan dan komprehensif dengan
Konseling. pendekatan perkembangan

1.3 Menyusun rencana pelaksanaan


program bimbingan dan
konseling

1.4 Merencanakan sarana dan biaya


penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling

2.1 Melaksanakan program

13
bimbingan dan

konseling.

2.2 Melaksanakan pendekatan


kolaboratif dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.

2.3 Memfasilitasi perkembangan


akademik, karier, personal, dan
sosial konseli

2.4 Mengelola sarana dan biaya


program bimbingan dan
konseling

3.1 Melakukan evaluasi hasil,


proses, dan program bimbingan
dan konseling

3.2 Melakukan penyesuaian proses


pelayanan bimbingan dan
konseling.

3.3 Menginformasikan hasil


pelaksanaan evaluasi pelayanan
bimbingan dan konseling kepada
pihak terkait

3.4 Menggunakan hasil pelaksanaan


evaluasi untuk merevisi dan
mengembangkan program
bimbingan dan konseling
E. MENGEMBANGKAN PROFESIONALITAS SECARA
BERKELANJUTAN
1. Memiliki kesadaran dan 1.1 Memahami dan mengelola
komitmen terhadap etika kekuatan dan keterbatasan
profesional pribadi dan profesional.

1.2 Bekerja dalam tim bersama


tenaga paraprofesional dan
profesional lain.

1.3 Menyelenggarakan pelayanan


sesuai dengan kewenangan dan
kode etik profesional konselor

1.4 Mempertahankan objektivitas


dan menjaga agar tidak larut
dengan masalah konseli.

1.5 Melaksanakan referal sesuai


dengan keperluan

1.6 Peduli terhadap identitas


profesional dan pengembangan

14
profesi

1.7 Mendahulukan kepentingan


konseli daripada kepentingan
pribadi konselor
2. Berperan aktif di dalam 2.1 Memahami tujuan dan berperan
organisasi dan kegiatan profesi aktif dalam organisasi profesi
bimbingan dan konseling. untuk pengembangan diri dan
profesi bimbingan dan konseling

2.2 Memahami peran organisasi


profesi lain dan
memanfaatkannya untuk
suksesnya pepelayanan
bimbingan dan konseling
3. Menguasai konsep dan praksis 3.1 Memahami berbagai jenis dan
penelitian dalam bimbingan dan metode penelitian
konseling
3.2 Mampu merancang penelitian
bimbingan dan konseling

3.3 Melaksaanakan penelitian


bimbingan dan

konseling

3.4 Memanfaatkan hasil penelitian


dalam bimbingan dan konseling
dengan mengakses jurnal
pendidikan dan bimbingan dan
konseling
4. Menguasai konsep dan praksis 14.1 Memahami berbagai jenis dan
penelitian dalam bimbingan dan metode penelitian
konseling
14.2 Mampu merancang penelitian
(profesional) bimbingan dan konseling

14.3 Melaksaanakan penelitian


bimbingan dan

konseling

14.4 Memanfaatkan hasil penelitian


dalam bimbingan dan konseling
dengan mengakses jurnal
pendidikan dan bimbingan dan
konseling
D. KOMPETENSI SOSIAL
1. Mengkomunikasikan aspek- 15.1 Mengkomunikasikan aspek-
aspek profesional bimbingan dan aspek teoritis dan praktik
konseling kepada pihak-pihak bimbingan dan konseling baik
terkait kepada stakeholders di tempat
konselor bekerja maupun

pihak di luar profesi bimbingan dan


konseling

15
15.2 Menginformasikan hasil
pepelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait
sesuai dengan prinsip dan asas
profesi bimbingan dan konseling.
2. . Mengimplementasikan 16.1 Bekerja sama dengan pihak-
kolaborasi intern dan pihak terkait di dalam tempat
antarprofesi bekerja (seperti guru, orang tua,
tenaga administrasi)

16.2 Bekerja dalam tim bersama


tenaga paraprofesional dan
profesional profesi lain.

16.3 Melaksanakan referal kepada


ahli profesi lain

sesuai dengan keperluan


3. Berperan aktif di dalam 17.1 Memahami tujuan organisasi
organisasi dan kegiatan profesi profesi untuk pengembangan diri
bimbingan dan konseling. dan profesi bimbingan dan
konseling

17.2 Memahami peran organisasi


profesi lain dan
memanfaatkannya untuk
suksesnya pepelayanan
bimbingan dan konseling

17.3 Berperan aktif dalam kegiatan


organisasi profesi untuk
pengembangan diri dan profesi
bimbingan dan konseling

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Standar dan dimensi kompetensi konseling lintas budaya serta kode etik dan kompetensi
konselor Indonesia jelas bahwa kebutuhan konseling lintas Budaya diperlukan dan sangat
penting terkait penerapan etika dan kebutuhan kerja profesional konseling.

1. Kompetensi konseling Lintas Budaya ada tiga dimensi :


a. Konselor yang berketarampilan budaya adalah seorang yang aktif berproses menjadi
sadar terhadap anggapan-anggapannya tentang tingkah laku manusia, nilai-nilai,
bias-bias, keterbatasan pribadi, dan sebagainya
b. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif memahami
pandangannya terhadap perbedaan budaya klien tampa penilaian yang negative
c. Konselor yang berketerampilan budaya adalah seorang yang aktif dalam proses
pengembangan dan menerapkan secara tepat, televan, dan sensitif menggunakan
strategi dan keterampilan intervensi sesuai dengan perbedaan budaya klien

2. Dimensi Kompetensi Kultural


 Keyakinan dan sikap
 Pengetahuan
 Keterampilan

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia Merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh
setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia

17
Daftar Pustaka
http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t60-info-kode-etik-konselor-
indonesiahttps://eko13.wordpress.com/2008/03/18/standar-kompetensi-konselor/

http://aaryant.blogspot.co.id/2011/10/etika-konseling-lintas-budaya.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai