SKRIPSI
Oleh:
CHYNTARRA WULANDA
NIM. 1107101010017
1
i
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ....i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....iv
DAFTAR TABEL ....vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN ....viii
ABSTRAK.................................................................................................................ix
ABSTRACT.......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.3.1 Tujuan umum 2
1.3.2 Tujuan khusus 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.4.1 Manfaat Teoritis 3
1.4.2 Manfaat Praktis 3
1.5 Hipotesis 3
iv
3.7 Instrumen Penelitian 25
3.8 Uji Coba Instrumen Penelitian 25
3.8.1 Uji Validitas 25
3.8.2 Uji Reliabilitas 26
3.9 Teknik Pengumpulan Data 26
3.10 Teknik Pengolahan Data 26
3.11 Analisis Data . . .27
3.12 Alur Penelitian. . . .28
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................................22
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian..................................................................24
Gambar 3.2 Alur Penelitian.......................................................................................28
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian 51
Lampiran 2 Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden 52
Lampiran 3 Lembar Kuisioner 53
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan dan Sikap 60
Lampiran 5 Master Data ...63
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Distribusi Frekuensi...............................................71
Lampiran 7 Data Hasil Tabulasi Silang..................................................................73
Lampiran 8 Surat Uji Validitas Kuisioner..............................................................77
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian............................................................................78
Lampiran 10 Surat Selesai Penelitian.......................................................................79
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian.......................................................................80
Lampiran 12 Riwayat Hidup.....................................................................................81
viii
ABSTRAK
Antenatal care mempunyai peran penting dalam menurunkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi. Pemeriksaan antenatal care yang baik dan lengkap
berperan dalam pendeteksian secara dini risiko dan kelainan yang dapat terjadi
pada masa kehamilan. Cakupan antenatal care di Indonesia adalah sebesar
86,52%, provinsi Aceh 76,66% dan di Aceh Besar 73,90% hal ini menunjukkan
masih belum tercapai target renstra tahun 2013 yaitu 93%. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, usia, dan paritas ibu hamil
dengan Antenatal Care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2014. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 35 responden yang dipilih
dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Analisa data menggunakan
Chi-square dan Fisher’s Exact Test pada interval kepercayaan 95% dengan α =
0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu hamil dengan Antenatal Care dengan nilai (p =0,011), terdapat
hubungan antara sikap ibu hamil dengan Antenatal Care dengan nilai (p = 0,028),
tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan Antenatal Care dengan
nilai (p = 0,228) dan tidak terdapat hubungan antara paritas ibu hamil dengan
Antenatal Care dengan nilai (p = 1,000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapatnya hubungan antara pengetahuan, sikap dengan Antenatal Care dan tidak
terdapat hubungan usia dan paritas dengan Antenatal Care.
ix
ABSTRACT
Antenatal care has an important role on reducing the morbidity and
mortality rate of mothers and babies. Regular Antenatal care exam provide early
detection of risk and disorder in pregnancy. Complete antenatal care visit
prevalence in Indonesian were accounted for 86,52% , Aceh 76,66% and Aceh
Besar 73,90% respectively. Thus the Renstra target of antenatal care in 2013
which is 93% is not accomplished. This study aimed to know the corelation
between mothers education , behavior, age and maternity with antenatal care
visit in Puskesmas Darussalam Aceh Besar 2014. This study is an observasional
analytic with cross-sectional method. The sample is account for 35 respondence
already chosen by Accidental Sampling. Chi-square and Fisher’s Exact Test are
used with the interval of occurence is 95 and α = 0,05. The result shown the
knowledge of mother (p=0.011) and behaviors of mother (p= 0,028) has a
correlation with Antenatal care visit, while age (p=0,228) and maternity
(p=1,000) shown no correlation with Antenatal care visit. To conclude, evidence
proved that mothers education ands behavior showed relation with Antenatal care
visit while age and maternity has no relation with Antenatal care visit.
x
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah suatu indikator untuk menentukan tingkat kesehatan
di suatu daerah. Tingginya AKI disuatu daerah, menunjukkan bahwa rendahnya tingkat
kesehatan di daerah tersebut. Angka kematian ibu tertinggi disebabkan oleh karena
perdarahan (28%). Persentase tertinggi kedua disebabkan oleh eklampsia (24%). Penyebab
lainnya adalah infeksi, abortus, partus lama, emboli serta komplikasi pasca persalinan.(1)
Menurut data Word Health Organization (WHO) 2010, kematian ibu dan bayi
merupakan suatu permasalahan besar, paling sering terjadi pada negara sedang berkembang
(Malaysia, Indonesia, Kamboja, Timor Leste, Papua Nugini dan lain-lain) yaitu mencapai 98-
99% yang disebabkan oleh masalah persalinan dan kelahiran, sedangkan pada negara maju
(Jepang, Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, Amerika dan Taiwan) didapatkan sekitar 1-
2%.(2) Jika dibandingkan dengan negara ASEAN angka kematian ibu di Indonesia masih
cukup tinggi. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2007
telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai
34 per 1000 kelahiran hidup.(3) AKI jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 214 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup. Pemerintah memiliki
target nasional dalam upaya agar dapat menurunkan AKI pada tahun 2010 sebesar 125 per
100.000 kelahiran hidup.(4)
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2011, hasil dari kesepakatan global
Millenium Development Goals (MDGs), ditargetkan pada tahun 2015 AKI menurun sebesar
102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menurun sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. (3)
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 dalam Profil Kesehatan Aceh,
AKI di Aceh tahun 2012 sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 8 per
1000 kelahiran hidup.(5) Hal ini membuktikan bahwa AKI masih cukup tinggi. AKI hamil
sekitar 20% disebabkan karena tidak teratur melakukan antenatal care (ANC).(6)
Angka Kematian Ibu harusnya dapat dicegah dengan cara mendeteksi secara dini risiko
kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan ANC pada ibu hamil. Kunjungan ibu hamil
selama hamil yang direkomendasikan oleh WHO yaitu minimal empat kali kunjungan.
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 dalam Ditjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), cakupan K4 di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 86,52%,
1
2
angka ini belum mencapai target renstra pada tahun 2013 yaitu 93%. Cakupan K4 tertinggi
berada di Jawa Tengah mencapai 99,83%. Provinsi Aceh tahun 2013, 78,66% dan 73,90% di
Aceh Besar.(7) Sedangkan Cakupan K4 Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2013
sebesar 60%.
Antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, paritas, pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan jarak pelayanan. Beberapa penelitian
menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, sikap, usia dan paritas dengan ANC.(8-10)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan pengetahuan, sikap, usia, dan paritas ibu hamil dengan Antenatal Care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
2. Apakah ada hubungan sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
3. Apakah ada hubungan usia pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
4. Apakah ada hubungan paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
3. Untuk mengetahui hubungan usia pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4. Untuk mengetahui hubungan paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
2. Terdapat hubungan antara sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
3. Terdapat hubungan antara usia pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4. Terdapat hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antenatal care adalah suatu pengawasan yang dilakukan selama kehamilan dengan
tujuan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, mendeteksi secara dini penyakit yang
meyertai kehamilan, mendeteksi secara dini komplikasi kehamilan, menetapkan risiko yang
dapat terjadi pada masa kehamilan baik itu kategori risiko tinggi, risiko meragukan, dan
risiko rendah, mempersiapkan persalinan ibu menuju well born baby dan well health mother,
mempersiapkan ibu untuk memelihara bayi dan laktasi serta dapat mengantarkan ibu sampai
pulih saat akhir kala nifas.(11) Antanatal care adalah pengawasan yang dilakukan pada masa
kehamilan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan.(12) Antenatal care adalah perawatan yang dilakukan pada masa
kehamilan sebelum bayi lahir dan yang paling diutamakan pada kesehatan ibu.(13)
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pemeriksaan antenatal care yaitu untuk mengetahui dan menangani
sedini mungkin penyulit dan kelainan yang dapat terjadi pada masa kehamilan dan pada
masa nifas, memberikan arahan kepada ibu hamil berupa edukasi dan informasi kepada
ibu hamil tentang kehamilan, persiapan persalinan serta aspek keluarga berencana guna
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan janin. (12) Dalam artian sempit tujuan
antenatal care dan prenatal care adalah untuk mengawasi ibu hamil mulai dari masa
kehamilan sampai persalinan, memeriksa dan merawat ibu hamil jika ditemukan adanya
kelainan sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin dalam kandungan
harus dibaringi dengan upaya untuk memberikan pengobatan yang adekuat, mendeteksi
penyakit ibu sedini mungkin yang dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam
kandungan serta berusaha untuk mengobatinya, persiapkan perasaan ibu sehingga pada
proses persalinan yang dihadapinya dapat dijadikan suatu pengalaman yang
4
5
menyenangkan dan diharapkan, serta mempersiapkan ibu hamil agar dapat merawat
bayi dan menyusui secara optimal.(13)
pemeriksaan dua kali dan akan dilakukan pemeriksaan khusus apabila ditemukan
adanya keluhan atau kelainan tertentu.(21)
Kunjungan antenatal hal yang sangat diperlukan adalah untuk mendapatkan informasi
yang sangat penting diantaranya yaitu:(23)
1. Trimester pertama (kunjungan ibu hamil sebelum 14 minggu) yaitu: 1) Untuk
membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil, 2)
Mendeteksi masalah dan segera menanganinya, 3) Melakukan suatu tindakan
pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan, 4) Meningkat perilaku hidup sehat (gizi, latihan
kebersihan, istirahat dan sebagainya).
2. Trimester kedua (kunjungan ibu hamil sebelum minggu ke 28) yaitu sama halnya
seperti yang dilakukan pada trimester 1, tambahannya antara lain kewaspadaan khusus
mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia yaitu pantau tekanan
darah dan evaluasi edema).
3. Trimester ketiga (kunjungan ibu hamil antara minggu ke 28 sampai 36) yaitu sama
sama seperti pada trimester kedua dan ditambahkan palpasi abdomen untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
4. Trimester keempat (kunjungan ibu hamil setelah 36 minggu) yaitu sama halnya pada
trimester ketiga ditambah dengan mendeteksi letak janin yang tidak normal atau kondisi
lain yang memerlukan tempat kelahiran di rumah sakit.
Ibu hamil yang memiliki sikap setuju memeriksakan kehamilan sekurang-kurangnya ≥4
kali selama kehamilan sebanyak 92%, ibu hamil yang memiliki sikap tidak setuju harus
memeriksakan kehamilan sekurang-kurangnya ≥4 sebanyak 8%. Ibu hamil yang rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan selama hamil sebanyak 62%, ibu
hamil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan selama
hamil sebanyak 38%. Ibu hamil yang tidak rutin untuk melakukan pemeriksaan selama
kehamilan umumnya pada usia kehamilan satu sampai tiga bulan, dimana ibu hamil
menyatakan keterbatasan ekonomi dan bawaan saat hamil sehingga ibu hamil tidak rutin
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan.(24)
kesehatan guna mendapatkan pelayanan anenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan pertama (KI)
dipergunakan sebagai suatu indikator akses pelayanan angka cakupan ibu hamil yang
diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan yaitu(25):
umlah kun ungan ibu hamil
umlah semua ibu hamil i suatu ilayah alam satu tahun %
Cakupan kunjungan K4 merupakan suatu cakupan pemeriksaan ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar pelayanan, paling minimal
dengan distribusi waktu yaitu trimester pertama dilakukan satu kali, trimester kedua
dilakukan satu kali dan pada trimester ketiga dilakukan dua kali pada kurun waktu tertentu di
suatu wilayah kerja.(25)
b. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi. Oleh sebab itu
setiap kehamilan diperlukan pemantauan khusus pada masa kehamilan. Keuntungan dari
pemeriksaan pada masa kehamilan sangat besar karena dengan segera dapat diketahui
berbagai macam kelainan yang dapat terjadi selama kehamilan, risiko yang terdapat pada
masa kehamilan, dan komplikasi selama kehamilan sehingga dapat diarahkan untuk
melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang memadai, rujukan
bila diperlukan, serta mempersiapkan kehamilan yang bersih dan aman sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi dan lain-lain.(26)
laboratorium sederhana seperti Hb, protein urine atau berdasarkan indikasi pada ibu hamil
(HbsAg, sifilis, HIV, Malaria, Tuberkolosis).(28)
Terdapat 7T sebagai standar minimal dalam pemeriksaan antenatal yaitu(11):
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Umumnya ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan secara perlahan, kenaikan
berat badan antara 9 sampai 13 kg selama masa kehamilan atau sama saja dengan 0,5 kg
perminggu atau 2 kg dalam satu bulan. Kehamilan trimester kedua merupakan waktu
penambahan berat badan yang paling banyak terjadi. Penambahan berat badan ibu tersebut
disebabkan karena penambahan berat badan janin, plasenta, air ketuban, dan komponen
dari ibu sendiri yaitu uterus dan payudara yang semakin membesar, bertambahnya volume
darah, simpanan lemak, dan retensi air.(29) Setiap ibu hamil yang memeriksakan
kandungannya harus diukur berat badanya karena bertambahnya berat badan atau tidak
sangat berkaitan dengan pertumbuhan janin yang terlambat.(30)
Tabel 2.1 Rekomendasi berat badan total ibu hamil berdasarkan berat badan ibu
sebelum hamil(31)
kehamilan. (kehamilan, melahirkan dan bayi) Peningkatan tekanan darah merupakan suatu
temuan pada sebagian wanita yang mengalami hipertensi kronis. Sebagian wanita hamil
sudah mengalami penyulit pada kehamilannya sehingga menyebabkan kehamilan berisiko,
termasuk penyakit jantung hipertensif atau iskemik, insufisiensi ginjal, atau riwayat strok.
Wanita hamil yang mengalami hipertensi kronis akan sangat berisiko mengalami
preeklampsia, meningkatkan risiko persalinan prematur dan komplikasi kehamilan lainnya
yaitu seperti solusio plasenta dan hambatan pertumbuhan janin.(33)
Hipertensi pada masa kehamilan akan mengakibatkan masalah yang besar karena aliran
darah dari plasenta ke bayi akan mengalami gangguan sehingga menyebabkan penyaluran
oksigen dan makanan pada bayi akan terhambat hal tersebut akan berdampak pada
terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari janin. Tekanan darah pada
wanita hamil tidak akan banyak meningkat dari normal sebelum hamil, tekanan darah
normal pada ibu hamil yaitu 90/60 sampai 140/90 mmHg.(29)
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisai tetanus toxoid atau TT merupakan perawatan kehamilan yang diberikan pada saat
sebelum ataupun sesudah kehamilan yang memiliki kegunaan untuk memberikan
kekebalan pada janin terhadap terjadinya infeksi tetanus (Tetanus Neonatorum) yang
mungkin dapat terjadi pada saat persalinan ataupun post natal. (34) Menurut WHO, apabila
seorang ibu hamil tidak pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu
tersebut paling sedikit dua kali pemberian suntikan selama kehamilannnya.(29)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT(29)
timbulnya anemia pada kehamilan selanjutnya. Pada saat hamil sangat mungkin terjadi
anemia disebabkan karena pada saat kehamilan ibu hamil mengalami hemodilusi atau
pengeceran dengan peningkatan volume 30% sampai dengan 40% dan akan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan memasuki 32 sampai 34 minggu. Terjadinya peningkatan
jumlah sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Ibu sebelum hamil yang
memiliki kadar hemoglobin sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi dapat
menyebabkan anemia fisiologis dan hemoglobin ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%.
Setelah terjadinya persalinan dengan telah lahirnya plasenta dan perdarahan maka ibu akan
kehilangan zat besi sebesr 900 mgr.(35)
Masa kehamilan seorang ibu hamil harus mendapatkan asupan tambahan 90 tablet untuk
menambahkan darah, karena dari jumlah makanan yang dikonsumsi sulit untuk
mendapatkan asupan zat besi dengan jumlah yang cukup.(36)
5. Ukur tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri dihitung sebagai jarak melintasi dinding abdomen dari batas atas
simpisis ke puncak fundus. Sebelum dilakukan pemeriksaan kandung kemih harus
dikosongkan. Usia kehamilan 20 dan 34 minggu tinggi fundus uteri dihitung dengan
menggunakan sentimeter sangat berhubungan erat dengan usia kehamilan dalam minggu.
(19)
Kosistensi dari metode yaitu merupakan hal yang sangat penting. Pada usia kehamilan
18 sampai 30 minggu, jumlah cm sama dengan jumah tinggi fundus uteri dalam cm.
Variasi 2-3 cm menandakan bahwa pertumbuhan janin tidak sesuai. (37) Jika di lakukan
pengukuran tinggi fundus uteri dari simfisis, maka akan diperoleh.(38)
- 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis
- 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis
- 30 minggu : 29,5 - 30 cm di atas simfisis
- 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis
- 34 minggu : 31 cm di atas simfisis
- 36 minggu : 32 cm di atas simfisis
- 38 minggu : 33 cm di atas simfisis
- 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis
6. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini dan mendapatkan pengobatan yang layak
terhadap penyakit menular seksual yang terjadi pada saat kehamilan yang dapat
menyebabkan cacat bawaan pada janin ataupun kemungkinan buruk lainnya yang
mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut.(29)
14
setiap harinya yaitu sekitar 2.500 kalori. Jika mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalori dalam jumlah yang berlebihan maka dapat menyebabkan obesitas dan ini merupakan
faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan pada saat
kehamilan sebaiknya tidak melebihi 10 sampai 20 kg; 2) Protein, Protein yang diperlukan
oleh ibu hamil yaitu 85 gram per hari. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
berupa kacang-kacangan ataupun hewani. Kekurangan protein dapat menyebabkan kelahiran
prematur, anemia dan edema; 3) Kalsium, Kalsium yang dibutuhkan oleh ibu hamil yaitu 1,5
gram per hari. Kalsium sangat berguna untuk pertumbuhan janin terutama bagi
pengembangan otot rangka. Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, yogurt, dan kalsium
karbonat. Kekurang kalsium akan menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada
ibu; 4) Zat besi, Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin agar tetap normal pada ibu hamil,
dibutuhkan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah
trimester kedua. Bila anemia tidak ditemukan pemberian zat besi perminggu cukup adekuat.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menyebabkan anemia defisiensi zat besi; dan 5)
Asam folat, Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram
perhari. Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
(40)
Perawatan payudara perlu dilakukan dan payudara juga perlu dipersiapkan sejak
sebelum bayi lahir sehingga dapat berfungsi dengan baik pada saat dibutuhkan. Selain itu
perawatan gigi dan kebersihan tubuh juga diperlukan. Untuk perawatan gigi dibutuhkan
minimal dua kali pemeriksaan gigi pada masa kehamilan, yaitu pada trimester pertama terkait
dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebih) sehingga kebersihan dari
rongga mulut terjaga dan pada trimester ketiga terkait dengan adanya kebutuhan kalsium
yang dibutuhkan utuk pertumbuhan janin. Sedangkan kebersihan tubuh dan pakaian harus
selalu terjaga pada masa kehamilan, karena terjadinya perubahan anatomi pada perut, area
genitalia/lipat paha, dan pada payudara menyebabkan lipatan kulit menjadi lebih lembab
sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.(40)
Intervensi juga perlu diberikan pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko dan kelainan
pada masa kehamilan.(41) Faktor risiko yang terjadi pada masa kehamilan yaitu: a)
primigravida dengan usia <20 tahun atau >35 tahun, b) anak lebih dari empat, c) jarak
melahirkan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun, d) tinggi badan < 145
cm,
e) berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, f) riwayat
penyakit keluarga yang menderita diabetes, hipertensi dan riwayat keturunan, g) kelainan
bentuk tubuh.(42)
16
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu kemampuan untuk membentuk mental yang dapat
menggambarkan obyek dengan tepat dan memaparkannya dalam suatu tindakan atau aksi
terhadap suatu objek yang dituju. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu antara
lain: 1) pengetahuan prosedural (procedural knowledge) merupakan pengetahuan yang lebih
ditekankan pada bagaimana melakukan sesuatu. 2) pengetahuan deklaratif (declarative
knowledge) merupakan suatu upaya menjawab pertanyaan apakah sesuatu mempunyai nilai
kebenaran atau tidak. 3) pengetahuan tacit (tacit knowledge) merupakan pengetahuan yang
tidak dapat disampaikan menggunakan bahasa.(43)
Tingginya pengetahuan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya,
oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat
pengetahuannya terhadap sesuatu.(44) Tingginya tingkat pendidikan ibu hamil akan semakin
baik tingkat pengetahuan terhadap antenatal care.(45) Ibu yang mempunyai pengetahuan yang
baik memiliki peluang 2,4 kali dan sikap setuju 2,2 kali untuk melakukan cakupan antenatal
care secara lengkap.(8) Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang pemeriksaan antenatal
akan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janinnya. (46) Pengetahuan tentang
pemeriksaan antenatal care pada saat kehamilan juga akan sangat mempengaruhi ibu hamil
untuk melakukan pemeriksaan. Ibu hamil mempunyai persiapan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan, meskipun persiapan pemeriksaan ibu hamil cukup tinggi, namun
tidak seluruhnya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap sesuai dengan
aturan yang berlaku.(24)
Terdapatnya hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care dengan
frekuensi kunjungan antenatal care, hal ini sangat berkaitan dengan semakin tinggi tingkat
pengetahuan ibu hamil maka akan semakin sering melakukan kunjungan antenatal care.(47,
48)
.Secara umum tingkat pengetahuan memiliki enam tingkatan, antar lain(41, 49):
1. Tahu
Merupakan jenis tingkatan pengetahuan yang memiliki tingkatan pengetahuan paling
rendah. Tahu mempunyai arti dapat mengingat atau mengingat sesuatu materi yang
pernah dipelajari pada masa lalu atau sebelumnya. Untuk dapat mengetahui seseorang
tahu tentang sesuatu hal maka dapat ukur dengan ia dapat mendefinisikan,
menyebutkan, menguraikan dan menyatakan sesuatu hal.
2. Memahami
17
Memiliki arti yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan memaparkan tentang objek
yang diketahui dengan benar. Seseorang yang telah mengerti pada sesuatu hal harus
dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan tentang sesuatu hal.
3. Penerapan
Adalah kemampuan untuk mempergunakan materi yang pernah diterima dan dipelajari
pada suatu situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus,
metode dalam suatu situasi nyata.
4. Analisa
Adalah kemampuan dalam menguraikan suatu objek ke dalam bagian yang lebih
spesifik, akan tetapi masih sama dalam suatu struktur objek tersebut dan masih saling
berkaitan antara satu sama lain. Ukuran dari kemampuan yaitu seseorang dapat
menggambarkan, membedakan, membuat bagan, membuat bagan proses adopsi
perilaku, memisahkan dan dapat membedakan pengertian antara fisiologi dan psikologi.
5. Sintesis
Yaitu merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk dari kseseluruhan yang pernah dipelajari sehingga dapat menjadi sesuatu
yang baru. Untuk dapat mengukur kemampuan seseorang yaitu ia akan dapat
menyusun, meringkas, merencanakan, dan dapat menyesuaikan antara suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Adalah kemampuan dapat menilai terhadap suatu objek tertentu. Dalam evaluasi ini
dapat digunakan suatu skriteria yang telah ada atau disusun sendiri.
2.3 Sikap
Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap sesutu hal baik itu yang
bersifat intern ataupun ekstren sehingga dapat menimbulkan suatu gejala tidak dapat
langsung dilihat dapat diartikan lebih awal dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap sesuai
dengan kenyataan dapat menunjukkan adanya kesesuaian antara respon terhadap suatu
rangsangan tertentu.(50)
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengevaluasi sesuatu hal, peristiwa, gagasan
seseorang atau didalam sekelompok orang pada suatu skala diawali dengan sesuatu hal yang
paling menyenangkan sampai pada suatu yang yang tidak menyenangkan. Secara umum
18
sikap manusia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1) kognitif, sesuatu yang berkaitan dengan apa
yang pernah dipelajari dan tentang sesuatu yang diketahui terhadap suatu objek. 2) afektif,
yaitu sering disebut dangan faktor emosional, yang sangat berkaitan dengan perasaan. 3)
psikomotorik atau disebut dengan konatif yaitu perilaku (behavional) yang dapat terlihat dari
faktor risiko suatu tindakan.(51) Sikap terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu antara lain(52):
1. Menerima (receiving)
Dapat diartikan bahwa seseorang yang mau dan memperhatikan rangsangan yang
diberikan oleh orang lain atau objek.
2. Merespons (responding)
Yaitu memberikan jawaban apabila diberikan pertanyaan, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan sampai selesai. Karena apabila seseorang
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, berarti orang
tersebut menerima ide atau pendapat tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Suatu upaya untuk mengajak orang lain untuk mau mengerjakan ataupun
mendiskusikan suatu persoalan yang menjadi masalah adalah indikasi sikap yang
termasuk tingkatan tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menjadi pilihannya dengan risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
2.4 Usia
Usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia
kronologis adalah usia yang dihitung dengan menggunakan tahun kalender, sedangkan usia
biologis adalah usia sesungguhnya yang biasa diterapkan sebagai kondisi pematangan
jaringan sebagai indeks usia biologi.(53)
Seorang ibu yang mengalami kehamilan dibawah umur 20 tahun akan memberikan
dampak yang tidak baik terhadap perkembangan dan pertumbuhan janinnya, hal itu
disebabkan oleh wanita yang berusia dibawah 20 tahun masih berada dalam masa
pertumbuhan baik itu pertumbuhan fisik ataupun pertumbuhan organ reproduksinya, oleh
sebab itu gizi yang dibutuhkan oleh janin untuk perkembangan dan pertumbuhannya juga ikut
terpakai untuk pertumbuhan ibunya. Sedangkan usia diatas 35 tahun juga akan memberikan
dampak kurang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan janinnya karena wanita yang
berusia diatas 35 tahun kesuburannya sudah mulai menurun, sering mengalami gangguan
19
kesehatan pada saat kehamilan, sering mengalami proses persalinan yang lama dan
bermasalah, sering mengalalami keguguran dan melahirkan bayi dengan berat badan yang
rendah.(54)
Kehamilan pada wanita yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko yang lebih besar
pertumbuhan dan perkembangan dari janinnya selama proses kehamilan, hal tersebut
kemungkinkan terjadi karena adanya kelainan pada kromosomnya atau dikenal dengan down
syndrome yang menyebabkan bayi yang lahir mengalami kecacatan fisik dan gangguan
mental.(54) Pada kehamilan yang mempunyai risiko tinggi, maka pemeriksan harus lebih
sering dilakukan, tetapi pada kehamilan yang tidak mempunyai risiko maka jumlah
kunjungan dengan tenaga kesehatan dapat dilakukan lebih sedikit.(22)
2.5 Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih dengan berat
lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat digunakan untuk menghitung
berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya, berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat
mempengaruhi kehamilan.(55) Paritas rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi
(≥3) akan memiliki angka kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
akan semakin kurang baik lapisan dari endometriumnya. (56) Beberpara istilah yang termasuk
kepada jumlah paritas, yaitu(27):
1. Nullipara
Adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi atau anak dengan berat lebih dari
500 gram atau dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu.
2. Primipara
Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau pernah melahirkan satu
janin. Primipara terbagi 2 yaitu primipara muda dan primipara tua. Primipara muda
yaitu umur kurang dari 16 tahun, primipara tua umur yaitu umur di atas 35 tahun,
sedangkan primipara sekunder yaitu dengan umur anak terkecil di atas 5 tahun.(27)
3. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal yang dapat
menentukan paritas yaitu jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan ditentukan
oleh jumlah janin yang pernah dilahirkan.(33)
Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal yang baru dalam
hidupnya sehingga sangat memotivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya
kepada tenaga kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan ibu hamil yang sudah pernah
20
melahirkan lebih dari satu orang anak sebelumnya, mereka beranggapan bahwa sudah lebih
berpengalaman dalam kehamilan selanjutnya sehingga tidak termotivasi untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan.(27)
21
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang datang memeriksakan
kehamilannya ke ruang KIA di Puskesmas Darussalam Aceh Besar pada bulan September
sampai November 2014.
Pengambilan sampel pada penelitian secara non probability sampling dengan metode
accidental sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus yang
kebetulan ada atau tersedia pada tanggal 29 September sampai dengan 12 November 2014. (52)
Setiap data yang akan dianalisis menggunakan analisis bivariat membutuhkan minimal 30
subjek penelitian.(57) Sampel penelitian 35 orang.
22
23
Paritas
1. Antenatal care adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya di bagian KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar, alat ukur
yang digunakan berupa Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan cara ukurnya melihat secara
langsung cakupan antenatal care di KMS, hasil ukurnya adalah lengkap (≥K4) atau tidak
lengkap (<K4), skala ukurnya adalah ordinal.
2. Pengetahuan adalah pemahaman ibu hamil tentang antenatal care, alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner yang diukur melalui wawancara, hasil ukurnya adalah baik (≥
Mean 22,9) dan kurang baik (< Mean 22,9) dengan skala ukur ordinal.
3. Sikap adalah suatu tanggapan dari ibu hamil terhadap antenatal care, alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner yang diukur dengan wawancara hasil ukurnya adalah setuju (≥
Mean 7,7) dan tidak setuju (< Mean 7,7), skala ukur adalah ordinal.
4. Usia adalah usia ibu hamil yang dihitung sejak lahir sampai saat ini waktu penelitian
berlangsung yang diukur dalam tahun, alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang
24
diukur dengan wawancara, hasil ukurnya adalah berisiko (<20 dan >35 tahun) dan tidak
berisiko (20-35 tahun), skala ukur adalah ordinal.
5. Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih dengan berat
lebih dari 500 gram, alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diukur dangan
wawancara, hasil ukurnya adalah tinggi (bila jumlah >2 dan rendah jika jumlah ≤2), skala
ukurnya adalah ordinal.
6. Ibu Rumah Tangga (IRT) adalah seorang wanita yang mengatur dan mengerjakan berbagai
macam pekerjaan rumah tangga atau seorang wanita yang hanya mengurusi berbagai
macam pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja kantor.
Reabilitas adalah suatu indeks yang dapat menunjukkan sejauh mana alat pengukur
yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap responden
yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Syarat- syarat dikatakan reliabel jika
nilai cronbach alpha > r tabel sebesar 0, 514.(58) Hasilnya dari 21 pertanyaan pengetahuan
memiliki nilai cronbach alpha 0,917, 10 pertanyaan sikap memiliki nilai cronbach alpha
0,856. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai cronbach alpha > 0,514 yang artinya adalah
kuesioner yang terdapat pada penelitian ini adalah reliable.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dipergunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan
porposi dari pengetahuan, sikap, usia, paritas dan antenatal care.
rumus: P = × 100%
Keterangan :
P = persentase
f1= frekuensi teramati
n = jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
pengetahuan, sikap, usia dan paritas pada ibu hamil terhadap antenatal care di puskemas
Darussalam Aceh Besar. Analisis data ini dilakukan dengan uji Chi-square dengan kriteria
hubungan ditetapkan berdasarkan p value (Probabilitas) yang dihasilkan pada Confidence
Interval (CI) 95% dan α 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika p value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika p value ≤0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.
Uji analisa yang digunakan adalah uji Chi-Square. Jika uji Chi-Square tidak memenuhi
syarat, maka akan digunakan uji alternative lainnya yaitu uji Fisher’s Exact Test.(60)
27
Analisis data
Paritas
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 27 77,1
Pegawai Negri Sipil 2 5,8
Wiraswasta 6 17,1
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa ibu hamil yang berkunjung ke Ruang KIA
Puskesmas Darussalam Aceh Besar 77,1 % usia kehamilan yang tidak berisiko, 80 % paritas
rendah, 45,7 % berpendidikan terakhir SMA dan 77,1 % bekerja sebagai ibu rumah tangga.
28
29
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang berkunjung ke
Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar 51,4% yang melakukan cakupan antenatal
care lengkap.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang berkunjung ke
Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar 60,0% memiliki pengetahuan baik tentang
antenatal care .
Berdasarkan hasil dari pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner maka hasil yang didapatkan memiliki total skor masing-masing
responden untuk variabel pengetahuan. Gambaran secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.4
dibawah ini.
29
30
Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil di Ruang KIA Puskesmas Darussalam
Aceh Besar Tahun 2014
Baik Kurang
No Pengetahuan
n % n %
1 Pengertian pemeriksaan kehamilan 35 100 0 0
2 Prinsip dari pemeriksaan kehamilan 32 91,4 3 8,6
3 Tujuan utama dari pemeriksaan
kehamilan 26 74,3 9 25,7
4 Manfaat pemeriksaan kehamilan 26 74,3 9 25,7
5 Keuntungan pemeriksaan kehamilan 21 60,0 14 40,0
6 Standar 7T dalam pemeriksaan
kehamilan 12 34,3 23 65,7
7 Minimal melakukan pemeriksaan
kehamilan 28 80,0 7 20,0
8 Jadwal kunjungan ibu hamil pertama
(K1) 19 54,3 16 45,8
9 Jadwal kunjungan ibu hamil kedua (K2) 21 60,0 14 40,0
10 Jadwal kunjungan ibu hamil ketiga (K3) 19 54,3 16 45,7
11 Jadwal kunjungan ibu hamil
keempat(K4) 20 57,1 15 42,9
12 Pelayanan yang didapat saat pertama kali
melakukan pemeriksaan kehamilan 34 97,1 1 2,9
13 Jadwal imunisasi TT 25 71,4 10 28,6
14 Manfaat zat besi (Fe) 27 77,1 8 22,9
15 Jumlah tablet penambah darah yang
harus diberikan selama kehamilan 18 51,4 17 48,6
16 Waktu pertama kali pemberian Fe 32 91,4 3 8,6
17 Jumlah asam folat yang dibutuhkan saat
kehamilan 15 42,9 20 57,2
18 Manfaat pemberian asam folat saat
kehamilan 4 11,4 31 88,6
19 Manfaat makanan yang mengandung
kalsium 21 60,0 14 40,0
20 Jumlah kalsium yang dibutuhkan saat
kehamilan 6 17,2 29 82,9
21 Jumlah protein yang dibutuhkan saat 4 11,5 31 88,6
kehamilan
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil dapat mengetahui
dengan benar mengenai pelayanan yang didapatkan saat pertama kali melakukan pemeriksaan
kehamilan yaitu sebesar 97,1% dan sebesar 88,6% ibu hamil kurang mengetahui tentang
manfaat pemberian asam folat dan kurang mengetahui jumlah protein yang dibutuhkan saat
kehamilan. Sebesar 82,9% ibu hamil masih kurang mengetahui tentang jumlah kalsium yang
dibutuhkan saat kehamilan.
30
31
Setuju 20 57,1
Tidak Setuju 15 42,9
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan cakupan
antenatal care di ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar 57,1% menunjukkan sikap
setuju tentang antenatal care .
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner maka hasil yang didapatkan memiliki total skor masing-masing
responden untuk variabel sikap. Gambaran secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.6
dibawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Sikap Ibu Hamil di Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh
Besar Tahun 2014
Setuju Tidak Setuju
Sikap
n % n %
- Setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan 35 100 0 0
- Pemeriksaan kehamilan dilakukan jika ada
keluhan 15 42,9 20 57,1
- Pemeriksaan awal kehamilan dilakukan sejak
tidak haid minimal 1 bulan 31 88,6 4 11,5
- Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 1x
pada trimester I 8 22,9 27 77,1
- Ibu hamil melakukan imunisasi TT sebanyak 2
kali 27 77,1 8 22,9
- Ibu hamil tidak boleh minum zat besi 33 94,3 2 5,8
- Berat bedan ibu hamil tidak harus naik 32 91,4 3 8,6
- Ibu hamil sebaiknya ditangani oleh dokter
spesialis, dokter umum atau bidan 32 91,4 3 8,6
- Ibu hamil harus tetap menjaga kebersihan diri 34 97,1 1 2,9
- Zat besi untuk tambah berat badan 18 51,5 17 48,6
31
32
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ibu setuju setiap ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan sebesar 100%, sebesar 77,1% ibu tidak setuju jika Pemeriksaan
kehamilan dilakukan minimal 1x pada trimester I dan sebesar sebesar 57,1% ibu tidak setuju
melakukan pemeriksaan kehamilan jika ada keluhan saja serta sebesar 48,6% ibu tidak setuju
zat besi sebagai penambah berat badan
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ibu hamil yang berkunjung ke Ruang KIA
Puskesmas Darussalam Aceh Besar 77,1% memiliki usia tidak berisiko (20-35).
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa ibu hamil yang berkunjung ke Ruang KIA
Puskesmas Darussalam Aceh Besar 80,0% paritas rendah.
32
33
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Antenatal Care di Ruang KIA
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014
Antenatal care
Total
Pengetahua Tidak Lengkap Lengkap p-value RP
n
n % n % n %
Kurang 11 78,6 3 21,4 14 100
0,011 2,754
Baik 6 28,6 15 71,4 21 100
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ibu hamil yang berpengetahuan kurang
baik (78,6%) melakukan antenatal care tidak lengkap sedangkan ibu yang berpengetahuan
baik 28,6% melakukan antenatal care tidak lengkap di Puskesmas Darussalam Aceh Besar.
Berdasarkan Tabel 4.9 juga menunjukkan Rasio Prevalensi sebesar 2,754. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu hamil yang berpengetahuan kurang 2,754 kali tidak melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang
berpengetahuan baik.
Hasil uji Chi-Square pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 0,011 (p<0,05)
sehingga Ho ditolak dan hipotesis terbukti hal ini berarti terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan cakupan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun
2014.
Antenatal care
Total p-value
Sikap Tidak lengkap Lengkap RP
n % n % n %
Tidak setuju 11 73,3 4 26,7 15 100
0,028 2,443
Setuju 6 30,0 14 70,0 20 100
33
34
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa ibu hamil yang bersikap tidak setuju
(73,3%) tidak lengkap melakukan antenatal care, sedangkan ibu dengan sikap setuju 30,0 %
tidak lengkap melakukan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 4.10 juga menunjukkan Rasio Prevalensi sebesar 2,443. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki sikap tidak setuju 2,443 kali tidak melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang
memiliki sikap setuju.
Hasil uji Chi-Square pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 0,028 (p<0.05)
sehingga Ho ditolak dan hipotesis terbukti hal ini berarti terdapat hubungan antara sikap
dengan cakupan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2014.
Antenatal care
Tidak Total
Usia Lengkap p- value RP
Lengkap
n % n % n %
Berisiko
2 25,0 6 75,0 8 100
(<20 dan >35)
0.228 0,450
Tidak Berisiko
15 55,6 12 44,4 27 100
(20-35)
Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia berisiko (75,0%)
melakukan antenatal care secara lengkap, sedangkan ibu hamil dengan usia tidak berisiko
44,4% ibu hamil yang melakukan antenatal care secara lengkap di Puskesmas Darussalam
Aceh Besar tahun 2014. Berdasarkan Tabel 4.11 juga menunjukkan Rasio Prevalensi sebesar
0,450. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki usia berisiko 0,450 kali tidak
melakukan pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil
yang memiliki usia tidak berisiko.
Hasil Fisher’s Exact Test pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 0,228 (p>0,05)
sehingga Ho diterima dan hipotesis tidak terbukti hal ini berarti tidak ada hubungan antara
usia dengan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
34
35
Antenatal care
Tidak Total
Paritas Lengkap p value RP
Lengkap
n % n % n %
Tinggi (>2) 3 42,9 4 57,1 7 100
1,000 0,856
Rendah (0-2) 14 50.0 14 50,0 28 100
Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan paritas tinggi (57,1%)
melakukan antenatal care secara lengkap, sedangkan ibu hamil dengan paritas rendah 50,0%
melakukan antenatal care secara lengkap di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 4.12 juga menunjukkan Rasio Prevalensi sebesar 0,856. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki paritas tinggi 0,856 kali tidak melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang
memiliki paritas rendah.
Hasil Fisher’s Exact Test pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 1,000 (p>0,05)
sehingga Ho diterima, hipotesis tidak terbukti berarti tidak ada hubungan antara paritas
dengan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Cakupan Antenatal Care
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
antenatal care secara lengkap (K4) yang dilakukan di Ruang KIA Puskesmas Darussalam
Aceh Besar sebesar 51,4 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh
Safna(8) dari 42 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal care sebesar 57%
melakukan pemeriksaan antenatal care secara lengkap di Puskesmas Kuta Alam Banda
Aceh. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Andri (9) di Puskesmas Runding Kota
Subulussalam sebesar 56,56% ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care secara
teratur. Penelitian oleh Sarminah(61) Provinsi Papua sebesar 53,9% ibu hamil melakukan
pemeriksaan antenatal care secara teratur. Cakupan dari pemeriksaan antenatal care di ruang
35
36
KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar masih rendah yaitu 51,4%. Berdasarkan hasil
wawancara langsung dari ibu hamil saat penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak lengkapan pemeriksaan antenatal care
pada ibu hamil diantaranya adalah dipengaruhi oleh faktor geografis yaitu jarak antara
puskesmas dengan rumah pasien sangat jauh dan sarana transportasi umum yang terbatas
serta kesibukan pekerjaan sehari-hari yang juga ikut mempengaruhi kelengkapan
pemeriksaan antenatal care. Rendahnya cakupan K4 menunjukkan sedikitnya kunjungan dan
pelayanan yang didapatkan ibu hamil pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dilakukan
agar dapat mengetahui dan menangani sedini mungkin penyulit dan kelainan yang dapat
terjadi pada masa kehamilan dan pada masa nifas, memberikan arahan kepada ibu hamil
berupa edukasi dan informasi kepada ibu hamil tentang kehamilan, persiapan persalinan serta
aspek keluarga berencana guna menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan janin.(12)
Pemeriksaan antenatal care dianjurkan minimal sebanyak 4 kali selama kehamilan, yaitu
pada trimester I (K1) sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 1 sampai 12 minggu, pada
trimester II (K2) sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 13 sampai 27 minggu dan pada
trimester III (K3 dan K4) sebanyak 2 kali pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu. (17, 21)
Sedangkan untuk kunjungan prantal dilakukan dengan interval 4 minggu sampai 28 minggu,
setiap 2 minggu sampai 36 minggu dan selanjutnya dilakukan setiap minggu. Pemeriksaan
antenatal care yang di lakukan di negara maju sebanyak 12-16 kali selama kehamilan.(19)
36
37
menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan cakupan antenatal care dengan p
value 0,025.
Hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang baik 78,6%
melakukan antenatal care tidak lengkap sedangkan ibu yang berpengetahuan baik 28,6%
melakukan antenatal care tidak lengkap di Puskesmas Darussalam Aceh Besar. Hasil Rasio
Prevalensi pada penelitian ini sebesar 2,754. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang
berpengetahuan kurang 2,754 kali tidak melakukan pemeriksaan antenatal care secara
lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik. Mesti dkk (1)
berpendapat bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kemungkinan melakukan
cakupan pelayanan antenatal care lengkap 9,250 kali lebih tinggi daripada ibu yang memiliki
pengetahuan rendah.
Ibu hamil yang berpengetahuan baik mengetahui pengertian pemeriksaan kehamilan
sebesar 100%, sebagian besar ibu hamil dapat mengetahui dengan benar mengenai pelayanan
yang didapatkan saat pertama kali melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu sebesar 97,1%,
ibu hamil yang dapat mengetahui prinsip dari pemeriksaan kehamilan sebesar 91,4% dan ibu
hamil yang dapat mengetahui waktu pertama kali pemberian Fe sebesar 91,4%. Sebesar
88,6% ibu hamil kurang mengetahui tentang manfaat pemberian asam folat, ibu hamil yang
kurang mengetahui jumlah protein yang dibutuhkan saat kehamilan sebesar 88,6%, ibu hamil
masih kurang mengetahui tentang jumlah kalsium yang dibutuhkan saat kehamilan sebesar
82,9%, ibu hamil yang masih kurang mengetahui jumlah asam folat yang dibutuhkan saat
kehamilan sebesar 54,3% dan sebesar 42,9% ibu hamil masih kurang mengetahui jumlah
tablet penambah darah yang harus deberikan selama kehamilan.
Proses pengetahuan melibatkan 3 aspek yaitu antara lain: proses untuk mendapatkan
informasi, proses transformasi dan proses evaluasi. Informasi yang baru didapatkan dapat
dijadikan sebagai pengganti pengetahuan yang sudah pernah didapatkan sebelumnya atau
dapat juga dijadikan sebagai penyempurna informasi yang sudah pernah didapatkan
sebelumnya.(62) Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan antenatal care yaitu antara lain faktor paritas, usia, pengetahuan, sikap,
ekonomi, sosial budaya, letak geografis dan dukungan keluarga.(9)
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara sikap dengan pemeriksaan
antenatal care pada ibu hamil di Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar dimana di
peroleh p value 0, 028 < 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
37
38
Adawiyah(63) menyatakan ada hubungan antara sikap dengan kunjungan antenatal care di
Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dengan p value 0,004.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sumarmiati(64) yang menyatakan bahwa ada hubungan
signifikan antara sikap ibu hamil dengan pelaksanaan antenatal care yang sesuai standar
didapatkan p value 0,049. Penelitian yang dilakukan oleh Andri(9) menyatakan terdapat
hubungan antara sikap dengan cakupan antenatal care dengan p value < 0,05. Hasil
penelitian ini didapatkan ibu hamil yang bersikap tidak setuju 73,3% tidak lengkap
melakukan antenatal care, sedangkan ibu dengan sikap setuju 30,0 % tidak lengkap
melakukan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2014. Hasil Rasio
Prevalensi pada penelitian ini sebesar 2,443. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang
memiliki sikap tidak setuju 2,443 kali tidak melakukan pemeriksaan antenatal care secara
lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki sikap setuju. Ibu hamil yang
memiliki sikap setuju akan memiliki peluang 2,2 kali untuk melakukan cakupan antenatal
care secara lengkap.(8)
Ibu yang memiliki sikap setuju setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
sebesar 100%, ibu hamil yang memiliki sikap setuju ibu hamil harus tetap menjaga
kebersihan diri sebesar 97,1%, ibu hamil yang memiliki sikap setuju ibu hamil tidak boleh
minum zat besi sebesar 94,3%, dan sebesar 91,4% ibu hamil memiliki sikap setuju berat
badan ibu hamil tidak harus naik serta ibu hamil sebaiknya ditangani oleh dokter spesialis,
dokter umum atau bidan. Sebesar 77,1% ibu tidak setuju jika imunisasi Tetanus Toxoid
dilakukan sebanyak 2 kali selama kehamilan dan sebesar sebesar 57,1% ibu tidak setuju
melakukan pemeriksaan kehamilan jika ada keluhan saja serta sebesar 48,6% ibu tidak setuju
zat besi sebagai penambah berat badan.
Sikap memiliki tiga komponen yang akan membentuk sikap, antara lain terdiri dari
kognitif, afektif dan konatif. Kognitif dapat berisi dengan kepercayaan yang dapat
berhubungan dengan persepsi individu apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, kebutuhan
emosional dan informasi yang didapatkan dari orang lain. Afektif atau emosional
menunjukkan emosi subjektif dari individu terhadap suatu sikap, baik bersifat senang ataupun
sedih. Konatif atau perilaku merupakan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek sikap
yang dihadapinya.(65)
38
39
39
40
kelompok usia ibu hamil yang berisiko antara <20 dan >35 tahun yang melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan kelompok usia tidak
berisiko yaitu 20-35.
Akan tetapi hasil ini tidak sejalan dengan konsep menurut Rohmah(67) yang
berpendapat bahwa kesiapan seorang ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal
care berhubungan dengan perubahan yang terjadi akibat dari proses pertumbuhan dan
perkembangan atau bertambahnya usia dan interaksi dengan latar belakang dari pengalaman
ibu hamil. Pada rentang usia 20-35 tahun merupakan usia yang baik untuk menjalankan peran
pengasuhan dan mengikuti pemeriksaan antenatal care. Apabila usia ibu hamil masih terlalu
muda ataupun terlalu tua mungkin tidak akan dapat menjalankan peran dalam melakukan
pemeriksaan antental care secara optimal.
Peneliti berasumsi bahwa tidak terdapatnya hubungan antara usia dengan pemeriksaan
antental care pada penelitian ini bahwa ibu yang mempunyai usia berisiko yaitu <20 dan >35
tahun tidak dapat menghalangi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antental care secara
lengkap meskipun mereka harus melakukan pemeriksaan lebih sering jika dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak mempunyai usia berisiko yaitu 20-35 yang melakukan
pemeriksaan lebih sedikit, asalkan upaya penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
mengenai usia yang baik dalam kehamilan harus lebih sering dilakukan kepada masyarakat,
dalam hal ini dapat melibatkan bidan dan ibu-ibu kader yang dapat membantu meningkatkan
derajat kesehatan dalam masyarakat sehingga nantinya dapat meningkatkan kelengkapan
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Selain itu informasi mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan terutama usia yang berisiko harus lebih sering dilakukan
sehingga tidak akan menghalangi ibu hamil yang mempunyai usia berisiko untuk melakukan
pemeriksaan lebih sering walaupun mereka harus melakukan pemeriksaan lebih banyak
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mempunyai usia berisiko yang nantinya juga akan
meningkatkan derajat kesehatan dalam masyarakat dan dapat meningkatkan kelengkapan
dalam melakukan pemeriksaan antental care serta dapat menurunkan angka kesakitan ibu,
kematian ibu dan kematian bayi.
Usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia
kronologis adalah usia yang dihitung dengan menggunakan tahun kalender, sedangkan usia
biologis adalah usia sesungguhnya yang biasa diterapkan sebagai kondisi pematangan
jaringan sebagai indeks usia biologi.(53)
40
41
41
42
asalkan tenaga kesehatan baik dokter, bidan ataupun ibu-ibu kader lebih sering melakukan
penyuluhan yang sebanding antara paritas tinggi dengan paritas rendah dan memberikan
intervensi khusus terutama pada paritas tinggi agar termotivasi untuk melakukan pemeriksaan
antenatal care secara lengkap terutama pada ibu hamil yang memiliki paritas tinggi
mengingat makin banyak jumlah kelahiran maka rahim akan semakin lemah yang nantinya
akan menyababkan terjadinya persalinan lama, oleh sebab itu pada saat melakukan
pemeriksaan kehamilan dapat diawasi keadaan ibu dan janinnya yang nantinya diharapkan
dapat mencegah terjadinya komplikasi dan kelainan selama kehamilan sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih dengan
berat lebih dari 500 gram.(55) Paritas rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi
(≥3) akan memiliki angka kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
akan semakin kurang baik lapisan dari endometriumnya.(56)
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Puskesmas Darussalam Aceh Besar diharapkan agar dapat meningkatkan
penyuluhan mengenai pemeriksaan antenatal care oleh tenaga kesehatan terutama oleh
bidan ataupun kader posyandu sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu
hamil tentang antenatal care yang akhirnya dapat meningkatkan cakupan K4 di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar.
2. Diharapkan kepada ibu hamil agar melakukan pemeriksaan antenatal care secara lengkap
agar dapat mengetahui kondisi ibu serta janin pada saat melakukan pemeriksaan serta
bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar mampu memantau perkembangan ibu hamil
sampai masa persalin sehingga bayi bisa lahir dengan selamat.
3. Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah
Puskesmas yang lebih banyak, jumlah sampel yang lebih memadai dan variabel yang
lebih luas serta waktu penelitian yang lebih lama lagi sehingga didapatkan faktor-faktor
yang berhubungan langsung dengan peningkatan cakupan antenatal care.
45
DAFTAR PUSTAKA
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi. Jakarta: Depkes RI.
2011. p. 16.[cited2013Juni, 9]. Available from:http://www.depkes.go.id/
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen Bina Gizi dan KIA. Jakarta:
Depkes RI. 2013. p. 28-29.[cited2013Juni, 14]. Available
from:http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:wiqspqNqe0J:ww
w.depkes.go.id/downloads/KUNKER%2520BINWIL/01%2520Ringkasan%252
0Eksekutif%2520Prov%2520Aceh.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=d
8. Safna N.U. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi ibu Hamil dengan
Cakupan Antenatal Care di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2012.
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala; 2012. p. 57-59.
10. Sophiati. Gambaran Antenatal Care pada Pasien yang Berkunjung untuk
Pemeriksaan Kehamilan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala; 2011. p.59-
61.
11. Manuaba I.A.C. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
(KB). Jakarta: EGC; 2011. p. 129.
46
12. Yulaikhah L. Seri Asuh Kebidanan. Jakarta: EGC; 2008. p. 67.
13. Manuaba I.A.C. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007. p. 187.
16. Thuladar H and Dhakal N. Impact Of Antenatal Care on Maternal and Perinatal
Otcome: A Study at Nepal Medical College Teaching Hospital.
Nepal:Departement Of Obstetric and Ginekologi. 2011. p. 37-38.
17. Bagus G.M.I. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2003. p. 33-37.
20. Hefnner I.J and Schust D.J. At a Glance: Sistem Reproduksi. 2 ed. Erlangga:
Buku Kedokteran dan Kesehatn; 2008. p. 82.
22. Cuningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilsttrap, Hauth J.C, Rouse D, et al.
Obstetri William. Jakarta: EGC; 2005. p. 244-248.
23. Saifudin A.B. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka; 2008. p. 28.
24. Ompusunggu E.M, Siagian I.E.T,Umboh J.M.L. Perilaku Ibu Hamil Tentang
Antenatal Care Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013;1( 1): 28-33.
27. Bagus G.M.I. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
Kb. Jakarta: EGC; 2001. p. 179.
47
28. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pedoman P4K. Jakarta: Depkes RI.
2008. p. 7.[cited 2013 Juni, 26].
30. Liewellyn D dan Jones. Dasar-Dasar Obstetri dan Genikologi. Jakarta: EGC;
2001. p. 89-92.
31. Dewi V.N dan Sunarsih, T. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2011. p. 156-158.
33. LenovoK.J, Cunningham F.G, Gant N.F, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Steven L.B, et
al. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC; 2009. p. 203-220.
34. Wibowo A dan Notobroto H.B. Pola Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak Pada
Masyarakat Pendatang. The indonesian Journal Of Public Health. 2006; 3(1):
15-18.
35. Bagus G.M.I. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 1998. p. 29.
36. Andriaansz G. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2008. p. 278-287.
41. Saifudin A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Dalam: Sophiati., Gambaran Antenatal Care pada Pasien yang
Berkunjung untuk Pemeriksaan Kehamilan di Poliklinik Kebidanan dan
Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala; 2011. p. 46-49.
43. Kusrini. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: 2006. p. 23.
48
44. Nursalam. Konsep dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. 2001.
p. 36-37.
46. Astuti. Resprektif Ibu Hamil: Gambaran Kerentanan Kesehatan Reproduksi Pada
Masyarakat Nelayan di Kabupaten Rempang. Jurnal Kesehatan. 2000. p. 151.
48. Dewi P.P dan Musfiroh M.D. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Antenatal Care Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Di Rumah
Bersalin Wikaden Imogiri Bantul. Maternal. 2013;8 (1):73-89.
49. Notoadmodjo S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta;
2003. p. 83-97.
53. Tamher S.N. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendeketan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2009. p. 1.
54. Sujiono B dan Sujiono N.Y. Seri Pengembangan Potensi Bawaan Anak
Persiapan dan Saat Kelahiran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2004. p. 25.
55. Ralph C.B dan Pernoll M.L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed. Jakarta:
EGC; 2008. p. 124.
57. Murti B. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2010. p. 61-62.
49
59. Budiarto E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC; 2002. p. 29-30.
60. Sopiyudin M.D. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bifariat,
dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika; 2009. p. 19.
61. Sarminah. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care
di Provinsi Papua Tahun 2010. Depok: Universitas Indonesia; 2010.p. 46-67.
62. Mubarak W.I. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika;
2011. p. 81-84.
63. Adawiyah R.S. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal
Care di Puskesmas Mangoloto Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Gorontalo: Negeri Gorontalo; 2013.p. 46-67.
64. Sumarmiati S. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pelaksanaan
Antenatal Care (K4) Sesuai Standar di Puskesmas Kepung Kabupaten Kediri.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2012.p. 51-54.
66. Destria D. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pemahaman Ibu
Hamil Terhadap Pesan Antenatal Care yang Terdapat di Dalam Buku KIA.
Semarang: Universitas Diponegoro; 2010. p. 2.
67. Rohmah N. Pendidikan Prenatal Upaya Promosi Kesehatan Bagi Ibu Hamil.
Depok: Gra Mata Publishing; 2010. p. 26-29.
68. Departemen Kesehatan. Ibu Sehat Bayi Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2006. p. 37-43.
50
51
LAMPIRAN 1
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
Kegiatan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Studi
Perpustakaan
Pengambilan
data awal
Pembuatan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Pembuatan
Skripsi
Sidang
Skripsi
52
LAMPIRAN 2
( )
Peneliti
53
LAMPIRAN
3
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, USIA DAN PARITAS IBU HAMIL
DENGAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS DARUSSALAM
ACEH BESAR TAHUN 2014
I. DATA UMUM
Petunjuk penelitian: isilah data di bawah ini dengan tepat dan benar.
1. No. Responden : (di isi oleh peneliti)
2. Tanggal Penelitian :
3. Nama Responden :
4. Usia : tahun
Usia berisiko (<20 dan >35)
Usia tidak berisiko (20-35)
5. Paritas :
Tinggi (>2)
Rendah (≤2)
6. Pendidikan Tamat :
SMP
SMA
Sarjana
7. Pekerjaan :
IRT
PNS
Wiraswasta
Petani
DLL
54
12. Apa saja pelayanan yang di dapat pada saat pertama kali melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan?
a. Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri. (1)
b. Menanyakan haid terakhir untuk menentukan taksiran persalinan. (2)
c. Tidak tahu. (0)
13. Kapan jadwal pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu
hamil ?
a. Pada saat sebelum ataupun sesudah kehamilan (2)
b. Sejak usia 25 tahun (1)
c. Tidak tahu. (0)
14. Menurut ibu apa manfaat di berikan zat besi (Fe) selama ibu hamil?
a. Untuk menambah darah. (2)
b. Untuk menambah tenaga. (1)
c. Tidak tahu. (0)
15. Menurut ibu berapa jumlah tablet penambah darah yang harus
diberikan selama kehamilan?
a. Paling sedikit 80 tablet (0)
b. Paling sedikit 90 tablet (1)
c. Tidak tahu (0)
16. Menurut ibu kapan waktu pertama sekali diberikan obat penambah
darah pada ibu hamil?
a. Pemberian dimulai pada waktu pertama sekali (1)
ibu hamil memeriksakan kehamilan
b. Pada saat ibu sedang dalam masa nifas (0)
c. Tidak tahu (0)
17. Menurut ibu apa manfaat pemberian asam folat pada saat
kehamilan?
a. Untuk mencegah terjadinya kurang darah (1)
b. Untuk penambah darah (0)
c. Tidak tahu (0)
18. Berapa jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil
selama kehamilan?
a. 300 mikrogram per hari (0)
58
LAMPIRAN 4
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,917 21
Item-Total Statistics
Scale Statistics
N %
Cases Valid 15 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 15 100,0
a. Listwise deletion based on
all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,856 10
Item-Total Statistics
Scale Statistics
LAMPIRAN 5
64
65
66
67
68
69
70
71
LAMPIRAN 6
Distribusi Frekuensi
ANC
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lengkap 18 51,4 51,4 51,4
Tidak Lengkap 17 48,6 48,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Pengetahuan
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 21 60,0 60,0 60,0
Kurang Baik 14 40,0 40,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Si kap
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 20 57,1 57,1 57,1
Kurang Setuju 15 42,9 42,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Usia
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berisiko 27 77,1 77,1 77,1
Berisiko 8 22,9 22,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Paritas
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-2 kali 28 80,0 80,0 80,0
> 2 kali 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
72
Pendidikan
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 8 22,9 22,9 22,9
SMA 16 45,7 45,7 68,6
PT 11 31,4 31,4 100,0
Total 35 100,0 100,0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 27 77,1 77,1 77,1
Wiraswasta 6 17,1 17,1 94,3
PNS 2 5,8 5,8 100,0
Total 35 100,0 100,0
73
LAMPIRAN 7
Pengetahuan * ANC
Crosstab
ANC
Tidak
Lengkap Lengkap Total
Pengetahuan Baik Count 15 6 21
Expected Count 10,8 10,2 21,0
% within Pengetahuan 71,4% 28,6% 100,0%
% within ANC 83,3% 35,3% 60,0%
Kurang Baik Count 3 11 14
Expected Count 7,2 6,8 14,0
% within Pengetahuan 21,4% 78,6% 100,0%
% within ANC 16,7% 64,7% 40,0%
Total Count 18 17 35
Expected Count 18,0 17,0 35,0
% within Pengetahuan 51,4% 48,6% 100,0%
% within ANC 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
Sikap * ANC
Crosstab
ANC
Tidak
Lengkap Lengkap Total
Sikap Setuju Count 14 6 20
Expected Count 10,3 9,7 20,0
% within Sikap 70,0% 30,0% 100,0%
% within ANC 77,8% 35,3% 57,1%
Kurang Setuju Count 4 11 15
Expected Count 7,7 7,3 15,0
% within Sikap 26,7% 73,3% 100,0%
% within ANC 22,2% 64,7% 42,9%
Total Count 18 17 35
Expected Count 18,0 17,0 35,0
% within Sikap 51,4% 48,6% 100,0%
% within ANC 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
Usia * ANC
Crosstab
ANC
Tidak
Lengkap Lengkap Total
Usia Tidak Berisiko Count 12 15 27
Expected Count 13,9 13,1 27,0
% within Usia 44,4% 55,6% 100,0%
% within ANC 66,7% 88,2% 77,1%
Berisiko Count 6 2 8
Expected Count 4,1 3,9 8,0
% within Usia 75,0% 25,0% 100,0%
% within ANC 33,3% 11,8% 22,9%
Total Count 18 17 35
Expected Count 18,0 17,0 35,0
% within Usia 51,4% 48,6% 100,0%
% within ANC 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
Paritas * ANC
Crosstab
ANC
Tidak
Lengkap Lengkap Total
Paritas 0-2 kali Count 14 14 28
Expected Count 14,4 13,6 28,0
% within Paritas 50,0% 50,0% 100,0%
% within ANC 77,8% 82,4% 80,0%
> 2 kali Count 4 3 7
Expected Count 3,6 3,4 7,0
% within Paritas 57,1% 42,9% 100,0%
% within ANC 22,2% 17,6% 20,0%
Total Count 18 17 35
Expected Count 18,0 17,0 35,0
% within Paritas 51,4% 48,6% 100,0%
% within ANC 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
LAMPIRAN 8
78
LAMPIRAN 9
79
LAMPIRAN 10
80
LAMPIRAN 11
DOKUMENTASI PENELITIAN
81
LAMPIRAN 12
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Chyntarra Wulanda
Tempat/Tanggal Lahir : Pante Keutapang/27 November 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. T. Nyak Arief. Lr PBB II. Darussalam
Email : Chyntarra_Wulanda@yahoo.co.id
No.Telp 085277366443
Riwayat Pendidikan : MIN Lamno
SMP Negeri 1 jaya
SMA Negeri 1 jaya
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
B. Orang Tua/Wali
Ayah : Sulaiman Hz. SP
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Hasymiah. Amd, keb
Pekerjaan : PNS
Alamat orang tua : Jln. Masjid Dusun Uleu Umong Kec. Jaya, Aceh Jaya
No Telp 085260351004