Anda di halaman 1dari 80

STUDI DESKRIPTIF TENTANG KEJADIAN DIARE

DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR,


KABUPATEN SERANG - BANTEN
TAHUN 2020

Karya Tulis Ilmiah


Jenjang Pendidikan Tinggi Program Diploma III

WAWAN DATAU
P2.1345119906

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2020
STUDI DESKRIPTIF TENTANG KEJADIAN DIARE
DI DESA MEKAR BARU , KECAMATAN PETIR,
KABUPATEN SERANG - BANTEN
TAHUN 2020

Karya Tulis Ilmiah


Jenjang Pendidikan Tinggi Program Diploma III

WAWAN DATAU
P2.1345119906

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2020
RINGKASAN

Diare merupakan penyakit yang masih sulit diatasi, penyakit ini menurut World
Health Organization (WHO), pada tahun 2009 diare merupakan penyebab kematian
kedua pada anak di bawah umur 5 tahun.

Kasus diare dipengaruhi oleh banyak seperti faktor kemiskinan, faktor pendidikan ,
faktor sanitasi lingkungan, yang meliputisumber air bersih, jamban, kebersihan
lingkungan, dan lain sebagainya. Selain itu faktor prilaku, dan faktor layanan
kesehatan turut mempengaruhinya.

Penelitian ini merupakan deskripsi kejadian diare Desa Mekar Baru Kecamatan Petir,
Kabupaten Serang pada tahun 2020 . Penelitian ini merupakan penelitian kulitataif.
Populasi dalam penelitian ini adalah 1076 rumah warga Desa Mekar Baru.
Sedangkan sampelnya 110 rumah/KK yang diambil secara random dari 13 RT yang
ada di desa Mekar Baru. Adapun teknik pengumpulan data melalui instrumen
kuesioner dan ceklis yang disebarkan kepada responden yang merupakan sampel dan
didukung oleh data dokumen sebagai data sekundernya.
Hasil penelitian menunjukan gambaran deskripsi bagaimana kejadian diare , serta
bagaimana deskripsi faktor yang mempengaruhi diare di Desa Mekar baru
Kecamatan Petir.

Faktor yang mempengruhi meliputi faktor pendidikan, faktor sanitasi lingkungan,


dan faktor prilaku masyarakat. Dari faktor pendidikan , ternyata kasus diare yang
terjadi pada warga yang berpendidikan rendah cukup tinggi. Sedangkan pada faktor
Sanitasi lingkungan , mayoritas kasus diare di Desa Mekar Baru terjadi pada warga
yang tidak memiliki tempat sampah. Selain itu kebiasa tidak mencuci tangan dengan
sabun dapat memicu terjadinya kasus diare.

ii
Karena itu Dinas Keshatan dan Pemerintah setempat hendaknya menggalakan
program penerapan prilaku hidup sehat (PHBS), terutama yang berkaitan dengan
penyedian tempat sampah, kebviasaan mencuci tangan dengan sabun, serta selalu
membuang tinja anak dengan cara yang benar.

Kepustakaan : 19 ( 1991 – 2019)


Kasifikasi : Jurnal penelitian :3
Kesehatan :2
Mikrobiologi :3
Peraturan :4
Perawat :1
Prilaku Kesehatan :2
Rumah Sakit :2
Statistik :2

iii
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Wawan Datau


NIM : P2. 1345119906
Tempat, Tanggal Lahir : Gorontalo 10 Desember 1968
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : KP. Kalanganyar RT.04, RW. 03, Desa Kujangsari
Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak
Pendidikan :

1. SD (2006-2012) : SDN No.7 Kotaq Selatan Gorontalo


2. SMP(2012-2015) : SMP Negeri 1 Gorontalo
3. SMA(2015-2017) : SMAN 1 Gorontalo Kota Selatan Kotamadya Gorontalo.
4. SPPH (1992-1993) : SPPH MANADO

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui


untuk diajukan dan dipertahankan
dihadapan Dewan Penguji Ujian Akhir Program
Program Studi Sanitasi Program Diploma III

Jakarta, 6 Juli 2020 Pembimbing Materi

Kuat Prabowo, SKM., M.Kes

Jakarta, 10 Juli 2020 Pembimbing Teknis

Nur Alfi Sjahri,SKM

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur , kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada
istri dan anak-anakku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku.
Dan terimaksih kepada Kakanda yang telah membantu proses penyusunan
Karya Tulis Ilmiah.

vi
LEMBAR MOTTO

Yakinlah bahwa setiap menyemai kebajikan pasti akan menuai buah-buah kebaikan

vii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Mahakuasa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan judul Studi Deskriptif Kejadian Diare di Desa Nekar Baru,
Kecamatan Petir.

Karya tulis yang disusun untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan pada Program
Diploma III. ) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan
Kesehatan Lingkungan, memberikan gambaran bagaimana kejadian diare di Deas
Mekar Baru, Kecamatan Petir pada tahun 2020

Tersusunnya karya tulis ini , tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Joko Sulistyo, ST. M.Si selaku direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Jakarta II.
2. Bapak Budi Pramono, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan atas motivasi yang di berikan kepada penulis.
3. Bapak Kuat Prabowo, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing materi pada
kegiatan penulisan karya tulis ilmiah ini yang senantiasa setia memberikan
masukan, bimbingan, dan arahan serta motivasi kepada penulis.
4. Seluruh Dosen pada Jurusan Kesling, Poltekes Kemenkes Jakarta II
5. Bapak Agus Kusuma, SKM sebagai Kepala Puskesmas Kecamatan Petir yang
telah memfasilitasi kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. Rekan-rekan yang mahasiswa Jurusan Kesling, Poltekes Kemenkes Jakarta II
7. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya proposal KTI ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini tentu masih banyak kekurangannya.


Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikannya.

viii
Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.

Jakarta, Juli 2020

ix
DAFTAR ISI

RINGKASAN ii
BIODATA PENULIS iv
PERNYATAAN PESETUJUAN v
LEMBAR PERSEMBAHAN vi
LEMBAR MOTTO vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat 3
1.4.2. Manfaat Bagi Institusi 3
1.4.3. Manfaat Bagi Penulis 3
1.5. Ruang Lingkup 4
1.6. Sistematika Penulisan 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Diare 6
2.1.1. Definisi Diare 6
2.1.2. Klasifikasi Diare 7
2.1.3. Gejala Diare 7
2.1.4. Akibat Diare 8
2.1.5. Pencegahan Diare 8

x
2.2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Diare 12
2.2.1. Kemiskinan 12
2.2.2. Keadaan Perumahan 13
2.2.3. Faktor sanitasi Lingkungan 14
2.2.4. Faktor Prilaku 19

BAB 3 GAMBARAN UMUM


3.1 Gambaran Kecamatan Petir 22
3.1.1. Demografis 22
3.1.2. Penduduk 22
3.1.3. Peta wilayah Kecamatan Petir 23
3.2. Data Kasus Diare Kecamatan Petir 24
3.3. Gambaran Desa Mekar Baru 24
3.3.1. Sejarah Desa Mekar Baru 24
3.3.2. Letak Geografis 25
3.3.3. Demografis 26
3.3.4. Keadan Sosial 27
3.3.5. Kedaan Ekonomi 29
3.4. Gambaran Sanitasi 30

BAB 4 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


4.1. Kerangka Teori 32
4.2. Kerangka Konsep 33
4.3. Definisi Operasional 34

BAB 5 METODE PENILITIAN


5.1. Jenis Penelitian 37
5.2. Pelaksanaan Penelitian 37
5.3. Populasi dan Sampel 37
5.3.1. Populasi 37
5.3.2. Sampel 38
5.4. Pengumpulan Data 39

xi
5.4.1. Data Primer 39
5.4.2. Data Sekunder 39
5.5. Pengolahan Data dan Analisis Data 40
5.5.1. Pengolahan Data 40
5.5.2. Analisis Data 40

BAB 6 HASIL PENELITIAN


6.1. Data Diare dan Tidak Diare 41
6.2. Data Faktor Pendidikan Orangtua 41
6.3. Data Faktor Sanitasi Lingkungan 42
6.4. Data Faktor Prilaku 52

BAB 7 PEMBAHASAN
7.1. Deskripsi Data Diare dan Tidak Diare 54
7.2. Deskripsi Kejadian Diare Ditinjau dari Faktor Pendidikan Keluarga 54
7.3. Deskripsi Kejadian Diare ditinjau dari Segi Faktor Sanitasi 54
7.4. Deskripsi Kejadian Diare Ditinjau dari Faktor Prilaku 56

BAB 8 PENUTUP
8.1. Simpulan 57
8.2. Saran 58

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

xii
No Tabel Hal

3.2.2. Data Kasus Diare Kecamatan Petir 24


3.2.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Mekar Baru 27
3.2.4 Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan 28
3.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 29
4.3 Definisi Operasional 34
5.3 Daftar Nomor Rumah Responden 38
6.1. Distribusi Kejadian Diare 41
6.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 42
6.3 Data Kepemilikan Sumber Air Bersih 43
6.4 Data Sumber Air Bersih 43
6.5 Data Sumber Air Bersih Berdasarkan Penggunaan 44
6.6 Data Sumber Air Bersih Berdasarkan Kejernihan
44
6.7 Data Sumber Air Bersih Berdasarkan Rasa 45
6.8 Data Sumber Air Bersih Berdasarkan Bau 45
6.9 Data Kualita Sumber Air Bersih 46
6.10 Data Ketersediaan Jamban Keluarga 47
6.11 Data ketersediaaan Jamban Berdasarkan Jenis Jamban 48
6.12 Distribusi Ketersediaan Jamban dengan Septic Tank 48
6.13 Distribusi Ketersediaan Jamban Berdasarkan Bau Tidak Bau 49
6.14 Distribusi Ketersediaan Jamban Berdasarkan Letak Septic Tank 49
6.15 Distribusin Ketersediaan Tempat Sampah 50
6.16 Data Ketersediaan Tempat Sampah Berdasarkan Kondisi 50
6.17 Distribusi Kebiasan Membuang Sampah 51
6.18 Distribusi Data Ketersediaan Saluran Air Limbah 51
6.19 Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan 52
6.20 Distribusi Kebiasaan Membuang Tinja Anak 53

DAFTAR GAMBAR

xiii
No Judul Gambar Halaman
3.1.3 Peta Wilayah Kecamatan Petir 23
3.3.5. Sturktur Organisasi Desa Mekar Baru

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1 Surat Izin Penelitian

2 Surat rekomendasi dari Kepala desa Mekar Baru

3 Surat Persetujuan melakukan penelitian di di Desa Mekar Baru

4 Kuesioner kejadian diare untuk warga Desa Mekar Baru Kecamatan Petir tahun
2020

5 Daftar Pertanyaan Checklist

6 Dokumentasi

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak-
anak, World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 menyatakan bahwa diare
merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah umur 5 tahun. saat ini
diare masih merupakan masalah di masyarakat yang sulit untuk diatasi.(1)

Setiap tahun ada sekitar dua milyar kasus diare dengan angka mematian, 1,5 juta
pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak di bawah usia 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare, yang setiap episodenya akan menyebabkan kehilangan
nutrisi yang dibutuhkan anak untuk pertumbuhan.(1)

Dari tahun ke tahun kasus diare terus meningkat. Survei morbiditas yang dilakukan
oleh Sub Audit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s.d. 2020 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi
423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Jumlah penderita
diare di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 2.843.801 penderita, sedangkan pada
tahun 2013 berjumlah 4.1282.56 penderita.(2)

Di Provinsi Banten kasus diare pada tahun 2018 sebanyak 326.127 kasus. Sedangkan
di Kabupaten Serang mencapai 40.236 kasus. Bahkan di Kecamatan Petir kasus diare
ini terjadi setiap bulan. Berdasarkan data dari Puskesmas Petir ,Sejak bulan Januari
2020 sampai Juli 2020 tercatat 620 kasus. Di Desa Mekar Baru yang berupakan
bagian wilayah Puskesmas Petir pada tahun 2020 sebanyak 46 kasus.
2

Dari sekian banyaknya penyakit menular, penyakit diare merupakan salah satu
penyakit yang paling sering menyerang masyarakat. Kasus diare sering terjadi di
setiap daerah, baik di Kota maupun di pedesaan.
Beberapa faktor yang diduga merpakan faktor resiko kejadian diare adalah faktor
host, faktor lingkungan, faktor prilaku, dan faktor pelayanan kesehatan. Melihat
keadan ini penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kejadian kasus penyakit diare
di Desa Mekar Baru, Kecamatan Petir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana kejadian diare dan faktor yang
mempengaruhinya pada masyarakat di Desa Mekar Baru pada tahun 2020? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah memperoleh gambaran kejadian penyakit
diare dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat Desa Mekar Baru.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:


1. Mengetahui gambaran faktor ketersediaan sumber air bersih pada masyarakat
Desa Mekar Baru
2. Mengetahui gambaran faktor ketersediaan jamban keluaga pada masyarakat
Desa Mekar Baru
3

3. Mengetahui gambaran faktor ketersediaan tempat pembungan sampah pada


masyarakat Desa Mekar Baru
4. Mengetahui gambaran faktor ketersediaan saluran pembuangan air limbah
keluarga pada masyarakat Desa Mekar Baru
5. Mengetahui gambaran faktor kebiasaan mencuci tangan pada masyarakat Desa
Mekar Baru
6. Mengetahui gambaran faktor kebiasaan membuang tinja anak pada masyarakat
Desa Mekar Baru
7. Mengetahui gambaran kejadian diare pada masyarakat Desa Mekar Baru

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

1. Terpenuhinya tugas akhir untuk menyelesaikan perkuliahan .


2. Menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya penyakit diare.
3. Memberikan pengalaman berharga dalam melakukan penelitian dibidang
kesehatan

1.4.2 Bagi Institusi

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan


dengan kesehatan
2. Sebagai acuan dalam mengatasi banyaknya kasus terjadinya diare di Desa
mekar Baru, Kecamatan Petir

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan tentang pencegahan penyakit diare


4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tentang kejadian diare sejak bulan Januari s.d. Juli tahun
2020 di Desa mekar Baru, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang yang memiliki
jumlah KK 1.744 denga jumlah rumah sebanyak 1.076 rumah.. Adapun beberapa
faktor dalam penelitain diantaranya faktor Sanitasi lingkungan meliputi :
ketersediaan air bersih, ketersediaankepemilikan jamban, ketersediaan tempat
pembuangan sampah, dan faktor saluran pembuanga air limbah ; Faktor prilaku
meliputi kebiasaan mencucui tangan, dan kebiasaan membuang tinja .

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami keseluruhan isi dari dari Karya Tulis Ilmiah ini,
maka penulis sajikan dengan sistematika sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang penulisan,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan
sistematika penulisan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini memuat tentang teori-teori yang mendukung dalam pembahasan tentang
diare, diantaranya definisi diare, klasifikasi diare, gejala diare, akibat diare,
pencegahan terhadap diare, dan faktor-faktor yang mempengaruhi diare.

BAB 3 GAMBARAN UMUM


Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah penelitian, yaitu
gambaran umum Kecamatan Petir dan gambaran umum Desa Mekar Baru,
Kecamatan Petir, Kabupaten serang.
5

BAB 4 KERANGKA KONSEP DAM KERANGKA TEORI


Pada bab ini menggambarkan kerangka teori dan konsep sebagai acuan penelitian,
serta definisi operasional untuk mengetahui Batasan-batasan penelitian.

BAB 5 METODE PENELITIAN


Pada bab ini berisi metodologi penelitian meliputi : jenis penelitian, pelaksanaan
penelitian, populasi sampel, pengumpulan data, instrument penelitian dan
pengolahan atau analisis data.

BAB 6 HASIL PENELITIAN


Dalam bab ini penulis mendeskripsikan dan menampilkan data hasil penelitian dalam
bentuk tabel dan narasi.

BAB 7 PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis mengemukakan hasil pembahasan terhadap semua data yang
telah disajikan pada bab 6, yang meliputi faktor pendidikan, faktor sanitasi
lingungan, dan pfaktor prilaku

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat tentang kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, serta pemberian saran sebagai bahan pertimbangan
untuk pemecahan masalah yang ada.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

2.1.1 Definisi Diare

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,

sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. (6)
Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang
berkepanjangan

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam(7)

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari 3 kali/hari
(6).
dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (8).

Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus
sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat
ditimbulkan oleh
7

1. Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie


2. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
3. Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
4. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
5. Keracunan makanan dan minuman
6. Gangguan gizi
7. Pengaruh enzyme tertentu
8. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)

2.1.2 Klasifikasi Diare

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1) Berdasarkan lamanya diare:
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut.
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
1). Diare sekresi (secretory diarrhea)

2). Diare osmotic (osmotic diarrhea).(10)

2.1.3 Gejala Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah
dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-
tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan
atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta
gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit
8

kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja


mengandung darah atau demam tinggi (9).

2.1.4 Akibat Diare

1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, dan asidosis metabolik.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi
jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat,
kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal.(9)

2.1.5 Pencegahan Diare

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2011)


adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibody

dan zatzat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai

daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang

disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah

tumbuhnya bakteri penyebab diare.(9)

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan
resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula
biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya gizi buruk. (9)
9

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai

dibiasakan dengan makanan orang dewasa.Masa tersebut merupakan masa

yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI

dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit

lain yang menyebabkan kematian.(9)

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan


pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan
sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih
sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua
makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan
pemberian ASI bila mungkin.
2) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-
bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan
menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih
3) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar

sebelum diberikan kepada anak. (7)

3. Menggunakan air bersih yang cukup


Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau
10

benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi
resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
1) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
2) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat
lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan
serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk
menjauhkan air hujan dari sumber.
3) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan
gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

4) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.(4)

4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban. (12) Yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
11

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
2) Bersihkan jamban secara teratur.
3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air
besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak
dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air,
hindari buang besar tanpa alas kaki.
6. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-
hal yang harus diperhatikan:
1) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun
atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
2) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih
dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas
wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti
kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
3) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.

7. Pemberian Imunisasi Campak


Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera
setelah berumur 9 bulan.

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat
dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga
harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk
mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri,
12

pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan
penyakit polio.

Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada


balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut
Notoatmodjo adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok

yaitu:(12)
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health
seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya. Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku

kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain- domain perilaku. Domain-

domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini

domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert

behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu


stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara
tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus
13

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati

oleh orang lain.(11)

2.2 Faktor Yang Berhubungan Dengan Diare

2.2.1 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan


standar kehidupan yang umum pada sejumlah orang yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan bukan hanya kekurangan dalam

ukuran ekonomi, namun juga dalam ukuran kejiwaan dan budaya.(13)


Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal
ini dikarenakan kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua dalam
mendukung perawatan anak yang memadai, cenderung memiliki hygiene
yang kurang, miskin diet, dan miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin
meningkatkan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi pada hampir

semua penyakit. Penelitian Cahyono I(12), juga menyebutkan bahwa status


ekonomi keluarga kurang beresiko 2,02 kali mengalami kejadian diare
daripada yang berstatus ekonomi keluarga cukup.

2.2.2 Keadaan Perumahan

Keadaan perumahan merupakan faktor yang menentukan keadaan hygiene


dan sanitasi lingkungan. Namun, banyak sekali keadaan perumahan yang
terbilang kumuh, sehingga dapat menyebabkan beberapa penyakit khususnya
diare karena perumahan kumuh tersebut tidak memenuhi syarat-syarat rumah
sehat. Adapun syarat-syarat rumah sehat yang dapat membatasi sebaran diare
sebagai berikut:
1. Ventilasi
Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tetapa
14

segar dan untuk membebasakan udara ruangan dari bakteri, terutama bakteri
pathogen. Luas ventilasi kurang lebih 15- 20% dari luas lantai rumah.
2. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya
yangmasuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping
kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit penyakit. Penerangan yang cukup baik siang ataupun
malam 100-200 lux.
3. Luas bangunan rumah

4. Luas bangunan yang optimal adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2


untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah
penghuni maka dapat menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, sehingga
jika salah satu penghuni menderita penyakit infeski maka akan
mempermudah penularan kepada anggota keluarga lain.
5. Fasilitas didalam rumah
Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti penyediaan air bersih yang
cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air limbah,
fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga, gudang, dan kandang ternak.
Penelitian Cahyono I, menyebutkan bahwa kepadatan rumah berhubungan

dengan kejadian diare.(12)

2.2.3 Faktor Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melindungi

kesehatan manusia melalui pengendalian, pengolahan, dan pencegahan faktor

lingkungan yang mengganggu kesehatan. Kejadian diare umumnya terjadi

pada daerah yang memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Ruang lingkup

kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup.(12)


15

1. Sumber air bersih


Air bersih memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, karena
air diperlukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan air bagi manusia sangat kompleks yaitu untuk minum, mandi,
masak, mencuci, dan lain sebagainya. Air bersih digunakan harus memenuhi
syarat baik dari segi sarana pengolahan, pemeliharan dan pengawasan
kualitas sumbernya. Berdasarkan kemudahan pengolahan, sumber air bersih

dapat berasal dari:(13)


1) Perusahaan Air Minum (PAM)
2) Air tanah (sumur pompa, sumur bor dan sumur artesis)
3) Air hujan

Sumber air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi sangat penting
berkaitan dengan kejadian diare. Oleh sebab itu harus selalu tersedia dan
memenuhi syarat kesehatan baik secara fisik, kimia dan bakteriologis.

Kriteria sumber air minum antara lain:


1. Mengambil air dari sumber air yang bersih
2. Menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
3. Memelihara dan menjaga sumber air dari pencemaran baik dari
binatang, anak-anak maupun sumber pencemaran lain.
4. Jarak antara sumber air minum dan sumber pencemaran misalnya
septictank, air limbah dan tempat pembuangan sampah harus lebih
dari 10 meter.
5. Menggunakan air yang direbus
6. Mencuci semua peralatan masak dan makan menggunakan air yang
bersih dan cukup.
7. Hasil penelitian Purwidiana P.W menyebutkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada
16

balita.(14)

2. Tempat pembuangan tinja


Tempat pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari sanitasi.
Pembuangan tinja yang tidak sesuai dengan aturan akan memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit yang penularannya melalui tinja seperti diare.

Syarat pembuangan tinja yang memenuhi aturan kesehatan adalah:(14)


1) Tidak mengotori permukaan tanah sekitar
2) Tidak mengotori air permukaan sekitar
3) Tidak mengotori air dalam tanah sekitar
4) Kotoran tidak boleh terbuka supaya tidak dipakai sebagai tempat
perkembangbiakan vector seperti tempat lalat bertelur
5) Tidak menimbulkan bau

Pembuatannya murah, mudah digunakan dan dipelihara. Macam-macam


tempat pembuangan tinja antara lain:
1. Jamban cemplung (Pit Latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah perdesaan. Jamban ini
dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter
80-120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh
terlalu dalam, dikarenakan akan mengotori air tanah dibawahnya.
Jarak dari sumber air minum sekurang- kurangnya 15 meter.

2. Jamban leher angsa (Angsa Latrine)


Jamban ini berbentuk seperti leher angsa sehingga akan selalu terisi
air. Fungsi air agar bau busuk kakus tidak tercium. Bila dipakai tinja
akan tertampung sementara dan bila disiram akan masuk ke bagian
yang menurun masuk ke penampungan.

3. Jamban air (Water Latrine)


Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah
17

sebagai pembuangan tinja. Proses pembusukan sama seperti


pembusukan tinja dalam air kali.

4. Jamban bor (Bored Hole Latrine)


Jamban bor sama dengan jamban cemplung, hanya ukurannya lebih
kecil karena pemakaiannya tidak lama. Kerugian bila air permukaan
banyak mudah mengotori tanah permukaan (meluap)
.

5. Jamban keranjang (Bucket Lantrine)


Tinja ditampung di ember atau bejana lain yang kemudian dibuang di
tempat lain, misalnya pada penderita sakit yang tidak bisa
meninggalkan tempat tidur. Namun cara ini biasanya akan menarik
lalat dan menimbulkan bau.

6. Jamban parit (Trench Latrine)


Jamban ini dibuat dengan melubangi tanah sedalam 30-40 cm untuk
tempat defecatie. Tanah galian digunakan untuk menimbunnya.
Penggunaan jamban ini melanggar standar dasar sanitasi, terutama
berhubungan dengan standart pencemaran tanah, pemberantasan lalat
dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
7. Janban Empang (Overhung Latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat diatas kolam, selokan,
kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya adalah mencemari air
permukaan sehingga bibit penyakit akan tersebar dan menimbulkan
wabah.

8. Jamban kimia (chemical toilet)


Jamban ini menggunakan tambpungan bejana yang berisi caustic
soda sehingga tinja akan hancur sekaligus di desinfeksi. Biasanya
digunakan di kendaraan umum misalnya pesawat.
18

Jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari: konstruksi

jamban kuat, rumah dan lantai sebaiknya semen, memiliki resapan

(septic tank), bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak

mengganggu pandangan (privacy), tidak menimbulkan bau (leher


angsa) disediakan alat pembersih seperti air yang cukup, dibersihkan

secara teratur.(12 )

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan

meningkatkan resiko terjadinya diare berdarah pada anak balita


sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang memenuhi

syarat sanitasi.(12) Hasil penelitian Purwidiana menyebutkjan


bahwa jenis jamban dan kebersihan jamban berhubungan dengan

kejadian diare.(15)

3. Lantai rumah
Syarat dari rumah sehat adalah memiliki lantai yang tidak berdebu pada
musim kemarau an tidak basah di musim hujan. Lantai yang baik adalah
lantai dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air
dan mudah dibersihkan paling tidak diplester dan akan lebih baik jika dilapisi

ubin atau keramik yang mudah dibersihkan.(15)


4. Tempat pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik berasal
dari RT/hasil proses produksi. Jenis sampah dibagi atas sampah organic dan
anorganik. Sampah organic adalah sampah yang umumnya dapat membusuk,
misalnya makanan, daun, buah-buahan. Sedangkan sampah anorganik adalah
sampah yang tidak dapat membusuk misalnya logam, besi, dan plastik gelas.

Sampah dapat menjadi sumber penyakit. Karena itu perlu dikelola sehingga
19

tidak mengotori lingkungan, tidak menjadi sarang vaektor, maupun sarang

penyakit. Sampah harus ditempatkan pada tempat yang memenuhi syarat.

Syarat tempat sampah yang dianjurkan yaitu: kuat, tidak mudah bocor,

tertutup, mudah dibuka, mudah dikosongkan, dibersihkan, ukuran tempat

sampah harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk diangkat oleh satu

orang. Keluarga yang mempunyai tempat sampah khusus akan membuang

sampah tersebut sehingga dapat mencegah diare, sedangkan yang tidak

mempunyai beresiko 2 kali lipat terkena diare.(12)

5. Saluran pembuang an air limbah.


Limbah merupakan sisa air yang dibuang dan berasal dari rumah tangga,
industry dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan. Limbah yang tidak diolah akan mengganggu kesehatan dan
lingkungan hidup. Limbah merupakan media penyebaran penyakit terutama
diare, kolera, typus, tempat berkembang biakan mikroorganisme pathogen,
vector, menimbulkan bau, merusak estetika dan mencemari air permukaan
serta mengurangi produktifitas manusia karena bekerja menjadi tidak
nyaman.

Dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat


diperlukan sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan standar dan
memenuhi syarat kesehatan. Oleh sebab itu diperlukan saluran pembuangan
air limbah (SPAL). SPAL merupakan sarana yang digunakan untuk
membuang air buangan kamar mandi, tempat cucian dapur, dan lain lain
bukan dari jamban dan peratusan. SPAL tersebut harus memenuhi syarat
kesehatan antara lain jarak minimal 10 meter dari sumber air bersih dan air
tanah permukaan, tidak menimbulkan genangan yang mengakibatkan tempat
sarang vector, tidak terbuka dan tidak terkena udara luar sehingga tidak
(15)
menimbulkan baud an mengganggu lingkungan.
20

2.2.4 Faktor perilaku

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat menentukan adanya


penyebaran penyakit diare. Untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat
dilakukan penilaian antara lain:
1. Penimbangan balita minimal 8 kali setahun;
2. Gizi anggota keluarga harus seimbang;
3. Air bersih digunakan untuk keperluan sehari-hari (PAM, sumur, perpipaan);
4. Jamban keluarga yang digunakan untuk buang air besar harus memenuhi
syarat kesehatan;
5. Air yang diminum harus dimasak terlebih dahulu;
6. Mandi dengan menggunakan sabun mandi;
7. Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar;
8. Selalu mencuci peralatan dengan sabun;

9. Saluran pembuangan air limbah harus sering dibersihkan.(13,15 )

Faktor perilaku yang dapat menyebarkan kuman enteric dan meningkatkan


resiko terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI Eksklusif
ASI dapat memberikan perlindungan terhadap diare. Dengan memberikan
ASI Eksklusif selama 6 bulan penuh maka mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai susu
formula. Bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan beresiko lebih besar
terkena diare daripada yang diberikan ASI Eksklusif. Menurut penelitian

Oliyfta A(16), dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara


pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada balita. Balita yang tidak
diberikan ASI Eksklusif beresiko 5,495 kali terkena diare darpada yang

diberikan ASI Eksklusif.(13,14 )


21

2. Penggunaan botol susu


Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena sulit
dibersihkan. Penggunaan botol susu formula biasanya menyebabkan resiko

tinggi terkena diare, mengakibatkan gizi buruk.(14)

3. Umur balita
Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare, karena
semakin muda umur balita keadaan integritas mukosa usus masih belum baik
sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna. Kejadian diare terbanyak
pada anak usia 7-24 bulan. Hal ini terjadi karena:
1) Bayi usia 7 bulan ini mendapat MMP-ASI dimana resiko ikut sertanya
kuman pada makanan tambahan adalah tinggi (terutama jika
sterilisasinya kurang)
2) Produksi ASI mulai berkurang yang berarti antibody yang masuk
bersama dengan ASI juga ikut berkurang.

Setelah usia 24 bulan tubuh anak mulai membentuk sendiri antibody dalam
jumlah cukup, sehingga serangan virus berkurang. Hasil penelitian
Shintamurniaawaty menyebutkan bahwa umur balita antara 0-24 bulan

mempunyai resiko 2,747 kali terkena diare.(17 )

4. Kebiasaan mencuci tangan


Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun terutama sebelum makan dan setelah makan, sesudah buang air
besar dan sesudah membuang tinja anak mempunyai dampak dengan kejadian

diare.(13 )
5. Kebiasaan membuang tinja
Membuang tinja harus dilakukan dengan bersih dan benar. Banyak anggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung
22

virus/bakteri dalam jumlah besar. Tinja dapat menularkan penyakit pada


.(13)
anak-anak maupun orangtuanya

6. Air minum yang tercemar


Air minum yang digunakan mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau
saat disimpan dirumah. Pencemaran terjadi Karena tempat penyimpanan tidak
tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air saat mengambil air.
Menggunakan air bersih dan terlindung dari kontaminasi mengurangi resiko
diare. Tidak menggunakan sumber air bersih atau menggunakan air minum

yang tercemar beresiko 2,208 kali terkena diare.(16)

7. Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak besar dalam penularan resiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga
hendaknya membuat jamban. Bila tidak tersedia jamban, pilih tempat untuk

membuang tinja anak seperti dalam lubang/kebun dan ditimbun.(14,16)


BAB 3
GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Kecamatan Petir

Kecamatan Petir merupakan salah satu Kecamatan dari 29 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Serang. Secara Topografi Kecamatan petir termasuk wilayah dataran <
500 m dari ketinggian permukaan air laut dan beriklim tropis. Wilayah Kecamatan
Petir terdiri dari 15 Desa, yaitu Desa ;
1. Petir 9. Padasuka
2. Mekar Baru 10. Sanding
3. Cirangkong 11. Bojong Nangka
4. Tambiliuk 12. Seuat
5. Cireundeu 13. Nagara Padang
6. Sindang Sari 14. Seuat Jaya
7. Kubang Jaya 15. Kampung Baru
8. Kadugenep

3.1.1. Demografis

Kecamatan Petir mempunyai luas wilayah 49.63 Km2, dengan batas wilayah :
Batas Sebelah Utara : Kecamatan Cikeusal
Batas sebelah Timur : Kecamatan Cikeusal
Batas Sebelah Selatan : Kecamatan Tunjung Teja dan Kabupaten Lebak
Batas Sebelah Barat : Kecamatan Baros dan Kabupaten Pandeglang

3.1.2. Penduduk

1. Keadaan Umum :
Dari Jumlah 15 Desa rata-rata katagori Desa Berkembang II
Jumlah Perangkat Desa : 175 Orang
Jumlah RW : 58 Rw
Jumlah RT : 248 Rt
24

2. Kependudukan:
Jumlah Penduduk adalah 53.910 Jiwa, terdiri dari ;
Laki-laki : 27.072 Jiwa
Perempuan : 26.823 Jiwa
Jumlah : 53.910 Jiwa
Jumlah KK : 17.793 KK
Jiwa pilih : 41.644 Jiwa ( L = 21.752 Jiwa, P= 19.892 Jiwa )

3.1.2. Peta Wilayah Kecamatan Petir

GAMBAR 3.1.2

PETA WILAYAH KECAMATAN PETIR

3.2.2. Data Kasus diare di Kecamatan Petir


25

Kasus diare di Kecamatan Petir pada tahun 2020 merupakan data skunder yang

digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan dokumen yang diperoleh dari

Puskesmas Petir, tercatat kasus diare diKecamatan Petir mencapai 620 kasus , secara

rinci dapat dilihat pada tebel berikut :

TABEL 3.2.2

DATA KASUS DIARE DI KECAMATAN PETIR


TAHUN 2020

Nana JML Bulan Jml


No
Desa/Kelurahan Penduduk Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Petir 5.721 14 3 9 18 3 6 7 60
2 Mekar Baru 4.899 3 7 8 12 4 8 4 46
3 Tambiluk 7.534 7 2 6 7 7 5 1 35
4 Cirangkong 4.300 3 14 7 8 0 4 2 38
5 Kampung Baru 3.445 10 6 6 13 7 7 5 54
6 Nagara Padang 4.474 10 2 7 8 3 6 2 38
7 Sanding 3.066 11 8 7 4 1 6 15 52
8 Sindangsari 5.707 8 10 9 7 7 6 3 50
9 Cireundeu 2.859 5 4 5 13 2 5 6 40
10 Padasuka 2.826 8 5 7 7 6 2 2 37
11 Kadu Genep 3.958 7 4 4 14 6 6 3 44
12 Seuat 3.758 6 8 3 6 3 3 2 31
13 Seuat Jaya 2.942 5 4 7 7 2 8 1 34
14 Kubang Jaya 3.194 4 1 5 10 4 2 0 26
15 Bojong Nangka 1.856 3 4 8 9 6 0 5 35
JUMLAH 60.539 104 82 98 143 61 74 58 620
Sumber : Rekapitulasi Kasus Diare Puskesmas Petir Kabupaten Serang tahun 2020

3.2. Gambaran Umum Desa Mekar Baru

3.2.1 Sejarah Desa Mekar Baru

Desa Mekar Baru Kecamatan Petir Kabupaten lahir pada tahun 1985. Sebelumnya
wilayah Mekar Baru merupakan bagian dari Desa Petir yang dipimpin oleh Kepala
Desa yang bernama Bpk. Juhdi. Selanjutnya pada tahun 1985 Desa Petir di
Mekarkan menjadi dua desa yaitu Desa Petir dan Desa Mekar Baru, maka sejak
26

tahun 1985 Desa Mekar Baru berdiri dengan Kepala Desa yang pertama adalah Bpk.
Subro, dia menjabat dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1993. Sampai saat ini
Desa Mekar Baru telah mengalai 5 kali pergantian Kepala Desa, yaitu sebagai
berikut :
1. SUBRO menjabat Kepala Desa tahun 1985 s.d. 1993
2. DULHAK menjabat Kepala Desa tahun 1993 s.d. 2001
3. MUSTADI menjabat Kepala Desa tahun 2001 s.d. 2007
4. SAPAROSI TOBING menjabat Kepala Desa tahun 2009 s.d. 2014
5. ASEP RUPAWAN menjabat Kepala Desa tahun 2014 s.d. 2020

3.2.2. Letak Geografis

Secara geokrafis Desa Mekar Baru terletak dibagian selatan Kabupaten Serang
dengan luas wilayah lebih kurang 246 Ha dengan batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir Kecamatan Petir.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tambiluk Kecamatan Petir
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sanding Kecamatan Petir.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tambiluk Kecamatan Petir.

Luas wilayah Desa Mekar Baru adalah 246 Ha yang terdiri dari :

1. Tanah pekarangan pemukiman Rakyat lebih kurang = 68 Ha


2. Tanah Perkebunan rakyat lebih kurang = 138 Ha
3. Tanah Persawahan Rakyat lebih kurang = 67 Ha
4. Tanah Peternakan Rakyat lebih kurang = 1 Ha
5. Tanah Fasilitas Umum lebih kurang = 1 Ha
6. Tanah Perkantoran lebih kurang = 1 Ha
Keadaan Topografi Desa Mekar Baru merupakan daerah daratan dan pesawahan
sehingga sebagian masyarakatnya adalah petani. Jarak Desa Mekar Baru ke Ibu Kota
Kecamatan hanya 1 Km, sedangkan jarak ke Ibu Kota kabupaten 20 Km. dan Jara
ke Ibu Kota Provinsi 17 Km.
27

3.2.3. Demografis

1. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar biasa menjadi modal dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah penduduk Desa Mekar
Baru adalah 4.899 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 1.744 Kepala
keluarga. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk
yang besar harus disertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan
kependudukan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi
pendorong dalam pembangunan, khususnya pembanguna Desa Mekar Baru.
Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain
perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebaran serta strukturnya.
Jumlah Penduduk Desa Mekar Baru sebanyak 4.899 jiwa, terdiri atas laki-
laki: 2.564 jiwa dan perempuan : 2.435 jiwa.

2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk Desa Mekar Baru cenderung meningkat karena tingkat
kelahiran lebih besar dari pada kematian serta penduduk yang masuk lebih
besar dari penduduk yang keluar.

TABEL: 3.2.3

JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK


28

DESA MEKAR BARU TAHUN 2020

Jumlah Jumlah
No Rukun Tetangga Jumlah KK
Penduduk Rumah
1 RT 01 381 135 83
2 RT 02 427 140 92
3 RT 03 376 134 83
4 RT 04 396 140 86
5 RT 05 388 138 55
6 RT 06 377 351 83
7 RT 07 382 136 85
8 RT.08 332 120 74
9 RT.09 375 134 22
10 RT.10 354 127 79
11 RT.11 364 129 80
12 RT.12 393 139 85
13 RT.13 354 127 78
Jumlah 4.899 1744 1.076
Sumber : Profil Desa Mekar Baru Tahun 2020

3.2.4. Keadaan Sosial

1. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia (SDM) yang merupakan subyek dan sekaligus obyek
pembangunan di Desa Mekar Baru masih perlu peningkatan secara
berkelanjutan . Meskipun pada saat ini lebih baik dibandingkan pada masa-
masa sebelumnya.
2. Pendidikan
Warga Desa Mekar Baru ditinjau dari segi rata-rata tingkat pendidikan
memang belum begitu baik, karena warga yang tidak bersekolah dan yang
tidak tamat Sekolah Dasar mencapai 27,55 %. Segangkan msyoritas penduduk
adalah berpendidikan Sekolah Dasar ( SD ) yaitu 30,96 %. Data pendidikan
warga dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 3.2.4
29

JUMLAH PENDUDUK BEDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN


DESA MEKAR BARU TAHUN 2020

Jenis Kelamin
No Keterangan Laki- Perempua Jumlah Persentase
laki n
Tidak / Belum
1 511 459 970 19,95
Sekolah
2 Belum Tamat SD 195 184 379 7,60
3 SD 735 760 1495 30,96
4 SLTP 462 421 883 18,20
5 SLTA 589 367 956 19,53
6 Diploma I / II 33 33 66 1,25
7 Diploma III 26 16 42 0,71
8 Strata I 60 35 95 1,75
9 Strata II 8 5 13 0,04
10 Strata III 0 0 0 0,00
Jumlah 2.619 2.280 4.899 %
Sumber : Profil Desa Mekar Baru Tahun 2020

3. Kehidupan Beragama
Penduduk Desa Mekar Baru 100% memeluk agama islam. Dalam kehidupan
beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan khususnya agama islam
sangat berkembang dengan baik.
4. Budaya
Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Mekar Baru menjaga dan
menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat islam, hal ini terbukti ketika setiap
ada peringatan hari besar islam.
5. Politik
Proses reformasi yang bergulir sejak tahun 1997 telah memberikan peluang
untuk membangun demokrasi secara lebih nyata menuju arah proses
konsolidasi demokrasi. Lebih lanjut format politik ini terumuskan juga
berdasarkan UU Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik. UU Nomor 12
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta UU Nomor 23
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
30

Kemajuan demokrasi telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menggunakan


hak demokrasinya antara lain dibuktikan dengan adanya peningkatan
partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam proses
pemilihan umum.

3.2.5 Keadaan Ekonomi

Sebagian besar penduduk Desa Mekar Baru bekerja di sektor Pertanian dan
Perkebunan. Hal ini didukung oleh faktor geografis Desa Mekar Baru yang
mayoritas penduduknya mempunyai lahan pertanian dan perkebunan.

Berikut ini tabel mata pencarian penduduk Desa Mekar Baru dari Tahun 2020

TABEL 3.2.5
JUMLAH PENDUDUK DESA KEKAR BARU
BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN

No. Jumlah
Mata Pencaharian Persentase
(Orang)
1 Petani 968 19,76%
2 Pertukangan 348 0,71 %
3 Pedagang \ Wiraswasta 279 0,57 %
4 Buruh Tani 621 12,68 %
5 Pensiunan 148 0,30 %
6 Jasa 236 0,48 %
7 PNS / TNI / POLRI 228 0,47 %
8 Buruh Harian Lepas 1033 21,1 %
9 Ibu Rumah Tangga 1038 21,2 %
Jumlah 4.899 100 %
Sumber : Profil Desa Mekar Baru Tahun 2020

3.3 Gambaran Sanitasi Desa Mekar Baru


31

Rumah penduduk Desa Mekar Baru yang terdiri atas 1.744 Kepala Keluarga
menempati lahan perumahan dan pekarangan seluas 68 ha, sehingga pemukiman
penduduk tidak termasuk pemukiman yang padat. Penduduk yang berjumlah 1.744
KK tersebut tersebar di 10 kampung ( 13 RT), yaitu :
1. Bojong Sowang
2. Bojong waliwis
3. Lembur Jengkol
4. Pasanggrahan
5. Rancakamurang
6. Lembur sawah cidokdok
7. Kebon Sawo
8. Nanggerang
9. Lembur Jati
10. Ciseuma

Rumah penduduk desa Mekar Baru yang berjumlah sekitar 946 rumah 85 %
merupakan rumah permanen dan 15 % rumah semi permanen dan rumah panggung.
Warga Desa Mekar Baru masih ada yang tidak memiliki jamban keluarga ,
umumnya yang tidak memiliki jamban keluarga adalah warga yang tinggal di
pinggrian desa atau yang pemukimannya dekat dengan sungai. Selain itu masih
terdapat septik tank jamban keluarga yang kurang memmenuhi standar kesehatan,
seperti septik tang terlalu dekat dengan sumur (sumber air bersih), septik tank yang
tidak tertutup rapih.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Petir , Sumber air bersih yang
dipergunakan warga Desa Mekar Baru umumnya bersumber dari sumur. Jumlah
sumur gali sebanyak 576, sumur gali plus 125, sumur pompa listrik 83, MCK ada 3
unit, dan sumber mata air 1. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada beberapa
sumber air ,terutama sumber dari mata air dan MCK umum yang digunakan oleh
beberapa keluraga.
32

Ditinjau dari segi kepemilikan jamban, ternyata jumlah jamban yang ada tidak
seimbang dengan jumlah warga. Kemungkuinan masih terdapat warga yang tidak
memiliki jamban sendiri. Hal ini terlihat pada data yaitu jumlah jamban dengan
septik tank sebanyak 367 unit, jamban tanpa septik tangk berjumlah 75, dan jamban
umum MCK berjumlah 3 unit.

Keadaan spal atau saluran pembuangan air limbah di Desa Mekar baru masih kurang
diperhatikan warga, karena menurut data spal yang memeuhi syarat kesehatan baru
60, sedangkan saluran pembuangan limbah lainya kurang memenuhi syarat
kesehatan. Warga desa Mekar Baru umumnya tidak memiliki tempat sampah khusus
untuk sampah rumah tangga. Mereka umumnya membuang sampah sebarangan di
belakang rumah, walaupun ada sebagian yang langsung membuang ke tempat
penampungan sampah atau lubang sampah.
BAB 4
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

4.1. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi kasus diare yaitu seperti pada bagan
berikut:

Faktor Pendidikan

Faktor Ekonomi

Faktor Sanitasi Lingkungan

Sumber air bersih


Jamban Keluarga
Tempat pembuangan sampah
Saluran pembuangan air limbah

Kejadian Diare
Faktor Prulaku
Pada Masyarakat

Pemberian ASI
Penggunaan Botol Susu
Kebiasaan mencuci tangan
Kebiasaan membuang tinja
Penggunaan air minum tercemar
Penggunaan jamban

Keadaan Prumahan
34

Sumber : ( 4, 9, 12, 13)

4.2. Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat digambarkan kerangka konsep seperti
berikut :

Faktor Sanitasi Lingkungan

Ketersediaan sumber air bersih

Ketersediaan jamban keluarga

Ketersediaan tempat pembuangan


sampah

Ketersediaan saluran pembuangan


air Kejadian Diare pada
Masyarakat

Faktor Prilaku

Kebiasan mencuci tangan

Kebiasaan membuang tinja anak

4.3. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengertian dan untuk menghindari salah pemahaman, penulis


memberikan baatasan –batasan istilah yang digunakan untuk variable penelitian ini,
yaitu sebagai berikut :
35

TABEL 4.3.

DEFINISI OPERASIONAL

Definisi Cara Skala


Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional mengukur Ukur

Dependen
Kejadian Peristiwa Wawancara Kuesioner 1. Diare Ordinal
diare terjadinya 2. Tidak diare
penyakit yang
ditandai dengan
seringnya buang
tinja dalam
bentuk encer,
bahkan dapat
berupa seperti air
saja.
Independen
Ketersediaan Ketersedian air Wawancara Kuesioner 1. Baik Ordinal
sumber air pada keluarga 2. Cukup
bersih untuk minum, baik
mandi, memasak, 3. Tidak baik
mencuci, dsb.
Ketersediaan Ketersedian air Wawancara Kuesioner 4. Baik Ordinal
sumber air pada keluarga 5. Cukup
bersih untuk minum, baik
mandi, memasak, 6. Tidak baik
mencuci, dsb.
Jamban Jamban yang Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
keluarga memenuhi syarat 2. Tidak ada
kesehatan terdiri
dari: konstruksi
jamban kuat,
memiliki resapan
(septic tank),
tidak
menimbulkan
bau
36

Definisi Skala
Variabel Cara mengukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Jamban Jamban Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
keluarga yang 2. Tidak ada
memenuhi
syarat
kesehatan
terdiri dari:
konstruksi
jamban
kuat,
memiliki
resapan
(septic
tank), tidak
menimbulka
n bau
Tempat Tempat Wawancara Kuesioner 1. Baik Ordinal
pembuangan khusus 2. Cukup
sampah untuk baik
membuang 3. Tidak baik
sampah
RTatau
produksi
yang
memenuhi
syarat
kesehatan
Saluran Saluran Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
pembuangan untuk 2. Tidak ada
air limbah membuang
sisa air
bekas pakai
yang
berasal dari
rumah
tangga,
37

Definisi Skala
Variabel Cara mengukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Kebiasaan Kebiasaan Wawancara Kuesioner 1. Baik ordinal
mencusi yang 2. Tidak baik
tangan berhubungan
dengan
kebersihan
perorangan
mencuci
tangan
dengan
sabun
terutama
sebelum
makan dan
setelah
makan,
sesudah
buang air
besar dan
sesudah
membuang
tinja anak
Kebiasaan Kebiasaan Wawancara Kuesioner 1. Baik ordinal
Membuang yang 2. Tidak baik
tinja anak berhubungan
dengan
kebersihan
dan
kesehatan
perorangan
cara
membuang
tinja anak ke
closed.
BAB 5
METODE PENELITIAN

5.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu


penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu
keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. (Notoatmodjo,2010:28)
Penelitian diupayakan untuk memperoleh gambaran tentang kejadian diare di
Desa Mekar Baru Kecamatan petir pada tahun 2020

5.2. Pelaksanaan Penelitian

Tempat penelitian adalah Desa Mekar Baru, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang,
Provinsi Banten. Sedangkan waktu penelitian dimulai sejak bulan Juli 2020 sampai
dengan bulan September 2020.

5.3. Populasi dan Sampel

5.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai
kuatitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (17)

Mengacu pada pendapat di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah keluarga
yang mengalami kejadian diare di Desa Mekar Baru , Kecamatan Petir yang
39

berdasarkan data dari Puskesmas Petir bejumlah 46 keluarga (data skuder


Puskesmas)
5.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono, bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan
penelitian terhadap seluruh anggota populasi, maka dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi tersebut minimal 10% dari jumlah populasi. Berdasarkan
pendapat tersebut, dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 28 keluarga dari
jumlah 46 keluarga di Desa Mekar baru yang mengalami kejadian diare pada tahun
2020 bedasarkan data kasus diare di Puskesmas Petir .

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random di 13 RT yang ada. Untuk


mengambil dan menentukan sampel sebanyak 28 keluarga yang pernah mengalami
diare dilakukan tahapan berikut ;
1. Menentukan responden sebanyak 10 % dari jumlah Keluarga sebanyak 1070

10
keluarga ( X 1070 ¿ dibulatkan jadi 110 keluarga , dengan cara setiap RT
100
rata-rata diambil 8 s.d. 9 keluarga sebagai responden yang rumahnya bernomor
ganjil dengan interval 10. Seperti terlihat pada daftar berikut :

TABEL 5.3
DAFTAR NOMOR RUMAH RESPONDEN
DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR, KABUPATEN SERANG
TAHUN 2020

Jumlah
RT Nomor Rumah Responden Responen/keluar
ga
RT 1 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81 9
RT 2 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81 9
RT 3 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71 8
RT 4 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81 9
RT 5 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81 9
RT 6 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81 9
RT 7 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81, 9
40

RT 8 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61 7


RT 9 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71 8
RT 10 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71 8
RT 11 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71 8
RT 12 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71, 81 9
RT 13 1, 11, 21, 31, 41, 51, 61, 71 8
110

Kuesioner yang didistribusikan kepada 110 keluarga atau responden tersebut


hanya untuk mengetahui jumlah keluarga yang pernah mengalami kejadian
diare dan jumlah keluarga yang tidak mengalami kejadian diare.
2. Setelah diketahui jumlah keluarga yang pernah mengalami diare sebanyak 28
keluarga dan yang tidak mengalami diare sebanyak 82 kelurga. Maka
diambilah 28 keluarga yang pernah mengalami diare pada tahu 2020 sebagai
sampel penelitian.

5.4. Pengumpulan Data

5.4.1. Data Primer

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


instrument berupa kuesioner dan ceklist yang diberikan kepada responden
untuk memperoleh data primer. Teknik pengambilan data dengan wawancara
dan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi tentang
faktor sanitasi lingkungan dan faktor prilaku sebagai data primer.

1.4.2 Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui media perantara atau
secara tidak langsung berupa buku, jurnal, dokumen, atau sumber lainnya,
yang digunakan sebagai pembanding atau pendukung. Dalam penelitian ini,
data sekunder diperoleh melalui pencermatan dokumen yang diperoleh dari
dokumen Puskesmas Petir atas izin dari pihak Puskesmas.
41

5.5. Pengolahan dan Analisis Data

5.5.1. Pengolahan data

Pengolahan data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berilut :


1. Pemeriksaan pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, di antaranya
kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner.
2. Pengelompokan /memisahkan kuesioner dari reponden yang pernah
mengalami kasus diare dengan yang tidak pernah.
3. Menghitung jumlah/frekuensi pilihan jawaban semua responden untuk item
kuesioner.
4. Perekapan hasil penskoran setiap faktor ke dalam tabel agar lebih mudah
dipahami serta untuk memudahkan pengolahan data.
5. Mengentri data hasil rekapitulasi ke dalam tabel yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan penelitian, sehingga dapat diketahui frekuensi atau modus
(terbanyak), dan precentase tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian
diare dengan menggunakan bantuan computer.

5.5.2. Analisis Data

Data yang sudah diolah dibuat ke dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis tabel dalam persentase terhadap kejadian diare di desa Mekar baru,
Kecamatan Petir, Kabupaten Serang-Banten. Kemudian dibahas dalam bentuk narasi
bersarkan teori-teori yang relevan serta peraturan perundangan yang berlak
BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1. Data Diare dan Tidak Diare

Data warga yang pernah menderita diare dan yang tidak pernah menderita diare di
Desa Mekar Baru pada tahun 2020 berdasarkan hasil kuesioner yaitu seperti pada
tabel sebagai berikut :

TABEL 6.1

DISTRIBUSI KEJADIAN DIARE


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

No Kejadian Diare Jumlah %


1 Diare 30 27,0
2 Tidak Diare 80 73,0
Jumlah 110 100 %
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Berdasarkan tabel 6.1, Dari 110 keluarga di Desa Mekar Baru sebagai responden,
terdapat 30 keluarga yang pernah mengalami kejadian diare pada tahun 2020.
Sedangkan 80 warga lainnya tidak mengalami kejadian diare.

6.2. Data Faktor Pendidikan Orangtua

Faktor pendidikan pendidikan orang tua tidak termasuk sasaran atau tujuan khusus
dalam penelitian ini, namun sengaja ditampilkan datanya hanya sebagai penunjang
saja
43

TABEL 6.2

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

Jumlah
No Tingkat Pendidikan Persentase (%)
(orang)
1 Tidak Tamat SD 9 8,1
2 Tamat SD 10 9,0
3 SMP / SMA 91 82,9
4 Diploma/ Sarjana 0 0
Jumlah (orang) 110 100
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Berdasarkan Tabel 6.2 di atas menunjukkan bahwa Distribusi Responden ditinjau


dari faktor penddidikan, warga yang berpendidikan Tidak Tamat SD yaitu mencapai
9 warga atau (8,1%) , yaang berpendidikan Tamat SD ada 10 warga (9,0%),
sedangkan yang berpendidikan SMP/ SMA Sebanyak 91 orang (82,9 %.)

6.3. Data Faktor Sanitasi Lingkungan

6.3.1 Data Sumber Air Bersih

Hasil penelitian mengenai ketersedian sumber air bersih di Desa Mekar Baru yang
meliputi kepemilikan sumber air bersih, sumber air, pengguna sumber, kejernihan
air, rasa air, dan bau atau aroma air . Data ketersediaan sumber air bersih seperti pada
tabel- tabel berikut:
44

TABEL 6.3

DATA KEPEMILIKAN SUMBER AIR BERSIH


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

N
Kepemilikan Sumber Air Bersih Jumlah Persentase
o
1 Bukan milik sendiri 0 0
2 Milik sendiri, tidak memenuhi syarat 16 15,3
3 Milik sendiri memenuhi syarat 94 84,7
Jumlah 110 100
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Berdasarkan tabel 6.3. sebagian besar responden memiliki sendiri sumber air bersih
dan memenuhi syarat (84,7%)

TABEL 6.4

DATA JENIS SUMBER AIR BERSIH


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

No Sumber Air Bersih Jumlah Persentase


1 Sumur gali 8 7,3
2 Sumur Pompa Tangan 15 13,6
3 Perpipaan 87 79,1
Jumlah 110 100
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Menurut data pada tabel 6.4, Jenis sumber air yang dimiliki responden adalah sumur
gali 7,3%, sumur pompa tangan 13,6% dan sebagian besra menggunakan sumur
perpipaan 79,1%

6.3.2. Data Ketersediaan Jamban


45

TABEL 6.5

DATA KETERSEDIAAN JAMBAN


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

No Ketersediaan Jamban Jumlah Persentase


1 Tidak ada 6 5,4
2 Ada, leher angsa, septic tank 104 94,6
Jumlah 110 100

Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Tabel 6.5 Menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang memili jamban sebanyak 94,6
% s, sedangkan yang tidak memiliki jamban keluarga sebanyak 5,4 %.

6.3.3. Data Ketersediaan Tempat Sampah

TABEL 6.6

DISTRIBUSIN KETERSEDIAAN TEMPAT SAMPAH


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

No Tempat Sampah Jumlah Persentase


1 Ada 110 100
2 Tida ada 0 0
Jumlah 110 100

Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Tabel 6.6 dapat dilihat bahwa semua responden memiliki tempat sampah (100%)

TABEL 6.7

DATA TEMPAT SAMPAH BERDASARKAN KONDISI


46

DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR


KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

No Kondisi Tempat Sampah Jumlah Persentase


Tidak kedap air, tidak
1 110 100
tertutup
2 Kedap air, tidak tertutup 0 0
3 Kedap air tertutup 0 0
Jumlah 110 100

Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Tabel 6.7 menggambarkan kondisi tempat pembuangan sampah milik warga desa
Mekar baru, yaitu seluruh Warga yang memiliki tempat pebuangan sampah tidak
kedap air dan tidak tertutup

6.3.4. Deskripsi Data Saluran Air Limbah

TABEL 6.8

DISTRIBUSI DATA KETERSEDIAAN SALURAN AIR LIMBAH


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

Saluran PembuanganAir
No Jumlah Persentase
Limbah
1 Tidak ada 6 5,4
Ada,Diresapkan tidak
2 104 94,6
mencemari
Jumlah 110 100
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Data ketersediaan saluran air limbah keluarga di Desa Mekar Baru sesuai dengan
data pada tabel di atas, Sebagian besar (94,6%) warga desa mekarbaru memiliki
47

saluran pembuangan air limbah, tetapi masih ada warga yang tidak memiliki saluran
pembuangan air limbah (5,4%)

6.4. Data Faktor Prilaku


6.4.1. Data Kebiasaan Mencuci Tangan

TABEL 6.9

DISTRIBUSI KEBIASAAN MENCUCI TANGAN


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020

Saluran PembuanganAir
No Jumlah Persentase
Limbah
1 Tidak pakai sabun 40 36,4
2 Kadang-kadang pakai sabun 69 62,7
3 Tidak menjawab 1 0,9
Jumlah 110 100
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Berdasarkan tabel 6.8 dapat dideskrpsikan bahwa warga desa Mekar Baru telah biasa
mencucitangan tetapi masih ada yang cuci tangan tidak pakai sabun (36,4%) dan
sebagian besar kadang-kadang menggunakan sabun (62,7%)

6.2.4. Deskripsi Membuang Tinja Anak

TABEL 6.10

DISTRIBUSI KEBIASAAN MEMBUANG TINJA ANAK


DI DESA MEKAR BARU, KECAMATAN PETIR
KABUPATEN SERANG – BANTEN
TAHUN 2020
48

No Item Kuesioner Jumlah (responden) Persentase (%)


Dibuang ke sungai atau
1 84 76,4
empang/Kebun/ Sembarangan
Dibuang Ke jamban ( Kadang –
2 26 23,6,
Kadang)
Jumlah 110 100
Sumber : Data primeer diolah tahun 2020

Berdasarkan data bahwa kebiasaan warga Desa Mekar Baru dalam membuang tinja
anak adalah dibuang ke sungaai atau empang Sembarangan/ Pekarangan 76,4%, dan
yang biasa membuang tinja Ke Jamban yaitu 23,6 %.
BAB 7
PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian seperti disajikan
pada bab 6, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut:

7.1. Deskripsi Data Diare dan Tidak Diare

Dari data yang dikumpulkan dalam penelitian yang diperoleh melalui instrument
kuesioner yang disebar pada 13 RT di Desa Mekar Baru, ternyata dari 110 rumah
(responden) hanya 30 keluarga atau rumah yang mengalami kasus diare pada tahun
2020. Sedangkan yang lainya sebanyak 80 keluarga tidak terkena diare.

7.2. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau dari Segi Pendidikan


Kepala Keluarga

Berdasarkan data penelitian dari 28 keluarga yang mengalami kasus diare di Desa
Mekar Baru, jika ditinjau dari faktor pendidikan kepala keluarga terlihat bahwa 9
Kepala Keluarga atau 8,1% berpendidikan tidak tamat SD, 10 Orang ( 9 %)
berpendidikan Tamat SD. Sedangkan yang berpendidikan Tamat SMP/ SMA
sebanyak 91 orang ( 82,9%.)

7.3. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau dari Faktor Sanitasi


Lingkungan

7.3.1. Deskripsi Gambaran Kejadian Kiare Ditinjau dari Faktor Sumber Air Bersih

Berdasarkan hasil penelitian faktor sumber air bersih yang digunakan warga di desa
Mekar Baru, Kecamatan Petir sudah baik atau memenuhi syarat kesehatan. Ditinjau
dari segi kepemilikan sumber air, asal sumber airi, kejernihan, warna, rasa, bau air
50

data menunjukkan 89,29 % baik, 5,72 % cukup, dan hanya 5,95% yang buruk.
Secara lebih lebih rinci adalah bahwa 89,29 % keluarga memiliki sumber air bersih
sendiri, yaitu 82,86 % bersumber dari sumur gali. Kualitas air bersih yang tersedia
juga cukup baik, karen 85,71 % responden menggunakan jernih, 100% air berasa
tawar, serta 92,86% tidak berbau.

7.3.2. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau dari Faktor Ketersedian Jamban
Keluarga

Faktor ketersedian atau kepemilikan jamban keluaraga di Desa Mekar Baru adalah
85,71% memiliki keluaraga dan hanya 14,29 yang tidak memiliki jamban. Jamban
yang mereka miliki 82,14% berupa jamban leher angsa dan memakai septik tank
tertutup.

Jamban yang masih menimbulkan bau 21, 43 %. Sedangkan jarak septik tank dengan
sumber air bersih yang kurang dari 10 m terdapat 39,29 %

7.3.3. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau dari Faktor Ketersedian Tempat
Pembuangan Sampah

Ditinjau dari faktor ketersediaan tempat sampah, ternyata umumnya warga Desa
Mekar baru tidak memiliki tempat sampah yang memunuhi syarat kesehaan. Tempat
sampah yang baik adalah tertutup, tudak menimbulkan bau, terpisah antara sampau
organic dan non organic, serta mudah dibersihkan. Sedangkan hasil penelitian
menunjukkan bawa hanya 25% yang memiliki tempat sampah (75% tidak memilki),
itu pun hanya 10,71% yang tempat sampahnya tertutup rapi. Sebanyak 42,46 %
warga Desa mekarbaru membuang sampah ke lubang sampah sekitar rumah, dan
28,57% mereka biasa membuang sampah ke halaman belakang rumah.

7.3.4. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau dari Faktor Ketersediaan


Saluran Pembuangan Air Limbah
51

Kejadian diare ditinjau dari faktor ketersediaan saluran pembuangan air limbah
rumah tangga, data penelitian menunjukkan bahwa 75% keluarga memiliki saluran
pembungan air limbah. Kondisi saluran pembuangan air limbah 57 ,14 % berupa
saluran pipa, dan saluran air limbah berupa parit kecil masih 42,86 %

7.4. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau Dari Faktor Prilaku

7.4.1. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau Dari Faktor Kebiasaan Mencuci
Tangan

Kebiasaan mencuci tangan merupakan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
perlu diperhatikan oleh masyarakat. Kebiasaan mencuci tangan ini merupakan faktor
yang berpengaruh terdap kasus diare. Hasil penelitian , kebiasaan mencuci tangan
warga Desa Mekar baru adalah sebagai berikut :

Warga Desa Mekar baru sudah terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, namun hanya 39,29 % yang biasa mencuci tangan dengan sabun, dan 60,71%
mencuci tangan tidak memakai sabun. Sedangkan kebiasaan mencuci tangan sesudah
BAB dan membuang tinja anak , yang biasa memakai sabun 57,14 % dan yang tidak
biasa memakai sabun 42,86 %

7.4.2. Deskripsi Gambaran Kejadian Diare Ditinjau Dari Factor Kebiasaan


Membuang Tinja Anak

Ditinjau dari faktor kebiasaan membuang tinja anak , ternyata masyarakat Desa
Mekar Baru masih banyak 71,43 % yang memiliki kebiasaan yang tidak baik yaitu
membuang tinja anak di sekitar pekarangan rumah. Yang biasa membuang tinja nak
ke empang atau sungai 21,43 %. Sedangkan yang biasa membuang tnja anak dengan
menguburn hanya 7,14 %.
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Penelitian ini berupaya memberikan gambaran tentang kejadian diare di Desa Mekar
Baru serta kondisi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka setelah melakukan
pembahasan terhadap semua data , maka penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian ini yang bekaitan dengan sebagai berikut :
1. Pada faktor pendidikan, kekurangan pengetahuan akibat rendahnya pendidikan
dapat berpengaruh terhadap kejadian diare . Hal ini terlihat dari data bahwa
kejadian diare pada Kepala Keluarga berpendidikan SD dan tidak tamat SD
mencapai 53,57 % ;
2. Faktor ketersedian sumber air bersih di Desa Mekar Baru sudah baik karena
kualitas air yang tersedia cukup baik, Ditinjau dari segi kepemilikan sumber
air, asal sumber airi, kejernihan, warna, rasa, bau air data menunjukkan 89,29
% baik, 5,72 % cukup, dan hanya 5,95% yang buruk.
3. Faktor ketersedian jamban di desa Mekar Baaru cukup memadai, karena
82,14% warga memiliki jamban leher angsa dan memakai septik tank tertutup;
4. Faktor ketersedian tempat sampah menunjukkan bahwa kasus diare terjadi
pada 75% warga yang tidak memilki tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan . Sebanyak 42,46 % warga Desa Mekar Baru membuang sampah ke
lubang sampah sekitar rumah, dan 28,57% mereka biasa membuang sampah
ke halaman belakang rumah, sehingga dapat menimbulkan bau dan jadi sumber
penyakit;
5. Faktor ketersediaan saluran pembuangan air limbah keluarga menunjukkan 75
% warga sudah memiliki saluran pembuangan air limbah rumah ;
6. Faktor Prilaku : Sebanyak 60,71% warga Mekar Baru tidak membiasakan
mencuci tangan tidak memakai sabun. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya
diare ;
53

7. Kebiasaan membuang tinja anak dengan cara yang tidak baik masih banyak
terjadi di desa Mekar Baru, yaitu 71,43 % yang memiliki kebiasaan yang tidak
baik yaitu membuang tinja anak di sekitar pekarangan rumah.

8.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang peulis uraikan di atas, maka penulis menyampaikan


saran untuk mengatasi kasus diare di Desa Mekarbaru sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan instansi terkait hendaknya lebih giat dan rutin memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tetang pengetahuan diare
2. Dinas Keshatan dan Pemerintah setempat hendaknya menggalakan program
penerapan prilaku hidup sehat (PHBS), terutama yang berkaitan dengan :
1) Pentingnya tersedia tempat sampah rumah tangga yang memnuhi syarat
kebersihan dan kesehatan ;
2) Menanamkan kesaadaran akan pentingnya mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesuadah makan, sesudah membuang tinja anak,
serta membiasakan membuang tinja anak dengan cara dikubur;
3. Pemerintah Desa agar mendorong warganya untuk lebih giat melakukan kerja
bakti atau gotong royong membersihkan lingukan, akan lebih baik jika disertai
pemberian reward bagi kampung bersih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.2009.

2. Depkes, RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta.2011.

3. Kemenkes, RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela, Data dan


Informasi Kesehatan.2011.

4. Depkes, RI. Pedoman Tatalaksana Diare 2006. Availablefrom:


http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman20tatalaksana%2
0diare.pdf.

5. Notoadmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.Cetakan


Kedua. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

6. Juffrie M, et al. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta:


Balai Penerbit IDAI; 2010.

7. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; .2006.

8. Boyle JT. Diare Kronis. In : Behrman, Kliegman & Alvin, Nelson, ed. Ilmu
Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta: EGC, 1354-1361; 2000.

9. Kemenkes, RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta:


Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2011.

10. Suraatmaja S. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto;


2007.
11. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Cetakan Kedua.
Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

12. Cahyono, I. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi. ThesisFakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta 2013.

13. Rahmawati. Faktor-faktor Perilaku Penyebab Diare (skripsi). Universitas


Sebelas Maret Surakarta. 2012.

14. Yulisa. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (Studi
pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan
Kentingan Kabupaten Kentingan KalimantanTengah)
http://wwwfkmundipmhtacid [diakses pada 6 Januari 2016]. 2011.

15. Armanji. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare di wilayah


kerja Puskesmas Bara-Baraya Makasar Tahun 2010.
Http://ismiuparmanarmanblogspotcom/ [diakses 15 januari 2016]. 2011.

16. Olyfta, A. Analisis Kejadian Diare Pada Anak Balita di Kelurahan


Tanjungsari Kecamatan Medan Selayang. Thesis Program Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Medan. 2011.

17. Soebagyo. Diare Akut Pada Anak. Surakarta: UNS Press; 2008.

18. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2010.

19. Aziz, H A. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika; 2010.
LAMPIRAN 1
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 2
SURAT REKOMENDASI
LAPIRAN 3

STRUKTUR ORGANISASI
DESA MEKER BARU, KECAMATAN PETIR, KABUPATEN SERANG
LAMPIRAN 4

PERSETUJUAN MENJANDI INFORMAN/RESPONDEN

Assalamualaikum wr.wb!

Perkenalkan nama saya “Wawan Data ”, Mahasiswa D III Jurusaan Kesehatan


Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kementrian
Kesehatan RI. Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai “Studi Deskriptif
Kejadian Diare di Desa Mekar Baru, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang”.
Penelitian ini dilakukan sebagai tahapan akhir dalam penyelesaian studi di Politektik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kementrian Kesehatan RI.

Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara bersedia menjadi informan dalam penelitian ini,


melalui wawancara yang terkait dengan penelitian. Semua informasi yang
Bapak/Ibu/saudara berikan terjamin kerahasiaannya.

Setelah Bapak/Ibu/Saudara membaca maksud dari penelitian di atas, maka saya


mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini !

Terima kasih atas kesedianan Bapak/Ibu/Saudara menjadi responden

Wassalamualaikum wr.wb.

Saya setuju untk ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden

Nama : ____________________________________________

Tanda tangan : ____________________________________________


LAMPIRAN 5

KUISIONER

No Pertanyaan Jawaban
IDENTITAS RESPRODEN
1. Nama Bapak/Ibu
2. Umur
Tidak sekolah/tidak tamat SD
Tamat SMP
3. pendidikan Terakhir
Tamat SMA
Tamat Diploma/Sarjana
PNS
Wiraswasta
4. Pekerjaan Karyawan swasta
Buruh tani/buruh harian
Tidak bekerja/IRT
PENGALAMAN TERSERANG DIARE
Keluarga Bapak/ Ibu pernah mederia Pernah
1
diare pada tahun 2020 ? Tidak Pernah
Anggota keluarga yang pernah diare:
9.
Nama
.
10.Umur
Laki-laki
3. Jenis Kelamin
Perempuan
FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN
A. Ketersediaan Air Bersih
Ya
1. Memiliki sarana air bersih
Tidak
Air PDAM
Sumber air bersih untuk memasak dan Sumur Gali
2.
keperluan sehari-hari Mata air
Air Sungai
Sumber air bersih di pergunakan oleh Ya
3.
keluarga lain Tidak
Air yang dikonsumsi berwarna Tidak (jernih)
4
Ya (agak keruh)
Air yang dikonsumsi berasa Tidak (tawar)
5
Ya
Air yang dikonsumsi berbau Tidak
6
Ya
B. Ketersediaan Jamban Keluarga
Ya
1 Memuiliki jamban sendiri
Tidak
Jenis jamban yang digunakan Leher angsa
2
Cemplung
Jamban tersebut memiliki septic tank Ya
3
Tidak
Septik tank jamban tertutup rapi Ya
4
Tidak
Menimbulkan bau Ya
5
Tidak
Jarak septik tank atau rembesan Lebih dari 10 meter
6
jamban dengan sumber air bersih Kurang dari 10 meter
C. Ketersedian Tempat Sampah
Memiliki tempat sampah untuk Memiliki
sampah rumah tangga Tidak memiliki
Tertutup
Kondisi tempat sampah yang dimiliki
Terbuka
Pada tempat sampah yang tertutup
Lubang /galian tanah tempat
Kebiasaan membuang smapah
sampah
keluarga
Dibuang ke belakang rumah

D. Ketersediaan Saluran Pembuangan Limbah RT


Memiliki saluran pembuangan air Ya
1
limbah rumah tangga Tidak
Kondisi saluran pembuangan limbah Berupa pipa/paralon
2
limbah Parit kecil terbuka
FAKTOR PRILAKU
A. Kebiasaan Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun
Kebiasaan mencuci tangan sesudah
1 Mencuci tangan tanpa sabun
dan sebelum makan
Tidak mencuci tangan
Kebiasaan mencuci tangan sesudah Mencuci tangan dengan sabun
2 dan sebelum BAB dan membuang Mencuci tangan tanpa sabun
tinja anak Tidak mencuci tangan
B. Kebiasan Membuang tinja anak
Dikubur
Yang biasa dilakukan saat Dibuang ke sungai atau empang
membuang tinja anak Dibuang ke kebun/ pekarangan
sekitar rumah

LAMPIRAN 6

DOKUMENTASI
KEGIATAN PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai