Anda di halaman 1dari 20

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Upaya Meningkatkan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)


dengan Efisiensi Pemupukan dan Pengendalian Penyakit

Disusun oleh :

Nama : Siwi Anugrah Dewanti

NIM : 205040200111223

Kelas :Q

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, SU.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat makalah dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Tanaman
Tembakau” dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas akhir sebelum pelaksanaan Ujian Tengah Semester Ganjil tahun 2021/2022.
Makalah ini berisikan pendahuluan, tinjauan pustaka, permasalahan, pembahasan,
serta kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat memberi informasi kepada
pembaca mengenai upaya untuk meningkatkan hasil tanaman tembakau.
Saya ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, SU selaku
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman yang telah
membimbing serta memberi wawasan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Keterbatasan pengetahuan penulis tentu membuat makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan
maaf apabila terdapat kesalahan pengetikan, informasi, atau penyampaian pada
makalah ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah upaya peningkatan hasil tanaman tembakau ini.

Tulungagung, 8 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Tanaman Tembakau 3
2.2 Produktivitas Tanaman Tembakau di Indonesia 4
BAB III. KENDALA PRODUKSI TEMBAKAU 7
BAB IV. PEMBAHASAN 9
4.1 Pengaruh Jumlah Aplikasi Pupuk Nitrogen dan Kalium yang Berbeda
terhadap Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Tembakau 9
4.2 Aplikasi Pupuk Organik untuk Mengatasi Layu Bakteri dan
Meningkatkan Produksi Tembakau 10
4.3 Pengaruh Kadar Nitrogen Tanah pada Lahan Tembakau 11
BAB V. KESIMPULAN 13
5.1 Kesimpulan 13
5.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Produktivitas tanaman tembakau pada tahun 2017 sampai 2021 5


Tabel 2. Karakteristik Kuantitatif Tanaman Tembakau 9
Tabel 3. Karakteristik Kualitatif Tanaman Tembakau 10
Tabel 4. Efek pemberian jenis pupuk terhadap penyakit layu bakteri 11
Tabel 5. Hasil Tanaman Tembakau pada Sumber N Berbeda di Kota-Kota Brazil
12

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Tembakau (Arifin et al., 2017)

4
5
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris sehingga sektor pertanian merupakan
sektor vital dalam keberlangsungan kehidupan. Salah satu kekayaan alam yang
dimiliki negara Indonesia sehingga mampu menjadi negara agraris yaitu
biodiversitas tanaman yang tinggi. Komoditas pertanian yang dibudidayakan di
Indonesia sangat beragam. Kegiatan budidaya komoditas tanaman pada suatu
wilayah harus disesuaikan dengan syarat tumbuh komoditas yang akan
dibudidayakan. Biodiversitas tanaman yang beragam di Indonesia sayangnya
belum mampu mencapai nilai produktivitas yang sesuai dengan produktivitas
potensialnya. Rendahnya produktivitas tanaman budidaya di Indonesia ini
dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan. Solusi untuk mengatasi
permasalahan produktivitas tanaman yaitu dengan melakukan upaya-upaya
meningkatkan hasil suatu komoditas tanaman.
Peningkatan hasil pertanian ini harus terus dilakukan sebagai langkah
mendukung ketahanan pangan di masa mendatang, mengingat bahwa Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia dan pada tiap
tahunnya angka kelahiran juga meningkat. Indonesia sebagai negara yang
memiliki jumlah penduduk yang tinggi akan menghadapi tantangan kebutuhan
pangan di masa depan, sehingga peningkatan produksi serta pembangunan
pertanian harus menjadi salah satu fokus utama pembangnan (Anggraini et al.,
2013). Bentuk upaya-upaya untuk meningkatkan hasil tanaman ini sangat
beragam seperti perbaikan cara budidaya, pola tanam, efisiensi pemupukan,
pengaplikasian mulsa, pemberian plant growth promoting rhizobacteria (PGPR),
pengaturan jarak tanam, menanam varietas unggul, dan pemanfaatan legum
inokukan.
Aspek ekonomi merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam
melakukan kegiatan budidaya tanaman serta upaya peningkatan produksi suatu
komoditas. Komoditas tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas
yang memiliki nilai ekonomi yang cukup stabil dan permintaan pasarnya selalu
tinggi. Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
banyak di budidayakan di Indonesia, keberadaan tanaman ini cukup kontroversial.

