PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN
HANDOVER DENGAN METODE SBAR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH PURWAKARTA
TITA HENDRIANI
NIM : 433131420118180
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil kajian data terhadap adanya kesalahan medis seperti adverse
event, near miss dan sentinel event di rumah sakit, yang menjadi penyebab utama
keperawatan yang sering dilakukan adalah timbang terima atau handover. JCAHO
dalam medical error, dengan Handover yang mempunyai “peran” sebanyak 80%
dari masalah penyebab medical error yang masih dapat dicegah (Joint Comission,
2
WHO Collaborating Center For Patient Safety pada tanggal 2 mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solution”. Panduan ini mulai disusun
sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara dengan
diterbitkannya Nine Life Saving Patient Safety oleh WHO maka komite
keselamatan pasien Rumah Sakit (KKP- RS) mendorong rumah sakit di indonesia
untuk menerapkan sembilan solusi “ Life- Saving” keselamatan pasien rumah sakit,
langsung atau bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing- masing.
Salah satu dari sembilan solusi tersebut, adalah komunikasi secara benar saat serah
ini dikritik sebagai sebuah variabel yang beresiko tinggi, tidak terstruktur dan
waktu dan tempat yang nyaman untuk berdiskusi, sesi pelatihan, supervisi atasan,
dan menggunakan peralatan atau media elektronik serta format prosedur handover
Bukti yang paling sering dilaporkan di ruang maternitas di rumah sakit Australia
bahwa perawat tidak melibatkan pasien saat Handover sebanyak 57% (17 orang)
dan keberadaan dokumentasi saat Handover 36% (11 orang). Hanya sepertiga dari
3
peserta yang menyebutkan bahwa Handover menimbulkan kepuasan dan dilakukan
dengan baik. Klinisi yang melakukan Handover dengan baik sebanyak 13% (4
dilaksanakan secara optimal. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Yudianto pada tahun
Bandung masih berjalan kurang baik (Yudianto, 2005). Rata – rata skor
artinya masih belum masuk dalam kategori yang baik (Dewi M, 2012).
Handover yang tidak dilakukan dengan baik, akan membawa dampak yang buruk
sakit baik secara langsung maupun bertahap. Adapun yang menjadi urutan nomor
tiga adalah komunikasi secara benar saat timbang terima pasien (KKPRS, 2012).
Sesuai dengan hasil penelitian Dewi Mursidah tahun 2012 yang menunjukkan
4
Kepentingan pelaksanaan Handover juga tercantum dalam standar akreditasi
Rumah Sakit tahun 2011 yang menjelaskan bahwa setiap rumah sakit harus ada
kebijakan yang mengatur proses transfer tanggungjawab pasien dari satu orang ke
orang lain baik pada hari kerja maupun hari libur. Informasi tentang asuhan
pasien juga harus disampaikan antara praktisi medis, keperawatan dan praktisi
kesehatan lainnya pada saat penyusunan regu kerja/shift maupun saat pergantian
ringkasan asuhan yang diberikan dan perkembangan pasien (Kemenkes RI, 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa Handover memang penting untuk dilaksanakan secara
yang kritis atau perlu perhatian dan tindakan segera. S (situation) mengandung
komponen tentang identitas pasien, masalah saat ini, dan hasil diagnosa medis. B
terjadi pada pasien sebagai hasil analisa terhadap situasion dan Background. R
5
Motivasi perawat berhubungan dengan pelaksanaan handover dengan metode SBAR
pada saat overan dinas, dimana perawat dengan motivasi kerja yang tinggi
cenderung akan bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
SBAR. Motivasi kerja yang tinggi cenderung akan memberikan dorongan pada
perawat untuk melakukan pelaksanaan Handover dengan metode SBAR pada saat
overan dinas karena pada saat overan merupakan proses yang penting untuk
kerja yang tinggi seorang perawat cenderung akan sangat teliti dalam melakukan
metode SBAR. Motivasi dalam diri perawat dipandang sebagai perubahan dari
dalam diri perawat yang ditandai dengan munculnya feeling, dan adanya dorongan
pasien. Sikap mental perawat yang negatif seperti kurang termotivasi karena masih
SBAR jika diingatkan saja, hal ini melemahkan motivasi kerja perawat untuk
6
mencapai hasil kerja yang maksimal. Jika Perawat melakukan Handover bukan
didasarkan pada niat dan kemauan sendiri, maka pelaksanaan Handover dengan
metode SBAR ini hanya akan berjalan sementara waktu saja dengan kata lain tidak
Oleh karena itu, untuk mencapai terlaksananya Handover dengan metode SBAR
sesuai dengan SOP dan rutin setiap waktunya dibutuhkan motivasi pada perawat
yang berasal dari luar diri perawat. Pemberian motivasi kepada seseorang
didapatkan gambaran bahwasanya motivasi dari luar diri perawat sudah mulai
Handover dengan metode SBAR saat apel pagi, bahkan kepala ruangan juga tidak
dengan kejelasan tujuan yang dilakukan setiap waktu, baik itu dilaksanakan saat
apel pagi, pre da post converence, atau bahkan saat dilakukan supervisi, maka
7
standar operasional prosedur pelaksanaannya, pada dasarnya perawat mengetahui
dengan baik tentang metode SBAR, baik pengertian, tujuan, manfaat, konsep dasar
serta prosedur pelaksanaan Handover dengan baik, namun motivasi perawat bukan
hanya sekedar mengetahui dan memahami saja kalau belum mencapai tahap
Purwakarta di semua ruang rawat Inap dengan jumlah perawat 200 orang, Dengan
Ruang Melati 17 Perawat, Ruang Bougenvile 18, Ruang Teratai 14 Perawat, Ruang
Strooke unit 12, Ruang Soka 14, Ruang Perinatologi 17, Ruang Pici Nicu 17
Perawat, Ruang ICU 12. Peneliti melakukan wawancara kepada 20 perawat dari
tidak mencakup isi dari metode SBAR, melainkan fokus pada masalah medis dan
kepada pasien. memperkenalkan diri serta memberi salam sering dianggap tidak
terlalu penting, akibatnya pelaksanaan Handover dengan metode SBAR tidak sesuai
dengan SOP. dalam hal ini dari hasil penelitian di beberapa ruangan ditemukan
8
inisial nama, diagnosa medis, dan terapy, dan tidak adanya ketentuan Metode
SBAR.
dikarenakan jumlah pasien yang banyak, waktu yang kurang, reward dari rumah
sakit tidak ada dan ada yang beranggapan tidak terlalu penting, dampaknya dari
pelaksanaan Handover dengan metode SBAR tersebut maka hand over tidak
B. Rumusan Masalah
metode SBAR di ruang rawat inap RSUD Bayu Asih Purwakarta 2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dengan metode SBAR di ruang rawat inap RSUD Bayu Asih Purwakarta 2019.
9
2. Tujuan Khusus
Handover dengan metode SBAR di ruang rawat inap RSUD Bayu Asih
Purwakarta 2019.
Handover dengan metode SBAR di ruang rawat inap RSUD Bayu Asih
Purwakarta 2019.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan informasi yang sangat penting
diaflikasikan bagi Kepala Ruangan dan Staf Perawat di RSUD Bayu Asih
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan dan informasi
10
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang
optimal. Manajer perlu memahami proses psikologis ini apabila mereka ingin
(Winardi, 2015).
Jadi dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa motivasi adalah dorongan untuk
bertindak guna untuk mencapai tujuan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
12
2. Teori Motivasi
berpendapat bahwa pada diri tiap orang terdapat hierarki lima kebutuhan.
dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi.
4) Kebutuhan harga diri: faktor harga diri internal, seperti penghargaan diri,
dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dia mampu
capai.
ditingkat mana keberadaan orang itu dalam hierarki dan perlu berfokus pada
13
b. Teori X dan Y McGregor
asumsi mengenai sifat manusia: Teori X dan Teori Y. Teori X pada dasarnya
ingin menghindari tanggung jawab, dan perlu diawasi dengan ketat agar dapat
bahwa para pekerja dapat berlatih mengarahkan diri, menerima dan secara
(Nursalam, 2011).
puasan kerja tidak berada dalam satu kontinum. Lawan dari kepuasan adalah
tidak ada kepuasan kerja sedangkan lawan dari ketidakpuasan kerja adalah
14
tidak ada ketidak-puasan kerja (Nursalam, 2011). Faktor-faktor yang
melaksanakan pekerjaan.
setiap pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan
berkembang.
15
6) Keselamatan kerja (job safety)
personalia
bagi karyawan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan motivasi dengan cara
berperilaku sebaliknya.
Jadi dapat disimpulkan menurut teori ini yang mengaitkan imbalan dengan
16
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun
2) Harga diri
3) Harapan pribadi
4) Kebutuhaan
5) Keinginan
6) Kepuasan kerja
ialah :
3. Faktor-faktor Motivasi
a. Promosi
Promosi adalah kemajuan seorang karyawan pada suatu tugas yang lebih
baik, baik dipandang dari sudut tanggung jawab yang lebih berat, martabat
17
atau status yang lebih tinggi, kecakapan yang lebih baik, dan terutama
b. Prestasi Kerja
prestasi kerja yang memuaskan, sulit bagi seorang karyawan untuk diusulkan
pekerja. Semua pihak seperti pimpinan, atasan langsung, kenalan dan para
d. Penghargaan
yang sangat diperlukan untuk memacu gairah kerja bagi pada karyawan.
dihadapi.
18
e. Tanggung Jawab
pekerjaan dengan baik pula dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
f. Pengakuan
tertentu dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik pula. Hal ini akan
19
4. Pengukuran Motivasi
Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur. Pada
umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan motivasi biologis.
Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan tes proyektif,
atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu dengan
perawat yang lain. Tujuan dari Handover adalah menyediakan waktu ,informasi
yang akurat tentang rencana perawat pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
20
mencakup tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien
(Friesen, 2012).
Jadi dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa Handover adalah suatu teknik atau
cara untuk menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
pasien.
a. Tujuan Umum
informasi penting.
b. Tujuan Khusus
3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat.
3. Manfaat Handover
21
Manfaat dari Handover menurut Nursalam (2011), antara lain :
a. Bagi Perawat
b. Bagi Pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
Menurut Nursalam (2011) hal-hal yang perlu diperhatikan saat operan jaga
antara lain:
c. Diikuti oleh perawat yang telah melakukan dinas dan yang akan melakukan
dinas.
pasien.
22
e. Operan jaga harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat operan yang dilakukan dikamar pasien menggunakan volume yang
yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia menurut pasien tidak
nurse station.
jelas dan lengkap mengenai tindakan mandiri yang sudah dilakukan perawat.
Tidak hanya tindakan yang sudah dilakukan namun juga tindakan yang belum
disertakan perawat assosiet (perawat pelaksanana) pada dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan. Informasi yang disampaikan saat pertukaran
23
dinas yang dilakukan dua atau tiga kali sesuai dengan shift yang digunakan
Handover dapat dilakukan dengan penyampaian yang jelas, tepat, bertatap muka
antar perawat saat melakukan komunikasi merupakan salah satu cara dalam
penyedia jasa perawatan yang terdidik maupun tidak terdidik, kurangnya peran
SBAR
24
b. Motivasi (Wahyuni, 2012)
komunikasi yang efektif guna mencapai suatu tujuan tertentu dalam bentuk prilaku
Sikap diartikan sebagai suatu syarat untuk menculnya suatu tindakan, dimana
tindakan ini adalah tindakan untuk melaksanakan hand over. sikap adalah
objek dan predisposisi untuk berbuat terhadap objek dengan cara tertentu.
C. Konsep SBAR
1. Pengertia SBAR
perawat atau antara perawat shif satu dengan shif lainnya mendapatkan informasi
a. Situation/Situasi
25
2) Menjelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan ini
b. Background/Latar Belakang
medis pasien.
2) Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah dilakukan
selama ini.
c. Assessment/Pengkajian
masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk, dan tidak stabil,
d. Recomendation/Rekomendasi
26
5) Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan kondisi pada
Operan perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut JCI (2010):
komunikasi yang efektif baik antara pasien dan perawat dan sesama
27
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka teori hubungan motivasi terhadap pelaksanaan handover dengan
metode SBAR
Dilaksanakan
Faktor yang Hand Over
mempengaruhi Tidak
pelaksanaan Hand over
SBAR :
- Motivasi
- Situation/Situasi
- Pengetahuan - Background/Latar Belakang
- Sikap - Assessment/Pengkajian
- Recomendation/Rekomendasi
28
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-
hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak
dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui konstruk
Bagan 3.1
Kerangka konsep
Pelaksanaan Handover
Motivasi dengan metode SBAR
B. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Definisi lain mengatakan bahwa variable penelitian adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian
1. Variabel Independen
29
suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2008). Variabel indenpenden
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel respon akan muncul sebagai dari manipulasi variabel lain. Variabel
terikat adalah faktor yang mengamati dan diukur untuk menentukan ada
tehnik SBAR.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
(Notoatmodjo, 2018).
Menurut Arikunto (2010) Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian
1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis kerja
2. Hipotesis nol (Ho). Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena
biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan statistic.
30
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
metode SBAR di ruang rawat inap Rumah Sakit Bayu Asih Purwakarta 2019.
D. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Mengingat luasnya
Tabel 3.2
Definisi Operasional
N
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
o
Independen
1 Motivasi Dorongan internal Kusioner 1 = motivasi Ordinal
dan eksternal dalam tentang Motivasi rendah , jika
diri seseorang yang pada nilai <
diindikasikan dengan pelaksanaan median
hasrat dan minat Handover 2 = motivasi
untuk bertindak guna dengan metode tinggi, jika
mencapai suatu SBAR nilai >
tujuan tertentu yang median
diwujudkan dalam
prilaku, yaitu
melakukan Hand
Over dengan
menggunakan SBAR
Devependen
2 Pelaksanaan Serah terima pasien Melihat atau 1 = Ordinal
Handover antar shif meliputi mengoservasi Diterapkan
dengan metode Situation, secara langsung jika nilai >
SBAR Background terhadap Objek median
Assessment, penelitian yaitu 2 = Tidak
Recomendation yang perawat saat Diterapkan
dilaksanakan oleh PJ melakukan jika nilai <
shif ke PPJA Hand Over median
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (Point time approach). Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta
2. Waktu
Waktu penelitian ini selama 3 bulan dimulai dari bulan September sampai
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
32
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas diruang rawat inap
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah bagian penelitian atau sebagian dari jumlah dan
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah Perawat RSU Bayu Asih Purwakarta
yang bertugas di ruang rawat inap dengan kriteria sampel nya adalah :
a. Kriteria Inklusi
1) Perawat PPJA
2) Perawat Pj shif
b. Kriteria Eksklusi
1) Perawat Cuti
Besar sample di RSUD Bayu Asih Purwakarta yang akan dilakukan penelitian
3. Sampling
33
Menurut Notoatmodjo (2018) sampel merupakan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Pada garis besarnya hanya ada dua jenis
1) Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik pengambilan sampel yang
Sampling, dari jumlah total populasi, yaitu teknik sampling yang mengambil
Ruang rawat inap RSUD Bayu Asih Purwakarta, Adapun ruang rawat inap yang
di pakai dalam penelitian ini sebanyak 13 Ruang rawat inap yang ada di RSUD
Bayu asih purwakarta, diantaranya Ruangan yang di pilih yaitu Ruang Anggrek
perawat. Dan Ruang picu nicu 3 perawat. Penentuan sampel perawat yang akan
di pilih untuk dilakukan penelitian yaitu perawat ruang rawat inap yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian seperti Perawat PPJA, dan Perawat Pj shif.
Sedangkan perawat yang tidak dipilih untuk dilakukan penelitian adalah perawat
34
yang termasuk dalam kriteria eksklusi seperti Perawat yang sedang cuti, Perawat
Cara melakukan penelitian yaitu dengan cara melihat langsung apakah saat
Handover dengan teknik SBAR diterapkan atau tidak sesuai SOP atau langkah-
motivasi perawat dalam melakukan handover dengan teknik SBAR yaitu dengan
D. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Informed consent
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed consent adalah agar
35
2. Anomality (tanpa nama)
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
E. Instrument Penelitian
rawat inap Rumah Sakit Bayu Asih Purwakarta 2019 berbentuk kuesioner memuat
berbentuk kuesioner dengan 1 (satu) kali ukur. Adapun kuesioner dalam variabel
Handover dengan metode SBAR terdiri dari 25 pernyataan, hasil ukur pernyataan
36
menggunakan skala Likert dengan nilai : SS (Sangat setuju) : 5 S (Setuju) : 4 KS
melihat langsung saat Perawat melakukan Handover dengan Teknik SBAR dengan
hasil Ukur 1 = Diterapkan jika nilai > median, 2 = Tidak Diterapkan jika nilai < median.
1. Situation/Situasi
b) Menjelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan ini
2. Background/Latar Belakang
medis pasien.
b) Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah dilakukan
selama ini.
3. Assessment/Pengkajian
masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk, dan tidak stabil,
37
c) Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya.
4. Recomendation/Rekomendasi
1. Editing
38
b. Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas
terbaca.
konsisten.
2. Coding
yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
tindakan.
4. Cleaning
1. Validitas adalah suatu indek yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Uji validitas berguna untuk
39
mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus
dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur serta dapat mengungkap
Uji validitas dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item kuesioner
yang valid dan mana yang tidak. Kemudian dilakukan dengan mencari atau
menghitung kolerasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan, untuk
Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika r hitung < r table
N(Σ 𝑋𝑌 ) − (Σ 𝑋 Σ Y )
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑟 =
√[NΣ 𝑥 2 − (Σ 𝑋 )2 ][N Σ𝑌 2 − (Σ 𝑌 )2 ]
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
Σ 𝑋 : Jumlah nilai X
Σ 𝑌 : Jumlah nilai Y
N : Banyak data
40
2. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
instrumen dilakukan dengan menggunakan metode belah dua (split half). Uji
(instrumen) yang digunakan. Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data
2𝑟𝑏
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑟𝑖 =
1 + 𝑟𝑏
Keterangan:
(Sugiyono, 2017).
handover dengan metode SBAR perlu di uji validitas dan reabilitasnya karena
b. Responden : 30
(Hartono, P, 2001).
a. Validitas
41
Masing-masing item kuesioner dikatakan valid apabila hasil r hitung ≥ dari
r table 0,444. Sedangkan item kuesioner tidak valid apabila r hitung ≤ dari r
table 0,444. Dan item tidak valid bias diperbaiki atau tidak bias dipakai.
b. Reliabilitas
dari 0,444.
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
𝑋
𝐹= 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
F : Presentase
N : Total
2. Analisa Bivariat
42
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahuai apakah ada hubungan antara 2
ruang rawat inap Rumah Sakit Bayu Asih Purwakarta 2019. Variabel
berdistribusi normal atau tidak dan digunakan pula untuk menentukan titik
normalitas data yang dipakai dalam rencana analisis penelitian ini dilakukan
dengan cara membagi nilai indeks skewness dengan standar errornya, dengan
43
2) Bila hasil pembagian indkes skewness dengan standar errornya -2 < atau >
Hasil uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada atau tidak adanya
2 = 4 sel (A, B,C, dan D), setiap sel ada nilai O (Observasi) dan lanjut
dihitung nilai E (Ekpekstasi) nya. Nilai E adalah (nilai total baris x nilai
(0−𝐸)2
Rumus Chi-Square : 𝑥 2 = Σ 𝐸
Keterangan :
x2 = Nilai Chi-Square
∑ = Penjumlahan
0 = Nilai pengamatan
E = Nilai Ekspektasi
SPSS Versi 23, dengan cara membaca nilai out put pada uji Chi square
sebagai berikut:
44
2) Bila P value ≥ α, Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak
1) Bila tabelnya 2x3 atau lebih 2x2, gunakan Pearson Chi Square.
2) Bila tabelnya 2x2 tidak terdapat sel dengan nilai E<5, gunakan
Continuity Correction.
3) Bila tabelnya 2x2 ada sel yang nilai E < 5, gunakan Fisher Exact Test.
Uji Odds Ratio (OR) untuk mengetahui besaran risiko variabel independen
Rumus
OR : AD/BC
Keterangan:
45
1) Bila OR=1 berarti tidak ada hubungan faktor resiko dengan kejadian
2) Bila OR < 1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi adalah
3) Bila OR > 1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi adalah
efek penyebab.
46
Lampiran : 1
Dengan hormat,
Dengan menandatangi lembar ini saya :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan di lakukan
oleh Tita Hendriani, Mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKes Kharisma
Karawang yang berjudul “Hubungan motivasi perawat terhadap pelaksanaan handover
dengan metode SBAR di ruang rawat inap Rumah Sakit umum daerah Bayu Asih
Purwakarta 2019?”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya tanpa paksaan
dari pihak manapun.
47
Lampiran : 2
KUESIONER PENELITIAN
1. Nomor Responden :
2. Nama :
3. Usia :
4. Ruang rawat :
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pernyataan berikut sesuai dengan pengalaman anda dengan memberi tanda
checklist (√ ) pada kolom yang anda pilih.
2. Jika anda ingin mengganti jawaban yang telah dipilih, maka anda dapat
menggunakan tanda silang (X) dan beri tanda checklist (√ ) pada kolom lainnya
yang tepat.
3. Nomor responden diisi oleh peneliti
4. Ketetrangan :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
48
No. Pernyataan SS S KS TS STS
49
baik.
50
Lampiran : 3
LEMBAR OBSERVASI PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN
HANDOVER DENGAN METODE SBAR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH PURWAKARTA
51
2. Perawat merekomendasikan
dokter untuk melakukan
kunjungan kepada pasien
dan keluarga pasien
3. Apakah ada tes lain yang
diperlukan seperti: EKG
4. Perawat menyampaikan
kepada dokter setiap
terdapat pengobatan baru
atau apabila ada perubahan
dalam perintah segera
diinformasikan oleh dokter
kepada perawat
5. Jika terdapat perbaikan
ataupun tidak adanya
perbaikan kondisi pada
pasien, perawat akan
menghubungi dokter
kembali, menanyakan ke
dokter tindakan yang harus
dilakukan perawat sampai
ditempat
52