Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT

KEPUASAN ORANG TUA BAYI DI RUANG PERINATOLOGI


RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
Abidah Rahmi Hilmy
NIM : 135070207113017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
ii
DAFTAR ISI

Judul i
Halaman Persetujuan ii
Kata Pengantar iii
Abstrak v
Daftar Isi vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.4.1 Teoritis 7
1.4.2 Praktis 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Konsep Caring 9
2.1.1 Definisi Caring 9
2.1.2 Komponen Caring 9
2.1.3 Karakteristik Caring 11
2.1.4 Perilaku Caring 11
2.1.5 10 Caratif factor yang mempengaruhi Caring menurut J.Watson 12
2.1.6 Instrumen yang Digunakan Untuk Mengukur Perilaku Caring 16
2.2 Konsep Tingkat Kepuasan Keluarga 18
2.2.1 Pengertian Kepuasan 18
2.2.2 Kepuasan Pelanggan 18
2.2.3 Teori Kepuasan 20
2.2.4 Dimensi Kepuasan Klien 20
2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan 23
2.2.6 Manfaat Pengukuran Kepuasan 24
2.2.7 Klasifikasi Kepuasan 24

vii
2.2.8 Karakteristik Keluarga dalam Tingkat Kepuasan Keluarga 25
2.3 Rumah Sakit Swasta 27
2.2.9 Pengertian Rumah Sakit 27
2.2.10 Klasifikasi Rumah Sakit Swasta 27
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 29
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep 30
3.3 Hipotesis Penelitian 30
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian 31
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 31
4.2.1 Populasi 31
4.2.2 Sampel 31
4.2.3 Teknik Sampling 33
4.3 Variabel Penelitian 33
4.3.1 Variabel Bebas 33
4.3.2 Variabel Tergantung 33
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 33
4.5 Instrumen Penelitian 33
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 34
4.7 Definisi Operasional 36
4.8 Metode Pengumpulan Data 38
4.9 Alur Penelitian 39
4.10 Teknik Mengolah Data 39
4.11 Analisa Data 41
4.11.1 Analisa Univariat 41
4.11.2 Analisa Bivariat 41
4.12 Etika Penelitian 41
BAB 5 HASIL DAN ANALISA DATA
5.1 Data Karakteristik Responden 44
5.2 Data Hasil Penelitian 47

viii
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Perilaku Caring Perawat Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta di Kota
Malang 50
6.2 Tingkat Kepuasan Orangtua Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
Swasta di Kota Malang 55
6.3 Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Orangtua
Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta di Kota Malang 59
6.4 Implikasi Keperawatan 63
6.5 Keterbatasan Penelitian 64
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 65
7.2 Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 68

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan Mengikuti Penelitian......................................................... 73


Lampiran 2. Lembar Persetujuan............................................................................ 74
Lampiran 3 Kisi-Kisi Penelitian................................................................................ 75
Lampiran 4 Data Karakteristik Responden............................................................. 76
Lampiran 5 Kuisioner Perilaku Caring Perawat dan Tingkat Kepuasan Orangtua.. 77
Lampiran 6 Keterangan Kelaikan Etik..................................................................... 80
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Realibiltas Kuisioner......................................... 81
Lampiran 8 Statistik Deskrptif Karakterstik Demografi............................................ 88
Lampiran 9 Statistk Deskripstif Variabel Penelitian................................................. 90
Lampiran 10 Statistik Analisa Korelasi.................................................................... 95
Lampiran 11 Skoring kuisioner ............................................................................... 96
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data RSU UMM................... 100
Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data RSI Aisyiyah............... 101
Lampiran 14 Lembar Konsultasi dosen Pembimbing 1......................................... 102
Lampiran 15 Lembar Konsultasi dosen Pembimbing 2..........................................103
Lampiran 16 Dokukemtasi..................................................................................... 105
Lampiran 17 Curriculum Vitae............................................................................... 106

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 29

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ................................................................................. 42


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin...................................... 44
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Karakteristik Usia ....................................................... 45
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Pendidikan ............................. 45
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan............................................ 46
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Status Anak dalam Keluarga............... 47
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat.......................................... 47
Tabel 5.6.1 Distribusi Frekuensi Per-item Perilaku Caring Perawat........................ 47
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Orangtua.................................... 48
Tabel 5.7.1 Distribusi Frekuensi Per-item Tingkat Kepuasan Orangtua.................. 48
Tabel 5.6 Hasil Uji Spearman................................................................................... 49

xii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan karena atas

rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Orangtua Bayi di

Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta Di Kota Malang”

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat

bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing I yang telah dengan

sabar memberikan arahan, masukan dan bimbingan dalam membimbing penulis.

2. Ns Ikhda Ulya, S.Kep M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, motivasi dan kesabaran dalam membimbing penulis.

3. Dr. Ahsan, S.Kep M.Kep, selaku Ketua Jurusan Ilmu Keperawatan yang telah

memberi izin dalam proses penelitian.

4. Ns. Fransiska Imavike F. S.Kep.,M.Nurs yang telah berkenan menjadi penguji

dan memberikan masukan untuk melengkapi tugas akhir ini.

5. Seluruh tim pengelola Tugas Akhir FKUB, yang telah memfasilitasi kelengkapan

sarana penyelesaian tugas akhir.

6. Keluarga yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan masukan

kepada penulis Ibu, Ayah, Adik dan semua keluarga besar penulis.

7. Sahabat dan teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan, konsultasi,

saran, dan masukannya.

iii
8. Bapak Wisnu, Ibu Ani, Ibu Widya serta segenap pihak Rumah Sakit Islam

Aisyiyah Malang yang telah memberikan peneliti izin, membantu dan memberi

masukan kepada peneliti selama meneliti di RSI Aisyiyah khususnya Ruang

Husein.

9. Bapak Fandy, Ibu Diana, Ibu risky, Ibu Anis serta segenap pihak Rumah Sakit

Umum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan peneliti izin,

membantu dan memberi masukan kepada peneliti selama meneliti di RSU

Universitas Muhammadiyah khususnya Ruang Melati.

10. Semua pihak yang terkait yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga apa yang telah diberikan kepada peneliti, senantiasa mendapatkan

balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih

belum sempurna maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Malang, 01 Juni 2017

Abidah Rahmi Hilmy

iv
ABSTRAK

Hilmy, Abidah Rahmi. 2017. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Orangtua Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta di
Kota Malang. Tugas Akhir. Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Pembimbing : (1) Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp.,
M.Kes (2) Ns. Ikhda Ulya, S.Kep., M.Kep

Perilaku caring merupakan suatu sikap yang dilakukan oleh perawat dimana
terdapat interaksi antara perawat dan penerima layanan didasari oleh sikap
tanggung jawab, saling mendukung dan menghargai. Perilaku caring yang dianggap
penting untuk dilakukan perawat guna memberikan kepuasan, tidak hanya bagi
pasien dan keluarga pasien tetapi juga bagi perawat. Tingkat kepuasan orangtua
bayi merupakan Tingkat terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai atau
melebihi harapan orangtua terhadap pemberian pelayanan keperawatan yang
diberikan selama bayi dirawat di ruang perinatologi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan perilaku caring perwat dengan tingkat kepuasan orangtua
bayi di ruang perinatologi rumah sakit swasta di Kota Malang. Rumah sakit yang
dimaksud adalah RSU Universitas Muhammadiyah Malang dan RSI Aisyiyah
Malang. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan
cross sectional sampel dipilih menggunakan teknik total sampling dengan 37
responden. Hasil pengujian korelasi didapatkan nilai sig sebesar 0,000 dan nilai
korelasi sebesar 0,592. Nilai tersebut < 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan
terdapat hubungan yang cukup kuat antara perilaku caring perawat dan tingkat
kepuasan orangtua bayi diterima. Hasil penelitian tersebut diharapkan perawat dapat
meningkatkan pelayanan keperawatannya terutama perilaku caring nya sehingga
pasien dan keluarga pasien akan merasa lebih puas akan pelayanan yang diberikan
oleh fasilitas kesehatan tersebut. Misalnya dengan melakukan pengembangan SDM
seperti mengikuti pelatihan untuk mengembangkan softskill-nya.

Kata Kunci : caring, perawat, Tingkat kepuasan, orangtua bayi, ruang perinatologi

v
ABSTRACT

Hilmy, Abidah Rahmi. 2017. Correlation Between Caring Behavior On Nurses With
The Level Of Infant Parent’s Satisfaction in Perinatology Room of Private
Hospital in Malang. Final Assignment. Nursing Program, Medical Faculty
of Brawijaya University. Supervisors: (1) Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp.,
M.Kes (2) Ns. Ikhda Ulya, S.Kep., M.Kep

Caring behavior is an attitude performed by nurses where there is interaction


between nurses and patient or family based on the responsibility, mutual support and
appreciation. Caring behavior that is considered important to be done for nurses in
providing satisfaction, not only for patients, their family, but also for nurses to provide
satisfaction, nor patients and families, but also for nurses. The level of infant parents
satisfaction means the level of fulfillment of needs and desires which appropriate or
more than parent’s expectation to the nursing service that has been given in
perinatology room of private hospital in Malang. The hospital in charge is RSU
University of Muhammadiyah Malang and RSI Aisyiyah Malang. The current design
of this research used cross sectional approach of sample selected using total
sampling technique with 37 respondents. The correlation test result obtained sig
value of 0.000 and correlation value of 0,592. The value is <0.05 so that means
there is a strong correlation between caring behavior on nurses and the level of
parental satisfaction received. the result of the study, the caring behaviours on
nurses is expected to be able to improve. so they maintaily to increase the level of
patient-family satisfaction exspecially with which they served to them. Nurses can
improve both the caring behavior and the level of infant statisfaction by participating
in seminar or training to improve their softskill.

Keywords: caring, nurse, Level of satisfaction, Infants parents, perinatology

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Fasilitas pelayanan kesehatan dalam undang-undang No. 36 Tahun 2009,

merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang

dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau masyarakat umum.

Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh mutu pelayanan yang diberikan

kepada pasien serta strategi pelayanan rumah sakitnya. Salah satu strategi

pelayanan rumah sakit yaitu melakukan pendekatan mutu pelayanan yang

berorientasi kepada kepuasan pasien, kepuasan pasien tersebut dinilai mulai dari

penerimaan pasien saat pertama kali datang, hingga saat pasien meninggalkan

rumah sakit (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Kualitas pelayanan keperawatan menjadi salah satu faktor yang dapat

menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 94/Kep/M.PAN/II/2001 BAB II pasal 4,

menyebutkan bahwa tugas pokok perawat adalah memberikan pelayanan

keperawatan berupa asuhan atau kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat dalam upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

1
2

penyakit, pemulihan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka

kemandirian di bidang keperawatan atau kesehatan, yang menjadi salah satu faktor

penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat dan menunjukkan

pelayanan keperawatan profesional (Wahyuni, 2014).

Pelayanan keperawatan profesional ditetukan oleh keberadaan perawat

secara kualitas dan kuantitas. Perawat adalah profesi yang paling mudah ditemui

sebagai lapis terdepan dalam memberikan pelayanan kepada pasien

(Widayatiningsih, 2014). Dalam memberikan pelayanan, hubungan perawat-pasien

menjadi inti dalam pemberian asuhan keperawatan karena keberhasilan

penyembuhan dan peningkatan kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh

hubungan perawat-klien yang tergambar melalui perilaku caring perawat

(Kozier,2004). Dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat dituntut

untuk mempunyai sifat peduli (caring) terhadap keluhan pasien, tidak membeda-

bedakan pasien, dan pemberian pelayanan yang tepat dan segera (Asmadi, 2008).

Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati tehadap pasien,

kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat

kepada pasien akan membentuk hubungan perawat-pasien yang terapeutik (Potter

dkk., 2009). Perilaku caring terhadap pasien merupakan suatu tindakan yang sangat

penting bagi pasien. Perawat yang berperilaku selalu caring atau berperilaku caring

baik terhadap pasiennya dapat memberikan kontribusi positif terhadap tingkat

kepuasan pasien dalam menerima pelayanan keperawatan dan sebaliknya

(Wahyuni, 2015). Perilaku caring perawat yang kurang baik masih ditemukan di

ruang ICU Rumah Sakit Tulungrejo Semarang yaitu, sebanyak 2,3% menyatakan
3

kurang puas dengan perilaku caring perawat (Chotimah, 2016). Proses caring

melalui hubungan yang terapeutik ini harus muncul dalam diri perawat dimanapun

perawat tersebut bertugas tidak terkecuali di ruang anak atau balita (Watson, 2010).

Salah satu ruangan yang dikhususkan untuk bayi tersebut adalah ruang

perinatologi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1171/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, Pelayanan rawat

inap perinatologi merupakan pelayanan rawat inap yang khusus disediakan bagi

bayi baru lahir. Ruang perinatologi juga digunakan untuk bagi baru lahir dengan

resiko tinggi seperti, bayi dengan gawat napas, bayi premature dan berat lahir amat

sangat rendah, infeksi berat, kelainan bawaan (jantung), termasuk yang memerlukan

tindakan pembedahan. Dalam melakukan perawatan bayi baru lahir diperlukan

pelayanaan keperawatan yang profesional. Hal ini dikarenakan bayi baru lahir masih

belum mempunyai imunitas yang memadai sehingga mempunyai resiko yang lebih

besar untuk terjadinya penyakit apabila perawatannya tidak benar.

