Anda di halaman 1dari 91

INTEGRASI PASAR BERAS INDONESIA DENGAN

PASAR BERAS VIETNAM

SKRIPSI

ZAHRAH QANITAH

JURUSAN/PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI 2019
INTEGRASI PASAR BERAS INDONESIA DENGAN
PASAR BERAS VIETNAM

ZAHRAH QANITAH

D1B014024

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN /PROGRAM STUDI


AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras
Vietnam” oleh Zahrah Qanitah (D1B014024). Telah diuji dan dinyatakan
lulus pada tanggal 29 Januari 2019 dihadapan tim penguji yang terdiri atas:

Ketua : Prof. Dr. Ir. Dompak Napitupulu, M.Sc


Sekretaris : Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M
Penguji Utama : Dr. Ir. A. Rahman, M.S
Penguji Anggota : 1. Ir. Yanuar Fitri, M.Si
2. Ir. Elwamendri, M.Si

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Dompak Napitupulu, M.Sc Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M
NIP. 19590427 198502 1 001 NIP. 19730125 200604 2 001

Mengetahui
Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Dr. Fuad Muchlis., S.P., M.Si


NIP. 19790906 200312 1 004
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Zahrah Qanitah
NIM : D1B014024
Jurusan / Program Studi : Agribisnis

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan

dimanapun juga atau oleh siapapun juga.

2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari pihak yang diterima selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau dinyatakan pada

bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiatrisme.

3. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam

proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiatrisme di dalam skripsi ini

maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

pencegahan dan pengulangan plagiat di perguruan tinggi yakni pembatalan

ijazah.

Jambi, April 2019


Yang membuat pernyataan,

Zahrah Qanitah
D1B014024
ABSTRAK
ZAHRAH QANITAH. Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras
Vietnam. Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Dompak Napitupulu MT, M.Sc
dan Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M.

Beras merupakan salah satu komoditas strategis yang mempunyai peranan


penting dalam sektor pangan.Indonesia memenuhi kebutuhan beras diperoleh dari
produksi domestik dan impor, salah satunnya dari Vietnam. Keterkaitan antara
harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam penting diketahui. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis tren perkembangan harga beras di Vietnam
dengan harga beras di Indonesia dan menganalisis integrasi pasar beras di Vietnam
dengan pasar beras di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data
yang diperlukan yaitu harga beras di Indonesia dan harga beras di Vietnam dengan
rentang waktu selama 10 tahun (dalam bulan) dari periode waktu 2008-2017. Alat
analisis yang digunakan adalah uji Unit Root, uji ADF, uji Kointegrasi model
korelasi kesalahan (Error Correction Model) dan elastisitas transmisi harga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Perkembangan harga beras Indonesia dan harga
beras Vietnam pada bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun 2017
berfluktuasi dengan tren yang berbeda. Harga beras pasar Indonesia dan harga
beras pasar Vietnam terintegrasi tidak sempurna yang hanya terjadi pada jangka
panjang. Artinya perubahan harga beras di pasar Vietnam mempengaruhi
perubahan harga beras di pasar Indonesia hanya pada jangka panjang.Elastisitas
transmisi Harga beras pasar Indonesia dan harga beras pasar Vietnam bersifat
inelastis <1. Elatisitas harga beras Indonesia sebesar -0.0383 sedangkan elastisitas
harga beras Vietnam sebesar 0,956.

Kata Kunci : Beras, Harga, Integrasi pasar


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lahat, pada tanggal 13 Mei 1997

dengan nama Zahrah Qanitah. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Harmanto

dan Ibu Herlina, Am.Keb. Penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar di SDN 47 Lahat, Sumatera Selatan pada

Tahun 2008 dan kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 5 Lahat pada Tahun 2011 dan pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN Unggul 4

Lahat dan lulus pada Tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Jambi dan

diterima di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian melalui jalur

SBMPTN. Penulis melaksanakan kegiatan Magang pada semester Ganjil tahun

2016/2017 di Balai Pengkajian Teknologi dan Pengembangan Kota Jambi Provinsi

Jambi. Pada tanggal 29 Januari 2019 penulis melaksanakan ujian skripsi yang

berjudul “Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras Vietnam”

dihadapan Tim Penguji dan dinyatakan lulus dengan menyandang gelar Sarjana

Pertanian (S.P).
UCAPAN TERIMA KASIH

1. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Terimakasih kepada keluargaku tercinta, Ayahku Harmanto dan Ibuku

Herlina, Am.Keb, adikku M.Iqbal Abrar dan Anisah Fitriani yang tiada henti

mendoakan, memberikan dukungan baik secara materi maupun moril,

memberikan semangat, motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

3. Terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Dompak Napitupulu, M.Sc selaku Dosen

Pembimbing I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dan Ibu Dr. Mirawati

Yanita, S.P., M.M selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan,

semangat dan motivasi kepada penulis dalam poses pembuatan skripsi ini

dari awal hingga akhir.

4. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. A. Riduan, M.Si selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Jambi, kepada Bapak Dr. Fuad Muchlis., S.P., M.Si

selaku Ketua Jurusan/ProgramStudi AgribisnisFakultasPertanian

Universitas Jambi, kepada Ibu Dr. Rozaina Ningsih, S.P., M.Si selaku

Sekretaris Jurusan /Program Studi Agribisnis. serta kepada Pak Surip dan

Kak Ria selaku Staf Jurusan/ Program Studi Agribsnis dan para Staf Bagian

Akademik Fakultas Pertanian yang telah banyak membantu penulis.

5. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. A. Rahman, M,Si , Bapak Ir. Yanuar Fitri,

M.Si dan Bapak Ir. Elwamendri, M.Si selaku tim penguji skripsi yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk penyempurnaan

skripsi ini,

6. Terima Kasih kepada Bapak Zakky Fathoni, S.P., M.Sc yang telah

memberikan kritik, saran dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

7. Terimakasih kepada Abang Fajar Yasin Alcania, S.P yang telah mendukung

dan memotivasi dari segala hal, penyemangat dan sahabat suka duka di

perkuliahan ini.

8. Sahabat seperjuangan Sumsel Surya Pratama, S.P dan Aprilliana S.P yang

telah menyemangati.

9. Sahabat Pejuang Skripsisweet Aprilliana, S.P., Reni Amelia Sary, S.P., Dwi

Novitasari, S.P., Febyola, S.P., Juwairia, S.P., dan Lia Hamdiani, S.P., yang

telah menjadi keluarga sejak awal perkuliahan, yang selalu memotivasi serta

saling mendukung satu sama lain selama perkuliahan.

10. Sahabat kecil Komet Girl’s Molina Nabila Paquita Jamil, S.I.Kom, Atika

Fajriani, S.Pd., Faula Amelia Utari, S.Pd., Agestian Anggraini, S.STP.,

Destrina Cahaya Utami, A.Md Ak., dan Briptu Suci Fajrin yang selalu

mendoakan dan menyemangati meskipun saling jauh.

11. Sahabat Pejuang angkatan 2014 Suci Febrianti, S.P., Sri Utami Lestari, S.P.,

Rika Mayasari, S.P., Dini Triani, S.P., Sri Hikmah, S.P., Diah Ramadhani,

S.P., Novela Kusumawaty, S.P., Kurnia Subhani, S.P., Puput Santa Love,

S.P., Puspa Oktafiani, S.P., Zahratul Aisyah Abel, S.P., Khoirriyah Al-

Adawiyah, S.P., Cut Nabila, S.P., Nurrohmah Mayasari, S.P., Emy Fanita

Putri S.P., Sundari Indri Astuti, S.P., Siti Juhairiah, S.P., Intan Dwi Utami,
S.P, Marina Bram Sebastian, S.P., Arya Dammadi, S.P., Dikky Darmawan,

S.P., Andika Tri Atmaja, S.P., Robby Salam, S.P.,Rian Kurniawan dan

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas doa

dan semangat yang diberikan.

12. Teman seperjuangan Magang di BPTP Jambi Kak Solehati, S.P., Bang

Vebriadi, S.P., Silvi, S.P. dan Neneng Mutmainah, S.P., yang selalu

semangat.

13. Abang dan Kakak Anas Winarso S.P, M. Kosdi, S.P, M.Rido Isfahan, S.P,

Ricky Sikwandi, S.P, M. Hadi Kurnia, S.P, Bangkit Wahyu, S.P, Wijil Tri

Prabowo, S.P., Alditio Sebatian, S.P., Aldi Syawalidi, S.P., Adi Saputra, S.P.,

Canaham Surya Akbar, S.P, Dwi Bayu Aji, S.P, Eka Mutia Putri, S.P.,

Rika Wulandari, S.P., RA. Maudy Githa T, S.P., Evalina, S.P., Yurike

Ariesha, S.P., Suci Nabela Yuliani, S.P., yang telah memotivasi dan menjadi

tempat bertukar pikiran.

14. Adik – adik Zummrhotul Mar’atil H, Febriyanti Suci Amaliyah, Wahyuni

Lestari, Nia Marlina, Dina Aprilia, Dina Mutiara Sari, Putri Kartini, Cici

Susanti, Mashitoh dan lainnya yang tidak dapat disebutkan, semangat untuk

kuliahnya.

15. Semua Pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu per Satu.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras

Vietnam”.

Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu dan membimbing serta memberi dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih juga

penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dompak Napitupulu MT, M.Sc selaku

dosen pembimbing I dan Ibu Mirawati Yanita, S.P,. M.M selaku dosen

pembimbing II. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada orangtua tercinta,

keluarga dan semua pihak yang secara tidak langsung maupun tidak langsung

selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

kesalahan karena sesungguhnya karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan

penulis, karena sesungguhnya kesempurnaan mutlak hanya milik Allah SWT. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

penyempurnaan skripsi ini.

Jambi, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................10
2.1 Konsep Perdagangan dan Pembentukan Harga Internasional..........................10
2.2 Perdagangan Intra-Indusri..........................................................................................13
2.3 Teori Harga......................................................................................................................14
2.4 Teori Integrasi Pasar.....................................................................................................16
2.5 Teori Pasar.......................................................................................................................20
2.6 Analisis Integrasi Pasar..............................................................................................21
2.7 Penelitian Terdahulu.....................................................................................................24
2.8 Kerangka Pemikiran.....................................................................................................28
2.9 Hipotesis...........................................................................................................................29
III. METODE PENELITIAN.............................................................................................30
3.1.Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................................30
3.2.Jenis dan Metode Pengumpulan Data.....................................................................30
3.2.1 Jenis dan Sumber Data........................................................................................30
3.2.2 Metode Pengumpulan Data...............................................................................31
3.3.Metode Analisis Data..................................................................................................31
3.3.1 Integrasi Pasar Beras Vietnam denga Beras Indonesia.............................32
3.4 Konsepsi Pengukuran..................................................................................................36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................37

ii
4.1 Perkembangan Harga Beras.......................................................................................37
4.1.1 Perkembangan Harga Beras di Indonesia....................................................37
4.1.2 Perkembangan Harga Beras di Vietnam......................................................39
4.1.3 Perbandingan Perkembangan Harga Beras di Pasar Vietnam
dengan Harga Pasar Beras di Indonesia...................................................................41
4.2 Analisis Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras Vietnam .. 44
4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root)................................................................................44
4.2.2 Uji Kointegrasi....................................................................................................46
4.2.3Analisis Error Correction Model (ECM)....................................................48
4.2.4 Uji Kausalitas Granger.................................................................................................50
4.2.5 Elastisitas Transmisi Harga.............................................................................51
4.3.6 Uji Diagnosis........................................................................................................52
4.3 Implikasi Hasil Penelitian...........................................................................................53
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................57
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................57
5.2 Saran.................................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................59
LAMPIRAN................................................................................................................................62

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Beras Indonesia Tahun 2012- 2016 ......................2

2. Neraca Bahan Pangan Beras Indonesia 2012- 2016.......................................................3

3. Impor Beras Indonesia Menurut Negara Asal Utama Tahun 2011-2015 .....................4

4. Penelitian Terdahulu.............................................................................................................25

5. Hasil Uji Akar Unit Augmented Dickey Fuller(ADF)....................................................45

6. Hasil Uji Kointegrasi Johannsen.........................................................................................47

7. Hasil Uji Error Correction Model (ECM)........................................................................48

8. Hasil Uji Kausalitas Granger...............................................................................................50

9.Elastisistas Transmisi Harga..................................................................................................52

10.Uji Normalitas Model...........................................................................................................53

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Perkembangan Harga Beras Indonesia dan Harga Beras Vietnam Tahun 6
2012-2016 .............................................................................................
2. Proses Perdagangan Antar Negara ......................................................... 12

3. Kurva Keseimbangan Pasar .................................................................. 18

4. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 29


5. Grafik Perkembangan Harga Beras di Indonesia Bulan Januari Tahun 37
2008 sampai Bulan Desember 2017 ........................................................
6. Grafik Perkembangan Harga Beras di Vietnam Bulan Januari Tahun 40
2008 sampai Bulan Desember 2017 ........................................................
7. Grafik Perbandingan Harga Beras di Indonesia Bulan Januari Tahun 42
2008 sampai Bulan Desember 2017 ........................................................

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Harga Beras PRIT dan PRVT.................................................................................62

2. Uji Akar (Unit Root) ADF PRIT........................................................................................64


3. Uji Akar (Unit Root) ADFPRVT......................................................................................66
4. Hasil Uji Kointegrasi Johansen.........................................................................................68
5. Uji Error Correction Model (ECM)..................................................................................70

6. Hasil Regresi PRIT dan PRVT.........................................................................................71

7. Uji Granger Causality.........................................................................................................72

8. Persamaan β0 dan β1 untuk ECM...................................................................................73

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan pangan yang cukup pada masyarakat merupakan hal yang sangat

penting untuk melanjutkan keberlangsungan hidup yang sejahtera. Pangan adalah

salah satu subsektor pertanian yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat sebagai

kebutuhan dasar masyarakat untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang

berkualitas.Salah satu pangan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok penduduk

adalah beras. Beras merupakan salah satu komoditas strategis yang mempunyai

peran dalam ketahanan pangan, sosial, ekonomi pertahanan dan politik nasional.

Komoditas ini merupakan salah satu bahan pokok yang dikonsumsi lebih dari

setengah penduduk dunia sebagai penyumbang asupan lebih dari 20 persen kalori

yang dibutuhkan oleh manusia (Pusat Data danSistem Informasi Pertanian, 2015).

Pengaruh beras sebagai komoditas strategis menjadikan peranannya sangat

penting disektor pangan. Peranan beras yang sangat berpengaruh tersebut dapat

menjadikan suatu negara dapat mencapai ketahanan pangan berkelanjutan yaitu

ketersediaan (Availibility), keterjangkauan(Accessibility), penggunaan

(Utilizationsesellf-relienceAutonomy), stability, dan sustainability (Widodo.dkk,

2015). Selain itu, sebagai komoditas yang bersifat inelastic setiap perubahan harga

hampir tidak menyebabkan perubahan jumlah permintaan konsumen. Jika

ketersediaan kurang, harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan

penyesuaian atas konsumsinya. Ketersediaan beras yang cukup menjadi sangat

penting, baik untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk menjaga agar harganya

tidak melonjak tinggi sehingga tidak terjangkau oleh konsumen

1
2

Indonesia merupakan negara dengan konsumsi beras domestik terbesar di

dunia.Besarnya konsumsi beras tersebut disebabkan lebih dari 90% penduduk

Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokokdan juga diikutioleh

peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahun.Hal ini karena kedudukan

beras yang belum bisa digantikan oleh tanaman pangan lainnya seperti Jagung,

Gandum, dan sebagainya. Berikut jumlah penduduk dan konsumsi beras Indonesia

tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Beras Indonesia Tahun 2012-2016

Tahun Jumlah Penduduk Konsumsi Beras


(Juta Jiwa) (Ton)
2012 239,174 33.496.314
2013 242,014 34.654.842
2014 252,165 34.356.874
2015 255,462 34.239.203
2016 258,705 35.275.775
Sumber: Badan Ketahanan Pangan,2016 diolah oleh Pusdatin, 2017

Tabel 1 menunjukan bahwa periode tahun 2012-2016 konsumsi beras di

Indonesia mengalami fluktuasi cenderung meningkat dengan persentase rata-rata

sebesar 1,21% pertahun.Konsumsi beras tertinggi terjadi pada tahun 2016 dengan

peningkatan sebesar 3, 03 %. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tersebut

jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia melaju sebesar yakni

1,34% selama tahun 2012-2016. Jumlah penduduk paling tertinggi kurun waktu 5

tahun pada tahun 2016 yakni 258,705 juta jiwa. Kondisi ini ikut menyebabkan

permintaan akan konsumsi beras meningkat (BPS, 2017).

