SKRIPSI
RINGKASAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah
dan taufikNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi
Tamalate” Penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Muh. Hasyim Kada (Alm) dan ibunda Hj Fatmawati, dan adik saya Riska, Sulfi,
dan Faiz, atas doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan
ini.
1. Dr. Ir. Novaty Eny Dungga, M.P. Selaku pembimbing I yang telah banyak
motivasi dan dukungan moral bagi penulis sejak awal hingga penyelesaian tugas
akhir.
2. Cri Wahyuni Brahmiyanti, S.P, M.Si , selaku Penasehat Akademik (PA) dan
sekaligus pembimbing II yang telah memberikan ide, motivasi arahan dan saran
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, Msc, Bapak Rahmansyah Dermawan, S.P.,
M.Si , Ibu Dr. Ir. Fachirah Ulfa, MP., Ibu Dr. Ir Syatrianti A. Syaiful, MS. , dan
Ibu Tigin Dariati,S.P, MES. sebagai dosen Penguji yang telah membantu
akhir.
ii
4. Seluruh Dosen Pengajar dan karyawan Fakultas Pertanian Khususnya Ketua,
6. Terima kasih kepada Fikri Tri Putra orang yang selalu setia menemani dan
Hidayah, Nisma Waldani, Muh Dzulkifli Ashan SP, Jufriadi SP, Shoflyah Dwi
Cahyani SP, Ivan Azen Raganti, yang banyak berjasa dan memberi dukungan
Reski Ayu, Edi Kurniawan dan Andi Basofi Iskandar yang memberi dukungan
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan mendorong
penulis untuk menulis karya yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata
penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Kegunaan Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Cabai 6
2.2 Urban Farming 9
2.3 Ketahanan Pangan 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu 18
3.2 Jenis Penelitian 18
3.3 Sumber Data 18
3.4 Metode Pelaksaan Penelitian 19
3.5 Analisis Data 20
3.6 Penetapan Skoring Teknik Budidaya Cabai 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Kecamatan Tamalate 27
4.2 Teknik Budidaya 30
4.3 Hasil panen cabai 38
4.4 Evaluasi teknik budidaya cabai di Kecamatan Tamalate 41
4.5 Jenis Urban Farming yang diterapkan 45
iv
4.6 Budidaya cabai menunjang Ketahanan Pangan 46
4.7 Permasalahan yang muncul 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 51
5.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 53
v
DAFTAR TABEL
Lampiran
Nomor Halaman
1. Tabel persentase umur responden................................... ..................60
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Gambar sistem vertikultur............................................................................11
Kecamatan Tamalate....................................................................................31
Kecamatan Tamalate....................................................................................33
di Kecamatan Tamalate................................................................................34
vii
BAB I
PENDAHULUAN
tahun. Tahun 2015 jumlah penduduk Kota Makassar berada diangka 1.653.386.
1.658.503 jiwa. Sedang tahun 2017 angka ini kembali mengalami meningkatan
Makassar hingga Maret 2017 mencapai 1.769.920. Akibatnya luas lahan pertanian
2015)
Statistik 2017 yakni 172.506 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,48.
pangan juga akan tinggi, sementara produktivitas hasil pertanian menurun. Serta
berdasarkan hasil survey pola konsumsi masyarakat dari Ketahanan Pangan Kota
dalam mengakses beragam jenis pangan dengan kata lain adanya kerawanan
pangan. Namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan adanya kegiatan urban
1
Kegiatan urban farming secara umum memiliki peranan yang sangat
posisi strategis untuk mendukung ketahanan pangan. Hal ini disebabkan karena
petani adalah produsen pangan dan juga sekaligus kelompok konsumen terbesar.
manfaat sosial dan manfaat lingkungan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
salah satu solusi karena tidak hanya menjadikan lahan kosong menjadi berguna
tetapi juga memberikan solusi murah dan fleksible bagi masyarakat yang kesulitan
finansial.
Harga kebutuhan pokok dan barang penting. Sebagai salah satu barang kebutuhan
dan keterjangkauan harga cabai sepanjang waktu. Melihat hal tersebut, pada tahun
2
membuat program yang merupakan bentuk keberlanjutan Gerakan
Pangan, 2017)
visinya menciptakan kota dunia melalui tata lorong. Salah satu tujuannya untuk
Ketahanan Pangan,2017).
penyumbang inflasi dan ini terlihat dan tingginya fluktuasi harga cabai bersifat
musiman, dengan potensi kenaikan harga cabai umumnya terjadi pada akhir tahun
dan awal tahun, utamanya di saat musim penghujan. Faktor lain yang
mempengaruhi fluktuasi harga cabai adalah pola produksi yaitu ketersediaan yang
melimpah saat musim panen dan kelangkaan saat di luar musim panen (off
cukup sepanjang waktu diharapkan dapat menstabilkan harga cabai dan mencegah
inflasi.
3
Terlaksanaya program yang dijalanakan pemerintah, tidak serta merta
berjalan dengan baik, masih terdapat beberapa kendala ataupun masalah yang
terjadi di lapangan.
Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian kali ini peneliti akan
pangan ?
pangan ?
ketersediaan pangan.
