Anda di halaman 1dari 26

Potensi Nanopartikel Perak dari Ekstrak Kulit Mangifera Indica sebagai

Antibakteri dan Perawatan Tambahan pada Karies serta Pelanggaran


Kodekgi

Penyusun:

Adinda Melanita Zulkarnain Putri 0222111133221


Aisyah Qonita Nurfitri 022111133161
Anindya Marsa Ghaisani 022111133005
Anindyanari Mazaya Rasyidina 022111133189
Annisa Sherina Winarya 022111133064
Binar Najwa 022111133169
Destiana Hardianti Putri 022111133145
Dzaki Sahlghoni Makhmut 022111133182
Hanifa Queen 022111133178
Jessenia Marteeza Aleyda 022111133042
Michelle Liong 022111133178
Nicholas Widson 022111133112
Raden Lailatul Izza 022111133103
Shafa Naila Maharani Madjid 022111133002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Potensi Nanopartikel Perak dari Ekstrak Kulit Mangifera indica
sebagai Antibakteri dan Perawatan Tambahan pada Karies serta Pelanggaran
Kodekgi” dengan baik.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada orang tua, dosen
pembimbing kemahasiswaan, panitia MABIM KTI 2021, dan teman-teman
mahasiswa yang telah ikut serta membantu dan membimbing kami dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan
upaya mahasiswa kedokteran gigi sebagai solusi terhadap permasalahan di rongga
mulut dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, karya tulis
ini tidak akan terselesaikan.

Kami pun menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
positif dan membangun dari para pembaca. Semoga karya ilmiah  ini dapat
bermanfaat bagi penulis, para pembaca, dan pengembangan ilmu di bidang
kedokteran gigi.

Surabaya, 5 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1
1.2. Rumusan Masalah
3
1.3. Tujuan
3
1.4. Manfaat
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies
4
2.1.1.Definisi Karies 4
2.1.2.Etiologi/Patogenesis Karies 4
2.1.3.Klasifikasi Karies 5
2.2. Mangifera indica (Kulit Mangga)
6
2.2.1.Definisi Mangifera indica (Kulit Mangga) 6
2.2.2. Kandungan Mangifera indica (Kulit Mangga) 6
2.3. Nanopartikel Perak Dari Ekstrak Kulit Mangifera indica
7
2.3.1.Properti Antibakteri Mangifera indica 8
2.4. Kode Etika Kedokteran Gigi dan Pelanggarannya
9

BAB III KERANGKA KONSEP 10

3
BAB IV PEMBAHASAN 11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 15

5.1. Kesimpulan
15
5.2. Saran
15

Daftar Pustaka 16

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara
keseluruhan yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang dan menjadi
perhatian penting dalam pembangunan kesehatan penduduk Indonesia maupun
negara-negara berkembang lainnya (Rattu A.J.M., Wicaksono, Dinar &
Wowor, Virginia E., 2013). Masalah kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti genetika, gaya hidup, lingkungan, dan status
sosial ekonomi. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut, serta mahalnya biaya perawatan gigi juga
merupakan penyebab banyaknya masalah gigi dan mulut yang ditemukan pada
masyarakat. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering ditemui
yaitu karies (Hakim, R., B.lampus & Wowor, V.N.S., 2012).  Pada tahun
2018, sebanyak 45,3% penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan
gigi, yang mana 88,8% mengalami karies dan karies akar sebanyak 56%.
Prevalensi karies tertinggi terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun, yaitu
sekitar 96,8%, sedangkan prevalensi karies akar tinggi pada kelompok usia
35-44 tahun (Riskesdas, 2018).
Karies gigi merupakan  suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat yang diragikan. Setelah invasi bakteri, pulpa akan mati dan
infeksi menyebar ke jaringan periapeks sehingga menyebabkan nyeri (Kidd
dan Bechal, 2015). Penyakit karies gigi merupakan suatu proses kronis
regresif diawali dengan larutnya mineral email akibat terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam microbial dalam mulut sehingga membentuk suatu kavitas
(Margareta, 2012).
Karies gigi masih merupakan masalah di antara penyakit gigi dan mulut
lainnya, salah satu cara mengatasinya yaitu dengan melakukan penumpatan.
Di bidang kedokteran gigi yang banyak membutuhkan berbagai material
tumpatan adalah pada tindakan klinik restoratif. Kepuasan pasien terhadap
hasil tindakan restorasi terutama ditentukan penilaian estetik oleh pasien serta
harga yang terjangkau. Hal ini tentunya sangat tergantung pada kualitas bahan
yang akan digunakan oleh dokter gigi yang bersangkutan (Ticoalu et al.,
2014). Partikel nano efektif dalam pencegahan karies karena partikel nano
mampu untuk menghambat biofilm dan meningkatkan remineralisasi yang
dibutuhkan dalam pencegahan dan penyembuhan karies. Ukuran partikel nano
yang kecil serta area permukaan yang luas sehingga tidak diperlukan aplikasi
yang besar, biokompatibilitas yang baik, dan toksisitas rendah menjadi
kelebihan dari partikel nano. (Machmud Al Husyaerry & Arllete Suzy
Setiawan, 2018). Kulit mangga (Mangifera indica) adalah salah satu bagian
buah mangga yang mengandung banyak flavonoid. Flavonoid dapat berperan
langsung sebagai antibakteri dengan mengganggu integritas membran dan
kromosom bakteri (Zhang et al., 2014). Flavonoid  juga mampu menghambat
akumulasi leukosit, degranulasi neutrofil, dan pelepasan mediator-mediator
inflamasi seperti histamine dan prostaglandin, serta dapat menstabilkan
Reactive Oxygen Species (Kartikasari et al, 2018). Inovasi perawatan
tambahan dengan nanopartikel perak dari ekstrak kulit Mangifera Indica
diharapkan dapat memudahkan proses terapi untuk karies gigi karena bisa
menjadi alternatif untuk mengurangi nyeri akibat peradangan atau infeksi.
Selain itu, nanopartikel perak ini menggunakan bahan alami yang tentunya
memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan bahan kimia lainnya.
Beberapa pasien yang ingin melakukan perawatan gigi tidak jarang akan
menemukan brosur yang mempromosikan suatu klinik agar datang berobat ke
klinik tersebut. Berbagai macam promosi yang dilakukan lewat brosur
tersebut, seperti memberikan potongan harga, menampilkan foto before dan
after perawatan gigi, dan sebagainya. Tentu saja promosi semacam ini
termasuk pelanggaran kode etik kedokteran gigi Pasal 3 Ayat 1 karena pada
pasal tersebut telah disebutkan bahwa dokter gigi di Indonesia dilarang
melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti memuji diri, dilarang
mengiklankan alat dan bahan apapun, dilarang memberi janji baik langsung
maupun tidak langsung dan lain-lain, dengan tujuan agar pasien datang
berobat kepadanya.

2
1.2. Rumusan Penelitian
Bagaimana potensi nanopartikel perak dari ekstrak kulit Mangifera Indica
sebagai antibakteri dan perawatan tambahan pada karies serta pelanggaran
Kodegi?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui potensi potensi nanopartikel perak dari ekstrak kulit
Mangifera Indica sebagai antibakteri dan perawatan tambahan pada karies
serta pelanggaran Kodegi.
1.4. Manfaat
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal perawatan karies.
Memunculkan pandangan baru mengenai tambahan perawatan karies dengan
menggunakan nanopartikel perak dari ekstrak kulit Mangifera indica. Selain
itu, juga memberikan informasi mengenai pentingnya menaati peraturan
Kodekgi seperti sebagaimana mestinya.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies
2.1.1. Definisi Karies

Karies adalah sebuah penyakit jaringan keras gigi yaitu email,


dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Setelah invasi bakteri, pulpa
akan mati dan infeksi menyebar ke jaringan periapeks sehingga
menyebabkan nyeri (Kidd dan Bechal, 2015). Faktor utama penyebab
karies, yaitu host, mikroorganisme, substrat dan ditambah faktor
waktu.

2.1.2. Etiologi/Patogenesis Karies

Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva dan
berpotensi cukup besar untuk menimbulkan penyakit pada jaringan
keras gigi. Keadaan ini disebabkan karena plak mengandung berbagai
macam bakteri dengan berbagai macam hasil metabolisme nya.
Bakteri streptococcus dan lactobacillus yang terdapat dalam plak yang
melekat pada gigi akan metabolisme sisa makanan yang bersifat
kariogenik terutama yang berasal dari jenis karbohidrat yang dapat
difermentasi, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa. Gula ini
mempunyai molekul yang kecil dan berat sehingga mudah meresap
dan dimetabolisme oleh bakteri. Asam yang terbentuk dari
metabolisme ini dapat merusak gigi, juga digunakan oleh bakteri
untuk mendapat energi. Asam ini akan dipertahankan oleh plak di
permukaan email dan mengakibatkan turunnya pH di dalam plak. Plak
akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu dan untuk kembali ke
pH normal dibutuhkan waktu 30 sampai 60 menit. Oleh karena itu,
jika seseorang sering dan terus menerus mengkonsumsi gula, pHnya
akan tetap di bawah pH normal dan mengakibatkan terjadinya
demineralisasi dari permukaan email yang rentan yaitu terjadinya
pelarutan dari kalsium yang menyebabkan terjadinya kerusakan email
sehingga terjadi karies (Putri dkk., 2013).

2.1.3. Klasifikasi Karies

Karies gigi diklasifikasikan menjadi berbagai macam bentuk


karies, di dalam buku rasinta tarigan.

A. Berdasarkan kedalaman karies terbagi menjadi 3 yaitu:


1. Karies Superfisialis merupakan jenis karies yang baru
mengenai bagian email saja, sedangkan bagian dentin
belum terkena dan biasanya belum terasa sakit. 
2. Karies Media merupakan karies yang sudah mengenai
email, tetapi belum melebihi setengah dentin.  
3. Karies Profunda merupakan karies yang sudah mengenai
lebih dari setengah dentin dan bahkan kadang-kadang
sudah mengenai pulpa. Karies profunda dapat dibagi
menjadi tiga: 
a. Karies Profunda stadium I. Karies telah
melewati setengah dentin, biasanya belum
dijumpai radang pulpa. 
b. Karies Profunda stadium II. Masih dijumpai
lapisan tipis yang membatasi karies dengan
pulpa. Biasanya telah terjadi radang pulpa. 
c. Karies Profunda stadium III. Pulpa telah
terbuka dan dijumpai bermacam-macam
radang pulpa. 
B. Menurut lama jalannya Karies, terbagi menjadi 4 yaitu: 
1. Karies akut. Proses karies berjalan cepat sehingga badan
tidak sempat membuat perlawanan. Karies terus berjalan
sampai ke ruang pulpa. 
2. Karies kronis. Proses karies terlambat, badan masih sempat
membuat pertahanan dengan adanya daerah berwarna

6
kehitam – hitaman dan keras Karena adanya endapan kapur

3. Senile caries. Terdapat pada orang tua, sering pada bagian
servikal gigi karena atrofi ( fisiologis) gusi sehingga akar
terlihat mudah terjadi karies gigi. 
4. Rampant caries. Proses karies ini tidak dapat dikontrol
karena jalannya sangat cepat. (Deynilisa, Saluna., 2016).

2.2. Mangifera indica (Kulit Mangga)


2.2.1. .Definisi Mangifera indica (Kulit Mangga)

Salah satu jenis buah di Indonesia yang mempunyai sumber


vitamin dan mineral adalah mangga (Ademola et al., 2013). Buah
mangga bukan hanya bisa dikonsumsi sebagai buah segar, namun juga
dapat diolah menjadi berbagai macam minuman dan makanan seperti
puding mangga, sirup mangga dan masih produk hasil pengolahan
buah mangga lainnya. Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil,
yaitu mangas atau mankay. Sedangkan dalam bahasa botani, mangga
disebut Mangifera indica L. yang bermakna tanaman mangga berasal
dari India. Sekitar abad ke-4 SM di India, melalui pedagang India
yang berkelana ke timur sampai ke semenanjung Malaysia, tanaman
mangga menyebar ke berbagai negara. Mangga mulai ditanam di
kepulauan Sulu dan Mindanau, Filipina, pada tahun 1400 dan 1450.
dan pada tahun 1600 di Pulau Luzon serta pada tahun 1665 di
kepulauan Maluku. (Yadav et al., 2018)

2.2.2. Kandungan Mangifera indica (Kulit Mangga)

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah


tanaman mangga. Tanaman mangga (Mangifera indica L.) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai obat herbal karena mengandung
senyawa metabolit sekunder. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan terhadap tanaman mangga yaitu kulit mangga sebagai
antioksidan, antimikroba, dan anti tumor. Selain flavonoid tanaman

7
mangga juga mengandung saponin, tanin galat, tanin katekat, kuinon
dan steroid atau terpenoid, juga beberapa Vitamin, A, C, dan E.

Pada ekstrak kulit buah mangga mengandung flavonoid dan


quercetin. Flavonoid   merupakan senyawa fenol, memiliki terpen
atau  terpenoid, sedangkan quercetin merupakan senyawa flavonoid.
Flavonoid adalah turunan dari senyawa flavonoid nabati yang sering
ditemukan dalam buah, sayuran, atau daun. Seperti pada kulit buah
Mangga Kweni mentah dan matang mengandung senyawa berupa
flavonoid, saponin, dan terpenoid (Rumagit et al., 2020).

Hasil penelitian Cuganesan et al. (2017) menunjukan adanya


aktivitas antioksidan dan antiinflamasi pada ekstrak etil asetat dari
kulit buah mangga (Mangifera indica L.). Pada uji yang dilakukan,
ekstrak kulit buah mangga (Mangifera indica L.) memiliki kandungan
flavonoid dan fenolik yang diketahui dapat digunakan sebagai
antiinflamasi. 
Simplisia kulit buah mangga diekstraksi dengan menggunakan
metode maserasi dengan pelarut etanol 96% dan didapat rendemen
sebesar 19,58%. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi kertas cakram.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
mangga berpotensi sebagai antibakteri. (Noviyanty, Hepiyansori and
Insani, 2021)
2.3. Nanopartikel Perak Dari Ekstrak Kulit Mangifera indica

Nanopartikel memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai


detektor, katalis, zat pelapis permukaan, dan antibakteri. Nanopartikel
perak banyak mendapat perhatian karena sifat fisik dan kimianya di antara
nanopartikel logam lain. Perak telah digunakan untuk pengobatan penyakit
medis selama lebih dari 100 tahun karena memiliki sifat alami sebagai
antibakteri dan anti jamur serta sifatnya yang tidak toksik terhadap
manusia. Dengan nanoteknologi, dimungkinkan untuk pembuatan partikel
perak pada skala nano sehingga secara kimia lebih reaktif dibandingkan

8
partikel perak yang lebih besar (Sirajudin, Ahmad dan Rahmanisa,
Soraya., 2016).

Nanopartikel perak memiliki sifat yang stabil dan aplikasi yang


potensial dalam berbagai bidang antara lain sebagai katalis, detektor
sensor optik, dan agen antibakteri. Sebagian besar pemanfaatannya adalah
sebagai agen antibakteri. Kemampuan antibakteri nanopartikel perak
dipengaruhi oleh karakteristik fisik nanomaterial seperti ukuran, bentuk,
dan sifat permukaan. Selain itu, rasio luas permukaan terhadap volume
semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran partikel sehingga
nanopartikel perak memiliki kemampuan antibakteri yang lebih kuat
(Sirajudin, Ahmad dan Rahmanisa, Soraya., 2016).

2.3.1. Properti Antibakteri Mangifera indica

Pengujian antibakteri pada kulit buah Mangga (Mangifera indica) 


dilakukan untuk mengetahui daya hambat ekstrak kulit Mangga.
Bakteri yang diujikan adalah Staphylococcus aureus. Pengujian
dilakukan dengan metode difusi cakram. Ekstrak Kulit Buah Mangga 
dosis 1 dengan konsentrasi ekstrak Kulit Mangga 10%, dosis 2 dengan
konsentrasi ekstrak Kulit Mangga 7,5%, dosis 3 dengan konsentrasi
ekstrak Kulit Mangga hanya 5%, kontrol positif dengan antibiotik
Amoxsan kapsul yang mengandung amoksisilin 500 mg sebanyak 1 gr
dan kontrol negatif dengan aquadest  Berdasarkan  hasil data,
pengujian aktivitas antibakteri pada ekstrak kulit buah mangga
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi ekstrak
kulit buah mangga 10 % menghasilkan diameter daya hambat dengan
rata-rata 10,20 mm. Jika konsentrasi 7,5 % dapat menghasilkan
diameter daya hambat dengan rata-rata 8,61 mm, konsentrasi 5%
dapat menghasilkan diameter daya hambat dengan rata-rata 7,73 mm, 
pada kontrol positif didapatkan hasil diameter daya hambat dengan
rata-rata 10,45 mm. Pada kontrol negatif yang berupa aquades tidak
membentuk daya hambat yang ditumbuhi bakteri Staphylococcus
aureus. Hal ini menunjukan bahwa kandungan ekstrak kulit buah

9
mangga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit buah mangga maka
diameter daya hambat antibakteri akan semakin besar. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi bahan uji, berarti
semakin besar jumlah zat aktif yang terkandung dalam ekstrak kulit
buah mangga, maka semakin besar pula kemampuan bahan uji
menghambat suatu bakteri. (Adrianto, 2012).

2.4. Kode Etika Kedokteran Gigi dan Pelanggarannya

Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama


pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan
yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan
kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. Landasan utama bagi
dokter dan dokter gigi untuk dapat melakukan tindakan medis terhadap
orang lain adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi yang
dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan
yang dimilikinya harus terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri,
sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran I. Umum.
Apabila terjadinya pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi dalam
pelaksanaan praktik kedokteran tentunya hal tersebut dapat merugikan
pasien dan tidak terpenuhinya perlindungan terhadap hak-hak pasien
dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya hukum
untuk memberlakukan sanksi disiplin yang tegas terhadap dokter atau
dokter gigi yang tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan profesinya. Pasien dapat mengajukan pengaduan apabila terbukti
dokter atau dokter gigi mengabaikan tanggung jawabnya dalam pelayanan
kesehatan dan melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan prosedur dan
kode etik profesi kepada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (Willem, Maikel D., 2017).

10
11
BAB III
KERANGKA KONSEP
BAB IV
PEMBAHASAN

Karies merupakan penyakit gigi yang ditandai dengan terjadinya


demineralisasi pada jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Adanya karies mengakibatkan terjadinya invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat
menyebabkan nyeri. Karies gigi merupakan penyakit yang bersifat progresif dan
kumulatif, bila dibiarkan tanpa disertai perawatan dalam waktu tertentu akan
memungkinkan menjadi tambah parah. Mengingat kemungkinan remineralisasi
pada stadium yang sangat dini, karies gigi dapat dihentikan. Untuk memicu
terjadinya remineralisasi, pH pada lingkungan harus bersifat sedikit jumlah
bakteri kariogenik, mengandung fluoride, gagalnya substansi penyebab
metabolisme bakteri, peningkatan sekresi saliva, dan kemampuan buffer yang
tinggi. Ada bermacam-macam faktor yang memengaruhi terjadinya karies, yaitu
faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar terdiri dari ras, umur, jenis kelamin,
kultur sosial penduduk, kesadaran sikap, dan perilaku. Faktor dalam terdiri dari
struktur gigi, waktu, substrat atau diet, dan agen atau mikroorganisme (Muhajirin,
2018). Karies gigi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal baik secara langsung
maupun tidak langsung yaitu kebersihan mulut, kebiasaan mengonsumsi makanan
kariogenik, kedalaman fissure gigi, derajat keasaman (pH) saliva, serta
keteraturan pola menyikat gigi. Mengonsumsi makanan dan minuman yang
mudah melekat di permukaan gigi juga berkaitan dengan meningkatnya insiden
karies gigi. Semakin sering gula dikonsumsi diantara waktu makan, risiko
terjadinya karies gigi juga akan semakin meningkat karena sisa makanan di dalam
mulut akan membentuk plak yang kemudian menghasilkan asam dengan (pH) di
bawah 5,5 maka terjadilah kerusakan email gigi sebagai tahap awal munculnya
lesi karies (Ratih, Ida Ayu Dewi Kumala dan Dewi, Ni Luh Putu Sita Indra.,
2019).

Perawatan karies gigi pada umumnya ada bermacam-macam seperti


penambalan (filling), perawatan saluran akar jika sudah terjadi pulpitis, hingga
pencabutan gigi. Perawatan karies yang paling umum dapat dilakukan dengan
merestorasi dari bahan glass ionomer cement (GIC). Namun, untuk melakukan
perawatan dengan bahan tersebut, diperlukan biaya yang cukup besar. Mangga
(Mangifera indica L.) adalah salah satu pangan lokal di Indonesia. Jumlah
produksi mangga di Indonesia sebanyak 2.431.330 ton atau 12,8% dari seluruh
produksi buah di Indonesia pada tahun 2014. Buah mangga sendiri menjadi urutan
kedua sebagai penyumbang terbanyak komoditi buah nasional. Salah satu bagian
dari mangga yang kurang dimanfaatkan dengan baik adalah kulitnya. Dalam satu
buah mangga utuh, sebesar 15-20% terdiri dari kulit buah (Taufik Y, Promosiana
A, dan Atmojo HA., 2014). Kulit mangga (Mangifera indica) adalah salah satu
bagian buah mangga yang mengandung banyak flavonoid yang dapat berperan
langsung sebagai antibakteri, juga terdapat kandungan saponin, tanin galat, tanin
katekat, kuinon, dan steroid atau terpenoid sebagai penghambat bakteri S. aureus.
Perkembangan inovasi dan penelitian nanopartikel di bidang kesehatan termasuk
kedokteran gigi semakin berkembang. Nanopartikel memiliki  potensi yang efektif
dalam pencegahan karies karena partikel nano mampu untuk menghambat biofilm
dan meningkatkan remineralisasi yang dibutuhkan dalam pencegahan dan
penyembuhan karies. Nanopartikel perak memiliki sifat alami sebagai antibakteri
dan antijamur serta sifatnya yang tidak toksik terhadap manusia serta memiliki
sifat yang stabil dan aplikasi yang potensial dalam berbagai bidang antara lain
sebagai katalis, detektor sensor optik, dan agen antibakteri. Ekstraksi nanopartikel
perak menggunakan kulit mangga dapat dilakukan melalui cara green synthesis,
yaitu kulit mangga sebanyak 25 gram direndam dalam 50 mL air double distilled,
lalu dimasak pada suhu 90℃ selama 10 menit, dikeringkan, dan disaring dua kali.
Kemudian filtrat disimpan pada suhu 4℃ dan digunakan sebagai pereduksi dan
penstabil. Setelah itu, untuk menghasilkan 1 mM larutan perak nitrat, 0,017 gram
AgNO3 dilarutkan dalam 100 mL air milli Q. Lalu, 2 mL larutan ekstrak kulit
ditambahkan ke dalam 50 mL larutan AgNO 3 1 mM. Campuran disimpan dalam
suhu ruangan dan warna akan berubah dalam beberapa menit (Sadel, dkk., 2019).

Penggunaan nanopartikel perak dengan menggunakan ekstrak kulit


tumbuhan Mangifera indica bisa menjadi alternatif perawatan karies. Perawatan
karies dengan menggunakan nanopartikel memungkinkan untuk membuat partikel
perak pada skala nano sehingga secara kimia lebih reaktif dibandingkan partikel

14
perak yang lebih besar sedangkan untuk kulit dari buah Mangifera indica,
kandungan flavonoid yang ada di dalamnya dapat berfungsi sebagai antibakteri
yang mengganggu integritas membran dan kromosom bakteri memiliki zat yang
berfungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi sehingga dapat memberikan nilai
positif dalam penanganan karies media. Aplikasi nanopartikel perak dapat
dilakukan pada modifikasi GIC. Fotoreduksi nanopartikel perak dalam larutan
poliakrilat GIC konvensional memberikan aktivitas antibakteri dan meningkatkan
compression strength sebesar 32% (Khan, A.S. et al., 2019). Selain itu, hasil
penelitian dari Cuganesan et al. (2017) juga menunjukan bahwa ekstrak etil asetat
dari kulit buah mangga (Mangifera indica L.) mempunyai aktivitas antioksidan
dan antiinflamasi serta memiliki kandungan flavonoid dan fenolik yang diketahui
dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Oleh karena itu, penggunaan nanopartikel
perak dari ekstrak kulit buah mangga (Mangifera indica L.) ini memiliki
keunggulan untuk digunakan sebagai perawatan pada karies gigi.

Selain mengutamakan kesehatan pasien dengan pemberian perawatan,


dokter gigi juga harus mementingkan hal lain yang berkaitan dengan kenyamanan
pasien. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam pemberian
kenyamanan kepada pasien adalah dengan memperhatikan etika saat sedang
memberikan perawatan kepada pasien. Oleh karena itu, kode etik kedokteran gigi
sangatlah diperlukan untuk mengatur etika profesi dokter gigi demi mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu kenyamanan pasien dalam
melakukan perawatan. Menurut Ketua Umum PB PDGI periode 2017-2020,
perkembangan teknologi digital berdampak cukup signifikan terhadap profesi
kedokteran gigi. Kemudahan terhadap akses internet memberikan kemudahan dan
batasan dalam perolehan informasi dan konektivitas antara dokter gigi dan
masyarakat bukan merupakan masalah. Hal ini mengakibatkan banyaknya dokter
gigi yang melakukan hal-hal tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan etika
profesi kedokteran gigi dengan mudah.  Oleh karena itu, demi mempertahankan
keluhuran profesi dokter gigi, hal-hal seperti ini harus diatur dalam kode etik
kedokteran gigi.

15
Menurut pasal 35 pada Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia, Dokter Gigi
di Indonesia yang terbukti secara sah melakukan pelanggaran etik dalam
melaksanakan profesi kedokteran gigi akan menerima sanksi yang berupa
penasehatan, teguran lisan dalam bentuk dokumen tertulis, peringatan tertulis,
pembinaan perilaku, pendidikan atau pelatihan terhadap kasus yang dilanggar,
pemecatan sementara sebagai anggota PDGI, dan pencabutan Rekomendasi Surat
Izin Praktek (SIP) sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan.

16
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Nanopartikel perak dari ekstrak kulit Mangifera indica berpotensi


sebagai antibakteri dan perawatan tambahan pada karies. Perawatan karies
dengan menggunakan GIC yang diperkuat dengan sintesis AgNPs dari
ekstrak kulit Mangifera indica ini dapat meningkatkan ketahanan terhadap
aus dan meningkatkan kekerasan dibandingkan dengan GIC konvensional.
Ekstrak kulit dari Mangifera indica juga memiliki kandungan yang
berfungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi sehingga dapat mencegah
pembentukan koloni bakteri pada bagian gigi yang direstorasi. Selain
pentingnya rencana perawatan untuk keberhasilan terapi dan kenyamanan
pasien, dokter gigi juga harus tetap mempertahankan sikap dan etikanya
serta menjaga kerahasiaan riwayat maupun identitas dari pasien. Oleh
karena itu, dokter gigi tidak diperkenankan untuk melakukan promosi
dalam bentuk apapun seperti memuji diri dan sangat dilarang
mengiklankan dengan tujuan agar pasien datang berobat kepadanya,
terlebih jika promosi yang digunakan tersebut menyebarkan informasi
pribadi pasien yang berupa foto sebelum dan sesudah perawatan tanpa
seizin pasien yang bersangkutan. Apabila ada dokter gigi yang masih
melanggar akan diberi sanksi berupa penasehatan, teguran lisan dalam
bentuk dokumen tertulis, peringatan tertulis, pembinaan perilaku,
pendidikan/pelatihan terhadap kasus yang dilanggar, pemecatan sementara
sebagai anggota PDGI, dan pencabutan Rekomendasi Surat Izin Praktek
(SIP) sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. 

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai potensi nanopartikel


perak dari ekstrak kulit Mangifera indica sebagai antibakteri dan
perawatan tambahan pada karies agar nantinya penelitian ini dapat
digunakan secara lebih luas dalam bidang kedokteran gigi. 
DAFTAR PUSTAKA

Al Muhajirin, A. (2018). THE RELATIONSHIP OF CARIOGENIC FOOD


CONSUMPTION WITH DENTAL CARARY IN CHILDREN (7-9 YEARS
OLD) AT MARDIYUANA ELEMENTARY SCHOOL BOGOR. Jurnal Ilmiah
Wijaya, 10(1), pp.32–39.

Febrianty Y., AKTIVITAS ANTIINFLAMASI DEKOKTA KULIT BUAH


MANGGA (Mangifera indica L.) INDRAMAYU PADA MENCIT JANTAN
GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN 1% SKRIPSI. . [online] Available
at: http://repository.usd.ac.id/27361/2/148114147_full.pdf [Accessed 4 Oct.
2021].

Gayatri, R.W. and Mardianto, M. (2016). GAMBARAN STATUS KARIES GIGI


ANAK SEKOLAH DASAR KOTA MALANG. PREVENTIA, [online] 1(1).
Available at: http://journal.um.ac.id/index.php/preventia/article/view/7840/3606
[Accessed 4 Oct. 2021].

Hakim, R., B.lampus & Wowor, V.N.S., 2012. Gambaran tumpatan glass ionomer
cement pada mahasiswa akademi keperawatan rumah sakit tingkat III Robert
wolter monginsidi.

Husyaerry, M.A. & Setiawan, A.S., 2018. Efektivitas Partikel Nano dalam
Pencegahan Karies. Journal of Indonesian Dental Association, 1, pp.111–113.

Kartikasari, Vica., Fidelia, Sindy., Sudiono, Janti. 2018. Efek Ekstrak Etanol
Tumbuhan Sarang Semut(Myrmecodia Pendans) Terhadap Sel Odontoblas Pada
Pulpitis (Kajian Pada Sediaan Histopatologi Pulpa Gigi Tikus Sprague Dawley).
Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

Khan, A.S. et al., 2019. Incorporation of nanoparticles in glass ionomer cements:


Clinical applications, properties, and future perspectives. Nanobiomaterials in
Clinical Dentistry, pp.113–138. 
Kidd, E. A. M dan Bechal, S. J. 2015. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lebaka, V.R., Wee, Y.-J., Ye, W. and Korivi, M. (2021). Nutritional Composition
and Bioactive Compounds in Three Different Parts of Mango Fruit. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 18(2), p.741.

Listrianah, L., Zainur, R.A. and Hisata, L.S. (2019). GAMBARAN KARIES
GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA SISWA – SISWI SEKOLAH
DASAR NEGERI 13 PALEMBANG TAHUN 2018. JPP (Jurnal Kesehatan
Poltekkes Palembang), 13(2), pp.136–149.

Margareta, S. 2012. 101 Tips dan Terapi Alami Agar Gigi Putih dan Sehat.
Sleman. Yogyakarta.

Ningsih, D.R. (2017). EKSTRAK DAUN MANGGA (Mangifera indica L.)


SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP JAMUR Candida albicans DAN
IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWANYA. Jurnal Kimia Riset, 2(1), p.61.

Noviyanty, Y., Hepiyansori, H. and Insani, T.D. (2021). UJI AKTIVITAS


SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
AUREUS. Oceana Biomedicina Journal, 4(1), p. 38.

Putri, dkk. 2013. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.

Ratih, Ida Ayu Dewi Kumala dan Dewi, Ni Luh Putu Sita Indra. 2019.
HUBUNGAN PERILAKU MAKAN PERMEN DENGAN KARIES PADA
SISWA SDN 1 DAWAN KALER KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN
2017.  JURNAL KESEHATAN GIGI (Dental Health Journal); Vol. 6, No. 2. 

Rattu A.J.M., Wicaksono, Dinar & Wowor, Virginia E. 2013. Hubungan antara
Status Kebersihan Mulut dengan Karies Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Manado. Jurnal e-Gigi. Vol. 1 No. 2.

20
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rumagit, B.I., Nahor, E. and Lalura, C.C. (2020). Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Pada Ekstrak Etanol Kulit Buah Mangga Kweni (Mangifera odorata
Griff.). PROSIDING Seminar Nasional Tahun 2020 ISBN : 978-623-93457-1-6,
[online] pp.14–19. Available at: https://ejurnal.poltekkes-
manado.ac.id/index.php/prosiding2020/article/view/1349/897 [Accessed 4 Oct.
2021].

Sadel, Peter. (2019). Green synthesis of silver nanoparticles using mango peel
extract.

Sirajudin, Ahmad dan Rahmanisa, Soraya. 2016. Nanopartikel Perak sebagai


Penatalaksanaan Penyakit Infeksi Saluran Kemih. MAJORITY: Vol 5, No 4.

Soetjipta, N. L. (2015). KEMAMPUAN ANTIBAKTERI FLAVONOID


EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
YANG TERDAPAT DALAM KARIES DENTIN. Perpustakaan Universitas
Airlangga. 

Surhayanti, S. (2017) ANALISIS KANDUNGAN PIGMEN FLAVONOID


PADA EKSTRAK MANGGA (Mangifera indica L).[online] Available at:
http://lib.unnes.ac.id/32515/1/4211412072.pdf [Accessed 4 Oct. 2021].

Syafriadi, M., et al. (2020). KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA


(KODEKGI). [online] https://pdgi-jaksel.org. 

Taufik Y, Promosiana A, dan Atmojo HA. Statistik Produksi Hortikultura.


Jakarta: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura; 2014; p. 29-34

Ticoalu B, Abidjulu J, Wicaksono DA. 2014. Gambaran kebocoran tepi tumpatan


pasca restorasi resin komposit pada mahasiswa program studi kedokteran gigi
angkatan 2005-2007. Jurnal e-GIGI.

21
Willem, Maikel D. 2017. SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN DISIPLIN
DOKTER ATAU DOKTER GIGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR
29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN. Lex Et Societatis:
Vol. V, No. 10.

Yadav, D., Singh, K. and Singh, S. (2018). Mango: Taxonomy and botany. ~
3253 ~ Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, [online] 7(2), pp.3253–
3258. Available at:
https://www.phytojournal.com/archives/2018/vol7issue2/PartAT/7-2-211-896.pdf
[Accessed 4 Oct. 2021].

22

Anda mungkin juga menyukai