6
Produksi tembakau dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan
nasional, hal ini dikarenakan pada kegiatan budidaya tembakau masih menemui
hambatan-hambatan yang cukup sulit diselesaikan. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas tembakau dalam negeri karena kegiatan
pemupukan kurang efisien sehingga pertumbuhan tanaman belum optimal dan
hasilnya juga rendah (Djajadi dan Hidayati, 2017).
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu mengetahui bagaiamana kondisi
tanaman tembakau di Indonesia, serta menjelaskan salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi tembakau.
1.3 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh yaitu mahasiswa mampu memahami kondisi
produksi tembakau di Indonesia beserta dengan hambatan-hambatann produksi
yang terjadi, selain itu mahasiswa juga mengetahui pengaruh efisiensi
pemupukann terhadap produksi tembakau Indoneisa.

7
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tembakau
Tembakau merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang
cukup kontroversi karena dianggap tanaman beracun dan berbahaya bagi
kesehatan, tetapi disisi lain tanaman ini merupakan tanaman yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena nilai ekonomis yang cukup tinggi dan pasarnya
mencakup wilayah internasional. Menurut Arifin et al. (2017) tanaman tembakau
merupakan jenis tanaman yang cukup terkenal di Indonesia karena tersebar di
seluruh wilayah nusantara, tanaman ini terkenal sebagai bahan baku utama
pembuatan rokok, selain itu tembakau juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembalut cerutu (dekblad), bahan pengikat (binder), serta pengisi (filler).
Faktanya tanaman tembakau ini tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk industri
rokok saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan baku non rokok yaitu
sebagai parfum dan biofarmaka, pemanfaatan tembakau untuk bahan baku non
rokok masih minim dilakukan. Nilai jual daun tembakau ataupun tembakau
olahan akan tinggi jika mutunya baik, mutu tembakau ini dipengaruhi oleh jenis
tembakau, faktor lingkungan, dan ketepatan teknik budidaya. Pengembangan
komoditas tembakau di Indonesia dinilai sangat strategis karena permintaan pasar
terhadap tembakau ini selalu tinggi.

Gambar 1. Tanaman Tembakau (Arifin et al., 2017)

. Komoditas tembakau menyumbang devisa negara yang cukup besar,


pada tahun 2020 komoditas tembakau menyumbang pendapatan negara mencapai
176 triliyun dengan luasan lahan tembakau mencapai 213.000 ha. Komoditas
tembakau yang dikembangkan di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja yang
cukup besar karena industri tembakau tersebar hampir diseluruh wilayah
Indonesia, dengan wilayah terbesar di Jawa Timur. Produkivitas tembakau di

8
Indonesia berada pada urutan ke 5 dunia, tetapi untuk wilayah ASEAN Indonesia
merupakan negara yang produktivitas per hektarnya terendah. Sebagai penghasil
tembakau ke 5 terbesar di dunia tetapi produksi dalam negeri masih belum mampu
memenuhi permintaan pasar, sehingga sampai saat ini industri tembakau masih
melakukan import tembakau dalam skala yang cukup besar. Jenis tembakau yang
dibudidayakan di Indonesia berdasarkan musimmnya dibagi menjadi dua yaitu
tembakau Voor-Oogst (VO) dan tembakau Na Oogst (NO), tembakau VO
merupakan tembakau yang ditanam pada musim penghujan dan dipanen pada
musim kemarau, sedangkan tembakau NO merupakan jenis tembakau yang
ditanam pada musim kemarau dan di panen pada musim penghujan (Liza dan
Sulistijanti, 2020). Jenis tembakau berdasarkan tembakau yang dihasilkan yaitu
tembakau virgina, tembakau rakyat, tembakau cerutu, tembakau Lumajang,
tembakau burley, dan tembakau asapan.

2.2 Produktivitas Tanaman Tembakau di Indonesia


Produktivitas tembakau pada kurun waktu 5 tahun terakhir ini
menunjukkan angka yang tidak stabil dan masih tergolong rendah karena belum
mampu memenuhi permintaan pasar nasional. Sebelum melakukan upaya
peningkatan hasil tanaman tembakau kita dapat menjadikan tabel produktivitas
tanaman tembakau di Indonesia. Berikut merupakan tabel produktivitas tanaman
tembakau di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir :

9
Tabel 1. Produktivitas tanaman tembakau pada tahun 2017 sampai 2021

Sumber : Badan Pusat Statistik


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa produktivitas tembakau dari
tahun 2017 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
tetapi produktivitas tembakau kembali menurun pada tahun 2020 sampai
sekarang. Produktivitas tanaman tembakau di Indonesia tertinggi pada tahun 2019
dengan jumlah 269.803 ton, dan wilayah penghasil tembakau terbesar yaitu
provinsi Jawa Timur. Pada tabel juga disajikan data hasil panen tembakau tahun
2021 sebesar 261.011 ton, tetapi angka tersebut masih angka produktivitas

10
sementara sehingga kapan saja bisa berubah. Produktivitas tembakau yang masih
rendah dan tidak stabil dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang cukup
kompleks seperti menyempitnya lahan pertanian, kondisi lingkungan yang tidak
stabil, teknik budidaya yang kurang tepat, dan serangan organisme pengganggu
tanaman sehingga petani gagal panen. Kondisi lingkungan yang tidak stabil
menyebabkan tanaman tembakau memiliki kualitas yang kurang baik sehingga
pelaku industri tembakau akan lebih memilih melakukan import daripada
membeli tembakau lokal, hal tersebut tentunya dapat menurunkan minat petani
untuk melakukan budidaya tembakau.

11
BAB III. KENDALA PRODUKSI TEMBAKAU

Kegiatan budidaya tanaman tentunya akan mengalami berbagai kendala


dalam pelaksanaannya, kendala yang muncul masih sangat kompleks dan saling
berkaitan. Kendala-kendala yang muncul akan mengurangi produksi tanaman
budidaya tak terkecuali pada kegiatan budidaya tembakau. Semakin beragam
hambatan pada kegiatan budidaya tembakau berdampak pada semakin rendahnya
produksi tembakau. Beberapa kendala pada kegiatan budidaya tembakau yaitu
serangan organisme pengganggu tanaman, penyempitan lahan, hilangnya minat
petani untuk mengembangkan tembakau, teknologi budidaya yang kurang tepat,
dan pemupukan yang tidak efisien. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Sallytha et al. (2014) usaha peningkatan produksi tembakau di Indonesia masih
sulit dilakukan karena terdapat faktor-faktor pembatas di lapangan, faktor
pembatas utama yaitu serangan organisme pengganggu tanaman yang sulit
dikendalikan dan kegiatan pemupukan yang tidak tepat
Teknologi budidaya yang kurang tepat pada tanaman tembakau dikarenakan
para petani tembakau di Indonesia cenderung tidak mau merubah teknik budidaya
yang sudah dilakukan sejak dahulu dengan berdasar pengalaman perorangan dari
tahun ke tahun tanpa melakukan modifikasi dalam aspek-aspeknya. Rendahnya
produktivitas tanaman tembakau dapat diawali karena salah melakukan
pembibitan dan memilih bibit tanaman yang baik, selanjutnya kesalahan akan
berlanjut pada kegiatan pengolahan lahan. Pengolahan lahan tembakau ini
seringkali hanya melakukan pembajakan dan dikoak saja untuk membuat lubang
tanam tanpa kegiatan pembersihan gulma dengan baik, gulma-gulma tersebut
nantinya akan bersaing merebutkan unsur hara dengan tanaman tembakau di awal
pertumbuhan sehingga pertumbuhannya terhambat. Pertumbuhan yang lambat
tersebut juga berpengaruh terhadap produksi tembakau karena pada umur panen
daun tembakau bisa saja belum menunjukkan ciri-ciri siap panen.
Aspek terpenting dalam kegiatan budidaya tanaman yaitu hal pupuk dan
pemupukan. Pupuk merupakan seluruh bahan-bahan organik ataupun bahan kimia
yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk penunjang
pertumbuhannya, sedangkan pemupukan merupakan kegiatan memberikan pupuk
pada tanaman budidaya. Tidak efisiennya pemupukan pada kegiatan budidaya

12
dikarenakan penggunaan jenis pupuk kimia yang berlebihan sehingga sifat-sifat
tanah rusak dan kandungan unsur hara tidak dapat diserap oleh akar tembakau.
Sebagian besar petani tembakau di Indonesia menggunakan pupuk kimia tunggal
yang mengandung hara N-amonium yaitu jenis pupuk ZA dan urea, sedangkan
untuk pemenuhan fosfor menggunakan SP-36, dan pupuk Kalsapeter sebagai
sumber N, Ca, dan Mg (Djajadi dan Hidayati, 2017). Penggunaan pupuk kimia
dengan kandungan zara tunggal dan dosis yang tidak tepat dapat menurunkan
mutu dan produksi tembakau. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini yaitu melakukan kombinasi antara pupuk organik dan anorganik
dengan takaran yang tepat, dan waktu yang tepat sehingga tanaman dapat
memanfaatkan hara secara optimal dan produktivitasnya juga maksimal.

13
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Jumlah Aplikasi Pupuk Nitrogen dan Kalium yang Berbeda
terhadap Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Tembakau
Hasil produksi suatu tanaman dipengaruhi berbagai faktor, salah satu
faktor tersebut yaitu pemberian nutrisi atau pupuk. Unsur hara nitrogen dan
Kalium merupakan hara esensial yang dibutuhkan tembakau dalam jumlah yang
cukup banyak. Kedua unsur hara tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, dan hasil tembakau. Defisiensi unsur hara makro menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tembakau terhambat serta daun tanaman
tembakau mengalami nekrosis. Berlatar belakang hal tersebut maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah aplikasi pupuk nitrogen dan kalium
yang berbeda terhadap karakteristik kuantitatif dan kualitatif tembakau. Perlakuan
pupuk nitrogen terdiri dari N1 = 0 kg, N2 = 34,5 kg, N3 = 69 kg, sedangkan
perlakuan kalium yaitu K1 = 0 kg, K2 = 75 kg, K3 = 150 kg, dan K4 = 225 kg.

Tabel 2. Karakteristik Kuantitatif Tanaman Tembakau

Karakter kuantitatif yang dijadikan parameter pengamatan yaitu panjang


daun, lebar daun, jumlah daun, diameter batang, tinggi tanaman, dan indeks luas
daun. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pupuk nitrogen dan
kalium pada variasi 1 dan variasi 2 berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh
parameter pengamatan kuantitatif. Variasi 3 dan variasi 4 menunjukkan hasil yang
berbeda nyata pada beberapa parameter pengamatan. Tabel diatas menunjukkan
bahwa perlakuan 4 merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan
karakteristik kuantitatif tanaman tembakau.

14
Tabel 3. Karakteristik Kualitatif Tanaman Tembakau

Karakteristik kualitatif yang diamati pada penelitian ini yaitu kandungan


nikotin dan gula pada daun bagian dasar, daun bagian tengah, dan daun bagian
ujung. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada semua variasi efek interaksi
pengaplikasian pupuk nitrogen dan kalium terhadap kandungan nikotin dan gula
pada tiga bagian daun tidak berpengaruh nyata, tetapi hasilnya cukup meningkat.
Nitrogen dan kalium adalah dua makronutrien utama untuk mencapai hasil
yang tinggi pada tanaman tembakau. Ketersediaan nitrogen dan kalium yang
cukup dapat meningkatkan hasil kuantitas dan kualitas. Tembakau adalah tanaman
industri yang selain hasil kuantitas tinggi harus memiliki hasil kualitas optimal
supaya nilai ekonomisnya lebih tinggi. Berkaitan dengan hasil yang diperoleh
dari penelitian ini pemanfaatan pupuk nitrogen dan kalium dapat meningkatkan
karakteristik kuantitatif dan kualitatif dalam varietas tembakau steril laki-laki,
PVH19. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan hasil tanaman tembakau.
4.2 Aplikasi Pupuk Organik untuk Mengatasi Layu Bakteri dan
Meningkatkan Produksi Tembakau
Pupuk organik merupakan jenis pupuk yang berasal dari bahan-bahan
organik sehingga ramah lingkungan. Pupuk organik juga dapat diperoleh dari
isolate-isolat bakteri yang menguntungkan. Penyakit layu bakteri merupakan
penyakit penting pada tanaman tembakau, penyakit ini menyebabkan penurunan
produksi cukup tinggi. Layu bakteri merupakan penyakit vascular sistemik yang
disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, patogen ini merupakan patogen tular
tanah yang mematikan, persistensi, kisaran inang luas, dan menyebar hampir di

15
seluruh dunia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi layu bakteri yaitu
menggunakan bakteri antagonis dari tanah rizosfer dan nantinya dijadikan
campuran pada pupuk biorganik. Terdapat 5 perlakuan untuk menguji pengendalian
yang paling tepat untuk penyakit layu bakteri, perlakuan pertama yaitu control
(CK), perlakuan kedua yaitu aplikasi pupuk kimia (OF), perlakuan ketiga yaitu
aplikasi biorganik BOF7 (BOF7), perlakuan keempat yaitu aplikasi biorganik
BOF29 (BOF29), dan yang terakhir aplikasi biorganik BOF101 (BOF101).
Tabel 4. Efek pemberian jenis pupuk terhadap penyakit layu bakteri

Berdasarkan tabel diatas perlakuan CK, OF, BOF29, dan BOF101 memberi
pengaruh yang tidak nyata terhadap insiden penyakit layu fusariun, sedangkan pada
perlakuan BOF7 terjadi pengaruh yang nyata. BOF7 ini merupakan pupuk organik
biobasil terbaik yang dapat menghambat pertumbuhan Ralstonia solanacearum di
lapangan. Penyakit layu fusarium dengan intensitas serangan yang rendah akan
meningkatkan produktivitas tembakau per satuan hektar.
Penelitian ini membuktikan bahwa perlakuan biorganik menghasilkan hasil
tanaman yang lebih tinggi daripada pengaplikasian pupuk kimia, selain
meningkatkan produktivitas tembakau biorganik yang diperkaya juga mampu
mengendalikan penyakit layu bakteri secara signifikan. Rendahnya intensitas
serangan layu bakteri akan berdampak pada kenampakan morfologi daun, kualitas
daun yang baik akan meningkatkan mutu tembakau dan nilai jualnya juga akan
tinggi.
4.3 Pengaruh Kadar Nitrogen Tanah pada Lahan Tembakau
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang menjadi hara paling efektif
untuk meningkatkan hasil dan kualitas tembakau. Pemupukan Nitrogen pada
tembakau harus dilakukan dengan tepat karena jika tanaman kekurangan N maka
terjadi defisiensi yang menyebabka daun gugur, sedangkan jika kelebihan kadar N
maka kematangan tanaman akan tertunda. Kadar Nitrogen banyak yang hilang
sebelum asimilasi tanaman, kehilangan Nitrogen ini dikarenakan fenomena

16
pencucian dan penguapan Nitrogen. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir kehilangan Nitrogen yaitu melakukan penerapan manajemen
simpanan Nitrogen yang lebih baik dan metode aplikasi pupuk yang tepat.

Tabel 5. Hasil Tanaman Tembakau pada Sumber N Berbeda di Kota-Kota Brazil

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sumber Nitrogen yang


berbeda pada tanah di 5 kota di wilayah Brzail Selatan tidak berpengaruh nyata
terhadap 6 perlakuan. Perlakuan CS dan CS1/2 yaitu penggunaan cendawan Chilli
memiliki emisi ammonia terendah ke atmosfer sehingga cendawan ini merupakan
cendawan efektif untuk mempertahankan kadar N dalam larutan tanah.
Pengaplikasian pupuk kimia dengan terus-terusan dan tidak tepat menyebabkan
kehilangan N semakin tinggi sehingga tidak akan tersedia untuk tanaman tembakau.
Efisiensi serapan unsur Nitroge juga dipengaruhi oleh cara pemupukan, cara
pengaplikasian pupuk berpengaruh terhadap pergerakan Nitrogen menuju daerah
perakaran. Tanaman tembakau yang kebutuhan Nitrogennya selalu terpenuhi akan
menghasilka produktivitas cukup tinggi dengan kadar nikotin yang tinggi pula.

Berdasarkan ketiga jurnal yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa


kegiatan pemupukan merupakan kegiatan vital untuk upaya meningkatkan hasil
suatu tanaman. Mengingat kondisi lahan pertanian yang sudah rusak seharusnya
diperbaiki dengan penambahan bahan-bahan organik dan kegiatan budidaya
tembakau berbasis lingkungan supaya produktivitas juga bisa meningkat.
Tembakau merupakan tanaman yang memerlukan hara makro Nitrogen dan Kalium
untuk meningkatkan produktivitasnya, kedua unsur hara tersebut juga berpengaruh
terhadap kadar nikotin tembakau.

17
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan
Indonesia karen memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan budidayanya juga
mudah. Dalam melakukan
5.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., Suryanto, A., dan Aini, N. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit
Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal
Produksi Tanaman, 1(2): 52-60.
Arifin, M., Slamin, S.,dan Retnani, W. E. Y. 2017. Penerapan Metode Certainty
Factor Untuk Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Pada Tanaman
Tembakau. Berkala Sainstek, 5 (1): 21-28.
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Tanamaan Perkebunan.
https://www.bps.go.id/indicator/54/132/1/produksi-tanaman-
perkebunan.html
Djajadi., Hidayati, S. N. 2017. Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan,
Produksi, dan Mutu Tembakau Cerutu Besuki NO. Jurnal Littri, 23 (1):
26- 35.
Gholizadeh, R., Roshan, N. M., Sadeghi, S. M., and Dorodian, H. 2012. Study
Effect of Different Nitrogen and Potassium Fertilizer Application Amount
on Quantitative and Qualitative Characteristic of Tobbaco (male steril
variety, PVH19) in Talesh Region. Scholar Research Library, 3 (11): 5253-
5349.
Liza, F., Sulistijani, W. 2020. Peramalan Produksi dan Luas Area Tanam
Tembakau di Indonesia dengan Metode Artificial Neural Network. Prosiding
Seminar Edusainstech FMIPA UNIMUS. ISBN : 978-602-5614-35-4.
Sallytha, A. A. M., Addy, H. S., dan Mihardjo, P. A. 2014. Penghambatan
Actinomycetes terhadap Erwinia Carotovora Subsp. Carotovora Secara In
Vitro. Berkala Ilmiah Pertanian, 1 (4):70-72.
Soares, T. D. M., Coelho, F. S., Oliveira, V. B. D., Pontes, O., and Pavinato, P. S.
2020. Soil Nitrogen Dynamics Under Tobbaco with Different Fertilizer
Management in Southern Brazil. Geoderma Regional, 21.
Yuan, S., Wang, L., Wu, K., Shi, J., Wang, M., Yang, X., Shen, Q., and Shen, B.
2014. Evaluation of Bacillus-Fortified Organic Fertilizer for Controlling
a\ Tobbaco Bacterial Wilt in Greenhouse and Field Experiments. Applied
Soil Ecology. 75 : 86-94.

19

Anda mungkin juga menyukai