Anda di halaman 1dari 18

Analisis agroekosistem terpilih: Pengembangan Integrated Farming System/Sistem

Pertanian Terpadu berbasis Agroekosistem Dusun Pasir Kaliki, Desa Genteng.

A. Analisis dan Pengembangan SPB Berbasis Agroekosistem

D.1 Tipe Penggunaan Lahan Agroekosistem : Tegalan

Nama Responden : ROHYADI / 63 tahun

Lokasi tempat Kajian : Dusun Pasir Kaliki RT/RW : 3/10

1. Produksi : Buah cabai


2. Orientasi pasar : Untuk dijual
3. Ukuran dan konfigurasi
lahan
- Luas lahan garapan : 70 Tumbak --- 0,098 Ha
- Status kepemilikan : milik sendiri
- Konfigurasi lahan : satu hamparan
4. Pemodalan :
- Jumlah : ± Rp. 2.500.000
- Perolehan modal : dana sendiri
5. Tenaga kerja manusia
- Jumlah : 3 orang/musim
- Sumber tenaga kerja : Keluarga (tanpa diupah)
6. Sumber tenaga ternak
- Penggunaan ternak : -
- Status kepemilikan : -
ternak
- Alasan penggunaan : -
ternak
7. Penggunaan Mesin
pertanian
- Jenis mesin yang : Cangkul
digunakan
- Status kepemilikan : Milik sendiri
mesin
- Alasan penggunaan : -
mesin
8. Pendidikan dan pelatihan
- Pendidikan formal : SD
- Pelatihan (sekolah : Pelatihan 2 kali/bulan
lapang, workshop,
penyuluhan)
- Apakah hasil pelatihan : Iya, diterapkan
tersebut diterapkan?
9. Sumber pengetahuan
petani
- Sumber informasi : Informasi dari tenaga penyuluh
- Upaya mendapatkan : Mendatangi petugas penyuluh untuk diskusi, dll.
informasi
10 Teknologi budidaya
.
- Pembibitan - Jenis varietas yang digunakan
Cabai Rawit varietas Serambi
Cabai Keriting varietas Inul
- Benih diperoleh dari tanaman sebelumnya
- Tidak dilakukan perlakuan pada benih
- Pola tanam - Dilakukan rotasi tanaman yaitu cabai dan
tomat dengan tanaman kacang
- Pola tanam: tumpang sari

- Pengolahan lahan - Jenis olah tanah : minimum tillage


- Setelah panen lahan langsung diolah kembali
untuk penanaman kacang
- Cara pengolahan manual

- Pengairan - Sumber pengairan irigasi dari Gua Walet

- Pemupukan - Jenis pupuk : NPK cap Kuda


- Pengaplikasian pupuk secara manual
- Pupuk tersebut dibeli dari Pak H. Cucu dan Pak
H. Sudrajat
- Menggunakan bahan organic Tandon
- Pengendalian - Ulat grayak dikendalikan dengan pestisida
Organisme penggangu Abacel dengan cara disemprotkan
tanaman - Penyakit Patek (Antraknosa) dikendakikan
menggunakan pestisida Sidazeb
- cara pengendalian yang dilakukan efektif
- Petani tidak tahu mengenai pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu

- Pemanenan - Dilakukan secara manual dengan cara dipetik


menggunakan tangan
- Pengelolaan pasca -
panen
- Pengelolaan sisa - Untuk kompos
tanaman - Sisa tanaman dibiarkan di lahan
11 Kebutuhan infrastruktur
.
-Pabrik pengolahan (pasca Tidak diperlukan
panen)
-Tenaga penyuluh/ Diperlukan
pendamping
-Jalan/sarana transportasi Tidak diperlukan
-Tempat penampungan hasil Tidak diperlukan
(gudang bersama)
12 Pemasaran Hasil
.
- Cara pemasaran : Dijual pada kelompok Tani
- Pengangkutan hasil : Diangkut sendiri
13 Pendapatan
.
- Produktivitas : (konversikaninformasi yang ada sehingga
diperoleh Hasil panen per tahun per hektar)
pertanaman monokultur atau tumpangsari
(tergantung kondisi)

