Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

RANCANG BANGUN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN


PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI DESA GENTENG
KECAMATAN SUKASARI KABUPATEN SUMEDANG

Disusun oleh:
Kelas F

Haris Munandar
150510170079

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul
“Rancang Bangun Sistem Pertanian Berkelanjutan pada Berbagai Agroekosistem di Desa
Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang”.

Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Melalui penulisan laporan ini, penulis ingin memberikan informasi mengenai
kondisi pertanian yang ada pada Desa Genteng tersebut.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan pembuatan
laporan ini. Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya.

Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II ISI.............................................................................................................................................3
2.1 Kondisi Umum Desa....................................................................................................................3
2.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Desa Genteng................................................3
2.1.2 Demografi.............................................................................................................................4
2.1.3 Kondisi Sarana dan Prasarana...............................................................................................5
2.2 Kondisi Umum Pertanian Desa....................................................................................................5
2.2.1 Iklim di Desa Genteng..........................................................................................................5
2.2.2 Kondisi Sumberdaya Lahan..................................................................................................7
2.2.3 Sosial Ekonomi dan Budaya Pertanian.................................................................................8
2.2.4 Kelembagaan di Desa Genteng...........................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Genteng..........................................................................................3


Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng......................................................................................................7
Gambar 3. Peta Jenis Tanah...................................................................................................................8

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa merupakan wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat yang di dalamnya, merupakan kesatuan hukum yang memiliki organisasi. Di
desa, kegiatan yang berkaitan dengan pertanian sebagian besar masih diterapkan pada daerah
pedesaan. Dalam kegiatan pertanian didalamnya telah dilaksanakan usaha pertanian, dan hal
itu penting bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Tanpa adanya kegiatan pertanian, maka
kegiatan lainnya pun tidak akan terjadi. Hal tersebut dikarenakan produk pertanian menjadi
salah satu sumber energi yang dapat mendukung aktivitas manusia, maka perlu dipelajari
mengenai kondisi agroekosistem dan aktivitas kegiatan tani serta penerapan teknis budidaya
petani sehingga menjadi landasan pembelajaran Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan
yang diketahui dan diterapkan oleh petani, serta sejauh mana pertanian desa yang terpilih
menerapkan LEISA dalam usaha taninya (Sumarto, 2009).

Pertanian berkelanjutan merupakan pemanfaatan sumberdaya yang dapat diperbaharui


dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan
dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Penerapan sistem pertanian
berkelanjutan juga harus seimbang dengan sistem pertanian ramah lingkungan, yaitu selain
meningkatkan hasil produksi juga mempertahankan dan melestarikan kualitas lingkungan
(SDA) dengan cara mengoptimalkan pengelolaan sumber daya lokal dan penggunaan input
produksi dari dalam usahatani (On-farm resources) dengan penggunaan input luar rendah
(LEISA) sehingga diperoleh hasil pertanian yang memadai dan secara ekonomi
menguntungkan. Berdasarkan prinsip LEISA, IFS dapat menjadi alternatif bagi keberlanjutan
produksi yang aman dan lebih ramah lingkungan.

IFS menjadi alternatif dalam melakukan usaha tani dikarenakan dapat digunakan
untuk memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada pada suatu desa serta dapat menekan
penggunaan imput luar yang berlebihan. Sistem tersebut juga menghasilkan produk yang
berkualitas tingi dan aman dari bahan-bahan kimia. Perkembangan IFS masih terbilang
lambat walaupun secara keseluruhan sangat baik jika diterapkan khususnya di Indonesia.
Padahal menurut Nurcholis dan Supangkat (2011), kegiatan pertanian terpadu mampu
meningkatkan produksi padi hingga 0,55 ton/ha pada musim tanam pertama dan 0,3 ton/ha
pada musim tanam selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan karena beberapa faktor,

1
diantaranya: pada petani, mereka memiliki kendala informasi dikarenakan tidak adanya
fasilitator yan membimbing dalam pelaksanaan kegiatan pertanian berkelanjutan, selain itu
juga petani memiliki keraguan akan produksi tanamannya yang akan tinggi dan integrasi
vertikal dan horizontal belum didasarkan pada potensi lokal. Agar petani banyak menerapkan
prinsip pertanian berdasarkan LEISA maka diperlukan adanya pendekatan pada suatu desa
agar dapat menganalisis prospek perkembangan desa berdasarkan potensi desa yang dimiliki.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai kondisi umum, agroekosistem, menganalisis
potensi serta rekomendasi yang nantinya dapat diterapkan di Desa Genteng, Kecamatan
Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa barat. Lahan di Desa Genteng memiliki struktur tanah
yang remah sehingga air mudah untuk menyerap serta tanaman menjadi subur, akan tetapi
kebanyakan petani di Desa Genteng belum terlalu paham mengenai Pertanian berkelanjutan
sehingga diharapkan petani akan memahami dan mampu menerapkan Sistem LEISA agar
sistem pertanian berkelanjutan dengan tidak merusak alam serta makhluk hidup di sekitarnya.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui ekosistem atau keadaan pertanian di Dusun Pasirkaliki,
Desa Genteng serta dapat menganalisis sistem pertanian yang terdapat pada desa
tersebut.
2. Mahasiswa dapat mengembangkan potensi yang dapat diperoleh dari daerah yang
dianalisis berdasarkan sistem pertanian berkelanjutan atau terpadu.
3. Mahasiswa dapat memberikan rekomendasi sistem pertanian berkelanjutan seperti
sistem LEISA yang ramah lingkungan dan memberikan hasil panen yang optimal.
4. Mahasiswa dapat merancang sistem pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan di
Dusun Pasirkaliki, Desa Genteng dengan melihat dari potensi yang dimiliki desa.

2
BAB II ISI

2.1 Kondisi Umum Desa

2.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Desa Genteng

Desa Genteng secara administratif termasuk wilayah kecamatan Sukasari, Kabupaten


Sumedang, Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu :
 Sebelah Utara : Kawasan Kehutanan Gunung Manglayang
 Sebelah Selatan : Desa Sukasari Kecamatan Sukasari
 Sebelah Timur : Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari
 Sebelah Barat : Desa Banyuresmi Kecamatan Sukasari

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Genteng

3
Berdasarkan catatan, Desa Ganteng merupakan sebuah desa induk. Sebelumnya, Desa
Genteng mencakup juga wilayah Desa Sukasari ketika masih berada di cakupan Kecamatan
Tanjungsari. Kemudian pada tahun 1980, Desa Genteng dimekarkan menjadi dua desa yaitu
Desa Genteng dan Desa Sukasari. Pemekaran desa ini berlandaskan pada Surat Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor 993/PM.122-Pem/Sk/1980 tertanggal 2 Juni 1980. Setelah
pemekaran, Desa Genteng memiliki cakupan wilayah di bagian utara bekas desa induknya.
Dan ketika Kecamatan Tanjungsari dimekarkan menjadi Kecamatan Tanjungsari dan
Kecamatan Sukasari, Desa Genteng menjadi salah satu wilayah yang mengikuti kecamatan
pemekaran, Kecamatan Sukasari. Desa Genteng terdiri dari beberapa dusun meliputi:

 Dusun Babakanloa
 Dusun Pasirkaliki
 Dusun Puncak
 Dusun Kuta
 Dusun Sukamulya
 Dusun Awilega

Luas wilayah desa Genteng adalah 1300 Ha terdiri dari :

 Pekarangan : 48 Ha
 Persawahan : 134 Ha
 Tegal/ Kebun : 155 Ha
 Fasilitas Umum : 4 Ha
 Lahan Kritis : 10 Ha
 Hutan Rakyat : 48 Ha
 Dan lain-Lain : 8 Ha

Transek

Dengan bentuk perbukitan, ketinggian desa ini 1000-1200 meter di atas permukaan
laut. Suhu didaerah Desa Genteng adalah 20-300C. Iklim desa Genteng sebagaimana desa-
desa lain di wilayah Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan tersendiri, hal
tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Genteng
Kecamatan Sukasari. Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan utamanya

4
untuk pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup binatang ternak. Jarak desa Genteng ke
kecamatan ± 3 Km, sedangkan jarak menuju Kabupaten ± 27 Km.

2.1.2 Demografi
Desa Genteng mempunyai jumlah penduduk 6.053 jiwa dengan kepadatan 441.50
jiwa/Km2 dan 2.226 KK. Desa ini terbagi kedalam 6 dusun, 19 RW dan 76 RT dengan
Jumlah penduduk laki-laki adalah 3.067 jiwa dan penduduk perempuan adalah 2.986 jiwa.

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Genteng Tahun 2017

Kelompok umur
No Jumlah (Orang) %
(th)

1 0 < 15 1.381 22,81

2 ≥ 15 -64 4.176 68,99

3 ›64 496 8.20

Jumlah 6.053 100

Sumber : Potensi Desa Genteng

Dari table tersebut, didapat bahwa penduduk desa genteng yang tergolong usia
produktif sebesar 68,99%.

2.1.3 Kondisi Sarana dan Prasarana


Jalan utama di Desa Genteng yaitu beraspal akan tetapi pada beberap titik perlintasa
jalan mengalami kerusakan/ jalan berlubang. Akses ke rumah warga ada yang berbatu dan
masih tanah. Sarana transportasi yang bisa digunakan untuk menuju Desa Genteng dari
Jatinangor ataupun Sumedang yaitu menggunakan angkutan umum. Akan tetapi, untuk akses
masuk di beberapa dusun di desa harus menggunakan ojek atau kendaraan pribadi.

Tidak terdapat pusat sarana pasar di Desa Genteng, untuk pasar pusat terdapat di
Tanjungsari yaitu Pasar induk Tanjungsari yang buka setiap hari serta terdapat pasar yang
buka seminggu sekali pada beberapa wilayah pada tiap hari nya di Desa Genteng. Sarana
kesehatan yaitu berupa posyandu sebanyak 11 buah dan 1 poskesdes. Sarana komunikasi
yaitu terdapat warnet akan tetapi tidak ada wartel karena warga sudah menggunakan ponsel
genggam atau telepon rumah. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Genteng yaitu PAUD,
TK, SD, dan perpustakaan. Sarana lainnya yaitu berupa sarana sosial budaya yaitu masjid,
mushola, dan tempat olahraga.

5
2.2 Kondisi Umum Pertanian Desa

2.2.1 Iklim di Desa Genteng


Tabel 3. Curah Hujan Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 di Desa Genteng