Kebutuhan dan ketersediaan beras sangatlah penting untuk diperhatikan.

Permintaan beras yang meningkat harus dilakukan keseimbangan antar keduanya,


3

agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk.Berikut neraca bahan pangan beras

Indonesia periode tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Neraca Bahan Pangan Beras Indonesia Tahun 2012-2016


Tahun Ketersediaan (Ton) Kebutuhan
Produksi Kontribusi Impor (Ton) Kontribusi (Ton)
(Ton) (%) (%) Total
2012 41.109.000 95,83 1.810.372 4,16 42.896.000 34.374.424
2013 41.415.025 98,87 472.665 1,12 41.886.471 36.430.733
2014 41.161.870 97,99 844.164 2,00 42.004.640 36.833.983
2015 43.824.420 98,07 861.601 1,92 44.686.033 36.006.404
2016 46.115.013 97,29 1.281.042 2,70 47.396.055 36.442.501

Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi, 2017

Tabel 2 menunjukan bahwa periode tahun 2012-2016 produksi beras di

Indonesia mengalami fluktuasi cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan

rata-rata sebesar 1,98% pertahun. Produksi beras tertinggi terjadi pada tahun 2016

dengan peningkatan produksi sebesar 2.710.002 ton dari tahun sebelumnya.

Namun, Kontribusi produksi tertinggi kurun waktu 5 tahun pada tahun 2013. Hal

ini terjadi adanya peningkatan produksi beras sebesar 1, 13%. Kebutuhan dalam

kurun waktu 5 tahun mengalami fluktuatif cenderung meningkat. Tahun 2016

kebutuhan yang tertinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini adanya

peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Sehingga, impor dilakukan sesuai

dengan kebutuhan yang dibutuhkan didalam negara.

Indonesia melakukan langkah dengan mengimpor beras dari luar negeri

untuk menjaga ketersediaan produksi beras domestik. Besarnya kontribusi beras

impor tidak besar hanya berkisar 1 hingga 3 juta ton. Kontribusi impor tertinggi

pada tahun 2012 yakni sebesar 4,10 %. Berdasarkan hal tersebut untuk menjaga

ketersediaan dan kebutuhan agar tetap stabil, Pemerintah melakukan impor beras
4

dari berbagai negara. Berikur Volume Impor Beras Menurut Negara Asal Utama

Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume Impor Beras Indonesia Menurut Negara Asal Utama Tahun
2011- 2015

Negara Asal Volume Impor Beras (Ton)


2011 2012 2013 2014 2015
Singapura 1.506 23 0,5 - -
Taiwan 5.000 - 1.240 840 -
Amerika Serikat 2.074 2.446 2.790 1.079 -
1 4.675 3.099 640 1.418 480
Tiongkok
Myanmar 1.140 11.820 18.450 15.616 8.775
India 4.065 259.023 107.538 90.654 34.167
Pakistan 14.342 133.078 75.813 61.715 180.099
Thailand 938.696 315.353 94.634 366.203 126.746
Vietnam 1.778.481 1.084.783 171.287 306.418 509.374
Lainnya 498 749 273 222 1.959
Kontribusi(%) 64, 66 59,92 36,23 36,29 59,11
Jumlah 2.750.476 1.810.372 472.665 844.164 861.601
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

Tabel 3 menunjukan bahwa dalam kurun waktu lima tahun Indonesia

melakukan impor beras dari berbagai negara.Impor ini dilakukan untuk menjaga

stabilitas dari pasokan beras di Indonesia (BPS, 2016). Negara yang mengimpor

beras ke Indonesia salah satunya adalah Vietnam. Vietnam mampu melakukan

ekspor terbukti dengan adanya impor setiap tahun ke Indonesia. Selama kurun

waktu lima tahun volume impor beras di Indonesia mengalami penurunan. Tahun

2011-2013 mengalami penurunan yang signifikan pada impornya sebesar -20,6%.

Tahun 2015 impor mengalami peningkatan sebesar 66,2%. Penurunan dan

peningkatan pada volume impor beras terjadi berdasarkan kebutuhan beras di

Indonesia.

Meskipun kadang terjadi peningkatan dan penurunan kontribusi yang

dilakukan oleh Negara Vietnam cukup besar. Kontribusi impor yang dilakukan
5

oleh Negara Vietnam dengan rata-rata sebesar 577.787,1 ton/tahun. Kontribusi

impor tertinggi pada tahun 2011 sebesar 971.995,6 ton atau 64,6 %. Sementara

yang terkecil tahun 2013 sebesar 301,378,6 ton atau 36,23 %. Hal ini disebabkan

oleh tahun 2013 konsumsi beras di Indonesia merupakan konsumsi beras terkecil

dan adanya diversifikasi pangan yang mulai digerakkan oleh pemerintah agar

ketergantungan masyarakat akan beras pun terus menurun (Pusdatin,2016).

Berdasarkan data FAO (2016), Vietnam dan Indonesia memiliki perbedaan

musim. Apabila di Indonesia sedang bercocok tanam maka Vietnam melakukan

panen begitupun sebaliknya. Salah satu alasan pula apabila Indonesia mengalami

masa rehat produksi beras di Indonesia karena musim paceklik yang

mengharuskan pemerintah mengimpor beras. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

pengaruh faktor non harga pada perdagangan Indonesia, cukup mempengaruhi

serta tingkat ketergantungan konsumsi terhadap beras penduduk masih tinggi,

karena belum adanya produk yang dapat mensubtitusi beras beras bersifat inelatis.

Sisi ekonomi mikro mengatakan bahwa apabila suatu barang/komoditas

bersifat inelastis maka dapat memberikan keuntungan besar bagi produsen.

Berbeda dengan sisi makro bahwa apabila harga barang terlalu tinggi maka dapat

membahayakan perekonomian suatu barang/ komoditas tersebut (Yustiningsih,

2012). Sifat beras sangatlah vital apabila produksi beras mengalami penurunan,

akibatnya akan mengancam kesejahteraan masyarakat. Sehingga, dibutuhkan

kestabilan pasokan beras di Indonesia. Ketidakstabilan antara pasokan dan

kebutuhan dapat berdampak pada harga. Harga merupakan nilai suatu barang yang

diperdagangkan. Harga dapat ditentukan berdasarkan jarak atau distribusi yang

dilakukan oleh produsen hingga sampai ke konsumen (Hidayanto, dkk. 2014).


6

Perubahan harga pada setiap pasar menunjukan adanya keterkaitan pasar

acuan terhadap pasar domestik. Keterkaitan pasar acuan dengan pasar domestik

menyebabkan adanya transmisi harga diantara pasar Vietnam dan pasar domestik,

sehingga perubahan hargayang terjadi di pasar Vietnam akan segera direspon oleh

pasar domestik. Perubahan harga yang terjadi pada pasar beras Vietnam dan beras

domestik dapat dilihat pada Gambar 1. Berikut perkembangan harga beras

domestik (Indonesia) dan harga beras Vietnam tahun 2012-2016

1000

800

600

400

200

0
2012 2013 2014 2015 2016
Harga Vietnam (US$/Ton) Harga Impor Beras (US$/Ton)
Harga beras Indonesia US$/Ton

Sumber :Badan Pusat Statitik, 2017


Gambar 1. Perkembangan Harga Beras Domestik (Indonesia) dan Harga Beras
Vietnam Tahun 2012-2016

Gambar 1 menunjukan bahwa terjadi perubahan harga pada harga beras

Indonesia dan Vietnam periode tahun 2012-2016. Harga pasar Vietnam mengalami

perubahan harga yang fluktuatif dalam kurun waktu lima tahun terakhir.Tahun

2012 merupakan harga tertinggi Vietnam yakni sebesar 432US$/Ton, tetapi tahun

2013 mengalami penurunan sebesar 9, 4%. Tahun 2014 harga kembali meningkat

sebesar 4, 8%. Harga terendah terjadi pada tahun 2016 yakni sebesar 347

US$/Ton.Tak hanya harga beras Vietnam, perubahan harga terjadi pada harga

impor beras periode tahun 2012-2016.

Gambar 1 menunjukan bahwa harga impor relatif lebih rendah dibandingkan

dengan harga beras di Indonesia. Hal inilah yang menjadikan Indonesia


7

melakukan impor beras dari negara lain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Tinggi rendahnya harga impor berdasarkan biaya bongkar muat, transportasi dan

distribusi dari negara Vietnam ke negara Indonesia. Harga impor tertinggi pada

tahun 2013 sebesar 568 US$/Ton. Sedangkan, harga terendah pada tahun 2015

sebesar 398US$/Ton.

Harga beras Indonesia mengalami fluktuatif harga pada tahun 2012-2016.

Tahun 2013 harga yang terjadi di domestik meningkat sebesar 4, 69% dari tahun

sebelumnya menjadi 803 US$/Ton. Harga tertinggi yang terjadi di Indonesia yaitu

pada tahun 2016 dengan persentase peningkatan sebesar 10, 01%. Peningkatan ini

diakibatkan kurang stabil pasokan dengan kebutuhan seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk (BPS, 2017). Harga beras domestik cenderung yang lebih tinggi

dibandingkan harga dari pasar beras Vietnam. Menurut Ketua Umum Persatuan

Penggilingan Padi dan Beras Indoneisa (Perpadi) bahwa hal tersebut disebabkan

oleh penggunaan pupuk di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan Vietnam.

Tak hanya itu lahan di negara Vietnam dikuasai oleh negara sehingga

pengembangan lahan padi sangatlah ketat diatur oleh pemerintahannya.

Ketidakstabilan harga yang terjadi di pasar beras domestik dapat mengancam

eksistensi pelaku ekonomi. Hal ini menyebabkan pemerintah berusaha untuk tetap

menstabilkan harga beras guna melindungi produsen dan konsumen, agar harga

beras yang cenderung tidak stabil tidak terjadi sehingga pemerintah melakukan

impor beras di Indonesia. Langkah ini dilakukan akibat kekhawatiran pemerintah

terhadap harga yang terjadi pasar domestik dan semakin menipisnya beras

dipasaran, sehingga diperlukannya kestabilan harga di


8

Indonesia. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “ Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras Vietnam”

1.2 Perumusan Masalah

Beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Indonesia adalah

salah satu negara yang menjadi konsumen beras terbesar didunia. Meskipun begitu

Indonesia memenuhi kebutuhan beras diperoleh dari negara sendiri dan impor.

Tinggi rendahnya permintaan kebutuhan beras suatu negara ditentukan oleh

kebutuhan perkapita penduduk.

Kebutuhan beras setiap tahunnya berbeda berdasarkan dengan meningkatnya

jumlah penduduk. Produksi di Indonesia mengalami fluktuatif cenderung

meningkat dari kurun waktu 2012-2016. Keadaan produksi didalam negeri yang

seperti itu mendorong pemerintah melakukan impor beras. Hal ini terjadi untuk

menjaga kestabilan pasokan dalam negeri agar dapat memenuhi kebutuhan beras.

Harga beras di Indonesia terindikasi mahal meskipun telah melakukan impor.

Tingginya harga beras domestik, dikhawatirkan dapat menurunnya permintaan

terhadap beras domestik. Hal ini pun akan berdampak pada peningkatan

permintaan beras impor dan kesejahteraan petani.

Keterkaitan pasar beras Indonesia dengan pasar beras Vietnam menyebabkan

adanya pengaruh harga beras yang terjadi di pasar domestik, dikarenakan Vietnam

merupakan penyuplai utama beras di Indonesia. Secara tidak langsung bahwa

dapat terjadinya pengaruh pasokan beras di pasar Indonesia dengan pasar

Vietnam.Perubahan pasar Vietnam dapat mempengaruhi harga beras di Indonesia

dalam periode waktu itu terjadi. Ketergantungan terhadap beras impor pun dapat

mendorong pasar beras Vietnam dengan pasar domestik akan


9

semakin terintegrasi (terkait). Pengetahuan terhadap besar kecilnya keterkaitan

atau pengaruh tersebut terhadap pasar domestik diperlukan.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah yang didapatkan ialah:

1. Bagaimana tren perkembangan harga beras di Vietnam terhadap harga beras

di Indonesia?

2. Bagaimana Integrasi pasar beras Vietnam dengan beras Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan

diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisistren perkembangan harga berasVietnam dengan beras Indonesia

2. Menganalisis integrasi pasar beras Vietnam dengan beras Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang

berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan integrasi

beras.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan

pengetahuan dan diharapkan dapat menjadi inspirator untuk bisa melakukan

penelitian serupa atau sejenis.


10
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perdagangan dan Pembentukan Harga Internasional

Perdagangan Internasional merupakan pertukaran sumberdaya antar negara

A dengan negara B atas kehendak sukarela dari masing-masing. Terjadinya

perdagangan salah satu atau kedua pihak mendapatkan manfaat atau tambahan

yang diperoleh dari perdagangan. Menurut Boediono (1991) perdagangan timbul

karena adanya dorongan atau motif untuk berdagang. Motif ini kemungkinan

diperolehnya dari manfaat adanya pertukaran sehingga untuk mencapai tingkat

kepuasan atau kurva indiferens yang lebih tinggi. Prinsipnya bahwa adanya

perdagangan karena timbulnya suatu perbedaan di dalam permintaan maupun

penawaran.

Secara teoritis, bahwa ada dua alasan utama terjadinya perdagangan

internasional. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka

berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan

melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua negara-negara melakukan

perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi.

Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu,

mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar

dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi

segala jenis barang. Pola-pola perdagangan dunia yang terjadi mencerminkan

perpaduan dari kedua motif ini (Hanafi, 2010).

Menurut teori klasik Adam Smith, suatu negara akan memperoleh manfaat

dari perdagangan internasional dan meningkatkan kemakmuran bila terdapat free

trade (perdagangan bebas) dan melakukan spesialisasi berdasarkan keunggulan

10
11

absolut (absolute advantage) yang dimiliki. Faktor-faktor yang mendorong

terjadinya perdagangan internasional suatu negara dengan negara lain adalah untuk

memperluas pemasaran komoditas ekspor, memperbesar penerimaan bagi kegiatan

pembangunan, adanya perbedaan antara permintaan dan penawaran suatu negara,

dan adanya perbedaan biaya relatif.(Tambunan, 2000). Pembentukan harga

keseimbangan di pasar internasional bergantung dengan permintaan dan

penawaran di masing-masing negara yang melakukan perdagangan. Harga

keseimbangan relatif yang dibentuk tidak serta merta terjadi secara langsung,

namun terjadi dalam jangka waktu yang lama sesuai dengan penyesuaian dengan

nilai tukar dan kesepakatan yang terjadi antara negara yang melakukan

perdagangan.

Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi relatif

ekuilibrium dengan adanya perdagangan yang ditinjau dari analisis keseimbangan

parsial.Gambar 2 menunjukan dengan asumsi hanya ada dua negara, yaitu negara

A dan negara B (atau gabungan negara-negara lainnya), satu jenis komoditi yang

diperdagangkan, dan pasar dalam kondisi persaingan sempurna maka, Gambar a

merupakan situasi di pasar di negara A (Eksportir), dimana Sa dan Da

menggambarkan penawaran dan permintaan domestik di negara eksportir.

Sedangkan Gambar c merupakan situasi pasar di negara B (Importir), dimana Sb

dan Db menggambarkan penawaran dan permintaan domestik di negara B. Berikut

Gambar 2 proses perdagangan antar dua negara.


12
P P P Sb

Sa ES
Pb Ekspor B
E0
P*
Pa A ED Impor Db

Da

0 Qa Q 0 Q* Q 0 Qb Q
Negara A (Eksportir) Pasar Internasional Negara B (Importir)
Sumber: Tambunan, 2000
Gambar 2. Proses Perdagangan Antar Dua Negara
Keterangan:

PA : Harga domestikdi negaraA(pengekspor)tanpa

perdaganganinternasional
QA : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara
A(pengekspor) tanpa perdagangan internasional.
X : Jumlah komoditas yang di ekspor oleh negara A
PB : Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan
internasional
QB : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B
(pengimpor) tanpa perdagangan internasional.
M : Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B
P* : Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah
melakukan kegiatan ekspor dan impor
Q* : Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang
tersedia di pasar internasional setelah kedua negara sepakat
untuk melakukan kegiatan ekspor impor
Gambar 2 menunjukan bahwa perdagangan internasional antara negara A

dan negara B. Sehingga pada perdagangan internasional antara negara A sebagai

negara pengekspor dan negara B sebagai negara pengimpor terjadi keseimbangan

harga komoditi relatif. Perdagangan internasional terjadi akibat kelebihan


13

penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada negara B. Negara A

harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas tersebut

sebesar Pb, cateris paribus. Pasar internasional harga yang dimiliki oleh negara A

akan lebih kecil yaitu berada pada harga P* sehingga negara A akan mengalami

kelebihan penawaran (excess supply) di pasar internasional. negara B, terjadi harga

yang lebih besar dibandingkan harga pada pasar internasional. Sehingga akan

terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di pasar internasional.

Keseimbangan di pasar internasional kelebihan penawaran negara A menjadi

penawaran pada pasar internasional yaitu pada kurva ES. Kelebihan permintaan

negara B menjadi permintaan pada pasar internasional yaitu sebesar ED.

Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan terjadi keseimbangan harga

sebesar P*.

Peristiwa tersebut akan mengakibatkan negara A mengekspor, dan negara B

mengimpor komoditas tertentu dengan harga sebesar P* di pasar internasional.

Penjelasan di atas didapat bahwa perdagangan internasional (ekspor-impor) terjadi

karena terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb), dan harga

internasional (P*); permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas tertentu.

Nilai tukar mata uang (exchange rate) pada pasar internasional antara suatu negara

dengan negara lain secara tidak langsung akan menyebabkan ekspor dan impor

pada suatu negara.

2.2 Perdagangan Intra-Industri (IIT)

Perdagangan Intra-Indusrti merupakan suatu pertukaran antar negara dengan

ekspor atau impor yang memiliki komoditi dan alur perekonomian yang sama.

Landasan perdagangan Intra-Industri dilakukan oleh negara berkembang.


14

Menurut Bato, (2010) bahwa pola perdagangan dua arah yang dimana

memperdagangkan komoditi yang sama dan partner dagang sehingga berpengaruh

terhadap kinerja ekonomi makro secara umum. Hal ini merupakan pembaharuan

dari perdangan tradisional yang menjawab mengenai pola perdagangan yang

terjadi. Sama halnya menurut Nizar, (2007) perdagangan Intra-Industri di

karakteriskan melalui ekspor atau impor barang yang jenisnya sama. Pola

perdagangan dilakukan antara negara-negara pengimpor dan ekpor yang memiliki

struktur ekonomi yang hampir sama.

Pola perdagangan antar negara intra ASEAN diidentifikasi melalui

keterkaitan perdagangan. Nilai dari IIT (Intra Industry Trade) masing-masing

komoditi untuk menganalisis tingkat integrasi dan keterkaitan perdagangan antara

negara ASEAN. Integrasi yang tinggi menunjukkan keterkaitan yang erat di antara

negara-negara tersebut (Kementerian Perdagangan, 2016). Karakteristik

perdagangan intra-industri tak diperlukannya keunngulan komparatif karena

adanya perdagangan intra-industri maka produsen dapat beroperasi pada skala

ekonomisnya karena produsen hanya perlu berkonsentrasi untuk memproduksi

jenis produk tertentu saja. Kondisi dalam intra-industri yang memilki suatu

spesialisasi ekonomi menjadikan skala ekonomi yang lebih baik.

2.3 Teori Harga

Harga merupakan salah faktor yang berpengaruh langsung pada laba pada

suatu perusahaan. Pentingnya ditetapkan harga untuk dapat bersaing dengan

perusahaan lain selain itu penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan

jangka pendek. Jangka panjang harga dalam alokasi sumber-sumber daya dan

kepuasan konsumen memberikan optimisme. Jangka pendek harga harus


15

memudahkan perdagangan dan arus peredaran barang yang tepat pada waktunya

(Anindita dan Baladina, 2017). Teori dasar harga bahwa faktor permintaan dan

penawaran yang mempengaruhi pembentukan harga. Harga menggambar adanya

interaksi penawaran dan permintaan yang bersumber dari sektor industri maupun

rumah tangga. Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap perusahaan

karena penetapan harga ini bukanlah kekuasaan atau kewenangan yang mutlak

dari seorang pengusaha ataupun pihak perusahaan.

Penetapan harga dapat menciptakan hasil penerimaan penjualan dari produk

yang dihasilkan dan dipasarkan. Penetapan harga merupakan hal yang penting,

namun masih banyak perusahaan yang kurang sempurna dalam menangani

permasalah penetapan harga tersebut. Pencapaian perusahaan dalam menghasilkan

penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat

keuntungan, serta share pasar. Penentuan harga dari sudut permintaan bahwa

penentuan harga dapat berpengaruh pada jumlah produk yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Semakin tinggi harga produk maka semakin kecil minat masyarakat

untuk membeli produk tersebut.

Menurut Zebua(2008) bahwa suatu hipotesis dasar ekonomi permintaan

mengatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi semakin banyak jumlah

komoditi tersebut diminta, cateris paribus, sedangkan teori dasar penawaran

menyatakan bahwa untuk banyak komoditi, semakin tinggi harganya semakin

besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Kesepakatan dalam pertukaran

komoditas, perpotongan mencapai antara kurva penawaran dan permintaan akan

membentuk harga keseimbangan. Keseimbangan harga di pasar merupakan

pencerminan dari adanya pengaruh keseimbangan jumlah produk yang ditawarkan


16

dan jumlah produk yang diminta oleh konsumen. Efek perubahan penawaran dan

permintaan pada keseimbangan harga akan memberi dampak pada keseimbangan

harga. Terjadinya keseimbangan harga tersebut bahwa penjualan untuk tiap unit

barang akan bergerak tepat pada harga keseimbangan (equilibrium price).

2.4 Teori Integrasi Pasar

Integrasi pasar merupakan indikator harga yang ada didalam pemasaran. Hal

ini dibutuhkan untuk penyampaian informasi kepada konsumen. Apabila

terintegrasi maka informasi yang disampaikan akan cepat untuk di salurkan.

Integrasi pasar merupakan suatu indikator efisiensi pemasaran terutama efisiensi

harga. Integrasi pasar menunjukan bagaimana hubungan harga antar wilayah atau

lembaga yang terjadi pada sistem pemasaran suatu komoditi. Sejalan dengan

menurut Simatupang (1988) bahwa dua pasar akan terintegrasi apabila harga

disalurkan melalui pasar satu dengan pasar yang lainnya. Semakin cepat

penyaluran harga yang dilakukan pasar, semakin cepat terjadinya integrasi pasar.

Analisis integrasi pasar merupakan pendekatan harga dan penentu harga.

Integrasi menunjukan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi pada

tingkat pasar acuan (referensi) akan menyebabkan terjadi perubahan ditingkat

pasar pengikutnya. Tingkat pasar konsumen atau eksportir sebagai pasar acuan

dengan tingkat harga di petani sebagai pasar lokal atau pasar pengikut yang dapat

dianalisis. Integrasi terjadi apabila terdapat pasar yang memadai dengan disalurkan

cepat dari suatu pasar ke pasar lain. Fluktuasi perubahan harga yang terjadi pada

suatu pasar dapat segera ditangkap oleh pasar lain. Menurut Anwar (2005) bahwa

dua pasar dikatakan terintegrasi jika perubahan harga dari salah satu pasar

dirambatkan ke pasar lainnya.


17

Integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu integrasi spasial

dan integrasi vertikal. Integrasi spasial dapat didefinisikan sebagai suatu

perubahan harga dalam satu pasar yang direfleksikan ke dalam perubahan harga di

pasar yang berbeda secara geografis untuk produk yang sama, sedangkan integrasi

vertikal merupakan suatu perubahan harga di suatu pasar produk yang

direfleksikan ke dalam perubahan harga di pasar yang berbeda secara vertikal

untuk produk yang sama (Trotter, 1992 dalam Regowo, 2008). Kajian tentang

integrasi pasar penting dilakukan untuk melihat sejauh mana kelancaran informasi

dan efisiensi pemasaran pada pasar. Tingkat integrasi pasar yang tinggi

menunjukan telah lancarnya arus informasi diantara lembaga pemasaran sehingga

harga yang tejadi pada pasar yang dihadapi oleh pemasaran yang lebih rendah

dipengaruhi oleh lembaga yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan apabila arus

informasi masih berjalan dengan lancar dan seimbang, tingkat lembaga pemasaran

yang lebih rendah mengetahui informasi yang dihadapi oleh lembaga pemasaran di

atasnya, sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga.

Keseimbangan harga dalam pasar yang bersaing ditentukan oleh interaksi

yang terjadi antara seluruh penjual dan pembeli dalam pasar. Melalui konsep

permintaan dan penawaran pasar dapat disimpulkan bahwa harga suatu barang

pada pasar yang bersaing ditentukan oleh interaksi permintaan pasar dan

penawaran pasar untuk barang tersebut. Gambaran mengenai keseimbangan pasar

dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.


18

Harga
Surplus S

PH

PC

PL
Shortage
D

Qo Qe Q1 Kuantitas
Gambar 3. Kurva Keseimbangan Pasar

Gambar 3 menunjukan bahwa kita dapat melihat bagaimana penentuan

harga pada pasar yang bersaing. Pada tingkat harga PL, akan terjadi kekurangan

barang (Shortage) karena jumlah barang yang ditawarkan produsen lebih sedikit

dari jumlah barang yang diminta konsumen. Situasi Shortage, secara alami akan

terjadi kenaikan harga. Ketika harga naik dari P L menjadi Pe, produsen

memperoleh insentif untuk menaikkan jumlah barang yang ditawarkan dari Q0

menjadi Qe. Sementara itu, seriring kenaikan harga barang, konsumen akan

mengurangi pembeliannya. Pada tingkat harga ini, jumlah barang yang ditawarkan

produsen sama dengan jumlah barang yang diminta konsumen.

Kondisi sebaliknya ketika harga mencapai PH, terdapat kelebihan (Surplus)

barag karena jumlah barang yang ditawarkan produsen lebih banyak dari pada

jumlah barang yang dapat dibeli konsumen pada tingkat harga tersebut. Ketika

terjadi surplus, secara alami akan terjadi penurunan harga menuju barang harga

dimana jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta.

Jika keseimbangan pasar dapat digambarkan sebagai perpotongan kurva


19

permintaan dan kurva penawaran, maka menurut (Baye, 2010) secara matematis

keseimbangan pasar dapat dituliskan dalam persamaan berikut:

Qd (Pe) = Qs (Pe)

Dimana Qd (P): Jumlah barang yang diminta pada tingkat harga P

QS : Jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga P

Pe : Harga keseimbangan

Menurut Asmarantaka (2012), integrasi pasar merupakan salah satu

indikator dari efisiensi pemasaran, terutama efisiensi harga. Integrasi pasar dapat

diartikan sebagai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada tingkat

lembaga pemasaran tertentu dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga lainnya.

Integrasi pasar menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di tingkat

pasar acuan (referensi) akan menyebabkan terjadinya perubahan di tingkat pasar

pengikut. Pasar yang terintegrasi secara baik merupakan pasar yang efisien karena

informasi dapat disalurkan dengan baik. Hal ini ditandai dengan bergeraknya

harga di satu pasar dikarenakan adanya perubahan harga di pasar lain.

Perdagangan terjadi pada dua wilayah yang berbeda dan harga di daerah yang

mengimpor sebanding dengan harga yang berlaku di daerah yang mengekspor

ditambah dengan biaya yang diperlukan, maka kedua pasar tersebut dapat

dikatakan telah terintegrasi (Ravallion, 1986).

Struktur pasar persaingan sempurna, perubahan harga pada pasar acuan akan

ditransfer secara sempurna (100%) ke pasar pengikut, yakni di tingkat petani

(Yustianingsih, 2012). Kekurangan struktur pasar merupakan konsekuensi dari

lemahnya integrasi pasar serta sulitnya informasi dan aliran perdagangan diantara
20

pasar-pasar yang terpisah. Menurut Goletti dan Tsigas, (1996)dalam Anindita dan

Baladina, (2017) ada empat hal penting mengenai integrasi pasar yaitu:

1. Mengindentifikasi kelompok-kelompok pasar yang terintegrasikan secara

dekat dan mengetahui tingkat transmisi harga antar lokasi yang berada didalam

suatu negara, pemerintah dapat memperbaiki rencana kebijakan dari liberalisasi

pasar. Misalnya, menghindari duplikasi dari intervensi-intervensi, sehingga dapat

mengurangi kesulitan fiskal pada anggaran.

2. Pengetahuan tentang integrasi pasar mempermudah pengawasan perubahan

harga. Misalnya, pengetahuan tentang kecepatan penyesuaian terhadap berbagai

gejolak yang meningkat di wilayah-wilayah yang berbeda pada suatu negara,

seperti disektor komoditi utama suatu negara, sangatlah penting untuk mengatur

kebijakan stabilitas harga dengan lebih efektif.

3. Model integrasi pasar dapat digunakan untuk memprediksi harga-harga di

semua negara. Misalnya, pengetahuan tentang hubungan harga-harga diantara

daerah pasar yang berbeda akan memfasilitasi perkiraan harga di tempat lain.

4. Mengidentifikasi faktor-faktor struktural yang bertanggung jawabterhadap

integrasi pasar, maka para pembuat kebijakan dapat memahami jenis infrastruktur

pemasaran mana yang lebih relevan untuk pengembangan pasar pertanian di suatu

negara.

2.5 Teori Pasar

Pasar merupakan suatu tempat bertemunya pembeli dan penjual. Dengan

kata lain, komponen suatu pasar meliputi pembeli, penjual dan fasilitas pasar.

Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga

suatu komoditas (barang atau jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual belikan.
21

Pasar dimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi

pasar komoditas dan pasar faktor.

Pasar komoditas adalah interaksi antara para pembeli dan penjual dari suatu

komoditas dalam menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjual

belikan. Pasar faktor adalah interaksi antara pengusaha (pembeli faktor-faktor

produksi) dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga

(pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam

menghasilkan barang dan jasa yang diminta masyarakat, sedangkan industri adalah

kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang sama

atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. Luas pasar menunjukkan

batas-batas dalam pengertian geografis maupun pengertian rangkaian komoditas

yang dapat dimasukkan di dalamnya.

Adapun pasar menurut kajian Ilmu Ekonomi memiliki pengertian sebagai

tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual)

dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga

keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Sehingga, setiap

proses yang mempertemukan antara pembeli dan penjual, maka akan membentuk

harga yang disepakati antara pembeli dan penjual (Anindita dan Baladina, (2017))

2.6 Analisis Integrasi Pasar

Integrasi pasar telah banyak dilakukan, metode yang digunakan sejalan

dengan perkembangan teknologi saat ini. Penggunaan metode pada integrasi pasar

tergantung pada tujuan dari penelitian yang akan dianalisis. Integrasi yang kuat

dapat mendorong peningkatan daya saing suatu komoditi dipasar Internasional,

terutama mengamati transmisi harga internasional ke pasar domestik. Integrasi


22

pasar penelitian ini menggunakan integrasi spasial dimana melihat keterkaitan

harga terhadap negara acuan dengan komoditi yang sama. Sejalan dengan

Asmarantaka, (2012) integrasi pasar spasial termasuk integrasi pasar horizontal

yang menggambarkan sebagai hubungan antarpasar yang terpisah secara geografis

atau wilayah. Konsep ini menjelaskan penggunaan kelebihan penawaran daerah

surplus dan kelebihan permintaan di daerah minus yang akan terjadi keseimbangan

dengan kelebihan penawaran di daerah surplus akan sama dengan kelebihan

permintaan di daerah minus.

Ada beberapa cara dalam mengukur analisis integrasi pasar sebagai berikut:

Penggunaan Uji Kointegrasi Johansen menyatakan berdasarkan uji akar-akar unit

diketahui bahwa semua data tidak stasioner pada derajat nol, sementara hasil uji

derajat integrasi pada diferensi pertama terlihat bahwa variabel-variabel yang

digunakan telah stasioner pada derajat kepercayaan 5%. Seluruh variabel dapat di

jelaskan dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat integrasi yang sama.

Setelah diketahui karakterisktik masing-masing data yang digunakan dalam

penelitian, maka hubungan jangka panjang dari model analisis yang dapat

diketahui melalui uji kointegrasi Johansen. Hubungan saling mempengaruhi dapat

dilihat dari kointegrasi antar variabel itu sendiri. Jika terdapat kointegrasi antar

variabel maka hubungan saling mempengaruhi berjalan secara menyeluruh dan

informasi yang tersebar secara paralel (Irawan dan Rosmayanti, 2007).

Dilakukannya pengujian diketahui data bersifar stasioner atau tidak dengan

menggunakan uji akar unit dengan menggunakan uji Dickey-Fuller dan

Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya

spurious regression. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:


23

k
∆Yi=α0 + α1T+γYt -1 + Σ t=1 β1∆Yt -1 + e1
Dimana ∆Yi merupakan first difference dari Yt, dengan asumsi bahwa data

time series sebelum melakukan first difference adalah non stasioner namun

pengujian stasioner yang dilakukan akan tetap dilakukan pada data awal sebelum

diferensiasi. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : α0 = 0 (data tidak stasioner atau mengandung unit root)

H1 : α0≠ 0 (data stasioner atau tidak mengandung unit root)

Prosedur uji dilakukan dengan menguji restriksi yang ditentukan oleh uji

kointegrasi pada model ECM. Sebelum mengaplikasikan model tersebut maka

perlu ditentukan terlebih dahulu panjang lag optimal. ECM merupakan model

yang diturunkan dari VAR yang menggunakan prinsip pengolahan Erorr

Correction Model. Informasi jumlah persamaan kointegrasi dan asumsi yang

digunakan tersebut merupakan suatu syarat utama dalam mengestimasi ECM,

sehingga perlu dilakukan uji kointegrasi terlebih dahulu. Tahapan ini akan

meregresikan perubahn-perubahan variabel harga pada deviasi beda skala dari

harga-harga pada jangka pendek. Koefisien-koefisien Error Correction Term

(ECT) adalah ukuran kecepatan penyesuaian menuju kesimbangan jangka panjang

antar pasar. Kecepatan penyesuaian ditujukan oleh nilai absolut yang

diintepretasikan sebagai ketidakseimbangan antara harga aktual dengan tingkat

keseimbangan jangka panjang (Anindita dan Baladina, 2017).

Analisis hubungan kausalitas yang digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel satu dengan variabel lainnya saling mempengaruhi. Berkaitan

dengan uji ini tahap awal yang harus dilakukan adalah menentukan panjang lag

optimal dengan menggunakan kriteria Likelihood Ratio (LR) kemudian


24

mengestimasikannya. Penggunaan pada uji Kausalitas Granger adalah satu karena

data stasioner pada tingkat first difference. Hasil uji Kausalitas Granger telah di

dapatkan maka untuk menentukan signifkan tidak benarnya antar variabel adalah

dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-

tabel maka siginifikan, begitupun sebaliknya.

Mengetahui keeratan korelasi harga diperlukannya elastisitas transmisi

harga. Elastisitas trasmisi harga merupakan perbandingan perubahan harga ditingat

internasional dengan perubahan harga ditingkat domestik. Diketahui nilai tersebut,

maka diketahui informasi pasar. Hal tersebut dapat diketahui dengan sebagai

berikut:

- Apabila Et < 1 maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat internasional

akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% ditingkat domestik.

- Apabila Et > 1 maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat internasional

akan mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% ditingkat

domestik.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai integrasi pasar beras telah ada dilakukan. Secara umum,

penelitian sebelumnya mencangkup tentang integrasi pasar vertikal. Persamaan

dari penelitian terdahulu ialah metode analisis data dan alat analisis. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada komoditas yang diteliti,

tujuan/output dan variabel yang digunakan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk

menganalisis tren perkembangan harga beras di Vietnam terhadap Indonesia dan

integrasi pasar beras Vietnam dengan beras Indonesia.


25

Memudahkan pemahaman tentang topik penelitian maka disajikan sejumlah hasil

penelitian terdahulu sebagaimana disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Penelitian Terdahulu

No Nama Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian


Penelitian
1. Fazarla, Untuk Metode Vector Hasil analisis menunjukkan
Hakim menganalisis Error bahwa harga lada hitam lokal
dan keterkaitan harga Correction dan lada hitam spot memiliki
Sahara lada Indonesia Model hubungan integrasi baik pada
(2016) dengan harga lada (VECM). jangka panjang maupun
Internasional pendek. Pengaruh timbal balik
terjadi pada harga lada putih.
Harga lada putih lokal
terintegrasi dengan harga lada
putih ekspor dan harga lada
putih spot baik pada jangka
pendek maupun jangka
panjang.

2 Herdinasti 1. Memaparkan Uji 1. Hasil Terjadi integrasi jangka


ti, perkembangan Stationaritas, panjang antara harga bawang putih
Anindita, harga Bawang Kointegrasi, Jawa Timur terhadap harga di
dan Putih di Jawa ECM (Error pasar China, jangka pendek harga
Setiawan Timur dan Cina Correction bawang putih di grosir dan
konsumen tidak terintegrasi
(2013) 2. Mengidentifika Model) dan
dengan harga di pasar China,
si pola atau Analisi sedangkan di produsen dan
s
perilaku harga Kausalitas importir terintegrasi.
Bawang Putih Granger 2. Harga bawang putih di pasar
di Jawa Timur Jawa Timur berperan sebagai
dan Cina leader dalam pergerakan harga
3. Meramalkan bawang putih di China, adapun
harga Bawang pasar importir tidak menunjukkan
Putih Jawa adanya hubungan sebab akibat
Timur dengan harga di China.
3. Integrasi jangka panjang terjadi
4. Menganalisis di antara semua tingkat pasar di
integrasi pasar JawaTimur, sedangkan dalam
di antara jangka pendek hampir semua
tingkat pasar tingkat pasar di Jawa Timur
(produsen, terintegrasi kecuali pada model
grosir, grosir – importir dan konsumen –
konsumen, dan importir. Pasar konsumen dan
importer) pasar importir berperan sebagai
Bawang Putih follower dalam pergerakan harga
di Jawa Timur bawang putih di pasar produsen,
sementara itu pasar konsumen
berperan sebagai leader dalam
pergerakan dalam pergerakan
harga bawang putih di pasar
importir.
26

No Nama Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian


Penelitian

3. Irawan, 1. Menganalisis Uji 1. Pasar beras Bengkulu adalah


Andi dan integrasi antar Kointegrasi pasar yang terintegrasi spasial
Rosmayan pasar beras di Johansen, secara tidak sempurna,
ti (2007) tingkat Vector Error 2. Integrasi pasar vertikal di
kab/kota di Correction Kota Bengkulu dan
Provinsi Model dan Uji Kabupaten Bengkulu Selatan
Bengkulu Kausalitas adalah tidak sempurna
2. Integrasi pasar Granger sedangkan keberadaan
vertikal antar integrasi vertikal secara
pasar ditingkat statistik dapat dibuktikan
pasar signifikan terjadi di
konsumen dan Kabupaten Rejang Lebong
grosir dan Bengkulu Utara.

4. Aryani, Menganalisis Vector Pergerakan harga gabah


Desi integrasi pasar Autoregressio produsen dengan harga beras
(2012) secara vertikal n (VAR). konsumen di Indonesia
antara pasar menunjukkan arah yang hampir
produsen gabah sama, tetapi harga gabah
dengan pasar ritel produsen lebih fluktuatif
beras di Indonesia dibandingkan harga beras
konsumen. Pasar produsen
gabah dengan pasar ritel beras
di Indonesia belum terpadu
secara penuh. Jangka pendek
pasar gabah produsen
dipengaruhi oleh harga beras
ritel tetapi harga gabah
produsen tidak mempengaruhi
harga beras ritel

5. Yustining Analisis transmisi model error Menunjukan bahwa jangka


sih, harga beras secara correction pendek transmisi harga GKP
Firdaussy vertikal antara (ECM). petani terhadap harga beras
(2012) level petani dengan konsumen versifat simetris,
konsumen sementara dalam jangka
panjang bersifat asimetris.
Fenomena transmisi harga
tidak simetris pada jangka
panjang disebabkan oleh dua
hal yaitu: (1) penyalahgunaan
market power oleh pedagang
perantara, dan (2) kebijakan
pemerintah
27

No Nama Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian


Penelitian

6 Sugiyanto, 1. Menganalisis
Uji 1. Keterkaitan harga di kedua
Catur dan sifat keterkaitan
Kointegrasi, pasar dikaji secara statistik
Hadiwige antara pasar beras Uji Kausalitas dalam dua aspek: apakah
no (2012) domestik dengan
Granger, terjadi keseimbangan jangka
pasar internasionalFungsi Impuls panjang (kointegrasi) dan
2. Berapa lama
Response sebab-akibat (kausalitas). Dari
syok di beras hasil uji kointegrasi
internasional mengkonfirmasi bahwa
berpengaruh hubungan antara kedua pasar
terhadap pasar berada dalam keseimbangan.
domestik 2. Arah hubungan atau
3. Menganalisis pengaruh dari kedua pasar,
sebagaimana hasil uji
keterkaitan pasar kausalitas Granger,
beras utama di menunjukkan bahwa harga
dalam negeri beras domestik secara
signifikan mempengaruhi
harga beras dunia, dan tidak
sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa pasar
beras di Indonesia menjadi
leader terhadap pasar beras di
luar negeri.
3. Dari hasil analisis dengan
menggunakan model VECM,
nampak bahwa harga beras
domestik dan harga beras
dunia memiliki hubungan
kointegrasi dan harga beras
domestik mempengaruhi
harga beras dunia. Dilihat
dengan menggunakan Impulse
Response Function (IRF),
yang menggambarkan respon
suatu variabel pada saat ini
dan masa depan akibat
perubahan suatu variabel
tertentu, respon harga beras
dunia lebih lambat untuk
stabil dibandingkan dengan
harga beras domestik,
walaupun harga beras
domestik lebih fluktuatif jika
terjadi syok.
28

2.8 Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara produsen beras terbesar ketiga didunia.

Masyarakat Indonesia rata-rata mengonsumsi pangan berbahan beras untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan beras di Indonesia cenderung

mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Bertambahnya jumlah penduduk ini mendorong produksi di Indonesia harus stabil.

Halini tidak dapat menjamin kebutuhan masyarakat Indonesia dapat terpenuhi.

Ketergantungan akan bahan pangan seperti beras di Indonesia menjadikan

pemerintah berusaha terus-menerus tetap menjaga stabilitas kebutuhan akan beras.

Ketergantungan akan beras yang mengharuskan pemerintah mengimpor

beras dari negara lain yaitu Vietnam. Vietnam merupakan negara pemasok utama

beras di Indonesia. Hadirnya impor beras di Indonesia, mempengaruhi terjadinya

fluktuasi harga yang terjadi dipasar domestik.Sejalan dengan Gambar 3 bahwa

perkembangan harga beras mengalami fluktuasi harga yang kurang stabil sehingga

berpengaruh pada permintaan di pasar domestik. Perdagangan diantara kedua

negara ini menyebabkan terjadinya interaksi harga. Interaksi harga tersebut secara

tak langsung adanya keterkaitan antara harga beras impor dengan harga Indonesia.

Harga impor beras diasumsikan sebagai harga acuan Indonesia. Apabila terjadi

interaksi harga di negara Vietnam maka akan terjadi Integrasi harga beras di

Indonesia. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis Integrasi pasar integrasi

horizontal sehingga diketahui adanya transmisi harga atau tidak terhadap fluktuasi

harga beras antar kedua negara. Berikut bagan kerangka pemikiran dapat dilihat di

Gambar 4.
29

Produksi beras Indonesia

Impor beras

Harga beras Indonesia Harga Impor beras

Integrasi Pasar
Horizontal

Transmisi Harga

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan

hipotesis yaitu:

1. Perkembangan Harga beras Indonesia diduga mengikuti perkembangan

harga beras Vietnam

2. Diduga pasar beras Indonesia terintegrasi dengan pasar beras Vietnam.


III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian menganalisis tren perkembangan harga beras di Vietnam

terhadap Indonesia dan integrasi pasar beras Vietnam dengan beras Indonesia.

Adapun ruang lingkup dan batasan penelitian ini difokuskan hanya pada harga

beras di Indonesia yang akan diintegrasikan dengan harga beras di Vietnam

dengan mengabaikan variabel lain. Harga yang digunakan pada penelitian ini

diperolah dari www.fao.org. Hasil penelitian ini akan menghitung besar

integrasi harga dengan menggunakan uji akar unit, Kointegrasi Johansen, model

korelasi kesalahan (ErrorCorrection Model), dan juga menghitung elastisitas

transmisi harganya.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 14 Agustus 2018 sampai 14 September 2018 dengan mengamati data

bulanan tahun 2008 hingga tahun 2017.

Adapun data yang diperlukan untuk menjelaskan aspek yang diteliti

meliputi:

1. Data perkembangan produksi beras di Indonesia dan Vietnam (Ton/Tahun)

2. Volume Impor beras di Indonesia dan Vietnam (Ton/Tahun)

3. Data perkembangan harga beras di pasar beras Indonesia (US$/Ton/Bulan)

4. Data perkembangan harga beras di pasar beras Vietnam (US$/Ton/Bulan)

5. Data penunjang lain yang dianggap perlu

3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh melalui literatur kepustakaan. Data dalam bentuk time series tahunan,

yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yang memberikan gambaran

30
31

tentang perkembangan suatu kegiatan selama periode yang diamati. Data yang

diperoleh bersumber dari pihak lain ataupun literatur, laporan penelitian,

perpustakaan, instansi terkait, internet dengan situs yang berkaitan dengan

penelitian ini seperti Food Agriculture Organization (FAO), Pusat Data dan

Informasi Pertanian (Pusdatin Pertanian). Adapun instansi yang terkait dengan

penelitian ini adalah: Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian,

Kementerian Perdagangan, dan Bulog

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian iniini dilaksanakan secara study

literature dan metode dokumentasi. Sedangkan, study literature adalah membaca

berbagai laporan dari instansi-instansi pemerintah yang terkait, hasil-hasil,

majalah-majalah ilmiah jurnal dan studi kepustakaan yang berkaitan sedangkan

dokumentasi adalah mengambil data berupa data tabel, grafik dan gambar dari

lembaga seperti FAO, Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin Pertanian),

BPS dan lembaga atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk

mengetahuigambaran mengenai tren perkembangan harga beras di Vietnam

terhadap Indonesia. Tujuan pertama dijelaskan dengananalisis deskiptif yang

memberikan gambaranterkait variabel yang mendukung dalam penelitian ini

difokuskan pada harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam. Gambaran

tersebut dilengkapi dalam grafik terhadap trenperkembangan harga beras di


32

Indonesia secara sistematis terkait fakta-fakta yang berhubungan dengan fenomena

yang diteliti.

Hal yang dilakukan untuk menjawab tujuan kedua mengenai integrasi pasar

beras Vietnam dengan beras Indonesia menggunakan Uji akar unit, Uji Kointegrasi

Johansen,Error Correction Model(ECM) dan Uji Kausalitas Granger. Operasi

pengolahan data yang digunakan adalah dengan software Eviews. Variabel yang

digunakan dalam menganalisisnya antara lain harga beras Indonesia dan harga

beras Vietnam. Langkah ini dilakukan agar dapat menjawab tujuan yang akan

dicapai.

3.3.1 Integrasi Pasar Beras Vietnam dengan Beras Indonesia

Tujuan kedua dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

pendekatan integrasi pasar(keterpaduan pasar). Pengukuran integrasi pasar

terdapat beberapa pengukuran, hal ini tergantung dengan tujuan. Sesuai dengan

tujuan penelitian ini maka analisis integrasi pasar beras Vietnam dengan pasar

beras Indonesia dilakukan sebagai berikut:

1. Pengujian akar Unit (Unit Root)

Hal yang harus diketahui sebelum melakukan analisis data harga beras

domestik dan harga beras Vietnam (data time series) terlebih dahulu diketahui

apakah data yang diperoleh stasioner atau tidak. Hasil yang diperoleh dari regresi

yang dilakukan sangat berhubungan. Stationer dari data time series dapat

ditentukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) tes, dapat

ditulis dengan bentuk persamaan sebagai berikut (Widarjono, 2013):

∆LP RIt = ØLog P RIt -1 + et

∆LP RVt = ØLog P RVt -1 + et


33

Dimana :

∆LP RIt : perubahan harga beras di pasar Indonesia pada waktut (US$/Ton/Bulan)

∆LPRVt : perubahan harga beras di pasar Vietnam pada waktut (US$/Ton/Bulan)

et :error term

Kriteria hipotesis :

Ø = 0 : Data yang diperoleh tidak stasioner

Ø < 0 : Data yang diperoleh stasioner

2. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dapat dinyatakan sebagai uji terhadap hubungan

keseimbangan atau hubungan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi

seperti yang dikehendaki dalam teori ekonomi. Uji kointegrasi diperlukan apabila

dari uji stationaritas, data harga beras di pasar Indonesia terhadap harga Vietnam

menunjukan tidak stasioner. Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Johansen (Johansen test), yang dinyatakan dalam persamaan:

et =LPRIt –ß0 –ß1Log PRVt

Keterangan:

LPRIt : Harga beras Indonesia pada waktu t (US$/Ton/Bulan)

Log PRVt : Harga beras Vietnam pada waktu t (US$/Ton/Bulan)

ß0, ß1 : Koefisien

et : error term

Kriteria hipotesis :

H0: βi = 0

H1 : βi≠ 0

Keterangan :
34

Jika Trace Statistic Value pada analisis kointegrasi Johansen lebih besar dari

Critical Valuepada α= 0,05 maka tolak H0

Jika Trace Statistic Value pada analisis kointegrasi Johansen lebih kecil dari

Critical Value pada α= 0,05 maka terima H0

3. Error Correction Model (ECM)

Beberapa metode diatas apabila data yang ditemui tidak stasioner, namun

memiliki kointegrasi maka perlu adanya penyesuaian yang dilakukan dengan

model Error Correction Model (ECM). Pengujian ini dapat mengatasi masalah

data time series yang tidak stasioner dan masalah regresi semu. Model dalam

penelitian ini dapat dituliskan dengan persamaan:

∆LP RIt = α0 + α1 ∆LP RIVt + µ (LP RIt -1–ß0 –ß1LP RVt -1)

Dimana :

∆LP RIt : perubahan harga beras di pasar Indonesia pada waktut (US$/Bulan)

∆LP RVt :perubahan harga beras di pasar Vietnam pada waktut (US$/Bulan)

α0, α1 : koefisien jangka pendek

ß1, ßs : koefisien jangka panjang

µ : kecepatan penyesuaian

4. Uji Kausalitas Granger

Regresi memusatkan perhatian pada hubungan bersifat satu arah yaitu

bagaimana pengaruh variabel independen ke variabel dependen. kenyataannya

perilaku variabel ekonomi tidak hanya mempunyai hubungan satu arah, tetapi

menunjukkan adanya hubungan dua arah atau dikenal dengan konsep kausalitas

(Asmarantaka,2012). Pengujian kausalitas dilakukan untuk melihat pasar beras

Vietnam dan pasar beras di Indonesia memiliki hubungan satu arah atau dua arah
35

(saling mempengaruhi). Uji kausalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji kausalitas Granger. Model persamaan kausalitas Granger dapat ditulis sebagai

berikut :

LP RIt =∑ =1 LP RIt +∑ =1 LP RVt +e1t


LPRVt =∑ =1 LPRVt +∑ =1 LPRIt +e1t
Kriteria Hipotesis:

H0 : βj = 0

H0 : βj ≠ 0

Jika F hit > F tab maka tolak H0 yang berarti Harga beras di pasar Vietnam

(Indonesia) mempengaruhi harga beras di pasar Indonesia

(Vietnam)

F hit < F tabmaka terima H0 yang berarti Harga beras di pasar Vietnam

(Indonesia) tidak mempengaruhi harga beras di pasar Indonesia (Vietnam)

5. Elastisitas Transmisi Harga

Pengaruh besarnya perubahan harga beras di pasar Indonesia terhadap harga

beras dipasar Vietnam untuk diketahui menggunakan konsep elastisitas transmisi

harga. Elastisitas transmisi harga merupakan perubahan relatif harga ditingkat

produsen (Pf) terhadap perubahan relatif harga ditingkat konsumen (Pr). Koefisien

elastisitas transmisi harga antara harga beras di pasar Indonesia terhadap harga

beras di pasar Vietnam dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persentase

perubahan harga beras di Indonesia dibandingkan dengan persentase perubahan

harga beras di pasar Vietnam, yang dapat dilihat dalam persamaan di bawah ini :
%∆
Elastisitas=
%∆
36

Dimana

PRIt : Perubahan harga beras Indonesia pada waktu t (US$/Bulan)

PRVt: Perubahan harga beras Vietnam pada waktu t (US$/Bulan)

6. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk menguji apakah model regresi variabel

pengganggu/residual memiliki distribusi normal. Cara mengidentifikasi normalitas

ini yaitu dilakukan dengan melihat probabilitas. Jika probabilitas hasil uji

normalitas mendekati taraf nyata 0,05 maka dinyatakan model berdistribusi

normal. Apabila persamaan Jarque –Bera ≠ 0 maka persamaan ECM dinyatakan

valid dan sebaliknya.

3.4 Konsepsi Pengukuran

1. Integrasi pasar adalah hubungan pengaruh dalam hal perubahan harga antara

dua pasar atau lebih. Perubahan harga tersebut ditransmisikan dari pasar

satu ke pasar lain melalui kelembagaan komoditi beras seperti Bulog.

2. Produksi beras domestik adalah jumlah seluruh beras di Indonesia

(Ton/Tahun)

3. Volume Impor adalah jumlah beras yang di beli oleh Indonesia (Ton/Tahun)

4. Harga adalah nilai dari beras yang diwujudkan dalam mata uang (US$/Ton)

5. Harga beras Vietnam adalah harga jual beras dipasar Vietnam yang diukur

(US$/Ton/Bulan)

6. Harga beras Indonesia adalah harga beras riil yang berlaku dipasar

Indonesia (US$/Ton/Bulan)

7. Jangka pendek adalah jangka waktu dalam satu bulan

8. Jangka panjang adalah jangka waktu lebih dari satu bulan


37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Harga Beras


4.1.1 Perkembangan Harga Beras di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang menjadikan beras sebagai makanan pokok

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pentingnya peranan beras

diperlukannya informasi yang baik pada harga beras kepada masyarakat Indonesia.

Harga beras di Indonesia dipengaruhi oleh faktor jarak dan kebutuhan (Hidayanto,

2014). Berikut hasil penelitian perkembangan harga beras di Indonesia yang

disajikan dalam bentuk Gambar 5 berikut.

PRIt
(US$/Ton)
1200

1000
Harga Beras
(US$/Ton)
800

600

PRIt US$/Ton
400
Linear (PRIt US$/Ton )
200

0
2008M01
2008M08
2009M03
2009M10
2010M05
2010M12
2011M07
2012M02
2012M09
2013M04
2013M11
2014M06
2015M01

2017M12
2016M03

2017M05
2015M08

2016M10

Tanggal

Sumber : FAO, 2017


Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Beras di Indonesia Bulan Januari
tahun 2008 sampai Bulan Desember 2017

Gambar 5 menunjukan bahwa adanya fluktuasi harga beras Indonesia dari

tahun 2008 hingga tahun 2017 dengan garis tren linear positif. Harga rata-rata

pada bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun 2017 sebesar US$

781/Ton, yang dimana harga terendah itu terjadi pada bulan April tahun 2009

37
38

sebesar US$ 639/Ton. Rendahnya harga beras pada tahun 2009 dipengaruhi oleh

produksi atau pasokan beras di Indonesia. Produksi beras Indonesia pada tahun

2009 mengalami peningkatan sebesar 38.640 juta/ton. Sejalan dengan Widadie dan

Adi, 2012 bahwa produksi beras selama beberapa tahun terakhir ini memang terus

mengalami fluktuasi peningkatan yang cukup tajam hampir menyamai tahun

1983-1984.

Menurut Kementerian Perdagangan, 2016 bahwa produksi beras tahun 2009

mengalami peningkatan terbesar hingga mencapai 6,8% atau setara dengan

peningkatan 4.072.965 ton dari tahun 2008. Keberhasilan naiknya produksi

adanya intervensi program dari pemerintah yaitu Peningkatan Beras Nasional

(P2BN). Program ini dimulai pada tahun 2007 P2BN yang memfokuskan pada

lima program unggulan yaitu subsidi benih, pengembangan tata mikro air,

rehabilitasi jaringan tingkat usaha tani dan jaringan irigasi desa, pencetakan sawah

baru dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Selain itu, program kredit

untuk petani kecil, menghidupkan kembali penyuluh dan adanya efektifitas

kebijakan harga yang terjadi (Widadie dan Adi, 2012).

Peningkatan harga beras di Indonesia terjadi pada bulan Desember tahun

2010 sebesar US$ 999/Ton, harga yang paling tertinggi periode bulan Januari

tahun 2008 hingga bulan Desember 2017. Harga tertinggi mencapai kenaikan

mencapai US$ 45/Ton atau sebesar 4,71%. Peningkatan harga beras ini disebabkan

oleh kekurangan pasokan dan terjadi musim paceklik. Sejalan dengan Resnia,

2012 bahwa harga bahan pokok cenderung meningkat dari awal tahun 2010

sampai akhir tahun 2010 karena harga beras melambung akibat musim paceklik

dan kurangnya pasokan beras. Selain itu, pada periode tersebut juga
39

terjadi cuaca ekstrim yang salah satunya ditandai dengan tingginya curah hujan

yang mengakibatkan sejumlah daerah produsen mengalami kebanjiran yang

menyebabkan pasokan dan distribusi beras terganggu. Hal ini juga diikuti oleh

pertambahan penduduk bahwa hasil sensus penduduk mencatat 238, 5 juta jiwa

dengan laju pertumbuhan 1,5%. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan laju

permintaan terhadap pangan di Indonesia cukup tinggi.Sementara laju

pertumbuhan produktivitas pangan nasional masih rendah. Selama beberapa tahun

terakhir, laju pertumbuhan produktivitas padi atau beras hanya di bawah 1% per

tahun (BPS, 2010). Sejalan dengan Badan Intelijen Negara, 2014 bahwa harga

pangan yang tinggi khususnya beras sebagai makanan pokok bangsa Indonesia

menyebabkan masyarakat mengalami beban hidup yang sangat berat karena daya

beli yang tertekan hingga titik terendah. Rendahnya daya beli mengakibatkan

masyarakat menjadi semakin miskin.

4.1.2 Perkembangan Harga Beras di Vietnam

Vietnam merupakan salah satu negara di Asia Tenggara sebagai produsen

beras di dunia. Negara ini merupakan pengimpor utama beras di Indonesia.

Banyak atau tidaknya volume impor beras di Indonesia dipengaruhi oleh faktor

permintaan dan penawaran dari konsumen beras. Berikut perkembangan harga

beras di Vietnam pada bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun

2017.
40

PRVt
(US$/Ton)
1200
Harga Beras 1000
(US$/Ton)
800

600

400 PRVt US$/Ton


Linear (PRVt US$/Ton )
200

0
2008M01
2008M07
2009M01
2009M07
2010M01
2010M07
2011M01
2011M07
2012M01
2012M07
2013M01
2013M07
2014M01
2014M07
2015M01
2015M07
2016M01
2016M07
2017M01
2017M07
Tanggal

Sumber : FAO, 2017


Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Beras di Vietnam Bulan Januari
Tahun 2008 hingga Bulan Desember Tahun 2017

Gambar 6 menunjukan bahwa adanya penurunan harga beras di Vietnam

dari bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember Tahun 2017 dengan tren

linear negatif. Harga beras di Vietnam pada periode bulan Januari tahun 2008

hingga bulan Desember tahun 2017 mengalami fluktuasi. Harga rata-rata bulan

Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun 2017 sebesar US$ 434/Ton,

yang dimana harga beras terendah terjadi pada bulan September tahun 2015

sebesar US$ 325/Ton yaitu sebesar 33,53 %. Penurunan harga ini disebabkan oleh

terjadinya surplus beras sehingga memberikan peningkatan pasokan beras di

negara tersebut. Keadaan ini terjadilah rebound beras yang mengharuskan semua

beras dijual dengan harga murah sesuai dengan permintaan dari negara yang

membutuhkan (Kementerian Perdagangan Indonesia, 2016).

Kenaikan tertinggi terjadi bulan Mei tahun 2008, yaitu dari rata-rata harga

beras sebesar US$ 434/Ton menjadi US$ 996/Ton sehingga kenaikannya


41

mencapai US$ 564/Ton atau 56,42%. Kenaikan tahun 2008 disebabkan oleh krisis

pangan yang terjadi di Asia. Larangan, hambatan, dan pajak yang

diimplementasikan beberapa negara pengekspor utama menjadi faktor yang

signifikan terhadap kenaikan harga beras dunia terkhususnya negara Vietnam.

Kondisi ini pemerintah Vietnam melarang ekpor beras untuk menjaga pasokan

domestik mereka (Iwan, 2013). Hal ini disebabkan oleh iklim yang memburuk dan

berkurangnya lahan pertanian sehingga cadangan pasokan beras dunia menurun

yang tidak dapat memenuhi permintaan. Hal ini perkuat dengan adanya pertemuan

sepuluh menteri negara ASEAN di nusa dua Bali, tingginya harga beras

diakibatkan karena tingginya permintaan, naiknya ongkos produksi seiring dengan

naiknya harga BBM, kurangnya lahan pertanian dan gangguan hama dan penyakit

yang terjadi secara temporer seperti cuaca dan perubahan iklim (Suryana dan

Ketut, 2008).

4.1.3 Perbandingan Perkembangan Harga Beras di Pasar Vietnam dengan


Harga Pasar Beras di Indonesia

Perkembangan harga beras di Pasar Vietnam dan pasar Indonesia memilki

perbedaan harga yang sangat jauh. Harga beras di Pasar Vietnam lebih rendah

dibandingkan dengan harga beras di pasar Indonesia. Hasil data yang diperoleh

bahwa harga beras Vietnam mencapai US$ 996/Ton, sedangkan harga Indonesia

sebesar US$ 999/Ton. Berikut perbandingan perkembangan harga beras di

Vietnam dengan harga beras di Indonesia pada bulan Januari tahun 2008 hingga

bulan Desember tahun 2017.


42

1200

1000
Harga Beras
(US$) 800

600

400

200

0
2008M01
2008M05
2008M09
2009M01
2009M05
2009M09
2010M01
2010M05
2010M09
2011M01
2011M05
2011M09
2012M01
2012M05
2012M09
2013M01
2013M05
2013M09
2014M01
2014M05
2014M09
2015M01
2015M05
2015M09
2016M01
2016M05
2016M09
2017M01
2017M05
2017M09
Tanggal

PRVt US$/Ton PRIt US$/Ton


Linear (PRVt US$/Ton ) Linear (PRIt US$/Ton )

Sumber: FAO, 2017


Gambar 7. Grafik Perbandingan Harga Beras di Pasar Vietnam dengan
Harga Beras di Pasar Indonesia

Gambar 7 menunjukan bahwa harga beras di pasar Vietnam dengan harga

beras di pasar Indonesia. Bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun

2017 kedua tren mengalami fluktuasi harga yang berbeda. Kenaikan tertinggi

terjadi bulan Mei tahun 2008, yaitu dari rata-rata harga beras sebesar US$ 434/Ton

menjadi US$ 996/Ton sehingga kenaikannya mencapai US$ 564 atau 56,42%.

Sementara harga di Indonesia yang tertinggi terjadi pada bulan Desember tahun

2010 sebesar US$ 999/Ton, harga yang paling tertinggi pada periode bulan Januari

tahun 2008 hingga bulan Desember 2017 mencapai kenaikan mencapai US$

45/Ton atau sebesar 4,71%.

Perbedaan harga dan naik turunnya harga beras yang terjadi antara pasar

beras di Vietnam dengan pasar beras di Indonesia disebabkan oleh penawaran dan

permintaan beras terhadap kebutuhan oleh masyarakat kedua negara. Vietnam dan

Indonesia sama sebagai produsen beras tetapi Vietnam menjadi negara pengimpor
43

beras di Indonesia. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan kebijakan yang

diterapkan di kedua negara tersebut. Menurut Suryana dan Ketut, 2008 bahwa

secara garis besar kebijakan yang diakukan oleh pemerintah Vietnam yaitu: a)

cadangan pangan untuk menjaga kestabilan sosial dan politik, sehingga kegiatan

pembangunan termasuk pengembangan jaringan irigasi termasuk membuat

bendungan untuk mengandalikan banjir, terkhususnya Delta Sungai Mekong dan

Delta Sungai Merah; c) pengembangan varietas padi. Selain itu, pemerintah

Vietnam intensif mengandalkan kualitas kontrol atas total ekspor beras dengan

menjaga keseimbangan antarapasokan dalam negeri dan beras internasional.

Secara umum, kebijakan eskpor berjalan dengan sangat baik dalam menjaga

kestabilan pasar beras secara umum. Hal ini tidak mungkin bahwa Vietnam

mengabaikan pengontrolan terhadap total eskpor beras untuk masa yang akan

datang, sehingga untuk mencapai kesejahteraan konsumen yang miskin yaitu

dengan serius dapat dirugikan oleh harga yang tinggi. Maka pemerintah akan

memperbaiki dari pilihan untuk intervensi dalam ekspor beras. (Maisyarah dalam

Tsukada, 2013).

Sebelum tahun 1998, Indonesia telah menetapkan kebijakan perberasan

nasional tetapi seiring berjalannya waktu sejak tahun 1998 kebijakan mengalami

perubahan drastis akhinya memperbaharui pada tahun 2011. Inpres tahun 2011

tentang penetapan kebijakan perberasan telah menetapkan yaitu: a) memberikan

dukungan bagi peningkatan produktivitas padi dan produksi beras nasional; b)

memberikan dukungan diversifikasi bagi kegiatan ekonomi padi dalam rangka

meningkatkan peningkatan pendapatan petani; c) melaksanakan kebijakan harga

dasar pembelian (HDP) atau harga pembelian pemerintah (HPP); d) menetapkan


44

kebijakan impor beras dalam rangka memberikan perlindungan kepada petani dan

konsumen melalui besaran tarif impor yang ditetapkan secara berkala; d)

memberikan jaminan bagi penyediaan dan penyaluran beras bagi kelompok miskin

dan rawan pangan (Suryana dan Ketut, 2008).

4.2 Analisis Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras Vie tnam

Sebelum data yang diperoleh akan diregresi, maka terlebih dahulu perlu

diketahui apakah data yang diperoleh stasioner atau tidak. Data stasioner pada nilai

tengah dan ragamnya, jika data berfluktuasi di sekitar suatu nilai tengah maupun

dengan ragam yang tetap dari waktu kewaktu. Terdapat tiga cara umum digunakan

dalam melakukan pendugaan terhadap kestasioneran data. Ketiga cara tersebut

adalah melihat tren data dalam grafik, autokorelasi dan korelogram, serta uji akar

unit (Juanda, 2012). Penelitian ini untuk mengetahui stationaritas data maka

terlebih dahulu harus dilakukan Uji ADF (Augmented Dickey-Fuller).

4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root)

Uji ADF (Augmented Dickey-Fuller) dilakukan untuk melihat criteria

Akaike Info Criterio (AIC) paling kecil untuk menentukan panjang lag optimal

(Widarjono, 2007). Kriteria uji dalam ADF membandingkan antara nilai statistik

dengan nilai kritikal dalam tabel Dickey Fuller. Apabila nilai ADF statistik lebih

kecil dari nilai MacKinnon Critical Value maka data bersifat stasioner. Tetapi

apabila nilai ADF statistik lebih besar dari nilai MacKinnon Critical Value maka

data tersebut non stasioner.

Kestasioneran data time series juga dapat dilihat dari nilai probabilitasnya

(critical value) yang kurang dari1%, 5% dan 10%. Penelitian ini menggunakan

derajat kepercayaan 95% atau nilai probalitas 5%. Jika pada tingkat level
45

pengujian menunjukkan data tersebut stasioner maka analisis selanjutnya

menggunakan pendekatan koeintegrasi. Namun apabila pengujian pada tingkat

level menunjukkan data tidak stasioner maka perlu dilakukan pengujian pada

tingkat first difference.Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah H0 : 1


= 0 (terdapat unit root) dan H1 : 1≠ 0 (tidak ada unit root) dengan adalah nilai ADF.

Hasil uji ADF untuk masing- masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Akar Unit Augmented Dickey Fuller (ADF)


Harga di Pasar Indonesia (PRIt) Harga di Pasar Vietnam(PRVt)
Level (Intercept)
Test Critical ADF test Prob Test Critical ADF test Prob
Value Value
1% -3.487046 -1.844254 0.3576 1% -3.487550 -4.017706 0.0019
5% -2.886290 5% -2.886509
10% -2.580046 10% -2.580163
Harga di Pasar Indonesia (PRIt) Harga di Pasar Vietnam(PRVt)
First difference (Intercept)
Test Critical ADF test Prob Test Critical ADF test Prob
Value Value
1% -3.487046 -12.22801 0.0000 1% -3.486551 -6.194504 0.0000
5% -2.886290 5% -2.886074
10% -2.580046 10% -2.579931
Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018

Tabel 5 menunjukan bahwa hasil uji ADF (Augmented Dickey-Fuller)

masing-masing variabel memiliki Lag yang berbeda, hal ini dilihat dari kriteria

AIC (Akaike Info Criterion) untuk menentukan panjang Lag optimal. Lag optimal

untuk variabel harga beras Indonesia 1-2 sedangkan variabel harga beras Vietnam

1-5. Perbedaan ini terjadi dikarenakan Lag yang terjadi pada masing-masing

variabel berada di kondisi tanpa akar unit berbeda. Variabel harga beras di pasar

Indonesia tingkat level di intercept data tidak stationer atau nilai kritis 5%, lebih

kecil dari nilai MacKinnonyaitu -1.844254 dengan nilai probabilitas nya sebesar
46

0.3576. Data tidak stationer ini dilanjutkan ke first difference di intercept data

menjadi stationer dimana darinilai mutlak statistik t yang lebih besar dari nilai

kritis MacKinnon5% serta probabilitasnya lebih kecil dari nilai kritis 5%. Nilai

ADF pada first difference yaitu -12.22801 dengan nilai probabilitas 0.0000. Hal

iniberarti data tersebut tidak memiliki akar unit.

Variabel harga beras di pasar Vietnam tingkat level di intercept data

menunjukkan telah stationer atau nilai kritis 5% lebih besar dari nilai Mackinnon

5% yaitu -4.017706 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0019. Namun, nilai kritis

dengan MacKinnon perbedaan nya sangat kecil, sehingga untuk meyakinkan lagi

dilanjutkan ke first difference di intercept. Hasil uji menunjukan bahwa Nilai ADF

pada first difference yaitu -6.194504 dengan nilai probabilitas 0.0000. Hal

iniberarti nilai mutlak statistik t yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon 5%

serta probabilitasnya lebih kecil dari nilai kritis 5%. Data tersebut tidak memiliki

akar unit. Pengujian untuk akar unit root masing-masing variabel telah terpenuhi

sehingga dapat dilanjutkan dengan uji Kointegrasi.

4.2.2 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dapat dinyatakan sebagai uji terhadap hubungan

keseimbangan atau hubungan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi

seperti yang dikehendaki dalam teori ekonometrika. Uji kointegrasi dilakukan

dengan uji Johansen yang dilakukan antara variabel harga beras di pasar Indonesia

dengan pasar Vietnam. Apabila di uji Johansen pada tingkat level diketahui H 0

tidak diterima (data tidak terkointegrasi) ini menguat pada uji ADF yang

sebelumnya telah dilakukan menyatakan data tidak stationer pada tingkat level.

Data tidak terkointegrasi tersebut dilanjutkan pengujian first difference H0 tidak


47

dapat ditolak (data terkointegrasi) yang berarti hubungan jangka panjang antar

variabel. Hasil uji Johansen dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Kointegrasi Johannsen

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05


No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.152645 22.38837 15.49471 0.0039
At most 1 0.028628 3.340217 3.841466 0.0676

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)


Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.152645 19.04815 14.26460 0.0081
At most 1 0.028628 3.340217 3.841466 0.0676

Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level


* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05
level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018

Hasil uji Kointegrasi Johannsen pada tabel 6 menunjukan bahwa pada

tingkat level trace statistik terhadap nilai kritis sebesar 5% hanya ada satu variabel

yang terindikasi saling mempengaruhi. Tabel 5 menunjukan trace statistik


hanya

pada No. None yang nilai trace statistik lebih besar dibandingkan dengan nilai

kritis pada tingkat 5% sebesar 22.38837 yang berarti terkointegrasi. Sama hal nya

dengan nilai MaxEigen Statistic hanya pada No.None yang nilai MaxEigen

Statistic lebih besar dari nilai critical value sebesar 19.04815 yang berarti

terkointegrasi. Hasil uji johansen ini berarti harga beras pasar Vietnam

mempengaruhi harga beras di Indonesia dalam jangka panjang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Asbliyah, 2014 yang menyatakan


bahwa

terdapat satu hubungan kointegrasi (one co-integrating relation)hal ini terlihat


48

dengan nilai trace statistic yang lebih besar dari nilai kritis 5% dan 1%. Variabel

terkointegrasi pada tingkat first difference sehingga H0 tidak dapat ditolak (data

terkointegrasi) yang berarti harga pinang di pasar Singapura mempengaruhi harga

pinang di pasar Kuala Tungkal dalam jangka panjang. Sama halnya dengan hasil

penelitian Adiyoga (2006) yang menyatakan bahwa terdapat satu hubungan

kointegrasi (one co-integrating relation) antara harga harian dan mingguan

kentang di Bandung, Jakarta dan Tanah Karo. Berdasarkan penjelasan diatas maka

dapat dilanjutkan dengananalisis ECM.

4.2.3 Analisis Error Correction Model (ECM)

Hasil analisis ECM dengan menggunakan model Engle-Granger diperoleh

koefisien regresi untuk jangka pendek antara variabel harga beras Indonesia dan

harga beras Vietnam. Berikut hasil analisis ECM antara kedua variabel ini dapat

dinyatakan pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Error Correction Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 2,991913 0,059137 50,59256 0,0000
PRVT -0,038371 0,022484 -1,706582 0,0906
ET(-1) 0,873048 0,043910 19,88285 0,0000

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018

Persamaan ECM antara harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam

dalam jangka pendek dapat ditulis sebagai berikut :

∆LPRIt = 2,991 – 0,0383LPRVt + 0,8730 ETt

Hasil Model persamaan ECM menjelaskan bahwa harga beras Vietnam

mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di Indonesia. Hal ini

menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 US$/bulan beras di Vietnam akan


49

menurunkan harga beras di Indonesia sebesar 0,038. Koefisien α0 yang bernilai

2.991 menunjukan perubahan harga beras di Indonesia tidak dipengaruhi oleh

faktor lain sebesar 2.991. Kecepatan penyesuaian perubahan harga beras Indonesia

terhadap harga beras di Vietnam ditunjukkan oleh koefisien λ yang bernilai

0,8730. λ artinya perubahan harga beras di Vietnam akan menyebabkan perubahan

harga beras di Indonesia dalam jangka panjang memerlukan waktu 1 bulan

kemudian.

Pengaruh negatif dari harga beras Vietnam terhadap harga beras Indonesia

dalam jangka pendek adanya intervensi dari pemerintah yaitu kebijakan

perlindungan harga produsen dan konsumen. Indonesia menerapkan kebijakan ini

untuk melindungi produsen dan konsumen beras bahwa ada rentang harga pada

beras. Pasar beras Indonesia mengacu pada ketentuan harga yang telah ditetapkan.

Ketentuan harga tersebut harus sesuai dengan Peraturan Kementerian Perdagangan

Indonesia Nomor: 57/M-DAG/PER/8/2017 tentang Penetapan Harga Eceran

tertinggi beras serta Instruksi presiden. Sehingga, harga yang terjadi dipasar beras

Indonesia tidak mengalami fluktuasi yang terjadi pada harga beras Vietnam.

Sejalan dengan Bustaman, 2003 bahwa tidak terintegrasi pada jangka pendek

disebabkan adanya proteksi Pemerintah dengan memberikan kemampuan kepada

Bulog sehingga menyebabkan arus barang dan perdagangan kurang lancar.Hal ini

sejalan pula dengan penelitian Edi, 2014 bahwa harga beras Indonesia harga beras

Indonesia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga beras Philipina, Thailand

dan Vietnam sehingga tidak terjadi integrasi spasial antara ketiga pasar regional

Asia Tenggara. Terkait hal ini disebabkan adanya


50

segmentasi pasar yang berarti memiliki kekuatan sendiri dalam mempengaruhi

harga. Hal ini disebabkan adanya intervensi pemerintah dalam perdagangan

domestik dan internasional terhadap komoditas pertanian dan menjaga stabilitas

harga berdampak positif bagi kesejahteraan.

Persamaan ECM juga dapat mengetahui besarnya pengaruh harga beras

Indonesia dengan Vietnam dalam jangka panjang dengan memasukkan hasil

koefisien ECM kedalam model persamaan jangka panjang sebagai berikut:

∆LPRIt = 2,991 – 0,0383LPRVt + 0,8730 ETt(LPRIt-1 - 3,426 – 0,956LPRVt-1 )

Persamaan ECM diatas menunjukan bahwa integrasi pasar beras Indonesia dengan

pasar beras Vietnam dalam jangka panjang. Hal ini berarti fluktuasi harga beras

Indonesia dipengaruhi oleh harga beras Vietnam. Apabila kenaikan harga satu

dollar di Vietnam akan mengalami kenaikan sebesar 0,956 US$/Ton dalam jangka

panjang. Koefisien β0 yang bernilai 3.426 menunjukan perubahan harga beras di

Indonesia tidak dipengaruhi oleh faktor lain sebesar3.426.

4.2.4 Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas Granger dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel harga beras Indonesia dengan harga beras di Vietnam saling

mempengaruhi atau tidak baik atau untuk mengetahui hubungan kausalitas dua

variabel tersebut. Hasil uji Kausalitas Granger dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Hasil Uji Kausalitas Granger

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

PRVT does not Granger Cause PRIT 118 0,03018 0,9703

PRIT does not Granger Cause PRVT 1,27240 0,2841


51

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018

Hasil uji Kausalitas Granger pada tabel 8 menunjukan harga beras Indonesia

dengan harga beras Vietnam tidak saling mempengaruhi. Hal ini diperjelas dengan

nilai F statistik sebesar 1,27240 dengan F tabel sebesar 3,07, dimana apabila nilai

F statistik lebih kecil dari F tabel maka antara kedua variabel tersebut tidak saling

mempengaruhi (tidak terdapat hubungan kausalitas).

Terjadinya kointegrasi antara harga berasIndonesia dan harga beras

Vietnam, belum tentu terdapat hubungan kausalitas diantara keduanya, karena

mungkin saja terdapat ketidakseimbangan yang tidaklain adalah: 1) Informasi

yang tidak sempurna, 2) kendala teknologi, 3) variabel penggangu periode

sebelumnya, dan 4) adanya variabel goncangan (shock variable) (Widarjono,

2007). Hal ini diharapkan pemerintah harus mengatasi kemungkinan-kemungkinan

yang terjadi guncangan yang dapat berdampak pada hilangnya kestabilan harga.

Tetapi berdasarkan uji Johansen jelaslah bahwa terdapat persamaan kointegrasi

antara harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam. Hal ini terlihat dari nilai

Trace Statistic-nya lebih besar darinilai kritisnya. Artinya bahwa harga beras

Indonesia dan harga beras Vietnam terdapat persamaan kointegrasi dalam

hubungan jangka panjang.

Harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam terjadi kointegrasi antara

keduanya menunjukan terdapat hubungan atau keseimbangan pada jangka pendek

dan jangka panjang. Keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang mungkin

saja terdapat ketidakseimbangan antara kedua variabel. Hal ini dapat disebabkan

adanya variabel gangguan periode sebelumnya. Ketidakseimbangan inilah yang


52

sering ditemui dalam perilaku ekonomi, berarti belum tentu yang diinginlan oleh

perilaku ekonomi sama dengan yang sebenarnya (Widarjono, 2007).

4.2.5 Elastisitas Transmisi Harga

Elastisitas transmisi harga menunjukkan seberapa besar pengaruh

perubahan harga beras Vietnam akan menyebabkan perubahan harga beras di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi non linier yang dilinierkan.

Persamaan non linier yang dilinierkan besarnya elastisitas transmisi harga ini dapat

dilihat dari persamaan linier jangka panjang yang diperoleh dari persamaan ECM

jangka pendek yang terlebih dahulu telah dilakukan. Besarnya elastisitas transmisi

harga ditunjukkan oleh koefisien 1 pada hasil persamaan ECM yang diperoleh.

Persamaan jangka panjang yang dimiliki keseimbangan, maka persamaan

jangka pendek disesuaikanoleh koefisien 2. Besarnya elastisitas transmisi harga

dapat dilihat dari koefisien 1 dari persamaan jangka panjang (Limbong dalam

Fadla, 2006). Koefisien elastisitas transmisi harga dalam jangka pendek dan

jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Elastisitas Transmisi Harga

Variabel PRIT
Elastisitas Jangka Pendek – 0,0383
Elastisitas Jangka Panjang 0,956
Tabel 9 menjelaskan bahwa koefisien elastisitas transmisi harga pada

jangka pendek (koefisien a1 pada persamaan ECM) bernilai -0,038, berarti

perubahan 1% harga beras Vietnam akan menyebabkan perubahan penurunan


53

harga beras di Indonesia sebesar 0,038%. Jangka panjang elastisitas transmisi

harga beras di Indonesia bernilai 0,956 (koefisien 1 pada persamaan ECM) berarti

perubahan 1% harga beras di Vietnam akan menyebabkan perubahan harga beras

di Indonesia sebesar 0, 956 %. Berdasarkan tabel 7 bahwa elastisitas jangka

pendek dan jangka panjang harga beras Indonesia dengan harga beras Vietnam

bersifat inelastis(a1<1).

4.2.6 Uji Diagnosis

Uji diagnosis dilakukan untuk mengetahui validitas dari model ECM yang

telah diperoleh. Model ECM dikatakan valid apabila variabel yang diteliti tidak

memenuhi kriteria metode OLS untuk regresi biasa. Berdasarkan hasil uji

diagnosis diketahui bahwa model ECM yang diperoleh adalah valid karena tidak

memenuhi kriteria metode OLS untuk regresi biasa. Salah satu kriteria yang

digunakan untuk mengetahui validitas model tersebut adalah dengan melakukan

uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 10 berikut di bawah

ini.

Tabel 10 Uji Normalitas Model


24
Series: Residuals
20 Sample 2008M01 2017M12
Observations 120
16 Mean 6.43e-16

Median 0.007060
12 Maximum 0.115161
Minimum -0.089451
Std. Dev. 0.043573
8 Skewness -0.285545
4 Kurtosis 2.661681
Jarque-Bera 2.203018

0 Probability 0.332369

-0.05 0.00 0.05 0.10


Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018
54

Penelitian ini melihat validitas model dengan melihat nilai Jarque-Bera.

Apabila persamaan Jarque-Bera>0 maka persamaan ECM tidak valid, sedangkan

apabila nilai Jarque-Bera ≠ 0 maka Valid. Hasil Uji Normalitas model ini

menunjukan bahwa nilai Jarque-Bera sebesar 2,203 ≠ 0 yang berarti Valid.

4.3 Implikasi Hasil Penelitian

Integrasi pasar merupakan suatu ukuran indikator pergerakan harga pasar

acuan dengan pasar eceran. Hal ini perlu diketahui untuk memberikan informasi

kepada pelaku ekonomi. Komoditas yang penting untuk diketahui pergerakan

harganya adalah beras. Hasil penelitian menunjukan bahwa integrasi pasar beras

Indonesia dengan pasar Vietnam terintegrasi tidak sempurna. Informasi harga

beras di pasar Indonesia dengan harga beras di Vietnam dapat bermanfaat bagi

Pemerintah dalam mengambil kebijakan harga di masa mendatang, apalagi beras

merupakan komoditas yang strategis di Indonesia. Kebijakan perberasan menjadi

penentu kebijakan pangan nasional dan penentu stabilitas ekonomi dan politik

Indonesia.

Perhitungan analisis integrasi pasar beras Indonesia dengan pasar beras

Vietnam diperoleh bahwa harga beras di Indonesia terintegrasi tidak sempurna

dengan harga beras Vietnam. Hal ini menunjukan bahwa integrasi pasar beras

Vietnam mempengaruhi perubahan harga beras di Indonesia pada jangka panjang,

tidak mempengaruhi pada jangka pendek. Pengaruh negatif pada jangka pendek

berupa Intervesi dari Pemerintah dalam bentuk kebijakan perberasaan di

Indonesia. Hal ini menyebabkan pasar mengalami gangguan atau terdistorsi.

Pengaruh positif pada jangka panjang menunjukan bahwa setiap terjadi perubahan

harga beras Vietnam akan mempengaruhi harga beras di Indonesia.


55

Penentuan transmisi harga ini dapat dilihat adanya penunjukan perubahan

persentase harga beras Indonesia dengan harga beras Vietnam. Transmisi harga

beras Indonesia dan harga beras Vietnam bersifat inelastis pada jangka pendek dan

jangka panjang. Sifat beras inelastis karena komoditas tersebut merupakan

komoditas pokok atau primer yang selalu dibutuhkan. Nilai elastisitas kurang dari

1 menunjukan respon perubahan harga terhadap jumlah permintaan. Sehingga,

meskipun harga beras naik, kuantitas permintaan tidak berubah banyak dan

sebaliknya. Hasil uji kausalitas harga beras Indonesia dengan harga beras Vietnam

tidak saling mempengaruhi antara kedua variabel. Salah satu solusi untuk

mengatasi hal tersebut dapat dilihat dari persamaan Error Correction Model

(ECM) dengan melakukan penyesuaian. Hasil penyesuaian tersebut menunjukan

bahwa kausalitas antara harga beras Indonesia dengan harga beras Vietnam

berhubungan satu arah.

Hasil dan pembahasan menunjukan bahwa beras merupakan komoditas

pokok yang penting diketahui pergerakan harganya. Pergerakan harga beras sangat

ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Sebagai komoditas yang memiliki

peran penting dalam perekonomian, sebaiknya harga beras lebih dikontrol oleh

Pemerintah dengan memperhatikan kepentingan produsen dan konsumen. Peran

Bulog (Badan Urusan Logistik) sebagai badan penyangga bahan pokok tidaklah

lagi berfungsi, dengan adanya perubahan peran menjadi BUMN. Hal ini

menjadikan Bulog sebagai operator bukan regulator yang mengatur suatu program

tertentu. Saat ini perannya menjaga tiga pilar ketahanan pangan melalui persediaan

yang cukup, akses dan harga beras yang terjangkau oleh masyarakat dan

melakukan stabilisasi harga. Inpres harga beras merupakan produk regulator


56

yang dilaksanakan oleh Bulog saat ini. Pasar beras Indonesia dan pasar beras

Vietnam terintegrasi namun tak sempurna, hal ini dapat diindikasikan bahwa

terdapat kebijakan yang telah ditetapkan kurang efektif implementasinya di

lapangan. Kondisi ini dapat mempengaruhi pergerakan harga beras di Indonesia,

dimana pada saat pasar acuan tinggi tidak dapat direspon secara cepat oleh pasar

beras Indonesia dan sebaliknya.

Permasalahan ini dapat dilakukan dengan memperbaiki kebijakan harga

eceran tertinggi (HET) dan harga Pembelian Pemerintah (HPP) yaitu harga acuan

pembelian petani (Harga Gabah Basah (HGB) dan Harga Gabah Kering (HGK)

serta harga acuan penjualan di konsumen. Kebijakan bertujuan untuk melindungi

produsen dan konsumen dimana kebijakan tersebut dapat menjaga harga beras

pada kisaran harga yang stabil, dengan melakukan penyerapan pada saat panen

raya untuk menjaga harga gabah/beras tidak jatuh dibawah HPP. Pengawasan dan

koordinasi antara instansi terkait untuk mengefektivitaskan kebijakan dapat

dilakukan agar implementasi/dampak kebijakan pemerintah melakukan intervensi

pasar melalui operasi pasar pada saat musim paceklik melakukan operasi pasar

pada beras impor saat terjadi kekurangan pasokan atau ketersediaan beras.

Penetapan kebijakan perberasan dapat dilakukan tanpa menguntungkan pihak

tertentu.Kebijakan yang telah disepakati seyogyanya diikuti oleh pihak yang

terlibat agar tetap menjaga kesejahteraan produsen dan konsumen.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya penelitian ini diperoleh hasil dari penelitian yang

selanjutnya dilakukan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu

sebagai berikut:

1. Perkembangan harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam pada bulan

Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun 2017 berfluktuasi dengan

tren yang berbeda. Harga beras Indonesia mengalami perubahan harga

tertinggi pada tahun 2010 sedangkan harga terendah pada tahun 2009.

Namun, perubahan harga beras Vietnam terjadi pada tahun 2008 sedangkan

harga terendah pada tahun 2015.

2. Harga beras Indonesia dan harga beras Vietnam terintegrasi tidak sempurna

adanya perbedaan respon antar kedua harga.Perubahan harga beras Vietnam

direspon harga beras Indonesia pada jangka panjang sedangkan harga beras

Vietnam terhadap harga beras Indonesia tidak direspon oleh harga beras

Indonesia pada jangka pendek.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang dapat

diajukan diantaranya:

1. Pemerintah perlu mengevaluasi kembali kebijakan penetapan harga yang

telah ditetapkan sebelumnya. Perlunya ada kejelasan informasi harga beras

kepada pelaku ekonomi di Indonesia khususnya harga produsen dan

konsumen beras.

57
58

2. Peneliti berikutnya yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini agar

memperbaharui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan

harga beras di Indonesia dan mencoba data harian atau mingguan dan

menambah variabel sehingga didapat hasil yang lebih optimal melebihi

hasil yang telah dicapai saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, Witono et al. 2006. Integrasi Pasar Kentang di Indonesia Analisis


Korelasi Dan Kointegrasi. Jurnal Informatika Pertanian, Volume 15, 2006

Anwar, C. 2005. Prospek Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional: Suatu


Analisis Integrasi Pasar dan Keragaan Ekspor. Disertasi Doktor.
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anindita, Ratya dan Baladina. 2017. Pemasaran Produk Pertanian. Penerbit Andi.
Yogyakarta

Aryani, Desi. 2012. Integrasi Vertikal Pasar Produsen dan Gabah dengan
PasarRitel Beras di Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Jurnal Manajemen Teknologi. Vol 11(2).

Asmarantaka, W.R. 2014. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Departemen


Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
BogorPress.Bogor

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia 2009. Jakarta : BPS.


. 2016. Statistik Indonesia 2015. Jakarta : BPS.

. 2017. Statistik Indonesia 2016. Jakarta : BPS.

.2017. Ekonomi dan Perdagangan;Impor bahan pangan.


Jakarta: BPS
Badan Intelejen Negara. 2014. Memperkuat Ketahanan Pangan Demi Masa Depan
Indonesia 2015-2020. Rumah Buku. Jakarta Pusat
Bato, R. A. 2010. Perdagangan Intra Industri dengan Beberapa Negara Parrtner
Dagang. Fakultas Ekonomi Bisnis. UIN Alaudin Makassar. Jurnal Ekonomi.

Boediono. 1991. Ekonomi Internasional. BPFE. Yogyakarta

Bustaman, AD. 2003. Analisa Integrasi Beras Indonesia. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB
Edi. 2014. Analisis Integrasi dan Volatilitas Harga Beras Regional Asean terhadap
Pasar Beras Indonesia. Tesis. Universitas Sumatera Utara Diunduh
darihttp://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 01 November 2018.
Fazaria, Dewi Asrini, Dedi Budiman Hakim dan Sahara. 2016. Analisis Integrasi
Lada di Pasar Domestik dan Internasional. Buletin Ilmiah Litbang
Perdagangan. Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal
8 agustus 2017

59
60

Food and Agriculture Organization. 2018. Faostat.org. http://www.fao.org.

Hanafi, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi Offset. Yogyakarta


Herdinasti, Ratya Anindita dan Budi Setiawan. 2013. Analisis Harga Temporal dan
Integrasi Pasar Bawang Putih Jawa Timur dan Pasar Cina. Jurnal AGRISE
Volume XIII (1) ISSN: 1412-1425.

Hidayanto, Muh.Wawan dkk. 2014. Faktor Penentu Integrasi Pasar Beras


Indonesia. Jurnal Pangan Vol. 23 (1). Diunduh
darihttps://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/45/40.Diakses
pada tanggal 19 September 2017

Irawan, Andi dan Dewi Rosmayanti. 2007. Analisis Integrasi Pasar Beras di
Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 (1): 37 – 54.

Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu : Teori dan Aplikasinya. IPB
Press, Bogor.

Kementerian Perdagangan, 2016. Profil Komoditas Kebutuhan Barang Pokok dan


Barang Penting Komodits Beras. Jakarta:Kemendag

Nizar, Muhammad Afdi dan Heru Wibowo. 2007. The Analysis Of Indonesia’s
Trade Pattern With Some Asia Countries: Intra-Industry Trade (Iit)
Approach. MPRA Paper. Diunduh dari https://mpra.ub.uni-muenchen.de.
Diakses pada 5 maret 2018

Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan


Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan. 2016. Laporan
Akhir: Analisis Peningkatan Perdagangan Intra ASEAN dalam Rangka
Peningkatan Ekspor Indonesia. Diunduh dari https://bppp.kemendag.go.id.
Diakses pada 20 april 2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Outlook Beras : Komoditas
Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

. 2016. Outlook Beras : Komoditas


Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

. 2017. Outlook Beras : Komoditas


Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

Regowo, Nofa Harry, 2008. Analisis Integrasi Pasar Kopra Dunia dengan Pasar
Kopra dan Minyak Goreng Kelapa Domestik. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
61

Resnia. R. 2012. Fluktuasi Harga Bahan Pokok dan Daya Beli Kelompok Pangan
Masyarakat Berpendapatan Rendah. Pusat Pengkajian Kebijakan Dalam
Negeri. BPP: Kemendag

Sugiyanto, Catur dan Hadiwigeno. 2012. Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan
Pasar Beras Internasional. Fakultas ekonomi dan Bisnis. Universitas
Gajah Mada. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Vol (1).

Suryana, A dan Ketut. 2008. Ekonomi Padi di Asia: Suatu Tinjauan Berbasis
Kajian Komparatif. Badan Litbang Pertanian: Kementan

Tambunan, Tulus. 2000. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran :


Teori dan Temuan Empiris. Jakarta : LP3ES.

Tsukada K, 2009. Vietnam : Food Security in A Rice Exporting Country.


Internasional Journal.

United Nation Commodity Trade Statistics Database. 2016.


http://www.comtrade.un.org/data/.

Widadie, F dan Adi. 2012. Model ekonomi Perberasan: Analisis Integrasi Pasar
dan Simulasi Kebijakan Harga. Jurnal SEPA:Vol.8. ISSN:1829-9946

Widodo, sari dan Pinjung Nawang Sari. 2015. Dinamika Pembangunan Pertanian.
Yogyakarta, Liberty Press.

Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan


Bisnis. Ekonisia. Yogyakarta.

Yustiningsih, Firdaussy. 2012. Analisa Integrasi Pasar dan Transmisi Harga. Beras
Petani-Konsumen di Indonesia.Tesis. Universitas Indonesia Fakultas
Ekonomi. Diunduh dari https://lib.ui.ac.id. Diakses pada tanggal 01 Agustus
2017

Zebua, Alfredo. 2008. Integrasi Pasar Karet Alam Indonesia dan Dunia. Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lampiran 1. Data Harga Beras PRIT dan PRVT

Tahun PRVt PRIt Tahun PRVt PRIt


Bulan US$/Ton US$/Ton Bulan US$/Ton US$/Ton
2008M01 377 680 2013M01 404 860
2008M02 444 693 2013M02 404 870
2008M03 588 691 2013M03 401 860
2008M04 838 685 2013M04 384 850
2008M05 996 685 2013M05 372 850
2008M06 843 685 2013M06 364 840
2008M07 770 685 2013M07 386 840
2008M08 599 660 2013M08 393 840
2008M09 546 664 2013M09 362 740
2008M10 517 664 2013M10 388 740
2008M11 434 664 2013M11 405 740
2008M12 414 671 2013M12 424 710
2009M01 407 634 2014M01 401 720
2009M02 425 647 2014M02 388 750
2009M03 460 645 2014M03 384 790
2009M04 460 639 2014M04 386 770
2009M05 426 639 2014M05 398 760
2009M06 405 639 2014M06 402 740
2009M07 413 639 2014M07 425 760
2009M08 400 641 2014M08 452 770
2009M09 380 645 2014M09 448 750
2009M10 412 645 2014M10 440 740
2009M11 481 646 2014M11 412 740
2009M12 520 668 2014M12 384 750
2010M01 570 824 2015M01 376 770
2010M02 542 849 2015M02 353 780
2010M03 502 824 2015M03 364 790
2010M04 466 813 2015M04 360 770
2010M05 446 814 2015M05 354 750

62
63

Tahun PRVt PRIt Tahun PRVt PRIt


Bulan US$/Ton US$/Ton Bulan US$/Ton US$/Ton
2010M06 443 836 2015M06 346 750
2010M07 438 884 2015M07 341 750
2010M08 454 922 2015M08 332 750
2010M09 482 927 2015M09 325 710
2010M10 494 732 2015M10 351 750
2010M11 524 954 2015M11 365 770
2010M12 547 999 2015M12 365 770
2011M01 495 810 2016M01 353 780
2011M02 460 840 2016M02 344 810
2011M03 462 820 2016M03 357 830
2011M04 457 820 2016M04 364 810
2011M05 469 820 2016M05 365 790
2011M06 464 830 2016M06 358 790
2011M07 505 870 2016M07 352 800
2011M08 505 860 2016M08 343 800
2011M09 555 860 2016M09 330 810
2011M10 576 850 2016M10 333 820
2011M11 560 850 2016M11 337 800
2011M12 492 860 2016M12 333 800
2012M01 446 880 2017M01 333 804
2012M02 431 900 2017M02 335 805
2012M03 428 880 2017M03 345 799
2012M04 431 870 2017M04 342 793
2012M05 434 850 2017M05 352 796
2012M06 413 840 2017M06 405 796
2012M07 411 850 2017M07 397 795
2012M08 434 840 2017M08 389 798
2012M09 451 840 2017M09 380 796
2012M10 450 850 2017M10 390 797
2012M11 446 850 2017M11 392 796
2012M12 412 850 2017M12 386 796
Sumber:FAO, 2018
64

Lampiran 2. Uji Akar Unit Root ADF PRIT

Tingkat Level (Intercept)

Null Hypothesis: PRIT has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on AIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.844254 0.3576
Test critical values: 1% level -3.487046
5% level -2.886290
10% level -2.580046

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PRIT)
Method: Least Squares
Date: 11/08/18 Time: 22:10
Sample (adjusted): 2008M04 2017M12
Included observations: 117 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


PRIT(-1) -0.080358 0.043572 -1.844254 0.0678
D(PRIT(-1)) -0.205543 0.090561 -2.269650 0.0251
D(PRIT(-2)) -0.303448 0.088893 -3.413645 0.0009
C 0.233152 0.125972 1.850827 0.0668
R-squared 0.168024 Mean dependent var 0.000527
Adjusted R-squared 0.145936 S.D. dependent var 0.021252
S.E. of regression 0.019640 Akaike info criterion -4.988915
Sum squared resid 0.043587 Schwarz criterion -4.894481
Log likelihood 295.8515 Hannan-Quinn criter. -4.950576
F-statistic 7.607068 Durbin-Watson stat 1.951997
Prob(F-statistic) 0.000112

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


65

Tingkat First Indiference (Intercept)

Null Hypothesis: D(PRIT) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on AIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.65000 0.0000
Test critical values: 1% level -3.487046
5% level -2.886290
10% level -2.580046

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PRIT,2)
Method: Least Squares
Date: 11/08/18 Time: 22:12
Sample (adjusted): 2008M04 2017M12
Included observations: 117 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


D(PRIT(-1)) -1.583999 0.135966 -11.65000 0.0000
D(PRIT(-1),2) 0.334354 0.088213 3.790295 0.0002
C 0.000852 0.001836 0.464098 0.6435
R-squared 0.639017 Mean dependent var 1.11E-05
Adjusted R-squared 0.632684 S.D. dependent var 0.032745
S.E. of regression 0.019846 Akaike info criterion -4.976353
Sum squared resid 0.044899 Schwarz criterion -4.905528
Log likelihood 294.1167 Hannan-Quinn criter. -4.947599
F-statistic 100.9021 Durbin-Watson stat 1.962271
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


66

Lampiran 3. Uji Akar Unit Root ADF PRVT

Tingkat Level (Intercept)

Null Hypothesis: PRVT has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic - based on AIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.017706 0.0019
Test critical values: 1% level -3.487550
5% level -2.886509
10% level -2.580163

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PRVT)
Method: Least Squares
Date: 11/08/18 Time: 22:15
Sample (adjusted): 2008M05 2017M12
Included observations: 116 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


PRVT(-1) -0.109722 0.027310 -4.017706 0.0001
D(PRVT(-1)) 0.420157 0.080103 5.245197 0.0000
D(PRVT(-2)) 0.029828 0.089138 0.334630 0.7385
D(PRVT(-3)) -0.087609 0.079259 -1.105358 0.2714
C 0.286083 0.071798 3.984574 0.0001
R-squared 0.340460 Mean dependent var -0.002902
Adjusted R-squared 0.316693 S.D. dependent var 0.026468
S.E. of regression 0.021879 Akaike info criterion -4.764459
Sum squared resid 0.053133 Schwarz criterion -4.645770
Log likelihood 281.3386 Hannan-Quinn criter. -4.716278
F-statistic 14.32479 Durbin-Watson stat 2.196889
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


67

Tingkat First Indiference (Intercept)

Null Hypothesis: D(PRVT) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on AIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.767699 0.0000
Test critical values: 1% level -3.489117
5% level -2.887190
10% level -2.580525

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PRVT,2)
Method: Least Squares
Date: 11/08/18 Time: 22:16
Sample (adjusted): 2008M08 2017M12
Included observations: 113 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


D(PRVT(-1)) -1.072301 0.158444 -6.767699 0.0000
D(PRVT(-1),2) 0.441108 0.138465 3.185705 0.0019
D(PRVT(-2),2) 0.418166 0.107622 3.885495 0.0002
D(PRVT(-3),2) 0.300635 0.091256 3.294405 0.0013
D(PRVT(-4),2) 0.140455 0.083814 1.675782 0.0967
D(PRVT(-5),2) 0.216432 0.076253 2.838343 0.0054
C -0.002171 0.002018 -1.075614 0.2845
R-squared 0.394952 Mean dependent var 0.000289
Adjusted R-squared 0.360704 S.D. dependent var 0.026394
S.E. of regression 0.021104 Akaike info criterion -4.818802
Sum squared resid 0.047208 Schwarz criterion -4.649849
Log likelihood 279.2623 Hannan-Quinn criter. -4.750243
F-statistic 11.53214 Durbin-Watson stat 1.959451
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


68

Lampiran 4. Hasil Uji Kointegrasi Johanssen’s


Date: 11/08/18 Time: 23:04

Sample (adjusted): 2008M06 2017M12


Included observations: 115 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: PRIT PRVT
Lags interval (in first differences): 1 to 4
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05


No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.152645 22.38837 15.49471 0.0039
At most 1 0.028628 3.340217 3.841466 0.0676

Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level


* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05
level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05


No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.152645 19.04815 14.26460 0.0081
At most 1 0.028628 3.340217 3.841466 0.0676

Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05


level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05
level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by


b'*S11*b=I):
PRIT PRVT
-4.611604 13.82208
24.42133 4.399437

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha):

D(PRIT) 0.001036 -0.003253


D(PRVT) -0.007919 -0.001349

1 Cointegrating Log
Equation(s): likelihood 579.8659

Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)


69

PRIT PRVT
1.000000 -2.997240
(0.71789)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)


D(PRIT) -0.004780
(0.00872)
D(PRVT) 0.036518
(0.00913)

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


70

Lampiran 5. Uji Erorr Correction Model

Dependent Variable: PRIT


Method: Least Squares
Date: 11/10/18 Time: 23:09
Sample (adjusted): 2008M02 2017M12
Included observations: 119 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 2.991913 0.059137 50.59256 0.0000
PRVT -0.038371 0.022484 -1.706582 0.0906
ET(-1) 0.873048 0.043910 19.88285 0.0000
R-squared 0.776190 Mean dependent var 2.890982
Adjusted R-squared 0.772331 S.D. dependent var 0.043687
S.E. of regression 0.020845 Akaike info criterion -4.878500
Sum squared resid 0.050405 Schwarz criterion -4.808438
Log likelihood 293.2708 Hannan-Quinn criter. -4.850050
F-statistic 201.1481 Durbin-Watson stat 2.225585
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


71

Lampiran 6. Hasil Regresi PRITdan PRVT

Dependent Variable: PRIT


Method: Least Squares
Date: 11/10/18 Time: 23:07
Sample: 2008M01 2017M12
Included observations: 120

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


PRVT -0.055577 0.047071 -1.180721 0.2401
C 3.036574 0.123785 24.53098 0.0000
R-squared 0.011676 Mean dependent var 2.890495
Adjusted R-squared 0.003301 S.D. dependent var 0.043829
S.E. of regression 0.043757 Akaike info criterion -3.403801
Sum squared resid 0.225932 Schwarz criterion -3.357343
Log likelihood 206.2280 Hannan-Quinn criter. -3.384934
F-statistic 1.394101 Durbin-Watson stat 0.240913
Prob(F-statistic) 0.240088

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


72

Lampiran 7. Uji Granger Causality

Pairwise Granger Causality Tests


Date: 10/17/18 Time: 16:21
Sample: 2008M01 2017M12
Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.


PRVT does not Granger Cause PRIT 118 0.03018 0.9703
PRIT does not Granger Cause PRVT 1.27240 0.2841

Sumber: Eviews8 (data diolah), 2018


73

Lampiran 8. Persamaan 0 dan 1 untuk model ECM


0 = 0/ 1 =
1+

0 = 2,9919 / 0,8730 1 =
−0,0383 +0.48730

0,8730

0 = 3,4271 1 = 0,956

Anda mungkin juga menyukai