Anda di halaman 1dari 102

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“LAPORAN ANALISA SWOT”

Disusun oleh: Kelompok 2 Reguler 1

Dian Febiola Christian 175070200111027


Nurita Sahara Baiduri 175070200111029
Agustinus Lorensa Krisyanto 175070200111031
Syafira Idhatun Nasyiah 175070200111033
Faiqotul Amalia 175070201111001
Ayu Widia Kusuma 175070201111005
Heriberta Tabita M. D. 175070201111007
Ihsanul Fikri 175070201111009
Ulil Aflah 175070201111011
Indah Kumala Sari 175070201111013
Putri Arofah 175070201111015
Suliyaningsih 175070201111017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Saat ini mutu layanan kesehatan merupakan fokus utama bagi masyarakat. Kesadaran
dan kepedulian terhadap mutu memang semakin meningkat. Hal-hal yang berkaitan dengan
mutu saat ini antara lain : kepercayaan bahwa sesuatu yang bermutu pastilah merupakan hal
yang bersifat luks, mewah, dan mahal. Mutu juga dianggap sesuatu hal yang bersifat abstrak
sehingga tidak dapat diukur Upaya peningkatan mutu memerlukan biaya yang cukup mahal.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda
depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
tahun 2014 tentang ”Pusat Kesehatan Masyarakat”, merupakan landasan hukum dalam
penyelenggaraan Puskesmas. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan , terlebih lagi
pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah Rumah Sakit di mata
masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat
pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien.
Kontribusi yang optimal dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
terwujud apabila sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan mendukung terjadinya
praktik keperawatan profesional dan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan serta
dikelola oleh manajer dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai.
Manajemen keperawatan merupakan pengelolaan aktivitas keperawatan oleh manajer
keperawatan melalui kegiatan manajerial terhadap perawat pelaksana dalam
menyelenggarakan pelayanan keperawatan kepada pasien/keluarga/masyarakat secara
professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengendalikan, dan mengevaluasi sarana prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga,
dan masyarakat sesuai kode etik dan standard praktek keperawatan.
2. TUJUAN
a. Tujuan umum
Memberikan gambarab seluruh kegiatan praktik manajemen keperawatan yang
dilaksanakan untuk kemajuan layanan keperawatan di Rumah Sakit.
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terjadi di Rumah Sakit
2. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
3. Menyusun tujuan dan rencana alternatif untuk penyelesaian masalah
4. Melaksanakan rencana yang sudah disusun dan mengevaluasi pelaksanaan pada aspek
masukan dan proses pada manajemen keperawatan
3. MANFAAT
a. Bagi Rumah Sakit dapat dijadikan sarana dukungan, masukan, atau pengembangan fungsi
perencanaan manahemen keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit.
b. Memberikan ilmu baru yang nantinya dapat dikembangkan sebagai pedoman pendidikan
manajemen keperawatan
c. Mengaplikasikan konsep pengkajian hingga evaluasi manajemen keperawatan dalam tatanan
praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan.
BAB II
HASIL PENGKAJIAN

A. Fungsi Perencanaan
Berdasarkan hasil pengkajian berupa wawancara kepada kepala ruang X didapatkan data sebagai
berikut.
1. Visi dan misi organisasi
a. Visi dan misi ruang rawat
 Visi Ruang Rawat X
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dengan
mengutamakan kepuasan pelanggan.
 Misi Ruang Rawat X
- Memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien.
- Memelihara dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dengan
melibatkan pasien dan keluarga.
- Mengembangkan sistem pemberian pelayanan keperawatan professional di ruang
rawat.
- Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) keperawatan melalui
pelatihan dan pendidikan formal.
- Melaksanakan pemantauan terhadap pemakaian, pemeliharaan sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan secara teratur dan berkala.
- Menerapkan perilaku caring dalam memberikan pelayanan keperawatan.
- Memberikan reward dan punishment kepada perawat sesuai dengan kinerjanya.
b. Keterkaitan visi dan misi ruang rawat dengan rumah sakit
 Visi Rumah Sakit
Menjadi rumah sakit yang dapat menyehatkan masyarakat dan berstandar nasional.
 Misi Rumah Sakit
- Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, professional dan mengutamakan
kepuasan pasien.
- Menyelenggrakan pendidikan dan penelitian yang bermutu di bidang kesehatan.
- Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu.
- Meningkatkan pengelolaan administrasi dan keuangan secara cepat dan akurat.
Berdasarkan visi dan misi rumah sakit, maka visi dan misi ruang rawat X saling terait
dengan rumah sakit.
2. Filosofi organisasi
a. Filosofi ruang rawat
Filosofi dari ruangan X sesuai dengan tujuan dari awal direncanakan pembukaan ruangan
ini, bahwa ruangan ini merupakan ruangan perawatan penyakit dalam. Yang termasuk di
dalamnya untuk penderita post- rawat stroke, kemudian penyakit menular maupun tidak
menular. Kemudian juga di ruang X terdapat ruangan isolasi, yang diperuntukkan untuk
penyakit menular seperti TB atau mungkin juga kasus flu burung itu bisa dimasukkan di
ruang isolasi.
b. Keterkaitan filosofi ruang rawat dengan rumah sakit
Iya. Karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum, sehingga pelayanan/perawatan
penyakit dalam menjadi salah satu dari filosofi berdirinya rumah sakit ini mendukung
pelayanan di rumah sakit ini.
3. Tujuan dan target organisasi
a. Tujuan dan target ruang rawat
Tujuan dan terget dari ruang X selaras dengan visi dari ruang rawat yaitu terlaksananya
pelayanan keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu keperawatan, serta
mengutamakan keselamatan pasien. Tujuannya :
- Terlaksananya pelayanan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien.
- Terlaksananya pemeliharaan dan peningkatan pelayanan keperawatan yang bermutu
dengan melibatkan pasien dan keluarga.
- Terlaksananya pengembangan sistem pemberian pelayanan keperawatan
professional di ruang rawat.
- Terlaksananya peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) keperawatan
melalui pelatihan dan pendidikan formal.
- Terlaksananya pelaksanaan pemantauan terhadap pemakaian, pemeliharaan sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan secara teratur dan berkala.
- Terlaksananya penerapan perilaku caring dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
- Terlaksananya pemberian reward dan punishment kepada perawat sesuai dengan
kinerjanya.
b. Keterkaitan tujuan ruang rawat dengan rumah sakit
Berdasarkan tujuan ruang rawat X tersebut yang mengacu pada visi misi yang ada di
ruangan X dimana hal tersebut selaras dengan tujuan rumah sakit. Sehingga adanya
keterkaitan antara tujuan ruang rawat X dan rumah sakit.
4. Kebijakan dan prosedur organisasi
a. Kebijakan di ruang rawat
Untuk kebijakan yang ada di ruangan X semuanya mengacu dari kebijakan rumah
sakit. Jadi, semua kebijakan yang sudah diterbitkan oleh rumah sakit itu diterapkan di
ruangan X. Dan untuk penerapannya menurut kepala ruangan sudah baik juga.
b. Panduan di ruang rawat
Untuk panduan yang ada di ruangan X semuanya mengikuti dar rumah sakit. Dan
untuk penerapannya menurut kepala ruangan sudah baik, seperti panduan untuk asuhan
keperawatan, manajerial, supervisi dan delegasi, serta panduan terkait jobdesc.
c. Prosedur di ruang rawat
Prosedur di ruang X berupa SOP/SPO. Seluruh tindakan di ruangan sudah dibuatkan
SOP dan menjadi acuan untuk melakasanakan tindakan-tindakan yang ada di ruang x.
d. Pelaksanaan kebijakan, panduan dan prosedur di ruang rawat.
Pelaksanaan kebijakan, panduan dan prosedur sudah dilaksanakan dengan baik dan
mengacu kepada rumah sakit serta SOP.
5. Peraturan organisasi
a. Peraturan di ruang rawat
- Peraturan yang ada di ruangan seperti jadwal masuk
Shift pagi : Jam 07.00 – 14.00
Shift sore : Jam 14.00 – 21.00
Shift malam : Jam 21.00 – 07.00
Perawat harus masuk sesuai jadwal dan tidak terlambat
- Peraturan terkait seragam yang digunakan setiap harinya
- Penggunaan atribut seperti ID card yang harus selalu dipakai saat bekerja
- Melaksanakan tugas sesuai dengan jobdesc masing-masing
b. Pelaksanaan peraturan di ruang rawat
Pelaksanaan peraturan yang ada di ruang rawat X secara keseluruhan sudah baik dan sesuai
dalam pelaksanannya. Terkadang ada beberapa perwat yang tidak memenuhi peraturan
yang ada dengan alasan yang jelas.
6. Perencanaan strategis dan operasional
a. Hubungan antara visi, misi, filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur, dan peraturan di
ruang rawat
Adanya hubungan yang erat antara visi, misi, filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur,
dan peraturan di ruang rawat X. Dimana ruang rawat X merupakan ruang rawat penyakit
dalam yang memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu
keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien serta melibatkan keluarga dan pasien
untuk terciptanya pelayanan yang bermutu dan profesional. Ruangan ini mengacu pada
SOP/SPO yang ada dalam melaksanakan setiap tindakan keperawatan. Serta adanya
peraturan di ruang rawat X untuk mendisiplinkan seluruh perawat yang ada ruangan
tersebut.
b. Rencana strategis di ruang rawat
- Peningkatan keselamatan pasien (patien safety)
- Kepuasan pelanggan
- Perawatan yang paripurna
- Peningkatan kualitas SDM
- Efisiensi serta investasi dari keuangan
c. Rencana operasional jangka pendek ruang rawat
- Pelaksanaan asuhan keperawatan setiap hari → pembautan jadwal jaga, alokasi tenaga
untuk pelaksanaan operasional sehari-hari, rencana pengadaan bahan yang diperlukan.
- Evaluasi terhadap pasien jatuh (3 hari sekali)
- Evaluasi terhadap pasien dekubitus (3 hari sekali)
- Evaluasi terhadap kejadian plebitis (3 hari sekali)
- Evaluasi terhadap pelaksanaan identifikasi pasien
- Kerjasama dengan PKRS dalam mengadakan edukasi kelompok diruangan yang akan
diadakan setiap 2 minggu sekali/ 1 bulan sekali
d. Rencana operasional jangka panjang ruang rawat
- Akan dilaksanakan pelatihan untuk perawat, meliptui pelatihan service excellent
(Pelayanan Prima) dalam 1 tahun kedepan dapat terlaksana
- Review dan edukasi kelengkapan pengisian berkas rekam medis
- Rencana pengadaan penambahan ruang
- Penambahan staff
e. Keterlibatan staf keperawatan dalam perencanaan ruang rawat
Ruang rawat X berusaha melibatkan staff dalam hal perencaaan terutama katim (ketua tim)
dan perawat pelaksana.
B. Fungsi Pengorganisasian
1. Struktur organisasi ruang rawat
Ruang rawat X pada rumah sakit X dipimpin oleh satu kepala ruang dan dibantu oleh 2
orang ketua tim serta perawat pelaksana. Adapun struktur organisasi yang ada di ruang rawat X
yaitu:

KEPALA BIDANG PELAYANAN

KEPALA INSTALASI RAWAT


INAP

KEPALA IPS KEPALA RUANG

CLEANING
SERVICE
ADMINISTRASI

KATIM 1 KATIM 2

PERAWAT PAGI PERAWAT PAGI

PERAWAT SORE PERAWAT SORE

PERAWAT PERAWAT
MALAM MALAM

PEKARYA
2. Uraian tugas
1) Uraian Tugas Kepala Ruang
Tabel 3.17 Uraian Tugas Kepala Ruang
H1 H2
No Uraian Tugas
D TD D TD
1. Merencanakan
√ √
kebutuhan tenaga
2. Membuat program
√ √
kerja ruangan
3. Merencanakan
√ √
Budgeting Ruangan
4. Membuat jadwal
√ √
dinas
5. Merencanakan
rapat ruangan √ √
bulanan
6. Menyusun
indikator mutu √ √
ruangan
7. Memilih kepala Tim √ √
8. Melakukan
koordinasi
pelayanan dengan √ √
Manajer dan
ruangan lain
9. Mengelola
√ √
Inventaris ruangan
10. Memimpin rapat
√ √
ruangan
11. Melakukan
supervisi terhadap √ √
bawahan
12. Melakukan evaluasi
√ √
mutu ruangan
13. Mengontrol √ √
pelaksanaan
asuhan
keperawatan di
ruangan
Total 9 4 9 4
Presentase 69% 31% 69% 31%
Keterangan:
D : Dilakukan TD : Tidak dilakukan
Pelaksanaan tugas kepala ruangan ada beberapa yang belum optimal, yaitu:
- Perencanaan budgeting ruangan belum optimal karena mengikuti dari rumah sakit.
- Pengelolaan inventaris ruangan masih kurang tertib.
- Supervise terhadap bahawan juga tidak terjadwal dengan baik, sehingga kontrol
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan juga kurang baik. Kemudian belum di
lakukan rekapan atau survei.
2) Uraian Tugas Ketua TIM
Tabel 3.18 Uraian Tugas Ketua TIM
No H1 H2
Uraian Tugas
D TD D TD
1. Mengenal atau
mengetahui kondisi
pasien dan dapat √ √
menilai tingkat
kebutuhan pasien
2. Membuat perencanaan
√ √
bersama anggota tim
3. Bersama anggota tim
menerima operan shift √ √
sebelumnya
4. Melakukan supervisi
kondisi klien setelah √ √
operan
5. Melakukan doa
bersama diawal dan √ √
diakhir shift
6. Melakukan conference √ √
7. Melakukan modifikasi √ √
asuhan keperawatan
sesuai kondisi dibawah
tanggung jawabnya
8. Melakukan koreksi dan
revisi askep yang dibuat √ √
oleh anggotanya
9. Melakukan evaluasi
√ √
pada setiap klien
10. Memberikan pendidikan
informasi kepada pasien √ √
atau keluarga
11. Menilai kinerja anggota
√ √
dibawahnya
12. Memperkenalkan
√ √
anggota tim pada klien
13. Berpatisipasi dalam
tercapainya mutu √ √
rumah sakit
14. Melaksanakan tugas
lain yang diberikan √ √
atasan
Total 10 4 10 4
Presentase 71% 29% 71% 29%

Pelaksanaan tugas ketua tim ada beberapa yang belum optimal, yaitu:
- Melakukan supervise kondisi klien setelah operan masih kurang optimal.
- Melakukan modifikasi asuhan keperawatan sesuai kondisi masih belum dilakukan,
biasanya asuhan keperawatan dibuat sekali saja dari awal masuk sampai pulang namun
tidak di lakukan modifikasi asuhan keperawatan.
- Pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga belum dilakukan secara optimal.
3) Uraian Tugas Perawat Pelaksana
Tabel 3.19 Uraian Tugas Perawat Pelaksana
NO H1 H2
Uraian Tugas
D TD D TD
1. Memberikan asuhan √ √
keperawatan pada
pasien dibawah
tanggung jawabnya
2. Bekerja sama dengan
anggota tim dan antar √ √
tim
3. Memberikan laporan
kepada katim dari
tindakan keperawatan √ √
yang sudah maupun
yang belum diberikan
4. Memberikan pendidikan
informasi kepada pasien
√ √
atau keluarga yang baru
masuk RS
5. Berpartisipasi dalam
tercapainya mutu √ √
rumah sakit
6. Melaksanakan tugas
lain yang diberikan √ √
atasan
Total 4 2 4 2
Presentase 67% 33% 67% 33%

Pelaksanaan tugas perawat pelaksana ada beberapa yang belum optimal, yaitu:
- Memberikan laporan kepada katim belum optimal karena biasanya dilaporkan saat post
conference, sedangkan post conferencen terkadang tidak terlaksana sehingga seringkali
pelaporan ini juga tidak terlaksana.
- Pendidikan kesehatan juga belum optimal dilakukan karena biasanya perawat hanya
memberikan apa yang ditanyakan oleh pasien, tidak memberikan pendidikan kesehatan
secara terstruktur.
3. Pengorganisasian perawatan pasien
Metode penugasan yang digunakan di ruang rawat ini adalah metode tim yang telah di
modifikasi. Ketua tim hanya dua orang yang bertugas pagi hari sedangkan sore dan malam tidak
ada ketua tim yang bertugas. Pembagian tugas dibuat pj shift untuk sore dan malam.
4. Pendokumentasian proses keperawatan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tabel Observasi terhadap dokumentasi askep
N Aspek Yang Dinilai R R R R R R R R R R R R R R R R R R total
o M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 M M M1 M %
0 1 2 3 4 15 16 7 18
A Pengkajian
1 Mencatat data yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
dikaji dengan format
pengkajian
2 Data dikelompokkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
(bio-psiko-sosial-
spiritual)
3 Semua aspek 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 83%
pengkajian yang ada
dapat terkaji dengan
baik
4 Tanda tangan dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 94%
nama terang perawat
Prosentase 75 75 10 10 10 10 10 75 10 10 75 10 10 10 10 10 10 10
% % 0% 0% 0% 0% 0% % 0% 0% % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
B Diagnosa Keperawatan
1 Diagnosa 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78%
keperawatan
ditegakkan
berdasarkan data
mayor dan minor
yang relevan
2 Merumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
diagnosa
keperawatan
aktual/potensial
N Aspek Yang Dinilai R R R R R R R R R R R R R R R R R R total
o M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 M M M1 M %
0 1 2 3 4 15 16 7 18
3 Merumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
diagnosa
keperawatan
berdasarkan prioritas
Prosentase 10 10 66 66 66 10 10 66 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
0% 0% % % % 0% 0% % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
C Rencana Tindakan
1 Dilaksanakan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
berdasarkan
diagnose
keperawatan
2 Disusun menurut 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
urutan prioritas
3 Rumusan tujuan 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28%
mengandung
komponen
pasien/subjek
perubahan, perilaku,
kondisi pasien dan
atau kriteria yang
SMART
4 Rencana tindakan 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
mengacu pada tujuan
dengan kalimat
perintah, terinci, dan
jelas
5 Rencana tindakan 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 67%
menggambarkan
keterlibatan pasien
atau keluarga
N Aspek Yang Dinilai R R R R R R R R R R R R R R R R R R total
o M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 M M M1 M %
0 1 2 3 4 15 16 7 18
6 Rencana tindakan 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
menggambarkan
kerjasama tim
kesehatan lain
7 Tanda tangan dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
nama terang perawat
Prosentase 71 71 71 28 71 71 85 28 10 42 85 85 85 85 85 85 85 85
% % % % % % % % 0% % % % % % % % % %
No Aspek Yang Ny Tn Tn Ny Tn Tn Tn Tn Ny. Tn Ny Ny Tn Tn Tn Tn Tn Tn total
Dinilai .N .R .D .E .M .E .P .R S . .Y .N .S . Pt .L . . . %
Ru Su Mj Rt
D Tindakan
1 Tindakan 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 61%
dilaksanakan sesuai
rencana
2 Perawat 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
mengobservasi
respon pasien
terhadap tindakan
keperawatan
3 Tindakan perawat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
mencantumkan %
paraf dan tanggal
jam
dilaksanakannya
tindakan
4 Semua tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
yang telah %
dilaksanakan
dicatat dengan
ringkas dan jelas
Prosentase 75 10 75 10 75 10 10 75 100 75 75 10 10 10 10 10 75 75
% 0% % 0% % 0% 0% % % % % 0% 0% 0% 0% 0% % %
E Evaluasi
1 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
dilakukan setiap %
1x24 jam
2 Hasil evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
dicatat dengan %
format SOAP
3 Modifikasi 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 67%
perencanaan
apabila masalah
tidak teratasi
4 Tanda tangan dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
nama terang %
perawat
Prosentase 75 10 75 10 10 10 75 75 10 10 10 10 10 10 10 10 75 75
% 0% % 0% 0% 0% % % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% % %
N Aspek Yang Ny Tn. Tn. Ny Tn. Tn. Tn. Tn. Ny Tn. Ny Ny Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. total
o Dinilai .N R D .E M E P R . S Ru .Y .N S Pt L Su Mj Rt %
F Catatan Askep
1 Melengkapi 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 67%
catatan
keperawatan pada
format yang baku
2 Pencatatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
dilakukan dengan
tindakan yang
dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
dengan jelas,
ringkas, istilah dan
baku dan benar.
4 Setiap tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
perawat %
mencantumkan
paraf atau nama
jelas dan tanggal
jam dilakukan
tindakan
5 Paraf dan tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
tangan keluarga %
sebagai bukti atas
keterlibatakn klien
dalam pelaksanaan
tindakan
keperawatan
Prosentase 10 80 10 10 10 80 80 80 80 60 10 10 10 10 10 80 10 10
0% % 0% 0% 0% % % % % % 0% 0% 0% 0% 0% % 0% 0%
Total 83 88 81 82 85 92 90 67 97 80 89 98 98 98 98 94 89 89
% % % % % % % % % % % % % % % % % %
89%
3 Fungsi Ketenagaan
1. Sistem penghitungan tenaga keperawatan
a. Perencanaan Kebutuhan Tenaga
Perencanaan yang digunakan Ruang X menggunakan metode Gillies dengan jam efektif
perawatan 7jam/hari yang akan digunakan sebagai dasar pengajuan apabila terdapat
kekurangan tenaga
b. Sistem Penghitungan Tenaga Keperawatan
System yang digunakan Ruang X dalam perhitugan kebutuhan tenaga menggunakan metode
Gillies
c. Kelengakapan dan Ketepatan Data
Kelengkapan dan ketepatan data sebagai penunjang perhitungan tenaga keperawatan di
Ruang X beberapa belum lengkap. Idealnya data ketergantungan pasien (Minimal, Parsial
dan Total Care) seharusnya direkap setiap hari sehingga dapat didapatkan untuk keperluan
data selama satu tahun. Hal tersebut yang masih belum optimal dijalankan di Ruang X ini,
ada beberapa hari yang data ketergantungan pasien tidak direkap, sehingga untuk
perhitungan kebutuhan tenaga kepala ruang hanya menggunakan data yang ada saja.
2. Jadwal Shift Dinas
a. Penentuan Jadwal/shift dinas
Siklus yang digunakan dalam ruang X dalam penentuan jadwal/shift dinas adalah setiap
bulan. Kepala ruangan akan membuat dan memperbarui jadwal shift dinas setiap bulannya
termasuk jadwal libur dan masuk, pembagian nama/tenaga untuk ditempatkan di shift pagi,
siang ataupun malam.
b. Pendistribuasian tenaga setiap shift
Pendistribusian tenaga untuk setiap shift di ruang X berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan tenaga menggunakan metode gillies dengan prosentase tenaga sebesar 47 %
untuk shift pagi, 36 % shift siang dan 17 % shift malam.
c. Keterlibatan perawat pelaksana dalam pembuatan jadwal
Perawat pelaksana dilibatkan dalam pemilihan hari libur melalui form dengan tetap
mempertimbangkan ketersediaan tenaga perawat pada hari tersebut. Apabila tiba-tiba tidak
bisa hadir maka perawat pelaksana mencari ganti hari libur dengan perawat lain yang
bersedia, bila memang tidak ada maka harus lapor ke kepala ruangan agar oleh kepala
ruangan ditunjuk langsung untuk menggantikan.
3. Ketenagaan
a. Sistem seleksi dan penerimaan tenaga baru di ruang rawat
Sistem seleksi mengikuti manajer SDM rumah sakit berupa tes tulis dan tes skill yang mana
kepala ruangan dilibatkan dalam menguji sumber daya tersebut.
b. Orientasi tenaga baru di ruang rawat
Orientasi dilakukan selama 3 bulan, yang mana akan dilakukan rotasi tiap ruangan terlebih
dahulu, setelahnya sumber daya akan dievaluasi dan akan diputuskan untuk penempatan
ruangan yang sesuai dengan kemampuan dan skillnya. Satu tahun selanjutnya adalah masa
training, yang dalam intervensi dan asuhan keperawatannya dibawah supervisi, selanjutnya
perawat tersebut akan dievaluasi untuk dapat menjadi pegawai tetap atau tidak.
c. pengembangan staf (pendidikan dan pelatihan) di ruang rawat
Pengembangan staf melalui pelatihan biasa dilakukan diluar rumah sakit sehingga akan
dilaksanakan giliran 1 hingga 2 orang pada tiap pelatihan, selain itu ada pelatihan yang
dilakukan rumah sakit. Umumnya rumah sakit membuat pelatihan tersebut berupa
gelombang agar seluruh perawat dapat mengikuti pelatihan secara giliran. Perawat juga
diizinkan melanjutkan pendidikannya namun dengan pengajuan ke rumah sakit terlebih
dahulu. Untuk pendidikan ada dua jenis yang pertama adalah tugas belajar yang mana
perawat memang ditugaskan oleh rumah sakit untuk melanjutkan studi, dan yang kedua
adalah izin belajar yang mana harus tetap bekerja sembari melanjutkan studi
d. Jenjang karir tenaga perawat di ruang rawat
Jenjang karir mengikuti sistem rumah sakit untuk sederhananya yaitu 1 tahun pertama
dapat disebut dengan PRA PK, kemudian setelah satu tahun akan diadakan tes credentialing
untuk menetapkan sumber daya tersebut dapat naik ke PK1, PK2, PK3, dan PK4.
2.4 Fungsi Pengarahan
1. Komunikasi
a. Arah komunikasi
Di ruangan X ini menerapkan komunikasi 2 arah, yaitu bisa dari atasan ke bawahan (bersifat
direction atau perintah) atau dari bahawan ke atasan (komunikasi timbal balik balik)
b. Komunikasi yang dilakukan antar perawat, perawat dengan dokter, perawat dengan
tenaga kesehatan lain, perawat dengan pasien
Untuk system komunikasi di ruangan X ini perawat ke pasien menggunakan teknik
terapeutik, sesama pearwat atau tenaga kesehatan lain menggunakan metode langsung
atau verbal namun bisa juga menggunakan komunikasi tertulis seperti melaporkan kondisi
pasien ke tenaga kesehatan lain
c. Sistem komunikasi tertulis di ruang rawat
Sistem komunikasi tertulis terkait kasus pasien yaitu menggunakan dokumentasi yang ada
direkam medis (komunikasi dengan sesama profesi), antar profesi menggunakan lembar
CPPT atau Catatan Perkembangan Pasien yanag Terintegrasi, Untuk komunikasi yang terkait
interupsi, informasi atau arahan menggunakan memo atau catatan tertulis.
d. Sistem komunikasi melalui telepon di ruang rawat
Sistem komuikasi melalui telepon di ruang X ini menggunakan panduan metode SBAR untuk
menuliskan informasi dengan situasinya terdahulu kemudian menuliskan latar belakangnya
bagaimana dan assesmentnya serta rekomendasinya bagaimana jadi dituliskan secara
sistematis atau berurutan sedangkan TBAK digunakan untuk yang menerima telepon yaitu
informasi yang didapat, ditulis kemudian dibacakan kembali untuk didengarkan oleh
pemberi pesan, kemudian yang memberikan pesan mengkonfirmasi kebenaran informasi
dengan memandatangani lembar yang tadi ditulis oleh penerima pesan maksimal 1x24 jam.
Namun di Ruang X ini pelaksaananya belum optimal.
e. Jadwal pertemuan di ruang rawat
Untuk jadwal pertemuan di ruang X ini dilakukan rapat secara rutian tiap bulan, namun
apabila ada hal penting dilakukan rapat juga
f. Faktor yang menghambat komunikasi di ruang rawat
Adanya ketidakoptimalan SBAR dan TBAK disebabkan oleh beberapa faktor yaitu budaya,
kurangnya pengetahuan terkait metode tersebut, beban kerja di ruang rawat
2. Motivasi
a. Penialaian motivasi perawat di ruang rawat
Untuk pernilaian motivasi di Ruang X ini tidak ada, namun pemberian motivasi bisa diberikan
reward yaitu dengan menilai jasa pelayanan sesuai capaian kinerja atau bisa juga diberikan
punishment apabila adanya pelanggaran. Pemberian punishment di Ruang X ini seperti
peringatan yang ringan sampai yang tegas namun bias juga dengan pemotongan intensif.
b. Upaya meningkatkan motivasi perawat di ruang rawat
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi perawat berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala ruang X adalah dengan menerapkan sistem reward dan punishment.
c. Sistem reward dan punishment di ruang rawat
Kepala Ruang X mengatakan bahwa reward diberikan bagi perawat yang memiliki kinerja
kerja yang bagus sedangkan punishment diberikan pada perawat yang melanggar peraturan
dan tidak disiplin. Punishment tersebut dapat berupa peringatan ringan sampai tegas atau
dapat juga berupa pemotongan insentif pada perawat yang sering terlambat. Bagi perawat
yang memiliki jam kerja yang lebih bisa diberikan remunerasi sesuai dengan capaian kerja
perawat tersebut.
Selain itu menurut kepala ruang X bahwa di ruangan ini, belum ada program dukungan
psikososial atau sesi sharing untuk meningkatkan motivasi perawat dan dulu sempat terpikir
untuk memberikan label penghargaan terhadap perawat seperti perawat terbaik,
tercekatan, dll untuk meningkatkan motivasi kerja perawat namun sampai saat ini belum
terlaksana.
3. Supervisi
a. Mekanisme supervisi terhadap staf di ruang rawat
Hasil wawancara dengan kepala ruang X mengatakan bahwa supervisi dilakukan kepala
ruangan ke perawat namun tidak terjadwal dengan baik, sifatnya incidental. Supervisi
dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya adalah
kepala ruangan melakukan supervisi dan observasi tindakan keperawatan secara langsung.
Tidak langsung maksudnya adalah kepala ruangan melakukan supervisi terhadap
dokumentasi/laporan yang dituliskan perawat.
b. Mechanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan di ruang rawat
Kepala ruang X mengatakan bahwa mekanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan di
ruang rawat dilakukan dari pra-supervisi, supervisi, dan pasca-supervisi. Pra-supervisi yaitu
persiapan, supervisi yaitu pelaksanaannya, dan pasca-supervisi yaitu evaluasinya.
c. Faktor penghambat kegiatan supervisi
Kepala ruang X menyatakan jika supervisi tidak terjadwal dengan baik sehingga hanya
beberapa perawat saja yang dilakukan supervisi, sedangkan perawat lainnya tidak. Supervisi
secara langsung kadang tidak dilakukan, hanya dilakukan supervisi tidak langsung sehingga
hasilnya tidak sebaik yang supervisi secara langsung. Hal ini disebabkan karena waktu dan
beban kerja kepala ruangan sehingga supervisi tidak dapat dilakukan secara maksimal.
4. Pendelegasian
a. Uraian tugas dan kewenangan dalam pendelegasian
Hasil wawancara dengan perawat X bahwa pendelegasian dilakukan saat ada keperluan
sehingga tugas tersebut didelegasikan ke orang lain, misalnya kepala ruangan tidak dapat
hadir di ruangan karena ada keperluan seperti mengikuti pelatihan atau rapat di manajemen
sehingga hal tersebut didelegasikan ke ketua tim. Pendelegasian tidak hanya dilakukan oleh
kepala ruangan, namun juga dapat dilakukan oleh ketua tim. Ketua tim biasanya
mendelegasikan ke perawat pelaksana.
b. Mechanisme pendelegasian di ruang rawat
Menurut kepala ruang X, pelaksanaan pendelegasian dilakukan secara lisan, tidak ada
dokumentasi tertulis untuk delegasi
5. Mekanisme penyelesaian masalah
a. Strategi manajemen konflik yang dilakukan di ruang rawat
Menurut kepala ruang X apabila terjadi konflik maka akan diselesaikan di lingkup yang
terlibat konflik tersebut, misalnya konflik terjadi di suatu tim maka akan diupayakan
penyelesaian oleh ketua tim. Namun apabila konflik terjadi dalam lingkup ruangan, maka
akan diupayakan penyelesaian dengan melibatkan kepala ruangan.
Manajemen konflik diharapkan dapat dilakukan dengan win-win solution. Namun kalau
tidak bisa, maka akan dilakukan negosiasi kemudian baru ditetapkan mana yang akan
diakomodir dan tidak diakomodir dengan tetap memperhatikan beberapa pertimbangan.
Misalnya konflik berupa mendiskusikan suatu pilihan, maka akan dilakukan musyawarah
mufakat terlebih dahulu namun bila tidak bisa maka akan dilakukan voting.
2.5 Fungsi Pengendalian
1. Penilaian kinerja
a. Mekanisme penilaian kinerja
Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada ruangan X terkait mekanisme penilaian kinerja
menunjukkan bahwa masing-masing perawat yang menjadi bagian ruangan tersebut
memiliki logbook. Logbook tersebut berisi terkait pelaksanaan atau tindakan apa saja yang
telah dilakukan. Catatan pada logbook tersebut nantinya akan dievaluasi apakah perawat
tersebut melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang ditulis pada logbooknya.
Selain dari logbook, kepala ruangan bertanggung jawab untuk menilai kinerja perawat
pada ruang X. Mekanisme penilaian dilakukan secara langsung dengan pengawasan setiap
perawat apakah ada yang terlambat atau tidaknya dalam melakukan tugasnya. Penilian
kinerja pada ruang X berisi terkait skill atau keterampilan perawat, kedisiplinan selama
bertugas, kelengkapan dokumentasi, kelengkapan atribut, perizinan dalam pertukaran
jadwal.
b. Instrumen penilaian kinerja
 Logbook yang dipegang dan dicatat oleh masing-masing perawat
 Lembar observasi yang dipegang oleh kepala ruangan untuk melakukan penilaian kinerja
masing-masing perawat yang ada di ruang X.
c. Hasil penilaian kinerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan X, hasil penilaian kinerja perawat
di Ruang X 1 bulan kemarin yaitu sebesar 80% perawat memiliki kinerja yang baik, 15%
perawat dengan kinerja yang cukup, dan 5% perawat memiliki kinerja yang kurang. Hasil dari
penilaian kinerja perawat di Ruang X nantinya akan dilaporkan kepada Manajer
Keperawatan. Selain itu, reward akan diberikan kepada perawat dengan hasil kinerja yang
baik dan punishment serta peringatan akan diberikan untuk perawat dengan kinerja yang
kurang.
2. Pengendalian mutu
a. Kegiatan pengendalian mutu keperawatan
Mekanisme penilaian mutu keperawatan yaitu dengan melalui rekapan setiap harinya.
Indikator keselamatan pasien setiap harinya di rekap ada atau tidaknya kejadian yang
berhubungan dengan keselamatan pasien hasil rekapan tersebut nantinya akan direkap
secara lengkap pada 1 bulan penuh. Terkait kecemasan pasien direkap melalui survey
kecemasan pasien secara pemilihan sampling pada pasien, hal ini berlaku pada indikator
kepuasan pasien. Survey kepuasan pasien dilakukan saat pasien dirawat minimal 3x24 MRS
atau untuk pasien yang akan pulang. Indikator yang lain dilakukan dengan cara yang sama
yaitu survey.
b. Indikator mutu keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan kegiatan dalam pengendalian mutu keperawatan pada
Ruang X memiliki 6 indikator. Dalam penentuan indikator ini melibatkan kebijakan dari
Rumah Sakit dan kepala bidang keperawatan.
1. Keselamatan pasien
Keselamatan pasien memiliki indikator seperti angka dekubitus, angka kejadian jatuh,
cedera akibat restrain, dan kesalahan pemberian obat.
2. Kepuasan pasien
3. Tingkat kecemasan pasien
4. Tingkat kenyamanan pasien
5. Tingkat perawatan diri pasien
6. Pengetahuan pasien
c. Hasil penilaian mutu keperawatan
Hasil dari penilaian mutu keperawatan pada Ruang X yaitu untuk indikator keselamatan
pasien (angka dekubitus 0%, angka kejadian jatuh pada bulan lalu terdapat 1 pasien jatuh,
cedera akibat restrain 0%, dan kesalahan pemberian obat berdasarkan KTD 0% dan KNC
terjadi 1 kali pada bulan lalu), kepuasan pasien (85% puas), tingkat kecemasan pasien
(cemas tinggi 5%, cemas 45%, tidak cemas 30%, tingkat kenyamanan pasien (tidak terkaji),
tingkat perawatan diri pasien (75% terpenuhi), pengetahuan pasien (tidak terkaji).
3. Pengembangan standar
a. Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan yang berlaku pada ruang X yaitu menggunakan 3S (SDKI,
SLKI, SIKI) serta clinical pathway yang terintegrasi.
b. Standar kinerja
Sesuai dengan penilaian kinerja dengan indikator kedisiplinan, kompetensi (pendidikan,
pelatihan yang diikuti, jenjang karir), skill atau keterampilan perawat, kelengkapan
dokumentasi, kelengkapan atribut, perizinan dalam pertukaran jadwal.
5. Klasifikasi pasien
Jenis kasus penyakit di Ruang X adalah penyakit dalam. Kelas layanan pada ruangan ini termasuk
kelas III. Usia pasien yang dirawat yaitu pasien usia dewasa dengan jenis kelamin perempuan.
1. SKP I : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
1) Kebijakan Rumah Sakit tentang Identifikasi Pasien
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan didapatkan infromasi bahwa
terdapat kebijakan Rumah Sakit tentang bagaimana cara identifikasi pasien yang sedang
menjalani rawat inap.
2) Pedoman/Panduan Identifikasi Pasien yang dijadikan acuan seluruh unit
Rumah Sakit membuat pedoman identifikasi pasien yang akan diajdikan acuan di
seluruh unit untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
3) Isi SPO Identifikasi pasien (min. 2 identitas)
 Pasien diidentifikasi secara verbal dengan menanyakan/ mengkonfirmasi nama pasien
 Pasien diidentifikasi secara visual dengan melihat dari gelang pasien
 Pasien diidentifikasi dengan pencocokan nama, tanggal lahir, dan nomor register pasien
4) Pelaksanaan SPO ketepatan identifikasi pasien di ruangan
Lakukan observasi kepatuhan SPO terhadap perawat di ruangan dengan menggunakan
SPO di ruangan/yang berlaku di Rumah Sakit. Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang
telah dilakukan didapat data sebagai berikut :

Tidak
No Kegiata Dilakuka
dilakuka
. n n
n
1. Mengucapkan salam √
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
2. Memperkenalkan diri
“Saya……(nama), saya adalah perawat yang √
bertanggung jawab untuk perawatan Bapak/Ibu
saat ini.”
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
“Bapak/Ibu, saya akan…… (memberikan
obat/memberikan transfusi darah/mengambil √

sampel darah/urin/spesimen lain/ melakukan


pengobatan/tindakan).”
4. Melakukan identifikasi minimal dua dari tiga
identitas pasien dengan cara verbal
(menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) √
“Sesuai prosedur keselamatan pasien untuk
ketepatan identifikasi, Bapak/Ibu bisa
menyebutkan nama dan tanggal lahir?”
5. Melakukan identifikasi dengan cara visual √
(melihat gelang pasien)
“Permisi Bapak/Ibu saya akan memeriksa
gelang identitas untuk mencocokkan nama,
tanggal lahir, dan nomor register Bapak/Ibu
dengan…… (obat/darah/tindakan yang akan
saya berikan atau permintaan pengambilan
sampel darah/urin/spesimen)”
6. Mencocokkan nama, tanggal lahir, dan nomor
register pasien dengan obat/darah/program
tindakan yang akan diberikan atau permintaan
pengambilan sampel darah/urin/spesimen lain √
dan indentitas label pada wadah penampung
spesimen.
(Untuk produk darah periksa juga kecocokan
golongan darah dan jenis darah.)
7. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama

pasien.

5) Rancangan SPO tentang pemasangan dan pelepasan gelang identitas


Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
Rumah Sakit telah menyediakan SPO pemasangan dan pelepasan gelang identitas.
Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang telah dilakukan didapat data sebagai berikut :

Tidak
Kegiata Dilakuka
No. dilakuka
n n
n
Persiapan

1. Penampilan perawat:
a. Periksa kerapian seragam √

b. Periksa kelengkapan atribut


2. Alat-alat:
a. Gelang identitas pasien

b. Alat tulis
c. Berkas rekam medis
Pelaksanaan

1. Mempersiapkan gelang pasien dengan √


ketentuan sebagai berikut:
a. warna biru untuk pasien laki-laki,
b. warna pink untuk pasien perempuan,
c. warna merah sebagai penanda
alergi (alergen ditulis pada gelang tersebut),
d. warna kuning sebagai penanda resiko jatuh.
e. warna ungu sebagai penanda do
not resuscitate

2. Isi/periksa label gelang dengan identitas pasien


a. nama pasien (e KTP)

b. tanggal lahir
c. nomor rekam medis
3. Mengucapkan salam √
“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu.”
4. Memperkenalkan diri
“Saya……(nama), saya adalah perawat dari unit √

kerja…….(sebutkan).”
5. Menjelaskan maksud dan tujuan √
“Bapak/Ibu, sesuai prosedur keselamatan
pasien, saya akan memasangkan gelang
identifikasi ini pada pergelangan tangan
Bapak/Ibu. Tujuannya adalah untuk memastikan
identitas Bapak/Ibu dalam mendapatkan
pelayanan perawatan atau pengobatan selama
di rumah sakit ini. Kami sebagai petugas
kesehatan akan selalu melakukan konfirmasi
identitas dengan meminta Bapak/Ibu
menyebutkan nama dan tanggal lahir untuk
dicocokkan dengan data pada gelang
identifikasi. Prosedur konfirmasi tersebut akan
selalu dilaksanakan pada saat pemberian obat,
transfusi darah, pengambilan sampel darah, urin
dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, dan sebelum pengobatan
atau tindakan”
6. Melakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa
pasien dan atau keluarga paham atas informasi √

tersebut
7. Menginformasikan kepada pasien dan/keluarga
untuk tidak melepas atau menutupi gelang
selama dirawat di rumah sakit “Bapak/Ibu,

mohon agar gelang identifiasi ini
tidak dilepas atau ditutupi selama menjalani
perawatan di rumah sakit ini.”
8. Menjelaskan bahaya untuk pasien yang √
menolak, melepas, atau menutupi gelang
9. Memasang gelang identetias pada pergelangan
tangan pasien yang tidak terpasang infus. √

Pemasangan gelang tidak boleh terlalu kencang.


10 Meminta pasien untuk mengingatkan petugas
. bila akan melakukan tindakan atau memberi

obat tidak mengkonfitmasi nama atau
mengecek gelang
11 Memberi kesempatan pasien untuk
. menyampaikan apabila ada yang ingin √

ditanyakan dan menjawab pertanyaan tersebut.


12 Melakukan terminasi dan
. mengucapkan √

terimakasih
13 Dokumentasi pemasangan gelang identifikasi √
.
2. SKP II: PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
1) Keakuratan dan penerapan Komunikasi (lisan, telepon) di rumah sakit
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
kebijakan rumah sakit terkait peningkatan komunikasi efektif baik lisan maupun telepon
belum ada atau masih dalam proses pembuatan
2) Pedoman/Panduan Komunikasi Efektif yang akan dijadikan acuan bagi seluruh unit di
rumah sakit
Karu mengatakan bahwa pedoman komunikasi efektif di RS dilakukan dengan SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) dan TBaK (Tulis, Baca, Konfirmasi).
Proses komunikasi dilakukan dengan mengidentifikasi pasien langsung dengan menanyakan
nama dan melihat gelang identitias pasien. Namun bila pasien tidak sadar, perawat akan
menanyakan ke keluarga pasien. Kemudian perawat akan memverifikasi identitias pasien
dengan gelang, status dan nama pasien. Apabila ada perintah, maka perawat harus
menuliskan secara lengkap jam/tanggal, isi perintah, nama pemberi perintah, dan tanda
tangan di form yang sudah disediakan. Selanjutnya perawat mengonfirmasi ulang isi perintah
yang sudah ditulis ke pemberi perintah. Apabila ada nama obat yang memiliki nama dan
ucapan mirip maka harus dieja ulang. Selanjutnya, pemberi perintah wajib mengonfirmasi
ejaan ulang tadi dan juga mengonfirmasi dengan menanda tangani form perintah tersebut.
3) SPO tentang Komunikasi Efektif (lisan, telepon)
SPO dan panduan terkait komunikasi efektif ini sudah ada dan sudah disosialisasikan
kepada tenaga kesehatan

4) Kepatuhan perawat di ruangan melakukan SPO tentang Komunikasi Efektif


Lakukan observasi kepatuhan SPO terhadap perawat di ruangan dengan menggunakan
SPO di ruangan/yang berlaku di Rumah Sakit.

No Kegiatan Dilakukan Tidak dilakukan


Komunikasi secara lisan
1. Mengidentifikasi pasien secara √
langsung dengan menanyakan
langsung nama pasien (pada
keluarga bila pasien tidak sadar) dan
melihat ke gelang identitas pasien.
2. Siapkan status/rekam medis pasien.
Verifikasi identitas pasien sesuai
antara gelang pasien, status pasien √
dan nama pasien, siapkan form
konsul.
3. Ucapkan salam dan laporkan
identitas pasien meliputi nama, jenis
kelamin, umur, keluhan, hasil √
pemeriksaan dan pengamatan serta
obat-obatan bila ada.
4. Tanyakan tindak lanjut kepada

pemberi perintah/dokter.
5. Tulis secara lengkap jam/tanggal, isi
perintah, nama penerima perintah
dan tanda tangan, nama pemberi

perintah dan tanda tangan (pada
kesempatan berikutnya) pada form
yang telah disediakan.
6. Konfirmasi ulang isi perintah yang
sudah dituliskan dengan
membacakan ulang kepada pemberi
perintah/dokter. Eja ulang satu
persatu hurufnya bila perintah
mengandung nama obat gologan √
LASA (look alike sound alike)/
NORUM (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip) dan obat High Alert,
Daftar obat LASA /NORUM dan High
Alert terlampir.
7. Cantumkan tanda cawang pada
kolom membaca ulang isi laporan √
bila sudah dibacakan ulang.
8. Pemberi perintah/dokter harus √
mengkonfirmasi lisan sesaat setelah
pemberi perintah/dokter
mendengar pembacaan dan
memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal “ya
sudah benar”.
9. Lakukan konfirmasi tertulis dengan
tanda tangan pemberi √
perintah/dokter.
10. Ucapkan terima kasih dan salam. √
Komunikasi melalui telepon
1. Mengidentifikasi pasien secara
langsung dengan menanyakan
langsung nama pasien (pada

keluarga bila pasien tidak sadar) dan
melihat ke gelang identitas pasien.
Siapkan status/rekam medis pasien.
2. Verifikasi identitas pasien sesuai
antara gelang pasien, status pasien

dan nama pasien. Siapkan form
konsul melalui telepon
3. Tekan nomor ekstensi pemberi

perintah/dokter
4. Setelah terdengar nada terhubung

ucapkan salam.
5. Sebutkan identitas diri dan ruang

perawatan
6. Laporkan identitas pasien meliputi
nama, jenis kelamin, umur, keluhan,

hasil pemeriksaan dan pengamatan
serta obat-obatan bila ada.
7. Tanyakan tindak lanjut kepada

pemberi perintah/dokter.
8. Tulis secara lengkap jam/tanggal, isi √
perintah, nama penerima perintah
dan tanda tangan, nama pemberi
perintah dan tanda tangan (pada
kesempatan berikutnya) pada form
yang telah disediakan.
9. Baca kembali isi perintah dan/atau
laporan pemerinksaan kritis/cito,
yang sudah dituliskan. Eja ulang satu
persatu hurufnya bila perintah
mengandung nama obat gologan

LASA (look alike sound alike)/
NORUM (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip) dan obat High Alert,
Daftar obat LASA /NORUM dan High
Alert terlampir
10. Pemberi perintah/dokter harus
mengkonfirmasi lisan sesaat setelah
pemberi perintah/dokter
mendengar pembacaan dan √
memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal “ya
sudah benar”.
11. Cantumkan tanda cawang pada
kolom membaca ulang isi laporan √
bila sudah dibacakan ulang.
12. Telpon ulang pemberi
perintah/dokter bila laporan belum

dibacakan ulang, dan belum
konfirmasikan ulang isi perintah.
13. Ucapkan terima kasih dan salam. √
14. Lakukan konfirmasi tertulis dengan
tanda tangan pemberi
perintah/dokter yang harus diminta √
pada kesempatan kunjungan/visite
berikutnya
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pelaksanaan teknik SBAR dan TBaK belum
berjalan secara optimal karena sebagian besar perawat masih menggunakan komunikasi
ringkas atau belum menerapkan SBAR dan TBaK. Selain itu, penerapan komunikasi efektif di
RS membutuhkan lembar konfirmasi sebagai bukti pencatatannya. Namun hal tersebut
belum tersedia di RS. Hal itu menjadi hambatan dari aspek sarana dalam pelaksanaan
komunikasi yang efektif.

5) Daftar singkatan resmi dari RS yang digunakan oleh seluruh unit


Berdasarkan hasil wawancara dengan karu, RS sudah menerbitkan buku singkatan yang
digunakan untuk seluruh unit. Di dalam buku itu terdapat beberapa daftar singkatan untuk
satuan kerja yang digunakan oleh rumah sakit misalnya Dir untuk direktur, BU untuk Bagian
Umum. Selain itu juga terdapat daftar singkatan, symbol, dan penulisan dosis yang tidak
boleh digunakan misalnya IN yang memiliki kepanjangan Intranasal terkadang disalahartikan
sebagai IM atau IV, maka unit wajib menuliskan ‘Intranasal’, angka ‘0’ dibelakang koma
(contoh 1,0 mg) maksudnya adalah 1 mg namun banyak disalah artikan sebagai 10 mg maka
sebaiknya ditulis 1 mg tanpa angka 0 di belakang koma.
6) Pelaksanaan SPO terkait dengan Serah Terima pasien
Berdasarkan hasil observasi di rumah sakit X didapatkan bahwa operan perawat dari
shift malam ke pagi sudah dilakukan secara modern, yaitu operan dilakukan tidak hanya di
nurse station tapi sudah mencek langsung keadaan pasien mengenai keluhannya dan
kemajuan perawatan yang sudah dilakukan, tapi hal ini belum optimal karena belum ada
acuan dalam melakukan operan hanya mengacu pada status rekam medis pasien. Sedangkan
operan untuk shift pagi ke sore dan shift sore ke malam sering dilakukan secara tradisional,
yaitu operan hanya di nurses station tidak ada konfirmasi pada masing-masing pasien.
3. SKP III : MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI
1) Pengembangan kebijakan tentang pengelolaan obat high alert
Adanya pengembangan kebijakan tentang pengelolaan high alert dalam bentuk SOP
Peningkatan Keamana Obat dengan Kewaspaan Tinggi yang telah disediakan oleh Rumah
Sakit. SOP ini bertujuan untuk :
a. Mencegah kesalahan pemberian obat akibat nama obat yang
membingungkan (look alike and sound alike/LASA).
b. Mengurangi/menghilangkan kejadian kesalahan pemberian elektrolit
konsentrat.
c. Mengurang resiko medication error akibat obat-obat atau cairan lain dalam
kontainer yang tidak berlabel.
d. Melakukan pemantauan, pengumpulan data medication error akibat
penggunaan dan pengelolaan high alert medication analisa data dan
rencana tindak lanjut dari kecendrungan kejadian.
2) Pelaksanaan 6B (6 Benar) atau menyesuaikan kebijakan RS (ada yang menggunakan 5B
maupun 7B
Rumah Sakit menerapkan prinsip 7B dalam pelaksaan pemeriksaan ketepan obat yang
akan diberikan kepada pasien yaitu :
a. Benar obat
b. Benar pasien
c. Benar dosis
d. Benar cara/rute pemberian
e. Benar waktu
f. Benar informasi
Tidak
No. Kegiatan Dilakukan
dilakukan
Persiapan

1. Memeriksa instruksi penggunaan obat high


alert pada pengobatan pasien (di rekam √

medis).
2. Melakukan pemeriksaan stok obat high alert
pada lemari penyimpan pasien, atau pada
lemari penyimpanan obat khusus high alert
yaitu lemari obat atau lemari pendingin √
sesuai dengan jenis obat yang dibutuhkan.
Pastikan label obat
masih utuh dan periksa tanggal kadaluarsa
obat.
3. Memeriksa ketepatan obat high alert yang
akan digunakan dan alat kesehatan
pendukung (jika diperlukan) dengan prinsip
7 (tujuh) benar yaitu:
a. Benar obat
b. Benar pasien √

c. Benar dosis
d. Benar cara/rute pemberian
e. Benar waktu
f. Benar informasi
g. Benar dokumentasi
4. Ambil obat high alert dari tempatnya.
Apabila obat high alert hanya tersedia dalam
lemari penyimpan bertanda khusus sebagai
persediaan stok baku (dalam jumlah
terbatas), maka dilakukan pencatatan pada
stok obat secara benar dan lengkap pada
kolom isian kartu stok obat: √
a. Tanggal pengambilan
b. Jumlah yang diambil
c. Nama pasien yang menggunakan
d. Nama dan paraf petugas yang
mengambil
e. Jumlah sisa stok akhir obat
Pengecekan Obat

5. Pengecekan oleh petugas yang berbeda √


dengan mmemastikan hal-hal berikut:
a. Memverifikasi bahwa obat yang hendak
diberikan telah sesuai dengan identitas
pasien dan instruksi dokter
b. Obat telah disiapkan sesuai dengan
instruksi
c. Obat memenuhi 7 (enam) persyaratan:
1) Benar obat
2) Benar pasien
3) Benar dosis
4) Benar cara/rute pemberian
5) Benar waktu
6) Benar informasi
7) Benar dokumentasi
6. Pada beberapa kasus, harus tersedia juga
kemasan obat untuk memastikan bahwa √
obat yang disiapkan adalah obat yang benar,
misalnya: dosis insulin
7. Ketika petugas kedua telah selesai
melakukan pengecekan ganda dan kedua
petugas yakin bahwa obat telah sesuai, √

lakukan pencatatan pada rekam


medis/catatan pemberian medikasi pasien
8. Petugas kedua harus menulis “dicek oleh” dan √
diisi dengan nama pengecek
9. Pengecekan kedua akan dilakukan sebelum √
obat diberikan kepada pasien
10. Pastikan infus obat berada pada jalur yang
benar dan lakukan pengecekan selang infus
mulai dari √

larutan/cairan infus, selang, hingga tempat


insersi selang.
11. Jika menggunakan syring pump pastikan
pompa infus terprogram dengan kecepatan
pemberian yang tepat, termasuk ketepatan √

pada berat badan


pasien
Pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
10. Petugas kedua akan memastikan hal-hal
berikut:
a. Obat yang diberikan harus memenuhi
keenam persyaratan

b. Perawat berikutnya akan membaca label
dengan lantang kepada perawat
sebelumnya untuk memverifikasi
keenam persyaratan (seperti yang telah
disebutkan di atas)
11. Saat pengecekan telah selesai dan kedua
perawat yakin bahwa obat telah sesuai,
lakukanlah pencatatan pada bagian √

pengecekan oleh perawat di rekam medis


pasien
12. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat
mengecek nama pasien, memberitahukan
kepada pasien mengenai nama obat yang

diberikan, dosis, dan tujuannya (pasien dapat
juga berperan sebagai pengecek, jika
memungkinkan)
13. Semua pemberian high alert medications
intravena dan bersifat kontinu harus
diberikan melalui pompa infus IV.
Pengecualian dapat diberikan pada pasien di
ruang kepada pasien di ruang rawat intensif
neonates (NICU), atau pada pasien risiko √
tinggi mengalami kelebihan cairan. Setiap
selang infus harus diberi label dengan nama
obat yang diberikan di ujung distal selang dan
pada pintu masuk pompa (untuk
mempermudah verifikasi dan meminimalkan
kesalahan)
14. Pada situasi emergensi, dimana pelabelan √
dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat/menunda penatalaksanaan
dan berdampak negative terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus
menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar-benar bersifat emergensi
dan perlu ditatalaksana segera sedemikian
rupa sehingga pengecekan ganda dapat
ditunda. Petugas yang memberikan obat
harus menyebutkan dengan lantang semua
terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya ke pasien.
15. Obat yang tidak digunakan dikembalikan
kepada farmasi/apotek, dan dilakukan
peninjauan ulang oleh Ahli Farmasi atau √

Apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang


belum diberikan.
16. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang
oleh Apoteker untuk mengetahui indikasi √

penggunaan dosis ekstra.

4. SKP IV: KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI


1) Kebijakan atau panduan dari Rumah sakit tentang Prosedur Operasi (tepat lokasi-tepat
prosedur, tepat pasien)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diketahui bahwa rumah sakit
belum membuat kebijakan dan prosedur untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
2) Pelaksanaan SPO tersebut di ruangan

NO Kegiatan Dilakukan Tidak dilakukan


1 Siapkan status/rekam medis √
pasien
2 Tanyakan identitas pasien √
(langsung kepada pasien atau
keluarga).
3 Cocokan antara identitas yang √
disebut dengan gelang identifikasi
dan status pasien
4 Siapkan penunjang medis pasin √
yang diperlukan di kamar operasi.
5 Cocokkan penunjang medis pasien √
dengan identifikasi pasien.
6 Laporkan dokter yang akan √
melakukan tindakan dan minta
untuk diberi tanda daerah area
operasi (marking).
7 Identifikasi ulang dan libatkan √
pasien dalam pencocokan daerah
mana yang akan dioperasi sebelum
diantar ke ruang operasi.
8 Laporkan pada dokter anesthesi √
9 Bila ada darah yang harus dibawa √
ke ruang operasi, identifikasi
jumlah darah, jenis darah dan
golongan darah
10 Siapkan form timbang terima √
keselamatan pembedahan dan isi
sesuai kriteria yang ada di form
pada kolom pertama
11 Bila sudah sesuai antara identifikasi √
pasien, penunjang medis, dan
marking area, antar pasien ke ruang
operasi
12 Lakukan timbang terima antara √
perawat rawat inap/ruang asal
pasien dengan perawat ruang
operasi untuk melakukan verifikasi
ulang pada pasien dan
penandatanganan form timbang
terima keselamatan pembedahan.

Berdasarkan hasil observasi, pasien tersebut tidak dilakukan penandaan dikarenakan tidak
dimungkinkannya dilakukan. Kemudian pada saat diruang bedah, pasien diminta menyatakan
secara lisan nama lengkap pasien sesuai dengan KTP, tanggal lahir, dan menyatakan tindakan
apa yang akan dilakukan di bagian tubuhnya. Kemudian tim bedah menanyakan tentang
persetujuan serta apakah informasi yang diberikan pasien dan keluarga sesuai dengan data yang
ada dalam catatan rekam medis. Dalam pelaksanaannya, penandaan selalu dilakukan jika hal
tersebut diperlukan dan Surgical Safety Checklist selalu dipastikan ada sebagai dokumentasi
pada saat operasi berlangsung.

5. SKP V : MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN KESEHATAN


1) Ketersedian SOP dan kebijakan pelaksanaan hand hygiene
Dalam upaya rumah sakit untuk mengurangi risiko infeksi pada perawatan klien maka
rumah sakit membuat kebijakan untuk selalu melakukan 6 langkah cuci tangan pada 5 waktu
yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah terpapar cairan
pasien, setelah kontak dengan pasien dan ketika meninggalkan lingkungan pasien. Rumah
sakit juga memiliki SOP tersendiri untuk 6 langkah cuci tangan. Untuk evaluasi pelaksanaan
cuci tangan tetah dilakukan audit yang sesuai dengan SPO Standart. Berikut SPO yang
digunakan oleh rumah sakit.
2) Audit Cuci Tangan
Setelah dilakukan wawancara dengan Kepala Ruangan terkait SPO cuci tangan, observasi
juga dilaksanakan dalam observasi cuci tangan didapatkan data bahwa perawat ruangan
tidak melepas perhiasan dan melewatkan bagian menggosok ibu jari ketika melakukan 6
langkah cuci tangan, sehingga hasil observasi sebagai berikut
NO Kegiatan Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Mendekat ke wastafel/tempat cuci tangan √
2 Melepas perhiasan (cincin, arloji, gelang) dan √
lipat lengan baju
3 Membasahi tangan dengan kran air √
mengalir/gayung (jika menggunakan handwash)
4 Mengambil hand wash/sabun atau handrub √
5 Melakukan 6 langkah cuci tangan 4-7 kali v
gerakan/hitungan pada masing-masing gerakan
(waktu 40-60 detik jika menggunakan handwash,
apabila menggunakan handrub waktu yang
dibutuhkan sekitar 20-30 detik)
a. Ratakan sabun/handrub dengan telapak
tangan
b. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri
dan kanan dua arah bergantian
c. Gosok kedua sela-sela jari satu arah kearah
luar
d. Genggam jari-jari sisi dalam dari kedua
tangan saling mengunci (dua arah dengan
gerakan lengan mengepak)
e. Gosok ibu jari berputar (ibu jari di luar)
dalam genggaman, dilakukan bergantian
tangan kedua tangan
f. Gosokkan dengan memutar ujung jari tangan
kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya ke
satu arah ke arah dalam dengan jari-jari
tangan menguncup Bila menggunakan
handwash,
g. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
h. Keringkan tangan dengan menggunakan
tissue/handuk pengering untuk satu kali
pakai (bisa dicuci dan dipakai lagi)
i. Tutup kran dengan tissue

6. SKP VI : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH


1) Ketersediaan kebijakan untuk pengurangan risiko pasien jatuh
Rumah sakit memiliki kebijakan yang dilakukan dalam upaya pengurangan risiko pasien
jatuh berupa screening pasien jatuh dengan SOP pengkajian yang sudah ditentukan dan
disetujui rumah sakit dengan instrumen yang dibedakan antara dewasa dan anak-anak.
2) Ketersediaan SPO risiko jatuh
Rumah sakit memiliki SPO pengurangan risiko pasien jatuh sesuai dengan instrumen
yang disetujui rumah sakit, dengan melakukan pengkajian pada pasien, kemudian
menyimpulkan hasil pengkajian dan memberikan intervensi sesuai dengan kesimpulan hasil
pengkajian yang sudah didapat.
3) Jenis Form Penilaian
Jenis form yang ditetapkan oleh rumah sakit ada 2 yaitu untuk dewasa menggunakan
Morse Falls Scale dan untuk anak menggunakan Humpty Dumpty Scale
4) Ketersediaan Form
Ketersediaan form ada namun dalam jumlah sedikit terutama untuk Humpty Dumpty
Scale yang dikhususkan untuk anak-anak sehingga pengurangan risiko pasien jatuh pada
anak-anak sangat kurang terkaji di rumah sakit ini.
5) Penandaan pasien jatuh
Penandaan pasien jatuh dilakukan setelah dilakukan pengkajian risiko jatuh dengan
gelang warna kuning dan memberikan papan risiko jatuh pada bed pasien agar mudah untuk
dikenali ketika akan dilakukan pengkajian ulang setelah diberikan tindak lan
6) Pelaksanaan Screening
Setelah dilakukan tanya jawab dengan kepala ruangan mengenai kebijakan dan SPO
risiko jatuh, dilakukan observasi pada perawat ruangan ketika melakukan screening risiko
jatuh pada pasien dan didapatkan data bahwa perawat ruangan tidak menjelaskan tujuan
dilakukannya pengkajian risiko jatuh pada pasien maupun keluarga, serta pengkajian ulang
dilakukan tidak teratur.

No Kegiatan Dilakukan Tidak


Dilakukan
1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan √
keluarga
2. Menjelaskan tujuan pengkajian risiko jatuh √
3. Melakukan pengkajian risiko jatuh √
menggunakan instrument yang sesuai
4. Melakukan interpretasi hasil pengkajian risiko √
jatuh
5. Melakukan tatalaksana risiko jatuh sesuai hasil √
interpretasi
6. Memberikan penanda untuk pasien risiko jatuh √
7. Melakukan pengkajian ulang secara teratur √

5M (Man, Material dan Machine, Method, Money, Market dan Mutu)


1 Man (M1)

1. Kuantitas Sumber Daya Manusia

a. Tenaga Keperawatan

Tenaga keperawatan di Rumah Sakit Y didapatkan melalui hasil wawancara dan diperkuat
dengan data rekapitulasi tenaga perawat di Ruang X Rumah Sakit Y dan dijelaskan pada table
berikut :

Tabel 2.1.1 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Prosentasi

1. S1 Keperawatan 5 31.25 %
2. DIII Keperawatan 11 68.75 %

Jumlah Total 16 100 %


Berdasarkan table diatas dapat dinterpretasikan bahwa perawat di Ruang X yang memiliki
jenjang pendidikan S1 Keperawatan sebesar 31.25% dan yang berpendidikan DIII Keperawatan
sebesar 85.75 %.

b. Tenaga Non Keperawatan

Tenaga Non Keperawatan di Ruang A dijelaskan dalam table berikut :

Tabel 2.1.2 Jumlah Tenaga Non Keperawatan

No. Kualifikasi Jumlah

1. Tenaga Farmasi 1
2. Tenaga Gizi 1

3. Tenaga Administrasi 1
4. Tenaga Kebersihan 4
5. Pekarya ada
Jumlah Total

Berdasarkan table diatas dapat dinterpretasikan bahwa tenaga non keperawatan di Ruang X
terdiri dari 1 tenaga farmasi, 1 tenaga gizi, 1 tenaga administrasi, 4 tenaga kebersihan dan untuk
tenaga pekarya juga ada di RS Y ini,namun jumlahnya tidak disebutkan secara spesifik dan hanya
dijelaskan jika tenaga pekarya ini bertugas untuk membantu perawat seperti mengantar
makanan pasien, mendorong bed/kursi roda pasien dll. Sebenarnya di Ruang X juga terdapat
dokter namun tidak menetap sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi sumber daya manusia dapat dilihat dari jabatan, tingkat pendidikan, status
kepegawaian, masa kerja, jenjang karir dan pelatihan yang pernah diikuti.

Tabel 2.1.3 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
1. Ns. A Kepala S1 Kep + Ns PNS 14 PK-III - Penanggulangan
ruangan tahun Bencana (2016)
- Keselamatan Pasien
(2016)
- TOT BLS (2015)
- PPI Dasar (2015)
- Pencegahan dan
Pegendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
- GCP (2018)
- EDL (2018)
2. Ns. B Wakil S1 Kep + Ns PNS 29 PK-III - Penanggulangan
Kepala tahun Bencana (2016)
Ruangan/ - Keselamatan Pasien
Ketua Tim (2016)
1 - PPI Dasar (2015)
- Pencegahan dan
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
- Pencampuran Sedian
Parenteral (2016)
3. Ns. C Ketua Tim S1 Kep + Ns PNS 10 PK-II - Keselamatan Pasien
2 tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
4. Ns. D Perawat S1 Kep + Ns PNS 11 PK-II - Pencegahan dan
Pelaksana tahun Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- Pencampuran Sedian
Parenteral (2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
5. E Perawat D3 Kep PNS 10 PK-II - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- Pencampuran Sedian
Parenteral (2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
- Kemoaterapi (2018)
6. F Perawat D3 Kep Kontrak 7 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
7. Ns. G Perawat S1 Kep + Ns Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
8. H Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
9. I Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
10. J Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
11. K Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
12. L Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
13. M Perawat D3 Kep Kontrak 4 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Transfer Pasien
(2016)
- Manajemen Nyeri
Status Jenjang
N Masa
Nama Jabatan Pendidikan Kepega- Karir Pelatihan
o Kerja
waian
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
14. N Perawat D3 Kep Kontrak 3 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Perawat D3 Kep Kontrak 3 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
15. O
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Perawat D3 Kep Kontrak 3 PK-I - Keselamatan Pasien
Pelaksana tahun (2016)
- Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
(2016)
16. P
- Manajemen Nyeri
(2016)
- PPGD (2017)
- Excelent Service
(2017)
Berdasarkan table diatas dapat dinterpretasikan bahwa terdapat 1 Kepala ruangan, 1 wakil
kepala ruangan sekaligus ketua tim 1, 1 ketua tim 2 serta 13 perawat pelaksana. 100% perawat
yang ada di Ruang X pernah mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan skill
dalam bidang medis utamanya dalam keperawatan. Selain itu didapatkan data bahwa terdapat 5
perawat dengan latar pendidikan S1 Keperawatan + Ns dan 11 pearwat dengan latar belakang
pendidikan DIII Keperawatan. Jumlah perawat yang bekerja > 10 tahun sebanyak 5 perawat dan
yang < 10 tahun sebanyak 11 perawat. Ruang X juga terdiri dari 2 perawat dengan jenjang karir
sebagai PK-III, 3 perawat PK-II, dan 11 perawat PK-I. Selain itu didapatkan data pula mengenai
status kepegawaian perawat diruang X yang terdiri dari 5 perawat dengan status PNS dan 11
perawat dengan status kontrak.

3. Kebutuhan tenaga perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien

a. Tingkat Ketergantungan Pasien

Jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien di Ruang X Rumah Sakit Y pada saat
dilakukannyaa pengkajian adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1.4 Tingkat Ketergantungan Pasien

Tingkat Ketergantungan Pasien


No. Hari/Tanggal
Total Care Partial Care Minimal Care
2. 22 Oktober 2020 1 24 0

Berdasarkan table diatas dapat diinterpretasikan pada tanggal 22 Oktober 2020 terdapat 25
pasien dengan rincian 1 pasien total care, 24 pasien partial care dan tidak ada pasien dengan
minimal care.

b. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

Data yang didapat :

HEK RS = 6 Hari ; Tempat Tidur di ruangan = 37 bed ; Cuti Tahunan = 1hari/bulan= 12/tahun ;
Cuti sakit/ijin = 10 hari/tahun ; Hari Besar = 16 hari ; Waktu yang dibutuhkan pada saat
pemberian pendkes = 15menit/pasien

Pembagian jam kerja per shift = P : S : M = 47% : 36% : 17%

a) Pembagian kebutuhan perawat menurut Gillies

Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan metode Gillies
sebanyak 22 perawat per hari dengan pembagian 10 perawat shift pagi, 8 perawat shift
siang dan 4 perawat shift malam.

Berikut perhitungannya :

Jam perawatan :
Mandiri 2x0 =0
Parsial 3 x 24 = 72
Total 6x1 = 6
Tidak langsung 1x 25 = 25
Penyuluhan 0,25x25=6.25
= 109,25
A = 109,25/25 = 4,37

Jumlah tenaga = A x B x C

(C-D) x E

= 4,37 x 25 x 365

275 x 6,67

= 39876,25 / 1834,25 = 21,7 = 22 perawat

Ruangan X kekurangan perawat sejumlah = 22 – 15 (1 karu tidak dihitung)

= 7 perawat

Kebutuhan perawat per shift :

 Shift pagi = 47/100 x 22 = 10,34 = 11 perawat


 Shift siang = 36/100 x 22 = 7,92 = 8 perawat
 Shift malam = 17/100 x 22 = 3,74 = 4 perawat

b) Pembagian kebutuhan perawat menurut Douglas

Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan metode


Douglas sebanyak 22 perawat per hari dengan pembagian 10 perawat shift pagi, 8
perawat shift siang dan 4 perawat shift malam.

Berikut perhitungannya

Pagi Siang Malam


Per.Minimal 0 0 0
Per.Parsial 24x0,27=6,48 24x0,15=3,6 24x0,10=2,4
Per.Total 1x0,36=0,36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20
6,84 3,9 2,6
Total keb.perawat 13,34
90
Loss day = x keb . perawat
275

90
¿ x 13,34
275

= 4,36

Fx koreksi = 25% (4,36 + 13,34)

= 25% x 17,7

= 4,425

Total kebutuhan perawat = 13,34 + 4,36 + 4,425

= 22,125 = 22 perawat

Ruangan X kekurangan perawat sejumlah = 22 – 15 (1 karu tidak dihitung)

= 7 perawat

Kebutuhan perawat per shift :

 Shift pagi = 47/100 x 22 = 10,34 = 11 perawat


 Shift siang = 36/100 x 22 = 7,92 = 8 perawat
 Shift malam = 17/100 x 22 = 3,74 = 4 perawat

c) Pembagian kebutuhan perawat menurut perhitungan Rumah Sakit

Jika dihitung menggunakan metode Depkes,didapatkan total kebutuhan perawat yang


dibutuhkan adalah 20 perawat dengan pembagian 9 perawat shift pagi, 7 perawat shift
siang dan 4 perawat shift malam.

Berikut perhitungannya :
Kategori Rata-rata jumlah Jumlah jam Jmlh jam
pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari
Per.Minimal 0 2 0
Per.Parsial 24 3,08 73,92
Per.Total 1 6,16 6,16
25 80,08
 TP = 80,08/7 = 11,44 = 12 perawat
 Loss day = 90/275 x 12 = 1080/275 = 3,9
 Faktor koreksi = 25% (12+3,9) = 3,975
Total kebutuhan perawat = 12 + 3,9 + 3,975 = 19,875 = 20 perawat

Ruangan X kekurangan perawat sejumlah = 20 – 15 (1 karu tidak dihitung)

= 5 perawat

 Pembagian per shift

Pagi = 47 % x 20 = 9,4 = 9 perawat


Siang = 36 % x 20 = 7,2 = 7 perawat
Malam = 17 % x 20 = 4,25 = 4 perawat

4. Kepuasan Kerja Perawat

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan melalui kepala ruangan Ruang X Rumah Sakit Y
didapatkan data bahwa 75% perawat merasa puas dengan kinerja yang sudah dilakukan, 15%
mengatakan sangat puas dan 10% mengatakan kurang puas. Kepala ruangan juga menyatakan
bahwa perawat yang ada diruangan X sudah mengerjakan tugas dengan baik, memiliki beban
kerja tinggi namun belum dilakukan analisis beban kerja dan diadakan evaluasi setiap satu bulan
sekali.

