Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRATIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN 12
SENYAWA BIO ORGANIK: PROTEIN

Kelompok :5

Nama/NIM : Nurul Alya Husin/24030121120030

Hari/Tanggal : Senin/1 November 2021

Asisten/NIM : Raehan Maulan Mahfudz/24030119130113

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021

IV DATA PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil Pengamatan Ket
PROTEIN
4.1 Larutan Asam Amino dan
Protein
a. Putih telur + 300 ml aquades Larutan tidak terlalu larut (-)
homogen dalam aquades dan
berwarna bening tetapi tidak
terlalu tercampur sempurna
danjika disaring dapat terpisah
b. Susu + 300 ml aquades Larutan larut homogen dalam (+)
aquades dan mengasilkan warna
putih agak transparan

4.2 Uji Biuret


a. 2 ml albumin telur + NaOH + Larutan berwarna ungu bening. (+)
CuSO4
b. 2 ml susu encer + NaOH + Larutan berwarna ungu muda. (+)
CuSO4

4.3 Uji Ninhidrin


a. 1 ml putih telur + reagen Mula-mula berwarna kuning (+)
ninhidrin bening, setelah dipanaskan
menjadi ungu dan terdapat banyak
endapan.
b. Susu + reagen ninhidrin Setelah dipanaskan susu tetap (-)
berwarna putih.

4.4 Uji Presipitasi


1 Presipitasi dengan alkaloid
reagensia
a. Putih telur + asam pikrat Kuning dan terdapat banyak
endapan.
b. Putih telur + trikloroasetat Warna putih keruh seperti susu.

c. Putih telur + asam Warna putih agak keruh.


fosfomolibdat
d. Putih telur + asam Warna putih bening.
fosfowolframat

e. Susu + asam pikrat Warna kuning.


f. Susu + trikloroasetat Warna putih banyak endapan.
g. Susu + asam fosfomolibdat Warna putih.
h. Susu + asam fosfowolframat Warna putih

2 Presipitasi dengan larutan


garam-garam logam berat
a. Putih telur + Larutan Kuning, oranye, mengendap.
ferriklorida
b. Putih telur + CuSO4 Putih kebiru-biruan, mengendap
sedikit.
c. Putih telur + Larutan Putih keruh, mengendap.
merkuriklorida
d. Putih telur + Larutan Mula-mula putih keruh, setelah
Pb(CH3COOH)2 didiamkan putih bening,
mengendap.

e. Susu + Larutan ferriklorida Oranye keruh.


f. Susu + CuSO4 Putih kebiru-biruan keruh.
g. Susu + Larutan merkuriklorida Putih keruh.
h. Susu + Larutan Putih keruh.
Pb(CH3COOH)2

4.5 Uji Xanthoprotein


a. 1 ml Larutan susu encer + Penambahan HNO3 terbentuk (+)
asam nitrat (HNO3) endapan putih. Setelah dipanaskan
membentuk endapan kuning pada
bagian atas dan kuning bening
pada bagian bawah. Setelah
ditambah ammonia menjadi
oranye pekat bagian atas dan
kuning keputih-putihan di bagian
bawah.

b. 1 ml Putih telur + asam nitrat Mula-mula berwarna putih (+)


(HNO3) kekuningan dan mengendap di
atas dan di bagian bawah bening.
Setelah dipanaskan, membentuk
endapan putih kekuningan pada
bagian atas dan endapan kuning di
bagian bawah. Setelah ditambah
ammonia, warna menjadi oranye
pekat pada bagian atas dan warna
putih bening pada bagian bawah.

4.6 Uji Molisch


a. 1 ml Larutan susu + α-naftol Larutan berwarna pink agak (-)
dalam alkohol pudar.

b. 1 ml Larutan putih telur + α- Larutan berwarna pink (-)


naftol dalam alkohol

4.7 Uji Hopkin’s Cole


a. Larutan susu + asam glioksilat Larutan berwarna ungu. (+)
+ H2SO
b. Larutan putih telur + asam Larutan terpisah, berwarna ungu (+)
glioksilat + H2SO dan lebih pekat.

4.8 Uji Sulfida


a. Larutan putih telur + H2SO4 + Terdapat larutan endapan hitam. (+)
timbal (II) asetat

Tabel IV-1 Data Pengamatan

V PEMBAHASAN

IV.1 Larutan asam amino dan protein


Larutan asam amino dan protein dapat diuji dalam metode
kualitatif terhadap kelarutannya di dalam air. Uji ini menggunakan
pelarut berupa pelarut universal air. Asam amino dan protein merupakan
salah satu senyawa bio organik yang melimpah di bumi. Asam amino
merupakan komponen penyusun protein, yang artinya protein merupakan
senyawa kompleks yang tersusun atas berbagai jenis asam amino. Tujuan
dari uji ini adalah untuk mengetahui keadaan protein dan asam amino
jika dilarutkan dalam pelarut. Uji terhadap larutan asam amino dan
protein dalam air menggunakan metode kualitatif. Adapun sampel yang
digunkaan dalam uji adalah 2 buah sampel, yaitu putih telur/albumin dan
susu dan pelarut yang digunakan adalah air. Hasil positif dari reaksi
adalah jika didapatkan sampel larut secara homogen di dalam pelarut air.
Pertama-tama, praktikan memasukkan dua sampel ke dalam 2 gelas
beaker yang berbeda kemudian ke dalam masing masing gelas beaker
tersebut ditambahkan 300 ml aquades. Selanjutnya, gelas beaker
digojokatau diaduk agar semua bahan tercampur scara merata. Hasil yang
didapatkan adalah pada gelas beaker pertama yang berisikan putih telur
dan air didapatkan hasil larutan yang tidak terlalu homogen dan masih
dapat disaring. Ini dapat dikarenakan putih telur/albumin tidak hanya
mengandung protein tetapi senyawa senyawa bio organik lain yang
mungkin tidak terlalu larut dalam air, sehingga didapatkan dari uji
sampel pertama ini hasil bernilai negatif karena sampel tidak terlalu larut
dalam air. Hasil pada uji sampel kedua adalah didapatkan susu larut dan
tercampur secara homogen di dalam air dan berarti sampel kedua bernilai
positif. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh perbedaan protein atau
jenis asam amino yang menyusun protein, dapat disimpulkan bahwa
putih telur kemungkinan mempunyai struktur polipeptida yang lebih
nonpolar dan protein susu bersifat lebih polar sehingga berdasarkan asas
like dissolve like maka dihasilkan hasil seperti di atas.

IV.2 Uji Biuret


Uji biuret merupakan salah satu uji kualitatif yang dilakukan
terhadap protein. Uji biuret bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya ikatan peptida pada suatu protein. Ikatan peptida merupakan
ikatan kimia yang terbentuk antara dua asam amino pada gugus asam
karboksilat/ion karboksilat (COO-) yang tersisa dari salah satu asam
amino dan gugus amino (NH+) yang tersisa dari asam amino yang lain
dan saling berkaitan satu sama lain setelah reaksi kondensasi pelepasan
molekul H2O (air) (Bruice, 2016). Ikatan peptide mempunyai
karakteristik ikatan kovalen, ikatan rangkap parsial dengan rantai yang
pendek, mempunyai konfigurasi isomer trans yang tidak jenuh sehingga
ikatannya cukup rapuh dan lemah. Metode yang dilakukan dalam uji
biuret ini antara lain pengamatan secara kualitatif warna yang dihasilkan
setelah percobaan dan reaksi-reaksi yang ada. Adapun sampel yang
digunakan dalam uji biuret ini antara lain protein albumin telur atau
bagian putih telur dan susu encer dengan volume masing-masing adalah
2 ml. Selanjutnya, reagen yang digunakan adalah CuSO 4 0,5% yang
dapat bereaksi dengan protein hanya dalam suasana basa yang artinya
reaksi membutuhkan katalis basa untuk menciptakan suasana basa dan
katalis basa yang digunakan adalah NaOH 10%. Selain itu, katalis basa
NaOH juga berperan sebagai oksidator terhadap CuSO 4 agar dalam reaksi
CuSO4 dapat terionkan menjadi Cu2+. Hasil positif dari uji biuret adalah
didapatkan hasil kualitatif berupa senyawa ion compleks berwarna violet
atau keungu-unguan dan hasil negatif apabila dihasilkan larutan berwarna
biru yang merupakan warna dasar dari reagen (CuSO4). Langkah-langkah
yang dilakukan oleh praktikan adalah memasukkan masing-masing 2 ml
protein albumin telur dan susu encer masing masing ke dalam tabung
reaksi yang berbeda. Selanjutnya ke masing-masing tabung reaksi
dimasukkan katalis basa NaOH 10% sebanyak 2 ml. Setelah itu, ke
dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan CuSO4 ) 0,5% sebanyak
2-3 tetes atau sampai terdapat tanda-tanda perubahan warna keungu-
unguan pada larutan. Selanjutnya, dilakukan penggojogan pada tabung
reaksi yang bertujuan agar larutan dan reagen tercampur homogen dan
reaksi berlangsung secara merata. Pada uji ini, pada tabung reaksi
pertama dengan sampel albumin telur larutan berwaran ungu pekat yang
artinya uji terhadap albumin telur bernilai positif dan di dalam albumin
telur terdapat ikatan peptida. Pada tabung reaksi kedua dengan sampel
susu encer juga didapatkan hasil positif dengan hasil akhir larutan
berwarna ungu solid pekat yang artinya pada susu encer juga terdapat
ikatan peptida pada proteinnya. Pada mekanisme reaksinya, alkalin
CuSO4 dalam bentuk ion Cu2+ berikatan secara kovalen koordinasi pada
elektron bebas yang terdapat pada gugus amino dari ikatan peptida (-NH)
dan O2 dari molekul H2O yang ada sehingga membentuk senyawa
berwarna ungu/violet.

R’-CH-CO-N:H- + Cu2+ + O2 -> senyawa kompleks Cu (berwarna


ungu)

Perbandingan dengan hasil yang didapatkan dari kedua sampel yaitu


putih telur dan susu adalah terdapat sedikit perbedaan kepekatan di antara
kedua sampel dengan larutan dengan putih telur berwarna ungu bening,
sedangkan larutan susu encer menghasilkan larutan berwarna ungu muda
solid. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan jenis protein
sehingga berdampak jenis ikatan peptidanya.

IV.3 Uji Ninhidrin


Uji ninhidrin merupakan salah satu uji kualitatif terhadap protein.
Ninhidrin sering digunakan untuk membuat produk yang berwarna dari
asam amino yang tidak berwarna. Larutan ninhidrin juga sering
dimanfaatkan dalam investigasi sebagai alat semprot untuk melihat sidik
jari secara lebih jelas. Uji ninhidrin bertujuan untuk mengidentifikasi
gugus α-amino acid atau gugus amino (NH2) terminus yang bebas (tidak
berprotonasi maupun berikatan). Sampel yang akan digunakan dalam uji
ninhidrin adalah putih telur dan susu dengan volume masing-masing.
Selain itu, dalam uji ninhidrin akan digunakan reagen khusus yaitu
reagen larutan sebagai pereaksinya. Larutan ninhidrin merupakan
senyawa dengan rumus molekul C9H6O4.

Gambar V-1 Reagen Ninhidrin


(National Center for Biotechnology Information, 2021)

Metode yang digunakan adalah analisis/pengamatan secara kualitatif


terhadap hasil akhir uji. Hasil positif uji ditunjukkan dengan hasil larutan
berupa senyawa kompleks berwarna ungu kebiruan, sering disertai busa
atau presipitasi. Selain daripada itu, maka hasil bernilai negatif. Langkah-
langkah yang dilaksanakan oleh praktikan antara lain memasukkan
masing-masing 1 ml putih telur dan susu ke dalam dua buah tabung
reaksi yang berbeda. Selanjutnya, praktikan memasukkan larutan
ninhidrin 0,2% sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Praktikan kemudian menggojokan kedua tabung reaksi tersebut agar
larutan dan reagen tercampur homogen. Setelah dirasa semua larutan
telah tercampur homogen, tabung reaksi tersebut dipanaskan di atas
bunsen atau water bath untuk mempercepat reaksi. Namun, sebelum
dipanaskan, perlu dicatat keadaan kedua sampel dan didapatkan bahwa
masing-masing sampel berwarna sedikit kuning bening dan putih.
Tabung reaksi dipanaskan selama kurang lebih 10 menit (sitasi dari
video). Setelah kurang lebih 10 menit, tabung reaksi kemudian diangkat
dari pemanasan untuk diamati dan dibandingkan antara kedua sampel.
Pada tabung reaksi yang berisi putih telur dihasilkan warna ungu pekat
disertai presipitasi yang berarti uji bernilai positif. Lain halnya dengan
tabung reaksi yang berisi susu tidak mengalami apapun (tetap putih) yang
berarti hasil bernilai. Dari hasil ini, artinya putih telur mengandung gugus
α-amino acid pada asam aminonya, sedangkan susu tidak demikian. Pada
mekanisme reaksi positifnya, terjadi proses yang cukup panjang dan
rumit, seperti tampak pada gambar di bawah:
Gambar V-2 Uji Ninhidrin

(Klein, 2020)
Saat reagen ninhidrin bereaksi dengan asam amino, terjadi
dekarboksilasi. Pertama, proses dehidrasi air menghasilkan gugus keton
yang kemudian bereaksi dengan gugus amino dari asam amino dan
membentuk imino acid. Terjadi dekarboksilasi molekul air mengion
menjadi OH-. Terjadi hidrolisis pada gugus imino yang kemudian
menghasilkan deaminasi asam amino dan ninhidrin-amina (-NH).
Deprotonasi α-karbon menghasilkan produk akhir senyawa berwarna
ungu dan molekul air (H2O). Mekanisme reaksi secara singkat terdapat
dalam gambar di bawah:
Gambar V-3 Uji Ninhidrin

(Bruice, 2016)

Apabila dilihat dari perbedaan hasil pada sampel pertama dan kedua,
makad apat disimpulkan bahwa pada larutan putih telur terdapat gugus
amino alpha yang dapat bereaksi dengan reagen ninhidrin, sedangkan
larutan susu tidak mempunyai gugus amino alpha sehingga tidak bereaksi
apa-apa dengan reagen ninhidrin.

IV.4 Uji Presipitasi


Uji presipitasi merupakan salah satu uji kualitatif terhadap
protein. Uji presipitasi bertujuan untuk mengidentifikasi protein yang
ditandai dengan adanya pengendapan/presipitasi. Uji presipitasi dibagi
menjadi dua berdasarkan jenis reagen yang digunakan, yaitu uji dengan
reagen asam yang dikenal dengan alkaloid reagensia, dan uji dengan
reagen basa yang dikenal dengan larutan garam-garam logam berat. Hasil
positif dari uji presipitasi adalah adanya endapan berwarna hitam atau
abu-abu. Adapun sampel protein yang digunakan adalah putih telur dan
susu.

IV.5 Uji Xanthoprotein


Uji xanthoprotein merupakan uji kualitatif terhadap protein. Uji ini
bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam amino tirosin dan
triptofan pada sampel. Tirosin merupakan salah satu jenis asam amino
dengan gugus R aromatik atau cincin benzena dan triptofan merupakan
salah satu jenis asam amino dengan gugus R heterosiklik (Bruice, 2016).
Tirosin bersifat polar sedangkan triptofan bersifat nonpolar. Tirosin
merupakan asam amino non-esensial sedangkan triptofan merupakan
assam amino esensial. persamaan diantara keduanya adalah memiliki
cincin benzena walaupun struktur pada tryptophan sedikit berbeda,
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah:

Gambar V-4 Tirosin

Gambar V-5 Triptofan

(Klein, 2020)

Metode yang digunakan dalam uji xanthoprotein adalah pengamatan


kualitatif terhadap hasil sebelum reaksi, setelah reaksi, dan setelah
ditambahkan ammonia. Dalam uji xanthoprotein, digunakan 2 buah
sampel yaitu putih telur dan susu. Dalam uji ini pula, tidak ada reagen
khusus yang kebanyakan digunakan pada uji-uji sebelumnya, melainkan
hanya menggunakan reagen asam nitrat (HNO3) pekat. Asam nitrat pekat
merupakan jenis asam kuat yang mampu melakukan reaksi nitrasi
terhadap jenis asam amino tertentu, yang dalam hal ini adalah tirosin dan
triptofan. Hasil positif yang ditunjukkan saat asam nitrat (HNO 3) dapat
bereaksi dengan asam amino tertentu tersebut adalah hasil uji larutan
yang berrwarna kuning. Warna kuning ini dapat menjadi lebih pekat
sampai seperti oranye setelah ditambahkan katalis basa, misalnya
ammonia (NH3). Ammonia yang bersifat basa ini berfungsi untuk
menetralkan larutan yang sebelumnya bersifat sangat asam karena
direaksikan dengan reagen asam nitrat (HNO3). Penambahan ammonia
lebih bersifat opsional karena hasil berwarna kuning tanpa penambahan
katalis basa saja sudah cukup menunjukkan hasil positif. Hasil warna
selain dari warna kuning menunjukkan uji bernilai negatif. Langkah-
langkah yang dikerjakan oleh praktikan antara lain memasukkan larutan
putih telur encer dan susu encer ke dalam tabung reaksi yang berbeda
dengan volume masing-masing larutan adalah 1 ml. Selanjutnya,
praktikan memasukkan reagen asam nitrat sebanyak 1 ml juga. Praktikan
kemudian menggojok masing-masing tabung reaksi tersebut agar
campuran homogen. Setelah homogen, masing-masing tabung reaksi
tersebut dipanaskan di pembakar bunsen atau di water bath. Pemanasan
dilakukan selama beberapa menit kemudian diangkat dari pemanasan.
Prakitkan melakukan pengamatan dan membandingkan hasil antara
kedua sampel. Pada sampel pertama yang berisi putih telur didapatkan
larutan berwarna kuning solid dengan banyak padatan pada bagian atas
dan kuning bening pada bagian bawah dan setelah ditambahkan ammonia
larutan tersebut menjadi lebih bening dengan warna oranye pekat di atas
dan kuning keputih-putihan di bagian bawah. Pada sampel kedua yang
berisi susu encer didapatkan hasil hampir serupa dengan sampel pertama.
Pada sampel kedua, setelah dipanaskan didapatkan larutan dengan warna
kuning dengan endapan di bagian atas sedangkan bagian bawah berwarna
putih bening. Walau hasilnya agak berbeda, kedua sampel ini tetap
bernilai positif karena menghasilkan larutan berwarna kekuning-
kuningan dan ada endapan. Mekanisme dari proses reaksi ini adalah ion
NO32+ dari asam nitrat bernitrasi dengan asam amino menghasilkan
senyawa compleks berwarna kuning. Perbedaan pada kedua sampel ini
dapat merupakan akibat dari perbedaan jenis cincin benzenanya yang
kemudian berdampak pula terhadap hasil uji reaksi.

IV.6 Uji Molisch


Uji molisch merupakan salah satu uji kualitatif terhadap protein.
Uji molisch bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada
suatu sampel sekaligus untuk membedakan karbohidrat dan protein.
Karbohidrat merupakan sebuah senyawa bio organik dengan gugus
fungsi asam karboksilat atau keton (Petrucci dkk., 2010). Uji Molisch
terkadang digunakan untuk menguji adanya gula dalam urin (Levine,
1930). Uji molisch menggunakan metode kualitatif dengan pengamatan
terhadap hasil uji setelah reaksi. Pada uji ini digunakan dua jenis sampel
pula, yaitu larutan susu dan putih telur. Pada uji ini juga akan digunakan
sebuah reagen berupa α-naftol dalam alkohol. Larutan α-naftol dalam
alkohol ini mempunyai warna dasar merah muda kemerahan. Pada
beberapa uji, digunakan katalis asam yaitu H2SO4 karena mudah bereaksi
dengan karbohidrat dan dapat meng-aldehydegonic-kan aldehid pada
karbohidrat (Levine, 1930).

Dikarena uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya


komponen karbohidrat pada sampel, maka hasil positif dari uji ini
menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan karbohidrat, bukan
protein. Dengan kata lain, hasil positif uji ini bukan menunjukkan bahwa
sampel benar protein melainkan sebaliknya. Hasil positif dari uji molisch
adalah larutan warna ungu atau lebih tepatnya adanya cincin warna ungu
pada larutan. Jika hasil berwarna merha muda atau warna lain kecuali
ungu, hasil uji bernilai negatif. Pada pengerjaannya, praktikan
menyiapkan semua sampel dan reagen yang diperlukan. Selanjutnya
masing masing sampel, putih telur dan susu, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda. Volume yang diperlukan dari sampel adalah
masing-masing 1 ml. Setelah itu, masukkan reagen α-naftol alkohol ke
dalam masing–masing tabung reaksi sebanyak 1-2 tetes saja. Praktikan
kemudian menggojog tabung reaksi agar kedua larutan bercampur
homogen dan dapat bereaksi dengan baik. Selanjutnya, dilakukan
pemanasan terhadap kedua tabung reaksi di atas pembakar bunsen atau
dalam water bath selama beberapa saat. Setelah itu, kedua tabung reaksi
diangkat dari pemanasan/perapian. Dari kedua sampel, dihasilkan produk
yang berbeda sangat sedikit pada warna yang dihasilkan. Pada sampel
pertama yang berisi putih telur, dihasilkan uji bernilai negatif dengan
larutan warna merah muda. Pada sampel kedua yang berisi susu
dihasilkan uji yang bernilai negatif juga dengan warna merah muda tetapi
agak pucat. Namun, pada intinya, kedua larutan ini bernilai negatif dan
tidak mengandung senyawa bio organik karbohidrat. Pada mekanisme
reaksinya, singkatnya, α-naftol alkohol akan bereaksi dengan karbohidrat
dan menghasilkan 2 lapis larutan dengan bagian atas berwarna ungu.

IV.7 Uji Hopkin’s Cole


Uji Hopkin’s Cole merupakan uji kualitatif terhadap protein. Uji
Hopkin’s Cole ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam amino
triptofan pada protein. Uji Hopkin’s Cole menggunakan metode kualitatif
dengan pengamatan secara kualitatif terhadap hasil reaksi. Dalam uji ini,
diperlukan 2 sampel yaitu putih telur dan susu masing masing sebanyak 1
ml. Sedangkan reagen yang digunakan adalah reagen asam glioksilat dan
dibantu dengan katalis asam H2SO4. Metode yang digunakan dalam uji
ini adalah metode kualitatif dengan pengamatan kualitatif terhadap hasil
uji. Hasil positif diperoleh apabila larutan terpisah menjadi dua lapis
larutan dan di antaranya terdapat cincin berwarna ungu. Dan jika larutan
terbagi tetapi tidak ada cincin ungu yang terbentuk diantaranya atau
larutan hanya berwarn ungu tanpa ada pemisahan lapisna larutan, maka
hasil bernilai negatif. Langkah pertama, praktikan memasukkan 2 sampel
putih telur dan susu masing-masing ke dalam dua tabung reaksi yang
berbeda. Selanjutnya, praktikan memasukkan katalis asam H2SO4
beberapa tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi. Setelah itu,
prakitkan asam glioksilat ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml.
Selanjutnya, praktikan menggojog tabugn reaksi secara perlahan-lahan
tetapi tetap dipastikan bahwa semua larutan tercampur merata. Setelah
itu, ditambahkan pula katalis asam ke dalam reaksinya dan kemudian
digojog hingga merta lagi. Setelah itu, praktikan memanaskan kedua
tabung reaksi di atas pembakar bunsen atau water bath yang tujuan
adalah agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat dan produk akhir dapat
dihasilkan. Terakhir, praktikan melakukan pengamatan kualitatif
terhadap kedua sampel ini. Pada sampel yang pertama yang berisikan
putih telur didaptkan hasil positif berupa larutan terpisah menjadi dua
bagian dan diantaranya terdapat cincin berwarna ungu pekat. Sedangkan
pada sampel kedua yang berisi susu didapatkan hasil negatif berupa
larutan yang hanya berwarna ungu saja tanpa ada pembagian menjadi 2
lapisan pada larutan. Mekanisme reaksi dari uji ini adalah asam amino
triptofan yang ada dalam sampel positif yang memiliki cincin benzena
dan heptana siklik bereaksi dengan asam glioksilat dalam suasana asam
yang diciptakan oleh katalsi asam H2SO4 menghasilkan sebuah produk
senyawa berwarna ungu. Namun, tidak hanya senyawa ungu tersebut
yang dihasilkan dari reaksi ini, produk sampingan juga tentunya
dihasilkan sehingga dapat membuat larutan terbagi menjadi dua jenis
larutan. Tidak semua protein dapat menghasilkan uji bernilai psoitif
karena tidak semua protein mengandung asam amino jenis triptofan ini.

(Klein, 2020)

IV.8Uji Sulfida
Uji Sulfida merupakan uji kualitatif terhadap protein. Uji sulfida
bertujuan untuk mengidentifikasi ikatan sulfida pada asam amino jenis
cysteine yang ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. Uji
sulfida ini menggunakan metode pengamatan kualitatif terhadap hasil
dari uji. Hasil positif dari uji sulfida adalah dihasilkan endapan berwarna
abu-abu atau hitam yang berasal dari timbal dan asam sulfat (H2SO4).
Adapun sampel yang digunakan dalam uji adalah hanya putih telur.
Praktikan diperintahkan untuk membuktikan apakah putih telur
mengandung cystein atau tidak dan menghasilkan nilai positif. Langkah
pertama yang dilakukan adalah praktikan memasukkan putih telur 1 ml
ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan katalis asam beberapa
tetes terlebih dahulu lalu disusul dengan penambahan timbal (II) asetat.
Setelah itu,praktikan melakuakn pemanasan terhadap

V PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari berbagai macam uji kualitatif terhadap protein yang bertujuan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa sekaligus untukmembuktikan sebuah
protein lewat pengamatan secara kualitatif. Uji-uji ini antara lain pada uji pertama
yang bertujuan untuk mengamati kelarutan protein dalam air dengan nilai positif
larutan tercampur secar homogen didapatkan susu larut dalam air sedangkan putih
telur tidak. Pada uji kedua yaitu uji biuret yang dilakukan terhadap putih telur dan
susu encer juga yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada
sampel protein didapatkan bahwa putih telur dan susu encer sama sama yang
direaksikan dengan reagen biuret menghasilkan produk berwarna ungu kebiruan
yang berarti nilai positif serta terbukti bahwa putih telur dan susu merupakan
protein karena mempunyai ikatan peptida. Selanjutnya ke uji ketiga yaitu uji
ninhidrin untuk mengidentifikasi apakah sampel mempunyai gugus alpha-amino
atau gugus amino yang terbuka/bebas dengan nlai positif dari reaksi adalah
apabila didapatkan produk berwarn ungu kebiruan-biruan, kemudian
didapatkanlah hasil uji positif pada larutan putih telur saja, tidak dengan susu
yang tetap berwarna putih sehingga larutan susu bernilai negatif dan putih telur
benilai positif. Pada uji keempat yaitu uji presipitasi. Pada uji kelima yaitu uji
canthoprotein yang bertujuan untuk mengidentifiaksi adanya asma amino jenis
tirosin atau triptofan pada kedua sampel, putih telur dan protein, di mana asam
amino jenis ini mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu mempunyai cincin benzena
yang dapat bereaksi dengan reagen dari xanthoprotein, HNO 3, sehingag
didapatkan hasil uji positif berwarna kuning dengan ada padatan hasil reaksi dari
asam amino dan reagen. Dari uji sampel didapatkan kedua sampel larutan
menghasilkan produk akhir dengan warna kuning dan ada padatan sehinga kedua
sampel berniali positif. Pada uji keenam yaitu uji molisch yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya senyawa karbohidrat dalam larutan yang hasil positifnya
berupa larutan menjadi warna ungu yang artinya larutan mengandung karbohidrat
dan pada akhirnya didapatkan bahwa kedua sampel, putih telur dan susu, bernilai
negatif dengan warna merah muda yang mengidikasikan bahwa kedua sampel
tidak mengadung senyawa bio organik protein. Pada uji ketujuh yaitu uji Hopkin’s
Cole yang bertujuan untuk mengidentifikasi apakah sampel mempunyai gugus
amino triptofan atau tidak dengan indikasi nilai positifnya adalah dihasilkan
larutan yang terbagi menajdi dua bagian dan terdapat cincin ungu ditengah,s elain
itu niali akan negatif. Dari sampel yang ada, putih telur dan susu, didapatkan
bahwa hanya putih telur yang mengandung triptofan karena menghasilkan larutan
yang terbagi menjadi dua lapisan dan cincin warna ungu ditengah, tidak dengan
susu. Pada uji terakhir yaitu uji sulfida yang bertujuan untuk mengidentifikasi
asam amino cysteine yang mengandung gugus sulfur dan hasil positifnya akan
didapatkan produk keruh danterdapat endapan berwarna abu-abu atau hitam.

V.2 Saran

Daftar Pustaka
Bruice, P. Y. (2016). Organic Chemistry. Pearson Education.

Klein, D. R. (2020). Organic chemistry. John Wiley & Sons.

Levine, V. E. (1930). A General Test for Carbohydrates. Proceedings of the


Society for Experimental Biology and Medicine, 27(8), 830–831.

National Center for Biotechnology Information. (2021). PubChem CID 10236


Structure. https://doi.org/10.5517/cc5xw75

Petrucci, R. H., Herring, F. G., dan Madura, J. D. (2010). General chemistry:


principles and modern applications. Pearson Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai