Anda di halaman 1dari 106

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN AKHIR PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN 1 DAN 2

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI


SERTA PENANGANAN SAMPAH MEDIS RUMAH TANGGA
SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN CIPAYUNG
KOTA DEPOK

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Pengalaman Belajar Lapangan

Ajeng Kusumawardani 2006538610


Detria Idha 2006538762
Dhea Karina Yuffty 2006538775
Fajar Pramuji Hadhianto 2006538876
Harits Naufal Farhan Darmawan 2006538951
Muhammad Arfan Fathurrohim 2006539090
Octaviana Dwi Prismayanti 2006539166
R. Mugi Prajeni 2006539185
Robiatul Adawiyah 2006539203
Suci Damaratri 2006539254

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
karunia-Nya, Kami selaku tim peneliti dari kelompok 3 PBL mampu menyelesaikan
Laporan Akhir Pengalaman Belajar Lapangan 1 Dan 2 “Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Serta Penanganan Sampah Medis Rumah Tangga Selama Pandemi
COVID-19 Di Kecamatan Cipayung Kota Depok” sebagai salah satu pemenuhan
kompetensi dalam rangka pencapaian gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan baik dan
tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Puput Oktamianti S.K.M., M.M. selaku
Pembimbing Fakultas dan dr. Ika Herayana selaku Pembimbing Lapangan kegiatan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang telah memberi banyak masukan dan bimbingan
kepada Kami selama kegiatan ini berlangsung.
Kami berharap laporan ini dapat berguna untuk menambah wawasan pembaca
mengenai gambaran umum dan kondisi kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Abadi
Jaya yaitu Kelurahan Abadijaya dan Kelurahan Cisalak Kota Depok, Jawa Barat. Laporan
ini juga membahas mengenai hasil identifikasi masalah kesehatan, prioritas masalah
kesehatan, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penerapan PPI COVID-19 serta
pengelolaan sampah medis di tingkat rumah tangga, deskripsi dan hasil intervensi terkait
permasalahan yang terjadi, serta rekomendasi penyelesaian masalah yang masih terjadi.
Kami menyadari bahwa dalam penyajiannya laporan ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari sempurna disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami sebagai
penulis serta kondisi pandemi COVID-19 yang sedang terjadi. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk laporan ini demi perbaikan laporan dan
sebagai bahan evaluasi di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat Kami sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR LAMPIRAN 7
BAB I PENDAHULUAN 8
1.1 Latar Belakang 8
1.2 Rumusan Masalah 10
1.3 Tujuan Penelitian 11
1.3.1 Tujuan Umum 11
1.3.2 Tujuan Khusus 11
1.4 Manfaat Penelitian 12
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa 12
1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat 12
1.4.3 Manfaat bagi Institusi 12
1.5 Ruang Lingkup 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
2.1 Pencegahan Penyakit Infeksi COVID-19 13
2.2 Sampah Medis di Rumah Tangga 20
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) COVID-19 serta Pengelolaan Sampah Medis Rumah Tangga 22
2.4 Teori Lawrence Green 28
BAB III METODOLOGI PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN 30
3.1 Metode pada Penentuan Prioritas Masalah 30
3.1.1 Tahapan Kegiatan 30
3.1.2 Teknik Pengumpulan dan Analisa Data 30
3.2 Kerangka Teori 31
3.3 Kerangka Konsep 32
3.4 Definisi Operasional 33
3.5 Metode Penelitian 39
3.5.1 Desain Penelitian 39
3.5.2 Unit Analisis 39
3.5.3 Populasi 39
3.5.4 Sampel 39
3.5.5 Analisis Statistik 40
3.6 Metode Intervensi 40
3.6.1 Sasaran 40
3.6.2 Tujuan Intervensi 41
3.6.3 Pelaksanaan 41
3.7 Tempat dan Waktu Kegiatan 42
BAB IV GAMBARAN LOKASI 43
4.1. Peta dan Gambaran Topografi 43
4.2. Karakteristik Sosioekonomi dan Demografi 44
4.2.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Cipayung 44
4.2.2. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin 44
4.2.3. Komposisi Penduduk menurut Umur 45
4.2.4. Komposisi Penduduk menurut Pekerjaan 46
4.2.5. Komposisi Penduduk menurut Pendidikan 47
4.3. Prasarana dan Sarana Kesehatan dan Kesejahteraan 47
4.4. Kelembagaan Masyarakat terkait Kesehatan 50
4.5.s51
BAB V HASIL 52
5.1 Identifikasi Masalah 52
5.2 Penetapan Prioritas Masalah 52
5.3 Hasil Univariat dan Bivariat 53
5.3.1 Karakteristik Sosiodemografi 53
5.3.2 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Sumber
Informasi, Fasilitas, dan Peran Pemerintah terhadap PPI COVID-19 54
5.3.3 Hasil Analisis Hubungan Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing 55
5.4 Hasil dan Pembahasan Kegiatan Intervensi 57
5.4.1 Analisis Pencapaian Tujuan Kegiatan 57
5.4.2 Analisis Data Sebelum dan Sesudah Intervensi 59
5.4.3 Identifikasi Masalah-masalah dalam Implementasi secara Kualitatif 60
5.4.4 Masalah dan Keterbatasan dalam Implementasi Intervensi 60
5.4.5 Rekomendasi untuk Peningkatan Kesehatan Masyarakat 61
BAB VI PEMBAHASAN 62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 64
7.1 Kesimpulan 64
7.2 Saran 64
7.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya 64
7.2.2 Bagi Pemerintah 64
7.2.3 Bagi Masyarakat Cipayung 65
7.2.4 Bagi Puskesmas Cipayung 65
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN 74
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi COVID-19 selama
Karantina menurut CDC, WHO, dan Kemenkes… 14
Tabel 2.2 Perbandingan Definisi Sampah Medis menurut WHO, CDC, Kemenkes… 20
Tabel 3.1 Definisi Operasional… 32
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan Total Jumlah
Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021… 44
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan Total Jumlah
Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021… 44
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan Usia Produktif (15-59
tahun) Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021… 45
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan Usia Lansia (≥ 60
tahun) Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021… 45
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk menurut Umur… 45
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk menurut Pekerjaan… 46
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk menurut Pendidikan… 46
Tabel 4.8 Jumlah Sekolah… 47
Tabel 4.9 Prasarana Olahraga… 48
Tabel 4.10 Prasarana Peribadatan… 49
Tabel 4.11 Prasarana Kesehatan… 50
Tabel 4.12 Jumlah Posyandu, Posbindu, dan Posmaja… 50
Tabel 5.1 Skoring Prioritas Masalah… 52
Tabel 5.2 Karakteristik Sosiodemografi… 53
Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Sumber
Informasi, Fasilitas Kebersihan, dan Peran Pemerintah terhadap PPI COVID-19… 54
Tabel 5.4 Hubungan Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap Perilaku PPI
Covid-19 di Rumah Tangga Kecamatan Cipayung tahun 2021… 55
Tabel 5.5 Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Intervensi… 59
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Epidemiologi 74

Lampiran 2. Juklak dan Juknis Acara Intervensi Virtual (Soft-Launching Booklet) 83

Lampiran 3. Soal Pre-Test dan Post-Test Intervensi 84

Lampiran 4. Kegiatan Soft-Launching Booklet 86

Lampiran 5. Produk Intervensi 86


Lampiran 6. Dokumentasi Rapat dan Bimbingan 87
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor antara lain: faktor
keturunan yang dipengaruhi oleh kependudukan; faktor pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan kuratif, preventif, rehabilitatif, dan promotif; faktor gaya hidup seperti kebiasaan
dan juga sikap terhadap kesehatan; serta faktor lingkungan yang meliputi lingkungan fisik
dan fetal (buatan atau natural) dan juga lingkungan sosiokultural (ekonomi, edukasi
pekerjaan, dll). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan akan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Dari keempat faktor tersebut faktor
lingkungan dan faktor gaya hidup memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan faktor
keturunan dan juga pelayanan kesehatan (Blum, 1974).
Saat ini di dunia derajat kesehatan masyarakat sedang dalam kondisi yang bahaya
karena adanya pandemi. Coronavirus (COVID-19) adalah Penyakit menular yang
disebabkan oleh coronavirus yang baru ini ditemukan. Sebagian besar orang yang terinfeksi
COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan dan sembuh tanpa memerlukan perawatan
khusus, sebagiannya lagi membutuhkan perawatan di Rumah Sakit (WHO, 2021c).
Jumlah kasus baru secara global selama lebih dari sebulan ini mengalami
peningkatan, dengan lebih dari 4 juta kasus yang dilaporkan dalam seminggu terakhir sejak
26 Juli hingga 1 Agustus 2021. Saat ini per tanggal 3 Agustus 2021 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di dunia mencapai 198,778,175 dengan kasus kematian mencapai total
4,235,559 kasus (WHO, 2021g). Kasus kematian secara keseluruhan turun 8% dibandingkan
dengan minggu sebelumnya. Jika tren kasus ini terus meningkat, diperkirakan jumlah
kumulatif kasus yang dilaporkan secara global akan mencapai 200 juta pada minggu depan
(WHO, 2021d).
Di Indonesia, kasus COVID-19 juga kian meningkat setiap harinya. Per tanggal 24
Juli 2021 terdapat total 3.127.826 kasus terkonfirmasi positif, dengan 574.135 kasus aktif,
dan 82.013 kasus kematian (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021). Pada 12-18 Juli
tercatat Indonesia sebagai negara dengan kenaikan kasus terbesar di dunia dengan
persentase 44% kenaikan kasus dibanding satu minggu sebelumnya dengan perolehan kasus
tambahan sebanyak 350.273 kasus. Tingkat kematian akibat COVID-19 juga diperkirakan
akan meningkat akibat data konfirmasi dan mortalitas yang masih dalam proses. Selain itu
WHO juga mencatat dari semua hasil tes COVID-19 sekitar 30% diantaranya menunjukkan
hasil positif (CNBC, 2021).
Tingginya kasus menyebabkan kapasitas rumah sakit dan fasilitas kesehatan juga
terisi penuh dengan BOR untuk 13 dari 34 Provinsi mencapai 70%, di DIY bahkan
mencapai 85% (WHO, 2021d). Karena itu pemerintah juga menetapkan isolasi mandiri di
rumah untuk pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dengan kriteria gejala ringan dan tanpa
gejala (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Data pasien isolasi mandiri COVID-19 di daerah
cakupan Puskesmas Cipayung Kota Depok per 28 Juli 2021 berjumlah sekitar 221 orang
dari total kasus terkonfirmasi 586 orang yang tersebar di 3 kelurahan yaitu Cipayung,
Cipayung Jaya, dan Bojong Pondok Terong (Profil Puskesmas Cipayung Depok, 2021).
Akibat bertambahnya kasus isolasi mandiri COVID-19, upaya Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) COVID-19 perlu dilakukan untuk menekan angka
transmisi COVID-19 di tingkat rumah tangga. Pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
pasien yang melakukan isolasi di rumah secara umum tetap harus memakai masker ketika
ada orang di sekitar, tetap memonitor gejala yang timbul, tidur di ruang terpisah dengan
anggota keluarga lainnya jika memungkinkan, tetap menjaga kebersihan ruangan tempat
isolasi dan menggunakan kamar mandi yang berbeda, alat mandi, dan juga alat makan jika
memungkinkan. (CDC, 2021). Sedangkan untuk pengelolaan sampah medis yang ada di
rumah tangga, pada dasarnya semua sampah medis harus dipilah dengan sampah lainnya,
kemudian dibungkus disarankan menggunakan kantong plastik kuning dengan dua rangkap
dan tanda sampah infeksius, lalu dibuang di tempat sampah tertutup khusus sampah medis.
Pastikan bahwa sebelum sampah diserahkan kepada petugas kebersihan khusus, kantong
sampah sudah disemprot desinfektan terlebih dahulu (UNICEF, 2020).
Keadaan isolasi mandiri ini mengakibatkan volume sampah medis di pemukiman
semakin meningkat. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
jumlah timbunan sampah medis akibat COVID-19 mencapai 6.417,95 ton sampai bulan
Februari 2021. Tidak hanya dikarenakan sampah medis di pelayanan kesehatan, hal tersebut
terjadi juga dikarenakan meningkatnya jumlah sampah medis dalam lingkungan rumah
tangga, mengingat sebagian besar masyarakat melakukan isolasi mandiri di rumah masing-
masing.
Peningkatan volume sampah medis pemukiman per hari di beberapa kota besar di
Asia Tenggara dalam 60 hari selama masa pandemi COVID-19 berkisar antara 154-280 ton/
hari dan khusus untuk Jakarta terjadi pertambahan sampah medis yaitu sebanyak 212
ton/hari, jadi total estimasi produksi dalam 60 hari sebanyak 12.750 metric ton (Kulkarni
dan Anantharama, 2020). Sampah medis yang sering ditemukan di rumah tangga adalah
kain kasa, tisu, kapas, APD, sarung tangan, dan masker (UNICEF, 2020). Bertambahnya
sampah medis yang dihasilkan dari isolasi mandiri dikhawatirkan akan menyebabkan
terjadinya penularan karena virus COVID-19 dapat menempel dan bertahan di permukaan
benda dan dikhawatirkan akan berpindah dari orang ke orang (WHO, 2020a).
Jika penyakit infeksi khususnya COVID-19 tidak dicegah dan dikendalikan dengan
benar maka pertambahan kasus akan terus menerus terjadi. Hal ini berkorelasi dengan
sampah medis rumah tangga jika tidak dikelola sesuai dengan cara yang tepat, maka
penimbunan sampah medis di pemukiman atau bahkan pencemaran lingkungan dapat
terjadi. Sungai-sungai besar di Jawa Barat yang juga terletak di dekat bahkan melintasi Kota
Depok seperti Citarum, Ciliwung, dan Cisadane telah tertimbun sampah medis sehingga
menyebabkan tercemarnya sumber air masyarakat yang tinggal di bantaran sungai,
terhalangnya jalur air yang dapat menimbulkan bencana banjir, timbulnya bau tidak sedap
sehingga mencemari udara sekitar, hingga terciptanya populasi agen-agen penyakit, dan lain
sebagainya (Bappeda Jabar, 2018).
Melihat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah medis, diperlukan upaya
penanganan secara khusus dari berbagai lapisan masyarakat serta pengedukasian sehingga
mereka dapat mengelola sampah medis rumah tangga sendiri dengan benar. Terlebih pada
masa pandemi sekarang dimana pasien terkonfirmasi COVID-19 yang harus melaksanakan
isolasi mandiri semakin meningkat. Untuk itu, pengelolaan sampah infeksius COVID-19
secara tepat menjadi sangat penting dilakukan untuk memutus mata rantai penularan dan
menekan penyebaran COVID-19 serta penyakit infeksius lainnya, khususnya di Kecamatan
Cipayung Kota Depok, Jawa Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah penulis susun, ditemukan bahwa pentingnya
pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi COVID-19 dan pengelolaan
sampah medis pada tingkat rumah tangga secara tepat serta bentuk pencegahan penyakit
infeksi dapat menjadi pencegahan penularan virus COVID-19 di masyarakat. Terdapat
beberapa masalah bidang kesehatan masyarakat diantaranya:
1. Bertambahnya kasus COVID-19 di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat yang
melakukan isolasi mandiri di rumah sehingga diperlukan upaya Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Infeksi guna memutus rantai penularan penyakit ini.
2. Penyebaran COVID-19 yang sangat cepat menyebabkan penggunaan Alat Pelindung
Diri/APD (masker, baju APD, sarung tangan, penutup kepala), alat kesehatan yang
telah digunakan, alat farmasi bekas, kemasan makanan/minuman bekas pasien
COVID-19 yang menghasilkan sampah medis semakin melonjak secara signifikan
sebanyak 30-50% pada 2020 di nasional.
3. Perlunya edukasi mengenai pencegahan penyakit infeksi (khususnya COVID-19 di
masa pandemi ini) dan juga pengelolaan sampah medis di rumah tangga untuk
mencegah penularan COVID-19 di masyarakat Kecamatan Cipayung Kota Depok.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Infeksi (PPI) dan pengelolaan sampah medis rumah tangga di masa pandemi COVID-19 di
Kecamatan Cipayung Kota Depok tahun 2021 dengan menganalisis situasi dan masalah
kesehatan yang ada.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Kegiatan PBL ini secara umum bertujuan untuk memberikan
pengalaman bagi mahasiswa untuk melakukan upaya pemecahan masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerja menggunakan solusi berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama perkuliahan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik demografi dan sosial budaya
di wilayah kerja, struktur organisasi dan tata kerja di institusi kesehatan dan
institusi terkait;
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menetapkan prioritas masalah
kesehatan di wilayah kerja;
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) COVID-19
serta pengelolaan sampah medis rumah tangga di pemukiman;
4. Mahasiswa mampu merencanakan, mengimplementasikan, dan menilai
keberhasilan intervensi sosialisasi dan edukasi masyarakat di wilayah kerja
mengenai tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) COVID-19
serta upaya pengelolaan sampah medis rumah tangga.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam
bidang kesehatan masyarakat.
2. Menggunakan metode yang relevan dalam melakukan penelitian kesehatan
masyarakat.
3. Meningkatkan kreatifitas dalam melakukan intervensi untuk menyelesaikan
masalah kesehatan masyarakat.

1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat


1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pencegahan
pengendalian penyakit infeksi COVID-19 dan mengelola sampah medis
rumah tangga di masa pandemi COVID-19.
2. Meningkatkan kerjasama guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

1.4.3 Manfaat bagi Institusi


1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dalam upaya meningkatkan keterikatan
dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan
keterampilan SDM yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
2. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan
mahasiswa yang terampil.
3. Pengembangan pemberdayaan masyarakat di daerah Cipayung.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat di wilayah Cipayung. Penelitian
dilaksanakan menggunakan instrumen kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku pengelolaan sampah medis rumah tangga di masa
pandemi COVID-19 di Kecamatan Cipayung Kota Depok Tahun 2021. Rangkaian
penelitian berlangsung dari 5 Juli hingga 20 Agustus 2021.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Pencegahan Penyakit Infeksi COVID-19


COVID-19
COVID-19 merupakan penyakit infeksius disebabkan oleh virus SARS-CoV-2
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). COVID-19 pertama kali dikenali di
Wuhan, Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. SARS-Cov-2 merupakan virus RNA
beruntai tunggal positif yang menular di manusia. Penyakit COVID-19 ditularkan melalui
droplet yang berisi saliva atau sekret hidung yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi
ketika batuk atau bersin. Beberapa gejala yang umum dialami penderita adalah demam,
batuk, kelelahan, sesak nafas, nyeri otot/sendi, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat, diare, mual & muntah (WHO, 2021a;WHO, 2021e)
Saat ini virus COVID-19 sudah berkembang menjadi beberapa varian. Berikut
adalah varian COVID-19 berdasarkan dengan tingkat infeksi nya yaitu Varian Alpha yang
pertama kali ditemukan di Inggris, Varian Beta yang pertama kali diidentifikasi di Afrika
Selatan, Varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India, dan Varian Gamma yang
pertama kali ditemukan di Jepang atau Brazil. Varian-varian tersebut memiliki tingkat
penularan yang berbeda tiap variannya (CDC, 2021a)
COVID-19 dapat hidup di dalam dan di luar tubuh manusia. Di luar tubuh manusia
virus COVID-19 dapat bertahan hidup dengan lama waktu yang bervariasi tergantung media
yang ditempatinya. Virus COVID-19 mempunyai waktu 48 jam di media berbahan stainless
steel, 4 hari bertahan di media berbahan gelas dan kayu, 4-5 hari di media berbahan kertas
dan sarung tangan bedah, dan 5 hari di media berbahan plastik. Untuk tubuh manusia sendiri
akan muncul gejala setelah 5-6 hari setelah terpapar virus COVID-19 dan membutuhkan
waktu 2 minggu penyembuhan untuk pasien dengan kasus ringan dan 3-6 minggu untuk
kasus berat (WHO, 2020b).

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi COVID-19


Salah satu penyakit infeksi yang sedang menjadi perhatian di Indonesia maupun
dunia adalah COVID-19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menerapkan tindakan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi atau biasa dikenal dengan PPI (WHO,
2021). Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) merupakan sebuah upaya untuk mencegah atau
meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit infeksi di dalam fasilitas pelayanan
kesehatan pada petugas kesehatan, pasien, dan pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan
(CDC, 2021b; WHO, 2021f; Kementerian Kesehatan RI, 2017). Untuk itu, Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) tidak hanya dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan
pasien namun juga dilakukan oleh pengunjung fasilitas kesehatan, masyarakat disekitar
pelayanan kesehatan, pembuat kebijakan, dan manajer fasilitas (WHO, 2021f; Kementerian
Kesehatan RI, 2017). Di era pandemi seperti saat ini, Pemerintah mengeluarkan kebijakan
karantina dan isolasi mandiri sebagai kunci dalam pencegahan dan pengendalian penyakit
COVID-19 (Kemenkes RI, 2020a).

Tabel 2.1 Perbandingan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi COVID-19 selama
Karantina menurut CDC, WHO, dan Kemenkes
(CDC, 2021c; WHO, 2021b; Kemenkes RI, 2020b).

CD WH Kemenkes
C O
Rekognisi - Selalu jaga - Ruangan yang - Anggota keluarga
dan jarak dengan didesain khusus untuk yang lain
Pengendal pasien positif isolasi bagi individu sebaiknya tidur di
ia n dini setidaknya 6 yang bergejala kamar yang
kaki (1,8m) COVID-19 berbeda, apabila
- Hindari - Menerapkan standard tidak
menyentuh precaution bagi memungkinkan
mata, individu yang berikan jarak 1
hidung, dan karantina dan personel meter dari pasien
mulut yang memanage (tidur di tempat
dengan prosedur karantina tidur terpisah)
tangan yang - Physical distance - Melakukan hand
belum minimal 1 meter hygiene segera
dicuci - Mencuci tangan setiap kontak
- Cuci tangan sesering mungkin dengan pasien
setelah baik menggunakan atau lingkungan
melepas sabun dan air atau pasien.
sarung alkohol - Mencuci tangan
tangan atau - Respiratory menggunakan air
memegang hygiene. Menutup dan sabun,
benda habis hidung dan mulut direkomendasika
dipakai dengan siku atau n menggunakan
pasien positif tisu ketika batuk handuk sekali
- Hindari atau bersin pakai
adanya - Pada area - Membatasi
pengunjung, komunitas jumlah orang
terlebih suspected atau yang merawat
pengunjung klaster transmisi pasien
yang tidak COVID-19, - Hindari
diperlukan pemakaian masker kontak
- Menghind non medis (medis dengan
ari berbagi jika berusia >60 barang
item tahun atau memiliki terkontamin
faktor asi
personal risiko yang seperti sikat gigi,
(barang- memperber alat makan-
barang at minum, handuk,
seperti komplikasi pakaian dan sprei
piring, gelas, COVID-19) di - Jangan
handuk, dalam ruangan menggunakan
sperai, alat diharuskan jika masker bedah
elektronik, ventilasi buruk atau atau sarung
dll) jaga jarak minimal tangan yang
- Bersihkan 1 meter tidak dapat sudah dipakai
secara teratur dilaksanakan. - Memisahkan alat
dan setelah Pendekatan berbasis makan untuk
ada tamu dan risiko harus pasien (cuci
fokus ke dilakukan pada dengan sabun dan
permukaan anak 6-11 tahun air hangat)
yang sering untuk menentukan
disentuh apakah harus
- Bersihkan memakai masker
permukaan atau tidak
menggunak
an produk
yang sesuai
dan
mengikuti
petunjuk
penggunaan
Pengendal - Pasien positif - Membuat infrastruktur - Menempatkan
ia n jika PPI yang berkelanjutan, pasien dalam
Teknik memungkinkan misalnya: desain ruangan
dan harus makan di fasilitas dengan ruangan tersendiri yang
Lingkung dalam kamar yang memadai, memiliki
an - Mencuci alat memungkinkan aliran ventilasi yang
peralatan yang tepat, ventilasi baik (memiliki
makan yang memadai, dan jendela terbuka
menggunakan sistem yang atau pintu
sarung tangan, memungkinkan higiene terbuka)
air hangat dan dan sanitasi yang - Membatasi
juga sabun memadai pergerakan dan
- Pasien positif - Individu yang meminimalkan
COVID-19 dikarantina harus membagi
harus berada di ruangan ruangan antara
dipisahkan berventilasi yang pasien dan non-
kamar tidur memadai dengan pasien.
dan kamar jumlah udara luar yang - Pastikan
mandinya bersih dan segar dalam ventilasi baik
- Cuci tangan jumlah banyak untuk apabila
menggunakan mengontrol kontaminan ruangan
sabun selama dan bau. Tiga kriteria (dapur, kamar
20 detik setiap dasar ventilasi: mandi)
mendekati ● Ventilation rate digunakan
pasien positif, ● Arah aliran udara secara bersama
jika tidak ada ● Pola aliran udara - Disinfeksi
sabun gunakan atau distribusi permukaan yang
hand sanitizer udara sering disentuh
dengan - Pada fasilitas karantina, seperti meja,
kandungan ventilasi 60 liter/detik rangka tempat
alkohol 60% per tidur, dan
perabotan kamar
- Buang sarung orang (L/s/person) tidur lainnya
tangan ke cukup untuk area setiap hari
tempat sampah berventilasi alami atau dengan
khusus dan 6 pergantian udara per desinfektan
cuci tangan jam untuk area rumah tangga
sesudahnya berventilasi mekanis (sabun, deterjen,
- Memastikan semua etanol 70%,
orang yang dikarantina pemutih ataupun
berada di ruangan larutan NaOCl
tunggal dengan fasilitas 0.5%
kamar mandi dalam - Mencuci
- Membersihkan dan pakaian, sprei,
desinfeksi permukaan handuk, masker
yang disentuh sesering kain pasien
mungkin. menggunakan
Membersihkan dan sabun cuci dan
desinfeksi kamar mandi air atau
dan toilet minimal menggunakan
sekali sehari terutama mesin cuci
jika karantina di rumah dengan suhu air
atau kamar mandi 60-90 C dengan
bersama. detergen dan
Sabun rumah tangga keringkan
biasa atau deterjen - Membuang
digunakan terlebih sarung tangan,
dahulu untuk masker. dan
membersihkan bahan-bahan sisa
dilanjutkan pembilasan infeksius lain
dengan desinfektan selama perawatan
rumah tangga biasa ke tempat
yang mengandung 0,1% sampah dan
natrium hipoklorit ditutup rapat
(pemutih, setara dengan
1000 ppm) harus
diterapkan dengan
menyeka permukaan.
Untuk permukaan
yang tidak dapat
dibersihkan dengan
pemutih, 70% etanol
dapat digunakan.
- Mencuci pakaian,
sprei, serta handuk
mandi dan tangan
menggunakan sabun
cuci biasa dan air
atau mesin cuci pada
60–90 °C (140–194
°F)
dengan deterjen
biasa, dan
keringkan secara
menyeluruh
- Sampah yang
dihasilkan selama
karantina harus
ditempatkan di tas
yang
kuat dan disegel
sebelum dibuang
(negara harus
menerapkan tindakan
untuk memastikan
bahwa sampah dibuang
di
sanitary landfill)
Pengendal - - Mengedukasi tindakan - Melakukan
ia n PPI untuk semua orang kegiatan promosi
Administr yang dikarantina baik di kesehatan
at if awal karantina maupun melalui
selama masa karantina sosialisasi,
- Semua personil yang edukasi, dan
bertugas dalam fasilitas penggunaan
karantina harus di berbagai media
training tentang informasi agar
tindakan PPI meningkatkan
- Orang-orang yang pemahaman
dikarantina dan
personel yang bertugas
harus sama-sama
memahami pentingnya
mencari layanan
kesehatan secara tepat
ketika
mengembangkan
gejala
Alat - Gunakan - Personel atau petugas - Menggunakan
Pelindun masker dan yang membersihkan masker bedah
g Diri meminta harus menggunakan bagi pasien
(APD) kepada pasien APD yang memadai dan apabila berada di
untuk mendapatkan pelatihan sekitar orang-
menggunakan cara menggunakannya. orang rumah
juga sebelum Pada fasilitas non atau ketika
masuk ke pelayanan kesehatan mengunjungi
ruangan dimana desinfektan fasyankes
pasien seperti pemutih - Orang yang
- Gunakan digunakan, APD memberikan
sarung tangan minimum yang perawatan
ketika direkomendasikan menggunakan
melakukan adalah sarung tangan masker bedah
kontak dengan karet, apron kedap air, terutama saat
darah, tinja, dan sepatu tertutup. berada dalam
atau cairan Pelindung mata dan satu ruangan
tubuh pasien masker medis dengan pasien
diperlukan untuk - Pakai sarung
melindungi dari bahan tangan dan
kimia jika terdapat risiko masker bedah
terpapar darah/cairan saat memberikan
tubuh. perawatan mulut
- APD seperti masker atau saluran nafas
medis, pelindung mata dan ketika kontak
(face shield atau dengan darah,
goggles, jubah, dan tinja, air kencing,
sarung tangan) harus atau cairan tubuh
tersedia bagi pekerja di lainnya seperti
fasilitas karantina jika ludah, dahak,
orang yang dikarantina muntah
mengembangkan gejala -
sugestif COVID-19. Memperhatik
an APD dan
ikuti
rekomendasi
petugas saat
memberikan
pelayanan
Penemu - - Setiap orang yang - Melakukan
an dikarantina yang deteksi dini
Kasus mengembangkan gejala untuk
(Testing sugestif COVID-19 mengantisipasi
) harus diperlakukan COVID-19
suspected dan di tes - Melakukan
sesuai pedoman pemantauan
nasional kondisi kesehatan
terkait gejala
COVID-19
terhadap semua
orang di populasi
berisiko

Dari tabel diatas dapat disimpulkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Infeksi COVID-19 selama karantina adalah (CDC, 2021c; WHO, 2021b;
Kemenkes, 2020b):
Rekognisi dan Pengendalian Dini
1. Selalu menjaga jarak aman minimal 1 meter.
2. Pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 ditempatkan di ruang yang
terpisah dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pastikan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan
alkohol sebelum menyentuh menyentuh mata, hidung dan mulut
4. Pastikan rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir,
atau dapat menggunakan alkohol.
5. Hindari kontak atau berbagi barang-barang personal (peralatan makan,
peralatan mandi, sprei, pakaian, dan barang elektronik) milik pasien COVID-
19
6. Membatasi jumlah orang yang merawat pasien COVID-19 serta menghindari
adanya pengunjung.
7. Selalu menggunakan masker apabila ingin bertemu dengan orang lain.
Pengendalian Teknik dan Lingkungan
1. Pasien COVID-19 diberikan ruangan dengan ventilasi udara yang baik
(memiliki jendela atau pintu terbuka) dan apabila memungkinkan diberikan
fasilitas kamar mandi dalam ruangan.
2. Melakukan desinfeksi secara rutin terhadap permukaan yang sering disentuh
menggunakan desinfektan rumah tangga (sabun, deterjen, etanol 70%,
pemutih atau larutan NaOCl 0,5%).
3. Mencuci pakaian, sprei, handuk, dan masker kain menggunakan deterjen dan
air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu 60–90°C lalu dikeringkan.
4. Membuang masker dan sarung tangan serta barang infeksius lainnya selama
perawatan ke dalam kantong khusus dengan rapat dan dibuang ke tempat
sampah.
Pengendalian Administratif
1. Memberikan sosialisasi dan edukasi terkait Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi kepada semua orang yang menjalani karantina.
Alat Pelindung Diri (APD)
1. Menggunakan sarung tangan ketika melakukan kontak dengan pasien
COVID-19.
2. Penggunaan APD yang direkomendasikan untuk digunakan adalah sarung
tangan karet, apron kedap air dan sepatu tertutup, pelindung mata dan masker
medis digunakan apabila terdapat risiko terpapar darah atau cairan tubuh
pasien COVID-19.
Penemuan Kasus (Testing)
1. Melakukan deteksi dini dan pemantauan perkembangan gejala kasus COVID-
19 pada populasi berisiko atau suspect.
Sejak WHO menyatakan bahwa COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia,
permintaan akan masker, sarung tangan, pembersih tangan, dan komoditas penting lainnya
semakin meningkat. Pemodelan WHO memperkirakan kebutuhan masker medis untuk
respons COVID-19 mencapai 89 juta setiap bulan, sarung tangan sebanyak 76 juta, dll
(WHO, 2020c). Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dinamika sampah yang
dihasilkan dimana volume sampah medis meningkat bersamaan dengan sampah non-medis.
Pengumpulan sampah infeksius yang tidak tepat dapat menyebabkan kontaminasi virus
terhadap sampah padat secara umum sehingga meningkatkan risiko penularan virus
COVID-19. Oleh karena itu, pengelolaan sampah medis yang aman menjadi penting untuk
dilakukan selama masa darurat COVID-19 (UNEP, 2020).

2.2 Sampah Medis di Rumah Tangga


Kegiatan perawatan kesehatan menyebabkan produksi sampah yang dapat
memberikan dampak kesehatan merugikan. Sebagian besar sampah yang dihasilkan
tidak lebih berbahaya dari sampah rumah tangga pada umumnya. Namun, beberapa
jenis sampah hasil kegiatan perawatan kesehatan memiliki tingkat risiko yang lebih
tinggi terhadap kesehatan seperti sampah infeksius (WHO, 2004).

Tabel 2.2 Perbandingan Definisi Sampah Medis menurut WHO, CDC,


dan Kemenkes (WHO, 2014; CDC, 2014; Kemenkes, 2020; EPA,
2021).

Sumber Pengertian Sampah


Medis
WH Semua sampah yang dihasilkan oleh fasilitas layanan kesehatan,
O fasilitas penelitian, laboratorium, dan juga sampah yang berasal
(201 dari sumber kecil seperti perawatan kesehatan yang dilakukan di
4) rumah (seperti suntik insulin dll).

CD Sampah medis adalah sampah yang dihasilkan saat proses


C diagnosis, pengobatan, atau imunisasi (baik pada manusia atau
(201 hewan), limbah patologis, darah manusia dan produk darah, jarum
4) suntik, jarum jahit, spuit, pipet, pisau scalpel, jarum dengan selang
yang terpasang, kaca objek dan kaca penutup bekas yang
terkontaminasi darah atau bahan infeksius lainnya, kotoran hewan
yang terkontaminasi agen infeksius, dan limbah isolasi.

Kemenk Sampah medis adalah hasil buangan dari aktivitas medis


es pelayanan kesehatan.
(2020)
EP Sampah medis adalah bagian dari sampah yang dihasilkan di
A fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, praktik dokter,
(202 praktik kedokteran gigi, bank darah, dan rumah sakit/klinik
1) veteriner, serta fasilitas penelitian medis dan laboratorium. Secara
umum, sampah medis adalah sampah kesehatan yang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh atau bahan lain yang
berpotensi menular.

Sampah medis adalah sampah hasil aktivitas layanan kesehatan baik di


fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, praktik dokter maupun perawatan
kesehatan yang dilakukan mandiri di rumah yang terjadi akibat adanya kontaminasi
darah, cairan tubuh, kotoran, atau hal infeksius lainnya (WHO, 2014; CDC, 2014;
Kemenkes, 2020; EPA, 2021).
Sampah medis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu; sampah
infeksius, sampah patologis, sampah tajam, sampah kimia, sampah farmasi, sampah
sitotoksik, sampah radioaktif dan sampah tidak berbahaya (WHO, 2018). Sampah
infeksius adalah salah satu jenis sampah yang sering beredar di rumah tangga.
Sampah infeksius berpotensi untuk menyebabkan infeksi selama penanganan dan
pembuangannya, oleh karena itu diperlukan beberapa panduan tatalaksana
penanganan sampah infeksius untuk mencegah infeksi terjadi. Sampah infeksius
biasanya terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dari manusia. Contoh
sampah infeksius adalah pembalut bekas, popok bekas, bekas alat tes, sampah bekas
usap pasien, perban, APD bekas seperti masker dan hazmat, dan jarum suntik bekas
(WHO, 2018; CDC, 2015).

Cara pengelolaan sampah medis di rumah tangga


Dalam pencegahan dan pengendalian infeksi sampah medis di rumah tangga
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah terdapat
regulasi yang berkaitan dengan sampah medis yaitu Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengamanatkan setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, lingkungan sehat berarti bebas dari unsur-unsur
yang menimbulkan gangguan Kesehatan diantaranya limbah cair dan limbah padat
(Kemenkes RI, 2020b)
Pengolahan dan pembuangan sampah medis dapat menimbulkan risiko
kesehatan secara tidak langsung. Jika tidak diolah di tempat pembuangan sampah
dapat menyebabkan kontaminasi air minum, air permukaan, dan air tanah. Hal
tersebut bisa terjadi jika tempat pembuangan sampah tidak dibangun dengan benar
(WHO, 2018). Maka dari itu cara untuk pencegahan penyebaran virus dalam
dilakukan dengan penanganan sampah medis dalam rumah tangga dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Lakukan pemilahan antara sampah domestik dan sampah medis.
b. Setelah sampah medis terpisah, kumpulkan sampah medis infeksius yang
berupa sampah APD seperti masker, sarung tangan dan baju pelindung diri
lalu dan benda lainnya yang telah digunakan oleh orang yang sakit dalam
plastik sekali pakai lalu ditutup dengan erat.
c. Semprotkan cairan desinfektan pada bagian luar plastik (Anne Scheinberg, et
al., 2020), kemudian cuci tangan setelah melakukan hal tersebut.
d. Letakan ke wadah penyimpanan sementara yang tertutup.
e. Berikan label pada sampah medis infeksius dengan tulisan “Sampah
Infeksius”.
Pengelolaan sampah infeksius COVID-19 nantinya akan diangkut dengan
beberapa cara yaitu dengan menggunakan kendaraan khusus atau kendaraan dengan
sekar atau pemisah; diangkut dengan kendaraan khusus oleh petugas kebersihan
pustu, puskesmas atau Rumah Sakit; Diletakkan ke dalam dropbox (Kemenkes RI,
2020c).

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi (PPI) COVID-19 serta Pengelolaan Sampah Medis Rumah Tangga
a. Pengetahuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19
Pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh melalui indera yang
nantinya dapat dikembangkan menjadi suatu bentuk praktik. Pengetahuan tentang
COVID-19 serta standard precaution atau kewaspadaan standar dapat berpengaruh
terhadap praktik hand hygiene seperti mencuci tangan, respiratory hygiene seperti
etika batuk dan bersin, penggunaan APD, dan physical distance pada masyarakat
(Notoatmodjo, 2003; Notoatmodjo, 2010a; Saadeh BSN et al., 2021).
Tingkat pengetahuan pada individu memiliki hubungan terhadap tindakan
pencegahan Covid-19 dengan p-value sebesar 0,000 (< 0,05). Pengetahuan dalam
diri seseorang dapat membuat Ia dapat menentukan mana yang baik dan buruk
termasuk perilakunya dalam penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi Covid-
19 (Akbar, Hardy, Maharani, 2020).
Masyarakat dengan tingkat literasi COVID-19 yang lebih tinggi berhubungan
dengan peningkatan sikap dan persepsi terhadap COVID-19. Penduduk perkotaan
memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dibanding penduduk pedesaan, sehingga
penduduk perkotaan mengembangkan sikap dan persepsi yang lebih baik dalam
membuang sampah APD seperti masker dan sarung tangan (Didar-Ul Islam et al.,
2021; Palomba et al., 2020). Penelitian yang dilakukan di Lampung Selatan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
pencegahan penularan COVID-19, masyarakat dengan pencegahan penularan
COVID-19 yang baik lebih banyak pada masyarakat dengan tingkat pengetahuan
yang baik sebanyak 80,6% dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat
pengetahuan yang kurang baik sebanyak 19,4% (Suharmanto, 2020). Selain itu pada
penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sukoharjo didapatkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan selama masa
pandemi COVID-19 yaitu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi
memiliki peluang untuk mencuci tangan dengan baik sebesar 2,05 kali lebih besar
dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah
(Azmiardi et al., 2021).
b. Sikap terhadap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19
Sikap seseorang meliputi adanya proses menerima rangsangan atau stimulus,
menanggapi pertanyaan dengan cara memberikan pendapat, menilai dengan positif
objek yang diketahui dan bertanggung jawab atas resiko yang muncul. Sikap adalah
motivator utama untuk tindakan terhadap ancaman kesehatan. Sikap masyarakat
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 termasuk sikap terhadap
keberhasilan dalam pengendalian COVID-19, kepercayaan diri bahwa masyarakat
tersebut dapat menang melawan pandemi COVID-19, perasaan takut jika diri sendiri
atau keluarga terinfeksi, perasaan takut dihakimi oleh masyarakat sekitar jika positif
COVID-19 (Bates et al., 2020; Notoatmodjo, 2003; Saadeh BSN et al., 2021). Sikap
terhadap keberhasilan akhir dalam pengendalian COVID-19 secara signifikan
berbeda menurut variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, kategori pekerjaan, dan
tempat tinggal (Zhong et al., 2020). Praktik seseorang didasari oleh adanya persepsi
yang memunculkan suatu tindakan nyata atau sikap seseorang dalam berperilaku,
baik atau buruk sikap seseorang bisa dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat
pengetahuan seseorang. Walaupun begitu, tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
tidak cukup untuk dapat mengubah sikap seseorang dengan sendirinya (Bates et al.,
2020; Notoatmodjo, 2010a dalam Reknasari et al., 2019).
Wanita, penduduk perkotaan, dan masyarakat dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi memiliki persepsi dan sikap yang lebih baik dalam membuang
sampah APD seperti masker, sarung tangan, dan tisu yang telah digunakan ke dalam
kantong atau tempat sampah yang terpisah. Lebih dari 50% masyarakat
menyimpannya bersama dengan sampah rumah tangga yang lain. Kurangnya saluran
dan otoritas pengelolaan sampah medis yang tepat menyebabkan penduduk pedesaan
membuang sampah rumah tangganya termasuk di dalamnya sampah infeksius di area
dekat rumah. Sampah yang sudah dibuang di area dekat rumah tersebut lebih
disarankan untuk dibakar (Didar-Ul Islam et al., 2021; Palomba et al., 2020). Pada
penelitian di daerah Lampung Selatan didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
sikap dengan perilaku pencegahan COVID-19, masyarakat dengan sikap yang positif
lebih banyak melakukan perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang lebih baik
(77,6%) dibandingkan dengan masyarakat dengan sikap negatif (33,9%)
(Suharmanto, 2020). Penelitian di Kabupaten Sukoharjo menyatakan bahwa
masyarakat dengan sikap yang positif memiliki peluang lebih besar untuk melakukan
cuci tangan yang baik selama masa pandemi COVID-19 sebesar 8,99 kali
dibandingkan masyarakat dengan sikap negatif (Azmiardi et al., 2021).
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan sebuah determinan perilaku yang sudah ada sejak
lahir. Perbedaan jenis kelamin dapat menciptakan persepsi yang berbeda dan
mendorong terjadinya berbagai jenis perilaku. Dibandingkan dengan perempuan,
laki-laki cenderung melakukan perilaku yang berisiko lebih tinggi tertular
COVID-19, dimana pada studi yang dilakukan di AS didapatkan lebih sedikit laki-
laki yang menghindari pertemuan publik dan menghindari kontak fisik dengan orang
lain dibandingkan dengan perempuan. Selain itu laki-laki cenderung melakukan
perilaku yang berisiko seperti tingginya konsumsi alkohol dan penggunaan
tembakau (Griffith et al., 2020). Perempuan juga lebih percaya bahwa konsekuensi
akibat pandemi COVID-19 ini serius, dan perempuan juga lebih mendukung
langkah-langka pembatasan demi mengurangi transmisi virus COVID-19 (Galasso et
al., 2021).
Dapat dilihat, pada penelitian yang dilakukan oleh (Aqmaria, 2021)
perempuan menunjukan proporsi yang memiliki praktik pencegahan COVID-19
yang baik lebih tinggi pada mahasiswa berjenis kelamin perempuan sebesar 66.6%.
Dikarenakan perempuan cenderung memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi
terhadap lingkungan dan kesehatannya, hal ini bisa disebabkan pula karena
perempuan memiliki waktu yang cukup untuk membaca atau berdiskusi terkait
penyakit COVID-19 (Aqmarina Martini; Yuliawati, Sri; Wurjanto, Moh Arie, 2021;
Galasso et al., 2021; Sari et al., 2020). Pada penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Jati Agung, Lampung Selatan didapatkan bahwa masyarakat dengan jenis kelamin
perempuan memiliki perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang lebih baik
(76,1%) dibandingkan dengan laki-laki (33,3%) (Suharmanto, 2020)
.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan formal akhir yang selesai ditempuh memiliki pengaruh
terhadap sikap dan pengetahuan seseorang terhadap COVID-19. Pada tingkat
pendidikan, terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan
pascasarjana atau sarjana dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atau sekolah
menengah ke bawah terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat terkait COVID-19.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin sikap optimisme keberhasilan
melawan COVID-19, justru orang dengan pengetahuan COVID-19 lebih tinggi
cenderung tidak percaya pada kesuksesan melawan pandemi COVID-19 (Bates et
al., 2020; Zhong et al., 2020).
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti pada penduduk perkotaan
berhubungan dengan sikap dan persepsi yang lebih baik dalam membuang sampah
APD seperti masker dan sarung tangan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga
berhubungan secara signifikan terhadap perilaku mencuci tangan, mencuci baju,
serta membuang masker dan sarung tangan (Didar-Ul Islam et al., 2021; Palomba et
al., 2020). Dalam penelitian lain menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan perilaku mencuci tangan saat masa pandemi COVID-19,
masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih dari SMA memiliki peluang mencuci
tangan yang benar 5,06 kali lebih besar dibandingkan dengan masyarakat dengan
tingkat pendidikan di bawah SMA (Azmiardi et al., 2021). Pada penelitian di daerah
Lampung Selatan didapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan perilaku pencegahan penularan COVID-19 dimana masyarakat dengan
tingkat perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang baik lebih banyak pada
masyarakat yang berpendidikan SMA sebanyak 83% dan masyarakat dengan
perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang kurang baik lebih banyak pada
masyarakat dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 77,3% (Suharmanto, 2020).
e. Pekerjaan
Pekerjaan adalah seseorang yang melakukan kegiatan atau aktivitas fisik
maupun mental untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat baik
untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Masa kerja dari seseorang dalam perjalanan
hidupnya jika makin lama maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki.
Adapun pekerjaan diantaranya seperti buruh, pegawai, layanan jasa, sektor
pendidikan, sektor kesehatan, ibu rumah tangga, dan tidak bekerja (Bates et al.,
2020; Rini, 2001).
Orang-orang yang menganggur serta murid dibandingkan dengan mental
labor (ibu rumah tangga) secara signifikan berhubungan dengan tingkat pengetahuan
COVID-19 yang lebih rendah. Orang-orang yang tidak bekerja kemungkinan besar
lebih sering mencuci tangan dibandingkan kelompok pekerjaan lain. Walaupun
begitu, pria, orang yang berusia muda, lajang, serta orang yang menganggur atau
tidak bekerja cenderung tidak mengadopsi perilaku yang direkomendasikan atau PPI.
Orang yang menganggur kemungkinan tidak mampu untuk membeli stok makanan
ataupun masker. Pada sektor informal, orang-orang bergantung pada pendapatan
harian untuk dapat bertahan hidup sehingga terpaksa untuk meninggalkan rumah
setiap hari. (Bates et al., 2020; Zhong, et al., 2020).
Status pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemakaian
APD hanya saat keluar (Palomba et al., 2020).
f. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga dari berusaha atau bekerja. Jenis masyarakat bermacam ragam, seperti
bertani, nelayan, beternak, buruh, serta berdagang dan juga bekerja pada sektor
pemerintah dan swasta (Pitma, 2015:38). Pendapatan dapat dilihat dari berbagai
konteks, misalkan pendapatan keluarga, pendapatan masyarakat, pendapatan
perkapita, dan pendapatan Negara. Pada hakikatnya pendapatan yang diterima oleh
seseorang maupun badan usaha tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan
dan pengalaman maka semakin tinggi pula tingkat pendapatanya.
Orang-orang dengan tingkat ekonomi yang rendah cenderung menggunakan
masker kain yang dicuci sekali sampai dua kali seminggu dan tidak menggunakan
sarung tangan sama sekali. Mereka juga merupakan kelompok orang yang
terdampak kebijakan isolasi mandiri dan lockdown. Hal tersebut menyebabkan
keputusasaan ekonomi yang mendorong mereka untuk mengonsumsi makanan yang
kurang bergizi. Makanan kaya gizi sendiri berkontribusi dalam meningkatkan
kekebalan tubuh yang krusial untuk melawan penyakit seperti infeksi COVID-19.
Pendapatan juga berpengaruh terhadap akses pada toilet, sabun, dan air bersih.
Penduduk yang tinggal di area kumuh kesulitan mengakses air bersih karena adanya
kebijakan lockdown. Bagaimanapun juga, orang-orang tersebut sadar terhadap
COVID-19 namun kebanyakan tidak mencuci tangan dengan sabun atau hand
sanitizer (Didar-Ul Islam et al., 2021). Pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Sukoharjo didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dengan perilaku
mencuci tangan selama masa pandemi COVID-19, dimana masyarakat dengan
pendapatan lebih dari upah minimum yaitu 1,8 juta/bulan lebih berpeluang memiliki
perilaku mencuci tangan yang baik sebesar 5,55 kali lebih besar dibandingkan
dengan masyarakat dengan pendapatan dibawah upah minimum (Azmiardi et al.,
2021).
g. Ketersediaan informasi PPI
Ketersediaan Informasi adalah Informasi yang diterima oleh masyarakat
untuk dapat mengerti dan memahami suatu kondisi atau situasi yang disampaikan.
Dalam masa COVID-19, Informasi dibutuhkan untuk dapat menambah pengetahuan
masyarakat sehingga dapat mencegah penularan COVID-19. Sumber informasi yang
tersedia bisa melalui media elektronik, media cetak, dan informasi secara langsung
seperti penyuluhan. Sebagian besar sumber utama terkait pencegahan COVID-19
yaitu menggunakan media elektronik. Namun, informasi yang diperoleh harus akurat
dan akses yang mudah dalam mendapatkan informasi. Jika terdapat kesalahan
informasi akan menimbulkan persepsi yang salah. Hal itu dapat mempengaruhi sikap
kepatuhan yang rendah terhadap tingkat pencegahan pengendalian penyakit. (Didar-
Ul Islam et al., 2021; Palomba et al., 2020).
h. Ketersediaan Fasilitas Kebersihan Pendukung PPI
Penyediaan air bersih, sanitasi, dan lingkungan yang higienis menjadi sangat
penting untuk melindungi kesehatan masyarakat selama wabah COVID-19. WHO
mengeluarkan pedoman bagi masyarakat agar terhindar dari infeksi COVID-19 yang
berisi: penerapan praktik hand hygiene secara teratur dengan disertai peningkatan
fasilitas serta perbaikan tata cara cuci tangan, penyediaan air bersih dan sanitasi
lingkungan secara ekstra seperti pelaksanaan desinfeksi, serta pengelolaan sampah
bekas perawatan kesehatan atau yang biasa disebut Alat Pelindung Diri (APD) pada
tempat sampah atau dropbox khusus sampah infeksius (WHO, 2020d). Hand
hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air (handwash) atau
alkohol yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya
mikroorganisme di tangan (WHO, 2020d). Hand hygiene harus dilakukan teratur
saat setelah kontak dengan individu yang berisiko membawa virus dan juga setelah
berinteraksi dengan lingkungan (menyentuh benda, permukaan, dll) (WHO, 2020e).
Keberadaan fasilitas cuci tangan, air bersih, alkohol handrub, ataupun disinfektan
menjadi penting dalam penerapan hand hygiene dan sanitasi lingkungan. Dropbox
atau depo khusus merupakan tempat penampungan sementara bagi warga untuk
mengumpulkan sampah medis COVID-19 sebelum nantinya dibawa oleh petugas
kebersihan untuk tempat pengumpulan dan pengelolaan limbah B3 (Kemenkes,
2020b). Penelitian membuktikan bahwa ketersediaan fasilitas kebersihan
berhubungan terhadap
perilaku pencegahan infeksi COVID-19 pada pekerja di Puskesmas di zona merah
(Pasaribu, 2021).
i. Peran Pemerintah dalam Kebijakan PPI COVID-19
Sikap dan perilaku masyarakat sulit untuk dikontrol, terutama dalam
penerapan perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 serta dalam
mengelola sampah medis tersebut agar dapat dipilah dengan baik sehingga tidak
dapat menimbulkan penyakit. Oleh karena itu diperlukan pedoman dalam upaya
pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk memberikan panduan bagi petugas
kesehatan agar tetap sehat, aman, dan produktif, dan seluruh penduduk Indonesia
mendapatkan pelayanan yang sesuai standar. Sehingga Menteri Kesehatan telah
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). Pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 disusun
berdasarkan rekomendasi WHO yang disesuaikan dengan perkembangan pandemi
COVID-19, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Keputusan
Menteri Kesehatan RI, 2020).
Dengan adanya pedoman Pengendalian Pencegahan Infeksi COVID-19
berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat yang relatif lebih baik
sehingga dapat berjalan lebih efektif untuk pencegahan penyebaran COVID-19
(Asemahagn, 2020). Selain itu, Pedoman Pengendalian Pencegahan Infeksi COVID-
19 menjelaskan terkait prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi untuk isolasi
di rumah yang menjelaskan mengenai

