Tugas Akhir
Oleh:
Oleh:
Mengetahui:
Koordinator Program Studi,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Air Susu Ibu 4
2.1.1 Pengertian ASI 4
2.1.2 ASI Eksklusif 4
2.1.3 Manfaat ASI 5
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif 6
2.2.1 Jenis Kelamin 6
2.2.2 Pendidikan Ibu 6
2.2.3 Pendidikan Ayah 7
2.2.4 Status Pekerjaan Ibu 7
2.2.5 Status pekerjaan Ayah 7
2.2.6 Penghasilan Orang Tua 8
2.3 Analisis Univariat 8
2.4 Analisis Bivariat 9
2.4.1 Uji Khi-Kuadrat 9
2.4.2 Odds Ratio 11
BAB III METODE PENELITIAN 13
3.1 Populasi Penelitian 13
3.2 Metode Pengambilan Data Dan Sumber Data 13
3.3 Variabel Penelitian 13
iii
3.4 Prosedur Penelitian 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16
4.1 Analisis Univariat 16
4.2 Analisis Bivariat 17
BAB V PENUTUP 24
5.1 Kesimpulan 24
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Kontigensi 10
Tabel 3.1 Variabel penelitian 13
Tabel 4.1 Analisis Univariat 16
Tabel 4.2.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemberian ASI Eksklusif 18
Tabel 4.2.2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif 18
Tabel 4.2.3 Hubungan Pendidikan Ayah dengan Pemberian ASI Eksklusif 19
Tabel 4.2.4 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif 20
Tabel 4.2.5 Hubungan Status Pekerjaan Ayah dengan Pemberian ASI 21
Eksklusif
Tabel 4.2.6 Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Pemberian ASI 22
Eksklusif
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Rekam Medis UPTD Puskesmas Ahuhu Periode Bulan 28
November-Desember
Lampiran 2. Analisis Univariat 31
Lampiran 3. Analisis Bivariat 33
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan merupakan salah satu
indikator dalam Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) tahun 2013 yang
digunakan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Berdasarkan riset
tersebut angka pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan hanya sebesar 38%.
Dapat dikatakan berdasarkan Riskesdas tahun 2013 bahwa masih rendahnya tingkat
kesadaran para ibu dalam meberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di
Indonesia, padahal angka yang diharapkan dalam pemberian ASI esksklusif yaitu
sebesar 80% .(Departemen Kesehatan,2015).
1
di tahun 2020 sebesar 59,3% lebih rendah dari target yang dicanangkan pemerintah
yaitu sebesar 80%.
Sampai saat ini telah banyak informasi yang mengambarkan tentang besarnya
persentase ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif, tetapi belum banyak informasi
yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Oleh karena itu dengan memanfaatkan data rekam medis ibu dan anak ingin
dipelajari apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan pola menyusui ASI
eksklusif. Faktor-faktor ini dapat terjadi pada faktor ibu sendiri, maupun bayi dan
rumah tangga.
2
1. Mengetahui gambaran umum faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Ahuhu tahun 2021.
2. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi apa sajakah mepunyai hubungan
signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Ahuhu tahun 2021.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
pisang, bubur, susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan obat. (Dwi
Sunar Prasetyono, 2009).
2.1.3 ASI Ekslusif dan Manfaatnya
Manfaat pemberian ASI secara eksklusif antara lain :
1. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Secara alamiah bayi baru lahir mendapat immunoglobin melalui plasenta,
tetapi kadar tersebut menurun dengan segera setelah kelahiran. Badan bayi dengan
alamiah akan memproduksi immunoglobin secara cukup saat mencapai usia sekitar
4 bulan. Pada saat kadar immunoglobin dari ibu menurun dan yang dibentuk oleh
bayi belum mencukupi, terjadilah suatu kesenjangan immunoglobin. Kesenjangan
ini dapat diatasi dengan pemberian ASI. ASI merupakan cairan yang mengandung
antibodi sehingga menjadi pelindung untuk terpaparnya penyakit infeksi bakteri,
virus dan mikroorganisme lainnya. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
2. ASI merupakan nutrisi terbaik
ASI adalah makanan yang paling sempurna baik kualitas maupun
kuantitas, ASI merupakan sumber gizi yang ideal dengan komposisi yang sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dengan melaksanakan
tata cara menyusui dengan tepat dan benar, produksi ASI sudah cukup menjadi
makanan tunggal untuk bayi hingga usia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan
harus mulai diberi makanan pendamping atau tambahan tetapi ASI bisa diteruskan
hingga usia 2 taun atau lebih. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
3. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih
sayang dari ibunya. Ia juga akan merasa nyaman dan tentram karena masih dapat
mendengar detak jantung ibu yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
disayangi dan terlindungi inilah yang akan menjadi dasar spiritual dan membentuk
kepribadian percaya diri yang baik serta perkembangan emosi bayi. (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2008).
4. ASI eksklusif mengembangkan kecerdasan
Perkembangan kecerdasan otak anak sangat erat berkaitan dengan
pertumbuhan otak. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah nutrisi
yang diterima oleh bayi saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak
5
berlangsung dengan cepat. ASI merupakan nutrien ideal dengan komposisi yang
tepat sesuai kebutuhan bayi serta mengandung berbagai nutrien khususnya nutrien
yang diperlukan bagi pertumbuhan optimal. ASI mengandung zat lactoferin yang
mengikat ASI, sehingga di usus tidak ada zat besi yang hilang. (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2008).
2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Keputusan untuk menyusui dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik sosial
maupun individual, artinya kesuksesan praktik menyusui tidak hanya ditentukan oleh
faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu tetapi juga dipengaruhi oleh status kesehatan
bayi, praktik-praktik di rumah sakit, faktor budaya, sosial ekonomi serta lingkungan
sosial (Suci Destriatania, 2010)
Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial ekonomi
(pendidikan formal ayah, pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga, status kerja
ibu dan status kerja ayah) (Heni maulida, 2015).
2.2.1 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin adalah pembeda antara laki – laki dan perempuan melalui
pendekatan genetik, psikologi, sosial dan budaya (Wardaugh, 2002).
Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin tertentu. Pembedaan jenis kelamin merupakan ketentuan yang tidak dapat
berubah dan sering dikatakan sebagai kodrat dari Tuhan. Konsep jenis kelamin
adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki – laki dan perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Lailatus Sa’adah dkk, 2021).
2.2.2 Pendidikan Ibu
Salah satu faktor sosial yang berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan adalah faktor pendidikan ibu. Pendidikan adalah suatu usaha
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Menurut Yustina (2016) menyatakan bahwa
berdasarkan uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini juga sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah
laku manusia (DepKes, 2001). Menurut Roesli (2000), mengatakan bahwa makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah untuk menerima informasi,
6
dalam hal ini adalah informasi tentang pentingnya ASI eksklusif, sehingga semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, pengetahuan yang
rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI eksklusif bisa menjadi penyebab
gagalnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
2.2.3 Pendidikan Ayah
Praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan juga erat kaitannya
dengan faktor pendidikan ayah. Pendidikan ayah merefleksikan bahwa ayah yang
lebih berpendidikan akan lebih intensif dalam mencari informasi mengenai hal yang
berkaitan dengan kesehatan dan pengetahuan mengenai manfaat menyusui yang
diketahui akan berpengaruh pada praktik menyusui (Chezem, 2003). Dengan
berpendidikan formal dapat membantu ayah untuk memahami manfaat kesehatan
ASI dan meningkatkan perhatian ayah untuk mencari informasi mengenai praktik-
praktik yang berkaitan dengan kesehatan (Suci Destriatania,2010). Perilaku tidak
menyusui lebih sering terlihat pada ibu dengan suami yang memiliki tingkat
pendidikan rendah atau tidak bersekolah. Ibu akan memiliki kecenderungan 2,4 kali
untuk tidak menyusui jika suami yang menamatkan jumlah tahun pendidikan di
bawah 12 tahun dibanding ibu yang memiliki suami menamatkan jumlah tahun
pendidikan paling tidak 16 tahun (Heck, 2006).
2.2.4 Status Pekerjaan Ibu
Antara pekerjaan ibu dan praktik menyusui mempunyai hubungan yang
terkait satu sama lain karena alasan yang sederhana bahwa ibu yang mampu
menghabiskan waktu dengan bayinya lebih mungkin untuk menyusui secara
eksklusif daripada ibu yang bekerja karena tidak memiliki waktu yang cukup dalam
jadwal harian mereka karena pekerjaan (Nova Arami dkk, 2019).
Banyak kendala dalam pemberian ASI eksklusif bagi ibu yang bekerja seperti
kebijakan perusahaan yang tidak mendukung, belum ada ruang khusus untuk
menyusui / pojok laktasi. Bahkan cuti melahirkan yang hanya 90 hari juga membuat
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan menjadi sulit (Siti Suciati, 2019).
2.2.5 Status Pekerjaan Ayah
Salah satu faktor yang memiliki hubungan dengan praktik pemberian ASI
eksklusif adalah pekerjaan ayah diketahui bahwa ibu yang tidak pernah menyusui
7
mempunyai suami dengan status pekerjaan rendah dan tidak bekerja (Heck et al.,
2006).
Karena banyaknya kebutuhan dan rendahnya pendapatan suami, sehingga ibu
juga harus kembali bekerja untuk menyokong kebutuhan keluarga, meskipun masih
dalam keadaan menyusui (Maulita Listian E.P., 2009)
Dikarenakan status pekerjaan ayah yang rendah atau tidak bekerja maka ibu
juga harus ikut bekerja, Ibu yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga
saat ini banyak sekali. Peraturan jam kerja yang ketat, lokasi tempat tinggal yang
jauh dari tempat kerja, atau tidak ada fasilitas kendaraan pribadi menjadi faktor yang
menghambat ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Faktor lainnya adalah ibu
yang bekerja fisik pasti akan cepat lelah, sehingga tidak punya tenaga lagi untuk
menyusui, ditempat kerja jarang tersedia fasilitas tempat untuk memerah ASI yang
memadai (Damayanti, 2010).
2.2.6 Penghasilan Orang Tua
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesdas) tahun 2010 tentang
pemberian ASI eksklusif menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pemberian
ASI eksklusif dan tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga,
semakin menurun pemberian ASI eksklusif, hasil riset yang diperoleh bahwa
pendapatan rumah tangga yang tinggi mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI
eksklusif. Lebih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan
penghasilan keluarga yang tinggi daripada yang memberikan ASI eksklusif. Hal ini
disebabkan karena berbagai faktor, yaitu ibu yang berpenghasilan tinggi merasa
mampu membeli susu formula yang mahal dan berpikir bahwa susu formula yang
mahal lebih baik dan praktis daripada memberikan ASI kepada bayinya (Prisila
Gloria Lumenta dkk, 2017)
Dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, semakin tinggi tingkat ekonomi
keluarga, makin berkurang prevelensi menyusui yang disebakan karena semakin
meningkatnya kemampuan daya beli keluarga untuk membeli susu formula.
Sedangkan keluarga dengan penghasilan rendah cenderung menyusui secara
eksklusif karena kurangnya kemampuan daya beli keluarga sehingga kurang mampu
membeli susu formula (Yustina Pacifica M.P., 2016).
2.3 Analisis Univariat
8
Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
setiap variabel. (Notoadmojo, 2012). Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan
setiap variabel yang di teliti. Pendeskripsian tersebut dapat dilihat pada gambaran
distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen yang disajikan
dalam bentuk tabel frekuensi.
Analisis univariat bertujuan untuk mengambarkan bagaimana karakteristik
sampel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi untuk masing-
masing variabel bebas dan variabel terikat. Tabel distribusi frekuensi dibuat dengan
mengacu pada data yang diperoleh dari hasil penelitian. (Ignatus Trismon dkk,
2016).
2.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
yaitu variabel independen dan variabel dependen (Notoadmojo, 2012). Pada analisis
tingkat bivariat, tiap variabel independen akan ditabulasi silangkan dengan variabel
dependen dalam bentuk tabulasi silang. Pada tabulasi silang 2x2 akan dicari nilai OR
(Odds Ratio) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel independen
dengan variabel dependen. Selain itu juga akan dilakukan uji statistik menggunakan
uji khi-kuadrat untuk mengetahui kemaknaan hubungan secara statistik. Uji khi-
kuadrat dipilih sesuai dengan kegunaannya, yaitu untuk menguji independensi antara
dua variabel, menguji perbedaan proporsi atau persentase antara beberapa kelompok
data dan juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik
dengan kategorik. (Enita Trihapsari, 2009). Analisis odds ratio digunakan untuk
menetapkan besar nya resiko. (Esti Hastuti, 2012).
2.4.1 Uji Khi-Kuadrat
Uji Khi-kuadrat adalah pengujian yang berguna untuk menguji hubungan atau
pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency).
Uji Khi-kuadrat termasuk dalam statistika nonparametrik. Distribusi nonparametrik
adalah distribusi dimana besaran-besaran populasi tidak diketahui. Distribusi ini
sangat bermanfaat dalam melakukan analisis statistika jika tidak memiliki informasi
tentang populasi atau asumsi-asumsi yang dipersyaratkan untuk penggunaan
statistika parametrik tidak terpenuhi. Uji Khi kuadrat memiliki dua syarat yaitu
9
kelompok yang dibandingkan independen dan variabel yang dihubungkan kategorik
dengan kategorik.
Analisis data melalui uji khi-kuadrat hanya dapat dipakai untuk mencari ada
atau tidaknya hubungan antara dua variabel dan tidak dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar hubungannya. (Wiratna, 2002). Oleh karena itu, maka kekuatan
hubungan dapat dilihat berdasarkan nilai contigency confident (CC). adapun kriteria
keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontigensi sebagai berikut:
1. 0,00-0,199 = hubungan sangat lemah
2. 0,20-0,399 = hubungan lemah
3. 0,40-0,599 = hubungan cukup kuat
4. 0,60-0,799 = hubungan kuat
5. 0,80-1,000 = hubungan sangat kuat
(Sugiyono, 2006).
Analisis Khi-kuadrat pada Tabel kontingensi (sering disebut tabulasi silang).
Tabel kontingensi adalah Tabel yang sel-selnya berisi frekuensi dari perpotongan
baris dan kolom. Bentuk umum dari Tabel kontingensi dengan variabel pertama
memiliki m kategori dan variabel kedua memiliki k adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tabel kontigensi
Variabel 1 Variabel 2 Total
Y1 Y2 … Yk
X1 O11 O21 … O1 k N 1.
…
Xm Om 1 Om 2 … Om 1 N m.
Total N .1 N .2 … N. k N ..
Dalam penelitian ini, uji Khi-kuadrat hanya digunakan untuk melihat adanya
hubungan antara dua variabel, yang dirumuskan:
2
m k
( Oij −E ij)
χ =∑ ∑
2
i=1 j =1 E ij
(1)
Dimana :
10
2
χ = nilai suatu statistik uji yang mencerminkan besarnya beda antara frekuensi
amatan dengan frekuensi harapan
Oij= frekuensi amatan baris ke−i kolom ke− j
Eij = frekuensi harapan baris ke−i kolom ke− j
m = banyaknya baris
k = banyaknya kolom
Pengujian hipotesis dari uji Khi-kuadrat adalah :
H 0 : Tidak ada hubungan antara variabel Y dan variabel X
H 1 : ada hubungan antara variabel Y dan variabel X
Kaidah pengambilan keputusan adalah H 0 ditolak jika χ 2hitung > χ 2tabel atau pvalue < α
sebaliknya H 1 diterima χ 2hitung ≤ χ 2tabel atau pvalue ≥ α (sudjana,1996).
11
exp { β 0 + β j }
π (1) 1+exp { β 0 β j } exp { β 0+ β j }
= = =exp { β 0 + β j }
1−π (1) exp { β 0+ β j } 1
1−
1+exp { β 0 + β j }
Untuk X j=0 , digunakan:
exp { β 0 } exp { β 0 }
π (0) 1+ exp { β 0 } 1+exp { β 0 }
= = =exp { β 0 }
1−π (0) exp { β 0 } 1+exp { β 0 } −exp { β 0 }
1−
1+ exp { β0 } 1+exp { β 0 }
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
π (1)/1−π (1)
Ψ=
π (0)/1−π (0)
exp { β 0+ β j }
¿ =exp { β 0 + β j− β0 }
exp { β 0 }
¿ exp { β j }
(3)
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
2. Jenis Perbedaan gender pada nominal 0 : laki-laki
kelamin bayi manusia yaitu laki-laki dan 1: perempuan
( X 1) perempuan
14
3.4 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian:
1. Mengambil data rekam medis ibu dan bayi usia 0-6 bulan dan status ASI nya pada
bagian gizi UPTD Puskemas Ahuhu.
2. Melakukan analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase
setiap variabel.
3. Melakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dan variabel independen.
4. Menarik kesimpulan.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa di UPTD puskesmas Ahuhu
pada periode bulan november-desember persentase pemberian ASI Ekslusif sebesar
46,63% dan tidak ASI Eksklusif sebesar 53,57%. Sebanyak 45,54% bayi merupakan
bayi berjenis kelamin laki-laki dan 54,46% merupakan bayi berjenis kelamin
perempuan. Sebanyak 40,18% ibu menamatkan pendidikan di bawah 12 tahun dan
59,82% ibu menamatkan pendidikan setara atau di atas 12 tahun. Sebanyak 33,04%
ayah menamatkan pendidikan di bawah 12 tahun dan 66,96% ayah menamatkan
pendidikan setara atau di atas 12 tahun. Sebanyak 35,71% ibu merupakan ibu dengan
status bekerja dan 64,29% ibu merupakan ibu dengan status tidak bekerja. Sebanyak
97,32 % ayah merupakan ayah dengan status bekerja dan 2,68 % ayah merupakan
ayah dengan status tidak bekerja. Sebanyak 46,63 % orang tua mempunyai
penghasilan di bawah UMR dan 53,57% orang tua mempunyai penghasilan di atas
UMR.
17
4.2.1 Hubungan jenis kelamin dengan pemberian ASI Eksklusif
Jenis kelamin bayi Status ASI
ASI Tidak total OR Nilai CC
Ekslusif ASI 95% CI χ
2
hitung
Ekslusif
perempuan Frekuensi 29 31 60 1,180 0,189 0,041
persentase 25,9% 27,7% 53,6% (0,560-
Laki-laki frekuensi 23 29 52 2,486)
persentase 20,5% 25,9% 46,4%
total frekuensi 52 60 112
persentase 46,4% 53,6% 100%
18
(0,719-
persentase 16,1% 24,1% 40,2% 3,321)
≥ SMA frekuensi 34 33 67
persentase 30,4% 29,5% 59,8%
total frekuensi 52 60 112
persentase 46,4% 53,6% 100%
19
total frekuensi 52 60 112
persentase 46,4% 53,6% 100%
Ekslusif
bekerja Frekuensi 3 50 53 81,667 67,230 0,612
persentase 2,7% 44,6% 47,3% (21,92-
Tidak frekuensi 49 10 59 314,715)
bekerja persentase 43,8% 8,9% 52,7%
total frekuensi 52 60 112
persentase 46,4% 53,6% 100%
20
Tabel 4.2.4 menunjukan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak
memberikan ASI Eksklusif dengan persentase sebesar 43,8 % dibandingkan ibu yang
bekerja dengan persentase sebesar 2,7%. ini menunjukan bahwa di UPTD puskesmas
Ahuhu pada periode bulan november-desember 2021 cenderung lebih banyak ibu
yang tidak bekerja memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja.
2
Berdasarkan hasil pengujian Khi-Kuadrat didapatkan nilai χ ( 67,230 ) > χ (db: α¿¿2)(3,841)¿
maka keputusannya H 0 ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara status
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Adapun nilai contigency coeficient
(CC = 0,612) artinya ada hubungan yang kuat antara status pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif. Nilai Odds Ratio (OR) = 81,667 menunjukan ibu yang
tidak bekerja mempunyai resiko 81,667 kali lebih besar memberikan ASI Eksklusif
daripada ibu yang bekerja.
21
hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ayah dengan pemberian ASI
Eksklusif. Adapun nilai contigency coeficient (CC = 0,164) artinya ada hubungan
yang lemah antara jenis status pekerjaan ayah dengan pemberian ASI Eksklusif.
Nilai Odds Ratio (OR) = 3,846 menunjukan bayi dengan ayah yang bekerja
mempunyai resiko 81,667 kali lebih besar di berikan ASI Eksklusif daripada bayi
dengan ayah yang tidak bekerja.
Tabel 4.2.6 menunjukan bahwa orang tua dengan penghasilan di bawah UMR
paling banyak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dengan persentase sebesar
75,00% dibandingkan dengan penghasilan orang tua di atas UMR dengan persentase
sebesar 21,67%. ini menunjukan bahwa di UPTD puskesmas Ahuhu pada periode
bulan november-desember 2021 pemberian ASI Eksklusif pada bayi cenderung lebih
banyak dilakukan oleh orang tua dengan penghasilan di bawah UMR dibandingkan
dengan penghasilan orang tua di atas UMR. Berdasarkan hasil pengujian Khi-
2
Kuadrat didapatkan nilai χ ( 29,687 ) > χ (db: α ¿¿2 )(3,841)¿ maka keputusannya H 0 ditolak
artinya ada hubungan yang signifikan antara penghasilan orang tua dengan
pemberian ASI Eksklusif. Adapun nilai contigency coeficient (CC = 0,458) artinya
ada hubungan yang cukup kuat antara penghasilan orang tua dengan pemberian ASI
Eksklusif. Nilai Odds Ratio (OR) = 9,813 menunjukan orang tua dengan
22
penghasilan di bawah UMR mempunyai resiko 9,813 kali lebih besar memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya daripada orang tua dengan penghasilan di atas UMR.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Diketahui bahwa persentase bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif
periode bulan November-Desember sebesar 46,4% dan persentase bayi usia
0-6 bulan yang tidak diberi ASI Eksklusif periode bulan November-
Desember sebesar 53,6%. Dari gambaran tersebut dapat diketahui bahwa
bayi perempuan lebih banyak diberikan ASI Eksklusif di bandingkan bayi
laki-laki. Ibu yang menematkan pendidikan di atas atau setara 12 tahun
lebih banyak memberikan ASI eksklusif di bandingkan ibu yang
menamatkan pendidikan di bawah 12 tahun, begitu juga dengan pendidikan
ayah, pemberian ASI Eksklusif lebih banyak di berikan pada bayi dengan
ayah yang menematkan pendidikan di atas atau setara 12 tahun di
bandingkan ayah yang menamatkan pendidikan di bawah 12 tahun. Status
ibu tidak bekerja atau mempunyai profesi sebagai ibu rumah tangga
ternyata lebih banyak memberikan ASI Eksklusif daripada ibu yang
bekerja. Pemberian ASI Eksklusif paling banyak diberikan pada bayi
dengan ayah yang mempunyai pekerjaan dibandingkan ayah yang tidak
bekerja. Penghasilan orangtua yang rendah atau kurang dari UMR
(RP.2.552.014) ternyata lebih banyak memberikan ASI Eksklusif pada bayi
mereka dibanding dengan bayi dengan orangtua berpenghasilan di atas
UMR (RP.2.552.014).
2. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang
mempunyai hubungan signifikan dengan variabel tak bebas yaitu variabel
status pekerjaan ibu dengan hubungan yang kuat, dan penghasilan orang tua
dengan hubungan yang cukup kuat sedangkan variabel jenis kelamin,
pendidikan ibu, pendidikan ayah, dan status pekerjaan ayah mempunyai
hubungan yang tidak signifikan. Ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang
81,667 kali lebih besar memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
dibandingkan ibu yang bekerja. Orang tua yang mempunyai penghasilan di
bawah UMR mempunyai peluang 9,813 kali lebih besar memberikan ASI
24
Eksklusif pada bayinya dibandingkan orang tua dengan penghasilan di atas
UMR.
DAFTAR PUSTAKA
Agresti, A. (2002). Categorical Data Analysis. New York: John Wiley & Sons.
Arami N., Sri R., Ismarwati. 2019. The Factors Influencing Exclusive
Breastfeeding: a Sistematic Literature Review. 1st International Respati Health
Conference (IRHC) [Juli 2019]
Ayuningrum F.F. 2015. Analisis Faktor Sanitasi Dan Sumber Air Minum Yang
Mempengaruhi Insiden Diare Pada Balita Di Jawa Timur Dengan Regresi
Logistik Biner. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Chezem J, Friesen C, Boettcher J. 2003. ‘Breastfeeding Knowledge, Breastfeeding
Confidence, and Infant Feeding Plans: Effects on Actual Feeding Practices’. J
Obstet Gynecol Neonatal Nurs, vol. 32, no. 1, hal. 40-7.
Damayanti. 2010. Asiknya Minum ASI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara. 2019. Laporan kinerja bidang
kesehatan masyarakat. Kendari: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI., 2001. Manajemen Laktasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dwinanda N., Badrul H. S., Damayanti R. Sjarif. 2018. Factors affecting exclusive
breastfeeding in term infants. Paediatr Indones, Vol. 58, No. 1
Destriatania S.. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Ayah Dan Sikap Ayah
Terhadap Praktik Inisiasi Menyusu Segera Dan Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Urban Jakarta Selatan Tahun 2007. Depok: Universitas Indonesia
Hosmer, David W. and Stanley Lemeshow. (2000). Applied Logistik Regression (2nd
ed), Jakarta. John Wiley & Sons, New York.
25
Heck, K. E. et al. 2006. ‘Socioeconomic Status and Breastfeeding Initiation Among
California Mothers’. Public Health Rep, vol. 121, no.1, pp. 51-59.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta. 2008. Bedah ASI
Kajiandari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Lumenta P. G., Hilman A., Sulaemana E.. -. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dan
Faktor Sosial Ekonomi Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Maulida H., Effatul A., Desiana P.S.. 2015. Tingkat Ekonomi dan Motivasi Ibu dalam
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Praktek Swasta
(BPS) Ummi Latifah Argomulyo, Sedayu Yogyakarta . JNKI, Vol. 3, No. 2,
Tahun 2015, 116-122
Ningsih A.. 2015. Penerapan analisis regresi logistik biner untuk menentukan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita. Kendari: Universitas Halu
Oleo
Pertiwi E. L. M.. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Eksklusif Di Desa Gedangan Kabupaten Sukoharjo. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret
Paschalia M. P. Y.. 2016. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Rewarangga. Prodi Keperawatan Ende
Poltekkes Kemenkes Kupang
Roesli, U., 2000. ASI Eksklusif. Jakarta;Trubus Agriwidya
Siregar A.M.. 2004. Pemberian ASI Eksklusif Dan Faktor Yang Mempengaruhinya.
Medan: Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Sa’adah L.,Martadani L.,Taqiyudin A.. 2021. Analisis Perbedaan Kinerja Karyawan
PT Surya Indah Food Multirasa Jombang. Vol.2 No.2 Juli 2021
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan, Kuantitatif,
Kualitatif,dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sudjana. 1996. Metode Khi-kuadrat. Jakarta
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak Edisi . Surabaya : EGC
26
Suciati, Siti S. S.. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif: Literatur Review. Prodi D3 Kebidanan Universitas Tulungagung
Lampiran 1. Data rekam medis bayi usia 0-6 bulan dan status ASI Eksklusif di
UPTD Puskesmas Ahuhu Kec. Meluhu periode November-Desember 2021
NO INISIAL NAMA Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
BAYI
1 A 1 0 0 0 1 1 1
2 R 0 1 0 1 0 1 1
3 Z 1 0 0 0 1 1 1
4 A 0 1 1 1 0 0 0
5 A 0 0 1 1 0 0 0
6 N 0 1 1 1 0 0 1
7 L 0 1 1 1 0 1 0
8 A 1 1 0 0 1 1 1
9 A 1 0 1 1 0 0 1
10 C 0 1 0 0 0 1 1
11 R 1 0 1 1 1 1 1
12 M 0 0 0 0 0 0 0
13 A 1 0 1 0 0 1 1
14 A 0 1 0 0 0 1 0
15 M 0 0 0 0 0 1 0
16 D 1 0 1 1 1 1 0
17 Z 0 0 0 0 0 1 1
18 E 0 1 1 1 0 1 0
19 A 0 1 1 1 0 0 0
20 A 1 1 1 1 1 1 1
21 A 1 0 1 1 1 1 0
22 B 0 1 1 0 0 0 0
23 F 1 0 1 1 1 1 1
27
24 A 0 0 1 1 0 1 0
25 K 1 1 1 1 1 0 1
26 M 0 0 0 0 0 1 0
27 F 1 0 1 1 1 1 0
28 A 1 1 1 0 1 1 1
29 S 0 1 1 0 0 0 0
30 A 0 1 1 1 1 1 0
31 N 0 1 0 1 0 1 0
32 D 0 0 0 0 1 0 1
33 M 0 0 0 1 0 1 0
34 M 1 0 0 0 1 1 1
35 A 1 1 1 1 1 1 1
36 A 0 0 0 1 0 1 0
37 H 1 0 1 1 1 1 0
38 M 0 0 0 1 1 1 0
39 M 0 0 0 1 0 1 1
40 M 1 0 1 1 1 1 0
41 N 1 1 1 1 1 1 0
42 N 0 1 0 0 0 1 0
43 S 1 1 0 0 1 1 1
44 A 1 1 0 0 1 1 1
45 N 0 1 0 1 0 1 0
46 M 1 0 1 1 1 1 0
47 A 0 1 1 1 0 1 0
48 M 0 0 1 1 0 1 0
49 A 1 1 1 1 1 1 1
50 A 0 0 1 1 0 1 0
51 M 0 0 1 1 0 1 0
52 H 0 0 1 1 1 1 0
53 M 0 0 0 1 1 1 0
54 M 1 0 0 1 1 1 1
28
55 N 1 1 0 0 0 1 1
56 M 1 1 1 0 1 1 1
57 F 1 0 1 1 1 1 1
58 V 1 1 1 0 1 1 1
59 D 0 1 1 1 0 1 0
60 T 1 1 1 1 1 1 1
61 A 0 1 0 0 0 1 1
62 T 1 1 1 1 1 1 0
63 Z 1 0 1 1 1 1 0
64 M 0 0 1 1 0 1 0
65 S 0 1 0 1 0 1 0
66 N 0 0 1 1 0 1 0
67 S 1 1 1 1 1 1 1
68 F 0 0 1 1 0 1 0
69 A 1 1 1 1 1 1 1
70 U 1 1 1 1 1 1 1
71 S 1 1 1 0 1 1 1
72 M 0 0 1 0 0 1 0
73 A 1 1 1 0 1 1 1
74 R 1 1 0 0 1 1 0
75 C 1 1 1 1 1 1 0
76 R 0 0 0 0 0 1 1
77 M 0 1 0 1 0 1 1
78 M 0 0 1 1 1 1 0
79 Z 1 0 0 0 1 1 1
80 N 0 1 0 0 0 1 0
81 A 0 0 0 0 0 1 1
82 A 0 1 1 1 0 1 0
83 A 0 1 0 1 0 1 0
84 S 1 1 0 0 1 1 1
85 W 0 1 1 1 0 1 0
29
86 J 1 1 0 0 1 1 1
87 N 1 1 0 0 1 1 1
88 F 0 0 1 1 0 1 0
89 N 1 1 0 1 1 1 1
90 A 0 0 1 0 0 1 0
91 A 0 1 1 1 1 1 0
92 N 1 1 1 0 1 1 1
93 M 1 0 0 0 1 1 1
94 H 0 0 1 1 0 1 0
95 K 1 1 0 0 1 1 1
96 L 0 1 1 1 0 1 0
97 M 1 0 1 0 1 1 1
98 A 0 1 0 1 0 1 0
99 A 0 1 1 1 0 1 0
100 A 1 1 1 1 1 1 0
101 M 1 0 0 0 1 1 1
102 N 0 1 1 0 1 1 1
103 A 0 0 0 1 0 1 1
104 M 1 0 1 1 1 1 0
105 M 0 0 0 1 0 1 0
106 L 0 1 1 0 1 1 0
107 M 0 0 0 0 1 1 1
108 N 0 1 1 1 0 1 0
109 S 0 1 1 1 0 1 0
110 M 1 0 0 0 1 1 0
111 M 1 0 1 1 1 1 1
112 K 1 1 1 1 1 1 1
JUM 112
Keterangan :
Y = ASI EKSKLUSIF
0 = TIDAK
30
1 = YA
(X1) = Jenis Kelamin
0 = laki-laki
1 = perempuan
(X2) = Pendidikan Ibu
0 = ¿ SMA
1 = ≥ SMA
(X2) = Pendidikan Ayah
0 = ¿ SMA
1 = ≥ SMA
(X3) = Status Pekerjaan Ibu
0 = Bekerja
1 = tidak bekerja
(X4) = Status Pekerjaan Ayah
0 = tidak bekerja
1 = bekerja
(X5) = Penghasilan orang tua
0 = > UMR (upah minimum regional) sebesar Rp. 2.552,014,00
1 = < UMR (upah minimum regional) sebesar Rp. 2.552,014,0
Lampiran 2. Analisis Univariat
Status ASI Eksklusif
status ASI eksklusif
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis kelamin
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
31
Total 112 100.0 100.0
Pendidikan ibu
pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan ayah
pendidikan ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
32
Penghasilan orang tua
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
perempuan Count 31 29 60
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
33
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .041 .664
N of Valid Cases 112
Risk Estimate
tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Chi-Square Tests
34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.89.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Risk Estimate
tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
tinggi Count 41 28 69
Chi-Square Tests
35
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.96.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Risk Estimate
tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
36
tidak bekerja Count 10 49 59
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.61.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Risk Estimate
37
Chi Square Tests status pekerjaan ayah*status ASI Eksklusif
tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.64.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Risk Estimate
38
95% Confidence Interval
tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.68.
b. Computed only for a 2x2 table
39
Symmetric Measures
Risk Estimate
40
41