1. LATAR BELAKANG
Saat ini mutu layanan kesehatan merupakan fokus utama bagi masyarakat. Kesadaran
dan kepedulian terhadap mutu memang semakin meningkat. Hal-hal yang berkaitan dengan
mutu saat ini antara lain : kepercayaan bahwa sesuatu yang bermutu pastilah merupakan hal
yang bersifat luks, mewah, dan mahal. Mutu juga dianggap sesuatu hal yang bersifat abstrak
sehingga tidak dapat diukur Upaya peningkatan mutu memerlukan biaya yang cukup mahal.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda
depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
tahun 2014 tentang ”Pusat Kesehatan Masyarakat”, merupakan landasan hukum dalam
penyelenggaraan Puskesmas. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan , terlebih lagi
pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah Rumah Sakit di mata
masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat
pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien.
Kontribusi yang optimal dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
terwujud apabila sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan mendukung terjadinya
praktik keperawatan profesional dan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan serta
dikelola oleh manajer dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai.
Manajemen keperawatan merupakan pengelolaan aktivitas keperawatan oleh manajer
keperawatan melalui kegiatan manajerial terhadap perawat pelaksana dalam
menyelenggarakan pelayanan keperawatan kepada pasien/keluarga/masyarakat secara
professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengendalikan, dan mengevaluasi sarana prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga,
dan masyarakat sesuai kode etik dan standard praktek keperawatan.
2. TUJUAN
a. Tujuan umum
Memberikan gambarab seluruh kegiatan praktik manajemen keperawatan yang
dilaksanakan untuk kemajuan layanan keperawatan di Rumah Sakit.
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terjadi di Rumah Sakit
2. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
3. Menyusun tujuan dan rencana alternatif untuk penyelesaian masalah
4. Melaksanakan rencana yang sudah disusun dan mengevaluasi pelaksanaan pada aspek
masukan dan proses pada manajemen keperawatan
3. MANFAAT
a. Bagi Rumah Sakit dapat dijadikan sarana dukungan, masukan, atau pengembangan fungsi
perencanaan manahemen keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit.
b. Memberikan ilmu baru yang nantinya dapat dikembangkan sebagai pedoman pendidikan
manajemen keperawatan
c. Mengaplikasikan konsep pengkajian hingga evaluasi manajemen keperawatan dalam tatanan
praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan.
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
A. Fungsi Perencanaan
Berdasarkan hasil pengkajian berupa wawancara kepada kepala ruang X didapatkan data sebagai
berikut.
1. Visi dan misi organisasi
a. Visi dan misi ruang rawat
Visi Ruang Rawat X
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dengan
mengutamakan kepuasan pelanggan.
Misi Ruang Rawat X
- Memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien.
- Memelihara dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dengan
melibatkan pasien dan keluarga.
- Mengembangkan sistem pemberian pelayanan keperawatan professional di ruang
rawat.
- Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) keperawatan melalui
pelatihan dan pendidikan formal.
- Melaksanakan pemantauan terhadap pemakaian, pemeliharaan sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan secara teratur dan berkala.
- Menerapkan perilaku caring dalam memberikan pelayanan keperawatan.
- Memberikan reward dan punishment kepada perawat sesuai dengan kinerjanya.
b. Keterkaitan visi dan misi ruang rawat dengan rumah sakit
Visi Rumah Sakit
Menjadi rumah sakit yang dapat menyehatkan masyarakat dan berstandar nasional.
Misi Rumah Sakit
- Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, professional dan mengutamakan
kepuasan pasien.
- Menyelenggrakan pendidikan dan penelitian yang bermutu di bidang kesehatan.
- Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu.
- Meningkatkan pengelolaan administrasi dan keuangan secara cepat dan akurat.
Berdasarkan visi dan misi rumah sakit, maka visi dan misi ruang rawat X saling terait
dengan rumah sakit.
2. Filosofi organisasi
a. Filosofi ruang rawat
Filosofi dari ruangan X sesuai dengan tujuan dari awal direncanakan pembukaan ruangan
ini, bahwa ruangan ini merupakan ruangan perawatan penyakit dalam. Yang termasuk di
dalamnya untuk penderita post- rawat stroke, kemudian penyakit menular maupun tidak
menular. Kemudian juga di ruang X terdapat ruangan isolasi, yang diperuntukkan untuk
penyakit menular seperti TB atau mungkin juga kasus flu burung itu bisa dimasukkan di
ruang isolasi.
b. Keterkaitan filosofi ruang rawat dengan rumah sakit
Iya. Karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum, sehingga pelayanan/perawatan
penyakit dalam menjadi salah satu dari filosofi berdirinya rumah sakit ini mendukung
pelayanan di rumah sakit ini.
3. Tujuan dan target organisasi
a. Tujuan dan target ruang rawat
Tujuan dan terget dari ruang X selaras dengan visi dari ruang rawat yaitu terlaksananya
pelayanan keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu keperawatan, serta
mengutamakan keselamatan pasien. Tujuannya :
- Terlaksananya pelayanan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien.
- Terlaksananya pemeliharaan dan peningkatan pelayanan keperawatan yang bermutu
dengan melibatkan pasien dan keluarga.
- Terlaksananya pengembangan sistem pemberian pelayanan keperawatan
professional di ruang rawat.
- Terlaksananya peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) keperawatan
melalui pelatihan dan pendidikan formal.
- Terlaksananya pelaksanaan pemantauan terhadap pemakaian, pemeliharaan sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan secara teratur dan berkala.
- Terlaksananya penerapan perilaku caring dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
- Terlaksananya pemberian reward dan punishment kepada perawat sesuai dengan
kinerjanya.
b. Keterkaitan tujuan ruang rawat dengan rumah sakit
Berdasarkan tujuan ruang rawat X tersebut yang mengacu pada visi misi yang ada di
ruangan X dimana hal tersebut selaras dengan tujuan rumah sakit. Sehingga adanya
keterkaitan antara tujuan ruang rawat X dan rumah sakit.
4. Kebijakan dan prosedur organisasi
a. Kebijakan di ruang rawat
Untuk kebijakan yang ada di ruangan X semuanya mengacu dari kebijakan rumah
sakit. Jadi, semua kebijakan yang sudah diterbitkan oleh rumah sakit itu diterapkan di
ruangan X. Dan untuk penerapannya menurut kepala ruangan sudah baik juga.
b. Panduan di ruang rawat
Untuk panduan yang ada di ruangan X semuanya mengikuti dar rumah sakit. Dan
untuk penerapannya menurut kepala ruangan sudah baik, seperti panduan untuk asuhan
keperawatan, manajerial, supervisi dan delegasi, serta panduan terkait jobdesc.
c. Prosedur di ruang rawat
Prosedur di ruang X berupa SOP/SPO. Seluruh tindakan di ruangan sudah dibuatkan
SOP dan menjadi acuan untuk melakasanakan tindakan-tindakan yang ada di ruang x.
d. Pelaksanaan kebijakan, panduan dan prosedur di ruang rawat.
Pelaksanaan kebijakan, panduan dan prosedur sudah dilaksanakan dengan baik dan
mengacu kepada rumah sakit serta SOP.
5. Peraturan organisasi
a. Peraturan di ruang rawat
- Peraturan yang ada di ruangan seperti jadwal masuk
Shift pagi : Jam 07.00 – 14.00
Shift sore : Jam 14.00 – 21.00
Shift malam : Jam 21.00 – 07.00
Perawat harus masuk sesuai jadwal dan tidak terlambat
- Peraturan terkait seragam yang digunakan setiap harinya
- Penggunaan atribut seperti ID card yang harus selalu dipakai saat bekerja
- Melaksanakan tugas sesuai dengan jobdesc masing-masing
b. Pelaksanaan peraturan di ruang rawat
Pelaksanaan peraturan yang ada di ruang rawat X secara keseluruhan sudah baik dan sesuai
dalam pelaksanannya. Terkadang ada beberapa perwat yang tidak memenuhi peraturan
yang ada dengan alasan yang jelas.
6. Perencanaan strategis dan operasional
a. Hubungan antara visi, misi, filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur, dan peraturan di
ruang rawat
Adanya hubungan yang erat antara visi, misi, filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur,
dan peraturan di ruang rawat X. Dimana ruang rawat X merupakan ruang rawat penyakit
dalam yang memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien serta melibatkan keluarga dan pasien
untuk terciptanya pelayanan yang bermutu dan profesional. Ruangan ini mengacu pada
SOP/SPO yang ada dalam melaksanakan setiap tindakan keperawatan. Serta adanya
peraturan di ruang rawat X untuk mendisiplinkan seluruh perawat yang ada ruangan
tersebut.
b. Rencana strategis di ruang rawat
- Peningkatan keselamatan pasien (patien safety)
- Kepuasan pelanggan
- Perawatan yang paripurna
- Peningkatan kualitas SDM
- Efisiensi serta investasi dari keuangan
c. Rencana operasional jangka pendek ruang rawat
- Pelaksanaan asuhan keperawatan setiap hari → pembautan jadwal jaga, alokasi tenaga
untuk pelaksanaan operasional sehari-hari, rencana pengadaan bahan yang diperlukan.
- Evaluasi terhadap pasien jatuh (3 hari sekali)
- Evaluasi terhadap pasien dekubitus (3 hari sekali)
- Evaluasi terhadap kejadian plebitis (3 hari sekali)
- Evaluasi terhadap pelaksanaan identifikasi pasien
- Kerjasama dengan PKRS dalam mengadakan edukasi kelompok diruangan yang akan
diadakan setiap 2 minggu sekali/ 1 bulan sekali
d. Rencana operasional jangka panjang ruang rawat
- Akan dilaksanakan pelatihan untuk perawat, meliptui pelatihan service excellent
(Pelayanan Prima) dalam 1 tahun kedepan dapat terlaksana
- Review dan edukasi kelengkapan pengisian berkas rekam medis
- Rencana pengadaan penambahan ruang
- Penambahan staff
e. Keterlibatan staf keperawatan dalam perencanaan ruang rawat
Ruang rawat X berusaha melibatkan staff dalam hal perencaaan terutama katim (ketua tim)
dan perawat pelaksana.
B. Fungsi Pengorganisasian
1. Struktur organisasi ruang rawat
Ruang rawat X pada rumah sakit X dipimpin oleh satu kepala ruang dan dibantu oleh 2
orang ketua tim serta perawat pelaksana. Adapun struktur organisasi yang ada di ruang rawat X
yaitu:
CLEANING
SERVICE
ADMINISTRASI
KATIM 1 KATIM 2
PERAWAT PERAWAT
MALAM MALAM
PEKARYA
2. Uraian tugas
1) Uraian Tugas Kepala Ruang
Tabel 3.17 Uraian Tugas Kepala Ruang
H1 H2
No Uraian Tugas
D TD D TD
1. Merencanakan
√ √
kebutuhan tenaga
2. Membuat program
√ √
kerja ruangan
3. Merencanakan
√ √
Budgeting Ruangan
4. Membuat jadwal
√ √
dinas
5. Merencanakan
rapat ruangan √ √
bulanan
6. Menyusun
indikator mutu √ √
ruangan
7. Memilih kepala Tim √ √
8. Melakukan
koordinasi
pelayanan dengan √ √
Manajer dan
ruangan lain
9. Mengelola
√ √
Inventaris ruangan
10. Memimpin rapat
√ √
ruangan
11. Melakukan
supervisi terhadap √ √
bawahan
12. Melakukan evaluasi
√ √
mutu ruangan
13. Mengontrol √ √
pelaksanaan
asuhan
keperawatan di
ruangan
Total 9 4 9 4
Presentase 69% 31% 69% 31%
Keterangan:
D : Dilakukan TD : Tidak dilakukan
Pelaksanaan tugas kepala ruangan ada beberapa yang belum optimal, yaitu:
- Perencanaan budgeting ruangan belum optimal karena mengikuti dari rumah sakit.
- Pengelolaan inventaris ruangan masih kurang tertib.
- Supervise terhadap bahawan juga tidak terjadwal dengan baik, sehingga kontrol
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan juga kurang baik. Kemudian belum di
lakukan rekapan atau survei.
2) Uraian Tugas Ketua TIM
Tabel 3.18 Uraian Tugas Ketua TIM
No H1 H2
Uraian Tugas
D TD D TD
1. Mengenal atau
mengetahui kondisi
pasien dan dapat √ √
menilai tingkat
kebutuhan pasien
2. Membuat perencanaan
√ √
bersama anggota tim
3. Bersama anggota tim
menerima operan shift √ √
sebelumnya
4. Melakukan supervisi
kondisi klien setelah √ √
operan
5. Melakukan doa
bersama diawal dan √ √
diakhir shift
6. Melakukan conference √ √
7. Melakukan modifikasi √ √
asuhan keperawatan
sesuai kondisi dibawah
tanggung jawabnya
8. Melakukan koreksi dan
revisi askep yang dibuat √ √
oleh anggotanya
9. Melakukan evaluasi
√ √
pada setiap klien
10. Memberikan pendidikan
informasi kepada pasien √ √
atau keluarga
11. Menilai kinerja anggota
√ √
dibawahnya
12. Memperkenalkan
√ √
anggota tim pada klien
13. Berpatisipasi dalam
tercapainya mutu √ √
rumah sakit
14. Melaksanakan tugas
lain yang diberikan √ √
atasan
Total 10 4 10 4
Presentase 71% 29% 71% 29%
Pelaksanaan tugas ketua tim ada beberapa yang belum optimal, yaitu:
- Melakukan supervise kondisi klien setelah operan masih kurang optimal.
- Melakukan modifikasi asuhan keperawatan sesuai kondisi masih belum dilakukan,
biasanya asuhan keperawatan dibuat sekali saja dari awal masuk sampai pulang namun
tidak di lakukan modifikasi asuhan keperawatan.
- Pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga belum dilakukan secara optimal.
3) Uraian Tugas Perawat Pelaksana
Tabel 3.19 Uraian Tugas Perawat Pelaksana
NO H1 H2
Uraian Tugas
D TD D TD
1. Memberikan asuhan √ √
keperawatan pada
pasien dibawah
tanggung jawabnya
2. Bekerja sama dengan
anggota tim dan antar √ √
tim
3. Memberikan laporan
kepada katim dari
tindakan keperawatan √ √
yang sudah maupun
yang belum diberikan
4. Memberikan pendidikan
informasi kepada pasien
√ √
atau keluarga yang baru
masuk RS
5. Berpartisipasi dalam
tercapainya mutu √ √
rumah sakit
6. Melaksanakan tugas
lain yang diberikan √ √
atasan
Total 4 2 4 2
Presentase 67% 33% 67% 33%
Pelaksanaan tugas perawat pelaksana ada beberapa yang belum optimal, yaitu:
- Memberikan laporan kepada katim belum optimal karena biasanya dilaporkan saat post
conference, sedangkan post conferencen terkadang tidak terlaksana sehingga seringkali
pelaporan ini juga tidak terlaksana.
- Pendidikan kesehatan juga belum optimal dilakukan karena biasanya perawat hanya
memberikan apa yang ditanyakan oleh pasien, tidak memberikan pendidikan kesehatan
secara terstruktur.
3. Pengorganisasian perawatan pasien
Metode penugasan yang digunakan di ruang rawat ini adalah metode tim yang telah di
modifikasi. Ketua tim hanya dua orang yang bertugas pagi hari sedangkan sore dan malam tidak
ada ketua tim yang bertugas. Pembagian tugas dibuat pj shift untuk sore dan malam.
4. Pendokumentasian proses keperawatan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tabel Observasi terhadap dokumentasi askep
N Aspek Yang Dinilai R R R R R R R R R R R R R R R R R R total
o M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 M M M1 M %
0 1 2 3 4 15 16 7 18
A Pengkajian
1 Mencatat data yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
dikaji dengan format
pengkajian
2 Data dikelompokkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
(bio-psiko-sosial-
spiritual)
3 Semua aspek 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 83%
pengkajian yang ada
dapat terkaji dengan
baik
4 Tanda tangan dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 94%
nama terang perawat
Prosentase 75 75 10 10 10 10 10 75 10 10 75 10 10 10 10 10 10 10
% % 0% 0% 0% 0% 0% % 0% 0% % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
B Diagnosa Keperawatan
1 Diagnosa 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78%
keperawatan
ditegakkan
berdasarkan data
mayor dan minor
yang relevan
2 Merumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
diagnosa
keperawatan
aktual/potensial
N Aspek Yang Dinilai R R R R R R R R R R R R R R R R R R total
o M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 M M M1 M %
0 1 2 3 4 15 16 7 18
3 Merumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
diagnosa
keperawatan
berdasarkan prioritas
Prosentase 10 10 66 66 66 10 10 66 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0% 0% % % % 0% 0% % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
C Rencana Tindakan
1 Dilaksanakan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
berdasarkan
diagnose
keperawatan
2 Disusun menurut 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
urutan prioritas
3 Rumusan tujuan 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28%
mengandung
komponen
pasien/subjek
perubahan, perilaku,
kondisi pasien dan
atau kriteria yang
SMART
4 Rencana tindakan 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
mengacu pada tujuan
dengan kalimat
perintah, terinci, dan
jelas
5 Rencana tindakan 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 67%
menggambarkan
keterlibatan pasien
atau keluarga
N Aspek Yang Dinilai R R R R R R R R R R R R R R R R R R total
o M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 M M M1 M %
0 1 2 3 4 15 16 7 18
6 Rencana tindakan 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
menggambarkan
kerjasama tim
kesehatan lain
7 Tanda tangan dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
nama terang perawat
Prosentase 71 71 71 28 71 71 85 28 10 42 85 85 85 85 85 85 85 85
% % % % % % % % 0% % % % % % % % % %
No Aspek Yang Ny Tn Tn Ny Tn Tn Tn Tn Ny. Tn Ny Ny Tn Tn Tn Tn Tn Tn total
Dinilai .N .R .D .E .M .E .P .R S . .Y .N .S . Pt .L . . . %
Ru Su Mj Rt
D Tindakan
1 Tindakan 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 61%
dilaksanakan sesuai
rencana
2 Perawat 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
mengobservasi
respon pasien
terhadap tindakan
keperawatan
3 Tindakan perawat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
mencantumkan %
paraf dan tanggal
jam
dilaksanakannya
tindakan
4 Semua tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
yang telah %
dilaksanakan
dicatat dengan
ringkas dan jelas
Prosentase 75 10 75 10 75 10 10 75 100 75 75 10 10 10 10 10 75 75
% 0% % 0% % 0% 0% % % % % 0% 0% 0% 0% 0% % %
E Evaluasi
1 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
dilakukan setiap %
1x24 jam
2 Hasil evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
dicatat dengan %
format SOAP
3 Modifikasi 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 67%
perencanaan
apabila masalah
tidak teratasi
4 Tanda tangan dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
nama terang %
perawat
Prosentase 75 10 75 10 10 10 75 75 10 10 10 10 10 10 10 10 75 75
% 0% % 0% 0% 0% % % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% % %
N Aspek Yang Ny Tn. Tn. Ny Tn. Tn. Tn. Tn. Ny Tn. Ny Ny Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. total
o Dinilai .N R D .E M E P R . S Ru .Y .N S Pt L Su Mj Rt %
F Catatan Askep
1 Melengkapi 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 67%
catatan
keperawatan pada
format yang baku
2 Pencatatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
dilakukan dengan
tindakan yang
dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
dengan jelas,
ringkas, istilah dan
baku dan benar.
4 Setiap tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
perawat %
mencantumkan
paraf atau nama
jelas dan tanggal
jam dilakukan
tindakan
5 Paraf dan tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
tangan keluarga %
sebagai bukti atas
keterlibatakn klien
dalam pelaksanaan
tindakan
keperawatan
Prosentase 10 80 10 10 10 80 80 80 80 60 10 10 10 10 10 80 10 10
0% % 0% 0% 0% % % % % % 0% 0% 0% 0% 0% % 0% 0%
Total 83 88 81 82 85 92 90 67 97 80 89 98 98 98 98 94 89 89
% % % % % % % % % % % % % % % % % %
89%
3 Fungsi Ketenagaan
1. Sistem penghitungan tenaga keperawatan
a. Perencanaan Kebutuhan Tenaga
Perencanaan yang digunakan Ruang X menggunakan metode Gillies dengan jam efektif
perawatan 7jam/hari yang akan digunakan sebagai dasar pengajuan apabila terdapat
kekurangan tenaga
b. Sistem Penghitungan Tenaga Keperawatan
System yang digunakan Ruang X dalam perhitugan kebutuhan tenaga menggunakan metode
Gillies
c. Kelengakapan dan Ketepatan Data
Kelengkapan dan ketepatan data sebagai penunjang perhitungan tenaga keperawatan di
Ruang X beberapa belum lengkap. Idealnya data ketergantungan pasien (Minimal, Parsial
dan Total Care) seharusnya direkap setiap hari sehingga dapat didapatkan untuk keperluan
data selama satu tahun. Hal tersebut yang masih belum optimal dijalankan di Ruang X ini,
ada beberapa hari yang data ketergantungan pasien tidak direkap, sehingga untuk
perhitungan kebutuhan tenaga kepala ruang hanya menggunakan data yang ada saja.
2. Jadwal Shift Dinas
a. Penentuan Jadwal/shift dinas
Siklus yang digunakan dalam ruang X dalam penentuan jadwal/shift dinas adalah setiap
bulan. Kepala ruangan akan membuat dan memperbarui jadwal shift dinas setiap bulannya
termasuk jadwal libur dan masuk, pembagian nama/tenaga untuk ditempatkan di shift pagi,
siang ataupun malam.
b. Pendistribuasian tenaga setiap shift
Pendistribusian tenaga untuk setiap shift di ruang X berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan tenaga menggunakan metode gillies dengan prosentase tenaga sebesar 47 %
untuk shift pagi, 36 % shift siang dan 17 % shift malam.
c. Keterlibatan perawat pelaksana dalam pembuatan jadwal
Perawat pelaksana dilibatkan dalam pemilihan hari libur melalui form dengan tetap
mempertimbangkan ketersediaan tenaga perawat pada hari tersebut. Apabila tiba-tiba tidak
bisa hadir maka perawat pelaksana mencari ganti hari libur dengan perawat lain yang
bersedia, bila memang tidak ada maka harus lapor ke kepala ruangan agar oleh kepala
ruangan ditunjuk langsung untuk menggantikan.
3. Ketenagaan
a. Sistem seleksi dan penerimaan tenaga baru di ruang rawat
Sistem seleksi mengikuti manajer SDM rumah sakit berupa tes tulis dan tes skill yang mana
kepala ruangan dilibatkan dalam menguji sumber daya tersebut.
b. Orientasi tenaga baru di ruang rawat
Orientasi dilakukan selama 3 bulan, yang mana akan dilakukan rotasi tiap ruangan terlebih
dahulu, setelahnya sumber daya akan dievaluasi dan akan diputuskan untuk penempatan
ruangan yang sesuai dengan kemampuan dan skillnya. Satu tahun selanjutnya adalah masa
training, yang dalam intervensi dan asuhan keperawatannya dibawah supervisi, selanjutnya
perawat tersebut akan dievaluasi untuk dapat menjadi pegawai tetap atau tidak.
c. pengembangan staf (pendidikan dan pelatihan) di ruang rawat
Pengembangan staf melalui pelatihan biasa dilakukan diluar rumah sakit sehingga akan
dilaksanakan giliran 1 hingga 2 orang pada tiap pelatihan, selain itu ada pelatihan yang
dilakukan rumah sakit. Umumnya rumah sakit membuat pelatihan tersebut berupa
gelombang agar seluruh perawat dapat mengikuti pelatihan secara giliran. Perawat juga
diizinkan melanjutkan pendidikannya namun dengan pengajuan ke rumah sakit terlebih
dahulu. Untuk pendidikan ada dua jenis yang pertama adalah tugas belajar yang mana
perawat memang ditugaskan oleh rumah sakit untuk melanjutkan studi, dan yang kedua
adalah izin belajar yang mana harus tetap bekerja sembari melanjutkan studi
d. Jenjang karir tenaga perawat di ruang rawat
Jenjang karir mengikuti sistem rumah sakit untuk sederhananya yaitu 1 tahun pertama
dapat disebut dengan PRA PK, kemudian setelah satu tahun akan diadakan tes credentialing
untuk menetapkan sumber daya tersebut dapat naik ke PK1, PK2, PK3, dan PK4.
2.4 Fungsi Pengarahan
1. Komunikasi
a. Arah komunikasi
Di ruangan X ini menerapkan komunikasi 2 arah, yaitu bisa dari atasan ke bawahan (bersifat
direction atau perintah) atau dari bahawan ke atasan (komunikasi timbal balik balik)
b. Komunikasi yang dilakukan antar perawat, perawat dengan dokter, perawat dengan
tenaga kesehatan lain, perawat dengan pasien
Untuk system komunikasi di ruangan X ini perawat ke pasien menggunakan teknik
terapeutik, sesama pearwat atau tenaga kesehatan lain menggunakan metode langsung
atau verbal namun bisa juga menggunakan komunikasi tertulis seperti melaporkan kondisi
pasien ke tenaga kesehatan lain
c. Sistem komunikasi tertulis di ruang rawat
Sistem komunikasi tertulis terkait kasus pasien yaitu menggunakan dokumentasi yang ada
direkam medis (komunikasi dengan sesama profesi), antar profesi menggunakan lembar
CPPT atau Catatan Perkembangan Pasien yanag Terintegrasi, Untuk komunikasi yang terkait
interupsi, informasi atau arahan menggunakan memo atau catatan tertulis.
d. Sistem komunikasi melalui telepon di ruang rawat
Sistem komuikasi melalui telepon di ruang X ini menggunakan panduan metode SBAR untuk
menuliskan informasi dengan situasinya terdahulu kemudian menuliskan latar belakangnya
bagaimana dan assesmentnya serta rekomendasinya bagaimana jadi dituliskan secara
sistematis atau berurutan sedangkan TBAK digunakan untuk yang menerima telepon yaitu
informasi yang didapat, ditulis kemudian dibacakan kembali untuk didengarkan oleh
pemberi pesan, kemudian yang memberikan pesan mengkonfirmasi kebenaran informasi
dengan memandatangani lembar yang tadi ditulis oleh penerima pesan maksimal 1x24 jam.
Namun di Ruang X ini pelaksaananya belum optimal.
e. Jadwal pertemuan di ruang rawat
Untuk jadwal pertemuan di ruang X ini dilakukan rapat secara rutian tiap bulan, namun
apabila ada hal penting dilakukan rapat juga
f. Faktor yang menghambat komunikasi di ruang rawat
Adanya ketidakoptimalan SBAR dan TBAK disebabkan oleh beberapa faktor yaitu budaya,
kurangnya pengetahuan terkait metode tersebut, beban kerja di ruang rawat
2. Motivasi
a. Penialaian motivasi perawat di ruang rawat
Untuk pernilaian motivasi di Ruang X ini tidak ada, namun pemberian motivasi bisa diberikan
reward yaitu dengan menilai jasa pelayanan sesuai capaian kinerja atau bisa juga diberikan
punishment apabila adanya pelanggaran. Pemberian punishment di Ruang X ini seperti
peringatan yang ringan sampai yang tegas namun bias juga dengan pemotongan intensif.
b. Upaya meningkatkan motivasi perawat di ruang rawat
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi perawat berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala ruang X adalah dengan menerapkan sistem reward dan punishment.
c. Sistem reward dan punishment di ruang rawat
Kepala Ruang X mengatakan bahwa reward diberikan bagi perawat yang memiliki kinerja
kerja yang bagus sedangkan punishment diberikan pada perawat yang melanggar peraturan
dan tidak disiplin. Punishment tersebut dapat berupa peringatan ringan sampai tegas atau
dapat juga berupa pemotongan insentif pada perawat yang sering terlambat. Bagi perawat
yang memiliki jam kerja yang lebih bisa diberikan remunerasi sesuai dengan capaian kerja
perawat tersebut.
Selain itu menurut kepala ruang X bahwa di ruangan ini, belum ada program dukungan
psikososial atau sesi sharing untuk meningkatkan motivasi perawat dan dulu sempat terpikir
untuk memberikan label penghargaan terhadap perawat seperti perawat terbaik,
tercekatan, dll untuk meningkatkan motivasi kerja perawat namun sampai saat ini belum
terlaksana.
3. Supervisi
a. Mekanisme supervisi terhadap staf di ruang rawat
Hasil wawancara dengan kepala ruang X mengatakan bahwa supervisi dilakukan kepala
ruangan ke perawat namun tidak terjadwal dengan baik, sifatnya incidental. Supervisi
dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya adalah
kepala ruangan melakukan supervisi dan observasi tindakan keperawatan secara langsung.
Tidak langsung maksudnya adalah kepala ruangan melakukan supervisi terhadap
dokumentasi/laporan yang dituliskan perawat.
b. Mechanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan di ruang rawat
Kepala ruang X mengatakan bahwa mekanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan di
ruang rawat dilakukan dari pra-supervisi, supervisi, dan pasca-supervisi. Pra-supervisi yaitu
persiapan, supervisi yaitu pelaksanaannya, dan pasca-supervisi yaitu evaluasinya.
c. Faktor penghambat kegiatan supervisi
Kepala ruang X menyatakan jika supervisi tidak terjadwal dengan baik sehingga hanya
beberapa perawat saja yang dilakukan supervisi, sedangkan perawat lainnya tidak. Supervisi
secara langsung kadang tidak dilakukan, hanya dilakukan supervisi tidak langsung sehingga
hasilnya tidak sebaik yang supervisi secara langsung. Hal ini disebabkan karena waktu dan
beban kerja kepala ruangan sehingga supervisi tidak dapat dilakukan secara maksimal.
4. Pendelegasian
a. Uraian tugas dan kewenangan dalam pendelegasian
Hasil wawancara dengan perawat X bahwa pendelegasian dilakukan saat ada keperluan
sehingga tugas tersebut didelegasikan ke orang lain, misalnya kepala ruangan tidak dapat
hadir di ruangan karena ada keperluan seperti mengikuti pelatihan atau rapat di manajemen
sehingga hal tersebut didelegasikan ke ketua tim. Pendelegasian tidak hanya dilakukan oleh
kepala ruangan, namun juga dapat dilakukan oleh ketua tim. Ketua tim biasanya
mendelegasikan ke perawat pelaksana.
b. Mechanisme pendelegasian di ruang rawat
Menurut kepala ruang X, pelaksanaan pendelegasian dilakukan secara lisan, tidak ada
dokumentasi tertulis untuk delegasi
5. Mekanisme penyelesaian masalah
a. Strategi manajemen konflik yang dilakukan di ruang rawat
Menurut kepala ruang X apabila terjadi konflik maka akan diselesaikan di lingkup yang
terlibat konflik tersebut, misalnya konflik terjadi di suatu tim maka akan diupayakan
penyelesaian oleh ketua tim. Namun apabila konflik terjadi dalam lingkup ruangan, maka
akan diupayakan penyelesaian dengan melibatkan kepala ruangan.
Manajemen konflik diharapkan dapat dilakukan dengan win-win solution. Namun kalau
tidak bisa, maka akan dilakukan negosiasi kemudian baru ditetapkan mana yang akan
diakomodir dan tidak diakomodir dengan tetap memperhatikan beberapa pertimbangan.
Misalnya konflik berupa mendiskusikan suatu pilihan, maka akan dilakukan musyawarah
mufakat terlebih dahulu namun bila tidak bisa maka akan dilakukan voting.
2.5 Fungsi Pengendalian
1. Penilaian kinerja
a. Mekanisme penilaian kinerja
Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada ruangan X terkait mekanisme penilaian kinerja
menunjukkan bahwa masing-masing perawat yang menjadi bagian ruangan tersebut
memiliki logbook. Logbook tersebut berisi terkait pelaksanaan atau tindakan apa saja yang
telah dilakukan. Catatan pada logbook tersebut nantinya akan dievaluasi apakah perawat
tersebut melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang ditulis pada logbooknya.
Selain dari logbook, kepala ruangan bertanggung jawab untuk menilai kinerja perawat
pada ruang X. Mekanisme penilaian dilakukan secara langsung dengan pengawasan setiap
perawat apakah ada yang terlambat atau tidaknya dalam melakukan tugasnya. Penilian
kinerja pada ruang X berisi terkait skill atau keterampilan perawat, kedisiplinan selama
bertugas, kelengkapan dokumentasi, kelengkapan atribut, perizinan dalam pertukaran
jadwal.
b. Instrumen penilaian kinerja
Logbook yang dipegang dan dicatat oleh masing-masing perawat
Lembar observasi yang dipegang oleh kepala ruangan untuk melakukan penilaian kinerja
masing-masing perawat yang ada di ruang X.
c. Hasil penilaian kinerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan X, hasil penilaian kinerja perawat
di Ruang X 1 bulan kemarin yaitu sebesar 80% perawat memiliki kinerja yang baik, 15%
perawat dengan kinerja yang cukup, dan 5% perawat memiliki kinerja yang kurang. Hasil dari
penilaian kinerja perawat di Ruang X nantinya akan dilaporkan kepada Manajer
Keperawatan. Selain itu, reward akan diberikan kepada perawat dengan hasil kinerja yang
baik dan punishment serta peringatan akan diberikan untuk perawat dengan kinerja yang
kurang.
2. Pengendalian mutu
a. Kegiatan pengendalian mutu keperawatan
Mekanisme penilaian mutu keperawatan yaitu dengan melalui rekapan setiap harinya.
Indikator keselamatan pasien setiap harinya di rekap ada atau tidaknya kejadian yang
berhubungan dengan keselamatan pasien hasil rekapan tersebut nantinya akan direkap
secara lengkap pada 1 bulan penuh. Terkait kecemasan pasien direkap melalui survey
kecemasan pasien secara pemilihan sampling pada pasien, hal ini berlaku pada indikator
kepuasan pasien. Survey kepuasan pasien dilakukan saat pasien dirawat minimal 3x24 MRS
atau untuk pasien yang akan pulang. Indikator yang lain dilakukan dengan cara yang sama
yaitu survey.
b. Indikator mutu keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan kegiatan dalam pengendalian mutu keperawatan pada
Ruang X memiliki 6 indikator. Dalam penentuan indikator ini melibatkan kebijakan dari
Rumah Sakit dan kepala bidang keperawatan.
1. Keselamatan pasien
Keselamatan pasien memiliki indikator seperti angka dekubitus, angka kejadian jatuh,
cedera akibat restrain, dan kesalahan pemberian obat.
2. Kepuasan pasien
3. Tingkat kecemasan pasien
4. Tingkat kenyamanan pasien
5. Tingkat perawatan diri pasien
6. Pengetahuan pasien
c. Hasil penilaian mutu keperawatan
Hasil dari penilaian mutu keperawatan pada Ruang X yaitu untuk indikator keselamatan
pasien (angka dekubitus 0%, angka kejadian jatuh pada bulan lalu terdapat 1 pasien jatuh,
cedera akibat restrain 0%, dan kesalahan pemberian obat berdasarkan KTD 0% dan KNC
terjadi 1 kali pada bulan lalu), kepuasan pasien (85% puas), tingkat kecemasan pasien
(cemas tinggi 5%, cemas 45%, tidak cemas 30%, tingkat kenyamanan pasien (tidak terkaji),
tingkat perawatan diri pasien (75% terpenuhi), pengetahuan pasien (tidak terkaji).
3. Pengembangan standar
a. Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan yang berlaku pada ruang X yaitu menggunakan 3S (SDKI,
SLKI, SIKI) serta clinical pathway yang terintegrasi.
b. Standar kinerja
Sesuai dengan penilaian kinerja dengan indikator kedisiplinan, kompetensi (pendidikan,
pelatihan yang diikuti, jenjang karir), skill atau keterampilan perawat, kelengkapan
dokumentasi, kelengkapan atribut, perizinan dalam pertukaran jadwal.
5. Klasifikasi pasien
Jenis kasus penyakit di Ruang X adalah penyakit dalam. Kelas layanan pada ruangan ini termasuk
kelas III. Usia pasien yang dirawat yaitu pasien usia dewasa dengan jenis kelamin perempuan.
1. SKP I : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
1) Kebijakan Rumah Sakit tentang Identifikasi Pasien
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan didapatkan infromasi bahwa
terdapat kebijakan Rumah Sakit tentang bagaimana cara identifikasi pasien yang sedang
menjalani rawat inap.
2) Pedoman/Panduan Identifikasi Pasien yang dijadikan acuan seluruh unit
Rumah Sakit membuat pedoman identifikasi pasien yang akan diajdikan acuan di
seluruh unit untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
3) Isi SPO Identifikasi pasien (min. 2 identitas)
Pasien diidentifikasi secara verbal dengan menanyakan/ mengkonfirmasi nama pasien
Pasien diidentifikasi secara visual dengan melihat dari gelang pasien
Pasien diidentifikasi dengan pencocokan nama, tanggal lahir, dan nomor register pasien
4) Pelaksanaan SPO ketepatan identifikasi pasien di ruangan
Lakukan observasi kepatuhan SPO terhadap perawat di ruangan dengan menggunakan
SPO di ruangan/yang berlaku di Rumah Sakit. Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang
telah dilakukan didapat data sebagai berikut :
Tidak
No Kegiata Dilakuka
dilakuka
. n n
n
1. Mengucapkan salam √
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
2. Memperkenalkan diri
“Saya……(nama), saya adalah perawat yang √
bertanggung jawab untuk perawatan Bapak/Ibu
saat ini.”
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
“Bapak/Ibu, saya akan…… (memberikan
obat/memberikan transfusi darah/mengambil √
Tidak
Kegiata Dilakuka
No. dilakuka
n n
n
Persiapan
1. Penampilan perawat:
a. Periksa kerapian seragam √
kerja…….(sebutkan).”
5. Menjelaskan maksud dan tujuan √
“Bapak/Ibu, sesuai prosedur keselamatan
pasien, saya akan memasangkan gelang
identifikasi ini pada pergelangan tangan
Bapak/Ibu. Tujuannya adalah untuk memastikan
identitas Bapak/Ibu dalam mendapatkan
pelayanan perawatan atau pengobatan selama
di rumah sakit ini. Kami sebagai petugas
kesehatan akan selalu melakukan konfirmasi
identitas dengan meminta Bapak/Ibu
menyebutkan nama dan tanggal lahir untuk
dicocokkan dengan data pada gelang
identifikasi. Prosedur konfirmasi tersebut akan
selalu dilaksanakan pada saat pemberian obat,
transfusi darah, pengambilan sampel darah, urin
dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, dan sebelum pengobatan
atau tindakan”
6. Melakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa
pasien dan atau keluarga paham atas informasi √
tersebut
7. Menginformasikan kepada pasien dan/keluarga
untuk tidak melepas atau menutupi gelang
selama dirawat di rumah sakit “Bapak/Ibu,
√
mohon agar gelang identifiasi ini
tidak dilepas atau ditutupi selama menjalani
perawatan di rumah sakit ini.”
8. Menjelaskan bahaya untuk pasien yang √
menolak, melepas, atau menutupi gelang
9. Memasang gelang identetias pada pergelangan
tangan pasien yang tidak terpasang infus. √
terimakasih
13 Dokumentasi pemasangan gelang identifikasi √
.
2. SKP II: PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
1) Keakuratan dan penerapan Komunikasi (lisan, telepon) di rumah sakit
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
kebijakan rumah sakit terkait peningkatan komunikasi efektif baik lisan maupun telepon
belum ada atau masih dalam proses pembuatan
2) Pedoman/Panduan Komunikasi Efektif yang akan dijadikan acuan bagi seluruh unit di
rumah sakit
Karu mengatakan bahwa pedoman komunikasi efektif di RS dilakukan dengan SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) dan TBaK (Tulis, Baca, Konfirmasi).
Proses komunikasi dilakukan dengan mengidentifikasi pasien langsung dengan menanyakan
nama dan melihat gelang identitias pasien. Namun bila pasien tidak sadar, perawat akan
menanyakan ke keluarga pasien. Kemudian perawat akan memverifikasi identitias pasien
dengan gelang, status dan nama pasien. Apabila ada perintah, maka perawat harus
menuliskan secara lengkap jam/tanggal, isi perintah, nama pemberi perintah, dan tanda
tangan di form yang sudah disediakan. Selanjutnya perawat mengonfirmasi ulang isi perintah
yang sudah ditulis ke pemberi perintah. Apabila ada nama obat yang memiliki nama dan
ucapan mirip maka harus dieja ulang. Selanjutnya, pemberi perintah wajib mengonfirmasi
ejaan ulang tadi dan juga mengonfirmasi dengan menanda tangani form perintah tersebut.
3) SPO tentang Komunikasi Efektif (lisan, telepon)
SPO dan panduan terkait komunikasi efektif ini sudah ada dan sudah disosialisasikan
kepada tenaga kesehatan
medis).
2. Melakukan pemeriksaan stok obat high alert
pada lemari penyimpan pasien, atau pada
lemari penyimpanan obat khusus high alert
yaitu lemari obat atau lemari pendingin √
sesuai dengan jenis obat yang dibutuhkan.
Pastikan label obat
masih utuh dan periksa tanggal kadaluarsa
obat.
3. Memeriksa ketepatan obat high alert yang
akan digunakan dan alat kesehatan
pendukung (jika diperlukan) dengan prinsip
7 (tujuh) benar yaitu:
a. Benar obat
b. Benar pasien √
c. Benar dosis
d. Benar cara/rute pemberian
e. Benar waktu
f. Benar informasi
g. Benar dokumentasi
4. Ambil obat high alert dari tempatnya.
Apabila obat high alert hanya tersedia dalam
lemari penyimpan bertanda khusus sebagai
persediaan stok baku (dalam jumlah
terbatas), maka dilakukan pencatatan pada
stok obat secara benar dan lengkap pada
kolom isian kartu stok obat: √
a. Tanggal pengambilan
b. Jumlah yang diambil
c. Nama pasien yang menggunakan
d. Nama dan paraf petugas yang
mengambil
e. Jumlah sisa stok akhir obat
Pengecekan Obat
Berdasarkan hasil observasi, pasien tersebut tidak dilakukan penandaan dikarenakan tidak
dimungkinkannya dilakukan. Kemudian pada saat diruang bedah, pasien diminta menyatakan
secara lisan nama lengkap pasien sesuai dengan KTP, tanggal lahir, dan menyatakan tindakan
apa yang akan dilakukan di bagian tubuhnya. Kemudian tim bedah menanyakan tentang
persetujuan serta apakah informasi yang diberikan pasien dan keluarga sesuai dengan data yang
ada dalam catatan rekam medis. Dalam pelaksanaannya, penandaan selalu dilakukan jika hal
tersebut diperlukan dan Surgical Safety Checklist selalu dipastikan ada sebagai dokumentasi
pada saat operasi berlangsung.
a. Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan di Rumah Sakit Y didapatkan melalui hasil wawancara dan diperkuat
dengan data rekapitulasi tenaga perawat di Ruang X Rumah Sakit Y dan dijelaskan pada table
berikut :
1. S1 Keperawatan 5 31.25 %
2. DIII Keperawatan 11 68.75 %
1. Tenaga Farmasi 1
2. Tenaga Gizi 1
3. Tenaga Administrasi 1
4. Tenaga Kebersihan 4
5. Pekarya ada
Jumlah Total
Berdasarkan table diatas dapat dinterpretasikan bahwa tenaga non keperawatan di Ruang X
terdiri dari 1 tenaga farmasi, 1 tenaga gizi, 1 tenaga administrasi, 4 tenaga kebersihan dan untuk
tenaga pekarya juga ada di RS Y ini,namun jumlahnya tidak disebutkan secara spesifik dan hanya
dijelaskan jika tenaga pekarya ini bertugas untuk membantu perawat seperti mengantar
makanan pasien, mendorong bed/kursi roda pasien dll. Sebenarnya di Ruang X juga terdapat
dokter namun tidak menetap sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kualifikasi sumber daya manusia dapat dilihat dari jabatan, tingkat pendidikan, status
kepegawaian, masa kerja, jenjang karir dan pelatihan yang pernah diikuti.
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
1. Ns. A Kepala S1 Kep + Ns PNS 14 PK-III - Penanggulangan
ruangan tahun Bencana (2016)
- Keselamatan Pasien
(2016)
- TOT BLS (2015)
- PPI Dasar (2015)
- Pencegahan dan
Pegendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
- GCP (2018)
- EDL (2018)
2. Ns. B Wakil S1 Kep + Ns PNS 29 PK-III - Penanggulangan
Kepala tahun Bencana (2016)
Ruangan/ - Keselamatan Pasien
Ketua Tim (2016)
1 - PPI Dasar (2015)
- Pencegahan dan
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
- Pencampuran Sedian
Parenteral (2016)
3. Ns. C Ketua Tim S1 Kep + Ns PNS 10 PK-II - Keselamatan Pasien
2 tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
4. Ns. D Perawat S1 Kep + Ns PNS 11 PK-II - Pencegahan dan
Pelaksana tahun Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- Pencampuran Sedian
Parenteral (2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
5. E Perawat D3 Kep PNS 10 PK-II - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- Pencampuran Sedian
Parenteral (2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
- Kemoaterapi (2018)
6. F Perawat D3 Kep Kontrak 7 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
7. Ns. G Perawat S1 Kep + Ns Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
8. H Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
9. I Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
10. J Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
11. K Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
12. L Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
13. M Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
14. N Perawat D3 Kep Kontrak 3 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Perawat D3 Kep Kontrak 3 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
15. O
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Perawat D3 Kep Kontrak 3 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
16. P
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Berdasarkan table diatas dapat dinterpretasikan bahwa terdapat 1 Kepala ruangan, 1 wakil
kepala ruangan sekaligus ketua tim 1, 1 ketua tim 2 serta 13 perawat pelaksana. 100% perawat
yang ada di Ruang X pernah mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan skill
dalam bidang medis utamanya dalam keperawatan. Selain itu didapatkan data bahwa terdapat 5
perawat dengan latar pendidikan S1 Keperawatan + Ns dan 11 pearwat dengan latar belakang
pendidikan DIII Keperawatan. Jumlah perawat yang bekerja > 10 tahun sebanyak 5 perawat dan
yang < 10 tahun sebanyak 11 perawat. Ruang X juga terdiri dari 2 perawat dengan jenjang karir
sebagai PK-III, 3 perawat PK-II, dan 11 perawat PK-I. Selain itu didapatkan data pula mengenai
status kepegawaian perawat diruang X yang terdiri dari 5 perawat dengan status PNS dan 11
perawat dengan status kontrak.
Jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien di Ruang X Rumah Sakit Y pada saat
dilakukannyaa pengkajian adalah sebagai berikut :
Berdasarkan table diatas dapat diinterpretasikan pada tanggal 22 Oktober 2020 terdapat 25
pasien dengan rincian 1 pasien total care, 24 pasien partial care dan tidak ada pasien dengan
minimal care.
HEK RS = 6 Hari ; Tempat Tidur di ruangan = 37 bed ; Cuti Tahunan = 1hari/bulan= 12/tahun ;
Cuti sakit/ijin = 10 hari/tahun ; Hari Besar = 16 hari ; Waktu yang dibutuhkan pada saat
pemberian pendkes = 15menit/pasien
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan metode Gillies
sebanyak 22 perawat per hari dengan pembagian 10 perawat shift pagi, 8 perawat shift
siang dan 4 perawat shift malam.
Berikut perhitungannya :
Jam perawatan :
Mandiri 2x0 =0
Parsial 3 x 24 = 72
Total 6x1 = 6
Tidak langsung 1x 25 = 25
Penyuluhan 0,25x25=6.25
= 109,25
A = 109,25/25 = 4,37
Jumlah tenaga = A x B x C
(C-D) x E
= 4,37 x 25 x 365
275 x 6,67
= 7 perawat
Berikut perhitungannya
90
¿ x 13,34
275
= 4,36
= 25% x 17,7
= 4,425
= 22,125 = 22 perawat
= 7 perawat
Berikut perhitungannya :
Kategori Rata-rata jumlah Jumlah jam Jmlh jam
pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari
Per.Minimal 0 2 0
Per.Parsial 24 3,08 73,92
Per.Total 1 6,16 6,16
25 80,08
TP = 80,08/7 = 11,44 = 12 perawat
Loss day = 90/275 x 12 = 1080/275 = 3,9
Faktor koreksi = 25% (12+3,9) = 3,975
Total kebutuhan perawat = 12 + 3,9 + 3,975 = 19,875 = 20 perawat
= 5 perawat
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan melalui kepala ruangan Ruang X Rumah Sakit Y
didapatkan data bahwa 75% perawat merasa puas dengan kinerja yang sudah dilakukan, 15%
mengatakan sangat puas dan 10% mengatakan kurang puas. Kepala ruangan juga menyatakan
bahwa perawat yang ada diruangan X sudah mengerjakan tugas dengan baik, memiliki beban
kerja tinggi namun belum dilakukan analisis beban kerja dan diadakan evaluasi setiap satu bulan
sekali.
2. Sarana/Fasilitas
Ruangan kelas 3 ada 10 ruangan, masing-masing ruangan 4-5 tempat tidur dan ruang
isolasi terdapat 2 tempat tidur
Di setiaap rungan disediakan tempat sampah medis dan non medis serta pengelolaan
limbah sudah dibedakan antara yang medis dan non medis
3. Prasarana/Peralatan
a. Peralatan Medis
Ketersediaan Jumlah
No Nama Barang standar
Ada Tidak
Bed side √
1. Ada
monitor
2. Defibrillator Ada √
Emergency
5. Ada √
Trolly
ENT
6. Ada √
Examination set
Matras 3
10. Ada √
decubitus
Minor surgery
11. Ada √
set
Bed pasien
18. Ada √
elektrik
Bed pasien 37
19. Ada √
manual
Tensimeter 4
20. Ada √
anaeroid
Tensimeter 1
21. Ada √
digital
Termometer 1
22. Ada √
digital
Timbangan 1
23. Ada √
pasien
Jumlah beberapa alat medis diruangan X tidak terkaji hanya diketahui jika alat tersebut ada
di ruangan, sehingga alat medis yang ada diruangan sesuai standar
1. Rak kayu 1 1
Standart
2. infuse 2-3/R 27 27
Lampu
3. senter 1-2/R 2 2
Baskom
mandi
aluminium/st
4. ainles 8-12/R 3/2 3/2
5, Baki 5/R 3 3
Tempat tidur
6. pasien 37 25 12
Meja
tulis/meja
7. besar 9 9
8. Kursi lipat 2 2
9. Kursi plastik 20 20
10. Lemari es 2 2
11. Ac split 3 3
12. Kereta
makan 1 1
13. Tempat
sampah
medis
kuning/abu-
abu besar 9 6 3
14. Tempat
sampah
medis
kuning/abu-
abu kecil - - -
18. Gelas
besar/kecil 1:2 0/6 0/6
20. Tempat
sayur 1:2 5 5
21. Ceret 2 2
22. Gerpu 10 10
28. APAR 2 2
30. Tempat
sampah
pasien kecil 12 12
31. Jemuran
handuk 0 0
32. Panci B 2 2
33. Kalkulator 3 3
39. Kantung
linen kuning
besar 2 2
40. Kantung
kinen kuning
panjang 2 2
43. Kereta O2 7 7
Terdapat 12 tempat tidur pasien, 3 tempat sampah, dan 7 meja pasien dalam keadaan rusak
di ruangan, sedangkan beberapa alat non medis rumah tangga tidak dalam jumlah sesuai
standar sepeti baskom dan baki.
1. Bantal 1:8 65 40 25
2. Guling 1:2 -
Handuk
3. besar 1:3 -
Handuk cuci
4. tangan -
5, Kasur 1:1 40 20 20
9. Sarung
bantal 1:5 255 255
10. Sarung
guling 1:5 59 59
12. Skort
petugas 1:1/4 43 43
14. Serbet
makan 1:3 12 12
19. Sekat/selam
bu 55 55
Seluruh jumlah peralatan non medis alat tenun sesuai dengan standar, tetapi terdapat 25
bantal dan 20 kasur dalam kondisi rusak
Tidak terkaji
Prosedur pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap 1 tahun sekali baik peralatan medis
maupun non medis. Permintaan bahan dapat dilakukan dengan mengisi form sesuai
kebutuhan kemudian diberikan kepada bidang sarana dan prasarana. Perawat sudah
mengerti cara menggunakan pencatatan dan pelaporan barang yang sudah ada karena
adanya sharing ilmu antara perawat senior dan junior
2.3 Method (M3)
1. Penerapan MAKP
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan yang dilakukan di ruang X, MAKP yang
diterapkan di ruang X dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah metode tim
Shift Shift
Pagi Pagi
Shift Shift
Sore Sore
Shift
Malam
Shift
Malam
Sesuai dengan bagan diatas, metode tim modifikasi dibagi menjadi 2 tim yaitu tim A dan tim B.
Dalam ruang X terdapat 2 ketua tim yang dibantu oleh perawat pelaksana yang terbagi atas 3
shift. Karena Ketua tim hanya dinas pagi saja, maka untuk dinas sore dan malam terdapat kepala
jaga (PJ tim). Metode tersebut digunakan karena pada metode yang telah diterapkan
sebelumnya masih terdapat banyak evaluasi.
Uraian Tugas
H1 H2
No Uraian Tugas
D TD D TD
Keterangan:
N H1 H2
Uraian Tugas
o D TD D TD
6. Melakukan conference √ √
Total 9 5 9 5
N H1 H2
Uraian Tugas
O D TD D TD
Total 4 2 5 1
2. Operan
Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift 1 ke shift lain yang harus dilakukan
secara efektif dengan suatu penjelasan yang singkat, jelas dan lengkap terkait tindakan
keperawatan, tindakan kolaboratif yang sudah dan belum serta kondisi pasien saat itu. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan kepala ruangan X terkait dengan sistem operan yang
ada di ruangan X dan di Rumah sakit, didapatkan jika sistem operan dilakukan dari pagi ke sore,
sore ke malam, dan malam ke pagi. Kemudian dari wawancara diketahui jika operan dilakukan
sesuai dengan SOP yaitu dilakukan di 2 tahap yaitu di nurse station dan bed px. Tingkat
kepatuhan perawat terhadap SOP saat melakukan operan hanya 80%-90%. Selain itu
kelemahan sitem operan di ruangan X juga masih terjadi diantarnya adalah terlambat, tidak
dilakukan bersama-sama, dan perawat masih menggunakan buku saat proses operan.
a. Preconference
Preconference merupakan diskusi antara ketua tim dan perawat pelaksana terkait
pembagian kerja sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
b. Postconference
Postconference merupakan pelaporan dari perawat pelaksana kepada ketua tim terkait
tindakan atau intervensi yang diberikan kepada pasien
Data hasil wawancara:
Hanya 45% yang melakukan postconference, terkadang beberapa kali tidak dilakukan
SOP tidak terkaji
4. Ronde Keperawatan
Penerimaan pasien baru adalah proses dalam menerima pasien baru (pasien dan/atau
keluarga) yang datang di ruang pelayanan keperawatan. Beberapa hal yang perlu disampaikan
adalah orientasi ruang, pengenalan tenaga keperawatan, tata tertib dan pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara orientasi pasien baru dilakukan secara langsung dan
bertemu langsung, baik kepada pasien maupun keluarga. Untuk yang diorientasikan berupa
perawat yang sedang berjaga di ruangan, orientasi ruangan (di dalam ruangan juga terdapat flip
chart, yang berfungsi jika tidak dimungkinkan melakukan orientasi sehingga pasien dapat
membaca), beberapa pendidikan kesehatan (seperti cuci tangan, pemilahan sampah, etika
batuk), pemaparan hak dan kewajiban pasien yang sudah terpasang di dinding ruangan.
6. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah proses pengelolaan obat yang akan dilakukan diberikan kepada
pasien dan dilakukan secara kolaboratif baik dari dokter, farmasi dan perawat.
Dari wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan X tentang sentralisasi obat yang
digunakan pada ruangan X di ketahui jika ruanga X menggunakan sistem UUD (Unit Dose
Dispensing) yaitu perawat menerima obat dari farmasi yang sudah dikemas per waktu
pemberian sehingga ketika perawat ingin memberikan obat ke pasien sudah dalam bentuk
dispensing. Selain itu obat yang dalam bentuk dispensing sudah tertera indentitas pasien dan
waktu pemberiannya. Untuk laur pemberian dan penerimaan obat obat yaitu resep dari dokter
diberikan kepada pihak farmasi untuk persiapan obat dan setelah persiapan selesai perawat
akan memberikan obat kepada pasien sesuai dengan waktu yang dianjurkan. Kendala dalam
sentralisasi obat di ruangan X yaitu belum adanya dokumentasi serah terima dari pihak farmasi.
7. Discharge Planning
a. Delegasi
b. Supervisi
Dari hasil wawancara, supervise pada ruangan X yang dipimpin oleh kepala ruangan X
itu sendiri dan dilakukan oleh kepala ruangan beserta ketua tim keperawatan maupun
perawat pelaksana. Supervisi ini dilakukan secara langsung dan tidak langsung, namun
dalam pelasanaannya belum terjadwal dengan baik. Supervisi secara langsung dilakukan
dalam 1 bulan sekali dengan mekanisme pengawasan langsung oleh kepala ruangan kepada
perawat pelaksana yang memberikan asuhan kepearwatan. Sedangkan supervisi tidak
langsung dilakukan kepala ruangan dengan cara memeriksa dokumentasi asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana.
9. Pendidikan Kesehatan
10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan profesional. Ners profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat
terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat
dibutuhkan.
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan
No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17
A Pengkajian
1 Mencatat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
data yang
dikaji
dengan
format
pengkajian
2 Data 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
dikelompok
kan (bio-
psiko-
sosial-
spiritual)
3 Semua 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 83%
aspek
pengkajian
yang ada
dapat terkaji
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan
No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17
dengan baik
4 Tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 94%
tangan dan
nama terang
perawat
B Diagnosa Keperawatan
1 Diagnosa 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78%
keperawata
n
ditegakkan
berdasarkan
data mayor
dan minor
yang
relevan
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan
No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17
2 Merumuska 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
n diagnosa
keperawata
n
aktual/poten
sial
3 Merumuska 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
n diagnosa
keperawata
n
berdasarkan
prioritas
C Rencana Tindakan
1 Dilaksanaka 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
n
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan
No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17
berdasarkan
diagnose
keperawata
n
2 Disusun 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
menurut
urutan
prioritas
3 Rumusan 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28%
tujuan
mengandun
g komponen
pasien/subje
k
perubahan,
perilaku,
kondisi
pasien dan
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan
No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17
atau kriteria
yang
SMART
4 Rencana 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
tindakan
mengacu
pada tujuan
dengan
kalimat
perintah,
terinci, dan
jelas
5 Rencana 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 67%
tindakan
menggamba
rkan
keterlibatan
pasien atau
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan
No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17
keluarga
6 Rencana 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
tindakan
menggamba
rkan
kerjasama
tim
kesehatan
lain
7 Tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tangan dan
nama terang
perawat
No Aspek Ny Tn. Tn Ny. Tn Tn. Tn. Tn Ny. Tn Ny Ny. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn Tn total
Yang .N R .D E . E P .R S . .Y N S Pt L Su . .
Dinilai M R M Rt
%
u j
D Tindakan
1 Tindakan 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 61%
dilaksanak
an sesuai
rencana
2 Perawat 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
mengobser
vasi
respon
pasien
terhadap
tindakan
keperawat
an
3 Tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
perawat
mencantu
mkan
paraf dan
tanggal
jam
dilaksanak
annya
tindakan
4 Semua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tindakan
yang telah
dilaksanak
an dicatat
dengan
ringkas
dan jelas
Prosentase 75 100 75 100 75 100 100 75 100 75 75 100 100 100 100 100 75 75
% % % % % % % % % % % % % % % % % %
No Aspek Ny Tn. Tn Ny. Tn. Tn. Tn Tn Ny. Tn. Ny. Ny. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn Tn total
Yang .N R .D E M E .P .R S Ru Y N S Pt L Su . .
%
Dinilai M Rt
j
E Evaluasi
1 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
dilakuka
n setiap
1x24
jam
2 Hasil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
evaluasi
dicatat
dengan
format
SOAP
3 Modifik 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 67%
asi
perencan
aan
apabila
masalah
tidak
teratasi
4 Tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tangan
dan
nama
terang
perawat
Prosenta 75 100 75 100 100 100 75 75 100 100 100 100 100 100 100 100 75 75
se % % % % % % % % % % % % % % % % % %
No Aspek Ny. Tn Tn. Ny. Tn. Tn Tn Tn Ny Tn Ny. Ny. Tn. Tn. Tn. Tn Tn. Tn. total
Yang N .R D E M .E .P .R .S . Y N S Pt L . Mj Rt
%
Dinilai Ru Su
F Catatan Askep
1 Melengka 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 67%
pi catatan
keperawat
an pada
format
yang baku
2 Pencatata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
n
dilakukan
dengan
tindakan
yang
dilaksana
kan
3 Pencatata 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
n ditulis
dengan
jelas,
ringkas,
istilah dan
baku dan
benar.