4
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi petani sebagai pelaku utama : Hasil penelitian ini diharapkan dapat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-28oC. Pada suhu
tertentu seperti 15oC dan lebih dari 32oC akan menghasilkan buah cabai yang
kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya
rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian
0-1000 m dpl. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut
dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5-7,0. Tanaman cabai
bakteri. Jika kekurangan air pertumbuhan tanaman cabai akan kurus, kerdil, layu
dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan. (Balai
penanaman cabai. Tanaman cabai yang dipilih harus berjenis murni dan sehat,
bentuk buahnya sempurna, tidak cacat, serta bebas hama dan penyakit. (Santika,
2002). Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50oC) selama
satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media
6
berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup
dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap
untuk mengindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam
bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk
kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan
2.2.3 Penanaman
Bibit cabai dipersemaian yang telah berumur 7-30 hari atau telah memiliki
3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida
penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara
merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung
2.2.4 Pemupukan
kg/ha ZA, 100-150 kg SP-36, 100-150 KCl,dan 20-30 ton pupuk kandang tiap
hektar cukup memadai untuk mendapatkan hasil dan mutu cabai yang tinggi.
Pupuk kandang dan pupuk SP-36 diberikan sekaligus sebelum tanam, sedangkan
pupuk Urea + ZA dan pupuk KCl diberikan tiga kali, yaitu pada waktu tanam,
pada umur 1 bulan, dan dua bulan setelah tanam (Santika, 2002).
7
Untuk penanaman cabai pada lahan sawah di dataran rendah (jenis
alluvial) pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) atau kompos (5-10 ton) dan SP-36
(300-400 kg/ha) diberikan sebagai pupuk dasar satu minggu sebelum tanam.
Pupuk susulan terdiri dari urea (150-200 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl
150-200 kg/ha) atau pupuk N, P dan K 16-16-16 (1 ton/ha), diberikan 3 kali pada
umur 0, 1 dan 2 bulan setelah tanam masing-masing 1/3 dosis. (Sumarni dan
Muharram, 2005).
2.2.5 Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan paling lambat 1-2 minggu setelah tanam untuk mengganti
bibit yang mati atau sakit. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan
dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh dibawah
frekuensi penyiraman 1-2 kali sehari terutama pada musim kemarau, pada fase
serangan hama dan penyakit yang fatal. Strategi pengendalian hama dan penyakit
8
Jika serangan terjadi maka menurut prinsip PHT dimana penggunaan pestisida
Menurut (Dermawaan dan Asep, 2010), beberapa hama yang paling sering
menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai adalah
2.2.6 Panen
Umur panen cabai merah biasanya 70-90 hari tergantung varietasnya, yang
ditandai dengan 60 % cabai sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka
cabai dipanen bila buah sudah menjadi merah semua. Cabai yang sudah berwarna
merah sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja
memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau). Panen cabai yang
ditanam di dataran rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan cabai dataran
tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada umur 70-
75 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai umur 4-5 bulan.
Setelah panen pertama, setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin.
Pertanian kota atau yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Urban
perikanan, kehutanan) di dalam atau di pinggir kota. Pada zona bingkai kota, yang
9
merupakan perumahan/pemukiman, kegiatan di sektor pertanian umumnya berupa
tanaman obat rumah tangga pada lahan atau di pot. Hal ini sejalan dengan
terdapat pula lahan terbuka statusnya telah beralih penggunaan ke non pertanian,
namun secara fungsional dalam jangka waktu tertentu dapat dimanfaatkan untuk
(Adiyoga, 2003 ).
memiliki nilai kesehatan, edukasi serta wisata. Wilayah perkotaan yang padat
dengan bangunan membuat ruang terbuka hijau (RTH) semakin terbatas. Hal ini
perkotaan ruang hijau di kota bisa bertambah, wilayah penyerap CO2 menjadi
lebih banyak sehingga kualitas udara menjadi lebih baik. Edukasi seperti ini yang
perkotaan juga memberikan nilai wisata bagi penduduk kota. Terbatasnya RTH
perkotaan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berwisata sekaligus
menjadi sarana edukatif bagi anak-anak ( Fauzy, Ichniarsyah dan Agustin. 2016)
10
Terdapat beberapa jenis-jenis pertanian perkotaan yang merupakan salah
satu usaha dalam rangka menjadikan kota lebih hijau, indah, sehat, asri, dan
produktif, sehingga manfaatnya bukan hanya dirasakan oleh pelaku namun juga
khalayak ramai di wilayah sekitar. Menurut BPTP (2016) berikut beberapa jenis-
2.3.1 Vertikultur.
dalam rumah tangga. Vertikultur ini sangat sesuai untuk sayuran seperti bayam,
kangkung, kucai, sawi, selada, kenikir, seledri, dan sayuran daun lainnya. Namun
talang/ paralon, bamboo kurang sesuai untuk sayuran buah seperti cabai, terong,
tomat, pare dan lainnya. Hal ini disebabkan dangkalnya wadah pertanaman
sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman. Biasanya model
pertanaman.
11
2.3.2 Hidroponik
digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu a) kultur air yakni
yang dibagian dasar terdapat larutan hara, sehingga ujung akar tanaman akan
tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam pasi, dan lain-lain. Pemberian hara
dilakukan dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan
larutan hara dalam tangki lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik, dan c)
Nutrient Film Technique (NFT) adalah metode hidroponik yang dilakukan dengan
cara menanam tanaman dalam selokan panjang yang sempit yang dialiri air yang
mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis)
sebagai makanan tanaman tersebut. Faktor penting yang perlu diperhatikan pada
hidroponik adalah unsur hara, media tanam, oksigen dan air. Hara akan tersedia
bagi tanaman pada pH 5.5-7.5, sedangkan yang terbaik adalah pada pH 6.5. Jenis
larutan hara pupuk yang sudah sangat dikenal untuk tanaman sayuran hidroponik
adalah AB mix solution. Sedangkan untuk kualitas air yang sesuai adalah yang
tidak melebihi 2500 ppm atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm
12
Gambar 2.3.2 Sistem hidroponik
diintegrasikan dengan budidaya hewan air (ikan, udang dan siput) di dalam suatu
budidaya sayuran berbasis pot talang plastik secara vertikal dengan sistem
cm, lebar 100 cm dan tinggi 90 cm berupa tandon air berbahan fibreglass dengan
volume 500 liter air. Sistem ini dilengkapi dengan talang plastik dengan panjang 1
meter sebanyak delapan buah yang disusun di rak besi yang diletakkan diatas
tandon air/kolam. Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit berukuran 20
mesh yang dicampur dengan bahan organik dan tanah mineral dengan
dilakukan secara padat tebar, yang artinya benih disebar dengan jarak tanam
sangat padat. Selain itu, ikan yang dibudidayakan juga secara padat tebar, yaitu
300 ekor untuk ikan lele, sedangkan bawal, nila dan patin sekitar 150-200 ekor.
13
Gambar 2.3.3 Sistem aquaponik
tentang pangan, dijelaskan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
perairan, dan air baik yang dioleh maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
kondisi tersedianya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang setiap saat
untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Makna yang terkandung dalam pengertian
(dimensi gizi) dan dimensi nilai-nilai budaya dan religi (pola pangan yang sesuai
untuk hidup sehat, aktif, dan produktif serta halal), dimensi keamanan pangan
14
(kesehatan), dan dimensi waktu (tersedia secara berkesinambungan). Mengingat
dan daerah, dengan dinamika perubahan antar waktu, maka koordinasi dan sinergi
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif
dan produktif secara berkelanjutan. Ada 3 komponen yang harus dipenuhi untuk
produksi, stok, cadangan serta keseimbangan impor dan ekspor pangan, yang
bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, pangan yang tersedia bagi
keluarga harus cukup volume dan jenisnya, serta stabil dari waktu ke waktu
(DKP,2006).
15
Komponen distribusi mencakup upaya memperlancar proses peredaran
pangan antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas pangan. Hal ini ditujukan
untuk meningkatkan daya akses masyarakat terhadap pangan yang cukup. Surplus
ekonomi maupun sosial atas pangan secara merata sepanjang waktu. Akses
memenuhi sejumlah pangan yang cukup melalui berbagai sumber atau kombinasi
cadangan pangan yang dimiliki, hasil produksi pangan dan bantuan pangan. Akses
fisik berupa infrastruktur mauun kondisi sumber daya alam dan lingkungan (DKP,
2006).
memperhatikan asupan gizi yang cukup dan berimbang tidak efektif bagi
pembentukan manusia yang sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas dan
produktif Dalam hal ini pemerintah harus bisa mengontrol agar harga pangan
ketersediaan pangan akan dirasa percuma jika masyarakat tidak punya daya beli
yang cukup untuk mengakses pangan. Oleh karena itu faktor harga pangan
16
Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem
distribusi menfasilitasi pasokan pangan yang stabil dan merata ke seluruh wilayah,
pangan adalah isu ditingkat wilayah hingga tingkat keluarga, dengan dua elemen
penting yaitu ketersediaan pangan dan akses setiap individu terhadap pangan yang
17
BAB III
METODOLOGI
Desember 2017.
metode dalam penelitian mengenai kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu
objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
penelitian yang terperinci tentang kegiatan atau suatu unit sosial selama kurun
waktu tertentu (Bungin, 2006). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari
Kecamatan Tamalate
18
pembentukan kelompok tani lorong dan 20 orang dari masyarakat yang
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
dengan informan kunci 1 orang yaitu Penyuluh pertanian dan informan dari
masyarakat (1 orang dari pemerintah dan 20 orang dari masyarakat yang masing-
dalam kelompok tani) yang bersangkutan dengan penelitian. Dan untuk data
sekunder dilakukan dengan cara pengumpulan data dari instansi yang terkait yaitu
Prosedur
N Jenis
Data pengumpulan Sumber Data
o Data
data
1. Data titik lokasi kegiatan Data Kecamatan Dinas
urban farming : Sekunder Tamalate dalam Ketahanan
Alamat kelompok angka, Pangan
tani lorong Kunjungan ke Makassar
Data ketua instansi terkait
kelompok tani
2. Tujuan budidaya tanaman Data Observasi dan Dinas
cabai sebagai komoditi primer wawancara Ketahanan
urban farming dalam dengan pelaku Pangan Kota
menunjang ketahanan kegiatan di Makassar,
pangan. Kecamatan Penyuluh,
Tamalate kelompok tani
19
Teknik budidaya cabai Data Observasi dan Penyuluh,
yang digunakan untuk primer wawancara Ketua
kegiatan urban farming. dengan pelaku kelompok tani
kegiatan urban
farming
Kecamatan
Tamalate
5. Data mengenai fungsi Data Wawancara Ketua
tanaman cabai primer dengan kelompok tani
dikembangkan sebagai masyarakat
komoditas urban farming Kecamatan
(untuk Tamalate
perekonomian/pemenuhan
ruang terbuka hijau/ akses
pangan pribadi)
6. Data mengenai masalah/ Data Wawancara Ketua
kendala yang dihadapi primer dengan pelaku kelompok tani
selama menjalankan kegiatan urban
kegiatan pengembangan farming
tanaman cabai sebagai Kecamatan
komoditas urban farming. Tamalate
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
lapangan.
20
3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam
cabai tersebut. Skor yang diberikan pada masing-masing teknik budidaya tanaman
perbandingan dosis media tanam, waktu tanam), pemupukan (jenis pupuk, dosis
panen, kriteria panen). Penanganan teknik budidaya tanaman cabai sangat perlu
21
Tabel 2.Pembobotan Kriteria Teknik Budidaya Tanaman Cabai rawit di Kota
Makassar :
No TEKNIK BUDIDAYA CABAI (POLYBAG) Skor
1 Penyemaian 1 Melakukan perendaman benih 100
menggunakan air hangat dan zpt
selama1-3 jam
Melakukan pemeraman benih dengan
menggunakan kain basah (kelembaban
terjaga) berbahan kaos.memindahkan
benih setelah berkecambah.
Menyemai benih dengan media tanam +
kompos+ arang sekam
2 Melakukan perendaman benih 75
menggunakn air hangat selama > 3 jam
atau tanpa zpt
Melakukan pemeraman benih dengan
menggunakan kain berbahan kaos dan
segera memindahkan setelah
berkecambah
Menyemai benih dengan media
tanah+kompos/arang sekam
3 Melakukan perendaman benih 50
menggunaka air hangat
Menyemai benih dengan media
tanah+kompos/arang sekam
4 Menymai benih dengan media 25
tanah+kompos+arang sekam
5 Tidak melakukan penyemaian 0
2 Penanaman 1 Menggunakan media 100
tanah+kompos+sekam padi+NPK
Proses pindah tnamn melewati tahap
22
pemeraman – semaian polybag kecil –
polybag besar dengan membalik polybag
atau melakukan secara hati-hati agar
bibit tidak mudah patah
2 Menggunakan media tanah – kompos – 75
NPK
Proses pindah tanam melewati tahap
pemeraman – semaian polybag kecil –
polybag besar dengan membalik polybag
atau melakukannya secara hati-hati agar
bibit tidak mudah patah
3 Menggunakan media tanah + kompos 50
Proses pindah tanam melewati tahap
pemeraman – semaian/polybag kecil –
polybag besar dengan membalik polybag
atau melakukannya secara hati-hati agar
bibt tidak mudah patah
4 Menggunakan media tanam + kompos 25
Proses pindah tanam hanya melewati
tahap semaian/ polybag kecil – polybag
besar
5 Menggunakan media tanah+kompos 0
Proses penanaman langsung di polybag
besar
3 Pemeliharaan 1 Melakukan penyiraman secara rutin 100
namun tidak menghindari penyiraman
dari atas terutama pada saat berbunga
Mengaplikasikan pupuk daun sejak
persemaian sampai umur tanaman <50
hari dengan dosis 2-3 gram/liter
23
Mengaplikasikan pupuk bunga dan NPK
50 hst dengan dosis 2-3 gram/liter
dengan interval waktu 10-14 hari
Melakukan penyiangan dan pengamatan
tanaman ( perkembangan dan serangan
OPT)
2 Melakukan penyiraman secara rutin 75
namun tidak menghindari penyiraman
dari atas terutama pada saat berbunga
Mengaplikasikan puuk daun, bunga dan
NPK namun tidak berdasarkan SOP
Melakukan penyiangan dan pengamatan
tanaman ( perkembangan dan serangan
OPT)
3 Melakukan penyiraman secara rutin 50
namun tidak menghindari penyiraman
dari atas terutama pada saat berbunga
Mengaplikasikan pupuk daundan bunga
Melakukan penyiangan dan pengamatan
tanaman ( perkembangan dan serangan
OPT)
4 Melakukan penyiraman secara rutin 25
namun tidak menghindari penyiraman
dari atas terutama pada saat berbunga
Melakukan penyiangan dan pengamatan
tanaman ( perkembangan dan serangan
OPT) beberapa waktu
5 Melakukan penyiraman secara rutin 0
namun tidak menghindari penyiraman
dari atas terutama pada saat berbunga
24
4 Panen 1 Cabai pertama dipanen pada umur 70-75 100
hst
Petik buah yang sudah tua (berwarna
merh dan tidak metahkan tangkai
Panen berikut dilakukan dengan interval
waktu 7-10 hari
2 Cabai pertama dipanen pada umur 70-75 75
hst
Petik buah yang sudah tua (berwarna
merh dan tidak metahkan tangkai
Panen berikut dilakukan dengan interval
waktu < 7 hari
3 Cabai pertama dipanen pada umur 70-75 50
hst
Petik buah yang sudah tua (berwarna
merh dan tidak metahkan tangkai
Panen berikut dilakukan dengan tanpa
melihat interval waktu lagi
4 Petik buah yang sudah tua dengan tidak 25
mematahkan tangkai
5 Tidak sesuai prosedur 0
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2017, berikut adalah
bukan pantai dengan topografi dibawah 500 meter dari permukaan laut. Menurut
1-2 km (Maccini Sombala dan Balang Baru), antara 3-4 km (Jongaya, Bontoduri
yang beriklim sedang sehingga tropis. Sepanjang 5 tahun terakhir suhu udara rata-
rata Kecamatan Tamalate berkisar antara 25º C sampai 33º C. curah hujan terbesar
terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret dengan rata-rata curah
hujan 227 mm dan jumlah hari hujan bekisar 144 hari per tahun. Hujan basah di
Kecamatan Tamalate yang termasuk daerah pantai, umumnya sampai bulan April.
26
4.1.3 Hidrologi
bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit
air 1-2 m/detik). Sedangkan sungai Tallo dan Pampang yang bermuara di bagian
utara Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya
dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar
hingga kearah Timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan
Makassar.
Oleh karena itu, kecamatan Tamalate pada tahun 2016 terdiri dari 11 kelurahan
dengan luas wilayah 20,21 km². Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa
Kelurahan Barombong memiliki wilayah terluas yaitu 7,34 km², terluas kedua
adalah Kelurahan Tanjung Merdeka dengan luas wilayah 3,37 km², sedangkan
yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan Bungaya yaitu 0,29 km².
27
4.1.5 Jumlah Penduduk
penduduk tahun 2016 sebanyak 194.493 jiwa. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penduduk sebanyak 3.799 jiwa atau sekitar 1,99% bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 yang berjumlah 190.694
jiwa. Berdasarkan jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar
96.516 jiwa dan perempuan sekitar 97.977 jiwa. Dengan demikian rasio jenis
kelamin adalah sekitar 99,18% yang berarti setiap 100 orang penduduk
bahwa pada kelompok umur 20-24 tahun tercatat mempunyai populasi terbanyak
28
4.2 Teknik Budidaya
panen sangat berpengaruh oleh banyak faktor, antara lain faktor teknik budidaya
kondisi benih, dan seleksi bibit), penanaman (persiapan media tanam, waktu
29
penyemaian
80 , 70.83 , 64.66
70 , 58.41 56.5
60 45.83,
, 45.41
50 41.66
31.25,
40 , 33.33 35.41
30
20
10
0
35,42%.
Kelurahan Barombong dengan persentase 70,83%, hal itu cukup sesuai karena
30
dari tanah subur dan kompos dan melakukan pemeraman benih dengan lama
perendaman tidak lebih dari 9 jam dan media yang digunakan yaitu tanah.
dilihat dari tingkat pendidikannya sudah cukup tinggi yaitu tamatan SMA, karena
semakin banyak pengalaman bertani yang dimiliki dan tingkat pendidikan yang
31,25% karena dalam proses penyemaian benih, tidak melakukan seleksi benih
cabai dan tidak melakukan pemeraman benih yang dapat meningkatkan vigor dan
pengalaman bertani dan tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga bagi
31
penanaman
87.5
90
80
70 56.25
60 50 50 50 50 50 50 50
50
40
25
30
20
10
0
karena ada kelompok tani yang tidak melakukan penanaman disebabkan benih
cabai yang disemaikan tidak berhasil. Hal itu disebabkan karena pada saat
32
pemeraman benih dilakukan di tanah dan semuanya habis dimakan oleh ayam.
Hal tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
responden yang hanya tamatan SD dan umur yang sudah tidak produktif yaitu
cukup sesuai dengan SOP. Dalam hal ini, media tanam yang digunakan yaitu
memindahkan bibit cabai dari polybag kecil ke polybag besar, dan dilakukan pada
anggota kelompok tani dan sudah memiliki pengalaman dalam bidang pertanian.
33
pemeliharaan
83.33
90
75
80
70 60.41 60.41
60 47.91 45.83 47.91 47.91
43.75
50
33.33
40
30
20
10
0
sore, pemupukan menggunakan pupuk daun dan buah, dan pupuk NPK,
34
pemangkasan daun cabai yang kering/layu dan pemangkasan tunas untuk
pemupukan yang tidak sesuai dengan SOP dan tidak melakukan pemangkasan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Budi dan Cahyo (2008) bahwa dalam penggunaan
pupuk, para petani harus mengetahui secara pasti tentang takaran dosis
harus disesuaikan dengan media tanam yang dipakai agar dapat mengoptimalkan
sesuai dosisnya, terutama untuk pupuk buatan dapat menimbulkan kerusakan sifat
pertumbuhan vegetatif yang tidak perlu di bagian bawah tubuh tanaman dan
diarahkan ke bagian atas, selain juga untuk memperluas ruang sirkulasi udara dan
sehingga tanaman bisa terbebas dari serangan hama dan penyakit. Keseluruhan
tujuannya adalah agar tanaman dapatn memberikan hasil dan kualitas buah yang
35
4.3.4 Teknik Panen
Panen cabai dilakukan pada saat cabai berumur 70-75 hari setelah tanam
dan memperhatikan kriteria cabai yang akan dipanen. Adapun persentase skoring
dibawah ini :
panen
68.75 68.75 68.75 68.75
70 62.5 58.33
56.25 56.25
60
50 43.75 43.75
40
30
20
10
0
36
62,50%, Kelurahan Balangbaru dengan persentase 58.83%, Kelurahan Pa’baeng
teknik panen yang digunakan telah sesuai dengan SOP, yaitu waktu panen 70-75
hari, dan kriteria cabai yang dipanen yaitu buah masak kuning/kemerahan. Hal
Kelurahan lainnya ada yang memanen cabai tidak serentak, dalam hal ini hanya
20 14.32 12.92
11.74
6.54 8.39
10 4.50 5.18 5.70
0.69
0
37
Berdasarkan gambar 5 diatas menunjukkan bahwa Kelurahan Barombong
5,18%, Kelurahan Jongaya 5,70%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
baeng.
panen cabai di Kecamatan Tamalate tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat
pada gambar 5 dan pada tabel yang terlampir hanya ada 1 Kelurahan yang
Kelurahan Barombong yaitu 35,09% dengan rata-rata produksi cabainya yaitu 270
225gr/pohon.
38
“Untuk produksi cabai disini kita sudah memaksimalkannya dengan
produksi perpohon itu seperlima-seperempat kilogram, itupun dengan hasil itu
masih banyak tanaman cabai yang mati karena diserang oleh hama”
“Produksi cabai dikatakan sudah tinggi atau berhasil jika produksi cabai
mencapai 200gr/pohon dengan tingkat kematian tanaman cabai mencapai 15%.
Tanaman yang mati itu sudah mencakup mulai dari pembibitan hingga proses
panen”
yang memiliki motivasi keberhasilan kuat akan selalu menerima kritik dan saran
dari luar, serta telah mempersiapkan diri secara matang tentang hal-hal yang akan
faktor, yaitu faktor internal faktor eksternal. Faktor internal yaitu tingkat
pendidikan dan kepuasan kerja. Melihat tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
anggota kelompok tani di Kecamatan Tamalate yang tertinggi yaitu hanya sampai
pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase 55%. Dalam hal
ini tingkat pendidikan yang cukup tinggi dapat mendukung dalam memperoleh
SMA dan S1 dapat memperoleh produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan
39
petani yang memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP. Hal ini dapat diduga
karena petani dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi lebih mudah dalam
menerima informasi baru dan memiliki wawasan yang lebih luas sehingga dapat
telah melewati umur produktif dalam berusaha tani karena tingkat umur erat
kemampuan fisik yang memadai akan memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi
(Indraningsih,2011).
usaha taninya. Pengalaman kerja yang lebih lama dapat membuat petani memiliki
hal ini bukan sesuatu yang tentu pasti bahwa petani yang berpengalaman akan
40
lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman karena terdapat
(Indraningsih,2011).
budidaya cabai yang diberikan oleh lembaga terkait yang memberikan bantuan
masih kurang dan juga yang kualitasnya sudah tidak bagus. Seperti benih dengan
daya kecambah 85%, pupuk dan pestisida yang kadaluarsa serta media tanam
yang kurang.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu informan (A, 80 tahun )
“Disini bantuan yang diberikan berupa benih, pupuk, dan racun memang
ada, tapi saya liat dilabelnya sudah kadaluarsa tapi kita tetap pakai, media
tanamnya juga yang diberikan kurang tanah subunyar, yang banyak itu hanya
kompos padahal yang kita butuhkan disini lebih banyak tanah subur”.
41
EVALUASI BUDIDAYA CABAI BERDASARKAN SOP
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Baro mang paran mann tanju macci balan pa'ba bong jonga
mbon asa gtam uruki ng ni gbaru eng- aya ya
g bung merd somb baen
eka ala g
penyemaian 70.83 45.83 31.25 41.66 64.66 58.41 56.5 33.33 35.41 45.41
penanaman 87.5 56.25 50 50 50 50 50 25 50 50
pemeliharaan 83.33 47.91 45.83 43.75 75 60.41 60.41 33.33 47.91 47.91
panen 68.75 68.75 56.25 68.75 68.75 62.5 58.33 43.75 56.25 43.75
hasil panen 29.96 6.54 8.39 4.5 14.32 12.92 11.74 0.69 5.18 5.7
pada teknik pemeliharaan dan teknik panen dengan rata-rata skor yang didapat
yaitu 57.08 dengan skor tersebut termasuk dalam kategori cukup sesuai untuk
teknik budidaya tanaman cabai yang diterapkan yaitu 77.60 atau sesuai dengan
teknik budidaya cabai berdasarkan SOP dan presentase hasil panen yang
cabai yaitu 54.68 atau cukup sesuai dengan teknik budidaya cabai berdasarkan
42
SOP dan presentase hasil panen yaitu 6.54%, Kelurahan Parangtambung dengan
skoring rata-rata teknik budidaya tanaman cabai yang diterapkan yaitu 45.83 atau
kurang sesuai dengan teknik budidaya cabai berdasarkan SOP dan presentase hasil
panen yang didapatkan yaitu 8,39%, Kelurahan Mannuruki dengan skoring rata-
rata teknik budidaya tanaman cabai yaitu 51.04 atau cukup sesuai dengan teknik
cabai yang diterapkan yaitu 64.50 atau sesuai dengan teknik budidaya cabai
berdasarkan SOP dan persentase hasil panen yaitu 14.32%, Kelurahan Maccini
Sombala dengan skoring rata-rata teknik budidaya tanaman cabai yaitu 57.83 atau
cukup sesuai dengan teknik budidaya cabai berdasarkan SOP dan persentase hasil
budidaya tanaman cabai yaitu 56.31 atau cukup sesuai dengan teknik budidaya
cabai berdasarkan SOP dan persentase hasil panen yaitu 1.74%, Kelurahan
Pa’baeng baeng dengan skoring rata-rata teknik budidaya tanaman cabai yang
berdasarkan SOP dan persentase hasil panen yaitu 0.69%, Kelurahan Bongaya
dengan skoring rata-rata teknik budidaya tanaman cabai yaitu 47.39 atau kurang
sesuai dengan teknik budidaya cabai berdasarkan SOP dan persentase hasil panen
tanaman cabai yang diterapkan yaitu 46.77 atau kurang sesuai dengan teknik
budidaya cabai berdasarkan SOP dan persentase hasil panen yaitu 5.7%.
43
Dari uraian di atas terlihat bahwa Kelurahan Barombong dan Tanjung
70.60 dan 64.60 atau sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Dari
Operasional Prosedur (SOP) terutama pada teknik pemeliharaan dan teknik panen
yang memiliki skor tertinggi. Hal tersebut berbanding lurus dengan hasil panen
memiliki persentase hasil panen tertinggi yaitu 29.96% dan 14.32%. Pada teknik
dalam meningkatkan hasil panen. Pemupukan merupakan salah satu kunci utama
terlihat pada pertumbuhan tanaman yang optimal dan produksi yang meningkat
mempengaruhi hasil panen cabai seperti kualitas dan kuantitas benih dan media
partisipasi dari anggota kelompok tani yang kurang dan ketidakpahaman terhadap
teknik budidaya serta usia ketua kelompok tani yang sudah tidak produktif lagi
Hal tersebut didukung (Soekarwati, 2001) salah satu indikator dalam menentukan
umur, dimana umur petani yang berusia relatif muda lebih kuta bekerja, cekatan,
44
mudah menerima inovasi baru, tanggap terhadap lingkungan sekitar bila
dibandingkan tenaga kerja yang sudah memiliki usia yang relarif tua sering
Vertikultur merupakan salah satu jenis urban farming yang dipilih oleh
cocok diterapkan, khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan
perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak
punya halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat
sendiri akan sayuran atau buah-buahan semusim. Jenis tanaman yang cocok untuk
tidak melebihi satu meter seperti cabai, tomat, terong, kubis, sawi, selederi, daun
“Sistem budidaya yang kita pakai untuk tanam cabai disini itu polybag yang
disusun bertingkat, karena hemat tempatki, biaya juga. Kan disini tempatta
lorong-lorong jadi susahki kalau mau pakai lahan yang luas”
45
tanaman di daerah perkotaan sehingga ruang terbuka hijau juga semakin
peralatan yang ada di sekitar kita. Di samping itu, mudah dalam penyiapan dan
pemeliharaannya sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang yang benar benar
tanam yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberbasilan
yang tinggi, adalah sebagai berikut: Kolom wadah media tanam disusun secara
satu kegiatan yang menunjang ketahanan pangan dalam hal ini tercukupinya
kebutuhan konsumsi rumah tangga. Berikut adalah tabel pemanfaatan hasil panen
46
9 Bongaya 2 -
10 Jongaya 2 -
Jumlah 20 4
Presentase 100 20
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
membudidayakan cabai, hasil panennya hanya untuk dikonsumsi. Dan 20% yakni
Maccini Sombala, dan 1 kelompok tani dari Kelurahan Balangbaru yang hasil
panennya selain dapat dikonsumsi , masih bisa untuk menjual baik dalam bentuk
produk olahan ataupun tidak diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan lainnya.
Bentuk olahan cabai yang dijual ada yang dalam bentuk saos cabai dan juga
Tamalate bahwa :
“Disini kita jual cabe dalam bentuk cabai bubuk, supaya hasilnya bisa
dipakai lagi untuk beli yang lainnya. Terus kalau diolah jadi cabai bubuk
baguski, tahan lama juga”
Hal ini sesuai dengan tujuan ketahanan pangan yang bertujuan untuk
menjamin ketersediaan pangan yang cukup dari segi jumlah, mutu, keamanan dan
setiap saat secara cukup, aman, bergizi dan berimbang untuk menjalani hidup
47
4.6.1 Permasalahan yang muncul
berikut:
Permasalahan Teknis
95
100 80
80
50
60 Masalah yang
30
40 muncul
20 5
0
a b c d e
Keterangan gambar :
e) Kurangnya penyuluhan
serangan hama dan penyakit 95% (dapat dilihat pada tabel yang terlampir )
48
kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai SOP tanaman cabai 80%,
bantuan yang diberikan lembaga terkait masih kurang 50%, benih,pupuk, dan
pstisida yang diberikan kualitasnya kurang baik 5%, kurangnya penyuluhan 30%.
hama dan penyakit merupakan masalah terbesar bagi responden. Seperti yang
telah diketahui bahwa serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai
penyakit merupakan salah satu masalah serius dalam budidaya, tetapi penanganan
dan pengendalian yang tepat itu dapat dikurangi maupun ataupun dihilangkan.
Adapun hama dan penyakit yang kebanyakan muncul di budidaya cabai pada
Kecamatan Tamalate yaitu kutu kebul, semut, layu bakteri, dan rebah kecambah.
penyakit yang sering muncul pada saat budidaya cabai adalah kutu putih, semut
dan busuk buah. Cara pengendalian yang banyak dilakukan yaitu dengan
pestisida kimia dan salah satu alasan responden menggunakan pestisida kimia
bantuan yang diberikan masih kurang. Hal itu membuat responden menjadi
kurang bersemangat dalam melakukan budidaya dan menggunakan yang ada saja
sehingga budidaya cabai kurang optimal. Selain bantuan yang diberikan kurang,
sebagian dari bantuan tersebut ada yang kualitasnya kurang baik dalam hal ini
49
sudah kadaluarsa, namun tetap dipakai oleh responden. Sehingga hal ini sangat
melakukan budidaya cabai yang tidak sesuai dengan SOP, sehingga belum bisa
medapatkan hasil panen secara maksimal. Hal tersebut juga berkaitan dengan
diketahuinya saja.
kemapuan yang terbatas. Namun disisi lain, berdasarkan hasil wawancara dengan
bisa maksimal karena dalam satu penyuluh memegang 3 kelurahan. Serta hasil
dilakukan dan hanya mengundang beberapa kelompok tani saja, hal tersebut
karena melihat dari objek yang akan disuluhkan dan kelompok tani yang sesuai.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
berikut :
pemeliharaan (50%) dan teknik panen (52%) dan untuk penerapan urban
5.2 Saran
perlu dimaksimalkan serta perlunya penerapan teknik budidaya cabai yang sesuai
dengan SOP.
51
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan S.S. Santika. 2002. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha
Nasional Arikunto Suharsimi. Surabaya.
52
Fauzi,Ahmad.R. Ichiarsyah,Annisa.N dan Agustin Heni. 2016. Pertanian
Perkotaan: Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik. Universitas Trilogi.
Jakarta
Hewindati, Yuni T. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.
Indraningsih, Kurnia.S. 2011. Pengaruh penyuluhan terhadap keputusan petani
Dalam adopsi inovasi teknologi usahatani terpadu. Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian. Bogor
Kadarisman, M. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Penerbit PT rajagrafindo persada. Jakarta.
Karyadi D, Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yag Dianjurkan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Julie M. Slabinski.2013 “From Wasteland To Oasis: How Pennsylivania Can
Appropriate Vacant Urban Land Into Functional Space Via Urban
Farming”, Widener Law Journal, Vol 22, 253-28. Diakses pada September
2017.
Nani Sumarni dan Agus Muharam. 2005. Budidaya Cabai Merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan
Penelitian dan Penegmbangan Pertanian. Bandung
Noverita, Sv.2009. Pengaruh konsentrasi pupuk pelengkap cair nipka- plus dan
jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman baby kaylan
(Brassica oleraceae L.
Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya, Jakarta.162 hlm
Sutarminingsih, L. 2003. Pola bertanam secara vertikal, vertikultur. Kanisius.
Yogyakarta
Soekarwati, 2005. Analisis Usaha Tani. Jakarta:UI Press 2006. Analisis Usaha
Tani.Jakarta: UI Press
Tjahjadi, N. 1991. Seri Budidayaa Cabai. Kanisius. Yogyakarta. 47 Hal.
Thaha R. Abd,Veni Hadju, Santoso dan Hardiansyah, 2002. Pangan Dan Gizi.
Penerbit DPP Pergizi Pangan Indonesia, Bogor.
Wiwin. R,Murtiningsih. A, Sopha and T, Handayani. 2007. Petunjuk Teknis
53
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
Nomor Responden :
Tanggal Wawancara :
Lokasi :
Pewancara :
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Petani :
2. Umur Petani / Responden :
A 17-30 tahun
B 31-40 tahun
C 41-50 tahun
D 51-60 tahun
E >60 tahun
NO Uraian Keterangan
1 Nama kelompok tani
2 Jumlah anggota
3 Lama terbentuk
4 Pembagian tugas
54
Sumber dana
5
Penyuluhan yang dilakukan
7 Dukungan masyarakat
8 Masalah yang dihadapi
ASPEK PENYEMAIAN
55
ASPEK PENANAMAN
b. 2:2:¼
2 Perbandingan dosis media tanam
c. 2 : 2 : 1 sendok NPK
d. 2:2
e. Lainnya
a. Pagi atau sore
b. Pagi menjelang siang atau
siang menjelang sore
3 Waktu penanaman
c. Malam
d. Siang
e. Lainnya
ASPEK PEMUPUKAN
56
3 Cara pemupukan a. Semprot
b. Siram
c. Tebar
d. Lainnya ( sebutkan)
4 Frekuensi pemupukan a. 4 kali sebulan
b. 3 kali sebulan
c. 2 kali sebulan
d. 1 kali sebulan
e. Lainnya (sebutkan)
PEMELIHARAAN
No Uraian Pertanyaan Pilihan Jawaban
a. 2 kali sehari
b. 1 kali sehari
1 Penyiraman c. 4 kali seminggu
d. 3 kali seminggu
e. Lainnya
a. Produktivitas Sebelum
Panen dan Setelah Panen
b. Produktivitas (Sebelum
Panen, Saat Panen dan
Setelah Panen)
c. Produktivitas (Sebelum
2 Pemangkasan Panen/Saat Panen
/Setelah Panen)
d. Produktivitas (Sebelum
Panen/Saat Panen
/Setelah Panen)
e. Tidak Melakukan
Pemangkasan
a. Mengumpulkan sampah
daun, kulit buah kakao
serta gulma dan
menyimpannya pada
3 Penyiangan lubang
b. Mengumpulkan sampah
daun dan gulma, dan
menumpuknya pada satu
tempat
57
c. Mengumpulkan sampah
daun dan gulma
kemudian membakarnya
d. Gulma dan sampah
disebar
e. Tidak Melakukan
penyiangan
PANEN
No Uraian pertanyaan Pilihan Jawaban
1 Umur Panen a. 70-75 hari
b. <70 hari
c. >75 hari
d. >85 hari
e. Tidak melakukan panen
2 Kriteria Panen a. buah masak kuning/kemerahan
b. Buah matang/hijau muda
c. Buah matang hijau tua
d. Buah masak merah kehitaman
e. lainnya (sebutkan)
58
D. PRODUKTIVITAS TANAMAN
CATATAN
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
59
Lampiran 2
60
Appakabaji 1 orang 2 kali 1 kali/bulan
Deppasawi 1 orang 2 kali 2 kali/bulan
Melati 2 orang 3 kali 2 kali/bulan
Rose 1 orang 2 kali 2 kali/bulan
Sipakainga 2 orang 1 kali 2 kali/bulan
Sipakatau 2 orang 2 kali 1 kali/bulan
Sejahtera 2 orang 2 kali 3 kali/bulan
Balanggaddong 1 orang 2 kali 2 kali/bulan
Asoka 1 2 orang 2 kali 2 kali/bulan
Asoka 4 1 orang 2 kali 2 kali/bulan
61
62
63
64
Lampiran 4. Hasil kegiatan penelitian
65
Gambar 2 . Tanaman cabai yang dibudidayakan di Kecamatan Tamalate
66