Anda di halaman 1dari 60

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN

KEBIASAAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI PADA MURID


DI SD NEGERI 026602 KOTA BINJAI

Diajukan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mengikuti seminar

Oleh :
SUHERLINA Br. HUTABARAT

5173240022

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rakhmat dan karunia yang dilimpakan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini mengungkapkan tentang Hubungan Kebiasaan Sarapan
dan Kebiasaan jajan dengan Status Gizi Murid Di SD Negeri 026602 Binjai.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih


sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa
arahan dan dorongan. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :

1. Dra.Rasita Purba,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak


membantu, mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai
proposal ini terwujud.
2. Bapak Prof.Dr. Harun Sitompul,M.Pd selaku dekan Fakultas Teknik
3. Ibu Prof.Dr.Dina Ampera,M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik.
4. Ibu Dr. Erli Mutiara M.Si Penasehat akademik yang telah memberikan
bimbingan,arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan studi.
5. Dr. Esi Emilia, M.Si selaku Ketua Program Studi Gizi yang telah
memberikan masukan dan arahan yang baik selama perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Fakultas Teknik terkhusus kepada para dosen PKK yang
telah banyak memberikan ilmunya selama perkuliahan.
7. Kepala sekolah SD Negeri 0206602 Kota Binjai yang telah memberi ijin
dan bantuan dalam pelaksanaan obeservasi.
8. Para guru dan Staff SD Negeri 0206602 Kota Binjai yang telah memberi
bantuan dalam memperlancar observasi dalam pengambilan data selama
proses pembuatan proposal ini.
9. Semua murid SD Negeri 026602 Kota Binjai khususnya murid kelas lima
yang telah berpartisipasi untuk penulisan proposal ini.

i
10. Yang teristimewa kepada kedua orang tua tersayang, kakak dan juga adik
serta keluarga yang selalu mendukung dengan doa,moril dan material
selama penulis menyelesaikan studi.
11. Kepada semua teman-teman prodi Gizi yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah memberikan dukungan nasehat dan motivasi
kepada penulis.
12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat disebutkan disini atas bantuan dan dukungannya selama penyusunan
skripsi ini

Medan, 2021

Suherlina Br.Hutabarat

5173240022

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Indentifikasi Masalah 4
1.3 Pembatasan Masalah 5
1.4 Rumusan Masalah 5
1.5 Tujuan Penelitian 5
1.6 Manfaat Penelitian 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7

2.1 Tinjauan Teoritis 7

2.1.1 Anak Sekolah Dasar 7


2.1.2 Kebiasaan Sarapan pagi 9
2.1.3 Kebiasaan Jajan 12
2.1.4 Status Gizi 15
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Sarapan dan
Kebiasaan Jajan 19
2.2 Penelitian Yang Relevan 20
2.3 Kerangka Berfikir 22
2.4 Hipotesis Penelitian 23

iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24

3.1 Tempat dan Waktu 24


3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 24
3.3 Desain Penelitian 24
3.4 Definisi Oprasional 25
3.5 Instrumen dan Pengumpulan Data 26
3.6 Teknis Analisis Data 30
3.7 Hipotesis Statistik 31
DAFTAR PUSTAKA 32

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi anak usia 5-18 Tahun 19

Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan Tahun 2013-2020 ..................... ..... ..20

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ......................................................................25

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 27

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 AKG anak usia 5-12 tahun pada tahun 2019 .......................... 8

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ................................................................... 22

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Identitas Responen dan Keluarga Responden.

Lampiran 2 Kuisioner Pertanyaan Hubungan Kebiasaan Sarapan dan


Kebiasaan jajan dengan Status Gizi Murid Di SD Negeri 026602 Binjai.

Lampiran 3 Kuisioner Recall sarapan pagi 3x24 jam.

Lampiran 4 Kuisoner FFQ (Food Freaquency Quesioner).

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Saat ini negara Indonesia sedang dihadapkan dengan masalah gizi ganda atau
sering disebut dengan Double Burden ( Kementrian Kesehatan RI,2018) dimana
saat ini Indonesia masih terus berusaha untuk mengatasi masalah kekurangan gizi
dan di saat yang bersamaan Indonesia juga harus mengatasi masalah kelebihan
gizi atau obesitas pada anak (Wahyuni,2020). Anak usia sekolah dasar merupakan
salah satu kelompok yang rawan mengalami masalah gizi,masalah gizi yang
sering terjadi pada anak sekolah yaitu kegemukan ,obesitas dan status gizi kurus
(Hardinsyah dan Supariasa,2017:194). Data prevalensi status gizi (IMT/U) anak
usia 5-12 tahun secara nasional menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas)
2018 yaitu pada kategori sangat kurus sebanyak 2,4%, kategori kurus 6,8%,
kategori gemuk 10,8% dan kategori obesitas sebanyak 9,2%. Data tersebut tidak
jauh berbeda dengan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 lalu
dimana sangat kurus 4,0%, kurus 7,2%, gemuk 10,8% dan obesitas 8,8%.

Menurut hasil Riskesdas (2018) Data prevalensi status gizi (IMT/U) anak usia
5-12 tahun di kota Binjai yaitu pada kategori sangat kurus sebanyak 1,39%,
kategori kurus 5,42%, dimana ketegori kurus berada di ambang batas nasional
yaitu 6,8% sehingga dikategorikan cukup tinggi untuk permasalahan status gizi
kurus, untuk kegemukan 16,18% dan kategori obesitas sebanyak 11,96% dimana
prevalensi gemuk dan obesitas pada Kota Binjai berada diatas angka nasional
yaitu gemuk 10,8 % dan obesitas 9,2% , sehingga dapat dikategorikan bahwa
status gizi pada anak usia 5-12 di kota Binjai masih buruk dan Kota Binjai juga
masuk ke dalam 10 besar angka kegemukan tertinggi pada anak usia 5-12 tahun di
sumatra utara.

1
2

Status gizi dapat dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi pada anak,
karena sarapan pagi memenuhi ¼ kebutuhan gizi harian,maka apabila seseorang
tidak dibiasakan untuk sarapan pagi, akan lebih besar kemungkinannya terjadi
permasalahan gizi (Anggraini,2017:2). Anak sekolah yang memiliki kebiasaan
melewatkan sarapan pagi memiliki dampak beresiko 3 kali lipat lebih tinggi
mengonsumsi jajanan dan sulit mengontrol nafsu makan sehingga berdampak
mengalami kejadian kegemukan dan obesitas (Amalia dan Andriani,2019). Selain
beresiko terkena obesitas dan kegemukan anak yang melewatkan sarapan pagi
dapat mengalami underweight, dimana hal ini dikarenakan kehilangan 25-30%
kebutuhan energi harian tubuh setiap harinya (Lani, Margawati, & Fitrianti,
2017).

Di Indonesia setidaknya 7 dari 10 anak di Indonesia tidak sarapan pagi


sebelum beraktivitas,padahal sarapan pagi dapat memenuhi kebutuhan energi
harian sebanyak 25-30%, selain itu sarapan juga dapat meningkatkan semangat
belajar,mencegah kelelahan, lemas, mengantuk, meningkatkan konsentrasi belajar
dan mencegah anak dari mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat (Suraya
dkk,2019). Studi yang dilakukan di Indonesia, di salah satu SD Kabupaten
Gianyar,dari70 siswa 25.7% siswa mengalami gizi kurang dan 24.3% mengalami
gizi lebih, hal ini dikaitkan dengan konsumsi makanan yang tidak berimbang
dan tidak sarapan. Anak sekolah yang memiliki kebiasaan sering melewatkan
sarapan biasanya memilih untuk jajan di sekolah sehingga dapat mempengarhui
status gizi anak (Lani, Margawati, & Fitrianti, 2017).

Selain sarapan pagi, faktor makanan jajanan pun berpengaruh pada status
gizi anak-anak. Jajanan yang terdapat di sekolah sangat beraneka ragam,yang
sering dikonsumsi anak sekolah biasanya tinggi energi, tinggi gula,tinggi
natrium. Selain itu, jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak sekolah biasanya
juga tinggi karbohidrat dan lemak,dimana hal ini menyebabkan terjadinya
masalah gizi pada anak sekolah (Mefa, 2019:3). Kebiasaan mengkonsumsi jajanan
juga dapat mengakibatkan status gizi kurus (wasting) karena kebanyakan jajanan
yang sering di konsumsi anak sekolah sangat rendah zat gizi yang diperlukan oleh
3

anak, Selain itu jajanan yang sering di konsumsi anak sekolah sebagian besar
tidak terjamin nilai gizi dan kebersihannya sehingga berpotensi menimbulkan
masalah kekurangan gizi pada anak (Enthasari dan Nuryanto 2014).

