Anda di halaman 1dari 20

BAB I

SEJARAH PERKEMBANGAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Penyuluhan dan Pendidikan Zaman Belanda (1905-1942)

Hadirnya Penyuluhan pertanian di Indonesia dimulai, ketika Dr. CGL Reinwardt, mendirikan
Kebun Raya Bogor sejak tanggal 17-5-1817dengan memperkenalkan 50 jenis tanaman baru,
antara lain: kelapa sawit, ketela pohon, dll. Proses pengenalan tidak hanya sekedar mengetahui
pengetahuan biologi dan bercocok tanam, tetapi juga cara pengembangan dan dapat diterima
pemanfaatannya oleh masyarakat. Perjalanan panjang sejarah tanam paksa yang disebut dengan
Sistem Tanam Paksa (culture stelsel) hingga pada tahun 1831, dilaksanakan dengan memaksa
pribumi menanam nila/tarum, kopi, gula dan tembakau. Selanjutnya Direktur ke III Kebun Raya
Bogor, Dr. R.H.C.C. Scheffer, tahun 1876, mendirikan Kebun Tanaman Dagang (Cultur tuin)
seluas 75 ha (bagian Kebun Raya Bogor) di Desa Cikeumeuh, dan menyebarkan ke seluruh
pelosok Indonesia tanaman perkebunan dan tanaman makanan, seperti karet, serat (roselia, rami,
dll), berbagai jenis padi, kacang tanah,kedelai, jagung, ubi jalar dan ketela pohon.

Tahun 1877, Scheffer mendirikan Sekolah Pertanian di Kebun Raya. Tahun 1884 Sekolah
Pertanian di Kebun Raya ditutup, karena kekurangan dana, kurang perhatian dan kurang
dukungan politis. Tahun 1903, Direktur ke V Kebun Raya Bogor, Dr. Melchior Treub,
mendirikan Sekolah Pertanian.

Sampai dengan tahun 1938 di MLS Bogor pada tahun ketiga diberikan ilmu-ilmu kehutanan bagi
calon-calon pegawai Jawatan Kehutanan. Sejak 1938 berdiri Sekolah Kehutanan Menengah
(Middelbare Boschbouw School = MBS) di Madiun. Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan
formal perikanan laut dibuka di Tegal, yang merupakan cikal bakal Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM) Penangkapan Ikan dan Mesin Perikanan. Lulusan Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPMA), banyak menjadi penyuluh pertanian, pegawai kehutanan dan
sinderperkebunan.

Satu Januari 1905 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Departemen Pertanian, Kerajinan
dan Perdagangan (Landbouw Nijverheid en Handel) atas usul Melchior Treub. Tugasnya antara
lain melakukan penyuluhan dan dilaksanakan melalui Pangreh Praja, kegiatannya didasarkan
atas program mereka yang dijalankan atas perintah-perintah Pangreh Praja kepada petani.

Tahun 1908, diangkat lima orang penasehat pertanian (Landbouw Adviseur) dan beberapa
pembantunya (AsistenLandbouw Adviseur) sebagai pegawai Departemen Pertanian, yang
diperbantukan kepada Pangreh Praja setempat. Tugasnya memberi nasehat pertanian dan
menyelenggarakan pendidikan pertanian kepada petani.Mereka merupakan perintis pendidikan
pertanian, yang berkembang menjadi tenaga penyuluh pertanian yang harus melaksanakan tugas
tidak berdasarkan atas perintah-perintah Pangreh Praja.Petugas-petugas penasehat pertanian
(1908) diganti sebutannya menjadi Landbouw Consulen dan Adjunct Landbouw Consulent.
Mereka bisa berhubungan langsung dengan petani atas dasar pendidikan dan kesukarelaan.
Tahun 1910, didirikan Dinas Penyuluhan Pertanian (Landbouw Voorlichtings
Dienst /LDV)dalam Departemen Pertanian.Di daerah, pelaksanaan kegiatan penyuluhan
merupakan bagian dari Pangreh Praja.

Tahun 1921, LDV dilepas dari Pangreh Praja dan dijadikan Dinas Daerah Provinsi, karena
dinilai kegiatan penyuluhan memberikan hasil nyata yang terhadap peningkatan produksi yang
dicapainya.Sejak itu petugas-petugas Dinas Penyuluhan berdiri sendiri dan bertanggung jawab
kepada Departemen Pertanian, disamping tetap bertindak sebagai penasehat Pangreh Praja. LDV
menangani penyuluhan tanaman pangan dan perkebunan,dan ikut dalam bidang perkreditan.

Pada periode 1921-1942, Dinas Penyuluhan terus berkembang sampai datang tentera
Jepang.Penyuluh pribuminya berasal dari lulusan Meddlebare Landbouw school/MLS cikal
bakal Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Bogor, dan Cultuur School/CS
(SPMP/Sekolah Pertanian Menengah Pertama) berada di Sukabumi dan Malang.

Hasil penyuluhan yang menonjol selama masa penjajahan Belanda (tahun 1930 s/d tahun
1942)

1. Modernisasi usahatani berdasarkan hasil penelitian, terutama pengolahan tanah,


pengairan, pemupukan (hijau, kompos dan an-organik), pemakaian varietas/benih unggul,
dan pemberantasan hama penyakit. Waktu itu sudah ada Panca Usaha padi, palawija,
sayuran dan buah-buahan. Tahun 1940, tiga puluh persen luas sawah sudah ditanami
varietas unggul padi Cina, Latisail, Skrivimangkoti, Untung, Baok, Genjah Raci, dari
Algemeen Proefstasion van de landbouw/APL (Lembaga Pusat Penelitian Pertanian)
Bogor.

2. Hama sundep dan beluk dapat dikendalikan di Karawang sampai Pekalongan


(berdasarkan hasil penelitian Dr.P.Van der Goot dan kawan-kawannya). Hama tikus yang
mengganas, dapat dikekang setelah diketahui siklus hidupnya.

3. Pupuk hijau mulai meluas digunakan di persawahan dan di perkebunan. Jenis Crotalaria,
Centrosema, Lamtoro dan lain-lain mulai banyak diusahakan, sementara kompos mulai
dikenal.

4. Penyempurnaan alat-alat pertanian dengan introduksi dari hasil penelitian, seperti bajak
Muara dan Kerorejo, garu Madura, penyiang Muara, penyiang Landak (tunggal dan
ganda), parut rotasi untuk bikin tapioka, dll.

5. Perbaikan pekarangan dengan menanam sayur, buah, bunga dan tanaman obat, menjadi
lebih cantik, bersih, berfaedah dan menguntungkan.

6. Pendirian 200 buah Balai Benih dan Kebun Bibit di seluruh kepulauan untuk menangkar
benih/bibit unggul padi, palawija, sayuran, bunga, buah, tanaman keras (karet, cengkeh,
randu, kopi, teh, tembakau, kelapa, dll).
7. Pengembangan pendidikan pertanian melalui pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan pemuda (kelas masyarakat Sekolah Desa 5 tahun) yang dirintis tahun 1910
dikembangkan menjadi 6 tahun, kelas pertanian untuk daerah pedesaan, kelas
perdagangan/ perkantoran untuk daerah kota, dan kelas kerajinan/pertukangan untuk
daerah yang banyak industrinya. Kelas ini bertambah banyak tahun 1930-an, terutama
sesudah ada pendidikan guru kelas masyarakat di Sekolah Normal (Sekolah Guru Desa).

8. Tahun 1939 ada 139 kelas pertanian. Pendidikan pertanian yang dilaksanakan dalam
bentuk sekolah adalah MLS Bogor, Culture School (CS) di Sukabumi dan Malang.
Pendidikan pertanian non formal dalam bentuk latihan dan kursus untuk calon dan yang
sudah jadi pegawai serta untuk masyarakat tani (bapak, ibu dan anak tani), disebut
penyuluhan pertanian. Bagi calon dan pegawai rendahan, tersedia sekolah atau kursus
mantri, kursus guru pertanian, sekolah usahatani, kursus aplikasi untuk mantri pertanian.

9. Tahun 1927 dibuka Kursus Tani Desa (KTD) bagi wargatani di Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. KTD diteruskan dengan bimbingan lanjutan, seperti demonstrasi
(percontohan cara dan hasil), perlombaan, ekskursi (wisata karya atau widya dicampur
rekreasi). Dibentuk kelompok tani, yang disebut Rukun Tani (Jawa Barat), Kring Tani
(Jawa Timur) dan nama setempat lainnya. Diadakan pula kursus bagi wanita tani dan
anak tani/pemuda tani, 1 s.d 4 tahun, kurikulum menyeluruh dan waktu pelajarannya 2
hari @ 2 atau 3 jam per minggu.

10. Dikumpulkan informasi mengenai ekonomi pedesaan, seperti analisa usahatani


(landbouwbedrijfs ontledingen di daerah tertentu), statistik pertanian, analisa dan nasehat
niaga hasil bumi(sekarang lebih populer disebut dengan kebijakan program pembangunan
pertanian), perkreditan dan pembebanan hutang (schuldbevrijding) dari cengkraman
pengijon/lintah darat (sekarang digunakan istilah finansialatau sumber permodalan), dll.

11. Dikumpulkan data kebutuhan air pada setiap jenis tanah dan tanaman, kandungan air
sungai(sekarang digunakan istilah Tata Guna Air), pengujian untung-rugi di daerah
pengairan(sekarang digunakan istilah efisiensi), dan saran pemakaian air pada daerah
rawan (kebun tebu, tembakau dan serat), dll.

Penyuluhan pada Zaman Jepang (1942–1945)

Penyuluhan pada masa pendudukan Jepang dapat dikatakan tidak ada.Para petani dipaksa untuk
mengusahakan/memproduksi bahan makanan dan bahan strategis lainnya. Son Sidoing (Mantri
Pertanian Kecamatan) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian di setiap kecamatan) ditugaskan
memperlancar usaha produksi dan mengumpulkan hasilnya bagi keperluan angkatan perang
Jepang.

Di masa pendudukan Jepang (1942) berubah namanya menjadi Sekolah Pertanian Menengah
tinggi (SPMT). MBS di Madiun, yang pada tahun 1944 berganti nama menjadi Sekolah
Kehutanan Menengah Tinggi (SKMT) dan akhirnya menjadi Sekolah Kehutanan Menengah Atas
(SKMA). Pada tahun 1944 didirikan lagi SPMT di Malang, yang sebelumnya adalah Cultuur
School.
Penyuluhan pada Zaman Kemerdekaan (1945–1995)

Pada kurun waktu 1945-1950 berdiri pula SKMA di Bogor, yang pada tahun 1981 ditutup
kemudian dijadikan Balai Latihan Kehutanan. Pada Tahun 1981 didirikan SKMA di Samarinda
dan di Kadipaten. Tahun 1984 seluruh SKMA dialihkan ke Departemen Kehutanan. Pada masa
pendudukan Jepang, pendidikan formal perikanan laut dibuka di Tegal, yang merupakan cikal
bakal Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Penangkapan Ikan dan Mesin Perikanan.
Pendidikan formal peternakan tingkat menengah diawali di Yogyakarta tahun 1952 dengan nama
Sekolah Kehewanan menengah Atas (SKMA), kemudian pindah ke Malang pada tahun 1953.
Pada tahun 1954 berdiri pula Sekolah Pengamat Kehewanan (SPK) setingkat SLTP di Bogor.

Periode Liberal (1945 – 1959)

Pada periode 1945–1950, pengembangan pertanian dimulai dengan Rencana(Plan) Kasimo,


nama menteri pertanian pada masa ini, Gagasannya yang menonjol selama menduduki kursi
pemerintahan di bidang perekonomian adalah rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan
sebutan Plan Kasimo, berisikan anjuran untuk memperbanyak kebun bibit unggul, pencegahan
hewan pertanian untuk disembelih, penanaman kembali lahan kosong dan perpindahan penduduk
ke Sumatera, yang direncanakan dengan pengelolaan produksi pertanian 3 tahun (1948–
1950).Tidak terlaksana sepenuhnya karena revolusi fisik. Pada periode 1950–1959, pemerintah
memulai usaha pembangunan pertanian lebih sistematis, rencana Kasimo yang belum terlaksana
sepenuhnya digabung dengan Rencana/PlanWisaksono(Wisaksono Wirjodihardjo, Walikota
Bogor 1947 kemudian tahun 1951 diangkat Wakil Presiden, Moh. Hattamenjadi Kepala Balai
Perguruan Tinggi R.I, yang mengurusi bidang Pertanian dan Perikanan untuk wilayah Negara-
negarabagian dan daerah Bagian dari Negara Federal yang dibina Belandayang ditulis dalam
buku Guide to the archives on relations between the Netherlands and Indonesia 1945-1963oleh J.
Drooglever, M.J.B. Schouten and Mona Lohanda) menjadi Rencana Kesejahteraan Istimewa
(RKI) tahap ke-1 tahun 1950–1955 dan tahap ke-2 tahun 1955–1960. Dalam kurun waktu 1945-
1950 berdiri pula 3 SPMT lagi, di Yogyakarta, Padang dan Ujung Pandang.SPMT menjadi
Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) sejak tahun 1950.Pada Tahun 1958 berdiri Sekolah
Perikanan Darat Menengah Atas (SPDMA) di Bogor, yang sebelumnya sudah diawali dengan
berdirinya Sekolah Usaha Perikanan Darat di Lampung.

Untuk menunjang program tersebut dilaksanakan:

1. Perbanyakan benih unggul padi dan palawija dengan memperluas dan menambah jumlah
Balai Benih dan Kebun Bibit.
2. Perbaikan dan perluasan pengairan pedesaan.
3. Peningkatan penggunaan pupuk untuk segala jenis tanaman, terutama pupuk phospat dan
nitrogen pada padi.
4. Peningkatan pemberantasan hama penyakit tanaman serta memperlancar penyaluran
pestisida dan peralatannya.
5. Peningkatan pengendalian bahaya erosi.
6. Peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan dengan mendirikan Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD) di tiap kecamatan.
7. Intensifikasi pemakaian tanah kering, diawali pembangunan beberapa Kebun Percobaan
Perusahaan Tanah Kering (PPTK) di kabupaten.

Pada periode ini, kabinet sering berganti dan aparatur pertanian masih terkotak-kotak dalam
beberapa aliran politik/partai, sehingga pendekatan dan metode penyuluhan mirip sebelum
perang. Masalah dan tantangan pertanian makin luas dan kompleks, aparatur dan cara kerjanya
belum sistematis dan komprehensif. RKI dua tahap belum sepenuhnya jalan karena perlu
menyelesaikan masalah yang besar dan kompleks itu.

Tahun 1958 intensifikasi padi dimulai pada sentra yang luasnya ± 1.000 ha, petani diberi kredit
natura (bibit dan pupuk) serta uang.Program itu disebut Padi Sentra, yang menyebarkan kegiatan
intensifikasi padi ke sekelilingnya.Padi Sentra ini, dijadikan bagian dari Badan Perusahaan
Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah Kering (BMPT).BMPT gagal dan dihentikan
tahun 1963, karena banyak penyelewengan, pengembalian kredit dalam bentuk padi dihitung
dengan harga yang rendah dari harga pasar, dan kurangnya keahlian para manager dalam
menyuluh, pelayanan dan pemasaran, serta sistem kredit kacau.Ditengarai penyelewengan ini
dilakukan oleh oknum yang memiliki tujuan memperkaya diri sendiri atau petani yang bukan
pelaku utama.
BAB II
UNSUR-UNSUR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
Unsur-Unsur Penyuluhan pertanian meliputi

1. Penyuluh pertanian, penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas


memberikan dorongan dan pengarahan kepada petani agar mau mengubah cara berfikir,
sikap dan perilaku nya terhadap perkembangan teknologi.
2. Sasaran penyuluhan pertanian, sasaran penyuluhan pertanian adalah audiens yang akan
diberikan materi penyuluhan.
3. Metode penyuluhan pertanian, metode penyuluhan adalah cara-cara yang digunakan pada
saat dilakukan penyuluhan, yang bersifat mendidik, membimbing, dan menerapkan
sehingga dapat mengubah pemahaman, sikap, dan perilaku petani agar dapat menolong
dirinya sendiri (self help).
4. Media Penyuluhan pertanian, media penyuluhan adalah salurann yang menghubungkan
penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani yang sedang mengikuti
penyuluhan.
5. Materi Penyuluhan Pertanian, materi penyuluhan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi
pertanian yang disamapaikan pada saat dilakukan penyuluhan.
6. Waktu Penyuluhan Pertanian, waktu penyuluhan merupakan waktu yang dipilih seorang
penyuluh untuk melakukan pendekatan-pendekatan kepada petani.
7. Tempat Penyuluhan Pertanian. Tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh petani
untuk melangsungkan kegiatan penyuluhan.
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN

A. Metode Penyuluhan Pertanian


Untuk mencapai tujuan kegiatan penyuluhan secara baik dan terarah, diperlukan metode
atau cara-cara penyuluhan pertanian yang bersifat mendidik, membimbing dan menerapkan
sehingga para petani-peternak dapat “menolong dirinya sendiri”, mengubah memperbaiki pola
pikir, tingkat kerja dan tingkat kesejahteraan hidupnya.

Dalam kegiatan penyuluhan kita mengenal ada 3 metode pendekatan penyuluhan, yaitu :
a. Metode pendekatan perorangan (personal approach method)
Melakukan hubungan atau pendekatan secara langsung dengan sasaran yaitu seorang
petani, biasanya dilakukan secara berdialog langsung, melakukan kunjungan ke rumah,
sawah/ladang/padang/kandang, surat menyurat, melalui telepon, dll. Metode ini sangat efektif,
tetapi akan banyak menyita waktu dan energi.
b. Metode pendekatan kelompok (Group approach method)
Dilakukan terhadap kelompok tani dimana para petani diajak dan didampingi serta
diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan suatu kegiatan yang tentunya lebih produktif
atas dasar kerja sama, dengan saling tukar pendapat dan pengalaman, demonstrasi,
kursus,karyawisata, perlombaan kelompok, dan lainnya yang sifatnya kelompok. Metode ini
biasanya lebih berdaya guna dan hasilnyapun akan lebih mantap.
c. Metode pendekatan massal (mass approach method)
Penyuluhan dengan metode ini dapat menggunakan media surat kabar, majalah atau
brosur pertanian-peternakan, radio, televisi, film, slide dan media lainnya. Dipandang dari segi
penyampaian informasi memang metode ini baik, akan tetapi dipandang dari keberhasilannya
adalah kurang efektif karena pada dasarnya hanya dapat menimbulkan tahap kesadaran dan tahap
minat pada para petani/peternak pendengar penyuluhan, itupun kalau pendekatan-pendekatannya
dapat dilakukan dengan baik, dapat menarik perhatian para petani/peternak kepada sesuatu hal
yang lebih menguntungkan.

Sedangkan menurut mekanisme diterimanya materi/isi penyuluhan oleh para petani/peternak,


maka metode penyuluhan dapat dibedakan atas:
a. Metode yang dapat didengar, yaitu pesan-pesan penyuluh akan diterima petani/peternak
melalui pendengaran. Misalnya percakapan tatap muka, telepon, radio, tape recorder,
pidato, ceramah dan lainnya.
b. Metode yang dapat dilihat, yaitu pesan-pesan penyuluh dapat dilihat atau diterima melalui
penglihatannya. Misalnya pesan dalam bentuk gambar, spanduk/poster, leaflet, brosur, film
bisu, pameran tanpa penjelasan vocal, slides dan lainnya.
c. Metode yang dapat di dengar dan dilihat, yaitu pesan-pesan penyuluh disampaikan melalui
peragaan yang disertai petunjuk-petunjuk lisan, gambar di televisi, film bersuara, telepon
bergambar, karyawisata, demonstrasi dan lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan metode penyuluhan :

 Tidak ada satu metode penyuluhan yang dianggap lebih baik dibanding metode penyuluhan
yang lainnya
 Pada umumnya dalam pelaksanaan penyuluhan digunakan beberapa metode
 Dalam kegiatan penyuluhan sebaiknya digunakan materi visual dan tertulis

bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka
prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1. Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan
masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2. Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh
baik.
3. Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya.
Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman
padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.

Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1999) mengemukakan bahwa yang
mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1. Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat
dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2. Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan
organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3. Keraguan budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
4. Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.
5. Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan
partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program
penyuluhan yang telah dicanangkan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
7. Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan
agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang
segala sesuatu yang ia kerjakan.
8. Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan
metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi,
dan nilai sosial budaya.
9. Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk
kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti
latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan
dari unit sosial.
Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam Metode dan teknik
penyuluhan pertanian, meliputi:
1. Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif: Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui
penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya
untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu
hidupnya.
2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran: Prinsip ini akan mendorong
petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.
3. Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya: Prinsip ini mengingatkan kepada
penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan
lingkungan sosialnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran: Keakraban hubungan antara penyuluh
dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan
masalahnya.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti
sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu
hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ”context dan content” pembangunan pertanian dalam era
reformasi, mengakibatkan terjadi pula perubahan sasaran dalam penyuluhan
pertanian. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya
petani dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan
pula stakeholderyaitu pelaku agrobisnis. Jadi, penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau
proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Secara
khusus, penerapan penyuluhan pertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang
diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun
2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan kebijakan tentang
pelaksanaan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu,
pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan
memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan
prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab
serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan
untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri

Metode Penyuluhan
Adalah cara yang dipergunakan untuk mendekatkan penyuluh dengan sasaran
penyuluhan. Setiap petani belajar dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan
dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup mendengar saja, atau melihat dan
ada juga yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikan.
Klasifikasi metode penyuluhan :
1. Jarak sasaran
a. Langsung, metode yang langsung digunakan pada waktu penyuluh pertanian berhadapan
muka dengan sasaran, sehinhha memperoleh respon dari sasaran penyuluhan dalam waktu yang
relative singkat. Misalkan dengan melakukan kunjungan lapang (hamparan) dan kunjungan ke
rumah.
b. Tidak langsung yaitu melalui perantaraan media penyuluhan. Penyuluh tidak bertatap
langsung untuk memperoleh respon, motode ini dapat menolong banyak sekali pabila metode
secara langsung tidak mungkin dapat dipergunakan terutama dalam menarik perhatian dan
menggugah hati sasaran penyuluhan. Misalkan lewat radio (iaran pedesaan), bahan cetak (
majalah, koran, poster, leaflet)
2. Indra penerima
a. Metode penyuluhan terlihat. Dalam metode yang dapat dilihat, pesan penyuluhan diterima
oleh sasaran melalui indra pengelihatan. Misalnya gambar, Leaflet, Spanduk, bahan cetakan,
yang hanya dipergunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat melihat, khusunya dapat
membaca
b. Metode penyuluhan terdengar, pesan penyuluhanya diperoleh oleh sasaran melalui indra
pendengaran. Misalnya radio, TV, dan film, yang hanya dapat digunakan jika sasaran
penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran, yaitu dapat mendengar dan
c. Kombinasi antara metoda terlihat dan terdengar (AVA= Audio Visual Aid). Penggunaan
AVA saat ini dianggap paling sesuai dan paling tepat untuk digunakan menyampaikan informasi
pembangunan secara cepat kepada masyarakat.
3. Jumlah sasaran yang akan dicapai
a. Pendekatan perorangan : pendekatan perorangan dilakukan, khusunya untuk mencapai sasaran
penyuluhan potensial dan strategis yang diperkirakan akan mendorong atau bahkan menghambat
berlangsungnya kegiatan penyuluhan.
b. Pendekatan kelompok : pendekatan ini lebih cepat dan praktis dibandingkan pendekatan
perseorangan. Persoalannya hanyalah bagaimana menentukan kelompok strategis yang akan
dijadikan sasaran penyuluhan.
c. Pendekatan massal : pendekatan massal biasanya dilakukan jika tujuan penyuluhan hanya
sekedar bersifat memberi informasi awal, tanpa memperhatikan pihak-pihak strategis . tujuannya
hanyalah membangkitkan rasa ingin tahu seseorang atau sekelompok orang mengenai hal yang
baru. Tetapi jika sudah menyangkut upaya membujuk dan mendorong seseorang atau
sekelompok orang untuk berbuat sesuatu maka pendekatan perseorangan dan pendekatan
kelompok yang harus dipergunakan.
Metode penyuluhan mana yang harus dipergunakan :
Setiap pendekatan penyuluhan ini mempunyai keunggulan dan kekurangan/ kelemahan masing-
masing. Karena itu penentuan metode mana yang akan dipergunakan akan tergantung pada :
1. Berapa banyak sasaran penyuluhan yang akan dicapai dalam waktu yang sama
2. Tingkat kemampuan penyuluh, yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
informasi penyuluhan
3. Materi penyuluhan yang akan disampaikan, dan
4. Dampak yang ingin dicapai
Perlu memperhatikan pula efisien dari metode tersebut (hemat) dalam arti menggunakan semua
sumber daya (tenaga, waktu, pikiran dan biaya) sekecil mungkin untuk mendapatkan hasil
sebesar-besarnya (tujuan penyuluhan tercapai). Dengan kata lain metode yang digunakan dalam
kegiatan penyuluhan tidak menghabiskan banyak biaya, waktu, tenaga dan pikiran.
Tujuan dari pemilihan motode penyuluhan adalah karena dalam mempelajari sesuatu seseorang
akan mengalami suatu proses untuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara
bertahap melalui serangkaian pengalaman mental fisikologis. Pada tahapan adopsi inovasi
tahapan-tahapan ini adalah sadar, minat, menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga tujuan
pemilihan metode yaitu :
1. Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode
yang tepat dan berhasil guna
2. Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang
dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
Kebijakan dalam mengambil keputusan penggunaan suatu metode penyuluhan pada proses
pembelajaran didasarkan atas :
1. Mengerjakan , artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat
untuk menerapkan sesuatu. Penyuluhan pertanian mampu menghasilkan petani-petani yang
mandiri, mampu mengatasi permasalahn yang dihadapi dan mampu mengembangkan
kreatifitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang dikethui untuk
meningkatkan mutu hidup, melalui belajar dari permasalahn yang dihadapi dan melakukan
keputusan-keputusan berdasarkan lingkungan sosial (pengalaman sendiri atau dari mitra).
2. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan pertanian harus memberikan dampak yang memberi
pengaruh baik
3. Asosiasi, artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan yang lainnya.

Teknik Penyuluhan
Adalah cara mempertemukan sasaran penyuluhan dengan materi penyuluhan
1. Kunjungan rumah
Kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh dengan tujuan menjalin hubungan baik sehingga
tercipta rasa percaya dan keakraban natara penyuluh dan sasaran penyuluhan. Tujuan dari
kunjungan rumah ini adalah :
a. Berkenalan dengan sasaran penyuluhan
b. Menumbuhkan kepercayaan
c. Membicarakan masalah pribadi dan masyarakat
d. Menemukan problem dan masalah yang belum disadari
e. Mengajarkan keterampilan
f. Memberi dan menerima informasi
2. Kunjungan kantor
Pertemuan antara sasaran penyuluhan dengan istansi-instansi tertentu. Tujuannya adalah : untuk
berkonsultasi sesuatu hal (teknis usahatani, teknis budidaya, manajerial, dsb). Misalnya petani
berkunjung ke balai pembenihan padi.
3. Kunjungan lapang
Kunjungan yang dilakukan penyuluh ke tempat kerja sasaran penyuluhan. Pada penyuluh
pertanian dkunjungan lapang dilakukan di lahan-lahan pertanian atau ke lokasi pengolahan pasca
panen. Pada penyuluh perikanan kunjungan ke lapang berarti kunjungan penyuluh ke lokasi
kegiatan perikanan para pelaku uatama kegiatan perikanan dalam rangka sistem kerja LAKU
(latihan dan kunjungan)
4. Surat-menyurat
Korespondensi antara sasaran penyuluhan dan penyuluh ( instansi terkait). Misalnya surat dari
petani ke majalah sinar tani
5. Demonstrasi
Demostrasi yang dapat dilakukan oleh penyuluh untuk meyakinkan sasaran penyuluhan tentang
suatu inovasi yang baru yang akan diperkenalkan. Dalam demosntrasi ini memperlihatkan suatu
cara kerja baru atau suatu cara yang disempurnakan serta memeprlihatkan atau membuktikan
kemanfaatan hasil dari penggunaan suatu inovasi (teknologi) baru yang lebih menguntungkan
dan lebih tepat guna dibandingkan dengan teknologi yang lama.
6. Wisata
Ada dua macam wisata :
a. Widyawisata : adalah perjalanan wisata yang dilakukan oleh penyuluh dan sasaran
penyuluhan untuk melihat cara melakukan sesuatu atau hasil suatu cara ke suatu tempat yang
sudah melakukannya
b. Karyawisata : adalah juga perjalan wisata bersama antara penyuluh dan sasaran penyuluhan
dengan melakukan kerja praktek (magang di lokasi kunjungan)
Tujuan dari wisata adalah : meyakinkan sasaran penyuluhan dengan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk melihat sendiri hasil suatu teknologi baru, demosntrasi suatu keterampilan,
alat baru, dsb. Dan membantu sasaran penyuluhan untuk mengenal masalah, menimbulkan
perhatian, minat, dan memotivasi untuk melakukan suatu kegiatan.
7. Kursus
Adalah kegiatan mengajar-belajar yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta menumbuhkan sikap positif sasaran penyuluhan terhadap suatu hal yang baru.
Kursus dapat dilaksanakan di ruangan tertutup (kelas) atau dilapangan dalam suatu periode
waktu tertentu, tergantung materi yang diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan dari kursus adalah :
a. Menambah pengetahuan
b. Meningkatkan keterampilan
c. Menumbuhkan sikap positif
d. Mengembangkan kepemimpinan
8. Pameran
Pameran diselenggarakan untuk memperagakan secara sistematis tentang suatu hal. Bentuk yang
dipamerkan bermacam-macam, misalnya dalam bentuk barang, poster, benda hidup, grafik,
kumpulan foto, dsb. Hal penting yang harus diperhatikan dalam mengadakan pameran dalahan
bagaimana membuat suatu pameran menarik, membangkitkan keinginan orang untuk
melihatnya. Tujuan dari pameran adalah :
a. Membiasakan pengunjung dengan norma-norma yang lebih baik
b. Mempengaruhi pengunjung untuk menerima cara-cara baru
c. Menarik perhatian banyak orang
d. Meningkatkan pengertian dan menumbuhkan kesukaan kepada kegiatan penyuluhan.
9. Media massa
Mencakup penggunaan TV, Radio, majalah, Leaflet, Poster, Spanduk, dsb. Salah satu yang
menggunakan media massa dalam penyuluhan adalah siaran pedesaan melalui radio. Siaran ini
khusus ditujukan bagi sasaran penyuluhan / petani dan keluarganaya dengan maksud
menyebarkan secara cepat informasi-informasi dan pengetahuan-pengetahuan baru di bidang
perikanan seluas-luasnya. Untuk meningkatkan efektifitas sasaran penyuluhan atau petani
dianjurkan untuk membentuk kelompok pendengar. Tujuan dari siaran pedesaan adalah :
a. Membangkitkan kesadaran dan perhatian
b. Menumbuhkan minat dan keingintahuan
c. Menyebarkan informasi secara cepat dan meluas
10. Perlombaan
Adalah cara untuk membangkitkan semangat penyuluh untuk berpretasi dan saling bersaing.
Misalnya, perlombaan kewirausahaan penyuluh pertanian, dsb.
11. Kampanye
Adalah kegiatan penyuluhan yang intensif dan luas dengan menggunakan berbagai metode dan
teknik penyuluhan secara serentak dalam waktu yang relatif singkat.
12. Pertemuan umum
Adalah suatu rapat dengan peserta campuaran. Pada pertemuan ini disampaiakan beberapa
informasi tertentu dipertimbangkan untuk dilaksanakan di kemudian hari. Tujuan dari pertemuan
umum adalah :
a. Mencapai dan melayani jumlah orang yang banyak secara efektif dan murah
b. Memperispkan orang-orang untuk kegiatan tertentu
c. Mengetahui tanggapan dan rekasi orang untuk kegiatan tertentu
13. Pertemuan diskusi
Adalah suatu rapat dengan peserta terbatas (kelompok kecil yang terdiri dari 10 sampai 20
orang). Biasanya diadakan untuk bertukar pendapat mengenai suatu hal yang akan
diselenggarakan atau mengumpulkan saran-saran untuk mencari solusi persoalan. Tujuan dari
pertemuan diskusi adalah untuk mengajak sasaran penyuluhan atau petani untuk membicarakan
dan mencari solusi masalah yang dihadapi, mengumpulkan saran-saran dan lain-lain.
BAB IV
KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN
Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan(SP3K) yang
disyahkan oleh DPR RI dimaksudkan untuk memperkuat keberadaan dan fungsi kelembagaan
penyuluhan pertanian baik di pusat maupun di daerah dalam memfasilitasi petani dan pelaku
usaha pertanian lainnya dalam mengembangkan usahanya untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan. Surat Menteri Pertanian Nomor.37/OT.140/M/3/2005 meminta agar PEMDA
membentuk kelembagaan penyuluhan pertanian di daerah. Keberadaan dan berfungsinya
kelembagaan ini sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi para penyuluh
dalan menjalankan tugas dan fungsinya.
Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2006, Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga
pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan terdiri atas:
a. kelembagaan penyuluhan pemerintah,
b. kelembagaan penyuluhan swasta,
c. kelembagaan penyuluhan swadaya.
Kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan salah satu wadah organoisasi yang terdapat
dalam dinas pertanian. Kelembagaan pertanian menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
ada antara lain:
1. Kebutuhan ketrampilan yang lebih cakap dibanding usaha produk serelia.
2. Tuntutan petani untuk mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya.
3. Pengetahuan dari berbagai macam sumber.
4. Pembiayaaan organisasi penyuluhan dari pihak swasta yang semula hanya dari pihak
pemerintah.
Penyesuaian dengan kondisi tersebut maka lembaga penyuluhan dalam menghadapi perubahan
tersebut menyikapi dengan:
1. Pengembangan SDM
2. Pengembangan system
3. Metode dan materi
4. optimalisasi sarana
5. Prasarana dan alat Bantu
6. Pemberdayaan masyarakat sasaran
7. Pengembangan jaringan kerja serta kemitraan
Kelembagaan badan dinas dan subdinas berdasarkan debirokratisasi entrepreneurship
beureneraey dengan kombinasi minimal empat organisasi yaitu organisasi administrasi, Vs
organisasi teknis dan organisasi structural Vs organisasi fungsional yang berbeda ciri. Organisasi
administrasi di bentuk menyangkut pengurusan tugas-tugas dan fungsi administrasi umum,
protokoler, logistic dan perlengkapan, personil dan kepegawaiaan serta pengawasan internal.
Organisasi bersifat teknis fungsional adalah dinas-dinas dan unit pelaksana teknis atau unit
pelaksana teknis daerah (UPTD). Kelembagaan Struktural dibentuk karena pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi lebih banyakmengacu kepada garis komando yang lazim dilakukan pada
organisasi militer. Penyuluhan pertanian harus memperhaikan hal-hal seperti penghargaan
profesinya, kesejahteraannya serta adanya aturan operasional penyuluhan yang jelas dan
trasparan, dengan kata lain harus memperhatikan karier bagi penyuluhnya. Fungsi utama dari
kelembagaan penyuluhan pertanian adalah sebagai wadah dan organisasi pengembangan
sumberdaya manusia pertanian serta menyelenggarakan penyuluhan.
Adanya kelembagaan penyuluhan pertania berdiri sendiri diharapkan dapat menjamin
terselengaranya :
1. Fungsi perencanaan dan penyusunan program penyuluhan di tingkat Kabupaten Kota dan
tersusunnya programa di tingkat BPP.
2. Fungsi penedian dan penyebaran informasi teknologi, model usaha agrobisnis dan pasar
bagi petani di pedesaan.
3. Fungsi pengembangan SDM pertanian untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan
pendapatan.
4. Penataan administrasi dan piningkatan kinerja penyuluh pertanian yang berdasarkan
kompetensi dan profesionalisme.
5. Kegiatan partisipasi petani-penyuluh dan peneliti.
6. Fungsi supervise, monitoring, evaluasi serta umpan balik yang positif bagi perencanaan
penyuluhan kedepan.
Peran kelembagaan di tingkat Kabupaten kota, kecamatan, dan tingkat kelembagaan petani
antara lain:
1. Sebagai Sentra pelayanan pendidikan non-formal dan pembelajaran petani dan
kelompoknya dalam usaha agrobisnis.
2. Sebagai sentra komunikasi, informasi dan promosi teknologi, sarana produksi, pengolahan
hasil peralatan danmodel-model agobisnis.
3. Sebagai sentral pengembangan SDM pertanian dan poenyuluhan berbasis kerakyatan,
sesuai kebutuhan petani dan profesionalisme penyuluhan pertanian.
4. Sebagai sentral pengembangan kelembagaan social ekonomi petani.
5. Sebagai sentra pengembangan kompetensi dan profesionalisme penyuluh pertanian.
6. Sebagai sentra pengembangan kemitraan dengan dunia usaha agribisnis dan lainnya.

Struktur Kelembagaan Penyuluhan


Kelembagaan Penyuluhan Pemerintah
Kelembagaan penyuluhan pemerintah terdiri atas:
a. pada tingkat pusat berbentuk badan yang menagani penyuluhan,
b. pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan,
c. pada tingkat kabupaten/kota berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan,
d. pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan (UU No.16 tahun 2006)
 Kelembagaan Penyuluhan Pusat.
Kelembagaan Penyuluhan di tingkat pusat bertanggung jawab kepada menteri. Untuk
melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan optimalisasi kinerja penyuluhan pada
tingkat pusat, diperlukan wadah koordinasi penyuluhan nasional nonstruktural
yangpembentukannya diatur lebih lanjut dengan peraturan presiden.
Badan Penyuluhan di tingkat pusat mempunyai tugas:
1. Menyusun kebijakan nasional, programa penyuluhan nasional, standarisasi dan akreditasi
tenaga penyuluh, saran dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan;
2. Menyelenggarakan pengembangan penyuluhan, pangkalan data, pelayanan dan jaringan
informasi penyuluhan;
3. Melaksanakan penyuluhan, koordinasi, penyeliaan, pemantauan dan evaluasi, serta
alokasi dan distribusi sumber daya penyuluhan;
4. Melaksanakan kerjasama penyuluhan nasional, regional, dan internasional;
5. Meningkatkan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta.
Untuk menetapkan kebijakan dan strategi penyuluhan, menteri dibantu oleh Komisi Penyuluhan
Nasional. Komisi Penyuluhan Nasional mempunyai tugas memberikan masukan kepada menteri
sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi penyuluhan.
Pasca Indonesia merdeka, pengembangan SDM pertanian diupayakan lebih serius lagi dibawah
pembinaan Kementrian Kemakmuran (1945-1950). Lembaga ini mengalami reorganisasi
menjadi Kementrian Pertanian (1950-1960) dan kemudian menjadi Departemen Pertanian hingga
saat ini. Setelah berdirinya Departemen Pertanian, penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan
pertanian bagi rakyat pribumi menjadi lebih mantap.
Agar penyelenggaraan pengembangan SDM pertanian dapat lebih memenuhi tuntutan
pembangunan pertanian, maka Departemen Pertanian membentuk lembaga pendidikan dan
penyuluhan pertanian di tingkat pusat, yang langsung berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Menteri Pertanian. Seiring dengan perjalanan waktu, lembaga pendidikan dan
penyuluhan pertanian terus mengalami perubahan dan perkembangan, saat ini lembaga
pendidikan dan penyuluhan pertanian di Indonesia adalah Badan Pengembangan SDM Pertanian
(BPPSDMP) yang berada di Jakarta dari tahun 2001- sekarang.
a) Visi dan Misi BPPSDMP
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 24 tahun 2010, nomenklatur
Badan Pengembangan SDM Pertanian berubah menjadi Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian (BPPSDMP). BPPSDMP memiliki tugas melaksanakan penyuluhan dan
pengembangan sumberdaya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPPSDMP menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan
kebijakan teknis, rencana dan program penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standarisasi dan
sertifikasi sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan, b)
pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standarisasi dan sertifikasi sumber daya
manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan, c) pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standarisasi dan sertifikasi sumber
daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta d) pelaksanaan
administrasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.
Sesuai tugas dan fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dan
memperhatikan potensi, capaian hasil pada periode sebelumnya, serta tantangan dan
permasalahan yang ada, maka visi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
periode 2010-2014 adalah “Terwujudnya sumberdaya manusia pertanian yang profesional,
kreatif, inovatif dan berwawasan global dalam rangka meningkatkan kemandirian pangan, nilai
tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, BPPSDMP
menetapkan misi sebagai berikut:
1) Mengembangkan sistem penyuluhan pertanian yang komprehensif dan terpadu.
2) Mengembangkan sistem pelatihan pertanian yang berbasis kompetensi kerja.
3) Mengembangkan pendidikan, standarisasi dan sertifikasi profesi SDM pertanian yang
kredibel.
4) Mengembangkan sistem administrasi dan manajemen yang transparan dan akuntabel.
b) Tupoksi BPPSDMP
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian mempunyai
tugas melaksanakan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1070, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penyuluhan, pendidikan dan
pelatihan, standardisasi dan sertifikasi sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
b) Pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standardisasi dan sertifikasi sumber
daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan,
standardisasi dan sertifikasi sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
d) Pelaksanaan administrasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian.

 Kelembagaan Penyuluhan Provinsi.


Kelembagaan penyuluhan di tingkat provinsi disebut dengan Badan Koordinasi Penyuluhan,
yang berkedudukan di provinsi.
Badan Penyuluhan di tingkat provinsi mempunyai tugas:
1. Melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi lintas sektor, optimalisasi partisipasi,
advokasi masyarakat dengan melibatkan unsur pakar, dunia usaha, institusi terkait, perguruan
tinggi dan sasaran penyuluhan;
2. Menyusun kebijakan dan programa penyuluhan provinsi yang sejalan dengan kebijakan
dan programa penyuluhan nasional;
3. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama dan
pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan memberikan umpan balik kepada pemerintah
daerah; dan
4. Melaksanakan peningkatkan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta.
Untuk menetapkan kebijakan dan strategi penyuluhan provinsi, gubernur dibantu oleh Komisi
Penyuluhan Provinsi. Komisi Penyuluhan Provinsi bertugas memberikan masukan kepada
gubernur sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi penyuluhan provinsi.

 Kelembagaan Penyuluhan Kabupaten/Kota.


Kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota disebut Badan Pelaksana Penyuluhan.
Badan Pelaksana Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II
dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota, yang pembentukannya diatur lebih lanjut
dengan peraturan bupati/walikota.
Badan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota mempunyai tugas:
1. Menyusun kebijakan dan programa penyuluhan kabupaten/kota yang sejalan dengan
kebijakan dan programa penyuluhan provinsi dan nasional;
2. Melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode
penyuluhan;
3. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran materi penyuluhan
bagi pelaku utama dan pelaku usaha;
4. Melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan,
ketenagaan, sarana dan prasaran, serta pembiayaan penyuluhan;
5. Menumbuhkembangkan dan menfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku
utama dan pelaku uasaha; dan
6. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swakarsa melalui
proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Untuk menetapkan kebijakan dan strategi penyuluhan kabupaten/kota, bupati dibantu oleh
Komisi Penyuluhan Kabupaten/Kota. Komisi Penyuluhan Kabupaten/Kota mempunyai tugas
memberikan masukan kepada bupati/ walikota sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi
penyuluhan kabupaten/kota.
 Kelembagaan Penyuluhan Kecamatan.
Kelembagaan penyuluhan di tingkat kecamatan disebut Balai Penyuluhan. Balai Penyuluhan
berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha. Balai
Penyuluhan bertanggung jawab kepada Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/kota yang
pembentukannya diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati/walikota.
Badan penyuluhan di tingkat kecamatan mempunyai tugas:
1. Menyusun programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan programa
penyuluhan kabupaten/kota;
2. Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan;
3. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, saran produksi, pembiayaan dan
pasar;
4. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha;
5. Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya dan penyuluh
swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan;
6. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model
usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
BPP berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha. BPP
bertanggung jawab kepada badan pelaksana penyuluhan Kabupaten/Kota yang pembentukannya
diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati/walikota. (UU-SP3K Pasal 15)

 Kelembagaan Penyuluhan Desa/Kelurahan.


Kelembagaan penyuluhan di tingkat desa/kabupaten disebut Pos Penyuluhan. Pos Penyuluhan
desa/ kelurahan merupakan unit kerja nonstruktural yang dibentuk dan dikelola secara
partisipatif oleh pelaku utama.
Pos Penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku
usaha untuk:
1. Menyusun programa penyuluhan;
2. Melaksanakan penyuluhan di desa/kelurahan;
3. Menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya;
4. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model
usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha;
5. Menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama
dan pelaku usaha;
6. Melaksanakan kegiatan rembuk, pertemuan teknis, temu lapang dan metode penyuluhan
lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha;
7. Memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama
dan pelaku usaha; dan
8. Memfasilitasi forum penyuluhan pedesaan.
Kelembagaan penyuluhan pemerintah sebagaimana dimaksud :
a. pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan;
b. pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan;
c. pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan; dan
d. pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan.

 Kelembagaan penyuluhan swasta


Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang
mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan swasta dapat
dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan pelaku utama serta
pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan setempat.

 Kelembagaan Penyuluhan Swadaya


Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat
lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Kelembagaan
penyuluhan swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku
usaha. Penyuluhan swasta dan/atau swadaya mempunyai tugas:
a. menyusun perencanaan penyuluhan yang terintegrasi dengan programa penyuluhan;
b. melaksanakan pertemuan dengan penyuluh dan pelaku utama sesuai dengan kebutuhan;
c. membentuk forum, jaringan, dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha;
d. melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, lokakarya lapangan, serta temu lapang
pelaku utama dan pelaku usaha;
e. menjalin kemitraan usaha dengan berbagai pihak dengan dasar saling menguntungkan;
f. menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama
dan pelaku usaha;
g. menyampaikan informasi dan teknologi usaha kepada sesama pelaku utama dan pelaku
usaha;
h. mengelola lembaga pendidikan dan pelatihan pertanian, perikanan, dan kehutanan serta
perdesaan swadaya bagi pelaku utama dan pelaku usaha;
i. melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha
tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha;
j. melaksanakan kajian mandiri untuk pemecahan masalah dan pengembangan model usaha,
pemberian umpan balik, dan kajian teknologi; dan
k. melakukan pemantauan pelaksanaan penyuluhan yang difasilitasi oleh pelaku utama dan
pelaku usaha.
TUGAS INDIVIDU

(MATERI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN)

OLEH:

NAMA: HISMA MUTIYAH

NIM: D1A117033

KELAS : A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai