Anda di halaman 1dari 29

UJI EFEKTIVITAS PEMUPUKAN PADA PERTUMBUHAN SELADA

HIJAU (Lactuca sativa Var. Kriebo)

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNIK PEMUPUKAN


RAMAH LINGKUNGAN

AHMAD NURDIANSYAH
020119066

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
UJI EFEKTIVITAS PEMUPUKAN PADA PERTUMBUHAN
SELADA HIJAU (Lactuca sativa Var. Kriebo)

AHMAD NURDIANSYAH
02.01.19.066

Laporan Praktikum Mata Kuliah


Teknik Pemupukan Ramah Lingkungan

Sebagai salah satu syarat lulus mengikuti praktikum semester 3


Pada Mata Kuliah Teknik Pemupukan Ramah Lingkungan

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan penyusunan Laporan
Praktikum Semester 3 yang berjudul Uji Efektivitas Pemupukan Pada Pertumbuhan
Selada Hijau (Lactuca sativa Var. Kriebo) Di Desa Depok Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta dengan lancar serta tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini tentu tidak akan terlaksana dengan baik tanpa
adanya motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Endang Krisnawati,
SP, MP dan Prof. Dr. Ir. D. Subardja S. selaku dosen mata kuliah teknik pemupukan
ramah lingkungan yang telah memberikan arahan dan bimbingannya. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga yang
telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lain dengan lebih baik
lagi dimasa mendatang.

Purwakarta, Maret 2021

Ahmad Nurdiansyah

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

DAFTAR TABEL V

DAFTAR GAMBAR V

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat 2

TINJIAUAN FUSTAKA 3

Tanaman Selada (Lactuca sativa L) 3

Pupuk dan Pemupukan 5

Pupuk NPK 6

Pupuk Organik Cair (POC) 7

METODE 10

Waktu dan Tempat 10

Alat dan Bahan 10

Metode Penelitian 10

Perlakuan 10

Aplikasi Pemupukan 10

Prosedur Pelaksanaan 11

Pembuatan Media Tanam 11

Penyemaian Benih 11

Penanaman 11

Pemupukan 11

III
Pemeliharaan dan Pengamatan 11

Pemanenan 12

Variabel Pengamatan 12

Tinggi Tanaman (cm) 12

Jumlah Daun (helai) 12

Berat Basah (gr) 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Hasil Percobaan 13

Pembahasan 13

Tinggi Tanaman 14

Jumlah Daun (Helai) 15

Berat Basah Tanaman (gr) 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR FUSTAKA 18

LAMPIRAN 19

IV
DAFTAR TABEL

1 Standar Kualitas Mutu Pupuk Organik 8


2 Perlakuan pemupukan pada tanaman selada (Lactuca sativa L.) 10
3 Pertambahan tinggi tanaman selada (Lactuca sativa L) dari 1 minggu setelah
tanam sampai 4 minggu setelah tanam 13
4 Jumlah daun tanaman selada (Lactuca sativa L) dari 1 minggu setelah tanam
sampai 4 minggu setelah tanam 13

DAFTAR GAMBAR

1 Pencampuran media tanam kotoran ayam dan tanah 19


2 Media tanama kotoran ayam dan tanah 19
3 Pemasangan tanda atau kode tanaman 19
4 Penaburan benih selada pada persemaian 20
5 Pertumbuhan persemaian tanaman selada 20
6 Proses pemindahan bibit tanaman selada 20
7 Penempatan sampel percobaan di tempat yang lebih aman 21
8 Pencampuran pupuk NPK dan air 21
9 Aplikasi pemupukan pada tanaman selada 21
10 Pengukuran tinggi tanaman 22
11 Penghitungan jumlah daun tanaman 22
12 Pertumbuhan sampel penelitian 23
13 Sample percobaan (NO II) yang mengalami kematian 23

V
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selada keriting hijau (Lactuca sativa Var. Kriebo) merupakan salah satu
komoditi sayuran hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang
cukup tinggi, semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta
meningkatnya kesadaran pemerintah akan kebutuhan gizi menyebabkan
bertambahnya permintaan akan sayuran selada tersebut (Mas’ud H, 2009). Seiring
dengan meningkatnya permintaan selada maka peningkatan produksinya juga harus
ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan hasil yang dapat dilakukan adalah
melalui pemupukan.
Fungsi pemupukan yaitu untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi
untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal. Pupuk memiliki beberapa
jenis yang termasuk organik ataupun anorganik. Pupuk NPK termasuk anorganik
yang berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi
tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N. P. dan K diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sutejo, 2002). Penggunaan pupuk
anorganik dan penggunaan lahan yang terus-menerus justru bisa mengakibatkan
tanah menjadi miskin unsur hara NPK. Apabila pemberian pupuk kurang tepat, baik
jenis dan dosis maupun waktu dan cara aplikasi, akan mengakibatkan tanaman
terganggu sehingga tidak akan menghasilkan seperti yang diharapkan (Rukmana,
2005).
POC merupakan pupuk organik yang berbentuk cairan dan ramah
lingkungan. Menurut penelitian Supardi (2011) pupuk organik cair memberikan
beberapa keuntungan, misalnya pupuk ini dapat digunakan dalam media tanam
padat dengan cara menyiramkannya ke akar ataupun di semprotkan kebagian tubuh
tumbuhan. Selain itu, pupuk organik cair ini juga memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pupuk organik lainnya, Dikarenakan pupuk organik cair ini
dapat langsung di serap oleh akar pada saat penyiraman pada tanaman (Hadisuwito,
2012).

1
Pemberian jenis pupuk yang berbeda dapat mengakibatkan pertumbuhan
tanaman yang berbeda pula, begitu juga ketika tidak di pupuk. Pertumbuhan
tanaman yang diberi pupuk organik mungkin akan lebih lambat jika dibandingkan
dengan pupuk anorganik, namun menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan
tidak di beri pupuk. Berdasarkan uraian diatas maka penulis bermaksud untuk
mencoba melakukan penelitian tentang “Uji Efektifitas Pemupukan Terhadap
Tanaman Selada Hijau (Lactuca sativa Var. Kriebo)”.

Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dari Penelitian ini yaitu:


1. Bagaimana perbedaan pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap
pertumbuhan tanaman selada.
2. Bagaimana pertumbuhan tanaman selada yang tidak di pupuk.
3. Bagaimana proses pertumbuhan selada.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari praktikum semester 3 yang berjudul Uji Efektivitas
Pemupukan Pada Pertumbuhan Selada Hijau diantaranya:
1. Mengetahui berbagai macam pupuk organik dan anorganik
2. Menerapkan teknik pempukan pada tanaman sayuran
3. Mengetahui manfaat pemupukan bagi tanaman
4. Mahasiswa terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan dan berfikir secara
kritis
5. Mahasiswa dapat menerapkan aplikasi pemupukan pada tanaman sayuran
6. Mahasiswa bisa menjelaskan pengaruh jenis pupuk dan pemupukan bagi
tanaman sayuran.

2
TINJIAUAN FUSTAKA

Tanaman Selada (Lactuca sativa L)

Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili


Compositae (Sunarjono, 2014). Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan
mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur,
serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan
tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran
rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim lembab
produktivitas selada cukup baik. Di daerah pegunungan tanaman selada dapat
membentuk bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah dataran rendah, daun
selada berbentuk krop kecil dan berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kedudukan selada dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut;
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Species : Lactuca sativa L (Saparinto, 2013).
Menurut Cahyono, (2014) selada yang dibudidayakan dan dikembangkan saat
ini memiliki banyak varietas diantaranya yaitu;
a. Selada kepala atau selada telur (Head lettuce) Selada yang memiliki ciri-ciri
membentuk krop yaitu daun-daun saling merapat membentuk bulatan
menyerupai kepala.
b. Selada rapuh (Cos lettuce dan Romaine lettuce) Selada yang memiliki ciri-ciri
membentuk krop seperti tipe selada kepala. Tetapi krop pada tipe selada rapuh
berbentuk lonjong dengan pertumbuhan meninggi, daunnya lebih tegak, dan
kropnya berukuran besar dan kurang padat.

3
c. Selada daun (cutting lettuce atau leaf lettuce) Selada yang memiliki ciriciri daun
selada lepas, berombak dan tidak membentuk krop, daunnya halus dan renyah.
Biasanya tipe selada ini lebih enak dikonsumsi dalam keadaan mentah.
d. Selada batang (Asparagus lettuce atau stem lettuce) Selada yang memiliki ciri-
ciri tidak membentuk krop, daun berukuran besar, bulat panjang, tangkai daun
lebar dan berwarna hijau tua serta memiliki tulang daun menyirip.
Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut
menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-
50 cm atau lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam
tergantung varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30-40 cm dan
tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20-30 cm (Saparinto, 2013). Umur
panen selada berbeda-beda menurut kultivar dan musim, umurnya berkisar 30-85
hari setelah pindah tanam. Bobot tanaman sangat beragam, mulai dari 100 g sampai
400 g. Panen yang terlalu dini memberikan hasil panen yang rendah dan panen yang
terlambat dapat menurunkan kualitas. Secara umum selada yang 6 berkualitas bagus
memiliki rasa yang tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah, tampilan fisik
menarik serta kandungan seratnya rendah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Selada memiliki banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki organ dalam,
mencegah panas dalam, melancarkan metabolisme, membantu menjaga kesehatan
rambut, mencegah kulit menjadi kering, dan dapat mengobati insomia. Kandungan
gizi yang terdapat pada selada adalah serat, provitamin A (karotenoid), kalium dan
kalsium (Supriati dan Herliana, 2014). Sebagian besar selada dikonsumsi mentah
dan merupakan komponen utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai
kandungan air tinggi tetapi karbohidrat dan protein rendah (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi adalah 15-25 °C. Suhu
yang lebih tinggi dari 30°C dapat menghambat pertumbuhan, merangsang
tumbuhnya tangkai bunga (bolting), dan dapat menyebabkan rasa pahit. Sedangkan
untuk tipe selada kepala suhu yang tinggi dapat menyebabkan bentuk kepala
longgar. Selada tipe daun longgar umumnya beradaptasi lebih baik terhadap kisaran
suhu yang lebih tinggi ketimbang tipe bentuk kepala (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998). Selada dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi

4
(pegunungan). Pada daerah pegunungan, daun dapat membentuk krop yang besar
sedangkan didataran rendah daun dapat membentuk krop yang kecil, tetapi cepat
berbunga. Syarat penting agar selada dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki
derajat keasaman tanah pH 5-6.5 ( Sunarjono, 2014). Selada dapat tumbuh pada
jenis tanah lempung berdebu, berpasir dan tanah yang masih 7 mengandung humus.
Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanahtanah yang miskin hara
dan ber-pH netral. Jika tanah asam, daun selada akan menjadi berwarna kuning.
Karena itu, sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman
(Nazaruddin, 2000).
Pupuk dan Pemupukan

Pupuk merupakan suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam
atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk
menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo, 1995).
Pupuk di defenisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk
yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman, dan
arang kayu (Novizan, 2005). Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu pupuk organik dan anorganik (Lingga dan Marsono, 2007).
menurut Hardjowigeno (2003) dalam pemupukan perlu adanya keseimbangan
jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara
tersebut, oleh karena itu dalam melakukan pemupukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah: a) jenis tanaman yang akan dipupuk, b) jenis tanah yang akan
dipupuk, c) jenis pupuk yang akan digunakan, d) dosis (jumlah) pupuk yang akan
diberikan, e) waktu pemupukan, dan f) cara pemupukan. Secara umum pupuk
digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut
jumlah unsur yang terkandung dalam pupuk maka pupuk dapat digolongkan
menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk majemuk yaitu pupuk yang
hanya mengandung satu macam unsur pupuk, sedangkan pupuk 8 majemuk yaitu
pupuk yang mengandung beberapa unsur. Berdasarkan jumlah hara yang
dibutuhkan tanaman, pupuk dapat digolongkan menjadi pupuk hara makro dan
pupuk hara mikro. Pupuk hara makro yaitu pupuk yang mengandung unsur makro
(seperti N, P, dan K) yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Pupuk hara

5
mikro yaitu pupuk yang terutama mengandung unsur mikro yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah kecil (Leiwakabessy dam Sutandi, 2004).
Haryadi (2006) mengemukakan bahwa ada beberapa tanaman mengalami
keterbatasan didalam proses pemanfaatan pupuk yang diberikan melalui tanah
sehingga pemberian pupuk melalui daun akan membantu mengatasi ketersabatasan
tersebut. Menurut Pahan (2008) bahwa stategi pemupukan tanaman yang baik harus
mengacu pada konsep efektifitas dan efisiensi yang maksimum meliputi jenis
pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan serta cara penempatan pupuk. Jenis pupuk
akan memberikan inforrmasi kandungan utama unsur hara, kandungan hara
tambahan, reaksi kimia pupuk dalam tanah serta kepekaan pupuk terhadap iklim.
Pada penentuan waktu dan frekuensi pemupukan dipengaruhi iklim, sifat fisik tanah
maupun adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara. Cara penempatan
pupuk akan mempengaruhi jumlah pupuk yang tersedia bagi tanaman.

Pupuk NPK

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara. Pupuk NPK disebut juga pupuk lengkap, umumnya masing-masing
kandungan unsur hara dalam NPK berkadar rendah. Kadar ketiga unsur kurang
lebih 20% (Soepardi, 1983). Unsur hara N, P, dan K dalam tanah tidak cukup 9
tersedia dan terus berkurang diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut
pada waktu panen, tercuci, menguap dan erosi sehingga diperlukan pemupukan.
Unsur N, P, dan K merupakan unsur hara makro yang mutlak harus ada dalam tanah
untuk pertumbuhan sebuah tanaman (Novizan, 2003).
Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, pupuk terdiri dari pupuk tunggal
dan pupuk majemuk (Sabiham et al., 1989). Pupuk tunggal adalah pupuk yang
mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk
majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman.
Contoh pupuk majemuk antara lain seperti NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk
yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung unsure hara
makro yang penting bagi tanaman. Menurut Imran (2005), pupuk NPK
mengandung tiga senyawa penting antara lain ammonium nitrat (NH4NO3),
amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl).

6
Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk Organik Cair Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam
meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi
subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman (Indriani, 2004). Saat ini sebagian
besar petani masih tergantung pada pupuk anorganik karena pupuk anorganik
mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang banyak. Pupuk anorganik
digunakan secara terus-menerus dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
kondisi tanah yaitu dapat menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang
mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya menurunkan
produktivitas tanaman (Ramadhani, 2010).
Pupuk organik terdapat dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan pupuk
organik cair adalah unsur hara yang terdapat di dalamnya lebih mudah diserap
tanaman (Murbandono, 1990). Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya
pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering
mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk
membuat kompos (Lingga dan Marsono, 2003).
Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu
sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah
buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain (Hadisuwito, 8 2007). Bahan
organik basah seperti sisa buah dan sayuran merupakan bahan baku pupuk cair yang
sangat bagus karena selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara
yang dibutuhkan tanaman. Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik,
maka proses penguraian akan semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang
mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe,
Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun
sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen
dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh

7
dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang
pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah,
mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013).
Pada pembuatan pupuk organik cair, perlu diperhatikan persyaratan atau
standar kadar-kadar bahan kimia serta pH yang terkandung di dalam pupuk organik
tersebut. Berikut adalah persyaratan teknis minimal pupuk organik yang ditetapkan
oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia, lihat Tabel 1. 9
Tabel 1. Standar Kualitas Mutu Pupuk Organik
Parameter Standar
Total N < 2%
C Organik > 4%
Rasio C/N 15 – 25 %
P2O5 < 2%
K2O < 2%
pH 4-8
Sumber: (Peraturan Menteri Pertanian No.28/Permentan/OT.140/2/2009)
Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Fungsi unsur hara makro diantaranya Nitrogen (N), yang berfungsi merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, untuk sintesis asam amino dan protein
dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau daun, panjang
daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang)
(Kloepper, 1993). Phospat (P) berfungsi untuk pengangkutan energi hasil
metabolisme dalam tanaman, merangsang pertumbuhan akar, merangsang
pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan
sel, merangsang pembungaan serta pembuahan. Kalium (K) berfungsi dalam proses
fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan membentuk senyawa
kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan
mangan. Selain itu dapat meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap
penyakit (Kloepper, 1993).
Selain unsur makro, tanaman juga memerlukan unsur mikro. Adapun peranan
Kalsium (Ca) dalam tanaman sebagai penguat dinding sel, memperbaiki vigor