- Jumlah produksi : Cabai keriting ± 115 kg


Cabai rawit ±62 kg
- Pendapatan : Cabai keriting 115 kg x Rp 15.000 = Rp 1.725.000
Cabai rawit 62 kg x Rp 35.000 = Rp 2.275.000
14 Biaya produksi
- Biaya untuk benih : Rp 125.000/bungkus x 2 = Rp 250.000
- Biaya untuk pupuk : NPK Rp 700.000 (70 kg) + Tandon Rp 220.000 (10
kg) = Rp 920.000
- Biaya untuk pestisida : Sidazeb 6 x Rp 90.000 = Rp 540.000
Abacel 10 x Rp 80.000 = Rp 800.000
- Biaya tenaga kerja :
- Biaya untuk pengairan -
(kalau ada)
- Biaya sewa lahan (kalua -
ada)
- Sumber pendanaan : Dana sendiri dan Kelompok Tani
13 Analisis usaha tani : Perhitungan B/C ratio
.

Nama Responden : KOKO / 46 tahun

Lokasi tempat Kajian : Dusun Pasir Kaliki RT/RW : /10

1. Produksi : Buah Cabai


2. Orientasi pasar : Untuk dijual
3. Ukuran dan konfigurasi
lahan
- Luas lahan garapan : 100 Tumbak --- 0,14 Ha
- Status kepemilikan : Sewa
- Konfigurasi lahan : satu hamparan
4. Pemodalan :
- Jumlah : ± Rp.
- Perolehan modal : dana sendiri
5. Tenaga kerja manusia
- Jumlah : 2 orang/musim
- Sumber tenaga kerja : Keluarga (tanpa diupah)
6. Sumber tenaga ternak
- Penggunaan ternak : -
- Status kepemilikan : -
ternak
- Alasan penggunaan :
ternak
7. Penggunaan Mesin
pertanian
- Jenis mesin yang : Cangkul
digunakan
- Status kepemilikan : Milik sendiri
mesin
- Alasan penggunaan : -
mesin
8. Pendidikan dan pelatihan
- Pendidikan formal : SMP
- Pelatihan (sekolah : Penyuluhan
lapang, workshop,
penyuluhan)
- Apakah hasil pelatihan : Tidak diterapkan
tersebut diterapkan?
9. Sumber pengetahuan
petani
- Sumber informasi : Informasi dari tenaga penyuluh, Informasi dari
teman (sesama petani)
- Upaya mendapatkan : Mendatangi teman (sesama petani) untuk diskusi
informasi
10 Teknologi budidaya
.
- Pembibitan - Jenis varietas : Red grees
- Membeli sudah dalam bentuk bibit siap tanam
- Pola tanam - Tidak dilakukan rotasi tanaman
- Tanaman apa saja yang diusahakan dalam
setahun yaitu cabai, kol, dan tomat. Masa bera
selama 1 bulan.
- Pola tanam: tumpang sari

- Pengolahan lahan - Jenis olah tanah : minimum tillage


- Dilakukan ± 1 bulan setelah panen
- Cara pengolahan manual

- Pengairan - Sumber pengairan air hujan dan irigasi dari


Ledeng
- Pemupukan - Jenis pupuk NPK dan Pupuk kandang
- Dosis pemberian pupuk NPK 1 kali/minggu dan
aplikasi secara manual (ditaburkan pada
lubang)
- Pupuk tersebut diperoleh dari bantuan
pemerintah
- Pengendalian - Jenis hama : siput, bolokotondo (kepik daun),
Organisme penggangu kasir (anjing tanah/orong-orong), ulat grayak
tanaman (ulat tantara), dan lalat buah.
Penyakit : Patek (Antraknosa)
- Teknik pengendalian hama yaitu menggunakan
pestisida antara lain Toksiput (diberikan pada
lubang mulsa dengan jarak 2-3 lubang), Rigen,
Sidamec, Basel, dan Prepaton)
- Cara pengendalian yang dilakukan efektif
- Petani tidak tahu mengenai pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu

- Pemanenan - Secara manual dengan cara dipetik


menggunakan tangan
- Pengelolaan pasca -
panen
- Pengelolaan sisa - Dibakar
tanaman - Sisa tanaman langsung dikelola
11 Kebutuhan infrastruktur
.
-Pabrik pengolahan (pasca Tidak diperlukan
panen)
-Tenaga penyuluh/ Diperlukan
pendamping
-Jalan/sarana transportasi Diperlukan
-Tempat penampungan hasil Tidak diperlukan
(gudang bersama)
12 Pemasaran Hasil
.
- Cara pemasaran : Dijual ke tengkulak
- Pengangkutan hasil : Diangkut sendiri menggunakan motor
13 Pendapatan
.
- Produktivitas : (konversikaninformasi yang ada sehingga
diperoleh Hasil panen per tahun per hektar)
pertanaman monokultur atau tumpangsari
(tergantung kondisi)

- Jumlah produksi : Jumlah yang dijual (Kg atau ton)

- Pendapatan : Harga jual dikali dengan jumlah produk yang


dijual (pendapatan kotor).

14 Biaya produksi
- Biaya untuk benih :
- Biaya untuk pupuk :
- Biaya untuk pestisida :
- Biaya tenaga kerja :
- Biaya untuk pengairan
(kalau ada)
- Biaya sewa lahan (kalua
ada)
- Sumber pendanaan : Dana sendiri/koperasi/bank
13 Analisis usaha tani : Perhitungan B/C ratio
.

Nama Responden : Salun dan Tatang / 55 dan 32 tahun

Lokasi tempat Kajian : Dusun Pasir Kaliki RT/RW :

1. Produksi : Buah Cabai


2. Orientasi pasar : Dikonsumsi sendiri dan untuk dijual
3. Ukuran dan konfigurasi
lahan
- Luas lahan garapan : 200 Tumbak --- 0,28 Ha!
- Status kepemilikan : milik sendiri
- Konfigurasi lahan : satu hamparan/terpisah-pisah
4. Pemodalan :
- Jumlah : ± Rp. 20.000.000 – 30.000.000
- Perolehan modal : dana sendiri
5. Tenaga kerja manusia
- Jumlah : 3-4 orang/musim
- Sumber tenaga kerja : Keluarga (tanpa diupah) dan orang lain (diupah)
6. Sumber tenaga ternak
- Penggunaan ternak : -
- Status kepemilikan : -
ternak
- Alasan penggunaan : -
ternak
7. Penggunaan Mesin
pertanian
- Jenis mesin yang : Pacul dan arit
digunakan
- Status kepemilikan : Milik sendiri
mesin
- Alasan penggunaan : -
mesin
8. Pendidikan dan pelatihan
- Pendidikan formal : Pendidikan terakhir petani
- Pelatihan (sekolah : -
lapang, workshop,
penyuluhan)
- Apakah hasil pelatihan : -
tersebut diterapkan?
9. Sumber pengetahuan
petani
- Sumber informasi : Informasi dari tenaga penyuluh dan Informasi
dari teman (sesama petani)
- Upaya mendapatkan : Sengaja bertemu petugas penyuluh untuk diskusi
informasi (Kang Dwi DGW)

10 Teknologi budidaya
.
- Pembibitan - Jenis varietas yang digunakan :Cincili dan
Timpalo
- benih diperoleh dengan membeli di took
pertanian Pak Haji Saray dan Pak Otoy
- dilakukan perlakuan pada benih yaitu dengan
perendaman benih dengan air biasa selama 2-3
hari
- Pola tanam - Dilakukan rotasi tanaman
- Tanaman yang diusahakan dalam setahun :
tomat kol, da cabai
- Pola tanam: monokultur
- Alasan pemilihan jenis tanaman yang
diusahakan yaitu karena umumnya di dusun
pasir Kaliki menanam tanaman tersebut

- Pengolahan lahan - Jenis olah tanah minimum tillage


- Dilakukan 1-2 minggu setelah panen
- Cara pengolahan manual

- Pengairan - Sumber pengairan irigasi


- Jenis irigasi pipa untuk kebun

- Pemupukan - Jenis pupuk : kompos DGW, Mutiara, Cap


Kuda, pupuk daun
- Dosis 10-14 hari sekali dan aplikasi manual
dengan cara ditabur
- Tren dosis pupuk stabil
- pupuk tersebut diperoleh di toko pertanian
- petani menggunakan bahan organik karena
mengetahui manfaatnya
- Pengendalian - Jenis hama : ulat , penyakit : patek
Organisme penggangu (antraknosa)
tanaman - Teknik pengendalian hama : menggunakan
pestisida seperti Titan, Antrakol, Demolis, dan
Victory. Pestisida dengan dosis sebanyak dua
sendok makan dicampurkan dengan air dan
digunakan pada mesin semprot 20 L.
Penyemprotan dilakukan setiap minggu.
- petani tidak tahu mengenai pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu
- Pemanenan - Manual dengan cara dipetik menggunakan
tangan
- Pengelolaan pasca -
panen
- Pengelolaan sisa - Dibakar
tanaman - Sisa tanaman langsung dibiarkan di lahan 7-10
hari
11 Kebutuhan infrastruktur
.
-Pabrik pengolahan (pasca Tidak diperlukan
panen)
-Tenaga penyuluh/ Diperlukan
pendamping
-Jalan/sarana transportasi Tidak diperlukan
-Tempat penampungan hasil Tidak diperlukan
(gudang bersama)
12 Pemasaran Hasil
.
- Cara pemasaran : Dijual ke tengkulak dan koperasi kelompok
- Pengangkutan hasil : Motor atau mobil
13 Pendapatan
.
- Produktivitas : 2-3 ton cabai/ tahun/ Ha
- Jumlah produksi : 2-3 ton

- Pendapatan : Harga jual dikali dengan jumlah produk yang


dijual (pendapatan kotor).
14 Biaya produksi
- Biaya untuk benih :
- Biaya untuk pupuk :
- Biaya untuk pestisida :
- Biaya tenaga kerja :
- Biaya untuk pengairan
(kalau ada)
- Biaya sewa lahan (kalua
ada)
- Sumber pendanaan : Dana sendiri/koperasi/bank
13 Analisis usaha tani : Perhitungan B/C ratio
.

D2. Potensi Pengembangan LEISA


 Bagaimana cara/metoda agar petani tahu tentang hal berikut dan manfaatnya:
- Sistem pertanian berkelanjutan? Tidak mengetahui
- Sistem pertanian ramah lingkungan terutama LEISA? Tidak mengetahui

 Bagaimana agar petani tahu atau telah menggunakan teknologi terkait budidaya ramah
lingkungan antara lain:
- Pestisida nabati : (jenisnya apa dan untuk apa) ? : Tidak mengetahui
- Tanaman repellent : Tidak mengetahui
- Pembuatan kompos (bahan dasarnya apa ?) : Tidak mengetahui
- MOL (bahan dasarnya apa?) : Tidak mengetahui

D3. Potensi Sumberdaya untuk SPT

Usaha Ternak

- Jenis Ternak : Sapi dan domba


Jenis yang paling dominan yaitu : Domba
- Berapa jumlah peternak yang : 50% warga dusun pasirkaliki memliki kandang di
ada di lokasi terpilih (dusun dekat rumah nya
atau desa)
- Rata-rata jumlah ternak yang : 4-6 domba per rumah, 1 kandang terdapat 20 sapi
diusahakan per orang
- Cara pemeliharaan (kandang, Kandang
digembala, dsb)
- Pemanfaatan kotoran Pupuk/kompos

- Kendala yang sering ditemui Masalah irigasi di ke kandang yang belum lancar,
keamanan ternak yang sering dicuri dan akses ke
kandang untuk sapi yang masih jauh dari jalan
utama.

Usaha Perikanan

- Jenis Ikan : Ikan mas


- Berapa jumlah orang yang : Sebanyak 25% warga dusun pasirkaliki memiliki
mengusahakan perikanan di balong di rumah nya namun tidak dijadikan suatu
lokasi terpilih (dusun) usaha
- Lokasi kolam : Di pekarangan sekitar rumah
- Sumber air untuk kolam : air sungai (goa wallet)
- Teknik pemeliharaan kolam biasa
- Kendala yang dihadapi : Belum diperhatikan nya budidaya ikan di balong
sehingga kondisi balong tidak terawat serta belum
ada pengetahuan mengenai budidaya yang baik
dan benar. Sumber air untuk balong masih
bergantung pada air irigasi dari sungai (goa
wallet)

Potensi Agroforestri

- Jenis tanaman tahunan yang : Pinus, Kopi, Pisang.


diusahakan/dibudidayakan
- Jenis tanaman tahunan yang : Jabon, Jeruk, Suren, Sukun, Alpukat
banyak tumbuh di lokasi
- Pemanfaatan tanaman tahunan : Pinus: getah untuk industri, Kopi: Dijadikan
untuk apa saja bubuk untuk minuman, Pisang, Alpukat, Sukun
dan Jeruk: Bahan makanan, Jabon dan Suren:
Kayu

 Sumberdaya lain yang berpotensi untuk mendukung pengembangan Sistem


Pertanian Terpadu (jika ada)

D4. Analisis Agroekosistem terpilih dan Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu (SPT)
berkelanjutan
Berdasarkan hasil pencarian data secara online

- Deskripsikan agroekosistem secara umum (keberadaannya dan kondisinya di desa lokasi


apakah merupakan agroeksosistem utama atau hanya beberapa luas , kondisi/bentuk
lahannya (datar/berbukit dsb) , sumber air, sistem/pola tanam, jenis tanaman yang sering
dibudidayakan)

Tegalan merupakan agrosistem utama yang terletak di Dusun Pasir Kaliki Desa Genteng
Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. Bentuk lahannya berbukit karena berada di
daerah pegunungan. Sumber airnya berasal dari air hujan dan irigasi yang berasal dari Gua
Walet serta irigasi air ledeng. Pola tanam yang diterapkan adalah tumpang sari dengan
jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu tanaman cabai. Namun ada juga tegalan yang
ditanam tanaman cabai dengan pola tanam monokultur dan dilakukan rotasi tanaman.

- Bagaimana potensi pengembangan pertanian pada agroekosistem tersebut, terutama potensi


pertanian berbasis sumberdaya lokal (LEISA)?

Di Dusun Pasir Kaliki terdapat komoditas bawang merah, kubis, dan jagung. Namun ketiga
komoditas tersebut hanya sedikit ditanam oleh warga. Untuk meningkatkan produktivitas
lahan dan produktivitas cabai maka ketiga komoditas tersebut bisa menggunakan pola
tanam tumpang sari. Penanaman dengan pola tumpang sari antara tanaman cabai dan tomat
sudah tepat untuk dilakukan. Pola tanam tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas
lahan. Pertanaman monokultur lebih beresiko untuk terkenan serangan hama dan penyakit.
Akan tetapi rotasi tanaman yang dilakukan petani sudah tepat dikarenakan dapat memutus
perkembangan hama dan penyakit suatu komoditas di lahan tersebut.

- Apa yang dapat dilakukan petani responden untuk mencapai sistem pertanian
berkelanjutan?

Menyiapkan lahan untuk tujuan penanaman dengan pla tumpang sari serta pemupukan
dapat memanfaatkan kotoran ternak.

- Buatlah rekomendasi tentang cropping system (baik rotasi maupun tumpangsari) yang dapat
dikembangkan pada SPT yang anda usulkan berdasarkan analisis kondisi geografis
terutama kondisi curah hujan dengan metoda ‘Tarik giring’ (Lengkapi dengan grafik curah
hujan selama setahun dan tanaman apa yang dapat diusahakan pada setiap periode)

 Di Dusun Pasir Kaliki terdapat beberapa komoditas yang berpotensi ditumpangsarikan


dengan tanaman cabai selain tanaman tomat yang telah diterapkan petani, yaitu tanaman
bawang merah. Di Dusun Pasir Kaliki komoditas bawang merah hanya ditanam warga di
lahan pekarangan rumah atau di sekitar pagar rumah menggunakan polybag, padahal
tanaman bawang merah berpotensi untuk ditanam di lahan tegalan dengan sistem
tumpang sari dengan cabai.
 Sistem tumpang sari yang dilakukan yaitu dengan menanam beberapa barisan bawang
mearh di beberapa lapisan cabai. Salah satu keharusan sistem tumpang sari dengan cara
ini yaitu bedengan harus mengarah barat-timur, agar sinar matahari merata mengenai
daun tanaman. Agar lebih optimal dalam pemanfaatan sinar matahari, kita harus
memperhatikan posisi matahari. Pada saat musim kemarau posisi matahari cenderung di
sebelah utara sehingga cabai ditanam pada baris sebelah selatan dan bawang merah di
sebelah utara karena posisi bawang merah lebih rendah dibanding cabai. Sedangkan saat
musim penghujan, matahari cenderung condong ke selatan, maka bawang merah ditanam
di sebelah selatan tanaman cabai. Ini dilakukan agar kedua komoditas mendapatkan sinar
matahari yang cukup. Untuk penanaman sebaiknya cabai ditanam terlebih dahulu dengan
selisih sekitar 10-15 hari kemudian menyusul ditanam bawang merah.Ini dimaksudkan
agar pertumbuhan kedua tanaman tersebut bisa beriringan. Saat tanaman cabai dalam
tahap vegetatif bawang merah pun juga pada tahap yang sama. Dan saat tanaman cabai
pada tahap pembesaran buah, bawang merah juga memasuki tahap pembesaran umbi, jadi
kebutuhan kedua tanaman tersebut bisa sejalan.

