Anda di halaman 1dari 133

KINERJA PENYULUH PERTANIAN PADA PETANI PADI SAWAH DI

DESA MARGACINTA KECAMATAN MORAMO KABUPATEN


KONAWE SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH


NIM. D1A114178

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KINERJA PENYULUH PERTANIAN PADA PETANI PADI SAWAH DI
DESA MARGACINTA KECAMATAN MORAMO KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Skripsi
diajukan kepada Fakultas Pertanian
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Agribisnis

Oleh :

FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH


NIM. D1A114178

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SEKRIPSI INI BENAR-


BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HAR1
TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL
PLAGIAT, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI
PERATURAN YANG BERLAKU.

Kendari, 8 Desember 2018

FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH


NIM. D1A1 14 178

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah


di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan

Nama : Fachrul Mu’alif Ubaidillah

Stambuk : D1A114178

Jurusan/Proram Studi : Agribisnis

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. La Nalefo, M.S Sitti Nur Isnian, SP., M.Sc


NIP. 19621231 199503 1 003 NIP. 19790927201409 2 002

Mengetahui

Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis

Abdul Gafaruddin, SP., M.Si


NIP. 19750814 200604 1 001

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat, taufik dan hidayah-NYA, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“Kinerja Penyuluh Pertanian pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan” dapat terselesaikan

sebagaimana mestinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya skripsi ini senantiasa

karena bantuan dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Bapak Dr. Ir. La Nalefo, MS., selaku pembimbing I dan Ibu Sitti Nur

Isnian S.P., M.Sc selaku pembimbing II yang telah member petunjuk, bimbingan,

dan arahan sejak awal penyusunan hingga selesainya penyusunan skirpsi ini.

Melalui hasil karya ini secara khusus dan dengan hati yang tulus penulis

ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muhlasin dan Ibunda Siti Fatun

Hasannah tercinta, atas segala doa dan kasih sayang yang tulus demi kesuksesan

penulis.

Tanpa mengurangi rasa hormat, ucapan terima kasih juga penulis haturkan

kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3. Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

v
4. Dosen di Lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis khususnya dan

Fakultas Pertanian pada umumnya yang telah membimbing penulis selama

mengikuti pendidikan.

5. Pegawai Administrasi Jurusan dan Fakultas Pertanian atas urusan

administrasi yang mendukung penulis selama ini masa pendidikan.

6. Pemerintah Desa Margacinta yang turut membantu dalam penyelesaian

penelitian ini.

7. Petani padi sawah Desa Margacinta yang turut membantu dalam penyelesaian

penelitian ini.

8. Sahabat-sahabatku: Mausul Amin S.Pdi., M.Pdi, Ihlan Sutari SP, Supriyanto

S.Pt, Muhammad Yamil SM, Habib Abdillah Al Hasni, dan rekan-rekan

lainnya yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan

yang telah diberikan selama menyusun skripsi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dan saran yang

kiranya dapat menjadi kontribusi pemikiran sehingga tugas akhir ini bermanfaat

bagi kita semua yang pada akhirnya merupakan suatu nilai ibadah di sisi Allah

SWT. Amin Ya Rabbil Alamin.

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Pasuruan Provinsi

Jawa Timur pada tanggal 11 Fabruari 1996. Penulis

merupakan anak Pertama dari pasangan Bapak

Muhlasin dan Ibu Siti Fatun Hasannah. Penulis

menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di

Desa Margacinta, pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Margacinta pada

tahun 2008, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Moramo pada tahun

2010, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Konawe Selatan tahun 2014,

dan pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan di jurusan Agribisnis, Penulis aktif di

lembaga kemahasiswaan sebagai Ketua di Forum Studi Islam Al Izza Fakultas

Pertanian periode 2016 - 2017, Humas di Lembaga Dakwah Kampus Badan

Koordinasi Lembaga Dakwah Mahasiswa (LDK-BKLDM) periode 2017 – 2018.

Penulis juga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu Latihan Dasar

Kepemimpinan (LDK), dan Basic Islamic Leadersip Treaning LDK-BKLDM

vii
ABSTRAK

FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH (D1A1 14 178). Kinerja Penyuluh


Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan. Di bawah bimbingan LA NALEFO, sebagai
Pembimbing I dan SITTI NUR ISNIAN, sebagai Pembimbing II.

Penelitian ini berangkat dari fenomena luasnya lahan persawahan di Desa


Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan tetapi tidak
signifikan dengan peningkatan kesejahteraan petani padahal dalam berusaha tani
telah mendapatkan pendampingan dari penyuluh, sehingga tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kinerja penyuluhan pertanian pada petani padi sawah
dan mengungkap penyebabnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018
dengan menggunakan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang
penggunaan datanya dijelaskan secara kualitatif deskriptif yang merupakan
penelitian terhadap subjek dan objek yang telah ditentukan. Sedangkan metode
untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah
penyuluh pertanian dan seluruh petani yang tergabung dalam gapoktan. Teknik
penentuan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling (acak sederhana)
dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang petani dan 1 penyuluh pertanian.
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kinerja penyuluh petanian
terhadap petania padi sawah menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian
menunjukan bahwa: Kinerja penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan secara keseluruhan mulai dari tahap
persiapan, tahap pelaksanaaan dan tahap evaluasi terkategori rendah disebabkan
karena ketidak optimalan penyuluh pertanian dalam melakukan fungsinya sebagai
penyuluh pertanaian dan kurangnya partisipasi masyarakat akan kegiatan
penyuluhan pertanian.

Kata Kunci : Kinerja Penyuluhan Pertanian,kebijakan dan Petani Padi Sawah

viii
ABSTRACT

FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH (D1A1 14 178). Performance of Agricultural


Extension in Paddy Rice Farmers in Margacinta Village, Moramo District, South
Konawe Regency. Under the guidance of LA NALEFO, as Advisor I and SITTI
NUR ISNIAN, as Counselor II.

This research departs from the phenomenon of the extent of rice fields in
Margacinta Village, Moramo District, South Konawe District, but is not
significant with increasing farmer welfare even though in trying the farmer has
received assistance from extension workers, so the purpose of this study is to find
out the performance of agricultural extension to rice farmers and reveal the
causes . This research was conducted in April 2018 by using this study using
quantitative research, which uses the data described qualitatively descriptive
which is a study of the subject and object that has been determined. While the
method for collecting data is a questionnaire. The population in this study were
agricultural extension agents and all farmers who are members of Gapoktan. The
sampling technique was carried out in a simple random sampling method with a
total sample of 56 farmers and 1 agricultural instructor. Analysis of the data used
to determine the performance of agricultural extension workers on petania
lowland rice using the percentage formula. The results showed that: The
performance of agricultural extension agents in Margacinta Village, Moramo
Subdistrict, Konawe Selatan District as a whole began from the preparation
stage, implementation phase and categorized evaluation stage was low due to the
lack of optimizing agricultural extension officers in conducting extension
functions and lack of community participation in agricultural extension activities .

Keywords: Agricultural Extension Performance, policies and Lowland Farmers

ix
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul
Halaman Judul
Pernyataan ..................................................................................................... iii
Halaman Pengesahan ................................................................................... iv
Ucapan Terima Kasih ................................................................................... v
Riwayat Hidup .............................................................................................. vii
Abstrak ......................................................................................................... viii
Abstract ......................................................................................................... ix
Daftar Isi ....................................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................. xii
Daftar Gambar .............................................................................................. xiii
Daftar Lampiran .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3. Tujuan dan kegunaan ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Penyuluhan Pertanian di Indonesia ........................... 6
2.2. Konsep Penyuluhan Pertanian ................................................. 8
2.1.1. Pengertian Penyuluh Pertanian .................................... 8
2.1.2. Pengertian Penyuluhan Pertanian ............................... 11
2.1.3. Peran Penyuluhan Pertanian ........................................ 14
2.1.4. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian ................... 17
2.3. Konsep Kinerja Penyuluhan Pertanian ................................... 20
2.3.1. Kinerja Penyuluhan Pertanian ..................................... 20
2.3.2. Penilaian Kinerja ......................................................... 21
2.3.3. Indikator Kinerja ......................................................... 24
2.4. Konsep Petani Padi Sawah ..................................................... 36
2.5. Teori Motivasi ....................................................................... 37
2.5.1. Teori Hierarki Kebutuhan Dari Abraham
Horald Maslow ............................................................ 37
2.5.2. Teori ERG Alderfer .................................................... 39
2.5.3. Teori Sikap ................................................................. 41
2.6. Teori Sistem ............................................................................. 42
2.6.1. Konsep Dasar Sistem .................................................. 42
2.6.2. Pengertian Sistem ....................................................... 43
2.7. Penelitian Terdahlu .................................................................. 43
2.8. Kerangka Pikir ......................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian ................................................ 50
3.2. Popolasi dan Sampel ............................................................... 50

x
3.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 51
3.3.1. Jenis Data ...................................................................... 51
3.3.2. Sumber Data ................................................................. 51
3.4. Teknik Pengumpulan data ...................................................... 51
3.5. Variabel Penelitian ................................................................. 52
3.6. Konsep Operasional ................................................................ 52
3.7. Teknik Analisis Data .............................................................. 54
3.7.1. Analisis Data Kuantitif ................................................ 54
3.7.2. Analisis Kualitatif Deskriptif ...................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................... 56
4.1.1. Letak dan Luas Wilayah .............................................. 56
4.1.2. Keadaan Iklim dan tanah ............................................. 57
4.1.3. Keadaan Penduduk ...................................................... 58
4.1.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ......... 58
4.1.3.2. Keadaan Pendidikan ...................................... 59
4.1.4. Keadaan Pertanian Dalam Arti Luas ........................... 60
4.2. Identitas Responden ................................................................ 62
4.2.1. Umur Responden ......................................................... 62
4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden ................................... 63
4.2.3. Pengalaman Berusahatani ............................................ 64
4.3. Kinerja Penyuluh Pertanain .................................................... 65
4.3.1. Tahap Persiapan ........................................................... 66
4.3.2. Tahap Pelaksanaan ...................................................... 68
4.3.3. Tahap Evaluasi ............................................................ 69
4.4. Menganalisis Lebih dalam Tentang Kinerja Penyuluh
Pertanian Dari Tiga Indikator Yakni Tahap Persiapan,
Pelaksanaan dan Evaluasi ...................................................... 70
4.4. Masalah Kinerja Penyuluhan .................................................. 87
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 89
5.2 Saran ........................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91
LAMPIRAN .................................................................................................. 96

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Instrumen Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian ......................... 26


Tabel 2.2. Standar Nilai Prestasi Kerja ........................................................ 32
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................... 44
Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ..................... 58
Tabel 4.2 Keadaan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jumlah Jiwa ............ 59
Tabel 4.3 Jenis dan Luas Lahan Pertanian di Desa Margacinta Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......................................... 61
Tabel 4.4 Keadaan Umur Responden di Desa Margacinta Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......................................... 62
Tabel 4.5 Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan
Pendidikan di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan .......................................................................... 63
Tabel 4.6 Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan
Pengalaman Bertani di Desa Margacinta ................................... 64
Tabel 4.7 Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian
Pada Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan..................................... 66
Tabel 4.8 Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian
Pada Tahap Persiapan Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa
Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ... 67
Tabel 4.9 Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian
Pada Tahap Pelaksanaan Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa
Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ... 68
Tabel 4.11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian
Pada Tahap Evaluasi Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa ...
Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ... 70
Tabel 4.12. Produksi Komunitas Padi Sawah 3 Tahun Terakhir ................... 85
Tabel 4.13. Klasifikasi Masalah Kinerja Penyuluh Pertanian Di Desa
Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .. 88

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... 49

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 97


Lampiran 2. Data Responden ......................................................................... 98
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan ...................................................................... 100
Lampiran 4. Analisis Kinerja Penyuluhan ..................................................... 107
Lampiran 5. Data Produksi Padi Sawah ......................................................... 117
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 118

xiv
2

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Agraris dimana pembangunan dibidang

pertanian menjadi prioritas utama, sektor pertanian merupakan salah satu sektor

yang diandalkan oleh Negara Indonesia karena mampu memberikan pemulihan

dalam suatu krisis pangan yang pernah terjadi, keadaan inilah yang menempatkan

sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi

besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional

(Dillon, Justin & Meg Maguire, 2003)

Beras merupakan komoditas politik yang sangat strategis karena merupakan

bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia, usahatani padi merupakan

penyedia lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan serta menjadi tolak

ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan

produksi beras. Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi telah

dilakukan pemerintah, diantaranya adalah Program Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia mampu

berswasembada beras. Hal ini dapat dilihat dari sisi produksi padi

yang mengalami peningkatan. Produksi padi meningkat pada tahun 2010

naik sebesar 1 % dibanding tahun sebelumnya yaitu naik sebesar 43.09 ton.

Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang sebagian penduduk bermukim

di pedesaan dan hidup dari hasil pertanian yang meliputi tanaman pangan,

holtikultura, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Salah satu komoditi tanaman


3

pangan yang banyak diusahakan petani adalah padi sawah. Angka tetap produksi

padi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014 sebesar 657.617 ton gabah kering

giling (GKG) yang berarti meningkat 96.256 ton (17,15%) dibandingkan produksi

padi tahun 2013. Peningkatan produksi padi tahun 2014 disebabkan

meningkatnya luas panen seluas 7.463 hektar (5,61%), dengan produktivitas

meningkat sebesar 4,61 kuintal/hektar (10,92%) (Badan Pusat Statistik, 2014).

Salah satu subsistem yang cukup besar memberikan kontribusi pada

keberhasilan pertanian di Indonesia adalah subsistem lembaga penunjang berupa

kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan

keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non

formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik

dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan mereka dapat tercapai (Deptan, 2008).

Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap

stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa

penyuluhan pertanian masih perlu untuk terus meningkatkan perannya dalam

rangka membantu petani memecahkan masalah mereka sendiri terutama dalam

aspek usahatani.

Desa Margacinta sebagai lokasi dalam penelitian ini umumnya banyak

masyarakat yang menggantungkan hidupnya berprofesi sebagai petani padi sawah

dengan luas lahan persawahan 375 Ha dengan produktifitas 6,2 Ton/Ha (BPS

Desa Margacinta, 2017), yang merupakan salah satu produk unggulan di Desa

Margacinta, hal inilah yang memicu Desa Margacinta punya potensi luas lahan

yang unggul dibandingkan desa lain dikawasan Kecamatan Moramo.


4

Kondisi masyarakat di Desa Margacinta ini sejatinya sangat membutuhkan

kinerja penyuluhan pertanian yang baik dalam memberikan dorongan

kepada para petani sehingga mereka dapat mengoptimalkan kemampuan

yang mereka miliki dalam pengelolaan pada sektor pertanian seperti halnya

ilmu pengetahuan, cara berfikir, cara sikap serta penerimaan terhadap

inovasi-inovasi terbaru pada sektor pertanian. Sayangnya, fakta yang terjadi

dilapangan justru berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh petani.

Penyuluh pertanian lapangan yang mestinya menjadi fasilitator

justru jarang melakukan kunjungan serta materi yang diberikan

tidak sesuai dengan kebutuhan para petani. Tentu hal ini memiliki dampak yang

buruk terhadap petani. Idealnya, penyuluh mestinya melakukan tugasnya dengan

maksimal, atau kita akan menemukan sisi yang lain produksi padi sawah

senantiasa tidak akan stabil atau bahkan mengalami penurunan akibat

ketidakoptimalan kinerja penyuluh memaksimalkan potensi desa wilayah

kinerjanya (Observasi Awal Peneliti, 11 Mei 2017).

Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan gambaran dari tidak

optimalnya kinerja penyuluh dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

khususnya petani padi sawah, dan hal itu adalah sesuatu yang sangat ironis,

disatu sisi potensi lahan cukup luas dan ketertarikan masyarakat terhadap sektor

pertanian sangat tinggi dan hal ini mestinya menjadi acuan maksimal dalam

meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pada sektor pertanian dan dengan

didukung oleh kinerja pelayanan penyuluhan pertanian lapangan yang baik,

namun penyuluhan pertanian lapangan belum bisa mengoptimalkan dengan baik

apa yang menjadi tugas penyuluh pertanian lapangan, sementara kondisi petani di
5

Desa Margacinta sangat mengharapkan pelayanan penyuluh yang optimal

sehingga pada muaranya tingkat kesejahteraan petani dapat tercapai.

Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian

dengan judul “Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa

Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan”.

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

bagaimana kinerja penyuluh pertanian pada petani padi sawah di Desa Margacinta

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan?

I.3. Tujuan Dan Kegunaan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui kinerja penyuluh pertanian terhadap petani padi sawah di Desa

Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.

2. Mengetahui penyebab optmalisasi kinerja penyuluh pertanian di Desa

Margacinta Kecamatan Morano Kabupaten Konawe Selatan.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Penulis untuk mendapatkan pengalaman dan wadah penelitian

dalam teori-teori serta aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh

dalam bangku perkuliahan.

2. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, memberi masukan dan

evaluasi serta penilaian kinerja dari penyuluh pertanian.

3. Petani sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi tentang kinerja

penyuluh pertanian.
6

4. Pembaca diharapkan dapat menjadi sumber literatur dan

perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

5. Penyuluh, sebagai evaluasi dan bahan masukan untuk

meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dan meningkatkan kepuasan

petani.

6. Penentu Kebijakan, sebagai saran ataupun masukan dalam menentukan

kebijakan baik diwilayah maupen daerah yang berkenaan dengana kegiatan

penyuluhan pertanian.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pembangunan Pertanian di Indonesia

Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan

sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan

kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk

mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial,

politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement),

pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).

Arifin (2005) mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian di Indonesia

sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa

peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan

produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan

kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan

agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa,

perbaikan kinerja ekspor dan penyerapan tenaga kerja.

Kebijakan untuk menetapkan sektor pertanian sebagai titik berat

pembangunan ekonomi sesuai dengan rekomendasi Rostow dalam rangka

persiapan tinggal landas (Simatupang dan Syafa’at, 2000). Lebih lanjut

dinyatakan bahwa revolusi pertanian merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan

upaya menciptakan prakondisi tinggal landas.

Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi

suatu negara juga dikemukakan oleh Meier (1995) sebagai berikut:

(1) dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam
8

ekonomi yang berkembang; (2) dengan menyediakan surplus yang dapat

diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor

lain yang berkembang; (3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain,

sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk

dari sektor yang berkembang dan (4) dengan menghapuskan kendala devisa

melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa

melalui substitusi impor.

Menurut Sudaryanto et al. (2005), pendekatan pembangunan pertanian

selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan pendekatan komoditas.

Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan

pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri) dan lebih berorientasi

pada peningkatan produksi dibanding peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai beberapa kelemahan

mendasar, yaitu: (1) tidak memperhatikan keunggulan komparatif tiap komoditas;

(2) tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai

kegiatan ekonomi; dan (3) kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani.

Oleh karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan

keberhasilannya sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi pemerintah,

serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani.

Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan

pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem

agribisnis. Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga

akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.


9

Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan

internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin

dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi

lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan

pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor

kunci keberhasilan pembangunan pertanian.

Suryana (2006) menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis yang

sangat cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh

yang sangat besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut

memerlukan penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program

pembangunan pertanian. Dengan demikian, strategi pembangunan pertanian harus

lebih memfokuskan pada peningkatan daya saing, mengandalkan modal dan

tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi teknologi dengan memanfaatkan

sumberdaya lokal secara optimal.

Dari pengertian beberapa pakar di atas tentang pembangunan pertanian

maka peneliti menyimpulkan bahwa sejatinya pembangunan pertanian itu

memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan negara

maupun masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan.

2.2. Konsep Penyuluhan Pertanian

2.2.1. Pengertian Penyuluh Pertanian

Menurut Van Den Ban (2015), pengertian penyuluhan dalam arti umum

adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu

serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan
10

yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan

untuk orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk

melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu

sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Menurut Ibrahim (2003), penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti

“obor” atau “pelita” atau “yang memberi terang”. Dengan penyuluhan diharapkan

terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan

meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah

tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan

dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang

bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak

mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan.

