Hadirnya Penyuluhan pertanian di Indonesia dimulai, ketika Dr. CGL Reinwardt, mendirikan
Kebun Raya Bogor sejak tanggal 17-5-1817dengan memperkenalkan 50 jenis tanaman baru,
antara lain: kelapa sawit, ketela pohon, dll. Proses pengenalan tidak hanya sekedar mengetahui
pengetahuan biologi dan bercocok tanam, tetapi juga cara pengembangan dan dapat diterima
pemanfaatannya oleh masyarakat. Perjalanan panjang sejarah tanam paksa yang disebut dengan
Sistem Tanam Paksa (culture stelsel) hingga pada tahun 1831, dilaksanakan dengan memaksa
pribumi menanam nila/tarum, kopi, gula dan tembakau. Selanjutnya Direktur ke III Kebun Raya
Bogor, Dr. R.H.C.C. Scheffer, tahun 1876, mendirikan Kebun Tanaman Dagang (Cultur tuin)
seluas 75 ha (bagian Kebun Raya Bogor) di Desa Cikeumeuh, dan menyebarkan ke seluruh
pelosok Indonesia tanaman perkebunan dan tanaman makanan, seperti karet, serat (roselia, rami,
dll), berbagai jenis padi, kacang tanah,kedelai, jagung, ubi jalar dan ketela pohon.
Tahun 1877, Scheffer mendirikan Sekolah Pertanian di Kebun Raya. Tahun 1884 Sekolah
Pertanian di Kebun Raya ditutup, karena kekurangan dana, kurang perhatian dan kurang
dukungan politis. Tahun 1903, Direktur ke V Kebun Raya Bogor, Dr. Melchior Treub,
mendirikan Sekolah Pertanian.
Sampai dengan tahun 1938 di MLS Bogor pada tahun ketiga diberikan ilmu-ilmu kehutanan bagi
calon-calon pegawai Jawatan Kehutanan. Sejak 1938 berdiri Sekolah Kehutanan Menengah
(Middelbare Boschbouw School = MBS) di Madiun. Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan
formal perikanan laut dibuka di Tegal, yang merupakan cikal bakal Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM) Penangkapan Ikan dan Mesin Perikanan. Lulusan Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPMA), banyak menjadi penyuluh pertanian, pegawai kehutanan dan
sinderperkebunan.
Satu Januari 1905 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Departemen Pertanian, Kerajinan
dan Perdagangan (Landbouw Nijverheid en Handel) atas usul Melchior Treub. Tugasnya antara
lain melakukan penyuluhan dan dilaksanakan melalui Pangreh Praja, kegiatannya didasarkan
atas program mereka yang dijalankan atas perintah-perintah Pangreh Praja kepada petani.
Tahun 1908, diangkat lima orang penasehat pertanian (Landbouw Adviseur) dan beberapa
pembantunya (AsistenLandbouw Adviseur) sebagai pegawai Departemen Pertanian, yang
diperbantukan kepada Pangreh Praja setempat. Tugasnya memberi nasehat pertanian dan
menyelenggarakan pendidikan pertanian kepada petani.Mereka merupakan perintis pendidikan
pertanian, yang berkembang menjadi tenaga penyuluh pertanian yang harus melaksanakan tugas
tidak berdasarkan atas perintah-perintah Pangreh Praja.Petugas-petugas penasehat pertanian
(1908) diganti sebutannya menjadi Landbouw Consulen dan Adjunct Landbouw Consulent.
Mereka bisa berhubungan langsung dengan petani atas dasar pendidikan dan kesukarelaan.
Tahun 1910, didirikan Dinas Penyuluhan Pertanian (Landbouw Voorlichtings
Dienst /LDV)dalam Departemen Pertanian.Di daerah, pelaksanaan kegiatan penyuluhan
merupakan bagian dari Pangreh Praja.
