PEMBAHASAN
A. Uji Biuret
B. Reaksi Millon-Nesse
D. Uji Xanthoprotein
F. Uji Ninhidrin
1.2 Pembahasan
A. Uji Biuret
Metode biuret didasarkan pada prinsip zat yang mengandung dua
atau lebih ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna ungu
dengan garam Cu dalam larutan alkali.Metode biuret ini merupakan
metode yang baik untuk menentukan kandungan larutan protein karena
seluruh protein mengandung ikatan peptida. Pengujian secara biuret ini
sampel harus berupa larutan, jadi sampel terlebih dahulu dibuat menjadi
larutan. Sampel berupa padatan harus dihaluskan terlebih dahulu dibuat
menjadi larutan.Untuk hasil yang lebih baik maka menggunakan kontrol
positif dan kontrol negatif sebagai pembanding. Kontrol positif yang
digunakan yaitu putih telur karena putih telur mengandung protein sebesar
12,8% - 13,4%. Reaksi ini positif protein dengan timbulnya warna ungu.
Dari hasil analisis semua sampel memberikan reaksi positif dengan
warna ungu yang terbentuk berbanding langsung dengan konsentrasi
protein, dimana semakin meninggkat intensitas warnannya konsentrasi
protein semakin besar. Kontrol negatif memberikan warna biru yang
merupakan warna dari garam Cu. Dalam praktikum ini sampel
memberikan hasil reaksi yang positif. Hal ini ditandai dengan munculnya
endapan berwanra ungu saat cairan putih telur encer dicampurkan dengan
40% NaOH 1mL dan tetes demi tetes CuSO4 dengan kondisi telah
melewati proses pemanasan.
B. Uji Millon-Nesse
Uji millon-Nasse yang bertujuan untuk mengetahui adanya asam
amino tirosin pada putih telur (protein). Prinsip kerja pada uji Millon-
Nasse ini adalah terbentuknya warna merah sebagai indicator adanya
asam amino tirosin. Pada praktikum ini, saat larutan protein (putih telur)
ditambahkan dengan reagen HgSO4 dan juga NaNO2 menunjukkan hasil
negative, karena pada hasil praktikum yang dilakukan larutan berwarna
putih dan terbentuk endapan berwarna kuning menunjukkan tidak adanya
kandungan tirosin yang terdapat pada protein putih telur. Tirosin yang ter-
golong asam amino non-esensial, sehingga tidak terkandung dalam
globulin putih telur. Sementara jika hasil positif maka laurtan akan
berwarna hitam pekat yang menandakan adanya tirosin.
D. Uji Xantoprotein
Pada uji ini prinsipnya adalah Asam amino aromatik direaksikan
dengan asam nitrat menyebabkan nitrasi cincin aromatik dan membentuk
produk nitro berwarna kuning (turunan nitro). Ketika larutan basa kuat
ditambahkan, warna menjadi lebih gelap (dari kuning ke jingga). Hasil
postif : tirosin, triptofan, dan fenilalanin (hanya dengan pemanasan lama).
Fenilalanin sulit memberikan hasil positif pada kondisi normal sehingga
tidak membentuk warna jingga tanpa pemanasan lama. Tujuan uji ini
adalah untuk mengidentifikasi asam amino aromatik (mempunyai cincin
benzena). Prosedur kerjanya adalah, masukkan 3mL larutan protein ke
dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1mL asam nitrat (NHO3) pekat,
lakukan inkubasi dalam penangas air mendidih. Hasil reaksi terbentuk
endapan yang memberikan warna kuning pada larutan, bagi larutan ke
dalam dua tabung pada tabung 1 ditambahkan NaOH dan pada tabung 2
tidak ditambahkan NaOH. Hasil akhir pada uji Xantoprotein pada protein
ini adalah terbentuknya warna kuning pekat setelah penambahan alkali
yang menunjukkan hasil positif pada uji ini.