oleh
Evidence Based Practce (EBP) adalah proses penggunaan bukt-bukt terbaik yang jelas, tegas dan
berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien. Dalam penerapan
EBP harus memenuhi tga kriteria yaitu berdasar bukt empiris, sesuai keinginan pasien, dan adanya
keahlian dari praktsi.
1. Model EBP
· Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun 1994 dan revisi
terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan Evidence Base Practce Nursing.
1) Tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan identfikasi masalah atau isu yang muncul, kemudian
menvalidasi masalah dengan bukt atau landasan alasan yang kuat.
2) Tahap validasi. Tahap ini dimulai dengan mengkritsi bukt atau jurnal yang ada (baik bukt empiris,
non empiris, sistematk review), kemudian diidentfikasi level setap bukt menggunakan table “level of
evidence”. Tahapan bisa berhent di sini apabila tdak ada bukt atau bukt yang ada tdak mendukung.
3) Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan. Pada tahap ini dilakukan sintesis temuan
yang ada dan pengambilan bukt yang bisa dipakai. Pada tahap ini bisa muncul keputusan untuk
melakukan penelitan sendiri apabila bukt yang ada tdak bisa dipakai.
4) Tahap translasi atau aplikasi. Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan penelitan
(individu, kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitan, menentukan strategi untuk
melakukan diseminasi formal dan memulai melakukan pilot projek.
5) Tahap evaluasi. Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal, terdiri atas
evaluasi formatf dan sumatf, yang di dalamnya termasuk evaluasi biaya.
· Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa knowledge focus atau
problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka baru dibentuklah tm. Tim
terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitan.
Langkah berikutnya adalah minsintesis bukt-bukt yang ada.Apabila bukt yang kuat sudah diperoleh,
maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus dievaluasi dan didiseminasikan.
Peran perawat melayani pentng dalam memastkan dan menyediakan praktk berbasis fakta.
Mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan, “Apa fakta untuk intervensi ini?” atau “Bagaimana
kita memberikan praktk terbaik?” dan “Apakah ini hasil terbaik yang dicapai untuk pasien, keluarga dan
perawat?” Perawat juga posisi yang baik dengan anggota tm kesehatan lain untuk mengidentfikasi
masalah klinis dan menggunakan bukt yang ada untuk meningkatkan praktk. Banyak kesempatan yang
ada bagi perawat untuk mempertanyakan praktk keperawatan saat itu dan penggunaan bukt untuk
melakukan perawatan lebih efektf.
3. Pentngnya EBP
5) Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitan terbaru
6) Integrasi EBP dan praktk asuhan keperawatan sangat pentng untuk meningkatkan kualitas
perawatan pada pasien.
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitan dalam praktk sehari-hari telah dikutp dalam
berbagai penelitan, diantaranya (Clifford &Murray, 2001) antara lain :
Metode penelitan keperawatan dapat kuanttatf, kualitatf, atau campuran (yaitu, triangulasi):
1. Dalam penelitan kuanttatf, penelit menggunakan objektf, data kuanttatf (sepert tekanan darah
atau denyut nadi) atau menggunakan instrument survey untuk mengukur pengetahuan, sikap,
kepercayaan atau pengalaman
2. Penelit kualitatf menggunakan metode sepert wawancara atau analisis narasi untuk membantu
memahami fenomena tertentu
Isu-Isu Yang Terkait Dengan EBP, Penelitan Keperawatan Dan Aplikasi Dalam Pelayanan
EBP, penelitan keperawatan dan aplikasi merupakan rangkaian proses yang saling berkesinambungan.
Sebelum melakukan penelitan keperawatan khususnya di area klinik, dibutuhkan data-data atau bukt-
bukt dari hasil penelitan terdahulu yang mendukung masalah yang akan kita telit. Hasil penelitan yang
telah dilakukan, akan menjadi evindence dalam pengambilan keputusan klinis, sehingga tndakan yang
dilakukan sudah berdasar hasil penelitan yang teruji.
1. Mengidentfikasi Masalah Praktk Klinis
Langkah pertama adalah mengidentfikasi masalah atau isu praktek klinis. Sebagai konsekuensinya, ini
adalah langkah yang paling sulit karena dibutuhkan banyak pemikiran danu paya untuk
menyempurnakan pernyataan masalah untuk mengembangkan bukt-praktk keperawatan berdasar
projects.
Langkah ke dua adalah mengumpulkan dan menilai bukt, bukt empiris (penelitan) dan bukt non
empiris. Bukt nonempiris pentng untuk mendukung perubahan praktk, sedangkan bukt empiris adalah
dengan evidence termasuk uji klinis, non eksperimental dan meta analisis. Harus dibedakan studi
penelitan yang sebenarnya dengan yang bukan penelitan.Jurnal keperawatan sangat baik dimana
mengarahkan pengarang untuk memberikan judul sehingga pembaca dapat menemukan komponen
pentng dari sebuah artkel penelitan.Bukt non empiris meliput ulasan literatur yang diterbitkan,
pendapat dari artkel dan protocol/pedoman serta literature review penelitan yang dipublikasikan.
Langkah pertama adalah dengan melihat abstract untuk menyaring artkel yang relevan, kemudian
membaca hasil penelitan sehingga didapatkan suatu ide penelitan dan pengaruhnya terhadap implikasi
keperawatan.
Langkah ini sangat pentng untuk keberhasilan peubahan praktk keperawatan yang kita usulkan.Sintesis
temuan pada kelompok studi penelitan empiris dianggap kredibel. Hal ini dilakukan dengan melakukan
analisis, pada analisis isi memeriksa temuan untuk dijadikan tema.
Tahap berikutnya yang perlu disintesis adalah keahlian klinis dan preferensi dari nilai-nilai.Diperlukan
seseorang yang memiliki keahlian klinis di bidang atau topic tertentu. Dengan pendekatan multdisiplin
akan memastkan analisis mendalam tentang hasil penelitan yang dianalisis.
1. Pengembangan dan penerapan standar pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit,
dilaksanakan dalam upaya penurunan angka kematan dan kesakitan melalui peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial tenaga keperawatan dalam
pelayanan keperawatan gawat darurat rumah sakit untuk terwujudnya kompetensi yang diperlukan di
instalasi gawat darurat.
3. Penerapan stándar pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit memerlukan dukungan dari
berbagai pihak terkait.
3. Meningkatkan kerjasama tm
4. Terpenuhinya sarana, prasarana, peralatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan sesuai
standar
Umum :
Khusus :
Sasaran
· Pengelola pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan : Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota,
rumah sakit
Indikator Standar
Standar I :
1. Ketenagaan
Pernyataan :
Perencanaan ketenagaan perawat gawat darurat mencakup kebutuhan tenaga, peran dan fungsi tenaga
perawat gawat darurat serta memenuhi kualifikasi tenaga perawat gawat darurat berdasarkan
kompetensi yang telah ditentukan.
Rasional :
Tenaga perawat yang sesuai dengan kebutuhan, peran dan fungsi serta memenuhi kualifikasi kompetensi
yang ditentukan akan dapat menjamin kualitas pelayanan gawat darurat di IGD rumah sakit yang
diberikan.
Kriteria Struktur :
· Ada kebijakan pimpinan rumah sakit yang mengatur kualifikasi perawat yang bertugas di instalasi
gawat darurat:
1) Perawat Pelaksana
Kualifikasi :
Pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman klinik dua (2) tahun Ners dengan pengalaman klinik 1
tahun di Rumah Sakit dan sudah tersertfikasi Emergency nursing basic 2
o Mampu melakukan tndakan keperawatan: live saving antara lain resusitasi dengan atau tanpa alat,
stabilisasi.
Seorang perawat yang bertanggung jawab dan berwenang terhadap tenaga pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di gawat darurat, yang bertanggung jawab kepada
kepala ruangan IGD
o D3 keperawatan dengan pengalaman lima (5) tahun di IGD dan sudah tersertfikasi emergency
nursing basic 2 dan pelathan gawat darurat advance lainnya
o Ners dengan pengalaman tga (3) tahun di IGD dan sudah memiliki sertfikat emergency nursing basic
2 dan pelathan gawat darurat advance lainnya
o S2 keperawatan dengan pengalaman satu (1) tahun di IGD dan sudah tersertfikasi emergency nursing
basic 2 dan pelathan gawat darurat advance lainnya
o D3 keperawatan dengan pengalaman kerja dua (2) tahun di IGD dan sudah memiliki sertfikat
emergency nursing basic 2
o Ners dengan pengalaman kerja satu (1) tahun di IGD dan sudah memiliki sertfikat emergency nursing
basic 2
Perawat profesional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola pelayanan keperawatan
di instalasi gawat darurat dan secara operasional bertanggung jawab kepada kepala IGD
Kualifikasi Kepala Ruangan IGD level III dan IV :
Minimal Ners, pengalaman sebagai perawat pelaksana tga (3) tahun di IGD, pengalaman menjadi ketua
tm dua (2) tahun dan sudah memiliki sertfikat emergency nursing basic 2 dan pelathan gawat darurat
advance lainnya serta pelathan manajemen
o Mampu mengorganisasi dan mengkoordinasi semua kegiatan keperawatan gawat darurat dan
bencana
o Mampu membuat perencanaan dan melakukan pengembangan keperawatan serta pelayanan gawat
darurat
o Mampu melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan tm dan tenaga kesehatan lain
o Mampu melakukan fungsi manajemen dalam menggerakkan tm kesehatan untuk mencapai tujuan
o Ners pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana satu (1) tahun di IGD, pengalaman sebagai ketua
tm dua (2) tahun, memiliki sertfikat emergency nursing basic 2 dan pelathan manajemen
o D 3 keperawatan pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana dua (2) tahun di IGD, pengalaman
sebagai ketua tm dua (2) tahun, memiliki sertfikat emergency nursing basic 2, dan pelathan
manajemen
o Mampu mengorganisasi dan mengkoordinasi semua kegiatan keperawatan gawat darurat dan
bencana
o Mampu melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan tm dan tenaga kesehatan lain
o Mampu melakukan fungsi manajemen dalam menggerakkan tm kesehatan untuk mencapai tujuan
o Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan
4) Ada kebijakan pimpinan tentang perencanaan kebutuhan tenaga perawat mengacu pada fungsi
pelayanan instalasi gawat darurat rumah sakit, berdasarkan pada : rata-rata jumlah pasien perhari,
jumlah jam perawatan perhari (tngkat beban kerja), serta jam efektf perawat perhari serta
kompleksitas dari kasus yang ditangani di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit.
5) Semua perawat yang memberikan pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR).
Kriteria Proses :
o Menyusun rencana kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rata-rata jumlah pasien perhari, jumlah
jam perawatan perhari (tngkat beban kerja), serta jam efektf perawat perhari serta kompleksitas dari
kasus yang ditangani di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit
o Menyusun rencana program pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelathan berkelanjutan,
program pengembangan profesi.
Kriteria Hasil :
o Tersedia tenaga keperawatan di gawat darurat sesuai kebutuhan yang ditetapkan dengan kualifikasi
yang dipersyaratkan.
o Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam tm rekruitmen tenaga perawat di pelayanan
keperawatan gawat darurat di rumah sakit
Pernyataan :
Sarana, prasarana dan peralatan merupakan bagian yang akan memfasilitasi dan mendukung semua
kegiatan pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit, sehingga dapat menjamin
terlaksananya kegiatan dengan lancar dan terstandar. Sedangkan pengelolaan sarana, prasarana,
peralatan kesehatan dan logistk yang tepat dan cepat, mendukung terwujudnya pelayanan
keperawatan gawat darurat di rumah sakit yang berkualitas.
Rasional :
Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistk, untuk menjamin terlaksananya
pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit yang berkualitas, efektf dan efisien.
Kriteria Struktur :
· Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit yang mengatur sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan serta logistk dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit
· Adanya mekanisme/ alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan peralatan serta logistk
· Adanya perencanaan sarana prasarana dan peralatan yang melibatkan tenaga perawat.
· Adanya area dekontaminasi pada IGD level IV dan IGD rumah sakit di daerah berisiko
· Adanya tempat penyimpanan sarana kesehatan dan logistk yang sesuai standar yang berlaku
· Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya jadwal
pemeliharaan secara berkala.
Kriteria Proses :
· Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistk
berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan di pelayanan keperawatan gawat darurat
· Menjadi tm teknis dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistk di instalasi
gawat darurat.
· Melaksanakan sistem isolasi untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular dan mematkan
(H1N1, H5N1, SARS)
Kriteria Hasil :
· Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistk siap pakai sesuai Kebutuhan
· Adanya sistem isolasi untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular dan mematkan (H1N1,
H5N1, SARS)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat di instalasi gawat darurat (IGD) harus
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Pengorganisasian
pelayanan keperawatan gawat darurat didasarkan pada organisasi fungsional yang terdiri dari unsur
pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien
gawat darurat, dengan tujuan tercapainya mutu pelayanan IGD Rumah Sakit yang optmal.
Rasional :
Pengorganisasian yang baik di IGD Rumah Sakit dan tm yang handal menjamin kesinambungan
pelayanan yang berkualitas, efektf dan efisien.
Kriteria Struktur :
· Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang pelayanan keperawatan gawat darurat yang
mencakup pembentukan organisasi, tatalaksana pelayanan di IGD dan Monitoring evaluasi.
· Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang sistem rujukan pasien gawat darurat
· Adanya standar penetapan uraian tugas, tanggung jawab serta kewenangan perawat kepala ruangan,
ketua tm dan pelaksana di gawat darurat.
· Adanya kebijakan pendelegasian kewenangan melakukan tndakan medik yang bukan live saving
diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik secara tertulis
Kriteria Proses :
· Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan perawat dalam
pelayanan IGD
· Melaksanakan delegasi kewenangan untuk melakukan tndakan medik yang bukan live saving diatur
oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik
Kriteria Hasil :
· Terlaksananya pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD sesuai uraian tugas, tanggung jawab dan
kewenangan tertulis
· Terlaksananya delegasi kewenangan untuk melakukan tndakan medik yang bukan live saving diatur
oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik
Pernyataan :
Bantuan yang diberikan pada pasien gawat darurat bertujuan untuk penyelamatan nyawa dan
mencegah kecacatan menggunakan pendekatan proses keperawatan di IGD rumah sakit
Rasional :
Kriteria struktur :
· Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 10 kasus
kegawatdaruratan yang menyebabkan kematan serta 10 masalah utama keperawatan gawat darurat.
· Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) gawat darurat
sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat.
· Ada standar asuhan keperawatan gawat darurat meliput pengkajian, diagnosa/ masalah
keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi, minimal pada sepuluh (10) masalah utama
keperawatan gawat darurat.
· Ada Standar Prosedur Operasional (SPO) kegawatdaruratan klinis yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit
· Ada SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-hari, bencana internal dan
eksternal yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
· Ada metode penugasan perawat yang ditetapkan (manajemen kasus/ primer) di pelayanan gawat
darurat.
Kriteria Proses:
· Melaksanakan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada 10 kasus kegawatdaruratan yang
menyebabkan kematan dan 10 masalah utama keperawatan gawat darurat.
· Melaksanakan pelayanan keperawatan gawat darurat sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
· Melaksanakan SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-hari, bencana
internal dan eksternal.
Kriteria Hasil :
· Ada dokumen/ catatan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan tap pasien yang mencerminkan
penerapan SAK
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawat
daruratan, diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di IGD rumah
sakit . Proses keperawatan terdiri atas lima langkah meliput pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
tndakan keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian keperawatan
Pernyataan :
Proses pengumpulan data primer dan sekunder terfokus tentang status kesehatan pasien gawat darurat
di rumah sakit secara sistematk, akurat, dan berkesinambungan.
Rasional:
Pengkajian primer dan sekunder terfokus, sistemats, akurat, dan berkesinambungan memudahkan
perawat untuk menetapkan masalah kegawatdaruratan pasien dan rencana tndakan cepat, tepat, dan
cermat sesuai standar.
Kriteria struktur :
· Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian keperawatan gawat darurat , di rumah sakit.
· Ada petunjuk teknis penggunaan formulir pengkajian keperawatan gawat darurat di rumah sakit
· Ada sistem triase yang dapat digunakan pada pengkajian keperawatan gawat darurat di rumah sakit
sehari-hari, baik bencana internal maupun eksternal.
· Ada alat untuk pengkajian keperawatan gawat darurat meliput : jam dengan jarum detk, stetoskop,
termometer, tensimeter, pen light (lampu senter), defibrilator, pulse oxymetry, & EKG.
Kriteria Proses :
· Melakukan triase
· Melakukan pengumpulan data melalui primary dan secondary survey pada kasus gawat darurat di
rumah sakit, serta bencana internal dan eksternal.
1. Primary survey :
Dissability pada kasus trauma, “Defibrilaton, Drugs, Differental Diagnosis” pada kasus non trauma
Exposure pada kasus trauma, EKG , “Electrolite Imbalance” pada kasus non trauma
2. Secondary survey :
Pengkajian head to toe terfokus, adalah pengkajian komprehensif sesuai dengan keluhan utama pasien.
o Melakukan re-triase
Kriteria hasil :
· Adanya dokumen pengkajian keperawatan gawat darurat yang telah terisi dengan benar
ditandatangani, nama jelas, diberi tanggal dan jam pelaksanaan.
Pernyataan :
Masalah/ diagnosa keperawatan gawat darurat merupakan keputusan klinis perawat tentang respon
pasien terhadap masalah kesehatan aktual maupun resiko yang mengancam jiwa.
Rasional :
Masalah/ diagnosa keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan rencana keperawatan
dalam penyelamatan jiwa dan mencegah kecatatan.
Kriteria struktur :
Kriteria proses :
Menetapkan masalah/diagnosa keperawatan mencakup : masalah, penyebab, tanda dan gejala (PES/ PE)
berdasarkan prioritas masalah.
· Gangguan termoregulasi
Kriteria hasil :
3. Perencanaan
Pernyataan :
Serangkaian langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah/ diagnosa keperawatan gawat
darurat berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan baik secara mandiri maupun melibatkan
tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rasional :
Rencana tndakan keperawatan gawat darurat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tndakan
keperawatan yang sistemats dan efektf.
Kriteria struktur :
Kriteria proses :
· Menetapkan tujuan tndakan keperawatan penyelamatan jiwa dan pencegahan kecacatan sesuai
dengan kriteria SMART
Kriteria hasil :
· Tersusunnya rencana tndakan keperawatan gawat darurat yang mandiri dan kolaboratf.
Pernyataan :
Perawat melaksanakan tndakan keperawatan yang telah diidentfikasi dalam rencana asuhan
keperawatan gawat darurat.
Rasional :
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan gawat darurat untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kriteria Struktur :
· Ada standar asuhan keperawatan gawat darurat di rumah sakit baik sehari-hari maupun bencana.
Kriteria Proses :
· Melakukan tndakan keperawatan mengacu pada standar prosedur operasional yang telah ditentukan
sesuai dengan tngkat kegawatan pasien, berdasarkan prioritas tndakan :
1) Melakukan triase
3) Melakukan tndakan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul. Contoh: Jalan nafas tdak
efektf.
o Mandiri
a. Monitor pernafasan : rate, irama, pengembangan dinding dada, rato inspirasi maupun ekspirasi,
penggunaan otot tambahan pernafasan, bunyi nafas, bunyi nafas abnormal dengan atau tanpa stetoskop
d. Lakukan jaw thrust (khusus pasien dengan dugaan cedera servikal), chin lift, atau head tlt
k. Lakukan pemasangan Oro Pharingeal Airway (OPA), Nasopharyngeal Airway (NPA), Laryngeal Mask
Airway (LMA)
o Kolaborasi
Kriteria Hasil :
5. Evaluasi
Pernyataan :
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tndakan keperawatan gawat darurat mengacu
pada kriteria hasil.
Rasional :
Kriteria Struktur :
Kriteria Proses :
· Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setap tndakan yang diberikan (evaluasi proses).
· Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tndakan dengan tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan (evaluasi hasil)
Kriteria Hasil :
Ada dokumen hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP pada tap masalah/ diagnosa keperawatan
Rasional :
Kriteria Struktur :
· Adanya program peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat gawat darurat ( formal dan
Informal )
· Adanya reward dan punishment (penghargaan dan sanksi) bagi perawat di gawat darurat
Kriteria Proses :
Kriteria hasil :
Pernyataan :
Pemantauan, penilaian pelayanan keperawatan serta tndak lanjutnya yang dilakukan secara terus
menerus untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan gawat darurat.
Rasional :
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan, menurunkan angka kematan dan
kecacatan serta meningkatkan kepuasan pasien.
Kriteria Struktur :
· Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang program keselamatan pasien (Patent safety).
3) Kepuasan pelanggan
Kriteria Proses :
Kriteria Hasil :
· Angka kematan pasien ≤ 24 jam ≤ dua perseribu dan kepuasan Pelanggan ≥ 70%
No comments:
Post a Comment
Home
About Me
My photo
Powered by Blogger.