SULAWESI UTARA
PROPOSAL
17061032
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi
dengan Status Gizi Anak Usia Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
Kec. Wenang, Kel. Calaca, Kota Manado”. Adapun tujuan dari penyusunan
proposal ini adalah untuk memenuhi syarat meneliti.
i
9. Yang terkasih kedua orang tua saya, Mama, Papa, adik-adik, keluarga besar
Serin, Sahabat, kakak Dammy yang telah memberikan dorongan untuk
semangat serta topangan doa sehingga sampai pada tahap penyelesaian
10. Rekan-rekan Fakultas Keperawatan angkatan 2017 yang saling mensupport
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang sudah
terlibat, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas dukungan,bantuan
serta doa dalam proses pembuatan proposal ini kiranya Tuhan akan membalas
semuanya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR BAGAN vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
DAFTAR SINGKATAN viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Pertanyaan Penelitian 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.3.1. Tujuan Umum: 4
1.3.2. Tujuan Khusus: 4
1.4. Manfaat Penelitian 5
1.4.1. Manfaat Teoritis 5
1.4.2. Manfaat Praktis 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Status Gizi Anak Usia Toddler 6
2.2 Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi 10
2.2.1 Konsep Pengetahuan Ibu 10
2.2.2 Konsep Sikap 12
2.2.3 Konsep Makanan Bergizi 14
2.3 Penelitian Terkait 21
2.4 Aplikasi Teori atau Model Keperawatan Nola J. Pender 25
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep 27
iii
3.2 Hipotesis 29
3.3 Definisi Operasional 29
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian 32
4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 32
4.2.1. Tempat Penelitian 32
4.2.2. Waktu Penelitian 32
4.3.1 Populasi 32
4.3.2 Sampel 32
4.3. Instrumen Penelitian 33
4.4. Pengumpulan Data 34
4.5. Analisis Data 36
4.6.1 Pengolahan Data 36
4.6.2 Analisis Univariat dan Bivariat 36
4.6. Etika Penelitian 37
4.7.1 Baik 37
4.7.2 Hormat 37
4.7.3 Adil 37
LAMPIRAN 41
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Usia 1-3 tahun merupakan salah satu kelompok usia yang sangat
rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi dapat disebabkan karena rendahnya
akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral dan
buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani (Kemenkes, 2018).
Masalah gizi dapat diakibatkan karena asupan gizi kurang serta asupan nutrisi
yang tidak sesuai maupun seimbang (Listyarini, 2020). Status gizi merupakan
kondisi tubuh manusia yang memiliki keseimbangan asupan gizi dari makanan.
Berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan Jika kondisi zat gizi yang kurang
(Puspasari & Andriani, 2017). Jadi masalah gizi dapat menghambat tumbuh
kembang dan pentingnya perbaikan gizi pada anak toddler untuk menghasilkan
sumber daya yang berkualitas.
Status gizi di dunia juga masih menjadi masalah sampai saat ini.
Menurut World Health Organization (WHO, 2017), jumlah penderita gizi
kurang di dunia mencapai 104 juta anak, dan keadaan gizi kurang menjadi
penyebab kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan merupakan daerah yang
memiliki prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%, disusul
sub-Sahara Afrika 28%, Amerika Latin/Caribbean 7%, dan yang paling rendah
terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent States
(CIS) sebesar 5%. Menurut data UNICEF tahun 2017, terdapat 92 juta (13,5%)
balita di dunia mengalami Underweight, 151 juta (22%) balita mengalami
stunting dan 51 juta (7,5%) balita mengalami wasting. Sebagian besar balita di
dunia yang mengalami underweight, stunting dan wasting berasal dari Benua
Afrika dan Asia.
1
Menurut data Under Nations Children’s Fund (UNICEF, 2019) status
gizi balita pada tahun 2017 di Asia Tengah dan Asia Selatan untuk severe
wasting 1,8%, wasting 5,6%, Overweight 3,3%, Stunting 17,5%, Underweight
7,6%. Sedangkan menurut UNICEF tahun 2019, untuk status gizi bayi di Asia
Tengah dan Asia Selatan pada tahun 2018 yaitu: severe wasting 2,4%, wasting
7,1%, Overweight 2,5%, Stunting 37,6%, Underweight 23,1%. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa untuk status gizi di Asia Tengah dan Asia Selatan
pada tahun 2017 ke 2019 terjadi peningkatan di severe wasting, wasting,
stunting dan underweight, sedangkan terjadi penurunan untuk overweight.
Masalah Status Gizi pada anak balita di Sulawesi Utara (Sulut) menurut
KEMENKES tahun 2019 mencapai angka 15,4% dan 17,7% Sedangkan angka
presentasi Gizi buruk dan Stunting untuk nasional mencapai 25,5% dan 30,8%.
Namun angka Gizi buruk dan Stunting tersebut belum belum mencapai standar
yang direkomendasikan WHO, yakni sebesar 20% (Dierjen Kirana, 2019).
Sehingga pelayanan pencegahan masalah gizi dapat dilakukan dengan merubah
perilaku masyarakat.
2
Dari data status gizi pada anak toddler harus memiliki perhatian yang
lebih khusus lagi dan perlu adanya penanganan yang lebih lanjut. Pemerintah
juga sudah mengeluarkan program gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Dengan tujuan yaitu: 1) menurunkan angka kejadian anak
yang mengalami stunting kurang lebih 40%. 2) meminimalisir angka kejadian
anak dengan masalah gizi dibawah normal sekitar 5%. 3) anak dengan masalah
gizi diatas normal harus menurun. Penyebab status gizi juga adalah akibat dari
cara mengonsumsi yang tidak teratur dan cara bagaimana status gizi terserap
dengan baik oleh tubuh (TNP2K, 2017).
Kurangnya gizi pada balita dapat disebabkan oleh sikap atau perilaku
ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar. Pemilihan
bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman
makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan
gizinya. Sehingga upaya dalam menanggulangi masalah gizi melalui
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dengan melakukan
penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang
bersifat edukatif untuk memperbaiki kesadaran gizi dan menghasilkan perilaku
peningkatan gizi yang baik. Ibu sangat berperan dalam terbentuknya pola
perilaku makanan balita, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku dalam
pemilihan makan pada balita. Jadi hubungan status gizi anak, jika pengetahuan
dan sikap ibu baik maka ibu dapat mengatur makanan dan memperhatikan
setiap makanan yang diberikan pada balitanya yaitu tentang pemberian zat gizi
seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diberikan sesuai dengan
umur balitanya (Haris, 2017).
3
gizi kurang paling tinggi dibandingkan dengan status gizi baik. Berdasarkan
pengambilan data awal di Puskemas Wenang kota Manado terdapat 70 anak
dengan usia toddler namun yang mengalami masalah gizi kurang sebanyak 15
anak. Berdasarkan observasi, wawancara dan hasil penimbangan berat badan
anak usia toddler terdapat ibu-ibu yang memiliki anak dengan masalah gizi
kurang dan masih ada ibu yang belum memahami pentingnya gizi bagi
pertumbuhan balita dan masih ada yang belum membawa balita ke pusat
layanan kesehatan bila mengalami masalah atau gangguan kesehatan akibat
kurangnya kesadaran orang tua akan kesehatan anak karena pengaruh
kurangnya pengetahuan dan sikap ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi pada
anak usia toddler.
Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan bergizi
dengan status gizi anak toddler di wilayah kerja Puskesmas Wenang kecamatan
Wenang, kota Manado, Sulawesi Utara ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum:
4
1.3.2. Tujuan Khusus:
5
berada di puskesmas untuk lebih bisa memperhatikan serta meningkatkan
pelayanan kesehatan terlebih khusus untuk masalah gizi pada anak
toddler, setelah melihat prevalensi dari data-data yang telah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam uraian bab II menjelaskan status gizi pada anak usia toddler dan
pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan bergizi. Dalam bab ini juga akan
memaparkan teori keperawatan yang berhubungan langsung dengan masalah yang
dibahas dan peneliti juga memasukan tentang data-data penelitian yang terkait
masalah yang akan diteliti.
6
2.1 Konsep Status Gizi Anak Usia Toddler
7
Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
Status Gizi
8
stimulating hormone). Zink atau seng dinilai dengan pemeriksaan urine, atau
kandungannya dalam plasma. Kalsium dengan pemeriksaan serum kalsium,
begitu juga dengan mineral-mineral yang lain.
9
bisa membacanya dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan
menggunakan statistik kesehatan, kita dapat melihat indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat. Beberapa statistik yang berhubungan
dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain angka kesakitan, angka
kematian, pelayanan kesehatan dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan
gizi (Hakim, 2016).
Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference. Menurut Wiang (2017), klasifikasi status gizi dapat
dibedakan menjadi empat yaitu : 1) Gizi lebih (Over Weight), gizi lebih terjadi
bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga
menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Kelebihan berat badan pada
balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar,
terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. 2) Gizi baik (well
nourished), status gizi atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat yang digunakan secara efesien sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umumpada tingkat setinggi mungkin. 3) Gizi kurang (under weight), status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial.
4) Gizi buruk (Severe CPM), Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang
dinyatakan kekurangan nutrisi atau dengan ungkapan lain status nutrisinya
berada dibawah standar rata-rata.
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan menurut Gizi buruk <-3 SD
umur (BB/U) Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak umur 0-60 Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
bulan Gizi lebih >2 Sd
10
Sumber : Wiang (2017)
Masalah gizi pada anak antara lain : 1) dampak gizi lebih; jika tidak
teratasi akan berkelanjutan sampai remaja dan dewasa, hal ini akan berdampak
tingginya kejadian berbagai penyakit infeksi. 2) dampak gizi buruk; gizi buruk
akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ yang akan merusak sistem
pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik. Serta
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mental serta penurunan IQ.
Penurunan fungsi otak berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan
anak berinteraksi dengan lingkungan dan perubahan kepribadian anak. 3)
dampak gizi kurang; pertumbuhan fisik terlambat, perkembangan mental dan
kecerdasan terhambat, daya tahan anak menurun sehingga mudah terserang
penyakit infeksi.
Anak usia Toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12
– 36 bulan (Soetjiningsih & Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga merupakan masa
golden age/masa keemasan untuk kecerdasan dan perkembangan anak.
Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler diantaranya
sebagai berikut : a) perkembangan motorik kasar, b) perkembangan motorik
kasar, c) perkembangan bahasa, d) perkembangan personal-sosial dan e)
perkembangan seksualitas. Ciri-ciri umum anak usia toddler yaitu 1) tinggi dan
berat badan meningkat, yang menggambarkan pertumbuhan mendorong dan
melambatkan karakteristik masa toddler, 2) karakteristik toddler dengan
menonjolnya abdomen yang tidak berkembang, dan 3) bagian kaki berlawanan
secara khas terdapat pada masa toddler karena otot-otot kaki harus menopang
berat badan tubuh (Loeziana Uce, 2015).
11
pada anus. Misalnya anak akan melakukan buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri. Dengan terfiksasinya fase tersebut, yaitu dengan memakai
diapers di mana anak akan susah mengontrol untuk BAK dan BAB. Akhirnya
anak tidak bisa mengontrol otot anak untuk menurunkan ketegangan (Subhan,
2013).
12
peningkatan pengetahuan mengenai sikap kepercayaan dan nilai-nilai dari
masyarakat yang akan dijadikan sasaran dan cara mereka menerapkan kepada
anak-anak mereka (Merisya dkk, 2015).
Tingkat pengetahuan secara garis besarnya dibagi dalam enam yaitu :
1) Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (kembali) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2) memahami (comprehension) suatu
objek bukan sekedar tahu terhadap objek tertentu, tidak sekedar menyebutkan,
tetapi orang tersebut hanya dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (application) diartikan apabila orang
yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4)
analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5) sintesis
(synthetis) menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. 6)
evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2) tingkat pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
13
pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan
lebih rendah. 3) keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. 4)
fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. 5) penghasilan
tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila
seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. 6) sosial budaya
dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu (Notoatmodjo, 2014).
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa pengetahuan gizi ibu sangat
mempengaruhi status gizi keluarga tersebut karena ibu akan dapat membentuk
pola konsumsi pangan terutama untuk anak usia toddler. pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang makanan sehat bergizi guna untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
14
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Notoatmodjo,2014).
15
sedangkan pernyataan negatif yaitu sikap seseorang yang menolak atau tidak
mendukung terhadap suatu objek (Walgito, 2017)
Sikap terdiri dari tiga bagian yang membentuk sikap antara lain : 1)
Komponen afektif (komponen emosional), merupakan perasaan emosi terhadap
sesuatu. perasaan senang adalah perasaan yang bersifat positif dan hal negatif
adalah perasaan tidak senang. 2) Komponen kognitif (komponen perseptual),
merupakan pandangan atau kepercayaan, pemikiran dan pengetahuan seseorang
terhadap suatu hal. 3) Komponen konatif (komponen perilaku) merupakan
tindakan dan perilaku seseorang terhadap suatu hal (Niven, 2016). Pernyataan
sikap terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Variabel positif dan negatif
akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati isi pernyataannya sebelum
memberikan respon sehingga stereotype responden dalam menjawab dapat
dihindari diantaranya : 1) Positif , pernyataan sikap yang berisi atau
menyatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. 2) Negatif, pernyataan
sikap yang berisi atau menyatakan hal-hal yang negatif mengenai objek sikap,
yang tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak
diungkap (Azwar, 2015).
16
pertumbuhan dan perkembangan dari asupan nutrisi yang dicerna oleh tubuh.
Kebutuhan gizi merupakan keadaan tubuh yang membutuhkan asupan gizi yang
cukup dalam memelihara kesehatan. kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Keseimbangan konsumsi zat
gizi dan pengeluaran dapat diperoleh nutrisi yang baik. Kebutuhan gizi
seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik. Status gizi anak dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Magdalena, 2017).
17
Gangguan kekurangan gizi banyak menimpa anak-anak, sehingga anak
disebut golongan rawan gizi. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang,
tetapi tergantung banyaknya hal antara lain umur. Angka kecukupan gizi rata-
rata yang dianjurkan (per orang per hari) dapat dilihat pada tabel 2.2 dan 2.3
menunjukkan porsi makan anak balita.
Tabel 2.3 Kebutuhan Energi dan protein berdasarkan angka kecukupan gizi
(AKG) rata-rata per hari.
Bahan Makanan Usia 0-6 bulan Usia 7-12 bulan Usia 1-3 Tahun
Nasi - ½p 3p
18
Sayuran - ½p 1,5 p
Buah - ½p 3p
Tempe - ½p 1p
Daging - ½p 1p
Susu - ½p 1p
Ikan - ½p 1p
Minyak - ½p 1p
Gula - ½p 1p
19
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan yaitu : 1)
Umur, 2) Berat badan, 3) Diagnosis penyakit dan stadium (keadaan), 4)
Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan, kesukaan
dan ketidaksukaan terhadap jenis makanan, 5) Jenis dan jumlah makanan yang
diberikan dan kapan saat yang tepat pemberian makanan. Komponen nutrisi
gizi seimbang yaitu : 1) Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia
dengan mudah disetiap makanan dan harus tersedia dalam jumlah cukup.
Karbohidrat yang kita konsumsi dapat berupa zat pati dan zat gula. Karbohidrat
yang terdapat pada serealia dan umbi-umbian bisa disebut zat pati sedangkan
yang berasal dari gula pasir (sukrosa), sirup, madu dan gula dari buah-buahan
disebut zat gula. 2) Lemak, fungsi lemak antara lain sebagai sumber utama
energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu
dari tubuh, sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi
kesehatan kulit dan rambut dan sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K)
yang larut dalam lemak. Untuk mendapatkan jumlah lemak yang cukup, dapat
diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan
dan minyak sayur. 3) Protein berfungsi membangun sel-sel yang rusak,
membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon dan membentuk zat pati
energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori. Contoh
sumber protein antara lain daging sapi, daging ikan tuna, susu, tempe, tahu,
kepiting, ikan teri dan udang. 4) Vitamin adalah suatu zat senyawa komplek
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melaksanakan aktivitas hidup dan
kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena
penyakit pada tubuh kita.Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air : 1)
Vitamin C, membentuk kolagen, mencerahkan kulit, serta meningkatkan
kebugaran tubuh dan mencegah sariawan. Sumber : jeruk, jambu, klutuk dan
nanas. 2) Vitamin B, meningkatkan daya ingat dan menjaga pencernaan.
Sumber : brokoli, alpukat, ubi jalar, pisang dan jamur. 3) Vitamin A, fungsi
20
dalam proses melihat, metabolisme umum dan reproduksi. Sumber : wortel,
selada, kemangi, paprika dan pepaya. 4) vitamin D, kesehatan tulang dan gigi.
Sumber : sinar matahari, minyak ikan, salmon, telur dan jamur. 5) vitamin E,
kesehatan kulit dari sinar matahari, menurunkan resiko kanker. Sumber :
bayam, kacang almod, brokoli dan zaitun. 6) vitamin K, membantu untuk
proses pembentukan darah dalam penyembuhan luka. Sumber : daun selada,
daun bayam, kembang kol. 5) Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan
tubuh dalam jumlah yang sedikit. Mineral mempunyai fungsi sebagai
pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon dan enzim dan sebagai zat
pengatur berbagai proses metabolisme, keseimbangan cairan dan proses
pembekuan darah. 6) Air, keenam zat gizi utama digunakan oleh tubuh anak
untuk menghasilkan tenaga yang digunakan oleh anak untuk melakukan
berbagai kegiatan, seperti belajar, berolahraga, bermain dan aktivitas lain
(disebut zat tenaga), membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan tubuh
yang rusak (disebut zat pembangun. Zat makanan yang merupakan zat
pembangun adalah protein. Dan mengatur kegiatan-kegiatan yang terjadi di
dalam tubuh (disebut zat pengatur). Zat makanan yang merupakan zat pengatur
adalah vitamin, mineral dan air.
Keadaan tubuh anak akan keenam macam gizi untuk melakukan tiga
fungsi tersebut tidak bisa terpenuhi hanya dari satu macam makanan saja karena
tidak ada satu pun makanan dari alam yang mempunyai kandungan gizi
lengkap. Jika makanan anak beragam, maka zat gizi yang tidak terkandung atau
kurang dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi yang berasal
dari makanan jenis lain. Agar makanan yang dimakan anak beraneka ragam,
maka kita harus selalu ingat bahwa makanan yang dimakan anak harus
mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Status gizi pada anak
usia toddler perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para orang tua,
karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan irreversial
(tidak dapat dipulihkan). Asupan gizi yang buruk bisa membuat anak
21
mengalami gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Beberapa dampak tersebut adalah gagal tumbuh, yang membuat terhambatnya
pertumbuhan fisik sehingga anak tumbuh kecil dan pendek. Penurunan IQ,
yang menyebabkan gangguan kecerdasan (fungsi kognitif) sehingga membuat
rendahnya kemampuan belajar yang berisiko mengakibatkan kegagalan
pembelajaran. Menurunnya produktivitas, sebagai akibat gangguan
pertumbuhan fisik dan kognitif yang berakibat pada menurunnya daya ingat.
Menurunnya daya tahan tubuh, yang meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian dan meningkatnya resiko penyakit menular saat usia dewasa.
Masa anak adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar
berjalan dan berbicara lebih lancar. Anak usia toddler memiliki kebutuhan gizi
yang berbeda dari orang dewasa. Anak usia toddler membutuhkan lebih banyak
lemak dan lebih sedikit serat. Menu seimbang untuk balita yaitu : 1) Gula dan
garam, konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum
orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita karena
makanan orang dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan ibu
terlalu banyak garam atau gula atau bahkan mengandung pengawet atau
pewarna buatan. 2) Porsi makanan anak balita juga berbeda dengan orang
dewasa. Mereka membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi
dalam jumlah lebih kecil namun sering. 3) Kebutuhan energi dan nutrisi, bahan
makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin,
mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari. Lakukan pengaturan agar
semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari. 4) Susu pertumbuhan, susu
merupakan salah satu sumber kalsium, sehingga penting juga dikonsumsi balita.
Sedikitnya balita butuh 350 ml per hari. Susu pertumbuhan merupakan susu
lengkap gizi yang mampu memenuhi nutrisi anak usia 12 bulan keatas.
22
Menu seimbang yaitu gizi yang harus terpenuhi untuk menjaga
keseimbangan gizi tubuh yaitu karbohidrat selain sebagai menu utama juga bisa
diolah sebagai makanan selingan, buah dan sayur berbagai jenis ragamnya
mengandung zat gizi berbeda beri setiap hari dalam bentuk segar atau diolah
menjadi jus, susu dan produk olahan susu pastikan balita mendapat asupan
kalsium yang cukup dari konsumsi susunya, tunda pemberian protein apabila
timbul alergi atau dapat diganti dengan sumber protein lainnya, lemak dan gula
juga mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.
Pastikan balita mendapat kadar lemak esensial dan gula yang cukup bagi
pertumbuhannya. Namun perlu diperhatikan bahwa lemak dan gula tidak
digunakan sebagai pengganti jenis makanan lainnya (seperti karbohidrat) (Ayu,
2017).
23
2.3 Penelitian Terkait
Tabel 2.4 Penelitian Terkait
1. Nurmaliz Kecamatan 2019 Penelitian ini Penelitian ini Jumlah Sampel Hasil penelitian ini Dengan adanya
a dan Sara Rumbai bertujuan untuk bersifat dalam penelitian diperoleh ada penelitian ini
Herlina Pesisir kota mengetahui kuantitatif ini adalah 70 hubungan antara terdapat hubungan
Pekan Baru hubungan analitik balita. Teknik pengetahuan dan antar pengetahuan
pengetahuan dengan jenis pengambilan pendidikan terhadap dan pendidikan
tentang desain cross- sampel yang status gizi balita. terhadap status
pendidikan sectional digunakan adalah Berdasarkan uji gizi balita.
terhadap status study. purposive statistik nilai pvalue
gizi balita Berdasarkan sampling. <0,05
uji chi
square
2. Katarina Posyandu 2019 Tujuan dari Desain Populasi dalam Dari hasil penelitian Manfaat penelitian
Iit dan Peduli penelitian ini penelitian ini penelitian ini ini adalah sebagian ini agar dapat
Megalina Bangsa untuk mengetahui menggunaka adalah semua besar dari responden mengetahui
Limoy hubungan n deskriptif balita 1-3 tahun yang memiliki hubungan
pengetahuan ibu korelasi yang ada di pengetahuan baik dan pengetahuan ibu
tentang gizi balita dengan posyandu peduli tidak ada seseorang yang baik dan
dengan status gizi pendekatan bangsa sebanyak responden yang tidak terhadap
(IMT/U) pada cross 48 orang dengan berpengetahuan status gizi pada
balita sectional . teknik kurang. balita
24
berdasarkan pengambilan Menggunakan teknik
uji chi sampel analisis data bivariat
square. menggunakan menggunakan chi
accidental square nilai pvalue
sampling. sebesar 0,001. Hal ini
menunjukan bahwa
terdapat hubungan
yang signifikan antara
tingkat pengetahuan
gizi ibu tentang gizi
terhadap status gizi
pada balita
2. Milda Di wilayah 2018 Tujuan dari Penelitian ini Jumlah populasi Hasil penelitian Manfaat penelitian
Riski kerja penelitian ini merupakan keseluruhan 2.124 mengatakan bahwa ini adalah agar
Nirmala puskesmas adalah untuk penelitian balita tercatat di terdapat hubungan dapat mengetahui
Sari dan gapura mengalisis observasiona posyandu wilayah antara pengetahuan hubungan antara
Leersia kabupaten hubungan antara l dengan kerja Puskesmas pola pemberian pengetahuan ibu
Yusi sumenep pengetahuan ibu desain cross Gapura. Besar makan dengan status tentang pola
Ratnawati mengenai pola sectional sampel sebanyak gizi balita (p<0,05). pemberian makan
pemberian makan Data 30 balita dengan terhadap status
terhadap status dianalisis rentang umur 24- gizi
gizi balita menggunaka 60 bulan teknik
n uji chi- pengambilan data
square menggunakan
random sampling.
3. Mika Di wilayah 2017 Penelitian ini Penelitian ini Populasi dalam Hasil penelitian ini Manfaat penelitian
Oktarina kerja bertujuan untuk menggunaka penelitian ini berdasarkan analisis ini adalah dapat
puskesmas mempelajari n desain adalah seluruh ibu univariat dari 157 mengetahui sikap
Sawah Lebar hubungan sikap deskriptif yang mempunyai responden terdapat 72 ibu terhadap balita
kota ibu dengan status korelasional balita berumur 0- (45,9%) balita dalam pemberian
Bengkulu gizi balita. dengan 60 bulan yang memiliki status gizi makanan
25
pendekatan berjumlah 1.259 kurang, 78 balita seimbang guna
secara cross orang. Teknik (49,7%) memiliki memperbaiki
sectional. Uji pengambilan status gizi baik dan 7 status gizi anak.
statistik yang sampel balita (4,4%)
digunakan menggunakan memiliki status gizi
adalah chi teknik accidental lebih dari analisis
square. sampling di dapat bivariat yaitu ada
dari kegiatan hubungan antara
posyandu sikap ibu dengan
berjumlah 157 status gizi balita. Dari
orang. hasil uji statistik nilai
x2 = 18,491, p= 0,000
< = 0,05.
4. Melantho Di SDN 2018 Penelitian ini Penelitian ini Melibatkan 37 Hasil analisis Manfaat bagi
n Umboh, INPRES bertujuan untuk menggunaka orang ibu dan 37 menunjukan tidak penelitian ini
Maryati Karatung 2 mengetahui n desain orang anak. terdapat hubungan adalah agar dapat
Tatangind Kecamatan hubungan potong Teknik antara pengetahuan mengetahui
atu dan Manganitu pengetahuan ibu lintang pengambilan ibu tentang makanan hubungan
Gitalia tentang makanan (cross sampel bergizi dengan status pengetahuan ibu
Putri bergizi dengan sectional). menggunakan gizi pada anak SDN terhadap makanan
Medea. status gizi anak Dengan probability INPRES kecamatan bergizi dengan
menggunaka sampling. Manganitu (p=0,703; staus gizi anak
n uji chi <0,05). balita.
square
5. Alexander Di 2018 Tujuan dari Penelitian ini Populasi dalam Dari hasil penelitian Manfaat penelitian
dan Puskesmas penelitian ini menggunaka penelitian ini diperoleh tidak ada ini adalah ibu-ibu
Melyani PAL III adalah untuk n desain sebanyak 137 hubungan yang dapat mengetahui
Kabupaten mengetahui penelitian orang ibu-ibu signifikan antara manfaat-manfaat
Potianak hubungan antara analitik yang mempunyai pengetahuan tentang makanan
pengetahuan ibu korelasi balita. Sampel gizi seimbang dengan seimbang bagi
tentang gizi dengan yang diambil status gizi. nilai p
26
dengan status gizi pendekatan sebanyak 57 value (0,600) > nilai balita.
balita. cross orang dengan alpha (0,005%)
sectional melakukan teknik
dengan pengambilan
menggunaka sampel dengan
n uji chi- menggunaka
square teknik random
sampling
27
2.4 Aplikasi Teori atau Model Keperawatan Nola J. Pender
Latar belakang Pender dalam keperawatan, perkembangan manusia,
psikologi eksperimental, dan pendidikan membimbingnya dalam menggunakan
sudut pandang keperawatan yang holistik, psikologi sosial, dan teori
pembelajaran sebagai fondasi untuk Health Promotion Model (HPM). Teori
yang menjadi pusat HPM adalah teori pembelajaran yang pentingnya proses-
proses kognitif dalam perubahan perilaku. Teori pembelajaran sosial, sekarang
dinamai teori kognitif sosial, mencakup kepercayaan-kepercayaan pada diri
seperti atribusi diri, evaluasi diri dan keyakinan diri. Keyakinan diri (self-
efficacy) merupakan satu gagasan pusat HPM (Alligood, 2017)
HPM memiliki bentuk yang serupa dengan model kepercayaan
kesehatan, yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit, tetapi yang
membuat HPM berbeda dari model kepercayaan kesehatan adalah tidak
disertakannya rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi bagi perilaku
kesehatan. HPM mencakup secara luas untuk menunjukkan perilaku yang
dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan dan menerapkannya sepanjang
hidup.
Asumsi teori ini mencerminkan perspektif ilmu perilaku dan
menekankan peran aktif pasien dalam mengatur perilaku kesehatan mereka
dengan cara memodifikasi lingkungan sekitar. Health Promotion in Nursing
Practice, Pender (1996) menyebutkan bahwa asumsi-asumsi utama pada HPM
yang dengan membahas orang, lingkungan dan kesehatan seperti : 1) orang
berusaha membuat kondisi hidup mereka agar bisa mengemukakan potensi
kesehatan yang mereka miliki dan masing-masing sifatnya unik. 2) orang
mempunyai kemampuan untuk bercermin melalui kesadaran diri, termasuk
menilai kemampuan diri sendiri. 3) orang menghargai perubahan yang dianggap
mengarah pada hal yang positif dan melakukan usaha untuk mencapai
keseimbangan antara perubahan dan kestabilan yang menurut dirinya sendiri
dapat diterima. 4) masing-masing individu berusaha secara aktif untuk
mengatur perilaku mereka sendiri. 5) masing-masing individu dengan segala
28
kerumitan biopsikososialnya berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yang
secara propresif memberikan perubahan pada lingkungan dan juga dijadikan
berubah seiring waktu. 6) para pekerja kesehatan berperan dalam lingkungan
interpersonal, yang memberikan pengaruh pada orang-orang sepanjang masa
hidup mereka. Dan 7) penataan ulang yang dimulai diri sendiri pada pola-pola
interaksi antara manusia dengan lingkungan adalah hal yang esensial bagi
perubahan perilaku (Alligood, 2017).
Manfaat yang
dirasakan dari
tindakan
Aktifitas yang
mempengaruhi Komitmen Perilaku
terhadap promosi
perencanaan kesehatan
Pengaruh interpersonal:
keluarga, teman, norma,
dukugan dan model
Faktor personal:
biologis, psikologis, Situasi yang
sosiokultural mempengaruhi:
karakteristik estetika
29
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Pada BAB III ini peneliti membahas tentang kerangka konsep yang berkaitan
dengan teori keperawatan yang telah diambil dan juga pada BAB III ini akan
membahas tentang hipotesis dan definisi operasional yang didalamnya ada juga alat
ukur dan skala ukur yang digunakan dalam penelitian.
Manfaat yang
dirasakan dari
tindakan
Hambatan dalam
pemberian makanan Kebutuhan yang
bergizi mendesak (kendali
rendah) dan
Perilaku bebagai pilihan
terdahulu Persepsi terhadap (kendali tinggi)
yang keyakinan diri
berhubungan
Pengaruh aktifitas
yang ditimbulkan
oleh pendidikan
kesehatan tentang
makanan bergizi Pengetahua Status gizi
n dan sikap
Pengaruh interpersonal:
keluarga, teman, norma,
dukugan dan model
Faktor personal:
biologis, Situasi yang
psikologis, mempengaruhi
sosiokultural karakteristik estetika
30
Keterangan :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
Kerangka konsep ini didasarkan pada konsep teori Health Promotion Model
(HPM) oleh Nola J Pender penelitian ini akan melihat hubungan pengetahuan dan
sikap tentang makanan bergizi dengan status gizi anak usia Toddler. aplikasi dalam
teori ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan
bergizi dengan status gizi. dalam pemberian kesehatan menurut Pender pastinya
dipengaruhi oleh perilaku sebelumnya dan faktor personal, biologis, psikologi dan
sosial budaya. Peneliti ingin membantu responden dalam melihat riwayat perilaku
positif yang pernah dialaminya sehingga mengakibatkan timbal balik yang positif
terhadap responden. Faktor personal tentunya sangat berpengaruh pada responden
yaitu faktor pendidikan, motivasi diri dan khususnya faktor sosial budaya atau
kebiasaan di daerah tempat tinggal dalam upaya penerimaan pendidikan kesehatan
yang diberikan oleh peneliti.
Berdasarkan teori Nola J. Pender terdapat 2 variabel yang dapat dihubungkan
dengan masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu pengetahuan dan sikap ibu karena
pengetahuan dan sikap ibu yang menjadi faktor utama agar pemberian makanan
bergizi dapat terlaksana. Pengetahuan yang baik tentang makanan bergizi dapat
mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan bahkan berperilaku
Hasil dari peningkatan pengetahuan ini diharapkan dapat berpengaruh pada
interpersonal dan situasional dari sasaran yang menerima pendidikan kesehatan.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan kesehatan ini dipengaruhi oleh
faktor perilaku sebelumnya yang terkait dan juga faktor personal individu yaitu
biologis, psikologi, dan sosial budaya. Yang diharapkan sesudah mendapat
pendidikan kesehatan agar adanya peningkatan pengetahuan mengenai status gizi.
31
Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: yang pertama
karakteristik ibu yang meliputi pengetahuan dan sikap, pendidikan, pekerjaan,
usia, paritas dan etnis. Bagian kedua karakteristik anak usia toddler yang
meliputi berat badan, tinggi badan dan kondisi kesehatan anak. Bagian ketiga
adalah lingkungan yang meliputi keyakinan dukungan keluarga, tempat tinggal
dan social ekonomi.
3.2 Hipotesis
32
gizi utama, yaitu bergizi
karbohidrat, protein,
lemak, vitamin,
mineral dan air.
Variabel sikap Sikap merupakan Lembar Ordina
Independen merupakan respon/reaksi kuesioner l 1. Sikap positif
Sikap suatu ekpressi seseorang tentang terdiri jika skor 30-
perasaan makanan bergizi yaitu dari 10 50
seseorang yang aneka ragam bahan item 2. Sikap negatif
merefleksikan pangan yang untuk jika skor 10-
kesukaannya mengandung unsur- melihat < 30
terhadap suatu unsur zat gizi yang sikap ibu
objek (Damiati, diperlukan oleh tubuh terhadap
2017) pada perkembangan pemberia
anak usia toddler, yang n
terdiri dari enam zat makanan
gizi utama, yaitu bergizi.
karbohidrat, protein, yaitu ;
lemak, vitamin, Sangat
mineral dan air. Setuju
Setuju
Ragu-
ragu
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Variabel Status gizi Status gizi pada anak Menggun Ordina Gizi Baik :
dependen merupakan usia toddler akan l >2 SD
Status Gizi keadaan tubuh pengukuran meteran
mengkonsumsi menggunakan dan Gizi Kurang :
makanan dan antropometri sesuai timbanga >-3 sampai
menggunakan dengan indikator. n dengan < -2 SD
zat gizi, dimana Penilaian status gizi
zat gizi tersebut menggunakan Gizi Buruk :
sangat parameter gabungan < 3 SD
dibutuhkan oleh seperti : berat badan
tubuh sebagai menurut umur (BB/U),
sumber energi tinggi badan menurut
(Auliya et al., umur (TB/U), berat
2015) badan menurut tinggi
badan (BB/TB) dan
indeks massa tubuh
menurut umur
(IMT/U). kategori
dalam status gizi
terdiri dari Sangat
33
kurus, kurus, normal,
gemuk dan obesitas.
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang desain penelitian yang digunakan,
tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian,
pengumpulan data, analisa data dan juga etika penelitian.
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia toddler yang ada di
wilayah Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang diantaranya ada 2
kelurahan yaitu Kelurahan Calaca dan Kelurahan Teling Bawah jumlah
70 anak usia toddler.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Pengambilan sampel dalam
35
penelitian ini untuk menentukan besarnya sampel menggunakan total
sampling dengan kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu yang memiliki anak usia toddler (1-3 tahun)
b. Ibu yang bersedia menjadi responden
c. Ibu yang kooperatif
2. Kriteria Eksklusi
Ibu atau anak yang sedang diluar kota
36
Ketiga yaitu status gizi penelitian ini menggunakan lembar observasi
yang kemudia akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil pengukuran IMT
dengan mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menilai status gizi pada
anak usia toddler. Kategori dalam status gizi terdiri dari kurus, normal dan
gemuk. Dikatakan Gizi Baik : >2 SD, Gizi Kurang :>-3 sampai dengan < -2 SD
dan Gizi Buruk :< 3 SD
Kemudian akan di uji validasi dan reliabilitas. Uji validasi
menggunakan uji Pearson Correlation dan Uji reliabitas menggunakan Alpha
Cronbach dilakukan Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang, Kota Manado
dengan jumlah responden sebanyak 70 responden.
37
penelitian awal di lokasi yang telah dipilih oleh peneliti. Kemudian selanjutnya
dari surat yang diberikan oleh pihak fakultas peneliti harus membawa suarat
pengatar tersebut ke kantor Kesbanpol untuk diberikan izin penelitian, setelah
surat tembusan penelitian telah diberikan oleh kesbanpon peneliti membawanya
ke kantor Dinas Kesehatan Kota Manado dan dari Dinkes Kota Manado akan
mengeluarkan surat ijin untuk melakukan penelitian di Puskesmas terkait. Dan
setelah itu peneliti harus membawa surat ijin dari Diskes Kota Manado ke
Petugas Puskesmas dan menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti, maka
peneliti mendapat data awal tentang jumlah anak usia toddler dan jumlah anak
dengan masalah gizi di Puskesmas Wenang. Setelah itu peneliti menentukan
berapa banyak jumlah responden dan sampel yang akan diteliti nantinya.
Dalam penelitian, Peneliti akan melakukan penelitian dirumah masing-
masing responden dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti jika reponden
bersedia menjadi responden maka responden tersebut menandatangani
informed consent, dan prosedur teknik cara mengkaji pengetahuan dan sikap
ibu yaitu peneliti membagikan lembar kuesioner dan diisi oleh ibu dan dibantu
oleh peneliti jika ibu tidak memahami maksud dari pertanyaan yang diberikan
setelah mengisi lembar kuesioner peneliti melakukan wawancara mengenai
masalah atau hambatan yang dialami oleh ibu mengenai pemberian makanan
bergizi pada anak. Dan peneliti juga melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan anak menggunakan meteran dan timbangan setelah itu mengisinya
pada lembar observasi.
Dalam pengumpulan data peneliti dan responden tetap mematuhi
protokol kesehatan yang ada dengan menggunakan masker, cuci tangan atau
hand sanitizer dan menjaga jarak.
38
macam isian data berupa jawaban kuesioner dan kelengkapan data. 2)
Koding, peneliti memberikan kode atau isyarat yang dibuat dalam
bentuk pengkodean bagi anak yang memiliki masalah gizi. 3) Entry
(data), yaitu data-data atau hasil yang telah diberikan kode kemudian
dimasukan kedalam tabel dalam bentuk Microsoft excel. 4) Input, data
yang telah dikelompokkan di dalam Ms excel dimasukan kedalam
software SPSS. 5) analyze data dilakukan analisis dalam software SPSS
dengan menggunakan anlisi uji chi square. 6) Output SPSS hasil analisis
data telah keluar dalam bentuk tabel SPSS.
4.7.1 Baik
Peneliti memperkenalkan diri dan asal institusi, kemudia menjelaskan
maksud dan tujuan dari penelitian ini kepada responden. Pelaksanaan
39
penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang ada dan
memberikan manfaat informasi kepada subjek penelitian (benefecience).
4.7.2 Hormat
Peneliti melaksanakan penelitian dengan pertimbangan hak-hak yang
dimiliki oleh subjek dalam menerima informasi serta memiliki
kebebasan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
Untuk menjaga kerahasiaan dari data yang telah didapatkan oleh
peneliti, pada lembar kuesioner peneliti hanya menuliskan inisial nama
subjek peneliti serta tidak mempublikasikan data yang telah diperoleh
(anonymity).
4.7.3 Adil
Untuk melakukan keadilan kepada seluruh responden, peneliti bersikap
adil dalam pelaksanaan penelitian dilapangan dengan tidak membeda-
bedakan responden dalam hal stata sosial, suku, agama dan lain-lain
dengan perlakuannya semua responden sama (justice). Peneliti
memberikan informasi penelitian kepada setiap responden (veracity).
40
DAFTAR PUSTAKA
Alexander., & Melyani. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Dengan Status Gizi Balita. Jurnal Kebidanan- ISSN. Vol 8. No 1.
Ardi, M., & Pertiwi, N. (2019). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi
Terhadap Pemberian Makanan Bergizi Balita. Pengaruh Pengetahuan dan
Sikap Ibu Tentang Gizi Terhadap Pemberian Makanan Bergizi Balita Darwis1)
, Muhammad Ardi2) , Nurlita Pertiw. Vol 3. Hlm 1-8.
Ayu, P. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Seimbang
Anak Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun Itoddler) Di Posyandu Desa
Ngliliran Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Occupational Medicine.
Erika, K. (2020). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Status Gizi pada
Anak di bawah Dua Tahun. (Universitas Katolik De La Sale Manado)
Hanifah, R.N., Djais, T.B., & Fatimah, S. N. (2019). Prevalensi Underweight,
Stunting, dan Wasting pada Anak Usia 12-18 Bulan di Kecamatan Jatinangor.
Jsk. Vol 1. Hlm 3-7
Haris., Abdul, F., Adelina, K., & Ummi. (2019). Determinan Kejadian Stunting Dan
Underweight Pada Balita Suku Anak Dalam Di Desa Nyogan Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2019. jurnal Kesmas Jambi. Vol 3. Hlm 41-54
Ida, M. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi Konsep dan Penerapan pada Asuhan
Keperawatan. Yogyakarta : PT Pustaka Baru
Iit, Katarina., & Megalina, Limoy. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Balita dengan Status Gizi (IMT/U) pada Balita Usia 1-3 Tahun. Jurnal
Kebidanan-ISSN. Vol 9. No 2.
Kemenkes. (2011). KEPMENKES RI Tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. jornal de Pediatria. Vol. 96. Hlm 41.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta:
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018.
41
Khayati. Fitriana, N., & Munawaroh, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola
Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Usia Toddler. Jurnal
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI). Vol 2. Hlm 52.
Listyarini. Anita D., Fatmawati, Y., & Savitri, I. (2020). Edukasi Gizi Ibu Hamil
dengan Media Booklet sebagai Upaya Tindakan Pencegahan Stunting pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus. Jurnal
Pengabdian Kesehatan. Vol 3, No 1.
http://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id
Milda N. S., & Leersia Y. R. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pola
Pemberian Makan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Gapura Kabupaten Sumenep. Amerta Nutrition. Vol 2. Hlm 182-188.
M, Murty., Kawengian., Shirley E. S., Kapantow., & Nova, H. (2015). Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Umur 1- 3
Tahun Di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Induk Sulawesi Utara. Jurnal e-Biomedik. Vol 3
Nindyna, P., & Merryana, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan
Asupan Makan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24 Bulan.
Amerta Nutrition. Vol 1. Hlm 369-378.
Notoatmodjo, S. (2014). Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurmaliza., & Sara, Herlina. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu
Terhadap Status Gizi. Jurnal Kesmas Asclepius (JKA). Vol 1, No 2.
Oktaningrum, I. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pemberian
Makanan Sehat Dengan Status Gizi Anak Di Sd Negeri 1 Beteng Kabupaten
Magelang Jawa Tengah. Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta. Hlm 1-9
Susilowati., Endang, H., & Alin. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah 1 Demak. Jurnal Kebidanan. Vol 6. Hlm 21
UNICEF. (2017). Malnutrition in Children.
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition.
42
Umboh, M., Maryati, T., & Gitalia, P. M. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi pada Anak. Jurnal Ilmiah
Sesebanua. Vol 2. No 2. Hlm. 118-125.
Winarsih, W. (2019). Pengatar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.
.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1
TIM PENELITI
Peneliti Utama : Helena Sinthea Serin (Mahasiswa fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado)
Dosen Pembimbing 1 : Tati S. Ponidjan, S.SiT, S.Pd, M.Kep, Ns.Sp.Kep.An
DESKRIPSI
Penelitian ini sedang di laksanakan untuk memenuhi tugas akhir dari Studi Ilmu
Keperawata Universitas Katolik De La salle Manado yang dilakukan oleh mahasiswa
yang bernama Helena Sinthea Serin.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui “ Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi Anak Usia Toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kec. Wenang, Kel. Calaca, Kota Manado “.
KETERLIBATAN
Dalam penelitian ini partisipan dengan sukarela berpartisipasi tanpa ada paksaan dari
peneliti maupun pihak lain. Partisipan berhak memberikan keputusan untuk bersedia
berpartisipasi maupun tidak dalam penelitian ini. Jika partisipan bersedia menjadi
44
partisipan dalam penelitian ini maka anda akan menandatangani lembar persetujuan
yang akan di berikan oleh peneliti.
KEUNTUNGAN
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi partisipan
serta menambah ilmu dan pengetahuan tentang makanan bergizi dengan status gizi
anak usia toddler
RISIKO
Jika partisipan merasa cemas atau kurang percaya dalam memberikan informasi maka
peneliti akan menjelaskan bahwa informasi atau identitas dari partisipan akan
dirahasikan dan dipastikan tidak akan merugikan partisipan maupun pihak lain
PRIVASI DAN KERAHASIAN PARTISIPAN
Pada saat penelitian identitas dari partisipan akan di rahasiakan dan ketika menulis
identitas nama hanya ditulis inisial saja. Data-data yang telah di dapatkan akan di
simpan dengan baik tanpa diketahui oleh orang lain dan ketika penelitian sudah
selesai dilaksanakan maka data-data yang di dapatkan akan di hapus.
PERSETUJUAN PARTISIPAN
Ketika partisipan bersedia maka peneliti akan memberikan lembar infromed consent
(lembar persetujuan) untuk ditanda tangani sebagai informasi bahwa partisipan
bersedia berpartisipasi.
KONTAK PENELITI UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT
Helena Sinthea Serin (082110099769) 17061032@unikadelasalle.ac.id
PENGADUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam proses penelitian UDLS berpegang teguh pada kode etik dari proyek
penelitian. Ketika anda memiliki keluhan dalam proses penelitian ini maka anda bisa
menghubungi langsung Unit Etik Penelitian UDLS. Unit Etik penelitian dapat
memberikan solusi serta penyelesaian masalah anda secara tidak memihak karena
Unit Etik penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan proyek penelitian.
Terimah Kasih telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Lembar ini dapat di
simpan sebagai bukti informasi yang anda dapatkan
45
Lampiran 2
Nama :
Tanda Tangan :
Tanggal :
46
Lampiran 3
47
48
49
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER
Tanggal Pengisian :
Petunjuk : isi titik atau berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai
dengan pilihan anda.
I. Data Demografi
1. Umur ibu sekarang ..... tahun
2. Pendidikan terakhir ibu
SD tamat ( )
SLTP tamat ( )
SLTA tamat ( )
Akademi/PT ( )
3. Pekerjaan ibu
PNS ( )
Swasta ( )
Petani ( )
IRT ( )
4. Usia anak ibu saat ini ………. Tahun
5. Tinggi Badan Anak Balita ………. Cm
6. Berat Badan Anak Balita ………. Kg
7. Apakah ibu sudah pernah mendapat informasi atau penyuluhan tentang gizi
seimbang anak ?
( ) pernah ( ) tidak
50
Jika pernah, berasal dari manakah informasi tersebut didapat ?
( ) Media cetak (surat kabar, majalah, tabloid)
( ) Media elektronik (radio, tape, internet)
( ) Layanan kesehatan (puskesmas, posyandu)
( ) penyuluhan
51
dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS)
6. Kebutuhan energi anak toddler
relatif besar dibandingkan
dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut
pertumbuhannya masih sangat
pesat.
7. Untuk pertumbuhan dan
perkembangan, balita tidak
memerlukan enam zat gizi
utama yaitu Karbohidrat,
protein, lemak, vitamin,
mineral dan air
8. Agar balita balita dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik,
maka makan makanan yang
dimakan boleh hanya sekedar
mengenyangkan perut saja.
9. Faktor-faktor yang tidak
mempengaruhi pemberian
makanan yaitu Umur, berat
badan, penyakit dan jenis dan
jumlah makanan yang
diberikan
10. Makanan yang harus
dikonsumsi balita tidak harus
bersih dan aman
11. gula dan garam, porsi makanan
dan kebutuhan energi dan
nutrisi buka merupakan menu
seimbang balita
52
12. Porsi makan anak balita sama
dengan orang dewasa, mereka
membutuhkan makanan dalam
jumlah atau porsi lebih besar.
No Pertanyaan SS S R STS TS
1. Makanan yang diberikan anak
beraneka ragam jenis
2. Saya memperhatikan komposisi
zat gizi pada makanan dalam
menyusun menu untuk anak
3. Saya menggunakan bahan
makanan yang masih segar dalam
mengolah makanan untuk anak
4. Saya memberi makan dalam
jumlah atau porsi cukup (tidak
kurang dan berlebihan) untuk
anak
5. Saya selalu menjaga kebersihan
makanan serta tidak memberikan
mengandung bahan-bahan yang
53
berbahaya bagi anak
6. Saya lebih suka membeli
makanan diluar untuk anak
dibanding masak sendiri
7. Saya menambah bumbu
penyedap tambahan di dalam
makanan dalam jumlah banyak
agar anak mau makan
8. Saya lebih suka membeli buah
kaleng dari pada buah segar
9. Setiap hari saya hanya memberi
makanan hanya satu variasi setiap
harinya untuk anak
10. Saya tidak pernah memberikan
makanan selingan berupa buah,
susu dll
54