Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISIS ASAM-ASAM AMINO, PEPTIDA DAN PROTEIN

1.Jonathan Derian (110114045)

2.Anton Kurniawan (110114391)

3.Emiliana Lamur (110114428)

4.Ade Kurniawan (110114041)

5.Meme Lyand (110114436)

6.Putri Falinda (110114521)

7.Indah Nur Fitriana (110114506)

Laboratorium Biokimia
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................

1.1. Tujuan pembahasan masalah..............................................................

BAB II METODE KERJA..................................................................................

2.1. Uji Biuret...............................................................................................

2.2. Uji Millon...............................................................................................

2.3. Uji Xantoprotein....................................................................................

2.4. Uji Heller................................................................................................

2.5. Uji Koagulasi Panas................................................................................

2.6. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat.....................................

2.7. Pengendapan Protein oleh garam-garam Anorganik..............................

BAB III HASIL


PRAKTIKUM...............................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................

4.1. Uji Biuret ................................................................................................

4.2. Uji Millon.................................................................................................

4.3. Uji Xantoprotein......................................................................................

4.4. Uji Heller..................................................................................................

4.5. Uji Koagulasi Panas..................................................................................


4.6. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat............................................

4.7. Pengendapan Protein oleh garam-garam Anorganik......................................

BAB V PENUTUP................................................................................................

5.1. Kesimpulan.....................................................................................................

LAMPIRAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Tujuan Umum


1.1. Menjelaskan hasil dari analisis dan indentifikasi asam amino, peptida, dan protein pada
percobaan.

1.2. Menjelaskan hasil dari masing-masing uji sesuai dengan tujuan khusus masing-masing.

1.2 Tujuan Khusus

1.2.1 Uji Biuret


Mendeteksi ikatan peptida pada suatu bahan

1.2.2 Uji Millon


Identifikasi asam amino yang mengandung monohidroksi benzen

1.2.3 Uji Xantoprotein


Identifikasi asam amino tirosen, triptofan atau fenilalanin

1.2.4 Uji Heller


Menentukan adanya protein secaraa kualitatif

1.2.5 Uji Koagulasi Panas


Menentukan adanya protein secaraa kualitatif

1.2.6 Uji Pengendapan Protein dengan logam berat


Mengetahui pengaruh logam berat terhadap kelarutan protein

1.2.7 Uji Pengendapan Protein dengan garam-garam anorganik


Mengetahui pengaruh garam kosentrasi tinggi terhaadap kelarutan protein
BAB II
METODE KERJA

Alat dan bahan :


Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel, dan berbagai bahan biologis.

2.1. Uji Biuret


Sampel yang akan diuji( susu, putih telur, gelatin , air liur) sebanyak 2 ml, dimasukkan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml natrium hidroksida 10 %, kemudian
ditambahkan larutan tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 % 1ml

2.2. Uji Millon


Sampel yang akan diuji( susu, putih telur,pepton/ gelatin , air liur) sebanyak 2 ml,
dimasukkan kedalam tabung reaksi,ditambahkan 5-10 tetes peraksi millon,
homogenkan. Amati apakah terbentuk endapan putih atau tidak! Panaskan dalam
penangas. Amati warna yang trbentuk! Positif ditandai warna pink merah ditutup
dengan kapas

2.3. Uji Xantoprotein


Sampel yang akan diuji( susu, putih telur, gelatin ) sebanyak 2 ml, dimasukkan kedalam
tabung reaksi,ditambahkan 1 ml asam nitrat pekat hati-hati, amati endapan putih yang
terbentuk! Dinginkn dengan air keran. Tambahkan larutan natrium hidroksida ( NaOH
10 %) beberapa tetes. Amati perubahan warna. Hasil positif ditandai dengan perubahan
warna kuning hingga jingga.

2.4. Uji Heller


Ke dalam tabung reaksi, masukkan 3 ml asam nitrat pekat, ditambahkan melalui dinding
tabung secara berlahan sampel yang akan diuji( susu, putih telur, air liur encer)
sebanyak 2 ml. Amati terjadinya presipitasi pada pertemuan kedua cairan. Hasil positif
ditandai dengan presipitasi putih.

2.5. Uji koagulasi Panas


Sampel yang akan diuji(susu, putih telur, gelatin) sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam
tabung reaksi, didihkan dalam penangas. Amati terjadinya endapan. Bagi tabung yang
terbentuk endapan, tambahkan 5 tetes asam asetat. Amati perubahan yang terjadi.

2.6. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat


Siapkan 3 tabung reaksi, masing-masing di isi sampel yang akan diuji (susu, putih telur,
gelatin) sebanyak 2 ml. Masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetes Pb asetat
10%. Amati perubahan yang terjadi. Lakukan hal yang sama pada semua sampel dengan
menambahkan copper sulfate (CuSO4)
2.7. Pengendapan Protein oleh garam-garam anorganik

Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Sampel yang akan diuji (susu, putih telur
dan gelatin), dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml. Tambahkan 2 ml
(NH4)2SO4. Amati terjadinya endapan. Pisahkan endapan dengan menyaring
menggunakan kertas saring. Lakukan uji biuret pada fitrat dan endapan. Amati perubahan
yang terjadi!
BAB III

HASIL PRAKTIKUM
Tabel 3.1 Hasil pengamatan Uji Biuret dan Uji Millon

Sampel uji Hasil praktikum Kesimpulan

Uji Biuret

Putih telur Ungu muda (keruh) (+)

Susu Ungu muda (bening) (+)

Gelatin Ungu tua (+)

Air liur Ungu muda (keruh) (+)

Keterangan :
(+) Terdapat ikatan peptida
(-) Tidak terdapat ikatan peptida
Reaksi Uji Millon

Putih telur Ditambah millon : (+)


terbentuk endapan
Dipanaskan :
warna pink merah
Susu Ditambah millon : (+)
terbentuk endapan
Dipanaskan :
warna pink merah
Gelatin Ditambah millon : (-)
terbentuk endapan
Dipanaskan :
warna tetap
Air liur Ditambah millon : (+)
terbentuk endapan
Dipanaskan :
warna pink pucat
Keterangan :
(+) Terdapat asam amino yang mengandung monohidroksi benzen
(-) Tidak terdapat asam amino yang mengandung monohidroksi benzen
Tabel 3.2. Hasil pengamatan Uji Xantoprotein, Uji Heller, koagulasi panas

Sampel Uji Hasil pengamatan Kesimpulan

Reaksi Uji Xantoprotein

Putih telur Ditambahkan HNO3: (+)


terbentuk endapan
Dipanaskan:
warna kuning
Ditambahkan NaOH:
warna jingga
Gelatin Ditambahkan HNO3: tidak (-)
terbentuk endapan
Dipanaskan:
warna bening
Ditambahkan NAOH:
warna bening
Susu Ditambahkan HNO3: (+)
terbentuk endapan
Dipanaskan:
warna kuning
Ditambahkan NAOH:
warna jingga
Keterangan :
(+) Terdapat asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin
(-) Tidak terdapat amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin

Reaksi Uji Heller

Air liur encer Muncul presipitasi putih (+)


Susu Muncul presipitasi putih (+)
Putih telur Muncul presipitasi putih (+)
Keterangan :
(+) Terdapat protein
(-) Tidak terdapat protein
Reaksi Uji Koagulasi panas

Gelatin Tidak ada endapan (-)


Susu Terdapat endapan (+)
Dipanaskan :
Warna berubah menjadi
kuning
Putih telur Terdapat endapan (+)
Dipanaskan : tidak berubah
Keterangan :
(+) Terdapat protein
(-) Tidak terdapat protein

Tabel 3.3. Hasil Pengamatan Pengendapan Protein dengan Logam Berat

Sampel uji Hasil pengamatan kesimpulan

Reaksi Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat

Gelatin +Pb asetat : (+)


terjadi pengendapan
+CUSO4 : (-)
tidak terjadi pengendapan
Susu +Pb asetat : (+)
terjadi pengendapan
+CUSO4 : (+)
terjadi pengendapan
Putih telur +Pb asetat : (+)
terjadi pengendapan
+CUSO4 : (+)
terjadi pengendapan
Keterangan :
(+) Mempengaruhi kelarutan protein
(-) Tidak Mempengaruhi kelarutan protein

Tabel 3.4. Hasil Pengamatan Uji Pengendapan Protein dengan Garam Anorganik
Tabel 1 2 3
Sampel +(NH4)2SO4 Susu Putih telur Gelatin
Endpan :ada/tidak ada ada Tidak ada
Pisahkan endapan
dengan penyaring
Uji Biuret:
- filtrat Biru Biru Biru
- endapan biru putih -
Uji Millon:
- filtrat Putih - Putih
- endapan putih putih -
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Uji Biuret


Uji biuret dilakukan untuk mendekteksi kehadiran ikatan peptida, tetapi tidak dapat
menunjukan asam amino bebas. Uji ini dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH dan
CuSO4 pada sampel. Reaksi antara ion CU2+ dan ikatan peptida dalam suasan basa. Warna
komplek untuk yang ada dalam protein.

Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebaga berikut:

Sampel uji Hasil reaksi uji kesimpulan


Putih telur Wara ungu +
Susu Warna ungu muda +
Gelatin Warna ungu tua +
Air liur Warna ungu muda +

Keterangann : + : terdapat ikatan peptida dan mengandung protein

- : tidak terdapat ikatan peptida dan tidak mengandung protein

Pada uji biuret yang dilakukan pada putih telur, susu, gelatin dan air liur memberikan
hasil positif sehingga dapat dikatakan bahwa semua sampel memiliki ikatan peptida. Hal
terebut sesuai dengan teori karena keempat sampel tersebut memiliki protein sehingga jika
ditetesi dengan larutan NaOH an CuSO4 akan menghasilkan warna ungu yang menandakan
bahwa sampel memiliki ikatan peptida, hal ini disebabkan bahwa asam amino yang berada
pada protein saling berikatan membentuk ikatan peptida. Reaksi uji biuret ini
memberikan hasil yang positif jika terbentuk senyawa ungu yang dihasilkan akibat
pembentukan senyawa kompleks Cu 2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptida dalam
suasana basa. Dalam suasana basa (penambahan NaOH), ion
Cu2+ yang berasal dari pereaksi biuret (CuSO4) akan bereaksi dengan gugus– CO dan
–NH dari rantai peptida yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet.

Reaksi Biuret
4.2. Uji Millon
Uji Millon merupakan uji kualitatif protein untuk mengidentifikasi asam amino yang
mengandung monohidroksi benzena. Uji ini dilakukan dengan menambahkan pereaksi millon
ke dalam sampel. Pereaksi millon adalah larutan merkuro nitrat dan merkuri nitrat yang
terdapat dalam asam nitrat. Hasil positif akan ditandai dengan endapan berwarna putih, yang
akan berubah menjadi warna merah apabila dipanaskan.

Endapan putih yang terbentuk setelah penambahan reagen Millon pada larutan protein
tersebut berasal dari endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg yang terlarut didalam HNO3
2+. Bersamaan teroksidasi menjadi HG+. Ion Hg+ ini selanjutnya membentuk garam dengan
gugus karboksil Hg+ menjadi Hg2+ sebagai pelarut mengoksidasi tirosin

Ketika dipanaskan endapan putih tersebut berubah menjadi endapan merah. Hal ini
terjadi karena asam nitrat yang semula berfungsi sebagai pelarut mengoksidasi hg+ menjadi
Hg2+. Bersamaan dengan hal tersebut, asam amino tirosin ternitrasi. Kemudian terjadi reaksi
pembentukan HgO yang bewarna merah.

Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Sampel uji Ditambah pereaksi Setelah dipanaskann Kesimpuulan


millon
Putih telur Ada endapan Warna merah muda +
Susu Ada endapan Warana merah muda +
Gelatin Tidak ada endapan Bening transparan -
Air liur Ada endapan Warna merah muda +

