(Skripsi)
Oleh
FIFIT YUNIARDI
15110005.P
Oleh
FIFIT YUNIARDI
15110005.P
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Pertanian
Pada Jurusan Agroteknologi
i
ABSTRAK
Oleh
FIFIT YUNIARDI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan ZPT sintetik dengan
ZPT yang terkandung didalam touge dan untuk mengetahui (1) pengaruh
benzylaminopurine terhadap daya induksi tunas aksilar kentang secara in vitro (2)
pengaruh ekstrak touge terhadap daya pertumbuhan tunas aksilar secara in vitro
(3) interaksi benzylaminopurine dan ekstrak touge terhadap daya induksi tunas
aksilar dan pertumbuhan tunas kentang secara in vitro.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Jurusan Agroteknologi
MENYETUJUI :
KOMISI PEMBIMBING
Ketua Jurusan,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
1. Tim Penguji
iv
RIWAYAT HIDUP
SLTP Negeri 1 Negerikaton pada tahun 2000 yang sekarang telah berganti nama
pendidikan pada SMU Negeri 1 Sukoharjo dan lulus pada tahun 2003. Penulis
yang mempunyai kegemaran akan tanaman hias sempat menuntut ilmu dan
Lampung dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya penulis terdaftar di Perguruan
Tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro pada tahun 2015.
Saat ini penulis bertugas pada institusi tempat penulis mengenyam pendidikan
Kultur Jaringan.
v
Motto
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Wacana Metro.
3. Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P selaku pembimbing I yang telah memberikan
6. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moral maupun material
7. Istri dan anakku yang senantiasa mendorong agar selalu semangat dalam
penelitian ini.
viii
8. Rekan-rekan yang juga telah membantu dalam pembuatan skripsi ini
penulisan dan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Skripsi ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis maupun orang
yang membacanya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN 1
2. TINJAUAN PUSTAKA 6
3. METODE PENELITIAN 16
x
3.4.2.3. Membuat larutan stok MgSO47H2O
dan KH2PO4 21
3.4.2.4. Membuat larutan stok mikro MnSO4H2O,
H3BO3,ZnSO47H2O 21
3.4.2.5. Membuat larutan stok mikro KI, Na2MoO47H2O,
CuSO45H2O, CoCl26H2O 22
3.4.2.6. Membuat larutan stok FeSO47H2O
dan Na2EDTA 22
3.4.2.7. Membuat larutan stok vitamin 23
3.4.2.8. Membuat larutan stok Vitamin Mio-inositol 23
3.4.2.9. Membuat larutan ZPT 24
3.4.3. Pengecambahan touge 24
3.4.4. Ekstraksi touge 24
3.4.5. Aplikasi perlakuan 25
3.4.6. Media kultur dan sterilisasinya 25
3.4.7. Persiapan eksplan dan penanaman 26
3.4.8 . Pemeliharaan 27
3.4.9. Pengamatan 27
5.1. Kesimpulan 37
5.2. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA. 38
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Jadwal kegiatan 41
xiii
10. Analisis ragam kecepatan tumbuh akar planlet kentang akibat perbedaan
konsentrasi benzylaminopurine dan ekstrak touge
secara in vitro 47
xiv
22. Analisis ragam jumlah daun planlet kentang akibat perbedaan
konsentrasi benzylaminopurine dan ekstrak touge secara in vitro
umur 30 hst 53
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
1
I. PENDAHULUAN
makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras dan terigu. Negara-negara
tanaman ini merupakan salah satu sumber karbohidrat non beras dan mempunyai
potensi dalam program diversifikasi pangan. Beberapa tahun terakhir ini terlihat
Tanaman kentang dapat digolongkan menjadi kentang sayur dan kentang industri
adalah varietas Granola. Kentang varietas Atlantik rentan terhadap serangan hama
dan patogen, sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal (Mardliyana, 2017) .
1
2
sedangkan kebutuhan bibit kentang bersertifikat baru dapat dipenuhi sekitar 15%.
Bibit tesebut dapat diperoleh melalui teknik kultur jaringan yang disertai dengan
dengan teknik perbanyakan cepat untuk memproduksi stek in vitro, stek in vivo
kultur jaringan ini komponen utamanya adalah unsur hara makro, mikro ditambah
dengan gula sebagai pengganti unsur karbon yang didapat dari hasil fotosintesis.
amino, bahan-bahan organik yang ternyata memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan komposisi yang terdiri dari unsur hara makro mikro saja. (Sandra,
2016).
Selain unsur hara, zat pengatur tumbuh (ZPT) sangat diperlukan dalam
jaringan, dua ZPT yang sering digunakan untuk perangsang perbanyakan tunas
aksilar dan induksi adalah sitokinin dan auksin. Jenis dan konsentrasi dari
masing-masing ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. ZPT yang
2
3
2015).
Zat pengatur tumbuh alami umumnya langsung tersedia di alam dan berasal dari
bahan organik, contohnya air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian tanaman.
Menurut Soeprapto (1992) komponen air pada kecambah kacang hijau (tauge)
Gula kacang hijau didapatkan dalam bentuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Asam
amino esensial yang terkandung dalam protein kacang hijau antara lain triptofan
1,35 %, treonin 4,50 %, fenilalanin 7,07 %, metionin 0,84 %, lisin 7,94 %, leusin
12,90 %, isoleusin 6,95 %, valin 6,25 %. Selain itu, terdapat pula sistein, tirosin,
sintesis IAA.
secara in vitro.
Komposisi media dan ZPT untuk masing-masing spesies, antar klon, atau varietas
dalam satu spesies sering berbeda satu dengan lainnya. Sitokinin merupakan ZPT
sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin
untuk perbanyakan tunas cukup tinggi. Selain itu benzyladenin (BA) merupakan
ZPT sintetik yang mudah untuk ditemui dipasaran dalam bentuk powder atau
Planlet cenderung menghasilkan organ tunas, daun dan akar yang tumbuh lebih
banyak, pada daun berwarna hijau segar dan lebih lebar, sedangkan akarnya
menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter jumlah daun dan panjang tunas
akar planlet kentang (Solanum tuberosum L). Oleh karena itu, penggunaan ZPT
4
5
dan ekstrak touge diduga akan berpengaruh terhadap daya induksi tunas aksilar
1.4. Hipotesis
5
6
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta/Spermatophyta
Seksi : Petota
Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak
berkayu (tidak keras bila dipijat), namun batang bawah yang tua bisa berkayu.
Tulang daun berwarna hijau kemerahan atau keungungan. Tanaman yang berasal
7
dari biji akan menghasilkan satu batang utama. Sedangkan yang berasal dari umbi
Daun-daun pertama berupa daun tunggal, daun berikutnya berupa daun majemuk
imparipinnate dengan anak daun primer dan anak daun skunder. Posisi tangkai
daun utama terhadap batang bervariasi. Pada tangkai daun utama terletak helaian
anak daun primer dan sekunder yang berbeda-beda dalam bentuk, ukuran dan
warna. Daun majemuk kentang mempunyai tunas ketiak yang dapat berkembang
berbunga sempurna. Bunga tanaman kentang tumbuh pada ujung batang, tersusun
dalam satu karangan bunga yang terdiri atas 7-15 kuntum bunga. Diameter bunga
ada yang lebih dari 3 cm dan ada yang kurang dari 3 cm. Bunga kentang memiliki
warna yang bervariasi yaitu, putih, ungu atau merah keunguan tergantung
(corolla) dan benang sari (stamen) yang masing-masing berjumlah lima buah, satu
buah putik, dan sebuah bakal buah yang berongga dua. Daun mahkota berbentuk
terompet dengan ujung berbentuk bintang, benang sari terletak melingkari putik,
dan kepala sari membentuk cone berwarna kuning. Tepung sari biasanya masak
lebih dulu dari pada kepala putik. Bunga kentang mekar selama 2-4 hari, dengan
masa subur kepala putik dan produksi tepung sari berlangsung selama dua hari
(Pitojo, 2004).
Setelah penyerbukan, bakal buah akan membesar dan menjadi buah. Buah
berbentuk bulat dengan diameter 2,5 cm berwarna hijau sampai keunguan dan
8
akan masak selama 6-8 minggu setelah penyerbukan bunga. Biji kentang
berukuran kecil (diameter 0,5 mm) lebih kecil jika dibandingkan dengan biji
tomat, biji terung, biji paprika. Biji mengalami dormansi kira-kira enam bulan.
Pada penyimpanan dalam suhu kamar, daya kecambah biji akan menurun setelah
pembesaran bagian ujung stolon dan 75%-85% dari total berat kering yang
ujungnya.
tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in
vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media
kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengatur tumbuh),
serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol. Berdasarkan
bagian tanaman yang dikulturkan, secara lebih spesifik terdapat beberapa tipe
9
kultur, yaitu kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur akar, kultur pucuk tunas,
kultur embrio, kultur ovul, kultur anter dan kultur kuncup bunga. Namun semua
kultur tersebut sering disebut dalam istilah umum yaitu kultur jaringan (Yusnita,
2004).
sifat totipotensi (total genetik potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang
hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap
untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
metabolit sekunder dan perbanyakan klonal secara cepat yang sulit atau tidak
Nitsch dan Nitsch (1972), Gamborg dkk. B5 (1976), Linsmaier dan Skoog-LS
(1965) dan Murashige dan Skoog-MS (1962) serta Woody plant medium-WPM
disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan
10
yang dikulturkan. Komponen hara yang utama meliputi garam mineral, sumber
karbon (gula), vitamin, dan zat pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa
nitrogen organik, berbagai asam organik, dan ekstrak tambahan tidak mutlak,
tetapi dapat menguntungkan ketahanan sel dan perbanyakan. Medium hara untuk
sumber karbon, vitamin, pengatur tumbuh, dan pelengkap organik (Wetter dan
keberhasilan kultur jaringan tanaman. Medium yang terlalu asam (pH < 4,5) atau
terlalu basa (PH > 7,0) dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
eksplan. Menurut Tajiet dkk (1997) dalam buku Zulkarnain (2009), selain
pemadatan media. Media akan menjadi terlalu keras bila pH > 6,0, sedangkan
pada pH < 5,2 media akan sulit untuk menjadi padat. Pada umumnya, keasaman
2.4. Eksplan
Bagian tanaman yang digunakan untuk memulai kultur jaringan disebut eksplan.
Eksplan yang digunakan dapat berupa ujung tunas, potongan daun, potongan
Penentuan bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan harus melalui
tersebut tidak sama dalam persepsi atau respon nya terhadap ZPT dan lingkungan
mikro yang dipaparkan. Umumnya jaringan tanaman yang masih muda disekitar
11
meristem apikal mempunyai daya regenerasi yang lebih baik daripada penggunaan
jaringa tanaman yang lebih tua (Yusnita, 2015). Kondisi fisiologis, ukuran
Ukuran eksplan yang kecil umumnya mempunyai daya tahan yang kurang baik
dibandingkan dengan eksplan yang ukurannya besar, ukuran eksplan yang baik
adalah 0,5 hingga 1 cm, walaupun demikian hal ini tidaklah mutlak pada semua
eksplan, melainkan tergantung pada material tanaman yang dipakai serta jenis
tanamannya.
pertumbuhan yang baik. Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur
tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin, interkasi dan
perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan
yang berperan untuk pembelahan sel, dominasi apikal dan diferensiasi tunas.
diferensiasi tunas adventif dari kalus menjadi organ. Jenis sitokinin yang banyak
digunakan dalam kultur jaringan adalah BAP (BA), 2-ip dan kinetin (Abbas,
2011).
12
pembelahan sel, proliferasi pucuk dan morfogenesis pucuk (Smith. 1992 dalam
buku Zulkarnaen. 2009). Bahkan menurut George dan Sherrington (1984) dalam
media kultur sangat terbatas maka pembelahan sel pada jaringan yang dikulturkan
medium dengan kandungan sitokinin yang memadai maka pembelahan sel akan
Pola regenerasi dari mata tunas yang sebelumnya sudah ada pada eksplan disebut
ini satu eksplan meristem pucuk atau batang berbuku (nodal explant) dikulturkan
tipe adenin yang dicirikan oleh basa adenine pada struktur molekulnya
(Sulistiawan, 2016).
apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam
akar liar yang tumbuhdari batang atau daun pada banyak spesies.
13
murah dan terjangkau jika dibandingkan sumber protein hewani seperti daging,
merupakan salah satu kacang-kacangan yang cukup penting karena kacang hijau
masyarakat.
Kacang hijau mempunyai daya cerna protein yang tinggi yaitu sekitar 81%. Daya
cerna dipengaruhi adanya inhibitor tripsin dan aktivasi enzim tripsin serta adanya
tanin atau polifenol. Biji kacang hijau yang telah direbus atau diolah dan
kemudian dikonsumsi mempunyai daya cerna yang tinggi dan rendah daya
2016).
Protein biji kacang hijau mengandung asam amino esensial dan dan asam amino
nonesensial yang cukup lengkap, terdiri atas asam amino esensial (Insoleusin,
Kecambah berasal dari biji-bijian, seperti kacang hijau. Kacang hijau termasuk
14
pada kecambah kacang hijau (tauge) merupakan bagian yang terbesar bila
mengatakan bahwa penambahan ekstrak tauge 37,5 g/l memberi pengaruh yang
auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA). Tauge sebagai sumber auksin
eksogen terhadap berbagai spesies tanaman, seperti padi, nilam, tomat dan lain-
lain. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintetik telah banyak dibuat untuk keperluan
pertanian, namun harganya sangat mahal. Oleh karena itu, untuk mengatasi
masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mencari sumber zat pengatur
tumbuh yang ekonomis dan mudah didapat sehingga memungkinkan untuk dapat
auksin, dalam bentuk Indole Acetic Acid (IAA). Konsentrasi optimum dari
ekstrak tauge dapat meningkatkan pembentukan akar tanaman yang paling baik
pertumbuhan dari berbagai jenis tanaman (Atmaja dan Ukun, 2006 dalam
Hidayah, 2015).
Tabel 1. Komposisi dan nilai gizi kandungan dalam 100 g ekstrak kecambah
kacang hijau.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plantlet tanaman kentang
(Solanum tuberosum L.) varietas Granola umur 2 bulan turunan ke 6 (G6) yang
eksplan, benzylaminopurine sebagai ZPT sitokinin (BA) sintetik dan ekstrak touge
sebagai sumber ZPT auksin (IAA) alami, agar-agar bubuk, gula, aquadest sebagai
bahan media Murashige and Skoog (MS), alcohol 96% sebagai cairan untuk
mensterilisasi ruang tanam dan alkohol 75% untuk sterelisasi bahan, alat dan
bagian tangan yang akan masuk kedalam laminar sebelum penanaman, spirtus
putih sebagai cairan untuk menghidupkan lampu bunsen, plastik prophopilen (PP)
0,3 mm sebagai lapisan penutup botol kultur, alumunium foil sebagai lapisan
penutup botol kultur agar terhindar dari sumber kontaminasi; karet gelang sebagai
polypropilen (PP) 0.3, kertas label sebagai label tulisan kode perlakuan, varietas,
dan tanggal tanam, sabun cuci sebagai bahan untuk sterilsasi peralatan dan tangan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol kultur untuk tempat media
perlakuan dan tempat penempatan eksplan, lampu bunsen untuk sterilisasi alat
tanam, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) sebagai tempat tanam yang steril,
petridish untuk penempatan ekplan atau bahan tanam, peralatan diseksi (pinset
besar untuk pengambilan eksplan pada botol kultur, pinset kecil untuk penjepit
eksplan saat dipotong dengan scalpel pada setiap buku atau ruas tunas kentang,
dan pisau scalpel digunakan untuk memotong eksplan), timbangan analitik untuk
menimbang bahan kimia dengan ukuran kecil dalam satuan gram (g), hand
penanaman di dalam LAFC; magnetik stirer untuk mengaduk bahan kimia yang
susah larut agar homogeny, hot plate digunakan sebagai alat untuk memanaskan
bahan kimia yang susah larut agar homogeny, labu takar untuk mengukur volume
larutan bahan kimia, beker glass digunakan sebagai tempat untuk melarutkan
bahan kimia, erlenmeyer sebagai tempat larutan bahan kimia setelah dilarutkan,
pH meter untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasahan larutan media tanam
setelah dilarutkan; autoclave sebagai alat untuk sterilisasi peralatan dan bahan
sebelum digunakan, pipet ukur untuk mengambil larutan bahan kimia sesuai
dengan volume yang diinginkan, oven digunakan sebagai tempat peralatan yang
larutan stok, rak kultur untuk penempatan botol kultur setelah penanaman
18
faktor pertama yang terdiri dari tiga taraf yaitu 0 mL/L (b0), 2mL/L (b1), dan
4mL/L (b2), dan faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak tougeyang terdiri dari
empat taraf yaitu 0g/L (t0), 50 g/L(t1), 100g/L (t2), dan 150g/l (t3). Sehingga
diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut b0t0, b0t1, b0t2,b0t3,b1t0, b1t1, b1t2,
b1t3, b2t0, b2t1, b2t2, b2t3. Masing - masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali,
diuji homogenitasnya dengan uji Barlett dan ketidak aditifannya dengan uji
Tuckey. Untuk melihat pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan uji beda
petri, gelas ukur dan alat-alat gelas lainnya perlu dicuci bersih terlebih dahulu.
Tabel 2. Formulasi Media MS (Murashige dan Skoog, 1962) yang dibuat Stok
Konsentrasi
Konsentrasi dalam Konsentrasi dalam dalam larutan
Senyawa
media (mg/L) larutan stok (mg/L) stok
(mg/250 mL)
Hara Makro A 100 kali
NH4NO3 1 650 165.000 41.250
KNO3 1 900 190.000 47.500
MgSO47H2O 370 37.000 9.250
KH2PO4 170 17.000 4.250
Makro B (Stok Ca) 100 kali
CaCl22H2O 440 44 000 11.000
Hara Mikro A 100 kali
MnSO4H2O 16,9 1.690 422,5
ZnSO47H2O 8,6 860 215
H3BO3 6,2 620 155
Hara Mikro B 1000 kali
KI 0,830 830 207,5
Na2MoO47H2O 0,250 250 62,5
CuSO45H2O 0,025 25 6,25
CoCl26H2O 0,025 25 6,25
Hara Mikro C (Fe) 100 kali
FeSO47H2O 27,8 2.780 695
Na2EDTA 37,3 3.730 932,5
Vitamin 100 kali
Tiamin-HCl 0,1 10 2,5
Piridoksin-HCl 0,5 50 12,5
Asam Nikotinat 0,5 50 12,5
Glisin 2,0 200 50
100 kali
Mio-inositol 100 10000 2500
ZPT 1000 kali
BAP 1 100 mg/L 100mg/100mL
Sukrosa 30.000
Agar 7.500
pH 5,8
erlemenyer tersebut.
komponen sekaligus.
wadah gelas ukur dan tambahkan akuades sampai volume akhir menjadi
e) Simpan larutan pada botol erlenmeyer 250 mL, beri label, dan tutup
d) Masukan larutan CaCl22H2O dalam erlemeyer ukuran 250 mL, beri label
erlemenyer tersebut.
komponen sekaligus.
wadah gelas ukur dan tambahkan akuades sampai volume akhir menjadi
wadah gelas ukur dan tambahkan akuades sampai volume akhir menjadi
250 mL dengan menggunakan labu ukur. Beri label dan tutup dengan
wadah gelas ukur dan tambahkan akuades sampai volume akhir menjadi
tersebut dicampur sambil diaduk, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur dan
ditambah aquades hingga volume menjadi 250 mL. Larutan Fe yang benar
oksidasi, larutan stok Fe harus disimpan dalam botol berwarna gelap atau
Piridoksin-HCl = 100 mg
As Nikotinat = 100 mg
Glisin = 100 mg
c) Masukkan dan larutkan bahan yang sudah ditimbang satu per satu ke
dalam labu takar yang sudah berisi aquades masing-masing dalam wadah
takar yang sudah berisi aquades, aduk dengan menggunakan stirer hingga
homogen.
dalam labu takar hingga volumenya mencapai 100 mL. Penambahan HCL
dilakukan dengan cara meneteskan setetes demi setetes pada serbuk BAP
hingga larut.
c) simpan zat pengatur tumbuh ini dalam wadah erlenmeyer 100 mL dan di
tutup dengan alumunium foil serta di beri label, simpan stok zat pengatur
dengan cara merendam selama 24 jam, kemudian kacang hijau ditiriskan dan
diletakkan di atas baki plastik yang dilapisi handuk lembab, untuk menjaga
kelembaban handuk yang berisi benih kacang hijau dipercikkan air sesuai
kebutuhan dan ditempatkan di tempat gelap. Dua hari berselang, biji kacang hijau
mulai berkecambah.
Setelah dua hari pemeraman touge dibersihkan dari kulit bijinya kemudian
kemudian diblender sampai halus. Ekstrak tauge disaring dengan kain hero
Aplikasi BAP dilakukan dengan cara memipet BAP sesuai dengan perlakuan yang
perlakuanyaitu 0 g/L, 50 g/L, 100 g/L dan 150 g/L dalam masing-masing media.
formulasi MS (Murashige dan Skoog, 1962). Untuk media perlakuan, pada media
4, mL/L serta penambahan ekstraksi tauge 0g/L, 50g/L, 100g/L dan 150 g/L.
sebagai pemadat media sebanyak 6,5 g/L. Media yang telah diberi pemadat
sebanyak 30 botol dengan tinggi media 1 cm, lalu ditutup plastik transparan
(plastik polypropilen), diikat dengan karet gelang dan diberi label. Sterilisasi
dengan tekanan 1,5 atm Setelah didinginkan dan disimpan selama sedikitnya
menyemprotkan alkohol 96% pada lantai dan dinding laminar, alat tanam, media,
dahulu dengan alkohol 75% begitu pula dengan tangan sebelum melakukan sub
dengan cara memotong 1 eksplan memiliki 2 mata ruas dan yang akan dijadikan
Sebelum tanaman dikeluarkan bagian mulut botol yang berisi planlet calon
tanaman dengan pinset lalu meletakkannya pada petridish yang telah steril.
media perlakuan dengan pinset steril. 1 botol, ditanam 1 eksplan. Untuk menjaga
sterilisasi dari alat, maka scalpel dan pinset selalu dipanaskan sebelum digunakan.
Sebelum ditutup, mulut botol dipanaskan kembali. Setelah itu, botol ditutup
dengan aluminium foil dan melapisinya dengan plastik PP, agar lebih lekat maka
diberi label sesuai perlakuan dan tanggal penanamannya dan inkubasi pada
ruangan inkubasi yang telah diset suhunya 18oC-20oC dengan menghidupkan AC.
27
3.4.8. Pemeliharaan
Semua kultur kentang yang telah ditanam atau disubkultur, diletakkan pada rak-
rak kultur di dalam ruang kultur yang dikondisikan dengan suhu 200C, dengan
3.4.9. Pengamatan
Perkembangan kultur mulai diamati pada saat kultur berumur 1hari di dalam
Terbentuknya akar di hitung sejak akar pertama kali muncul. Akar di hitung
Jumlah cabang tunas dilakukan dengan melihat jumlah tunas cabang primer
Pengukuran panjang tunas atau plantlet (cm) dilakukan dari pangkal batang
tanam.
Jumlah daun per tunas di amati dengan cara menghitung jumlah seluruh daun
setelah tanam.
29
peubah kecepatan pertumbuhan tunas dan tidak terdapat interaksi antar kedua
Hasil Uji BNT (Tabel 3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata atau tidak ada
interaksi, tunas mulai menunjukkan gejala pertumbuhan pada umur 5 hari setelah
munculnya tunas eksplan kentang pada media perlakuan telah mencapai 80% dari
sebelum 5 hari setelah tanam (hst) tapi belum dihitung karena belum memenuhi
30
syarat jumlah populasi tanaman kentang yang tumbuh tunas dalam media
perlakuan.
Dari hasil analisis ragam pada Lampiran 8menunjukkan bahwa media perlakuan
berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh akar kentang dan tidak terdapat
eksplan kentang 80% mulai terlihat pertumbuhan akar hari ke 7 setelah tanam.
Pertumbuhan akar hanya terjadi pada media perlakuan ekstrak touge tanpa
perlakuan benzylaminopurine/BAP.
touge tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas planlet kentang pada
berbagai konsentrasi ekstrak touge kecuali pada ekstrak touge yang 50 mg/L dan
100 mg/L. Penambahan ekstrak touge juga belum mampu memberikan pengaruh
berpengaruh nyata terhadap panjang tunas kentang pada umur 30 hari setelah
tanam.
kecuali pada konsentrasi ekstrak touge 100 mg/L terjadi peningkatan panjang
Dari hasil analisis ragam pada Lampiran 20 menunjukkan bahwa media perlakuan
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun planlet kentang dan tidak terdapat
4.2. Pembahasan
Dari uji nilai tengah pada table 4, 5, 6, dan 7 terlihat bahwa perlakuan b
aksilar kentang selain pengamatan pada variabel kecepatan tumbuh tunas aksilar
benzylaminopurine menunjukkan hasil baik pada jumlah tunas dan jumlah daun
tetapi sejumlah kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap
Dengan jumlah tunas yang dihasilkan juga akan mempengaruhi banyaknya jumlah
daun hal ini juga terlihat pada variabel jumlah daun dimana perlakuan
mL/L masih mempunyai nilai yang tertinggi. Pemberian zat pengatur sitokinin
sitokinin secara umum berperan pada tahap induksi tunas. Sitokinin dapat
dan Razdan dalam buku Zulkarnaen (2009) menyatakan bahwa laju penggandaan
ataupun tanpa auksin. Sehingga pada Table 5 terlihat bahwasanya media 4 mL/L
Hal ini menunjukkan komposisi auksin dalam ekstrak touge tidak seimbang
kentang.
Menurut Watimena (1986) yang dikutip dalam blog Balai Penelitian Tanaman
Sayuran (Balitsa) pada tanggal 18 Juli 2018 menyatakan pertumbuhan stek pucuk
pada umumnya memerlukan zat pengatur tumbuh . Tahapan pertumbuhan dan tipe
dibutuhkan. Pertumbuhan tunas yang kekar dan sehat diperlukan 3 macam zat
pengatur tumbuh yaitu Kinetin atau BAP sebagai sumber sitokinin, NAA, IAA
atau Picloram sebagai sumber auksin serta GA3 dalam konsentrasi berkisar antara
0,01 – 5 mg/l atau ketiga zat pengatur tumbuh dalam keadaan seimbang.
Untuk perlakuan ekstrak touge terlihat berbeda nyata pada variable pengamatan
panjang tunas eksplan kentang. Dalam Tabel 6 menghasilkan nilai rerata paling
tinggi adalah media interaksi kontrol (b0t0) menghasilkan panjang tunas eksplan
kentang paling tinggi, sedangkan media dengan panjang tunas eksplan kentang
terendah adalah perlakuan interaksi (b2t3) menunjukkan hasil berbeda nyata dan
36
tertinggi. Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin merupakan salah satu
cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas.dari banyak
literature yang ada para peneliti menuliskan bahwasanya kandungan dalam touge
adalah tritopfan yang merupakan bahan pembentuk IAA yang banyak mengarah
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sitokinin dalam konsentrasi tinggi akan
menghambat kerja dari auksin bila tidak seimbang dalam pemberian yang
dibutuhan tanaman. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 bahwasanya media
touge memberikan hasil terbaik terhadap bobot kering akar, hal ini disebabkan
bahwasanya dalam ekstrak touge mengandung IAA, dimana IAA berfungsi untuk
5.1. Kesimpulan
tunas kentang. Namun semakin tinggi ekstrak touge diperoleh nilai rata-rata
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, S. 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk, Ekstrak Tauge dan Bubur Pisang
Pada Perbanyakan dan Perbesaran Anggrek Dendrobium kanayao Secara
In Vitro. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Junaidi, M. 2016. Kadar Protein Vitamin C dan Sifat Organoleptik Bubur Bayi
Dari Campuran Tepung Kecambah Kacang-Kacangan dan Jagung.
Jurnal.Unimus. Semarang.
Mujiah. 2015. Aplikasi Paclobutrazol dan Air Kelapa Untuk Pembentukan Umbi
Mikro Kentang Atlantik Secara In Vitro. Skripsi. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung.
39
Rahmah, Siti. dkk. 2018. Kajian Penambahan Bahan Organik Pada Media
Tanam VW Pada Organogenesis Anggrek Dendrobium Secara In Vitro.
Jurnal Matsains 2. Universitas Padjadjaran. Sumedang.
Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Sulistiani, E,Yani, SA. dkk. 2018. Produksi Bibit Tanaman Dengan Menggunakan
Teknik Kultur Jaringan. Seamo Biotrop. Bogor.
Zulkifli. dkk. 2018. Uji Berbagai Desinfektan dan ZPT pada Media MS Terhadap
Pertumbuhan Ekplan Tanaman Pisang Klutuk (Musa paradisiaca, L).
Jurnal. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.