SARTO, S.Kep
1406649971
FAKULTAS
ILMUKEPERAWATAN PROGRAM
PROFESI NERS DEPOK
JUNI 2017
Universitas Indonesia
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
UNIVERSITAS INDONESIA
SARTO, S.Kep
1406649971
FAKULTAS
ILMUKEPERAWATAN PROGRAM
PROFESI NERS DEPOK
JUNI 2017
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
UNIVERSITAS INDONESIA
SARTO, S.Kep
1406649971
FAKULTAS
ILMUKEPERAWATAN PROGRAM
PROFESI NERS DEPOK
JUNI 2017
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
2017
iii
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
iv
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dengan judul
“Analisa Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
pada Pasien Ca Buli dengan intervensi kateter irigasi post TURBT di LT4
Selatan RSUP Fatmawati tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa banyak pihak yang turut membantu dan memberikan
bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan KIAN ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih khususnya kepada Ibu Ns Dikha Ayu Kurnia, S.Kep.,
M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran dalam mengarahkan saya untuk menyelesaikan KIAN ini.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada :
Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia beserta jajaran civitas akademiknya.
Ibu Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp.,M.A.R.S selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan yang membangun untuk KIAN ini.
Ibu Ns Indah Setia Pertiwi, S.Kep selaku penguji dan CI ruangan yang telah
memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing.
5. Pipin Anita selaku istri yang setia dalam memberi motivasi selama
perkuliahan.
v
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
7. Sahabat dan teman-teman profesi angkatan 2016 yang selalu meluangkan
waktu dan memberi motivasi dalam penyelesaian KIAN ini.
8. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan
yang diberikan kepada saya. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan KIAN ini
masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu segala kritik dan saran yang
membangun saya harapkan agar dapat berkarya lebih baik lagi. Semoga karya
Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis
vi
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
vii
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
ABSTRAK
Nama : Sarto
Pembimbing
viii
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
ABSTRACT
Name : Sarto
Study Program : Ners
Title :Analysis of Comunity Nursing Practice Urban in Patient
Bladder Cancer with Intervention Irrigation Cathteter in 4th
Ward South Fatmawati hospital
Bladder cancer is the most problem people who live in city, environment, smoke
and lifestyle is risk factor who get bladder cancer. This paper aims to show how
to care patient with bladder cancer on bladder irrigation with cathteter. To
prevention cathteterisation associated urinary tract infection by doing care of
cathteter everyday using chlorhexidin 2%. To reduce urinary tract infections.
Pembimbing
ix
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
UNIVERSITAS INDONESIA...........................................................................................1
UNIVERSITAS INDONESIA...........................................................................................ii
UNIVERSITAS INDONESIA...........................................................................................ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS......................................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN..................................................Error! Bookmark not defined.
ABSTRACTix
x
2.3.1 Pengkajian 26
2.3.2 Analisa Data 28
2.3.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................29
2.3.4 Intervensi Keperawatan..................................................................................30
BAB III...............................................................................................................................40
TINJAUAN KASUS KELOLAAN..........................................................................................40
x
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
3.1 Pengkajian 40
3.2 Analisa Data..........................................................................................................45
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan...............................................................................47
3.4 Implementasi keperawatan....................................................................................50
BAB IV..............................................................................................................................54
PEMBAHASAN..................................................................................................................54
4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Ca Buli Post
xi
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan manfaat penulisan karya tulis akhir ini.
Kanker bulli merupakan penyebab kedua kematian kanker pada laki-laki setelah
ca prostat (KEMENKES RI, 2015). Di USA menurut Society Urologic Nurses
and Associates (SUNA, 2013), ca bulli merupakan penyebab kanker keempat
menimbulkan kematian pada laki-laki dan kesebelas pada kejadian ca pada
perempuan pada tahun 2004. Tahun 2014 ditemukan 74.690 kasus baru dan
15.580 kematian akibat ca bulli (Siegel et al, 2014). World Cancer Research
Fund International (2014), tahun 2012 ditemukan penderita baru ca bulli
sebanyak 430.000 orang atau 3% dari total jumlah kasus baru semua kanker.
Jumlah penderita ca bulli di RSUP Fatmawati periode Januari – Mei 2017
sebanyak 12 orang, dengan 30% diantaranya meninggal dunia (Instalasi Rawat
IRNA Teratai, 2017). Sejumlah 30% lebih kematian penderita ca bulli disebabkan
oleh gaya hidup tidak sehat serta makanan yang dikonsumsi. Indeks massa tubuh
yang tinggi, kurang konsumsi buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, perokok dan
konsumsi alkohol.
Penyebab dari ca bulli diantaranya adalah merokok, usia lanjut, riwayat kanker
pada keluarga, terpapar faktor presipitasi (pabrik lateks, tekstil, cat), iritasi kronis
akibat pemasangan kateter urine, terpapar radiasi (SUNA, 2013). Menurut
1
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
2
National Cancer Institut (NCI, 2014), kejadian ca bulli meningkat pada usia 60-
70 tahun. Upaya pencegahan kanker dapat dilakukan dengan cara mengurangi
faktor resiko tersebut. Deteksi dini pada kasus kanker dapat mempengaruhi
prognosis suatu kanker (KEMENKES RI, 2015). Individu yang beresiko terkena
ca bulli adalah yang bekerja di pabrik cat, pabrik logam, pabrik kertas, ban dan
karet, supir truck dan perminyakan (Piyush, 2014).