Berdasarkan data kesehatan Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2019,


kebiasaan jajan anak sekolah masih cukup tinggi dimana diketahui jajanan mie
dan bakso menempati peringkat teratas sebagai makanan yang paling sering di
konsumsi oleh anak sekolah dengan jumlah persentase 71%. Selanjutkan jajanan
seperti gorengan dan makanan ringan/camilan menjadi makanan kedua yang
paling sering di konsumsi dengan jumlah persentase 26%. Selanjutnya menu
jajanan yang paling banyak dikonsumsi yaitu makanan kaleng dan minuman
bersoda dengan jumlah persentase 2% dan yang terakhir yaitu permen yaitu 1%
(Syafleni dkk,2019). Menurut data badan pengawas makanan dan obat (BPOM)
tahun 2014 terjadi penurunan kualitas pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang
memenuhi syarat keamanan yaitu turun menjadi 76,18% dari tahun 2013 yaitu
90% yang telah di targetkan hal tersebut cukup mengkawatirkan bagi kesehatan
anak sekolah (BPOM,2014).

Berdasarkan observasi awal di SD Negeri 026602 Binjai pada tanggal 27 Juli


2021 dimana setelah melakukan pengukuran dan penimbangan diketahui masih
terdapat masalah gizi pada murid kelas 5 di sekolah dasar 026602 yaitu dari 50
anak terdapat 12 anak (24%) yang mengalami kegemukan, 3 anak obesitas (6%)
dan 12 anak (24%) yang termasuk kategori kurus dan hanya 23 anak (46%) yang
memiliki status gizi normal. Maka dari hasi pengukuran diketahui setengah dari
murid di SD negeri 026602 Binjai yaitu (54%) masih memiliki masalah gizi yaitu
kegemukan,obesitas dan kurus (washting). Untuk kebiasaan sarapan pagi
persentase murid kelas 5 di SD negeri 026602 Binjai yang tidak sarapan pagi dan
jarang sarapan pagi masih cukup tinggi dimana di dapatkan hasil terdapat 20
(40%) murid yang tidak pernah sarapan pagi dan 11 (22%) jarang sarapan pagi,
dan hanya 19 (38%) murid saja yang terbiasa sarapan pagi. Dari hasil observasi
awal tersebut dapat diketahui jika setengah dari murid di SD negeri 06602
memiliki kebiasaan sarapan pagi yang buruk.
4

Melihat kebiasaan jajan di SD Negeri 0206002 Binjai, dari hasil pengamatan


penulis selama 2 hari penulis melihat sangat banyak sekali pedangang jajanan di
sekitar sekolah baik di dalam sekolah yaitu kantin sekolah maupun luar sekolah
yaitu pedangang kaki lima.Murid-murid di SD Negeri 0206002 Binjai juga
memiliki antusias yang cukup besar untuk jajan di sekolah dilihat dari ramainya
murid-murid membeli jajanan di kantin maupun di luar sekolah pada saat jam
istirahat maupun pulang sekolah. Dari hasil wawancara semua murid kelas 5 di
SD Negeri 0206002 Binjai sebanyak 38 (78%) siswa selalu jajan di sekolah baik
saat jam istirahat maupun pulang sekolah sedangkan 11 (22%) siswa sering jajan
di sekolah baik saat jam istirahat maupun pulang sekolah dan tidak ada siswa yang
tidak pernah jajan di sekolah. Frekekuensi jajan di rumah sebanyak 32 (64%)
selalu jajan dirumah, 14 (28%) jarang jajan di rumah dan hanya 4 (8%) siswa
tidak pernah jajan di rumah.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh penulis dan
dengan mempertimbangkan teori serta hasil penelitian terdahulu,penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Sarapan dan
Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi di SD Negeri 026602 Binjai” penulis
memilih sekolah ini sebagai lokasi penelitian atas dasar pertimbangan-
pertimbangan yang telah penulis jelaskan di atas, juga karena sekolah tersebut
belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai topik yang penulis pilih
ini.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi menggenai
pentingnya memperhatikan kebiasaan sarapan pagi dan pemilihan jajanan yang
baik pada anak agar tidak mempengaruhi status gizi anak.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Tingginya prevalensi kegemukan dan obesitas di Kota Binjai menurut
Riskesdas 2018 pada anak usia 5-12 tahun yaitu diatas angka nasional
kegemukan 16,18% dan kategori obesitas sebanyak 11,96%.
5

2. Prevalensi kurus (wasting) pada anak usia 5-12 tahun di Kota Binjai
menurut Riskesdas 2018 cukup tinggi mendekati angka nasional yaitu
5,42%.
3. Adanya masalah gizi pada murid kelas 5 sekolah dasar 026602 Binjai
yaitu 12 anak (24%) yang mengalami kegemukan, 3 anak obesitas (6%)
dan 12 anak (24%) yang termasuk kategori kurus.
4. Setengah dari murid kelas 5 belum memiliki kebiasaan sarapan yang baik
yaitu 21 orang (42%) tidak pernah sarapan dan 10 orang (20%) jarang
sarapan pagi dari 50 siswa di kelas 5 sekolah dasar 026602 Binjai.
5. Semua murid kelas 5 di sekolah dasar 026602 Binjai memiliki kebiasaan
jajan di sekolah baik itu frekuensi selalu (6x/minggu) yaitu 38 (78%)
murid dan frekuensi jarang (3-5x/minggu) yaitu 11 (22%) murid.
6. Frekekuensi jajan di rumah cukup tinggi karena sebanyak 32 (64%) siswa
dari 50 siswa selalu jajan dirumah.

1.3 Pembatasan masalah


Dari permasalahan diatas diperlukannya adanya pembatasan masalah agar
tidak adanya penyimpangan atau pelebaran pokok masalah dan agar penelitian ini
dapat terarah dan memudahkan dalam proses pembahasan sehingga tujuan
penelitian dapat tercapai. Adapun beberapa batasan masalah dalam penelitian ini
yaitu :
1. Subjek merupakan murid di SD Negeri 026602 Kota Binjai kelas 5 usia
10-11 tahun sebanyak 50 orang.
2. Kebiasaan sarapan hanya untuk mengetahui frekuensi sarapan,ketersediaan
sarapan,waktu sarapan,pemilihan jenis sarapan pagi dan kebutuhan energi
sarapan pagi sebanyak 3 kali yaitu 2 hari sekolah dan 1 hari libur.
3. Kebiasaan jajan dilakukan hanya untuk mengetahui jenis jajanan,alasan
jajan dan frekuensi jajanan yang dikonumsi anak di sekolah dan di rumah
selama 1 minggu.
4. Mengetahui status gizi pada anak dari perhitungan menggunakan
antropometri dengan idikator IMT (Indeks masaa tubuh) yang
6

menggunakan data berat badan dan tinggi badan serta ditentukan dengan
z-score.
1.4 Rumusan masalah
1. Bagaimana gambaran karakteristik pada murid kelas 5 SD negeri 026602
Kota Binjai?
2. Apakah ada hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi pada murid
kelas 5 SD negeri 026602 Kota Binjai?
3. Apakah ada hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi pada murid kelas
5 SD negeri 026602 Kota Binjai?

1.5 Tujuan penelitian


1. Mendeskripsikan karakteristik subjek.
2. Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi pada murid
kelas 5 SD Negeri 026602 Kota Binjai.
3. Menganalisis hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi pada murid
kelas 5 SD Negeri 026602 Kota Binjai..
1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
1. Menjadi sumber referensi atau sumber informasi bagi bidang gizi dan
bagi masyarakat mengenai gambaran mengenai hubungan kebiasaan
sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi pada murid sekolah
dasar yang umumnya berusia 6-12 tahun.
1.6.2 Manfaat praktis
1. Penelitian diharapkan bisa memberikan pengetahuan lebih kepada
orang tua agar lebih memperhatikan kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan
dan status gizi pada anak-anaknya agar dapat terhindar dari kelebihan
gizi maupun kekurangan gizi.
2. Bagi pihak sekolah hasil dari penelitian ini bisa memberikan informasi
yang dapat digunakan untuk bisa melaksanakan pendidikan gizi
terkait dengan pentingnya sarapan pagi dan mmemperhatikan
kebiasaan jajan anak serta menjaga status gizi agar dapat mengikuti
proses belajar mengajar yang maksimal di sekolah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

2.1 KAJIAN TEORITIS

2.1.1 Anak Sekolah Dasar

2.1.1.1 Definisi

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 12
tahun yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk pendidikan lainnya yang sederajat. Pada tingkat sekolah dasar, anak
belajar untuk tidak terlalu bergantung pada keluarga dan sudah memulai
memberanikan diri untuk berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan
sekolah dasar adalah suatu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar, Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dan sederajat, yang diselenggarakan pada usia 7–12 tahun. Salah satu
karakteristik anak usia sekolah dasar adalah memiliki aktivitas fisik yang
tinggi yang diperlukan untuk meningkatkan perkembangan motorik dan kognitif
mereka (Jauhari dkk, 2019).

Pada usia sekolah dasar anak sudah mulai mengalami perkembangan


mental, sosial dan emosional yang cukup pesat dimna sudah mulai untuk menjalin
pertemanan, memiliki rasa tanggung jawab dan munculnya rasa kensenangan pada
suatu permainan. Pada usia ini anak juga lebih aktif untuk bermain sehingga pada
tahap ini sangat diperlukannya perhatian yang besar dari orang tua dalam
memperhatikan tumbuh kembang anak. Anak usia sekolah dasar harus
diperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya agar memenuhi kecukupan zat
gizi pada usianya dengan memilih bahan makanan yang baik. Asupan zat gizi
yang tinggi diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik anak sekolah.
Disamping itu juga agar melindungi anak dari penyakit infeksi dan menular
(Nurulita dan wiratmadji, 2019).

7
8

2.1.1.2 Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar

Pada masa awal usia anak masuk sekolah, anak akan memiliki aktivitas
yang tinggi terutama di sekolah seperti kursus,mengerjakaan pekerjaan rumah
(PR), bermain dengan teman dan sebagainya sebagaimana anak pada umumnya.
Hal tersebut membuat anak akan mudah merasa lelah dan stamina anak akan
mudah turun jika tidak diimbangi dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan
seimbang. Kecukupan zat gizi seseorang dipengaruhi oleh usia , golongan anak
usia 10-12 tahun memiliki kecukupan zat gizi yang relatif lebih besar
dibandingkan anak usia 7-9 tahun, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan yang
relatif cepat, terutama pertambahan berat badan dan tinggi badan (BPOM RI ,
2013: 5).

Adanya perbedaan kecukupan gizi anak laki-laki dengan anak perempuan,


mulai umur 10 tahun karena dipengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antar
jenis kelamin. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2019, dapat diketahui
bahwa kebutuhan gizi untuk anak sekolah dasar adalah sebagai berikut :
9

Gambar 2.1 Angka Kecukupan Gizi Anak usia 6-12 tahun berdasarkan
AKG 2019

2.1.2 Kebiasaan Sarapan Pagi

2.1.2.1 Definisi Sarapan Pagi

Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan semenjak


bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian
dalam rangka merealisasikan hidup yang sehat, aktif dan cerdas.Sarapan
sebaiknya mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah – buahan dan
minuman. Sarapan mempunyai dampak positif bagi remaja terhadap asupan
makanan, makro dan mikronutrien, kognitif dan prestasi belajar. Remaja yang
10

memiliki kebiasaan sarapan mempunyai kesempatan untuk mencapai prestasi


yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak sarapan (Rahman,2020).

Sarapan atau makan pagi adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi
seseorang. Biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi
paginya sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa.
Dengan adanya puasa itu, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang
hanya cukup untuk aktivitas dua sampai tiga jam di pagi hari. Tanpa sarapan
seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal.
Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing dan sakit berkonsentrasi.
Itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakan sumber energi bagi otak
(Lusiana,2020).

Sarapan merupakan sumber energi bagi otak karena dengan sarapan anak
dapat meningkatkan kemampuan belajar mereka. Membiasakan anak sarapan
merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan status gizi pada anak. Sarapan
pagi merupakan waktu akan yang sangat penting bagi anak di usia sekolah maka
dari itu orang tua harus membiasakan anak untuk sarapan pagi. Karena jika anak
sarapan pagi anak banyak manfaat yang akan diperoleh anak dan sarapa pagi
merupakan salah satu usahakan agar anak belajar untuk disiplin (Asih dkk ,2017).

Kebiasaan melewatkan sarapan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor


seperti anak terlabat bangun pagi, jarak dari rumah ke sekolah, tidak selera makan
dan kebiasaan tidak sarapan. Orang tua yang tidak sempat meyiapkan sarapan
karena sibuk akan berangkat bekerja juga merupakan salah satu aspek dari anak
yang tidak sarapan. Menurut Alhilabi dan Payne (2018) banyak penyebab
melewatkan sarapan misalnya perubahan budaya dan ekonomi, serta ibu rumah
tangga yang ikut bekerja telah mebuat dampak negatif pada asupan sarapan anak-
anak. Sarapan yang sehat sebaiknya makanan yang beraneka ragam yaitu terdapat
makanan pokok, lauk, sayur dan buah. Sarapan seseorang juga dapat dikatakan
beragam jika dalam makanan mengandung makanan pokok, lauk hewani, sayur
dan buah lebih dari 5 hari dalam seminggu.
11

2.1.2.2 Manfaat Sarapan Pagi

Kebiasaan sarapan penting untuk kesehatan anak sekolah karena sarapan


berkonstribusi besar menutrisi tubuh, terlebih otak, sesudah tidur malam selama 8
sampai 10 jam. Sarapan akan dapat mengisi kembali keperluan nutrisi yang habis
waktu tidur semalaman. Sarapan akan menyumbangkan sekitar 25% dari total
asupan gizi sehari. Jika kecukupan energi dan protein dalam sehari adalah 2000
Kkal dan 50 g, maka sarapan menyumbangkan 500 Kkal energi dan 12,5 gprotein.
Anak yang tidak sarapan, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang
memerlukan konsentrasi, sering mempunyai nilai hasil ujian yang rendah, dan
mempunyai daya ingat yang terbatas (Panjaitan dkk,2020).

Anak sekolah sangatlah penting untuk dibiasakan sarapan karena waktu


sekolah anak dipenuhi dengan berbagai macam aktivitas yang membutuhkan
energi dan kalori yang ukup besar. Untuk sarapan pagi haruslah memenuhi
sebanyak ¼ kalori dalam sehari. menjelaskan bahwa sarapan adalah kegiatan
makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk
memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
untuk mewujudkan hidup sehat,aktif dan produtif) (Kemenkes,2014).

Sarapan tidak boleh dianggap remeh, karena kebiasaan sarapan akan


berdampak pada anak nantinya. Apabila anak tidak sarapan pagi maka energi
yang dibutuhkan untuk berpikir tidak mendukung,dampaknya anak tidak
konsentrasi untuk belajar karena perut kosong sehingga berpengaruh terhadap
hasil belajarnya. Manfaat dari makan pagi diantaranya memberikan energi untuk
otak agar meningkatkan daya ingat dan konsentarsi anak sebelum makan siang.
Sarapan juga dapat meningkatkan stamina kerja dan konsentrasi belajar
(Sukiniarti, 2016). Selain itu Anak-anak yang melewatkan sarapan cenderung
makan lebih banyak makanan padat energi seperti makanan cepat saji karena rasa
lapar berlebih dan mengaibatkan makan yang berlebihan juga sehingga dapat
mempengaruhi status gizi anak (Monzani dkk,2019).
12

Anak yang tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi makanan jajanan.


Jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu
banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
mengganggu kesehatan anak. Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari
karbohidrat sehingga lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan sebagai
pengganti makanan utama. Makanan jajanan yang dibeli atau dikonsumsi banyak
mengandung energi dan lemak seperti makanan gorengan dan lain-lain yang
berpeluang menjadi gemuk atau status gizi lebih, sedangkan kalau makanan
jajanan yang dibeli seperti makanan ringan, es, permen maka anak ini merupakan
anak yang berisiko rendah gizi terutama kalori sehingga kalau ini dikonsumsi tiap
hari maka anak akan menjadi gizi kurang (Ethasari & Nuryanto,2014)

Maka dapat disimpulkan manfaat sarapan pagi yaitu meningkatkan


konsentrasi selama melakukan aktivitas, dapat mengontrol berat badan, dapat
mempererat rasa kebersamaan anggota keluarga, meningkatkan daya tahan tubuh,
membuat badan lebih segar, meningkatkan daya ingat, dan meningkatkan daya
belajar yang lebih baik. Maka sarapan pagi merupakan salah satu solusi yang baik
bagi anak karena memiliki manfaat yang sangat membantu anak dalam melakukan
aktivitas belajar disekolah dan aktivitas keseharian (Endartiwi, 2019). Selain itu
studi menunjukkan bahwa melewatkan sarapan secara signifikan berhubungan
dengan kelebihan berat badan/obesitas pada anak sekolah. Untuk memerangi
obesitas, konsumsi sarapan setiap hari harus didorong khusunya pada kelompok
anak sekolah yang sering melewatkn sarapan (Koca dkk,2017).

2.1.3 Kebiasaan Jajan


Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) jajanan adalah makanan
ataupun minuman yang di jual oleh pedagang kaki lima di pinggir jalanan ataupun
tempat umum dimana makanan ataupun minuman yang dijual merupakan
makanan siap konsumsi tanpa perlu diolah dan di persiapkan terlebih dahulu.
Makanan jajanan yang biasa di jual dibagi menjadi berbagai jenis yaitu junk food,
fast food dan street food (Utami dan Walandani, 2017).
13

Kebiasaan jajan adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan maupun


perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan contohnya seperti
frekuensi makan, jenis makanan atau minuman, kepercayaan terhadap makanan
maupun minuman yang dikonsumsi (pantangan), preferensi terhadap makanan
dan minuman dan cara memilih makanan atau minuman yang akan di konsumsi.
Konsumsi dan kebiasaan jajan anak sekolah akan sangat berkontribusi atau
berpengaruh terhadap kecukupan energi dan zat gizi tubuh yang akan berdampak
pada status gizi anak tersebut (Zogara,2017).

Setiap hari anak-anak sekolah akan menghabiskan setengah harinya berada


disekolah, hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi pola makan dan
konsumsi makanan pada anak. Anak sekolah sering melupakan waktu makan
mereka dan cenderung mengkonsumsi jajan. Jajanan memberikan kontribusi yang
besar dari total konsumsi sehari pada anak (Briawan, 2016). Aspek negative
mengkonsumsi jajanan yaitu apabila dikonsumsi berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya kelebihan asupan energi. Sebuah studi di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa anak mengonsumsi lebih dari sepertiga kebutuhan
kalori sehari yang berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan soft drink
sehingga berkontribusi meningkatkan asupan yang melebihi kebutuhan dan
menyebabkan obesitas (Agrainy dkk,2019).

Konsumsi jajan anak di sekolah memiliki kontribusi energi sebasar 22,9%


dan protein sebesar 15,9%. Dari hasil pengamatan kantin sekolah umunya menjual
makanan yang mengandung energi, lemak dan karbohidrat yang tinggi tetapi
rendah serat ,vitamin dan mineral. Maka hal tersebut akan mempengaruhi status
gizi anak apabila anak sering mengkonsumsi makanan yang dijual dikantin bisa
saja anak tersebut akan mengalami status gizi yang tidak sehat seperti mengalami
obesitas. Pembiasaan perilaku makan makanan sehat pada masa anak-anak dapat
membantu mencegah terjadinya masalah kesehatan saat dewasa, dan dapat
menurunkan resiko terjadinya obesitas dan penyakit kronis lainnya (Hardinsyah
dan Supariasa, 2016: 430).
14

Selain obesitas kebiasaan jajan merupakan salah satu faktor determinan


dari kejadian wasting pada anak. wasting yaitu berat badan yang sangat rendah
menurut tinggi badan dan sangat berkaitan dengan mortalitas pada anak.
Gizi kurang merupakan masalah besar yang membutuhkan perhatian khusus
terutama di negara berkembang. Anak sekolah cenderung membeli makanan
jajanan dengan kandungan gizi yang kurang beragam. Hal ini menyebabkan
asupan zat gizi makro maupun mikro pada anak kurang. Selain itu anak yang
mengkonsumsi jajanan tanpa memperhatikan kandungan gizi, kebersihan dan
keamanannya berpotensi memiliki status gizi yang buruk (Rakhman dan
Taufiqurrahman, 2018).

2.1.3.1 Jenis-Jenis Jajanan

Menurut (BPOM RI, 2014:13-14)Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di


bagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kebiasaan jajan anak sekolah,yaitu :

a. Makanan utama/sepinggan
Makanan yang di sebut makanan sepinggan yaitu kelompok makanan
utama yang biasanya di persiapkan terlebih dahulu dari rumah atau kantin,
contoh makanan sepinggan ini yaitu gado-gado,nasi uduk,mie ayam,
lontong sayur dan yang lainnya.
b. Camilan/kudapan
Camilan/kudapan merupakan makanan yang dikonsumsi di antara dua
waktu makan, yaitu makanan yang di konsumsi setelah makan dan
menjelang waktu makan selanjutnya, kelompok makanan camilan/kudapan
di bagi menjadi dua yaitu camilan kering dan camilan basah dimana terdiri
dari :
1. Contoh makanan camilan basah yaitu pisang goreng, lumpia,
lemper, risoles, dan lainnya.
2. Contoh makanan camilan kering yaitu keripik, biskuit, kue kering
dan lainnya.
c. Minuman
15

1. Air minum, baik air minum dalam kemasan maupun yang


disipakan sendiri.
2. Minuman dalam kemasan contohnya teh, minuman sari
buah, minuman berkarbonasi, dan lainnnya) dan minuman yang
tidak dikemas seperti es sirup dan teh).
3. Minuman campur, contohnya seperti es buah, es cendol es
doger dan lainnya.
d. Buah
Buah merupakan salah satu makanan suber vitamin, mineral dan serat
yang cukup tinggi dan sangat baik untuk anak sekolah. Buah merupakan
salah satu contoh jajanan atau makanan yang dijual di sekolah biasanya
buah di jual dalam bentuk utuh seperti pisang, jambu,jeruk dan lainnya,
selain itu juga di jual dalam bentuk potongan seperti rujak.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak mengonsumsi jajanan

Terdapat kecenderungan bahwa anak sekolah sangat menyukai jajanan di


sekolah sehingga kemungkinan konstribusi jajanan terhadap total asupan gizi
adalah 20-30% dalam sehari. Anak menyukai jajanan di luar rumah dengan
berbagai alasan diantaranya adalah jajan diluar lebih menarik,terbiasa mengemil,
tau memiliki uang jajan yang cukup. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
anak mengkonsumsi janajan tidak sehat adalah sebagai berikut (Hardinsyah dan
Supariasa, 2016: 204).:

1. Orangtua cenderung kurang mengawasi perilaku anak yang sangat senang


mengkonsumsi jajanan.
2. Para penjual makanan hanya mementingkan keuntungan dibandingkan
manfaat dan efek buruk yang dapat diakibatkan oleh jajanan yang
diproduksinya apabila mencampurkan zat-zat berbahaya dalam proses
pengolahannya. Bagi penjual adalah jajanan yang mereka jual dapat laku
dan dibeli konsumen.
16

3. Anak-anak dalam hal ini merupakan konsumen utama belum mengetahui


bahaya mengkonsumsi jajanan tersebut dan hanya membeli karena daya
tarik dari warna dan dikemas secara menarik.
4. Pihak sekolah terkadang membiarkan anak muridnya untuk jajan diluar
area sekolah, yang seharusnya dilarang demi menjaga kesehatan murid-
muridnya.

2.1.4 Status Gizi


2.1.4.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan pemenuhan nutrisi yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi (Kemenkes,
2014). Setiap individu mempunyai kebutuhan nutrisi harian yang harus dipenuhi,
kebutuhan nutrisi ini di dasarkan dari jumlah kalori yang dibutuhkan, maupun
kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Kebutuhan kalori harian bersifat individual,
karena didasarkan pada kebutuhan energi untuk metabolisme basal harian,
kebutuhan kalori untuk mengakomodasi kebutuhan aktivitas, dan disesuaikan
dengan usia individu tersebut (Budhayanti,2018).
Status gizi seseorang dipengaruhi dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika
antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuh seseorang tersebut seimbang, maka
akan menghasilkan status gizi yang baik sebaliknya jika asupan dan kebutuhan
tidak seimbang akan menghasilkan status gizi yang buruk. Kebutuhan asupan gizi
setiap individu berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin,
aktivitas, berat badan ,dan tinggi badan. Kebutuhan protein antara anak balita
tidak sama dengan kebutuhan remaja, kebutuhan energi mahasiswa yang menjadi
atlet akan jauh lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet (Harjatmo
dkk,2017:5).
Menurut Supariasa (2016) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam benuk variabel tertentu,atau perwujudan dari zat gizi dalam
bentuk variabel tertentu. Status gizi dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu
status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih. Status gizi merupakan keadaan
tubuh yang dihasilkan dari keseimbangan antara kebutuhan asupan dan asupan zat
17

gizi yang dikonsumsi.status gizi merupakan hal yang sangat berpengaruh penting
dalam menilai kesehatan seseorang. seseorang yang memiliki status gizi yang baik
tidak akan mudah jatuh sakit. Status gizi dipengatuhi oleh bebrapa faktor
diantaranya asupan zat gizi, pengetahuan gizi, soaial ekonomi, ketahanan pangan,
sarana kesehtan dan lainnya (Ardiaria dkk, 2020).

2.1.4.2 Penilaian Status Gizi


1. Antropometri
Antropometri dalam ilmu gizi dikaitkan dengan proses pertumbuhan tubuh
manusia. Ukuran tubuh manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya
umur, pertumbuhan yang baik akan menghasilkan berat dan tinggi badan yang
optimal. Pertambahan ukuran tubuh dapat menjadi acuan dalam penentuan status
gizi. Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa contoh
jenis ukuran antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi di antaranya
Antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter sebagai salah
satu indikator status gizi diantaranya umur, tinggi badan dan berat badan
(Kemenkes,2017:68).
a) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan kesalahan interpretasi status gizi. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak akurat jika tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa,2016: 43).

b) Berat Badan
Berat badan mengambarkan jumlah protein,lemak, air dan mineral pada
tulang. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan di lapangan sebaiknya memnuhi syarat agar hasil yang di dapatkan
akurat (Supariasa,2016: 44).
18

c) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan paramater yang penting bagi keadaan yang telahlalau
dan keadaan sekarang,jika umur tidak diketahui dengan tepat. Selain itu,tinggi
badan merupakan ukuran kedua yang terpenting karena dengan menghubungkan
berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat diabaikan (Supariasa,2016:
49).
2. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan (food consumption survey) ditujukan untuk
mengetahui kebiasaan makanan, gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan
zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan,serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun metode pengukuran konsumsi makanan yaitu metode
recall 24 jam dan FFQ (Food Frecuancy Quisioner) :
a) Metode recall 24 jam
Menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016) Metode recall merupakan salah
satu metode survei makanan yang paling banyak digunakan, metode ini lebih
cenderung termasuk kategori kualitatif. Metode recall 24 jam ini lebih
mengedepankan kekuatan day ingat individu yang di wawancarai dalam
mengkonsumsi makanan selama 24 jam yang lalu. Pengertian 24 jam yang lalu,
dapat dilihat dari 2 dimensi,yaitu:
1. Individu diminta untuk menceritakan segala sesuatu yang
dikonsumsinya sejak bangun pagi hari kemarin sampai kembali
tidur lagi.
2. Individu diminta menceritakan segala sesuatu yang dikonsumsinya
sejak bertemu dengan peneliti (misal pukul 10.00 WIB), kemudian
mundur ke pukul (pukul 10.00 kemarin).
Kedua titik waktu ini boleh saja digunakan salah satunya, tergantung metode
mana yang paling nyaman digunakan bagi pewawancara dan individu yang di
wawancarai. Prinsip kerja utama dari food recall 24 jam adalah narasumber
diminta untuk menceritakan segala sesuatu yang dikonsumsinya dalam 24 jam
yang lalau atau sehari sebelumnya.
b) Metode frekuensi makanan
19

Menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016) metode frekuensi makanan


merupakan metode untuk mengukur kebiasaan makan individu atau keluarga
sehari-hari sehingga diperoleh gambaran pola konusmsi bahan/makanan secara
kaulitatif. Metode ini sangat sangat mengandalkan daya ingat, baik yang
ditanya/narasumber maupun menanya/ pewawancara. Berdasarkan data yang di
dapatkan, kemudian dilakukan analisis rata-rata tingkat keseringan konsumsi
bahan/makanan dalam satuan hari, minggu atau bulan dan tahun.
Ketika akan mencari rata-rata konsumsi makanan/bahan makanan dalam
sehari, maka harus dicari data berapa kali jumlah konsumsi makanan tertentu
dalam satu hari. Data dalam minggu kemudian dibagi 7 hari, bulan dibagai 30
harim serta tahun dibagi 360 hari. kuisioner frekuensi makanan memuat tentang
daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada priode
tertentu.
3. Klasifikasi Status Gizi
Standar Antropometri anak di Indonesia mengacu pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak
usia 5 samapi dengan 18 tahun. Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari
perbandingan IMT dan umur. IMT/U merupakan indikator yang paling baik
untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan gizi masa
lalu dan masa kini karna berat badan memiliki hubungan linier dengan
tinggi badan.

Tabel 2.1 klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri usia 5-18
tahun
Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-Skor
Sangat kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan 2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : PMK Standart Antropmentri 2020
20

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan, kebiasaan


jajan pada anak sekolah dasar

Menurut Gemili dkk (2015) Kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan anak


dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi,
faktor pengetahuan gizi, dan faktor budaya dalam keluarga. Faktor sosial ekonomi
meliputi pendapatan orang tua,pekerjaan orang tua dan pendidikan. Jika faktor
sosial ekonomi dalam keluarga baik maka daya beli akan makanan yang bergizi
juga akan tercukupi dan akan mempengaruhi kebiasaan sarapan anak yang akan
terpenuhi jika kebiasaan sarapan anak terpenuhi maka kebiasaan jajan anak akan
menurun.

Faktor pengetahuan gizi, orang tua yang memiliki pengetahuan gizi yang
baik cenderung akan mengajarkan anak untuk memulai hidup sehat seperti
membiasakan sarapan, mengatur pola makan,memberi pengetahuan tentang jajan
yang baik pada anak.Faktor lingkungan,anak sekolah dasar masih memiliki
kebiasaan meniru kebiasaan orang disekelilingnya seperti orang tua,teman sebaya
maupun guru maka jika anak kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan anak akan
baik atau buruk juga akan dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya lingkungan
sekolah anak banyak sekali dijumpai pedagang jajanan dan rata-rata teman sebaya
memiliki kebiasaan jajan yang tinggi maka anak tersebut akan cenderung
mengikutin teman sebayanya tersebut.Faktor budaya dalam keluarga , jika anak
tinggal di keluarga yang memiliki budaya hidup sehat yang kurang seperti jarang
sarapan dan kebiasaan jajan tinggi maka anak juga akan mengikutin budaya
tersebut.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai hubungan kebiasaan sarapan,


kebiasaan jajan dan aktivitas fisik dengan status gizi pada murid sekolah dasar.
Menurut Nuryani dan Rahmawati (2018) pemenuhan gizi pada anak sekolah
sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang
berusi 6-12 perlu asupan gizi yang tinggi karena masih masa pertumbuhan.
21

Sarapan merupakan salah satu waktu makan yang dapat menyumbangkan asupan
zat gizi pada tubuh dan dapat mempengaruhi status gizi begitu pula dengan
asupan jajan dan aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi status gizi.

Tabel 2.2 Beberapa penelitian terkait dengan hubungan kebiasaan sarapan,


kebiasaan jajan, dan aktivitas fisik dengan status gizi pada murid sekolah dasar
dari tahun 2018-2021.

No Nama Tahun Judul Rancangan Hasil


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian

1 Novita 2020 Hubungan Cross Terdapat


Lusiana kebiasaan Sectional Hubungan
sarapan pagi Status
dengan status Gizi Dengan
gizi pada anak Kebiasaan
sekolah dasar Sarapan Pagi
negeri 171 Pada Anak Di
Pekanbaru SD Negeri 171
Pekanbaru

2 Anggraini , 2019 Hubungan Cross ada hubungan


dkk mengkonsumsi sectional yang bermakna
jajanan dengan mengonsumsi
status gizi pada jajan dengan
anak sekolah status gizi.
dasar di SDN 42
Pekanbaru

3 Nuryani, 2018 Kebiasaan jajan Cross Terdapat


Rahmawati berhubungan sectional hubungan antara
dengan status status gizi
gizi siswa anak dengan
sekolahdi kebiasaan jajan,
Kabupaten sementara
Gorontalo kebiasaan
sarapan dan
frekuensi
konsumsi
makanan tidak
adanya
hubungan yang
signifikan
dengan status
22

gizi.

4 Rakhman, 2018 Hubungan Case control Ada hubungan


Taufiqurrah Kebiasaan antara
man Melewatkan kebiasaan
Sarapan dan sarapan dan
Pemilihan pemilihan
Jajanan dengan makanan
Kejadian jajanan dengan
Wasting di Desa kejadian wasting
Sembung, . Kebiasaan
Kecamatan melewatkan
Wringinanom, sarapan dan
Kabupaten pemilihan
Gresik makanan jajanan
berhubungan
dengan kejadian
wasting pada
anak pedesaan.
5 Tee, dkk 2018 Breakfast Cross Konsumsi
consumption sectional sarapan secara
among teratur dikaitkan
Malaysian dengan status
primary and berat badan
secondary yang lebih sehat
school children dan merupakan
and relationship perilaku diet
with body yang harus
weight status – didorong
Findings from
the My
Breakfast Study

2.3 Kerangka Berfikir


Gambar 2.2 kerangka berfikir pada penelitian ini disajikan pada

Karakteristik keluarga : Karakteristik subjek

-Pendidikan orang tua

-Pekerjaan orang tua -Usia


-Pendapatan orang tua -Jenis kelamin
-Berat badan
-Tinggi badan

Kebiasaan sarapan Kebiasaan jajan


-Frekuensi sarapan -Frekuensi jajan
-Jenis sarapan -Jenis jajanan
-Waktu sarapan -Alasan untuk jajan
–Ketersediaan -Alasan memilih
sarapan jajanan
23

Status Gizi
Infeksi penyakit
Pengukuran IMT/U

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Berhubungan langsung

= Tidak berhubungan langsung

Berdasarkan tujuan utama penelitian ini,yaitu untuk mengetahui hubungan


kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi murid sekolah dasar serta mengetahui
hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi murid sekolah dasar, maka penelitian
ini memiliki 3 variabel yaitu dua variabel independen dan satu variabel dependen.
Variabel independen pada penelitian ini yaitu kebiasaan sarapan dan kebiasaan
jajan dan satu variabel dependennya yaitu status gizi.

2.4 Hipotesis Penelitian


1. Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi pada anak
sekolah dasar.
2. Terdapat hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi pada anak
sekolah dasar.
24
25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 026602 Jl.Sungai Rokan,Tanah


Seribu, Kecamatan Binjai Selatan,Kota Binjai,Provinsi Sumatera Utara 20734.

1.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,


benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam
suatu penelitian (Hardani dkk,2020:361). Populasi dalam penelitian adalah anak
kelas 5 sekolah dasar yang berada di Binjai Selatan, Kota Binjai.
Sampel adalah sebagain anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan teknik pengambilan sampling (Hardani dkk,2020:362) Sampel
dalam penelitian ini adalah semua anak kelas 5 sekolah dasar yang bersekolah di
SD Negeri 026602,Kota Binjai. Alasan peneliti mengambil murid kelas 5 sebagai
sample dalam penelitian ini yaitu dikarenakan dianggap sudah lebih mandiri
dalam berfikir dan bertingkah laku dibandingkan kelas di bawahnya, selain itu
juga murid kelas 5 lebih mengerti menggenai penelitian yang akan di lakukan dan
tidak di sibukkan dengan persiapan ujian kelulusan.
Teknik pengambilan sample dilakukan dengan cara total sampling dimana
semua jumlah populasi dijadikan sebagai sampel yaitu seluruh siswa (i) kelas 5
SD Negeri 026602 Kota Binjai yang berjumlah 50 orang. Alasan mengambil total
sampling karena menurut (Hardani dkk,2020:369) teknik total sampling baik
digunakan apabila jumlah populasinya relatif kecil, Jumlah sampel dalam
penelitian ini 50 orang.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu mempelajari korelasi
antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatan,observasi atau pengumpulan
data sehingga subjek penelitian hanya di observasi sekali saja. variabel terikat
26

pada penelitian ini yaitu status gizi sedangkan variabel bebas pada penelitian ini
yaitu kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan. Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif yang memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan
kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi pada murid di SD
Negeri 026602 Kota Binjai.
3.4 Definisi Oprasional
Tabel 3.1 Definisi oprasional

N Variabel Definisi oprasional Cara Skala Referensi


o mengukur
1 Sarapan pagi Sarapan adalah kegiatan Angket Rasio Puspitasari
makan dan minum yang Kusioner dan Nissa,
dilakukan semenjak pertanyaan 2018
bangun pagi sampai jam kebiasaan
9 pagi untuk memenuhi sarapan
15-30% kebutuhan gizi pagi
harian dalam rangka responden
merealisasikan hidup dan recall
yang sehat, aktif dan 3x24 jam.
cerdas.Sarapan
sebaiknya mengandung
makanan pokok, lauk
pauk, sayuran, buah –
buahan dan minuman.
2 Kebiasaan Kebiasaan membeli Angket Rasio Rizal dan
Jajan makanan atau minuman Kusioner Jalpi, 2018
yang biasanya dijual pertanyaan
dipingir jalan. Makanan kebiasaan
jajanan adalah makanan jajan
yang dibeli dalam bentuk responden
siap dikonsumsi. dan FFQ
Makanan jajanan banyak (food
disukai anak-anak karna frequency
harganya relatif kuisioner)
27

murah,mudah
diperoleh ,tampilannya
menarik dan bervariasi.
3 Status gizi Status gizi (nutritional Timbangan Ordinal Harjatmo
satus) adalah keadaan dan dkk,2017
yang diakibatkan oleh microtois
keseimbangan antara kapasitas
asupan zat gizi dari 200 cm
makanan dan kebutuhan
zat gizi oleh tubuh, hal
ini tergantung pada
usia orang tersebut,
jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat
badan, dan lainnya.
4 Anak Anak yang berusia Usia dan Rasio Jafri, Yuni
sekolah 6-12 tahun, memiliki data & sari, 2018
dasar fisik yang lebih kuat sekunder
mempunyai sifat
individual serta aktif dan
tidak bergantung dengan
orang tua

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik pengumpulan data


Data yang dikumpulkan dari data sekunder dan data primer. Data primer yang
dikumpulkan meliputi karakteristik keluarga, karakteristik subjek, kebiasaan
sarapan subjek, kebiasaan jajan subjek, dan status gizi subjek. Data sekunder
meliputi gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi lingkungan
sekolah, daftar nama siswa, jumlah siswa diperoleh dengan cara melakukan
observasi dan wawancara.
28

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Hubungan Kebiasaan sarapan dan


Kebiasaan Jajan dengan Status gizi pada murid di SD Negeri 026602 Kota Binjai.

Variabel Indikator No. Item Instrumen


Penelitian Penelitian Hubungan
Kebiasaan sarapan dan
Kebiasaan Jajan dengan
Status gizi
Kebiasaan 1. Fr 1,2
Sarapan Pagi ekuensi sarapan 9,10,11
2. Je 5,7,8
nis sarapan 3,4,6
3. W
aktu sarapan
4. Ke
tersediaan sarapan

Kebiasaan Jajan 1. Frekuensi jajan 1,2,4,5


2. Jenis jajan 8,9,10
3. Alasan jajan 3,6,7
4. Alasan memilih 3
jajanan

1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dan keluarga responden dikumpulkan menggunakan
angket kuisioner melalui wawancara langsung dengan responden, kuisioner berisi
karakteristik responden yaitu nama, kelas, usia, tanggal lahir, jenis kelamin, berat
badan, dan tinggi badan. Karakteritik keluarga responden diukur menggunakan
angket kusioner yang berisi karakteristik orang tua yaitu pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.
2. Status Gizi
Pengkuran status gizi akan dilakukan dengan menggunakan antropometri
yaitu dengan perhitungan data berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui
29

pengukuran secara langsung. Berat badan diukur dengan timbangan sedangkan


tinggi badan diukur dengan menggunakan Microtoise kapasitas 200 cm
dengan tingkat ketelitian 0.1 cm. Setelah hasil pengukuran diketahui, maka
IMT/U dapat dihitung dengan WHO Anthroplus. Hasil Z-Score akan menentukan
pada kategori status gizi pada responden berbeda. Dimana di kategorikan menjadi
Sangat kurus : Zscore < -3,0 ,Kurus : Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0, Normal :
Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 1,0, Gemuk : Zscore > 1,0 s/d Zscore ≤ 2,0,
Obesitas : Zscore > 2,0 (Riskesdas,2018).
3. Kebiasaan Sarapan
Kebiasaan sarapan juga akan di ukur menggunakan kuisioner Food Recall
1x24 jam untuk melihat kecukupan zat gizi sarapan pada anak. Metode food
recall bertujuan untuk mengetahui rata-rata asupan dan tingkat konsumsi
energi zat-zat gizi tertentu seperti lemak, protein dan karbohidrat. Untuk
mendapatkan data kuantitaif, jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan
dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (URT) seperti sendok, gelas,
piring dan lain-lain, atau ukuran lain yang digunakan sehari-hari. Menurut
beberapa penelitian agar hasil food recall menghasilkan gambaran asupan
gizi lebih optimal dan memberikan variasi asupan yang dikonsumsi individu
maka food recall dilakukan minimal 3 kali tanpa berturut-turut (Supariasa et
al, 2016:113-114).
Dalam penelitian ini Sarapan yang baik dikategorikan jika
menyumbangkan sekitar 25% energi dari total asupan gizi sehari (Panjaitan,2020).
Metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai
sejak ia bangun pagi sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat
juga dimulai dari waktu saat dilakuan wawancara mundur ke belakang
sampai 24 jam penuh (Supariasa et al.,2016). Dimana Food recall yang akan
digunakan dalam penelitian ini selama 2 hari, yang meliputi 1 hari sekolah dan 1
hari libur.
Selain itu penentuan kebiasaan sarapan pagi juga akan dilakukan dengan
melakukan wawancara dengan masing-masing responden menggunakan kuisioner
30

sebagai instrumen penelitiannya. Kuisioner kebiasaan sarapan ini berisi beberapa


pertanyaan yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan pagi responden
(frekuensi sarapan dalam seminggu, ketersediaan sarapan, waktu sarapan, serta
pemilihan makanan, alasan tidak sarapan). Kebiasaan sarapan pagi dikatgorikan
berdasarkan frekuensi sarapan yaitu selalu (6-7 kali/minggu), kadang-kadang (3-5
kali/minggu), dan jarang (1-2 kali/minggu) (Rakhman dan Taufiqurrahman,2018).
Kategori Kebiasaan sarapan pagi akan di ukur menurut skor yang di dapatkan dari
hasil kueioner yang telah di jawab oleh responden. Peneliti menggunakan skala
likert untuk meberikan penilaian terhadap kuisioner karena kuesioner yang
peneliti gunakan memiliki lebih dari dua pilihan jawaban. Penilaian kuesioner
tersebut yaitu
- pilihan jawaban (a) diberikan skor 4
- pilihan jawaban (b) diberikan skor 3
- pilihan jawaban (c) diberikan skor 2
- pilihan jawaban (d) diberikan skor 1
Skor kuesioner didapat dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan,
lalu hasilnya akan dibagi dengan jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%. Jawaban
reponden akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
- kategori baik jika responden memiliki skor 75%.
- Kategori cukup jika responden memiliki skor <75% - 50%.
- Kategori kurang apabila responden memiliki skor <50%
4. Kebiasaan Jajan
Data kebiasaan jajan subjek meliputi jenis jajanan dan frekuensi jajan
selama 1 minggu diukur dengan menggunakan Kuesioner Food Frequency
Questionare (FFQ). Metode Food Frequency (FFQ) makanan merupakan metode
untuk mengukur kebiasaan makan individu satau keluarga sehari-hari sehingga
diperoleh gambaran pola konsumsi makanan secara kualitatif (Hardiansyah dan
Supariasa,2016:147). Langkah-langkah pengambilan data menggunakan metode
FFQ yaitu :
a) Peneliti menyiapkan daftar makanan/bahan makanan yang akan diukur.
31

b) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang


tersedia pada kuisioner menggenai frekuensi penggunaan makanan yang
sering dikonsumsinya di kolom yang telah disediakan.
c) Lakukan perhitungan pada data yang telah di dapatkan.

Selain itu penentuan kebiasaan jajan juga akan dilakukan dengan


melakukan wawancara dengan masing-masing responden menggunakan kuisioner
sebagai instrumen penelitiannya. Kuisioner kebiasaan jajan ini berisi beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan pagi responden
(frekuensi jajan dalam seminggu, alasan jajan, pengaruh teman sebaya, dan
pemilihan jajanan). Kebiasaan sarapan jajan akan di ukur menurut skor yang di
dapatkan dari hasil kueioner yang telah di jawab oleh responden. Frekuensi
konsumsi jajanan kategori sering apabila ≥3x seminggu dan kategori jarang

apabila 1-2x seminggu (Nurlita dan Nur ,2017) . Peneliti menggunakan skala
likert untuk meberikan penilaian terhadap kuisioner karena kuesioner yang
peneliti gunakan memiliki lebih dari dua pilihan jawaban. Penilaian kuesioner
tersebut yaitu :
- pilihan jawaban selalu diberikan skor 1
- pilihan jawaban sering diberikan skor 2
- pilihan jawaban kadang-kadang diberikan skor 3
- pilihan jawaban tidak pernah diberikan skor 4
Skor kuesioner didapat dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan,
lalu hasilnya akan dibagi dengan jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%. Jawaban
reponden akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
- kategori baik jika responden memiliki skor 75%.
- Kategori cukup jika responden memiliki skor <75% - 50%.
- Kategori kurang apabila responden memiliki skor <50%.
3.6 Teknik analisis data

Data di periksa kelengkapannya untuk mengecek atau memperbaiki isi


formulir atau kuesioner , meliputi data identitas subjek,data pengukuran (Tinggi
32

badan dan Berat badan) dan data kusioner konsumsi sarapan dan kebiasaan jajan
subjek. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemberian kode data
(coding),pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data.

Data diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi
20 for Windows. Data diolah secara deskriptif dan statistik ,analisis statistik yang
digunakan adalah analisis univariat dan analisis Bivariat. Analisis hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Chi Square. Analisis
univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian dan
mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel bebas yaitu
kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan variabel terikat yaitu status gizi
pada anak sekolah dasar.

3.7 Hipotesis Statistik

Ho : P= 0
Ha : p ≠ 0
a. Ho = hipotesis nol yang menunjukkan adanya hubungan ( nol= tidak ada
hubungan ) kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak
sekolah dasar.
b. Ha = hipotesis alternatif, yang menunjukkan adanya hubungan ( tidak
sama dengan nol, mungkin lebih besar dari nol atau lebih kecil dari nol)
kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak sekolah
dasar.
33
34

DAFTAR PUSTAKA

Alhilabi, H. S., & Payne, A. (2018). The Impact of Skipping Breakfast on the
Body Weight of Children and Young People in Saudi Arabia; A
Systematic Review. Arab Journal of Nutrition and Exercise (AJNE), 67-
104.

Lani, A., Margawati, A., & Fitranti, D. Y. (2017). Hubungan Frekuensi Sarapan
Dan Konsumsi Jajan Dengan Z-Score IMT/U Pada Siswa Sekolah Dasar.
Journal of Nutrition College, 6(4), 277-284.

Amalia, S. M. K., & Adriani, M. (2019). Hubungan antara Kebiasaan sarapan


dengan Status Gizi pada siswa SMP Negeri 5 Banyuwangi. Amerta
Nutrition, 3(4), 212-217

Angrainy, R., Yanti, P. D., & Yuhelmi, D. (2019). Hubungan Mengonsumsi Jajan
dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Sdn 42 Pekanbaru. Al-
Insyirah Midwifery: Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery
Sciences), 8(1), 45-49.

Ardiaria, M., Subagio, H. W., & Puruhita, N. (2020). Sosialisasi dan prinsip pesan
gizi seimbang sebagai pengganti program empat sehat lima sempurna.
JNH (Journal of Nutrition and Health), 8(1), 51-56.

Asih, S. H. M., Nuraeni, A., Ratnasari, R., & Istiqomah, D. A. (2017). Pengaruh
Sarapan Pagi Terhadap Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDN
Gisikdrono 01 Semarang. URECOL, 215-222.

Badan POM RI. (2014).Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah Untuk


Pencapaian Gizi Seimbang. Jakarta : Direktorat Standardisasi Produk
Pangan.

Briawan, D. (2016). Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Jajanan Anak


Sekolah Dasar Peserta Program Edukasi Pangan Jajanan. Jurnal Gizi dan
Pangan, 11(3), 201-210.
35

Budhyanti, W. (2018). Status Gizi dan Status Tanda Vital Mahasiswa Akfis UKI.
Jurnal Pro-Life: Jurnal Pendidikan Biologi, Biologi, dan Ilmu Serumpun,
5(2), 543-556.

Dainy, N. C., Rizqiya, F., Kusumaningati, W., & Yunieswati, W. (202).Perbedaan


Status Gizi dan Pola Jajan Anak Sekolah Dasar di Jakarta Berdasarkan
Rutinitas Sarapan.ARKESMAS 5(1).

Endartiwi, S. S. (2019). Pelatihan Pengaturan Sarapan Pagi pada Anak Sekolah di


SDN Salakan I Potorono Banguntapan Bantul. Humanis, 1(1).

Ethasari, R. K., & Nuryanto, N. (2014). Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan


dengan Kesegaran Jasmani dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di
SD Negeri Padangsari 02 Banyumanik. Journal of Nutrition
College.3(3), 346-352

Gemily, S. C., Aruben, R., & Suyatno, S. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kebiasaan dan kualitas sarapan siswa kelas V di SDN Sendang
mulyo 04 kecamatan tembalang, Semarang tahun 2015. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(3), 246-256.

Hardani.,Andriani.H.,Jumari.U.,Utami.F.E.,Istiqomah.R.R.,Fardani.A.R.,Sukman
a.J.D.,Aulia.H.N.(2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yokyakarta: CV.Pustaka Ilmu Group

Hardinsyah dan supariasa IDN. (2016).lmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta:EGC.

Jauhari, M. T., Santoso, S., & Anantanyu, S. (2019). Asupan protein dan kalsium
serta aktivitas fisik pada anak usia sekolah dasar. Ilmu Gizi Indonesia,
2(2), 79-88.

Jafri, Y., Yuni, S. R., & Sari, Y. P. (2018, August). Bermain Game Online
Dengan Motivasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar. In Prosding
Seminar Keshatan 1(1).
36

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Pusat


Kesehatan Dasar.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (LPB)

Koca, T., Akcam, M., Serdaroglu, F., & Dereci, S. (2017). Breakfast habits, dairy
product consumption, physical activity, and their associations with body
mass index in children aged 6–18. European journal of pediatrics,
176(9), 1251-1257.

Lusiana, N. (2020). Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Status Gizi Pada
Anak Sekolah Dasar Negri 171 Pekanbaru. Ensiklopedia of Journal, 2(3),
92-96.

Mardiyati, N. N. N. L. (2017). Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat


Saji (Fast Food) Dengan Tempat Tinggal Pada Mahasiswa FIK Dan FT
Universitas Muhhamadiyah Surakarta. Artikel Penelitian. Surakarta:
FIK-Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Meriska, I., Pramudho, K., & Murwanto, B. (2016). Perilaku sarapan pagi anak
sekolah dasar. Jurnal Kesehatan, 5(1).

Monzani, A., Ricotti, R., Caputo, M., Solito, A., Archero, F., Bellone, S., &
Prodam, F. (2019). A systematic review of the association of skipping
breakfast with weight and cardiometabolic risk factors in children and
adolescents. What should we better investigate in the future?. Nutrients,
11(2), 387

Nurulita, C. C., & Wirjatmadi, B. (2019). Perbedaan kecukupan energi dan status
gizi siswa membawa dan bekal tidak membawa bekal ke Sekolah.
Amerta Nutrition, 3(4), 305-309.

Nurlita.N.,& Nur.L.M.(2017). Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast


Food) Dengan Tempat Tinggal Pada Mahasiswa FIK Dan FT Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Artikel Penelitian. Surakarta:
FIKUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
37

Nuryani, N., & Rahmawati, R. (2018). Kebiasaan jajan berhubungan dengan


status gizi siswa anak sekolah di Kabupaten Gorontalo. Jurnal Gizi
Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 6(2), 114-122.

Panjaitan, B., Tobing, K. N., & Harahap, S. (2020). Penyuluhan Manfaat Sarapan
Di SMK YAPIM Sei Rotan Medan. Jurnal Abdimas Mutiara, 1(1), 82-
88.

Puspitasari, H. K. E., & Nissa, C. (2018). Hubungan Kebiasaan Sarapan, Kadar


Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Remaja Putri Status Gizi Lebih.
Journal of Nutrition College, 7(3), 100-106.

Rahman, N. (2020). Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi


Belajar Siswa Di SD Negeri 02 Danguang-Danguang KAB.Lima Puluh
Kota. Menara Ilmu, 14(1).

Rakhman, A. F., & Taufiqurrahman, T. (2018). Hubungan kebiasaan melewatkan


sarapan dan Pemilihan jajanan dengan kejadian Wasting di Desa
Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Amerta Nutrition,
2(3), 237-244.

Rizal, A., & Jalpi, A. (2018). Peningkatan Pengetahuan Siswa Dalam Memilih
Jajanan Makanan Di Lembaga Pendidikan Permata Jannati Kota
Banjarmasin Tahun 2016. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary, 2(2).

Suraya, S., Apriyani, S. S., Larasaty, D., Indraswari, D., Lusiana, E., & Anna, G.
T. (2019). “Sarapan Yuks” Pentingnya Sarapan Pagi Bagi Anak-Anak.
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(1).

Syafleni.,Asriwati.,Hadi.A.J. (2020). Analisis Dampak Konsumsi Jajanan,


Aktifitas Fisik, dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK
Swasta Pharmaca Medan. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat,
1(2), 31-39.
38

Tee, E. S., Nurliyana, A. R., Karim, N. A., Jan Mohamed, H. J. B., Tan, S. Y.,
Appukutty, M., & Mohd Nasir, M. T. (2018). Breakfast consumption
among Malaysian primary and secondary school children and
relationship with body weight status-Findings from the MyBreakfast
Study. Asia Pacific journal of clinical nutrition, 27(2), 421.

Utami, W., & Waladani, B. (2017). Gambaran Perilaku Makanan Jajanan Siswa
Sekolah Dasar. URECOL, 315-322.

Wahyuni, I. (2020). Analisis Faktor Masalah Pertumbuhan: Status Gizi, Stunting


Pada Anak Usia< 5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam, 8(1), 51-70.

Zogara, A. U. (2017). Pengetahuan Gizi, Perilaku Jajan, dan Status Gizi Siswa
Sekolah Dasar Gmit Kuanino Kota Kupang. CHMK Nursing Scientific
Journal, 1(1).
35

Lampiran 1
DATA IDENTITAS KELUARGA DAN MURID SD NEGERI 026602
BINJAI
Karakteristik Responden :
1. Nama :
2. Kelas :
3. Usia :
4. Tanggal Lahir :
5. Jenis kelamin :
6. Berat Badan :
7. Tinggi Badan :
Karakteristik Orangtua
1. Ayah
Pendidikan : a. Tamat SMA/Sederajat
b. Tamat D1/D3/S1
c. Lainnya.......................................

pekerjaan : a. Wiraswasta c. Pegawai Swasta


b. PNS d. Lainnya.........................

pendapatan : Rp. 500.00/Bulan


: Rp. > 500.000/Bulan

2. Ibu
Pendidikan : a. Tamat SMA/Sederajat
b. Tamat D1/D3/S1
c. Lainnya.......................................

pekerjaan : a. Wiraswasta c. Pegawai Swasta


b. PNS d. Lainnya.........................
pendapatan : Rp. 500.00/Bulan
: Rp. > 500.000/Bulan
36

Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN
DENGAN STATUS GIZI PADA MURID SD NEGERI 026602 BINJAI

A. KEBIASAAN SARAPAN PAGI


Lingkari pada pilihan jawaban di bawah
Pertanyaan :
1) Apakah kamu sarapan setiap hari ?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
alasannya......................................................

2) Apakah kamu membawa bekal ke sekolah saat tidak sarapan pagi di


rumah?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

3) Apakah sarapan pagi selalu tersedia di rumah kamu?


a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

4) Apakah ibumu atau anggota keluarga kamu selalu menyediakan sarapan


pagi di rumah?
37

a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)


b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

5) Apakah kamu sarapan pagi pada jam 06.00 wib – 10.00 wib?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

6) Jika di rumah kamu tidak tersedia sarapan pagi apakah kamu akan
membeli sarapan pagi di tempat lain?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

7) Apakah kamu akan sarapan pagi di sekolah apabila tidak sarapan di


rumah?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

8) Apabila jika kamu tidak sarapan di rumah kamu akan membeli jajan di
sekolah?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
38

9) Apakah jenis sarapan pagimu terdiri dari nasi, sayuran, lauk nabati, lauk
hewani dan buah?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

10) Apakah kamu mengkonsumsi roti,sereal atau makanan lainnya


untuk mengganti makanan pokok saat sarapan pagi?
a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

11) Apakah kamu minum air putih sebelum berangkat sekolah?


a. Ya, selalu ( 6-7 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah
39

B. KEBIASAAN JAJAN
Lingkari pada pilihan jawaban di bawah
Keterangan :
Selalu : 6 kali dalam seminggu
Sering : 3-5 kali dalam seminggu
Kadang-kadang : 1-2 kali dalam seminggu
Tidak pernah : 0 kali dalam seminggu

12) Apakah kamu selalu jajan disekolah?


a. Selalu (6x/seminggu)
b. Sering (3-5x/seminggu)
c. Kadang-kadang (1-2x/seminggu)
d. Tidak pernah

13) Apakah kamu selalu jajan di rumah?


a. Selalu (6x/seminggu)
b. Sering (3-5x/seminggu)
c. Kadang-kadang (1-2x/seminggu)
d. Tidak pernah

14) Apakah yang menyebabkan anda jajan di sekolah?


a. Mengisi perut karena tidak sarapan di sekolah
b. Rasa jajan enak dan harga yang murah
c. Karena terbiasa jajan
d. Alasan lainnya,.............................................

15) Berapa kali kamu jajan dalam satu hari si sekolah?


a. 1 kali
40

b. 2 kali
c. 3 kali
d. >3 kali
16) Berapa kali kamu jajan dalam satu hari di rumah?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. >3 kali

17) Apakah kamu membeli jajan karena ajakan teman?


a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

18) Ketika di rumah apakah kamu membeli jajan karena ajakan teman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

19) Apakah kamu membeli jajanan yang menggunakan saos di


sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
41

20) Apakah kamu membeli jajanan yang menggunakan bubuk rasa-


rasa seperti rasa balado,jagung manis dan lainnya?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21) Apakah kamu membeli minuman yang berwarna seperti
jasjus,marimas, pop ice, minuman kemasan gelas di sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang –kadang
d. Tidak pernah
Lampiran 3

KUISIONER FOOD RECALL 24 JAM

Nama :
Kelas :
Usia :
Jenis kelamin :
Hari ke :
Tanggal wawancara :

Waktu makan Menu Bahan URT Berat


makanan (Gr)
Sarapan pagi
hari ke 1

Sarapan pagi
hari ke 2

Sarapan pagi
hari ke 3

Lampiran 4

42
FFQ (food frequensi questionnaires)

Nama :
Kelas :
Usia :
Jenis kelamin :
Tanggal wawancara :
No Nama Frekuensi
Sering Jarang Tidak
makanan
1x/ >1x/ 3-6x/ 1-2x/ minggu
pernah
hari hari mggu
1 Jajanan sampingan
Mie instan
goreng
Mie instan
rebus
Bubur ayam
Makaroni
Bakso kuah
Sate
Batagor
Nasi goreng
Siomay
Mie ayam
Nasi uduk
Martabak telur
Bubur kacang
hijjau
Lainnya
2 Camilan atau snack
Bakso bakar
Gorengan
Pisang coklat
Keripik
Sosis
Donat
Permen
Coklat
Biskuit
Roti kemasan
Jelly
Chiky

43
Kue manis
Jamur crispy
Ayam goreng
Telur gulung
Lainnya
3 Minuman
Teh manis
Susu Saset
Susu kotak
Jus buah
Es cincau
Es krim
Es sirup
Marimas
Es kelapa
Es campur
Es jeruk
minuman
kemasan
Minuman soda
Es tebu
Es timun
Es dawet
Pop ice
Es lilin
Teh gelas

44
KUESIONER PENELITIAN
KEBIASAAN JAJAN PADA MURID SD NEGERI 026602 BINJAI

KUISIONER OBSERVASI AWAL MENGENAI


KEBIASAAN SARAPAN PADA ANAK SEKOLAH

Mohon bantuan untuk pengisian kuisioner ini ya adik-adik, kuisioner ini


hanya untuk keperluan observasi yang bertujuan untuk pengajuan judul skripsi
saya, Kuisioner ini tidak akan mempengaruhi nilai adik-adik di sekolah.
Silahkan diisi dengan jujur dan teliti ya, semua pertanyaan di jawab
sepengetahuan adik-adik saja. Silahkan adik-adik isi kuisioner di bawah ini
dengan memperhatikan hal berikut :

1. Jika pertanyaan pilihan/opsi silahkan di pilih salah satu saja jawabannya


dengan cara melingkari jawabannya.
2. Jika pertanyaan isian silahkan di jawab di tempat yang telah disediakan.

Terimakasih Sudah Berpartisipasi adik-adik..

45
IDENTITAS DIRI

Nama

Usia

Kelas

Asal sekolah

1. Apakah tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah kamu sarapan pagi?


a. Ya
b. Tidak

2. Apakah sebelum berangkat sekolah kamu selalu sarapan?


a. Selalu ( 6 kali seminggu)
b. Sering (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

3. Apakah kamu membeli jajan saat di sekolah?


a. Selalu ( 6 kali seminggu)
b. Sering (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

5. Apakah kamu membeli jajan saat di rumah ?


a. Selalu ( 6 kali seminggu)
b. Sering (3-5 kali seminggu)
c. Jarang (1-2 kali seminggu)
d. Tidak pernah

46

Anda mungkin juga menyukai