2.2 Material dan Machine (M2)

1. Lokasi dan Penataan Gedung/Ruangan

Lokasi gedung tidak pernah terkena bencana (banjir, dll)

2. Sarana/Fasilitas

a. Fasilitas untuk Tenaga Kesehatan


Ners station yang berada di ujung ruangan (perawat kesulitan mengakses), 2 kamar mandi, 2
wastafel, ruang istirahat sekaligus ruang ganti dan loker, ruang untuk perawat kepala
ruangan

b. Fasilitas untuk Pasien

 Ruangan kelas 3 ada 10 ruangan, masing-masing ruangan 4-5 tempat tidur dan ruang
isolasi terdapat 2 tempat tidur

 Di setiap 2 km terdapat kamar mandi

 Di setiaap rungan disediakan tempat sampah medis dan non medis serta pengelolaan
limbah sudah dibedakan antara yang medis dan non medis

3. Prasarana/Peralatan

a. Peralatan Medis

Tabel 2.2.1 Peralatan Medis di Ruang X RS Y

Ketersediaan Jumlah
No Nama Barang standar
Ada Tidak

Bed side √
1. Ada
monitor

2. Defibrillator Ada √

3. EKG 12 Chanel Ada √ 1

4. EKG 6 Chanel Ada √

Emergency
5. Ada √
Trolly

ENT
6. Ada √
Examination set

7. Film Viewer Ada √ 1

8. Infusion Pump Ada √ 2

9. Lampu periksa Ada √


Ketersediaan Jumlah
No Nama Barang standar
Ada Tidak

Matras 3
10. Ada √
decubitus

Minor surgery
11. Ada √
set

12. Nebulizer Ada √

13. Pen light Ada √ 1

14. Pulse oximeter Ada √ 1

15. Stetoskop Ada √ 8

16. Suction pump Ada √ 1

17. Syringe pump Ada √ 1

Bed pasien
18. Ada √
elektrik

Bed pasien 37
19. Ada √
manual

Tensimeter 4
20. Ada √
anaeroid

Tensimeter 1
21. Ada √
digital

Termometer 1
22. Ada √
digital

Timbangan 1
23. Ada √
pasien

Total ketersediaan alat medis 14

Jumlah beberapa alat medis diruangan X tidak terkaji hanya diketahui jika alat tersebut ada
di ruangan, sehingga alat medis yang ada diruangan sesuai standar

b. Peralatan Non Medis

Tabel 2.2.2 Peralatan Non-Medis (Alat Rumah Tangga) di Ruang X RS Y

No. Nama Barang Standar Ketersediaan Kondisi


Baik Rusak

1. Rak kayu 1 1

Standart
2. infuse 2-3/R 27 27

Lampu
3. senter 1-2/R 2 2

Baskom
mandi
aluminium/st
4. ainles 8-12/R 3/2 3/2

5, Baki 5/R 3 3

Tempat tidur
6. pasien 37 25 12

Meja
tulis/meja
7. besar 9 9

8. Kursi lipat 2 2

9. Kursi plastik 20 20

10. Lemari es 2 2

11. Ac split 3 3

12. Kereta
makan 1 1

13. Tempat
sampah
medis
kuning/abu-
abu besar 9 6 3

14. Tempat
sampah
medis
kuning/abu-
abu kecil - - -

15. Piring/skal 1:2 18/26 18/2


makan 6

16. Sendok 26/1


kecil/besar 1:1 26/10 0

17. Rak kayu


arsip 2 2

18. Gelas
besar/kecil 1:2 0/6 0/6

19. Tempat lauk 1:2 5 5

20. Tempat
sayur 1:2 5 5

21. Ceret 2 2

22. Gerpu 10 10

23. Rak besi 1 1

24. Karderk besi 1 1

25. Lemari kayu 3 3

26. Kursi kayu 2 2

27. Kipas angin 5 5

28. APAR 2 2

29. Kursi plastik


segi empat 37 37

30. Tempat
sampah
pasien kecil 12 12

31. Jemuran
handuk 0 0

32. Panci B 2 2

33. Kalkulator 3 3

34. Timba air


besar 16 16

35. Gayung air 16 16


36. Keset 14 14

37. Almari linen


besi 1 1

38. Loker obat


90x40x50 2 2

39. Kantung
linen kuning
besar 2 2

40. Kantung
kinen kuning
panjang 2 2

41. Meja pasien 37 30 7

42. Troli rawat


luka/troli
injeksi ½ ½

43. Kereta O2 7 7

Terdapat 12 tempat tidur pasien, 3 tempat sampah, dan 7 meja pasien dalam keadaan rusak
di ruangan, sedangkan beberapa alat non medis rumah tangga tidak dalam jumlah sesuai
standar sepeti baskom dan baki.

Tabel 2.2.7 Peralatan Non-Medis (Alat Tenun) di Ruang X RS Y

No. Nama Kondisi


Barang
Standar Ketersediaan Baik Rusak

1. Bantal 1:8 65 40 25

2. Guling 1:2 -

Handuk
3. besar 1:3 -

Handuk cuci
4. tangan -

5, Kasur 1:1 40 20 20

6. Masker kain 1:1 10 10

7. Perlak besar 1:3 44 44


8. Perlak kecil 1:3 15 15

9. Sarung
bantal 1:5 255 255

10. Sarung
guling 1:5 59 59

11. Sarung O2 1:1/3 35 35

12. Skort
petugas 1:1/4 43 43

13. Selimut 1:5 127 127

14. Serbet
makan 1:3 12 12

15. Seprei 1:5 161 161

16. Stick laken 1:3 126 126

17. Taplak meja


pasien 1:3 8 8

18. Taplak meja


petugas 1:1 6 6

19. Sekat/selam
bu 55 55

Seluruh jumlah peralatan non medis alat tenun sesuai dengan standar, tetapi terdapat 25
bantal dan 20 kasur dalam kondisi rusak

c. Bahan Habis Pakai

Tidak terkaji

d. Peralatan Pencatatan dan Pelaporan

Prosedur pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap 1 tahun sekali baik peralatan medis
maupun non medis. Permintaan bahan dapat dilakukan dengan mengisi form sesuai
kebutuhan kemudian diberikan kepada bidang sarana dan prasarana. Perawat sudah
mengerti cara menggunakan pencatatan dan pelaporan barang yang sudah ada karena
adanya sharing ilmu antara perawat senior dan junior
2.3 Method (M3)

1. Penerapan MAKP

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan yang dilakukan di ruang X, MAKP yang
diterapkan di ruang X dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah metode tim

Shift Shift
Pagi Pagi

Shift Shift
Sore Sore

Shift
Malam
Shift
Malam

modifikasi, dengan pembagian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi MAKP di Ruang X

Sesuai dengan bagan diatas, metode tim modifikasi dibagi menjadi 2 tim yaitu tim A dan tim B.
Dalam ruang X terdapat 2 ketua tim yang dibantu oleh perawat pelaksana yang terbagi atas 3
shift. Karena Ketua tim hanya dinas pagi saja, maka untuk dinas sore dan malam terdapat kepala
jaga (PJ tim). Metode tersebut digunakan karena pada metode yang telah diterapkan
sebelumnya masih terdapat banyak evaluasi.

 Uraian Tugas

a. Tugas Kepala Ruang


Tabel 2.3.1 Uraian Tugas Kepala Ruang

H1 H2
No Uraian Tugas
D TD D TD

1. Merencanakan kebutuhan tenaga √ √

2. Membuat program kerja ruangan √ √

3. Merencanakan Budgeting Ruangan √ √

4. Membuat jadwal dinas √ √

5. Merencanakan rapat ruangan bulanan √ √

6. Menyusun indikator mutu ruangan √ √

7. Memilih kepala Tim √ √

8. Melakukan koordinasi pelayanan dengan Manajer √ √


dan ruangan lain
9. Mengelola Inventaris ruangan √ √

10 Memimpin rapat ruangan √ √


.
11 Melakukan supervisi terhadap bawahan √ √
.
12 Melakukan evaluasi mutu ruangan √ √
.
13 Mengontrol pelaksanaan asuhan keperawatan di √ √
. ruangan
Total 10 3 10 3

Presentase 76,92 % 23,08 % 76,92 % 23,08 %

Keterangan:

D : Dilakukan TD : Tidak dilakukan

b. Tugas Ketua Tim

Tabel 2.3.2 Uraian Tugas Ketua TIM

N H1 H2
Uraian Tugas
o D TD D TD

1. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan √ √


dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
2. Membuat perencanaan bersama anggota tim √ √

3. Bersama anggota tim menerima operan shift √ √


sebelumnya
4. Melakukan supervisi kondisi klien setelah operan √ √

5. Melakukan doa bersama diawal dan diakhir shift √ √

6. Melakukan conference √ √

7. Melakukan asuhan keperawatan dibawah tanggung √ √


jawabnya
8. Melakukan koreksi dan revisi askep yang dibuat √ √
oleh anggotanya
9. Melakukan evaluasi pada setiap klien √ √

10. Memberikan pendidikan informasi kepada pasien √ √


atau keluarga
11. Menilai kinerja anggota dibawahnya √ √

12. Memperkenalkan anggota tim pada klien √ √

13. Berpatisipasi dalam tercapainya mutu rumah sakit √ √

14. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan √ √

Total 9 5 9 5

Presentase 64,29 % 35,71 % 64,29 % 35,71 %

c. Tugas Perawat Pelaksana

Tabel 2.3.3 Uraian Tugas Perawat Pelaksana

N H1 H2
Uraian Tugas
O D TD D TD

6. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah √ √


tanggungjawabnya
7. Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim √ √

8. Memberikan laporan kepada katim √ √

9. Memberikan pendidikan informasi kepada pasien atau √ √


keluarga yang baru masuk RS
10. Berpartisipasi dalam tercapainya mutu rumah sakit √ √

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan √ √

Total 4 2 5 1

Presentase 66,67 33,33 83,33 16,67


% % % %

2. Operan

Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift 1 ke shift lain yang harus dilakukan
secara efektif dengan suatu penjelasan yang singkat, jelas dan lengkap terkait tindakan
keperawatan, tindakan kolaboratif yang sudah dan belum serta kondisi pasien saat itu. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan kepala ruangan X terkait dengan sistem operan yang
ada di ruangan X dan di Rumah sakit, didapatkan jika sistem operan dilakukan dari pagi ke sore,
sore ke malam, dan malam ke pagi. Kemudian dari wawancara diketahui jika operan dilakukan
sesuai dengan SOP yaitu dilakukan di 2 tahap yaitu di nurse station dan bed px. Tingkat
kepatuhan perawat terhadap SOP saat melakukan operan hanya 80%-90%. Selain itu
kelemahan sitem operan di ruangan X juga masih terjadi diantarnya adalah terlambat, tidak
dilakukan bersama-sama, dan perawat masih menggunakan buku saat proses operan.

3. Pre- dan postconference

a. Preconference

Preconference merupakan diskusi antara ketua tim dan perawat pelaksana terkait
pembagian kerja sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.

Data hasil wawancara:

 Hanya 80% perawat yang melukukan preconference, dikarenakan perawat masih


berkumpul dari operan kemudian baru lanjut ke preconference.

 SOP tidak terkaji

b. Postconference
Postconference merupakan pelaporan dari perawat pelaksana kepada ketua tim terkait
tindakan atau intervensi yang diberikan kepada pasien
Data hasil wawancara:
 Hanya 45% yang melakukan postconference, terkadang beberapa kali tidak dilakukan
 SOP tidak terkaji

4. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah


keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

Pada saat dilakukan wawancara kepala ruangan X, ronde keperawatan terakhir


dilaksanakan pada 1 bulan yang lalu. Selain itu pelaksanaan ronde keperawatan pada ruangan X
tidak rutin, kurang maksimal dan dilaksanakan jika ada masalah pada pasien. Dalam
melaksanakan ronde keperawatan dipimpin oleh manajer kasus yang menangani masalah atau
kondisi unik dan jarang ditemukan serta permasalahan yang umum tetapi setelah diberikan
asuhan keperawatan belum teratasi dari waktu yang sudah ditentukan. Selanjutnya masalah-
masalah tersebut akan di bahas untuk dicari solusinya bersama tim keperawatan.

5. Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru adalah proses dalam menerima pasien baru (pasien dan/atau
keluarga) yang datang di ruang pelayanan keperawatan. Beberapa hal yang perlu disampaikan
adalah orientasi ruang, pengenalan tenaga keperawatan, tata tertib dan pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara orientasi pasien baru dilakukan secara langsung dan
bertemu langsung, baik kepada pasien maupun keluarga. Untuk yang diorientasikan berupa
perawat yang sedang berjaga di ruangan, orientasi ruangan (di dalam ruangan juga terdapat flip
chart, yang berfungsi jika tidak dimungkinkan melakukan orientasi sehingga pasien dapat
membaca), beberapa pendidikan kesehatan (seperti cuci tangan, pemilahan sampah, etika
batuk), pemaparan hak dan kewajiban pasien yang sudah terpasang di dinding ruangan.

6. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah proses pengelolaan obat yang akan dilakukan diberikan kepada
pasien dan dilakukan secara kolaboratif baik dari dokter, farmasi dan perawat.

Dari wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan X tentang sentralisasi obat yang
digunakan pada ruangan X di ketahui jika ruanga X menggunakan sistem UUD (Unit Dose
Dispensing) yaitu perawat menerima obat dari farmasi yang sudah dikemas per waktu
pemberian sehingga ketika perawat ingin memberikan obat ke pasien sudah dalam bentuk
dispensing. Selain itu obat yang dalam bentuk dispensing sudah tertera indentitas pasien dan
waktu pemberiannya. Untuk laur pemberian dan penerimaan obat obat yaitu resep dari dokter
diberikan kepada pihak farmasi untuk persiapan obat dan setelah persiapan selesai perawat
akan memberikan obat kepada pasien sesuai dengan waktu yang dianjurkan. Kendala dalam
sentralisasi obat di ruangan X yaitu belum adanya dokumentasi serah terima dari pihak farmasi.

7. Discharge Planning

Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan aktivitas-


aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi
ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan.
Data hasil wawancara:
 SOP discharge planning meliputi pengkajian persiapan pulang, pelaksanaan selama
perawatan, dan pada saat pasien mau pulang. Tidak terdapat perbedaan SOP
discharge planning meskipun pada masa pandemic.
 Pelaksanaan belum optimal dikarenakan hanya dilaksakan saat pasien mau pulang
saja dan kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam pelaksanaan discharge
planning serta tingginya beban kerja (tidak cukup waktu) di Ruangan X.
 SOP tidak terkaji

8. Supervisi dan Delegasi

a. Delegasi

Delegasi keperawatan merupakan salah satu aktifitas kepala ruangan melaksanakan


fungsi manajemen dalam pemberian pelayanan keperawatan. Mekanisme delegasi
keperawatan yang efektif menjamin kualitas pendelegasian keperawatan.
Hasil wawancara bersama kepala ruangan X menunjukkan bahwa delegasi dilakukan
pada saat ketua ruangan tidak dalam ruangan yang pada akhirnya tugasnya didelegasikan
kepada salah satu ketua tim keperawatan. Pada saat ketua tim keperawatan cuti maka
tugasnya akan dialihkan kepada perawat ruangan. Selain itu mekanisme pendelegasian staff
belum terdokuemtasi dengan baik.

b. Supervisi

Supervisi adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara


berkesinambungan terkait masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan
peralatan demi tercapainay pelayanan yang bermutu.

Dari hasil wawancara, supervise pada ruangan X yang dipimpin oleh kepala ruangan X
itu sendiri dan dilakukan oleh kepala ruangan beserta ketua tim keperawatan maupun
perawat pelaksana. Supervisi ini dilakukan secara langsung dan tidak langsung, namun
dalam pelasanaannya belum terjadwal dengan baik. Supervisi secara langsung dilakukan
dalam 1 bulan sekali dengan mekanisme pengawasan langsung oleh kepala ruangan kepada
perawat pelaksana yang memberikan asuhan kepearwatan. Sedangkan supervisi tidak
langsung dilakukan kepala ruangan dengan cara memeriksa dokumentasi asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana.

9. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk


membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat
pendidik.

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan X, menunjukkan bahwa pendidikan


kesehatan dilakukan secara individu dan kelompok. Individu dilakukan langsung pada salah satu
pasien yang membutuhkan pendidikan kesehatan, dan yang kelompok dilakukan secara rutin 2
minggu sekali dengan topik yang telah disetujui oleh peserta. Dalam pelaksanaan pendidikan
kesehatan yang kelompok dilakukan di nurse station dengan media berupa leaflat. Selain itu
penanggung jawab dari pendidikan kesehatan ini ialah masing-masing dari profesi kesehatan.

10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan profesional. Ners profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat
terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat
dibutuhkan.
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan

No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17

A Pengkajian

1 Mencatat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
data yang
dikaji
dengan
format
pengkajian

2 Data 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
dikelompok
kan (bio-
psiko-
sosial-
spiritual)

3 Semua 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 83%
aspek
pengkajian
yang ada
dapat terkaji
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan

No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17

dengan baik

4 Tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 94%
tangan dan
nama terang
perawat

Prosentase 75 75% 10 100 10 100 100 75 10 100 75 10 10 10 100 10 10 100


% 0% % 0% % % % 0% % % 0% 0% 0% % 0% 0% %

B Diagnosa Keperawatan

1 Diagnosa 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78%
keperawata
n
ditegakkan
berdasarkan
data mayor
dan minor
yang
relevan
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan

No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17

2 Merumuska 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
n diagnosa
keperawata
n
aktual/poten
sial

3 Merumuska 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
n diagnosa
keperawata
n
berdasarkan
prioritas

Prosentase 100 100 66 66% 66 100 100 66 10 100 10 10 10 10 100 10 10 100


% % % % % % % 0% % 0% 0% 0% 0% % 0% 0% %

C Rencana Tindakan

1 Dilaksanaka 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
n
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan

No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17

berdasarkan
diagnose
keperawata
n

2 Disusun 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 89%
menurut
urutan
prioritas

3 Rumusan 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28%
tujuan
mengandun
g komponen
pasien/subje
k
perubahan,
perilaku,
kondisi
pasien dan
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan

No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17

atau kriteria
yang
SMART

4 Rencana 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
tindakan
mengacu
pada tujuan
dengan
kalimat
perintah,
terinci, dan
jelas

5 Rencana 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 67%
tindakan
menggamba
rkan
keterlibatan
pasien atau
Tabel 2.3.4 Dokumentasi Keperawatan

No Aspek R RM R RM R RM RM R R R R R R R RM R R RM total
Yang M1 2 M 4 M5 6 7 M8 M9 M1 M1 M1 M1 M1 15 M1 M 18
%
Dinilai 3 0 1 2 3 4 6 17

keluarga

6 Rencana 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 72%
tindakan
menggamba
rkan
kerjasama
tim
kesehatan
lain

7 Tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tangan dan
nama terang
perawat

Prosentase 71 71% 71 28% 71 71 85 28 10 42 85 85 85 85 85% 85 85 85%


% % % % % % 0% % % % % % % %

Figure 1 Tabel Dokumentasi Keperawatan

No Aspek Ny Tn. Tn Ny. Tn Tn. Tn. Tn Ny. Tn Ny Ny. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn Tn total
Yang .N R .D E . E P .R S . .Y N S Pt L Su . .
Dinilai M R M Rt
%
u j

D Tindakan

1 Tindakan 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 61%
dilaksanak
an sesuai
rencana

2 Perawat 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
mengobser
vasi
respon
pasien
terhadap
tindakan
keperawat
an

3 Tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
perawat
mencantu
mkan
paraf dan
tanggal
jam
dilaksanak
annya
tindakan

4 Semua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tindakan
yang telah
dilaksanak
an dicatat
dengan
ringkas
dan jelas

Prosentase 75 100 75 100 75 100 100 75 100 75 75 100 100 100 100 100 75 75
% % % % % % % % % % % % % % % % % %

No Aspek Ny Tn. Tn Ny. Tn. Tn. Tn Tn Ny. Tn. Ny. Ny. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn Tn total
Yang .N R .D E M E .P .R S Ru Y N S Pt L Su . .
%
Dinilai M Rt
j

E Evaluasi
1 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
dilakuka
n setiap
1x24
jam
2 Hasil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
evaluasi
dicatat
dengan
format
SOAP
3 Modifik 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 67%
asi
perencan
aan
apabila
masalah
tidak
teratasi
4 Tanda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tangan
dan
nama
terang
perawat
Prosenta 75 100 75 100 100 100 75 75 100 100 100 100 100 100 100 100 75 75
se % % % % % % % % % % % % % % % % % %

No Aspek Ny. Tn Tn. Ny. Tn. Tn Tn Tn Ny Tn Ny. Ny. Tn. Tn. Tn. Tn Tn. Tn. total
Yang N .R D E M .E .P .R .S . Y N S Pt L . Mj Rt
%
Dinilai Ru Su

F Catatan Askep

1 Melengka 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 67%
pi catatan
keperawat
an pada
format
yang baku
2 Pencatata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
n
dilakukan
dengan
tindakan
yang
dilaksana
kan
3 Pencatata 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94%
n ditulis
dengan
jelas,
ringkas,
istilah dan
baku dan
benar.
4 Setiap 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tindakan
perawat
mencantu
mkan
paraf atau
nama jelas
dan
tanggal
jam
dilakukan
tidnakan
5 Paraf dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%
tanda
tangan
keluarga
sebagai
bukti atas
keterlibata
kn klien
dalam
pelaksana
an
tindakan
keperawat
an
Prosentase 100 80 100 100 100 80 80 80 80 60 100 100 100 100 100 80 100 100
% % % % % % % % % % % % % % % % % %

Total 83 88 81 82 85 92 90 67 97 80 89 98 98 98 98 94 89 89
% % % % % % % % % % % % % % % % % %

89%
2.4 Money (M4)

1. Sistem Gaji dan Remunerasi SDM


Sumber dana gaji pegawai golongan PNS diberikan setiap awal bulan sedangkan gaji pegawai
non PNS diberikan setiap akhir bulan. Kemudian ada pemberian remunerasi atau jasa pelayanan
pada pegawai yang diberikan setiap tiga bulan sekali, namun terkadang juga tidak sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Pemberian dana remunerasi ini diperoleh dari rumah sakit kemudian ada
keterkaitannya juga dengan pembayaran BPJS yang terlambat sehingga pemberian dananya
tidak tertib. Pemberian dana renumerasi ini juga mengikuti kebijakan dari rumah sakit
berdasakan pangkat dan golongan, status kepegawaian, latar belakang pendidikan, lama kerja,
serta kompetensi dan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
2. Sumber Pendapatan Ruangan
Sumber pendapatan ruangan semua diperoleh dari rumah sakit yang berasal dari pembayaran
pasien baik itu menggunakan BPJS ataupun umum. Setiap pembayaran yang dilakukan oleh
pasien akan dikelola dan dilaporkan oleh bagian administasi dan langsung terhubung ke rumah
sakit, sehingga dana tidak dikelola sendiri oleh ruangan.
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rancangan anggaran biaya disusun oleh pihak manajemen rumah sakit dan disetujui oleh
direktur rumah sakit. Masing-masing ruangan memberikan rancangan kebutuhan ruangan untuk
kemudian diserahkan ke pihak manajemen rumah sakit untuk di susun rancangan anggaran
biayanya.

2.5 Market dan Mutu (M5)

1. Peninjauan Pasien dari Sistem Pembiayaan


Pasien yang sedang dirawat di Ruang X menggunakan jenis pembiayaan yang berbeda-beda
sesuai dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.5.1 Sistem Pembiayaan Pasien di Ruang X

Jenis Bulan Persentase


Total Pasien
Pembayaran Juli Agustus September (%)

Umum 23 24 25 72 10%

Asurasi 11 12 12 35 5%
BPJS 191 202 208 601 85%

Total Pasien 225 238 245 708 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pasien yang menggunakan


pembiayaan Umum pada bulan Juli, Agustus, dan September sebesar 10%. Pasien yang
menggunakan pembiayaan asurasi pada bulan Juli, Agustus dan September sebesar 5%.
Sedangkan pasien yang menggunakan pembiayaan BPJS pada bulan Juli, Agustus, dan
September sebesar 85%.
2. Asal Daerah Pasien
Pasien yang dirawat di Ruang X mayoritas berasal dari dalam kota dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 2.5.2 Asal Daerah Pasien Di Ruang X
Juli Agustus September

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase


Pasien (%) Pasien (%) Pasien (%)

Dalam
205 91% 213 89% 215 88%
Kota

Luar Kota 20 9% 25 11% 30 12%

TOTAL 225 100% 238 100% 245 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pasien yang berasal dari dalam kota
pada bulan Juli sebesar 91%, bulan Agustus sebesar 89%, dan bulan September sebesar 88%.
Sedangkan pasien yang berasal dari luar kota pada bulan Juli sebesar 9%, bulan Agustus sebesar
11%, dan bulan September sebesar 12%.
3. BOR (Bed Occupancy Ratio)
Diket :
 Jumlah hari perawatan → Juli = 838, Agustus = 859, September = 735
 Jumlah TT → 37 bed
 Jumlah hari dalam 1 periode → Juli (31) + Agustus (31) + September (30) = 92 hari
Dit : BOR = .................?
Jawab :
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR= X 100 %
(Jumlah TT x Jumlah hari dalam1 periode)
(838+859+735)
BOR= X 100 %
(37 x 92)
2. 432
BOR= X 100 %
3.404
BOR=¿ 0,71 X 100 %
BOR=¿ 71 %
Menurut Depkes RI (2005) dan Kementerian Kesehatan (2011), BOR yang ideal adalah antara 60
– 85%. Dari hasil perhitungan BOR di Ruangan X adalah 71%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
BOR di Ruangan X adalah ideal karena masih termasuk dalam rentang ideal BOR.
4. ALOS (Average Lenght Of Stay)
Diket :
 Jumlah lama dirawat → Juli = 838, Agustus = 859, September = 735
 Jumlah pasien keluar → 708 pasien
Dit : ALOS = ............ ?
Jawab :
Jumlah lama dirawat
ALOS=
Jumlah pasien keluar(hidup+ mati)

2.432
ALOS=
708
ALOS=¿ 3,4 hari
Menurut Depkes RI (2005) dan Kementerian Kesehatan (2011), secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari. Dari hasil perhitungan ALOS di Ruangan X adalah 3,4 hari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ALOS di Ruangan X adalah tidak ideal karena kurang dari rentang ideal ALOS.
5. Perhitungan TOI (Turn Over Interval)
TOI merupakan rata-rata hari ketika tempat tidur tidak ditempati. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
TOI = ((Jumlah TT x periode) - hari perawatan) : Jumlah pasien keluar (hidup/mati)
TOI = [{(37 x periode 3 bulan} - (838 + 859 + 735)] : (225 + 238 + 245)
TOI = {(37 x 92) - 2432} : 708
TOI = (3404 - 2432) : 708
TOI = 972 : 708
TOI = 1,37 hari
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011). Dari hasil perhitungan TOI di Ruangan X adalah 1,37 hari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa TOI di Ruangan X adalah ideal karena masih termasuk dalam rentang ideal
TOI.
6. Perhitungan BTO (Burn Turn Over)
BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu periode. berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
BTO = Jumlah pasien keluar : Jumlah TT
BTO = 708 : 37
BTO = 19,1 kali
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI. 2005,
Kementerian Kesehatan 2011). Dari hasil perhitungan BTO di Ruangan X adalah 1,91 kali.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa BTO di Ruangan X adalah tidak ideal karena masih di bawah
rentang ideal BTO.
BAB III
ANALISA SWOT & PRIORITAS MASALAH
1. ANALISA SWOT
a. Matriks faktor strategi eksternal
Tabel 1 Matriks Eksternal Factor Evaliation (EFE)

No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor


Peluang
1. Keikutsertaan tenaga 0,30 4 1,2
keperawatan dalam
pelatihan untuk
megupgrade kemampuan
dan skill yang dimiliki
2. Adanya pengembangan 0,20 4 0,8
kebijakan tentang
pengelolaan high alert
dalam bentuk SOP
Peningkatan Keamanan
Obat dengan Kewaspaan
Tinggi yang telah
disediakan oleh Rumah
Sakit.
3. 0,10 3 0,3
Adanya system reward and
punishment untuk
meningkatkan motivasi
perawat
4. Seleksi SDM yang ketat dan 0,10 4 0,4
menggunakan system tes
tulis dan skill
Ancaman
1. Belum adanya system yang 0,15 3 0,45
pasti dan hukum yang
melindungi kegiatan
pendelegasian
2. Average Length of Stay 0,15 3 0,45
(ALOS) di ruangan tidak
ideal
Total Nilai 1 3,6

1. Matriks ^actor strategi internal


Tabel 2 Matriks Internal Factor Evaliation (IFE)

No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor


Kekuatan
1. Pembagian shift dan 0,15 4 0,6
pembuatan jadwal yang adil
2. Fasilitas tenaga kesehatan 0,05 3 0,15
yang cukup memadai
Kelemahan
1. Kekurangan jumlah tenaga 0,15 4 0,6
keperawatan di ruangan
2. Fasilitas ruangan yang tidak 0,15 4 0,6
lengkap seperti tidak
memiliki side bed monitor,
EKG, Emergency trolly,
ENT Examination set,
nebulizer, dan lampu
periksa
3. Pelaksanaan discharge 0,15 4 0,6
planning yang belum
optimal
4. Belum adanya evaluasi dan 0,10 3 0,3
pengkajian beban kerja
perawat di ruangan
5. Supervisi yang jarang 0,075 2 0,15
dilakukan atau tidak rutin
6. Pelaksanaan teknik 0,10 3 0,3
komunikasi SBAR dan TbaK
oleh perawat belum
berjalan secara optimal
7. Beberapa indikator mutu 0,075 2 0,15
ruangan tidak terkaji
Total Nilai 1 3,45

Tabel 3. Perhitungan Analisis SWOT

No Faktor Eksternal Bobot Skor Total


Kekuatan
1. Pembagian shift dan 0,15 0,6
pembuatan jadwal yang
adil
2. Fasilitas tenaga kesehatan 0,05 0,15
yang cukup memadai
Total Kekuatan 0,75
Kelemahan
1. Kekurangan jumlah tenaga 0,15 0,6
keperawatan di ruangan
2. Fasilitas ruangan yang 0,15 0,6
tidak lengkap seperti tidak
memiliki side bed monitor,
EKG, Emergency trolly,
ENT Examination set,
nebulizer, dan lampu
periksa
3. Pelaksanaan discharge 0,15 0,6
planning yang belum
optimal
4. Belum adanya evaluasi dan 0,10 0,3
pengkajian beban kerja
perawat di ruangan
5. Supervisi yang jarang 0,075 0,15
dilakukan atau tidak rutin
6. Pelaksanaan teknik 0,10 0,3
komunikasi SBAR dan TbaK
oleh perawat belum
berjalan secara optimal
7. Beberapa indikator mutu 0,075 0,15
ruangan tidak terkaji
Total Kelemahan 2,7
Selisih Total Kekuatan – Total (0,75 – 2,7) =
Kelemahan = S – W = X -1,95 (X)

No Faktor Eksternal Bobot Skor Total


Peluang
1. Keikutsertaan tenaga 0,30 1,2
keperawatan dalam
pelatihan untuk
megupgrade kemampuan
dan skill yang dimiliki
2. Adanya pengembangan 0,20 0,8
kebijakan tentang
pengelolaan high alert
dalam bentuk SOP
Peningkatan Keamanan
Obat dengan Kewaspaan
Tinggi yang telah
disediakan oleh Rumah
Sakit.
3. 0,10 0,3
Adanya system reward
and punishment untuk
meningkatkan motivasi
perawat
4. Seleksi SDM yang ketat 0,10 0,4
dan menggunakan system
tes tulis dan skill
Total Peluang 2,7
Ancaman
1. Belum adanya system yang 0,15 0,45
pasti dan hukum yang
melindungi kegiatan
pendelegasian
2. Average Length of Stay 0,15 0,45
(ALOS) di ruangan tidak
ideal
Total Ancaman 0,9
Selisih Total Peluang – Total (2,7 – 0,9) =
Ancaman = O – T = Y 1,8 (Y)

Jadi, (X, Y) = (- 1.95, 1.8)


Grafik
Y-Values
2

1.8

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi organisasi lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi ialah Ubah Strategi artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

STRATEGI SWOT

Internal Strengths (S) Weakness (W)

1. Pembagian shift dan 1. Kekurangan jumlah tenaga


pembuatan jadwal yang adil keperawatan di ruangan

Eksternal 2. Fasilitas tenaga kesehatan 2. Fasilitas ruangan yang tidak


yang cukup memadai lengkap seperti tidak memiliki
side bed monitor, EKG,
Emergency trolly, ENT
Examination set, nebulizer, dan
lampu periksa
3. Pelaksanaan discharge
planning yang belum optimal
4. Belum adanya evaluasi dan
pengkajian beban kerja
perawat di ruangan
5. Supervisi yang jarang
dilakukan atau tidak rutin
6. Pelaksanaan teknik komunikasi
SBAR dan TbaK oleh perawat
belum berjalan secara optimal
7. Beberapa indikator mutu
ruangan tidak terkaji

Threat (T) Strategi ST Strategi WT

1) Belum adanya Dengan adanya Dilakukan penambahan


system yang pasti pembagian shift jumlah tenaga keperawatan
dan hukum yang perawat secara di ruangan serta
melindungi merata diharapakan dilengkapinya fasilitas yang
kegiatan dapat mempengaruuhi amsih kurang memadai demi
pendelegasian jumlah persentase terwujudnya perawatan yang
ALOS pada ruangan X sejahtera dan optimal.
2) Average Length of
Stay (ALOS) di
ruangan tidak ideal
Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO

1) Keikutsertaan Pengadaan fasilitas Kekurangan dalam ruangan


untuk tenaga
tenaga kesehatan melalui X adalah kurangnya
keperawatan kegiatan pelatihan pelaksanaan supervisi
dalam pelatihan untuk meningkatan secara teratur yang dapat
untuk megupgrade kemampuan dan skill mengakibatkan penurunan
kemampuan dan perawat. tingkat kepatuhan perawat
skill yang dimiliki terhadap SOP yang sudah
Pembuatan SOP ada di ruangan.
2) Adanya
peningkatan keamaan Selain itu, pada ruang X
pengembangan
obat hight alert demi pelaksanaan discharge
kebijakan tentang
terciptanya planinng masih kurang.
pengelolaan high
keselamatan pasien Sehingga dieprlukan
alert dalam bentuk
yang optimal. pemberian reward pada
SOP Peningkatan
Keamanan Obat perawat yang melaksanakan
dengan Kewaspaan kegaiatan discharge planinng
Tinggi yang telah secara tepat dan lengkap.
disediakan oleh Serta untuk meningkatkan
Rumah Sakit. motivasi bagi perawat yang
3) Adanya system lainnya.
reward and
punishment untuk
meningkatkan
motivasi perawat
4) Seleksi SDM yang
ketat dan
menggunakan
system tes tulis
dan skill

2. PRIORITAS MASALAH
Daftar Masalah dan Prioritas Masalah

Tiga prioritas masalah ditentukan berdasarkan tiga skor tertinggi yang diperoleh,
dihitung menggunakan 5 indikator yaitu Mg (Magnitude) yaitu seberapa besar dan sering
masalah tersebut terjadi, Sv (Severity) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan, Mn
(Manageability) yaitu seberapa peluang masalah tersebut mungkin ditangani/ dipecahkan, Nc
(Nursing Concern) yaitu berpusat pada keperawatan, dan Af (Affordability) pertimbangan
terhadap ketersediaan sumber daya. Setelah diberikan skor dari setiap indikator, maka skor
dikalikan dan tiga perolehan skor teratas yang diangkat menjadi prioritas masalah yang harus
segera ditangani. Berikut merupakan daftar masalah yang ada diruangan X :
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Jumlah
1. Kekurangan jumlah tenaga 4 5 4 4 5 1600
keperawatan di ruangan

2. Fasilitas ruangan yang tidak lengkap 4 5 5 2 2 400


seperti tidak memiliki side bed
monitor, EKG, Emergency trolly, ENT
Examination set, nebulizer, dan
lampu periksa

3. Belum adanya evaluasi dan 2 3 5 5 3 450


pengkajian beban kerja perawat di
ruangan

4. Pelaksanaan discharge planning 4 5 3 5 3 900


yang belum optimal

5. Supervisi yang jarang dilakukan atau 3 4 4 4 3 576


tidak rutin

6. Pelaksanaan teknik komunikasi SBAR 2 1 4 4 3 96


dan TbaK oleh perawat belum
berjalan secara optimal

7. Beberapa indikator mutu ruangan 3 3 4 3 4 432


tidak terkaji

8. Belum adanya system yang pasti dan 2 1 4 2 3 48


hukum yang melindungi kegiatan
pendelegasian
9. Average Length of Stay (ALOS) di 3 4 4 3 3 432
ruangan tidak ideal

PRIORITAS MASALAH

 Kekurangan jumlah tenaga keperawatan di ruangan


 Pelaksanaan discharge planning yang belum optimal
Prioritas alternatif penyelesaian masalah dibuat dengan mempertimbangkan keterbatasan
waktu, biaya, dan kewenangan yang ada. Maka alternatif penyelesaian masalah ruangan dan
pembimbing lapangan dipilih 5 alternatif penyelesaian masalah dan diprioritaskan dengan
menggunakan bobot sebagai berikut:
o Magnitude (M) : Besarnya masalah
o Impotency (I) : Pentingnya penyelesaian masalah
o Vulnerability (V) : Sensitivitas cara penyelesaian masalah
o Efesiensi (E) : Biaya yang tepat

Rentang bobot nilai 1-5 dengan kriteria:


o Sangat mampu :5
o Mampu :4
o Kurang mampu :3
o Tidak mampu :2
o Sangat tidak mampu :1

BAB IV
ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHAN MASALAH & POA

1. ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHAN MASALAH


 Kekurangan jumlah tenaga keperawatan di ruangan.
Alternatif Masalah:
No Alternatif M I V E M . I .V
E
1. “Pengajuan untuk penambahan 5 5 4 4 25
jumlah tenaga keperawatan”,

 Pelaksanaan discharge planning yang belum optimal.


Alternatif Masalah:
No Alternatif M I V E M . I .V
E
1. “DP Of The Month”, 4 5 4 3 26,6
pemberian reward untuk tim
yang mendokumentasikan
discharge planning secara
lengkap dan tepat pada setiap
bulan.
2. “DP Education” 4 4 3 3 16
yaitu pemberian edukasi kepada
perawat tentang pentingnya
penulisan form, tujuan, manfaat,
cara pengisian serta dampak
yang diakibatkan apabila tidak
melakukan discharge planning
dengan baik.
PLAN OF ACTION
1. Masalah : Kekurangan jumlah tenaga keperawatan di ruangan.

No Nama Tujuan dan Kegiatan


Indikator Waktu Sasaran PJ Biaya
Program Rasional Perencanaan
1 Pengajuan Tujuan: a. Bertambahnya Persiapan: 22 Tenaga Herra Rp 0,00
untuk a. Menambah jumlah a. Koordinasi Desembe profesional
penambahan jumlah SDM tenagan dengan Karu dan r 2020 keperawatan
jumlah perawat yang ada keperawatan Manager RS
b. Diskusi 23 Indah Rp 0,00
tenaga di ruangan. b. Jumlah tenaga
mengenai kriteria Desembe
keperawatan keperawatan
tenaga r 2020
Rasional: sesuai dengan
keperawatan
Meningkatkan mutu yang
yang dibutuhkan
pelayanan ruangan. dibutuhkan
ruangan

2. Masalah: Pelaksanaan discharge planning yang belum optimal.

No Nama Tujuan dan Kegiatan


Indikator Waktu Sasaran PJ Biaya
Program Rasional Perencanaan
1 Dp of The Tujuan: a. Hasil Persiapan: 28 Perawat Bita Rp 0,00
Month 1. Meningkatkan dokumentasi a. Koordinasi Januari pelaksana di
motivasi perawat discharge dengan Karu 2021 ruang X
dalam palnning mengenai
melakukan secara rencana
discharge lengkap 90% pelaksanaan
planning b. Ketepatan dan program “DP of
2. Meningkatkan kepatuhan The Month”
c. Diskusi konsep 29 Bita Rp 0,00
kepatuhan pelaksanaan
dan rentang Januari
perawat dalam discharge
tanggal 2021
dokumentasi planning
pelaksanaan
discharge dengan
kompetisi
planning pendampinga
discharge
n 80%
planning
Rasional: d. Ketepatan dan
Kualitas discharge kepatuhan
planning akan pelaksanaan
meningkatkan discharge
kualitas perawatan planning tanpa
dan kualitas hidup pendampingan
pasien. 100%
2 DP Tujuan: a. Adanya Persiapan: 4 Perawat Faiq Rp 0,00
Education a. Menambah peningkatan a. Koordinasi Januari pelaksana di
pengetahuan hasil post test dengan Karu 2021 ruang X
perawat 80% mengenai materi
mengenai b. Ketepatan yang akan
pelaksanaan dan disampaikan
discharge kepatuhan pada kegiatan
planning pelaksanaan edukasi
b. Mengedukasi discharge
cara penulisan planning
form, tujuan, dengan
manfaat, cara pendampinga
pengisian n 80%
c. Menjelaskan c. Ketepatan
akibat apabila dan
tidak kepatuhan
melakukan pelaksanaan
discharge discharge
planning planning
dengan baik. tanpa
Rasional: pendampinga
Kualitas discharge n 90%
planning akan
meningkatkan
kualitas perawatan
dan kualitas hidup
pasien.
BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Manajemen pelayanan keperawatan yang merupakan bagian dari sub sistem
manajemen rumah sakit memiliki fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan,
menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi
serta efektivitas. Fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi.
Supervisi secara baik yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat meningkatkan pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan. Selain itu, dengan adanya
supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dapat memengaruhi kinerja perawat pelaksana.
Hasil pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa fungsi manajemen yang masih
belum optimal dalam pelaksanaannya seperti pengelolaan yang ada beberapa poin penting
tetapi belum dilaksanakan. Selain itu fungsi manajemen seperti pengontrolan khususnya
supervisi masih belum terjadwal dengan baik, maka dari itu butuh kerja sama antara staff dan
kepala ruangan untuk meningkatkan iklim kerja.

Selain itu dalam pelaksanaan fungsi manajemen ada beberapa unsut yang terdiri dari
man, money, method, machine, market dan mutu. Berdasarkan data dari pengkajian melalui
wawancara ke kepala ruangan X yang sudah kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa unsur
man (M1) didapatkan hasil bahwa dalam ruangan X Rumah Sakit Y sudah cukup bagus, SDM
diruangan sudah ideal yang didukung dengan tenaga non keperawatan sudah lengkap, hanya
saja masih kekurangan tenaga keperawatan menurut rumus Gillies, Douglas, dan Depkes. Untuk
unsur material (M2) segi fasilitas tenaga kesehatan sudah cukup memadai meskipun ada
beberapa kekurangan seperti julah kasur yang berfungsi hanya 50% dan nurse station yang
berada di ujung ruangan. Untuk unsur method (M3) dapat disimpulkan bahwa ronde
keperawatan sudah berpatok pada SOP yang telah dibuat tetapi tidak dijelaskan bagaimana
mekanisme pelaksanaannya. Selain itu proses delegasi pada ruangan X ini belum tercatat
dengan baik, namun untuk pendidikan kesehatan kelompok sudah dilakukan seara rutin yaitu 2
minggu sekali.
Untuk unsur money (M4) bahwa ruang X memiliki sistem keuangan yang diatur langsung
oleh pihak rumah sakit, baik untuk pelayanan maupun penggajian pegawai ruangan. Sedangkan
untuk unsur market dan mutu (M5) apabila ditinjau dari sistem pembiayaan pasien mayoritas
menggunakan jenis pembiayaan BPJS (85%), hal tersebut dapat memberikan profit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien umum. Apabila ditinjau dari asal daerah maka mayoritas
pasien (88%) berasal dari dalam kota. Sedangkan tingkat efisiensi rumah sakit apabila ditinjau
dari perhitungan BOR dan TOI maka ruangan X termasuk ideal, namun sebaliknya apabila
dihitung menggunakan ALOS dan BTO Ruangan X tidak ideal.

2. SARAN
4.2.1 Bagi Pihak RS

 Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan bahan logistic dan material yang
dibutuhkan di ruangan X

4.2.2 Bagi Kepala Ruangan


 Mengusulkan kepada pimpinan Rumah Sakit agar membuat sanksi yang tegas terhadap
perawat yang tidak disiplin dan memberikan reward bagi perawat yang berdedikasi tinggi
dalam bekerja

 Melakukan koordinasi pelayanan dengan manajer di ruangan lain agar tercipta


kesinambungan

 Melakukan supervisi terhadap bawahan secara berkesinambungan terkait masalah


pelayanan keperawatan, ketenagaan dan peralatan agar tercapai pelayanan yang bermutu

4.2.3 Bagi Ketua TIM


 Agar melakukan supervisi mengenai kondisi pasien setelah operan

 Agar melakukan koreksi dan revisi terhadap askep yang dibuat anggota timnya sehingga
terpenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan kondisi pasien

 Agar melakukan pendidikan informasi kepada pasien dan keluarga secara rutin dan
terjadwal dalam rangka mengoptimalkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan

4.2.4 Bagi Perawat Ruangan


 Perawat Ruang X melaksanakn pendokumentasian dengan baik dan benar agar
terpenuhinya kebutuhan pasien

 Memberikan laporan kepada ketua tim supaya koordinasi antara ketua tim dan perawat
dapat terjalin

 Lebih patuh untuk melakukan operan dan lebih tepat waktu lagi
 Agar melakukan postconference lebih giat lagi terkait dengan tindakan atau intervensi yang
telah diberikan kepada pasien untuk menjalin komunikasi, menyamakan persepsi, dan demi
meningkatkan keselamatan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Machmud, R 2008, Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2(2),
186-190.

Ensha, I. S 2018, Pengaruh implementasi kebijakan akreditasi puskesmas terhadap manajemen


pelayanan kesehatan masyarakat dalam mewujudkan produktivitas kerja. Jurnal Publik: Jurnal
Ilmiah Bidang Ilmu Administrasi Negara, 12(01), 12-23.

Wahyuni, S 2007, Analisis Kompetensi Kepala Ruang Dalam Pelaksanaan Standar Manajemen Pelayanan
Keperawatan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Model
Praktik Keperawatan Profesional Di Instalasi Rawat Inap BRSUD Banjarnegara (Doctoral
dissertation, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro).

Mayasari, A 2009, Analisis pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat
kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang (Doctoral dissertation, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai