Anda di halaman 1dari 30

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)

HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA


(HIPKABI)

MUKADIMAH

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna
dan di beri potensi untuk bisa mengembangkan diri dalam mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan negara
Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, yaitu membangun masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila & UUD 45, juga merupakan komitmen dan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia
yang dalam hal ini termasuk HIPKABI.

Seiring peningkatan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan Ilmu dan
Tekhnologi (IPTEK), menuntut adanya tenaga perawat kamar bedah yang profesional dalam bidang pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan keperawatan kamar bedah.

Bahwa merupakan suatu keharusan bagi seluruh tenaga perawat kamar bedah di Indonesia untuk menyatu
dalam suatu wadah organisasi profesi yang kokoh, kuat, dinamis dan mandiri.

Serta untuk meningkatkan kompetensi profesi mencakup: pengetahuan, ketrampilan, sikap, serta akuntabilitas
dalam keperawatan kamar bedah sesuai dengan standar praktek profesi yang diperoleh melalui pendidikan dasar
dan lanjutan perawat kamar bedah.

ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA

BAB I
NAMA, BENTUK, SIFAT DAN AZAS ORGANISASI

Pasal 1
Nama Organisasi

Organisasi ini diberi nama Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia disingkat HIPKABI (Indonesian
Operating Room Nurses Association disingkat IORNA)
Pasal 2
Bentuk Organisasi

Organisasi ini sebagai wadah yang menghimpun perawat kamar bedah seluruh Indonesia di bawah PPNI

Pasal 3
Sifat Organisasi

HIPKABI adalah organisasi perawat yang bersifat bebas, demokratis, bertanggung jawab dan aspiratif serta
tidak berafiliasi pada organisasi sosial politik apapun

Pasal 4
Azas Organisasi

HIPKABI berazaskan Pancasila dan UUD 1945 dengan bercirikan kemitraan, kebersamaan, gotong royong,
musyawarah & mufakat untuk mencapai tujuan

BAB II
PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN

Pasal 5
Pembentukan

1. HIPKABI dibentuk di Jakarta pada tanggal Limabelas Bulan November Tahun Dua ribu, pukul Limabelas,
Waktu Indonesia Bagian Barat

2. HIPKABI dibentuk untuk jangka waktu yang tidak ditentukan

Pasal 6
Kedudukan

1. PP HIPKABI berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia

2. PD berkedudukan di Ibukota Propinsi dan PC berkedudukan di Kabupaten/kota/wilayah atau gabungan


Kabupaten dan Kotamadya

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 7
Maksud

Menjadikan HIPKABI sebagai wadah untuk mempersatukan perawat kamar bedah di seluruh Indonesia

Pasal 8
Tujuan

1. Menjadikan HIPKABI sebagai tempat untuk menggali dan mengembangkan potensi sumber daya manusia
(SDM) perawat kamar bedah berstandar internasional

2. Menjadikan HIPKABI tempat untuk menambah wawasan, ilmu, pengetahuan dan ketrampilan khususnya
tentang keperawatan kamar bedah sesuai perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Terbinanya sikap solidaritas bagi sesama anggota dalam mempertanggung-jawabkan hak-hak dan
kewajibannya sebagai perawat kamar bedah

BAB IV
FUNGSI DAN PERAN

Pasal 9
Fungsi

1. Organisasi ini berfungsi untuk menampung aspirasi dan kreatifitas anggota untuk mencapai tujuan bersama

2. Memberikan perlindungan dan advokasi terhadap anggotanya

Pasal 10
Peran

Organisasi ini berperan untuk mengarahkan dan memelihara serta mewujudkan cita-cita perawat kamar bedah
yang mandiri dan profesional yang berstandar internasional

BAB V
LAMBANG/LOGO DAN ETIKA
Pasal 11
Lambang/Logo Organisasi

Lambang HIPKABI perwujudan dari:

1. Bendera Merah Putih berkibar

Melambangkan organisasi ini adalah perhimpunan perawat kamar bedah yang berkibar diseluruh wilayah
Indonesia

2. Anyaman tambang membentuk lingkaran penuh

Melambangkan ikatan persatuan dan persaudaraan, diantara sejawat perawat kamar bedah di seluruh
Indonesia

3. Dua garis tepi lingkaran berwarna putih

Melambangkan jalinan rasa persahabatan yang tulus diantara sejawat perawat kamar bedah di Indonesia

4. Tulisan dalam lingkaran

Melambangkan nama organisasi ini adalah Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia/ Indonesian Operating
Room Nurses Association

5. Bintang berwarna kuning

Melambangkan bahwa organisasi ini dapat berkembang dan bersinar diantara organisasi-organisasi seminat
lainnya diIndonesia

6. Dasar tulisan dalam lingkaran berwarna merah marun

Melambangkan organisasi ini berani dalam menghadapi persaingan bebas bagi perawat kamar bedah di era
globalisasi

7. Gambar tangan memegang pemegang jarum

Melambangkan organisasi ini sebagai wadah bagi sejawat perawat kamar bedah yang mampu memberikan
pelayanan pembedahan yang optimal

8. Gambar tangan menerima pemegang jarum

Melambangkan bahwa perawat kamar bedah harus dapat bekerjasama dan diterima dalam tim dimanapun dia
berada

9. Dasar lingkaran berwarna biru dongker

Melambangkan organisasi yang besar bagaikan samudera yang luas yang mampu menampung aspirasi
sejawat perawat kamar bedah di Indonesia
Pasal 12
Etika

1. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perawat kamar bedah dalam bentuk apapun yang
mengatasnamakan HIPKABI harus sepengetahuan organisasi yang lebih tinggi

2. Setiap pembentukan organisasi yang berkaitan dengan kegiatan kamar bedah harus sepengetahuan dan
mendapat ijin dari PP HIPKABI

BAB VI
SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN ORGANISASI

Pasal 13
Susunan Organisasi

Susunan organisasi terdiri dari organisasi tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota/gabungan kabupaten dan/atau
kota

Pasal 14
Susunan Pengurus

Susunan pengurus organisasi terdiri dari:

1. Pengurus Pusat

2. Pengurus Daerah

3. Pengurus Cabang

Pasal 15
Dewan Pertimbangan

1. Dewan Pertimbangan merupakan badan organisasi yang tugas pokoknya memberikan pertimbangan, arahan,
nasehat, saran dan petunjuk kepada Pengurus Pusat, PD dan PC HIPKABI baik diminta maupun tidak diminta
demi kemajuan dan pengembangan organisasi

2. Dewan Pertimbangan terdiri dari

Ketua

Sekretaris
Anggota

3. Dewan pertimbangan dapat dibentuk sampai dengan kepengurusan cabang

Pasal 16
Masa Kepengurusan

1. Pengurus Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia dipilih untuk masa bakti 5 (Lima) tahun

2. Ketua Umum, Ketua Pengurus daerah, Ketua Pengurus cabang hanya dapat dipilih untuk 2 (dua) periode
kepengurusan berturut-turut

Pasal 17
Wewenang dan Kewajiban

1. Pengurus Pusat adalah pelaksana organisasi tertinggi yang bersifat kolektif dan kolegial di tingkat pusat

a. Dalam melaksanakan tugasnya pengurus pusat berwenang

Menentukan dan melaksanakan kebijakan organisasi ditingkat nasional berdasarkan Anggaran


Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional, hasil
rapat tingkat nasional serta peraturan organisasi lainnya

Menentukan dan mensyahkan kompetensi perawat kamar bedah

Bertindak untuk dan atas nama organisasi secara nasional dalam mewakili organisasi baik di dalam
maupun luar negeri

Kebijakan seperti pasal 17a point (i) dinyatakan sah bila ditandatangani oleh ketua umum dan
Sekretaris Umum

Mewakili organisasi di dalam maupun di luar pengadilan

Mensyahkan kepengurusan Daerah

b. Pengurus Pusat HIPKABI berkewajiban

Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah nasional

Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional, hasil rapat tingkat
nasional serta peraturan organisasi lainnya
Melaksanakan pembinaan organisasi secara berjenjang

2. Pengurus Daerah adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di provinsi

a. Pengurus Daerah berwenang

Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran


Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah nasional, dan
hasil rapat tingkat nasional maupun tingkat daerah serta peraturan organisasi lainnya

Mensyahkan dan melantik kepengurusan Cabang

b. Pengurus Daerah berkewajiban

Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah daerah

Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran
Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah nasional dan hasil rapat tingkat nasional,
maupun daerah serta peraturan organisasi lainnya

2. Pengurus Cabang adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di Kabupaten / Kota

a. Pengurus Cabang berwenang

Menentukan kebijaksanaan organisasi diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran


Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah nasional, Daerah, cabang dan
hasil rapat tingkat nasional, daerah dan cabang serta peraturan organisasi lainnya

b. Pengurus Cabang berkewajiban

Memberikan pertanggungjawaban pada musyawarah cabang

Melaksanakan segala ketentuan kebijaksanaan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran


Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA

Pasal 18
Musyawarah dan Rapat Kerja

Musyawarah dan rapat kerja diatur sebagai berikut:


1. Musyawarah Nasional (Munas)

2. Musyawarah Daerah

3. Musyawarah Cabang

4. Musyawarah Luar Biasa

5. Rapat Kerja terdiri dari:

a. Rapat Kerja Nasional

b. Rapat Kerja Daerah

c. Rapat Kerja Cabang

6. Rapat Pimpinan

Pasal 19
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional (MUNAS) merupakan pemegang kedaulatan dan pelaksanaan kekuasaan tertinggi
organisasi

2. Musyawarah Nasional diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh:

a. PP HIPKABI

b. PD HIPKABI

c. PC HIPKABI

d. Organisasi sub Seminat dibawah HIPKABI

3. Musyawarah Nasional berwenang untuk:

a. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HIPKABI

b. Menilai laporan pertanggung jawaban PP HIPKABI

c. Menetapkan rencana jangka panjang organisasi HIPKABI

d. Memilih dan menetapkan Ketua Umum

4. Penundaan Musyawarah Nasional mengikuti aturan sebagai berikut

a. Musyawarah Nasional paling lama 6 (enam) bulan atas persetujuan pengurus PP HIPKABI
b. Apabila setelah ditunda 6 (enam) bulan ternyata tidak dapat dilaksanakan musyawarah nasional, maka atas
kesepakatan sekurang-kurangnnya 2/3 dari seluruh pengurus HIPKABI Daerah dapat dibentuk "Tim
independen" dengan tugas melaksanakan Musyawarah Nasional

Pasal 20
Musyawarah Nasional Luar Biasa

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari
seluruh jumlah pengurus daerah HIPKABI

2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana:

a. Diperlukan untuk mengganti Ketua Umum

b. Organisasi berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan Persatuan dan Kesatuan dan
atau keadaan lainnya yang membahayakan kelangsungan hidup organisasi

c. Apabila tidak diselenggarakan Musyawarah nasional Luar Biasa dalam waktu 2 (dua) bulan sejak
permintaan maka atas kesepakatan sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh pengurus HIPKABI dapat dibentuk
Tim Independen dengan tugas melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa

Pasal 21
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh

a. Utusan PP HIPKABI

b. PD HIPKABI

c. PC HIPKABI dan/atau perwakilan dari rumah sakit di daerah tersebut

2. Musyawarah Daerah berwenang untuk:

a. Menilai laporan pertanggung jawaban PD HIPKABI

b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang daerah sebagai penjabaran dari rencana kerja jangka panjang
Organisasi

c. Memilih dan menetapkan ketua PD HIPKABI

Pasal 22
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh


a. Utusan PD HIPKABI

b. Perwakilan Rumah Sakit di wilayah kerja nya

2. Musyawarah Cabang berwenang untuk:

a. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PC HIPKABI

b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang cabang sebagai penjabaran dari rencana kerja jangka panjang
Organisasi

c. Memilih dan menetapkan ketua PC HIPKABI

Pasal 23
Organisasi Sub Seminat HIPKABI

1. HIPKABI dalam Melaksanakan Visi dan misinya dapat membentuk organisasi sub seminat

2. Pendirian Semua Organisasi Sub Seminat Perawat Kamar Bedah di Seluruh Wilayah NKRI wajib
mendapatkan ijin dan pengesahan dari pengurus pusat HIPKABI

3. Organisasi Sub Seminat menyelenggarakan berbagai kegiatan yang meningkatkan Profesionalisme perawat
kamar bedah sesuai sub seminatnya

Pasal 24
Rapat Kerja Nasional

1. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) mempunyai tugas mengevaluasi dan menilai serta merekomendasikan
program organisasi yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi

2. Rapat Kerja Nasional berwenang menetapkan pedoman tindak lanjut pelaksanaan program organisasi

3. Rapat Kerja Nasional dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan dan sekurang-kurangnya 2
kali periode kepengurusan

4. Rapat Kerja Nasional diikuti oleh

a. PP HIPKABI

b. PD HIPKABI

c. PC HIPKABI

5. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh PP HIPKABI

6. Rapat Kerja Nasional adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka mengembangkan
keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja organisasi
Pasal 25
Rapat Kerja Daerah

1. Rapat Kerja Daerah adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka mengembangkan
keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja di tingkat daerah

2. Rapat Kerja Daerah diikuti

a. PD HIPKABI

b. PC HIPKABI dan/atau utusan rumah sakit di wilayah kerja nya

3. Rapat Kerja Daerah dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan dan sekurang-kurangnya 2
kali periode kepengurusan

4. Rapat Kerja Daerah dipimpin oleh ketua PD HIPKABI

Pasal 26
Rapat Kerja Cabang

1. Rapat Kerja Cabang adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka mengembangkan
keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja di tingkat cabang

2. Rapat Kerja Cabang diikuti

a. PC HIPKABI

b. Anggota HIPKABI perwakilan Rumah Sakit

3. Rapat Kerja Cabang dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan dan sekurang-kurangnya 2
kali periode kepengurusan

4. Rapat Kerja Cabang dipimpin oleh ketua PC HIPKABI

Pasal 27
Rapat Umum Pengurus

1. Rapat Umum Pengurus diselenggarakan untuk:

a. Pemberhentian atau pergantian pengurus PP HIPKABI

b. Pembehentian atau pergantian pengurus PD/PC HIPKABI


2. Rapat Pengurus yang diselenggarakan sebagaimana disebut pada ayat 1 (satu) butir a dan b dihadiri oleh
sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari seluruh pengurus PP HIPKABI, sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari
seluruh pengurus PD/PC HIPKABI

3. Pengangkatan pengurus sebagai pengganti pengurus yang diberhentikan dilakukan pada Rapat Umum
Pengurus

4. Pengangkatan Pengurus inti cabang (Ketua dan Wakil Ketua) dipimpin utusan pengurus PP HIPKABI
dengan cara pemilihan umum para anggota PD/PC HIPKABI dan calon pengurus diusulkan anggota PD/PC
HIPKABI dan dalam pelaksanaannya dilakukan ditempat PD/PC HIPKABI yang bersangkutan

5. Rapat Umum dimaksud pada ayat 2 (dua) dapat dilaksanakan di Pusat maupun di Daerah / Cabang

6. Biaya yang timbul dibebankan pada penyelenggara masing masing PP/PD/PC HIPKABI

BAB VIII
KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 28
Sumber Keuangan

1. Uang Pangkal Anggota

2. Uang Iuran dari Anggota

3. Usaha-usaha lain yang sah

4. Sumbangan-sumbangan lainnya yang tidak mengikat

Pasal 29
Kekayaan Organisasi

Kekayaan organisasi terdiri atas; benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak yang digunakan untuk kegiatan
organisasi

BAB IX
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pasal 30

Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh HIPKABI terdiri dari


Uang Pangkal Anggota

Uang Iuran dari Anggota

Usaha-usaha lain yang sah

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 31
Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat diadakan di dalam suatu Munas (Musyawarah Nasional)

BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 32
Pembubaran Organisasi

1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan didalam suatu Musyawarah Nasional yang khusus untuk itu
dengan ketentuan memenuhi Quorum

2. Dalam hal organisasi dibubarkan maka kekayaan organisasi diserahkan kepada Lembaga/ Badan Sosial di
Indonesia

BAB XII
PENUTUP

Pasal 33
Penutup

1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga

2. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


Ditetapkan di: Semarang
Tanggal: 21 Juni 2013

MUSYAWARAH NASIONAL III


HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
SELAKU PIMPINAN SIDANG MUNAS III HIPKABI

JABATAN NAMA
Ketua Ns. Rasmujito, S.Kep., MH. Kes
Wk Ketua Sukendar, SKM., SH., MH.Kes
Sekretaris Sevenlyn Simanjuntak, S.Kep
Anggota Ns. Hamdan Iffandy, S.Kep., M.Kes
Anggota Ns. Eko Harsono, S.Kep

ANGGARAN RUMAH TANGGA


HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA

BAB I
UMUM

Pasal 1
Penjelasan Umum

1. Yang dimaksud dengan perawat kamar bedah dalam organisasi ini adalah seseorang yang telah menempuh
serta lulus dalam pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan
oleh pemerintah/ terakreditasi dan telah lulus dari pendidikan dasar diganti Pelatihan Keterampilan Dasar
perawat kamar bedah

2. Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia yang selanjutnya disingkat HIPKABI merupakan pembaharuan
dan perpaduan serta kelanjutan dari berbagai macam dan corak organisasi seminat yang sejenis yang berdiri
sejak 15 November 2000 pada saat acara pertemuan perawat kamar bedah seluruh Indonesia di Dr RSUP Cipto
Mangunkusumo Jakarta, tersebar di seluruh tanah air dengan visi, misi dan tujuan yang sama

3. HIPKABI adalah organisasi profesi seminat yang program kerjanya terutama menekankan pada kegiatan
yang meningkatkan mutu dan ketrampilan perawat kamar bedah di Indonesia

4. Ruang lingkup dan keanggotaan HIPKABI adalah seluruh tenaga keperawatan di kamar bedah baik yang
masih aktif maupun tidak aktif termasuk pensiunan serta tenaga lain yang memiliki komitmen yang tinggi guna
memajukan organisasi

5. Keperawatan kamar bedah adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan perioperatif yang merupakan area praktek spesifik untuk menyediakan asuhan keperawatan
pada klien yang akan dilakukan pembedahan, perioperatif mencakup tiga fase; yaitu pre, intra, dan post operasi.
Pre operatif dimulai dari klien tiba diruang penerimaan sampai dengan klien masuk kamar bedah. Intra operatif
dimulai dari klien masuk kamar bedah dan berakhir sampai dengan klien masuk ruang pemulihan/ Unit
pelayanan post anesthesi, sedangkan Post operatif adalah mulai dari dari klien masuk kamar pemulihan sampai
kondisi pulih dan interfensi operasi

6. Profesi keperawatan kamar bedah dalam anggaran rumah tangga ini adalah pelayanan keperawatan kamar
bedah dengan kriteria sebagai berikut:

a. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan kamar bedah yang terus menerus diwujudkan
dalam praktek keperawatan kamar bedah

b. Memiliki otonomi

c. Memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat

d. Mandiri dalam melaksanakan fungsi dan perannya melaksanakan praktek keperawatan dikamar bedah
berdasarkan standar dan kode etik keperawatan dikamar bedah

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
Syarat - Syarat Anggota

Anggota HIPKABI terdiri dari:

1. Anggota penuh

a. Warga negara Indonesia

b. Seorang perawat yang masih bekerja di kamar Bedah dan/atau perawat yang memiliki minat di kamar
bedah

c. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh organisasi

d. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HIPKABI melalui pengisian formulir keanggotaan pada unit
organisasi terkait

2. Anggota kehormatan

Seorang perawat dan/atau bukan perawat yang berkontribusi dan memiliki komitmen dalam pengembangan
HIPKABI yang telah di tetapkan oleh pengurus pusat

Pasal 3
Syarat - Syarat Pembuatan Kartu Anggota
1. PD diberi kewenangan membuat kartu anggota dengan nomor registrasi dari PP HIPKABI

2. KTA berlaku selama 5 (lima) tahun

Pasal 4
Kewajiban Anggota

1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga organisasi

2. Membayar uang pangkal dan uang iuran organisasi kecuali anggota kehormatan

3. Mentaati dan melaksanakan kewajiban organisasi

4. Menghadiri rapat-rapat yang diadakan oleh organisasi

5. Menyampaikan usul-usul dan saran�saran untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja

6. Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekuen dan konsisten pada hal-hal yang bersifat positif

7. Setiap calon anggota yang akan menjadi anggota membayar uang pangkal organisasi sebesar Rp. 25.000,00
(dua puluh lima ribu rupiah)

8. Setiap anggota diwajibkan membayar uang iuran organisasi sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
setiap bulan

9. Biaya pembuatan/perpanjangan KTA sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)

Pasal 5
Hak Anggota

1. Setiap anggota berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan karier

2. Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan advokasi terhadap anggotanya

Pasal 6
Pemberhentian Anggota

1. Anggota berhenti atau hilang keanggotaannya karena:

a. Meninggal dunia

b. Permintaan sendiri secara tertulis

c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat melalui rapat pengurus baik di tingkat Pusat, Daerah maupun Cabang
setelah terbukti berbuat hal-hal yang merugikan organisasi
2. Tata cara pemberhentian dan hak membela diri anggota diatur dalam peraturan organisasi

Pasal 7
Pengkaderan

1. Untuk kesinambungan organisasi perlu dibina kader-kader pemimpin

2. Kader-kader tersebut telah diteliti dan disaring dengan kriteria:

a. Memiliki prestasi, dedikasi, kecukupan waktu, dan loyalitas kepada organisasi

b. Mempunyai bakat pengetahuan dan pengalaman serta kepemimpinan di dalam organisasi keperawatan
kamar bedah

c. Tidak pernah melakukan tindakan tercela

3. Ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perlu tentang pengkaderan diatur melalui peraturan organisasi yang
di sahkan oleh PP HIPKABI

Pasal 8
Sanksi

1. Bagi anggota yang tidak melaksanakan kewajiban organisasi dapat diberikan sanksi

2. Tata cara pemberian sanksi harus diatur lebih lanjut melalui peraturan organisasi yang dikeluarkan oleh
pengurus pusat

3. Jenis sanksi yang dapat diberikan berupa:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pemberhentian sementara dari keanggotaan

c. Pemberhentian permanen dari keanggotaan

BAB III
SUSUNAN KEPENGURUSAN

Pasal 9
Komposisi Kepengurusan
1. Komposisi Pengurus Pusat HIPKABI terdiri dari:

a. Ketua Umum

Ketua I

Ketua II

b. Sekretaris Umum

Sekretaris I

Sekretaris II

c. Bendahara Umum

Bendahara I

Bendahara II

d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan SDM

Ketua

Anggota

e. Bidang Hukum dan Pengembangan Organisasi

Ketua

Anggota

f. Bidang Dana, Usaha dan Kesejahteraan

Ketua

Anggota

g. Bidang Sosial Kemasyarakatan

Ketua

Anggota

h. Bidang Humas dan Publikasi

Ketua

Anggota

2. Komposisi Pengurus daerah dan/atau pengurus cabang terdiri dari:


a. Ketua

Wakil Ketua

b. Sekretaris

Wakil Sekretaris

c. Bendahara

Wakil Bendahara

d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan SDM

Ketua

Anggota

e. Bidang Hukum dan Pengembangan Organisasi

Ketua

Anggota

f. Bidang Dana, Usaha dan Kesejahteraan

Ketua

Anggota

g. Bidang Sosial Kemasyarakatan

Ketua

Anggota

h. Bidang Humas dan Publikasi

Ketua

Anggota

3. Ketua, sekretaris, bendahara tidak boleh merangkap jabatan sebagai pengurus inti (Ketua, Sekretaris,
Bendahara) pada organisasi seminat lainnya

BAB IV
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS
Pasal 10
Tugas Dan Tanggung Jawab Pengurus

1. Tugas pokok dan tanggung jawab PP HIPKABI:

a. Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan rencana kerja jangka panjang organisasi

b. Memilih susunan pengurus pusat

c. Mengesahkan dan melantik pengurus daerah

d. Memberhentikan pengurus daerah

e. Memberikan petunjuk kepada pengurus daerah tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan organisasi

f. Mengadakan pengawasan pelaksanaan tugas dan kebijakan anggaran pengurus daerah

2. Tugas dan tanggung jawab ketua umum HIPKABI adalah:

a. Memimpin HIPKABI Pusat

b. Mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas antara ketua I dan Ketua II, sekretaris umum, bendahara
dan koordinator bidang

c. Memberikan laporan pertanggung jawaban kepada Munas ( Musyawarah Nasional ) tentang perkembangan
dan penggunaan keuangan HIPKABI

3. Tugas dan tanggung jawab Ketua I dan Ketua II:

a. Membantu Ketua umum untuk melaksanakan tugasnya

b. Melaksanakan pembagian tugas yang diberikan oleh ketua umum yaitu:

Ketua I membidangi : Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM, Bidang Hukum dan
pengembangan organisasi

Ketua II membidangi : Bidang Sosial Kemasyarakatan, Bidang Dana, Usaha dan kesejahteraan, Bidang
Humas dan Publikasi

4. Tugas dan tanggung jawab sekretaris:

a. Membantu Ketua umum, Ketua I dan Ketua II dalam melaksanakan tugasnya

b. Memimpin dan menyelenggarakan administrasi pengurus pusat

5. Tugas dan tanggung jawab bendahara:

a. Memberikan pendapat dan saran kepada Ketua umum tentang langkah-langkah yang perlu diambil dalam
bidang keuangan
b. Melaksanakan tugas yang diberikan Ketua umum dibidang keuangan organisasi

c. Membuat laporan keuangan organisasi secara berkala didalam sidang-sidang organisasi

d. Menyelenggarakan pembukuan sekurang-kurangnya sebagai berikut:

d.1. Penerimaan, teridiri dari hasil iuran uang pangkal dari usaha-usaha lain

d.2. Pengeluaran, terdiri dari biaya pengurus, tata usaha, perjalanan, biaya sosial, pengeluaran proyek, serta
program-program lain

e. Bertanggung jawab dalam pengelolaan dana dan aset organisasi

6. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang pendidikan dan pengembangan SDM personil HIPKABI:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

7. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang pengembangan organisasi:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

8. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang dana:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

9. Tugas dan tanggung jawab koordinaator bidang hukum dan tertib organisasi:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

10. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang sosial kemasyarakatan:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

11. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang humas dan publikasi:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

12. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang bina usaha:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

BAB V
PEMILIHAN PENGURUS DAN PENGAKUAN SYAHNYA PENGURUS

Pasal 11
Pengurus HIPKABI Pusat
1. Tata cara pemilihan pengurus PP HIPKABI diatur dengan ketetapan Munas (Musyawarah Nasional)

2. Pengurus PP HIPKABI dipilih dan ditetapkan oleh Munas (Musyawarah Nasional)

3. Ketua, sekretaris dan bendahara PP HIPKABI domisili institusi kerja di Ibu kota Negara

4. Pengurus Pusat HIPKABI disyahkan dan dilantik oleh PP PPNI

Pasal 12
Pengurus HIPKABI Daerah

1. Tata cara pemilihan pengurus daerah HIPKABI diatur dalam ketetapan musyawarah daerah

2. Pengurus daerah HIPKABI dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah daerah

3. Pengurus daerah HIPKABI disyahkan oleh PP HIPKABI

4. Pengurus daerah HIPKABI dilantik oleh Ketua Umum atau Sekretaris Umum, atau Ketua I, atau Ketua II PP
HIPKABI

Pasal 13
Pengurus HIPKABI Cabang

1. Tata cara pemilihan pengurus HIPKABI Cabang diatur dalam ketetapan musyawarah cabang

2. Pengurus HIPKABI Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang

3. Pengurus HIPKABI Cabang disyahkan oleh PD HIPKABI

4. Pengurus cabang HIPKABI dilantik oleh Ketua atau Sekretaris, atau Wakil Ketua PD HIPKABI

Pasal 14
Syarat- Syarat Pengurus Organisasi

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Sehat jasmani dan rohani

3. Berasal dari anggota yang berpengalaman, mempunyai kepribadian yang baik, prestasi, dedikasi, punya
kecukupan waktu, sukarela, loyalitas , komitmen yang tinggi

4. Mempunyai integritas yang tinggi serta wawasan yang luas

5. Mampu bekerjasama secara kolektif serta mampu meningkatkan dan mengembangkan peranan organisasi
6. Sanggup bekerja aktif dalam organisasi

7. Memiliki jiwa kepemimpinan dengan memperjuangkan kepentingan organisasi

8. Menjunjung tinggi kode etik organisasi

9. Pengurus organisasi adalah Anggota Penuh

Pasal 15
Penggantian Pengurus Antar Waktu

1. Penggantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dimungkinkan apabila:

a. Berhenti atas permintaan sendiri

b. Pindah ketempat lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat aktif lebih dari satu tahun

c. Pengurus meninggal dunia

d. Tidak aktif mengikuti kegiatan organisasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun berturut-turut

2. Kewenangan pemberhentian pengurus pada ayat 1 (satu), diatur sebagai berikut

a. Untuk pengurus pusat dilakukan oleh rapat pleno pusat setelah berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan
Pusat

b. Untuk pengurus daerah dilakukan oleh pengurus pusat atas usul pengurus Daerah setelah berkonsultasi
dengan dewan pertimbangan daerah

c. Untuk pengurus cabang dilakukan oleh pengurus daerah atas usul pengurus cabang setelah berkonsultasi
dengan dewan pertimbangan cabang dan dilaporkan kepada pengurus pusat

Pasal 16
Pengisian Kekosongan Kepengurusan

1. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus pusat dilakukan melalui rapat pleno

2. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus provinsi ditetapkan oleh pengurus pusat atas usul pengurus
Daerah

3. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus cabang ditetapkan oleh penggurus Daerah atas usul
pengurus cabang dan dilaporkan kepada pengurus pusat

Pasal 17
Pembentukan PD dan PC
1. Bagi daerah yang akan membentuk PD/PC HIPKABI wajib berkoordinasi dengan Pengurus yang lebih tinggi

2. Pengurus Daerah/cabang dapat dibentuk melalui musyawarah yang dihadiri oleh perwakilan perawat kamar
bedah dari rumah sakit di wilayah kerjanya dan dihadiri oleh pengurus yang lebih tinggi

3. Hasil musyawarah di ajukan ke Pengurus yang lebih tinggi

BAB VI
MUNAS ,MUSDA DAN MUSCAB

Pasal 18
Syarat Syah Musyawarah

Musyawarah Nasional atau disingkat MUNAS dan Musyawarah Nasional Luar Biasa atau disingkat
MUNASLUB, musyawarah daerah disingkat MUSDA dan musyawarah cabang atau disingkat MUSCAB
dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnnya 2/3 dari jumlah peserta yang berhak hadir atau Quorum

Pasal 19
Pengambilan Keputusan

1. Keputusan musyawarah diambil atas dasar musyawarah mufakat

2. Apabila musyawarah dan mufakat seperti yang dimaksud pada ayat 1 (satu) pada pasal ini tidak
memungkinkan, maka sebagai jalan terakhir diadakan pemungutan suara atas dasar suara terbanyak

Pasal 20
Hak Suara Dalam Musyawarah Nasional

1. Peserta Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah

a. Utusan PP HIPKABI sebanyak 8 orang

b. Utusan PD HIPKABI sebanyak 3 orang

c. Utusan PC HIPKABI sebanyak 1 orang

d. Organisasi Sub Seminat sebanyak 1 orang

2. Setiap peserta Musyawarah Nasional yang termaktub dalam ayat 1 memiliki satu hak suara

3. Peserta Peninjau hanya dapat memberikan masukan, rekomendasi, atau hal-hal lain yang tidak berhubungan
dengan hak suara. Peninjau hanya boleh menghadiri Sidang Paripurna Saja. Peserta Peninjau hanya memiliki
hak bicara dan tidak memiliki hak suara
4. Peserta Peninjau terdiri dari

a. Pengurus PPNI

b. Perwakilan Seminat PPNI

c. Utusan RS

d. Utusan Provinsi yang belum ada Pengurus Daerah HIPKABI

Pasal 21
Hak Suara Dalam Musyawarah Daerah

1. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Daerah adalah

a. PD HIPKABI

b. Utusan PC HIPKABI dan/atau

c. Perwakilan dari rumah sakit di wilayah kerjanya

2. Setiap peserta Musyawarah Daerah memiliki satu hak suara, kecuali utusan pengurus PP HIPKABI yang
bertindak sebagai Peninjau

3. Peninjau sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) hanya dapat memberikan masukan, rekomendasi, atau hal-hal
lain yang tidak berhubungan dengan hak suara

4. Bagi semua daerah atau wilayah yang belum terbentuk PD maka hak suara ditentukan dalam tata tertib
musyawarah daerah

Pasal 22
Hak Suara Dalam Musyawarah Cabang

1. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Cabang adalah

a. PC HIPKABI

b. Utusan anggota HIPKABI dari setiap rumah sakit diwilayahnya

2. Setiap peserta Musyawarah Cabang memiliki satu hak suara, kecuali utusan PD HIPKABI yang bertindak
sebagai pengamat

3. Pengamat sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) hanya dapat memberikan masukan, rekomendasi, atau hal-hal
lain yang tidak berhubungan dengan hak suara

4. Bagi semua daerah atau wilayah yang belum terbentuk PC maka hak suara ditentukan dalam tata tertib
musyawarah cabang
BAB VII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Pasal 23
Jenis Pelatihan

1. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan dasar berbasis kompetensi bagi perawat kamar bedah selama 4 hari

2. Pelatihan Keterampilan dasar berbasis kompetensi selama 3 (tiga) bulan

3. Pendidikan dan pelatihan soft skill untuk perawat kamar bedah

4. Pelatihan Advance/tingkat lanjut

a. Manajemen Kamar Bedah

b. Endoscopic Surgery dan Stapler

c. Orthopedi

d. Bedah saraf

e. Training of Trainer (TOT)

f. Master of Training (MOT)

g. Pelatihan Lanjutan dan Workshop lain yang bersifat Nasional sesuai perkembangan teknologi terkini

Pasal 24
Peserta Pelatihan

1. Peserta pelatihan keterampilan dasar berbasis kompetensi selama 4 hari

a. Perawat kamar bedah yang telah bekerja di kamar operasi lebih dari 3 tahun

b. Membawa surat tugas dari institusi kerjanya atau surat keterangan lama kerja di kamar bedah

2. Peserta Pelatihan keterampilan dasar berbasis kompetensi selama 3 bulan

a. Perawat kamar bedah yang telah bekerja Kurang dari 3 tahun

b. Perawat yang baru lulus kuliah

3. Peserta Pelatihan Manajemen Kamar Bedah


a. Perawat kepala

b. Perawat Instruktur Klinik

c. Pelaksana perawat kamar bedah yang berpengalaman minimal 5 tahun

d. Sudah Mengikuti Pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi HIPKABI / PPSDM Kemenkes RI

4. Peserta Pelatihan Lanjutan dan Workshop

a. Perawat yang telah memiliki sertifikat Pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi Hipkabi / PPSDM
Kemenkes RI

b. Dan atau perawat yang bekerja di bagian yang sesuai jenis pelatihan Lanjutan

5. Peserta pelatihan TOT

a. Peserta telah mengikuti pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi hipkabi / PPSDM Kemenkes RI

b. Pelaksana perawat kamar bedah yang berpengalaman minimal 5 tahun

6. Peserta pelatihan MOT

a. Peserta telah mengikuti pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi hipkabi / PPSDM Kemenkes RI

b. Peserta telah mengikuti TOT bersertifikasi hipkabi / PPSDM Kemenkes RI

c. Pelaksana perawat kamar bedah yang berpengalaman minimal 5 tahun

Pasal 25
Penyelenggara Pelatihan

1. Pendidikan dan pelatihan ketrampilan dasar dapat diselenggarakan oleh PP HIPKABI (dilaksanakan oleh PD
atau PC)

2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Dasar yang diselenggarakan PD HIPKABI harus sepengetahuan dan
mendapat persetujuan dari PP HIPKABI

3. Pendidikan dan pelatihan ketrampilan dasar bisa diselenggarakan oleh PC HIPKABI bekerjasama PD
HIPKABI serta mendapat persetujuan dari PP HIPKABI

4. Pelatihan Keterampilan Dasar 3 (tiga) bulan dilaksanakan di Rumah Sakit yang telah mempunyai MoU
(Memorandum of Understanding) dengan PP dan/atau PD HIPKABI

5. Rumah Sakit yang dimaksud dalam ayat 4 adalah rumah sakit yang memenuhi st�ndar dan kriteria yang
tetapkan oleh PP HIPKABI

6. Pelatihan tingkat lanjut hanya diselenggarakan oleh PP HIPKABI


7. Tempat pelaksanaan pelatihan tingkat lanjut dapat dilakukan di daerah

8. Pengajuan permohonan pelaksananan pelatihan minimal 1 (satu) bulan sebelum acara dimulai

9. Setiap kegiatan pelaksanaan pelatihan dan pendidikan harus membuat laporan kegiatan ke PP HIPKABI

Pasal 26
Kurikulum, Modul dan Sertifikat

1. Kurikulum pelatihan ditetapkan oleh PP HIPKABI

2. Modul ditetapkan dan diterbitkan oleh PP HIPKABI

3. Sertifikat diterbitkan oleh PP HIPKABI dan mempunyai masa berlaku 4 (empat) tahun

4. Penggunaan Kurikulum, Modul, dan Sertifikat Pelatihan HiPKABI adalah hak sah milik PP HIPKABI

5. Akreditasi Sertifikat oleh PPNI dan PPSDM Kemenkes RI

Pasal 27
Pengajar / Instruktur Pelatihan

1. Pengajar dari HIPKABI harus tersertifikasi TOT dari PP HIPKABI

2. Setiap pelatihan yang mengatasnamakan HIPKABI harus melibatkan minimal 2 (dua) orang Pengajar dari PP
HIPKABI yang sudah tersertifikasi TOT kamar bedah dari PP HIPKABI

Pasal 28
Seminar / Symposium

1. Setiap seminar/symposium yang mengatasnamakan HIPKABI harus mendapatkan ijin dari PP HIPKABI

2. Sertifikat seminar/symposium dikeluarkan oleh PP HIPKABI

3. Instansi / perusahaan yang mengadakan seminar/symposium yang bekerja sama HIPKABI harus
mendapatkan ijin dan memiliki MoU dengan PP HIPKABI

BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 28
Alokasi Keuangan

1. Pengalokasian uang pangkal dan uang iuran anggota:

a. Untuk PP sebanyak 20%

b. Untuk Pengurus Daerah sebanyak 25%

c. Untuk Pengurus Cabang sebanyak 55%

d. Bila tidak ada PC maka alokasi keuangan PP 40% dan PD 60%

2. Pembagian uang hasil usaha dari unit pelaksana teknis atau usaha-usaha lain

Unit Pelaksana usaha 60% dari pendapatan bersih, sisanya sebanyak 40% dialokasikan dengan rincian
sebagai berikut:

a. PC sebanyak 40%

b. PD sebanyak 40%

c. PP sebanyak 20%

d. Bila tidak ada PC maka pembagiannya PD 60% dan PP 40%

3. Pengurus HIPKABI sebagai pengajar dan pembicara berkewajiban menyetorkan 10% dari jasa yang diterima

4. Pemasukan dan pengeluaran keuangan dari dan untuk organisasi wajib dipertanggungjawabkan dalam forum
musyawarah dan rapat sesuai tingkat organisasi

5. Khusus dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional/ Daerah/cabang semua pemasukan dan pengeluaran
keuangan harus dipertanggung jawabkan kepada Pengurus Pusat/ Daerah/Cabang yang baru (hasil musyawarah)

6. Segala kekayaan-kekayaan yang dimiliki organisasi pada akhir masa jabatan kepengurusan harus
diserahterimakan kepada pengurus baru (hasil musyawarah/ rapat anggota):

BAB IX
PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dalam Peraturan Organisasi

2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di: Semarang


Tanggal: 21 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai