Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PENGARUH APLIKASI PUPUK NPK KOCORAN TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) DI
KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG
TIMUR SUMATRA BARAT

Oleh :

DINA BUNGA ISTIANI


11980224286

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PENGARUH APLIKASI PUPUK NPK KOCORAN TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) DI
KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG
TIMUR SUMATRA BARAT

Oleh :

DINA BUNGA ISTIANI


11980224286

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Praktek Kerja Lapang

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Aplikasi Pupuk NPK Kocoran Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Sawi ( Brassica Juncea L.) Di Kelurahan Ganting
Kecamatan Padang Panjang Timur Sumatra Barat.
Nama : Dina Bunga Istiani
NIM : 11980224286
Program Stud : Agroteknologi

Menyetujui,
Pembimbing,

Dr. Drs. Ahmad Darmawi, M. Ag


NIP. 196606041992031004

Mengetahui:

Dekan Ketua
Fakultas Pertanian dan Peternakan Program Studi Agroteknologi

Dr.Arsyadi Ali, S. Pt.,M.Agr.Sc Dr. Rosmaina.,S.P.,M.Si


NIP.197107062007011031 NIP. 197907122005042002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapang ini yang berjudul “ Pengaruh Aplikasi Pupuk Npk
Kocoran Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Di
Kelurahan Ganting Kecamatan Padang Panjang Timur Sumatra Barat “ yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di program studi
Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Salawat dan
salam tidak lupa penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu “Alaihi
Wasalam., yang mana berkat rahmat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh
dengan ilmu pengetahuan ini.
Dalam proses Kraktik Kerja Lapang dan penyusunan laporan Paktek Kerja
Lapang ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis senantiasa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Syamsurizal (Ayah) dan Nurladi (Ibu) selaku orang tua yang selalu dan
senantiasa memberikan dukungan serta do’a
2. Bapak Nulfrayatman dan Bapak Syamsul Bahri Sutan Basa selaku pembimbing
lapangan yang telah meluangkan waktu dalam mendampingi dan memberikan
saran serta masukan sehingga laporan PKL ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Dr. Drs. Ahmad Darmawi, M. Ag selaku dosen pembimbing PKL
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau Jurusan Agroteknologi.
4. Bapak Dr. Rosmaina., S.P.,M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Penulis ucapkan terima kasih kepada P4S Permata Ibu Padang Panjang yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan magang dan juga kesempatan
untuk dapat menimba ilmu dan melatih keterampilan dalam berbagai
parameter.
6. Terimakasih kepada semua pihak baik itu teman atau lainnya yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.

i
Akhir kata, semoga laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat berguna untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua baik masa kini maupun
untuk masa yang akan mendatang. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa
meridhai segala langkah dan kegiatan kita. Aamiin.

Pekanbaru, Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR SINGKATAN vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1 Sejarah Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) 4
2.2 Deskripsi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) 5
2.3 Jenis-jenis Tanaman sawi 6
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi 7
2.5 Pupuk NPK 8

III. METODE PELAKSANAAN 10


3.1 Tempat dan Waktu 10
3.2 Alat dan Bahan 10
3.3 Metodologi 10
3.4 Pengamatan 11
3.5 Kegiatan Praktek Kerja Lapang 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14


4.1 Gambaran Umum Lokasi PKL 14
4.2 Tekhnik Pemupukan dan Kosentrasi Pupuk Kocoran NPK pada
Tanaman Sawi 16
4.3 Hasil dan Pembahasan 17

V. PENUTUP 23
5.1 Kesimpulan 23
5.2 Saran 23

iii
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 27

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Tinggi tanaman pada tanaman sawi pada berbagai perlakuan 18
2. Jumlah daun (helai) pada tanaman sawi dengan berbagai Perlakuan 19
3. Panjang daun (cm) pada tanaman sawi pada berbagai perlakuan 20
4. Lebar daun (cm) pada tanaman sawi dengan berbagai perlakuan 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Tanaman Sawi 4
2.2 Morfologi Tanaman Sawi 6
2.3 Pupuk NPK 8
3.1 Mengukur Tinggi Tanaman 11
3.2 Menghitung Jumlah Daun 11
3.3 Mengukur Lebar Daun 12
3.4 Mengukur Panjang Daun 12
4.1 Lokasi P4S Permata Ibu 14
4.2 Struktur Kepengurusan P4S Permata Ibu 16
4.3 Proses Pembuatan Kocoran Pupuk NPK 16

vi
DAFTAR SINGKATAN

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


K Kalium
KWT Kelompok Wanita Tani
mL Mililiter
MST Minggu Setelah Tanam
N Nitrogen
NPK Nitrogen, Phosphat dan Kalium
P Phosphat
PH Power of Hydrogen
P4S Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan
PKL Praktek kerja Lapang
STA Sub Terminal Agribisnis

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kegiatan Praktek Kerja Lapang 27


2. Jurnal Harian Praktek Kerja Lapang 31
3. Dokumentasi Praktek Kerja Lapang 55

viii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran
famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China. Sawi
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, namun sayuran ini sudah cukup populer
dan diminati dikalangan masyarakat (Darmawan, 2009). Tanaman sawi rasanya
sangat enak serta mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia
seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, fosfor, zat besi, natrium, kalium,
dan sumber vitamin A. Kandungan gizi serta rasanya yang enak, membuat sawi
menjadi salah satu produk pertanian yang diminati masyarakat, sehingga
mempunyai potensi serta nilai komersial tinggi (Rukmana, 2005).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) produksi sayuran sawi di
Indonesia dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan dari 580.969 ton
menjadi 635.728 ton, namun tahun 2014 sampai 2015 telah mengalami
mengalami penurunan dari 602.468 ton menjadi 580.51 ton. Data tersebut
menunjukan bahwa terjadinya fluktuasi produksi sawi, bahkan telah mengalami
penurunan pada tiga tahun terakhir. Berdasarkan data statistik pertanian secara
nasional kemampuan produksi tanaman sawi Indonesia 8-10 ton/ha. Sementara
untuk Sulawesi Tenggara produksi sawi rata-rata 3,74 ton ha-1 dengan luas panen
165ha (BPS Sulawesi Tenggara, 2010).
Produktivitas tanaman sawi di sumatra Barat pada tahun 2013 dan 2017
mengalami peningkatan. Pada tanaman kol dan sawi, produktivitas meningkat
hingga 31,42 ton/ha pada tahun 2017. Pada tanaman sawi, produktivitas pada tahun
2013 yaitu 8,16 ton/ha, sedangkan pada tanaman kol bunga, produktivitas pada
tahun 2013 yaitu 13,06 ton/ha sedangkan pada tahun 2017 produktivitas meningkat
hingga 14,19 ton/ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatra Barat, 2018)
Penggunaan pupuk NPK dapat mejadi solusi dan alternatif dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi. Penggunaan pupuk NPK diharapkan
dapat memberikan kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan dapat
meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta dapat
dimanfaatkan lansung oleh tanaman (Lestari, 2011).

1
Menurut Barbarick (2006), Pemberian pupuk NPK pengaruhnya sangat
besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Nursanti (2009)
melaporkan hasil penelitiannya bahwa pemberian pupuk NPK menyebabkan
tanaman sawi tumbuh dengan baik ditandai dengan tanaman yang tinggi, daunnya
banyak dan tanamannya berat.
Fungsi dan manfaat pupuk NPK bagi tanmana yaitu, Unsur N, P, dan K yang
tinggi dan seimbang sangat berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman secara keseluruhan baik vegetatif maupun generatif, dan memacu
pembungaan dan pembuahan, memacu perkembangan dan pertumbuhan akar,
batang, tunas, dan daun, meningkatkan kandungan protein, karbohitdrat dan pati,
membuat batang tanaman menjadi lebih hijau dan segar. Serta berperan memacu
pertumbuhan anakan pada tanaman, unsur K yang tinggi berperan dalam
meningkatkan kualitas hasil panen dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
penyakit (Novizan, 2007). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk
membahas lebih lanjut tentang pemanfaatan aplikasi pupuk kocoran NPK terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi di P4S Permata Ibu Kelurahan
Ganting Kecamatan Padang Panjang Timur Sumatra Barat.

1.2 Tujuan
Tujuan melakukan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang aplikasi teori
lansung dilapangan.
2. Untuk salah satu syarat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang.
3. Untuk mengetahui konsentrasi pupuk kocoran NPK yang tepat terhadap
tanaman sawi.
4. Untuk mengetahui cara pemberian kocoran NPK beserta interaksinya terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktik kerja lapangan ini adalah dapat memberikan
pengetahuan dan pengalaman terutaman dalam prosedur yang baik dan benar

2
tentang budidaya tanaman sawi, cara pemupukan dan pemberian dosis kocoran
pupuk NPK yang efektif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

2.1 Tanaman Sawi

Sawi merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur
sayuran yang dimanfaatkan daun-daun yang masih muda. Daerah asal tanaman sawi
diduga dari Tiongkok dan Asia Timur, di daerah Tiongkok, tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina
dan Taiwan. Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga pada abad XIX.
Bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama
kelompok kubis-kubisan. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain Cipanas,
Lembang, Pengalengan, Malang dan Tosari. Terutama daerah yang mempunyai
ketinggian diatas 1.000 meter dari permukaan laut (Susila, 2006).

Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran dari keluarga cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Tanaman sawi berasal dari Tiongkok (China)
dan Asia Timur. Di daerah Cina tanaman ini dibudidayakan sejak 2500 tahun yang
lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia
pada abad XIX bersama dengan lintas perdagangan jenis sayuran subtropis lainnya.
Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang Pangalengan
(Rukmana, 2007).

Sebutan sawi bagi orang asing adalah Mustard. Perdagangan internasional


dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta
mustard. Orang jawa, madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang sunda
menyebutnya sasawi (Eko margiyanto, 2007).

4
2.2 Deskripsi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Sawi
Menurut Haryanto (2007) berdasarkan taksonominya, Tanaman sawi
(Brassica juncea L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae,
Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo :
brassicales, Famili : Brassicaceae, Genus : Brassica, Spesies : Brassica juncea L.
2.2.2 Morfologi Tanaman Sawi
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) memiliki akar tunggang dan cabang-
cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silinder) menyebar ke semua arah pada
kedalaman antara 3-5 cm. Akar ini berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan
dari dalam tanah serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Ahmad, 2010).
Batang (Caulis) sawi pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(Rukmana, 2007). Cahyono (2003) menambahkan bahwa sawi memiliki batang
sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah.
Batang sejati ini bersifat tidak keras dan bewarna kehijauan atau keputih-putihan.
Secara umum tanaman sawi mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu,
dan tidak berkrop. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku, tetapi kuat
(Sunarjono, 2003).
Umumnya sawi mudah berbunga secara alami, baik didaratan tinggi
maupun daratan rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(Inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap
bunga bewarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu putik yang berongga
dua (Rukmana, 2007).
Penyerbukan bunga sawi dapat berlansung dengan bantuan serangga lebah,
maupun tangan manusia, hasil penyerbukan ini berbentuk buah yang berisi biji,
buah sawi termasuk tipe polong yani bentuknya panjang dan berongga, tiap polong
berisi 8 butir biji. Biji sawi berbentuk bulat kecil bewarna coklat atau coklat
kehitam-hitaman (Supriati dan Herlina, 2010). Buah sawi termasuk tipe buah
polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8
butir biji. Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin dan
sedikit mengkilat, agak keras, dan bewarna coklat kehitaman (Fransisca, 2009).

5
a b c
..
. ..
.

d e

..
Gambar 2.2 ..Morfologi Tanaman Sawi.
.. a). Akar b). Batang c). Daun d). Biji
. .
. e). Bunga.

2.3 Jenis-Jenis Tanaman Sawi


Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan
daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran). Di Indonesia penyebutan sawi
biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang
disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu juga terdapat sawi putih
(Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau
olahan asinan. Jenis lainnya adalah sawi sayur (untuk membedakannya dengan
caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah jenis sayuran
daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi
bahan campuran mie goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis
sayuran daun kerabat sawi (Haryanti et al., 2002).
Tanaman sawi dikembangkan dengan generatif (dengan biji) yang dimulai
dengan penyemaian dan sawi dapat dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Sawi putih (Brassica juncea L. var. rugosa Roxb. & Prain)
Sawi dengan jenis ini memiliki ciri-ciri batangnya pendek, tegap dan daun-
daunnya lebar bewarna hijau tua, tangkai daunnya bersayap melengkung ke bawah.
Daunnya sawi putih ini agak halus dan tidak berbulu. Tulang daunnya lebar,
bewarna hijau keputih-putihan, dan bertangkai pendek. Biasanya jenis sawi ini
dibudidayakan pada daerah yang kering.

6
b. Sawi hijau (Brassica juncea L.)

Sawi jenis ini memiliki ciri-ciri batangnya pendek, dan daun-daunnya


bewarna hijau keputih-putihan. Sawi jenis ini memiliki batang yang pendek dan
tegak. Daunnya yang lebar bewarna hijau tua, bertangkai pipih, kecil dan memiliki
bulu halus pada daunnya.

c. Sawi huma
Adalah jenis sawi yang memiliki ciri-ciri batangnya yang kecil panjang dan
lansing, daunnya panjang dan agak sempit bewarna hijau keputih-putihan, tangkai
daunnya panjang bersayap. Batang pada sawi ini panjang, kecil, dan lansing.
Memiliki daun panjang sempit, dengan warna hijau keputih-putihan, bertangkai
panjang dan berbulu halus.
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) tumbuh dengan baik pada curah hujan
yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelansungan hidup tanaman karena
ketersediaan air tanah yang mencukupi. Sawi hijau tergolong tanaman yang tahan
terhadap curah hujan, sehingga penanaman saat musim hujan dapat memberikan
hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan sawi hijau
adalah 1000-1500 mm/tahun (Cahyono, 2003). Sawi pada umumnya ditanam
didaerah daratan rendah. Tanaman sawi ini juga tahan terhadap suhu panas (tinggi)
juga sangat mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami saat kondisi iklim
tropis Indonesia (Haryanto, dkk., 2007).
Ketinggian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sawi berkisar 100-
500 meter diatas permukaan laut (Supriati dan Herliana, 2010). Media tanam yang
cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus,
subur serta pembuangan airnya baik. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimal
untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-7.
a. Tanah
Tanaman sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, sawi lebih cocok
ditanam pada tanah lempung berpasir seperti jenis tanah andosol. Sifat biologis
tanah yang baik untuk pertumbuhan sawi adalah tanah yang mengandung banyak
unsur hara. Tanah yang memiliki banyak jasad renik atau organisme pengurai dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

7
b. Iklim
Menurut Rukmana (2007) iklim yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
sawi adalah daerah yang bersuhu 15,6 0C pada malam hari dan 21,1 oC disiang hari.
Untuk dapat melakukan fotosintesis dengan baik, sawi memerlukan cahaya
matahari selama 10-13 jam. Ada beberapa varietas sawi yang toleran dan dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 27-320C.
c. pH
tingkat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk tanaman sawi antara 6-7.
Saat melakukan penanaman sebaiknya dilakukan pengukuran pH tanah sehingga
saat pH tanah tidak sesuai dilakukan pengapuran. Tujuan dilakukanya pengapuran
adalah untuk menaikan atau menurunkan pH tanah agar sesuai dengan pH tanah
untuk penanaman tanaman sawi (Zulkarnain, 2013).
d. Ketinggian Tempat
Ketinggian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sawi berkisar 100-
500 meter diatas permukaan laut (Supriati dan Herliana, 2010).
2.5 Kocoran Pupuk NPK

Gambar 2.3 Pupuk NPK

Penggunaan pupuk anorganik NPK dapat menjadi solusi dan alternatif


dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran khususnya tanaman sawi.
penggunaan pupuk NPK dapat memberikan kemudahan dalam pengaplikasian
dilapangan dan juga dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan
tanah untuk dimanfaatkan lansung oleh tanaman. Pemberian pupuk anorganik
kedaam tanah dapat menambah ketersediaan hara yang cepat bagi tanaman. Fungsi
nitrogen untuk sayuran adalah sebagai penyusunan protein, untuk pertumbuhan
pucuk tanaman dan menyuburkan pertumbuhan vegetatif. Fungsi phospor

8
dibutuhkan dalam pembentukan bunga, buah dan biji, meransang pertumbuhan
akar. Kekurangan pupuk phospor akan menyebabkan tanaman tubuh kerdil,
pembungaan dan pembentukan biji terhambat, serta tanaman menjadi lemah
sehingga mengakibatkan tanaman mudah tumbang. Unsur kalium berperan dalam
proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi yang merupakan hal penting
dalam pertumbuhan (Sutejo dan Mariah, 2007).
Pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan
warna daun menjadi lebih hijau dan meningkatkan ratio pucuk akar. Oleh karena
itu pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan
tanaman (Nur dan Thohari, 2005). Pemberian nitrogen pada dosis yang tepat akan
meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan metabolisme tanaman,
pembentukan protein, karbohidrat, akibatnya pertumbuhan dan produksi tanaman
meningkat (Lakitan, 2008).
Keunggulan pupuk anorganik yaitu mengandung unsur hara tertentu,
misalnya N saja, NPK mengandung semua unsur sehingga penggunaannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk anorganik
biasanya mudah larut sehingga lebih cepat dimanfaatkan tanaman, pemakaiannya
dan pengangkutannya lebih praktis (Krairunisa, 2015). Menurut Pirngadi, dkk.,
(2005) salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi, juga dapat meningkatkan
kualitas lahan dan hasil tanaman dengan pemberian pupuk majemuk. Keuntungan
penggunaan pupuk majemuk adalah penggunaan lebih efisien baik dari segi
pengangkutan maupun penyimpanan. Selain itu pupuk majemuk seperti NPK dapat
menghemat watu, ruangan dan biaya.
Kandungan unsur hara makro pada pupuk anorganik sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman, karena pupuk anorganik mampu menyediakan hara
dalam waktu yang relatih cepat, menghasilkan nutrisi yang dapat diserap tanaman
juga kandungan nutrisi yang lebih banyak, unsur yang sering dijumpai dalam pupuk
anorganik adalah unsur N, P, dan K (Subhan, 2004).

9
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dimulai pada tanggal 1 Juli
2021 sampai 30 Juli 2021 kegiatan dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian Dan
Pedesaan Swadaya (P4S) Permata Ibu, Kelurahan Ganting Kecamatan Padang
Panjang Timur Kota Padang Panjang Provinsi Sumatra Barat Indonesia.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember plastik, pengaduk,
gelas ukur, alat pengocor, penggaris, kalkulator, label, spidol, kamera digital, dan
alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian , antara lain : bibit sawi, pupuk
NPK dan air.
3.3 Metodologi
3.3.1 Observasi
Pengamatan secara lansung mengenai tahapan-tahapan dalam proses
pemupukan tanaman sawi menggunakan Pupuk NPK dengan cara kocoran di P4S
Permata Ibu.
3.3.2 Wawancara
Proses pengumpulan informasi secara lansung yang dilakukan melalui
wawancara tanya jawab dengan pendamping dilapangan dan petani tentang
bagaimana metode dan dosis yang tepat untuk pengaplikasian pupuk NPK kocoran
terhadap tanaman sawi dan juga mengidentifikasi masalah dan mencari
pemecahannya kemudian didiskusikan dengan pembimbing lapangan atau petani
kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ada.
3.3.3 Praktek
Mempraktekkan secara lansung bagaimana cara pengaplikasian pupuk NPK
kocoran dengan tekhnik yang benar dan penggunaan dosis yang tepat sesuai dengan
aplikasi pupuk kocoran NPK di P4S Permata Ibu yang dilakukan oleh petani.
3.3.4 Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan untuk memperkuat agrumentasi dan hasil temuan
dilapangan, penulis mencari referensi pendukung dan juga teori yang berkaitan
dengan materi pembahasan agar terjadi korelasi atau kesinambungan antara teori

10
dan aplikasi dilapangan. Sumber referensi yang digunakan penulis berupa buku,
jurnal, skripsi dan media lainnya.
3.4 Pengamatan
Parameter pengamatan yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu:
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun
tertinggi pada saat pengukuran, tinggi tanaman diukur setiap 7 hari sekali atau 1
kali dalam seminggu selama 3 minggu. Pengukuran pertama dilakukan saat
tanaman berumur 2 minggu atau 14 HST.

Gambar 3.1. Mengukur Tinggi Tanaman


b. Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah membuka sempurna,
perhitungan dilakukan dengan cara manual dengan menghitung satu persatu daun
pada tanaman. Perhitungan dilakukan setiap 1 kali seminggu selama 3 minggu
setelah pemberian kocoran pupuk NPK.

Gambar 3.2. Menghitung Jumlah Daun


c. Lebar Daun (cm)
Pengukuran lebar daun dilakukan dengan cara memilih daun terlebar dan
mengukur daun tanaman sawi terlebar dimulai dari pinggiran daun sampai

11
pinggiran daun lainnya. Pengukuran dilakukan setiap 1 kali seminggu selama 3
minggu setelah pemberian kocoran pupuk NPK.

Gambar 3.3. Mengukur Lebar Daun


d. Panjang Daun (cm)
Pengukuran panjang daun dilakukan dengan cara mengukur daun pada
tanaman sawi yang terpanjang mulai dari pangkal daun sampai ujung daun. .
Pengukuran dilakukan setiap 1 kali seminggu selama 3 minggu setelah pemberian
kocoran pupuk NPK.

Gambar 3.4. Mengukur Panjang Daun.


3.5 Kegiatan Praktik Kerja Lapang
Dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini ada beberapa kegiatan yang
dilakukan diantaranya kegiatan praktek dilapangan dan pemberian materi tentang
ilmu-ilmu didunia pertanian yang di bisa didapat saat dilapangan. Kegiatan praktek
kerja lapang dilakukan setiap hari senin – saptu dimulai pada pukul 08.30 WIB -
12.00 WIB. Pada minggu pertama sampai selesai kami melaksanakan kegiatan
Praktik Kerja Lapang di lahan kelompok Tani Jaya Bersama yang dibimbing oleh
bapak Syamsul Bahri dan bapak Nulfryatman. Dalam kegiatan di lapangan
dilakukan beberapa kegiatan diantaranya pengolahan lahan, penanaman tanaman
daun bawang dan padi, pembuatan kompos atau pukan, pemupukan tanaman cabai
merah, penyiangan pada daun bawang, perempelan tanaman terong dan tomat, dan

12
kegiatan panen dan pasca panen beberapa tanaman, cabai merah, cabai rawit, terung
dang tomat.
Selain itu kami juga melakukan kunjungan lapangan ke Sub Terminal
Agribisnis (STA) melihat proses kegiatan transaksi penjualan barang pertanian oleh
petani ke pengepul juga kunjungan ke Kelompok Wanita Tani ( KWT ) dan melihat
proses pembuatan pupuk Organik.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi PKL

Gambar 4.1 Lokasi P4S Permata Ibu


Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Permata Ibu terletak
disebuah kota yang sejuk, dikelilingi oleh gunung merapi dan juga gunung
singgalang yang dikelola oleh para petani. letak P4S Permata Ibu sekitar 2 KM dari
kota Padang Panjang di Provinsi Sumatra Barat. Secara administratif lokasi
kegiatan PKL ini berada di Jalan syekh ibrahim musa RT 07 kelurahan ganting
Kecamatan Padang panjang, Ganting, Timur kota Padang Panjang, Sumatra Barat
27127.
Lokasi P4S Permata Ibu dekat dengan pusat kota, juga dikelilingi oleh
gunung merapi dan gunung singgalang, tempat yang strategis, mudah dijangkau dan
dimana jarak lokasi P4S Permata Ibu dengan fasilitas umum sebagai berikut, mesjid
yang hanya berjark 50 meter, Kantro kelurahan berjarak 150 meter, Kantor camat
berjarak 1 km, Kantor polsek berjarak 2 km, Rumah sakit dan pukesmas hanya
berjarak 4 km, Hotel dan penginapan berjarak 4 km dan juga warung
telekomunikasi yang berjarak 500 meter.
P4S Permata Ibu lahir dari kelompok Tani Permata Ibu. Kelompk tani yang
awalnya bertani tanaman pangan dan sayuran. Sejak tahun 1981, memulai
pengembangan usaha peternakan sapi perah dan pengelolaan susu, serta pertanian
organik. Lahan usaha tani ini juga dijadikan tempat magang petani, pelatihan dan
wisata pendidikan pertanian. P4S yang merupakan lembaga permagangan bagi
keluarga tani dibangun, dimiliki, dan dikelola oleh petani, baik secara perorangan
maupun kelompo merupakan wujud dari kemandirian dibidang pelatihan pertanian,
yang merupakan wujud partisipasi aktif dari petani dalam mempercepat proses

14
peningkatan kewirausahaan agribisnis melalui penyebaran informasi dan teknologi
khususnya dalam pembangunan pertanian.
4.1.1 Sejarah P4S Permata Ibu
P4S Permata Ibu lahir dari kelompok tani. Kelompok Tani Permata Ibu
awalnya bertani tanaman pangan dan sayuran. Sejak tahun 1981, memulai usaha
peternakan sapi perah dan pengolaan susu serta pertanian organik.
Kegiatan magang atau pelatihan di P4S Permata Ibu dimulai sejak tahun
1988 dan terus berkembang. Secara resmi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan
Swadaya (P4S) yang terletak di Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Panjang
Timur, Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat didirikan pada tahun 2006
karena melihat pengembangan dan agribisnis pertanian disekitar Kelurahan
Ganting, Kecamatan Padang Panjang Timur. Beberapa kunjungan dari luar negeri
juga datang ke P4S Permata Iu diantaranya adalah dari : Australia, Belanda, Jerman,
Belgia, Jepang, Taiwan, Korea selatan, Brunei Darussalam, Malaysia, Amerika
serikat dan juga Singapura.
4.1.2 Kepengurusan P4S Permata Ibu
Novi Hendri, SE., Msi, kader petani yang berasal dari kelompok tani
Permata Ibu yang dipilih sebagai Ketua P4S Permata Ibu. Beliau adalah sosok yang
pekerja keras yang tidak lepas dari pertanian dan peternakan sapi perah dan beliau
sekarang menjabat sebagai ketua DPRD Kota Padang Panjang. Novi hendri lahir
dan besar dari keluarga petani. Novi hendri merupakan anak keempat dari lima
bersaudara, dimana pada saat ini semua saudaranya bergerak dalam bidang
pertanian dan pertenakan. Lahir pada tanggal 26 November 1976 di Padang
Panjang. Pendidikan terakhir adalah Pasca Sarjana (Magister Sains) Universitas
Andalas beliau memiliki Hobby dalam berorganisasi, berdiskusi serta melakukan
kegiatan-kegiatan sosial masyarakat.
P4S Permata Ibu tergabung dalam 2 kelompok tani yaitu kelompok tani
Permata ibu yang diketuai Deslia sulastri, S. Pt dan kelompok Tani Asri Organik
yang diketuai Ridwansyah, SE. Pada kelompok tani Permata Ibu mempunyai
anggota 20 orang dengan jumlah sapi perah 120 ekor. Sedangkan Kelompok Tani
Asri Organik memiliki 15 anggota dengan luas lahan 5 hektar.

15
Struktur Kepengurusan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya
(P4S) Permata Ibu Kota Padang Panjang dapat dilihat pada gambar 4.2

Pembina
(Instasi terkait)

Pengelola
Novi Hendri. SE.
MSi

Sekretaris Sekretaris Sekretaris


Ridwansyah. SE Ridwansyah. SE Ridwansyah. SE

Seksi Budidaya Seksi Seksi Seksi Diklat


Pemasaran Peternakan
Suhaimi.M Ridwansyah.
Desri A.Sos Iskandar Deslia Sulastri. SE
ST. Sati S.Pt

Gambar 4.2 Struktur Kepengurusan di P4S Permata Ibu


4.2 Tekhnik Pemupukan Dan Kosentrasi Pupuk Kocoran NPK Pada
Tanaman Sawi

Gambar 4.3 Proses pembuatan kocoran pupuk NPK


Pemupukan merupakan suatu tekhnik yang digunakan untuk memberikan
jenis hara pada tanaman melalui pemupukan dalam dosis yang sesuai dengan

16
kebutuhan tanaman dan sesuai dengan kebutuhan tanah menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara yang diberikan
pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk dengan
pemupukan adalah satu hal yang saling berkaitan. Pemupukan merupakan cara
dalam pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah yang bertujuan dapat diserap
oleh tanaman unsur hara merupakan makanan bagi tanaman.
Dalam tekhnik pemupukan ada hal yang harus diperhatikan salah satunya
yaitu kosentrasi pupuk yang akan digunakan jenis pupuk kocoran NPK (kimia)
maka digunakan dalam 25 liter air pupuk yang digunakan adalah 1 kg sedangkan
menggunakan fermentasi dari urine sapi (organik) dalam 10 liter air ditambahkan
1-2 liter urine sapi.
Selanjutnya adalah waktu pengaplikasian pupuk pada tanaman sawi.
Pemupukan yang baik dilakukan adalah pada pagi hari, antara jam 09.00 -10.00
WIB atau sebelum matahari terbit karena untuk menghindari suhu udara yang tinggi
saat melakukan pemupukan pada suhu tinggi dapat mengakibatkan penguapan pada
pupuk dan pada waktu tersebut biasanya embun telah hilang, dan juga stomata telah
terbuka. Peningkatan suhu dari 5-45oC meningkatkan level hidrolisis pada pupuk
(J.G.Xu, et al. 1992) sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh (Fisher dan
Parks 2008). Sehingga petani sangat dianjurkan untuk melakukan pemupukan pada
suhu tidak terlalu tinggi.
Kosentrasi pupuk NPK kocoran yang digunakan adalah dengan
perbandingan 25 liter air digunakan 1 kg pupuk NPK. Dengan perlakuan pemberian
pupuk
1. Kontrol atau tanpa perlakuan (P0)
2. Perlakuan 1 (P1) diberikan 50 mL kocoran pupuk NPK
3. Perlakuan 2 (P2) diberikan 75 mL kocoran pupuk NPK
4. Perlakuan 3 (P3) diberikan 100 mL kocoran pupuk NPK.
Pemupukan dilakukan setiap sekali seminggu atau 7 hari sekali sedangkan
penyiraman dengan air dilakukan setiap hari kecuali saat pemberian pupuk.
4.3 Hasil dan Pembahasan
4.3.1 Tinggi Tanaman (cm)

17
Dari tabel 1, terlihat bahwa interval penyiraman menggunakan kocoran
pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman sawi.
Tinggi tanaman sawi pada interval penyiraman menggunakan kocoran pupuk NPK
setiap minggunya dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman pada tanaman sawi pada berbagai perlakuan
Pengamatan Tinggi tanaman (Cm) pada perlakuan dosis pupuk NPK
minggu ke- P0(kontrol) P1(50 mL) P2(75 mL) P3(100 mL)
Minggu ke-1 8 cm 9 cm 7,5 cm 6 cm
Minggu ke-2 15 cm 11 cm 15 cm 10 cm
Minggu ke-3 19 cm 14 cm 24 cm Mati
Rerata 14 cm 11,33 cm 15,5 cm 5,33 cm
Pertambahan tinggi tanaman merupakan salah satu dari bagian
pertumbuhan. Parameter tinggi tanaman menjadi salah satu yang diamati untuk
mengukur pengaruh tiap perlakuan yang diberikan pada sampel tanaman sawi. Dari
tabel 1 dapat dilihat pada pemberian kocoran pupuk NPK P0 (kontrol) memiliki
tinggi tanaman rata-rata 14 cm, P1 (50 mL) memiliki tinggi tanaman 11,33 cm, P2
(75 mL) memiliki tinggi tanaman 15,5 cm dan P3 (100 mL) memiliki tinggi
tanaman 5,33 cm.
Dari data tersebut tersebut menunjukkan penggunaan dosis pupuk yang
tepat bagi pertumbuhan tinggi tanaman sawi adalah dosis menengah yaitu pada
perlakuan P2 (75 mL) kocoran pupuk NPK, karena dalam kandungan 75 mL
kocoran NPK sudah mencukupi kebutuhan hara dan mampu menyuplai nitrogent
seuai jumlah yang dibutuhkan tanaman untuk proses fisiologis dan metabolisme
dalam tanaman yang akan memicu pertumbuhan dan tinggi tanaman yang baik.
Penggunaan pupuk kocoran NPK yang berlebihan atau dengan dosis yang tinggi
dapat menghambat pertumbuhan tanaman sawi bahkan dapat mengakibatkan
kematian contohnya saat penggunaan dosis pupuk pada perlakuan P3 (100 mL)
kocoran pupuk NPK. Menurut Siska (2000) “dalam” Mardianto (2014) kandungan
unsur hara terutama nitrogen mampu mendorong dan mempercepat pertumbuhan
dan pertambahan tinggi tanaman. Gardner dkk (1991) juga menambahkan bahwa
unsur nitrogent sangat dibutuhkan tanaman untuk sintesa-asam amino dan protein,
terutama pada titik tumbuh tanaman sehingga mempercepat proses pertumbuhan

18
tanaman seperti pembelahan sel dan perpanjangan sel sehingga meningkatkan
tinggi tanaman. Unsur N berfungsi dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, nitrogen
merupakan unsur hara esensial untuk pembelahan dan perpanjangan sel, sehingga
N merupakan penyusun protoplasma yang banyak terdapat dalam jaringan seperti
titik tumbuh.
4.3.2 Jumlah Daun Sawi (Helai)
Dari tabel 2. Terlihat bahwa dengan pemberian kocoran pupuk NPK
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi. Jumlah
daun sawi pada pemberian kocoran pupuk NPK dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah daun (helai) pada tanaman sawi dengan berbagai perlakuan.
Pengamatan Jumlah daun (helai) pada berbagai perlakuan dosis pupuk NPK
minggu ke- P0(kontrol) P1(50 mL) P2(75 mL) P3(100 mL)
Minggu ke-1 5 helai 5 helai 4 helai 3 helai
Minggu ke-2 6 helai 6 helai 8 helai 5 helai
Minggu ke-3 7 helai 6 helai 10 helai Mati
Rerata 6 helai 5,66 helai 7,33 helai 2,66 helai
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian dosis P0 (kontrol ) memiliki
jumlah daun dengan rata-rata 6 helai, P1 (50 mL) memiliki jumlah daun dengan
rata-rata 5,66 helai, selanjutnya dengan pemberian P2 (75 mL) memiliki jumlah
daun 7,33 helai dan pemberian pupuk kocoran NPK pada dosis P3 (100 mL)
memiliki jumlah daun rata-rata adalah 2,66 helai.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk NPK yang tepat untuk
menghasilkan jumlah daun yang banyak pada tanaman sawi adalah pada perlakuan
dosis P2 (75 mL) kocoran pupuk NPK, dosis tersebut dosis yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan hara yang dibutuhkan oleh tanaman sawi. jumlah daun yang
paling sedikit terdapat pada tanaman dengan perlakuan dosis tertinggi yaitu P3 (100
mL) pada perlakuan ini jumlah daun yang terbentuk hanya 2,66 helai, hal ini
diakibatkan oleh kelebihan unsur hara yang diperoleh tanaman yang melebihi
kebutuhan yang diperlukan tanaman. Hal ini juga dikemukakan oleh Zuhry dan
Armaini (2009) yang menyatakan bahwa penambahan unsur N yang sesuai dengan
kebutuhan akan membuat tanaman tumbuh dengan baik dan semakin besar tinggi
tanaman dan jumlah daun.

19
4.3.3 Panjang Daun (cm)
Dari tabel 3, Terlihat bahwa dengan pemberian kocoran pupuk NPK
memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang daun tanaman sawi. panjang
daun tanaman sawi pada pemberian kocoran pupuk NPK dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Panjang daun (cm) pada tanaman sawi pada berbagai perlakuan
Pengamatan Panjang daun (cm) pada berbagai perlakuan dosis pupuk NPK
minggu ke- P0(kontrol) P1(50 mL) P2(75 mL) P3(100 mL)
Minggu ke-1 4 cm 5 cm 5 cm 3 cm
Minggu ke-2 9 cm 6,8 cm 10 cm 6 cm
Minggu ke-3 15 cm 9 cm 20 cm Mati
Rerata 9,33 cm 9,93 cm 11,66 cm 3 cm
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian dosis P0 (kontrol ) memiliki
panjang daun dengan rata-rata 9,33 cm, P1 (50 mL) memiliki panjang daun dengan
rata-rata 9,93 cm, selanjutnya dengan pemberian P2 (75 mL) memiliki panjang
daun 11,66 cm dan pemberian pupuk kocoran NPK pada dosis P3 (100 mL)
memiliki jumlah daun rata-rata adalah 3 cm. Dari data tersebut dosis NPK yang
efektif bagi pertumbuhan tanaman sawi adalah 75 mL karena dengan pemberian
dosis kocoran NPK 75 mL memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang
daun tanaman sawi.
Dari penelitian dan data yang diperoleh dalam penelitian ini dosis pupuk
kocoran NPK yang baik adalah dosis dengan perlakuan P2 75 mL dosis pupuk
tersebut dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman
sehingga mencapai pertumbuhan yang maksimal sehingga panjang daun pada
tanaman sawi yang diberikan dosis tersebut lebih terlihat pertumbuhannya. Subhan
(2004) menyatakan bahwa, kandungan unsur hara makro pada pupuk anorganik
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, karena pupuk anorganik mampu
menyediakan hara dalam waktu yang relatif cepat, menghasilkan nutrisi tersedia
yang siap diserap tanaman serta kandungan jumlah kandungan nutrisi lebih banyak,
unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N,P, dan
K, unsur P berperan dalam proses pertumbuhan akar.
4.3.4 Lebar Daun (cm)

20
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh berbagai perlakuan dosis
kocoran pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan lebar daun tanaman
sawi. Lebar daun tanaman sawi pada pemberian kocoran pupuk NPK dapat dilihat
di Tabel 4.
Tabel 4. Lebar daun (cm) pada tanaman sawi dengan berbagai perlakuan
Pengamatan Lebar daun (cm) pada berbagai perlakuan dosis pupuk NPK
minggu ke- P0(kontrol) P1(50 mL) P2(75 mL) P3(100 mL)
Minggu ke-1 2 cm 2,8 cm 2,5 cm 1,8 cm
Minggu ke-2 4,8 cm 5 cm 7 cm 4,5 cm
Minggu ke-3 9 cm 7 cm 13 cm Mati
Rerata 5,27 cm 4,93 cm 7,5 cm 2,1 cm
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian dosis P0 (kontrol ) memiliki
lebar daun dengan rata-rata 5,27 cm, P1 (50 mL) memiliki lebar daun dengan rata-
rata 4,93 cm, selanjutnya dengan pemberian P2 (75 mL) memiliki lebar daun 7,5
cm dan pemberian pupuk kocoran NPK pada dosis P3 (100 mL) memiliki jumlah
daun rata-rata adalah 2,1 cm. Pada tabel 4 menunjukkan pengaruh pemberian pupuk
kocoran NPK memberikan perbedaan lebar daun yang nyata setiap minggunya.
Perlakuan P2 memberikan rata-rata lebar daun terlebar, namun tidak berbeda nyata
dengan tanpa perlakuan atau P0 (kontrol) sedangkan perlakuan P3 (100 mL)
menunjukkan luas daun terpendek dan berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan
P2. Perbedaan pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
diantaranya jenis dan varietas tanaman itu sendiri, dan faktor eksternal yang
berperan didalamnya dan juga air yang ikut mengangkut hara dari dalam tanah
(Ramli, 2014).
Ketersediaan unsur hara sangat diperlukan tanaman dalam membentuk
senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman melalui pembelahan dan
pembesaran sel. Unsur hara yang memiliki peranan besar dalam pertumbuhan daun
yaitu nitrogen. Menurut Sandra (2001), pada fase pertumbuhan vegetatif sawi perlu
diberikan pupuk dengan kandungan Nitrogen yang tinggi, karena unsur tersebut
merupakan bahan utama untuk menyusun protein yang dibutuhkan dalam
pembelahan sel.

21
Menurut Lakitan (2011) tanaman yang tidak mendapat unsur hara N sesuai
dengan kebutuhan haranya akan tumbuh kerdil dan daun yang terbentuk akan kecil,
sebaliknya jika tanaman mendapatkan unsur hara N yang sesuai dengan kebutuhan
akan tumbuh tinggi dan daun yang bentuk akan lebar. Sutejo dkk (2002) “dalam”
Dhani, Wardati dan Rosmimi (2013) juga menyatakan bahwa dengan adanya
nitrogen dapat mempercepat proses fotosintesis sehingga pembentukan organ daun
menjadi lebih cepat. Hara N yang cukup dapat meransang pertumbuhan vegetatif
tanaman. Erawan et al., (2013) menyatakan bahwa apabila unsur N yang disuplai
oleh pupuk tersedia dengan baik makan tumbuhan tersebut akan mengalami
pertumbuhan yang baik pula. Dalam penelitian ini menunjukkan bawa unsur N
yang disuplai dari kocoran pupuk NPK dapat memenuhi kebutuhan tanaman sawi
sehingga tanaman sawi dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan tanaman yang
baik pula.
Tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun yang tertinggi
pada kosentrasi P2 (75 mL). Hal ini diduga pada P2 (75 mL) kosentrasi pupuk yang
paling sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga ketersediaan hara bekerja
dengan baik pada proses metabolisme yaitu dalam proses fotosintesis maupun
respirasi untuk menghasilkan glukosa dan energi dalam membenyuk bagian
vegetatif berupa daun dan klorofil, sehingga pertumbuhan dan perkembangan
tanaman mendorong pembesaran sel. Damanik, dkk (2011) menjelaskan bahwa
pupuk NPK berperan dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai penghasil energi
seperti adp, atp, membangun sel-sel baru, penghasil protein, asam nukleat dan
membentuk klorofil. Jika kekurangan nitrogen pada tanaman dapat menghambat
pertumbuhan tanaman dapat menyebabkan tanaman kerdil dan daun kuning pucat.
Damanin, dkk ( 2011) juga menyatakan bahwa pupuk nitrogen (N) bila bereaksi
dengan air akan mudah melarut sehingga mempermudah akar-akar tanaman untuk
menyerapnya, dimana unsur N mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif
tanaman serta tmempercepat penyerapan unsur hara lainnya.

22
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis kocoran pupuk NPK
terhadap tanaman sawi (Brassica juncea L.) dapat meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang daun dan lebar daun karena didalam pupuk kocoran NPK
mengandung unsur-unsur mikro seperti N, P dan K yang berguna dalam
pertumbuhan tanaman sawi.
Pupuk kocoran NPK dengan kosentrasi P2 (75 mL) memberikan pengaruh
yang paling optimal terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
daun dan lebar daun pada tanaman sawi. Karena dengan kosentrasi P2 (75 mL)
pupuk kocoran NPK tersebut dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman sehingga mencapai pertumbuhan yang maksimal sehingga
pada tanaman sawi yang diberikan dosis tersebut lebih terlihat pertumbuhannya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pupuk kocoran NPK maka disarankan
untuk dilakukan penelitian lanjutan pada perlakuan dosis kocoran pupuk NPK 75
mL terhadap tanaman sawi dan juga harus memperhatikan beberapa faktor dalam
penentuan kosentrasi dan tekhnik pemupukan dengan pupuk kocoran NPK.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia R. Moi., Dingse Pandiangan., Parluhutan Siahaan & Agustina M


Tangapo. 2015. Pengujian Pupuk Organik Cair dari Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.). Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE. 4(1): 15-19.
Ahmad Fuad. 2010. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Berlian Limbong., Lollie Agustina P. Putri & E. Harso Kaedhinata. 2014. Respon
Pertumbuhan Dan Produksi Sawi Hijau Terhadap Pemberian Pupuk Organik
Kascing. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(4): 1485-1489.
Dika Al Azhar., Elfin Efendi & lokot Ridwan Batubara, 2020. Pengaruh Pemberian
Pupuk Super Palmas dan Pupuk NPK Mutiara Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). agricultural research
journal. 16(1): 46-54.
Dirga Sapta Sara., Reginawanti Hindersah., Mieke Rochimi Setiawati. 2020.
Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK Dengan Suplemen Pupuk Organik Cair
Terhadap Jumlah Bakteri Dan Jamur Total Di Rhizosfer Serta Hasil Tanaman
Sawi Putih (Brassica Pekinensis L.) Pada Andisols Lembang. Jurnal Soirens.
18(2): 44-48.
Farida Aryani., Sri Rustianti & Sutiara. 2021. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.) dengan Perlakuan Arang Sekam Bakar dan Pupuk
NPK pada Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Jurnal Agriculture. 16(1):
1-6.
Fitri Oviyanti., Syarifah & Nurul Hidayah. 2016. Pengaruh pemberian pupuk
organik cair daun gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.) terhadap
pertumbumbuhan tanaman swi (Brassica juncea L.). Jurnal Biota. 2(1): 61-
67.
Fitriningdyah Tri Kadarwati. 2006. Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan
Produktifitas Kapas. Jurnal PerapokUI. 5(2): 59-70.
Inung Dewi Kartikasari & Riyo Samekto. 2012. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan
Pupuk Hayati Terhdap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.). Jurnal agroteknologi. 24(1): 20-28.

24
Ir.Yasid taufik, MMA. 2015. Statistik Produksi Holtikultura tahun 2014. Direktorat
Jenderal Holtikultura, Kementerian Pertanian. Jakarta. 315 hal.
Istiqomah dan Army Dita Serdani. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi
(Brassica juncea L. Var. Tosakan) pada Pemupukan Organik, Anorganik dan
Kombinasinya. Jurnal Agroradix. 1(2): 1-8.
Khairunisa. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik, Anorganik dan
Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica
juncea L. var. Kumala). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
M. Azhari Prabukesuma., Herawati Hanim & Niar Nurmauli. 2015. Pengaruh
Waktu Aplikasi dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi
Gogo (Oryza sativa L.). Jurnal Agrotek Tropika. 3(1): 106-112.
Marnangon Alfa Tambunan., Asil Barus & Jasmani Ginting. 2013. Respoms
Pertumbuhan Dan Prosuksi Sawi (Brassica Juncea L.) Terhadap Interval
Penyiraman Dan Kosentrasi Larutan Pupuk NPK Secara Hidroponik. Jurnal
Online Agroteknologi.1(3): 864-872.
Missdiani., Lusmaniar & Aisyah Ulfa Wahyuni. 2020. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik cair dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) di Polybag, Jurnal ilmu Pertanian
Agronitas. 2(1): 19-33.
Moh. Kholidin., Abdul Rauf & Henry N Barus. 2016. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Kombinasi Pupuk
Organik, Anorganik dan Mulsa di Lembah Palu. E-Jurnal Agrotekbis. 4(1):1-
7.
Muhammad muaz Munauwar & Sri Jaya. 2017. Dosis NPK dan Kosentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Tidak Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Sawi
(Brassica Juncea L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.
Aceh Utara.
Mul Sri Alifaf. 2019. Respon Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) terhadap
Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair Daun Gamal (Gliricidia
sepium). Skripsi. Fakultas Pertanian dan Pertenakan Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

25
Pristianingsih Sarif., Abd Hadid & Imam Wahyudi. 2015. Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk
Urea. E. jurnal Agrotekbis. 3(5): 585-591.
Paulus Rejeki Matanari. 2018. Produksi Tiga Jenis Tanaman Sawi (Brassica juncea
L.) yang Diberi Perlakuan Berbagai Pupuk Organik. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
Ricky Marojahan Manullang. 2018. Pengaruh Pupuk kandang Sapi dan Pupuk NPK
Terhadap Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). hal:354-365. Fakultas Saints
Universitas Negeri Medan. Medan.
Siti Aisyah., Novianti Sunarlim & Bakhendri Solfan. 2011. Pengaruh Urine Sapi
Terfermentasi dengan Dosis dan Interval Pemberian yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea. L.). Jurnal Agroteknologi.
2(1): 1-5.
Tolan., Erismar Amri & Yosmed Hidayat. 2016. Kandungan Timbal Pada Tanaman
Sawi Hijau (Brassica Juncea L.) Di Sekitar Jalan Raya Padang Panjang-
Bukittinggi Sumatra Barat. Artikel. Program studi Pendidikan Biologi
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatra
Barat. Padang.

26
LAMPIRAN

Lampiran 1 . Kegiatan Praktik Kerja Lapang

Jadwal Kerja Praktik Kerja Lapang Di P4S Permata Ibu , Padang Panjang

No Hari / Tanggal Kegiatan


1 Kamis / 1 Juli 2021  Mahasiswa Uin Suska Diterima Oleh Pusat
Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya (
P4S ) Permata Ibu Di Padang Panjang
Provinsi Sumatera Barat
 Kegiatan Orientasi Lapanagan
2 Jumat / 2 Juli 2021  Perawatan Pada Tanaman Daun Bawang
3 Saptu/3 Juli 2021  Tidak ada Kegiatan Praktek Kerja Lapang
4 Minggu / 4 Juli  Penanaman Daun Bawang
2021  Pembuatan Perangkap Lalat Buah Pada
Tanaman Terong
5 Senin / 5 Juli 2021  Penanaman Daun Bawang
 Pengamatan Perangkap Lalat Buah Hari Ke-
1 Pada Tanaman Terong
6 Selasa / 6 Juli 2021  Pengamatan Perangkap Lalat Buah Hari Ke-
2 Pada Tanaman Terong
 Mengidentifikasi Hama Dan Penyakit Pada
Tanaman Terong , Sawi Dan Daun Bawang
7 Rabu / 7 Juli 2021  Pengamatan Perangkap Lalat Buah Hari Ke-
3 Pada Tanaman Terong
 Pemanenan Sawi
 Sortasi Sawi
 Packing Sawi
8 Kamis / 8 Juli 2021  Pengamatan Perangkap Lalat Buah Hari Ke-
4 Pada Tanaman Terong
 Pemanenan Cabai Rawit Dan Cabai Panjang
 Pemangkasan Batang Tomat

27
 Sortasi Langsung Pada Tanaman Cabai
9 Jumat / 9 Juli 2021  Pengunjungan Ke STA ( Sub Terminal
Agribisnis ) Di Padang Panjang
10 Sabtu / 10 Juli 2021  Menanam Padi
 Pengendalian Hama Pada Tanaman Padi
11 Minggu/11 Juli  Tidak Ada Praktek Kerja Lapang
2021
12 Senin / 12 Juli 2021  Kunjungan Kwt ( Kelompok Wanita Tani )
13 Selasa / 13 Juli  Proses Pembuatan Pupuk Kompos dengan
2021 sekam, serbuk kayu, kotoran sapi dan abu
jerami
 Penyiangan Gulma Pada Tanaman Cabe
14 Rabu / 14 Juli 2021  Pemanenan Buah Terong
 Penyiangan Gulma Pada Tanaman Daun
Bawang Dan Cabai
 Mengidentifikasi Hama Pada Tanaman
Terong
 Mengidemtifikasi Penyakit Tumor Pada
Tanaman Sawi
 Melakukan penelitian pada tanaman sawi
 Membuat kocoran pupuk NPK
 Pengaplikasian Kocoran Pupuk NPK pada
Tanaman sawi
15 Kamis / 15 Juli  Penyiangan Gulma Pada Tanaman Cabai
2021 Dan Daun Bawang
 Membuat Perangkap Alat Lalat Buah
Sederhana Dari Botol Dan Perekat Kuning
16 Jumat / 16 Juli  Penyiangan Gulma Pada Tanaman Daun
2021 Bawang
 Penanaman Daun Bawang
 Pengamatan Perangkap Lalat Buah

28
17 Sabtu / 17 Juli 2021  Penyiangan Daun Bawang
 Pembuatan Pupuk Cair Dari Daun Titonia
18 Minggu/ 18 Juli  Tidak ada Kegiatan Praktek Kerja Lapang
2021
19 Senin / 19 Juli 2021  Perempelan Pada Daun Terong
 Penyiangan Pada Daun Bawang
20 Kamis / 22 Juli  Pengamatan Pada Tanaman Daun Bawang
2021  Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada
Tanaman Daun Bawang
 Penyiangan Gulma Pada Tanaman Daun
Bawang
 Aplikasi Pupuk Kocoran NPK minggu kedua
pada Tanaman Sawi
 Mengukur Pertumbuhan Tanaman Sawi
21 Jumat / 23 Juli  Pemeliharaan Daun Bawang
2021  Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada
Tanaman Daun Bawang
 Penyiangan Gulma Pada Tanaman Daun
Bawang
22 Sabtu / 24 Juli 2021  Pemanenan Cabe Merah, Cabe Rawit Dan
Tomat
23 Minggu/ 24 Juli  Tidak ada Kegiatan Praktek Kerja Lapang
2021
24 Senin / 26 Juli 2021  Pembersihan Tanaman Sawi Yang Sudah
Tua Dan Terserang Hama Penyakit
25 Selasa / 27 Juli  Pembersihan Disekitar Tanaman Sawi
2021  Pembersihan Gulma Disekitar Bedengan
Daun Bawang
 Mengolah lahan dengan mesin bajak
 Pembuatan Bedengan
26 Rabu / 28 Juli 2021  Pemupukan Pada Tanaman Cabai

29
 Pemasangan Mulsa Pada Bedengan
 Pengamatan Tanaman Sawi minggu ketiga
 Pemberian Pupuk Kocoran NPK minggu
ketiga
27 Kamis / 29 Juli  Pembersihan Disekitar Tanaman Terong
2021
28 Jumat / 30 Juli  Kunjungan Ke Tempat Pembuatan Pestisida
2021 Nabati
29 Sabtu/ 31 juli 2021  Acara Penutupan dan perpisahan dengan P4S
Permata Ibu
30 Minggu/ 1 Agustus  Keberangkatan Pulang dari P4S Permata Ibu
2021

30
Lampiran 2. Jurnal Harian PKL

31
Lampiran 3. Dokumentasi Praktek Kerja Lapang.
1. Orientasi Lapangan 2. Proses Pembibitan Padi

3. Pengenalan dengan pembimbing 4. Kunjungan ke KWT


dan anggota PKL Universitas lain

5. Penyiangan Pada Daun Bawang 6. Pemilihan bibit dan penanaman


ulang Daun Bawang

7. Kegiatan Kunjungan ke STA 8. Kunjungan ke lahan yang ada di


STA

9. Lahan sebelum dibersihkan 10. Kondisi lahan setelah dibersihkan

32
11. Pengolahan Pupuk Kompos 12. Penyiapan Media Tanam Benih

13. Proses Panen Tanaman Sawi 14. Proses Packing Tanaman Sawi

15. Proses Panen Tomat 16. Proses Packingan Tanaman Tomat

17. Pengolahan Lahan Sawah 18. Proses Penanaman Tanaman Padi

19. Pembasmian Hama Keong Pada 20. Proses Pembuatan Bedengan


Padi

33
21. Pengolahan Tanah Dengan Mesin 22. Pemilihan Benih Sawi

23. Proses Pembuatan Pupuk 24. Pemilihan Tanaman Penelitian


Kocoran NPK

25. Pengukuran tinggi tanaman 26. Perhitungan jumlah daun minggu 1


minggu ke-1

27. Lahan yang dijadikan penelitian 28. Pengukuran panjang daun minggu
ke-1

29. Pengaplikasian pupuk pada 30. Pengukuran tanaman minggu ke-2


tanaman sawi

34
31. Aplikasi pupuk kocoran NPK 32. Aplikasi pupuk minggu ke-3
minggu ke-2

33. Tanaman sawi yang mati 34. Pengukuran tinggi tanaman


kelebihan dosis pupuk minggu ke-3

35

Anda mungkin juga menyukai