Anda di halaman 1dari 19

PELAKSANAAN DAN INSTRUMENT DDTK

Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas


Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Dosen : Euis Cici Nurunnisa, M.Pd

Disusun oleh :
Fanny Pranindya F : 19. 08.272
Duroh Siti M : 19.08.270
Semester : 3/B

PROGRAM STUDI PIAUD FAKULTAS TARBIYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS – JAWA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia nya kepada kami sehingga kami berhasilmenyelesaikan makalah ini yang berjudul “
PELAKSANAAN DAN INSTRUMENT DDTK”. Makalah ini berisikan tentang informasi ;
Pengertian status gizi, faktor status gizi, dan pemeriksaan status gizi anak.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini kedepannya agar
lebih baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Ciamis, 10 Oktober 2020

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah 1

Rumusan Masalah. 2

Tujuan Penulisan Makalah. 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembelajaran 3

1.1 Metode Pembelajaran anak usia dini 4

1.2 Metode Pembelajaran anak usia dini 4

2. Jenis- Jenis Metode Pembelajaran Anak Usia Dini 5

2.1 Metode Bercerita 6

2.1.1 Bentuk dan Jenis Metode Bercerita 7

2.2 Metode Tanya Jawab 7

2.2.1 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memberikan

Tanya Jawab 8

2.3 Metode Demonstrasi 10

2.3.1 Langkah-langkah dalam Metode Demonstrasi 11

2.4 Metode Eksperimen 12

2.4.1 Tahap Eksperimen Pembelajaran dengan Metode

ii
Eksperimen 13

BAB III PENUTUP

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal adalah
masa depan suatu bangsa tergantung pada tahun-tahun pertama kehidupan, terutama periode
sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia lima tahun atau bisa disebut golden age.
Periode ini merupakan kesempatan emas sekaligus masa-masa yang rentan terhadap pengaruh
negatif. Nutrisi yang baik dan cukup, status kesehatan yang baik, pengasuhan yang benar, dan
stimulasi yang tepat pada priode ini akan membantu anak untuk tumbuh sehat dan mampu
mencapai kemampuan optimalnya. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah
perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat
meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes RI, 2004). Namun
sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali
ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi
Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan
Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004 ).

Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang
atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita, masih
merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab
gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya konsumsi makanan
terhadap kebutuhan makan seseorang. Sebelum gizi buruk terjadi, melewati beberapa tahapan
yang dimulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya
anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah masyarakat atau
keluarga balita belum mengatahui cara menilai status berat badan anak (status gizi anak) atau
juga belum mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak, sepertinya masyarakat atau keluarga
hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap
harinya. Oleh karena itu pelaksanaan DDTK penting dilakukan di lingkungan keluarga,
posyandu, pendidikan anak usia dini, atau sarana pelayanan kesehatan lain. Salah satu upaya
pemerintah untuk menunjang keberhasilan program DDTK.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasatkan uraian di atas, maka rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan faktor status gizi?


2. Bagaimana pemeriksaan status gizi anak ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian dan faktor status gizi.

2. Mengetahui pemeriksaan status gizi anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan gambaran ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang

diperoleh dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh (Susetyowati, 2016).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik- buruknya

penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk

mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi

anak serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto, 2007). Status gizi

dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang disesuaikan dengan kecukupan zat gizi

seseorang berdasarkan jenis kelamin, umur, berat badan dan aktivitas fisik

(Mutmainnah, 2013).

1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi menurut (Suhardjo, 2003):


a. Faktor langsung
 Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung
pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi dalam keluarga
dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini tergantung pula pada
pendapatan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat
bersangkutan.
 Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik.
3
Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai
mekanismenya. Yang penting adalah efek langsung dari infeksi
sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terhadap infeksi
ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.
b. Faktor tidak langsung
 Kesediaan pangan ditingkat rumah tangga.
Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan makanan dalam
jumlah yang cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat rumah
tangga.
 Daya beli keluarga yang kurang untuk memenuhi kebutuhan bahan
makanan bagi seluruh anggota keluarga.
Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata pencaharian atau
penghasilan suatu keluarga. Apabila pengasilan keluarga tidak cukup
untuk membeli bahan makanan yang cukup dalam jumlah dan
kualitas, maka konsumsi atau asupan gizi tiap anggota keluarga akan
berkurang yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan otak mereka.
 Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan.
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya
beli memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa
menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan beraneka ragam
setiap hari bagi keluarganya. Pada gilirannya asupan gizi tidak sesuai
kebutuhan.

2. Penilaian Status Gizi Anak

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang

diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu

populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi

lebih.Sedangkan status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

4
tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.

Menurut (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016) pada dasarnya status gizi dibagi menjadi

dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

a. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing-masing penilaian

tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut:

 Antropometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur antara lain : Berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama di

kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan

maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan

energi dan protein.

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri

disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.

Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

 Umur

Umur sangat memegang peranan dalam status gizi, kesalahan

penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil

penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi

tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk

5
memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh

sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.

Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari.

Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur

dalam hari tidak diperhitungkan.

 Berat badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat

peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi

maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan

dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau

melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat

pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan

gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena

hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada

ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan

perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.

 Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang

dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat

baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan

dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa

balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi

6
badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut

Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang

lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks

ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang

tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Berat

badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk

menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan

dengan status gizi.

 Indeks antropometri

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status

gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks

BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang

dan otot.Indeks tinggi badan menurut umur adalah pertumbuhan linier

dan LILA adalah pengukuran terhadap otot,lemak, dan tulang pada area

yang diukur.

Indikator BB/U

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh, masa tubuh sangat sensitif

terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan

adalah parameter antropometri yang sangat labil. Indikator

BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

Indikator TB/U

7
Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan tubuh skeletal. Indikator TB/U

menggambarkan status gizi masa lalu. Pada keadaan normal,

tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatip

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan

nampak dalam waktu yang relatif lama.

Indikator BB/TB

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan

tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik

untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB

adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

Indikator IMT/U

Berat badan yang berada di bawah batas minimum

dinyatakan sebagai under weight atau ”kekurusan”, dan berat

badan yang berada di atas batas maksimum dinyatakan sebagai

”over weight” atau kegemukan. Laporan FAO/WHO/UNU

tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal

orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass

Index(BMI). Di Indonesia istilah BMI diterjemahkan menjadi

8
Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya

yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,

maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan

seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang

(Supariasa, dkk, 2016). Menurut keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010

tentang Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak, indeks

IMT/U digunakan untuk kategori umur 5-18 Tahun. Pengukuran

status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks antropometri

dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus

perhitungan IMT sebagai berikut:

IMT = Berat Badan (Kg) / Tinggi Badan ( m2)

Pengukuran status gizi pada anak menggunakan rumus Z-score.

Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah;

Z-score = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan


Nilai Simpang Baku Rujukan

Keterangan:

1) Nilai Individu Subyek adalah hasil perhitungan IMT.

2) Nilai Individu Rujukan adalah nilai median yang dilihat


di tabel standar antropometri WHO 2010.
3) Nilai Simpang Baku Rujukan adalah selisih antara nilai

9
median dengan standar + 1 SD atau -1 SD, jadi apabila
nilai individu subyek lebih besar daripada nilai median
maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan
mengurangi + 1 SD dengan median. Apabilanilai
individu subyek lebih kecil daripada median maka nilai
simpang rujukannya diperoleh dengan mengurangi – 1
SD dengan median.
Adapun kategori dan ambang batas status gizi usia 5-18
tahun berdasarkan indeks dapat dilihat pada tabel
dibawah ini;
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Usia 5-18
Tahun Berdasarkan Indeks

Status Ambang Batas (Z-Score)


Gizi

Sangat < -3 SD
kurus < -3 SD sampai dengan <
Kurus -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1
SD
Gemuk > 1 SD sampai dengan 2
Obesitas SD
> 2 SD
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang standar antropometri,2011

 Klinis
Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah

pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Teknik penilaian

status gizi juga dapat dilakukan secara klinis. Pemeriksaan secara klinis

penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti

kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

10
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Pemeriksaan klinis

terdiri dari dua bagian, yaitu:

 Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai


perkembangan penyakit.
 Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala
gangguan gizi baik sign (gejala yang apat diamati) dan
syimptom (gejala yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh
penderita gangguan gizi).
 Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu
ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan
haemoglobin sebagai indeks dari anemia. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi.
 Secara Biofisik
Penilaian status gizi dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi
jaringan dan perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan memperhatikan rambut,lidah, mata maupun bagian tubuh lainnya.
Contonya tes adaptasi gelap pada kasus rabun senja, tes tajam
penglihatan, dan tes kemampuan kerja.
b. Penilaian status gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu;
 Survei konsumsi makanan
Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu dengan melihat jumlah dan jenis
zat gizi yang dikonsumsi.

11
 Penggunaan statistik vital
Menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
 Penilaian faktor ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

12
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Gizi sangatlah penting untuk membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan terutama pada anak usia dini. karena tumbuh kembang yang sedang pesat ini
maka kebutuhan gizi anak harus terpenuhi. Faktor status gizi dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Fator langsung dipengaruhi oleh konsumsi
makanan dan infeksi, faktor tidak langsung dipengaruhi oleh kesediaan bahan pangan, daya
beli keluarga dan pengetahuan tentang kebutuuhan tubuh akan gizi.
Pemenuhan kebutuhan gizi dapat diukur melalui dua cara yaitu penilaian status gizi
secara langsung dan penilaian status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi langsung dapat
dilakukan dengan empat metode diantaranya antropomteri, klinis, biokimia dan biofisik.
Penilaian status gizi tidak langsung menggunakan metode survey konsumsi, peggunaan
statistik vital dan faktor ekologi.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, penyusun berharap kepada para pembaca agar
memberikan kritikan dan saran yang membangun terhadap makalah yang dibaca demi
perbaikan selanjutnya.
Diharapkan kepada para pembaca dapat menambah wawasan keilmuan dan menjadi
referensi khususnya mengenai penilaian status gizi anak di PAUD. Sehingga khususnya
sebagai seorang guru dapat mendeteksi sejak dini masalah-masalah gizi yang dihadapi

13
peserta didik, yang mana diharapkan dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI, 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta
Supariasa, 1999, Epidemiologi Gizi, AKZI Malang
http://dwiqeajach.blogspot.com/2013/01/makalah-status-gizi.html?m=1
www.Repositori.poltekkes-denpasar.ac.id

15

Anda mungkin juga menyukai