8
tanaman dan kekuatan daun, mendorong perkembangan akar, berperan dalam
perpanjangan sel, sintesis protein dan pembelahan sel (Leiwakabessy dan Sutandi,
2004). Magnesium merupakan bagian dari klorofil yang berfungsi dalam proses
fotosintesis, terlibat dalam pembentukan gula, mengatur serapan unsur hara yang
lain, sebagai carrier fosfat dalam tanaman, translokasi karbohidrat, dan aktivator
dari beberapa enzim transforforilase, dehidrogenase, dan karboksilase
(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Tanaman mengambil besi dalam bentuk Fe2+, Fe3+, dan NaFeEDTA.
Peranan Fe dalam tanaman yaitu mempertahankan klorofil dalam daun, merupakan
bagian penting dari hemaglobin, sebagai protein ferredoxin dalam metabolisme
seperti fiksasi N2, fotosintesis, dan transfer elektron dalam khloroplas tanaman.
Mangan berperan dalam proses reduksi dan oksidasi, meningkatkan penyerapan
cahaya, sintesis protein, dan berperan sebagai katalis dalam reaksi tanaman (Amilia,
2011).
Nisbah C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N)
dalam suatu bahan. Nisbah C/N dapat digunakan sebagai indikator proses
fermentasi yaitu jika jumlah perbandingan antara karbon dan nitrogen masih
berkisar antara 20 sampai 30% maka hal tersebut mengindikasikan bahwa pupuk
yang difermentasi sudah bisa untuk digunakan. Perbedaan kandungan C dan N
tersebut akan menentukan kelangsungan proses fermentasi pupuk cair yang pada
akhirnya mempengaruhi kualitas pupuk cair yang dihasilkan (Pancapalaga, 2011).
Pada umumnya bahan organik yang segar mempunyai nisbah C/N tinggi,
seperti jerami padi sebesar 50-70%. Prinsip pembuatan pupuk adalah menurunkan
nisbah C/N bahan organik, sehingga sama dengan nisbah C/N tanah (< 20%)
(Sundari dkk., 2012) dalam (Rahmah dkk., 2014). Semakin tinggi nisbah C/N bahan
maka proses pembuatan pupuk akan semakin lama karena nisbah C/N harus
diturunkan. Nisbah C/N merupakan perbandingan dari pasokan energi mikroba
yang digunakan terhadap nitrogen untuk sintesis protein (Sundari dkk., 2012) dalam
(Rahmah dkk., 2014).

9
METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan selama satu musim tanam atau sekitar tiga

bulan mulai dari januari sampai maret 2021. Adapun tempat praktikum bertempat

di halaman rumah saya yakni di Desa Depok Kecamatan Darangdan Kabupaten

Purwakarta Jawa Barat.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan yaitu ember, alat semai/tray, timbangan,


penggaris, gembor, gelas ukur dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah
pupuk NPK mutiara 16-16-16, pupuk organic cair (NASA), polybag, media tanam
tanah + pupuk kandang (1:1) dan Benih selada (Lactuca sativa L.).

Metode Penelitian

Perlakuan
Tabel 2. Perlakuan pemupukan pada tanaman selada (Lactuca sativa L.).
NO Kode Media Tanam Pemupukan
1 NPK I tanah dan pukan pupuk NPK mutiara
2 NPK II tanah dan pukan pupuk NPK mutiara
3 POC I tanah dan pukan pupuk organic cair NASA
4 POC II tanah dan pukan pupuk organic cair NASA
5 NO I tanah dan pukan Tidak di pupuk
6 NO II tanah dan pukan Tidak di pupuk

Melihat faktor diatas diperoleh tiga kombinasi dengan 2 kali ulangan


sehingga diperoleh 6 polybag atau tanaman percobaan. Data yang diperoleh
dianalisis dengan metode analisis RAK (Rancangan Acak Kelompok) yang disusun
secara faktorial.
Aplikasi Pemupukan

10
1. Pupuk NPK mutiara diaplikasikan seminggu sekali dengan cara dikocor dengan
takaran 10 g /liter dan pemberian pupuk dengan dosis 250 ml/polybag
2. Pupuk organic cair NASA diaplikasikan pada awal pertumbuhan dan
selanjutnya seminggu sekali, dengan dosis 3 ml/liter air dan dosis 250
ml/polybag.
Prosedur Pelaksanaan

Pembuatan Media Tanam


Media tanam yang digunakan berbahan dasar tanah dan pupuk kandang ayam
dengan perbandingan (1:1). Media tanam dibuat dua kombinasi dengan dua kali
ulangan sehingga total enam polybag.
Penyemaian Benih
Bahan tanam berupa benih tanaman selada disemaikan pada wadah
semai/tray yang berisi media semai bisa berupa tanah dan yang lainnya. Kemudian
lakukan perawatan seperti penyiraman, dimana banyak penyiraman tergantung
kelembapan semaian. Lakukan perawatan sampai benih siap untuk pindah tanam.
Penanaman
Benih selada yang telah berumur 10-20 hari atau muncul daun 3-4 helai,
kemudian ditransplanting atau pindah tanam ke dalam media tanam polybag. Bibit
tanaman selada bisa satu sampai tiga benih di setiap polybag.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan seminggu sekali yang dimulai setelah satu minggu
tanaman selada pindah tanam. Pupuk NPK mutiara dan POC NASA di aplikasikan
dengan cara dikocor dengan takaran NPK 10 g /liter sedangkan POC 3ml/liter.
Kedua pupuk di kocorkan dengan dosis 250 ml/polybag.
Pemeliharaan dan Pengamatan
Pemeliharaan tanaman selada yang perlu dilakukan adalah penyiraman.
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai selada tumbuh normal dari awal
persemaian hingga dipindahkan ke lahan. Alat yang digunakan pada penyiraman
harus memiliki siraman yang halus dengan tujuan tidak merusak tanaman.
Penyulaman dilakukan apabila tanaman ada yang mati, dilakukan satu minggu
setelah tanam. Selanjutnya pengendalian gulma, pengedalian ini bertujuan agar
tidak ada persaingan dalam penyerapan unsur hara pada tanaman selada.

11
Pengendalian dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan menggunakan tangan
(Zulkarnain, 2005).
Pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan secara manual yaitu
membuang atau menghilangkan bagian tanaman yang terserang dan langsung
menghilangkan hama tersebut dengan tangan. Pencegahan terhadap serangan hama
dan penyakit dilakukan dengan pemantauan setiap hari.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tanaman. Lakukan
pengukuran tinggi tanaman pada setiap polybag. Proses pengamatan dilakukan
setiap seminggu sekali.
Pemanenan
Tanaman selada dapat dipanen dengan ciri-ciri jumlah dan ukuran daunnya
telah maksimal dan sudah berumur lebih dari 30 HST. Setelah di panen timbang
bobot segar selada setiap polybagnya.

Variabel Pengamatan

Pengamatan di lakukan secara non destruktif (tanpa perusakan) dan secara


destruktif (dengan perusakan). Pengamatan non destruktif di lakukan setiap 7 hari
sekali (satu minggu) dengan parameter pengamatan sebagai berikut :
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur bagian pangkal batang
tanaman pada permukaan media sampai pada titik ujung daun tertinggi dengan
menggunakan penggaris.
Jumlah Daun (helai)
Pengamatan perhitungan jumlah daun di lakukan setiap 7 hari sekali. Daun
yang di hitung adalah daun yang sudah mengandung klorofil dan sudah bisa
berfotosintesis.
Pengamatan destruktif di lakukan pada akhir pengamatan dengan parameter
pengamatan sebagai berikut :
Berat Basah (gr)
Pengamatan di lakukan dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman
yang ada dalam keadaan segar dan di timbang secara langsung setelah panen.

12
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan

Tabel 3. Pertambahan tinggi tanaman selada (Lactuca sativa L) dari 1 minggu


setelah tanam sampai 4 minggu setelah tanam
Tinggi Tanaman ( cm )
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
NPK I 1,6 4,5 7 10,2
NPK II 1,6 5 7,3 10
POC I 1,7 5,5 8 12
POC II 2 5,5 8,2 13
NO I 2 2 3 3
NO II 1,7 - - -
Ket. MST = Minggu Setelah tanam
CM = Centimeter
Tabel 3. Jumlah daun tanaman selada (Lactuca sativa L) dari 1 minggu setelah
tanam sampai 4 minggu setelah tanam
Jumlah Daun Tanaman (Helai)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
NPK I 3 4 3 3
NPK II 3 3 3 4
POC I 3 3 4 4
POC II 3 4 4 4
NO I 3 4 3 3
NO II 3 - - -
Ket. MST = Minggu Setelah tanam

Pembahasan

Pada penelitian ini pemupukan cukup berpengaruh pada pertumbuhan


selada, namun tidak terlalu besar dan signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
adanya perbedaan tinggi dan jumlah daun pada tanaman selada. Pemupukan yang
optimal diperoleh dengan pemberian pupuk dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan tanaman, tidak berlebih dan tidak kekurangan. Pupuk, khususnya pupuk
buatan tidak lain adalah bahan kimia yang diramu sedemikian rupa meniru zat yang
dikandung tanah oleh sebab itu dosis pemberian harus benar diperhatikan, hal ini
penting karena dosis pemberian yang terlalu banyak menimbulkan resiko buruk
bagi tanah dan tanaman (Lingga, 2008).

13
Pertumbuhan tanaman selada pada penelitian ini tidak seperti selada pada
umumnya, dimana dalam kurun waktu 4 minggu atau 30 hari setelah tanam selada
masih kecil dan belum bisa dipanen. Hal tersebut di pengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya penggunaan media tanam yang tidak tepat, factor cuaca dan adanya
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Media tanam yang digunakan yaitu
kotoran ayam dan tanah, kotoran ayam yang digunkan mungkin masih mentah
sehingga menghambat pertumbuhan selada. Cuaca di tempat penelitian pada
rentang waktu penanaman yaitu bulan Peberuari sampai Maret sedang mengalami
cuaca ekstream, sehingga pertumbuhan tanaman selada terganggu bahkan sampai
mati. Selain itu, OPT juga merupakan factor penghambat pertumbuhan selada pada
penelitian ini, banyaknya OPT seperti ulat bisa menyebabkan selada telat tembuh
atau bahkan gagal tumbuh.
Variabel pengamatan pada penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun
dan berat bersih tananam, namun karena proses pemanenan tidak dilakukan
sehingga variabel pengamatannya hanya tinggi dan jumlah daun tanaman.
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan salah satu faktor yang di pengaruhi oleh
pertumbuhan suatau tanaman. Tanaman dengan pertumbuhan yang baik akan
menunjukan tinggi tanaman yang baik pula. Paktor yang menyebabkan tanaman
tumbuh tinggi salah satunya adalah pemupukan, pupuk dengan jenis yang berbeda
akan berpengaruh pada perbedaan tinggi tanaman. Menurut Salisbury dan Ross
(1995), pertambahan tinggi tanaman merupakan salah satu satu bentuk
pertumbuhan tanaman yang merupakan pembentukan sel-sel baru melalui proses
pembelahan sel dan perpanjangan sel maristem yang terletak diujung akar dan
ujung tajuk (apeks). Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering
diamati baik sebagai indikator prtumbuhaan maupun sebagai peubah yang
digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Uji efektivitas pemupukan terhadap tinggi tanaman selada menunjukan
hasil yang beragam (Tabel 2). Penggunaan pupuk POC pada sampel II menunjukan
hasil pertumbuhan yang paling baik dengan tinggi tanaman pada 4 MST yaitu
13cm. Pengaruh dari pupuk hayati memberikan prospek yang menjanjikan dalam

14
jangka panjang, aman dan ramah terhadap lingkungan. Pemberian pupuk hayati
secara terus menerus dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan
menjadi sehat dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman.
Penggunaan Pupuk NPK menunjukan pengaruh yang cukup seragam antara sampel
I dan II. Sedangkan pertumbuhan tanaman selada pada sampel yang tidak dilakukan
pemupukan menunjukan hasil yang kurang baik, pada sampel I pertumbuhan hanya
terjadi pada 3 MST dan sampel II mati pada 2 MST.
Hasil yang tidak signifikan dalam pertumbuhan tinggi tanaman selada dapat
di sebabkan oleh morfologi batang yang merupakan batang sejati. Selain itu factor
media tanam, cuaca dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sangat
berpengaruh pada kurang signifikannya tinggi selada. Ketiga factor diatas begitu
berpengaruh pada pertumbuhan selada pada umumnya, begitu juga dengan
pertumbuhan tinggi tanaman.
Jumlah Daun (Helai)
Pertumbuhan jumlah daun selada dimulai dari terbentuknya kuncup pada
batang tanaman. Daun sangat penting bagi tanaman karena proses fotosontesis
berlangsung pada daun. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara yang
cukup didukung oleh kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dapat
mengoptimalkan hasil tanaman kangkung darat. Barker and Pilbeam dalam Sari
(2013) menyatakan bahwa ketersediaan fotosintat akan memacu pertumbuhan
vegetatif tanaman, meningkatkan jumlah dan ukuran organ tanaman serta sebagai
sumber energi bagi tanaman.
Hasil peneletian yang kurang baik mengakibatkan jumlah daun selada
menjadi tidak umum, sehingga pada 4 MST selada belum bisa dipanen. Pengaruh
pemupukan pada pertumbuhan jumlah daun selada menunjukan hasil yang cukup
seragam (Tabel 3). Rata-rata jumlah daun selada yaitu 3 dan 4 helai. Pada sempel
NPK I dan NO I terlihat adanya penurunan jumlah daun selada, hal tersebut
disebabkan adanya gangguan serangga OPT dan cuaca panas ekstrem yang
menyembabkan sebagian daun layu dan mati. Pada sampel NO II atau yang tidak
dilakukan pemupukan, selada mati pada 2 MST, hal tersebut disebabkan karena
tanaman selada tidak mampu bertahan hidup pada cuaca ekstrem.

15
Berat Basah Tanaman (gr)
Hasil penelitian yang menunjukan kurangnya pertumbuhan selada
mengakibatkan selada belum bisa di panen dalam kurun waktu 4 MST atau 30 hari
setelah tanam. Selada mungkin bisa dipanen pada 6-8 MST jika pertumbuhannya
baik dan tidak ada gangguan dari cuaca ataupun OPT. Beras Basah yang seharusnya
dilakukan setelah proses pemanenan tidak bisa dilakukan karena selada yang masih
kecil tidak memungkinkan untuk ditimbang.

16
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Simpulan dari penelitian tentang Uji Efektivitas Pemupukan Pada
Tanaman Selada (Lactuca sativa L) yaitu:
1. Pemupukan pada tanaman selada cukup berpengaruh pada pertumbuhan tinggi
dan jumlah daun selada, namun kurang karena hasil yang kurang baik
sehingga pertumbuhannya tidak umum.
2. Penggunaan pupuk POC lebih terlihat manfaatnya ketimbang pupuk NPK, hal
tersebut terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman walau tidak terlalu
signifikan.
3. Faktor media tanam, cuaca dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sangat
berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman selada.
Saran

Pada penelitian ini yang disadari kurang optimal sarannya bisa lebih
dipersiapkan lagi mengenai factor-faktor yang mungkin akan menghambat proses
penelitian. Penggunaan media tanam yang baik dan perawatan yang lebih tentunya
sangat perlu dilakukan. Selain itu, secara teknis pemupukan pada tanaman selada
memang perlu dilakukan namun harus sesuai dengan ketentuan, seperti dosis, cara
dan waktunya. Pupuk POC lebih disarankan karena selain bisa membantu
pertumbuhan, POC lebih ramah lingkungan dan memiliki pengaruh baik dalam
jangka panjang.

17
DAFTAR FUSTAKA

Rusli, R. (2018). RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) PADA


BEBERAPA PUPUK NPK MAJEMUK DENGAN PEMBERIAN DOSIS
YANG BERBEDA (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang).
DZIL IKRAM, ADLI (2019) PENGARUH KOMBINASI KOMPOSISI MEDIA
TANAM DAN PUPUK ORGANIK CAIR YANG BERASAL DARI BATANG
PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA
(Lactuca sativa L.). Sarjana thesis, Universitas Siliwangi.
Amelia, G. A. P., Jati, A. W. N., & Yulianti, L. I. M. (2017). Kualitas Pupuk
Organik Cair dari Limbah Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.), Pisang
Mas (Musa paradisiaca L. Var. Mas) dan Pepaya (Carica pepaya
L.). Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Saroh, M., Syawaluddin, S., & Harahap, I. S. (2017). Pengaruh Jenis Media Tanam
dan Larutan Ab Mix dengan Konsentrasi Berbeda pada Pertumbuhan dan
Hasil Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L) dengan Hidroponik
Sistem Sumbu. Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 1(1), 29-37.
Fitriyatno, F., Suparti, S., & Anif, S. (2012). Uji Pupuk Organik Cair dari Limbah
Pasar terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca Sativa L) dengan
Media Hidroponik. In Prosiding Seminar Biologi (Vol. 9, No. 1).
Siagian, A. S. (2018). Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Air Cucian Beras
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada Hijau (Lactuca
Satvia L.).

18
LAMPIRAN

Gmabar 1. Pencampuran media tanam kotoran


ayam dan tanah

1. Pembuatan Media
Manam

Gambar 2. Media tanama kotoran ayam dan tanah.

Gambar 3. Pemasangan tanda atau kode tanaman

19
Gambar 4. Penaburan benih selada pada persemaian
2. Penyemaian

Gambar 5. Pertumbuhan persemaian tanaman


selada

3. Pindah tanam

Gambar 6. Proses pemindahan bibit tanaman selada

20
Gambar 7. Penempatan sampel percobaan di tempat
yang lebih aman.

Gambar 8. Pencampuran pupuk NPK dan air

4. Pemupukan

Gambar 9. Aplikasi pemupukan pada tanaman


selada

21
Gambar 10. Pengukuran tinggi tanaman
5. Pengamatan

Gambar 11. Penghitungan jumlah daun tanaman

22
6. Pemanenan (Tiadak
Gambar 12. Pertumbuhan sampel penelitian
dapat dilakukan
karena selada masih
kecil dan tidak layak
panen)

Gambar 13. Sample percobaan (NO II) yang


mengalami kematian.

23

Anda mungkin juga menyukai