Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MIKORIZA DAN DOSIS PUPUK NPK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


PAKCOY (Brassica rapa L.)

(Skripsi)

Oleh:

OKY ANGGRAINI
18110020

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA METRO
2022
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MIKORIZA DAN DOSIS PUPUK NPK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PAKCOY (Brassica rapa L.)

(Skripsi)

Oleh:

OKY ANGGRAINI
NPM. 18110020

Sebagai Salah Satu Mencapai Gelar (S1)


SARJANA PERTANIAN
Jurusan Agroteknologi

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA METRO
2022
ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MIKORIZA DAN DOSIS PUPUK NPK


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PAKCOY (Brassica rapa L.)
Oleh:
OKY ANGGRAINI

Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang banyak
dibudidayakan dan dimanfaatkan daun untuk dikonsumsi. Tanaman pakcoy banyak
manfaatnya karena mengandung banyak vitamin yaitu K, A, C, E, mineral, dan
serat. Penurunan kesuburan tanah dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia
secara terus-menerus, kurangnnya bahan organik di tanah dan terjadinya pencucian
(leaching) unsur hara dan menghambat pertumbuhan tanam serta dapat
menurunkan hasil produksi tanaman. Pada kondisi demikian, sub soil sering
digunakan sebagai media tanam. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian mikoriza
ketanaman yang berdampak baik untuk penyerapan unsur hara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mendapatkan dosis mikoriza terbaik
terhadap tanaman pakcoy, (2) Mendapatkan dosis pupuk NPK terbaik terhadap
tanaman pakcoy, (3) Mengetahui interaksi antara dosis mikoriza dan dosis pupuk
NPK terhadap tanaman pakcoy.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2021 – Januari 2022 di Kebun


Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan
Metro Selatan Kota Metro, dengan jenis tanah Subsoil. Penelitian ini disusun secra
faktorial dana Rancangan Kelompok Teracak Lengkap (RKTL). Faktor pertama
adalah jumlah Mikoriza (M) yang terdiri 3 taraf yaitu: kontrol (m0), dosis mikoriza
5 g/tanaman (m1), dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2). Faktor kedua adalah dosis
pupuk NPK (N) yang terdiri 3 taraf yaitu dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n1), dosis
pupuk NPK 4 g/tanaman (n2), dosis pupuk NPK 6 g/tanaman (n3).

Hasil penelitian menujukkan bahwa: Peningkatan dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2)


meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar pertanaman, berat segar
taju, berat segar akar tanaman pakcoy. Dosis pupuk NPK tidak menghasilkan
perbedaan yang nyata terhadap semua peubah tanaman pakcoy. Interaksi terbaik
terdapat pada dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis NPK 2 g/tanaman (n1)
pada peubah pengamatan tinggi tanaman, sedangkan dosis 10 g/tanaman (m2) pada
dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2)menghasilkan nilai terbaik pada peubah berat
segar akar tanaman pakcoy.

Kata Kunci: Mikoriza Vesikular Arbuskular, Pupuk NPK Anorganik, Pakcoy


HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian : Pengaruh Pemberian Dosis Mikoriza dan Dosis


Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Pakcoy (Brassica rapa L.)
Nama Mahasiswa : Oky Anggraini

No. Pokok Mahasiswa : 18110020

Jurusan : Agroteknologi

Program studi : Agroteknologi

MENYETUJUI :

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. Jamaludin, S.P., M.Si


NIP.196803171994032001 NIK.0030332994

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Nurleni Kurniawati, S.Pd., M.Si


NIK. 003024273A
PENGESAHAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. (............................)

Penguji Utama : Krisnarini, S.P., M.Si (............................)

Anggota : Jamaludin, S.P., M.Si (............................)

2. Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro

Ir. Rakhmiati, MTA.


NIP. 196304081989032001

Tanggal lulus ujian Skripsi: 04 Maret 2022


PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa, Skripsi ini

kupersembahkan kepada:

1. Ayahanda Dasuki dan Ibunda Supiyem tercinta, karena doa dan kerja keras

Beliau lah saya dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu dan membiayai kuliah

saya.

2. Adikku tersayang Muchammad Hadi, yang telah mendoakan untuk keberhasilan

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Temanku Ahmad Jamilin terimakasih banyak atas doa dan tenaga serta

dukungannya yang telah diberikan, sehingga saya bisa kuliah dan menyelesaikan

skripsi ini.

4. Almameter ku tercinta Stiper Dharma Wacana Metro.


MOTTO

“Nikmati dan hargai perubahan dalam kehidupan”

(Penulis)
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Taman Asri, Kecamatan

Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi

Lampung pada tanggal 13 Juli 1999. Penulis merupakan anak

pertama dari pasangan Bapak Dasuki dan Ibu Supiyem.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 01

Bratasena Mandiri tahun 2007. Selanjutnya penulis menempuh Sekolah Menengah

Pertama di SMP N 2 Purbolinggo tahun 2013. Setelah itu penulis melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Ma’arif NU 1 Purbolinggo pada

tahun 2015. Pada tahun 2018 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi

Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dengan Program Studi

Agroteknologi. Pada tahun 2021 penulis melakukan Kuliah Kerja Lapang (KKL)

di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanah Taman Bogo Lampung Timur. Pada

tahun 2022 penulis terdaftar sebagai Alumni di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Dharma Wacana Metro.


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Dosis Mikoriza dan

Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy (Brassica rapa L.)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ir. Rakmiati, M.T.A, sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Dharma Wacana Metro yang telah memberikan masukan, nasehat,

dan dukungannya selama ini.

2. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si, sebagai dosen pembimbing I, atas

bimbingan, nasehat dan dukungannya selama ini.

3. Bapak Jamaludin, S.P., M.Si, sebagai dosen pembimbing II, atas bimbingan,

nasehat dan dukunganya selama ini.

4. Ibu Krisnarini, S.P., M.Si, sebagai penguji yang telah memberikan masukan

dalam pembuatan skripsi.

5. Ibu Nurleni Kurniawati, S.Pd., M.Si, sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi

STIPER Dharma Wacana Metro.

6. Bapak dan Ibu dosen serta tenaga kependidikan STIPER Dharma Wacana

Metro yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan ilmu yang diberikan.
7. Keluarga, terutama ayah, ibu, adik yang selalu memberi doa, motivasi dan

nasehat selama ini.

8. Rekan-rekan Alumni SMK Ma’arif NU 1 Purbolinggo terutama Indah

Oktaviana, A.Md.Keb., Ayu Astika, A.Md.Kep., Ita Eriyana atas saran,

bantuan dan kebersamaannya saat ini.

9. Teman-teman angkatan 2018 terutama Daniatur Rohmah, Elma Ayu Safitri,

Arnita Santi, Dela Susanti, Ari Wiji Hastoro, Dicky Eko Trisnandi, M.

Febrianto, M. Ibnu Mukhlisin, M. Kurnia Sandi, Dwi Ayu Lestari, Dwi Setiani,

Nyoman Awidyasari, Devi Maywanda, Umi Salamah serta teman squard kosan

thamrin atas saran, bantuan dan kebersamaannya selama kuliah serta suka duka

dalam penelitian.

10. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan positif kepada penulis

baik langsung maupun tidak langsung.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Metro, Maret 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ....................................................... 5
1.4 Hipotesis ................................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10


2.1 Botani Tanaman Pakcoy ........................................................... 10
2.2 Morfologi Tanaman Pakcoy ..................................................... 11
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy ............................................. 12
2.4 Mikoriza.................................................................................... 13
2.5 Pupuk NPK ............................................................................... 15
2.6 Tanah Subsoil ........................................................................... 17

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN .................................... 18


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 18
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ........................................................ 18
3.2.1 Bahan Penelitian ............................................................... 18
3.2.2 Alat Penelitian .................................................................. 19

3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 19


3.4 Pelaksanaan Penelitian.............................................................. 20
3.4.1 Persemaian ....................................................................... 20
3.4.2 Penyiapan Lokasi dan Media Tanam .............................. 20
3.4.3 Aplikasi Mikoriza dan Penanaman .................................. 21
3.4.5 Pemupukan ...................................................................... 22
3.4.6 Pemeliharaan ................................................................... 22
3.4.7 Pemanenan ....................................................................... 23
3.5 Peubah Pengamatan .................................................................. 23
3.5.1 Tinggi Tanaman (cm) ...................................................... 23
3.5.2 Jumlah Daun (helai)......................................................... 24
3.5.3 Laju Asimilasi Bersih (LAB) (gram/cm2/hari) ................ 24
3.5.4 Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) (gram/hari) ................. 25
3.5.5.Bobot Segar Per Tanaman (gram) ................................... 25
3.5.6 Bobot Segar Tajuk (gram) ............................................... 25
3.5.7 Bobot Segar Akar (gram) ................................................ 26
3.5.8 Panjang Akar (cm) ........................................................... 26
3.5.9 Rasio Tajuk Akar ............................................................. 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28


4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 28
4.1.1 Tinggi Tanaman (cm)...................................................... 28
4.1.2 Jumlah Daun (helai)........................................................ 30
4.1.3 Laju Asimilasi Bersih (LAB) (gram/cm2/hari) ............... 31
4.1.4 Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) (gram/hari) ................ 32
4.1.5 Bobot Segar Pertanaman (gram) .................................... 33
4.1.6 Bobot Segar Tajuk (gram) .............................................. 34
4.1.7 Bobot Segar Akar (gram) ............................................... 34
4.1.8 Panjang Akar (cm) .......................................................... 36
4.1.9 Rasio Tajuk Akar ............................................................ 36

4.2 Pembahasan ............................................................................... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 43


5.1 Kesimpulan ................................................................................ 43
5.2 Saran .......................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 45

LAMPIRAN ............................................................................................. 50

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tinggi tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis mikoriza dan


dosis pupuk NPK umur 28 hst ............................................................. 28

2. Jumlah tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis mikoriza dan


dosis pupuk NPK umur 28 hst ............................................................. 30

3. Laju asimilasi bersih (LAB) pengaruh pemberian dosis mikoriza


dan dosis pupuk NPK umur 28 hst ...................................................... 32

4. Laju pertumbuhan relatife pengaruh pemberian dosis mikoriza dan


dosis pupuk NPK umur 28 hst ............................................................. 32

5. Bobot segar per tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis mikoriza


dan dosis pupuk NPK umur 28 hst ...................................................... 33

6. Bobot segar tajuk tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis


mikoriza dan dosis pupuk NPK umur 28 hst ....................................... 34

7. Bobot segar akar tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis


mikoriza dan dosis pupuk NPK umur 28 hst ....................................... 35

8. Panjang akar tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis mikoriza


dan dosis pupuk NPK umur 28 hst ...................................................... 35

9. Rasio tajuk akar tanaman pakcoy pengaruh pemberian dosis mikoriza


dan dosis pupuk NPK umur 28 hst ...................................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Deskripsi Pakcoy Nauli F1 ................................................................ 51

2. Tata Letak Percobaan ......................................................................... 52

3. Susunan Tanaman Pakcoy pada Letak Percobaan ............................. 53

4. Perhitungan Jumlah Mikoriza per petak ............................................ 53

5. Perhitungan Dosis Pupuk NPK Per ha ............................................... 55

6. Jadwal Kegiatan ................................................................................. 57

7. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam dan Uji BNT 5%........................ 61

8. Data Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy umur 7 hst, 14 hst, 21 hst,


dan 28 hst ........................................................................................... 62

9. Data Rata-rata Jumlah Daun Pakcoy umur 7 hst, 14 hst, 21 hst


dan 28 hst ........................................................................................... 63

10. Data Tinggi Tanaman Selada Umur 28 hst Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 64

11. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh


Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 64

12. Data Jumlah Daun Selada Umur 28 hst Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 65

13. Analisis Ragam Jumlah Daun Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh


Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 65

14. Data Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pengaruh Pemberian Mikoriza


pada Berbagai Dosis NPK.................................................................. 66
15. Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 66

16. Data Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pengaruh Pemberian Mikoriza


pada Berbagai Dosis NPK x 1.000 (Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ....... 67

17. Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK x 1.000
(Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ............................................................... 67

18. Data Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 68

19. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) Pengaruh


Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 68

20. Data Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK (Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ..... 69

21. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) Pengaruh


Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK
(Transformasi √𝑥 + 1/2 ) .............................................................. 69

22. Data Bobot Segar Pertanaman Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh


Pemberian MIkoriza pada Berbagai Dosis NPK................................ 70

23. Analisis Ragam Bobot Segar Pertanaman Pakcoy Umur 28 hst


Pengaruh Pemberian Mikroriza pada Berbagai Dosis NPK .............. 70

24. Data Bobot Segar Tajuk Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 71

25. Analisis Ragam Bobot Segar Tajuk Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh
Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 71

26. Data Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 72

27. Analisis Ragam Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh
Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 72

28. Data Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK (Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ..... 73

29. Analisis Ragam Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh
Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK
(Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ............................................................... 73

xiv
30. Data Panjang Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 74

31. Analisis Ragam Panjang Akar Umur 28 hst Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 74

32. Data Panjang Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian


Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK (Transformasi √x) ................... 75

33. Analisis Ragam Panjang Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh


Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK (Transformasi √x) . 75

34. Data Rasio Tajuk Akar Pengaruh Pemberian Mikoriza pada


Berbagai Dosis NPK ......................................................................... 76

35. Analisis Ragam Rasio Tajuk Akar Pengaruh Pemberian Mikoriza


pada Berbagai Dosis NPK................................................................. 76

36. Data Rasio Tajuk Akar Pengaruh Pemberian Mikoriza pada


Berbagai Dosis NPK (Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ............................. 77

37. Analisis Ragama Rasio Tajuk Akar Pengaruh Pemberian Mikorza


pada Berbagai Dosis NPK (Transformasi √𝑥 + 1/2 ) .................... 77

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kurva tinggi tanaman pakcoy umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst
Pengaruh pemberian mikoriza dan dosis pupuk NPK ....................... 29

2. Kurva jumlah daun tanaman pakcoy umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan
28 hst pengaruh oemberian mikoriza dan dosis pupuk NPK ............. 31

3. Struktur sistem perakaran .................................................................. 13

4. Mikoriza ............................................................................................. 78

5. Pupuk NPK ........................................................................................ 78

6. Benih pakcoy varietas Nauli F1 ......................................................... 79

7. Bibit pakcoy umur 7 hst dengan media semai cocopeat .................... 79

8. Penimbangan mikoriza ....................................................................... 80

9. Penimbangan pupuk NPK .................................................................. 80

10. Persiapan lahan .................................................................................. 81

11. Aplikasi mikoriza ............................................................................... 81

12. Penanaman tanaman pakcoy .............................................................. 82

13. Penyiraman ........................................................................................ 82

14. Pemupukan pupuk NPK umur 10 hst................................................. 83

15. Pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun umur


14 hst .................................................................................................. 83

15 Pengendalian hama menggunakan pestisida organik ......................... 84

16 Pemupukan NPK umur 20 hst............................................................ 84


17 Pengambilan destruktif pertaman umur 23 hst .................................. 85

18 Penghitungan luas daun dengan scan Irfan view ............................... 85

19 Tanaman pakcoy umur 26 hst ............................................................. 86

20 Pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun


Tanaman Pakcoy umur 28 hst ............................................................ 86

21 Petak perlakuan m0n1 ......................................................................... 87

22 Petak perlakuan m0n2 ......................................................................... 87

23 Petak perlakuan m0n3 ......................................................................... 88

24 Petak perlakuan m1n1 ......................................................................... 88

25 Petak perlakuan m1n2 ......................................................................... 89

26 Petak perlakuan m1n3 ......................................................................... 89

27 Petak perlakuan m2n1 ......................................................................... 90

28 Petak perlakuan m2n2 ......................................................................... 90

29 Petak perlakuan m2n3 ......................................................................... 91

30 Tanaman pakcoy perlakuan m0n1,m0n2,dan m0n3 .............................. 91

31 Tanaman pakcoy perlakuan m1n1, m1n2, dan m1n3 ............................ 92

32 Tanaman pakcoy perlakuan m2n1, m2n2, dan m2n3 ............................ 92

33 Pemanenan ......................................................................................... 93

34 Tanaman pakcoy perlakuan m0n1,m0n2,dan m0n3 .............................. 93

35 Tanaman pakcoy perlakuan m1n1, m1n2, dan m1n3 ............................ 94

36 Tanaman pakcoy perlakuan m2n1, m2n2, dan m2n3 ............................ 94

37 Penimbangan bobot segar pertanaman umur 28 hst .......................... 95

38 Penimbangan bobot segar tajuk umur 28 hst ..................................... 95

39 Penimbangan bobott segar akar umur 28 hst ..................................... 96

40 Pengukuran panjang akar umur 28 hst ............................................... 96

xvii
41 Penjemuran tanaman pakcoy .............................................................. 97

42. Pengovenan ......................................................................................... 97

43. Penimbangan bobot kering total umur 23 hst ..................................... 98

44. Penimbangan bobot kering toal umur 28 hst....................................... 98

45. Penimbangan bobot kering tajuk umur 28 hst..................................... 99

46. Penimbangan bobot kering akar umur 28 hst ...................................... 99

xviii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang banyak

dibudidayakan dan dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi. Tanaman pakcoy

memiliki umur panen yang terbilang pendek. Tanaman pakcoy banyak manfaatnya

karena mengandung banyak vitamin yaitu K, A, C, E, mineral, dan serat serta dapat

menjaga kesehatan dan mencegah penyakit (Mulyadi, 2021). Menurut Senora

(2021) kandungan gizi Pakcoy setiap 100 gram adalah Protein 2.30 gr, Lemak 0.30

gr, Karbohidrat 4.00 gr, Serat 1.20 gr, Kalsium 220.50 mg, Fosfor (P) 38.40 mg,

Besi (Fe) 2.90 mg, Vitamin A 969.00 mg, 10 Vitamin B1 0.09 mg, Vitamin B2 0.10

mg, Vitamin B3 0.70 mg, dan Vitamin C 102.00 mg.

Tingginya angka laju pertumbuhan penduduk di Indonesia membawa dampak yang

cukup besar terhadap jumlah konsumsi dan kebutuhan pangan. Meningkatnya

jumlah penduduk turut meningkatkan kebutuhan pangan, namun permintaan

pangan tinggi belum didukung oleh tingkat produksi pangan yang relatif rendah.

Pengurangan kualitas dan kuantitas lahan pertanian khususnya di perkotaan maka

mendorong untuk mengembangkan kegiatan urban farming atau pertanian

perkotaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu teknik budidaya yang

belum intensif, berkurangnnya luas panen, iklim yang kurang mendukung untuk
2

budidaya dan rendahnya kesuburan tanah. Penurunan kesuburan tanah dapat

disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus, kurangnnya bahan

organik di tanah dan terjadinya pencucian (leaching) unsur hara dan menghambat

pertumbuhan tanam serta dapat menurunkan hasil produksi tanaman. Standar media

tanam untuk pakcoy adalah tanah (top soil) dengan kandungan bahan organik yang

cukup. Meskipun demikian, pada kondisi tertentu lapisan top soil sulit didapatkan

seperti di lahan marjinal dengan tingkat erosi berat atau di areal bekas tambang.

Pada kondisi demikian, sub soil sering digunakan sebagai media tanam. Hal ini bisa

diatasi dengan pemberian mikoriza ke tanaman yang berdampak baik untuk

penyerapan unsur hara.

Mikoriza berperan sebagai sumber pupuk hayati terutama sebagai penyuplai nutrisi

bagi tanaman pada lahan yang kekurangan P dengan kelarutan Al tinggi (Nadir

2018). Menurut Rokhminarsi dkk., (2012), mikoriza merupakan agens bioteknologi

dan bioprotektor yang ramah lingkungan serta mendukung konsep pertanian

berkelanjutan. Mikoriza berperan dalam peningkatan penyediaan hara dan

penyerapan nutrisi dan dapat menekan kebutuhan pupuk an-organik,.

Vesicular Arbuskular Mycorrhiza (VAM) menginfeksi sistem perakaran tanaman

inang, membentuk jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang bermikoriza

tersebut mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara dan air. sehingga

pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat, serta dapat meningkatkan ketahanan

tanaman terhadap kekeringan karena jamur mikoriza membantu dalam

pengambilan air yang tidak terjangkau oleh perakaran tanaman. Firmansyah dan

Kurnia (2020), menyatakan cendawan mikoriza arbuskular merupakan simbion


3

obligat yang memerlukan fotosintat dari tanaman. Hifa yang mempenetrasi

tanaman inang, membantu mendekatkan unsur hara dari zone rizosfer tanaman

inang sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman inang lebih cepat.

Menurut Irmawati dan Gofar (2020), tanaman yang memiliki mikoriza mampu

menyerap unsur hara makro dan mikro lebih banyak. Adanya hifa jamur mampu

memperluas daerah penyerapan hara dan air sehingga nutrisi tanaman tersedia.

Selain mikoriza yang dapat membantu penyerapan unsur hara, pupuk anorganik

memiliki daya serap yang lebih cepat serta jumah unsur hara yang banyak sehingga

tanaman dapat menyerap dalam waktu yang cepat (Juliardi, 2009). Salah satu pupuk

anorganik yang digunakan adalah NPK.

Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang mengandungan unsur hara makro

esensialnya sangat dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Untuk

memperoleh produktivitas yang diinginkan harus dilakukan pemberian pupuk

optimal pupuk Nitrogen (N), Phosphat (P) dan Kalium (K) (Senora, 2021). Menurut

Firmansyah dan Kurnia (2020), penggunaan pupuk hayati mikoriza tidak

meningkatkan pertumbuhan dan hasil pakcoy, tetapi dapat mengurangi kebutuhan

pupuk NPK sebesar 50% dari dosis pupuk NPK.

Dalam meningkatkan produktifitas tanaman pakcoy sangat diperlukan penambahan

pupuk NPK untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur

nitrogen berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu dalam

pembentukan akar, batang dan daun (Dhewangga dkk., 2014). Menurut Yance dkk

(2018), penggunaan dosis pupuk harus mempertimbangkan secara baik tingkat

produktivitas tanah dan kebutuhan tanaman.


4

Menurut Fatchullah dkk., (2018) pupuk NPK meningkatkan hasil dan kualitas umbi

bawang merah. Dosis pupuk anorganik secara berlebihan akan mencemari

lingkungan sehingga pemberian dosis pupuk NPK yang efektif harus diperhatikan.

Penggunaan pupuk an-organik (N,P, dan K) telah terbukti dapat melipat gandakan

hasil sayuran, salah satunya tanaman pakcoy. Pupuk an-organik yang diberikan

tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian hilang karena

pencucian (leaching) ataupun tertinggal didalam tanah. Pupuk N dan K yang

diserap oleh tanaman ternyata hanya sekitar 30–50%, sedangkan efisiensi

pemupukan P lebih rendah lagi hanya sekitar 15–20%. Pemberian pupuk N, P dan

K terus menerus dalam jumlah banyak pada tanah dapat menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas tanah, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil produksi

tanaman. Hal ini merupakan ancaman bagi keberlanjutan petani sayuran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang

pengaruh pemberian mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.).

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Mendapatkan mikoriza terbaik terhadap tanaman pakcoy

2. Mendapatkan dosis pupuk NPK terbaik terhadap tanaman pakcoy

3. Mengetahui interaksi antara mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap tanaman

pakcoy
5

1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis

Keberhasilan budidaya tanaman pakcoy dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor

penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi suatu tanaman

adalah ketersedian unsur hara dan pemberian dosis pupuk yang berimbang.

Pemberian mikoriza berdampak positif terhadap penyerapan dan transport aktif air,

penyerapan nutrisi, khususnya unsur P (fosfat) dan mineral lainnya sehingga

tanaman tercukupi kebutuhan air, fisiologi yang terjaga dan mendukung

pertumbuhan (Kuswandi dan Sugiyarto 2016). Menurut Hadianur (2016),

pemberian dosis mikoriza 10 g/tanaman berpengaruh sangat nyata terhadap bobot

berangkasan segar, bobot akar segar, bobot berangkasan kering, bobot akar kering

dan panjang akar serta berpengaruh nyata terhadap serapan hara N. Jenis fungi

mikoriza yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat adalah

Gigaspora sp. Fungi Gigaspora sp. bekerja dengan hifa yang menembus ke dalam

sel-sel korteks tanaman inang dari satu sel ke sel lain saling berikatan dan membelit

sehingga terbentuk kuat dan melakukan fungsinya untuk transfer hara dari tanah ke

tanaman serta membebaskan unsur karbon (C) dan Phosphor (P) agar dapat

dimanfaatkan oleh tanaman yang berakibat pada peningkatana biomassa tanaman,

jumlah spora dan juga derajat infeksi akar.

Proses perkembangan spora Glomus adalah dari ujung hifa yang membesar

mencapai ukuran maksimal dan terbentuk spora. Spora yang berada di dalam tanah

dan berkembang baik jika berasosiasi dengan tanaman inang. Peneterasi akar

dimulai dengan pembentukan apresorium pada permukaan akar oleh hifa eksternal.

Hifa ekternal berasal dari spora yang berkecambah ataupun akar tanaman yang
6

sudah terinfeksi (Hartoyo dkk., 2020). Vesicular Arbuskular Mycorrhiza (VAM)

adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, jamur ini membentuk vesikel

dan arbuskular di dalam korteks tanaman. Vesikel merupakan ujung hifa berbentuk

bulat yang berfungsi sebagai organ penyimpan dan arbuskular merupakan hifa yang

memiliki struktur dan fungsi sama dengan houstoria dan terletak di dalam sel

tanaman. Mikoriza mengambil alih peran rambut akar dalam menyerap unsur hara.

Akar yang terinfeksi biasanya membesar dan bercabang. Arbuskular berfungsi

sebagai alat transfer nutrisi antara jamur dan inangnya, sedangkan vesikel dibentuk

pada ujung hifa di dalam jaringan inang dan berfungsi sebagai tempat cadangan

makanan (Basri, 2018).

Menurut Serdani dan Widiatmanta (2019), pemberian mikoriza dengan dosis 10

g/tanaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy.

Mikoriza juga mampu bertahan pada daerah cekaman, miskin hara maupun air.

Pemberian mikoriza dapat memperpanjang akar, hal ini dipengaruhi oleh mikoriza

masuk ke dalam jaringan tanaman kemudian melakukan penetrasi dan membentuk

miselium. Miselium ini akan merangsang perpanjangan mantel akar, sehingga akar

tanaman semakin panjang. Akar tanaman yang sedemikian rupa diharapkan mampu

meningkatkan absorbsi serapan unsur hara dan air. Mikoriza akan membentuk

arbuskula yaitu hifa bercabang halus yang berfungsi sebagai tempat menyimpan

karbon dan tempat penyerapan hara tanaman.

Pertumbuhan tanaman yang terinfeksi mikoriza pada akar tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman. Hifa mikoriza meluas di dalam tanah dan unsur hara yang

dibutuhkan pada tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi mikoriza memiliki daya
7

serap hara P yang meningkat dimana mikoriza menghasilkan enzim phospatase

sehingga P yang terikat dengan tanah atau dengan mineral lain dapat terlepas dan

mudah diserap oleh tanaman. Mikoriza dapat membebaskan unsur P yang terikat

dengan mineral dalam tanah sehingga unsur P menjadi tersedia untuk tanaman.

VAM menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, membentuk jalinan hifa secara

intensif sehingga tanaman yang bermikoriza tersebut mampu meningkatkan

kapasitas dalam penyerapan hara dan air (Nada, 2021).

Menurut Rokhminarsi dkk. (2012), pemberian pupuk hayati mikoriza Glomus dan

Gigaspora memberikan jumlah daun dan bobot basah daun paling baik. Mikoriza

selain berperan dalam perbaikan dan siklus nutrisi tanaman, mikoriza juga

memberikan resistensi terhadap kekeringan, meningkatkan ketahanan tanaman

terhadap infeksi patogen tular tanah, bersifat sinergi dengan mikrobia lain, juga

meningkatkan stabilitas ekosistem alam serta menurunkan kadar logam berat.

Menurut Fadila dkk. (2021), pemberian pupuk NPK hingga dosis 6 gram/tanaman

secara nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy pada variabel

tinggi tanaman, jumlah daun, lebar tajuk, panjang daun, bobot segar, dan panjang

akar. Soemarah dkk., (2021), penyerapan unsur hara N, P dan K dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur N diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan daun, unsur P untuk memacu pertumbuhan akar dan merangsang

terbentuknnya sistem perakaran yang baik, sedangkan unsur K untuk menguatkan

batang. Novizan (2002), tanaman yang kekurangan unsur hara terutama N daunnya

menguning, kekurangan unsur P pertumbuhan akar terhambat, sedangkan

kekurangan unsur K dapat menurunkan aktifitas fotosintesis. Menurunnya aktifitas


8

fotosintesis dapat berakibat pertumbuhan tanaman terhambat, hal ini disebabkan

hasil fotosintesis merupakan sumber energi untuk pertumbuhan

Menurut Kurniati dan Sudartini (2015), penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk

NPK hanya bisa menyediakan unsur hara pada tanah tetapi tidak memperbaiki sifat

fisik serta sifat biologi tanah. Sedangkan Menurut Effendi (2017), pupuk NPK

merupakan pupuk majemuk lengkap yang sangat baik untuk pemupukan dasar,

susulan dalam pertumbuhan daun dan produksi tanaman, memberikan

keseimbangan hara yang baik untuk pertumbuhan dan mudah diaplikasikan serta

diserap oleh tanaman sehingga efisien dalam pemakaiannya.

Menurut Raksun dkk. (2021), pemberian dosis pupuk NPK 6 gram/tanaman

memberikan hasil pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Rosmarkam (2002),

pupuk majemuk NPK adalah pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu

macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K.

Kelebihan dari pupuk NPK yaitu dapat mencakup beberapa unsur dengan satu kali

pemberian pupuk sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan

dengan pupuk tunggal.

Rosliani (2009), melaporkan bahwa peningkatan pada dosis NPK tertentu dapat

meningkatkan derajat infeksi akar tanaman cabai. Semakin tinggi dosis NPK dapat

semakin tinggi derajat infeksi akar. Pemberian pupuk NPK menyebabkan

pertumbuhan tanaman semakin tinggi, sehingga kemungkinan semakin tinggi akar

yang dapat diinfeksi oleh mikoriza. Aplikasi pupuk NPK ke dalam tanah, dapat

meningkatkan kandungan hara tanah.


9

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Aplikasi dosis mikoriza yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy.

2. Dosis pupuk NPK yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy.

3. Terdapat interaksi antara aplikasi dosis mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Pakcoy

Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang termasuk

keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan di budidayakan

setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan.

Sayuran ini adalah introduksi baru di Jepang yang masih sefamili dengan Chinese

vegetable. Pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia

dan Thailand (Angela, 2019).

Klasifikasi tanaman sawi pakcoy menurut (Kristian 2019) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae.

Sub kingdom : Tracheobionta.

Superdivision : Spermatophyta.

Division : Magnoliophyta.

Class : Magnoliopsida.

Subclass : Dilleniidae.

Order : Capparales.

Family : Brassicaceae.

Genus : Brassica L.

Species : (Brassica rapa L.)


11

2.2. Morfologi Tanaman Pakcoy

Pakcoy memiliki daun yang bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau

tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah

mendatar. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan tinggi tanaman

dapat mencapai 15 sampai 30 cm. Terdapat keragaman morfologis dan periode

kematangan terhadap berbagai kultivar tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk dan daun

warna hijau pudar dan ungu yang berbeda-beda (Angela, 2019).

Tanaman pakcoy memiliki akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang

bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50

cm. Fungsi Akar-akar ini antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam

tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Tanaman pakcoy memiliki

batang pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan, pakcoy berdaun

lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak krop. Tanaman pakcoy mudah berbunga dan

berbiji secara alami baik didataran tinggi atau rendah, struktur bunganya didalam

tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang (Gea, 2020).


12

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy

Daerah penanaman yang baik adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan

1.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat

yang bersuhu panas maupun bersuhu dingin, sehingga dapat diusahakan dari

dataran rendah maupun datarantinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan,

sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu

diperhatikan adalah penyiraman secara teratur (Gea, 2020).

Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun untuk

pertumbuhan yang paling baik adalah pada jenis tanah lempung berpasir seperti

andisol. Derajat kemasaman tanah untuk pertumbuhan tanaman pakcoy adalah pada

pH 6-7 (Siagian, 2019). Kemasaman tanah dapat mempengaruhi terhadap

ketersediaan hara didalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara

langsung akan mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan

reaksi masam maupun basa, yang secara langsung ataupun tidak, dapat

mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara

mikro lebih tinggi pada pH rendah, semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara

mikro semakin kecil (Setiawan, 2017).

Iklim yang baik untuk pertumbuhan pakcoy yaitu daerah yang memiliki suhu 15-

30oC. Pertumbuhan pakcoy yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar

antara 19ºC - 21ºC, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara dalam

proses pembelahan sel-sel tanaman, perkecambahan, pertunasan, pembungaan, dan

pemanjangan daun. Curah hujan yang baik untuk tanaman pakcoy yaitu lebih dari

200 mm/ bulan, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam. Pakcoy membutuhkan
13

air yang cukup untuk pertumbuhan,akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada

air yang tergenang, hal ini dapat menyebabkan tanaman mudah busuk dan

terseranng hama dan penyakit (Barokah, 2017).

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman pakcoy berkisar antara

80% - 90%. Apabila lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan

tanaman. Kelembaban yang tidak sesuai dengan tanaman, menyebabkan stomata

tertutup sehingga penyerapan CO2 terganggu. Maka kadar gas CO2 tidak dapat

masuk kedalam daun yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga fotosintesis tidak

memadai. Akhirnya proses fotosintesis tidak berjalan dengan baik sehingga semua

proses pertumbuhan pada tanaman menurun (Setiawan, 2017).

2.4. Mikoriza

Mikoriza merupakan suatu struktur sistem perakaran yang terbentuk sebagai

menifestasi adanya simbiosis antara cendawan (myces) dan perakaran (Rhiza)

tanaman. Memiliki peran simbiosis yang saling menguntungkan ini tanaman akan

mendapatkan hara lebih banyak dari tanah, sedang cendawan mendapatkan

fotosintat dari tanaman (Masria, 2013). Menurut Kurnia dkk. (2019), mikoriza

merupakan sekumpulan jamur tanah yang saling menguntungkan dengan akar

tanaman atau pohon, agar jamur ini mendapat pasokan gula cair dari tanaman, dan

sebaliknya jamur ini menukarkannya dalam bentuk air dan unsur hara yang

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Mikoriza memiliki peran penting terhadap

tanaman yaitu dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan

penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan

kelembaban dan dapat mencegah terjadinya serangan patogen tanaman.


14

Gambar 1. Struktur Sistem Perakaran

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) adalah suatu simbiosis yang ditemukan

antara cendawan (Zygomycetes) dan akar. MVA termasuk ke dalam kelas

Zygomycetes yang hanya memiliki satu ordo yaitu ordo Glomales. Ordo ini

memiliki dua subordo yaitu Glominae dan Gigasporinae, genus Gigaspora,

Scutellaspora, Entrophospora dan Glomus. MVA adalah cendawan yang

bersimbiosis dengan akar tanaman. Cendwan ini membentuk vesikel dan arbuskular

di dalam korteks tanaman. Vesikel merupakan ujung hifa berbentuk bulat, berfungsi

sebagai organ penyimpanan, sedangkan arbuskular merupakan hifa yang struktur

dan fungsinya sama dengan houstria dan terletak dalam sel tanaman. MVA dapat

menggantikan sekitar 50% kebutuhan P, 40% N dan 25% K pada anakan Leucaena

leucocephala (Masria, 2013). Selain itu, manfaat mikoriza bagi inangnya adalah

meningkatkan penyerapan unsur hara dari tanah.


15

MVA termasuk keluarga Endogonaceae. Jamur ini membentuk rajutan hifa secara

internal pada jaringan korteks dan sebagian hifanya memanjang dan menjular

keluar dan masuk kedalam tanah untuk memyerap air dan unsur hara. MVA

bersisbiosis dengan berbagai tanaman angiosperma, baik dikotil maupun

monokotil, tanaman tahunan atau tanaman musiman dan tanaman-tanaman lokal.

Mikoriza mengharapkan karbohidrat dari tanaman, maka untuk tanaman yang

ternaungin (sehingga hasil fotosintesisnya rendah) akan sedikit mikoriza yang

terbentuk pada sistem perakarnnya. Tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang

subur, tidak dijumpai banyak mikoriza pada sistem perakarannya (Lakitan, 2015)

Jumlah mikoriza cukup melimpah di alam dan ditemukan hampir 80% dapat

bersimbiosis dengan tumbuhan angiospermae, serta berperan penting dalam

meningkatkan pertumbuhan tanaman agrikultur, hortikultura, dan tanaman hutan.

Secara umum mikoriza tergolong dalam dua tipe yaitu ektomikoriza dan

endomikoriza atau mikoriza arbuskula. Mikoriza arbuskular banyak ditemukan

pada sebagian besar tanaman budidaya dan berperan penting dalam serapan unsur

hara (Madusari dkk. 2018).

2.5. Pupuk NPK

Pupuk majemuk (NPK) adalah salah satu pupuk anorganik yang sangat efisien

digunakan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, dan K),

menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk NPK 16-16-16

mengandung 5 unsur hara yaitu 16 persen nitrogen, 16 persen P2O5 atau fosfat, 16

persen K2O atau kalium, 0,5 persen MgO atau magnesium dan 6 persen CaO atau

kalsium. Keuntungan dari pupuk ini yaitu; (1) Dapat digunakan dengan
16

memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk tunggal, (2) apabila

tidak ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, (3) penggunaan

pupuk majemuk sangat sederhana (Kaya, 2013).

Pupuk mutiara berbentuk padat mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan

dapat mengurangi kehilangan hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan

menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman (Ariani, 2009). Rendahnya

kadar N disebabkan adanya sifatnya yang mobil di tanah, mudah larut dan hilang

menguap, tercuci dan terbawa aliran permukaan. Hara N dalam air genangan,

larutan pada tanah maupun yang tercuci dari pupuk NPK majemuk, lebih kecil

daripada yang berasal dari pupuk urea. Ketersediaan hara P dapat ditingkatkan

melalui ameliorasi dengan pengapuran atau pemberian bahan organik maupun

pupuk hayati. Pada daerah bercurah hujan tinggi, kation termasuk hara K mudah

tercuci sehingga kandungannya dalam tanah menjadi rendah (Rostaman, 2013)

Penggunaan pupuk an-organik (N,P, dan K) telah terbukti dapat melipat gandakan

hasil sayuran, salah satunya tanaman pakcoy. Pupuk an-organik yang diberikan

tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian hilang karena

pencucian (leaching) ataupun tertinggal didalam tanah. Pupuk N dan K yang

diserap oleh tanaman ternyata hanya sekitar 30–50%, sedangkan efisiensi

pemupukan P lebih rendah lagi hanya sekitar 15–20%. Pemberian pupuk N, P dan

K terus menerus dalam jumlah banyak pada tanah dapat menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas tanah, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil produksi

tanaman. Hal ini merupakan ancaman bagi keberlanjutan usahatani sayuran.


17

2.6. Tanah Subsoil

Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang

cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi, artinya

tanah yang digunakan harus subur. Ketersediaan hara dalam tanah sangat

dipengaruhi oleh adanya bahan organik (Nasruddin dkk. 2015). Kurang suburnya

tanah lapisan bawah (subsoil) disebabkan oleh tanah yang memiliki kadar bahan

organik sangat rendah, hara tanah yang berasal dari hasil penguraian seresah

tanaman rendah struktur tanah memiliki imbangan porositas lebih buruk, dan sifat-

sifat lain dengan daya dukung yang lebih rendah terhadap pertumbuhan tanaman

(Nasruddin dkk. 2015).

Ketersediaan lapisan tanah subsoil yang cukup banyak di lapangan sudah mulai

digunakan sebagai pengganti media tanam top soil. Umumnya media tumbuh

subsoil mempunyai tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan dengan top

soil, antara lain ditunjukkan dengan rendahnya kandungan bahan organik dan

ketersediaan unsur hara (Nasrullah dkk. 2018).

Tanah sub soil kurang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai media tanam

ditinjau dari aspek tingkat kemasaman tanah, ketersediaan hara, dan kandungan

bahan organik. Tanah sub soil memiliki tingkat kemasam yang disebabkan oleh

tingginya kandungan aluminum yang akan menghambat perkembangan akar

sehingga penyerapan hara dan air oleh tanaman terganggu (Hidayat dkk. 2020).
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan Desember 2021 sampai Januari 2022. Penelitian akan

dilakukan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Kelurahan

Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan titik koordinat -

5,1607540, 105,3059610.

3.2. Bahan dan Alat Peneletian

3.2.1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan meliputi benih pakcoy varietas Nauli F1, mikoriza

kandungan 4 spesies yaitu Glomus sp., Entropospora sp., Gigaspora sp.,

Acaulospora sp. dengan populasi 1200 spora/50 gram dengan pembawa zeolit,

pupuk NPK mutiara (16-16-16), tanah subsoil, plastik semai benih ukuran 6 cm x

7 cm, polybag ukuran 20 cm x 20 cm, cup plastik ukuran 25 ml, gelas aqua ukuran

220 ml, amplop ukuran 14 cm x 27 cm, plastik PE ukuran 6 cm x 20 cm dan paranet

dengan tingkat kerapatan 50 %.


19

3.2.2. Alat Penelitian

Alat yang akan digunakan meliputi: gunting, ember, penggaris, buku, pulpen,

spidol, timbangan analitik dengan merk nagata dan tipe LCS 3000, cangkul, gembor

dan oven listrik dengan merk memmert dan tipe UN30.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian tanaman pakcoy di dalam polybag menggunakan metode percobaan

dengan Rancangan Kelompok Teracak Lengkap (RKTL), dengan 3 ulangan. Faktor

pertama adalah jumlah Mikoriza (M) yang terdiri 3 taraf yaitu: kontrol (m0), dosis

mikoriza 5 g/tanaman (m1) dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2). Faktor kedua adalah

dosis pupuk NPK (N) yang terdiri 3 taraf yaitu dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n1),

dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2), dosis pupuk NPK 6 g/tanaman (n3), sehingga

terdapat 9 kombinasi perlakuan sebagai berikut m0n1, m0n2, m0n3, m1n1, m1n2, m1n3,

m2n1, m2n2, m2n3. Masing-masing diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27

perlakuan.

Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan keaditifan data

diuji dengan uji Tuckey. Apabila asumsi tersebut terpenuhi selanjutnya, data yang

telah diperoleh akan diolah dengan analisis ragam, kemudian dilakukan uji lanjut

BNT pada taraf 5%.


20

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Persemaian

Benih pakcoy disemai menggunakan media tanam yaitu cocopeat. Persemaian

benih pakcoy dilakukan dengan cara ditanam menggunakan polybag semai dengan

ukuran 6 cm x 7 cm. Benih ditanam dengan kedalaman 0,5 cm. Setiap polybag

semai terdapat 1 benih tanaman pakcoy. Setelah itu agar tanaman terjaga

kelembabnya dilakukan penyiraman pagi dan sore sampai 14 hari setelah semai.

3.4.2. Penyiapan Lokasi dan Media Tanam

Penyiapan lahan dilakukan mulai dari membersihkan lahan dari gulma

menggunakan cangkul dan sabit, serta meratakan lahan menggunakan cangkul

dengan tujuan agar polybag memiliki ketinggian yang sama rata. Setelah itu,

pemberian nauangan dilakukan saat tanaman sebelum pindah tanam. Naungan

dibuat dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah. Jenis nauangan yang

digunakan paranet dengan tingkat kerapatan 50%. Pemberian nauangan dilakukan

untuk mengurangi intensitas cahaya matahari agar tanaman saat pindah tanam tidak

terkena sinar matahari langsung dengan tujuan mencegah terjadinya tanaman layu

dan mati.

Media yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanah lapisan tanah inti (sub soil).

Sebelum dimasukkan ke polybag tanah diayak terlebih dahulu menggunakan

ayakan tanah. Setelah itu tanah yang sudah diayak dimasukkan ke dalam polybag

ukuran 20 cm x 20 cm sebanyak 405 buah polybag beserta cadangan. Polybag

disusun pada petak percobaan dengan ukuran per petak 70 cm x 120 cm serta jarak
21

antar ulangan 50 cm dan jarak antar perlakuan 40 cm sesuai tata letak percobaan

(Lampiran 2). Pemberian label pada polybag sesuai dengan perlakuan.

3.4.3. Aplikasi Mikoriza dan Penanaman

Penimbangan mikoriza dilakukan sesuai dengan dosis perlakuan. Mikoriza

kandungan 4 spesies yaitu Glomus sp., Entropospora sp., Gigaspora sp.,

Acaulospora sp yang dibutuhkan sebanyak 2.025 gram populasi 1200 spora/50

gram.

Pembuatan lubang tanam dilakukan pada semua polybag dengan 1 lubang tanam

per polybag. Pemindahan bibit pakcoy dari polybag semai ke polybag ukuran 20

cm x 20 cm dilakukan dengan cara dikeluarkan dari polybag semai kemudian akar

di pisahkan dari media semai. Bibit pakcoy dibersihkan dari media semai dengan

cara merendam akar bibit pakcoy pada air dengan tujuannya agar media semai yang

berada di akar bisa hilang kemudian ditiriskan. Pengaplikasian mikoriza diberikan

dengan cara setelah akar pakcoy dibersihan dari media semai dilakukan pada semua

bibit pakcoy. Akar tanaman dimasukan pada cup plastik dengan ukuran 30 ml yang

sudah berisi mikoriza sesuai dosis perlakuan yaitu: kontrol (m0), dosis mikoriza 5

g/tanaman setara 120 spora/tanaman (m1) dosis mikoriza 10 gr/tanaman setara 240

spora/tanaman (m2). Sisa mikoriza yang tidak menempel pada akar dimasukkan

pada lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan menempatkan bibit tanaman

pakcoy ke lubang tanam dibagian tengah polybag dengan jumlah 1 tanam per

polybag. Penanaman dilakukan pada sore hari.


22

3.4.4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK 16-16-16 sesuai perlakuan.

Perlakukan dilakukan 2 kali dengan dosis NPK 2 g/tanaman (n1), NPK 4

gram/tanaman (n2), NPK 6 g/tanaman (n3) pada tanaman pada umur 10 hst dan 20

hst. Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan membuat lubang tanam disebelah

tanaman dengan jarak 5 cm dari tanam.

3.4.5. Pemeliharaan

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan untuk mencegah layu akibat kekurangan air pada

pertanaman agar kebutuhan air tercukupi, penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu

pada pagi hari sesuai dengan keadaan lingkungan menggunakan aqua gelas 220 ml.

Namun jika dalam kondisi hujan tanaman tidak dilakukan penyiraman.

2. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila ada serangan hama dan penyakit.

Hama yang sering ditemui adalah ulat daun, belalang. Pengendalian hama

dilakukan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan serta sanitasi lingkungan

tanaman, sedangkan pengendalian hama ulat daun menggunakan pestisida organik

dengan bahan dasar ekstrak daun sirsak, daun pepaya, seresh, lidah buaya, dan

bawang putih dengan volume semprot/tanaman 100 ml/liter disemprotkan ke

seluruh tanaman hingga merata. Waktu aplikasi sore hari.


23

Penyakit yang terdapat pada tanaman pakcoy yaitu busuk daun (Phytoptora sp.).

Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di daun. Bentuk

bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan akhirnya busuk basah.

Pengendalian penyakit ini dilakukan secara mekanik yaitu sanitasi lahan dan

pengaturan jarak antar polybag.

3.4.6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman pakcoy berumur 28 hst. Pamanenan

dilakukan dengan cara menggunting polybag di bagian pinggir lalu ambil tanaman

dengan perlahan agar akar tanaman tidak terputus atau rusak.

3.5. Peubah Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan, pengukuran komponen hasil

pengamatan variabel pertumbuhan dilakukan terhadap tanaman sampel yang

diambil secara acak pada masing-masing petak percobaan, pengukuran Peubah

komponen hasil dilakukan pada saat panen.

3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai daun tertinggi

menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst dan

28 hst.
24

3.5.2. Jumlah Daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst dan 28 hst,

dengan cara menghitung semua daun dengan kriteria daun sudah mekar sempurna

yang tumbuh pada setiap tanaman. pengamatan jumlah helai daun dihitung pada

daun yang telah membuka sempurna.

3.5.3. Laju Asimilasi Bersih (LAB) (gram/cm2/hari)

Laju Asimilasi Bersih (LAB) merupakan laju penimbunan bobot kering per satuan

luas daun per satuan waktu. LAB adalah ukuran rata-rata efesiensi fotosintesis daun

dalam suatu komoditas tanaman budidaya. LAB menggambarkan produksi bahan

kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering tersusun sebagai besar dari

CO2. Perhitungan LAB dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 23 hst dan

umur 28 hst dengan cara mengambil 2 tanaman destruktif per petak tanam.

Tanaman destruktif dibersihkan dari tanah yang menempel pada tanaman

menggunkan air, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Setelah itu tanaman

dikeringkan dengan cara dioven sampai berat konstan. Rumus laju asimiasi bersih

(LAB).
(w2-w1) x (Ln (La2) – ln (La1)
LAB =
(t2-t1) (la2 – la1)

Keterangan :

w1 = Bobot kering total umur 23 hst


w2 = Bobot kering total umur 28 hst
t1 = Waktu umur 23 hst
t2 = Waktu umur 28 hst
La1 = Luas daun umur 23 hst (cm2)
La2 = Luas daun umur 28 hst (cm2)
hst = Hari setelah tanam
25

3.5.4. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) (gram/hari)

Kemampuan tanaman dalam menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan

bobot kering awal tiap satuan waktu. Perhitungan LPR dilakukan pada tanaman

yang sudah berumur 23 hst dan umur 28 hst dengan cara mengambil 2 tanaman

destruktif per petak tanam. Tanaman destruktif dibersihkan dari tanah yang

menempel pada tanaman menggunkan air, lalu ditimbang dengan timbangan

analitik. Setelah itu tanaman dikeringkan dengan cara dioven sampai berat konstan.

Rumus laju pertumbuhan relatif (LPR).

ln w2 – ln w1
LPR =
t2-t1
Keterangan :

w1 = Bobot kering total umur 23 hst


w2 = Bobot kering total umur 28 hst
t1 = Waktu umur 23 hst
t2 = Waktu umur 28 hst
hst = Hari setelah tanam

3.5.5. Bobot Segar Pertanaman (gram)

Penimbangan bobot segar per petak dilakukan dengan cara mengambil 5 tanaman

sampel per berumur 28 hst. Tanaman yang sudah dibersihkan dari sisa tanah yang

menempel, kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik. Adapun kriteria

panen tanaman pakcoy yaitu umur pakcoy sudah 28 hst.

3.5.6. Bobot Segar Tajuk (gram)

Penimbangan bobot segar tajuk dilakukan dengan cara mengambil 5 tanaman

sampel tanaman per petak berumur 28 hst. Tanaman dibersihkan degan


26

menggunakan air, tanaman yang sudah dibersikan dari sisa tanah yang menempel

lalu pisahkan antara tajuk dengan akar tanaman dengan cara dipotong dari batas

batang terbawah dengan akar tanaman, kemudian tajuk ditimbang menggunakan

timbangan analitik.

3.5.7. Bobot Segar Akar (gram)

Penimbangan bobot segar akar dilakukan dengan cara mengambil 5 tanaman

sampel per petak berumur 28 hst. Tanaman dibersihkan dengan menggunakan air,

tanaman yang sudah dibersikan dari sisa tanah yang menempel lalu pisahkan antara

tajuk dengan akar tanaman dengan cara dipotong dari pangkal tanaman, kemudian

akar ditimbang menggunakan timbangan analitik.

3.5.8. Panjang Akar (cm)

Perhitungan panjang akar dilakukan dengan cara mengambil 5 tanman sampel saat

panen per petak tanam pada umur 28 hst. Pengambilan akar tanaman pakcoy dengan

cara akar tanaman dibersihkan dari tanah dengan cara menggunting polybag semai

bagian sisi pinggir polybag, setelah itu rendam akar pakcoy dengan air dengan

tujuan agar tanah yang berada di akar bisa hilang. Setelah itu ditiriskan dengan

tujuan agar air hilang. Setelah itu ukur menggunakan penggaris.

3.5.9. Rasio tajuk akar

Perhitungan rasio tajuk akar dilakukan pada umur 23 hst dan umur 28 hst dengan

cara mengambil 2 tanaman sampel. Pengambilan tanaman dilakukan dengan cara

menggunting polybag di bagian sisi polybag Kemudian masukkan akar tanaman


27

kedalam ember berisi air dan tunggu hingga tanah pada akar terlepas dengan

sendirinya, hal ini dilakukan untuk mengurangi hilangnya akar tanaman. Kemudian

pisahkan antara tajuk dengan akar tanaman dengan cara dipotong dari pangkal

tanaman. Kemudian tajuk dan akar dikeringkan dengan cara dioven sampai berat

kostan setelah itu ditimbangan menggunakan timbangan analitik. Pengamatan rasio

tajuk akar dihitung dengan membandingkan bobot kering tajuk dan bobot kering

akar. Rasio tajuk akar dihitung dengan rumus.

Rasio bobot kering tajuk akar = Bobot kering tajuk


Bobot kering akar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman umur 28 hst disajikan pada Lampiran 10. Hasil

analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis

mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pakcoy, sedangkan berbagai

dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pakcoy, tetapi

terdapat interaksi antara kedua perlakuan.

Tabel 1. Tinggi tanaman pakcoy umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk
NPK.

Dosis Mikoriza Dosis Pupuk NPK (N)


(M) 2 g/tanaman (n1) 4 g/tanaman (n2) 6/tanaman (n3)
………………..cm………………..
Kontrol (m0) 18,00 A 16,57 A 18,37 A
ab a b
5 g/tanaman
(m1) 17,10 A 18,17 B 17,00 A
a a a
10 g/tanaman
(m2) 19,50 B 19,23 B 18,33 A
a a a
Nilai BNT M X N = 1,44
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom,
huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.
29

Hasil uji BNT 5 % (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat interaksi pemberian

dosis mikoriza dan dosis pupuk NPK. Perlakuan dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1)

dan dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2)

memberikan pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy lebih baik dari kombinasi

perlakuan lain. Tetapi pada perlakuan dosis mikoriza kontrol pada dosis pupuk

NPK 4 g/tanaman (m1) menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah

dari pada dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n2) dan 6 g/tanaman (n3). Interaksi terbaik

yaitu pada dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) dengan dosis pupuk NPK 2 g/tanaman

(n1), tetapi relatif sama dengan dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis pupuk

NPK 4 g/tanaman (n2).

25
m0n1
Tinggi Tanaman (cm)

20
m0n2

15 m0n3

m1n1
10
m1n2

5 m1n3

m2n1
0
m2n2
0 0 5 10 15 20 25 30
Umur Tanaman (hst) m2n3

Gambar 2. Kurva Tinggi Tanaman Pakcoy

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy semua

perlakuan mengalami peningkatan yang relatif sama mulai dari 7 hst sampai dengan

28 hst sesuai dengan gambar gradien. Pada umur 20 hst dilakukannya pemupukan

kedua sehingga pada umur 21 hst sampai dengan 28 hst mengalami peningkatan
30

tinggi tanaman yang cukup tinggi pada semua perlakuan dibandingkan pada umur

7 hst dan 14 hst.

4.1.2. Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan jumlah daun umur 28 hst disajikan pada Lampiran 12. Hasil

analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis

mikoriza berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pakcoy, sedangkan berbagai

dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan jumlah daun, serta

tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan.

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian Mikoriza
dan Pupuk NPK.

Dosis Pupuk NPK (N)


Dosis Mikoriza
2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rata-rata
(M)
(n1) (n2) (n3)
……………helai……………
Kontrol (m0) 10,33 10,00 10,80 10,38 A
5 g/tanaman
(m1) 10,07 11,07 10,67 10,60 A
10 g/tanaman
(m2) 12,60 13,53 11,80 12,64 B
Rata-rata 11,00 11,53 11,09
Nilai BNT M = 0,74
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5 %.

Hasil uji BNT 5 % (Tabel 2) menunjukkan bahwa dosis mikoriza 10 g/tanaman

(m2) menghasilkan jumlah daun tanaman pakcoy umur 28 hst lebih baik 21,77%

dan 19,25% dibandingkan kontrol (m0) dan dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1).
31

16
14 m0n1

Jumlah Daun (helai) 12 m0n2

10 m0n3
8 m1n1
6 m1n2
4
m1n3
2
m2n1
0
m2n2
0 0 5 10 15 20 25 30
Umur Tanaman (hst) m2n3

Gambar 3. Kurva Jumlah Daun Pakcoy

Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman pakcoy mengalami

peningkatan yang relatif sama pada semua perlakuan mulai dari umur 7 hst sampai

28 hst sesuai pada gambar gradien. Pada umur 21 hst sampai 28 hst jumlah daun

tanaman pakcoy mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada semua perlakuan

setelah dilakukannya pemupukan NPK yang kedua.

4.1.3. Laju Asimilasi Bersih (LAB) (gram/cm2/hari)

Data pengamatan laju asimilasi bersih disajikan pada Lampiran 14. Hasil analisis

ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk NPK

berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap laju asimilasi bersih, serta tidak

terdapat interaksi antara kedua perlakuan.


32

Tabel 3. Laju Asimilasi Bersih Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.

Dosis Mikoriza Dosis NPK (N)


2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rerata
(M)
(n1) (n2) (n3)
……………gram/cm2/hari……………
Kontrol (m0) 2,14 1,25 1,52 1,64
5 g/tanaman (m1) 1,97 1,71 1,28 1,65
10 g/tanaman (m2) 1,60 1,33 1,66 1,53
Rerata 1,91 1,43 1,49 1,61

Tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk

NPK yang berbeda menghasilkan laju asimilasi bersih (LAB) berkisar antara 1,25

gram/cm2/hari sampai 2,14 gram/cm2/hari.

4.1.4. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) (gram/hari)

Data pengamatan laju pertumbuhan realtif disajikan pada Lampiran 18. Hasil

analisis ragam (Lampiran 19) menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk

NPK berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif,

serta tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan.

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Relatif Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.

Dosis Mikoriza Dosis NPK (N)


2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rerata
(M)
(n1) (n2) (n3)
..…………gram /hari………..
Kontrol (m0) 0,46 0,24 0,35 0,35
5 g/tanaman (m1) 0,35 0,40 0,33 0,36
10 g/tanaman (m2) 0,34 0,30 0,37 0,34
Rerata 0,39 0,31 0,35 0,35
33

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk

NPK yang berbeda menghasilkan laju pertumbuhan relatif (LPR) berkisar antara

0,24 gram/hari sampai 0,46 gram/hari.

4.1.5. Bobot Segar Pertanaman (gram)

Data pengamatan berat segar pertanaman disajikan pada Lampiran 22. Hasil

analisis ragam (Lampiran 23) menunjukkan bahwa pemberian mikoriza berbagai

dosis berpengaruh nyata terhadap berat segar pertanaman, sedangkan pupuk NPK

berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar pertanaman, serta tidak

terdapat interaksi antara kedua perlakuan.

Tabel 5. Berat Segar Pertanaman Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk
NPK.

Dosis Pupuk NPK (N)


Dosis Mikoriza
2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rata-rata
(M)
(n1) (n2) (n3)
……………gram……………
Kontrol (m0) 61,29 52,53 78,20 64,01 A
5 g/tanaman
(m1) 60,95 75,64 59,28 65,29 A
10 g/tanaman
(m2) 80,36 95,75 73,92 83,34 B
Rata-rata 67,53 74,64 70,47
Nilai BNT M = 13,73
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5 %.

Hasil uji BNT 5 % (Tabel 5) menunjukkan bahwa dosis mikoriza 10 g/tanaman

(m2) menghasilkan berat segar pertanaman 28 hst lebih baik 30,20 % dan 27,65 %

dibandingkan kontrol (m0) dan dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1).


34

4.1.6. Bobot Segar Tajuk

Data pengamatan berat segar pertanaman disajikan pada Lampiran 24. Hasil

analisis ragam (Lampiran 25) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis

mikoriza berpengaruh nyata terhadap berat segar tajuk, sedangkan berbagai dosis

pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar tajuk, serta tidak terdapat

interaksi antara kedua perlakuan.

Tabel 6. Berat Segar Tajuk Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.

Dosis Pupuk NPK (N)


Dosis Mikoriza
2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rata-rata
(M)
(n1) (n2) (n3)
Kontrol (m0) 53,41 46,35 61,83 53,86 A
5 g/tanaman
(m1) 50,72 57,64 51,29 53,22 A
10 g/tanaman
(m2) 67,60 73,41 62,16 67,72 B
Rata-rata 57,24 59,13 58,43
Nilai BNT M = 11,17
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %.

Hasil uji BNT 5 % (Tabel 6) menunjukkan bahwa dosis mikoriza 10 g/tanaman

(m2) menghasilkan berat basah tajuk umur 28 hst lebih baik 25,73 % dan 27, 25 %

dibandingkan kontrol (m0) dan dosis 5 g/tanaman (m1).

4.1.7. Bobot Segar Akar (gram)

Data pengamatan berat segar akar disajikan pada Lampiran 26. Hasil analisis ragam

(Lampiran 27) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis mikoriza

berpengaruh nyata terhadap berat segar akar, sedangkan pupuk NPK berbagai dosis
35

tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar akar, serta terdapat interaksi antara

kedua perlakuan.

Tabel 7. Berat Segar Akar Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.

Dosis Mikoriza Dosis Pupuk NPK (N)


(M) 2 g/tanaman (n1) 4 g/tanaman (n2) 6 g/tanaman (n3)
……………gram……………
Kontrol (m0)
7,89 A 6,08 A 11,21 A
a a a
5 g/tanaman
9,04 A 10,56 A 7,88 A
(m1)
a a a
10 g/tanaman 12,53 A 22,88 B 11,67 A
(m2) a b a
Nilai BNT M X N = 6,07
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom ,
huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

Hasil uji BNT 5 % (Tabel 7) menunjukkan bahwa terdapat interaksi pemberian

dosis mikoriza dan dosis pupuk NPK. Dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n1) dan 6

g/tanaman (n3) menunjukkan hasil bobot segar akar yang tidak berbeda meskipun

dengan pemberian dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2). Tetapi pada dosis pupuk NPK

4 g/tanaman (n2) menunjukkan bahwa semakin meningkatnya pemberian dosis

mikoriza, maka semakin meningkat pula bobot segar akar tanaman pakcoy. Dengan

demikian kombinasi terbaik pada dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2) dengan

pemberian dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2).


36

4.1.8. Panjang Akar (cm)

Data pengamatan panjang akar disajikan pada Lampiran 30. Hasil analisis ragam

(Lampiran 31) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian mikoriza dan pupuk NPK

yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar akar, serta tidak terdapat

interaksi antara kedua perlakuan.

Tabel 8. Panjang Akar Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.

Dosis Pupuk NPK (N)


Dosis Mikoriza
2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rata-rata
(M)
(n1) (n2) (n3)
……………cm……………
Kontrol (m0) 12,35 13,08 13,35 12,92
5 g/tanaman
(m1) 12,84 15,35 12,45 13,55
10 g/tanaman
(m2) 21,41 20,76 16,71 19,63
Rata-rata 15,53 16,40 14,17

Tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk

NPK yang berbeda menghasilkan panjang akar berkisar antara 12,35 cm sampai

21,41 cm.

4.1.9. Rasio Tajuk Akar

Data pengamatan rasio tajuk akar disajikan pada Lampiran 34. Hasil analisis ragam

(Lampiran 35) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian mikoriza dan pupuk NPK

yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar, serta tidak terdapat

interaksi antara kedua perlakuan.


37

Tabel 9. Rasio Tajuk Akar Akibat Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Pupuk NPK.

Dosis Pupuk NPK (N)


Dosis Mikoriza
2 g/tanaman 4 g/tanaman 6 g/tanaman Rata-rata
(M)
(n1) (n2) (n3)
……………gram……………
Kontrol (m0) 6,17 1,52 3,13 3,60
5 g/tanaman
(m1) 3,13 3,10 4,51 3,58
10 g/tanaman
(m2) 1,80 3,53 1,68 2,34
Rata-rata 3,70 2,72 3,11

Tabel 9 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk

NPK yang berbeda menghasilkan rasio tajuk akar berkisar antara 1,52 sampai 6,17.

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis mikoriza dan

dosis pupuk NPK pada peubah tinggi tanaman dan bobot segar akar tanaman

pakcoy umur 28 hst. Interaksi antara dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1) dan dosis

pupuk NPK 4 g/tanaman (n2) merupakan kombinasi terbaik pada peubah tinggi

tanaman, sedangkan interaksi antara dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) dan dosis

pupuk NPK 4 g/tanaman (n2) merupakan kombinasi terbaik pada berat segar akar.

Hal ini diduga semakin meningkat dosis mikoriza yang diberikan maka

menunjukkan hasil yang lebih baik dan dapat mengurangi pengunaan pupuk NPK.

Pupuk NPK mengandung beberapa unsur seperti 16 % N ( 6,5 % Nitra-N dan 9,5

% Amonium-N), 16 % P2O5 (Fosfat), 16 % K2O (Kalium) yang berfungsi untuk

pertumbuhan batang, akar, dan daun yang diserap oleh tanaman. Disisi lain

pemberian mikoriza dengan dosis yang lebih tinggi akan mampu membantu
38

penyerapan unsur hara terutama hara P. Tingginya serapan P oleh tanaman pada

tanaman yang diberi CMA disebabkan hifa CMA mengeluarkan enzim fosfatase

sehingga P yang terikat di dalam tanah akan terlarut dan tersedia bagi tanaman.

Mikoriza mampu melepas jerapan P sehingga dapat meningkatkan serapan hara.

Hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat menyusup ke

pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada

kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh

tanaman bermikoriza, membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh

aliran masa seperti N dan K sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat.

Pada penelitian ini media yang digunakan adalah tanah subsoil. Tanah subsoil

merupakan tanah yang memiliki unsur hara rendah dan bahan organik yang rendah.

Hal ini mengakibatkan mikoriza lebih aktif pada tanah subsoil, asosiasi antara

mikoriza dengan tanaman akan lebih terlihat, karena aktivitas mikoriza pada tanah

subsoil cenderung lebih aktif. Unsur P pada tanah subsoil yang terikat oleh Fe dan

Al menjadi lebih tersedia dengan adanya mikoriza. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rokhminarsi dkk., (2012), bahwa pada tanah yang memiliki unsur hara rendah

mikoriza dapat lebih aktif.

Penambahan dosis mikoriza sampai 10 g/tanaman (m2) dapat membantu

penyerapan unsur hara dan air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kolonisasi

mikoriza pada akar tanaman pakcoy dapat memperluas bidang penyerapan akar

dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu-bulu akar.

Hifa yang mempenetrasi tanaman inang akan membantu mendekatkan unsur hara

dari zona rhizosfer pada tanaman inang, sehingga pertumbuhan dan perkembangan
39

tanaman menjadi lebih cepat. Sejalan dengan pernyataan Talanca (2010), semakin

tinggi dosis mikoriza yang diberikan, maka petumbuhan tinggi tanaman menjadi

lebih cepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis mikoriza

berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar

pertanaman, bobot segar tajuk, dan bobot segar akar dengan perlakuan terbaik dosis

mikoriza 10 g/tanaman (m2). Pemberian dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2)

meningkatkan jumlah daun 21,77 %, bobot segar pertanaman 30,20 %. Bobot segar

tajuk 25,73 % dibandingkan tanpa pemberian mikoriza. Hal ini menunjukkan

bahwa peningkatan dosis mikoriza mempengaruhi peningkatan penyerapan unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman pakcoy. Hal tersebut dikarenakan bahwa

semakin tinggi dosis mikoriza maka semakin banyak spora yang membantu akar

dalam penyerapan unsur hara sehingga semakin baik pertumbuhan tanaman

pakcoy. Hal ini sesuai pendapat Sofyanda dkk. (2017); Serdani dan Widiatmanta

(2019) bahwa semakin tinggi dosis mikoriza maka akan semakin baik respons

pertumbuhan tanaman.

Hasil penelitian pemberian berbagai dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata pada

peubah laju asimilasi bersih (LAB), laju pertumbuhan relatif (LPR), panjang akar,

dan rasio tajuk akar. Rata-rata kenaikan nilai LAB sebesar 1,25 g/cm2/hari sampai

2,14 g/cm2/hari, kenaikan terjadi seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Hal

ini karena kebutuhan air yang diberikan cukup dan dapat digunakan oleh tanaman

untuk fotosintesis. Penurunan nilai LAB ini disebabkan oleh semakin berkurangnya

kebutuhan air oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis berkurang. Hal ini sesuai
40

dengan pendapat Yasemin (2015), bahwa penurunan laju fotosintesis dapat terjadi

pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan karena adanya penutupan

stomata. Rendahnya curah hujan saat penelitian, mengakibatkan rendanya

pertumbuhan tanaman yang dimanifestasikan dalam bentuk penurunan produksi

biomassa. Hal ini sesuai pendapat Jabereldar et.al (2017) menyatakan bahwa

kekurangan air merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang dapat

menurunkan produksi biomassa.

Faktor lain yang mempengaruhi laju asimilasi bersih yaitu intesitas cahaya. Cahaya

matahari merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis dan penentu laju

pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai pendapat Bilman (2001), bahwa laju asimilasi

bersih tergantung dari tingkat penyinaran matahari ke tanaman. Penyebaran radiasi

matahari pada tajuk memerlukan laju produksi bahan kering per satuan luas daun

selama pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai pendapat Haryanti (2008) menyatakan

bahwa produksi bahan kering tanaman tergantung dari penerimaan penyinaran

matahari pada tanaman.

Mikoriza membentuk spora di dalam tanah dan dapat berasosiasi dengan tanaman

inang. Asosiasi mikoriza dimulai pada hifa tanah merespons akar dengan diikuti

pertumbuhan hifa, membentuk suatu jaringan dan tumbuh di sepanjang akar.

Penetrasi akar di mulai pada pembentukan apresorium pada permukaan akar oleh

hifa eksternal. Hifa eksternal berasal dari spora yang berkecambah ataupun akar

tanaman yang sudah terinfeksi oleh mikoriza. Hifa FMA akan masuk kedalam akar

dan menembus dengan memalui celah antar sel intraeksternal di dalam sel korteks,

sehingga terbentuk arbuskular, vertikular, dan spora.


41

Selain karena dosis mikoriza, efektivitas pemberian mikoriza dalam menyerap

unsur hara juga diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan saat aplikasi mikoriza.

Pada penelitian ini pemberian mikoriza diaplikasikan pada saat memasuki musim

penghujan. Hal itu diduga bahwa FMA lebih aktif pada saat memasuki musim

penghujan karena ketersedian air yang cukup membantu FMA untuk berkecambah

secara maksimal maka perannya semakin efektif. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Corryanti dkk., (2001) dan Suherman, (2007) bahwa peran FMA akan

maksimal jika pemberian FMA dilakukan pada musim hujan, karena pada musim

hujan lingkungan yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya spora FMA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk NPK dengan dosis 2

g/tanaman (n1), 4 g/tanaman (n2), dan 6 g/tanaman (n3) tidak berpengaruh nyata

terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, laju asimilasi bersih, laju

pertumbuhan relatif, berat segar pertanaman, berat segar tajuk, berat segar akar,

panjang akar, dan rasio tajuk akar. Nitrogen diperlukan untuk memproduksi protein,

pertumbuhan daun, dan mendukung proses metabolisme seperti fotosintesis. Fosfor

berperan dalam memicu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran

yang baik pada tanaman muda, serta bahan penyusun intisel (asam nukleat), lemak

dan protein. Kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat,

meningkatkan resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit, serta memperbaiki

kualitas hasil tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Zein dan Zahrah (2013),

ketersediaan unusr N, P dan K pada NPK majemuk lebih seimbang dan lebih

efisien.
42

Pada penelitian ini media yang digunakan adalah tanah subsoil. Tanah subsoil yaitu

tanah yang miskin unsur hara dan bahan organik yang rendah. Hal ini diduga bahwa

pupuk NPK kurang terserap baik oleh tanaman. Rendahnya unsur hara pada tanah

subsoil mempengaruhi unsur hara di dalam tanah maka perlu pemberian pupuk

yang memenuhi kebutuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Mengel dan

Kirkby (2010), nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara utama yang

dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar. Hal sesuai dengan pendapat Sutedjo

(2002), penggunaan pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang

dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung untuk berbagai

proses metabolisme oleh tanaman.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa:

1. Peningkatan dosis mikoriza 10 g pertanaman (m2) meningkatan tinggi

tanaman, jumlah daun, berat segar pertanaman, berat segar tajuk, berat segar

akar tanaman pakcoy.

2. Pemberian pupuk NPK berbagai dosis tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy pada peubah tinggi

tanaman, jumlah daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, berat

segar pertanaman, berat segar tajuk, berat segar akar, panjang akar, dan rasio

tajuk akar.

3. Tedapat interaksi pada peubah tinggi tanaman dengan kombinasi terbaik

pada dosis mikoriza 5 g pertanaman (m1) pada dosis pupuk NPK 4 g

pertanaman (n2) dan interaksi terbaik pada peubah berat segar akar dengan

kombinasi terbaik pada dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis pupuk

NPK 4 g/tanaman (m2).


44

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan dosis mikoriza lebih banyak untuk

mengetahui peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy yang lebih

baik.

2. Perlu aplikasi pupuk NPK yang baik untuk mendapatkan pertumbuhan dan

hasil tanaman pakcoy yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Angela, A. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Hayati
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.)
Nauli F1. Thesis. Universitas Siliwangi.

Anggraeni. 2010. Studi Morfo-Anatomi dan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max L.


Merr.) pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Fakultas Pertanian
Bogor. Bogor.

Ariyani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagai Mulsa terhadap
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Jurnal Sagu. 8(1):5–9.

Barokah., Rahmadun., Sumarsono., Darmawati., dan Andriani. 2017. Respon


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.)
Akibat Pemberian Berbagai Jenis Pupuk Kandang. Thesis. Fakultas
Peternakan dan Pertanian Undip. Jakarta.

Basri, A, H, H. 2018. Kajian Peranan Mikoriza Dalam Bidang Pertanian. Jurnal


Agrica Ekstensia. 12(2):74-78.

Bilman, W. S. 2001. Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays


saccharata) Pergeseran Komposisi Gulma pada Berbagai Jarak Tanam. Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):25-30.

Corryanti, TWN, F. Maryadi, dan Irmawati. 2001. Cendawan Mikoriza Arbuskular


di Bawah Tegakan Kebun Benih Klon Jati. Prosiding Seminar Mikoriza 23
April. Asosiasi Mikoriza Indonesia Cabang Jawa Barat. Bandung. Hal 70.

Dhewangga, A., Sunaryo., dan M. D Maghfoer. 2014. Penggunaan Limbah Media


Jamur Tiram dan Pupuk Nitrogen Dalam Upaya Peningkatan Produksi
Tanaman Pak Choi (Brassica rapa L.). Jurnal Produksi Tanaman 2(5):18.

Effendi, E., D. W. Purba., dan Sumain. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L) Terhadap Pemberian Mulsa Serbuk
Gergaji dan Pupuk NPK.” Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS 13(3): 1–22..
46

Fadila, A. N., Rugayah., S. Widagdo., dan K. Hendarto. 2021. Effect Of NPK


Fertilizer Doses On Growth and Production Of Kailan (Brassica oleracea
var . alboglabra). Jurnal Agrotek. 9(3):73–80.

Fatchullah, D., E. Masnenah., dan R. A. Rahman. 2018. Optimalisasi Penggunaan


Pupuk Majemuk Sintesis NPK dengan Pupuk Hayati Trichoderma sp. untuk
Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum). Jurnal Biodjati 3(2): 75–84

Firmansyah, I., dan Kurnia. 2020. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Untuk
Meningkatkan.” repository.pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional.

Gea, K. T. 2020. Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Hayati Bioboost Memperbaiki
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy (Bassica rapa chinensis L.).
Universitas HKBP Nommensen. Hal 7-10.

Hadianur. 2016. “Effect of Fungi Arbuscular Mycorhiza on the Growth and Yield
of Tomato Plants (Lycopersicum esculentum Mill).” Jurnal Agrista.
20(3):26–34.

Hartoyo, B., M. Ghulamahd., L. K. Darusman., S. K. Aziz., dan I. Mansur. 2020.


Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada Rizosfer Tanaman
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Jurnal Penelitian Tanaman Industri.
17(1): 32.

Haryanti, S. 2008. Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun Nilam (Pogotemon
cablin Benth) pada Tingkat Naungan yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA
UNDIP.

Hidayat, F., M. Syarovy., I. Pradiko., dan S. Rahutomo. 2020. Aplikasi Kotoran


Sapi untuk Perbaikan Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Media Sub Soil. Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit. 28(1):51–58.

Irmawati, W., dan N. Gofar. 2020. “The Effectiveness of Mycorrhizal and Nitrogen
Fertilizer on the Production of Chili (Capsicum annuum) in Tidal Land.”
Jurnal Lahan Suboptimal : Journal of Suboptimal Lands. 9(2):75–83.

Jabereldar, A. A., El Naim, A. M., Abdalla, A. A., & Dagash, Y. M. (2017). Effect
of water stress on yield and water use efficiency of sorghum (Sorghum bicolor
L. Moench) in semi-arid environment. International Journal of Agriculture
and Forestry. 7(1): 1-6.

Jaenudin, A., dan N. Sugesa. 2018. Pengaruh Pupuk Kandang dan Cendawan
Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan , Serapan dan Hasil Tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.). Jurnal Agroswagati. 6(1).

Juliardi. 2009. Pemberian Pupuk Berimbang untuk Mengoptimalkan Hasil Gabah


47

pada Pertanaman Padi. Jurnal Agronomi. 7(4):87-95

Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami Dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L).
Ilmu Budidaya Tanaman. Jurnal Agrologia. 1(2):43-50.

Kristian, V. V. D. 2019. Respon Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.)


Terhadap Jenis Pakan Cacing dan Dosis Kascing. Universitas
Muhammadiyah Malang. Hal 12-18.

Kurnia., Gusmiaty., dan S. H. Larekeng. 2019. Identifikasi dan Karakterisasi


Mikoriza pada Tegakan Nyatoh (Palaquium sp.). Perennial. 15(1):51.

Kurniati, F., dan T. Sudartini. 2015. Pengaruh Kombinasi Pupuk Majemuk NPK
dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoy (Brassica
rapa L.) Pada Penanaman Model Vertikultur. Jurnal Siliwangi. 1(1):14–21.

Kuswandi, P. C., dan L. Sugiyarto. 2016. Applicaton of Mycorriza on Planting


Media of Two Tomato Varieties To Increase Vegetable Productivity in
Drought Condition.. Jurnal Sains Dasar. 4(1):17–22.

Lakitan. 2015. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Rajawali Pers. Hal 13

Madusari, S., D. I. Yama., Jumardin., B. T. Liadi., dan R. A. Baedowi. 2018.


Pengaruh Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Fakultas teknik UMJ. 2(4):1–8.

Masria. 2013. Peranan Mikoriza Veskular Arbuskular (MVA) untuk Meningkatkan


Resistensi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan dan Ketersediaan P pada
Lahan Kering. Partner. 2(1): 48–56.

Mengel, K. and E. A. Kirkby, 2010. Principles of Plant Nutrition. Inter. Potash. Inst.
8(6):4.

Mulyadi. 2021. Growth Response Of Pakcoy Mustard (Brassica Rapa L.) Mustard
Plant Production With The Hydroponic Model Of The Wick System To
Salinity Stress Conditions. Procedia of Engineering and Life Science. 1(1):10.

Nada, R. Q. 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Mikoriza


Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.).
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Hal 6-9.

Nasruddin. 2012. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao Terhadap Inokulasi


Azotobacter dan mikoriza. Jurnal Agrivigor. 11(2):310-311.

Nasruddin, Muliana, dan Muhammad. 2015. Respon Beberapa Varietas Jagung


(Zea mays, L) Akibat Pemberian Pupuk Organik yang Berbeda Pada Tanah
48

Subsoil. Universitas Sumatera Utara . 15(16):52–60.

Nasrullah., Nurhayati., dan A. Marliah. 2018. Pengaruh Dosis Pupuk NPK


(16:16:16) dan Mikoriza terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma
cacao L.) pada Media Tumbuh Subsoil. Jurnal Agrium. 12(2):56-64.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Raksun, A., I. W. Merta., I. G. Mertha., dan M. L. Ilhamdi. 2021. Response of Sweet


Corn (Zea mays L. Saccharata) Growth on the Treatment of Organic and
NPK Fertilizer. Jurnal Biologi Tropis. 21(1): 131.

Rokhminarsi, E., Begananda., dan D. S. Utami. 2012. Potensi Mikoriza Glomus dan
Gigaspora Spesifik Lokasi Lahan Marjinal dalam Budidaya Tanaman
Sayuran untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar
Nasional.

Rosliani, R.N.S. 2009. Pemanfaatan Mikoriza dan Aplikasi Pupuk Anorganik pada
Tumpangsari Cabai dan Kubis di Dataran Tinggi. Jurnal Biodjati. 19(3):13–
23.

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,


Yogyakarta.

Rostaman, K. 2013. Serapan Hara dan Peningkatan Produktivitas Jagung dengan


Aplikasi Pupuk NPK Majemuk.” Jurnal Penelitian Tanaman Pangan.
32(3):79–86.

Senora, C. 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Vermikompos dan Pupuk NPK


Mutiara (16 : 16 : 16) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pakcoy (Brassica
rapa L.). Universitas Sriwijaya. Hal 1-2.

Serdani, A. D., dan J. Widiatmanta. 2019. Respon Kandungan Logam Berat dan
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) Terhadap Kombinasi Media
Tanam Lumpur Lapindo dan Mikoriza. Jurnal Viabel Pertanian. 9(1):48–62.

Setiawan, H. 2017. Pengaruh Beberapa Macam dan Konsentrasi Pestisida Nabati


Dalam Pengelolaan Hama Pada Pakcoy. Skripsi : Universitas Mercu Buana
Yogyakarta. Hal 1-10.

Siagian, B. 2019. Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Lokalnenas Plus dan


Dosis Arang Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa, L.). Universitas HKBP Mommensen. Hal 8-10.

Soemarah, T., T. Supriyadi., E. Suprapti., A. Budiyono., Wiyono., dan J. Setiono.


2021. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Dosis Pupuk Majemuk
Terhadap Tanaman Sawi Hijau ( Brassica rapa L .). Jurnal Ilmiah Agrineca.
9(8):25–32.
49

Sofyanda, L. A., E. R. Setyawati., dan E. Firmansyah. 2017. Respon Pertumbuhan


Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guineenis Jacq.) Terhadap Pemberian Pupuk
Kandang Sapi dan Hayati Mikoriza Pada Media Subsoil di Pre-Nursery.
Jurnal Agromast. 2(2).

Suherman, C., A. Nuraini., dan S. Rosniawaty. 2007. Pemanfaatan Cendawan


Mikoriza Arbuskular (CMA) Serta Media Campuran Subsoil dan Kompos
Pada Pembibitan Kelapa Sawit. Jurnal Pertanian. 16(2)1–16.

Sutedjo, M. L. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta. Jakarta

Talanca, H. 2010. Status Cendawan Mikoriza Versikular Arbuskular (MVA) Pada


Tanaman. Prosiding Pekan Sereali Nasional. Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Sulawesi Selatan.

Yance, N., Ayal., H. Kesaulya., dan F. Matulessy. 2018. Aplikasi Integrasi Pupuk
NPK dengan Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Pada Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 14(1):14–20.

Yasemin. 2015. The Effect Of Drought On Plant And Tolerance Mechanisms.


G.U.J. Of Science. 18(4):723-740.

Zein, A. M dan S. Zahrah. 2013. Pemberian Sekam Padi dan Pupuk NPK Mutiara
16:16:16 Pada Tanaman Lidah Buaya (Aloe barbadensis mill). Jurnal
Dinamika Pertanian. 28(1).
50

Anda mungkin juga menyukai