2.4 Teori Lawrence Green


Faktor-faktor yang dijelaskan di atas sejalan dengan teori Lawrence Green karena
peneliti ingin melihat faktor perilaku masyarakat dalam pengendalian penyakit infeksi dan
penanganan sampah medis rumah tangga selama masa pandemi COVID-19 di Kecamatan
Cipayung Kota Depok.
Terdapat dua faktor pokok yang mempengaruhi masalah kesehatan, yaitu faktor
perilaku dan faktor di luar perilaku (Lawrence Green, 1980). Sementara faktor perilaku
(behavior causes) dipengaruhi oleh tiga faktor yakni :
1) Faktor predisposisi (Predisposing Factors) : pertimbangan-pertimbangan personal
dari suatu individu atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku.
Dalam penelitian ini faktor predisposisi yang digunakan adalah pengetahuan, sikap,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan masyarakat.
2) Faktor pemungkin (Enabling Factors) : faktor yang memungkinkan untuk terjadinya
perilaku tertentu. Dalam penelitian ini berupa ketersediaan informasi tentang
pengelolaan sampah medis dan fasilitas pengelolaan sampah medis.
3) Faktor penguat (Reinforcing Factors) : konsekuensi dari tindakan yang menentukan
apakah pelaku menerima umpan balik positif dan akan mendapat dukungan sosial.
Dalam penelitian ini faktor penguat adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan dan
perangkat desa .
BAB III
METODOLOGI PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

3.1 Metode pada Penentuan Prioritas Masalah


Peneliti memilih metode prioritas masalah PAHO karena metode ini tepat dan sering
digunakan untuk melihat masalah pada penyakit menular. Metode PAHO menitik beratkan
masalah kesehatan berdasarkan prevalensi penyakit yang menunjukkan besarnya masalah,
kenaikan/meningkatnya prevalensi (rate of increase), keinginan masyarakat mengatasi
masalah (degree of un meet need), keuntungan sosial (social benefit) yang diperoleh jika
masalah tersebut teratasi, teknologi yang tersedia (technical feasibility), dan sumber daya
yang tersedia (resource availability). Penentuan bobot masing-masing komponen ditentukan
oleh tim ahli (5-8 orang). Metode ini mudah dilakukan dan cepat. Beberapa kriteria penting
sekaligus bisa dimasukan dalam pertimbangan penentuan prioritas di suatu wilayah.

3.1.1 Tahapan Kegiatan


Tahapan kegiatan untuk Pengalaman Belajar Lapangan 1 adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah pada daerah cakupan Puskesmas Cipayung di Kota Depok,
Jawa Barat.
2. Masalah kesehatan yang diperoleh menggunakan data penyakit infeksi dari
Profil Kesehatan Kota Depok tahun 2019 dan data COVID-19 di Kota Depok.
3. Menentukan Prioritas Masalah menggunakan metode PAHO dengan
menggunakan kriteria magnitude, severity, community and political concern,
vulnerability dan affordability ditemukan masalah kesehatan yang ada di daerah
Depok Jawa Barat yaitu: Tuberkulosis, HIV/AIDS, diare, COVID-19.

3.1.2 Teknik Pengumpulan dan Analisa Data


Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan penelitian yang meliputi
pencatatan peristiwa, keterangan, ataupun karakteristik sebagian atau seluruh
populasi yang akan menunjang dan mendukung suatu penelitian. Data yang
dikumpulkan mencakup data dasar yang berkaitan dengan lokasi penelitian serta
topik yang telah ditentukan. Data penyakit infeksi diperoleh dari Profil Kesehatan
Kota Depok tahun 2019 yang kemudian dianalisis menggunakan metode PAHO
untuk menentukan prioritas masalah.

3.2 Kerangka Teori


Green dan Kreuter (2005) dalam Porter (2015) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.
Perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yakni faktor predisposing, faktor
enabling, dan faktor reinforcing. Kerangka teori nantinya digunakan untuk mengetahui
gambaran perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 serta pengelolaan
sampah rumah tangga di masa pandemi COVID-19 di Kecamatan Cipayung, Depok dengan
menggunakan teori The Precede–Proceed Model oleh Green dan Kreuter (2005).
Model precede adalah tahapan untuk menyusun perencanaan dan penyusunan
intervensi, dan untuk model proceed merupakan proses implementasi dan evaluasi dari
program intervensi. Dari model precede kesehatan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu, genetik,
perilaku dan lingkungan dimana ketiga faktor itu saling mempengaruhi satu-sama lain.
Perilaku dipengaruhi oleh tiga hal yaitu faktor reinforcing, enabling dan predisposing.
Ketiga faktor ini dapat dipengaruhi oleh edukasi kesehatan dimana dalam penelitian ini
edukasi yang dilakukan mengenai edukasi pencegahan dan pengendalian COVID-19.
(Green dan Kreuter, 2005)
Gambar 3.1 The Precede–Proceed Model for Health Programme Planning and Evaluation. From Green and
Kreuter (2005). Adapted and used with permission from Green and Kreuter (Green, 2015).

3.3 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori tersebut dapat dilihat terdapat tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan seseorang yaitu faktor predisposisi
(predisposing), faktor yang memperkuat (reinforcing), dan faktor yang memungkinkan
(enabling). Faktor-faktor tersebut diperkirakan memiliki hubungan dengan perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah medis di rumah tangga. Kerangka konsep penelitian
ini sebagai berikut:
Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian
3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Ukur Skala


o. Ukur Ukur
Variabel Dependen

1. Perilaku Penerapan dalam melakukan Survei Kuesioner Baik, jika responden selalu Ordinal
Pencegaha tindakan pencegahan dan menerapkan semua perilaku
n dan pengendalian infeksi COVID-19 pencegahan infeksi COVID-19
Pengendali yang dilakukan masyarakat,
an Infeksi seperti: Buruk, jika responden tidak
COVID-19 - Mencuci tangan (nomor 2, 3) selalu menerapkan semua
- Menggunakan masker dan perilaku pencegahan infeksi
sarung tangan (nomor 11, 12) COVID-19
- Physical distancing (nomor 1,
6,
7, 8, 9, 10)
- Respiratory hygiene (nomor 4,
5)
- Desinfeksi (nomor 14, 15)
- Isolasi mandiri (nomor 19, 20)
- Kepatuhan terhadap peraturan
pemerintah (nomor 16)
- Memisahkan sampah medis
dengan sampah rumah tangga
(nomor 13, 17)
- Membuang sampah medis
(masker, alat rapid test, kain
kasa, tisu, kapas) di tempat
sampah yang terpisah (nomor
18)
(Agarwal et al., 2021; Didar-Ul
Islam et al., 2020)

Variabel Independen

1. Pengetahua Responden mampu Survei Kuesioner Baik, jika responden dapat Ordinal
n menentukan benar atau menjawab semua pertanyaan
Pencegaha salahnya pernyataan seputar dengan benar
n dan upaya pencegahan dan
Pengendali pengendalian infeksi COVID- Buruk, jika responden tidak
an Infeksi 19: dapat menjawab semua
COVID-19 - Penularan COVID- pertanyaan dengan benar
19 (nomor 2, 4)
- Mencuci tangan (nomor
5, 7)
- Respiratory hygiene
(nomor 12)
- Memakai masker (nomor
1, 7, 8, 9)
- Physical distancing
(nomor 6, 10, 11)
- Isolasi mandiri (nomor
3, 13)
- Menggunakan
alat makan
terpisah (nomor
21)
- Mencuci sprei dan
pakaian serta
masker kain
(nomor 22)
- Desinfeksi
(nomor 23)
- Membatasi gerak
dan ruangan
(nomor 24)
- Ruangan
berventilasi baik
(nomor 25)
- Cara membuang sampah
medis dengan benar (nomor
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20)

(Bates et al., 2020; Goni et al.,


2020; Makhura et al., 2016;
Saadeh et al., 2021; Saefi et al.,
2020)
2. Sikap Responden mampu menanggapi Survei Kuesioner Positif, jika responden Ordinal
terhadap pernyataan tentang pencegahan setuju/sangat setuju dengan
Pencegahan dan pengendalian infeksi COVID- semua pernyataan
dan 19 yaitu:
Pengendalia - Penularan COVID- Negatif, jika responden tidak
n Infeksi 19 (nomor 3) setuju dengan semua
COVID-19 - Menggunakan pernyataan
masker (nomor 2, 4)
- Etika batuk dan
bersin (nomor 6)
- Menjaga jarak (nomor 1)
- Mencuci tangan (nomor 5)
- Isolasi mandiri (nomor 7)
- Membuang sampah medis
(nomor 8, 9)
(Goni et al., 2020; Agarwal et
al., 2021; Didar-Ul Islam et al.,
2021)
3. Jenis Kelamin Perbedaan biologis antara laki- Survei Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
laki dan perempuan yang dapat 2. Perempuan
dilihat dari alat kelamin dan
perbedaan genetik (BPS, 2021)