Masyarakat perkotaan dengan berbagai macam jenis pekerjaan, gaya hidup serta
pola makan yang tidak sehat merupakan kelompok masyarakat yang rentan
terkena ca bulli. World Cancer Research Fund International (WCRFI, 2014),
penderita ca bulli meningkat pada negara-negara maju dan sedikit berkurang pada
negara Asia. Usia harapan hidup yang lebih lama di perkotaan turut menunjang
resiko terjangkitnya ca bulli. Tahun 2007 WCRFI menemukan fakta bahwa
masyarakat yang gemar mengkonsumsi minuman mengandung arsenik
meningkatkan faktor terjadinya ca bulli. Anggur dan bir merupakan salah satu
minuman paling banyak mengandung arsenik. Sedangkan individu yang sering
mengkonsumsi buah dan sayuran serta minum teh dapat menurunkan angka
kejadian ca bulli (WCRFI, 2014). Pekerja kantoran di perkotaan menyebabakan
penurunan aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi statisitas urine dan beresiko
terhadap ca bulli. National Cancer Institut (2014), faktor resiko ca bulli terdiri
atas faktor eksogen, endogen, industri dan metabolisme.
Grade dan stage dari ca bulli digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan
pada penderita ca bulli. Pilihan tindakan pada ca bulli memepertimbangkan usia,
kesehatan secara umum, keuntungan serta efek samping dari suatu pilihan
intervensi. Trans Uretral Resection (TUR) dilakukan untuk mengangkat jenis ca
bulli pada lapisan superfisial, namun dapat dikombinasikan dengan intravesical
kemoterapi. Yaitu memberikan obat kemoterapi kedalam vesika urinari, dapat di
lakukan setelah TUR atau untuk membunuh sel kanker berulang (Pittman, 2013).
Intervensi keperawatan pada post operasi TUR meliputi manajemen nyeri dan
bladder irrigation (Pittman, 2013; Beokhorst, 2012).
Mengatasi rasa nyeri pada klien post operasi bertujuan untuk meningkatkan rasa
nyaman serta mencegah kontraksi bladder yang dapat memicu perdarahan post
TUR. Pemasangan kateter pada tindakan post TURBT dapat memicu terjadi
infeksi nosokomial. Menurut WHO pada tahun 2002 infeksi nosokomial yang
paling sering terjadi yaitu infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, infeksi
pembuluh darah atau plebitis dan pneumonia (Tsai & Caterson, 2014; Muhammed
et all, 2014). Intervensi keperawatan pada klien dengan pemasangan kateter urin
merupakan salah satu upaya menurunkan angka infeksi tersebut. Rekomendasi
yang di keluarkan oleh Society of Urologic Nurses and Associates (2015)
khususnya bagi perawat adalah cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan invasif,
penggantian kateter atas dasar bukti klinis, gunakan kateter ukuran kecil, gunakan
auqades steril untuk balon kateter, fiksasi kateter ke arah paha atau perut pasien,
urine kultur tidak dianjurkan jika kateter terpasang lama ganti dengan yang baru.
Urine kultur dilakukan dengan prinsip steril setelah kateter baru terpasang (SUNA,
2015).
Berdasarkan latar belakang tersebut, karya ilmiah ini akan membahas mengenai
analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien
ca bulli di IRNA Teratai LT 4 Selatan RSUP Fatmawati. Pencegahan infeksi
nosokomial pada pasien post TURBT melalui intervensi keperawatan perawatan
kateter.
2. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post operasi ca bulli.
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat
dalam menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan salah satu masalah
kesehatan khas perkotaan yaitu ca bulli. Khususnya dalam melakukan pencegahan
infeksi saluran kemih pasca pemasangan kateter urin.
Pendidikan
Penulis Selanjutnya
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence
based practice yang serupa dengan kasus lain melalui penelitian terbaru.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mengenai tinjauan teori yang barkaitan dengan judul
karya tulis akhir ini yaitu analisis praktek klinik asuhan keperawatan pada ca buli
dengan intervensi pencegahan infeksi pada kateterisasi urin. Bab ini juga
membahas mengenai konsep kesehatan masyarakat perkotaan.
Suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial
ekonomi yang heterogen serta corak matrialis di sebut kota (Bintarto, 1984).
Kota merupakan pusat inovasi, pergerakan politik, kreativitas, perubahan
budaya serta transformasi sosial dan tekanan politik (Bourne, 2007). Kota
berperan besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan, pusat budaya,
industri, teknologi dan merupakan tempay untuk meningkatkan pendapatan
(State of the environment and policy restrospective, 2002). Perkembangan
zaman dan keadaan demografi suatu perkotaan sangat mempengaruhi
masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Perkembangan tersebut meliputi
tingkat kepadatan penduduk, transportasi, pusat perbelanjaan dan
pembangunan gedung-gedung bertingkat. Jakarta sebagai pusat Ibu kota
Negara yang merupakan salah satu megacity di Asia terkena dampak
fenomena tersebut. Keunggulan mata ajar KKMP yaitu membuat mahasiswa
mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk
berperan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal
diperkotaan. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun asuhan keperawatan
masyarakat perkotaan dengan menerapkan konsep, teori, dan modalitas lintas
keilmuan di bidang keperawatan serta ilmu-ilmu lain yang relevan dalam
menyelesaikan masalah.
Pada orang dewasa, refleks regangan sederhana ini dihambat oleh aktivitas
kortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia. Serabut-
serabut inhibitor berjalan ke bawah bersama tractus corticospinalis menuju
segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat medula spinalis. Kontraksi
musculus sphincter urethrae yang menutup urethra dapat dikendalikan
secara volunter; dan aktivitas ini dibantu oleh musculus sphincter vesicae
yang menekan leher vesica urinaria (Snell 2011).
meningkatkan resiko kanker kandung kemih (Joan dan Lyndon ,2014; Di Giulio,et
al., 2007).
B. Etiologi
Penyebab pasti ca buli sampai sekarang belum dapat di tentukan dengan pasti,
namun terdapat beberapa faktor resiko pada individu tertentu. Menurut NCI
(2010) dan WRCFI (2014), beberapa faktor resiko ca buli diantaranya adalah:
1. Merokok, asap rokok dapat menyebabkan kerusakan DNA sel organ. Menurut
Cancer Research UK (2016), zat kimia yang ditemukan pada rokok yang merusak
DNA adalah benzene, polonium-210, benzopyrene, dan nitrosamine. Meningkatnya
kadar zat kimia tersebut menyebabkan perubahan DNA sel, sehingga proses
apoptosis sel mengalami perubahan. Terjadinya kanker pada seseorang berbeda-
beda dipengaruhi oleh jumlah paparan zat, lamanya terpapar zat, kesehatan
individu serta faktor lainnya. Pada asap rokok terdapat zat karsinogen berupa
zenobiotik, zat ini merupakan salah satu oksidan. Radikal bebas bebas ini dapat
menyebabkan penurunan serum, berkurangnya jumlah antioksidan, B12 dan sel
darah merah (Maninno, et al., 2003; Tungtrongchitr, et al., 2003
dalam Rouissi,et al., 2011; Harnack et al, 1997)
2. Individu yang bekerja di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, tempat
pengolahan bahan-bahan kulit serta pekerja salon. Orang tersebut memiliki
resiko lebih besar akibat terpapar dengan zat karsinogen (senyawa amin
aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil). Zat karsinogen
tersebut menyebabkan kerusakan pada DNA sel, terjadi pembelahan sel
abnormal sehingga menjadi tumor.
3. Arsenik, terpapar arsenik dalam waktu lama dapat meningkatakan
seseorang beresiko terkena ca buli, keracunan arsenik dapat menyebabkan
kematian. Arsenik dalam sel mempengaruhi retikulum endoplasma yang
menstimulasi proses proliferasi jaringan. Arsenik juga menimbulkan
kerusakan DNA, dan memicu peningkatan aktivitas zat karsinogen laindan
abnormalitas kromosom.
4. Riwayat keluarga dengan ca buli, persamaan genetik pada keluarga dengan
riwayat ca buli menyebabkan seseorang beresiko terkean ca buli.
digunakan dalam jangka waktu lama. Faktor resiko lain menurut Ferry
(2014), akibat penggunaan kateter urin dalam jangka waktu lama, seperti
pada kasus fraktur vertebra sehingga klien mengalami kerusakan kontrol
bladder. Iritasi pada mukosa uretra atau kandung kemih dapat
menimbulkan ca buli akibat terpapar radikal bebas.
C. Bentuk Tumor
Tumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2007) papiler, tumor
non invasif (in situ), noduler (infiltrat), campuran antara papiler dan filtrate.
Gemill et al (2013) membagi tumor buli dalam dua grade yaitu low grade
(tumor superfisialis) dan high grade (tumor invasif). Tumor superfisialis
dapat kembali muncul dan menyebar hingga lapisan otot, tumor invasif
tumbuh cepat dan menembus dinding otot kandung kemih. Berdasarkan
besar dan penyebarab tumor, ca buli dabagi menjadi beberapa stage:
T0: tumor tidak tampak.
Tis: tumor in situ.
Ta: tumor papilar tanpa disertai invasi ke dinding kandung kemih.
T1: invasi ca sampai ke bawah jaringan tisu hingga lamina propia.
T2: ca menyebar hingga lapisan otot kandung kemih.
T3: ca menyebar hingga jaringan lemak sekitar kandung kemih.
T4: ca menyebar ke organ lain.
D. Patofisiologi
Meningkatnya usia harapan hidup pada seseorang merupakan salah satu
faktor resiko terkena ca buli (Brunner &Suddarth. 2002). Pafda laki-laki
dengan usia diatas 50 tahun resiko mengidap ca buli lebih besar daripada
E. Manifestasi Klinis
Pada ca buli terdapat manifestasi klinis berupa:
1. Lokal
Obstruktif, keluhan berupa kencing sedikit, hal ini diakibatkan
oleh obstruksi aliran urin akibat dari tumbuhnya tumor yang
menutup aliran menuju uretra.
Hematuria, angiogenesisi pada sel tumor serta massa tumor
yang mudah ruptur dapat menimbulkan perdarahan dan
dikeluarkan melalui urin.
Keluhan adanya aliran berkemih yang melemah diakibatkan
karena adanya obtruksi oleh massa tumor, sehingga kencing
menjadi sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.
Iritatif, terjadi peningkatkan frekuensi berkemih karena adanya
retensi urine dan pengisian kandung kemih secara kontinyu.
Urgensi, nocturia ( jarang ), urgen incontinensia, disuria
2. Sistemik
Gejala sistemik akan terjadi bila kondisi ca bulli telah menjadi suatu
komplikasi, gejala yang ditunjukan dapat berupa upaya kompensasi
tubuh untuk mempertahankan fungsi fisiologi, diantaranya:
a. Hematuri yang berlangsung kronis dapat menyebabkan tubuh
mengalami anemia, sehingga seseorang menjadi pucat dan
mengalami penururnan kemampuan fisik untuk beraktivitas.
b. Hiperventilasi: karena adanya penurunan jumlah Hb yang mengikat
O2 sehingga mengakibatkan sesak napas.
c. Gejala Hipertensi dapat timbul akibat kerusakan ginjal oleh adanya
hidronefrosis. Timbulmnya gangguan pada fungsi ginjal sehingga
kemih. seperti kelenjar getah bening, maka gejala nyeri samapi ke organ
yang lebih jauh.
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)
Hematuri tanpa disertai rasa nyeri biasanya terdapat pada sebagian besar
kasus ca buli.
Pada ulkus karsinoma akan timbul gejala menyerupai sistitis, yaitu nyeri
hebat.
Gejala hematuri disertai nyeri saat bak.
Proses berkemih yang tidak lampias, disebabkan oleh rasa nyeri saat miksi
dengan perdarahan dan pengososngan buli.
Obstruksi pada ureter akan menimbulkan hidronefrosis dengan
manifestasi klinis berupa nyeri pinggang.
Pada metastase akan menimbulkan nyeri suprapubik, nyeri lipat paha,
nyeri perineal disebabkan oleh infiltrasi nervus ini merupakan
salahsatu gejala fase lanjut dari tumor buli .
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
Palpasi Bimanual (Shenoy 2014) penebalan dinding buli, mobilitas,
fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan dengan palpasi.
Palpasi bimanual dilakukan dengan narkose umum (supaya otot buli-
buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-
buli. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk
mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan
general anestesi sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)
a. Laboratorium rutin.
1. Pemeriksaan hemoglobin, untuk mengetahui adanya anemia,
nilai normal pada laki-laki adalah 13-16 g/dl.
2. Pemeriksaan darah tepi lainnya seperti hematokrit, trombosit
dan leukosit.
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal, Pemeriksaan fungsi ginjal,
sebagai evaluasi adanya kerusakan fungsi ginjal atau tidak;
BUN, kerusakan pada fungsi ginjal menyebabkan eksresi urea yang tidak maksimal
dan ditunjukan dengan adanya peningkatkan kadar nitrogen urea darah (Joan dan
Lyndon 2014). Nilai normal ureum 10-45 mg/dl.
Kreatinin Serum, derajat kerusakan ginjal dapat diukur dengan menilai kadar
nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan persisten akan
menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014). Nilai
normal adalah 0,9-1,5 mg/dl.
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang
kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit
pada urin. Pemeriksaan sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat
pada tumor tingkat tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan
adanya infeksi atau peradangan.
Tumor marker pada ca buli adalah NMP 22 (Nuclear Matrix Protein), kadar NMP 22
pada orang normal adalah kurang dari 10
u/ml. Pada fase awal ca buli, sel kanker akan melepaskan NMP 22
f.Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel- sel urotelim.
Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht), tujuan untuk mengetahui struktur dari kandung
kemih bagus atau tidak.
Persiapan klien sebelum BNO adalah sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk
makan bubur, hindari konsumsi santan karena akan memerlukan waktu
penyerapan yang lama dan mengandung kolesterol. Klien dipuasakan 6-8 jam dan
dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi kesalahan pada
gambaran kolon dan kandung kemih.
IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Sebelum dilakukan
pemeriksaan, perawat mengevaluasi fungsi ginjal klien (BUN dan Kreatinin) dan
pemeriksaan alergi sebelum dilakukan tindakan.
Ultrasonografi
USGbladderdilakukanuntukmendeteksikarsinomabuli.
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih lanjut
(Wojcik. E. M, 2016). Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:
Hematuria dengan IVP yang normal.
Gejala klinis saluran kemih bagian bawah.
Sel maligna dalam sitologi urine.
Pada hematuri dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang
mengalami perdarahan dan mencegah obstruksi. Kontribusi perawat adalah
monitoring irigasi, monitoring balance cairan, evaluasi warna urine dan kondisi
bladder.
Oksigenasi karena klien mengalami hiperventilasi.
Transfusi dan farmakologi (anti hemoragik).
TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
dilakukan irigasi.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan prostat dan
vesikula seminalis, uretra pada pria dan buli serta lemak perisistik,
serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada
wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan
angka mortalitas 3 sampai 8%. Setelah sistektomi radikal dilajutkan
dengan kemoterapi sistemik (MVAC-Methotrexate, Vinblastine,
Adriamycin, Cisplatin).
4. Diversi Urine
Diversi urin merupakan metode untuk mengalirakan urin setelah
seseorang dilakukan pengangkatan kandung kemih. Sistektomi berupa
pengangkatan jaringan sekitarnya (pada pria berupa
Faktor-faktor resiko
Geneti Life style Riwayat Obat/ Invasi kuman Pekerjaan (pabrik cat, penyamak
k penyakit tindakan kulit, tembakau, pegawai salon)
dahulu
Lokal Sistemik
MK:
Hidronefrosis MK: Peningkatan volume
Nyeri cairan
Akut
Mual
muntah
MK: Mual
Penatalaksanaan
1. Identitas klien
a. Usia:
Menurut Brunner & Suddarth (2004), kanker kandung kemih lebih
sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia
rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun. Jenis kelamin, pada
pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan
wanita (Brunner & Suddarth, 2004).
b. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan
memiliki risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi
benzidin, betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan
tumor dapat berlangsung lama (Tanagho & J. W. McAninch, 2007).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan obstruktif berupa:kencing sedikit, hematuria, pancaran
melemah. Sedangkan keluhan iritatif berupa: frekwensi, urgency,
nocturia (jarang), urgent inkontinencia dan dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi
kronis saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama
(National Cancer Institute 2010).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih (NCI, 2010).
e. Kondisi lingkungan tempat tinggal:
Demografi di daerah industri dan bahan kimia. Terdapat insiden
kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara di Afrika,
terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma
haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di
negara-negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan
lingkungan terpapar oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau,
2-naftilamin, dan nitrat diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel transisional
(Joan & Lyndon, 2014).
f. Kebiasaan sehari-hari
Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang menyebabkan
vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada hipertensi.
Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang berakibat pada
penurunan O2
Eliminasi. Gejala berupa BAK hematuri/ urine bewarna merah, nyeri BAK.
Makanan & Cairan, kebiasaan makan, asupan diet dan minuman.
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri, dan faktor
pencetus.
5. Observasi tanda-tanda non
verbal
dari
ketidaknyamanan,
terutama
pada klien yang
mengalami kesulitan
berkomunikasi.
Infection control
6. Instruksikan pengunjung
untuk mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
Bab ini memebahas tentang kasus kelolaan pasien dengan ca buli, mulai dari
pengkajian hingga evaluasi. Implementasi dan evaluasi sesuai dengan analisis
kasus tentang intervensi kateter post TURBT.
Pengkajian
Identitas Pasien
Pasien dengan nama Tn S P usia 63 tahun, masuk RSUP Fatmawati tanggal 16 Mei
2017 dengan rencana tindakan operasi TURBT tanggal 17 Mei 2017. Alamat tinggal
di Tanah Baru Beji Depok, Jawa barat, beragama Islam dengan riwayat pendidikan
SMA dan pekerjaan pedagang. Pasien masuk melalui poli urologi dengan diantar
oleh istrinya.
Anamnesis
Klien mengatakan BAK ada darah, nyeri VAS 2 pada daerah atas kemaluan tidak
menjalar, keluhan timbul sejak Januari 2016.
Riwayat kesehatan sebelumnya
Klien riwayat operasi TUR pertama 28 April 2016 di RSUD Depok, riwayat
kemoterapi tanggal 28 November 2016 di RSUP Fatmawati. kedua 20 April 2017 di
RSUP Fatmawati dengan tumor bulli, saat bulan Maret di anjurkan operasi
pengangkatan kandung kemih, klien menolak
dengan alasan malu kalau terpasang slang permanen di atas kemaluan.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
40
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa praktik klinik..., Sarto, FIK, 2017
41
Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga klien, tidak ada
keluarga yang pernah terkena tumor atau kanker.
Post operasi 18 Mei 2017 jam 08.30 WIB pasien masih tampak baring di
tempat tidur, kedua kaki sudah bisa bergerak bebas, riwayat anestesi
spinal mobilisasi bedrest / 12 jam.
e. Sirkulasi
Pengkajian post operasi 18 Mei 2017 jam 08.30 WIB kesadaran Compos
mentis, GCS 15, TD: 130/70 mmhg, nadi 82 x/menit, rr: 20 x/menit.
c. Integritas ego
g. Eliminasi
Pengkajian post operasi 18 Mei 2017 jam 08.30 terpasang DC no 24 treeway pro
spooling dengan Nacl 0,9% dengan tetesan 40 tts/menit. Produksi DC merah muda,
tidak tampak bekuan darah. Nyeri daerah kemaluan dan perut bawah VAS 3,
rasanya ingin mengejan BAK.
h. Makanan/cairan
Hygiene
j. Neuro sensori
Pasien tidak memiliki riwayat stroke dan kejang. Kesadaran compos
mentis, GCS 15, terorientasi baik terhadap waktu, tempat orang.
Memori baik, mampu mnegingat kejadian masa lalu dan saat ini. Pada
ektermitas tidak ada kesemutan atau hiposensori.
k. Nyeri / ketidaknyaman
didaerah kemaluan dan perut bagian bawah. Respon emosi saat nyeri
biasa. anggal 18 Mei 2017 jam 08.30 WIB pasien mengatakan nyeri lebih
sering terasa di bandingkan sebelum operasi, VAS 2-3, kalau kateter di
geser nyeri bertambah, tidak menjalar, rasa berdenyut, kadang ingin
merngejan seperti mau BAK.
Pernafasan
Pasien tidak memiliki riwayat sakit paru-paru, astma dan tidak pernah
merasa sesak nafas. Frekuensi nafas 20 x/menit, pergerakan dinding dada
simetris, suara nafas vesikuler. Tidak ada cianosis dan tidak menggunakan
otot bantu pernafasan.
Keamanan
Pasien tidak ada riwayat jatuh/ kecelakaan dalam 3 bulan terakhir atau
sebelumnya, tidak aad riwayat alergi. Tonus otot ROM aktif.
Efek pembiusan sudah tidak terasa, kedua kaki mampu bergerak, tidak
ada k2-4elemahan.
n. Interaksi sosial
12-04-2017 16-05-2017
Urinalisa -
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Urobilinogen 0,2 <1.00 E U/dl
Albumin Negatif Negatif
Berat jenis 1025 1.005-1.030
Lekosit Positif 1 Negatif
Sedimen urin - Nilai Normal
laki-
Epithel 10,4 laki:
Lekosit 85,4 <=5,7/ul
Eritrosit 17,9 <=9/ul
Bakteri 20,3 <=10/ul
<=12/ul
Hematologi -
Heaemoglobin 12,6 13-17 g/dl
Hematokrit 38 33-45 %
Leukosit 10,400l 5,1-11,1/ul
Trombosit 345.000 150-440/ul
Eritrosit 4,4 4.40- 5.50 juta
Gol darah A/+
Hemostasis -
APTT 23,5 26-43 detik
Kontrol APTT 30,7
PT 12,7 10,5-24,5 detik
Kontrol PT 13,6
Fungsi Ginjal -
Ureum 45 20-40 mg/dl
Creatinin 1,7 0.6-1,5 mmol/l
Elektrolit Darah -
Natrium 142 135-147 mmol/l
Kalium 4,07 3,5-5,5 mmol/l
Clorida 108 95-108 mmol/l
Diabetes -
GDN 83 80-100 mg/dl
GDPP 125 80-145 mg/dl
b. Radiologi
akan mencoba
berobat alternatif,
- Pasien
mengatakan akan
tetap
mengikuti
program
kemoterapi.
- Pasien
mengatakan
tidak setuju
untuk
pengangkatan
kandung kemih.
Tabel DO:
3.2 Analisa data post
Pasien operasi 18-Mei 2017
tampak
tenang, bicara
jelas
emosi datar.
daerah kemaluan
dan perut bagian
bawah, VAS 2-3,
rasa berdenyut,
panas,
kalau bergerak
semakin nyeri.
DO : Kesadaran CM,
GCS 15.
Pasien
tampak meringis
saat gerak daerah
pinggang.
- TD 130/70
mmhg. Nadi 82
x/menit,
RR 20 x/menit.
2. DS : - Pasien Gangguan eliminasi urin
mengatakan
sejak
operasi
terpasang
kateter,
kadang- kadang
ingin
tetap mengejan.
DO :
- Klien terpasang
katetr sejak
tanggal 17 Mei
sore, pasca
operasi TURBT.
- DC no 24
treeway pro
spooling dengan
NaCl 0,9%
40 gtt/mnt.
3 DS : Resiko Cedera
.
DO : Pasien post op
dengan spinal
anestesi.
Kes CM, GCS15.
Scale Morse: 50.
-Pasien
Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhanterpasang DC no yang di lakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan
24.
keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa di bagi menjadi dua bagian yaitu
sebelum operasi dan sesudah operasi.
poduksi kateter,
warna dan aliran
untuk proses
pelepasan kateter.
-Kolaborasi
pemberian antibiotik.
- Anjurkan pasien
menjaga kebersihan
area perianal.
- Hand hygiene
sebelum
dan sesudah
melakukan tndakan
perawatan
2. Nyeri akut Tujuan ; Intervensi
berhubungan dengan post
tindakan invasif Setelah dilakukan yang dilakukan
intervensi adalah:
keperawatan selama
2x 24 jam nyeri - Kaji intensitas, lokasi
berkurang atau dan tempat/area serta
hilang. penjalaran dari nyeri.
-Anjurkan pasien
banyak minum air
putih 3 – 4 liter
perhari selama tidak
ada kontra indikasi.
-Ajarkan teknik
relaksasi distraksi
dan guide imagine.
- Kolaborasi :
pemberian cairan
intra vena dan
pemberian obat-
obatan
analgetik.
19- 08.00 - ,
05- Mengukur R
201 tanda-tanda R,
7 vital,
T -
D
, M
e
N m
52
S: - d on 1 di a 600 u h,
Klien gr bu m cc r
mengata s bolu ka. . i -
kan sejak i s. IVF n L
s a O: - D t a
e n - Men P j 350 e k
m g ganj r u cc r u
a urka o m a k
l n d l J a
s t
a klie u a u n
e a
m n k h m n
k s
min s l
i i
m um i i a p
t s
i ± k r h e
a e
n r 150 a i b r
u 0cc t g = a
a
m 6 sd e a g w
200 t s 9 a
0 i
b 0cc/ e i 5 t
0 a
a hari. r 0 a
n
n k N n
c B .
y u a
c a
a n c P: - k
. - l
k i l P a
Me a
, - Klie n e t
ncat 0 n
n g n e
at , c
p ingi inta c t
9 e
a n j e e
ke %
g kate e g r
outp =
i ter r a .
ut 3
sege n h
cair 0 0 -
s ra i a
an. 0 L
tess an h A; n
an katet , c i a
M
09.00 irig er j c n n
a
asi deng u f j
- jumla s
kate an m e u
h urin a
ter clorh l k t
800 l
Nac exidi a s k
cc. a
l ne h i a
h
0,9 2%. - IWL s n
10.00 % 1 a
= 150 e
40 - Mem 1 cc l k
l
gtt/ berik 0 u o
i
13.40 mnt an 0 jumlah r l
m
- . terap c output a a
i
en i anti c = 950 n b
n
ga - Mel bioti / cc. k o
a
tu aku k 8 e r
Intake s
r kan Cefo m a
= i
te pera feraz j i s
wat minum i
53
bladder training.
Ttd Sarto, S.Kep
BAB IV
PEMBAHASA
Bab ini membahas analisis praktek klinik asuhan keperawatan terkait dengan
KKMP dan pasien kelolaan dengan berbagai sumber yang sesuai. Analsis
intervensi perawatan kateter irigasi post TURBT.
Masyarakat perkotaan dengan beragam gaya hidup dan berbagai macam jenis
pekerjaan, merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena ca buli.
Penderita ca buli meningkat pada negara-negara maju dan industri, angka
penderita ca buli sedikit berkurang pada negara Asia menurut World Cancer
Research Fund International (WCRFI, 2014). Usia harapan hidup yang lebih
lama di perkotaan turut menunjang resiko terkena ca buli. Tahun 2007,
WCRFI menemukan fakta bahwa masyarakat perokok dan gemar
mengkonsumsi minuman mengandung arsenik meningkatkan faktor
terjadinya ca buli. Minuman tersebut dapat berupa anggur dan bir.
Pada pemeriksaan urologi klien ditemukan jumlah bakteri dalam urine 20,3/ul
dengan batas nilai normal yaitu <12/ul. Dalam pengkajian riwayat kesehatan
pasien telah beberapa kali dilakukan tindakan pemasangan kateter. Menurut
National Cancer Institut (2010), dan World Cancer Research Fund International
(2014) imflamasi akibat infeksi bakteri dan trauma mukosa buli dapat menstimulasi
pertumbuhan sel kanker. Iritasi pada mukosa kandung kemih apabila terpapar zat
karsinogen seperti nitrosamine, benzene, polonium-210 dan amin aromatik dapat
mempengaruhi perubahan DNA.
Sel tubuh secara normal mengalami apoptosis, regenerasi sel terus
berlangsung seumur hidup. Rusaknya struktur DNA sel mengakibatkan
proses apoptosis tidak terjadi. Sel membelah diri dengan cepat, tumbuh lebih
cepat dan menimbulkan pembesaran struktur organ hal ini menimbulkan
tumor organ. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus dan
masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas, radikal
bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional sehingga terjadi
kerusakan DNA.
Adanya kerusakan DNA maka tubuh akan melakukan perbaikan DNA, hal ini
memicu mutasi pada genom sel somatik. Perubahan mutasi dari genom sel
somatik akibat zat karsinogen mengakibatkan 3 hal yaitu pengaktifan
onkogen pendorong pertumbuhan, kedua perubahan gen yang mengandalikan
pertumbuhan dan yang terakhir adalah penonaktifan gen supresor kanker.
Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang.
Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi kanker
pada kandung kemih (Brunner &Suddarth. 2002).
Hasil histologi bulan Maret 2017 ditemukan adanya tumor infiltrat yang
menembus muskularis dan infiltrating urothelial carsinoma berdiferensiasi
baik sedang pada pasien Tn S. Berdasarkan hasil tersebut pasien telah
dilakukan tindakan kemoterapi neoadjuvant dengan pemberian Doxorubicin.
Doxorubicin merupakan golongan antrasiklin, jenis antibiotik yang digunakan
untuk berbagai terapi kanker (Childs et al., 2002). Mekanisme aksi sitotoksik
dari antrasiklin meliputi empat mekanisme yaitu; inhibitor topoisomerase II,
inhibitor sintesis DNA dan RNA, pengikatan membran sel untuk transport
ion, dan pembentukan radikal bebas semiquinoin yang beresiko
kardiotosisitas (Bruton et al, 2005). Doxorubicin akan memepengaruhi
transkripsi dan replikasi DNA. Membentuk komplek tripartit dengan enzim
topoisomerase dan DNA. Enzim topoisomerase bekerja dengan ATP untuk
mengikat DNA dan menyebabkan penghambatan penyambungan DNA
sehingga memacu terjadinya apoptosis sel (Gewirtz,1999; Minotti et al.,
2004). Efek samping doxorubicin adalah terjadinya kardiomyopathi. Selama
proses kemoterapi dan sesudah pemberian perawat diharapkan memonitor
adanya gejala-gejala kardiomiopati seperti edema tungkai, cepat lelah setelah
aktivitas ringan, pusing, sakit kepala dan nadi tidak teratur.
Hasil urinalisa pada 22 April 2017 ditemukan jumlah bakteri dalam urin
sebanyak 20,3 /ul, lebih tinggi dari batas normal <10/ul. Sesuai dengan
Canada Urological Association (Mrkobrada, 2013), penggunaan antibiotik
propilaksis di berikan apabila dalam pemeriksaan urin pasien ditemukan
bakteri lebih dari normal. Antibiotik yang direkomendasikan oleh CUA
(2013) cepalosforin generasi ketiga. Terapi antibiotik post TURBT yang
diberikan pada pasien Tn S adalah Cefoperazon. Merupakan komponen
antibakteri golongan cepalosforin generasi ketiga. Bekerja pada fase
pembelahan aktif dengan cara menghambat mukopeptida pada dinding sel.
Memiliki irreversible inhibitor β laktamase sehingga cefoperazon cocok
4.2 Analisis Masalah Keperawatan erkait Intervensi Kateter Irigasi post TURBT
Berdasarkan hasil pengkajian post operasi TURBT 18 Juni 2017, pasien terpasang
Folley kateter no 24 threeway yang di gunakan sebagai sistem drainase. Cairan
yang digunakan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 60 tts/menit. Aliran urin dan
drainase lancar, warna kuning jernih. Dilakukan perawatan kateter dan
perineal / hari. Perawatan meatus uretra dengan cairan chlorhexidin 2%, dan
memonitor tetesan drainase urin (Carolyn et al, 2017). Pada hari kedua tetesan
diturunkan menjafdi 40 tts/menit. Upaya yang dilakukan perawat untuk
mencegah infeksi salura kemih akibat kateter dengan catra perawatan kateter
perhari dan menjaga drainase tertutup. Sesuai dengan pedoman yang di
keluarkan CUA (2013) dan David dan Caterson (
2014), perawat dalam melakukan perawatan kateter selalu menerapkan usaha
pencegahn infeksi, hand hygiene sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
mahasiswa praktek. Melakukan edukasi kepada pasien baru tentang persiapan pre
dan post operasi. Menyediakan sarana dan prasarana memeadai untuk perawatan
kateter dan tersedianya cairan chlorhexidin di ruang rawat lt 4 Selatan.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil kajian kasus dan analisis bab
sebelumnya,
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil intervensi dan pembahasan bab sebelumnya, maka kesimpulan
dari karya ilmiah akhir ini adalah:
Penyebab dari ca buli adalah terpapar seseorang oleh zat karsinogen yang berasal
dari lingkungan sekitar, dan di picu dengan tingkat usia lanjut serta kebiasaan
hidup seseorang. Merokok dan tinggal di area industri merupakan salah satu
penyebab tertinggi terkena ca buli.
Ca buli tidak menunjukan gejala pada fase awal, gejala dirasakan seseorang saat ca
buli sudah berada pada tahap lanjut. Kondisi ini turut menyebabkan penderita ca
buli memiliki prognosis buruk.
TURBT merupakan salah satu tindakan medis ca buli, kateter irigasi merupakan
prioritas intervensi keperawatan pada post operasi. Pencegahan infeksi saluran
kencing dilakukan dengan selalu mentaati pedoman / SOP yang telah di tetapkan.
Perawatan dengan chlorhexidin 2 %, dan perawatan perianal pada pasien dengan
kateterisasi terbukti mampu menurunkan angka infeksi saluran kencing.
5.2 Saran
a. Pelayanan keperawatan
c. Peneliti keperawatan
Black, J. M., & Hawks. J., H. (2010). Medical Surgical Nursing Clinical
Management for positive outcome. 8th ed. St Louise. Eselvier
Brunner &Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carolyn, Craig, Agarwal, (2017). Guidelines for catheter associated urinary tract
infection 2009. Health Care Infection Control Practice Advisor Committe.
www.cdc//guidelines forinfectioncontrol.org
John Ebel, Shouter, Eipstein, (2004). Tumour of the urinary sistem and
male organ. International Agency for Cancer Research. World
Health Organization
Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.
Edisi 7. Jakarta: EGC
L. J. Harnack, K Henderson, W Zeng (1997). Cancer epidemiology; biomarker
and prevention, American Association for Cancer Research,
http://cebp.aacrjournals.org/content/6/12/1081
Lyndon. (2011). Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
M. B. Amin, (2013). Update Pathology Standard for Bladder Cancer. Basel
seminar in Pathology. University of Hospital Basel.
amina@cshs.org
National Cancer Institute. (2010). Bladder Cancer, what you need to know?. US
Department of Health. National Institut of Health. Www.cancer.gov
Nursalam & Batticaca, FB. (2009). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Practice Development Coordinator. (2013). Standard Procedure for the
Irrigating (flushing) of an Indwelling Catheter. Document Name:
Document Number: CLSP 29, Version Number: 1, Version Date:
01/06/2011
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu.
Tangerang: Karisma Publishing Group.
Snell, RS. (2011). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.
Society of Urological Nurse Association. (2013). Bladder Cancer; patient
fact sheet. East Holly Avenue. New Jersey. www.suna.org
Tsai, D. M., & Caterson, E. J. (2014). Curent Preventif measure for health
care associated Surgical site infeksi. Patient safety n surgery,8(1). 42.
http://doi.org/10.1186
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA.
(2012).Campbell- Walsh Urology Tenth Edition. USA: Saunders.