Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL TUGAS AKHIR

GAMBARAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN

TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PUTRI AYUKOTA JAMBI

DI SUSUN OLEH :

LIANA FEBRIANTI NINGSIH .S

NIM: PO.71.33.0.21.0005

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN 2024
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

GAMBARAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN


TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI WILAYAH KERJA
PUSKEMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

Yang disusun oleh:

LIANA FEBRIANTI NINGSIH .S


PO.71.33.0.21.0005

Proposal Tugas Akhir ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan


dihadapan tim penguji Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Jambi

Pada Januari 2024


TIM PEMBIMBING

1.Pembimbing Utama

(Jessy Novita Sari, S.Pd.,M.Si) _______________

2.Pembimbing Pendamping

(Rina Fauziah, S.Pd.,M.Si) _______________

ii
BIODATA PENELITI

Nama : Liana Febrianti Ningsih .S

Nim : PO71330210005

Tempat Tgl Lahir : Jambi, 22 Februari 2003

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : RT 003 Desa Sungai Pulai, Kecamatan Muara

Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi

Email : lianafbrnt222@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. TK Islam Wathoniyah Islamiyah Tahun 2008

2. SD Negri 88/1 Sungai Pulai Tahun 2015

3. SMP Negri 18 Batanghari Tahun 2018

4. SMA Negri 2 Batanghari Tahun 2021

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmat-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Proposal Laporan

Tugas Akhir dengan Judul “Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi

Lingkungan terhadap Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Putri

Ayu, Kota Jambi”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih

kepada Ibu Jessy Novita Sari, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing

utama dan kepada Ibu Rina Fauziah, S.Pd., M.Si selaku pembimbing

pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa, sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan

Proposal Laporan Tugas Akhir ini jika tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan rasa hormat

dan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Sukmal Fahri, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua Jurusan

Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi dan selaku

Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menuntut

ilmu di Kampus Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Jambi.

2. Bapak Gustomo Yamistada, S.Pd,. M.Sc selaku Ketua Prodi

Sanitasi Program Diploma Tiga Jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Jambi.

iv
3. Para dosen dan tenaga kependidikan Jurusan Kesehatan

Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi yang telah membantu

kelancaran penyusunan proposal.

4. Keluarga tercinta terutama Bapak dan mamak yang telah

memberikan bantuan , motivasi dan dukungan, baik secara moril

maupun material serta doa kepada peneliti sehingga proposal ini

dapat terselesaikan.

5. Rekan-rekan seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu per

satu yang telah membantu dalam penulisan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal laporan tugas akhir ini masih

perlu penyempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan. Semoga proposal

ini dapat dilanjutkan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang

nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.

Atas perhatian pembaca, peneliti mengucapkan terimakasih.

Jambi, April 2024

Liana Febrianti N. S

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii

BIODATA PENELITI ...........................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR..............................................................................viii

DAFTAR TABEL .................................................................................ix

DAFTAR SINGKATAN........................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................6

1.5 Ruang Lingkup..............................................................................7

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Skabies..........................................................................................9

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Skabies..........................................................................................16

2.3 Kerangka Teori...............................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.............................................................................25

vi
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................25

3.3 Kerangka Pikir...............................................................................26

3.4 Definisi Istilah................................................................................26

3.5 Populasi dan Sampel.....................................................................28

3.6 Instrumen Penelitian......................................................................29

3.7 Tahapan Penelitian........................................................................30

3.8 Analisa Data..................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

1.1 Diagram Rekapitulasi Penderita Skabies.......................................4

2.1 Siklus Hidup Sarcoptes Scabiei ....................................................15

2.2 Tungau Sarcoptes Scabiei.............................................................15

2.3 Transmisi Skabies.........................................................................16

2.4 Gejala Klinis Skabies ....................................................................18

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Penyakit Skabies Kota Jambi.......................................3

Tabel 1.2 Jumlah Penderita Skabies Puskesmas Putri Ayu.................3

ix
DAFTAR SINGKATAN

Depkes = Departemen Kesehatan

Kepmenkes = Keputusan Menteri Kesehatan

Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

SMBKL = Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner penelitian personal hygiene dan sanitasi

lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu, Kota

Jambi

Lampiran 2 : Lembar Observasi pada rumah penderita skabies di Wilayah

Kerja Puskesmas Putri Ayu, Kota Jambi

Lampiran 3 : Data 10 penyakit berbasis lingkungan terbesar di Kota Jambi

2022

Lampiran 4 : Data skabies tertinggi di Kota Jambi 2022

Lampiran 5 : Rekapitulasi golongan umur penderita skabies di

Puskesmas Putri Ayu, Kota Jambi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan

karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut

mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Penyakit

yang sering muncul karena kurangnya kebersihan diri adalah berbagai

penyakit kulit (Kristiwani, 2006). Skabies merupakan penyakit kulit yang

masih sering dijumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan

masyarakat (Sudirman, 2006).

Penyakit skabies merupakan penyakit kulit dimana penyakit ini

termasuk ke dalam penyakit berbasis lingkungan. Di Indonesia, penyakit

skabies biasa disebut dengan istilah kudis atau budukan. Skabies

merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit. Skabies

disebabkan oleh tungau atau kutu kecil dari spesies Sarcoptes scabiei.

Penyakit skabies biasa terjadi pada kalangan anak-anak dan dewasa

muda, tetapi penyakit ini juga dapat menyerang semua usia (Khairunisa,

2021).

Penyakit skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei ini akan

berkembang pesat jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung

dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Sarcoptes scabiei menyebabkan

rasa gatal pada bagian kulit seperti sela jari, siku, selangkangan

1
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara

lain sosial ekonomi yang rendah hygiene yang buruk, sanitasi lingkungan

yang buruk, hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan,

perkembangan demografis, ekologis serta padat penduduk (Loetfia Dwi

Raharyani, 2008).

Dalam penelitian Khairunnisa (2021) beberapa menunjukan adanya

hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan

kejadian skabies. Terdapat hubungan yang signifikan antara personal

hygiene seperti kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan

handuk, dan kebersihan genitalia dengan kejadian skabies. Skabies

merupakan penyakit kulit menular yang dapat disebabkan oleh beberapa

faktor. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui kontak langsung atau

kontak fisik yang sangat erat dengan orang lain yang menderita skabies.

Riwayat skabies merupakan salah satu faktor kejadian skabies.

Seseorang yang sudah pernah menderita skabies dapat memungkinkan

penyakit kulit skabies muncul kembali ketika seseorang dalam keadaan

immunitas yang lemah dan buruk maka dapat memicu timbulnya kembali

penyakit skabies. Kepadatan hunian juga dapat mempengaruhi penularan

skabies, luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (over crowded).

2
Tabel 1.1
Data Penyakit Skabies Kota Jambi
No Puskesmas Angka Kejadian Skabies
1 Putri Ayu 682
2 Rawasari 427
3 Tahtul Yaman 399
4 Olak Kemang 324
5 Tanjung Pinang 229
6 Paal V 194
7 Pakuan Baru 158
8 Kenali Besar 142
9 Aur Duri 124
10 Paal Merah I 75
11 Simpang Kawat 69
12 Paal X 59
13 Kebun Handil 54
14 Paal Merah II 36
15 Payo Selincah 32
16 Simpang IV Sipin 16
17 Kebun Kopi 9
18 Koni 0
19 Talang Bakung 0
20 Talang Banjar -
Jumlah 3028
Sumber : Dinkes Kota Jambi Tahun 2022
Pada tabel 1.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 20 puskesmas

yang ada di Kota Jambi, angka kejadian skabies paling tinggi berada di

Puskesmas Putri Ayu yaitu sebanyakk 682 kasus.

Tabel 1.2
Jumlah Penderita Skabies di Puskemas Putri Ayu
No Penderita Umur Jumlah Persentase
(tahun)
1 Balita 0-5 201 30%
2 Anak-anak 6-16 261 38 %
3 Dewasa 17-59 152 22%
4 Lansia >60 68 10%
Jumlah 682 100%
Sumber : Puskesmas Putri Ayu 2022

3
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa penyakit skabies banyak

dialami oleh anak anak rentang usia 6 s/d 16 tahun dengan jumlah 261

kasus, yaitu 32% dari jumlah 682 penderita. Wilayah kerja Puskesmas

Putri

Ayu terdiri dari 5 kelurahan yaitu ; Legok, Sungai Putri, Murni, Solok Sipin,

dan Selamat.

Gambar 1.1
Diagram rekapitulasi anak-anak penderita skabies di Puskesmas Putri Ayu
35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
Legok Murni Selamat Solok Sipin Sungai Putri Lainnya

Sumber : Rekapitulasi harian Puskesmas Putri Ayu


Data yang diperoleh dari Puskesmas Putri Ayu, menunjukkan

kelurahan Legok menjadi kelurahan tertinggi dengan 98 penderita (32%)

yang mengalami penyakit skabies terbanyak dibandingkan dengan

kelurahan lain di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu.

Peneliti melakukan survei pendahuluan pada 10 orang responden

(orangtua penderita) diketahui kondisi personal hygiene yang buruk. Hal

didapatkan hanya 9 (90%) responden yang tidak menerapkan personal

4
hygiene. Begitu pula dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk yaitu

dengan ditemuinya persentase keseluruhan 6 (60%) penderita yang

mencerminkan kurangnya pemahaman dan praktik sanitasi lingkungan

yang sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Sesuai dengan penelitian Dedi Alamsyah, dkk (2023) yang

menyatakan bahwa personal hygiene yang buruk dan kondisi sanitasi

lingkungan yang buruk termasuk faktor yang mempengaruhi kejadian

skabies. Hal ini juga dikemukakan oleh Risa Sri Rahmawati, dkk (2023)

yang menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian

skabies yaitu personal hygiene (kebersihan diri) seperti kebersihan kuku,

kebersihan badan, dan kebersihan tempat tidur. Begitupula dengan

sanitasi lingkungan seperti ketersediaan air bersih, kelembaban dan

sirkulasi udara (ventilasi) dengan diketahui bahwa responden (orang tua)

penderita yang memiliki kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang

cukup bahkan kurang, lebih banyak mengalami kejadian skabies.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi

Lingkungan terhadap Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Putri

Ayu, Kota Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu

masalah yaitu tingginya kasus skabies di Kelurahan Legok wilayah kerja

Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran personal hygiene dan sanitasi

lingkungan terhadap kejadian skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Putri

Ayu, Kota Jambi.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Diketahuinya gambaran kebersihan kuku pada penderita skabies

di Puskesmas Putri Ayu

b) Diketahuinya gambaran kebersihan kulit pada penderita skabies

di Puskesmas Putri Ayu

c) Diketahuinya gambaran kebersihan handuk pada penderita

skabies di Puskesmas Putri Ayu

d) Diketahuinya gambaran kebersihan tempat tidur pada penderita

skebies di Puskesmas Putri Ayu

e) Diketahuinya gambaran ketersediaan air bersih di rumah pada

penderita skabies di Puskesmas Putri Ayu

f) Diketahuinya gambaran kelembaban di rumah pada penderita

skabies di Puskesmas Putri Ayu

g) Diketahuinya gambaran sirkulasi udara (ventilasi) di rumah pada

penderita skabies di Puskesmas Putri Ayu

6
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman serta wawasan penulis mengenai

gambaran personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian

skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu, Kota Jambi..

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai tambahan informasi dan bahan Pustaka Politeknik

Kesehatan Jambi Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan

mengenai gambaran personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap

kejadian skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu, Kota Jambi.

1.4.3 Bagi Puskesmas

Sebagai bahan acuan dan bahan masukan dalam menyusun

langkah dan rencana penanganan penyakit skabies dan untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan

1.4.4 Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi, wawasan dan pengetahuan

masyarakat tentang faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penyakit

skabies.

1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

7
Diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

dan bisa dikembangkan menjadi lebih sempurna.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah membahas tentang gambaran

personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian skabies pada

anak rentang usia 6 s/d 16 tahun, di Kelurahan Legok Wilayah Puskesmas

Putri Ayu, Kota Jambi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret

- April 2024.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Skabies

2.2.1 Definisi Skabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes

scabiei varietas hominis, yaitu kutu parasit yang dapat membuat

terowongan di dalam kulit. Akibatnya dapat menyebabkan rasa gatal. Di

Indonesia skabies disebut juga dengan penyakit kudis, gudik, atau buduk

(Sungkar, 2016).

2.2.2 Epidemiologi Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau

Sarcoptes Scabie yang menyebabkan gatal yang intens pada malam hari,

yang mempengaruhi gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup

penderita (Mounsey et al., 2016). Skabies atau kudis dapat menular ke

perseorangan bisa secara langsung maupun tidak langsung (Angelmen et

al, 2013). Penyakit scabies dengan mudah menular baik penularan secara

langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung bisa menulai

melalui sentuhan tangan atau menempelnya kulit penderita dengan orang

lain. Adapun penularan secara tidak langsung bisa menular dari baju,

handuk seprei, air, bantal, bahkan sisir yang sudah digunakan oleh Subjek

atau penderita scabies (Amro et al, 2012).

9
Infeksi yang di sebabkan oleh Sarcopte Scabei ini tidak

mengancam jiwa namun di kategorikan penyakit yang berbahaya bagi

kesehatan manusia (Hay et al, 2012). Proses penularan penyakit yang di

sebabkan tungau ini bisa menyebar dengan sangat cepat pada komunitas

yang menghuni suatu tempat tinggal bersama (Mika et al, 2012).

Pengobatan skabies harus dilakukan secara bersamaan serta menyeluruh

terhadap semua penderita skabies di lingkungan tersebut (Mohy et al,

2019). Apabila pengobatan dilakukan tidak secara bersamaan maka

penyakit scabies akan mudah terjangkit lagi (Edison et al, 2015).

Faktor penyebab utama skabies adalah tungau Sarcoptei Scabei

ini yang merupakan bakteri pembawa penyakit skabies,tungau ini memiliki

ukuran yang sangat amat kecil serta di lihatnya hanya bisa dengan

pembesar seperti mikroskop, bakteri ini berukuran dengan kisaran 0,3-0,4

mm, sedangkan ukuran yang jantan yaitu setengah dari ukuran betina

(Fitsher et al, 2012)

2.2.3 Daur Hidup Sarcoptes Scabiei

Perkawinan tungau Sarcoptes ini terjadi di permukaan kulit atau

terowongan kulit, mengikuti jalan terowongan kulit yang dibuat oleh tungau

betina. Tungau menggali dan makan epitel-epitel kulit maupun cairan yang

berasal dari sel-sel kulit yang digalinya di sepanjang stratum corneum.

Kecepatan menggali tungau ini mencapai 0,5 mm perhari, sedangkan

kecepatan berjalan seekor tungau sekitar 2,5 cm permenit. Disepanjang

terowongan yang dihuni tungau terlihat seperti garis-garis dibawah kulit,

10
mulai beberapa mm sampai cm. Dalam siklus hidup Sarcoptes scabiei

mengalami empat tahapan stadium dimulai dari telur, larva, nimfa dan

dewasa. Tungau dewasa meletakkan telur 1-3 butir perhari didalam

terowongan kulit yang dibuatnya. Masa subur seekor tungau betina

berkisar sekitar dua bulan.

Dalam kurun waktu 3-5 hari telur akan menetas jadi larva yang

memiliki 6 buah kaki, bentuknya sudah menyerupai tungau dewasa. Larva

akan segera keluar dari terowongan kulit menuju permukaan kulit. Pada

waktu berada dipermukaan kulit banyak larva yang tidak bertahan hidup,

beberapa yang masih hidup akan masuk kembali ke stratum corneum

atau folikel rambut untuk membuat kantung-kantung tempat larva berganti

kulit.

Setelah 2-3 hari larva berubah menjadi protonimfa. Protonimfa

kemudian berganti kulit jadi deutonimfa, setelah beberapa hari nimfa

berganti kulit dan menjadi tungau dewasa. Beberapa tungau dewasa

kawin dikantung-kantung yang dibuat pada masa stadium larva atau

pindah dari permukaan kulit dan kawin ditempat tersebut. Betina yang

telah kawin dan mengandung telur segera menggali terowongan kulit

untuk meletakkan telur disana. Lamanya daur hidup dari telur hingga

dewasa sekitar 10-19 hari. Tungau betina dapat hidup satu bulan pada

kulit manusia, tetapi bila tidak berada dikulit maka tungau hanya bertahan

2-4 hari (Sucipto, 2011).

11
Gambar 2.1 Siklus Hidup Sarcoptes scabiei

Gambar 2.2 Tungau Sarcoptes scabiei, A. Betina tampak dorsal, B.

Jantan tampak ventral (Greenberg, 2007)

12
2.2.4 Cara Penularan Skabies

Gambar 2.3 Transmisi Skabies

Transmisi skabies terjadi ketika tungau betina penetrasi ke kulit dan

masuk kedalam epidermis. Tungau betina yang dibuahi menggali ke

dalam stratum korneum. Dalam stratum korneum tungau betina bertelur 0-

4 butir per hari sampai dua bulan. Hasil ekskresi dari tungau tersebut yang

menimbulkan rasa gatal dan meningkat pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan

panas.

Namun hanya kurang dari 10% dari telur ini yang akan berkembang

menjadi tungau dewasa. Seluruh siklus hidup perkembangan dari telur

hingga dewasa sekitar dua minggu. Setelah tungau mencapai tahap

dewasa, tungau meninggalkan liang dan muncul kepermukaan kulit dan

siklus hidup kembali berulang.

13
Skabies paling sering ditularkan melalui kontak langsung dari kulit

penderita yang berlangsung lama atau berkepanjangan. Tungau tidak

dapat terbang atau lompat melainkan merayap dengan perkiraan 2,5 cm

permenit pada kulit hangat. Dengan demikian dibutuhkan 15-20 menit dari

kontak langsung untuk transmisi skabies dari penderita ke orang lain.

Biasanya tejadi antara teman dekatnya atau anggota keluarga. Skabies

juga dapat ditularkan melalui kontak dengan pakaian penderita atau

tempat tidur yang biasanya di gunakan bersama.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perorangan

dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-

sama di satu tempat yang relatif sempit. Penularan skabies terjadi ketika

orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan

rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan

pemondokan,

2.2.5 Gejala Klinis Skabies

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang

disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu

yang lebih lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya

dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga

terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang

padat penduduknya.

14
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi

yang bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau

berkelok, rata- rata panjang satu cm, pada ujung terowongan

itu ditemukan papul atau vesikel.

Gambar 2.4 Gejala Klinis Skabies

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum

korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku

bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilikus,

bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi

dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik

dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa

gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku,

selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair

pada kulit.

2.2.6 Pencegahan Skabies

Penderita yang didiagnosis skabies sebaiknya pasangan maupun

orang – orang terdekatnya yang sering bertemu dengan penderita

15
sebaiknya menerima perawatan sebagai penderita skabies untuk

mencegah reinfestasi tungau. Jika anggota keluarga atau rumah tangga

diinstruksikan untuk menerima perawatan, semuanya harus menerima

perawatan pada waktu yang bersamaan untuk mencegah reinfestasi

tungau.

Cara lain untuk mencegah skabies adalah :

1) Praktik kebersihan tangan.

2) Hindari penggunaan pakaian dan handuk secara bergantian.

3) Menggunakan alat – alat tidur milik pribadi dan tidak

digunakan bergantian.

4) Cuci alat pribadi yang kontak langsung dengan kulit yang

digunakan dalam 48 jam oleh banyak orang dan rendam di

dalam air panas dan dijemur.

5) Alat yang tidak dapat dicuci harus disegel dan disimpan

selama kurang lebih satu minggu karena tungau tidak bisa

bertahan hidup apabila 1- 4 hari tidak bersentuhan dengan

kulit manusia.

6) Tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita sampai

pengobatan terhadap skabies berhasil. Ketika seseorang

dicurigai terkena skabies maka segera dilakukan pencarian

langsung untuk mencari adanya kasus tambahan.

16
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Skabies

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadapa suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yaitu berupa indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan dibagi atas beberapa tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah menigkatkan kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan

menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang telah

dipelajari.

17
c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-kompenen, tetapi masih didalam

sesuatu struktur organisasi, dan masih ada lainnya satu sama lain.

Seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis dapat menunjukkan kepada suatu komponen untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata bain sinleris adalah suatu

kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari format yang ada.

Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan

terhadap suatu teori atau merumuskan rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-

penelitian ini didasarkan pada mutu kriteria yang telah ada.Pengukuran

18
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penilaian

atau responden.

Penyakit skabies masih menjadi penyakit yang sulit diatasi pada

manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah,

begitu pula dengan pengendaliannya sulit dilakukan. (Wang, 2012)

2.3.2 Personal Hygiene

Personal Hygiene adalah tindakan pencegahan yang menyangkut

tanggung jawab individu untuk meningkatkan kesehatan serta membatasi

menyebarnya penyakit menular, terutama yang ditularkan melalui kontak

langsung. Seseorang dikatakan personal hygienenya baik bila yang

bersangkutan dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi

kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung,

telinga, alat kelamin, dan handuk, serta alas tidur (Badri, 2008).

a. Kebersihan Kulit

Integumen (kulit) adalah massa jaringan terbesar di tubuh. Kulit

bekerja melindungi dan menginsulasi struktur-struktur dibawahnya dan

berfungsi sebagai cadangan kalori. Selama hidup, kulit dapat teriris,

tergigit, mengalami iritasi, terbakar, atau terinfeksi. Kulit memiliki

kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih (Afni, 2011).

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit

hewani dan lain-lain.Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh

parasit adalah Skabies (Frenki, 2011).

19
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan

kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit yaitu dengan mandi yang benar

dengan cara :

1) Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah

tropis.

2) Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau

pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat

dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai

kegiatan tersebut.

3) Gunakan sabun yang lembut.

Germicidal atau sabun antiseptic tidak dianjurkan untuk

mandi sehari-hari.

4) Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada

kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan

genitalia akanmenyebabkan iritasi dan infeksi.

5) Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun

dan handuk yang tidak sama dengan orang lain

(Frenki, 2011).

b. Kebersihan Tangan dan Kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar

masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan,

mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi

penderita skabies akansangat mudah penyebaran penyakit ke

20
wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian

ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan

sesudah beraktivitas. Berikut cara menjaga kebersihan tangan

dann kuku

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke

kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni

dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku

dan punggung tangan.

2) Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan

sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari.

3) Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh

seperti telinga, hidung, dan lain-lain saat menyiapkan

makanan.

4) Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong

kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit

(Frenki, 2011).

c. Kebersihan Genitalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia,

banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat

reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah

mengalami skabies diarea tertentu maka garukan di area genitalia

akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area

genitalia merupakan tempat yang lembab. Kebersihan genital lain,

21
selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam.

Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam

keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka

keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan

jamur.Oleh karena itu, harus sering mengganti celana dalam (Frenki,

2011).

d. Kebersihan Pakaian

Menurut penelitian Ma’rufi, dkk (2005) menunjukkan bahwa perilaku

kebersihan perorangan yang buruk sangat mempengaruhi seseorang

menderita skabies, sebaliknya, pada orang yang perilaku kebersihan

dirinya baik maka tungau lebih sulit menginfestasi individu karena tungau

dapat dihilangkan dengan mandi dan menggunakan sabun, pakaian dicuci

dengan sabun cuci dan kebersihan alas tidur.

e. Kebersihan Handuk

Berdasarkan penelitian Muslih (2012) menunjukkan kejadian

skabies lebih tinggi pada individu yang menggunakan handuk bersama,

dan dari hasil uji statistik prilaku ini mempunyai hubungan dengan

kejadian skabies. Hasil POR menunjukkan responden yang menggunakan

handuk bersama lebih besar berpeluang untuk menderita skabies.

f. Kebersihan Tempat Tidur

Penularan skabies secara tidak langsung dapat disebabkan melalui

perlengkapan tidur, dan menurut hasil penelitian Muslih (2012), kejadian

skabies lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak mencuci sprei dan

22
menjemur kasur minimal 2 minggu sekali dapat menyebabkan kejadian

skabies (Frenki, 2011)

1. Tujuan personal hygiene, diantaranya yaitu:

a) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

b) Memelihara kebersihan diri seseorang.

c) Memperbaiki personal hyiene yang kurang.

d) Mencegah penyakit.

e) Menciptakan keindahan.

f) Meningkatkan rasa percaya diri.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

a) Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap

kebersihannya.

b) Praktik sosial

Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan

diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola

personal hygiene.

c) Status sosial-ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang

semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

23
d) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

e) Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka

tidak boleh dimandikan.

f) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan

sabun, sampo, dan lain-lain.

g) Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat

diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya

(Badri, 2007).

2.3.3 Sanitasi Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2012), Sanitasi lingkungan merupakan

status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,

pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan lainnya. Banyak

permasalahan lingkungan yang mengganggu tercapainya kesehatan

lingkungan. Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,

biologi, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan. Perilaku

kurang baik merubah ekosistem dan timbul masalah sanitasi lingkungan

24
yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit terutama

skabies.Beberapa bagian dari sanitasi lingkungan yang mempengaruhi

kejadian skabies adalah sebagai berikut :

1. Ketersediaan Air Bersih

Slamet (2009), Air adalah suatu sarana untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, namun disamping itu air

merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan

penyakit. Penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air bersih yang sehat

adalah bening, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak

berbau.

b. Syarat bakteriologik : air merupakan keperluan yang sehat

yang harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri

patogen.

c. Syarat kimia : air bersih harus mengandung zat-zat tertentu

dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan

salah satu zat kimia didalam air, akan menyebabkan

gangguan fisiologis pada manusia.

Kualitas air adalah hal yang terpenting dalam pencegahan

penyakit skabies. Tidakadanya air bersih untuk menjaga

kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit. Hal ini

terjadi karena kebersihan tubuh tidak terjaga karena tidak

25
tersedianya air bersih sehingga dapat menimbulkan penyakit

skabies serta bisa menularkan terhadap orang disekitar kita.

Berdasarkan Permenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 kualitas air

yang harus tersedia adalah 60 liter/hari/orang. Dengan jumlah

tersebut dapat mencegah kejadian skabies, karena skabies

merupakan water based disease, yaitu penularan penyakit yang

berkaitan erat dengan penggunaan air untuk kebersihan diri dan

alat kebutuhan sehari-hari.

2. Kelembaban

Kelembaban berperan penting dalam pertumbuhan kuman

penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang

disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan

penyakit. Menurut Kepmenkes RI/No.829/Menkes/SK/VII/1999

tentang persyaratan kesehatan perumahan dari aspek

kelembaban udara yang diperbolehkan antara 40-70%. Tingkat

kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan

perilaku tidak sehat, misalnya penempatan yang tidak tepat pada

berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata

rapi, ikut berperan dalam penularan penyakit berbasis

lingkungan seperti skabies.

3. Sirkulasi udara (ventilasi)

26
Udara segar dalam rumah diperlukan untuk mengganti udara

ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk

menjaga temperatur dan kelembaban dalam ruangan. Rumah

yang sehat adalah rumah yang memiliki sistem pertukaran udara

yang baik, karena penghuni memerlukan udara yang segar.

Setiap ruangan atau kamar tidur juga harus memiliki ventilasi

yang cukup untuk memenuhi kondisi atmosfer yang

menyehatkan penghuninya. Ventilasi bermanfaat untuk sirkulasi

atau pergantian udara dan mengurangi kelembaban.

4. Pencahayaan

Salah satu rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang

cukup, karena rumah yang tidak mempunyai cahaya selain

menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga menjadi faktor

penyebab skabies. Sinar matahari secara langsung dapat

mematikan parasit dan mikroorganisme yang terdapat didalam

lingkungan rumah, khususnya sinar matahari pagi yang dapat

menghambat perkembangbiakan bakteri patogen. Dengan

demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam sebuah

kamar tidur. Pencahayaan alami atau buatan langsung maupun

tidak langsung minimal intensitasnya 60 lux dan tidak

menyilaukan.

5. Kepadatan Hunian

27
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah

parasit penyebab penyakit skabies. Selain itu kepadatan hunian

kamar tidur mempengaruhi kualitas udara didalamnya.

Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin

cepat udara dalam kamar tidur mengalami pencemaran, karena

karbondioksida dalam rumah akan cepat meningkat dan akan

menurunkan kadar oksigen diudara. Menurut Depkes RI (2016),

kepadatan dilihat dari kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas

ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari dua

orang dalam satu ruang kamar tidur, kecuali anak dibawah usia 5

tahun.

2.3.4 Perilaku

Berdasarkan penelitian Kurnitasari (2004), menunjukkan indicidu

yang banyak menderita penyakit skabies, ada hubungan antara

kepadatan penghuni, kebiasaan mandi, kebiasaan ganti baju, kebiasaan

menggunakan alat-alat bersama dengan penderita penyakit skabies.

2.3.5 Perekonomian yang rendah

Laporan terbaru tentang scabies sekarang sudah sangat jarang

dan sulit ditemukan diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor

penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih

merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup

dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies

masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk,

28
status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas

higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang

ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga

ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya

waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya

disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama,

maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya

mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat (Keneth dalam

Kartika 2008).

2.3.6 Hubungan Seksual

Penyakit skabies banyak diderita oleh laki-laki dari perempuan.

Orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti- ganti

pasangan, merupakan populasi yang berisiko terkena skabies,

penularannya melalui kontak tubuh (Muslimin dalam Fernawan 2008).

Penularan penyakit skabies melalui kontak langsung misalnya berjabat

tangan, tidur bersama.

29
2.3 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadi skabies

Personal Hygiene Sanitasi Lingkungan

 Kebersihan Kuku  Ketersediaan Air Bersih


 Kebersihan Kulit  Kelembaban
 Kebersihan Tempat  Sirkulasi Udara
Tidur (ventilasi)

Baik Buruk Baik

Sarcoptes
Scabiei
Kejadian Skabies

Sumber : (Harahap, 2000. Tarwoto dan Wartonah, 2003. Modifikasi )

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif dengan pendekatan

studi kasus. Penelitian dilakukan dengan pendekatan observasi dan

melakukan wawancara.

3.2 Lokasi Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Legok Wilayah Kerja

Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Maret - April 2024.

3.3 Kerangka Pikir

 Personal Hygiene
a. kebersihan kuku
b. kebersihan kulit
c. kebersihan handuk
d. kebersihan tempat tidur
Kejadian Skabies

 Sanitasi Lingkungan
a. Ketersediaan Air Bersih
b. Kelembaban
c. Ventilasi

31
3.4 Definisi Istilah

a. Personal Hygiene adalah serangkaian praktik penderita skabies

untuk menjaga kebersihan diri sendiri dan kesehatan pribadi. Hal ini

mencakup tindakan seperti menjaga kebersihan kuku, kulit,

handuk, dan tempat tidur.

b. Kebersihan kuku adalah serangkaian upaya penderita skabies yang

bertujuan untuk mencegah penyebaran kuman penyebab skabies

di area kuku. Contohnya pemotongan kuku secara teratur,

membersihkan sela-sela kuku secara menyeluruh, dan menjaga

kuku agar tetap pendek.

c. Kebersihan kulit adalah suatu usaha penderita skabies dalam

menjaga kebersihan seluruh badan dengan mandi minimal 2 kali

sehari, mengganti pakaian minimal 2 kali dalam sehari dan

mengganti handuk setidaknya sekali dalam seminggu.

d. Kebersihan tempat tidur adalah upaya yang dilakukan penderita

skabies dalam menjaga kebersihan tempat tidurnya seperti

mengganti sprei secara rutin, dan menjemur kasur, bantal dan

guling di bawah terik matahari.

e. Sanitasi Lingkungan adalah segala upaya yang dilakukan oleh

penderita skabies untuk menjaga lingkungan sekitarnya agar

terhindar dari penularan penyakit berbasis lingkungan.

f. Ketersediaan Air Bersih adalah kebutuhan dasar penderita skabies

untuk keberlangsungan hidup sehari-hari. Persyaratan fisik kualitas

32
air yaitu tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau (Permenkes

No 32 Tahun 2017)

g. Kelembaban adalah suatu tingkatan dimana keadaan udara di

rumah penderita skabies banyak mengandung uap air. Menurut

Permenkes No.2 Tahun 2023 Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan (SBMKL) yaitu 40-60%.

h. Sirkulasi Udara (ventilasi) adalah tempat keluar masuknya udara

yang ada di rumah penderita skabies. Menurut Kepmenkes 2014

ventilasi yang memenuhi kriteria rumah sehat adalah 15 s/d 20%.

i. Kejadian Skabies adalah kondisi penderita mengalami rasa gatal

pada kulit yang penyebabnya adalah tungau Sarcoptes scabiei.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas suatu objek

atau subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang

kemudian ditetapkan oleh peneliti untuk dapat dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2019) Populasi dalam penelitian ini adalah

jumlah penderita skabies dalam kelompok umur 6 s/d 16 tahun di

Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi yaitu 261 penderita skabies.

33
3.5.2 Sampel

Untuk mengetahui jumlah sampel dapat digunakan Rumus Slovin

berikut :

N
n= 2
N . e +1
261
n= 2
261. 0 , 05 +1

n=157 , 9
n=158
Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

e = Nilai presisi 95 % atau error =5% = 0,05

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

158 responden di Kelurahan Legok wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu

Kota Jambi.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner

merupakan suatu instrumen yang terdapat sejumlah pernyataan tertulis

yang digunakan oleh peneliti untuk dapat memperoleh informasi dari

responden, dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto,

2019).

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya oleh peneliti

34
sehingga responden tinggal memilih satu dari jawaban yang telah

disediakan yaitu “Ya” atau “Tidak” .

3.7 Tahapan Penelitian

3.7.1 Tahapan Persiapan

Dalam Penelitian ini Persiapan yang dilakukan meliputi :

1. Perizinan

Perizinan dilakukan di Kampus Jurusan Kesehatan

Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi, Dinas Kesehatan Kota

Jambi, dan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan di tahap persiapan yaitu

berupa pengumpulan data dari awal yang merupakan pengumpulan

data-data yang diperlukan, seperti jumlah penderita dan informasi

lain sebagai acuan.

3. Persiapan Alat

Persiapan alat yang dilakukan meliputi alat tulis, kuesioner,

check list, hygrometer, meteran, dan kamera.

3.7.2 Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Mempersiapkan semua instrumen yang digunakan

35
2. Pengumpulan data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah ini

digolongkan menjadi dua, yaitu:

a). Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber

datanya, peneliti melakukan wawancara dan observasi ke

rumah penderita skabies.

b). Data Sekunder

Data sekunder adalah diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kota Jambi dan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi berupa

laporan penderita Skabies.

Teknik Pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Afifuddin (2009) wawancara adalah metode

pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada

seseorang yang menjadi responden. Wawancara dilakukan

dengan tanya jawab oleh peneliti dengan responden

(orangtua penderita) skabies.

2. Observasi

Menurut Widyoko (2014) observasi merupakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

unsur-unsur yang nampak pada suatu gejala pada objek

36
penelitian.. Observasi dilakukan dengan mengamati dan

melakukan pengukuran pada kelembaban dan sirkulasi

udara (ventilasi) di rumah penderita skabies.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara yang dilakukan penulis

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,

sehingga penulis memperoleh data yang relevan. Data yang

diperoleh dari tempat penelitian dapat berupa peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto, film dokumenter, dan data

yang lain (Sudaryono, 2017). Dokumentasi dilakukan dengan

cara merekam dengan kamera/handphone.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang mendeskripsikan hasil

pengukuran atau angka yang didapat kemudian data yang didapat yang

sudah dihitung atau ditabulasi ditampilkan dalam bentuk tabel dan

dideskripsikan untuk melihat hasil gambaran personal hygiene, dan

sanitasi lingkungan pada penderita skabies di wilayah kerja Puskesmas

Putri Ayu, Kota Jambi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka


Setia
Amro, Mohy et al O. Epidemiology of scabies in the West Bank ,
Palestinian Territories ( Occupied ) International Journal of Infectious
Diseases Epidemiology of scabies in the West Bank , Palestinian
Territories ( Occupied ). Int J Infect Dis [Internet]. International
Society for Infectious Diseases. 2019:117 Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2011.10.005

Arikunto. (2010). Metodelogi Penelitian. Pendekatan Penelitian

Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.


http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008-
mohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Mei 2011
Dedi Alamsyah, Weni Selvianty, Elly Trisnawati, Indah Budiastutik. 2023.
“Sanitasi Lingkungan Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian
Skabies Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Al-Mukhlishin
Kabupaten Mempawah.” Jurnal Mahasiswa Dan Peneliti Kesehatan
(JUMANTIK) 10

Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016 [Internet]. Jakarta; 2016.


Diambil dari: http://www.depkes.go.id
Desmawanti. (2015). hubungan personal hygiene dan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Al-
Kautsa. Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Inovasi, 16(2), 137–141.
https://doi.org/10.25047/jii.v16i2.299

Frenki (2011). Hubungan personal hygiene santri dengan


kejadianpenyakit infeksi kulit skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan
pondok pesantren darel hikmah kota pecan baru tahun 2011.
Fakultas kesehatan masyarakat. skripsi, universitas sumatera utara,
medan.
Harahap. (2009). Faktir-Faktir yang Berhubungan dengan Kejadian
Skabies Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Teluk Betung
Barat Bandar Lampun

Kenneth AM, Kartika. Pedoman terapi dermatologis. Edisi 2. Yogyakarta:


Yayasan Essential Medica; 1984; 105.

Khoirunnisa, K. 2021. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan


Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Scabies dan Tinjauan Sanitasi

38
Lingkungan Pondok Pesantren Dairi Tahun 2019. In Universitas
Sumatera Utara.

Kurnitasari S. (2004) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit


Scabies Di Pondok Pesantren Kecamatan Wanayasa Kabupaten
Banjarnegara. Dari http : //www.fkm.undip.ac.id/. 02 Februari 2011.

Ma’rufi, Isa., Istiaji, Erdi., Witcahyo, Eri. 2012. Hubungan Perilaku Sehat
Santri dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Kabupaten
Lamongan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Mike, Edison, Mike, Hay, et al. Scabies 2012. Rev Med Suisse 2012: 718-
725. 11.

Muslih, R. 2012. Hubungan Personal hygiene Dengan Kejadian Skabies


Pada Santri Di Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya.
Muslimin, Fernawan (2008) Perbedaan Angka Kejadian Scabies
Dikamar Padat Dan Tidak Padat Di Pondok Pesantren As-Salam
Surakarta
Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2007.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Permenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian
Umum. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1–20.

Rahariyani , Loetfia Dwi. Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


2007.

Rahmawati, Risa Sri, Syarifah Nur Ruliani, and Astrid Novita. 2022.
“Hubungan Kebersihan Diri Dan Sanitasi Lingkungan Dengan
Kejadian Skabies Pada Santri Di Pesantren Tanwiriyyah Cianjur
Tahun 2022.” Jurnal Kesehatan Siliwangi 4 (1): 1–10.

RI, D. K. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI


No.829/MENKES/SK/VII/2008 Tentang Persyaratan Rumah Sehat.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Jurnal Kedokteran Diponegoro,
7(1), 100–112.

Slamet, (2009). Fungsi Sumber dan Manfaat Air

39
Sucipto, C. D. (2011) Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Sudaryono Dr. (2017) Metodologi Penelitian, Depok;PT Raja Grafinbdo


Husada

Sudirman. T. 2000. skabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan.


Majalah Kesehatan Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006. Hal:
177-190

Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. pp: 56-


69. Sungkar S. 2000. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia.

Sungkar, Saleha. 2016. SKABIES: Etiologi, Patogenesis, Pengobatan,


Pemberantasan, dan Pencegahan. Badan Penerbit FKUI: Jakarta.

Utomo. P. 2004. Pengendalian Parasit dengan Genetik Host Resistance.


Wartazoa. Vol. 14. no. 4. th 2004. Halaman: 160-172

Wang, C.-H., Lee, S.-C., Huang, S.-S., Kao, Y.-C., See, L.-C. & Yang, S.-
H. (2012) Risk Factors For Scabies in Taiwan. Journal of
Microbiology, Immunology and Infection – SciVerse ScienceDirect.pp
45: 276- 280

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

40
Lampiran 1
Kuesioner personal hygiene
Hari/Tanggal :
Pukul :
Lokasi :
Nama Responden : Umur :
Nama Penderita : Umur :

 Kebersihan tangan dan kuku


1. Apakah anak anda memotong kuku anak anda minimal seminggu
sekali?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda memiliki kebiasaan menggaruk-garuk bagian yang
terinfeksi skabies menggunakan kuku?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anak anda mencuci tangan menggunakan air mengalir dan
sabun setelah memegang ruam/luka akibat skabies?
a. Ya b. Tidak

 Kebersihan kulit
1. Apakah anak anda mandi minimal 2 kali dalam sehari?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anak anda menggunakan sabun anti bakteri atau anti jamur
saat mandi?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anak anda menggunakan pakaian yang bersih dan kering
setiap hari?
a. Ya b. Tidak

41
 Kebersihan handuk
1. Apakah anda mencuci handuk secara rutin?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda menjemur handuk dibawah sinar matahari?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah setiap anggota keluarga memakai handuk yang sama
dengan handuk yang dipakai penderita?
a. Ya b. Tidak

 Kebersihan Tempat Tidur


1. Apakah anda mengganti sprei dan sarung bantal/guling secara
rutin?
a. Ya b. Tidak
2. apakah anda mencuci sprei tempat tiduur menggunakan
detergen/pembersih khusus ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anda menyimpan sprei tempat tidur ditempat yang
bersih dan kering ?
a. Ya b. Tidak

Kuesioner sanitasi lingkungan


 Ketersediaan Air Bersih
1. Apakah ketersediaan air bersih di rumah anda cukup untuk
kebutuhan air sehari-hari (60 liter/orang/hari)?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda menggunakan air bersih untuk mandi?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anda menggunakan air bersih untuk mencuci pakaian dan
sprei?
a. Ya b. Tidak

42
 Kelembaban
1. Apakah anda pernah melihat tanda-tanda pertumbuhan jamur di
dinding atau sudut sudut kamar anda?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah sinar matahari masuk ke kamar tidur ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah terdapat jendela di kamar tidur?
a. Ya b. Tidak

 Sirkulasi udara (Ventilasi)


1. Apakah terdapat ventilasi di kamar tidur?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anda membuka jendela kamar setiap hari untuk
memperbarui udara didalam ruangan?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda sering merasakan sulit bernafas atau merasakan
udara pengap didalam ruangan?
a. Ya b. Tidak

Kriteria penilaian yaitu menerapkan pendekatan "semua-atau-tidak-satu-

pun." Artinya, jika responden tidak memenuhi salah satu kriteria, maka

seluruh kuesioner dianggap tidak memenuhi syarat dan diberi nilai 0.

Memenuhi = ≥7

Tidak memenuhi = ¿7

43
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
PADA RUMAH PENDERITA SKABIES
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

Nama Responden : Umur :


Nama Penderita : Umur :

 Pengukuran Kelembaban:

Kelembaban :……%

a. Memenuhi syarat (Apabila 40%Rh-60%Rh)

b. Tidak memenuhi syarat (Apabila 60%Rh)

 Pengukuran Ventilasi:

Luas ventilasi :……….m2

Luas lantai :………….m2

a. Memenuhi syarat (Apabila ≥10% dari luas lantai)

b. Tidak memenuhi syarat (Apabila <10% luas lantai)

44
Lampiran 3

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jambi

45
Lampiran 4

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jambi

46
Lampiran 5

Sumber : Puskesmas Putri Ayu

47

Anda mungkin juga menyukai