Disusun oleh :
Kelompok 7/ Perikanan C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, hikmah, serta hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Parasit dan Penyakit Ikan ini dengan baik. Adapun materi
yang kami bahas dalam makalah ini adalah mengenai “Balantidium dan
Tetrahymena”.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti memiliki tujuan. Begitu pula
dengan pembuatan makalah ini. Tujuan penulisan laporan ini adalah memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit semester genap tahun akademik
2014-2015.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang membantu kami
dalam penyelesaian makalah ini. Sekali lagi, kami sangat berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Terakhir, semoga di masa
yang akan datang penyusun mampu membuat karya yang lebih baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parasit dan Penyakit Ikan ................................................................
2.2 Protozoa ...........................................................................................
2.3 Ciliata ..............................................................................................
III PEMBAHASAN
3.1 Balantidium .....................................................................................
3.1.1 Ciri Morfologi .............................................................................
3.1.2 Klasifikasi ...................................................................................
3.1.3 Siklus Hidup ...............................................................................
3.1.4 Tanda Klinis ................................................................................
3.1.5 Pengobatan ..................................................................................
3.2 Tetrahymena ....................................................................................
3.2.1 Ciri Morfologi .............................................................................
3.2.2 Klasifikasi ...................................................................................
3.2.3 Siklus Hidup ...............................................................................
3.2.4 Tanda Klinis ................................................................................
3.2.5 Pengobatan ..................................................................................
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Morfologi dan bagian Balantidium coli . ............................................... 11
2 Perbedaan Morfologi Balantidium pada fase kista dan tropozoit .......... 12
3 Perbedaan Morfologi Balantidium pada fase (a) tropozoit dan (b) Kista 12
4 Perubahan fase pada Balantidium coli ................................................... 13
5 Siklus Hidup Balantidium coli pada Manusia ........................................ 14
6 Siklus Hidup Balantidium coli ............................................................... 15
7 Balantidium coli yang teridentifikasi pada Gastrointestinal .................. 15
8 Morfologi Tetrahymena spp .................................................................... 19
9 Siklus Hidup Tetrahymena spp. ............................................................. 20
10 Infeksi Tetrahymena spp. pada sirip ikan .............................................. 21
11 Ikan yang terinfeksi Tetrahymena spp. (a) pada kulit/sisik (b) jaringan. 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami dan
menjelaskan karakteristik parasit dan penyakit ikan dari filum protozoa kelas
ciliata melalui ciri morfologi, klasifikasi, siklus hidup, tanda klinis dan
pengobatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Usman (2007) faktor non biotik yang sering juga disebut sebagai
faktor non parasiter, terdiri beberapa faktor, antara lain;
1) Faktor lingkungan; Diantara faktor lingkungan yang dapat merugikan
kesehatan ikan ialah pH air yang terlalu tinggi atau rendah, kandungan
3
4
oksigen yang rendah, temperatur yang berubah secara tiba-tiba, adanya gas
beracun serta kandungan racun yang berada di dalam air yang berasal dari
pestisida, pupuk, limbah pabrik, dan limbah rumah tangga.
2) Pakan. Penyakit dapat timbul karena kualitas pakan yang diberikan tidak
baik. Gizi rendah, kurang vitamin, busuk atau telalu lama disimpan serta
pemberian pakan yang tidak tepat.
3) Turunan. Penyakit turunan atau genetis dapat berupa bentuk tubuh yang
tidak normal dan pertumbuhan yang lambat.
inang. Golongan parasit yang masuk kelompok endoparasit antara lain adalah
digenea, cestoda, nematoda, acantocephala, coccidia, microsporidia, dan amoeba.
Selanjutnya Kabata dalam Anshary (2008) menambahkan istilah yang disebut
Mesoparasit untuk memberikan istilah pada parasit yang menginfeksi ikan dimana
sebagian dari tubuh parasit menembus sampai organ dalam tubuh inang
sedangkan bagian tubuh lainnya berada diluar tubuh inang. Contoh mesoparasit
adalah parasit Lernaeocera sp. yang hidup pada rongga insang ikan gadid dan
dapat menembus jantung ikan untuk mengisap darah (Anshary 2008).
Adaptasi morpologi parasitisme nampak pada bentuk tubuh parasit,
dimana bentuk parasit tergantung pada lokasinya dalam inang. Ektoparasit yang
hidup pada bagian luar tubuh ikan umumnya berbentuk datar dorsoventral, agak
konkaf pada salah satu sisi dan convex pada sisi lainnya, bagian sisi konkaf
melekat pada inang dan berperan seperti keping pengisap. Parasit jenis ini sulit
terlepas oleh arus ketika ikan berenang. Contoh parasit ini adalah Ciliata
(Chilodonella sp., Trichodina sp.), Branchiuran (Argulus sp.), Copepoda
(Lepeopthirius sp., Caligus sp.), dan banyak spesies Monogenea (Entobdella sp.,
Benedenia sp.) (Anshary 2008).
Untuk mengetahui tingkat infeksi/serangan parasit dalam populasi inang
dikenal istilah prevalensi, intensitas dan kelimpahan parasit. Prevalensi
menggambarkan persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam
populasi ikan, intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan
pada ikan yang diperiksa dan terinfeksi, sedangkan kelimpahan rata-rata adalah
jumlah rata-rata parasit tertentu yang ditemukan dalam populasi pada ikan baik
yang terinfeksi maupun tidak (Fernando et al. 1972 dalam Jahja 2009).
2.2 Protozoa
Istilah Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos berarti pertama
dan zoon berarti hewan. Setiap individu protozoa tersusun dari organela–organela
yang merupakan kesatuan lengkap dan sanggup melakukan semua fungsi
kehidupan. Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis
hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
6
kekurangan makanan. Dua ciliata dengan tipe kawin yang berlawanan datang
mendekat, bersama-sama dan membentuk sebuah jembatan sitoplasmik antara dua
sel, membagi micromuclei oleh meiosis, macronuclei hancur, dan konjugasi sel-
sel haploid micronuclei akan tertukar melalui koneksi sitoplasma. Mereka
kemudian memisahkan macronuclei, baru reformasi dari micronuclei, dan
membagi. Esensi reproduksi seksual adalah membentuk organisme baru dari
gabungan bahan genetik dari orang tua. Setelah konjugasi, masing-masing
pasangan Ciliata telah mengakuisisi materi genetik baru, dan membagi
menimbulkan progeni dengan kombinasi gen baru. Hal ini penting untuk
kelangsungan hidup garis keturunan Ciliata; ciliata paling tidak dapat
mereproduksi selamanya dengan pembelahan aseksual, dan akhirnya mati jika
tidak terjadi konjugasi (Linn dan Small 1991).
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Balantidium
Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan
satu-satunya golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis
atau ciliate dysenteri. Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi
sebagai reservoir host, hidup di dalam usus besar manusia, babi dan kera.
Balantidium coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium
tropozoit dan kista. Siklus hidup Balantidium coli dan Entamoeba histolitica
sama, hanya saja bentuk kista dari Balantidium coli tidak dapat membelah diri
sebagaimana layaknya Entamoeba histolitica.
(a) (b)
Gambar 3. Perbedaan Morfologi Balantidium pada fase (a) tropozoit dan (b) Kista
(sumber : google.com)
13
3.1.2 Klasifikasi
Kingdom : Protista
Subkingdom : Protozoa
Filum : Ciliophora
Kelas : Heterotrichea (Kinetofragminophorea)
Ordo : Heterotrichida
Famili : Balantidiidae
Genus : Balantidium
Spesies : Balantidium coli
Bentuk vegetatif selain bentuk yang masih makan, juga merupakan bentuk
yang berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula –
mula mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma
sehingga menjadi dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran
kromatin (konjugasi). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu
dengan membelah jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi
kurang menguntungkan. Misalnya tidak ada pejantan.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibentuk sel
kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah
membentuk makrogamet dan mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti
zigot membelah menjadi banyak yang disebut sporozoit. Proses ini disebut
sporogoni.
Diagnosa Penjelasan
trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi.
Penyebab Penyakit Balantidium coli, protozoa besar dengan silia.
Distribusi Penyakit Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia
jarang terjadi namun wabah yang bersifat “water
borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi
lingkungannya sangat buruk. Kontaminasi
lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan
peningkatan jumlah kasus. Wabah besar pernah
terjadi di Equador pada tahun 1978.
Reservoir Babi, kemungkinan juga hewan lain, seperti tikus dan
primata selain manusia
Cara Penularan Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran
inang yang terinfeksi; pada saat wabah, penularan
terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan
sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut
melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang
terkontaminasi.
Masa Inkubasi Tidak diketahui, mungkin hanya beberapa hari.
Masa Penularan Selama infeksi
Kerentanan dan Sebagian besar orang sepertinya memiliki kekebalan
Kekebalan alami. Orang dengan keadaan umum yang jelek
karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi
oleh parasit ini akan menjadi serius bahkan fatal.
3.1.5 Pengobatan
a. Cara Pencegahan :
1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.
2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui
instansi kesehatan.
3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi.
4) Kurangi kontak dengan kotoran babi.
5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari
kontaminasi kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista,
klorinasi air dengan cara yang biasanya dilakukan tidak menghancurkan kista. Air
dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik dimasak.
18
3.2 Tetrahymena
3.2.1 Ciri Morfologi
Tetrahymena spp. yang memiliki bentuk tubuh pyriform, oval, bentuk
buah pear, tubuh simetris radial, memiliki silia seluruh tubuh, dan ujung anterior
menyempit (Hoffman et al. 1975). Protozoa yang menginfeksi ikan terlihat
berwarna basofilik melalui pewarnaan HE dan memberikan reaksi positif
terhadap pewarnaan PAS. Astrofsky et al. (2002) juga melaporkan dalam
kajiannya bahwa Tetrahymena spp. berespon basofilik terhadap pewarnaan HE
dan bereaksi positif terhadap pewarnaan PAS.
Protozoa-protozoa pada kasus ini berukuran panjang rata-rata sekitar 50,5
μm (35-73.7 μm) dan lebar 32,4 μm (31-43 μm). Makronukleus berbentuk bulat
dan terkadang oval dengan ukuran rata-rata 18,59 x 12,85 μm. Mikronukleus
protozoa tidak terlihat pada sediaan kasus ini. Ukuran protozoa berikut ukuran
makronukleus pada kasus ini serupa dengan referensi Astrofsky et al. (2002) yang
19
3.2.2 Klasifikasi
Kingdom : Protista
Subkingdom : Protozoa
Filum : Ciliophora
Kelas : Oligohymenophorea
Ordo : Hymenostomatida
Famili : Tetrahymenidae
Genus : Tetrahymena
Spesies : Tetrahymena spp.
20
kotoran yang larut dalam air, amonia tinggi dapat menghambat pertumbuhan ikan.
Lingkungan yang kotor juga dapat menjadi sumber penularan penyakit. Menurut
Leibowitz et al. (2005) kualitas air yang buruk, termasuk amonia dan bahan
organik, dan suhu air rendah meningkatkan kerentanan ikan terhadap infeksi.
Kandungan bahan organik dan nutrisi tinggi dapat digunakan oleh parasit,
sehingga meningkatkan populasinya di dalam air. Kondisi stres pada ikan juga
mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap agen infeksius.
Gambar 11. Ikan yang terinfeksi Tetrahymena spp. (a) pada kulit/sisik (b) jaringan
(Sumber : google.com)
3.2.5 Pengobatan
Pengendalian dan pencegahan infeksi parasit protozoa menurut Basson
dan van As (2006) antara lain, menjaga kualitas air dengan membersihkan sisa
24
pakan yang berlebih, menjaga kestabilan kandungan bahan organik dan kimia, dan
temperatur, serta menjaga air agar terbebas dari patogen dan polutan. Kolam dan
tangki/akuarium harus dikosongkan secara teratur dan dasarnya harus dibersihkan
dengan kapur. Akuarium juga dapat dibuat bebas dari parasit dengan cara
menyiramnya dengan formalin 5%. Jaring untuk menangkap ikan, ember dan
peralatan lain yang dipergunakan dalam budidaya harus bersih. Ikan yang baru
harus selalu rutin diobati dan dikarantina selama beberapa hari sebelum
dimasukkan ke dalam kolam/akuarium yang sudah didesinfeksi. Ikan harus diberi
pakan yang seimbang dan tidak berlebihan. Suplai oksigen harus mencukupi dan
temperatur harus tepat. Kepadatan ikan dalam kolam harus dijaga agar tidak
terlalu padat. Mengurangi penanganan (handling) ikan dan melakukan
pemeriksaan ikan dari parasit secara rutin.
Leibowitz et al. (2010) melaporkan bahwa gabungan aplikasi immuno-
stimulan dan mandi garam mampu mengobati infeksi eksternal secara efektif.
Pengobatan terhadap ikan yang terinfeksi superfisial oleh Tetrahymena spp. dapat
dicoba dengan pemberian parasitisida protozoa seperti formalin dan peningkatan
salinitas. Pengobatan topikal dengan menggunakan imersi dan mandi garam
kurang efektif dalam mengobati infeksi sistemik pada ikan (Astrofsky et al.
2002). Leibowitz et al. (2010) juga melaporkan pengobatan menggunakan
niclosamide dengan dosis 100 mg kg-1 terhadap infeksi Tetrahymena spp. sangat
efektif.
Pemberian albendazole dan chloraquine juga efektif melawan invasi
Tetrahymena spp.. Menjaga kondisi lingkungan tetap stabil dapat membantu
pengobatan Guppy (Monks 2012). Pemberian pakan yang tinggi kadar asam
lemak asam arachidonat membantu penyembuhan Guppy dari infeksi (Noga
2010).
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Balantidium sp. merupakan parasit golongan protozoa dari filum
ciliophora yang bersifat zoonosis pada usus manusia, dengan babi sebagai
reservoir, parasit ini juga dapat menempel pada ikan sebagai inang
perantara. Terdiri atas fase kista yang bersifat infektif dan fase tropozoit
yang bersifat non infektif. Berkembang biak secara aseksual dengan
membelah diri dan seksual dengan penyatuan sel kelamin. Gejala berupa
diare dan mual. Dapat diobati dengan metronidazole (Flagyl).
Tetrahymena sp. merupakan parasit golongan protozoa dari filum
ciliophora yang bersifat mesoparasit pada ikan air tawar, contohnya ikan
guppy. Parasit ini menginfeksi kulit, otot, dan insang. Parasit ini
berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri dan seksual
dengan konjugasi dan penyatuan material genetik. Pengobatan dapat
dilakukan dengan air garam, formalin, niclosamide, albendazole dan
chloraquine.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait parasit dari golongan
protozoa filum ciliophora ini, sebab belum banyak penelitian mengenai infeksi
parasit terhadap ikan. Selain itu, untuk lebih memahami mengenai parasit
golongan ini, dibutuhkan banyak literatur baik dari dalam dan luar negeri.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD. 1994. Gangguan sirkulasi. Di dalam Price SA, Wilson LM, editor.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hlm: 93-95.
Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Parasitologi Ikan. Program Studi
Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Anugrah, P. 1994. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit). Buku
Kedokteran EGC.
Aria, P. 2008. http://Kesehatan Ikan_Parasit_penularan. Html. Prevalensi dan
Intensitas Parasit (Tingkat Penularan). (Online) 31 Desember 2010.
Astrofsky KM, Schech JM, Sheppard BJ, Obenschain CA, Chin AM, Kacergis
MC, Laver ER, Bartholomew JL, Fox JG. 2002. High mortality due to
Tetrahymena sp. infection in laboratory-maintained zebrafish
(Brachydanio rerio). Comparative Medicine 52(4): 363-367.
Basson L, van As J. 2006. Trichodinidae and other Ciliophorans (Phylum
ciliopora). Di dalam Woo PTK, editor. Fish Diseases and Disorders
Volume 1 : Protozoan and Metazoan Infections Second Edition. UK:
CABI. Hlm: 175-179.
Bharati VR, Khan RN, Kalavati C, Ramam AV. 2001. Protozoan colonization on
artificial substrates in relation to water quality in a tropical Indian
Harbour. Journal of Environtmental Sciences 13: 143–147.
Bonga SEW. 2011. Hormone response to stress. Di dalam Farrell AP, editor.
Encyclopedia of Fish Physiology: From Genome To Environtment.
UK: Elsevier Inc. Hlm: 1515-1519.
Bruno DW, Nowak B, Elliott G. 2006. Guide to the identification of fish
protozoan and metazoan parasites in stained tissue sections. Diseases
of Aquatic Organism 70: 1-36.
Cheville NF. 1999. Introduction to Veterinary Pathology Second Edition. United
States of America: Iowa State University Pr. Hlm: 29-31, 91-93.
Effendie, H. 1999. Budidaya Ikan_Fish Blogs: Telaah Kualitas Air. (Online) 31
Desember 2010
Fernando, C. F. J.L Furtado, A. V Gussev, G. Honek and S.A. Kakonge. 1972.
Methods for the Study of Fresh Water Fish Parasites. University of
Waterloo. Biologi Series: 1-76
Gusrina. 2008. Buku SMK Budidaya Ikan Jilid 1-3.
http://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20XII
/Kelas%20XII_smk_budidaya_ikan_gusrina.pdf. (Online) 19 April
2015.
26
27