Keterangan: +: terdapat asam amino yang mengandung monohidroksi benzen

- : tidak terdapat asam amino yang mengandung monohidroksi


benzen

Pada uji millon yang dilakukan putih telur,susu, dan air liur memberikan hasil positif
sehingga dapat dikatakan bahwa sampel memiliki asam amino yang mengandung
monohidroksi benzen karena membentuk endapan setelah ditambahkan pereaksi millon.
Endapan tersebut berubah warna menjadi merah setelah dipanaskan. Sedangkan pada gelatin
memiliki hasil negatif hal ini disebabkan karna gelatin tidak mengandung asam amino tirosin
sehingga tidak mengalami pengendapan dan tidak berubah warna menjadi merah. Tirosin
merupakan gugus R dari asam amino polar yang larut dalam air atau lebih hidrofilik
dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golonganini mengandung gugus
fungsional yang mengikat ikatan hydrogen dengan air.
Bentuk yang umum adalah L-tirosin (S -tirosin), yang juga ditemukan dalam tiga isomer
struktur: para, meta, dan orto (Lehninger 1982). Tirosin dalam bentuk tirosina, memiliki
peran kunci dalam pengaktifan beberapa enzim tertentu
melalui proses fosforilasi (membentuk fosfotirosina) pada transduksi signal. Bagimanusia,
tirosina merupakan prekursor  hormontiroksin dan triiodotironin yang dibentuk
dikelenjar  tiroid, pigmen kulit melanin, dan dopamin, norepinefrin dan epinefrin.

Reaksi millon

4.3. Uji Xantoprotein


Uji Xanthroprotein merupakan percobaan untuk medeteksi ada tidaknya inti benzena.
Reaksi dini dilakukan dengan menambahkan asam nitrat pekat ke sample lalu dipanaskan dan
tetesi dengan larutan NaOH. Bahan protein yang mengandung asam amino berinti benzen,
jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan bewarna putih yang
dapat berubah menjadi kuning waktu dipanaskan karena memiliki cincin aromatik.

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein.
Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning apabila
dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul
protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena
asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini

Pada uji ini, digunakan larutan asam nitrat yang berfungsi untuk memecah protein
menjadi gugus benzena. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi
dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Reaksi ini didasarkan pada uji
nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein menjadi senyawa nitro yang berwarna
kuning.
Tirosin banyak terdapat ayam dan ikan tuna. Fenilanalin teredapat pada ragi, lobak, telur,
keju, alpukat. Triptofan banyak terdapat pada susu, pisang, daging seperti kambing, ayam dan
kalkun, yoghurt, ikan, telur dan beras merah.

Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Sampel uji Ditambah asam Dipanaskan Di tambah Kesimpulan


nitrat pekat NaOH
Putih telur Ada endapan Kuning Jingga +
putih
Gelatin Bening Kuning Bening -
Susu Ada endapan kuning Kuning +
putih
Keterangan: +: mengandung inti benzena

- :tidak mengandung inti benzena

Pada uji xantoprotein yang dilakukan, air liur dan susu memberikan hasil positif
sehingga dapat dikatakan mengandung inti benzena. Asam amino yang memiliki inti benzen
adalah asam amino tirosin, fenilanalin dan triptofan. Sedangkan pada gelatin memberikan
hasil negatif sehingga dapat dikatakan tidak mengandung salah satu asam amino tersebut
karena pada percobaan yang dilakukan tidak terdapat asam nitrat bentuk endapan setelah
ditambah asam nitrat pekat.

Reaksi xantoprotein

4.4 Uji Heller


Uji Heller dapat digunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitif dan
cepat. Protein akan teroagulasi dengan adanya asam kuat atau akibat panas. Koagulasi
tersebut ditunjukan dengan tebentuknya cubcub atau presipitasi putih pada sampel yang diuji.
Pada percobaan ini digunakan sampel susu, putih telur dan air liur encer denga hasil sebagai
berikut:
Air liur encer Presipitasi putih +
Susu Presipitasi putih +
Putih telur Presipitasi putih +
Keterangan :
(+) Terdapat protein
(-) Tidak terdapat protein

Pada ketiga sampel timbul presipitasi putih setelah diuji. Pada susu dan putih telur
sesuai dengan teori karna pada kedua sampel tersebut terdapat protein, sehinga jika
direaksikan dengan reagen heller akan memberikan hasil yang positif. Namun pada sampel
air liur encer seharusnya tidak menimbulkan prespitasi putih hal ini terjadi karna air liur encer
tidak mengandung protein sehingga jika di reaksikan dengan reagen heller tidak akan
menimbulkan presipitasi putih. Kesalahan ini terjadi karna ketidaktelitian kami dalam
mengamati hasil pengmatan saat pengujian berlangsung.

Reaksi Heller

4.5. Uji koagulasi panas


Uji koagulasi panas pada potein dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau
pengendapan pada sampel jika ditambahkan asam atau dilakukan pemanasan. Protein dengan
pemanasan atau penambahan asam akan mengalami koagulasi. Pada temperatur diatas 60C
kelarutan protein akan berkurang karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul
protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau
struktur sekunder. Tersier dan kuartener yang menyebabkan koagulasi. Sedangkan dengan
penambahan asam asetat, koagulasi tetap terbentuk. Hal ini disebabkan karena ion H+ dari
asam asetat terikat pada gugus negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam asetat, akan
mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein. Perubahan
pengkutuban ini menyebabkan rusaknya konformasi alamiah protein. Rusaknya konformasi
alamiah protein menyebabkan terganggu stabilitas dari larutan protein, sehingga larutan
protein mengalami koagulasi.

Pada ph isoelektrik kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. pH isoelektrik


adalah pH larutan tertentu biasanya berkisar 4-4,5 dimana protein mempunyai muatan positif
dan negatif sama, sehingga saling menetralkan. Pada percobaan yang dilakukan diperoleh
hasil sebagai berikut:
Gelatin Tidak ada endapan -
Susu Terdapat endapan, warna +
brubah kuning
Putih telur Terdapat endapan, tidak +
berubah warna
Keterangan :
(+) Terdapat protein
(-) Tidak terdapat protein

Pada percobaan ini, sampel dipanaskan dan pada sampel yang terbentuk endapan
dilakukan penambahan asam asetat. Pada susu dan putih telur timbul hasil positif di mana
terjadi pengendapan berwarna putih yang membuktikan adanya protein pada sampel,
sedangkan pada gelatin timbul hasil negatif di mana tidak terdapat endapan/gumpalan yang
membuktikan tidak adanya protein pada sampel.

4.5. Uji pengendapan protein dengan logam berat


Proses pengujian pengendapan protein dengan logam berat, sangat ditentukan pada
pH isoelektrik. pH di atas titik isoelektrik protein bermuatan posistif. Pada senyawa yang
mengandung protein albumim. Jika direaksikan dengan ion logam berat maupun ion negatif
akan tebentuk endapan. Untuk mengendapkan suatu larutan protein dengan ion negatif,
memerlukan pH larutan di bawah tiik isoelektrik.

Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

- Gelatin memberikan hasil, yaitu positif pada Pb tetapi negatif pada


Cu. Seharusnya gelatin pada endapan menghasilkan hasil positif
karena gelatin merupakan termasuk protein dan akan teroagulasi
jika diteambahkan logam positif. Keasalah ini terjadi diakibatkan
kurang teliti dalam pengerjaan dan dalam penglihatan dalam
melihat hasil uji.

- Putih telur merupakan sampel yang memiliki konsentrasi albumim


yang tinggi. Ketika ditambahkan Pb asetat dan Cu memberikan
hasil yang positif.

- Susu merupakan sampel yang juga memiliki kadar albumim yang


tinggi. Oleh karena itu ketika ditambahkan maka memberikan hasil
yang positif, baik pada Pb maupun Cu

Dengan penambahan logam berat terjadi pb pengendapan protein. Larutan protein

pada titik isoelektriknya memiliki kutub negatif dan positif dengan perbandingan sama.

Endapan putih yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi penetralan muatan antara ion

logam berat sebagai kation dengan molekul protein sebagai anion. Pada penambahan larutan
protein dengan Pb asetat, anion dari Pb asetat akan menyebabkan suasana larutan menjadi

sedikit asam dan terjadi pengendapan albumin. HgCl2

4.7. Pengendapan protein oleh garam-garam anorganik


Pengendapan menggunakan bahan anorganik( golongan oksida, arbonat, sulfat, dan
halida) memiliki prinsip pengikatan molekul air oleh garam anorganik ( ammonium sulfat)
sehingga protein akan mengendap. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi antara ion
ammonium sulfat dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena ion ammonium sulfat
lebih mudah mengikat air, kelarutan protein dalam air akan berkurang sehingga terjadi
pengendapan ketika penambahan garam dilakukan kontinyu.

Setelah terbentuk endapan, campuran protein dengan garam ammonium sulfat


bening. Kemudian baik filtrat dan residu di uji millon dan uji biuret untuk mengetahui adanya
protein.

Filtrat mengandung air dan garam ammonium sulfat sehingga ketika diuji biuret
seharusnya tidak terbentuk warna biru atau ungu dan ketika di uji millon seharusnya tidak
terbentuk warna merah. Sedangkan residu mengandung endapan protein, maka jika diuji
millon akan terdapat warna biru atau ungu karena adanya ikatan peptida dan ketika diuji
millon akan terbentuk warna merah pada protein yang mengandung gugus fenol.

Pada percobaan sebagai berikut:

Sampel Susu Putih telur Gelatin


=(NH4)2SO4
Endapan Ada Ada Tidak ada
Pisahkan endapan dengan menyaring
Uji biuret
-filtrat Biru Biru Biru
-endapan Biru Putih -
Uji Millon
-filtrat Putih - Putih
-endapan Putih Putih -

Pada percobaan ini sampel yang ditetesi dengan reagen biuret sudah sesuai teori sehingga
sampel akan menghasilkan warna biru pada filtrat dan menunjukan adanya protein.
Sedangkan pada endapan yang terbentuk warna biru hal ini menunjukkan bahwa endapan
memiliki protein, hal ini terjadi karna pada proses penyaringan protein tidak tersaring dengan
baik sehingga saat direaksikan dengan reagen biuret akan menghasilkan senyawa ungu
namun pada endapan warna biru yang terbentuk lebih muda dibandingkan dengan filtrat hal
ini menunjukkan bahwa jumlah kadar protein yang terdapat pada endapan lebih sedikit
dengan yang berada pada filtrat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang ditetesi
dengan reagen biuret dan menghasilkan warna biru semakin tua maka menunjukkan bahwa
kadar protein dalam sampel banyak dan begitu sebaliknya. Pada uji millon terjadi kesalahan,
seharusnya warna putih pada sampel jika dipanaskan akan berubah menjadi warna merah.
Pada percobaan kami tidak melakukan pemanasan sehingga warna pada filtrat tidak
berwarna merah. Pengendapan dengan garam, terjadi karena persaingan antara garam
dan protein yang mengikat air. Denga demikian, tidak cukup banyak air yang terikat pada
protein sehingga terjadi gaya tarik menarik antara molekul.
BAB V

PENUTUP

5. KESIMPULAN

Dari berbagai macam uji yang dilakukan dapat disimpulkan berikut:

5.1 Susu dan putih telur memiliki ikatan peptida (uji biuret), memiliki asam amino yang
mengandung monohidroki benzen (uji millon), mengandung asam amino tirosin,
triptofan, dan fenilanalin (uji xantroprotein) mengandung protein secara kualititif (uji
heller dan koagullasi panas), mengendap dengan penambahan logam berat,
kelarutannya dipengaruhi oleh penambahan garam konsentrasi tinggi, serta dapat
mengalami denaturasi dengan perlakuan penambahan alkohol, asam dan basa, buffer
asetat, air mendidih, deterjen dan perlakuan pengunjangan

5.2 Gelatin memiliki ikatan peptida, tidak memiliki asam amino yang mengandung
monohidroksi benzen, tidak mengandung asam amino tirosin, triptofan, dan
fenilalanin, tidak mengandung protein secara kualitatif, tidak mengendap dengan
penambahan logam beserta kelarutannya tidak dipengaruhi oleh penambahan garam
konsentrasi tinggi

5.3 Air liur yang digunakan memiliki ikatan peptida, memiliki asam amino yang
mengandung monohidroksi benzen, serta mengandung protein secara kualitatif

5.4 Minyak dan larutan pati tidak mengalami denaturasi protein dengan perlakuan
penambahan alkohol, asam dan basa, buffer asetat air mendidih, deterjen dan
perlakuan pengunjangan karena sampel tersebut tidak mengandung protein. Minyak
mengandung lemak dan larutan pati merupakan karbohidrat.

Anda mungkin juga menyukai