Anda di halaman 1dari 17

METODE PENELITIAN 2 (KUALITATIF)

(PSI 309)

MODUL 9
ANALISIS DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF

DISUSUN OLEH
SITI MASITOH, S.Psi., M.Psi., Psikolog

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 17
A. KEMAMPUAN AKHIR
1. Mampu memahami dan menjelaskan analisis data dalam penelitian kualitatif.
2. Mampu membuat koding data dalam penelitian kualitatif.
3. Mampu melakukan analisa tematik dalam penelitian kualitatif.
4. Mampu melakukan analisa data sederhana dalam penelitian kualitatif.

B. PENDAHULUAN
Setelah proses pengambilan data yang memakan waktu cukup panjang dan melelahkan,
peneliti masih berhadapan dengan satu lagi bentuk kegiatan yang juga krusial, yaitu
melakukan analisis terhadap data yang telah diambil. Analisis data merupakan permasalahan
yang tidak sepele, temuan apapun yang dihasilan suatu penelitian merupakan produk dari
analisis data, yang sangat mungkin akan dianggap sebagai kebenaran bagi para pembacanya
dan dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya ataupun kegiatan dan pembahasan--
pembahasan terkait. Kebanyakan pembaca, terutama masyarakat umum, tidak terlalu
mempedulikan darimana dan bagaimana sebuah data diperlakukan di dalam penelitian,
pembaca juga tidak terlalu mempertanyakan kemampuan peneliti dalam melakukan analisis
data, karena pembaca terutama masyarakat awam memiliki kecenderungan percaya saja pada
kemampuan peneliti dalam melakukan analisis data dan mau menerima apapun
hasilnya,“taken for granted”. Maka dapat dibayangkan, kepercayaan yang tinggi itu terhadap
hasil penelitian yang tidak akurat dikarenakan kelemahan peneliti dalam melakukan analisis
data, akan berlanjut dan menyebar secara luas tidak hanya dalam cakupan akademis tetapi
juga tataran praktis di masyarakat.
Seberapapun kekayaan data yang telah diperoleh peneliti selama proses pengumpulan
data dilakukan, menjadi tidak berarti jika peneliti keliru dalam analisis data, terlebih di dalam
penelitian kualitatif dimana data yang diperoleh dari tiap subjek tidak akan pernah sama.
Herdiansyah (2015) mengatakan, dari sumber data dan bentuk pengambilan data yang
beragam, misalnya data yang diperoleh dari wawancara mendalam, observasi ataupun focus
group discussion, haruslah dianalisis dengan teknik masing-masing dan membutuhkan
keahlian tersendiri bagi peneliti untuk mengolahnya. Artinya, tidak ada alasan bagi peneliti
untuk tidak menguasai teknik analisis data, karena dalam hal ini kecerebohan, kekurang-
pahaman, kekeliruan, akan menjadi ancaman bagi peneliti dalam melakukan analisis data, dan
merusak keseluruhan penelitian.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 17
C. PENGERTIAN ANALISIS DATA KUALITATIF
Pengertian analisis data adalah sebuah proses di mana data yang diperoleh dari proses
penggalian data, diolah sedemikian rupa dengan tenik-teknik tertentu yang pada akhirnya akan
ditemukan sebuah kebenaran yang hakiki (Herdiansyah, 2015). Begitu banyaknya sumber data
pada penelitian kualitatif dan beragamnya modifikasi teknik pengumpulan data, di masa
sekarang ini pada Sebagian peneliti mulai dirasakan terlalu rumit dan kurang efisien, sehingga
bermunculan tools analisis data dengan bantuan software yang memanfaatkan bantuan
perangkat computer mulai bermunculan. Akan tetapi sebagian besar lainnya, cenderung
bertahan dan masih meyakini bahwa menggunakan teknik manual tetaplah lebih mampu
menghasilkan data yang optimal. Hal ini dikarenakan bentuk data kualitatif berupa uraian yang
sifatnya sangat feksibel membutuhkan kepekaan dari peneliti dalam pengolahannya. Selain itu
banyak data yang merupakan terminologi atau istilah khusus, yang tidak dapat dicerna oleh
perangkat lunak, sementara data itu amat penting untuk dianalisis. Alasan lainnya adalah
bahwa dalam data kualitatif berupa kalimat, pernyataan dan narasi yang mau tidak mau sangat
bergantung pada budaya yang berlaku (non culture-free), bersifat subjektif dan dapat bermakna
lebih dari satu makan. (Herdianyah, 2005).
Sugiyono (2008) mengatakan, dalam penelitian kualitatif, analisis data adalah mengolah
data yang diperoleh dari berbagai sumber, yang diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang beracam-macam dan dilakukan terus menerus hingga datanya jenuh.
Teknik pengumpulan data yang bermacam-macam itu secara garis besar oleh Patton
dikategorikan menjadi tiga cara, yaitu wawancara mendalam (depth interview), observasi
langsung dan pemanfaatan dokumen tertulis (Patton, 2006), yang pada dasarnya adalah sama,
bahwa penelitian kualitatif mendapatkan data berupa informasi verbal tertulis (catatan-catan,
diari, manuskrip) ataupun tidak tertulis (kalimat, pernyataan). Proses pengolahan data atau
analisis data ini dikatakan Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2008) digunakan untuk
memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan
dievaluasi. Bogdan (dalam Sugiyono, 2008) menyebutkan bahwa analisis data adalah suatu
proses mencari dan Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diimformasikan kepada orang lain. Lebih detail dikatakannya bahwa analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 17
D. MENGORGANISIR DATA DAN CODING
Ketika pengumpulan data telah berakhir dan itulah waktunya memulai analisis formal,
meskipun penelitian kualitatif proses analisis itu sebenarnya berlangsung sejak dilakukannya
pengumpulan data. Peneliti selalu menganalisis respon jawaban responden dan jika belum
memuaskan maka peneliti terus menggali dengan pertanyaan-pertanyaan sampai ada tahap
tertentu. Patton (2006) mengatakan bahwa dalam mengolah data, peneliti harus mampu
mengorganisir data secara sistematis atas informasi yang diperoleh, agar sistematis sejak awal
peneliti harus focus pada pertanyaan dan tujuan.
Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif biasanya banyak sekali dan beragam, hal
pertama yang harus dilakukan adalah peneliti harus memastikan bahwa semuanya ada, periksa
apakah catatan dan transkrip wawancara sudah lengkap?, apakah masih ada “lubang” yang
membutuhkan data tambahan, pada intinya peneliti harus memastikan kualitas data yang
dikumpulkan. Ada baiknya pada saat peneliti meninjau datanya, ia membuat salinannya,
selain untuk merapihkan dan melengkapi catatan-catatan, juga sebagai cadangan. Di sisi lain,
menulis kembali catatan-catatan dengan lebih rapih dan detail akan membantu peneliti
memahami potongan-potongan informasi dan memahami keseluruhan juga meninjau
keseluruhan data (Patton, 2006). Berikut ini Patton menjelaskan beberapa metode
mengordanisir data:
1. Deskripsi Kualitatif
Yaitu mencakup sejumlah besar deskripsi murni tentang informasi yang diperoleh,
apakah pengalaman, perasaan, situasi yang digambarkan, dan lainnya. Tujuan dari
deskripsi ini adalah membiarkan pembaca mengetahui apa yang terjadi, dialami dan
seperti apa sudut pandang si responden/partisipan penelitian. Deskripsi ini ditulis
dalam bentuk naratif untuk menggambarkan secara menyeluruh.
2. Analisis Kasus
Kasus bisa berupa orang, kelompok, komunitas, kejadian kritis, lokasi penelitian,
atau sub dari topik penelitian. Kasus adalah unit dasar (topik utama) dari analisis
data. Data yang diambil adalah yang berkaitan dengan kasus itu. Bisa menggunakan
satu kasus dalam analisis data atau banyak kasus dengan masing-masing dianalisis.
Pada bentuk kedua dengan banyak kasus, setelah analisis pada masing-masing kasus,
selanjutnya analisis bergerak mencari pola dengan melintasi kasus-kasus (lintas
kasus).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 17
Pada analisis kasus, ada tiga langkah yang harus dilakukan peneliti, akan dijelaskan
dalam bagan berikut:

Bagan B.1
PROSES PENYUSUNAN KAJIAN KASUS

Langkah 1: Memasang data mentah


Data ini terdiri dari semua informasi yang dimiliki tentang kasus.
Contohnya, pada kasus individual adalah rekaman klinis, hasil tes,
informasi latar belakang, catatan wawancara, hasil
observasi/pengamatan, profil riwayat hidup, buku harian, dll

Langkah 2: Menyusun rekaman kasus


Merupakan kondensasi data mentah kasus, yang telah terorganisir,
terklasifikasi, sudah diedit (informasi yang tidak diperlukan
“dibuang”), sehingga mudah diakses.
Pada rekaman kasus, tidak ada penafsiran

Langkah 3: Menulis kajian kasus secara naratif


Kajian kasus merupakan lukisan yang mampu dibaca, berbentuk lukisan
deskriptif tentang kasus. Deskripsi tersebut haruslah mendalam, dengan
memasukkan berbagai dimensi, variable dan kategori, yang dianyam
sedemikian rupa secara bersamaan, memotret kasus secara keseluruhan
dan pembaca dapat terbawa masuk kedalam situasi kasus, sehingga
memunculkan pemahaman terhadap kasus.

3. Analisis Isi
Melakukan identifikasi yang berhubungan dengan hal-hal penting, tema, ataupun
pola dalam data yang diperoleh. Setelah seluruh informasi dibaca, lalu diidentifikasi
ke dalam tema (seperti menyusun indeks), data diberi label, sehingga
menyederhanakan kompleksitas data ke dalam tema bermakna yang dapat dikelola.
Bagan B.2
Pelabelan dalam Analisis Isi

TEMA/LABEL
INFORMASI
sumber • latar belakang pola asuh
A
• bagaimana ekspresi emosi
sumber
B • pola penyelesaian masalah
sumber
C • bagaimana penyesuaian sosial

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 17
4. Analisis Induktif
Analisis induktif artinya bahwa pola, tema atau kategori datang dari data. Polanya
bisa muncul dari 1) peneliti menggunakan kategori yang dibangun dan disarankan
oleh responden/partisipan atau 2) peneliti bisa menemukan/menyadari mengenai
kategori itu, kemudian dikembang untuk menggambarkan kategori secara induktif.
5. Analisis Berdasarkan Logika
Pada analisis induktif, pola muncul dari data. Pola ini adalah skema klasifikasi atau
kategori. Analisis berdasarkan logika adalah ketika peneliti menyilangkan berbagai
kategori dan menganalisa bergerak ke depan dan ke belakang diantara kumpulan
data-data, sehingga terbangun suatu logika, akan muncul keseluruhan yang mungkin
atau tidak mungkin dari yang dipaparkan data.
Jika Patton menjelaskan metode organisir data satu persatu, Creswell (dalam Herdiansyah,
2015) mengemukakan berupa poin penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis
data kualitatif, antara lain sebagai berikut:
1. Analisis data dapat dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data,
interpretasi data dan penulisan naratif lainnya.
Tidak seperti metode kuantitatif, proses analisis data pada metode kualitatif bukan
merupakan segmen terpisah dari proses lainnya, tetapi berjalan simultan dengan
proses-proses lainnya, bahkan sejak awal penelitian. Misalnya, saat pengumpulan
data, membagi data ke dalam kategori-kategori dengan tema spesifik, memformat
data tersebut menjadi suatu gambaran yang umum dan mengubah gambaran tersebut
menjasi teks kualitatif.
2. Pastikan bahwa proses analisis data kualitatif yang telah dilakukan berdasarkan pada
proses reduksi data (data reduction) dan interpretasi (interpretation).
Data yang diperoleh, direduksi ke dalam pola-pola tertentu, kemudian melakukan
kategorisasi tema (memilah dan menyatukan tema yang memiliki kesamaan),
kemudian melakukan interpretasi kategori tersebut berdasarkan skema-skema yang
didapat. Hasil akhirnya adalah suatu gambaran umum yang luas yang terdiri dari
skema-skema spesifik di dalamnya.
3. Ubah data hasil reduksi ke dalam bentuk matriks.
Bentuk matriks akan memudahkan peneliti dan pembaca melihat data secara lebih
sistematis. Dari matriks tersebut akan terlihat hubungan antara kotegori-kategori
data.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 17
4. Identifikasi prosedur koding (coding) digunakan dalam mereduksi informasi ke
dalam tema-tema atau kategori yang ada.
Data yang telah diperoleh dan telah diubah ke dalam bentuk skrip berdasarkan tema-
tema dan kategori-kategori diberi kode tertentu, proses pemberian kode inilah yang
disebut dengan koding (coding). Ada beberapa istilah yang digunakan para ahli
kualitatif untuk menyebutkan proses koding. Meskipun istilah berbeda, namun
secara substansial sama saja, yaitu:
a) Tesh (1990) → “data/information segmenting”
b) Bogdan & Biklen (1992) → “developing coding categories”
c) Marshal & Rossman (1989) → “generating categories, themes, or patterns”
5. Hasil analisis data yang telah meewati prosedur reduksi, telah diubah menjadi
bentuk matriks yang telah diberi kode (coding), selanjutnya disesuaikan dengan
model kualitatif yang dipilih.
Model kualitatif yang dipilih, apakah phenomenology, grounded theory,
ethnography atau case study, semua model memiliki kekhasannya masing-masing.
Hasil analisis data yang telah melalui serangkaian prosedur tadi, disesuaikan dengan
kekhasan dan tujuan dari model yang telah ditentukan dalam penelitian.

E. PROSES ANALISIS DATA


Banyak ahli kualitatif mengajukan tahapan teknik analisis kualitatif dengan berbagai
pendekatan dan metode, akan tetapi pada dasarnya dan pada prinsipnya semua teknik analisis
data kualitatif adalah sama, yaitu melewati prosedur pengumpulan data, input data, analisis
data, penarikan kesimpulan dan verifikasi, diakhir dengan penulisan hasil temuan dalam
bentuk narasi (Herdiansyah, 2015).

Bagan C.1
Alur/prosedur penelitian kualitatif

Pengumpulan Input Analisis


data data data

Penulisan
Penarikan
Hasil Verifikasi
kesimpulan
Temuan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 17
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa analisis data pada metode penelitian
kualitatif berjalan simultan dengan proses-proses lainnya, bahkan sejak awal
penelitian. Sugiyono (2008) mengemukakan bawah analisis dilakukan sebelum
memasuki lapangan, yang dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data
data sekunder. Data sekunder dianalisis untuk menentukan focus penelitian, namun
biasanya analisis dan focus penelitian yang didapatkan ini bersifat sementara, karena
akan terus berkembang setelah peneliti masuk dan mulai ke lapangan.
2. Analisis Data di Lapangan (Model Miles & Huberman)
Ketika di lapangan, pergerakan data dan informasi akan sangat dinamis, begitu
banyaknya informasi saat di lapangan, sehingga membuat peneliti harus mampu
menganalisis langsung respon jawaban, kepekaan peneliti sangat diperlukan untuk
melakukannya, penguasaan pada teknik bertanya/menggali (probing) akan
menentukan seberapa jenuh data yang akan diperoleh. Teknik analisis data amatlah
banyak dan beragam, tetapi kepada mahasiswa akan dikenalkan teknik analisis data
model interaktif dari Miles & Huberman yang biasa digunakan oleh banyak peneliti
kualitatif. Herdiansyah (2015) secara runut dan sistematis menjelaskan:

Bagan C.2
Komponen Analisis Data
Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994)

Pengumpulan
data

Reduksi Display
data data

Kesimpulan/
Verifikasi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 17
a) Pengumpulan Data
Idealnya proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa
konsep/draft. Maksudnya adalah peneliti sudah melakukan analisis tema, melakukan
pemilahan (kategorisasi) pada awal penelitian. Pada intinya, proses pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri,
melainkan sepanjang penelitian dilakukan.
Di awal, umumnya peneliti melakukan study pre-eliminary yang berfungsi untuk
verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada.
Study pre-eliminary itu sudah termasuk dalam pengumpulan data, peneliti
melakukan wawancara, observasi dan lainnya. Interaksi dengan responden/subjek
penelitian dan lingkungan sosialnya akan menghasilkan data yang dapat diolah.
b) Reduksi Data
Intinya adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang
diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) sesuai formatnya masing-masing.

Tabel C.1
Hasil Reduksi Data

Bentuk Data Hasil Reduksi Data / Skrip


Hasil rekaman wawancara Verbatim wawancara
Observasi dan temuan lapangan Lapiran hasil observasi
Study Dokumentasi Skrip analisis dokumen
Hasil FGD Verbatim hasil FGD

1) Verbatim wawancara, berisi tentang proses wawancara yang berlangsung


beserta situasi yang terjadi. Semua hal yang dibicarakan beserta situasinya,
diubah menjadi bentuk tulisan apa adanya, tanpa satu katapun dilewatkan,
dikurangi atau diedit. Satu verbatim wawancara mewakili satu kali pertemuan
wawancara, jika wawancara dilakukan sepuluh kali, maka dibuat sepuluh
verbatim wawancara. Untuk mengolah verbatim wawancara, dilakukan dengan
cara, sebagai berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 17
Tabel C.2
Format Verbatim wawancara
Identitas Subjek
Wawancara ke:
Nama Subjek:
Pekerjaan:
Waktu:
Lokasi:
Baris Pelaku Uraian wawancara Tema

Keterangan:
▪ Baris: berisi tentang informasi urutan baris dari pernyataan peneliti dan subjek
penelitian/partisipan pada kolom uraian wawancara. Baris sangat diperlukan
dalam koding dan keperluan crosscheck data pada verbatim wawancara. Dalam
kolom baris, biasanya peneliti kualitatif mengisinya dengan pola interval 5, yaitu
tidak setiap persatuan baris tetapi hanya dalam kelipatan lima.
▪ Pelaku: berisi tentang susunan orang-orang yang terlibat dalam wawancara
tersebut, siapa saja yang berbicara dicantumkan berdasarkan urutan pembicaraan.
Untuk membedakan, antara peneliti dan selain peneliti, pada kolom “pelaku” dan
“uraian wawanara” ditulis dalam format miring dan normal.
▪ Uraian wawancara: berisi semua dialog yang terjadi sejak awal hingga selesai
tanpa sedikitpun mengubah isi dari setiap dialog tersebut. Setiap kalimat dalam
dialog ditulis apa adanya sesuai kondisi yang sebenarnya.
▪ Tema: berisi tema apa yang terdapat pada pernyataan yang dikemukakan oleh
subjek/partisipan atau respon jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan oleh
peneliti dalam wawancara tersebut. Tema ditulis dengan Bahasa peneliti sendiri
dan merupakan kalimat pasif. Tidak semua dialog memiliki tema, tetapi hanya
yang sesuai tujuan dan pertanyaan penelitian, yaitu respon yang bermakna,
berarti dan sesuai tujuan penelitian.

Format Tabel Akumulasi Data


Setelah seluruh wawancara selesai diubah menjadi bentuk verbatim wawancara
dan telah diberi tema yang sesuai, seluruh tema yang terdapat di dalam
verbatim wawancara tersebut dikelompokkan dan disusun alurnya menjadi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 17
suatu alur bahasan yang beraturan dan mengalir dalam suatu table akumulasi
tema beserta frekuensinya (berapa kali tema yang sama muncul). Jumlah table
akumulasi tema ini dibuat sebanyak jumlah subjek dan informannya, jadi satu
orang satu table, berapapun jumlah wawancara yang dilakukan Fungsi table
akumulasi tema adalah untuk meringkas, agar alur tema tersebut teratur dan
mudah dianalisis.

Tabel C.3
Format Tabel Akumulasi Tema
Nama Subjek/Informan : ……………
Jumlah akumulasi tema : ……………
Jumlah wawancara yang dilakukan : ……………
Frekuensi
No. Tema yang Muncul
W1 W2 W3

Tabel akumulasi data wawancara seperti di atas disandingkan bersama


akumulasi data observasi, akan masuk proses pengolahan berikutnya, yaitu
display data. Sebelumnya, untuk mengingatkan, bahwa observasi merupakan
pengamatan terhadap perilaku yang nampak, metode observasi dapat dilakukan
bermacam-macam, lihat kembali modul 7.

Tabel C.4
Format Tabel Akumulasi Observasi
(metode Behavioral Checklist)
Observasi ke : ……….
Observee : ……….
Lokasi : ……….
Waktu : Tanggal ……….; Jam ……….
Setting* : ……………………………………………….
Indikator Perilaku yang Nampak Ya Tidak Keterangan

*setting: berisi tentang situasi, kondisi subjek dan setting lingkungan yang
terjadi saat observasi dilakukan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 17
c) Display Data
Setelah semua data diformat berdasarkan instrument pengumpul datanya dan telah
berbentuk tulisan (script), Langkah berikutnya adalah melakukan display data, yaitu
mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah
memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun alurnya dalam table akumulasi
tema) ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah
dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke
dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut sub-tema, yang
diakhiri dengan pemberian kode (coding) dari sub-tema tersebut sesuai dengan
verbatim wawancara yang telah dilakukan. Format matriks kategorisasi adalah
sebagai berikut:

Tabel C.5
Format Table Kategorisasi dan Coding Tema Wawancara Subjek

Kategori Sub-Kategori Uraian Sub Kategori dan Coding


Tema Tema Subyek Informan – 1
Keluargat

Matriks di atas harus diisi, cara mengisi adalah sebagai berikut:


▪ Kategori tema: merupakan pengelompokan tema-tema yang telah disusun dalam
table akumulasi tema wawancara ke dalam suatu matriks kategorisasi.
▪ Sub-kategori tema: yaitu membagi tema-tema yang telah tersusun tersebut ke
dalam sub tema, yang merupakan pecahan atau bagian tema yang lebih kecil,
lebih sederhana, lebih mudah dicerna dan bersifat lebih praktis.
▪ Proses pengodean (coding): memasukkan/mencantumksn pernyataan-pernyataan
subjek dan atau informan sesuai dengan kategori tema dan sub-kategori temanya,
ke dalam matriks kategorisasi, serta memberikan kode tertentu pada setiap
pernyataan-pernyataan subjek dan informan tersebut. Ada dua proses pengodean,
1) proses memasukkan/mencantumkan pernyataan subjek/informan ke dalam
matriks kategorisasi; 2) pemberian kode pada setiap pernyataan-pernyataan
tersebut.

Format kode:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 17
(Nama subjek/inisial, urutan wawancara,tanggal wawancara, baris pernyataan
dalam verbatim wawancara) → contoh: (SW, W3, 20 Juni 2008, 135-145),
memiliki arti SW: inisial subjek; W3: wawancara ke-3; 20 juni 2008: tanggal
dilakukan wawancara; 135-145: baris ke-135 sampai 145 dari wawancara ke-3.

Tahapan display adalah demikian:

Bagan C.2
Tahapan Display Data

1. Kategori 2. Sub-kategori 3. Proses pengodean


Tema Tema (coding)

d) Kesimpulan / Verifikasi
Ini merupakan tahap akhir dari rangkaian analisis data kualitatif menurut model
interaktif yang dikemukakan Miles & Huberman (1984) dalam Herdiansyah (2015).
Lebih lanjut dikatakannya, bahwa kesimpulan dalam analisis data kualitatif
menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya dan
mengungkap “what” dan “how” dari temuan penelitian tersebut, esensinya berisi
tentang uraian dari seluruh sub-kategorisasi tema yang tercantum pada table
kategorisasi dan koding yang sudah terselesaikan, disertai dengan quote verbatim
wawancara. Untuk menyimpulkan dengan benar, peneliti melakukannya dalam tiga
tahap, yaitu:
▪ Menguraikan sub-kategori tema dalam table kategorisasi dan coding, disertai
dengan quote verbatim wawancaranya.
▪ Menjeaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian
berdasarkan aspek/komponen/faktor/dimensi dari central phenomenon
penelitian.
▪ Membuat kesimpulan dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan
penelitian yang diajukan.
Ketika tiga tahapan tersebut telah selesai dilakukan, itu mengindikasikan bahwa
secara analisis data kualitatif, penelitian yang dilakukan telah selesai dan peneliti
telah memiliki hasil atau jawaban dari pertanyaan penelitian.

3. Validitas dan Reliabilitas

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 17
a) Validitas dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai keakuratan atas apa
yang disimpulkan dan dipersepsikan oleh peneliti terhadap fenomena sosial yang
diteliti. Definisi validitas dalam penelitian kualitatif adalah
“By validity, I mean truth: interpreted as the extent to which an account
accurately represents the social phenomena to which it refers” (Hammersley
dalam Herdiansyah, 2015).
Lebih lanjut Herdiansyah menjelaskan, dalam konteks penelitian kualitatif, ketika
seorang peneliti mencoba memahami kebenaran dalam sebuah fenomena social, alat
yang digunakan adalah persepsinya, pengetahuannya, logikanya dan hasil
analisisnya terhadap data riil berupa penyataan subjek, pengalaman subjek dan
persepsi subjek. Bagaimanapun peneliti tidak akan benar-benar bisa memahami
sebenar-benarnya apa yang dialami, dirasakan, dipersepsi oleh subjek penelitian,
karena peneliti bukanlah si subjek. Peneliti hanya berusaha mendekati itu semua,
seberapa jauh dan seberapa akurat mendekati kebenarannya itulah yang dimaksud
dengan validitas dalam penelitian kualitatif .
Beberapa tantangan harus diatasi oleh peneliti untuk mencapai validitas, yaitu yang
datang dari sisi dirinya sebagai peneliti ataupun dari sisi subjek penelitian. Dari sisi
peneliti yang harus diwaspadai adalah: 1) kontrol peneliti terhadap netralitas ketika
menafsirkan dan menganalisis fenomena social yang diteliti (objektifitas); 2)
kesalahan dalam menafsirkan, yang mungkin terjadi karena ketidak pahaman
peneliti terhadap persoalan/fenomena; 3) terburu-buru dalam menganalisis, peneliti
perlu memastikan kecukupan data; 4) keterbatasan data, data yang minim akan
mempengaruhi reabilitas, sehingga tidak mampu menggambarkan fenomena yang
sebenarnya. Sedangkan dari sisi subjek peneliti harus berhati-hati terhadap: 1)
kepercayaan (trust) subjek terhadap peneliti; 2) kepentingan subjek yang dapat
mengarahkan dan membelok-belokkan fakta sesuai kebutuhannya sendiri; 3)
kemampuan verbal subjek dalam menyampaikan fakta dan terakhir adalah 4) gap
antara fenomena dengan subjek dan peneliti, yang memungkinkan bias dalam
interprtasi.

Bagan C.3
Ilustrasi tentang validitas dalam penelitian kualitatif

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 17
Fenomena atau Pemahaman subjek Pemahaman peneliti
pengalaman subjek akan pengalamannya terhadap fenomena atau
yang sebenarnya dan penjelasan oleh pengalaman subjek
terjadi subjek tentang berdasarkan penjelasan
pengalamannya subjek

Gap 1 Gap 2

Gap 1 + Gap 2 = Validitas

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa dari fenomena yang sebenarnya menuju
pemahaman peneliti terhadap fenomena, terdapat dua gap, dimana pada masing-
masing gap memungkinkan muncul bias, dari sisi si subjek dan dari sisi si peneliti.
b) Reabilitas dalam penelitian kualitatif adalah adanya kesamaan atau kedekatan
respon dari beberapa subjek/responden serta adanya benang merah diantara respon-
respon tersebut. Metode untuk mencari kesamaan, menemukan kedekatan ataupun
benang merah dari informasi data itu dapatlah berbagaimacam, baik melalui
wawancara, observasi ataupun studi dokumen/catatan-catatan terhadap fenomena
penelitian.

F. TRIANGULASI
Dalam analisis data, ada suatu metode penting yang perlu dikuasai peneliti
kualitatif, yaitu triangulasi. Triangulasi menurut Patton (2006) adalah suatu cara untuk
membangun pengawasan (monitoring) dan keseimbangan, melalui strategi pengumpulan
data ganda. Dasar pemikirannya adalah bahwa tidak ada metode tunggal yang dapat
mencukupi untuk menunjukkan fakta/informasi karena setiap metode dapat menyatakan
aspek dan realitas yang berbeda pada suatu fenomena. Denzim (1978, dalam Patton
2006) menyebutkan empat tipe dasar tiangulasi, yaitu: 1) triangulasi data, yaitu
penggunaan beragam sumber data; 2) triangulasi investigator, yaitu penggunaan
beberapa peneliti untuk meminimalisir bias; 3) triangulasi teori, yaitu mendapatkan
landasan teori dalam berbagai sudut pandang dalam menafsirkan satu fenomena; 4)
triangulasi metodologis, yaitu penggunaan banyak metode untuk mengkaji fenomena.
G. LATIHAN

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 17
Jelaskan mengenai tahapan display data!

JAWAB:
Setelah data direduksi kedalam format verbatim wawancara, lalu diakumulasi tema, dan
membuat akumulasi observasi, maka diperoleh bentuk sript. Setelah didapat bentuk
script, maka mulailah proses display data, yang harus dilakukan adalah data setengah
jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan/script tadi, sudah memiliki alur tema
yang jelas (yang sudah disusun alurnya dalam table akumulasi tema) ke dalam suatu
matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan,
serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan
sederhana yang disebut sub-tema, yang diakhiri dengan pemberian kode (coding) dari
sub-tema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang telah dilakukan. (lihat
halaman 11-12)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 17
Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.
Salemba Humanika.
Patton, M.Q. (2006). Metode Evaluasi Kualitatif. Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Jurnal:
Yusuf (2010). Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif.
Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10, No.1
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/meyakinkan-validitas-data-melalui-
triangulasi-pada-penelitian-kualitatif.pdf

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 17

Anda mungkin juga menyukai