(Skripsi)
Oleh:
OKY ANGGRAINI
18110020
(Skripsi)
Oleh:
OKY ANGGRAINI
NPM. 18110020
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang banyak
dibudidayakan dan dimanfaatkan daun untuk dikonsumsi. Tanaman pakcoy banyak
manfaatnya karena mengandung banyak vitamin yaitu K, A, C, E, mineral, dan
serat. Penurunan kesuburan tanah dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia
secara terus-menerus, kurangnnya bahan organik di tanah dan terjadinya pencucian
(leaching) unsur hara dan menghambat pertumbuhan tanam serta dapat
menurunkan hasil produksi tanaman. Pada kondisi demikian, sub soil sering
digunakan sebagai media tanam. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian mikoriza
ketanaman yang berdampak baik untuk penyerapan unsur hara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mendapatkan dosis mikoriza terbaik
terhadap tanaman pakcoy, (2) Mendapatkan dosis pupuk NPK terbaik terhadap
tanaman pakcoy, (3) Mengetahui interaksi antara dosis mikoriza dan dosis pupuk
NPK terhadap tanaman pakcoy.
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI :
1. Komisi Pembimbing
1. Tim Penguji
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa, Skripsi ini
kupersembahkan kepada:
1. Ayahanda Dasuki dan Ibunda Supiyem tercinta, karena doa dan kerja keras
Beliau lah saya dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu dan membiayai kuliah
saya.
3. Temanku Ahmad Jamilin terimakasih banyak atas doa dan tenaga serta
dukungannya yang telah diberikan, sehingga saya bisa kuliah dan menyelesaikan
skripsi ini.
(Penulis)
RIWAYAT HIDUP
tahun 2015. Pada tahun 2018 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi
Agroteknologi. Pada tahun 2021 penulis melakukan Kuliah Kerja Lapang (KKL)
di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanah Taman Bogo Lampung Timur. Pada
tahun 2022 penulis terdaftar sebagai Alumni di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy (Brassica rapa L.)”.
1. Ibu Ir. Rakmiati, M.T.A, sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
2. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si, sebagai dosen pembimbing I, atas
3. Bapak Jamaludin, S.P., M.Si, sebagai dosen pembimbing II, atas bimbingan,
4. Ibu Krisnarini, S.P., M.Si, sebagai penguji yang telah memberikan masukan
6. Bapak dan Ibu dosen serta tenaga kependidikan STIPER Dharma Wacana
Metro yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan ilmu yang diberikan.
7. Keluarga, terutama ayah, ibu, adik yang selalu memberi doa, motivasi dan
Arnita Santi, Dela Susanti, Ari Wiji Hastoro, Dicky Eko Trisnandi, M.
Febrianto, M. Ibnu Mukhlisin, M. Kurnia Sandi, Dwi Ayu Lestari, Dwi Setiani,
Nyoman Awidyasari, Devi Maywanda, Umi Salamah serta teman squard kosan
thamrin atas saran, bantuan dan kebersamaannya selama kuliah serta suka duka
dalam penelitian.
10. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan positif kepada penulis
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ....................................................... 5
1.4 Hipotesis ................................................................................... 9
LAMPIRAN ............................................................................................. 50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
24. Data Bobot Segar Tajuk Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 71
25. Analisis Ragam Bobot Segar Tajuk Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh
Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 71
26. Data Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 72
27. Analisis Ragam Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh
Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK ................................ 72
28. Data Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK (Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ..... 73
29. Analisis Ragam Bobot Segar Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh
Pemberian Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK
(Transformasi √𝑥 + 1/2 ) ............................................................... 73
xiv
30. Data Panjang Akar Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian
Mikoriza pada Berbagai Dosis NPK .................................................. 74
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva tinggi tanaman pakcoy umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst
Pengaruh pemberian mikoriza dan dosis pupuk NPK ....................... 29
2. Kurva jumlah daun tanaman pakcoy umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan
28 hst pengaruh oemberian mikoriza dan dosis pupuk NPK ............. 31
4. Mikoriza ............................................................................................. 78
33 Pemanenan ......................................................................................... 93
xvii
41 Penjemuran tanaman pakcoy .............................................................. 97
xviii
I. PENDAHULUAN
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang banyak
memiliki umur panen yang terbilang pendek. Tanaman pakcoy banyak manfaatnya
karena mengandung banyak vitamin yaitu K, A, C, E, mineral, dan serat serta dapat
(2021) kandungan gizi Pakcoy setiap 100 gram adalah Protein 2.30 gr, Lemak 0.30
gr, Karbohidrat 4.00 gr, Serat 1.20 gr, Kalsium 220.50 mg, Fosfor (P) 38.40 mg,
Besi (Fe) 2.90 mg, Vitamin A 969.00 mg, 10 Vitamin B1 0.09 mg, Vitamin B2 0.10
pangan tinggi belum didukung oleh tingkat produksi pangan yang relatif rendah.
perkotaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu teknik budidaya yang
belum intensif, berkurangnnya luas panen, iklim yang kurang mendukung untuk
2
organik di tanah dan terjadinya pencucian (leaching) unsur hara dan menghambat
pertumbuhan tanam serta dapat menurunkan hasil produksi tanaman. Standar media
tanam untuk pakcoy adalah tanah (top soil) dengan kandungan bahan organik yang
cukup. Meskipun demikian, pada kondisi tertentu lapisan top soil sulit didapatkan
seperti di lahan marjinal dengan tingkat erosi berat atau di areal bekas tambang.
Pada kondisi demikian, sub soil sering digunakan sebagai media tanam. Hal ini bisa
Mikoriza berperan sebagai sumber pupuk hayati terutama sebagai penyuplai nutrisi
bagi tanaman pada lahan yang kekurangan P dengan kelarutan Al tinggi (Nadir
inang, membentuk jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang bermikoriza
tersebut mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara dan air. sehingga
pengambilan air yang tidak terjangkau oleh perakaran tanaman. Firmansyah dan
tanaman inang, membantu mendekatkan unsur hara dari zone rizosfer tanaman
Menurut Irmawati dan Gofar (2020), tanaman yang memiliki mikoriza mampu
menyerap unsur hara makro dan mikro lebih banyak. Adanya hifa jamur mampu
memperluas daerah penyerapan hara dan air sehingga nutrisi tanaman tersedia.
Selain mikoriza yang dapat membantu penyerapan unsur hara, pupuk anorganik
memiliki daya serap yang lebih cepat serta jumah unsur hara yang banyak sehingga
tanaman dapat menyerap dalam waktu yang cepat (Juliardi, 2009). Salah satu pupuk
Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang mengandungan unsur hara makro
optimal pupuk Nitrogen (N), Phosphat (P) dan Kalium (K) (Senora, 2021). Menurut
pembentukan akar, batang dan daun (Dhewangga dkk., 2014). Menurut Yance dkk
Menurut Fatchullah dkk., (2018) pupuk NPK meningkatkan hasil dan kualitas umbi
lingkungan sehingga pemberian dosis pupuk NPK yang efektif harus diperhatikan.
Penggunaan pupuk an-organik (N,P, dan K) telah terbukti dapat melipat gandakan
hasil sayuran, salah satunya tanaman pakcoy. Pupuk an-organik yang diberikan
pemupukan P lebih rendah lagi hanya sekitar 15–20%. Pemberian pupuk N, P dan
K terus menerus dalam jumlah banyak pada tanah dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas tanah, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil produksi
pengaruh pemberian mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan
3. Mengetahui interaksi antara mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap tanaman
pakcoy
5
adalah ketersedian unsur hara dan pemberian dosis pupuk yang berimbang.
Pemberian mikoriza berdampak positif terhadap penyerapan dan transport aktif air,
berangkasan segar, bobot akar segar, bobot berangkasan kering, bobot akar kering
dan panjang akar serta berpengaruh nyata terhadap serapan hara N. Jenis fungi
mikoriza yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat adalah
Gigaspora sp. Fungi Gigaspora sp. bekerja dengan hifa yang menembus ke dalam
sel-sel korteks tanaman inang dari satu sel ke sel lain saling berikatan dan membelit
sehingga terbentuk kuat dan melakukan fungsinya untuk transfer hara dari tanah ke
tanaman serta membebaskan unsur karbon (C) dan Phosphor (P) agar dapat
Proses perkembangan spora Glomus adalah dari ujung hifa yang membesar
mencapai ukuran maksimal dan terbentuk spora. Spora yang berada di dalam tanah
dan berkembang baik jika berasosiasi dengan tanaman inang. Peneterasi akar
dimulai dengan pembentukan apresorium pada permukaan akar oleh hifa eksternal.
Hifa ekternal berasal dari spora yang berkecambah ataupun akar tanaman yang
6
adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, jamur ini membentuk vesikel
dan arbuskular di dalam korteks tanaman. Vesikel merupakan ujung hifa berbentuk
bulat yang berfungsi sebagai organ penyimpan dan arbuskular merupakan hifa yang
memiliki struktur dan fungsi sama dengan houstoria dan terletak di dalam sel
tanaman. Mikoriza mengambil alih peran rambut akar dalam menyerap unsur hara.
sebagai alat transfer nutrisi antara jamur dan inangnya, sedangkan vesikel dibentuk
pada ujung hifa di dalam jaringan inang dan berfungsi sebagai tempat cadangan
Mikoriza juga mampu bertahan pada daerah cekaman, miskin hara maupun air.
Pemberian mikoriza dapat memperpanjang akar, hal ini dipengaruhi oleh mikoriza
miselium. Miselium ini akan merangsang perpanjangan mantel akar, sehingga akar
tanaman semakin panjang. Akar tanaman yang sedemikian rupa diharapkan mampu
meningkatkan absorbsi serapan unsur hara dan air. Mikoriza akan membentuk
arbuskula yaitu hifa bercabang halus yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
pertumbuhan tanaman. Hifa mikoriza meluas di dalam tanah dan unsur hara yang
dibutuhkan pada tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi mikoriza memiliki daya
7
sehingga P yang terikat dengan tanah atau dengan mineral lain dapat terlepas dan
mudah diserap oleh tanaman. Mikoriza dapat membebaskan unsur P yang terikat
dengan mineral dalam tanah sehingga unsur P menjadi tersedia untuk tanaman.
VAM menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, membentuk jalinan hifa secara
Menurut Rokhminarsi dkk. (2012), pemberian pupuk hayati mikoriza Glomus dan
Gigaspora memberikan jumlah daun dan bobot basah daun paling baik. Mikoriza
selain berperan dalam perbaikan dan siklus nutrisi tanaman, mikoriza juga
terhadap infeksi patogen tular tanah, bersifat sinergi dengan mikrobia lain, juga
Menurut Fadila dkk. (2021), pemberian pupuk NPK hingga dosis 6 gram/tanaman
secara nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy pada variabel
tinggi tanaman, jumlah daun, lebar tajuk, panjang daun, bobot segar, dan panjang
batang. Novizan (2002), tanaman yang kekurangan unsur hara terutama N daunnya
Menurut Kurniati dan Sudartini (2015), penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk
NPK hanya bisa menyediakan unsur hara pada tanah tetapi tidak memperbaiki sifat
fisik serta sifat biologi tanah. Sedangkan Menurut Effendi (2017), pupuk NPK
merupakan pupuk majemuk lengkap yang sangat baik untuk pemupukan dasar,
keseimbangan hara yang baik untuk pertumbuhan dan mudah diaplikasikan serta
pupuk majemuk NPK adalah pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu
Kelebihan dari pupuk NPK yaitu dapat mencakup beberapa unsur dengan satu kali
Rosliani (2009), melaporkan bahwa peningkatan pada dosis NPK tertentu dapat
meningkatkan derajat infeksi akar tanaman cabai. Semakin tinggi dosis NPK dapat
yang dapat diinfeksi oleh mikoriza. Aplikasi pupuk NPK ke dalam tanah, dapat
1.4. Hipotesis
2. Dosis pupuk NPK yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
3. Terdapat interaksi antara aplikasi dosis mikoriza dan dosis pupuk NPK terhadap
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang termasuk
setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan.
Sayuran ini adalah introduksi baru di Jepang yang masih sefamili dengan Chinese
Klasifikasi tanaman sawi pakcoy menurut (Kristian 2019) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae.
Superdivision : Spermatophyta.
Division : Magnoliophyta.
Class : Magnoliopsida.
Subclass : Dilleniidae.
Order : Capparales.
Family : Brassicaceae.
Genus : Brassica L.
Pakcoy memiliki daun yang bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau
tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah
mendatar. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan tinggi tanaman
kematangan terhadap berbagai kultivar tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk dan daun
bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50
cm. Fungsi Akar-akar ini antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam
batang pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan, pakcoy berdaun
lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak krop. Tanaman pakcoy mudah berbunga dan
berbiji secara alami baik didataran tinggi atau rendah, struktur bunganya didalam
Daerah penanaman yang baik adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat
yang bersuhu panas maupun bersuhu dingin, sehingga dapat diusahakan dari
dataran rendah maupun datarantinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun untuk
pertumbuhan yang paling baik adalah pada jenis tanah lempung berpasir seperti
andisol. Derajat kemasaman tanah untuk pertumbuhan tanaman pakcoy adalah pada
reaksi masam maupun basa, yang secara langsung ataupun tidak, dapat
mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara
mikro lebih tinggi pada pH rendah, semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara
Iklim yang baik untuk pertumbuhan pakcoy yaitu daerah yang memiliki suhu 15-
30oC. Pertumbuhan pakcoy yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar
antara 19ºC - 21ºC, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara dalam
pemanjangan daun. Curah hujan yang baik untuk tanaman pakcoy yaitu lebih dari
200 mm/ bulan, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam. Pakcoy membutuhkan
13
air yang cukup untuk pertumbuhan,akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada
air yang tergenang, hal ini dapat menyebabkan tanaman mudah busuk dan
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman pakcoy berkisar antara
tertutup sehingga penyerapan CO2 terganggu. Maka kadar gas CO2 tidak dapat
masuk kedalam daun yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga fotosintesis tidak
memadai. Akhirnya proses fotosintesis tidak berjalan dengan baik sehingga semua
2.4. Mikoriza
tanaman. Memiliki peran simbiosis yang saling menguntungkan ini tanaman akan
fotosintat dari tanaman (Masria, 2013). Menurut Kurnia dkk. (2019), mikoriza
tanaman atau pohon, agar jamur ini mendapat pasokan gula cair dari tanaman, dan
sebaliknya jamur ini menukarkannya dalam bentuk air dan unsur hara yang
Zygomycetes yang hanya memiliki satu ordo yaitu ordo Glomales. Ordo ini
bersimbiosis dengan akar tanaman. Cendwan ini membentuk vesikel dan arbuskular
di dalam korteks tanaman. Vesikel merupakan ujung hifa berbentuk bulat, berfungsi
dan fungsinya sama dengan houstria dan terletak dalam sel tanaman. MVA dapat
menggantikan sekitar 50% kebutuhan P, 40% N dan 25% K pada anakan Leucaena
leucocephala (Masria, 2013). Selain itu, manfaat mikoriza bagi inangnya adalah
MVA termasuk keluarga Endogonaceae. Jamur ini membentuk rajutan hifa secara
internal pada jaringan korteks dan sebagian hifanya memanjang dan menjular
keluar dan masuk kedalam tanah untuk memyerap air dan unsur hara. MVA
terbentuk pada sistem perakarnnya. Tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang
subur, tidak dijumpai banyak mikoriza pada sistem perakarannya (Lakitan, 2015)
Jumlah mikoriza cukup melimpah di alam dan ditemukan hampir 80% dapat
Secara umum mikoriza tergolong dalam dua tipe yaitu ektomikoriza dan
pada sebagian besar tanaman budidaya dan berperan penting dalam serapan unsur
Pupuk majemuk (NPK) adalah salah satu pupuk anorganik yang sangat efisien
digunakan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, dan K),
menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk NPK 16-16-16
mengandung 5 unsur hara yaitu 16 persen nitrogen, 16 persen P2O5 atau fosfat, 16
persen K2O atau kalium, 0,5 persen MgO atau magnesium dan 6 persen CaO atau
kalsium. Keuntungan dari pupuk ini yaitu; (1) Dapat digunakan dengan
16
memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk tunggal, (2) apabila
tidak ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, (3) penggunaan
Pupuk mutiara berbentuk padat mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan
menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman (Ariani, 2009). Rendahnya
kadar N disebabkan adanya sifatnya yang mobil di tanah, mudah larut dan hilang
menguap, tercuci dan terbawa aliran permukaan. Hara N dalam air genangan,
larutan pada tanah maupun yang tercuci dari pupuk NPK majemuk, lebih kecil
daripada yang berasal dari pupuk urea. Ketersediaan hara P dapat ditingkatkan
pupuk hayati. Pada daerah bercurah hujan tinggi, kation termasuk hara K mudah
Penggunaan pupuk an-organik (N,P, dan K) telah terbukti dapat melipat gandakan
hasil sayuran, salah satunya tanaman pakcoy. Pupuk an-organik yang diberikan
pemupukan P lebih rendah lagi hanya sekitar 15–20%. Pemberian pupuk N, P dan
K terus menerus dalam jumlah banyak pada tanah dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas tanah, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil produksi
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang
tanah yang digunakan harus subur. Ketersediaan hara dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh adanya bahan organik (Nasruddin dkk. 2015). Kurang suburnya
tanah lapisan bawah (subsoil) disebabkan oleh tanah yang memiliki kadar bahan
organik sangat rendah, hara tanah yang berasal dari hasil penguraian seresah
tanaman rendah struktur tanah memiliki imbangan porositas lebih buruk, dan sifat-
sifat lain dengan daya dukung yang lebih rendah terhadap pertumbuhan tanaman
Ketersediaan lapisan tanah subsoil yang cukup banyak di lapangan sudah mulai
digunakan sebagai pengganti media tanam top soil. Umumnya media tumbuh
subsoil mempunyai tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan dengan top
soil, antara lain ditunjukkan dengan rendahnya kandungan bahan organik dan
Tanah sub soil kurang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai media tanam
ditinjau dari aspek tingkat kemasaman tanah, ketersediaan hara, dan kandungan
bahan organik. Tanah sub soil memiliki tingkat kemasam yang disebabkan oleh
sehingga penyerapan hara dan air oleh tanaman terganggu (Hidayat dkk. 2020).
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
5,1607540, 105,3059610.
Bahan yang digunakan meliputi benih pakcoy varietas Nauli F1, mikoriza
Acaulospora sp. dengan populasi 1200 spora/50 gram dengan pembawa zeolit,
pupuk NPK mutiara (16-16-16), tanah subsoil, plastik semai benih ukuran 6 cm x
7 cm, polybag ukuran 20 cm x 20 cm, cup plastik ukuran 25 ml, gelas aqua ukuran
Alat yang akan digunakan meliputi: gunting, ember, penggaris, buku, pulpen,
spidol, timbangan analitik dengan merk nagata dan tipe LCS 3000, cangkul, gembor
pertama adalah jumlah Mikoriza (M) yang terdiri 3 taraf yaitu: kontrol (m0), dosis
mikoriza 5 g/tanaman (m1) dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2). Faktor kedua adalah
dosis pupuk NPK (N) yang terdiri 3 taraf yaitu dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n1),
dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2), dosis pupuk NPK 6 g/tanaman (n3), sehingga
terdapat 9 kombinasi perlakuan sebagai berikut m0n1, m0n2, m0n3, m1n1, m1n2, m1n3,
perlakuan.
Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan keaditifan data
diuji dengan uji Tuckey. Apabila asumsi tersebut terpenuhi selanjutnya, data yang
telah diperoleh akan diolah dengan analisis ragam, kemudian dilakukan uji lanjut
3.4.1. Persemaian
benih pakcoy dilakukan dengan cara ditanam menggunakan polybag semai dengan
ukuran 6 cm x 7 cm. Benih ditanam dengan kedalaman 0,5 cm. Setiap polybag
semai terdapat 1 benih tanaman pakcoy. Setelah itu agar tanaman terjaga
kelembabnya dilakukan penyiraman pagi dan sore sampai 14 hari setelah semai.
dengan tujuan agar polybag memiliki ketinggian yang sama rata. Setelah itu,
dibuat dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah. Jenis nauangan yang
untuk mengurangi intensitas cahaya matahari agar tanaman saat pindah tanam tidak
terkena sinar matahari langsung dengan tujuan mencegah terjadinya tanaman layu
dan mati.
Media yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanah lapisan tanah inti (sub soil).
ayakan tanah. Setelah itu tanah yang sudah diayak dimasukkan ke dalam polybag
disusun pada petak percobaan dengan ukuran per petak 70 cm x 120 cm serta jarak
21
antar ulangan 50 cm dan jarak antar perlakuan 40 cm sesuai tata letak percobaan
gram.
Pembuatan lubang tanam dilakukan pada semua polybag dengan 1 lubang tanam
per polybag. Pemindahan bibit pakcoy dari polybag semai ke polybag ukuran 20
di pisahkan dari media semai. Bibit pakcoy dibersihkan dari media semai dengan
cara merendam akar bibit pakcoy pada air dengan tujuannya agar media semai yang
dengan cara setelah akar pakcoy dibersihan dari media semai dilakukan pada semua
bibit pakcoy. Akar tanaman dimasukan pada cup plastik dengan ukuran 30 ml yang
sudah berisi mikoriza sesuai dosis perlakuan yaitu: kontrol (m0), dosis mikoriza 5
g/tanaman setara 120 spora/tanaman (m1) dosis mikoriza 10 gr/tanaman setara 240
spora/tanaman (m2). Sisa mikoriza yang tidak menempel pada akar dimasukkan
pakcoy ke lubang tanam dibagian tengah polybag dengan jumlah 1 tanam per
3.4.4. Pemupukan
gram/tanaman (n2), NPK 6 g/tanaman (n3) pada tanaman pada umur 10 hst dan 20
hst. Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan membuat lubang tanam disebelah
3.4.5. Pemeliharaan
1. Penyiraman
pertanaman agar kebutuhan air tercukupi, penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu
pada pagi hari sesuai dengan keadaan lingkungan menggunakan aqua gelas 220 ml.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila ada serangan hama dan penyakit.
Hama yang sering ditemui adalah ulat daun, belalang. Pengendalian hama
dilakukan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan serta sanitasi lingkungan
dengan bahan dasar ekstrak daun sirsak, daun pepaya, seresh, lidah buaya, dan
Penyakit yang terdapat pada tanaman pakcoy yaitu busuk daun (Phytoptora sp.).
Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di daun. Bentuk
bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan akhirnya busuk basah.
Pengendalian penyakit ini dilakukan secara mekanik yaitu sanitasi lahan dan
3.4.6. Pemanenan
dilakukan dengan cara menggunting polybag di bagian pinggir lalu ambil tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai daun tertinggi
menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst dan
28 hst.
24
Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst dan 28 hst,
dengan cara menghitung semua daun dengan kriteria daun sudah mekar sempurna
yang tumbuh pada setiap tanaman. pengamatan jumlah helai daun dihitung pada
Laju Asimilasi Bersih (LAB) merupakan laju penimbunan bobot kering per satuan
luas daun per satuan waktu. LAB adalah ukuran rata-rata efesiensi fotosintesis daun
kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering tersusun sebagai besar dari
CO2. Perhitungan LAB dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 23 hst dan
umur 28 hst dengan cara mengambil 2 tanaman destruktif per petak tanam.
menggunkan air, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Setelah itu tanaman
dikeringkan dengan cara dioven sampai berat konstan. Rumus laju asimiasi bersih
(LAB).
(w2-w1) x (Ln (La2) – ln (La1)
LAB =
(t2-t1) (la2 – la1)
Keterangan :
Kemampuan tanaman dalam menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan
bobot kering awal tiap satuan waktu. Perhitungan LPR dilakukan pada tanaman
yang sudah berumur 23 hst dan umur 28 hst dengan cara mengambil 2 tanaman
destruktif per petak tanam. Tanaman destruktif dibersihkan dari tanah yang
analitik. Setelah itu tanaman dikeringkan dengan cara dioven sampai berat konstan.
ln w2 – ln w1
LPR =
t2-t1
Keterangan :
Penimbangan bobot segar per petak dilakukan dengan cara mengambil 5 tanaman
sampel per berumur 28 hst. Tanaman yang sudah dibersihkan dari sisa tanah yang
menggunakan air, tanaman yang sudah dibersikan dari sisa tanah yang menempel
lalu pisahkan antara tajuk dengan akar tanaman dengan cara dipotong dari batas
timbangan analitik.
sampel per petak berumur 28 hst. Tanaman dibersihkan dengan menggunakan air,
tanaman yang sudah dibersikan dari sisa tanah yang menempel lalu pisahkan antara
tajuk dengan akar tanaman dengan cara dipotong dari pangkal tanaman, kemudian
Perhitungan panjang akar dilakukan dengan cara mengambil 5 tanman sampel saat
panen per petak tanam pada umur 28 hst. Pengambilan akar tanaman pakcoy dengan
cara akar tanaman dibersihkan dari tanah dengan cara menggunting polybag semai
bagian sisi pinggir polybag, setelah itu rendam akar pakcoy dengan air dengan
tujuan agar tanah yang berada di akar bisa hilang. Setelah itu ditiriskan dengan
Perhitungan rasio tajuk akar dilakukan pada umur 23 hst dan umur 28 hst dengan
kedalam ember berisi air dan tunggu hingga tanah pada akar terlepas dengan
sendirinya, hal ini dilakukan untuk mengurangi hilangnya akar tanaman. Kemudian
pisahkan antara tajuk dengan akar tanaman dengan cara dipotong dari pangkal
tanaman. Kemudian tajuk dan akar dikeringkan dengan cara dioven sampai berat
tajuk akar dihitung dengan membandingkan bobot kering tajuk dan bobot kering
Data pengamatan tinggi tanaman umur 28 hst disajikan pada Lampiran 10. Hasil
dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pakcoy, tetapi
Tabel 1. Tinggi tanaman pakcoy umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk
NPK.
dosis mikoriza dan dosis pupuk NPK. Perlakuan dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1)
dan dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2)
perlakuan lain. Tetapi pada perlakuan dosis mikoriza kontrol pada dosis pupuk
dari pada dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n2) dan 6 g/tanaman (n3). Interaksi terbaik
yaitu pada dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) dengan dosis pupuk NPK 2 g/tanaman
(n1), tetapi relatif sama dengan dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis pupuk
25
m0n1
Tinggi Tanaman (cm)
20
m0n2
15 m0n3
m1n1
10
m1n2
5 m1n3
m2n1
0
m2n2
0 0 5 10 15 20 25 30
Umur Tanaman (hst) m2n3
perlakuan mengalami peningkatan yang relatif sama mulai dari 7 hst sampai dengan
28 hst sesuai dengan gambar gradien. Pada umur 20 hst dilakukannya pemupukan
kedua sehingga pada umur 21 hst sampai dengan 28 hst mengalami peningkatan
30
tinggi tanaman yang cukup tinggi pada semua perlakuan dibandingkan pada umur
Data pengamatan jumlah daun umur 28 hst disajikan pada Lampiran 12. Hasil
dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan jumlah daun, serta
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Pakcoy Umur 28 hst Pengaruh Pemberian Mikoriza
dan Pupuk NPK.
(m2) menghasilkan jumlah daun tanaman pakcoy umur 28 hst lebih baik 21,77%
dan 19,25% dibandingkan kontrol (m0) dan dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1).
31
16
14 m0n1
10 m0n3
8 m1n1
6 m1n2
4
m1n3
2
m2n1
0
m2n2
0 0 5 10 15 20 25 30
Umur Tanaman (hst) m2n3
peningkatan yang relatif sama pada semua perlakuan mulai dari umur 7 hst sampai
28 hst sesuai pada gambar gradien. Pada umur 21 hst sampai 28 hst jumlah daun
tanaman pakcoy mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada semua perlakuan
Data pengamatan laju asimilasi bersih disajikan pada Lampiran 14. Hasil analisis
ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk NPK
berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap laju asimilasi bersih, serta tidak
Tabel 3. Laju Asimilasi Bersih Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk
NPK yang berbeda menghasilkan laju asimilasi bersih (LAB) berkisar antara 1,25
Data pengamatan laju pertumbuhan realtif disajikan pada Lampiran 18. Hasil
analisis ragam (Lampiran 19) menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dan pupuk
NPK berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif,
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Relatif Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk
NPK yang berbeda menghasilkan laju pertumbuhan relatif (LPR) berkisar antara
Data pengamatan berat segar pertanaman disajikan pada Lampiran 22. Hasil
dosis berpengaruh nyata terhadap berat segar pertanaman, sedangkan pupuk NPK
berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar pertanaman, serta tidak
Tabel 5. Berat Segar Pertanaman Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk
NPK.
(m2) menghasilkan berat segar pertanaman 28 hst lebih baik 30,20 % dan 27,65 %
Data pengamatan berat segar pertanaman disajikan pada Lampiran 24. Hasil
mikoriza berpengaruh nyata terhadap berat segar tajuk, sedangkan berbagai dosis
pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar tajuk, serta tidak terdapat
Tabel 6. Berat Segar Tajuk Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.
(m2) menghasilkan berat basah tajuk umur 28 hst lebih baik 25,73 % dan 27, 25 %
Data pengamatan berat segar akar disajikan pada Lampiran 26. Hasil analisis ragam
berpengaruh nyata terhadap berat segar akar, sedangkan pupuk NPK berbagai dosis
35
tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar akar, serta terdapat interaksi antara
kedua perlakuan.
Tabel 7. Berat Segar Akar Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.
dosis mikoriza dan dosis pupuk NPK. Dosis pupuk NPK 2 g/tanaman (n1) dan 6
g/tanaman (n3) menunjukkan hasil bobot segar akar yang tidak berbeda meskipun
dengan pemberian dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2). Tetapi pada dosis pupuk NPK
mikoriza, maka semakin meningkat pula bobot segar akar tanaman pakcoy. Dengan
demikian kombinasi terbaik pada dosis pupuk NPK 4 g/tanaman (n2) dengan
Data pengamatan panjang akar disajikan pada Lampiran 30. Hasil analisis ragam
(Lampiran 31) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian mikoriza dan pupuk NPK
yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar akar, serta tidak terdapat
Tabel 8. Panjang Akar Umur 28 hst Akibat Aplikasi Mikoriza dan Pupuk NPK.
Tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk
NPK yang berbeda menghasilkan panjang akar berkisar antara 12,35 cm sampai
21,41 cm.
Data pengamatan rasio tajuk akar disajikan pada Lampiran 34. Hasil analisis ragam
(Lampiran 35) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian mikoriza dan pupuk NPK
yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar, serta tidak terdapat
Tabel 9. Rasio Tajuk Akar Akibat Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Pupuk NPK.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dosis mikoriza dan dosis pupuk
NPK yang berbeda menghasilkan rasio tajuk akar berkisar antara 1,52 sampai 6,17.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis mikoriza dan
dosis pupuk NPK pada peubah tinggi tanaman dan bobot segar akar tanaman
pakcoy umur 28 hst. Interaksi antara dosis mikoriza 5 g/tanaman (m1) dan dosis
pupuk NPK 4 g/tanaman (n2) merupakan kombinasi terbaik pada peubah tinggi
tanaman, sedangkan interaksi antara dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) dan dosis
pupuk NPK 4 g/tanaman (n2) merupakan kombinasi terbaik pada berat segar akar.
Hal ini diduga semakin meningkat dosis mikoriza yang diberikan maka
menunjukkan hasil yang lebih baik dan dapat mengurangi pengunaan pupuk NPK.
Pupuk NPK mengandung beberapa unsur seperti 16 % N ( 6,5 % Nitra-N dan 9,5
pertumbuhan batang, akar, dan daun yang diserap oleh tanaman. Disisi lain
pemberian mikoriza dengan dosis yang lebih tinggi akan mampu membantu
38
penyerapan unsur hara terutama hara P. Tingginya serapan P oleh tanaman pada
tanaman yang diberi CMA disebabkan hifa CMA mengeluarkan enzim fosfatase
sehingga P yang terikat di dalam tanah akan terlarut dan tersedia bagi tanaman.
Hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat menyusup ke
pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada
kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh
tanaman bermikoriza, membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh
aliran masa seperti N dan K sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat.
Pada penelitian ini media yang digunakan adalah tanah subsoil. Tanah subsoil
merupakan tanah yang memiliki unsur hara rendah dan bahan organik yang rendah.
Hal ini mengakibatkan mikoriza lebih aktif pada tanah subsoil, asosiasi antara
mikoriza dengan tanaman akan lebih terlihat, karena aktivitas mikoriza pada tanah
subsoil cenderung lebih aktif. Unsur P pada tanah subsoil yang terikat oleh Fe dan
Al menjadi lebih tersedia dengan adanya mikoriza. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rokhminarsi dkk., (2012), bahwa pada tanah yang memiliki unsur hara rendah
penyerapan unsur hara dan air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kolonisasi
mikoriza pada akar tanaman pakcoy dapat memperluas bidang penyerapan akar
dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu-bulu akar.
Hifa yang mempenetrasi tanaman inang akan membantu mendekatkan unsur hara
dari zona rhizosfer pada tanaman inang, sehingga pertumbuhan dan perkembangan
39
tanaman menjadi lebih cepat. Sejalan dengan pernyataan Talanca (2010), semakin
tinggi dosis mikoriza yang diberikan, maka petumbuhan tinggi tanaman menjadi
lebih cepat.
berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar
pertanaman, bobot segar tajuk, dan bobot segar akar dengan perlakuan terbaik dosis
meningkatkan jumlah daun 21,77 %, bobot segar pertanaman 30,20 %. Bobot segar
hara yang dibutuhkan oleh tanaman pakcoy. Hal tersebut dikarenakan bahwa
semakin tinggi dosis mikoriza maka semakin banyak spora yang membantu akar
pakcoy. Hal ini sesuai pendapat Sofyanda dkk. (2017); Serdani dan Widiatmanta
(2019) bahwa semakin tinggi dosis mikoriza maka akan semakin baik respons
pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian pemberian berbagai dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata pada
peubah laju asimilasi bersih (LAB), laju pertumbuhan relatif (LPR), panjang akar,
dan rasio tajuk akar. Rata-rata kenaikan nilai LAB sebesar 1,25 g/cm2/hari sampai
2,14 g/cm2/hari, kenaikan terjadi seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Hal
ini karena kebutuhan air yang diberikan cukup dan dapat digunakan oleh tanaman
untuk fotosintesis. Penurunan nilai LAB ini disebabkan oleh semakin berkurangnya
kebutuhan air oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis berkurang. Hal ini sesuai
40
dengan pendapat Yasemin (2015), bahwa penurunan laju fotosintesis dapat terjadi
biomassa. Hal ini sesuai pendapat Jabereldar et.al (2017) menyatakan bahwa
kekurangan air merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang dapat
Faktor lain yang mempengaruhi laju asimilasi bersih yaitu intesitas cahaya. Cahaya
matahari merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis dan penentu laju
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai pendapat Bilman (2001), bahwa laju asimilasi
matahari pada tajuk memerlukan laju produksi bahan kering per satuan luas daun
selama pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai pendapat Haryanti (2008) menyatakan
Mikoriza membentuk spora di dalam tanah dan dapat berasosiasi dengan tanaman
inang. Asosiasi mikoriza dimulai pada hifa tanah merespons akar dengan diikuti
Penetrasi akar di mulai pada pembentukan apresorium pada permukaan akar oleh
hifa eksternal. Hifa eksternal berasal dari spora yang berkecambah ataupun akar
tanaman yang sudah terinfeksi oleh mikoriza. Hifa FMA akan masuk kedalam akar
dan menembus dengan memalui celah antar sel intraeksternal di dalam sel korteks,
unsur hara juga diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan saat aplikasi mikoriza.
Pada penelitian ini pemberian mikoriza diaplikasikan pada saat memasuki musim
penghujan. Hal itu diduga bahwa FMA lebih aktif pada saat memasuki musim
penghujan karena ketersedian air yang cukup membantu FMA untuk berkecambah
secara maksimal maka perannya semakin efektif. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Corryanti dkk., (2001) dan Suherman, (2007) bahwa peran FMA akan
maksimal jika pemberian FMA dilakukan pada musim hujan, karena pada musim
hujan lingkungan yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya spora FMA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk NPK dengan dosis 2
g/tanaman (n1), 4 g/tanaman (n2), dan 6 g/tanaman (n3) tidak berpengaruh nyata
terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, laju asimilasi bersih, laju
pertumbuhan relatif, berat segar pertanaman, berat segar tajuk, berat segar akar,
panjang akar, dan rasio tajuk akar. Nitrogen diperlukan untuk memproduksi protein,
yang baik pada tanaman muda, serta bahan penyusun intisel (asam nukleat), lemak
kualitas hasil tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Zein dan Zahrah (2013),
ketersediaan unusr N, P dan K pada NPK majemuk lebih seimbang dan lebih
efisien.
42
Pada penelitian ini media yang digunakan adalah tanah subsoil. Tanah subsoil yaitu
tanah yang miskin unsur hara dan bahan organik yang rendah. Hal ini diduga bahwa
pupuk NPK kurang terserap baik oleh tanaman. Rendahnya unsur hara pada tanah
subsoil mempengaruhi unsur hara di dalam tanah maka perlu pemberian pupuk
yang memenuhi kebutuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Mengel dan
Kirkby (2010), nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara utama yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar. Hal sesuai dengan pendapat Sutedjo
(2002), penggunaan pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang
5.1. Kesimpulan
tanaman, jumlah daun, berat segar pertanaman, berat segar tajuk, berat segar
tanaman, jumlah daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, berat
segar pertanaman, berat segar tajuk, berat segar akar, panjang akar, dan rasio
tajuk akar.
pertanaman (n2) dan interaksi terbaik pada peubah berat segar akar dengan
kombinasi terbaik pada dosis mikoriza 10 g/tanaman (m2) pada dosis pupuk
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan dosis mikoriza lebih banyak untuk
baik.
2. Perlu aplikasi pupuk NPK yang baik untuk mendapatkan pertumbuhan dan
Angela, A. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Hayati
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.)
Nauli F1. Thesis. Universitas Siliwangi.
Ariyani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagai Mulsa terhadap
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Jurnal Sagu. 8(1):5–9.
Effendi, E., D. W. Purba., dan Sumain. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L) Terhadap Pemberian Mulsa Serbuk
Gergaji dan Pupuk NPK.” Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS 13(3): 1–22..
46
Firmansyah, I., dan Kurnia. 2020. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Untuk
Meningkatkan.” repository.pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional.
Gea, K. T. 2020. Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Hayati Bioboost Memperbaiki
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy (Bassica rapa chinensis L.).
Universitas HKBP Nommensen. Hal 7-10.
Hadianur. 2016. “Effect of Fungi Arbuscular Mycorhiza on the Growth and Yield
of Tomato Plants (Lycopersicum esculentum Mill).” Jurnal Agrista.
20(3):26–34.
Haryanti, S. 2008. Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun Nilam (Pogotemon
cablin Benth) pada Tingkat Naungan yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA
UNDIP.
Irmawati, W., dan N. Gofar. 2020. “The Effectiveness of Mycorrhizal and Nitrogen
Fertilizer on the Production of Chili (Capsicum annuum) in Tidal Land.”
Jurnal Lahan Suboptimal : Journal of Suboptimal Lands. 9(2):75–83.
Jabereldar, A. A., El Naim, A. M., Abdalla, A. A., & Dagash, Y. M. (2017). Effect
of water stress on yield and water use efficiency of sorghum (Sorghum bicolor
L. Moench) in semi-arid environment. International Journal of Agriculture
and Forestry. 7(1): 1-6.
Jaenudin, A., dan N. Sugesa. 2018. Pengaruh Pupuk Kandang dan Cendawan
Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan , Serapan dan Hasil Tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.). Jurnal Agroswagati. 6(1).
Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami Dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L).
Ilmu Budidaya Tanaman. Jurnal Agrologia. 1(2):43-50.
Kurniati, F., dan T. Sudartini. 2015. Pengaruh Kombinasi Pupuk Majemuk NPK
dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoy (Brassica
rapa L.) Pada Penanaman Model Vertikultur. Jurnal Siliwangi. 1(1):14–21.
Mengel, K. and E. A. Kirkby, 2010. Principles of Plant Nutrition. Inter. Potash. Inst.
8(6):4.
Mulyadi. 2021. Growth Response Of Pakcoy Mustard (Brassica Rapa L.) Mustard
Plant Production With The Hydroponic Model Of The Wick System To
Salinity Stress Conditions. Procedia of Engineering and Life Science. 1(1):10.
Rokhminarsi, E., Begananda., dan D. S. Utami. 2012. Potensi Mikoriza Glomus dan
Gigaspora Spesifik Lokasi Lahan Marjinal dalam Budidaya Tanaman
Sayuran untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar
Nasional.
Rosliani, R.N.S. 2009. Pemanfaatan Mikoriza dan Aplikasi Pupuk Anorganik pada
Tumpangsari Cabai dan Kubis di Dataran Tinggi. Jurnal Biodjati. 19(3):13–
23.
Serdani, A. D., dan J. Widiatmanta. 2019. Respon Kandungan Logam Berat dan
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) Terhadap Kombinasi Media
Tanam Lumpur Lapindo dan Mikoriza. Jurnal Viabel Pertanian. 9(1):48–62.
Yance, N., Ayal., H. Kesaulya., dan F. Matulessy. 2018. Aplikasi Integrasi Pupuk
NPK dengan Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Pada Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 14(1):14–20.
Zein, A. M dan S. Zahrah. 2013. Pemberian Sekam Padi dan Pupuk NPK Mutiara
16:16:16 Pada Tanaman Lidah Buaya (Aloe barbadensis mill). Jurnal
Dinamika Pertanian. 28(1).
50