Disusun oleh :
NIM : 205040200111223
Kelas :Q
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat makalah dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Tanaman
Tembakau” dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas akhir sebelum pelaksanaan Ujian Tengah Semester Ganjil tahun 2021/2022.
Makalah ini berisikan pendahuluan, tinjauan pustaka, permasalahan, pembahasan,
serta kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat memberi informasi kepada
pembaca mengenai upaya untuk meningkatkan hasil tanaman tembakau.
Saya ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, SU selaku
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman yang telah
membimbing serta memberi wawasan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Keterbatasan pengetahuan penulis tentu membuat makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan
maaf apabila terdapat kesalahan pengetikan, informasi, atau penyampaian pada
makalah ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah upaya peningkatan hasil tanaman tembakau ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Tanaman Tembakau 3
2.2 Produktivitas Tanaman Tembakau di Indonesia 4
BAB III. KENDALA PRODUKSI TEMBAKAU 7
BAB IV. PEMBAHASAN 9
4.1 Pengaruh Jumlah Aplikasi Pupuk Nitrogen dan Kalium yang Berbeda
terhadap Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Tembakau 9
4.2 Aplikasi Pupuk Organik untuk Mengatasi Layu Bakteri dan
Meningkatkan Produksi Tembakau 10
4.3 Pengaruh Kadar Nitrogen Tanah pada Lahan Tembakau 11
BAB V. KESIMPULAN 13
5.1 Kesimpulan 13
5.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
5
BAB I. PENDAHULUAN
6
Produksi tembakau dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan
nasional, hal ini dikarenakan pada kegiatan budidaya tembakau masih menemui
hambatan-hambatan yang cukup sulit diselesaikan. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas tembakau dalam negeri karena kegiatan
pemupukan kurang efisien sehingga pertumbuhan tanaman belum optimal dan
hasilnya juga rendah (Djajadi dan Hidayati, 2017).
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu mengetahui bagaiamana kondisi
tanaman tembakau di Indonesia, serta menjelaskan salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi tembakau.
1.3 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh yaitu mahasiswa mampu memahami kondisi
produksi tembakau di Indonesia beserta dengan hambatan-hambatann produksi
yang terjadi, selain itu mahasiswa juga mengetahui pengaruh efisiensi
pemupukann terhadap produksi tembakau Indoneisa.
7
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tembakau
Tembakau merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang
cukup kontroversi karena dianggap tanaman beracun dan berbahaya bagi
kesehatan, tetapi disisi lain tanaman ini merupakan tanaman yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena nilai ekonomis yang cukup tinggi dan pasarnya
mencakup wilayah internasional. Menurut Arifin et al. (2017) tanaman tembakau
merupakan jenis tanaman yang cukup terkenal di Indonesia karena tersebar di
seluruh wilayah nusantara, tanaman ini terkenal sebagai bahan baku utama
pembuatan rokok, selain itu tembakau juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembalut cerutu (dekblad), bahan pengikat (binder), serta pengisi (filler).
Faktanya tanaman tembakau ini tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk industri
rokok saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan baku non rokok yaitu
sebagai parfum dan biofarmaka, pemanfaatan tembakau untuk bahan baku non
rokok masih minim dilakukan. Nilai jual daun tembakau ataupun tembakau
olahan akan tinggi jika mutunya baik, mutu tembakau ini dipengaruhi oleh jenis
tembakau, faktor lingkungan, dan ketepatan teknik budidaya. Pengembangan
komoditas tembakau di Indonesia dinilai sangat strategis karena permintaan pasar
terhadap tembakau ini selalu tinggi.
8
Indonesia berada pada urutan ke 5 dunia, tetapi untuk wilayah ASEAN Indonesia
merupakan negara yang produktivitas per hektarnya terendah. Sebagai penghasil
tembakau ke 5 terbesar di dunia tetapi produksi dalam negeri masih belum mampu
memenuhi permintaan pasar, sehingga sampai saat ini industri tembakau masih
melakukan import tembakau dalam skala yang cukup besar. Jenis tembakau yang
dibudidayakan di Indonesia berdasarkan musimmnya dibagi menjadi dua yaitu
tembakau Voor-Oogst (VO) dan tembakau Na Oogst (NO), tembakau VO
merupakan tembakau yang ditanam pada musim penghujan dan dipanen pada
musim kemarau, sedangkan tembakau NO merupakan jenis tembakau yang
ditanam pada musim kemarau dan di panen pada musim penghujan (Liza dan
Sulistijanti, 2020). Jenis tembakau berdasarkan tembakau yang dihasilkan yaitu
tembakau virgina, tembakau rakyat, tembakau cerutu, tembakau Lumajang,
tembakau burley, dan tembakau asapan.