Menurut Mardikanto (1993), istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan

dari kata “Extension” yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension

itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai perluasan atau

penyebarluasan. Proses penyebarluasan yang dimaksud adalah proses

peyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani

dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani,

dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui

kegiatan pembangunan pertanian.

Menurut Mardikanto (1993), penyuluh dalam melaksanakan kegiatan

penyuluhan pertanian dituntut akan kualifikasi tertentu yang menyangkut

kepribadian, pengetahuan, sikap dan ketrampilan menyuluh. Ada 4 kualifikasi

yang harus dimiliki setiap penyuluh mencakup : (1) kemampuan dan ketrampilan
11

berkomunikasi, dimana penyuluh mempunyai kemampuan dan ketrampilan untuk

beremphati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya , sehingga penyuluh

mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan pemilihan inovasi yang tepat,

menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode

penyuluhan yang efektif dan efisien, menggunakan alat bantu dan alat peraga

yang efektif dan murah; (2) sikap penyuluh yang menghayati dan bangga terhadap

profesinya, serta merasakan bahwa kehadirannya untuk melaksanakan tugas

penyuluhan, sangat dibutuhkan masyarakat penerima manfaatnya; (3) meyakini

bahwa inovasi yang disampaikan telah teruji kemanfaatannya dan inovasi yang

akan disampaikan sesuai kebutuhan masyarakat sasarannya; (4) menyukai dan

mencintai masyarakat sasarannya, dimana selalu siap memberikan bantuan dan

melaksanakan kegiatan demi berlangsungnya perubahan usahatani maupun

kehidupan masyarakat penerima manfaat.

Menurut Risma (2012), karakteristik adalah suatu sifat yang harus dimiliki

oleh penyuluh dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, hak dan

wewengannya. Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang

penyuluh diantaranya yaitu: (1) sehat mental dan fisik; (2) stabil dalam tingkah

laku dan tindakan; (3) percaya pada diri sendiri; (4) efektif, integritas, mandiri,

dan mempunyai kemampuan intelektul yang tinggi; (5) kreatif, pandai mengatasi

permasalahan, terampil dalam berhubungan dengan masyarakat, dan bisa

menerima kritik dari orang lain; (6) menghormati orang lain, pandai memberikan

pengetahuan kepada orang lain, pandai melakukan teknik dan prinsip perubahan,

matang secara psikologis; dan (7) melaksanakan dan memenuhi kode etik

penyuluh.
12

Penyuluh pertanian sejatinya mesti memeperhatikan etika dalam kegiatan

penyuluhannya sebagaimana dijelaskan pada Kongres Penyuluhan Pertanian ke I

pada (1986), disepakati untuk merumuskan "Etika Penyuluhan" yang seharusnya

dijadikan acuan perilaku penyuluh.

Panca Etika Penyuluh Pertanian :

1. Penyuluh pertanian beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta senantiasa menghormati dan memperlakukan petani mitra sejajar.

2. Penyuluh pertanian senantiasa menempatkan keinginan dan kebutuhan

petani-nelayan sebagai dasar utama pertimbangan dalam mengembangkan

program.

3. Penyuluh pertanian senantiasa lugas, tulus dan jujur menyampaikan

informasi, saran ataupun rekomendasi dan bertindak sebagai motivator,

dinamisator, fasilitator serta katalisator dalam membimbing petani

nelayan.

4. Penyuluh pertanian senantiasa memiliki dedikasi dan pengabdian untuk

membela kepentingan petani-nelayan serta memperlihatkan teladan, serasi,

selaras, dan sumbang kepada semua pihak.

5. Penyuluh pertanian senantiasa memelihara kesetiakawanan dan citra korps

penyuluh pertanian atas prinsip “silih asuh, silih asih, silih asah” serta

senantiasa bersikap dan bertingkah laku yang menghoromati agama,

kepercayaan, aturan, norma.

2.2.2. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta

masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang


13

pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi,

sosial maupun politik, sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

mereka dapat tercapai. Tujuan penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem

dan usaha agribisnis adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan

produksi dan efisiensi usaha dengan cara meningkatkan kemampuan dan

keberdayaan mereka (Deptan, 2008)

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya,

sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup (Undang-undang No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian Perikanan dan Kehutanan).

Menurut UU tahun 2006 nomor 16 menyebutkan bahwa penyuluhan

pertanian merupakan suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha disektor pertanian baik itu berupa teknologi, permodalan informasi pasar

dan lain-lain yang berguna untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan,

sehingga tujuan dari pada penyuluhan itu sendiri dijabarkan menjadi dua yaitu:

(1) tujuan jangka pendek yang diharapkan dapat menumbuhkan perubahan-

perubahan positif dalam diri petani dengan adanya peningkatan pengetahuan,

kecakapan, kemampuan dan kemandirian yang memberi mereka inisiatif untuk

kemajuan usaha pertanian; dan (2) tujuan jangka panjang yang diharapkan mempu
14

untuk memperbaiki tarap hidup para petani dan menambah kesejahteraan hidup

mereka.

Menurut Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses

penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara

bertani dan berusaha tani demi tercapainya produktivitas, pendapatan petani,

dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui

kegiatan pembangunan pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan

semata-mata untuk meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan

pangan yang cukup bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya,

melainkan lebih jauh yakni untuk mencapai pertanian yang tangguh.

Mardikanto (1993), mengartikan penyuluhan adalah proses perubahan

sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan

masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi

perubahan prilaku pada diri semua stekholder (individu, kelompok dan

kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya

kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipasi yang semakin sejahtera

secara berkelanjutan.

Berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan adalah

sebuah pendidikaan non formal yang bertujuan sebagai proses pembelajaran bagi

pelaku utama serta pelaku usaha dengan tujuan untuk menolong dirinya dan

keluarganya guna meningkatkan produktifitas, pendapatan dan kesejahtraan

masyarakat.
15

2.2.3 Peran Penyuluh Pertanian

Secara konvensional, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya

untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi penerimaan manfaat penyuluhan

melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (penerima manfaat

penyuluhan) itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi

inovasi yang disampaikan. Perkembangannya, peran penyuluh tidak hanya

terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penerima manfaat penyuluhanannya,

tetapi ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau

lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakatnya, baik dalam hal

menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan

dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpanbalik

atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang

bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau

posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Menjalankan kebijakan pemerintah atau keinginan lembaga penyuluhan yang

bertujuan membantu masyarakat memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraanya,

dilain pihak ia akan memperoleh kepercayaan sebagai "agen pembaharuan" yang

dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat penerima manfaatnya.

Diyono (1990) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan proses interaksi

antara 3 komponen pokok, yaitu adanya program/proyek, penyuluh lapangan

dan petani, yang mana prosesnya dapat dinyatakan: (1) proses pertama,

dikenal adanya kesenjangan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk

meningkatkan produktifitas usahatani antara petani dan proyek/program


16

pembangunan pertanian; (2) proses kedua, program/proyek mengumpulkan

informasi dari lembaga penelitian untuk paket-paket bantuan kepada petani dalam

rangka meningkatkan usahatani mereka; (3) proses ketiga, merupakan proses

penyampaian paket teknologi yang telah dirumuskan kepada penyuluh-penyuluh

lapangan melalui latihan maupun kursus, sehingga para penyuluh akan memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan alih dan

pengetahuan; (4) proses keempat, adalah proses penyampaian paket teknologi

dari penyuluh lapangan kepada petani melalui kelompok-kelmpok tani;

(5) proses kelima, yaitu proses umpan balik tentang hasil penerapan paket-paket

teknologi yang dilakukan petani.

Penyuluh pertanian merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar,

kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian

(Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Demikian seorang penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya

mempunyai tiga peranan, yakni: (1) berperan sebagai pendidik, memberikan

pengetahuan atau cara-cara baru dalam budidaya tanaman agar petani lebih

terarah dalam usahataninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan dalam

usaha taninya; (2) berperan sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan

memotivasi petani agar mau merubah cara berpikir, cara kerjanya agar timbul

keterbukaan dan mau menerima cara-cara bertani baru yang lebih berdaya guna

dan berhasil, sehingga tingkat hidupnya lebih sejahtera; dan (3) berperan sebagai

penasehat, yang dapat melayani, memberikan petunjuk-petunjuk dan membantu


17

para petani baik dalam bentuk peragaan atau contoh-contoh kerja dalam usahatani

memecahkan segala masalah yang dihadapi (Kartasapoetra, 1994).

Berbagai peranan atau tugas penyuluh pertanian menurut

Mardikanto (2009) adalah sebagai berikut: (1) edukasi, yakni memfasilitasi

edukasi berperan untuk menfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para

penerima manfaat penyuluhan (benefit aries) dan atau (stockhorlders)

pembangunan yang lainnya sebagai suatu proses belajar bersama; (2) diseminasi

informasi/inovasi, berperan sebagai penyebarluasan informasi/inovasi dari sumber

informasi dan atau penggunanya; (3) pendampingan fasilitasi atau pendampingan,

berperan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh kliennya; (4)

konsultasi, berperan untuk membantu dalam memecahkan serta memberikan

alternatif solusi dari pemecahan masalah; (5) supervisi atau pembinaan, berperan

sebagai suatu bentuk pengawasan atau pemeriksaan yang kemudian memberikan

solusi alternatif dari suatu pemecahan masalah; (6) pemantauan, berperan sebagai

suatu bentuk kegiatan evaluasi yang dilakukan selama kegiatan sedang

berlangsung; dan (7) evaluasi, berperan sebagai suatu bentuk kegiatan pengukuran

dan penilaian yang dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah kegiatan tersebut

selesai dilaksanakan.

Terkait dengan hal ini UU No.16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan pasal 4 merinci fungsi atau peran penyuluh

sebagai berikut: (1) memfasilitasim proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku

usaha; (2) memudahkan kemudahan akses pelaku utama dan peleku usaha ke

sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat

mengembangkan usahanya; (3) meningkatkan kemampuan kepemimpinan,


18

manejerial dan kewirausaaan pelaku utama dan pelaku usaha; (4) membantu

pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan organisasinya

menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif,

menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan; (5) membantu

menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan

yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha; (6)

menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian

lingkungan; dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya pengunan pertanian,

perikanan dan kehutanan yang maju dan moderen bagi pelaku utama secara

berkelanjutan.

Pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan peranan penyuluh pertanian di tengah

masyarakat tani di desa masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber

daya manusia (petani) sehingga mampu mengelola sumber daya alam yang ada

secara intensif demi tercapainya peningkatan produktifitas dan pendapatan atau

tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.

2.2.4. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian

Fungsi penyuluhan pertanian adalah menjembatani kesenjangan antara

praktik yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi

yang selalu berkembang. Dengan demikian, proses penyuluhan dengan para

penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan

yang dibutuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi di pihak para ahli

dan kondisi nyata yang dialami petani (Setiana, 2005).


19

Fungsi penyuluhan dalam UU No. 16/2006 tentang sistem penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan (SP3K) pasal 4 adalah: (1) memfasilitasi

proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha; (2) mengupayakan

kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi,

dan dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya; (3)

meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manejerial, dan kewirausahaan pelaku

utama dan pelaku usaha; (4) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam

menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonami yang berdaya

saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan

berkelanjutan; (5) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta

merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha

dalam mengelola usaha; (6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku

usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan (7) melembagakan nilai-nilai

budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan

moderen bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Sedangkan menurut Mardikanto dan Sutarni (1987), tujuan penyuluhan

pertanian adalah merubah perilaku sasaran, prilaku di sini berupa pengetahuan,

sikap dan keterampilan petani. Perubahan perilaku tersebut adalah perubahan

tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam, perubahan kecakapan

atau keterampilan teknis dan perubahan sikap yang lebih progresif.

Samsudin (1994) menambahkan bahwa, tujuan penyuluhan bukan saja yang

menimbulkan dan mengubah pengetahuan, kecakapan, sikap dan motivasi petani,

tetapi yang lebih penting adalah mengubah sikap pasif dan statis menjadi petani
20

aktif dan dinamis. Petani akhirnya mampu berpikir, berpendapat sendiri untuk

mencoba dan melaksanakan sesuatu yang pernah didengar dan dilihatnya.

Secara umum tujuan penyuluhan adalah untuk menambah pengetahuan,

keterampilan dan merubah sikap petani dalam mengusahakan usahataninya

ke arah yang lebih baik, berusahatani lebih menguntungkan dan hidupnya lebih

sejahtera. Untuk itu penetapan tujuan perlu dilakukan, sebab tujuan akhir

penyuluhan pertanian merupakan kekuatan pendorong proses pelaksanaan

penyuluhan itu sendiri (Jabal et all, 2003).

Sedangkan pada fungsinya Penyuluh mempunyai tugas: (1) melakukan

identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian; (2) memberikan

bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha; (3)

membantu memecahkan permasalahan usaha petani/poktan, serta mendampingi

Gapoktan selama penyusunan dokumen dan proses penumbuhan kelembagaan; (4)

melaksanakan pendampingan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif

sesuai potensi desa; (5) membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap

sarana produksi, teknologi dan pasar.

Tujuan penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku sasarannya. Hal ini

merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung dengan indra manusia. Dengan

demikian penyuluh dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku dari

kalangan masyarakat agar mereka memiliki pengetahuan, kemauan dan

kemampuan serta memiliki keterampilan dalam melaksanakan perubahan demi

tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahtraan

masyarakat yang ingin dicapai meluai pembangun pertanian. Dengan kata lain,
21

penyuluhan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia

dapat dirubah atau dirubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama

dan menggantinya dengan prilaku baru yang meningkatkan kualitas kehidupan

yang lebih baik.

Dari berbagai fungsi dan tujuan penyuluhan pertanian maka peneliti

menyimpulkan bahwa semuanya bermuara pada tujuan peningkatan kesejahteraan

petani. Peningkatan kesejahteraan petani dapat dicapai bila penyuluhan pertanian

yang dilaksanakan oleh para penyuluh benar-benar dapat memuaskan petani

akan kebutuhan informasi dan pendidikan non formal yang dirasakan untuk

peningkatan usahataninya.

2.3. Konsep Kinerja Penyuluhan Pertanian

2.3.1. Kinerja Penyuluhan Pertanian

Menurut Mangkunegara dalam Dedi (2010) kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesui dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi

rendahnya kinerja pekerjaan berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan

yang ditetapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian

penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kerja

seseorang. Sementara menurut Samsudin dalam Dedi (2010), menyebutkan

bahwa: “kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang,

unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan yang

telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan”. Sementara

Samsudin dalam Dedi (2010) menyebutkan bahwa: “Kinerja adalah tingkat

pelaksanaan tugas yang dapat dicapai sesoorang, unit atau divisi dengan
22

menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan

untuk mencapai tujan organisasi/perusahaan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

suatu proses atau pelaksanaan yang dilakukan yang bertujuan menghasilkan suatu

hal yang baik bersifat fisik maupun non fisik yang sesuai dengan fungsi dan

petunjuk yang telah ditentukan sementara fungsi dan tugasnya didasari pada

pengetahuan, siakap dan keterampilan.

2.3.2. Penilaian Kinerja

Casio dalam Dedi (2010) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu

gambaran yang sistematis tentang kebaikan dan kelemahan dari pekerjaan

individu atau kelompok. Meskipun ada diantara masalah teknis (seperti pemilihan

format) dan masalah manusianya itu sendiri (seperti resistensi penilaian,

dan adanya hambatan hubungan antara individu), yang kesemuanya itu tidak akan

teratasi oleh penilaian kinerja. Sedangkan penilaian prestasi kerja menurut

Andrew dalam Dedi (2010) penilaian ialah suatu proses mengestimasi

atau penerapan nilai, penampilan, kualitas, atau status dari beberapa objek orang

atau benda.

Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

penilaian prestasi kerja ialah proses untuk mengukur prestasi kerja karyawan

berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, dengan cara membandingkan sasaran

(hasil kerjanya) dengan persyratan deskripsi pekerjaan yaitu standard pekerjaan

yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Standard kerja tersebut dibuat baik

secara kualitatif maupun kuantitatif.


23

Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian perlu dilakukan penilaian

kinerja penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tenaga Harian Lepas

Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB Penyuluh Pertanian).

Dalam membina profesionalisme penyuluh pertanian telah diterbitkan Permentan

No. 91 Tahun 2013 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian agar

pedoman evaluasi tersebut lebih oprasional sesuai prinsip objektivitas, terukur,

akuntabel, partisipasif dan transparan maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan

Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian (EKPP)yaitu :

1. Maksud

Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian (EKPP)

dimaksudkan sebagai acuan bagi penyuluh pertanian dan para pembina pada

kelembagaan penyuluh pertanian di pusat, provensi dan kabupaten/kota dalam

melaksanaan kinerja penyuluhan pertanian.

2. Tujuan EKPP

Tujuan EKPP adalah: 1) mengetahui hasil kinerja penyuluh pertanian PNS

dan THL-TB penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam

pengawalan dan pendampingan program pembangunan pertanian; (2) sebagai

bahan penetapan kebijakan pembinaan penyuluhan pertanian; dan (3) sebagai

dasar pemberian penghargaan dan sanksi bagi penyuluh pertanian.

3. Sasaran EKPP

Sasaran EKPP yaitu seluruh Penyuluh Pertanian PNS THL-TB Penyuluh

Pertanian.

4. Keluaran
24

Adapun keluaran EKPP adalah: (1) diketahuinya kinerja penyuluh dalam

melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengawalan dan pendampingan

pembangunan pertanian; (2) diperolehnya data dan informasi sebagai bahan

pengambilan keputusan pimpinan dalam penyuluhan pertanian; (3) diperolehnya

data pemberian BOB bagi penyuluh pertanian; (4) diperolehnya dasar untuk

pemberian penghargaan dan sanksi lainnya; (5) manfaat sebagai alat ukur evaluasi

kinerja penyuluhan pertanian dalam kegiatan penyelenggaraan penyuluh pertanian

dalam rangka melakukan pengawalan dan pendampingan untuk mencapai

swasembada pangan.

Dengan terbitnya UU No.16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan (SP3K) peran penyuluh pertanian

menjadi semakin strategis dalam memfasilitasi proses pemberdayaan petani

dan keluarganya.

Setiap tenaga penyuluhan pertanian lapangan (PPL) diharapkan dapat

menampilkan kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya penyuluh

sehingga tujuan dari kegiatan penyuluhan dapat terwujud, yang pada akhirnya

dapat menunjang keberhasilan pembangunan pertanianan. Keberhasilan

penyuluhan pertanian bukan semata-mata tergantung pada teknis penyuluhan

pertaniannya saja tetepi merupakan gabungan dari seluruh aspek mulai dari

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluhan pertanian, kelembagaan,

metode penyuluhan yang digunakan, juga kondisi kelompok tani (UU Nomor 16

Tahun 2006).
25

2.3.3. Indikator kinerja

Penerapan beberapa indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan

klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengelolaan

data/informasi untuk menentukan kinerja kegiatan/program/kebijaksanaan

penerapan indikator kinerja tersebut didasarkan pada kelompok menurut

masukan (input), keluaran (output), hasil (outcomes), menfaat (benefits),

dan dampak (impect). Menurut Bernadin dalam Sudarmanto (2009) bahwa dalam

mengukur kinerja pegawai diperlukan indikator antara lain: (1) kualitas pekerja

(Quality) nilai dimana proses atau hasil dari ketelitian dalam melaksanakan

pekerjaan kesempurnaa pekerjaan itu sendiri; (2) kualitas pekerjaan (Quantity)

jumlah pekerjaan yang dihasilkan atau dilakukan, dan ditandakan seperti

nilai uang, jumlah barang, atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan atau

yang terlaksana; (3) ketepatan waktu (Timeliness) nilai dimana suatu pekerjaan

dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau pada waktu yang

telah ditentukan; (4) kebutuhan akan pengawasan (Need for supervision)

dimana pegawai tanpa ragu untuk meminta bantuan atau petunjuk dari supervisor

untuk melaksanakan pekerjaan akan terhindar dari kekelirun yang berakibat buruk

bagi organisasi; (5) efektifitas may; (Cost-enhmtfveness): terkait dengan

penggunaan sumber-sumber organisasi dalam mandapatkan atau memperoleh

hasil atau pengurangan pemborosan dalam menggunakan sumber-sumber

organisasi; dan (6) kemampuan diri (Interpersonal Impact): terkait dengan

kemampuan Individu dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik,

dan kerja sama dengan pekerja dan pegawai.


26

Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh. selanjutnya dalam

menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,

mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013, lndikator Penilaian

Kinerja yaitu:

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian:

Persiapan penyuluh pertanian meliputi: (a) membuat data potensi wilayah

dan agro ekosistem; (b) memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan

RDKK; (c) penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan; dan

(d) membuat rencana kerja tahunan penyuluh pertanian (RKTPP).

2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian:

Dalam hal ini meliputi: (a) melaksanakan desiminasi/penyebaran materi

penyuluhan sesuai kebutuhan petani; (b) melaksanakan penerapan metode

penyuluhan pertanian di wilayah binaan; (c) melakukan peningkatan kapasitas

petani terhadap akses informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan

pembiayaan; (d) menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dan

aspek kuantitas dan kualitas; (e) menumbuhkan dan mengembangkan

kelembagaan ekonomi petani dari aspek kualitas dan kuantitas; dan (f)

meningkatkan produktifitas .

3. Evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian yakni melakukan evaluasi

pelaksanaan penyuluhan pertanian dan membuat laporan peleksanaan penyuluhan

pertanian.

Instrumen Evaluasi Kinerja Penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.


27

Tabel 2.1. Instrumen Evaluasi Kinerja Penyuluhan Pertanian


Indikator
Kinerja
Parameter Kinerja Skor
Penyuluh
Pertanian
Persiapan 1. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem yang
Penyuluhan terdiri atas :
Pertanian a, b, c, d,
5
a. peta wilayah binaan A. dibuat
peta potensi wilayah b dan d dibuat
4
b. binaan B.
data potensi wilayah c dan d dibuat
3
c. binaan C.
a dan d dibuat
RKP (Rencana
Kegiatan penyuluhan)
d. 2
dalam bentuk jadwal
bulanan
D
E. d dibuat 1
2. Memandu pengawalan dan pendampingan penyusunan
RDKK
RUK/RUB (Rencana
usaha Memandu
a. kelompok/rencana A. merumuskan 5
usaha bersama) a, b, c, dan d

memandu
b. B. merumuskan 4
RDK (Rencana b, c, dan d
definitif kelompok)

memandu
c. RDKK (Rencana C. merumuskan 3
definitif kebutuhan a, c, dan d
kelompok)

memandu
d. RDKK pupuk D. merumuskan 2
bersubsidi sesuai c dan d
kebutuhan petani
memandu
merumuskan
a atau b
E. 1
28

3. Penyusunan Programa penyuluhan pertanian desa dan


kecamatan
a. Penyusunan programa Terlibat
penyuluhan pertanian dalam
desa/kecamatan dan A kegiatan 5
kelurahan a,b,c,d, dan e

b. Rekapitulasi Terlibat
programa dalam
B 4
desa/kelurahan kegiatan a,c,d
dan e
c. Pemeringkatan Terlibat
masalah dalam
C 3
kegiatan a,d
dan e
d. Pembuatan Draf Terlibat
Programa dalam
D 2
kegiatan b
dan d
e. Singkronisasi Terlibat
kegiatan penyuluhan E dalam 1
kegiatan e
4. Membuat Rencana Kerja tahunan Penyuluhan Pertanaian
RKTPP Yang memuat :
a. Keadaan Wilayah A a, b, c, dan d
(potensi, dibuat
Produktifitas,
5
lingkungan usaha dan
pertania, pelaku dan
petani (dll)
b. Penetapan tujuan B b dan d
4
dibuat
c. Penetapan masalah C c dan d
3
dibuat
29

d. Rencana Kegiatan D a dan d


(Menggambarkan apa dibuat
yang dilakukan untuk
mencapai tujuan,
bagaimana caranya,
siapa yang
melakukannya, siapa
2
sasarannya, dimana,
kapan, berapa biaya,
dan apa hasil yang
akan dicapai untuk
mencapai masalah
yang dituangkan
dalam bentuk matrik
E d dibuat 1
Pelaksanaan 5. Melaksanakan Desiminasi/Penyebaran Materi Penyuluhan
Penyuluhan Sesuai kebutuhan Petani (dalam 1 Tahun)
pertanian Menyebarkan
>12 5
A. Judul/topik
Menyebarkan
s/d 12 4
B. topik/judul
Menyebarkan
5 s/d 12 3
C. judul/topik
Menyebarkan
2 s/d 4 2
D. judul/topik
Menyebarkan
hanya 1 1
E. topik/judul
6 Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian
diwilayah binaan dalam bentuk kunjungan/tatap muka
(perorangan/kelompok/massal) dalam satu tahun terakhir
A. > 60 5

B. 40 s/d 59 4

C. 30 s/d 44 3

D. 15 s/d 29 2
30

E. < 15 1

7. Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian


diwilayah binaan dalam bentuk demostrasi/SL ( dalam satu
tahun terakhir)

A >3 5

C 2 3

E 1 1

8. Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian


diwilayah binaan dalam bentuk kursus (dalam satu tahun
terakhir)
A >3
5

C 2 3

E 1 1
9. Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian
diwilayah binaan dalam bentuk kursus ( dalam satu tahun
terakhir)
A. >3 5

2
3
C.

E. 1 1
10. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadapa akses
informasi dalam mengembangkan usahatani
Memberikan
informasi untuk
A A. a, b, c, dan d 5
menunjukan sumber
informasi dilakukan
Membangun jaringan
B kerja antara petani B. a, b, dan c 4
dilakukan
31

Membangun a dan b
C C. 3
kemitraan dilakukan
a dan d
D Memandu membuat D. 2
dilakukan
proposal kegiatan
E. a dilakukan 1

11. Menumbuhkan kelompoktani/gapoktan dari aspek kualitas


dan kuantitas
A Kelompok tani Lebih dari 2
Kelompok tani kelompok
A 5
tani dan 1
Gapoktan
B Gapoktan 2 Kelompok
B
tani
1 gapoktan
C 3
1 Kelompok
D
Tani
Tidak ada
E pertumbuhan 1

12. Meningkatkan kelas kelompok tani dari aspek kualitas dan


kuantitas
A Dari kelompok tani A Lebih dari 3
pemula kelanjutan kelompok 5
tani
B Dari kelompok tani B 3 kelompok
4
lanjutan tani
C Dari kelompok tani C 2 kelompok
3
madya keutama tani
D 1 kelompok
2
tani
E Tidak ada
1
peningkatan
13. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan
ekonomi petani dari aspek jumlah dan kualitas
A BUMP yang Memfasilitasu
berbentuk a,b,c dan d
perseorangan terbatas 5
dan sudah berbadan
hokum A.
BUMP yang Memfasilitasi
berbentuk a,b, dan c
4
perseorangan terbatas
B dan belum berbadan B.
32

hokum

BUMP yang Memfasilitasi


terbentuk koperasi a dan b
3
tani sudah berbadan
C hokum C.
BUMP terbentuk Memfasilitasi
D koperasi tani belum c dan d 2
berbadan hokum D.
Memfasilitasi
1
E. d
14 Meningkatkan produktifitas komoditi unggulan di WKPP
dibandingkan produksi sebelumnya
5 % atau
A. 5
lebih

B. 4-<5% 4

C. 3-<4% 3

D. 2–3% 2

E. 0-<2% 1
Evaluasi
15. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan penyuluhan

Lebih dari 4
A kali 5

Sebanyak 4
B 4
kali
Sebanyak 3
C kali 3
Sebanyak 2
D 2
kali
Sebanyak 1
E 1
kali
16. Membuat laporan pelaksanaan ppenyuluh pertanian

a Laporan setiap bulan A a, b, c, d,


dibuat 5

b Laporan setiap tri a, b, c, dibuat


33

wulan
c Laporan setiap C a, b, dan d
3
semester
d Laporan setiap a dan d
semester
E A dibuat 1
Sumber Data : Peraturan Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013,
lndikaton Penilaian Kinerja

Standar Nilai Prestasi Kerja (NPK):

a. Jumlah pengukuran atau parameter sebanyak 16, setiap indikator dinilai

dengan menggunakan skala 5. Skala 1 menunjukan kinerja paling rendah

dan skala 5 menunjukan kinerja paling tinggi.

b. Jumlah nilai seluruh pengukuran/parameter yaitu paling rendah 16 (jumlah

pengukuran/parameter = 16 x 1) dan jumlah paling tinggi 80 (jumlah

pengukuran/parameter yang diperoleh penyuluh pertanian disebut Nilai

Evaluasi Mandiri (NEM) merupakan ukuran prestasi kerja.

c. Standar NPK Penyuluh Pertanian dinyatakan dalam angka dan sebutan

sebagai berikut:

Tabel 2.2. Standar Nilai Prestasi Kerja.

No Nilai Prestasi Kerja


1 76%-100 Sangat baik (tinggi)
2 56%-76% Baik (sedang)
3 < 55% Buruk (Rendah)
Data Standar Prestasi Kerja

Tata cara perhitungan :

Total NEM

NPK = X 100

80
34

Contoh seorang penyuluh pertanian dengan Total NEM 60, maka NPK

adalah 60/80X100 = 75 cukup.

Adapun kinera pelayanan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kinerja Pelayanan

Loveiock dalam Prasoji. et al (2012) mengatakan pelayanan merupakan

respon terhadap kebutuhan manejerial yang hanya akan terpenuhi kalau pengguna

jasa itu mendapatkan produk yang mereka inginkan. Sedangkan Mangkunegara

(2006), mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tangung jawab yang

diberikan padanya.

Dengan berbagai pengertian di atas maka kinerja pelayanan merupakan hal

yang menyangkut kuaIitas pelayanan, hasil pekerjaan, kecepatan kerja, pekerjaan

yang dilakukan sesuai dengan harapan masyarakat (pelanggan) dan ketepatan

waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.

Selain itu, Tiptono dalam Prasoji. at al (2006) menyebutkan bahwa

kualitas memiiiki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas

memberikan sesuatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan

yang kuat dengan organisasi. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini

memungkinkan organisasi untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan

serta kebutuhan mereka.

Meningkatkan kinerja pelayanan publik, ada beberapa pola yang dapat

diterapkan menurut Ahmad (2012), antara lain: (a) pola pelayanan teknik

fungsional yakni pola pelayanan masyarakat yang diberikan oleh satu instansi

pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi dan kewarganegaraan; (b) pola pelayanan
35

satu pintu yakni pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh

satu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari instansi

pemerintah terkait lainnya; (c) pola pelayanan satu atap yakni pelayanan

dilakukan secara terpadu pada satu instansi; (d) pola pelayanan terpusat yakni

pola pelayanan masyarakat yang dialakukan oleh satu instansi pemerintah yang

bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang

terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan; dan (e) pola

pelayanan elektronik yakni pola pelayanan menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi yang merupakan otomatis pemberian layanan dan bersifat online

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas pelanggan.

2. Indikator Pelayanan

Pada dasarnya terdapat beragam alat ukur, tolak ukur, parameter atau

indikator pelayanan publik untuk menentukan pelayanan yang baik.

Secara sederhana dapat dikatakan pelayanan yang baik dapat diketahui dengan

cara membandingkan persepsi pelanggan atas pelayanan yang nyata-nyata mereka

terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan

atau inginkan.

Pelayanan publik merupakan salah satu referensi yang dapat digunakan oleh

warga negara. Penyelenggaraan layanan publik merupakan proses yang sangat

strategis karena didalamnya berlangsung interaksi yang cukup intensif antara

warga negara dan pemerintah.

Menurut Zaithaml, Parasuraman & Berry dalam Ratminto dan Atik (2012)

menggunakan ukuran Tangibel, reliability, responsivenes, assurance, empathy

dengan penjelasan sebaga berikut: (a) tangibel atau ketampakan fisik yaitu :
36

fasilitas fisik, peralatan, pegawai dan fasilitas komunikasi yang dimiliki oleh

penyedia pelayanan; (b) reliability atau reabilitas adalah kemempuan untuk

menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat; (c) responsivenes

atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong pengguna layanan atau

menyelenggarakan pelayanan secara iklas; (d) assurance atau kepastian adalah

pengetahuan, kesopanan atau kemempuan para petugas penyedia layanan dalam

memberikan kepercayaan kepada pengguna layanan; dan (e) empathy adalah

kemampuan memberikan perhatian kepada pengguna layanan secara individual.

3. Indikator Kinerja Pelayanan

Pengukuran kinerja pelayanan publik sering kali diperuntukan dengan

pengukuran kinerja pemerintah. Hal ini tidaklah terlalu mengherankan karena

pada dasarnya pelayanan publik memang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Dengan demikian, ukuran kinerja pemerintah dapat dilihat dari kinerjanya dalam

pelayanan publik.

Untuk menentukan kinerja pelayanan penyuluh pertanian di Desa

Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan, kerangka konsep

dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengukuran kinerja pelayanan yang

telah dikembangkan oleh Zaithaml, Parasuraman & Berry yang hanya

menggunakan lima indikator ini sesuai dengan tugas dan fungsi penyuluh

pertanian dalam mengetahui kinerja pelayanan, indikator tersebut meliputi: (1)

ketampakan fisik yakni hal yang menyangkut tentang fasilitas oprasional

penyuluh baik di kantor atau di lapangan dan fasilitas atau bantuan dari

pemerintah untuk anggota kelompok tani (masyarakat) serta fasilitas pendukung

lainnya; (2) reliabilitas yakni hal yang menyangkut tentang pemberian informasi
37

baru dari penyuluh pertanian kesetiap anggota kelompok tani, kehandalan dalam

memberikan pelayanan; (3) responsivitas yakni hal yang menyangkut tentang

daya tangkap atau respon penyuluh pertanian dalam memberikan pelayanan

apabila kelompok tani akan berkonsultasi dan apabila klompok tani mengalami

masalah di lapangan; (4) kompetisi yakni hal yang menyangkut tentang

kemampuan atau pengetahuan penyuluh pertanian dalam menjalankan

tugas/fungsinya, pelatihan-pelatihan yang didapat serta keterampilan penyuluh

pertanian; dan 5) akses yakni hal yang menyangkut tentang kemudahan anggota

keompok tani untuk menghubungi penyuluh pertanian apabila memiliki

keperluan.

2.4. Konsep Petani Padi Sawah

Petani adalah pelaksana utama pembangunan pertanian, maka keberhasilan

pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

pertanian (Kasryno, 2002). Sedangkan menurut Krishnamurthi (2003)

menyatakan bahwa 80 persen keberhasilan pertanian ditentukan petani.

Namun pemerintah tetap perlu dilibatkan untuk membangun infrastruktur seperti

jalan, jaringan irigasi dan sebagainya.

Petani dalam pengertian yang luas mencakup semua usaha kegiatan yang

melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba)

untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit petani juga diartikan sebagai

kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman

tertentu, terutama yang bersifat semusim (Subarkah, 2010).

Padi sawah adalah padi yang di tanam dilahan sawah, yang termasuk padi

sawah yaitu padi rendengan, padi gadu, padi gogoh ranca, padi pasang surut, padi
38

lebak, padi rembesan dan lain-lain. Padi sawah memerlukan curah hujan antara

200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun dan ketingian tempat optimal

0-1500 meter di atas permukaan laut. Menurut Junghung dalam Sukisti (2010),

hubungan antara tinggi dengan tanaman padi sebagai berikut: (a) daerah antara 0-

1500 m dengan suhu antara 26,5 derajat Celsius sampai 22,5 derajat Celsius

cocok untuk tanaman padi; (b) daerah antara 650-1500 m dengan suhu antara 22,5

derajat Celsius sampai 18,7 derajat Celsius.

Indonesia mengalami masalah serius dalam kaitannya dengan ketersediaan

air, akibat penggunaan oleh berbagai sektor yang kurang bijaksana serta semakin

kompleks yang menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang terhadap air.

Menurut Hasan (2012), menyatakan bahwa pada awal tahun 1970-an pengelolaan

sumber daya air masih lebih terfokus pada aspek teknis, ekonomi dan pertanian.

Namun pada tahun 1990-an pengelolaan sumber daya air mulai

mempertimbangkan aspek kelembagaan, dan pada tahun 2000-an aspek

lingkungan mulai dipertimbangkan, juga isu perubahan iklim.

2.5. Teori Motivasi

2.5.1. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Harold Maslow

Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang munculnya semangat

tergantung dari kepentingan individu. Abraham Harold Maslow mengemukakan

“Hierarchy of needs theory” untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan

manusia bagaimanapun juga individu sebagai karyawan tidak bisa melepaskan

diri dari kebutuhan-kebutuhannya. Abraham Harold Maslow menyatakan bahwa

manusia dimotivasi oleh berbagai kebutuhan dan keinginan ini muncul dalam
39

urutan hirarki. Maslow mengidentifikasi dalam urutan yang semakin meningkat.

Adapun kelima tingkatan tersebut menurut Handoko (1991), adalah:

1. Kebutuhan Fisiologis ( Physiological Needs) adalah: (a) teoritis, kebutuhan

pangan, sandang, papan, bebas dari rasa sakit; dan (b) terapan, ruang

istirahat, air untuk minum, liburan, cuti, balas jasa.

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Kerja (Safety & Securtiy Needs) (a)

teoritis: perlindungan dan stabilitas; dan (b) terapan, pengembangan

karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana-rencana senioritas, serikat

kerja, tabungan, uang pesangon, jaminan pensiun, asuransi.

3. Kebutuhan Sosial (Social Needs: (a) teorits, Cinta, persahabatan, perasaan

memiliki dan diterima dalam kelompok, kekeluargaan dan sosialisasi; (b)

terapan: kelompok-kelompok kerja formal & informal, kegiatan-kegiatan

yang disponsori perusahaan, acara peringatan.

4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs): (a) teoritis : Status atau

kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi,

kehormatan diri dan penghargaan; (b) terapan : kekuasaan, ego, promosi,

jabatan, hadiah, status.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs): (a) teoritis:

Penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri; (b) terapan:

Menyelesaikan penugasan-penugasan yang bersifat menantang, melakukan

pekerjaan-pekerjaan kreatif, pengembangan ketrampilan.


40

2.5.2. Teori ERG Alderfer

Kebutuhan hirarki Maslow memberikan titik tolak untuk peningkatan teori

kebutuhan manusia. Clayton Alderfer mengembangkan teori eksistensi-hubungan

pertumbuhan atau bisa juga disebut sebagai Existence-Relatedness-Growth (ERG

14 Theory), yang meninjau kembali teori Maslow untuk membuatnya konsisten

dengan penelitian yang mempertimbangkan kebutuhan manusia.

Terdapat beberapa perbedaan antara teori ERG Alderfer dan teori kebutuhan

hirarki Maslow. Penelitian telah menunjukkan bahwa manusia memiliki tiga

bentuk kebutuhan dibanding dengan lima bentuk berdasarkan hipotesa Maslow.

Kebutuhan manusia adalah berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Demikian juga dengan prioritasnya, masing-masing orang tidak sama.

(Menurut Clayton Aldefer, 2002) menjelaskan bahwa kebutuhan

manusia dikelompokkan menjadi tiga dasar kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan untuk

eksistensi/keberadaan (Existence Needs). Kebutuhan ini mencakup semua

bentuk kebutuhan fisik dan keamanan, seperti: bonus kerja, gaji tambahan,

dan kebutuhan keamanan seperti asuransi kesehatan, jaminan masa depan;

(2) kebutuhan untuk hubungan (Relatedness Needs), kebutuhan ini mencakup

semua kebutuhan yang melibatkan hubungan social dan hubungan anatar pribadi

bermanfaat; dan (3) kebutuhan untuk bertumbuh (Growth Needs), kebutuhan ini

mencakup kebutuhan yang melibatkan orang-orang yang membuat usaha kreatif

terhadap diri mereka sendiri dan lingkungan.

Manusia bekerja memenuhi kebutuhannya berdasarkan kontinum

kekongkritannya dimana semakin konkrit kebutuhan yang hendak dicapai,

maka semakin mudah seorang karyawan untuk mencapainya, Kebutuhan yang


41

konkrit menurut Alderfer adalah kebutuhan keberadaan yang paling mudah

kemudian kebutuhan relasi atau hubungan dengan orang lain untuk dipenuhi

dalam mencapai prestasi sebelum mencapai kebutuhan yang lebih kompleks yaitu

pertumbuhan.

Menurut Aldag dan Stearns (Daft 2002), Alderfer meninjau kembali teori

Maslow dengan cara lain yaitu: (1) dia membuktikan bahwa tiga kategori

kebutuhan membentuk hirarki hanya dalam pengertian yang meningkatkan

keabstrakan atau mengurangi kekonkretan setelah kita bergerak dari kebutuhan

eksistensi ke kebutuhan hubungan lalu ke kebutuhan pertumbuhan, cara untuk

memenuhi kebutuhan menjadi berkurang dan menjadi kurang konkret; (2)

Alderfer menyadari bahwa sementara memenuhi kebutuhan eksistensi dan

hubungan, kita dapat membuat kebutuhan itu kurang penting bagi kita, tidak

seperti pada kebutuhan pertumbuhan. Malah sebaliknya, kebutuhan pertumbuhan

menjadi lebih penting setelah kita memenuhinya setelah kita mampu untuk kreatif

dan produktif, kita meningkatkan pertumbuhan kita dan lagi, kita menjadi tidak

puas; (3) Alderfer menerangkan bahwa kita mungkin pertama memusatkan pada

kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan cara konkret dan kemudian

mengurusnya dengan lebih banyak cara untuk menuju kepuasan. Alderfer

menambahkan gagasan tentang kekecewaan (frustration). Kekecewaan terjadi

ketika kita tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat tertentu secara

hakiki yang menyebabkan kita “mundur” dan memusatkan pada kebutuhan yang

lebih konkret. Apabila kita tidak bisa memenuhi kebutuhan hubungan, kita akan

memusatkan pada kebutuhan eksistensi.


42

2.5.3. Teori Sikap

Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai suatu tindakan yang

dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal. Pengertian sikap

dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010), sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau

respon yang muncul dari sseorang individu terhadap objek yang kemudian

memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara tertentu.

Gerungan (2004), juga menguraikan sikap atau attitude sebagai suatu reaksi

pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun

objeknya sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama, hal itu

dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan

masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan

membentuk perilaku individu terhadap objek.

Mengenai sikap juga disampaikan oleh Sarlito dan Eko (2009), Sikap adalah

suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu objek.

Objek yang disikapi 10 individu dapat berupa benda, manusia atau informasi.

Proses penilaian seorang terhadap suatu objek dapat berupa penilaian positif dan

negatif. Sikap juga diuraikan oleh Slameto (1995), sikap merupakan sesuatu yang

dipelajari dan menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta

menentukan apa yang dicari oleh individu dalam hidupnya. Berdasarkan beberapa

pendapat ahli mengenai sikap, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu

reaksi atau respon berupa penilaian yang muncul dari seorang individu terhadap

suatu objek. Sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu perwujudan adanya

kesadaran terhadap lingkunganya. Proses yang mengawali terbentuknya sikap

adalah adanya objek disekitar individu memberikan stimulus yang kemudian


43

mengenai alat indra individu, informasi yang yang ditangkap mengenai objek

kemudian diproses di dalam otak dan memunculkan suatu reaksi. Penilaian yang

muncul, positif atau negatif dipengaruhi oleh informasi sebelumnya, atau

pengalaman pribadi individu.

2.6. Teori Sistem

2.6.1 Konsep Dasar Sistem

Konsep Dasar Sistem Pada umumnya setiap organisasi selalu mempunyai

sistem informasi untuk mengumpulkan, menyimpan, melihat dan menyalurkan

informasi. Sistem informasi dapat terbentuk karena didorong oleh kebutuhan akan

informasi yang terus meningkat yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan.

Didalam mendefinisikan sebuah sistem, yang menggunakan suatu

penekanan terhadap prosedur dan penekanan terhadap komponen atau elemennya.

Pada sistem yang menekan pada komponen akan lebih mudah didalam

mempelajari suatu sistem untuk tujuan analisis dan perancangan suatu sistem.

Pada pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur

mendefinisikan sebagai berikut :

Menurut Jogiyanto (2005 ) Definisi sistem adalah “Suatu jaringan kerja dari

prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk

melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu” .

Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekan elemen atau

komponennya. Mendefinisikan sistem sebagai berikut : Sistem terdiri dari

masukan (input) dan keluaran (output) dimana didalam pengoperasiannya terdiri

dari perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software), maka suatu

sistem terdiri atas masukan (input), proses (process) dan keluaran (output ).
44

2.6.2. Pengertian Sistem

Sistem mempunyai beberapa pengertian, tergantung dari sudut pandang

mana kata tersebut didefinisikan. Secara garis besar ada dua kelompok pendekatan

untuk mendefinisikan sistem, yaitu: (1) pendekatan sistem yang lebih menekankan

pada prosedurnya, pendekatan prosedur adalah pendekatan yang menekankan

pada konsep sistem berdasarkan prosedur-prosedur yang ada dalam sistem; (2)

pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen-elemen, yang artinya

sistem itu didefinisikan sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

atau untuk menyelesaikan suatu aturan tertentu.

Definisi sistem menurut Jogiyanto (2005), sistem adalah kumpulan dari

elemen-elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi sistem menurut Jogiyanto (2005), Sistem adalah suatu jaringan

kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama

untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang

tertentu. Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem

merupakan suatu kumpulan dari sub sistem atau jaringan kerja yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

2.7. Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil

berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat

dijadikan sebagai data pendukung. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai

bahan referensi. Penelitian terdahulu mengenai kinerja penyuluh pertanian


45

menjadi salah satu literatur acuan atau landasan dalam penelitian yang akan

dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka penelitian dan

pengembangan dalam kinerja penyuluh pertanian dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kinerja penyuluh pertanian dapat dilihat pada Tabel 3

berikut:

Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu


No Penulis, tahun Judul Peneliti Hasil

1 Bahua, 2010 Faktor-Faktor Yang Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kinerja berhubungan nyata
Penyuluh Pertanian dan terhadap kinerja
Dampaknya Pada penyuluh
Perilaku Petani Jagung pertanian adalah masa
di Provinsi Gorontalo kerja, jumlah petani
binaan, kemampuan
merencanakan program
penyuluhan,
pengembangan potensi
diri, kebutuhan untuk
berafiliasi, kemandirian
intelektual dan
kemandirian sosial.

2 Sapar, 2012 Faktor-Faktor Yang Faktor-faktor yang


Berpengaruh Pada dapat
Kinerja Penyuluh meningkatkan kinerja
Pertanian dan penyuluh pertanian
Dampaknya Pada adalah karakteristik
Kompetensi Petani (umur, pendidikan,
Kakao di Empat pengalaman kerja),
46

wilayah kompetensi
Sulawesi Selatan (kemampuan
perencanaan
penyuluhan,
kemampuan dalam
evaluasi dan pelaporan,
kemampuan dalam
mengembangkan
penyuluhan.
3 Lubis, 2014 Faktor-Faktor Yang Faktor-faktor
Mempengaruhi Kinerja karakteristik penyuluh
Penyuluh Pertanian di yang berhubungan
Kabupaten Mandailing secara
Natal signifikan dengan
keberhasilan kinerja
penyuluh yaitu tingkat
pendidikan dan
pendapatan, sedangkan
faktor-faktor
karakteristik
penyuluh seperti
motivasi
yang berpengaruh
secara
signifikan terhadap
kinerja penyuluh
adalah
tingkat pendidikan.
4 Suharyon, 2014 Faktor-Faktor Yang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi berpengaruh positif
Terhadap Kinerja terhadap kinerja
Penyuluh Pertanian penyuluh
47

Dalam Penyampaian pertanian adalah


Informasi Teknologi sarana/prasarana,
Pertanian sistem
pembinaan kelompok,
pendidikan formal.
5 Geladikarya, Analisis Faktor-Faktor Kinerja penyuluh
2015 Yang Mempengaruhi pertanian dipengaruhi
Kinerja Penyuluh oleh variabel sistem
Pertanian Dalam penghargaan,
Rangka ketersediaan sarana dan
Meningkatkan Kinerja prasarana. Sistem
Penyuluh Pertanian penghargaan memiliki
Kabupaten Serdang pengaruh yang paling
Bedagai dominan terhadap
kinerja
penyuluh pertanian.
Sumber Data : Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang menjadi referensi peneliti dalam melakukan

penelitian ini, maka yang membedakan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian ini adalah penelitian ini tidak hanya ingin mengetahui optimalisasi

knerja penyuluh terhadap petani padi sawah namun peneliti ingin mengungkap

penyebab optimalisasi kinerja penyuluh tersebut dilapangan secara komperhensif,

dan hal ini tidak diungkap dalam peneliti sebelumnya.

2.8. Kerangka Pikir

Penyuluh Pertanian adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi

yang memberikan pendidikan, bimbingan dan mengatasi berbagai masalah seperti

halnya dalam sektor pertanian, sehingga dapat mencapai sasaran yang telah

ditetapkan, sedangkan penyuluhan adalah merupakan proses pembelajaran bagi


48

pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam informasi pasar, teknologi, permodalan dan

sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi

usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Setiap tenaga penyuluhan pertanian diharapkan dapat menampilkan kinerja

yang baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya penyuluh sehingga tujuan dari

kegiatan penyuluhan dapat terwujud, yang pada akhirnya dapat menunjang

keberhasilan petani, terdapat beberapa indikator kinerja penyuluh pertanian yang

dapat dijadikan sebagai acuan diantaranya Peraturan Mentri Pertanian Nomor

91/Permentan/Ot.14019, Meliputi :

1. Persiapan penyuluhan pertanian

Persiapan penyuluhan pertanian diantaranya sebagai berikut: a) membuat

data potensi wilayah dan agro ekosistem; b) memandu (pengawalan dan

pendampingan) penyusunan RDKK; c) penyusunan programa penyuluhan

pertanian desa dan kecmatan; dan d) membuat rencana kerja tahunan penyuluh

pedanian (RKTPP).

2. Pelaksanaan penyuluhan pertanian

Pelaksanaan penyuluhan diantaranya sebagai berikut: a) melaksanakan

desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani;

b) melaksanakan penerapan metoda penyuluhan penanian di wilayah binaan;

c) melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar,

teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan; d) menumbuhkan dan

mengembangkan kelembagaan petani dan aspek kuantitas dan kuntitas;


49

e) menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek

kualitas dan kuantitas; f) meningkatkan produktifitas .

3. Evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian

Evaluasi dilakukan sebagai suatu bentuk kegiatan pengukuran dan penilaian

yang dapat dilakukan sebelum, selama dan setelah kegiatan itu selesai dilakukan

dan pelaporan penyuluhan pertanian adalah membuat laporan pelaksanaan

penyuluhan pertanian.

Menegetahui penyebab optimalisasi kinerja penyuluh pertanian dapat dilihat

dari dua indikator: (1) penyuluh pertanian; dan (2) petani padi sawah.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


50

Kerangka Pikir

Penyuluh Pertanian

Penyuluhan Pertanian

Kinerja Penyuluh Analisis Kinerja


Pertanain Penyuluh
Pertanian

Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluh Petani Padi


Sawah

Optimalisasi
Kinerja Penyuluh
Pertanain

Gambar 1. Kerangka pikir


51

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara porposive (sengaja) dengan

pertimbangan kemudahan memperoleh informasi tentang penelitian dan karena

peneliti sudah mengetahui serta sudah berinteraksi dengan lingkungan

penelitian.Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat petani padi sawah yang

tinggal di Desa Margacinta yaitu 136. Sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu: petani padi sawah dan penyuluh

pertanian.

Metode pengambilan sampel penyuluh pertanian akan dipilih dengan

menggunakan metode sensus, yaitu mewawancarai semua jumlah penyuluh

pertanian di Desa Margacinta. Sedangkan untuk masyarakat petani padi sawah,

penentuan sampelnya digunakan rumus Slovin (Wardiyanta, 2006), yaitu:


𝑁 136
n = 1+𝑁𝑒 2 = 1+(136×(10%2 ) = 57,62 ≈ 56 KK

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = banyaknya populasi

e = batas toleransi kesalahan (10%)

Sehingga, jumlah sampel yang digunakan adalah 56 KK.


52

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis data

Adapun jenis data dalam penelitian ini penggunakan jenis data kuantitatif

yang diolah secara kualitatif deskriptif.

3.3.2. Sumber data

Dalam penelitian ini sumber data terbagi menjadi dua bagian yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer dalah data yang diperoleh langsung dari

informan atau objek penelitian, dalam hal ini kinerja penyuluhan pertanian

terhadap petani padi sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe selatan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari informan lain

serta dokumen-dokumen lain yang ada kaitanya dengan penelitian ini.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik antara lain :

1. Library Research, atau penelitian kepustakaan yaitu mengkaji literature

yang kaitanya dengan kajian yang sedang dibahas yang menyangkut masalah

hubungan kinerja penyuluhan pertanian lapangan terhadap kapasitas petani padi

sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan,

yaitu dengan cara :

a. Kutipan langsung yakni teknik pengutipan dari para pendapat ahli tanpa

melakukan perubahan, baik redaksinya maupun randa baca dari sumber

aslinya yang dikutip.

b. Kutipan langsung yakni teknik pengutipan dari pendapat para ahli dengan

mengubah redaksinya berdasarkan analisis penulis, tetapi tidak mengurangi

makna substansinya dari sumber aslinya.


53

2. Field research, atau penelitian lapangan yakni pengumpulan data dengan

mengadakan penelitian dilapangan secara langsung dimana pengumpulan data

dilakukan dengan cara :

a. Teknik Observasi ( pengamatan langsung), dimana peneliti melakukan

pengamatan seca langsung terhadap beberapa fenomena-fenomena, gejala,

peristiwa, yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

b. Teknik Wawancara (interview), yakni melakukan tanya jawab sifatnya

terbuka (transparan) dengan informan yang terkesan tidak formal dengan

dirancang sedemikian rupa agar informan tidak merasa diinterogasi sehingga

memudahkan mereka untuk terbuka dalam menyampaikan informasi yang

sebenarnya. Pada beberapa informasi yang dianggap sensitif, pelaku seolah

bertindak sebagai teman, saudara atau berbaur langsung dengan informan.

c. Teknik Dokumentasi yakni mengumpulkan beberapa dokumen berupa

arsip dari dinas terkait, foto, gambar atau yang berhubungan dengan kegiatan

penelitian.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik petani meliputi : umur, pendidikan, pengalaman berusaha tani.

2. Kinerja penyuluh pertanian yang meliputi: tahapan persiapan, tahapan

pelaksanaan dan tahapan evaluasi.

3. Mengetahui penyebab optimalisasi tentang kinerja penyuluh pertanian

3.6. Konsep Operasional

a. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial,

Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status


54

dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk

mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi,

sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan pertumbuhan

dan perubahan.

b. Penyuluhan pertanian adalah perubuhan pendidikaan non formal yang

bertujuan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha

dengan tujuan untuk menolong dirinya dan keluarganya guna meningkatkan

produktifitas, pendapatan dan kesejahtraan masyarakat.

c. Peran penyuluhan pertanian adalah suatu proses keterlibatan pelaku

penyuluhan yang memiliki fungsi sebagai pendidik, pemimpin dan

penesehat.

d. Fungsi penyuluhan adalah menjembatani kesenjangan antara praktik yang

biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang

selalu berkembang

e. Tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk menambah pengetahuan,

keterampilan dan merubah sikap petani dalam mengusahakan usahataninya ke

arah yang lebih baik

f. Kinerja adalah suatu proses atau pelaksanaan yang dilakukan yang bertujuan

menghasilkan suatu hal yang baik bersifat fisik maupun non fisik yang sesuai

dengan fungsi dan petunjuk yang telah ditentukan sementara fungsi dan

tugasnya didasari pada pengetahuan, siakap dan keterampilan.

g. Sistem penilaian kinerja ialah proses untuk mengukur prestasi kerja

penyuluhan berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, dengan cara

membandingkan sasaran (hasil kerjanya) dengan persyaratan deskripsi


55

pekerjaan yaitu standard pekerjaan yang telah ditetapkan selama periode

tertentu.

h. Indikator kinerja terdiri 4 indikator yaitu persiapan penyuluhan pertanian,

pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan penyuluhan

pertanian dan pelayanan penyuluhan pertanian.

i. Produksi padi sawah adalah jumlah atau banyaknya hasil padi sawah yang

dihasilkan oleh setiap hektar sawah dari proses bercocok tanam padi sawah

yang dilakukan oleh petani pada satu kali musim tanam. Usaha tani

merupakan suatu proses produksi.

j. Kinerja pelayanan adalah hal yang menyangkut kuaIitas pelayanan, hasil

pekerjaan. kecepatan kerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan

masyarakat (pelanggan) dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan

pekerjaan.

3.7. Teknik Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis untuk menetahui suatu hasil penelitian.

Data yang diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Tekhnik analisis data

dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.7.1. Analisis data Kuantitatif

Analisis data menggunakan rumus persentase untuk mengukur kinerja

penyuluhan pertanian (persiapan, pelaksanaan dan evaluasi) terhadap petani padi

sawah.

Dengan menggunakan rumus persentase :

𝑭
P = 𝑵 x 100% (Arikunto 2006)

Keterangan :
56

P = Hasil Persentase

F = Hasil Pencapaian/Skor total tiap responden

N = Hasil pencapain Maksimal/skor maksimal

Hasil persentase (P) dari pencapain setia responden, kemudian

diinterpretasikan kedalam kategori (Arikunto, 2006).

Skor : 76%-100 Untuk Kinerja Penyuluh Pertanian Tinggi

Skor : 56%-76% Untuk Kinerja Penyuluh Pertanian Sedang

Skor : < 55% Untuk Kinerja Penyuluh Pertanian Rendah

3.7.2. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui penyebab

optimalisasi kinerja penyuluh pertanian dilihat dari tiga indikator (persiapan,

pelaksanaan dan evaluasi) pada petani padi sawah di Desa Margacinta Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Dengan metode analisis ini peneliti

mendeskripsikan kinerja penyuluh pertanian pada petani padi sawah di Desa

Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.


57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Gambaran umum yang disajikan dalam pembahasan ini adalah tentang letak,

luas wilayah, keadaan iklim, kependudukan, pendidikan dan mata pencaharian

penduduk serta kondisi lahan pertanian yang diharapkan dapat memberi gambaran

lebih luas tentang hasil penelitian.

4.1.1. Letak dan Luas Wilayah

Desa Margacinta merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Moramo, Kabupaten Konawe Selatan dengan Luas wilayah kurang lebih 120

km² yang berjarak ±5 km ke ibu kota kecamatan dan ±43 km dari ibukota provinsi

Secara administrasi Desa Margacinta mempunyai batas wilayah :

1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tambosupa Kecamatan Moramo.

2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Moramo Kecamatan Moramo.

3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bakutaru Kecamatan Moramo.

4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wawondengi Amohola

Kecamatan Moramo.

Desa Margacinta terletak 7–30 m di atas permukaan laut dan sektor

pertanian yang ada didukung oleh sistem pengairan atau irigasi Desa Margacinta

dari Kali Bakutaru yang mampu mengairi daerah persawahan di Desa Margacinta

(BPS Margacinta 2016 ).


58

4.1.2. Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan wilayah Desa Margacinta berkisar 243,5 mm/tahun

(BPP Moramo, 2017) dengan iklim tropis dengan tipe iklim D2–D3.

Berdasarkan klasifikasi Oldeman dan Damiyati, musim hujan terjadi antara bulan

Januari – Juni. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Desa Margacinta sebagian

besar warna tanah merah, kekuning-kuningan, hitam abu-abu dan tekstur tanah

pasiran dan debuan.

Idelanya tanaman padi dapat hidup di daerah yang berhawa panas dan

banyak mengandung uap air. Curah hujan rata-rata 200 mm per bulan,

dengan distrubusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar

1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 o C.

Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi sekitar 0-1500 m dpl.

Sedangkan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah

sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan

tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh

dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan

PH antara 4-7.

Dari luas wilayah Desa Margacinta kurang lebih 841 km² tersebut

sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang meliputi sebagian besar

diperuntukan pada tanaman sawah, perkebunan dan sebagian kecil

pertambakan ikan.
59

4.1.3. Keadaan Penduduk

4.1.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Keadan penduduk berdasarkan umur penduduk Desa Margacinta sebanyak

3.169 Jiwa yang terdiri dari 1.644 Jiwa pria dan 1.505 jiwa wanita dengan jumlah

kepala keluarga sebanyak 532 KK. Mengacu kepada pendapat Soehardjo (2009),

tentang usia produktif tenaga kerja manusia di sektor pertanian adalah antara umur

14 sampai dengan 54 tahun, belum produktif ≤ 14 tahun dan tidak produktif > 54

tahun, maka dapat disajikan kondisi ketenagakerjaan di Desa Margacinta dan

untuk lebih jelas mengenai kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut

Tabel 4.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa


Margacinta Tahun 2017
Kelompok Laki–laki Perempuan Jumlah
No. Umur (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) Persentase
1. 0 – 14 tahun 697 676 1.373 43%
2. 14 – 54 tahun 589 570 1.159 37%
3. > 55 tahun 378 259 637 20%
Jumlah 1.644 1.505 3.169 100%
Sumber Data: Kantor Desa Margacinta, 2017

Pada tabel 4.1 menunjukkan pada tahun 2017 penduduk usia produktif

sebanyak 1.159 jiwa atau ± 37% dari seluruh warga desa, yang terdiri dari 589

jiwa pria dan 570 jiwa perempuan. Maka kondisi ini memungkinkan bahwa tidak

ada masalah dalam ketenagakerjaan disektor pertanian di Desa Margacinta,

meskipun kemungkinan produktifitas masih rendah karena apabila dibandingkan

dengan seluruh lahan pertanian utama yang produktif saat itu yaitu potensi lahan

tanaman semusim seluas 52 ha, tanaman perkebunan seluas 191 ha ditambah

lahan tambak seluas 5 ha, total 248 ha ( Kantor Desa Margacinta, 2017 ).
60

Jika dilihat dari jumlah penduduk Desa Margacinta, merupakan jumlah

penduduk yang cukup memadai dan potensial untuk mengelola berbagai potensi

sumber daya yang dimiliki untuk kebutuhan pengembangan usaha pertanian

maupun usaha peternakan karena luas wilayah pengembangannya masih

memadai. Untuk mendukung hal tersebut maka sangat dibutuhkan Peran Kepala

Desa maupun pemerintah Kecamatan Moramo untuk membangkitkan kreativitas

dan inovasi masyarakat untuk mengelola potensi sumber daya alam secara

maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat.

4.1.3.2. Keadaan Pendidikan

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya alam manusia, pendidikan

merupakan salah satu faktor penunjang peningkatan kesejahteraan keluarga

karena pendidikan berfungsi mengubah pola pikir dan bertindak.

Pendidikan akan mengubah pola pikir masyarakat menjadi progresif,

sehingga diharapkan masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

kemampuan berpikir lebih baik. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan

pendidikan di Desa Margacinta dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Keadaan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jumlah Jiwa di Desa


Margacinta Tahun 2017
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Presentase
(Orang) (%)
1. Belum/ tidak tamt SD 780 24,6
2. Tamat SD 1.500 47,3
3. Tamat SMP 650 20,5
4. Tamat SMA / SMK 229 7,2
5. Tamat perguruan Tinggi(S1) 8 0,3
6. Tamat perguruan Tinggi(S2) 2 0,1
Jumlah 3.169 100
Sumber : Kantor Desa Margacinta, 2017
61

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

Desa Margacinta berpendidikan formal adalah tamat SD yaitu sekitar 1.500

atau (47,3%) dan menyusul tamat SMP sekitar 650 jiwa (20,5%), tamat

SMA/SMK sekitar 229 jiwa (7,2%), serta sarjana S1 8 jiwa (0,3%) dan Sarjana S2

sekitar 2 jiwa (0,1%). Jika dilihat dari keseluruhan penduduk di Desa Margacinta

sebagian besar telah mengenyam pendidikan formal. Hal ini sangat menunjang

keberhasilan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang dan

khususnya pembangunan di bidang pertanian, sebab semakin banyak masyarakat

mengemban pendidikan maka akan semakin baik pula pemahaman masyarakat

tentang penangkapan informasi dan inovasi yang diberikan oleh pemerintah desa

dalam hal ini penyuluh pertanian maupun dinas pertanian.

Kondisi ini dari segi pendidikan haruslah tetap ditingkatkan dimasa yang

akan datang. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan tingkat pendidikan bagi

masyarakat, maka pembangunan sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal

yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian baik pemerintah Desa

maupun Kabupaten. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh penulis dalam

penelitian menunjukkan bahwa sarana pendidikan yang ada di Desa Margacinta

terdiri atas : (1) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam bidang pertanian (2),

2 Sekolah Dasar terdapat dan (3) 1 Taman Kanak-kanak (TK)

4.1.4 Keadaan Pertanian Dalam Arti Luas

Potensi pertanian yang ada di Desa Margacinta terdiri dari tanaman

semusim (hortikultura), peternakan, perkebunan, pertambakan dan yang dominan

adalah areal persawahan, sebagaimana tersaji pada Tabel 4.3 berikut.


62

Tabel 4.3. Jenis dan Luas Pertanian Komoditi Pertanian di Desa


Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2017
No Jenis Luas Lahan Persentase
Penggunaan (ha) (%)
1. Pertanian Semusim
- Lahan Sawah 368,2 57,03
- Lahan Kering 47,5 7,36

2. Tanaman Keras (Kakao, 79,91 12,38


Kelapa,dll)
3. Perikanan/Pertambakan 150 23,23
Jumlah 645,61 100
Sumber : Kantor Desa Margacinta, 2017

Dalam upaya peningkatan hasil pertanian dalam arti luas maka potensi

wilayah yang tersedia perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari

seluruh masyarakat sehingga potensi dapat dimanfaatkan secara lebih optimal

dengan memperhatikan kelestarian alam yang pada akhirnya

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 645,61 ha lahan pertanian produktif

di Desa Margacinta sebagian besar digunakan untuk usaha padi sawah dan

sebagian lagi untuk pertambakan serta tanaman perkebunan. Pada sektor usaha

pertanian padi sawah ini berdasarkan fakta dilapangan terdapat saran penunjang

seperti 12 mesin tanam (kepemilikan pemerintah dalam bentuk bantuan),

6 mesin pemanen (kepemilikan individu) dan 4 mesin penggilingan padi

(kepemilikan individu). Hal ini tentunya dapat menunjang keberhasilan petani

dalam memaksimalkan hasil panen secara menguntungkan.


63

4.2. Identitas Responden

Identitas petani responden yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi

umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan lama/pengalaman

berusahatani.

4.2.1. Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fisik, cara berpikir

dan pola tindak seseorang. Petani yang berumur muda dan sehat, pada umumnya

mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dan relatif lebih berani

menanggung risiko serta mudah menerima hal-hal yang baru seperti teknologi dan

pengetahuan yang dianjurkan. Sebaliknya petani yang berumur tua mempunyai

kapasitas pengelolaan usahatani yang lebih matang, sangat berhati-hati dalam

bertindak dan takut mengambil risiko. Untuk lebih jelasnya mengenai umur

responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Keadaan Umur Responden di Desa Margacinta Kecamatan


Moramo Kabupaten Konawe Selatan.
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase
(Tahun) (Jiwa) (%)
1. 15 – 54 38 71,1
2. >54 19 28,9
Jumlah 57 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer tahun, 2018

Berdasarkan literatur yang dikemukakan oleh Soeharjo dan Dahlan Patong

(1984) menunjukan bahwa petani yang berusia produktif yaitu yang berumur 15

-54 tahun, sedangkan petani yang umurnya >54 tahun dianggap tidak produktif .

Dan pada tabel 4.4 menggambarkan yaitu 38 orang memiliki usia produktif atau

sekitar (71,1%) sementara yang berusia kurang produktif dan masih melakukan
64

pertanian pada tanaman padi sawah sekitar 19 orang atau (28,9%).

Hal ini menunjukan bahwa angka produktifitas petani padi sawah didesa

Margacinta kecamatan moramo masih pada angka produktif, tentu hal ini juga

memungkinkan petani padi sawah lebih tanggap dan mampu menerima informasi

dan inovasi yang baru baik itu melalu penyuluh pertanian maupu dinas pertanian

sebagai sarana meningkatkan produktifitas padi sawah secara maksimal.

4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan yang dialami seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir

dan daya nalarnya. Umumnya tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih

memudahkan seseorang dalam menerima informasi dan pengetahuan/inovasi baru

yang akan datang dari luar. Oleh sebab itu baik pendidikan maupun situasi

lingkungan perlu dijaga sehingga diharapkan petani dapat lebih mampu

mengembangkan usahataninya, untuk lebih jelasnya mengenai umur responden

berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5. Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan


Pendidikan di Desa Margacinta.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase %
1. Sekolah Dasar 11 19,2
2. Sekolah Menengah Pertama 19 33,3
3. Sekolah Menengah Atas 21 21,1
4. Perguruan Tinggi (Diploma, S1) 6 10,6
Jumlah 57 100
Sumber Data : Hasil Olah Data Primer Tahun, 2018

Hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.5 tersebut

memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan petani cukup memadai

meskipun hanya pada level tingkat menengah pertama, menengah atas maupun
65

Sarjana dan dengan usia rata-rata yang masih relatif muda ( usia produktif )

maka prospek peningkatan produksi melalui inovasi baru dapat diterapkan.

4.2.3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani yang dimaksud dalam penelitian adalah tentang

waktu yang telah dilalui oleh seseorang dalam menekuni kegiatan budidaya padi

sawah dengan satuan tahun. Semakin lama seseorang menekuni suatu usaha maka

seseorang tersebut akan semakin berpengalaman akibat seringnya berinteraksi

dengan masalah-masalah yang timbul dan upaya penyelesaiannya.

Dengan kata lain yang bersangkutan semakin terampil ataupun cerdas dalam

antisipasi situasi dan kondisi usahanya, untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi

responden berdasarkan pengalaman bertani dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan


Pengalaman Bertani di Desa Margacinta
No. Pengalaman Usaha Tani Padi Jumlah Persentase %
Sawah (Th)
1. < 5 (Belum Berpengalaman) 0 0
2. 5-10 ( Cukup Berpengalaman) 13 22,9
3. > 10 (Berpengalaman) 44 77,1
Jumlah 57 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun, 2018

Menurut Soeharjo dan Dahlan Patong (1984) bahwa petani dikatakan cukup

berpengalaman apabila telah menggeluti pekerjaan usahatani selama 5-10 tahun,

sedangkan 10 tahun ke atas dikategorikan berpengalaman dan dari 5 tahun

dikategorikan kurang berpengalaman.

Dari Tabel 4.6 di atas nampak bahwa sebagian besar petani responden

mempunyai cukup pengalaman berusahatani yaitu 13 jiwa (22,9%) dan petani

yang berpengalaman berusahatani berkisar 44 jiwa (77,1%).


66

4.3. Kinerja Penyuluh Pertanian

Penyuluhan pertanian merupakan agen perubahan yang langsung

berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah perilaku petani

dengan pendidikan non formal sehingga petani mempunyai kehidupan yang lebih

baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran dalam perannya

sebagai motivator, edukator, dinamisator, organisator, komunikator, maupun

sebagai penasehat petani (Jarmie 2000). Menurut Mounder dalam Suriatna

(1988), menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang

membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan

metode berusahatani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam

upaya meningkatkan pendapatan.

Dalam proses penyuluhan pertanian diharapkan terjadi penerimaan sesuatu

yang baru oleh petani yang disebut adopsi. Penerimaan disini mengandung arti

tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau

menerapkan dengan benar serta menghayatinya dalam usahatani padi sawah dan

jika teknologi produksi padi sawah yang diajarkan penyuluh dapat diterapkan oleh

petani maka akan terjadi peningkatan produksi padi sawah.

Kondisi pertanian rakyat masih lemah dalam banyak aspek, sementara

tantangan yang dihadapi semakin berat, untuk itu diperlukan kegiatan penyuluhan

dan peran penyuluh yang makin intensif, berkesinambungan dan terarah. Peran

penyuluhan pertanian harus berada dalam posisi yang strategis dimana dalam

penyelenggaraannya terkoordinir dengan baik dan bisa berjalan efektif dan

efisien. Petani padi perlu mendapatkan inspirasi yang terbaru agar tumbuh
67

motivasi dan gairah usaha dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi dalam

upaya peningkatan produksi padi sawah.

Bedasarkan pada penelitian ini bawasannya kinerja penyuluh pertanian

dalam hal ini mengenai tanaman padi sawah terbilang rendah sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7. Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Komoditas Padi Sawah di Desa
Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.
Persentase
No. Nilai Jumlah (Orang) (%)
1. 76-100 (Tinggi) - -
2. 56-76 (Sedang) 1 1,8
3. < 55 (Rendah) 56 98,2
Jumlah 57 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2018

Pada Tabel 4.7 di atas menunjukan sebagian besar masyarakat

menganggap bahwa kinerja penyuluh pertanian itu buruk ini ditunjukan dimana

sekitar 98,2% (56) orang mengatakan kinerja penyuluhan di Desa Margacinta

tidak menjalankan kerjanya secara maksimal dan hal ini diperkuat dengan

pernyataan beberapa masyarakat yang mengatakan bahwa kurang aktifnya

penyuluhan ditengah-tengah masyarakat yang menyebabkan timbulnya rasa

ketidaksimpatikan petani terhadap adanya penyuluh pertanian di Desa Margacinta.

Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat dari tiga indikator dalam

mengetahui hasil kenerja penyuluh pertanian yakni merujuk pada Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013 tentang indikator

penilaian kinerja penyuluhan pertanian yang terbagi pada 3 tahap (1) persiapan

(2) pelaksanaan (3) evaluasi adalah sebagai berikut:


68

4.3.1. Tahap Persiapan

Seorang penyuluh dalam melakukan penyuluhan harus melakukan

persiapan awal, baik mental maupun bahan yang akan disampaikan, baik itu

materi tentang teknologi budidaya, kelembagaan petani atau materi lainnya.

Dalam melakukan tugasnya, sebagai seorang penyuluh harus banyak melakukan

kajian-kajian atau uji layak materi terlebih dahulu, sehingga paham dan mengerti

kekurangan atau kelebihan dari materi yang disampaikan yang nantinya dapat

dijadikan bahan untuk didiskusikan. Jadi bukan saja kemampuan secara teoritis

yang dimilikinya tetapi secara praktek juga mampu. Dalam melihat seberapa jauh

kegiatan penyuluhan pertanian dan hal ini kita lihat pada Tabel 4.8 tentang kinerja

penyuluh pertanian pada tahap persiapan berikut.

Tabel 4.8. Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Persiapan Dalam


Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo
Kabupeten Konawe Selatan.
Persentase
No. Nilai Jumlah (Orang) (%)
1. 76-100 (Tinggi) 1 2,0
2. 56-76 (Sedang) 1 2,0
3. < 55 (Rendah) 55 96,0
Jumlah 57 100
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2018

Persiapan Penyuluhan Pertanian mengacu pada empat indikator

penilaian kinerja yaitu: (a) Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem;

(b) Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK; (c)

Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa; dan (d) Membuat Rencana

Kerja Tahunan Penyuluh Pedanian (RKTPP). Pada tabel 4.8 di atas menunjukan

bahwa persiapan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian terkategori

rendah dimana penyuluh pertanian yang mestinya melakukan tugasnya


69

sebagaimana merujuk pada Peraturan Mentri Pertanian Nomor

91/Permentan/Ot.14019/2013 itu tidak dijalankan sebagaimana mestinya.

Penyuluh yang mestinya bergerak disektor pertanian harus mampu menggali

potensi agroekosistem wilayah pertanian tertentu dan menjadi suatu kenyataan

member manfaat kepada pembangunan pertanian khususnya dibidang agribisnis.

Bermanfaat dapat berarti meningkatkan produktivitas, pendapatan, nilai tambah

atau secara umum dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat yang bergerak

terkait dengan sector pertanian. Seorang penyuluh harus mengasah

kemampuannya agar mampu melihat dan menggali potensi agroekosistem wilayah

dimana ia bekerja untuk bersama-sama pelaku utama dan pelaku usaha

mengubahnya menjadi pertanian yang lebih bermanfaat. Untuk mencapai hasil

yang baik, seorang penyuluh perlu mempersiapkan suatu “instrument” untuk

menggali potensi wilayah agroekosistem sehingga fenomena agroekosistem

menjadi mudah dipahami dan akan memudahkan dalam penusunan rencana

pembangunan dan pengembangan usahatani tertentu.

Proses pembuatan data potensi wilayah dan agroekosistem berdasarkan

keterangan penyuluh kerap dilakukan pembuatannya mulai dari membuat peta

wilayah binaan, peta potensi wilayah binaan, data ptensi wilayah binaan dan RKP

(Rencana Kegiatan penyuluhan) dalam bentuk jadwal bulanan. tentu hal ini juga

melibatkan masyarakat petani khususnya para ketua kelompok tani yang

dilakukan pada saat pertemuan dan juga aparatur desa di wilayah binaan,

karena memang idealnya seorang penyuluh mestinya melibatkan masyarakat

dalam proses pembuatannya, sehingga terjadi saling menopang satu dengan yang

lain hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Van de Ban dan Hawkins (1996),
70

penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi

informasi secara sadar dengan tujuan untuk membantuk sesamanya memberi

pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Maka dari itu penyuluh

berusaha melibatkan partisipasi petani mengenal daerahnya sendiri, sehingga pada

saat musyawarah desa, para perwakilan petani mempunyai kesepakatan untuk

mengembangkan daerahnya sendiri.

Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian, perlu memiliki

tanggung jawab untuk mewujudkan sasaran produksi dan produktivitas

target pencapaian swasembada berkelanjutan. Instrumen yang digunakan dalam

menyusun perencanaan sasaran tersebut, dilakukan melalui penyusunan Rencana

Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif kebutuhan Kelompok (RDKK).

RDK merupakan rencana kerja usahatani dari kelompoktani (poktan) untuk

satu periode 1 (satu) tahun berisi rincian kegiatan tentang: sumber daya dan

potensi wilayah, sasaran produktivitas, pengorganisasian dan pembagian kerja

serta kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani. RDK dijabarkan lebih

lanjut menjadi RDKK.

RDKK merupakan alat perumusan untuk memenuhi kebutuhan sarana

produksi dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kredit/permodalan

usahatani bagi anggota poktan yang memerlukan maupun dari swadana petani.

Penyusnunan RDK/RDKK merupakan kegiatan strategis yang harus dilaksanakan

secara serentak dan tepat waktu, sehingga diperlukan suatu gerakan untuk

mendorong poktan menyusun RDK/RDKK dengan benar dan sesuai dengan

kebutuhan petani. Mengingat kemampuan petani dalam penyusunan RDK/RDKK


71

masih terbatas, maka penyuluh pertanian perlu mendampingi dan membimbing

kelompok tani.

Dalam proses pendampingan, keterlibatan petani dalam hal ini sebagai

pelaku utama pertanian sangat minim, adakalnya penyuluh pertanian membuat

program penyusunan RDKK tidak melibatkan ketua kelompok tani dan petani

sehingga pemenuhan berupa bantuan kadang tidak sesuai dengan apa yang petani

harapkan oleh para petani.

Beberapa hal yang menjadi penghambat tidak berjalan baiknya persiapan

penyuluhan pertanian dikernukakan penyuluh pertanian yang kurang

mematangkan persiapannya sebab persiapan tidak hanya sebatas teori namun

dibutuhkan pula praktek yang rill dilapangan tentang kesiapan seperti melakukan

pertemuan dengan anggota kelompok tani khususnya petani padi sawah sebelum

berjalannya pelaksanaan program penyuluhan, namun hal inilah yang sebenarnya

minim dilakukan oleh penyuluh pertanian. Serta indikator persiapan yang turut

menopang kinerja penyuluhan dalam melakukan tugasnya adalah kurangnya

partisipasi yang ditunjukan oleh masyarakat dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan pertanian pada budidaya pertanian padi sawah, hal ini sejalan

sebagaimana dikemukakan oleh kepala desa Margacinta, sebagai berikut:

“Masyarakat memiliki kesibukan masing-masing sehingga kecil


kemungkinan atau sulit mengumpulkan masyarakat dalam bentuk
pertemuan dan kendala lain juga masyarakat yang merasa nyaman
dengan cara budidaya tanaman padi sawah selama ini sulit menerima
inovasi terbarukan dikarenakan biaya dll”(Bapak Usep Hendrawan).

Hal diatas sangatlah mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dalam hal

ini sikap petani yang acuh terhadap kegiatan penyuluh pertanian menyebabkan

ketidak kompakan dengan penyuluh dalam memprogramkan setiap program yang


72

akan diusulkan, pernyataan ini pun juga ternyata ditopang dengan pernyataan

penyuluh pertanian dengan anggapan kesulitan penyuluh khususnya dalam

melakukan kegiatan penyuluhan semacam pertemuan diakibatkan karena

kurangnya partisipasi yang dilakukan masyarakat.

Ini semua disebabkan oleh kurang adanya motivasi belajar dari para petani

sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2011) motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada petani yang sedang belajar untuk

mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-

unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat

dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-

cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang

kondusif. Namun kurangnya motivasi belajar itu turut ditopang oleh ketidak

selarasan antara petani dengan penyuluh pertanian dalam menumbuhkan

kebersamaaan meningkatkan produktifitas pada sektor pertanian.

Hal ini juga sama halnya dalam pembuatan RKTP, dimana RKTP

merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian yang harus

dibuat seorang penyuluh dua kali dalam setahun atau paling kurang sekali

setahun. RKTP yang dibuat oleh seorang penyuluh pertanian juga dapat membuat

kegiatan dalam programa penyuluhan BPP dan programa penyuluhan

kabupaten/kota, apabila ada kegiatan dari kedua program tersebut yang di

alokasikan sesuai RKTP yang bersangkutan. Dengan berlakunya Undang-Undang

nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikatan dan

kehutanan (SP3K) maka RKTP diharapkan dapat menghasilkan kegiatan

penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit
73

yang tinggi terhadap peningkatan produktifitas komoditas unggulan daerah dan

pendapatan petani.

Sementara indikator lain dari beberapa tanggapan masyarakat kebanyakan

masyarakat mengatakan bahwa penyuluh pertanian di Desa margacinta sangat

kurang melakukan kunjungan terhadap masyarakat sehingga secara emosional

antara masyarakat dan penyuluh kurang terbangun dan kadang materi penyuluhan

pertaniannya pun tidak sesuai dengan kebutuhan petani khususnya padi sawah di

Desa margacinta, seperti halnya pernyataan yang disampaikan oleh ketua

kelompok tani Telaga Sari:

“Materi penyuluhan pertanian yang disampaikan oleh penyuluh tidak


sesuai dengan kebutuhan petani padi sawah dan pengalokasian
bantuanpun hanya sebatas ada, namun tidak dijalankan sebagaimana
mestinya seperti contohnya pengadaan mesin tanam, hanya sebatas
pengadaan namun tidak dioprasikan kerena dianggap oleh petani sendiri
biayanya jauh lebih mahal ketimbang tenam langsung” (Bapak Sarno)

Pada dasarnya Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan

dengan baik apabila ada persamaan persepsi antara penyuluh dan petani serta

pihak-pihak yang berkepentingan. Penyuluhan pertanian yang dilaksanakan secara

bersama oleh pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, harus jelas memiliki

keserasian dan persamaan tujuan antar susunan pemerintah tersebut sehingga

mampu menyelesaikan seluruh permasalahan yang dihadapi petani selama ini.

4.3.2. Tahap Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penyuluh pertanian di lapangan, seorang penyuluh

harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik agar pesan yang

disampaikan dapat diterima oleh sasaran. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi

dalam penyuluhan pertanian yaitu mengajak, memfasilitasi proses pembelajaran


74

serta memotivasi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

melakukan tindakan atau perubahan-perubahan dengan jalan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakes informasi untuk pengingkatan produktivitasnya,

efesiensi usahanya, pendapatan dan kesejahteraan serta tumbuhnya kesadaran

(Modul Pembekalan Bagi THL-TBPP, BPSDM Deptan, 2009), Untuk lebih

jelasnya mengenai seberapa jauh persiapan penyuluhan pertanian di Desa

Margacinta kita lihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Pelaksanaan Dalam


Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan.
Persentase
No. Nilai Jumlah (Orang) (%)
1. 76-100 (Tinggi) - -
2. 56-76 (Sedang) 1 1,7
3. < 55 (Rendah) 56 98,3
Jumlah 57 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2018

Pelaksanan Penyuluhan Pertanian kembali perujuk pada Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013 tentang indikator penilaian kinerja

penyuluhan pertanian dalam segi pelaksanaan ada sekitar 6 indikator pelaksanaan

Penyuluhan pertanian a) melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan

sesuai kebutuhan petani b) melaksanakan penerapan metoda penyuluhan penanian

di wilayah binaan; (c) melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses

informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan; d) menumbuhkan

dan mengembangkan kelembagaan petani dan aspek kuantitas dan kualitas;

e); menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek

kualitas dan kuantitas; (f) meningkatkan produktifitas. Dilihat dari tabel 4.9

maka secara pelaksanaan sejatinya pelaksanaan penyuluhan pertanian pun sama


75

sebagaimana halnya persiapan, kinerja penyuluhan pertanian tidak memberikan

kontribusi yang tinggi pada pelaksaaan penyuluhan didesa Margacinta. Hal ini

juga disebabkan oleh kurang aktifnya penyuluh pertanian dalam melakukan

tugasnya sebagai penyuluh dengan kurang masifnya beberapa kunjungan yang

mestinya penyuluh lakukan.

Pada umumnya kegiatan budidaya para petani menggunakan pola-pola

umum berdasarkan pengalaman yang mereka dapat selama menggeluti di dunia

pertanian, bahkan banyak diantara mereka yang sudah sejak lahir mengenal dunia

pertanian, upaya diseminasi sejatinya untuk mengubah perilaku petani

dan keluarganya agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu

memecahkan masalahnya sendiri, baik dalam usaha atau kegiatan-kegiatan

meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. Petani dan penyuluh

perlu memanfaatkan dengan optimal teknologi-teknologi alternatif sehingga

mereka tidak ketinggalan informasi dan dapat mengembangkan pertaniannya.

Informasi yang didapatkan dapat menjadi acuan pengembangan dalam budidaya

maupun pengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kita harapkan adalah

peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang merupakan ciri pertanian modern

dapat tercapai, keterlibatan dari penyediaan informasi tentu sangat penting.

Namun berdasarkan diskusi kami dengan beberapa petani di Desa

Margacinta pelaksanaan penyebaran materi penyuluhan terhadap petani sangatlah

jarang dan sukar untuk dilakukan. Ketua kelompok tani Mekar Sari

mengungkapkan hal ini:

“Dalam kurun waktu 1 tahun penyuluh pertanian hanya menyebar materi


kurang lebih sebanyak 2-3 materi saja dan teknik penyebarannya pun masih
sangat manual yakni lewat masing-masing ketua kelompok tani, itupun
penyampaianya kadang tidak merata”(Bapak Muhdirin).
76

Dilihat dari segi ini maka ini kembali dipicu oleh ketidakefektifan penyuluh

pertanian dalam melakukan kegiatan penyuluhan, ini mestinya menjadi hal yang

mesti diperhatikan sebab teknik penyebaran materi adalah bagian dari kegiatan

penyuluhan yang nantinya dapat menopang perkembangan hasil produksi padi

sawah oleh petani, mestinya penyuluh lebih cekatan dalam melakukan

terobosan-trobosan inovasi yang berkenaan dengan kegiatan penyebaran materi

penyuluhan yang relatif murah seperti penyebaran informasi secara tercetak,

sebagai mana dikemukakan oleh Gordon (1996) menyatakan keunggulan

penyampaian informasi secara tercetak adalah mudah dalam penyebaran dan biaya

relatif rendah. Penyebaran informasi melalui media cetak dapat menjangkau

pengguna yang tersebar, jauh, dan lebih banyak dibanding komunikasi tatap

muka.

Media cetak juga dapat dibaca ulang sehingga lebih memudahkan pembaca

untuk memahami informasi yang dikandungnya. atau Penyerapan informasi

inovasi lain yang bersifat audible atau informasi yang dapat didengar langsung

maupun tidak langsung (melalui radio atau telephone). Tentu disini kami

melihatnya mestinya seorang guru ataupun pemerdaya masyarakat itu memeiliki

motivasi kerja yang tinggi sebagaimana menurut Sudarwan Danim (2011),

menyatakan bahwa istilah motivasi kerja paling tidak memuat enam unsur

esensial. Pertama, tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Kedua,

spirit atau obsesi pribadi untuk mencapai tujuan. Ketiga, kemauan tiada henti

untuk mewujudkan cita-cita dan harapan atas capaian tingkat tinggi. Keempat,

ketiadaan putus asa atau berhenti sebelum tujuannya tercapai. Kelima, spirit untuk

mengembangkan diri. Keenam, aneka proses kreatif, inovasi, dan alternatif.


77

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen

penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung

kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya.

Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan

penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut

jumlah penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode terbagi yakni metode berdasarkan pendekatan

perorangan, kelompok dan masal.

Pada tahapan ini kembali peran penyuluh menjadi kritik oleh masyarakat

secara luas khususnya di Desa Margacinta dengan anggapan penyuluh sangat

jarang melakukan kunjungan, kunjungan yang kerap dilakukan biasanya bersifat

pendekatan secara masal dan kadangkala kunjungan seperti ini memunculkan

respon masyarat yang kecil dikarenakan kesibukan masyarakat dan waktu yang

dianggap tidak efektif dengan anggapan lebih baik kerja kesawah ketimbang

melakukan pertemuan. Ini kembali dipicu oleh kurang keselarasan antara

masyarakat dan penyuluh pertanian.

Dalam tahapan demostrasi percontohan kadangkala selalau menuai keritik

dari para petani seperti yang disampaikan oleh ketua keompok tani subur makmur:

“Perrnah penyuluhan pertanian melakukan percontohan dalam hal


pemeberian bibit (intani) namun bibit yang dihasilkan sangat jelek hasilnya
dan dalam proses budidayanya pun tidak adanya pementauan yang
dilakaukan oleh penyuluh pertanian mulai pada tahap penanaman sampai
pemanenan hanya satu sampai dua kali sehingga penyuluh pertanian pun
kebingungan dengan bibit baru yang ditawarkan oleh penyuluh dan hasil
panenpun jelek” (Bapak Kasim).
78

Berdasarkan hal di atas maka asumsi petani terhadap bantuan-bantuan

berupa bibit terbilang sangat rendah dikarenakan proses pengontrolan yang tidak

efisien yang dilakukan oleh penyuluh pertanian.

Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar orang

dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai

pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran

penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa.

Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan

penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan

oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses

belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang

penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena

dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah

ditentukannya.

Mengulas kembali seputar penerapan metode maka partisipasi masyarakat

dan ketidakefektifan penyuluh pun menjadi penyebab utama keberhasilan dalam

kegiatan penyuluhan ini diakui oleh penyuluh pertanian langsung di desa

Margacinta, dimana Beliau mengatakan:

“ketidak efektifan penyuluh pertanian dalam melakukan kegiatan


penyuluhan disebabkan karena beberapa faktor yaitu pertama penyuluh
pertanian di Desa Margacinta memegang beberapa desa dalam kegiatan
penyuluhan sehingga kegiatan penyuluhan tidak berjalan dengan baik,
kedua akses penyuluh pertanian yang terbilang cukup jauh (Konda-
Moramo) dan yang ketiga kurang partisipasinya masyarakat dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan, sehingga berdasarkan hal itu
penyuluhan tidak berjalan dengan baik” Bapak Paulus Andarita SP
79

Dan pernyataan ini selaras dengan pernyataan berikut bawasanya, saat ini

jumlah penyuluh pertanian di Indonesia adalah 51.428 orang, dan yang langsung

mendampingi petani, kelompok tani dan gapoktan di tingkat desa/kelurahan

adalah 35.146 orang untuk 75.224 desa/kelurahan (Taryono, 2012). Berdasarkan

UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan, setiap desa idealnya mempunyai paling tidak satu orang penyuluh

pertanian. Namun yang sering ditemui di lokasi penelitian adalah satu penyuluh

menangani 3-4 desa sehingga tidak semua desa dapat menerima penyuluhan.

Dalam hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya motivasi dan sistem tentang

kelembagaan penyuluh pertanian dalam melakukan tugasnya sebagai penyuluh

dikarenakan penyuluhnya masih honorer disatu sisi gaji yang relatif rendah dan

disisi lainnya tanggungan memegang beberapa desa yang membuat ketidak

optimalan dalam melakukan tugas dan menjalankan kinerja penyuluhannya secara

optimal.

Penerapan penyuluhan dalam bentuk kursus pun menjadi sesuatu yang

dikritik oleh petani pasalnya dalam pertemuan secara menggunakan metode

kursus ini sangat minim dilakukan dan sesekali kerap dilakukan namun tidak

menuai respon yang baik oleh masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh salah

seorang petani di Desa Margacinta, dimana beliau mengungkapkan bahwa:

“pernah diakan kursus namun penyuluh tidak rajin datang dengan


berbagai macam alasan dan pernah juga dilakukan penerapan metode
seperti penenaman bibit padi yang datangnya dari penyuluh namun padi
yang ditanam hasilnya jelek, sehingga kami kurang percaya lagi sama
penyuluh” (Bapak Suparjo).

Melihat hal di atas sejatinya ini sangat disayangkan melihat tugas penyuluh

yang mestinya menjadi fasilitator yang baik namun ternodai oleh cara metode
80

penerapan penyuluhan yang kerap mendapat cekalan dari masyarakat dan

penyuluh pertanian juga hendaknya memegang apa yang disebut dengan panca

etika penyuluh yang mana salah satunya adalah penyuluh pertanian senangtiasa

Lugas, tulus dan jujur menyampaikan informasi, sarana ataupun rekomendasi

yang bertrindak sebagai motivator, dinamisator, fasilitator serta kasalitator dalam

membimbing petani.

Kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan

usahatani mesti dimiliki petani dalam mengelola usahataninya secara tepat dan

berkelanjutan sehingga mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi,

bermutu dan sesuai pasar. Oleh sebab itu strategi penyuluhan untuk peningkatan

kapasitas petani perlu dirancang, khususnya terkait dengan pengelolaan padi

sawah dan informasi dari pihak penyuluh pun menjadi senjata utama untuk

meningkatkan kualitas.

Peningkatan kapasitas petani kerap menjadi hal yang sulit dilakukan oleh

penyuluh, penyuluh hanya mampu Memberi informasi dan menunjukan sumber

informasi dan kadangkala penyuluh juga ikut dalam pemanduan proposal kegiatan

namun penangannya lebih diserahkan kepada Pemerintah Desa Margacinta dalam

hal ini aparat pemerinta Desa, tentu menilik hal demikian sangatlah disayangkan

melihat tugas penyuluh pertanian yang mestinya memberikan pendampingan

terhadap petani sebagaimana menurut Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang

Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K) disebutkan

bahwa penyuluh adalah perorangan warga Indonesia yang melakukan kegiatan

penyuluhan dibidang pertanian, baik merupakan penyuluh PNS, swasta maupun


81

swadaya dan Tugas pokok penyuluh adalah menyiapkan, melaksanakan,

mengembangan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian.

Di dalam Undang – Undang No. 16 Tahun 2006 ditegaskan bahwa

penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha

agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber lainnya, sebagai

upaya untuk meningkatkan produktivitas, effisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan

hidup.

Peningkatan kemampuan seorang penyuluh idealnya harus selalu dipacu hal

ini sangat di tuntut dikarenakan laju informasi yang sedemikian cepat saat ini,

sementara kemampuan daya adaptasi petani dengan teknologi yang terus

berkembang saat ini sangat signifikan perbedaan salah satunya adalah

menumbuhkan kelompok tani atau gapoktan dalam suatu wilayah. Desa

margacinta merupakan desa yang dilihat dari segi kuantitas Gapoktan dan

Kelompok Tani cukup memadai dengan jumlah satu 1 Gapoktan 11 Kelompok

tani yang bergerak pada tanaman padi sawah dan 1 kelompok tani yang bergerak

di tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan, dilihat dari segi jumlah

mestinya ini sangat ideal terhadap produksi dan pemeksimalan hasil panen.

Peningkatan kelompoktani diarahkan untuk memberdayakan petani petani

agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial

dan ekonomi), mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu

menghadapi resiko usaha, sehingga memperoleh tingkat pendapatan dan

kesejahteraan yang layak, untuk itu pembinaan diarahkan agar kelompoktani


82

dapat berfungsi sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi, serta sebagai wahana

kerjasama menuju kelompoktani sebagai kelompok usaha (Pusluhtan, 2002).

Namun sayangnya hal semacam ini kurang mendapat perhatian dari pihak

penyuluh pertanian dengan kurangnya pemmbinaan secara intensif oleh pihak

penyuluh terhadap anggota-anggota kelompok tani, hal ini juga kembali dipicu

oleh kurangnya penyuluh pertanian yang di Indonesia, yang menyebabkan

penyuluh pertanian harus memegang tiga sampai empat desa dalam

penangannnya.

Oleh karena itu pertumbuhan kelompok tani dan gopoktan di

Desa Margacinta secara kuantitas cukup memadai namun secara kualitas

sangatlah minim, dan berdasarkan observasi yang peneliti lakukan ditemukan

penyaluran bantuan baik dilakukan oleh pemerintah desa maupun Dinas Pertanian

dalam hal ini penyuluhan pun tidak merata, hal ini kembali dipicu dikarenakan

kedaekatan masyarakat dan penyuluh yang sangat kurang, sikap masyarakat yang

cenderung tidak terbuka dan kurangnya motivasi petani dalam menekuni apa yang

menjadi arahan penyuluh pertanian.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, dinyatakan bahwa pemerintah dan

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban mendorong dan

memfasilitasi terbentuknya kelembagaan petani dan Kelembagaan Ekonomi

Petani (KEP). Kegiatan penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi

petani merupakan salah satu terobosan dalam rangka mengembangkan

penyuluhan pertanian yang dihela pasar melalui penerapan berbagai metode

pemberdayaan. Dengan adanya model ini diharapkan dapat diperoleh alternatif


83

pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang dikelola oleh petani

secara profesional di sektor pertanian.

Peningkatan kapasitas kelembagaan petani bertujuan untuk meningkatkan

skala ekonomi, efisiensi usaha dan posisi tawar petani. Hal ini diarahkan melalui

peningkatan kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani dengan

memberi peluang bagi kelompoktani, gabungan kelompoktani yang telah merintis

kegiatan usaha produktif.

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan maka kami selaku peneliti

mendapati bawasannya kelembagaan bersifat pertanian di Desa Margacinta ada

dua yakni kelembagaaan koperasi dalam para petani dan kelembagaan koperasi

pada pengelolaan bahan pertanian berupa kedelai yang dikelola dikoperasi

menjadi tahu dan tempe, hal ini dikemukakan oleh Ketua Gapoktan desa

Margacinta bawasanya beliau berpendapat:

“Di Desa Margacinta memiliki 12 anggota kelompok tani yang dinaungi


oleh Gapoktan, 11 kelompok tani bergerak ditanaman padi sawah dan 1
bergerak ditanaman Hortikultura, kalau untuk koperasi di Desa ini ada 2
yang 1 koperasi simpan pinjam berasis syariah dterhadap para petani dan
kedua koperasi berbentu UKM pengelolaan kedelai menjadi tahu atau
tempe dan simpan pinjam juga bagi para petan ” (Bapak KH. Abdul
Choliq).

Produksi padi sawah adalah jumlah atau banyaknya hasil padi sawah yang

dihasilkan oleh setiap hektar sawah dari proses bercocok tanam padi sawah yang

dilakukan oleh petani pada satu kali musim tanam, usaha tani merupakan suatu

proses produksi, untuk lebih jelasnya mengenai produksi pada komonditas padi

sawah tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.
84

Tabel 4.10. Tabel Berdasarkan Produksi Komoditas Padi Sawah 3 Tahun


Terakhir di Desa Margacinta .

No. Tahun Produksi (Ton)


1. 2015 5,5 Ton/Ha
2. 2016 6 Ton/Ha
3. 2017 6,2 Ton/Ha
4. 2018 5,0 Ton/Ha
Sumber Data : Kantor BPP Kecamatan Moramo, Kepala Petanian
Kecamatan (KPK) Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.10 menggambarkan bahwa terjadi peningkatan produksi

padi sawah setiap tahunnya yang mana pada tahun 2015 (5,5 Ton/ha),

2016 (6 Ton/Ha) dan 2017 (6,2 Ton/ha) dan terjadi penurunan pada tahun 2018

dengan produksi 5,0 Ton/ha.

Penyuluhan pertanian merupakan agen perubahan yang langsung

berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah perilaku petani

dengan pendidikan non formal sehingga petani mempunyai kehidupan yang lebih

baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran dalam perannya

sebagai motivator, edukator, dinamisator, organisator, komunikator,

maupun sebagai penasehat petani (Jarmie 2000). Menurut Mounder dalam

Suriatna (1988), menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian sebagai sistem

pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam

pelaksanaan teknik dan metode berusahatani untuk meningkatkan produksi agar

lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan.

Namun hal ini tidak terdapat di Desa margacinta Sehingga pada tahapan

pelaksanaan penyuluhan pertanian ini adanya kitidak selarasan antara penyuluh

pertanian dengan para petani padi sawah di Desa Margacinta yang menyebabkan
85

ketidak maksimal kinerja pelaksanaan penyuluhan pertanian sehingga terkategori

rendah.

4.3.3. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan alat untuk mengambil keputusan dan menyusun

pertimbangan-pertimbangan. Dari hasil evaluasi dapat diketahui: sejauh mana

keberhasilan pencapaian target dari kegiatan yang sudah dilakukan, dapat

mengetahui masalah yang dihadapi dan alternatif pemecahannya sehingga dapat

digunakan untuk menyempurnakan rencana kerja berikutnya.

Keberhasilan penyuluhan dapat dilihat dari perubahan perilaku, sikap dan

keterampilan petani sasaran dalam melakukan usahataninya. Petani yang cepat

menyerap informasi akan menjadi petani yang mandiri dan bisa membuat

keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam

usahataninya misalnya dalam tehnik budidaya dan pengendalian OPT.

Dalam melihat seberapa jauh kegiatan penyuluhan pertanian tentu kita

merujuk kembail pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor

91/Permentan/Ot.14OI9/2013 tentang indikator penilaian kinerja penyuluhan

pertanian dalam segi evaluasi, untuk lebih jelasnya kita lihat pada Tabel 4.11

tentang kinerja penyuluhan pertanian pada tahap evaluasi berikut.

Tabel 4.11. Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Evaluasi Dalam


Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan
Persentase
No. Nilai Jumlah (Orang) (%)
1. 76-100 (Tinggi) 1 1,7
2. 56-76 (Sedang) 56 98,3
3. < 55 (Rendah) - -
Jumlah 57 100
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2018
86

Dalam melihat sejauh mana pengevaluasian kegiatan penyuluhan pertanian

didesa Margacinta maka ada dua indikator yaitu melakukan evaluasi pelaksanaan

penyuluhan pertanian dan membuat laporan peleksanaan penyuluhan pertanian.

Pada tabel diatas menunjukan bahwa kinerja penyluh pertanian pada tahap

mengetakan bahwa kegiatan evaluasi kerap dilakukan oleh penyuluh

dalam pendataan.

Menurut Padmowiharjo (1999) Bahwa evaluasi penyuluhan pertanian

adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relefan

tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan disuatu wilayah sudah dapat

dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik

suatu kesimpulan yang kemudian dapat digunakan untuk mengambil keputusan

dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

Tujuannya adalah ketika terdapat kesalahan dalam program dapat segera

diperbaiki oleh penyuluh pertanian wal hasil program kedepan dapat terealisasi

dengan maksimal.

Dalam pelaksanaan evaluasi oleh penyuluh pertanian, penyuluh keram

melakukan kunjungan terhadap ketua kelompok tani untuk menelaah apakah

program penyuluhan berjalan dengan baik ataukah tidak dan penyuluh juga kerap

melkukan kunjungan terhadap ketua kelompok tani yakni pada massa pertama

penanaman dan pemanenen.

Laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian ini menjadi kewajiban yang

mesti dilakukan oleh penyuluh pertanian hal ini dilakukan oleh penyuluh

pertanian mulai dari laporan penyuluhan laporan setiap bulan, laporan try wulan

dan laporan tahunan ini cukup menunjang kinerja penyuluh pertanian.


87

Pada dasarnya pengetahuan dan wawasan yang memadai dari kegiatan

penyuluhan dinilai dapat digunakan untuk memecahkan sebagian masalah yang

dihadapi oleh petani, akan tetapi pada kenyataannya sebagian petani tidak ikut

berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan bahkan adanya kecenderungan tidak

percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian hingga saat ini.

Dari permasalahan ini maka penerapan teknologi yang selama ini di tawarkan

oleh penyuluh menjadi kurang diperhatikan sehingga tingkat penerapan teknologi

pertanian dalam mendukung usahataninya juga menjadi semakin rendah.

4.4. Masalah Kinerja Penyuluh Pertanian

Permasalahan-permasalahan dalam penelitian merupakan gambaran dari

tidak optimalnya kinerja penyuluh dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat khususnya petani padi sawah, dan hal itu adalah sesuatu yang sangat

ironis, disatu sisi potensi lahan cukup luas dan ketertarikan masyarakat terhadap

sektor pertanian sangat tinggi dan hal ini mestinya menjadi acuan maksimal dalam

meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pada sektor pertanian dan dengan

didukung oleh kinerja pelayanan penyuluhan pertanian lapangan yanag baik.

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

yakni permasalahan pada penyuluh pertanian dan permasalahan pada petani,

sebagaimana digambarkan pada Tabel 4.11


88

Tabel 4.12 Permasalahan Kinerja Penyuluhan Pertanian Di Desa


Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.
Permasalahan Penyuluh Dan Petani Faktor Yang Menyebabkan
Padi Sawah Di Desa Margacinta Permasalahan Kegiatan Penyuluhan
Kecamatan Moramo Kabupaten Di Desa Margacinta Kecamatan
Konawe Selatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan
1. Kurangnya keterlibatan penyuluh 1. Tempat tinggal penyuluh yang
pertanian di Desa Margacinta terbilang cukup jauh yaitu di Konda.
Kecamatan Moramo Kabupaten 2. Kurangnya interaksi penyuluh
Konawe Selatan bersama petani sehingga menyebabkan
2. Program penyuluhan pertanian yang ketidaktahuan kebutuhan petani oleh
memiliki ketidak sesuaian penyuluh pertanian.
3. Penyuluh Pertanian yang jarang 3. Penyuluh Pertanian menengani 3
hadir dilapangan desa sekaligus sehingga keefektifan
4. Keterbukaan antara penyuluh dan dalam melakukan tugasnya sangat
petani sangatlah kurang minim
5. Sulit mengumpulkan petani 4. Kurangnya keterbukan antara
penyuluh dan petani dalam berinteraksi
ataupun pertemuan-pertemuan.
5. kesibukan petani dalam pertemuan
kadangkala membuat petani malas
dalam pertemuan dengan anggapan
lebih efektif melakukan kerja yang lain.

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2018


89

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang kinerja penyuluh pertanian terhadap

petani padi sawah maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kinerja penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan belum optimal dimana pada tahap persiapan dan

tahap pelaksanaan kinerja penyuluh berada pada kategori rendah,

sedangkan pada tahap evaluasi berada pada kategori sedang.

2. Penyebab ketidakoptimalan kinerja penyuluh Desa Margacinta Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan disebabkan 2 hal, yakni 1) dari sisi

penyuluhnya sebagai sebuah sistem yaitu terdapatnya permasalahan pribadi

yang tidak didukung penghayatan akan panca etika penyuluh dalam

pelaksanaan program kerjanyanya dan kebijakan pemerintah tentang ketenaga

kerjaan penyuluh pertanian, dan 2) kekeliruan persepsi dari petani dalam

memandang pentingnya kehadiran penyuluh pada usaha tani mereka.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis menyarankan hal sebagai

berikut:

1. Kepada penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan diharapkan dapat mengaplikasikan panca etika

penyuluhan dalam melaksanakan tugas penyuluhannya sehingga keefektifan

dalam hasil produksi padi sawah yang diperoleh di Desa Margacinta

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan mendapatkan hasil yang


90

lebih baik, dan kehadirannya di usahatani masyarakat menjadi hal yang

sangat dibutuhkan.

2. Kepada penentu kebijakan Penyuluhan Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

dan Kabupaten Konawe Selatan, dalam menugaskan penyuluh pertanian di

daerah untuk disesuaikan dengan kondisi wilayah daerah masing-masing,

dengan menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, sehingga

penyuluh lapangan dapat maksimal bekerja ditempat tugas yang diberikan.

3. Diharapkan ketua kelompok dan para petani agar lebih membuka wawasan

tentang pentingnya kegiatan penyuluhan dan partisipasi oleh petani padi

sawah pun dapat terjaga sehingga keselarasan penyuluh dan petani di

Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dapat

terjalin dengan baik


91

DAFTAR PUSTAKA

Adjid, DA. 2001. Penyuluh Pertanian. Yayasan Sinar Tani. Jakarta.

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.


PustakaSetia. Bandung.

Ahmad, Zainal Arifin (2012). Perencanaan pembelajaran (dalam desai sampai


implementasi). Yogyakarta : Peagogia.

Alderfer, Clayton P.,(2004). An Empirical Test of a New Theory of Human


Needs; Organizational Behaviour and Human Performance, volume 4, issue
2, pp. 142–175, May 1969

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan


Strategi Revitalisasi. Jakarta : Grasindo.

Arikunto, S. 2006. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2015. Statistik


SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Moramo dalam Angka 2015. BPS Provinsi
Sulawesi Tenggara. Moramo

BPS Sultra. 2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.

Bahua MI. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian


dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo. Jurnal
Ilmiah Agropolitan. Vol. 3 No. 1 hal 293 - 303. Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Ban, Van Den A. W dan H. S Hawkins,. 1999. Penyuuh Pertanian. Konsius,


Yogyakarta.

Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta : Erlangga

Departemen Pertanian. 2008. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri


Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi NOMOR: 204/KPTS/HK.050/ 4/1989
KM.47/PW.004/HPPT-89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro
Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
[terhubung berkala]. http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/6342ec1
92

c781e8e3247256a48001c96ba/120408e34928878147256aa000249670?Ope
nD ocument [22 April 2008].

Departeman Pertanian. 2009. Kebijakan nasional: penyelenggaraan penyuluhan


pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum Penyelenggaraan Revitalisasi


Penyuluh Pertanian.

Dedi Rianto Hariadi. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Tunggal
mandiri Publising. Malang.

Departemen Pertanian. 2006. Undang Undang Republik Indonesia No 16 Tahun


2006. Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Jakarta.

Dillon, Justin & Meg Maguire. 2003. Becoming a Teacher Issues in Secondary
Teaching. Maidenhead : Open university Press.

Geladikarya. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Penyuluh Pertanian dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh
Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan

Handoko, T. Hani. 1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE.

Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

Hubies, VA. 2007. Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas Penyuluh


Pertanian Lapang Kasus Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penelitian. Vol. 31
No.1 Hal 71-80. Institur Pertanian Bogor. Bogor

Ida Suhrani. 2016. Kinerja Pelayanan Penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian,


Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Patampanua Kabupaten
Pinrang fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar.

Iqbal dan Sudaryanto. 2008. Pembangunan Pertanian Indonesia.


http://blogs.unpad.ac.id/abysanilaras/2010/06/13/pentingnya-
pembangunanpertanian-di-indonesia/ Iryanti, D. 2010 Analisis Kinerja,
Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting
(Studi Kasus di Desa Gantiwarno Kecamatan

Jahi, A., Ani, L. 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten di


Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 2 No. 2 hal 34 – 42
93

Jurnal Ilmiah Agropolitan Volume 3 Nomor 1 April 2010

Kartasapoetra, G.1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Kementerian Pertanian. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-


2016.Kementrian Pertanian. Jakarta.

Kementrian Pertanian, 2016. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kerja Penyuluh


Pertanian. Jakarta.

Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia Selama


Empat Dekade yang Lalu dan Implikasinya Bagi Indonesia. Badan Litbang:
Nasional Agribisnis Jagung.

Krisnamurthi B. 2003. Agenda Pemberdayaan Petani Dalan Rangka Pemantapan


Ketahanan Pangan Nasional. Artikel Jurnal Ekonomi Rakyat th. II No. 7
Oktober 2003. www.ekonomirakyat.org

Lubis, RA. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh


Pertaniandi Kabupaten Mandailing Natal. Tesis. Universtas Sumatera Utara.
Medan

Mardikanto , T dan Sutarni. 1987. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Usaha


Nasional, Surabaya.

Mardikanto, T., 1993, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret


University Press, Surakarta.

Mardikanto T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Universitas


Sebelas Maret (UNS) Press.

Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press.


Surakarta

Meier, M.G. 1995. Leading Issues in Economics Development, Sixth Edition, Mc.
Graw Hill, International Edition Finance Series. Singapore.

Mosher, AT. 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasa Guna.
Jakarta.

Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,


Perikanan dan Kehutanan.

Peraturan Pemerintah Pertanian Republik Indonesia. 2016. Pembinaan


Kelembagaan Petani. Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Petani. Jakarta.
94

Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM


Pertanian Kementrian Pertanian. 2016. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi
Kinerja Penyuluh Pertanian.

Prasojo,Eko. 2006. Aditya perdana, Norr Hiqmah, Kinerja Pelayanan Publik:


Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja, Keterlibtan dan Partisipasi dalam
Pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan Kependudukan. Jakarta:Yappika.

Santi. 2016. Tingkat Peranan Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan di BP3K


Kecamatan Pringsewu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Samsudin S, U.1994. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung.

Sapar. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh Pertanian


dan Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di Empat Wilayah
Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan. Maret 2012, Vol. 8 No 1 hal 297 -
305. Bogor.

Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:


Penerbit Salemba Humanika.

Setiana,L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta :


Penerbit ANDI. 137 hal

Simatupang, Pantjar dan Niswar Syafa’at, 2000, “ Strategi Pembangunan


Ekonomi Nasional Industrialisasi Berbasis Pertanian.”. Makalah dalam
Konggres XIV ISEI, 21-23 April 2000, Makassar

Slamet, M. 2001. Menata Sistem Penyuluhan Pertanian Menuju Pertanian


Modern. Tim 12 Departemen Pertanian. Jakarta.

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta :


Rineka cipta). Edisi revisi

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Pustaka


Pelajar. Yogyakarta.

Suhardiyono, L. 1988. Penyuluh: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian.


Erlangga.Jakarta.

Sudaryanto, T. dan D.K.S. Swastika. 2007. Ekonomi kedelai di Indonesia. hlm. 1-


27. Dalam Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Suharyon. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terhadap Kinerja Penyuluh


Pertanian dalam Penyampaian Informasi Teknologi Pertanian. Jurnal
Penyuluhan. Vol. 3 No. 2 Hal 297- 304. Universitas Jambi. Jambi
95

Sulistiyani. 2003. Management Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Jakarta.


Sumual, SN. 2011. Kajian Kinerja Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
Amurung Timur. Jurnal Penyuluhan. April 2011, Vol. 3 Hal 374 - 394.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suryana, Achmad. 2005. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan


Pembangunan Nasional. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Anjak_2005_IV_pdf.

Zeithaml, A.Valarie, Parasuraman, Berry. (2012). Delivering Quality Service.


New York: Free Press.
96

LAMPIRAN
97

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian.


98

Lampiran 2. Data Responden

Pengalaman bertani
Nama Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun)
Paulus Andarita SP 41 S1 10
Usep Hendrawan 45 SMA 15
Kasim 61 SMP 45
Mustolih 43 SMP 20
Mugiono 47 SMP 25
Ondo Juwanda 42 SMA 21
Putu Ardika 45 SD 27
Andi Susanto 31 SMA 5
Muh. Nur Ramadhan 28 SMA 8
Muhlasin 43 SMP 20
Sarno 52 SD 30
Abdul Ghani 51 SMP 31
Masdar 62 SD 35
Aep Saepudin 34 SMA 14
Solihin S.Ag 29 S1 5
Sono 48 SD 32
Yuprizal 36 SMA 15
Kamilin 57 SD 35
Sodri 68 SMP 41
Abdul Cholik 72 SMP 45
Ponijan 55 SMP 35
Paiman 53 SD 30
Muarif 47 SMP 15
Hamim S.Pd 45 S1 10
Saja 77 SD 46
Sudana 42 SMP 20
Endang Hermawan 37 SMA 15
Badrudin 41 SMA 10
Saryoto 51 SMP 20
Toyo Susanto S.Pd 57 S1 25
Rosyid S.Pd 59 S1 20
Masrun 52 SMP 32
Masrudin 43 SMA 15
Ridwan Junaidi 44 SMA 10
Satiman 49 SMA 25
Amin Nurahman 33 SMA 10
Taufik Hidayat 55 SMA 25
Syifa Urohman 32 SMA 10
Jidul Tata 43 SMA 20
99

Kundang 47 SMP 25
Muharir 35 SMA 13
Supriyanto 27 SMA 5
Ina Sumarna 56 SMP 30
Suparjo 41 SMP 20
Muhaimin 42 SMP 15
Irfanuddin 34 SMA 5
Anasruddin 42 SMP 15
Nasirun 69 SD 35
Salimin 52 SD 30
Jajat Sudrajat 41 SMA 10
Enceng Mhailana 47 SMP 15
Mamat 42 SMP 25
Ahmad Nasirin 35 SMA 10
Dalman 77 SD 40
Sunarto 54 SD 30
Rudi Romansyah 32 SMA 11
100

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan

KUESIONER PETANI

“Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta kec Moramo Kab Konawe Selatan”

1. Identitas Responden
a. Nama :
b. Alamat (Dusun/RT/RW) : :
c. Umur : (Tahun)
d. Pendidikan Terakhir :
e. Pengalaman Berusaha Tani : (Tahun)

2. Berilah Tanda ( ⱱ ) Untuk Jawaban Yang Akan di Beri Skor Pada Setiap Pertanyaan di Bawah Ini :
101

Indikator Penilaian Kinerja PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI.

Skor Jawaban
NO Pertanyaan Parameter
5 4 3 2 1
a. Peta Wilayah Binaan
b. Peta Potensi Wilayah a,b,c, dan d c, dan d
c. Data Potensi Wilayah b dan d a dan d d dibuat
Apakah penyuluh membuat dibuat dibuat
1 Binaan dibuat ( dibuat (tidak (sangat tidak
data potensi wilayah? (sangat (cukup
d. RKP (Rencana Kegatan memenuhi) memenuhi) memenuhi)
memenuhi) memenuhi)
penyuluhan ) dalam bentuk
jadwal bulanan
a. RUK/RUB (Rencana
usaha kelompok/rencana
usaha bersama) Memandu Memandu Memandu Memandu
Apakah Penyuluh Membantu b. RDK (Rencana definitif Memandu
Merumuskan Merumuskan Merumuskan Merumuskan
Pengwalan Atau definitif Kelompok) Merumuskan
2 a,b,c dan d a,c dan d c dan d a atau b
Pendampingan Penyusunan b,c dan d
c. RDKK (rencana definitif (sangat (cukup (tidak (sangat tidak
RDKK? ( memenuhi)
kebutuhan kelompok) memenuhi) memenuhi) memenuhi) memenuhi)
d. RDKK pupuk bersubsidi
sesuai kebutuhan petani
a. Penyusunan Programa Terlibat Terlibat Terlibat
Terlibat Terlibat
Penyuluhan Pertanian Desa dalam dalam dalam
Apakah Penyuluh Melakukan dalam dalam
b. Rekapitulasi Programa kegiatan kegiatan a,d kegiatan b
3 Penyusunan Programa kegiatan kegiatan e
Desa a,b,c,d dan e dan e dan d
Penyuluhan Pertanian Desa? a,c,d dan e (sangat tidak
c. Pemeringkatan Masalah (sangat (cukup (tidak
(memenuhi) memenuhi)
d. Membuat draf programa memenuhi) memenuhi) memenuhi)
102

e. Singkronisasi kegiatan
penyuluhan
a. Keadaan wilayah(potensi,
produktifitas, lingkungan
usaha pertanian, prilaku
petani dll
b. Penetapan tujuan
c. Penetapan masalah
Apakah Penyuluh Membuat d. Rencana kegiatan a,b,c, dan d c dan d
b dan d a dan d d dibuat
Rencana Kerja Tahunan (menggambarkan apa yang dibuat dibuat
4 dibuat dibuat (tidak (sangat tidak
Penyuluhan pertanian dilakukan untuk mencapai (sangat (cukup
(memenuhi) memenuhi) memenuhi)
(RKTPP)? tujuan, bagaimana caranya, memenuhi) memenuhi)
siapa yg melakukan siapa
sasarannya, kapan berapa
biaya dan hasil apa yg
dicapai untuk mencapai
masalah dalam bentuk
matrik)

Apakah Penyuluh
Menyebarkan Menyebarkan Menyebarkan Menyebarkan
Melaksanakan Menyebarkan
>12 5-7 2-4 hanya 1
Desiminasi/Penyebaran 8-12
5 judul/topik judul/topik judul/topik judul/topik
Materi Penyuluhan Sesuai judul/topik
(sangat (cukup (tidak (sangat tidak
kebutuhan Petani (dalam 1 (memenuhi)
memenuhi) memenuhi) memenuhi) memenuhi)
Tahun)?
103

Apakah penyuluh
melaksanakan penenrapan
metode penyuluhan pertanian
diwilayah binaan dalam
bentuk kunjungan/tatap muka > 15 s/d 1
≥ 60 kali 30 s/d 44 kali 15 s/d 29 kali
(perorangan/kelompok/masal) 45s/d 59 kali kali (sangat
6 (sangat (cukup (tidak
dalam 1 th terakhir? (memenuhi) tidak
memenuhi memenuhi) memenuhi)
memenuhi)

Melaksanakan penerapan
metoda penyuluhan pertanian
diwilayah binaan dalam ≥ 3 kali 1 kali (sangat
2 kali (cukup
7 bentuk demonstrasi (dalam 1 (sangat tidak
memuaskan)
th terakhir)? memenuhi memuaskan)

Apakah penyuluh
melaksanakan penerapan
metode penyuluhan pertanian
diwilayah binaan dalam
bentuk temu-temu (temu ≥ 3 kali 1 kali (sangat
lapang, temu wicara, temu 2 kali (cukup
8 (sangat tidak
tekhnis, temu karya, temu memuaskan)
memenuhi memuaskan)
usaha) (dalam 1 th terakhir)?
104

Apakah penyuluh
Melaksanakan Penerapan
Metode Penyuluhan Pertanian
≥ 3 kali 1 kali (sangat
di Wilayah binaan dalam 2 kali (cukup
9 (sangat tidak
bentuk kursus (1 th memuaskan)
memenuhi memuaskan)
terakhir)?

a. Memberi informasi dan


menunjukan sumber
apakah penyuluh melakukan informasi dilakukan
a,b,c, dan d a dan b a dan d
peningkatan kapasitas petani b. Membangun jaringan a,b dan c a dilakukan
dilakukan dilakukan dilakukan
10 terhadap akses infiormasi kerja antar petani dilakukan dilakukan (sangat tidak
(sangat (cukup (tidak
dalam mengembangkan (memenuhi) memenuhi)
c. Membangun kemitraan memenuhi) memenuhi) memenuhi)
usahatani?
d. Memandu membuat
proposal kegiatan
11 a. Kelompok tani ke Lebih dari 2
Apakah penyuluh kelompok tani kelompok Tidak ada
b. Gapoktan 2 kelompok 1 Gapoktan 1 Kelompok
menumbuhkan Kelompok tani dan 1 penumbuhan
tani (cukup tani (tidak
tani atau gapoktan dari aspek gapoktan (sangat tidak
(memenuhi) mmemenuhi) memenuhi)
kualitas dan kuantitas? (sangat memenuhi)
memenuhi)
Apakah penyuluh a. Dari kelompok tani Lebih dari 3 Tidak ada
Meningkatkan Kelas 3 kelompok 2 kelompok 1 Kelompok
pemula ke lanjut kelompok penumbuhan
12 Kelompok tani dari aspek tani tani (cukup tani (tidak
b. Dari kelompok tani lanjut tani (sangat (sangat tidak
kualitas dan kuantitas? (memenuhi) memenuhi) memenuhi)
ke madya memenuhi memenuhi)
105

c. Dari kelompok tani madya


ke utama
Apakah penyuluh a. BUMP berbentuk
Menumbuhkan dan perseroan terbatas dan sudah
mengembangkan berbadan hukum
kelembagaan ekonomi petani
dari aspek jumlah, dan b. BUMP berbentuk
perseroan terbatas dan Memfasilitasi Memfasilitasi Memfasilitasi
kualitas Memfasilitasi Memfasilitasi
belum berbadan hukum a,b,c dan d a dan b d (sangat
13 a,b dan c c dan d (tidak
c. BUMP berbentuk koperasi (sangat (cukup tidak
(memenuhi) memenuhi)
tani dan sudah berbadan memenuhi) memenuhi) memenuhi)
hukum
d. BUMP berbentuk
koperasi tani dan belum
berbadan hukum
Apakah Penyuluh mampu
meningkatkan produksi 0-<2
komunditas unggulan 5 % atau 3-<4%
4-<5% 2 - 3 % (tidak (sanagat
14 dibandingkan produksi lebih (sangat (cukup
(memenuhi) memenuhi) tidak
sebelumnya? Memenuhi) memenuhi)
memenuhi)

Apakah penyuluh melakukan


Evaluasi Pelaksanaan Sebanyak 1
Lebih dari 4 Sebanyak 4 Sebenyak 3 Sebanyak 2
Penyuluhan Pertanian? kali (sanagat
15 kali (sanagat kali kali (cukup kali (tidak
tidak
memenuhi) (memenuhi) memenuhi) memenuhi)
memenuhi)

Apakah Penyuluh Membuat a. Laporan setiap bulan a,b,c dan d a,b dan c a,b dan d a dan d a dibuat
16
laporan pelaksananna b. Laporan setiap try wulan dibuat dibuat dibuat dibuat (tidak (sangat tidak
106

penyuluhan pertanian? c. Laporan setiap semester (sangat (memenuhi) (cukup memenuhi) memenuhi)
d. Laporan setiap tahun memenuhi) memenuhi)
107

Lampiran 4. Pertanyaan Kinerja Penyuluhan


A. Lampiran Persiapan
Pertanyaan
Res.
P1 P2 P3 P4 Jumlah Rata-Rata
R1 5 5 5 5 20 100
R2 5 5 3 2 15 75
R3 5 2 1 1 9 45
R4 5 2 1 1 9 45
R5 5 2 1 2 10 50
R6 5 2 1 2 10 50
R7 5 2 1 2 10 50
R8 5 2 1 1 9 45
R9 5 2 1 2 10 50
R10 5 2 1 1 9 45
R11 5 2 1 2 10 50
R12 5 2 1 1 9 45
R13 5 2 1 1 9 45
R14 5 2 1 1 9 45
R15 5 2 1 2 10 50
R16 5 2 1 2 10 50
R17 5 2 1 2 10 50
R18 5 2 1 2 10 50
R19 5 2 1 2 10 50
R20 5 2 1 2 10 50
R21 5 5 3 2 15 75
R22 5 2 1 2 10 50
R23 5 2 1 1 9 45
R24 5 2 1 1 9 45
R25 5 2 1 1 9 45
R26 5 2 1 1 9 45
R27 5 2 1 2 10 50
R28 5 2 1 1 9 45
R29 5 2 1 2 10 50
R30 5 2 1 2 10 50
R31 5 2 1 2 10 50
R32 5 2 1 2 10 50
R33 5 2 1 2 10 50
R34 5 2 1 2 10 50
R35 5 2 1 1 9 45
R36 5 2 1 1 9 45
R37 5 2 1 1 9 45
R38 5 2 1 2 10 50
R39 5 2 1 2 10 50
R40 5 2 1 2 10 50
R41 5 2 1 1 9 45
R42 5 2 1 1 9 45
R43 5 2 1 2 10 50
R44 5 2 1 1 9 45
108

R45 5 2 1 2 10 50
R46 5 2 1 2 10 50
R47 5 2 1 2 10 50
R48 5 2 1 2 10 50
R49 5 2 1 2 10 50
R50 5 2 1 2 10 50
R51 5 2 1 2 10 50
R52 5 2 1 1 9 45
R53 5 2 1 1 9 45
R54 5 2 1 1 9 45
R55 5 2 1 2 10 50
R56 5 2 1 2 10 50
R57 5 2 1 2 10 50

Standar Nilai Prestasi Kerja (NPK)


a. Jumlah pengukuran atau parameter sebanyak 4, setiap indikator dinilai
dengan menggunakan skala 5. Skala 1 menunjukan kinerja paling rendah
dan skala 5 menunjukan kinerja paling tinggi.
b. Jumlah nilai seluruh pengukuran/parameter yaitu paling rendah 4 (jumlah
pengukuran/parameter = 4 x 1) dan jumlah paling tinggi 20 (jumlah
pengukuran/parameter yang diperoleh penyuluh pertanian disebut Nilai
Evaluasi Mandiri (NEM) merupakan ukuran prestasi kerja.
c. Standar NPK Penyuluh Pertanian dinyatakan dalam angka dan sebutan
sebagai berikut:

Standar Nilai Prestasi Kerja.

No Nilai Prestasi Kerja


1 76%-100 Sangat baik (tinggi)
2 56%-76% Baik (sedang)
3 < 55% Buruk (Rendah)

Tata cara perhitungan :


Total NEM
NPK = X 100
20
109

B. Lampiran Pelaksanaan
Pertanyaan
Res.
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah Rata-Rata

R1 3 2 1 3 3 5 3 2 2 5 29 58
R2 2 1 1 3 1 5 3 2 2 1 21 42
R3 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
R4 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R5 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
R6 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R7 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R8 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R9 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R10 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R11 1 1 1 3 1 5 3 1 2 1 19 38
R12 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R13 1 1 1 3 1 1 3 1 2 1 15 30
R14 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R15 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
R16 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R17 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R18 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
R19 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R20 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R21 2 1 1 3 1 5 3 2 2 1 21 42
R22 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R23 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
110

R24 2 1 1 3 1 5 3 1 2 1 20 40
R25 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R26 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R27 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R28 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R29 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R30 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R31 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R32 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R33 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R34 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R35 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R36 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
R37 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R38 1 1 1 3 1 5 3 1 2 1 19 38
R39 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R40 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R41 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R42 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R43 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R44 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R45 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R46 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R47 2 1 1 3 1 5 3 2 2 1 21 42
R48 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R49 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R50 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
111

R51 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 17 34
R52 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 16 32
R53 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R54 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R55 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
R56 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 17 34
R57 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 18 36
Standar Nilai Prestasi Kerja (NPK)
a. Jumlah pengukuran atau parameter sebanyak 10, setiap indikator dinilai dengan menggunakan skala 5. Skala 1 menunjukan
kinerja paling rendah dan skala 5 menunjukan kinerja paling tinggi.
b. Jumlah nilai seluruh pengukuran/parameter yaitu paling rendah 10 (jumlah pengukuran/parameter = 10 x 1) dan jumlah paling
tinggi 20 (jumlah pengukuran/parameter yang diperoleh penyuluh pertanian disebut Nilai Evaluasi Mandiri (NEM)
merupakan ukuran prestasi kerja.
c. Standar NPK Penyuluh Pertanian dinyatakan dalam angka dan sebutan sebagai berikut:

Standar Nilai Prestasi Kerja.


Tata cara perhitungan :
No Nilai Prestasi Kerja Total NEM
1 76%-100 Sangat baik (tinggi) NPK = X 100
2 56%-76% Baik (sedang) 50
3 < 55% Buruk (Rendah)
112

C. Lampiran Evaluasi
Pertanyaan
Res.
P1 P2 Jumlah Rata-Rata

R1 3 5 8 80
R2 2 5 7 70
R3 2 5 7 70
R4 2 5 7 70
R5 2 5 7 70
R6 1 5 6 60
R7 2 5 7 70
R8 1 5 6 60
R9 2 5 7 70
R10 2 5 7 70
R11 2 5 7 70
R12 2 5 7 70
R13 2 5 7 70
R14 2 5 7 70
R15 2 5 7 70
R16 2 5 7 70
R17 2 5 7 70
R18 2 5 7 70
R19 2 5 7 70
R20 2 5 7 70
R21 2 5 7 70
R22 2 5 7 70
R23 2 5 7 70
R24 1 5 6 60
R25 2 5 7 70
R26 1 5 6 60
R27 1 5 6 60
R28 1 5 6 60
R29 2 5 7 70
R30 2 5 7 70
R31 2 5 7 70
R32 2 5 7 70
R33 2 5 7 70
R34 1 5 6 60
R35 1 5 6 60
R36 2 5 7 70
R37 1 5 6 60
R38 2 5 7 70
R39 2 5 7 70
113

R40 2 5 7 70
R41 1 5 6 60
R42 1 5 6 60
R43 2 5 7 70
R44 2 5 7 70
R45 1 5 6 60
R46 2 5 7 70
R47 2 5 7 70
R48 2 5 7 70
R49 1 5 6 60
R50 2 5 7 70
R51 1 5 6 60
R52 2 5 7 70
R53 2 5 7 70
R54 2 5 7 70
R55 2 5 7 70
R56 1 5 6 60
R57 2 5 7 70

Standar Nilai Prestasi Kerja (NPK)


a. Jumlah pengukuran atau parameter sebanyak 2, setiap indikator dinilai
dengan menggunakan skala 5. Skala 1 menunjukan kinerja paling rendah
dan skala 5 menunjukan kinerja paling tinggi.
b. Jumlah nilai seluruh pengukuran/parameter yaitu paling rendah 4 (jumlah
pengukuran/parameter = 2 x 1) dan jumlah paling tinggi 10 (jumlah
pengukuran/parameter yang diperoleh penyuluh pertanian disebut Nilai
Evaluasi Mandiri (NEM) merupakan ukuran prestasi kerja.
c. Standar NPK Penyuluh Pertanian dinyatakan dalam angka dan sebutan
sebagai berikut:

Standar Nilai Prestasi Kerja.

No Nilai Prestasi Kerja


1 76%-100 Sangat baik (tinggi)
2 56%-76% Baik (sedang)
3 < 55% Buruk (Rendah)

Tata cara perhitungan :


Total NEM
NPK = X 100
10
114

D. Penilaian Kinerja secara Keseluruhan

Pertanyaan Rata-
Responden Jumlah
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 rata
R1 5 5 5 5 3 2 1 3 3 5 3 2 2 5 3 5 57 71,2
R2 5 5 3 2 2 1 1 3 1 5 3 2 2 1 2 5 43 53,8
R3 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 33 41,3
R4 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 32 40
R5 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 34 42,5
R6 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 32 40
R7 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 34 42,5
R8 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 29 36,3
R9 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 34 42,5
R10 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 32 40
R11 5 2 1 2 1 1 1 3 1 5 3 1 2 1 2 5 36 45
R12 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 32 40
R13 5 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 2 1 2 5 31 38,8
R14 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 32 40
R15 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8
R16 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R17 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R18 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 34 42,5
R19 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R20 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R21 5 5 3 2 2 1 1 3 1 5 3 2 2 1 2 5 43 53,8
R22 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8
R23 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 34 42,5
R24 5 2 1 1 2 1 1 3 1 5 3 1 2 1 1 5 35 43,8
R25 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R26 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 33 41,3
115

R27 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 33 41,3
R28 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 34 42,5
R29 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8
R30 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R31 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 34 42,5
R32 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R33 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 34 42,5
R34 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 33 41,3
R35 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 33 41,3
R36 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 33 41,3
R37 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 33 41,3
R38 5 2 1 2 1 1 1 3 1 5 3 1 2 1 2 5 36 45
R39 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8
R40 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 34 42,5
R41 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 33 41,3
R42 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 33 41,3
R43 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8
R44 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 34 42,5
R45 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 34 42,5
R46 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 34 42,5
R47 5 2 1 2 2 1 1 3 1 5 3 2 2 1 2 5 38 47,5
R48 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R49 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 34 42,5
R50 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 34 42,5
R51 5 2 1 2 1 1 1 3 1 2 3 2 2 1 1 5 33 41,3
R52 5 2 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 32 40
R53 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
R54 5 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 2 5 33 41,3
116

R55 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8
R56 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 1 1 5 33 41,3
R57 5 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 1 2 5 35 43,8

Standar Nilai Prestasi Kerja (NPK)


a. Jumlah pengukuran atau parameter sebanyak 16, setiap indikator dinilai dengan menggunakan skala 5. Skala 1 menunjukan
kinerja paling rendah dan skala 5 menunjukan kinerja paling tinggi.
b. Jumlah nilai seluruh pengukuran/parameter yaitu paling rendah 4 (jumlah pengukuran/parameter = 16 x 1) dan jumlah paling
tinggi 80 (jumlah pengukuran/parameter yang diperoleh penyuluh pertanian disebut Nilai Evaluasi Mandiri (NEM)
merupakan ukuran prestasi kerja.
c. Standar NPK Penyuluh Pertanian dinyatakan dalam angka dan sebutan sebagai berikut:

Standar Nilai Prestasi Kerja.


Tata cara perhitungan :
No Nilai Prestasi Kerja Total NEM
1 76%-100 Sangat baik (tinggi) NPK = X 100
2 56%-76% Baik (sedang) 80
3 < 55% Buruk (Rendah)
111

Lampiran 5. Data Produksi Padi Sawah Di Desa Margacinta.

No Tahun Produksi (Ton)


1 2015 5,5 Ton/Ha
2 2016 6 Ton/Ha
3 2017 6,2 Ton/Ha
4 2018 5,0 Ton/Ha
Sumber Data : Kantor BPP Kecamatan Moramo, Kepala Petanian Kecamatan
(KPK) Tahun 2018.
111

Lampiran 6. Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Penelitian Bersama Penyuluh Pertanian Desa Margacinta Kecamatan


Moramo Kabupaten Konawe Selatan.

Gambar 2. Penelitian Bersama Kepala Desa Margacinta Kecamatan Moramo


Kabupaten Konawe Selatan.

Ga
111

Gambar 3. Penelitian Bersama Para Petani Padi Sawah.

Gambar 4. Kantor BPP Kecamatan Moramo Bertempat Di Desa


Margacinta.

Gambar 5. Kantor Pemerintahan Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten


Konawe Selatan.

Gambar 6. Areal Persawahan Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten


Konawe Selatan
111

Anda mungkin juga menyukai