Beberapa rumah sakit ruangan perinatologi merupakan area steril dimana

hanya tenaga kesehatan saja yang boleh masuk ke ruangan tersebut. Bahkan

orangtua sebagai keluarga terdekat bagi bayi memerlukan izin khusus untuk masuk.

Sebagai keluarga terdekat, orangtua terkadang merasa harus selalu mengetahui

semua hal yang dilakukan kepada bayinya. Sehingga, apabila terjadi sesuatu

dengan bayinya tidak jarang orangtua merasa cemas. Reaksi keluarga yang

khawatir terhadap kondisi anak saat tidak mendampingi ini tidak jarang

menyebabkan keluarga marah dan mengomel pada perawat jika keinginan mereka

tidak terpenuhi. Penelitian Farhan (2014) menyatakan bahwa prediktor paling tinggi
4

untuk terjadinya stres pada keluarga saat anggota keluarganya dirawat di General

Intensif Care Unit RS Dr.Hasan Sadikin Bandung adalah sikap petugas kesehatan

dalam pemberian informasi yang tidak adekuat. Kecemasan keluarga inilah yang

nantinya akan mempengaruhi tingkat kepuasan atau penilaian mereka terhadap

pelayanan keperawatan di rumah sakit. (Chotimah, 2016).

Menurut keputusan menteri kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit menyebutkan bahwa salah satu indikator penting

dalam ruang perinatologi adalah kepuasan pasien atau keluarga harus lebih atau

sama dengan 80%. Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang

yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau Outcome produk yang

dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang (Wijono, 2010).

Kepuasan pasien atau keluarga menjadi pusat dari hasil yang sedang diakui sebagai

ukuran kualitas pelayanan perawatan. Dilihat dari perawatan berkualitas, kepuasan

terhadap perawatan merupakan domain penting, terutama bagi pasien yang belum

bisa membuat keputusan sendiri seperti bayi baru lahir, anak dibawah umur, pasien

kritis, dan orang lanjut usia yang tidak memungkinkan untuk membuat keputusan

sendiri. Sehingga tidak jarang pengambilan keputusan diserahkan kepada kelurga

atau orang terdekat demi keselamatan pasien tersebut. Kepuasan pasien

merupakan bentuk timbal-balik dari apa yang pasien dapatkan dalam pelayanan di

rumah sakit (Wahyuni, 2014).

Kepuasan pasien merupakan faktor yang sangat penting untuk mengevaluasi

mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan perawat di rumah sakit (Putri, 2014).

Kepuasan pasien di setiap ruangan pasti berbeda, salah satu faktor penyebab
5

perbedaan tersebut adalah karakteristik serta kebutuhan pasien di setiap ruangan

berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Putri (2014), kepuasan pasien

di ruang rawat Inap RSUD Soeroto Ngawi sebesar 68,5% pasien merasa puas dan

31,5% pasien merasa tidak puas terhadap perilaku caring yang dilakukan oleh

perawat di rawat inap RSUD Soeroto Ngawi. Sedangkan pada penelitian Wahyuni

(2014) tingkat kepuasan pasien di ruang bedah RS. Dr. Soepraoen Malang

menyatakan bahwa terdapat 13,5% kurang puas dan 5,8% tidak puas dengan

perilaku perawat di ruangan tersebut. Tingkat kepuasan pasien di ruangan tersebut

sangat berbeda, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan

pasien adalah perilaku tenaga kesehatan (dalam hal ini perawat). Hal ini dibuktikan

oleh hubungan (korelasi) yang nyata (signifikan) dan hubungan yang cukup kuat

antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang bedah RS.

Dr. Soepraoen Malang (Wahyuni, 2014).

Dua penelitian sebelumnya dilakukan di rumah sakit pemerintah. Secara

organisasi, rumah sakit pemerintah memiliki perbedaan dengan rumah sakit swasta.

Rumah sakit pemerintah merupakan rumah sakit yang dimiliki pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat dan pendanaannya bersumber dari APBD/APBDN.

Sementara itu, pendanaan rumah sakit swasta berasal dari pasien dan usaha

lainnya. Walaupun aspek kepemilikan dan pendanaan berbeda, tetapi proses

pelayanan yang diberikan harus tetap maksimal, karena hal ini berkaitan dengan

citra rumah sakit. Pelayanan yang baik akan memberikan dampak terhadap

kepuasan pasien (Kazemi et al. 2013). Peneliti tertarik meneliti di rumah sakit

swasta karena secara logika peneliti, apabila pendanaan berasal dari pelanggan,
6

maka harapan pasien terhadap fasilitas pelayanan swasta lebih besar dibandingkan

dengan pelayanan di fasilitas negeri.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Universitas

Muhamadiyah Malang dan RSI Aisyiyah Malang didapatkan hasil bahwa pihak

orangtua merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah

sakit. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya sikap perawat yang

kurang baik dan kesigapan perawat dalam menyelesaikan masalah dirasa kurang

sesuai dengan harapan.

Sehingga, berdasarkan dua penelitian dan hasil studi pendahuluan diatas,

peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan

orangtua bayi yang dirawat di ruang perinatologi rumah sakit swasta dalam hal ini

RSI Aisyiyah dan RSU Universitas Muhammadiyah Malang. Peneliti tertarik untuk

mengambil sampel di ruang perinatologi dikarenakan ruangan tersebut merupakan

ruangan yang dikhususkan bagi bayi baru lahir yang membutuhkan pelayanan

keperawatan yang profesional. Sedangkan alasan pemilihan lokasi penelitian

berdasarkan pertimbangan bahwa RSI Aisyiyah dan RSU Universitas

Muhammadiyah Malang merupakan dua dari keseluruhan rumah sakit rujukan yang

memiliki ruang perinatologi sendiri di Kota Malang. Sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan antara perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan

orangtua bayi di ruang perinatologi rumah sakit swasta di Kota Malang.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas timbul pertanyaan yaitu, “Apakah terdapat

hubungan antara perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan orangtua bayi

di ruang perinatologi rumah sakit swasta di Kota Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat terhadap tingkat

kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi rumah sakit swasta Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perilaku caring perawat di ruang perinatologi rumah sakit

swasta di Kota Malang.

2. Mengidentifikasi tingkat kepuasan orangtua yang memiliki bayi dirawat di

ruang perinatologi di rumah sakit swasta di Kota Malang.

3. Menganalisis hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan

orangtua bayi di ruang perinatologi rumah sakit swasta di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan menambah wawasan tentang hubungan antara

perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi

rumah sakit swasta di Kota Malang.


8

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai pedoman bagi tenaga keperawatan dalam memberikan

pelayanan dalam hal ini perilaku caring terhadap pasien dan keluarga

agar pasien dan keluarga merasa puas dengan pelayanan keperawatan

yang diberikan.

2. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dan institusi pendidikan

keperawatan dapat ikut serta dalam upaya mengembangkan perilaku

caring perawatan yang selalu care terhadap pasiennya.

3. Bagi staff ruang perinatologi di rumah sakit swasta Kota Malang dalam

hal ini RSI Aisyiyah dan RSU Universitas Muhammadiyah Malang,

penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi

pengelola rumah sakit untuk mengevaluasi kinerja perawat yang dilihat

dari pelaksanaan perilaku caring.

4. Bagi orangtua bayi, dengan penelitian ini orangtua sebagai penerima

layanan dapat mengetahui seberapa besar tingkat kepuasannya terhadap

perilaku caring yang dilakukan oleh perawat di fasilitas layanan kesehatan

tersebut. Sehingga dimasa yang akan datang penerima layanan lain bisa

mendapatkan pelayanan perawatan yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Caring

2.1.1 Definisi Caring

Caring adalah asuhan yang diberikan secara terus-menerus difokuskan pada

perawatan fisik, mental untuk meningkatkan rasa aman pasien (Watson, 2010).

Caring didefinisikan oleh Swanson (1991) sebagai suatu cara pemeliharaan atau

pengasuhan orang lain yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh komitmen dan

tanggung jawab (Fatriansari, 2012). Caring merupakan salah satu indikator penting

bagi keperawatan. Dimana caring merupakan pokok dari praktik keperawatan dalam

memenuhi kebutuhan manusia yang dalam hal ini penerima pelayanan baik itu

pasien maupun keluarga (Prihandhani, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa caring merupakan

suatu inti dari proses keperawatan dimana perawat memberikan asuhan secara

terus-menerus disertai komitmen dan rasa tanggung jawab kepada penerima

layanan baik pasien maupun keluarga pasien.

2.1.2 Komponen Caring

Caring dalam keperawatan tebagi ke dalam 2 aspek yaitu, aspek tindakan

nyata dan aspek afektif. Aspek tindakan nyata berupa suatu bentuk tindakan

langsung yang dilakukan perawat dalam melakukan peran dan tugasnya dalam

9
10

asuhan keperawatan pasien. Sedangkan aspek afektif perawat dapat berupa

perasaan cinta, altruism, belas kasih, kehangatan serta perasaan lain yang

mendasari perawat melakukan tindakan caring kepada pasien (Prihandhani, 2015).

Menurut Swanson (1999) terdapat 5 komponen yang mempengaruhi caring,

yaitu :

a. Knowing (mengetahui), berusaha untuk memahami arti kejadian dalam hidup

orang lain, menghindari asumsi, memfokuskan diri pada klien, dan mengkaji

secara menyeluruh

b. Enabling (memfasilitasi), memfasilitasi klien dalam melewati transisi kehidupan

dan kejadian baru dengan memfokuskan pada makna kejadian tersebut,

memberikan informasi, mendukung, memberikan pilihan solusi pemecahan

masalah, berpikir fokus pada masalah dan memberi feedback yang baik.

c. Doing For (melakukan), melakukan sesuatu untuk orang lain dalam hal ini adalah

klien sesuai dengan kemampuan perawat, termasuk pemenuhan kebutuhan

dasar, kenyamanan, melakukan sesuatu secara terampil dan kompeten serta

melindungi klien dengan selalu mempertahankan harga dirinya.

d. Being With (kesediaan atau kebersamaan), berarti perawat selalu ada dan tidak

menyusahkan kliennya.

e. Maintaining Belief (mempertahankan keyakinan), suatu bentuk dukungan atas

keyakinan orang lain untuk melanjutkan kehidupan, menghadapi masa depan,

mempertahankan harapan, rasa optimis dan realistis, membantu menemukan

makna dan selalu bersedia membantu dalam situasi apapun.


11

2.1.3 Karakteristik Caring

Leinager (2005) menyatakan bahwa karakteristik caring dibagi menjadi tiga

yaitu professional caring, scientific caring, dan Humanistic caring. Professional

caring merupakan kemampuan kognitif dimana perawat bertindak terhadap respon

yang ditunjukkan pasien berdasarkan ilmu dan sikap dan keterampilan profesional,

sehingga dalam memberikan bantuan sesuai dengan masalah dan tujuan yang telah

ditetapkan perawat-pasien. Scientific Caring adalah segala keputusan dan tindakan

dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

perawat. Humanistic caring yaitu proses bantuan kepada orang lain yang bersifat

kreatif, intuitif, atau kognitif yang didasarkan pada perasaan subjektif atau objektif.

2.1.4 Perilaku Caring

Perilaku caring adalah proses yang dilakukan oleh perawat meliputi

pengetahuan, tindakan dan dideskripsikan sebagai sepuluh faktor karatif yang

digunakan dalam praktik keperawatan di beberapa klinik yang berbeda (Watson,

2010). Perilaku caring dibagi ke dalam 3 klasifikasi yaitu, perilaku caring kurang baik,

perilaku caring cukup baik, dan perilaku caring baik (Hayati, 2013). Perilaku caring

terdiri dari verbal dan non-verbal (Wedho, 2010) :

a. Perilaku verbal meliputi

- Memberikan tanggapan dengan kata-kata terhadap keluhan pasien

- Memberikan penjelasan kepada pasien sebelum melakukan tindakan

- Menanyakan pasien tentang keadaan fisiknya untuk lebih jelas dan tepat

- Mengungapkan secara verbal emosi pasien


12

- Membagi perasaan atau pengamatan pribadi atau pengungkapan diri

sebagai respon terhadap pengungkapan kekhawatiran pasien

- Memberikan keyakinan secara verbal kepada pasien selama perawatan

- Membahas atau mendiskusikan masalah-masalah yang dialami pasien

daripada masalah kesehatan yang dialami.

b. Perilaku non-verbal dalam caring meliputi

- Berdiri disamping tempat tidur pasien

- Menyentuh pasien

- Mempertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien

- Memasuki ruangan pasien tanpa diminta lebih dahulu

- Memberikan tindakan untuk kenyamanan fisik

Menurut Dwidiyanti (2008), caring tidak hanya penting bagi perawat karena

caring sangat berhubungan erat dengan penerima pelayanan keperawatan yaitu

pasien, maupun keluarga pasien. Hal ini penting untuk diketahui mengenai persepsi

perawat, pasien maupun keluarga pasien tentang perilaku caring yang dianggap

mereka penting untuk dilakukan perawat guna memberikan kepuasan, tidak hanya

bagi pasien dan keluarga pasien tetapi juga bagi perawat (Prihandani, 2015).