- Jelaskan dasar pemikiran dan berbagai factor pendukung yang anda gunakan sebagai
pertimbangan dalam merekomendasikan SPT tersebut. Lengkapi dengan gambar dan
jelaskan keterkaitan antar komponen dalam SPT tersebut.

- Analisis kelebihan cropping system yang anda rekomendasikan dibandingkan dengan


kondisi eksis yang ada di lokasi (analisis termasuk analisis produktivitas misalnya IP, IIP ,
ITG, IITG dsb.) dan juga nilai B/C

- Bahaslah kelebihan dari sistem yang anda rekomendasikan dibandingkan dengan kondisi
tanpa rekomendasi saudara.

Kondisi eksis tanaman melakukan tumpangsari dengan tanaman yang masih satu familia
sehingga dapat berpotensi terserang OPT lebih besar. Tumpangsari antara cabai dan tomat
yang sering dilakukan disini namun membutuhkan modal lebih besar dan resiko yang lebih
besar juga dikarenakan harga tomat yang sangat mudah jatuh dibawah harga pokok
penjualan. Kelebihan dari dilakukan nya sistem yang ditawarkan adalah modal yang lebih
rendah ketimbang sistem eksis, kemungkinan diserang OPT yang lebih rendah karena
tanaman berbeda familia, tanaman tidak saling menutupi untuk terus bertumbuh sehingga
hasil panen dapat menjadi maksimal.

- Susunlah rekomendasi cara budidaya (dari sejak pra tanam sampai panen) yang didasarkan
pada sistem LEISA. Pada setiap tahapan penjelasan harus secara lengkap sehingga dapat
dipraktekkan petani misalnya tumpang sari (dilengkapi dengan bagan dan jarak tanam),
untuk pemupukan dan pengendalian OPT dilengkapi dengan jenis, cara membuat (misalnya
untuk pesnab, MOL, kompos), dosis, cara dan kapan aplikasi (termasuk frekuensi aplikasi).

Berikut yang perlu dipersiapkan dalam tumpangsari cabai dengan bawang merah
a. Pengolahan Lahan
Hampir sama dengan pengolahan tanah pada budi daya bawang merah monokultur.
b. Benih
Benih Bawang Merah
Dalam hal ini sangat tidak dianjurkan memilih benih dengan cara sembarangan, karena
benih yang baik akan menentukan produksi yang baik pula. Benih yang dianjurkan
dalam tumpang sari adalah benih Varietas Ampenan, benih yang mempunyai kemurnian
dan benih yang bebas dari hama dan penyakit.

Benih Cabai
Benih yang cocok untuk ditumpangsarikan adalah varietas hibrida apa saja. Benih bisa
diperoleh dari hasil panen sebelumnya atau bisa juga dibeli dari oko pertanian.
c. Penanaman
Yang pertama-tama ditanam adalah cabai dan penanamannya dilakukan secara berbaris
pada bedengan yang dilubangi dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm. Jarak tanam
antarbarisnya 50 cm dan jarak tanam antartanaman 60 cm. Setelah penanaman selesai
kemudian disiram dengan air melalui saluran air dan tanaman disemprotkan dengan
pestisida untuk mencegah serangan hama. 10-15 hari kemudian benih bawang merah
siap ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm. Jarak tanam antar baris adalah 10 cm
dan jarak tanam antartanaman adalah 20 cm, pada waktu menanam bagian pangkal benih
berada di bawah. Benih ditanam 2/3 bagian berada di bawah permukaan tanah,
sedangkan 1/3 bagian di atas permukaan tanah.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada usaha tani bawang merah tumpang sari dengan cabai
meliputi
Pemupukan: Kebutuhan akan pupuk yang diberikan untuk usaha tani bawang merah
tumpang sari dengan cabai adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Pemberian pupuk
dilakukan sebanyak 3-4 kali. Di mana pupuk diberikan pada saat pengolahan tanah,
pemupukan susulan kedua diberikan setelah tanaman berumur 20 hari dan pemupukan
terakhir setelah tanaman berumur 40 hari.
e. Penyiangan
Sama seperti pada usaha tani bawang merah monokultur.
f. Pengairan dan penyiraman.
Sama seperti pada tanaman bawang merah monokultur.
g. Pengendalian hama dan penyakit
Penyemprotan pestisida yang dilakukan petani bawang merah tumpang sari dengan cabai
hanya dilakukan apabila tanaman tersebut terserang hama dan penyakit. Adapun jenis
hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain: ulat,
gerandong (daun layu), hama lekor (daun rubuh), kupu-kupu. Adapun jenis hama yang
sering menyerang tanaman cabai antara lain: trips, kutu daun, tungau, ulat daun, ulat
grayak, ulat tanah. Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai antara lain:
antraknosa, fusarium, pitium, bercak daun, kriting daun.
h. Pemanenan
Pemanenan bawang merah pada usaha tani bawang merah tumpang sari dengan cabai
sama seperti tanaman bawang merah monokultur. Pemanenan cabai dapat dilakukan
minimal 15 kali dan satu kali panen pada saat masa trubus. Panen cabai dilakukan setiap
tiga hari sekali, panen dilakukan dengan cara dipetik. Pada panen pertama hingga kelima
dilakukan pada saat buah cabai 40% berwarna merah, produksi cabai masih rendah, pada
panen ke enam hingga panen ke delapan produksi cabai yang dihasilkan meningkat masa
panen ini dikatakan panen raya karena hasil panen cabai meningkat. Pada panen ke
sembilan hingga panen ke lima belas produksi cabai yang dihasilkan agak menurun.
Panen cabai berikutnya dilakukan setelah masa trubus. Masa trubus adalah waktu setelah
panen ke lima belas tanaman berbunga dan berbuah kembali. Masa trubus ini kurang
lebih tiga puluh hari, dan pemanenan dilakukan sebelum buah cabai berwarna merah, hal
ini dikarenakan pada masa trubus tanaman cabai rentan terhadap hama dan penyakit
sehingga panen dilakukan lebih awal. Setelah masa trubus tanaman sudah tidak dapat
berproduksi lagi sehingga tanaman harus digantikan dengan tanaman cabai yang baru
lagi dimana umur tanaman cabai yang produktif hanya enam bulan saja.
- Bagaimana prospek dan kendala dari penerapan SPT serta LEISA yang anda
rekomendasikan di lokasi sasaran (kaitkan dengan kondisi sumberdaya dan sosial
kemasyarakatan serta faktor-faktor pendukung yang ada di daerah sasaran)

Prospek sistem yang direkomendasikan sangat besar karena bawang memiliki harga jual
yang cukup tinggi ditambah pasokan bawang cepat habis dikarenakan bawang sebagai bumbu
dapur yang sering dunakan. Sosial kemasyaratakan dusun pasirkaliki juga mendukung sistem ini
karena bawang merah banyak ditanam dipekarangan rumah warga sehingga jika sistem ini
diterapkan memiliki keunggulan secara kondisi sumberdaya dan social kemasyarakatan serta
factor lainnya yang mendukung adalah syarat tanam bawang merah yang cocok untuk daerah
dusun pasirkaliki. Sumberdaya untuk melakukan pengendalian OPT juga masih banyak tersedia
di dusun pasirkaliki secara liar sehingga tinggal diambil jika dibutuhkan untuk pertanaman
dengan luasan lahan sekitar 100 bata.

 Jika data sulit didapatkan secara online di profil desa, maka dapat menggunakan
data hasil penelitian yang dipublikasikan secara nasional/internasional

o Misal data cara budidaya bisa didapat dari rekomendasi dari instansi terkait, data
iklim bisa menggunakan web BMKG ataupun web weather

o Dan /ataupun artikel dari jurnal

Anda mungkin juga menyukai