Tahun 1921, LDV dilepas dari Pangreh Praja dan dijadikan Dinas Daerah Provinsi, karena
dinilai kegiatan penyuluhan memberikan hasil nyata yang terhadap peningkatan produksi yang
dicapainya.Sejak itu petugas-petugas Dinas Penyuluhan berdiri sendiri dan bertanggung jawab
kepada Departemen Pertanian, disamping tetap bertindak sebagai penasehat Pangreh Praja. LDV
menangani penyuluhan tanaman pangan dan perkebunan,dan ikut dalam bidang perkreditan.
Pada periode 1921-1942, Dinas Penyuluhan terus berkembang sampai datang tentera
Jepang.Penyuluh pribuminya berasal dari lulusan Meddlebare Landbouw school/MLS cikal
bakal Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Bogor, dan Cultuur School/CS
(SPMP/Sekolah Pertanian Menengah Pertama) berada di Sukabumi dan Malang.
Hasil penyuluhan yang menonjol selama masa penjajahan Belanda (tahun 1930 s/d tahun
1942)
3. Pupuk hijau mulai meluas digunakan di persawahan dan di perkebunan. Jenis Crotalaria,
Centrosema, Lamtoro dan lain-lain mulai banyak diusahakan, sementara kompos mulai
dikenal.
4. Penyempurnaan alat-alat pertanian dengan introduksi dari hasil penelitian, seperti bajak
Muara dan Kerorejo, garu Madura, penyiang Muara, penyiang Landak (tunggal dan
ganda), parut rotasi untuk bikin tapioka, dll.
5. Perbaikan pekarangan dengan menanam sayur, buah, bunga dan tanaman obat, menjadi
lebih cantik, bersih, berfaedah dan menguntungkan.
6. Pendirian 200 buah Balai Benih dan Kebun Bibit di seluruh kepulauan untuk menangkar
benih/bibit unggul padi, palawija, sayuran, bunga, buah, tanaman keras (karet, cengkeh,
randu, kopi, teh, tembakau, kelapa, dll).
7. Pengembangan pendidikan pertanian melalui pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan pemuda (kelas masyarakat Sekolah Desa 5 tahun) yang dirintis tahun 1910
dikembangkan menjadi 6 tahun, kelas pertanian untuk daerah pedesaan, kelas
perdagangan/ perkantoran untuk daerah kota, dan kelas kerajinan/pertukangan untuk
daerah yang banyak industrinya. Kelas ini bertambah banyak tahun 1930-an, terutama
sesudah ada pendidikan guru kelas masyarakat di Sekolah Normal (Sekolah Guru Desa).
8. Tahun 1939 ada 139 kelas pertanian. Pendidikan pertanian yang dilaksanakan dalam
bentuk sekolah adalah MLS Bogor, Culture School (CS) di Sukabumi dan Malang.
Pendidikan pertanian non formal dalam bentuk latihan dan kursus untuk calon dan yang
sudah jadi pegawai serta untuk masyarakat tani (bapak, ibu dan anak tani), disebut
penyuluhan pertanian. Bagi calon dan pegawai rendahan, tersedia sekolah atau kursus
mantri, kursus guru pertanian, sekolah usahatani, kursus aplikasi untuk mantri pertanian.
9. Tahun 1927 dibuka Kursus Tani Desa (KTD) bagi wargatani di Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. KTD diteruskan dengan bimbingan lanjutan, seperti demonstrasi
(percontohan cara dan hasil), perlombaan, ekskursi (wisata karya atau widya dicampur
rekreasi). Dibentuk kelompok tani, yang disebut Rukun Tani (Jawa Barat), Kring Tani
(Jawa Timur) dan nama setempat lainnya. Diadakan pula kursus bagi wanita tani dan
anak tani/pemuda tani, 1 s.d 4 tahun, kurikulum menyeluruh dan waktu pelajarannya 2
hari @ 2 atau 3 jam per minggu.
11. Dikumpulkan data kebutuhan air pada setiap jenis tanah dan tanaman, kandungan air
sungai(sekarang digunakan istilah Tata Guna Air), pengujian untung-rugi di daerah
pengairan(sekarang digunakan istilah efisiensi), dan saran pemakaian air pada daerah
rawan (kebun tebu, tembakau dan serat), dll.
Penyuluhan pada masa pendudukan Jepang dapat dikatakan tidak ada.Para petani dipaksa untuk
mengusahakan/memproduksi bahan makanan dan bahan strategis lainnya. Son Sidoing (Mantri
Pertanian Kecamatan) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian di setiap kecamatan) ditugaskan
memperlancar usaha produksi dan mengumpulkan hasilnya bagi keperluan angkatan perang
Jepang.
Di masa pendudukan Jepang (1942) berubah namanya menjadi Sekolah Pertanian Menengah
tinggi (SPMT). MBS di Madiun, yang pada tahun 1944 berganti nama menjadi Sekolah
Kehutanan Menengah Tinggi (SKMT) dan akhirnya menjadi Sekolah Kehutanan Menengah Atas
(SKMA). Pada tahun 1944 didirikan lagi SPMT di Malang, yang sebelumnya adalah Cultuur
School.
Penyuluhan pada Zaman Kemerdekaan (1945–1995)
Pada kurun waktu 1945-1950 berdiri pula SKMA di Bogor, yang pada tahun 1981 ditutup
kemudian dijadikan Balai Latihan Kehutanan. Pada Tahun 1981 didirikan SKMA di Samarinda
dan di Kadipaten. Tahun 1984 seluruh SKMA dialihkan ke Departemen Kehutanan. Pada masa
pendudukan Jepang, pendidikan formal perikanan laut dibuka di Tegal, yang merupakan cikal
bakal Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Penangkapan Ikan dan Mesin Perikanan.
Pendidikan formal peternakan tingkat menengah diawali di Yogyakarta tahun 1952 dengan nama
Sekolah Kehewanan menengah Atas (SKMA), kemudian pindah ke Malang pada tahun 1953.
Pada tahun 1954 berdiri pula Sekolah Pengamat Kehewanan (SPK) setingkat SLTP di Bogor.
1. Perbanyakan benih unggul padi dan palawija dengan memperluas dan menambah jumlah
Balai Benih dan Kebun Bibit.
2. Perbaikan dan perluasan pengairan pedesaan.
3. Peningkatan penggunaan pupuk untuk segala jenis tanaman, terutama pupuk phospat dan
nitrogen pada padi.
4. Peningkatan pemberantasan hama penyakit tanaman serta memperlancar penyaluran
pestisida dan peralatannya.
5. Peningkatan pengendalian bahaya erosi.
6. Peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan dengan mendirikan Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD) di tiap kecamatan.
7. Intensifikasi pemakaian tanah kering, diawali pembangunan beberapa Kebun Percobaan
Perusahaan Tanah Kering (PPTK) di kabupaten.
Pada periode ini, kabinet sering berganti dan aparatur pertanian masih terkotak-kotak dalam
beberapa aliran politik/partai, sehingga pendekatan dan metode penyuluhan mirip sebelum
perang. Masalah dan tantangan pertanian makin luas dan kompleks, aparatur dan cara kerjanya
belum sistematis dan komprehensif. RKI dua tahap belum sepenuhnya jalan karena perlu
menyelesaikan masalah yang besar dan kompleks itu.
Tahun 1958 intensifikasi padi dimulai pada sentra yang luasnya ± 1.000 ha, petani diberi kredit
natura (bibit dan pupuk) serta uang.Program itu disebut Padi Sentra, yang menyebarkan kegiatan
intensifikasi padi ke sekelilingnya.Padi Sentra ini, dijadikan bagian dari Badan Perusahaan
Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah Kering (BMPT).BMPT gagal dan dihentikan
tahun 1963, karena banyak penyelewengan, pengembalian kredit dalam bentuk padi dihitung
dengan harga yang rendah dari harga pasar, dan kurangnya keahlian para manager dalam
menyuluh, pelayanan dan pemasaran, serta sistem kredit kacau.Ditengarai penyelewengan ini
dilakukan oleh oknum yang memiliki tujuan memperkaya diri sendiri atau petani yang bukan
pelaku utama.
BAB II
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
Unsur-Unsur Penyuluhan pertanian meliputi
Dalam kegiatan penyuluhan kita mengenal ada 3 metode pendekatan penyuluhan, yaitu :
a. Metode pendekatan perorangan (personal approach method)
Melakukan hubungan atau pendekatan secara langsung dengan sasaran yaitu seorang
petani, biasanya dilakukan secara berdialog langsung, melakukan kunjungan ke rumah,
sawah/ladang/padang/kandang, surat menyurat, melalui telepon, dll. Metode ini sangat efektif,
tetapi akan banyak menyita waktu dan energi.
b. Metode pendekatan kelompok (Group approach method)
Dilakukan terhadap kelompok tani dimana para petani diajak dan didampingi serta
diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan suatu kegiatan yang tentunya lebih produktif
atas dasar kerja sama, dengan saling tukar pendapat dan pengalaman, demonstrasi,
kursus,karyawisata, perlombaan kelompok, dan lainnya yang sifatnya kelompok. Metode ini
biasanya lebih berdaya guna dan hasilnyapun akan lebih mantap.
c. Metode pendekatan massal (mass approach method)
Penyuluhan dengan metode ini dapat menggunakan media surat kabar, majalah atau
brosur pertanian-peternakan, radio, televisi, film, slide dan media lainnya. Dipandang dari segi
penyampaian informasi memang metode ini baik, akan tetapi dipandang dari keberhasilannya
adalah kurang efektif karena pada dasarnya hanya dapat menimbulkan tahap kesadaran dan tahap
minat pada para petani/peternak pendengar penyuluhan, itupun kalau pendekatan-pendekatannya
dapat dilakukan dengan baik, dapat menarik perhatian para petani/peternak kepada sesuatu hal
yang lebih menguntungkan.
Tidak ada satu metode penyuluhan yang dianggap lebih baik dibanding metode penyuluhan
yang lainnya
Pada umumnya dalam pelaksanaan penyuluhan digunakan beberapa metode
Dalam kegiatan penyuluhan sebaiknya digunakan materi visual dan tertulis
bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka
prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1. Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan
masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2. Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh
baik.
3. Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya.
Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman
padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.
Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1999) mengemukakan bahwa yang
mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1. Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat
dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2. Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan
organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3. Keraguan budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
4. Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.
5. Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan
partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program
penyuluhan yang telah dicanangkan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
7. Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan
agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang
segala sesuatu yang ia kerjakan.
8. Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan
metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi,
dan nilai sosial budaya.
9. Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk
kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti
latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan
dari unit sosial.
Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam Metode dan teknik
penyuluhan pertanian, meliputi:
1. Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif: Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui
penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya
untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu
hidupnya.
2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran: Prinsip ini akan mendorong
petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.
3. Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya: Prinsip ini mengingatkan kepada
penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan
lingkungan sosialnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran: Keakraban hubungan antara penyuluh
dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan
masalahnya.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti
sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu
hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ”context dan content” pembangunan pertanian dalam era
reformasi, mengakibatkan terjadi pula perubahan sasaran dalam penyuluhan
pertanian. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya
petani dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan
pula stakeholderyaitu pelaku agrobisnis. Jadi, penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau
proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Secara
khusus, penerapan penyuluhan pertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang
diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun
2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan kebijakan tentang
pelaksanaan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu,
pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan
memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan
prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab
serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan
untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri
Metode Penyuluhan
Adalah cara yang dipergunakan untuk mendekatkan penyuluh dengan sasaran
penyuluhan. Setiap petani belajar dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan
dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup mendengar saja, atau melihat dan
ada juga yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikan.
Klasifikasi metode penyuluhan :
1. Jarak sasaran
a. Langsung, metode yang langsung digunakan pada waktu penyuluh pertanian berhadapan
muka dengan sasaran, sehinhha memperoleh respon dari sasaran penyuluhan dalam waktu yang
relative singkat. Misalkan dengan melakukan kunjungan lapang (hamparan) dan kunjungan ke
rumah.
b. Tidak langsung yaitu melalui perantaraan media penyuluhan. Penyuluh tidak bertatap
langsung untuk memperoleh respon, motode ini dapat menolong banyak sekali pabila metode
secara langsung tidak mungkin dapat dipergunakan terutama dalam menarik perhatian dan
menggugah hati sasaran penyuluhan. Misalkan lewat radio (iaran pedesaan), bahan cetak (
majalah, koran, poster, leaflet)
2. Indra penerima
a. Metode penyuluhan terlihat. Dalam metode yang dapat dilihat, pesan penyuluhan diterima
oleh sasaran melalui indra pengelihatan. Misalnya gambar, Leaflet, Spanduk, bahan cetakan,
yang hanya dipergunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat melihat, khusunya dapat
membaca
b. Metode penyuluhan terdengar, pesan penyuluhanya diperoleh oleh sasaran melalui indra
pendengaran. Misalnya radio, TV, dan film, yang hanya dapat digunakan jika sasaran
penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran, yaitu dapat mendengar dan
c. Kombinasi antara metoda terlihat dan terdengar (AVA= Audio Visual Aid). Penggunaan
AVA saat ini dianggap paling sesuai dan paling tepat untuk digunakan menyampaikan informasi
pembangunan secara cepat kepada masyarakat.
3. Jumlah sasaran yang akan dicapai
a. Pendekatan perorangan : pendekatan perorangan dilakukan, khusunya untuk mencapai sasaran
penyuluhan potensial dan strategis yang diperkirakan akan mendorong atau bahkan menghambat
berlangsungnya kegiatan penyuluhan.
b. Pendekatan kelompok : pendekatan ini lebih cepat dan praktis dibandingkan pendekatan
perseorangan. Persoalannya hanyalah bagaimana menentukan kelompok strategis yang akan
dijadikan sasaran penyuluhan.
c. Pendekatan massal : pendekatan massal biasanya dilakukan jika tujuan penyuluhan hanya
sekedar bersifat memberi informasi awal, tanpa memperhatikan pihak-pihak strategis . tujuannya
hanyalah membangkitkan rasa ingin tahu seseorang atau sekelompok orang mengenai hal yang
baru. Tetapi jika sudah menyangkut upaya membujuk dan mendorong seseorang atau
sekelompok orang untuk berbuat sesuatu maka pendekatan perseorangan dan pendekatan
kelompok yang harus dipergunakan.
Metode penyuluhan mana yang harus dipergunakan :
Setiap pendekatan penyuluhan ini mempunyai keunggulan dan kekurangan/ kelemahan masing-
masing. Karena itu penentuan metode mana yang akan dipergunakan akan tergantung pada :
1. Berapa banyak sasaran penyuluhan yang akan dicapai dalam waktu yang sama
2. Tingkat kemampuan penyuluh, yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
informasi penyuluhan
3. Materi penyuluhan yang akan disampaikan, dan
4. Dampak yang ingin dicapai
Perlu memperhatikan pula efisien dari metode tersebut (hemat) dalam arti menggunakan semua
sumber daya (tenaga, waktu, pikiran dan biaya) sekecil mungkin untuk mendapatkan hasil
sebesar-besarnya (tujuan penyuluhan tercapai). Dengan kata lain metode yang digunakan dalam
kegiatan penyuluhan tidak menghabiskan banyak biaya, waktu, tenaga dan pikiran.
Tujuan dari pemilihan motode penyuluhan adalah karena dalam mempelajari sesuatu seseorang
akan mengalami suatu proses untuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara
bertahap melalui serangkaian pengalaman mental fisikologis. Pada tahapan adopsi inovasi
tahapan-tahapan ini adalah sadar, minat, menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga tujuan
pemilihan metode yaitu :
1. Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode
yang tepat dan berhasil guna
2. Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang
dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
Kebijakan dalam mengambil keputusan penggunaan suatu metode penyuluhan pada proses
pembelajaran didasarkan atas :
1. Mengerjakan , artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat
untuk menerapkan sesuatu. Penyuluhan pertanian mampu menghasilkan petani-petani yang
mandiri, mampu mengatasi permasalahn yang dihadapi dan mampu mengembangkan
kreatifitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang dikethui untuk
meningkatkan mutu hidup, melalui belajar dari permasalahn yang dihadapi dan melakukan
keputusan-keputusan berdasarkan lingkungan sosial (pengalaman sendiri atau dari mitra).
2. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan pertanian harus memberikan dampak yang memberi
pengaruh baik
3. Asosiasi, artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan yang lainnya.
Teknik Penyuluhan
Adalah cara mempertemukan sasaran penyuluhan dengan materi penyuluhan
1. Kunjungan rumah
Kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh dengan tujuan menjalin hubungan baik sehingga
tercipta rasa percaya dan keakraban natara penyuluh dan sasaran penyuluhan. Tujuan dari
kunjungan rumah ini adalah :
a. Berkenalan dengan sasaran penyuluhan
b. Menumbuhkan kepercayaan
c. Membicarakan masalah pribadi dan masyarakat
d. Menemukan problem dan masalah yang belum disadari
e. Mengajarkan keterampilan
f. Memberi dan menerima informasi
2. Kunjungan kantor
Pertemuan antara sasaran penyuluhan dengan istansi-instansi tertentu. Tujuannya adalah : untuk
berkonsultasi sesuatu hal (teknis usahatani, teknis budidaya, manajerial, dsb). Misalnya petani
berkunjung ke balai pembenihan padi.
3. Kunjungan lapang
Kunjungan yang dilakukan penyuluh ke tempat kerja sasaran penyuluhan. Pada penyuluh
pertanian dkunjungan lapang dilakukan di lahan-lahan pertanian atau ke lokasi pengolahan pasca
panen. Pada penyuluh perikanan kunjungan ke lapang berarti kunjungan penyuluh ke lokasi
kegiatan perikanan para pelaku uatama kegiatan perikanan dalam rangka sistem kerja LAKU
(latihan dan kunjungan)
4. Surat-menyurat
Korespondensi antara sasaran penyuluhan dan penyuluh ( instansi terkait). Misalnya surat dari
petani ke majalah sinar tani
5. Demonstrasi
Demostrasi yang dapat dilakukan oleh penyuluh untuk meyakinkan sasaran penyuluhan tentang
suatu inovasi yang baru yang akan diperkenalkan. Dalam demosntrasi ini memperlihatkan suatu
cara kerja baru atau suatu cara yang disempurnakan serta memeprlihatkan atau membuktikan
kemanfaatan hasil dari penggunaan suatu inovasi (teknologi) baru yang lebih menguntungkan
dan lebih tepat guna dibandingkan dengan teknologi yang lama.
6. Wisata
Ada dua macam wisata :
a. Widyawisata : adalah perjalanan wisata yang dilakukan oleh penyuluh dan sasaran
penyuluhan untuk melihat cara melakukan sesuatu atau hasil suatu cara ke suatu tempat yang
sudah melakukannya
b. Karyawisata : adalah juga perjalan wisata bersama antara penyuluh dan sasaran penyuluhan
dengan melakukan kerja praktek (magang di lokasi kunjungan)
Tujuan dari wisata adalah : meyakinkan sasaran penyuluhan dengan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk melihat sendiri hasil suatu teknologi baru, demosntrasi suatu keterampilan,
alat baru, dsb. Dan membantu sasaran penyuluhan untuk mengenal masalah, menimbulkan
perhatian, minat, dan memotivasi untuk melakukan suatu kegiatan.
7. Kursus
Adalah kegiatan mengajar-belajar yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta menumbuhkan sikap positif sasaran penyuluhan terhadap suatu hal yang baru.
Kursus dapat dilaksanakan di ruangan tertutup (kelas) atau dilapangan dalam suatu periode
waktu tertentu, tergantung materi yang diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan dari kursus adalah :
a. Menambah pengetahuan
b. Meningkatkan keterampilan
c. Menumbuhkan sikap positif
d. Mengembangkan kepemimpinan
8. Pameran
Pameran diselenggarakan untuk memperagakan secara sistematis tentang suatu hal. Bentuk yang
dipamerkan bermacam-macam, misalnya dalam bentuk barang, poster, benda hidup, grafik,
kumpulan foto, dsb. Hal penting yang harus diperhatikan dalam mengadakan pameran dalahan
bagaimana membuat suatu pameran menarik, membangkitkan keinginan orang untuk
melihatnya. Tujuan dari pameran adalah :
a. Membiasakan pengunjung dengan norma-norma yang lebih baik
b. Mempengaruhi pengunjung untuk menerima cara-cara baru
c. Menarik perhatian banyak orang
d. Meningkatkan pengertian dan menumbuhkan kesukaan kepada kegiatan penyuluhan.
9. Media massa
Mencakup penggunaan TV, Radio, majalah, Leaflet, Poster, Spanduk, dsb. Salah satu yang
menggunakan media massa dalam penyuluhan adalah siaran pedesaan melalui radio. Siaran ini
khusus ditujukan bagi sasaran penyuluhan / petani dan keluarganaya dengan maksud
menyebarkan secara cepat informasi-informasi dan pengetahuan-pengetahuan baru di bidang
perikanan seluas-luasnya. Untuk meningkatkan efektifitas sasaran penyuluhan atau petani
dianjurkan untuk membentuk kelompok pendengar. Tujuan dari siaran pedesaan adalah :
a. Membangkitkan kesadaran dan perhatian
b. Menumbuhkan minat dan keingintahuan
c. Menyebarkan informasi secara cepat dan meluas
10. Perlombaan
Adalah cara untuk membangkitkan semangat penyuluh untuk berpretasi dan saling bersaing.
Misalnya, perlombaan kewirausahaan penyuluh pertanian, dsb.
11. Kampanye
Adalah kegiatan penyuluhan yang intensif dan luas dengan menggunakan berbagai metode dan
teknik penyuluhan secara serentak dalam waktu yang relatif singkat.
12. Pertemuan umum
Adalah suatu rapat dengan peserta campuaran. Pada pertemuan ini disampaiakan beberapa
informasi tertentu dipertimbangkan untuk dilaksanakan di kemudian hari. Tujuan dari pertemuan
umum adalah :
a. Mencapai dan melayani jumlah orang yang banyak secara efektif dan murah
b. Memperispkan orang-orang untuk kegiatan tertentu
c. Mengetahui tanggapan dan rekasi orang untuk kegiatan tertentu
13. Pertemuan diskusi
Adalah suatu rapat dengan peserta terbatas (kelompok kecil yang terdiri dari 10 sampai 20
orang). Biasanya diadakan untuk bertukar pendapat mengenai suatu hal yang akan
diselenggarakan atau mengumpulkan saran-saran untuk mencari solusi persoalan. Tujuan dari
pertemuan diskusi adalah untuk mengajak sasaran penyuluhan atau petani untuk membicarakan
dan mencari solusi masalah yang dihadapi, mengumpulkan saran-saran dan lain-lain.
BAB IV
KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN
Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan(SP3K) yang
disyahkan oleh DPR RI dimaksudkan untuk memperkuat keberadaan dan fungsi kelembagaan
penyuluhan pertanian baik di pusat maupun di daerah dalam memfasilitasi petani dan pelaku
usaha pertanian lainnya dalam mengembangkan usahanya untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan. Surat Menteri Pertanian Nomor.37/OT.140/M/3/2005 meminta agar PEMDA
membentuk kelembagaan penyuluhan pertanian di daerah. Keberadaan dan berfungsinya
kelembagaan ini sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi para penyuluh
dalan menjalankan tugas dan fungsinya.
Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2006, Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga
pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan terdiri atas:
a. kelembagaan penyuluhan pemerintah,
b. kelembagaan penyuluhan swasta,
c. kelembagaan penyuluhan swadaya.
Kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan salah satu wadah organoisasi yang terdapat
dalam dinas pertanian. Kelembagaan pertanian menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
ada antara lain:
1. Kebutuhan ketrampilan yang lebih cakap dibanding usaha produk serelia.
2. Tuntutan petani untuk mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya.
3. Pengetahuan dari berbagai macam sumber.
4. Pembiayaaan organisasi penyuluhan dari pihak swasta yang semula hanya dari pihak
pemerintah.
Penyesuaian dengan kondisi tersebut maka lembaga penyuluhan dalam menghadapi perubahan
tersebut menyikapi dengan:
1. Pengembangan SDM
2. Pengembangan system
3. Metode dan materi
4. optimalisasi sarana
5. Prasarana dan alat Bantu
6. Pemberdayaan masyarakat sasaran
7. Pengembangan jaringan kerja serta kemitraan
Kelembagaan badan dinas dan subdinas berdasarkan debirokratisasi entrepreneurship
beureneraey dengan kombinasi minimal empat organisasi yaitu organisasi administrasi, Vs
organisasi teknis dan organisasi structural Vs organisasi fungsional yang berbeda ciri. Organisasi
administrasi di bentuk menyangkut pengurusan tugas-tugas dan fungsi administrasi umum,
protokoler, logistic dan perlengkapan, personil dan kepegawaiaan serta pengawasan internal.
Organisasi bersifat teknis fungsional adalah dinas-dinas dan unit pelaksana teknis atau unit
pelaksana teknis daerah (UPTD). Kelembagaan Struktural dibentuk karena pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi lebih banyakmengacu kepada garis komando yang lazim dilakukan pada
organisasi militer. Penyuluhan pertanian harus memperhaikan hal-hal seperti penghargaan
profesinya, kesejahteraannya serta adanya aturan operasional penyuluhan yang jelas dan
trasparan, dengan kata lain harus memperhatikan karier bagi penyuluhnya. Fungsi utama dari
kelembagaan penyuluhan pertanian adalah sebagai wadah dan organisasi pengembangan
sumberdaya manusia pertanian serta menyelenggarakan penyuluhan.
Adanya kelembagaan penyuluhan pertania berdiri sendiri diharapkan dapat menjamin
terselengaranya :
1. Fungsi perencanaan dan penyusunan program penyuluhan di tingkat Kabupaten Kota dan
tersusunnya programa di tingkat BPP.
2. Fungsi penedian dan penyebaran informasi teknologi, model usaha agrobisnis dan pasar
bagi petani di pedesaan.
3. Fungsi pengembangan SDM pertanian untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan
pendapatan.
4. Penataan administrasi dan piningkatan kinerja penyuluh pertanian yang berdasarkan
kompetensi dan profesionalisme.
5. Kegiatan partisipasi petani-penyuluh dan peneliti.
6. Fungsi supervise, monitoring, evaluasi serta umpan balik yang positif bagi perencanaan
penyuluhan kedepan.
Peran kelembagaan di tingkat Kabupaten kota, kecamatan, dan tingkat kelembagaan petani
antara lain:
1. Sebagai Sentra pelayanan pendidikan non-formal dan pembelajaran petani dan
kelompoknya dalam usaha agrobisnis.
2. Sebagai sentra komunikasi, informasi dan promosi teknologi, sarana produksi, pengolahan
hasil peralatan danmodel-model agobisnis.
3. Sebagai sentral pengembangan SDM pertanian dan poenyuluhan berbasis kerakyatan,
sesuai kebutuhan petani dan profesionalisme penyuluhan pertanian.
4. Sebagai sentral pengembangan kelembagaan social ekonomi petani.
5. Sebagai sentra pengembangan kompetensi dan profesionalisme penyuluh pertanian.
6. Sebagai sentra pengembangan kemitraan dengan dunia usaha agribisnis dan lainnya.
OLEH:
NIM: D1A117033
KELAS : A
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2019