Anda di halaman 1dari 3

Dikirim oleh: Admin pada Selasa, 03 Jan 2006 - 04:28 AM

Seiring dengan langkah Dep.Kes RI dalam menegakkan program peningkatan mutu


pelayanan kesehatan yang telah dimulai tahun 1972, rumah sakit-rumah sakit milik
pemerintah baik RSUP maupun RSUD (Propinsi, Kabupaten/Kota) berupaya
mengembangkan dan meningkatan mutu pelayanan melalui berbagai macam cara dan
bentuk, yaitu Total Quality Manajemen (TQM), Sistem Akreditasi RS, Audit
Medik/Keperawatan, Audit Maternal Perinatal, pengendalian infeksi nosokomia, tinjauan
utilisasi, tinjauan penggunaan obat, tinjauan rekam medik dan auditnya, Gugus Kendali
Mutu, survey kepuasan pelanggan dan lain sebagainya. Peningkatan mutu tersebut
dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan (Coutinuous Quality Improvement)
sehingga apa yang menjadi harapan pelanggan dapat terpenuhi.
Pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dapat berjalan dan tercapai
sangat ditentukan oleh ketrampilan semua karyawan dalam menghadapi masalah-masalah
yang ada, baik masalah yang sifatnya ringan, sedang maupun berat. Masalah-masalah
yang sifatnya ringan (kecil) bila tidak dicarikan solusi tindakan maka lambat laun akan
mengkristal, membesar dan bahkan bisa melumpuhkan semua kegiatan/sirkulasi
palayanan rumah sakit atau "mati". Seperti halnya kita sebagai manusia makan dan
minum setiap hari baik yang mahal maupun murah akan diproses oleh tubuh kita, dan
bila terdapat tanda-tanda yang membuat kita tidak enak badan, apakah pegel, linu,
pusing, nyeri otot, mual, dll maka harus segera diperiksakan ke dokter. Misal pegel/nyeri
di pinggang kanan/kiri mulanya ringan, cukup dengan minum obat analgetik ringan
kemudian "sembuh" dan waktu terus berjalan temyata pinggang menjadi nyeri hebat
(colix) dan harus dioperasi sehubungan dengan adanya batu sebesar telur ayam di
kandung kencing.
Problem atau masalah di rumah sakit setiap hari selalu muncul baik dari internal individu
karyawan maupun berasal dari pasien, keluarga, penanggung jawab (asuransi) maupun
dari para suplier, maka seluruh karyawan dituntut untuk bisa mencarikan solusi altematife
tindakan sehingga masalah bisa diatasi sebelum matahari terbenam atau terbit.
Ketrampilan dan kepiawaian karyawan tersebut dibentuk berdasarkan sikap mental
mapan karyawan dalam menghadapi masalah yang senantiasa memandang bahwa
kesenjangan antara yang dihadapi dengan kondisi yang diharapkan adalah suatu problem,
dan harus dicarikan serangkaian tindakan untuk mengatasi kesenjangan tersebut (Problem
Solving Mindset).
Karyawan rumah sakit yang telah memiliki mindset ini, memandang masa lalu sebagai
sesuatu yang normal, dan yang telah diketahui sebelumnya sebagai sesuatu yang
diharapkan, serta menggunakan suatu yang normal dan diketahui sebelumnya tersebut
untuk mengevaluasi kondisi yang dihadapinya sekarang, dan dicarikan solusi alternatife
tindakan. Sekecil dan dimanapun ada masalah dalam pelayanan rumah sakit harus segera
direspon oleh semua pihak yang terkait jangan sampai mengkristal atau menjadi bola
salju semakin lama semakin besar.

Problim Solving for Better Hospitals(PSBH)


Dalam rangka pemberdayaan problem solving mindset dirumah sakit, RSU Banyumas
telah melakukan terobosan dengan mengadakan workshop internasional yang
bekerjasama dengan Yayasan Indonesia Menuju Sehat (YIMS) dari Jakarta pemegang
lisensi workshop di Indonesia dengan judul Problem Solving for Better Hospitals
(PSBHospitals), yang diikuti oleh 28 peserta yang berasal dari RSU Banyumas, RSU
Margono Sukarjo Purwokerto, RSUD Kebumen, RSUD Arjawinangun Cirebon dan
BPTPK Gombong (dahulu Bapelkes). Kegiatan workshop tersebut di RSU Banyumas
telah berkembang secara internal RSU Banyumas dengan teridentifikasi masalah
sebanyak 64 macam dan 64 POA. Empat masalah dari empat mengikuti workshop di
RSUP Fatmawati Jakarta telah mampu menyelesaikan ada dengan hasil yang memuaskan
sedangkan workshop di RSU Banyumas masih 20 orang telah siap melakukan konvensi
mini peserta yang masalah yang dalam proses kegiatan, bimbingan follow-up serta
internal di RSU Banyumas.
Gerakan Problem Health and Hospitals diprakarsasi oleh suatu yayasan non profit yang
bernama The Dreyfus Health Foundation, yang berpusat di New York, USA. Pendekatan
PSBH ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr Barry Smith, seorang dokter ahli bedah
otak dari Bostom University School of Public Healt, USA tahun 1993. Pada saat ini
PSBH telah berkembang di 26 negara meliputi: Afrika Solving for Better (PSBH)
tersebut Selatan, Amerika Serikat, Brazil, Belarus, Bulgaria, Cameroon, Cina, Costarika,
El Savador, Ghana, Guyana, India, Indonesia, Jordania, Kenya, Lithuania, Mali, Mexico,
Nigeria, Polandia, Republik Dominica, Romania, Slovakia, Tanzania, Uganda, Ukraina,
dan Zambia.
Rumah sakit-rumah sakit di Indonesia yang sedang menerapkan pendekatan PSBHospital
antara lain: RSUP Fatmawati Jakarta, RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Dr.
Sardjito Yogyakarta, RSU Haji Surabaya, RS Dr. Wahidin Makasar, RS Panti Wilasa
Citarum Semarang, RS Pondoh Indah Jakarta, RS St Boromeur Bandung, PERDAKI
Pusat, PELKESI Wilayah III, RSUD Banyumas dan sebagainya.
Problem Solving for Better Hospitals (PSBHospitals) adalah suatu pendekatan untuk
mengatasi berbagai masalah di rumahsakit dengan cara yang mudah, menarik, dan
dilakukan dengan suka hati (Smith, 1993). Pendekatan PSBHospitals ini mengarahkan
agar supaya untuk suatu masalah para problemsolvers mampu :
a. menggunakan ide dan inovasi baru untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah lama
ada di rumahsakit dan selama ini tidak dapat diatasi,
b. mengunakan sumber daya(biaya) yang dimiliki dan tidak meminta tambahan sumber
daya untuk mengatasi suatu masalah,
c. mengupayakan agar supaya masalah yang sudah dapat diatasi tidak timbul lagi dengan
mensinambungkan kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut.
Misi PSBH adalah untuk membantu karyawan dalam melaksanakan upaya problem
solving skala kecil yang secara langsung dapat memberi manfaat bagi banyak orang, serta
karyawan diharapkan akan mengembangkan ide dan metoda baru dengan menggunakan
sumber daya yang dimiliki dengan cara yang lebih efektif untuk mengatasi masalah
kesehatan di tempat mereka bekerja.
Adapun falsafah PSBH adalah bahwa meskipun terjadi kekurangan dana diseluruh dunia,
para tenaga kesehatan yang paling depan dan mereka mempunyai kepedulian dan minat,

dapat menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai dampak yang lebih besar
dalam mengatasi masalah kesehatan setempat dibanding dengan yang secara umum telah
dicapai.
Kegiatan PSBH
Dalam proses PSBH karyawan dilatih dan dibimbing untuk meningkatkan ketrampilan ,
mencari dan mengembangkan cara-cara baru yang inovatif sehingga secara pribadi dapat
mengatasi masalah kesehatan yang mereka alami untuk meningkatkan kesehatan secara
umum, serta kualitas dan efisiensi pelayanan secara khusus. Pendekatan PSBH ini dapat
menciptakan status kesehatan yang lebih baik bagi orang dan manajemen lebih baik bagi
banyak organisasi. Pendekatan PSBH bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh
karyawan rumah sakit, seperti pepatah Ethiopia " Apabila Sarang Laba-laba bersatu, la
dapat mengikat seekor Singa".
Proses PSBH ini terdiri dari 5 (lima) langkah yaitu : Definisan Masalah, Tentukan bagian
Realistik dad masalah, Definisikan Suatu Solusi, Menyusun Rencana Kerja yang Baik,
Kesinambungan
Adapun langkah-langkah untuk mensinambungkan upaya-upaya yang telah mencapai
sukses adalah sebagai berikut :
1. Menyusun laporan upaya dengan baik, rinci dan lengkap. Laporan harus
menggambarkan seluruh proses upaya mulai dari tahap perencanaan sampai tahap
Direktur RSU Banyumas (paling kid) memberikan penghargaan/kenang-kenangan kepada
Fasilitaor YIMS evaluasi. Usahakan melampirkan foto tentang keadaan sebelum masalah
diatasi, selama dilakukan upaya, dan setelah upaya selesai.
2. Kirimkan laporan ini kepada masyarakat dimana upaya dilakukan, Direktur (atasan)
dan berikan penjelasan serta minta mereka untuk melihat dan menyaksikan sendiri hasil
dad upaya yang sukses tersebut.
3. Serahkan seluruh inisiatif dan upaya yang telah dilakukan kepada pihak yang terlibat
untuk digunakan sebagai pola, pendekatan dan model yang telah befiasil. Sampai pada
tahap tertentu, sebaiknya terus terlibat dalam upaya menjalankan pola, pendekatan atau
model yang sukses tersebut ditempat yang sama atau ditempat lain.
4. Upayakan agar supaya pimpinan unit atau organisasi untuk mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) atau perintah agar model sukses tersebut untuk terus digunakan agar
masalah yang sudah dapat diatasi tidak timbul atau terulang kembali, atau model yang
telah dikembangkan direplikasi ditempat atau unit kerja.
Dapat disimpulkan bahwa konsep kunci PSBH adalah inovasi (ide baru dan kreatif),
sederhana, jelas (singkat), proses, kesempumaan, dahulukan Kepentingan Manusia.
Ronin Hidayat, S.Pd
Ka. Subid Riset, Pengembangan dan Peningkatan Mutu RSU Banyumas
Mahasiswa S-2 UGM Minat Magister Manajemen Rumahsakit (MMR)

Anda mungkin juga menyukai