Oleh:
Kelompok 2 / Reguler 1
Dian Febiola Christian 175070200111027
Nurita Sahara Baiduri 175070200111029
Agustinus Lorensa Krisyanto 175070200111031
Syafira Idhatun Nasyiah 175070200111033
Faiqotul Amalia 175070201111001
Ayu Widia Kusuma 175070201111005
Heriberta Tabita M. D 175070201111007
Ihsanul Fikri 175070201111009
Ulil Aflah 175070201111011
Indah Kumala Sari 175070201111013
Putri Arofa 175070201111015
Suliyaningsih 175070201111017
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan “Laporan Praktikum
Pengkajian Keselamatan Pasien” untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
Manajemen dalam Keperawatan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini dan juga Para Dosen
yang telah memberikan materi sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
laporan ini.
Harapan kami semoga laporan yang telah kami susun dapat memberikan
pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, kami yakin laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan
laporan ini. Dengan harapan kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB 3 PEMBAHASAN 25
ii
3.2 SKP II: PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF 25
OPERASI 26
BAB 4 PENUTUP 29
4.1 Kesimpulan 29
4.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mempelajari, menggali, dan memahami tentang penerapan sasaran
keselamatan pasien.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami penerapan sasaran keselamatan pasien.
b. Menyebutkan dan menjelsakan enam sasaran keselamatan apsien.
c. Menjelasakan tujuan dan tahapan penerapan sasaran keselamatan
pasien.
d. Mampu menerapkan enam sasaran keselamatan pasien.
1.3 Manfaat
Mengasah kemampuan dalam berpikir kristis guna menganalisis penerapan sasaran
keselamatan pasien di tatanan layanan kesehatan.
2
BAB II
Tidak
No Kegiata Dilakuka
dilakuka
. n n
n
1. Mengucapkan salam
√
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
2. Memperkenalkan diri √
“Saya……(nama), saya adalah perawat yang
bertanggung jawab untuk perawatan Bapak/Ibu
3
saat ini.”
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
“Bapak/Ibu, saya akan…… (memberikan
obat/memberikan transfusi darah/mengambil √
pasien.
4
5) Rancangan SPO tentang pemasangan dan pelepasan gelang identitas
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa Rumah Sakit telah menyediakan SPO pemasangan dan pelepasan
gelang identitas. Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang telah dilakukan
didapat data sebagai berikut :
Tidak
Kegiata Dilakuka
No. dilakuka
n n
n
Persiapan
1. Penampilan perawat:
a. Periksa kerapian seragam √
5
2. Isi/periksa label gelang dengan identitas pasien
a. nama pasien (e KTP)
√
b. tanggal lahir
c. nomor rekam medis
3. Mengucapkan salam
√
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
4. Memperkenalkan diri
“Saya……(nama), saya adalah perawat dari unit √
kerja…….(sebutkan).”
5. Menjelaskan maksud dan tujuan √
“Bapak/Ibu, sesuai prosedur keselamatan
pasien, saya akan memasangkan gelang
identifikasi ini pada pergelangan tangan
Bapak/Ibu. Tujuannya adalah untuk
memastikan identitas Bapak/Ibu dalam
mendapatkan pelayanan perawatan atau
pengobatan selama di rumah sakit ini. Kami
sebagai petugas kesehatan akan selalu
melakukan konfirmasi identitas dengan
meminta Bapak/Ibu menyebutkan nama dan
tanggal lahir untuk dicocokkan dengan data
pada gelang identifikasi. Prosedur konfirmasi
tersebut akan selalu dilaksanakan pada saat
pemberian obat, transfusi darah, pengambilan
sampel darah, urin dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, dan sebelum pengobatan
6
atau tindakan”
6. Melakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa
pasien dan atau keluarga paham atas informasi √
tersebut
7. Menginformasikan kepada pasien dan/keluarga
untuk tidak melepas atau menutupi gelang
selama dirawat di rumah sakit “Bapak/Ibu,
√
mohon agar gelang identifiasi ini
tidak dilepas atau ditutupi selama menjalani
perawatan di rumah sakit ini.”
8. Menjelaskan bahaya untuk pasien yang
√
menolak, melepas, atau menutupi gelang
9. Memasang gelang identetias pada pergelangan
tangan pasien yang tidak terpasang infus. √
terimakasih
13 Dokumentasi pemasangan gelang identifikasi
√
.
7
1) Keakuratan dan penerapan Komunikasi (lisan, telepon) di rumah sakit
SPO dan panduan terkait komunikasi efektif ini sudah ada dan sudah
disosialisasikan kepada tenaga kesehatan
8
sadar) dan melihat ke gelang
identitas pasien.
2. Siapkan status/rekam medis
pasien. Verifikasi identitas
pasien sesuai antara gelang
√
pasien, status pasien dan
nama pasien, siapkan form
konsul.
3. Ucapkan salam dan laporkan
identitas pasien meliputi
nama, jenis kelamin, umur,
√
keluhan, hasil pemeriksaan
dan pengamatan serta obat-
obatan bila ada.
4. Tanyakan tindak lanjut kepada
√
pemberi perintah/dokter.
5. Tulis secara lengkap
jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda
tangan, nama pemberi
√
perintah dan tanda tangan
(pada kesempatan berikutnya)
pada form yang telah
disediakan.
6. Konfirmasi ulang isi perintah √
yang sudah dituliskan dengan
membacakan ulang kepada
pemberi perintah/dokter. Eja
ulang satu persatu hurufnya
bila perintah mengandung
nama obat gologan LASA (look
alike sound alike)/ NORUM
(Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip) dan obat High Alert,
Daftar obat LASA /NORUM dan
9
High Alert terlampir.
7. Cantumkan tanda cawang
pada kolom membaca ulang isi
√
laporan bila sudah dibacakan
ulang.
8. Pemberi perintah/dokter
harus mengkonfirmasi lisan
sesaat setelah pemberi
perintah/dokter mendengar
√
pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal
“ya sudah benar”.
9. Lakukan konfirmasi tertulis
dengan tanda tangan pemberi √
perintah/dokter.
10. Ucapkan terima kasih dan
√
salam.
Komunikasi melalui telepon
1. Mengidentifikasi pasien secara
langsung dengan menanyakan
langsung nama pasien (pada
keluarga bila pasien tidak √
sadar) dan melihat ke gelang
identitas pasien. Siapkan
status/rekam medis pasien.
2. Verifikasi identitas pasien
sesuai antara gelang pasien,
status pasien dan nama √
pasien. Siapkan form konsul
melalui telepon
3. Tekan nomor ekstensi pemberi
√
perintah/dokter
4. Setelah terdengar nada
√
terhubung ucapkan salam.
5. Sebutkan identitas diri dan √
10
ruang perawatan
6. Laporkan identitas pasien
meliputi nama, jenis kelamin,
umur, keluhan, hasil √
pemeriksaan dan pengamatan
serta obat-obatan bila ada.
7. Tanyakan tindak lanjut kepada
√
pemberi perintah/dokter.
8. Tulis secara lengkap
jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda
tangan, nama pemberi
√
perintah dan tanda tangan
(pada kesempatan berikutnya)
pada form yang telah
disediakan.
9. Baca kembali isi perintah
dan/atau laporan
pemerinksaan kritis/cito, yang
sudah dituliskan. Eja ulang
satu persatu hurufnya bila
perintah mengandung nama
√
obat gologan LASA (look alike
sound alike)/ NORUM (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip)
dan obat High Alert, Daftar
obat LASA /NORUM dan High
Alert terlampir
10. Pemberi perintah/dokter √
harus mengkonfirmasi lisan
sesaat setelah pemberi
perintah/dokter mendengar
pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal
11
“ya sudah benar”.
11. Cantumkan tanda cawang
pada kolom membaca ulang isi
√
laporan bila sudah dibacakan
ulang.
12. Telpon ulang pemberi
perintah/dokter bila laporan
belum dibacakan ulang, dan √
belum konfirmasikan ulang isi
perintah.
13. Ucapkan terima kasih dan
√
salam.
14. Lakukan konfirmasi tertulis
dengan tanda tangan pemberi
perintah/dokter yang harus √
diminta pada kesempatan
kunjungan/visite berikutnya
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pelaksanaan teknik SBAR dan TBaK
belum berjalan secara optimal karena sebagian besar perawat masih
menggunakan komunikasi ringkas atau belum menerapkan SBAR dan TBaK.
Selain itu, penerapan komunikasi efektif di RS membutuhkan lembar konfirmasi
sebagai bukti pencatatannya. Namun hal tersebut belum tersedia di RS. Hal itu
menjadi hambatan dari aspek sarana dalam pelaksanaan komunikasi yang
efektif.
12
disalah artikan sebagai 10 mg maka sebaiknya ditulis 1 mg tanpa angka 0 di
belakang koma.
13
Rumah Sakit menerapkan prinsip 7B dalam pelaksaan pemeriksaan ketepan
obat yang akan diberikan kepada pasien yaitu :
a. Benar obat
b. Benar pasien
c. Benar dosis
d. Benar cara/rute pemberian
e. Benar waktu
f. Benar informasi
Kegi Tidak
No. Dilakukan
atan dilakukan
Persiapan
medis).
2. Melakukan pemeriksaan stok obat high alert
pada lemari penyimpan pasien, atau pada
lemari penyimpanan obat khusus high alert
yaitu lemari obat atau lemari pendingin
√
sesuai dengan jenis obat yang dibutuhkan.
Pastikan label obat
masih utuh dan periksa tanggal kadaluarsa
obat.
3. Memeriksa ketepatan obat high alert yang √
akan digunakan dan alat kesehatan
pendukung (jika diperlukan) dengan prinsip
7 (tujuh) benar yaitu:
g. Benar obat
h. Benar pasien
i. Benar dosis
14
m. Benar dokumentasi
15
obat yang disiapkan adalah obat yang benar,
misalnya: dosis insulin
7. Ketika petugas kedua telah selesai
melakukan pengecekan ganda dan kedua
petugas yakin bahwa obat telah sesuai, √
16
pasien
12. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat
mengecek nama pasien, memberitahukan
kepada pasien mengenai nama obat yang
√
diberikan, dosis, dan tujuannya (pasien dapat
juga berperan sebagai pengecek, jika
memungkinkan)
13. Semua pemberian high alert medications
intravena dan bersifat kontinu harus
diberikan melalui pompa infus IV.
Pengecualian dapat diberikan pada pasien di
ruang kepada pasien di ruang rawat intensif
neonates (NICU), atau pada pasien risiko
√
tinggi mengalami kelebihan cairan. Setiap
selang infus harus diberi label dengan nama
obat yang diberikan di ujung distal selang dan
pada pintu masuk pompa (untuk
mempermudah verifikasi dan meminimalkan
kesalahan)
14. Pada situasi emergensi, dimana pelabelan
dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat/menunda penatalaksanaan
dan berdampak negative terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus
menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar-benar bersifat emergensi √
17
peninjauan ulang oleh Ahli Farmasi atau
Apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan.
16. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang
oleh Apoteker untuk mengetahui indikasi √
18
2) Pelaksanaan SPO tersebut di ruangan
19
dan isi sesuai kriteria yang ada
di form pada kolom pertama
11 Bila sudah sesuai antara √
identifikasi pasien, penunjang
medis, dan marking area,
antar pasien ke ruang operasi
12 Lakukan timbang terima √
antara perawat rawat
inap/ruang asal pasien dengan
perawat ruang operasi untuk
melakukan verifikasi ulang
pada pasien dan
penandatanganan form
timbang terima keselamatan
pembedahan.
20
evaluasi pelaksanaan cuci tangan tetah dilakukan audit yang sesuai dengan
SPO Standart. Berikut SPO yang digunakan oleh rumah sakit.
21
satu arah ke arah dalam dengan jari-jari tangan
menguncup Bila menggunakan handwash,
g. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
h. Keringkan tangan dengan menggunakan
tissue/handuk pengering untuk satu kali pakai
(bisa dicuci dan dipakai lagi)
i. Tutup kran dengan tissue
22
2.6 SKP VI : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH
1) Ketersediaan kebijakan untuk pengurangan risiko pasien jatuh
Rumah sakit memiliki kebijakan yang dilakukan dalam upaya pengurangan
risiko pasien jatuh berupa screening pasien jatuh dengan SOP pengkajian
yang sudah ditentukan dan disetujui rumah sakit dengan instrumen yang
dibedakan antara dewasa dan anak-anak.
4) Ketersediaan Form
Ketersediaan form ada namun dalam jumlah sedikit terutama untuk Humpty
Dumpty Scale yang dikhususkan untuk anak-anak sehingga pengurangan
risiko pasien jatuh pada anak-anak sangat kurang terkaji di rumah sakit ini.
6) Pelaksanaan Screening
Setelah dilakukan tanya jawab dengan kepala ruangan mengenai kebijakan
dan SPO risiko jatuh, dilakukan observasi pada perawat ruangan ketika
melakukan screening risiko jatuh pada pasien dan didapatkan data bahwa
perawat ruangan tidak menjelaskan tujuan dilakukannya pengkajian risiko
jatuh pada pasien maupun keluarga, serta pengkajian ulang dilakukan tidak
teratur.
23
24
No Kegiatan Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan V
keluarga
2. Menjelaskan tujuan pengkajian risiko jatuh V
3. Melakukan pengkajian risiko jatuh V
menggunakan instrument yang sesuai
4. Melakukan interpretasi hasil pengkajian risiko V
jatuh
5. Melakukan tatalaksana risiko jatuh sesuai hasil V
interpretasi
6. Memberikan penanda untuk pasien risiko jatuh V
7. Melakukan pengkajian ulang secara teratur V
25
BAB III
PEMBAHASAN
26
Untuk mendukung komunikasi efektif, perlu dibuat kebijakan dan prosedur yang
mendukung pelaksanaan keakuratan komunikasi lisan maupun telepon guna
meningkatkan keselamatan pasien (Dewi, 2019). Berdasarkan laporan FDA Safety,
Thomas Maria, et al, dalam Ulva (2017) menemukan bahwa komunikasi buruk dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan obat sebesar 19%. Komunikasi yang baik
antarperawat dapat menjalin kerjasama yang baik dalam melakukan pelayanan
keperawatan (Ulva, 2017). Selain itu, komunikasi yang efektif dapat mencegah
terjadinya kesalahan dalam penanganan pasien, mencegah keterlambatan dalam
pelayanan, dan dapat menggambarkan sebuah hubungan yang baik antar tim
kesehatan (Siska, 2019).
Kemudian untuk operan perawat dari shift malam ke pagi sudah dilakukan
secara modern, yaitu operan dilakukan tidak hanya di nurse station tapi sudah
mengecek langsung keadaan pasien mengenai keluhannya dan kemajuan perawatan
yang sudah dilakukan, tapi hal ini belum optimal karena belum ada acuan dalam
melakukan operan hanya mengacu pada status rekam medis pasien. Sedangkan
operan untuk shift pagi ke sore dan shift sore ke malam sering dilakukan secara
tradisional, yaitu operan hanya di nurses station tidak ada konfirmasi pada masing-
masing pasien.
Operan yang buruk juga menyebabkan tujuan komunikasi efektif tidak tercapai
dan menjadi ketidakpuasan perawat dalam melakukan operan. Sebab operan adalah
sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara
singkat, jelas, dan lengkap mengenai tindakan yang sudah dilakukan, yang belum
dilakukan perawat, dan perkembangan kesehatan pasien (Ulva, 2017).
Komunikasi yang buruk adalah penyebab yang paling utama menimbulkan efek
samping di semua aspek pelayanan kesehatan, sehingga mengakibatkan masalah
dalam pengidentifikasian pasien, pengobatan dan transfuse serta alergi diabaikan,
salah prosedur operasi, salah sisi bagian yang dioperasi, semua hal tersebut
berpotensi terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien dan dapat dicegah
dengan meningkatkan komunikasi (Astuti, 2019).
27
pemberian obat kepada pasien. Pada saat dilakukan observasi perawat telah
melakukan prosedur dengan baik dan benar sesuai dengan Spo yang telah
disediakan oelh Rumah Sakit.
28
dengan benar, seperti tidak melepaskan perhiasan dan tidak menggosok ibu jari
ketika menerapkan 6 langkah cuci tangan.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Sasaran keselamatan pasien merupakan hal terpenting yang harus
diperhatikan oleh rumah sakit dan menjadi syarat yang penting untuk diterapkan
di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WHO Patient Safety Tahun 2007 yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI). Terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang harus diperhatikan agar
dapat memastikan keamanan bagi pasien saat mendapat asuhan di rumah sakit
yaitu sebagai berikut.
1. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
2. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medications)
4. Sasaran lV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami tentang
sasaran keselamatan pasien yang penting untuk diperhatikan oleh tenaga
kesehatan di layanan rumah sakit agar menjamin keselamatan dan keamanan
pasien saat dirawat di rumah sakit sehingga proses perawatan pasien tidak ada
hambatan apapun.
30
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, N., Ilmi, B., Wati, R. (2019). Penerapan Komunikasi Situation, Background,
Assessment, Recommendation (SBAR) pada Perawat dalam Melaksanakan
Handover. IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practice), 3(1): 42-51
Siska, S., Nur, T., Sulisno, M. (2019). Penerapan Komunikasi SBAR untuk Meningkatkan
Kemampuan Perawat dalam Berkomunikasi dengan Dokter. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, 10 (2): 273-282.
Sundoro, T., Rosa, E. M., Risdiana, I. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien Sesuai Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal dan
Manajemen Rumah Sakit, 5 (1): 40-48
Diah, dkk. (2015). Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dalam Sasaran Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Sumatera Utara. Idea Nursing Journal Vol VI No. 2.
Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: Deepublish
Ulrich, B. and Kear, T. (2014) ‘Patient Safety and Patient Safety Culture: Foundations of
Excellent Health Care Delivery.’, Nephrology Nursing Journal
Wardhani, V. (2017).Manajemen Keselamatan Pasien. Malang : UB Press
31