9
Tabel 1. Produktivitas tanaman tembakau pada tahun 2017 sampai 2021
10
sementara sehingga kapan saja bisa berubah. Produktivitas tembakau yang masih
rendah dan tidak stabil dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang cukup
kompleks seperti menyempitnya lahan pertanian, kondisi lingkungan yang tidak
stabil, teknik budidaya yang kurang tepat, dan serangan organisme pengganggu
tanaman sehingga petani gagal panen. Kondisi lingkungan yang tidak stabil
menyebabkan tanaman tembakau memiliki kualitas yang kurang baik sehingga
pelaku industri tembakau akan lebih memilih melakukan import daripada
membeli tembakau lokal, hal tersebut tentunya dapat menurunkan minat petani
untuk melakukan budidaya tembakau.
11
BAB III. KENDALA PRODUKSI TEMBAKAU
12
dikarenakan penggunaan jenis pupuk kimia yang berlebihan sehingga sifat-sifat
tanah rusak dan kandungan unsur hara tidak dapat diserap oleh akar tembakau.
Sebagian besar petani tembakau di Indonesia menggunakan pupuk kimia tunggal
yang mengandung hara N-amonium yaitu jenis pupuk ZA dan urea, sedangkan
untuk pemenuhan fosfor menggunakan SP-36, dan pupuk Kalsapeter sebagai
sumber N, Ca, dan Mg (Djajadi dan Hidayati, 2017). Penggunaan pupuk kimia
dengan kandungan zara tunggal dan dosis yang tidak tepat dapat menurunkan
mutu dan produksi tembakau. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini yaitu melakukan kombinasi antara pupuk organik dan anorganik
dengan takaran yang tepat, dan waktu yang tepat sehingga tanaman dapat
memanfaatkan hara secara optimal dan produktivitasnya juga maksimal.
13
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Jumlah Aplikasi Pupuk Nitrogen dan Kalium yang Berbeda
terhadap Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Tembakau
Hasil produksi suatu tanaman dipengaruhi berbagai faktor, salah satu
faktor tersebut yaitu pemberian nutrisi atau pupuk. Unsur hara nitrogen dan
Kalium merupakan hara esensial yang dibutuhkan tembakau dalam jumlah yang
cukup banyak. Kedua unsur hara tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, dan hasil tembakau. Defisiensi unsur hara makro menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tembakau terhambat serta daun tanaman
tembakau mengalami nekrosis. Berlatar belakang hal tersebut maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah aplikasi pupuk nitrogen dan kalium
yang berbeda terhadap karakteristik kuantitatif dan kualitatif tembakau. Perlakuan
pupuk nitrogen terdiri dari N1 = 0 kg, N2 = 34,5 kg, N3 = 69 kg, sedangkan
perlakuan kalium yaitu K1 = 0 kg, K2 = 75 kg, K3 = 150 kg, dan K4 = 225 kg.
14
Tabel 3. Karakteristik Kualitatif Tanaman Tembakau
15
seluruh dunia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi layu bakteri yaitu
menggunakan bakteri antagonis dari tanah rizosfer dan nantinya dijadikan
campuran pada pupuk biorganik. Terdapat 5 perlakuan untuk menguji pengendalian
yang paling tepat untuk penyakit layu bakteri, perlakuan pertama yaitu control
(CK), perlakuan kedua yaitu aplikasi pupuk kimia (OF), perlakuan ketiga yaitu
aplikasi biorganik BOF7 (BOF7), perlakuan keempat yaitu aplikasi biorganik
BOF29 (BOF29), dan yang terakhir aplikasi biorganik BOF101 (BOF101).
Tabel 4. Efek pemberian jenis pupuk terhadap penyakit layu bakteri
Berdasarkan tabel diatas perlakuan CK, OF, BOF29, dan BOF101 memberi
pengaruh yang tidak nyata terhadap insiden penyakit layu fusariun, sedangkan pada
perlakuan BOF7 terjadi pengaruh yang nyata. BOF7 ini merupakan pupuk organik
biobasil terbaik yang dapat menghambat pertumbuhan Ralstonia solanacearum di
lapangan. Penyakit layu fusarium dengan intensitas serangan yang rendah akan
meningkatkan produktivitas tembakau per satuan hektar.
Penelitian ini membuktikan bahwa perlakuan biorganik menghasilkan hasil
tanaman yang lebih tinggi daripada pengaplikasian pupuk kimia, selain
meningkatkan produktivitas tembakau biorganik yang diperkaya juga mampu
mengendalikan penyakit layu bakteri secara signifikan. Rendahnya intensitas
serangan layu bakteri akan berdampak pada kenampakan morfologi daun, kualitas
daun yang baik akan meningkatkan mutu tembakau dan nilai jualnya juga akan
tinggi.
4.3 Pengaruh Kadar Nitrogen Tanah pada Lahan Tembakau
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang menjadi hara paling efektif
untuk meningkatkan hasil dan kualitas tembakau. Pemupukan Nitrogen pada
tembakau harus dilakukan dengan tepat karena jika tanaman kekurangan N maka
terjadi defisiensi yang menyebabka daun gugur, sedangkan jika kelebihan kadar N
maka kematangan tanaman akan tertunda. Kadar Nitrogen banyak yang hilang
sebelum asimilasi tanaman, kehilangan Nitrogen ini dikarenakan fenomena
16
pencucian dan penguapan Nitrogen. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir kehilangan Nitrogen yaitu melakukan penerapan manajemen
simpanan Nitrogen yang lebih baik dan metode aplikasi pupuk yang tepat.
17
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan
Indonesia karen memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan budidayanya juga
mudah. Dalam melakukan
5.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., Suryanto, A., dan Aini, N. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit
Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal
Produksi Tanaman, 1(2): 52-60.
Arifin, M., Slamin, S.,dan Retnani, W. E. Y. 2017. Penerapan Metode Certainty
Factor Untuk Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Pada Tanaman
Tembakau. Berkala Sainstek, 5 (1): 21-28.
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Tanamaan Perkebunan.
https://www.bps.go.id/indicator/54/132/1/produksi-tanaman-
perkebunan.html
Djajadi., Hidayati, S. N. 2017. Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan,
Produksi, dan Mutu Tembakau Cerutu Besuki NO. Jurnal Littri, 23 (1):
26- 35.
Gholizadeh, R., Roshan, N. M., Sadeghi, S. M., and Dorodian, H. 2012. Study
Effect of Different Nitrogen and Potassium Fertilizer Application Amount
on Quantitative and Qualitative Characteristic of Tobbaco (male steril
variety, PVH19) in Talesh Region. Scholar Research Library, 3 (11): 5253-
5349.
Liza, F., Sulistijani, W. 2020. Peramalan Produksi dan Luas Area Tanam
Tembakau di Indonesia dengan Metode Artificial Neural Network. Prosiding
Seminar Edusainstech FMIPA UNIMUS. ISBN : 978-602-5614-35-4.
Sallytha, A. A. M., Addy, H. S., dan Mihardjo, P. A. 2014. Penghambatan
Actinomycetes terhadap Erwinia Carotovora Subsp. Carotovora Secara In
Vitro. Berkala Ilmiah Pertanian, 1 (4):70-72.
Soares, T. D. M., Coelho, F. S., Oliveira, V. B. D., Pontes, O., and Pavinato, P. S.
2020. Soil Nitrogen Dynamics Under Tobbaco with Different Fertilizer
Management in Southern Brazil. Geoderma Regional, 21.
Yuan, S., Wang, L., Wu, K., Shi, J., Wang, M., Yang, X., Shen, Q., and Shen, B.
2014. Evaluation of Bacillus-Fortified Organic Fertilizer for Controlling
a\ Tobbaco Bacterial Wilt in Greenhouse and Field Experiments. Applied
Soil Ecology. 75 : 86-94.
19