4 Setiap 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tindakan
perawat
mencantu
mkan
paraf atau
nama jelas
dan
tanggal
jam
dilakukan
tidnakan
5 Paraf dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tanda
tangan
keluarga
sebagai
bukti atas
keterlibata
kn klien
dalam
pelaksana
an
tindakan
keperawat
an
Prosentase 100 80 100 100 100 80 80 80 80 60 100 100 100 100 100 80 100 100
% % % % % % % % % % % % % % % % % %
Total 83 88 81 82 85 92 90 67 97 80 89 98 98 98 98 94 89 89
% % % % % % % % % % % % % % % % % %
89%
2.4 Money (M4)
Umum 23 24 25 72 10%
Asurasi 11 12 12 35 5%
BPJS 191 202 208 601 85%
Dalam
205 91% 213 89% 215 88%
Kota
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pasien yang berasal dari dalam kota
pada bulan Juli sebesar 91%, bulan Agustus sebesar 89%, dan bulan September sebesar 88%.
Sedangkan pasien yang berasal dari luar kota pada bulan Juli sebesar 9%, bulan Agustus sebesar
11%, dan bulan September sebesar 12%.
3. BOR (Bed Occupancy Ratio)
Diket :
Jumlah hari perawatan → Juli = 838, Agustus = 859, September = 735
Jumlah TT → 37 bed
Jumlah hari dalam 1 periode → Juli (31) + Agustus (31) + September (30) = 92 hari
Dit : BOR = .................?
Jawab :
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR= X 100 %
(Jumlah TT x Jumlah hari dalam1 periode)
(838+859+735)
BOR= X 100 %
(37 x 92)
2. 432
BOR= X 100 %
3.404
BOR=¿ 0,71 X 100 %
BOR=¿ 71 %
Menurut Depkes RI (2005) dan Kementerian Kesehatan (2011), BOR yang ideal adalah antara 60
– 85%. Dari hasil perhitungan BOR di Ruangan X adalah 71%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
BOR di Ruangan X adalah ideal karena masih termasuk dalam rentang ideal BOR.
4. ALOS (Average Lenght Of Stay)
Diket :
Jumlah lama dirawat → Juli = 838, Agustus = 859, September = 735
Jumlah pasien keluar → 708 pasien
Dit : ALOS = ............ ?
Jawab :
Jumlah lama dirawat
ALOS=
Jumlah pasien keluar(hidup+ mati)
2.432
ALOS=
708
ALOS=¿ 3,4 hari
Menurut Depkes RI (2005) dan Kementerian Kesehatan (2011), secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari. Dari hasil perhitungan ALOS di Ruangan X adalah 3,4 hari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ALOS di Ruangan X adalah tidak ideal karena kurang dari rentang ideal ALOS.
5. Perhitungan TOI (Turn Over Interval)
TOI merupakan rata-rata hari ketika tempat tidur tidak ditempati. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
TOI = ((Jumlah TT x periode) - hari perawatan) : Jumlah pasien keluar (hidup/mati)
TOI = [{(37 x periode 3 bulan} - (838 + 859 + 735)] : (225 + 238 + 245)
TOI = {(37 x 92) - 2432} : 708
TOI = (3404 - 2432) : 708
TOI = 972 : 708
TOI = 1,37 hari
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011). Dari hasil perhitungan TOI di Ruangan X adalah 1,37 hari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa TOI di Ruangan X adalah ideal karena masih termasuk dalam rentang ideal
TOI.
6. Perhitungan BTO (Burn Turn Over)
BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu periode. berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
BTO = Jumlah pasien keluar : Jumlah TT
BTO = 708 : 37
BTO = 19,1 kali
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI. 2005,
Kementerian Kesehatan 2011). Dari hasil perhitungan BTO di Ruangan X adalah 1,91 kali.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa BTO di Ruangan X adalah tidak ideal karena masih di bawah
rentang ideal BTO.
BAB III
ANALISA SWOT & PRIORITAS MASALAH
1. ANALISA SWOT
a. Matriks faktor strategi eksternal
Tabel 1 Matriks Eksternal Factor Evaliation (EFE)
1.8
1.6
1.4
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Posisi organisasi lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi ialah Ubah Strategi artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
STRATEGI SWOT
2. PRIORITAS MASALAH
Daftar Masalah dan Prioritas Masalah
Tiga prioritas masalah ditentukan berdasarkan tiga skor tertinggi yang diperoleh,
dihitung menggunakan 5 indikator yaitu Mg (Magnitude) yaitu seberapa besar dan sering
masalah tersebut terjadi, Sv (Severity) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan, Mn
(Manageability) yaitu seberapa peluang masalah tersebut mungkin ditangani/ dipecahkan, Nc
(Nursing Concern) yaitu berpusat pada keperawatan, dan Af (Affordability) pertimbangan
terhadap ketersediaan sumber daya. Setelah diberikan skor dari setiap indikator, maka skor
dikalikan dan tiga perolehan skor teratas yang diangkat menjadi prioritas masalah yang harus
segera ditangani. Berikut merupakan daftar masalah yang ada diruangan X :
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Jumlah
1. Kekurangan jumlah tenaga 4 5 4 4 5 1600
keperawatan di ruangan
PRIORITAS MASALAH
BAB IV
ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHAN MASALAH & POA
1. KESIMPULAN
Manajemen pelayanan keperawatan yang merupakan bagian dari sub sistem
manajemen rumah sakit memiliki fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan,
menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi
serta efektivitas. Fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi.
Supervisi secara baik yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat meningkatkan pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan. Selain itu, dengan adanya
supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dapat memengaruhi kinerja perawat pelaksana.
Hasil pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa fungsi manajemen yang masih
belum optimal dalam pelaksanaannya seperti pengelolaan yang ada beberapa poin penting
tetapi belum dilaksanakan. Selain itu fungsi manajemen seperti pengontrolan khususnya
supervisi masih belum terjadwal dengan baik, maka dari itu butuh kerja sama antara staff dan
kepala ruangan untuk meningkatkan iklim kerja.
Selain itu dalam pelaksanaan fungsi manajemen ada beberapa unsut yang terdiri dari
man, money, method, machine, market dan mutu. Berdasarkan data dari pengkajian melalui
wawancara ke kepala ruangan X yang sudah kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa unsur
man (M1) didapatkan hasil bahwa dalam ruangan X Rumah Sakit Y sudah cukup bagus, SDM
diruangan sudah ideal yang didukung dengan tenaga non keperawatan sudah lengkap, hanya
saja masih kekurangan tenaga keperawatan menurut rumus Gillies, Douglas, dan Depkes. Untuk
unsur material (M2) segi fasilitas tenaga kesehatan sudah cukup memadai meskipun ada
beberapa kekurangan seperti julah kasur yang berfungsi hanya 50% dan nurse station yang
berada di ujung ruangan. Untuk unsur method (M3) dapat disimpulkan bahwa ronde
keperawatan sudah berpatok pada SOP yang telah dibuat tetapi tidak dijelaskan bagaimana
mekanisme pelaksanaannya. Selain itu proses delegasi pada ruangan X ini belum tercatat
dengan baik, namun untuk pendidikan kesehatan kelompok sudah dilakukan seara rutin yaitu 2
minggu sekali.
Untuk unsur money (M4) bahwa ruang X memiliki sistem keuangan yang diatur langsung
oleh pihak rumah sakit, baik untuk pelayanan maupun penggajian pegawai ruangan. Sedangkan
untuk unsur market dan mutu (M5) apabila ditinjau dari sistem pembiayaan pasien mayoritas
menggunakan jenis pembiayaan BPJS (85%), hal tersebut dapat memberikan profit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien umum. Apabila ditinjau dari asal daerah maka mayoritas
pasien (88%) berasal dari dalam kota. Sedangkan tingkat efisiensi rumah sakit apabila ditinjau
dari perhitungan BOR dan TOI maka ruangan X termasuk ideal, namun sebaliknya apabila
dihitung menggunakan ALOS dan BTO Ruangan X tidak ideal.
2. SARAN
4.2.1 Bagi Pihak RS
Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan bahan logistic dan material yang
dibutuhkan di ruangan X
Agar melakukan koreksi dan revisi terhadap askep yang dibuat anggota timnya sehingga
terpenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan kondisi pasien
Agar melakukan pendidikan informasi kepada pasien dan keluarga secara rutin dan
terjadwal dalam rangka mengoptimalkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan
Memberikan laporan kepada ketua tim supaya koordinasi antara ketua tim dan perawat
dapat terjalin
Lebih patuh untuk melakukan operan dan lebih tepat waktu lagi
Agar melakukan postconference lebih giat lagi terkait dengan tindakan atau intervensi yang
telah diberikan kepada pasien untuk menjalin komunikasi, menyamakan persepsi, dan demi
meningkatkan keselamatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Machmud, R 2008, Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2(2),
186-190.
Wahyuni, S 2007, Analisis Kompetensi Kepala Ruang Dalam Pelaksanaan Standar Manajemen Pelayanan
Keperawatan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Model
Praktik Keperawatan Profesional Di Instalasi Rawat Inap BRSUD Banjarnegara (Doctoral
dissertation, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro).
Mayasari, A 2009, Analisis pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat
kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang (Doctoral dissertation, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro).