Oleh :
SUHERLINA Br. HUTABARAT
5173240022
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rakhmat dan karunia yang dilimpakan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini mengungkapkan tentang Hubungan Kebiasaan Sarapan
dan Kebiasaan jajan dengan Status Gizi Murid Di SD Negeri 026602 Binjai.
i
10. Yang teristimewa kepada kedua orang tua tersayang, kakak dan juga adik
serta keluarga yang selalu mendukung dengan doa,moril dan material
selama penulis menyelesaikan studi.
11. Kepada semua teman-teman prodi Gizi yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah memberikan dukungan nasehat dan motivasi
kepada penulis.
12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat disebutkan disini atas bantuan dan dukungannya selama penyusunan
skripsi ini
Medan, 2021
Suherlina Br.Hutabarat
5173240022
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan Tahun 2013-2020 ..................... ..... ..20
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 AKG anak usia 5-12 tahun pada tahun 2019 .......................... 8
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini negara Indonesia sedang dihadapkan dengan masalah gizi ganda atau
sering disebut dengan Double Burden ( Kementrian Kesehatan RI,2018) dimana
saat ini Indonesia masih terus berusaha untuk mengatasi masalah kekurangan gizi
dan di saat yang bersamaan Indonesia juga harus mengatasi masalah kelebihan
gizi atau obesitas pada anak (Wahyuni,2020). Anak usia sekolah dasar merupakan
salah satu kelompok yang rawan mengalami masalah gizi,masalah gizi yang
sering terjadi pada anak sekolah yaitu kegemukan ,obesitas dan status gizi kurus
(Hardinsyah dan Supariasa,2017:194). Data prevalensi status gizi (IMT/U) anak
usia 5-12 tahun secara nasional menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas)
2018 yaitu pada kategori sangat kurus sebanyak 2,4%, kategori kurus 6,8%,
kategori gemuk 10,8% dan kategori obesitas sebanyak 9,2%. Data tersebut tidak
jauh berbeda dengan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 lalu
dimana sangat kurus 4,0%, kurus 7,2%, gemuk 10,8% dan obesitas 8,8%.
Menurut hasil Riskesdas (2018) Data prevalensi status gizi (IMT/U) anak usia
5-12 tahun di kota Binjai yaitu pada kategori sangat kurus sebanyak 1,39%,
kategori kurus 5,42%, dimana ketegori kurus berada di ambang batas nasional
yaitu 6,8% sehingga dikategorikan cukup tinggi untuk permasalahan status gizi
kurus, untuk kegemukan 16,18% dan kategori obesitas sebanyak 11,96% dimana
prevalensi gemuk dan obesitas pada Kota Binjai berada diatas angka nasional
yaitu gemuk 10,8 % dan obesitas 9,2% , sehingga dapat dikategorikan bahwa
status gizi pada anak usia 5-12 di kota Binjai masih buruk dan Kota Binjai juga
masuk ke dalam 10 besar angka kegemukan tertinggi pada anak usia 5-12 tahun di
sumatra utara.
1
2
Status gizi dapat dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi pada anak,
karena sarapan pagi memenuhi ¼ kebutuhan gizi harian,maka apabila seseorang
tidak dibiasakan untuk sarapan pagi, akan lebih besar kemungkinannya terjadi
permasalahan gizi (Anggraini,2017:2). Anak sekolah yang memiliki kebiasaan
melewatkan sarapan pagi memiliki dampak beresiko 3 kali lipat lebih tinggi
mengonsumsi jajanan dan sulit mengontrol nafsu makan sehingga berdampak
mengalami kejadian kegemukan dan obesitas (Amalia dan Andriani,2019). Selain
beresiko terkena obesitas dan kegemukan anak yang melewatkan sarapan pagi
dapat mengalami underweight, dimana hal ini dikarenakan kehilangan 25-30%
kebutuhan energi harian tubuh setiap harinya (Lani, Margawati, & Fitrianti,
2017).
Selain sarapan pagi, faktor makanan jajanan pun berpengaruh pada status
gizi anak-anak. Jajanan yang terdapat di sekolah sangat beraneka ragam,yang
sering dikonsumsi anak sekolah biasanya tinggi energi, tinggi gula,tinggi
natrium. Selain itu, jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak sekolah biasanya
juga tinggi karbohidrat dan lemak,dimana hal ini menyebabkan terjadinya
masalah gizi pada anak sekolah (Mefa, 2019:3). Kebiasaan mengkonsumsi jajanan
juga dapat mengakibatkan status gizi kurus (wasting) karena kebanyakan jajanan
yang sering di konsumsi anak sekolah sangat rendah zat gizi yang diperlukan oleh
3
anak, Selain itu jajanan yang sering di konsumsi anak sekolah sebagian besar
tidak terjamin nilai gizi dan kebersihannya sehingga berpotensi menimbulkan
masalah kekurangan gizi pada anak (Enthasari dan Nuryanto 2014).
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh penulis dan
dengan mempertimbangkan teori serta hasil penelitian terdahulu,penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Sarapan dan
Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi di SD Negeri 026602 Binjai” penulis
memilih sekolah ini sebagai lokasi penelitian atas dasar pertimbangan-
pertimbangan yang telah penulis jelaskan di atas, juga karena sekolah tersebut
belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai topik yang penulis pilih
ini.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi menggenai
pentingnya memperhatikan kebiasaan sarapan pagi dan pemilihan jajanan yang
baik pada anak agar tidak mempengaruhi status gizi anak.
2. Prevalensi kurus (wasting) pada anak usia 5-12 tahun di Kota Binjai
menurut Riskesdas 2018 cukup tinggi mendekati angka nasional yaitu
5,42%.
3. Adanya masalah gizi pada murid kelas 5 sekolah dasar 026602 Binjai
yaitu 12 anak (24%) yang mengalami kegemukan, 3 anak obesitas (6%)
dan 12 anak (24%) yang termasuk kategori kurus.
4. Setengah dari murid kelas 5 belum memiliki kebiasaan sarapan yang baik
yaitu 21 orang (42%) tidak pernah sarapan dan 10 orang (20%) jarang
sarapan pagi dari 50 siswa di kelas 5 sekolah dasar 026602 Binjai.
5. Semua murid kelas 5 di sekolah dasar 026602 Binjai memiliki kebiasaan
jajan di sekolah baik itu frekuensi selalu (6x/minggu) yaitu 38 (78%)
murid dan frekuensi jarang (3-5x/minggu) yaitu 11 (22%) murid.
6. Frekekuensi jajan di rumah cukup tinggi karena sebanyak 32 (64%) siswa
dari 50 siswa selalu jajan dirumah.
menggunakan data berat badan dan tinggi badan serta ditentukan dengan
z-score.
1.4 Rumusan masalah
1. Bagaimana gambaran karakteristik pada murid kelas 5 SD negeri 026602
Kota Binjai?
2. Apakah ada hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi pada murid
kelas 5 SD negeri 026602 Kota Binjai?
3. Apakah ada hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi pada murid kelas
5 SD negeri 026602 Kota Binjai?
2.1.1.1 Definisi
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 12
tahun yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk pendidikan lainnya yang sederajat. Pada tingkat sekolah dasar, anak
belajar untuk tidak terlalu bergantung pada keluarga dan sudah memulai
memberanikan diri untuk berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan
sekolah dasar adalah suatu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar, Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dan sederajat, yang diselenggarakan pada usia 7–12 tahun. Salah satu
karakteristik anak usia sekolah dasar adalah memiliki aktivitas fisik yang
tinggi yang diperlukan untuk meningkatkan perkembangan motorik dan kognitif
mereka (Jauhari dkk, 2019).
7
8
Pada masa awal usia anak masuk sekolah, anak akan memiliki aktivitas
yang tinggi terutama di sekolah seperti kursus,mengerjakaan pekerjaan rumah
(PR), bermain dengan teman dan sebagainya sebagaimana anak pada umumnya.
Hal tersebut membuat anak akan mudah merasa lelah dan stamina anak akan
mudah turun jika tidak diimbangi dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan
seimbang. Kecukupan zat gizi seseorang dipengaruhi oleh usia , golongan anak
usia 10-12 tahun memiliki kecukupan zat gizi yang relatif lebih besar
dibandingkan anak usia 7-9 tahun, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan yang
relatif cepat, terutama pertambahan berat badan dan tinggi badan (BPOM RI ,
2013: 5).
Gambar 2.1 Angka Kecukupan Gizi Anak usia 6-12 tahun berdasarkan
AKG 2019
Sarapan atau makan pagi adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi
seseorang. Biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi
paginya sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa.
Dengan adanya puasa itu, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang
hanya cukup untuk aktivitas dua sampai tiga jam di pagi hari. Tanpa sarapan
seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal.
Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing dan sakit berkonsentrasi.
Itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak
(Lusiana,2020).
Sarapan merupakan sumber energi bagi otak karena dengan sarapan anak
dapat meningkatkan kemampuan belajar mereka. Membiasakan anak sarapan
merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan status gizi pada anak. Sarapan
pagi merupakan waktu akan yang sangat penting bagi anak di usia sekolah maka
dari itu orang tua harus membiasakan anak untuk sarapan pagi. Karena jika anak
sarapan pagi anak banyak manfaat yang akan diperoleh anak dan sarapa pagi
merupakan salah satu usahakan agar anak belajar untuk disiplin (Asih dkk ,2017).
a. Makanan utama/sepinggan
Makanan yang di sebut makanan sepinggan yaitu kelompok makanan
utama yang biasanya di persiapkan terlebih dahulu dari rumah atau kantin,
contoh makanan sepinggan ini yaitu gado-gado,nasi uduk,mie ayam,
lontong sayur dan yang lainnya.
b. Camilan/kudapan
Camilan/kudapan merupakan makanan yang dikonsumsi di antara dua
waktu makan, yaitu makanan yang di konsumsi setelah makan dan
menjelang waktu makan selanjutnya, kelompok makanan camilan/kudapan
di bagi menjadi dua yaitu camilan kering dan camilan basah dimana terdiri
dari :
1. Contoh makanan camilan basah yaitu pisang goreng, lumpia,
lemper, risoles, dan lainnya.
2. Contoh makanan camilan kering yaitu keripik, biskuit, kue kering
dan lainnya.
c. Minuman
15
gizi yang dikonsumsi.status gizi merupakan hal yang sangat berpengaruh penting
dalam menilai kesehatan seseorang. seseorang yang memiliki status gizi yang baik
tidak akan mudah jatuh sakit. Status gizi dipengatuhi oleh bebrapa faktor
diantaranya asupan zat gizi, pengetahuan gizi, soaial ekonomi, ketahanan pangan,
sarana kesehtan dan lainnya (Ardiaria dkk, 2020).
b) Berat Badan
Berat badan mengambarkan jumlah protein,lemak, air dan mineral pada
tulang. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan di lapangan sebaiknya memnuhi syarat agar hasil yang di dapatkan
akurat (Supariasa,2016: 44).
18
c) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan paramater yang penting bagi keadaan yang telahlalau
dan keadaan sekarang,jika umur tidak diketahui dengan tepat. Selain itu,tinggi
badan merupakan ukuran kedua yang terpenting karena dengan menghubungkan
berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat diabaikan (Supariasa,2016:
49).
2. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan (food consumption survey) ditujukan untuk
mengetahui kebiasaan makanan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan
zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan,serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun metode pengukuran konsumsi makanan yaitu metode
recall 24 jam dan FFQ (Food Frecuancy Quisioner) :
a) Metode recall 24 jam
Menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016) Metode recall merupakan salah
satu metode survei makanan yang paling banyak digunakan, metode ini lebih
cenderung termasuk kategori kualitatif. Metode recall 24 jam ini lebih
mengedepankan kekuatan day ingat individu yang di wawancarai dalam
mengkonsumsi makanan selama 24 jam yang lalu. Pengertian 24 jam yang lalu,
dapat dilihat dari 2 dimensi,yaitu:
1. Individu diminta untuk menceritakan segala sesuatu yang
dikonsumsinya sejak bangun pagi hari kemarin sampai kembali
tidur lagi.
2. Individu diminta menceritakan segala sesuatu yang dikonsumsinya
sejak bertemu dengan peneliti (misal pukul 10.00 WIB), kemudian
mundur ke pukul (pukul 10.00 kemarin).
Kedua titik waktu ini boleh saja digunakan salah satunya, tergantung metode
mana yang paling nyaman digunakan bagi pewawancara dan individu yang di
wawancarai. Prinsip kerja utama dari food recall 24 jam adalah narasumber
diminta untuk menceritakan segala sesuatu yang dikonsumsinya dalam 24 jam
yang lalau atau sehari sebelumnya.
b) Metode frekuensi makanan
19
Tabel 2.1 klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri usia 5-18
tahun
Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-Skor
Sangat kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan 2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : PMK Standart Antropmentri 2020
20
Faktor pengetahuan gizi, orang tua yang memiliki pengetahuan gizi yang
baik cenderung akan mengajarkan anak untuk memulai hidup sehat seperti
membiasakan sarapan, mengatur pola makan,memberi pengetahuan tentang jajan
yang baik pada anak.Faktor lingkungan,anak sekolah dasar masih memiliki
kebiasaan meniru kebiasaan orang disekelilingnya seperti orang tua,teman sebaya
maupun guru maka jika anak kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan anak akan
baik atau buruk juga akan dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya lingkungan
sekolah anak banyak sekali dijumpai pedagang jajanan dan rata-rata teman sebaya
memiliki kebiasaan jajan yang tinggi maka anak tersebut akan cenderung
mengikutin teman sebayanya tersebut.Faktor budaya dalam keluarga , jika anak
tinggal di keluarga yang memiliki budaya hidup sehat yang kurang seperti jarang
sarapan dan kebiasaan jajan tinggi maka anak juga akan mengikutin budaya
tersebut.
Sarapan merupakan salah satu waktu makan yang dapat menyumbangkan asupan
zat gizi pada tubuh dan dapat mempengaruhi status gizi begitu pula dengan
asupan jajan dan aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi status gizi.
gizi.
Status Gizi
Infeksi penyakit
Pengukuran IMT/U
Keterangan :
= Berhubungan langsung
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pada penelitian ini yaitu status gizi sedangkan variabel bebas pada penelitian ini
yaitu kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan. Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif yang memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan
kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi pada murid di SD
Negeri 026602 Kota Binjai.
3.4 Definisi Oprasional
Tabel 3.1 Definisi oprasional
murah,mudah
diperoleh ,tampilannya
menarik dan bervariasi.
3 Status gizi Status gizi (nutritional Timbangan Ordinal Harjatmo
satus) adalah keadaan dan dkk,2017
yang diakibatkan oleh microtois
keseimbangan antara kapasitas
asupan zat gizi dari 200 cm
makanan dan kebutuhan
zat gizi oleh tubuh, hal
ini tergantung pada
usia orang tersebut,
jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat
badan, dan lainnya.
4 Anak Anak yang berusia Usia dan Rasio Jafri, Yuni
sekolah 6-12 tahun, memiliki data & sari, 2018
dasar fisik yang lebih kuat sekunder
mempunyai sifat
individual serta aktif dan
tidak bergantung dengan
orang tua
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dan keluarga responden dikumpulkan menggunakan
angket kuisioner melalui wawancara langsung dengan responden, kuisioner berisi
karakteristik responden yaitu nama, kelas, usia, tanggal lahir, jenis kelamin, berat
badan, dan tinggi badan. Karakteritik keluarga responden diukur menggunakan
angket kusioner yang berisi karakteristik orang tua yaitu pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.
2. Status Gizi
Pengkuran status gizi akan dilakukan dengan menggunakan antropometri
yaitu dengan perhitungan data berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui
29
apabila 1-2x seminggu (Nurlita dan Nur ,2017) . Peneliti menggunakan skala
likert untuk meberikan penilaian terhadap kuisioner karena kuesioner yang
peneliti gunakan memiliki lebih dari dua pilihan jawaban. Penilaian kuesioner
tersebut yaitu :
- pilihan jawaban selalu diberikan skor 1
- pilihan jawaban sering diberikan skor 2
- pilihan jawaban kadang-kadang diberikan skor 3
- pilihan jawaban tidak pernah diberikan skor 4
Skor kuesioner didapat dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan,
lalu hasilnya akan dibagi dengan jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%. Jawaban
reponden akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
- kategori baik jika responden memiliki skor 75%.
- Kategori cukup jika responden memiliki skor <75% - 50%.
- Kategori kurang apabila responden memiliki skor <50%.
3.6 Teknik analisis data
badan dan Berat badan) dan data kusioner konsumsi sarapan dan kebiasaan jajan
subjek. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemberian kode data
(coding),pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data.
Data diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi
20 for Windows. Data diolah secara deskriptif dan statistik ,analisis statistik yang
digunakan adalah analisis univariat dan analisis Bivariat. Analisis hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Chi Square. Analisis
univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian dan
mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel bebas yaitu
kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan variabel terikat yaitu status gizi
pada anak sekolah dasar.
Ho : P= 0
Ha : p ≠ 0
a. Ho = hipotesis nol yang menunjukkan adanya hubungan ( nol= tidak ada
hubungan ) kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak
sekolah dasar.
b. Ha = hipotesis alternatif, yang menunjukkan adanya hubungan ( tidak
sama dengan nol, mungkin lebih besar dari nol atau lebih kecil dari nol)
kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak sekolah
dasar.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Alhilabi, H. S., & Payne, A. (2018). The Impact of Skipping Breakfast on the
Body Weight of Children and Young People in Saudi Arabia; A
Systematic Review. Arab Journal of Nutrition and Exercise (AJNE), 67-
104.
Lani, A., Margawati, A., & Fitranti, D. Y. (2017). Hubungan Frekuensi Sarapan
Dan Konsumsi Jajan Dengan Z-Score IMT/U Pada Siswa Sekolah Dasar.
Journal of Nutrition College, 6(4), 277-284.
Angrainy, R., Yanti, P. D., & Yuhelmi, D. (2019). Hubungan Mengonsumsi Jajan
dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Sdn 42 Pekanbaru. Al-
Insyirah Midwifery: Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery
Sciences), 8(1), 45-49.
Ardiaria, M., Subagio, H. W., & Puruhita, N. (2020). Sosialisasi dan prinsip pesan
gizi seimbang sebagai pengganti program empat sehat lima sempurna.
JNH (Journal of Nutrition and Health), 8(1), 51-56.
Asih, S. H. M., Nuraeni, A., Ratnasari, R., & Istiqomah, D. A. (2017). Pengaruh
Sarapan Pagi Terhadap Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDN
Gisikdrono 01 Semarang. URECOL, 215-222.
Budhyanti, W. (2018). Status Gizi dan Status Tanda Vital Mahasiswa Akfis UKI.
Jurnal Pro-Life: Jurnal Pendidikan Biologi, Biologi, dan Ilmu Serumpun,
5(2), 543-556.
Gemily, S. C., Aruben, R., & Suyatno, S. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kebiasaan dan kualitas sarapan siswa kelas V di SDN Sendang
mulyo 04 kecamatan tembalang, Semarang tahun 2015. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(3), 246-256.
Hardani.,Andriani.H.,Jumari.U.,Utami.F.E.,Istiqomah.R.R.,Fardani.A.R.,Sukman
a.J.D.,Aulia.H.N.(2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yokyakarta: CV.Pustaka Ilmu Group
Hardinsyah dan supariasa IDN. (2016).lmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta:EGC.
Jauhari, M. T., Santoso, S., & Anantanyu, S. (2019). Asupan protein dan kalsium
serta aktivitas fisik pada anak usia sekolah dasar. Ilmu Gizi Indonesia,
2(2), 79-88.
Jafri, Y., Yuni, S. R., & Sari, Y. P. (2018, August). Bermain Game Online
Dengan Motivasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar. In Prosding
Seminar Keshatan 1(1).
36
Koca, T., Akcam, M., Serdaroglu, F., & Dereci, S. (2017). Breakfast habits, dairy
product consumption, physical activity, and their associations with body
mass index in children aged 6–18. European journal of pediatrics,
176(9), 1251-1257.
Lusiana, N. (2020). Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Status Gizi Pada
Anak Sekolah Dasar Negri 171 Pekanbaru. Ensiklopedia of Journal, 2(3),
92-96.
Meriska, I., Pramudho, K., & Murwanto, B. (2016). Perilaku sarapan pagi anak
sekolah dasar. Jurnal Kesehatan, 5(1).
Monzani, A., Ricotti, R., Caputo, M., Solito, A., Archero, F., Bellone, S., &
Prodam, F. (2019). A systematic review of the association of skipping
breakfast with weight and cardiometabolic risk factors in children and
adolescents. What should we better investigate in the future?. Nutrients,
11(2), 387
Nurulita, C. C., & Wirjatmadi, B. (2019). Perbedaan kecukupan energi dan status
gizi siswa membawa dan bekal tidak membawa bekal ke Sekolah.
Amerta Nutrition, 3(4), 305-309.
Panjaitan, B., Tobing, K. N., & Harahap, S. (2020). Penyuluhan Manfaat Sarapan
Di SMK YAPIM Sei Rotan Medan. Jurnal Abdimas Mutiara, 1(1), 82-
88.
Rizal, A., & Jalpi, A. (2018). Peningkatan Pengetahuan Siswa Dalam Memilih
Jajanan Makanan Di Lembaga Pendidikan Permata Jannati Kota
Banjarmasin Tahun 2016. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary, 2(2).
Suraya, S., Apriyani, S. S., Larasaty, D., Indraswari, D., Lusiana, E., & Anna, G.
T. (2019). “Sarapan Yuks” Pentingnya Sarapan Pagi Bagi Anak-Anak.
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(1).
Tee, E. S., Nurliyana, A. R., Karim, N. A., Jan Mohamed, H. J. B., Tan, S. Y.,
Appukutty, M., & Mohd Nasir, M. T. (2018). Breakfast consumption
among Malaysian primary and secondary school children and
relationship with body weight status-Findings from the MyBreakfast
Study. Asia Pacific journal of clinical nutrition, 27(2), 421.
Utami, W., & Waladani, B. (2017). Gambaran Perilaku Makanan Jajanan Siswa
Sekolah Dasar. URECOL, 315-322.
Zogara, A. U. (2017). Pengetahuan Gizi, Perilaku Jajan, dan Status Gizi Siswa
Sekolah Dasar Gmit Kuanino Kota Kupang. CHMK Nursing Scientific
Journal, 1(1).
35
Lampiran 1
DATA IDENTITAS KELUARGA DAN MURID SD NEGERI 026602
BINJAI
Karakteristik Responden :
1. Nama :
2. Kelas :
3. Usia :
4. Tanggal Lahir :
5. Jenis kelamin :
6. Berat Badan :
7. Tinggi Badan :
Karakteristik Orangtua
1. Ayah
Pendidikan : a. Tamat SMA/Sederajat
b. Tamat D1/D3/S1
c. Lainnya.......................................
2. Ibu
Pendidikan : a. Tamat SMA/Sederajat
b. Tamat D1/D3/S1
c. Lainnya.......................................
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN
DENGAN STATUS GIZI PADA MURID SD NEGERI 026602 BINJAI
5) Apakah kamu sarapan pagi pada jam 06.00 wib – 10.00 wib?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
6) Jika di rumah kamu tidak tersedia sarapan pagi apakah kamu akan
membeli sarapan pagi di tempat lain?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
8) Apabila jika kamu tidak sarapan di rumah kamu akan membeli jajan di
sekolah?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
38
9) Apakah jenis sarapan pagimu terdiri dari nasi, sayuran, lauk nabati, lauk
hewani dan buah?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
B. KEBIASAAN JAJAN
Lingkari pada pilihan jawaban di bawah
Keterangan :
Selalu : 6 kali dalam seminggu
Sering : 3-5 kali dalam seminggu
Kadang-kadang : 1-2 kali dalam seminggu
Tidak pernah : 0 kali dalam seminggu
b. 2 kali
c. 3 kali
d. >3 kali
16) Berapa kali kamu jajan dalam satu hari di rumah?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. >3 kali
18) Ketika di rumah apakah kamu membeli jajan karena ajakan teman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Nama :
Kelas :
Usia :
Jenis kelamin :
Hari ke :
Tanggal wawancara :
Sarapan pagi
hari ke 2
Sarapan pagi
hari ke 3
Lampiran 4
42
FFQ (food frequensi questionnaires)
Nama :
Kelas :
Usia :
Jenis kelamin :
Tanggal wawancara :
No Nama Frekuensi
Sering Jarang Tidak
makanan
1x/ >1x/ 3-6x/ 1-2x/ minggu
pernah
hari hari mggu
1 Jajanan sampingan
Mie instan
goreng
Mie instan
rebus
Bubur ayam
Makaroni
Bakso kuah
Sate
Batagor
Nasi goreng
Siomay
Mie ayam
Nasi uduk
Martabak telur
Bubur kacang
hijjau
Lainnya
2 Camilan atau snack
Bakso bakar
Gorengan
Pisang coklat
Keripik
Sosis
Donat
Permen
Coklat
Biskuit
Roti kemasan
Jelly
Chiky
43
Kue manis
Jamur crispy
Ayam goreng
Telur gulung
Lainnya
3 Minuman
Teh manis
Susu Saset
Susu kotak
Jus buah
Es cincau
Es krim
Es sirup
Marimas
Es kelapa
Es campur
Es jeruk
minuman
kemasan
Minuman soda
Es tebu
Es timun
Es dawet
Pop ice
Es lilin
Teh gelas
44
KUESIONER PENELITIAN
KEBIASAAN JAJAN PADA MURID SD NEGERI 026602 BINJAI
45
IDENTITAS DIRI
Nama
Usia
Kelas
Asal sekolah
46