2.1.5 10 Carative Factor yang Mempengaruhi Caring Menurut Jean Watson

Caring menuntut perawat untuk mampu meningkatkan harga diri seorang

klien dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan klien dalam

menghadapi masalahya (Watson, 2010). Proses caring yang dicetuskan oleh

Watson dalam human caring science, menjelaskan tentang 10 proses carative factor
13

sebagai inti dari caring. 10 faktor karatif ini merupakan suatu rangkaian nilai caring

yang saling berhubungan dengan tujuan menghasilkan suatu asuhan keperawatan

yang holistic (menyeluruh). Apabila salah satu nilai dari carative factor tersebut tidak

terpenuhi maka akan mempengaruhi kualitas caring yang dirasakan oleh klien

(Watson, 2010). Berikut merupakan penjabaran 10 carative factor yang dicetuskan

oleh Jane Watson :

a. Practice Loving Kindness (pendekatan humanistic & althuristic), pendekatan

dalam nilai tersebut dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan

diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari

pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat

yang kemudian aka meningkatkan sikap althuristik sehingga melalui siistem ini

perawat dapat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu

pada klien (Jainurakhma, 2013).

b. Perawat memberikan motivasi kepada pasien untuk mengahadapi penyakitnya

secara realistic, memberikan informasi pada pasien tentang tindakan

keperawatan dan pengobatan yang akan diberikan, membantu pasien untuk

memahami alternative tindakan perawatan dan pengobatan yang telah

ditetapkan, meyakinkan bahwa kehidupan dan kematian dan takdir setiap orang

telah ditentukan, emndorong pasien melakukan hal-hal positif atau bermanfaat

etrkait dengan proses penyembuhannya. (Malini,2009).

c. Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitive dan peka terhadap

perasaan dan ekspresi klien. Perawat juga harus mampu mengenali dan
14

mengekspresikan perasaannya lebih baik. Dengan memahami ini perawat akan

lebih ikhlas dan tulus dalam memberikan asuhan keperawatan (Ghofur, 2015).

d. Perawat dapat membina hubungan saling percaya antara perawat klien. Hal ini

merupakan salah satu hal yang penting dalam asuhan keperawatan. Hubungan

ini akan meningkatkan penerimaan terhadap perasaan positif dan negative

antara perawat dan klien. Ciri hubungan ini adalah harmoni, empati, dan hangat,

hubungan terbuka dan jujur yang tidak dibuat-buat (Malini,2009)

e. Perawat dapat berbagi perasaan dengan klien. Perawat harus mempersiapkan

diri dalam menghadapi ekspresi perasaan positif dan negative klien dengan cara

memahami ekspresi klien secara emosional dan intelektual dalam situasi yang

berbeda (Ghofur, 2015).

f. Perawat menggunakan Problem Solving dalam mengambil keputusan dengan

menggunakan metode proses keperawatan yang merupakan proses sistematis

dan terstruktur, seperti halnya proses penelitian sebagai pola piker. Sehingga

akan mengubah gambaran tradisional perawat dalam presepsi klien

(Jainurakhma, 2013).

g. Peningkatan belajar mengajar interpersonal merupakan konsep yang pentin

dalam keperawatan, yang membedakan antara caring dan curing. Perawat

memberikan informasi kepada klien. Perawat bertanggung jawab akan

kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar

mengajar yang di desain untuk dapat memenadirikan klien (Jainurakhma, 2013).

h. Menciptakan lingkungan mental, sosial, spiritual, supportif, protektif dan korektif,

Perilaku caring perawat yang mencerminkan factor ini dalam memberikan


15

asuhan keperawatan adalah seperti menyetujui keinginan klien bertemu dengan

pemuka agama, menghadiri pertemuan klien dengan pertemuan agama,

memfasilitasi atau menyediakan keperluan klien ketika akan berdoa atau

beribadah sesuai dengan agamanya, bersedia mencarikan alamat dan

menghubungi keluarga yang sangat diharapkan mengunjungi klien serta

bersedia menghubungi teman klien atas permintaan klien (Malini, 2009).

i. Membantu Kebutuhan dasar manusia, Perilaku caring perawat yang

mencerminkan factor ini dalam memberikan asuhan keperawatna adalah

bersedia memnuhi kebutuhan dasar dengan ikhlas, menyatakan perasaan

bangga dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi klien, cepat dalam melayani

klien, menghargai klien dan privasi klien ketika sedang memenuhi kebutuhannya,

menunjukkan pada klien bahwa klien adalah orang yang pantas dihormati dan

dihargai (Malini, 2009).

j. Memberikan kesempatan pada eksistensi-fenomenologikal, Perilaku caring

perawat yang mencerminkan factor ini dalam memberikan asuhan keperawatan

adalah emmeberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk melakukan hal-

hal yang bersifat ritual dari proses penyembuhannya, memfasilitasi kebutuhan

klien dan keluarga terhadap keinginan melakukan terapi alternatife sesuai

pilihannya, memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri pada Tuhan Yang

Maha Esa, serta menyiapkan klien dan keluarganya ketika menghadapi fase

berduka (Malini, 2009).


16

2.1.6 Instrumen yang Digunakan Untuk Mengukur Perilaku Caring

Instrumen yang digunakan dalam mengukur perilaku caring menurut

beberapa ahli, diantaranya (Prihandani, 2015) :

a. Caring Behavior Assesment Tool

Caring Behavior Assesment Tool (CBA) adalah alat ukur yang paling awal

dikembangkan untuk mengukur perilaku caring dengan menggunakan teori Watson

dan sepuluh karatif Watson. Alat ukur ini dikembangkan oleh Cronin dan Harrison

pada tahun 1988 untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat yang dipresepsikan

oleh pasien. Caring Behaviour Assesment Tool (CBA) terdiri atas 63 item

pertanyaan yag dikelompokkan menjadi 7 sub skala. Faktor 1,2 dan 3 dari factor

karatif Watson dikelompokkan menjadi satu kelompok dan factor ke 6 dianggap oleh

Cronin dan Harrison melekat pada seluruh factor karatif lainnya. Jawaban

pertanyaan menggunakan 5 skala likert yang menggambarkan tingkatan masing-

masing perawat dalam merefleksikan perilaku caring.

b. Care-Q (Caring Assesment Inventory)

Care-Q adalah instrument yang dapat digunakan untuk mempresepsikan

perilaku caring perawat. Perawat mengidentifikasikan perilaku yang penting adalah

mendengarkan, sentuhan, kesempatan , mengekspresikan perasaan, komunikasi,

dan melibatkan pasien dalam perencanaan keperawatannya. Perilaku caring yang

ditampilkan pada alat ukur ini meliputi 50 dimensi caring yag dibagi dalam 6 variabel

yaitu kesiapan dan kesediaan, penjelasan dan peralatan, rasa nyaman, antisipasi,

hubungan saling percaya serta bimbingan dan pengawasan.


17

c. Caring Behavior Inventory

Caring Behaviour Inventory (CBI) dikembangkan oleh Jean Watson

(2002)dengan menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori

transpersonal caring Watson. Versi pertama alat ukur ini terdiri atas 75 item yang

dengan proses psikometrik direduksi menjadi 43 kemudian mengecil kembali

menjadi 42 item dengan alternative jawaban menggunakan skala likert 4 poin yaitu 1

= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, dan 4 = sangat setuju. CBI 42 item

pertanyaan diuji menggunakan 541 subjek penelitian yang terdiri dari 278 perawat

dan 263 pasien.

d. Caring Factor Survey (CFS)

Caring factor survey (CFS) merupakan suatu bentuk pengukuran survey yang

digunakan untuk menilai pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. CFS

dikembangkan oleh John Nelson dan Watson pada tahun 2011. Hasil penilaian

survey tersebut bisa di dapatkan dari pasien atau keluarga pasien. CFS terdiri dari

10 item carative factor Watson yang terangkum dalam total sejumlah 20 pernyataan

dan masing-masing item 2 caritas factor tiap pernyataan. CFS menggunakan sklaia

likert dengan rentang 1 – 7, dimana skor ( 1-3) indikasi level ketidaksetujuan, dan

skala 7 indikasi level tertinggi sanagt setuju. Skala 4 berarti netral dan semua

pernyataan bersifat positif. Pasien atau keluarga pasien diharapkan dapat merespon

setiap pernyataan tersebut (Watson, 2008).

Wolf et al (2004) mengkategorikan faktor karatif dari teori Watson menjadi 5

dimensi perilaku caring, yaitu mengakui keberadaan pasien (assurance of human

presence), menanggapi dengan rasa hormat (respecfull),pengetahuan dan


18

keterampilan (professional knowledge and skill), menciptakan hubungan positif

(postifive connectedness) dan perhatian terhadap yang dialami orang lain

(attentiveness to the others experience).

2.2 Konsep Tingkat Kepuasan Keluarga

2.2.1 Pengertian Kepuasan

Menurut Nursalam (2015) bahwa kepuasan merupakan respon terhadap

kesesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja actual yang

dirasakan setelah pemakaian. Menurut Kotler (2001), kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap

kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapannya. Tingkat

kepuasan adalah tingkat penerimaan dan respon keluarga terhadap penerimaan dan

respon keluarga terhadap pemberian pelayanan keperawatan yang diberikan

(Fatriansari, 2012).

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa kepuasan

merupakan suatu bentuk terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai atau

melebihi harapan terhadap pelayanan yang diberikan.

2.2.2 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan,

harapan pelanggan dapat terpenuhi, maka pelanggan akan puas. Kepuasan pasien

adalah salah satu indikator kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit

dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatan pasien lebih banyak
19

lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien yang loyal akan

menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang sama bile mereka membutuhkan

lagi. Bahkan telah diketahui bahwa pasien loyal akan mengajak orang lain untuk

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam, 2015)

Kepuasan klien dan keluarga dapat diartikan sebagai suatu sikap konsumen

yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang

pernah dirasakan, oleh karena itu perilaku konsumen dapat juga diartikan sebagai

model perilaku pembeli/pelanggan (Ilyas, 1999 dalam Fatriansari, 2012). Kepuasan

klien dan keluarga akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari pembeli

jasa kepada pasien sesuai dengan apa yang dipresepsikan pelanggan. Persepsi ini

dipengaruhi oleh factor subyektivitas yang dapat membuat perbedaan presepsi atau

kesengajaan antara pelanggan dan pemberi jasa, ada lima kesenjangan dalam

kualitas jasa (Hafizurrachman, 2004) :

1. Kesenjangan antara presepsi manajemen tentang harapan konsumen dan

spesifikasi kualitas jasa

2. Kesenjangan antara harapan konsumen dan presepsi manajemen

3. Kesenjangan antara spesifikasi jasa dan jasa yang disajikan

4. Kesenjangan antara penyampaian jasa actual dan komunikasi eksternal

kepada konsumen

5. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan dan jasa actual yang diterima

konsumen
20

2.2.3 Teori Kepuasan

Terdapat dua teori dalam memahami kepuasan pada konsumen dalam hal ini

terhadap Orang tua pasien (Haryati dan Hadi, 2006) :

a. The Expectacy Disconfirmation Model

Oliver menyampaikan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah

hasil perbandingan antara harapan dan pra pembelian atau pemilihan atau

pengambilan keputusan (prepurchase expectation) yaitu keyakinan kinerja yang

diantisipasi dari suatu produk atau jasa dan dibandingkan dengan hasil yang

diperoleh.

b. Equity Theory

Dikemukakan oleh stacy Adams tahun 1960,dua komponen yang terpenting

dari teori ini, yaitu apa yang di dapat (inputs) dan apa yang dikeluarkan (outcomes).

Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas tergantung pada apakah

ia merasakan keadilan (Equity) atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan

outputnya sama apabila dibandingkan dengan input dan output orang/jasa yang

dijadikan perbandingan maka kondisi itu disebut puas.

2.2.4 Dimensi Kepuasan Klien

Menurut Azwar (1996) dalam Fatriansari (2012), dimensi kepuasan yang

dirasakan seseorang sanggat bervariasi sehingga terdapat beberapa hal dalam

dimensi kepuasan klien dan keluarga, antara lain :

1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar kode etik profesi.
21

Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan kepuasan pasien apabila

pelayanan yang diberikan mengikuti standar serta kode etik yang disepakati

dalam suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila suatu pelayanan kesehatan

yang diberikan telah mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh profesi

yang berkompeten serta tidak menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi

profesi tersebut. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran

seseorang terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan petugas-

klien dan keluarga (relationship), kenyamanan pelayanan (amenities),

kebebasan melakukan pilihan (choice), pengetahuan dan kompetensi teknis

(scientific knowledge and technical skill), efektifitas pelayanan (effectivess) dan

keamanan tindakan (safety).

2. Kepuasan yang mengacu pada semua persyaratan pelayanan kesehatan

Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai pelayanan yang

bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada penerima jasa apabila

pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau ditetapkan, yang didalamnya

mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai ketersediaan

pelayanan kesehatan (appropriate), kesinambungan pelayanan kesehatan

(continue), penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable), ketercapaian

pelayanan kesehatan (accessible), keterjangkauan pelayanan kesehatan

(affordable), efisiensi pelayanan kesehatan (efficient) dan mutu pelayanan

kesehatan (quality).
22

Dimensi kepuasan dilihat dari mutu pelayanan menurut Parasuraman et al

(1998) adalah sebagai berikut :

a. Tangible (kenyataan), yaitu berupa ketersediaan sarana dan prasarana,

penampilan fasilitas fisik, peralatan materi komunikasi yang menarik dan lain-

lain.

b. Empati, dalam hal ini karyawan (perawat mampu menempatkan diri pada

pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin komunikasi termasuk

perhatian perawat terhadap pasien, serta dapat memahami kebutuhan pasien.

Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang diberikan setiap pasien dan

merefleksikan kemampuan perawat untuk menyelami perasaan klien dan

dimensi ini merupakan gabungan dari akses, komunikasi, dan kemampuan

memhami pelanggan.

c. Daya tangkap, yaitu keinginan perawat membantu semua pasien serta

berkeinginann dan melaksanakan pelayanan dengan tanggap. Dalam dimensi ini

menekankan pada sikap penyedia jasa yang pebuh perhatian dan tepat dalam

menanggapi permintaan, keluhan, pertanyaan dan masalah dari pasien.

d. Kehandalan, adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan segera,

akurat, dan memuaskan. Dimensi ini merefleksikan konsistensi dan kehandalan

(hal yang dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan dari penyedia layanan.

e. Kepastian yaitu perawat mempunyai kompetensi, kesopanan, dan dapat

dipercaya, bebas dari hbahaya, serta bebas dari resiko dan keraguan. Dimensi

ini merupakan gabungan dari dimensi kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan

keamanan
23

2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan atau penerima pelayanan maka

perlu dilakukan pengukuran. Menurut Supranton (2001), pengukuran tingkat

kepuasan dimulai dari penentuan pelanggan, kemudian dimonitor dari tingkat

kualitas yang diinginkan dan akhirnya merumuskan strategi. Lebih lanjut juga

dikemukakan bahwa harapan pelanggan dapat terbentuk dari pengalam masa lalu,

komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia jasa dan pesaing.

Kepuasan pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pelanggan, berupa

derajat kesukaan (kepuasan) dan ketidaksukaan (ketidakpuasan) pelanggan

terhadap pelayanan yang pernah dirasakan sebelumnya.

Menurut Kotler (2007), ada empat metode yang bisa digunakan untuk

mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :

a. System keluhan dan saran Perusahaan yang memberikan kesempatan penuh

bagi pelanggannya untuk menyampaikan pendapat atau bahkan keluhan

merupakan perusahaan yang berorientasi pada konsumen (costumer oriented)

b. Survey kepuasan pelanggan. Sesekali perusahaan perlu melakukan survey

kepuasan pelanggan terhadap kualitas jasa atau produk perusahaan tersebut.

Survey ini dapat dilakukan dengan penyebaran kuisioner oleh karyawan

perusahaan kepada para pelanggan. Melalui survey tersebut, perusahaan dapat

mengetahui kekurangan dan kelebihan produk atau jasa perusahaan tersebut,

sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan pada hal yang dianggap

kurang oleh pelanggan


24

c. Gost Shopping. Metode ini dilaksanakan dengan mempekerjakan beberapa

orang perusahaan (ghost shopper) untuk bersikap sebagai pelanggan di

perusahaan pesaing, dengan tujuan para ghost shopper tersebut dapat

mengetahui kualitas pelayanan perusahaan pesaing sehingga dapat dijadikan

sebagai koreksi terhadap kualitas pelayanan perusahaan itu sendiri

d. Analisa pelanggan yang hilang. Metode ini dilakukan perusahaan dengan cara

menghubungi kembali pelanggannya yang telah lama tidak berkunjung atau

melakukan pembelian lagi di perusahaan tersebut karena telah berpindah ke

perusahaan pesaing. Selain itu, perusahaan dapat menanyakan sebab-sebab

berpindahnya pelanggan ke perusahaan pesaing

2.2.6 Manfaat Pengukuran Kepuasan

Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran adalah

tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan objekti. Ada beberapa manfaat

dari pengukuran kepuasan antara lain sebagai berikut :

1. Pengukuran menyebabkan seseorang memiliki rasa berhasi dan berprestasi,

yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada

pelanggan.

2. Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar

prestasi yang harus dicapai yang mengarahkan mereka menuju mutu yang

semakin baik dan kepuasan pelanggan yang semakin meningkat

3. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat

produktivitas yang lebih tinggi


25

2.2.7 Klasifikasi Kepuasan

Menurut Nursalam (2008), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan

dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, sebagai berikut : sangat tidak

memuaskan (1), tidak memuaskan (2), cukup memuaskan (3), memuaskan (4),

sangat memuaskan (5). Pasien akan merasa sangat tidak puas apabila hasil

pelayanan yang diberikan oleh perawat atau di dapatkan klien jauh dibawah

harapannya, jika hasil pelayanan yang diberikan oleh perawat belum memenuhi

harapan klien maka klien akan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima

klien. Pelayanan akan cukup memuaskan jika pelayanan yang diberikan oleh

perawat sudah memenuhi sebagian harapan klien. Pelayanan akan memuaskan

apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi harapan rata-rata

klien. Sedangkan klien akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang diberikan

oleh perawat melebihi apa yang diharapkan klien.

Berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert dikenal

dengan istilah skala likert, kepuasan pelanggan dikategorikan menjadi, sangat puas,

agak puas, dan tidak puas. Kategori ini dapat dikuantifikasi misalnya, 4 untuk sangat

puas, 3 untuk puas, 2 untuk tidak puas, dan 1 untuk sangat tidak puas (Sari, 2010).

2.2.8 Karakteristik Keluarga dalam Tingkat Kepuasan Keluarga

Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh factor dari pihak pemberi pelayanan

saja, tetapi juga dipengaruhi factor lain dalam diri klien. Factor dari dalam mencakup

tentang karakteristik klien dan keluarga. Karakteristik adalah ciri khusus yang
26

mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Ciri khusus ini dapat

berupa fisik seperti pekerjaan, pemilikan dan pendapatan, maupun non fisik seperti

pengalaman dan kebutuhan yang dapat beraneka ragam (Fatriansari, 2012).

Menurut Anjaryani (2009) menyatakan bahwa umur, jenis kelamin, status

perkawinan, jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan berkaitan

dengan kebutuhan pencarian pelayanan kesehatan. Kebutuhan terkait dengan hal

yang nyata seperti penggunaan fasilitas, persepsi pasien terhadap kualitas

pelayanan dan hubungan antara klien dan petugas kesehatan. Tingkat pendidikan

dapat digunakan untuk mengidentifikasi status sosioekonomi. Pendidikan

mempengaruhi apa yang akan dilakukan yang tercermin dari pengetahuan, sikap

dan perilaku. Pendidikan yang rendah berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan yang rendah. Angka kesakitan sangat berbeda jumlahnya pada

pendidikan rendah dan pekerjaan yang tidak memadai. Hampir semua penyakit

teridentifikasi diantara populasi dengan tingkat pendidikan rendah, dan bila

dibandingkan dengan pendidikan tinggi perbedaan itu tampak nyata. Pendidikan dan

sosioekonomi menentukan tingkat kesehatan seseorang. Pendidikan dapat

memperbaiki perilaku kesehatan serta membantu mencegah penyakit. Uang dapat

digunakan untuk membeli pelayanan kesehatan dan perbaikan lingkungan.

Pendidikan, kekayaan dan status social berhubungan dengan kesakitan dan

kematian khususnya pada mayoritas warga pedesaan yang miskin.


27

2.3 Rumah Sakit Swasta

2.3.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Sebagai suatu institusi, rumah sakit mempunyai kewajiban

melayani konsumen atau pasien secara benar, jujur dan tidak diskriminatif

(Kesuma, 2013).

Berdasarkan kepemiliknan dan penyelenggaraannya, rumah sakit dapat

dibedakan menjadi (Haliman dan Wulandari, 2012) :

a. Rumah sakit pemerintah yaitu rumha sakit pemerintah dimiliki dan

didselenggarakan oleh : Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI dan

departemen lain termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

b. Rumah sakit swasta merupakan unit pelaksana teknis yang mempuyai peran

penting dalam upaya kesehatan masyarakat untuk peningkatan, pencegahan,

perawatan, pemulihan, dan penyuluhan. Rumah sakit swasta dimiliki dan

diselenggarakan oleh swasta dan sudah disahkan menjadi badan hokum lain

yang bersifat sosial. Mekanisme kerjanya menjadi tanggung jawab pemilik,

sedangkan struktur organisasinya menyerupai rumah sakit umum.

2.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Swasta

Menurut Haliman dan Ari (2012), rumah sakit swasta dibedakan emnjadi

beberapa istilah antara lain sebagai berikut :


28

a. Rumah Sakit Swasta Utama, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan

medik bersifat umum dan spesialistik dan subspesialistik, setara dengan rumah

sakit pemerintah kelas B

b. Rumah Sakit Swasta Madya, yaitu rumah sakit swasta yang memberikan

pelayanan medic bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan

rumah sakit pemerintah kelas C

c. Rumah Sakit Swasta Pratama, yaitu rumah sakit swasta yang memberikan

pelayanan medis bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D.
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Asumsi 10 carative faktor caring Watson (2010) :
1. Membentuk system humanistic altruistic = yang diteliti
(Practice loving kindness)
2. Menanamkan keyakinan (faith hope) = yang tidak diteliti
3. Membangun sensitifitas diri sendiri dan orang
lain (Spiritual beliefs and practices)
4. Membina hubungan saling percaya dan saling
bantu (helping-trust)
5. Menerima dan meningkatkan ungkapan positif
dan negative (Promote expression of feelings)
6. Menggunakan proses pemecahan masaah
krreatif (Decision making) Teori kepuasan :
7. Meningkatkan belajar mengajar interpersonal 1. The Expectancy
(Teaching and learning) Disconfirmation Model
8. Menediakan lingkungan yang sportif, protektif,
2. Equity Theory
atau memperbaiki mental fisik, sosiokultural,
dan spiritual (Healing Environtment)
9. Membantu memenuhi kebutuhan dasar
manusia (Holistic Care)
10. Menghargai eksistensi dan fenomenologi Dimensi kepuasan
(Miracles) berdasarkan mutu
pelayanan :
1. Realibility
Pelaksanaan Perilaku Caring perawat melalui 2. Responssivenes
dimensi perilaku caring : 3. Assurance
1. Assurance of human presence 4. Emphati
2. Respecfull 5. Tangibles
3. Professional knowledge and skill
4. Positive connectedness
5. Attentiveness to the others experience

Caring baik Kualitas mutu Tingkat Kepuasan orangtua bayi


Caring Cukup pelayanan
Caring kurang keperawatan di
baik ruang Sangat Puas
perinatologi Puas
Kurang Puas
Tidak puas

29
30

3.2 Deskripsi Kerangka Konsep

Perilaku caring merupakan bagian dari pelayanan keperawatan yang dapat

menentukan mutu pelayanan. Perilaku caring dipengaruhi oleh 10 faktor karatif yang

merupakan salah satu indikator penentu kualitas caring. Berdasarkan 10 faktor

tersebut akan mempengaruhi perilaku perawat dalam melakukan caring di ruangan.

Sehubungan dengan ruang perinatologi merupakan area steril dimana hanya tenaga

kesehatan saja yang diperbolehkan masuk. Orangtua bayi sebagai keluarga terdekat

bayi hanya diperbolehkan menunggu di ruang tunggu. Hal ini akan mempengaruhi

tingkat kepuasan mereka apabila perilaku yang dilakukan oleh perawat tidak sesuai

dengan harapan. Tingkat kepuasan orangtua dapat terlihat dari penilaian mereka

berdasarkan dimensi mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat menggunakan

metode servqual.

3.3 Hipotesa Penelitian

H1 : Terdapat hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat

kepuasan orang tua bayi di ruang perinatologi rumah sakit swasta Kota Malang. Jika

perilaku caring baik maka tingkat kepuasan orangtua sangat puas.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian merupakan strategi yang digunakan sebagai

pedoman untuk mencapai tujuan penelitian. Desain penelitian ini adalah

Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di

ruang perinatologi.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orangtua yang memiliki bayi

di ruang perinatologi rumah sakit swasta di Kota Malang dalam hal ini RSI

Aisyiyah dan RSU Universitas Muhammadiyah Malang. Didapatkan data rata-

rata jumlah pasien pada bulan Agustus – Oktober tahun 2016 sebanyak 17

pasien di RSI Aisyiyah dan 20 pasien di RSU Universitas Muhammadiyah

Malang.

4.2.2 Sample

Sampel dalam penelitian ini merupakan orangtua yang memiliki bayi

dirawat di ruang Husein RSI Aisyiyah atau di ruang Melati RSU Universitas

Muhammadiyah Malang. Jumlah sampel yang dapat diambil sejumlah 37

responden yang diperoleh dalam kurun waktu 1 bulan. Penghitungan jumlah

31
32

sampel minimal menggunakan rumus Slovin dengan jumlah populasi 37 dan taraf

signifikasi 0.05, maka jumlah sampel minimum adalah sebagai berikut :

(pembulatan 34)

Keterangan :

n= jumlah sampel

N= jumlah populasi

= tingat signifikasi (0.05)

Berdasarkan hasil penghitungan sampel diatas, maka jumlah sampel

minimal yang digunakan adalah sebanyak 34 responden. Namun, dikarenakan

jumlah sampel tidak terlalu jauh dengan jumlah populasi sehingga peneliti tertarik

untuk mengambil keseluruhan populasi dan menggunakan teknik total sampling.

Kriteria sampel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Orangtua dengan bayi yang telah menjalani perawatan selama 1-3 hari di

ruangan perinatologi

b. Orangtua yang mendampingi bayi selama di rumah sakit

c. Orangtua yang bisa diajak berkomunikasi

d. Orangtua yang mampu membaca dan menulis


33

4.2.3 Teknik Sampling

Cara pengambilam sampel menggunakan teknik non-probability

sampling. Metode yang digunakan adalah total sampling, dimana keseluruhan

populasi dijadikan sampel penelitian. Responden merupakan sampel orangtua

yang telah berinteraksi dengan salah satu perawat sehingga oragtua dapat

menilai perilaku caring dan tingkat kepuasannya.

4.3 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Bebas Penelitian

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yang digunakan dalam

penelitian adalah perilaku caring perawat.

4.4.2 Variabel Tergantung Penelitian

Variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat

kepuasan orangtua bayi.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Husein RSI Aisyiyah Malang dan Ruang

Melati RSU Universitas Muhammadiyah Malang. Waktu penelitian selama 1

bulan yaitu, pada 15 Maret – 5 April 2017.

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang diigunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah kuisioner dimana responden diminta menjawab pernyataan dengan

memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang sudah disiapkan oleh

peneliti. Kulisioner yang akan diberikan kepada responden merupakan hasil

modifikasi data perilaku caring perawat dan data tingkat kepuasan responden

(orangtua) yang dirancang oleh peneliti. Untuk data perilaku caring didapatkan

dari studi literature dan hasil modifikasi Watson 2010 terkait 10 carative factor
34

dengan menggunakan caring factor survey. Untuk memperoleh data Perilaku

caring, data dihitung dengan menggunakan skala likert, data dihitung dengan

memberikan skor 4 jika jawaban sangat setuju, skor 3 jika setuju, skor 2 jika

sedikit setuju, dan skor 1 jika sangat tidak setuju. Untuk pengelompokan skor

dibagi menjadi 3 dengan kelas interval yaitu, rentang total skor 10 – 19 = kurang

baik, skor rentang 20 – 30 = Cukup Baik, dan 31 – 40 = Baik.

Sedangkan, untuk data Tingkat kepuasan keluarga diukur menggunakan

parameter 5 dimensi servqual (service Quality) model, yaitu : Kehandalan

(realibility), Daya Tangkap (responsiveness), Jaminan (assurance), empati

(Empathy) dan Wujud Fisik (Tangibles) (Parasuraman et al, 1998). Kuisioner

kepuasan keluarga merupakan instrumen telah dimodifikasi oleh peneliti dari

penelitian sebelumnya oleh Rovida (2015). Data tingkat kepuasan. Akan dihitung

dengan menggunakan skala likert yang dibagi menjadi 4 kriteria yaitu data

dihitung dengan memberikan skor 4 jika jawaban “ sangat puas”, 3 jika jawaban

“puas”, 2 jika jawaban “cukup puas”,dan 1 jika jawaban “tidak puas”. Untuk

pengelompokan total tingkat kepuasan dinilai dengan cara membuat kelas

interval, 40 – 10/ 4 = 7 yaitu 10 – 16 = tidak puas, 17 – 24 = cukup puas, 25 – 32

= puas, 33 – 40 = sangat puas.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah indeks alat ukur yang benar-benar digunakan untuk

mengukur. Sedangkan reabilitas menunjukkan skala indeks sejauh mana alat

tersebut dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2003). Peneliti

melakukan uji validitas terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian dengan

bantuan computer menggunakan program SPSS 16. Uji validitas dilakukan di

ruang bayi RSIA Muhammadiyah Malang. Uji validitas menggunakan teknik

korelasi product moment pearson (r) untuk melihat nilai korelasi tiap pernyataan
35

signifikan. Sedangkan uji reliabilitas instrument dinilai dari item instrument yang

valid yang dihitung denga rumus Cronbach Alpha yaitu membandingkan nilai

rhasil (Alpha) dengan R table.

Uji validitas dilakukan pada 10 responden dan dengan taraf signifikansi 0.05

diperoleh nilai r table 0.632. Nilai reliabilitas alpha > 0.9 artinya reliabilitas

sempurna dimana seluruh item reliable dan seluruh tes secara konsisten secara

internal karena memiliki reliabilitas yang sempurna. Setelah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas, Instrumen pada penelitian ini dinyatakan valid dengan rentang

nilai 0.893 – 0.998 dengan nilai reliabilitas 0.963 pada kuisioner perilaku caring

perawat dan rentang hasil 0.893 – 0.998 dengan nilai reliabilitas 0.967 untuk

kuisioner tingkat kepuasan orangtua. Hasil menunjukkan dimana r alpha lebih

besar dari r table sehingga pernyataan dinyatakan valid dan reliabel sebanyak 10

pernyataan untuk perilaku caring dan 10 pernyataan untuk kepuasan orangtua.

Sehingga keseluruhan item kuisioner dapat dipergunakan sebagai alat ukur

penelitian.
4.7 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional
Perilaku Caring Perilaku caring Asumsi 10 carative faktor caring Watson Kuisioner Perilaku Caring : Ordinal
Perawat merupakan suatu (2010) : a. Kurang baik : skor
(Variabel Bebas) sikap yang 1. Membentuk system humanistic 10 – 19
dilakukan oleh altruistic (Practice loving kindness) b. Cukup baik : skor
perawat dimana 2. Menanamkan keyakinan (faith hope) 20 – 30
terdapat interaksi 3. Membangun sensitifitas diri sendiri c. Baik : Skor
antara perawat dan dan orang lain (Spiritual beliefs and 31 – 40
penerima layanan practices)
didasari oleh sikap 4. Membina hubungan saling percaya
tanggung jawab, dan saling bantu (helping-trust)
saling mendukung 5. Menerima dan meningkatkan
dan menghargai. ungkapan positif dan negative
(Promote expression of feelings)
6. Menggunakan proses pemecahan
masaah krreatif (Decision making)
7. Meningkatkan belajar mengajar
interpersonal (Teaching and learning)
8. Menediakan lingkungan yang sportif,
protektif, atau memperbaiki mental
fisik, sosiokultural, dan spiritual
(Healing Environtment)
9. Membantu memenuhi kebutuhan
dasar manusia (Holistic Care)
10. Menghargai eksistensi dan
fenomenologi (Miracles)

36
Tingkat Kepuasan Tingkat Tingkat kepuasan diukur melalui dimensi Kuisioner Tingkat Kepuasan Ordinal
Orangtua bayi terpenuhinya Kepuasan Klien berdasarkan Mutu a. Tidak puas =
yang di rawat di kebutuhan dan pelayanan : skor 10 – 16
ruang perinatologi keinginan yang - Bukti Nyata b. Cukup puas =
(Variabel sesuai atau - Kehandalan skor 17 – 24
Terikat) melebihi harapan - Daya Tangkap c. Puas = skor
orangtua terhadap - Jaminan 25 – 32
pemberian - Empaty d. Sangat puas =
pelayanan skor 33 – 40
keperawatan yang
diberikan selama
bayi dirawat di
ruang perinatologi

37
38

4.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yanag diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan. Selama proses

pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih

tenaga pengumpul data (jika diperlukan), memperhatikan prinsip-prinsip validitas

dan reabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data

dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Nursalam,2014).

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh melalui pengumpulan data langsung dari responden dengan

menggunakan kuisioner yang dirancang oleh peneliti.

a. Lembar persetujuan responden, yang digunakan sebagai formulir resmi

persetujuan calon responden untuk dilibatkan dalam penelitian ini sebagai

responden.

b. Lembar data karakteristik responden, merupakan formulir berisikan biodata

responden sebagai orangtua dari bayi yeng dirawat di ruang perinatologi

yaitu, nama/inisial, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak

(Termasuk bayi), status anak dalam keluarga, tempat tinggal, dan nomor

HP/Telpon.

c. Lembar kuisioner tentang hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat

kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi RSI Aisyiyah Malang, yang

diberikan secara langsung kepada orangtua dengan bayi yang sebelumnya

sudah pernah melakukan interaksi dengan perawat di ruagan tersebut. Pada

saat pengisian kuisioner orangtua di damping oleh peneliti sehingga apabila

pada saat pengisian ada yang tidka dimengerti dapat langsung dibantu oleh

peneliti.
39

4.9 Alur Penelitian


Menentukan Populasi : orang tua bayi yang
dirawat di ruang perinatologi

Pengambilan Sampel penelitian : total sampling

Subjek penelitian memenuhi kriteria sampel

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

Memastikan legalitas persetujuan dan


memberikan surat perijinan kesediaan sebagai
responden

Pembagian kuisioner perilaku caring perawat dan tingkat Kepuasan Orang


tua di ruang perinatologi RSI Aisyiyah dan RS UMM

Pengolahan Data Deskriptif analitik korelasional

Hubungan perilaku caring perawat dengan


kuisioner tingkat kepuasan orang tua pasien

Penyajian

Kesimpulan

4.10 Teknik Mengolah Data

Teknik analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, analisis

data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok

penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

mengungkapkan fenomena. Data mentah yang diapat, tidak dapat

menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian

(Nursalam, 2014).

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan

tujuan mengubah data menjadi infomasi. Dalam ststistik, informasi yang


40

diperolah dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam

pengujian hipotesa. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah

yang harus ditempuh, diantaranya :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya

dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

kode dari variable.

3. Memasukkan Data (Entry data)

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master table atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat table

kontigensi.

4. Teknik analisis

Teknik analisis dilakukan khususnya terhadap data penelitian yang

menggunakan ilmu statistika terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan

menggunakan statistic deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan

menggunakan statistika inferensial. Statistika deskriptif (menggambarkan)

adalah statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan, dan

mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan


41

lebih mempunyai makna. Statistika inferensial (menarik kesimpulan)

adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter

(populasi) berdasarkan statistic (sampel) atau lebih dikenal dengan

proses generalisasi dan inferensial.

4.11 Analisa Data

4.11.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

yang menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable (Nursalam, 2014).

Analisa ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang

dikumpulkan dan diubah menjadi suatu informasi yang berguna. Dalam penelitian

ini, analisa univariat disajikan dalam bentuk pie chart.

4.11.2 Analisa Bivariat

Dalam Penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antar variable. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank

(Rho) dengan taraf signifikansi 5% harga Z table : Z0,475 : 1,96. Apabila Z hitung

> Z table, maka H0 ditolak artinya ada perbedaan yang signifikan. Apabila Z

hitung < Z table, maka H0 diterima artinya tidak ada perbedaan yang dignifikan.

Pengolahan data menggunakan computer dengan program SPSS 17 for

Windows.

4.12 Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang menggunaka subjek manusia menjadi

isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena

hamper 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka

peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai


42

klien. Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering memperlakukan subjek

penelitian seperti memperlakukan kliennya, sehingga subjek harus menurut

semua anjuran yang diberikan. Padahal kenyataannya, hal ini sangat

bertentangan dengan prinsip-prinsip etika penelitian.

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-

hak subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2014).

a. Prinsip Manfaat

1) Bebas dari penderitaan : penelitian harus dilaksanakan tanpa

mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika

menggunakan tindakan khusus.

2) Bebas dari eksploitasi : partisipasi subjek dalam penelitian, harus

dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus

diyakini bahwa partisipasinya dala penelitian atau informasi yang telah

diberikan,tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subjek dalam bentuk apapun.

3) Risiko (benefits ratio) : peneliti harushati-hati mempertimbangkan

risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada

setiap tindakan.

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination) :

subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,

tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

2) Hak utuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan (rigt to full

disclosure) : seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara


43

rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang etrjadi pada

subjek.

3) Inform consent : subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentag tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak

untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada

inform consent juga perlu dcantumkan bahwa data yang diperoleh

hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

c. Prinsip Keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (rigt in fair treatment) :

subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelumm, selama ,dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari

penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) : subjek mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk

itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality)


BAB V
HASIL DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dari data karakteristik

demografi responden menggunakan analisis univariat dan data khusus penelitian

menggunakan analisis bivariat. Data karakteristik demografi responden yang

diamati meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status

anak dalam keluarga yang akan diuraikan secara deskriptif menggunakan tabel.

Kemudian data khusus dalam penelitian ini antara lain perilaku caring perawat

dengan tingkat kepuasan orangtua bayi yang akan diuraikan dalam bentuk

pengujian hipotesis korelasi.

5.1 Data Karakteristik Responden


5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F %
Laki-Laki 6 16,2
Perempuan 31 83,8
Total 37 100,0

Berdasarkan data karakteristik jenis kelamin diketahui bahwa dari total 37

responden, sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 31 orang

(83,8%).

44
45

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Pada usia, hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia

Usia f %
20 - 24 4 10,9
25 - 28 13 35,1
29 – 33 11 29,7
34 – 40 9 24,3
Total 37 100,0

Berdasarkan data karakteristik usia diketahui bahwa dari total 37

responden, responden yang paling banyak adalah usia 25 – 28 tahun yaitu

sebanyak 35,1% atau 13 orang responden.

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan f %
SD 3 8,1
SMP 5 13,5
SMA/SMK 15 40,5
D3 3 8,1
S1 7 18,9
S2 4 10,8
Total 37 100,0

Berdasarkan data karakteristik tingkat pendidikan diketahui bahwa

pendidikan paling rendah responden adalah SD dan yang paling tinggi adalah

S2. Dari 6 tingkat pendidikan yang terdata, paling banyak responden memiliki

riwayat pendidikan SMA/SMK yaitu 15 orang (40,5%).


46

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan

Pekerjaan F %
Perawat 1 2,7
Swasta 11 29,7
Guru 3 8,1
Karyawan honorer 2 5,4
Karyawan swasta 2 5,4
Ibu rumah tangga 16 43,2
Dosen 1 2,7
Karyawan konsultan pajak 1 2,7
Total 37 100,0

Berdasarkan data karakteristik pekerjaan diketahui bahwa dari total 37

responden, paling banyak merupakan ibu rumah tangga dengan jumlah 16 orang

(43,2%).

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Anak dalam Keluarga


Hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Status Anak dalam Keluarga

Status anak dalam F %


keluarga
Satu 15 40,5
Dua 15 40,5
Tiga 5 13,5
Empat 1 2,7
Enam 1 2,7
Total 37 100,0

Berdasarkan data karakteristik status anak dalam keluarga diketahui

bahwa dari total 37 responden yang memiliki bayi, paling banyak merupakan

anak ke-satu dan ke-dua dengan jumlah 15 orang (40,5%).


47

5.2 Data Hasil Penelitian


5.2.1 Perilaku Caring Perawat
Hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat

Perilaku Caring f %
Cukup 11 29,7
Baik 26 70,3
Total 37 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa perilaku caring perawat sebanyak 26

orang adalah baik (70,3%) dan 11 orang atau (29,7%) menyatakan Cukup,

sehingga berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku caring

sebagian besar perawat dapat dikatakan baik. berikut merupakan data per-item

perilaku caring perawat berdasarkan hasil kuisioner :

Tabel 5.6.1 Distribusi Frekuensi Per-Item Perilaku Caring Perawat

Baik Cukup Kurang Total


Perilaku Caring
F % F % F % F %
Practice Loving
18 48.6 19 51.4 - - 37 100
Kindness
Decision Making 18 48.6 19 51.4 - - 37 100
Faith Hope 14 37.8 23 62.2 - - 37 100
Teaching &
14 37.8 19 51.4 4 10.8 37 100
Learning
Spiritual Believe
13 35.1 23 62.2 1 2.7 37 100
and Practice
Holisttic Care 19 51.4 18 48.6 - - 37 100
Helping Trust 15 40.5 21 56.8 1 2.7 37 100
Healing
14 37.8 21 56.8 2 5.4 37 100
Environtment
Promote
Expression Of 11 29.7 26 70.3 - - 37 100
Feelings
Miracles 15 40.5 21 56.8 1 2.7 37 100
48

5.2.2 Tingkat Kepuasan Orangtua Bayi


Hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Orangtua Bayi

Tingkat Kepuasan f %
Cukup Puas 3 8,1
Puas 12 32,4
Sangat Puas 22 59,5
Total 37 100,0

Dari hasil penelitian pada data tingkat kepuasan, sebanyak 22 orang

(59,5%) menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan perilaku caring

perawat, 12 responden atau (32,4%) menyatakan puas dengan perilaku caring

perawat, dan 3 orang responden atau (8,1%) menyatakan cukup puas. Sehingga

berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa sebagian besar resonden

menyatakan sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat. berikut

merupakan data per-item Tingkat kepuasan Orangtua berdasarkan hasil

kuisioner :

Tabel 5.7.1 Distribusi Frekuensi Per-Item Tingkat Kepuasan Orangtua Bayi

Sangat Cukup Kurang Total


Puas
Kepuasan Puas Puas Puas
F % F % F % F % F %
Bukti
16 43.2 11 29.7 10 27 - - 37 100
Langsung 1
Bukti
13 35.1 21 56.8 3 8.1 - - 37 100
Langsung 2
Kehandalan 1 19 51.4 15 40.5 3 8.1 - - 37 100
Kehandalan 2 15 40.5 21 56.8 - - 1 2.7 37 100
Ketanggapan 1 15 40.5 16 43.2 5 13.5 1 2.7 37 100
Ketanggapan 2 14 37.8 20 54.1 3 8.1 - - 37 100
Jaminan 1 21 56.8 12 32.4 4 10.8 - - 37 100
Jaminan 2 17 45.9 16 43.2 4 10.8 - - 37 100
Empati 1 15 40.5 17 45.9 4 10.8 1 2.7 37 100
Empati 2 13 35.1 17 45.9 7 18.9 - - 37 100
49

5.2.3 Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan


Orangtua Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta di Kota
Malang

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan

antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di rumah

sakit swasta di Kota Malang. Untuk membuktikan hipotesis penelitian tentang

apakah ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan

orangtua bayi, maka peneliti menggunakan uji korelasi spearman. Sehingga

hasil data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 5.8 TabulasiSilang dan Pengujian Korelasi Spearman

Tingkat Kepuasan Sig r


Cukup Puas Sangat Total
Puas Puas
f % f % f % f % 0,000 0,592
Perilaku Cukup 3 8,1 6 16,2 2 5,4% 11 29,7
Caring Baik 0 0 6 16,2 20 54,1 26 70,3
Total 3 8,1% 12 32,4 22 59,5 36 100

Perilaku caring perawat pada kategori cukup sebanyak 29,7% orang

dimana paling banyak merasa puas yaitu 16,2%. Sedangkan pada kategori baik

sebanyak 70,3% orang dimana paling banyak merasa sangat puas yaitu 59,5%.

Dari hasil pengujian korelasi didapatkan nilai sig sebesar 0,000. Nilai tersebut <

0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara perilaku

caring perawat dan tingkat kepuasan orangtua bayi diterima. Besarnya korelasi

adalah 0,592 yang masuk dalam kategori cukup kuat. Arah hubungan dari

korelasi tersebut adalah positif yang bermakna sejajar, yaitu jika perilaku caring

perawat semakin baik maka orangtua bayi semakin puas bahkan sangat puas.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan secara spesifik hasil penelitian yang sudah penulis

jelaskan di bab V, yaitu terkait temuan-temuan hasil penelitian, mengintegrasikan

temuan penelitian serta membandingkannya dengan teori lain yang lebih relevan.

Pada bab ini akan dibahas secara beruntun tentang perilaku caring perawat dengan

tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi rumah sakit swasta di Kota

Malang.

6.1 Perilaku Caring Perawat Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta di Kota

Malang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di dapatkan data dari 37

responden, sebanyak 26 responden atau (70,3%) menyatakan perilaku caring

perawat baik dan sebanyak 11 responden (29,7%) menyatakan perilaku caring

cukup. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar atau lebih

dari 50% responden menyatakan bahwa perilaku caring perawat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa perilaku caring yang diberikan oleh perawat sesuai dengan

apa yang diharapkan oleh responden.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nursalam (2014) dimana pelayanan

akan cukup memuaskan jika pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah

memenuhi sebagian harapan pasien atau keluarga. Pelayanan akan

50
51

memuaskan apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi

harapan rata-rata pasien atau keluarga.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait perilaku caring perawat di

ruang melati RSU Muhammadiyah Malang dan ruang husein RSI Aisyiyah

Malang diukur berdasarkan 10 carative faktor menurut Watson (2010) dengan

uraian sebagai berikut :

a. Berdasarkan faktor Practice loving kindness (membentuk sistem humanistic-

altruistic), sebanyak 51,4% responden menyatakan setuju dan 48%

responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan terkait practice

loving kindness dalam kuisioner. Hal tersebut menyatakan bahwa perawat

ketika bertemu atau berinteraksi dengan orangtua dan bayi memberikan

salam dan memperkenalkan diri sambil tersenyum dan bersedia

menawarkan diri apabila orangtua dan bayi membutuhkan bantuannya.

b. Berdasarkan faktor faith hope (menanamkan keyakinan), sebanyak 62,2%

menyatakan setuju dan 37,8% responden menyatakan sangat setuju. Hal ini

membuktikan bahwa perawat dapat memberikan harapan yang realists

dengan jelas dan memberikan keyakinan pada orangtua bahwa kesakitan

dan kesembuhan sudah ada yang mengatur.

c. Faktor ketiga Spiritual beliefs and practices (membangun sensitifitas diri

sendiri dan orang lain) sebanyak 62,2% menyatakan setuju, 35,5%

responden senyatakan sangat setuju, dan 2,7% responden menyatakan

kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa perawat sebagain besar telah
52

memberikan perhatian dan dukungan moril terhadap orangtua dan bayi dan

sering mengajak orangtua dan keluarga untuk berbicang-bincang.

d. Berdasarkan faktor helping-trust (membina hubungan saling percaya dan

saling bantu), 56,8% menyatakan setuju, 40,5% responden menyatakan

sanat setuju, dan 2,7% responden menyatakan kurang setuju. Sehingga hal

ini membuktikan bahwa perawat saat sebelum melakukan tindakan sebagian

besar telah menjelaskan prosedur yang akan dilakukan agar orangtua atau

keluarga mengetahui tujuannya. Begitu juga sebaliknya keluarga atau

orangtua akan bekerjasama dengan perawat dalam membantu proses

kesembuhan bayi mereka.

e. Faktor Promote expression of feelings (menerima dan meningkatkan

ungkapan positif dan negatif) didapatkan hasil bahwa 70,3% orangtua

menyatakan setuju dan 29,7% responden menyatakan sangat setuju. Hal ini

membuktikan bahwa perawat di ruangan memberikan perhatian terhadap

keluhan orangtua dan mendengarkan dengan penuh perhatian sehingga

orangtua tidak merasa cemas dengan keadaan bayinya.

f. Berdasarkan faktor Decision making (menggunakan proses pemecahan

masalah kreatif), sebanyak 51,4% menyatakan setuju dan 48,6% responden

menyatakan sangat puas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat

menggunakan proses caring yang kreatif yaitu perawat di ruangan mampu

menangani masalah keperawatan dengan tepat dan professional dan tetap

melibatkan orangtua bayi dalam pengambilan keputusan terkait dengan bayi

mereka.
53

g. Berdasarkan faktor Teaching and learning (meningkatkan belajar mengajar

interpersonal), sebanyak 51,4% menyatakan setuju, 37,8% responden

menyatakan sangat setuju dan 10,8% responden menyatakan kurang setuju.

Hal ini menunjukkan bahwa perawat ruangan sebagian besar telah

memberitahu informasi dengan jelas dalam bahasa yang sederhana dan

mudah dimengerti responden terkait hal-hal yang dilarang dalam perawatan

dan yang harus dipatuhi kepada orangtua bayi dan juga cara pemenuhan

kebutuhan bayi selama dalam masa perawatan.

h. Berdasarkan faktor Healing Environtment (menyediakan lingkungan yang

sportif, protektif, atau memperbaiki mental fisik, sosiokultural, dan spiritual),

sebanyak 56,8% menyatakan setuju, 37,8% responden menyatakan sangat

setuju, dan 5,4% responden menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan

bahwa perawat menyediakan sarana dan lingkungan yang baik untuk

orangtua selama bayi mereka dirawat dan juga mendorong untuk tetap

semangat.

i. Faktor Holistic Care (membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia),

sebanyak 51,4% menyatakan sangat setuju dan 48,6% responden

menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa perawat selalu dapat

membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi mereka selama

masa perawatan seperti membantu memandikan, BAB, BAK, memberikan

ASI cup/botol, memberitahu apabila popok atau ASI habis, dan tetap

menghargai permintaan orangtua bayi.


54

j. Berdasarkan faktor miracles (menghargai eksistensi dan fenomenologi),

sebanyak 56,8% orangtua menyatakan setuju, 40,5% responden

menyatakan sangat setuju dan 2,7% responden merasa kurang setuju. Hal

ini membuktikan bahwa perawat sebagian besar telah memberikan dukungan

dan motivasi berupa semangat kepada orangtua dan bayi untuk tetap

melakukan Ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing dan tetap

optimis untuk kesembuhan bayinya.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan data terkait dengan

responden yang menyatakan kurang setuju pada faktor Teaching and learning

(meningkatkan belajar mengajar interpersonal) sebanyak 10,8% atau 4

responden, 5,4% atau 2 responden pada Healing Environtment, dan sebanyak

2,7% atau 1 orang pada item Miracles, Helping-Trust realitionship, dan Spiritual

and Believe. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada responden yang merasa

kurang mengerti atau paham dengan informasi yang di sampaikan oleh perawat

ruangan terkait kebutuhan bayi mereka ketika melakukan proses interaksi,

kurang nyaman dengan lingkungan ruangan, kurang percaya pada perawat, dan

perawat dirasa kurang dalam memberikan semangat atau dukungan kepada

mereka sebagai orangtua.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh subyektivitas orangtua terhadap

penilaian perilaku caring perawat tersebut yang dipengaruhi oleh data

karakteristik responden. Diantaranya dapat berupa fisik seperti pekerjaan,

pendidikan, pemilikan dan pendapatan, maupun non fisik seperti pengalaman

dan kebutuhan yang dapat beraneka ragam (Fatriansari, 2012).


55

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan

berdasarkan faktor yang mempengaruhi perilaku caring yang dicetuskan oleh

Watson (2010), perilaku caring yang dilakukan oleh perawat ruangan dinilai baik

oleh responden yaitu sebanyak 70,3% atau 26 responden. Hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdul (2013) tentang

perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan di ruang rawat inap RSUD

Kota Baubau, dimana hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 81,3%

responden mempunyai presepsi bahwa perawat mempunyai perilaku caring baik

sehingga responden puas dan 6,2% menyatakan perilaku caring kurang baik.

6.2 Tingkat Kepuasan Orangtua Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit

Swasta di Kota Malang

Hasil penelitian mengenai tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang melati

RSU Universitas Muhammadiyah Malang dan Ruang Husein RSI Aisyiyah

Malang didapatkan data dari 37 responden, 22 orang diantaranya merasa sangat

puas (59,5%), sedangkan 12 orang (32,4%) merasa puas dan sebanyak 3 orang

atau (8,1%) memiliki tingkat kepuasan cukup puas. Jika dibandingkan dengan

indikator standar pelayanan minimal, maka kepuasan responden telah

memenuhi standart. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 129 Tahun 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menyebutkan bahwa salah

satu indikator penting dalam ruang perinatologi adalah kepuasan pasien atau

keluarga harus lebih atau sama dengan 80%. Tercapainya tingkat kepuasan

klien ini dapat dinilai berdasarkan dimensi mutu pelayanan menurut Panauraman
56

et.al (1998) yaitu bukti langsung, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan

empati.

Berdasarkan hasil penelitian, pada dimensi Bukti langsung (tangibles)

didapatkan sebanyak 43,2% responden sangat puas untuk pernyataan 1 dan

56,8% responden merasa puas untuk pernyataan 2. Hal ini membuktikan bahwa

perawat ruanagn memfasilitasi orangtua di ruangan sehingga lingkungan

ruangan emmbuat orangtua nyaman. Contohnya selalu menyapa ketika di

ruangan dan mengingatkan orangtua ketika hendak masuk ruangan. Supranto

(2015) menyatakan bahwa dimensi tangible berkaitan dengan penampilan

fasilitas fisik, peralatan, personel, dan media komunikasi.

Pada dimensi kehandalan (reliability) didapatkan sebanyak 51,4% responden

menyatakan sangat puas untuk pernyataan 3 dan 56,8% responden puas untuk

pernyataan 4. Hasil penelitian pada dimensi ini menunjukkan bahwa responden

merasa perawat dapat diandalkan dan tepat waktu dalam memberikan

pelayanan sehingga sesuai dengan harapan mereka. Hasil penelitian

Rahmulyono (2008), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan

adalah mutu informasi yang diterima seperti apa yang dikerjakan dan apa yang

dapat diharapkan.

Dimensi selanjutnya adalah dimensi ketanggapan (responsiveness)

didapatkan 43,2% untuk pernyataan 5 dan 54,1% untuk pernyataan 6

responden merasa puas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat selalu siap dalam

memenuhi permintaan responden serta dinilai memberikan layanan dengan

cepat dan segera. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono (2011) dimana
57

respon perawat yang tanggap terhadap setiap keluhan dan keinginan pasien

dengan cepat dan sesuai standar pelayanan yang ditetapkan, akan

meningkatkan rasa puas kepada pasien yang pada akhirnya mempengaruhi

tingkat loyalitas pasien.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 56,8% untuk pernyataan 7

dan 45,9% untuk pernyataan 8 responden menyatakan sangat puas pada

dimensi jaminan (assurance) dalam kuisioner yang telah diberikan pada

responden. Hal ini membuktikan bahwa perawat sudah bersikap sopan dan telah

berusaha mendukung responden untuk tetap optimis dalam diri klien. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Ryan (2009), bahwa pengalaman pasien terhadap

sikap petugas dalam melayani paisen menyatakan puas/sangat puas sebanyak

77 responden (63,6%). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Kalsum (2016) di

ruang teratai RSUP Fatmawati bahwa 63 responden (77,8%) merasa puas

terhadap dimensi Assurance.

Berdasarkan dimensi Empati (Empathy) pernyataan 9 dan 10, terdapat

sebanyak 45,9% responden untuk masing-masing pernyataan merasa puas. Hal

ini menunjukkan bahwa perawat telah memperlakukan responden dengan penuh

perhatian dan benar-benar memahami kebutuhan dan mengutamakan

kepentingan klien.

Hasil penelitian juga didapatkan data mainstream ketidakpuasan responden

yaitu masing-masing sebanyak 2,7% dalam dimensi ketanggapan

(responsiveness) dan Empati (Empathy). Hal ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan itu sendiri seperti yang
58

dikatakan dalam penelitian Fatriansari (2012) yang menyatakan bahwa

kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh factor dari pihak pemberi pelayanan

saja, tetapi juga dipengaruhi faktor lain dalam diri klien. faktor dari dalam

mencakup tentang karakteristik klien dan keluarga. Faktor tersebut antara lain

umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan

serta pendapatan akan berkaitan dengan kebutuhan pencarian pelayanan

kesehatan (Anjaryani, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian dengan responden orangtua bayi, didapatkan

data karakteristik yang berbeda-beda. karakteristik diamati berdasarkan jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status anak dalam keluarga

yang ada di ruang perinatologi. Dari hasil penelitian dengan 37 responden

berdasarkan jenis kelamin mayoritas memiliki jenis kelamin perempuan

sebanyak 31 responden atau (83,8%), hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Matziou et al (2011) bahwa sebanyak 67,97%

dari responden penelitianya adalah ibu atau perempuan. Hal ini disebabkan

karena ibu memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi sehingga intensitas

untuk ingin bertemu bayi mereka di ruangan lebih besar dibandingkan ayah (laki-

laki). Berdasarkan usia responden paling rendah berusia 20 tahun dan paling

tinggi berusia 40 tahun. Rata-rata usia responden secara keseluruhan adalah

29,84 dengan standar deviasi 4,89.

Berdasarkan tingkat pendidikan, 15 responden berpendidikan SMA/SMK

atau (40,5%). Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden mayoritas adalah

ibu rumah tangga yaitu berjumlah 16 orang atau (43,2%). Berdasarkan data
59

karakteristik status anak dalam keluarga diketahui bahwa dari total 37 responden

yang memiliki bayi, paling banyak merupakan anak ke- satu dan ke-dua dengan

jumlah 15 orang (40,5%). Hasil tersebut searah dengan penelitian yang

dilakukan oleh Petros Galanis., et al (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

Factor associate with parents satisfaction with care provided in neonatal

intensive care unit in Greece yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi penilaian kepuasan orangtua terhadap pelayanan yang

diterima adalah status anak dalam keluaraga adalah anak pertama.

Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dari 37 responden sebanyak

22 atau 59,5% responden memiliki tingkat kepuasan sangat puas dan sebanyak

12 responden 32,4% memiliki tingkat kepuasan puas. Hal ini ini menunjukkan

bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit yang dalam hal ini perilaku

caring perawat di ruang perinatologi sudah sesuai dengan keinginan orangtua

bayi.

6.3 Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Orangtua

Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Swasta di Kota Malang

Berdasarkan hasil analisa data untuk mengetahui hubungan antara perilaku

caring perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi

rumah sakit swasta Kota Malang dengan uji statistik yaitu menggunakan uji

korelasi spearmen rank/rho diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05)

yang berarti terdapat hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat

kepuasan orangtua bayi. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Wolf,


60

Colahan dan Costello (1998) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

significant antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan

pasien/keluarga.

Hasil data penelitian diperkuat dengan didapatkannya nilai korelasi

spearmen (r) sebesar (+) 0,592 yang menunjukkan bahwa korelasi (r) bersifat

positif. Arah hubungan yang positif menunjukkan bahwa semakin baik perilaku

caring perawat akan memberikan tingkat kepuasan yang puas bahkan sangat

puas kepada orangtua bayi atau sebaliknya.

Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan data dari 37 responden bahwa

perilaku caring perawat yang baik dengan tingkat kepuasan sangat puas paling

banyak dengan jumlah 20 responden atau 54,1%. Perilaku caring baik dengan

tingkat kepuasan puas yaitu sebanyak 6 responden atau 16,2%, perilaku caring

perawat cukup dengan tingkat kepuasan sangat puas sebanyak 2 responden

atau 5,4%, perilaku caring perawat cukup dengan tingkat kepuasan puas 16,2%

sebanyak 6 responden dan perilaku caring perawat cukup dengan tingkat

kepuasan cukup puas 8,1% atau sebayak 3 responden.

Hasil diatas, menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden atau 20

responden merasa sangat puas dengan perilaku caring perawat yang baik

sehingga hal ini dapat menjawab hipotesa yaitu terdapat hubungan perilaku

caring perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi

rumah sakit swasta di Kota Malang. Hal tersebut juga didukung hasil tabulasi 10

caratif faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat dan tingkat kepuasan

responden berdasarkan dimensi mutu layanan.


61

Salah satu faktor dari 10 caratif factor yang paling mempengaruhi penilaian

responden adalah faktor Promote expression of feelings (menerima dan

meningkatkan ungkapan positif dan negatif). Pada faktor tersebut didapatkan

hasil bahwa 70,3% orangtua menyatakan setuju dan 29,7% responden

menyatakan sangat setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat di ruangan

memberikan perhatian terhadap keluhan orangtua dan mendengarkan dengan

penuh perhatian sehingga orangtua tidak merasa cemas dengan keadaan

bayinya. Pernyataan diatas sesuai dengan teori yang dikeumukakan oleh

Watson (2010) yaitu, caring menuntut perawat untuk mampu meningkatkan

harga diri seorang klien dengan memperhatikan segala kelebihan dan

kekurangan klien dalam menghadapi masalahnya.

Adapun apabila dikaji berdasarkan dimensi mutu klien, hasil penelitian bahwa

terdapat hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan

orangtua bayi di ruang perinatologi Rumah Sakit Swasta di Kota Malang

didapatkan hasil bahwa pada lebih dari 50% responden merasa puas dengan

dimensi kehandalan (reliability) yang dilakukan oleh perawat di ruangan. Hal

tersebut dibuktikan dengan sebanyak 51,4% responden menyatakan sangat

puas untuk pernyataan 3 dan 56,8% responden puas untuk pernyataan 4. Hasil

penelitian pada dimensi ini menunjukkan bahwa responden merasa perawat

dapat diandalkan dan tepat waktu dalam memberikan pelayanan sehingga

sesuai dengan harapan mereka. Pernyataan diatas sesuai dengan pernyataan

Rahmulyono (2008), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan

adalah mutu informasi yang diterima seperti apa yang dikerjakan dan apa yang
62

dapat diharapkan. Pernytaan tersebut sesuai dengan Equity Theory oleh Stacy

Adam bahwa orang akan merasa puas tergantung pada apakah ia merasakan

keadilan (Equity) atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan outputnya sama

apabila dibandingkan dengan input dan output orang/jasa yang dijadikan

perbandingan maka kondisi itu disebut puas (Haryati dan Hadi, 2006).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Putri (2014) dengan penelitian untuk menganalisis hubungan

perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap

RSUD Soeroto Ngawi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 50,7%

responden mempunyai presepsi bahwa perawat memiliki perilaku caring baik

dan menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan. Hasil uji

spearmen (r) menunjukkan 0,001 (p<0,005) yang menunjukkan terdapat

hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan responden di

ruang rawat inap RSUD Soeroto Ngawi.

Hasil ini juga sama dengan penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Umi

Kalsum (2016) yang berjudul hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat

kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perilaku caring yang dilakukan perawat ruangan tersebut

dinilai 74% baik dan responden merasa puas dengan perilaku tersebut.

Sehingga, terdapat hubungan anatara perilaku caring perawat yang baik tingkat

kepuasan pasien yang puas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Francessa et.al (2016) dengan judul Parents’ Perception of Satisfaction

With Care From Pediatric Nurse Practitioners Instrument dimana berdasarkan


63

penelitian tersebut dijelaskan bahwa orangtua melakukan penilaian terhadap

pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat anak yang meliputi skill

komunikasi, ekspert di klinik, perilaku caring dan pengambilan keputusan dengan

menggunakan PPSC-PNP. Hasil penilaian tersebut menunjukkan adanya

kepuasan orangtua terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan oleh

perawat antara lain salah satunya perilaku caring perawat rentang skor 6- 30

dengan SD = 3.37.

6.4 Implikasi Keperawatan

6.4.1 Implikasi Teoritis

Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang memuaskan bagi para

pengguna layanan yaitu pasien dan keluarga diperlukan peningkatan pelayanan

khusunya perilaku caring perawat yang berkualitas sehingga kepuasan

pengguna layanan tetap terjaga dengan baik dengan harapan bisa memberikan

respon positif terhadap lembaga terkait. Kualitas pelayanan diukur dari perilaku

caring perawat yang meliputi 10 caritas faktor yang dikembangkan oleh John

Nelson dan Watson.

6.4.2 Implikasi Praktis

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar

responden merasa puas bahkan sangat puas dengan perilaku caring perawat di

ruang perinatologi yang dinilai baik. Sehingga, dengan hasil ini diharapkan

perawat di ruang perinatologi mampu mempertahankan atau bahkan


64

meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal ini perilaku caring perawat di

ruangan tersebut.

6.5 Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini hanya mencari apakah terdapat hubungan antara perilaku caring

perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi, sehingga

tidak membahas secara detail terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kedua

variable.

b. Penelitian ini hanya dilakukan di ruang perinatologi rumah sakit swasta, yaitu

RSU Universitas Muhammadiyah Malang dan RSI Aisyiyah Malang, sehingga

kurang mampu mengeneralisasikan atau menggambarkan perilaku caring

perawat di ruangan yang lain atau bahkan di rumah sakit yang lain.

c. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional-

study dengan metode kuantitatif dimana pengukuran variabelnya hanya satu kali

sehingga peneliti hanya bisa mengetahui kondisi dari responden pada saat itu

saja dan kurang dapat mengeksplorasi bentuk perasaan yang dialami.


BAB VII

PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian mengenai

hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang

perinatologi rumah sakit swasta di Kota Malang.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

7.1.1 Hasil penelitian dari perilaku caring perawat ruang perinatologi rumah sakit

swasta di Kota Malang menunjukkan bahwa mdari 37 responden sebanyak

26 responden atau (70,3%) menyatakan perilaku caring perawat baik dan

sebanyak 11 responden (29,7%) menyatakan perilaku caring cukup.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku caring perawat di ruang

perinatologi tersebut masuk ke dalam kategori baik atau cukup baik.

7.1.2 Hasil penelitian tingkat kepuasan orangtua bayi di ruang perinatologi rumah

sakit swasta di Kota Malang menunjukkan bahwa dari 37 responden 22

orang diantaranya merasa sangat puas (59,5%), sedangkan 12 orang

(32,4%) merasa puas dan sebanyak 3 orang atau (8,1%) memiliki tingkat

kepuasan cukup puas sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan

65
66

orangtua bayi terkait pelayanan yang diberikan di ruangan tersebut secara

keseluruhan adalah sangat puas.

7.1.3 Hasil penelitian ini menunjukkan nilai korelasi spearmen rank/rho (+) 0,592

yang menunjukkan bahwa hubungan antara perilaku caring perawat dengan

tingkat kepuasan orangtua bayi termasuk dalam kategori cukup kuat. Arah

hubungan yang positif menunjukkan bahwa dengan perilaku caring perawat

yang baik akan memberikan tingkat kepuasan yang puas bahkan sangat

puas kepada orangtua bayi.

7.2 Saran

7.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

memberikan seminar kepada para perawat khususnya di ruang perinatologi

agar meningkatkan perilaku caring perawat sehingga orangtua bayi akan

merasa puas.

7.2.2 Diharapkan masyarakat lebih kritis dalam memberikan kritik dan saran pada

pemberi layanan khususnya ruang perinatologi sehingga perawat atau

pemberi layanan dapat mengevaluasi sejauh mana orangtua menilai

pelayanan yang mereka berikan dan mampu memperbaiki kualitas

pelayanannya..

7.2.3 Penelitian selanjutnya dapat memperluas penelitian dengan cara meneliti

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat misalnya

faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman

kerjanya.
67

7.2.4 Diharapkan bagi staff ruang perinatologi di rumah sakit swasta Kota Malang

dalam hal ini RSI Aisyiyah dan RSU Universitas Muhammadiyah Malang,

penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi

pengelola rumah sakit untuk mengevaluasi kinerja perawat yang dilihat dari

pelaksanaan perilaku caring.


68

DAFTAR PUSTAKA

Abdul.,Saleh,A., dan Sjattar, E.,L. 2013. Hubungan Perilaku Caring


Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Kota BauBau. Artikel. Akademi Keperawatan Kabupaten Buton

Anam, Hairul. 2016. Hubungan Pelayanan Keperawatan dengan Tingkat


Kepuasan Pasien di INstalasi Gawat Darurat (IGD) RS. Dr.
Soepraoen Malangg. Tugas Akhir. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Anjaryani, w., D. 2009. Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan


perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Thesis. Semarang : Program
Studi Promosi Kesehatan Kajian Sumber Daya Manusia Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Chotimah, Nurul. 2016. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan


Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Tugurejo Semarang. Tugas Akhir. Program Studi
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Lampiran Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1171/Menkes/Per/IV/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Bina


Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008).
Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik di sarana
Kesehatan.

Dwidiyanti, M. 2007. Caring Kunci Sukses Perawat Mengamalkan Ilmu.


Semarang : Hasani

Dwidiyanti, M. 2008. Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Semarang ;


Akper Depkes Semarang.

Fatriansari, Asih. 2012. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Anak


dan Tingkat Kepuasan Keluarga Yang Anaknya Menjalani
Hospitalisasi Di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Tesis Program
Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia Depok.
69

Francessa et.al. 2016. Parents’ Perception of Satisfaction With Care From


Pediatric Nurse Practitioners Instrument. Journal Of Pediatric Health
Care. March-April, Vol. 28 (2) : 128-135

Gerson, R.F. 2004. Mengukur Kepuasan Pelangga. Jakarta : PPM.

Ghofur, Abdul. 2016 Hubungan Stres Kerja Perawat Shift Malam dengan
Perilaku Caring Perawat Di Rumah Sakit Bala Keselamatan Bokor
Turen Kabupaten Malang. Tugas Akhir. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Hafizurrachman.2009. Kepuasan Pasien dan Kunjungan Rumah Sakit.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 1, Agustus 2009.
Diunduh di alamat http://download.portalgaruda.org/ pada tanggal 30
Oktober 2016

Haliman, Arif dr. St. MPH., Wulandari, Ari. 2012. Cerdas Memilih Rumah
Sakit. Yogyakarta : Andi Offset

Hidayati, Nurlaili. 2013. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Diakses pada tanggal 27 Desember 2016 melalui alamat :
http://eprints.ums.ac.id/27204/16/02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Janes Jainurakhma. 2013. Fenomenologi : Caring Perawat Terhadap


Klien dengan Kondisi Kritis di Instalasi Gawat Darurat – RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang. Tesis, Program Studi Magister Keperawatan
Peminatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.

Kazemi, N. Ehsani, P., Abdi, F., & Bighami, M. K. 2013. Measuring


hospital service quality and its influence on patient statisfaction : an
empirical study using structural equation modeling. Management
science letters, 3 (7): 2125-2136

Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/ Tahun 2008


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Kesuma, Ida Ayu Werdiningsih. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan


Terhadap Loyalitas Pasien : Kepuasan dan Customer Relationship
Management Sebagai Variabel Mediasi (Studi pada Industri Rumah
Sakit Swasta di Bali). Disertasi. Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
70

Kotler, Philip.2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta : PT.


Indeks kelompok Gramedia.

Kusum, Umi. 2016. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan


Pasien Di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Tahun 2016. Skripsi. Peminatan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Leininger M. Macheline. Culture Care Diversity ang University : Teori of
Nursing 1997. New York. National League for Nursing Press.

Malini, H, Sartika,. D., Idianola, Edward, Z. 2009. Hubungan Kecerdasan


Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat di RS DR. M. Djamil
Padang tahun 2009. http://lp.unand.ac.id . Diunduh pada 29 Oktober
2016.

Maqbulla, A, M. 2014. Tingkat Kepuasam Keluarga Pasien Terhadap


Pelayanan Perawatan Pasien ICU/HCU Di Instalasi Rawat Intensif
RSUP DR. Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi
Pendidikan Doketr Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Merisdawati, MR. 2015. Studi Fenomenologi : Pengalaman perawat dalam


melibatkan keluarga pada perawatan kegawatdaruratan anak di unit
gawat darurat di rumah sakit ibu dan anak Banda Aceh. Malang :
Tesis Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya .

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Pratik


Keperawatan Profesional, Jakarta : Salemba Medika

Perry and Potter. 2005. Fundamental of Nursing : Concept Process and


Practice, 4th edition. Missiouri : Mosby-year book Inc.

Petros Galanis., et al. 2016. Factor associate with parents satisfaction


with care provided in neonatal intensive care unit in Greece. Journal
Of Neonatal Nursing Vol. 12 (4) : 128-135

Prihandani, I.G.A.A.S. 2015. Hubungan Faktor Individu dan Budaya


Organisasi Dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Ganesha Gianyar. Tesis. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana
Universitas Udayana Denpasar.
71

Putri, Henidar Sekarninngtyas. 2014. Hubungan Perilaku Caring Perawat


Terhadap tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD
Soeroto Ngawi. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Rovidah, Nunuk. 2015. Pengaruh Penerapan aplikasi Nanda, NIC, NOC


Terhadap tingkat Kepuasan Keluarga Pasien di Ruang 7B Rawat
Inap RSUD Soeroto Ngawi. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Ryan,Ryan, Husni. 2009. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap


Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Cempaka Jakarta
tahun 2009. Tesis: Universitas Diponegoro.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D cetakan
ke empat, Bandung Penerbit Alfabeta

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk


Menaikkan Pangsa Pasar. Ineka Cipta : Jakarta.

Tschudin, V. 2003. Ethics in nursing : the caring relationship. Cina :


Elsevier.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072 Pasal 1 Angka 1.

Vasiliki Matziou et al., 2011. Parents’ Satisfaction Concerning Their Child’s


Hospital Care. Japan Journal Of Nursing Science 8, 163–173

Wahyuni, Dwi. 2014. Hubungan Perilaku Caring dengan Tingkat


Kepuasan Pasien di Ruang Bedah Rumah Sakit TK II dr. Soepraoen
Malang. Tugas Akhir, FKUB.

Watson, J. 2009. Caring Science 10 caritas processes : the implications of


caring theory.

Watson, Jean.2007. Caring Theory Defined. Colorado. Diunduh pada


situs: http://www.nursing.ucdenver.edu/faculity/theory_caring.htm
pada tanggal 30 Oktober 2016

Watson, Jean.2008. social justice and human caring : a model of caring


sciences as a hopeful paradigm for moral justice for humanity .
Creative Nursing. 14(2).
72

Watson, Jean.2010. caring science and the next decade of holistic healing
: transforming self and system from the inside out. Beginnings; Spring
2010

Watson, Jean.2010. Measuring The Caritas Processses : Caring Factor


Survey. International Journal for Human Caring Vol. 14, No. 3.

Widayatiningsih, Aris. 2014. Hubungan Peran Caring Perawat Terhadap


Kualitas Pelayanan Keperawatan Bedasarkan Indikator Keselamatan
Pasien Di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang. Tugas Akhir. Jurusan
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Wiyono, Djoko. 2008. Managemen mutu Pelayanan Kesehatan : Teori,


Strategi, dan Aplikasi Volume 1, Surabaya ; Airlangga University
Press.

Wolf, Z.R., Miller, P.A., Devine, M. 2003. Relationship Between Nurse


Caring and Patient Statisfaction in Patients undergoing Invasive
Cardiac Procedures. Medsurg Nursing. Piman : 2003. Iss.6:pg.391.
Diunduh pada situs: http://proquest.umi.com. Pada tanggal 01
November 2016

Anda mungkin juga menyukai