DISUSUN OLEH:
Kelompok 3 (Kelas H)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
laporan penelitian yang berjudul “Penerimaan Diri Pada Dewasa Awal Yang
Tarumanagara.
2. Ibu Rahmah Hastuti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing mata kuliah
satu semester.
5. Partisipan yang berinisial MH, yang juga telah meluangkan waktu dan
ii
6. Orang tua masing-masing penulis yang selalu mendoakan yang terbaik
berdasarkan laporan penelitian ini. Penulis juga sadar bahwa laporan penelitian
ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis hendak memohon maaf
atas segala kekurangan yang ada, baik dalam isi materi, maupun penyusunan
kalimat.
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Abstrak iv
BAB I PENDAHULUAN 1
iv
1.4.2 Manfaat Praktis 6
v
3.1.3 Gambaran Partisipan Penelitian 17
4.4 Fenomena 23
5.1 Simpulan 29
5.2 Diskusi 29
5.3 Saran 30
vi
5.3.1 Saran yang Berkaitan dengan Manfaat Teoritis 30
Daftar Pustaka 31
vii
ABSTRAK
penerimaan diri pada dewasa awal yang menjadi yatim atau piatu pada masa
Penerimaan diri pada dewasa muda yang menghadapi kematian orang tua,
partisipan berjumlah 2 orang dengan karakteristik berada di sisi orang tua saat
meninggal dan tidak berada di sisi orang tua saat meninggal. Penelitian ini
vi
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
wabah Covid-19 berskala global dengan kasus aktif lebih dari 118.000 kasus di
110 negara dan potensi penyebaran yang tinggi (Ducharme, 2020). Yunus dan
Rezki (2020) mengatakan corona Virus adalah penggabungan virus yang berasal
dari sub famili Ortho Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Coronavirus dapat
yang serupa dengan Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS dan Middle
East Respiratory Syndrome atau MERS, tetapi Covid-19 bersifat lebih cepat
(KPC PEN) mengatakan bahwa penularan Covid-19 adalah melalui droplet dari
batuk, bersin, atau berbicara orang yang memiliki virus Covid-19 sehingga
penularan Covid-19 dapat terjadi dengan sangat cepat. Kasus pertama orang
yang tertular Covid-19 di Indonesia merupakan seorang Ibu berumur 64 tahun dan
putrinya berumur 31 tahun di Depok, Jawa Barat. Seorang ibu dan anak tersebut
dilaporkan tertular Covid-19 dari seorang warga Jepang yang sempat berkunjung
ke Indonesia pada Februari 2020. Sejak kasus pertama di Indonesia pada tanggal
2 Maret 2020,
2
hingga 2 April 2020 meningkat pest dari 1 kasus menjadi 1.790 kasus.
sangat cepat. Per 10 Juni 2021, telah ada lebih dari 1.8 juta kasus secara
akumulatif menurut data yang disediakan oleh John Hopkins University (2021).
Dari 1.8 juta kasus, 51.992 di antaranya meninggal dunia. Menurut Satuan Tugas
Penanganan Covid-19 (2021, p.20), per 3 Januari 2021, ada lebih dari 15% kasus
meninggal dari Covid-19 berumur 46 keatas. JIka saja diperkirakan 80% dari
mereka telah memiliki anak, ada 41.000 orang tua yang meninggalkan anaknya
Kehilangan orang tua merupakan hal yang tidak mudah untuk dilalui oleh
siapapun. Pada orang dewasa awal zaman sekarang, mereka akan mengalami
masa yang sedikit lebih berat saat mengalami kematian orang tua karena dewasa
2
3
berarti banyak orang dewasa awal yang berumur 20-30 tahun yang tidak memiliki
dukanya dengan teman atau kerabat. Mereka tidak memiliki seseorang terkhusus
Lewis, kepala dari pusat kesehatan UC Davis, berkata bahwa pada dewasa awal
yang mengalami kematian orang tua, mereka merasa dunia mereka telah
meledak saat orang tuanya meninggal. Hal ini dikarenakan dewasa awal yang
sedang di sekolah paruh waktu, memulai pekerjaan baru, atau menavigasi tahap
awal hubungan orang dewasa, masih membutuhkan orang dewasa yang lebih tua
Secara biologis juga orang dewasa awal merasakan perasaan marah dan
depresi yang lebih daripada orang dewasa akhir. Menurut Arain et al., (2013),
korteks prefrontal (area di otak yang mengontrol emosi dan fungsi kognitif)
pubertas. Sehingga pada orang dewasa awal yang kortex prefrontalnya masih
berkembang, perasaan tersebut akan lebih tajam. Dampak dari perasaan marah
dan depresi yang dipertajam tersebut adalah orang dewasa awal cenderung untuk
menemukan makna baru dalam hidup atas usahanya untuk koping dengan
“ketidakadilan” yang mereka rasakan. Selain beban emosional yang berat, orang
dewasa awal juga mendapatkan beban finansial yang cukup berat karena pada
umumnya dewasa awal sedang berada di semester awal kuliah (satu sampai
empat). Selain beban biaya pendidikan, ada juga biaya tanggungan hidup yang
3
4
orang dewasa muda. Peralihan gelar “tulang punggung keluarga” kepada orang
dewasa muda tidaklah mudah bagi kebanyakan orang dewasa muda (Arain et
al., 2013).
stages” Model. Tahap pertama adalah denial atau tahap penyangkalan atau
penolakan, dimana individu tidak menyangkal bahwa hal buruk telah terjadi.
Individu berpura-pura bahwa tidak terjadi apapun, sehingga individu pada tahap
ini mengalami kesedihan. Tahap kedua adalah anger di mana individu akan
buruk itu terjadi. Tahap keempat adalah depression, bukan depresi dalam artian
sangat tidak beruntung atas musibah yang dialami. Tahap terakhir adalah tahap
tidak dapat kembali. Individu menyadari bahwa ia harus melaluinya dan belajar
Oleh karena itu, penerimaan dinilai sangat penting bagi dewasa muda
yang menjadi yatim atau piatu karena penerimaan menandakan mereka telah
4
5
diri juga tidak kalah penting demi psikis dan kelancaran berlangsungnya hidup
dewasa awal yang menjadi yatim atau piatu. Penerimaan diri menurut Handayani
(dikutip dari Rahmawati, 2012), merupakan sikap positif individu dan kondisi
dalam bentuk penghargaan dan mencintai diri sendiri, menerima segala kelebihan
sendiri maupun orang lain dan berusaha sebaik mungkin agar menjadi yang lebih
pada masa pandemi, peneliti hendak mengetahui gambaran penerimaan diri pada
dewasa awal yang menjadi yatim atau piatu pada masa pandemi Covid-19.
dewasa awal yang menjadi yatim atau piatu pada masa pandemi
Covid-19.
5
6
Penelitian ini diharapkan dapat menambah data kajian empiris terkait konstruk
baru bagi pembaca mengenai gambaran penerimaan diri pada dewasa awal yang
menjadi yatim atau piatu pada masa pandemi Covid-19, juga proses kognitif dan
emosional dewasa awal yang menjadi yatim atau piatu di masa pandemi Covid-
19. Bagi peneliti selanjutnya, penulis berharap agar penelitian ini dapat
bermanfaat bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang memiliki
konstruk menyerupai.
sudah menerima keadaan saat orang tuanya meninggal. Tujuan lainnya adalah
6
7
mengalami meninggalnya salah satu orang tua saat Pandemi Covid-19 terjadi.
seseorang di dalam suatu kondisi. Penelitian ini pun dapat di kembangkan oleh
7
7
peneliti lain dan penerimaan ini dapat diaplikasikan ke dalam fenomena lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Dewasa Awal
fisik dan psikologis yang stabil, dimulai dari usia 18 tahun sampai 40 tahun. Menurut
hukum yang berlaku di Amerika tahun 1970, seseorang telah dianggap dewasa ketika
Orang tua adalah figur esensial dalam kehidupan anak. Orang tua berperan
besar dalam kesehatan fisik, psikologis, dan sosial anak. Secara khusus, penggunaan
layanan kesehatan orang tua telah dikaitkan secara positif dengan kesehatan fisik
(Broadhurst; Janicke, Finney, & Riley. Dikutip dalam Serbin et al., 2014). Pendapat ini
juga didukung oleh kajian dari Murphey et al,. (2018) yang dalam penelitiannya
menyatakan bahwa orang tua yang melaporkan dirinya memiliki kesehatan yang
sangat baik, memiliki anak yang juga sama sehatnya. Selain dampak pada kesehatan
fisik, campur tangan orang tua juga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak
seperti yang disebutkan oleh Dee Ann et al., (1994) pada “The Influence of Parental
Involvement on the Well-Being of Sons and Daughters” bahwa persepsi anak akan
hubungan mereka dengan orang tuanya mempengaruhi persepsi mereka akan dirinya
sendiri. Dee Ann et al., (1994) juga mengatakan bahwa perilaku dan hubungan
emosional antara orang tua dan anak penting bagi kesejahteraan anaknya
(kepercayaan diri, kepuasan hidup, dan kesehatan mental). Tidak hanya pada masa
8
kanak-kanak, namun relasi yang positif antara orang tua dan orang dewasa, dapat
Kematian adalah suatu hal yang mutlak dan tidak dapat dihindari. Walaupun
sering kali diasumsikan bahwa orang tua akan meninggal terlebih dahulu sebelum
anaknya, kenyataanya ada banyak anak yang menjadi yatim atau piatu karena orang
tuanya meninggal. Menurut Social Security Administration (2000), 3.5% dari penduduk
Amerika Serikat atau sekitar 2,2 juta orang telah menjadi yatim/piatu atau yatim piatu
sebelum umur 18 tahun. Fakta ini juga didukung oleh pendataan yang Childhood Grief
Statistics lakukan pada tahun 2020 di Amerika Serikat. Menurut Childhood Grief
Statistics, terdapat sekitar 1,5 juta anak yang yatim/piatu dan kurang dari dua juta anak
9
2.3.1 Dampak Kematian Orang Tua Bagi Dewasa Awal
Menurut konselor Krull (2020), kepergian orang tua sangat berdampak pada
anak, secara mental maupun finansial. Pada umumnya, kesedihan tumpang tindih
suasana hati yang buruk, tidur yang terganggu, dan kehilangan nafsu makan. Gejala
kecemasan dan depresi menunjukkan gejala yang sama selama beberapa minggu
selama kurun waktu tertentu namun tidak berarti bahwa semua orang yang ditinggalkan
orang tuanya akan menjadi depresi. Kebanyakan orang malah mengalami CG atau
2012).
Menurut Hensley & Clayton (2008) di artikel dari Psychiatric Times, 40% orang
yang berduka memenuhi kriteria depresi berat satu bulan setelah kehilangan mereka,
dan 24% masih memenuhi kriteria depresi berat setelah dua bulan. Dengan adanya
persinggungan antara masa duka dengan gejala depresi, orang yang berduka tidak
dapat didiagnosis menderita depresi sampai dua bulan berlalu sejak kehilangannya.
Selain itu, beberapa orang mungkin beralih ke penggunaan narkoba sebagai cara
untuk mengobati diri sendiri dan menghilangkan gejala mereka. Dampaknya adalah
banyak kasus penyalahgunaan narkotika yang terjadi pada keluarga anggota keluarga
yang ditinggalkan.
10
2.4 Penerimaan Diri
kondisi dalam bentuk penghargaan dan mencintai diri sendiri, menerima segala
diri sendiri maupun orang lain dan berusaha sebaik mungkin agar menjadi yang lebih
baik dari sebelumnya. Penerimaan diri berhubungan dengan konsep diri yang positif,
individu dengan konsep diri yang positif dapat menerima dan memahami fakta-fakta
yang begitu berbeda dengan dirinya. Hurlock (n.d) mengatakan, self-acceptance atau
penerimaan diri merupakan suatu kondisi psikologi yang harus ada pada setiap
individu. Self acceptance yang baik hanya akan terjadi bila individu yang bersangkutan
sebagaimana yang diinginkannya. Selain itu, individu juga harus memiliki harapan yang
konsep yang membahagiakan dan rasional mengenai dirinya, maka dapat dikatakan
bahwa orang tersebut dapat menyukai dan menerima dirinya (Handayani, dikutip dari
Rahmawati, 2012).
Kepercayaan diri
11
Memiliki keyakinan akan kemampuan untuk menjalani hidup dan memiliki itikad baik
Fisik
Gangguan penyesuaian, ketika menerima kenyataan yang begitu sulit untuk diproses,
munculnya gangguan fisik yang berupa, kesulitan tidur (Insomnia), mudah lelah, sakit
badan, gangguan pencernaan, dan otot berkedut (putra, 2020 yang dikutip dari sehat).
Keikhlasan
Penerimaan diri termasuk dalam ciri-ciri kepribadian yang sehat. Individu yang
menerima dirinya sendiri merasa aman secara emosional (emotional security), siap
bahwa hal-hal yang menyakitkan juga adalah lingkungan dari kehidupan itu sendiri
Sosial
Kehidupan sosial mempunyai peran penting pada penerimaan diri. Penerimaan diri
akan terwujud dengan mudah jika lingkungan di mana individu berada memberikan
pertama, Self Acceptance (Penerimaan diri), individu yang memiliki penerimaan diri
berarti individu tersebut telah memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengenali dan
menerima segala aspek diri yang baik dan buruk serta merasa positif tentang masa
lalunya. Yang kedua, Positive Relation with Others (Hubungan Positif dengan Orang
12
lain), menggambarkan individu yang memiliki hubungan yang positif dengan orang lain
sebagai individu yang memiliki hubungan yang hangat, memuaskan, dan saling
berempati dan mengisi serta terlibat dalam hubungan timbal balik. Yang ketiga,
Autonomy (Otonomi), bahwa individu yang anatomi berarti individu tersebut memiliki
determinasi diri dan bebas, mampu mengatasi tekanan sosial dengan tetap berfikir dan
bertindak sesuai dengan keyakinan, mengatur perilaku dari dalam, serta mengevaluasi
yang mampu menguasai dan mengatur lingkungan, mengontrol aktivitas eksternal dan
memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi.
kejujuran, keaslian, dan realistis merupakan inti dari pemahaman diri. Semakin baik
kita memahami diri kita, maka semakin baik juga kita dapat menerima diri kita. Harapan
yang realisitis dalam menggapai tujuan kita tanpa adanya gangguan dari lingkungan
dapat menimbulkan kepuasan diri yang merupakan inti dari penerimaan diri. Sikap
sosial yang positif. Seseorang akan lebih mampu dalam menerima dirinya bila
mempunyai sikap sosial yang positif. Tidak adanya stress, seseorang dapat berfungsi
13
secara optimal bila tidak adanya stress. Pengaruh keberhasilan, menggapai
individu dengan penyesuaian diri yang baik. Perspektif diri yang luas, mampu melihat
diri sendiri dari sudut pandang yang lebih besar. Pola asuh yang baik pada usia dini.
Pentingnya Mendapatkan pendidikan dari rumah dan sekolah. Konsep hidup yang
matang. Pentingnya memiliki konsep hidup yang matang untuk mengenali diri kita
kepercayaan diri dan harga diri, lebih siap menerima kritik, penerimaan diri di tengah
jalan keamanan memungkinkan individu untuk menilai dirinya lebih realistis agar dapat
b. penyesuaian sosial. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk
sekadar menerima orang lain, berkonsentrasi pada orang lain, menaruh minat pada
orang lain, seperti menunjukkan empati dan simpati (Hurlock, dikutip dari Gamayanti,
2016).
14
Sudah satu tahun COVID-19 berlangsung sejak kasus pertama diberitakan
diberhentikan dari pekerjaannya. Hal ini membuat beban pikiran bertambah yang
ini banyak masyarakat yang merasa kebingungan tidak tahu harus berbuat
semakin berjuang dan berusaha untuk bertahan menghadapi masa sulit di masa
merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk bertahan. Dengan adanya
hardiness dapat memberikan keberanian dan motivasi untuk bekerja keras, dan
ingin mengetahui apakah dengan adanya masalah dan tekanan di masa pandemi
15
terjadi sehingga mereka harus beradaptasi dan mencari solusi agar dapat
menghadapinya.
16
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18-40 tahun yang pada masa pandemi menjadi yatim atau piatu.
semester 4. Pada saat pandemi Covid-19 orang tua laki-lakinya meninggal karena
stroke. Saat ini CA tinggal bersama orang tua perempuan, kakak laki-laki, dan adik
laki-laki.
Partisipan kedua dengan inisial MH merupakan seorang mahasiswa
malam dan partisipan MH pukul 15.00 siang. Pengambilan data kedua partisipan
19
Pada awalnya penulis menentukan tema dan topik penelitian berdasarkan
fenomena yang ada di sekitar penulis. Lalu setelah topik disetujui oleh Ibu
Rahmah Hastuti, M.Psi., selaku dosen pembimbing dan Bapak Chandra Susanto,
S.Psi., selaku asisten Ibu Rahmah Hastuti, M.Psi., kami mulai mencari jurnal
informasi mengenai topik yang penulis pilih. Setelah itu, penulis mulai merancang
metode pengambilan data, alat ukur, dan tujuan penelitian. Setelah kerangka
20
terpenuhi dan di saat yang sama dapat mengimbangi alur cerita partisipan. Pada
partisipan dapat menjawab dengan lebih leluasa. Penulis yang mewawancara juga
melakukan probing sehingga jawaban partisipan bisa lebih kuat untuk menghindari
BAB IV
21
4.1 Perbandingan Data Demografi Partisipan Penelitian
dari 3 bersaudara. MH menjadi anak laki laki satu satu nya di keluarga. MH adalah
seorang Mahasiswa dan bekerja paruh waktu sebagai barista. Selain itu MH
ayah nya. Hubungan MH dengan ayah nya tidak terlalu baik, dan MH lebih dekat
dengan Ibu nya. MH adalah orang pertama yang mengetahui ayahnya meninggal.
menyalahkan diri sendiri karena tidak berada di sisi ayah nya untuk saat terakhir.
Tetapi CA sekarang sudah bisa menerima kematian ayah nya, walau sesaat sering
teringat.
22
Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2
Nama inisial CA MH
4.4 Fenomena
Orang tua adalah figur esensial dalam kehidupan anak. Orang tua
berperan besar dalam kesehatan fisik, psikologis, dan sosial anak. Secara
khusus, penggunaan layanan kesehatan orang tua telah dikaitkan secara positif
status kesehatan (Broadhurst; Janicke, Finney, & Riley. Dikutip dalam Serbin et
al., 2014). Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan, partisipan memiliki
pandangan tersendiri mengenai figur orang tua mereka, terutama ayah. Menurut
MH ayahnya adalah
“Ayah Menurut saya apa ya, cerminan dari pada kekuatan dalam diri saya sendiri
karena ayah saya itu adalah Ayah yang benar-benar secara fisik maupun mental
23
benar-benar kuat sekali kayak gitu kan, mungkin sedikit cerita, bahwa Ayah saya
adalah mantan preman, Mantan preman di daerah di salah satu daerah Jakarta
yang terkenal dengan kehidupan premannya itu dan ayah saya menjadi preman
yang apa ya ibaratnya jadi pentolan preman preman diantara peranan peranan
lainnya lah dari situ saya menganggap bahwa saya keren yang keren itu dengan
artian ketika di dalam fase preman tersebut ayah saya menemukan sebuah jalan
yang lurus ibaratnya lagi bahasa Islam itu tobat lah kayak gitu, habis itu
menemukan bahwa Seburuk apapun manusia itu bisa menemukan jalan baiknya
sendiri dan saya menemukan itu dalam ayah saya sendiri bahwa saya tidak akan
pernah menyerah untuk bisa menemukan jalan yang paling lurus dan ayah saya
“Ayah aku itu orangnya baik banget humoris. Wah ayah aku tuh humoris banget
dia tuh kayak selalu bikin aku seneng terus nggak pernah bikin aku sedih
maksudnya kayak setiap kalau misalnya aku lagi sedih itu pasti ada gitu dia yang
bikin aku tuh kayak jadi gak sedih lagi misalnya kaya pas di marahin sama mama
aku terus dia yang hibur atau dia itu sebenarnya galak nggak, nggak Galak sih
kalau ke aku ya Kalau ke ade aku sama Kakak aku sebenernya lumayan galak
cuman kalau ke aku Dia nggak pernah ngebentak sama sekali, pokoknya dia baik
tua, terutama seorang ayah adalah Seorang figur yang akan di kagumi dan di
24
contoh oleh anaknya, dan seorang figur yang akan menjaga dan menghibur anak
nya.
merupakan suatu kondisi psikologi yang harus ada pada setiap individu. Self
acceptance yang baik hanya akan terjadi bila individu yang bersangkutan
sebagaimana yang diinginkannya. Selain itu, individu juga harus memiliki harapan
dapat dikatakan bahwa orang tersebut dapat menyukai dan menerima dirinya
“Gw kemarin tuh salah nya gw kemarin terburu buru pengen melewati fase demi
fase dari tahapan berduka itu sendiri, yang jatuh nya malah ngancurin atau
ibaratnya apa ya, ngebuat ngebuat diri gw lebih sakit gitu lho, gimana sih terburu
buru, kalau dianalogikan secara apapun Ketika kita mengerjakan hal yang terburu
buru itu pasti gak maksimal kan? Dan pasti akan ada konsekuensi ke hal yang
menemukan diri gw lagi gitu lho, dan pada intinya Ketika itu semua selesai, Ketika
meninggal dan sebagainya, gw nge recall, ngerecall semua informasi itu, tapi
25
secara emosional gw udah bisa lebih nahan gitu lho, karna di situ gw udah masuk
ke tahap penerimaan diri, gw udah di tahap itu dan gw lebih mengenali bahwa diri
gw, yaudah ini udah jadi udah jadi sebuah takdir, yaudah gitu lho, lu mau nangis
terikat oleh emosional atau kesedihan dari meninggalnya ayah HM. HM sudah
menerima kondisi diri nya, dan mulai beraktivitas dengan normal. HM pernah
mengalami depresi karena dia merasa belum mampu menggantikan posisi ayah
nya. Sedangkan partisipan CA, belum sepenuh nya mencapai fase penerimaan
diri, walau sudah mulai bisa menerima keadaan meninggalnya ayah CA, tetapi
mengatakan,
“Pasti ya harus ikhlas lah Cuman kalau untuk sepenuhnya jujur aja masih masih
sedih lahh menerima sepenuhnya karena kan Ayah aku meninggal tuh 3 4 bulan
masih 4 bulan yang lalu jadi belum sepenuhnya cuman ya sedikit demi sedikit
harus bisa sihh bagaimanapun juga kan aku harus menjalani hidup hak dan
kewajiban aku kan jadi kalau misalnya emang kangen ya udah berdoa aja gitu.
menerima kematian ayahnya. Hal ini juga dapat didukung dari faktor kedekatan
“ahh Aku sama ayah aku tuh dari kecil dekat banget ya. Soalnya kan aku bisa
dibilang tuh anak ayah banget soalnya ayah tuh senang punya anak perempuan
26
terus aku juga perempuan satu perempuan satu-satunya terus Kalau deket mah
Wa dari kecil udah dibilang deket banget sampai-sampai aku kuliahnya sampai
aku masih 16 tahun tuh kayak selalu bareng papa terus selalu kayak apa-apa
sama papa ahh terus pokoknya kemana-mana sama papa gitu deh cepet banget
pokoknya”
Kematian adalah suatu hal yang mutlak dan tidak dapat dihindari. Walaupun
sering kali diasumsikan bahwa orang tua akan meninggal terlebih dahulu sebelum
anaknya, kenyataanya ada banyak anak yang menjadi yatim atau piatu karena
“di situ pasti kabarin meninggal aku beneran sok sok banget sampe yang kayak
aku nggak bisa nangis gitu aku nggak keluar air mata sama sekali karena saking
shock-nya terus aku bingung trus aku sok aku kaya, aku juga nggak pegang HP
tuh beneran shock saking shock-nya makanya aku nggak keluar air mata kan
terus abis itu aku udah mulai nangis itu pas, Jadikan waktu itu langsung beli tiket
percaya bahwa hal tersebut terjadi. HM adalah orang pertama yang mengetahui
27
dan memeriksa bahwa ayahnya sudah meninggal. Meninggalnya ayah HM di
karenakan sakit yang sudah cukup lama, dan sudah terjadi disfungsi organ dalam.
HM mengatakan,
“Jadi gini ceritanya saya jam 6 pagi. Eh, sorry sudah subuh saya sama Ibu saya
ibaratnya apa ya karena Emang ayah saya sakitnya udah parah juga ampe yang
parah yang paling parah itu fungsi ginjalnya itu udah berfungsinya cuman di
bawah 5% sekitar 3 sampai 4% fungsi ginjalnya. Nahh jadi Setelah sholat subuh
saya membersihkan ayah saya dan ibu saya barengan membersihkan karena
Emang bab ataupun buang air kecil pun udah di di situ juga di tempat itu juga nahh
udah itu. Ahh Setelah apa merapikan atau udah apa udah ngebersihin ayah saya
Saya nganter Ibu saya untuk pergi mendaftar check up sekitar jam 6 lewat kalau
gak salah jam 6 lewat pergi ke rumah sakit rumah sakitnya dekat lho dari jarak
rumah saya, nahh sebenarnya kita berdua udah kayak ngerasa kayak ada yang
aneh gitu loh. Kek ada yang aneh ketika saya udah mulai ninggalin kan ninggalin
ninggalin rumah setelah itu saya pulang untuk membeli bubur beli bubur karena
Emang ayah cuman bisa masuk bubur doang pulang nyampe rumah buka kamar
dadanya udah gak gerak lagi dan dari situ saya langsung simpen buburnya dan
ngecek. Apa masih ada nafas lihat denyut nadinya masih ada atau gak dan
28
BAB V
5.1 Simpulan
atau piatu pada masa pandemi Covid-19. Bagaimana Dewasa awal ini dapat
menerima kematian salah satu orang tua saat pandemi. Bagai mana dewasa awal
ini dapat menjalankan aktifitas sehari hari dalam ruang lingkup sosial, dan kognitif.
Penerimaan diri dan keadaan, di tinggal salah satu orang tua. Dengan ini ada
harapan subjek dapat tetap menjalani kehidupan sehari hari dan memiliki
Dari faktor kematian orang tua, dapat di terima secara internal maupun
dapat menumbuhkan motivasi untuk bisa terus menjalani hidup. Faktor emosi
terburu buru untuk mencapai penerimaan diri, harus di jalani dengan perlahan.
29
5.2 Diskusi
penerimaan diri, akan tetapi pada saat pandemi ini menunjukan menyalahkan diri
sendiri atas kematian ayah. Pada saat pandemi ini menyalahkan diri karena tidak
dapat menemani saat saat terakhir dengan ayah. Walau pada akhir nya subjek
sudah meneriman dan akan menerima diri, tetapi pandemi ini tidak
mempengaruhi, dan pandemi ini membawa dampak pada penyalahan diri sendiri.
5.3 Saran
kembali penelitian yang serupa dengan subjek yang berbeda. Penelitian ini dapat
di kembangkan untuk penerimaan diri pada anak anak yang orang tuanya
meninggal.
berharga, dapat di pelajari proses nya untuk di terapkan agar dapat menerima
keadaan.
30
DAFTAR PUSTAKA
pandemic-declaration/
https://covid19.go.id/tanya-jawab?page=9
19. https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-11-november-2020
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2021, January 03). Analisis data COVID-
19 Indonesia.
31
https://covid19.go.id/storage/app/media/Analisis%20Data%20COVID-
19%20Indonesia/2021/Januari/Analisis%20Data%20COVID-
19%20Mingguan%20Satuan%20Tugas%20PC19%20per%2003%20Januari%20
2021%20vFinal_compressed.pdf
Putra, A. (2020, July 15). Sulit menerima kenyataan pahit, bisa jadi itu gangguan
penyesuaian. https://www.sehatq.com/artikel/gejala-gangguan-penyesuaian-
termasuk-sulit-menerima-kenyataan
http://repository.unika.ac.id/14727/4/09.40.0199%20Winda%20Jovita%20-%20B
AB%20III.pdf
terhadap hasil belajar biologi siswa SMA 3 negeri kota Palopo. Jurnal Pendidikan
https://media.neliti.com/media/publications/121034-ID-pengaruh-kecerdasan-
emosional-eq-dan-mot.pdf
32
Fidyastuti, D. (2020). Ungkapan yang digunakan saat situasi berduka dalam
http://doi.org/10.15575/psy.v3i1.1100
perceraian orangtua”
the process of self acceptance of parental divorce (sebuah studi kualitatif dengan
312. https://media.neliti.com/media/publications/178240-ID-none.pdf
Lail, A. H., Tasmin., Darwati, Y. (2017). Penerimaan diri remaja dengan orang tua
https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/happiness/article/view/951
http://eprints.uad.ac.id/9178/1/Penerimaan%20Diri%20pada%20Penderita%20K
anker.pdf
33
Arain, M., Haque, M., Johal, L., Mathur, P., Nel, W., Rais, A., Sandhu, R., &
https://www.sacbee.com/news/local/health-and-
medicine/article26696452.html
doi:10.1177/0030222819840476
doi:10.1080/07481187.2017.1296505
related-depression
34
Krull, E. (2020, November). Grief by the numbers: Facts and statistics. The
health/grief/related/grief-statistics/
Murphey, D., Cook, E., Beckwith, S., & Belford, J. (2018). The health of parents
and their children: A two-generation inquiry. Child Trends, 41. Diunduh dari
https://www.childtrends.org/wp-
content/uploads/2018/10/AECFTwoGenerationHealth_ChildTrends_Octo
ber2018.pdf
Nurhidayati, & Chairani, L, (2014). Makna kematian orangtua bagi remaja (studi
10(1). https://media.neliti.com/media/publications/127023-ID-makna-
kematian-orangtua-bagi-remaja-stud.pdf
Richards, M. H., Gitelson, I. B., Petersen, A. C., & Hurtig, A. L. (1991). Adolescent
personality in girls and boys: The role of mothers and fathers. Psychology
6402.1991.tb00478.x
35
Serbin, L. A., Hubert, M., Hastings, P. D., Stack, D. M., & Schwartzman, A. E.
Shear, M. K., Simon, N., Wall, M., Zisook, S., Neimeyer, R., Duan, N., Reynolds,
C., Lebowitz, B., Sung, S., Gesquiere, A., Gorscak, B., Clayton, P., Ito, M.,
Nakajima, S., Konishi, T., Melhem, N., Meert, K., Schiff, M., O’Connor, M.
https://doi.org/10.1002/da.20780
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2020/06/12/selama-pandemi-
diperkirakan-ribuan-anak-menjadi-yatim-atau-piatu/
Trustees Report. Washington, DC: Office of the Chief Actuary of the Social
36
Wenk, D., Hardesty, C. L., Morgan, C. S., & Blair, S. L. (1994). The influence of
37