2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata

No Bulan Hh mm hh mm Hh mm Hh mm Hh Mm Hh mm

1 Januari 22 371 25 215,5 18 210 18 210 13 88 19 218,9

2 Februari 20 241,5 17 228,5 15 214 24 277 12 70 18 206,2

3 Maret 20 310 26 376 14 307 23 331 21 321 21 329

4 April 19 296 21 307 12 105 16 152,5 17 191 17 210.,3

5 Mei 20 249 9 97,5 4 37 15 131 4 63 10 115,5

6 Juni 7 92 11 129,5 0 0 15 135 6 50,6 8 81,42

7 Juli 11 155,5 9 70 0 0 10 91 1 6 6 64.5

8 Agustus 2 9 3 47,5 0 0 10 80 0 0 3 45,5

Septemb
9 0 0 0 0 0 0 13 155 5 47 4 101
er

10 Oktober 7 39 4 20 2 4,5 22 287,5 14 155,5 10 101,3

Nopemb
11 14 166,5 16 164,5 16 239 21 302,5 21 396 18 253.7
er

Desembe
12 24 329 20 218 18 321 12 78,5 10 137 17 216,7
r

16 16 1.43 12 15 1.944,
Jumlah 2.258,5 1.874 99 199 2231 1.525
6 1 7,5 4 1 02

156,1 119, 127,0


Rata-rata 14 188,21 13 8 17 185,91 10 13 162,00
7 79 8

Dari data curah hujan 5 tahun ini diketahui curah hujan rata-rata 172,54 mm/tahun
dengan bulan basah berlangsung 3 bulan dan bulan kering berlangsung 6 bulan. Menurut
sistem klasifikasi Oldeman daerah ini memiliki tipeiklim C2, tanam padi sekali dan palawija
dua kali setahun. Namun tanam palawija kedua harus hati-hati karena jatuh di musim kering.

Pola curah hujan dari data 5 tahun terakhir, sebagai berikut :

6
Pola Curah Hujan
350
300
250
Curah hujan (mm/bulan)

200
150
100
50
0
ri ri et ril ei ni li us r er r r
ua rua ar Ap M Ju Ju st be ob be be
n gu m t m m
J a
F eb M
A te Ok ve se
S ep No De

Bulan

2.2.2 Kondisi Sumberdaya Lahan


Fisiografi lahan sumedang termasuk ke dalam zona bogor menurut Van Bemmelen.
Daerah ini merupakan lipatan perbukitan yang terbentuk dari sedimen tersier laut. Menurut
kami, jenis tanah disini tergolong tanah remah yang mudah menyerap air sehingga baik untuk
pertumbuhan tanaman.(Van Bemmelen, 1949)

Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng

7
Topografi di Desa Genteng terbagi menjadi beberapa kemiringan lereng, yaitu datar
(kemiringan lereng 0-2%) seluas 10%, landai (kemiringan 2-8%) seluas 35%, agak miring
(kemiringan 9-15%) seluas 15% , miring (kemiringan 16-25%) seluas 15% dan topografi
agak curam (kemiringan 25-40%) seluas 5%.

Gambar 3. Peta Jenis Tanah

Jenis tanah di Desa Genteng diantaranya Latosol, Podsolik Merah Kuning dengan pH
antara 5 s.d 6,5. Kebanyakan tekstur tanah lempung berpasir dan struktur tanahnya liat.
Warna tanah cenderung hitam agak merah. Penggunaan lahan pertanian non persawahan
diantaranya kopi dengan luas 566 Ha (50%), cabai 198,1 Ha (17,5%), tomat 198,1 Ha
(17.5%), kol 113,2 Ha (10%), terung 33,96 Ha (3%) dan tembakau 22,64 Ha (2%).

2.2.3 Sosial Ekonomi dan Budaya Pertanian


Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan

Jumlah tenaga kerja (petani dan buruh tani)

- Pria : 3.067 Orang 50,66 %

- Wanita : 2.986 Orang 49,34 %

8
- Usia < 45 tahun : 1,199 Orang 63,2 %

- Usia > 45 tahun : 846 Orang 36,8 %

Tingkat pendidikan

- SD : 2.325 Orang 45,3 %

- SLTP : 1.817 Orang 35,4 %

- SLTA : 872 Orang 17 %

- Universitas : 119 Orang 2,3 %

Jumlah penduduk desa Genteng seluruhnya 6.053 orang terdiri dari 3.067 orang laki-
laki dan 2.986 orangperempuan dengan jumlah kepala keluarga 2.226 KK dan Kepala
keluarga tani 1.636 KK. Untuk kelompok usia, datanya tidak memiliki rentang yang sama
dengan tabel yang disediakan namun membentuk 3 kelompok usia seperti yang ada tabel
dibawah ini. Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa penduduk desa Genteng yang tergolong
usia produktif sebesar 68,99 %.

Luas kepemilikan lahan yang diperbolehkan di desa Genteng tidak ada patokannya
sehingga tidak adak ada batas maksimum ataupun minimumnya. Pada desa genteng luas
kepemilikan lahan yang di garap ini tidak kurang dari 50 tumbak atau 700 m 2 dan paling
banyak itu sampai berpuluh-puluh hektar.

Kepemilikan Lahan
: 5 Hektar
(maximum)

Kepemilikan Lahan
: 0.07 Hektar
(minimum)

Kepemilikan Lahan (rata-


: 0,28 Hektar
rata)

9
Adat Istiadat

Terdapat beberapa adat istiadat yang masih dilestarikan oleh warga desa genteng.
Adat istiadat yang ada pada desa genteng seperti perayaan ketika kemarau dan perayaan 1
muharam. Perayaan ini masih dipertahankan karena ini sudah menjadi suatu hal turun
temurun sehingga terus diturunkan ke generasi selanjutnya namun untuk perayaan kemarau
sudah tidak dilakukan lagi karena warga desa genteng sudah lebih mengenal agama sehingga
mereka menganggap hal terus bertentangan dengan agama.

2.2.4 Kelembagaan di Desa Genteng


Kelembagaan pertanian yang ada di desa genteng berjumlah kurang lebih 5-6
kelompok tani per dusun atau berjumlah 31 dalam 1 desa dengan beranggotakan 14-35 orang.
Kelompok tani ini dianungi oleh pemerinah dan mempunyai badan hukum seperti yang
dijelaskan dalam tabel dibawah. Kelembagaan ini mempunyai beberapa fungsi yakni sebagai
jembatan pemerintah dengan petani yang ada dalam suatu kelompok shingga memudahkan
alur koordinasi dan penyaluran bantuan pemerintah terhadap saprotan yang dibutuhkan.
Selain itu, kelompok tani menjadi sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk
usaha para petani dan kelompok tani khususmya.

Salah satu contoh kelompok tani yang ada ialah Tirta Mulya yang dipimpin oleh Pak
Djadjang. Jumlah anggota kelompok tani tirta mulya berkisar 25 orang. Sifat keanggotaan
yang digunakan pada poktan ini adalah tetap sehingga perlu melakukan hal-hal tertentu untuk
menjadi anggota tetap. Masa kepemimpinan di poktan tirta mulya hanya selama 3 tahun,
setiap poktan di desa genteng akan dibina oleh tenaga penyuluh pertanian dari pemerintah.
Kegiatan rutin yang sering dilakukan adalah rapat setiap bulan pada tanggal 25, membuat
pipa irigasi untuk lahan anggota serta melakukan sewa lahan bersama.

Kelompok Tirta Mulya sudah dapat dikatakan mandiri karena telah mampu memilih
pemimpin sendiri dan jumlah anggota sudah cukup banyak. Program yang dilakukan mampu
menjadi pemasukan untuk poktan dan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota. Tirta
mulya tergolong level kelompok tani lanjut dimana level tersebut merupakan tingkatan kedua
dari tiga tingkatan yang ada untuk mengklasifikasi kelompok tani.

Desa Genteng hanya memiliki satu gapoktan yang bernama GAPOKTAN


Pagerkamulyan Desa Genteng yang dipimpin oleh Pak Momon. Ketua gapoktan memiliki

10
masa periode yang pada akhirnya nanti akan dilakukan sebuah pertemuan untuk kembali
memilih ketua gapoktan. Gapoktan memiliki beberapa tugas pokok seperti menerima dan
menyalurkan bantuan pemerintah, memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha tani di sektor hulu
dan hilir dan menjadi sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para
petani dan kelompok tani khususmya. Kinerja gapoktan pada saat ini sudah baik dalam
menyalurkan bantuan dari pemerintah, hanya saja terkadang bantuan tidak dapat diberikan
pada semua anggota kelompok tani terutama anggota yang masih baru.

Desa Genteng memiliki satu tenaga penyuluh pertanian yang bernama ibu endang
sekaligus ketua penyuluh kecamatan sukasari. Bu endang sudah lama menjadi penyuluh di
desa genteng. Tugas pokok seperti memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali
pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di wilayah binaan Desa Genteng,
memberikan acuan bagi penyuluh pertanian dalam menyusun rencana kegiatan penyuluhan
pertanian di wilayah binaan Desa Genteng dan menyediakan bahan penyusunan perencanaan
penyuluhan untuk disampaikan dalam forum musrenbangtan tingkat desa maupun tingkat
kecamatan tahun berikutnya. Menurut beberapa petani tenaga penyuluh berperan aktif dalam
kegiatan pertanian di desa genteng dan juga tenaga penyuluh melaksanakan tupoksinya
dengan baik dan penyuluhan dilakukan dengan metode partisipatif. Belum terdapat lembaga
serupa di desa genteng.

List Kelompok Tani Desa Genteng, madya 3 poktan, lanjut 20 poktan, pemula 8 poktan :

1. MEKAR BAKTI (PEMULA)


2. KARANG PAWITAN (PEMULA)
3. BUDI ASIH (PEMULA)
4. ALAS SUGIH (PEMULA)
5. MEKAR JAYA SARI MULYA (PEMULA)
6. PARAHU TANI (PEMULA)
7. BUBUAY JAYA GIRI (PEMULA)
8. GIRI MUKTI (PEMULA)
9. PUNCAK (LANJUT)
10. SINAR MUKTI (LANJUT)
11. MITRA JAYA (LANJUT)
12. MEKAR BALEBAT (LANJUT)
13. MITRA BALEBAT (LANJUT)

11
14. SINAR PUNCAK (LANJUT)
15. BAROKAH (LANJUT)
16. KEDU MAWAR (LANJUT)
17. MEKAR HARAPAN (LANJUT)
18. KEDU MAKMUR (LANJUT)
19. TANJUNG (LANJUT)
20. BAMBU MUKTI (LANJUT)
21. JAYA MAKMUR (LANJUT)
22. KRISAN (LANJUT)
23. P3A SETIA BAKTI (LANJUT)
24. SAUNG DOMBA (LANJUT)
25. MITRA SALUYU (LANJUT)
26. SINAR SALUYU (LANJUT)
27. BUDI ASIH II (LANJUT)
28. BERDIKARI (LANJUT)
29. BABAKAN LOA 1 (MADYA)
30. SRI MUKTI (MADYA)
31. TIRTA MULYA TANI (MADYA)

Jumlah kelompok tani yang ada di desa Genteng seluruhnya 31 kelompok terdiri dari
kelompok hamparan 6 kelompok, 9 domisili kelompok, dan kelompok fungsional 16
kelompok. Berdasarkan tingkat kemapuannya kelompok yang ada sebagian besar masih
tergolong kelompok lanjut seperti disajikan pada list diatas. Selain itu setiap desa memiliki
satu ppl petani yang fungsinya menjadi acuan, pedoman dan sumber informasi yang bisa
dibutuhkan dalam suatu kelompok tani.

12
BAB III PENUTUP

Dengan melihat keadaan kondisi umum desa genteng melalui berbagai data yang
didapatkan maka terlihat bahwa desa genteng masih tergolong desa yang pergerakan ekonomi
nya masih dipengaruhi oleh aktivitas pertanian sehingga desa genteng cocok menjadi pilihan
desa untuk spb kelompok kami untuk selanjutnya kami melakukan survey mendalam
terhadap agroekosistem pertanian yang ada di desa genteng.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumarto, H.S. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan
Partisipatif di Indonesia; Edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.Supangkat, M. N. G. (2011) ‘Pengembangan Integrated Farming
System Untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian’, pp. 71–84.
Van Bemmelen, R. W. (1949) ‘RW Van Bemmelen Geology of Indonesia Vol-IA
General.pdf’, p. 766.

14

Anda mungkin juga menyukai