Anda di halaman 1dari 3

1.

Fungsi/ Tujuan seni di SD


A. Seni Sebagai Media Ekspresi
Kegiatan ekspresi telah dimulai anak sejak lahir. Ekspresi yang ditunjukan anak merupakan
ekspresi untuk mencapai tujuan tertentu, dapat pula mengekspresikan sesuatu yang menyatakan
perasaan. Seringkali anak kurang mampu mengeluarkan isi hatinya dengan bahasa lisan, namun
bahasa tulisan lebih sulit digunakan untuk mengungkapkan isi hatinya. Oleh karena itu, wujud
ekspresi dalam seni rupa dapat berupa gambar, patung dan karya lainnya.
B. Seni Sebagai Media Komunikasi
Anak memiliki keinginan untuk menyatakan apa yang ada pada pikirannya kepada orang lain,
oleh karenanya anak berkomunikasi. Keinginan berkomunikasi dapat melalui berbagai media
seni : suara, tulis, gerak dan gambar. Melalui suara komunikasi dapat diwujudkan dalam bentuk
nyanyian. Karya sastra merupakan media komunikasi yang disampaikan melalui tulisan. Drama
dan bermain peran merupakan media komunikasi yang diwujudkan dalam gerak. Dan gambar
merupakan media komunikasi yang dibentuk dengan bahasa rupa.
C. Seni Sebagai Media Bermain
Bermain merupakan bentuk ekspresi bebas paling jelas ada pada anak-anak dan sesuatu yang
paling murni. Sifatnya spontan dan timbul dengan sendirinya. Permainan yang dapat
dikembangkan sesuai dengan empat fungsi mental :
1. segi perasaan, dikembangkan dengan latihan-latihan penjiwaan ke arah drama.
2. segi intuisi, dikembangkan dengan latihan-latihan ritmis ke arah tari dan musik.
3. segi sensasi, dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri ke arah plastis atau visual.
4. segi pikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif ke arah keahlian.
D. Seni Sebagai Media Pengembangan Kreatifitas dan Kemampuan Berpikir
Kreativitas berperan mengembangkan kemampuan kognitif. Seni dapat memancing tumbuhnya
kemampuan kreatif. Kreativitas tidak hanya diperlukan dalam kesenian, tetapi juga diperlukan
pada bidang lain untuk membentuk kepribadian anak seutuhnya.
Pengertian kreativitas menurut S.C. Utami Munandar (dalam Muharram, Halaman 27) :
1. kemampuan untuk membuat kondisi baru dan unsur-unsur yang ada.
2. kemampuan menggunkan data atau informasi yang tersedia.
3. kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian dalam mengembangkan
dan memperkaya gagasan. Penemuan tentang sifat, kemungkinan, teknik serta prosedur pada saat
anak melakukan kegiatan seni, memotivasi untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.
Aristoteles berpendapat bahwa dalam seni harus selaras dengan rasio dan emosi. Penciptaan seni
menempatkan rasio sebagai control. Contoh : balok permainan tidak dapat disusun seenaknya
menjadi bentuk arsitektural, tetapi dibutuhkan satu penyusunan yang berpola.
E. Seni Sebagai Media Pengembangan Bakat Seni
Umumnya orang berpendapat bahwa bakat dibawa anak sejak lahir, namun bakat yang terpupuk
sejak lahir akan lebih baik perkembangannya, sebaliknya meskipun berbakat tetapi tidak dipupuk
maka pudarlah bakat itu. Pendidikan seni rupa yang ideal memberikan kesempatan kepada anak
yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan bakatnya sejak awal masa sekolah.
Tujuan Seni
1. Sebagai alat pendidikan
2. Menggunakan sarana, prasarana, mengembangkan wacana, mengembangkan materi (cirri-ciri
karya seni rupa), melaksanakan seluk beluk pembelajaran.
2. Untuk mencapai tujuan tersebut guru dapat menggunakan metode dalam pembelajaran seni
rupa. Metode yang dapat diterapkan yaitu metode Ekspresi Bebas dengan pendekatan Konseptual
(CTL) dan Inkuiri.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan
kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan
muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. CTL disebut pendekatan
kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat. Menurut teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa
(peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat
terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata
yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan
mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman
di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan
di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat
lainnya. Pendekatan CTL, selain untuk pengembangan kreativitas dan kemandirian anak,
diharapkan pula dapat mengatrol kreativitas dan keprofesionalan guru. Kedua, agar dalam
pembelajaran tidak lagi berorientasi pada content transmission model tetapi beranjak
keknowledge based environment, sehingga berpeluang untuk survive dan excel. Pendekatan CTL
yang knowledge based environmentdapat membantu anak mengkaitkan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan situasi-kondisi nyata. Anak dapat belajar dari dan melalui mengalami serta
mengkonstruksi pengetahuan baru yang bermakna baginya. Agar CTL dapat efektif, dalam
proses pembelajaran perlu diperhatikan prinsip-prinsipnya.Pendekatan CTL dalam pembelajaran
seni rupa pada hakikatnya bukan pendekatan baru karena art as a way of knowing, yang pada
kegiatannya telah juga menuntut peserta didik menjadi problem solver; melakukan observasi,
inkuiri, refleksi, dan membuat simpulan serta menyajikan hasil belajarnya.
Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah menggunakan
pendekatan konstruktivistik, di mana setiapsiswa sebagai subyek belajar, dibebaskan untuk
menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki,
diketahui, dipercayai, dengan fenomena, ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan
demikian, dalam proses belajar siswa telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang
harus ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang
diperoleh dalam proses belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi,
karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak dipisahkan dari
aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan, serta dari
komunitas budaya di mana pengetahuan didesiminasikan dan diterapkan. Dalam pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri ini siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus
diamati, dipelajari, dan dicermati, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep
mata pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Secara logika apabila siswa meningkat
partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka secara otomatis akan meningkatkan
pemahaman konsep materi pembelajaran, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi
belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri dalam proses
pembelajaran di kelas dapat meningkatkan penguasaan konsep materi mata pelajaran sekaligus
dapat meningkatkan prestasi belajar.

Anda mungkin juga menyukai