4. Tingkat Tingkat Pendidikan Survei Kuesioner Tingkat pendidikan tertinggi Ordinal


Pendidik yang ditamatkan yang ditamatkan menurut BPS
an adalah tingkat pendidikan terakhir adalah (BPS,2019).
yang telah dicapai sesuai tingkat a. Tidak pernah
sekolah dengan mendapatkan sekolah/belum tamat SD
tanda (Ijazah) (BPS, 2019) b. SD
c. SMP
d. SMA ke
atas (BPS,
2019)
5. Pekerjaan Suatu rangkaian tugas yang Survei Kuesioner Nominal
dirancang untuk dikerjakan oleh 1 1. Buruh Kasar
orang dan sebagai imbalan 2. Pegawai PNS/Swasta
diberikan upah dan gaji menurut 3. Sales/Jasa
kualifikasi dan berat ringannya
4. Sektor Pendidikan
pekerjaan tersebut (BPS, 2002)
5. Sektor Kesehatan
6. Ibu Rumah Tangga
7. Tidak
Bekerja (Bates
et al., 2020)
6. Pendapatan Pendapatan merupakan Survei Kuesioner 1. Sangat Tinggi → Rasio
imbalan yang rata-rata pendapatan >
didapatkan dalam bentuk uang
maupun barang yang dibayarkan Rp. 3.500.000 per bulan
oleh perusahaan/kantor/majikan 2. Tinggi → rata-rata
(BPS, 2019) pendapatan Rp.
2.500.000 - Rp.
3.500.000 per bulan
3. Sedang → rata-rata
pendapatan Rp.
1.500.000 - Rp.
2.500.000 per bulan
4. Rendah → rata-rata
pendapatan < Rp.
1.500.000 per
bulan (BPS
Provinsi DKI
Jakarta, 2008)
7. Ketersedia Sumber informasi masyarakat Survei Kuesioner Ada Nominal
an dalam memperoleh pengetahuan Tidak, jika tidak maka
Informasi terkait pencegahan infeksi diisi oleh alasan
Pencegaha COVID-19 (Raciborski et al., responden
n dan 2020).
Pengendali a. Radio/televisi
an Infeksi b. Koran
COVID-19 c. Media sosial
(facebook, instagram,
twitter)
d. Keluarga, kerabat,
atau teman
e. Penyuluhan
(Raciborski et al.,
2020).
8. Ketersedia Tersedianya fasilitas kebersihan Survei Kuesioner Memadai, jika tersedia Ordinal
an Fasilitas yang memadai di rumah tangga minimal sabun cuci tangan, air
Kebersiha seperti mengalir, serta masker dan
n atau sarung
- Sabun cuci tangan tangan
- Hand sanitizer
- Air mengalir Tidak memadai, jika tidak
- Tempat sampah tersedia salah satu, dua, atau
atau bahkan ketiga syarat fasilitas
dropbox/depo kebersihan yang memadai

tempat
pengumpulan

sampah infeksius COVID-


19
- Masker dan atau
sarung tangan

Fasilitas kebersihan yang


memadai adalah yang tersedia
minimal sabun cuci tangan, air
mengalir, serta masker dan atau
sarung tangan. (Kemenkes,
2020b; Pasaribu, 2021; WHO,
2021b)
9 Peran Peran pemerintah dalam Survei Kuesioner Baik, jika pemerintah dan Ordinal
Pemerintah menyediakan dan petugas kesehatan
dalam mensosialisasikan pedoman atau menyediakan dan
Kebijakan panduan Pencegahan dan mensosialisasikan pedoman
PPI Pengendalian Infeksi PPI COVID-19
COVID-19 COVID-19 di masyarakat serta
peran petugas kesehatan dalam Buruk, jika pemerintah dan
memberikan sosialisasi tentang petugas kesehatan tidak
PPI COVID-19 (Asemahagn, menyediakan dan
2020; Yulastri W et al., 2008) mensosialisasikan pedoman
PPI COVID-19
3.5 Metode Penelitian
3.5.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional atau studi potong lintang.

3.5.2 Unit Analisis


Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga.

3.5.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di wilayah kerja
Puskesmas Cipayung Kota Depok (Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya,
dan Kelurahan Bojong Pondok Terong) yang berjumlah 24.202 rumah tangga.

3.5.4 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian rumah tangga di wilayah kerja
Puskesmas Cipayung Kota Depok. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah teknik accidental sampling, yaitu suatu metode penentuan
sampel dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010b).

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan


menggunakan Uji Estimasi seperti di bawah ini dan didapatkan nilai besar sampel
sejumlah 378 rumah tangga. Perhitungan besar sampel tersebut yaitu sebagai berikut
(Lemeshow, S., et al., 1990):
Keterangan.
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
N = besar populasi
𝑍 kemaknaan α
1−α
= Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α atau batas
(1,96 untuk derajat kepercayaan 95%)
d = tingkat signifikan (0.05)
p = proporsi kasus yang diteliti dalam populasi, jika p tidak diketahui maka
gunakan p terbesar (0.5)

Dikarenakan keterbatasan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19


sehingga adanya pembatasan beraktivitas, minimal sampel untuk pengambilan data
dikurangi menjadi hanya 30 responden.

3.5.5 Analisis Statistik


Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan
Chi-Square karena variabel hitung menggunakan variabel kategorik.

3.6 Metode Intervensi


3.6.1 Sasaran
Target dari intervensi promosi kesehatan ini adalah masyarakat di tingkatan
rumah tangga dengan pemberian buku panduan/guide book yang berisi informasi
terkait pedoman pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI)
COVID-19 serta pengelolaan sampah medis COVID-19 di rumah tangga yang baik
dan benar, disertai dengan publikasi konten edukasi kesehatan pada media sosial
Puskesmas Cipayung Kota Depok.
3.6.2 Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi ini antara lain agar mitra sasaran dapat memahami
bagaimana cara melakukan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI)
COVID-19 serta pengelolaan sampah medis infeksius rumah tangga dengan benar
sehingga perilaku pencegahan penyakit infeksi dapat terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari serta sampah medis tersebut tidak dapat mencemari
lingkungan dan menjadi sumber transmisi agen-agen penyakit khususnya COVID-
19.

3.6.3 Pelaksanaan
1. Menguraikan tahapan dalam melaksanakan setiap solusi secara sistematis
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait perilaku Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi COVID-19 serta pengelolaan sampah medis
di tingkat rumah tangga melalui guidebook berisi materi pedoman PPI
COVID-19 dan pengelolaan sampah medis rumah tangga yang
dibagikan kepada masyarakat, serta penyebaran informasi melalui
konten kreatif yang dipublikasi di sosial media Instagram Puskesmas
Cipayung. Media yang digunakan adalah guidebook dan juga sosial
media instagram Puskesmas Cipayung.
b. Sosialisasi kepada kader terkait guidebook “Pedoman PPI COVID-19
dan Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Tangga” yang diharapkan
sasaran (kader) dapat membantu memberdayakan masyarakat di
tingkat rumah tangga dalam melakukan penerapan PPI COVID-19
dan pengelolaan sampah medis di rumah tangga. Media yang
digunakan untuk penyuluhan adalah presentasi power point dan

guidebook melalui Zoom Meeting.

2. Menjelaskan partisipasi mitra penerima manfaat dalam pelaksanaan kegiatan


Masyarakat Rumah Tangga
a. Masyarakat
Masyarakat di tingkat rumah tangga diharapkan mampu menerapkan
pengetahuan yang sudah didapatkan secara baik terkait Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi serta pengelolaan sampah medis COVID-19.
3.7 Tempat dan Waktu Kegiatan
Penelitian dan kegiatan intervensi ini dilaksanakan di cakupan wilayah Puskesmas
Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat yaitu Kecamatan Cipayung Jaya, Cipayung,
dan Bojong Pondok Terong pada bulan Juli - Oktober tahun 2021.
BAB IV
GAMBARAN LOKASI

4.1. Peta dan Gambaran Topografi

Gambar 4. 1 Peta Kecamatan Cipayung

Kecamatan Cipayung, Kota Depok terdiri dari 5 kelurahan, yaitu:


● Kelurahan Bojong Pondok Terong
● Kelurahan Cipayung
● Kelurahan Cipayung Jaya
● Kelurahan Pondok Jaya
● Kelurahan Ratu Jaya
Cipayung adalah sebuah kecamatan di kota Depok, provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kecamatan Cipayung berada di wilayah kota Depok sebelah selatan. Wilayah
cipayung merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah
dengan ketinggian antara 70 –100 meter diatas permukaan air laut.

4.2. Karakteristik Sosioekonomi dan Demografi


4.2.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Cipayung
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan data
Jumlah Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021
N Kelurahan Jumla Luas Kepadat
o h wilayah an
Pendud (km2) Pendudu
uk k
(jiwa/km
2)
1 Cipayung Jaya 19.318 2,35 8.220
2 Bojong Pondok 35.017 2,20 15.917
Terong
3 Pondok Jaya 26.973 1,71 15.773

4 Ratujaya 39.428 3,05 12.868


5 Cipayung 29.420 2,14 13.747

Juml 150.156 11,63 12.911


ah

4.2.2. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin


Proyeksi komposisi penduduk menurut jenis kelamin berikut ini diambil dari
data Kantor Kelurahan Kecamatan Cipayung tahun 2021. Proyeksi penduduk
tersebut dilihat dari distribusi jenis kelamin berdasarkan jumlah penduduk
keseluruhan, usia produktif, dan juga lansia. Cakupan wilayah yang dibawahi oleh
Puskesmas Cipayung adalah Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, dan
Kelurahan Bojong Pondok Terong. Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dilihat
proyeksi penduduk menurut jenis kelamin dalam wilayah kerja Puskesmas Cipayung
paling banyak pada kategori jenis kelamin pria, dan paling sedikit pada kategori
jenis kelamin perempuan.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan


Total Jumlah Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021
Kelurah
N Jenis an Jumla
o Kelam h
Cipayung Cipayung Bojong
in
Jaya Pondok
Terong
1 Pria 16.611 11.788 23.075 51.47
4
2 Wanita 16.382 11.625 22.756 50.76
3
Jumlah 32.993 23.413 45.831 102.2
37

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin berdasarkan Usia


Produktif (15-59 tahun) Penduduk UPTD Puskesmas Cipayung 2021

Kelurah
N Jenis an Jumla
o Kelam Cipayung Cipayung Bojong h
in Jaya Pondok
Terong
1 Pria 11.458 8.036 15.723 35.21
7
2 Wanita 10.666 7.508 14.988 33.16
2
Jumlah 22.124 15.544 30.711 68.37
9

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin


berdasarkan Usia Lansia (≥ 60 tahun) Penduduk UPTD
Puskesmas Cipayung 2021

Kelurah
N Jenis an Jumla
o Kelam h
Cipayung Cipayung Bojong
in
Jaya Pondok
Terong
1 Pria 1.023 702 1.3 3.072
47
2 Wanita 1.020 694 1.3 3.021
07
Jumlah 2.043 1.396 2.6 6.093
54

4.2.3. Komposisi Penduduk menurut Umur


Tabel 4.5 Komposisi Penduduk menurut Umur

N Kelompok Laki-laki Perempu Jumlah


o Umur an
1 0-4 8.651 8.383 11.919
.
2 5-9 8.403 8.051 14.763
.
3 10-14 7.228 7.033 15.842
.
4 15-19 7.183 7.090 14.484
.
5 20-24 7.246 6.897 13.547
.
6 25-29 7.223 7.592 13.262
.
7 30-34 7.938 7.918 16.133
.
8 35-39 7.624 7.632 16.304
.
9 40-44 7.315 6.676 14.684
.
1 45-49 5.849 5.344 11.939
0
.
1 50-54 4.385 4.160 9.177
1
.
1 55-59 3.256 2.991 6.907
2
.
1 60-64 2.117 1.835 4.544
3
.
1 65-69 1.298 1.299 2.782
4
.
1 70+ 1.321 1.519 4.358
5
.
Juml 87.037 84.420 165.361
ah

4.2.4. Komposisi Penduduk menurut Pekerjaan


Tabel dibawah merupakan komposisi penduduk menurut pekerjaan yang
diambil dari data di Kantor Kelurahan Kecamatan Cipayung. Cakupan wilayah yang
dibawahi oleh Puskesmas Cipayung adalah Kelurahan Cipayung, Kelurahan
Cipayung Jaya, dan Kelurahan Bojong Pondok Terong. Berdasarkan tabel dibawah
dapat dilihat komposisi penduduk menurut pekerjaan dalam wilayah kerja
Puskesmas Cipayung paling banyak pada kategori belum/tidak bekerja, dan paling
sedikit pada kategori pejabat negara (Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2020).

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk menurut Pekerjaan

Kelurah
an
N Pekerjaan Jumla
o Cipayu Bojong h
Cipayung
ng Pondok
Jaya Terong
1 Belum / Tidak Bekerja 7.065 5.1 7.636 19.8
60 61
2 Petani dan Peternak 29 14 4 47

3 Wiraswasta 2.902 1.3 2.194 6.45


61 7
4 Buruh 1.242 1.3 2.027 4.66
92 1
5 Karyawan 4.503 2.6 6.384 13.5
14 01
6 PNS/TNI/POLRI 399 250 441 1090

7 Informal 299 227 385 911

8 Pensiunan 103 63 163 329


9 Pejabat Negara 1 2 0 3

1 Mengurus Rumah 6.731 4.5 7.695 18.9


0 Tangga 11 37
1 Pelajar 6.731 3.7 8.126 18.5
1 27 84

4.2.5. Komposisi Penduduk menurut Pendidikan


Tabel 4.7 Komposisi Penduduk menurut Pendidikan

Kelurah
an
N Pendidikan Jumla
o Cipayu Bojong h
Cipayu
ng Pondok
ng
Jaya Terong
1 Belum Sekolah 6.658 4.8 7.223 18.752
71
2 Tidak Tamat 2.507 1.6 3.698 7.879
SD/Sederajat 74
3 Tamat SD 3.931 3.1 4.113 11.17
31 5
4 Tamat SLTP 3.906 2.5 4.884 11.38
93 3
5 Tamat SLTA 10.884 6.1 13.330 30.330
16
6 Tamat Akademik 530 315 618 1.463

7 Tamat Universitas 1.004 618 1.151 2.773


4.3. Prasarana dan Sarana Kesehatan dan Kesejahteraan
4.3.1. Jumlah Sekolah
Tabel di bawah ini merupakan tabel jumlah sekolah berdasarkan status
sekolah yang ada di kecamatan Cipayung.
Tabel 4.8 Jumlah Sekolah

N Kelurahan Nege Swas


o. ri ta

T S SM SM T S SM SM
K D P A K D P A
1. Cipayung Jaya - 2 - - 5 1 3 -

2. Bojong - 4 - - 4 6 6 6
Pondok
Terong
3. Pondok Jaya - 3 - - 4 4 3 -

4. Ratujaya - 5 - - 7 2 2 1
5. Cipayung - 2 1 1 4 1 4 3

Jumlah - 1 1 1 2 1 18 10
6 4 4

Sedangkan pada wilayah cakupan Puskesmas Cipayung, jumlah


sekolah yang dibina sesuai jenjang yaitu SD/MI sebanyak 26 sekolah,
SMP/MTS sebanyak 19 sekolah, SMA sebanyak 13 sekolah, dan Pondok
Pesantren sebanyak 8 ponpes.

4.3.2. Prasarana Olahraga


Tabel di bawah ini menunjukkan fasilitas lapangan olahraga yang ada di
Kecamatan Cipayung, Kota Depok
Tabel 4.9 Prasarana Olahraga

Jenis Kondisi Fasilitas/Lapangan Olahraga Tidak ada


Olahraga fasilitas/Lapan
Baik Rusak Rus ga n Olahraga
Sedang ak
Par
ah
Sepak bola 2 0 0 3

Bola voli 2 1 0 2

Bulu tangkis 5 0 0 0
Bola basket 2 0 0 3
Tenis lapangan 0 0 0 5

Tenis Meja 4 0 0 1
Futsal 3 0 0 2

Renang 4 0 0 1

Bela diri 2 0 0 3
(pencak silat,
karate, dll)
Biliard 0 1 0 4
Pusat 1 0 0 4
kebugaran
(senam,
fitness, dll)
Lainnya 0 0 5 5

4.3.3. Prasarana Peribadatan


Tabel dibawah ini menunjukkan sarana peribadatan yang berada di
Kecamatan Cipayung, Kota Depok:
Tabel 4.10 Prasarana Peribadatan

No Kelurahan Masjid Musholl Gerej Pura Wihar Jumlah


a a a
/
Langgar
1 Cipayu 8 18 - - - 26
ng Jaya

2 Bojo 12 26 - - - 38
ng
Pond
ok
Tero
ng
3 Pond 7 29 - - - 36
ok
Jaya
4 Ratujaya 13 33 - - - 46

5 Cipayung 13 22 - - - 35

Jumlah 53 128 - - - 181


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah masjid yang berada di
Kecamatan Cipayung sebanyak 53 masjid dengan kelurahan yang paling banyak
jumlah masjidnya adalah Kelurahan Ratujaya dan Cipayung dan yang paling sedikit
adalah Kelurahan Pondok Jaya. Untuk musholla/langgar sendiri kelurahan yang
memiliki mushola/langgar terbanyak adalah Kelurahan Ratujaya dan yang paling
sedikit adalah Kelurahan Cipayung Jaya.
4.3.4. Prasarana Kesehatan
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Cipayung, persentase
ASPAK Puskesmas Cipayung sebagai berikut, untuk sarana kesehatan mencakup
82,93%, prasarana sebesar 39,62%, alat kesehatan sebesar 84,1%. Total persentase
ASPAK Puskesmas Cipayung sebesar 79,07%. Lalu untuk tenaga kesehatan yang
berada di Puskesmas Cipayung sebanyak 43 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.11 Prasarana Kesehatan

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter 4
2 Dokter Gigi 1

3 Perawat 6

4 Perawat Gigi 1

5 Bidan 4
6 Tenaga Kesehatan Masyarakat 2

7 Ahli Teknologi Laboratorium Medik 3

8 Tenaga Gizi 1
9 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1

10 Tenaga Kefarmasian 4

11 Tenaga Rekam Medis 1

12 Tenaga Lainnya 14
Jumlah 43

4.4. Kelembagaan Masyarakat terkait Kesehatan


Puskesmas Cipayung berada di wilayah perkotaan sesuai dengan PMK No.43
Tahun 2019 tentang Puskesmas Cipayung yang terletak di Jl. Blok Rambutan
No.108 RT 01/04 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Depok.
Puskesmas Cipayung dengan membina 3 wilayah Kelurahan yaitu Kelurahan
Cipayung, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya. Di
wilayah kerja Puskesmas Cipayung tidak memiliki rumah sakit yang dibina baik
pemerintah maupun swasta. Namun, terdapat 19 bidan praktik mandiri dan juga 4
klinik.
UKBM di wilayah kerja terdapat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Binaan Terpadu (Posbindu), dan Posyandu Remaja (Posmaja). Berikut tabel jumlah
Posyandu, Posbindu, dan Posmaja.
Tabel 4.12 Jumlah Posyandu, Posbindu, dan Posmaja

Keterangan Cipayung Cipayung Bojong


Jaya Pondok
Terong
Posyandu 16 10 15

Posbindu 4 3 12

Posmaja 1 0 0

4.5. Identifikasi Kelembagaan dan Kepemimpinan yang Mendukung Program Kesmas


Puskesmas Cipayung sendiri merupakan lembaga pemerintah atau unit pelaksana
teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kota Depok. Puskesmas Cipayung
adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan lebih mengutamakan aspek promotif
dan preventif guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Cipayung Kota Depok
BAB V
HASIL

5.1 Identifikasi Masalah


Peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi dengan menggunakan metode PAHO
karena metode ini tepat dan sering digunakan untuk melihat masalah pada penyakit menular.
Penentuan bobot masing-masing komponen ditentukan oleh kelompok dengan pertimbangan
data dari Profil Kesehatan Depok. Metode ini mudah dilakukan dan cepat. Beberapa kriteria
penting sekaligus bisa dimasukan dalam pertimbangan penentuan prioritas di suatu wilayah.
Penentuan masalah dilakukan berdasarkan: Luasnya masalah (Magnitude); Beratnya
kerugian yang timbul (Severity); Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut (Vulnerability); Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat
(Community and political concern); Ketersediaan dana (Affordability).

5.2 Penetapan Prioritas Masalah


Dibawah ini merupakan hasil tabel prioritas masalah yang sudah ditentukan
menggunakan metode PAHO yang telah dimodifikasi oleh peneliti:

Tabel 5.1 Skoring Prioritas Masalah


Masalah Magnitu Sever Vulnerabil Communi Affordabil To
de ity ity ty/ ity tal
Politica Nil
l ai
Concer
n
Tuberkulos 5 2 5 3 4 600
is
HIV/AIDS 3 4 4 3 2 288

Diare 5 2 5 2 4 400

COVID-19 5 4 3 4 3 720

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa urutan prioritas masalah yang
didapat adalah sebagai berikut:
1. COVID-19 (720 poin)
2. Tuberkulosis (600 poin)
3. Diare (400 poin)
4. HIV/AIDS (288 poin)
5.3 Hasil Univariat dan Bivariat
5.3.1 Karakteristik Sosiodemografi
Sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan dengan tingkat
pendidikan SMA atau sarjana ke atas. Hampir sebagian besar pekerjaan responden
adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja). Hal tersebut masuk akal karena mayoritas
responden sendiri berjenis kelamin perempuan. Pendapatan responden didominasi
oleh pendapatan tingkat rendah, lalu sedang.

Tabel 5.2 Karakteristik Sosiodemografi


Variabel Kriteria N (N=97) Frekuensi (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 7 7,2

Perempuan 90 92,8

Pendidikan Tidak pernah 1 1


sekolah/belum
tamat SD

SD 7 7,2

SMP 14 14,4
SMA ke 75 77,3
atas/Pascasarja
na atau lebih
tinggi
Pekerjaan Buruh Kasar 1 1
Pegawai 12 12,37

Wirausaha 1 1

Tidak Bekerja 83 85,5

Pendapatan Sangat Tinggi 10 10,3


>Rp3.500.000

Tinggi 9 9,3
Rp2.500.000-
Rp3.5
00.000
Sedang 24 24,7
Rp1.500.000-
Rp2.5
00.000

Rendah 54 55,7
<Rp1.500.000

5.3.2 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Sumber


Informasi, Fasilitas, dan Peran Pemerintah terhadap PPI COVID-19

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Perilaku,


Sumber Informasi, Fasilitas Kebersihan, dan Peran Pemerintah terhadap PPI
COVID-19
Variab N %
el (N=97)
Variabel Dependen

Perilaku Rumah Tangga yang baik dalam 33 34


menerapkan PPI COVID-19

Variabel Independen

A. Faktor Predisposisi
Pengetahuan Rumah Tangga dalam Pengelolaan PPI 7 7,2
Sikap Positif Rumah Tangga dalam Pengelolaan PPI 43 44,3

B. Faktor Reinforcing

Peran Pemerintah dalam menyediakan informasi PPI 50 51,5


C. Faktor Enabling

Sumber Informasi

Fasilitas Kebersihan yang memadai 41 42,3

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, pada variabel pengetahuan didapatkan hanya


sebagian kecil rumah tangga yang memiliki pengetahuan baik terkait; bagaimana
mencegah penularan COVID-19, cara mencuci tangan, menerapkan respiratory
hygiene, memakai masker, menerapkan physical distancing, bagaimana melakukan
isolasi mandiri, menggunakan alat makan terpisah, mencuci sprei dan pakaian serta
masker kain, desinfeksi, membatasi gerak dan ruangan, menyediakan ruangan
berventilasi baik serta cara membuang sampah medis dengan benar. Sementara itu
sebagian besar rumah tangga memiliki pengetahuan yang buruk.
Untuk variabel sikap didapatkan baru sebagian kecil yang memiliki sikap
positif dari rumah tangga mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-
19 yang termasuk bagaimana cara menghindari penularan COVID-19, menggunakan
masker, etika batuk dan bersin, menjaga jarak, mencuci tangan, isolasi mandiri,
membuang sampah medis. Sedangkan sebagian besar rumah tangga masih memiliki
sikap negatif.
Pada faktor pendorong, yaitu variabel peran pemerintah, sebagian besar
rumah tangga menyatakan sudah merasakan peran yang baik dari pemerintah, yang
termasuk didalamnya menyediakan dan mensosialisasikan pedoman atau panduan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di masyarakat serta peran petugas
kesehatan dalam memberikan sosialisasi tentang PPI COVID-19.
Faktor pemungkin dalam penelitian ini adalah variabel fasilitas kebersihan
yang memadai, dimana hanya sebagian kecil dari rumah tangga yang menyatakan
sudah memiliki fasilitas kebersihan yang baik yang mencakup sabun cuci tangan,
Hand sanitizer, air mengalir, tempat sampah atau dropbox/depo tempat
pengumpulan sampah infeksius COVID-19, serta masker dan atau sarung tangan

5.3.3 Hasil Analisis Hubungan Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing


Tabel 5.4 Hubungan Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap
Perilaku
PPI Covid-19 di Rumah Tangga Kecamatan Cipayung tahun 2021
Variabel Perilaku Responden Nil O CI 95%
Tot a R
Buruk Baik al i Lowe Uppe
% P r r
n % n %
= =
6
3
4 3
A. Faktor Predisposing

Jenis Kelamin

● Laki-Laki 6 85, 1 14, 100 0,25 3,31 0,382 28,72


7 3 3 0 0
● Perempuan 58 64, 32 35, 100
4 6
Pekerjaan

● Bekerja 9 64, 5 35, 100 0,88 1,09 0,334 3,566


3 7 5 1
● Tidak 55 66, 28 33, 100
Bekerja 3 7
Tingkat Pendidikan

● Rendah 16 72, 6 27, 100 0,44 1,5 0,525 4,287


7 3 7
● Tinggi 48 64, 27 36, 100
0 0
Pengetahuan

● Buruk 58 64, 32 35, 100 0,25 0,30 0,035 2,621


4 6 3 2
● Baik 6 85. 1 14. 100
7 3
Pendapatan

● Rendah 51 65, 27 34, 100 0,80 0,87 0,298 2,552


4 6 2 2
● Tinggi 13 68, 6 31, 100 `
4 6
Sikap

● Negatif 42 77, 12 22, 100 0.00 3,34 1,390 8,030


8 2 6 1
● Positif 22 51, 21 48, 100
2 8
B. Faktor Enabling
Ketersediaan Informasi PPI Covid-19

● Tidak Ada 2 100 0 0 100 0,30 - 1,323 1,774


5
● Ada 62 65, 3 34, 100
2 3 8
Ketersediaan Fasilitas Kebersihan

● Tidak 38 67, 1 32, 100 0,64 1,21 0,52 2,84


Mema 9 8 1 8 8 2 3
dai
● Ada 26 63, 1 36, 100
4 5 6
C. Faktor Reinforcing

Peran Pemerintah

● Buruk 36 76, 1 23, 100 0,03 2,57 1,07 6,17


6 1 4 2 1 1 6
● Baik 28 56 2 44 10
2 0

Berdasarkan tabel analisis bivariat faktor predisposing yang terlampir


diketahui jika variabel yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku PPI COVID-
19 adalah sikap responden dengan p-value 0,006 (p-value < 0,05), dapat dikatakan
sikap positif memiliki peluang lebih besar 3,341 kali untuk melakukan perilaku
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19. Berdasarkan tabel di atas faktor
reinforcing yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku PPI COVID-19 adalah
peran pemerintah dengan p-value 0,032 (p-value < 0,05), dapat dikatakan bahwa
peran pemerintah positif memiliki peluang lebih besar 2,57 untuk melakukan
perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19. Pada faktor enabling
tidak ada hubungan yang signifikan baik ketersediaan informasi PPI COVID-19
maupun ketersediaan fasilitas kebersihan dengan p-value > 0,05

5.4 Hasil dan Pembahasan Kegiatan Intervensi


Kegiatan intervensi ini berfokus ke masyarakat di tingkatan rumah tangga dengan
pemberian buku panduan/guide book yang berisi informasi terkait pedoman pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) COVID-19 serta pengelolaan sampah
medis COVID-19 di rumah tangga yang baik dan benar, disertai dengan publikasi konten
edukasi kesehatan pada media sosial Puskesmas Cipayung Kota Depok. Penyebarluasan
guide book dibantu oleh kader kesehatan kelurahan setempat dengan dilakukan sosialisasi
melalui zoom terlebih dahulu terkait materi panduan PPI COVID-19.

5.4.1 Analisis Pencapaian Tujuan Kegiatan


5.4.1.1 Pra Intervensi
Sasaran pra-intervensi adalah mitra sasaran dapat memahami cara
melakukan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) COVID-19
serta pengelolaan sampah medis di rumah tangga. Kegiatan intervensi ini
dilaksanakan secara daring melalui Zoom Cloud Meeting dikarenakan
keterbatasan akses akibat pandemi COVID-19 agar tidak terjadi kerumunan
warga sekaligus acara Launching Booklet Panduan PPI yang telah kami
siapkan untuk disebarkan ke masyarakat.
Proses pre-intervensi dilakukan kepada para kader di wilayah
cakupan Puskesmas Cipayung Kota Depok, menyiapkan materi intervensi
berupa booklet dan powerpoint, menyiapkan konten instagram untuk
takeover @puskesmas_cipayung_depok, persiapan soal pre-test serta post-
test untuk mengukur keberhasilan intervensi, daftar absensi untuk kehadiran
acara, membuat grup whatsapp serta penyusunan acara intervensi. Kelompok
kami menyiapkan hadiah berupa pulsa untuk para kader yang telah hadir
sebagai bentuk apresiasi karena telah meluangkan waktu untuk mengikut
intervensi.

5.4.1.2 Intervensi
Kegiatan intervensi Soft Launching Booklet Pedoman PPI COVID-19
dan penanganan sampah medis rumah tangga dilakukan pada Jumat, 15
Oktober 2021 pukul 16:00 - 17:00 WIB. Kegiatan tersebut terdapat beberapa
rangkaian acara yang diawali dengan pengisian absen para peserta intervensi
serta pengisian soal pre-test, lalu pembukaan acara, pemaparan booklet, sesi
tanya jawab, pengisian soal post-test, games, sesi penutupan serta diakhiri
dengan penutup. Pembagian tugas dibagi menjadi 1 orang pembawa acara, 2
orang penanggung jawab post-test pre-test, 3 orang pemapar materi
presentasi, 1 orang penanggung jawab games dan 1 orang sebagai operator
zoom, dan 1 orang sebagai penanggung jawab untuk berkoordinasi dengan
kader. Materi intervensi mencakup isi dari booklet yang didalamnya ada
pengertian COVID-19, PPI COVID-19
Pada sesi tanya jawab peserta terlihat antusias menanyakan hal-hal
terkait materi serta terdapat kader yang memberikan keluhan yang terjadi di
sekitarnya. Antusias peserta juga terjadi selama sesi games dengan
banyaknya peserta yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Selanjutnya di akhir acara peserta mengisi absen serta soal post-test. Setelah
itu melaksanakan foto bersama sebagai dokumentasi acara intervensi dan
diakhiri dengan penutup oleh MC.
Selain itu, kami juga melakukan intervensi lewat instagram
@puskesmas_cipayung_depok dengan cara takeover 3 konten. Peneliti
memberikan 3 konten tersebut kepada penanggung jawab instagram
@puskesmas_cipayung_depok untuk diunggah sesuai dengan ketentuan dari
Puskesmas Cipayung sendiri. Konten yang pertama diunggah pada tanggal
11 Oktober 2021 tentang pengertian PPI COVID-19. Selanjutnya, konten
yang kedua membahas tentang cara melakukan PPI COVID-19 yang
diunggah pada tanggal 12 Oktober 2021. Lalu konten terakhir diunggah pada
tanggal 20 Oktober 2021 membahas tentang penanganan sampah medis di
rumah tangga. Kelompok mempersiapkan kegiatan intervensi secara matang
sehingga dapat berjalan dengan lancar dan baik, juga antusias peserta selama
acara intervensi berlangsung.

5.4.1.3 Pasca Intervensi


Setelah dilaksanakan kegiatan intervensi, peneliti berharap adanya
perubahan perilaku yang lebih baik dalam mengimplementasi PPI COVID-19
dan penanganan sampah medis rumah tangga. Selain itu, dengan dilakukan
intervensi secara daring ini, peneliti dapat mengumpulkan kritik dan saran
dari warga mengenai peran pemerintah terhadap PPI COVID-19 dan
penanganan sampah medis rumah tangga.
Akses booklet yang dipaparkan saat intervensi dibagikan kembali
lewat grup whatsapp kader Kecamatan Cipayung, Kota Depok untuk dapat
disebarkan kepada keluarga, teman, maupun kenalan sehingga semakin
banyak orang yang mendapat informasi mengenai PPI COVID-19 dan
penanganan sampah medis rumah tangga. Selain itu, peneliti juga
membagikan kembali tautan konten instagram @puskesma_cipayung_depok.
Peneliti memberikan hadiah pulsa kepada semua peserta yang mengikuti
zoom meeting dan telah mengisi pre-test dan post-test.

5.4.2 Analisis Data Sebelum dan Sesudah Intervensi


Ketercapaian intervensi dihitung secara kuantitatif menggunakan kuesioner
yang diberikan sebelum dan setelah intervensi berlangsung. Diberikan 10 pertanyaan
dalam bentuk kuesioner terdiri atas pertanyaan seputar sikap yang benar atau salah
dalam penerapan PPI COVID-19 dan pengelolaan sampah medis di rumah tangga.
Didapatkan total 31 responden dengan hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 5.5 Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Intervensi


N Mean SD Min-Max p-Value
Sebelum 31 9,39 0,8 8-10 0,
Intervensi 03 44
Setelah Intervensi 31 9,52 0,7 8-10
24

Dapat dilihat dalam tabel diatas, terdapat 31 responden yang mengisi


kuesioner pre-test dan post-test. Nilai minimum dan maksimum dalam hasil akhir
analisis ini adalah 8 dan 10 baik pada pre-test dan post-test. Rata-rata nilai yang
didapatkan sebelum intervensi berlangsung adalah sebesar 9,39 dari total nilai
maksimal 10, kemudian didapatkan nilai sebesar 9,52 setelah intervensi berlangsung.
Hasil Uji Paired T-Test didapatkan p value 0,44 sehingga secara statistik dapat
dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan skor yang didapatkan responden
sebelum dan sesudah intervensi.

5.4.3 Identifikasi Masalah-masalah dalam Implementasi secara Kualitatif


1. Tidak tersedianya tempat sampah medis (dropbox) di masyarakat sehingga
masyarakat mengalami kebingungan untuk memilah dan membuang sampah
medis terutama sampah medis Covid-19.
2. Tidak ada petugas khusus pembuangan sampah medis di masyarakat
sehingga masyarakat kurang memiliki kesadaran dalam memilah dan
membuang sampah medis.
3. Berdasarkan informasi dari kader, beberapa masyarakat yang memiliki gejala
COVID-19 seperti ibu yang memiliki anak, enggan untuk memeriksakan diri
ke Puskesmas terdekat karena takut dinyatakan positif Covid-19 sehingga
harus isolasi mandiri dan tidak bisa menjaga anaknya. Hal ini cukup
mengkhawatirkan karena upaya dari kader hanya bisa dilakukan secara
online, sehingga untuk membujuk masyarakat agar dapat memeriksakan diri
menjadi terbatas dan kader tidak mempunyai kewenangan dalam mewajibkan
mereka untuk memeriksakan diri. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan
pendekatan lebih dalam kepada masyarakat.

5.4.4 Masalah dan Keterbatasan dalam Implementasi Intervensi


Terdapat beberapa masalah dan keterbatasan yang dialami selama
implementasi intervensi seperti:
1. Tidak dapat melakukan intervensi kepada pemerintah karena keterbatasan
waktu.
2. Intervensi diselenggarakan secara online dikarenakan masih berada di tengah
situasi PPKM. Sehingga terdapat kendala dalam melakukan intervensi
diantaranya adalah kendala teknis seperti sinyal karena saat waktu
pelaksanaan intervensi daerah Cipayung mengalami hujan.
3. Kurangnya keterampilan kader dalam penggunaan platform online meeting
zoom sehingga beberapa kader mengalami masalah audio.
4. Kurangnya kesadaran beberapa masyarakat untuk mengisi pretest posttest
intervensi sehingga perlu diingatkan berulang kali dalam mengisi posttest.

5.4.5 Rekomendasi untuk Peningkatan Kesehatan Masyarakat


Dengan adanya berbagai permasalahan, maka terdapat beberapa rekomendasi
untuk peningkatan kesehatan masyarakat yaitu:
1. Penyediaan fasilitas wadah atau tong sampah khusus sampah medis serta
tersedia petugas khusus dan juga alur yang jelas dalam penanganan sampah
medis di masyarakat.
2. Peningkatan sosialisasi PPI COVID-19 serta Penanganan sampah medis di
rumah tangga oleh tenaga kesehatan atau kader baik secara daring atau luring
seperti misalnya di Puskesmas atau Puskesmas keliling.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melapor atau berobat
segera ke Puskesmas/fasyankes lainnya jika mengalami tanda dan gejala
COVID-19.
BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 97 responden, diketahui bahwa hanya 34%


responden memiliki perilaku yang baik dalam menerapkan PPI COVID-19 di rumah tangga.
Sedangkan, responden yang memiliki perilaku buruk dalam penerapan PPI COVID-19 di
rumah tangga terdapat cukup banyak yaitu sebesar 66% atau sekitar 64 orang dari total 97.
Perilaku PPI COVID-19 yang diteliti dalam penelitian ini antara lain penerapan dalam
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 yang dilakukan
masyarakat, seperti: mencuci tangan, menggunakan masker dan sarung tangan, physical
distancing, respiratory hygiene, disinfeksi, isolasi mandiri, kepatuhan terhadap peraturan
pemerintah, memisahkan sampah medis dengan sampah rumah tangga, serta membuang
sampah medis (masker, alat rapid test, kain kasa, tisu, kapas) di tempat sampah yang
terpisah. Perilaku PPI COVID-19 yang dianggap baik adalah ketika responden telah
menerapkan seluruh perilaku pencegahan infeksi COVID-19 yang ditanyakan oleh peneliti.
Setelah dilakukan penelitian, didapatkan bahwa kondisi tersebut dipengaruhi secara
signifikan oleh sikap responden terhadap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19
di rumah tangga dan adanya peran pemerintah dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
COVID-19 di rumah tangga.
Sikap merupakan salah satu faktor yang berhubungan signifikan (p<0,05) dalam
penerapan Perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19. Sikap adalah
motivator utama untuk tindakan terhadap ancaman kesehatan. Praktik seseorang didasari
oleh adanya persepsi yang memunculkan suatu tindakan nyata atau sikap seseorang dalam
berperilaku (Bates et al., 2020; Notoatmodjo, 2010a dalam Reknasari et al., 2019). Pada
penelitian ini dibuktikan bahwa sikap positif memiliki kemungkinan 3,3 kali lebih besar
untuk menerapkan perilaku PPI COVID-19 di rumah tangga yang sesuai dengan panduan
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sikap negatif. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di Lampung Selatan dimana terdapat hubungan antara sikap
dengan perilaku pencegahan COVID-19, yang dapat dilihat masyarakat dengan sikap yang
lebih positif lebih banyak melakukan perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang lebih
baik (77,6%) dibandingkan dengan masyarakat dengan sikap negatif (33,9%) (Suharmanto,
2020). Penelitian serupa di Kabupaten Sukoharjo didapatkan bahwa masyarakat dengan
sikap yang positif memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pencegahan selama masa
pandemi COVID-19 sebesar 8,99 kali dibandingkan masyarakat dengan sikap negatif.
(Azmiardi et al., 2021).
Selain sikap, faktor lain yang berhubungan dengan penerapan PPI COVID-19 adalah
peran pemerintah. Peran pemerintah dalam penelitian ini adalah peranan dalam
menyediakan dan sosialisasi pedoman atau panduan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
COVID-19 di masyarakat serta peran petugas kesehatan dalam memberikan sosialisasi
tentang PPI COVID-19 (Asemahagn, 2020; Yulastri W et al., 2008). Peran pemerintah yang
baik seperti tersedianya pedoman dan sosialisasi PPI COVID-19 oleh petugas kesehatan
memiliki kemungkinan 2,57 kali lebih besar dalam mendukung masyarakat untuk
menerapkan perilaku PPI COVID-19 yang benar di tingkat rumah tangga, sejalan dengan
penelitian yang menyebutkan bahwa dengan dengan adanya peran pemerintah berupa
pembuatan pedoman Pengendalian Pencegahan Infeksi COVID-19 berpengaruh pada
tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat yang relatif lebih baik sehingga dapat berjalan
lebih efektif untuk pencegahan penyebaran COVID-19 (Asemahagn, 2020).
Oleh karena itu, peneliti melakukan intervensi dengan membuat booklet panduan
PPI COVID-19 dan pengelolaan sampah medis di rumah tangga serta melakukan soft
launching booklet secara virtual kepada masyarakat yang sebagian besarnya diwakili oleh
kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cipayung Kota Depok. Ketercapaian intervensi
dapat dilihat melalui perbandingan dari pre-test dan post-test yang telah disebar. Hasil
perbandingan dari pre-test dan post-test menunjukkan adanya kenaikan rata-rata nilai
responden, pada post-test nilai rata-rata sebesar 9.39 dan naik pada post-test menjadi 9,52.
Berdasarkan analisis perbandingan pre-test dan post-test pada tiap soal didapatkan terdapat
6 soal yang memiliki nilai pre-test dan post-test tetap atau tidak mengalami kenaikan
dikarenakan 100% responden memiliki sikap positif terkait mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun, menjaga jarak minimal 1 meter, menghindari kerumunan,
menggunakan masker, melakukan isolasi apabila terinfeksi, dan memisahkan sampah rumah
tangga dengan sampah medis. Sementara itu terdapat 3 soal yang mengalami kenaikan dari
pre-test ke post-test, kenaikan terkait dengan sikap mencegah menyentuh wajah, mencuci
sprei, pakaian, handuk atau masker kain yang digunakan oleh pasien COVID-19 dengan
sabun cuci detergen, larutan NaOCl 0,5% dan air bersuhu 60-90 derajat celcius, dan
menempatkan anggota keluarga yang terinfeksi di ruangan terpisah dengan sirkulasi udara
yang baik. Terdapat 1 soal yang mengalami penurunan terkait dengan memisahkan tempat
pembuangan sampah medis dan sampah rumah tangga lainnya, hal tersebut dikarenakan
belum adanya fasilitas dan petugas khusus untuk pembuangan sampah medis.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 97 masyarakat kelurahan Cipayung,
Cipayung Jaya, dan Bojong Pondok Terong, Depok, didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan, mayoritas tingkat pendidikan SMA ke
atas/pascasarjana atau lebih tinggi, mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan
mayoritas berpendapatan rendah (<Rp1.500.000). Untuk faktor predisposisi didapatkan
hanya sebagian kecil rumah tangga yang memiliki pengetahuan baik dalam pengelolaan PPI
Covid-19 (7,2%) dan sebagian kecil yang memiliki sikap positif rumah tangga dalam
pengelolaan PPI Covid-19 sebagian besar buruk (44,3%). Sedangkan untuk faktor
reinforcing, peran pemerintah dalam menyediakan informasi PPI Covid-19 sebagian besar
baik (51,5%). Untuk faktor enabling, sebagian kecil rumah tangga yang memiliki fasilitas
kebersihan yang memadai (42,3%).
Hasil analisis bivariat yang telah dilakukan bahwa terdapat pengaruh signifikan yaitu
sikap terhadap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di rumah tangga dan
adanya peran pemerintah dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di rumah
tangga. Berdasarkan pre-test dan post-test yang kami lakukan terdapat 31 responden. Rata-
rata nilai sikap terhadap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 sebelum
intervensi berlangsung sebesar 9.39 dari total nilai maksimal 10, kemudian didapatkan nilai
rata-rata sebesar 9.52 setelah intervensi berlangsung. Namun tidak ada perbedaan secara
signifikan terhadap peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

7.2 Saran
7.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk peneliti
berikutnya sehingga dapat melakukan suatu program PPI COVID-19 yang lebih baik dan
dapat melakukan intervensi kepada masyarakat di daerah Cipayung.
7.2.2 Bagi Pemerintah
Berdasarkan hasil analisis ditemukan jika peran pemerintah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sikap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di rumah tangga
sehingga dapat mempertimbangkan dalam pembuatan kebijakan terutama mengenai PPI
COVID-19 dan cara pengelolaan sampah medis di rumah tangga serta dapat memenuhi
sarana dan prasarana PPI COVID-19 di daerah Cipayung.

7.2.3 Bagi Masyarakat Cipayung


Masyarakat Cipayung diharapkan dapat meningkatkan wawasan terkait PPI COVID-
19 serta dapat meningkatkan kesadaran dalam upaya penurunan COVID-19 yakni seperti
informasi yang didapatkan melalui kader, tenaga kesehatan di Puskesmas Cipayung, Dinas
Kesehatan Depok, maupun Kementerian Kesehatan RI sehingga dapat menerapkan perilaku
PPI Covid-19 dengan baik. Selain itu, masyarakat Cipayung juga dapat membagikan
informasi yang ada kepada keluarga, tetangga, atau masyarakat sekitar serta saling
memotivasi dalam upaya PPI Covid-19.

7.2.4 Bagi Puskesmas Cipayung


Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi Puskesmas Cipayung untuk dapat
melakukan penyuluhan atau menyebarkan informasi terkait PPI COVID-19 di Cipayung
sehingga masyarakat lebih banyak terpapar informasi tersebut dan dapat mengubah perilaku
masyarakat Cipayung menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lampiran 1
Kuesioner Penelitian Epidemiologi

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
COVID-19 DI KECAMATAN CIPAYUNG, KOTA DEPOK TAHUN
2021

Informed Consent

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam,

Perkenalkan, kami mahasiswa/i S1 Reguler Kesehatan Masyarakat 2018 Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang sedang melakukan penelitian
Pengalaman Belajar Lapangan dengan judul “PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT INFEKSI SERTA PENANGANAN SAMPAH MEDIS RUMAH TANGGA
SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN CIPAYUNG KOTA DEPOK”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) COVID-19 di wilayah cakupan Puskesmas
Cipayung Kota Depok.
Pengisian kuesioner ini dapat berlangsung sekitar 15-20 menit. Perlu diketahui
bahwa tidak ada jawaban yang bernilai salah pada penelitian ini. Kerahasiaan informasi
yang diperoleh dari penelitian akan kami jaga dan tidak akan digunakan untuk tujuan lain
selain penelitian ini.
Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kami ucapkan
terima kasih.

Narahubung: fkmui.pbl7@gmail.com
Bagian A: Karakteristik Sosial Demografi Responden
1. Inisial :
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
(BPS, 2021)
3. Jenjang pendidikan terakhir :
a. Tidak pernah sekolah/ belum tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA ke atas Pascasarjana atau lebih tinggi
e. Lainnya :
(BPS, 2019)
4. Pekerjaan :
a.Buruh Kasar
b.PNS
c.Pegawai Swasta
d.Wirausaha
e.Sektor Pendidikan
f.Sektor Kesehatan
g.Ibu Rumah Tangga
h.Tidak Bekerja
i.Lainnya :
(Bates et al., 2020; BPS, 2002)
5. Pendapatan per bulan : (diisi angka)

Bagian B: Pengetahuan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19

N Pernyataan Benar Salah Tid


o ak
Tah
u
1 Pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan
menggunakan masker (Bates et al., 2020)

2 Penyakit COVID-19 tersebar melalui droplets


orang yang terinfeksi COVID-19 (Bates et al.,
2020)
3 Seseorang harus diisolasi selama 10-14 hari jika
terkonfirmasi positif COVID-19 (Saadeh et al.,
2021)
4 Lansia dan orang yang mengidap penyakit bawaan
memiliki risiko kesehatan yang lebih besar jika
tertular COVID-19 (Goni et al., 2020)

5 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir


selama setidaknya 20-30 detik dapat mencegah
penularan penyakit infeksi COVID-19
(Saadeh et al., 2021)

6 Menjaga jarak dengan orang lain setidaknya 30cm


dengan orang lain
(Saadeh et al., 2021)

7 Mencuci tangan dengan sabun dan air yang


mengalir serta menggunakan masker untuk
menutupi mulut dan hidung bisa membantu untuk
pencegahan dan pengendalian infeksi
(Goni et al., 2020)

8 Penggunaan masker kain sama efektif dengan


masker medis 2 lapisan (Goni et al., 2020)

9 Saya dapat menyimpan masker untuk digunakan


kembali, jika saya sehat (Goni et al., 2020)

10 Pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19


dapat dilakukan dengan menghindari kerumunan
orang seperti di pasar dan stasiun kereta (Saefi et
al., 2020)

11 Menghindari perjalanan antar kota dilakukan


untuk mencegah penularan virus COVID-19
(Saefi et al, 2020)

12 Penularan COVID-19 dapat dicegah dengan tidak


menyentuh wajah (Saefi et al, 2020)

13 Isolasi dan pengobatan untuk orang yang


terinfeksi COVID-19 merupakan cara efektif
untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19 (Saefi et al, 2020)

14 Jika diletakkan di tempat yang salah, sampah


medis dapat menimbulkan risiko kesehatan tinggi
(Makhura et al., 2016)

15 Pembalut, kapas, dan plester bekas termasuk


sampah medis
(Makhura et al., 2016)
16 Karton, kertas, dan plastik termasuk sampah
medis (Makhura et al., 2016)

17 Tempat sampah medis seharusnya dipisah


dengan sampah lainnya
(Makhura et al., 2016)

18 Saat memegang sampah medis seharusnya


menggunakan sarung tangan (Makhura et al.,
2016)
19 Sampah jenis apapun yang sudah tercampur atau
terkontaminasi sampah medis seharusnya
dianggap menjadi sampah medis
(Makhura et al., 2016)

20 Pembuangan sampah medis yang tidak


ditangani dengan benar dapat menjadi sarana
penularan penyakit
(Makhura et al., 2016)

21 Penularan COVID-19 dapat dicegah dengan


menggunakan alat makan terpisah
(Kementerian Kesehatan RI, 2020a).

22 Sprei, pakaian, handuk atau masker kain yang


digunakan oleh pasien COVID-19 sebaiknya
dicuci dengan sabun cuci detergen, larutan
NaOCl 0,5% dan air bersuhu 60-90 derajat
celcius (Kementerian Kesehatan RI, 2020a).

23 Barang barang yang berada di dalam ruangan


yang dijadikan tempat isolasi mandiri sebaiknya
dibersihkan dengan desinfektan (Kementerian
Kesehatan RI, 2020a).

24 Membatasi pergerakan dan mengurangi


berbagi ruangan dengan orang lain dapat
dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi
COVID-19 (Kementerian Kesehatan RI,
2020a).
25 Pasien isolasi mandiri sebaiknya ditempatkan
dalam ruangan dengan ventilasi yang baik yaitu
dengan pintu terbuka atau jendela terbuka
(Kementerian Kesehatan RI, 2020a).

Bagian C : Sikap terhadap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19


N Pernyataan San Tida Tid Set Sang
o ga t k ak uj at
. Tida Setu Ya u Setu
k ju ki n ju
Setu
ju
1 Saya menjaga jarak minimal 1 m dengan orang
lain ketika berada di luar rumah
(Agarwal et al., 2021)

2 Saya merasa COVID-19 dapat dicegah dengan


menggunakan masker di luar rumah
(Goni et al., 2020)

3 Jika saya mengidap COVID-19, saya dapat


menularkannya pada orang lain
(Goni et al., 2020)

4 Saya merasa mengenakan masker yang pas


dengan wajah efektif dalam mencegah
penyakit seperti COVID-19
(Goni et al., 2020)

5 Saya merasa mencuci tangan dengan sabun dan


air mengalir dapat mencegah terinfeksi
COVID-19
(Goni et al., 2020)

6 Saya merasa seseorang yang mengidap COVID-19 harus


Menutup mulut dan hidungnya menggunakan
siku tertekuk ketika batuk atau bersin
(Goni et al., 2020)

Menutup mulut dan hidungnya menggunakan


sapu tangan ketika batuk atau bersin
(Goni et al., 2020)

7 Bila terinfeksi COVID-19, saya


akan diisolasi/dipisahkan di ruangan
khusus
(Agarwal et al., 2021)
8 Saya membuang sampah medis seperti
masker dan alat rapid test terpisah dari
sampah rumah tangga lainnya
(Didar-Ul Islam et al., 2021)

9 Saya merasa membuang sampah medis seperti


masker ke dalam kantong atau tempat sampah
yang terpisah dapat mencegah penularan
COVID-19
(Didar-Ul Islam et al., 2021)

Bagian D : Perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19


kafe, pergi ke tempat ibadah,
mengunjungi mall, teater dan lainnya)

10 Seberapa sering Anda menjaga jarak


minimal 1 m di ruang publik (misalnya
belanja bahan makanan, pertemuan
sosial, dan lainnya)?
(Agarwal et al., 2021)

11 Seberapa sering Anda memakai


masker saat keluar rumah?
(Agarwal et al., 2021)

12 Saat memakai masker, seberapa


sering Anda memastikan hidung dan
mulutmu tertutup?
(Agarwal et al., 2021)

13 Seberapa sering Anda membuang


masker yang sudah dipakai dengan
benar di kantong atau tempat sampah
yang terpisah?
(Agarwal et al., 2021)

14 Seberapa sering Anda membersihkan


barang pribadi (hp, dompet, dan
lainnya) dengan sanitizer ketika tiba di
rumah sehabis bepergian? (Agarwal et
al., 2021)
15 Seberapa sering Anda melakukan
tindakan pencegahan ketika membeli
barang untuk menghindari kontaminasi
virus? (Agarwal et al., 2021)

16 Seberapa sering Anda mematuhi


peraturan pemerintah mengenai pandemi
COVID-19
? (Agarwal et al., 2021)
17 Seberapa sering Anda memisahkan
sampah medis seperti kain kasa, tisu,
kapas, sarung tangan, alat rapid test
dan masker dari sampah rumah
tangga lainnya? (Didar-Ul Islam et
al., 2021)
18 Seberapa sering Anda membuang
sampah medis seperti kain kasa, tisu,
kapas, sarung tangan, alat rapid test dan
masker di tempat sampah atau kantong
tertutup yang terpisah? (Didar-Ul Islam
et al., 2021)
Sang Setuju Tid Tid Sang
at ak ak at
setuj tah setu tidak
u u ju setuj
u
19 Jika Anda mengalami gejala COVID-
19, Anda akan menghubungi rumah
sakit/layanan darurat COVID-19
(Agarwal et al., 2021)

20 Jika Anda kontak dengan orang yang


suspek atau positif COVID-19, Anda
akan berhenti berangkat bekerja dan
tinggal di rumah serta menjauhi teman
dan keluarga (Agarwal et al., 2021)

Bagian E : Ketersediaan Informasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19

(Raciborski et al., 2020)

6. Apakah tersedia informasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19?


a. Ada
b. Tidak ada, alasannya :
7. Jika ada, dari mana Anda memperoleh informasi tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi COVID-19?
a. Radio/televisi
b. Koran
c. Media sosial (facebook, instagram, twitter)
d. Keluarga, kerabat, atau teman
e. Penyuluhan

Bagian F : Ketersediaan Fasilitas Kebersihan

8. Apakah tersedia sabun cuci tangan di rumah Anda?


a. Ya
b. Tidak
(Pasaribu, 2021)
9. Apakah tersedia air mengalir di rumah Anda?
a. Ya
b. Tidak
(Pasaribu, 2021)

10. Apakah tersedia hand sanitizer di rumah Anda?


a. Ya
b. Tidak
(Pasaribu, 2021)

13. Apakah tersedia tempat sampah medis untuk publik di sekitar lingkungan rumah Anda?
a. Ya
b. Tidak
(Kemenkes, 2020b)

14. Apakah tersedia masker dan atau sarung tangan di rumah Anda?
a. Ya
b. Tidak
(Pasaribu, 2021)

Bagian G : Peran pemerintah dalam Kebijakan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi COVID-19

15. Apakah terdapat panduan pencegahan infeksi COVID-19?


a. Ya
b. Tidak
(Asemahagn, 2020)

16. Apakah kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 selalu


disosialisasikan kepada Anda?
a. Ya
b. Tidak
(Yulastri W et al., 2008)

17. Seberapa sering anda mendapatkan sosialisasi pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19 baik secara online maupun offline dalam 1 tahun terakhir?
a. ≥5 kali
b. <5 kali
(Yulastri W et al., 2008)

18. Apakah terpampang petunjuk mengenai pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi
di sekitar lingkungan Anda?(contoh: poster cara membuang sampah medis)
a. Ya
b. Tidak
(Yulastri W et al., 2008)
Lampiran 2
Juklak dan Juknis Acara Intervensi Virtual (Soft-Launching Booklet)

Juklak dan Juknis Intervensi


Perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di Tingkat Rumah Tangga
Waktu Dura Aca Keterangan
si ra
15.30 30’ Registrasi dan Pengisian Pre-Test Dipandu MC
Pemberian Link
Absen dan Pre-
Test PIC:
Alimatuz, Devi

16.00-16.04 4’ Pembukaan MC: Talitha

16.04-16.07 3’ Sambutan Dinas Kesehatan Depok


(kalau ada)

16.07-16.10 3’ Sambutan Puskesmas

16.10-16.13 3’ Sambutan Bu Anis

16.13-16.23 10’ Sesi Pemaparan dari Presentan Presentan:


- Latar Belakang Intervensi Isna
(present hasil analisis survei Mutiara S
epidemiologi) Farhan
- Penjelasan Produk Intervensi Rafif
(Booklet & Publikasi Nurrahma F
Instagram)
Operator
- Penjelasan Materi Booklet
Share
- Sosialisasi Penyebaran Booklet
Screen:
ke Masyarakat
Claudya

16.23-16.33 10’ Q&A dan Sharing Pengalaman Dipandu MC

16.33-16.43 10’ Ice Breaking / Games PIC: Pinky

16.43-16.46 3’ Pengisian Post-Test Dipandu


MC PIC:
Alimatuz,
Devi
16.46-16.50 4’ Penutup dan Foto Bersama MC: Talitha

Lampiran 3
Soal Pre-Test dan Post-Test Intervensi

Judul:
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 serta Penanganan Sampah Medis Rumah
Tangga

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam,

Perkenalkan, kami mahasiswa/i S1 Reguler Kesehatan Masyarakat 2018 Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia yang sedang melakukan intervensi Pengalaman Belajar
Lapangan dalam bentuk pre-test dan post-test dengan judul “PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI COVID-19 SERTA PENANGANAN SAMPAH MEDIS
RUMAH TANGGA”. Intervensi ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat atau
kader di wilayah cakupan Puskesmas Cipayung Kota Depok terhadap PPI COVID-19 dan
penanganan sampah medis rumah tangga sebelum dan sesudah intervensi.

Pengisian pre-test/post-test dapat berlangsung sekitar 10-15 menit. Kerahasiaan informasi


yang diperoleh dari pre-test dan post-test akan kami jaga dan tidak akan digunakan untuk
tujuan lain. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam intervensi ini, kami
ucapkan terima kasih.

Nama Lengkap:

No. Hp (kepentingan isi pulsa/saldo):

1. Saya menerapkan pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan mencuci tangan


menggunakan sabun dan air mengalir
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Saya menghindari kerumunan orang untuk menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi COVID-19
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Saya selalu menjaga jarak aman dengan orang lain minimal 1 meter
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Saya menggunakan masker untuk mencegah terinfeksi COVID-19
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Jika terinfeksi COVID-19, maka saya akan diisolasi dan melakukan pengobatan agar
dapat sembuh
a. Setuju
b. Tidak setuju
6. Saya sering menyentuh wajah untuk mencegah tertular COVID-19
a. Setuju
b. Tidak setuju
7. Saya mencuci sprei, pakaian, handuk atau masker kain yang digunakan oleh pasien
COVID-19 dengan sabun cuci detergen, larutan NaOCl 0,5% dan air bersuhu 60-
90 derajat celcius
a. Setuju
b. Tidak setuju
8. Jika saya atau anggota keluarga saya melakukan isolasi mandiri, maka
ditempatkan dalam ruangan dengan ventilasi yang baik yaitu dengan pintu terbuka
atau jendela terbuka
a. Setuju
b. Tidak setuju
9. Saya memisahkan masker, pembalut, serta tisu dan kapas bekas
penderita COVID-19 dari sampah rumah tangga lainnya
a. Setuju
b. Tidak setuju
10. Saya membuang sampah medis dalam wadah/kantong yang sama dengan sampah
rumah tangga lainnya
a. Setuju
b. Tidak setuju

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk mengisi pre-test dan post-test ini. Jika ada
yang ingin ditanyakan, silakan hubungi narahubung yang tertera di bawah. Semoga hari
Anda menyenangkan:)
Narahubung: Alimatuz (081230341759)
Lampiran 4
Kegiatan soft launching booklet
Lampira
n 5 Produk
Intervensi
Lampiran 6
Dokumentasi Rapat dan Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai