Anda di halaman 1dari 112

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN

BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA TODDLER

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WENANG

KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

SKRIPSI

HELENA SINTHEA SERIN

17061032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi
dengan Status Gizi Anak Usia Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
Kec. Wenang, Kel. Calaca, Kota Manado”. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi
ini adalah untuk memenuhi syarat meneliti.

Dalam penyusunan laporan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr. Johanis Ohoitimur. Rektor Universitas Katolik De La Salle Manado


2. Wahyuny Langelo, BSN., M.Kes., Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Katolik De La Salle Manado yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama menempuh pendidikan.
3. Natalia E. Rakinaung, S.Kep., Ns., MNS., Wakil Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah
membimbing selama menempuh pendidikan.
4. Helly Budiman. S.Kep., Ns., M.Kep., Kepala Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
5. Tati S. Ponidjan, S.SiT., S.Pd., M.Kep., Ns., Sp.Kep.An., Dosen Pembimbing
I yang telah membimbing serta memberikan motivasi dan arahan.
6. Syenshie V. Wetik., S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J., Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing serta memberikan motivasi dan arahan.
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Unika De La Salle Manado
yang sudah banyak membantu selama 4 tahun pendidikan
8. Petugas Puskesmas Wenang yang telah mengizinkan untuk melakukan
penelitian di Puskesmas Wenang

i
9. Yang terkasih kedua orang tua saya, Mama, Papa, adik-adik, keluarga besar
Serin, Sahabat, kakak Dammy yang telah memberikan dorongan untuk
semangat serta topangan doa sehingga sampai pada tahap penyelesaian
10. Rekan-rekan Fakultas Keperawatan angkatan 2017 yang saling mensupport
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang sudah
terlibat, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas dukungan,bantuan
serta doa dalam proses pembuatan proposal ini kiranya Tuhan akan membalas
semuanya.

Manado, Agustus 2021

Helena Sinthea Serin

ii
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi

dengan Status Gizi Anak Usia Toddler di Wilayah Kerja

Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado

1 2 3
Serin. H , Ponidjan. T , Wetik. S

Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La salle Manado


Email: helenaserin31@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Oleh karena itu dibutuhkan
pengetahuan dan sikap ibu yang baik tentang makanan bergizi anak yaitu ibu yang
mengerti kebutuhan gizi dan mampu menyajikan menu yang akan diberikan kepada
anaknya, sehingga anak tercukupi gizinya.

Tujuan : Untuk mengetahui dan sikap ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi
anak usia toddler.

Metode : Penelitian Kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari samapi Juli 20121. Teknik

iii
pengambilan sampel yaitu total sampling dengan besar sampel 70 ibu yang memiliki anak
usia toddler.

Hasil Penelitian : Adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan
bergizi dengan status gizi anak usia toddler di wilayah kerja Puskesmas Wenang
Kelurahan Calaca Kota Manado dengan nilai p value 0,000 yang menunjukan nilai
lebih kecil dari nilai signifikan a <0,05.

Kesimpulan : Terdapat hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan


bergizi dengan status gizi anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas wenang
Kelurahan Calaca Kota Manado.
Kata kunci: Status Gizi, Pengetahuan, Sikap, Makanan Bergizi
Kepustakaan : 5 buku dan 23 jurnal (2011-2020)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR BAGAN viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Pertanyaan Penelitian 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.3.1. Tujuan Umum: 4
1.3.2. Tujuan Khusus: 4
1.4. Manfaat Penelitian 5

iv
1.4.1. Manfaat Teoritis 5
1.4.2. Manfaat Praktis 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Konsep Status Gizi Anak Usia Toddler 6
2.2 Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi 11
2.2.1 Konsep Pengetahuan Ibu 11
2.2.2 Konsep Sikap 13
2.2.3 Konsep Makanan Bergizi 15
2.3 Penelitian Terkait 21
2.4 Aplikasi Teori atau Model Keperawatan Nola J. Pender 25
BAB III 27
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 27
3.1 Kerangka Konsep 27
3.2 Hipotesis 29
3.3 Definisi Operasional 29
BAB IV 31
METODE PENELITIAN 31
4.1. Desain Penelitian 31
4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 31
4.2.1. Tempat Penelitian 31
4.2.2. Waktu Penelitian 31
4.3.1 Populasi 31
4.3.2 Sampel 31
4.3. Instrumen Penelitian 32
4.4. Pengumpulan Data 33
4.5. Analisis Data 35
4.6.1 Pengolahan Data 35
4.6.2 Analisis Univariat dan Bivariat 35
4.6. Etika Penelitian 36
4.7.1 Baik 36

v
4.7.2 Hormat 36
4.7.3 Adil 36
BAB V 37
HASIL PENELITIAN 37
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37
5.2 Hasil Karakteristik Demografi/Responden 37
5.3 Hasil Analisis Bivariat 40
BAB VI 42
PEMBAHASAN 42
6.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Bergizi 42
6.2 Sikap Ibu Tentang Makanan Bergizi 44
6.3 Status Gizi pada Anak Usia Toddler 46
6.4 Hubungan Pengetahuan tentang makanan bergizi dengan status gizi anak usia
toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang. 48
6.5 Hubungan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi Anak Usia
Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang 49
6.6 Keterbatasan Penelitian 50
BAB VII 51
PENUTUP 51
7.1 Kesimpulan 51
7.2 Saran 51
LAMPIRAN 56

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri 7


Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks 9
Tabel 2.3 Kebutuhan Energi dan Protein berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) Rata- Rata Per Hari 17
Tabel 2.4 Porsi Makanan Menurut AKG untuk Balita 17
Tabel 2.5 Penelitian Terkait 22
Tabel 3.1 Definisi Operasional 34
Tabel 5.1 Karakteristik Demografi/responden 37
Tabel 5.2 Hasil analisis Univariat (Pnegetahuan, sikap dan Status gizi) 38
Tabel 5.3 Hasil analisis Bivariat 40

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Nola J. Pender 30

Bagan 3.1 Aplikasi Teori Nola J. Pender pada Penelitian 31

Bagan 4.1 Alur Pengumpulan Data 38

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitae 44


Lampiran 2 Innformed Consent 46
Lampiran 3 Surat Data Awal 47
Lampiran 4 Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi 50
Lampiran 5 Surat Uji Reabilitas
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 Lampiran Analisa Statistik

ix
DAFTAR SINGKATAN

UNICEF = United Nations International Children’s Emergency Fund


WHO = World Health Organization
CIS = Commowealth Of Independent States
Hb = Hemoglobin
TSH = Thyroid Stimulating Hormone
IMT = Indeks Massa Tubuh
BAK = Buang Air Kecil
BAB = Buang Air Besar
KMS = Kartu Menuju Sehat
AKG = Angka Kecukupan Gizi

x
xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usia 1-3 tahun merupakan salah satu kelompok usia yang sangat
rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi dapat disebabkan karena rendahnya
akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral dan
buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani (Kemenkes, 2018).
Masalah gizi dapat diakibatkan karena asupan gizi kurang serta asupan nutrisi
yang tidak sesuai maupun seimbang (Listyarini, 2020). Status gizi merupakan
kondisi tubuh manusia yang memiliki keseimbangan asupan gizi dari makanan.
Berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan Jika kondisi zat gizi yang kurang
(Puspasari & Andriani, 2017). Jadi masalah gizi dapat menghambat tumbuh
kembang dan pentingnya perbaikan gizi pada anak toddler untuk menghasilkan
sumber daya yang berkualitas.
Status gizi di dunia juga masih menjadi masalah sampai saat ini.
Menurut World Health Organization (WHO, 2017), jumlah penderita gizi kurang
di dunia mencapai 104 juta anak, dan keadaan gizi kurang menjadi penyebab
kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan merupakan daerah yang memiliki
prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%, disusul sub-Sahara
Afrika 28%, Amerika Latin/Caribbean 7%, dan yang paling rendah terdapat di
Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent States (CIS) sebesar
5%. Menurut data UNICEF tahun 2017, terdapat 92 juta (13,5%) balita di dunia
mengalami Underweight, 151 juta (22%) balita mengalami stunting dan 51 juta
(7,5%) balita mengalami wasting. Sebagian besar balita di dunia yang mengalami
underweight, stunting dan wasting berasal dari Benua Afrika dan Asia.
Menurut data Under Nations Children’s Fund (UNICEF, 2019) status
gizi balita pada tahun 2017 di Asia Tengah dan Asia Selatan untuk severe wasting

1
1,8%, wasting 5,6%, Overweight 3,3%, Stunting 17,5%, Underweight 7,6%.
Sedangkan menurut UNICEF tahun 2019, untuk status gizi bayi di Asia Tengah
dan Asia Selatan pada tahun 2018 yaitu: severe wasting 2,4%, wasting 7,1%,
Overweight 2,5%, Stunting 37,6%, Underweight 23,1%. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk status gizi di Asia Tengah dan Asia Selatan pada tahun
2017 ke 2019 terjadi peningkatan di severe wasting, wasting, stunting dan
underweight, sedangkan terjadi penurunan untuk overweight.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes)
tahun 2013, masalah gizi pada anak usia toddler secara nasional dengan
prevalensi Underweight 19,6%. Di Indonesia Underweight 19,6%, prevanlensi
stunting 37,2%, prevalensi Overweight 11,9%, wasting 12,1%. Sedangkan
menurut hasil Riskesdas, 2018 Underweight 17,7%, keseimbangan status gizi
stunting 30,8%, Overweight 8%, wasting 10,2%. Dari data diatas terjadi
penurunan prevalensi Tetapi masih dapat di kategorikan tinggi karena tidak
dengan sesuai standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh WHO (Kemenkes,
2019).
Masalah Status Gizi pada anak balita di Sulawesi Utara (Sulut)
menurut KEMENKES tahun 2019 mencapai angka 15,4% dan 17,7% Sedangkan
angka presentasi Gizi buruk dan Stunting untuk nasional mencapai 25,5% dan
30,8%. Namun angka Gizi buruk dan Stunting tersebut belum belum mencapai
standar yang direkomendasikan WHO, yakni sebesar 20% (Dierjen Kirana, 2019).
Sehingga pelayanan pencegahan masalah gizi dapat dilakukan dengan merubah
perilaku masyarakat.
Dari data status gizi pada anak toddler harus memiliki perhatian yang
lebih khusus lagi dan perlu adanya penanganan yang lebih lanjut. Pemerintah juga
sudah mengeluarkan program gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu). Dengan tujuan yaitu: 1) menurunkan angka kejadian anak yang
mengalami stunting kurang lebih 40%. 2) meminimalisir angka kejadian anak
dengan masalah gizi dibawah normal sekitar 5%. 3) anak dengan masalah gizi

2
diatas normal harus menurun. Penyebab status gizi juga adalah akibat dari cara
mengonsumsi yang tidak teratur dan cara bagaimana status gizi terserap dengan
baik oleh tubuh (TNP2K, 2017).

Kurangnya gizi pada balita dapat disebabkan oleh sikap atau perilaku
ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar. Pemilihan
bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman
makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan
gizinya. Sehingga upaya dalam menanggulangi masalah gizi melalui
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dengan melakukan
penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang
bersifat edukatif untuk memperbaiki kesadaran gizi dan menghasilkan perilaku
peningkatan gizi yang baik. Ibu sangat berperan dalam terbentuknya pola
perilaku makanan balita, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku dalam
pemilihan makan pada balita. Jadi hubungan status gizi anak, jika pengetahuan
dan sikap ibu baik maka ibu dapat mengatur makanan dan memperhatikan
setiap makanan yang diberikan pada balitanya yaitu tentang pemberian zat gizi
seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diberikan sesuai dengan
umur balitanya (Haris, 2017).

Berdasarkan penelitian dari Erika (2020), menjelaskan bahwa terdapat


146 responden ditemukan status gizi baik (47,3%) sedangkan untuk status gizi
kurang yang paling banyak yaitu (52,7%). Dari data yang di atas, terdapat status
gizi kurang paling tinggi dibandingkan dengan status gizi baik. Berdasarkan
pengambilan data awal di Puskemas Wenang kota Manado terdapat 70 anak
dengan usia toddler namun yang mengalami masalah gizi kurang sebanyak 15
anak. Berdasarkan observasi, wawancara dan hasil penimbangan berat badan
anak usia toddler terdapat ibu-ibu yang memiliki anak dengan masalah gizi
kurang atau berat badan dibawah normal dan masih ada ibu yang belum
memahami pentingnya gizi bagi pertumbuhan balita dan masih ada yang belum

3
membawa balita ke pusat layanan kesehatan bila mengalami masalah atau
gangguan kesehatan akibat kurangnya kesadaran orang tua akan kesehatan anak
karena pengaruh kurangnya pengetahuan dan sikap ibu dalam memenuhi
kebutuhan gizi pada anak usia toddler.

Jadi berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka peneliti


tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “ Hubungan Pengetahuan ibu
tentang Makanan bergizi dengan Status Gizi Anak Usia toddler Tahun di
wilayah kerja Puskesmas Wenang, kecamatan Wenang, kota Manado”.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan bergizi
dengan status gizi anak toddler di wilayah kerja Puskesmas Wenang kecamatan
Wenang, kota Manado ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum:

Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan


bergizi dengan status gizi anak toddler di Wilayah kerja Puskesmas
Wenang kecamatan Wenang, kota Manado.

1.3.2. Tujuan Khusus:

1.3.2.1. Diketahuinya karakteristik responden (usia, pendidikan, status


ekonomi, pekerjaan)

1.3.2.2. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu pada anak


toddler di Wilayah Kerja Puskesmas kecamatan Wenang, kota
Manado.

4
1.3.2.3. Diketahuinya gambaran status gizi pada anak toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang kecamatan Wenang, kota
Manado.

1.3.2.4. Teranalisis hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang


makanan bergizi dengan status gizi pada anak toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang, kota
Manado.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan salah satu landasan untuk perkembangan ilmu


keperawatan terlebih khusus pada keperawatan anak terkait tumbuh
kembang anak dengan status gizi anak toddler

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan satu sumber informasi bagi masyarakat


terlebih khusus ibu-ibu yang memiliki anak usia toddler agar dapat
meningkatkan pemahaman dan sikap tentang makanan bergizi untuk
menurunkan masalah gizi. Diharapkan untuk petugas kesehatan yang
berada di puskesmas untuk lebih bisa memperhatikan serta meningkatkan
pelayanan kesehatan terlebih khusus untuk masalah gizi pada anak
toddler, setelah melihat prevalensi dari data-data yang telah ada.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam uraian bab II menjelaskan status gizi pada anak usia toddler dan
pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan bergizi. Dalam bab ini juga akan
memaparkan teori keperawatan yang berhubungan langsung dengan masalah yang
dibahas dan peneliti juga memasukan tentang data-data penelitian yang terkait
masalah yang akan diteliti.

2.1 Konsep Status Gizi Anak Usia Toddler

Ada beberapa pengertian status gizi menurut para ahli. Menurut


Winarsih (2019) gizi merupakan rangkaian proses secara organik makanan
yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan fungsi
normal organ, serta mempertahankan kehidupan seseorang. Status gizi
merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi (Ida, 2017). Status gizi anak juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien.

6
Penilaian status gizi yaitu untuk menilai status gizi. Penilaian
antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Pengukuran menggunakan metode
ini dilakukan karena manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan mencakup perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi sel,
jaringan, organ tingkat individu yang diukur dengan ukuran panjang, berat,
umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan. Pertumbuhan dan
perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal (Genetik) dan faktor
eksternal/lingkungan (Ayu, 2017).

Tabel 2.1 Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri

Status Gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
Gizi Baik >80% >85% >90% >85% >85%
Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi Buruk  60 % 70% 80% 70%  75%

Sumber : Ayu ( 2017)

Pemeriksaan status gizi menggunakan biokimia, terdiri dari : 1)


penilaian status besi dengan pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit, besi
serum, ferritin serum, saturasi transferin, free erytrocites protophoprin,

7
unsaturated iron-binding capacity serum. 2), penilaian status protein dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fraksi protein yaitu albumin,
globulin dan fibrinogen. 3), penilaian status vitamin tergantung dari vitamin
yang ingin kita ketahui misalnya vitamin A dinilai dengan memeriksa serum
retinol, vitamin D dinilai dengan pemeriksaan kalsium serum, vitamin E dengan
penilaian serum vitamin E, vitamin C dapat dinilai melalui pemeriksaan
perdarahan dan kelainan radiologis yang ditimbulkannya, menilai status
riboflavin (B2) dengan pemeriksaan kandungan riboflavin dalam urin, niasin
dinilai dengan pemeriksaan nimetil nicotamin urine.begitu juga dengan
vitamin-vitamin yang lain. 4), penilaian status mineral, misalnya iodium dinilai
dengan memeriksa kadar yodium dalam urine dan kadar hormon TSH (thyroid
stimulating hormone). Zink atau seng dinilai dengan pemeriksaan urine, atau
kandungannya dalam plasma. Kalsium dengan pemeriksaan serum kalsium,
begitu juga dengan mineral-mineral yang lain.

Pemeriksaan status gizi dengan biofisik adalah pemeriksaan yang


melihat dari kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Tes
kemampuan fungsi jaringan meliputi kemampuan kerja dan energi ekspenditure
serta adaptasi sikap. Tes perubahan struktur dapat dilihat secara klinis
(misalnya pengerasan kuku, pertumbuhan rambut, dll) atau non klinis (misalnya
radiologi). Penilaian secara biofisik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu 1)
uji radiologi, 2) tes fungsi fisik (misalnya tes adaptasi pada ruangan gelap), dan
3) sitologi (misalnya pada KEP dengan melihat noda pada epitel dari mukosa
oral) (Ayu, 2017).

Penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu menyurvei konsumsi


makanan yang digunakan untuk dalam menentukan status gizi perorangan atau
kelompok. Survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui
kebiasaan makan atau gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi
pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang

8
mempengaruhinya. Berdasarkan jenis data yang diperoleh pengukuran
konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data yaitu kualitatif yang
melingkupi frekuensi makanan dan data kuantitatif yang mencakup metode
recall 24 jam , perkiraan makanan, penimbangan makanan, food account,
metode inventaris dan pencatatan (Hakim, 2016).

Pengukuran faktor ekologi yang berhubungan dengan malnutrisi ada


enam kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya,
sosial ekonomi, produksi pangan, serta kesehatan dan pendidikan. Sedangkan
statistik vital untuk mengetahui gambaran keadaan gizi di suatu wilayah, kita
bisa membacanya dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan
menggunakan statistik kesehatan, kita dapat melihat indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat. Beberapa statistik yang berhubungan
dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain angka kesakitan, angka
kematian, pelayanan kesehatan dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan
gizi (Hakim, 2016).

Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference. Menurut Wiang (2017), klasifikasi status gizi dapat
dibedakan menjadi empat yaitu : 1) Gizi lebih (Over Weight), gizi lebih terjadi
bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga
menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Kelebihan berat badan pada
balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar,
terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. 2) Gizi baik (well
nourished), status gizi atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat yang digunakan secara efesien sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umumpada tingkat setinggi mungkin. 3) Gizi kurang (under weight), status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial.
4) Gizi buruk (Severe CPM), Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang

9
dinyatakan kekurangan nutrisi atau dengan ungkapan lain status nutrisinya
berada dibawah standar rata-rata.

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan menurut Gizi buruk <-3 SD
umur (BB/U) Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak umur 0-60 Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
bulan Gizi lebih >2 Sd

Sumber : Wiang (2017)

Masalah gizi pada anak antara lain : 1) dampak gizi lebih; jika tidak
teratasi akan berkelanjutan sampai remaja dan dewasa, hal ini akan berdampak
tingginya kejadian berbagai penyakit infeksi. 2) dampak gizi buruk; gizi buruk
akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ yang akan merusak sistem
pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik. Serta
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mental serta penurunan IQ.
Penurunan fungsi otak berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan
anak berinteraksi dengan lingkungan dan perubahan kepribadian anak. 3)
dampak gizi kurang; pertumbuhan fisik terlambat, perkembangan mental dan
kecerdasan terhambat, daya tahan anak menurun sehingga mudah terserang
penyakit infeksi (Wiang, 2017)

Anak usia Toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12
– 36 bulan (Soetjiningsih & Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga merupakan masa
golden age/masa keemasan untuk kecerdasan dan perkembangan anak.
Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler diantaranya
sebagai berikut : a) perkembangan motorik kasar, b) perkembangan motorik

10
kasar, c) perkembangan bahasa, d) perkembangan personal-sosial dan e)
perkembangan seksualitas. Ciri-ciri umum anak usia toddler yaitu 1) tinggi dan
berat badan meningkat, yang menggambarkan pertumbuhan mendorong dan
melambatkan karakteristik masa toddler, 2) karakteristik toddler dengan
menonjolnya abdomen yang tidak berkembang, dan 3) bagian kaki berlawanan
secara khas terdapat pada masa toddler karena otot-otot kaki harus menopang
berat badan tubuh (Loeziana Uce, 2015).

Menurut Sigmun Freud dalam anak usia toddler mengalami tahapan


perkembangan pada fase anal. Fungsi tubuh memberikan kepuasaan terpusat
pada anus. Misalnya anak akan melakukan buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri. Dengan terfiksasinya fase tersebut, yaitu dengan memakai
diapers di mana anak akan susah mengontrol untuk BAK dan BAB. Akhirnya
anak tidak bisa mengontrol otot anak untuk menurunkan ketegangan (Subhan,
2013).

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa masa anak usia toddler


merupakan masa kecerdasan dan perkembangan anak untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan
kehidupan anak. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan status gizi adalah keadaan tubuh
manusia sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien sehingga berat dan tinggi badan meningkat. Kebutuhan energi
anak toddler relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat sehingga kebutuhan zat
pembangun relatif lebih besar.

11
2.2 Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi
2.2.1 Konsep Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Pengetahuan gizi ibu sangat mempengaruhi status gizi
keluarga tersebut karena ibu akan dapat membentuk pola konsumsi pangan,
terutama untuk anaknya. Pengetahuan tentang makanan sehat bergizi dalam
memenuhi konsumsi makanan sehari-hari khususnya bagi setiap individu
sangat penting, karena pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai
peningkatan pengetahuan mengenai sikap kepercayaan dan nilai-nilai dari
masyarakat yang akan dijadikan sasaran dan cara mereka menerapkan kepada
anak-anak mereka (Merisya dkk, 2015).
Tingkat pengetahuan secara garis besarnya dibagi dalam enam yaitu :
1) Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (kembali) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2) memahami (comprehension) suatu
objek bukan sekedar tahu terhadap objek tertentu, tidak sekedar menyebutkan,
tetapi orang tersebut hanya dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (application) diartikan apabila orang
yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4)
analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5) sintesis
(synthetis) menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan

12
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. 6)
evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2) tingkat pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan
lebih rendah. 3) keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. 4)
fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. 5) penghasilan
tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila
seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. 6) sosial budaya
dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu (Notoatmodjo, 2014).
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa pengetahuan gizi ibu sangat
mempengaruhi status gizi keluarga tersebut karena ibu akan dapat membentuk
pola konsumsi pangan terutama untuk anak usia toddler. pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang makanan sehat bergizi guna untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

13
2.2.2 Konsep Sikap

Sikap merupakan predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap


rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku
orang tersebut. Sikap juga didefinisikan sebagai suatu keadaan jiwa dan
keadaan berpikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu
objek yang di organisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara
langsung atau tidak langsung pada praktik atau tindakan. Sikap dikatakan
sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan pada suatu
stimulus. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Notoatmodjo,2014).

Menurut Notoatmodjo (2014), menjelaskan bahwa sikap itu


mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1) kepercayaan (keyakinan), ide, dan
konsep suatu objek, 2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
dan 3) kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-
sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu : 1)
Komponen afektif (komponen emosional), Komponen ini berhubungan
berhubungan dengan perasaan dan emosi seseorang tentang sesuatu. Rasa
senang merupakan hal yang positif dan rasa tidak senang merupakan hal yang
negatif. 2) Komponen kognitif (komponen perseptual), Komponen ini
berhubungan dengan pemikiran, pengetahuan, pandangan atau kepercayaan
tentang seseorang atau suatu objek. 3) Komponen konatif (komponen perilaku)
Komponen ini berhubungan dengan kecenderungan bertindak dan berperilaku
terhadap suatu objek (Niven, 2016).

14
Menurut Notoatmodjo (2014), sikap terdiri dari berbagai tingkat
yaitu : a) Menerima, menerima diartikan bahwa orang (subjek) bersedia dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespon, memberi
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dan sikap. c) Menghargai, mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga. d) Bertanggung jawab, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pernyataan sikap positif yaitu sikap bersifat mendukung atau memihak pada
sesuatu dan menunjukkan sesuatu yang positif mengenai suatu objek.
sedangkan pernyataan negatif yaitu sikap seseorang yang menolak atau tidak
mendukung terhadap suatu objek (Walgito, 2017)

Sikap terdiri dari tiga bagian yang membentuk sikap antara lain : 1)
Komponen afektif (komponen emosional), merupakan perasaan emosi terhadap
sesuatu. perasaan senang adalah perasaan yang bersifat positif dan hal negatif
adalah perasaan tidak senang. 2) Komponen kognitif (komponen perseptual),
merupakan pandangan atau kepercayaan, pemikiran dan pengetahuan seseorang
terhadap suatu hal. 3) Komponen konatif (komponen perilaku) merupakan
tindakan dan perilaku seseorang terhadap suatu hal (Niven, 2016). Pernyataan
sikap terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Variabel positif dan negatif
akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati isi pernyataannya sebelum
memberikan respon sehingga stereotype responden dalam menjawab dapat
dihindari diantaranya : 1) Positif , pernyataan sikap yang berisi atau
menyatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. 2) Negatif, pernyataan
sikap yang berisi atau menyatakan hal-hal yang negatif mengenai objek sikap,
yang tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak
diungkap (Azwar, 2015).

15
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa sikap merupakan suatu keadaan
jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberi tanggapan terhadap
suatu objek. sikap juga dapat mempengaruhi status gizi anak karena jika sikap
ibu baik maka ibu dapat mengatur makanan dan memperhatikan setiap makanan
yang diberikan.

2.2.3 Konsep Makanan Bergizi

Menurut Ayu (2017), Gizi seimbang yaitu berbagai macam bahan


makanan diperlukan oleh tubuh yang mengandung zat gizi. Gizi merupakan
pertumbuhan dan perkembangan dari asupan nutrisi yang dicerna oleh tubuh.
Kebutuhan gizi merupakan keadaan tubuh yang membutuhkan asupan gizi yang
cukup dalam memelihara kesehatan. kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Keseimbangan konsumsi zat
gizi dan pengeluaran dapat diperoleh nutrisi yang baik. Kebutuhan gizi
seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik. Status gizi anak dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Magdalena, 2017).

Kebutuhan energi anak toddler relatif besar dibandingkan dengan


orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhan
zat pembangun relatif lebih besar dari pada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya
relatif lebih kecil. Kebutuhan zat pengatur pada anak balita dalam sehari
berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. Untuk pertumbuhan dan

16
perkembangan, balita memerlukan enam zat gizi utama, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Zat gizi tersebut dapat diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Agar balita dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, makan makanan yang dimakannya tidak boleh hanya
sekedar mengenyangkan perut saja. Makanan yang dikonsumsi balita harus :
beragam jenisnya, jumlah atau porsi cukup (tidak kurang dan berlebihan),
Higienis dan aman (bersih dari kotoran dan bibit penyakit serta tidak
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan), makan dilakukan
secara teratur dan makan dilakukan dengan cara yang baik (Ayu, 2017).

Gangguan kekurangan gizi banyak menimpa anak-anak, sehingga anak


disebut golongan rawan gizi. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang,
tetapi tergantung banyaknya hal antara lain umur. Angka kecukupan gizi rata-
rata yang dianjurkan (per orang per hari) dapat dilihat pada tabel 2.2 dan 2.3
menunjukkan porsi makan anak balita.

Tabel 2.3 Kebutuhan Energi dan protein berdasarkan angka kecukupan gizi
(AKG) rata-rata per hari.

Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi (Kkal) Protein (g)


(Kg) (cm)
0-6 bulan 5.5 60 560 12
7-12 bulan 8.5 71 800 15
1-3 tahun 12 90 1250 23

Sumber : Ayu (2017)

Tabel 2.4 Porsi makanan menurut AKG untuk balita

Bahan Makanan Usia 0-6 bulan Usia 7-12 bulan Usia 1-3 Tahun
Nasi - ½p 3p

17
Sayuran - ½p 1,5 p
Buah - ½p 3p
Tempe - ½p 1p
Daging - ½p 1p
Susu - ½p 1p
Ikan - ½p 1p
Minyak - ½p 1p
Gula - ½p 1p
ASI Terus sampai usia 2 Terus sampai 2
tahun tahun

Sumber : Ayu ( 2017)


Keterangan : Nasi 1 porsi = ¼ gelas = 100 gr = 175 kkal, Sayuran 1 porsi = 1
gelas/mangkuk = 100 gr =25 kkal, Buah 1 porsi = 1 buah = 50 gr = 50 kkal,
Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal, Daging 1 porsi = 1 potong
sedang = 35 gr = 50 kkal, Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal, Susu
sapi 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal, Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50
kkal, Gula 1 porsi = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan yaitu : 1)


Umur, 2) Berat badan, 3) Diagnosis penyakit dan stadium (keadaan), 4)
Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan makan, kesukaan
dan ketidaksukaan terhadap jenis makanan, 5) Jenis dan jumlah makanan yang
diberikan dan kapan saat yang tepat pemberian makanan. Komponen nutrisi
gizi seimbang yaitu : 1) Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia
dengan mudah disetiap makanan dan harus tersedia dalam jumlah cukup.
Karbohidrat yang kita konsumsi dapat berupa zat pati dan zat gula. Karbohidrat
yang terdapat pada serealia dan umbi-umbian bisa disebut zat pati sedangkan
yang berasal dari gula pasir (sukrosa), sirup, madu dan gula dari buah-buahan
disebut zat gula. 2) Lemak, fungsi lemak antara lain sebagai sumber utama
energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu
dari tubuh, sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi
kesehatan kulit dan rambut dan sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K)

18
yang larut dalam lemak. Untuk mendapatkan jumlah lemak yang cukup, dapat
diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan
dan minyak sayur. 3) Protein berfungsi membangun sel-sel yang rusak,
membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon dan membentuk zat pati
energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori. Contoh
sumber protein antara lain daging sapi, daging ikan tuna, susu, tempe, tahu,
kepiting, ikan teri dan udang. 4) Vitamin adalah suatu zat senyawa komplek
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melaksanakan aktivitas hidup dan
kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena
penyakit pada tubuh kita.Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air : 1)
Vitamin C, membentuk kolagen, mencerahkan kulit, serta meningkatkan
kebugaran tubuh dan mencegah sariawan. Sumber : jeruk, jambu, klutuk dan
nanas. 2) Vitamin B, meningkatkan daya ingat dan menjaga pencernaan.
Sumber : brokoli, alpukat, ubi jalar, pisang dan jamur. 3) Vitamin A, fungsi
dalam proses melihat, metabolisme umum dan reproduksi. Sumber : wortel,
selada, kemangi, paprika dan pepaya. 4) vitamin D, kesehatan tulang dan gigi.
Sumber : sinar matahari, minyak ikan, salmon, telur dan jamur. 5) vitamin E,
kesehatan kulit dari sinar matahari, menurunkan resiko kanker. Sumber :
bayam, kacang almod, brokoli dan zaitun. 6) vitamin K, membantu untuk
proses pembentukan darah dalam penyembuhan luka. Sumber : daun selada,
daun bayam, kembang kol. 5) Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan
tubuh dalam jumlah yang sedikit. Mineral mempunyai fungsi sebagai
pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon dan enzim dan sebagai zat
pengatur berbagai proses metabolisme, keseimbangan cairan dan proses
pembekuan darah. 6) Air, keenam zat gizi utama digunakan oleh tubuh anak
untuk menghasilkan tenaga yang digunakan oleh anak untuk melakukan
berbagai kegiatan, seperti belajar, berolahraga, bermain dan aktivitas lain
(disebut zat tenaga), membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan tubuh

19
yang rusak (disebut zat pembangun. Zat makanan yang merupakan zat
pembangun adalah protein. Dan mengatur kegiatan-kegiatan yang terjadi di
dalam tubuh (disebut zat pengatur). Zat makanan yang merupakan zat pengatur
adalah vitamin, mineral dan air (Ayu, 2017).

Keadaan tubuh anak akan keenam macam gizi untuk melakukan tiga
fungsi tersebut tidak bisa terpenuhi hanya dari satu macam makanan saja karena
tidak ada satu pun makanan dari alam yang mempunyai kandungan gizi
lengkap. Jika makanan anak beragam, maka zat gizi yang tidak terkandung atau
kurang dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi yang berasal
dari makanan jenis lain. Agar makanan yang dimakan anak beraneka ragam,
maka kita harus selalu ingat bahwa makanan yang dimakan anak harus
mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Status gizi pada anak
usia toddler perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para orang tua,
karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan irreversial
(tidak dapat dipulihkan). Asupan gizi yang buruk bisa membuat anak
mengalami gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Beberapa dampak tersebut adalah gagal tumbuh, yang membuat terhambatnya
pertumbuhan fisik sehingga anak tumbuh kecil dan pendek. Penurunan IQ,
yang menyebabkan gangguan kecerdasan (fungsi kognitif) sehingga membuat
rendahnya kemampuan belajar yang berisiko mengakibatkan kegagalan
pembelajaran. Menurunnya produktivitas, sebagai akibat gangguan
pertumbuhan fisik dan kognitif yang berakibat pada menurunnya daya ingat.
Menurunnya daya tahan tubuh, yang meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian dan meningkatnya resiko penyakit menular saat usia dewasa
(Winarsih, 2019).

Masa anak adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar
berjalan dan berbicara lebih lancar. Anak usia toddler memiliki kebutuhan gizi

20
yang berbeda dari orang dewasa. Anak usia toddler membutuhkan lebih banyak
lemak dan lebih sedikit serat. Menu seimbang untuk balita yaitu : 1) Gula dan
garam, konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum
orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita karena
makanan orang dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan ibu
terlalu banyak garam atau gula atau bahkan mengandung pengawet atau
pewarna buatan. 2) Porsi makanan anak balita juga berbeda dengan orang
dewasa. Mereka membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi
dalam jumlah lebih kecil namun sering. 3) Kebutuhan energi dan nutrisi, bahan
makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin,
mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari. Lakukan pengaturan agar
semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari. 4) Susu pertumbuhan, susu
merupakan salah satu sumber kalsium, sehingga penting juga dikonsumsi balita.
Sedikitnya balita butuh 350 ml per hari. Susu pertumbuhan merupakan susu
lengkap gizi yang mampu memenuhi nutrisi anak usia 12 bulan keatas
(Nindyna, 2017).

Menu seimbang yaitu gizi yang harus terpenuhi untuk menjaga


keseimbangan gizi tubuh yaitu karbohidrat selain sebagai menu utama juga bisa
diolah sebagai makanan selingan, buah dan sayur berbagai jenis ragamnya
mengandung zat gizi berbeda beri setiap hari dalam bentuk segar atau diolah
menjadi jus, susu dan produk olahan susu pastikan balita mendapat asupan
kalsium yang cukup dari konsumsi susunya, tunda pemberian protein apabila
timbul alergi atau dapat diganti dengan sumber protein lainnya, lemak dan gula
juga mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.
Pastikan balita mendapat kadar lemak esensial dan gula yang cukup bagi
pertumbuhannya. Namun perlu diperhatikan bahwa lemak dan gula tidak
digunakan sebagai pengganti jenis makanan lainnya (seperti karbohidrat) (Ayu,
2017).

21
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa makanan bergizi merupakan
aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat yang diperlukan
oleh tubuh. Kebutuhan gizi seseorang merupakan jumlah yang diperkirakan
cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Dan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak usia toddler memerlukan enam zat gizi utama yaitu,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

22
2.3 Penelitian Terkait
Tabel 2.4 Penelitian Terkait

N Penulis Tempat Tah Tujuan Desain/Meto Populasi/Sampli Hasil Manfaat dan


o. un de/statistik ng/sampel atau Limitasi
test dari penelitian

1. Nurmaliz Kecamatan 2019 Penelitian ini Penelitian ini Jumlah Sampel Hasil penelitian ini Dengan adanya
a dan Sara Rumbai bertujuan untuk bersifat dalam penelitian diperoleh ada penelitian ini
Herlina Pesisir kota mengetahui kuantitatif ini adalah 70 hubungan antara terdapat hubungan
Pekan Baru hubungan analitik balita. Teknik pengetahuan dan antar pengetahuan
pengetahuan dengan jenis pengambilan pendidikan terhadap dan pendidikan
tentang desain cross- sampel yang status gizi balita. terhadap status
pendidikan sectional digunakan adalah Berdasarkan uji gizi balita.
terhadap status study. purposive statistik nilai pvalue
gizi balita Berdasarkan sampling. <0,05
uji chi
square
2. Katarina Posyandu 2019 Tujuan dari Desain Populasi dalam Dari hasil penelitian Manfaat penelitian
Iit dan Peduli penelitian ini penelitian ini penelitian ini ini adalah sebagian ini agar dapat
Megalina Bangsa untuk mengetahui menggunaka adalah semua besar dari responden mengetahui
Limoy hubungan n deskriptif balita 1-3 tahun yang memiliki hubungan
pengetahuan ibu korelasi yang ada di pengetahuan baik dan pengetahuan ibu
tentang gizi balita dengan posyandu peduli tidak ada seseorang yang baik dan
dengan status gizi pendekatan bangsa sebanyak responden yang tidak terhadap
(IMT/U) pada cross 48 orang dengan berpengetahuan status gizi pada
balita sectional . teknik kurang. balita
berdasarkan pengambilan Menggunakan teknik

23
uji chi sampel analisis data bivariat
square. menggunakan menggunakan chi
accidental square nilai pvalue
sampling. sebesar 0,001. Hal ini
menunjukan bahwa
terdapat hubungan
yang signifikan antara
tingkat pengetahuan
gizi ibu tentang gizi
terhadap status gizi
pada balita
2. Milda Di wilayah 2018 Tujuan dari Penelitian ini Jumlah populasi Hasil penelitian Manfaat penelitian
Riski kerja penelitian ini merupakan keseluruhan 2.124 mengatakan bahwa ini adalah agar
Nirmala puskesmas adalah untuk penelitian balita tercatat di terdapat hubungan dapat mengetahui
Sari dan gapura mengalisis observasiona posyandu wilayah antara pengetahuan hubungan antara
Leersia kabupaten hubungan antara l dengan kerja Puskesmas pola pemberian pengetahuan ibu
Yusi sumenep pengetahuan ibu desain cross Gapura. Besar makan dengan status tentang pola
Ratnawati mengenai pola sectional sampel sebanyak gizi balita (p<0,05). pemberian makan
pemberian makan Data 30 balita dengan terhadap status
terhadap status dianalisis rentang umur 24- gizi
gizi balita menggunaka 60 bulan teknik
n uji chi- pengambilan data
square menggunakan
random sampling.
3. Mika Di wilayah 2017 Penelitian ini Penelitian ini Populasi dalam Hasil penelitian ini Manfaat penelitian
Oktarina kerja bertujuan untuk menggunaka penelitian ini berdasarkan analisis ini adalah dapat
puskesmas mempelajari n desain adalah seluruh ibu univariat dari 157 mengetahui sikap
Sawah Lebar hubungan sikap deskriptif yang mempunyai responden terdapat 72 ibu terhadap balita
kota ibu dengan status korelasional balita berumur 0- (45,9%) balita dalam pemberian
Bengkulu gizi balita. dengan 60 bulan yang memiliki status gizi makanan
pendekatan berjumlah 1.259 kurang, 78 balita seimbang guna
secara cross orang. Teknik (49,7%) memiliki memperbaiki

24
sectional. Uji pengambilan status gizi baik dan 7 status gizi anak.
statistik yang sampel balita (4,4%)
digunakan menggunakan memiliki status gizi
adalah chi teknik accidental lebih dari analisis
square. sampling di dapat bivariat yaitu ada
dari kegiatan hubungan antara
posyandu sikap ibu dengan
berjumlah 157 status gizi balita. Dari
orang. hasil uji statistik nilai
x2 = 18,491, p= 0,000
< = 0,05.
4. Melantho Di SDN 2018 Penelitian ini Penelitian ini Melibatkan 37 Hasil analisis Manfaat bagi
n Umboh, INPRES bertujuan untuk menggunaka orang ibu dan 37 menunjukan tidak penelitian ini
Maryati Karatung 2 mengetahui n desain orang anak. terdapat hubungan adalah agar dapat
Tatangind Kecamatan hubungan potong Teknik antara pengetahuan mengetahui
atu dan Manganitu pengetahuan ibu lintang pengambilan ibu tentang makanan hubungan
Gitalia tentang makanan (cross sampel bergizi dengan status pengetahuan ibu
Putri bergizi dengan sectional). menggunakan gizi pada anak SDN terhadap makanan
Medea. status gizi anak Dengan probability INPRES kecamatan bergizi dengan
menggunaka sampling. Manganitu (p=0,703; staus gizi anak
n uji chi <0,05). balita.
square
5. Alexander Di 2018 Tujuan dari Penelitian ini Populasi dalam Dari hasil penelitian Manfaat penelitian
dan Puskesmas penelitian ini menggunaka penelitian ini diperoleh tidak ada ini adalah ibu-ibu
Melyani PAL III adalah untuk n desain sebanyak 137 hubungan yang dapat mengetahui
Kabupaten mengetahui penelitian orang ibu-ibu signifikan antara manfaat-manfaat
Potianak hubungan antara analitik yang mempunyai pengetahuan tentang makanan
pengetahuan ibu korelasi balita. Sampel gizi seimbang dengan seimbang bagi
tentang gizi dengan yang diambil status gizi. nilai p balita.
dengan status gizi pendekatan sebanyak 57 value (0,600) > nilai
balita. cross orang dengan alpha (0,005%)
sectional melakukan teknik

25
dengan pengambilan
menggunaka sampel dengan
n uji chi- menggunaka
square teknik random
sampling

26
2.4 Aplikasi Teori atau Model Keperawatan Nola J. Pender
Latar belakang Pender dalam keperawatan, perkembangan manusia,
psikologi eksperimental, dan pendidikan membimbingnya dalam menggunakan
sudut pandang keperawatan yang holistik, psikologi sosial, dan teori
pembelajaran sebagai fondasi untuk Health Promotion Model (HPM). Teori
yang menjadi pusat HPM adalah teori pembelajaran yang pentingnya proses-
proses kognitif dalam perubahan perilaku. Teori pembelajaran sosial, sekarang
dinamai teori kognitif sosial, mencakup kepercayaan-kepercayaan pada diri
seperti atribusi diri, evaluasi diri dan keyakinan diri. Keyakinan diri (self-
efficacy) merupakan satu gagasan pusat HPM (Alligood, 2017)
HPM memiliki bentuk yang serupa dengan model kepercayaan
kesehatan, yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit, tetapi yang
membuat HPM berbeda dari model kepercayaan kesehatan adalah tidak
disertakannya rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi bagi perilaku
kesehatan. HPM mencakup secara luas untuk menunjukkan perilaku yang
dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan dan menerapkannya sepanjang
hidup.
Asumsi teori ini mencerminkan perspektif ilmu perilaku dan
menekankan peran aktif pasien dalam mengatur perilaku kesehatan mereka
dengan cara memodifikasi lingkungan sekitar. Health Promotion in Nursing
Practice, Pender (1996) menyebutkan bahwa asumsi-asumsi utama pada HPM
yang dengan membahas orang, lingkungan dan kesehatan seperti : 1) orang
berusaha membuat kondisi hidup mereka agar bisa mengemukakan potensi
kesehatan yang mereka miliki dan masing-masing sifatnya unik. 2) orang
mempunyai kemampuan untuk bercermin melalui kesadaran diri, termasuk
menilai kemampuan diri sendiri. 3) orang menghargai perubahan yang dianggap
mengarah pada hal yang positif dan melakukan usaha untuk mencapai
keseimbangan antara perubahan dan kestabilan yang menurut dirinya sendiri
dapat diterima. 4) masing-masing individu berusaha secara aktif untuk
mengatur perilaku mereka sendiri. 5) masing-masing individu dengan segala

27
kerumitan biopsikososialnya berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yang
secara propresif memberikan perubahan pada lingkungan dan juga dijadikan
berubah seiring waktu. 6) para pekerja kesehatan berperan dalam lingkungan
interpersonal, yang memberikan pengaruh pada orang-orang sepanjang masa
hidup mereka. Dan 7) penataan ulang yang dimulai diri sendiri pada pola-pola
interaksi antara manusia dengan lingkungan adalah hal yang esensial bagi
perubahan perilaku (Alligood, 2017).

Karakteristik dan Perilaku spesifik kongnitif Perilaku yang


pengalaman individu dan pengaruhnya dihasilkan

Manfaat yang
dirasakan dari
tindakan

Hambatan dari Kontrol rendah


tindakan dan kontrol tinggi
Perilaku terdahulu
yang berhubungan Keyakinan diri

Aktifitas yang
mempengaruhi Komitmen Perilaku
terhadap promosi
perencanaan kesehatan

Pengaruh interpersonal:
keluarga, teman, norma,
dukugan dan model
Faktor personal:
biologis, psikologis, Situasi yang
sosiokultural mempengaruhi:
karakteristik estetika

Bagan 2.1 Kerangka Teori Nola J. Penden


(Sumber : Alligood, 2017)

28
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada BAB III ini peneliti membahas tentang kerangka konsep yang berkaitan
dengan teori keperawatan yang telah diambil dan juga pada BAB III ini akan
membahas tentang hipotesis dan definisi operasional yang didalamnya ada juga alat
ukur dan skala ukur yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Kerangka Konsep

Manfaat yang
dirasakan dari
tindakan

Hambatan dalam
pemberian makanan Kebutuhan yang
bergizi mendesak (kendali
rendah) dan
Perilaku bebagai pilihan
terdahulu Persepsi terhadap (kendali tinggi)
yang keyakinan diri
berhubungan
Pengaruh aktifitas
yang ditimbulkan
oleh pendidikan
kesehatan tentang
makanan bergizi Pengetahua Status gizi
n dan sikap

Pengaruh interpersonal:
keluarga, teman, norma,
dukugan dan model
Faktor personal:
biologis, Situasi yang
psikologis, mempengaruhi
sosiokultural karakteristik estetika

Bagan 3.1 Aplikasi Teori Nola J. Pender pada Penelitian

29
Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

: Variabel tidak diteliti

Kerangka konsep ini didasarkan pada konsep teori Health Promotion Model
(HPM) oleh Nola J Pender penelitian ini akan melihat hubungan pengetahuan dan
sikap tentang makanan bergizi dengan status gizi anak usia Toddler. aplikasi dalam
teori ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan
bergizi dengan status gizi. dalam pemberian kesehatan menurut Pender pastinya
dipengaruhi oleh perilaku sebelumnya dan faktor personal, biologis, psikologi dan
sosial budaya. Peneliti ingin membantu responden dalam melihat riwayat perilaku
positif yang pernah dialaminya sehingga mengakibatkan timbal balik yang positif
terhadap responden. Faktor personal tentunya sangat berpengaruh pada responden
yaitu faktor pendidikan, motivasi diri dan khususnya faktor sosial budaya atau
kebiasaan di daerah tempat tinggal dalam upaya penerimaan pendidikan kesehatan
yang diberikan oleh peneliti.
Berdasarkan teori Nola J. Pender terdapat 2 variabel yang dapat dihubungkan
dengan masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu pengetahuan dan sikap ibu dan
status gizi karena pengetahuan dan sikap ibu yang menjadi faktor utama agar
pemberian makanan bergizi dapat terlaksana. Pengetahuan yang baik tentang
makanan bergizi dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan bahkan
berperilaku
Hasil dari peningkatan pengetahuan ini diharapkan dapat berpengaruh pada
interpersonal dan situasional dari sasaran yang menerima pendidikan kesehatan.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan kesehatan ini dipengaruhi oleh
faktor perilaku sebelumnya yang terkait dan juga faktor personal individu yaitu

30
biologis, psikologi, dan sosial budaya. Yang diharapkan sesudah mendapat
pendidikan kesehatan agar adanya peningkatan pengetahuan mengenai status gizi.

Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: yang pertama
karakteristik ibu yang meliputi pengetahuan dan sikap, pendidikan, pekerjaan, usia,
paritas dan etnis. Bagian kedua karakteristik anak usia toddler yang meliputi berat
badan, tinggi badan dan kondisi kesehatan anak. Bagian ketiga adalah lingkungan
yang meliputi keyakinan dukungan keluarga, tempat tinggal dan social ekonomi.

3.2 Hipotesis

1. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi


dengan status gizi pada anak usia toddler.
H1 : Ada hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan
status gizi pada anak usia toddler
2. H0 : Tidak ada hubungan sikap ibu tentang makanan bergizi dengan status
gizi pada anak usia toddler
H1 : ada hubungan sikap ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi
pada anak usia toddler.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Definisi Operasional Alat Skala Hasil Ukur


Konseptual Ukur/car Ukur
a Ukur
Variabel Pengetahuan Pengetahuan Lembar Ordina 1. Pengetahuan
Independen merupakan hasil merupakan suatu kuesioner l baik 9- 12
Pengetahuan dari tahu, dan pemahaman ibu terdiri 2. Pengetahuan
ini terjadi tentang makanan dari 12 cukup 5-8
setelah orang bergizi yaitu aneka pertanyaa 3. Pengetahuan
melakukan ragam bahan pangan n untuk kurang 1 - 4
pengindraan yang mengandung mengetah
terhadap suatu unsur-unsur zat gizi ui
objek tertentu yang diperlukan oleh pengetahu
(Sukmayani, tubuh pada an ibu
2018) perkembangan anak tentang

31
usia toddler yang makanan
terdiri dari enam zat bergizi
gizi utama, yaitu
karbohidrat, protein,
lemak, vitamin,
mineral dan air.
Variabel sikap Sikap merupakan Lembar Ordina
Independen merupakan respon/reaksi kuesioner l 1. Sikap positif
Sikap suatu ekpressi seseorang tentang terdiri jika skor 30-
perasaan makanan bergizi yaitu dari 10 50
seseorang yang aneka ragam bahan item 2. Sikap negatif
merefleksikan pangan yang untuk jika skor 10-
kesukaannya mengandung unsur- melihat < 30
terhadap suatu unsur zat gizi yang sikap ibu
objek (Damiati, diperlukan oleh tubuh terhadap
2017) pada perkembangan pemberia
anak usia toddler, yang n
terdiri dari enam zat makanan
gizi utama, yaitu bergizi.
karbohidrat, protein, yaitu ;
lemak, vitamin,  Sangat
mineral dan air. Setuju
 Setuju
 Ragu-
ragu
 Tidak
Setuju
 Sangat
Tidak
Setuju
Variabel Status gizi Status gizi pada anak Menggun Ordina Gizi Baik :
dependen merupakan usia toddler akan l >2 SD
Status Gizi keadaan tubuh pengukuran meteran
mengkonsumsi menggunakan dan Gizi Kurang :
makanan dan antropometri sesuai timbanga >-3 sampai
menggunakan dengan indikator. n dengan < -2 SD
zat gizi, dimana Penilaian status gizi
zat gizi tersebut menggunakan Gizi Buruk :
sangat parameter gabungan < 3 SD
dibutuhkan oleh seperti : berat badan
tubuh sebagai menurut umur (BB/U),
sumber energi tinggi badan menurut
(Auliya et al., umur (TB/U), berat
2015) badan menurut tinggi
badan (BB/TB) dan
indeks massa tubuh
menurut umur
(IMT/U). kategori
dalam status gizi

32
terdiri dari Sangat
kurus, kurus, normal,
gemuk dan obesitas.
BAB IV
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang desain penelitian yang digunakan,
tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian,
pengumpulan data, analisa data dan juga etika penelitian.

4.1. Desain Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desaian
penelitian digunakan yaitu penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
dengan status gizi anak dimana data independen dan dependen dikumpulkan
pada waktu yang bersamaan.
4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Wenang
Kecamatan Wenang, Kelurahan Calaca dan Kelurahan Teling bawah,
Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari sampai 30 Juli 2021.

4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia toddler yang ada di
wilayah Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang diantaranya ada 2
kelurahan yaitu Kelurahan Calaca dan Kelurahan Teling Bawah jumlah
70 anak usia toddler.

33
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini untuk menentukan besarnya sampel sejumlah: 70 orang
dengan kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu yang memiliki anak usia toddler (1-3 tahun)
b. Ibu yang bersedia menjadi responden
c. Ibu yang kooperatif
2. Kriteria Eksklusi
Ibu atau anak yang sedang diluar kota

4.3. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan lembar kuesioner yang
terdiri atas tiga jenis kuesioner. Yang pertama yaitu kuesioner pengetahuan ibu
tentang makanan bergizi. Kuesioner yang disusun oleh peneliti ada 12
pertanyaan dengan menggunakan skala ordinal. Jumlah pertanyaan positif ada 6
pertanyaan (nomor 1,2,3,4,5,6) dan pertanyaan negatif ada 6 pertanyaan (nomor
7,8,9,10,11,12). Jawaban yang disediakan yaitu benar dan salah diberi tanda
cheklist (√) dengan interpretasi penilaian pertanyaan positif benar skor 1, salah
skor 0 dan pertanyaan negatif salah skor 1, benar skor 0. Dengan skor penilaian
Pengetahuan baik 9-12, Pengetahuan cukup 5-8 dan Pengetahuan kurang 1-4.
Kedua yaitu kuesioner sikap ibu tentang makanan bergizi ada 10
pertanyaan dari 1 hingga 5 kategori jawaban dengan menggunakan skala
ordinal. Jawaban yang disediakan adalah sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu
(3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1). Jumlah pertanyaan positif ada 5
pernyataan (nomor 1,2,3,4,5) dan pertanyaan negatif ada 5 pertanyaan (nomor
6, 7, 8, 9, 10). Dari pertanyaan tersebut diberi tanda cheklist (√) dengan
interpretasi penilaian pada pernyataan positif skor sangat tidak setuju nilainya 1
sampe sangat setuju nilainya 5 dan skor pernyataan negatif mulai sangat setuju

34
nilainya 1 sampe sangat tidak setuju nilainya 5 jadi skornya berada pada
rentang 10-50. Untuk skor sikap positif >30 dan untuk skor sikap negatif ≤ 30.
Ketiga yaitu status gizi penelitian ini menggunakan lembar observasi
yang kemudia akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil pengukuran IMT
dengan mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menilai status gizi pada
anak usia toddler. Kategori dalam status gizi terdiri dari kurus, normal dan
gemuk. Dikatakan Gizi Baik : >2 SD, Gizi Kurang :>-3 sampai dengan < -2 SD
dan Gizi Buruk :< 3 SD
Hasil uji validasi yang dilakukan pada tanggal 17 Juni 2021
dikelurahan Teling Bawah Kecamatan Wenang dengan jumlah 15 responden,
sehingga didapatkan hasil dari uji validitas kuesioner pengetahuan tentang
makanan bergizi dari 12 pernyataan yang diuji lewat SPSS dinyatakan 11 valid
dan 1 pernyataan yang dikeluarkan karena dinyatakan tidak valid. Hasil dari uji
validitas kuesioner pengetahuan dari 10 pernyataan yang di uji di SPSS
dinyatakan 10 valid. Dari hasil uji valid yang dilakukan semua pernyataan valid
dilakukan uji reliabilitas. Hasil yang didapatkan dari kuesioner pengetahuan
tentang makanan bergizi diperoleh nilai Alpha Cronbach 0.882 atau > 0.6
sedangkan hasil yang didapatkan dari kuesioner sikap ibu tentang makanan
bergizi diperoleh nilai Alpha Cronbach 0.714 atau > 0.6 yang berarti kuesioner
pengetahuan tentang makanan bergizi dan sikap ibu tentang makanan bergizi
dinyatakan reliable.

4.4. Pengumpulan Data

Pengurusan perizinan (dari Fakep dan Institusi


tempat penelitian)

Penentuan populasi dan Sampel (n=70)

35
Penjelasan maksud dan tujuan dari peneliti

Pengumpulan data (pemberian instrumen


penelitian)
Bagan 4.1. Alur Pengumpulan data

Pada saat proses penelitian, peneliti harus mengikuti dan


melaksanakan beberapa prosedur pengumpulan data yang sesuai, yaitu pertama
peneliti meminta surat pengatar dari fakultas keperawatan untuk melakukan
penelitian awal di lokasi yang telah dipilih oleh peneliti. Kemudian selanjutnya
dari surat yang diberikan oleh pihak fakultas peneliti harus membawa suarat
pengatar tersebut ke kantor Kesbanpol untuk diberikan izin penelitian, setelah
surat tembusan penelitian telah diberikan oleh kesbanpon peneliti membawanya
ke kantor Dinas Kesehatan Kota Manado dan dari Dinkes Kota Manado akan
mengeluarkan surat ijin untuk melakukan penelitian di Puskesmas terkait. Dan
setelah itu peneliti harus membawa surat ijin dari Diskes Kota Manado ke
Petugas Puskesmas dan menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti, maka
peneliti mendapat data awal tentang jumlah anak usia toddler dan jumlah anak
dengan masalah gizi di Puskesmas Wenang. Setelah itu peneliti menentukan
berapa banyak jumlah responden dan sampel yang akan diteliti nantinya.
Dalam penelitian, Peneliti akan melakukan penelitian dirumah masing-
masing responden dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti jika reponden
bersedia menjadi responden maka responden tersebut menandatangani
informed consent, dan prosedur teknik cara mengkaji pengetahuan dan sikap
ibu yaitu peneliti membagikan lembar kuesioner dan diisi oleh ibu dan dibantu
oleh peneliti jika ibu tidak memahami maksud dari pertanyaan yang diberikan
setelah mengisi lembar kuesioner peneliti melakukan wawancara mengenai
masalah atau hambatan yang dialami oleh ibu mengenai pemberian makanan

36
bergizi pada anak. Dan peneliti juga melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan anak menggunakan meteran dan timbangan setelah itu mengisinya
pada lembar observasi.
Dalam pengumpulan data peneliti dan responden tetap mematuhi
protokol kesehatan yang ada dengan menggunakan masker, cuci tangan atau
hand sanitizer dan menjaga jarak.

4.5. Analisis Data

4.6.1 Pengolahan Data


Pengolahan data dapat dilakukan berdasarkan prosedur berikut ini : 1)
editing, penelitian memeriksa, melengkapi data, mengoreksi, mengecek
macam isian data berupa jawaban kuesioner dan kelengkapan data. 2)
Koding, peneliti memberikan kode atau isyarat yang dibuat dalam
bentuk pengkodean bagi anak yang memiliki masalah gizi. 3) Entry
(data), yaitu data-data atau hasil yang telah diberikan kode kemudian
dimasukan kedalam tabel dalam bentuk Microsoft excel. 4) Input, data
yang telah dikelompokkan di dalam Ms excel dimasukan kedalam
software SPSS. 5) analyze data dilakukan analisis dalam software SPSS
dengan menggunakan anlisi uji chi square. 6) Output SPSS hasil analisis
data telah keluar dalam bentuk tabel SPSS.

4.6.2 Analisis Univariat dan Bivariat


Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai
variabel yang telah diteliti baik variabel dependen maupun independen,
untuk dapat melihat frekuensi dan presentase berdasarkan karakteristik
dari responden. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang telah
dikumpulkan kemudian bisa diolah dan dianalisis dengan menggunakan

37
uji chi-square untuk mengetahui persentase distribusi antar variabel,
serta untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan signifikan dengan tingkat kemaknaan a = >
0,05.untuk penentuan nilai signifikansi apabila hasil p-value = > 0,05
dikatakan tidak memiliki hubungan dan apabila nila p-value = < 0,05
dikatakan memiliki hubungan yang bermakna.

4.6. Etika Penelitian

4.7.1 Baik
Prinsip yang pertama yang dilakukan peneliti yaitu baik. Yang dimana
pada saat penelitian berlangsung peneliti bisa berbicara dan meminta
persetujuan langsung dari pihak responden maksud dan tujuannya yaitu
membantu dalam mengidentifikasi untuk mengetahui pemberian
makanan bergizi sehingga tidak mempengaruhi status gizi anak.
Sehingga responden dapat mengetahui tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta manfaat.
4.7.2 Hormat
Peneliti menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian
sehingga responden mengerti dan ikut berpartisipasi serta
menandatangani informed consent. Peneliti juga menjelaskan responden
berhak dalam menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk
ikutsertakan dalam berpartisipasi, maka responden dapat berhenti kapan
saja dan tidak ada dampak yang akan terjadi pada responden maupun
keluarganya. Peneliti memberikan informasi dalam penelitian ini pada
responden bahwa akan dirahasiakan dengan hanya menulis inisial atau
kode tertentu.
4.7.3 Adil
Peneliti menyampaikan bahwa responden yang ada dalam penelitian ini
mempunyai hak bertanya baik sebelum, sementara maupun sesudah
penelitian. Peneliti berperilaku yang seadil-adilnya tanpa memilih-milih

38
atau membedakan sesama responden. Dalam proses penelitian ini,
peneliti memberikan keadilan pada semua responden diperlakukan
dengan sama.

39
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang didapatkan
dari tempat penelitian yang terdiri dari karakteristik demografi, analisi univariat dan
analisis bivariat yang disajikan dalam bentuk tabel.
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado dari
tangga 23 – 26 juli 2021. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi anak usia
toddler di wilayah kerja puskesmas Wenang Kelurahan Calaca kecamatan Wenang
Kota Manado. Dengan jumlah sampel dalam penelitian ini ada 70 responden. Hasil
penelitian yang didapt diperoleh dari lembar kuesioner, lembar observasi dengan
indikator hasil ukur tinggi badan dan berat badan dan menghitung index massa tubuh
berdasarkan BB/TB. Setelah semua data dikumpulkan, peneliti melakukan
pemeriksaan data dan pengolahan data. Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisis data, peneliti menyajikan analisis univariat dan analisis bivariat dalam bentuk
tabel dengan menggunakan uji statistik chi square.
5.2 Hasil Karakteristik Demografi/Responden
Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Responden Usia, Pendidikan dan Pekerjaan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca
Kecamatan Wenang Kota Manado tahun 2021 (n=70)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia ibu
≤20 Tahun 9 12.9
20-40 Tahun 55 78.6
≥40 Tahun 6 8.6
Pendidikan
SD 20 28.6
SLTP 15 21.4
SLTA 30 42.9
Akademi/PT 5 7.1

40
Pekerjaan
PNS 2 2.9
Swasta 10 14.3
Petani 4 5.7
IRT 54 77.1
Total 70 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel karakteristik demografi ibu dan anak diatas menjelaskan
bahwa jumlah responden ada 70. Usia ibu paling banyak pada usia 20-40 tahun
(78.6%), dan untuk pendidikan terakhir dari ibu yang paling banyak yaitu SLTA
(42.9%), untuk pekerjaan ibu yang paling banyak yaitu IRT (77.1%).
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Demografi Responden Jenis Kelamin dan Usia
Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kota Manado
tahun 2021 (n=70)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis kelamin anak
Laki-laki 32 45.7
Perempuan 38 54.3
Usia anak
12-23 bulan 40 57.1
24-35 bulan 19 27.1
36 bulan 11 15.7
Total 70 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Pada data demografi anak untuk jenis kelamin paling banyak yaitu perempuan
yaitu (54.3%), dan untuk usia anak 12-23 bulan yang paling banyak yaitu sebesar
(42.9%).
5.2 Hasil Analisis Univariat
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja
Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado
tahun 2021 (n=70)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Gizi Baik 27 38.6
Gizi kurang 32 45.7

41
Gizi buruk 11 15.7
Total 70 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa 70 responden ditemukan Gizi
kurang merupakan yang terbanyak yaitu (45.7%), Gizi Baik yaitu (38.6%) sedangkan
Gizi buruk yaitu (15.7%).
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pengetahuan ibu tentang
makanan bergizi dengan status gizi anak usia toddler di Wilayah Kerja
Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang
Kota Manado tahun 2021 (n=70)
Pengetahuan ibu tentang Frekuensi (n) Persentase (%)
makanan bergizi
Pengetahuan Baik 10 14.3
Pengetahuan cukup 25 35.7
Pengetahuan Kurang 35 50
Total 70 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa 70 responden ditemukan
pengetahuan ibu kurang merupakan yang terbanyak yaitu (50%), pengetahuan cukup
yaitu (35.7%) dan pengetahuan baik yaitu (14.3%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap ibu tentang makanan
bergizi dengan status gizi anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado
tahun 2021 (n=70)
Sikap Ibu tentang Frekuensi (n) Persentase (%)
Makanan Bergizi
Sikap Positif 25 35.7
Sikap Negatif 45 64.3
Total 70 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

42
5.3 Hasil Analisis Bivariat
Tabel 5.6 Distribusi Hubungan Pengetahuan tentang Makanan Bergizi dengan
Status Gizi pada Anak Usia Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado
Status Gizi
Pengetahuan Ibu Baik Kurang Buruk Total P-value
tentang Makanan
Bergizi
n % n % n % n %
Pengetahuan 10 14.3 0 0 0 0 10 14.3
Baik
Pengetahuan 17 24.3 8 11.4 0 0 25 35.7 0.000
Cukup
Pengetahuan 0 0 24 34.3 11 15.7 35 50.0
Kurang
Total 27 38.6 32 45.7 11 15.7 70 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa Pengetahuan Baik yang
memiliki status gizi baik berjumlah 10 orang (14.3%), status gizi kurang (0%)
dan status gizi buruk (0%). Pengetahuan Cukup yang memiliki status gizi baik
17 orang (24.3%), status gizi kurang 8 orang (11.4%) dan status gizi buruk
(0%). Sedangkan Pengetahuan Kurang memiliki status gizi baik (0%), status
gizi kurang berjumlah 24 orang (34.3%) dan status gizi buruk berjumlah 11
orang (15.7%). Dengan demikian, hasil yang dapat disimpulkan adalah
responden yang pengetahuan cukup dengan status gizi kurang merupakan
responden terbanyak, sehingga berdasarkan hasil analisis data bivariat dengan
menggunakan uji chi square memperoleh nilai p=0.000 (a=<0.05), yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
status gizi pada anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado.

43
Tabel 5.7 Distribusi Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi
pada Anak Usia Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kelurahan
Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado
Status Gizi
Sikap ibu tentang Baik Kurang Buruk Total p-value
makanan Bergizi
n % n % n % n %
Positif 25 35.7 0 0 0 0 25 35.7
0.000
Negatif 2 2.9 32 45.7 11 15.7 45 64.3
Total 27 38.6 32 45.7 11 15.7 70 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa sikap positif yang
memiliki status gizi baik berjumlah 25 orang (35.7%), status gizi kurang (0%)
dan status gizi buruk (0%). Sedangkan yang sikap negatif yang memiliki
status gizi baik berjumlah 2 orang (2.9%), status gizi kurang berjumlah 32
orang (45.7%) dan status gizi buruk berjumlah 11 orang (15.7%). Dengan
demikian, hasil yang dapat disimpulkan adalah responden yang sikap negatif
dengan status gizi kurang merupakan responden terbanyak, sehingga
berdasarkan hasil analisis data bivariat dengan menggunakan uji chi square
memperoleh nilai p=0.000 (a=<0.05), yang artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap ibu dengan status gizi pada anak usia toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang
Kota Manado.

BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan yaitu hasil analisis variabel independen dan variabel dependen

44
juga hasil analisis bivariat. Yang dikaitkan juga dengan penelitian terkait dan konsep
teori yang telah diangkat, juga ada kesimpulan penelitian atau keterbatasan penelitian.
6.1 Karakteristik Responden
Dalam penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado dengan jumlah responden 70
orang dan ditemukan usia ibu 20-40 tahun lebih banyak dibandikan ibu yang berusia
≤20 Tahun dan ≥40 Tahun, dengan jumlah usia ibu 20-40 tahun yaitu 55 orang.
Pendidikan lebih banyak SLTA dibandingkan pendidikan SD, SLTP dan Akademi.
Dengan jumlah pendidikan SLTA yaitu 30 orang. Pekerjaan terbanyak responden
adalah IRT sebanyak 54 orang, Jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan dengan
jumlah 38 orang dan Usia anak terbanyak yaitu 12-23 bulan dengan jumlah 40 anak.
Peneliti berasumsi lewat fenomena yang terjadi didapatkan dengan tingginya
angka pekerjaan IRT, maka status gizi pada anak dengan pekerjaan IRT karena
kurang pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan bergizi sehingga mempengaruhi
status gizi anak. Hal ini sejalan dengan Fauzia (2019), yang mendapatkan hasil
karakteristik dengan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh ibu adalah IRT, yaitu
sebanyak 26 responden (42,6%). Selain itu frekuensi ibu yang menjadi responden
memiliki status bekerja, yakni sebanyak 35 responden (55,7%). Status gizi balita
terbanyak adalah kategori normal, yaitu sebanyak 44 responden (72,1%). Hal ini
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan
status gizi balita. Selain itu dalam penelitian Wardani (2016), Tidak ada hubungan
antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita dalam penelitian ini dapat disebabkan
karena baik ibu yang bekerja ataupun tidak bekerja sebagian besar memiliki balita
dengan status gizi baik. Ibu yang bekerja juga bisa secara bersama atau dibantu oleh
anggota keluarga lain untuk ikut mengasuh anaknya sehingga status gizinya dapat
tetap terpantau.
Sesuai teori Nola J. Pender menceritakan mengenai Health Promotion in
Nursing Practice yang menyebutkan bahwa asumsi-asumsi utama pada HPM yang
dengan membahas masing-masing individu berusaha secara aktif untuk mengatur
perilaku mereka sendiri yang secara propresif memberikan perubahan pada

45
lingkungan juga dijadikan berubah seiring waktu dan berusaha membuat kondisi
hidup mereka agar bisa mengemukakan potensi kesehatan yang mereka miliki.
6.2 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Bergizi
Berdasarkan hasil yang diperoleh Pengetahuan Ibu tentang Makanan Bergizi
di Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado dari 70
responden ada yang pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang.
Untuk responden yang pengetahuan baik sebanyak (14.3%), pengetahuan cukup
sebanyak (35.7%) dan pengetahuan kurang sebanyak (50.0%). Sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2015) bahwa pengetahuan dapat dapat dikatakan sebagai pengalaman
yang mengarah pada kecerdasan serta akan meningkatkan minat dan perhatian.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang karena dari pengalaman dan penelitian , ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Ayu
(2017) yang mengatakan bahwa tanggung jawab keluarga terutama peran ibu sangat
penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap status gizi anak. Pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan
faktor-faktor individu secara langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan
kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama pengetahuan ibu tentang
pemenuhan gizi seimbang anak.
Menurut Susilowati (2017), tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita sangat
mempengaruhi keadaan gizi balita tersebut karena ibu adalah seorang yang paling
besar keterikatannya terhadap anak. Kebersamaan ibu dengan anaknya lebih besar
dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain sehingga lebih mengerti segala
kebutuhan yang dibutuhkan anak. Pengetahuan yang dimiliki ibu menjadi kunci
utama kebutuhan gizi balita terpenuhi. Pengetahuan yang didasari dengan
pemahaman yang baik dapat menumbuhkan perilaku baru yang baik pula.
Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang dipahami dengan baik akan diiringi
dengan perilaku pemberian makanan bergizi bagi balita.

46
Menurur Alexander (2018), pengetahuan seorang ibu tentang gizi sangat perlu
karena dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan balita. Bahaya pada balita
penyebabnya seperti asupan gizi yang tidak baik dapat memicuh kesalahan dalam
pemberian asupan makanan kepada anak dalam jumlah banyak tapi tanpa
memperhatikan kandungan nutrisi yang ada di dalam makanan tersebut. Anak yang
kurang mendapat asupan gizi pertumbuhan dan perkembangan terhambat dari pada
anak yang mendapat asupan yang cukup. Seperti pertumbuhan meliputi tinggi badan,
berat badan balita rendah, perkembangan otak, tingkat kecerdasan dan menderita gizi
buruk akan mengalami penurunandaya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit
infeksi.
Jadi didalam penelitian ini peneliti berpendapat bahwa penegtahuan ibu yang
baik tentang makanan bergizi anak adalah ibu yang mengerti kebutuhan gizi dan
mampu menyajikan menu atau nutrisi yang akan diberikan kepada anaknya, sehingga
anak tercukupi gizinya. Hal ini jika dihubungkan dengan teori Health Promotion in
Nursing Practice, Pender (1996) menyebutkan bahwa asumsi-asumsi utama pada
HPM yang dengan membahas orang, lingkungan dan kesehatan seperti : 1) orang
berusaha membuat kondisi hidup mereka agar bisa mengemukakan potensi kesehatan
yang mereka miliki dan masing-masing sifatnya unik. 2) orang mempunyai
kemampuan untuk bercermin melalui kesadaran diri, termasuk menilai kemampuan
diri sendiri. 3) orang menghargai perubahan yang dianggap mengarah pada hal yang
positif dan melakukan usaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan
kestabilan yang menurut dirinya sendiri dapat diterima. 4) masing-masing individu
berusaha secara aktif untuk mengatur perilaku mereka sendiri. 5) masing-masing
individu dengan segala kerumitan biopsikososialnya berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, yang secara propresif memberikan perubahan pada lingkungan dan juga
dijadikan berubah seiring waktu. 6) para pekerja kesehatan berperan dalam
lingkungan interpersonal, yang memberikan pengaruh pada orang-orang sepanjang
masa hidup mereka. Dan 7) penataan ulang yang dimulai diri sendiri pada pola-pola
interaksi antara manusia dengan lingkungan adalah hal yang esensial bagi perubahan
perilaku

47
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik akan
berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru yang dapay menyesuaikan diri dengan hal
yang baru. Pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong
yang menggambarkan faktor-faktor individu secara langsung berhubungan dengan
penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama
pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang anak.
6.3 Sikap Ibu Tentang Makanan Bergizi
Berdasarkan hasil yang diperoleh Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi di
Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota Manado dari 70
responden ada yang sikap positif dan sikap negatif. Untuk responden yang sikap
positif sebanyak (35.7%) dan sikap negatif sebanyak (64.3%). Hasil penelitian ini
didukung dengan penelitian askerning dimana ibu yang sikap baik mengenai
pemberian makanan yang tepat pada anak akan berbanding lurus dengan perilakunya.
Untuk dapat mempengaruhi perilaku, sikap mempunyai tiga komponen yang dapat
membentuk perilaku dan dipengaruhi dengan pengetahuan, pikiran, keyakinan serta
emosi. Namun sikap belum tentu langsung dapat terwujud dalam suatu tindakan,
diperlukan faktor pendukung seperti keluarga sehingga dapat mewujudkan suatu
tindakan.
Sikap ibu tentang makanan bergizi pada anak merupakan faktor yang
menentukan seseorang untuk berperilaku memberikan makanan bergizi untuk anak.
Makanan yang tepat buat anak diberikan agar anak dapat memenuhi kebutuhan
gizinya. Sikap ibu yang didapat dari interaksi sosial seperti lingkungan, dapat dengan
mudah mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan makanan di rumah. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2014), kebiasaan makan yang diajarkan
ibu kepada anak akan mempengaruhi pola makan anak sehingga anak dapat
memutuskan makanan yang dikonsumsinya.
Pengertian sikap menurut Lestari (2015) merupakan reaksi respon terhadap
subyek, obyek, orang maupun peristiwa, yang mencerminkan perasaan orang
terhadap suatu hal. Sikap memerlukan rangsangan atau stimulus dari lingkungan,
sehingga seseorang dapat memperhatikan reaksi terhadap rangsangan tersebut. Balita

48
yang menderita gizi kurang dapat disebabkan karena sikap ibu dalam pemilihan
bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman
makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan makanan.
Menurut Nototmodjo (2014:140) sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Secara umum sikap
adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan seseorang untuk mengenal aspek-
aspek tertentu pada lingkungan yang sering bersifat permanen karena sulit diubah.
Dan menurut Priyoto (2014:32) sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap
berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa
suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide orang lain, kelompok sosial dan objek.
Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan.
Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi membentuk
pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku
kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri.
Padangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang
kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi daat ini.
Menurut Ramadhani (2017), sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap bisa dibentuk sehingga terjadi perilaku yang
diinginkan. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya pengetahuan yang tnggi didukung
dengan sikap yang baik maka akan tercermin perilaku yang baik tentang makanan
bergizi. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup buka merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan
merupakan pelaksanaan atau tindakan. Sikap mempengaruhi pengalaman seorang
individu yang bersumber dari desakan didalam hati, kebiasaan-kebiasaan serta
pengaruh dari lingkungan sekitar individu tersebut tinggal. Sikap dihasikan dari
keinginan-keinginanindividu dan sejumlah rangsangan dari luar.
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bisa bertindak, berfikir.
Sikap menentukan apakah orang tersebut harus berpihak pada suatu hal ataupun

49
menolak, menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan. Ketika
seseorang diberi suatu stimulus/rangsangan, maka akan melalui proses
memperhatikan, memahami, menerima atau menolak yang kemudian menjadi pola
sikap.
Didalam penelitian ini peneliti mendapatkan informasi bahwa sikap ibu dalam
pemberian makanan bergizi masih banyak dipengaruhi oleh keinginan anak mereka.
Jika anak tidak mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan cemilan,
maka ibu menganggap hal tersebut merupakan hal yang biasa. Hal ini juga di dukung
dengan sikap ibu dalam memilih makanan cemilan buat anak dianggap dapat
mengganti posisi makanan utama karena anak akan merasa kenyang. Jadi didalam
penelitian ini peneliti berpendapat bahwa penegtahuan ibu yang baik tentang
makanan bergizi anak adalah ibu yang mengerti kebutuhan gizi dan mampu
menyajikan menu atau nutrisi yang akan diberikan kepada anaknya, sehingga anak
tercukupi gizinya. Hal ini jika dihubungkan dengan teori Health Promotion in
Nursing Practice, menyebutkan bahwa asumsi-asumsi utama pada HPM yang dengan
membahas orang berusaha membuat kondisi hidup mereka agar bisa mengemukakan
potensi kesehatan yang mereka miliki dan masing-masing sifatnya unik, orang
mempunyai kemampuan untuk bercermin melalui kesadaran diri, termasuk menilai
kemampuan diri sendiri, masing-masing individu berusaha secara aktif untuk
mengatur perilaku mereka sendiri dan penataan perilaku yang dimulai diri sendiri
pada pola-pola interaksi antara manusia dengan lingkungan adalah hal yang esensial
bagi perubahan perilaku seseorang
Dengan demikian berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sikap ibu
dalam memilih makanan anak banyak dipengaruhi oleh anaknya. Sehingga sikap ibu
salah dalam pemberian makanan pada anak.
6.4 Status Gizi pada Anak Usia Toddler
Status gizi bisa dilihat dari ketiga indikator yaitu Berat Badan Menurut Usia
(BB/U), Tinggi Badan Menurut Usia (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Hasil pada penelitian ini didapatkan data bahwa status gizi baik (38.6%),
status gizi kurang (45.7%) dan status gizi buruk (15.7%). Status gizi sangat

50
membantu untuk bisa mengetahui kesehatan setiap anak supaya bisa juga mendapat
penanganan yang sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh anak
(Tazkya, 2016).
Status gizi merupakan suatu kebutuhan tubuh untuk bisa mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan dimana bisa sebagai sumber energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh serta bisa mengatur proses tubuh (Septikasari, 2016).
Jika zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi dapat juga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan dari anak dan juga bisa berpengaruh terhadap sistem
kekebalan tubuh dan akan lebih mudah untuk anak terserang penyakit karena status
gizi yang buruk (Septikasari, 2016).
Menurut Alexander (2018), gizi tidak seimbang pada balita dapat
menyebabkan kekurangan energi dan protein sehingga mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akan
menyebabkan anak kurus kering yang disebut wasting. Wasting, berat badan tidak
seimbang dengan tinggi badan. Status gizi balita dapat dipegaruhi oleh pengaruh ibu
yaitu dengan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan yang mempengaruhi gizi
dalam bidang memasak, budaya tentang adanya pantangan, sosial ekonomi keluarga,
adanya penyakit pada anak yang menyebabkan terganggu status gizi balita, jenis dan
jumlah makanan yang diberikan.
Menurut Astuti (2015) gizi merupakan zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan kesehatan badan. Gizi diperlukan oleh setiap manusia yang hidup,
baik balita, anal-anak, remaja, hingga lansia pun membutuhkan gizi untuk
kelangsungan hidupnya. Gizi juga memegang peran penting dalam tumbuh kembang
anak, karena bagi anak gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan. Status gizi merupakan
akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam
seluruh tubuh. Menurut Susilowati (2017), faktor yang dapat mmpengaruhi status gizi
pada balita adalah asupan makanan pada anak dan penyakit infeksi yang merupakan
penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah persediaan

51
makanan dirumah, pengetahuan, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan serta kemiskinan.
Didalam hal ini konsep teori Health Promotion Model (HPM) oleh Nola J
Pender Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: yang pertama
karakteristik ibu yang meliputi pengetahuan dan sikap, pendidikan, pekerjaan, usia,
paritas dan etnis. Bagian kedua karakteristik anak usia toddler yang meliputi berat
badan, tinggi badan dan kondisi kesehatan anak. Bagian ketiga adalah lingkungan
yang meliputi keyakinan dukungan keluarga, tempat tinggal dan social ekonomi.
Dengan demikian berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa status gizi yang
baik, yang bisa dilihat hasilnya melalui Z-score. Setiap anak dalam masa tumbuh
kembangnya sangat perlu untuk diperhatikan masalah gizi, makanan minuman yang
masuk kedalam tubuh agar bisa terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-
masing anak.
6.5 Hubungan Pengetahuan tentang makanan bergizi dengan status gizi anak
usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang.
Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk menganalisis hubungan dua variabel
dengan metode uji statistik chi-square, maka telah didapatkan hasil yaitu terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi karena memiliki p
value=0.000. hal ini berarti nilai p lebih kecil dari  (0.05) sehingga dinyatakan
bahwa Ho ditolak dan ha diterima yang berarti bahwa terdapat adanya hubungan
antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi anak usia toddler
di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang. Dari analisa penelitian yang didapatkan bahwa
sebanyak 10 responden (14.3%) yang memiliki pengetahuan baik, 25 responden
(35.7%) memiliki pengetahuan cukup dan 35 reponden (50.0%) memiliki
pengetahuan kurang. Sedangkan sebanyak 27 anak (38.6%) memiliki status gizi baik,
32 anak (45.7%) memiliki status gizi kurang dan sebanyak 11 anak (15.7%) memiliki
status gizi buruk.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ayu (2017) didapatkan hasil analisis
hubungan pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang anak dengan status gizi
anak usia 1-3 tahun di posyandu Desa Ngliliran Kecamatan Panekan Kabupaten

52
Magetan dari data penelitian yang didapatkan dari hasil uji statistik nilai p = 0,000 <
 = 0,005, sehingga secara statistik Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi seimbang anak dengan status gizi
anak usia 1-3 tahun di posyandu Desa Ngliliran Kecamatan Panekan Kabupaten
Magetan. Dengan demikian pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan status gizi
pada anak.
Adapun penelitian dari Andriyanti (2017) menunjukan hasil analisis statistik
diperoleh hasil p value 0.033 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu dalam pemberian makanan dengan status gizi balita
di Lingkungan VII Desa Bagan Deli Belawan.
Dihubungkan dengan Kerangka konsep didasarkan pada konsep teori Health
Promotion Model (HPM) oleh Nola J Pender aplikasi dalam teori ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi. dalam
pemberian kesehatan menurut Pender pastinya dipengaruhi oleh perilaku sebelumnya
dan faktor personal, biologis, psikologi dan sosial budaya. Peneliti ingin membantu
responden dalam melihat riwayat perilaku positif yang pernah dialaminya sehingga
mengakibatkan timbal balik yang positif terhadap responden. Faktor personal
tentunya sangat berpengaruh pada responden yaitu faktor pendidikan, motivasi diri
dan khususnya faktor sosial budaya atau kebiasaan di daerah tempat tinggal dalam
upaya penerimaan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti.
6.6 Hubungan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi Anak
Usia Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk menganalisis hubungan dua variabel
dengan metode uji statistik chi-square, maka telah didapatkan hasil yaitu terdapat
hubungan yang signifikan antara Sikap ibu dengan status gizi karena memiliki p
value=0.000. hal ini berarti nilai p lebih kecil dari  (0.05) sehingga dinyatakan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat adanya hubungan
antara sikap ibu tentang makanan bergizi deng an status gizi anak usia toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang. Dari analisa penelitian yang didapatkan bahwa
sebanyak 25 responden (35.7%) yang memiliki sikap positif, dan 45 responden

53
(64.3%) memiliki sikap negatif. Sedangkan sebanyak 27 anak (38.6%) memiliki
status gizi kurang, 32 anak (45.7%) memiliki status gizi baik dan sebanyak 11 anak
(15.7%) memiliki status gizi buruk.
Adapun penelitian dari Andriyanti (2017) menunjukan hasil analisis statistik
diperoleh hasil p value 0.002 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap ibu dalam pemberian makanan dengan status gizi balita di
Lingkungan VII Desa Bagan Deli Belawan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melly (2015) dengan
judul Hubungan Pengetahuan ibu, Sikap dan Perilaku terhadap Status Gizi Balita
pada Komunitas Nelayan di Kota Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar
Lampung yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu
terhadap status gizi balita.
Dihubungkan dengan Kerangka konsep didasarkan pada konsep teori Health
Promotion Model (HPM) oleh Nola J Pender aplikasi dalam teori ini adalah untuk
meningkatkan sikap ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi. dalam pemberian
kesehatan menurut Pender pastinya dipengaruhi oleh sikap sebelumnya dan faktor
personal, biologis, psikologi dan sosial budaya. Peneliti ingin membantu responden
dalam melihat riwayat perilaku positif yang pernah dialaminya sehingga
mengakibatkan timbal balik yang positif terhadap responden. Faktor personal
tentunya sangat berpengaruh pada responden yaitu faktor pendidikan, motivasi diri
dan khususnya faktor sosial budaya atau kebiasaan di daerah tempat tinggal dalam
upaya penerimaan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti.
6.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tentunya ada beberapa keterbatasan yang dialami oleh
peneliti apalagi disaat dan kondisi yang sangat tidak memungkinkan karena adanya
pandemi Covid-19 sehingga dalam melakukan penelitian harus menaati aturan
pemerintah yang dijalankan dalam bentuk memakai masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak, dalam menjalankan penelitian ini peneliti harus turun kerumah-rumah
untuk mengambil data didapatkan responden masih dengan kondisi tidur sehingga
mengganggu kenyamanan yang ada, dan anak sering menangis jika di ukur berat

54
badan dan tinggi badan. Adapun keterbatasan lainnya yang dialami oleh peneliti
ketika membagikan kuesioner, responden tidak memahami apa yang dijelaskan oleh
peneliti sehingga peneliti harus menjelaskan kembali sampai responden bisa mengerti

55
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi Anak Usia Toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang Kota
Manado, maka diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Sebagian besar karakteristik reponden berusia 20-40 tahun, Pendidikan ibu
yang paling banyak yaitu lulusan SLTA, sedangkan untuk pekerjaan ibu
lebih bnyak sebagai seorang IRT. Kemudian untuk jenis kelamin dari anak
sendiri lebih banyak anak perempuan dan untuk usia anak pada kategori
12-23 bulan yang paling banyak
2. Sebagian besar responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas memiliki
pengetahuan masih kurang tentang pemberian makanan bergizi
3. Sebagain besar responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas memiliki
sikap yang negatif tentang pemberian makanan bergizi
4. Sebagian besar anak yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas memiliki status
gizi kurang
5. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi
dengan status gizi anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang
6. Terdapat hubungan antara sikap ibu tentang makanan bergizi dengan status
gizi anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang

7.2 Saran
7.2.1 Untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan
Untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan Diharapkan untuk peneliti
berikutnya yang ingin meneliti tentang hubungan status ekonomi keluarga
terhadap status gizi pada anak.
7.2.1 Untuk Pengembangan Praktik Keperawatan

56
Untuk Pengembangan Praktik Keperawatan Bagi perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya terutama yang berada di tempat instansi Puskesmas
diharapkan untuk lebih berperan aktif 35 dalam meningkatkan mutu kesehatan
apalagi untuk gizi bagi ibu hamil dan juga anak-anak serta ditingkatkan untuk
pemberian edukasi dan pendidikan kesehatan tentang gizi yang cukup dan
seimbang

57
DAFTAR PUSTAKA

Alexander., & Melyani. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Dengan Status Gizi Balita. Jurnal Kebidanan- ISSN. Vol 8. No 1.
Ardi, M., & Pertiwi, N. (2019). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi
Terhadap Pemberian Makanan Bergizi Balita. Pengaruh Pengetahuan dan
Sikap Ibu Tentang Gizi Terhadap Pemberian Makanan Bergizi Balita Darwis1)
, Muhammad Ardi2) , Nurlita Pertiw. Vol 3. Hlm 1-8.
Astuti., Vitaria, Ayu., & Daniel, Ervin. (2015). Perilaku Ibu dalam Pemberian
Makanan dan Status Gizi Anak usia Prasekolah. Jurnal STIKES. Vol. 8, No 2.
Ayu, P. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Seimbang
Anak Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun Itoddler) Di Posyandu Desa
Ngliliran Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Occupational Medicine.
Erika, K. (2020). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Status Gizi pada
Anak di bawah Dua Tahun. (Universitas Katolik De La Sale Manado)
Hanifah, R.N., Djais, T.B., & Fatimah, S. N. (2019). Prevalensi Underweight,
Stunting, dan Wasting pada Anak Usia 12-18 Bulan di Kecamatan Jatinangor.
Jsk. Vol 1. Hlm 3-7
Haris., Abdul, F., Adelina, K., & Ummi. (2019). Determinan Kejadian Stunting Dan
Underweight Pada Balita Suku Anak Dalam Di Desa Nyogan Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2019. jurnal Kesmas Jambi. Vol 3. Hlm 41-54
Ida, M. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi Konsep dan Penerapan pada Asuhan
Keperawatan. Yogyakarta : PT Pustaka Baru
Iit, Katarina., & Megalina, Limoy. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Balita dengan Status Gizi (IMT/U) pada Balita Usia 1-3 Tahun. Jurnal
Kebidanan-ISSN. Vol 9. No 2.
Kemenkes. (2011). KEPMENKES RI Tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. jornal de Pediatria. Vol. 96. Hlm 41.

58
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta:
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018.
Khayati. Fitriana, N., & Munawaroh, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola
Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Usia Toddler. Jurnal
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI). Vol 2. Hlm 52.
Listyarini. Anita D., Fatmawati, Y., & Savitri, I. (2020). Edukasi Gizi Ibu Hamil
dengan Media Booklet sebagai Upaya Tindakan Pencegahan Stunting pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus. Jurnal
Pengabdian Kesehatan. Vol 3, No 1.
http://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id
Milda N. S., & Leersia Y. R. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pola
Pemberian Makan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Gapura Kabupaten Sumenep. Amerta Nutrition. Vol 2. Hlm 182-188.
M, Murty., Kawengian., Shirley E. S., Kapantow., & Nova, H. (2015). Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Umur 1- 3
Tahun Di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Induk Sulawesi Utara. Jurnal e-Biomedik. Vol 3
Nindyna, P., & Merryana, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan
Asupan Makan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24 Bulan.
Amerta Nutrition. Vol 1. Hlm 369-378.
Notoatmodjo, S. (2014). Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan . Yogyakarta : Andi Offset.
Nurmaliza., & Sara, Herlina. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu
Terhadap Status Gizi. Jurnal Kesmas Asclepius (JKA). Vol 1, No 2.
Oktaningrum, I. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pemberian
Makanan Sehat Dengan Status Gizi Anak Di Sd Negeri 1 Beteng Kabupaten
Magelang Jawa Tengah. Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta. Hlm 1-9
Priyoto. (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

59
Rakhmawati, N,. & Binar, Panunggal. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
dengan Perilaku Pemberian Makanan Anak Usia 12-24 Bulan. Jurnal Of
Nutrition College. Vol. 3. No. 1. Hlm. 43-50.
https://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc
Susilowati., Endang, H., & Alin. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah 1 Demak. Jurnal Kebidanan. Vol 6. Hlm 21
UNICEF. (2017). Malnutrition in Children.
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition.
Umboh, M., Maryati, T., & Gitalia, P. M. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi pada Anak. Jurnal Ilmiah
Sesebanua. Vol 2. No 2. Hlm. 118-125.
Wardani, G. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Winarsih, W. (2019). Pengatar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.
Wiang. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Pola Makan dengan
Status Gizi Balita. Jurnal kebidanan. Vol 2. No 2.

60
LAMPIRAN

Lampiran 1

INFORMASI PELAKSANAAN PENELITIAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Bergizi dengan
Status Gizi Anak Usia Toddler

TIM PENELITI
Peneliti Utama : Helena Sinthea Serin (Mahasiswa fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado)
Dosen Pembimbing 1 : Tati S. Ponidjan, S.SiT, S.Pd, M.Kep, Ns.Sp.Kep.An

Dosen Pembimbing 2 : Syenshi V. Wetik., S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J

DESKRIPSI
Penelitian ini sedang di laksanakan untuk memenuhi tugas akhir dari Studi Ilmu
Keperawata Universitas Katolik De La salle Manado yang dilakukan oleh mahasiswa
yang bernama Helena Sinthea Serin.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui “ Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Tentang Makanan Bergizi dengan Status Gizi Anak Usia Toddler di
Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kec. Wenang, Kel. Calaca, Kota Manado “.

KETERLIBATAN
Dalam penelitian ini partisipan dengan sukarela berpartisipasi tanpa ada paksaan dari
peneliti maupun pihak lain. Partisipan berhak memberikan keputusan untuk bersedia
berpartisipasi maupun tidak dalam penelitian ini. Jika partisipan bersedia menjadi

61
partisipan dalam penelitian ini maka anda akan menandatangani lembar persetujuan
yang akan di berikan oleh peneliti.
KEUNTUNGAN
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi partisipan
serta menambah ilmu dan pengetahuan tentang makanan bergizi dengan status gizi
anak usia toddler
RISIKO
Jika partisipan merasa cemas atau kurang percaya dalam memberikan informasi maka
peneliti akan menjelaskan bahwa informasi atau identitas dari partisipan akan
dirahasikan dan dipastikan tidak akan merugikan partisipan maupun pihak lain
PRIVASI DAN KERAHASIAN PARTISIPAN
Pada saat penelitian identitas dari partisipan akan di rahasiakan dan ketika menulis
identitas nama hanya ditulis inisial saja. Data-data yang telah di dapatkan akan di
simpan dengan baik tanpa diketahui oleh orang lain dan ketika penelitian sudah
selesai dilaksanakan maka data-data yang di dapatkan akan di hapus.
PERSETUJUAN PARTISIPAN
Ketika partisipan bersedia maka peneliti akan memberikan lembar infromed consent
(lembar persetujuan) untuk ditanda tangani sebagai informasi bahwa partisipan
bersedia berpartisipasi.
KONTAK PENELITI UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT
Helena Sinthea Serin (082110099769) 17061032@unikadelasalle.ac.id
PENGADUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam proses penelitian UDLS berpegang teguh pada kode etik dari proyek
penelitian. Ketika anda memiliki keluhan dalam proses penelitian ini maka anda bisa
menghubungi langsung Unit Etik Penelitian UDLS. Unit Etik penelitian dapat
memberikan solusi serta penyelesaian masalah anda secara tidak memihak karena
Unit Etik penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan proyek penelitian.
Terimah Kasih telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Lembar ini dapat di
simpan sebagai bukti informasi yang anda dapatkan

62
Lampiran 2

FORMULIR PERSUTUJUAN PENELITIAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Bergizi dengan
Status Gizi Anak Usia Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Wenang Kec.
Wenang, Kel. Calaca

Nomor Kontak Peneliti


Helena Sinthea Serin (082110099769) 17061032@unikadelasalle.ac.id
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
 Telah membaca dan memahami isi dari dokumen informasi dalam penelitian
 Telah mendapatkan penjelasan yang berhubungan dengan penelitian ini
 Memahami bahwa penelitian ini tidak akan memberi dampak buruk bagi anda
 Memahami bahwa anda dapat mengundurkan diri kapan saja , dan tidak akan
dikenakan sanksi atau komentar dari peneliti
 Memahami bahwa identitas anda akan dirahasiakan oleh peneliti
 Memahami bahwa pada saat penelitian akan memakai instrumen penelitian atau
alat ukur yang disesuaikan dengan kebutuhan dari penelitian
 Bersedia untuk berpartisipasi serta menjawab pertanyaan yang akan diberikan
dengan benar dan jujur tanpa paksaan orang lain.

Nama :
Tanda Tangan :
Tanggal :

63
Lampiran 3

64
65
66
Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

JUDUL : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG


MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA TODDLER
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG
KOTA MANADO

Tanggal Pengisian :

Petunjuk : isi titik atau berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai
dengan pilihan anda.

I. Data Demografi
1. Umur ibu sekarang ..... tahun
2. Pendidikan terakhir ibu
SD tamat ( )
SLTP tamat ( )
SLTA tamat ( )
Akademi/PT ( )
3. Pekerjaan ibu
PNS ( )
Swasta ( )
Petani ( )
IRT ( )
4. Usia anak ibu saat ini ………. Tahun
5. Tinggi Badan Anak Balita ………. Cm
6. Berat Badan Anak Balita ………. Kg

67
II. Lembar Pertanyaan :

No Pernyataan Benar Salah


1. Gizi adalah rangkaian proses
secara organik makanan yang
dicerna oleh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan fungsi
normal organ serta
mempertahankan kehidupan
seseorang
2. kebutuhan gizi ditentukan oleh
usia, jenis kelamin, aktivitas,
berat badan dan tinggi badan
3. Asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik
4. Status gizi anak dapat dipantau
dengan menimbang anak setiap
bulan dan dapat dicocokan
dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS)
5. Kebutuhan energi anak toddler
relatif besar dibandingkan
dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut
pertumbuhannya masih sangat
pesat.
6. Untuk pertumbuhan dan
perkembangan, balita tidak
memerlukan enam zat gizi

68
utama yaitu Karbohidrat,
protein, lemak, vitamin,
mineral dan air
7. Agar balita balita dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik,
maka makan makanan yang
dimakan boleh hanya sekedar
mengenyangkan perut saja.
8. Faktor-faktor yang tidak
mempengaruhi pemberian
makanan yaitu Umur, berat
badan, penyakit dan jenis dan
jumlah makanan yang
diberikan
9. Makanan yang harus
dikonsumsi balita tidak harus
bersih dan aman
10. gula dan garam, porsi makanan
dan kebutuhan energi dan
nutrisi buka merupakan menu
seimbang balita
11. Porsi makan anak balita sama
dengan orang dewasa, mereka
membutuhkan makanan dalam
jumlah atau porsi lebih besar.

A. Sikap ibu tentang makanan bergizi anak usia toddler


Berilah tanda centang (√ ) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai
dengan pendapat anda dan yang anda alami.
Keterangan jawaban :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju

69
R : Ragu-Ragu
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju

No Pertanyaan SS S R STS TS
1. Makanan yang diberikan anak
beraneka ragam jenis
2. Saya memperhatikan komposisi
zat gizi pada makanan dalam
menyusun menu untuk anak
3. Saya menggunakan bahan
makanan yang masih segar dalam
mengolah makanan untuk anak
4. Saya memberi makan dalam
jumlah atau porsi cukup (tidak
kurang dan berlebihan) untuk
anak
5. Saya selalu menjaga kebersihan
makanan serta tidak memberikan
mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi anak
6. Saya lebih suka membeli
makanan diluar untuk anak
dibanding masak sendiri
7. Saya menambah bumbu
penyedap tambahan di dalam
makanan dalam jumlah banyak
agar anak mau makan
8. Saya lebih suka membeli buah
kaleng dari pada buah segar
9. Setiap hari saya hanya memberi
makanan hanya satu variasi setiap

70
harinya untuk anak
10. Saya tidak pernah memberikan
makanan selingan berupa buah,
susu dll

MASTER TABEL
N Usi Pendidi Pekerja Usia Jenis Bera Ting Tingkat Sikap Statu
o a kan an Anak Kelam t gi Pengetah Ibu s Gizi
Ibu (Bula in Bad Bada uan Ibu
n) an n
(Kg)
1. 26 SLTA IRT 36 L 10 81 Cukup Nega Gizi
tif Buru
k

71
2. 21 SLTA IRT 25 P 10,7 79 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
3. 43 SLTA IRT 27 P 10,8 76 Baik Positi Gizi
f Baik
4. 32 Akadem PNS 26 P 12,5 77 Baik Positi Gizi
i f Baik
5. 31 SD IRT 24 L 14,2 80 Cukup Positi Gizi
f Baik
6. 23 SLTA IRT 13 P 8,5 70 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
7. 19 SLTP IRT 16 L 8,7 68 Kurang Positi Gizi
f Baik
8. 19 SD IRT 36 P 9,3 75 Cukup Nega Gizi
tif Kura
ng
9. 31 SD IRT 29 P 9,5 73 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
1 39 SLTP IRT 24 P 9,4 80 Kurang Nega Gizi
0. tif Buru
k
11. 21 SLTA IRT 13 P 9,1 69 Baik Positi Gizi
f Baik
12. 28 SLTP IRT 14 P 8,2 71 Cukup Nega Gizi
tif Kura
ng
13. 31 SD IRT 17 P 9,6 70 Baik Nega Gizi
tif Baik
14. 26 SLTA IRT 36 L 11 80 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
15. 25 SLTP IRT 36 L 11 85 Kurang Nega Gizi
tif Buru
k
16. 37 Akadem PNS 24 P 10 70 Baik Positi Gizi
i f Baik
17. 20 SD IRT 27 P 9,6 75 Cukup Nega Gizi
tif Kura
ng
18. 29 SLTA IRT 13 P 8,7 73 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng

72
19. 40 SLTA Swasta 25 L 12 70 Baik Positi Gizi
f Baik
20. 43 SD IRT 13 L 7,1 72 Cukup Nega Gizi
tif Buru
k
21. 19 SLTP IRT 15 P 8,3 72 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
22. 26 SLTA Swasta 36 L 10 81 Cukup Nega Gizi
tif Buru
k
23. 16 SD IRT 26 L 10 84 Kurang Nega Gizi
tif Buru
k
24. 36 SLTA Swasta 12 L 9 72 Cukup Nega Gizi
tif Kura
ng
25. 43 SLTA Swasta 14 L 10,8 74 Baik Positi Gizi
f Baik
26. 22 SD IRT 28 P 8,4 72 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
27. 23 SLTP IRT 16 L 7,9 70 Cukup Nega Gizi
tif Kura
ng
28. 37 SLTP Petani 25 L 15 85 Baik Positi Gizi
f Baik
29. 31 SLTA Swasta 24 P 10 74 Cukup Positi Gizi
f Baik
30. 33 SLTA IRT 16 L 9 70 Cukup Positi Gizi
f Baik
31. 27 SD IRT 26 P 8 69 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
32. 21 SD IRT 13 P 8,2 70 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
33. 25 SLTP IRT 36 P 9,8 79 Cukup Nega Gizi
tif Buru
k
34. 23 SLTA IRT 13 P 8,5 68 Baik Positi Gizi
f Baik
35. 31 SLTP IRT 29 P 9,4 73 Cukup Nega Gizi
tif Kura

73
ng
36. 38 SLTA Swasta 14 L 9,9 72 Kurang Positi Gizi
f Baik
37. 31 Akadem Swasta 15 L 10,3 76 Baik Positi Gizi
i f Baik
38. 18 SD IRT 36 L 12,8 91 Cukup Nega Gizi
tif Buru
k
39. 23 SLTP IRT 36 L 10,9 79 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
40. 41 SD IRT 13 L 8,6 77 Kurang Nega Gizi
tif Buru
k
41. 22 SLTA IRT 27 P 8,8 75 Kurang Nega Gizi
tif Buru
k
42. 36 SLTA IRT 36 L 13,7 88 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
43. 21 SLTA IRT 14 P 9,2 75 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
44. 36 SLTA Swasta 24 L 10,5 76 Cukup Nega Gizi
tif Baik
45. 32 SLTA IRT 13 P 6,9 65 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
46. 19 SLTA IRT 15 P 9,4 70 Cukup Positi Gizi
f Baik
47. 35 SD IRT 13 P 9,2 74 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
48. 23 SD IRT 36 L 9,3 77 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
49. 35 SD Petani 17 P 7,1 60 Cukup Positi Gizi
f Baik
50. 45 SLTA Petani 13 L 10 70 Cukup Positi Gizi
f Baik
51. 19 SLTP IRT 15 P 8 67 Cukup Positi Gizi
f Baik
52. 20 SLTA IRT 14 P 9,5 63 Cukup Positi Gizi
f Baik

74
53. 24 SD IRT 14 L 8 70 Kurang Positi Gizi
f Kura
ng
54. 33 SD IRT 19 P 9 72 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
55. 36 SLTA IRT 15 L 7,7 66 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
56. 32 SLTA IRT 13 P 8 76 Cukup Positi Gizi
f Baik
57. 32 SLTA IRT 14 L 10 67 Cukup Positi Gizi
f Baik
58. 19 SD IRT 13 P 7,5 68 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
59. 24 SLTP IRT 15 P 7,3 72 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
60. 32 SLTA IRT 13 P 8,9 88 Kurang Nega Gizi
tif Buru
k
61. 28 SLTA IRT 14 P 8,2 70 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
62. 26 SLTA IRT 36 L 11 87 Kurang Nega Gizi
tif Buru
k
63. 18 SD IRT 13 L 9 73 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
64. 33 SLTA IRT 24 L 11,3 81 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
65. 31 Akadem Swasta 14 P 7,7 65 Cukup Positi Gizi
i f Baik
66. 41 SLTP Petani 36 P 7,7 73 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
67. 19 SLTP IRT 27 L 9,5 74 Kurang Nega Gizi
tif Kura
ng
68. 22 SD IRT 13 L 9,6 70 Cukup Positi Gizi
f Baik

75
69. 31 Akadem Swasta 18 P 5,9 57 Cukup Positi Gizi
i f Baik
70. 34 SLTP IRT 36 L 11,6 80 Kurang Nega Gizi
tif Baik

76
Uji Validitas dan Reliabilitas

PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS


GIZI ANAK

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 total

P Pearson
1 Correlatio 1 -.383 -.302 -.113 -.140 -.332 -.047 .215 -.326 -.345 .238 -.354 -.202
n

Sig. (2-
.158 .275 .689 .619 .226 .868 .442 .235 .208 .393 .196 .471
tailed)

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.38 . .
2 Correlatio 1 .752** .173 **
.807** **
.235 .432 .553* .235 .678** .795**
3 725 646
n

Sig. (2- .
.001 .537 .002 .000 .009 .399 .108 .032 .400 .005 .000
tailed) 158

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson -.30 .752** 1 .162 .491 .497 .614* .421 .300 .577* .262 .373 .690**
3 Correlatio 2
n

77
Sig. (2- .
.001 .565 .063 .060 .015 .119 .278 .024 .346 .171 .004
tailed) 275

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.11
4 Correlatio .173 .162 1 .036 .194 .349 .356 .506 .251 .645** .219 .539*
3
n

Sig. (2- .
.537 .565 .900 .489 .203 .192 .054 .366 .009 .432 .038
tailed) 689

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.14
5 Correlatio .725** .491 .036 1 .803** .531* .077 .461 .224 .086 .371 .622*
0
n

Sig. (2- .
.002 .063 .900 .000 .042 .784 .084 .422 .761 .173 .013
tailed) 619

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.33 . .
6 Correlatio .807** .497 .194 **
1 .560* .217 **
.393 .317 .568* .790**
2 803 684
n

Sig. (2- .
.000 .060 .489 .000 .030 .437 .005 .148 .250 .027 .000
tailed) 226

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

78
P Pearson
-.04
7 Correlatio .646** .614* .349 .531* .560* 1 .672** .217 .670** .554* .298 .794**
7
n

Sig. (2- .
.009 .015 .203 .042 .030 .006 .438 .006 .032 .281 .000
tailed) 868

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
. .
8 Correlatio .235 .421 .356 .077 .217 **
1 .062 .489 .776** -.043 .578*
215 672
n

Sig. (2- .
.399 .119 .192 .784 .437 .006 .827 .065 .001 .878 .024
tailed) 442

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.32
9 Correlatio .432 .300 .506 .461 .684** .217 .062 1 .406 .412 .650** .695**
6
n

Sig. (2- .
.108 .278 .054 .084 .005 .438 .827 .133 .127 .009 .004
tailed) 235

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.34 .
1 Correlatio .553* .577* .251 .224 .393 **
.489 .406 1 .435 .577* .718**
5 670
0 n

Sig. (2- . .032 .024 .366 .422 .148 .006 .065 .133 .105 .024 .003
tailed) 208

79
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
. .
1 Correlatio .235 .262 **
.086 .317 .554* .776** .412 .435 1 .289 .696**
238 645
1 n

Sig. (2- .
.400 .346 .009 .761 .250 .032 .001 .127 .105 .297 .004
tailed) 393

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P Pearson
-.35 .
1 Correlatio .678** .373 .219 .371 .568* .298 -.043 **
.577* .289 1 .647**
4 650
2 n

Sig. (2- .
.005 .171 .432 .173 .027 .281 .878 .009 .024 .297 .009
tailed) 196

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

t Pearson
-.20 . .
o Correlatio .795** .690** .539* .622* .790** **
.578* **
.718** .696** .647** 1
2 794 695
t n
a
Sig. (2- .
l .000 .004 .038 .013 .000 .000 .024 .004 .003 .004 .009
tailed) 471

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

**. Correlation is
significant at the 0.01
level (2-tailed).

80
*. Correlation is
significant at the 0.05
level (2-tailed).

Corrected item Total r Tabel Keterangan


Corrected
(r hitung)
Pertanyaan 1 -0.202 0.514 Tidak Valid
Pertanyaan 2 0.795 0.514 Valid
Pertanyaan 3 0.690 0.514 Valid
Pertanyaan 4 0.539 0.514 Valid
Pertanyaan 5 0.622 0.514 Valid
Pertanyaan 6 0.790 0.514 Valid
Pertanyaan 7 0.794 0.514 Valid
Pertanyaan 8 0.578 0.514 Valid
Pertanyaan 9 0.695 0.514 Valid
Pertanyaan 10 0.718 0.514 Valid
Pertanyaan 11 0.696 0.514 Valid
Pertanyaan 12 0.647 0.514 Valid

81
Jadi dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.882 11

Item-Total Statistics

82
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha
Deleted Deleted Correlation if Item Deleted

VAR00002 29.8667 50.124 .759 .863

VAR00003 29.7333 51.495 .629 .870

VAR00004 30.1333 51.838 .413 .886

VAR00005 30.8000 52.029 .535 .875

VAR00006 30.3333 46.667 .727 .862

VAR00007 30.6000 52.114 .747 .866

VAR00008 30.0667 52.067 .447 .882

VAR00009 30.2667 49.210 .615 .870

VAR00010 29.9333 49.352 .650 .868

VAR00011 30.4000 50.971 .594 .872

VAR00012 29.8667 51.552 .578 .873

Dikatakan reliability jika Cronbach's Alpha lebih dari 0,6

83
SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI ANAK

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TOTAL

P1 Pearson Correlation 1 -.816** .577** .436 .314 .436 .408 .500* .816** -.314 .823**

Sig. (2-tailed) .000 .008 .054 .177 .054 .074 .025 .000 .177 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P2 Pearson Correlation -.816** 1 -.471* -.312 -.171 -.312 -.250 -.408 -.667** .043 .574**

Sig. (2-tailed) .000 .036 .181 .471 .181 .288 .074 .001 .858 .008

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P3 Pearson Correlation .577** -.471* 1 .126 .303 .378 .471* .000 .471* -.424 .598**

Sig. (2-tailed) .008 .036 .597 .195 .100 .036 1.000 .036 .063 .005

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P4 Pearson Correlation .436 -.312 .126 1 .206 .524* -.089 .491* .356 -.023 .655**

Sig. (2-tailed) .054 .181 .597 .384 .018 .709 .028 .123 .924 .002

84
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P5 Pearson Correlation .314 -.171 .303 .206 1 -.023 .685** .157 .471* -.319 .660**

Sig. (2-tailed) .177 .471 .195 .384 .924 .001 .508 .036 .171 .002

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P6 Pearson Correlation .436 -.312 .378 .524* -.023 1 -.089 .218 .134 .252 .783*

Sig. (2-tailed) .054 .181 .100 .018 .924 .709 .355 .574 .285 .001

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P7 Pearson Correlation .408 -.250 .471* -.089 .685** -.089 1 -.153 .375 .385 .635*

Sig. (2-tailed) .074 .288 .036 .709 .001 .709 .519 .103 .094 .011

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P8 Pearson Correlation .500* -.408 .000 .491* .157 .218 .153 1 .357 .105 .712*

Sig. (2-tailed) .025 .074 1.000 .028 .508 .355 .519 .122 .660 .003

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P9 Pearson Correlation .816** -.667** .471* .356 .471* .134 .375 .357 1 .385 .726**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .036 .123 .036 .574 .103 .122 .094 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

85
P10 Pearson Correlation 1 -.218 -.071 .535 .327 -.250 .600 .645 .339 .464 .643
.081
Sig. (2-tailed) .435 .800 .040 .234 .369 .018 .009 .216 .010

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

TOTA Pearson Correlation .823** .574** .598** .655** .660** .783* .635* .712* .726** .643 1
L
Sig. (2-tailed) .000 .008 .005 .002 .002 .001 .011 .003 .000 .010

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Corrected item Total r Tabel Keterangan


Corrected
(r hitung)
Pertanyaan 1 0.823 0.514 Valid
Pertanyaan 2 0.574 0.514 Valid
Pertanyaan 3 0.598 0.514 Valid
Pertanyaan 4 0.655 0.514 Valid
Pertanyaan 5 0.660 0.514 Valid

86
Pertanyaan 6 0.783 0.514 Valid
Pertanyaan 7 0.635 0.514 Valid
Pertanyaan 8 0.712 0.514 Valid
Pertanyaan 9 0.726 0.514 Valid
Pertanyaan 10 0.643 0.514 Valid

Jadi dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

87
%

Cases
Valid
15
100.0

Excludeda
0
.0

Total
15
100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

88
N of Items

.714
10

89
Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Deleted Correlation Item Deleted

VAR00001 5.4000 2.989 .712 .453

VAR00002 5.3000 5.905 -.672 .791

VAR00003 5.2000 3.537 .429 .546

VAR00004 5.2500 3.355 .514 .520

VAR00005 5.3000 3.589 .354 .565

VAR00006 5.1000 3.884 .286 .584

VAR00007 5.3000 3.168 .612 .488

VAR00008 5.2000 3.747 .301 .579

VAR00009 5.2000 3.747 .301 .579


VAR000010 5.1500 3.503 .491 .532

Dikatakan reliability jika Cronbach's Alpha lebih dari 0,6

90
Frequency Table

Statistics

pendidika pekerjaan jenis usia status pengetahuan


umur ibu n ibu ibu kelamin anak gizi ibu sikap ibu

N Valid 70 70 70 70 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.9571 2.2857 3.5714 1.5429 1.5857 1.4000 2.3571 1.6429

Std. Error of Mean .05549 .11537 .10087 .05997 .08984 .06562 .08642 .05768

Median 2.0000 2.5000 4.0000 2.0000 1.0000 1.0000 2.5000 2.0000

Mode 2.00 3.00 4.00 2.00 1.00 1.00 3.00 2.00

Std. Deviation .46425 .96523 .84393 .50176 .75167 .54904 .72303 .48262

Variance .216 .932 .712 .252 .565 .301 .523 .233

Range 2.00 3.00 3.00 1.00 2.00 2.00 2.00 1.00

Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Maximum 3.00 4.00 4.00 2.00 3.00 3.00 3.00 2.00

Sum 137.00 160.00 250.00 108.00 111.00 98.00 165.00 115.00

91
umur ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang dari 20 tahun 9 12.9 12.9 12.9

20-40 tahun 55 78.6 78.6 91.4

lebih dari 40 tahun 6 8.6 8.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 20 28.6 28.6 28.6

SLTP 15 21.4 21.4 50.0

SLTA 30 42.9 42.9 92.9

akademi 5 7.1 7.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

92
pekerjaan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 2.9 2.9 2.9

Swasta 10 14.3 14.3 17.1

petani 4 5.7 5.7 22.9

IRT 54 77.1 77.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 32 45.7 45.7 45.7

perempuan 38 54.3 54.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

93
usia anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12-23 bulan 40 57.1 57.1 57.1

24-35 bulan 19 27.1 27.1 84.3

36 bulan 11 15.7 15.7 100.0

Total 70 100.0 100.0

pengetahuan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pengetahuan baik 10 14.3 14.3 14.3

pengetahuan cukup 25 35.7 35.7 50.0

pengetahuan kurang 35 50.0 50.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

94
sikap ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sikap positif 25 35.7 35.7 35.7

sikap negatif 45 64.3 64.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

status gizi

Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent

Valid gizi baik 27 38.6 38.6 38.6

gizi kurang 32 45.7 45.7 84.3

gizi buruk 11 15.7 15.7 100.0

Total 70 100.0 100.0

95
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan * status gizi 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

pengetahuan * status gizi Crosstabulation

status gizi

gizi baik gizi kurang gizi buruk Total

pengetahuan pengetahuan baik Count 10 0 0 10

Expected Count 3.9 4.6 1.6 10.0

% within pengetahuan 100.0% .0% .0% 100.0%

% within status gizi 37.0% .0% .0% 14.3%

% of Total 14.3% .0% .0% 14.3%

pengetahuan cukup Count 17 8 0 25

Expected Count 9.6 11.4 3.9 25.0

% within pengetahuan 68.0% 32.0% .0% 100.0%

% within status gizi 63.0% 25.0% .0% 35.7%

% of Total 24.3% 11.4% .0% 35.7%

96
pengetahuan kurang Count 0 24 11 35

Expected Count 13.5 16.0 5.5 35.0

% within pengetahuan .0% 68.6% 31.4% 100.0%

% within status gizi .0% 75.0% 100.0% 50.0%

% of Total .0% 34.3% 15.7% 50.0%

Total Count 27 32 11 70

Expected Count 27.0 32.0 11.0 70.0

% within pengetahuan 38.6% 45.7% 15.7% 100.0%

% within status gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 38.6% 45.7% 15.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 49.496a 4 .000

Likelihood Ratio 67.336 4 .000

Linear-by-Linear Association 39.750 1 .000

N of Valid Cases 70

97
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 49.496a 4 .000

Likelihood Ratio 67.336 4 .000

Linear-by-Linear Association 39.750 1 .000

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,57.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikap * status gizi 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

sikap * status gizi Crosstabulation

status gizi Total

gizi baik gizi kurang gizi buruk

sikap sikap positif Count 25 0 0 25

98
Expected Count 9.6 11.4 3.9 25.0

% within sikap 100.0% .0% .0% 100.0%

% within status gizi 92.6% .0% .0% 35.7%

% of Total 35.7% .0% .0% 35.7%

sikap negatif Count 2 32 11 45

Expected Count 17.4 20.6 7.1 45.0

% within sikap 4.4% 71.1% 24.4% 100.0%

% within status gizi 7.4% 100.0% 100.0% 64.3%

% of Total 2.9% 45.7% 15.7% 64.3%

Total Count 27 32 11 70

Expected Count 27.0 32.0 11.0 70.0

% within sikap 38.6% 45.7% 15.7% 100.0%

% within status gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 38.6% 45.7% 15.7% 100.0%

99
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 61.934a 2 .000

Likelihood Ratio 76.987 2 .000

Linear-by-Linear Association 46.498 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3,93.

100

Anda mungkin juga menyukai